i
EFEKTIFITAS SURAT EDARAN WALIKOTA NOMOR 451.12/44-
SOSIAL TENTANG OPTIMALISASI PENGELOLAAN DAN
PELAYANAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH MELALUI UNIT
PENGUMPUL ZAKAT PADA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
KOTA DEPOK, JAWA BARAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
MUHAMMAD ABDUL MUGNI
1112046100102
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
v
ABSTRAK
Muhammad Abdul Mugni, NIM: 1112046100102. Efektifitas Surat
Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial Tentang Optimalisasi Pengelolaan dan
Pelayanan Zakat, Infaq dan Shadaqoh melalui Unit Pengumpul Zakat pada
Organisasi Perangkat Daerah Kota Depok, Jawa Barat. Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1437 H/ 2016 M.
Penelitian ini menganalisis keefektifitasan setelah adanya Surat Edaran
Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang Optimalisasi Pengelolaan dan
Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh di setiap Unit Pengumpul Zakat pada
Organisasi Perangkat Daerah Kota Depok, yang bertujuan untuk mengetahui
faktor pendukung dan penghambat penghimpunan zakat di kota Depok,
menganalisis tingkat efektifitas surat edaran walikota nomor 451.12/44-Sosial dan
memberikan solusi untuk mengatasi kendala-kendala penghimpunan dana Zakat,
infaq dan shadaqah di kota Depok.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis metode
deskriptif, yaitu metode masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi
dan atau memotret situasi yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan
mendalam. Teknik pengumpulan datanya dengan cara, Penelitian
Lapangan/Survey, sedangkan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan angket. Analisis data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif, analisis kuantitatif dengan membuat presentase untuk
mencari kesimpulan dengan menggunakan tabulasi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukan pertama, faktor pendukung penghimpunan
dana ZIS di kota Depok adalah dukungan dari pemerintah dengan dikeluarkannya
beberapa aturan terkait pengelolaan zakat. dan faktor penghambat penghimpunan
zakat di kota Depok belum adanya Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur
tentang dana zakat di kota Depok. Kedua,Hasil keefektifan surat Surat Edaran
Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang Optimalisasi Pengelolaan dan
Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) dapat
dikatakan belum efektif, faktanya banyak responden menjawab tidak efektif
sebesar 50,5%. Ketiga, Ada beberapa solusi untuk mengoptimalkan
penghimpunan dana zakat di kota Depok yaitu, penyusunan Peraturan Daerah
(Perda) tentang pengelolaan zakat di kota Depok, dan memaksimalkan kembali
Unit Pengumpul Zakat yang sudah dibentuk terutama di dalam pemerintahan kota
Depok.
Kata Kunci: Surat Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tetang Optimalisasi
Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh, Unit Pengumpul Zakat
(UPZ), BAZNAS kota Depok.
Pembimbing: Dr. Abdurrauf, Lc, MA
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas ridha dan rahmat-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam
rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah pada
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan umat Islam
Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, sahabat, dan juga ummatnya
yang Insyaa Allah kita termasuk di dalamnya.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa
dalam proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan, dan
motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak AM Hasan Ali, MA, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan
Bapak Dr. Abdurrauf, Lc, MA, selaku Sekertaris Program Studi Muamalat
yang telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan
skripsi ini.
vii
3. Bapak Sofyan Rizal, S.E, M.Si sebagai Pembimbing Akademik yang juga
senantiasa mengingatkan penulis semasa mengikuti perkuliahan hingga
penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Abdurrauf, Lc, MA sebagai dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan perhatiannya kepada penulis dan
memberikan pengarahan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.
5. Orang tuaku tercinta, Bapak Aceng Toha Abdul Qadir, Lc dan Ibu Eneng
Sugiarti, M.Pd yang tak pernah lelah setiap harinya selalu memberikan
semangat, motivasi dan do’anya sehingga dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Dan juga kepada saudara dan saudariku tersayang, Ahmad Syah,
Wafa Fauziah, Abdullah Azzam dan Hibby Abdul Aziz yang selalu
mendukung penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini.
6. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan ilmu yang tidak
ternilai, yang tidak pernah lelah membimbing saya sehingga dapat
menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Keluarga perbankan syariah 2012, sebagai teman diskusi dan sharing ilmu
yang tidak kenal bosan. Dan juga teman berkumpul yang selalu memberikan
saran-saran terbaiknya untuk saya pribadi.
8. Keluarga besar Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) yang menjadi
keluarga kecil yang hangat, terutama teman-teman satu angkatan Moch.
Chairul Anas, Ridwan Setyawan, Fashhan Adila Rahman, Fathi Thoyyibun,
viii
Albert Steven, Rahmi Rahmawati, Dian Purwaningsih, Hayatul Muthmainna
R, Rindo Khossario, Heri Permana, Liska Damayanti dan Robbiyatul
Adawiyah. Adik adikku di divisi Pengembangan Sumber Daya Insani Gita
Oktavia, Eliya Yusda, Ahmad Azhar Alam, Abdul Aziz Faudzul A. Serta tak
lupa kaka-kakak di dalam divisi Biro Eksternal Mu’min Billah dan Adisi
Sharesia R.
9. Kepada teman-teman ekonom robbani dari Forum Silaturahim Studi Ekonomi
Islam (FoSSEI) yang selalu memberikan wawasan ilmu ekonomi Islam setiap
harinya dan memberikan pengalaman yang berbeda ketika berada di bangku
perkuliahan. Terkhusus kakak-kakak seperjuangan dalam kepengurusan
FoSSEI Nasional 2013-2014, teman-teman pengurus FoSSEI Jabodetabek
2014-2015, dan keluarga FoSSEI Nasional 2015-2016.
10. Teman-teman satu perjuangan dalam mencapai gelar S.E.Sy, yang selalu
menemani, mensuport dan juga menghibur dalam kelelahan dalam bangku
kuliah dan dalam menyelesaikan skripsi bersama-sama yaitu Alfi fadil, Fahmi
Alamsyah dan Fashhan Adila Rahman.
11. Teman-teman satu nasib dan satu visi yaitu Eksmud family yang selalu
meramaikan smartphone dari hiruk pikuknya tugas di organisasi maupun di
kampus terima kasih buat Moch. Chairul Anas, Idil Adhar, Ayu Andini, Fitri
Eka P, Erna Putri Lestari.
12. Segenap pengurus BAZNAS Kota Depok dan setiap Unit Pengumpul Zakat
(UPZ) yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data sehingga
skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.
ix
13. Serta seluruh pihak yang telah berjasa namun belum mampu penulis sebutkan
satu persatu.
“Tak ada gading yang tak retak” Penulis merasa skripsi ini masih banyak
kekurangan, tetapi penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja
yang membutuhkannya, baik sebagai rujukan penulisan skripsi, penulisan
makalah dan lainnya. Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT, meridhoi
setiap langkah kita. Amin!
Jakarta, 13 september 2016
Muhammad Abdul Mugni
NIM: 1112046100102
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 2
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................... 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................................. 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
E. Review Terdahulu ............................................................................................ 10
F. Metode Penelitian............................................................................................. 13
G. Teknik Penulisan Skripsi ................................................................................. 16
H. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Teoritis tentang Efektifitas .................................................................. 19
B. Konsep Teoritis tentang Zakat, Infaq dan Shadaqah ....................................... 25
C. Konsep Zakat Profesi ....................................................................................... 38
xi
D. Pengertian dan Fungsi Surat Edaran ................................................................ 45
E. Pengertian Pegawai Negeri Sipil ...................................................................... 46
BAB III GAMBARAN UMUM UNIT PENGUMPUL ZAKAT (UPZ) DI KOTA
DEPOK
A. Pengertian Unit Pengumpul Zakat ................................................................... 47
B. Landasan Hukum UPZ di Kota Depok ............................................................ 48
C. Tugas Unit Pengumpul Zakat .......................................................................... 49
D. Mekanisme Pembuatan UPZ ............................................................................ 49
E. Kelengkapan Unit Pengumpul Zakat ............................................................... 50
F. Struktur Organisasi .......................................................................................... 51
G. Tata Kelola Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di Kota Depok .............................. 52
H. Kebijakan di Bidang Pengumpulan pada UPZ ................................................ 52
I. Kebijakan di Bidang Pendayagunaan dan Pengembangan .............................. 54
J. Objek dan Kemitraan di BAZNAS Kota Depok melalui Unit Pengumpul
Zakat (UPZ) ............................................................................................................. 55
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penghimpunan Dana
ZIS di Kota Depok. ................................................................................................. 57
B. Analisis Tingkat Efektifitas Pengumpulan dana ZIS melalui Unit
Pengumpul Zakat (UPZ) setelah diberlakukannya Surat Edaran Walikota
tentang Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqah. ..... 60
xii
C. Solusi Untuk Mengatasi Kendala-Kendala Penghimpunan Dana ZIS di
Kota Depok .............................................................................................................. 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 73
B. Saran ................................................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 75
LAMPIRAN- LAMPIRAN ......................................................................................... 78
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Review Studi Terdahulu….…………………………………………....10
Tabel 4.1 Pembentukan BAZNAS Kota Depok…....…….......…………….........63
Tabel 4.2 Sosialisasi Surat Edaran Walikota.……...…………………………….64
Tabel 4.3 Kepatuhan PNS dalam mematuhi Surat Edaran ..…………………….65
Tabel 4.4 Sosialisasi ZIS melalui tokoh agama dan masyarakat…..……….........66
Tabel 4.5 Penyaluran zakat melalui lembaga atau menyalurkan sendiri………...66
Tabel 4.6 Peran Pemerintah Kota Depok………………………………………...67
Tabel 4.7 Perkembangan UPZ di Kota Depok…………………………………...68
Tabel 4.8 Ekonomis……………………………………………………………...68
Tabel 4.9 Hasil Tabulasi Frekuensi………………………………………………69
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu aspek ajaran Islam yang potensial menjadi instrumen
pemberdayaan umat dan pengentasan kemiskinan, serta menjadi simbol
harmonisnya hubungan sesama manusia adalah zakat. Zakat apabila dikelola
secara profesional dengan menerapkan prinsip manajemen yang baik dapat
menjadi solusi atas berbagai problema ummat.
Sistem pengelolaan zakat sendiri sudah diatur oleh pemerintah
Indonesia, melalui Undang-Undang No. 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang No. 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 373 tahun 2003
Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.38 Tahun 1999.
Namun dewasa ini pengelolaan zakat berdasarkan Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dinilai sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat. Untuk itulah
negara Republik Indonesia memandang perlu untuk menerbitkan Undang-
Undang tentang Zakat Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
yang melilputi kegiatan : perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian, serta pendayagunaan
zakat.
3
Pengelolaan lembaga amil zakat diatur dalam Undang-Undang (UU)
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yang
menggantikan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999. Dalam UU RI Nomor
23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat pasal 15 ayat (1) dinyatakan bahwa
“ Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan
kabupaten/kota dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS Kabupaten/kota”.
Pasal 16 ayat (1) menyatakan bahwa “ Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota
dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada instansi pemerintah,
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta, dan
perwakilan Republik Indonesia di luar negeri serta dapat membentuk UPZ
pada tingkat kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan tempat lainnya”.
Sedangkan dalam Pasal 17 menyatakan bahwa “Untuk membantu BAZNAS
dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,
masyarakat dapat membentuk LAZ”.
Undang-undang no. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan zakat
diperkuat dengan adanya Peraturan Pemerintah (PP) no. 14 tahun 2014
tentang pelaksanaan Undang-Undang no. 23 tahun 2011, lalu bagi disetiap
Kementerian/Lembaga, Sekretariat Jenderal Lembaga Negara, Sekretariat
Jenderal Komisi Negara, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara
dianjurkan untuk membayar zakatnya melalui Badan Amil Zakat Nasional
berdasarkan Instruksi Presiden no. 03 tahun 2014.
4
Setelah disahkannya undang-undang pengelolaan zakat tersebut,
Indonesia telah memasuki tahap institusionalisasi pengelolaan zakat dalam
wilayah formal kenegaraan, meskipun masih sangat terbatas. Lembaga-
lembaga pengelolaan zakat semakin berkembang termasuk pendirian lembaga
zakat yang didirikan oleh pemerintah yaitu BAZNAS (Badan Amil Zakat
Nasional), BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang
dikelola masyarakat dengan manajemen yang lebih baik dan modern.
Setidaknya dengan Undang-Undang Zakat tersebut telah mendorong upaya
pembentukan lembaga pengelola zakat yang amanah, kuat, dan dipercaya
masyarakat.
Jumlah penduduk Indonesia yang besar, dengan komposisi 87%
penduduk muslim dengan asumsi 20% adalah muzakki atau pemberi zakat
membuat nilai potensi zakat berdasarkan penelitian Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) dengan Institut Pertanian Bogor pada Januari-April
2011 sekitar Rp 217 triliun. Jumlah tersebut sangat signifikan untuk
mengatasi kemiskinan di Indonesia. Namun pada kenyataannya, realisasi
penyaluran zakat melalui Baznas dan lembaga amil zakat lainnya pada tahun
2010 baru Rp 1,5 triliun atau belum mencapai 1% dari potensi zakat yang
ada. Data ini belum termasuk penyaluran zakat pribadi secara langsung
kepada penerima zakat.1
Selain potensi zakat yang besar, infaq dan shodaqah
mempunyai peranan yang penting sebagai media untuk memperbaiki taraf
kehidupan, disamping adanya zakat yang diwajibkan kepada orang Islam
1 Dakwatuna.”Potensi Zakat Rp 217 Trilliun”:, artikel diakses pada tanggal 10 Desember
2015 dari www.dakwatuna.com/2011/08/07/13917/potensi-zakat-rp-217-trilliun/#axzz2fippEDsJ.
5
yang mampu. Dengan demikian zakat, infaq dan shodaqah bisa diupayakan
secara maksimal untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.2
Besarnya potensi zakat, infaq dan shodaqah di barengi pula dengan
pertumbuhan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang lahir pada tahun 2009
mencapai 402 unit. Dalam pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah sebagian
besar Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) meluncurkan berbagai program yang
mengarah pada pemberdayaan dan pengembangan masyarakat.
Pemberdayaan dalam hal ini adalah dengan memberikan akses kepada
masyarakat, lembaga dan organisasi masyarakat dengan memperoleh atau
memanfaat hak masyarakat bagi peningkatan kualitas kehidupannya. Karena
penyebab ketidakberdayaan masyarakat disebabkan oleh keterbatasan akses,
kurangnya keterampilan dan pengetahuan serta adanya kondisi kemiskinan
yang dialami oleh masyarakat.3
Upaya ini patut diapresiasi karena tujuannya
ingin membantu mengakseskan program pemerintah dalam hal pengentasan
kemiskinan.
Oleh karenanya, masalah pengelolaan menjadi titik krusial yang perlu
ditata dan dibenahi. Diperlukan perangkat yang modern untuk mengelola
zakat agar bisa efektif baik dari sisi manajemen, akuntansi serta strategi
pengumpulan dan pendistribusian. Sebut saja salah satu lembaga pengelolaan
zakat, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang dibentuk oleh
pemerintah.
2 M. Djamal Doa,”Pengelolaan Zakat Oleh Negara Untuk Memerangi kemiskinan”,
(Jakarta: Nusa Madani Publisher, 2004), h.91-92. 3 Rr. Suhartini dan A. Halim, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta:
Pustaka Pesantren, 2005), h.. 211.
6
Kota Depok merupakan kota kecil yang berada di selatan Jakarta, atau
lebih dikenal dengan kota penyokong ibu kota. Hal ini menyebabkan Kota
Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya
perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronisasi secara regional
dengan kota-kota lainnya di jabodetabek. Baik berupa pengembangan sosial
ekonomi dan sosial keagamaan dalam upaya peningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Jumlah penduduk Kota Depok hasil Sensus Penduduk 2015
mencapai 1.962.160 jiwa dan berdasarkan data BPLS (Bantuan Langsung
Pemberdayaan Sosial) jumlah orang miskin di Depok tahun 2011 sebanyak
53.252 jiwa yang tersebar di 11 kecamatan4. Bagi umat Islam dalam rangka
upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dengan memaksimalkan zakat cara
yang paling efektif.
Berdasarkan Surat Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang
Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh yang
pada point pertama dan ke dua dianjurkan bagi Organisasi Perangkat Daerah
dan BUMD membuat Unit Pengelola Zakat (UPZ) dan mengumpulkan dana
ZIS melalui UPZ di lingkungan kerjanya masing-masing.
Dengan jumlah Pegawai Negeri Sipil Kota Depok yang mencapai
7699 pegawai5 menjadi suatu potensi besar dalam penghimpunan zakat, infaq
dan shadaqah melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang sudah dibentuk.
4 Metro-tempo “puluhan ribu warga depok dibawah garis kemiskinan”: artikel diakses
pada tanggal 10 Desember 2015 dari:
http://metro.tempo.co/read/news/2013/01/25/214456778/puluhan-ribu-warga-depok-di-bawah-
garis-kemiskinan.
5 Statistik Daerah Kota Depok 2015. hlm 2
7
Permasalahan zakat secara umum hanya terfokus kepada dua hal
pokok, yakni mengenai pengelolaan zakat dan mengenai kesadaran para
wajib zakat. Untuk pengelolaan zakat sesungguhnya sudah dijelaskan dalam
Undang-Undang No.23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Di Kota
Depok sudah ada beberapa surat edaran mengenai Optimalisasi Pengelolaan
dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh yang hanya dalam pelaksanaannya
masih kurang konsisten.
Dari permasalahan diatas penulis ingin meneliti tentang Efektifitas
Surat Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial Tentang Optimalisasi
Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh melalui Unit
Pengumpul Zakat pada Organisasi Perangkat Daerah Kota Depok.
B. Identifikasi Masalah
Sebelum dirumuskan masalah dalam Skripsi ini berikut ditemukan
masalah-masalah yang ada pada obyek yang diteliti antara lain:
1. Banyaknya Pegawai Negeri Sipil di Kota Depok.
2. Banyaknya potensi dana ZIS di Kota Depok yang belum tergarap oleh
lembaga zakat.
3. Rendahnya kepercayaan masyarakat menyalurkan dana ZIS nya melalui
lembaga.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang penyusun paparkan di atas
supaya lebih fokus dan tidak terjadi kesimpangsiurkan dalam
pembahasannya, maka penyusun membatasi permasalahan mengenai
8
Efektifitas Surat Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang
Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh melalui
Unit Pengumpul Zakat pada Organisasi Perangkat Daerah Kota Depok.
Adapun pokok masalah yang dapat di identifikasikan agar
mempermudah dalam menyusun skripsi ini adalah:
1. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam penghimpunan dana ZIS
di Kota Depok?
2. Bagaimana tingkat Efektifitas Surat Edaran Walikota Nomor 451.12/44-
Sosial tentang Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan
Shodaqoh?
3. Apa solusi untuk mengatasi kendala-kendala penghimpunan dana ZIS di
Kota Depok?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setelah memperhatikan judul dan latar belakang masalah diatas, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat penghimpunan
dana ZIS di Kota Depok.
2. Untuk mengetahui tingkat Efektifitas Pengumpulan dana ZIS melalui
UPZ pada OPD Kota Depok.
3. Untuk mengetahui solusi penghimpunan dana ZIS di Kota Depok
9
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan akan berguna:
1. Bagi Praktisi
Bagi praktisi penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
positif dan informatif bagi semua pihak. Khususnya bagi BAZNAS Kota
Depok dalam meningkatkan penghimpunan dan pengelolaan zakat agar
penerima zakat, infaq dan Shadaqah bisa maksimal dan mengurangi
jumlah kemiskinan yang ada di Kota Depok.
2. Bagi Akademisi
Menambah khazanah pengetahuan, melengkapi, dan memberikan
informasi yang berharga mengenai efektifitas surat edaran Walikota
Depok tentang Optimalisasi Pengelolaan dan Penyaluran Zakat, Infaq
dan Shodaqah.
3. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat serta memberikan informasi yang
beramanfaat dalam bidang ekonomi syariah khususnya tentang
pengumpulan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah.
Harapan utama penulis dengan adanya penulisan ini, diharapkan dapat
memperkaya dan wacana dalam ekonomi islam pada umumnya dan secara
khusus memperoleh bukti yang sangat signifikan terhadap masalah yang di
teliti serta memiliki pengetahuan tentang Optimalisasi Pengelolaan dan
Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh melalui Unit Pengumpul Zakat pada
Organisasi Perangkat Daerah Kota Depok.
10
E. Review Terdahulu
Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka
diperlukan kajian terdahulu. Sebelum membuat skipsi ini penulis melakukan
kajian pustaka yang berupa judul-judul skripsi dan jurnal yang telah ada
sebagai pembanding dengan skripsi ini. Antara lain sebagai berikut:
Tabel 1.1 Review Studi Terdahulu
No Aspek Perbandingan Aspek Terdahulu Skripsi
1. a. Judul Jurnal yang berjudul
Efektifitas Pengelolaan
Zakat di BAZDA Kota
Blitar di Tinjau dari
Undang-Undang No 38
tahun 1999 Penulis
Abdul Kadir Fakultas
Syariah UIN Maliki
Malang 2010.
Efektifitas Surat
Edaran Walikota
Nomor 451.12/44-
Sosial tentang
Optimalisasi
Pengelolaan dan
Pelayanan Zakat, Infaq
dan Shodaqoh melalui
Unit Pengumpul Zakat
pada Organisasi
Perangkat Daerah
Kota Depok.
b. Fokus Jurnal ini membahas
mekanisme
pengorganisasian dana
ZIS yang dilakukan oleh
BAZDA Blitar terkait
dengan keberadaan UU
No. 38 tahun 1999
tentang pengelolaan
zakat dan Keputusan
Menteri Agama RI
tentang Pelaksanaan UU
No. 38 Tahun 1999 dan
manajemen Pengelolaan
Zakat.
Skripsi ini membahas
Efektifitas Surat
Edaran Walikota
Nomor 451.12/44-
Sosial tentang
Optimalisasi
Pengelolaan dan
Pelayanan Zakat, Infaq
dan Shodaqoh melalui
Unit Pengumpul Zakat
pada Organisasi
Perangkat Daerah
Kota Depok.
c. Metode Penelitian Metode penelitian
menggunakan metode
penelitian kualitatif
pengambilan data
penelitian kepustakaan
dan lapangan.
Menggunakan metode
pendekatan kualitatif
dengan jenis metode
deskriptif. Dan analisis
data yang bersifat
kualitatif dan
11
kuantitatif dengan
menggunakan tabulasi
distribusi frekuensi.
d. Waktu dan tempat Penelitian jurnal ini
dilakukan pada tahun
2010 di BAZDA Kota
Blitar.
Penelitian Skripsi ini
dilakukan di BAZ
Kota Depok, tahun
2016
2. a. Judul Efektifitas Penggunaan
Mobile Banking dalam
Penghimpunan Dana
(Fundraising). Penulis
Fitrotul Faizah (UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2012)
Efektifitas Surat
Edaran Walikota
Nomor 451.12/44-
Sosial tentang
Optimalisasi
Pengelolaan dan
Pelayanan Zakat, Infaq
dan Shodaqoh melalui
Unit Pengumpul Zakat
pada Organisasi
Perangkat Daerah
Kota Depok..
b. Fokus Skripsi ini membahas
keefektifitasan
pelayanan yang terbaik
dan juga cepat bagi
muzakki dan donator
yang tidak memiliki
banyak waktu untuk
menunaikan ZIS dengan
menggunakan mobile
banking dalam
menghimpun dana.
Skripsi ini membahas
Efektifitas Surat
Edaran Walikota
Nomor 451.12/44-
Sosial tentang
Optimalisasi
Pengelolaan dan
Pelayanan Zakat, Infaq
dan Shodaqoh melalui
Unit Pengumpul Zakat
pada Organisasi
Perangkat Daerah
Kota Depok.
c. Metode Penelitian Metode penelitian
menggunakan
perpaduan kualitatif dan
kuantitatif dari segi data
yang dikumpulkan,
diolah dan di analisis.
Menggunakan metode
pendekatan kualitatif
dengan jenis metode
deskriptif. Dan analisis
data yang bersifat
kualitatif dan
kuantitatif dengan
menggunakan tabulasi
distribusi frekuensi.
d. Waktu dan Tempat Skripsi ini dilakukan
tahun 2012 di dompet
Dhuafa.
Penelitian Skripsi ini
dilakukan di BAZ
Kota Depok, tahun
2016
3. a. Judul Efektifitas Iklan “Zakat Efektifitas Surat
12
memang Ajib” Dompet
Dhuafa Republika tahun
1430H dalam Proses
(fundraising). Penulis
Ahmad Zaki (UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta)
Edaran Walikota
Nomor 451.12/44-
Sosial tentang
Optimalisasi
Pengelolaan dan
Pelayanan Zakat, Infaq
dan Shodaqoh melalui
Unit Pengumpul Zakat
pada Organisasi
Perangkat Daerah
Kota Depok.
b. Fokus Skripsi ini membahas
tentang keefeketifitasan
Ikalan “Zakat memang
Ajib” dalam Proses
Fundraising, dilihat dari
pemasukan ZISWAF
Setiap tahunnya.
Skripsi ini membahas
Efektifitas Surat
Edaran Walikota
Nomor 451.12/44-
Sosial tentang
Optimalisasi
Pengelolaan dan
Pelayanan Zakat, Infaq
dan Shodaqoh melalui
Unit Pengumpul Zakat
pada Organisasi
Perangkat Daerah
Kota Depok.
c. Metode Penelitian Skripsi ini
menggunakan metode
Desktiftif Kualitatif,
yang dilakukan dengan
cara meneliti langsung
dengan objek penelitian
yakni Dompet Dhuafa
Republika dalam
menghimpun dan
mendayagunaan dana
zakat serta
mendomentasikan data-
data yang dimilikinya.
Menggunakan metode
pendekatan kualitatif
dengan jenis metode
deskriptif. Dan analisis
data yang bersifat
kualitatif dan
kuantitatif dengan
menggunakan tabulasi
distribusi frekuensi.
d. Waktu dan Tempat Dilakukan tahun 2010 di
Dompet Dhuafa
Republika.
Penelitian Skripsi ini
dilakukan di BAZ
Kota Depok, tahun
2016
13
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari:
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis metode deskriftif, yaitu metode masalah yang memandu peneliti
untuk mengeskplorasi dan atau memotret situasi yang akan diteliti secara
menyeluruh, luas dan mendalam.6 Teknik pengumpulan datanya dengan
cara, penelitian lapangan dan survey.
2. Sumber Data
Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan dua jenis sumber data,
yaitu:
a. Data primer
Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari
hasil wawancara. Wawancara dapat dipandang sebagai metode
pengumpulan data sepihak yang dikerjakan secara sistematis
berlandaskan tujuan penelitian.7 Wawancara dilakukan untuk
memperoleh data dengan tanya jawab yang dikerjakan berlandaskan
pada tujuan penelitian dengan menggunakan panduan wawancara.8
Dengan penelitian langsung melalui pihak yang terkait dengan
pembahasan guna memperoleh data-data mengenai Efektifitas Surat
Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang Optimalisasi
6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2009), Cet. 8, h.205 7 Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, Cet, 1. (Yogyakarta: Andi, 2004), h.193
8 Moh. Nazir, Metode Penelitian, Cet.1, (Bandung: Ghalia Indonesia, 2003), h.193
14
Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh melalui Unit
Pengumpul Zakat pada Organisasi Perangkat Daerah Kota Depok.
b. Data sekunder
Sedangkan data sekunder diperoleh dari data atau informasi
yang diperoleh dari buku, jurnal, surat kabar, artikel, atau data-data
yang dikeluarkan oleh BAZNAS Kota Depok, juga diperoleh dari
literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku, kitab-kitab dan
sumber lainnya yang berkaitan dengan materi skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan
pengamatan secara langsung mengenai objek penelitian. Metode ini
penulis gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi
objektif mengenai objek penelitian.
b. Interview (Wawancara)
Interview (Wawancara) dalam hal ini adalah teknik tanya jawab secara
lisan yang diarahkan kepada masalah tertentu untuk mendapatkan
informasi yang selengkap-lengkapnya tanpa unsur paksaan kepada
para informan yang mengetahui dan berkecimpung langsung pada
BAZNAS Kota Depok dan Pengurus.
15
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang.9
d. Angket (Kuisioner)
Angket (Kuisioner) merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
penyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.10
Angket
disini diberikan kepada PNS Dinas Instansi di Kota Depok.
4. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari buku-buku, artikel-artikel, maupun tulisan-
tulisan yang didapat melalui internet kemudian di klasifikasikan untuk
dimasukkan ke masing-masing variable dan kemudian diinterpretasikan.
Begitu pula data yang diperoleh dari hasil lapangan maka setiap point
pertanyaan-pertanyaan dan jawaban dari wawancara, dimasukkan ke
variable yang tepat untuk dapat di interpretasikan.
Oleh karena itu, analisis data yang dipergunakan adalah analisis data
yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yaitu suatu
bentuk analisis data dengan tolak ukur (value) norma dan kaedah tertentu
dengan tidak menyandarkan pada angka-angka semata, tetapi dari
wawancara sebagai salah satu metode penelitian.
9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2009), Cetakan Ke-8, h.240 10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.142
16
Selanjutnya, analisis kuantitatif, yakni analisis data yang akan
dibuktikan dengan menggunakan angka-angka terhadap variable
tertentu,11
kemudian membuat persentase untuk mencari kesimpulan
dengan menggunakan tabulasi distribusi frekuensi, dengan memakai
rumus:
F
P=…………………..x100%
n
P = Persentasi
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden
100% = Angka Pembulat
G. Teknik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012” yang merupakan sandaran dari penulisan
karya ilmiah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya,
khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.
H. Sistematika Penulisan
Di dalam pembuatan penelitian penulis akan memberikan gambaran
mengenai hal apa saja yang akan dilakukan, maka secara garis besar
gambaran tersebut dapat dilihat dalam sistematika skripsi dibawah ini:
11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.205
17
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan hal-hal yang terkait dengan
latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, penelitian, review
studi terdahulu, metode penelitian, teknik penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Landasan teoritis, bab ini berisi pembahasan tentang:konsep
teoritis tentang efektifitas, pembahasan mengenai konsep zakat,
infaq dan shadaqah, Konsep tentang zakat profesi, tujuan dan
hikmah dana zakat, infaq dan shadaqah. Pengertian dan fungsi
surat edaran, pengertian PNS.
BAB III : GAMBARAN UMUM UPZ DI KOTA DEPOK
Bab ini membahas tentang:gambaran umum Unit Pengumpul
Zakat yang meliputi: Sejarah UPZ di Kota Depok, landasan
hukum UPZ di Kota Depok, dasar pembentukan UPZ di Kota
Depok, Visi dan Misi UPZ di Kota Depok, Struktur organisasi
UPZ di Kota Depok.
BAB IV :PEMBAHASAN
Berisi tentang analisis potensi dana ZIS Pegawai Negeri Sipil
yang ada di Kota Depok, Analisis faktor pendukung dan
18
penghambat dalam penghimpunan dana ZIS di Kota Depok,
analisis tingkat Efektifitas Pengumpulan dana ZIS melalui UPZ
pada OPD Kota Depok setelah diberlakukannya surat edaran
walikota Nomor 451.12/44-Sosial dan solusi untuk mengatasi
kendala-kendala penghimpunan dana ZIS di Kota Depok.
BAB V :PENUTUP
Bab penutup ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan
pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta
saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi
ini.
19
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Teoritis tentang Efektifitas
1. Pengertian Efektifitas
Secara bahasa efektifitas dari kata efektif yang berarti ada efeknya,
akibatnya, keadaan berpengaruhnya, kesannya, dapat berhasil dan hasil
guna.12
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata efektifitas berasal dari
bahasa inggis yaitu effective yang bermakna; 1.) ada efeknya (akibatnya,
Pengaruhnya, kesannya), 2.) Manjur atau Mujarab, 3.) Dapat membawa
hasil, berhasil guna (tentang usaha dan tindakan).13
Pengertian Efektifitas Menurut Para Ahli:
a. Menurut Ety Rochaey dan Ratih Tresnawati
Efektifitas adalah suatu angka untuk menunjukan seberapa jauh
sasaran (target) tercapai.14
b. Menurut Ahli Manajemen Peter F. Drucker
12
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet.1, Edisi III, h.286. 13
Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, (Jakarta: Bumi Askara, 2005) Cet. Ke-9, h. 250. 14
Ety Rochaey dan Ratih Tresnawati, Kamus Istilah Ekonomi, (Jakarta:Bumi Askara.
2005), h.71.
20
Efektif adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right
things). Sedangkan efesiensi adalah melakukan pekerjaan yang benar
(doing thing right). Efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih
tujuan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 15
c. Menurut Hasan Sadili dalam Ensiklopedia Bahasa Indonesia
Efektifitas bermakna menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.
Suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu tercapai tujuannya. Secara
ideal efektifitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak
pasti. Misalnya usaha X 60% efektif dalam pencapaian Y.16
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
suatu pekerjaan yang dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien,
apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang
telah direncanakan. Dan efektifitas yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah Pencapaian hasil pendapatan dana Zakat Infaq dan Shodaqah
melalui Unit Pengumpul Zakat pada Organisasi Perangkat Daerah Kota
Depok dengan memperhatikan berbagai macam peraturan yang ada, baik
itu aturan yang berasal dari agama maupun pemerintah.
2. Indikator Efektifitas
Sumaryadi berpendapat bahwa organisasi dapat dikatakan efektif
bila organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah
15
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1993) Edisi II, h.7. 16
Hasan Sadili, Ensiklopedia Bahasa Indonesia, (Jakarta:Ichtiar Baru-Van Hoeve), Jilid
2. h.833
21
ditetapkan. Efektifitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian
tujuan operatif dan operasional.17
Dalam bukunya Sujadi F.X disebutkan bahwa untuk mencapai
efektifitas dan efisiensi kerja haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun
unsur-unsur sebagai berikut:
a. Berhasil guna, yaitu untuk menyatakan bahwa kegiatan telah
dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan
sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
b. Ekonomis, ialah menyebutkan bahwa didalam usaha pencapaian
efektif maka biaya, tenaga kerja material, peralatan, waktu, ruangan
dan lain-lainnya telah dipergunakan dengan setepatnya dengan
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak
adanya pemborosan dan penyelewengan.
c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni untuk
membuktikan dalam pepelaksanaan kerja sumber-sumber telah
dimanfaatkan dengan setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan dengan
bertanggung jawab sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan.
d. Pembagian kerja yang nyata, yaitu pelaksanaan kerja dibagi
berdasarkan beban kerja, kemampuan kerja dan waktu yang tersedia.
17
Sumaryadi, Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, (Bandung:Pustaka
Setia, 2005), h. 35.
22
e. Rasionalis, wewenang dan tanggung jawab artinya wewenang
haruslah seimbang dengan tanggung jawab dan harus di hindari
dengan adanya dominasi oleh salah satu pihak terhadap pihak yang
lainnya.
f. Prosedur kerja yang praktis, yaitu untuk menegaskan bahwa kegiatan
kerja adalah kegiatan yang praktis, maka target efektis dan
ekonomis, pelaksanaan kerja yang memuaskan tersebut haruslah
kegiatan operasional yang dapat dilaksanakan dengan lancar.18
Suatu usaha dapat dikatakan efisien jika usaha tersebut dapat
memberikan hasil terbaik. Artinya usaha tersebut mencapai hasil yang
diinginkan baik ditinjau dari aspek kualitas maupun kuantitas. Dengan
kata lain, suatu usaha dapat dikatakan efisien apabila usaha yang
dijalankan dapat mencapai hasil yang memuaskan sesuai dengan
pemikiran, ketenangan jasmani, penghematan waktu dan uang.
Pencapaian hasil akhir yang sesuai dengan target yang telah ditentukan
baik ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan bahwa suatu
perusahaan telah memperhatikan efektifitas operasionalnya.19
3. Mekanisme Efektifitas
Didalam mekanisme efektifitas terhadap beberapa komponen
pendukung suatu kerja, ada beberapa pendapat menurut para ahli, yaitu:
18
Sujadi F.X. O dan M Penunjang Keberhasilan Proses Manajemen, (Jakarta:C.V.
Masagung. 1990), Cet Ke-3, h. 13. 19
Stephen P. Obis, at.al.management , (Jakarta:Prenhallindo.1999) Edisi Ke-6, h.9.
23
Menurut Georgopoulus mekanisme efektifitas terhadap dalam kerja
komponen20
yaitu:
a. Produktivitas adalah sama artinya dengan efisien.
b. Luwes artinya mematuhi norma-norma, memuaskan anggota dan konsep
daya sual. Maksudnya adalah kemampuan organisasi dalam
menyesuaikan diri pada perubahan didalam maupun perubahan didalam
organisasi.
c. Ketegangan adalah konflik dan pertentangan diantara anggota-anggota
organisasi, yang erat kaitannya dengan peningkatan (kalau terkendali)
dan penurunan (kalau dibiarkan berlalut-larut).
Menurut Paul E. Mott21
mekanisme dalam pencapaian suatu kerja yang
efektif adalah merumuskan dan mengembangkan sarana mengukur efektifitas
organisasi yang mempengaruhi tingkat efektifitas itu berkaitan langsung
dengan:
a. Kemampuan menyesuaikan diri, keluwesan.
b. Produktifitas dikaitkan dengan kuantitas, kualitas dan efisiensi.
c. Kepuasan kerja
d. Kemampuan berniaga
e. Pencarian sumber dana.
20
Basir S, Georgopoulus dan Arnold S. Tannembaun, “A, Study Of Organisation
Effectiveness”, (America:Sociological Review, 1957). Vol.22, h.534. 21
Paul E. Mott, “The Characteristics Of Effectivitas Organization”. (New York: Halper
And Row, 1972), h.20.
24
Dari beberapa pendapat para ahli diatas bahwasannya mekanisme
efektifitas terdiri atas keluwesan kerja dan produktifitas yang dalam hal ini
sama artinya dengan efisiensi kerja.
4. Perencanaan yang Efektif
Untuk pembuatan strategi/perencanaan yang baik, pada dasarnya
melalui empat tahap berikut:
a. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan, tanpa rumusan tujuan yang
jelas, suatu perusahaan akan menggunakan sumber dayanya secara
efektif.
b. Merumuskan keadaan saat ini, pemahaman akan posisi organisasi
sekarang dari tujuan yang hendak dicapai atau sumberdaya- sumberdaya
yang tersedia untuk pencapaian tujuan, adalah sangat penting. Karena
tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang. Hanya saat
keadaan organisasi saat ini dianalisa, rencana dapat dirumuskan untuk
menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut.
c. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan, segala kekuatan
dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan
untuk mengukur kemampuan suatu organisasi dalam mencapai tujuan.
Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intern dan
ekstern yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya atau yang
mungkin dapat menimbulkan masalah.
d. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian
tujuan, tahap akhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan
25
berbagai alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian alternatif-
alternatif tersebut dan pemilihan alternatif terbaik paling memuaskan
diantara berbagai alternatif yang ada.
Dalam perencanaan yang efektif pada dasarnya ada 4 hal pokok yaitu
menetapkan tujuan kerja, merumuskan keadaan saat ini, mengidentifikasikan
segala kemudahan dan hambatan mengembangkan rencana dan serangkaian
kegiatan.
B. Konsep Teoritis tentang Zakat, Infaq dan Shadaqah
1. Pengertian Zakat, Infaq dan Shadaqah
a. Pengertian Zakat
Zakat isim masdar dari kata zaka-yazku-zakah. Oleh karena
kata dasar zakat adalah zaka yang berarti bersih, berkah, tumbuh,
baik dan bertambah.22
Kata zakat dari sudut bahasa, adalah suci,
tumbuh, berkah dan terpuji: semua digunakan dalam Al-Qur’an dan
Hadits.23
Dengan makna tersebut, orang yang telah mengeluarkan
zakat diharapkan hati dan jiwanya akan menjadi bersih.24
Sebagaimana firman Allah swt dalam surat At-Taubah Ayat 103’
22
Fakhruddin, “Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia.” (Malang: UIN Malang Press,
2008) h. 13 23
Yusuf Qadrawi, “Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
Menurut Al-Qur’an dan Hadits, h.34 24
Fakhruddin, “Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia.”. h. 13
26
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucinkan mereka
dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka, dan Allah Maha
Mendengan lagi Maha Mengetahui.”
Wahbah Zuhayly mengungkapkan beberapa pendapat ulama
mazhab tentang definisi Zakat:25
a.) Menurut Mazhab Maliki, Zakat adalah mengeluarkan sebagian
yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai
nishab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang-
orang yang berhak menerimanya (mustahiq-nya) jika harta
kepemilikan itu penuh dan mencapai haul (setahun), bukan
barang tambang dan pertanian.
b.) Menurut Mazhab Hanafi, Zakat adalah menjadikan sebagian
harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik orang
yang khusus, yang ditentukan oleh syariat karena Allah swt.
Dikeluarkan hanya untuk mengharapkan ridha Allah semata.
25
Wahbah Zuhayly, Zakat: Kajian Berbagai Mazhab, penerjemah Agus Efendi, dkk
(Bandung: Remaja Rosada, 2008) h.83
27
c.) Menurut Mazhab Syafi’I, Zakat adalah sebuah ungkapan untuk
keluarnya harta atau tumbuh sesuai cara khusus.
d.) Sedangkan menurut Mazhab Hambali, Zakat adalah hak yang
wajib (dikeluarkan) dari harta yang khusus untuk kelompok
yang khusus pula.
Dari keempat pendapat tersebut dapat penulis simpulkan
bahwa zakat suatu kewajiban yang ditentukan terhadap harta tertentu
dalam waktu tertentu dan batasan tertentu yang diberikan kepada
orang-orang tertentu.
b. Pengertian Infaq
Infaq berasal dari kata “anfaqa” yang berarti mengeluarkan
sesuatu (harta) untuk kepentingan memberi pertolongan demi
menciptakan tegak dan syi’arnya agama islam dan membentengi dari
segala hal yang memusuhinya serta untuk menciptakan kemaslahatan
bersama.26
Sedangkan menurut terminologi syari’at, infaq berarti
mengeluarkan sebagian harta atau pendapatan untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan agama Islam. Jika zakat ada
nisabnya, didalam infaq tidak mengenal kata nishab. Infaq
dikeluarkan bagi setiap orang yang beriman, baik yang mempunyai
penghasilan tinggi maupun yang berpenghasilan rendah, baik dalam
26
Yusuf Qardawi, Fikih Zakat, (Bairut:Muassasah Al-Risalah, 1994), Juz II. H.654
28
keadaan lapang maupun dalam kondisi sempit. Dijelaskan dalam
surat Ali-Imran 134
artinya: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),
baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan .” (QS. Ali-Imran:
134)
Jika zakat diberikan kepada mustahik tertentu maka infaq
boleh diberikan kepada siapapun juga, misalnya kedua orang tua,
kerabat, tetangga dan lain sebagainya.27
Hal ini dijelaskan dalam
firman Allah dalam Surat Al-Baqarah Ayat 215:
27
Didin Hafiduddin, Panduan Praktis tentang Zakat Infaq Sedekah, (Jakarta: PT. Gema
Insani Press, 1998). H. 14-15
29
yang artinya: “Mereka bertanya tentang apa yang mereka
nafkahkan, Jawablah: “apa saja harta yang kamu nafkahkan
hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan.” Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (Q.S Al-Baqarah: 215).
Dapat penulis simpulkan bahwa infaq adalah mengeluarkan
sebagian harta yang dimiliki tanpa mengenal batas waktu, dan
nisabnya (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan agama Islam.
c. Pengertian Shadaqah
Shadaqah sering disebut dalam bahasa Al-Qur’an yang
dimaksudkan darinya adalah zakat, sehingga Yusuf Qardawi
mengatakan bahwa “Shadaqah itu adalah zakat, dan Zakat itu adalah
Shadaqah, berbeda nama tapi arti sama.”28
Karena hal itu
disandarkan pada firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 58:
28
Yusuf Qardawi, hukum zakat:Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. (Bogor:Pustaka Litera AntarNusa, 1996) h.36
30
artinya “Dan diantara mereka ada orang yang mencelamu
tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebagian dari padanya
mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian dari
padanya dengan serta merta mereka menjadi marah.”(Q.S At-
Taubah:58).
Kata zakat dinamakan shadaqah karena shadaqah berasal dari
kata shidq yang berarti benar. Sehingga menjadi bukti pembenaran
dari perbuatan ucapan serta keyakinan. Banyak kata shadaqah dalam
berbicara, berarti benar. Bentuk kata shadaqah dalam hal kekayaan
berarti di zakatkan dan bentuk kata ashdaqa kepada perempuan
berarti membayar mahar perempuan tersebut. Dan diungapkan
semua dengan kata shadaq dimaksudkan untuk menunjukan
perbuatan menyedekahkan itu. Orang yang mempunyai keyakinan
akan akhirat yang menjadi tujuan, maka ia tentu tidak akan segan-
segan mengorbankan apa yang diperolehnya di dunia untuk tujuan
akhirat sebagai bukti pembenaran dan keyakinan tersebut. Orang
31
yang suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan
imannya.29
Menurut terminologi syariat, pengertian shadaqah
mempunyai arti lebih luas yaitu menyangkut shadaqah tatawwu’
yang dalam pengertiannya sama dengan pengertian infaq, termasuk
hukum dan ketentuan ketentuannya. Hanya saja, jika infaq berkaitan
dengan materi, sedang shadaqah ini menyangkut juga hal yang
bersifat non materi. Rasulullah menyatakan dalam Hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Dzhar bahwa tidak
mampu bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, tahmid,
tahlil, berhubungan suami istri, dan melakukan amar ma’ruf nahi
mungkar adalah shadaqah.30
Dapat penulis simpulkan bahwa shadaqah ialah memberikan
sesuatu yang dimiliki baik dalam bentuk materi maupun non materi
tanpa mengenal batas waktu dan kuantitas sebagaimana yang
diperintahkan ajaran Islam.
2. Dasar Hukum Zakat, Infaq dan Shadaqah
a. Dasar Hukum Zakat
Zakat diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun ke
dua Hijriyah. Pewajibnya terjadi setelah pewajiban puasa bulan
29
Yusuf Qardawi, hukum zakat:Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, (Bogor:Pustaka Litera AntarNusa, 1996) h.38 30
Didin Hafiduddin, Panduan Praktis tentang Zakat Infaq Sedekah, (Jakarta: PT. Gema
Insani Press, 1998). H.15
32
Ramadhan dan zakat fitrah. Tetapi, zakat tidak diwajibkan atas para
nabi. Pendapat yang terakhir ini disepakati ulama karena
dimaksudkan sebagai penyucian untuk orang-orang yang berdosa,
sedangkan para nabi terbebas dari hal demikian.
Dalam al-Qur’an, zakat digandengkan dengan kata “Shalat”
dalam delapan puluh dua tempat. Hal ini menunjukan bahwa
keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Zakat diwajibkan
dalam Al-Qur’an, Sunnah dan Ijma’ para ulama.31
Adapun dasar hukum kewajiban zakat diantaranya:
a.) Al-Baqarah: 43
كعيه كىة وٱركعىا مع ٱلز لىة وءاتىا ٱلز ٣٤وأقيمىا ٱلص
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku´lah beserta
orang-orang yang ruku. (Q.S Al-Baqarah:43)
b.) Al-Hajj: 41
هم ف ى ك كىة وأمزوا ٱلذيه إن م لىة وءاتىا ٱلز ي ٱلرض أقامىا ٱلص
قبت ٱلمىر ع ٣٤بٲلمعزوف ووهىا عه ٱلمىكز ولل
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka
di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah dari
31
Wahbah Zuhayly, Zakat: Kajian Berbagai Mazhab, penerjemah Agus Efendi, dkk
(Bandung: Remaja Rosada, 2008) h.89
33
perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala
urusan. (Q.S Al-Hajj:41)
c.) Dalil Sunnah
Dalam Hadits Rasulullah SAW disebutkan antara lain:
yaitu dalam hadits riwayat Ibnu Umar R.A, Rasulullah SAW
bersabda yang artinya: “Islam dibangun diatas lima perkara.
Mengakui bahwasannya tiada tuhan selain Allah dan mengakui
bahwasannya nabi Muhammad rasul Allah, mendirikan sholat,
menunaikan Zakat, melaksanakan haji, dan puasa dibulan
Ramadhan. (Riwayat Imam Bukhori 2:2)
d.) Ijma’ Ulama
Sedangkan secara Ijma’ para ulama baik salaf (klasik)
maupun khalaf (kontemporer) telah sepakat tentang adanya
kewajiban zakat dan merupakan salah satu rukun Islam serta
menghukumi kafir bagi yang mengingkari kewajibannya.32
Dengan demikian, barangsiapa yang mengingkari kefarduannya,
berarti dia kafir atau jika sebelumnya diamerupakan seorang
muslim yang dibesarkan didaerah muslim menrut kalangan
ulama disebut murtad. Kepadanya diterapkan hukum orang-
orang murtad. Seorang hendaknya menganjurkan untuk
32
Fakhruddin, “Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia.” (Malang: UIN Malang Press,
2008) h. 23
34
bertaubat. Apabila sudah diperingatkan tiga kali. Jika tidak mau
bertaubat, maka hendaklah dibunuh.33
b. Dasar Hukum Infaq
Infaq adalah pengeluaran sukarela yang di lakukan seseorang,
setiap kali ia memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya.
Allah memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk menentukan
jenis harta, berapa jumlah yang yang sebaiknya diserahkan. Allah
Berfirman:
بهۦ عليم ا تحبىن وما تىفقىا مه شيء فئن ٱلل له تىالىا ٱلبز حتى تىفقىا مم
٢٩
Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang
kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya (Q.S Ali Imran: 92)
c. Dasar Hukum Shadaqah
Hukum dan ketentuan shadaqah dalam hal ini sama dengan
ketentuan infaq. Hanya saja kalau infaq berkaitan dengan materi,
sedangkan shadaqah memiliki arti yang lebih luas, termasuk
pemberian yang sifatnya non materi, seperti memberikan jasa,
mengajarkan ilmu pengetahuan, mendoakan orang lain, dan
sebagainya juga masuk dalam kategori shadaqah.
33
Wahbah Zuhayly, Zakat: Kajian Berbagai Mazhab, penerjemah Agus Efendi, dkk (Bandung: Remaja Rosada, 2008) h.90
35
كمثل حبت أوبتت سبع سىابل في كل سىبلت م لهم في سبيل ٱلل ثل ٱلذيه يىفقىن أمى
سع عليم و عف لمه يشاء وٱلل يض ائت حبت وٱلل ٩٦٤م
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui. (Q.S Al-Baqarah: 261).
3. Mustahik Zakat
Zakat sebagai dana bantuan social sangat besar sekali peranan dan
manfaatnya dalam membangun dan meningkatkan taraf hidup yang lebih
baik bagi mustahik. Penerima zakat ialah orang yang berhak menerima
harta zakat terperinci menjadi delapan golongan sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat At-Taubah : 60.
قاب مليه عليها وٱلمؤلفت قلىبهم وفي ٱلز كيه وٱلع ت للفقزاء وٱلمس دق ۞إوما ٱلص
زميه وفي عليم حكيم وٱلغ وٱلل ه ٱلل بيل فزيضت م وٱبه ٱلس ٦٦سبيل ٱلل
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu´allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam
36
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S Al-Baqarah: 60)
Dari ayat tersebut diperoleh pemahaman bahwa yang berhak
menerima zakat (mustahik) zakat ada 8 dengan rincian sebagai berikut:
a.) Fuqara, adalah jama’ dari faqir yaitu orang orang yang tidak ada
harta untuk hidup sehari-hari dan tidak mampu bekerja dan berusaha.
b.) Al-Masakin, masakin merupakan jama’ dari kata miskin yaitu orang
orang yang penghasilan sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan
hidupnya.
c.) Amil, yaitu orang-orang yang bertugas mengumpulkan dan
membagikan zakat kepada yang berhak menerimanya.
d.) Muallaf, yaitu orang yang baru masuk islam dan imannya masih
lemah.
e.) Hamba sahaya (Budak): orang yang belum merdeka.
f.) Gharim, yaitu orang yang memiliki banyak hutang sedangkan ia
tidak mampu. Dalam hal ini aliran Syafi’iyah menyatakan bahwa
grarimin meliputi: hutang karena mendamaikan dua orang yang
bersengketa, hutang untuk kepentingan pribadi, dan hutang karena
menjamin orang lain.
g.) Sabilillah, yaitu orang-orang yang berjuang dijalan Allah SWT.
h.) Ibnu Sabil, yaitu orang orang yang sedang dalam perjalanan, seperti
dalam berdakwah dan menuntut ilmu.
37
Dalam penetapan kelompok-kelompok mustahik zakat di dalam
kandungan surat At-taubah ayat 60 adalah untuk menjelaskan mereka
yang berhak menerima zakat bukan karena keharusan memenuhi
semuanya.
4. Hikmah dan Keutamaan Zakat
Zakat sebagai salah satu dari rukun islam yang telah diwajibkan
bagi setiap muslim untuk menunaikan dan telah memenuhi syarat
tertentu, tentu zakat memiliki tujuan dan mengandung hikmah yang
besar bagi muzakki dan mustahik.
Yusuf Al-Qardrawi seorang ulama kontemporer menyatakan
bahwa zakat adalah ibadah Maliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi
dan peran yang penting, strategis dan menentukan. Artinya bahwa zakat
itu tidak hanya berdimensi maliya (harta/materi) saja, tetapi juga
berdimensi ijtima’iyyah (sosial). Oleh karena itu, maka zakat memunyai
manfaat dan hikmah yang sangat besar, baik bagi muzakki maupun bagi
mustahiq, harta itu sendiri maupun bagi masyarakat secara keseluruhan.34
Wahbah Zuhaili mencatat 4 hikmah zakat:
a. Menjaga harta dari pandangan dan tangan-tangan orang yang jahat.
b. Membantu fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan.
34
Fakhruddin, “Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia.” (Malang: UIN Malang Press,
2008) h.27
38
c. Membersihkan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil serta
membiasakan orang mu’min dengan pengorbanan dan
kedermawanan,
d. Mensyukuri nikmat Allah SWT berupa harta benda.
Maka dapat disimpulkan bahwa hikmah dan keutamaan zakat
yaitu membersihkan hati dan jiwa serta harta yang kita miliki untuk
selalu mensykuri nikmat yang telah diberikan.
C. Konsep Zakat Profesi
1. Pengertian Zakat Profesi
Zakat profesi tidak banyak dikenal pada generasi terdahulu,
berbeda dengan sumber pendapatan dari pertanian, peternakan, dan
perdagangan, namun bukan berarti pendapatan dari hasil profesi terbebas
dari zakat, karena zakat hakikatnya adalah pungutan terhadap kekayaan
golongan yang memiliki kelebihan harta untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya. Zakat profesi adalah langkah maju dalam
perekonomian muslim untuk menghapus kemiskinan.
Adapun profesi yang dimaksud adalah segala bidang pekerjaan
yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan
sebagainya). Professional adalah yang bersangkutan dengan profesi,
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.
Akan tetapi, pekerja profesi mempunyai pengertian luas, karena
semua orang bekerja dengan kemampuan yang dengan kata lain mereka
bekerja karena profesinya. Dalam pembahasan secara global bahwa
39
pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua hal, pertama, pekerjaan yang
dikerjakan sendirinya disertai dengan keahlian yang dimiliki tanpa
berpihak dengan orang lain, maka penghasilan dengan metode ini
selayaknya penghasilan dokter, advokat, dosen dan sebagainya, kedua
pekerjaan yang dikerjakan seseorang buat pihak lain baik di instansi
pemerintah, perusahaan, dan lembaga-lembaga swasta lainnya yang mana
mendatangkan penghasilan uang (honorarium)35
.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk
pekerja profesi itu, seperti konsultan, pengacara, komisaris, kontraktor,
investor, dokter, pegawai pemerintah, artis dan sebagainya. Bentuk-
bentuk usaha tersebut, jelas tidak ada pada era pra-industrialis. Karena,
jenis profesi masyarakat pada zaman nabi Muhammad SAW dan pada
masa ulama dahulu masih sangat sederhana. Jadi, berbeda dengan zaman
modern sekarang, yang berbagai profesi bermunculan sesuai dengan
perkembangan kehidupan modern, yang kiranya tidak pernah
terbayangkan oleh para ulama zaman dahulu, profesi yang dapat
mendatangkan rizki secara gampang dan melimpah dewasa ini jumlahnya
relatif sangat banyak.
Oleh karena itu, ada persoalan dengan maksud “relatif banyak”
seperti tersebut diatas, yang harus mendapat ketegasan ukuran,
mengingat akan timbul perbedaan persepsi sesuai dengan kondisi, waktu
dan tempat.
35
Yusuf Qardawi, hukum zakat:Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, (Bogor:Pustaka Litera AntarNusa, 1996) h.459
40
Menurut Didin Hafiduddin yakni zakat profesi adalah zakat yang
dikenakan kepada penghasilan para pekerja karena profesinya baik itu
dilakukan sendirian maupun bersama dengan pihak/lembaga lain yang
mana mendatangkan penghasilan (honorarium).yang memenuhi nishab.36
Dapat disimpulkan bahwa zakat profesi adalah zakat yang dikenakan
pada penghasilan karena profesinya dan dilandasi dengan jiwa yang
bersih, dengan begitu zakat akan mensucikan.
2. Landasan Hukum Wajib Zakat Profesi
Semua penghasilan melalui kegiatan profesional tersebut, apabila
telah mencapai nishab, maka wajib dikeluarkan zakatnya. Hal ini
berdasarkan nash-nash yang bersifat umum, misalnya firman Allah SWT
dalam QS At-Taubah: 103, QS Al-Baqarah: 276 dan juga firmannya
dalam QS Adz-Dzaariyat: 19.37
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS At-
Taubah:103)
36
Didin, Hafiduddin. Panduan Tentang Zakat, Infaq dan Sedekah, (Jakarta: Gema Insani
Press 1998), h.103. 37
Didin, Hafiduddin, dkk. Fikih Zakat Indonesia, (Jakarta: BAZNAS: 2015), h.68.
41
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih
yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu
sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.” (QS Al-Baqarah: 267)
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.”( QS Adz-
Dzaariyat: 19)
Sayyid Quthub dalam tafsirnya Fi Zhilal al-Qur’an. Ketika
menafsirkan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 267
menyatakan, bahwa nash ini mencakup seluruh yang dikeluarkan Allah
SWT dari dalam dan atas bumi, seperti hasil-hasil pertanian, maupun
42
hasil pertambangan seperti minyak bumi. Karena itu, nash ini mencakup
semua harta, baik yang terdapat di zaman Rasulullah SAW, maupun
dizaman sesudahnya. Semuanya wajib dikeluarkan zakatnya dengan
ketentuan dan kadar sebagaimana diterangkan dalam Sunnah Rasulullah
SAW, baik yang sudah diketahui secara langsung, maupun yang
diqiyaskan kepadanya.
Al-Qurthubi dalam tafsir al-jaami’ li ahkaam Al-Qur’an,
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kata-kata hakkum ma’lum
(hak yang pasti) pada QS Adz-Dzaariyaat: 19 adalah zakat yang
diwajibkan, artinya semua harta yang dimiliki dan semua penghasilan
yang didapatkan, jika telah memenuhi persyaratan kewajiban zakat, maka
harus dikeluarkan zakatnya.
3. Menghitung Zakat Profesi
Dalam menghitung zakat profesi, banyak versi yang digunakan
oleh para ulama dalam menentukan nishab dan kadarnya. Hal ini sangat
bergantung pada qiyas (analogi) yang dilakukan.
Pertama, jika dianalogikan pada zakat perdagangan, maka nishab,
kadar, dan waktu mengeluarkannya sama dengan emas dan perak.
Nishabnya senilai 85 gram emas, kadar zakatnya 2,5% dan waktu
mengeluarkannya setahun sekali, setelah dikurangi kebutuhan pokok.
Contoh: Jika si A berpenghasilan Rp 5.000.000 setiap bulan dan
kebutuhan pokok perbulannya sebesar Rp 3.000.000 maka besar zakat
43
yang dikeluarkannya adalah 2.5% x 12 x Rp 2.000.000 atau sebesar Rp
600.000 pertahun atau Rp 50.000 perbulan.
Kedua, jika dianalogikan pada zakat pertanian maka nishabnya
senilai 653kg padi atau gandum, kadar zakatnya sebesar 5% dan
dikeluarkan setiap mendapatkan gaji atau penghasilan, misalnya sebulan
sekali.
Contoh: jika si B berpenghasilan Rp 5.000.000 setiap bulan dan
kebutuhan pokokperbulannya sebesar Rp 3.000.000 maka besar zakat
yang dikeluarkannya adalah 5% x 12 x Rp 2.000.000 atau sebesar Rp
1.200.000 per tahun atau Rp 100.000 per bulan.38
Penulis berpendapat, bahwa zakat profesi dapat dianalogikan pada
dua hal secara sekaligus, yaitu pada zakat pertanian dan pada zakat emas
dan perak. Dari sudut nishab dianalogikan zakat pertanian, yaitu sebesar
lima ausaq atau senilai 653 kg padi atau gandum dan dikeluarkan pada
saat menerimanya. Misalnya setiap bulan bagi karyawan yang menerima
gaji bulanan langsung dikeluarkan zakatnya, sama seperti zakat pertanian
yang dikeluarkan pada saat panen, karena dianalogikan pada zakat
pertanian, maka pada zakat profesi tidak ada ketentuan haul. Ketentuan
waktu menyalurkannya adalah pada saat menerima, misalnya setiap
bulan, dapat didasarkan pada urf (tradisi) disebuah negara. Karena itu
profesi yang menghasilkan pendapatan setiap hari, misalnya dokter yang
38
Didin, Hafiduddin. “Zakat Dalam Perekonomian Modern”. (Jakarta: Gema Insani
Press:2002) h.97.
44
membuka praktek sendiri, atau para da’I yang setiap hari berceramah,
zakatnya dikeluarkan setiap sebulan sekali.
Pengelolaan zakat profesi dengan zakat pertanian dilakukan
karena ada kemiripan antara keduanya (al-syabah). Jika hasil panen pada
setiap musim berdiri sendiri tidak terkait dengan hasil sebelumnya,
demikian pulan dengan gaji atau upah yang diterima, tidak terkait antara
penerimaan bulan kesatu dan bulan kedua dan seterusnya. Berbeda
dengan perdagangan yang selalu terkait antara bulan pertama dan bulan
kedua dan seterusnya sampai dengan jangka waktu satu tahun atau tahun
tutup buku.
Dari sudut kadar zakat, dianalogikan pada zakat uang, karena
memang gaji, honorarium, upah dan yang lainnya, pada umumnya
diterima dalam bentuk uang. Karena itu kadar zakatnya adalah sebesar
rub’ul usyri atau 2,5%. Qiyas syabah, yang penulis gunakan dalam
menetapkan kadar dan nishab zakat profesi pada zakat pertanian dan
zakat nuqud (emas dan perak) adalah qiyas yang illat hukumnya
ditetapkan melalui metode syabah. Contoh qiyas syabah yang
dikemukakan oleh Muhammad al-Amidi adalah hamba sayaha yang
dianalogikan pada dua hal yaitu pada manusia (nafsiyyah) menyerupai
orang yang merdeka (al-hur) dan dianalogikan pula pada kuda karena
dimiliki dan dapat diperjualbelikan dipasar. Atas dasar keterangan
tersebut, jika seorang PNS sudah berpenghasilan empat juta rupiah setiap
bulan dan ini sudah mencapai nishab, maka ia wajib mengeluarkan
45
zakatntya sebesar 2,5% sebulan sekali. Demikian pula misalnya seorang
pegawai perusahaan swasta yang menerima gaji empat juta rupiah, maka
wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2.5% sebulan sekali. Sebaliknya,
seorang pegawai yang bergaji dua juta rupiah setiap bulan, dan ini belum
mencapai nishab, maka ia tidak wajib berzakat. Akan tetapi kepadanya
dianjurkan untuk berinfaq dan bersedekah, yang jumlahnya bergantung
pada kemampuan dan keikhlasannya. Kota Depok menetapkan nishab
zakat profesi sebesar 85gram emas harga saat ini untuk dikeluarkan 2.5%
dan bagi karyawan/ staff yang belum mencapai nishab 85gram emas,
tetapi dianjurkan untuk berinfaq dan bersedekah Kepada Bandan Amil
Zakat Kota Depok melalui Unit Pengumpul Zakat yang ada di setiap
Instansi masing-masing.
D. Pengertian dan Fungsi Surat Edaran
1. Pengertian Surat Edaran
Surat edaran adalah surat pemberitahuan tertulis yang ditujukan
kepada pejabat/pegawai. Surat edaran ini berisi penjelasan mengenai
suatu hal. Misalnya kebijakan pimpinan, petunjuk mengenai tatacara
pelaksanaan, atau suatu peraturan perundang-undangan.
Surat edaran dari instansi pemerintah adalah pemberitahuan dan
penjelasan tentang pelaksanaan peraturan di lingkungan isntansi tersebut.
2. Fungsi Surat Edaran
a.) Dikalangan Instansi Pemerintah, merupakan surat yang dapat
memberi petunjuk, penjelasan tentang pelaksanaan atau peraturan.
46
b.) Di Perusahaan Swasta, surat edaran berfungsi sebagai pemberitahuan
atau pengumuman.
Surat Edaran mempunyai derajat lebih tinggi dari surat biasa, karena
surat edaran memuat petunjuk atau penjelasan tentang hal-hal yang harus
dilakukan berdasarkan peraturan yang ada. Surat Edaran bersifat
pemberitahuan, tidak ada sanksi karena bukan norma.
E. Pengertian Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah orang yang bekerja pada
pemerintah (perusahaan atau kantor pemerintahaan) yang diangkat oleh
negara dan disumpah untuk setia. Pegawai negeri sipil merupakan golongan
penduduk atau rakyat (bukan polisi atau militer).
Pegawai Negeri adalah pekerja di sektor public yang bekerja untuk
pemerintah suatu negara. Pekerja di badan non-departemen kadang juga
dikategorikan sebagai pegawai negeri, pegawai negeri di Indonesia adalah
system karir. Mereka dipilih dalam ujian tertentu, mendapatkan gaji dan
tunjangan tertentu, mendapatkan gaji dan tunjangan khusus, serta
memperoleh pensiun.
Demikian beberapa landasan teoritis yang berhubungan dengan skripsi
Efektifitas Surat Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang Optimalisasi
Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh melalui Unit Pengumpul
Zakat pada Organisasi Perangkat Daerah Kota Depok, dengan beberapa referensi
yang di dapat dari buku-buku ekonomi islam, Al-Qur’an dan sumber dari internet.
47
BAB III
GAMBARAN UMUM UNIT PENGUMPUL ZAKAT (UPZ) DI KOTA
DEPOK
A. Pengertian Unit Pengumpul Zakat
Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2011 dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS
kabupaten/kota dapat membentuk UPZ pada instansi pemerintah, badan usaha
milik negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta, dan perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat
kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan tempat lainnya.39
Unit pengumpul zakat adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh
Badan Amil Zakat Nasional di semua tingkatan dengan tugas mengumpulkan
zakat untuk melayani muzakki, yang berada pada desa/kelurahan, instansi-
instansi pemerintah dan swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri.40
UPZ yang dibentuk oleh BAZNAS Kabupaten/Kota terdapat pada :
1. Kantor Satuan Kerja Perangkat Daerah/LembagaDaerah kabupaten/kota.
2. Kantor Instansi vertikal tingkat kabupaten/kota.
3. Badan Usaha Milik Daerah kabupaten/kota.
4. Perusahaan skala kabupeten/kota.
39
Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. 40
Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
48
5. Masjid, mushalla, langgar, surau atau nama lainnya.
6. Sekolah/Madrasah dan lembaga pendidikan lain.
7. Kecamatan atau nama lainnya.
8. Desa/Kelurahan atau nama lainnya.
B. Landasan Hukum UPZ di Kota Depok
1. Undang-Undan No. 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat revisi
menjadi Undang-Undang No. 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
2. Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang No. 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
3. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 3 Tahun 2014 Tentang
Optimalisasi Pengumpulan Zakat di Kementrian/Lembaga, Sekertariat
Jendral Lembaga Negara, Sekertariat Jendral Komisi Negara, Pemerintah
Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah,
melalui Badan Amil Zakat Nasional.
4. Keputusan Gubenur Jawa Barat No. 37 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Zakat dan Pengurus Badan Amil Zakat Provinsi Jawa Barat.
5. Keputusan Walikota Depok Nomor: 821.29/128/Kpts/Sosial/Huk/2011.
Tentang Pembentukan Badan Amil Zakat Kota Depok.
6. Surat Edaran Walikota Depok No.451.12/44-sosial Tentang Optimalisasi
Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqah.41
41
Hasil Wawancara dengan ketua BAZNAS kota Depok Bpk. H. Aceng Toha Abdul Qodir, L.c
pada tanggal 17 Mei 2016.
49
C. Tugas Unit Pengumpul Zakat
Salah satu tugas Unit Pengumpul Zakat adalah perpanjangan tangan
dari BAZNAS Kota Depok dalam menjalankan Visi dan Misinya. Adapun
Visi dan Misi BAZNAS kota Depok adalah:
1. Visi: Mengusir sifat kikir, mengikis sifat dengki, menumbuhkan
kepedulian.
2. Misi:
a. Menyadarkan aghniya untuk berzakat, berinfaq dan bershodaqah.
b. Menghimpun dana dari sumber yang halal berdasarkan syariat.
c. Memenuhi kebutuhan mustahik demi lancarnya roda ekonomi
masyarakat.
d. Menggali potensi masyarakat untuk ikut serta dalam membangun
Kota Depok.
Secara teknis Unit Pengumpul Zakat bertugas mengumpulkan Zakat,
Infaq dan Shodaqah dari wajib zakat (Muzakki) dan setiap penarikan Zakat,
Infaq dan shadaqah diberikan kwitansi pada penerimaan yang telah disiapkan
oleh BAZNAS Kota Depok dan distempel oleh Unit Pengumpul Zakat.42
D. Mekanisme Pembuatan UPZ
Mekanisme Pembentukan UPZ di Kota Depok:
42
Profil BAZNAS Kota Depok, “Berzakat Bermanfaat Bagi Ummat” tahun 2011. Keseluruhan
data mengenai Profil BAZNAS kota Depok diambil dari dokumen tertulis yang ada disekertariat
BAZNAS kota Depok.
50
1. Kepala instansi pemerintah, Kepala Badan Usaha Milik Daerah,
Perusahaan Swasta mengajukan surat pembentukan UPZ pada BAZNAS
Kota Depok.
2. Dalam surat tersebut mengajukan nama-nama pengurus UPZ tersebut
yang terdiri atas Ketua, Sekertaris, Bendahara, sie Pengumpul dan sie
pendayagunaan.
3. Setelah disetujui oleh Ketua BAZNAS Kota Depok, Surat keputusan
pembentukan UPZ diberikan,
4. Setelah pemberian Surat Keputusan Unit Pengumpul Zakat, BAZNAS
melakukan pengukuhan dan pembinaan kepada pengurus UPZ yang baru
dibentuk.43
Dalam mekanisme pembuatan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) ada 4
tahap yang harus dilakukan yaitu pengajuan surat beserta kepengurusan UPZ
dan pengukuhan serta pembinaan kepada pengurus UPZ yang bersangkutan.
E. Kelengkapan Unit Pengumpul Zakat
Setelah pengukuhan dan pembinaan dilakukan oleh BAZNAS Kota
Depok, setiap UPZ diberikan kelengkapan untuk mempermudah menjalankan
tugasnya pada instansi tersebut.
Kelengkapannya adalah:
1. Surat keputusan (SK).
2. Banner BAZNAS Kota Depok
43
Hasil Wawancara dengan ketua BAZNAS kota Depok Bpk. H. Aceng Toha Abdul Qodir, L.c
pada tanggal 17 Mei 2016.
51
3. Stempel
4. Kwitansi
5. Kupon Infaq dan Shodaqah.44
Kelengkapan pada Unit Pengumpul Zakat (UPZ) menjadi penguat
pengurus untuk menjalankan tugasnya, karena kelengkapan tersebut menjadi
bukti bahwasannya UPZ pada instansi tersebut sudah sah dalam menjalankan
tugasnya.
F. Struktur Organisasi
Disetiap Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di Kota Depok memiliki
kesamaan struktur organisasi yang sudah dibuatkan standar baku oleh
BAZNAS Kota Depok.
Stuktur organisasi pada setiap Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yaitu
terdiri dari:
1. Ketua Unit Pengumpul Zakat
2. Sekertaris Unit Pengumpul Zakat
3. Bendahara Unit Pengumpul Zakat
4. Sie. Pengumpul
5. Sie. Pendayagunaan
Pada setiap Unit Pengumpul Zakat (UPZ) berada dibawah koordinasi
Seksi pengumpulan zakat pada BAZNAS Kota Depok.45
44
Hasil Wawancara dengan ketua BAZNAS kota Depok Bpk. H. Aceng Toha Abdul Qodir, L.c
pada tanggal 17 Mei 2016. 45
Hasil Wawancara dengan ketua BAZNAS kota Depok Bpk. H. Aceng Toha Abdul Qodir, L.c
pada tanggal 17 Mei 2016.
52
G. Tata Kelola Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di Kota Depok
Dalam pelaksanaanya Unit Pengumpul Zakat adalah mitra kerjasama
dari BAZNAS Kota Depok dalam rangka pencapaian tujuan pengelolaan
zakat, hasil yang dicapai melalui sistem ini adalah meningkatnya
pembentukan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada instansi
Pemerintah/Lembaga sebagai satu kesatuan dari BAZNAS Kota Depok yang
bertugas melakukan pengumpulan zakat kepada muzakki secara langsung,
seiring bertambahnya muzakki yang menunaikan zakatnya secara benar
menurut syari’ah dan peraturan yang berlaku melalui perhitungan zakat (haul
dan nishab).46
Intensifikasi pengumpulan zakat dilakukan dengan cara peningkatan
dan kecepatan (tepat waktu), muzakki yang telah menunaikan zakat melalui
Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang telah dibentuk disetorkan secepatnya
kerekening BAZNAS Kota Depok pada Bank Jabar Banten cabang Depok
atau dalam kesempatan yang memungkinkan petugas pada sekertariat
BAZNAS Kota Depok dapat meminta kepada bendahara disetiap Unit
Pengumpul Zakat dana zakat yang sudah terkumpul.
H. Kebijakan di Bidang Pengumpulan pada UPZ
Sejak dibentuknya BAZNAS Kota Depok melalui Surat Keputusan
Walikota Depok Nomor:821.29/128/Kpts/Sosial/Huk/2001 Tentang
Pembentukan Badan Amil Zakat Kota Depok. Tanggal 3 September 2001
sebagai implementasi dari Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 Tentang
46
Hasil Wawancara dengan ketua BAZNAS kota Depok Bpk. H. Aceng Toha Abdul Qodir, L.c
pada tanggal 17 Mei 2016.
53
Pengelolaan Zakat Badan Pelaksana BAZNAS Kota Depok masih mencari
pola dan strategi upaya pengumpulan zakat di kota Depok yang efektif namun
berdasarkan syari’ah dan perundang-undangan yang berlaku, berbagai konsep
ditawarkan baik dilingkungan Badan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan
serta Pemerintah Kota Depok.
Rentang waktu yang cukup panjang menyusun konsep kebijakan
dibidang pengumpulan zakat maka pada tanggal 25 april 2008
dicanangkanlah “Gerakan Sadar Zakat” di Kota Depok oleh Bapak Walikota
Depok seiring dilaksanakannya Sosialisasi Undang-Undang No. 38 Tahun
1999 Tentang Pengelolaan Zakat dengan menghadirkan ketua BAZNAS
(Bpk. Didin Hafiduddin) yang dihadiri oleh seluruh Muspida Kota Depok,
serta seluruh kepala Instansi/Dinas/Badan di kota Depok.47
Seiring berjalannya waktu Undang-Undan No. 38 tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Zakat revisi menjadi Undang-Undang No. 23 tahun 2011
Tentang Pengelolaan Zakat. Sehingga banyak kebijakan baru dan terobosan
yang bias dilakukan oleh BAZNAS di Kota Depok salah satunya yaitu
pembentukan Unit Pengumpul Zakat pada Instansi pemerintah, Badan usaha
milik negara, Badan usaha milik daerah, Perusahaan swasta, dan Perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri serta dapat membentuk Unit Pengumpul
Zakat pada tingkat kecamatan, kelurahan, atau nama lainnya, dan tempat
lainnya.
47
Profil BAZNAS Kota Depok, “Berzakat Bermanfaat Bagi Ummat” tahun 2011. Keseluruhan
data mengenai Profil BAZNAS kota Depok diambil dari dokumen tertulis yang ada disekertariat
BAZNAS kota Depok.
54
Berdasarkan perubahan undang-undang tersebut BAZNAS Kota Depok
merespon dengan membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Pada Instansi
pemerintah, BUMD, dan Perusahaan swasta. Setiap dana yang dikumpulkan
Unit Pengumpul Zakat (UPZ), BAZNAS Kota Depok memiliki kebijakan
pembagian dana tersebut dengan porsi 60% untuk Unit Pengumpul Zakat
(UPZ) dan 40% untuk BAZNAS Kota Depok.48
I. Kebijakan di Bidang Pendayagunaan dan Pengembangan
Program melalui pendayagunaan dan pengembangan dana zakat dari
hasil pengumpulan BAZNAS Kota Depok adalah di peruntukan untuk
pemenuhan hajat hidup para mustahiq delapan asnaf, sesuai dengan Undang-
Undang No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat bahwa yang disebut
dengan mustahiq delapan asnaf adalah fakir, miskin, amil, mualaf, riqab,
gharim, fii sabilillah dan ibnu sabil yang dalam aplikasinya dapat meliputi
orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi seperti anak yatim,
orang jompo, penyandang cacat, orang menuntut ilmu, pondok pesantren
anak terlantar, orang yang terlilit hutang serta korban bencana alam dan
sejenisnya. Pendayagunaan zakat sebagaimana hal tersebut diperuntukan
kebutuhan konsumtif dan produktif.
48
Hasil Wawancara dengan ketua BAZNAS kota Depok Bpk. H. Aceng Toha Abdul Qodir, L.c
pada tanggal 17 Mei 2016.
55
Sedangkan pendayagunaan pada Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
diperuntukan hanya untuk kebutuhan konsumtif untuk para mustahiq yang
berada pada instansi dimana Unit Pengumpul Zakat itu berada. 49
J. Objek dan Kemitraan di BAZNAS Kota Depok melalui Unit Pengumpul
Zakat (UPZ)
Setiap masyarakat muslim kota Depok dan dari luar kota Depok yang
melakukan kegiatan di kota Depok berkewajiban menunaikan Zakat, Infaq
dan Shodaqahnya kepada BAZNAS Kota Depok. Namun lebih di prioritaskan
lagi objek muzakki, munfiq dan mushodiq BAZNAS Kota Depok kepada:
1. Pegawai Negeri Sipil, TNI dan Porli.
2. Karyawan BUMN dan BUMD yang berada di wilayah kota Depok.
3. Pensiunan.
4. Penabung di Bank.
5. Aghniya.
6. Karyawan Swasta.
7. Wiraswasta/ pengusaha.
Pada dasarnya, kemitraan dimaksudkan untuk memberikan akses yang
seluas luasnya kepada masyarakat dalam menyalurkan zakat, infaq dan
shodaqah. BAZNAS kota Depok melakukan kemitraan dengan bank-bank
untuk memungut dana zakat masyarakat. Ada 4 bank yang sudah menjalin
kemitraan yaitu:
49
Profil BAZNAS Kota Depok tahun 2011.
56
1. Bank Jabar Banten.
2. Bank Jabar Banten Syari’ah.
3. Bank Syari’ah Mandiri.
4. BNI Syari’ah.
Tidak hanya dengan pihak bank, pengumpulan dana zakat juga bias
diwujudkan dengan membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada beberapa
instansi ataupun lembaga-lembaga yang ada. Hingga saat ini sudah ada 45
UPZ yang sudah dibentuk oleh BAZNAS Kota Depok.50
Semua mitra kerja BAZNAS Kota Depok memiliki nilai yang penting
bagi BAZNAS Kota Depok, karena mitra kerja tersebut mempunyai fungsi
dan peran yang berbeda-beda.
Demikian profil lengkap Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang ada di Kota
Depok dari mulai landasan hukum pembentukan sampai pendayagunaan zakat.
Data pada Bab 3 ini sebagian besar didapat dari hasil wawancara dengan ketua
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Depok H. Aceng Toha Abdul
Qodir, Lc pada tanggal 17 Mei 2016.
50
Profil BAZNAS Kota Depok, “Berzakat Bermanfaat Bagi Ummat” tahun 2011. Keseluruhan
data mengenai Profil BAZNAS kota Depok diambil dari dokumen tertulis yang ada disekertariat
BAZNAS kota Depok.
57
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penghimpunan
Dana ZIS di Kota Depok.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Depok merupakan
lembaga pengelola zakat yang dibentuk Pemerintah Daerah Kota Depok
berdasarkan Keputusan Walikota Depok Nomor::
821.29/128/Kptsn/Sosial/Huk/2011. Dalam pelaksanaanya, BAZNAS Kota
Depok membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) untuk menghimpun dana
zakat pada instansi pemerintahan dan lembaga swasta yang ada di Kota
Depok. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) dibentuk berdasarkan Surat Edaran
Walikota Depok No. 451.12/44-sosial tentang Optimalisasi Pengelolaan dan
Pelayanan Zakat, Infaq dan Shadaqah.
Setiap organisasi atau lembaga dalam mencapai hasil yang
memuaskan, maka diperlukan kerja yang sungguh-sungguh serta berdasarkan
peraturan. Hal ini merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan bersama
juga diperintahkan dalam agama Islam, tetapi meskipun demikian sebuah
organisasi atau lembaga itu belum dikatakan berhasil dengan rencana yang
sudah diatur dan ditetapkan sebelumnya.
58
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada pengelola
BAZNAS Kota Depok terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat
dalam penghimpunan zakat, infaq dan shadaqah di kota Depok.
Adapun faktor pendukung penghimpunan dana zakat, infaq dan
shadaqah adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undan No. 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat revisi
menjadi Undang-Undang No. 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
2. Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang No. 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
3. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 3 Tahun 2014 Tentang
Optimalisasi Pengumpulan Zakat di Kementrian/Lembaga, Sekertariat
Jendral Lembaga Negara, Sekertariat Jendral Komisi Negara, Pemerintah
Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah,
melalui Badan Amil Zakat Nasional.
4. Keputusan Gubenur Jawa Barat No. 37 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Zakat dan Pengurus Badan Amil Zakat Provinsi Jawa Barat.
5. Keputusan Walikota Depok Nomor: 821.29/128/Kpts/Sosial/Huk/2011.
Tentang Pembentukan Badan Amil Zakat Kota Depok.
6. Surat Edaran Walikota Depok No.451.12/44-sosial tentang Optimalisasi
Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqah.
7. Memiliki lembaga pemerintahan untuk mensosialisasikan zakat kepada
muzakki.
59
8. Memiliki donator atau muzakki dari golongan PNS.51
Adapun faktor penghambat penghimpunan dana ZIS di BAZNAS kota
Depok adalah sebagai berikut:
1. Masih melekatnya budaya masyarakat, dalam hal ini sebagai muzakki
yang membayar secara langsung kepada mustahik.
2. Belum ada Perda Zakat sehingga belum ada aturan yang kuat dan sanksi
yang diberikan kepada PNS bagi yang tidak membayar zakat.
3. Keberpihakan pemerintah daerah Kota Depok terhadap gebyar dan
gerakan zakat masih kurang.
4. Keorganisasian BAZNAS di kota Depok pada tahun 2016 saat ini masih
dalam tahap pergantian kepengurusan yang akan disahkan oleh walikota
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
5. Kebijakan anggaran belum terlaksana sesuai dengan Undang-Undang,
termasuk Undang-Undang No. 23 tahun 2011.
6. Para pelaksana di BAZNAS kota Depok kurang memadai secara
kuantitas dan kualitas.52
Dari hasil wawancara di atas bahwasannya faktor pendukung dalam
penghimpunan dana zakat adalah banyaknya dukungan dari pemerintah yang
mengeluarkan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan zakat. Namun,
dalam ruang lingkup wilayah kota Depok peraturan tentang pengelolaan zakat
51
Hasil Wawancara dengan ketua BAZNAS kota Depok Bpk. H. Aceng Toha Abdul Qodir, L.c
pada tanggal 17 Mei 2016. 52
Hasil Wawancara dengan ketua BAZNAS kota Depok Bpk. H. Aceng Toha Abdul Qodir, L.c
pada tanggal 17 Mei 2016.
60
hanya berupa surat edaran walikota yang isinya memuat petunjuk atau
penjelasan tentang hal-hal yang harus dilakukan berdasarkan peraturan yang
ada. Surat Edaran ini bersifat pemberitahuan, tidak ada sanksi karena bukan
norma.
Dalam penghimpunan dana zakat, infaq dan shadaqah di kota Depok
diperlukan peraturan daerah (Perda), sehingga BAZNAS kota Depok
mempunyai “daya paksa” untuk mengambil harta zakat orang-orang kaya
(muzakki).
Begitu pula dari internal BAZNAS kota Depok, keorganisasian
BAZNAS di kota Depok pada tahun 2016 saat ini masih dalam tahap
pergantian kepengurusan dan dalam kepengurusan sebelumnya masih belum
terlaksana sesuai dengan Undang-Undang no. 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat. Begitu pula dengan kebijakan Anggaran yang belum
sesuai dengan Undang-Undang no. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
sehingga berdampak pada kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia yang bekerja di BAZNAS kota Depok.
B. Analisis Tingkat Efektifitas Pengumpulan dana ZIS melalui Unit
Pengumpul Zakat (UPZ) setelah diberlakukannya Surat Edaran
Walikota tentang Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq
dan Shodaqah.
Sebagaimana yang telah penulis ungkapkan pada bab sebelumnya,
bahwa suatu usaha dapat dikatakan efektif jika usaha tersebut mencapai target
61
atau tujuannya. Agar rencana penghimpunan dana zakat menjadi efektif
setidaknya harus memenuhi syarat-syarat atau ukuran sebagai berikut:
a. Berhasil guna, yaitu untuk menyatakan bahwa kegiatan telah
dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu
yang ditetapkan.
b. Ekonomis, ialah menyebutkan bahwa didalam usaha pencapaian efektif
maka biaya, tenaga kerja material, peralatan, waktu, ruangan dan lain-
lainnya telah dipergunakan dengan setepatnya dengan sebagaimana yang
telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya pemborosan dan
penyelewengan.
c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni untuk membuktikan
dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan dengan
setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan dengan bertanggung jawab sesuai
dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
d. Pembagian kerja yang nyata, yaitu pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan
beban kerja, kemampuan kerja dan waktu yang tersedia.
e. Rasionalis, wewenang dan tanggung jawab artinya wewenang haruslah
seimbang dengan tanggung jawab dan harus di hindari dengan adanya
dominasi oleh salah satu pihak terhadap pihak yang lainnya.
f. Prosedur kerja yang praktis, yaitu untuk menegaskan bahwa kegiatan
kerja adalah kegiatan yang praktis, maka target efektis dan ekonomis,
62
pelaksanaan kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan
operasional yang dapat dilaksanakan dengan lancar.53
Dan sebelum menindak lanjuti tentang keefektifitasan Surat Edaran
Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang Optimalisasi Pengelolaan dan
Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
di Kota Depok maka penulis terlebih dahulu menjabarkan analisa deskriptif
yaitu memaparkan jawaban dari PNS kota Depok di 10 dinas Instansi. Data-
data objektif berupa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah penulis
peroleh dari PNS di 10 instansi pemerintahan kota Depok, kemudian diolah
menggunakan rumus berikut:
F
P=…………………..x100%
n
P = Persentasi
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden
100% = Angka Pembulat
Adapun data-data yang akan dianalisa dari Pegawai Negeri Sipil dari 10
Dinas Instansi di kota Depok adalah:
1. Pembentukan Badan Amil Zakat di Kota Depok.
53
Sujadi F.X. O dan M Penunjang Keberhasilan Proses Manajemen, (Jakarta:C.V. Masagung.
1990), Cet Ke-3, h. 13.
63
2. Sosialisasi Surat Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang
Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh
melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ).
3. Kepatuhan PNS kota Depok dalam mematuhi Surat Edaran Walikota
Nomor 451.12/44-Sosial tetang Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan
Zakat, Infaq dan Shodaqoh dalam membayar dana ZIS melalui Unit
Pengumpul Zakat (UPZ).
4. Sosialisasi ZIS melalui tokoh agama dan masyarakat.
5. Penyaluran zakat melalui lembaga atau menyalurkan sendiri kepada
mustahik.
6. Peran pemerintah.
7. Perkembangan Unit Pengumpul Zakat di Kota Depok.
8. Ekonomis.
Dari data diatas masing-masing dapat diambil presentasinya sebagai berikut:
1. Pembentukan BAZNAS Kota Depok
Tabel 4.1: Pembentukan BAZNAS Kota Depok
Skor Keterangan Frekuensi Persentasi
4 Sangat Efektif 24 24.00%
3 Efektif 68 68.00%
2 Tidak Efektif 7 7.00%
1 Sangat Tidak Efektif 1 1.00%
64
Dari tabel di atas menggambarkan frekuensi tentang pembentukan
BAZNAS Kota Depok yang dibentuk tahun 2011 hingga saat ini. Hal
ini terlihat dari frekuensi dan presentase jawaban yang telah diberikan
PNS Kota Depok yang menunjukan dibentuknya BAZNAS Kota Depok
respon dari PNS sangat efektif sebesar 24% dan 68% PNS menjawab
efektif.
2. Sosialisasi Surat Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang
Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh
melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ).
Tabel 4.2: Sosialisasi Surat Edaran Walikota
Skor Keterangan Frekuensi Persentasi
4 Sangat Efektif 13 13.00%
3 Efektif 17 17.00%
2 Tidak Efektif 70 70.00%
1 Sangat Tidak Efektif 0 0.00%
Bahwa dari tabel di atas menggambarkan tentang sosialisasi Surat
Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang Optimalisasi
Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh melalui Unit
Pengumpul Zakat (UPZ) media massa, siaran radio, spanduk dll
ternyata tidak efektif. Dibuktikan dengan 13 orang menyatakan sangat
efektif dengan presentase 13% dan 17 orang menyatakan efektif dengan
65
presentase 17%, namun 70 orang menyatakan tidak efektif dengan
presentase 70%.
3. Kepatuhan PNS kota Depok dalam mematuhi Surat Edaran Walikota
Nomor 451.12/44-Sosial tentang Optimalisasi Pengelolaan dan
Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh dalam membayar dana ZIS
melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ).
Tabel 4.3: Kepatuhan PNS dalam mematuhi Surat Edaran
Skor Keterangan Frekuensi Persentasi
4 Sangat Efektif 14 14.00%
3 Efektif 23 23.00%
2 Tidak Efektif 63 63.00%
1 Sangat Tidak Efektif 0 0.00%
Berdasarkan table di atas dari total 100 frekuensi yang 14
frekuensi atau 14% menyatakan sangat efektif, 23 frekuensi atau 23%
menyatakan efektif artinya disini dengan adanya Surat Edaran Walikota
Nomor 451.12/44-Sosial tentang Optimalisasi Pengelolaan dan
Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh dalam membayar dana ZIS
melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) memotivasi PNS untuk
membayar zakat profesinya melalui UPZ di instansinya masing-masing.
Namun dari total 100 frekuensi, 63 frekuensi atau 63% menyatakan
tidak efektif.
66
4. Sosialisasi ZIS melalui tokoh agama dan masyarakat.
Tabel 4.4: Sosialisasi ZIS melalui tokoh agama dan masyarakat
Skor Keterangan Frekuensi Persentasi
4 Sangat Efektif 5 5.00%
3 Efektif 61 61.00%
2 Tidak Efektif 34 34.00%
1 Sangat Tidak Efektif 0 0.00%
Dari tabel di atas menggambarkan sosialisasi melalui tokoh
agama dan masyarakat yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Depok
berjalan efektif. Dibuktikan dengan 5% menyatakan sangat efektif, 61%
menyatakan efektif disamping 34% PNS menyatakan tidak efektif.
5. Penyaluran zakat melalui lembaga atau menyalurkan sendiri kepada
mustahik.
Tabel 4.5 Penyaluran zakat melalui lembaga atau menyalurkan sendiri
Skor Keterangan Frekuensi Persentasi
4 Sangat Efektif 10 10.00%
3 Efektif 63 63.00%
2 Tidak Efektif 27 27.00%
1 Sangat Tidak Efektif 0 0.00%
67
Berdasarkan tabel di atas 10% PNS menyatakan sangat efektif
dan 63% menyatakan efektif membayar zakat melalui lembaga zakat,
namun 27% menyatakan tidak efektif membayar zakat melalui lembaga
zakat dan menyatakan lebih efektif apabila membayar langsung kepada
mustahik.
6. Peran Pemerintah Kota Depok
Tabel 4.6: Peran Pemerintah Kota Depok
Skor Keterangan Frekuensi Persentasi
4 Sangat Efektif 12 12.00%
3 Efektif 15 15.00%
2 Tidak Efektif 73 73.00%
1 Sangat Tidak Efektif 0 0.00%
Berdasarkan tabel di atas peran pemerintah kota Depok dengan
mengeluarkan Surat Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang
Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh
melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) 12% menyatakan sangat efektif
dan 15% menyatakan efektif. Namun 73% dari responden menyatakan
tidak efektif.
68
7. Perkembangan Unit Pengumpul Zakat di Kota Depok.
Tabel 4.7: Perkembangan UPZ di Kota Depok
Skor Keterangan Frekuensi Persentasi
4 Sangat Efektif 9 9.00%
3 Efektif 25 25.00%
2 Tidak Efektif 65 65.00%
1 Sangat Tidak Efektif 1 1.00%
Berdasarkan tabel di atas setelah adanya Surat Edaran Walikota
Nomor 451.12/44-Sosial tentang Optimalisasi Pengelolaan dan
Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh melalui Unit Pengumpul Zakat
(UPZ), 9% menyatakan sangat efektif dan 25% menyatakan efektif
dalam perkembangan Unit Pengumpul Zakat yang berada di kota
Depok. Namun 65% responden menyatakan tidak efektif dan 1%
menyatakan sangat tidak efektif dalam perkembangan Unit Pengumul
Zakat yang ada di kota Depok.
8. Ekonomis
Tabel 4.8 Ekonomis
Skor Keterangan Frekuensi Persentasi
4 Sangat Efektif 13 13.00%
3 Efektif 22 22.00%
69
2 Tidak Efektif 65 65.00%
1 Sangat Tidak Efektif 0 0.00%
Ekonomis di sini adalah untuk menyebutkan bahwa didalam
usaha pencapaian efektif itu maka biaya, tenaga kerja material,
peralatan, waktu, keuangan dan lain-lainnya telah dipergunakan dengan
setepat-tepatnya, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan
dan tidak adanya pemborosan serta penyelewengan. Dan berdasarkan
tabel diatas 13% menyatakan sangat efektif dan 22% menyatakan
efektif, namun 65% responden menyatakan tidak efektif.
Tabel 4.9 Hasil Tabulasi Frekuensi
Dari pernyataan 1-8
skor ket 1 2 3 4 5 6 7 8 Total Frekuensi
4 SE 24.0% 13.0% 14.0% 5.0% 10.0% 12.0% 9.0% 13.0% 100.0% 12.5%
3 E 68.0% 17.0% 23.0% 61.0% 63.0% 15.0% 25.0% 22.0% 294.0% 36.8%
2 TE 7.0% 70.0% 63.0% 34.0% 27.0% 73.0% 65.0% 65.0% 404.0% 50.5%
1 STE 1.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 1.0% 0.0% 2.0% 0.3%
Jumlah 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 800.0% 100.0%
Berdasarkan tabel di atas dari hasil pernyataan diatas menunjukan
bahwa sistem kerja BAZNAS Kota Depok dan Unit Pengumpul Zakatnya
dari pembentukan awal BAZNAS Kota Depok, Sosialisasi Surat Edaran
Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tetang Optimalisasi Pengelolaan dan
70
Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ),
Kepatuhan PNS kota Depok dalam mematuhi Surat Edaran Walikota Nomor
451.12/44-Sosial tentang Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat,
Infaq dan Shodaqoh dalam membayar dana ZIS melalui Unit Pengumpul
Zakat (UPZ), Sosialisasi ZIS melalui tokoh agama dan masyarakat,
Penyaluran zakat melalui lembaga atau menyalurkan sendiri kepada
mustahik, peran pemerintah Kota Depok, Perkembangan Unit Pengumpul
Zakat (UPZ) yang ada di Kota Depok, dan Ekonomis. Keefektifan Surat
Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang Optimalisasi Pengelolaan
dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh melalui Unit Pengumpul Zakat
(UPZ) belum efektif hal ini ditunjukan oleh banyaknya frekuensi yang selalu
menjawab tidak efektif yaitu sebesar 404.0%.
C. Solusi Untuk Mengatasi Kendala-Kendala Penghimpunan Dana ZIS di
Kota Depok
Dari hasil analisis efektifitas Surat Edaran Walikota Nomor 451.12/44-
Sosial tentang Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan
Shodaqoh melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) menunjukan belum efektif
berdasarkan banyaknya responden yang menjawab tidak efektif sebesar
50,5%.
Dari hasil penelitian tersebut maka diperlukan solusi untuk lebih
mengoptimalkan penghimpunan dana zakat, infaq dan shadaqah di kota
Depok, diantaranya:
71
1. Fungsi BAZNAS kota Depok yang sudah ada, hendaknya lebih
dioptimalkan dan sistem manajemen pengelolaan dan pendistribusian
zakatnya dibenahi, sehingga potensi zakat yang besar dikota Depok dapat
dimanfaatkan dengan baik sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat
bisa ditingkatkan melalui harta zakat.
2. Pemerintah Kota Depok harus melengkapi kepengurusan BAZNAS di
Kota Depok berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 2011, agar
kinerja dan kualitas kepengurusan dapat menjaga amanah kepengurusan
dengan baik.
3. Penyusunan Perda Zakat di Kota Depok, sehingga ada ketegasan
pemerintah terhadap PNS untuk membayar zakat, dan bagi yang
melanggar akan mendapatkan sanksi bagi PNS yang sudah mencapai
nishab namun tidak membayar zakatnya.
4. Penyusunan program BAZNAS kota Depok yang diselaraskan dengan
program pemerintah kota Depok.
5. Sarana informasi harus disempurnakan, sebagai salah satu penyampaian
sosialisasi gerakan sadar zakat yang digalakan di kota Depok, seperti
website, social media maupun media cetak.
6. Memaksimalkan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang sudah ada, terlebih
di Organisasi Perangkat Daerah yang ada di kota Depok, dan selalu
mensupervisisetiap UPZ dalam pengumpulan zakat maupun dalam
keorganisasian UPZ tersebut.
72
7. Perlu membangun hubungan kerja yang sinergis dengan lembaga lain
yang sejenis, untuk meningkatkan kemitraan.54
Demikian beberapa pembahasan pada skripsi ini yaitu analisis faktor
pendukung dan penghambat pengumpulan zakat, analisis efektifitas Surat Edaran
Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang Optimalisasi Pengelolaan dan
Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh dalam membayar dana ZIS melalui Unit
Pengumpul Zakat (UPZ) dan juga solusi untuk pengelolaan zakat di kota Depok.
54
Hasil Wawancara dengan ketua BAZNAS kota Depok Bpk. H. Aceng Toha Abdul Qodir, L.c
pada tanggal 17 Mei 2016.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis pada bab ini
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor pendukung dalam penghimpunan zakat di kota depok adalah
pertama, adanya dukungan dari pemerintah kedua, memiliki lembaga
pemerintahan untuk mensosialisasikan zakat kepada muzakki, dan ketiga
memiliki donator atau muzakki dari golongan PNS. Sedangkan faktor
penghambat dalam pengumpulan zakat adalah pertama, belum adanya
perda zakat, kedua, kebijakan anggaran belum sesuai dengan UU no 23.
Tahun 2014 dan ketiga, keorganisasian BAZNAS kota Depok pada tahun
2016 ini masih tahap pergantian kepengurusan.
2. Hasil keefektifan surat Surat Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial
tentang Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan
Shodaqoh melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) dapat dikatakan belum
efektif, berdasarkan banyaknya responden menjawab tidak efektif
sebesar 50,5%, dan 0,3% menjawab sangat tidak efektif. Namun 12,5%
menjawab sangat efektif dan 36,8% menjawab efektif dari total 100
responden.
3. Ada beberapa solusi untuk penghimpunan zakat lebih maksimal di kota
depok, pertama, penyusunan Perda zakat di kota Depok, kedua,
74
penyusunan program BAZNAS yang diselaraskan dengan program kota
Depok, dan memaksimalkan kembali Unit Pengumpul Zakat yang sudah
di bentuk terutama di dalam pemerintahan kota Depok.
B. Saran
Untuk meningkatkan penghimpunan dana dan sistem pengelolaan
dengan baik peneliti memberikan saran-saran, baik kepada pemerintah kota
Depok maupun kepada BAZNAS kota Depok dan Unit Pengumpul Zakat
sebagai mitranya. Diantaranya adalah:
1. Memaksimalkan setiap Unit Pengumpul Zakat disetiap
Instansi/Badan/Dinas/ Kecamatan pemerintah daerah kota Depok.
2. Pembentukan mesin baru (reorganisasi) harus mengutamakan SDM,
sehingga pengumpulan, pengelolaan, dan mendayagunaan dana ZIS bisa
maksimal.
3. Pemerintah kota Depok harus memfasilitasi dan menganggarkan dana
yang cukup untuk BAZNAS kota Depok, sehingga para pengurusnya
dapat bekerja dengan maksimal.
4. Harus ada pengawasan yang intensif dari pemerintah kota Depok.
5. Sosialisasi tentang keberadaan BAZNAS kota Depok dan program-
programnya harus dilakukan dan terus menerus, termasuk masyarakat
kota, baik pemerintah, non pemerintah, perguruan tinggi.
75
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Al-hamid Mahmud dan Abdul Al-Baly, Ekonomi Zakat Sebuah Kajian
Moneter dan Keuangan syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006.
Basir S, Georgopoulus dan Arnold S. Tannembaun, “A, Study Of Organisation
Effectiveness”, (America:Sociological Review, 1957).
Didin Hafiduddin, Panduan Praktis tentang Zakat Infaq Sedekah, Jakarta:
PT. Gema Insani Press, 1998.
Ety Rochaey dan Ratih Tresnawati, Kamus Istilah Ekonomi, Jakarta: Bumi
Askara. 2005.
Fakhruddin, “Fiqh & Manajemen Zakat di Indonesia.” Malang: UIN Malang
Press, 2008.
Hasan Sadili, Ensiklopedia Bahasa Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru-Van
Hoeve.
M. Djamal Doa,”Pengelolaan Zakat Oleh Negara Untuk Memerangi
kemiskinan”, Jakarta: Nusa Madani Publisher, 2004.
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Bandung: Ghalia Indonesia, 2003.
Paul E. Mott, “The Characteristics Of Effectivitas Organization”. New York:
Halper And Row, 1972.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
76
Rr. Suhartini dan A. Halim, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat,
Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005.
Statistik Daerah Kota Depok 2015.
Stephen P. Obis, at.al.management , Jakarta:Prenhallindo.1999.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: CV.
Alfabeta, 2009.
Sujadi F.X. O dan M Penunjang Keberhasilan Proses Manajemen, Jakarta:
C.V. Masagung. 1990.
Sumaryadi, Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, Bandung:
Pustaka Setia, 2005.
Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, Yogyakarta: Andi, 2004.
T. Hani Handoko, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 1993.
Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta: Bumi Askara, 2005.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta: Balai Pustaka, Cet Ke-9, 1997.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat.
Wahbah Zuhayly, Zakat: Kajian Berbagai Mazhab, penerjemah Agus Efendi,
dkk, Bandung: Remaja Rosada, 2008.
Yusuf Qadrawi, “Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan
Filsafat Zakat Menurut Al-Qur’an dan Hadits.
Yusuf Qardawi, Fikih Zakat, Bairut: Muassasah Al-Risalah, 1994.
77
Yusuf Qardawi, Hukum zakat:Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat
Zakat Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.
Zuhaili Wahbah, al-Fiqh al-Islamiy wa’Adillatuhu, JUZ II, Damsyiq: Dar el-
Fikri, 1997.
Jurnal :
Kholis, Nur dkk. Potret Filantropi Islam di Provinsi Daerah Istimewa
Jogjakarta. Jurnal Ekonomi Islam La_Riba. Vol II, No. 1 Tahun 2013.
Sartika, Mila. Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap
Pemberdayaan Mustahik pad LAZ Yayasan Solo Peduli Surakarta. .
Jurnal Ekonomi Islam La_Riba. Vol II, No. 1 Juli 2008.
Internet:
Dakwatuna.”Potensi Zakat Rp 217 Trilliun”, artikel diakses tanggal 10
desember 2015 dari: www.dakwatuna.com/2011/08/07/13917/potensi-
zakat-rp-217-trilliun/#axzz2fippEDsJ.
Metro-tempo “puluhan ribu warga depok dibawah garis kemiskinan”: artikel
diakses pada tanggal 10 Desember 2015 dari:
http://metro.tempo.co/read/news/2013/01/25/214456778/puluhan-
ribu-warga-depok-di-bawah-garis-kemiskinan
Wawancara:
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Aceng Toha Abdul Qodir, Lc , sebagai
Ketua BAZNAS Kota Depok.
78
LAMPIRAN- LAMPIRAN
Pedoman Wawancara Penelitian
Efektifitas Surat Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang
Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh melalui
Unit Pengumpul Zakat pada Organisasi Perangkat Daerah Kota Depok.
Narasumber :
Jabatan :
Hari / Tanggal :
Tahapan Pertanyaan
Perkenalan Assalamualaikum Wr. Wb
Terima kasih bapak/ibu telah meluangkan waktu untuk
bertemu dengan saya hari ini, perkenalkan nama saya:
Muhammad Abdul Mugni, Program studi muamalat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pembukaan
Tujuan
Izin (kesediaan untuk
di wawancarai)
Mekanisme
wawancara
Saya ingin mewawancarai Bapak/ibu tentang Efektifitas
Surat Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang
Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq
dan Shodaqoh melalui Unit Pengumpul Zakat pada
Organisasi Perangkat Daerah Kota Depok, wawancara
ini merupakan salah satu teknik pengumpulan data untuk
penelitian guna menyelesaikan skripsi. Saya akan
79
merekam setiap komentar atau jawaban wawancara ini.
Isi wawancara 1. Apa dasar hukum berdirinya BAZNAS Kota Depok?
2. Apa Visi dan Misi dari BAZNAS di Kota Depok?
3. Upaya yang dilakukan BAZNAS di Kota Depok untuk
menumbuhkan kesadaran berzakat kepada warga Depok
yang hartanya sudah mencapai nishab?
4. Strategi yang dilakukan BAZNAS di Kota Depok
untuk meningkatkan penghimpunan dana?
5. Bagaimana proses BAZNAS di Kota Depok dalam
kerja sama dengan Unit Pengumpul Zakat?
6. Bagaimana dukungan pemerintah kota Depok terhadap
BAZNAS di Kota Depok?
7. Apa faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi
oleh BAZNAS di Kota Depok dalam menghimpun
dana?
8. Siapa yang membuat dan menyetujui surat edaran
optimalisasi pelayanan zakat, infaq dan shodaqah?
9. Berapa total Unit Pengumpul Zakat yang ada di Kota
Depok saat ini?
10. Bagaimana hambatan pelaksanaan surat edaran
optimalisasi pelayanan zakat, infaq dan shodaqah di kota
80
Depok?
11. Adakah peraturan daerah kota Depok yang memaksa
para PNS membayar zakat melalui UPZ dan BAZNAS
Kota Depok?
12. Bagaimana cara pembayaran zakat yang dilakukan oleh
pegawai negeri sipil?
13. Bagaimana respon para PNS terhadap surat edaran
mengenai optimalisasi pelayanan zakat, infaq dan
shodaqah melalui unit pengumpul zakat?
14. Bagaimana tingkat efektifitas penghimpunan dana zakat,
infaq dan shodaqah oleh PNS setelah diberlakukannya
surat edara walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang
Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq
dan Shodaqoh melalui Unit Pengumpul Zakat?
15. Apa saja program BAZNAS Kota Depok?
16. Bagaimana system penyaluran zakat pada BAZNAS
Kota Depok?
17. Bagaimana membangun dan mempertahankan
kepercayaan donator di BAZNAS Kota Depok?
18. Mitra kerja sama BAZNAS Kota Depok meliputi apa
saja?
19. Bagaimana bapak/ibu melihat fenomena penghimpunan
dana zakat, infaq dan shodaqah yang terkesan bersaing
81
antara BAZ dan LAZ?
20. Bagaimana penilaian bapak/ibu dengan BAZNAS Kota
Depok ini?
Penutup 21. Apa saran bapak terhadap Efektifitas Surat Edaran
Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang Optimalisasi
Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh
melalui Unit Pengumpul Zakat?
Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu, untuk
meluangkan waktu dan menjawab pertanyaan yang
diajukan.
Semua jawaban dan saran anda sangat bermanfaat
untuk penelitian saya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
82
Kuisioner Penelitian
A. Identitas Responden
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Rata-rata Pendapatan Perbulan :
a. < 2.000.000 b. 2.000.000 – 3.500.000 c. >3.500.000
Dibawah ini terdapat sejumlah pertanyaan-pertanyaan, bacalah setiap pertanyaan
kemudian berikan jawaban dengan cara memberi tanda (X) pada huruf a, b, c, dan d dan
berikan jawaban terhadap soal essai. Adapun kriteria jawaban sebagai berikut:
A. Sangat Efektif (SE)
B. Efektif (E)
C. Tidak Efektif (TE)
D. Sangat Tidak Efektif (STE)
Surat Pernyataan
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi
responden dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui “Efektifitas Surat
Edaran Walikota Nomor 451.12/44Sosial tentang Optimalisasi Pengelolaan
dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh melalui Unit Pengumpul Zakat
pada Organisasi Perangkat Daerah Kota Depok.” Semua data dan jawaban
akan dijamin kerahasiaannya dan hanya untuk kepentingan penelitian.
Demikian surat pernyataan ini dibuat semoga penelitian ini bias berjalan
dengan baik dan lancar, sebelum dan sesudah saya ucapkan terima kasih.
Tertanda
( )
83
B. Efektifitas Surat Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial tentang
Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh melalui
Unit Pengumpul Zakat.
1. Berdasarkan Undang undang No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pasal 16
bahwasannya BAZNAS Kab/kota dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat pada
instansi pemerintah. Bagaimana menurut bapak/ ibu tentang pembentukan Unit
Pengumpul Zakat di Instansi pemerintahan yang ada di kota Depok?
a. Sangat Efektif
b. Efektif
c. Tidak Efektif
d. Sangat Tidak Efektif
2. Di kota Depok sudah ada Surat Edaran Walikota Nomor 451.12/44-Sosial
tentang Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan Shodaqoh
melalui Unit Pengumpul Zakat. Bagaimana menurut Bapak/ibu tentang
sosialisasi surat edaran walikota di kota Depok?
a. Sangat Efektif
b. Efektif
c. Tidak Efektif
d. Sangat Tidak Efektif
3. Dengan adanya surat edaran walikota tentang optimalisasi pelayanan zakat, infaq
dan shodaqah melalui Unit Pengumpul Zakat. Apa menurut Bapak/ibu memotivasi
untuk patuh membayar zakat penghasilan (profesi), infaq dan shodaqah melalui Unit
Pengumpul Zakat?
a. Sangat Efektif
84
b. Efektif
c. Tidak Efektif
d. Sangat Tidak Efektif
4. Adanya pendekatan melalui tokoh agama dan masyarakat. Apakah menurut
Bapak/ibu efektif dalam meningkatkan penghimpunan dana ZIS melalui UPZ
di instansi pemerintah kota Depok?
a. Sangat Efektif
b. Efektif
c. Tidak Efektif
d. Sangat Tidak Efektif
5. Menyalurkan Zakat penghasilan (Profesi), infaq dan shodaqah melalui
perantara Badan Amil Zakat atau Unit Pengumpul Zakat di setiap dinas
instansi masing masing lebih optimal dan efektif disbanding menyalurkan
sendiri. Bagaimana menurut Bapak/Ibu?
a. Sangat Efektif
b. Efektif
c. Tidak Efektif
d. Sangat Tidak Efektif
6. Pemerintah kota Depok membuat Surat Edaran Walikota Nomor 451.12/44-
Sosial tentang Optimalisasi Pengelolaan dan Pelayanan Zakat, Infaq dan
Shodaqoh melalui Unit Pengumpul Zakat. Apakah surat edaran tersebut benar
mengoptimalkan potensi Zakat, infaq dan shodaqah yang ada di Kota Depok.
Bagaimana menurut Bapak/ibu?
85
a. Sangat Efektif
b. Efektif
c. Tidak Efektif
d. Sangat Tidak Efektif
7. Badan Amil Zakat kota Depok mulai membentuk Unit Pengumpul Zakat
sejak tahun 2011. Bagaimana menurut Bapak/ ibu tentang perkembangan
Unit Pengumpul Zakat di kota Depok terutama di Instansi tempat Bapak/ibu
bekerja?
a. Sangat Efektif
b. Efektif
c. Tidak Efektif
d. Sangat Tidak Efektif
8. Berdasarkan teori untuk mencapai kerja dan efisiensi pekerjaan haruslah
dipenuhi syarat-syarat ataupun ukuran sebagai berikut:
1. Berhasil guna.
2. Ekonomis..
3. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab.
4. Pembagian kerja yang nyata
5. Rasionalitas
6. Prosedur kerja yang praktis.
Dari enam teori diatas bagaimana menurut Bapak/ibu bila dihubungkan
dengan Unit Pengumpul Zakat dan Badan Amil Zakat kota Depok?
a. Sangat Efektif
b. Efektif
c. Tidak Efektif
d. Sangat Tidak Efektif
86
87
88