Download - Etika Akuntansi Internasional
THE ETHICS OF INTERNATIONAL ACCOUNTING
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi
dengan dosen pengampu Agus Widarsono, SE, M.Si, Ak (2646)
Oleh
Audri Utaminingsih (1001833)
Cantika Putri Hadiyanti (1005998)
Elsa Syefira Qhoirunnisa (1003039)
N. Siti Dwi Mawarni (1001495)
Sri Dewi Saraswati (1005479)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah memberikan
rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik. Makalah dengan judul “The Ethics of International Accounting”,
merupakan makalah yang ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Etika Bisnis dan Profesi.
Kami, selaku penyusun makalah, ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pihak-pihak tersebut diantaranya:
1. Bapak Drs. H. Tb. Aman F. Ak., MM., CPA dan Bapak Agus Widarsono,
S.E.,M.Si.Ak, selaku dosen pengampu mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi,
atas kesempatan dan saran yang diberikan untuk penyusunan makalah ini.
2. Keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan baik secara
materil maupun immateril dalam penyusunan makalah ini.
3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Kami
mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
Dengan segala kerendahan hati, kami pun menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangan
yang terdapat pada makalah ini. Saran dan kritik yang membangun akan sangat
membantu kami untuk menyusun makalah dengan lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu
pengetahuan serta memberi pandangan lain mengenai etika akuntansi
internasional bagi pembaca sekalian.
Bandung, Desember 2012
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................1
1.4 Metode Penulisan.......................................................................................................2
1.5 Sistematika Penulisan................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Etika Akuntansi Internasional..................................................................4
2.2 Diversitas dalam Praktik Akuntansi...........................................................................4
2.3 Tanggapan Profesi.....................................................................................................6
2.4 Konvergensi dan Harmonisasi Standar Akuntansi....................................................8
2.5 Neoliberalisme vs Syariah.........................................................................................9
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Ulasan Fakta Penerapan IFRS...................................................................................15
3.2 Analisis Fakta.............................................................................................................16
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................................17
4.2 Saran…......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia ekonomi, perbedaan praktik akuntansi bukanlah menjadi
suatu hal yang aneh. Setiap negara memiliki praktik akuntansi yang berbeda,
sesuai dengan keadaan struktural dan budaya masing-masing negara tersebut.
Perbedaan praktik akuntansi tersebut tentu dapat mengganggu aktivitas
ekonomi perusahaan maupun investor. Apalagi, saat ini, pasar bebas sudah
mulai dijalankan oleh berbagai negara.
Sehingga, diperlukan adanya suatu badan yang dapat mengatur aktivitas
ekonomi, seperti Accounting International Standards Committee (AISC)
dengan membuat suatu aturan atau pedoman praktik akuntansi demi
keberlangsungan aktivitas ekonomi dan setiap negara dapat berperan aktif di
dalamnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, timbullah beberapa pertanyaan yaitu:
1. Apa pengertian etika akuntansi internasional?
2. Bagaimana diversitas dalam praktik akuntansi?
3. Bagaimana peranan Accounting International Standards Committee
(AISC) dalam praktik akuntansi internasional?
4. Bagaimana konvergensi dan harmonisasi standar akuntansi?
5. Bagaimana sistem ekonomi berbasis neoliberal dan syariah?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan:
1. Mengetahui pengertian etika akuntansi internasional.
2. Mengetahui keberagaman praktik akuntansi.
3. Mengetahui peranan Accounting International Standards Committee
(AISC) dalam praktik akuntansi internasional.
1
2
4. Mengetahui konvergensi dan harmonisasi standar akuntansi.
5. Mengetahui perbedaan sistem neoliberal dan syariah.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini
adalah studi literatur yaitu metode dengan cara membaca referensi dari buku
dan browsing di internet.
1.5 Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Etika Akuntansi Internasional
2.2 Diversitas dalam Praktik Akuntansi
2.3 Tanggapan Profesi
2.4 Konvergensi dan Harmonisasi Standar Akuntansi
2.5 Neoliberalisme vs Syariah
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Ulasan Kasus Pelanggaran Kode Etik Akuntan Publik
3.2 Analisis Kasus terhadap Etika Akuntan
BAB IV PENUTUP
3
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Etika Akuntansi Internasional
Kata etika berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ethikos, berarti timbul
dari kebiasaan, maksudnya adalah sesuatu dimana dan bagaimana cabang
utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etika merupakan refleksi kritis dan rasional mengenai (a) nilai dan norma
yang menyangkut bagaimana manusia, sebagai manusia, harus hidup baik,
dan (b) masalah-masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan pada nilai
dan norma-norma moral yang umum diterima.
Sementara itu, Iqbal, Melcher dan Elmallah (1997:18) mendefinisikan
akuntansi internasional sebagai akuntansi untuk transaksi antar negara,
perbandingan prinsip-prinsip akuntansi di negara-negara yang berlainan, dan
harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia. Suatu perusahaan mulai
terlibat dalam akuntansi internasional pada saat perusahaan tersebut
melakukan transaksi ekspor atau impor, kontrak manajemen, pemakaian
lisensi, investasi, dll.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa etika akuntansi internasional
adalah sekumpulan aturan mengenai prinsip-prinsip dan nilai kegiatan
transaksi dalam akuntansi yang berlaku di berbagai negara.
2.2 Diversitas dalam Praktik Akuntansi
Sistem akuntansi yang digunakan di seluruh dunia sangat berbeda. Hal
ini disebabkan oleh beberapa alasan, seperti alasan struktural dan budaya.
Pemindaian cepat dari sebuah sistem akuntansi yang digunakan di negara
yang berbeda akan mengungkapkan bahwa sistem akuntansi mereka berbeda
karena alasan struktural, seperti ketersediaan modal dan struktur kepemilikan
dari perusahaan lokal. Selain itu, karakteristik budaya juga mempengaruhi
4
5
sifat sistem akuntansi. Hal ini dijelaskan oleh Gray, oleh faktor budaya, kita
bermaksud memahami sejauh mana suatu masyarakat tertentu mungkin lebih
atau kurang konservatif secara alami atau lebih atau kurang transparan,
misalnya (Gray 1988).
Oleh karena itu, keberadaan suatu badan yang berkembang dengan baik
dari penelitian telah menetapkan, mengeksplorasi, dan mengklasifikasikan
sistem akuntansi internasional yang berbeda. Selain itu, dari penelitian yang
sering digunakan untuk mengevaluasi baik kesulitan maupun prospek
harmonisasi ini, ada pelajaran etika penting di sini yang sering terlewat,
pelajaran yang memberikan titik awal untuk memahami beberapa isu-isu etis
yang lebih luas seputar akuntansi internasional.
Sistem akuntansi berbeda di seluruh dunia. Daerah-daerah di mana
mereka berbeda cukup penting untuk memahami kinerja keuangan
perusahaan. Beberapa bidang utama perbedaan dalam sifat penilaian opini
audit, metode dan tingkat konservatisme.
Keanekaragaman dalam praktek akuntansi menyebabkan masalah besar
bagi investor dan perusahaan itu sendiri. Terlepas dari banyak kekurangan
dalam pelaporan keuangan, dan saluran yang berbeda di mana investor dapat
memperoleh informasi tentang perusahaan, penelitian tetap menunjukkan
bahwa rekening yang diaudit tetap menjadi sumber informasi yang sangat
penting bagi investor di berbagai negara (Chang et al 1983.). Namun,
penelitian juga menunjukkan bahwa karakteristik budaya, kelembagaan, dan
karakteristik ekonomi yang berbeda di negara yang berbeda juga
menghasilkan perbedaan yang signifikan pada banyak rasio yang dipantau
oleh para analis dan investor secara rutin ketika akan menilai posisi keuangan
perusahaan (Choi et al. 1983).
Sementara itu, keragaman akuntansi juga menyebabkan masalah bagi
perusahaan (Choi dan Levich 1991), seperti:
1. Menciptakan masalah operasional pada pasar modal maupun penanaman
modal. Sebagai contoh, seseorang memiliki implikasi besar untuk
menentukan kelayakan kredit perusahaan asing. Jika ia tidak dapat
6
menentukan apakah sebuah perusahaan asing akan dapat membayar utang-
utangnya, maka ia mungkin tidak akan melakukan ekspor pada perusahaan
tersebut.
2. Perjanjian licensing dan franchising. Perbedaan dalam praktik akuntansi
membuat perusahaan sulit untuk menentukan keandalan dan kemampuan
pemegang lisensi yang potensial dan merumitkan sistem informasi
manajemen yang diperlukan untuk memantau kinerja kontrak.
3. Foreign Direct Investment (FDI). Perbedaan dalam praktik akuntansi
menimbulkan kesulitan dalam menilai posisi keuangan target
pengambilalihan yang potensial dan kesulitan dalam menafsirkan laporan
keuangan pesaing asing.
2.3 Tanggapan Profesi
Dalam menanggapi masalah-masalah yang telah diulas di atas,
International Accounting Standards Committee (AISC) didirikan pada tahun
1973 (sekarang disebut International Accounting Standards Board). Badan
yang bergerak dalam sektor swasta ini, yang berbasis di London, mencoba
untuk memfasilitasi konsultasi internasional tentang perbedaan akuntansi
dengan maksud untuk mempromosikan konvergensi standar nasional. IASC
menyatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk merumuskan dan
mempublikasikan dalam standar akuntansi kepentingan publik diamati dalam
penyajian laporan keuangan dan untuk mempromosikan seluruh dunia
mengenai penerimaan dan ketaatan mereka serta memfasilitasi konsultasi
internasional perihal perbedaan-perbedaan pada akuntansi dengan maksud
untuk memajukan penyatuan standar internasional.
Dalam rangka mencapai tujuan ini, IASB bertujuan untuk satu set
standar akuntansi yang berkualitas tinggi yang digunakan di seluruh pasar
modal dunia. International Financial Reporting Standards (IFRS) sekarang
membentuk dasar akuntansi di lebih dari seratus negara. Pada tahun 2005,
negara-negara Uni Eropa mulai menggunakan IFRS, dan Asia, penggunaan
IFRS sedang berkembang. Cina baru saja mengadopsi satu set standar baru
7
berdasarkan SAK, perdana menteri India baru-baru ini menyerukan
penerapan IFRS, dan Korea sedang mempertimbangkan adopsi mereka pada
akhir dekade ini. Canada’s Accounting Standards Board baru-baru ini
mengumumkan akan membuang standar nasional dalam rangka untuk
mengadopsi IFRS. Sebuah proyek konvergensi dengan AS sedang
berlangsung, melihat pergerakan menuju konvergensi dengan standar
akuntansi internasional, dengan kemungkinan bahwa pernyataan IFRS dapat
digunakan di Amerika Serikat pada tahun 2009.
Namun, terlepas dari efeknya mengurangi tekanan pada profesi
akuntansi alternatif untuk swa-regulasi dan pertanyaan mengenai penyebaran
gaya barat pada standar akuntansi internasional hanya memperluas pasar dari
perusahaan-perusahaan barat yang besar, IASC menyatakan bahwa
konvergensi standar akuntansi internasional memiliki manfaat baik bagi
investor maupun perusahaan di beberapa negara.
Karena harmonisasi akuntansi memungkinkan terjadinya perbandingan
yang akan dibuat antara perusahaan, memungkinkan investor untuk memiliki
saham di perusahaan di berbagai negara, sehingga secara signifikan
memperluas jangkauan peluang investasi. Kegiatan ini tentu dapat
mengurangi biaya bagi perusahaan, meningkatkan kolam peluang investasi
modal yang potensial, dan adanya kemudahan yang dapat mereka eksploitasi.
Namun, hal ini diklaim bahwa harmonisasi juga menguntungkan negara
karena menghasilkan serangkaian standar akuntansi yang diakui secara
internasional, karena akan ada persyaratan untuk lembaga nasional yang
menetapkan standar, standar ini akan tersedia dengan beban minimum.
2.4 Konvergensi dan Harmonisasi Standar Akuntansi
Hampir sebagian besar negara di dunia saat ini menerapkan konsep
standar akuntansi mereka untuk beralih kepada standar akuntansi keuangan
internasional. Hal ini diakibatkan oleh perkembangan ekonomi dunia yang
tampak dari perdagangan bebas antar negara dan munculnya perusahaan-
8
perusahaan multinasional sehingga berpengaruh pada kebutuhan akan
harmonisasi atas suatu standar yang berlaku di seluruh dunia.
Harmonisasi menyatakan proses dalam peningkatan kompatibilitas atau
kesesuaian praktik akuntansi terhadap penentuan batasan-batasan besar
praktik-praktik yang beragam. Standar harmonisasi ini terlepas dari konflik
logika dan dapat meningkatkan daya banding informasi keuangan yang
bersumber dari berbagai negara di dunia. Secara singkat, harmonisasi standar
akuntansi dapat diartikan bahwa suatu perusahaan tidak akan mengikuti
secara penuh standar yang ditetapkan oleh internasional, namun hanya akan
menyesuaikan terhadap standar tersebut tanpa adanya pertentangan peraturan.
Akhir-akhir ini, sejumlah perusahaan yang memperoleh tambahan dana dari
luar negaranya dan para investor yang berusaha untuk melakukan
diversifikasi investasi secara internasional menghadapi beberapa kendala
yakni perbedaan nasional dalam hal akuntansi, pengungkapan, dan audit.
Harmonisasi akuntansi mencakup:
1. Standar akuntansi yang berkaitan dengan pengukuran dan
pengungkapannya;
2. Pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan publik yang
berhubungan dengan adanya surat berharga dan pencatatan terhadap bursa
efek;
3. Standar audit.
Sedangkan, konvergensi dalam standar akuntansi dan dalam konteks
standar internasional berarti nantinya ditujukan hanya akan ada satu standar.
Satu standar itulah yang kemudian berlaku menggantikan standar yang
tadinya dibuat dan dipakai oleh negara itu sendiri. Sebelum ada konvergensi
standar biasanya terdapat perbedaan antara standar yang dibuat dan dipakai di
negara tersebut dengan standar internasional. Konvergensi standar akan
menghapus perbedaan tersebut perlahan-lahan dan bertahap sehingga
nantinya tidak akan ada lagi perbedaan antara standar negara tersebut dengan
standar yang berlaku secara internasional.
9
2.5 Neoliberalisme vs Syariah
2.5.1 Neoliberalisme
Neoliberalisme yang juga dikenal sebagai paham ekonomi
neoliberal mengacu pada filosofi ekonomi-politik akhir-abad
keduapuluhan, sebenarnya merupakan redefinisi dan kelanjutan dari
liberalisme klasik yang dipengaruhi oleh teori perekonomian
neoklasik yang mengurangi atau menolak penghambatan oleh
pemerintah dalam ekonomi domestik karena akan mengarah pada
penciptaan distorsi dan High Cost Economy yang kemudian akan
berujung pada tindakan koruptif. Paham ini memfokuskan pada pasar
bebas dan perdagangan bebas merobohkan hambatan untuk
perdagangan internasional dan investasi agar semua negara bisa
mendapatkan keuntungan dari meningkatkan standar hidup masyarakat
atau rakyat sebuah negara dan modernisasi melalui
peningkatan efisiensi perdagangan dan mengalirnya investasi.
Neoliberalisme bertujuan mengembalikan kepercayaan pada
kekuasaan pasar, dengan pembenaran mengacu pada kebebasan.
Seperti pada contoh kasus upah pekerja, dalam pemahaman
neoliberalisme, pemerintah tidak berhak ikut campur dalam penentuan
gaji pekerja atau dalam masalah-masalah tenaga kerja sepenuhnya ini
urusan antara si pengusaha pemilik modal dan si pekerja. Pendorong
utama kembalinya kekuatan kekuasaan pasar
adalah privatisasi aktivitas-aktivitas ekonomi, terlebih pada usaha-usaha
industri yang dimiliki-dikelola pemerintah.
Tapi privatisasi ini tidak terjadi pada negara-negara kapitalis
besar, justru terjadi pada negara-negara Amerika Selatan dan negara-
negara miskin berkembang lainnya. Privatisasi ini telah mengalahkan
proses panjang nasionalisasi yang menjadi kunci negara berbasis
kesejahteraan. Nasionalisasi yang menghambat aktivitas pengusaha
harus dihapuskan.
10
Revolusi neoliberalisme ini bermakna bergantinya sebuah
manajemen ekonomi yang berbasiskan persediaan menjadi berbasis
permintaan. Sehingga menurut kaum neoliberal, sebuah perekonomian
dengan inflasi rendah dan pengangguran tinggi, tetap lebih baik
dibanding inflasi tinggi dengan pengangguran rendah. Tugas
pemerintah hanya menciptakan lingkungan sehingga modal dapat
bergerak bebas dengan baik.
Dalam titik ini pemerintah menjalankan kebijakan-kebijakan
memotong pengeluaran, memotong biaya-biaya publik seperti subsidi,
sehingga fasilitas-fasilitas untuk kesejahteraan publik harus dikurangi.
Akhirnya logika pasarlah yang berjaya diatas kehidupan publik.
Ini menjadi pondasi dasar neoliberalisme, menundukan kehidupan
publik ke dalam logika pasar. Semua pelayanan publik yang
diselenggarakan negara harusnya menggunakan prinsip untung-rugi
bagi penyelenggara bisnis publik tersebut, dalam hal ini untung rugi
ekonomi bagi pemerintah. Pelayanan publik semata, seperti subsidi,
dianggap akan menjadi pemborosan dan inefisiensi. Neoliberalisme
tidak mengistimewakan kualitas kesejahteraan umum.
Tidak ada wilayah kehidupan yang tidak bisa dijadikan komoditi
barang jualan. Semangat neoliberalisme adalah melihat seluruh
kehidupan sebagai sumber laba korporasi. Misalnya dengan sektor
sumber daya air, program liberalisasi sektor sumber daya air yang
implementasinya dikaitkan oleh Bank Dunia dengan
skema watsal atau water resources sector adjustment loan. Air dinilai
sebagai barang ekonomis yang pengelolaannya pun harus dilakukan
sebagaimana layaknya mengelola barang ekonomis. Dimensi sosial
dalam sumber daya public goods direduksi hanya sebatas sebagai
komoditas ekonomi semata. Hak penguasaan atau konsesi atas sumber
daya air ini dapat dipindah tangankan dari pemilik satu ke pemilik
lainnya, dari satu korporasi ke korporasi lainnya, melalui mekanisme
transaksi jual beli. Selanjutnya, sistem pengaturan beserta hak
11
pengaturan penguasaan sumber air ini lambat laun akan dialihkan ke
suatu badan berbentuk korporasi bisnis atau konsursium korporasi
bisnis yang dimiliki oleh pemerintah atau perusahaan swasta nasional
atau perusahaan swasta atau bahkan perusahaan
multinasional dan perusahaan transnasional.
Satu kelebihan neoliberalisme adalah menawarkan pemikiran
politik yang sederhana, menawarkan penyederhanaan politik sehingga
pada titik tertentu politik tidak lagi mempunyai makna selain apa yang
ditentukan oleh pasar dan pengusaha. Dalam pemikiran neoliberalisme,
politik adalah keputusan-keputusan yang menawarkan nilai-nilai,
sedangkan secara bersamaan neoliberalisme menganggap hanya satu
cara rasional untuk mengukur nilai, yaitu pasar. Semua pemikiran diluar
rel pasar dianggap salah.
Kapitalisme neoliberal menganggap wilayah politik adalah tempat
dimana pasar berkuasa, ditambah dengan konsep globalisasi dengan
perdagangan bebas sebagai cara untuk perluasan pasar melalui WTO,
akhirnya kerap dianggap sebagai neoimperialisme.
Munculnya Neoliberalisme:
1. Munculnya neoliberalisme yang meninggalkan petaka dan ratapan
bagi dunia tidak bias dipisahkan dari munculnya Multi Nasional
Corporation (MNC).
2. Selain MNC, organisasi-organisasi internasional yang memantau
dan mengontrol pasar bebas merupakan faktor lain yang juga turut
mengondisikan munculnya neoliberalisme. Kehadiran organisasi-
organisasi tersebut hanya untuk menjamin bahwa negara-negara di
seantero dunia mematuhi atau mentaati prinsip-prinsip pasar bebas.
3. Selain kedua faktor diatas, revolusi di bidang teknologi informasi
dan transportasi merupakan hal lain yang juga sangat berperan bagi
munculnya neoliberalisme di seantero dunia. Kemajuan teknologi
informasi dan transportasi telah mengubah sistem perhitungan
12
untung dan rugi dari bulanan menjadi harian bahkan keuntungan
per jam.
Dampak neoliberalisme:
1. Semua layanan publik menjadi mahal (tingginya ongkos kesehatan
dan pendidikan);
2. Membesarnya kekayaan berbagai sektor usaha global;
3. Kesenjangan yang makin melebar (kaya-miskin), dimana pekerja
tidak mendapat perlindungan dari negara;
4. Konflik meluas bukan hanya pada kaya-miskin melainkan antar
kelompok miskin;
5. Munculnya gagasan Corporate Sosial Responsibility (CSR).
Perlawanan terhadap isu neoliberalisme:
1. Melakukan pendidikan kritis dan kampanye tentang ekonomi pasar
dan peta kekuatan modal,
2. Mendorong lahirnya organisasi sosial yang berbasis sosial plural,
3. Menuntut kembalinya fungsi negara sebagai penyedia layanan
publik yang murah sekaligus bermutu,
4. Membuat media pencerahan sebagai lawan dari wacana dominan
neoliberal,
5. Mendorong aksi-aksi massa yang memanfaatkan sentimen keadilan
dan ekonomi rakyat,
6. Memanfaatkan kekuatan sosial untuk mendorong tuntutan
progresif, dan
7. Menciptakan basis logistik yang mandiri.
2.5.2 Teori Akuntansi Syariah
Islam telah memiliki prinsip-prinsip etika dan perilaku secara
abadi, dan dengan demikian pendekatan yang tak mengindahkan
prinsip-prinsip tersebut tak akan bisa mewujudkan suatu
masyarakat Islam. Poin pertama tersebut khususnya benar jika dilihat
bukti bahwa sekularitas dipisahkan dari hal-hal keimanan dalam
13
kehidupan barat, yang dampaknya juga kembali mengenai lingkungan
Islam. Prinsip dan kebiasaan-kebiasaan akunting konvesional yang
berasal dari pendekatan empiris-deduktif tampak bertentangan dengan
prinsip-prinsip Islam (Gambling & Karim, 1991; Khan, 1994a; Adnan
& Gaffikin, 1998). Meski begitu, dengan kecenderungan tetap
dipraktekkan dan dapat diterima secara umum sekarang, mengakibatkan
adanya salah analis sehingga konsep akuntansi konvensional dipandang
cocok untuk Islam. Halsama dapat terjadi jika teori akuntansi Islam
dikembangkan melalui pendekatan empiris-deduktif.
Dari perspektif Islam, salah satu penggunaan yang mungkin untuk
pendekatan positif ialah dalam menentukan konsesus dan kesepakatan
atas berbagai tafsir prinsip-prinsip syariah. Dalam Islam, di
mana prinsip tak dinyatakan secara eksplisit dalam Al-Qur’an dan
Sunnah dan lebih didasarkan pada penafsiran, berbagai aturan untuk
suatu isu bisa sampai ke tujuannya secara bersamaan. Oleh karenanya,
Muslim biasanya akan mengambil opini mayoritas orang
yang berpengetahuan untuk itu (Jumhur) sebagai yang paling otentik.
Dengan begitu, riset positif yang bertujuan menemukan persepsi kaum
ulama, sarjana dan mereka yang berilmu lainnya (termasuk para
akuntan) akan sangat berguna dalam membentuk opini mayoritas untuk
suatu isu.
Dalam pendekatan deduktif, prinsip-prinsip teoritis akuntansi
secara logis diperoleh lewat deduksi berbagai asumsi dari aksioma atau
prinsip-prinsip awalnya (Whittington, 1986). Pendekatan “true income”
dalam teori akunting merupakan bentuk paling awal pendekatan
deduktif. Pendekatan ini berusaha menyelaraskan antara laba akuntansi
dengan laba ekonomi yang menjadi pegangan para ekonom, dan dengan
begitu sangat bergantung pada teori ekonomi.
Namun, Gambling dan Karim (1991) berargumentasi bahwa
konsep income ekonomi tak bisa diterima dalam perspektif Islam
karena hal-hal yang tak bisa diterima itu begitu fundamental bagi
14
teori deduktif barat. Misalnya, model tingkat ekonomi pengembalian
modal (economic rate of return on capital) yang membentuk basis bagi
kalkulasi pendapatan di muka dengan asumsi bahwa uang punya nilai
waktu, yang dinyatakan Gambling dan Karim sebagai hal yang tak ada
dalam Islam. Atas dasar ini, bagian dari teori akunting deduktif
yang berlandasan teori ekonomi konvensional tampak bukan sebagai
model yang cocok untuk menciptakan teori akuntansi Islam. Gambling
dan Karim (1991) menyarankan pendekatan normatif deduktif dalam
penetapan standar-standar akunting karena muslim harus mematuhi
syariah baik dalam aspek sosial maupun kehidupan ekonomi mereka.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Ulasan Fakta
Fakta ini diambil dari sebuah skripsi yang bertujuan untuk mengetahui
secara real bagaimana praktik penyajian laporan keuangan sesuai IFRS pada
PT. Garuda Airlines Indonesia (GA). PT. Garuda Airlines Indonesia (GA)
adalah sebuah BUMN yang beroperasi di bidang jasa penerbangan dan
merupakan maskapai penerbangan terbesar di Indonesia.
Alasan pemilihan PT. Garuda Airlines Indonesia sebagai setting
penelitian adalah karena GA telah mengaplikasikan IFRS pada laporan
keuangannya. Selain itu, GA merupakan perusahaan penerbangan nasional
yang berstandar internasional dan sangat berpengaruh di Indonesia mengingat
service yang memuaskan dan pemberian rasa aman selama terbang, sehingga
keeksistensian GA tidak diragukan lagi. Alasan terakhir adalah karena GA
merupakan perusahaan yang dianggap matang dan dijadikan percontohan
oleh perusahaan penerbangan lain dalam mengelola keuangan dan laporan
keuangan yang berstandar Internasional yang dapat dijadikan sebagai
keunggulan kompetitif perusahaan ini.
Kenyataan bahwa GA bukan merupakan perusahaan publik, alasan GA
melakukan adopsi IFRS pada laporan keuangan perlu dipertanyakan. Apakah
paksaan dari pemerintah atau keinginan GA sendiri. Dari hasil wawancara
yang dilakukan oleh penyusun skripsi dengan beberapa orang di bagian
keuangan baik di GA Semarang maupun GA Jakarta, diperoleh jawaban
bahwa adopsi IFRS pada GA merupakan keinginan GA sendiri. Jadi
pengadopsian IFRS pada GA merupakan inisiatif dari perusahaan dan bukan
merupakan paksaan dari pemerintah. Dengan adanya keputusan pemerintah
tentang kewajiban melakukan adopsi IFRS, pihak GA merasa terbantu
sehingga nantinya adopsi IFRS di Indonesia tidak terlalu sulit karena
pemerintah Indonesia sendiri mendukung tindakan tersebut. pihak GA merasa
perlu menjadikan IFRS sebagai pedoman dalam membuat laporan keuangan
15
16
karena pada IFRS terdapat chapter yang mengatur tentang perlakuan
akuntansi untuk jasa penerbangan. Dengan adanya chapter tersebut, GA
merasa lebih mudah dalam membuat laporan keuangan karena ada pedoman
yang jelas. GA mengadopsi IFRS bukan karena paksaan pemerintah maupun
aturan yang berlaku tetapi karena GA merasa bahwa adopsi IFRS merupakan
sebuah kebutuhan sehingga dengan inisiatif pribadi dari manajemen
perusahaan, GA mengadopsi IFRS pada laporan keuangannya.
Sedangkan hambatan yang dihadapi GA dalam melakukan adopsi IFRS
adalah kesiapan SDM, kesiapan sistem akuntansi, dan hambatan dalam
pembiayaan. Untuk mengatasi hal tersebut, GA mempunyai solusi dengan
mempersiapkan SDM dengan IFRS capability, melakukan pengembangan
software akuntansi, dan mempersiapkan biaya tambahan untuk proses adopsi.
3.2 Analisis Fakta
Dari kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa PT. Garuda Airlines
Indonesia (GA) memiliki inisiatif dalam mengubah sistem akuntansi
berstandar internasional atau lebih dikenal dengan IFRS. Hal ini dikarenakan
pangsa pasar GA sudah merambah pada dunia internasional, sehingga mereka
pun memiliki tanggung jawab dalam pelaporan keuangan dengan standar
internasional pula. Dengan demikian, laporan keuangan dan kinerja GA dapat
diakui secara internasional.
Menurut Ketua Tim Implementasi IFRS – Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), Dudi M. Kurniawan, manfaat lain mengadopsi IFRS adalah:
1. Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK);
2. Mengurangi biaya SAK;
3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan;
4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan;
5. Meningkatkan transparansi keuangan;
6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana
melalui pasar modal;
7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Praktik akuntansi pada setiap negara berbeda-beda sesuai dengan
keadaan struktural dan budaya negara tersebut. Perbedaan tersebut
mengakibatkan adanya ketidaksesuaian antara pemilik dan pengguna laporan
keuangan dalam hal informasi keuangan, sehingga penerapan standar
akuntansi secara umum sangat dibutuhkan.
IFRS menjadi salah satu alternatif dalam menyelesaikan perbedaan
tersebut. IFRS dianggap mampu menyajikan laporan keuangan secara jelas,
lengkap, dan transparan. IFRS dijadikan tolak ukur dalam penyusunan
laporan keuangan dan dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan
secara internasional dikarenakan IFRS telah dijadikan suatu standar akuntansi
yang diakui secara internasional.
4.2 Saran
1. Accounting International Standards Committee (AISC) dapat memonitor
pelaksanaan standar akuntansi di internasional dengan baik;
2. Accounting International Standards Committee (AISC) secara aktif
mensosialisasikan standar-standar akuntansi yang berlaku di internasional
agar menarik negara-negara yang belum menggunakan IFRS untuk segera
menggunakannya;
3. Pemerintah dapat berperan aktif dalam usaha mengendalikan aktivitas
ekonomi dalam rangka tercapainya kesejahteraan masyarakat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ahra, Kim. (2011). Rangkuman Accounting and Business Ethics; Ken Mc. Phail
dan Diane Walter-5 [Online]. Tersedia:
http://theearthdew.wordpress.com/2011/06/08/rangkuman-accounting-and-
business-ethics-ken-mcphail-dan-diane-walters-5-2/ [10 Desember 2012]
Hilda, Riris. (2012). Kasus IFRS [Online]. Tersedia:
http://ririzblushon.blogspot.com/2012/04/kasus-ifrs.html [8 Desember
2012]
Ken Mc. Phail and Diane Walters.2009.Accounting and Business
Ethics.Routledge Publishing.
Nisa, Faqi. (2011). Akuntansi Internasional [Online]. Tersedia:
http://faqiniez.wordpress.com/2011/02/28/akuntansi-internasional/ [7
Desember 2012]
Romauli, Feronica. (2011). Contoh Kasus: Penerapan IFRS di Indonesia
[Online]. Tersedia: http://romauliferonica.blogspot.com/2011/03/contoh-
kasus-penerapan-ifrs-di.html [8 Desember 2012]
iii