Download - Dona Yuliyanti Eklampsia
Eklampsia
Dona Yuliyanti
10.2011.442 – A1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat
Pendahuluan
Eklampsia dan pre-eklampsia dulunya dikenal dengan istilah toksemia gravidarum, karena
diperkirakan adanya racun dalam aliran darah. Namun istilah ini sudah tidak dipakai lagi
karena mencakup berbagai penyakit hipertensif dalam kehamilan dengan etiologi berbeda-
beda. Di Indonesia eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu dan perinatal yang
tinggi. Oleh karena itu, diagnosis dini pre-eklampsia perlu dilaksanakan untuk menurunkan
angka mortalitas ibu dan anak.
Anamnesis
Sebelum melakukan pemeriksaan yang melibatkan sesuatu tindakan fisik terhadap pasien,
dokter haruslah terlebih dahulu melakukan anamnesis. Anamnesis adalah pengambilan
riwayat kesehatan dari seorang pasien yang merupakan informasi yang diperoleh dokter
dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu, dan pasien dapat memberikan jawaban yang
sesuai. Sekiranya pasien berada di dalam keadaan yang mengakibatkan dia sukar untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan, seorang dokter mampu menggunakan alloanamnesis,
cara menanyakan tertentu kepada orang yang terdekat pada pasien dalam tujuan untuk
mengobati pasien. Anamnesis merupakan suatu proses yang amat penting dalam
mendapatkan diagnosis yang tepat.
Seorang dokter biasanya akan berusaha memperoleh informasi:
Identitas Pasien
o Nama/Kelamin/Umur
o Perkawinan
o Alamat
o Pekerjaan/pendidikan terakhir
o Suku bangsa
1
Keluhan yang harus ditanya berkaitan :
Haid
o Kapan hari pertama haid terakhir
o Umur terjadinya menarche
o Haid teratur atau tidak teratur
o Berapa lama
o Nyeri semasa haid
Tanyakan mengenai gejala kehamilan
o Tidak ada menstruasi
o Payudara penuh atau nyeri tekan
o Frekuensi berkemih yang sering
o Pemeriksaan kehamilan dengan pengujian serum atau urine untuk beta human
chorionic gonadotropin (hCG)
Kehamilan
o Berapa kali hamil
o Komplikasi pada kehamilan terdahulu
o Pernah terjadi keguguran atau tidak, berapa kali dan pada umur berapa ketika
terjadi.
Persalinan
o Persalinan ke berapa
o Cara persalinan terdahulu (jika Sectio Caesarea apakah alasannya)
Riwayat Perkawinan
o Berapa kali bernikah
o Pernikahan sekarang sudah berapa lama.
Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
o Jumlah Saudara
o Status Ekonomi Keluarga
o Kondisi Rumah
Riwayat ginekologis dahulu
Hal-hal yang harus ditanyakan menjurus kepada keadaan pre-eklampsia berat:
2
o Apakah ada gejala-gejala disfungsi sistem saraf pusat, seperti sakit kepala berat
yang menetap, penglihatan kabur.
o Apakah ada gejala peregangan kapsul hati, misal nyeri epigastrium menetap.
Pertanyaan untuk menyingkirkan penyebab lain:
o Apakah sebelum hamil pasien memiliki riwayat hipertensi?
o Apakah pasien memiliki riwayat epilepsi?
o Apakah pasien pernah mengalami trauma kepala?
o Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit serebrovaskular?
o Apakah pasien memiliki riwayat tumor serebri atau meningitis maupun ensefalitis
Pemeriksaan Fisik1
1. Tekanan darah
Pada masa pertengahan kehamilan, hasil pemeriksaan mungkin lebih rendah pada
keadaan tidak hamil. Hipertensi dalam kehamilan bisa dibagi ke dalam beberapa
klasifikasi yaitu:2
Hipertensi gestasional
Bila tekanan darah sistolik (TDS) ≥140mmHg dan tekanan darah diastolic (TDD) ≥90
mmHg, yang pertama terjadi setelah minggu ke-20 dan tanpa proteinuria.
Hipertensi kronis
Bila TDS ≥ 140 mmHg dan TDD ≥90 mmHg sebelum kehamilan, sebelum minggu
ke-20 dan setelah kelahiran minggu ke-12.
Pre-eklampsia
Bila TDS ≥ 140mmHg dan TDD ≥ 90 mmHg setelah minggu ke-20 dan dengan
proteinuria.
2. Tinggi badan dan berat badan
Data ini digunakan untuk mengukur Body Mass Index (BMI). Penurunan berat badan
trimester pertama tidak boleh lebih dari 5% dari berat badan prapartum. Bila ditemukan
keadaan dimana terdapat penurunan berat badan lebih dari 5% maka diduga ibu hamil
mengalami hiperemesis gravidarum.
3. Inspeksi
- Wajah
Adakah pada muka pucat atau merah. Memeriksa pada wajah apakah ada kloasma
atau bercak-bercak kecoklatan pada wajah atau tidak. Diperiksa apakah ada udema
3
pada wajah pada usia kehamilan diatas 24 minggu karena dapat merupakan pertanda
adanya hipertensi gestasional. Periksa mata apakah ada tanda-tanda anemia pada
keamilan atau tidak.
- Leher
Apakah terdapat pembesaran tyroid atau kelenjar limfe
- Dada
Bentuk payudara, pada inspeksi ditemukan pola vena yang terlihat jelas, puting dan
areola tampak lebih gelap dan kelenjar montgomeri tampak lebih menonjol. Selama
kehamilan bila dilakukan palpasi pada payudara maka terdapat nyeri tekan dan teraba
nodul atau benjolan. Dan dapat juga dipijat pada putting susu untuk melihat apakah
ada kolustrum yang keluar atau tidak.
- Perut
Perlu diperhatikan bentuk, pembesaran, pergerakan pernapasan, kondisi kulit (tebal,
kriput dan striae), jaringan parut operasi.
- Vulva
Keadaan perineum, varises atau condyloma.
4. Palpasi
Tujuan pemeriksaannya ialah untuk menentukan :
- Besarnya rahim dan dengan ini bisa menentukan umur kehamilan.
- Menentukan letak anak dalam rahim.
Sebelum dilakukan, kandung kemih dikosongkan terlebih dahulu, karena kandung kemih
yang penuh akan teraba seperti kista. Jikalau perlu pasien disuruh buang air kecil terlebih
dahulu. Beritahu pasien bahwa perutnya akan diperiksa sehingga perut pasien tidak
menegang dan bernapas biasa, kedua tungkai ditekuk sedikit dan pasien disuruh bernapas
dalam. Cara melakukan palpasi ialah menurut Leopold yang terdiri dari 4 bagian :
1. Leopold I
Pasien tidur telentang dengan lutut ditekuk
Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien menghadap kearah kepala pasien
Uterus dibawa ketengah (kalau posisinya miring)
Dengan kedua tangan tentukan tinggi fundus
Dengan satu tangan tentukan bagian apa dari anak yang terletak dalam fundus
(Kepala berbentuk bulat, keras dan ada ballottement. Bokong konsistensinya
4
lunak, tidak begitu bulat dan tidak ada ballottement. Pada letak lintang, fundus
kosong)
Gambar 1: Leopold I
2. Leopold II
Posisi pasien dan pemeriksa tetap.
Kedua tangan pindah kesamping uterus.
Dengan kedua belah jari-jari uterus ditekan ketengah untuk menentukan dimana
letak punggung anak : kanan atau kiri. (Punggung anak memberikan tahanan
terbesar)
Pada letak lintang dipinggir kanan kiri uterus terdapat kepala atau bokong.
Gambar 2: Leopold II
3. Leopord III
Posisi pasien dan pemeriksa tetap.
Pemeriksa memakai satu tangan menentukan apa yang menjadi bagian bawah
(kepala atau bokong).
5
Bagian bawah coba digoyangkan, apabila masih bisa, berarti bagian tersebut
belum terpegang oleh panggul. (bagian terbesar kepala belum melewati pintu atas
panggul).
Gambar 3: Leopold III
4. Leopold IV
Posisi pasien tetap, pemeriksa menghadap kearah kaki pasien.
Dengan kedua belah tangan ditentukan seberapa jauh kepala masuk kedalam
panggul.
Bila posisi tangan konvergen, berarti baru sebagian kecil kepala masuk panggul.
Bila posisi tangan sejajar, berarti separuh dari kepala masuk kedalam rongga
panggul.
Bila posisi tangan divergen, berarti sebagian besar kepala sudah masuk panggul.
Leopold 4 tidak dilakukan kalau kepala masih tinggi.
Gambar 4: Leopold IV
6
Diraba dari luar :
Akhir bulan ke-3 (12 mg) F.U 1-2 Jari diatas symphisis
Pertengahan antara sympisis dengan pusat = 16 mg
3 jari dibawah pusat = 20 minggu
½ pusat – procesus xympoideus = 32 Minggu
Sampai arcus costa atau 3 jari dibawah proc. Xympoideus = 36 minggu
½ pusat – procesus xympoideus = 40 Minggu
Gambar 5
5. Auskultasi
Dilakukan dengan menggunakan stetoskop fetal heart detector (Doppler). Pada auskultasi
bisa didengar bermacam bunyi :
- Dari anak : bunyi jantung, bising tali pusat, gerakan anak.
- Dari ibu : bising a. uterina, bising aorta, bising usus.
Bunyi jantung anak dengan Doppler dapat didengar sejak umur kehamilan 12 minggu
sedang dengan stetoskop baru didengar pada umur kehamilan 26 minggu. Frekuensi
7
bunyi jantung anak antara 120 - 140 per menit. Frekuensi jantung orang dewasa antara
60-80 per menit.
Gambar 6: Stetoskop fetal heart detector (Doppler).
6. Pemeriksaan GCS
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien
terhadap rangsangan yang diberikan.
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata ,
bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang
angka 1 – 6 tergantung responnya.
Eye (respon membuka mata) :
- (4) spontan
- (3) dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
- (2) dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku
jari)
- (1) tidak ada respon
Verbal (respon verbal) :
- (5) orientasi baik
- (4) bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-ulang) disorientasi
tempat dan waktu.
- (3) kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun
tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
- (2) suara tanpa arti (mengerang)
- (1) tidak ada respon
Motor (respon motorik) :
- (6) mengikuti perintah
8
- (5) melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
- (4) withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus
saat diberi rangsang nyeri)
- (3) flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).
- (2) extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan
jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
- (1) tidak ada respon
Pemeriksaan Penunjang
Test Diagnostik Penjelasan
Hemoglobin dan
hematokrit 1
Peningkatan Hb dan Ht berarti :
1. Adanya hemokonsentrasi yang mendukung diagnosis PE
2. Menggambarkan beratnya hipovolemia
3. Nilai ini akan menurun bila terjadi hemolisis
Morfologi sel darah
merah pada apusan
darah tepi 1
Untuk menentukan :
adanya mikroangiopatik hemolitik anemia - Morfologi
abnormal eritrosit : schizocytosis dan spherocytosis
Trombosit 2 Trombositopenia menggambarkan Preeklampsia berat
Protein dalam urin 3 Dalam urin terdapat protein menggambarkan eklampsia
Kreatinin serum Asam
Urat serum Nitrogen
Urea Darah (BUN)
Peningkatan menggambarkan :
Beratnya hipovolemia
Tanda menurunnya aliran darah ke ginjal
Tanda Pre eklampsia berat
Transaminase serum
Peningkatan Transaminase serum menggambarkan gangguan fungsi
hepar
9
Lactic Acid
Dehidrogenase (LDH)
Menggambarkan adanya hemolisis
Albumin serum dan
faktor koagulasi Menggambarkan kebocoran endotel dan kemungkinan koagulopati
Tabel 1: Pemeriksaan Laboratorium pada Wanita hamil
Working Diagnosis (Eklampsia)3
Eklampsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan preeclampsia yang tidak
dapat disebabkan oleh hal yang lain. Kejangnya bersifat grand mal dan mungkin timbul
sebelum, selama atau setelah persalinan. Daripada anamnesis dan pemeriksaan dapat
ditegakkan bahawa pasien menderita eklampsia.
Differential Diagnosis
Penyakit Eclampsia Chronic
Hypertension
Epilepsy
Riwayat Hipertensi - + -
Hipertensi + + -
Kejang + - +
Nyeri kepala + + +/-
Takikardia + + +/-
Udema + +/- -
Proteinuria + - -
Gangguan
Penglihatan
+ +/- -
Tabel 2: Diagnosis Banding Eklampsia
10
Epidemiologi
Di usia kehamilan eklampsia terjadi pada satu dari 2.000 kelahiran, di negara miskin dan
menengah terjadi 1 dari 100 dan 1 dari 1.700 kelahiran. Eklampsia menyebabkan 50.000
kematian/tahun di seluruh dunia, 10% dari kematian maternal.
Etiologi
Sehingga kini penyebab pasti dari eklampsia masih belum diketahui. Namun ada beberapa
teori yang kontraversial mencoba menjelaskan perkiraan dari kelainan yang terjadi yang
disebut sebagai the diseases of theory.
Teori-teori tersebut antara lain:
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan.
Pada PE-E didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan
produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi
penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin.
Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi
trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga
terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
2. Peran Faktor Imunologis.
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada
kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen placenta tidak sempurna, yang
semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.
Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem imun
pada penderita PE-E:
a) Beberapa wanita dengan PE-E mempunyai komplek imun dalam serum.
b) Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada
PE-E diikuti dengan proteinuri.
Stirat (1986) menyimpulkan meskipun ada beberapa pendapat menyebutkan bahwa
sistem imun humoral dan aktivasi komplemen terjadi pada PE-E, tetapi tidak ada
bukti bahwa sistem imunologi bisa menyebabkan PE-E.
3. Peran Faktor Genetik/Familial
11
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian PE-E antara
lain:
a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.
b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi PE-E pada anak-anak dari
ibu yang menderita PE-E.
c. Kecendrungan meningkatnya frekwensi PE-E pada anak dan cucu ibu hamil
dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka.
4. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS)
Faktor Resiko
Primigravida
Partner laki yang pernah menikah wanita yang kemudian hamil dan mengalami
preeclampsia
Pemaparan terbatas terhadap sperma
Inseminasi donor dan donor oocyte
Mola Hidatidosa
Kehamilan multiple
Infeksi saluran kencing pada kehamilan
Hydrops fetalis
Riwayat pernah preeclampsia
Obesitas
Patofisiologi
Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis pre-eklampsia. Vasokonstriksi menimbulkan
peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga
akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel,
kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain itu Hubel
mengatakan bahwa adanya vasokonstriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya
penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta.
Hipoksia/ anoksia jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses
hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan
demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel Peroksidase lemak adalah hasil proses
oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak
merupakan radikal bebas. Apabila keseimbangan antara peroksidase terganggu, dimana
12
peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akan timbul keadaan yang disebut stess
oksidatif. 4
Pada pre-eklampsia serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber
terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung
transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat.
Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak
ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan
mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan
mengakibatkan antara lain:
a) adhesi dan agregasi trombosit
b) gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma.
c) terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat dari rusaknya
trombosit.
d) produksi prostasiklin terhenti.
e) terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan.
f) terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak.
Gambar 7: Patofisiologi Eklampsia
13
Manifestasi Klinis
Eklampsia dapat terjadi saat antepartum, intrapartum atau postpartum (48 jam postpartum).
Eklampsia paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin sering
mendekati aterm. Terdapat 4 fase eklampsia: 4
1. Premonitory stage
Gejala seperti preeklampsia berat.
2. Tonic stage
Serangan kejang biasanya dimulai disekitar mulut dalam bentuk kedutan-kedutan
(twitching) wajah. Setelah beberapa detik, seluruh tubuh menjadi kaku dalam suatu
kontraksi otot generalisata. Fase ini dapat menetap selama 15 sampai 20 detik.
3. Clonic stage
Mendadak rahang mulai membuka dan menutup secara kuat, dan segera diikuti oleh
kelopak mata. Otot-otot wajah yang lain dan kemudian semua otot melakukan
kontraksi dan relaksasi bergantian secara cepat. Secara bertahap gerakan otot menjadi
lebih lemah dan jarang sampai akhirnya tidak bergerak. Sepanjang serangan,
diafragma terfiksasi dan pernapasan tertahan. Selama beberapa detik, akan menjadi
seolah-olah sekarat akibat henti napas, tetapi kemudian ia menarik napas dalam,
panjang dan berbunyi lalu kembali bernapas. Fase ini dapat berlangsung selama satu
menit.
4. Stage of coma
Ia kemudian mengalami koma dan tidak akan mengingat serangan kejang tersebut
maupun kejadiaan sesaat sebelum atau sesudah bangkitan kejang. Namun, seiring
waktu ingatan itu akan pulih kembali.
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan eklampsia:
Untuk menghentikan dan mencegah kejang
Pengelolaan airway, breathing, circulation
Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi
Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin
Melahirkan janin pada saat yang tepat dengan cara persalinan yang tepat
14
Medikamentosa
Secara umum dapat disimpulkan penangan pasus eklamsia adalah sebagai berikut:
Hindari dari trauma saat kejang.
Monitor kebutuhan oksigen ibu dan janin.
Beri oksigen 8-10 L/menit.
Monitor oksigenasi dan status metabolik dengan transcutaneous pulse oximetry atau
dengan pemeriksaan gas darah arteri.
Minimalisasi aspirasi.
- Posisi lateral decubitus sinistra
- Hisap bahan lambung dan sekret oral
- Lakukan pemeriksaan x-ray dada setelah kejang untuk melihat apakah terjadi
aspirasi atau tidak.
Pemberian MgSO4 untuk mencegah kejang berulang.
Kontrol hipertensi dengan obat antihipertensi jika tekanan diastolik >110 mmHg
Jika terjadi intoksikasi diberikan antidotum kalsium glukonat 1 gr dalam larutan 10%
secara perlahan.
Segera lakukan persalinan.
Anti Kovulsi
o Magnesium sulfat, MgSO4 (obat pilihan) 5
- Mekanismenya kejang berulang adalah kontroversial tetapi efektif dan
mempertahankan aliran darah rahim dan janin dengan menghambat pelepasan
asetilkolin dan mempunyai efek langsung pada otot rangka berdasarkan efek
kompetitif antagonis dengan kalsium.
- Diberikan baik IV dan IM. Rute intravena lebih disukai daripada rute IM
karena administrasi lebih mudah dikontrol dan waktu untuk tingkat terapeutik
yang lebih pendek. Intramuskular magnesium sulfat cenderung lebih
menyakitkan dan kurang nyaman. Diberikan IV 2 gr secara perlahan
dilanjutkan (1-2 gr)/jam/infus.
- Lanjutkan pemberian hingga 24 pascapersalinan.
- Baringkan pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi isi lambung.
- Semua pemberian dengan syarat frekuensi nafas minimal 16/menit. Refleks
patella +, urin minimal 30 ml/jam. Tidak terpenuhi – dihentikan.
o Diazepam
15
- Jika MgSO tidak tersedia
- Resiko depresi nafas janin karena dapat bebas melintasi plasenta dan
berakumulasi dalam sirkulasi janin.
- Dosis awal 10 mg IV secara perlahan selama 2 menit, jika kejang berulang
ulangi dosis awal.
- Dosis konservatif diberikan 40 mg dalam 500 ml Ringer Laktat per infus.
- Depresi nafas ibu boleh terjadi jika dosis >30 mg/jam. Jangan berikan 100
mg/24 jam.
- Jika IV tidak memungkinkan per rektal boleh diberi dengan dosis 20 mg
dalam semprit tanpa jarum,
- Jika masih tidak dapat diatasi ± 10 menit beri tambahan 10 mg/jam
(bergantung pada berat badan pasien & respon klinik)
Anti Hipertensi
Metildopa (obat pilihan) 5
- Menurunkan resistensi vascular tanpa banyak mempenaruhi frekuensi & curah
jantung.
- Obat ini masih merupakan pilihan utama pada hipertensi dalam kehamilan karena
terbukti aman untuk janin.
- Dosis maksimal yaitu 3 g per hari.
- Efek samping yang paling sering adalah sedasi,hipotensi, pusing, mulut kering
dan sakit kepala, jarang terjadi anemia hemolitik, trombositopenia.
- Penghentian mendadak dapat menyebabkan fenomena rebound berupa
peningkatan tekanan darah mendadak.
- Pemberian besi bisa mengurangi absorbsi
Komplikasi
Pada Ibu
o Solusio plasenta.
Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi
pada pre-eklampsia.
o Hipofibrinogenemia.
o Hemolisis.
Penderita dengan pre-eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik
hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini
16
merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis
periportal hati yang sering ditemukan pada penderita autopsi penderita eklampsia
dapat menerangkan ikterus tersebut.
o Perdarahan otak.
o Kelainan mata.
Kehilangan penglihatan untuk sementara bisa terjadi selama seminggu.
Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina akan terjadinya apopleksia serebri.
o Edema paru-paru.
o Nekrosis hati.
Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia-eklampsia merupakan akibat
vasopasmus arteriol umum.
o Sindroma HELLP, yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
o Kematian Ibu atau janin
o Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra-uterin.
Pada Anak
o Prematuritas
o Gawat janin
o IUGR (Intra.Uterine Growth Retardation)
o Kematian janin dalam rahim
Pencegahan
Pemeriksaan prenatal, antenatal dan postnatal yang teratur dan bermutu serta teliti,
mengenali tanda-tanda sedini mungkin.
Ubah gaya hidup yang sehat.
Nutrisi yang adekuat dan diet yang seimbang pada prenatal dan antenatal.
Suplemen.
Prognosis
Prognosis baik dengan penanganan yang cepat dan betul. Namun dapat terjadi pada
kehamilan akan datang.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan tersebut dengan gejala klinik berikut
dapat ditegakkan bahwa pasien ini menderita Eklampsia.
17
Daftar Pustaka
1. Bickley. Lynn S. Mengkaji wanita hamil. Dalam: Buku saku Pemeriksaan Fisik &
Riwayat Kesehatan Bates. Edisi ke-5. Jakarta: EGC, 2008. Hal 351-64.
2. Cunningham. F. Gary, Gabt. Norman F., Leveno. Kenneth J. dkk. Gangguan Hipertensi
dalam kehamilan. Dalam: Obstetri Williams. Edisi ke-21. Jakarta:EGC, 2006. Hal 624-
72.
3. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Preeklampsia dan
Eklampsia. Dalam: Kapita selekta kedokteran jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta: FKUI, 2009.
Hal. 270-73.
4. Fauci, Braunwald, kasper, et al. Medical Disorders during Pregnancy. Harrison’s
Principles of Internal Medicine. 17th Ed. Vol I. United State of America. Mc-Graw Hill;
2008: 44-6.
5. Katzung, B. Susan, J.Anthony. Antihypertensive Agent. Basic And Clinicak
Pharmacology. International 11th Ed. Singapore. Mc-Graw Hill; 2009: 167-90.
18