Download - etika moral dan akhlak.doc
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika, Moral, dan Akhlak
1. Pengertian Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani,
ethos, yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa
Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang azas-azas akhlak (moral).
Dari pengertian ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan
tingkah laku manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan
ungkapan yang berbeda-beda sesuai sudut pandangnya. Etika adalah ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya
diperbuat.
Berikutnya, dalam ensiklopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat
moral, yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai
baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.
Dari definisi etika tersebut di atas, dapat segera diketahui bahwa etika
berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek
pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh
manusia. Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etikabersumber pada akal fikiran
atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolut,
dan tidak pula universal. Etika bersifat terbatas, dapat berubah, memiliki
kekurangan, kelebihan, dan sebagainya. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika
berfungsi sebagai penilai, penentu, dan penetap terhadap suatu perbuatan yang
dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk,
mulia, terhormat, hina, dan sebagainya. Dengan demikian, etika lebih berperan
sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia.
Etika lebih mengacu pada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Keempat, dilihat
1
dari segi sifatnya, etika bersifat relatif, yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan
tuntutan zaman.
Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Etika sifatnya humanistis dan
antroposentris, yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan pada
manusia. Dengan kata lain, etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang
dihasilkan oleh akal manusia.
2. Pengertian Moral
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores, yang
berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa
moral adalah penentuan baik dan buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat, atau perbuatan
yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk. Berdasarkan
kutipan tersebut, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan
untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan)
baik atau buruk, serta benar atau salah.
Jika pengertian etika dan moral dihubungkan satu dengan lainnya, dapat
dikatakan bahwa antara etika dan moral memiliki objek yang sama, yaitu sama-
sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya
apakah baik atau buruk. Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan
moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk
menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur
akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah
norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat.
Dengan demikian moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang
dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan,
bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau sistem hidup yang
2
dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut
diyakini oleh masyarakat sebagai sesuatu yang akan memberikan harapan
munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah
daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri.
3. Pengertian Akhlak
Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa
Arab (jama’) dari bentuk mufradnya (Khuluqun) yang menurut logat diartikan
sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut
mengandung segi-segi penyesuain dengan perkataan “khalkun” yang berarti
kejadian, sertaerat hubungan “Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang
berarti yang diciptakan.
Baik kata akhlaq atau khuluq, kedua-duanya dapat dijumpai di dalam al
Qur'an, yaitu sebagai berikut:
Artinya : “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti
yang Agung.” (Q.S. Al-Qalam, 68:4)
Menurut pendekatan secara terminologi, akhlak memiliki definisi sebagai
berikut:
a. Imam Ibnul Mubarak mendefinisikan, “Akhlak yang mulia adalah berwajah
ceria, memberikan kebaikan dan menahan diri dari gangguan” (Kitab Jami'ul
Ulum wal Hikam1/457)
b. Imam Ahmad bin Hambal mengatakan, "Akhlak mulia itu dengan bersabar
atas gangguan manusia, tidak marah dan tidak berlaku kasar kepada mereka"
(Kitab Adab Syar'iyah 2/191)
c. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Asas akhlak mulia terhadap sesama
manusia adalah engkau menyambung persahabatan terhadap orang yang
memutusmu dengan memberisalam, memuliakan, mendoakan kebaikannya,
memuji dan mengunjunginya” (Kitab Majmu'Fatawa10/658)
3
d. Syaikh Abdurrahman As Sa'di berkata, "Akhlak yang mulia asasnya adalah
sabar dan lembut, sehingga menghasilkan sifat pemaaf, berlapang dada,
bermanfaat bagi manusia, sabar atas gangguan serta membalas kejelekan
dengan kebaikan" (Kitab Ar Riyadhun Nadhirah hal.68)
Definisi-definisi akhlak tersebut secara subtansial tampak saling
melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam
perbuatan akhlak. Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah
tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan
tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang
bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Ketiga,
bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang
bersangkutan. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak
yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena
Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu
pujian.
Jadi, akhlak islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong,
membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dari jiwa dan
mental, serta tujuan berakhlak yang baik untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia
dan akhirat.
Dengan demikian akhlak Islami itu jauh lebih sempurna dibandingkan
dengan akhlak lainnya. Jika akhlak lainnya hanya berbicara tentang hubungan
dengan manusia, maka akhlak Islami berbicara pula tentang cara berhubungan
dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara dan lain sebagainya. Dengan cara
demikian, masing masing makhluk merasakan fungsi dan eksistensinya di dunia
ini.
4
Persoalan "akhlak" di dalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat dalam
al-Hadits. Dijelaskan tentang batasan-batasan dalam tindakan sehari-hari bagi
manusia dan ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi informasi
kepada umat, apa yang mestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak,
sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela,
benar atau salah.
Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam adalah merupakan sistem moral
atau akhlak yang berdasarkan Islam, yakni bertititk tolak dari aqidah yang
diwahyukan Allah kepada Nabi atau Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan
kepada umatnya.
Akhlak Islam, karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepada
kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dari pada
agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar atau sumber pokok daripada akhlak
adalah al-Qur'an dan al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama itu
sendiri.
Pribadi Nabi Muhammad adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan
teladan dalam membentuk kepribadian. Begitu juga sahabat-sahabat Beliau yang
selalu berpedoman kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam kesehariannya.
Beliau bersabda :
Artinya : “Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Nabi saw bersabda,"telah ku
tinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang
kepada keduanya ,maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan sunnah
Rasulnya.”
Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa segala perbuatan atau
tindakan manusia apapun bentuknya pada hakekatnya adalah bermaksud
mencapai kebahagiaan, sedangkan untuk mencapai kebahagiaan menurut sistem
moral atau akhlak yang agamis (Islam) dapat dicapai dengan jalan menuruti
perintah Allah yakni dengan menjauhi segala larangan-Nya dan mengerjakan
5
segala perintah-Nya, sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi
setiap muslim yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah serta ijma shalafus sholeh.
B. Fungsi Etika, Moral, dan Akhlak dalam Kehidupan
1. Fungsi Etika
Etika memberikan kepada kita apa yang diberikan oleh setiap ilmu
pengetahuan, etika juga memenuhi keinginan manusia. Memang sesungguhnya
manusia merupakan makhluk yang paling menarik, bagi manusia tidaklah
mengherankan bahwa hasrat adalah pengetahuan terarah pada manusia sebagai
makhluk susila.
Melalui sejarah etika, kita belajar mengenal pendapat-pendapat kesusilaan
yang berpengaruh pada suatu masa tertentu, dampak yang dialaminya dan pada
gilirannya nanti dampak-dampak yang diakibatkannya. Manusia memberikan
tanggapan atas perilakunya sebagai perilaku yang baik atau yang buruk, kemudian
sekali lagi merenungkannya.
Dalam kebanyakan peristiwa manusia melakukan perbuatan secara serta
merta tanpa merenungkan perilakunya dan ukuran kesusilaan. Jadi, etika bukan
hanya merupakan kesibukan yang sedikit banyak bersifat teoritik, melainkan juga
merupakan yang bersifat amat praktik
Seperti kita ketahui etika sangat penting dalam kehidupan saat ini, apalagi
seperti sekarang ini etika agak sedikit ditinggalkan, seperti sifat individualistiknya
sangat ditonjolkan apalagi didaerah perkotaan.
Mengingat saat ini generasi penerus bangsa Indonesia sudah mulai luntur
nilai-nilai moral dan norma dalam kehidupan sehari-hari, misalnya banyak berita-
berita dimedia massa baik elektronik maupun surat kabar mengenai tawuran antar
pelajar, anak membunuh orang tua dan berita-berita kekerasan atau kriminal
lainnya yang kebanyakan pelakunya adalah remaja. Kita sangat menyayangkan
betapa tidak sesuai kemajuan teknologi dibandingkan dengan kepribadian atau
etika yang mereka miliki bertambah merosot. Memang masa remaja merupakan
masa pancaroba dan jiwa dimana pada saat itu mereka mencari jati dirinya dan
6
emosinya sedang labil sehingga rawan dengan datangnya pengaruh dari luar baik
yang buruk atau yang baik. Apabila mereka tidak menyaringnya maka rusaklah
kepribadian mereka, oleh karena itu sangat penting peranan orang tua, guru,
masyarakat dalam membentuk kepribadian.
Kita ambil bahan perbandingan remaja dahulu dimana nilai etika mereka
junjung tinggi , mereka selalu menurut walaupun bertentengan dengan hati nurani.
Itu membuktikan bahwa dizaman dahulu didikan orang tua dalam menanamkan
etika terhadap anaknya sangat ditekankan. Apalagi dizaman ini kita harus bisa
menempatkan dan menggunakan etika dimanapun kita berada, karena dengan
beretika yang baik pandangan orang kepada kita akan baik pula.
2. Fungsi Moral
Kehidupan moral tidak bisa dipisahkan dari keyakinan beragama. Karena
nilai-nilai moral yang tegas, pasti dan tetap, tidak berubah, karena keadaan
tempat, dan waktu adalah nilai-nilai yang bersumber kepada agama.karena itu
dalam pembinaan generasi muda,perlulah kehidipan moral dan agama itu sejalan
dan mendapat perhatian serius.”
Dengan demikian adalah merupakan keharusan bahwa pembinaan moral
harus dimulai dengan pendidikan agama, keutamaan moral / akhlak merupakan
salah satu hasil keimanan yang mendalam dan perkembangan keagamaan dan
menkristal.
Pendidikan moral dimulai sejak anak masih kecil hingga mencapai
kedewasaan. Anak yang kurang baik moralnya, sebenarnya bukan merupakan
dasar pembawaan,karena pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Namun akibat pengaruh lingkungan yang kurang baik, juga kurangnya motivasi
yang baik dari pendidik dan tidak berkesinambungan, maka anak itu tidak bisa
atau kurang mengerti bagaimana menjadi anak yang baik sehingga ia mencari
alternatif lain yang dapat menjadi perhatian bagi lingkungannya.
Oleh karena itu bagi seorang pendidik, dalam melaksanakan transfer nilai-
nilai moral setidaknya terdapat tujuan untuk membimbing dan mendorong anak
untuk bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai moral dengan metode tertentu,
7
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi agar anak dapat menemukan
kediriannya sehingga dapat merealisasikannya di tengah masyarakat.
Kontradiksi dan disintegrasi antara pendidikan nilai moral di ruang
sekolah dan keadaan dalam masyarakat muncul karena beberapa alasan. Pertama,
penanaman nilai moral dalam dunia pendidikan formal umumnya masih berupa
seperangkat teori mentah, terlepas dari realitas hidup masyarakat. Kurang digali
akar terjadinya diskoneksitas antara penanaman nilai moral dan praksis hidup
moral dalam masyarakat.
Kedua, sebagai lembaga formal yang menyiapkan peserta didik untuk
bertindak dan mentransformasi diri sesuai nilai-nilai moral, ternyata sekolah
belum memiliki jaringan kerja sama yang erat dengan keluarga asal peserta didik,
lembaga pemerintah, nonpemerintah, dan seluruh masyarakat.
Ketiga, adanya kesenjangan pandangan hidup antara mereka yang
menjunjung tinggi dan melecehkan pesan moral dalam hidup sosial sehari-hari.
Masih tumbuh subur kelompok sosial yang menghalalkan dan merestui segala
cara dan jalan mencapai sasaran yang digariskan.
Setelah tampil sebagai sistem pendidikan terbaik se-Inggris tahun 2002,
Burnmouth kembali menggarisbawahi pentingnya jaringan kerja sama antarunsur
dunia pendidikan formal, nonformal, dan informal. Program dalam dunia
pendidikan formal akan "berhasil" jika didukung unsur-unsur sosial dalam
masyarakat. Tanpa kerja sama dan dukungan antaranasir sosial terkait, sosialisasi
nilai-nilai moral sering mendapat kendala. Lembaga apa pun di masyarakat, entah
milik pemerintah atau nonpemerintah, perlu mendukung perwujudan nilai-nilai
moral yang disemai melalui dunia pendidikan formal. Perilaku yang korup, tak
bertanggung jawab, dan manipulatif dengan sendirinya mengkhianati kaidah
moral yang ingin diperkenalkan dunia pendidikan formal.
Nilai-nilai moral yang perlu disosialisasikan dan diterapkan di masyarakat
kita dewasa ini umumnya mencakup :
a. Kebebasan dan otoritas
Kebebasan memiliki makna majemuk dalam proses pendidikan formal,
nonformal, dan informal. Selama hayat dikandung badan, tak seorang pun
8
memiliki kebebasan mutlak. Manusia perlu berani untuk hidup dan tampil berbeda
dari yang lain tanpa melupakan prinsip hidup dalam kebersamaan. Kebebasan
manusia pada hakikatnya bukan kebebasan liar, tetapi kebebasan terkontrol.
Kebebasan tanpa tanggung jawab mengundang pemegang roda pemerintahan
dalam republik ini untuk menyelewengkan kuasa mereka demi kepentingan
terselubung mereka. Kekuasaan yang seharusnya diterapkan adalah kekuasaan
nutritif yang menyejahterakan hidup rakyat banyak.
b. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan salah satu masalah akbar dalam proses
membangun negara ini. Kedisiplinan rendah! Sampah bertebaran, para pemegang
kuasa menunjukkan posisi mereka dengan menggunakan "jam karet", aturan lalu
lintas tak pernah sungguh-sungguh ditaati, tidak sedikit polantas hanya duduk-
duduk di bawah pondok di sudut dan mengintai pelanggar lalu lintas; kedisiplinan
mengatur lalu lintas memprihatinkan; banyak oknum disiplin dalam tindak
kejahatan, seperti korupsi; kedisiplinan dalam penegakan hukum positif terasa
lemah sehingga kerusuhan sosial sering terulang di beberapa tempat.
c. Nurani yang benar, baik, jujur, dan tak sesat
Hal-hal tersebut berperan penting dalam proses sosialisasi nilai moral
dalam negara kita. Hati nurani perlu mendapat pembinaan terus-menerus supaya
tak sesat, buta, dan bahkan mati. Para pemegang roda pemerintahan negara kita,
para pendidik, peserta didik, dan seluruh anasir masyarakat seharusnya memiliki
hati nurani yang terbina baik dan bukan hati nurani "liar" dan sesat. Keadaan
sosial negara kita kini adalah cermin hati nurani anak-anak bangsa. Penggelapan
dan permainan uang oleh pegawai-pegawai pajak, "pembobolan" uang di bank
menunjukkan nurani manusia yang kian korup.
Ternyata bukan tanpa halangan untuk menjalankan pendidikan nilai-nilai
moral di tengah kurikulum pendidikan formal yang terasa "mencekik".
Bagaimanakah seorang pendidik bisa menanamkan nilai moral dalam sebuah
kurikulum demikian? Ada beberapa kemungkinan, yakni :
1. Terbuka peluang bagi pendidik untuk menggali dan menanamkan
nilai-nilai moral di bidang pelajaran yang dipegang selama ini.
9
2. Pendidik bisa menyisipkan ajaran tentang nilai moral melalui mitos-
mitos rakyat.
3. Kejelian/kreativitas pendidik menggali identitas nilai moral.
Jelas, penanaman nilai-nilai moral dalam dunia pendidikan formal sama
sekali tak bersifat otonom, tetapi selalu terkait dunia lain di luar lingkaran dunia
pendidikan formal. Pemerintah dan masyarakat diharapkan menjadi sekolah yang
dapat mensosialisasikan pendidikan nilai-nilai moral.
3. Fungsi Akhlak
Kedudukan akhlak dalam agama Islam adalah identik dengan pelaksanaan
agama Islam itu sendiri dalam segala bidang kehidupan. Maka pelaksanaan akhlak
yang mulia adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi segala
larangan-larangan dalam agama, baik yang berhubungan dengan Allah maupun
yang berhubungan dengan makhluknya, dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungannya dengan sebaik-baiknya, seakan-akan melihat Allah dan apabila
tidak bisa melihat Allah maka harus yakin bahwa Allah selalu melihatnya
sehingga perbuatan itu benar-benar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Secara umum, fungsi akhlak dalam kehidupan adalah :
a. Meningkatkan derajat manusia. Tujuan ilmu pengetahuan adalah
meningkatkan kemajuan manusia di bidang rohaniah atau spiritual. Demikian
juga dengan ilmu akhlak,seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan lebih
utama daripada orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan baik itu ilmu
umum maupun ilmu akhlak. Seseorang yang memiliki ilmu tentang akhlak
akan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk sehingga
menyebabkan dirinya selalu terpelihara dari perbuatan tercela.
b. Menuntun pada kebaikan. Ilmu akhlak bukan sekedar pedoman yang
memberitahukan mana yang baik dan buruk melainkan juga mempengaruhi
manusia untuk hidup yang suci, serta mendatangkan manfaat serta membentuk
pribadi mulia.
c. Manifestasi kesempurnaan iman. Manusia yang beriman adalah manusia
yang memiliki kesempurnaan akhlak karena iman yang sempurna akan
10
melahirkan akhlak yang baik pula. Dalam hadits disebutkan: Artinya : “Orang
mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya. Dan
sebaik-baik diantara kamu adalahyang berbaik-baik kepada istrinya.”
d. Keutamaan di hari kiamat. Disebutkan dalam beberapa hadist, bahwa
rasulullah menjelaskan orang-orang yang berakhlak luhur akan menempati
kedudukan yang terhormat dihari kiamat. Salah satunya adalah sebagai berikut
: “Tiada sesuatu yang lebih berat timbangannya seorang mukmin di hari
kiamat kecuali keindahan akhlaknya. Dan Allah membenci orang-orang yang
keji mulut dan kelakuan”. (HR. Turmudzi).
e. Kebutuhan pokok dalam keluarga. Keluarga yang tidak dibina dengan
akhlak baik adalah keluarga yang tidak harmonis dan tidak mendapat hidayah
dari Allah.
f. Membina kerukunan antar sesama. Akhlak yang baik sangat penting dalam
menjalin tali persaudaraan sesama manusia. Hubungan dengan tetangga akan
tercipta dengan baik apabila diutamakan pergaulan yang positif dan akhlak
yang mulia.
g. Untuk mensukseskan pembangunan. Suatu bangsa akan menjadi bangsa
yang besar bila terdiri dari masyarakat yang berakhlak terpuji.
C. Karakteristik Etika Islam
Etika islam mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Etika islam mengajarkan dan menuntut manusia pada tingkah laku yang baik
dan menjauhkan dari tingkah laku yang buruk.
b. Etika islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik
buruknya perbuatan didasarkan pada ajaran Allah SWT.
c. Etika islam beersikap universal dan komprehensif, dapat diterima dan
dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia.
d. Etika islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang
luhur dan meluruskan perbuatan manusia.
11
1. Sikap yang Disukai Sesama Manusia
Ada beberapa sikap yang disukai oleh sesama manusia, sikap-sikap
tersebut antara lain :
a. Manusia suka kepada orang yang memberi perhatian kepada orang lain.
b. Manusia suka kepada orang yang mau mendengar ucapan mereka.
c. Manusia suka kepada orang yang menjauhi debat kusir.
d. Manusia suka kepada orang yang memberikan penghargaan dan
penghormatan kepada orang lain.
e. Manusia suka kepada orang yang memberi kesempatan kepada orang lain
untuk maju.
f. Manusia suka kepada orang yang tahu berterima kasih atau suka membalas
kebaikan.
g. Manusia suka kepada orang yang memperbaiki kesalahan orang lain tanpa
melukai perasaannya.
2. Sikap yang Tidak Disukai Sesama Manusia
Kita mempelajari sikap-sikap yang tidak disukai manusia agar terhindar
dari sikap seperti itu. Maksud dari sikap yang tidak disukai manusia, ialah sikap
yang menyelisihi syariat. Berkaitan dengan sikap-sikap yang tidak disukai
manusia, tetapi Allah ridho, maka harus kita utamakan. Dan sebaliknya, terhadap
sikap-sikap yang dibenci oleh Allah, maka harus kita jauhi.
Adapun perbuatan-perbuatan yang tidak disukai manusia ialah sebagai
berikut :
a. Memberi nasehat kepadanya di hadapan orang lain.
b. Manusia tidak suka diberi nasehat secara langsung.
c. Manusia tidak suka kepada orang yang selalu memojokkannya dengan
kesalahan-kesalahannya.
d. Manusia tidak suka kepada orang yang tidak pernah melupakan kesalahan
orang lain.
e. Manusia tidak suka kepada orang yang sombong.
12
f. Manusia tidak suka kepada orang yang terburu-buru memvonis orang lain.
g. Manusia tidak suka kepada orang yang mempertahankan kesalahannya, atau
orang yang berat untuk rujuk kepada kebenaran setelah dia meyakini kebenaran
tersebut.
h. Manusia tidak suka kepada orang yang menisbatkan kebaikan kepada dirinya
dan menisbatkan kejelekan kepada orang lain.
D. Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan
Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di
satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti
agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam
masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada
keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awam, seperti ucapan “Wah udah
ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua” atau ucapan “Dia sih agamanya
bagus tapi sama tetangga tidak pedulian”, dan lain-lain.
Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini
menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam
bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak.
Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memang
seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara
penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid
merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan
pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya
berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka
semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak
yang buruk berarti lemah tauhidnya.
Muhammad SAW, rasul kita yang mulia mendapat pujian Allah. Karena
ketinggian akhlak beliau sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Qalam ayat 4.
Bahkan sendiri menegaskan bahwa kedatangannya adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia, “Hanyalah aku diutus (oleh
Allah) untuk menyempurnakan akhlak.” (HR.Ahmad, lihat Ash Shahihah oleh
13
Asy Syaikh al Bani no.45 dan beliau menshahihkannya). Anas bin Malik
radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan :“Rasulullah adalah
manusia yang paling baik budi pekertinya.”(HR.Bukhari dan Muslim). Dalam
hadits lain anas memuji beliau shalallahu ‘alahi wasallam : “Belum pernah saya
menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan rasulullah. Saya
juga belum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau rasulullah. Selama
sepuluh tahun saya melayani rasulullah, belum pernah saya dibentak atau ditegur
perbuatan saya : mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidak
mengerjakan itu ?” (HR. Bukhari dan Muslim)
Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba
sebagaimana telah disabdakan oleh rasulullah : “Orang mukmin yang paling
sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.” (HR Tirmidzi, dari abu
Hurairah, diriwayatkan juga oleh Ahmad. Disahihkan Al Bani dalam Ash
Shahihah No.284 dan 751). Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah bin
amr bin Al ‘Ash disebutkan “Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik
akhlaknya.”
Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik
memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimah
mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa
ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu,
bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia.
Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan
syari’at atau sebaliknya.
Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua
masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan
keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-
hamba-Nya.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Akhirnya dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika,
moral, dan akhlak merupakan nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia
untuk ditentukan baik dan buruknya. Smua istilah tersebut sama-sama
menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai,
dan tentram sehingga sejahtera lahir dan batin.
Perbedaan antara etika, moral, dan akhlak adalah terletak pada sumber
yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Dalam etika, penilaian
baik dan buruk berdasarkan pendapat akal pikiran. Pada moral, penilaiannya
berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat. Dan dalam akhlak,
ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah Al-qur’an
dan Al-hadist.
Perbedaan lain antara etika, moral, dan akhlak terlihat pula pada sifat dan
kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada
moral dan akhlak lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku
manusia secara umum, sedangkan moral dan akhlak bersifat lokal dan individual.
Etika menjelaskan ukuran baik dan buruk, sedangkan moral dan akhlak
menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
Namun demikian, etika, moral, dan akhlak tetap saling berhubungan dan
membutuhkan. Etika dan moral berasal dari manusia itu sendiri, sedangkan akhlak
berasal dari Allah SWT.
3.2. Saran
Perlunya peningkatan kesadaran akhlak, etika, dan moral pada manusia
saat ini. Karena kesadaran tersebut akan membawa manusia menuju jalan yang
baik dan teratur. Semakin baik etika, moral, dan akhlak manusia, maka kehidupan
mereka akan semakin bahagia, baik di kehidupan dunia, maupun kehidupan di
akhirat nanti.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://kuliahpai.blogspot.com/2009/02/akhlak-etika-moral.html
http://saiful-jihad.blogspot.com/2009/07/v-etika-moral-dan-akhlak.html
http://sites.google.com/site/khazalii/4udi2052akhlakdalamislam
http://ilmuna.blogspot.com/2011/03/pengertian-tasawuf.html
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/03/pengertian-etika-peranan-
dan.html
http://www.scribd.com/doc/16377611/Peranan-Etika-Didalam-Dunia-Modern
http://munzaro.blogspot.com/2010/10/sistem-nilai-dan-moral-islam.html
16