EKOKRITIK : KAJIAN EKOLOGI PADA NOVEL JALAN PULANG
KARYA JAZULI IMAN DAN NOVEL BARA KARYA FEBRIALDI R.
Ecocritic : Study of Ecology in the novel “Jalan Pulang” by Jazuli
Iman and novel “Bara” by Febrialdi R.
TESIS
Oleh :
RIZA DIYAN MALIANA
Nomor Induk Mahasiswa : 105.04.13.011.18
Program Pascasarjana
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Makassar
2020/2021
v
vi
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar
Ra’d :11).
“Belajar, belajar, dan belajar membuat mu banyak pengetahuan, belajar
itu pintu meraih kesuksesan, belajar dari kegagalan adalah hal yang bijak,
belajar hari ini, berhasil di masa yang akan datang, bercita citalah dan
berusaha dalam mewujudkannya, bermimpilah, percaya lalu dapatkan,
yakinlah hasil tidak akan menghianati usaha” (Riza).
Persembahan
Tesis ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah SWT, karena
kepadaNyalah kami menyembah dan kepadaNyalah kami memohon
pertolongan, sekaligus sebagai ungkapan terima kasihku kepada kedua
orang tua tercinta, ayahanda dan ibunda, ketulusannya dari hati atas doa
yang tak perna putus, semangat yang tak ternilai, serta untuk orang-orang
terdekatku yang senatiasa menemani ku mengarungi dunia ini, dan untuk
almamater biru kebanggaanku, terima kasih atas semuanya
v
ABSTRAK
RIZA DIYAN MALIANA, 2020. Ekokritik : Kajian Ekologi pada novel “Jalan
Pulang” Karya Jazuli Iman dan “Bara” karya Febrialdi R. Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Pascasarjana Keguruan dan Ilmu Pendidkan
Universitas Muhammadiya Makassar. Di bimbing oleh Syafruddin dan Siti Aida
Azis.
Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui isu-isu ekologi dan kearifan
lingkungan yang ditunjukkan dari sikap menghormati alam, sikap tanggung jawab
moral terhadap alam, sikap solidaritas terhadap alam, sikap kasih sayang dan
kepedulian terhadap alam dan sikap tidak mengganggu kehidupan alam yang
ada dalam Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi
R.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
analisis dan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Prosedur
penelitian meliputi reduksi data, penyajian data, dan pemeriksaan kesimpulan
atau verifikasi. Subjek dalam penelitian ini adalah Novel Jalan Pulang karya
Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) sikap hormat terhadap alam
yaitu: bentuk sikap menghargai alam, kesadaran bahwa alam memiliki hak untuk
di hormati, 2) sikap tanggung jawab moral terhadap alam yaitu: mengingatkan
dan menghukum siapa saja yang secara sengaja atau mengancam eksistensi
unsur-unsur alam. 3) sikap solidaritas terhadap alam yaitu: pengakuan
kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan sesama makhluk hidup lain di
alam ini, sikap turut merasakan apa yang dirasakan oleh alam dan upaya
menyelamatkan alam, mencegah manusia untuk tidak merusak dan mencemari
alam. 4) sikap kasih sayang dan kepedulian terhadap alam yaitu: semua makhluk
mempunyai hak untuk dilindungi, semua makhluk hidup mempunyai hak untuk
dipelihara, semua makhluk hidup mempunyai hak untuk tidak disakiti dan
pemeliharaan terhadap makhluk hidup dilakukan tanpa mengharapkan imbalan.
5) sikap tidak mengganggu kehidupan alam yaitu: kesadaran tidak merugikan
alam secara tidak perlu, kesanggupan tidak mengancam eksistensi makhluk
hidup di alam semesta.
Kata kunci : Ekokritik sastra, Ekokritik, ekologi, kearifan lingkungan, novel
v
ABSTRACT
RIZA DIYAN MALIANA, 2020. Ecocritic: Study of Ecology in the novel “Jalan
Pulang” by Jazuli Iman and “Bara” by Febrialdi R. Department of Indonesian
Language and Literature Education, Teacher Training and Education,
Muhammadiya University, Makassar. Supervised by Syafruddin and Siti Aida
Azis.
This research aims to find out ecological issues and environmental
wisdom which is shown from respect for nature, attitude of moral responsibility
towards nature, attitude of solidarity towards nature, attitude of love and concern
for nature and the attitude of not disturbing natural life in Novel Jalan Pulang. by
Jazuli Iman and Novel Bara by Febrialdi R.
The approach used in this research is an analytical approach and this
type of research is a qualitative descriptive study. Research procedures include
data reduction, data presentation, and examination of conclusions or verification.
The subjects in this study were Novel Jalan Pulang by Jazuli Iman and Novel
Bara by Febrialdi R.
The results showed that: 1) respect for nature, namely: a form of respect
for nature, awareness that nature has the right to be respected, 2) an attitude of
moral responsibility towards nature, namely: reminding and punishing anyone
who intentionally or threatens the existence of the elements. natural elements. 3)
an attitude of solidarity with nature, namely: recognition of an equal and equal
position with nature and fellow living beings in this nature, an attitude of sharing
what nature feels and efforts to save nature, preventing humans from destroying
and polluting nature. 4) affection and concern for nature, namely: all creatures
have the right to be protected, all living things have the right to be cared for, all
living things have the right not to be harmed and care for living beings is carried
out without expecting anything in return. 5) the attitude of not disturbing the
natural life, namely: consciousness does not unnecessarily harm nature, ability
does not threaten the existence of living things in the universe.
Keywords: Literary ecocritic, ecocritic, ecology, environmental wisdom, novel
vi
KATA PENGANTAR
Allah maha penyayang serta pengasih, demikian kata buat mewakili
seluruh karunia serta nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas
anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan
rasio pada-Mu, Sang Khalik. Tesis ini merupakan setitik dari sederet
berkah-Mu kepada penulis.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, namun
terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seorang.
Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang terus menjadi dikejar
semakin menghilang bisa di dekati. Demikian pula dengan tulisan ini,
kehendak hati mau mencapai kesempurnaan, namun kapasitas penulis
dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk
membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia
pendidikan.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam
perampungan tulisan ini. Segala hormat, penulis ucapkan terima kasih
kepada kedua orang tua, Letda Inf Rusdin Pombala dan Nur afniyanti
yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik dan
membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Syafruddin, M.Pd selaku
pembimbing I dan Dr. St. Aida Azis, M.Pd selaku pembimbing II yang tak
vii
henti-hentinya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi untuk
menyelesaikan proposal hingga tesis ini selesai.
Penulis pula mengucapkan terima kasih kepada teman-teman serta
rekan mahasiswa jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia
angkatan 2018 atas segala kebersamaan, motivasi, saran dan bantuan
kepada penulis.
Akhirnya, dengan seluruh kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan
kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu
persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-
mudahan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, teruta bagi diri
pribadi penulis, Amiin.
Makassar, 19 Februari 2021
Riza Diyan Maliana
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... 0
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN TESIS.................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ........................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8
E. Batasan Istilah ........................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR ....................... 12
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 12
1. Pengertian Ekokritik Sastra ................................................... 12
2. Model Kajian Sastra .............................................................. 14
a. Model Kajian Sastra Lingkungan .................................... 14
1) Model Kajian Narasi Pastoral........................................ 14
a) Telaah Unsure Bucolic ‘Pengembala’ ......................... 16
ix
b) Telaah Unsure Konstruksi Arcada .............................. 16
c) Telaah Unsur Wacana Retreat dan Return................. 17
2) Model kajian narasi apokaliptik ..................................... 18
a) Telaah unsur karakter pahlawan ................................ 19
b) Telaah unsur lingkungan apokaliptik .......................... 20
c) Telaah unsur visi atau ramalan ................................... 21
b. Model Kajian Etis .............................................................. 21
1) Telah sikap hormat terhadap alam ............................... 31
2) Telah sikap tanggung jawab moral terhadap alam ....... 33
3) Telah sikap solidaritas terhadap alam .......................... 35
4) Telah sikap kasih sayang dan kepedulian terhadap
alam .............................................................................. 36
5) Telah sikap tidak mengganggu kehidupan alam ........... 39
B. Kerangka Pikir ........................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 42
A. Metode Penelitian ...................................................................... 42
B. Desain dan Pendekatan Penelitian ........................................... 43
C. Data dan Sumber Data Penelitian ............................................. 43
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 45
E. Teknik Analisis Data .................................................................. 46
F. Teknik Pengujian Keabsahan Data ........................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 50
A. Hasil Penelitian ......................................................................... 50
B. Pembahasan ............................................................................. 63
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 66
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 67
A. Simpulan ................................................................................... 67
x
B. Saran......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 70
LAMPIRAN SINOPSIS ......................................................................... 73
LAMPIRAN KUTIPAN .......................................................................... 80
LAMPIRAN IZIN PENELITIAN ............................................................. 86
LAMPIRAN VALIDATOR ..................................................................... 87
BIODATA PENULIS ............................................................................. 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Selaku makhluk utama, manusia mempunyai donasi serta
pengaruh besar terhadap pergantian area secara langsung ataupun tidak.
Kritis ekologi tidak cuma ditempatkan pada daerah sains serta ekosistem
secara raga. namun dimaknai dalam konteks kehidupan secara totalitas
sebab perihal ini pula menyangkut permasalahan yang lingkungan ialah
kemanusiaan, moralitas, spiritual serta alam itu sendiri yang terpadu
dalam keharmonisasian semacam pada surah al-qashash ayat 77
mengatakan:
ه
حسن الل ا
ما
حسن ك
يا وا
ن
من الد
صيبك
س ن
ن ت
ول
خرة
ار ال
الد الله
ىك
ت ا
غ فيما
وابت
ف
بغ ال
ت
ول
يك
ف ال
ساد
سدين مف
يحب ال
ل الله
رض ان
ال
Wabtagi fīmā ātākallāhud-dāral-ākhirata wa lā tansa naṣībaka
minad-dun-yā wa aḥsing kamā aḥsanallāhu ilaika wa lā tabgil-fasāda fil-
arḍ, innallāha lā yuḥibbul-mufsidīn
Nasihat yang sangat jelas kalau janganlah berbuat kehancuran di
(muka) bumi karna sebetulnya Allah tidak menggemari orang-orang yang
berbuat kehancuran serta mereka yang membuat kehancuran hendak
diberikan balasan atas kejahatan yang sudah diberbuatnya. sangat
banyak nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada manusia di dunia
ini salah satunya tumbuh-tumbuhan yang sepatutnya di jaga buat
2
senantiasa lestari , terdapat banyak metode supaya mengajak manusia
buat melindungi alam semesta ini. Sastra selaku media representasi
pemikiran, asumsi, serta dunia imaji, berpotensi mengatakan serta
menggambarkan area tempat sastra itu lahir. Perihal ini didukung oleh
statment Endraswara (2016:35) kalau karya sastra ialah hasil olah
imajinatif sastrawan terhadap lingkungannya sebanding dengan statment
(Juanda, 2018) karya sastra ialah hasil refleksi manusia terhadap
kehidupan yang dituangkan dalam wujud bahasa. Dengan kalimat lain,
kalau tidak sedikit pengarang menggunakan diksi semacam awan, sungai,
gunung, bintang, serta nama fauna dalam karyanya selaku refleksi
kehidupan.
Adanya keterkaitan antara alam dan karya abstrak memunculkan
gagasan tentang contoh lingkungan dalam tulisan di kalangan para pakar
ilmiah. Istilah ekokritik digunakan sebagai istilah untuk gagasan analisis
artistik yang diidentikkan dengan alam dan wilayah. Bagi Harsono
(2008:31), istilah ekokritik berasal dari bahasa Inggris ecocritticism yang
merupakan susunan kata biologi dan kata pundit. Alam dapat disinggung
sebagai penyelidikan ilmu pengetahuan tentang contoh-contoh hubungan,
tumbuhan, makhluk, dan manusia satu sama lain dan dengan keadaan
mereka saat ini. Analisis dapat diartikan sebagai struktur dan artikulasi
penilaian terhadap karakteristik positif atau negatif dari sesuatu.
Bagi Croall serta Rankin (dalam via Harsono, 2008:35) ekologi
mencangkup rangkaian ilmu alam, ilmu sosial, filsafat, serta pengetahuan
3
menyeluru. Pendekatan holistiknya membuat ilmu ini jadi luas. Pokok
utama yang dibahas serta jadi pusat merupakan saling ketergantungan
seluruh makhluk hidup. Semacam cakupan area itu bisa kecil, terbatas,
namun bisa pula luas tidak terbatas, hingga ekologi bisa menghalangi diri
pada rangkuman yang kecil, tetapi bisa pula meliputi daerah yang sangat
luas (Dwijoseputro,1991:8).
Kehadiran dan pemeriksaan eksplorasi atas kecerdasan ekologis
berawal dari korelasi beberapa penelitian sebelumnya. Bagi Zaky Mubarok
(2017), ia menemukan bahwa hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa
Rendra, sebagai seorang pengrajin, benar-benar sering berpikir tentang
iklim, baik sebagai kerangka administrasi kependudukan maupun iklim,
baik sebagai kerangka administrasi kependudukan maupun iklim sebagai
struktur yang sebenarnya. . Rendra juga menampik penyalahgunaan alam
di seluruh strukturnya, terutama pertambangan tanpa mempertimbangkan
amdal yang sah dan dapat menyebabkan kepunahan biasa. Bukan hanya
itu, Rendra tidak akan menjadikan kota dan kekayaan seremonial suatu
budaya menjadi produk industri perjalanan meskipun menjadi
perdagangan asing bagi negara.
Untuk Fawziah (2017), ia menemukan bahwa hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa ada reaksi alami melalui penebangan dan
penghancuran hutan, dan mengejar dan mendapatkan makhluk liar
dengan dasar uang. Analisis biologis lainnya adalah dasar dan hasil
4
penghancuran ekologis, fantasi area lokal yang diidentikkan dengan alam,
dan perilaku individu terhadap iklim.
Dewi (2015) menemukan bahwa hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa beberapa cerita pendek dengan topik pencemaran air telah
menyuarakan janji politik untuk memerangi pemusnahan alam. Apalagi,
tulisan berwawasan eko-basis belum menjadi standar dalam penulisan
Indonesia kontemporer. Beberapa kajian skolastik ini menunjukkan bahwa
metodologi alam telah banyak digunakan di Indonesia, meskipun
jumlahnya secara umum akan dibatasi sejauh eko-analisis.
Untuk Ragil Susilo (2017) ditemukan bahwa itu tergantung pada
penyelidikan yang telah dilakukan. Sampai sangat baik mungkin ditutup
sebagai masalah. Siklus ekokritik diperlukan selama waktu yang
dihabiskan untuk membuat tulisan berbasis alam. Pada dasarnya, ketiga
variabel ini memang ada hubungannya satu sama lain. Siklus ekokritik
benar-benar membantu pencipta dalam membuat karya yang menarik.
Tampaknya filsafat, epistermologi, dan aksiologi meremajakan sebuah
cerita. Yang pasti, penyelidikan alam tampaknya mempengaruhi situasi
topografi individu dalam menyampaikan sebuah cerita, antara
ekofeminisme, ekopolitik, ekososial, ekokultur, dan dominasi lingkungan.
Dalam percabangan pembelajaran dari ketiga komponen ini, mudah bagi
siswa untuk memperbaiki cerita atau membuat cerita. Oleh karena itu,
terungkaplah suatu teknik pembelajaran yang diidentikkan dengan
menulis berbasis alam, menjadi eksistensial biologis tertentu, yang
5
merupakan metodologi lain yang diidentikkan dengan pembelajaran
menulis berbasis ekologi.
Bagi Uniawati (2014) menciptakan kalau bersumber analisis yang
sudah dicoba perlu terdapatnya pemahaman manusia buat hirau serta
cinta pada lingkungan tempatnya menyadarkan hidup. Manusia serta
lingkungan mempunyai ikatan simbiosis yang silih ketergantungan. Ikatan
keduanya menghasilkan sesuatu cerminan romantisme yang bahkan pada
semua manusia tidak dapat dipersamakan.
Berdasarkan kelima penelitian di atas memiliki perbedaan dalam
penelitian ini yaitu pada penelitian ke satu hingga ke empat terletak pada
bidang kajiannnya, sedangkan pada peneliti ke lima memiliki kesamaan
dengan peneliti ini yakni sama-sama meneliti novel dengan menemukan
kearifan lingkungan.
Bila saat ini orang ramai mengangkut permasalahan lingkungan
hidup pencemaran laut serta udara, penggundulan hutan serta punahnya
makhluk hidup spesies tertentu akibat rusaknya ekosistem, para
sastrawan di belahan dunia manapun, Memang sudah sejak lama beliau
mengingatkan tentang pentingnya kebersamaan dengan alam atau back
to nature (Nur Seha melalui Adi Setijowati, 2010:45). Subjek alam tidak
diragukan lagi telah dirujuk dalam banyak karya abstrak sejak masa lalu
melalui pesan-pesan ilmiah. Ekokritik memiliki pandangan dunia yang
mendasar bahwa setiap item dapat ditemukan dalam suatu organisasi
6
lingkungan dan biologi dapat dimanfaatkan sebagai ilmu penolong dalam
metodologi dasar ini (Harsono, 2008: 33). Beberapa sarjana Indonesia
menjadikan alam dan iklim sebagai bagian penting dari karya mereka.
Praktis semua jurnalis fiksi memanfaatkan artikel umum sebagai
mekanisme bahasa dan ekspresi yang menarik. Salah satunya adalah
novel yang menyelidiki alam adalah novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman
dan novel Bara karya Febrialdi R.
Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan Novel Bara karya
Febrialdi R, dalam novel ini alam semestalah yang menjadi inspirasi bagi
sang penulis, selain menyuguhkan menimpa alam semesta, khususnya
beberapa gunung yang terkenal, novel ini juga menyuguhkan idealisme
dari seorang tokoh yang bernama El serta Bara.
Dalam novel ini kondisi iklim yang mengingat sesuatu bagi alam
semesta, dua hutan, saluran air, dan makhluk liar digambarkan secara
gamblang dan luar dalam. Dengan cara ini, penelitian mengidentifikasi
hubungan antara manusia dan iklim pada Novel Jalan Pulang karya Jazuli
Iman dan Bara karya Febrialdi R penting dilakukan.
7
2. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang jadi fokus dalam
penelitian ini adalah kearifan lingkungan. Ada pula fokus bisa dilihat lebih
rinci dibawah ini :
1. Kearifan lingkungan Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman
dan Bara karya Ferbrialdi R pada sikap hormat terhadap alam.
2. Kearifan lingkungan Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman
dan Bara karya Ferbrialdi R pada sikap tanggung jawab moral
terhadap alam.
3. Kearifan lingkungan Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman
dan Bara karya Ferbrialdi R sikap solidaritas terhadap alam.
4. Kearifan lingkungan novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan
Bara karya Ferbrialdi R pada sikap kasih sayang dan
kepedulian terhadap alam.
5. Kearifan lingkungan novel Jalan Pulang dan karya Jazuli Iman
dan Bara karya Ferbrialdi R pada sikap tidak mengganggu
kehidupan alam.
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kearifan lingkungan pada
Novel Jalan Pulang Karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Ferbrialdi R.
8
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan diharapkan memberikan manfaat secara
teoritis dan praktis, sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
a. Memperluas khazana ilmu pengetahuan dalam bidang sastra
serta meningkatkan wawasan bagi pembaca
kearifanlingkungan yang terdapat pada Novel “Jalan Pulang”
karya Jazuli Iman dan Novel “Bara" karya Ferbrialdi R. Dapat
dijadikan sebagai sumber rujukan teoritik bagi peneliti lanjutan,
sehingga memeroleh konsep baru yang akan memperkaya
wawasan dan pengetahuan dalam bidang sastra.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan sebgai bahan referensi bagi peneliti-
peneliti berikutnya yang mempunyai persamaan dengan
penelitian ini.
b. Hasil penelitian ini bisa jadi bahan bacaan untuk menambah
pengetahuan bagi komunitas sastra memahami ekokritik.
9
5. Batasan Istilah
Untuk menghindari salah pengertian dalam penelitian ini maka perlu
diberi batasan istilah dalam batas selaku berikut :
1. Ekokritik
Ecocriticism meliputi studi tentang hubungan anatara manusia
serta non manusia, sejarah manusia serta budaya yang berkaitan
dengan analisis kritis tentang manusia serta lingkungannya (Gerrard
2004:5).
Ecocriticism ialah studi tentang hubungan sastra dan
lingkungan hidup (Gilotfelty 1996).
2. Kearifan Lingkungan
Kearifan lingkungan merupakan sebuah kesadaran untuk
menjadi bagian dari alam sehingga terbentuk satu kesatuan harmoni
(Amrih, 2008:33).
Kearifan lokal (indigenous knowledge ataupun local wisdom)
ialah penumpukan pengalaman serta pembelajaran yang terjalin
secara selalu dalam kurun waktu yang sangat lama dari generasi ke
generasi (Soemarwoto 1982).
Kearifan lokal ialah wujud pengetahuan, keyakinan,
pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang
menuntut sikap manusia dalam kehidupan didalam komunitas
ekologis (Keraf 2006).
10
3. Sikap.hormat.terhadap.alam
Menghargai alam melihat bahwa orang memiliki komitmen etis
untuk menghargai alam. Sikap seperti itu bergantung pada
kesadaran bahwa manusia penting bagi alam dan atas dasar bahwa
alam memiliki harga dirinya sendiri (Lihat Keraf, 2010:167).
4. Sikap.tanggung.jawab.moral.terhadap.alam.
Terkait dengan standar penghormatan terhadap alam
merupakan kewajiban etis terhadap alam karena manusia secara
antologi merupakan bagian penting dari alam. Tugas ini tidak hanya
individu tetapi juga agregat. Standar etika ini mengharapkan orang
untuk mengambil kendali. Strategi dan kegiatan bersama yang
sungguh-sungguh berusaha untuk mengamankan alam semesta dan
setiap substansinya. Ini menyiratkan bahwa pelestarian dan
pemusnahan alam adalah kewajiban bersama seluruh umat manusia
(Keraf, 2010:169-171).
5. Sikap..kasih.sayang.dan.kepedulian.terhadap.alam.
Cinta dan kepedulian terhadap alam muncul dari cara individu
individu dari lingkungan setempat semua makhluk hidup memiliki
pilihan untuk diamankan, benar-benar fokus, tidak terluka dan benar-
benar fokus. Standar ini adalah pedoman etis untuk menempuh satu
jalan menuju jalan lain tanpa mengantisipasi apa pun secara
konsekuen. Semakin Anda mencintai alam, semakin Anda
11
membentuk menjadi manusia yang berkembang sebagai pribadi
yang berkepribadian kokoh. (Pikirkan tentang Keraf, 2010: 172-173).
6. Sikap.solidaritas.terhadap.alam.
Solidaritas Kosmis adalah sikap manusia dengan alam yang
berfungsi untuk mengontrol perilaku manusia dalam batas-batas
keseimbangan yang berfungsi untuk mengontrol perilaku dalam
batas-batas keseimbangan kosmis serta mendorong manusia untuk
mengambil kebijakan yang pro alam dan tidak setuju terhadap
tindakan yang merusak alam (Eugene:1989)
7. Sikap.tidak.mengganggu.kehidupan.alam.
Orang-orang memiliki komitmen moral dan kewajiban terhadap
alam, di sepanjang garis ini dalam hal apapun mereka tidak akan
memiliki keinginan untuk menyakiti alam sia-sia karena orang tidak
secara etis dianjurkan untuk membuat gerakan yang menyakiti orang
individu. Watak untuk tidak ikut campur dengan keberadaan makhluk
hidup individu adalah penampilan nilai perlawanan manusia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Terdapat sebagian perihal perlu dibahas dalam ulasan teori ini, ialah
penafsiran ekokritik sastra, karakteristik teks ekokritik,
1. Pengertian Ekokritik Sastra
Selanjutnya ekokritik berasal dari bahasa inggris ecocritticism
yang ialah bentukan dari kata ecology serta kata criticism, ekologi
dapat diartikan sebagai kajian ilmiah tentang pola ikatan antara
manusia, hewan, tanaman, serta lingkungannya terhadap satu sama
lain. Kritik bisa dimaksud selaku wujud serta ekspresi evaluasi
tentang mutu suatu. Dengan demikian secara simpel bisa dimaksud
dengan kritik berwawasan lingkungan (Harsono,2008:31).
Berikutnya (Glotflety,1996 :XIX) Ekokritik sastra merupakan`
studi tentang ikatan antara sastra serta lingkungan fisik. penafsiran
ini senada dengan pendapat Gerrard (2004:4) mengatakan kalau
ekokritik bisa menolong memastikan, mengeksplorasi, serta apalagi
menuntaskan permasalahan alam dalam pengertian yang lebih luas.
Dalam pemanfaatannya sebagai modus untuk menyikapi perilaku,
renungan dan anggapan masyarakat setempat terhadap iklim secara
umum, tulisan mengungkapkan pemikiran-pemikiran mengenai iklim,
termasuk kualitas wawasan ekologis. Ini adalah pemikiran yang
13
sepenuhnya masuk akal tentang tulisan (biologis). Lebih lanjut,
Karridge (1998) mengatakan bahwa ekokritik perlu mengikuti
pemikiran mengenai iklim dan penggambarannya. Hal lain
diungkapkan oleh Juliasih K. (2012: 87) yang melaporkan bahwa
masalah karakteristik atau alam memerlukan pemeriksaan sosial
yang logis mengingat masalah tersebut adalah tentang komunikasi
antara informasi lingkungan dan perubahan sosial.
Hal ini cenderung dikatakan bahwa ekokritik Lawrance Buell
mengatakan bahwa sebagian dari aturan adalah, (1) iklim non-
manusia tampak sebagai tepi serta kehadiran yang menunjukkan
bahwa rangkaian pengalaman umat manusia terlibat dalam sejarah
bersama; (2) kepentingan manusia tidak dianggap sebagai salah
satu kepentingan otentik; (3) tanggung jawab manusia terhadap iklim
sangat penting untuk arah moral membaca, dan (4) sebagai
terjemahan adalah iklim sebagai siklus bukan sebagai pengaturan
yang konsisten atau berkah yang tidak disimpulkan dalam konten
(Buell, 1995: 7-8).
Pesan-pesan ekokritik memiliki beberapa kualitas, termasuk
atribut damai dan mengandung kisah-kisah bencana yang bersifat
profetis. Secara spesifik, pastoralisme adalah sebuah tradisi seni
yang mengandung idealisme dari masyarakat perkotaan ke kota-kota
yang awalnya ada di Alexandria kuno dan berubah menjadi cara
bersyair di Eropa sepanjang Renaisans secara keseluruhan, damai
14
adalah setiap tulisan yang menggambarkan kota dengan
membedakannya secara nyata dan tegas dengan kota (Gifford,
1999: 2).
Kisah malapetaka profetik adalah pengungkapan tentang akhir
sejarah. Topik penting dari bencana kenabian sebagian besar adalah
pertempuran antara yang besar dan yang berbahaya.
Apokaliptisisme diuraikan sebagai jenis yang dikandung dari
keadaan darurat, dimaksudkan untuk memperkuat penentuan
jaringan yang diminimalkan dengan berbagi harapan dan impian
kemerdekaan dari perbudakan. Menulis bencana secara kenabian
adalah menulis penting, hiburan bagi yang dianiaya
(Thompson.1997:13-14).
2. Model.Kajian.Sastra
a. Model.Kajian.Sastra Lingkungan
1) Model studi narasi.pastoral
Damai berasal dari bahasa Latin atau Yunani Minister,
khususnya Poimen, yang berarti gembala. Untuk situasi ini
penggembalaan sangat diidentikkan dengan kehidupan di
lapangan yang sesuai dengan atribut-atribut tulisan damai,
yaitu menggambarkan kehidupan ideal di kota yang dekat
dengan komponen alam. Sukmawan (2016:30)
melaporkan bahwa selama tahun 1610-an,
penggembalaan adalah sejenis syair atau pertunjukan
15
yang memuat kisah para gembala. Dalam cerita, ada
percakapan antara gembala yang berbicara tentang
pekerjaan, kehidupan sehari-hari, semua yang mencakup
penciptaan artistik, pemandangan umum, dan iklim
provinsi.
Sama halnya dengan komentar Gifford (1999:2)
melaporkan kalau Pastoral merujuk pada tiap karya sastra
yang menjabarkan tentang kehidupan pedesaan yang
berbeda dengan wilayah urban ataupun perkotaan. Suatu
sastra bisa dikatakan selaku sastra pastoral bila penuhi
kriteria selaku berikut : (1) ekosentris, (2) narasi
kehidupan, penghidupan, serta tata metode hidup yang
selaras dengan norma alam, (3) tempat hidup yang
nyaman dan ideal, (4) kesatuan harmoni antara manusia
dan lingkungan, (5) idealisasi desa dan romantisme masa
lalu, serta (6) reflektif-introspektif (sukmawan, 2016:45).
Pastoral ialah wujud puisi ataupun drama yang
mengisahkan para gembala yang berdialog dengan
penggembala yang lain, baik tentang penggembalanya
ataupun tentang lingkungan pedesaan yang
melingkupinya. Oleh sebab itu, secara gampang bisa
dikatakan kalau penggembala(an) ialah indikator berarti
pastoral (no shepherd, no pastoral). Tidak hanya itu,
16
bentuk pastoral juga dapat dilihat dari sudut pandang
pembaca atau pendengar.
Dari sudut pandang ini, pastoral ialah pelarian diri
(retreat) mengarah serta kembali (return) kealam
pedesaan ataupun kehidupan masa dulu sekali. Uraian
lebih spesial menimpa pastoral merupakan pemakaian
yang secara universal mengacu kepada zona isi, ialah
seluruh wujud sastra yang berisi uraian tentang alam
pedesaan secara implicit ataupun eksplisit berlawanan
dengan alam perkotaan (Gifford,1999:1).
1) Telaah.unsure.bucolic.‘pengembala’
Salah..satu..elemen berarti mencirikan sastra
pastoral…merupakan bucolic..‘penggembala’..yang bisa
dimaknai secara simple kalau penggembala..asal..dari
kehidupan..desa..(Sukmawan,..2016:31). Namun implikasi
pengguna asosiasikan kepada novel pelewak “Audiens
perkotaan yang terpelajar menyangka orang-orang desa
adalah pelawak. Puisi masa itu melebih-lebihkan
humor/gurauan dari orang pedesaan. Arti bucolic dipadan-
kan dengan penggembala” pertimbangaan kalau
pengembala serta penggembalaan jadi indikator berarti
pastorall, lebih-lebihkan padahal ini sejarah.
2) Telaah.Unsur.Konstruksi.Arcadia.
17
Karakteristik berarti pastorall yang lain merupakan
muat pengembangan surga dalam konten. Surga adalah
strategi romantis untuk hidup atau tempat yang dikagumi.
Karena jenis konten damai yang mendasarinya adalah
idylls yang diambil dari bahasa Yunani eidyllion yang
berarti gambar cerdas yang berisi karya-karya pendek
tentang penggambaran yang dikagumi. Istilah idylls dalam
perkembangan selanjutnya digunakan di mana-mana,
tidak hanya mengacu pada bangunan indah yang unik.
Misalnya, tidak memetik produk organik dari pohon bisa
disebut idylls (Gifford, 1999:13-16).
Sampai saat ini dalam bukunya Sukmawan (2016:
34) perkembangan utopia dipisahkan menjadi tiga
variabel, yaitu: (1) komponen idilis yang berisi gambaran
tentang pemuliaan harga-harga kota yang menyimpulkan
analisis metropolitan, (2) kesengsaraan komponen,
sebagai struktur yang secara konsisten berpikir kembali
atau ke masa lalu; dan (3) komponen geogis yang
menunjukkan pelipur lara bekerja secara bersahabat
dengan alam.
3) Telaah..unsur.wacana.Retreat.dan.Return
Sukmawan (2016:42) menggambarkan
pembicaraan mundur dan pulang sebagai jenis
18
keberangkatan dari kota. Hal ini tampak sangat berbeda
bila dikontraskan dengan gagasan penulisan damai yang
mengacu pada cara atau cara hidup yang dimuliakan.
Cara hidup yang ideal digambarkan dalam kehidupan di
kota yang berbanding terbalik dengan cara hidup di sekitar
sana. Retreat adalah jeda manusia dari hiruk pikuk
kehidupan, kerumitan hidup dan persoalan kota, bertekad
untuk menjauh atau melarikan diri dari perilaku kita.
Kembali menyinggung untuk kembali ke kota dan
memperbaiki perilaku mereka.
Pembaca/penonton memahami bahwa alam
terbuka dalam pembacaan damai adalah Shangri-la
karena bahasa yang dikagumi. Pada akhirnya, damai
adalah bicara, adalah strategi untuk memanfaatkan
bahasa yang mengembangkan dunia yang tidak sama
dengan kenyataan yang sebenarnya. Meskipun termasuk
dalam wacana damai dan komponen lidah, kebiasaan
damai bergantung pada pemahaman bahwa
pembicaraannya tidak meniru korespondensi asli. Damai
pada dasarnya adalah pembicaraan retret yang hanya
metode untuk melepaskan diri dari seluk-beluk kota,
kerabatnya, masa kini, perilaku "penyelidikan" kita
(Gifford, 1999:45-46).
19
2) Model kajian narasi apokaliptik
Tulisan bencana profetik adalah klasifikasi
penulisan cerita seputar (1) pengungkapan yang
diintervensi oleh makhluk dari dunia yang diberikan
kepada manusia; (2) untuk mengatakan sesuatu yang luar
biasa yang cepat berlalu; (3) menyangkut gambaran
eskatologis tentang keselamatan, (4) bersifat spasial; dan
(5) menghubungkan alam semesta surgawi lainnya (Wolf
dalam Carter,2007:3).
Sebagian dari sifat-sifat normal dalam tulisan
nubuatan bencana adalah (1) wartawan pada umumnya
akan memilih orang-orang besar sebelumnya dan
menjadikan mereka santo dalam cerita; (2) sang legenda
terus-menerus menghadapi tantangan yang diikuti oleh
pemandu yang luar biasa yang menunjukkan adegan-
adegan khas yang menarik dan memberikan
sambutannya; (3) informasi terus-menerus disampaikan
melalui visi; (4) mimpi secara teratur menggunakan
gambaran yang tidak biasa, bukan rahasia; (5) visi
tersebut seringkali skeptis tentang kemungkinan bahwa
syafaat manusia akan mengatasi keadaan saat ini; (6) visi
pada umumnya selesai dengan dewa membawa ke
kehancuran terakhir dan membangun udara superior; (7)
20
penulis penghancur seluruh dunia secara teratur
menggunakan nom de plumes, yang mereka buat untuk
orang-orang kudus yang mereka pilih; (8) para sarjana
secara teratur mengambil masa lalu dan menulis seolah-
olah itu adalah prediksi; dan (9) pusat bencana kenabian
adalah untuk melibatkan dan menjaga "pelindung
kebenaran" (Morris dalam Carter, 2004:4).
a) Telaah.unsur.karakter.pahlawan
Salah satu kualitas tulisan nubuatan bencana
adalah adanya legenda. Jenis orang suci diuraikan sebagai
menyelesaikan suatu usaha yang diikuti oleh seorang
pemandu. Dengan demikian, penyelidikan komponen
karakter legenda dapat menyebutkan fakta objektif tentang
(1) pilihan sebagian besar individu sebelumnya dan
menyebabkan mereka menjadi orang suci dalam cerita; (2)
kisah usaha sang legenda yang disertai oleh seorang
pemandu besar; dan (3) pada umumnya para pembantu
dari pekerjaan suci itu menunjukkan kepadanya adegan-
adegan biasa yang menarik dan menawarkan anggapan-
anggapan (Morris, 1972).
b) Telaah.unsur.lingkungan.apokaliptik
Terjemahan lain dari kehancuran seluruh dunia
sebagai pemikiran yang tidak bermaksud untuk
21
mengantisipasi masa depan namun mengubahnya,
dikomunikasikan oleh Killingswort dan Palmer dalam
catatan mereka tentang The Populace Bomb karya Paul
Ehrlich. Hal ini diperkuat oleh penilaian Ehrlich sendiri
(1996:52) bahwa iklim apokaliptisisme dalam
penggambaran ini tidak terikat dengan penilaian kiamat,
namun menjauhinya dengan teknik-teknik yang memikat.
Penyelidikan komponen iklim nubuatan bencana dapat
dicoba dengan memperhatikan (a) kisah-kisah yang berisi
pandangan tentang dunia yang berkembang (Thompson,
1997:13-14); (b) cerita-cerita yang menggiurkan upaya
menjauhi kiamat, tidak mengharapkan kiamat (Gerrard,
2004: 99; (c) ada pengaturan bahwa sebagai ciri alam
semesta, orang melakukan upaya gagah berani dengan
melihat keajaiban alam, dan (d) cerita yang memiliki
pemahaman menepis dorongan untuk memaksakan
kehendak pada alam (Janik 1995:107).
c) Telaah.unsur.visi.atau.ramalan
Penyelidikan komponen visi atau ramalan dapat
dicoba dengan teknik membedah (1) jenis informasi
bencana kenabian disampaikan melalui mimpi; (2)
pemanfaatan gambar dan teka-teki tertentu dalam
menyampaikan visi; (3) gagasan skeptis tentang visi
22
sehubungan dengan kemungkinan bahwa syafaat manusia
akan mengatasi keadaan saat ini; dan (4) sebuah cerita
yang mengambil sejarah sebelumnya dan mengubahnya
seolah-olah itu adalah ramalan.
a. Model kajian etis
Tata krama membahas kualitas dan standar baik yang
diterima oleh jaringan tertentu sebagai aturan dan model untuk
bertindak sebagai manusia. Pada umumnya kerangka nilai,
yang dipertahankan sebagai jadwal hidup yang layak,
diturunkan dan diteruskan melalui agama dan budaya yang
dipandang sebagai sumber utama dari standar dan kualitas
yang baik (Keraf, 2010:14-16).
Perilaku membutuhkan jabatan hanya sebagai
mekanisme artikulasi. Kantor artikulasi kesopanan dapat
berupa bahasa, meskipun perspektif non-bahasa juga
dipikirkan. Cara artikulasinya bisa seperti tulisan. Tata krama
yang dikomunikasikan melalui bahasa membutuhkan struktur
yang berbeda. Salah satu indikasinya adalah kesopanan alam
atau (nilai) kecerdasan ekologis. Kecerdasan ekologis untuk
mengikat kebersamaan (Amrih, 2008:33).
23
Kecerdasan ekologis adalah tugas awal yang dikenal
pertama kali ketika istilah wawasan terdekat muncul. Mengingat
bahwa wawasan ekologis adalah perilaku yang teratur dari
orang-orang terdekat, maka gagasan terkenal itu diketahui,
maka kecerdasan lingkungan memiliki berbagai tugas,
termasuk ahli lingkungan (HGQuaritch Ridges), kepribadian
sosial, atau karakter sosial publik (Haryati Soebadio). , karakter
sosial lingkungan (mundarjito ), budaya indah (ayatrohaedi),
kepribadian publik, karakter sosial (soedirman), informasi asli
(semali dan kincheloe). Bukan hanya nama yang berbeda,
intelijen terdekat juga memiliki terjemahan yang berbeda di
antara para ahli. Keanekaragaman terjemahan yang
direncanakan pada kenyataannya hanya berdasarkan editorial,
kontras sejauh kulminasi dari perincian, dan bervariasi sejauh
aksentuasi, aksentuasi, atau aksentuasi pada masalah tertentu.
Dengan murah hati, setiap terjemahan intelijen lingkungan
memiliki kesamaan dan saling ketergantungan. Keragaman
pemahaman dapat dipilih sebagai terjemahan yang
menggarisbawahi, menekankan, memfokuskan atau
memajukan sudut (1) hal; (2) struktur dan struktur; (3) atribut
atau kualitas; (4) bekerja; (5) contoh warisan dan jenis
artikulasi; dan (6) hasil.
24
Dari bagian fokus pada materi dan siklus
perkembangannya, Soemarwoto (1982) menyiratkan bahwa
wawasan lingkungan (informasi asli, atau kelihaian terdekat)
adalah agregasi keterlibatan dan pengajaran yang konstan
selama rentang waktu yang sangat luas dari satu usia ke yang
lain. Pengalaman yang terkumpul ini membingkai gambaran
luar dan dalam dari kondisi alam yang dialami. Hal ini
menyebabkan kegiatan yang dilakukan senantiasa dilandasi
oleh pemahaman terhadap kondisi dan banyaknya keterlibatan
yang telah dimiliki, sehingga terbentuklah informasi/informasi
yang dapat berwawasan dan beradaptasi dengan kondisi suatu
iklim, susunan yang mendalam ini kemudian disinggung
sebagai "kecerdasan alam" dan dalam perjalanannya
berkembang menjadi "kecerdasan lingkungan (kecerdasan
lingkungan) karena kemewahan dan keragaman iklim yang luas
sehingga sangat jelas wilayahnya.
Dari bagian memperkuat struktur dan struktur, Pitoyo
(2008) mencirikan kelihaian sebagai jenis ingin melihat,
merasakan, memulai, dan kemudian tunduk pada standar; jenis
kesiapan melihat dan kapasitas yang ditunjukkan dengan
perkembangan karakteristik hukum pembuatnya; dan jenis
pemahaman menjadi penting bagi alam untuk membingkai
konkordansi yang disatukan. Dari perspektif yang sama, Keraf
25
(2010) mengatakan bahwa kelihaian konvensional adalah
semua jenis informasi, keyakinan, pemahaman dan informasi
dan kebiasaan moral Flying corps (AU) yang memandu
mentalitas manusia dalam kehidupan dalam jaringan biologis.
Dengan demikian, kearifan adat bukan hanya tentang informasi
atau pemahaman kelompok masyarakat asli tentang
masyarakat dan seberapa besar kedekatan antar masyarakat,
namun juga menyangkut informasi, pemahaman dan adat
istiadat tentang masyarakat, alam dan bagaimana hubungan
antar seluruh penghuninya. daerah lokal biologis. Setiap
wawasan konvensional ini dihayati, dilatih, diinstruksikan, dan
diturunkan mulai dari satu zaman lalu ke zaman berikutnya,
yang secara bersamaan membentuk contoh perilaku manusia
biasa, baik terhadap orang perorangan maupun terhadap alam
dan yang tidak mencolok.
Dari sisi pemusatan pada perspektif kepribadian (atribut),
matowanyika (1991) memiliki kemungkinan bahwa kerangka
wawasan konvensional (informasi lingkungan lokal) tergantung
pada pemanfaatan aset individu, khususnya (1) sepenuhnya
pedesaan; (2) sepenuhnya bergantung pada penciptaan iklim
aktual di dekatnya; (3) kombinasi kualitas keuangan, sosial,
sosial dan kelembagaan dengan ikatan keluarga sebagai jalan
masuk ke dalam kerangka sirkulasi dan keluarga sebagai
26
alasan pembagian kerja; (4) kerangka diseminasi yang
mendorong partisipasi; (5) kerangka penalaran bersama; dan
(6) sangat bergantung pada informasi dan pengalaman
terdekat. Dari sisi yang sama, Rahayu (2004) menjelaskan
bahwa informasi adat merupakan kerangka nilai dalam
permintaan kehidupan sosial, sosial, moneter, dan alam, yang
hidup di tengah-tengah masyarakat konvensional. Karakteristik
kualitas dalam informasi konvensional bersifat dinamis,
berpenampilan menarik dan dapat diakui oleh daerah setempat.
Dalam jaringan residen konvensional, informasi adat
ditampilkan sebagai sekumpulan pengaturan, informasi, bakat.
Kualitas dan moral yang mengontrol permintaan sosial daerah
setempat yang berproses untuk hidup dan berkreasi dari satu
zaman ke zaman lainnya. Kemudian, Poespowardjojo
mengatakan bahwa wawasan (dekat) mengandung standar (1)
memiliki pilihan untuk bertahan di luar masyarakat, (2) memiliki
kemampuan akomodatif, (3) memiliki kemampuan integratif, (4)
memiliki pilihan untuk mengontrol dan (5) mendorong
perkembangan sosial.
Dari bagian warisan dan jenis artikulasi, Semali dan
Kincheloe (1998) menjelaskan bahwa informasi asli
dimasukkan ke dalam kepribadian penduduk dan latihan
mereka. Informasi ini juga diuraikan dalam cerita, lagu,
27
dongeng, aturan, gerakan, fantasi, kualitas sosial, keyakinan,
kebiasaan. Penduduk yang sah, dialek terdekat, aplikasi
perlindungan, peralatan, bahan, jenis tanaman, dan jenis
makhluk. Informasi asli dibahas secara lisan, dengan contoh
masalah, dan melalui budaya. Jenis korespondensi dan
asosiasi asli sangat penting untuk siklus dinamis tingkat
terdekat dan untuk konservasi, peningkatan, dan penyebaran
informasi ini.
Dari aksentuasi pemanfaatannya, Putra (2008)
menyatakan bahwa kearifan lingkungan merupakan komponen
informasi dan praktik, baik yang didapat dari masa lampau
maupun sebenarnya mengelola iklim dan penghuni yang
berbeda yang memiliki tempat dengan wilayah setempat di
suatu tempat. , yang digunakan untuk menangani masalah.
secara tepat dan akurat berbagai kasus serta tantangan yang
dialami.
Dari bagian hasil, H.G. Quaritch Ridges mencirikan
kelihaian (lingkungan) sebagai keseluruhan kepribadian sosial
yang digerakkan oleh penduduk/negara karena pertemuan
mereka sebelumnya. Salim (1999) mengatakan bahwa
wawasan (dekat) adalah hubungan manusia dengan iklim
sehingga memunculkan jenis penciptaan moral, cara pandang,
28
cara hidup, dan berbagai praktik yang memiliki konsekuensi
positif bagi pemeliharaan dan pelestarian iklim.
Keraf (2006) melaporkan bahwa kecerdasan terdekat
adalah semua jenis informasi, keyakinan, penggambaran atau
informasi dan kebiasaan, jadwal atau moral yang menarik
perilaku manusia dalam kehidupan di area lokal biologis.
Kemudian lagi, Wahono (2005) menjelaskan bahwa kecerdikan
terdekat adalah kelihaian dan teknik berurusan dengan alam
semesta dalam memastikan keseimbangan lingkungan yang
telah ditunjukkan cukup lama oleh berbagai bencana seperti
penghalang dan kecerobohan manusia. Seorang penduduk
memperoleh dan menumbuhkan wawasan sebagai informasi
atau pemikiran tentang standar standar, kualitas sosial, latihan
dan perangkat keras karena cerminan dari berurusan dengan
iklim. Seringkali wawasan mereka tentang iklim lingkungan
digunakan sebagai panduan yang tepat dalam meningkatkan
keberadaan iklim pribadi mereka. Gagasan kelihaian di sekitar
didirikan di lingkungan atau kerangka informasi adat dan
eksekutif (Mitchell, et, 2000). Wawasan lingkungan adalah
berbagai informasi dan perspektif dalam cara hidup manusia
berkumpul, yang merupakan konsekuensi dari persepsi selama
rentang waktu yang luas (Babcock dalam Arafah, 2002).
Terjemahan kecerdikan terdekat dalam UU no. 32 Tahun 2009
29
adalah sifat-sifat luhur yang berlaku dalam gaya hidup warga
antara lain menghadapi iklim secara terkendali.
Sirtha (2003) menjelaskan bahwa jenis kecerdasan
terdekat yang ada secara lokal dapat berupa kualitas, standar,
keyakinan, dan pedoman yang tidak biasa. Struktur yang
beraneka ragam ini membuat pemanfaatan intelijen di sekitar
menjadi begitu banyak. Intelijen lingkungan Guni, antara lain: 1)
sebagai perlindungan dan pengamanan aset tetap; 2) membina
SDM; 3) sebagai kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan; 4)
sebagai nasihat, keyakinan artistik, dan pembatasan.
Kecerdasan lingkungan bekerja dari kualitas sosial yang
dipertahankan desain sosial lokal sendiri dan mengisi sebagai
panduan, pengatur dan tanda-tanda untuk bertindak dalam
gaya hidup yang berbeda baik ketika mengelola orang lain atau
alam. Hingga kini, kehadiran kearifan lokal terus kabur dalam
berbagai pertemuan lokal. Salah satu komunitas lokal yang
benar-benar tidak berdaya melawan kurangnya kearifan
lingkungan adalah lingkungan lokal peternak tepi hutan, yang
harus dijalankan sebagai dukungan sosial untuk upaya
perlindungan hutan dan pelestarian aset hutan (Santoso, 2004).
Pemahaman tentang pentingnya menyiratkan bahwa iklim
yang sehat dan dapat dikelola harus diberikan kepada orang-
orang, untuk kehidupan masing-masing. Bantuan pemerintah
30
secara agregat salah satunya dipengaruhi oleh kemungkinan
alam untuk mewujudkan rahayuning buwana. Daya dukung
hidup saat ini menjadi pembicaraan yang nyata dan signifikan,
baik di tingkat lingkungan, publik atau publik. global. Hal ini
disebabkan karena iklim menyangkut kebutuhan dan
kepentingan banyak individu (Anshony Ch. Dan Sudarso,
2008:v)
Kemudian, Anshory Ch. Lebih lanjut Sudarso (2008:v)
menyatakan bahwa iklim merupakan tempat penyelesaian,
kehadiran, dan pergaulan bagi manusia. Hubungan antara
individu manusia dan hewan yang berbeda dapat berjalan
dengan baik, jika ada mutualisme yang harmonis, dengan
pedoman partisipasi yang berharga. Masing-masing saling
memberi ruang kesempatan hidup, sehingga terjadi
kesepakatan dan keselarasan, sebagaimana pelajaran dari
Penguasa Agung, adalah mengasah otak untuk benar-benar
fokus pada malaningbumi yang tertuang dalam buku Gendhing
Writing.
Kecerdasan alami adalah semboyan untuk membentuk
keseimbangan selamanya. Sebut misalnya pohon. Hewan yang
sangat dimuliakan oleh Allah adalah pohon atau tumbuhan. Ia
adalah binatang yang sejak lahir sampai mati terus-menerus
menyerah, tidak peduli apakah saat musim kemarau dengan
31
kondisi panas dan terbakar. menusuk, atau di musim berangin
yang membekukan, sampai hewan-hewan Tuhan yang
bernama pohon atau tumbuhan baru saja mendapatkan atau
garis nasib dan anugerah-Nya. Hewan-hewan yang kontras dan
berbeda yang ada di seluruh alam semesta (Buwana X, dalam
Anshoriy Ch. Dan Sudarsono, 2008: xiv-xv) mengungkapkan
bahwa pohon juga memiliki kebenaran yang paling penting,
mencoba apa pun yang mereka hasilkan, termasuk semua
makanan berdaun yang ditawarkan. kepada orang lain.
manusia. Secara deduktif, tidak mempermainkan berbagai
manfaat tumbuhan. Ada begitu banyak latihan penting dari
kehidupan ini yang merupakan sumber motivasi dan
kecerdasan dari tanaman.
Dari beberapa pengertian tersebut, cenderung (I)
mendefinisikan pemikiran kelihaian lingkungan ekologis
(environment) sebagai sekumpulan sorotan dan karya yang
muncul karena refleksi manusia terhadap alam dan perjumpaan
masa lalu guna mengarah pada moral, kualitas , dan aturan
yang pragmatis untuk mengatasi masalah kehidupan dan
memiliki konsekuensi positif. terhadap pemeliharaan dan
perlindungan iklim; (ii) jelas dirasakan bahwa wawasan
ketetanggaan secara tegas diidentikkan dengan hubungan
manusia dengan iklim atau alam; Jadi sangat mungkin (iii) tidak
32
salah lagi dipahami bahwa isu-isu ekologis berawal dari
ketidakkonsistenan hubungan antara manusia dan keadaan
mereka saat ini dan hal ini terbentuk dalam perilaku manusia
yang tidak menjadikan kelihaian di sekitar sebagai alasan moral
untuk perilaku mereka.
Kecerdasan ekologis adalah standar yang baik seperti
perilaku sadar terhadap alam (regard for nature), perilaku sadar
terhadap alam (kewajiban moral terhadap alam), ketabahan
yang tak ternilai, aturan empati dan kekhawatiran terhadap
alam (benar-benar fokus pada alam), pedoman kesetaraan ;
standar berbasis suara; dan aturan kepercayaan yang baik
(Analyze Tylor, 1986; Naes, 1993; Artis, 1993; Keraf, 2010).
1) Telaah.sikap.Hormat.terhadap.Alam
Menghargai alam melihat bahwa orang memiliki
komitmen etis untuk menghargai alam. Perilaku tersebut
tergantung pada pengaturan bahwa manusia adalah
esensial bagi alam dan bidang karakteristik memiliki harga
diri (Analyze Keraf, 2010:167). Dalam sudut pandang moral
ekologis, memandang alam sebagai komponen lingkungan
tergantung pada kesadaran terbuka akan nilai yang melekat
pada alam, jika alam memiliki harga dirinya dengan tujuan
bahwa ia memiliki pilihan untuk dianggap.
33
Alam memiliki hak istimewa untuk dihormati, dengan
alasan bahwa keberadaan manusia bergantung pada alam,
namun khususnya mengingat realitas ontologis bahwa
manusia adalah bagian penting dari alam, maka manusia
adalah individu dari sosialisme lingkungan. keterkaitan,
koneksi, indivisibility, dan kehormatan obligasi.
Dalam gagasan Timur, misalnya, kebenaran tidak
terisolasi ke dalam bidang-bidang yang berbeda dan tidak
terikat satu sama lain, namun kebenaran dipandang sebagai
satu kesatuan yang seragam. Pada dasarnya, pandangan
Timur menganggap semua sebagai komunikasi sebagai
perilaku terhadap alam, sebagaimana mentalitas terhadap
alam memiliki keterkaitan sosial (analisis Suseno, 1993: 82).
Selain itu, dalam sistem pemikiran timur yang sangat
kosmosentris, manusia dan alam adalah solidaritas dalam
keselarasan (analisis Saryono, 2008: 196).
Sangat mungkin beralasan bahwa kepedulian
terhadap alam ditunjukkan dalam (1) kemampuan untuk
menghargai alam. (2) pemahaman bahwa alam memiliki
harga dirinya, (3) kesadaran bahwa alam memiliki pilihan
untuk dianggap, (4) pemahaman bahwa alam memiliki
kepercayaan, dan (5) menghormati alam untuk hidup,
menciptakan dan mengisi secara deduktif sesuai alasan
34
pembuatnya (Lihat Armstrong dan Botzler, 1993; Keraf,
2010: 167-168).
2) Telaah.Sikap.Tanggung.Jawab.Moral.terhadap.Alam
Berpegang teguh pada standar penghormatan
terhadap alam adalah kewajiban etis terhadap alam,
mengingat fakta bahwa secara ontologis manusia adalah
bagian penting dari alam. Tugas ini tidak hanya individu
tetapi juga agregat. Aturan etis ini mengharapkan orang
untuk mengambil dorongan, strategi, dan aktivitas agregat
asli untuk memastikan seluruh alam semesta dan segala
sesuatu di dalamnya. Penderitaan ini menyiratkan bahwa
pelestarian dan pemusnahan alam adalah tugas bersama
seluruh umat manusia. Kewajiban bersama ini ditunjukkan
melalui penegasan, pelarangan, dan penolakan terhadap
setiap individu yang diatur atau tidak untuk merugikan dan
membahayakan keberadaan alam. Kewajiban moral tidak
hanya berpusat pada manusia, sombong, tetapi juga sangat
besar. Sebuah tugas atas dasar panggilan muluk untuk
memastikan alam itu sendiri, untuk menjaga keseimbangan
dan kepercayaan sistem biologis. Kewajiban yang membuat
orang merasa menyesal atas peristiwa bencana mengingat
fakta bahwa keseimbangan sistem biologis telah melambat.
Hingga, orang-orang pada saat itu melakukan aktivitas yang
35
tak ternilai untuk mengomunikasikan kesalahan mereka dan
sangat perlu untuk menyeimbangkan kembali kekacauan
besar (Keraf, 2010:169-171).
Kewajiban mengenai keberadaan air dan tanah,
misalnya, tidak hanya bersifat individu tetapi juga bersifat
agregat. Pedoman etika ini mengharapkan orang untuk
mengambil dorongan, usaha keras, pengaturan, dan
aktivitas agregat yang tulus untuk mengamankan
keseimbangan alam. Hal ini menunjukkan bahwa
perlindungan air dan tanah adalah tugas bersama setiap
individu. Kewajiban bersama ini ditunjukkan melalui
pemberian wewenang, penolakan, dan penolakan terhadap
setiap individu yang merancang atau tidak mengambil
langkah untuk membahayakan keberadaan komponen
karakteristik tersebut (Pikirkan tentang Keraf, 2010:169).
3) Telaah.sikap.solidaritas.terhadap alam
Ketabahan astronomis adalah disposisi manusia
dengan alam, yang berperan dalam mengendalikan perilaku
manusia dalam batasan-batasan keseimbangan yang muluk-
muluk, dan mendorong manusia untuk mengambil strategi-
strategi yang mendukung alam dan tidak menyetujui
kegiatan-kegiatan yang merusak alam. (Eugene: 1989).
36
Perspektif ekofeminis mengingkari seluruh
rasionalitas penguasaan sehingga tidak membenarkan
adanya penundukan. Tidak ada pesta yang lebih baik
dibandingkan dengan yang berikutnya. Laki-laki lebih buruk
dari perempuan, kulit putih lebih unggul daripada kulit
cokelat, dan manusia lebih buruk daripada non-manusia
(alam), sehingga semua perkumpulan adalah setara
(pikirkan Warren dalam Keraf, 2010:152).
Sebagai bagian penting dari alam semesta, orang
pasti memiliki pekerjaan yang setara dengan alam dan
dengan hewan hidup lainnya. Realitas ini menimbulkan
sensasi ketabahan pada diri manusia, sensasi kebersamaan
dengan alam dan makhluk hidup lainnya. Misalnya, memiliki
pilihan untuk merasakan apa yang dirasakan makhluk itu
sehingga muncul kesepakatan untuk memastikannya.
Cenderung dikatakan bahwa ketabahan dengan alam
ditunjukkan dalam (1) pengakuan akan situasi yang setara
dan setara dengan alam dan dengan makhluk hidup lainnya
di dunia ini; (2) perilaku berbagi apa yang mampu secara
alami; (3) upaya penyelamatan alam, menjaga manusia dari
perusakan dan pengotoran alam dan keutuhannya; dan (4)
berusaha memadukan mentalitas manusia dengan sistem
biologis.
37
4) Telaah.Sikap.Kasih.Sayang.dan.Kepedulian.Terhadap.Alam
Cinta dan kepedulian terhadap alam muncul dari cara
individu individu dari area lokal biologis, semua makhluk
hidup memiliki hak istimewa untuk diamankan,
dipertahankan, tidak disakiti, dan benar-benar difokuskan.
Standar ini adalah aturan moral satu arah, mengemudi jalan
alternatif, tanpa mengantisipasi apa pun akibatnya. Semakin
menghargai alam, manusia terus berkembang menjadi
manusia yang berkembang, sebagai manusia yang
berkepribadian kuat (Analyze Keraf, 2010: 172-173).
Disposisi empati terhadap alam menimbulkan kerinduan dan
perilaku untuk menjaga dan memelihara alam sebaik yang
diharapkan. Ketenangan dan keselarasan yang megah
ditunjukkan melalui sikap yang ramah, watak yang tidak
saling mencampuri atau tidak saling mencampuri antar
komponen yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu,
memastikan kesesuaian yang luas adalah penampilan
empati, sama seperti mengamankan pemeliharaan yang
sangat besar. Simpati dapat dipertahankan dan
dipertahankan jika setiap individu berusaha untuk bertindak,
berkata, bertindak atau berpotensi mencintai makhluk hidup
individu (analisis Suryono, 2008:169).
38
Alam menghidupkan orang dari perspektif yang
sebenarnya, tetapi juga dari perspektif psikologis dan
terjemahan dunia lain. Oleh karena itu, penting untuk
memiliki mentalitas kasih sayang dan kepedulian manusia
terhadap alam sehingga dapat menjamin kemakmuran
internal dan eksternal manusia. Dalam kehadirannya yang
mistik (jiwa) alam sebenarnya menyebabkan kewajaran,
kewaspadaan, dan kontrol dunia lain terhadap pandangan
dan perilaku manusia agar tidak marah, menyalahgunakan,
dan menyampaikan alam dari satu sudut pandang dan sekali
lagi, membuat kemajuan menuju persahabatan dalam ikatan
sampai kesesuaian atau kesepakatan tercapai. kehidupan.
Sangat mungkin dianggap bahwa simpati dan
kekhawatiran terhadap alam bergantung pada kesadaran
bahwa (1) semua makhluk hidup memiliki hak istimewa
untuk dipastikan, (2) semua makhluk hidup memiliki pilihan
untuk benar-benar difokuskan, (3) semua makhluk hidup
segala sesuatu memiliki hak istimewa untuk tidak dirugikan,
dan (4) keamanan dan pemeliharaan semua makhluk hidup
diselesaikan tanpa mengantisipasi apa pun secara
konsekuen (analisis Keraf, 2010).
5) Telaah.Sikap.Tidak.Mengganggu.Kehidupan.Alam
39
Manusia memiliki komitmen dan kewajiban etis
terhadap alam, karenanya bagaimanapun ia tidak ingin
menyakiti alam secara sia-sia karena manusia secara etis
tidak sah untuk melakukan kegiatan yang merugikan individu
individu, sikap tidak mengganggu keberadaan makhluk hidup
individu adalah salah satu jenisnya. bernilai signifikan.
ketahanan manusia. Nilai perlawanan diidentifikasikan
dengan kemampuan memperhatikan, dan mengamankan
keberadaan dan keadaan orang-orang sehingga setiap
orang bebas, tidak terluka dan terluka, tidak membuatnya
merepotkan.
Sikap tidak mengganggu keberadaan alam
terkandung dalam (1) keakraban dengan tidak menyakiti
alam secara sia-sia, (2) kemampuan untuk tidak mengutuk
keberadaan makhluk hidup di alam semesta, (3) menjaga
dan memenuhi komitmen untuk tidak menyakiti alam dalam
standar, dan (4) mengabaikan alam. dalam kondisi tak
bernoda.
40
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka pada bagian iniakan
diuraikan beberapa hal yang dijadikan sebagai landasan berpikir
selanjutnya. Landasan berfikir ini akan mengarahkan penulis untuk
menemukan data dan informasi dalam kajian ekologi ini.
Ekokritik berasal dari kata Yunani eikos yang berarti ‘rumah’ dan
logos yang berarti ‘ilmu’. Ekokritik dekat dengan teori poskolonial karena
keduanya menawarkan diskursi yang melawan kekuasaan yang bersifat
colonial dan/atau kapitalis.(Huggan dan Tiffin, 2009). Ekokritik merupakan
pandangan yang mempertanyakan: alam sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari manusia telah dieksploitasi oleh manusia itu sendiri demi
kepentingan ekonomi dan politik.
Hal ini yang menjadi ketertarikan penulis dalam mengkaji, penelitian
ini mengkaji dua novel dengan menggunakan pendekatan ekokritik oleh
Keraf. Fokus penelitian ini mengkaji isu-isu ekologi yaitu sikap hormat
terhadap alam, sikap tanggung jawab moral terhadap alam, sikap
solidaritas terhadap alam, sikap kasih sayang dan kepedulian terhadap
alam, dan sikap tidak menganggu kehidupan alam yang terdapat pada
Novel “Jalan Pulang” karya Jazuli Iman dan Novel “Bara” Karya Febrialdi
R.
41
` Hal ini yang menjadi keyakinan penulis untuk meneliti.Kerangka
pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai
berikut :
BAGAN KERANGKA PIKIR
1. Sikap.Hormat.terhadap.alam
2. Sikap.tanggung.jawab.moral.terhadap.
alam
3. Sikap.solidaritas.terhadap.alam
4. Sikap.kasih.sayang.dan.kepedulian.
.terhadap.alam
5. Sikap.tidak.menganggu.kehidupan..
alam
Kajian Teori Keraf
EKOLOGI
NOVEL BARA KARYA
FEBRIALDI R
NOVEL JALAN PULANG
KARYA JAZULI IMAN
Analisis
Temuan
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode
deskriptif kualitatif. Amanuddin (2006:16) berkata “metode kualitatif
senantiasa bersifat deskriptif maksudnya informasi yang dianalisis berupa
deskripsi fenomena, tidak berbentuk angka-angka ataupun koefisien
tentang variable”. Metode deskriptif kualitatif berperan buat memandang
serta mendeskripsikan data yang ada dalam Novel Jalan Pulang karya
Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R.
Nawawi (Siswantoro, 2010:56) menyatakan “metode deskriptif bisa
dimaksud selaku prosedur pemecahan permasalahan dengan
menggambarkan ataupun melukiskan keadaan subjek atau objek
penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak
ataupun sebagaimana terdapatnya”.
Sugiyono (2014:1) “metode penelitian kualitatif merupakan metode
penelitian yang digunakan buat meneliti pada keadaan objek yang
alamiah, dimana peneliti merupakan selaku instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif dan penelitian kualitatif lebih menekankan arti dari pada
generalisasi”.
43
Pemilihan metode ini cocok dengan karakteristik ini, ialah : (1) Novel
Jalan Pulang Karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R
dipandang bersifat alamiah, sebab peneliti tidak melakukan rekayasa
terhadap Novel Jalan Pulang dan Novel Bara tersebut, (2) peneliti
bertindak sebagai instrument yang dapat memahami Novel Jalan Pulang
Karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R, (3) analisis atau
pengolahan data dilakukan apa adanya, tanpa perlakuan, tanpa
perhitungan statistik buat mendapatkan penafsiran, serta (4) hasil
penelitian dinegosiasikan dengan ahli relevan.
B. Desain dan Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
analisis. Aminuddin (1987:198) menyatakan bahwa “Pendekatan analisis
adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami
gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu
memperkaya kehidupan rohani pembaca”. Dalam hal ini pendekatan
analisis digunakan untuk menganalisis atau mengetahui kearifan lokal
lingkungan yang terdapat dalam Novel Jalan Pulang Karya Jazuli Iman
dan Novel Bara Karya Febrialdi R.
44
C. Data dan Sumber Data Penelitian
1. Data
Penelitian ini adalah kalimat atau ungkapan yang terdapat
dalam Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya
Febrialdi R yang berhubungan dengan kearifan lingkungan ditinjau
dari kajian teori Keraf. Data yang dimaksud adalah (1) sikap.hormat
terhadap.alam (2) sikap.tanggung.jawab.moral.terhadap.alam (3)
sikap..solidaritas..terhadap..alam (4) sikap..kasih..sayang..dan
kepedulian..terhadap..alam (5) sikap..tidak.mengganggu.kehidupan
alam.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini Novel “Jalan Pulang” dengan
jumlah 300 halaman tahun 2018 karya Jazuli Iman diterbitkan oleh
Djeladjah Pustaka di Yogyakarta dan Novel Bara dengan jumlah
372 halaman tahun 2017 diterbitkan oleh Djeladjah Pustaka di
Yogyakarta. Penentuan dua novel tersebut sebagai sumber data
berdasarkan pertimbangan : (1) kedua novel tersebut mengandung
unsur ekologi dalam strukturnya yang di tulis oleh pengarangnya (2)
kedua novel tersebut sarat makna dan mempunyai alur cerita yang
cukup kuat mengenai kecintaan kepada alam semesta melalui
sosok El dan sosok Bara yang diceritakan telah menaklukkan
berbagai puncak gunung di berbagai tempat di Nusantara (3) dalam
kedua novel ini menurut saya alam semestalah yang menjadi
45
inspirasi penulis yang menjadikan tokoh mendedikasikan
kehidupannya untuk alam.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik studi
pustaka yang bertujuan mendapatkan bahan-bahan yang relevan,
kemudian bahan tersebut digunakan sebagai acuan dan untuk
mempersahih penelitian. Pengumpulan penelitian ini yang berisi ketentuan
studi kepustakaan, tentang kearifan lokal lingkungan dalam Novel Jalan
Pulang karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R. Studi
kepustakaan dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut:
1. Peneliti membaca sumber data (Novel Jalan Pulang dan Novel Bara)
secara teliti, kritis, dan cermat. Peneliti membaca sumber data
secara berulang untuk memahami dan menghayati secara kritis,
utuh, dan menyeluruh terhadap sumber data. Hal ini bertujuan untuk
mencermati dengan tepat isu-isu ekologi dan kearifan lokal
lingkungan.
2. Peneliti membaca, menandai dan mencatat bagian-bagian dalam
novel yang diangkat menjadi data. Langkah ini dipandu oleh
rumusan masalah dan tujuan penelitian, yakni isu-isu ekologi dan
kearifan lingkungan yang terdapat dalam novel Jalan Pulang karya
Jazuli iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R.
3. Membuat kesimpulan dalam bentuk laporan.
46
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis model alir yaitu “Suatu proses analisi yang terdiri dari tiga
alur kegiatan yang terjadi bersamaan yakni reduksi data, penyajian data
dan pemeriksaan data kesimpulan atau verifikasi” (Milea dan Huberman,
1998: 15-21). Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
1. Menganalisis data dengan teknik menandai sekaligus mencatat
bagian-bagian dari novel yang mengandung isu-isu ekologi dan
kearifan lokal lingkungan.
2. Reduksi data yang meliputi seleksi dan klasifikasi cerita yang akan
dianalisis, kemudian menyeleksi bagian-bagian tersebut
diidentifikasikan sesuai dengan permasalahan isu-isu ekologi dan
kearifan lokal lingkungan.
3. Penyajian data meliputi penataan, pengkodean dan analisis data.
Setelah data terkumpul, baru diadakan analisis terhadap isu-isu
ekologi dan kearifan lokal lingkungan. Adapun tahap-tahap dalam
menganalisis data tersebut adalah peneliti membaca berulang kali
dan memahami isi Novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman dan Novel
Bara Karya Febrialdi R. Permasalahan yang dirumuskan yaitu
mengelompokkan bentuk kearifan lokal lingkungan yang terdiri atas
sikap hormat terhadap alam, sikap tanggung jawab moral terhadap
alam, sikap solidaritas terhadap alam, sikap kasih sayang terhadap
alam, dan sikap tidak mengganggu kehidupan adalah alam. Secara
47
bertahap hasil analisis data yang telah diklasifikasikan diperiksa
dengan membaca berulang sehingga akan diperoleh data yang
lengkap.
4. Verifikasi data dengan bantuan pendapat para pakar.
5. Penarikan simpulan sementara sesuai dengan hasil analisi yaitu
berupa isu-isu ekologi dan kearifan lokal lingkungan.
6. Menyusun hasil karya akhir yang berupa isu-isu ekologi dan kearifan
lokal lingkungan dalam Novel Jalan Pulang Karya Jazuli Iman dan
Novel Bara Karya Febrialdi R.
F. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data sangat berarti dalam suatu penelitian
tujuannya merupakan data yang telah diteliti betul-betul bisa
dipertanggungjawabkan. Moleong (2010:171) “Keabsahan data ialah
konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitasi) serta
keandalan (reabilitas) menurut versi ‘positivisme’ dan disesuaikan dengan
tuntutan pengetahuan, kriteria serta paradigma sendiri.
Keabsaan data penelitian dipertanggungjawabkan lewat validitasi
serta reabilitas data, penelitian ini memakai uji validitasi deskriptif,
deskriptif dalam penelitian ini dicoba dengan mengamati data yang berupa
satuan kata, kalimat, wacana, dialog, monolog, interaksi antar tokoh dan
48
peristiwa dari berbagai data yang ditemui buat mengamati seberapa jauh
data tersebut bisa dimaknai sesuai konteksnya.
Realibilitas ataupun keandalan data digunakan buat mengenali
seberapa jauh sesuatu instrumen memberikan hasil yang sama terhadap
objek yang di ukur berulang-ulang pada suasana yang sama. Realibilitas
data dilakukan secara intrarrater, ialah dengan membaca serta
menganalisis data secara berulang-ulang buat menguji konsistensi hasil
pengukuran, tidak hanya itu uji stabilitas pula dicoba dengan memakai
expert judgment ialah memohon pertimbangan pakar ataupun ahli yang
dalam perihal ini, antara lain wajib mempunyai ketentuan harus memiliki
pengetahuan serta pengalaman yang mencukupi dalam bidang ilmu
ekologi sastra serta ilmu sastra, kajian sastra, dan kritik sastra.
Bersumber pada kreteria serta pertimbangan diatas ditetapkan satu
validator ialah Dr. Muh. Akhir, M.Pd , beliau merupakan dosen tetap
Universitas Muhammadiyah Makassar, Pendidikan S1 di Universitas
Muhammadiyah Makassar, Pendidikan S2 Universitas Negeri Makassar
dan Pendidikan S3 di Universitas Negeri Makassar . Beliau juga sangat
aktif menulis serta meneliti, jurnal beliau yang bisa di temukan di googl
scholer antara lain: Interfensi Bahasa Bugis dalam Penggunaan Bahasa
Indonesia Lisan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia FKIP Unismuh Makassar pada tahun 2017, Pengembangan
Materi Ajar Bahasa Indonesia Berbasis Karakter pada tahun 2017,
49
Pengajaran Menulis Paragraf Deskriptif Berbasis Lingkungan Sosial pada
tahun 2017, Menanamkan Pendidikan Karakter Melalui Strategi Belajar
Memnaca di Sekolah pada tahun 2017, Tindak Tutur Ilokusi Sebagai
Media Penyampaian Pesan Sosial Pada Iklan Layanan Masyarakat pada
tahun 2019 dan yang terbaru Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan
Teknik Permainan Kelompok Siswa Kelas V di SDN 110 Lagoari di
Kabupaten Wajo pada tahun 2020.
Pemilihan beliau selaku validator pula tidak terlepas dari kesediaan
beliau buat mengosongkan waktu buat membaca serta memeriksa data
yang disajikan dalam penelitian. mulai dari latar belakang sampai bagian
simpulan serta saran, saran serta kritikan yang diberikan beliau dikira
sangat kapabel berlandaskan pengetahuan beliau serta pengamatan yang
mendalam sebagai pakar/ahli, akademisi, serta praktisi di bidang sastra
ekologi dan ilmu/Kajian/Kritik dari sastra.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Bentuk-bentuk kearifan lingkungan dalam novel Jalan Pulang karya
Jazuli Iman dan novel Bara Karya Febrialdi R, hendak dikemukakan
menimpa Kepedulian terhadap alam adalah kemampuan untuk
menghargai alam, pemahaman bahwa alam memiliki harga dirinya sendiri,
perhatian bahwa alam memilih pilihan untuk dianggap, perhatian bahwa
alam dapat dipercaya, dan menganggap alam ada, hidup, berkreasi, dan
mengisi secara normal sesuai tujuan. ciptaannya. Bentuk kewajiban yang
baik terhadap alam adalah mengingatkan, melarang, dan menolak setiap
individu yang merancang atau tidak mengutuk membahayakan
keberadaan komponen-komponen alam.
Watak ketabahan terhadap alam adalah pengakuan bagian yang
setara dan setara dengan alam dan dengan makhluk hidup lainnya di
alam ini, perilaku berbagi apa yang pada dasarnya mampu, upaya untuk
menyelamatkan alam, menjauhkan diri dari manusia dari mengganggu
dan mencemari alam dan seluruh kehidupan di dalamnya, dan berusaha
untuk menyesuaikan perspektif manusia dengan lingkungan.
Sikap simpati terhadap alam adalah bahwa semua makhluk hidup
memiliki hak istimewa untuk dipastikan, semua makhluk hidup memiliki
51
pilihan untuk benar-benar fokus, semua makhluk hidup memiliki hak
istimewa untuk tidak disakiti, dan keamanan dan perawatan untuk semua
makhluk hidup adalah dilakukan tanpa mengantisipasi apapun akibatnya.
Sikap tidak mengganggu keberadaan alam adalah kesepakatan untuk
tidak menyakiti alam secara sia-sia, kesanggupan untuk tidak menegur
keberadaan makhluk hidup di alam semesta, dukungan dan semangat
komitmen untuk tidak menyakiti alam dalam standar, dan pengosongan
alam dalam kondisi yang tak bernoda.
1. Sikap Hormat Terhadap Alam
Amstrong dan Botzler, (1993), dan keraf, (2010:167-168) yang
menyatakan bahwa “sikap hormat terhadap alam terwujud dalam
kesanggupan menghargai alam, kesadaran bahwa alam mempunyai
nilai pada dirinya sendiri, kesadaran bahwa alam memilih hak untuk
dihormati, kesadaran bahwa alam mempunyai integritas, dan
penghargaan terhadap alam untuk berada, hidup, tumbuh, dan
berkembang secara alamiah sesuai dengan tujuan
penciptaannya”.Hal ini dapat dilihat dari kutipan :
Meski selalu kubesarkan dan kupelihara keyakinanku bahwa kau kuat dan ada, aku tetap saja khawatir barangkali engkau yang kini mungkin sedang bertapa atau apa di belantaran, disana harimau-harimau – yang rantai makanannya diganggu orang-orang kota – mengintaimu dengan mata tajam, setajam mata pemuda-pemuda yang gontai, lengah, melupakan senja, dan lelah sepulang kerja. (Jazuli, 2017:2)
52
Dari kutipan diatas perilaku sikap tanggung jawab moral
terhadap alam tergambar dari kalimat “disana harimau-harimau yang
rantai makanannya diganggu orang-orang kota” hal ini mengingatkan
bahwa jika kita merusak ekosistem alam ini akan memberikan
dampak, harimau akan ke pemukiman untuk mencari makanannya
dan hal ini akan membahayakan untuk semua.
“kemudian El menikmati jeda. Ia berhenti di jembatan dengan sawah hijau membentang, mendengarkan suara gemericik air, menjadi perasa angin-angin, menjadi pemerhati gunung, awan, dan langit di kala pagi. Ia tidak memburu, ia tidak diburu. Bersepeda adalah satu dari beberapa cara mengejek dunia” Sekar bercerita, “yang sesak dengan mesin dan orang-orang yang serba tergesa-gesa.” Lanjutnya kepada Rais di kantin kampus PI. (Jazuli,2017:114-115)
Dari kutipan di atas tokoh menunjukkan bahwa alam
mempunyai itegritas dan penghargaan terhadap alam untuk berada,
hidup, tumbuh dan berkembang secara alamiah di kehidupan, hal ini
menunjukkan sikap hormat terhadap alam.
Ya alam memang tak seharusnya dilawan. Alam mesti diakrabi,dijadikan guru, serta sahabat, batin bara memetik pelajaran dari kejadian itu. (Febrialdi,2018:33)
Dari pernyataan di atas, sikap peduli terhadap alam
digambarkan oleh karakter yang memahami bahwa alam tidak untuk
dilawan namun harus disesuaikan dan dijadikan sebagai pendidik
53
dan pendamping karena alam memiliki pilihan untuk diperlakukan
dan diperlakukan sebagaimana mestinya. menjadi.
2. Sikap Tanggung Jawab Moral Terhadap Alam
Keraf, (2010: 169) yang menyatakan bahwa “ sikap tanggung
jawab moral terhadap alam terwujud dalam bentuk mengingatkan,
melarang, dan menghukum siapa saja yang secara sengaja atau
tidak mengancam membahayakan eksistensi unsur-unsur alam
tersebut”. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
Dapat dipahami, sebab eksploitasi penambangan pasir merapi- baik yang legal maupun ilegal- dampak dan rasanya adalah sama saja bagi masyarakat dominan; mudharat dan kekesalan. (Jazuli,2017:96)
Sikap tanggung jawab moral terhadap alam sangatlah penting
untuk kehidupan manusia karena apa yang di lakukan terhadap alam
itu yang akan di dapatkan kemudian hari seperti kutipan di atas
dampak dari penambangan pasir merapi dapat di rasakan oleh
masyarakat sekitar.
…Perusahan menipu mereka, mereka kini tak lagi punya pencarian karena hutan su tidak ada begitu.Mata air juga susah, tra seperti dulu,” Bapak Pius menjelaskan… (Jazuli, 2017:221) …Anda perlu tahu bahwa saya terlibat dan mendukung kawan-kawan lokal di muting melawan sawah, sawit, karet, yang menggusur pohon-pohon sagu, menguras air, merubah budaya lokal dan segala jenis degradasi lain, atas nama uang, pembangunan, atau apapun argumentasi di balik kerakusan orang kota… (Jazuli,2017:177)
54
…Kalau lingkungan rusak, maka kehidupan pasti tra baik lagi, tra seimbang.Hutan itu jantung kita, Mama… (Jazuli, 2017:221) …Mereka kini bilang; setop tebang hutan, setop merusak lingkungan, tapi perusahaan tra mau dengar.Perusahaan su dapat tanda tangan, su dapat ijin… (Jazuli,2017:221) …Kalau sawit masuk dan meratakan hutan, menebang pohon-pohon.Maka tradalagi hutan.Kalau hutan tra ada, maka trada juga burung-burung, maka para penjaga cndrawasih, kasuari, ndik, semua harus lawan.Kalau trada hutan, trada, pohon sagu, maka para penjaga pohon sagu harus lawan. Kalau trada hutan dan ditanami sawit, air habis karena sawit paling banyak sedot air ketimbang tanaman lain, sudah itu juga pupuk dan limbahnya mencemari sungai. Nah karena itu maka sungai hilang, maka penjaga sungai harus lawan.Karena sungai hilang, ikan dan buaya juga hilang, maka penjaga buaya harus lawan, dan seterusnya.Kita semua berkaitan… (Jazuli,2017:222) …Sungai Bian telah menjadi saksi sejak masuknya perusahaan sawit pada tahun 1990an. Air sungai kini tak lagi bisa langsung diminum,ikan-ikan tak bisa ditemukan semudah dahulu. “dan sagu makanan pokok kami”, kata Robert Palas Kaize. “hilang”, lanjut mantan kepala suku Malind Mbayn Anim itu. Perkebunan kelapa sawit selain menghilangkan tanaman lain di sekitarnya, ia juga sangat mengganggu persediaan air tanah untuk tanaman lain di kebut sawit... (Jazuli, 2017:228)
Dari beberapa kutipan di atas masalah perusahaan yang
merusak lingkungan sekitar menunjukkan sikap yang tidak baik
sehingga tokoh membantu untuk mengusir perusahaan keluar dari
lingkungan mereka sehingga hal ini menunjukkan tanggung jawab
55
moral terhadap alam tergambar dari tokoh yang menyadari bahwa
alam ini harus seimbang dan di jaga agar kelak nanti anak cucu
mereka masih bisa merasakan alam yang hijau dan asri.
Mencari orang yang tersesat di gunung.Bukanlah sebuah permainan petak umpet.Dibutuhkan nyali, kemampuan, dan kesiapan di atas rata-rata guna menghadapi resiko-resiko yang tak terduga.Melebihi kewaspadaan mendaki gunung itu sendiri. (Febrialdi,2018:16)
Dari kutipan di atas mengingatkan bahwa mendaki gunung
bukanlah asal mendaki harus mempunyai kesiapan mental dan
pengetahuan akan alam sekitar, agar tidak menjadi pendaki yang
tidak merusak alam hal ini menunjukkan sikap tanggung jawab moral
terhadap alam terlihat dengan tokoh mengingatkan.
…Tiba-tiba, batu yang tengah diinjak Bara lepas dari cengkeraman tanah tebing.Longsor ke tanah.Sialnya lagi, dahan santigi yang tengah jadi pegangannya pun ternyata lapuk.Lelaki yang tengah dilanda kebingungan itu sudah tak sempat lagi menggapai tali pengaman... (Febrialdi,2018:61) …Bara jatuh terguling-guling. Akar dan batang santigi malang melintang berseliweran menyelimuti tubuhnya. Debu dan pasir berhamburan.Lereng tanjakan yang terjal dan penuh tonjolan batu itu kini siap menyentuhnya.Sepersekian detik lagi, batu cadas menyentuh tubuhnya.Tiba-tiba sosok tangan krempeng milik Suhe menyambar dalam waktu yang tepat.Mereka berpegangan sembari saling berpandangan… (Febrialdi,2018:62)
56
Dari kutipan di atas menunjukkan perilaku sikap tanggung
jawab moral terhadap alam hal ini dapat terlihat ketika di alam tapi
tidak berhati-hati akan mendapat musiba yang tidak di sangka.
3. Sikap Solidaritas Terhadap Alam
Warren dan Keraf, (2010:152) yang menyatakan bahwa “sikap
solidaritas terhadap alam terwujud dalam pengakuan kedudukan
sederajat, setara dengan alam dan dengan sesame makhluk hidup
lain di alam ini; sikap turut merasakan apa yang dirasakan oleh alam;
upaya menyelamatkan alam, mencegah manusia untuk tidak
merusak dan mencemari alam dan keseluruhan kehidupan di
dalamnya; dan usaha menghormoniskan perilaku manusia dengan
ekosistem”. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut ini:
“Juga seakan aku lebih memilih untuk belajar
mengeja kata dari mula, belajar bicara bahasa
alam, dari nol, dari suara angin, dari dedaun
pun reranting yang terinjak, dari pada harus aku
dengarkan perbincangan orang-orang kota
yang kini sungguh jauh lebih tak bisa aku
mengerti”. (Jazuli, 2017:22)
Dari kutipan diatas dapat dilihat perilaku sikap solidaritas
terhadap alam tergambar dari tokoh yang ingin belajar bahasa alam,
dari suara angin, dari dedaun pun sehingga tokoh dapat mengerti
akan alam.
“akan kutampung seluruh embun di Pasar Bubrah di pagi yang dingin ini. Aku akan bekerja dengan keras menangkapi semua. Peluhku akan menjadi air paling segar yang pernah diteguk pendaki manapun.” Jelas El
57
sambil mengajak Sekar kembali ke tenda. (Jazuli,2017:108-109)
Dari kutipan diatas menunjukkan sikap solidaritas terhadap
alam tokoh dapat menampung embun untuk di jadikan air minum
para pendaki, hal ini menunjukkan kedudukan sederajat manusia,
saling membutuhkan satu sama yang lainnya. Manusia
membutuhkan alam untuk hidup dan sebaliknya alam membutuhkan
manusia.
“Tapi alam tidak hanya dicipta untukmu dan beberapa orang yang sama dengan kemauanmu, alam tidak hanya meresponmu, alam merespon semua orang.Ia akan menjadi seperti apa yang telah orang-orang perbuat. Jika banyak orang membuang sampah sembarangan di alam, maka alam akan menjadi sesuatu dengan banyak sampah berserakan. Jika banyak orang yang menebang pohon dan tidak peduli air, maka alam akan menjadi sesuatu dengan sedikit produksi air dan lain sebagainya. Itulah kenapa namanya natural.Apa adanya, ia akan menjadi yang dunia menjadikannya.” (Jazuli,2017:113)
Dari kutipan di atas tokoh mengetahui betul kedudukan alam
setara dengan apa yang manusianya perbuat hal ini menunjukkan
tokoh mempunyai sikap solidaritas terhadap alam.
“ ini obat buat sendiri. Kami buat dari daun hutan lumpur.Anak pakai kalau malam dan pagi.Nyamuk pagi bahaya.Malaria. Anak pasti su tahu to seperti apa malaria sakitnya. Kata Bapak, anak su pernah satu tahun di Wamena?”. (Jazuli,2017:162)
Dari kutipan diatas banyak manfaat yang alam berikan
terhadap kebutuhan manusia ini bagian dari usaha
58
menghormoniskan perilaku manusia dengan ekosistem, jika manusia
sadar banyak manfaat jika menjaga dan merawat alam, hal ini akan
menjadi dampak baik dan menjadikan manusia akan merawat alam
ini menunjukkan sikap solidaritas terhadap alam.
Tanpa terasa simpang air trjun Cibeureum terlewati.Jalan pun semakin menanjak berliku-liku. Tiba di pos air panas mereka berhenti untuk masak mi dan menyeduh kopi. Dinginnya angin pegunungan mulai menyentuh pori-pori Bara, Suhe, Heri, Roni dan Wilis.Simfoni bintang malam pun mulai terdengar. (Febrialdi,2018:59)
Dari kutipan diatas dapat dilihat sikap solidaritas terhadap alam
tergambar dari tokoh mengakui kedudukan yang setara dengan
alam, kehidupan itu harus seimbang agar membentuk harmonisasi
kehidupan yang lebih baik.
4. Sikap Kasih Sayang dan Kepedulian Terhadap Alam
Keraf.(2010) yang menyatakan bahwa “Sikap kasih sayang dan
kepedulian terhadap alam didasari oleh kesadaran bahwa semua
makhluk hidup mempunyai hak untuk dipelihara, semua makhluk
hidup mempunyai hak untuk tidak disakiti, dan perlindungan dan
pemeliharan terhadap semua makhluk hidup dilakukan tanpa
mengharapkan balasan”. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut ini:
“Iya, ya meskipun tetap tidak seasri dulu waktu aa kecil. Tapi tetap di depok ini banyak tempat yang masih hijau dan hidup.Ada empang-empang, kali-kali, lapangan-lapangan yang anak-anak kecilnya pada main bola dan main-main becekan juga masih banyak. Secara lalu lintas dan tata kota memang ampun deh macet
59
kota depok ini, tapi secara alamnya, masih bagus,” kata rama semangat. (Jazuli, 2017:4-5).
Dari kutipan tersebut dapat dilihat perilaku sikap kasih sayang
terhadap alam tergambar dari tokoh yang masih membanggakan
kota depok yang alamnya masih hijau meski di kota yang banyak
polusi karena asap kendaraan.
“andai alam selalu hijau. Aku membayangkan jika daerah ini ditinggalkan dari sentuhan manusia, dan yang menyentuhnya hanyalah air, sinar matahari, dan udara, pasti akan indah sekali disini,” kata sekar. (Jazuli, 2017:112)
Dari kutipan di atas dapat dilihat sikap kasih sayang dan
kepedulian tokoh terhadap alam tergambar dari keinginan tokoh
untuk melihat alam selalu hijau.
…Setelah sejenak membasahii kembali kerongkongannya dengan satu tegukan air, sekar keluarkan trashbag dari head cariernya, ia punguti satu persatu sampah yang ia temukan di pos dua. Dari sampah-sampah itu, Sekar menemukan beberapa gelas bekas seduhan kopi di gelas bekas air mineral… (Jazuli, 2017:110) …Selesai dengan peregangan singkatnya, Sekar berjalan kearah suara injakan botol kemasan tadi.Ia memungutnya, dan ketika ia berbalik badan guna memasukkan sampah itu ke trashbag, sesosok laki-laki berdiri mengejutkannya... (Jazuli, 2017:118-119)
60
Dua kutipan di atas menunjukkan tokoh mempunyai sikap kasih
sayang dan kepedulian terhadap alam dengan memungut sampah
plastik di sepanjang perjalanannya mendaki gunung.
…“nggak apa-apa,” rama meraih pergelangan tangan sekar yang sedikit gemetaran sebab masih beradaptasi di ketinggian biang lala. “ sebentar lagi sunset, kita akan menjadi dua langka, dua yang beruntung dari jutaan orang di kota megapolitan ini, dua yang masih punya waktu untuk senja… (Jazuli, 2017:12)
…Matahari sudah di perbatasan.Air mata sekar jatuh di pipinya yang serona senja.Dan langit semakin cantik... (Jazuli, 2017:14)
Dua kutipan diatas menunjukkan tokoh sangat rindu akan
keindahan alam di tengah perkotaan hal ini menunjukkan sikap kasih
sayang dan kepudulian tehadap alam.
Ia sapu seluruh pemandangan depan rumah dengan matanya. Ditemukan sangkar-sangkar burung di sisi depan rumah, sangkar-sangkar yang dulu sekar lepaskan diam-diam burung-burung peliharaan ayah. Sedang di sekeliling rumah, meski sudah pasti tidak ada lagi bunga-bunga matahari kesayangannya, tetap masih ia temukan pohon-pohon dan tanaman-tanaman lain yang dulu ia tanam. (Jazuli, 2017:16)
Tokoh menunjukkan sikap kasih sayang dan kepedulian
terhadap alam dengan melepaskan burung, menanam pohon dan
menanam tanaman di pekarangan rumahnya.
Anak, yang baru saja di maksu Maria, adalah sebuah pohon. Dan tidak hanya Maria, semua siswa kelas 4,5, dan 6 memiliki pohon peliharaan yang mereka sebut sebagai ‘anak’ mereka masing-masing. (Jazuli, 2017:169)
61
Dari kutipan di atas mengajarkan untuk merawat alam dan
menimbulkan rasa kasih sayang dan kepedulian terhadap alam
sekitar sangat tergambar jelas bahwa anak-anak di ajarkan untuk
mencintai pohon dari SD..
5. Sikap Tidak Mengganggu Kehidupan Alam
Keraf, (2010) yang menyatakan bahwa “Sikap tidak
mengganggu kehidupan alam termuat dalam kesadaran tidak
merugikan alam secara tidak perlu, kesanggupan tidak mengancam
eksistensi makhluk hidup di alam semesta, pemertahanan dan
penghayatan kewajiban tidak merugikan alam dalam norma, dan
pembiaran alam dalam keadaan tidak tersentuh”. Hal ini dapat dilihat
dari kutipan berikut:
…Burung itu tidak terikat tali atau rantai.Ia hidup, mencari makan, dan berlalu lalang ke sana ke mari. Tapi ia tidak kemana-mana. Ia akan selalu kembali ke depan bangunan kosong yang dibangun dari setengah tembok setengah papan itu… (Jazuli, 2017:157) …Terlebih trek selepas pertigaan tadi cukup membuat sekar terhibur sebab berkali di trek itu, sekar melihat banyak monyet dan bajing nyang melintas di dekatnya… (Jazuli, 2017:49)
Dari kutipan di atas menunjukkan sikap tidak menganggu
kehidupan alam jelas terlihat bahwa tokoh tidak berusaha untuk
menangkap binatang di alam tersebut.
62
…Tampak lahan-lahan pertanian serta perternakan sapi perah di sisi-sisi jalan.Beberapa petani terlihat sedang memanen dan membersihkan sayuran… (Febrialdi,2018:27) …Aku hanya ingin berdekapan dengan mu, sambil menepis embun pegunungan Gede-Pangrango yang bening dan dingin.Lantas, kita menyanyikan kidung tanpa suara sambil bercerita tentang kenangan di Rancaupas.Kijang-kijang yang lincah.Bunga-bunga rawa yang begitu memesona bagai kalanganmu.Rinai hujan yang tiba-tiba datang, sehingga mengguyur kita berdua... (Febrialdi,2018:96)
Dari kutipan di atas tokoh menunjukkan sikap tidak menganggu
kehidupan alam dengan tokoh hanya menikmati pegunungan tanpa
suara yang membuat binatang tidak terganggu oleh kehadiran
mereka.
Sedang di timur isinya hutan rawa, sementara di barat adalah anak Sungai Wambe.Di seberang sungai itu adalah jalan setapak dengan pohon-pohon sagu berjajar rapat di sisi-sisinya.Memanjang.Jika disusuri dengan berjalan kaki, 15 menit lamanya tempuhnya.Selama 15 menit itu juga terlihat beberapa pohon kayu putih, musamus, genangan air rawa, dan beberapa tanaman-tanaman lainnya.Mereka yang berjalan disana, telah keluar dari kampung Naori, yaitu menuju sebuah perkampungan di distrik itu yang lebih dalam, yaitu kampung Arabe. (Jazuli,2017:171)
Dari kutipan diatas terlihat betapa masih asri dan hijaunya
lingkungannya hal ini menunjukkan sikap tidak mengganggu
kehidupan alam yang tidak merubah fungsi hutan.
63
B. Pembahasan
Dalam penelitian ini Novel Jalan Pulang Karya Jazuli Iman dan Novel
Bara Karya Febrialdi R, novel tersebut di kaji dari bentuk sikap hormat
terhadap alam yaitu : bentuk sikap menghargai alam, kesadaran bahwa
alam memiliki hak untuk di hormati. Bentuk sikap tanggung jawab moral
terhadap alam ialah: mengingatkan, serta menghukum siapa saja yang
secara terencana ataupun tidak mengecam eksistensi unsur-unsur alam.
Bentuk sikap solidaritas terhadap alam ialah : pengakuan kedudukan
sederajat serta setara dengan alam serta seluruh makhluk hidup lain di
alam ini, sikap turut merasakan apa yang dirasakan oleh alam dan upaya
menyelamatkan alam, mencegah manusia untuk tidak merusak dan
mencemari alam. Bentuk sikap kasih sayang dan kepedulian terhadap
alam ialah : seluruh makhluk memilikii hak buat dilindungi, seluruh
makhluk hidup memiliki hak untuk dipelihara, seluruh makhluk hidup
memiliki hak untuk tidak disakiti serta pemeliharaan terhadap makhluk
hidup dilakukan tanpa mengharapkan balasan. Bentuk sikap tidak
mengganggu kehidupan alam ialah: pemahaman tidak merugikan alam
secara tidak perlu, kesanggupan tidak mengecam eksistensi makhluk
hidup di alam semesta.
Dalam penelitian ini ditemukan bentuk sikap yang terdapat pada
Novel Jalan Pulang Karya Jazuli Iman dan Novel Bara Karya Febrialdi R
yaitu : Dalam novel Jalan Pulang terdapat sikap hormat terhadap alam
terlihat dari kesadaran untuk tidak mengganggu dan merusak rantai
64
makanan harimau dan menyadari bahwa makhluk hidup mempunyai
itegritas dan penghargaan terhadap alam untuk berada, hidup, tumbuh
dan berkembang secara alamiah di kehidupan hal ini sejalan apa yang di
temukan di novel Bara karya Febrialdi R bahwa alam itu perlu di akrapi
tidak perlu untuk dilawan agar kita bisa melestarikannya dan menjaganya
agar seimbang.
Ditemukan sikap tanggung jawab moral terhadap alam di kemukakan
bahwa tokoh mengingatkan dan memprotes perusahaan yang merusak
lingkungan sekitar hal ini membuat tokoh menunjukkan sikap membantu
untuk mengusir perusahaan keluar dari lingkungan mereka hal ini
mnununjukkan sikap tanggung jawab moral terhadap alam, perusahaan
yang merusak lingkungan bisa berdampak buruk untuk lingkungan.
Dalam novel ini dikemukakan sikap tanggung jawab moral terhadap
alam dengan mengingatkan pendaki agar tidak sembarangan mendaki
gunung karna mereka yang tidak tau aturan dalam mendaki bisa saja
merusak lingkungan ataupun bisa saja membahayakan dirinya sendiri.
Dalam novel jalan pulang karya jazuli iman ditemukan sikap
solidaritas terhad ap alam dikemukakan dengan tokoh menunjukkan
kedudukan sederajat, saling membutuhkan satu sama yang lainnya, tokoh
mengetahui betul manusia dan alam saling membutuhkan hal ini di
tunjukkan dalam ceritanya tokoh mengumpulkan embun untuk dijadikan
minum, membuat obat dari dedaunan hal ini menunjukkan manusia dan
alam itu sederajat jika kita bisa menjaga alam dan lingkungan sekitar, kita
65
pasti akan merasakan manfaat untuk kehidupan kita hal ini serupa dengan
yang ada dalam Novel Bara karya Febrialdi R tokoh memanfaatkan air
panas untuk memasak mie di perjalanannya ke puncak gunung.
Dalam novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman banyak menampilkan
sikap kasih sayang dan kepedulian terhadap alam tergambar jelas si
tokoh Rama bangga dengan kota Depok yang masih hijau, si tokoh sekar
yang peduli dengan memungut sampah di sepanjang perjalanan dia untuk
ke Puncak, ini menunjukkan hal kita harus menyayangi dan peduli
kepadaalam semesta ini, bayangkan jika para pendaki membuang
sampah plastik sembarangan hal ini sangat merusak lingkungan ini karna
sampah plastik membutuhkan waktu yang lama untuk terurai jadi jika kita
tidak peduli tidak bakalan ada lagi keindahan gunung yang akan kita
temukan di kemudian hari karena kita tidak peduli.
Dalam novel Jalan Pulang karya Jazuli Iman ditemukan sikap tidak
mengganggu kehidupan alam si tokoh tidak mengganggu binatang-
binatang yang ada di lingkungan sekitarnyabahkan burung yang membuat
rumah di depan bangunan kosong yang dibangun dari setengah tembok
setengah papan itu di biarkannya, sama halnya dengan monyet-monyet
berlalu-lalang sepanjang perjalanannya menuju puncak ini menunjukkan
tidak ada pendaki yang menganggu hal ini terlihat pula di novel Bara karya
Febrialdi R sikap tidak mengganggu kehidupan alam di tunjukkan tokoh
yang hanya menikmati pegunungan tanpa suara yang membuat binatang
tidak terganggu oleh kehadiran mereka sehingga masih banyak binatang
66
yang berlalu-lalang, hal lain yang di gambarkan dalam novel Bara sikap
tidak menganggu kehidupan alam terlihat dari keanekaragaman tumbuhan
yang masih berada di sungai wambe.
C. Keterbatasan penelitian
Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti menyadari ini jauh dari kata
sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan mencari buku referensi yang
berkaitan dengan ekologi khususnya ekologi sastra, hal ini yang membuat
peneliti mempunyai keterbatasan pengetahuan dan keadaan lingkungan
yang marak dengan wabah virus corona yang memaksa pemerintah
menerapkan Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sehingga peneliti
minim aktivitas dalam penelitian ini.
Walaupun banyak keterbatasan dan kekurangan yang peneliti
dapatkan dalam meneliti tapi dorongan semangat dari keluarga dan
pembimbing yang senantiasa membantu peneliti untuk dapat
menyelesaikan penelitian ini.
67
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan Kearifan lokal
merupakan semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau
wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang mnuntun perilaku manusia
dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis, dalam penelitian ini ada 31
bentuk kearifan lingkungan yang di kelompokkan menjadi 5 aspek yaitu
sikap hormat terhadap alam, sikap bertanggung jawab terhadap alam,
sikap solidaritas terhadap alam, sikap kasih sayang dan kepedulian
terhadap alam, dan sikap tidak menganggu kehidupan alam.
Adapun hasil penelitian yang dilakukan mengenai kajian kritik ekologi
dalam novel Jalan Pulang Karya Jazuli Iman dan novel Bara Karya
Febrialdi R ditemukan:
1. Sikap Hormat terhadap alam ialah: bentuk sikap menghargai
alam, kesadaran bahwa alam memiliki hak untuk di hormati.
2. Sikap tanggung jawab moral terhadap alam ialah: menegaskan,
serta menghukum siapa saja yang secara terencana ataupun
tidak mengancam eksistensi unsur-unsur alam.
3. Sikap solidaritas terhadap alam ialah : pengakuan kedudukan
sederajat serta setara dengan alam dan sesama makhluk hidup
lain di alam ini, sikap ikut merasakan apa yang dirasakan oleh
68
alam dan upaya menyelamatkan alam, menghindari manusia
untuk tidak merusak serta mencemari alam.
4. Sikap kasih sayang serta kepedulian terhadap alam ialah :
seluruh makhluk hidup memiliki hak buat dilindungi, seluruh
makhluk hidup memiliki hak buat dipelihara, seluruh makhluk
hidup memiliki hak buat tidak disakiti serta pemeliharaan
terhadap makhluk hidup dicoba tanpa mengharapkan balasan.
5. Sikap tidak mengganggu kehidupan alam ialah: kesadaran
tidak merugikan alam secara tidak perlu, kesanggupan tidak
mengecam eksistensi makhluk hidup di alam semesta.
Ada pula dalam novel Jalan Pulang Karya Jazuli iman di temukan 2
sikap hormat terhadap alam, 7 sikap bertanggung jawab moral terhadap
alam, 4 sikap solidaritas terhadap alam, 8 sikap kasih sayang dan
kepedulian terhadap alam, dan 3 sikap tidak menganggu kehidupan alam,
sejalan yang terdapat dalam novel Bara karya Febrialdi R, ditemukan 1
sikap hormat terhadap alam, 3 sikap bertanggung jawab moral terhadap
alam, 1 sikap solidaritas terhadap alam, dan 2 sikap tidak menganggu
kehidupan alam.
69
B. SARAN
Dari hasil penelitian diatas dapat disarankan beberapa hal, yaitu :
1. Apabila ingin memahami ekokritik khususnya kearifan lingkungan,
pembaca perlu mempelajari kondisi lingkungan atau alam sekitarnya
dan mencari referensi lebih mengenai sastra ekologi.
2. Harapan untuk para pembaca, diharapkan untuk lebih tertarik lagi
mengenai kajian ekokritik karena dari ekokritik dapat memberikan
kita dorongan untuk lebih mmperhatikan lingkungan atau alam
semesta ini agar kita bisa mencintai dan merawatnya untuk generasi
yang akan datang.
70
DAFTAR PUSTAKA
Amanuddin, 1987.Pengantar Apresiasi Karya sastra.Malang: Sinar
Algesindo.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Grafik. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Buell,Lawrence,1995.The Environmental imagination.Cambridge: Harvard
University Press.
Barry, Peter.2010.Begining Theory: Pengantar Komprehensif Teori Sastra
dan Budaya, Yogyakarta: Jalasutra.
Endraswara,Suwardi.2006.Falsafah Hidup Jawa.Tangerang Cakrawala.
---,2016. Metologi Penelitian Ekologi Sastra. Yogyakarta : CAPS (Center
Of Academyc Publishing Service).
Gerrard,Greg.2004.Ecocriticism.London and New York:Raoutledge.
Glotfelty,Cheryll and Harold Fromm.1996.The Ecocriticism Reader:
Landmarks in Literary Ecology.Athens,Georgio: University of
Georgia Press.
Keraf,A.Soni.2010. Etika Lingkungan Hidup.Jakarta:Penerbit Buku
Kompas.
M.B, dan Huberman,A.M.1989.Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjejep
Rohandi Rohidi.Jakarta:Universitas Indonesia.
Moleong,J.L,2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Grafindo
Media Pratama.
Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sirtha,Nyoman.2003.”Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali” dalam
http://www.balipos.co.id.
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M.1997.Apresiasi Kesustraan. Jakarta:
PT.Gramedia.
Tarigan Hendry Guntur.1984.Prinsip-Prinsip Dasar Sastra.Bandung:PT
Angkasa.
Soemarwoto, Otto. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
Jakarta : Djambatan
Sukmawan. 2016. “Ekokritik Sastra : Menanggap Sasmita
Acardia”.Malang : UB Press.
Mubarok, Zaky. 2017. “Kajian Ekokritik pada Naska Drama Kisah
Perjuangan Suku Naga Karya Rendra” dalam jurnal sasindo unpam.
Volume 5.Nomor 2.Desember 2017. Hlm 1-23.
71
Uniawati, 2014.“Nelayan di Lautan Utara: Sebuah Kajian Ekokritik
(Nelayan Di Lautan Utara : A Study Of Ecocriticism)” dalam jurnal
kandai. Volume 10, Nomor 2, November 2014. Hlm 246-257
Susilo, Ragil. 2017. “Kajian Ekologi Sastra Cinta Semanis Racun 99 Cerita
Dari 9 Penjuru Dunia Terjemahan Anton Kurnia”dalam jurnal Nosi.
Volume 5, Nomor 5 Agustus 2017. Hlm 101-110
Dewi, Novita. 2015. “Manusia dan Lingkungan dalam Cerpen Indonesia
Kontemporer : Analisis Ekokritik Cerpen Pilihan Kompas” dalam
Jurnal Litera Volume 14 No 2, Oktober 2015, Hlm 131-140
Fawziah. 2017. “ Nilai Karakter pada Kearifan Lokal dalam Karya Sastra :
Apresiasi Sastra dalam kumpulan Cerpen Bertanya Kerbau pada
Pedati” dalam Andragogi Jurnal Teknis Volum V Nomor 2, Juli-
Desember 2017, Hlm 95-112
Wildan. 2013. “Kearifan Lokal dalam Novel Seulusoh Karya D, Kemalawati
dalam Jurnal bahasa dan seni. Nomor 1. Februari 2013.hlm 30-39.
Ehlich, P. 1998. Betrayal of Science and Reason: How Anti-Enviromental
Rhetoric Threatens Our Future. Washington DC: Island
Thompson, D. 1997. The End of Time: Faith and Fear in Shadow of the
Millenium. London: Minerva.
Janik. Del Ivan. 1995. Environmental consciousness in modern literatu:
four representative examples’,dalam G Sessions (ed) Deep Ecology
for the Twenty-First Century : Reading on the Philosophy and
Practice of the New Environmentalism. London:Shambhala.
Amrih, Pitoyo. 2008. Ilmu Kearifan Jawa. Yogjakarta: Pinus Bool
Publisher.
Santoso, Imam. 2004. Pemberdayaan Petani Tepian Hutan melalui
Pembahasan Adaptif.Disertasi pada Program Doktor Ilmu
Penyuluhan Pembangunan.Program Pascasarjana.Institusi
Pertanian Bogor.
Naess, Arne. 1993. Ecology, Community, and Lifstyle. Cambridge:
Cambridge Univ. Press.
Suseno, Franz Magnis. 1993. Etika Jawa: Sebuah Analisis Falsafi tentang
Kebijakan Hidup Jawa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suryono, Djoko. 2008. Etika Jawa dalam Fiksi Indonesia: Representasi
Nilai-Nilai Etis Jawa. Malang: Pustaka Kayutangan.
Armstrong, Susan J. dan Richard G, Botzler (eds). 1993. Environmental
Ethics: Divergence and Convergence. New York: McGraw Hill.
Juanda, J. 2018. Fenomena Eksploitasi LIngkungan dalam Cerpen Koran
Minggu Indonesia. AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
72
Sukmawan, Sony. 2016. Ekokritik Sastra: Menanggap Sasmita Arcadia.
Malang : Universitas Brawijaya Press.
Harsono, Siswo. 2008. Ekokritik : Kritik Sastra Berwawasan Lingkungan.
Dalam Jurnal Undip Volume 32 No. 1. Maret 2012. Hal 31-50
Kusharyanto, Juliasih. 2012. Manusia dan Lingkungan dalam Novel Life In
The Iron Mills Karya Rebecca Hardings Davis. Litera .Volume 11 No
1. Hal 83-97
Dwidjoseputro, 1991.Ekologi : Manusia dengan lingkungannya. Jakarta :
Erlangga.
Setijowati, Adi. 2010. Meningkatkan Penulisan Karya Sastra pada
Sanggar Sastra di Kediri.dalamhttp://repository.unair.ac.id/43233
Karridge, R dan N. Sammells (eds). 1998. Writing the Environment.
London : Zed Books.
Gifford, Terry. 1999. Pastoral. New York and London : Routhledge
Salim. 1999. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara
Wacana
Wahono, Francis. 2005. Pangan, Kearifan Lokak dan Keanekaragaman
Hayati. Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas.
Mitchell, et. 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan.Yogykarta :
GMUP
Arafah, 2002.Pengetahuan lokal suku Moronene dalam system pertanian
di Sulawesi Tenggara. Bogor: Badan Penerbit Institut Bogor.
Huggan dan Tiffin, 2009, Postconial Ekokriticism, Francis : Taylor
73
SINOPSIS
Judul : Jalan Pulang
Tebal : 300 halaman
Penulis : Jazuli Imam
Penerbit : Djelajah Pustaka
Novel Jalan Pulang adalah dwilogi yang ditulis oleh Jazuli Iman.
Buku pertama berjudul “Pejalan Anarki” dan buku keduanya berjudul
“Jalan Pulang”. Bu ku ini menceritakan tentang sosok El, seorang
mahasiswa Idealis yang jatuh cinta pada perlawanan terhadap
ketidakadilan. Menjadi seorang mahasiswa tidak hanya menjadikannya
berontak pada kampusnya saja yang berwatak kapitalis tetapi di tempat
manapun dia berada.
Penampilan urakan adalah gambaran sosok El dalam buku ini. EL
seorang mahasiswa Ekonomi di salah satu kampus swasta di Yogyakarta.
Dirinya yang sangat menyukai seni memilih bergabung dalam UKM seni.
Selain mencintai seni, El juga adalah seorang pencinta alam, kopi, buku,
74
dan kretek. Penampilan urakannya membawanya pada satu
kejadiaan di kelasnya, ketika menentang dosen yang mengomentari
penampilannya membawanya bertemu dengan Sekar Idurasmi, seorang
mahasiswa yang masuknya seangkatan dengan El. Sekar adalah
perempuan nomor satu di kampus, mahasiswa dengan nilai IPK nyaris
sempurna, dan merupakan ketua organisasi ternama di kampusnya.
Pertemuan yang diawali dengan penentangan bersama, membuat
dosen-dosen dan orang-orang kampus memberi julukan kepadanya dan
Sekar sebagai sepasang yang melawan. Petualangan keduanya diawali
permusuhan, kebersamaan, hingga pelarian mereka. El yang pada
dasarnya seorang yang memilih untuk tidak ber-main aman, membuat
beberapa mahasiswa tidak simpatik kepadanya. Tetapi pada sisi lain, ada
juga mahasiswa yang merasa seperjuangan dengan El, yaitu Kencing dan
Pejoh, pasangan Mapala.
Buku yang diterbitkan Djelajah ini memberikan banyak edukasi,
tidak hanya persoalan cinta melodramatis melulu. Kopi, buku, dan cinta
alam diracik hingga memberikan kesan pas kepada pembaca bahwa apa
yang terjadi di sekitarannya tidak baik-baik saja. Dalam buku ini,
memberikan gambaran apa yang terjadi pada negara yang dipijak ini yang
selalu bertumpu pada materi, tentang kemanusiaan, bagaimana mencintai
bumi pertiwi dengan merasakan lansung denyut nadi rakyat, dan juga
bagaimana mencintai alam.
75
“Orang-orang desa berbahagia sebab mereka
membahagiakan yang lainnya. Orang-orang kota
berbahagia sebab mereka tidak memikirkan yang
lainnya.” (Jazuli Imam. Jalan Pulang, Hal. 89)
Cerita Perjalanan “sepasang yang melawan” ini tidak mudah bagi
El yang merupakan seorang idealis dan telah membuat Sekar larut dalam
terjal lika-liku perjalanan dan perlawanan yang selama ini El
lakukan. Ketika El mengajak Sekar ke pasar untuk membeli burung yang
paling disukainya dan harganya tidak murah, setelahnya mereka
melepaskan burung itu ke alam bebas. Secara tidak langsung, El telah
mengajari Sekar tentang kehidupan. Ketika Sekar yang mengikut pada
kebiasaan naik gunung El membuatnya mengerti tentang dunia pendakian
dan kenapa banyak orang-orang yang lari bermain ke gunung, hutan dan
desa.
“Semakin sering naik turun gunung ia seorang pendaki,
seharusnya berbanding lurus dengan meningkatkan kedekatan
ia kepada Tuhannya. Tujuan seorang mendaki bermacam-
macam, tapi hakikat manusia adalah sama. Di alam, tempat di
mana tidak ada kekuatan harta, tahta, dan tentara. Tuhan
adalah ingatan pertama bagi manusia yang banyak dibuat lupa
oleh kota,” kata El.
76
SINOPSIS
Judul : Bara surat terakhir seorang pengelana
Tebal : xii+372 halaman
Penulis : Febrialdi R
Penerbit : Djelajah Pustaka
ISBN : 978-979-794-542-8
Bara, seorang lelaki muda, pendaki gunung, relawan Basarnas,
sekaligus seorang penulis kisah - kisah petualangan di media massa.
Latar belakang keluarga yang berantakan membuat hidupnya menjadi
keras, liar dan mandiri. Setelah neneknya meninggal, ibunya pergi entah
kemana, dan ayahnya dipenjara. Akhirnya ia hijrah dari Indramayu ke
Bandung. Melanjutkan SMA, melanjutkan kuliah, dan memulai menyusun
kembali mozaik kehidupannya.
77
Setelah beberapa tahun tinggal di Bandung, ia bertemu dengan
seorang perempuan. Kirana namanya, gadis inilah yang membuat
semangat Bara untuk terus melanjutkan impian dan cita - cintanya
menjadi jurnalis terkenal. Namun setelah satu setengah tahun lamanya
musibah menghampirinya. Kirana meninggal karna kecelakaan. Hidupnya
berubah sejadi - jadinya, seliar - liarnya, seperti orang yang tak punya
arah dan tujuan. Sampai akhirnya semua sahabatnya mengungkapkan
unek - unek atas perubahan sikapnya, sepeninggalnya Kirana. Bara
semakin acuh - tak acuh bahkan kemarahan selalu memuncak jika
sahabatnya menyinggung tentang kematian kirana. Butuh waktu lama
untuk Bara kembali pada kehidupan sebelumnya. Hingga akhirnya ia
memutuskan untuk melakukan perjalanan jauh sebagai cara ia
mengalihkan pikirannya tentang Kirana. Mendaki gunung, menyusuri
sungai, mengunjungi pantai, dan segala bentuk kegiatan alam bebas
menjadi aktivitas rutin setiap harinya. Dan pada suatu ketika Pak Tatang
menawarkannya untuk bergabung menjadi relawan Basarnas, agar
hidupnya menjadi seimbang. Bukan lagi melakukan perjalanan untuk
bersenang - senang, tapi lebih pada tugas kemanusiaan.
Setelah dirasa cukup melakukan perjalanan, Bara memutuskan
untuk kembali ke Bandung. Ia mulai membuka lagi hatinya untuk seorang
perempuan. Hingga suatu ketika ia mulai dekat dengan Inoy, wanita
berhijab yang tak pernah lupa menanyakan keadaan Bara, baik itu
masalah skripsi, pekerjaannya, bahkan sudah makan atau belum? Seiring
78
berjalannya waktu, mereka menjadi semakin dekat, tak jarang mereka
saling berpamitan jika hendak berpergian jauh. Tepat di hari ulang tahun
Inoy, baru sedang melakukan perjalanan ke Garut untuk mencari bahan
cerita yang akan dimuat di media cetak, tetapi musibah dialami Inoy. Sony
item, preman yang dulu pernah adu fisik dengan Bara masih menyimpan
dendam kesumat memberi kado terindah untuk Inoy di hari ulang
tahunnya dan menjadi ingatan yang membekas untuk Bara.
"kalo kita menganggap bahwa hidup adalah proses
pembelajaran dan pembetulan, maka masa lalu akan menjelma
menjadi tangga - tangga emas yang akan mengantarkan kita
menyongsong masa depan"(Hal. 162)
"Sejatinya di setiap kita ada sifat gunung yang takabur dan
kesombongan. Dan kepada gunung dan hutan rimbalah ......,
kita semua belajar mengenal aku dan ke-aku-an"(Hal. 320)
"Janganlah kamu membawakan eldeweis untuk orang
yang kamu cintai. Tetapi ajaklah dia ke tempat dimana bunga
itu tumbuh dan bersemi. Sebab cinta itu seperti eldeweis. Hidup
abadi di dalam hati, jika dicabut dia akan mati"(Hal.365)
Dalam novel ini terdiri dari 33 bab dengan masing masing memiliki
judul yang sangat menarik dan bisa dijadikan puisi kata kata mutiara
sehingga cocok untuk dijadikan quote.
79
Pada akhir cerita, Bara; seorang petualangan yang misterius itu
meninggal di kaki Gunung Ciremai, pada ketinggian 1.500 Mdpl tepat di
lokasi dimana dia bertemu dengan Lia. Bara meninggal karena
Hipotermia.
80
DATA KUTIPAN NOVEL
NO KUTIPAN HALAMAN
A Sikap hormt terhadap alam
1 Meski selalu kubesarkan dan kupelihara keyakinanku bahwa kau kuat dan ada, aku tetap saja khawatir barangkali engkau yang kini mungkin sedang bertapa atau apa di belantaran, disana harimau-harimau – yang rantai makanannya diganggu orang-orang kota – mengintaimu dengan mata tajam, setajam mata pemuda-pemuda yang gontai, lengah, melupakan senja, dan lelah sepulang kerja.
(Jazuli, 2017:2)
2 “kemudian El menikmati jeda. Ia berhenti di jembatan dengan sawah hijau membentang, mendengarkan suara gemericik air, menjadi perasa angin-angin, menjadi pemerhati gunung, awan, dan langit di kala pagi. Ia tidak memburu, ia tidak diburu. Bersepeda adalah satu dari beberapa cara mengejek dunia” Sekar bercerita, “yang sesak dengan mesin dan orang-orang yang serba tergesa-gesa.” Lanjutnya kepada Rais di kantin kampus PI.
(Jazuli, 2017:114-115)
3 Ya alam memang tak seharusnya dilawan. Alam mesti diakrabi,dijadikan guru, serta sahabat, batin bara memetik pelajaran dari kejadian itu.
(Febrialdi, 2018:33)
B Sikap tanggung jawab moral terhadap alam
4 Dapat dipahami, sebab eksploitasi penambangan pasir merapi- baik yang legal maupun ilegal- dampak dan rasanya adalah sama saja bagi masyarakat dominan; mudharat dan kekesalan.
(Jazuli,2017:96)
5 …Perusahan menipu mereka, mereka kini tak lagi punya pencarian karena hutan su tidak ada begitu.Mata air juga susah, tra seperti dulu,” Bapak Pius menjelaskan…
(Jazuli, 2017:221)
81
6 …Anda perlu tahu bahwa saya terlibat dan mendukung kawan-kawan lokal di muting melawan sawah, sawit, karet, yang menggusur pohon-pohon sagu, menguras air, merubah budaya lokal dan segala jenis degradasi lain, atas nama uang, pembangunan, atau apapun argumentasi di balik kerakusan orang kota…
(Jazuli,2017:177)
7 …Kalau lingkungan rusak, maka kehidupan pasti tra baik lagi, tra seimbang.Hutan itu jantung kita, Mama…
(Jazuli, 2017:221)
8 …Mereka kini bilang; setop tebang hutan, setop merusak lingkungan, tapi perusahaan tra mau dengar.Perusahaan su dapat tanda tangan, su dapat ijin…
(Jazuli,2017:221)
9 …Kalau sawit masuk dan meratakan hutan, menebang pohon-pohon.Maka tradalagi hutan.Kalau hutan tra ada, maka trada juga burung-burung, maka para penjaga cndrawasih, kasuari, ndik, semua harus lawan.Kalau trada hutan, trada, pohon sagu, maka para penjaga pohon sagu harus lawan. Kalau trada hutan dan ditanami sawit, air habis karena sawit paling banyak sedot air ketimbang tanaman lain, sudah itu juga pupuk dan limbahnya mencemari sungai. Nah karena itu maka sungai hilang, maka penjaga sungai harus lawan.Karena sungai hilang, ikan dan buaya juga hilang, maka penjaga buaya harus lawan, dan seterusnya.Kita semua berkaitan…
(Jazuli,2017:222)
10 …Sungai Bian telah menjadi saksi sejak masuknya perusahaan sawit pada tahun 1990an. Air sungai kini tak lagi bisa langsung diminum,ikan-ikan tak bisa ditemukan semudah dahulu. “dan sagu makanan pokok kami”, kata Robert Palas Kaize. “hilang”, lanjut mantan kepala suku Malind Mbayn Anim itu. Perkebunan kelapa sawit selain menghilangkan tanaman lain di sekitarnya, ia juga sangat mengganggu persediaan air tanah untuk tanaman lain di kebut sawit...
(Jazuli, 2017:228)
82
11 Mencari orang yang tersesat di gunung.Bukanlah sebuah permainan petak umpet.Dibutuhkan nyali, kemampuan, dan kesiapan di atas rata-rata guna menghadapi resiko-resiko yang tak terduga.Melebihi kewaspadaan mendaki gunung itu sendiri.
(Febrialdi, 2018:16)
12 …Tiba-tiba, batu yang tengah diinjak Bara lepas dari cengkeraman tanah tebing.Longsor ke tanah.Sialnya lagi, dahan santigi yang tengah jadi pegangannya pun ternyata lapuk.Lelaki yang tengah dilanda kebingungan itu sudah tak sempat lagi menggapai tali pengaman...
(Febrialdi, 2018:61)
13 …Bara jatuh terguling-guling. Akar dan batang santigi malang melintang berseliweran menyelimuti tubuhnya. Debu dan pasir berhamburan.Lereng tanjakan yang terjal dan penuh tonjolan batu itu kini siap menyentuhnya.Sepersekian detik lagi, batu cadas menyentuh tubuhnya.Tiba-tiba sosok tangan krempeng milik Suhe menyambar dalam waktu yang tepat.Mereka berpegangan sembari saling berpandangan…
(Febrialdi, 2018:62)
C Sikap solidaritas terhadap alam
14 “Juga seakan aku lebih memilih untuk belajar mengeja kata dari mula, belajar bicara bahasa alam, dari nol, dari suara angin, dari dedaun pun reranting yang terinjak, dari pada harus aku dengarkan perbincangan orang-orang kota yang kini sungguh jauh lebih tak bisa aku mengerti”.
(Jazuli, 2017:22)
15 “akan kutampung seluruh embun di Pasar Bubrah di pagi yang dingin ini. Aku akan bekerja dengan keras menangkapi semua. Peluhku akan menjadi air paling segar yang pernah diteguk pendaki manapun.” Jelas El sambil mengajak Sekar kembali ke tenda.
(Jazuli, 2017:108-109)
83
16 “Tapi alam tidak hanya dicipta untukmu dan beberapa orang yang sama dengan kemauanmu, alam tidak hanya meresponmu, alam merespon semua orang.Ia akan menjadi seperti apa yang telah orang-orang perbuat. Jika banyak orang membuang sampah sembarangan di alam, maka alam akan menjadi sesuatu dengan banyak sampah berserakan. Jika banyak orang yang menebang pohon dan tidak peduli air, maka alam akan menjadi sesuatu dengan sedikit produksi air dan lain sebagainya. Itulah kenapa namanya natural.Apa adanya, ia akan menjadi yang dunia menjadikannya.”
(Jazuli,2017:113)
17 “ ini obat buat sendiri. Kami buat dari daun hutan lumpur.Anak pakai kalau malam dan pagi.Nyamuk pagi bahaya.Malaria. Anak pasti su tahu to seperti apa malaria sakitnya. Kata Bapak, anak su pernah satu tahun di Wamena?”.
(Jazuli,2017:162)
18 Tanpa terasa simpang air trjun Cibeureum terlewati.Jalan pun semakin menanjak berliku-liku. Tiba di pos air panas mereka berhenti untuk masak mi dan menyeduh kopi. Dinginnya angin pegunungan mulai menyentuh pori-pori Bara, Suhe, Heri, Roni dan Wilis.Simfoni bintang malam pun mulai terdengar.
(Febrialdi,2018:59)
D Sikap kasih sayang dan kepedulian terhadap alam
19 “Iya, ya meskipun tetap tidak seasri dulu waktu aa kecil. Tapi tetap di depok ini banyak tempat yang masih hijau dan hidup.Ada empang-empang, kali-kali, lapangan-lapangan yang anak-anak kecilnya pada main bola dan main-main becekan juga masih banyak. Secara lalu lintas dan tata kota memang ampun deh macet kota depok ini, tapi secara alamnya, masih bagus,” kata rama semangat.
(Jazuli,2017:4-5).
84
20 “andai alam selalu hijau. Aku membayangkan jika daerah ini ditinggalkan dari sentuhan manusia, dan yang menyentuhnya hanyalah air, sinar matahari, dan udara, pasti akan indah sekali disini,” kata sekar.
(Jazuli, 2017:112)
21 …Setelah sejenak membasahii kembali kerongkongannya dengan satu tegukan air, sekar keluarkan trashbag dari head cariernya, ia punguti satu persatu sampah yang ia temukan di pos dua. Dari sampah-sampah itu, Sekar menemukan beberapa gelas bekas seduhan kopi di gelas bekas air mineral…
(Jazuli, 2017:110)
22 …Selesai dengan peregangan singkatnya, Sekar berjalan kearah suara injakan botol kemasan tadi.Ia memungutnya, dan ketika ia berbalik badan guna memasukkan sampah itu ke trashbag, sesosok laki-laki berdiri mengejutkannya...
(Jazuli, 2017: 118-119)
23 …“nggak apa-apa,” rama meraih pergelangan tangan sekar yang sedikit gemetaran sebab masih beradaptasi di ketinggian biang lala. “ sebentar lagi sunset, kita akan menjadi dua langka, dua yang beruntung dari jutaan orang di kota megapolitan ini, dua yang masih punya waktu untuk senja…
(Jazuli, 2017:12)
24 …Matahari sudah di perbatasan.Air mata sekar jatuh di pipinya yang serona senja.Dan langit semakin cantik...
(Jazuli, 2017:14)
25 Ia sapu seluruh pemandangan depan rumah dengan matanya. Ditemukan sangkar-sangkar burung di sisi depan rumah, sangkar-sangkar yang dulu sekar lepaskan diam-diam burung-burung peliharaan ayah. Sedang di sekeliling rumah, meski sudah pasti tidak ada lagi bunga-bunga matahari kesayangannya, tetap masih ia temukan pohon-pohon dan tanaman-tanaman lain yang dulu ia tanam.
(Jazuli, 2017:16)
85
26 Anak, yang baru saja di maksu Maria, adalah sebuah pohon. Dan tidak hanya Maria, semua siswa kelas 4,5, dan 6 memiliki pohon peliharaan yang mereka sebut sebagai ‘anak’ mereka masing-masing.
(Jazuli, 2017:169)
E Sikap tidak mengganggu kehidupan alam
27 …Burung itu tidak terikat tali atau rantai.Ia hidup, mencari makan, dan berlalu lalang ke sana ke mari. Tapi ia tidak kemana-mana. Ia akan selalu kembali ke depan bangunan kosong yang dibangun dari setengah tembok setengah papan itu…
(Jazuli, 2017:157)
28 …Terlebih trek selepas pertigaan tadi cukup membuat sekar terhibur sebab berkali di trek itu, sekar melihat banyak monyet dan bajing nyang melintas di dekatnya…
(Jazuli, 2017:49)
29 …Tampak lahan-lahan pertanian serta perternakan sapi perah di sisi-sisi jalan.Beberapa petani terlihat sedang memanen dan membersihkan sayuran…
(Febrialdi, 2018:27)
30 …Aku hanya ingin berdekapan dengan mu, sambil menepis embun pegunungan Gede-Pangrango yang bening dan dingin.Lantas, kita menyanyikan kidung tanpa suara sambil bercerita tentang kenangan di Rancaupas.Kijang-kijang yang lincah.Bunga-bunga rawa yang begitu memesona bagai kalanganmu.Rinai hujan yang tiba-tiba datang, sehingga mengguyur kita berdua...
(Febrialdi, 2018:96)
31 Sedang di timur isinya hutan rawa, sementara di barat adalah anak Sungai Wambe.Di seberang sungai itu adalah jalan setapak dengan pohon-pohon sagu berjajar rapat di sisi-sisinya.Memanjang.Jika disusuri dengan berjalan kaki, 15 menit lamanya tempuhnya.Selama 15 menit itu juga terlihat beberapa pohon kayu putih, musamus, genangan air rawa, dan beberapa tanaman-tanaman lainnya.Mereka yang berjalan disana, telah keluar dari kampung Naori, yaitu menuju sebuah perkampungan di distrik itu yang lebih dalam, yaitu kampung Arabe.
(Jazuli,2017:171)
88
BIODATA PENULIS
Riza Diyan Maliana lahir di Ujung Pandang
Kecamatan Mariso Kota Makassar pada tanggal 23
Mei 1993 dari pasangan Bapak Rusdin dan Ibu
Nurafniyanti. Peneliti adalah anak pertama dari 3
bersaudara. Peneliti sekarang tinggal di Btn
Jenetallasa Blok D4 No. 7 Kabupaten Gowa.
Pendidikan yang ditempuh oleh peneliti yaitu SDN Kapota Yudha
Kecamatan Mamajang Kota Makassar tahun 1999, SMPN 24 Makassar
Kecamatan Tamalate Kota Makassar 2008, SMAN 14 Makassar
Kecamatan Mariso Kota Makassar 2011 dan program S1 STKIP Yapti
Jeneponto tahun 2015.