perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEKNIK KOOPERATIF METODE
JIGSAW DAN METODE STRUKTURAL NUMBERED HEAD TOGETHER
TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKN SISWA KELAS VII
SEMESTER GENAP DI SMP NEGERI 2 WURYANTORO
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh :
Rina Ari Sabtanti
NIM K6406048
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEKNIK KOOPERATIF METODE
JIGSAW DAN METODE STRUKTURAL NUMBERED HEAD TOGETHER
TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKN SISWA KELAS VII
SEMESTER GENAP DI SMP NEGERI 2 WURYANTORO
TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh :
Rina Ari Sabtanti
NIM K6406048
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Rina Ari Sabtanti. STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEKNIK KOOPERATIF METODE JIGSAW DAN METODE STRUKTURAL NUMBERED HEAD TOGETHER DAN PRESTASI BELAJAR PKN SISWA KELAS VII SEMESTER GENAP DI SMP N 2 WURYANTORO TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Februari. 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pencapaian hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn kompetensi dasar Hakekat Hak Azasi Manusia antara metode Jigsaw dengan metode struktural Numbered Head Together. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen untuk mengetahui prestasi belajar siswa dari aspek kognitif. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII semester genap SMP N 2 Wuryantoro tahun ajaran 2009/2010. Sampel terdiri dari 2 kelas yaitu kelas VIIC sebagai kelas eksperimen 1 untuk metode Jigsaw dan kelas VIID untuk metode struktural Numbered Head Together sebagai kelas eksperimen 2 yang dipilih secara random sampling. Data utama penelitian ini adalah berupa prestasi belajar siswa yang diperoleh dari aspek kognitif. Analisis data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis uji-t dua pihak. Hasil penelitian dapat disimpulkan : Adanya perbedaan antara prestasi belajar PKn menggunakan metode Jigsaw dengan prestasi belajar PKn menggunakan metode struktural Numbered Head Together pada aspek kognitif. Hal tersebut ditunjukkan dengan ( thitung > ttabel = 4,744 > 1,995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Rina Ari Sabtanti. EXSPERIMEN STUDY OF INFLUENCE JIGSAW METHOD AND STRUKTURAL METHOD NUMBERED HEAD TOGETHER TOWARD LEARNING ACHIEVEMENT OF CIVIC STUDY ON 7TH GRADE STUDENTS IN EVEN SEMESTER OF SMP N 2 WURYANTORO ACADEMIC YEAR 2009/2010. Thesis. Surakarta : Teacher Training Ard Eduation Faculty, Sebelas Maret University Surakarta, February. 2011.
The objective of this study is to know is there any different or not in achievity the learning achievement in civic study basic completence Human Right Essence between Jigsaw method with strucktural numbered head together.
This study uses experimental method to know student’s learning achievement from cognitive aspect. The population of this study are 7th grade students in even semester of SMP N 2 Wuryantoro academic year 2009/2010. The sample consist of two classes, class VII C are the experimental class 1 for jigsaw method and class VII D for numbered head together method as the experimental class 2 chosen with random sampling. The main data of this study is the students learning achievement gained from cognitive aspect. Data analysis for hypothesis test is conducted by using t-test analysis of two sides.
The result of the study can be conclude : there is different between learning achievement of civic study by using jigsaw method with learning achievement of civic study by using structural numbered head together method on cognitive aspect. The matter is showed through (tcount > ttable = 4,744 > 1,995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya
kemudahan dalam segala urusannya”. ( Q.S. Ath- Tholaq: 4 )
“Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat melintasinya melainkan
dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)”. ( Q.S. Ar Rohman :33)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk:
• Bapak dan Ibu tercinta
• Kakak-kakak tercinta
• Mas Agung atas dukungannya
• Asih, Eka & Intan tersayang
• Teman-teman kos
• Teman-teman angkatan Tahun 2006 tercinta
• Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk memenuhi
persyaratan guna mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Penulis mengalami berbagai hambatan dalam penyusunan skripsi ini, namun
atas bantuan dari berbagai pihak hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh sebab itu,
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Syaiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Sri Haryati, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang telah memberikan ijin penelitian untuk
penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. E.S. Ardinarto, M.Pd Pembimbing I yang selalu memberikan
bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan penyusunannya.
5. Bapak Winarno, S.Pd, M.Si, Pembimbing II yang selalu sabar dalam
memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan penyusunannya.
6. Bapak/ Ibu Dosen Prodi PKn yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan dan
penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Joko Purnomo, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP N 2
Wuryantoro yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
8. Siswa kelas VII SMP N 2 Wuryantoro yang telah membantu penelitian ini.
9. Almamater PKn angkatan 2006 yang telah memberikan motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
10. Semua pihak yang telah membantu penulis untuk kelancaran penulisan
skripsi ini.
Skripsi ini telah disusun dengan semaksimal mungkin, akan tetapi penulis
menyadari bahwa masih ada kekurangan. Oleh karena itu penulis mengaharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki skripsi ini. Di
samping itu penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi majunya ilmu pendidikan di sekitar kita, khususnya bagi kemajuan
Pendidikan Kewarganegaraan.
Surakarta, Februari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. v
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 6
D. Perumusan Masalah ................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
F. Manfaat Peneitian ....................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 8
1. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran .............................. 8
a. Pengertian Pembelajaran.................................................... 8
b. Pengertian Metode Pembelajaran ...................................... 12
c. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ................................. 13
d. Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw ......................... 19
e. Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered Head
Together............................................................................. 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ........................................ 23
a. Pengertian Belajar.............................................................. 23
b. Pengertian Prestasi Belajar................................................ 24
c. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan 26
B. Penelitian Yang Relevan ............................................................. 32
C. Kerangka Berfikir ....................................................................... 33
D. Perumusan Hipotesis…………………………………………… 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 36
1. Tempat Penelitian ................................................................. 36
2. Waktu Penelitian…………………………………………… 36
B. Metode Penelitian ...................................................................... 36
C. Populasi dan Sampel ................................................................. 37
1. Populasi .................................................................................. 37
2. Sampel .................................................................................... 38
D. Variabel Penelitian ...................................................................... 38
1. Variabel Bebas ...................................................................... 38
2. Variabel Terikat……………………………………………. 38
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 39
1. Sumber Data ........................................................................... 39
2. Instrumen Penelitian .............................................................. 39
F. Teknik Analisis Data…………………………………………… 44
1. Uji Prasyarat Analisis……………………………………….. 44
2. Uji Hipotesis……………………………………………….... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ............................................................................ 47
1. Pelaksanaan Penelitian……………………………………... 47
2. Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif……………………... 50
B. Analisis Data Akhir ..................................................................... 52
1. Uji Normalitas ...................................................................... 52
2. Uji Homogenitas .................................................................. 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
C. Uji Hipotesis .............................................................................. 54
D. Pembahasan ................................................................................ 55
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 59
B. Implikasi ..................................................................................... 59
C. Saran ........................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 61
LAMPIRAN ..................................................................................................... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jadwal Penyusunan Kegiatan Penelitian ....................................... 36
Tabel 2. Bagan Desain Penelitian One Shot Case Study .............................. 37
Tabel 3. Rangkuman Hasil Analisis Validitas ............................................. 41
Tabel 4. Rangkuman Hasil Analisis Reliabilitas ......................................... 42
Tabel 5. Rangkuman Hasil Analisis Taraf Kesukaran ................................. 42
Tabel 6. Rangkuman Hasil Analisis Taraf Pembeda.................................... 43
Tabel 7. Alokasi Proses Pembelajaran Kelas VII C (Kelas Eksperimen 1)
Dengan metode Jigsaw .................................................................. 48
Tabel 8. Alokasi Proses Pembelajaran Kelas VII D (Kelas Eksperimen 2)
Dengan metode Numbered Head Together .................................... 49
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Aspek Kognitif untuk
Kelas Eksperimen 1....................................................................... 50
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Aspek Kognitif untuk
Kelas Eksperimen 2........................................................................ 51
Tabel 11. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Untuk Prestasi Belajar Aspek
Kognitif Kelas eksperimen 1 ......................................................... 52
Tabel 12. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Untuk Prestasi Belajar Aspek
Kognitif Kelas eksperimen 2 ......................................................... 53
Tabel 13. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Untuk Prestasi Belajar
Aspek Kognitif Kelas eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen
2…………………………………………………… ...................... 53
Tabel 14. Hasil Perhitungan Uji-t Dua Pihak Untuk Prestasi Belajar aspek
Kognitif Kelas eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen
2………………………………………………………… .............. 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ..................................................... 35
Gambar 2. Histogram Nilai Prestasi Belajar Aspek Kognitif untuk Kelas
Eksperimen 1............................................................................ 50
Gambar 3. Histogram Nilai Prestasi Belajar Aspek Kognitif untuk Kelas
Eksperimen 2............................................................................ 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen Kognitif ................................................... 65
Lampiran 2. Soal Pilihan Ganda ................................................................. 67
Lampiran 3. Tabel Perhitungan Uji Validitas Tes Kognitif ........................ 73
Lampiran 4. Perhitungan Reliabilitas Tes Kognitif .................................... 77
Lampiran 5. Tabel Perhitungan Taraf Kesukaran ........................................ 79
Lampiran 6. Tabel Perhitungan Taraf Pembeda.. ....................................... 83
Lampiran 7. Kegitan Belajar Mengajar Dengan Metode Jigsaw................ 87
Lampiran 8. Kegitan Belajar Mengajar Metode Numbered Head
Together........ ......................................................................... 89
Lampiran 9. Distribusi Frekuensi Data Penelitian... ................................... 90
Lampiran 10. Perhitungan dan Uji Normalitas Skor Kognitif Kelas
Eksperimen 1 .......................................................................... 91
Lampiran 11. Perhitungan dan Uji Normalitas Skor Kognitif Kelas
Eksperimen 2 .......................................................................... 92
Lampiran 12. Tabel Nilai Kritik Uji Liliefors ............................................... 93
Lampiran 13. Perhitungan dan Uji Homogenitas Variansi ........................... 94
Lampiran 14. Tabel Nilai Kritik Chi Kuadrat ............................................... 95
Lampiran 15. Rekap Data Perhitungan T-Dua Pihak ................................... 96
Lampiran 16. Tabel Nilai T ………………. ................................................. 99
Lampiran 17. Permohonan ijin menyusun skripsi kepada dekan c.q
pembantu dekan 1 FKIP-UNS di Surakarta ........................... 100
Lampiran 18. Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan UNS Tentang Ijin Menyusun Skripsi .................. 101
Lampiran 19. Permohonan Ijin Research/Try Out untuk Rektor UNS......... 102
Lampiran 20. Permohonan Ijin Research/Try Out kepada Kepala Sekolah
SMP N 2 Wuryantoro ............................................................. . 103
Lampiran 21. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di SMP N
2 Wuryantoro .......................................................................... 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peran penting untuk menciptakan masyarakat yang
cerdas. Melalui pendidikan dapat dilihat kualitas sumber daya manusia suatu
bangsa. Pendidikan sebagai komponen pembentukan suatu pribadi yang sempurna
dan mempersiapkan manusia masa depan yaitu generasi penerus bangsa. Oleh
karena itu, diperlukan pembaharuan dalam pendidikan agar kualitas pendidikan
nasional semakin baik.
Untuk menunjang peningkatan kualitas pendidikan nasional, berbagai
komponen yang ada di sekolah mengalami pembaharuan yang berkesinambungan.
Komponen-komponen yang harus ada di setiap sekolah antara lain; siswa, guru,
karyawan, ruang-ruang kelas, dan yang tidak kalah pentingnya dengan yang lain
adalah kurikulum.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sebagai acuan penyusunan kurikulum adalah Permendiknas No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi dan Permendiknas No. 23 tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan (Budihardjo, 2007:19).
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia, diantaranya penyempurnaan kurikulum yang diwujudkan
dalam suatu pembaharuan kurikulum secara berkesinambungan yaitu ”kurikulum
1968, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004 (kurikulum berbasis
kompetensi), dan kurikulum 2006 yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan”
(Budihardjo,2007:20).
Kurikulum yang saat ini sedang diterapkan dan dikembangkan oleh pemerintah
adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai pengembangan dari
kurikulum 2004. Dalam pengembangannya kurikulum tingkat satuan pendidikan
berdasarkan pada prinsip sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2 ”(1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya, (2) beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap
perkembangan iptek dan seni, (4) relevan dengan kebutuhan hidup, (5)
menyeluruh dan berkesinambungan, dan (6) seimbang antara kepentingan
nasional dan daerah” (Mulyasa E, 2003:151-153).
”Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah suatu perencanaan mengenai
pedoman penyelenggaran kegiatan belajar mengajar di sekolah yang disusun dan
dilaksanakan oleh sekolah itu sendiri. Tetapi dalam penyusunan kurikulum
tersebut tetap berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) No. 22, 23, dan 24 tahun 2006. Karena berpedoman pada
peraturan yang sama jadi secara umum kurikulum pada masing-masing sekolah
tetap sama tetapi bukan tidak mungkin bila suatu sekolah mempunyai kebijakan
yang berbeda dengan sekolah lain misalnya dalam hal menentukan hari libur
sekolah atau dalam kegiatan yang lain”. (Budihardjo, 2007:20-21).
Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan berganti nama menjadi mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Pendidikan Kewarganegaraan diartikan sebagai mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami
dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila
dan UUD 1945. Sedangkan tujuan dari pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Berpikir
secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2)
Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi, (3)
Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter - karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsabangsa lainnya , (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam
percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga untuk menuju tujuan mata
pelajaran PKn dibutuhkan strategi belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3 untuk meningkatkan keaktifan dan partisipasi siswa. Dari inovasi di dalam
penyampaian materi PKn maka diharapkan siswa mempunyai output yang bagus
dan berkualitas.
Namun pada kenyataannya di SMP Negeri 2 Wuryantoro lain. SMP
Negeri 2 Wuryantoro merupakan salah satu sekolah menengah pertama di
Kecamatan Wuryantoro. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru
PKn di SMP Negeri 2 Wuryantoro didapati kendala atau masalah seperti jumlah
siswa yang cukup banyak yaitu 40-45 siswa sehingga membuat guru kurang dapat
mengenali sikap dan perilaku siswa dengan baik dan metode yang digunakan guru
dalam kegiatan belajar mengajar terkesan kaku dan cenderung searah. Maka, guru
PKn hendaknya berupaya melakukan inovasi dalam pengajarannya, salah satu
caranya adalah dengan mengubah metode pembelajaran PKn dari yang sekedar
ceramah menjadi metode yang melibatkan peran aktif siswa secara maksimal
dalam proses kegiatan belajar mengajar, dengan cara siswa belajar memecahkan
masalah, mendiskusikan masalah dengan teman-temannya, mempunyai
keberanian menyampaikan ide atau gagasan dan mempunyai tanggung jawab
terhadap tugasnya. Dengan inovasi dalam hal metode pembelajaran diharapkan
mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Karena rata-rata prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran PKn sekarang ini hanya sebesar 6,1.
“Dalam suatu pembelajaran terdapat metode mengajar yang mengacu pada
teori-teori pembelajaran. Pada masa kini terdapat teori-teori pembelajaran yang
dapat diklasifikasikan pada teori yang utama yaitu behavioris, kognitif, sosial,
humanis, Piaget, Vygotsky, Ausubel, dan Konstruktivisme”(www.miftachr.uns.id.
2010).
Salah satu pengembangan metode pembelajaran adalah metode berdasarkan teori
belajar konstruktivisme. Teori konstruktivisme merupakan salah satu teori tentang
proses pembelajaran yang menjelaskan tentang bagaimana siswa belajar dengan
mengkonstruksi pengetahuannya menjadi pengetahuan yang bermakna. Ide pokok
dari teori konstruktivisme adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan
mereka sendiri. Teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan pembelajaran model kooperatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Menurut Richard I. Arends (1997:326) tentang pembelajaran kooperatif mempunyai empat variasi, yaitu: 1. Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions), 2. Metode Jigsaw, 3. Metode GI (Group Investigation), 4. Metode Structural Approach a. think-pair-share dan b. numbered head together. Dengan pembelajaran model kooperatif yang menekankan keterlibatan
secara aktif siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar mengajar,
dengan cara siswa belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan
teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan dan
mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya, siswa diharapkan mampu
menguasai materi pelajaran dalam waktu yang sama. Selain itu juga dapat
meningkatkan pencapaian hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran
kompetitif, juga dapat membangkitkan pembelajaran yang menarik perhatian
siswa, meningkatkan ketrampilan sosial dan meningkatkan rasa percaya diri
siswa. Keberhasilan pembelajaran model kooperatif disebabkan adanya
penghargaan kelompok yang berprestasi, otomatis penghargaan terhadap individu
siswa.
Penggunaan metode Jigsaw dan metode struktural Numbered Head
Together pada materi pembelajaran PKn dilakukan sebagai upaya inovasi dalam
proses belajar mengajar dengan harapan dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Selain itu, memberikan variasi metode pembelajaran disamping metode
ceramah yang selama ini sering digunakan oleh guru. Alasan lain dipilihnya
metode Jigsaw dan metode struktural Numbered Head Together karena melalui
metode Jigsaw, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi serta
meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Sedangkan dalam metode struktural
Numbered Head Together, siswa saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling benar, meningkatkan semangat
kerjasama selain itu siswa dapat berlatih berpendapat, menghargai pendapat dan
bertukar pendapat yang disajikan dalam bentuk diskusi. Dengan menggunakan
pembelajaran model kooperatif dengan metode Jigsaw dan metode struktural
Numbered Head Together diharapkan sebagai salah satu inovasi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5 pembelajaran sehingga dapat menarik minat siswa untuk mengikuti pelajaran
dengan baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu, siswa dapat
ikut aktif dalam pemahaman konsep dan dibuktikan dengan mampu tidaknya
mereka menjawab soal-soal dalam diskusi tersebut.
Dengan penggunaan metode pembelajaran yang lebih bervariasi
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk mengetahui apakah
ada perbedaan pencapaian prestasi belajar siswa pada pembelajaran PKn
kompetensi dasar Hak Asazi Manusia dengan menggunakan metode Jigsaw dan
metode struktural Numbered Head Together, maka peneliti merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang studi eksperimen penggunaan teknik kooperatif
metode Jigsaw dan metode struktural Numbered Head Together terhadap prestasi
belajar PKn.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasikan masalah-masalah seperti berikut:
1. Penggunaan metode dalam penyampaian materi yang digunakan oleh guru
kurang tepat dan terkesan kaku.
2. Kondisi siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pelajaran.
3. Metode yang paling sering digunakan adalah metode ceramah, sehingga
komunikasi yang terjadi hanya searah dan kurang interaksi antara guru dan
siswa.
4. Sarana dan prasarana yang kurang memadai sehingga perhatian siswa terhadap
materi menjadi kurang.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan diatas maka pembatasan masalah ini dibatasi pada masalah-masalah
yang mempunyai kaitan antara metode Jigsaw dan metode struktural Numbered
Head Together dengan prestasi belajar pada kompetensi dasar Hakekat Hak Azasi
Manusia meliputi aspek kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi tersebut di atas, maka dapat dikemukakan
rumusan masalah sebagai berikut :
Apakah ada perbedaan pencapaian hasil belajar siswa pada pembelajaran
PKn kompetensi dasar Hakekat Hak Azasi Manusia antara metode Jigsaw dengan
metode struktural Numbered Head Together?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pencapaian
hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn kompetensi dasar Hakekat Hak Azasi
Manusia antara metode Jigsaw dengan metode struktural Numbered Head
Together.
F. Manfaat Penelitian
Peneliti mengharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan suatu
manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi
perkembangan pendidikan khususnya pada Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Memberikan masukan kepada pihak sekolah pada umumnya dan guru
mata pelajaran PKn pada khususnya, mengenai pemilihan pembelajaran model
koperatif, yaitu metode Jigsaw dan metode struktural Numbered Head Together
yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7 b. Bagi Siswa
Dengan digunakannya metode Jigsaw dan metode struktural Numbered
Head Together dalam kegiatan belajar mengajar, diharapkan mampu menambah
minat belajar siswa dan semangat siswa untuk mengikuti pelajaran sehingga
prestasi belajar siswa dapat meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran sama dengan Instruction atau pengajaran.
“Pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan”
(H.J.Gino :1996:30).
Bila pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar, dengan demikian
pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar
oleh guru.
Beberapa definisi yang berhubungan dengan pembelajaran yang
dikemukakan oleh para ahli, antara lain:
1). “Pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat
siswa belajar yaitu terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar,
dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku
dalam waktu yang relative lama dank arena adanya usaha” (H.J.Gino, 1996:
33).
2). Menurut Alvin W. Howard, “pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk
mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah
atau mengembangkan ketrampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan
pengetahuan” (Slameto, 2003: 32).
3). Menurut Sardiman (2007: 14), menyebutkan bahwa “proses belajar mengajar
merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi, yaitu siswa sebagai
pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar dengan siswa
sebagai subyek pokok”.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya
perubahan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku pada diri pebelajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Menurut H.J.Gino dalam Belajar Pembelajaran (1996: 36-39), ciri-ciri
pembelajaran terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar
siswa yaitu “motivasi belajar, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar,
dan kondisi siswa yang belajar”. Hal tersebut dapat diperjelas sebagai berikut :
1). Motivasi belajar adalah sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar.
2). Bahan belajar merupakan isi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan yang
akan dicapai siswa.
3). Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat yang dapat membantu
siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar.
4). Suasana belajar adalah komunikasi dua arah antara guru dengan siswa, siswa
dengan siswa.
5). Kondisi siswa yang belajar adalah kondisi siswa dapat dipengaruhi oleh
faktor dari dalam/intern misalnya motivasi dan factor dari luar, yaitu segala
sesuatu yang di luar siswa, termasuk situasi belajar mengajar yang diciptakan
oleh guru.
Menurut Sri Anitah W dan Sumartini (2007: 216-217) menyebutkan
bahwa ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di
antaranya:
“1). Isi pelajaran.
2). Bahan pelajaran berwujud tulisan, bentuk fisik atau stimuli visual.
3). Strategi pembelajaran.
4). Perilaku guru.
5). Menstrukturkan pelajaran atau menyusun pelajaran.
6). Lingkungan belajar.
7). Pebelajar.
8). Durasi pembelajaran.
9). Lokasi pembelajaran”.
Hal tersebut dapat diperjelas sebagai berikut :
1). Isi pelajaran yaitu berkaitan dengan pengetahuan, ketrampilan, aturan,
konsep atau proses kreatif yang akan dipelajari pebelajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10 2). Bahan yaitu bahan pelajaran berwujud tulisan, bentuk fisik atau stimuli
visual yang digunakan dalam pembelajaran.
3). Strategi pembelajaran yaitu pemilihan strategi pembelajaran yang digunakan
untuk mengajar isi pembelajaran merupakan perencanaan sentral guru.
4). Perilaku guru yaitu guru melakukan sejumlah kegiatan selama proses
pembelajaran dan membantu pebelajar dalam kegiatan-kegiatan belajar.
5). Menstrukturkan pelajaran yaitu menyusun pelajaran berkaitan dengan
kegiatan yang terjadi pada suatu saat tertentu selama penyajian pelajaran dan
guru perlu merencanakan struktur pelajaran.
6). Lingkungan belajar, ketika kegiatan belajar direncanakan perlu
dipertimbangkan lingkungan belajar yang ingin diciptakan.
7). Pebelajar, dalam kegiatan pembelajaran perlu dipertimbangkan karakteristik
pebelajar tertentu yang ada di kelas, selain itu perlu dipertimbangkan
motivasi pebelajar, kebutuhan akademik, kebutuhan fisik dan psikologis.
8). Durasi pembelajaran, yaitu membuat rencana tentang waktu yang tersedia
atau dialokasikan, untuk menjamin bahwa pebelajar mempunyai kesempatan
untuk mencapai tujuan pembelajaran selama kurun waktu tertentu.
9). Lokasi pembelajaran, lokasi dapat berubah berdasarkan kebutuhan misalnya
ruang kerja tertentu (ruang komputer), tambahan referensi (perpustakaan),
atau struktur sosial yang berbeda (belajar bersama)”.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa
komponen yaitu “standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi
pokok” ( Depdiknas, 2003: 27-30).
Hal tersebut dapat diperjelas sebagai berikut:
1).Standar kompetensi adalah kompetensi yang dapat dilakukan atau
ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran
tertentu yang harus dimiliki oleh siswa, kompetensi yang harus dimiliki
oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran.
2). Kompetensi dasar adalah kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang
harus dimiliki oleh lulusan, kompetensi minimal yang harus dilakukan
atau ditampilkan oleh siswa di standar kompetensi untuk suatu pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3). Indikator adalah karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda perbuatan atau respons
yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk
menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu.
4). Materi pokok adalah bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk
menguasai kompetensi dasar.
Komponen-komponen yang terlibat dalam proses kegiatan belajar
mengajar menurut H.J. Gino (1996: 20) meliputi “siswa, guru, tujuan, isi
pelajaran, metode, media, evaluasi”. Hal tersebut dapat diperjelas sebagai berikut:
1). Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima dan
penyimpan isi materi pelajaran yang dibutuhkan intuk mencapai
tujuan.
2). Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan
belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya
yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang
efektif.
3). Tujuan adalah pernyataan tentang perubahan penilaian yang diinginkan
terjadi pada pembelajaran setelah mengikuti belajar mengajar.
Perubahan penilaian tersebut mencakup perubahan kognitif, afektif dan
psikomotorik.
4). Isi pelajaran adalah segala informasi yang berupa fakta, prinsip, dan
konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5). Metode adalah cara yang diatur untuk memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan mereka untuk
mencapai tujuan.
6). Media adalah bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang
digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka
dapat mencapai tujuan.
7). Evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu
proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen
kegiatan belajar mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi
setiap komponen kegiatan belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12 Dari pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat
siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan
belajar mengajar. Pembelajaran merupakan proses yang kompleks, untuk itu perlu
direncanakan secara matang oleh guru sebagai salah satu faktor penentu
keberhasilan dalam proses pembelajaran. Salah satu kemampuan yang harus
dimiliki guru adalah memilih metode pembelajaran yang akan dipakai yang
disesuaikan dengan materi sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang
dimiliki siswa untuk dapat mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan
optimal.
b. Pengertian Metode Pembelajaran
”Metode pembelajaran adalah cara melakukan atau menyajikan,
menguraikan, memberi contoh dan memberi pelajaran kepada siswa untuk
mencapai tujuan tertentu” (Martinis Yamin, 2006: 64).
Sedangkan menurut Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002: 84) ”metode
pembelajaran adalah strategi pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila menggunakan
metode yang tepat”. Ketepatan penggunaan metode tersebut tergantung pada isi
proses kegiatan belajar mengajar dan proses belajar mengajar.
Pemilihan metode yang kurang tepat akan menghambat keberhasilan
proses belajar mengajar. Kesalahan dalam pemilihan metode berakibat sulitnya
siswa menerima materi yang diberikan oleh guru, siswa menjadi tidak
bersemangat dalam pembelajaran sehingga hasil belajar para siswa rendah. Oleh
karena itu, guru hendaknya dapat memilih metode pembelajaran yang sesuai
dengan materinya agar tercipta interaksi yang edukatif antara guru dan siswa
sehingga menumbuhkan semangat belajar bagi siswa yang berakibat pada
meningkatnya hasil belajar siswa.
Dalam memilih metode pembelajaran, guru tidak boleh memilih dengan
sembarangan. Metode yang digunakan haruslah metode yang dapat mendorong
keaktifan serta inisiatif siswa dalam proses belajar. Menurut Slameto (2003: 35)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13 ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk memilih metode mengajar yang
tepat, yaitu:
1). Tujuan pengajaran yaitu tingkah laku yang diharapkan dapat dinampakkan siswa setelah proses belajar mengajar. Pemilihan metode pengajaran yang tepat dapat mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran.
2). Materi pelajaran yaitu bahan yang disajikan dalam pelajaran. Materi pelajaran yang berupa konsep memerlukan metode mengajar yang berbeda seperti yang dipakai untuk mengajar meteri yang berupa fakta.
3). Kemampuan siswa yaitu kemampuan siswa untuk menangkap dan mengembangkan bahan pelajaran yang disampaikan.
4). Kemampuan guru yaitu kemampuan guru dalam menggunakan berbagai metode mengajar.
5). Fasilitas yang tersedia yaitu bahan atau alat bantu atau fasilitas lain yang digunakan untuk meningkatkan efektifitas pengajaran.
6). Waktu yang tersedia yaitu jumlah waktu yang direncanakan atau dialokasikan untuk menyajikan bahan pengajaran guna mencapai tujuan pengajaran yang ditentukan.
Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahanya
sendiri-sendiri, jadi sebuah metode pembelajaran belum tentu cocok bila
diterapkan untuk materi tertentu. Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama
pada umumnya masih menggunakan metode pembelajaran klasikal ( ceramah) dan
kenyataanya sering dijumpai masih rendahnya hasil belajar siswa di sekolah.
Untuk mengatasi hal tersebut salah satunya diperlukan inovasi dalam hal metode
pembelajaran. Untuk memperoleh hasil yang maksimal maka seorang guru harus
bisa untuk memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dalam
proses belajar mengajar dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai, materi yang akan disampaikan, situasi kelas serta disesuaikan dengan
fasilitas yang tersedia.
c. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Priyanto dalam Made Wena (2009: 189) “pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki
aturan-aturan tertentu“. Prinsip dasar pembelajaran koperatif adalah siswa
membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14 tujuan bersama. Dalam pembelajarn kooperatif siswa pandai mengajari siswa
yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar
dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan
memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah
menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif
agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.
“Dalam proses pembelajaran kooperatif siswa dibagi secara berkelompok.
Dalam setiap pengelompokan tersebut harus memperhatikan keheterogenan baik
secara kemampuan ataupun jenis kelamin dari siswa. Sehingga akan tercipta
dinamika dalam kegiatan belajar mengajar karena dalam kelompok-kelompok
tersebut mempunyai kemampuan yang sama, tidak ada yang kuat dan tidak ada
yang lemah“ (Mulyani Sumantri, 2001: 127-128).
Jadi, pembelajaran kooperatif berarti belajar bersama, saling membantu pembelajaran agar setiap anggota baik. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dikelompokkan secara variatif (beraneka ragam) berdasarkan prestasi siswa mereka sebelumnya, kesukaan/kebiasaan, dan jenis kelamin (Slavin: 2008: 3).
Selanjutnya Slavin (2008: 3) menjelaskan “belajar kooperatif mempunyai
kelebihan yang tidak ditemukan dalam kegiatan individual seperti interaksi sosial,
pertanggungjawaban individu dan kerja sama dengan kelompok“. Dalam kegiatan
belajar individual cenderung mementingkan pribadi dan tidak memperhatikan
lingkungan sekitarnya.
Menurut Made Wena dalam Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer
(2009: 190) ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam
pembelajaran kooperatif yaitu :
1). saling ketergantungan positif (positive interdepence) 2). interaksi tatap muka (face to face interaction) 3). akuntabilitas individual (individual accountability) 4). ketrampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau
ketrampilan sosial yang secara sengaja diajarkan(use of collarative/social skill)
Dalam teori pembelajaran konstruktivisme, strategi pokok yang diperlukan
adalah pembelajaran bermakna (meaningful learning). Agar suatu informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15 pengetahuan dapat dipahami, maka harus bermakna secara potensial. Dalam
meaningful learning, setiap unsur materi ajar harus diolah dan
diinterpresentasikan sedemikian rupa sehingga masuk akal (make senses) dan
bermakna (meaningful) bagi siswa. Dengan pendekatan pembelajaran ini,
pengetahuan dapat diterima dan tersimpan lebih baik karena masuk otak melalui
proses masuk akal.
“Teori konstruktivisme mengharuskan siswa untuk secara aktif
mengkonstruksikan makna dari setiap pengetahuan yang dipelajari dan dari
pengalaman yang di dapat selama siswa melakukan kegiatan belajar mengajar
sehingga pengetahuan yang didapat siswa menjadi berkembang“ (Sardiman, 2003:
37-38).
Pandangan konstruktivisme menyatakan bahwa peserta didik diberi
kesempatan agar menggunakan suatu strategi sendiri dalam belajar secara sendiri
dan pendidikan dalam hal ini membimbing peserta didik ke tingkat pengetahuan
yang mengarah lebih tinggi. Oleh karena itu, agar peserta didik benar-benar
memahami mereka harus bekerja keras untuk memecahkan masalah dan kesulitan
yang ada dengan ide-ide dan kemampuannya.
Ide pokok pada teori konstruktivisme adalah peserta didik secara aktif
membagi pengetahuan mereka sendiri. Pendekatan dalam pembelajaran
konstruktivisme dapat menggunakan pembelajaran secara kooperatif ekstensif.
Menurut teori ini peserta didik akan lebih mudah menanamkan dan mengerti akan
konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat membicarakan dan mendiskusikan
masalah tersebut dengan temannya.
Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok yang terdiri sekitar 4 orang untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah dalam hal ini penekanannya pada aspek sosial dalam pembelajaran dan penggunaan kelompok yang sederajat untuk menghasilkan pemikiran. Pada sistem pengajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan temannya dalam tugas-tugas terstruktur dan inilah yang disebut pengajaran gotong royong atau cooperative learning (Slavin, 2008: 2).
Dalam pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Model pembelajaran kooperatif lebih unggul dari pembelajaran biasa karena para siswa banyak melakukan variasi kegiatan dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Melalui berbagai variasi kegiatan belajar tersebut mereka melakukan pengulangan, perluasan, pendalaman dan penguatan terhadap penguasaan materi pengetahuan yang dipelajari, sedang dalam pembelajaran biasa yang bersifat ekspositori, siswa hanya mengalami atau melakukan satu atau dua kegiatan belajar saja, sehingga tidak atau kurang terjadi pengulangan, perluasan, pendalaman dan penguatan penguasaan (Erlina Syaodih dalam http://educare.e_fkipunla.net 2010).
Model pembelajaran kooperatif disamping memiliki keunggulan, dalam
penerapannya terdapat beberapa hambatan sebagai berikut:
1). karena belum biasa guru tidak langsung dapat melaksanakan model pembelajaran kooperatif secara efektif, mereka membutuhkan penyesuaian atau latihan dalam pertemuan pertama.
2). karena belum biasa para siswa juga membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan kegiatan yang baru. Guru dituntut untuk lebih meningkatkan disiplin belajar terutama kebiasaan siswa berbicara dan bekerja lebih efisien.
3). kegiatan-kegiatan kelompok yang mengaktifkan siswa membutuhkan waktu belajar yang relatif lebih lama. Masalah ini dapat diatasi dengan meningkatkan efisiensi penggunaan waktu, penentuan target sasaran dan waktu untuk setiap kegiatan, pengawasan dan perintah untuk segera mengakhiri sesuatu kegiatan dan berpindah ke kegiatan lainnya.
4). kelengkapan media dan sumber. Masalah ini merupakan masalah umum yang dihadapi oleh sekolah, dapat diatasi dengan meningkatkan kerjasama dengan unsur pimpinan dan komite sekolah, dan peningkatan upaya guru mengembangkan sendiri media dan sumber belajars.
(Erlina Syaodih dalam http://educare.e_fkipunla.net 2010). Keberhasilan dari proses belajar kooperatif adalah karena ada 5 prinsip,
yaitu:
1) Adanya sumbangan dari ketua kelompok
Tugas dari seorang ketua kelompok adalah memberikan sumbangan
pengetahuannya untuk anggota kelompoknya, karena ketua kelompoknya adalah
seseorang yang dinilai berkemampuan lebih dibandingkan dengan anggota yang
lainnya. Dalam hal ini anggota kelompok diharapkan dapat memperhatikan,
mempelajari informasi/penjelasan yang diberikan oleh ketua kelompok jika ada
anggota kelompok yang merasa belum jelas, walaupun tugas ini bisa dilakukan
oleh anggota yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17 2) Keheterogenan kelompok
Kelompok belajar yang efektif adalah yang mempunyai anggota kelompok
yang heterogen, baik dalam hal jenis kelamin, latar belakang sosial, ataupun
tingkat kecerdasan.
3) Ketergantungan pribadi yang positif
Setiap anggota kelompok belajar untuk berkembang dan bekerja satu sama
lain. Ketergantungan pribadi ini dapat memberikan motivasi bagi setiap individu
karena pada awalnya mereka harus bisa membangun pengetahuannya sendiri
terlebih dahulu sebelum bekerja sama dengan temannya.
4) Ketrampilan bekerja sama
Dalam proses bekerja sama perlu adanya ketrampilan khusus sehingga
kelompok tersebut dapat berhasil membawa nama kelompoknya. Proses yang
dibutuhkan di sini adalah adanya komunikasi yang baik antar anggota kelompok.
5) Otonomi kelompok
Setiap kelompok mempunyai tujuan agar bisa membawa nama
kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. Jika mereka mengalami kesulitan
dalam pemecahan masalah setelah melampaui tahap kegiatan kelompok maka
mereka akan bertanya kepada gurunya bukan kepada kelompok lain.
Dalam model mengajar kooperatif diharapkan siswa bekerja sama satu
sama lainnya berdiskusi dan berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan
mengisi kekurangan anggota lainnya. Bila diorganisasikan dengan tepat, siswa
dapat bekeja sama dengan yang lainnya untuk memastikan bahwa setiap siswa
dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep yang telah diajarkan. Hal ini
akan menumbuhkan realisasi bahwa siswa membutuhkan belajar dan berpikir
untuk memecahkan masalah dan mengaplikasikan pengetahuan dan
ketrampilannya.
Menurut Richard I. Arends (1997:326) pembelajaran model kooperatif
mempunyai empat variasi, yaitu “ STAD, Jigsaw, Group Investigation (GI),
Structural Approach”. Adapun penjelasan sebagai berikut:
1) STAD (Student Teams Achievement Divisions)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Dalam penerapan STAD, guru menyajikan pelajaran kemudian siswa
bekerja dalam kelompok untuk memastikan anggota kelompok telah
menguasai materi pelajaran. Akhirnya, seluruh siswa diberi ulangan atau
kuis dengan materi yang sama. Pada saat ulangan atau kuis ini siswa tidak
dapat saling membantu, dan nilai kuis ini dipakai untuk menentukan skor
individu maupun kelompok.
2) Jigsaw
Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok kecil dengan
menggunakan kelompok asal dan kelompok ahli. Setiap kelompok asal
diberi tugas untuk mempelajari bagian tertentu yang berbeda dengan
materi yang diberikan. Kemudian setiap siswa yang mempelajari topik
yang sama saling bertemu dan membentuk kelompok ahli untuk bertukar
pendapat dan informasi. Setelah itu siswa kembali ke kelompok asal
untuk menyampaikan informasi yang diperoleh. Akhirnya setiap siswa
diberi kuis secara individu. Penilaian dan penghargaan yang digunakan
pada Jigsaw sama dengan STAD.
3) Group Investigation (GI)
Group Investigation (GI) mengarahkan kepada siswa untuk saling
bekerjasama dalam kelompok kecil untuk menyelidiki topik tertentu yang
dipilih. Setiap kelompok membuat rencana kegiatan pembelajaran dan
kemudian melaksanakannya. Akhirnya setiap kelompok
mempresentasikan hasilnya.
4) Structural Approach (Pendekatan Struktural)
Langkah pertama yaitu guru menyajikan materi pelajaran, kemudian setiap
kelompok mengerjakan lembar kerja siswa, saling mengajukan pertanyaan
dan belajar bersama dalam kelompok. Pendekatan ini menghendaki siswa
saling bekerjasama saling membantu dalam kelompok kecil. Terdapat dua
tipe yang dikembangkan dari pendekatan struktural ini, yaitu:
a) Think-Pair-Share, pendekatan ini bertujuan memberi siswa lebih
banyak waktu untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
sama lain. Pendekatan ini mempunyai tiga tahapan, yaitu berpikir
(Thinking), berpasangan (Pairing), dan berbagi (Sharing).
b) Number-Head-Together, pendekatan ini bertujuan mengecek
pemahaman siswa terhadap isi pelajaran. Pendekatan ini terdiri dari
empat langkah utama, yaitu: penomoran, mengajukan pertanyaan,
berpikir bersama, dan menjawab.
Selain dua tipe di atas menurut Anita Lie (2010: 60-63) terdapat beberapa
tipe lain yaitu “kepala bernomor terstruktur, dua tinggal dua tamu dan kancing
gemerincing”.
Salah satu hal yang ditekankan dalam pembelajaran kooperatif adalah
kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen.
Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena
pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka
siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah
dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan
kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah terbantu dalam
memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.
d. Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw
Salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang efektif adalah Jigsaw.
Robert E. Slavin mengatakan bahwa “Metode pengajaran Jigsaw dikembangkan
oleh Elliot Aronso dan rekan-rekannya” (2008: 236).
Dalam model pembelajaran kooperatif metode Jigsaw, siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan,
bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari
masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok yang lain.
Menurut Doantara Yasa tentang keunggulan kooperatif tipe Jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (http://ipotes.wordpres.com: 2008). “Metode ini paling sesuai untuk subyek – subyek seperti pelajaran ilmu
sosial, literatur, sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang-bidang
lainnya yang tujuan pembelajarannya lebih kepada penguasaan konsep daripada
penguasaan kemampuan” (Slavin: 2008: 237).
Menurut Priyanto dalam Made Wena, (2009: 194-195) dalam
penerapannya pembelajaran kooperatif metode Jigsaw ada beberapa langkah yang
harus dilakukan, yaitu sebagai berikut :
“1). Pembentukan kelompok asal
2). Pembelajaran pada kelompok asal
3). Pembentukan kelompok ahli
4). Diskusi kelompok ahli
5). Diskusi kelompok asal (induk)
6). Diskusi kelas
7). Pemberian kuis
8). Pemberian penghargaan kelompok”
Selain dari pendapat di atas, menurut Anita Lie (2010: 69-70) langkah-
langkah penerapan pembelajaran metode Jigsaw :
“1). Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi 4 bagian.
2). Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan
mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu.
3). Siswa dibagi dalam kelompok berempat.
4). Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan
siswa yang kedua mendapatkan bagian yang kedua, begitu seterusnya.
5). Siswa disuruh membaca atau mengerjakan bagian masing-masing.
6). Setelah selesai siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca atau
dikerjakan masing-masing.
7). Khusus untuk kegitan membaca, kemudian pengajar membagikan bagia
cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21 8). Kegiatan ini diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran
tersebut”.
Tujuan penggunaan metode Jigsaw :
1). menyajikan metode alternatif selain metode ceramah.
2). mengkaji kebergantungan positif dalam menyampaikan dan menerima
diantara anggota kelompok untuk mendorong kedewasaan berpikir.
3). menyediakan kesempatan berlatih bicara dan mendengar untuk melatih
kognisi siswa dalam menyampaikan informasi.
Selama pelaksaan metode Jigsaw guru memantau kerja kelompok-
kelompok kecil untuk mengetahui bahwa kegiatan yang berlangsung dengan
lancar. Dalam metode ini guru juga tidak banyak menjelaskan materi kepada
siswa. Guru hanya perlu menyiapkan garis besar materi dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan yang akan menjadi petunjuk atau kerangka diskusi bagi kelompok ahli
agar diskusi dapat terfokus. Disamping itu, guru berperan sebagai fasilitator dan
mediator dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.
Kelebihan metode Jigsaw :
1). memacu siswa untuk berpikir kritis.
2). memacu siswa untuk membuat kata-kata yang tepat agar dapat menjelaskan
kepada teman lain, ini akan membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan verbal dan sosialnya.
3). diskusi yang terjadi tidak didominasi oleh siswa tertentu, tetapi semua siswa
dituntut untuk menjadi aktif.
Kekurangan metode Jigsaw:
1). kegiatan belajar mengajarnya membutuhkan lebih banyak waktu
dibandingkan metode ceramah.
2). bagi guru, metode ini membutuhkan konsentrasi dan tenaga yang lebih ekstra,
karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda-beda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22 e. Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered Head Together
Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dalam Anita Lie (2010:56)
“dengan melibatkan para siswa dalam melihat kembali bahan yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka
mengenai isi pelajran tersebut”. Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada
seluruh kelas, guru menggunakan struktur 4 langkah, yaitu:
“1). Penomoran (Numbering)
2). Pengajuan Pertanyaan (Question)
3). Berpikir Bersama (Head Together)
4). Pemberian Jawaban (Answering)”
(Richard I. Arends,1997: 123-124).
Hal tersebut dapat diperjelas sebagai berikut :
1). Penomoran, Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim
yang yang beranggotakan 4-5 orang dan member mereka nomor sehingga
setiap siswa dalam tim memiliki nomor yang berbeda.
2). Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi,
dari yang bersifat hingga yang bersifat umum.
3). Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa
tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
4). Guru menyebut satu nomor siswa dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas
Anita Lie dalam bukunya Cooperatif Learning (2010:60) menuliskan
langkah-langkah penerapan metode struktural Numbered Head Together sebagai
berikut :
1). Siswa dibagi dalam setiap kelompok. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
2). Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3). Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
4). Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Kelebihan dan kelemahan metode struktural Numbered Head Together
adalah sebagai berikut :
Kelebihan metode struktural Numbered Head Together adalah:
1) Setiap siswa menjadi siap semua.
2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
4) Adanya interaksi antar siswa dalam proses belajar mengajar melalui kegiatan
diskusi dapat meningkatkan ketrampilan sosial siswa.
Kelemahan metode struktural Numbered Head Together adalah:
1) Pembelajaran metode struktural Numbered Head Together belum banyak
diterapkan di sekolah-sekolah sehingga memerlukan kemampuan dan
ketrampilan dalam pelaksanaannya.
2). Siswa yang lebih pandai cenderung akan mendominasi kelas sehingga siswa
yang kurang pandai akan merasa minder dan pasif.
3). Dikhawatirkan siswa hanya menyalin pekerjaan siswa lain sehingga kegiatan
diskusi tidak berjalan lancar.
4). Pengelompokan siswa akan membutuhkan waktu
5). Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
6). Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Dalam metode struktural Numbered Head Together interaksi antar siswa
diperlukan untuk meyakinkan bahwa setiap orang dalam kelompok itu
mengetahui jawabannya. Pembelajaran serta kerja sama dengan struktur
menawarkan saling tergantung yang bersifat positif antara lain
pertanggungjawaban individu dan kelompok.
2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
”Belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan” (Mulyani Sumantri, 2001 : 13).
Menurut pendapat Morgan dalam Mulyani Sumantri (2001:13), belajar merupakan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman, yang di dalamnya memuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dua unsur penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah perubahan tingkah laku, dan kedua perubahan yang terjadi adalah terjadi karena latihan atau pengalaman. Beberapa definisi belajar dari para ahli antara lain :
1). Menurut Howard Kingsley, belajar diartikan sebagai proses tingkah laku
dalam arti luas yang diubah melalui praktek atau latihan, “Learning is a
process which behavior (in the broader sense)is originated or changed
through practice or training” (H.J.Gino, 1996: 6).
2). Sedangkan Winkel dalam bukunya Psikologi Pengajaran menyatakan bahwa
”belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan
pemahaman, ketrampilan dan sikap. Perubahan itu bersikap konstan dan
berbekas” (H.J. Gino, 1996: 6).
Dari definisi tersebut di atas dapat ditentukan pengertian belajar adalah
suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, ketrampilan dan
tingkah laku, perubahan itu terjadi karena usaha sadar yang dilakukan individu
yang sedang belajar.
b. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “prestatie” yang “berarti hasil
usaha” (Peter Salim dan Yenny Salim, 1991:190). Dalam hal penelitian ini
prestasi merupakan hasil belajar. Hasil belajar merupakan hal yang penting dalam
proses belajar mengajar, karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang telah
dilaksanakan. Dengan demikian jika pencapaian hasil belajar siswa itu tinggi,
dapat dikatakan proses belajarnya berhasil.
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah melakukan suatu
usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Usaha tersebut dipengaruhi oleh kondisi
dan situasi tertentu, yaitu pendidikan dan latihan dalam suatu jenjang pendidikan.
Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan tes atau evaluasi. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25 melakukan evaluasi alat evaluasi yang obyektif, menyeluruh dan
berkesinambungan.
Adapun fungsi dari prestasi belajar adalah sebagai :
1) Indikator kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.
2) Lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3) Bahan informasi dalam inovasi pendidikan, karena prestasi belajar dapat
dijadikan sebagai pendorong bagi siswa dalam peningkatan kualitas mutu
pendidikan.
4) Indikator intern dan ekstern dari suatu instansi pendidikan, karena prestasi
belajar dapat dijadikan sebagai tingkat produktivitas dan sebagai kesuksesan
siswa.
5) Mengetahui daya serap siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang
diprogramkan kurikulum.
Menurut Taksonomi Bloom dalam Richard I Arends (2008: 117)
yaitu,”ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor”. Hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif
a) Remember (mengingat), menurut para kreator taksonomi, berarti
mengambil informasi yang relevan dari ingatan jangka panjang.
b) Understand (memahami), berarti mengkonstruksikan makna dari berbagai
pesan instruksional.
c) Apply (menerapkan), berarti melaksanakan atau menggunakan suatu
prosedur.
d) Analize (menganalisis), bearti menguraikan materi menjadi bagian-bagian
konstituen dan menentukan bagaimana hubungan bagian yang satu dengan
bagian yang lainnya.
e) Evaluated (mengevaluasi) termasuk proses kognitif checking (memeriksa)
dan critiquing (mengkritik) dan berhubungan dengan kemampuan
membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
f) Created (menciptakan) bearti membuat judgment berdasarkan kriteria dan
menyatukan berbagai elemen untuk membentuk sebuah pola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26 2) Ranah Afektif
a) Receiving (menerima), siswa menyadari atau memperhatikan sesuatu di
lingkungan.
b) Responden (merespon), siswa memperlihatkan perilaku baru tertentu
sebagai hasil pengalaman dan respon terhadap pengalaman.
c) Valuing (menghargai), siswa memperhatikan keterlibatan mutlak atau
komitmen terhadap pengalaman tertentu.
d) Organization (organisasi), siswa telah mengintegrasikan sebuah nilai baru
ke dalam nilai-nilai umumnya dan memberinya tempat yang layak dalam
sistem prioritas.
e) Characterization by value (karakterisasi menurut nilai), siswa bertindak
secara konsisten menurut nilainya dan memiliki komitmen yang kuat
terhadap pengalaman itu.
3) Ranah Psikomotor
a) Gerakan reflek, tindakan siswa dapat terjadi di luar kehendak sebagai
respons terhadap stimulus tertentu.
b) Gerakan fundamental dasar, siswa memiliki pola gerakan bawaan yang
terbentuk dari kombinasi berbagai gerakan refleks.
c) Kemampuan perseptual, siswa dapat menstranslasikan stimuli yang
diterima melalui indera menjadi gerakan yang tepat seperti yang
diinginkan.
d) Gerakan yang terampil, siswa telah mengembangkan gerakan-gerakan
yang lebih kompleks yang membutuhkan derajat efisiensi tertentu.
e) Komunikasi nondiskursif, siswa memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi melalui gerakan tubuh.
c. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaan (PKn)
1) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006, dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
sebagai mata pelajaran diganti dengan nama mata pelajaran Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27 Kewarganegaraan (PKn). Berdasar Permendiknas No 22 tahun 2006 tersebut,
Pendidikan Kewarganegaraan diartikan sebagai mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945.
Menurut Muhammad Numan Somantri (1976:54) Pendidikan
Kewarganegaraan yang cocok dengan Indonesia sebagai berikut:
Pendidikan Kewargaan Negara adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik, yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, positive influence pendidikan sekolah, masyarakat, orang tua, yang kesemuanya itu diproses untuk melatih pelajar-pelajar berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis, dengan berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
Menurut Syahrial Syarbaini, dkk (2006: 4) Pendidikan kewarganegaraan
merupakan : Suatu bidang kajian yang mempunyai obyek telaah kebajikan dan budaya kewarganegaraan, dengan menggunakan disiplin ilmu pendidikan dan politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin ilmu lain yang relevan yang secara koheren diorganisasikan dalam bentuk program kurikuler kewarganegaraan aktivitas-aktivitas sosial-kultural, dan kajian ilmiah kewarganegaraan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang di dalamnya terdapat
berbagai aspek meliputi hak dan kewajiban warga negara, bidang politik dan
budaya kewarganegaraan dengan menggunakan disiplin ilmu pendidikan dan ilmu
politik yang relevan dalam aktivitas sosial kultural. Menurut Udin S. Winatapura
dalam Winarno (http://winarno.staff.fkip.uns.ac.id/files/, 2009):
pendidikan kewarganegaraan atau citizenship education sudah menjadi bagian inheren dari instrumentasi serta praksis pendidikan nasional Indonesia dalam lima status, yaitu : a). sebagai mata pelajaran di sekolah. b). sebagai mata kuliah di perguruan tinggi. c). sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial
dalam kerangka program pendidikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
d). sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Penataran P4) atau sejenisnya yang pernah dikelola oleh Pemerintah sebagai suatu crash program.
e). sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok pakar terkait, yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai pendidikan kewarganegaraan dalam status pertama, kedua, ketiga, dan keempat.
Berdasar pendapat di atas maka peneliti akan fokus pada status pertama
yaitu pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran di sekolah.
2) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Pelajaran di Sekolah
Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-
hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
(Permendiknas No 22 tahun 2006 ).
Menurut Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional (http:// www.puskur.net/ download/ prod2007)
“Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran wajib pada semua
satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran di sekolah mempunyai tujuan, visi dan
misi, serta ruang lingkup. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran
Tujuan Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah adalah mengembangkan kompetensi sebagai berikut:
(1) Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; (2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertibdak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi; (3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Anonim, 2009: 21)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29 b) Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan
Visi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga negara. Adapun misi dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah membentuk warga Negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan UUD 1945. (Badan Standar Nasional Pendidikan dalam Andri, www.google.gurubelajarnulis.kompetensi PKn, 2010).
c) Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran
Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 (2006:21) tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek yaitu : “(1) Persatuan dan Kesatuan, (2)
Norma, Hukum dan Peraturan, (3) Hak Asasi Manusia, (4) Kebutuhan Warga
Negara, (5) Konstitusi Negara, (6) Kekuasaan dan Politik, (7) Globalisasi”.
Hal tersebut dapat diperjelas sebagai berikut :
(1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,
Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara,
Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan
dan jaminan keadilan.
(2) Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,
Tata terrtib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-
peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan
internasional.
(3) Hak Asasi Manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional
HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
(4) Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,
Persamaan kedudukan warga negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
(5) Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
Hubungan dasar negara dengan konstitusi.
(6) Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan
sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat
madani, Sitem pemerintahan, Pers dalam masyrakat demokrasi.
(7) Pancasila, meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, Proses perumusan pancasila senagai dasar negara,
Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai
ideologi terbuka.
(8) Globalisasi, meliputi: Globalisasi dilingkungannya, Politik luar negeri,
Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional
dan organisasi internasional, dan Menguasai globalisasi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran di sekolah adalah suatu pendidikan yang
memuat berbagai aspek seperti persatuan dan kesatuan bangsa, norma hukum dan
peraturan, HAM, kebutuhan warga negara, konstitusi negara, kekuasaan dan
politik, pancasila dan globalisasi yang diajarkan kepada siswa untuk
mempersiapkan siswa secara dini agar menjadi warga negara yang kritis, cerdas,
dan aktif setelah dewasa nanti serta memiliki karakteristik yang baik sesuai
dengan pancasila dan UUD 1945. Menurut Udin S. Winataputra dalam
(http://sps/edu/prodipknupi.id ,2007) karakteristik warga negara yang baik adalah
sebagai berikut:
1). Manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2). Mencintai sesama manusia, keluarga, masyarakat, bangsa, dan tanah
airnya. 3). Menghormati sesama warga negara. 4). Dapat hidup bersama dalam masyarakat majemuk. 5). Toleransi keagamaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan sangat perlu untuk diajarkan disetiap sekolah, mulai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31 dari sekolah dasar sampai pada sekolah menengah karena melalui Pendidikan
Kewarganegaraan peserta didik dapat belajar untuk menjadi warga negara yang
kritis, cerdas dan aktif sehingga setelah dewasa akan memiliki karakteristik yang
baik sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
3) Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaan (PKn)
Pengertian prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan adalah
penguasaan pengetahuan tentang materi pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang
diajarkan oleh guru PKn kepada para siswa yang ditunjukkan dengan nilai.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi
belajar.
Menurut Saifudin Azwar dalam Sunarto (http://sunartombs.wordpres.com
,2009), “tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk
mengungkap performasi maksimal subjek dalam menguasai bahan-bahan atau
materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar
dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat diketahui
setelah siswa mengikuti tes mata pelajaran PKn yang diadakan di sekolah.
Tes yang digunakaan peneliti dalam mengukur hasil belajar Pendidikan
Kewarganegaraan didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi
Pendidikan Kewarganegaraan yang sudah ada dalam silabus dan dijabarkan pada
rencana pelaksanaan pembelajaran kelas VII di semester genap, yaitu sebagai
berikut :
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakan Hak Azasi Manusia (HAM).
1.1 Menguraikan hakikat, hukum dan kelembagaan HAM
1.2 Mendeskripsikan kasus pelanggaran dan upaya penegakan HAM
1.3 Menghargai upaya perlindungan HAM 1.4 Menghargai upaya penegakan HAM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32 Setelah mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar Pendidikan
Kewarganegaraan, maka selanjutkan akan nampak apa yang menjadi indikator
dari hasil belajar Pendidikan Kewarganegaran. Indikator yang dimaksud yaitu:
a) Menjelaskan pengertian HAM.
b) Menyebutkan dasar hukum penegakan HAM di Indonesia.
c) Menyebutkan lembaga-lembaga perlindungan HAM.
d) Menjelaskan latar belakang lahirnya perundang-undangan HAM
nasional.
e) Menyebutkan contoh-contoh kasus pelanggaran HAM di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
f) Mengemukakan cara-cara penanganan pelanggaran HAM.
g) Menguraikan peranan lembaga perlindungan HAM.
h) Menyebutkan pasal-pasal dalam UUD 1945 hasil perubahan yang
berkaitan dengan HAM.
i) Menunjukkan sikap positif terhadap upaya penegakan HAM di
wilayahnya.
j) Menampilkan sikap positif terhadap upaya penegakkan dan
perlindungan HAM di wilayahnya.
B. Penelitian Yang Relevan
Di dalam penelitian ini juga dicantumkan pendapat dari peneliti lain yang
hasil penelitiannya relevan dengan penelitian ini. Hal ini peneliti lakukan guna
mendukung penelitian yang telah peneliti lakukan. Diantaranya adalah:
1) Bahriyatul Azizah (2006) “Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw dan Metode Konvensional Pokok Bahasan Jurnal Khusus Sebagai
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas II MAN Suruh”.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata hasil pre test kelompok
eksperimen sebesar 4,23 dan kelompok kontrol sebesar 4,11. Hasil uji t
diperoleh diperoleh thitung = 0,595 < ttabel = 1.99. Hal ini berarti bahwa antara
kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai kemampuan awal yang relatif
sama dalam memahami materi pokok bahasan jurnal khusus sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
mengikuti pembelajaran. Rata-rata hasil post test kelompok eksperimen
sebesar 6,84 dan kelompok kontrol sebesar 6,04. hasil uji t data post test
diperoleh thitung = 4,639 > ttabel = 1,99. Hal ini berarti ada perbedaan hasil
belajar akuntansi pokok bahasan jurnal khusus antara metode kooperatif tipe
Jigsaw dengan pembelajaran konfensional. Rata-rata hasil belajar kelompok
eksperimen yang lebih tinggi menunjukkan pembelajaran dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dibandingkan pembelajaran
konvensional.
2) Hidayah Puput Saputri (2009) “Eksperimen Pembelajaran Kooperatif Melalui
Pendekatan Struktural Numbered Heads Together Ditinjau Dari Aktivitas
Belajar Siswa”. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode pembelajaran kooperatif melalui pendekatan struktural
Numbered Heads Together menghasilkan prestasi belajar matematika yang
lebih baik daripada penggunaan metode pembelajaran konvensional pada sub
pokok bahasan Fungsi (Fa = 6,4885 > 3,9760 = Ftabel), aktivitas belajar
matematika yang lebih tinggi tidak menghasilkan prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada aktivitas belajar yang lebih rendah dalam sub pokok
bahasan Fungsi (Fb = 2,2797 < 3,1260 = Ftabel), tidak terdapat interaksi yang
signifikan antara metode pembelajaran dengan aktivitas belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan Fungsi (Fab = 1,7362 <
3,1260 = Ftabel).
Beberapa penelitian tersebut menyatakan bahwa metode Jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Ekonomi pokok bahasan
Jurnal Khusus. Metode struktural Numbered Head Together juga lebih baik
dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelajaran Matematika
pada sub pokok bahasan Fungsi. Sehingga metode Jigsaw dan metode
struktural Numbered Head Together dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, landasan teori
dan dari penelitian yang relevan dapat dikemukakan kerangka berpikir sebagai
berikut:
Pencapaian tujuan pembelajaran merupakan harapan bagi semua guru,
dan sebagai tolak ukurnya adalah prestasi belajar siswa. Dalam proses belajar
mengajar guru diharapkan mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh
siswa untuk dapat digunakan dalam belajar. Fungsi fasilitator akan berhasil jika
dalam merancang proses belajar mengajar dilakukan berdasarkan langkah-langkah
yang sistematis dan baik yang memungkinkan terjadinya penyempurnaan terhadap
tujuan, bahan, ataupun strategi belajar mengajar melalui proses umpan balik yang
diperoleh dari hasil evaluasi. Metode mengajar adalah sebuah teknik yang
digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat proses
belajar mengajar. Untuk mencapai proses belajar yang ideal, hendaknya
digunakan variasi dalam menggunakan metode pembelajaran. Melalui
pembelajaran metode Jigsaw dan metode struktural Numbered Head Together
diharapkan dapat memberikan cara dan suasana baru yang menarik dalam
pengajaran khususnya pada mata pelajaran PKn.
Namun pada prakteknya guru-guru masih enggan untuk meninggalkan
metode konvensional dimana pelajaran hanya terpusat pada guru. Metode
konvensional memang mudah untuk digunakan, tetapi hendaknya perlu
diperhatikan bahwa tidak semua materi pelajaran akan sesuai bila diterapkan
metode ini. Penerapan metode konvensional dalam pembelajaran PKn kurang
dapat menumbuhkan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar. Rendahnya
keaktifan siswa tersebut akan mempengaruhi prestasi belajar siswa, bahwa apabila
keaktifan siswa rendah maka prestasi belajar siswa pun rendah.
Model pembelajaran kooperatif dipandang cocok untuk membuat siswa
ikut aktif dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif
bermacam-macam, pada penelitian ini dipilih metode Jigsaw dan metode
struktural Numbered Head Together karena kedua metode ini menawarkan suatu
inovasi pembelajaran yang akan menghasilkan individu-individu selain menguasai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35 materi juga mempunyai bekal kemampuan bekerja sama. Pada metode Jigsaw
satu orang siswa menyiapkan jawaban untuk masing-masing anggota
kelompoknya sedangkan dalam metode struktural Numbered Head Together satu
orang siswa yang ditunjuk menyiapkan jawabannya untuk satu kelas jadi tidak
hanya untuk kelompoknya saja. Berbekal kemampuan bekerja sama ini para
peserta didik siap menghadapi tantangan jaman yang membutuhkan sikap saling
kerja sama dan mampu bersaing secara sehat.
Untuk memperjelas hubungan metode pembelajaran dengan prestasi
belajar siswa ditunjukkan dengan ilustrasi kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir tersebut dapat diambil
hipotesis sebagai berikut :
“Adanya perbedaan prestasi belajar PKn pada kompetensi dasar Hak Asazi
Manusia antara model pembelajaran kooperatif metode Jigsaw dengan metode
struktural Numbered Head Together pada siswa kelas VII SMP Negeri 2
Wuryantoro tahun pelajaran 2009/2010”.
Kelas eksperimen 1
Keadaan awal
Kelas eksperimen 2
Metode Jigsaw
Metode struktural
Numbered Head
Together
Tes materi
Prestasi belajar PKn
Tes materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Wuryantoro, yang terletak di
desa Genukharjo, Wuryantoro, Wonogiri Kode Pos 57661. Pada kelas VII
semester 2 tahun pelajaran 2009/2010.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-
tahap pelaksanaannya sebagai berikut :
Tabel 1. Jadwal Penyusunan Kegiatan Penelitian
No
Kegiatan 2010 2011 Feb Mar-
Mei Jun Jul Ags Sep Okt-
Des Jan Feb
1.
Pengajuan Judul
2.
Penyusunan Proposal
3.
Ijin Penelitian
4.
Uji Coba Instrumen
5.
Pengumpulan Data
6.
Analisis Data
7.
Penyusunan Laporan
B. Metode Penelitian
Pada awal kegiatan penelitian diberi perlakuan dengan menggunakan
metode Jigsaw untuk kelas eksperimen 1 sedangkan kelas eksperimen 2
menggunakan metode struktural Numbered Head Together. Pada akhir penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
siswa dikenakan tes akhir (postest). Desain penelitian yang digunakan adalah one
shot case study. Dalam tabel bisa digambarkan sebagai berikut :
Tabel 2. Bagan desain penelitian one shot case study
Kelompok Perlakuan Postest
Kelas Eksperimen 1
Kelas Eksperimen 2
X1
X2
T2
T2
Keterangan :
X1 = perlakuan dengan metode Jigsaw
X2 = perlakuan dengan metode Numbered Head Together
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rancangan ini adalah :
1. Memberikan perlakuan X1 berupa penggunaan metode Jigsaw pada kelompok
eksperimen 1 dan perlakuan X2 berupa penggunaan metode Numbered Head
Together pada kelompok eksperimen 2.
2. Memberikan postest T2 pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2 untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif setelah diberi
perlakuan X1 dan X2.
3. Membandingkan rata-rata kemampuan kognitif pada kelompok eksperimen 1
dan eksperimen 2 untuk menentukan perbedaan yang timbul setelah diberi
perlakuan X1 dan X2.
4. Menerapkan uji statistik yang sesuai untuk menentukan apakah perbedaan
tersebut signifikan, yaitu dengan uji-t dua pihak.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 2 Wuryantoro tahun
ajaran 2009/2010 yang terdiri dari lima kelas yaitu VIIA, VIIB, VIIC, VIID, VIIE
dan rata-rata jumlah siswa pada tiap kelas sebanyak 40 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dipilih dua kelas satu kelas untuk eksperimen metode
Jigsaw, satu kelas untuk eksperimen metode struktural Numbered Head Together,
pada masing-masing kelas terdapat 40 siswa. ”Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti” (Suharsimi Arikunto 2006:131).
Sebagai wakil dari populasi maka sampel harus benar-benar dapat mewakili.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Random Sampling. Dalam
teknik ini sampel merupakan unit dalam populasi yang mendapat peluang sama
untuk menjadi sampel, bukan siswa secara individual tetapi kelas.
“Teknik Random Sampling ini dalam pengambilan sampel, peneliti
mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap
sama. Dengan demikian maka peneliti member hak yang sama kepada setiap
subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel” (Suharsimi
Arikunto 2006:131).
Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk menentukan sampel
adalah dengan cara undian. Sampel yang digunakan adalah kelas VII C sebagai
kelompok eksperimen 1 yang menggunakan pembelajaran kooperatif metode
Jigsaw dan kelas VII D sebagai kelompok eksperimen 2 yang menggunakan
pembelajaran kooperatif metode struktural Numbered Head Together.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengajaran menggunakan
metode Jigsaw dan metode struktural Numbered Head Together.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa mengenai
standar kompetensi Hak Asasi Manusia pada siswa kelas VII SMP Negeri 2
Wuryantoro.
Dengan data ini dapat diketahui seberapa jauh keberhasilan penggunaan
masing-masing metode mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data tes. Data tes berupa
nilai kognitif siswa pada standar kompetensi dengan menggunakan tes objektif.
Kisi-kisi terdapat dalam lampiran 1 dan soal objektif terdapat dalam lampiran 2.
2. Instrumen Penelitian
a. Aspek kognitif
1) Validitas soal
Instrumen diuji cobakan pada siswa kelas VII A di SMP N 2 Wuryantoro,
dari sejumlah 30 siswa. Kemudian dihitung tingkat validitasnya, dengan tujuan
untuk mengetahui apakah butir-butir yang diuji cobakan dapat mengukur keadaan
responden yang sebenarnya atau tidak. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:168)
“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen”. Jadi suatu instrumen yang valid atau sahih adalah
instrumen yang mempunyai nilai hitung yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan nilai tabel yang telah ditentukan, sedangkan instrumen yang tidak valid
adalah instrumen yang nilai hitungnya lebih rendah dari pada nilai pada tabel yang
telah ditentukan.
Nana Syaodih Sukmadinata (2008:229) mengemukakan bahwa terdapat
macam-macam validitas yaitu:
a) Validitas Isi (Content Validity), berkenaan dengan isi dan format dari instrumen. Apakah instrumen tepat mengukur hal yang ingin diukur, apakah butir-butir pertanyaan telah mewakili aspek-aspek yang akan diukur.
b) Validitas Konstruk (Construck Validity), berkenaan dengan kontruk atau struktur dan karakteristik psikologi aspek yang akan diukur dengan instrumen. Apakah kontruk tersebut dapat menjelaskan perbedaan kegiatan atau perilaku individu berkenaan dengan aspek yang diukur.
c) Validitas Kriteria (Criterion Validity), berkenaan dengan tingkat ketepatan instrumen mengukur segi yang akan diukur dibandingkan dengan hasil pengukuran dengan instrumen lain yang menjadi kriteria. Instrumen yang menjadi kriteria adalah instrumen yang sudah standar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validitas isi di dalam mecari
data variabel prestasi belajar PKn. Untuk menghitung validitas butir soal
digunakan rumus koefisien korelasi biserial sebagai berikut:
γpbi = qp
StMtMp −
St= nn
)X(X2
2∑
∑−
Keterangan:
Mp : rerata skor subyek yang menjawab benar item yang dicari validitasnya.
Mt : rerata skor total
γpbi : koefisien korelasi
St : standar deviasi skor total
n : jumlah subjek
p : proporsi siswa yang menjawab benar
q : proporsi siswa yang menjawab salah
Setelah diperoleh harga γpbi kemudian dikonsultasikan dengan kritik r
tabel. Apabila harga γpbi > harga kritik, maka item soal tersebut dikatakan valid.
Klasifikasi validitas soal:
0,91 – 1,00 : sangat tinggi
0,71 – 0,90 : tinggi
0,41 – 0,70 : cukup
0,21 – 0,40 : rendah
negatif – 0,20 : sangat rendah
Item dikatakan valid bila harga γpbi > r tabel
(Masidjo, 1995: 243-246).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 3. Rangkuman Hasil Analisis Validitas
Jumlah Soal Valid Drop
30 30 0
Perhitungan selengkapnya untuk uji validitas ini terdapat dalam lampiran 3.
2) Reliabilitas soal
Soal dinyatakan reliabel bila memberikan hasil yang relatif sama saat
dilakukan kembali pada subjek yang berbeda pada waktu berlainan. Pengujian
reliabilitas menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20) sebagai berikut:
r11 = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−⎥⎦
⎤⎢⎣⎡
−∑
2tSPQ
11k
k
Keterangan:
r11 : koefisien reliabilitas
k : jumlah item
St : standar deviasi
P : indeks kesukaran
Q :1-p
Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tesebut kemudian dikonsultasikan
dengan r product momen. Apabilan harga r11 > r tabel maka tes instrumen tesebut
reliabel.
Klasifikasi reliabilitas soal:
0,91 – 1,00 : sangat tinggi
0,71 – 0,90 : tinggi
0,41 – 0,70 : cukup
0,21 – 0,40 : rendah
negatif – 0,20 : sangat rendah
(Masidjo, 1995: 210-233).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 4. Rangkuman Hasil Analisis Reliabilitas
Jumlah Soal S2 γpq r11 Keterangan
30 63,352 5,642 0,942 Sangat tinggi
Perhitungan selengkapnya untuk reliabiliatas ini terdapat dalam lampiran 4.
3) Taraf kesukaran soal
Tingkat kesukaran soal dapat ditunjukan denagan indeks kesukaran yaitu
menunjukkan sukar mudahnya suatu soal yang harganya dapat dicari dengan
rumus sebagai berikut:
IK =maxSN
B×
Keterangan:
IK : indeks kesukaran
B : jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa dari suatu item.
N : kelompok siswa
Smax : besarnya skor yang dituntut suatu jawaban benar dari suatu item
Adapun kriterianya sebagi berikut:
0,81 – 1,00 : mudah sekali (MS)
0,61 – 0,81 : mudah (M)
0,41 – 0,60 : sedang/cukup (Sd)
0,21 – 0,40 : sukar (S)
0,00 – 0,20 : sukar sekali (SS)
(Masidjo, 1995: 189-192).
Tabel 5. Rangkuman Hasil Analisis Taraf Kesukaran
Jumlah Soal Kriteria Taraf Kesukaran
MS M Sd S SS
30 9 17 4 0 0
Perhitungan selengkapnya untuk taraf kesukaran ini terdapat dalam lampiran 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
4) Taraf pembeda soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang tergolong kelompok atas (upper group) dengan siswa yang
tergolong kelompok bawah (lower group).
Rumus yang menentukan daya pembeda soal:
ID = maxSNKAatauNKB
KBKA×
−
Keterangan:
ID : indeks diskriminatif
KA : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang tergolong kelompok
atas
KB : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang tergolong kelompok
bawah
NKA atau NKB : jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau kelompok
bawah
NKA atau NKB X Smax : perbedaan jawaban benar dari siswa – siswa yang
tergolong atas dan bawah yang seharusnya diperoleh.
Acuan penilaian daya pembeda soal:
0,80 – 1,00 : sangat membedakan (SM)
0,60 – 0,79 : lebih membedakan (LM)
0,40 – 0,59 : cukup membedakan soal (CM)
0,20 – 0,39 : kurang membedakan (KM)
Negatif – 0,19 : sangat kurang membedakan (SKM)
(Masidjo,1995: 198).
Tabel 6. Rangkuman Hasil Analisis Taraf Pembeda
Jumlah
Soal
Kriteria Taraf Pembeda
SM LM CM KM SKM
30 1 7 8 14 0
Perhitungan selengkapnya untuk taraf pembeda ini terdapat dalam lampiran 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Data yang diperlukan dianalisis dengan menggunakan uji t – dua pihak.
Oleh karena itu perlu dipenuhi uji prasyarat analisisnya yaitu uji normalitas dan
uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah sampel berdistribusi normal atau tidak, maka
dilakukan uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dengan rumus :
( ) ( )iio zSzMaxFL −=
Keterangan :
Lo = harga mutlak dari selisih F(zi) dan S(zi) yang terbesar
F(zi) = peluang bilangan baku dalam distribusi normal baku
S(zi) = proporsi cacah z < zi terhadap seluruh cacah zi
zi = bilangan baku, s
xxzi
−= 1
s = simpangan baku
x = rata-rata sampel
Jika Lo < Ltabel dengan taraf α dan jumlah sampel n, maka populasi
berdistribusi normal.
(Sudjana, 2002: 466-469).
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu sampel berasal
dari populasi yang homogen atau tidak. Untuk mengetahui homogenitas varians
digunakan uji Bartlett. Rumus uji Bartlett digunakan statistik chi kuadrat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
( ) ( ){ }( ){ }22
22
log13026,2
log110ln
ii
ii
SnBx
SnBx
∑∑
−−=
−−=
( ) ( )∑ −= 1log 2inSB
( )( )∑
∑−
−=
11 2
i
ii
nSn
S
Keterangan :
x2 : chi kuadrat
S : simpangan baku
S2 : variasi semua gabungan sampel
Hipotesis yang akan diuji adalah :
22
21 σσ ==oH : kedua populasi mempunyai varian yang sama
22
211 σσ ≠=H : paling sedikit satu tanda sama tidak berlaku
Kriteria : Ho jika x2 > x2(1 – α)(k – 1), maka populasi mempunyai variasi yang
homogen.
(Sudjana, 1996:261- 263).
2. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan statistik uji perbandingan dua rata-rata
dengan hipotesis dua ekor.
H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
Dimana :
Ho : tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa pada pembelajaran PKn antara
metode Jigsaw dengan metode Numbered Head Together
Ha : ada perbedaan prestasi belajar siswa pada pembelajaran PKn antara metode
Jigsaw dengan metode Numbered Head Together
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Keterangan :
μ1 = nilai rata-rata kelas eksperimen I
μ2 = nilai rata-rata kelas eksperimen II
Adapun rumusnya sebagai berikut :
(Budiyono, 2000:157).
Ho diterima jika thitung < ttabel, Ho ditolak jika thitung > ttabel.
Keterangan :
1x = nilai rata-rata tes kelas eksperimen I
2x = nilai rata-rata tes kelas eksperimen II
d0 = 0 (sebab tidak dibicarakan selisih rataan)
n1 = jumlah sampel pada kelas eksperimen I
n2 = jumlah sampel pada kelas eksperimen II
S = simpangan baku gabungan
S2 = varian sampel kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
S12 = varians kelas eksperimen I
S22 = varians kelas eksperimen II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Berkaitan dengan hipotesis yang telah dikemukakan pada bab II maka
diperlukan data-data yang harus dianalisis. Data ini berupa nilai postest dari
prestasi belajar siswa pada pembelajaran standar kompetensi Hak Asasi Manusia.
Pencapaian prestasi belajar siswa meliputi aspek kognitif dan afektif.
1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Wuryantoro dengan populasi
penelitian kelas VII tahun pelajaran 2009/2010. Kelas VII SMP Negeri 2
Wuryantoro terdiri dari 5 kelas yaitu kelas VIIA, VIIB, VIIC, VIID, VIIE yang
masing –masing kelasnya terdiri dari 40 siswa. Dari populasi tersebut diambil 2
kelas sebagai sampel yaitu kelas VIIC menggunakan metode Jigsaw dan VIID
menggunakan metode struktural Numbered Head Together.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilaksanakan dalam dua
tahap kegiatan penelitian yaitu perlakuan pembelajaran (treatment) dan post-tes
pada akhir penelitian setelah adanya perlakuan pembelajaran pada 2 kelas yang
dipakai sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VIIC dan kelas VIID.
Pembelajaran pada kelas VIIC (kelas eksperimen 1) menggunakan model
pembelajaran kooperatif metode Jigsaw sedangkan pada kelas VIID (kelas
eksperimen 2) menggunakan model pembelajaran metode struktural Numbered
Head Together. Peneliti sebagai guru sedangkan guru sebagai pengamat serta
pemberi masukan kepada peneliti. Proses pembelajaran pada kelas eksperimen 1
dan kelas eksperimen 2 adalah sebagai berikut :
a. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen
Proses awal pembelajaran pada kelas eksperimen adalah guru menjelaskan
tentang metode yang akan digunakan yaitu metode Jigsaw untuk kelas VIIC
(kelas eksperimen 1) dan metode struktural Numbered Head Together untuk kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
VIID (kelas eksperimen 2) serta memberikan motivasi kepada siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
Tabel 7. Alokasi Proses Pembelajaran Kelas VIIC (kelas eksperimen 1) dengan
metode Jigsaw
Foto-foto pada saat dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode
Jigsaw dapat dilihat dalam lampiran 7.
Pertemuan Tahap Pembelajaran Kelas Eksperimen
1 (pertama)
80 menit
1.Guru memberi penjelasan tentang model pembelajaran
kooperatif metode Jigsaw. Serta memberikan motivasi kepada
siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2.Dengan jigsaw, guru membagi siswa ke dalam kelompok-
kelompok dengan jumlah anggota 4-6 siswa.
3.Pada tahap selanjutnya, anggota dari tim-tim jigsaw yang
mendapat tugas dengan topik yang sama berkumpul dan
berdiskusi tentang topik tersebut, perwakilan anggota tim-tim
jigsaw ini selanjutnya dinamakan tim ahli.
4.Selanjutnya anggota tim ahli ini kembali kekelompok
asalnya dan menjelaskan apa yang telah dipelajarinya dan
didiskusikan di dalam kelompok.
5.Selanjutnya setelah setiap anggota kelompok mendapatkan
tugas dengan topik yang berbeda pembelajaran dilanjutkan
dengan pemberian kuis secara individu yang mencakup topik
yang telah dibahas (post-test).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 8. Alokasi Proses Pembelajaran Kelas VIID (kelas eksperimen 2) dengan
metode struktural Numbered Head Together
Foto-foto pada saat dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode
Numbered Head Together dapat dilihat dalam lampiran 8.
Setelah proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif
metode Jigsaw pada kelas eksperimen 1 dan metode struktural Numbered Head
Together pada kelas eksperimen 2, maka peneliti mengambil nilai dengan tes
akhir (post test) pada masing-masing kelas untuk membandingkan hasil belajar
kedua kelompok dilihat dari aspek kognitif dan aspek afektifnya. Selanjutnya data
post test kedua kelas tersebut dianalisis.
Pertemuan Tahap Pembelajaran Kelas Eksperimen
1
(pertama)
80 menit
1.Guru memberi penjelasan tentang model pembelajaran
kooperatif metode struktural Numbered Head Together. Serta
memberikan motivasi kepada siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
2.Guru menjelaskan secara singkat materi, guru membagi siswa
kedalam kelompok yang terdiri dari 4-6 siswa dan memberi nama
kelompok serta nomor kepada setiap anggota kelompok.
3.Guru memberikan pertanyaan untuk dijawab bersama dengan
kelompoknya.
4.Guru mengacak nomor anggota, siswa yang nomornya terpilih
menjawab hasil diskusi didepan kelas, dan memberikan
kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban
dari temannya tersebut.
5.Selanjutnya setelah setiap anggota kelompok mendapatkan
tugas dengan topik yang berbeda pembelajaran dilanjutkan
dengan pemberian kuis secara individu yang mencakup topik
yang telah dibahas (post-test).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2. Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif
Data penelitian dipaparkan dalam set distribusi frekuensi. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah dalam pengamatan hasil penelitian. Distribusi
frekuensi dari skor yang diperoleh untuk kelas eksperimen 1 disajikan pada tabel
9 sedangkan untuk kelas eksperimen 2 pada tabel 10. Daftar selengkapnya sebagai
berikut :
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Aspek Kognitif untuk Kelas
Eksperimen 1
Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif
8 - 11 9,5 1 2,86% 12 - 15 13,5 2 5,71% 16 - 19 17,5 12 34,29% 20 - 23 21,5 8 22,86% 24 - 27 25,5 10 28,57% 28 - 31 29,5 2 5,71%
Jumlah 35 100,00%
Gambar 2. Histogram Nilai Prestasi Belajar Aspek Kognitif untuk Kelas
Eksperimen 1
Data distribusi frekuensi selisih nilai prestasi belajar aspek kognitif untuk
kelas eksperimen 1 diperoleh nilai tertinggi 29 dan nilai terendah 8. Jumlah kelas
interval sebanyak 6 diperoleh dari rumus 1+3,322 log N, yaitu 1+3,322 log 35 =
0
2
4
6
8
10
12
14
9.5 13.5 17.5 21.5 25.5 29.5
Frek
uens
i
Nilai Tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
6,129 = 6. Panjang intervalnya sebesar 3 diperoleh dari k
1range + =6
121+ = 3.66 =
3. Dari tabel distribusi frekuensi dan histogram prestasi belajar kelas eksperimen 1
dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak pada interval 16-19 dengan frekuensi 12. Perhitungan selengkapnya untuk distribusi frekuensi data ini terdapat dalam
lampiran 9.
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Aspek Kognitif untuk Kelas
Eksperimen 2
Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif
8 - 10 9 4 11,43% 11 - 13 12 6 17,14% 14 - 16 15 10 28,57% 17 - 19 18 8 22,86% 20 - 22 21 5 14,29% 23 - 25 24 2 5,71%
Jumlah 35 100,00%
Gambar 3. Histogram Nilai Prestasi Belajar Aspek Kognitif untuk Kelas
Eksperimen 2
Data distribusi frekuensi selisih nilai prestasi belajar aspek kognitif untuk
kelas eksperimen 2 diperoleh nilai tertinggi 24 dan nilai terendah 8. Jumlah kelas
0
2
4
6
8
10
12
9 12 15 18 21 24
Frek
uens
i
Nilai Tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
interval sebanyak 6 diperoleh dari rumus 1+3,322 log N, yaitu 1+3,322 log 35 =
6,129 = 6. Panjang intervalnya sebesar 2 diperoleh dari k
1range + = 6
116 + =
2,833 = 2. Dari tabel distribusi frekuensi dan histogram prestasi belajar kelas
eksperimen 2 dapat dilihat bahwa frekuensi terbanyak pada interval 14-16 dengan
frekuensi 10. Perhitungan selengkapnya untuk distribusi frekuensi data ini
terdapat dalam lampiran 9.
B. Analisis Data Akhir
Tujuan dari analisis data akhir ini adalah untuk menjawab hipotesis yang
telah dikemukakan. Data yang digunakan dalam analisis tahap ini adalah data nilai
post test dari kelas eksperimen 1 yaitu VIIC (metode Jigsaw) dan kelas
eksperimen 2 yaitu VIID (metode struktural Numbered Head Together).
1. Uji Normalitas
Dalam pengujian normalitas ini menggunakan uji Lilliefors dengan rumus
yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya. Berikut ini adalah hasil uji
normalitas pencapaian hasil belajar kognitif pada standar kompetensi Hak Asasi
Manusia, sebagai berikut :
Tabel 11. Hasil Perhitungan Uji Normalitas untuk Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Kelas Eksperimen 1
Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal bila L
hitung < L
tabel
, dari tabel di atas terlihat dari aspek kognitif diperoleh harga Lhitung
= 0,082 dan
Kelas Uji
Normalitas
Jumlah
Sampel
Harga L Kesimpulan
Lhitung
Ltabel
Jigsaw Aspek
kognitif
35
0,082
0,148
Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Ltabel
= 0,148. Karena Lhitung
< Ltabel
yaitu 0,082 < 0,148 maka dengan demikian
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya
untuk uji normalitas ini terdapat dalam lampiran 11.
Tabel 12. Hasil Perhitungan Uji Normalitas untuk Prestasi Belajar Aspek
Kognitif Kelas Eksperimen 2
Kelas Uji
normalitas
Jumlah
sampel
Harga L Kesimpulan
Lhitung
Ltabel
Numbered
Head
Together
Aspek
kognitif
35
0,122
0,148
Normal
Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal bila Lhitung
< Ltabel
,
dari tabel di atas terlihat dari aspek kognitif diperoleh harga Lhitung
= 0,122 dan
Ltabel
= 0,148. Karena Lhitung
< Ltabel
yaitu 0,122 < 0,148 maka dengan demikian
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Tabel nilai kritik uji
Liliefors dapat dilihat dalam lampiran 12.
2. Uji Homogenitas
Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji Bartlet
dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji homogenitas ini secara lengkap pada
lampiran dan telah diringkas pada tabel.
Tabel 13. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas untuk Prestasi Belajar Aspek
Kognitif Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2
Uji
Homogenitas
Jumlah
Sampel
Harga X2 Kesimpulan
Hitung Tabel
Kognitif
70 0,282
3,841
Homogen
Sampel berasal dari populasi yang homogen bila X2hitung < X2
tabel. Dari tabel
di atas terlihat untuk aspek kognitif diperoleh harga X2hitung = 0,282 dan X2
tabel =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
3,841. Karena X2hitung < X2
tabel yaitu 0,282 < 3,821 maka dengan demikian sampel
berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan selengkapnya untuk uji
homogenitas ini terdapat dalam lampiran 13 dan tabel nilai kritik Chi Kuadrat
dapat dilihat dalam lampiran 14.
C. Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini dilakukan dengan uji-t dua pihak.
H0 : tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa pada pembelajaran PKn antara
metode Jigsaw dengan metode struktural Numbered Head Together.
Ha : ada perbedaan prestasi belajar siswa pada pembelajaran PKn antara metode
Jigsaw dengan metode struktural Numbered Head Together.
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk membuktikan kebenaran dari
hipotesis yaitu ada perbedaan hasil belajar PKn dalam standar kompetensi Hak
Asasi Manusia antara metode Jigsaw dengan metode struktural Numbered Head
Together. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji perbedaan
dua rata-rata (uji t) dua pihak.
Berdasarkan perhitungan dapat dibuat tabel sebagai berikut :
Tabel 14. Hasil Perhitungan Uji-t Dua Pihak untuk Prestasi Belajar Aspek
Kognitif Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2
Kelas Rata-rata Variansi Thitung
Ttabel
Kesimpulan
Kelas
Eksperimen 1
Kelas
Eksperimen 2
20,857
15,743
22,185
18,491
4,744 1,995 Ada
perbedaan
Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 4,744 setelah dikonsultasikan
dengan tabel distribusi t pada taraf siknifikan 5% (0,05) didapat harga ttabel =
1,995. Karena hasil uji-t = thitung > ttabel (4,744 > 1,995). Maka dapat dibuat
kesimpulan bahwa H0 ditolak, yang artinya ada perbedaan prestasi belajar pada
pembelajaran Pkn antara metode Jigsaw dengan metode struktural Numbered
Head Together, untuk aspek kognitif. Perhitungan selengkapnya untuk t-dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
pihak ini terdapat dalam rekap data lampiran 15 dan tabel nilai t dapat dilihat
dalam lampiran 16.
D. Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang membandingkan
pengaruh pemberian perlakuan (treatment) pada suatu obyek (kelas eksperimen).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar
Pkn yang dapat dilihat dari nilai post test antara kelas eksperimen 1 yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif metode Jigsaw dengan kelas
eksperimen 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif metode
struktural Numbered Head Together.
Dalam penerapan metode struktural Jigsaw, siswa dibagi berkelompok
dengan 4 - 6 anggota kelompok belajar heterogen. Setiap anggota bertanggung
jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan
kemudian menjelaskan pada anggota kelompoknya. Dengan demikian terdapat
rasa saling membutuhkan dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari kelompok lain yang
bertugas mendapat topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik
tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Kemudian anggota tim ahli
kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan
didiskusikan didalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman
kelompoknya sendiri.
Model pembelajaran kooperatif metode struktural Numbered Head
Together biasanya juga disebut dengan berpikir secara berkelompok yang terdiri
atas empat tahap yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan informasi dasar
yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa. Pada pembelajaran kooperatif tipe
struktural Numbered Head Together dibuat kelompok kecil yang beranggotakan
4-6 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 6, siswa
diberi pertanyaan tentang materi, kemudian berdiskusi bersama anggota
kelompoknya dan memastikan agar setiap anggota mengerti dan memahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
jawaban dari kelompoknya. Kemudian hasilnya dijawab didepan kelas oleh siswa
yang namanya dipanggil oleh guru sebagai perwakilan dari kelompoknya.
Setelah kedua kelompok mendapatkan perlakuan yang berbeda yaitu
model pembelajaran kooperatif metode Jigsaw dan metode struktural Numbered
Head Together untuk kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2, kemudian
kedua kelas tersebut diberi post test.
Dari analisis data tahap awal diketahui bahwa untuk kelas eksperimen 1
(metode Jigsaw) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal bila
Lhitung
< Ltabel
, dari tabel dapat dilihat dari aspek kognitif diperoleh harga Lhitung
=
0,082 dan Ltabel
= 0,148. Karena Lhitung
< Ltabel
yaitu 0,082 < 0,148 maka dengan
demikian sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Untuk kelas eksperimen 2 (Numbered Head Together), sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal bila Lhitung
< Ltabel
, dari tabel dapat dilihat dari
aspek kognitif diperoleh harga Lhitung
= 0,122 dan Ltabel
= 0,148. Karena Lhitung
<
Ltabel
yaitu 0,122 < 0,148 maka dengan demikian sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
Dari perhitungan uji homogenitas, secara keseluruhan untuk kelas
eksperimen 1(metode Jigsaw) dan kelas eksperimen 2 (metode Numbered Head
Together ) untuk aspek kognitif diperoleh Hhitung
sebesar 0,282 sedangkan Htabel
=
3,841. Dari tabel tersebut terlihat masing – masing harga Hhitung < Htabel yaitu 0,282
< 3,841 maka dengan demikian maka sampel berasal dari populasi yang homogen.
Selain itu, berdasarkan uji-t dua pihak untuk prestasi belajar aspek
kognitif, diperoleh thitung = 4,744 setelah dikonsultasikan dengan tabel distribusi t
pada taraf siknifikan 5% (0,05) didapat harga ttabel = 1,995. Karena hasil uji-t
yaitu thitung > ttabel (4,744 > 1,995). Maka dapat dibuat kesimpulan bahwa H0
ditolak, yang artinya ada perbedaan prestasi belajar pada pembelajaran Pkn antara
metode Jigsaw dengan metode struktural Numbered Head Together, untuk aspek
kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Pembelajaran kooperatif dengan metode Jigsaw dapat meningkatkan
pemahaman konsep. Metode Jigsaw menjadikan siswa untuk lebih aktif dan
banyak berdiskusi, peran guru juga aktif yaitu untuk mengkoreksi setiap pekerjaan
dan pertanyaan siswa. Selain itu, metode Jigsaw memberikan keuntungan bagi
siswa karena memacu siswa untuk berpikir kritis, memacu siswa untuk membuat
kata-kata yang tepat agar dapat menjelaskan kepada teman lain, ini akan
membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan verbal dan sosialnya,
diskusi yang terjadi tidak didominasi oleh siswa tertentu, tetapi semua siswa
dituntut untuk menjadi aktif. Dari hal-hal tersebut dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa maka akan mengakibatkan pencapaian hasil belajar siswa yang lebih
baik. Dalam metode Jigsaw menekankan pada kerja sama atau gotong royong dan
saling berbagi (saling bertukar pengetahuan). Saling ketergantungan yang positif
terjadi dalam kelompok, karena pembagian materi belajar ke dalam komponen
yang terpisah menjadi bagian yang penting dalam metode ini.
Pembelajaran kooperatif dengan metode struktural Numbered Head
Together menekankan pada pada struktur-struktur khusus yang yang dirancang
untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa, sehingga siswa dapat bekerja
sama, saling bergantung dalam kelompok-kelompok kecil. Metode struktural
Numbered Head Together mempunyai keuntungan bagi siswa yaitu setiap siswa
menjadi siap semua, dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa
yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, adanya interaksi antar
siswa dalam proses belajar mengajar melalui kegiatan diskusi dapat meningkatkan
ketrampilan sosial siswa. Tetapi tingkat kematangan kerjasama dan diskusi pada
metode struktural Numbered Head Together kurang dibandingkan dalam metode
Jigsaw. Hal ini disebabkan, dalam metode struktural Numbered Head Together
siswa mendiskusikan soal atau permasalahan lebih dari satu macam, dimana
diskusi tersebut berlangsung hanya satu kali. Sedangkan dalam metode Jigsaw
diskusi berlangsung dua kali yaitu pada kelompok asal dan kelompok ahli, dimana
dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan soal atau permasalahan yang sama.
Jadi secara umum terjadinya perbedaan hasil belajar dimungkinkan karena dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pembelajaran kooperatif metode struktural Numbered Head Together diskusi
hanya berlangsung satu kali sedangkan dalam Jigsaw diskusi berlangsung dua kali.
Pembelajaran kooperatif memberikan kontribusi hasil belajar yang lebih baik
dengan kegiatan kerja bersama kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif lebih unggul dari pembelajaran biasa
karena para siswa banyak melakukan variasi kegiatan dibandingkan dengan
pembelajaran biasa. “Melalui berbagai variasi kegiatan belajar tersebut mereka
melakukan pengulangan, perluasan, pendalaman dan penguatan terhadap
penguasaan materi pengetahuan yang dipelajari, sedang dalam pembelajaran biasa
yang bersifat ekspositori, siswa hanya mengalami atau melakukan satu atau dua
kegiatan belajar saja, sehingga tidak atau kurang terjadi pengulangan, perluasan,
pendalaman dan penguatan penguasaan“ (Erlina Syaodih: 2010) dengan demikian
diharapkan melalui penggunaan metode-metode belajar model kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, karena metode yang digunakan haruslah
metode yang dapat mendorong keaktifan serta inisiatif siswa dalam proses belajar.
Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah (2002: 84) “metode pembelajaran
adalah strategi pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila menggunakan metode yang tepat”.
Berdasarkan seluruh analisis di atas dapat diketahui bahwa ada perbedaan
prestasi belajar pada pembelajaran PKn pada standar kompetensi Hak Asasi
Manusia antara model pembelajaran kooperatif metode Jigsaw dengan model
pembelajaran kooperatif metode struktural Numbered Head Together. Jadi
hipotesa yang telah peneliti uraikan pada bab II dapat dibuktikan kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan interpretasi hasil penelitian serta
pembahasan di bab IV, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan prestasi
belajar siswa kelas eksperimen 1 (metode Jigsaw) dan kelas eksperimen 2
(metode struktural Numbered Head Together). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa : (1) Adanya perbedaan antara prestasi belajar PKn menggunakan metode
Jigsaw dengan prestasi belajar PKn menggunakan metode struktural Numbered
Head Together pada aspek kognitif. Hal tersebut ditunjukkan dengan ( thitung >
ttabel = 4,744 > 1,995).
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas maka menimbulkan beberapa
implikasi sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada perbedaan hasil pengajaran
menggunakan metode Jigsaw dengan metode struktural Numbered Head
Together. Selain itu, hasil pengajaran menggunakan metode Jigsaw memberikan
pencapaian prestasi belajar meliputi aspek kognitif yang lebih tinggi dari
pengajaran dengan menggunakan metode struktural Numbered Head Together
pada standar kompetensi Hak Asasi Manusia.
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa metode Jigsaw
dan metode struktural Numbered Head Together dapat digunakan untuk
meningkatkan pencapaian prestasi belajar siswa. Maka diharapkan dari penelitian
ini dapat memberikan informasi kepada guru PKn tentang: pengajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif metode Jigsaw dapat lebih
meningkatkan pencapaian prestasi belajar siswa, dibandingkan pengajaran dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
menggunakan model pembelajaran kooperatif metode struktural Numbered Head
Together. Pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
metode Jigsaw dan metode struktural Numbered Head together dapat digunakan
oleh guru dalam proses belajar mengajar pada materi Hak Asasi Manusia.
C. Saran
Dalam rangka untuk ikut serta dalam menyumbangkan pemikiran, maka
berdasarkan implikasi di atas terdapat beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru mampu memilih metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Guru diharapkan
menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran, yang diantaranya yaitu metode pembelajaran metode
Jigsaw dan metode struktural Numbered Head Together yang merupakan
bagian dari model pembelajaran kooperatif.
2. Bagi Siswa
Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif yaitu metode Jigsaw dan
metode struktural Numbered Head Together dapat digunakan untuk
menumbuhkan rasa kebersamaan, kerjasama dan mengembangkan sikap sosial
antara siswa yang satu dengan siswa lain dan menjaga agar semangat siswa
tetap tinggi dalam belajar maka disarankan agar siswa mempunyai keinginan
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga memperoleh hasil belajar
atau nilai yang baik.
3. Bagi Peneliti
Kepada peneliti lain dapat melakukan penelitian serupa pada materi lain,
sehingga diperoleh informasi lebih luas tentang keefektifan pembelajaran
kooperatif metode Jigsaw dan metode struktural Numbered Head Together.