perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH PASCA
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG OTONOMI DAERAH
(Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia)
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
ERLANGGA PATI KAWA
F 0307009
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH PASCA
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG OTONOMI DAERAH
(Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia)
Surakarta, 29 Desember 2010
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing Skripsi
Drs. Hanung Tiatmoko, M.Si.,Ak.
NIP. 19661028 199203 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diterima dan disetujui oleh tim penguji skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat- syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 (Strata Satu)
Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Januari 2011
Tim Penguji Skripsi
1. Dra. Y. Anni Aryani, M.prof, Acc.,Ph.D., Ak. (.................................)
NIP. 19650918 199203 2 002 Ketua
2. Drs. Hanung Tiatmoko, M.Si.,Ak. (.................................)
NIP. 19661028 199203 1 001 Pembimbing
3. Dra. Falikhatun, M.Si.,Ak. (.................................)
NIP. 19681117 199403 2 002 Anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Seorang ayah yang bernama Setyobudi dan seorang
ibu yang bernama Nanik Iriani. Terima kasih atas
didikan, kasih sayang dan perhatian yang telah
diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Kita tidak akan sampai kepada fajar, kecuali melalui malam.
(Kahlil Gibran)
Kita hanya hidup sekali, tetapi jika kita menjalaninya dengan benar, sekali berarti cukup. (Joe E. Lewis)
Hidup penuh dengan pilihan, Pilih dan jalani, jangan pernah tengok ke
belakang, karena yang ada nantinya hanyalah penyesalan. (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah Swt., Tuhan Sekalian Alam, atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada hentinya dikaruniakan kepada kita semua. Semoga
kita termasuk hambaNya yang senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah
Ia berikan, dan bersabar ketika menghadapi cobaan. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahlimpahkan kepada junjungan kita, Rasul dan Nabi Muhammad
Saw., yang telah menjadi suritauladan umat manusia. Semoga kita termasuk umat
yang selalu menjaga Sunnah-sunnah beliau. Atas rahmat dan ridha Allah Swt.,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Karakteristik
Kemakmuran Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Pasca
Pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah (Studi pada Pemerintah
Kabupaten/Kota di Indonesia)” dengan baik guna memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat beberapa
hambatan yang dihadapi. Namun dengan dukungan, bantuan, serta bimbingan dari
berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini.
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
2. Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak. selaku Pembimbing Skripsi, yang
telah banyak membantu dengan tulus memberikan bimbingan dan arahan
dalam penulisan skripsi ini.
4. Dra. Y. Anni Aryani, M.prof, Acc.,Ph.D., Ak.dan Dra. Falikhatun,
M.Si.,Ak. selaku penguji skripsi.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan.
6. Papa dan Mama tercinta atas kasih sayang, motivasi, serta doanya yang
tulus dan ikhlas yang senantiasa diberikan tanpa mengenal henti.
7. Dik Amanda, adikku tersayang, ingatlah bahwa hasil yang sempurna
selalu didapat dari buah perjuangan yang tidak mudah.
8. Sofia Agustina, terima kasih atas semangat dan doanya. Takkan kau
sadari bahwa senyuman lembutmu merupakan suntikan semangat untuk
jalani hari-hariku.
9. Pak Halim, Mas Agnes, Cuwie, Jarmiatun, dan Bimo, terimakasih atas
pengalaman magang kerja yang tak akan saya jumpai di bangku kuliah.
10. KTB (adi, angga, ayu, nani, irla, ndoki, dan rudi), thanks buat
persahabatan yang indah ini, aku bakal kangen touring pake avanza
sewaan lagi bersama kalian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
11. Temen-temen HMJA, thanks buat pengalaman organisasi yang telah
banyak merubah saya menjadi sosok yang lebih dewasa dalam berpikir,
berkata, dan bertindak. Who is the best? Accounting society!
12. Patrner terbaikku dalam penelitian ini, Hernani Maryulianti, jujur kamu
selalu membuat tidurku tak nyenyak, namun melihat akhir dari perjuangan
kita ini akhirnya aku hanya bisa berucap terimakasih. Makasih ya, darl.
13. Pak Timin dan seluruh staf serta karyawan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta., terimakasih tak henti-hentinya saya ucapkan
atas bantuannya selama ini.
14. Rekan-rekan personil AGEN 007 (Accounting Generation 2007), terima
kasih atas kebersamaan yang selama ini terjalin. Ingat selalu semboyan
kita, “Tahun berapa pun kita lulus, ingat slalu Tahun berapa kita masuk,
We are 2007, The agent of change.”
15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Mohon maaf, karena satu dan lain hal, tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki beberapa kelemahan. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik membangun yang
berguna dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surakarta, Desember 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... ii
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .................................................................... 8
1. Otonomi Daerah ........................................................... 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
a. Pengertian Otonomi Daerah .................................... 9
b Tujuan Otonomi Daerah .......................................... 10
c. Dasar Hukum Otonomi Daerah ............................... 11
2. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) .......... 12
a. Laporan Realisasi Anggaran ................................... 14
b. Neraca ..................................................................... 19
c. Laporan Arus Kas ................................................... 21
d. Catatan Atas Laporan Keuangan ............................ 22
3. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah .......................... 24
a. Rasio Kemandirian .................................................. 26
b. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah ............. 27
c. Rasio Efisiensi ......................................................... 28
d. Rasio Keserasian (aktivitas) .................................... 28
4. Pertumbuhan Ekonomi Daerah .................................... 29
B. Kerangka Pemikiran ............................................................ 32
C. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis ........... 34
1. Pengaruh Rasio Kemandirian sebagai Alat Ukur
Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi .... 34
2. Pengaruh Rasio Efektivitas PAD sebagai Alat Ukur
Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi .... 35
3. Pengaruh Rasio Efisiensi Anggaran sebagai Alat Ukur
Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi .... 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
4. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Operasional
sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi ................................................. 36
5. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Modal sebagai
Alat Ukur Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi ....................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................. 39
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ............................. 39
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 40
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................. 41
1. Variabel Independen .................................................... 41
2. Variabel Dependen ....................................................... 44
E. Metode Analisis Data .......................................................... 45
1. Statistik Deskriptif ....................................................... 46
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................ 46
a. Uji Normalitas ......................................................... 46
b. Uji Multikolonieritas ............................................... 47
c. Uji Autokorelasi ...................................................... 47
d. Uji Heteroskedastisitas ............................................ 48
3. Uji Hipotesis ................................................................ 50
a. Model Regresi ......................................................... 50
b. Uji Koefisien Determinasi ...................................... 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
c. Uji Signifikansi Parameter Individual ..................... 51
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi data ...................................................................... 52
1. Seleksi Sampel ............................................................. 52
2. Statistik Deskriptif ....................................................... 54
B. Pengujian Hipotesis.............................................................. 58
1. Pengujian Asumsi Klasik .............................................. 58
a. Uji Normalitas ......................................................... 58
b. Uji Multikolonieritas ............................................... 61
c. Uji Autokorelasi ...................................................... 62
d. Uji Heteroskedastisitas ............................................ 63
2. Analisis Regresi Berganda ........................................... 64
a. Model Regresi ......................................................... 65
b. Uji Koefisien Determinasi ...................................... 66
c. Uji Signifikansi Parameter Individual ..................... 68
C. Pembahasan ......................................................................... 70
1. Pengaruh Rasio Kemandirian Daerah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi ................................................. 70
2. Pengaruh Rasio Efektivitas PAD terhadap
Pertumbuhan Ekonomi ................................................. 71
3. Pengaruh Rasio Efisiensi terhadap Pertumbuhan
Ekonomi ....................................................................... 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
4. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Operasional
terhadap Pertumbuhan Ekonomi .................................. 73
5. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Modal terhadap
Pertumbuhan Ekonomi ................................................. 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 76
B. Keterbatasan ........................................................................ 77
C. Saran .................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 79
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
2.1 Perbedaan Struktur APBD Berdasarkan Kepmendagri No. 29/2002
dengan Permendagri No. 13/2006 ...................................................... 15
2.2 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 33
4.1 Grafik Histogram .............................................................................. 59
4.2 Grafik Normal Plot ............................................................................ 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
3.1 Keterangan Persamaan Regresi Berganda ......................................... 49
4.1 Proses Pemilihan Daerah Penelitian ................................................. 53
4.2 Statistik Deskriptif Variabel ............................................................... 55
4.3 Hasil Uji Normalitas ......................................................................... 61
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................. 62
4.5 Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................... 63
4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas .............................................................. 64
4.7 Hasil Uji Signifikansi-F .................................................................... 66
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ....................................................... 67
4.9 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual ..................................... 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 DAFTAR DAERAH PENELITIAN
2 DATA PERTUMBUHAN EKONOMI
3 DATA RASIO EFEKTIVITAS PAD
4 DATA RASIO EFISIENSI ANGGARAN
5 DATA RASIO KESERASIAN BELANJA MODAL
6 DATA RASIO KESERASIAN BELANJA OPERASIONAL
7 DATA RASIO KEMANDIRIAN
8 HASIL OLAH DATA SPSS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH PASCA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG OTONOMI DAERAH
(Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia)
Erlangga Pati Kawa
NIM F0307009
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh kinerja keuangan pemerintah daerah yang diukur dengan rasio kemandirian daerah, rasio efektivitas PAD, rasio efisiensi anggaran, rasio keserasian belanja operasional, dan rasio keserasian belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi pada pemerintah Kabupaten dan Kota di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi diukur dengan pertumbuhan PDRB berdasarkan persentase.
Terdapat lima hipotesis yang diuji dalam penelitian ini, yaitu (1) rasio kemandirian daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, (2) rasio efektivitas PAD berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, (3) rasio efisiensi anggaran berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, (4) rasio keserasian belanja operasional berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, dan (5) rasio keserasian belanja modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Ruang lingkup penelitian ini yaitu pemerintah daerah kabupaten dan kota dengan kriteria terpilih. Berdasarkan hasil seleksi diperoleh 68 daerah penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan regresi linear berganda dengan bantuan perangkat lunak SPSS 16.0 for Windows. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah yang diukur dengan rasio keserasian belanja operasional dan rasio keserasian belanja modal berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah dengan nilai signifikansi di bawah 10%.
Kata kunci: pertumbuhan ekonomi, kinerja keuangan, rasio kemandirian daerah, rasio efektivitas PAD, rasio efisiensi anggaran, rasio aktivitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF FINANCIAL PERFORMANCE OF LOCAL GOVERNMENT ON THE REGIONAL ECONOMIC GROWTH
AFTER IMPLEMENTATION OF REGIONAL AUTONOMY LAW (Case Study on Local Government in Indonesia)
Erlangga Pati Kawa NIM F0307009
This research is empirical research that aims to determine the effect of local government financial performance as measured by the ratio of local independence, the ratio of PAD effectiveness, the ratio of budget efficiency, the ratio of operational expenditure, and the ratio of capital expenditure on economic growth in the government district and city in Indonesia. Economic growth measured by GDP growth by percentage.
There are five hypotheses to be tested in this study, they are: (1) the ratio of local independence affects the economic growth, (2) the ratio of PAD effectiveness affect the economic growth, (3) the ratio of budget efficiency affect the economic growth, (4) the ratio of operational expenditure affect the economic growth, and (5) the ratio of capital expenditure affect the economic growth.
The scope of this research are local government district and city with selected criteria. Based on the results obtained 68 selection of the study area. Testing hypotheses using multiple linear regression with the help of SPSS 16.0 software for Windows. The study provides empirical evidence that the financial performance of local government as measured by the ratio of operational expenditure and the ratio of capital expenditure has positive influence on the financial performance of local governments with significant value below 10%.
Keywords: Economic Growth, Financial Performance, Local Government, the ratio of local independence, the ratio of PAD effectiveness, the ratio of budget efficiency, the ratio of operational expenditure, the ratio of capital expenditure
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis ekonomi yang terjadi pada awal tahun 1996 dan puncaknya
pada tahun 1997 mendorong pemerintah pusat mendelegasikan sebagian
wewenang dalam hal pengelolaan keuangan kepada daerah sehingga
diharapkan daerah dapat membiayai pembangunan dan pelayanan atas dasar
keuangan sendiri (Anzar, 2008). Otonomi daerah merupakan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola
pemerintahannya sendiri tanpa campur tangan dari pemerintah pusat
(Fitriyanti dan Pratolo, 2009). Otonomi daerah diberlakukan dengan
diterbitkannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 yang kemudian direvisi
melalui UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Dengan
demikian, pemerintah daerah diharapkan dapat mengelola sumber daya yang
dimilikinya dan melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik sehingga
akan berdampak pada pelayanan yang diberikan kepada masyarakat (Handra
dan Maryati, 2009).
Pengelolaan pemerintahan yang harus dilakukan sendiri oleh
pemerintah daerah menuntut adanya kemandirian daerah dalam menggali
potensi lokal dan meningkatkan kinerja keuangannya. Kemandirian daerah
ini dicerminkan dengan kemampuan daerah menghasilkan penerimaan
pendapatan yang diperoleh daerah tersebut yang berasal dari potensi-potensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
ekonomi daerah. Potensi-potensi ekonomi daerah ini juga disebut dengan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari pajak, retribusi, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah dapat dialokasikan untuk kegiatan
pelayanan kepada publik yang merupakan salah satu harapan masyarakat
kepada pemerintah di dalam era desentralisasi fiskal ini. Peningkatan
pelayanan publik yang dimaksud salah satunya adalah dengan memberikan
proporsi belanja modal yang lebih besar.
Belanja Modal (BM) merupakan belanja yang dipergunakan untuk
jangka waktu lebih dari satu tahun (atau disebut jangka panjang) untuk
mendapatkan aset tetap pemerintah daerah, yakni: peralatan, bangunan,
infrastruktur dan harta tetap lainnya dengan cara membeli, yang umumnya
dilakukan dengan proses lelang atau tender yang cukup rumit (Abdullah,
2004).
Belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah juga digunakan
diantaranya untuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur di dalam sektor
pendidikan, kesehatan dan transportasi sehingga masyarakat pun turut
menikmati manfaat dari pembangunan daerah. Tersedianya infrastruktur
yang baik diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas di berbagai
sektor tersebut, produktifitas masyarakat pun menjadi semakin tinggi dan
pada akhirnya terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut
(Harianto dan Adi, 2007). Seperti yang dikemukakan juga oleh Lin dan Liu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
(2000) bahwa pemerintah perlu untuk meningkatkan investasi modal guna
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Tetapi otonomi daerah yang saat ini sudah berjalan di tiap kabupaten
dan kota di Indonesia tetap menimbulkan persoalan baru, karena ternyata
potensi fiskal pemerintah daerah yang satu dengan daerah yang lainnya
masih sangat beragam. Hal ini disebabkan oleh kesiapan fiskal dari masing-
masing daerah yang berbeda-beda dalam pelaksanaan otonomi daerah
(Nordiawan, Iswahyudi, dan Maulidah, 2007). Perbedaan yang terjadi ini
akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang beragam pula. Hal ini
disebabkan karena dengan adanya peningkatan PAD, maka dana yang
dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut akan lebih tinggi, sehingga
pemerintah daerah akan berinisiatif untuk lebih menggali potensi-potensi
daerah dan akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Harianto
dan Adi, 2007).
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang
dan jasa di suatu wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu
(BPS, 2008). Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tujuan penting
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, karena pertumbuhan ekonomi
mengindikasikan bahwa suatu daerah tersebut dapat dikatakan maju dan
berkembang. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan
apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada apa yang dicapai
pada masa sebelumnya (Kuncoro, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kinerja
keuangan pemerintah daerah. Kinerja itu sendiri merupakan pencapaian atas
apa yang direncanakan, baik oleh pribadi maupun organisasi (Hamzah,
2008). Untuk menganalisa kinerja pemerintah daerah dalam mengelola
keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan. Ada
beberapa rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang
bersumber dari APBD antara lain rasio kemandirian (otonomi fiskal), rasio
efektivitas PAD, rasio efisiensi, dan rasio keserasian belanja (Widodo, 2001
dalam Halim, 2002).
Hasil dari beberapa penelitian mengenai pengaruh antara pendapatan
asli daerah, belanja modal dan pertumbuhan ekonomi menujukkan hasil
yang beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Septiana (2007) yang meneliti
pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja modal menujukkan hasil
yang signifikan, namun menurut hasil penelitian Halim (2002) menemukan
bahwa pendapatan asli daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja
modal. Pengaruh belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi menujukkan
hasil yang signifikan seperti yang diungkapkan oleh Harianto dan Adi
(2007) namun berdasarkan penelitian Fitriyanti dan Pratolo (2007)
menujukkan hasil yang tidak signifikan.
Penelitian mengenai pengaruh pendapatan asli daerah terhadap
pertumbuhan ekonomi juga memiliki hasil yang beragam, berdasarkan hasil
penelitian Harianto dan Adi (2007) menemukan bahwa pendapatan asli
daerah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
berdasarkan hasil penelitian Fitriyanti dan Pratolo (2009) pendapatan asli
daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Penelitian mengenai kinerja keuangan dan pertumbuhan ekonomi
sebelumnya juga pernah dilakukan, dan hasil pengujian secara langsung
antara kinerja keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan rasio
kemandirian, dan rasio efisiensi berpengaruh positif secara signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan rasio efektifitas tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Hamzah,
2008). Hal ini menjadikan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kinerja
keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi masih sangat menarik untuk
dilakukan.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Hamzah
(2008) dengan perbedaan dalam tiga hal. Perbedaan pertama, peneliti
menggunakan tambahan rasio keserasian belanja modal dan belanja
operasional sebagai variabel independen. Perbedaan kedua, peneliti
menggunakan rentang waktu antara tahun 2006 sampai dengan 2008.
Perbedaan terakhir adalah daerah penelitian yang penulis pilih lebih luas,
bukan hanya kabupaten dan kota di Jawa Timur, namun sejumlah 68
kabupaten/kota yang tersebar di indonesia yang memenuhi kriteria tertentu.
Alasan pemilihan ini dikarenakan untuk lebih menggeneralisasi hasil
temuan, agar diperoleh hasil yang lengkap dan akurat. Serta mengakomodir
keterbatasan-keterbatasan dari penelitian-penelitian sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Dari keseluruhan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka
penelitian ini mengambil judul “PENGARUH KINERJA KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DAERAH PASCA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG OTONOMI
DAERAH (Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang melatarbelakangi penelitian ini, maka
dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
Apakah Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Pasca Pelaksanaan
Undang-Undang Otonomi Daerah berpengaruh terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Daerah di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk menemukan bukti empiris adanya pengaruh kinerja keuangan
pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan bagi dunia
pendidikan akuntansi sektor publik mengenai studi atas Anggaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) khususnya dalam hal
analisis kinerja keuangan pemerintah daerah dan pertumbuhan
ekonomi daerah pasca otonomi daerah.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan referensi
serta bahan masukan bagi penelitian sejenis di masa yang akan
datang.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan jawaban atas
permasalahan yang diteliti.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
konkrit/nyata bagi para pengambil kebijakan terutama pihak-pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat oleh
Pemerintah Daerah seperti SKPD, Pemerintah Kabupaten/Kota,
DPRD, dan masyarakat. Manfaat yang lain bahwa hasil dari
penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi bagi proses
pembelajaran dalam pelaksanaan Undang-undang Otonomi Daerah
di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Pengelolaan keuangan daerah sangat besar pengaruhnya terhadap
nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah yang kuat dan
berkuasa serta mampu mengembangkan kebesarannya atau menjadi tidak
berdaya tergantung pada cara mengelola keuangannya. Pengelolaan daerah
yang dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif atau memenuhi value
for money serta partisipasi, transparansi, akuntabilitas dan keadilan akan
mendorong pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya mengurangi jumlah
pengangguran serta menurunkan tingkat kemiskinan. Untuk pengelolaan
daerah tidak hanya dibutuhkan sumber daya manusia, tetapi juga sumber
daya ekonomi berupa keuangan yang dituangkan dalam suatu anggaran
pemerintah daerah.
Anggaran daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah
daerah. Anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya
pengembangan kapabilitas, efisiensi, dan efektifitas pemerintah daerah.
Anggaran daerah seharusnya dipergunakan sebagai alat untuk menentukan
besarnya pendapatan, pengeluaran, dan pembiayaan, alat bantu pengambilan
keputusan dan perencanaan pembangunan, alat otoritas pengeluaran di masa
yang akan datang, ukuran standar untuk evaluasi kinerja, serta alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
koordinasi bagi semua aktivitas di berbagai unit kerja. Anggaran sebagai
instrumen kebijakan dan menduduki posisi sentral harus memuat kinerja,
baik untuk penilaian secara internal maupun keterkaitan dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Hamzah
(2008) dengan pengembangan berupa tambahan rasio keserasian belanja
modal dan belanja operasional sebagai variabel independen pada rentang
waktu antara tahun 2006 sampai dengan 2008. Di samping itu, daerah
penelitian yang penulis pilih lebih luas, bukan hanya kabupaten dan kota di
Jawa Timur, namun sejumlah 68 kabupaten/kota yang tersebar di indonesia
yang memenuhi kriteria tertentu. Alasan pemilihan ini dikarenakan untuk
lebih menggeneralisasi hasil temuan, agar diperoleh hasil yang lengkap dan
akurat, serta mengakomodir keterbatasan-keterbatasan dari penelitian-
penelitian sebelumnya. Penjelasan hal-hal dan variabel yang berkaitan
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Otonomi Daerah
a. Pengertian Otonomi Daerah
Pengertian otonomi daerah secara umum yaitu hak, wewenang,
dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan daya guna
dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam UU No. 22
Tahun 1999 sebagai titik awal pelaksanaan otonomi daerah maka
Pemerintah Pusat menyerahkan sebagian kewenangan kepada
Pemerintahan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mengambil
tanggung jawab yang lebih besar dalam pelayanan umum kepada
masyarakat setempat.
Menurut kamus Webster’s Third New International Dictionary
dalam Saragih (2003), kata autonomy berasal dari bahasa Yunani,
yakni dari kata autonomia, yang artinya adalah independen, bebas,
dan mengarahkan/menentukan nasib sendiri.
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 1 ayat 5, disebutkan bahwa:
“Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”
Jadi yang dimaksud otonomi daerah pada pokoknya selalu
melihat otonomi itu sebagai hal, wewenang, dan kewajiban daerah
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Tujuan Otonomi Daerah
Menurut UU No. 22 Tahun 1999, tujuan otonomi daerah dilihat
dari sudut pandang desentralisasi fiskal adalah untuk mendorong
terselenggaranya pelayanan publik sesuai tuntutan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
daerah, mendorong efisiensi alokatif penggunana dana pemerintah
melalui desentralisasi kewenangan dan pemberdayaan daerah.
Di dalam UU No. 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa otonomi
daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti
daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintahan di luar urusan pemerintah pusat yang ditetapkan dalam
undang-undang tersebut. Selain itu juga dilaksanakan pula dengan
prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi
nyata adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa urusan
pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan
kewajiban yang pada dasarnya telah ada dan berpotensi untuk
tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan
daerah. Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung
jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannnya harus
benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi
yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai bagian utama dari tujuan
nasional.
c. Dasar Hukum Otonomi Daerah
Beberapa aturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
pelaksanaan Otonomi Daerah adalah sebagai berikut:
1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2) Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah,
3) Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
4) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah,
5) Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
6) Perpu No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan
7) Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
2. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) menjelaskan
definisi laporan keuangan sebagai laporan yang terstruktur mengenai
posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan
informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan
kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai
alokasi sumber daya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah
untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan
dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya, dengan:
a. menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah,
b. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya
ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah,
c. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya ekonomi,
d. menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap
anggarannya,
e. menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya,
f. menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk
membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan,
g. menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi
kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan
prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk
memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang
berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang
berkelanjutan, serta risiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai indikasi
apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan
anggaran, dan indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan
sesuai dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal asset, kewajiban, ekuitas
dana, pendapatan, belanja, transfer, pembiayaan, dan arus kas.
Berdasarkan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah
serta laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah
tersebut, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun Laporan
Keuangan pemerintah daerah yang terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber,
alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh
pemerintah pusat/ daerah, yang menggambarkan perbandingan antara
anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan (PP RI No.
24 Tahun 2005)
Pada era reformasi struktur APBD pun mengalami perubahan-
perubahan, yakni struktur APBD yang didasarkan pada Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 kemudian berubah
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
perubahan yang signifikan antara susunan laporan APBD
sebagaimana diatur dalam Permendagri 13 Tahun 2006 dengan
Kepmendagri 29 Tahun 2002 dapat dilihat pada gambar 2.1. Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan juga mengeluarkan struktur APBD
berdasarkan PP No 24 tahun 2005 mengenai Standar Akuntasi
Pemerintah yang dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1
Perbedaan Struktur APBD sesuai Kepmendagri No. 29/2002
dengan Permendagri No. 13/2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Dengan demikian, Laporan Realisasi Anggaran harus menyajikan
informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.
Pengertian dari masing-masing unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pendapatan
a) Pendapatan (basis kas) adalah penerimaan oleh Bendahara
Umum Negara/ Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas
pemerintah lainnya yang menambah ekuitas dana lancar
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali
oleh pemerintah.
b) Pendapatan (basis akrual) adalah hak pemerintah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
c) Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu
entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk
dana perimbangan dan dana bagi hasil.
d) Unsur Pendapatan Daerah terdiri dari:
(1) Pendapatan Asli Daerah:
(a) Pajak Daerah,
(b) Retribusi Daerah,
(c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan,
(d) Lain-lain PAD yang Sah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
(2) Pendapatan Transfer/Dana Perimbangan:
(a) Dana Bagi Hasil,
(b) Dana Alokasi Umum, dan
(c) Dana Alokasi Khusus.
(3) Lain-lain Pendapatan yang Sah:
(a) Dana Darurat,
(b) Hibah.
2) Belanja
a) Belanja (basis kas) adalah semua pengeluaran oleh
Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
b) Belanja (basis akrual) adalah kewajiban pemerintah yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
c) Unsur Belanja Daerah terdiri dari:
(1) Belanja Operasi:
(a) Belanja Pegawai,
(b) Belanja Barang,
(c) Bunga,
(d) Subsidi,
(e) Hibah,
(f) Bantuan Sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
(2) Belanja Modal:
(a) Belanja Tanah,
(b) Belanja Peralatan dan Mesin,
(c) Belanja Gedung dan Bangunan,
(d) Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan,
(e) Belanja Aset Tetap Lainnya,
(f) Belanja Aset Lainnya.
(3) Belanja Tak Terduga.
3) Pembiayaan
a) Pembiayaan (basis kas) adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun
tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran.
b) Unsur Pembiayaan Daerah terdiri dari:
(1) Penerimaan Pembiayaan:
(a) Penggunaan SiLPA,
(b) Pencairan Dana Cadangan,
(c) Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan,
(d) Penerimaan Pinjaman,
(e) Penerimaan Pembayaran Piutang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
(2) Pengeluaran Pembiayaan:
(a) Pembentukan Dana Cadangan,
(b) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah,
(c) Pembayaran Pokok Pinjaman,
(d) Pemberian Pinjaman.
b. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
pada tanggal tertentu, dengan menyajikan informasi mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana (PP RI No. 24 Tahun 2005). Pengertian
dari masing-masing unsur Neraca sebagai berikut:
1) Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan
diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan
jasa bagi masyarakat umum dan sumber daya yang dipelihara
karena alasan sejarah dan budaya.
Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset
adalah potensi aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik
langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pemerintah, berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja
bagi pemerintah.
2) Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa
lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber
daya ekonomi pemerintah.
Karakterisitik esensial kewajiban adalah bahwa pemerintah
mempunyai kewajiban masa kini yang dalam penyelesaiannya
mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang
akan datang.
Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi
pelaksanaan tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa
lalu. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain
karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari
masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah lain, atau
lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena
perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah atau
dengan pemberi jasa lainnya.
Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan
perundang-undangan. Kewajiban dikelompokkan ke dalam
kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok kewajiban yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan setelah
tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok
kewajiban yang penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal pelaporan.
3) Ekuitas Dana
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Ekuitas
Dana dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dengan
kewajiban jangka pendek,
b) Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah
yang tertanam dalam aset non-lancar selain dana cadangan,
dikurangi dengan kewajiban jangka panjang,
c) Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah
yang dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya sesuai peraturan perundang-undangan.
c. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan
aktivitas operasional, investasi aset non-keuangan, pembiayaan, dan
transaksi non-anggaran yang menggambarkan saldo awal,
penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah daerah
selama periode tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari
penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing didefinisikan
sebagai berikut:
1) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke
Bendahara Umum Daerah,
2) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari
Bendahara Umum Daerah.
d. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau
rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga
mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan
oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan
dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan serta ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.
Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal
sebagai berikut:
1) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan,
ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang
APBN/Perda APBD,
2) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun
pelaporan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan
keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk
diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian
penting lainnya,
4) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan pada lembar
muka (on the face) laporan keuangan,
5) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban
yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas
pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan
basis kas, dan
6) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk
penyajian yang wajar, yang tidak disajikan pada lembar muka
(on the face) laporan keuangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Lampiran I-D
menjelaskan bahwa sistematika Catatan atas Laporan Keuangan
terdiri dari Kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian
target Undang-Undang APBN/Perda APBD, ikhtisar pencapaian
kinerja keuangan, kebijakan akuntansi, dan penjelasan atas perkiraan
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
Laporan keuangan merupakan salah satu sarana untuk
mewujudkan good governance (Sadjiarto, 2000). Hal ini dikarenakan
melalui laporan keuangan maka unsur akuntabilitas dalam mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
good governance dapat terpenuhi (Wiratraman, 2009). Pada
perkembangannya, usaha pemerintah dalam mencapai good
governance masih kurang. Hal ini dapat terlihat dari fenomena yang
terjadi pada tahun 2004 dimana terjadi korupsi secara massal dengan
dalih studi banding, proyek penggusuran, dan manipulasi anggaran
(Wiratraman, 2009). Belakangan ini, berkembanglah tuntutan
masyarakat mengenai akuntabilitas yang tidak hanya sekedar dalam
bentuk laporan pertanggungjawaban, namun masyarakat
menginginkan adanya pengukuran kinerja keuangan pemerintah
(Sadjiarto, 2000).
3. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Kinerja sering didefinisikan sebagai prestasi yang dicapai oleh
organisasi dalam periode tertentu, yang merupakan pencapaian atas apa
yang direncanakan, baik oleh pribadi maupun organisasi (Hamzah,
2008). Kinerja diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas
selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan
pekerjaan (Anzar, 2008). Pengukuran kinerja (performance
measurement) adalah proses pengawasan secara terus menerus dan
pelaporan capaian kegiatan, khususnya kemajuan atas tujuan yang
direncanakan (Westin, 1998).
Penilaian kinerja terhadap lembaga atau organisasi tidak hanya
berlaku pada lembaga atau organisasi yang berorientasi profit saja,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
melainkan juga perlu dilakukan pada lembaga atau organisasi non profit.
Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui sejauh mana pemerintah
menjalankan tugasnya dalam roda pemerintahan dan melaksanakan
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat dengan menyampaikan
laporan pertanggungjawaban keuangan.
Tuntutan yang tinggi terhadap kinerja dan akuntabilitas kinerja
pemerintah daerah ini berujung pada kebutuhan pengukuran kinerja
pemerintah daerah. Pengukuran kinerja pemerintah daerah mempunyai
banyak tujuan, tujuan tersebut paling tidak untuk meningkatkan kinerja
dan meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah. Untuk itu
pemerintah daerah dituntut untuk mampu membangun ukuran kinerja
yang baik. Ukuran yang disusun tidak dapat hanya dengan menggunakan
satu ukuran, oleh karena itu perlu ukuran yang berbeda untuk tujuan
yang berbeda. Hal inilah yang kadang membuat konflik. Ukuran kinerja
mempengaruhi ketergantungan antar unit kerja yang ada dalam satu unit
kerja (Mardiasmo, 2002).
Pengukuran kinerja pemerintah daerah dapat digunakan untuk
memperoleh informasi yang dapat meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan sehingga akan meningkatkan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat. Alat yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk
menganalisa kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan
daerahnya adalah melakukan analisa rasio keuangan terhadap APBD
yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Analisis rasio keuangan APBD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode
dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui
bagaimana kecenderungan yang terjadi.
Analisis rasio keuangan sebagai salah satu alat analisis telah
banyak digunakan untuk menilai kinerja lembaga atau organisasi yang
bersifat profit oriented, namun masih jarang dilakukan pada lembaga
atau organisasi non-profit oriented khususnya pemerintah daerah. Hal ini
terjadi karena penyajian laporan keuangan pemerintah daerah
mempunyai keterbatasan serta sifat dan cakupan yang berbeda.
Penyusunan APBD selama ini berdasarkan asas keseimbangan atau
incrimental budget dimana masing-masing kelompok pendapatan dan
belanja besarnya dihitung dengan meningkat sejumlah prosentase
tertentu (berdasarkan tingkat inflasi) sehingga menyebabkan adanya
rasio keuangan dalam APBD (Halim, 2002).
Berdasarkan penelitian dari Widodo (2001) dalam Halim (2002),
ada beberapa rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan
yang bersumber dari APBD antara lain rasio kemandirian (otonomi
fiskal), rasio efektifitas PAD, rasio efisiensi, dan rasio keserasian
(aktivitas).
a. Rasio Kemandirian
Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan
kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang
diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah ini dapat diukur
dengan membandingkan jumlah Pendapatan Asli Daerah terhadap
jumlah Dana Alokasi Umum ditambah jumlah pinjaman (selain
utang PFK (Pada Fihak Ketiga) dan utang pajak PPn/PPh).
Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah
terhadap sumber dana dari luar. Semakin tinggi rasio kemandirian
mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap
pihak luar (terutama pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah
dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga
menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan
daerah.
b. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah
dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil
daerah.
Kemampuan daerah dalam menjalankan tugasnya dikatakan
efektif apabila rasio yang dicapai sebesar 1 (satu) atau 100%. Namun
demikian semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan
kemampuan daerah yang semakin baik. Guna memperoleh ukuran
yang lebih baik, rasio efektivitas tersebut perlu dibandingkan dengan
rasio efisiensi yang dicapai pemerintah daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
c. Rasio Efisiensi
Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan dalam mencapai tujuan, visi dan misi suatu organisasi
(Bastian, 2006). Pengukuran kinerja pemerintah daerah dapat diukur
dengan menilai efisiensi atas pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat. Penilaian efisiensi sangat penting dilakukan karena akan
berdampak pada standar hidup masyarakat.
Semakin kecil rasio efisiensi maka kinerja pemerintah daerah
semakin baik. Untuk itu pemerintah daerah perlu menghitung secara
cermat berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan
seluruh pendapatan yang diterimanya sehingga dapat diketahui
apakah kegiatan pemungutan pendapatannya tersebut efisien atau
tidak.
d. Rasio Keserasian (aktivitas)
Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah
memprioritaskan alokasi dananya pada belanja operasional dan
belanja modal secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang
dialokasikan untuk belanja operasional berarti belanja modal yang
digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi
masyarakat cenderung semakin kecil. Secara sederhana, rasio
keserasian itu dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Rasio Keserasian Belanja Operasional,
2) Rasio Keserasian Belanja Modal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Belum ada standar yang pasti mengenai besarnya rasio belanja
operasional maupun modal terhadap APBD yang ideal, karena sangat
dipengaruhi oleh dinamisasi kegiatan pembangunan dan besarnya
kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan
yang ditargetkan.
4. Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Secara umum pertumbuhan ekonomi dapat diartikan perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang
diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat
meningkat. Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PDRB tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhan penduduk, atau perubahan dalam struktur ekonomi berlaku
atau tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat kegiatan ekonomi
yang berlaku dari tahun ke tahun (Sukirno, 2002). Pertumbuhan ekonomi
dapat meliputi penggunaan lebih banyak input dan lebih efisien, yaitu
setiap penambahan satu satuan input dapat menghasilkan output yang
lebih banyak (Irawan dan Suparmoko, 2002).
Menurut pandangan para ekonom klasik maupun ekonom
neoklasik, pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang
modal, luas tanah dan kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang
digunakan (Sukirno, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Menurut Suparmoko (1994), faktor produksi yang mendorong
pertumbuhan ekonomi, yaitu: a) tenaga kerja, b) kapital, dapat terbentuk
melalui berbagai sumber di antaranya tabungan masyarakat, pajak,
pinjaman pemerintah dan inflasi, c) sumber daya alam dan lingkungan,
d) teknologi, dan e) faktor sosial, di antaranya adalah keamanan politik,
adat-isitiadat, agama, dan sistem pemerintahan.
Pertumbuhan ekonomi diukur menggunakan pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB) untuk negara dan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) untuk provinsi dan kabupaten atau kota. Pertumbuhan
ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu
wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu. Produksi
tersebut diukur dalam nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh
sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang dikenal sebagai
PDB untuk negara dan PDRB untuk provinsi dan kabupaten atau kota
(BPS, 2008).
PDB atau PDRB merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh suatu perekonomian di suatu wilayah dalam satu tahun
yang dinyatakan dalam harga pasar (Suparmoko, 1994). PDRB
merupakan produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh
penduduk dalam suatu daerah tertentu dalam satu wilayah negara dan
dalam jangka waktu satu tahun (Lincolin, 1999).
PDRB berdasarkan pengertian BPS (2008) merupakan jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh suatu daerah tertentu pada seluruh unit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
usaha, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (neto) yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB ini dapat didasarkan pada
harga berlaku dan berdasarkan harga konstan. PDRB berdasarkan harga
berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi,
karena menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
berdasarkan harga berlaku pada setiap tahun. PDRB berdasarkan harga
konstan digunakan untuk dapat mengetahui pertumbuhan ekonomi
secara riil dari tahun ke tahun karena menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada
satu tahun tertentu sebagai dasar, tahun dasar yang digunakan saat ini
adalah tahun 2000.
Cara menghitung PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan
(Sukirno, 2002), yakni sebagai berikut:
a. Pendekatan produksi
PDRB adalah jumlah NTB (Nilai Tambah Bruto) atas barang dan
jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu
daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit
produksi tersebut dikelompokkan menjadi sembilan lapangan usaha,
diantaranya adalah: sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor
industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor
konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan jasa
perusahaan, dan sektor jasa-jasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Pendekatan pendapatan
PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), yang terdiri dari
pendapatan sewa (Rent), gaji dan upah (Wage), pendapatan bunga
(Interest), dan keuntungan/laba (Profit).
c. Pendekatan pengeluaran
PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari:
pengeluaran konsumsi rumah tangga (Consumption), pembentukan
modal tetap domestik bruto (Investment), konsumsi pemerintah
(Government), perubahan stok, dan ekspor neto (Expor minus
Impor).
Secara konsep tiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka
yang sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang
dan jasa akhir yang dihasilkan harus sama pula dengan jumlah
pendapatan untuk faktor-faktor produksi.
B. Kerangka Pemikiran
Jenis penelitian ini adalah penelitian hipotesis karena bertujuan untuk
menguji hipotesis yang telah disusun. Jenis penelitian ini menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
fenomena dalam pengaruh antar variabel. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh kinerja keuangan pemerintah daerah terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah. Berikut ini merupakan kerangka pemikiran
yang menggambarkan model penelitian dan hubungan antar variabel yang
digunakan dalam penelitian.
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Variabel Independen Variabel Dependen
Pertumbuhan Ekonomi (y)
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (x)
Rasio Kemandirian
(x1)
Rasio Efektivitas PAD (x2)
Rasio Efisiensi (x3)
Rasio Keserasian Belanja
Operasional (x4)
Rasio Keserasian Belanja Modal (x5)
Pertumbuhan Ekonomi (y)
H1
H2
H3
H4
H5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Rasio Kemandirian sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan
kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang
telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang
diperlukan daerah.
Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah
terhadap sumber dana dari luar. Semakin tinggi rasio kemandirian
mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap pihak
luar (terutama pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah dan
demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan
tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin
tinggi rasio kemandirian daerah maka pembangunan daerah akan
semakin maju, sehingga pertumbuhan ekonomi pun dapat meningkat
(Halim, 2002).
Dari uraian di atas, maka hipotesis pertama pada penelitian ini
adalah:
H1 : rasio kemandirian daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2. Pengaruh Rasio Efektivitas PAD sebagai Alat Ukur Kinerja
Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah
dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil
daerah (Widodo, 2001 dalam Halim, 2002).
Kemampuan daerah dalam menjalankan tugasnya dikatakan efektif
apabila rasio yang dicapai sebesar 1 (satu) atau 100%. Namun demikian
semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah
yang semakin baik. Semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah
merealisasikan PAD yang dianggarkan, maka semakin meningkat pula
pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
. Dari uraian di atas, maka hipotesis kedua pada penelitian ini
adalah:
H2 : rasio efektivitas PAD berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi.
3. Pengaruh Rasio Efisiensi Anggaran sebagai Alat Ukur Kinerja
Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan dalam mencapai tujuan, visi dan misi suatu organisasi (Bastian,
2006). Pengukuran kinerja pemerintah daerah dapat diukur dengan
menilai efisiensi atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Penilaian efisiensi sangat penting dilakukan karena akan berdampak
pada standar hidup masyarakat.
Semakin kecil rasio efisiensi maka kinerja pemerintah daerah
semakin baik. Untuk itu pemerintah daerah perlu menghitung secara
cermat berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan
seluruh pendapatan yang diterimanya sehingga dapat diketahui apakah
kegiatan pemungutan pendapatannya tersebut efisien atau tidak.
Sehingga dapat dikatakan jika semakin kecil rasio efisensi, berarti
menandakan bahwa pemerintah semakin cermat dalam mengeluarkan
biaya untuk merealisasikan seluruh pendapatan. Semakin tinggi
pendapatan yang berhasil direalisasikan tentunya semakin dapat
memenuhi kebutuhan belanja pembangunan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah.
Dari uraian di atas, maka hipotesis ketiga pada penelitian ini
adalah:
H3 : rasio efisiensi anggaran berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi.
4. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Operasional sebagai Alat Ukur
Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah
memprioritaskan alokasi dananya pada belanja operasional dan belanja
modal secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
untuk belanja operasional berarti belanja modal yang digunakan untuk
menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung
semakin kecil. Sehingga rasio belanja operasional yang semakin tinggi
akan berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi daerah.
Dari uraian di atas, maka hipotesis keempat pada penelitian ini
adalah:
H4 : rasio keserasian belanja operasional berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
5. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Modal sebagai Alat Ukur
Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Belanja modal dipergunakan untuk membiayai penambahan
infrastruktur dan perbaikan infrastruktur yang ada atau sarana dan
prasarana yang memadai. Pembangunan sarana dan prasarana oleh
pemerintah daerah berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi
(Kuncoro, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Septiana (2007)
melihat sampai sejauh mana kebijakan pemerintah daerah dalam
mengalokasikan DAU yang diterima untuk kepentingan belanja modal
dan bagaimana dampak alokasi belanja ini terhadap peningkatan kualitas
pembangunan manusia.
Berkaitan dengan hal itu, strategi alokasi belanja daerah
memainkan peranan yang tidak kalah penting guna meningkatkan
penerimaan daerah. Dalam upaya untuk meningkatkan kontribusi publik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
terhadap penerimaan daerah, alokasi belanja modal hendaknya lebih
ditingkatkan. Belanja Modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah
diantaranya pembangunan dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan,
transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari
pembangunan daerah.
Dari uraian di atas, maka hipotesis kelima pada penelitian ini
adalah:
H5 : rasio keserasian belanja modal berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis (hypothesis
testing) yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti
mengenai pengaruh kinerja keuangan pemerintah daerah yang diukur
dengan rasio kemandirian, rasio efektivitas PAD, rasio efisiensi anggaran,
rasio keserasian belanja operasional, dan rasio keserasian belanja modal
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Menurut Sekaran (2006), pengujian
hipotesis harus dapat menjelaskan sifat dari hubungan tertentu, memahami
perbedaan antar kelompok atau independensi dua variable atau lebih.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi adalah total kumpulan elemen atau unsur yang kita harapkan
untuk membuat kesimpulan (Cooper, 2009). Populasi adalah keseluruhan
orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran,
2000). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipalajari lalu ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian
ini adalah Pemerintah Daerah kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2006–
2008. Total populasi adalah 465 kabupaten/kota di bawah 33 propinsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Sampel adalah bagian populasi yang akan dipalajari secara detail
(Sekaran, 2006). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara judgement-
sampling, yang berarti sampel diambil berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan (Jogiyanto, 2005). Kriteria tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Sampel adalah laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit
oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dengan pendapat wajar
dengan pengecualian atau wajar tanpa pengecualian,
2. Pada sampel tersebut, tersedia data-data non keuangan seperti PDRB
(Pendapatan Domestik Regional Bruto), dan Pertumbuhan Ekonomi
daerah.
Kriteria di atas digunakan karena tidak semua pemerintah daerah
menyediakan informasi yang dibutuhkan.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Menurut Sekaran (2006), data sekunder adalah data yang diperoleh secara
tidak langsung dari individu-individu, kelompok-kelompok tertentu, dan
juga responden yang telah ditentukan secara spesifik yang memiliki data
secara spesifik. Penelitian ini mengumpulkan data sekunder dari responden,
website, dan pihak-pihak terkait seperti BPK RI dan BPS. Alasan
penggunaan data sekunder dengan pertimbangan bahwa data ini mempunyai
validitas data yang dijamin oleh pihak lain sehingga handal untuk digunakan
dalam penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten/Kota di
Indonesia tahun 2006-2008 serta data non keuangan, seperti PDRB, dan
pertumbuhan ekonomi daerah.
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan yang kemudian dikumpulkan
sebagai bahan penelitian. Data LKPD yang dikumpulkan oleh peneliti
diperoleh dari Laporan Hasil Pemeriksaan oleh BPK RI. Instrumen
penelitian menggunakan data Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), neraca dan laporan realisasi anggaran tahun 2006-2008 dari setiap
pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel adalah apa pun yang dapat membedakan atau membawa
variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau
orang yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek yang berbeda
(Sekaran, 2006). Penelitian ini menggunakan dua variabel utama, yaitu
variabel independen dan dependen. Adapun definisi dan pengukuran
masing-masing variabel akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Variabel Independen
Variabel independen merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi variabel dependen, baik pengaruh secara positif maupun
negatif (Sekaran, 2006). Variabel independen dalam penelitian ini terdiri
dari beberapa pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Kinerja merupakan pencapaian atas apa yang direncanakan, baik oleh
pribadi maupun organisasi (Hamzah, 2008). Pengukuran kinerja
(performance measurement) adalah proses pengawasan secara terus
menerus dan pelaporan capaian kegiatan, khususnya kemajuan atas
tujuan yang direncanakan (Westin, 1998). Alat yang dapat digunakan
oleh pemerintah untuk menganalisa kinerja pemerintah daerah dalam
mengelola keuangan daerahnya adalah melakukan analisa rasio
keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
e. Rasio Kemandirian
Rasio kemandirian digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian
pemerintah daerah dalam hal pendanaan aktivitasnya. Rasio ini dapat
diukur dengan membandingkan jumlah Pendapatan Asli Daerah
(PAD) terhadap jumlah DAU ditambah jumlah pinjaman (selain
utang PFK dan utang pajak PPn/PPh).
f. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah
dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil
daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
g. Rasio Efisiensi
Penghitungan rasio efisiensi didasarkan pada penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Hamzah (2009), yaitu:
d. Rasio Keserasian
1) Rasio Keserasian Belanja Operasional
Rasio ini menggambarkan prioritas pemerintah daerah dalam
mengalokasikan dananya pada belanja operasional.
2) Rasio Keserasian Belanja Modal
Rasio ini menggambarkan prioritas pemerintah daerah dalam
mengalokasikan dananya pada belanja modal.
Belum ada standar yang pasti mengenai besarnya rasio belanja
operasional maupun modal terhadap APBD yang ideal, karena sangat
dipengaruhi oleh dinamisasi kegiatan pembangunan dan besarnya
kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan
yang ditargetkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Variabel Dependen
Variabel dependen yang dipakai dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi merupakan
kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau
lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau perubahan dalam
struktur ekonomi berlaku atau tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan
tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahun (Sukirno,
2002).
Pertumbuhan ekonomi diukur menggunakan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) untuk provinsi dan kabupaten atau kota. PDRB
ini dapat didasarkan pada harga berlaku dan berdasarkan harga konstan.
PDRB berdasarkan harga berlaku dapat digunakan untuk melihat
pergeseran dan struktur ekonomi, karena menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung berdasarkan harga berlaku pada setiap
tahun. PDRB berdasarkan harga konstan digunakan untuk dapat
mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun karena
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar,
tahun dasar yang digunakan saat ini adalah 2000 (BPS, 2008).
Perhitungan pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan rumus sebagai
berikut (Kuncoro, 2004):
PE = (PDRBt – PDRBt-1) / PDRBt-1 x 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Keterangan:
PE = Pertumbuhan Ekonomi
PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto pada tahun t
PDRBt-1 = Produk Domestik Regional Bruto satu tahun sebelum
tahun t
E. Metode Analisis Data
Penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Secara
umum, pendekatan kuantitatif lebih fokus pada tujuan untuk generalisasi,
dengan melakukan pengujian statistik dan steril dari pengaruh subjektif
peneliti (Sekaran, 2006). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi linier berganda. Analisis regresi berganda adalah
analisis mengenai beberapa variabel independen dengan satu variabel
dependen.
Dalam analisis regresi selain mengukur seberapa besar hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen, juga menunjukkan
bagaimana hubungan antara variabel independen dengan dependen, sehingga
dapat membedakan variabel independen dengan variabel dependen tersebut
(Ghozali, 2006).
Analisis data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan bantuan
Program SPSS 16.0 for Windows, beberapa langkah yang dilakukan dalam
analisis regresi linier masing-masing akan dijelaskan di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif terdiri dari penghitungan mean, median, standar
deviasi, maksimum, dan minimum dari masing-masing data sampel
(Ghozali, 2006). Penyajian statistik deskriptif bertujuan agar dapat
dilihat profil dari data penelitian tersebut dengan hubungan yang ada
antar variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut.
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model
dari penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah data tersebut harus
terdistribusikan secara normal, tidak mengandung multikolonieritas, dan
heteroskedastisitas. Untuk itu sebelum melakukan pengujian regresi
linier berganda perlu dilakukan lebih dahulu pengujian asumsi klasik,
yang terdiri dari:
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t mengasumsikan
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel
kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-
S). Jika hasil Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan
diatas 0,05 maka data residual terdistribusi dengan normal.
Sedangkan jika hasil Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai
signifikan dibawah 0,05 maka data residual terdistribusi tidak normal
(Ghozali, 2006).
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen
(Ghozali, 2006). Uji multikolonieritas ini digunakan karena pada
analisis regresi terdapat asumsi yang mengisyaratkan bahwa variabel
independen harus terbebas dari gejala multikolonieritas atau tidak
terjadi korelasi antar variabel independen. Nilai cutoff yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai
Tolerance lebih dari 0,10 atau sama dengan nilai VIF yang kurang
dari 10 (Ghozali, 2006).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
waktu berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sering ditemukan pada
data runtut waktu (time series) karena gangguan pada individu atau
kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data cross
section (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi
karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu
atau kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2006). Jika ada masalah
autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya signifikan,
menjadi tidak layak untuk dipakai (Santoso, 2000).
Dalam pengujian ada tidaknya masalah autokorelasi, peneliti
akan menggunakan uji Run test dengan alat bantu SPSS. Menurut
Ghozali (2006), jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi
autokorelasi baik positif atau negatif.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Sebuah model regresi yang baik adalah model regresi yang
mempunyai data yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas. Kebanyakan data cross section mengandung
situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, atau besar) (Ghozali,
2006). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dalam
model, peneliti akan menggunakan uji Glejser dengan bantuan
program SPSS. Apabila koefisien parameter beta > 0.05 maka tidak
ada masalah heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).
Penelitian ini menggunakan model regresi berganda (multiple
regression analysis), karena terdiri dari satu variabel dependen dan
beberapa variabel independen (Sekaran, 2006). Persamaan regresi
dirumuskan sebagai berikut:
PE = α + b1MAND + b2EFEK + b3EFIS + b4RBO + b5RBM + e
Tabel 3.1
Keterangan Persamaan Regresi Berganda
3. Uji Hipotesis
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat
diukur dari Goodness of Fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat
diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik
t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik (Ghozali, 2006).
Simbol Keterangan PE MAND
Pertumbuhan Ekonomi Rasio Kemandirian
EFEK Rasio Efektivitas EFIS Rasio Efisiensi RBO Rasio Belanja Operasional RBM Rasio Belanja Modal α β1, …, β5
Konstan Koefisien regresi
E Error
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
a. Model Regresi
Pengujian ini untuk mengetahui apakah model regresi yang
digunakan layak (fit) untuk melakukan pengujian hipotesis dalam
penelitian ini. Pengujian ini dilakukan dengan alat bantu program
SPSS versi 16.0. Kriteria pengujiannya adalah seperti berikut ini.
1) H0 tidak ditolak dan HA tidak mampu didukung yaitu apabila ρ
value > 0.05 atau bila nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05
berarti model regresi dalam penelitian ini tidak layak (fit) untuk
digunakan dalam penelitian.
2) H0 ditolak dan HA berhasil didukung yaitu apabila ρ value > 0.05
atau bila nilai signifikansi kurang dari nilai alpha 0,05 berarti
model regresi dalam penelitian ini layak (fit) untuk digunakan
dalam penelitian.
b. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen.
Koefisien determinasi ini digunakan karena dapat menjelaskan
kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel dependen.
Semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka akan semakin baik
pula kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen (Ghozali, 2006).
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
c. Uji Signifikasi Parameter Individual
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas
secara individual mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi
variabel independen lainnya konstan. Kriteria pengujiannya adalah
seperti berikut ini.
1) H0 tidak ditolak dan HA tidak berhasil didukung yaitu apabila ρ
value < 0.05 atau bila nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05
berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
2) H0 ditolak dan HA berhasil didukung yaitu apabila ρ value > 0.05
atau bila nilai signifikansi kurang dari nilai alpha 0,05 berarti
variabel independen secara individual berpengaruh terhadap
variabel dependen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Dalam deskripsi data ini akan dijelaskan mengenai populasi data,
jumlah sampel, dan persentase masing-masing sampel yang digunakan dan
analisis deskriptif dari data yang telah diperoleh.
1. Seleksi Sampel
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2006–2008 di Indonesia.
Data Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2006-2008
tersebut diperoleh dari pengajuan data ke kantor BPK RI Pusat di
Jakarta. Hasil dari pengajuan data ini, pihak BPK RI hanya
menyanggupi memberikan LKPD dalam format digital yang ada di
dalam database kantor humas, sehingga data yang kami peroleh sejumlah
206 LKPD auditan BPK.
Total populasi adalah 465 kabupaten/kota di bawah 33 propinsi
(Data BPK RI, 2008). Berdasarkan teknik pengambilan sampel dalam
BAB III, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 68. Adapun rinciannya dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 4.1
Proses Pemilihan Daerah Penelitian
Kriteria Jumlah
Pemerintah daerah kabupaten dan kota di Indonesia yang telah menerbitkan LKPD tahun 2006 hingga 2008 Data Pemerintah daerah kabupaten dan kota di Indonesia yang telah menerbitkan LKPD namun tidak dapat diperoleh dari BPK RI (dengan alasan tidak memenuhi kriteria time series) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang telah di audit BPK RI selama tahun 2006-2008 dengan opini disclaimer atau adverse
465
(259)
(138)
Jumlah Kabupaten dan Kota sebagai daerah penelitian 68
Sumber : Hasil Pengolahan Data BPK RI
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah pemerintah daerah
kabupaten dan kota di Indonesia yang telah menerbitkan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) selama tahun 2006 hingga tahun
2008 berjumlah 465 kabupaten dan kota dari 33 propinsi. Selama
periode pengamatan yaitu dari tahun 2006 hingga 2008, data yang dapat
diperoleh untuk diteliti dari BPK RI Pusat hanya sejumlah 206 Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Dari 206 data LKPD yang telah
di audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) hanya terdapat 68
kabupaten/kota yang memenuhi kriteria pengambilan sampel oleh
penulis, yaitu LKPD yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian
atau wajar dengan pengecualian selama tiga tahun yaitu 2006-2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Oleh karena data yang dianalisis meliputi 68 pemerintah daerah
kabupaten dan kota yang memenuhi kriteria pengambilan daerah
penelitian, yang mencakup periode pengamatan dalam penelitian ini dari
tahun 2006 hingga 2008 (3 periode), maka data analisis dalam penelitian
ini menggunakan pooled data. Pooled data atau data panel adalah
gabungan antara data cross sectional dengan data time series (Jogiyanto,
2005). Dengan demikian observasi yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah 204 observasi (68 pemerintah kabupaten dan kota
selama 3 periode).
2.Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif memberikan gambaran umum mengenai data dan
penyebaran data yang digunakan dalam penelitian ini. Penggambaran
data yang dimaksud meliputi nilai rata-rata (mean), nilai tertinggi
(maximum), nilai terendah (minimum) serta nilai standar deviasi yang
menggambarkan penyebaran data penelitian ini.
Dari hasil pengumpulan data sekunder mengenai inerja keuangan
Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun 2006-2008, maka statistik deskriptif
yaitu minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi variabel
penelitian adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel
N Min Max Mean
Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Pertumbuhan Ekonomi 204 2,02 10,14 5,64 0,1044584 1,492
Rasio Efektifitas 204 0,43 1,98 1,11 0,0195363 0,279
Rasio Efisiensi 204 0,52 1,40 0,95 0,0460680 0,658
Rasio Belanja Operasional 204 0,25 1,11 0,68 0,0083568 0,119
Rasio Belanja Modal 204 0,02 0,55 0,29 0,0079585 0,114
Rasio Kmandirian 204 0,02 3,36 0,17 0,0219295 0,313
Valid N (listwise) 204
Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0 for Windows
Berdasarkan Tabel 4.2, Pertumbuhan Ekonomi dan kota terpilih
pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 memiliki nilai rata-rata
sebesar 5,6427 dengan nilai minimal sebesar 2,02 (Kabupaten Bantul
tahun 2006) dan nilai maximal sebesar 10,14 (Kota Pekanbaru tahun
2006).
Berdasarkan Tabel 4.2, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan
pemerintah daerah di Indonesia jika diukur dengan rasio efektifitas
Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki rata-rata sebesar 1,1095.
dengan nilai minimal sebesar 0,43 yang dimiliki oleh Kabupaten Bone
pada tahun 2007 dan nilai maksimum 1,98 yang dimiliki oleh Kabupaten
Pelalawan 2006. Menurut Widodo (2001) dalam Halim (2002),
kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif
apabila memiliki rasio sebesar 1 (satu) atau 100%. Namun demikian
semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah
yang semakin baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Dari hasil stastistik diatas secara keseluruhan kinerja pemerintah
kabupaten/kota yang ada di Indonesia telah efektif karena memiliki rasio
rata-rata lebih dari 1 (satu). Hal ini menunjukkan pemerintah
kabupaten/kota telah berhasil mencapai pendapatan asli daerah yang
ditargetkan di dalam anggarannya.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kinerja keuangan
pemerintah di Indonesia jika diukur dengan rasio efisiensi memiliki
daerah rata-rata sebesar 0,9511 dengan nilai minimal sebesar 0,52
(Kabupaten Ende 2008) dan nilai maksimal 1,40 (Kabupaten Gorontalo
2008). Nilai rata-rata sebesar 0,9511 berarti bahwa pemerintah daerah di
Indonesia tergolong memiliki kinerja yang kurang baik karena kurang
efisien. Penelitian yang dilakukan Hamzah (2008) mengungkapkan
apabila pemerintah daerah yang memiliki persentase efisiensi sebesar
90-100 maka pemerintah daerah tersebut kuang efisien. Pemerintah
daerah dikatakan efisien jika memiliki persentase sebesar 60%-70%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah di Indonesia
belum membelanjakan dana yang ada sesuai yang dianggarkan serta
masih buruknya pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat.
Selain itu dalam pelaksanaan pekerjaan, pemerintah daerah Indonesia
belum dapat mencapai hasil (output) dengan biaya (input) yang terendah
atau dengan biaya minimal diperoleh hasil yang diinginkan.
Rasio keserasian belanja operasional dan rasio keserasian belanja
modal adalah rasio yang saling terkait satu sama lain. Rasio ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi
dananya pada belanja operasional dan belanja modal secara optimal.
Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja
operasional berarti persentase belanja modal yang digunakan untuk
menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung kecil
(Widodo, 2001 dalam Halim, 2002).
Beradasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan
pemerintah yang diukur melalui rasio keserasian belanja operasional
memiliki nilai rata-rata sebesar 0,6813 dengan nilai minimal sebesar
0,25 (Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2007) dan nilai maksimal
sebesar 1,11 (Kabupaten Ende tahun 2008), sedangkan rasio keserasian
belanja modal memiliki nilai rata-rata sebesar 0,2877 dengan nilai
minimal sebesar 0,02 (Kabupaten Lebak tahun 2006) dan nilai
maksimum sebesar 0,55 (Kabupaten Bangka Selatan tahun 2007). Dari
perhitungan rasio di atas terlihat bahwa sebagian besar dana yang
dimiliki pemerintah daerah masih diprioritaskan untuk belanja
operasional pemerintah sehingga rasio belanja modal pemerintah
terhadap APBD masih kecil.
Pemerintah seharusnya melakukan perbaikan pengalokasian dana
untuk belanja modal selain belanja rutin akan ikut menopang perbaikan
kesejahteraan daerah. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan ekonomi bersifat timbal balik, artinya apabila terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pertumbuhan ekonomi maka akan mempengaruhi pembangunan
manusianya.
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan pemerintah
daerah di Indonesia jika diukur dengan rasio kemandirian memiliki nilai
rata-rata sebesar 0,1682 dengan nilai minimal sebesar 0,02 (Kabupaten
Kaur tahun 2006) dan nilai maksimal sebesar 3,36 (Kabupaten Bengkalis
tahun 2008). Nilai rata-rata sebesar 0,1682 menandakan bahwa secara
keseluruhan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri
kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat
masih tergolong rendah.
B. Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Asumsi Klasik
Model regresi dalam penelitian dapat digunakan untuk estimasi
dengan signifikan dan representatif jika model regresi tersebut tidak
menyimpang dari asumsi dasar klasik regresi berupa: normalitas,
autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolonieritas. Berikut ini
dipaparkan hasil asumsi klasik atas data yang digunakan dalam
penelitian.
a.Uji Normalitas
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara
data observasi dengan distribusi yang mendekati normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Gambar 4.1
Grafik Histogram
Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0 for Windows
Dengan melihat tampilan grafik histogram di atas, dapat
disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi
yang normal (berada di tengah).
Namun demikian hanya dengan melihat histogram, hal ini
dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability
plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis diagonal dan
ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika
distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan
data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Gambar 4.2
Grafik Normal Plot
Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0 for Windows
Dengan melihat tampilan grafik normal plot, data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka dapat
dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas
Uji normalitas grafik dapat menyesatkan jika tidak berhati-hati
dalam mengamati, secara visual kelihatan normal, padahal secara
statistik belum tentu normal. Oleh karena itu dilakukan pengujian
statistik dengan cara melakukan uji one sample test Kolmogrov-
Smirnov. Uji ini digunakan untuk menghasilkan angka yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
detail, apakah suatu persamaan regresi yang akan dipakai lolos
normalitas. Suatu persamaan regresi dikatakan lolos normalitas
apabila nilai signifikasi uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari
0,05 (Ghozali, 2006).
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N 204
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.42702511
Most Extreme Differences Absolute .080
Positive .080
Negative -.061
Kolmogorov-Smirnov Z 1.142
Asymp. Sig. (2-tailed) .147
a. Test distribution is Normal.
Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0 for Windows
Pada tabel terlihat bahwa besarnya nilai K-S adalah 1,142 dengan
nilai signifikansi 0,147 yang jauh di atas 0,05 yang berarti data
residual terdistribusi secara normal atau memenuhi asumsi klasik.
Sekali lagi hasilnya konsisten dengan uji sebelumnya.
b. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Independen).
Uji multikolonieritas dapat dilaksanakan menggunakan model
regresi dan melakukan uji korelasi antar variabel independen dengan
menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance
value diatas 0,10 atau nilai Variance Inflation Factors (VIF)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
dibawah 10 maka tidak terjadi multikolonieritas (Ghozali, 2006).
Hasil uji multikolonieritas pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas
Variabel Tolerance
Value VIF Keterangan
MAND .947 1.056 tidak terjadi multikolonieritas
EFEK .823 1.216 tidak terjadi multikolonieritas
EFIS RBM RBO
.873
.341
.344
1.145 2.930 2.908
tidak terjadi multikolonieritas tidak terjadi multikolonieritas tidak terjadi multikolonieritas
Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0 for Windows.
Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen
yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak
ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%.
Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga
menunjukkan hal yang sama, yakni tidak ada satu variabel
independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Hasil pengujian
ini mengindikasikan bahwa dalam model regresi yang digunakan
dalam penelitian ini tidak terjadi gejala multikolonieritas.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi menunjuk pada hubungan yang terjadi antara
anggota-anggota dari serangkaian observasi yang terletak berderetan
secara series dalam bentuk waktu (untuk time series) atau hubungan
antara tempat yang berdekatan (cross sectional). Uji autokorelasi
menggunakan uji Run Test, dimana bila nilai signifikasnsi lebih dari
0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi gejala autokolerasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
dan sebaliknya jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka terjadi
gejala autokolerasi dalam model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini.
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Unstandardized Residual
Test Valuea -.24913
Cases < Test Value 102
Cases >= Test Value 102
Total Cases 204
Number of Runs 94
Z -1.263
Asymp. Sig. (2-tailed) .206
a. Median
Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0 for Windows Hasil uji autokolerasi dengan Run Test diatas menunjukkan
bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0.206 yang lebih besar dari
5%, sehingga dinyatakan tidak terdapat gejala autokolerasi dalam
model penelitian.
d. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan keadaan yang menggambarkan
seluruh faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama untuk
seluruh pengamatan atas variabel independen. Dalam penelitian ini,
uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas
dalam model regresi adalah metode Glejser, yaitu dengan
meregresikan nilai dari seluruh variabel independen dengan nilai
mutlak (absolute) dari nilai residual sehingga dihasilkan probability
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
value. Kriteria pengujiannya adalah jika probability value < 0,05
maka terjadi heteroskedastisitas dan jika probability value > 0,05
maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -.087 1.078 -.080 .936
MAND .305 .196 .109 1.553 .122
EFEK .576 .247 .175 2.332 .051
EFIS .494 .573 .063 .862 .390
RBO .624 .858 .085 .728 .468
RBM -1.307 .897 -.169 -1.456 .147
a. Dependent Variable: AbsUt
Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0 for Windows
Tabel di atas menunjukkan bahwa probabilitas (sig) dalam tiap
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini lebih besar dari
0,05 atau 5% sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas dalam model regresi penelitian ini.
2.Analisis Regresi Berganda
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh bukti empiris terkait
pengaruh kinerja keuangan pemerintah daerah terhadap pertumbuhan
ekonomi. Untuk tujuan penelitian tersebut, maka dalam melakukan
analisis data penelitian dengan menggunakan model regresi berganda.
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
H1 : rasio kemandirian daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi,
H2 : rasio efektivitas PAD berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi,
H3 : rasio efisiensi anggaran berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi,
H4 : rasio keserasian belanja operasional berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi,
H5 : rasio keserasian belanja modal berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Pengujian terhadap hipotesis satu hingga lima di atas dapat
dilakukan dengan persamaan regresi sebagai berikut:
PE = α + b1 MAND + b2 EFEK + b3 EFIS + b4 RBO + b5 RBM + e
Berikut disajikan pengujian dan hasil analisis atas pengujian
menggunakan model regresi berganda.
a. Model Regresi
Uji signifikansi-F dilakukan guna menentukan good of fit test
atau uji kelayakan model regresi untuk digunakan dalam melakukan
analisis hipotesis dalam penelitian. Kriteria yang digunakan dalam
pengujian ini adalah probability value (sig), apabila probability value
dalam hasil pengujian lebih kecil dari 5%, maka dapat dinyatakan
bahwa model layak (fit) untuk digunakan sebagai model regresi
dalam penelitian karena variabel kinerja keuangan pemerintah daerah
(rasio kemandirian daerah, rasio efektivitas PAD, rasio efisiensi
anggaran, rasio keserasian belanja operasional, dan rasio keserasian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
belanja modal) secara simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi, dan sebaliknya jika probability value lebih besar dari 5%,
maka dapat dinyatakan bahwa model tidak layak untuk digunakan
dalam pengujian hipotesis penelitian. Berikut disajikan hasil uji
signifikansi-F dalam penelitian ini.
Tabel 4. 7
Hasil Uji Signifikansi –F
Model Sum of Squares
df Mean
Square F Sig.
1 Regression 38.480 5 7.696 3.686 .003a
Residual 413.389 198 2.088
Total 451.870 203
a. Predictors: (Constant), Rasio Belanja Modal, Rasio Efisiensi, Rasio
Kemandirian, Rasio Efektivitas, Rasio Belanja Operasional
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0 for Windows
Tabel di atas menunjukkan bahwa probability value dari model
regresi yang digunakan dalam penelitian lebih kecil dari tingkat
signifikansi penelitian 5% sebesar 0,003. Hasil ini mengindikasikan
bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak (fit)
untuk digunakan sebagai model regresi pengujian hipotesis.
b. Uji koefisien determinasi
Koefisien determinasi menyatakan persentase total variasi dari
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen
dalam model. Untuk model regresi dengan satu variabel independen
koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai R square (R2) dan untuk
model regresi dengan menggunakan dua atau lebih variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
independen. Koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai adjusted R
square (adj R2). Penelitian ini menggunakan nilai adj R2.
Nilai adj R2 berkisar antara 0 sampai 1. Apabila adj R2
mendekati 1, ini menunjukkan bahwa variasi variabel dependen
dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Sebaliknya jika
nilai adj R2 mendekati 0, maka variasi dari variabel dependen tidak
dapat dijelaskan oleh variabel independen. Berikut ini disajikan hasil
uji koefisien regresi untuk kelima model regresi yang digunakan
dalam penelitian ini.
Tabel 4. 8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .292a .085 .062 1.44493
a. Predictors: (Constant), Rasio Belanja Modal, Rasio Efisiensi, Rasio
Kemandirian, Rasio Efektivitas, Rasio Belanja Operasional
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0 for Windows
Hasil pengujian mengindikasikan bahwa nilai Adjusted R2
sebesar 0,062 yang menunjukkan bahwa 6,2%. Hasil ini
mengindikasikan bahwa variabel independen dalam penelitian ini
yang terdiri dari rasio kemandirian, rasio efektivitas PAD, rasio
efisiensi anggaran, rasio keserasian belanja operasional, dan rasio
keserasian belanja modal mampu menjelaskan variabilitas variabel
dependen pertumbuhan ekonomi sebesar 6,2%. Sementara itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
sisanya sebesar 93,8% dijelaskan oleh variabel lain diluar model
penelitian ini.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual
Uji signifikansi-t dimaksudkan untuk pengujian pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian
sebagaimana dinyatakan dalam hipotesis penelitian ini. Selain untuk
menguji pengaruh tersebut, uji ini juga dapat digunakan untuk
mengetahui tanda koefisien regresi masing-masing variabel
independen sehingga dapat ditentukan arah pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria
pengambilan kesimpulan atas hasil pengujian adalah probability
value (sig)-t, apabila probability value (sig)-t lebih kecil dari 5%,
maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen sehingga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian berhasil didukung oleh data penelitian, sebaliknya jika
probability value (sig)-t lebih besar dari 5%, maka dapat dinyatakan
bahwa variabel independen tidak berpengaruh pada variabel
dependen dan hipotesis yang diajukan tidak berhasil didukung oleh
data penelitian. Berikut ini disajikan hasil uji signifikansi-t dalam
penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 4. 9
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual
Model Koefisien Std. Error t Sig.
1 (Constant) -.163 1.828 -.089 .929
Rasio Kemandirian .207 .333 .623 .534
Rasio Efektivitas .554 .419 1.321 .188
Rasio Efisiensi .836 .972 .860 .391
Rasio Belanja Operasional 5.324 1.454 3.661 .000***
Rasio Belanja Modal 2.557 1.522 1.681 .094*
a. Dependent Variable : pertumbuhan ekonomi
b. *** : signifikan pada sig. 1%
c. * : signifikan pada sig. 10%
Sumber : hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0 for Windows
Hasil pengujian data seperti tersaji di atas mengindikasikan
bahwa variabel independen dalam penelitian yang berupa rasio
keserasian belanja operasional dan rasio keserasian belanja modal
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang terbukti dengan
nilai probabilitas untuk variabel rasio belanja operasional yang lebih
kecil dari tingkat signifikansi 5%, dan variabel rasio belanja modal
yang lebih kecil dari tingkat signifikansi 10%. Nilai sig. untuk
variabel rasio belanja operasional adalah 0,000 dan untuk variabel
rasio belanja modal adalah 0,094. Selain itu, ternyata variabel rasio
kemandirian, rasio efektivitas, dan rasio efisiensi tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi karena tingkat
signifikansinya lebih dari 10%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tanda koefisien regresi untuk semua variabel penelitian ini
adalah positif yang masing-masing sebesar 0,207 untuk variabel
rasio kemandirian, 0,554 untuk variabel efektivitas, 0,836 untuk
variabel rasio efisiensi, 5,324 untuk variabel rasio belanja
operasional, dan 2,557 untuk variabel rasio belanja modal. Hasil
tanda koefisien regresi yang diperoleh dalam pengujian data tersebut
mengindikasikan bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah
berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi daerah.
C. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan kinerja keuangan pemerintah daerah
sebagai variabel independen dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel
dependen. Kinerja keuangan pemerintah daerah dalam penelitian ini
dijelaskan dengan lima pengukuran rasio yang terdiri dari rasio kemandirian
daerah, rasio efektivitas PAD, rasio efisiensi anggaran, rasio keserasian
belanja operasional, dan rasio keserasian belanja modal. Hasil pengujian
dalam penelitian ini berhasil membuktikan secara empiris bahwa hipotesis
keempat dan kelima dalam penelitian ini tidak dapat ditolak.
1. Pengaruh Rasio Kemandirian Daerah terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah untuk menguji
pengaruh rasio kemandirian sebagai alat pengukuran kinerja pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
daerah terhadap pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari Tabel 4.9,
menunjukkan tingkat signifikansi rasio kemandirian berada di atas 5%,
hal ini berarti hipotesis nol tidak berhasil ditolak, atau dengan kata lain
hipotesis pertama tidak mampu didukung, sehingga rasio kemandirian
daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil ini berbanding terbalik dengan hasil dari penelitian Hamzah
(2008) yang menyatakan bahwa rasio kemandirian berpengaruh positif
secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan
semakin besar PAD yang diperoleh dari pajak daerah, retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan yang sah serta semakin kecil pinjaman dan bantuan pusat,
maka semakin mandiri daerah tersebut. Namun dengan semakin
mandiri daerah tersebut, sebenarnya pertumbuhan ekonomi di daerah
tersebut belum dapat dikatakan dapat mengalami peningkatan, karena
dengan kurangnya campur tangan kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah pusat dan kurangnya kesiapan daerah untuk mandiri justru
membuat pertumbuhan ekonomi daerah semakin terhambat.
2. Pengaruh Rasio Efektivitas PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah untuk menguji
pengaruh rasio efektivitas PAD sebagai alat pengukuran kinerja
pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari Tabel
4.9, menunjukkan tingkat signifikansi rasio kemandirian berada di atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
5%, hal ini berarti hipotesis nol tidak berhasil ditoloak, atau dengan
kata lain hipotesis kedua tidak mampu didukung, sehingga rasio
efektivitas PAD tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Hasil ini sejalan dengan hasil dari penelitian Hamzah (2008) yang
menyatakan bahwa rasio efektivitas PAD tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan perbedaan antara
realisasi penerimaan PAD dengan target penerimaan PAD pada masing-
masing daerah tidak terlalu signifikan atau kurang memenuhi unsur
value for money (ekonomis, efisien, dan efektif). Dengan kurang adanya
perbedaan yang signifikan tersebut, maka kurang mendorong pula
adanya pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
3. Pengaruh Rasio Efisiensi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah untuk menguji
pengaruh rasio efisiensi anggaran sebagai alat pengukuran kinerja
pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari Tabel
4.9, menunjukkan tingkat signifikansi rasio kemandirian yang berada di
atas 5%, hal ini berarti hipotesis nol tidak berhasil ditolak, atau dengan
kata lain hipotesis ketiga tidak mampu didukung, sehingga rasio
efisiensi anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Hasil ini berbeda dengan hasil dari penelitian Hamzah (2008)
yang menyatakan bahwa rasio efisiensi berpengaruh positif secara
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan realisasi
belanja yang dikeluarkan lebih kecil daripada realisasi pendapatan yang
diterima atau dilakukan adanya efisiensi. Dengan adanya efisiensi ini,
alokasi pendapatan pada belanja pembangunan jadi semakin berkurang,
sementara sektor ekonomi sangat membutuhkan infrastruktur daerah
yang memadai, sehingga menghambat adanya pertumbuhan ekonomi.
4. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Operasional terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah untuk menguji
pengaruh rasio keserasian belanja operasional sebagai alat pengukuran
kinerja pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari
Tabel 4.9, menunjukkan tingkat signifikansi rasio keserasian belanja
operasional yang berada di bawah 5%, hal ini berarti hipotesis nol
ditolak, atau dengan kata lain hipotesis keempat berhasil didukung
sehingga rasio keserasian belanja operasional berpengaruh positif
secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil ini memang menunjukkan fenomena yang terjadi di
Indonesia, bahwa jika alokasi pendapatan untuk belanja operasional
tinggi, maka pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut juga meningkat.
Hal ini terjadi karena salah satu pos utama dari belanja operasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
adalah belanja pegawai yang di dalamnya terdapat gaji untuk pegawai
negeri di daerah tersebut. Adapun penjelasannya dapat kita lihat dari
beberapa persamaan berikut ini.
Jika Y di atas adalah pendapatan masyarakat yang didalamnya
terdapat unsur gaji pegawai negeri, maka jika gaji pegawai meningkat
berarti konsumsi rumah tangga pun meningkat (Irawan dan Suparmoko,
2002). Sementara jika dilihat dari rumus perhitungan PDRB berikut ini,
peningkatan konsumsi rumah tangga dapat meningkatkan nilai PDRB
yang merupakan indikator perhitungan peryumbuhan ekonomi suatu
daerah (Sukirno, 2002). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
peningkatan Rasio Belanja Operasional berpengaruh positif secara
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah.
5. Pengaruh Rasio Keserasian Belanja Modal terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah untuk menguji
pengaruh rasio keserasian belanja modal sebagai alat pengukuran
kinerja pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari
Tabel 4.9, menunjukkan tingkat signifikansi rasio keserasian belanja
modal yang berada di bawah 10%, hal ini berarti hipotesis nol ditolak,
atau dengan kata lain hipotesis kelima berhasil didukung sehingga rasio
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
keserasian belanja modal berpengaruh positif secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Hasil ini sejalan dengan hasil dari penelitian Kuncoro (2004)
yang menyatakan bahwa Pembangunan sarana dan prasarana oleh
pemerintah daerah berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Hal
ini menunjukkan bahwa pembangunan sarana dan prasarana di
Indonesia pada tahun penelitian 2006-2008 sudah tepat sasaran,
sehingga dapat menggerakkan roda perekonomian di daerah tersebut,
yang secara otomatis meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ruang lingkup penelitian ini merupakan pemerintah daerah kabupaten dan
kota dengan kriteria terpilih. Periode waktu yang diteliti adalah dari tahun
2006 hingga 2008. Berdasarkan hasil seleksi diperoleh 68 daerah
penelitian,
2. Hipotesis pertama, kedua dan ketiga tidak berhasil didukung atau dapat
dikatakan bahwa rasio kemandirian daerah, rasio efektivitas PAD, dan
rasio efisiensi anggaran sebagai alat pengukuran kinerja keuangan
pemerintah daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi,
3. Hipotesis keempat berhasil didukung atau dapat dikatakan bahwa rasio
keserasian belanja operasional sebagai alat pengukuran kinerja keuangan
pemerintah daerah berpengaruh positif secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hasil ini memang menunjukkan fenomena yang
terjadi di Indonesia, bahwa jika alokasi pendapatan untuk belanja
operasional tinggi, maka pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut juga
meningkat. Hal ini terjadi karena salah satu pos belanja operasional
adalah belanja pegawai yang di dalamnya adalah gaji untuk pegawai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
negeri di daerah tersebut. Jika gaji pegawai meningkat, konsumsi pun
meningkat, sehingga roda perekonomian di daerah tersebut juga
mengalami peningkatan,
4. Hipotesis kelima berhasil didukung atau dapat dikatakan bahwa rasio
keserasian belanja modal sebagai alat pengukuran kinerja keuangan
pemerintah daerah berpengaruh positif secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hasil ini sejalan dengan hasil dari penelitian
Kuncoro (2004) yang menyatakan bahwa Pembangunan sarana dan
prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh positif pada pertumbuhan
ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan sarana dan prasarana
di Indonesia pada tahun penelitian 2006-2008 sudah tepat sasaran,
sehingga dapat menggerakkan roda perekonomian di daerah tersebut,
yang secara otomatis meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
5. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa kinerja keuangan
pemerintah daerah secara simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah.
B. Keterbatasan
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kekurangan.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Periode penelitian ini hanya mencakup tiga tahun (2006–2008) sehingga
dimungkinkan kurang untuk melakukan generalisasi atas penelitian ini,
2. Variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah yang diteliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
hanyalah kinerja keuangan daerah yang diproksikan dengan lima
perhitungan rasio, yaitu rasio kemandirian daerah, rasio efektivitas PAD,
rasio efisiensi anggaran, rasio keserasian belanja operasional, dan rasio
keserasian belanja modal, sementara masih banyak karakteristik
pemerintah daerah yang lain seperti ekspor, pariwisata, jumlah
perusahaan di sektor industri, serta Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN), sehingga nilai adjusted R-square hanya sebesar 0.062. Hal ini
berarti model regresi dapat menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi
hanya sebesar 6,2% sedangkan sisanya (100% - 6,2% = 93,8%) dijelaskan
oleh sebab-sebab yang lain diluar model.
C. Saran
Berdasarkan keterbatasan dan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
peneliti memberikan beberapa saran untuk penelitian berikutnya sebagai
berikut:
1. Memperpanjang periode penelitian sehingga selain dapat menambah
jumlah sampel juga lebih mampu untuk untuk dapat dilakukan
generalisasi atas hasil penelitian tersebut,
2. Variabel yang digunakan dalam penelitian yang akan datang diharapkan
lebih lengkap dan lebih bervariasi yang diperkirakan berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79