1
DIPLOMASI INDONESIA MELALUI RUMAH BUDAYA
INDONESIA DI SINGAPURA PERIODE 2013-2015
Skripsi
Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Oleh:
AUGUSTY VINGALIANTI
1112113000025
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis “Diplomasi Indonesia Melalui Rumah Budaya Indonesia
Di Singapura Periode 2013-2015” tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini
adalah untuk mengtahui bagaimana implementasi diplomasi budaya yang
dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui program Rumah Budaya Indonesia
di Singapura dan untuk mengetahui tingkat efektivitas program Rumah Budaya
Indonesia yang didirikan oleh pemerintah Indonesia di Singapura. Tujuan dari
pendirian Rumah Budaya Indonesia di Singapura adalah untuk mengembangkan
jalur diplomasi kebudayaan internasional melalui pengembangan Rumah Budaya
Indonesia di negara–negara strategis.,meningkatkan posisi Indonesia sebagai
budaya super power melalui program strategis dalam diplomasi budaya.,
meningkatkan citra budaya Indonesia oleh masyarakat Internasional yang luas dan
mendorong lebih banyak minat Internasional dan kunjungan ke ikon budaya
Indonesia (warisan budaya nyata dan tidak nyata).mengembangkan pemahaman
dan pengakuan dari komunitas global terhadap keberadaan sumber daya Indonesia
yang kaya budaya dan perannya sebagai kekuatan super budaya dan kontribusinya
mengembangkan peradaban dunia, meningkatkan kerjasama di bidang
kebudayaan antara Indonesia dan negara-negara strategis di daerah utama di
seluruh dunia dalam melestarikan dan merevitalisasi aset budaya. Program
Rumah Budaya Indonesia sangat bermanfaat bagi lingkungan internasional dan
warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri. Adapun program-program
yang ada di Rumah Budaya Indonesia meliputi Indonesian Culture
Expression,.Indonesian Culture Learning, Indonesian Culture Advocacy and
Promotion, dampak dan keuntungan kerjasama Indonesia dan Singapura dalam
pendirian Rumah Budaya ini. Dari segi ekonomi, kerjasama iniakan membawa
keuntungan bagi kedua negara dilihat dari meningkatnya aktivitas pariwisata dari
kedua negara dari tahun ke tahun Di samping itu, dengan didirikannya rumah
budaya ini maka aka nada pertukaran pelajar atau mahasiswa Sedangkan Jika
ditinjau dari segi budaya, pendirian Rumah Budaya Ini secara langsung
telahmeningkatkan aktivitas sosial budaya dikedua negara.Para pelajar dari
keduanegara lebih menghargai perbedaan sosial dan budaya diantara kedua negara
danberusaha meningkatkan hubungan yang baik diantara siswa diantara dua
negara. Pada skripsi ini akan menggunakan metode kualitatif dengan fokus kajian
pada suatu studi kasus. Menurut Creswell pada metode kualitatif yang fokus pada
beberapa studi kasus dengan melihat dari satu atau lebih studi kasus yang di ambil
atas batasan yang ada serta menjelaskan suatu permasalahan dengan mengambil
salah satu studi kasus tersebut.
Kata Kunci: Rumah Budaya Indonesia, Hubungan Bilateral Indonesia
Singapura, Diplomasi Kebudayaan
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulilahirabbil’alamiin, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah
SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi. Tentunya dalam penulisan skripsi ini tidak dapat
terealisasikan dan selesai tanpaa danya dukungan dari berbagai pihak. Baik itu
dukungan secara moril maupun materil, Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
1. Allah SWT. Atas ridho dan izinnya skripsi ini dapat selesai
2. Keluarga terutama papa (alm) R. Bowo Warsito yang sudah member dorongan
kekuatan hingga menemani dalam mengurus skripsi sampai akhir hayatnya
semoga dengan selesainya skripsi ini papa bisa tenang disana amin, untuk mama
Yulianti Hamzah yang selalu mendoakan dan member dorongan terbaik pada
semua hal sehat terus yah mah, dan adik Gieta Dwi Putriari yang tak henti
hentinya member semangat dan tempat cerita selama menyelesaikan skrips iini,
dan keluarga besar yang selalu mensupport skripsi ini sampai selesai
3. Bapak M. Adian Firnas, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu dan membantu menyalurkan pemikirannya dalam
membimbing sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik
4. Ibu Rahmi Fitriyanti M.Si selaku dosen penguji I yang telah memberi Saran dan
kritik terhadap skripsi ini sehingga skripsi menjadi lebih baik
5. Bapak Febri Dirgantara Hasibuan MM selaku dosen penguji II yang telah
memberi motivasi serta kritik yang membangun sehingga skripsi ini menjadi
semakin baik
6. Bapak Ahmad Alfajri, M.A selaku ketua Program Studi Hubungan
Internasional yang telah memotivasi penulis hingga selesai penulisan
7. Jajaran dosen dan staf Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, atas segala upaya dalam membantu penulis dari
awal perkuliahan
vii
8. Teman-Teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
yang telah memberikan bantuan dan semangat yang luar biasa selama proses
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat
menulis lebih baik lagi dikemudian hari. Sekali lagi penulis mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
moril dan materil yang mungkin tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu semoga
Allah SWT.Membalas kebaikan kalian dan Selalu memberkati dan memberikan
kesehatan dan kelancaran rezeki untuk semua amin amin yarobal alamin.
Penulis
Augusty Vingalianti
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ...….. ii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... ...…. iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................... …… iv
ABSTRAK .............................................................................................. ……. v
KATA PENGANTAR .............................................................................. ...…. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................ ….. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ……. x
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................... …….xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ………………………………….................... 1
B. Pertanyaan Penelitian………………………………………...…… 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ ....…. 6
D. Tinjauan Pustaka ................................................................. ....…. 7
E. Kerangka Konseptual.................................................................… 12
F. Metode Penelitian................................................................ ……16
G. Sistematika Penulisan..................................................................... 18
BAB II HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN SINGAPURA
A. Sejarah Hubungan Bilateral Indonesia Dan Singapura Pada Zaman
Kerajaan…………………………………... ........................ ……21
B. Sejarah Hubungan Bilateral Indonesia Dan SingapuraSecara
Diplomatik…………………………………... ..................... ……25
BABIII TINJAUAN MENGENAI DIPLOMASI BUDAYA DAN RUMAH
BUDAYA INDONESIA
A. Diplomasi Budaya Indonesia………………………………..……31
B. Rumah Budaya Indonesia ………………………………… . ……39
ix
BAB IV RUMAH BUDAYA SEBAGAI SARANA DIPLOMASI
KEBUDAYAAN INDONESIA DI SINGAPURA
A. Kegiatan dan Program Rumah Budaya Indonesia Di
Singapura………………………………....................................... 47
B. Dampak Pendirian Rumah Budaya Indonesia Di
Singapura………………………… ..................................... ……69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………..…….. 78
B. Saran ................................................................................... ........80
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... ........81
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.1 Logo Rumah Budaya Indonesia Di Singapura ............................... 43
Gambar IV.1 Logo Indonesian Cultural Night .................................................... 50
Gambar IV.2 Tiket dan Suasana Cultural Centre Hall Menjelang Pertujukan Seni
Neutraregni: the Musical ............................................................... 52
Gambar IV.3 Salah Satu Pertujukan Seni Neutraregni: the Musical Yang Digagas
Oleh ICN ...................................................................................... 52
Gambar IV.4 Salah Satu Momen Antusiame Penonton Yang Dibagikan Ke
Media Sosial Saat Menonton Pertunjukan Seni ICN ...................... 52
Gambar IV.5 Salah Satu Pertujukan Seni Angkara: a Musical Yang Digagas
Oleh ICN ...................................................................................... 53
Gambar IV.6 Salah Satu Media Massa Singapura Yang Menulis Artikel
Mengenai Salah Satu Pertujukan Seni Yang Diselenggarakan Oleh
ICN............................................................................................... 54
Gambar IV.7 Salah Satu Pementasan Seni Yang Digagas Oleh NUANSA The
Priyayi .......................................................................................... 56
Gambar IV.8 Salah Satu Momen Keseruan Penonton Pementasan Seni The
Priyayi Yang Dibagikan Dalam Media Sosial................................ 56
Gambar IV.9 Poster Pertunjukan Seni Kronologi yang di gagas oleh
Perkumpulan GAYA ..................................................................... 58
Gambar IV.10 Poster Pertunjukan Seni 2 Seconds yang di gagas oleh
Perkumpulan GAYA ..................................................................... 59
Gambar IV.11 Salah Satu Adegan pertunjukan Seni Undo Yang DIgagas Oleh
Perkumpulan Seni inSIGHT.......................................................... 61
Gambar IV.12 Salah Satu Adegan pertunjukan Seni The Storybook Yang DIgagas
Oleh Perkumpulan Seni inSIGHT ................................................. 62
Gambar IV.13 Sesi kelas Membatik Yang diselenggrakan Oleh Rumah
Budaya Indonesia Di Singapura .................................................... 64
Gambar IV.14 Negara Dengan Jumlah Kunjungan Turis Terbanyak Ke Indonesia 70
xi
DAFTAR SINGKATAN
ASEAN Assosiation of Southeast Asian Nations
BLBI Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
GAYA Gelar Budaya
ICN Indonesian Cultural Night
ICW Indonesia Corruption Watch
inSIGHT InSIM Gathering Night
KBRI Kedutaan Besar Republik Indonesia
KEK Kawasan Ekonomi Khusus
KTT Konferensi Tingkat Tinggi
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MOU Memorandum Of Understanding
NTU Nanyang Technological University
PBB Persatuan Bangsa Bangsa
PERURI Percetakan Uang Republik Indonesia
SEZs Special Economic Zones
SIM Singapore Institute of Management
SMU Singapore Management University
UKBI Ujian Kemahiran Berbahasa Indonesia
UNESCO United Nations Educational Scientific and Cultural
Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah’.
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berada di Asia Tenggara
dengan sistem pemerintahan presidensial. Terletak pada koordinat 95 derajat
Bujur Timur sampai 141 derajat Bujur Timur, serta antara 6 derajat Lintang Utara
sampai dengan 11 derajat Lintang Selatan. Sebagai negara yang memilki lebih
dari 17.000 pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke tentu saja
Indonesia memiliki beragam budaya dan bahasa. Keberagaman budaya yang
dimiliki oleh Indonesia tentunya menjadi daya tarik dan ciri khas tersendiri
sebagai potensi yang dimiliki oleh Indonesia yang dapat dimanfatkan dengan
sebaik-baiknya. Pemerintah Indonesia dalam hal ini telah dan terus memanfaatkan
keragaman budaya yang dimiliki dengan memperkenalkannya ke dunia
Internasional.
Indonesia sebagai negara yang memiliki keragaman budaya juga
menggunakan diplomasi budaya sebagai media untuk mencapai kepentingan
nasionalnya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat ini sedang gencar
memperkenalkan budaya–budaya Indonesia ke dunia internasional. Melalui
program rumah budaya Indonesia, pemilihan konsep diplomasi budaya dalam
bentuk sebuah rumah inidipilih karena pemerintah Indonnesia ingin membuat
orang-orang yang datang dan berkunjung ke rumah budaya
2
Indonesia merasa nyaman, karena melihatkonsep bangunannya bukanlah
berbentuk formal seperti kantor ataupun kedutaan.
Setiap negara pastilah membina hubungan bilateral dalam upaya mencapai
kepentingan nasionalnya. Komunikasi antara negara satu derngan negara lainnya
dapat menghasilkan kesepakatan atau kerjasama yang menguntungkan bagi kedua
belah pihak dan dapat menghindari konflik bagi keduanya. Dalam mengelola
hubungan bilateral ini diperlukan sebuah instrumen yang dinamakan diplomasi,
konsep diplomasi yang berkembang saat ini tidak hanya mencakup hal
yangberhubungan dengan aspek politik saja, namun juga terdapat aspek ekonomi,
sosial budaya, pariwisata dan lain sebagainya.
Diplomasi yang beragam ini digunakan untuk menciptakan perdamaian serta
guna mencapai kepentingan nasional suatu negara. Munculnya soft power sebagai
salah satu bentuk power selain hard power, membawa implikasi pada pelaksaan
diplomasi. Saat ini kebanyakan negara di dunia lebih banyak mengaplikasikan soft
power dalam mencapai kepentingan nasionalnya, karena soft power dianggap
tidak terlalu beresiko dibandingkan menggunakan hard power untuk mencapai
suatu tujuan. Salah satu bentuk implementasi dari pengaplikasiansoft power ini
yaitu melalui diplomasi kebudayaan (Margono, 2015:108).
Maraknya isu pengklaiman budaya Indonesia oleh negara lain termasuk oleh
negara tetangga kita Malaysia menjadi keprihatinan bagi negara kita. Oleh karena
itu Pemerintah Indonesia dalam hal ini mengambil sikap untuk menyelamatkan
warisan budaya yang kita miliki. Hal ini dilakukan agar ke depannya tidak ada
lagi isu mengenai pengklaiman budaya oleh negara lain. Pemerintah Indonesia
3
mencari cara untuk dapat menjaga, melestarikan, sekaligus memperkenalkan
warisan budaya yang kita miliki kepada generasi penerus juga kepada masyarakat
internasional.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan
masalah tersebut adalah dengan melakukan diplomasi kebudayaan. Peran
diplomasi kebudayaan bukan sebagai pengganti jalur pertama yakni diplomasi
biasa, melainkan sebagai pembuka jalan dalam menghadapi suatu permasalahan
antarnegara. Pengelolaan hubungan bilateral tidak hanya terbatas pada upaya antar
pemerintah saja akan tetapi juga dibantu oleh peningkatan peran faktor-faktor
nonpemerintah lainnya, baik itu Non Goverment Organization (LSM), Kelompok
masyarakat, hingga individu (Sukawarsini Djelantik, 2008:190).
Diplomasi publik pada umumnya memanfaatkan instrumen budaya,karena
budaya dinilai sebagai penentu karakter individu maupun bangsanya. Salah satu
bentuk upaya diplomasi publik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah
dengan mendirikan rumah budaya Indonesia di sejumlah negara.Dengan adanya
program Rumah Budaya Indonesia ini diharapkan warisan budaya yang dimiliki
oleh Indonesia dapat dijaga kelestariannya serta dikenal dan dipelajari oleh
masyarakat luar (Kishan S. Rana, 2002:98).
Program rumah budaya Indonesia yang dimaksud di sini ialah program yang
dimiliki oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan yang bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai kebudayaan Indonesia, dan juga sebagai sarana
untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan
citra dan apresiasi budaya bangsa Indonesia di kancah internasional, dan juga
4
sebagai bentuk upaya konkrit pemerintah Indonesia dalam mempromosikan
budaya Indonesia..
Selain itu budaya yang dimiliki oleh Indonesia juga telah banyak yang diakui
oleh organisasi pendidikan dan kebudayaan PBB, yakni UNESCO dan juga oleh
para wisatawan yang datang dan berkunjung ke Indonesia. Dalam rangka untuk
menentukan negara mana yang akan dipilih untuk program pendirian rumah
budaya Indonesia ini, pemerintah Indonesia melalui kementerian pendidikan dan
kebudayaan menetapkan berbagai macam kriteria. Kriteria yang pertama adalah
intensitas hubungan strategis antara Indonesia dengan negara tersebut.
Adapun kriteria yang kedua ialah banyaknya warga Indonesia di negara
tersebut yang mengembangkan kebudayaan Indonesia terutama di negara yang
kebudayanya dianggap sangat maju serta terdapat institusi-institusi kebudayaan
dunia. Negara yang terpilih untuk menjadi titik pembangunan Rumah Budaya
Indonesia ini diantaranya adalah Amerika Serikat, Australia, Belanda, Jepang,
Jerman, Myanmar, Perancis, Timor Leste, Turki, dan Singapura (www.
kebudayaan.kemdikbud.go.id).
Dipilihnya negara Singapura sebagai salah satu negara yang mendapat
kepercayaan dari pemerintah Indonesia dalam mendirikan rumah budaya
Indonesia ini karena Singapura adalah sebuah negara yang terletak sangat strategis
yakni, terletak di semenanjung Malaya. Negara ini dipisahkan secara geografis
dari negara Malaysia oleh Selat Johor di utara dan dari Kepulauan Riau, Indonesia
oleh Selat Singapura di bagian selatan. Singapura memiliki luas 719.2 km2.
5
Singapura juga sebagai salah satu negara anggota ASEAN yang paling
terglobalilasi (.https://singsat.gov.sg)
Singapura memilki latar belakang sejarah yang beragam,sentuhan modern
pada negara ini tercipta berkat campur tangan seorang yang bernama Sir Thomas
Stamford Raffles yang pada saat itu menjabat sebagai Letnan Gubernur
Bencoolen (saat ini Bengkulu). Ia tiba di Singapura pada 28 Januari 1819 dan ia
melihat potensi yang dimiliki oleh Singapura pada saat itu. Kemudian ia
melakukan perundingan dengan penguasa setempat dan menjadikan Singapura
sebagai pos perdagangan. Tidak lama kemudian Singapura berkembang menjadi
pusat perdagangan dan tempat penyaluran barang yang menarik imigran dari
Tiongkok, India, Kepulauan Malaysia dan lainnya. Namun kejayaan yang dialami
Singapura mengalami kemunduran pada masa Perang Dunia II. Singapura
diserang oleh Jepang pada 8 Desember 1941. kemudian Singapura menjadi negara
demokratis yang merdeka secara penuh pada tanggal 9 Agustus 1965
(https://eresources.nib.gov.sg).
Hubungan bilatreral Indonesia-Singapura telah berlangsung sejak tahun 1967
hubungan bilateral tersebut ditandai dengan pembukaan kedutaan besar di kedua
negara. Untuk lebih mempererat hubungan bilateral antara kedua negara maka
pada tanggal 30 November 2013 pemerintah Indonesia secara resmi telah
mendirikanrumah budaya Indonesia di Singapura yang beralamat di Sekolah
Indonesia Singapura 20A Siglap Road, Singapore 455859. Pendirian rumah
budaya Indonesia di Singapura berfungsi sebagai pusat informasi mengenai
berbagai hal tentang kebudayaan Indonesia (https://rumahbudayaindonesia.sg)..
6
Pemilihan Singapura telah melalui pengkajian strategis, selain itu Singapura
dianggap sebagai negara tetangga dengan gerbang bisnis yang luas dan juga
negara yang telah terglobalisasi. Keseriusan pemerintah Indonesia dengan
mendirikan Rumah Budaya Indonesia di Singapura ini menunjukkan bahwa
aktivitas diplomasi publik yang dilakukan berdampak pada kepentingan nasional
Indonesia.
B. Pertanyaan Penelitian
Fenomena kehadiran diplomasi budaya merupakan salah satu bagian dari soft
diplomacy yang sangat menarik perhatian.Melalui program dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Indonesia mendirikan Rumah Budaya
Indonesia di Singapura yang hadir sebagai implementasi diplomasi kebudayaan
Indonesia di Singapura. Hal ini menjadi menarik karena melalui pendirian rumah
budaya Indonesia yang sejak resmi dibuka pada tahun 2013 hingga pada tahun
2015 telah berhasil meningkatkan kunjungan wisatawan asing yang berasal dari
Singapura melalui program tersebut, pemerintah Indonesia semakin gencar dalam
melakukan promosi budaya ataupun melakukan kegiatan- kegiatan yang berkaitan
dengan budaya Indonesia.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di awal penelitian ini, maka
dapat ditarik sebuah pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimana
Implementasi Diplomasi Budaya melalui Rumah Budaya Indonesia di Singapura
dalam Periode 2013-2015?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
7
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
a. Untuk menganalisa bagaimana implementasi diplomasi budaya yang
dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui program rumah budaya
Indonesia di Singapura dalam periode 2013-2015.
b. Untuk mengetahui tingkat efektivitas program rumah budaya
Indonesia yang didirikan oleh pemerintah Indonesia di Singapura
c. Untuk menunjukan bahwa budaya memiliki peran penting dalam
hubungan antar negara.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari diadakannya penelitian ini adalah:
a. Manfaat dari segi teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi akademik yaitu
memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan terkait diplomasi
budaya Indonesia di Singapura.
b. Manfaat dari segi praktis
1) Bagi Masyarakat
Memberikan wawasan mengenai hubungan internasional yang
berkaitan dengan diplomasi antar negara
2) Bagi Perpustakaan
Untuk menambah koleksi bahan bacaan di bidangilmu hubungan
internasional
D. Tinjauan Pustaka
8
Dalam pembuatan penelitian ini terdapat beberapa acuan yang digunakan.
Referensi yang pertama berasal dari jurnal yang di tulis oleh Fitri Dyah Ruslina
Novika Sari yang berjudul “Strategi Diplomasi Publik Dalam Meningkatkan Citra
Seni dan Budaya Indonesia di Mata Dunia Internasional (Studi Kasus: Seni Tarian
Dayak Kalimantan Timur)”.
Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa dengan masuknya kebudayaan asing
ke Indonesia hal tersebut menimbulkan adanya dilema pada masyarakat sehingga
masyarakat pun dapat dengan mudah terpengaruh serta menerima begitu saja
kebudayaan asing.
Karenanya untuk menyikapi fenomena tersebut perlu adanya kemampuan
untuk merespon perubahan–perubahan serta tantangan global terkait dengan
masuknya kebudayaan asing tersebut. Penyebab seni dan budaya Kalimantan
Timur kurang populer di kalangan masyarakat dikarenakan kurang optimalnya
upaya pemerintah daerah dalam mempromosikan serta memasarkan kebuadayaan
Kalimantan Timur, selain itu rendahnya partisipasi masyarakat untuk turut
berperat aktif dalam memsosialisasikan dan mempromosikan kebudayaan
Kalimantan Timur juga menjadi faktor utama kebuadayaan Kalimantan Timur
kurang begitu populer dikalangan masyarakat.
Salah satu faktor yang juga turut menjadi penyebab kegagalan diplomasi
publik dalam mempopulerkan seni dan budaya Kalimantan Timur adalah karena
peranan media massa yang kurang begitu optimal hanya cakupan area
publisitasnya hanta menjangkau daerah lokal saja selain itu minimnya penggunaan
teknologi dalam mempromosikan dan mensosialisasikan kebudayaan Kalimantan
9
Timur kepada masyarakat memberikan dampak secara langsung maupun tidak
langsung terhadap kegagalan ketidakpopuleran kebudayaan Kalimantan Timur.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka pemerintah dinilai perlu melakukan
strategi yang lebih baik dalam melaksanakan diplomasi publik.
Literatur ini berbeda dengan penelitian ini, karena dalam literatur ini yang
dibahas adalah persoalan kegagalan pemerintah Indonesia dalam melakukan
diplomasi publik. Jurnal Diplomasi Indonesia yang berjudul “Memperkuat
Diplomasi Pencitraan Indonesia” yang di tulis oleh Vivi Feriany mengatakan
bahwa selama satu dekade ini Indonesia sedang menghadapi persoalan mengenai
citra (image) yang cukup serius.
Dalam meningkatkan citra Indonesia di masyarakat Internasional, pemerintah
melakukan berbagai macam strategi, salah satunya adalah pemantapan politik luar
negeri dan optimalisasi Indonesia dalam penyelanggaraan hubungan luar negeri
dan pelaksanaan politik luar negeri. Pelaksanaan diplomasi Indonesia dalam
upaya meningkatkan citra Indonesia dilakukan dengan memanfaatkan aset-aset
yang dimiliki Indonesia. Berbagai bentuk diplomasi yang ada digunakan untuk
melaksanakan kebijakan luar negeri Indonesia, mulai dari diplomasi bilateral,
diplomasi multilateral, diplomasi tingkat tinggi, diplomasi publik dan kebudayaan
hingga multitrack diplomacy. Hal ini jelas berbeda dengan penelitian ini, karena
jurnal ini menjelaskan mengenai sepak terjang Indonesia dalam melakukan
diplomasi guna meningkatkan citra positif Indonesia di masyarakat Internasional.
Ketiga, buku berjudul “Diplomasi Kebudayaan” yang ditulis oleh Tulus
Warsito dan Wahyuni Kartikasari, buku ini menjelaskan tentang diplomasi budaya
10
sebagai salah satu usaha suatu negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya
melalui dimensi kebudayaan.
Tujuan utama dari diplomasi budaya adalah sebagai alat untuk mempengaruhi
pendapat umum masyarakat dari negara lain agar mendukung kebijakan suatu
negara. Para pelaku diplomasi kebudayaan tentu berbeda dengan para pelaku
bentuk diplomasi lainnya, hal ini karena pelaku diplomasi budaya tidak hanya
berasal dari pihak pemerintah atau resmi saja namun juga ada aktor non
pemerintah yang berperan seperti organisasi atau individu.
Buku ini memiliki perbedaan dengan penelitian ini, karena dalam buku ini
lebih menjelaskan mengenai diplomasi budaya beserta para aktor yang berperan di
belakangnya.
Keempat adalah buku yang berjudul Indonesia dan Dunia: Refleksi Pemikiran
Diplomat Muda Indonesia dalam salah satu sub bab yang berjudul Diplomasi
Kebudayaan: Konsep dan Relevansinya bagi Pelaksanaan Politik Luar Negeri
yang di tulis oleh Gracia I. Caroline Sidabutar mengatakan bahwa diplomasi
budaya merupakan sebuah konsep dalam ilmu politik yang mendeskripisikan
mengenai transfer dari cultural ideas antara kelompok- kelompok yang berbeda
dalam mencapai pemahaman yang sama dan tercipta hubungan yang baik.
Diplomasi budaya juga dapat diartikan sebagai praktek resmi suatu
pemerintahan dalam melaksanakan hubungan luar negeri dengan menggunakan
soft power.Pasca Perang Dunia Kedua, Amerika Serikat menganggap diplomasi
budaya bagian utama dari strateginya dalam mempertahankan global leadership.
Pada masa Perang Dingin, pertunjukan-pertunjukan musik, kesenian Amerika
11
Serikat, distribusi jurnal dan buku, kegiatatan pertukaran pelajar dalam bentuk
apapun terbukti merupakan alat penting dalam pelaksaan diplomasi guna
pencapaian tujuan politik luar negeri.
Diplomasi budaya juga secara konsisten dilakukan oleh Jepang disaat Jepang
sedang mengalami kemunduran diplomasinya yang berganntung pada keunggulan
ekonomi.
Pada tahun 1976, pemerintah Jepang di bawah Perdana Menteri Fukuda
melaksanakan politik luar negerinya melalui kerjasama kebudayaan dan kemudian
dikenal dengan istilah “Doktrin Fukuda”.
Di Indonesia, pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan diplomasi
budaya karena didominasi oleh kebutuhan mendesak akibat situasi perekonomian
dalam negeri pada tahun 1980an. materi yang dibahas dalam buku ini berbeda
dengan penelitian ini karena dalam buku ini menjelaskan perbandingan antara
diplomasi budaya yang dilakukan oleh negara Amerika dan negara Jepang.
Kelima adalah buku yang berjudul Kebudayaan yang ditulis oleh Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi yang mengatakan bahwa kebudayaan
adalah semua hasil karya cipta, rasa, dan karsa manusia. Karya menghasilkan
teknologi kebendaan atau material culture yang diperlukan manusia untuk
menguasai sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk
kehidupan masyarakat.
Maka dapat dikatakan bahwa diplomasi budaya adalah suatu bentuk
diplomasi yang memanfaatkan aspek kebudayaan untuk memperjuangkan
kepentingan nasional suatu negara dalam percaturan kepentingan internasional.
12
Hal yang membedakan dengan penelitian ini ialah dalam buku ini materi yang
dibahas lebih berfokus tentang kebudayaan dan diplomasi budaya.
E. Kerangka konseptual
Untuk memahami dan menjawab pertanyaan dlam suatu penelitian maka
diperlukan adanya sebuah kerangka konseptual. Kerangka konseptual ini terdiri
dari konsep dan teori yang berguna sebagai acuan dan panduan dalam melakukan
penelitian.
1. Definisi Konseptual
Konsep adalah suatu hal yang dapat digunakan sebagai representasi untuk
menjelaskan serta menggambarkan suatu gagasan atau peristiwa dan serta
memiliki tujuan untuk membatasi pembahasan.
a. Kepentingan Nasional
Istilah kepentingan nasional pertama kali dicetuskan melalui bahasa
Prancis yakni raison d’etat yang secara sederhana diartikan sebagai alasan-
alasan utama yang menyangkut eksistensi suatu negara, pengertian
mengenai kepentingan nasional sebenarnya sangat luas tidak hanya terbatas
kepada itu saja melainkan didalamnya terkandung mengenai tujuan yang
hendak dicapai dari suatu negara tersebut, jadi konsep mengenai
kepentingan nasional mensyaratkan adanya suatu negara terlebih dahulu lalu
barulah ada kepentingan nasional didalam negara tersebut (Boulder 1978).
Selanjutnya Daniel. S. Papp menjelaskan bahwa kepentingan nasional
terdiri dari beberapa jenis yaitu kepentingan ekonomi, kepentingan ideologi,
13
kepentingan keamanan serta kepentingan moralitas dan legalitas (Daniel. S.
Papp, 1988:29).
b. Nation branding
Nation branding adalah strategi mempresentasikan sebuah negara dengan
sasaran menciptakan nilai-nilai reputasi lewat turisme, keadaan sosial ekonomi,
kemasyarakatan dan investasi. Dalam perencanaan nation branding terkait
faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah negara diperlukan studi dan riset-riset
untuk menemukan identitas negara tersebut sebagai dasar perencanaan nation
branding. Gudjonson (2005) menyatakan nation branding tercipta ketika
pemerintah atau sebuah private company menggunakan kekuatan untuk
membujuk siapapun yang memiliki kemampuan untuk merubah image negara.
c. Diplomasi Budaya
Diplomasi budaya merupakan salah satu bagian dari soft power.
Menurut Jan Melissen dalam tulisannya yang berjudul The New Public
Diplomacy: Between Theory and Practice, ia menjelaskan bahwa diplomasi
budaya merupakan konsep yang terkait dengan diplomasi publik. Diplomasi
budaya sangat mencerminkan paham diplomasi publik dan berbeda dengan
propaganda ataupun nation branding. Diplomasi budaya secara tidak
langsung mengikat penduduk dari negara lain dengan membangun
kepercayaan yang bersifat sementara dengan menenangkan hati dan pikiran
mereka. Budaya tidak hanya sebatas seni semata, namun juga berkaitan
dengan pola pikir. Hal tersebut secara bertahap menumbuhkan diplomasi
publik menjadi reaksi untuk kedekatan koneksi budaya antar bangsa, media
14
dan aktivitas informasi, yang memperngaruhi sosial, ekonomi, serta politik
suatu negara (Melissen, 2005).
Menurut J. Michael Waller dalam bukunya yang berjudul The Public
Diplomacy Reader, diplomasi budaya didefinisikan sebagai pertukaran ide,
informasi, seni dan berbagai aspek kebudayaan antar bangsa dan masyarakat
dalam rangka menciptakan kepentingan bersama. Peran dari diplomasi
budaya itu sendiri juga dapat dianalogikan seperti menanam bibit-bibit ide
dan cita-cita; strategi estetik dan perangkat; argumen, filosofi politik dan
persepsi spiritual.sertacara untuk melihat dunia yang mungkin berkembang
di tanah asing (Waller, 2007).Sementara itu Devestak, George dan Burke
mendefinikan kepentingan nasional sebagai sesuatu hal yang nyata yang
harus dimiliki oleh negara sebagai tujuan yang harus dicapai dalam memulai
hubungan dengan negara lain (Richard Devetak, Jim George, dan Anthony
Burke, 2001:391).
Suatu negara dikatakan menggunakan diplomasi budaya sebagai media
sekaligus pemberi identitas dalam mencapai kepentingan nasionalnya yang
merupakan tujuan dari pelaksanaan politik luar negerinya. Diplomasi
budaya memiliki cakupan tujuan yang sangat luas, hal tersebut mencakup
mengirimkan perwakilan yang telah dipilih dan diseleksi dengan tujuan
untuk memperkenalkan sekaligus mempromosikan kebudayaan suatu negara
ke negara lain serta untuk membangun pemahaman dan kepekaan negara
lain untuk mewujudkan hubungan yang lebih baik di segala bidang.
Diplomasi budaya jika dilihat dari bentuknya dapat dilakukan melalui:
15
1) Eksibisi
Eksibisi atau pameran dilakukan untuk menampilkan konsep–konsep
atau karya yang berhubungan dengan seni, ilmu pengetahuan, teknologi
maupun nilai–nilai sosial atau ideologi dari suatu bangsa kepada bangsa
lainnya, salah satu contoh dari eksibisi ini adalah pameran seni
kontemporer yang diadakan setiap bulan Januari di Singapura yakni Art
Stage Singapore.
2) Kompetisi
Kompetisi ini bentuknya lebih cenderung ke arah pertandingan atau
persaingan, salah satu contoh dari kompetisi ini adalah bridge design
competition 2017 Singapore yang merupakan sebuah ajang kompetisi
tahunan yang mengadu kreativitas mahasiswa dari universitas dan
politeknik dari seluruh negara asia tenggara untuk merancang sebuah
jembatan kayu balsa yang kokoh dan ringan dengan durasi pengerjaan
5.5 jam
3) Negosiasi
Negosiasi lebih mencerminkan keinginan dari suatu negara dengan
maksud untuk saling memperkenalkan, mengakui, menghormati, dan
menghargai kebudayaan dari masing-masing negara tersebut, salah satu
contoh dari bentuk negosiasi ini adalah negosiasi antara pemerintah
Indonesia dan pemerintah Australia soal perjanjian kemitraan ekonomi
komperhensip yang bertujuan meningkatkan kontibusi negara terhadap
kesejahteraan waraga kedua negara. (Nye J. 1990:177).
16
d. Kerjasama Bilateral
Kerjasama bilateral adalah hubungan yang dibangun suatu negara
dikarenakan saling terhubungnya suatu negara dengan negara lain melalui
dialog mengenai suatu masalah yang sama-sama dihadapi dengan
menghasilkan solusi teknis dalam penyelesaian masalah yang berupa
perjanjian yang mengutungkan negara yang berkerjasama tersebut. KJ
Hoisti juga menjeleskan bahwa kerjasama antar negara pada kebanyakan
kasus dilakukan dengan cara pemerintah dari kedua negara saling
berkoordinasi dengan mengusulkan ide dalam penyelesaian suatu kasus
(sengketa) dan membahas serta menemukan solusi bersama atas kasus
(sengketa) yang dihadapi (KJ Hoisti, 1988:652).
Sementara itu Koesnadi Kartasasmita mengatakan bahwa kerjasama
bilateral merupakan suatu keharusan yang harus dilaksanakan oleh negara
sebagai konsekuensi adanya hubungan interdependensi dan bertambahnya
kompleksitas kehidupan manusia di berbagai negara (Koesnadi
Kartasasmita,1977:19).
F. Metode Penelitian
Metode Penelitian menjelaskan tentang cara memperoleh serta memahami
data dan fakta yang diambil dengan menggunakan tahapan-tahapan seperti
pengamatan, wawancara, penggunaan data kualitatif dandata-data dokumen yang
mendukung atas penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini akan menggunakan
metode kualitatif dengan fokus kajian pada suatu studi kasus (Muchtar Mas’oed,
1990:180).
17
Menurut Creswell pada metode kualitatif yang menjadi fokusnya terletak
pada beberapa studi kasus dengan melihat dari satu atau lebih studi kasus yang
akan di ambil atas batasan yang ada serta menjelaskan suatu permasalahan dengan
mengambil salah satu studi kasus tersebut. Dengan melihat data-data yang di cari
atas waktu data tersebut di buat dengan kasus yang diteliti, mengumpulkan data-
data secara mendalam seperti observasi, wawancara, dokumentasi, laporan-
laporan dan berupa audio visual (John W. Creswell, 2009:73)
Lalu fokus kajian dalam studi kasus juga terbagi menjadi tiga bentuk,
instrumen tunggal, multi instrumen dan instrumen pendalamann (Intrinsic Case
Study). Instrumen tunggal adalah ketika melakukan penelitian atas suatu persoalan
kemudian menentukan batas dari kasus tersebut sehingga dapat memberikan
penjelasan pada persoalan tersebut. Multi instrumen masih sama dengan
intsrumen tunggal yaitu fokus pada satu persoalan yang di ambil lagi, tetapi
peneliti ini akan mengambil dua aktor individu, negara, atau kelompok yang akan
diteliti serta mengambil beberapa studi kasus dalam menjelaskan persoalan yang
dipilih.
Lalu yang terakhir instrumen pendalaman atau Intrinsic Case Study dimana
penelitian yang dilakukan fokus kepada kasus itu sendiri karena menyerupai
kedalam penelitian naratif namun perbedaanya terletak pada analisis prosedur
studi kasus tersebut yang berfokus kepada kedalaman penjelasan dari kasus
tersebut (John W. Creswell, 2009:74).
Lalu, ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam menggunakan
metode penelitian kualitatif menggunakan studi kasus.Pertama, peneliti harus
18
menentukan apakah pendekatan studi kasus tersebut sesuai dengan permasalahan
yang akan di teliti. Dengan pendekatan yang baik, serta penjelasan yang jelas
dengan batasan penjelasan sehingga dapat memahami kasus secara mendalam.
Kedua, melihat fokus pada individu, program, acara atau suatu aktivitas, serta
melihat kegunaan studi kasus dan kegunaanya nanti tetapi juga melihat keaslian
kasus, kasus yang mudah di akses atau kasus yang tidak biasa.Pengumpulan data
dalam tipe penelitian studi kasus ini sangat luas, dengan melihat dari berbagai
sumber informasi seperti observasi, interview, dokumen dan arsip rekaman.
Bentuk analisis dari data yang dipakai bisa menggunakan Holistic Analysis
untuk keseluruhan kasus atau Embedded Analysis untuk dapat melihat secra
spesifik aspek dari kasus yang dipilih. Kemudian pada penjelasan akhir peneliti
menjelaskan maksud dari kasus yang akan di teliti tersebut, serta penjelasan atas
penelitian yang dilakukan atas isu dari kasus yang di ambilatau meneliti tentang
situasi yang tidak biasa atau janggal dari kasus yang diambil tersebut (John W.
Creswell, 2009:74). Sumber-sumber tersebut diperoleh dari Perpustakaan
Nasional, Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Perpustakaan Universitas Indonesia, serta dari berbagai situs internet yang
sumbernya dapat dipertanggungjawabkan.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang ingin dibahas oleh penulis dalam skripsi ini
terbagi atas lima bab, dengan perincian setiap bab adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
19
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya meliputi, Pernyataan
Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Tinjauan Pustaka, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian, Sistimatika
Penulisan
BAB II HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN SINGAPURA
Bab ini merupakan bab yang membahasa hubungan bilateral Indonesia
dan Singapura yang isinya meliputi, Hubungan Bilateral Indonesia Dan
Singapura Pada Zaman Kerajaan dan Hubungan Bilateral indonesia Dan
Singapura Secara Diplomatik
BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI RUMAH BUDAYA INDONESIA
Bab ini merupakan bab tinjaun umum mengenai rumah budaya
Indonesia yang isinya meliputi, Diplomasi Budaya Indonesia dan
Rumah Budaya Indonesia
BAB IV RUMAH BUDAYA SEBAGAI SARANA DIPLOMASI
KEBUDAYAAN INDONESIA DI SINGAPURA
Bab ini merupakan bab pembahasan yang isinya meliputi, Kegiatan dan
Program Rumah Budaya Indonesia Di Singapura dan Dampak
Pendirian Rumah Budaya Indonesia Di Singapura
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup yang isinya meliputi, Kesimpulan dan
Saran
20
BAB II
HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN SINGAPURA
A. Hubungan Bilateral Indonesia dan Singapura Pada Zaman Kerajaan
Sejarah awal terbentuknya hubungan bilateral antara negara Singapura
dengan negara Indonesia sebenarnya sudah terjadi sangat lama bahkan sejak
kedua negara tersebut masih berbentuk kerajaan, bersumber dari Sejarah Melayu
(The Malay Annals), Dalam Sejarah Melayu tersebut dijelaskan bahwa Singapura
pada masa itu dulunya bernama Temasik, pada saat itu Temasik merupakan
sebuah kota perdagangan pertama yang cukup besar yang berada di kawasan
semenanjung Malaya.
Kota ini juga disebutkan selalu berpindah-pindah penguasaan dari satu
kerajaan ke kerajaan lain. Kerajaan-kerajaan yang tercatat pernah menguasai kota
Temasik adalah kerajaan Sriwijaya, kerajaan Majapahit dan kerajaan Melaka.
Pada masa kekuasaan Malaka, sultan yang berkuasa pada saat itu adalah Sultan
Iskandar Syah, hal ini juga dijelaskan dalam sejarah Dinasti Ming atau the Ming
Annals. Berdasarkan kalkulasi masa waktu antara Sejarah Melayu dan Sejarah
dinasti Ming, diperkirakan bahwa Sultan Iskandar Syah menguasai kota Temasik
pada tahun 1395 M, sedangkan masa pendirian Kerajaan Temasik itu sendiri
adalah pada tahun 1299 M (http://www.britannica.com).
Nama lain untuk kota Temasik ini juga disebutkan pula dalam beberapa
sumber lain dari abad ke-14 masehi. Daerah yang terletak di ujung
21
semenanjung Malaya ini pernah disebut sebagai Pulau Ujung (Pu-Lo-Chung), lalu
disebut Salahit (Selat), dan juga Tumasik (Jawa), serta Tammasik (China). daerah
ini pun juga pernah disebut Lion City (Kota Singa). Sumber lain menyebutkan
bahwa daerah ini jutga pernah menjadi tempat persinggahan para pedagang dari
kerajaan Majapahit pada abad ke 14 sehingga ia dinamakan Singapura yang
bararti kota (Pura) singgah (Singgah) (The Nalanda-Sriwijaya Centre, Institute of
Southeast Asian Studies, 2009).
Menurut Rose Liang, sumber lain menyebutkan bahwa Wang Dayuan,seorang
pengembara dar negerii Cina, yang berkunjung ke Singapura pada tahun 1330,
menjuluki daerah terssebut dengan sebutan Pancur (berarti “Spring”), yang disana
terdapat sebuah perkampungan Melayu dengan beberapa orang Cina. Sementara
Nagara kretagama, sebuah puisi epik Jawa menyebut Singapura sebagai Temasek
(Sea Town/Kota Laut).
Jejak-jejak arkeologis menunjukkan bahwa pada abad ke 14kota Temasek
pernah digunakan sebagai kota pelabuhan dan pusat perdagangan serta pusat
kegiatan komersial lainnya untuk berbagai kepentingan. Lalu sebuah kronik
Melayu abad 17 mecatat bahwa pada tahun 1299 seorang pangeran dari Sriwijaya
yakni pamgeran Sri Tri Buana ketika melihat sebuah pulau yang tidak lain adalah
Singapura berpikir untuk memberikan nama pulau yang dikunjunginya tersebut, ia
terinspirasi dari melihat seekor hewan yakni singa, maka ia pun memberikan
nama pulau tersebut dengan sebutan Singapura dan selanjutnya menjadikan pulau
tersebut sebagai pos perdagangan untuk kerajaan Sriwijaya (Rose Liang,
2007:66),
22
Sejarah Melayu (The Malay Annals) menyebutkan bahwa menjelang akhir
abad 14, Parameswara yakni seorang pangeran dari Palembang yang pada tahun
1388 melarikan diri dari serangan Kerajaan Jawa, yakni kerajaan Majapahit, ia
mencari perlindungan di Singapura, kemudian ia membunuh dan mengganti
penguasanya yang bisa jadi menjadi awal mula terjadinya serangan yang
dilakukan oleh Kerajaan Siam (Thailand), mengetahui penguasa singapura di
bunuh kerajaan Siam pun melancarkan serangan balasan dan menghancurkan
Singapura sehingga daerah ini tidak dihuni selama lebih dari 400 tahun.
Parameswara kemudian melarikan diri ke Malaka, kemudian memeluk Islam dan
berusaha mengembangkan kesultanan Malaka yang cakupan wilayah serta
pengaruh kekuasaannya meliputi Singapura yang pada saat itu merupakan bagian
dari kesultanan Johor (Rose Liang, 2007:67).
Sebelum adanya pengaruh Islam di kawasan selat Malaka, hegemoni
perdagangan di sekitar selat Malaka, termasuk Tumasik (Singapura) dipegang
oleh kerajaan Sriwijaya. Hal ini tercantum dalam dalam buku “An Early Age of
Commerce in Southeast Asia” karangan Geoff Wade. Hegemoni kerajaan
Sriwijaya atas pelabuhan-pelabuhan penting serta hubungan dagang di
semenanjung Malaya.tidak terbatas dengan para pedagang dari Timur Tengah
saja, tetapi melainkan juga sampai ke negeri Cina. hal ini dibuktikan dengan hasil
penggalian arkeologis oleh para peneliti di pusat kekuasaan kerajaan Sriwijaya di
Palembang,di sana para peneliti arkeologimemukan keramik-keramik dari negeri
Cina yang berasal dari abad ke 9 Masehi tepatnya dari daerah Guangdong.
23
Temuan arkeologis oleh para peneliti tersebut memperlihatkan bahwa
jaringan perdagangan kerajaan Sriwijaya pada saat itu sangat luas.Pada saat itu,
kontrol kerajaan Sriwijaya atas wilayah-wilayah yang dikuasainya cukup ketat
sehingga membuat kerajaan ini semakin berjaya.Tumasik (Singapura) sendiri
menjadi salah satu pelabuhan penting yang dilalui para pedagang yang menyusuri
Selat Malaka menuju negeri Cina, dengan demikian, tidak diragukan lagi bahwa
daerah ini telah disinggahi oleh para pedagang Muslim, terutama dari negara Arab
dan Persia yang menjalin hubungan dagang dengan kerajaan Sriwijaya (Geoff
Wade, 2009:253).
Lalu pada masa kesultanan Malaka sampai awal abad ke 16 (1511 M), konsep
perdagangan di kawasan tidak hanya mencangkup kepentingan komersial saja,
tetapi juga mencangkup kepentingan politik dan diplomasi.perubahan konsep
perdagangan yang awalnya hanya mencangkup mengenai aspek komersial saja
menjadi mencangkup kepentingan politik dan diplomasi. Hal ini mengindikasikan
bahwa pengaruh penyebaran Islam pada saat itu yang berkembang dengan sangat
pesat dan kuat,hal ini terlihat dari kemunculan kerajaan-kerajaan Islam di berbagai
wilayah pesisir, seperti kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Malaka, kerajaan
Aceh,kerajaan Demak, kerajaan Johor, kerajaan Ternate, kerajaan Gowa, dan
kerajaan lainnya.
Kemunculan kerajaan-kerajaan bercorak islam ini jelas didukung faktor rapid
commercializarion atau apa yang disebut Geoff Wade dalam bukunya An Early
Age of Commerce in Southeast Asia sebagai the burgeoning of Islamic trade
(Geoff Wade, 2009:231).
24
Konsep perdagangan internasional yang semakin berkembang di bawah
kekuasaan kerajaan Malaka, membuat sebagian dari para pedagang dan orang-
orang yang singgah memutuskan untuk menetap dan bahkan menikahi wanita-
wanita pribumi setempat.Kota Temasik (Singapura) semakin lama semakin ramai
oleh penduduk baru yang merupakan generasi selanjutnya yang lahir dari
pernikahan campuran tersebut. Dari waktu ke waktu, penduduk setempat terus
berkembang. apalagi semenjak ada sebagian dari para pedagang asing tersebut,
baik dari Arab, Persia, India, maupun Eropa, dan juga Cina, yang membawa istri
dan anak-anaknya tinggal bermukim.
Lalu dalam perkembangan selanjutnya, bangsa Arab muslim atau para
pedagang muslim lainnya, baik pendatang maupun generasi yang lahir dari hasil
perkawinan campuran tersebut semakin menyemarakan kegiatan keislaman di
sana. Aktivitas bisnis yang mereka lakukan tidak hanya berupa perdagangan
barang saja, akan tetapi juga mencangkup sektor jasa, misalnya jasa
pemberangkatan haji.
Ketika bangsa Indonesia mengalami pembatasan haji oeh pemerintah kolonial
banyak di antara masyarakat Indonesia yang pergi haji melalui Singapura.
Kehadiran orang-orang dari negara Arab ini tentu saja sangat membantu proses
pelaksanaan perjalanan ibadah haji tersebut sehingga meningkatkan reputasi
Singapura sebagai salah satu pelabuhan (embarkasi) pemberangkatan haji
masyarakat Indonesia sebelum menuju Mekkah. Demikian juga dengan para
penuntut ilmu dan bahkan ulama yang akan pergi ke Timur Tengah, sebagian dari
mereka transit terlebih dahulu di Singapura (http://m-haritsyah.blogspot.com).
25
Dari kutipan sejarah tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Indonesia dan
Singapura yang pada zaman itu masih berbentuk kerajaan secara tidak langsung
bisa dikatakan memiliki hubungan bilateral walau bentuk hubungan bilateralnya
berbeda seperti yang ada pada zaman sekarang, Hubungan bilateral itu bersifat
tidak langsung karena terbentuk melalui peristiwa penguasaan kerajaan Temasik
(Singapura) oleh kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara (Indonesia).
Akibat penguasaan oleh kerajaan-kerajaan nusantara tersebut maka kedua
masyarakatnya secara tidak langsung saling bersosilaisasi satu sama lain selain itu
adanya kutipan sejarah yang emnceritakan adanya penerimaan orang-orang
Indonesia yang ingin menetap untuk bekerja serta transit untuk menunaikan
ibadah haji menandakan bahwa adanya suatu hubungan tidak langsung antara
Nusantara (Indonesia) dan Temasik (Singapura) pada zaman itu dari segi
kehidupan sosial anatar warga negaranya walauperistiwa tersebut dibantu oleh
para pedagang arab dan Persia dan tidak secara langsung melibatkan
pemerintahan Temasik (Singapura) yang pada saat itu kekuasaannya berada
dibawah kendalikerajaan Malaka.
B. Sejarah Hubungan Bilateral Indonesia Dan Singapura Secara
Diplomatik
Sejarah hubungan bilateral Indonesia dan Singapura secara resmi dimulai
pada tanggal 7 September 1967, yang dilanjutkan dengan pembukaan kedutaan
besar di masing-masing negara. Hubungan bilateral kedua negara ini telah
berkembang dengan sangat baik. Hal initerlihat dari intensitas kunjungan antara
pemimpin dan pejabat tinggi kedua negara yang meningkat sejak tahun 2004. Di
26
samping itu, Indonesia dan Singapura memiliki mekanisme hubungan bilateral
yang solid dalam bentuk pertemuan tahunan tingkat kepala negara untuk
membahas dan mengarahkan hubungan bilateral, pertemuan tingkat menteri dan
mekanisme working groups untuk meningkatkan hubungan kerja sama kedua
negara (www.kemlu.go.id).
Negara Singapura adalah negara sahabat dan salah satu negara tetangga
terdekat yang memiliki peranan penting bagi kepentingan nasional Indonesia
maupun kepentingan kawasan di ASEAN. Secara fisik kondisi geografis, kedua
negara mempunyai perbatasan langsung, sehingga mendorong terwujudnya
hubungan dan kerjasama di berbagai bidang. Di sisi lain, kedekatan posisi
geografis tersebut juga menimbulkan berbagai tantangan yang secara langsung
dapat mempengaruhi kepentingan nasional Indonesia.
Hubungan bilateral Indonesia dan Singapura telah menunjukkan peningkatan
di berbagai bidang kerjasama terutama hubungan kerjasama politik, hubungan
kerjasama ekonomi dan hubungan kerjasama sosial budaya. Dalam kerjasama di
bidang politik hubungan bilateral antara kedua negara terealisasi salah satunya
melalui paralelisasi antara tiga perundingan perjanjian yakni perjanjian
pertahanan, perjanjian ekstradisi, dan counter terrorism. Pada perjanjian di bidang
politik dan perjanjian di bidang pertahanan, langkah simbolis dalam pertemuan
Langkawi pada tanggal 14-15 Mei 2007 mengejutkan berbagai pihak. Dua minggu
sebelum KTT ini orang dikagetkan akan lompatan hubungan bilateral Indonesia
dan Singapura, yaitu dengan diselesaikannya perjanjian ekstradisi dan perjanjian
kerjasama pertahanan (http://fiktorpobatu.blogspot.co.id).
27
Upaya perjanjian ekstradisi yang dilakukan antara pemerintah Indonesia
dengan pemerintah Singapura pada tanggal 27 April 2007, lalu juga merupakan
terobosan baru bagi upaya pemberantasan korupsi dan pemulihan ekonomi di
Indonesia. Perjanjian ini akan menjadi malapetaka bagi tersangka kasus korupsi
contohnya pada kasus BLBI yang sebelum dilakukannya perjanjian tersebut para
pelakunya berlindung atas ketiadaan kesepakatan politik kedua negara mengenai
ekstradisi (ICW, 2003).
Ditambah lagi dengan rencana akan diterapkannya prinsip berlaku surut
dalam perjanjian ini, tentunya akan semakin menambah daya untuk memaksa
pulang para pelaku kasus BLBI ke Indonesia. Selain itu, juga adanya perjanjian
ini akan berpotensi untuk mengembalikan uang rakyat yang mereka bawa lari
yang jumlahnya sangat besar, yaitu Rp 180 triliun dan dapat dialihkan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Karena itu, perjanjian ekstradisi ini akan
membawa dampak yang jauh lebih besar daripada hanya sebagai langkah
pemberantasan korupsi semata (Kompas, 23 Januari 2003).
Selanjutnya dalam konteks hubungan kerjasama ekonomi, Indonesia dan
Singapura yang saling melengkapi satu sama lain dan juga mempunyai tingkat
komplementaritas tinggi di kawasan ASEAN dimana Indonesia mempunyai
sumber daya manusia dan sumber daya alam yang besar dibandingkan dengan
Singapura yang mempunyai knowledge, networking, financial resources dan juga
technological advance.
Dengan demikian kondisi tersebut membuat Indonesia dan Singapura saling
membutuhkan dan juga saling melengkapi satu sama lain, salah satu kerjasama
28
ekonomi kedua negara dalam bidang ekonomi yang terealisasi yakni pada tanggal
25 Juni 2006 di pulau Batam, kedua kepala negara menyaksikan penandatanganan
persetujuan kerangka tentang kerjasama ekonomi di pulau Batam, Bintan dan
Karimun. Persetujuan ini bertujuan mengembangkan kerjasama ekonomi dalam
Kawasan Ekonomi Khusus/Special Economic Zones (KEK/SEZs) di Pulau Batam,
Bintan dan Karimun.
Selanjutnya dalam kerjasama di bidang sosial budaya dan pendidikan,
Indonesia dan Singapura juga telah mendorong berbagai usaha untuk
meningkatkan dan mengembangkan hubungan kerjasama di bidang pendidikan,
kebudayaan, dan pariwisata. Dalam bidang pendidikan pada tahun 2005,
pemerintah Indonesia dan pemerintah Singapura mengadakan pertemuan yang
bertujuan untuk membahas kerjasama pendidikan.
Dalam pertemuan tersebut menteri pendidikan Indonesia dan menteri
pendidikan Singapura sepakat untuk mengadakan kerjasama antara satu institusi
pendidikan di Indonesia dengan institusi yang ada di Singapura. Beberapa sekolah
di Indonesia yang memiliki keunggulan lokal telah dipasangkan dengan sekolah-
sekolah yang ada di Singapura dalam program yang disebut Sister School. Dan
sesuai dengan kesepakatan pemerintah Indonesia dan pemerintah Singapura,
sekolah yang akan mewakili kedua negara dalam kerjasama Sister School adalah
SMA Labschool Jakarta dan CHIJ St. Joseph’s Convent Singapura. Kedua negara
pun menyambut baik program ini.
Secara umum, program ini merupakan program kemitraan antar sekolah
dimana sekolah-sekolah di Indonesia dapat menjalin hubungan kerjasama dengan
29
sekolah-sekolah dinegara lain melalui berbagai kegiatan yang saling
menguntungkan. Ada berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan antara
kedua pihak antara lain pertukaran siswa, pertukaran guru, berbagi kurikulum,
pelajaran, tugas dan lain sebagainya (http://www.europe.education.com).
Lalu dalam bidang pariwisata Indonesia dan Singapura pertama kali
melakukan kerjasama pada era kepemimpinan presiden Soeharto pada tahun 1994
sebelum kedua negara tersebut kembali melakukan perjanjian di sektor yang sama
pada tahun 2016. Dengan adanya perjanjian di sektor pariwisata tersebut, baik
Indonesia dan Singapura mendapatkan pengaruh yang cukup signifikan dalam
pemasukan dari para wisatawan mancanegara.
Perjanjian ini dibuat untuk menambah, meningkatkan, dan mengembangkan
potensi pariwisata yang dimiliki oleh kedua negara. Berdasarkan perjanjian
kerjasama dibidang pariwisata yang telah dibuat tersebut, kedua negara sepakat
untuk menyetujui tentang kerjasama dl bidang promosi dan pengembangan
potensi pariwlsata kedua negara.Salah satu bentuk promosi terkait dengan
kerjasama dibidang pariwisata itu adalah menyelenggarakan promosi Wonderful
Indonesia di Singapura.
Melalui event ini Indonesia mempromosikan dan melakukan pelayanan
informasi destinasi wisata Indonesia untuk menciptakan public awareness,
menjadikan kesenian dan kebudayaan Indonesia sebagai alat diplomasi dalam
rangka mempromosikan Indonesia sebagai destinasi wisata, dan semakin
mempromosikan destinasi wisata Indonesia dan produk-produknya sepertihotel,
paket perjalanan wisata, rumah makan, dan spa (http://kemenpar.go.id).
30
Dalam kerjasama dalam bidang pariwisata ini juga Pemerintah Singapura
sendiri melaksanakan strategi budaya dan pariwisatanya melalui Singapore
Tourism Board yang adalah lembaga pembangunan ekonomi terkemuka di bidang
pariwisata, yang merupakan salah satu sektor jasa utama di Singapura. Singapore
Tourism Board sendiri dibentuk dengan tujuan untuk membentuk lanskap
pariwisata yang dinamis serta menunjukan Singapura sebagai tujuan wisata yang
beragam dan menginspirasi melalui brand “Your Singapore”.
Dalam bidang kebudayaan kedua negara juga melakukan kerjasama, bentuk
kerjasama yang dilakukan oleh kedua negara dalam bidang kebudayaan salah
satunya yakni pendirian rumah budaya Indoneisa di Singapura pada tanggal 30
November 2013. Rumah budaya Indonesia ini merupakan ruang publik diplomasi
yang menggunakan instrument kebudayaan selain itu program rumah budaya
Indonesia di Singapura ini juga berperan sebagai pusat diplomasi budaya
Indonesia di Singapura melalui berbagai program serta kegiatan yang menarik dan
berperan efektif sebagai alat soft diplomacy Indonesia.
31
BAB III
TINJAUAN MENGENAI DIPLOMASI BUDAYA INDONESIA
DAN RUMAH BUDAYA INDONESIA
A. Diplomasi Budaya Indonesia
Diplomasi budaya merupakan suatu fenomena lama, dalam beberapa
literatur, diplomasi budaya disebutkan sebagai Cultural Techniques in Foreign
Policy. Sehingga saat ini diplomasi kebudayaan banyak dipakai dalam
menyampaikan kebijakan luar negeri suatu negara (Warsito & Kartikasari,
2007:1). Menurut Andreas Eppink kebudayaan mengandung pengertian
mengenai keseluruhan nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius dan lain-lain yang menjadi ciri khas
suatu masyarakat. Kemudian menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat (Simanjuntak, 2006:136).
Dalam buku Diplomasi: Konsep dan Relevansi bagi Negara Berkembang,
Studi Kasus Indonesia Kebudayaan, Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari
mendefinisikan Diplomasi Kebudayaan sebagai berikut:
"Definisi dari diplomasi kebudayaan adalah usaha suatu negara untuk
memperjuangkan kepentingan nasional negaranya melalui dimensi
32
kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan,
olahraga, dan kesenian, ataupun secara makro sesuai dengan ciri-ciri khas
yang utama, misalnya propaganda, dll, yang dalam pengertian konvensional
dapat dianggap sebagai bukan politik, ekonomi, ataupun militer. Beberapa
literatur menyebutnya dengan propaganda" (Warsito & Kartikasari, 2007:4).
Diplomasi kebudayaan menunjuk pada kegiatan-kegiatan di bidang budaya
yang diintegrasikan ke dalam kebijakan politik luar negeri suatu negara dan
pelaksanaannya dikoordinasikan sepenuhnya oleh departemen luar negeri.Pada
dasarnya ada dua hal penting dalam diplomasi kebudayaan. Pertama diplomasi
mikro yang berarti bahwa diplomasi kebudayaan hanya menyangkut
pemanfaatan kebudayaan untuk mendukung pelaksanaan politik luar
negeri.sedangkan yang kedua adalah diplomasi makro yang berarti bahwa
diplomasi kebudayaan harus melibatkan kekuatan dan kewibawaan politik,
ekonomi, dan militer, Dalam diplomasi kebudayaan terdapat tujuan yang hendak
di capai oleh suatu negara, tujuan dari diplomasi kebudayaan yaitu sebagai
berikut:
1. Membangun pengetahuan baru dan kepekaan terhadap negara lain untuk
mewujudkan hubungan yang lebih baik antara masyarakat dengan bangsanya.
2. Mengirim utusan keluar negeri untuk meperkenalkan kebudayaan suatu
negara ke negara lain.
3. Mempengaruhi pendapat masyarakat negara lain guna mendukung suatu
kebijakan luar negeri tertentu (Soedjatmiko dan Thompson, 1976:406).
Kemudian Warsito menjelaskan konsep-konsep diplomasi kebudayaan,
dilihat dari bentuk, tujuan dan sarananya yakni sebagai berikut:
33
1. Penetrasi yaitu salah satu bentuk diplomasi yang dilakukan melalui bidang-
bidang perdagangan, ideologi, dan militer.
2. Propaganda yaitu penyebaran informasi mengenai kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi, maupun nilai-nilai sosial ideologis suatu bangsa.
3. Kompetisi yaitu persaingan dalam suatu bidang berupa olahraga, kontes
kecantikan, ataupun kompetisi ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.
4. Eksibisi yaitu pameran yang menunjukan suatu hal kepada public
5. Negosiasi yaitu perundingan untuk mencapai tujuan tertentu.
6. Pertukaran Ahli, merupakan salah satu hasil dari tahap negosiasi, pertukaran
ahli ini mencakup masalah kerjasama pertukaran budaya secara luas, yakni
dari kerjasama beasiswa antar negara, sampai dengan pertukaran ahli dalam
bidang tertentu. (Warsito & Kartikasari, 2007).
Indonesia sebagai negara yang memiliki kebragaman kebudayaan
memnfaatkan keberagaman kebudayaan tersebut untuk melakukan suatu
diplomasi dengan negara lain agar kepentingan nasionalnya bisa tercapai,
kebudayaan negara Indonesia yang dipakai untuk melakukan diplomasi
kebudayaan dengan negara lain meliputi:
1. Tarian
Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 jenis tarian. Untuk keperluan
penggolongan, seni tari di Indonesia dapat digolongkan kedalam berbagai
kategori. Dalam kategori sejarah, seni tari Indonesia dapat dibagi kedalam tiga
era, yaitu era kesukuan prasejarah, era Hindu-Budha dan era Islam.Berdasarkan
kategori pelindung dan pendukungnya, dapat dibagi menjadi dua kelompok,
34
yaitu tari keraton (tari istana) yang didukung kaum bangsawan, dan tari rakyat
yang tumbuh dari rakyat kebanyakan.Lalu yang terakhir berdasarkan kategori
tradisinya, tarian Indonesia dibagi dalam dua kelompok, yaitu tari tradisional
dan tari kontemporer.Salah satu contoh nyata pengaplikasian tarian sebagai
sarana diplomasi kebudayaan Indonesia ini adalah pada saat Rumah Budaya
Indonesia di Singapura mengadakan kegiatan rutin pelatihan seni budaya
Indonesia yang didalamnya memasukan tarian sebagai bagian dari program
tersebut.
2. Lagu
Lagu sebagai bagian dari seni dan juga sebagai instrument kebudayaan
juga tak luput dari perhatian poemerintah Indonesia untuk di ikut sertakan
dalam diplomasi budaya Indonesia, lagu yang di bawa oleh pemerintah
Indonesia adalam rangka diplomasi kebudayaan di luar negeri terdiri dari dua
jenis yang pertama lagu daerah atau musik daerah atau lagu kedaerahan yang
adalah lagu atau musik yang berasal dari suatu daerah tertentu di Indonesia
dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun
rakyat lainnya. Lagu kedaerahan biasanya memiliki lirik sesuai dengan
bahasa daerahnya masing-masing dan yang kedua merupakan lagu modern
yang dibawakan oleh musisi-musisi lokal tanah air.
3. Seni Patung dan Ukir
Selanjutnya instrumen diplomasi kebudayaan yang juga sering digunkan
oleh Pemerintah Indonesia adalah seni patung dan ukir. Berdasarkan sejarah,
bangsa Indonesia mengenal seni ukir sekitar tahun 1500 sebelum masehi,
35
yaitu pada zaman batu muda (Neolitik). Perkembangan seni ukir di Indonesia
mulai berkembang pesat setelah masuknya agama Hindu, Budha, dan
Islam.Pada masa itu, sebagai penghormatan terhadap Raja, maka dibuatlah
ukiran pada candi-candi dan prasasti.
Bahkan, ukiran juga ditemukan pada keris dan tombak, batu nisan, dan
alat-alat kesenian (gamelan dan wayang). Seni patung yang keunikannya
berbeda dari negara lain ini pun tak luput dari Pemerintah Indonesia untuk
digunkan sebagai alat dalam diplomasi budaya salah satunya adalah ada di
pulau Bali, pemerintah Indonesia mengetahui Potensi Bali sebagai destinasi
wisata yang sering dikunjungi wisatawan asing maka pemertintah Indonesia
terus meningkatkan kapasitas para pematung dan pengukir lokal untuk terus
nerkarya dan hasilnya seni ukiran patung dan ukiran Bali terkenal
keindahannya sampai dunia internasional berkat dokumentasi dari wisatawan
asing yang berkunjuntg ke Bali.
4. Alat Musik
Awal mula musik Indonesia mulai terbentuk ketika budaya zaman
perunggu bermigrasi ke nusantara pada abad ketiga dan kedua sebelum
masehi.musik-musik suku tradisional Indonesia umumnya menggunakan
instrument perkusi, terutama gendang dan gong..Indonesia memiliki ribuan
jenis musik, mulai dari jenis musik tradisional yangmenggunakan instrumen
gamelan, angklung dal lainnya, hinggamusik modern seperti pop dan
dangdut.beragamnya jenis alat musik ini juga dimanfaatkan oleh pemerintah
Indonesia sebagai sarana diplomasi kebudayaannya salah satunya di KBRI
36
Singapura yang rutin setiap tahun memperkenalkan dan mengadakan
pelatihan alat musik daerah seperti Gamelan, Angklung, Kolintsang dan alat
musik lainnya.
5. Pakaian Adat
Sebelum muncul pakaian modern, pakaian adat muncul dengan desain
dan kekhasan tersendiri, dengan ornamen-ornamen etnis yang yang berasal
dari tiap daerah di seluruh Indonesia. Sarana pakaian adat ini juga di gunakan
oleh pemerintah Indonesia sebagai alat diplomasi kebudayaan Indonesia di
luar negeri, salah satu contohnya ialah kegiatan coffe morning dan workshop
batik bagi diplomatic spounses yang berlangsung pada tanggal 19 maret 2015
di wisma duta KBRI Singapura.
Kegiatan ini bekerja sama dengan Dharma Wanita Persatuan KBRI
Singapura dan Batik House Indonesia dan diikuti oleh para istri duta besar
dari 26 perwakilan negara-negara asing yang ada di Singapura. Para peserta
lokakarya tersebut berkesempatan langsung membatik di kain sutera dan hasil
karya tersebut mereka bawa sebagai souvenir (www.kemdikbud.go.id).
6. Seni Sastra
Seni sastra Indonesia dipengaruhi oleh berbagai corak dari berbagai
kerajaan dan budaya yang ada di kawasan Asia Tenggara. hal ini secara tidak
langsung turut mempengaruhi seni sastra modernnya, maka hal ini tentulah
menarik minat warga asing untuk mempelajarinya tak jarang dalam pameran
sastra di luar negeri pemerintah Indonesia melibatkan para content creatori ni
untuk turut serta mengikuti pameran atau festival tersebut seperti contohnya
37
pada pameran buku di Jerman yang melibatkan salah satu novelis Andrea
Hirata dengan novel best sellernya Laskar Pelangi.
7. Makanan
Makanan Indonesia sangatlah beragam jenisnya secara umum hampir
seluruh masakan Indonesia kaya dengan bumbu berasal dari rempah-rempah
seperti kemiri, cabai, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, dan lainnya. Dengan
teknik memasak menurut bahan dan tradisi adat pada daerah masing-masing
yang memiliki kekhasan tersendiri.
Bentuk penyajiannya umumnya disajikan berupa makanan pokok dengan
lauk pauk berupa daging, ikan atau sayur disisi piring.karena begitu banyak
jenis makanan yang tersebar di seluruh Indonesia membuat pemerintah
Indonesia tertarik untuk membawanya ke kancah internasional sebagai salah
satu alat diplomasi kebudayaan. strategi pemerintah ini pun secara bertahap
membuahkan hasil karena di tingkat internasional salah satu makanan
Indonesia yakni Rendang dinobatkan menjadi makanan nomor 1 terlezat di
dunia versi CNN Travel.
8. Film
Film sendiri mempunyai arti media komunikasi yang bersifat audio visual
untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul
di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:134), Era awal perfilman Indonesia
ini diawali dengan berdirinya bioskop pertama di Indonesia pada 5 Oktober
1990 di Batavia dengan nama Gambar Idoep yang menayangkan berbagai
film bisu. Film pertama yang dibuat pertama kalinya di Indonesia adalah film
38
bisu yang dibuat pada tahun 1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan
dibuat oleh sutradara Belanda G. Kriger dan L. Heuveldrop.
Saat ini film bukan lagi alat propaganda untuk berperang secara militer
antar bangsa secara fisik, akan tetapi sudah bergesr menjadi alat berperang
dengan ideologi yang dikemas menarik dalam tatanan audio dan visual. Nilai-
nilai yang tumbuh di dalam masyarakat menjadi tema untuk semakin
medekatkan tujuan pesan dalam film tersebut diterima dengan nyaman oleh
masyarakat yang bersangkutan.
Media menjadi ajang perang dalam membombardirkan nilai melalui
kemasan program televisi, tayangan film dalam bioskop atau apresiasi dan
diskusi yang dengan mudah dapat diidentifikasikan oleh masyarakat melalui
dunia hiburan dan akademisi. Maka, saat ini film memiliki peran penting
untuk berdiplomasi menyampaikan pesan dan nilai kepada masyarakat yang
lebih luas. kemajuan industri film yang pesat pada saat ini berkat adanya
dukungan teknologi membuat orang-orang sangat mudah untuk membuat dan
mengakses berbagai film.
Hal ini pun tak luput dari perhatian pemerintah Indonesia nntuki
memanfaatkan film ini sebagai salah satu instrumen diplomasi
kebudayaannya di luar negeri,contoh upaya pemerintah Indonesia dalam
memanfaatkan film sebagai salah satu instrument diplomasi kebudayaannya
yakni pada tanggal 22 Maret 2015 di ruang Riptaloka KBRI Singapura di
selengarakan kegiatan Movie Screening yang menayangkan film berjudul 12
menit kemenangan untuk selamanya, kegiatan Movie Screening ini
39
diselengarakan dengan bekerjasama dengan Forum Komunikasi Masyarakat
Indonesia Di Singapura
Lalu pada tanggal 28 Oktober 2014 Kementerian Luar Negeri
menayangkan beberapa film Indonesia di Slowakia dengan penyelenggaraan
dialog lintas agama antara Indonesia dan Slowakia. Beberapa film yang
ditayangkan, salah satunya adalah berjudul Tanda Tanya karya Hanung
Bramantyo. Film ini juga diputar pada tanggal 1-5 Nopember 2014 pada acara
Dialog Lintas Agama Indonesia-Polandia yang ke-3.Film dengan judul Tanda
Tanya menggambarkan dengan jelas sikap bertoleransi masyarakat beragama
dalam kehidupan yang pluralisme dan multietnik. Problematika kerukunan
antarumat, sosial kehidupan dan kebudayaan terpapar di film tersebut dengan
sebuah pesan perdamaian dan kemanusiaan.(Tabloid Diplomasi Kemlu No.
83).
B. Rumah Budaya Indonesia
1. Tinjauan Umum Mengenai Rumah Budaya Indonesia
Maraknya kebudayaan asing yang masuk ke dalam kehidupan sosial
membawa pengaruh yang signifikan baik itu pengaruh positif maupun
pengaruh negatif, Indoenesia sebagai salah satu negara yang kaya akan
kebudayaan maka pemerintah ingin membangun rumah budaya sebagai
sarana atau wadah untuk tetap mempertahankan dan mengembangkan budaya
Indonesia, Indonesia memiliki beragam kekayaan budaya yang ada dari
Sabang hingga Merauke.
40
Kekayaan budaya Indonesia pun telah diakui dalam dunia
internasional baik secara formal oleh badan PBB UNESCO maupun oleh para
wisatawan yang berkunjung Indonesia. Berbagai bentuk kebudayaan yang
diakui badan PBB UNESCO antara lain wayang, batik, keris, berbagai candi
dan situs sejarah, dan lain-lain yang tersebar di berbagai lokasi di Indonesia.
Berbagai warisan budaya ini perlu terus dijaga, dilestarikan dan
dikembangkan agar nilai-nilai dan warisan budaya yang ada tidak punah
Selain perlu diperkenalkan kepada generasi mendatang di tanah air
sebagai generasi penerus bangsa yang bertanggung jawab melestarikan
kekayaan budaya Indonesia, warisan budaya ini juga perlu diperkenalkan
kepada dunia internasional sebagai bagian dari upaya meningkatkan citra
dan apresiasi budaya bangsa Indonesia di mata masyarakat internasional.
Untuk itu, kementerian pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia
menggagas sebuah konsep diplomasi budaya yang diberi nama Rumah
Budaya Indonesia.
Rumah budaya Indonesia adalah ruang publik diplomasi budaya yang
ada di 19 Negara, diantaranya 17 negara yang terdapat Atdikbud; Amerika
Serikat, Australia, Belanda, Inggris, German, Prancis, Saudi Arabia, Mesir,
Tiongkok, India, Jepang, Malaysia, Papua Nugini, Singapura, Thailand,
Timor leste, Filipina, dan 2 Negara lainnya adalah Myanmar dan Turki.
Pengembangan Rumah Budaya Indonesia (RBI) di 19 Negara ini merupakan
program lanjutan 10 RBI yang sudah terbentuk sebelumnya (www.
kemdikbud.go.id).
41
Peran kementerian pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia
dalam rumah budaya Indonesia adalah memperkenalkan ragam budaya
Indonesia ke mancanegara, atase pendidikan dan kebudayaan di masing-
masing negara dari kementerian pendidikan dan kebudayaan ini bertugas untuk
membuat kegiatan budaya dalam rumah budaya indoneia tersebut hal ini turut
pula yang akan di dukung oleh Direktorat Warisan Diplomasi dan Budaya,
Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDB), dan Pusat
Pengembangan Film (PUSBANGFILM).
Adanya peran kementerian pendidikan dan kebudayaan republik
Indonesia dalam rumah budaya Indonesia ini merupakan cerminan
dukungan kementrterian dalam mendukung, memajukan serta melestarikan
budaya Indonesia agar dikenal luas oleh masyarakat internasional, hal ini
tentunya sejalan dengan peraturan menteri pendidikan republik Indonesia
nomor 99 tahun 2014 tentang rumah budaya/pusat kebudayaan Indonesia di
luar negeri.
Selain melalui dukungan dari kementerian pendidikan dan
kebudayaan, pendirian rumah budaya Indonesia di luar negeri juga
mendapat dukungan dari kementerian luar negeri republik Indonesia ini
secara tidak langsung tercantum dalam pasal 436 huruf f, Peraturan Menteri
Luar Negeri Republik Indonesia Nomor. 2 tahun 2016 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri yang menjelaskan bahwa
kementerian luar negeri mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan
kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar
negeri pada lingkup kerja sama multilateral yang meliputi organisasi
42
internasional sektoral, sosial budaya, organisasi internasional negara
berkembang, serta organisasi kemasyarakatan asing dan Kemitraan
Dalam peraturan tersebut secara jelas menyebutkan salah satu
lingkup kerja kementerian luar negeri yakniu mencangkup agenda kerja
yang berhubungan dengan sosial budaya, maka rumah budaya Indonesia pun
secara teknis masuk dalam agenda kerja tersebut. Sementara itu tugas
kementerian luar negeri dalam mendukung agenda kerja yang telah
diamanatkan dalam peraturan menteri sebagaimana yang tercantum dalam
pasal 508, yaitu:
a. Penyiapan perumusan penyelenggaraan kebijakan hubungan di luar
bidang negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup kerja
sama multilateral yang meliputi organisasi internasional sektoral, sosial
budaya, organisasi internasional negara berkembang, serta organisasi
kemasyarakatan asing dan Kemitraan
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri
dan politik luar negeri pada lingkup kerja sama multilateral yang meliputi
organisasi internasional sektoral, internasional negara sosial budaya,
berkembang, serta organisasi-organisasi kemasyarakatan asing dan
Kemitraan
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar
negeri pada lingkup kerja sama multilateral internasional sektoral,
43
internasional negara yang sosial meliputi organisasi budaya, organisasi
berkembang, serta organisasi kemasyarakatan asing dan Kemitraan
d. Penyiapan pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik
luar negeri pada lingkup kerja sama multilateral internasional sektoral,
internasional negara yang sosial meliputi organisasi budaya, organisasi
berkembang, serta organisasi kemasyarakatan asing dan Kemitraan
e. Penyiapan pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar
negeri pada lingkup kerja sama internasional internasional multilateral
sektoral, negara yang sosial meliputi organisasi budaya, organisasi
berkembang, serta organisasi kemasyarakatan asing dan Kemitraan
Gambar III. 1 Logo Rumah Budaya Indonesia Di Singapura
Sumber: https://rumah\budayaindonesia.sg
2. Fungsi Rumah Budaya Indoneisa
Fungsi dari pendirian rumah budaya Indonesia di sejumlah negara
adalah sebagai berikut:
44
a. Sebagai wadah untuk mengekspresikan dan menyajikan seni dan budaya
Indonesia kepada masyarakat internasional, serta warga negara Indonesia
yang tinggal di luar negeri.
b. Sebagai wadah untuk mengajarkan budaya Indonesia kepada masyarakat
Internasional, serta bagi warga negara Indonesia yang tinggal di luar
negeri.
c. Sebagai wadah untuk membahas dan mengembangkan citra budaya
Indonesia untuk diakui secara luas oleh masyarakat Internasional serta
oleh warga Indonesia yang tinggal diluar negeri.
3. Tujuan Rumah Budaya Indoneisa
Tujuan dari pendirian rumah budaya Indonesia di sejumlah negara
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengembangkan jalur diplomasi kebudayaan internasional melalui
pengembangan rumah budaya Indonesia di negara–negara strategis.
b. Untuk meningkatkan posisi Indonesia sebagai budaya super power
melalui program strategis dalam diplomasi budaya.
c. Untuk meningkatkan citra budaya Indonesia oleh masyarakat
Internasional yang luas dan mendorong lebih banyak minat Internasional
dan kunjungan ke ikon budaya Indonesia (warisan budaya nyata dan tidak
nyata).
d. Untuk mengembangkan pemahaman dan pengakuan dari komunitas
global terhadap keberadaan sumber daya Indonesia yang kaya budaya dan
45
perannya sebagai kekuatan super budaya dan kontribusinya dalam
mengembangkan peradaban dunia serta
e. Untuk meningkatkan kerjasama di bidang kebudayaan antara Indonesia
dan negara-negara yang dianggap strategis dan mempunyai potensi serta
di daerah/kota utama di seluruh dunia dalam melestarikan dan
merevitalisasi berbagai aset kebudayaan yang dimiliki oleh negara
Indonesia (https://rumahbudaya indonesia.sg)
4. Program-Program Rumah Budaya Indoneisa
Program rumah budaya Indonesia sangat bermanfaat bagi lingkungan
internasional dan warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri. Adapun
program-program yang ada di rumah budaya Indonesia meliputi
a. Indonesian Culture Expression,
Adalah wadah untuk memperkenalkan warisan budaya Indonesia, seperti
pameran batik, pertunjukan musik tradisional, penampilan wayang,
kuliner, bazaar Indonesia, pameran keris, pertunjukan tari tradisional,
pertunjukan seni bela diri tradisional, film Indonesia, pertunjukan sastra
Indonesia dan lainnya sebagainya.
b. Indonesian Culture Learning,
Adalah sebuah lingkungan untuk melestarikan warisan seni dan
budayaIndonesia, seperti workshop batik,kuliner Indonesia, musik
tradisional, tarian tradisional, dan kursus bahasa Indonesia.
c. Indonesian Culture Advocacy and Promotion,
46
Adalah wadah untuk membahas dan mengembangkan citra budaya
Indonesia secara luas yang diakui oleh masyarakat internasional dan
warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri, terutama untuk
memperkuat pengakuan internasional dan penghargaan ikon budaya
Indonesia (warisan budaya benda dan tak benda), seperti diskusi antara
pemerintah atau diaspora Indonesia dengan pemerintah atau masyarakat
negara lain tentang budaya Indonesia (www.nusba.com).
47
BAB IV
IMPLEMENTASI DIPLOMASI BUDAYA MELALUI RUMAH
BUDAYA INDONESIA DI SINGAPURA PERIODE 2013-2015
Seperti yang diketahui sarana yang dapat digunakan untuk menerapkan soft
power adalah diplomasi, diseminasi informasi, analisis, propaganda, dan
program–program budaya untuk tujuan-tujuan politik. Dari beberapa sarana
tersebut diplomasi merupakan sarana yang paling efektif dan mempunyai resiko
yang minim dibanding sarana yang lainnya (Bakry, 2017).
Diplomasi budaya digunakan sebagai salah satu sarana untuk
mempromosikan negara, meningkatkan eksistensi, atau menyebarkan pengaruh ke
negara lain untuk meraih kepentingan nasional suatu negara. Diplomasi budaya
juga merupakan salah satu alat utama yang digunakan negara dalam pelaksanaan
politik luar negerinya agar bisa digunakan oleh sebuah negara untuk dapat
mendapat posisi tawar yang menguntungkan dengan negara lain. Diplomasi
budaya ini termasuk ke dalam ruang lingkup soft power. (KM Panikkar, 1995:3).
Dari sekian beragam bentuk diplomasi, diplomasi kebudayaan ini dianggap
sebagai cara yang efektif mencapai tujuan nasional suatu negara karena
pelaksanaannya dapat berlangsung dalam situasi apapun, baik dalam keadaan
damai, krisis, konflik, ataupun perang. Salah satu instrumen yang dipakai dalam
diplomasi ini adalah kebudayaan, kebudayaan sendiri berarti adalah sesuatu yang
bersifat komunikatif dan dapat dipahami dengan mudah oleh semua kalangan
yang berasal latar belakang sosial yang berbeda-beda.(http://www.tembi.org).
48
Kebudayaan bukan hanya sekedar suatu kesenian sajaakan tetapi juga
merupakan segala bentuk hasil dan upaya budidaya manusia terhadap lingkungan.
Hubungan terhadap kebudayaan ini bisa melibatkan dua atau lebih negara menjadi
dekat. Itulah sebabnya sekarang banyak negara berusaha untuk lebih
meningkatkan hubungan kebudayaan ini agar dapat menjadi alat diplomasi yang
efektif (Yang Seung Yoon, 2005:163).
Indonesia juga melakukan praktik diplomasi dalam usaha mencapai
kepentingan nasionalnya. Namun tujuan diplomasi yang di lakukan oleh Indonesia
tidak hanya untuk memenuhi kepentingan nasionalnya saja akan tetapi juga untuk
mempererat hubungan kerjasama dengan negara lain. Salah satu cara alternatif
yang dipakai Indonesia untuk mewujudkan diplomasi kebudayaan adalah melalui
pendirian rumah budaya Indonesia.Salah satu negara dari sekian banyak negara
yang dipilih Indonesia untuk dijadikan lokasi pendirian rumah budaya Indonesia
ini adalah negara Singapura.
Dipilihnya negara Singapura karena Singapura merupakan negara di kawasan
ASEAN yang telah menjalin kerjasama dengan Indonesia dalam berbagai bidang.
Salah satunya adalah bidang sosial budaya.dan juga negara Singapura merupakan
negara yang banyak sekali dikunjungi oleh wisatawan asing dari berbagai penjuru
dunia, hal ini dlihat sebagai peluang besar untuk mempromsikan berbagai
kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia kepada dunia disamping
mempromosikan budaya kepada negara Singapura itu sendiri.
A. Kegiatan dan Program Rumah Budaya Indonesia di Singapura
49
Melalui program rumah budaya Indonesia, pelaksanaan diplomasi budaya di
Singapura terdiri dari berbagai macam kegiatan yaitu sebagai berikut :
1. Indonesia Culture Expresion
Salah satu elemen penting dari kebudayaan ialah kesenian.
Keanekaragaman kesenian yang dimiliki oleh bangsa Indonesia menjadi aset
yang potensial bagi pelaksanaan diplomasi budaya, baik yang bersifat eksternal
antar bangsa ataupun yang internal untuk bangsa sendiri. Agar kesenian yang
berasal dari Indonesia dapat memberikan manfaat yang maksimal dalam
pelaksanaan diplomasi budaya, maka perlu dijaga kelestariannya serta
ditingkatkan kualitasnya. Pemerintah Indonesia pun disini menjalankan
peranannya dalam diplomasi budaya di Singapura melalui perwakilannya di
kedutaan besar Republik Indonesia dan juga rumah budaya Indonesia di
Singapura serta para diaspora yang tinggal di negara Singapura.yang
mencirikan Indonesia Culture Expresion
Berbagai macam pertunjukan kesenian tradisional maupun modern sering
diadakan oleh kedutaan besar republik Indonesia dan rumah budaya Indonesia
dan juga bekerja sama dengan pihak lain seperti para diaspora yang ada di
negara Singapura. Selain itu pemerintah Indonesia juga sering mengikuti event
berskala internasional yang bertemakan kebudayaan, berbagai kegiatan
diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh seluruh elemen baik itu rumah
budaya Indonesia, KBRI Indonesia di Singapura maupun para diaspora yang
ada di Singapura yang yang mencirikan Indonesia Culture Expresion adalah
sebagai berikut:
50
a. Indonesian Cultural Night
a.1 Tentang ICN
Indonesian Cultural Night atau ICN adalah sebuah acara tahunan
yang bertujuan untuk menunjukkan kesenian dan kebudayaan Indonesia
dalam bentuk musikal. Acara ini diselenggarakan oleh pelajar-pelajar
Indonesia di Nanyang Technological University (NTU). Kegiatan ICN
bermula pada tahun 2007, dimana berawal dari sebuah pertunjukan
pendek pada malam perayaan kemerdekaan Indonesia yang
menginspirasi para pelajar NTU untuk membawa penampilan
kebudayaan ini ke jenjang yang lebih tinggi.
Dari tahun ke tahun ICN selalu memberikan portret tentang sejarah
dan kebudayaan Indonesia dari mulai sejarah yangdiadaptasi hingga
cerita distopia (Cerita fiksi yang menakutkan), Event ICN sendiri
memiliki visi untuk memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan
Indonesia kepada masyarakat luas di Singapura melalui pertunjukan
musikal. Misi yang diemban oleh ICN adalah melestarikan kekayaan
dan keberagaman budaya Indonesia melalui pagelaran musikal dan juga
menjadi wadah untuk mengembangkan bakat dan keterampilan setiap
anggota ICN. (Ismunandar, 2014:21)
Gambar IV.1 Logo Indonesian Cultural Night
Sumber: Ismunandar, Seni Di Tengah Studi, Bandung Penerbit Nuansa Cendekia, 2014.
51
a.2 Kegiatan ICN
Pada tanggal 2 Maret 2013, ICN Cultural Production
menampilkan karya mereka yang bertemakan Neutraregni the
Musical di University Cultural Centre Hall, National University of
Singapore. tujuan dari pertunjukan drama ini adalah untuk memberi
gambaran pemikiran kepada para penonton mengenai arti kebebasan
yang sesungguhnya dan apakah sudah menggunakan kebebasan itu
dengan penuh tanggung jawab.
Pertunjukan drama ini pun menyasar kepada segmentasi muda
khususnya mahasiswa dan pelajar yang berpikiran modern dan
dinamis, karena tempat penyelengaraan pertunjukan seni ini digelar di
lingkungan kampus yang merupakan lingkungan pembelajaran yang
sifatnya modern, penuh kreativitas dan inovasi serta penuh semangat.
Drama ini juga mengajak para penonton untuk selau berpikir
kembali mengenai perbuatan apa yang baik untuk dilakukan dan apa
yang tidak baik untuk dilakukan dan tidak semstinya dilakukan dalam
kehidupan. Acara ini pun dinilai sangat sukses karena disaksikan oleh
sekitar 800 orang dengan beragam tanggapan positif dari para
penontonnya serta dianggap berhasil membawa serta mewakili
kebudayaan tradisional Indonesia melalui pentas drama di kancah
internasional sekaigus menarik minat warga internasional yang tinggal
di Indonesia untuk memahami kebudayaan tradisional Indonesia
(Ismunandar, 2014:29).
52
Gambar IV.2 Tiket dan Suasana Cultural Centre Hall Menjelang Pertujukan Seni
Neutraregni: the Musical
Sumber: www.instragam.com
Gambar IV.3 Salah Satu Pertujukan Seni
Neutraregni: the Musical Yang Digagas Oleh ICN
Sumber: Ismunandar, Seni Di Tengah Studi, Bandung:
Penerbit Nuansa Cendekia, 2014.
Gambar IV.4 Salah Satu Momen Antusiame Penonton Yang Bagikan Ke Media
Sosial Saat menonton Pertunjukan Seni ICN
Sumber: www.facebook.com
53
Lalu Pada tanggal 1 Maret 2014, ICN Cultural Production
mengadakan drama musikal yang bertema Angkara a Musical yang
diadakan di SOTA Drama Theatre, School of Arts. Pertunjukan drama
ini diselenggakan dengan tujuan mengajak para penonton untuk selalu
mengingat akan pentingnya mengendalikan diri agar tidak dibutakan
oleh ambisi dan akhirnya mengorbankan diri sendiri dan orang-orang
yang kita sayangi. Acara ini pun kembali menyasar segmentasi kaum
millennial yang berpikiran kreatif dan modern karena acara ini digelar
di lingkungan kampus yang tentu saja banyak kaum millennial yang
sangat antusiasme melihat sesuatu yang baru serta kreatif.
Dengan jumlah pengunjung mencapai 600 orang. acara ini pun
sukses merepresentasikan seni budaya Indonesia yang indah dan
menawan seta memberi warna baru akan sejarah dan cerita Indonesia
yang biasa dianggap membosankan dan kuno hal ini terbukti dengan
banyaknya respon positif dari para penontonnya terhadap kebudayaan
Indonesia yang dibawakan dengan sentuhan modern (Ismunandar,
2014:31).
Gambar IV.5 Salah Satu Pertujukan Seni Angkara: a Musical Digagas Oleh ICN
Sumber: Ismunandar, Seni Di Tengah Studi, Bandung:
Penerbit Nuansa Cendekia, 2014.
54
Gambar IV.6 Salah Satu Media Massa Singapura Yang Menulis Artikel
Mengenai Salah Satu Pertujukan Seni Yang Diselenggarakan Oleh ICN
Sumber: www.facebook.com
b. NUANSA
b.1 Tentang NUANSA
NUANSA adalah sebuah acara tahunan yang bertemakan seni dan
budaya dan diproduksi oleh NUANSA Cultural Productions. Organisasi
ini bertumbuh dari tujuan mimpi besarnya pelajar Indonesia yang
sedang menimba ilmu di National University of Singapore, Singapura.
Oleh karena itu, nama “NUANSA” dipilih karena kata itu menyatukan
kata NUS yang merupakan kepanjangan dari National University of
Singapore dan Indonesia. Tujuan utama dari dibentuknya NUANSA
adalah untuk menjaga serta mempertunjukkan kepada publik
internasional kebudayaan Indonesia yang kaya dan beragam
(Ismunandar, 2014:12).
b.2 Kegiatan NUANSA
Pada tanggal 6 Oktober 2014, NUANSA Cultural Production yang
diprakarsai oleh para pelajar Indonesia di National University of
Singapore menampilkan hasil karya pertama mereka ke publik setelah
55
berjalan selama tujuh tahun. Acara yang berlangsung selama kurang
lebih dua jam di beri judul The Priyayi.
The Priyayi mengisahkan seorang yang bernama Lantip yang
meninggalkan ibunya ketika ia diadopsi oleh Noegroho, seorang dari
keluarga priyayi. Bertumbuh menjadi seorang muda, Lantip semakin
ingin mengikuti impiannya di bidang seni dan hal ini sangat
bertentangan dengan ayahnya yang menginginkan dia meneruskan jejak
priyayi. tujuan dari diadakannya pertunjukan ini adalah untuk membuka
pikiran para penonton mengenai prinsip serta masa depan yang harus
dipilih oleh seseorang dalam kehidupannya pada saat dewasa.
Pertunjukan seni ini menargetkan segmentasi kaum pemuda
khususnya mahasiwa serta pelajar yang ada di Singapura yang
berpikiran modern serta terbuka dengan kebudayaan dari negara luar
agar mengenal serta memahami kebudayaan tradisonal Indonesia yang
penuh dengan makna kehidupan yang luhur.
Acara ini pun sukses digelar dan dihadiri oleh sekitar 1280 orang,
penampilan pertama mereka di depan publik ini sangat mendapat
tanggapan serta respon yang positif dari berbagai kalangan, baik dari
masyarakat Indonesia sendiri yang hadir dalam pertunjukan itu ataupun
dari orang Singapura maupun orang asing yang ada di Singapura yang
menyaksikan pertunjukan seni itu,
Antusiasme serta respon yang besar dan positif publik dari
berbagai kalangan tersebut dianggap sebagai sebuah kesuksesan yang
56
besar dalam mempromosikan sekaigus mempertontonkan suatu
pertunjukan seni yang menampilkan keunikan corak tradisonal
kebudayaan Indonesia yang penuh dengan nilai-nilai luhur kemanusian
kepada masyarakat Singapura maupun masyarakat dari negara lain yang
tinggal di Singapura yang menonton pertunjukan seni kebudayaan
tersebut (Ismunandar, 2014:19).
Gambar IV.7 Salah Satu Pementasan Seni Yang Digagas Oleh NUANSA The Priyayi
Sumber: Ismunandar, Seni Di Tengah Studi, Bandung:
Penerbit Nuansa Cendekia, 2014.
Gambar IV.8 Salah Satu Momen Keseruan Penonton Pementasan Seni The Priyayi
Yang Dibagikan Dalam Media Sosial
Sumber: www.facebook.com
c. GAYA
c.1 Tentang GAYA
57
GAYA adalah sebuah perkumpulan pentas seni dan budaya
Indonesia yang digagas oleh Singapore Management University (SMU)
Komunitas Indonesia. SMU Komunitas Indonesia sendiri adalah sebuah
organisasi siswa yang dibentuk pada tahun 2004 sebagai wadah bagi
mahasiswa-mahasiswi Indonesia di menempuh pendidikan di Singapore
Management University (SMU) tujuan dibentuknya perkumpulan ini
adalah untuk memperkenalkan seni dan budaya Indonesia kepada
masyarakat Singapura, khususnya mahasiswa-mahasiswi yang
menempuh pendidikan di Singapore Management University
(Ismunandar, 2014:33).
c.2 Kegiatan GAYA
Salah satu kegiatan pertunjukan seni yang GAYA selenggarakan di
Singapura yaitu berjudul Kronologi yang diselengarakan pada tanggal 3
Februari 2013. Kronologi menyajikan sebuah pertunjukan seni yang
menceritakan aspek kehidupan, kebudayaan, dan masalah yang
dihadapi oleh masyarakat Indonesia di berbagai masa yang berbeda.
Pertunjukan seni tersebut bertujuan untuk mengajak para penonton
untuk berimajinasi dengan berjalan mengarungi waktu serta menghargai
berbagai keindahan dan kesusahan dalam perjalanan yang mereka sebut
sebagai kehidupan. Pertunjukan seni ini pun menargetkan seluruh
segmentasi publik mulai dari pelajar, mahasiswa hingga kalangan
professional, karena pertunjukan seni ini mempertontonkan suatu aspek
nilai kehidupan yang dapat dirasakan oleh semua kalangan tersebut.
58
Pertunjukan seni kronologi ini pun dinilai sukses karena disaksikan
oleh hampir 1000 penonton, serta mendapat tanggapan serta respon
yang baik dari publik yang menyaksikannya termasuk pula dari duta
besar republik Indonesia untuk republik Singapura dan juga Presiden
Singapore Management University (Ismunandar, 2014:39).
Gambar IV.9 Poster Pertunjukan Seni Kronologi
Sumber: Ismunandar, Seni Di Tengah Studi, Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia, 2014.
Setelah sukses dengan pertunjukan seni Kronologi selanjutnya pada
tanggal 16 Februari 2014 GAYA lalu kembali menggelar pertunjukan
seni yang bertemakan kehidupan dengan judul 2 Seconds yang
mengangkat cerita tentang pilihan hidup yang harus dibuat oleh
seseorang yang harus mengikuti suara hati atau tunduk terhadap norma-
norma yang hidup masyarakat. pertunjukan ini di gelar dengan tujuan
untuk mengajak penonton untuk saling mengingatkan untuk tidak
tunduk dan tertindas oleh norma, dan seharusnya kembali mengikuti
suara hati serta memilih jalan kehidupan yang susuai dengan suara dari
hati yang terdalam.
59
Dan kembali target segmentasi pada pertunjukan seni kali ini
menargetkan segmentasi pada semua kalangan karena pertunujukan
yang ditampilkan menggabungkan unsur kebudayaan dengan unsur
kehidupan yang penuh dengan makan dan nilai-nilai kemanusian
sehingga semua kalangan bisa menikmati pertunjukan tersebut.
Pertunjukan ini pun lagi-lagi mendulang sukses dan mendapat
respon yang sangat positif karena disaksikan oleh hampir 1000
penonton termasuk diantaranya yang menyaksikan adalah duta besar
republik Indonesia untuk republik Singapura (Ismunandar, 2014:40).
Gambar IV.10 Poster Pertunjukan Seni 2 Seconds
Sumber: Ismunandar, Seni Di Tengah Studi, Bandung:
Penerbit Nuansa Cendekia, 2014.
d. inSIGHT
d.1 Tentang inSIGHT
inSIGHT yang merupakan kepanjangan dari InSIM Gathering
Night adalah suatu perkumpulan seni yang bergerak dalam pertunjukan
drama musikal. Sejarah terciptanya perkumpulan seni ini terjadi pada
tahun 2009. Pada awalnya perkumpulan InSIGHT dilaksanakan dengan
60
mengadakan acara makan malam bersama untuk mempererat hubungan
persaudaraan dan rasa kebersamaan para pelajar Indonesia yang
menempuh pendidikan di Singapore Institute of Management (SIM).
Lalu pada tahun 2011 konsep makan malam tersebut diubah menjadi
sebuah pertunjukan seni drama musikal. Acara pertunjukan seni drama
musikal tersebut terbilang sukses dan bahkan menarik perhatian dari
orang-orang selain warga Indonesia di Singapura. Karena kesuksesan
itulah mereka memutuskan untuk terus menerapkan dan
mengembangkan konsep pertunjukan seni yang megkhusukan pada
pertunjukan seni drama musikal (Ismunandar, 2014:41).
d.2 Kegiatan inSIGHT
Salah satu pertunjukan seni drama musikal yang dipentaskan oleh
perkumpulan inSIGHT terjadi pada tanggal 30 Januari 2013,
pertunjukan drama musikan tersebut diberi judul Undo. Undo
menceritakan peliknya kehidupan keluarga seorang perempuan bernama
Luna. dikisahkan bahwa orang tuanya yang tidak pernah berhenti
bertengkar, pamannya yang pengangguran dan kecanduan judi, dan
seorang adik perempuan yang ia benci.
Alkisah diceritakan bahwa adiknya Luna yakni Sunny menyatukan
keluarganya yang penuh dengan masalah, hal yang dilakukan adiknya
tresebut membuat marah Luna karena Sunny tidak pernah memikirkan
dirinya sendiri melainkan lebih memilih untuk memikirkan dan
mnyebarkan kebaikan kepada orang lain. Rasa benci Luna terhadap
61
adiknya semakin besar hingga akhirnya pada suatu hari, neneknya pun
mengucapkan sebuah mantra yang membawa Luna kembali ke masa
lalu untuk melihat apa yang telah hilang dari dirinya keluarganya dan
adiknya.
Pertunjukan seni ini digelar dengan menargetkan pada semua
lapisan public mulai dari kalangan biasa, pelajar/mahasiwa hingga
profesioanl dengan tujuan untuk mengajak para penontonnya berpikir
bahwa jangan terlau egois dalam memaknai arti dari sebuah kehidupan
dengan hanya memikirkan diri sendiri dan tidak memikirkan orang lain
yang ada disekitar. Pertunjukan seni ini terbilang sukses
diselenggarakan karena dihadiri oleh 650 penonton dengan perkiraan
sekitar 100 penonton asing yang menyaksikan serta mendapat berbagai
tanggapan serta respon yang positif dari para penontonnya (Ismunandar,
2014:45).
Gambar IV.11 Salah Satu Adegan pertunjukan Seni Undo
Sumber: Ismunandar, Seni Di Tengah Studi, Bandung:
Penerbit Nuansa Cendekia, 2014.
Selanjutnya pada tanggal 23 Februari 2014 inSIGHT kembali
menggelar pertunjukan drama musikal di Lee Foundation Theater
62
pertunjukan seni tersebut di beri judul The Storybook yang
menceritakan kisah cinta seorang ibu kepada anak satu-satunya yang
bernama Maharani, pertunjukan tersebut di gelar dengan tujuan agar
para penonton mrngrtahui bahwa pentingnya menjaga perasaan deorang
ibu dan juga memberitahukan pesan moral bahwa kasih saying seorang
ibu kepada anaknya tidak akan bisa dipengaruhi oleh apapun.
Pertunjukan drama musikal ini menargetkan pada kaum muda yang
berpikiran terbuka dan kreatif maupun kaum professional yang
berpikiran realistis dan dinamis, pertunjukan inipun sukses digelar dan
mendapatkan apresiasi yang baik dengan menghadirkan 350 orang
penonton dengan perkiraan sekitar 50 penonton asing yang hadir untuk
menyaksikan pertunjukan drama musikal ini (Ismunandar, 2014:46).
Gambar IV.12 Salah Satu Adegan pertunjukan Seni The Storybook
Sumber: Ismunandar, Seni Di Tengah Studi, Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia, 2014.
Peranan rumah budaya Indonesia di Singapura dalam mendukung
diplomasi kebudayaan dalam bentuk Indonesia Culture Expresion walaupun
ttidak secara langsung karena sifat dari rumah budaya tersebut bersifat statis,
namun hal ini tidak mengurangi pengaruh pentingnya rumah budaya Indonesia
63
dalam membuka akses terciptanya para penggagas serta penyebar pengaruh
diplomasi publik Indonesia melalui kebudayaan di Singapura.
Hal ini bisa dilihat dari banyaknya festival serta pertunjukan seni dan
budaya yang ada di Singapura serta bermunculannya perkumpulan-
perkumpulan seni baru seperti yang penulis paparkan diatas tadi, hal ini jelas
menandakan keberhasilan rumah budaya Indonesia dalam menjalankan
tugasnya dalam rangka melakukan diplomasi kebudayaan di Singapura,
kemudian keberhasilan rumah budaya Indonesia dalam melakukan diplomasi
kebudayaan di Singapura dapat dilihat dari indikator banyaknya para penonton
yang hadir dalam menyaksikan pertunjukan seni dan budaya yang dibawakan
oleh para perkumpulan seni yang digagas oleh para diaspora Indonesia di
Singapura yang tak jarang pertunjukan mereka disaksikan hingga ratusan orang
penonton dan juga hingga menarik perhatian tamu penting setingkat duta besar
hingga rektor dari universitas ternama di negara Singapura untuk menyaksikan
pertunjukan seni dan kebuidayaan tersebut.
2. Indonesia Culture Learning
Selain melalui festival dan pertunjukan seni, pemerintah Indonesia juga
melakukan diplomasi budaya Indonesia melalui jalur pembelajaran mengenai
kebudayaan dengan membuka kelas-kelas pembelajaran mengenai berbagai
macam budaya Indonesia, salah satunya adalah sesi kelas membatik yang
diadakan oleh Dharma Wanita Persatuan KBRI Singapura bekerjasama dengan
Rumah Budaya Indonesia dan Atase Pendidikan Kebudayaan dan Fungsi
Pensosbud KBRI Singapura yang mengadakan kegiatan bertemakan diplomatic
64
coffee morning dan workshop batik bagi istri para Duta Besar Negara-Negara
Sahabat di KBRI Singapura.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan salah satu kebudayaan
Indonesia yakni batik. Para peserta yang mengikuti kegiatan ini pun sangat
antusias ketika mereka mendapat pelatihan serta dapat belajar secara langsung
cara membatik yang baik dan benar dengan menggunakan alat membatik yakni
canting dan lilin dan melakukan pembatikan pada sebuah scarf dan melakukan
pewarnaan dengan menggunakan teknik dyeing terhadap scarf yang telah
digambar sebelumnya tersebut. Selain itu, para peserta juga mendapat
kesempatan untuk menghadiri bazar cindera mata khas dari berbagai penjuru
daerah yag ada di Indonesia serta mencicipi aneka kuliner khas dari daerah
Nusantara yang telah disediakan oleh Dharma Wanita Persatuan KBRI
Singapura (www.global Indonesianvoices.com).
Gambar IV.13 Sesi kelas Membatik Yang diselenggrakan Oleh Rumah
Budaya Indonesia Di Singapura
Sumber: www.globalIndonesianvoices.com
Selain menyelengarakan sesi kelas membatik, pemerintah Indonesia juga
menyelengarakan sesi kelas belajar bahasa Indonesia di Singapura, Dalam hal
ini, pemerintah Indonesia melalui Rumah Budaya Indonesia bekerjasama
65
dengan KBRI dan juga Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
mengadakan Ujian Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).
Materi untuk tes UKBI sendiri terdiri dari lima bagian, yaitu empat bagian
menguji keterampilan berbahasa serta satu bagian menguji kaidah dan
pemahaman tata bahasa Indonesia. Peserta yang telah menyelesaikan tes UKBI
akan mendapatkan sertifikat yang didalamnya tertera hasil dari mengikuti tes
UKBI yang telah dicapainya, baik tiap bagian ataupun secara keseluruhan.
Hasil dari tes UKBI secara keseluruhan dibagi menjadi tujuh tingkat. Peringkat
I adalah peringkat tertinggi yaitu istimewa sedangkan peringkat paling rendah
adalah peringkat VII yaitu terbatas.
Selain itu, dalam rangka memeriahkan bulan Bahasa yang jatuh pada bulan
Oktober, Rumah Budaya Indonesia dan KBRI Singapura bekerja sama dengan
Centre for Language Studies dari National University of Singapore
mengadakan lomba pidato di College Auditorium lantai 8 dengan tema
Kesetaraan Gender.
Lomba ini diperuntukan bagi penutur bahasa asing di Singapura. Lomba
ini adalah yang pertama kali diadakan dan diharapkan lomba semacam ini
dapat menjadi agenda tahunan. Kemudian pada tanggal 28 Juli 2015 Presiden
Tony Tan Keng Yam dan Presiden Joko Widodo menyaksikan upacara
presentasi sertifikasi untuk program teknik dan pelatihan keterampilan yang
diselenggarakan oleh Temasek Foundation dan Pendidikan ITE bekerjasama
dengan Poltikenik Batam (MFA Press Statement).
66
Selain sesi kelas pembelajaran ada juga program mengenai budaya lainnya
yang bertajuk Global Community Day yang merupakan acara yang
diselenggarakan oleh Temasek Polytechnic, dimana para mahasiswa,
masyarakat serta beberapa kedutaan yang ada di Singapura diundang untuk ikut
berpartisipasi dalam acara tersebut. Kedutaan yang diundang akan mengadakan
workshop dan pameran budaya negara masing–masing. Rumah budaya
Indonesia yang juga termasuk dalam peserta acara memilih untuk mengadakan
workshop tentang angklung dan kerajinan daun kelapa. Selain itu juga terdapat
stand pariwisata yang berisi informasi mengenai lokasi wisata di Indonesia,
stand photo booth, pakaian tradisional dan tidak ketinggalan stand jajanan
pasar yang menjadi favorit para peserta lainnya.
Bisa dikatakan bahwa peran rumah budaya Indonesia dalam menjalankan
tugasnya melakukan diplomasi publik dalam bentuk Indonesia Culture
Learning berhasil dilakukan, indikatornya adalah antusiame yang sangat tinggi
dari para warga yang ada di Singapura untuk belajar mengenai budaya
Indonesia, hal inipun disambut oleh rumah budaya Indonesia dalam mewadahi
antusiame tinggi warga tersebut dengan menyiapkan berbagai fasilitas dan
prasarananya.
Dalam menjalankan agenda ini rumah budaya Indonesia tidak sendirian
terlibat, pihak kedutaan Indonesia di Singapura dan juga perkumpulan diaspora
Indonesia juga turut andil dalam mensukseskan agenda Indonesia Culture
Learning tersebut. Dengan bersama-ama maka tugas rumah budaya Indonesia
dalam melakukan diplomasi publik melalui kebudayaan menjadi semakin
67
ringan dan juga efektif karena cakupan penyebaran pengaruhnya akan semakin
cepat serta berkembang luas di kalangan masyarakat Singapura.
1. Indonesian Advocacy and Promotion
Instrumen diplomasi budaya Indonesia selanjutnya adalah melaui
kepustakaan atau bahan informasi melalui bacaan. Adanya media informasi
melalui literatur atau bahan bacaan akan memudahkan warga asing yang
tinggal di Singapura dan warga Singapura itu sendiri untuk mengetahui
berbagai hal tentang Indonesia.
Untuk mendukung kegiatan diplomasi budayanya Pemerintah Indonesia
melalui rumah budaya Indonesia serta KBRI Singapura bekerjasama dengan
para diaspora Indonesia menyediakan brosur-brosur tentang kesenian serta
kebdayaan Indonesia dan juga informasi mengenai destinasi pariwisata di
Indonesia dalam setiap penyelenggaraan event kebudayaan di Singapura untuk
dibagikan kepada masyarakat Singapura. Instrumen penyebaran informasi yang
juga tidak kalah penting dalam melakukan diplomasi budaya ini selalin melalui
media cetak seperti brosur juga melalui media penyiaran (broadcasting) baik
itu melalui siran radio dan tv lokal maupun melalui situs internet. media
penyiaran ini sangat dibutuhkan pada era modern ini karena dapat
mempermudah aksesmasyarakat Singapura terhadap pengenalan kebudayaan
Indonesia.
Dengan terselenggaranya berbagai macam pertunjukan kebudayaan dan
kesenian tradisional di berbagai tempat, pemerintah harus bisa memaksimalkan
penyebaran informasi melalui media baik melalui media cetak maupun media
68
elektronik. sebagai contoh dalam pertunjukan drama musikal yang diadakan
oleh Indonesian Cukture and Nasionalism dan NUANSA, acara yang mereka
selenggrakan tersebut diliput oleh media GIVnews. Dalam liputannya, media
GIVnews memberitakan keberhasilan dari terselenggaranya pertunjukan
tersebut, hal ini bisa terjadi karena pihak penyelenggara sebelumnya telah
melakukan promosi dengan mendatangi media-media setempat sekaigus
mengundang mereka ntuk meliput pertunjukan kesenian yang mereka
pentaskan
Program serta kebijakan dalam rangka mempromosikan kebudayaan
Indonesia ini juga merupakan bagian dari upaya diplomasi kebudayaan yang
juga dapat memberi pandangan publik Singapura terhadap citra negara
Indonesia. Kebijakan publik pemerintah Indonesia terkait instrumen-instrumen
kebudayaan yang disosialisasikan di negara Singapura bertujuan untuk
memperkenalkan kepada masyarakat Singapura mengenai identitas dan
karakter bangsa Indonesia. Dengan pemahaman masyarakat Singapura terkait
dengan kebijakan-kebijakan yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia dalam
konteks kebudayaan tadi maka akan memberi pemahaman positif terhadap citra
bangsa Indonesia itu sendiri.
Sejauh ini upaya yang dilakukan rumah budaya Indonesia dalam
menyebarkan informasi serta mempromosikan kebudayaan Indonesia melalui
berbagai macam media baik media offline maupun media online terbilang
sukses, sebab dalam setiap kesempatan event festival kebudayaan yang di
selengarakan di Singapura stand Indonesia tidak pernah sepi pengunjung dan
69
juga antusiame warga Singapura untuk mengenal kebudayaan Indonesia
dengan berkunjung ke rumah budaya Indonesia terbilang baik, hal ini
membuktikan bahwa kinerja rumah budaya Indonesia dalam menyebarkan
informasi mengenai kebudqyaan Indonesia di Singapura terbilang baik dan
berjalan efektif
B. Dampak Pendirian Rumah Budaya Indonesaa Di Singapura
Kepentingan kedua negara baik negara Indonesia maupun negara Singapura
dalam konteks pendirian rumah budaya Indonesia di Singapura adalah untuk
sama-sama mengenal kebudayaan dan karakteristik dari masing-masing negara,
dengan pendirian rumah budaya tersebut maka secara langsung maupun tidak
langsung publik Singapura dapat mengetahui serta bisa mempelajari lebih jauh
mengenai jenis-jenis kebudayaan yang ada di Indonesia, begitupun sebaliknya
Indonesia juga dapat belajar kepada Singapura mengenai budaya serta kultur
masyarakat Singapura dalam segi bidang apapun, karena secara tidak langsung
kunjungan dan antusiasme dari warga negara Singapura terhadap rumah budaya
Indonesia sudah mewakili kebudayaan negara Singapura yang terkenal dengan
budaya kehidupan yang modern dan dinamis.
Keuntungan kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dan Singapura dalam
konteks kerjasama dibidang sosial dan budaya yang dalam hal ini sebagai dampak
pendirian rumah budaya Indonesia di Singapura dapat dilihat dari berbagai aspek
mulai dari segi aspek ekonomi, aspek politik, aspek pendidikan maupun dari segi
aspek sosial budaya yang menyentuh banyak sektor.
70
Dampak dari segi ekonomi, pendirian rumah budaya Indonesia ini akan
membawa keuntungan bagi kedua negara, hal ini terlihat dari meningkatnya
aktivitas sektor pariwisata dari kedua negara, peningkatan ini bisa terjadi karena
rumah budaya Indonesia juga menyediakan pemberitahuan mengenai pariwisata
di Indonesia melalui brosur-brosur yang berisi tempat atau destinasi wisata yang
ada di Indonesia beserta keanekaragaman budaya di tempat wisata tersebut seperti
makanan, tarian dan lain sebagainya,
Tercatat pada tahun 2013 saja kedatangan wisatawan asal Singapura yang
berkunjung ke berbagai tempat di Indonesia sebanyak 1.634.149 orang, hal ini
menjadikan wisatawan asal Singapura menjadi yang terbesar khususnya dalam
ruang lingkup kawasan asia diantara wisatawan dari negara lain yang berkunjung
ke Indonesia, bahkan untuk tahun 2018 wisatawan asal Singapura berhasil masuk
dalam urutan peringkat ke empat terbesar dalam jumlah wisatawan asing yang
mengunjungi berbagai tempat di Indonesia, hal ini bisa dilihat dalam gambar
dibawah ini:
Gambar IV.14 Negara Dengan Jumlah Kunjungan Turis Terbanyak Ke Indonesia
Sumber: \www.cnbcindonesia.com
71
Banyaknya wisatawan asal Singapura yang berkunjung ke Indonesia ini tidak
terlepas dari gencarnya pemerintah Indonesia untuk selalu mempromosikan
keanekaragaman kebudayaannya salah satunya melalui program rumah budaya
Indonesia di Singapura yang juga sekaligus menjadi cerminan diplomasi
kebudayaan Indonesia di luar negeri.
Selain itu karena kedua negara menjalin hubungan bilateral satu sama lain
maka pendirian rumah budaya Indonesia di Singapura juga memberikan dampak
yang positif bagi negara Singapura itu sendiri karena secara tidak langsung
pemerintah Singapura juga bisa mempromosikan sektor pariwisatanya secara
langsung maupun tidak langsung dalam festival-festival budaya yang
diselenggarakan oleh rumah budaya Indonesia maupun oleh komunitas budaya
dan diaspora Indonesia di Singapura, hal ini bisa dilihat dari data yang dihimpun
oleh Singapore Tourism Board yang mencatat bahwa wisatawan asal Indonesia
menduduki peringkat kedua dari daftar wisatawan mancanegara yang berkunjung
ke Singapura.
Data Singapore Tourism Board menunjukan sepanjang tahun 2018 total
jumlah wisatawan asal Indonesia yang berkunjung ke Singapura mencapai 3.02
juta orang atau meningkat dua persen dari tahun sebelumnya dengan jumlah
kunjungan wisatawan asal Indonesia yang sebanyak itu, Singapura berhasil
mendapatkan pemasukan sebesar 2,13 miliar dollar Singapura, jumlah inipun naik
delapan persen dari jumlah pemasukan pada tahun sebelumnya
(www.kontan.co.id).
72
Selain dari sektor pariwisata pendirian rumah buday Indonesia ini juga
menimbulkan dampak secra tidak langsung terhadap ekonomi, data badan
koordinasi penanaman modal (BKPM) soal realisasi investasi penanaman modal
asing pada tahun 2015. Dari total Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 29,2
miliar dolar AS, uang yang bersumber dari investor Singapura mencapai 5,8
miliar dolar AS atau hampir 20 persen dari total seluruh negara investor yang
menanamkan modalnya di Indonesia sedangkan pada tahun 2016 nilai investasi
dari Singapura mencapai USD 9,2 miliar dengan memiliki 5.874 proyek. Bahkan,
Singapura tengah mengeksplorasi kesempatan investasi pada sektor industri di
wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera
Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Riau dengan semua itu
menjadikan Singapura tercatat sebagai mitra strategis dan investor terbesar di
Indonesia (www.tirto.id).
Selain itu juga dalam sektor perbankan pun Singapura juga punya pengaruh
besar di Indonesia. BI mencatat Singapura memiliki saham mayoritas di bank-
bank di Indonesia yaitu Danamon, DBS, OCBC NISP, dan UOB Buana. Total
kantor cabang bank yang dikuasai Singapura sekitar 2.400 kantor dengan mesin
transaksi elektronik sekitar 4.800 buah. Ini belum termasuk kepemilikan kunci di
sejumlah perusahaan telekomunikasi utama Indonesia seperti Telkomsel. Semua
sektor dalam hal ekonomi yang penulis jabarkan tadi menunjukan bahwa negara
Singapura membawa pengaruh yang signifikan terhadap sektor ekonomi bagi
Indonesia, adanya rumah budaya Indonesia di Singapura secara tidak langsung
membawa pengaruh yang baik antara pemerintah Singapura dan pemerintah
73
Indonesia untuk terus meningkatkan hubungan bilateralnya menjadi lebih baik dan
lebih erat lagi kedepannya (www.tirto.id).
Di samping manfaat dari segi ekonomi, didirikannya rumah budaya Indonesia
di Singapura ini juga berdampak pula pada sektor lain seperti sektor pendidikan.
Singapura merupakan salah satu negara yang telah menjalin kerja sama dengan
Indonesia di hampir semua bidang dan salah satunya adalah bidang pendidikan.
Indonesia dan Singapura selalu melakukan kerja sama dalam bidang pendidikan
seperti pertukaran pelajar, program belajar tentang budaya kedua budaya dan lain-
sebagainya.
Salah satu contohnya yakni adanya kerjasama serta program di bidang
pendidikan seperti contohnya program sisiter school atau pertukaran pelajar yang
dilakukan oleh SMA Labschool Jakarta dengan Chij ST. Joseph’S Convent
Singapura dan juga pemberian beasiswa yang diberikan oleh pemerintah kedua
negara.
Di samping itu, pada acara Leader’s Retreat di Singapura, Presiden RI Jokowi
dan PM Singapura Lee Hsien Loong menyaksikan penandatanganan MoU tentang
Kerja Sama Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Industri. Pada
penandatanganan tersebut, Pemerintah Indonesia diwakili Menteri Perindustrian
Airlangga Hartarto dan Pemerintah Singapura oleh Menteri Pendidikan
(Pendidikan Tinggi dan Keterampilan) Ong Ye Kung (www.kemeperin.go.id).
Dalam MoU tersebut, disepakati bentuk kerjasama kedua negara yang
meliputi pelatihan untuk tenaga pengajar dan pengelola unit pendidikan dan
pelatihan vokasi industri, pengembangan kualitas sistem pendidikan vokasi,
74
penyediaan akses dan kesempatan bagi peserta pemagangan industri untuk tenaga
pengajar dan siswa, kerjasama pengembangan kurikulum, pengembangan
teknologi dan bantuan tenaga ahli serta pengembangan standar kualifikasi
(www.kemeperin.go.id)
Dampak positif di bidang pendidikan dari program diplomasi budaya melalui
pendirian rumah budaya Indonesia di Singapura ini juga bisa terlihat dari
banyaknya jumlah pelajar atau mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan
di Singapura, hal ini seperti yang diungkapkan oleh sekretaris I bidang informasi,
sosial dan budaya kedutaan beasr republik Indonesia untuk Singapura GH
Mulyana, beliau mengatakan dari total pelajar dan mahasiswa Indonesia di
Singapura yang berjumlah 18.341 orang sekitar 5.448 orang di antaranya sedang
mengambil pendidikan S-1. S-2 dan S-3 di berbagai program studi
(www.kompas.com).
Hal tersebut bisa terjadi karena secara tidak langsung dalam suatu festival
budaya baik yang diselengarakan oleh diaspora Indonesia, KBRI Singapura
mauapun yang diselenggarakan oleh rumah budaya Indonesia terjadi penyebaran
informasi dalam festivak kebudayaan tersebut salah satunya mengenai pendidikan
sehingga warga Indonesia yang kebetulan sedang mengnjungi festival kebudayaan
tersebut akan sangat mudah menemui stand, brosur atau pemflet mengenai
informasi pendidikan yang ada di Singapura dan menyebarkan informasi tersebut
kepada kerabat mereka begitu kembali pulang ke Indonesia.
Lalu jika ditinjau dari segi sosial budaya, pendirian rumah budaya Indonesia
di Singapura ini secara langsung telah meningkatkan aktivitas sosial budaya di
75
kedua negara.hal ini bisa terlihat dari para pelajar dan mahasiswa dari kedua
negara yang saing menghargai, menghormati serta saing toleransi terhadap
perbedaan sosial dan budaya, serta senantiasa berusaha meningkatkan hubungan
yang baik diantara para pelajar atau mahasiswa meskipun berbeda
kewarganegaraan.
Selain itu masih dalam aspek sosial budaya, secara simbolis untuk
mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Singapura kedua negara
sepakat untuk melakukan penerbitan prangko bersama Indonesia dan Singapura
(Joint Issue of Stamp) ini dimaksudkan untuk menandai dan mencatat sejarah
hubungan diplomatik antara Indonesia dan Singapura yang telah berjalan selama
50 tahun,” kata Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Infomatika
Noor Iza (www.jawapos.com).
Noor Iza menilai prangko merupakan benda pos yang tidak saja berfungsi
sebagai bukti pembayaran di muka atas biaya kiriman pos tetapi juga memiliki
fungsi sebagai media informasi publik. Prangko merupakan benda unik yang
banyak dikoleksi oleh para kolektor atau filatelis. Singapura adalah negara sahabat
dan salah satu negara tetangga terdekat Indonesia yang mempunyai arti penting.
Kedekatan secara geografis telah mendorong kedua negara untuk mewujudkan
kerja sama di berbagai bidang (www.jawapos.com).
Tema yang ditampilkan pada penerbitan prangko bersama ini adalah
kehidupan bawah laut dengan terumbu karangnya. Terumbu karang merupakan
habitat penting bagi berbagai tumbuhan laut, hewan laut dan berbagai
76
mikroorganisme laut lainnya. Sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis
dengan sejenis tumbuhan alga (www.jawapos.com).
Prangko diterbitkan dalam dua desain dengan nominal masing-masing Rp 5
ribu. Prangko ditampilkan dalam format full sheet dengan komposisi 12 keping
perlembar (6 set prangko), dicetak sebanyak 360 ribu set. Selain itu prangko juga
ditampilkan dalam format Carik Kenangan (Mini Sheet) dengan nominal Rp 20
ribu dicetak sebanyak 8 ribuan set. Menyertai penerbitan prangko ini diterbitkan
pula Sampul Hari Pertama sebanyak 2 ribu set dengan harga Rp 15 ribu. Perangko
dicetak oleh PERURI desain oleh Pos Kreatif (www.jawapos.com).
Selanjutnya dalam bidang politik DPR RI dan Parlemen Singapura telah
menjalin kerjasama yang cukup erat dalam berbagai forum. Salah satunya adalah
ASEAN Inter Parliamentary Assembly. Kerjasama dan saling dukung antara
kedua parlemen juga diwujudkan dalam forum ASEAN Pacific Parliamentary
Forum dan Inter Parliamentary Union . Kami berharap kerjasama antar kedua
parlemen dapat lebih erat lagi," ujar Bamsoet saat mengadakan pertemuan
bilateral dengan Ketua Parlemen Singapura Tan Chuan Jin, di Singapura
(www.jpnn.com).
Turut menemani Ketua DPR RI dalam pertemuan tersebut, Muslim Ayub
(Fraksi PAN), Adies Kadir (Fraksi Partai Golkar), Mukhammad Misbakhun
(Fraksi Partai Golkar) Masinton Pasaribu (Fraksi PDI Perjuangan) dan Nasir
Djamil (Fraksi PKS). Mantan Ketua Komisi III DPR RI ini menuturkan,
hubungan bilateral Indonesia-Singapura selama ini sudah berlangsung baik dan
stabil. Indonesia dan Singapura memiliki mekanisme hubungan bilateral yang
77
solid dalam bentuk pertemuan tahunan tingkat kepala negara, pertemuan tingkat
menteri dan mekanisme working groups untuk meningkatkan hubungan kerja
sama kedua negara (www.jpnn.com).
Maka berdasarkan pemaparan penulis mengenai dampak pendirian rumah
budaya Indonesia tadi bisa dikatakan bahawa baik secara langsung maupun tidak
langsung menunjukan bahwa pendirian rumah budaya Indonesia di Singapura ini
mempunyai pengaruh terhadap hubungan bilateral kedua negara khususnya bagi
Indonesia dalam melaksanakan diplomasi kebudayaan demi mencapai
kepentingan nasionalnya, hal ini bisa terlihat dari berbagai indikator mulai dari
indikator ekonomi, indikator pendidikan indikator politik hingga indikator
kehidupan sosial budaya warga kedua negara semua indikator-indikator tersebut
saling mempengaruhi satu sama lain sehingga menciptakan pengaruh yang
dinamis terhadap hubungan bilateral kedua negara dari waktu ke waktu.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan bilateral Indonesia dan Singapura yang terjalin dengan baik,
menjadikan Singapura menjadi salah satu sasaran diplomasi kebudayaan
Indonesia dalam rangka mengelola hubungan baik antara kedua negara.
Indonesia menyadari bahwa kebudayaan merupakan aspek penting dalam
menjalin hubungan dengan Singapura. Sejak saat itu, kerjasama pendidikan,
pemuda dan olah raga, pariwisata, serta kesenian mulai gencar dilakukan.
Dengan keberadaan rumah budaya Indonesia di Singapura, Indonesia dapat
memaksimalkan aktivitas diplomasi kebudayaannya melalui kegiatan-
kegiatan promosi budaya yang menimbulkan kesan dan apresiasi positif
publik di Singapura.
Mengacu pada pertanyaan penelitian “Bagaimana Diplomasi Indonesia
melalui Rumah Budaya Indonesia di Singapura periode 2013-2015?”dapat
dipaparkan bahwa diplomasi budaya Indonesia melalui rumah budaya
Indonesia dilakukan dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang
dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu, tahap pertama, rumah budaya
Indonesia berhasil mengakrabkan publik Singapura terhadap Indonesia
melalui penyebaran informasi menggunakan media sosial dan pengenalan
budaya dengan mendukung pagelaran seni gelar budaya oleh perhimpunan
mahasiswa Indonesia di Singapore Management University. Tahap kedua,
79
rumah budaya Indonesia juga berhasil meningkatkan apresiasi publik
Singapura dengan aktif dalam mempromosikan budaya pada festival-festival
kesenian internasonal, seperti Chingay Parade dan Singapore International
Friendship Day yang bekerjasama dengan institusi pendidikan melalui
penampilan atraksi-atraksi kesenian.
Tahap ketiga, Rumah Budaya Indonesia berhasil meningkatkan
keterikatan publik Singapura terhadap Indonesia melalui promosi bahasa
Indonesia yang dilakukan melalui pelatihan bahasa dan lomba pidato
bekerjasama dengan Center of Language Studies, National University of
Singapore, pusat pengembangan strategi dan diplomasi kebahasaan dan badan
pengembangan pembinaan bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia..
Penulis juga dapat menyimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh rumah budaya Indonesia dapat dikatakan sebagai upaya-upaya
diplomasi kebudayaan dalam rangka meningkatkan citra positif untuk
membentuk opini atau pandangan publik Singapura terhadap Indonesia.
Kekayaan budaya menjadi kekuatan utama bagi diplomasi kebudayaan
Indonesia. Rumah budaya Indonesia menitikberatkan pada penggunaan dan
atraksi budaya sebagai soft power yang menarik perhatian dan apresiasi
publik di Singapura. Kebudayaan berhasil digunakan oleh Indonesia sebagai
instrumen yang berguna dalam meningkatkan eksistensi Indonesia melalui
berbagai macam kegiatan promosi budaya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh rumah budaya Indonesia mendapatkan apresiasi yang baik terhadap citra
80
positif Indonesia, hal tersebut menunjukkan bahwa upaya-upaya diplomasi
kebudayaan berhasil dilakukan. Berdasarkan upaya-upaya yang dilakukan,
menunjukkan bahwa rumah budaya Indonesia memiliki peranan penting
dalam meningkatkan citra positif Indonesia di Singapura karena tidak hanya
melibatkan jalur pertama atau lewat pemerintahan saja, melainkan juga
beberapa jalur diplomasi kebudayaan non-pemerintah seperti masyarakat,
kelompok masyarakat seperti perhimpunan mahasiswa Indonesia di
Singapura, dan kemudian institusi pendidikan, dan juga media penyiaran
berupa laman resmi dan media sosial juga dilibatkan sehingga pelaksanannya
dapat menyentuh publik secara luas dan menyeluruh.
B. Saran
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Budaya Indonesia
sebaiknya harus lebih banyak melibatkan keikutsertaan publik Singapura agar
secara langsung dapat merasakan dan lebih mengenal Indonesia melalui
budaya. Ketertarikan dan keterikatan publik Singapura yang semakin tinggi
dapat menentukan bentuk dan sikap pemerintahannya terhadap Indonesia.
Ketika hubungan baik berhasil dijalankan maka hubungan bilateral Indonesia
dan Singapura menjadi semakin erat yang secara otomatis mendorong
terciptanya kerjasama-kerjasama lainnya baik itu kerjasama di bidang politik,
hukum dan keamanan kawasan,ekonomi, pendidikan,sosial budaya serta
bidang-bidang lain guna untuk memenuhi kepentingan nasional Indonesia.
81
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alo Liliweri, Gatra Gatra Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset, 2001.
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi Tentang
Pelbagai ProblemPendidikan Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Bakry., U., S. Dasar-Dasar Hubungan Internasional. Depok: Kencana, 2017
Daniel S. Papp, Contemprary International Relation, “A Framework For
Understanding, 2nd Edition, New York: Macmillan Publihing Company, 1988.,
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat.Komunikasi Antar Budaya:Panduan
Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), Edisi
ke-3Jakarta: Balai Pustaka, 2000.
G. Moedjanto, Indonesia Abad Ke-20 I Dari Kebangkitan Nasional sampai
Linggarjati, Yogyakarta: Kanisius, 1989.
Ismunandar, Seni Di Tengah Studi, Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia, 2014.
John W. Creswell, Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches California : SAGE, 2009.
Ki Hajar, Dewantara, Kebudayaan Yogyakarta: Penerbit Majelis Luhur
Persatuan Tamansiswa, 1994.
Kishan S. Rana, Bilateral Diplomacy, New Delhi: ManasPublication, 2002.
KJ Hoisti, Politik Internasional Kerangka Untuk Analisa Jilid II Terjemahan M.
Tahrir Azhari, Jakarta: Erlangga, 1988.
Koesnadi Kartasasmita, Administrasi Internasional, Bandung: Lembaga
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bandung, 1977.
M.Munandar Soelaeman,Ilmu Budaya Dasar Suatu pengantar, Bandung:
PT.Refika Aditama,2005.
Muchtar Mas’oed. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin Ilmu dan Metodologi
Jakarta: LP3ES, 1990.
Sartono Kartodirdjo, dkk, Sejarah Nasional Indonesia II, Jakarta: BalaiPustaka,
1977.
82
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi Jakarta:
YayasanBadan Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1964.
Soerjono Soekanto, Pengantar Sosiologi, Jakrata: PT.Raja Grafindo Persada
1990
Sukawarsini Djelantik, Diplomasi Antara Teori Dan Paktik, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2008.
1KM Panikkar, “The Principle and Practice Diplomacy” dalam, “Diplomasi”
diterjemahkanoleh Harwanto dan Misrawati Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1995.
Warsito, Tulus dan Wahyuni Kartikasari.Diplomasi Kebudayaan, Konsepdan
Relevansi Bagi Negara Berkembang: Studi Kasus Indonesia,Yogyakarta:
Ombak 2007.
Yang Seung Yoon, “40 Tahun Hubungan Indonesia-Korea Selatan” Yogyakarta:
Gajah Madauniversity press, 2005.
Jurnal
Donald E. Nuechterlain, National Interest and Presidential Leadership: The
Setting Of Priorities, Bouder, 1978
Liang, Rose, “Change and Continuity in the Culture of Singapore’s Primary
School Teachers from 1959 to 2006”, A Thesis Submitted for the Degree of
Doctor of Philosophy, Department of Sociology, National University of
Singapore, 2007.
Margono, Aktor Non-Negara Dalam Hubungan Internasional, jurnal Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Asosiasi Profesi Pendidikan Pancasila &
Kewarganegaraan (AP3KnI), Vol 28 No. 2, Malang, 2015.
The Nalanda-Sriwijaya Centre, Institute of Southeast Asian Studies, Provenance
Research on 14th-Century, Greenwares Found in Singapore,, 2009.
Wade, Geoff, “An Early Age of Commerce in Southeast Asia, 900–1300 CE”,
dalam Journal of Southeast Asian Studies, 40(2), Edisi Juni 2009
Website
http://id.marinabaysands.com
http://daerah.sindonews.com
http://www.visitsingapore.com
http://www.ctbto.org
http://www.theonlinecitizen.com
83
http://www.foreignaffairs.com
http://eresources.nlb.gov.sg
http://www.kemlu.go.id
http://fiktorpobatu.blogspot.co.id
http://www. europe.education.com
http://kemenpar.go.id
http://m-haritsyah.blogspot.com
http://www.nusba.com
http://rumahbudayaindonesia.sg
http://www.kemdikbud.go.id
http://www.cnbcindonesia.com
http://www.globalIndonesianvoices.com
http://www.instragam.com
http://www.facebook.com
http://www.tirto.id
http://www.jpnn.com
http://www.jawapos.com
http://www.kemeperin.go.id