1
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU
( Saccarum Officinarum) DI KECAMATAN JATINOM
KABUPATEN KLATEN
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
TENTREM
E 100 080 051
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSIAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
2
1
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU
(Saccarum Officinarum)
KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN
Tentrem, E 100 080 051, Fakultas Geografi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012
ABSTRAK
The study, entitled "Evaluation of Land Suitability for Sugarcane Crop in
District Jatinom Klaten" aims to: (1). Knowing the level of suitability of land for
sugar cane crops in the district Jatinom. (2). Knowing the limiting factor affecting the
decline in sugarcane production in the District Jatinom Klaten district.
The data used in this study is the primary data that includes the physical data
obtained directly from field survey and data obtained through laboratory analysis.
Physical data includes (effective depth of soil, surface rocks, rock outcrops, drainage
and slope), while for the data obtained from the laboratory is (pH, K2O, P2O5,
salinity, total N, CEC and soil texture). The method used is survey method, whereas
in this study using a sampling method for stratified sampling and data analysis using
matching methods.
From this research, the results obtained 2 land suitability classes, namely class
S3 and N1. S3 land suitability class consists of three sub-classes of compliance with
each of the limiting factors. Which includes sub-class S3.n with K2O limiting factor,
there were 14 land units, namely V3IIReKbc, V3IIRePmk, V3IIReTgl, V3IIIRePmk,
V3IIIReSwh, V3IIIReSwh, V3IIIReTgl, V4IReKbc, V4IRePmk, V4IReswh,
V4IIReKbc, V4IIReSwh, V4IIReTgl, V4IIIReKbc, V4IIIRePmk, with a total area of
2376.99 ha of land. Sub-class S3.rn with K2O and Drainage limiting factor consists
of two fields, namely satauan V3IIReswh and V4IIRePmk, with a total land area of
515.59 ha. Sub-class S3.ne with drainage and slope limiting factor, consisting of 3
units of land that is V3IVTgl, V4IIIReTgl, V4IVRePmk with a total land area of
116.88 ha. Land suitability class with sub class N1 N1.e the slope of the limiting
factors there are five land units, namely V3IIIReKbc, V3IVReKbc, V3IVRePmk,
V4IIIreSwh, V4IvreKbc, with a total land area of 543.54 ha.
Key Word : Decline indsugarcan, level of suitability and suitability classes
1. PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu
jenis tanaman sangat
bergantung pada kualitas
tanaman, lingkungan tempat
tumbuh, tempat melakukan
budidaya tanam dan
pengelolaan yang dilakukan
oleh petani. Mengenai
lingkungan tempat tumbuh,
walaupun pada dasarnya
untuk memenuhi
persyaratan tumbuh suatu
tanaman dapat direkayasa
2
oleh manusia, namun
memerlukan biaya yang
tidak sedikit. Dalam rangka
pengembangan suatu
komoditas tanaman, pertama
kali yang harus dilakukan
adalah mengetahui
persyaratan tumbuh dari
komoditas yang akan
dikembangkan kemudian
mencari wilayah yang
mempunyai tempat tumbuh
yang sesuai.
Tanaman Tebu
(Saccarum Oficinarum)
merupakan tanaman
perkebunan semusim, yang
mempunyai sifat tersendiri
sebab didalam batangnya
terdapat zat gula. Tebu
termasuk keluarga rumput –
rumputan seperti halnya
padi, glagah, jagung,
bambu.
Dalam usaha
meningkatkan kualitas
pertanian tanaman tebu di
Kecamatan Jatinom perlu
adanya perencanaan
pertanian yang sesuai
dengan kemampuan lahan.
Pengolahan lahan yang tidak
sesuai dengan kesesuaian
lahan dibuktikan dengan
hasil panen yang tidak
stabil. Evaluasi tingkat
kesesuaian lahan untuk
tanaman tebu bertujuan
untuk meningkatkan
produksi pertanian agar
optimal dan menjaga
kelestarian sumber daya
alam. Sehingga perlu
dilakukan pengkajian
terhadap lahan yang ada
agar dapat dimanfaatkan
secara optimal.
Kecamatan Jatinom
sebagai daerah penelitian
merupakan salah satu
penghasil tebu di Jawa
Tengah, namun saat ini
diketahui hasil produksi
tanaman tebu mulai
menurun. Berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Klaten, maka
diperoleh data sebagai
berikut :
Tabel 1.1 Luas Penggunaan Lahan dan Hasil Produksi Tanaman Tebu
Tahun 1994-2009
Tahun Luas Panen (Ha) Hasil Produksi
(Ton)
1994 105.23 416,136
1995 313,94 2617
1996 69,62 702
3
1997 76,00 616,9
1998 105,32 76,73
1999 105,322 617,33
2000 116,07 39,66
2001 128,93 486,076
2002 4,642 5,176
2003 110,00 388,107
2004 108,988 420,106
2005 122,030 466,421
2006 126,397 521,135
2007 149,96 640,03
2008 184,15 758,28
2009 13,36 57,24
Sumber :kecamatan dalam Angka Tahun 1994-2009
Untuk mengembangkan tanaman yang
sudah ada, maka perlu adaya evaluasi
lahan untuk tanaman tebu di daaerah
penelitian, sehingga dapat di lakukan
pengolahan lahan untuk mencapai
hasil produksisi tebu yang maksilmal.
2. METODE PENELITIAN
Untuk mencapai tujuan
penelitian ini diperlukan beberapa
metode dalam proses penelitianya,
baik dalam pengambilan sampel
maupun dalam menganalisa data.
Metode yang di gunakan adalah
metode survay, Stratified sampling dan
Matching.
a. Metode Survay
Metode survey yang dilakukan
peneliti dengan pengukuran
dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena
yang diselidiki.
b. Metode Stratified Sampling
Metode yang digunakan
peneliti dalam pengambilan
sampel pada penelitian ini.
Pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan strata dengan
satuan lahan sebagai stratanya.
c. Metode matching
4
Data yang telah di peroleh
peneliti dari hasil survey
lapangan serta hasil analisa
laboratorium dari sampel yang
di ambil kemudian dapat di
lakukan analisa dengan metode
Matching, Yaitu
membandingkan antara data
criteria tiap satuan lahan di
daerah penelitian dengan data
kriteria kesesuaian lahan untuk
tanaman tebu.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian yang dilakukan,
maka dapat diperoleh hasil dua kelas
kesesuaian lahan untuk tanaman tebu,
yaitu kelas S3 dan N1 dengan
beberapa factor penghambat
kesesuaian lahan untuk tanaman tebu
di daerah penelitian. Untuk labih
detailnya maka akan di bahas pada
pembahasan dibawah ini.
Tabel 3.1 Hasil Survey Lapangan
No Satuan Lahan Drainase Lereng
(%)
Batuan
singkapa
n ( %/m)
Batuan
permuka
an(%/m)
Kedalam
an
efektif
(cm)
1 V3IIReKbc ab 11 3 2 150
2 V3IIRePmk b 8,8 2 3 150
3 V3IIReSwh at 8,8 1 1 100
4 V3IIReTgl b 11 2 3 125
5 V3IIIReKbc b 33 5 2 150
6 V3IIIRePmk b 11 4 5 120
7 V3IIIReSwh ab 6,7 1 1 90
8 V3IIIReTgl b 11 1 3 155
9 V3IVReKbc b 46,7 3 15 200
10 V3IVRePmk b 33 3 4 160
11 V3IVReTgl b 28,9 1 6 175
12 V4IreKbc ab 2 6 2 100
13 V4IrePmk ab 2 4 3 110
14 V4IreSwh ab 2 1 1 90
15 V4IIReKbc b 4 3 2 120
16 V4IIRePmk at 4 2 2 110
17 V4IIReSwh ab 8,8 1 1 100
18 V4IIReTgl b 35,6 5 2 140
19 V4IIIReKbc b 13 4 2 155
20 V4IIIRePmk b 8,8 3 2 120
21 V4IIIReSwh ab 11 1 1 100
22 V4IIIReTgl b 24,4 4 2 110
23 V4IVReKbc b 37,8 5 2 150
24 V4IVRePmk b 28,9 3 2 120
5
Sumber: Data primer 2012
Keterangan Drainase:
ab : Agak buruk
b : Buruk
at : Agak terhambat
Tabel 3.2. Hasil Uji Laboratorium
Satuan lahan
Karakteristik Lahan
Tekstur Total
N
(%)
P2O5
Tersedia
(ppm)
K2O
(me %)
PH Salinitas
(ms)
KTK
(me%)
V3IIReSwh LS 0,18 16,74 0,26 5,47 0,75 19,80
V3IIReKbc LS 0,20 13,31 0,29 6,03 0,14 18,60
V3IVReTgl LS 0,18 13,62 0,28 5,29 0,30 20,48
V4IReSwh LS 0,15 14,52 0,26 6,02 0,20 20,80
V4IIReKbc LS 0,17 15,63 0,27 5,97 0,17 21,40
V4IIIReTgl C 0,18 14,22 0,28 6,70 0,14 20,60
V4IIIReKbc L 0,20 14,83 0,25 5,81 0,11 21,00
V4IIRePmk SCL 0,20 13,31 0,24 5,90 0,16 19,40
Sumber : Data primer 2012
Keterangan:
Tekstur:
LS (Loamy Sand) : Pasir Berlempung
C (Clay) : Liat
L (Loam) : Lempung
SCL (Sandy Clay Loam): Lempung Liat Berpasir
Setelah melihat hasil
survey dan analisis lapangan,
maka analisis sampel tanah untuk
unsur kimia, peneliti mengambil 8
sampel tanah dimasing-masing
bentuk lahan, 3 sampel dibentuk
lahan 3 dan 5 sampel dibentuk
lahan 4 untuk memperkuat
keseluruhan sampel.
Berdasarkan hasil survey
lapangan yang dilakukan pada
tanggal 25 april–5 mei dan 13-20
mei 2012, serta analisa
labotratorium diperoleh hasil
karakteristik tiap-tiap satuan lahan
daerah penelitian sebagaimana
ditampilkan pada tabel 4.3.
Dari proses
metching/membandingkan antara
5
table 3.3 dengan tabel 2.2 maka
dapat diketahui kelas dan sub
kelas kesesuaian lahan ditiap-tiap
satuan lahan pada daerah
penelitian, sebagaimana
ditampilkan pada tabel 3.4
5
Tabel 3.3 Karakteristik pada tiap-tiap satuan lahan
Satuan Lhan
(t) (w) (r) ( f ) (c) (n) ( p) (e)
Temperatur rata-
rata tahunan (˚C)
Bk CH
(mm)
Drainase Tekstur
tanah
Kedalaman
Efektif tanah
(cm)
KTK
(me %)
PH Salinitas
(ms)
N
Total
(%)
P2O5
(ppm)
K20
(me %)
Batuan
Permukaan
(%)
Batuan
singkapan
(%)
Lereng (%)
V3IIReKbc 24,08 3,5 2.120,3 ab LS 150 18,60 6,03 0,14 0,20 13,31 0,29 2 3 11
V3IIRePmk 24,08 3,5 2.120,3 b SCL 150 19,40 5,90 0,16 0,20 13,31 0,24 3 2 8,8
V3IIReSwh 24,08 3,5 2.120,3 at LS 100 19,80 5,47 0,75 0,18 16,74 0,26 1 1 11
V3IIReTgl 24,08 3,5 2.120,3 b LS 125 20,48 5,29 0,30 0,18 13,62 0,28 3 2 8,8
V3IIIReKbc 24,08 3,5 2.120,3 b LS 150 18,60 6,03 0,14 0,20 13,31 0,29 2 5 33
V3IIIRePmk 24,08 3,5 2.120,3 b SCL 120 19,40 5,90 0,16 0,20 13,31 0,24 5 4 11
V3IIIReSwh 24,08 3,5 2.120,3 ab LS 90 19,80 5,47 0,75 0,18 16,74 0,26 1 1 6,7
V3IIIReTgl 24,08 3,5 2.120,3 b LS 155 20,48 5,29 0,30 0,18 13,62 0,28 3 1 11
V3IVReKbc 24,08 3,5 2.120,3 b LS 200 18,60 6,03 0,14 0,20 13,31 0,29 15 3 46,7
V3IVRePmk 24,08 3,5 2.120,3 b SCL 160 19,40 5,90 0,16 0,20 13,31 0,24 4 3 33
V3IVReTgl 24,08 3,5 2.120,3 b LS 175 20,48 5,29 0,30 0,18 13,62 0,28 6 1 28,9
V4IReKbc 24,08 3,5 2.120,3 ab LS 100 18,60 5,97 5,97 0,17 15,63 0,27 2 6 2
V4IRePmk 24,08 3,5 2.120,3 ab SCL 110 19,40 5,90 0,16 0,20 13,31 0,24 3 4 2
V4IReSwh 24,08 3,5 2.120,3 ab LS 90 20,80 6,02 0,20 0,15 14,52 0,26 1 1 2
V4IIReKbc 24,08 3,5 2.120,3 b LS 120 18,60 5,97 5,97 0,17 15,63 0,27 2 3 4
V4IIRePmk 24,08 3,5 2.120,3 at SCL 140 19,40 5,90 0,16 0,20 13,31 0,24 2 2 35,6
V4IIReSwh 24,08 3,5 2.120,3 ab LS 110 20,80 6,02 0,20 0,15 14,52 0,26 1 1 4
V4IIReTgl 24,08 3,5 2.120,3 b C 100 20,60 6,70 0,14 0,18 14,22 0,28 2 5 8,8
V4IIIReKbc 24,08 3,5 2.120,3 b LS 155 18,60 5,97 5,97 0,17 15,63 0,27 2 4 13
V4IIIRePmk 24,08 3,5 2.120,3 b SCL 120 19,40 5,90 0,16 0,20 13,31 0,24 2 3 8,8
V4IIIReSwh 24,08 3,5 2.120,3 ab LS 100 20,80 6,02 0,20 0,15 14,52 0,26 1 1 11
V4IIIReTgl 24,08 3,5 2.120,3 b C 110 20,60 6,70 0,14 0,18 14,22 0,28 2 4s 24,4
V4IVReKbc 24,08 3,5 2.120,3 b SCL 150 21,00 5,81 0,11 0,20 14,83 0,25 2 5 37,8
V4IvRePmk 24,08 3,5 2.120,3 b L 120 19,40 5,90 0,16 0,20 13,31 0,24 2 3 28,9
Sumber: Data primer (Penulis 2012)
6
777
Tabel 3.4 Kelas dan Sub kelas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tebu di Daerah Penelitian
Satuan
Lahan
(t) (w) (r) ( f ) (c) (n) ( p) (e)
Kelas
Sub
Kelas
Temperatur
rata-rata
tahunan
Bk CH Drainase Tekstur Kedalaman
Efektif
tanah
KTK
(me %)
PH Salinitas
(ms)
N
(%)
P2O5
(ppm)
K20
(me %)
Batuan
Permukaan
(%)
Batuan
singkapan
(%)
Lereng
(%)
V3IIReKbc S1 S1 S1 S2 S2 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S1 S2 S2
S3 S3.n
V3IIRePmk S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S1 S2 S2 S3 S2 S2 S2
S3 S3.n
V3IIReSwh S1 S1 S1 S3 S2 S1 S2 S2 S1 S2 S2 S3 S1 S1 S2
S3 S3.r.n
V3IIReTgl S1 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S2 S1 S2 S2 S3 S2 S2 S2
S3 S3.n
V3IIIReKbc S1 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S1 S2 N1
N1 N1.e
V3IIIRePmk S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S2 S2 S2
S3 S3.n
V3IIIReSwh S1 S1 S1 S2 S2 S1 S2 S2 S1 S2 S2 S3 S1 S1 S2
S3 S3.n
V3IIIReTgl S1 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S2 S1 S2 S2 S3 S2 S1 S2
S3 S3.n
V3IVReKbc S1 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S2 S2 N1
N1 N1.e
V3IVRePmk S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S2 S2 N1
N1 N1.e
V3IVReTgl S1 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S2 S1 S2 S2 S3 S2 S1 S3
S3 S3.n.e
V4IreKbc S1 S1 S1 S2 S2 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S1 S2 S1
S3 S3.n
V4IrePmk S1 S1 S1 S2 S1 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S2 S2 S1
S3 S3.n
V4IreSwh S1 S1 S1 S2 S2 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S1 S1 S1
S3 S3.n
V4IIReKbc S1 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S1 S2 S1
S3 S3.n
V4IIRePmk S1 S1 S1 S3 S1 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S1 S2 S1
S3 S3.n
V4IIReSwh S1 S1 S1 S2 S2 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S1 S1 S2
S3 S3.n
V4IIReTgl S1 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S1 S2 N1
N1 N1.e
V4IIIReKbc S1 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S1 S2 S2
S3 S3.n
V4IIIRePmk S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S1 S2 S2
S3 S3.n
V4IIIReSwh S1 S1 S1 S2 S2 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S1 S1 S2
S3 S3.n
V4IIIReTgl S1 S1 S1 S1 S2 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S1 S2 S3
S3 S3.n.e
V4IVReKbc S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S1 S2 NI
N1 N1.e
V4IvRePmk S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S3 S1 S2 S3
S3 S3.n.e
Sumber : Data Primer (Penulis 2012)
7
8
3.1. Faktor Pembatas Kesesuaian
Lahan Untuk Tanaman Tebu di
Daerah Penelitian.
Setelah dilakukan proses
matching antara Karakteristik tiap
satuan lahan daerah penelitian dengan
tabel persyaratan tumbuh tanaman tbeu,
maka diperoleh kelas-kelas kesesuaian
lahan di daerah penelitian yang terdiri
atas dua kelas kesesuaian lahan untuk
tanaman tebu, yaitu Sesuai marginal
(S3) dan tidak sesuai untuk saat ini
(N1). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 4.5
Tabel 3.5 Kelas kesesuaian lahan dan Faktor Pembatas daerah penelitian
Kelas Sub Kelas Satuan Lahan Faktor Pembatas
S3 (Sesuai Marginal) S3.n V3IIReKbc o
V3IIRePmk
V3IIReTgl
V3IIIRePmk
V3IIIReSwh
V3IIIReTgl
V4IReKbc
V4IRePmk
V4IReSwh
V4IIReKbc
V4IIReSwh
V4IIReTgl
V4IIIReKbc
V4IIIRePmk
S3.r.n V3IIReSwh o dan Drainase
V4IIRePmk
S3.n.e V3IVReTgl Drainase dan
kemiringan lereng V4IIIReTgl
V4IVRePmk
N1 (Tidak Sesuai
untuk saat ini)
N1.e V3IIIReKbc Kemiringan lereng
V3IVReKbc
V3IVRePmk
V4IIIReSwh
V4IVReKbc
Sumber: Data primer Dan Data Sekunder 2012
Dengan melihat tabel diatas
dapat diketahui ada dua kelas
kesesuaian lahan di daerah penelitian
dengan masing-masing sub kelas
kesesuaian dan faktor pembatas. Kelas
kesesuaian S3 memiliki 3 sub kelas
kesesuaian lahan yaitu (S3.n, s3.r.n, dan
S3.n.e) dengan faktor pembatas o,
8
drainase dan kemiringan lereng. Untuk
kelas N1 memiliki 1 sub kelas
kesesuaian lahan, yaitu N1.e dengan
faktor pembatas yang dominan adalah
kemiringan lereng.
3.2 Evaluasi Kesesuaian Lahan
Untuk Tanaman Tebu di
Daerah Penelitian
Melalui perbandingan (matching)
antara karakteristik kesesuaian lahan di
daerah penelitian dengan pedoman
klasifikasi kesesuaian lahan utuk tanaman
tebu, diketahui bahwa daerah penelitian
mempunyai 2 kelas kesesuaian lahan untuk
tanaman tebu, yaitu S3 (sesuai marginal)
yang terdiri dari 3 sub kelas yaitu (S3.n ,
S3.r.n dan S3.n.e). Kelas yang kedua adalah
kelas N1 ( tidak sesuai untuk saat ini) yang
terdiri dari 1 sub kelas kesesuaian lahan
yaitu N1.e.
Sub kelas S3.n memiliki faktor
pembatas K2O ada 14 satuan lahan, yaitu
(V3IIReKbc, V3IIRePmk, V3IIReTgl,
V3IIIRePmk, V3IIIReSwh, V3IIIReSwh,
V3IIIReTgl, V4IReKbc, V4IRePmk,
V4IReswh, V4IIReKbc, V4IIReSwh,
V4IIReTgl, V4IIIReKbc, V4IIIRePmk)
terdapat di desa Kayumas, Bandungan,
Temuireng, Bengking, Socokangsi, Glagah,
Randulanag, Beteng, Tibayan, Cawan,
Mranggen, Jatinom, Gedaren dan Bonyokan,
dengan total luas lahan 2376,99 ha. Dengan
kondisi yang demikian, faktor pembatas
berupa K2O dapat diperbaiki dengan
pengolahan lahan dan pemupukan yang
tepat sesuai dengan kebutuhan lahan untuk
tanaman tebu, sehingga menjadikan kadar
K2O seimbang.
Sub kelas S3.r.n dengan faktor
pembatas K2O dan Drainase terdiri dari dua
satauan lahan yaitu (V3IIReSwh dan
V4IIRePmk) terdapat di desa Krajan,
Glagah, Jatinom, Gedaren, Beteng,
Randulanang, Mranggen, Jemawan,
Bonyokan dan Puluhan, dengan total luas
lahan 515,59 ha. Hambatan K2O pada
lahan, dapat dilakukan perbaikan dengan
pengolahan lahan yang tepat serta dosis
pupuk yang tepat berdasarkan kebutuhan
lahan sedangkan untuk hambatan berupa
drainase, maka harus dilakukan pengaturan
pola irigasi sehingga dapat memenuhi air
yang dibutuhkan oleh tanaman tebu. Dengan
melihat kebutuhan kadar air yang
dibutuhkan tenaman tebu yang tidak begitu
banyak setelah masa tanam, maka para
petani tebu hanya perlu mengatur waktu
penanaman yang tepat. Untuk lahan di
daerah yang kering sebaiknya melakukan
proses tanam tebu pada musim hujan, karena
tebu lebih membutuhkan banyak air diusia
penanaman sampai berumur 1-3 bulan Sub
kelas S3.n.e dengan faktor pembatas
drainase dan lereng, terdiri dari 3 satuan
lahan yaitu (V3IVTgl, V4IIIReTgl,
V4IVRePmk) terdapat di desa Bandungan,
Randulanang, Cawan dan Beteng, dengan
total luas lahan 116,88 ha. Dengan kondisi
demikian, faktor pembatas berupa drainase
dapat diatasi dengan pengaturan waktu
penanaman dan pengaturan irigasi,
sedangkan untuk kemiringan lereng
kemungkinan untuk diperbaikinya kecil.
Kelas kesesuaian lahan N1( tidak
sesuai untuk saat ini) dengan sub kelas N1.e
dengan faktor pembatas terberat adalah
kemiringan lereng ada lima satuan lahan
yang tidak sesuai saat ini untuk tanaman
tebu, yaitu (V3IIIReKbc, V3IVReKbc,
V3IVRePmk, V4IIIreSwh, V4IvreKbc)
terdapat di desa Bandungan, Beteng,
Socokangsi, Tibayan, Cawan, Glagah dan
Pandean, dengan total luas lahan 543,54 ha.
Dengan adanya faktor pembatas kemiringan
lereng kemungkinan perbaikan yang
tentunya tidak mudah dilakukan dan
memerlukan tenaga serta biaya yang tidak
sedikit.
9
8
3.3. Faktor lain
Aspek sosial ekonomi dimaksudkan
untuk mengetahui faktor lain yang
menyebabkan penurunan produksi tanaman
tebu di daerah penelitian selain faktor lahan.
Untuk mendaptkan informasi faktor
tersebut, peneliti melakukaan wawancara
pada sejumlah petani tebu di Kecamatan
Jatinom. Dengan adanya wawancara maka
diperoleh beberapa informasi beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap penurunan
luas area dan jumlah produksi.
Aspek 11actor yang dimaksud dalam
hal ini adalah capur tangan manusia dalam
mengolah lahan untuk tanaman tebu, dengan
maksud meningkatkan kualitas lahan yang
ada. Dalam hal ini petani tabu di daerah
penelitian melakukan perbaikan lahan salah
satunya dengan melakukan pengolahan
lahan serta pemupukan. Pemupukan yang di
lakukan adalah dengan menggunakan pupuk
kandang, sehingga diperoleh hasil yang
kurang maksimal karena 11actor hara yang
di butuhkan oleh tanaman tebu tidak dapat
tercukupi hanya dengan pupuk kandang saja.
Para petani tebu di kecamatan Jatinom
terbagi menjadi dua kelompok yaitu, Petani
tebu yang masuk dalam organisasi
“Kelompok Tani” dan petani tebu individu.
Dalam yang ada dalam hal ini adalah
masalah penjualan hasil produksi tanaman
tebu. Para petani tebu yang masuk dalam
kelompok tani lebih mudah dalam menjual
hasil panenya, yaitu dengan menyetorkan
langsung ke pabrik-pabrik yang menjaadi
tempat tujuan. Pabrik yang sering menjadi
tujuan utama penyetoran hasil panen adalah
Pabrik Gula Gondang Winangun dan
Madukismo.
Untuk petani yang tidak masuk dalam
kelompok tani tidak dapat menyetorkan
langsung ke pabrik, biasanya para petani
memilih menjual melalui Mandor rembang
(bahasa petani) tebu. Sehingga untuk hasil
jual tebu biasanya tidak dapat diterima
langsung 100% tetapi minimal pembayanran
tebu dilakukan 2 kali waktu. (Sebagai uang
muka tanda kesepakatan dan di bayarkan
setelah selesai panen).
Untuk harga jual tnaman tebu pun
berbeda, Harga jual Tebu bagi kelompok
tani yang menyetorkan langsung hasil
panenya mendapatkan harga Rp.25.000,-/kw
(Rp.25.000.000,-/Ton). Sedangkan untuk
petani yang menjual tebu pada Mandor
rembang, mendapatkan harga jual rata-rata
Rp.20.000,-/Kw (Rp.20.000.000,-/Ton.
Permasalahan cara penjualan hasil panen
dan selisih harga jual yang lumayan besar
menyebabkan penurunan minat petani untuk
bertanam tebu. Berkurangnya minat petani
untuk bertanamn tebu, secara otomatis juga
menyebabkan penurunan hasil produksi
tanaman Tebu di Kecamatan Jatinom.
Dalam hal ini berkurangya luas area tanam
tebu bukan karena 11actor kesesuaian lahan,
akan tetapi dipengaruhi oleh 11actor
penurunan minat bertanam tebu oleh petani
tebu di Kecamatan Jatinom.
Lahan yang sudah ditanami tebu tidak
dapat diselingi tanaman lain (di model
tanam tumpang sari). Tanaman tebu dapat
dipanen setelah berusian satu tahun,
sehingga petani yang tidak memiliki
penghasilan lain dari tanaman tebu harus
menyisakan sebagian lahan mereka untuk
menanam tanaman lain yang dapat dipanen
dalam waktu singkat selama menunggu hasil
panen tebu. Tanaman yang dipilih para
petani adalah tanaman musiman. Tanaman
yang dipilih antara lain tanaman cabai dan
jagung.
Pembagian lahan inilah yang
menyebabkan penurunan luas lahan tanaman
tebu dan juga hasil produksi tanaman tebu di
Kecamatan Jatinom. Meskipun demikian
petani tebu di kecamatan Jatinom masih
tetap menanam tebu terutama di tujuh
kelurahan yaitu: Temuireng, Beteng,
Bengking, Randulanang, Puluhan,
Mranggen dan socokangsi. Hal ini
10
8
disebabkan oleh hasil panen tebu yang
menjanjikan.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Kelas kesesuaian lahan untuk
tanaman tebu di Kecamatan Jatinom,
Kabupaten Klaten ada dua yaitu: (1)
Kelas kesesuaian lahan sesuai
marginal (S3) sesuai marginal,
terdapat disatuan lahan V3IIReKbc,
V3IIRePmk,V3IIReTgl,V3IIIRePmk
,V3IIIReSwh,V3IIIReSwh,V3IIIReT
gl,V4IReKbc,V4IRePmk,V4IReswh,
V4IIReKbc,V4IIReSwh, V4IIReTgl,
V4IIIReKbc,V4IIIRePmk,V3IIResw
h, V4IIRePmk,V3IVTgl, V4IIIReTgl
dan V4IVRePmk, dan (2). Kelas (N)
tidak sesuai untuk saat ini terdapat
disatuan lahan V3IIIReKbc,
V3IVReKbc,V3IVRePmk,V4IIIreS
wh dan V4IvreKbc.
2. Faktor pembatas pada kelas
kesesuaian lahan S3 ( sesuai
marginal) berupa k2O, Drainase dan
kemiringan lereng terrdapat disatuan
lahanV3IIReKbc,V3IIRePmk,V3IIR
eTgl, V3IIIRePmk, V3IIIReSwh,
V3IIIReSwh,V3IIIReTgl,V4IReKbc,
V4IRePmk, V4IReswh, V4IIReKbc,
V4IIReSwh,V4IIReTgl,V4IIIReKbc,
V4IIIRePmk,V3IIReswh,V4IIRePm
k,V3IVTgl,V4IIIReTgl dan
V4IVRePmk.Faktor penghambat
dikelas kesesuaian lahan N1 (Tidak
sesuai untuk saat ini) berupa
kemiringan lereng, terdapat pada
satuan lahan V3IIIReKbc,
V3IVReKbc,V3IVRePmk,V4IIIreS
wh dan V4IvreKbc.
3. Penurunan luas area lahan untuk
tanaman tebu disebabkan karena
petani mengalihfungsikan sebagian
lahan tanaman tebu untuk tanaman
non tebu yaitu cabai dan jagung.
Alihfungsi lahan ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan selama
menunggu hasil panen tanaman tebu.
4.2 Saran
1. Untuk mengatasi faktor penghambat
berupa K2O, maka dapat dilakukan
perbaikan dengan pemberian
komposisi pupuk dan pengolahan
yang tepat, teratur serta seimbang,
sehingga dapat memberikan unsur
K2O yang tepat dan seimbang pula
untuk tanaman tebu
2. Untuk faktor penghambat berupa
drainase, maka dapat dilakukan
dengan pengaturan irigasi serta
pemilihan masa/waktu penanaman
yang tepat, mengingat kebutuhan air
pada tanaman tebu sangat
dibutuhkan pada saat tebu berusia 1-
3 bulan.
3. Perlu diadakan penelitian tentang
keberterimaan masyarakat dalam
penanaman tebu di Kecamatan
jatinom, Kabupaten Klaten.
11
12
12
DAFTAR PUSTAKA
Al Hidayah. 2011. Rencana Pengembangan Tanaman Ubi Jalar Di
Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Geografi UMS
Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB.
BPS. 1994-2009. Kabupaten Klaten dalam Angka. Klaten : BPS
BPS. 2010. Kecamatan Jatinom dalam Angka. Klaten : BPS
Daldjoeni. Drs.N, 1983. Pokok-pokok Iklim. Bandung: Penerbit Alumni
Darmawijaya, M Isa. 1980. KLASIFIKASI TANAH dasar-dasar bagi
peneliti tanah dan pelaksana pertanian di Indonesia. Bandung:
Balai penelitian teh dan kina.
Dwi Martono, Agus. 1999. Kartografi Analisa dan Interpretasi Peta.
Surakarta: Fakultas Geografi UMS.
Hardjowigeno, Sarwono dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian
Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Ida Bagus Mantra, 1983. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta : Nur
Cahaya
Muljana, Wahju. 1995. Teori dan Praktek Cocok Tanam Tebu Dengan
Segala Masalahnya. Semarang: CV.Aneka Ilmu
Priyana, Yuli. 1998. Dasar-dasar Meteorologi dan Klimatologi. Fakultas
Geografi UMS
12
Sabari Yunus, Hadi. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah
Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Setyamidjaja, Djoehono dan Husaini Azharni. 1992. Tebu Bercocok Tanam
Dan Pascapanen. Jakarta: CV.Yasaguna
Sitorus, Santun. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung : Tarsito
Sulastri, Siti. 1991. Kessuaian Lahan untuk Tanaman Tebu Lahan
Kering Daerah Kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Surakarta :
Fakultas Geografi
Supriyadi, Ahmad. 1992. Redemen Tebu dan Liku-liku
Permasalahanya. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
Susilowati, Heni Ika. 2008. kesesuaian lahan untuk tanaman tebu di
kecamatan gondangrejo kabupaten karanganyar propinsi jawa
tengah. Skripsi. Fakultas Geografi UMS
Taryono. 1997. Sumber Daya Lahan. Surakarta: Fakultas Geografi UMS.
Taryono, 1997. Pedoman Survey Sumberdaya Lahan. Surakarta: Fakultas
Geografi UMS.
Thornbury, william D. 1954. Principle off Geomorphology. New york :
John Wiley & sons. INC
Tim Pusat Penelitian Agroklimat. 1993. Petunjuk Teknis Evaluasi
Lahan. Departemen Pertanian
Widayati, Wahyu. 2004. Kesesuaian Lahan untuk Berbagai Tanaman
Alternatif Di Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Skripsi.
Surakarta : Fakultas Geografi