-
DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI SUTRADARA
ITU MENGHAPUS DIALOG KITA KARYA SAPARDI DJOKO
DAMONO DAN IMPLEMENTASINYA DALAM
PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Oleh:
LUTVIANA NOVITA SARI
A310120011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
-
i
-
ii
-
iii
-
1
DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI SUTRADARA ITU
MENGHAPUS DIALOG KITA KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar sosiohistoris dari Sapardi Djoko
Damono, menjelaskan penggunaan diksi, penggunaan citraan dalam kumpulan puisi
Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono dan implementasi
hasil penelitian pada pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Sumber data yang diperoleh dari kumpulan puisi Sutradara Itu
Menghapus Dialog Kita. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pustaka,
teknik simak dan catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
pembacaan semiotik, yakni pembacaan heuristik dan hermeneutik. Hasil dari penelitian
ini: 1) Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, 20 maret 1940. 2) Diksi yang
ditemukan meliputi pemanfaatan kosakata bahasa daerah, pemanfaatan kosakata bahasa
asing, dan pemanfaatan sinonim. Sedangkan terkait citraan yang digunakan penyair
dalam puisinya antara lain penglihatan, pendengaran, gerakan, yang didominasi oleh
citraan penglihatan. 3) Berdasarkan hasil penelitian diksi dan citraan dalam kumpulan
puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono dapat
diimplementasikan dalam pembelajaran sastra Indonesia, yakni pada Kompetensi Dasar
3.17 menganalisis unsur pembangun puisi dan Kompetensi Dasar 4.17 menulis puisi
dengan memerhatikan unsur pembangunnya.
Kata kunci : diksi, citraan, kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita
karya Sapardi Djoko Damono, pembelajaran sastra di SMA.
Abstract
This study aims to describe the sociohistorical background of Sapardi Djoko Damono,
explaining the use of diction, the use of images in a collection of Director's poems that
erase Our Dialogue by Sapardi Djoko Damono and the implementation of research
results in literary learning in high school. This study used descriptive qualitative
method. Data sources obtained from a collection of Director's poems That Erase Our
Dialogue. Data collection techniques using library techniques, refer to the technique and
note. Data analysis techniques in this study were conducted by reading semiotics,
namely heuristic and hermeneutic readings. Results of this study: 1) Prof. Dr. Sapardi
Djoko Damono was born in Surakarta, 20 March 1940. 2) Found diction includes the
use of local language vocabulary, the use of foreign language vocabulary, and the use of
synonyms. While related images used by poets in his poetry include vision, hearing,
movement, which is dominated by visual images. 3) Based on the research results of
diction and images in a collection of Director's poems That Erase Our Dialogue by
Sapardi Djoko Damono can be implemented in Indonesian literary learning, namely in
Basic Competence 3.17 analyzing the building elements of poetry and Basic
Competence 4.17 writing poetry by paying attention to the building elements.
Keywords: diction, images, a collection of Director's poems Erasing Our Dialogue by
Sapardi Djoko Damono, studying literature in high school.
-
2
1. PENDAHULUAN
Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan
dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang akan
mampu merangkai kata yang mengandung gagasan-gagasan untuk disampaikan kepada
pembaca. Adapun bahasa dalam sastra memiliki keunikan tersendiri yang berbeda
dengan bahasa sehari-hari sehingga mampu menarik minat dan ketertarikan orang lain
untuk menikmati sastra. Karya sastra merupakan karya imajinatif bermediumkan
bahasa, dalam hal ini bahasa tersebut dinamakan bahasa sastra. Al-Ma’ruf (2009:3)
mengemukakan bahasa sastra sebagai media ekspresi sastrawan dipergunakan untuk
memperoleh nilai seni karya sastra, dalam hal ini berhubungan dengan style ‘gaya
bahasa’ sebagai sarana sastra.
Salah satu jenis karya sastra yang banyak dinikmati oleh masyarakat yaitu puisi.
Puisi merupakan bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya
makna (Kosasih, 2012:97). Puisi merupakan sebuah struktur yang kompleks, sehingga
untuk memahaminya perlu dianalisis untuk dapat diketahui bagian-bagian serta
jalinannya secara nyata. Meskipun demikian, orang tidak akan dapat memahami puisi
secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang
bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Oleh
karena itu, sebelum pengkajian aspek-aspek yang lain, perlu lebih dahulu puisi dikaji
sebagai sebuah struktur yang bermakna dan bernilai estetis. Hal tersebut diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan Ebi (2011) memaparkan pola leksikal dan fungsi stilistika
untuk menyampaikan aspek makna dan mencapai kohesi dalam teks pada puisi J.P
Clark-Bekederemos.
Pradopo (2010:7) mengungkapkan bahwa puisi mengekspresikan pemikiran yang
membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang
berirama. Unsur-unsur pokok yang harus ada dalam puisi berupa emosi, imajinasi,
pemikiran, ide, nada, irama,kesan panca indera, susunan kata, kata-kata kiasan,
kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur. Unsur-unsur pokok tersebut merupakan
sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik
serta memberi kesan. Scheiber (2009) memaparkan mengenai penggunaan bahasa
figuratif pada hasil karya sekumpulan siswa di Holocaust dengan penggunaan hitungan
tematik.
-
3
Penggunaan bahasa figuratif dan sarana retorika merupakan sarana untuk
memperoleh efek keindahaan teks yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2014:210). Bahasa
figuratif dalama aplikasinya dapat berwujud gaya bahasa yang sering dikatakan oleh
para kritikus sastra sebagai keistimewaan dan kekhususan seorang pengarang, sehingga
gaya bahasa merupakan ciri khas pengarang. Penelitian Sheth dan Arun (2007)
menunjukkan bahwa keterkaitan figuratif terhadap gejala kebahasaan yang sering
muncul dalam suatu ajang dan kompetensi.
Waluyo mengungkapkan bahwa bahasa figuratif digunakan oleh sastrawan untuk
mengatakan sesuatu dengan cara tidak langsung untuk mengungkapkan makna (Al-
Ma’ruf, 2009:59). Al-Ma’ruf (2009:60) mengungkapkan bahwa bahasa figuratif dalam
penelitian stilistika karya sastra dapat mencakup majas, idiom, dan peribahasa.
Pemilihan tiga bentuk bahas figuratif tersebut didasarkan karena ketiganya merupakan
sarana sastrayang dipandang representatif dalammendukung gagasan pengarang. Selain
itu, ketiga bentuk bahasa figuratif itu banyak dimanfaatkan oleh para sastrawan dalam
karyanya.
Bahasa di dalam karya sastra yang dikaji dengan stilistika terdapat dua
kemungkinan dalam mendekatinya. Pertama, studi stilistika dilakukan dengan cara
menganalisis sistem linguistik karya sastra dan dilanjutkan dengan menginterpretasi
ciri-cirinya, dilihat dari tujuan estetis karya sastra sebagai makna yang penuh. Kedua,
penelitian stilistika ini dilakukan dengan mempelajari sejumlah ciri khas dengan
membedakan sistem bahasa yang satu dengan sistem-sistem lain (Nurgiyantoro,
2014:274).
Penelitian Bode (2013) menjelaskan bahwa pemahaman sesorang terhadap
penanda yang dihasilkan dari bait indah puisi masih dalam taraf yang kurang. Berbicara
tentang stilistika sebagai pendekatannya sebenarnya sangat mendukung, namun dalam
penelitian ini kurang bisa membahas secara mendalam mengenai kajian stilistika
tersebut. Pembelajaran seni sastra pada tahap ini juga masih taraf pemula, sehingga
kurang bisa diterapkan pada pembelajaran di kota ini.
Kumpulan puisi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Sutradara Itu
Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono. Pemilihan kumpulan puisi
tersebut didasarkan pada hasil tinjauan sebelumnya bahwa (1) kumpulan puisi
diindikasi menggunakan diksi yang unik dan berbagai citraan, (2) menggunakan bahasa
-
4
yang sederhana sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Kumpulan puisi
Sutradara Itu Mengahapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono termasuk
kumpulan puisi terpopuler yang diterbitkan oleh Editum tahun 2012. Kumpulan puisi
tersebut terdiri dari 41 buah puisi dengan tebal buku 72 halaman.
Berkaitan dengan pembelajaran sastra di SMA, salah satu karya sastra yang
diajarkan di SMA adalah puisi. Citraan yang merupakan unsur fisik puisi adalah salah
satu materi yang terdapat pada pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran citraan
merupakan salah satu pembelajaran yang penting untuk dikuasai oleh siswa. Citraan
menjadi bagian dari unsur instrinsik suatu karya sastra. Citraan sering pula ditemukan di
berbagai soal-soal bahasa Indonesia. Selain itu, citraan juga ditemukan di luar unsur
sastra, misalnya pada berita, iklan, dan juga digunakan seseorang untuk
mengungkapkan perasaan. Pembelajaran citraan pada Kurikulum 2013 atau lebih
dikenal dengan K13 terdapat pada silabus K13 SMA kelas X semester genap dengan
Kompetensi Dasar 3.17 menganalisis unsur pembangun puisi dan Kompetensi Dasar
4.17 menulis puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya.
Berdasarkan alasan tersebut yang menjadikan ketertarikan utama untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Diksi dan Citraan dalam Kumpulan Puisi
Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita Karya Sapardi Djoko Damono dan
Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA”.
2. METODE
Berdasarkan metodenya, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Strategi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus terpancang. Siswantoro
(2010:40) menjelaskan bahwa penelitian terpancang digunakan peneliti di dalam
penelitiannya sudah memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya
sebelum memasuki lapangan studinya. Adapun data dalam penelitian ini adalah data
yang berwujud kata, frase dan kalimat yang terdapat dalam kumpulan puisi Sutradara
Itu Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono yang berkaitan dengan diksi
dan citraan.
Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka,
teknik simak dan catat. Dalam penelitian ini, teknik validitas yang digunakan adalah
trianggulasi data. Penggunaan triangulasi data dengan cara memeriksa kebenaran data
-
5
dengan menggunakan perbandingan antara data dari sumber data yang satu dengan
sumber data yang lain, sehingga keabsahan dan kebenaran data akan diuji oleh sumber
data yang berbeda. Data nilai-nilai pendidikan karakter dalam kumpulan puisi
Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono akan saling
dicocokkan antara hasil studi pustaka, hasil penyimakan, dan pencatatan. Masing-
masing data kemudian di-cross check untuk menentukan kevalidannya.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Latar Sosiohistoris Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, 20 maret 1940. Sapardi merupakan anak
sulung dari pasangan Sadyoko dan Sapariah. Sadyoko adalah abdi dalem di Keraton
Kasunanan, mengikuti jejak kakeknya. Berdasarkan kalender Jawa, ia lahir di bulan
Sapar. Hal itu menyebabkan orang tuanya memberinya nama Sapardi. Menurut
kepercayaan orang Jawa, orang yang lahir di bulan Sapar kelak akan menjadi sosok
yang pemberani dan teguh dalam keyakinan (Sulistyanto, 2012:12).
Sapardi bersekolah di Sekolah Rakyat (sekarang Sekolah Dasar) Kraton
Kasatriyan. Setelah itu ia melanjutkan ke SMP Negeri 2 Surakarta. Pada saat itulah
kegemarannya terhadap sastra mulai nampak. Ia suka mengunjungi beberapa persewaan
buku yang waktu itu banyak terdapat di kotanya. Di sana ia mengenal dunia rekaan
yang diciptakan Karl May, Sutomo Djauhar Arifin, William Saroyan, Pramoedya
Ananta Toer, Mochtar Lubis, R.A. Kosasih dan lain-lain. Ia lulus SMP tahun 1955.
Kemudian ia melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 2 Surakarta. Sejak ia duduk di kelas
dua SMA, ia mulai menulis puisi. Karyanya dimuat pertama kali oleh sebuah suat kabar
di Semarang. Sapardi lulus dari SMA pada tahun 1958 (Sulistyanto, 2012:12). Sebuah
karya ditulis berdasarkan inspirasi yang didapat oleh pengarangya melalui pengamatan
atau perenungan atas lingkungan sekitar (Soemanto, 2006:5).
Sapardi Djoko Damono yang lahir di kota Solo menjadikan kota tersebut dan
beberapa kampung yang pernah ditinggalinya seperti Ngadijayan menjadi salah satu
latar tempat pada karya-karyanya. Latar waktu yang terdapat pada karyanya juga
merujuk pada waktu saat pengarang beranjak dari usia remaja menuju ke
dewasa yaitu tahun 1960-an. Latar sosial pekerjaan orang-orang dekat pengarang seperti
ayah Sapardi yang menjadi abdi dalem di Kraton Surakarta dan pegawai negeri sipil
-
6
pada Jawatan Pekerjaan Umum. Demikian halnya yang ada pada karya-karyanya, latar
sosial pekerjaan tersebut juga memberikan gambaran pekerjaan yang tidak jauh dari
latar sosial pekerjaan yang pernah dilalui dan dialami sendiri oleh pengarang
(Soemanto, 2006:5).
3.2 Diksi dalam Kumpulan Puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita karya
Sapardi Djoko Damono
3.2.1 Pemanfaatan Kosakata Bahasa Daerah
Kata-kata dari bahasa daerah sering digunakan dalam karya sastra yang berlatar tempat
daerah yang bersangkutan atau tokohnya berasal dari daerah tertentu. Pemilihan kata
dari kosakata bahasa daerah yang dipergunakan untuk menamai tokoh dapat
mempertegas tokoh yang berasal dari daerah tertentu atau mempertegas latar tempat.
Puisi Sebelum Sendiri karya M Aan Mansyur pun juga menggunakan kosakata bahasa
daerah sebagai penunjukan maksud yang ingin disampaikan.
Sajak tak rampung (hlm14)
Data di atas menggunakan bahasa daerah yang berasal dari Pulau Jawa. Bahasa Jawa
yang digunakan terletak pada kata rampung. Hal ini menunjukkan makna dalam bahasa
Indonesia berarti selesai. Pencarian makna pada diksi tersebut perlu dilihat dari konteks
yang dibahas oleh pengarang.
Langit buku favorit
Aku. Buku gambar semua manusia
Sajak tidak rampung. Cerita tidak
berujung
Bila dilihat dari konteks yang membawa kata tersebut, maka diketahui yang ingin
disampaikan pengarang yaitu cerita dari perjalanan hidup manusia tidak selesai jika
dituliskan dalam puisi ini semuanya.
3.2.2 Pemanfaatan Kosakata Bahasa Asing
Penggunaan kosakata bahasa asing dalam suatu kailmat dapat menimbulkan berbagai
kesan dimaksudkan untuk menimbulkan kesan tertentu. Hal ini dilakukan oleh
pengarang untuk menguatkan penggambaran latar tempat dan waktu tertentu. Dalam
penggunaan kosakata asing misalnya, kosakata bahasa Inggris, pilihan kosakata bahasa
Inggris sebagai sarana untuk meningkatkan prestasi, juga bisa mengartikan sok intelek,
modern, dan kesan hidup mewah.
Restoran (hlm.19)
-
7
Data di atas menggunakan pemanfaatan kosakata bahasa asing. Hal tersebut dilakukan
oleh pengarang untuk menguatkan penggambaran latar tempat dan waktu tertentu. Kata
restoran berasal dari bahasa Prancis yang diserap oleh bahasa Inggris yang berarti suatu
tempat yang menyediakan makanan dan minuman untuk dikonsumsi tamu sebagai
kebutuhan dalam rangka memperbaiki/memulihkan kembali kondisi yang telah
berkurang setelah melakukan suatu kegiatan.
3.2.3 Pemanfaatan Sinonim
Pemanfaatan sinonim digunakan untuk menyebutkan persona pertama, kedua, dan
ketiga. Misalnya, aku, saya, kamu, anda, engkau, dia, kalian, eyang, mbah, dan
sebagainya. Pemanfaatan sinonim dipilih karena keterikatan dengan sifat bahasa yang
mengenal adanya tataran kesopanan (undha-usuk). Pemanfaatan sinonim tersebut
dimaksudkan untuk menimbulkan rasa hormat, keakraban, merendahkan, atau
menjauhkan.
Penjara bagimu
Kerangkeng bagiku (hlm.25)
Dalam puisi tersebut terdapat pemanfaatan sinonim kata penjara dan kerangkeng. Kata
penjara yang berarti tempat (ruangan) untuk manusia dan kata kerangkeng yang berarti
kandang untuk hewan. Fungsi pemanfaatan sinonim pada puisi tersebut untuk
menimbulkan kesan hormat antartokoh.
Kata penjara dan kerangkeng berhubungan dengan nilai rasa. Kata
“kerangkeng” memiliki nilai rasa yang lebih rendah dibanding penjara, karena
kerangkeng akrab digunakan sebagai tempat untuk mengurung hewan. Pengarang
merara dirinya lebih rendah daripada istrinya. Pengarang menggunakan kerangkeng
sedangkan kepada istrinya digunakan nilai rasa yang lebih tinggi yaitu penjara.
3.3 Citraan dalam Kumpulan Puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita karya
Sapardi Djoko Damono
Sesuai dengan data yang ditemukan pada sumber data, pembahasan data sesuai
klasifikasinya masing-masing dijelaskan sebagai berikut.
3.3.1 Citraan Penglihatan
Citraan penglihatan memberi efek kepada pembaca, pembaca seolah-olah melihat objek
yang ada dalam puisi. Angan pembaca dibawa seolah-olah melihat objek tersebut.
Citraan penglihatan yang ada dalam Puisi Topeng Monyet (hlm.13) karya Sapardi Djoko
Damono adalah sebagai berikut:
-
8
Monyet kecil itu (hlm.13)
Data ini termasuk dalam citraan penglihatan. Deskripsi pada data tersebut menampilkan
aku lirik yang mengungkapkan gambaran di sekitarnya. Penggunaan kata yang secara
menonjol sebagai penunjukkan terhadap sesuatu yang dilihat tampak dari kata ‘itu’.
Deskripsi dari kata tersebut cenderung memperlihatkan jenis citraan penglihatan yang
mampu membangkitkan gerak, peristiwa, dan ingatan yang diungkapkan aku lirik.
Pada data ini memiliki fungsi sebagai fasilitas untuk pembaca dalam
menemukan dan memahami makna, karena dengan penghadiran citraan penglihatan,
lebih mengongkretkan yang dimaksud oleh penulis. Hadirnya citraan penglihatan
membuat pembaca lebih bisa meraba maksud dari penulis yang ingin disampaikan
dalam karya sastranya. Pada data ini tidak digunakan pembanding untuk menunjukkan
wujud dari citraan yang mampu menjelaskan dan penggunaan unsurnya memiliki sifat
yang sama.
Beranjak dari sini, selanjutnya larik-larik puisi lebih mudah dipahami sebagai
ungkapan secara utuh juga karena secara makna masih berkelanjutan antara larik satu
dengan larik berikutnya. Apabila tidak ungkapan tidak utuh, mungkin pembaca akan
mengira sebagai ungkapan ambigu. Itu sebenarnya tidak masalah, karena setiap karya
sastra akan memiliki makna yang berbeda tergantung dari mana sudut pandang analisis
makna itu dilakukan. Tapi setidaknya, penulis bisa membantu mengolah makna yang
diinginkan agar sesuai dengan yang diinginkan penulis dengan makna yang didapat oleh
pembaca.
di sela-sela kendaraan (hlm.13)
Penyair puisi tersebut kerap melukiskan sesuatu dengan imaji penglihatan, seperti dalam
data tersebut. Pelukisan imaji penglihatan oleh Sapardi Djoko Damono sangat mayoritas
karena memang sesuai dengan ciri khas kepengarangan beliau. Suatu pengalaman yang
dirasakan, dilihat, dan dialami oleh penulis yang dituangkan dalam kata yang tersusun
rapi dalam sebuah bait menjadi suatu unsur estetik tersendiri.
Pada data ini memiliki fungsi sebagai fasilitas untuk pembaca dalam menemukan
dan memahami makna, karena dengan penghadiran citraan penglihatan, lebih
mengongkretkan yang dimaksud oleh penulis. Hadirnya citraan penglihatan membuat
pembaca lebih bisa meraba maksud dari penulis yang ingin disampaikan dalam karya
-
9
sastranya. Pada data ini tidak digunakan pembanding untuk menunjukkan wujud dari
citraan yang mampu menjelaskan dan penggunaan unsurnya memiliki sifat yang sama.
Bintang pertunjukan (hlm.13)
Data ini termasuk dalam citraan penglihatan. Deskripsi pada data tersebut menampilkan
aku lirik yang mengungkapkan gambaran di sekitarnya. Penggunaan kata yang secara
menonjol sebagai penunjukkan terhadap sesuatu yang dilihat tampak dari kata
‘pertunjukan’. Deskripsi dari kata tersebut cenderung memperlihatkan jenis citraan
penglihatan yang mampu membangkitkan gerak dan peristiwa yang diungkapkan aku
lirik.
Aspek citraan penglihatan dimanfaatkan untuk memperlihatkan fenomena sosial
yang masih tampak natural. Jenis citraan ini cenderung menunjukkan sifat-sifat sosial
yang masih murni melalui fenomena yang secara langsung tertangkap mata.
Penggunaan jenis citraan penglihatan untuk menggambarkan perasaan aku lirik yang
sedang gelisah kemudian diperbandingkan dengan kata konkret bintang pertunjukan.
Hal ini dimaksudkan untuk membangun makna kiasan.
Deretan mobil (hlm.13)
Bentuk deskripsi pada data di atas secara metaforis memberikan perbandingan dari
pemikiran dan batin aku lirik. Perwujudan aspek citraan aspek sosial ini
menggambarkan kegelisahan yang sedang dihadapi oleh aku lirik. Pemanfaatan
fenomena sosial yang ditangkap melalui kesan terhadap lingkungan di sekitarnya.
Kesan tersebut kemudian terwujud dalam puisi melalui bentuk bahasa yang cenderung
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.
Citraan penglihatan yang digunakan dan dihasilkan dalam puisi-puisi ini secara
dominan menimbulkan efek khusus yang merepresentasikan kondisi sosial secara
simbolik. Puisi-puisi yang dominan memanfaatkan aspek citraan penglihatan itu berisi
lirik-lirik yang mengungkapkan dialog batin, kesan terhadap pengalaman di lingkungan
alam, dan memberikan persepsi terhadap persoalan mengenai kehidupan secara luas dan
bermakna di balik visualisasi lingkungan yang banyak dinyatakan oleh Sapardi Djoko
Damono melalui puisi Topeng Monyet.
3.3.2 Citraan Pendengaran
Citraan pendengaran memberi efek kepada pembaca, pembaca seolah-olah
mendengarkan suatu objek yang ada dalam puisi. Angan pembaca dibawa seolah-olah
-
10
mendengarkan objek tersebut. Citraan pendengaran yang ada dalam Puisi Rumah di
Ujung Jalan (hlm.18) karya Sapardi Djoko Damono adalah sebagai berikut:
Suara tasbih yang teratur (hlm.18)
Aspek citraan alam auditif adalah kata atau serangkaian kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman yang berhubungan dengan indra pendengaran di mana
telinga seakan mendengar suara atau bunyi. Kata-kata dalam puisi yang seolah didengar
akan lebih cepat dirasakan. Bunyi atau suara yang ditimbulkan melalui diksi alam
membangkitkan persepsi yang seolah-olah berbisik atau saling berbicara. Citraan
pendengaran mampu membuat pembaca juga ikut mendengar apa yang dipercakapkan
oleh angin. Hal tersebut memancing imajinasi pembaca sehingga membawa nuansa
alam. Apa yang diungkapkan aku lirik dan didengarkan untuk memberikan pengalaman
kepada pembaca mengenai apa yang tertangkap melalui telinga.
Berbagai pengalaman intelektual yang pernah dirasakan dan dialami oleh Sapardi
Djoko Damono, merupakan penggambaran yang sangat sempurna dalam tubuh sebuah
puisi demi menciptakan sosok pengolahan logika intelek dari pembacanya. Pemanfaatan
citraan dalam puisi tersebut mampu menghidupkan imaji pembaca dalam merasakan apa
yang dirasakan oleh penyair. Seandainya penyair menggunakan bahasa biasa dirasa
tidak mudah bagi pembaca untuk membayangkan apa yang dirasakan penyair, terlebih
pengalaman dalam kehidupan sosial bermasyarakat yang bersifat lahir dan batin.
Bersahut-sahutan dengan loncatan jarum jam (hlm.18)
Data ini termasuk citraan pendengaran. Citraan tersebut merangsang pembaca dengan
cara mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan indera pendengaran seperti bunyi-
bunyi tertentu. Citraan pendengaran dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan
bunyi suara. Kata-kata yang dipilih oleh penyair menghasilkan gambaran imajinasi
sebagai sarana ekspresi untuk menyampaikan gagasan dalam puisipuisinya. Dalam puisi
tersebut, bunyi yang dihadirkan adalah bunyi jarum jam.
3.3.3 Citraan Gerakan
Citraan gerakan merupakan sarana kepuitisan yang digunakan oleh penyair untuk
memperkuat gambaran pikiran dan perasaan pembaca. Sarana ini berkaitan erat dengan
pengalaman inderawi penyair atas objek-objek yang disebutkan atau diterangkan dalam
puisi. Citraan penglihatan yang ada dalam Puisi Topeng Monyet (hlm.13) karya Sapardi
Djoko Damono adalah sebagai berikut:
-
11
Berdiri (hlm.13)
Data ini termasuk dalam citraan gerakan. Deskripsi pada data tersebut memanfaatkan
daya ekspresi kebahasaan dari penyair dan menjadi salah satu kekuatan puisi untuk
menciptakan hal-hal yang konkret. Penonjolan kata ‘berdiri’ memberi konteks gerakan
dari indra gerak. Gambaran-gambaran yang ditimbulkan oleh citraan gerakan dalam
puisi tersebut dapat mewakili fungsi puitik sajak.
Pada data ini, citraan gerakan tersebut digunakan dalam usaha memancing
bayangan pendengaran guna membangkitkan suasana tertentu. Sesuatu yang tidak
dibuat seolah-olah menyentuh indra pendengaran, yang akhirnya menyebabkan
pembaca menghubungkan dengan sesuatu. Unsur citraan pada data ini dapat
membangkitkan ide-ide abstrak yang terdapat dalam puisi. Citraan gerakan yang
dihadirkan penyair dalam puisi Topeng Monyet sangat didukung oleh bahasa yang
indah.
Selanjutnya, secara visual larik-larik puisi menampakkan suasana yang sendu,
dimana kata-kata yang diungkapkan menunjukkan dialog batin yang penuh teka-teki.
Kesan atau gambaran visual tersebut ditimbulkan melalui deskripsi yang mengutamakan
keteraturan gerak panca indra lewat citraan yang diungkapkan. Citraan gerakan
selanjutnya terdapat dalam Puisi Topeng Monyet (hlm.13) karya Sapardi Djoko
Damono adalah sebagai berikut:
Melompat-lompat (hlm.13)
Penciptaan sebuah puisi, Sapardi Djoko Damono tidak terlepas dari gambaran-
gambaran angan (pikiran) untuk membuat suasana khusus, untuk membuat (lebih) hidup
gambaran dalam pikiran dan penginderaan dan juga untuk menarik perhatian. Citaan
gerakan yang dihadirkan Sapardi Djoko Damono lewat puisinya ‘melompat-lompat’
memiliki cirri khas tersendiri. Ia melihat kehidupan masa sekarang tanpa melupakan
masa lampau yang pernah dilaluinya.
Gambaran tentang sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak membuat hidup
setiap larik dalam puisi tersebut. ‘Melompat-lompat’ menunjukkan gambaran yang
dinamis. Pemilihan terhadap kata di setiap larik menyebabkan timbulnya daya saran dan
menyebabkan daya bayang pembaca terhadap suatu hal. Daya bayang (imajinasi)
pembaca tersentuh karena beberapa dari indera dipancing untuk segera membayangkan
sesuatu yang lewat dari bayang pembaca, yaitu indra gerak.
-
12
Citraan gerakan pada data ini bersifat deskriptif dan imajinatif yang diwujudkan
dalam bentuk kebendaan dan kata. Jika dilihat dari fungsi, maka larik puisi tersebut bisa
mengundang kembali ingatan pembaca atau pengalaman yang pernah dirasakan. Oleh
karena itu kehadiran citraan gerakan ini tidak membawa kesan baru dalam pikiran
melainkan melibatkan pembaca untuk terlibat dalam kreasi puitis.
Menadahkan (Topeng Monyet hlm.13)
Pada data ini, citraan gerakan juga dihadirkan oleh penyair. Melalui kata ‘menadahkan’,
penyair dapat membangun sebuah citraan gerak yang menggugah perasaan. Hal tersebut
dilakukan melalui deskripsi dan pelambangan. Pengimajian penyair dibatasi dengan
pengertian kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
sensoris, seperti gerakan. Ungkapan pengalaman penyair itu dapat diterjemahkan ke
dalam gambaran konkret mirip musik atau gambar sehingga pembaca seolah-olah
merasakan sentuhan perasaannya.
Aspek citraan gerakan membangkitkan pikiran atau perasaan pembaca sehingga
menangkap bahwa pembaca benar-benar mengalami peristiwa perasaan jasmaniahnya
yang dirasa atau dialami secara imajinatif melalui gerakan. Pada data ini, tujuan penyair
mengungkapkan larik-larik setiap kata adalah menimbulkan suasana yang khusus.
Artinya, membuat lebih hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan gerakan, serta
untuk menarik perhatian. Citraan gerakan yang menonjol dalam Puisi Rumah di Ujung
Jalan (hlm.18) karya Sapardi Djoko Damono adalah sebagai berikut:
Membukakan pintu (Rumah di Ujung Jalan hlm.18)
Data ini juga menunjukkan citraan gerakan. Citraan tersebut diungkapkan penyair
sesuai dengan karakteristik seorang manusia yang pada dasarnya lebih cenderung apa
adanya dalam menyampaikan segala hal, baik itu yang berwujud gerakan atau tindakan
yang ada di sekelilingnya. Kata ‘Membukakan pintu’ menyatakan bahwa citran gerak
ditimbulkan oleh adanya gerak. Citraan ini menimbulkan gambaran yang dinamis dan
hidup. ‘Membukakan pintu’ menunjukkan citraan yang menggambarkan gerak sesuatu
yang memang dapat bergerak. Selanjutnya, Puisi Ia Bilang karya Sapardi Djoko
Damono (hlm.45) juga menunjukkan citraan gerakan.
Kurentangkan (Ia Bilang hlm.45)
Pada data ini, citraan gerakan diungkapkan oleh penyair melui kata ‘kurentangkan’.
Penggunaan citraan tersebut dimaksudkan untuk mengkonkretkan gagasan yang abstrak
-
13
melalui kata-kata dan ungkapan yang mudah membangkitkan tanggapan imajinasi
pembaca. Selain itu juga untuk menimbulkan suasana yang khusus membuat lebih
hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan, dan juga untuk menarik perhatian,
khususnya dalam citraan gerakan. Kata ‘kurentangkan’ memuat indra gerakan, yaitu
tangan yang artinya mengulurkan kedua tangan untuk melakukan sesuatu. Selain itu,
citraan gerakan lainnya yang terdapat dalam Puisi Ia Bilang karya Sapardi Djoko
Damono adalah sebagai berikut.
Duduk di kursi penjalin (Ia Bilang hlm.45)
3.4 Implementasi Hasil Penelitian terhadap Pembelajaran Sastra di SMA
Secara umum sastra memiliki fungsi personal dan sosial. Fungsi personal mengacu pada
peranan sastra sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan setiap diri
manusia sebagai makhluk hidup. Dengan bahasa, manusia menyatakan keinginan, cita-
cita, kesetujuan dan tidak setujuan, serta rasa suka dan tidak suka. Adapun fungsi sosial
mengacu pada peranan bahasa sebagai alat komunikasi dan berinteraksi antar individu
atau antar kelompok sosial. Dengan menggunakan bahasa mereka saling menyapa,
saling mempengaruhi, saling bermusyawarah, dan kerja sama.
Lazar (Al-Ma’ruf, 2012) menjelaskan, bahwa fungsi sastra adalah:
1) Sebagai alat untuk merangsang siswa dalam menggambarkan pengalaman, perasaan,
dan pendapatnya;
2) Sebagai alat untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan intelektual
dan emosionalnya dalam mempelajari bahasa; dan
3) Sebagai alat untuk memberi stimulus dalam pemerolehan kemampuan berbahasa.
Dalam bahasa yang lebih sederhana pembelajaran sastra memiliki fungsi psikologis,
ideologis, edukatif, moral, dan kultural.
Fungsi-fungsi tersebut jarang berdiri sendiri. Antara satu fungsi dengan fungsi lain
saling terkait dan saling mendukung. Jadi, suatu tindak berbahasa dapat mengandung
lebih dari satu fungsi. Salah satu prinsip penting dalam pengajaran sastra adalah
pemilihan bahan pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Yang dimaksud
dengan pemilihan bahan tersebut adalah bahan pengajaran yang disajikan kepada siswa
dalam proses belajar mengajar harus sesuai dengan kemampuan siswa pada suatu tahap
pengajaran tertentu.
-
14
Adapun fungsi pembelajaran sastra menurut Lazar (Al-Ma’ruf, 2012) adalah:
1) Memotivasi siswa dalam menyerap ekspresi bahasa
Majas dan citraan pada kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus Diaolog Kita
karya Sapardi Djoko Damono sesuai dengan kurikulum yaitu Kurikulum 2013 revisi
2017. Kesesuaian itu ditunjukkan pada kompetensi dasar sebagai berikut.
a) KD 3.17 Menganalisis unsur pembangun puisi.
b) KD 4.17 Menulis puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya
Dengan kata lain kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus Diaolog Kita karya
Sapardi Djoko Damono mencakupi materi pembelajaran untuk pendidikan karakter
pada taraf Sekolah Menengahh Akhir (SMA) untuk kelas X semester dua (genap).
2) Alat simulatif dalam language acquisition
Kesesuaian hasil penelitian diksi dan citraan pada kumpulan puisi Sutradara Itu
Menghapus Diaolog Kita karya Sapardi Djoko Damono dengan tingkat pendidikan
yaitu SMA. Peserta didik dalam tingkat SMA berbeda pola pemikiran dengan
peserta didik dalam tingkat SMP. Perkembangan pola pemikiran peserta didik
tingkat SMA sudah memasuki fase remaja dimana masa pubertas dalam
perkembangan manusia. Pada kutipan puisi “Rumah di Ujung Jalan” menunjukkan
keterkaitannya dengan language acquisition.
....
seorang lelaki tua
bertelekan tongkat
menyambutku. Aku yakin ini alamat
rumah yang kucari-cari selama ini.
....
Pembelajaran sastra jika dilaksanakan secara benar akan dapat meningkatkan
kualitas kebudayaan manusia. Bahkan menurut Reeves (1972:10), daya edukatif
puisi (dan karya sastra lainnya) tidak terbatas jika pemilihan (bahan ajar)-nya
dilakukan secara tepat. Dalam konteks itu, guru sastra bertugas untuk
mengembangkan daya kreatif siswa agar mereka terbiasa memberi makna terhadap
karya sastra yang dibacanya (Teeuw, 1982:36). Jadi, guru harus berperan sebagai
mediator (bukan “algojo”, sumber kebenaran tunggal) untuk membantu siswa dalam
menginterpretasi karya sastra yang dibacanya. Diksi dan majas yang disajikan oleh
Sapardi pada kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus Diaolog Kita memasuki
fase metaforfosa sastra yang sangat tepat digunakan untuk siswa jenjang SMA.
-
15
3) Media dalam memahami budaya masyarakat
Sesuai dengan sumber data yang digunakan yaitu sebuah puisi, bahan ajar yang
disajikan dapat dengan mudah digunakan sesuai dengan perkembangan pola
pemikiran peserta didik tingkat SMA. Berkesinambungan sendiri bisa
diimplementasikan dengan cara memilah pendidikan karakter dan berbangsa yang
berkelanjutan dengan pendidikan karakter lainnya. Masyarakat yang pola
penggambaran di dalam sebuah karya sastra memiliki sebuah budaya sendiri. Hal
tersebut tergambarkan pada kutipan puisi “Kesaksian” berikut ini.
Kita menyaksikan mereka bergumul dengan laki-laki dan perempuan
yang melawan dan kita diam saja.
Kita menyaksikan semakin banyak orang berkerumun menyaksikan
peristiwa itu dan kita diam saja.
Aku menyaksikan wajahmu yang jadi ganjil ujudnya dan aku diam saja.
Kau menyaksikan aku terdengar rakus.
....
4) Alat pengembangan kemampuan interpretatif
Sifat faktual maupun konseptual tergambar pada hasil penelitian yang ditunjukkan
oleh keterikatan diksi dengan latar belakang penyair. Tidak hanya itu, siswa SMA
yang mendapatkan kandungan materi dari kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus
Diaolog Kita mampu merubah mindset menjadi lebih terarah. Hal tersebut yang
mampu mengubah jati diri seorang siswa ke arah yang lebih baik.
5) Sarana untuk mendidik manusia seutuhnya (educating the whole person)
Memilih bahan ajar sastra, harus diperhatikan latar belakang budaya siswa yang
mengacu pada ciri khas masyarakat tertentu dengan segala variasinya yang meliputi:
pranata sosial, stratifikasi sosial, norma, tradisi, etos kerja, lembaga, hukum, seni,
kepercayaan, agama, sistem kekrabatan, cara berpikir, mitologi, etika, moral, dan
sebagainya. Demikian pula latar belakang karya sastra perlu diperhatikan seperti:
sejarah, politik, sosiologis, kultur, kepercayaan, agama, geografis, dan sebagainya.
Mudah dipahami bahwa pada umumnya para siswa akan lebih mudah tertarik pada
karya sastra dengan latar belakang yang akrab dengan kehidupannya. Lebih-lebih
jika karya sastra itu mengangkat tokoh yang berasal dari lingkungan sosialnya dan
memiliki kesamaan budaya dengan mereka.
-
16
Menurut Rahmanto (2004:27) kriteria pemilihan bahan pengajaran sastra dapat ditinjau
dari berbagai segi yaitu dari sudut bahasa, segi kematangan jiwa (psikologi), dan sudut
latar belakang budaya. Berikut ini akan di bahas lebih lanjut tentang ketiga komponen
ini.
1) Bahasa
Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah
yang dibahas, tapi juga faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai
pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan kelompok
pembaca yang ingin dijangkau pengarang (Rahmanto, 2004:27).
Penjelasan di atas mengambarkan bahwa menjadi bahan ajar yang baik harus
memiliki kriteria kebahasaan yang baik. kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus
Diaolog Kita ini telah memiliki kriteria yang baik dari segi pemilihan kata bahasa
dan kesesuaian dengan sasaran ajarnya.
Penulisan yang dipakai oleh pengarang sangat ringan dan mudah dipahami
oleh para pelajar khususnya fokus peneiltian ini pada pelajar SMA kelas X.
Menggunakan bahasa kesastraan yang mudah dipahami serta menggunakan kata-
kata yang sesuai dengan masa karya sastra. Contoh pengalan puisi “Rumah di Ujung
Jalan” berikut mampu menjadikan sebuah referensi dalam pemilihan bahan ajar
siswa.
....
seorang lelaki tua
bertelekan tongkat
menyambutku. Aku yakin ini alamat
rumah yang kucari-cari selama ini.
....
Penggalan di atas mengambarkan bahwa pengarang menggunakan bahasa yang
mudah dipahami. Pembaca juga mudah memahami khususnya Siswa SMA.
Penggunaan bahasa-bahasa yang ada juga tergolong bahasa yang baik meliputi
aspek interaktif (struktur kalimat yang sinkron) dan aspek lugas (memiliki satu
makna/mono semantis). Walaupun sejatinya sebuah puisi akan menghasilkan
beberapa presepsi makna yang berbeda disetiap pembacanya, namun untuk puisi
Rumah di Ujung Jalan mampu dihadirkan mono semantis yang mudah untuk
dipahami.
-
17
2) Segi Psikologi
Perkembangan psikologis dari taraf anak menuju kedewasaan ini melewati tahap-
tahap perkembangan psikologis ini hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini
sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak
hal. Perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap: daya
ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan
pemahaman situasi atau pemecahan problem yang dihadapi (Rahmanto, 2004:29-
30). Berikut penggalan puisi “Kesaksian” yang menunjukkan penerimaan dari sudut
pandang psikologi.
Kita menyaksikan mereka bergumul dengan laki-laki dan perempuan
yang melawan dan kita diam saja.
Kita menyaksikan semakin banyak orang berkerumun menyaksikan
peristiwa itu dan kita diam saja.
Aku menyaksikan wajahmu yang jadi ganjil ujudnya dan aku diam saja.
Kau menyaksikan aku terdengar rakus.
....
3) Segi Latar Belakang Budaya
Latar belakang karya sastra ini meliputi hampir semua faktor kehidupan manusia
dan lingkungannya, seperti: geografi, sejarah, topografi, iklim, mitologi, legenda,
pekerjaan, kepoercayaan, cara berfikir, nilai-nilai masyarakat, seni dan olah raga,
hiburan, moral etika dan sebagainya (Rahmanto, 2004:31).
Penjabaran di atas menandakan pentingnya latar budaya yang ada pada puisi
untuk pembelajaran sastra di sekolah. Pada kumpulan puisi Sutradara Itu
Menghapus Diaolog Kita ini digambarkan betapa lingkungan budaya di daerah
Banten yang masih terjaga. Adat istiadat bersejarah masih dilestarikan dan bahkan
menjadi simbol kebanggan warganya. Berikut ini kutipan puisi “Rumah di Ujung
Jalan” yang menandakan layak untuk menjadi bahan ajar dari segi latar belakang
budaya.
Tutup pintu baik-baik, duduklah tenang
aku pasti datang menjemputmu
suatu saat nanti. Kututup pintu –
tak pernah kubayangkan
ada rumah setentram ini.
Hasil analisis diksi dan citraan pada kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog
Kita karya Sapardi Djoko Damono dapat diimplementasikan ke dalam pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia di SMA. Materi pembelajaran yang disusun berdasarkan
-
18
standar isi yang berupa kompetensi inti dan kompetensi dasar pada kelas X semester 2
(genap). Ditinjau dari karakteristik kelasnya, kelas mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia tampak sebagai sebuah bentuk relasi sosial. Melalui interaksi belajar-
mengajar yang dilaksanakan terjadi hubungan yang dinamis antara teks dengan siswa,
teks dengan guru, guru dengan siswa, maupun guru dan siswa dengan refleksi
kehidupan sosial sejalan dengan realitas yang diangkat dalam kegiatan pembelajaran.
4. PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai diksi dan citraan dalam
kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono,
maka dapat disimpulkan: 1) Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, 20
maret 1940. Sapardi merupakan anak sulung dari pasangan Sadyoko dan Sapariah.
Sapardi Djoko Damono yang lahir di kota Solo menjadikan kota tersebut dan beberapa
kampung yang pernah ditinggalinya seperti Ngadijayan menjadi salah satu latar tempat
pada karya-karyanya. 2) Diksi yang ditemukan dalam kumpulan puisi Sutradara Itu
Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono meliputi pemanfaatan kosakata
bahasa daerah, pemanfaatan kosakata bahasa asing, dan pemanfaatan sinonim.
Sedangkan terkait citraan yang digunakan penyair dalam puisinya antara lain
penglihatan, pendengaran, gerakan, yang didominasi oleh citraan penglihatan. 3)
Berdasarkan hasil penelitian diksi dan citraan dalam kumpulan puisi Sutradara Itu
Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono dapat diimplementasikan dalam
pembelajaran sastra Indonesia, yakni pada Kompetensi Dasar 3.17 menganalisis unsur
pembangun puisi dan Kompetensi Dasar 4.17 menulis puisi dengan memerhatikan unsur
pembangunnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika
Bahasa. Surakarta: Cakra Books.
Al-Ma’ruf. 2012. Dimensi Sufistik dalam stilistika puisi Tuhan, Kita Begitu Dekat
Karya Abdulhadi WM. Jurnal Kajian Seni Budaya Islam. Vol 01. No. 01. Hal
101-118.
Bode, Steve Ekundayo. 2013. Lexico Semantic of Poetry in Educated Nigerian English
(ENE). Canadian Center of Science and Education. Volume 3, No. 3.
http://desofAugten.edu/2013/Journal/the8895-ll diakses 8 Oktober 2019.
http://desofaugten.edu/2013/Journal/the8895-ll%20diakses%208%20Oktober%202019
-
19
Ebi, Yeibo. 2011. Patterns of Lexical Choices and Stylistic Function in J.P. Clark
Bekederemo‟s Poetry. International Journal of English Linguistic Niger Delta University. Vol 1. No 1. Hal 137-149.
http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ijel/article/view/9768. diakses 8
Oktober 2019.
Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pradopo, Rahmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Scheiber, Elizabeth. 2009. Figurative Language in Delbo’s Auschwitz et apres.
Thematic Issue New Work in Holocaust Studies. Volume 11, No. 3.
http://Docs.lib.purdue.edu/clcweb/vol11/iss1/3.com diakses 8 Oktober 2019.
Sheth, N Jagdish dan Arun Sharma. 2007. Figurative Relationships of Language Issues
and Challenges. Avenue of America. Volume 26, No. 11.
http://www.scribd.com/doc/246650595/JournalofLanguageIssue diakses 8
Oktober 2019.
Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan
(Cetakan Ke 5). Jakarta: Rineka Cipta.
Sulistyanto. 2012. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media.