EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN INFEKSISALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RS BETHESDA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Dian Pertiwi
NIM : 148114094
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN INFEKSISALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RS BETHESDA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Dian Pertiwi
NIM : 148114094
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu ku jadikan pegangan hidup
Bapak, Ibu, dan kakak tercinta sebagai rasa terima kasih dan baktiku
Para sahabat tersayang dan teman teman terkasih
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
v
Bersukacitalah senantiasa.
Tetaplah berdoa.
Mengucap syukurlah dalam
segala hal,
Sebab itulah yang dikehendaki
Allah di dalam Kristus Yesus bagi
kamu
1 Tesalonika 5:16-18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
pertolongan serta karunia-Nya dan Bunda Maria yang senantiasa mendampingi
dalam setiap langkah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Infeksi Saluran
Kemih di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana farmasi (S. Farm) di
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan sarana dan
prasarana kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.2. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. Selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, dukungan, dan semangat selama
penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Dita Maria Virginia, S. Farm., M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang
telah memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp. PK. selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini5. Orang tua tercinta Bapak Hendrikus Ruswadi dan Ibu Sri Sulastri serta
Kakak tersayang Buntoro yang senantiasa memberikan semangat dalam
doa dan tindakan serta selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. 6. Bude Hartuti, Pakde Jonet, Mas Imam, Mas Yunan, ponakan tersayang
Alle zeeo dan Nathan yang selalu memberikan semangat, menemani
penulis dan membantu dalam segala keperluan penulis selama di Jogja. 7. Teruntuk alm. simbok Sarjilah Atmo Harjono, alm. Bude Fransiska
Hartati, alm. Kakek R. Sarjiman Atmo Harjono yang semasa hidupnya
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ vii
PRAKATA ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xiii
ABSTRAK ...................................................................................... xiv
ABSTRACT ...................................................................................... xv
PENDAHULUAN ............................................................................. 1
METODE PENELITIAN ................................................................... 2
Desain Penelitian ...................................................................... 2
Teknik Sampling ....................................................................... 3
Analisis Data ............................................................................. 4
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 5
Profil pasien dewasa ISK yang melakukan perawatan pada
tahun 2016 di RS Bethesda Yogyakarta ................................... 5
Profil penggunaan antibiotika pada pasien dewasa ISK di RS
Bethesda Yogyakarta ................................................................ 6
Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotika menurut
Kemenkes ................................................................................. 7
KESIMPULAN ................................................................................ 16
SARAN ............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 17
LAMPIRAN ..................................................................................... 20
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................... 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Presentase karakteristik berdasarkan usia dan jenis kelamin .... 6
Tabel II. Ketepatan Dosis pada Pasien Dewasa ISK di Instalasi Rawat
Inap RS. Bethesda Yogyakarta Tahun 2016 ....................................... 10
Tabel III. Lama Pemberian Antibiotika .............................................. 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. Bagan sampel penelitian pasien ISK kelompok dewasa di
instalasi rawat inap RS Bethesda Yogyakarta tahun 2016 .................... 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearence ................................................................... 20
Lampiran 2. Surat Perizinan Penelitian RS Bethesda Yogyakarta .............. 21
Lampiran 3. Terapi Antibiotika untuk Infeksi Saluran Kemih .................... 22
Lampiran 4. Dosis berdasarkan IONI 2014 ................................................. 23
Lampiran 5. Terapi Tunggal Antibiotika dalam penelitian .......................... 24
Lampiran 6. Terapi Kombinasi Antibiotika dalam penelitian ..................... 25
Lampiran 7. Definisi Operasional ............................................................. 26
Lampiran 8. Lembar Instrument data pasien................................................ 27
Lampiran 9. Check List Ketepatan Penggunaan Antibiotika ....................... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRAK
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi yang terjadi akibat
berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih. Di Indonesia,
jumlah penderita ISK adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduknya atau sekitar
180.000 kasus baru setiap tahunnya. Antibiotika merupakan golongan obat yang
banyak digunakan untuk mengatasi infeksi akibat bakteri. Hampir 30-80% pasien
dirumah sakit mendapatkan terapi antibiotika dan sekitar 20-65% penggunaan
antibiotika tersebut tidak tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
profil pasien dewasa ISK, profil penggunaan antibiotika, dan evaluasi penggunaan
antibiotika pada pasien ISK kelompok dewasa di RS Bethesda pada tahun 2016.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif evaluatif non eksperimental
dengan rancangan penelitian case report menggunakan data retrospektif. Data
yang diambil adalah sebanyak 207 rekam medis pasien dewasa usia 15-64th
dengan diagnosis utama ISK. Dalam penelitian ini, perempuan lebih banyak
terkena infeksi dibanding laki laki. Antibiotika yang paling banyak digunakan
adalah golongan sefalosporin yaitu seftriakson sebanyak 38 kasus (19%). Hasil
evaluasi penggunaan aantibiotika diketahui 202 kasus (98%) tepat pemilihan
antibiotika, 174 kasus (84%) tepat dosis, 137 kasus (66%) tepat interval waktu
pemberian, 135 kasus (66%) tepat lama pemberian, dan 39 (87%) kasus tepat
penilaian kondisi pasien.
Kata kunci : Infeksi saluran kemih, antibiotika, evaluasi penggunaan
antibiotika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRACT
Urinary Tract Infection (UTI) is an infection that occurs due to the
development of microorganisms in urinary tract. In Indonesia, the number of UTI
patients is 90-100 cases per 100,000 population or about 180,000 new cases each
year. Antibiotics is a class of drugs widely used to treat bacterial infections.
Nearly 30-80% of hospital patients get antibiotic therapy and about 20-65% of
these antibiotics are inappropriate. The aim of this study was to determine the
profile of antibiotic use, the profile of UTI in adult patients, and evaluation of
antibiotic use in adult patients with UTI at Bethesda Hospital in 2016.
This research is a non experimental evaluative descriptive research with
case report design using retrospective data. The data were taken as many as 207
medical records of adult patients aged 15-64 years with a major diagnosis of UTI.
In this study, women were more affected by infection than men. The most widely
used antibiotics is cephalosporin groups namely ceftriaxone as many as 38 cases
(19%). The results of the evaluation of antibiotics use were known to 202 cases
(98%) of precise selection of antibiotics, 174 cases (84%) precise doses, 137
cases (66%) of exact intervals, 135 cases (66%) exact duratiom of therapy,39
cases(87%) exact patient condition.
Keywords: Urinary tract infections, Antibiotics, Evaluation of antibiotic use
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi yang terjadi akibat
berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih (Fish, 2009).
Bakteri yang umumnya naik dari rektum dapat menyebabkan terjadinya ISK.
Ketika virulensi meningkat atau pertahanan inang menurun, adanya inokulasi
bakteri dan kolonisasi, maka infeksi pada saluran kemih dapat terjadi (IAUI,
2015). Berdasarkan letaknya, ISK dibedakkan menjadi ISK bagian bawah
(cystitis) dan ISK bagian atas (pyelonephritis). Infeksi saluran kemih bagian
bawah (cystitis) adalah infeksi yang terjadi pada vesika urinari. Infeksi bagian atas
(pyelonephritis) adalah respon inflamasi yang terjadi pada parenkim ginjal dan
pielum yang disebabkan karena naiknya mikroorganisme dari saluran kemih
bawah (Purnomo, 2008).
ISK merupakan infeksi yang paling sering ditemui pada pasien dewasa dan
hampir 10% orang pernah terkena ISK selama hidupnya (Rajabnia et al, 2012). Di
Indonesia, jumlah penderita ISK adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduknya
atau sekitar 180.000 kasus baru setiap tahunnya (Depkes RI, 2014). Data
penelitian epidemologi klinik melaporkan 25-35% perempuan dewasa pernah
mengalami Infeksi Saluran Kemih (ISK) (Febrianto, Mukaddas, dan Faustina,
2013). Infeksi saluran kemih paling sering disebabkan oleh bakteri gram negatif
dari saluran cerna. Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang paling
banyak menyebabkan ISK sekitar 75-90%, sedangkan bakteri Staphylococci
hanya sekitar 5-20% pada wanita (Alldredge et al, 2009). Antibiotika merupakan
golongan obat yang paling banyak digunakan untuk mengatasi infeksi akibat
bakteri. Penggunaan terapi antibiotika pada pasien di rumah sakit sekitar 30-80%
dan 20-65% penggunaan antibiotika tersebut tidak tepat (Lestari et al, 2011).
Penggunaan antibiotika yang tidak tepat dapat menyebabkan timbulnya efek
samping atau toksisitas yang tidak perlu, mempercepat terjadinya resistensi,
menyebarluasnya infeksi dengan kuman yang lebih resisten, terjadinya risiko
kegagalan terapi, bertambah beratnya penyakit dan bertambah lamanya pasien
sakit, serta meningkatkan biaya pengobatan (Munaf, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pasien dewasa yang
terdiagnosis ISK meliputi umur dan jenis kelamin, mengetahui profil penggunaan
antibiotika, serta megevaluasi ketepatan penggunaan antibiotika meliputi tepat
pemilihan obat, tepat dosis, tepat interval waktu pemberian obat, tepat lama
pemberian obat, dan tepat penilaian kondisi pasien pada pasien ISK kelompok
dewasa di instalasi rawat inap RS Bethesda Yogyakarta pada tahun 2016.
Evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien ISK di RS Bethesda
Yogyakarta dilakukan karena dari penelitian sebelumnya diketahui masih terdapat
penggunaan antibiotika yang tidak tepat pada pasien ISK di salah satu rumah sakit
di Yogyakarta. Penelitian terkait ketepatan penggunaan antibiotika menggunakan
metode Penggunaan Obat Rasional (POR) pada pasien ISK kelompok dewasa
pernah dilakukan di salah satu rumah sakit di Yogyakarta pada tahun 2015. Hasil
dari penelitian tersebut didapatkan tidak tepat pemilihan obat (1,03%), tidak tepat
dosis (13,85%), tidak tepat lama pemberian (16,92%), dan tidak tepat penilaian
kondisi pasien (6,15%) (Adriani, 2017).
Penelitian ini diharapkan dapat digunakaan sebagai sumber informasi
mengenai penggunaan antibiotika pada pasien ISK kelompok dewasa dan dapat
digunakan oleh tenaga kesehatan sebagai bahan evaluasi dalam penggunaan
antibiotika untuk ISK di RS Bethesda Yogyakarta, sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan pengobatan pada pasien ISK kelompok dewasa.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien infeksi
saluran kemih di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta pada tahun 2016
merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan metode deskriptif.
Pengambilan data dalam penelitian ini secara retrospektif yaitu dengan cara
melakukan penelusuran data terdahulu yaitu pada lembar rekam medis pada
pasien dewasa dengan diagnosis ISK di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Yogyakarta pada tahun 2016. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien
dewasa yang berusia 15-64 tahun dengan diagnosis utama infeksi saluran kemih
tanpa penyakit penyerta atau dengan penyakit penyerta non infeksi dengan catatan
rekam medis dan/tanpa adanya hasil pemeriksaan laboratorium yang mendapatkan
terapi antibiotik selama dirawat inap. Pengelompokan usia pasien didapatkan dari
rentang usia dewasa menurut RS. Bethesda Yogyakarta. Kriteria eksklusi
penelitian ini yaitu data yang tidak lengkap seperti jam waktu pemberian.
Pemilihan antibiotika disesuaikan dengan letak terjadinya infeksi saluran
kemih. Letak terjadinya infeksi saluran kemih dilihat oleh peneliti dengan
menggunakan acuan Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) (2015) dan Aulia
(2004). Acuan IAUI digunakan untuk melihat keluhan infeksi saluran kemih
bawah (cystitis) atau infeksi saluran kemih atas (pyelonephritis). Diagnosis sistitis
akut non komplikasi dapat ditegakkan berdasarkan riwayat gejala iritatif (IAUI,
2015). Pada Aulia (2004), mengatakan bahwa leukosit gelap akan muncul jika
terjadi infeksi saluran kemih bawah sedangkan jika pada infeksi saluran kemih
atas, leukosit yang akan muncul pada pemeriksaan adalah lekosit pucat.
Penelitian terkait evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien infeksi
saluran kemih di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta telah
mendapatkan izin dari RS Bethesda dengan nomor surat 8576/KC.217/2017 dan
sudah memenuhi kode etik yang telah disetujui oleh Komisi Etik Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta dengan nomor surat
462/C.16/FK/2017.
Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random
sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak berdasarkan kelompok
subjek dari suatu populasi dan setiap individu memiliki kesempatan yang sama
untuk dapat dipilih menjadi sampel dalam penelitian ini. Pada penelitian ini total
sampel yang digunakan sejumlah 207 kasus. Jumlah sampel data yang harus
diambil didapatkan dari hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Jumlah minimal sampel yang dibutuhkan
= = 207 kasus
N = populasi, e = batas toleransi kesalahan
Jumlah sampel ± 10% = 207+(207x10%)
= 227 kasus
Berikut bagan mengenai alur pengambilan sampel dapat dilihat pada
Gambar I.
Gambar I. Bagan Sampel Penelitian Pasien ISK Kelompok Dewasa di Instalasi
Rawat Inap RS. Bethesda Yogyakarta Tahun 2016
Data dipilih secara random dengan menggunakan Microsoft excel sesuai
dengan jumlah sampel yang telah ditentukan. Data yang diambil berupa data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
pasien pada rekam medis yang berisi nomor rekam medis, jenis kelamin, usia,
BB, keluhan utama, diagnosis utama, hasil laboratorium dan catatan pengobatan
yang diterima pasien selama pasien dirawat inap meliputi jenis antibiotik, dosis,
aturan pakai, jam pemberian antibiotika dan rute pemberian. Identitas subjek pada
sampel penelitian dirahasiakan seperti nama dan alamat pasien. Keterbatasan
penulis adalah sejumlah rekam medis yang tidak bisa dibuka.
Analisis Data
Data profil penggunaan antibiotika pada pasien ISK kelompok dewasa
yang digunakan dikelompokkan berdasarkan golongan dan jenis antibiotika. Data
profil pasien dewasa meliputi jenis kelamin dan usia pasien. Analisis dilakukan
dengan menghitung persentase antara laki laki dan perempuan serta persentase
usia pasien berdasarkan usia yang dikelompokkan oleh RS Bethesda. Analisis
dengan menghitung jumlah kasus pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh kasus
lalu dikali 100%. Data yang didapat disajikan dalam bentuk tabel yang akan
disusun dan dikelompokkan dalam jumlah dan persentase.
Data terapi antibiotika yang didapat akan dievaluasi berdasarkan kriteria
tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat interval waktu pemberian obat, tepat lama
pemberian dan tepat penilaian kondisi pasien. Dipilih lima kriteria tersebut
berdasarkan kondisi data yang terdapat dalam rekam medis pasien. Literatur yang
digunakan adalah Diagnosis And Treatment Of Acute Uncomplicated Cystitis
(Colgan and Williams, 2011), Diagnosis And Management Of Acute
Pyelonephritis In Adults (Ramakrishnan and Scheid, 2005), Informatorium Obat
Nasional Indonesia (IONI) (BPOM, 2015), dan guideline penatalaksanaan infeksi
saluran kemih dan genitalia pria (IAUI, 2015).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kejadian ISK pada tahun 2016 sebanyak 428 kasus yang terjadi pada
pasien dewasa. Pada penelitian ini dibutuhkan sebanyak 207 kasus. Untuk
mendapatkan 207 kasus yang memenuhi kriteria inklusi, peneliti membuka 257
rekam medis. Dari 257 rekam medis ini terdapat 45 kasus tidak termasuk kriteria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
inklusi dan terdapat 5 kasus termasuk kriteria eksklusi yaitu data yang tidak
lengkap seperti tidak tercantum jam pemberian antibiotika selama pasien dirawat
inap.
Profil pasien dewasa ISK yang melakukan perawatan pada tahun 2016 di RS
Bethesda Yogyakarta
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang sering dialami pria ataupun
wanita dari berbagai usia (IAUI, 2015). Pria memiliki insidensi ISK yang jauh
lebih rendah dibandingkan dengan perempuan (5 per 10.000 per tahun)
(Sumolang, Porotu, dan Soeliongan, 2013). Perempuan lebih berisiko terkena ISK
dibandingkan pria karena bakteri lebih mudah masuk mencapai kandung kemih
wanita. Hal ini disebabkan uretra wanita lebih pendek dan lebih luas serta
memiliki kedekatan dengan anus. Bakteri dari rektum dapat dengan mudah
melakukan perjalanan ke uretra dan menyebabkan infeksi (Okonko et al, 2009).
Pada laki-laki disamping uretranya yang lebih panjang juga karena adanya cairan
prostat dimana memiliki sifat bakterisidal sebagai pelindung terhadap infeksi oleh
bakteri (Zand Rountree dan Walton, 2003; Corwin, 2008). Distribusi karakteristik
usia dan jenis kelamin dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I.
Tabel I. Persentase karakteristik berdasarkan usia dan jenis kelamin
Karakteristik
pasien
Usia (tahun)
Jenis kelamin Total
Laki laki perempuan
n= 71 %= 34 n= 136 %= 66 n= 207 %= 100
15-24 30 14 57 28 87 42
25-44 20 10 31 15 51 25
45-64 21 10 48 23 69 33
Kejadian ISK tertinggi terjadi pada penelitian ini pada usia 15-24 tahun
sebesar 87 (42%) dan terendah pada rentang usia 25-44 tahun sebesar 51 (25%)
(Tabel I). Perempuan dengan umur 15-24 th menduduki posisi paling tinggi yang
menderita ISK yaitu sebanyak 57 kasus (28%). Rentang usia tersebut merupakan
rentang usia produktif, dimana seseorang sibuk bekerja dan beraktivitas, kurang
istirahat, stress, atau asupan nutrisi tidak teratur yang dapat menyebabkan
melemahnya respon imunitasnya sehingga mengganggu sistem pertahanan tubuh,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
akibatnya seseorang mudah terinfeksi (Ramadheni, Tobat, dan Zahro, 2016). ISK
pada usia muda sering dipicu oleh faktor kebersihan organ intim, hubungan
seksual, dan penggunaan kontrasepsi atau gel spermisida dapat meningkatkan
risiko ISK, akibat perubahan flora normal vagina dan kolonisasi periuretra oleh
bakteri uropathogenic (Febrianto et al,2013).
Profil penggunaan antibiotika pada pasien dewasa ISK di RS Bethesda
Yogyakarta
Didapatkan hasil dari penelitian dimana antibiotika yang digunakan pada
pasien dewasa ISK di RS Bethesda Yogyakarta dikelompokkan menjadi 5
golongan antibiotika dan 17 jenis antibiotika. Pada penggunaannya ada yang
menggunakan terapi antibiotika tunggal dan terapi antibiotika kombinasi. Terapi
antibiotika tunggal sebanyak 153 kasus (74%) sedangkan terapi antibiotika
kombinasi sebanyak 20 kasus (10%). Didapatkan adanya terapi pergantian
antibiotika sebanyak 34 kasus (16%).
Penggunaan monoterapi antibiotika, golongan sefalosporin paling banyak
digunakan pada penelitian ini dimana seftriakson merupakan antibiotika yang
paling dominan yaitu sebanyak 38 kasus (18%). Sefiksim menempati urutan
kedua sebanyak 32 kasus (16%) dan levofloksasin urutan ketiga sebanyak 16
kasus (8%). Penggunaan kombinasi antibiotika yang paling dominan adalah
sefoperazon-sulbaktam sebanyak 4 kasus (2%) (Lampiran 5).
Pada penelitian ini umumnya pasien mendapatkan terapi golongan
Sefalosporin. Antibiotika golongan sefalosporin generasi kedua efektif terutama
terhadap bakteri gram negatif sedangkan sefalosporin generasi ketiga aktif dan
mempunyai spektrum yang luas terhadap enterobacteriaceae yang merupakan
bakteri dominan pada kasus ISK komunitas (Ramadheni, Tobat, dan Zahro, 2016).
Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotika Menurut Kemenkes
Tepat Pemilihan obat
Pemilihan obat yang tepat akan mendukung pengobatan yang efektif.
Berdasarkan letak organ yang terkena, infeksi saluran kemih terbagi menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
infeksi saluran kemih bagian bawah dan infeksi saluran kemih bagian atas.
Diagnosis sistitis akut non komplikasi dapat ditegakkan berdasarkan riwayat
gejala iritatif seperti disuria, frekuensi dan urgensi; dan tidak adanya discharge
atau iritasi vagina, pada wanita yang tidak memiliki faktor risiko. Pielonefritis
akut ditandai oleh menggigil, demam (>380C), nyeri pada daerah pinggang yang
diikuti dengan bakteriuria dan piuria yang merupakan kombinasi dari infeksi
bakteri akut pada ginjal (IAUI, 2015). Cystitis sering terjadi pada pasien yang
memiliki imunitas tubuh yang rendah seperti pasien diabetes mellitus (Purnomo,
2008). Evaluasi saluran kemih bagian atas (pyelonephritis) dengan pemeriksaan
USG dan foto BNO dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan obstruksi atau
batu saluran kemih. Pengujian urin dengan dipstik adalah sebuah alternatif dari
pemeriksaan urinalisis dengan mikroskop untuk diagnosis cystitis dan
pyelonephritis akut non komplikata (IAUI, 2015).
Letak infeksi saluran kemih dapat dipastikan dengan melihat lembar hasil
pemeriksaan imejing USG abdomen, hasil laboratorium berupa hasil sedimen
urine leukosit, dan/atau keluhan yang pasien rasakan. Pemberian antibiotika juga
harus memperhatikan pola resistensi kuman dan uji sensitivitasnya. Kultur bakteri
harus dilakukan sebelum terapi antimikroba dimulai, namun selama menunggu
hasil kultur dapat diberikan terapi empiris untuk mencegah eradikasi bakteri
(IAUI, 2015).
Pada penilitian ini menujukan ketepatan dalam pemilihan obat adalah
sebanyak 202 kasus (98%) dan yang tidak tepat sebanyak 5 kasus (2%). Hasil
dari penelitian ini terdapat 4 kasus yang mendapatkan terapi mikasin dan tidak
sesuai dengan standart acuan Diagnosis And Treatment Of Acute Uncomplicated
Cystitis (Colgan and Williams, 2011). Menurut acuan Diagnosis And Treatment
Of Acute Uncomplicated Cystitis (Colgan and Williams, 2011), pilihan antibiotika
golongan aminoglikosida sebagai terapi cystitis tidak tepat, dimana mikasin
digunakan sebagai terapi infeksi serius pada bakteri basil aerobik gram negatif
yang telah teridentifikasi resiten dengan gentamycin dan tobramycin (Hopkins,
2012). 1 Kasus cystitis mendapatkan terapi amoksisilin tunggal dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
penggunaan amoksisilin tunggal sebaiknya dihindarkan karena efektifitasnya yang
rendah dibandingkan dengan agen lain yang tersedia sehingga perlu tindak lanjut
yang ketat (Colgan and Williams, 2011). Penting bagi klinisi untuk menghindari
monoterapi ampisilin dan amokisisilin karena meningkatnya prevalensi resistensi
terhadap agen-agen ini dimana menghasilkan efikasi yang rendah. Jika agen-agen
ini digunakan untuk pengobatan, pasien harus dipantau secara ketat menilai
respon terhadap terapi (Gupta et al, 2011).
Hasil yang ditemukan dimana terdapat 9 jenis antibiotika yaitu 8 jenis
merupakan antibiotika golongan sefalosporin dan 1 jenis merupakan golongan
imipenem yang mana merupakan antibiotika pilihan terakhir untuk kasus cystitis
dan perlu pertimbangan ulang dalam penggunaannya terkait tingkat resistensi di
negara Eropa dan Amerika yang telah dilaporkan pada jurnal Diagnosis and
treatment of acute uncomplicated cystitis (Colgan and Williams, 2011).
Pada terapi cystitis, dapat diberikan golongan beta laktam,
amoksilin/amoksisilin-klavulanat, sefdinir, sefaklor dan sefpodoksim sebagai
terapi alternatif (Colgan and Williams, 2011). Penggunaan asam pipemidat
(pipemidic acid) pada pasien cystitis dan pyelonephritis menunjukan eradikasi
yang baik sehingga dapat menjadi antibiotika yang efektif dalam pengobatan ISK
(Kamran et al, 1984). Terapi empirik untuk pyelonephritis akut dapat diberikan
antibiotika golongan florokuinolon. amoksilin-klavulanat, sefalosporin, dan
trimethoprim-sulfamethoksazol sebagai antibiotika alternatif (Ramakrishnan and
Scheid, 2005).
Keterbatasan dalam penelitian ini peneliti tidak menemukan data kultur
pada seluruh pasien ISK yang menjadi sampel penelitian sehingga tidak dapat
dipastikan bahwa antibiotika yang diberikan sesuai dengan bakteri penginfeksi.
Tepat Dosis
Antibiotika diharapkan mampu mencapai lokasi infeksi dengan kadar yang
cukup (melebihi kadar hambat minimal/KHM), masuk/penetrasi ke dalam sel
bakteri dan bekerja mengganggu proses metabolisme bakteri sehingga bakteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
tersebut menjadi tidak aktif atau mati dengan efek toksik minimal pada sel host
(Medicinus,2014).
Evaluasi penggunaan antibiotika terhadap variabel ketepatan dosis
dilakukan dengan membandingkan jumlah dosis yang diberikan kepada pasien
dengan beberapa standar terapi yang digunakan sebagai acuan perhitungan dosis,
selain itu penilaian ketepatan dosis juga memperhatikan fungsi ginjal (nilai GFR)
pasien dan jika diperlukan dilakukan penyesuaian dosis. Acuan yang digunakan
adalah Diagnosis And Treatment Of Acute Uncomplicated Cystitis (Colgan and
Williams, 2011), Diagnosis And Management Of Acute Pyelonephritis In Adults
(Ramakrishnan and Scheid, 2005), IONI (BPOM,2015), dan Drug Information
Handbook 24th
ed (APA, 2015). Evaluasi dosis penggunaan sefalosporin dilakukan
dengan IONI berdasarkan aktifitas terhadap bakteri gram negatif. DIH digunakan
untuk menganalisis kebutuhan penyesuaian dosis berdasarkan nilai GFR pasien.
Tabel II. Ketepatan Dosis pada Pasien Dewasa ISK di Instalasi Rawat Inap RS.
Bethesda Yogyakarta Tahum 2016
Ketepatan Dosis Jumlah pasien
n=207
Persentase
(%)
Dosis Berlebih 19 9
Dosis Tepat 174 84
Dosis Kurang 14 7
Hasil penelitian menunjukan dosis berlebih sebanyak 19 kasus (9%),
dosis antibiotika yang tepat sebanyak 174 kasus (84%), dan dosis kurang
sebanyak 14 kasus (7%). Dosis berlebih (over dosage) paling banyak pada kasus
penggunaan levofloksasin untuk cystitis, dimana dosis yang diberikan adalah 500
mg sehari. Hal ini tidak sesuai dengan literatur Diagnosis And Treatment Of Acute
Uncomplicated Cystitis (Colgan and Williams, 2011) dan IONI (BPOM, 2015)
dimana dosis levofloksasin untuk cystitis adalah 250mg sehari. Dosis kurang
(underdosage) paling banyak terdapat pada kasus penggunaan sefuroksim dimana
dosis yang diberikan adalah 750mg 2x1 yang diberikan secara intravena. Dosis
cefuroxime menurut IONI (BPOM, 2015) adalah 750mg-1,5g tiap 6-8 jam secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
intravena, sehingga dosis cefuroxime intravena pada kasus kurang (under
dosage).
Penurunan fungsi ginjal dapat menyebabkan akumulasi obat-obatan yang
diekskresikan lewat ginjal atau metabolit aktif yang diekskresikan sehingga dapat
meningkatkan risiko toksisitas obat antibiotika yang diberikan (IAUI, 2015).
Sebanyak 32 kasus terdapat nilai serum creatinin pada lembar pemeriksaan
laboratorium, dimana setelah dihitung menggunakan rumus Cockcroft-Gault tidak
perlu dilakukan penyesuaian dosis dan sudah sesuai dengan standar.
Penggunaan antibiotika kombinasi menggunakan dosis tunggal masing
masing antibiotika, lalu antibiotika tersebut digunakan bersama. Terdapat 20
kasus yang mendapatkan terapi kombinasi. Kombinasi antimikroba biasanya
digunakan untuk mencapai efektifitas kerja obat. Selain itu kombinasi diberikan
untuk mencapai efek sinergistik. Kombinasi yang digunakan menurut indikasi
yang tepat akan memberikan manfaat klinik yang besar. Kombinasi sefalosporin,
florokuinolon, dan metronidazol menghasilkan efek sinergis, yaitu kombinasi
antimikroba florokuinolon yang memiliki aktivitas yang sangat baik terhadap
bakteri gram negatif (Ramadheni, Tobat, dan Zahro, 2016).
Pemberian dosis yang kurang akan mengakibatkan tidak berefeknya
antibiotik karena tidak dapat mencapai KHM (Konsentrasi Hambat Minimum)
dalam cairan tubuh, namun jika dosis lebih akan mengakibatkan resiko efek
samping yang tidak diinginkan pada pasien (Mycek et al, 2001). Bila dosis obat
tidak tepat maka obat dapat menjadi racun dalam darah yang dapat mempengaruhi
organ hati dan ginjal (Kee and Hayes, 2009).
Tepat interval waktu pemberian
Interval waktu pemberian obat dilihat dari kesesuaian jarak waktu pasien
dalam menerima obat pada jam pemberian pertama, kedua, dan seterusnya selama
dirawat inap di rumah sakit. Antibiotika yang harus diminum 3 x sehari harus
diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam
(Kemenkes, 2011). Pada penelitian ini ketepatan interval waktu pemberian obat
menunjukan tepat sebanyak 137 kasus (66%) dan sebanyak 70 kasus (34%) tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
tepat dalam jam pemberian antibotika. Interval waktu pemberian yang tidak tepat
dalam artian dimana jarak pemberian antibiotika dari jam pemberian pertama,
kedua dan seterusnya tidak sesuai dengan literatur. Dimana ceftriaxone
penggunaannya seharusnya tiap 24 jam dan cefuroxime injeksi digunakan tiap 6-8
jam. Namun pada kasus ini pemberian ceftriaxone dan cefuroxime adalah tiap 12
jam. Ceftriaxone, merupakan cephalosporin generasi ketiga yang memiliki
kelebihan waktu paruh eliminasinya panjang, sehingga pemberiannya cukup satu
kali sehari. Kedua golongan antibiotik tersebut merupakan antibiotik dengan
karakteristik time-dependent, yaitu suatu antibiotik yang efektivitas eradikasi
bakterinya ditentukan berdasarkan lamanya konsentrasi antibiotika di dalam tubuh
untuk tetap berada di atas Minimum Inhibitory Concentration (MIC) (Roberts &
Lipman, 2009).
Makin sering frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari)
semakin rendah tingkat ketaatan minum obat (Kemenkes, 2011). Pemberian
antibiotik dengan frekuensi yang kurang dapat menyebabkan resistensi bakteri
karena ketidakmampuan antibiotik mencapai kadar KHM bakteri dalam darah,
sedangkan jika pemberian melebihi frekuensi akan meningkatkan resiko efek
samping dan meningkatkan biaya penggunaan obat (Febrianto, Mukaddas, dan
Faustina, 2013)
Tepat lama pemberian
Lama pemberian antibiotika pada Infeksi Saluran Kemih yang dirawat
inap RS Bethesda Yogyakarta tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel III. Lama Pemberian Antibiotika
Lama terapi merupakan lama seorang penderita menjalani pengobatan.
Lama terapi antimikroba tergantung kepada tingkat keparahan dan jenis infeksi
Lama pemberian antibiotik pada cystitis tergantung dari obat yang digunakan dan
Lama pemberian Jumlah pasien
n=207
Persentase
(%)
Tepat 135 65
Tidak tepat 69 33
Tidak dapat dianalisis 3 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
berkisar 1-7 hari (IAUI, 2015). Tiga hari pengobatan biasanya cukup untuk
mengurangi gejala pada wanita dengan sistitis. Penggunaan antibiotik yang lebih
lama tidak akan mengurangi gejala secara signifikan, tetapi akan menyebabkan
munculnya efek samping seperti masalah gastrointestinal (perut dan usus) atau
ruam (Anonim, 2018). Lama pemberian antibiotika untuk pyelonephritis pada
dewasa berkisar antara 10-14 hari (IAUI, 2015). Lamanya pemberian antibiotik
empiris adalah dalam jangka waktu 48-72 jam. Selanjutnya harus dilakukan
evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data
penunjang lainnya (Kemenkes,2011). Jika respon klinik buruk perlu dilakukan re-
evaluasi bagi adanya faktor pencetus komplikasi dan efektivitas obat, serta
dipertimbangkan perubahan obat atau cara pemberiannya (IAUI, 2015).
Pemberian antibiotika selama 7-14 hari umumnya direkomendasikan untuk ISK
komplikasi, namun perpanjangan hingga 21 hari, menurut situasi klinis dapat
dilakukan (IAUI, 2015). Tidak tepat lama waktu pemberian diketahui setelah
menghitung lama waktu penggunaan antibiotika selama rawat inap dan obat
pulang tidak sesuai standart.
Pasien dengan diabetes yang terkontrol, episode sistitis yang sporadik atau
sistitis berulang dapat digolongkan non komplikata. Namun pada pasien dengan
diabetes yang lama tidak terkontrol kemungkinan akan berkembang menjadi
neuropati kandung kemih. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal ringan
sampai sedang tanpa abnormalitas struktur dan fungsi dari traktus urinarius, dan
sistitis sporadik yang berulang dapat dianggap sebagai sistitis non komplikata
(IAUI, 2015).
Durasi pemberian antibiotika sangat penting dikarenakan jika suatu
antibiotika tidak bekerja sesuai dengan lama penggunaannya akan mengakibatkan
toleransi pada mikroorganisme yang belum tuntas dimusnahkan sehingga menjadi
bakteri resisten (Mycek, 2001). Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu
lama dari yang seharusnya akan berpengaruh terhadap hasil pengobatan
(Kemenkes, 2011). Penggunaan antibiotik yang lebih lama tidak akan mengurangi
gejala secara signifikan, tetapi akan menyebabkan munculnya efek samping
seperti masalah gastrointestinal (perut dan usus) atau ruam (Anonim, 2018).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Pada lama pemberian antibiotika hanya bisa menganalisis sebanyak 204
kasus, sedangkan 3 kasus lainnya tidak dapat dianalisis karena data di rekam
medis tidak terdapat informasi jumlah obat yang dibawa pulang. Hasil pada
penelitian ini adalah terdapat 135 (66%) tepat dalam lama pemberian dan
sebanyak 69 (34%) tidak tepat dalam lama pemberian antibiotika. Terdapat 59
kasus pyelonephritis, dimana terdapat 6 kasus pyelonephritis tepat dalam lama
pemberian dan 50 kasus pyelonephritis terlalu cepat dalam pemberiannya dengan
range 6-7 hari; 3 kasus tidak dapat dianalisis. Selain itu, terdapat sebanyak 148
kasus cystitis dimana 129 kasus tepat dalam lama pemberian dan 19 kasus cystitis
tidak tepat yaitu 8 kasus cystitis terlalu lama dalam pemberian antibiotika dengan
range sekitar 8-9 hari, 2 kasus terlalu cepat dalam lama pemberian levofloksasin
yaitu 2 hari, 9 kasus yang mendapatkan antibiotika levofloksasin dengan lama
pemberian yang terlalu lama yaitu 5 hari untuk ISK bawah dengan standar untuk
infeksi saluran kemih bawah diberikan 3 hari.
69 kasus yang tidak tepat lama waktu pemberian juga tidak dapat
diketahui munculnya efek samping. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu
perhitungan lama pemberian selama pasien menjalani rawat inap dan obat pulang
tidak semua dapat dianalisis. Lama pemberian tidak dianalisis secara menyeluruh
mulai dari obat rawat inap, obat yang dibawa pulang hingga pasien melakukan
kontrol kembali.
Tepat penilaian kondisi pasien
Kondisi pasien harus dipertimbangkan sebelum memutuskan pemberian
obat seperti kondisi fisiologis pasien karena respon individu terhadap efek obat
sangat beragam (Kemenkes, 2011). Penilaian kondisi pasien dilihat berdasarkan
uji sensitivitas bakteri, respon alergi, serta nilai SGPT, SGOT pasien. Dari 207
kasus, hanya terdapat 45 kasus yang dapat dianalisis untuk penilaian kondisi
pasien. Sebanyak 35 kasus dianalisis berdasarkan nilai SGPT, SGOT, serum
kreatinin pasien, 9 kasus berdasarkan hasil kultur bakteri penginfeksi, dan 1 kasus
berdasarkan respon alergi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Hasil penelitian tedapat 39 kasus (87%) tepat dalam penilaian kondisi
pasien dan 6 kasus (13%) tidak tepat dalam penilaian kondisi pasien diantaranya
yaitu terdapat 1 kasus dimana pasien merasakan alergi (gatal) terhadap antibiotika
tersebut, 1 kasus resisten terhadap antibiotika, namun antibiotika tetap diberikan.
Terdapat 4 kasus memiliki hasil laboratorium dengan nilai SGPT, SGOT dan
serum kreatnin yang diatas normal mendapatkan terapi antibiotika levofloksasin
dimana dapat menyebabkan hepatotoksik. Florokuinolon salah satu antibiotika
yang dapat ditoleransi tetapi beberapa dapat berpotensi menjadi hepatotoksik.
Perlu diperhatikan fungsi hati pasien sebelum diberikan florokuinolon (Adikwu
dan Oputiri, 2012). Levofloksasin umumnya ditoleransi dengan baik dan memiliki
profil keselamatan yang baik. Levofloksasin menginduksi hepatotoksisitas
dilaporkan pada manusia. Levofloksasin juga dilaporkan menginduksi hepatitis
akut pada pasien dengan insufisiensi ginjal dan enzim hati meningkat (Carrascosa
et al, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Kesimpulan
1. Dari 207 kasus, perempuan paling sering terkena infeksi dibanding
laki laki. Didapatkan perempuan dengan umur 15-24th sebanyak
57 kasus (28%).
2. Dari 207 kasus, antibiotika yang paling banyak digunakan adalah
golongan sefalosporin yaitu seftriakson yaitu sebanyak 38 kasus
(19%).
3. Hasil evaluasi penggunaan antibiotika diketahui 202 kasus (98%)
tepat pemilihan antibiotika dari 207 kasus, 174 kasus (84%) tepat
dosis dari 207 kasus, 137 kasus (66%) tepat interval waktu
pemberian dari 207 kasus, 135 kasus (66%) tepat lama pemberian
dari 204 kasus, dan 39 kasus tepat penilaian kondisi pasien (87%)
dari 45 kasus yang dapat dianalisis.
Saran
Untuk pihak RS, disarankan untuk membuat clinical pathway. Untuk
penelitian selanjutnya, disarankan ketika melakukan evaluasi harus
dilakukan secara menyeluruh dari obat rawat inap, obat yang dibawa
pulang, sampai pemeriksaan ulang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
DAFTAR PUSTAKA
Adikwu, E dan Oputiri Deo, 2012, Floroquinolones Reported Hepatotoxicity,
Pharmacology & Pharmacy, p.328.
Adriani, K. P., 2017, Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pasien Infeksi
Saluran Kemih Dewasa di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Tahun 2015, Naskah Publikasi, Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Alldredge, B. K., Koda kimble, M. A., Corelli, R. L., Young, L.Y., Guglielmo, B.
J., Jacobson, P.A., Kradjan, W.A., 2009, Applied therapeutics: the
clinical use of drugs (9th Ed), USA : Lippincott Williams & Wilkins, p.
1802.
American Pharmacist Association, 2015, Drug Information Handbook, 24th
Edition, Lexicompp Drug Reference Handbook, USA.
Anonim, 2018, Are antibiotics effective against acute cystitis?,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0072585/
Aulia, D, 2004, Pemeriksaan dan Penilaian Kimia Urine dengan Carik Celup,
Kumpulan Makalah Lokakarya Aspek Praktis Urinalisis. Pendidikan
Berkesinambungan Patologi Klinik, FKUI, Jakarta, hal. 23-30.
BPOM, 2014, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Colgan, R., and Williams, M., 2011, Diagnosis and Treatment of Acute
Uncomplicated Cystitis, American Academy Of Family Physician
(AAFP), 84 (7), pp. 771-776
Corwin, E. J., 2008, Handbook of Pathophysiology, 3rd Edition, diterjemahkan
oleh Nike Budhi Subekti, Egi Komara Yudha (editor), hal. 718, EGC,
Jakarta.
Carrascosa, M. I. Lucena, R. J. Andrade, J. S. Caviedes, A. C. Lavin, J. C. Mones,
A. P. Vicente, B. Serrano and V. B. Serrano, 2009, Fatal Acute
Hepatitis after Sequential Treatment with Levofloxacin, Doxycycline,
and Napro- xen in a Patient Presenting with Acute Mycoplasma Pneu-
monia Infection, Clinical Therapeutics Vol. 31, No. 5, pp. 1014-1019.
Depkes RI. 2014. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta :Depkes
RI.
Febrianto, A. W., Mukaddas, A., dan Faustina, I., 2013, Rasionalitas Penggunaan
Antibiotik pada Pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Instalasi Rawat
Inap RSUD Undata Palu Tahun 2012, Online Journal of Natural
Science, Vol. 2 (3) , hal. 20-29.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Fish, D. N., 2009, Urinary Tract Infection, in Koda Kimble, M. A. et al., (Eds),
Applied Therapeutics :The Clinical Use of Drugs, 9th Edition,
Lippincott Williams & Wilkins, USA, pp. 64.1-64.4.
Gupta K, Thomas M. Hooton Kurt G. Naber Björn Wullt Richard Colgan Loren
G. Miller Gregory J. Moran Lindsay E. Nicolle Raul Raz Anthony J.
Schaeffer David E. Soper, 2011, International clinical practice
guidelines for the treatment of acute uncomplicated cystitis and
pyelonephritis in women: a 2010 update by the Infectious Diseases
Society of America and the European Society for Microbiology and
Infectious Diseases. Clin Infect Dis.
Hopkins, J., 2012, Antimicrobial Use Guidelines,
http://www.uwhealth.org/files/uwhealth/docs/antimicrobial/antimicrobi
alUseGuidelinesincludingallappendices.pdf diakses pada tanggal 10
Febuari 2018.
IAUI, 2015, Penatalaksanaan Infeksi saluran kemih dan genitalia pria, edisi ke-2,
hal 24, 26, 31.
Juwita, D. A., Helmi A., dan Nelfa Y., 2017, Kajian Deskriptif Retrospektif
Regimen Dosis Antibiotik Pasien Pneumonia Anak di RSUP. Dr. M.
Djamil Padang, Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(2), 128-133.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Pedoman Pelayanan
Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik, Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta, Hal. 1.
Kee, J.L., dan Hayes, E.R., 2009, Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, hal. 28.
Lestari, W. A., Almahdy, Z. N., and Darwin, D., 2011, Studi Penggunaan
Antibiotik Berdasarkan Sistem ATC/DDD dan Kriteria Gyysens di
Bangsal Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang, Artikel
Publikasi Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang.
Munaf, S., 2008, Pengantar Farmakologi dalam Kumpulan Kuliah Farmakologi,
Edisi 2, EGC, Jakarta, hal.10-11.
Okonko, I. O., Ijandipe, L. A., Ilusanya, O. A., Donbraye-Emmanuel, O. B.,
Ejembi J., Udeze A. O., Egun O. C., Fowotade A. and Nkang A. O.,
2009, Incidence of urinary tract infection(UTI) amongpregnant women
in Ibadan,South-Western Nigeria, African Journal of Biotechnology, 8
(23), pp. 6649-6657.
Purnomo, Basuki B, 2008, Dasar Dasar Urologi: Infeksi Urogenitalia, 2nd
ed,
Jakarta: CV Sagung Seto, hal. 35-40.
Rajabnia, M., Gooran, S., Fazeli, F., Dashipour, A., 2012, Antibiotic resistance
pattern in urinary tract infections in Imam-Ali hospital Zahedan (2010-
2011), Zahedan Journal of Research in Medical Science: Zahedan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Ramakrishnan, K., and Scheid, D.C., 2005, Diagnosis And Management Of Acute
Pyelonephritis In Adults, American Academy Of Family Physician
(AAFP), 71 (5), pp. 933-942.
Ramadheni P., Tobat S.R., dan Zahro F., 2016, Analisis Penggunaan Antimikroba
Parenteral pada Pasien Infeksi Saluran Kemih di Bangsal Penyakit
Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia,
5(3), Padang, hal 184-195.
Roberts, J.A., & Lipman, J., 2009, Pharmacokinetic issues for antibiotics in the
critically ill patient, Crit Care Med. 37(3):840-51.
Sumolang, S. A. Ch., Porotu’o, J., dan Soeliongan, S., 2013, Pola Bakteri pada
Penderita Infeksi Saluran Kemih di BLU RSUP Prof. dr. R. D. Kandou
Manado, Jurnal e-Biomedik (eBM), Vol. 1, No.1, hal. 597.
Zand, J.N.D., Rountree R.M.D. and Walton, R., 2003, Urinary Tract Infection,
Smart Medicine for a Healthier Child, 2nd Edition, Putnam
Group,USA, pp. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Lampiran 1. Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 2. Surat Perizinan Penelitian RS Bethesda Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lampiran 3. Terapi Antibiotika untuk Infeksi Saluran Kemih
Antibiotika untuk infeksi saluran kemih bawah (Cystitis)
Tahapan Jenis Antibiotik Dosis
Lini pertama Fosfomycin
Nitrofurantion
Trimethoprin/sulfamethoxazole
3 g dosis tunggal
100 mg tiap 12 jam selama 5 hari
160/800 mg tiap 12 jam selama 3
hari
Lini kedua Ciprofloxacin
Ciprofloxacin extended release
Levofloxacin
Ofloxacin
250 mg tiap 12 jam selama 3 hari
500 mg/hari selama 3 hari
250 mg/hari selama 3 hari
200 mg/hari selama 3 hari atau
400mg dosis tunggal.
Lini ketiga Amoxicilin/ clavulanate
Cefdinir
Cefpodoxime
500/125 mg tiap 12 jam selama 7
hari
300 mg tiap 12 jam selama 10
hari
100 mg tiap 12 jam selama 7 hari
(Colgan and Williams, 2011).
Antibiotika untuk infeksi saluran kemih atas (pyelonephritis)
Jenis antibiotik Dosis oral
(mg)
Dosis IV Interval
Penicillins
Amoxicillin 500 Setiap 8-12 jam
Amoxicillin- clavulanate
potassium
500/125 Setiap 8-12 jam
Ampicillin- sulbactam 150-200 mg/kg
per hari
Setiap 4-6 jam
Aztreonam 1-2 g Setiap 6-8 jam
Imipenem 0,5g Setiap 6 jam
Piperacillin 3g Setiap 6 jam
Piperacillin- tazobactam 3,375g/4,5g Setiap 6-8 jam
Ticarcillin- clavulanate 3,1g Setiap 4-6 jam
Cephalosporins
Cefotaxime 1-2g Setiap 8-12 jam
Ceftriaxone 1-2g Setiap 24 jam
Cephalexin 500 Setiap 6 jam
Floroquinolones
Ciprofloxacin 500 400mg Setiap 12 jam
Enoxacin 400 Seiap 24 jam
Gatifloxacin 400 Setiap 24 jam
Levofloxacin 250-750 250-750 mg Setiap 24 jam
Lomefloxacin 400 Setiap 24 jam
Norfloxacin 400 Setiap 12 jam
Ofloxacin 400mg Setiap 12 jam
Aminoglycosides
Amikacin 75mg/kg iv Setiap 12 jam
Gentamycin 5-7mg/kg iv Setiap 24 jam
Tobramicyn 5-7 mg/kg iv Setiap 24 jam
Antibiotika lain
TMPT-SMX 160/800 8-10mg/kg Setiap 12 jam
(Ramakrishnan and Scheid, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 4. Dosis antibiotika menuurut IONI 2014
No Nama Antibiotika Dosis
Golongan cephalosporin
1 Sefuroksim Peroral : 125mg tiap 12 jam
Intravena : 750mg-1,5g tiap 6-8 jam
2 Sefixime 50-100mg tiap 12 jam, bisa ditingkatkan 200mg tiap
12 jam
3 Sefoperazon 2-4 g tiap hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam
4 Sefotaksim 1g tiap 12 jam
5 Seftazidim 0,5-1g tiap 12 jam
6 Seftriakson 2-4g tiap hari dosis tunggal
7 Seftizoksim 0,5-2g per hari terbagi 2-4 dosis
8 Sefepim 1g tiap 12 jam
Golongan floroquinolon
1 Siprofloksasin 250-500 mg dua kali sehari; untuk akut tanpa
komplikasi 250 mg dua kali sehari selama 3 hari
2 Ofloksasin 200-400mg/hari dapat ditingkatkan 400mg tiap 12 jam
3 Levofloksasin 250mg sehari
4 Pefloksasin 250-500 mg dua kali sehari (untuk akut tanpa
komplikasi, 250 mg dua kali sehari selama 3 hari).
5 Asam Pipemidat 400mg tiap 12 jam
Golongan Aminoglikosida
1 Amikasin 5-7,5mg/kg/dose tiap 8 jam
Golongan Penicilin
1 Amoksisilin 250-500mg tiap 8 jam atau 500-875mg tiap 12 jam
2 Amoksisilin-asam klavulanat Intravena :1g tiap 8 jam
PO: 250-500mg tiap 8 jam
Golongan Imipenem
1 Meropenem 500mg tiap 8 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Lampiran 5. Terapi tunggal antibiotika dalam penelitian
Terapi Tunggal Antibiotik Jumlah Persentase
(%)
Gol penicilin amoksilin 1 0
amoksilin-as.klavulanat 4 2
Gol sefalosporin sefuroksim 10 5
sefiksim 32 15
sefoperazon 4 2
sefotaksim 3 1
seftazidim 9 4
seftriakson 38 18
seftizoksim 11 5
sefepim 8 4
Gol. Floroquinolon siprofloksasin 4 2
ofloksasin 5 2
levofloksasin 16 8
pefloksasin 1 0
asam pipemidat 2 1
Gol. Aminoglikosida amikasin 4 2
Gol. Imipenem meropenem 1 0
TOTAL 153 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 6. Terapi Kombinasi Antibiotika dalam penelitian
Antibiotika Jumlah Presentase
sefepim+pefloksasin 3 1
sefoperazon+sulbaktam 4 2
sefuroksim + ofloksasin 3 1
sefiksim + seftriakson 1 0
levofloksasin+meropenem 1 0
seftriakson+ kloramfenikol 1 0
Amoksisilin klavulanat + sefiksim 1 0
sefiksim + stabaktam 1 0
seftizoksim+pefloksasin 2 1
levofloksasin + asam pipemidat 1 0
asam pipemidat + seftriakson 1 0
sefotaksim+ofloksasin 1 0
seftizoksim - sefepim 1 0
Mikasin-cefotaxime- mikasin 1 0
seftizoksim- meropenem 1 0
seftriakson - levofloksasin 2 1
sefuroksim- sefiksim 1 0
seftriakson-seftriakson+ofloksasin 1 0
seftizoksim- seftizoksim+pefloksasin 1 0
sefotaksim- mikasin 1 0
seftriakson-amoksisillin 1 0
sefixime+ofloksasin-Ofloksasin 1 0
seftriaksone- seftriaksone+sefiksim 1 0
seftriaksone+siprofloxacin - siprofloksasin 1 0
sefepime-meropenem 1 0
sefuroksim-pefloksasin 1 0
vancomycin-tygecylin 1 0
sefuroksim-seftizoksim 1 0
seftriakson- sefiksim+levofloksasin 1 0
sefiksim-pefloxacin 1 0
seftazidim-levofloxacin+sefiksim 1 0
seftriakson-sefiksim 7 3
sefiksim-levofloksasin 1 0
sefoperazon-sefixim 1 0
seftazidim-levofloksasin 1 0
seftizoksim- seftizoksim+pefloxacin 1 0
seftriakson-seftazidim 1 0
sefuroksime-sefepim 1 0
seftizoksim+ofloksasin – seftizoksim 1 0
Total 54 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Lampiran 7. Definisi Operasional Penelitian
1. Profil pasien dewasa yang terdiagnosis ISK meliputi umur dan jenis
kelamin.
2. Rasionalitas penggunaan antibiotik yang akan dievaluasi dalam
penelitian ini berdasarkan kriteria Kemenkes (2011) yaitu :
a. Tepat pemilihan obat yaitu antibiotika yang dipilih sesuai
dengan letak terjadinya infeksi saluran kemih (cystitis atau
pyelonephritis).
b. Tepat dosis yaitu dosis antibiotika yang diberikan
merupakan dosis optimal yang disesuaikan dengan kondisi
tiap pasien dan menggunakan acuan literatur Diagnosis And
Treatment Of Acute Uncomplicated Cystitis (Colgan and
Williams, 2011), Diagnosis And Management Of Acute
Pyelonephritis In Adults (Ramakrishnan and Scheid, 2005)
dan IONI (BPOM, 2015).
c. Tepat interval waktu pemberian yaitu jarak pemberian
antibiotika telah sesuai dengan waktu paruh antibiotika dan
sesuai dengan guideline Diagnosis And Treatment Of Acute
Uncomplicated Cystitis (Colgan and Williams, 2011),
Diagnosis And Management Of Acute Pyelonephritis In
Adults (Ramakrishnan and Scheid, 2005) dan IONI
(BPOM, 2015).
d. Tepat lama pemberian yaitu lamanya pemberian antibiotika
yang optimal dalam terapi infeksi dan sesuai dengan
guideline Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI, 2015).
Lama waktu pemberian antibiotika dihitung mulai
penggunaan obat rawat inap dan dilanjutkan dengan obat
pulang setelah rawat inap.
e. Tepat penilaian kondisi pasien yaitu kondisi pasien harus
dipertimbangkan sebelum memutuskan pemberian obat
seperti kondisi fisiologis pasien karena respon individu
terhadap efek obat sangat beragam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 8. Lembar Instrument Data Pasien
Data Pasien
No RM 01995372
Nama/Sex Soebeno / L
Umur/Tgl lahir 53 th
BB 60kg
Tgl masuk 6/7/16
Tgl keluar 9/7/16
R. rawat HIB/II
Keluhan/RPS Perut s/d pinggang kiri nyeri sekali
Kondisi klinis awal
GCS: 456 Nafas : 20
Suhu : 36,4 TD : 120/90
Nadi : 92
Skala nyeri : 3
Diagnosis utama/ICD10 ISK / N 39.0 ; stress acute / N29.9
Diagnosis
sekunder/ICD10
DM /E14.9 , HT/ I10, Hipernatremia /E87.1, hipokalemia/ E87.6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Tanda Vital
Obat
Obat (Jumlah) Dosis Aturan
Pakai
Tanggal (p,si,so,mlm) dan jam minum
6 7 8 9
Ceftriaxone 1g 2x1 iv 12,24 08,20 08
Cefixime (X) 100mg 2x1 po Mulai
tgl 6 7 8 9
Nadi
(x/menit)
90
80
100
98
95
92
80
88
80
89
88
Nafas
(x/menit)
20
20
22
20
20
20
20
18
18
20
20
Suhu
(ᴼC)
36,4
36,6
38,7
36,7
36,5
36,5
38,1
37,6
37,2
38,3
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Hasil Laboratorium
Tanggal : 6/7/16 Bahan: Darah
Tanggal 6/7/16 Bahan: Urin
Tanggal 7/7/16 Bahan: Darah
Tanggal 8/7/16 Bahan: Darah
Tanggal 9/7/16 Bahan: Darah
Hasil Pemeriksaan Imejing USG Abdomen
7/7 /16: Tanda hydronefrosis sinistra gr 3 disertai giant hydoureter pars proximal dengan
pus didalamnya ec adanya stenosis ureter disertai tanda kronik renal disease dan cystitis
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Lekosit 22,94 H ribu/mmk 4,5-11,5
Eosinofil 0.0 L % 2-4
Limfosit 2,6 L % 18-42
Kalium 6,85 HH
Ureum 106,8 H
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Lekosit gelap 1+
Lekosit pucat Negatif
Bakteria 2+
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Kalium 6,87 H
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Natrium 131,8 L
creatinin 2,00 H mg/dL 0,55-1,02
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Natrium 132,0 L
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Resume pasien keluar
- Alasan dirawat (diagnosa dan comorbiditas)
ISK
- Tindakan/prosedur untuk diagnosis/terapi
- Ringkasan riwayat & pemeriksaan fisik (yang penting/berhubungan)
Perut s/d pinggang kiri nyeri sekali
- Hasil laboratorium/PA, rontgen, USG, dll
Lekosit gelap 1+
Bacteria 2+
- Terapi/pengobatan
Cefixime 100mg 2x1 po 10tab
Ranitidin
- Anjuran : kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika
Keterangan :
O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis
Lampiran 9. Check list ketepatan penggunaan antibiotika
NO Nomorrekammedis
Antibiotik Letak infeksi Lama Kriteria Rasionalitas
Tepatpemilihan
obat
Tepatdosis
Tepat intervalwaktu
pemberian
Tepat lamapemberian
Tepat penilaiankondisi pasien
1 1115613 Amoxicillin-clavulanat 3x1g Cystitis 4hr V V V V -
2 1941342 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 4hr V V V V -
3 1941342 cefepime 2x1g iv Cystitis 5hr V V V V -
4 704746 cefixime 2x100mg po Cystitis 3hr V V V V V
5 2035956 cefixime 2x100mg po Cystitis 7hr V V V V -
6 1146838 levofloxacin 250mg 1x1 po Cystitis 3hr V V V V -
7 2034524 mikasin 1x1 iv Cystitis 3hr X V V V -
8 2044295 levofloxacin 500mg 1x1 po Cystitis 5hr V X(O) V X(lma) V
9 769825 Amoxicillin - clavulanat 3x1g iv Cystitis 5hr V V V V -
10 1919526 cefixime 2x100mg po Cystitis 4hr V V V V -
11 1997874 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 3hr V V V X (cpt) -
12 2037885 ceftizoxime 2x1g iv Pyelonephritis 5hr V V V X (cpt) -
13 902405 Cefuroxime 750mg 2x1 iv Pyelonephritis 8hr V X(U) X X(cpt) -
14 2041209 ceftazidime 2x1g iv Cystitis 4hr V V V V -
15 1133042 cefoperazone+sulbactam 2gr 2x1 iv Cystitis 4hr V V V V -
16 2036292 cefoperazone+sulbactam 2x 2g iv Cystitis 4hr V V V V -17 2039369 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 5hr V V V V -
18 1145833 meropenem 500mg 3x1 Cystitis 3hr V V V V -
levofloxacin 250mg 1x1 po
19 454214 ceftizoxime 2x1g ivCefepime 2x1g iv
Cystitis 6hr V V V V -
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika
Keterangan :
O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis
20 1063457 cefepime 2x1g iv Cystitis 7hr V V V V -
21 2036304 cefoperazone 2x1g iv Pyelonephritis 6hr V V V X(cpt) -
22 2036903 mikasin 500mg 2x1 iv Cystitis 4hr V V V V -
23 2034106 ceftriaxone 1gr 2x1 iv Pyelonephritis 7hr V V X X(cpt) -
cefixime 2x100mg po.pc
24 2046345 ofloxacin 400 2x1/2 po Pyelonephritis 8hr V V V X(cpt) -
25 1127507 cefepime 2x1g iv Cystitis 5hr V V V V -
26 2034789 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 6 hr V V V V -
meropenem 500mg 3x1
27 2011858 levofloxacin 250mg 1x1 po cystitis 2hr V V X V -
ceftriaxone 1gr 2x1 iv
28 1006607 pefloxacin 400mg 2x1 po cystitis 7 hr V V V V -
ceftizoxime 2x1 iv
29 1901698 Cefuroxime 750mg 2x1 iv Pyelonephritis 3hr V X(U) X X (cpt) -
30 2038665 Cefuroxime 750mg 2x1 iv Cystitis 5hr V X(U) X V V
cefixime 2x100mg po
31 2045263 cefuroxime 750mg 2x1 iv Cystitis 5hr V X(U) X V V
32 2046083 Ciprofloxacin 500mg 2x1 po Pyelonephritis 13 hr V V V V -
33 1145833 Levofloxacin 1x500mg iv Cystitis 3hr V X(O) V V -
34 1128572 Cefoperazone+sulbactam 3g 2x1 iv Cystitis 3 hr V V V V -
35 1916092 ceftriaxone 1gr 2x1 iv Pyelonephritis 6hr V V X X(cpt) V
ofloxacin 400mg 2x200mg
36 555287 ceftriaxone 1gr 2x1 iv Cystitis 6hr V V X V -
37 699646 cefuroxime 750mg 2x1 iv cystitis 6hr V X(U) X V -
Ofloxacin 400mg 2x1 po
38 694375 levofloxacin 250mg 1x1 po Cystitis 5 hr V V V X(lma) -
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika
Keterangan :
O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis
39 01060769 cefoperazone 2x1g iv Cystitis 7 hr V V V V -
40 2007879 cefixime 2x100mg po Cystitis 3 hr V V V V -
41 1953827 levofloxacin 250mg 1x1 po Cystitis 2hr V V V X(cpt) -
42 1920915 cefixime 100mg 2x1po Cystitis 6hr V V V V -
43 150838 ceftriaxone 1gr 2x1 iv Pyelonephritis 5hr V V X X(cpt) V
44 1079651 ceftriaxone 1gr 1x1 iv Cystitis 9hr V V X X(lma) V
45 2035591 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 6hr V V V V -
pefloxacin 400mg 2x1 po
46 2046208 Cefuroxime 750mg 2x1 iv Pyelonephritis 6hr V X(U) X X(cpt) -
ofloxacin 200mg 2x1 po
47 2035699 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 4hr V V X V V
48 2035699 ceftizoxime 2x1g iv Pyelonephritis 7hr V V V X(cpt) -
49 2038353 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 6hr V V V X(cpt) -
50 2035383 cefixime 2x100mg po Cystitis 6hr V V V V -
51 1123422 cefotaxime 2x1g iv Pyelonephritis 10hr V V V V -
mikasin inj 2x500 mg iv
52 2037203 ceftazidime 2x1g iv cystitis 3hr V V V V -
53 678191 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 7hr V V X V -
54 150838 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritis 7hr V V X X(cpt) V
55 1991137 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 7hr V X(O) X V X
levofloxacin 500mg 1x1 po
56 2042801 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 4hr V V V V -
57 2036197 co-amox 250mg 3x1 po.pc Cystitis 5hr V V V V -
cefixime 2x100mg po.pc
58 2035396 ceftriaxone 2x1g iv cystitis 6hr V V X V -
cefixime 2x1 iv
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika
Keterangan :
O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis
59 1134710 cefixime 2x100mg po Cystitis 6hr V V X V -
ceftriaxone 2x1g iv
60 2041937 ceftriaxone 2x1g iv cystitis 5hr V V X V -
amoxicilin 3x500mg po
61 715707 cefixime 2x100mg po cystitis 3hr V X(O) V V -
ofloxacin 2x400mg po
62 2047217 cefoperazone+sulbactam 2x1g iv Pyelonephritis 4hr V V V X(cpt) -
63 481224 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 6hr V V X V V
64 2034814 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 7hr V V X V -
65 939092 ceftriaxone 1x1g iv Pyelonephritis 10hr V V X V -
66 2044043 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritis 4hr V V X X(cpt) V
cefixime 100mg 2x1po
67 1130562 cefuroxime 250mg 2x1 po Pyelonephritis 2hr V V V - -
68 1910544 cefixime 100mg 2x1 po Cystitis 5hr V V V V -
69 1130746 mikasin 500mg 2x1 iv Cystitis 6hr x V V V -
70 2035154 levofloxacin 500mg 1x1 po Cystitis 4hr V X(O) V V -
pipemidic acid 400mg 2x1 po.pc
71 937909 co-amox 500mg 3x1 po.pc Cystitis 3hr V V V V -
72 2040186 ceftizoxime 2x1g po Cystitis 3hr V V V V -
73 994262 levofloxacin 250mg 1x1 po Cystitis 3hr V V V V -
74 656093 ofloxacin 400mg 2x200mg po Pyelonephritis 6hr V V V X(cpt) -
75 530990 cefuroxime 750mg 2x1 iv Cystitis 3hr V X(U) X V -
76 300291 ceftriaxone 1x1g iv Cystitis 4hr V V X V V
77 1027420 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 4hr V V V X(cpt) V
78 695710 pipemidic acid 400mg 2x1 po.pc Cystitis 3hr V V V V V
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika
Keterangan :
O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis
79 1056689 ceftazidime 2x1g iv Cystitis 4hr V V V V V
80 1137630 cefixime 2x1 iv Cystitis 3hr V V V V -
81 2034591 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 2hr V V V V V
82 2044958 ceftriaxone 2x1g iv Cystitiscomplicated
BSK
8hr V V X V -
83 2040833 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 6hr V X(O) X V -
ciprofloxacin 500mg 2x1 po
84 1128526 cefixime 2x100mg po Cystitis 6hr V V V V -
85 2035506 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritis 8hr V V X X(cpt) -
86 396876 cefoperazone+sulbactam 2x1g iv Cystitis 7hr V V V V V
cefixime 2x100mg po
87 396876 cefixime 2x100mg po Cystitis 4hr V V V V -
88 1710206 meropenem 1g 3x1 Cystitis 5hr V X(U) V V V
meropenem 1g 2x1
cefepime 2x1g iv
89 1034846 cefuroxime 750mg 2x1iv Cystitis 7hr V X(U) X V -
pefloxacin 400mg 2x1 po
90 1128039 vancomycin 3x1g iv Pyelonephritis 7hr V V V X(cpt) V
tygacyl 2x1 iv
91 2046419 ciprofloxacin 500 mg 2x1 Cystitis 3hr V X(O) V V -
92 1129323 pipemidic acid 400mg 2x1 po.pc Cystitis 7hr V V V V V
93 1033756 cefepime 2g 2x1 iv Pyelonephritis 6hr V V X X(cpt) V
94 1108121 cefepime 2x1g iv Cystitis 5hr V V V V V
95 1134031 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 7hr V X(O) X V -
cefuroxime 2x500mg po
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika
Keterangan :
O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis
96 2046470 ceftizoxime 2x1 iv Pyelonephritis 7hr V V V X(cpt) -
pefloxacin 400mg 2x1 po
97 993940 cefixime 2x100mg po Cystitis 6hr V V V V -
98 1016616 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritishamil
6hr V V X X(cpt) -
99 2019087 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 3hr V V V X (cpt) V
100 2043547 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 7hr V V X V X
cefixime 2x100mg po
levofloxacin 1x500mg po
101 559026 ceftazidime 2x1g iv Pyelonephritis 3hr V V V - -
102 1146234 cefuroxime 750mg 2x1 iv Cystitis 3hr V X(U) V V V
ofloxacin 200mg 2x1 po.pc
103 705104 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritis 7hr V V X X(cpt) -
104 500810 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 4hr V V X V -
105 2040185 ceftriaxone 1gr dlm Nacl 2x1 iv Pyelonephritis 8hr V V X X(cpt) -
106 2041284 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritis 3hr V V X X (cpt) -
cefoperazone 2x1g iv
107 2044836 cefuroxime 750mg 2x1 iv Cystitis 4hr V X(U) X V V
108 2044836 cefixime 100mg 2x1 Cystitis 6hr V V V V -
109 1998312 levofloxacin 500mg 1x1 po Cystitis 5hr V X(O) V X(lma) -
110 2040147 mikasin 500mg 2x1 iv Cystitis 4hr X V V V -
111 2037895 cefotaxime 2x1gr iv Cystitis 5hr V V V V -
112 674608 ceftazidime 2x1g iv Pyelonephritis 9hr V V V X(cpt) -
113 1127112 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 1hr V V V - -
114 2035679 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 5hr V V V X(cpt) -
115 2034465 mikasin 2x1 iv Cystitis 8hr X V V X(lma) -
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika
Keterangan :
O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis
116 2033516 pefloxacin 400mg 2x1 po Pyelonephritis 7hr V V V X(cpt) -
cefixime 2x100mg po
117 2040171 ceftazidime 2x1g Pyelonephritis 13hr V V V V V
cefixime 2x100mg
118 1068423 cefixime 2x10mg po Cystitis 3hr V V V V V
119 2036607 cefixime 2x100mg po Cystitis 6hr V V V V V
120 2021996 ceftriaxone 1x1 g ivcefixime 2x100mg po
Cystitis 4hr V V X V -
121 703367 ofloxacin 400mg 2x1po Pyelonephritis 5hr V V V X(cpt) -
122 598097 cefixime 2x100mg po Cystitis 9 hr V V X X(lma) - ceftriaxon 2x1g
123 2035599 cefixime 2x1po Cystitis 5hr V V V V -
124 962888 cefepime 2x1g iv Cystitis 4hr V V V V V
125 2037498 ofloxacin 400mg 2x1 po Cystitis 3hr V X(O) V V -
126 1143826 cefuroxime 750mg 2x1 ivofloxacin 2x1 po
Cystitis 4hr V X(U) X V V
127 1998064 ceftriaxone 1x1g iv Cystitis 3hr V V X V -
128 2039581 cefoperazone 2x1g iv Cystitis 4hr V V V V -
129 1018806 cefoperazone 2x1gr iv Cystitis 4hr V V V V V
130 1020446 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritis 9hr V V X X(cpt) -
cefixime 2x100mg po
131 1020446 ceftriaxone 2x1 iv Cystitis 5hr V V X V V
132 1144154 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 5hr V V V X(cpt) -
133 1013451 ofloxacin 400mg 2x1po Cystitis 4hr V X(O) V V -
134 743139 cefixime 2x100mg po Cystitis 5hr V X(O) V V -
levofloxacin 500mg 1x1 po
135 1006781 levofloxacin 500 mg 1x1 iv Cystitis 7hr V X(O) V V -
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika
Keterangan :
O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis
levofloxacin 250mg 1x1 po
136 746001 cefixime 2x100mg po pc Cystitis 6hr V V V V V
137 919659 amoxicilin 3x500mg po Cystitis 4hr X V V V -
138 433409 ceftriaxone 1x1g iv Cystitis 3hr V V X V V
139 1010001 pefloxacin 400mg 2x1 po Cystitis 6hr V V V V V
140 2099711 ceftazidime 2x1g inj Cystitis 3hr V V V V -
141 2016944 ciprofloxacin 500mg 2x1 po Pyelonephritis 6hr V V V X(cpt) V
142 2016944 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 6hr V V V X(cpt) V
143 1032059 amoxiclav 500mg/125mg 3x1 Pyelonephritis 7hr V V V X(cpt) V
144 702851 cefixime 2x100mg Cystitis 6hr V V V V -
145 1092511 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritis 8hr V V X X(cpt) -
146 1065757 cefoperazone 2x1 iv Cystitis 8hr V V V X(lma) -
cefixime 2x100mg po
147 2011216 levofloxacin 500mg 1x1 po Cystitis 5hr V X(O) V X(lma) -
148 1947494 ceftriaxone 1x1g iv Pyelonephritis 7hr V V X X (cpt) V
149 1119466 levofloxacin 250mg 1x1 po Cystitis 3hr V V V V V
150 2040330 ceftriaxone 2x1g po Cystitis 4hr V V X V X (resisten)
151 2013495 ceftriaxone 2x1 iv Cystitis 7hr V V X V V
cefixime 2x100mg po
152 2044267 cefuroxime 750mg 2x1 iv Pyelonephritis 7hr V X(U) X X(cpt) -
153 2043036 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 9hr V V V X(cpt) -
154 686609 ciprofloxacin 500mg 2x1po Pyelonephritis 6hr V V V X(cpt) V
155 1943886 levofloxacin 500mg 1x1 po Cystitis 5hr V X(O) V X(lma) X
156 1072358 ceftriaxone 2x1gr iv Pyelonephritis 9hr V V X X(cpt) V
157 1995372 ceftriaxone 2x1g iv Pyelonephritis 7hr V V X X(cpt) V
cefixime 2x100mg po
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika
Keterangan :
O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis
158 2045666 ceftriaxone 2x1gr iv Cystitis 9hr V V X X(lma) V
Cefixime 2x100mg po
159 1126922 ceftazidime 2x1g inj Cystitis 8hr V V V V -
160 2044790 ceftriaxone 2x1 iv Pyelonephritis 9hr V V X X(cpt) -
161 2042172 ceftriaxone 2x1 iv Pyelonephritis 10hr V V X V -
162 674057 ceftazidime 2x1g inj Pyelonephritis 10hr V V V V V
levofloxacin 500mg 1x1 po
163 767192 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 6hr V V X V V
164 2043140 ceftriaxone 2x1gr iv Cystitis 5hr V V X V V
165 2041660 levofloxacin 500mg 1x1 iv Cystitis 4hr V X(O) V X(lma ) V
166 2041027 cefotaxime 2x1g iv Cystitis 7hr V X(O) V V -
ciprofloxacin 500mg 2x1 po
167 1143919 ceftizoxime 2x1g po Cystitis 8hr V V V X (lma) V
pefloxacin 2x1 iv
168 2046788 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 3hr V V X V -
169 152595 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 4hr V V X V -
170 549287 Ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 5hr V V X V -
171 157604 cefotaxime 2x1g iv Cystitis 3hr V V V V -
172 2014796 ofloxacin 400mg 2x1/2 Pyelonephritis 4hr V V V X(cpt) -
173 1030820 cefepime 2x1g iv Cystitis 8hr V V V X(lma) -
174 665140 levofloxacin 750mg 1x1 iv Cystitis 6hr V X(O) V X(lma) -
levofloxacin 500mg 1x1
175 2039880 levofloxacin 500mg 1x1 Pyelonephritis 3hr V V V X(cpt) -
176 1996970 levofloxacin 500mg 1x1 Cystitis 5hr V X(O) V X(lma) -
177 1147201 ceftriaxone 2x1 ivcefixime 2x100mg po
Cystitis 8hr V V X V -
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika
Keterangan :
O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis
cefixime 2x100mg po
178 2033875 ceftriaxone 2x1 iv Pyelonephritis 9hr V V X X(cpt) V
cefixime 2x100mg po
179 1068718 ceftriaxone 2x1 iv Cystitis 4hr V V X V -
180 1054671 meropenem 3x1g iv Cystitis 5hr V V V V V
181 155215 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 6hr V V V X(cpt) V
182 1065579 cefepime 2x1g iv Cystitis 5hr V V V V -
183 1932266 cefotaxime 2x1g iv Cystitis 5hr V V V V -
184 2045296 levofloxacin 250mg 1x1 po Cystitis 3hr V V V V -
185 188155 ceftriaxone 2x1 iv Cystitis 3hr V V X V -
186 2035467 ceftazidime 2x1g iv Pyelonephritis 4hr V V V X(cpt) -
187 647125 ceftriaxone 2x1g iv levofloxacin 250mg 1x1 po
Cystitis 7hr V V X V V
188 2040686 ceftriaxone 1x1g iv Cystitis 2hr V V X V -
189 1140838 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 2hr V V V V -
190 1132324 cefixime 2x100mg po Cystitis 8hr V V V X(lma) -
191 2042754 cefixime 2100mg po Pyelonephritis 6hr V V V X(cpt) -
192 1143322 cefixime 2x100mg po Cystitis 3hr V V V V -
193 2036041 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 3hr V V X V -
ceftazidime 2x1g iv
194 905351 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 2hr V V V V V
195 2040924 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 2hr V V X V -
196 2045666 ceftizoxime 2x1g iv Cystitis 4hr V V V V -
197 647728 cefuroxime 750mg 3x1 iv Cystitis 4hr V V V V -
198 1126525 ceftriaxone 2x1g iv Cystitis 4hr V V X V -
199 1942778 cefepime 2x1g iv Cystitis 5hr V V V V -
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Check list Petepatan Penggunaan Antibiotika
Keterangan :
O, overdosage ; U, underdosage ; cpt, terlalu cepat pemberian ; lma, terlalu lama pemberian ; - ,tidak dapat dianalisis
pefloxacin 2x1
200 02045296 Levofloxacin 250mg 1x1 po Cystitis 5hr V V V X(lma) -
201 2035895 ceftazidime 2x1g iv Cystitis 3hr V V V V X (Alergi)
202 1094165 levofloxacin 250mg 1x1 po Cystitis 3hr V V V V -
203 966430 Cefuroxime 750mg 2x1 ivofloxacin 400mg 2x1 po
Cystitis 7hr V X(U) X V -
204 1025452 cefixime 2x100mg po Pyelonephritis 5hr V V V X(cpt) V
205 1115286 pefloxacin 400mg 2x1 po Cystitis 4hr V V V V -
206 1015222 ceftizoxime 2x1 iv Cystitis 4hr V V V V V
ofloxacin 200mg 2x1 po
207 1145300 cefixime 2x100mg po Cystitis 2hr V V V V -
Tepat 202 174 137 135 39
% Tepat 98% 84% 66% 66% 87%
Tidak tepat 5 33 70 69 6
% Tidak tepat 2% 16% 34% 34% 13%
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Dian Pertiwi, lahir di
Jakarta pada tanggal 29 Juli 1996. Penulis merupakan
anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan
Hendrikus Ruswadi dan Christina Sri Sulastri.
Penulis telah menempuh pendidikan yaitu TK di TK
Bunda Hati Kudus Jakarta Barat (2001-2002), tingkat
Sekolah Dasar di SD Bunda Hati Kudus Jakarta Barat
(2003- 2008), tingkat Sekolah Menengah Pertama di
SMP Bunda Hati Kudus Jakarta Barat (2008-2011),
tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Bunda Hati
Kudus Jakarta Barat (2011-2014).Tahun 2014,Penulis melanjutkan pendidikannya
ke jenjang perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Selama masa perkuliahan, penulis pernah mengikuti berbagai
kegiatan kepanitiaan baik di Fakultas Farmasi, Universitas maupun di luar
Universitas, yaitu Panitia Fesadha (2016), panitia Komunitas Sadar Sehat (2016),
Panitia Faction (2016), Panitia USD Speak UP (2016), Panitia Mawapres (2016).
Mengikuti USD Mengajar (2016) dimana menjadi relawan untuk membantu
dalam mengajar di SD, Pelatihan dan pengembangan Kepribadian Mahasiswa I,
LKMM I dan II (2014), dan pengalaman menjadi asisten dosen pada Praktikum
Komunikasi Farmasi tahun 2017. Penulis tidak hanya aktif dikampus namun juga
memiliki kegiatan diluar kampus yaitu sebagai model dimana telah meraih
prestasi seperti Fashion show di Den Haag, Belanda dalam Wastra Indonesia pada
tahun 2017, Harapan 1 top model by LT Pro 2017, juara 2 dan juara Favorit Jogja
Model Hunt Yogyakarta 2017, dan menjadi The Supermodel Congeniality 2018.
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI