EFEK PENAMBAHAN LETROZOL PADA PROTOKOL ANTAGONIS
FERTILISASI IN VITRO TERHADAP EKSPRESI INTEGRIN β3, E-
CADHERIN, DAN KADAR LEUKEMIA INHIBITORY FACTOR
UTERUS MENCIT
ABSTRAK
Angka implantasi pada program Fertilisasi invitro masih rendah. Kadar
Estrogen suprafisiologis yang dihasilkan oleh perkembangan multifolikel akibat
stimulasi protokol antagonis diduga menyebabkan gangguan reseptivitas
endometrium yang ditandai dengan rendahnya ekspresi integrin β3, e-cadherin,
dan kadar LIF sehingga menyebabkan gangguan implantasi. Letrozol merupakan
preparat inhibitor aromatase, yang dapat mencegah terjadinya kadar estrogen
suprafisiologis. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa penambahan
letrozol pada protokol antagonis FIV akan meningkatkan ekspresi integrin β3, e-
cadherin, dan kadar LIF endometrium mencit.
Rancangan penelitian adalah the experimental post test only design
menggunakan mencit Balb/c yang distimulasi menyerupai proses FIV. Ekspresi
integrin β3, e-cadherin diperiksa dengan teknik imunohistokimia, dan kadar LIF
diperiksa dengan tehnik ELISA.Uji normalitas data dilakukan dengan Shapiro-
Wilk Test, uji homogenitas menggunakan Levene’s T. Uji komparasi ekspresi
integrin β3, e-cadherin dengan Mann Whitney dan Fisher's exact, dan uji
komparasi data LIF dengan uji Mann Whitney. Uji kemaknaan dengan
menggunakan p <0,05. Juga dilakukan analisis jalur kontribusi masing masing
variabel.
Rerata H-score integrin β3 (2,71 + 0,61 vs 1,04 + 0,08 , p<0,05) dan e-
cadherin (2,71 + 0,61 vs 1,04 + 0,08 , p<0,05) secara bermakna lebih tinggi pada
kelompok perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Ekspresi integrin β3 (2=
22,91 , p<0,05) dan e-cadherin (2=36,00, p<0,05) yang kuat dan sangat kuat
secara bermakna lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Kadar LIF secara bermakna lebih tinggi pada kelompok
perlakuan dibandingkan dengan kontrol (1.78 + 0,13 vs 1.66 + 0,17 ng/ml ,
p<0,05). Letrozol memberi kontribusi paling besar pada peningkatan e-cadherin.
Integrin β3 bersama dengan e-cadherin dan letrozol memberi kontribusi bagi
peningkatan LIF sebesar 31,4%.
Penambahan letrozol pada protokol antagonis mengakibatkan ekspresi
integrin β3, e-cadherin dan kadar LIF yang lebih tinggi dibandingkan protokol
antagonis standar. Letrozol memberi kontribusi paling besar pada peningkatan e-
cadherin. Integrin β3 bersama dengan e-cadherin dan letrozol juga memberi
kontribusi bagi peningkatan LIF.
Kata kunci: Letrozol, Protokol antagonis, Integrin β3, e-cadherin, LIF.
THE EFFECT OF ADDING LETROZOLE TO FERTILIZATION IN
VITRO ANTAGONIST PROTOCOL ON INTEGRIN β3, E-CADHERIN
EXPRESSIONS AND LEUKEMIA INHIBITORY FACTOR LEVEL OF
MICE UTERINE.
ABSTRACT
The implantation rate of IVF remains low due to the adverse effect of
ovarian stimulation on endometrial receptivity. Integrin β3, e-cadherin and
Leukemia Inhibitory Factor (LIF) are the best known marker for endometrial
receptivity evaluation. In this study, the impact of adding letrozole to antagonist
protocol on the expression of integrin β3, e-cadherin and LIF level during
implantation window was investigated. Letrozol is an inhibitor of aromatase that
can prevent the supraphysiologic estrogen level. The goal of the study was to
prove that adding letrozole to IVF antagonist protocol can increase the expression
of Integrin β3, E-cadherin, and LIF concentration of mice uterine.
The study design was the experimental post test only group design with
Balb/c mice mimicked ovarian stimulated IVF. Antagonist Protocol was applied
to one group as ovarian stimulation, while the other group received the
combination of letrozole and antagonist protocol. Uterus sample were collected
48 hr after ovarian stimulation. Integrin β3 and e-cadherin expression were
detected by immunohystochemistry technique, and LIF level assay by ELISA.
Datas normality were tested by Shapiro-Wilk Test, homogeneity test by
Levene’s T. Comparation of integrin β3 and e-cadherin expression were tested by
Mann Whitney and Fisher's exact, while comparation of LIF were tested by
Mann Whitney, with p <0,05 considered as significant. Path analisis was done to
know each variable contribution.
The letrozole + GnRH antagonist treated mice showed significantly higher
integrin β3 (2,71 + 0,61 vs 1,04 + 0,08 , p<0,05). and e-cadherin (3,73 + 0,28 vs
1,16 + 0,29 , p<0,05) expression in endometrium, and significantly higher level of
uterine LIF (1.78 + 0,13 vs 1.66 + 0,17 ng/ml , p<0,05) during window of
implantation than GnRH antagonist alone treated mice.
Strong and very strong expression of integrin β3 (2= 22,91 , p<0,05) and e-
cadherin (2=36,00, p<0,05) were significantly higher in letrozole group if
compared to control. Letrozole had the highest contribution on the increase of e-
cadherin. Integrin β3 together with e-cadherin and letrozole had 31,4%
contribution on the increase of LIF.
Letrozole caused higher expression of Integrin β3, E- cadherin, and LIF
concentration in Mice uterine stimulated by antagonist protocol. Letrozole had the
highest contribution on the increase of e-cadherin. Integrin β3 together with e-
cadherin and letrozole had 31,4% contribution on the increase of LIF.
Keyword: Letrozole, antagonist protocol, integrin β3, e-cadherin, LIF.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME iv
UCAPAN TERIMAKASIH v
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR TABEL xix
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG xx
DAFTAR LAMPIRAN xxiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 6
1.3.1 Tujuan umum 6
1.3.2 Tujuan khusus 6
1.4 Manfaat Penelitian 7
1.4.1 Manfaat keilmuan 7
1.4.2 Manfaat praktis 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 Endometrium pada Siklus Menstruasi Normal. 8
2.1.1 Endometrium fase menstruasi 10
2.1.2 Endometrium fase proliferasi 11
2.1.3 Endometrium fase sekresi 13
2.1.4 Endometrium fase implantasi 15
2.2 Reseptivitas Endometrium 20
2.3 Integrin αvβ3 Sebagai Marker Reseptivitas Endometrium 27
2.4 E-cadherin 36
2.5 Leukemia Inhibitory Factor Sebagai Marker Reseptivitas
Endometrium 50
2.6 Stimulasi Ovarium pada Program Fertilisasi In Vitro 63
2.6.1 Perkembangan folikel dan ovulasi 63
2.6.2 Obat-obatan untuk stimulasi ovarium pada
fertilisasi invitro 69
2.6.2.1 Folicle stimulating hormon 70
2.6.2.2 Luteinizing hormon 72
2.6.2.3 Gonadotropin releasing hormone analog 73
2.6.2.4 Protokol stimulasi ovarium pada program
fertilisasi invitro 75
2.6.2.4.1 Protokol pendek agonis 76
2.6.2.4.2 Protokol panjang agonis 76
2.6.2.4.3 Protokol antagonis 78
2.7 Pengaruh Kadar Suprafisiologis Estrogen pada
Reseptivitas Endometrium 88
2.7.1 Pengaruh stimulasi ovarium terhadap
hormon steroid 88
2.7.2 Pengaruh stimulasi ovarium terhadap
endometrium 89
2.8 Inhibitor Aromatase 96
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN 107
3.1 Kerangka Berpikir 107
3.2 Konsep Penelitian 108
3.3 Hipotesis Penelitian 109
BAB IV METODE PENELITIAN 110
4.1 Rancangan Penelitian 110
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 111
4.3 Ruang Lingkup Penelitian 111
4.4 Penentuan Sumber Data 111
4.4.1 Populasi target 111
4.4.2 Populasi terjangkau 111
4.4.3 Kriteria inklusi 112
4.4.4 Kriteria eksklusi 112
4.4.5 Kriteria drop out 112
4.4.6 Sampel penelitian 112
4.4.6.1 Besar sampel 112
4.4.6.2 Randomisasi 112
4.5 Variabel Penelitian 113
4.5.1 Identifikasi dan klasifikasi variabel 113
4.5.2 Hubungan antar variabel 114
4.5.3 Definisi operasional variabel 114
4.6 Bahan Penelitian 117
4.7 Instrumen Penelitian 117
4.8 Prosedur Penelitian 118
4.8.1 Perlakuan binatang coba 118
4.8.2 Prosedur stimulasi ovarium 119
4.8.3 Prosedur pemeriksaan imunohistokimia dan ELISA 121
4.8.4 Alur penelitian 127
4.9 Analisis Data 128
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 130
5.1 Distribusi Subyek Penelitian 131
5.2 Pengaruh Penambahan Letrozol Pada Protokol Antagonis
Fertilisasi In vitro terhadap Ekspresi Integrin β3
Endometrium mencit 133
5.3 Pengaruh Penambahan Letrozol Pada Protokol Antagonis
Fertilisasi In vitro terhadap Ekspresi E-Cadherin
Endometrium mencit 140
5.4 Pengaruh Penambahan Letrozol Pada Protokol Antagonis
Fertilisasi In Vitro terhadap Kadar Leukemia Inhibitory
Factor Uterus Mencit 146
5.5 Analisis Jalur Peran Letrozol terhadap Ekspresi Integrin β3,
e-cadherin Endometrium dan Kadar LIF Uterus 150
5.6 Kebaharuan Penelitian (Novelty) 155
BAB VI SIMPULAN 157
6.1 Simpulan 157
6.2 Saran 158
DAFTAR PUSTAKA 159
LAMPIRAN 174
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 Lapisan endometrium 10
2. Gambar 2.2 Endometrium fase proliferasi 13
3. Gambar 2.3 Kontrol hormonal implantasi embrio mencit 19
4. Gambar 2.4 Faktor faktor dalam implantasi normal 23
5. Gambar 2.5 Anggota superfamili integrin manusia dan
kombinasinya 28
6. Gambar 2.6 Regio ekstraseluler integrin manusia. 29
7. Gambar 2.7 Sinyal "inside-out" integrin 32
8. Gambar 2.8 Sinyal "outside-in" integrin 33
9. Gambar 2.9 Integrin sebagai situs adhesi focal 34
10. Gambar 2.10 Cell junctional complexes yang menghubungkan
sel epithelial 37
11. Gambar 2.11 Struktur cadherin 38
12. Gambar 2.12 Proses EMT pada invasi trofoblas 44
13. Gambar 2.13 Regulasi e-cadherin 47
14. Gambar 2.14 Hubungan ekspresi e-cadherin dan calcitonin 49
15. Gambar 2.15 STAT-dependent signaling dan ekspresi gen gen pada
sel trofoblas yang diberikan LIF 55
16. Gambar 2.16 Peran LIF dalam implantasi embrio 62
17. Gambar 2.17 Konsep FSH threshold and window 69
18. Gambar 2.18 Protokol pendek agonis GnRH 76
19. Gambar 2.19 Protokol panjang agonis GnRH 77
20. Gambar 2.20 Protokol antagonis dosis tunggal 86
21. Gambar 2.21 Protokol antagonis dosis multipel 86
22. Gambar 2.22 Classical pathway biosintesis estrogen dari kolesterol 97
23. Gambar 2.23 Mekanisme biosintesis estrogen 97
24. Gambar 2.24 Berbagai tipe inhibitor aromatase 98
25. Gambar 3.1 Konsep penelitian 108
26. Gambar 4.1 Rancangan penelitian 110
27. Gambar 4.2 Hubungan antar variabel 114
28. Gambar 4.3 Prosedur stimulasi ovarium 120
29. Gambar 4.4 Alur penelitian 127
30. Gambar 5.1 Ekspresi integrin β3 kelompok perlakuan.
H-score=3,78 136
31. Gambar 5.2 Ekspresi integrin β3 kelompok perlakuan.
H-score=2,45 136
32. Gambar 5.3 Ekspresi integrin β3 kelompok kontrol.
H-score = 1,33. 137
33. Gambar 5.4 Ekspresi integrin β3 kelompok kontrol.
H-score = 1. 137
34. Gambar 5.5. Ekspresi e-cadherin kelompok perlakuan.
H-score = 4 142
35. Gambar 5.6 Ekspresi e-cadherin kelompok perlakuan.
H-score = 3,06 142
36. Gambar 5.7 Ekspresi e-cadherin kelompok kontrol.
H-score = 1,64 143
37. Gambar 5.8 Ekspresi e-cadherin kelompok kontrol.
H-score = 1 143
38. Gambar 5.9 Model goodness of fit peran letrozol terhadap ekspresi
integrin, IHC-E-CDH (e-cadherin), dan LIF
berdasarkan analisis jalur ......................................................
151
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Biomarker bagi penilaian reseptivitas endometrium 26
2. Tabel 2.2 Struktur GnRH alamiah dan analog GnRH 80
3. Tabel 2.3 Klasifikasi inhibitor aromatase 99
4. Tabel 2.4 Aktifitas penghambatan aromatase pada berbagai jaringan. 101
5. Tabel 2.5 Penghambatan aromatase in-vivo. 102
6. Tabel 2.6 RCT Penggunaan letrozole untuk induksi ovulasi pada IVF/ICSI. 106
7. Tabel 5.1 Distribusi karakteristik umur, berat badan awal, dan berat
badan akhir pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 132
8. Tabel 5.2 Distribusi rerata H-score integrin β3, e-cadherin dan kadar
LIF pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 134
9. Tabel 5.3 Perbedaan ekspresi integrin β3 antara kelompok perlakuan
dengan kelompok kontrol 135
10. Tabel 5.4 Perbedaan ekspresi IHC e-cadherin antara kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol 141
11. Tabel 5.5 Distribusi rerata LIF kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol 146
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
AI : Aromatase Inhibitor
Ar : Amphiregulin
C/EBP𝛽 : CCAAT/Enhancer Binding Protein 𝛽
CC : Clomiphene Citrate
CCAAT : Cytidine-Cytidine-Adenosine-Adenosine-Thymidine
COH : Controlled Ovarian Hyperstimulation
COUP-TF : Chicken Ovalbumin Upstream Promoter Transcription Factor
COX-2 : Cyclooxygenase-2
E : Estrogen
ECM : Extracellular Matrix
EGF : Epithelial Growth Factor
ER : Estrogen Receptor
Ereg : Epiregulin
ERK : Extracellular Signal-Regulated Kinases
FGF : Fibroblast Growth Factor .
FGG : Fibrinogen-𝛾
FIV : Fertilisasi In Vitro.
FSH : Follicle-Stimulating Hormone
GM-CSF : Granulocyte-Monocyte Colony Stimulating Factor .
GnRH : Gonadotrophin Releasing Hormon.
HBEGF : Heparin-Binding Epidermal Growth Factor
hCG : human Chorionic Gonadotrophin.
HESCs : Human Endometrial Stromal Cells
hMG : human Menopausal Gonadotrophin
HPO : Hyphothalamus-Pituitary-Ovarium
ICAM : Intercellular Adhesion Molecule
IGFBP : Insulin-like Growth Factor Binding Protein
IGF-I : Insulin-like Growth Factor-I.
IR : Implantation rate
ISIS : Injeksi Sperma Intra Sitoplasma
JAM : Junctional Adhesion Molecule
K : Körnchenzellen.
LH : Luteinizing Hormon
LIF : Leukemia Inbitory Factor
LIFR : Leukemia Inhibitory Factor Receptor.
MIDAS : Metal Ion Dependent Adhesive Site
MMP : Matrix Metalloproteinase
mRNA : Messenger Ribonucleic Acid
MUC-1 : Mucin-1.
NK : Natural Killer
OHSS : Ovarian Hyper Stimulation Syndrome
PBMC : Peripheral Blood Mononuclear Cell
PCOS : Polycystic Ovarian Syndrome
PSI : Plexin Semaphorin Integrin
RGD : Arginine-Glycine-Aspartate
rhCG : recombinant Human Chorionic Gonadotrophin
SOCS3 : Suppressor iof Cytokine Signaling 3
STAT3 : Signal Transducer and Activator of Transcription 3
TGF : Transforming Growth Factor.
TIMP : Tissue Inhibitor of Metalloproteinase
uhCG : Urinary Human Chorionic Gonadotrophin
USG : Ultra Sono Graphy.
VCAM-1 : Vascular Cell Adhesion Molecule 1
VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor
WOI : Window of Implantation
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1: Persetujuan pelaksanaan proposal.
2. Lampiran 2: Keterangan kelaikan etik (ethical clearance).
3. Lampiran 3: Umur mencit pada awal penelitian.
4. Lampiran 4: Data LIF, Umur, Berat Badan Awal, Berat Badan Akhir Kelompok
Perlakuan.
5. Lampiran 5: Data LIF, Umur, Berat Badan Awal, Berat Badan Akhir Kelompok
Kontrol.
6. Lampiran 6: Hasil IHC integrin β3 kelompok perlakuan.
7. Lampiran 7: Hasil IHC integrin β3 kelompok kontrol.
8. Lampiran 8: Hasil IHC e-cadherin kelompok perlakuan.
9. Lampiran 9: Hasil IHC e-cadherin kelompok kontrol.
10. Lampiran 10: Uji t-independent Data Karakateristik Umur, Berat Badan Awal
dan Akhir antara Kelompok Perlakuan dengan Kelompok Kontrol
11. Lampiran 11: Uji Mann-Whitney Data Integrin antara Kelompok Perlakuan
dengan Kelompok Kontrol
12. Lampiran 12: Uji Chi-Square Integrin antara Kelompok Perlakuan dengan
Kelompok Kontrol
13. Lampiran 13: Uji Mann-Whitney Data IHC E-Cadherin antara Kelompok
Perlakuan dengan Kelompok Kontrol
14. Lampiran 14: Uji Chi-Square IHC E-Cadherin antara Kelompok Perlakuan
dengan Kelompok Kontrol
15. Lampiran 15: Uji Mann-Whitney Data LIF antara Kelompok Perlakuan
dengan Kelompok Kontrol
16. Lampiran 16: Analisis Jalur Peran Letrozol terhadap Ekspresi Integrin β3, e-
cadherin Endometrium dan Kadar LIF Uterus
17. Lampiran 17: Gambar pelaksanaan penelitian.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam satu dekade terakhir, keberhasilan Fertilisasi In Vitro - Injeksi Sperma
Intra Sitoplasma (FIV-ISIS) masih rendah dan cenderung menetap; terutama
terkait dengan implantation rate (IR), selain stimulasi ovarium dan fertilization
rate. Hal ini memberikan dampak terhadap kondisi psikologik pasangan dan
keluarga, sosial dan ekonomi, pengakuan serta harga diri.
Di Indonesia, rerata IR FIV-ISIS pada 28 senter pelayanan bayi tabung
adalah 13,30 % (IAIVF, 2016). Di Klinik Graha Tunjung Senter Bayi Tabung RS
Sanglah Denpasar adalah 9,14% (2005-2010) dan 12,66% (2010-2015) (Tim bayi
Tabung RS Sanglah, 2015). Di Amerika dan Eropa, IR dilaporkan 29 %
(Sunderam, 2015) dan 29,3% (Kupka, et al., 2016) dimana persentase ini relatif
tidak berubah selama lima tahun terakhir. Angka ini lebih rendah dari program
FIV pada siklus alamiah yang mencapai 50% (Pelinck, et al.,2002).
Ketidakberhasilan FIV-ISIS dilaporkan memicu adanya depresi pada 60%
wanita dan 40% pria. Selain itu, kegagalan ini meningkatkan kejadian stres dan
depresi serta memiliki ketidakpuasan hidup dan rendah diri (Bryson dan Traub,
2002). Hal ini diperburuk oleh keluhan pembiayaan yang tinggi, 21% adopsi bayi
dengan berbagai kemungkinan masalah pengakuan dan harga diri dikemudian hari
(Katz, et al., 2002).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan IR pada program
FIV-ISIS seperti pemilihan embrio, jumlah dan fase embrio, dan hari tranfer
embrio. Upaya tersebut meliputi teknik pemilihan embrio dengan kualitas terbaik
(Davar, et al., 2007) dan transfer embrio lebih dari satu dan atau transfer embrio
pada fase blastokis (Santos, et al., 2003).
Demikian juga dengan penyesuaian waktu transfer embrio (TE) dengan jendela
implantasi dimana TE delapan sel yaitu pada hari ketiga pasca petik ovum dan
TE fase blastokis yaitu hari kelima paska petik ovum (Nawroth dan Ludwig,
2005).
Pada beberapa tahun terakhir, rendahnya IR adalah bukti klinik
reseptivitas endometrium yang diduga terkait dengan kegagalan tahap aposisi,
adhesi dan invasi pada proses implantasi-plasentasi awal.
Molekul molekul adhesi seperti integrin ß3 dan e-cadherin, serta protein
Leukemia Inhibitory Factor diduga berperan sangat penting dalam memunculkan
reseptivitas endometrium.
Integrin sub unit ß3 (ITGB3) atau integrin ß3 adalah protein yang
diekspresikan oleh gen pada lengan panjang 17q21.32. Protein ini berperan pada
adhesi sel-sel endometrium yang mengawali proses implantasi. Integrin ß3
terdapat pada epitel luminal dan kelenjar yang terekspresi setelah hari ke 19 siklus
menstruasi. Protein yang terekspresi pada permukaan epitel luminal endometrium
ini diduga berperan pada interaksi pertama dengan trofoblas embrio. Integrin αvβ3
berikatan dengan ligannya osteopontin, bersama dengan reseptor CD44
hyaluronate membentuk pasangan "sandwich" antara embrio dan epithel
endometrium (Lessey & Young, 2014). Integrin merupakan marker untuk
mengukur reseptivitas endometrium (Franasiak, et al., 2014) yang ekspresinya
diatur oleh estrogen dan progesteron melalui gen pengatur Homeobox A10
(HOXA10) (Daftary, 2002).
E-Cadherin merupakan ekspresi gen Cadherin1 (CDH1) yang terletak
pada kromosom 16q22.1 (Berx, et al.,1995). Protein ini termasuk ke dalam famili
cell adhesion molecules yang berperan penting dalam implantasi (Rowland, etal.,
2000). Pada mencit, protein ini berperan dalam adhesi sel endometrium dengan
sel trofoblas embrio yang berimplantasi melalui pengecilan kavum uterus ,
menyebabkan mengecilnya lumen uterus (uterine closure) yang dapat
meningkatkan keberhasilan implantasi (Hyland, et al., 1998).
Ekspresi E-cadherin di sel endometrium meningkat sekitar jendela
implantasi (Slater, et al., 2002; Jha, et al., 2006) dan meningkatkan kemampuan
endometrium pada tahap adhesi embrio (Rahnama, et al., 2009). E-cadherin
merupakan komponen utama adheren junction pada epithel luminal endometrium.
Adheren junction pada epithel endometrium menghilang pada proses kehamilan
normal, akan tetapi keadaan ini tidak terjadi pada kehamilan yang didahului
dengan stimulasi ovarium. Retensi adheren junction diduga akan mengganggu
implantasi blastokis, yang mungkin berperan pada rendahnya implantation rate
pada FIV-ISIS (Dowland et al., 2016).
Leukemia inhibitory factor (LIF) merupakan famili sitokin IL-6, gen LIF
terletak pada kromosom 22q12.2 dimana ekspresinya diatur oleh kadar estrogen
dan progesteron. Protein ini berperan pada aposisi, adhesi, dan invasi proses
implantasi blastokis. Lessey dan Young (2014) melaporkan bahwa wild type
embrio gagal berimplantasi pada tikus dengan defisiensi gen LIF homozigot.
Sementara, terjadi peningkatan ekspresi LIF mRNA dua kali lipat pada
pertengahan dan akhir fase sekresi dibandingkan dengan pada fase proliferasi.
Pada program FIV-ISIS, dilakukan stimulasi ovarium dengan dua jenis
protokol yaitu antagonis dan agonis.
Protokol antagonis lebih banyak dipilih oleh para klinisi karena lebih murah, lebih
mudah dilakukan, serta memerlukan waktu yang lebih pendek sehingga lebih
nyaman bagi pasien dibandingkan protokol agonis (Bart, et al., 2014). Sementara,
stimulasi ovarium dengan kedua jenis protokol tersebut akan mengganggu milieu
endokrin fisiologis yang akan mengakibatkan gangguan regulasi reseptor
estrogen dan progesteron dalam stroma dan sel epitel endometrium. Kadar
suprafisiologi hormon estrogen dan progesteron pada fase luteal dini diduga
secara tidak langsung akan mempengaruhi ekspresi sel molekul adhesi terutama
integrin subunit β3, e-cadherin dan LIF pada sel epitel endometrium yang terlihat
pada reseptivitas endometrium itu sendiri (Mitwally, et al., 2005).
Protokol antagonis pada stimulasi ovarium FIV-ISIS meningkatkan kadar serum
estrogen (Mitwally, et al., 2005) dimana hal ini dapat menurunkan reseptifitas
endometrium.
Pada beberapa tahun terakhir ditemukan Letrozol yang dapat menekan
efek buruk stimulasi ovarium protokol antagonis pada endometrium.
Letrozol merupakan preparat aromatase inhibitor generasi ketiga. Letrozol
menghambat secara selektif enzim aromatase yang mengkatalisis androgen
(androstenedion dan testosteron) menjadi estrogen (estron dan estradiol) di
ovarium. Pada dosis 1-5 mg perhari dapat menurunkan kadar estrogen sampai 97-
99% yang tidak mampu dideteksi dengan teknik immunoassay yang paling
sensitif. Preparat ini diabsorbsi lengkap lewat pemberian oral dengan half-life rata
rata 45 jam (30-60jam). Diduga, preparat ini dapat meningkatkan luaran program
FIV-ISIS melalui penurunan kadar estradiol, pengurangan dosis gonadotropin
yang dibutuhkan, peningkatan respon ovarium terhadap FSH, mencegah lonjakan
LH prematur, serta menurunkan risiko terjadinya sindroma hiperstimulasi
ovarium (Mitwally, et al., 2005; Klauss, et al., 2015). Sejak tahun 2001,
pemakaian preparat ini dalam bidang stimulasi ovarium masih bersifat off-label.
Studi tentang pemakaian preparat ini serta Cochrane reviews sedang berlangsung
(Klauss, et al., 2015).
Penambahan letrozol pada protokol antagonis FIV-ISIS diharapkan dapat
memperbaiki reseptivitas endometrium. Pembuktian pada penelitian ini dapat
dipakai untuk menjelaskan mekanisme terjadinya peningkatan IR pada program
FIV-ISIS melalui peran integrin ß3, e-cadherin dan LIF. Selanjutnya, dapat
dipergunakan sebagai dasar penelitian pada kasus infertilitas yang menjalani
program FIV-ISIS.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka disusunlah rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah penambahan letrozol pada protokol antagonis FIV-ISIS
meningkatkan ekspresi Integrin ß3 endometrium mencit?
2. Apakah penambahan letrozol pada protokol antagonis FIV-ISIS
meningkatkan ekspresi E-Cadherin endometrium mencit?
3. Apakah penambahan letrozol pada protokol antagonis FIV-ISIS
meningkatkan kadar Leukemia Inhibitory Factor uterus mencit?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Penggunaan letrozol dalam bidang reproduksi masih bersifat off-label.
Pembuktian bahwa penambahan letrozol pada protokol stimulasi ovarium dengan
GnRH antagonis mengakibatkan ekspresi integrin β3, e-cadherin dan kadar LIF
pada epitel endometrium mencit lebih tinggi dibandingkan dengan protokol
stimulasi ovarium dengan GnRH antagonis standar akan dapat mengembangkan
teori bahwa penambahan letrozol pada protokol antagonis akan dapat
memperbaiki reseptivitas endometrium pada siklus yang mengalami stimulasi
ovarium melalui perbaikan pada ekspresi integrin β3, e-cadherin dan kadar LIF
pada epitel endometrium. Dengan demikian akan memberikan dukungan bagi
pemakaian letrozol dalam bidang stimulasi ovarium khususnya untuk mengatasi
pengaruh buruk kadar estrogen yang suprafisiologis pada reseptivitas
endometrium.
1.3.2 Tujuan khusus
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa :
1. Penambahan letrozol pada protokol antagonis meningkatkan ekspresi
Integrin ß3 endometrium mencit.
2. Penambahan letrozol pada protokol antagonis meningkatkan ekspresi
E-Cadherin endometrium mencit.
3. Penambahan letrozol pada protokol antagonis meningkatkan kadar LIF
uterus mencit.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat keilmuan
Pembuktian bahwa penambahan letrozol pada protokol stimulasi ovarium
dengan GnRH antagonis mengakibatkan ekspresi integrin subunit β3, e-cadherin
dan kadar LIF pada epitel endometrium mencit lebih tinggi dibandingkan dengan
protokol stimulasi ovarium dengan GnRH antagonis standar akan dapat
memperkaya mekanisme terbentuknya reseptivitas endometrium pada program
FIV-ISIS.
1.4.2 Manfaat praktis
Pembuktian bahwa penambahan letrozol pada protokol stimulasi ovarium
dengan GnRH antagonis mengakibatkan ekspresi integrin β3, e-cadherin dan LIF
pada epitel endometrium mencit lebih tinggi dibandingkan dengan protokol
stimulasi ovarium GnRH antagonis standar, akan mendapatkan suatu cara
stimulasi ovarium yang lebih baik, yang akan menghasilkan angka implantasi
yang lebih tinggi, melalui perbaikan reseptivitas endometrium sehingga sangat
bermanfaat bagi pasangan infertil yang menginginkan kehamilan lewat program
FIV-ISIS.