Download - Edit Proposal
-
7/31/2019 Edit Proposal
1/31
1
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang
Energi merupakan komponen penting bagi kelangsungan hidup manusia
karena hampir seluruh aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung pada
ketersediaan energi yang cukup. Energi yang digunakan saat ini umumnya masih
sangat tergantung pada bahan bakar fosil karena bahan bakar fosil mampu
memenuhi kebutuhan energi manusia dalam skala besar. Akan tetapi seiring
semakin meningkatnya populasi manusia dengan penggunaan energi yang
semakin bertambah, cadangan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan gas
alam sebagai sumber energi utama juga semakin menipis (Susilaningsih et al.,
2008).
Meskipun saat ini minyak masih akan tersedia, Rifkin (2002) meramalkan
bahwa persaingan atas kebutuhan minyak dalam satu atau dua dekade selanjutnya
akan mengarah pada krisis energi skala global seperti yang terjadi di awal tahun
1970-an. Kendatipun produksi bahan bakar fosil tidak mencapai krisis
internasional, banyak negara (terutama negara yang menandatangani perjanjian
Kyoto), menanggapi persoalan peningkatan karbon dioksida secara serius dan
sedang melakukan langkah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang berasal
dari pembakaran bahan bakar fosil (Logan, 2004). Kecemasan akan perubahan
iklim dan peningkatan kebutuhan sumber daya energi menuntut manusia untuk
segera mencari, mengoptimalkan dan menggunakan sumber-sumber energi
alternatif.
Alternatif yang dapat digunakan untuk menghadapi tuntutan global adalah
pemanfaatan sumber energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan
-
7/31/2019 Edit Proposal
2/31
2
(sustainable / renewable energy). Setelah krisis energi minyak di era tahun 1970-
an, beberapa negara telah memulai program pengembangan teknologi renewable
energy untuk menurunkan ketergantungan akan impor bahan bakar minyak
(Haryati, 2006). Di antara beragam teknologi renewable energy, fuel cell
merupakan salah satu contoh teknologi yang dapat menghasilkan sumber energi
alternatif yang bersih dan memiliki prospek untuk dikembangkan. Fuel cell
menghasilkan energi dalam bentuk energi listrik melalui reaksi oksidasireduksi
berdasarkan prinsip elektrokimia (Lin, 1999).
Fuel cell yang dikenal selama ini umumnya memanfaatkan hidrogen murni
sebagai bahan bakar memiliki keuntungan karena mengonversi energi kimia
secara langsung menghasilkan energi listrik. Hal ini berbeda dengan teknologi
berbasis pembakaran bahan bakar fosil yang tidak efisien karena proses konversi
energi terjadi secara tidak langsung melalui berbagai tahapan untuk menghasilkan
energi listrik. Oleh karena itu, fuel cell merupakan teknologi yang bersih dengan
menghilangkan emisi dari polutan kimia (Goswami dan Kreith, 2008).
Menurut beberapa penelitian yang pernah dilakukan, diketahui bahwa
energifuel cell tidak selalu harus bersumber dari hidrogen murni, melainkan juga
dapat bersumber dari zat-zat lain yang mengandung hidrogen atau menghasilkan
elektron (Sidharta et al., 2007). Teknologi fuel cell yang marak dikembangkan
saat ini adalah fuel cell berbasis biologi menggunakan biokatalis untuk
mengonversi energi kimia dari suatu bahan bakar yang terdegradasi menjadi
energi listrik (Penev et al., 2008). Fuel celljenis ini dibagi menjadi dua ketegori,
yaituMicrobial Fuel Cell (MFC) dan enzymatic fuel cell (Shukla et al., 2004).
-
7/31/2019 Edit Proposal
3/31
3
MFC mengonversi energi kimia yang terkandung dalam bahan organik
maupun anorganik menjadi energi listrik melalui aktivitas katalitik (metabolisme)
mikroorganisme anaerob (Schroder, 2008). MFC telah diteliti secara intensif
dalam beberapa tahun terakhir karena menawarkan solusi berkelanjutan bagi
penginderaan jarak jauh serta sejalan dengan pengendalian polusi dan produksi
energi (Wang et al., 2012).
Pada dasarnya, berbagai bentuk bahan organik dapat digunakan sebagai
substrat MFC seperti glukosa (Liu dan Logan, 2004), pati (Min dan Logan, 2004),
asam lemak (Liu et al., 2005), asam amino dan protein (Logan et al. 2005), air
limbah dari manusia dan hewan (Liu et al. 2004), maupun sedimen organik dan
anorganik (Reimers et al., 2001).
Penggunaan sedimen laut sebagai substrat merupakan suatu terobosan
teknologi MFC yang dikenal dengan nama sediment microbial fuel cell (SMFC),
dimana Reimers et al. (2001) pertama kali mendemonstrasikan bahwa komunitas
mikroba yang secara alami terdapat dalam sedimen laut dapat menghasilkan
listrik. Selain itu, kandungan bahan organik yang cukup besar pada sedimen laut
menjadikan umur penggunaan sedimen laut sebagai substrat MFC akan sangat
lama (Shantaram et al., 2005).
Sedimen laut Teluk Kendari memiliki potensi besar untuk dijadikan
sebagai substrat dalam teknologi SMFC. Hal ini didasari oleh kondisi fisik
kawasan Teluk Kendari dengan karakteristik yang unik yaitu menyerupai suatu
estuaria (Apriyanto, 2007). Adanya aliran air tawar yang terjadi secara terus
menerus dari hulu sungai dan adanya proses gerakan air akibat pasang surut yang
mengangkut mineral-mineral, bahan organik, dan sedimen merupakan penunjang
-
7/31/2019 Edit Proposal
4/31
4
produktifitas perairan di wilayah estuaria (Supriadi, 2001). Hal ini menjadikan
sedimen laut Teluk Kendari berpotensi sebagai sumber energi alternatif dalam
teknologi SMFC.
Kajian pemanfaatan sedimen laut Teluk Kendari sebagai sumber energi
berkelanjutan (sustainable energy) merujuk pada penelitian-penelitian
sebelumnya yang telah mencoba berbagai jenis sedimen dalam pengembangan
SMFC ini, antara lain sedimen estuaria dari dekat Pantai Raritan USA dan
sedimen rawa asin dari Tuckerton USA (Reimers et al., 2001), sedimen laut
Pelabuhan Boston (Holmes et al., 2004), sedimen Teluk Delaware (Rezaei et al.,
2007), sedimen Danau Ilgam Seoul (Hong et al., 2008), sedimen Sungai Gongji
(Hong et al., 2010), sedimen Danau Hussain Sagar Hyderabad dan sedimen
Sungai Uppal Hyderabad (Mohan et al., 2009), sedimen Teluk Jakarta (Riyanto et
al., 2011), serta sedimen tambak udang (Firmansyah, 2011).
Teknologi SMFC selain menghasilkan energi listrik juga menjadi solusi
permasalahan lingkungan perairan yaitu telah dikembangkan sebagai teknologi
dalam pengolahan limbah hasil perikanan (You, 2009) dan mengurangi tingkat
pencemaran lingkungan perairan (Oh et al., 2010), serta digunakan sebagai
teknologi penurunan kadar akumulasi bahan organik pada sedimen tambak udang
(Firmansyah, 2011). SMFC sebagai teknologi baru proses percepatan penurunan
kadar akumulasi bahan organik pada sedimen laut Teluk Kendari belum pernah
dikembangkan, sehingga diharapkan dapat menjadi rujukan pengembangan SMFC
sebagai salah satu alternatif teknologi yang menjanjikan dalam pemecahan
masalah pengadaan sumber energi berkelanjutan (sustainable energy) sekaligus
menjadi solusi masalah sedimentasi di Teluk Kendari.
-
7/31/2019 Edit Proposal
5/31
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
a. Bagaimana karakteristik sedimen laut Teluk Kendari ?b. Berapa besar potensial listrik yang dapat dihasilkan oleh sedimen laut Teluk
Kendari melalui SMFC ?
c. Berapa besar penurunan kadar bahan organik sedimen laut Teluk Kendariyang menjadi substrat SMFC ?
C. Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini yaitu:
a. Mengetahui karakteristik sedimen laut Teluk Kendari ?b. Mengetahui besar potensial listrik yang dapat dihasilkan oleh sedimen laut
Teluk Kendari melalui SMFC ?
c. Mengetahui besar penurunan kadar bahan organik sedimen laut TelukKendari yang menjadi substrat SMFC ?
D. ManfaatManfaat yang diharapkan pada penelitian ini yaitu:
a. Memecahkan masalah lingkungan di perairan Teluk Kendari.b. Memecahkan masalah sumber energi alternatif berkelanjutan.c. Sebagai bahan rujukan untuk pengembangan penelitian bidang energi
terbarukan menggunakan metode sediment microbial fuel cell (SMFC).
II. TINJAUAN PUSTAKAA.Fuel cell
-
7/31/2019 Edit Proposal
6/31
6
Fuel cell didefinisikan sebagai suatu sel elektrokimia yang secara kontinu
dapat mengkonversi energi kimia dari suatu bahan bakar dan suatu oksidan
menjadi energi listrik (Kordesch dan Simader, 1996). Struktur fisik dasarfuel cell
terdiri dari suatu lapisan elektrolit yang terhubung dengan suatu anoda berpori dan
katoda pada sisi lain elektrolit. Elektrolit menghalangi pencampuran langsung
bahan bakar dan oksidan, serta membolehkan konduksi muatan ionik antara
elektroda-elektroda, dan transpor reaktan terlarut pada elektroda (Holland et al.,
2007). Struktur elektroda berpori, dimana porositas elektroda menambah bidang
elektroda yang aktif ratusan bahkan ribuan kali. Fakta ini sangat penting karena
reaksi elektrokimia berlangsung pada permukaan elektroda (Arsov dan
Georgievski, 2009).
Bahan bakar yang diisikan pada anoda dan oksidan yang diisikan pada
katoda dirangkaikan secara elektrokimia untuk membentuk arus dan voltase
(Leddy dan Fenton, 2005).Secara teori, berbagai zat yang dapat teroksidasi secara
kimia pada laju yang cukup di anoda fuel cell dapat digunakan sebagai bahan
bakar. Dalam pengertian yang sama, berbagai zat yang dapat direduksi di katoda
pada laju yang cukup dapat digunakan sebagai oksidan (Holland et al., 2007).
Secara praktik, hidrogen merupakan bahan bakar terbaik untuk kebanyakan
aplikasi fuel cell (Blomen dan Mugerwa, 1993). Representasi skema suatu fuel
cell dengan reaktan/produk berupa gas dan arah hantaran ion yang mengalir
melalui sel yaitu sebagai berikut (gambar 1).
-
7/31/2019 Edit Proposal
7/31
7
Gambar 1. Prinsip operasifuel cell (Larminie dan Dicks, 2003)
Untukfuel cell hidrogen/oksigen, bahan yang dimasukkan adalah hidrogen
(fuel) dan oksigen (oksidan), dimana energi kimia diubah secara langsung menjadi
energi listrik dan panas saat bahan bakar hidrogen bereaksi dengan oksigen di
udara. Air merupakan hasil samping tunggal dari reaksi. Reaksi elektrokimia
dasarfuel cell ditunjukkan sebagai berikut (Balkin, 2002).
Anoda :
Katoda :
(1)
Meskipun reaksi setengah-sel agak berbeda pada beberapafuel cell dengan
jenis yang berbeda, reaksi sel keseluruhan tetap sama seperti persamaan yang
ditunjukkan di atas. Adapun potensial dari suatu sel yang beroperasi umumnya
sekitar 0,70,8 V, dan biasanya terlalu kecil untuk aplikasi secara praktik karena
daya terbatas yang tersedia dari suatu sel tunggal (Subramanian, 2010). Oleh
karena itu untuk menggunakan fuel cell sebagai sumber energi secara praktik,
-
7/31/2019 Edit Proposal
8/31
8
sejumlah fuel cell tunggal harus dihubungkan secara seri (ditumpuk) untuk
memperoleh keluaran voltase yang lebih besar (Arsov dan Georgievski, 2009).
Saat ini berbagai jenisfuel cell telah diteliti dan dikembangkan yang
secara umum diklasifikasikan berdasarkan elektrolit yang digunakan. Berbagai
tipefuel cell dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenisfuel cell dan karakterisitiknya (Holland et al., 2007)
TipeFuel cell Elektrolit Suhu Operasi (C)
Alkaline (AFC) KOH 50250
Polymer Electrolyte Membran
(PEMFC)
Polimer 50100
Direct Methanol (DMFC) Membran polimer 50200
Phosphoric Acid (PAFC) H3PO4 200
Molten Carbonat (MCFC) KCO3 600
Solid Oxide (SOFC) ZrO2 5001000
Teknologifuel cell memiliki beberapa keuntungan yaitu:
1. Potensial untuk operasi dengan efisiensi tinggi (mencapai 50-70%).2. Emisi rumah kaca nol atau mendekati nol, dengan tingkat reduksi polusi
tergantung pada sistemfuel cell yang digunakan dan pilihan bahan bakar.
3. Sederhana dengan beberapa bahkan tanpa alat-alat penggerak sehinggaoperasinya tenang tanpa vibrasi dan memiliki reliabilitas tinggi.
4. Desain yang teramat dapat diskalakan.5. Pilihan suplai bahan bakar potensial yang beragam, dari etanol terbarukan
hingga produksi biomasa hidrogen.
-
7/31/2019 Edit Proposal
9/31
9
6. Kemampuan isi ulang dengan kecepatan yang hampir sama denganbaterai.
Keuntungan utama yang lain dari fuel cell dibandingkan dengan dengan
mesin berbasis pembakaran yaitu bahwasanya efisiensi fuel cell tidak ditentukan
dari ukuran alat, sehingga daya dengan efisiensi tinggi untuk alat elektronik
portable dapat terwujud, sedangkan skala kecil mesin berbasis pembakaran hanya
dapat mencapai efisiensi sistem 1015% (Mench et al., 2001).
Fleksibilitas tinggi darifuel cell menjadikan teknologi ini dapat digunakan
dalam berbagai aplikasi dari kebutuhan daya dengan ruang lingkup yang luas. Hal
ini merupakan keunggulan khas fuel cell dan aplikasi potensial fuel cell
melingkupi sistem beberapa watt hingga megawatt. Aplikasi fuel cell dapat
diklasifikasikan menjadi aplikasi mobile atau stationary. Aplikasi mobile terutama
melingkupi sistem transportasi dan peralatan elektronik portable, sedangkan
aplikasi stationary terutama melingkupi sistem gabungan panas dan daya untuk
keperluan pemukiman dan komersial (Holland et al., 2007).
1. Microbial Fuel Cell(MFC)Sebagai ganti produksi listrik secara tidak langsung dari material organik
yang secara biologi menghasilkan hidrogen, saat ini diketahui bahwa listrik dapat
dihasilkan secara langsung dari degradasi bahan organik dalam suatu microbial
fuel cell (MFC) (Min et al., 2005). MFC merupakan salah satu tipe dari fuel cell
berbasis biologi dengan menggunakan mikroba yang menggantikan fungsi dari
enzim, sehingga dihasilkan substrat yang lebih murah (Shukla et al. 2004).
MFC merupakan alat elektrokimia yang mengkonversi energi kimia yang
terkandung dalam bahan organik maupun anorganik menjadi energi listrik melalui
-
7/31/2019 Edit Proposal
10/31
10
bantuan aktivitas katalitik (metabolisme) dari organisme anaerob (Schroder,
2008). Prinsip MFC didasarkan oleh fakta bahwa setiap aktivitas metabolisme
yang dilakukan mikroba umumnya melibatkan pelepasan elektron bebas ke
medium (Madigan et al., 1997).
Suatu MFC biasanya terdiri dari dua ruang, dimana ruang yang satu
anaerob (anoda) dan ruang yang lain aerob (katoda). Substrat (bahan organik atau
biomasa) dioksidasi di anoda menghasilkan karbon dioksida dan proton serta
elektron, yang selanjutnya ditransfer ke elektroda. Dalam hal ini mikroorganisme
berperan sebagai biokatalis seperti pada fuel cell kimia. Di katoda, suatu oksidan
(biasanya oksigen) akan mengalami reduksi (Pham et al., 2006). Persamaan 2
(Angenent et al., 2004) menggambarkan proses dasar yang terjadi dalam sistem
MFC, dalam kasus substrat berupa glukosa.
Anoda :
Katoda :
(2)
Ada beberapa mekanisme transfer elektron dari bakteri menuju elektroda,
yaitu menggunakan mediator eksternal seperti tionin dan neutral red yang
biasanya mahal dan beracun sehingga untuk menghasilkan listrik dengan daya
yang besar dengan bahan yang murah dan aman, maka transfer elektron dalam
microbial fuel cell dilakukan secara langsung dari dinding bakteri ke anoda,
menggunakan mediator yang dihasilkan oleh bakteri (Rabaey dan Verstraete,
2005) dan menggunakan bakteri yang dapat menghantarkan listrik (Gorby et al.
2006). Prinsip kerja MFC secara umum dapat dilihat pada Gambar 2.
-
7/31/2019 Edit Proposal
11/31
11
Gambar 2. Prinsip kerja microbial fuel cell (Rabaey dan Verstraete, 2005)
Mikroorganisme memainkan peranan penting dalam biokonversi anaerob
dari suatu substrat menjadi energi. Dalam sistem MFC, tergantung pada
konfigurasi sistem serta maksud aplikasi yang dituju, katalis mikroba dapat berupa
kultur tunggal dan kultur campuran. Telah dilakukan beberapa penelitian yang
menjalankan sistem MFC dengan kultur tunggal di antaranya menggunakan
Shewanella putrefaciens, Pseudomonas aeruginosa, Geobacter sp., serta
Rhodoferax ferrireducens (Pham et al., 2006). MFC juga telah dijalankan pada
temperatur tinggi menggunakan bakteri termofilik seperti Bacillus licheniformis
atau Bacillus thermoglucosidasius (Chauduri dan Lovley, 2003).
Bioelektrokatalisis pada MFC kultur tunggal mengacu hanya pada aktivitas dari
satu kultur bakteri, sedangkan MFC yang beroperasi dengan kultur campuran
Bacterium Anoda Katoda
-
7/31/2019 Edit Proposal
12/31
12
ditentukan oleh interaksi dari keseluruhan komunitas mikroba yang disebut
dengan konsorsium yang aktif secara elektrokimia. Konsorsium mikroba yang
aktif secara elektrokimia umumnya banyak terdapat dari sedimen (laut dan danau)
maupun lumpur aktif dari rancangan pengolahan limbah (Pham et al., 2006).
MFC telah dibuat menggunakan berbagai material, dan sedang
dikembangkan dalam berbagai macam konfigurasi. Sistem ini telah dioperasikan
di bawah berbagai kondisi yang meliputi perbedaan suhu, pH, akseptor elektron,
luas permukaan elektroda, ukuran reaktor, dan waktu operasi (Logan et al., 2006).
Adapun berbagai kajian terakhir MFC dilakukan terhadap elektroda (Cheng et al.,
2006a), membran (Cheng et al., 2006
b), desain reaktor MFC (Liu dan Logan
2004), jenis bakteri yang digunakan dan jenis substrat yang digunakan (Lu et al.,
2009, Moon et al., 2006) serta kajian dari variasi parameter yang digunakan dalam
MFC (Liu et al. 2005). Adapun substrat organik (donor elektron) yang
dimanfaatkan pada anoda dalam sistem MFC bervariasi dari karbohidrat
sederhana seperti glukosa dan asetat, hingga senyawa kompleks seperti pati, air
limbah maupun sedimen organik dan anorganik (Schamphelaire et al., 2008).
2. Sediment Microbial Fuel Cell(SMFC)Penggunaan sedimen laut sebagai substrat merupakan suatu terobosan baru
teknologi MFC, dimana Reimers et al. (2001) pertama kali mendemonstrasikan
bahwa komunitas mikroba terdapat secara alami dalam sedimen laut yang dapat
menghasilkan listrik. SMFC terdiri dari suatu anoda nonkorosif dan konduktif
seperti batang grafit yang ditanam dalam suatu sedimen laut anaerob dan katoda
yang terbuat dari pelat grafit atau serat karbon (Hasvold et al., 1997), ditempatkan
dalam air oksigenasi. Dengan menempatkan satu elektroda pada suatu sedimen
-
7/31/2019 Edit Proposal
13/31
13
laut yang kaya akan bahan organik, sedangkan elektroda yang lain pada bagian
dalam air laut dengan oksigen, listrik dapat dihasilkan pada level yang cukup
untuk menjalankan beberapa alat kelautan (Reimers, et al., 2001 & Tender et al.,
2002). Proton yang dihantarkan melalui air laut dapat menghasilkan kerapatan
daya hingga 28 mW/m2. Sehingga salinitas air laut berperan pada SMFC yaitu
memberikan konduktivitas yang baik pada elektroda (Logan, 2008). Pada sistem
SMFC, bahan organik kompleks yang terkandung dalam sedimen dipecah oleh
berbagai enzim hidrolitik dan mikroorganisme fermentatif menjadi asetat dan
pendonor elektron yang lain seperti Geobacteraceae yang dapat mengoksidasi
bahan organik kompleks menjadi karbon dioksida dengan mentransfer elektron ke
anoda (Gambar 3).
Gambar 3. Mekanisme sistem SMFC
B. Fermentasi MikrobaFermentasi berasal dari kata ferment yang berarti enzim. Definisi dari
fermentasi adalah suatu proses yang bekerja berdasarkan kerja enzim. Fermentasi
-
7/31/2019 Edit Proposal
14/31
14
merupakan perubahan suatu senyawa maupun bahan organik melalui peristiwa
biologis yang dilakukan oleh mikroba atau enzim menjadi suatu produk baru
berstruktur fisik dan kimia yang memiliki nilai sama tinggi (Ginandjar, 1983).
Definisi lain menurut Prescott dan Dunn (1959), fermentasi adalah suatu proses
perubahan kimia yang dihasilkan dalam suatu substrat organik melalui kegiatan
rumit enzim-enzim dari mikroba. Adanya perubahan kimia oleh aktivitas enzim
yang dihasilkan oleh mikroba itu meliputi perubahan molekul-molekul kompleks
atau senyawa organik seperti protein, karbohidrat, maupun lemak menjadi
molekul-molekul yang lebih sederhana, mudah larut dan daya cerna yang tinggi
(Shurtleff dan Aoyagi, 1979).
Adanya proses fermentasi memiliki beragam manfaat diantaranya
menurut Shurtleff dan Aoyagi (1979), yaitu dapat mengubah molekul kompleks
menjadi molekul yang lebih sederhana dan mudah dicerna, mengubah rasa dan
aroma menjadi lebih baik. Selain itu produk hasil fermentasi akan menjadi tahan
lama dan dapat mengurangi senyawa racun yang dikandung sehingga nilai
ekonomi bahan dasarnya menjadi lebih baik (Saono, 1976).
C. Sedimen LautSedimen terbentuk dari erosi bebatuan seperti granit dan basal yang
menjadi partikel-partikel yang kemudian digerakkan oleh udara, air maupun es.
Oleh karena itu, sedimen dapat mengandung partikel yang berupa mineral maupun
fosil yang dapat ditemukan di dasar laut. Sedimen laut merupakan salah satu
sumber daya kelautan yang menyimpan berbagai kekayaan alam. Hasil analisis
memperlihatkan bahwa secara umum sedimen laut dunia menempati 70% dari
total wilayah bumi dan memiliki peran yang sangat penting terhadap siklus karbon
-
7/31/2019 Edit Proposal
15/31
15
dan nutrien mahluk hidup dan kehidupan di muka bumi ini (Rochelle et al.,1994).
Sedimen laut merupakan reservoir dari karbon organik yang besar dalam skala
global (Toffin et al;, 2004). Reimers et al. (2001) menyatakan bahwa sedimen
pada dasar benua (
-
7/31/2019 Edit Proposal
16/31
16
kecepatan yang lemah menyebabkan sebagian besar dari sedimen kemudian
mengendap (Triatmodjo, 1999).
Kecepatan endap butiran sedimen merupakan bagian dalam transport
sedimen terutama untuk sedimen tersuspensi. Sedimen non kohesif (misalnya
pasir) dalam analisa kecepatan endap merupakan fungsi dari bentuk dan ukuran
butiran (hukum stoke), namun jika material sedimen merupakan utiran kohesif
maka kecepatan endap dipengaruhi oleh konsentrasi sedimen tersuspensi, salinitas
dan diameter partikel (Salnuddin, 2005).
E. Kondisi Perairan Teluk KendariPerairan Teluk Kendari adalah perairan estuaria dimana pertukaran massa
airnya didominasi oleh pengaruh pasang surut. Secara morfometrik perairan teluk
ini terbagi atas dua bagian besar yakni Teluk Kendari bagian dalam (TKD) yang
relatif tertutup dan Teluk Kendari bagian luar (TK) yang relatif terbuka serta
berhubungan langsung dengan perairan Laut Banda. Pada bagian kepala teluk
bermuara tujuh sungai yaitu Sungai Mata, Sungai Mandonga, Sungai Wanggu,
Sungai Kambu, Sungai Anggoya, Sungai Puday dan Sungai Lapulu. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sedimentasi sangat signifikan terjadi pada periode
tahun 1970-an hingga saat ini di Teluk kendari. Pendangkalan teluk juga
diperlihatkan oleh laporan survei pada daerah aliran Sungai Wanggu (Tim
Unhalu, 1998 dalam Iswandi, 2003). Laju terangkutnya bahan sedimen ke teluk
sebesar 195.352 ton/tahun dengan laju sedimentasi alami lebih tinggi dari
sedimentasi akibat erosi (Salnuddin, 2005).
-
7/31/2019 Edit Proposal
17/31
17
III. METODE PENELITIANA. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu pada bulan
Agustus-Oktober 2012. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia
Anorganik, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi
Tenggara.
B. Alat dan Bahan1. Alat
Alat-alat yang digunakan meliputi peralatan untuk pengambilan sedimen
dan air laut yang terdiri dari ember, botol, kertas label dan sekop. Peralatan yang
digunakan dalam pembuatan rangkaian dan pengukuran potensial listrik SMFC
adalah gelas ukur 500 ml, multimeter, elektroda karbon grafit, resistor 820 5
% dan kabel N.Y.A ETERNA (1 x 2,5mm). Alat-alat yang digunakan untuk
karakterisasi sedimen meliputi konduktometer, oven, desikator, gelas kimia, labu
ukur, erlenmeyer, pipet ukur, gelas ukur, shaker incubator, spektronik 20D, dan
timbangan analitik.
2. BahanBahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan untuk treatment
elektroda pada rangkaian SMFC meliputi HCl 1N, NaOH 1N, akuades, dan air
tambak. Bahan-bahan yang digunakan untuk karakterisasi sedimen SMFC adalah
akuades, air bebas ion, air bebas ion yang bebas CO2, NaCl, KCl, HCl, larutan
ekstraksi Olsen 20 ml, karbon hitam, amonium asetat, kalium dikromat, larutan
standar 5000 ppm C, etanol 96%, pasir kuarsa bersih, filter pulp, larutan buffer pH
7,0 dan pH 4,0.
-
7/31/2019 Edit Proposal
18/31
18
C. Metode PenelitianPelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahap
pertama adalah penentuan tempat pengambilan sampel dan kondisi tempat
pengambilan sampel sedimen laut di Teluk Kendari (mengacu Ghangrekar et al.,
2006). Tahap kedua adalah karakterisasi sedimen laut Teluk Kendari (mengacu
Hong et al., 2009). Tahap ketiga adalah pembuatan rangkaian SMFC yang
mengacu pada penelitian Holmes et al. (2004). Tahap keempat adalah pengukuran
potensial listrik yang dihasilkan SMFC dengan menggunakan multimeter (Holmes
et al., 2004). Tahap kelima adalah karakterisasi substrat hasil dari proses
degradasi bahan organik melalui SMFC (Hong et al., 2009), sehingga dapat
dilihat adanya perubahan terhadap kadar akumulasi bahan organik pada sedimen
tambak udang tersebut.
1. Pengambilan SampelSampel yang menjadi substrat pada SMFC adalah sedimen laut Teluk
Kendari berupa lumpur sedimen yang diambil langsung dari area perairan Teluk
Kendari pada dua stasiun yang berbeda dengan penentuan area sampling melalui
metode Purposive Random Sampling. Pengambilan sedimen dilakukan pada dasar
perairan dengan kedalaman tertentu menggunakan sekop. Semua sampel sedimen
dan air laut, selanjutnya disimpan pada cool box agar suhu sampel terjaga untuk
kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengamatan (Firmansyah,
2011).
2. Karakterisasi SampelKarakterisasi sedimen laut yang berasal dari Teluk Kendari mengacu pada
penelitian Hong et al. (2010), yaitu analisis tekstur tanah, pH (H2O dan KCl),
-
7/31/2019 Edit Proposal
19/31
19
daya hantar listrik (DHL), jumlah karbon organik, jumlah nitrogen total, dan
fosfor tersedia (Firmansyah, 2011).
3. Pembuatan rangkaian SMFCElektroda yang digunakan untuk penyusunan SMFC adalah batang grafit
yang diperoleh dari baterai ukuran A. Sebelum digunakan, elektroda karbon
dinetralkan dengan perlakuan yang mengacu Holmes et al.(2004), antara lain :
1. Elektroda direndam dengan 1N HCl selama 1 hari kemudian dibilasdengan akuades.
2. Elektroda direndam dengan 1N NaOH selama 1 hari kemudian dibilasdengan akuades.
3. Elektroda direndam dengan akuades hingga saat akan digunakan.Masing-masing elektroda yang telah diberi perlakuan, dilubangi dengan
bor kemudian dihubungkan dengan kabel dengan menggunakan epoxy.
Keberhasilan hasil sambungan antara elektroda dengan kabel diuji dengan
mengunakan multimeter. Pengujian hasil perangkaian elektroda dan kabel dilihat
dari adanya resistansi dengan menggunakan multimeter.
Kegiatan pembuatan rangkaian SMFC mengacu pada penelitian Holmes et
al. (2004), sedimen laut Teluk Kendari dimasukkan ke dalam gelas piala hingga
ketinggian 3 cm, kemudian sebuah elektroda yang terbuat dari karbon berbentuk
silinder (anoda) ditutup dengan sedimen laut setinggi 2 cm. Selanjutnya air laut
sebanyak 400 ml dimasukkan ke dalam gelas piala dan didiamkan selama 24 jam
untuk untuk mengendapkan partikel-partikel sedimen laut. Pada hari berikutnya,
sebuah elektroda (katoda) ditempatkan pada air laut beberapa sentimeter dari
permukaan sedimen laut. Kabel dari anoda dan katoda dihubungkan dengan
-
7/31/2019 Edit Proposal
20/31
20
resistor dengan hambatan 820 5%. SMFC dioperasikan pada kondisi gelap
dan suhu ruang (Firmansyah, 2011). Rangkaian SMFC selengkapnya dapat dilihat
pada Gambar 3.
Gambar 3. Susunan SMFC
4. Pengukuran potensial listrik SMFCPengukuran potensial listrik dilakukan menggunakan multimeter, dimana
voltase sistem diukur setiap hari selama 20 hari. Rapat daya dihitung berdasarkan
persamaan ( ), dimana I (satuan Ampere) adalah arus listrik, V
(satuan Volt) adalah voltase, R (satuan Ohm) adalah hambatan, dan A adalah luas
permukaan elektroda (Oh dan Logan, 2007).
Pengukuran potensial listrik dilakukan dengan dua perlakuan yaitu
pengukuran terhadap kontrol dari masing-masing stasiun yaitu terhadap sedimen
laut dalam sistem SMFC tunggal, serta pengukuran potensial listrik terhadap
sedimen laut sistem SMFC bertumpuk yaitu sejumlah SMFC tunggal
dihubungkan secara seri (ditumpuk) (mengacu Oh dan Logan, 2007). Konversi
-
7/31/2019 Edit Proposal
21/31
21
current density diperhitungkan dengan membagi jumlah arus yang dihasilkan
terhadap luas permukaan anoda.
5. Karakterisasi Substrat SMFCAnalisis karakteristik substrat SMFC bertujuan untuk melihat perubahan
kandungan bahan organik pada sedimen laut Teluk Kendari yang digunakan
akibat proses dalam SMFC. Jenis analisis yang digunakan sama dengan analisis
karakterisasi sedimen laut yang meliputi analisis kandungan karbon organik,
nitrogen, fosfor, pengukuran pH, dan daya hantar listrik (DHL) (Hong et al.,
2010).
6. Prosedur PengujianPengujian yang dilakukan meliputi karakteristik sedimen laut Teluk
Kendari dan karakteristik substrat SMFC yang terdiri dari beberapa perlakuan.
Pengujian meliputi penentuan tekstur tanah metode pipet, pengukuran pH,
penentuan daya hantar listrik, penetapan C-organik Walkey & Black, penetapan
jumlah N Kjeldhal, dan penetapan P-tersedia Olsen.
6.1. Penentuan Tekstur Tanah dengan Metode Pipet (Sudjadi et al., 1997)Pengujian diwali dengan penimbangan 10 gram contoh tanah (
-
7/31/2019 Edit Proposal
22/31
22
Pemisahan pasir dilakukan dengan pengayakan suspensi tanah yang telah
diberi peptisator dengan ayakan 50 mikron sambil dicuci dengan air bebas ion.
Filtrat ditampung dalam silinder 500 ml untuk pemisahan debu dan liat. Butiran
yang tertahan ayakan dipindahkan dalam pinggan alumunium yang telah diketahui
bobotnya dengan air bebas ion. Selanjutnya dilakukan pengeringan dalam oven
pada suhu 105 , didinginkan dalam desikator, dan ditimbang (berat pasir = A
gram). Pemisahan debu dan liat dilakukan dengan pengenceran filtrat dalam
silinder menjadi 500 ml dan diaduk selama 1 menit. Setelah itu filtrat segera
dipipet sebanyak 20 ml kedalam pinggan alumunium. Kemudian filtrat
dikeringkan pada suhu 105 selama semalam, didinginkan dalam desikator, dan
ditimbang (berat debu + liat + peptisator = B gram).
Pemisahan liat dilakukan dengan pengadukan lagi selama 1 menit, lalu
dibiarkan selama 3 jam 30 menit pada suhu kamar. Suspensi liat dipipet sebanyak
20 ml pada kedalaman 5,2 cm dari permukaan cairan dan dimasukkan ke dalam
pinggan alumunium, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ,
didinginkan dalam desikator, dan ditimbang (berat liat + peptisator = C gram).
Penentuan jumlah pasir, debu, dan liat dilakukan berdasarkan perhitungan :
( )
( )
( )
() * ( )+
() * ( )+ * ( )+
() * ( )+ * ( )+
-
7/31/2019 Edit Proposal
23/31
23
Keterangan :
A = berat pasir
B = berat debu + liat + peptisator
C = berat liat + peptisator
6.2. Pengukuran pHPengukuran pH tanah dalam KCl dilakukan dengan penimbangan 20 gram
tanah yang dimasukkan ke dalam gelas piala. Kemudian ditambahkan 20 ml 1 N
KCl dan didiamkan selama 30 menit sambil diaduk beberapa kali. Penentuan pH
dengan menggunakan pH meter.
Pengukuran pH tanah dalam H2O dilakukan dengan penimbangan 20 gram
tanah kering yang dimasukkan pada gelas piala berukuran 50 ml, kemudian
ditambahkan 20 ml akuades dan didiamkan selama 30 menit sambil diaduk
beberapa kali. Pengukuran pH tanah dengan menggunakan pH meter.
6.3. Pengukuran Daya Hantar ListrikPenimbangan 10 gram contoh tanah ke dalam botol kocok, tambahkan 50
ml air bebas ion. Kemudian botol kocok selama 30 menit. Pengukuran DHL
suspensi tanah dilakukan dengan konduktometer yang telah dikalibrasi
menggunakan larutan baku NaCl dan dibaca setelah angka konstan. Nilai DHL
dilaporkan dalam satuan dS m
-1
.
6.4. Penetapan C-organik metode Walkey & BlackPenimbangan 0,5 gram tanah ukuran
-
7/31/2019 Edit Proposal
24/31
24
dingin dan diimpitkan. Keesokan harinya dilakukan pengukuran absorbansi
larutan jernih dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 561 nm. Sebagai
pembanding dibuat standar 0 dan 250 ppm, dengan memipet 0 dan 5 ml larutan
standar 5.000 ppm ke dalam labu ukur 100 ml dengan perlakuan yang sama
dengan pengerjaan sampel. Penetapan C-organik dilakukan perhitungan :
C-organik (%) = ppm kurva ml ekstrak 1000 ml-1
(100 x mg sampel-1
) fk
= ppm kurva 100 1000-1
100 500-1
fk
= ppm kurva 10 500-1 fk
Keterangan:
ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar
deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.
100 = konversi ke %
fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100% kadar air)
6.5. Penetapan N metode KjeldhalKe dalam labu Kjeldhal 25 ml dimasukan 0,5 gram tanah, selanjutnya
ditambahkan 1,9 gram campuran Se, CuSO4, dan NaSO4. Kemudian 5 ml H2SO4
pekat dan digoyangkan perlahan agar semua tanah terbasahi oleh H2SO4.
Campuran lalu ditetesi dengan paraffin cair sebanyak 5 tetes. Labu Kjeldhal
dipanaskan dengan api kecil kemudian secara bertahap api dibesarkan hingga
diperoleh cairan yang berwarna terang (hijau-biru). Selanjutnya ditambahkan air
sebanyak 50 ml dan dihomogenkan dengan cara digoyangkan. Setelah itu,
ditambahkan 5 ml NaOH 50%. Proses destilasi dimulai dan hasil destilat
ditampung dalam erlenmeyer yang berisi campuran 10 ml H3BO4 4% dan 5 tetes
indikator Conway. Destilasi dilakukan sampai isi destilasi mencapai 1000 ml.
-
7/31/2019 Edit Proposal
25/31
25
Hasil destilat dititrasi dengan HCl yang telah dibakukan sampai terjadi perubahan
warna dari hijau ke merah. Penetapan N ditentukan berdasarkan perhitungan :
Kadar N (%) = ()
6.6. Penetapan P-tersedia metode OlsenPenimbangan 1 gram tanah ukuran
-
7/31/2019 Edit Proposal
26/31
26
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto, H., 2007, Kebijakan Pengelolaan Teluk Berbasis Daerah Aliran Sungai
(Studi Kasus Teluk Kendari),Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia,9(3),
149-155.
Angenent, L.T. , Karim, K., Al-Dahhan, M., Wrenn, B.A., dan Domguez-
Espinosa, R., 2004, Production of Bioenergy and Biochemicals from
Industrial and Agricultural Wastewater, Trends Biotechnol, 22(9), 477-
485.
Arsov, G.L. dan Georgievski, G., 2009, Preliminary Design of a PEM Fuel Cell
Simulator Based on Digitally Controlled DC-DC Buck Converter,
Electronics, 13(1).
Balkin, A.R., 2002, Modeling a 500 W Electrolyte Membrane Fuel Cell,University of Technology, Sydney.
Blomen, L. dan Mugerwa, M., 1993, Fuel Cell Systems, Plenum Press.
Chae, K.J., Choi, M., Ajayi, F.F., Park, W., Chang, I.S., dan Kim I.S., 2008, Mass
Transport Through a Proton Exchange Membrane (Nafion) in Microbial
Fuel Cells,Journal Energy Fuel, 22, 169176.
Chadhuri, S.K. dan Lovley, D.R., 2003, Electricity generation by direct oxidation
of glucose in mediatorless microbial fuel cell, J. Nat. Biotechnol., 21,
1229-1232.
Cheng, S., Liu, H., dan Logan, B.E., 2006a, Increased Performance of Single-
Chamber Microbial Fuel Cell Using an Improved Cathode Structure,
J. Electrochemistry Comunications, 8, 489-494.
Cheng, S., Liu, H., dan Logan, B.E., 2006b, Power Densities Using Different
Cathode Catalysis (Pt and CoTMPP) and Polymer Binders (Nation and
PTFE) in Single Chamber Microbial Fuel Cell, J. Environ. Science
Technology, 40, 364-369.
Firmansyah, Y., 2011, Degradasi Bahan Organik Dan Pemanfaatannya Sebagai
Penghasil Energi Listrik Pada Sedimen Tambak Udang Melalui Sediment
Microbial Fuel Cell, [Skripsi], Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fuell Cells Fact Sheet, 2000, Enviromental and Energy Study Institute,
Washington DC.
Ginandjar, I., 1983, Fermentasi Biji Murcuma dan Pengaruhnya terhadap Kualitas
Protein, [Disertasi], Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
-
7/31/2019 Edit Proposal
27/31
27
Ghangrekar, M.M., Shinde, V.B., 2006, Microbial fuel cell: a new approach of
wastewater treatment with power generation, presented in the 12th
international sustainable development research conference, Hong Kong.
Gorby, Y.A., Yanina, S, McLean, J.S., Rosso, K.M., dan Moyles, D., 2006,Electrically Conductive Bacterial Nanowires Produced by Shewanella
oneidensis Strain MR-1 and Other Microorganisms, J. Proc. Natl. Acad.
Sci. USA,103,1135811363.
Goswami dan Kreith, 2008,Energy Conversion, CRC Press.
Haryati, T., 2006, Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi
Alternatif, Wartazoa, 16(3).
Hasvold, F., Henriksen, H., Mevaer, E., Citi, G., Johansen, B.F., Kjfnigsen, T.,
dan Galetti, R., 1997, Seawater battery for subsea control systems, J.Power Sources,65, 253-261.
Holland, B.J., Zhu, J.G., dan Jamet, L., 2007, Fuel Cell Technology And
Application, Australasian Universities Power Engineering Conference
(AUPEC'01), 1, 390-395.
Holmes, D.E, Bond, D.R., ONeil, R.A., Reimers, C.E., Tender, L.M., dan
Lovley, D.R., 2004. Microbial community associates with electrodes
harvesting electricity from a variety of aquatic sediments. Microb. Ecol.
48: 178-190.
Hong, S.W., Kim, H.J., Choi, Y.S., dan Chung, T.H., 2008, Field experiments on
Bioelectricity Production from Lake Sediment Using Microbial Fuel Cell
Technology,Bull Korean Chem Soc, 29, 2189-2194.
Hong, S.W., Choi, Y.S., Chung, T.H., Song, J.H., dan Kim, H.S., 2009,
Assessment of sediment remediation potential using microbial fuel cell,
Journal Engineering and Technology, 54, 683-689.
Hong, S.W., Kim, H.S., dan Chung, T.H., 2010, Alteration of Sediment Organic
Matter in Sediment Microbial Fuel Cells, Environ. Pollut., 158(1), 185-
191.
Kordesch, K. dan Simader, G., 1996, Fuel Cells and Their Applications, VCH.
Lin, B., 1999, Conceptual Design And Modeling Of A Fuel Cell Scooter For
Urban Asia, [thesis], School of Engineering and Applied Sciences,
Princeton University.
Leddy, J. dan Fenton, J., 2005, Proton Exchange Membrane Fuel Cells for
Transportation Applications, The Electrochemical Society Interface, Fall
2005, 21-23.
Larminie, J. dan Dicks, A., 2003, Fuel Cell Systems Explained, Wiley.
-
7/31/2019 Edit Proposal
28/31
28
Liu, H. dan Logan, B.E., 2004, Electricity Generation Using an Air Chatode
Single-Chamber Microbial Fuel Cell in The Presence and Absence of
Proton Exchange Membrane, J. Environmental Science Technology, 38,
4040.
Liu, H., Ramnarayanan, R., dan Logan, B.E., 2004, Production of Electricity
During Wastewater Using a Single-Chamber Microbial Fuel Cell, J.
Environmental Science Technology, 38, 2281-2285.
Liu, H., Cheng, S., dan Logan, B.E., 2005, Power Generation in Fed-Batch
Microbial Fuel Fell as a Fungtion of Ionic Strenght, Temperature, and
Reactor Configuration, J. Environmental Science and Technology, 39,
5488-5493.
Logan, B.E., 2004, Extracting Hydrogen Electricity from and Renewable
Resources,Environmental Science & Technology, 38, 161-167.
Logan, B.E., Murano, C., Scott, K., Gray, N.D., dan Head, I.M., 2005, Electricity
Generation from L-Cysteine in Microbial Fuel Cell, Water Res., 39, 945-
952.
Lovley, D.R., 2008, The Microbe Electric: Conversion of Organic Matter to
Electricity, Current Opinion in Biotechnology, 19, 1-8.
Lu, N., Zhou, S., Zhuang, L., Zhang, J., dan Ni, J., 2009, Electricity Generation
from Starch Processing Wastewater Using Microbial Fuel Cell
Technology,J. Biochemical Engineering, 43, 246-251.
Mench, M.M., Wang, C.Y., dan Thynell, S.T., 2001, An Introduction to Fuel Cells
and Related Transport Phenomena, International Journal of Transport
Phenomena, 3(3).
Logan, B.E., Hamelers, B., Rozendal, R., Schroder, U., Keller, J., Freguia, S.,
Aelterman, P., Verstraete, W., dan Rabaey, K., 2006, Microbial Fuel Cells:
Methodology and Technology, Environmental Science & Technology,
40(17), 5181-5192.
Logan, B.E., 2008,Microbial Fuel Cell, John Wiley & Sons Ltd., New Jersey.
Madigan, Thomas, D., Michael, T.M., John, M.M., dan Jack, P., 1997,Biology of
Microorganisms, 8th
Edition, Prentice Hall International Inc, New Jersey.
Min, B., dan Logan, B.E., 2004, Continous Electricity Generation from Domestic
Wastewater and Organic Substrates in a Flat Plate Microbial Fuel Cell,
J. Environmental Science and Technology, 38, 5809-5814.
Min, B., Cheng, S., dan Logan, B.E., 2005, Electricity Generation Using
Membrane Andsalt Bridge Microbial Fuel Cells, Water Research, 39,
1675-1686.
-
7/31/2019 Edit Proposal
29/31
29
Mohan, S.V., Srikanth, S., Raghuvulu, S.V., Mohankrishna, G., Kumar, A.K., dan
Sarma, P.N., 2009, Evaluation of The Potential of Various Aquatic
Ecosystems in Harnessing Bioelectricity Trough Benthic Fuel Cell: Effect
of Electrode Assembly and Water Characteristics, Biores Technol, 100,
22402246.
Moon, H., Chang, I.S., dan Kim, B.H., 2006, Continuous Electricity Production
from Artificial Wastewater Using a Mediator-Less Microbial Fuel Cell, J.
Bioresource Technology, 97, 621-627.
Oh, S.T., Kim, J.R., Premier, G.C., Lee, T.H., Kim, J., Changwon, K., dan Sloan,
W.T., 2010, Sustainable Wastewater Treatment: How Might Microbial
Fuel Cells Contribute,Journal Biotechnology, 28, 871-881.
Pant, D., Bogaert, G.V., Diels, L., dan Vanbroekhoven, K., 2010, A Review of
The Substrates Used in Microbial Fuel Cells (MFCs) for SustainableEnergy Production,Journal Bioresource Technology, 101, 15331543.
Penev, K., Pupkevich, V., Bagchehsaraee, B., Grawburg, N., dan Karamanev, D.,
2008, Biofuel Cells: State of The Art and Perspectives, Ecological
engineering and environment protection, 1, 74-81.
Pham, T.H., Rabaey, K., Aelterman, P., Clauwaert, P., De Schamphelaire, L.,
Boon, N., dan Verstraete, W., 2006, Microbial Fuel Cells in Relation to
Conventional Anaerobic Digestion Technology, Eng. Life Sci., 6(3), 285-
292.
Prescott, S.C. dan Dunn, C.G., 1959, Industrial in Microbiology, dalam Volk,
W.A. dan Margaret, F.W., 1988, Mikrobiologi Dasar, Edisi Kelima,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Rabaey, K. dan Verstraete, W., 2005, Microbial fuel cells: Novel Biotechnology
for Energy Generation,J. Trends Biotechnol., 23, 291-298.
Rahmawati, F., 2011, FUEL CELL, Teknologi bersih yang menjanjikan,Majalah
1000guruEdisi 2.
Rifkin, J., 2002, The Hydrogen Economy, Tarcher/Putnam, New York.
Reimers, C.E., Tender, L.M., Fertig, S., dan Wong, W., 2001, Harvesting Energy
from The Marine Sediment-Water Interface,Environ Sci Technol, 35, 192-
195.
Rezaei, F., Richard, T.L., Brennan, R.A., dan Logan, B.E., 2007, Substrate-
Enhanced Microbial Fuel Cells for Improved Remote Power Generation
from Sediment-Based Systems, Environmental Science & Technology,
41(11), 4053-4058.
-
7/31/2019 Edit Proposal
30/31
30
Riyanto, B., Nisa, R.M., Fitriani, I., 2011, Energi Listrik dari Sedimen Laut Teluk
Jakarta melalui Teknologi Microbial Fuel Cell, Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia, Volume XIV Nomor 1, 32-42.
Rochelle, P.A., Cragg, B.A., Fry, J.C., Parkes, R.J., dan Weightman, A.J., 1994,Effect of Sample Handling on Estimation of Bacterial Diversity in Marine
Sediments by 16S rRNA Gene Sequence Analysis, J. FEMS Microbiol
Ecol., 15, 215-226.
Saono, S., 1976, Pemanfaatan Jasad Renik dalam Pengolahan Hasil Sampingan
atau Sisa-sisa Produksi Pertanian, Berita Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
Schamphelaire, L.D., Rabaey, K., Boecks, P., Boon, N., dan Verstraete, W., 2008,
Outlook for Benefits of Sediment Microbial Fuel Cells With Two Bio-
Electrodes,Microbial Biotechnology,1(6), 446-462.
Schroder, U., 2008, From Wastewater to Hydrogen: Biorefineries Based on
Microbial Fuel-Cell Technology, ChemSusChem, 1, 281-282.
Shantaram, A., Beyenal, H., Raajan, R., Veluchamy, A., dan Lewandowski, Z.,
2005, Wireless Sensors Powered by Microbial Fuel Cells,J. Environ. Sci.
Technol, 39, 5037-5042.
Subramanian, M., 2010, fuel cell, CH1002 Energy Management in Chemical
Industries.
Sidharta, M.L., Jamilah, Dian, K., Willy, B., dan Ahmad, H., 2007, Pemanfaatan
Limbah Cair Sebagai Sumber Energi Listrik Pada Microbial Fuel Cell,
Laporan Lomba karya Ilmiah Mahasiswa ITB Bidang Energi, Penghargaan
PT. Rekayasa Industri.
Supriadi, I.H., 2001, Dinamika Estuaria Tropik, oseana, Volume XXVI, Nomor
4, 1-11.
Susilaningsih, D., Harwati, T.U., Anam, K., dan Yopi, 2008, Preparasi Substrat
Limbah Biomasa Kekayuan Tropika Untuk Produksi Biohidrogen,Makara
Teknologi, 12(1), 38-42.
Shukla, A.K., Suresh, P., Berchmans, S., Rajendran, A., 2004, Biological Fuel
Cells and Their Applications, Current science, 87(4), 455-468.
Shurtleff dan Aoyagi, 1979, The Book of Tempeh, Herper and Row Publishing,
New York.
Tender, L.M., Reimers, C.E., Stecher, H.A., Holmes, D.E., Bond, D.R., Lowy,
D.A., Pilobello, K., Fertig, S.J., dan Lovley, D.R., 2002, Harnessing
Microbially Generated Power on The Seafloor,Natural Biotechnology, 20,
821-825.
-
7/31/2019 Edit Proposal
31/31
Thomas, S. dan Zalbowitz, M., 1999, Fuel Cells Green Power, Los Alamos
National Laboratory, New Mexico.
Wang, H., Park, J.D., dan Ren, Z., 2012, Active Energy Harvesting from
Microbial Fuel Cells at the Maximum Power Point without UsingResistors,Environ. Sci. Technol., XXXX, XXX, XXXXXX.
You, S.J., Ren, N.Q., Zhao, Q.L., Wang, J.Y., dan Yang, F.L., 2009, Power
Generation and Electrochemical Analysis of Biocathode Microbial Fuel
Cell Using Graphite fiber Brush As Cathode Material,Journal Fuel Cells,
5, 588596.