Download - Diskriminasi Gender
DISKRIMINASI GENDER
A. PENGERTIAN GENDER
Gender berasal dari bahasa latin “GENUS” yang berarti jenis atau tipe. Gender
adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk
secara sosial maupun budaya.
Menurut Ilmu Sosiologi dan Antropologi, gender itu sendiri adalah perilaku atau
pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang sudah dikonstruksikan atau
dibentuk di masyarakat tertentu dan pada masa waktu tertentu pula. Gender ditentukan
oleh sosial dan budaya setempat sedangkan seks adalah pembagian jenis kelamin yang
ditentukan oleh Tuhan. Misalnya laki-laki mempunyai penis, memproduksi sperma dan
menghamili, sementara perempuan mengalami menstruasi, bisa mengandung dan
melahirkan serta menyusui dan menopause.
B. HUBUNGAN SEX DENGAN GENDER
Hubungannya adalah sebagai hubungan sosial antara laki-laki dengan perempuan
yang bersifat saling membantu atau sebaliknya malah merugikan, serta memiliki banyak
perbedaan dan ketidaksetaraan. Hubungan gender berbeda dari waktu ke waktu, dan
antara masyarakat satu dengan masyarakat lain, akibat perbedan suku, agama, status
sosial maupun nilai tradisi dan norma yang dianut. Contoh masyarakat kultur tertentu
dengan masyarakat kultur lainnya, masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan.
Dari peran ataupun tingkah laku yang diproses pembentukannya di masyarakat itu
terjadi pembentukan yang “mengharuskan” misalnya perempuan itu harus lemah lembut,
emosional, cantik, sabar, penyayang, sebagai pengasuh anak, pengurus rumah dll.
Sedangkan laki-laki harus kuat, rasional, wibawa, perkasa (macho), pencari nafkah dll.
Maka terjadilah ketidakadilan dalam kesetaraan peran ini.
Proses pembentukan yang diajarkan secara turun-temurun oleh orangtua kita,
masyarakat, bahkan lembaga pendidikan yang ada dengan sengaja atau tanpa sengaja
memberikan peran (perilaku) yang sehingga membuat kita berpikir bahwa memang
demikianlah adanya peran-peran yang harus kita jalankan. Bahkan, kita menganggapnya
sebagai kodrat. Dari kecil kita telah diajarkan, laki-laki akan diberikan mainan yang
memperlihatkan kedinamisan, tantangan, dan kekuatan, seperti mobil-mobilan dan
pedang-pedangan. Sedangkan wanita diberikan mainan boneka, setrikaan, alat memasak,
dan lainnya. Lalu, ketika mulai sekolah dasar, dalam buku bacaan pelajaran juga
digambarkan peran-peran jenis kelamin, contohnya, “Bapak membaca koran, sementara
Ibu memasak di dapur”. Peran-peran hasil bentukan sosial-budaya inilah yang disebut
dengan peran jender. Peran yang menghubungkan pekerjaan dengan jenis kelamin. Apa
yang “pantas” dan “tidak pantas” dilakukan sebagai seorang cowok atau cewek.
Sebenarnya kondisi ini tidak ada salahnya, tetapi akan menjadi bermasalah ketika
peran-peran yang telah diajarkan kemudian menempatkan salah satu jenis kelamin (baik
laki-laki maupun perempuan) pada posisi yang tidak menguntungkan. Karena tidak
semua laki-laki mampu bersikap tegas dan bisa mengatur, maka laki-laki yang lembut
akan dicap banci. Sedangkan jika perempuan lebih berani dan tegas akan dicap tomboi.
Tentu saja hal ini akan memberikan tekanan.
C. BENTUK-BENTUK DISKRIMINASI GENDER
Bentuk-bentuk diskriminasi gender adalah :
1. Marginalisasi (peminggiran). Peminggiran banyak terjadi dalam bidang
ekonomi. Misalnya banyak perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak
terlalu bagus, baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang
didapatkan. Hal ini terjadi karena sangat sedikit perempuan yang mendapatkan
peluang pendidikan. Peminggiran dapat terjadi di rumah, tempat kerja, masyarakat,
bahkan oleh negara yang bersumber keyakinan, tradisi/kebiasaan, kebijakan
pemerintah, maupun asumsi-asumsi ilmu pengetahuan (teknologi).
2. Subordinasi (penomorduaan), anggapan bahwa perempuan lemah, tidak mampu
memimpin, cengeng dan lain sebagainya, mengakibatkan perempuan jadi nomor dua
setelah laki-laki.
3. Stereotip (citra buruk) yaitu pandangan buruk terhadap perempuan. Misalnya
perempuan yang pulang larut malam adalah pelacur, jalang dan berbagai sebutan
buruk lainnya.
4. Violence (kekerasan), yaitu serangan fisik dan psikis. Perempuan, pihak paling rentan
mengalami kekerasan, dimana hal itu terkait dengan marginalisasi, subordinasi
maupun stereotip diatas. Perkosaan, pelecehan seksual atau perampokan contoh
kekerasan paling banyak dialami perempuan.
5. Beban kerja berlebihan, yaitu tugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan
terus menerus. Misalnya, seorang perempuan selain melayani suami (seks), hamil,
melahirkan, menyusui, juga harus menjaga rumah. Disamping itu, kadang ia juga ikut
mencari nafkah (di rumah), dimana hal tersebut tidak berarti menghilangkan tugas
dan tanggung jawab diatas.
D. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG DISKRIMINASI GENDER
1. Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarustamaan Gender.
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 104 Tahun 2010 tentang pelaksanaan sistem
anggaran yang responsif gender yang bertujuan untuk mewujudkan kesetaraan
perempuan dan laki-laki dalam berbagai sektor pembangunan.
3. RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender.
E. NASKAH ROLEPLAY
Luna : Gustiyan Era P
Cut : Heksi Eskasari
Ariel : Mei Wardani
Ibu : Mila Ikrima
Bapak : Eva Dwi Susanti
Syeh Muji : Hastri Setyaningsih
Bidan Vera : Febriyati Nur Rachmah
Narator : Khaefa Budi Arti
BABAK I
Di pinggiran ibu kota hiduplah seorang gadis 15 tahun yang cantik, manis, pintar, dan pandai
bergaul yang bernama Luna. Hari ini adalah hari yang mendebarkan bagi Luna dan kawan-
kawannya. Pasalnya hari ini adalah hari pengumuman kelulusan SMP. Di sudut lapangan
upacara, terlihat Luna bersama kedua sahabatnya. Mereka sedang merayakan kelulusannya.
Cut : “ Yeeee ... Kita lulus !!”
Luna : “ Iya .. Alhamdulillah banget ya kita lulus.”
Ariel : “ Ya iyalah. Coba kalau nggak ada aku kalian pasti nggak lulus.”
Cut : “ Apa lu kata?!!? Kita juga belajar kali nggak cuman dapet contekan dari
kamu.”
Ariel : “ Ya kan sebagian besar dapet contekan dari aku.”
Cut : “ Betewe anyway busway .. Kalian mau pada nglanjutin kemana? Aku sih
rencananya mau didaftarin sama papahku gitu di SMA favorit di Bandung.”
Ariel : “ Waah. Keren gila. Jauh amat sih di Bandung?”
Cut : “ Iya donk. Papahku kan kerjanya pindah ke Bandung gitu jadi aku sama
mamah ikut deh ke Bandung.”
Ariel : “ Ohh gitu. Ehhh Luna, kamu kok diem aja dari tadi. Kamu mau nglanjutin
kemana nih ?”
Luna : “ Mmm .. Aaaa .. Mmmm ... Aku sih terserah kedua orang tuaku aja. Mereka
pasti tau yang terbaik buat aku.”
Cut : “ Hha .. Hha .. Kamu mau dinikahin ya?” (Sambil tertawa)
Ariel : “ Husssssss.. Ngawur kamu, aku belum siap tau!”
Luna : “ Kalian apa-apaan sih. Udah deh ayo pulang aja.”
Mereka pun melangkahkan kaki dengan penuh sukacita tapi tidak begitu dengan Luna.
Langkahnya terlihat lesu seakaan dia enggan untuk pulang ke rumah.
BABAK 2
Sesampainya di rumah…
Luna : “ Assalamualaikum .. Luna pulang.”
Ibu : “ Waalaikumsalam. Eh anak ibu sudah pulang. Sini nak duduk dulu.”
Luna : (Duduk dan meletakkan tasnya disampingnya)
Ibu : “ Bagaimana nak hasil kelulusannya? Cut dan Ariel lulus ndak?”
Luna : “ Alhamdulillah bu, kami bertiga lulus.”
Ibu : “ Alhamdulillah nak. Ibu seneng.”
Luna : “ Oh iya bu, tadi katanya Cut mau pindah ke Bandung lho bu, dia mau
didaftarin di SMA favorit gitu sama papahnya. Aku suka ngiri deh sama
Cut. Hmmmm terus aku mau didaftarin kemana bu sama bapak?”
Ibu : “ Sudah sudah. Sana kamu ganti baju dulu habis itu makan.”
Luna : “Lho tapi ibu belum jawab pertanyaan Luna..”
Ibu : “Sudah kamu ganti baju dulu nanti ke meja makan yah, bapak sudah
menunggu.”
Luna : “Ya udah deh..”
Luna pun meninggalkan ibunya dan masuk ke kamarnya untuk ganti baju. Setelah dia ganti
baju dia menuju ke meja makan. Di meja makan sudah ada bapak dan ibunya yang menunggu
Luna.
Luna : “ Ada apa sih, kok nggak biasanya bapak sama ibu ngumpul kayak gini.
Bapak nggak ke sawah? ibu juga nggak ngupas bawang di tempat bu Haji?”
Bapak : “ Luna, Bapak mau bicara serius sama kamu. Sini duduk.”
Luna : (duduk di dekat ibu)
Bapak : “Kamu kan sudah dewasa, kalau di pinggiran kota seperti ini kamu itu sudah
pantas……………..”
Luna : “ Pantas apa, pak? Hmm oh iya, ngomong-ngomong Luna mau didaftarin ke
SMA mana pak?”
Ibu : (Sambil mengelus-ngelus pundak Luna)
Bapak : “ Nah itu yang mau bapak bicarakan sama kamu. Kamu masih ingat teman
bapak yang datang kesini 3 hari yang lalu?”
Luna : “ Iya pak ingat. Yang bawa mobil merah itu kan. Yang istrinya cantik terus
pake krudung itu kan pak? Memangnya kenapa pak?”
Bapak : “ Gini Lun, Kamu ndak usah nerusin sekolah ya? Kamu menikah saja dengan
teman bapak yang kemarin datang kesini. Bapak yakin hidup kita pasti akan
lebih baik.”
Luna mulai menangis dan memeluk ibunya. Ibunya juga ikut menangis. Suasana menjadi
penuh air mata.
Luna : (mulai menitihkan air mata)
“Kenapa begitu pak? bu, Luna masih mau sekolah bu.”
Ibu : “ Sabar ya, nak. Ibu juga bingung. Kamu tau sendiri bapak itu orangnya keras
kepala. Ibu juga ndak bisa apa-apa. Semua keputusan ada di tangan bapak.”
Luna : “ Pak, Luna pengen sekolah. Luna pengen jadi bidan kaya bu Vera.”
Bapak : “ Halah. Kamu pikir sekolah bidan itu murah. Bapak ndak punya uang buat
sekolahin kamu. Liat nih, makan siang aja kita selalu makan pake singkong.
Perempuan itu pantasnya ngurusin dapur, ngerti!! Nurut sama bapak ?!?”
Ibu : “Sabar nak. Nurut saja sama bapakmu. Insya allah ini yang terbaik buat masa
depanmu kelak.”
Luna : “ Tapi dia udah punya istri kan , pak , bu?”
Bapak : “ Memangnya kenapa kalau jadi istri kedua. Toh dia kaya. Dia tetap bisa
bahagiakan kamu. Hidup kamu bisa berubah ndak seperti sekarang yang
bisanya hanya makan singkong.”
Luna dan ibunya hanya tertunduk.
BABAK 3
Sebulan kemudian disaat teman-teman Luna sedang ribut mendaftar sekolah, Luna sibuk
mempersiapkan pernikahannya. Wajahnya selalu murung karena memikirkan kehidupannya
nanti yang akan dia jalani.
Luna : “ Ibu,,,,,,,,,luna ngga dinikahkan kan bu? Luna masih ingin sekolah bu?!?”
Ibu : “ Luna,,,sebenarnya ibu tidak tega kamu harus menikah dengan syeh muji
tapi bapakmu lun,,,,,,,,,,,,,”
Luna : “ Tapi masa ibu ngga bisa mbujuk bapa bu. Luna ngga siap bu.......Apalagi
syeh muji itu.........”
(Luna pun meninggalkan ibu sendirian,,tiba-tiba bapak pun menghampiri ibu)
Bapak : “Bu...panggilkan luna. Bapa mau bicara!!”
Ibu : “Ada apa pak ???”
Bapak : “Tadi bapak bertemu dengan syeh muji..beliau menanyakan kapan acara
pernikahan dengan luna.”
Ibu : “ Pa......apakah bapak sudah benar-benar akan menikahkan luna dengan syeh
muji.”
Bapak : “ Ibu itu sudah menjadi pilihan yang terbaik jadi sekarang panggilkan
luna!!”
(Ibu pun menghampiri luna dikamar dan menyuruhnya untuk menemui bapaknya. Tak berapa
lama luna pun datang dengan raut muka yang amat sedih)
Bapak : “ Begini lun,,besok syeh puji akan kesini bersama beberapa keluarganya”
Luna : “ Untuk apa pa??”
Bapak : “ Kamu siap-siap saja dandan yang cantik, pakai pakaian yang sopan yah!?!”
Luna : “ Bapa..sebenarnya ada apa pa?? Luna ngga mau menikah pa!!!”
Bapak : “ Luna!!! Kamu jangan membantah bapak lagi. Bapak yang selama ini sudah
membesarkan kamu, mana balas budi kamu sama bapak. Pokoknya bapak
ndak mau tau. Kamu harus menikah sama syeh Muji!!!”
Luna : “ Tapi Luna ndak mau jadi istri kedua, pak!?! Luna mau sekolah!!”
Bapak : “ Luna!!! Bapak ndak mau denger kamu membantah lagi. Kamu itu anak
perempuan, sudah jadi takdir kamu untuk kerja di dapur jadi buat apa kamu
sekolah tinggi-tinggi. Percuma aja Luna. Buang-buang uang.”
Akhirnya dengan berat hati Luna terpaksa menikah dengan syeh Muji. Hari pernikahanpun
tiba.
Bapak : “ Saya nikahkan Luna binti Supriyanto dengan Syeh Muji dengan mas kawin
seperangkat alat shalat dibayar tunai.”
Syeh Muji : “ Saya terima nikahnya Luna binti Supriyanto dengan mas kawin tersebut
dibayar tunai.”
Akhirnya kini Luna resmi menjadi istri kedua syeh Muji. Di kala teman-temannya menikmati
masa SMA-nya, Luna malah justru menjalani peran barunya menjadi seorang istri.
BABAK 4
Suatu malam di kediaman syeh Muji.
Syeh Muji : “ De, ayo de. Mas udah nggak tahan?”
Luna : “ Nggak mau. Luna nggak mau?”
Syeh Muji : “ Apa-apaan ini!! Kamu kan sudah jadi istriku jadi kamu harus melayani
suami kamu. Kamu harus berbakti sama suami kamu.”
Luna : “ Tapi mas, Luna nggak mau. Luna masih kecil. Pokoknya Luna nggak
mau!!!” (sambil meronta-ronta)
Syeh Muji : “ Luna !!! Kamu tau kan kalau mas ingin sekali punya anak. Istri pertama
mas nggak bisa mempunyai keturunan sekarang kamu malah nggak mau
melakukan hubungan seksual. Mau kamu apa sih??”(sambil terus memaksa)
Luna : “ Tapi mas, Luna belum siap. Sekarang Luna belum siap mas. Tolong mas
mengerti.”
Karena Luna tetap tidak mau melakukan hubungan seksual dengan Syeh Muji akhirnya syeh
Muji jadi naik darah dan menyulutkan puntung rokok ke badan Luna.
Syeh Muji terus memaksa Luna, namun ia tak mau melakukan hubungan seksual dengan
Syeh Muji. Karena depresi dan ketakutannya, Luna diam-diam kabur dan pulang ke rumah
orang tuanya.
BABAK 5
Sesampainya di rumah, terlihat ibu Luna sedang duduk di teras rumah bersama bidan Vera
tetangganya.
Luna : “Assalamualaikum..”
Ibu : “Waalaikumsalam..ee Luna..bagaimana kabarmu nak? Wah ibu kangen
sekali dengan Luna.”
Bidan Vera : “Wah pulang kampung yah lun..bagaimana kamu sehat?”
Luna : “Alhamdulillah sehat bu bidan..”
Ibu : “Wah tapi kenapa kamu pulang Lun? Tidak terjadi apa-apa kan antara kamu
dan Syeh Muji?”
Luna : “Ndak ko bu..Luna cuma ingin bertemu dengan ibu dan bapak..”
Bidan Vera : “Oya Lun, kalau saya boleh memberi nasihat, kamu sebaiknya jangan hamil
dulu. Masalahnya usia kamu masih sangat muda untuk hamil. Alat
reproduksi kamu pasti belum siap.”
Luna : “Iya bu bidan.. Luna juga pengennya seperti itu tapi mas Muji kepengin
cepat-cepat punya anak bu. Luna harus bagaimana ya bu?”
Bidan Vera : “Ya kamu harus terus berusaha memberikan pengertian. Ngomong yang
baik sama suami kamu. Soalnya banyak bahaya yang harus dihadapi untuk
anak remaja yang hamil. Selain organ reproduksi yang belum siap untuk
menerima kehamilan juga bisa menyebabkan kejadian yang fatal seperti
bisa terjadi keguguran, rahim yang sobek juga bisa menyebabkan
kematian.”
Luna : “Memang bisa seperti itu ya bu?”
Bidan Vera : “Iya Luna, soalnya kamu masih tergolong masa remaja sedangkan masa
yang paling baik untuk kehamilan itu dari umur 20 sampai 35 tahun. Jadi
kalau bisa kamu menunggu 5 tahun lagi saja, Lun?”
Luna : “Iya, bu. Luna tau tapi Luna masih bingung bagaimana caranya
memberitahu suami Luna. Ibu bisa ndak membantu Luna?”
Bidan Vera : “Bisa, Lun. Kalau ada waktu kamu datang saja ke rumah ibu bersama
dengan suami kamu. Nanti ibu akan membantu kamu menjelaskan bahaya
kehamilan pada remaja dengan suami kamu. Mudah-mudahan suami kamu
nanti bisa mengerti.”
Luna : “Iya, bu. Terima Kasih ya bu. Luna senang sekali ibu mau membantu
Luna.”
Bidan Vera : “Sama-sama Luna. Itu sudah menjadi tanggung jawab ibu untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada kamu dan suami kamu.”
Satu minggu kemudian Luna datang bersama Syeh Muji ke rumah bidan Vera. Bidan Vera
dengan senang hati memberikan penkes kepada pasangan suami istri tersebut mengenai
bahaya kehamilan pada usia dini. Akhirnya setelah mendapat penjelasan dari bidan Vera,
Syeh Muji mau menerima bahwa kehamilan pada remaja itu membahayakan baik bagi sang
ibu ataupun bagi janinnya. Dan syeh Muji memutuskan untuk menunggu sampai umur Luna
20 tahun.