Download - eksperimen fixxx
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Telur ayam mengalami masa pengeraman yang biasanya terjadi selama 21 hari, masa
pengeraman ini merupakan masa yang kritis untuk menentukan menetasnya seekor anak
ayam di dunia ini. Embrio didalam telur ini tumbuh secara luar biasa setiap harinya
sampai akhirnya menetas menjadi anak ayam dan menghirup udara dunia.
inkubator merupakan suatu tempat yang dirancang untuk mempertahankan keadaan
temperatur tertentu. Pada peternakan, inkubator ini biasanya digunakan untuk penetas
telur dan sebagai tempat dari anak ayam yang baru menetas.
Realitanya penetasan melalui pengeraman induk ayam, tidak 100 % menghasilkan
anak ayam semuanya. Misalnya pada dari 20 telur yang menetas hanya 10 dan sisanya
mati . Hal dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu, kelembaban, suhu, ventilasi, dan
kebersihan cangkang.
Dari masalah tersebut dibuatlah suatu penelitian membandingkan hasil penetasan
melalui inkubator dengan hasil penetasan melalui eraman dari induk ayam. Incubator
dibuat sesuai dengan keadaan induk ayam saat mengerami telurnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan inkubator ?
2. Apa yang dimaksud telur ayam kampung ?
3. Bagaimana pengaruh suhu inkubator terhadap penetasan telur ayam kampung ?
4. Bagaimana pengaruh suhu tubuh ayam terhadap penetasan telur ayam kampung?
5. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi penetasan telur ayam kampung ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui perbedaan hasil penetasan telur ayam menggunakan inkubator dan
penetasan lansung dari induk ayam
2. Mengetahui pengaruh perbedaan suhu terhadap proses penetasan telur ayam
kampung
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penetasan telur ayam kampung
D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan dilakukanya penelitian ini, manfaat yang dapat diambil adalah
a. BAGI PENELITI
1) Peneliti dapat mengetahui perbedaan hasil penetasan telur ayam menggunakan
inkubator dan penetasan lansung dari induk ayam
2) Peneliti dapat mengembangkan hasil penelitian menjadi sebuah wirausaha
3) Peneliti dapat menjadikan penelitian sebagai sumber belajar
b. BAGI MASYARAKAT
1). Masyarakat yang berternak ayam dapat meningkatkan produktivitas penetasan
telur ayam dengan inkubator
E. HIPOTESA
Suhu dari cahaya lampu merupakan faktor utama yang mempengaruhi hasil
penetasan telur ayam. Suhu optimal untuk penetasan telur ayam adalah 370 C dan hasil
penetasan dengan inkubator lebih baik daripada hasil penetasan dengan eraman lansung
dari induk ayam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sejarah dan Klasifikasi Ayam
Menurut sejarahnya, ayam jinak yang dipelihara manusia sekarang adalah berasal
dari ayam liar. Keturunan ayam yang telah menjadi jinak kemudian disilang-silangkan
atau dikawin-kawinkan oleh manusia. Konon, menurut teorinya, ayam liar ini adalah
ayam hutan atau Gallus gallus.
Hirarki klasifikasi ayam menurut rose (2001) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Divisi : Carinathae
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Family : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus gallus domestica sp
(Rahayu, 2002: 14).
Ayam Kampung
Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah
memasyarakat dan telah tersebar diseluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat
indonesia, ayam kampung sudah bukan hal yang asing. Untuk membedakanya, kini
dikenal dengan istilah ayam buras (singkatan dari “ayam bukan ras”).
Ciri-Ciri Ayam Kampung Adalah :
Warna bulu kombinasi coklat, hitam, putih, merah Tubuh relatif kecil dan jantan lebih besar dari betina Jengger dan Pial berwarna merah Paruh dan Kaki berwarna kekuningan Telur berwarna putih Menghasilkan telur 5 -10 per periode Berat telur sekitar 60 gram per butir Bobot dewasa Bobot dewasa baik jantan dan betina berkisar 1,5 - 1,9 Kg
Keunggulan dan kelemahan ayam kampung adalah sebagai berikut:
a. Keunggulan:1. Ayam kampung yang dilepas bebas biasanya memiliki tingkat kekebalan tubuh
yang tinggi dan menghemat biaya makanan.
2. Umumnya ayam cukup diberi makan pagi hari saat akan dilepas berupa sisa-sisa
makanan dan tambahan bekatul secukupnya.
3. Selebihnya ayam dianggap dapat mencari makan sendiri disekitar rumah.
b. Kelemahan
1. Kelemahannya diantaranya yaitu ayam lambat untuk berkembang
biak lebih banyak, karena tingkat kematian pada anak ayam relatif lebih anak
ayam relatif lebih tinggi. Waktu mengasuh terlalu lama yang berarti mengurangi
produktifitas.
2. Kendali akan keberadaan ayam kurang, sehingga kemungkingan dimangsa
predator maupun hilang lebih tinggi. Cara pemeliharaan ini kurang produktif
( Anwar, 2011: 17-18).
Inkubator
Inkubator merupakan suatu tempat yang dirancang untuk mempertahankan
keadaan temperatur tertentu. Inkubator banyak dijumpai pada rumah sakit dan
peternakan. Pada rumah sakit, incubator berfungsi untuk menghangatkan bayi yang baru
lahir, atau bayi yang lahir prematur. Pada peternakan, inkubator ini biasanya digunakan
untuk penetas telur dan sebagai tempat dari anak ayam yang baru menetas.
Inkubator biasanya berbentuk ruangan atau box (kotak) dengan ukuran tertentu.
Incubator yang ada saat ini, biasanya sudah tertentu temperaturnya, tidak dapat di ubah.
Sehingga ketika pengguna membutuhkan ruangan atau box dengan temperatur lain, maka
pengguna harus menggunakan incubator yang lain. Biasanya untuk mengendalikan
temperatur pada sebuah incubator, digunakan lampu atau elemen pemanas. Sehingga
ketika pengguna membutuhkan temperatur yang berbeda, maka pengguna harus
mengganti lampu atau elemen pemanas yang digunakan sebelumnya dengan elemen
pemanas yang lain.
Telur
Telur merupakan suatu bentuk tempat penimbunan zat gizi seperti air, protein,
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio
sampai menetas. Selain itu cangkang telur berfungsi sebagai pelindung dari pengaruh
luar sehingga kondisi telur bagian dalam tidak terpengaruh dan kondisi embrio tidak
tergantung pada saat dierami hingga meneras menjadi anak ayam. Telur yang dapat
ditetaskan adalah harus fertil atau yang lazim disebut dengan telur tetas. Telur tetas
merupkan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau
lazim disebut telur konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan,
melainkan hanya untuk dikonsumsi saja. (Alberts, 1994:38)
Bagian-bagian yang terdapat pada telur berbentuk lapisan, tersusun dari dalam
keluar. Bagian telur pertama dimulai dengan sel telur. Sel telur ini kecil dan terlihat
sebagai bintik agak putih, kuning telur dikeluarkan oleh oupduct atau saluran sel telur,
kemudian ditambah empat lapisan pemisah albumen (putih telur). Bagian-bagian ini
dilindungi oleh dua lapisan “kulit” membran tipis yang transparan, kemudian pada bagian
luar kulit ini dibungkus oleh kulit kerabang telur (shell). Hanya beberapa jam sebelum
telur dikeluarkan dari tubuh induk, telur mengalami pigmentasi warna, pigmen ini
dihasilkan dalam tubuh ayam. Karena setiap telur dipigmentasi secara terpisah, maka
warna setiap ayam nantinya akan bervariasi meskipun telurnya dikeluarkan dari induk
yang sama. Sebelum menghasilkan anak ayam, telur yang dikeluarkan harus sudah
dibuahi (fertile), seekor induk ayam dapat mengeluarkan telur tanpa dibuahi, oleh karena
itu agar telur tersebut dibuahi dan dapat menetas menjadi anak ayam, ayam betina
tersebut harus disatukan dengan ayam jantan. (Adiwianarto, 2006:77)
Sel telur yang terdapat dalam telur dan sudah dibuahi adalah bakal anak ayam.
Sebelum telur menetas, bakal anak ayam ini disebut embrio. Embrio ini harus
mendapatkan makanan untuk pertumbuhannya. Embrio ini mendapat makanan dari
kuning telur (yolk), karena itulah sebabnya mengapa sel telur selalu menempel atau
berasa pada pinggir kuning telur, satu atau dua hari setelah telur ayam menetas dan
mengeluarkan anak ayam, kuning telur masih tersisa dan melekat pada perut atau tali
pusat (umbilical card) anak ayam tersebut. Kuning telur dapat digunakan sementara untuk
sumbermakanananak ayam.
Putih telur (albumen) berfungsi sebagai pelindung embrio selama
pertumbuhannya. Pada saat telur tergoncang atau bergerak tiba-tiba akibat getaran, maka
putih telur yang mengelilingi embrio dan kuning telur akan melindungi embrio dan
berfungsi sebagai bantalan. Kulit kerambang (shell) melindungi semua bagian telur dari
luka atau kerusakan. (widayanti, 2003: 107)
Telur bernafas melalui lubang-lubang kecil tersebut. Kulit kerabang terlihat padat
dan tertutup tetapi sebenarnya bersifat porous atau berlubang (pori-pori). Ada terdapat
ribuan lubang kecil pada kulit telur, dan kita tidak daat melihatnya secara langsung. Pada
ujung telur terdapat kantung udara (air pocket) yang terisi oleh oksigen.
Telur yang sudah dibuahi snagat lunak (delicate) dan mudah rusak jika tidak hati-hati
memperlakukannya. Kadang-kadang telur yang sudah dibuahi sempurnapun tidak akan
menetas karena posisi isinya teleh terbalik atau terkocok. Induk ayam yang sedang
mengerami telurnya, membalik-baliknya telur secara teratur dengan paruhnya. Ini
dilakukan karena telur cenderung mengambang dan menempel pada kulit kerambang.
Jika telur terlalu lama berada pada posisi tersebut dan tidak segera dibalikkan.
Kuning telur akan terpisah dari putih telur dan embrio yang menempel pada
kuning telur akan tertekan langsung pada kulit kerambang sehingga bisa mengakibatkan
kematian embrio. Induk ayam menghindari hal ini dengan membalik-balik posisi letak
telur. Induk ayam menjaga suhu tetap hangat dan merata melalui bulunya yang menyebar.
Induk ayam sangat peduli dengan telurnya dan biasanya tidak akan membiarkan siapapun
menyentuh telurnya. (Campbell, 2003:55)
Penetasan Ada beberapa tahapan dalam penetasanbuatan, antara lain adalah pemilihan telur
tetas,pembersihan telur tetas, fumigasi mesin tetas,pengaturan suhu dan kelembaban, dan
candling atau peneropongan serta turning atau pemutaran posisi telur. Pemilihan telur tetas yang
baik adalah telur tetas berasal dari hasil perkawinan induk jantan dan betina, bersih tanpa cuci,
tidak ada kerusakan cangkang, berat, warna, dan bentuk harus normal. Fumigasi pada mesin tetas
penyimpanan untuk menjaga pertumbuhan embrio menjadi penting (Irawati Bachari, 2006).
Lama Penyimpanan Telur Tetas
Lama penyimpanan telur tetas juga harus mendapat perhatian khusus, karena telur bila
ditempatkan pada suatu tempat dengan lama simpan yang panjang dan suhu yang berfluktuasi
akan merubah struktur kimia telur. Penyimpanan yang dilakukan biasanya menunggu sampai
jumlah telur tetas memenuhi kuota yang ditentukan sebelum dimasukkan kedalam mesin tetas
tanpa perlakuan khusus. Hal ini tentu dapat menurunkan daya tetas dan meningkatkan
kematian embrio yang terjadi. Menurut Paimin (2003) usahakan jangan menyimpan telur tetas
lebih dari tujuh hari, karena telur yang disimpan lebih dari satu minggu memiliki resiko
kegagalan penetasan yang tinggi hal ini dikarenakan telur terpengaruh suhu dan kelembaban yang
tidak ideal. Hartono (2010) menambahkan, penyimpanan telur tetas dengan cara posisi bagian
tumpul diatas, dan daya tetas telur menurun sangat cepat setelah telur berumur tujuh hari. Telur
tetas semakin lama disimpan akan mengakibatkan semakin lebarnya pori-pori cangkang dan dapat
membuat mikroorganisme patogen mudah melakukan penetrasi masuk kedalam embrio selain itu
pori-pori yang luas juga mengakibatkan meningkatkan pennguapan
Daya Tetas Daya tetas merupakan persentase jumlah telur yang menetas dari jumlah telur yang fertil.
Daya tetas telur merupakan salah satu indicator di dalam menentukan keberhasilan suatu
penetasan. Sampai saat ini belum ada metode yang dapat digunakan untuk menentukan daya
tetas telur. Di dalam praktek, penentuan dan pemilihan telur yang mempunyai daya tetas tinggi
tidaklah mudah, karena harus menunggu sampai telur ditetaskan. Daya tetas telur sangat
ditentukan oleh berbagai faktor terutama nilai gizi dari induk. Tetapi hasil ini baru dapat
diketahui setelah anak ayam menetas (Wibowo dan Jafendi, 1994).
Banyak faktor yang mempengaruhi daya tetas telur antara lain; berat telur, bentuk
telur,keutuhan kulit telur, kualitas kulit telur, dan kebersihan kulit telur (Amrin, 2008). Faktor lain
yang mempengaruhi daya tetas yaitu genetik, nutrisi, fertilitas, dan penyakit (Sinabutar,
2009).Daya tetas dan kualitas telur tetas dipengaruhi oleh cara penyimpanan, lama penyimpanan,
tempat penyimpanan, suhu lingkungan, suhu mesin tetas, pembalikan selama penetasan.
Penyimpanan yang terlalu lama menyebabkan
kualitas dan daya tetas menurun sehingga telur sebaiknya disimpan tidak lebih dari 7 hari
(Raharjo, 2004).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Penetasan
1. Suhu (Temperatur)
2. Kelembaban udara (Humidity)
3. Ventilasi (Ventilation)
4. Pemutaran telur (Egg Turning)
5. Kebersihan (Cleanliness)
Suhu (Temperature)
1. Suhu atau temperatur yang diukur dengan Termometer memegang peranan yang
sangat penting dalam penetasan telur karena hal ini berhubungan dengan faktor
perkembangan embrio didalam telur
2. Suhu optimum dalam incubator tipe still-air adalah 102-1030F dan untuk tipe forced-
air adalah 100-1010F.
Standart untuk suhu dalam incubator “penetasan” tipe forced air adalah 100oF. untuk
jenis forced-air incubators dan 102 0F. untuk type still-air incubators. Suhu pada
incubator penetas (hatching) di set 1 0F lebih rendah dibandingkan dengan incubator
“pengeram” selama 3 hari sebelum penetasan.
Sedangkan untuk tipe still air, posisi termometer adalah sejajar atau rata dengan
tinggi bagian atas telur atau sekitar 5 cm dari dasar telur. Termometer haruslah tidak
diletakkan diatas telur atau diluar bidang penetasan tetapi bersebelahan dengannya. Selain
itu, mesin incubator juga harus tertutup rapat untuk menghindari hilang panas atau
kelembaban udaranya.
Fluktuasi temperatur sebanyak 1 derajat atau kurang tidak menjadi masalah tetapi
pengontrolan Temperature secara berkala amat diperlukan untuk menjaga agar suhu tidak
ketinggian atau kerendahan dari standart tersebut. Sebagai catatan : suhu sekitar 105 0F.
untuk 30 menit dapat mematikan embrio didalam telur sedangkan suhu penetasan pada 90
0F untuk 3 sampai 4 jam akan memperlambat perkembangan embrio didalam telur.
Termometer harus diletakkan 2,5 cm (1 inch) diatas wire mesh (tray) incubator atau
setara dengan tinggi telur jika diletakkan mendatar. Hal berbeda untuk posisi termometer
pada incubator forced-air yang mempunyai temperatur merata di dalam incubator karena
menggunakan fan sebagai sirkulasi udara panasnya.
Hal yang harus diwaspadai terhadap ketidak normalan temperatur:
1. Temperatur Terlalu Tinggi:
Embrio ayam yang masih muda sangat mudah terpengaruh dengan temperatur
yang tinggi. Pengoperasian incubator dengan temperatur setinggi 105 0F untuk 30 menit
akan mempunyai efek yang mematikan pada embrio ayam.
Bila embrio tidak mati maka suhu yang tinggi tersebut dapat menyebabkan masalah di
syaraf, hati, masalah di peredaran darah, ginjal atau cacat pada kaki, kebutaan dan
persoalan lainnya yang menjadilkan anak ayam cacat, lemah dan kemudian mati.
2. Temperatur Terlalu Rendah:
Temperatur yang sedikit lebih rendah untuk periode waktu yang tidak terlalu lama
tidak terlalu mempengaruhi dalam embrio kecuali memperlambat perkembangannya
untuk embrio muda. Hal yang sedikit berbeda jika hal ini terjadi pada embrio yang lebih
tua karena pengaruhnya akan sedikit berkurang.
Jika temperatur lebih rendah dari yang di syaratkan untuk waktu yang agak lama maka
hal ini akan mempengaruhi embrio dalam hal perkembangan organ-organnya yang
berkembang tidak secara proporsional. Jika hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan
gangguan pada hati, peredaran darah, jantung atau perkembangan yang lambat kalaupun
menetas nantinya. (Widayati, 2003:79)
Kelembaban Udara (Humidity)
Kelembaban udara (Humidity) adalah penting karena hal ini untuk menjaga telur
dari kehilangan terlalu banyak atau terlalu sedikit kelembabannya selama proses
penetasan telur. Kelambaban relative 55-60% untuk 18 hari penetasan telur dan 65-70%
untuk 3 hari terakhir.
Kelembaban diperoleh dari nampan yang berisi air, atau sponse yang basah dan
sejenisnya yang diletakkan dibagian bawah atau dibagian atas tergantung tipe incubator
dan settingnya. Tingkat kelembaban udara tergantung dari banyaknya/lebar permukaan
air yang ter-expose atau dipengaruhi oleh system incubator itu. Semakin lebar luas
permukaannya tentunya semakin tinggi kelembaban yang didapat atau sebaliknya. Dalam
beberapa kasus, missal udara terlalu kering, kadang diperlukan menambahkan sponse
(busa) pada nampan. Hal ini cukup untuk membantu menaikkan kelembaban udara
seperti yang disyaratkan dalam penetasan telur. Bila terjadi hal kelembaban terlalu tinggi
malah diharuskan memperkecil nampan, mengurangi luas permukaannya (misal ditutup
dengan aluminium foil) atau malah mengeluarkan nampan air dari incubator. Keadaan
seperti ini malah sering kami lakukan di tempat kami terutama pada saat musim hujan
Dianjurkan untuk tidak atau sesedikit mungkin membuka tutup incubator selama
penetasan telur. Hal ini disebabkan karena kelembaban udara akan cepat hilang dengan
dibukanya pintu incubator. Bila ini terjadi maka dianjurkan untuk menambahkan air
hangat pada nampan agar lebih cepat menguap dan mencapai titik kelembaban yang
diperlukan.
Kelembaban relatif (relatif humidity) untuk mesin incubator “penetas” atau
periode 18 hari pertama harus dijaga pada 50 – 55 % atau 83.3 0F – 85.3 0F dengan wet
bulb. Dan 3 hari setelahnya (21 hari dikurangi 3 hari) atau pada hari ke 19 – 21 sebelum
penetasan, kelembaban udara harus dinaikkan menjadi 60 0F - 65 0F atau 87.3 0F - 89
0F.
Pada saat 3 hari menjelang penetasan dapat dikatakan kita harus lepas tangan
“hand-off” karena pada saat ini tidak diperlukan campur tangan manusia sama sekali
selain menunggu proses penetasan berjalan sampai selesai dengan sendirinya. Incubator
tidak boleh dibuka karena dapat menyebabkan kehilangan kelembaban udara yang amat
diperlukan dalam penetasan. Kehilangan kelembaban dapat mencegah keringnya
membran pada kulit telur pada saat penetasan (hatching).
Kelembaban yang rendah menyebkan anak ayam sulit memecah kulit telur karena
lapisannya menjadi keras dan berakibat anak ayam melekat / lengket di selaput bagian
dalam telur dan mati. Akan tetapi kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
anak ayam didalam telur juga sulit untuk memecah kulit telur atau kalaupun kulit telur
dapat dipecahkan maka anak ayam tetap berada didalam telur dan dapat mati tenggelam
dalam cairan dalam telur itu sendiri.
Pada incubator penetas “hatching”, kelembaban udara bisa diatur dengan
memberikan nampan berisi air dan bila perlu ditambahkan busa/sponse untuk
meningkatkan kelembaban udara. Sedangkan pada tipe still-air maka menaikkan
kelembaban dengan cara menambah nampan air dibawah tempat penetasan atau pada
prinsipnya, menaikkan kelembaban dapat dicapai dengan menambah penampang
permukaan airnya.
Adapun cara yang sempurna untuk menentukan kelembaban udara adalah dengan
memperhatikan ukuran kantong udara didalam telur bagian atas atau bagian tumpulnya
seperti gambar dibawah ini dengan menggunakan teropong telur. Kelembaban dapat
diatur setelah peneropongan telur pada hari ke 7, 14, dan 18 pada masa penetasan.
Ventilasi
Ventilasi yang cukup adalah penting untuk diperhatikan mengingat didalam telur
ada embrio yang juga bernafas dalam perkembangannya dan memerlukan O2 dan
membuang CO2. Dalam operasi mesin penetas, lebar lubang bukaan ventilasi harus diatur
agar cukup ada sirkulasi udara dan dengan memperhatikan penurunan tingkat
kelembaban udaranya.
Pada incubator tipe still-air, buatan Cemani maka bukaan ventilasi ada di bagian atasnya
yang dapat diatur untuk mengeluarkan udara bersamaan degan pergerakan udara panas
yang ada didalamnya sedangkan sirkulasi udara masuk sudah cukup dari lubang lubang
yang ada dibagian bawah dan samping incubator tersebut.
Pada incubator jenis forced-air incubator, jika terjadi lampu mati atau PLN off
maka ventilasi harus dibuka lebih lebar dan bila perlu sesekali di buka pintunya agar
terjadi pertukaran udara segar dan tetap diusahakan suhu ruangan berada pada kisaran 75
0F atau lebih. Sedangkan pada incubator tipe still-air ventilasi dibiarkan terbuka ¼ atau ½
(tidak berubah atau lebih ditutup) agar panas dan kelembaban tidak terlalu terpengaruh.
(Constantini, 1986:170)
Pemutaran Telur
Pada inkubator tipe forced-air seperti kami miliki, telur telur diletakkan pada tray
tray pada tempatnya dengan unjung tajam telur menghadap kebawah. Pemutaran
dilakukan secara manual dengan menarik dan menekan tuas untuk memindahkan posisi
tray didalam mesin incubator agar terjadi sudut 30 – 45 derajat untuk tiap tiap waktu yang
ditetapkan secara berkesinambungan dan bergantian sudutnya.
Pemutaran telur
Pemutaran telur sedikitnya adalah 3 kali sehari atau 5 kali sudah lebih dari baik
untuk mencegahembrio telur melekat pada selaput membran bagian dalam telur. Oleh
sebab itu jangan pernah membiarkan telur tetas tidak dibalik atau diputar posisinya dalam
1 hari pada masa penetasan telur. Pemutaran telur tersebut dilakukan dalam 18 hari
pertama penetasan. Tetapi jangan membalik telur sama sekali pada 3 hari terakhir
menjelang telur menetas.
Pada saat itu telur tidak boleh diusik karena embrio dalam telur atau anak ayam
yang akan menetas tersebut sedang bergerak pada posisi penetasannya.
Pada incubator tipe still-air, pemutaran dilakukan secara manual dengan ketentuan
seperti diatas. Biasanya untuk mempermudah dalam mengetahui posisi terakhir telur
pada saat di putar maka telur tetas diberi tanda “O” pada satu sisis dan “X”. pada sisi
lainnya,. Selanjutnya putar telur menurut waktu dan tanda secara bergantian dan secara
berhati hati terutama 1 minggu pertama dalam incubator.
Ada baiknya juga menuliskan tanggal pada telur menggunakan pinsil untuk
menandai beberapa hal seperti: dari kandang mana, jenis ayam, kapan bertelur, kapan
dimasukkan incubator. Hal ini untuk mengetahui kapan telur nantinya akan menetas
dan menentukan waktu peneropongan untuk penentuan fertilitas, kantong udara dan
penentuan pemindahan telur sebelum menetas (- 3 hari).
Biasanya anak ayam (DOC) akan mulai menetas pada usia penetasan ke 20 dan 21 hari
pada keadaan mesin penetasan yang bekerja normal dan sesuai prosedur. Anak ayam
yang menetas setelah waktu itu atau setelah hari ke 22 biasanya tidak sehat atau
lemah.
Kebersihan
Kebersihan kerabang sangat berpengaruh dalam proses penetasan di mana
kerabang telur yang mengandung kotoran terutama fases itik merupakan sumber
bakteri dan jamur yang dapat masuk ke dalam telur yang akan menyerang embrio yang
sedang berkembang atau membuat telur menjadi busuk. Untuk mengantisipasi hal
tersebut maka sarang atau tempat itik betelur harus dijaga kebersihannya terutama litter
kandang. Telur yang banyak kotorannya sebaiknya tidak ditetaskan tapi bila terpaksa
lakukan pembersihan menggunakan kain yang dibasahi air hangat dan dicampur
dengan deterjen telur atau pemutih pakaian cuci dengan dosis satu sendok makan untuk
satu liter air.
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang kami lakukan adalah kuantitatif dengan cara mencari rata-rata suhu dari
inkubator dan suhu tubuh induk ayam kemudian menghitung nilai-nilai tersebut dengan rumus
uji anova.
B. CARA PENGUMPULAN DATA
Cara pengumpulan data yang kami lakukan adalah mengukur suhu pada inkubator dan
mengukur suhu pada ayam yang sedang mengeram. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali
dalam seminggu. Pengukuran dimulai pada saat peletakan telur pertama kali dan diakhiri pada
minggu ke 3 yaitu pada hari ke 21 . Alat yang digunakan untuk mengukur suhu inkubator adalah
thermometer ruangan, sedangkan untuk mengukur suhu tubuh ayam adalah thermometer analog.
C. ANALISIS DATA
Analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan perhitungan statistika yaitu uji t atau
T-Test. Uji ini digunakan untuk membandingkan dua kelompok yang independen. Pada
penelitian ini yaitu membandingkan “apakah hasil penetasan telur ayam dengan menggunakan
inkubator lebih baik daripada hasil penetasan dengan pengeraman induk ayam”. Langkah
pertama yang dilakukan adalah menghitung mean dari sampel, standar deviasi dari sampel dan
besarnya sampel untuk kedua kelompok yang dibandingkan. Selanjutnya setelah mean, standar
deviasi diketahui kemudian dihitung dengan menggunakan rumus,
D. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA
1. Alat untuk membuat inkubator
1. Kardus indomie
2. Serbuk kayu
3. Spidol
4. Lampu 5 watt, 10 watt, 15 watt
5. Kabel listrik
6. Baskom
7. Pisau
8. Gunting
9. Lem
10. Tali
11. Jaring kawat
12. Thermometer ruangan
13. Hygrometer
14. Styrofoam
15. Coolpad
16. Charger hp
17. Thermometer digital
2. Bahan
1. Air
2. Telur ayam kampung setiap inkubator berisi 5 butir
3. Cara kerja
Membuat inkubator
1) Lubangi bagian depan kardus bekas dengan cutter. Bagian yang dilubangi ini nantinya ditutup dengan palstik trasparan agar bisa dijadikan sebagai lubang pengintai untuk melihat kondisi telur ayam. Selain itu juga dibuat lubang pada sisi samping kanan kardus, tetapi lubang ini tetap bisa dibuka dan ditutup. Tujuannya hanya untuk mengontrol suhu.
2) Satukan coolpad dengan kepala charger hp.3) Tempelkan coolpad dan thermometer ruangan pada dinding kardus bekas dengan bantuan
lem aibon. Coolpad harus dipasang dibagian tengah sisi belakang kardus, sementara thermometer ruangan dapat diletakkan di sisi pojok kardus.
4) Lubangi bagian atas kardus bekas pada satu sisi
5) Hubungkan fitting yang sudah terpasang lampu dengan kabel dan dilewatkan pada lubang yang telah dibuat. Kedalaman lampu jika diukur dari atas adalah+10 cm. Pemasangannya harus tepat di depan coolpad.
6) Masukkan Koran bekas, kain bekas dan sekam kedalam kardus bekas dengan ketinggian +4 cm.
7) Letakkan wadah air mineral yang didalamnya sudah terisi air ke dalam kardus.8) Membersihkan telur dengan handuk basah, kemudian dikeringkan 9) Meletakan telur yang telah dibersihkan kedalam incubator 10) Membalikan telur sebanyak 1800 setiap 6 atau 8 jam
Mengukur suhu ruangan inkubator
1) Melihat skala thermometer yang tertempel di dinding inkubator melalui lubang pemantau
2) Mencatat skala yang ditunjukan oleh thermometer pada tabel pengamatan
3) Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu
Mengukur suhu tubuh induk ayam
1) Meletakan thermometer digital kebawah sayap induk ayam
2) Mencatat skala yang ditunjukan oleh thermometer pada tabel pengamatan
PROPOSAL
PENELITIAN EKSPERIMEN
“PERBANDINGAN HASIL PENETASAN TELUR AYAM DENGAN MENGGUNAKAN
INKUBATOR DAN HASIL PENETASAN DENGAN PENGERAMAN INDUK AYAM ”
DISUSUN OLEH
1. ADRIANA (121434009)
2. MARIA ANDREINA N.A (131434055)
3. ROSA DO R.F.G (131434065)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANJURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA
2015