EVALUASI PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI
DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT HARAPAN MAGELANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan oleh :
Margareta Krisantini Punto Arsi
NIM : 078114025
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
ii
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI
DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT HARAPAN MAGELANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan oleh :
Margareta Krisantini Punto Arsi
NIM : 078114025
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
iii
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya tidak patah semangat karena setiap usaha yang
salah adalah satu langkah maju
(Thomas Alva Edison))
Karya kecil yang dibuat dengan jerih payah ini saya persembahkan kepada
Yesus Kristus yang selalu menyertai dan mendampingi perjalanan hidupku
Kedua orang tuaku yang selalu menyayangi dan mencintaiku serta
memberikan motivasi kepadaku setiap saat
Kedua kakakku yang selalu memberiku motivasi dan panutan yang baik
Sahabat-sahabatku yang telah mewarnai hidupku
Teman-teman Farmasi 2007 khususnya FKK A 2007 dan segenap penghuni
Amakusa yang selalu mengiringi perjalanan hidupku selama kuliah
vi
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat, rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi
Penggunaan Antihpertensi pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi
di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang“. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S. Farm.).
Selama proses penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah terlibat
memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan sehingga dapat berjalan dengan
lancar. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang
telah membantu baik langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada :
1. dr. Hasman Budiono, M.Kes selaku direktur Rumah Sakit Harapan Magelang
yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian.
2. Ibu Shinta selaku sekretariat Rumah Sakit Harapan Magelang atas bantuan
selama perijinan dan penelitian berlangsung.
3. Ibu Ami selaku staff rekam medis bagian rawat inap dan seluruh staff rekam
medis atas ijin, kerjasama dan bantuan saat penelitian berlangsung.
4. dr. Dwi Budi, dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Harapan
Magelang yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan
penulis.
5. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta serta sebagai Dosen Pembimbing
Akademik atas pendampingan dan motivasi selama ini.
viii
6. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing awal atas masukan,
saran serta motivasi selama penyusunan skripsi.
7. Ibu Dra. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes, Apt selaku dosen pembimbing atas
masukan, saran serta motivasi selama penyusunan skripsi.
8. dr. Fenty, M.Kes.,SpPK yang telah berkenan menjadi dosen penguji,
terimakasih untuk saran dan masukannya.
9. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. yang telah berkenan menjadi dosen
penguji, terimakasih untuk saran dan masukannya.
10. Bapak A. Punto WS dan Ibu M.I Kristiastuti, ayahanda dan ibunda tercinta
atas doa, cinta, semangat dan dukungan yang sangat berarti bagi penulis.
11. Kedua kakanda tersayang, Mas Ardi dan Mas Iwan atas doa dan dukungan
yang diberikan kepada penulis.
12. Mas Wawan, sahabat sekaligus kakak bagi penulis atas cinta, doa, semangat,
dukungan, perhatian, pengorbanan serta canda tawa yang sangat berarti bagi
penulis.
13. Rekan seperjuangan sekaligus sahabat terkasih Titin, Dinar, Mikha, Eva,
Helen, terimakasih atas cinta dan persahabatan yang indah selama ini.
14. Segenap penghuni kos AMAKUSA, Titin, Udin, Ana, Adel, Citra, Ratih,
Dian, Dewi, Uut, Yemi, Metri, Herta, Berta, Mayke, Meli, Sefi, Rina, Ita,
Cyntia, atas kebersamaan, persahabatan, canda tawa dan dukungan selama ini.
15. Teman-teman Farmasi khususnya FKK A 2007 atas segala kenangan, suka
dan duka yang ditorehkan kepada penulis selama menuntut ilmu di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma.
ix
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini, masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima segala
saran, kritik dan masukan yang bersifat membangun. Semoga karya tulis yang
sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 12 Januari 2011
Penulis
x
xi
INTISARI
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai
dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. Insidensi diabetes melitus disertai
hipertensi cukup tinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
terapi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 disertai hipertensi di instalasi rawat
inap Rumah Sakit Harapan Magelang periode Juli 2009-Juni 2010.
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan deskriptif,
pengambilan datanya dilakukan secara retrospektif menggunakan rekam medis
pasien. Hasil yang diperoleh menunjukan penderita diabetes melitus tipe 2 disertai
hipertensi paling banyak terjadi pada kelompok usia 65-74 tahun (38%) dan pada
jenis kelamin laki-laki (59%) dengan lama perawatan paling banyak selama 4, 6
dan 8 hari (21%). Kelas terapi obat yang paling banyak digunakan adalah gizi dan
darah, sistem kardiovaskular dan sistem endokrin (100%). Golongan
antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah penghambat ACE (48,28%).
Dari hasil analisis Drug Related Problems ditemukan 16 kasus DRPs
dengan rincian 2 kasus membutuhkan obat tambahan, 2 kasus pemilihan obat
tidak sesuai, 12 kasus dosis tidak tepat, 1 kasus interaksi obat dan 2 kasus efek
samping obat. Setelah menjalani terapi di rumah sakit, 28 pasien meninggalkan
rumah sakit dalam keadaan membaik.
Kata kunci : diabetes melitus tipe 2, hipertensi, diabetes melitus dan hipertensi,
antihipertensi, drug related problems
xii
ABSTRACT
Diabetes mellitus is a metabolic syndrom characterized by high blood
glucose levels. Incidence of diabetes mellitus with hypertension is high in
Indonesia. This study aims to evaluate therapy in patients diabetes mellitus type 2
with hypertension at the inpatient installation of Harapan Hospital Magelang
period July 2009-June 2010.
The study was observational descriptive design, data performed
retrospectively using patient records. The results showed the most prevalent in the
age 65-74 years (38%) and the male gender (59%) with at most care long for 4, 6
and 8 days (21%). Therapeutic classes of drugs most widely used is the nutrition
and blood, cardiovascular system and endocrine system (100%). ACE inhibitors
(48.28%) is the most widely used in antihypertensive class.
From the results of analysis of Drug Related Problems found 16 cases of
DRPs with details of 2 cases of needs additional drug therapy, 2 cases of improper
drug selection, 12 cases of dosage too low and too high, 1 cases of drug
interactions and 2 cases of side effects. After treatment in hospital, 28 patients left
the hospital in a better condition.
Keyword : diabetes mellitus type 2, hypertension, diabetes mellitus and
hypertension, antihypertension, drug related problems
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL . ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .. ............................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..................................... vi
PRAKATA ................................... ............................................................................. vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. x vi
INTISARI ................................................................................................................... xi
ABSTRACT ............................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xix
BAB I PENGANTAR ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
2. Keaslian Penelitian ................................................................................... 4
3. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
B. Tujuan ....................................................................................................... 7
1. Tujuan Umum ........................................................................................... 7
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 7
xiv
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.................................................................... 9
A. Diabetes Melitus dan Hipertensi ............................................................... 9
B. Karakteristik Pasien Diabetes Melitus ...................................................... 11
C. Profil Obat yang Digunakan Pada Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe
2 dengan Hipertensi................................................................................... 11
D. Profil Antihipertensi yang Digunakan Pada Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi ............................................................. 14
1. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (Penghambat ACE) ........ 14
2. Angiotensin Receptor Blockers (ARBs) .............................................. 16
3. Diuretika .............................................................................................. 17
4. Penghambat Beta ................................................................................. 18
5. Antagonis Kalsium .............................................................................. 19
E. Drug Related Problems (DRPs) ................................................................ 21
1. Ada Obat Tanpa Indikasi .................................................................... 21
2. Membutuhkan Obat Tambahan ........................................................... 22
3. Pemilihan Obat yang Tidak Tepat....................................................... 23
4. Dosis Tidak Sesuai .............................................................................. 23
F. Keterangan Empiris ................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 25
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 25
B. Definisi Operasional.................................................................................. 25
C. Subyek Penelitian ...................................................................................... 27
xv
D. Bahan Penelitian............................................................................................. 27
E. Lokasi Penelitian ............................................................................................ 27
F. Tata Cara Penelitian ....................................................................................... 27
1. Tahap Perencanaan................................................................................... 27
2. Tahap Pengumpulan Data ........................................................................ 28
3. Tahap Pengolahan Data............................................................................ 29
G. Tata Cara Analisis Hasil................................................................................. 29
H. Kelemahan dan Kesulitan Penelitian ............................................................. 32
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 33
A. Karakteristik Pasien ....................................................................................... 33
B. Profil Obat ...................................................................................................... 38
C. Profil Antihipertensi ....................................................................................... 48
D. Drug Related Problems Penggunaan Antihipertensi pada Pasien Diabetes
Melitus dengan Hipertensi ............................................................................. 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 57
A. Kesimpulan .................................................................................................... 57
Saran .......................................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 59
LAMPIRAN ............................................................................................................... 62
BIOGRAFI ................................................................................................................. 96
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Penggolongan Hipertensi............................................................... 10
Tabel II. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Gizi dan
Darah pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA Rumah
Sakit Harapan Magelang ............................................................... 40
Tabel III. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Sistem
Endokrin Pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA
Rumah Sakit Harapan Magelang ................................................... 41
Tabel IV. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Sistem
Kardiovaskular Pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di
IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang ........................................ 42
Tabel V. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Sistem
Saraf Pusat pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA
Rumah Sakit Harapan Magelang ................................................... 43
Tabel VI. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat
Antiinfeksi pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA
Rumah Sakit Harapan Magelang ................................................... 44
Tabel VII. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Sistem
Saluran Cerna pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA
Rumah Sakit Harapan Magelang ................................................... 45
xvii
Tabel VIII. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Sistem
Saluran Napas pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA
Rumah Sakit Harapan Magelang ................................................... 46
Tabel IX. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Sistem
Obstretrik, Ginekologik dan Saluran Kemih Kelamin pada Pasien
DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan
Magelang ....................................................................................... 47
Tabel X. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Otot
Skelet dan Sendi pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di
IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang ........................................ 48
Tabel XI. Distribusi Golongan dan Nama Generik Antihipertensi pada Pasien
DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan
Magelang ....................................................................................... 49
Tabel XII. Distribusi Kasus DRPs Pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi
di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang .................................... 52
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar1. Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi dengan Indikasi Spesifik . 15
Gambar 2. Mekanisme Kerja Antihipertensi ................................................... 18
Gambar 3. Distribusi Umur Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA
Rumah Sakit Harapan Magelang .................................................. 33
Gambar 4. Distribusi Jenis Kelamin Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di
IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang ........................................ 35
Gambar 5. Distribusi Lama Perawatan Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi
di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang .................................... 37
Gambar 6. Distribusi Keadaan Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi Pada Saat
Keluar dari Rumah Sakit ............................................................... 38
Gambar 7. Distribusi Kelas Terapi Obat Pada Pasien DM Tipe 2 dengan
Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang .................. 39
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan dari Rumah Sakit Harapan Magelang ............... 62
Lampiran 2. Blanko Pengambilan Data ............................................................. 63
Lampiran 3. Data Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA
Rumah Sakit Harapan Magelang ................................................... 64
Lampiran 4. Daftar Aturan Pemakaian Obat ...................................................... 93
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia. Diabetes melitus berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Komplikasi kronik dari diabetes
melitus termasuk gangguan mikrovaskuler dan makrovaskuler (Triplitt,
Reasner, Isley, 2008)
Pada tahun 2000, 150 juta penduduk di dunia mengidap diabetes melitus
dan meningkat dua kali lipat pada tahun 2005 (Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinis, 2005). Di Indonesia sendiri diperkirakan terdapat 12,4
juta penderita DM di Indonesia pada tahun 2025 serta menempati urutan ke 4
negara dengan penderita DM terbanyak (Arief, 2007)
Hipertensi berkaitan dengan peningkatan tekanan darah. Menurut The
Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah ≥140/90 mmHg.
Hipertensi lebih sering ditemukan 1,5 sampai 3 kali pada penderita diabetes
dibandingkan dengan yang tanpa diabetes (WHO, 2006b). Hal ini dikarenakan
pada penderita diabetes melitus tipe 2 mengalami resistensi insulin dan atau
hiperinsulinemia. Kondisi hiperinsulinemia dapat menyebabkan retensi natrium,
meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik dan meningkatkan kalsium
intraseluler yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah (Sassen dan
Maclaughin, 2008).
2
Penderita diabetes dengan hipertensi mempunyai risiko kematian
kardiovaskular dua kali lebih besar dibandingkan penderita diabetes tanpa
hipertensi. Penderita diabetes dengan hipertensi juga meningkatkan risiko
terjadinya retinopati dan nefropati (WHO, 2006b).
Penurunan tekanan darah telah menunjukkan adanya penurunan
terjadinya komplikasi. Setiap penurunan 10 mmHg tekanan darah sistolik
menunjukkan penurunan kematian sebesar 15%, penurunan komplikasi
diabetes sebesar 12% dan penurunan infark miokard sebesar 11%. Oleh karena
itulah, tatalaksana hipertensi pada diabetes harus lebih agresif dengan target
tekanan darah kurang dari 130/80 mmHg (WHO, 2006a).
Berdasarkan teori mengenai hipertensi, hipertensi mulai muncul pada
usia 55 tahun (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinis, 2006). Menurut
hasil penelitian, diabetes melitus dengan hipertensi paling banyak diderita pada
kelompok usia di atas 50 tahun serta lebih banyak diderita oleh perempuan
(Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009).
Pada penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi
digunakan berbagai macam kelas terapi obat. Menurut hasil penelitian
sebelumnya digunakan obat-obat dari 9 kelas terapi obat dengan persentase
pemakaian yang paling banyak adalah golongan kardiovaskular, gizi dan darah,
serta hormonal (Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009).
Antihipertensi yang merupakan drug of choice dalam penatalaksanaan
hipertensi pada diabetes melitus adalah obat golongan penghambat ACE dan
antagonis angiotensin II. Antihipertensi lain yang dapat digunakan sebagai
3
kombinasi adalah golongan diuretik, beta bloker dan antagonis kalsium
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinis, 2006)
Penatalaksanaan hipertensi pada penderita diabetes perlu disertai dengan
evaluasi Drug Related Problems untuk mengetahui kesesuaian terapi yang
diberikan dengan standar yang berlaku dan untuk memilih terapi yang tepat
sesuai kondisi pasien. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi
baik mikrovaskuler maupun makrovaskuler yang merupakan penyakit
komplikasi diabetes (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006).
Apabila penatalaksanaan hipertensi pada penderita diabetes melitus ini
dilaksanakan dengan baik, akan menghasilkan dampak terapi atau outcome
yang diinginkan. Dampak terapi yang ingin dicapai adalah perbaikan kondisi
pasien. Menurut hasil penelitian sebelumnya, sebagian besar penderita diabetes
melitus dengan hipertensi meninggalkan rumah sakit dalam keadaan membaik
(Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009).
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Harapan Magelang karena rumah
sakit ini sering menjadi rujukan bagi pasien dengan kondisi ekonomi menengah
ke atas untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai. Angka kejadian diabetes
melitus di rumah sakit ini menurut data dari rekam medis cukup banyak yaitu
130 kasus selama Juli 2009-Juni 2010. Di rumah sakit ini juga belum pernah
ada penelitian mengenai penggunaan antihipertensi pada pasien diabetes tipe 2
dengan hipertensi di IRNA. IRNA lebih dipilih karena di instalasi ini
pemberian obat dan pemantauan obat lebih intensif dan lebih terkontrol
dibanding dengan rawat jalan.
4
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai penggunaan antihipertensi
pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi di IRNA Rumah Sakit
Harapan Magelang.
1. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan sehubungan dengan pasien diabetes melitus tipe 2 dengan
hipertensi di IRNA Rumah Sakit Magelang dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Seperti apakah karakteristik pasien yang meliputi umur, jenis kelamin,
lama perawatan dan keadaan pasien pada waktu keluar dari rumah sakit?
b. Seperti apakah profil obat yang digunakan, meliputi kelas terapi obat, jenis
obat dan aturan pemakaian obat?
c. Seperti apakah profil obat yang digunakan, meliputi golongan obat, jenis
obat dan aturan pemakaian obat?
d. Apakah terdapat drug related problems (DRPs) dalam penggunaan
antihipertensi pada pasien tersebut?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai “Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan
Magelang” belum pernah dilakukan sebelumnya.
5
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai diabetes
melitus tipe 2 antara lain:
a. Kajian Pemilihan Obat Hipoglikemik Oral Pada Terapi Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Pada Periode November-Desember 2002 (Wijoyo, 2004)
b. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi
Hipertensi Rawat Inap Periode 2005 Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta (Meirinawati, 2007)
c. Evaluasi Pemilihan dan Penggunaan Obat Antidiabetes pada Kasus
Diabetes Melitus Instalansi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari-Desember 2005 (Pertiwi, 2007)
d. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Komplikasi Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Dr Sardjito
Yogyakarta Periode Tahun 2007-2008 (Herlinawati, 2009)
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan
sebelumnya dalam hal lokasi pengamatan, waktu pengamatan, objek
pengamatan dan standar acuan yang digunakan. Penelitian Wijoyo (2004) dan
Pertiwi (2007) mengevaluasi penggunaan antidiabetes sedangkan penelitian
ini mengevaluasi penggunaan antihipertensi.
Standar acuan juga menjadi faktor yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya. Standar acuan penelitian ini adalah
Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi (Anonim, 2006),
6
Hypertension dalam Pharmacotherapy: A Pathofisiologic Approach (Sassen
dan Maclaughin, 2008), Hypertensive Vascular Disease dalam Harrison
Principles of Internal Medicine (Williams, G.H., 2001), dan Drug
Interactions Facts (Tatro, 2007). Standar acuan penelitian Wijoyo (2004)
adalah Konsensus Pengelolaan Diabetes (PERKENI, 2002), Meirinawati
(2007), Pertiwi (2007) dan Herlinawati (2009) adalah American Diabetes
Association (2005).
Dengan demikian diharapkan hasil penelitian ini akan dapat menjadi
pelengkap dari penelitian terdahulu.
3. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada umumnya serta
meningkatkan ketepatan penggunaan obat hipertensi pada pasien diabetes
melitus tipe 2 pada khususnya di Rumah Sakit Harapan Magelang.
7
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum ditujukan untuk mengevaluasi penggunaan
obat hipertensi pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Harapan Magelang periode Juli 2009-Juni
2010.
2. Tujuan Khusus
Untuk mencapai tujuan umum tersebut, maka secara khusus penelitian ini
ditujukan untuk mengetahui :
a. Karakteristik pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi meliputi
umur, jenis kelamin, lama perawatan dan keadaan pasien pada saat keluar
dari rumah sakit.
b. Profil obat yang digunakan pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan
hipertensi, meliputi kelas terapi obat, jenis obat dan aturan pemakaian
obat.
c. Profil antihipertensi yang digunakan pada pasien diabetes melitus tipe 2
dengan hipertensi meliputi golongan obat, jenis obat dan aturan pemakaian
obat.
d. Adanya drug related problems (DRPs) dalam penggunaan antihipertensi
pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi antara lain ada
indikasi tanpa obat, membutuhkan obat tambahan, pemilihan obat yang
tidak sesuai, dosis tidak sesuai, efek samping obat dan interaksi obat
8
sesuai baku standar Hypertensive Vascular Disease dalam Harrison
Principles of Internal Medicine (Williams, G.H., 2001), Pharmaceutical
Care untuk Penyakit Hipertensi (Anonim, 2006), Hypertension dalam
Pharmacotherapy: A Pathofisiologic Approach (Sassen dan Maclaughin,
2008) dan Drug Interactions Facts (Tatro, 2007).
9
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus dan Hipertensi
Diabetes melitus adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme yang
ditandai dengan tingginya kadar glukosa di dalam darah. Hal ini dikarenakan
kelenjar pankreas dari penderita diabetes melitus tidak dapat menghasilkan insulin
dalam jumlah yang cukup atau tubuh penderita yang tidak dapat menggunakan
insulin dengan baik (Richard, 1989).
Gejala-gejala diabetes melitus adalah sering haus (polidipsi), sering merasa
lapar (polifagia) dan sering kencing (poliuria). Diagnosis diabetes ditegakan
dengan hasil pemeriksaan darah dimana kadar glukosa darah pada saat puasa
diatas 126 mg/dl dan glukosa darah 2 jam sesudah makan di atas 200 mg/dl
(Tandra, 2008). Kadar glukosa darah puasa normal adalah 70-110 mg/dl.
Sedangkan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan adalah < 140 mg/dl (Sutedjo,
2009).
Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi tiga yaitu diabetes melitus tipe 1,
diabetes melitus tipe 2 dan diabetes melitus gestasional. Di antara ketiga jenis
diabetes ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah diabetes melitus tipe 2.
Diabetes melitus tipe 2 sering juga disebut dengan DM tidak tergantung
insulin (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus). Penderita DM tipe ini sekitar
90-95% dari semua kasus DM dan umumnya ditemukan pada orang berusia di
atas 45 tahun. DM tipe 2 ini dapat disebabkan oleh faktor genetik dan pengaruh
10
lingkungan seperti obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta
kurangnya aktifitas fisik (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005).
Pada diabetes melitus tipe 2 sering disertai dengan hipertensi yang dapat
menyebabkan timbulnya komplikasi pada penderita diabetes. Hipertensi atau
tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang dapat memicu terjadinya serangan
jantung, retinopati, kerusakan ginjal atau stroke (Tandra, 2008).
Klasifikasi hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah pada penderita
dengan usia 18 tahun ke atas menurut The Joint National Committee on Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure adalah sebagai berikut :
Tabel I. Penggolongan Hipertensi
Kategori Tekanan Darah Diastolik
(mmHg)
Tekanan Darah Sistolik
(mmHg)
Normal < 80 < 120
Prehipertensi 80-89 120-139
Hipertensi stage 1 90-99 140-159
Hipertensi stage 2 ≥100 ≥160
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006)
Sedangkan berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu
hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau sering disebut
hipertensi primer atau idiopatik adalah hipertensi yang terjadi tanpa penyebab
yang spesifik. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam golongan ini.
Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal),
penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan lain-lain (Setiawati dan
Bustami, 1995).
11
B. Karakteristik Pasien Diabetes Melitus
Diabetes melitus biasa ditemukan pada usia di atas 45 tahun (Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005). Sedangkan hipertensi mulai timbul
pada usia 55 tahun (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinis, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, diabetes melitus paling banyak diderita
pada kelompok usia di atas 50 tahun dan didominasi oleh perempuan. Pada usia
yang lebih lanjut yaitu di atas 70 tahun, jumlah penderita diabetes melitus disertai
hipertensi sudah berkurang (Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009).
Dari hasil penelitian sebelumnya menyatakan lama perawatan yang paling
banyak (46,67%) adalah 4-6 hari dengan 66,67% hingga 81,3% keadaan pasien
membaik saat meninggalkan rumah sakit (Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009).
C. Profil Obat yang Digunakan Pada Penatalaksanaan DM Tipe 2 dengan
Hipertensi
Tujuan utama terapi dari diabetes dengan hipertensi adalah mengurangi
morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan hipertensi serta
meningkatkan kualitas hidup pasien (Motala, 1996).
Sasaran atau target penurunan tekanan darah pada pasien DM yang disertai
hipertensi adalah dibawah 130/80mmHg. Strategi terapi yang dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu non-farmakologi dengan mengubah pola hidup dan
farmakologi dengan obat antihipertensi oral. Modifikasi gaya hidup saja tidak
cukup untuk pasien diabetes dengan hipertensi. Sedangkan pemilihan obatnya
12
tergantung pada tingginya tekanan darah dan adanya indikasi (Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005).
Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah
gaya hidup menjadi lebih sehat. Modifikasi pola hidup yang dapat dilakukan
untuk menurunkan kadar glukosa dan tekanan darah antara lain menurunkan berat
badan, melakukan latihan fisik seperti aerobik secara teratur, mengurangi
konsumsi garam, kolesterol, lemak jenuh dan membatasi minuman beralkohol
(maksimal 20-30ml sehari). Bagi perokok sebaiknya berhenti merokok (Setiawati
dan Bustami, 1995).
Terapi farmakologi dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang dapat
mengobati dan mencegah penyakit menjadi lebih parah. Pada penelitian
sebelumnya diberikan obat dari 9 kelas terapi obat yaitu golongan kardiovaskular,
hormonal, gizi-darah, sistem saraf pusat, sistem saluran cerna, sistem saluran
nafas, antiradang, analgesik dan antibiotik (Meirinawati, 2007; Herlinawati,
2009).
Pemberian obat golongan gizi dan darah ditujukan untuk meningkatkan
kondisi pasien sehingga proses penyembuhan pasien menjadi lebih cepat
(Meirinawati, 2007). Menurut hasil penelitian Herlinawati (2009), obat golongan
ini digunakan pada semua pasien. Menurut hasil penelitian Meirinawati (2007)
persentase penggunaan obat golongan ini sebesar 43,33%.
Pemberian obat golongan sistem saraf pusat bertujuan untuk mengurangi
rasa cemas pada pasien sehingga pasien menjadi tenang dan dapat beristirahat.
Istirahat yang cukup dibutuhkan oleh pasien dalam proses penyembuhan suatu
13
penyakit (Widyastuti, 2007). Menurut hasil penelitian Herlinawati (2009) dan
Meirinawati (2007) persentase penggunaan obat golongan sistem saraf pusat
berturut-turut adalah 21,88% dan 36,67%.
Obat golongan antiinfeksi dapat digunakan untuk mengobati infeksi bakteri
yang menyertai penderita diabetes melitus seperti ulkus dan ganggren supaya
tidak menjadi lebih parah. Pasien diabetes melitus juga rentan terhadap penyakit
infeksi terutama infeksi saluran kemih dan infeksi saluran nafas (Herlinawati,
2009). Pada penelitian sebelumnya obat golongan ini digolongkan menjadi
golongan antibiotik dengan persentase pemakaiannya pada hasil penelitian
Herlinawati (2009) dan Meirinawati (2007) masing-masing adalah 62,5% dan
56,67%.
Pemberian golongan sistem saluran cerna perlu diberikan kepada pasien
diabetes melitus untuk mengantisipasi efek samping dari antidiabetik. Hasil
penelitian Herlinawati (2009) menunjukan persentase penggunaan obat golongan
ini adalah 34,38% sedangkan menurut Meirinawati (2007) adalah 30%.
Obat golongan sistem saluran napas digunakan untuk mengobati penyakit
penyerta berupa asma dan batuk (Herlinawati, 2009). Menurut hasil penelitian
Herlinawati (2009) dan Meirinawati (2007) masing-masing adalah 12,5% dan
10%.
Obat golongan sistem obstretik, ginekologik dan saluran kemih digunakan
pada pasien dengan gangguan pada saluran kemih. Pada penelitian sebelumnya
tidak terdapat obat golongan ini karena sistem penggolongan obat yang berbeda.
14
Pemberian obat golongan otot skelet dan sendi diberikan pada pasien
dengan nyeri sendi dan nyeri otot (Widyastuti, 2007). Pada penelitian Meirinawati
(2007) obat golongan ini digolongkan menjadi golongan obat anti radang,
reumatik, encok dengan persentase penggunaan 10%. Sedangkan pada penelitian
Herlinawati (2009) persentase penggunaannya sebesar 12,5%.
D. Profil Antihipertensi yang Digunakan Pada Penatalaksanaan DM Tipe 2
dengan Hipertensi
Golongan obat yang dapat dipakai untuk mengobati hipertensi pada
penyandang diabetes dengan hipertensi adalah antihipertensi golongan
Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (penghambat ACE), Angiotensin
Receptors Blocker (ARB), diuretika, β-bloker, dan antagonis kalsium (Sassen dan
MacLaughin, 2008).
1. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (penghambat ACE)
Mekanisme kerja penghambat ACE adalah dengan mengurangi
pembentukan angiotensin II sehingga menimbulkan terjadinya vasodilatasi
dan penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan ekskresi natrium dan air
serta terjadi retensi kalium. Hal ini mengakibatkan penurunan tekanan darah.
Penghambat ACE merupakan golongan antihipertensi tahap pertama yang
efektif untuk hipertensi ringan, sedang dan berat. Obat yang termasuk
golongan ini adalah kaptopril, enalapril, lisinopril, ramipril, kuinapril,
perindopril, silazapril, benazepril, delapril dan fosinopril (Setiawati dan
Bustami, 1995).
15
Gambar 1. Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi dengan Indikasi Spesifik
(Sassen dan MacLaughin, 2008)
Penghambat ACE tidak mempunyai efek samping pada lipid atau kadar
glukosa dan dapat meningkatkan sensitivitas insulin. Efek samping yang
ditimbulkan berupa hiperkalemia pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
(Motala, 1996) Obat golongan penghambat ACE dapat berinteraksi dengan
alopurinol yang menyebabkan efek antihipertensi dari golongan penghambat
ACE berkurang (Tatro, 2007)
16
Pada hasil penelitian sebelumnya, presentase penggunaan antihipertensi
golongan ini cukup tinggi dengan penggunaan paling banyak kaptopril yaitu
21,9% dan 36,67% (Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009).
2. Angiotensin Receptor Blockers (ARBs) atau Antagonis Angiotensin II
Antagonis Angiotensin II dapat mengurangi komplikasi diabetes dan
merupakan terapi pilihan untuk mengontrol hipertensi pada pasien dengan
diabetes (Whalen dan Stewart, 2008).
Sifat obat golongan ini mirip dengan golongan Penghambat ACE, tetapi
obat ini tidak memecah bradikinin sehingga tidak menimbulkan batuk kering
persisten yang merupakan efek samping dari penghambat ACE. Hal ini
membuat obat golongan ini dapat digunakan sebagai alternatif dari obat
golongan penghambat ACE pada pasien yang tidak dapat mentoleransi batuk
kering persisten akibat penggunaan obat golongan penghambat ACE (Neal,
2006)
Sama halnya dengan obat golongan penghambat ACE, obat golongan
ARB ini juga dapat berinteraksi dengan alopurinol yang menyebabkan efek
antihipertensi dari golongan ARB berkurang (Tatro, 2007)
Pada hasil penelitian Meirinawati (2007), persentase penggunaan obat
golongan ini cukup rendah yaitu sebesar 13,33% dengan penggunaan losartan
pada 1 pasien dan 3 pasien menggunakan valsartan. Hal ini berbeda jauh
dengan hasil penelitian Herlinawati (2009). Persentase penggunaan
antihipertensi golongan ini paling besar yaitu 78,2%. Persentase paling banyak
17
adalah pada penggunaan valsartan yaitu sebesar 71,9% (Meirinawati, 2007;
Herlinawati, 2009).
3. Diuretika
Obat golongan ini menurunkan tekanan darah dengan cara
meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air sehingga mengurangi volume
plasma dan cairan ekstrasel. Diuretika secara tunggal dapat digunakan untuk
mengobati hipertensi essensial ringan dan sedang. Pada hipertensi yang lebih
berat dapat digunakan kombinasi diuretika dengan obat simpatolitik dan
vasodilator (Benowitz dan Bourne, 1989).
Obat golongan diuretika kuat, misalnya furosemid, dapat digunakan
untuk pasien hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal atau payah jantung.
Diuretika hemat kalium, seperti spironolakton, merupakan diuretika lemah
yang berguna untuk mencegah terjadinya kekurangan kalium sebagai akibat
pemberian diuretika yang lain (Setiawati dan Bustami, 1995).
Dari hasil penelitian sebelumnya persentase penggunaan diuretika
adalah sebesar 16,33% dan 50%. Pada penelitian Meirinawati (2007),
persentase penggunaan furosemid adalah 13,33% dan persentase penggunaan
diuretika tiazid hanya 3,33%. Pada penelitian Herlinawati (2009), persentase
penggunaan furosemid dan hidroklorotiazid masing-masing adalah 15,6% dan
34,4%.
18
Gambar 2. Mekanisme Kerja Antihipertensi
(Sassen dan MacLaughin, 2008)
4. Penghambat beta atau β-bloker
Mekanisme antihipertensi dari β-bloker masih belum jelas, namun
sebagai antihipertensi diperkirakan bekerja dengan cara mengurangi denyut
jantung dan kontraktilitas miokard, menghambat pelepasan norepinefrin
melalui hambatan reseptor β-2 prasinaps serta menghambat sekresi renin
melalui hambatan reseptor β-1 di ginjal (Setiawati dan Bustami, 1995).
Obat golongan ini berfungsi untuk mengobati hipertensi, nyeri dada,
dan detak jantung yang tidak teratur serta dapat membantu mencegah
19
serangan jantung berikutnya. Obat ini bekerja dengan memblok efek
adrenalin dan bekerja di jantung untuk meringankan kerja jantung sehingga
dapat menurunkan tekanan darah (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, 2006). Contoh obat golongan ini adalah propanolol, nadolol, atenolol
dan pindolol (Setiawati dan Bustami, 1995).
Obat golongan penyekat beta harus digunakan dengan hati-hati pada
penderita diabetes melitus karena obat ini dapat menutupi terjadinya
hipoglikemia terselubung apabila digunakan bersamaan dengan antidiabetika
oral. Selain itu, efek antihipertensi dari golongan ini dapat berkurang akibat
penggunaan bersamaan dengan antiinflamasi nonsteroid. Bradikardi dan
depresi miokardial dapat terjadi apabila digunakan bersama dengan golongan
antagonis kalsium (Tatro, 2007)
Pada hasil penelitian sebelumnya, penggunaan antihipertensi golongan
ini sangat rendah. Bahkan hasil penelitian Meirinawati (2007), tidak
ditemukan adanya penggunaan antihipertensi golongan ini. Hasil penelitian
Herlinawati (2009) menunjukan persentase penggunaan antihipertensi ini
adalah sebesar 6,2% dengan penggunaan bisoprolol dan propanolol
(Meirinawati, 2007; Herlinawati, 2009).
5. Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium dapat menurunkan kejadian kardiovaskular pada
pasien diabetes dengan hipertensi. Antagonis kalsium dengan β-bloker,
penghambat ACE atau α-bloker dapar memberikan efek yang baik. Namun,
20
kombinasi dengan diuretika hanya memberikan efek yang kecil (Setiawati dan
Bustami, 1995).
Antagonis kalsium menurunkan tekanan darah dengan memperlambat
pergerakan kalsium ke dalam sel jantung dan dinding arteri yang membawa
darah dari jantung ke jaringan sehingga arteri menjadi relaks dan dapat
menurunkan tekanan dan aliran darah di jantung (Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik, 2006).
Antagonis kalsium golongan dihidropiridon mempunyai efek netral
terhadap parameter metabolik baik pada penderita diabetes tipe 2 dengan
hipertensi. Dalam sebuah studi singkat menggunakan diltiazem dan verapamil
(antagonis kalsium golongan non-dihidropiridon) menurunkan proteinuria
pada pasien dengan nefropati diabetes. Namun, dalam studi yang lebih lama
tidak menunjukan penurunan laju filtrasi glomerulus (Pacheco, Parot, Raskin,
2002).
Penggunaan antagonis kalsium pada penelitian sebelumnya cukup
tinggi. Pada penelitian Meirinawati (2007), persentase penggunaan paling
banyak adalah amlodipin besilat yaitu 23,34%. Persentase penggunaan
nifedipin dan diltiazem masing-masing adalah 16,33% dan 3,33%. Menurut
penelitian Herlinawati (2009), persentase penggunaan nifedipin, amlodipin
dan diltiazem berturut-turut adalah 12,5%, 9,4% dan 9,4% (Meirinawati,
2007; Herlinawati, 2009)
21
E. Drug Related Problems (DRPs)
Drug Related Problems (DRPs) atau sering disebut dengan Drug
Teraphy Problems (DTP) merupakan masalah yang sering timbul dalam
pengobatan dan tidak diharapkan oleh pasien. DRPs dibagi menjadi dua
kelompok yaitu Actual DRPs dan Potential DRPs. Actual DRPs adalah masalah
yang benar-benar terjadi terkait dengan pengobatan yang diberikan kepada
pasien. Sedangkan Potential DRPs adalah masalah yang diduga akan terjadi
berkaitan dengan pengobatan yang akan diterima oleh pasien tersebut. Kedua
jenis DRPs ini membutuhkan campur tangan farmasis untuk mengatasinya
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005).
Masalah yang termasuk dalam DRPs adalah sebagai berikut :
1. Ada obat tanpa indikasi
Obat yang digunakan dalam terapi tidak dibutuhkan karena pasien tidak
mengalami indikasi klinis dari obat bersangkutan pada saat menjalani terapi.
Penyebabnya adalah tidak adanya indikasi medis yang tepat untuk terapi
obat yang diberikan. Misalnya pasien mengalami stress sehingga tekanan
darahnya mencapai 140/80 mmHg dan diberikan antihipertensi. Sebenarnya
pemberian antihipertensi ini kurang tepat karena tekanan darah pasien
melonjak disebabkan oleh stress sehingga cukup dengan terapi non
farmakologis saja (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005).
Selain itu dapat juga disebabkan adanya penggunaan obat yang bersifat
polifarmasi. Misalnya pasien mengalami batuk dan diberi obat batuk yang
sudah terdapat parasetamol untuk mengatasi demam pasien. namun, pasien
22
diberikan lagi parasetamol dalam bentuk tablet (Cipolle, Linda, Peter,
2004).
Pemberian obat tanpa indikasi ini tentunya akan merugikan pasien
secara finansial karena membengkaknya biaya yang harus dikeluarkan.
DRPs kategori ini juga dapat menimbulkan dampak negatif pada pasien
berupa efek samping atau toksisitas (Direktorat Bina Farmasi Komunitas
dan Klinis, 2005).
2. Membutuhkan obat tambahan
Obat tambahan dibutuhkan untuk mengobati atau mencegah
berkembangnya penyakit atau kondisi medis. Obat tambahan juga dapat
terjadi pada kondisi medis yang membutuhkan terapi obat tambahan untuk
memperoleh efek sinergis atau adiktif (Cipolle, dkk, 2004).
Misalnya pada pasien diabetes melitus dengan hipertensi yang
memerlukan antidiabetes dan antihipertensi. Namun dalam kenyataannya,
pasien tidak menerima antihipertensi padahal tekanan darah pasien cukup
tinggi. Selain itu, pasien diabetes melitus dengan hipertensi rentan terhadap
penyakit kardiovaskular misalnya jantung sehingga diperlukan obat yang
dapat menjaga jantung untuk mencegah penyakit jantung. Jika tekanan
darah tidak kunjung mencapai target yang diharapkan, dibutuhkan
antihipertensi lain sebagai kombinasi (Direktorat Bina Farmasi Komunitas
dan Klinis, 2005).
23
3. Pemilihan obat yang tidak tepat
Pemilihan obat yang kurang tepat meliputi obat yang digunakan tidak
atau kurang efektif (pasien menerima obat tetapi bukan yang paling efektif
untuk indikasi yang diobati), pasien alergi terhadap obat yang diberikan,
pasien resisten terhadap obat yang digunakan, pemilihan bentuk sediaan
yang kurang tepat dan adanya polifarmasi yaitu pemberian berbagai macam
obat dengan komposisi yang sama secara bersamaan (Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005).
4. Dosis tidak sesuai
Obat dapat menimbulkan respon yang diinginkan jika dosis yang
diberikan dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu, evaluasi pada dosis
obat yang diberikan meliputi jumlah dosisnya yaitu apakah dosis terlalu
rendah, cukup atau terlalu tinggi. Jika dosis terlalu rendah efek obat yang
diharapkan tidak dapat tercapai. Sedangkan jika dosis terlalu tinggi dapat
menyebabkan toksisitas. Selain pemberian dosis, interaksi obat juga dapat
menyebabkan penurunan efek terapi. Dalam dosis yang cukup, obat dapat
menimbulkan efek samping yaitu efek yang tidak diharapkan dalam terapi
(Cipolle, dkk, 2004).
Hasil penelitian terdahulu (Meirinawati, 2007) menunjukan adanya kasus
DRPs sebanyak 7 kasus dari 30 kasus dengan rincian 6 kasus pilihan obat tidak
tepat dan 2 kasus dosis terlalu rendah. Sedangkan hasil penelitian Herlinawati
(2009) menunjukan adanya 6 kasus ADR dan interaksi obat, 2 kasus dosis terlalu
24
tinggi, 2 kasus obat kurang efektif, 1 kasus tidak butuh obat dan 4 kasus butuh
obat dari 32 kasus.
F. Keterangan Empiris
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
penggunaan antihipertensi pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi di
IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang, meliputi karakteriksik pasien, profil obat,
profil antihipertensi dan Drug Related Problems (DRPs).
.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan penelitian
deskriptif yang bersifat retrospektif. Observasional karena dalam penelitian ini
tidak terdapat perlakuan terhadap subyek uji. Deskriptif karena penelitian ini
diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan secara
obyektif. Retrospektif karena data yang digunakan dalam penelitian diambil
dengan melakukan penelusuran terhadap dokumen terdahulu, yaitu data lembar
catatan rekam medik pasien (Notoatmodjo, 2005)
B. Definisi Operasional
1. Pasien adalah penyandang diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi yang
menjalani perawatan di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang periode Juli
2009-Juni 2010.
2. IRNA adalah instalasi rawat inap.
3. Kritertia hipertensi ditentukan dengan melihat diagnosis masuk, diagnosis
kerja dan diagnosis keluar serta tingginya tekanan darah pasien.
4. Karakteristik pasien yang dimaksud meliputi umur, jenis kelamin, lama
perawatan di rumah sakit dan keadaan pasien pada saat keluar dari rumah
sakit.
5. Profil obat yang dimaksud adalah kelas terapi obat, jenis obat dan aturan
pemakaian obat.
26
6. Obat yang dievaluasi adalah obat antihipertensi yang diberikan pada
penyandang diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi.
7. Drug related problems (DRPs) yang dimaksud meliputi ada indikasi tanpa
obat, membutuhkan obat tambahan, pemilihan obat yang tidak tepat, dosis
terlalu rendah dan dosis terlalu tinggi yang dikaji berdasarkan Hypertensive
Vascular Disease dalam Harrison Principles of Internal Medicine (Williams,
G.H., 2001) dan Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi (Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006) serta interaksi obat dan efek
samping obat yang dikaji berdasarkan Drug Interaction Facts (Tatro, 2007)
8. Efek samping obat yang dimaksud adalah efek samping yang timbul akibat
penggunaan antihipertensi yang dikeluhkan pasien selama dirawat di rumah
sakit dan tercatat di lembar rekam medis.
9. Interaksi obat yang dimaksud adalah kemungkinan adanya interaksi antara
antihipertensi dengan obat lain yang diberikan selama pasien dirawat di rumah
sakit.
10. Nama obat yang dimaksud adalah nama generik, kecuali obat yang
mengandung lebih dari 2 macam zat aktif digunakan nama zat aktif utama
pada obat paten kombinasi.
11. Diagnosis masuk adalah diagnosis yang ditulis pada rekam medis saat pasien
masuk rumah sakit.
12. Diagnosis kerja adalah diagnosis yang ditulis pada rekam medis selama pasien
dirawat di rumah sakit.
27
13. Diagnosis keluar adalah diagnosis yang ditulis pada rekam medis saat pasien
keluar dari rumah sakit.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi
yang menjalani perawatan di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang periode Juli
2009-Juni 2010.
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah data rekam medis pasien diabetes
melitus tipe 2 dengan hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang
periode Juli 2009-Juni 2010.
E. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di IRNA Rumah Sakit Harapan, Jalan P.
Senopati 11 Magelang.
F. Tata Cara Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan dengan melakukan studi pustaka mengenai
diabetes khususnya diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi, penentuan
masalah beserta cara analisis masalah, dan perijinan yang berkaitan dengan
28
pengambilan rekam medik di instalasi rawat inap Rumah Sakit Harapan
Magelang. Kemudian dilanjutkan dengan pencarian informasi mengenai
kemungkinan diadakannya penelitian di Rumah Sakit Harapan Magelang.
2. Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data didahului dengan mencari tahu jumlah angka kejadian
diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi di instalasi rawat inap Rumah Sakit
Harapan Magelang periode Juli 2009-Juni 2010 yang diperoleh dari Sub-
Bagian Rekam Medik. Dari Sub-Bagian Rekam Medik didapatkan printout
yang berisi nomor rekam medik, hasil diagnosis, tanggal keluar dan keadaan
pasien saat keluar dari rumah sakit. Data tersebut digunakan untuk
mendapatkan data pasien diabetes melitus tipe 2 diserai hipertensi dengan
menelusuri lembar rekam medik secara keseluruhan.
Pada saat pengumpulan data digunakan blanko yang berisi identitas
pasien, diagnosis masuk, diagnosis kerja, diagnosis keluar, obat yang
diberikan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan keluhan pasien
saat masuk rumah sakit serta selama pasien menjalani perawatan. Identitas
pasien berisi nama, umur dan jenis kelamin, kelas perawatan, tanggal masuk
dan tanggal keluar pasien serta lama perawatan. Kategori obat yang diberikan
berisi jenis obat, dosis obat, aturan pemakaian obat, waktu pemakaian obat
dan lama pemakaian obat. Pemeriksaan fisik berisi pemeriksaan tekanan
darah, suhu tubuh dan denyut nadi. Pemeriksaan laboratorium yang
digunakan meliputi glukosa darah puasa, glukosa darah post prandial,
29
glukosa darah sewaktu, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, asam urat, kolesterol
total, HDL, LDL, trigliserida.
3. Tahap Pengolahan Data
Dari sub bagian rekam medik didapatkan 130 kasus diabetes melitus tipe
2. Dari 130 kasus tersebut didapatkan 29 kasus diabetes melitus tipe 2 dengan
hipertensi. Data yang didapatkan dari 29 kasus tersebut kemudian dilakukan
pengolahan data dengan menyusun dan menggolongkan data dalam kategori-
kategori secara tabel. Kategori yang dimaksud adalah karakteristik pasien,
profil obat, jenis DRPs dan dampak terapi. Data kualitatif akan disajikan
dalam bentuk uraian sedangkan data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik. Kemudian berdasarkan data tersebut akan dilakukan
pembahasan secara naratif.
G. Tata Cara Analisis Hasil
Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif untuk
mengetahui pemilihan dan penggunaan obat pada pasien diabetes melitus tipe
2 dengan hipertensi di instalasi rawat inap Rumah Sakit Harapan Magelang.
Data yang telah diolah dibuat persentase, dievaluasi menggunakan teori yang
ada, penelitian sebelumnya dan guideline yang ada, serta disajikan dalam
bentuk narasi deskriptif sederhana, diagram, dan tabulasi.
30
Data yang didapatkan dievaluasi berdasarkan:
1. Distribusi kelompok umur pasien
Kelompok umur pasien dibagi secara rasional menjadi 5 kelompok
yaitu kelompok umur 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun
dan 75-84 tahun. Perhitungan dilakukan pada masing-masing kelompok,
dibagi dengan jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi dan
dikali 100%.
2. Distribusi jenis kelamin pasien
Kelompok jenis kelamin terdiri dari perempuan dan laki-laki.
Perhitungan dilakukan pada masing-masing kelompok, dibagi dengan
jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi dan dikali 100%.
3. Distribusi lama rawat pasien
Lama perawatan dihitung dari pasien masuk rumah sakit hingga pasien
keluar dari rumah sakit. Setelah itu dikelompokan berdasarkan lama
perawatannya dan dilakukan perhitungan pada masing-masing kelompok,
dibagi dengan jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi dan
dikali 100%
4. Distribusi keadaan pasien pada saat keluar dari rumah sakit
Keadaan pasien pada saat keluar dari rumah sakit didapat dari lembar
rekam medis pasien yang berfungsi untuk mengetahui kondisi pasien saat
31
meninggalkan rumah sakit. Kelompok keadaan pasien ini dibagi menjadi
dua kelompok yaitu meninggal dan membaik. Perhitungan dilakukan pada
masing-masing kelompok dan dibagi dengan jumlah pasien diabetes
melitus tipe 2 dengan hipertensi.
5. Distribusi kelas terapi obat
Obat yang digunakan pada terapi dikelompokan berdasarkan kelas
terapi obat sesuai dengan IONI 2008 dan didapatkan 9 kelas terapi obat
yaitu sistem endokrin, sistem kardiovaskular, sistem saluran cerna, sistem
saluran napas, sistem saraf pusat, infeksi, obstretik-ginekologik-saluran
kemih, gizi-darah, dan skelet-sendi. Perhitungan dilakukan pada setiap
kelompok kelas terapi obat dengan menjumlah kasus yang menggunakan
kelas terapi obat yang dimaksud, dibagi dengan jumlah total kasus dan
dikali 100%.
6. Distribusi jenis DRPs
Data yang diperoleh kemudian dianalisis adanya DRPs dan
dikelompokan menjadi 6 kategori DRPs. Perhitungan dilakukan dengan
menjumlah kasus DRPs pada seriap kategori dibagi dengan jumlah total
kasus dan dikali 100%.
32
H. Kelemahan dan Kesulitan Penelitian
Kelemahan penelitian ini adalah tidak dilakukan cross check yang dapat
mempertajam analisis. Penelitian ini juga hanya membahas drug related problems
mengenai antihipertensi sehingga tidak diketahui DRPs secara keseluruhan.
Pada saat pengambilan data menggunakan rekam medis, peneliti mengalami
beberapa kesulitan. Kesulitan yang pertama adalah peneliti kurang dapat
membaca dan memahami tulisan dokter yang ada di rekam medis. Kesulitan yang
kedua adalah kesulitan menemukan rekam medis yang dibutuhkan karena sedang
dipakai pihak rumah sakit.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pasien
Selama periode Juli 2009 hingga Juni 2010 di IRNA Rumah Sakit Harapan
Magelang ditemukan 29 pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi. Pasien
tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, lama
perawatan dan kondisi pasien saat keluar dari rumah sakit.
1. Umur Pasien
Dari data pasien yang diperoleh, pasien dikelompokan secara rasional
menjadi 5 kelompok umur yaitu kelompok umur 35-44 tahun, 45-54 tahun,
55-64 tahun, 65-74 tahun, dan 75-84 tahun. Penderita paling banyak yaitu
sebanyak 38% terdapat pada kelompok usia 65-74 tahun. Kelompok usia
yang lebih lanjut lagi yaitu kelompok usia 75-84 tahun yang mengidap
diabetes dengan hipertensi hanya 10%. Persentase penderita pada kelompok
usia yang paling muda yaitu 35-44 tahun paling rendah yaitu 7%. Kelompok
usia 45-54 tahun sebesar 14% dan kelompok usia 55-64 tahun sebesar 31%.
Gambar 3. Distribusi Umur Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi di IRNA
Rumah Sakit Harapan Magelang
7%14%
31%38%
10% 35-44
45-54
55-64
65-74
75-84
34
Kelompok usia yang paling banyak mengidap penyakit diabetes melitus
tipe 2 dengan hipertensi adalah pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu
sebanyak 38%. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan fungsi tubuh pada
pasien usia lanjut. Sedangkan untuk usia yang lebih lanjut yaitu lebih dari 75
tahun kejadian diabetes melitus lebih sedikit yaitu 10% dikarenakan banyak
penderita yang sudah tidak mampu bertahan mengingat adanya teori yang
menyebutkan bahwa angka harapan hidup di Indonesia mencapai 70 tahun
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006)
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (2006) menyatakan hipertensi mulai
muncul pada usia 55 tahun. Hasil penelitian menunjukkan penderita diabetes
melitus dengan hipertensi mulai melonjak pada kelompok usia 55-64 tahun.
Pada kelompok usia sebelumnya, yaitu kelompok usia 45-54 tahun,
ditemukan persentase kejadian sebesar 13%, sedangkan pada kelompok usia
55-64 tahun, angka persentase melonjak lebih dari dua kali lipat yaitu 31%.
Hal ini menunjukan bahwa hipertensi mulai muncul pada usia 55 tahun.
Kesimpulannya, hasil penelitian ini telah sesuai dengan teori yang ada.
Menurut hasil penelitian Meirinawati (2007) menyatakan bahwa
kelompok usia yang paling banyak menderita diabetes melitus dengan
hipertensi adalah kelompok usia 55-64 tahun yaitu sebesar 36,67%.
Kelompok usia 65-74 tahun menduduki peringkat kedua tertinggi yaitu
sebesar 26,67%. Kelompok usia yang lebih lanjut yaitu 75 tahun ke atas
terdapat 13,33%. Hasil penelitian Herlinawati (2009) menyatakan penderita
paling banyak sebesar 40,6% terdapat pada kelompok usia 50-59 tahun dan
35
peringkat kedua pada kelompok usia 60-69 tahun sebesar 34,4%. Pada
kelompok usia lebih lanjut yang terdapat pada kategori 70-79 tahun dan 80-89
tahun hanya ditemukan sebesar 9,4%.
Hasil kedua penelitian sejenis tersebut hampir sama dengan hasil
penelitian ini yaitu penderita diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi paling
banyak pada kelompok usia lanjut yaitu di atas 55 tahun. Selain itu, dari
kedua penelitian tersebut juga didapat bahwa pada usia yang lebih lanjut yaitu
70 tahun ke atas persentasenya cenderung menurun. Hal ini dikarenakan
banyak penderita yang sudah tidak mampu bertahan mengingat adanya teori
yang menyebutkan bahwa angka harapan hidup di Indonesia mencapai 70
tahun.
2. Jenis Kelamin Pasien
Dari data yang diperoleh didapatkan persentase laki-laki yang mengidap
diabetes dengan hipertensi lebih banyak yaitu 59%. Sedangkan persentase
perempuan yang mengidap diabetes dengan hipertensi adalah 41%.
Gambar 4. Perbandingan Jenis Kelamin Pasien DM Tipe 2
dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang
59%
41% laki-laki
perempuan
36
Menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (2006), pada
usia dibawah 55 tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi
dibandingkan perempuan. Sedangkan pada usia antara 55-74 tahun,
perempuan sedikit lebih banyak menderita hipertensi dibanding laki-laki.
Hasil penelitian menunjukan, persentase laki-laki yang menderita diabetes
melitus dengan hipertensi lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh kebiasaan merokok dan konsumsi minuman
beralkohol yang lebih banyak dilakukan laki-laki dibanding perempuan.
Berdasarkan hasil penelitian Meirinawati (2007) didapatkan hasil bahwa
persentase penderita perempuan lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.
Perbandingan persentase perempuan dengan laki-laki adalah 63,33% :
36,67%. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Herlinawati (2009)
didapatkan perbandingan persentase perempuan dan laki-laki sebesar 53,1% :
46,9%. Hasil penelitian yang didapat tidak sesuai dengan kedua penelitian
sebelumnya. Hal ini dapat disebabkan adanya perbedaan gaya hidup karena
lokasi dan waktu penelitian yang berbeda.
3. Lama Perawatan
Lama rawat bergantung dari kondisi pasien dan kesediaan pasien untuk
dirawat. Dari hasil penelitian didapat hasil yang bervariasi antara 2 hari
sampai 8 hari. Pasien paling banyak dirawat selama 4, 6 dan 8 hari yaitu
sebesar 21%. Sedangkan presentase lama perawatan yang paling sedikit
adalah 3% yaitu selama 2 hari. Hal ini membuktikan bahwa perawatan
37
penderita diabetes melitus dengan hipertensi harus intensif untuk mengontrol
kadar glukosa darah pasien dan tekanan darah pasien.
Gambar 5. Distribusi Lama Perawatan Pasien DM Tipe 2
dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang
Menurut hasil penelitian Meirinawati (2007) menyatakan pasien paling
banyak tinggal di rumah sakit selama 4-6 hari yaitu sebesar 46,67% pasien.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian karena jika diakumulasikan antara
pasien yang dirawat 4 hari, 5 hari dan 6 hari persentasenya paling besar
daripada kelompok lainnya.
4. Keadaan Pasien pada Saat Keluar dari Rumah Sakit
Hampir seluruh pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi di Rumah
Sakit Harapan Magelang meninggalkan rumah sakit dalam keadaan membaik
atau dapat dikatakan pulang atas persetujuan dokter. Menurut rumah sakit,
3%14%
21%
14%
21%
7%
21% 2 hari
3 hari
4 hari
5 hari
6 hari
7 hari
8 hari
38
membaik berarti membaik kondisi umum dari pasien tersebut. Sedangkan satu
pasien meninggal dunia setelah 24 jam dirawat di rumah sakit.
Gambar 6. Perbandingan Keadaan Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi
Saat Keluar dari Rumah Sakit
Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu
persentase terbesar adalah pasien keluar dari rumah sakit dalam kondisi
membaik. Berdasarkan hasil penelitian Herlinawati (2009) dan Meirinawati
(2007) berturut-turut 81,3% dan 66,67% keluar dari rumah sakit dalam
keadaan membaik.
B. Profil Obat
Obat yang digunakan dalam penatalaksanaan diabetes melitus dengan
hipertensi dibagi menjadi 9 kelas terapi obat. Obat golongan gizi dan darah,
sistem endokrin serta sistem kardiovaskular digunakan pada semua kasus (100%).
Hal ini dikarenakan pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi pada
umumnya membutuhkan ketiga golongan obat tersebut.
97%
3%
membaik
meninggal
39
Obat sistem endokrin dan obat sistem kardiovaskular penggunaannya
mencapai 100% atau digunakan pada setiap kasus diabetes melitus yang dengan
hipertensi. Hal ini berkaitan dengan penanganan diabetes melitus dengan
hipertensi. Obat antidiabetes termasuk dalam obat sistem endokrin sehingga obat
golongan ini digunakan pada semua kasus untuk menurunkan dan menjaga kadar
glukosa dalam darah. Begitu pula dengan pemakaian obat sistem kardiovaskular
yang mencakup obat antihipertensi untuk menurunkan dan menjaga tekanan darah
pasien. Obat kelas terapi yang lain digunakan untuk mengobati penyakit,
mencegah penyakit menjadi lebih parah dan dapat juga untuk mempercepat
pemulihan kondisi pasien.
Gambar 7. Distribusi Kelas Terapi Obat Pada Pasien DM Tipe 2 dengan
Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
Kasu
s (%
)
Kelas Terapi
Gizi dan Darah
Sistem Endokrin
Sistem Kardiovaskular
Sistem Saraf pusat
Antiinfeksi
Sistem Saluran Cerna
Sistem Saluran Napas
Obstetrik, Ginekologik
dan Saluran Kemih
Otot Skelet dan Sendi
40
Persentase penggunaan golongan gizi dan darah sebesar 100%. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Herlinawati (2009) yang menyatakan
penggunaan obat golongan ini mencapai 100%. Namun, hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan hasil penelitian Meirinawati (2007) yang menyatakan persentase
penggunaan obat golongan ini adalah 44,43. Perbedaan hasil penelitian ini dapat
disebabkan adanya perbedaan kondisi pasien. Obat golongan gizi dan darah yang
digunakan dikelompokan menjadi 5 subkelas terapi yang dapat dilihat pada Tabel
II.
Tabel II. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik
Obat Gizi dan Darah pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi
di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang
No. Golongan Kelompok Nama Generik ∑* %
1. Anemia dan
Gangguan Darah
Lain
Anemia
Megaloblastik
Mecobalamin 2 6,90
2. Cairan dan
Elektrolit
Gangguan
Keseimbangan
Cairan dan
Elektrolit
Natrium
Bikarbonat 2 6,90
KCl 1 3,45
Assering 22 75,86
Ringer Laktat 6 20,69
RL+Aminofilin 1 3,45
NaCl+Aminofilin 1 3,45
3. Nutrisi - Glukosa® 1 3,45
Aminoral 1 3,45
Asam Amino 1 3,45
Asam Amino +
histidin 1 3,45
L-threonine® 1 3,45
Ekstra Kurkuma® 1 3,45
4. Vitamin Vitamin C Asam Askorbat 1 3,45
Vitamin B Flursultiamin HCl 1 3,45
Sulbutiamin 1 3,45
Vitamin K Vitamin K 1 3,45
5. Multivitamin Asam Lipoat® 1 3,45
41
Persentase penggunaan obat sistem endokrin juga mencapai 100%. Hal ini
dikarenakan obat antidiabetika dan insulin yang berguna untuk menjaga dan
menurunkan kadar glukosa darah termasuk dalam golongan obat sistem endokrin.
Persentase penggunaan obat golongan ini pada penelitian sebelumnya juga cukup
tinggi yaitu 87,5% dan 96,67%. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori karena
pada umumnya pasien diabetes melitus membutuhkan insulin atau obat
antidiabetika oral yang termasuk dalam obat golongan sistem endokrin.
Obat golongan sistem endokrin dibagi menjadi dua sub kelas terapi yaitu diabetes
dan kortikosteroid yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel III.
Tabel III. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik
Obat Sistem Endokrin Pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi
di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang
No. Golongan Kelompok Nama Generik ∑* %
1. Diabetes Insulin Insulin Glargine 4 13,79
Insulin Isophane 4 13,79
Insulin Isophane
Biphasic 1 3,45
Regular Insulin 7 24,14
Antidiabetika
Oral Glikazid 2 6,90
Glikuidon 3 10,34
Glimepirid 16 55,17
Metformin 12 41,38
Repaglinid 1 3,45
Vidagliptin 4 13,79
2. Kortikosteroid Glukokortikoid Metilprednisolon 4 13,79
Dexametason 2 6,90
*∑ = jumlah pasien (n=29)
Obat kardiovaskular merupakan obat yang bekerja pada jantung dan pembuluh
darah. Persentase penggunaaan obat golongan ini mencapai 100% karena obat
antihipertensi termasuk dalam golongan ini. Pada penelitian sebelumnya
persentase penggunaan obat golongan ini cukup tinggi yaitu 66,67% dan 93,8%.
42
Perbedaan persentase penggunaan obat golongan ini dapat dikarenakan adanya
kondisi pasien yang berbeda. Obat golongan ini terbagi dalam 9 sub kelas terapi
yang secara rinci terlihat pada Tabel IV.
Tabel IV. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik
Obat Sistem Kardiovaskular pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi
di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang
No. Golongan Kelompok Nama Generik ∑* %
1. Aritmia Antiaritmia Adenosin 1 3,45
Amiodarone 1 3,45
2. Antihipertensi Beta-Bloker Bisoprolol 5 17,24
Penghambat ACE Captopril 6 20,69
Lisinopril 5 17,24
Ramipril 3 10,34
Antagonis
Reseptor
Angiotensin II
Losartan 5 17,24
Irbesartan 7 24,14
3. Anti Angina Nitrat Isosorbid dinitrat 1 3,45
Isosorbid mononitrat 5 17,24
Antagonis
Kalsium Amlodipine 4 13,79
Diltiazem 5 17,24
Nifedipin 2 6,90
Anti Angina Lain Trimetzidin diHCl 1 3,45
4. Diuretika Tiazid Hidroklorotiazid 1 3,45
Diuretika Kuat Furosemid 8 27,59
5. Antikoagulan
dan Protamin
Antikoagulan
Parenteral
Heparin 1 3,45
6. Antiplatelet
-
Asetosal 2 6,90
Klopidogrel 4 13,79
Silostazol 2 6,90
7. Hemostatik dan
Antifibrinolitik -
Asam Traneksamat 2 6,90
8. Hipolipidemik Statin Atorvastatin 2 6,90
Rosuvastatin 1 3,45
Simvastatin 5 17,24
9. Gangguan
Sirkulasi Darah
Vasodilator
Perifer Citicolin 1 3,45
Flunarizin 4 13,79
Vasodilator
Serebral
Co-dergokrin
mesilat
2 6,90
43
Obat golongan sistem saraf pusat dapat digunakan untuk mengurangi rasa
cemas pada pasien sehingga pasien menjadi tenang dan dapat beristirahat.
Menurut hasil penelitian, persentase penggunaan obat sistem saraf pusat adalah
93,10%. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya. Menurut
hasil penelitian Herlinawati (2009) dan Meirinawati (2007) persentase
penggunaan obat golongan sistem saraf pusat berturut-turut adalah 21,88% dan
36,67%. Perbedaan hasil penelitian ini dikarenakan karena tempat dan waktu
penelitian yang berbeda yang berakibat pada berbedanya kondisi pasien.
Obat golongan sistem saraf pusat yang digunakan terbagi dalam 5 subkelas
terapi yang secara rinci dapat dilihat pada tabel V.
Tabel V. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik
Obat Sistem Saraf Pusat pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi
di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang
No. Golongan Kelompok Nama Generik ∑ %
1. Hipnosis dan
Ansietas Hipnosis Zolpidem Tartrat 1 3,45
Ansietas Alprazolam 8 27,59
Diazepam 1 3,45
Klobazam 2 6,90
2. Mual dan Vertigo
-
Betahistin 4 13,79
Domperidon 15 51,72
Ondansentron 7 24,14
3. Analgesik Analgesik
Non-Opioid Parasetamol 17 58,62
Metamizol 1 3,45
Metamizol,
Diazepam 1 3,45
4. Antiepilepsi
-
Gabapentin 2 6,90
Fenitoin 1 3,45
Pirasetam 8 27,59
5. Parkinsonisme
dan gangguan
sejenis
Dopaminergik Selegilin 1 3,45
*∑ = jumlah pasien (n=29)
44
Obat antiinfeksi digunakan untuk mengobati infeksi akibat bakteri yang
menyertai diabetes melitus seperti ulkus dan ganggren agar tidak bertambah
parah. Menurut hasil penelitian, obat golongan antiinfeksi cukup sering digunakan
dengan presentase penggunaan 68,97%. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya. Namun, pada hasil penelitian sebelumnya obat golongan
ini digolongkan menjadi golongan antibiotik. Persentase pemakaian antibiotik
pada hasil penelitian Herlinawati (2009) dan Meirinawati (2007) masing-masing
adalah 62,5% dan 56,67%.
Kelas terapi antiinfeksi dibagi menjadi dua sub kelas terapi yaitu antibakteri
dan antivirus yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel VI.
Tabel VI. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik
Obat Antiinfeksi pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi
di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang
No. Golongan Kelompok Nama Generik ∑* %
1. Antibakteri Sefalosporin Sefadroksil 2 6,90
Sefixim 2 6,90
Sefotaksim 8 27,59
Seftriakson 2 6,90
Sefdinir 1 3,45
Makrolida Azitromisin 1 3,45
Kuinolon Levofloksasin 11 37,93
Ofloksasin 1 3,45
Pefloksasin 1 3,45
Siprofloksasin 1 3,45
2. Antivirus Metilzoprinol 1 3,45
*∑ = jumlah pasien (n=29)
Obat golongan sistem saluran cerna perlu diberikan kepada pasien diabetes
melitus untuk mengantisipasi efek samping dari obat antidiabetika yang diberikan
45
dalam terapi khususnya golongan sulfonilurea dan metformin yang dapat
menimbulkan mual dan muntah.
Pemakaian obat golongan sistem saluran cerna pada pasien diabetes melitus
dengan hipertensi di Rumah Sakit Harapan Magelang cukup banyak yaitu dengan
persentase 58,62%. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian
sebelumnya. Hasil penelitian Herlinawati (2009) menunjukan persentase
penggunaan obat golongan ini adalah 34,38%. Sedangkan menurut Meirinawati
(2007) adalah 30%. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan karena perbedaan
waktu dan lokasi penelitian yang menyebabkan kondisi pasien yang berbeda.
Obat sistem saluran cerna yang digunakan dalam terapi diabetes melitus
dengan hipertensi dibagi menjadi 3 sub kelas. Sub kelas yang paling banyak
digunakan adalah antitukak dengan persentase paling banyak adalah penggunaan
ranitidin yaitu sebanyak 48,28%.
Tabel VII. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik
Obat Sistem Saluran Cerna pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi
di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang
No. Golongan Kelompok Nama Generik ∑* %
1. Dispepsia dan
Tukak Refluks
Gastroesofageal
Antasida
dengan
Simetikon
Mg(OH)2® 1 3,45
Mg(OH)2,Al(OH)3® 2 6,90
2 Antitukak Antagonis
Reseptor H2
Ranitidin 14 48,28
Kelator dan
Senyawa
Kompleks
Sukralfat 1 3,45
Penghambat
Pompa Proton
Esomeprazol 1 3,45
Lansoprazol 7 24,14
3 Pencahar Stimulan Bisakodil 2 6,90
Na Lauryl Sulfoasetat® 1 3,45
*∑ = jumlah pasien (n=29)
46
Obat sistem saluran napas digunakan untuk mengobati penyakit penyerta
berupa asma dan batuk. Menurut hasil penelitian, obat golongan sistem saluran
napas tidak banyak digunakan. Persentase penggunaan obat golongan ini hanya
34,48%. Pada penelitian sebelumnya, persentase penggunaan obat golongan ini
juga kecil yaitu sekitar 10%. Perbedaan nilai persentase ini dapat disebabkan
karena kondisi pasien yang berbeda mengingat waktu dan lokasi penelitian yang
berbeda pula.
Golongan sistem saluran napas dapat digolongkan kembali menjadi 3 sub
kelas terapi yaitu antiasma dan bronkodilator, mukolitik, serta antihistamin,
hiposensitisasi dan kedaruratan alergi.
Tabel VIII. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik
Obat Sistem Saluran Napas pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi
di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang
No. Golongan Kelompok Nama Generik ∑* %
1. Antiasma dan
bronkodilator Teofilin Teofilin 2 6,90
Agonis
adrenoreseptor Salbutamol 4 13,79
Succus
liquirittiae® 2 6,90
2. Mukolitik - Ambroksol 1 3,45
Asetilsistein 1 3,45
Bromheksin 1 3,45
Erdostein 1 3,45
3. Antihistamin,
hiposensitisasi dan
kedaruratan alergi
Antihistamin Mebhidrolin
Napadisilat
1 3,45
*∑ = jumlah pasien (n=29)
Obat golongan obstetrik, ginekologik dan saluran kemih hanya digunakan
pada 3 pasien atau 10,34%. Pada penelitian sebelumnya tidak terdapat
penggunaan obat golongan ini karena adanya perbedaan dalam sistem
penggolongan obat. Selain itu, tidak ditemukannya penggunaan obat golongan ini
47
pada penelitian sebelumnya dapat disebabkan karena adanya perbedaan kondisi
pasien sehingga pasien tidak memerlukan obat golongan ini.
Obat golongan sistem obstetrik, ginekologik, dan saluran kemih hanya
digunakan pada 3 pasien. Dua pasien mendapatkan obat dari sub kelas gangguan
saluran kemih yang dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu analgesik saluran
kemih dan antiseptik saluran kemih. Satu pasien yang lainnya diberikan asam
valerat® dari golongan lain.
Tabel IX. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik Obat Sistem
Obstetrik, Ginekologik dan Saluran Kemih Kelamin pada Pasien DM Tipe 2
dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang
No. Golongan Kelompok Nama Generik ∑* %
1. Gangguan
Saluran Kemih
Analgesik Saluran
Kemih
Fenazopiridin 1 3,45
Antiseptik Saluran
Kemih
Asam
Pipemidat
1 3,45
2. Golongan Lain Asam Valerat® 1 3,45
*∑ = jumlah pasien (n=29)
Pemakaian obat golongan otot skelet dan sendi hanya ditemukan pada 3 pasien
atau 10,34%. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya. Namun, pada
penelitian sebelumnya, obat golongan ini digolongkan menjadi golongan obat anti
radang, reumatik, encok dengan persentase penggunaan 10% dan 12,5%.
Obat golongan otot skelet dan sendi yang digunakan terbagi menjadi dua sub
kelas terapi. Sub kelas yang paling banyak digunakan adalah golongan obat
reumatik dan gout yang digunakan pada 3 pasien.
48
Tabel X. Distribusi Golongan, Kelompok dan Nama Generik
Obat Otot Skelet dan Sendi pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi
di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang
No. Golongan Kelompok Nama Generik ∑* %
1. Obat reumatik dan
gout
Antiinflamasi
Nonsteroid Meloksikam 1 3,45
Natrium
Diklofenak
1 3,45
Kalium
Diklofenak
1 3,45
Obat gout dan
hiperurisemia
karena induksi
sitotoksik
Alopurinol 1 3,45
2. Obat yang
digunakan dalam
gangguan
neuromuskular
Pelemas otot skelet Klorzoksazon 1 3,45
*∑ = jumlah pasien (n=29)
C. Profil Antihipertensi
Antihipertensi termasuk dalam golongan sistem kardiovaskular. Terdapat 5
kelompok antihipertensi yang digunakan yaitu kelompok penghambat ACE, beta-
bloker, antagonis angiotensin II, antagonis kalsium dan diuretika. Pemakaian
paling banyak yaitu sebesar 48,27% terdapat pada golongan penghambat ACE.
Persentase pemakaian antihipertensi golongan beta-bloker, antagonis angiotensin
II, antagonis kalsium dan diuretika masing-masing adalah 17,24%, 41,38%,
37,93% dan 31,03%. Antihipertensi yang paling banyak digunakan yaitu dengan
persentase 27,59% terdapat pada furosemid dari golongan diuretika.
Pemakaian golongan antihipertensi yang paling banyak pada kasus ini adalah
golongan penghambat ACE yaitu sebesar 14 kasus atau 48,28%. Sedangkan
pemakaian golongan antagonis angiotensin II sebanyak 12 kasus atau 41,34% dan
pemakaian golongan beta bloker sebesar 17,24%. Hal ini sesuai dengan standar
yang berlaku yaitu American Diabetes Associaton (ADA). Menurut ADA,
49
rekomendasi utama untuk mengobati hipertensi pada diabetes melitus adalah
golongan ACE inhibitor dan antagonis angiotensin II. Obat golongan penghambat
ACE juga mempunyai efek kardioprotektif sehingga dapat digunakan untuk
melindungi jantung. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian
sebelumnya yaitu persentase antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah
golongan penghambat ACE dan antagonis angiotensin.
Tabel XI. Distribusi Golongan dan Nama Generik
Antihipertensi pada Pasien DM Tipe 2 dengan Hipertensi
di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang
No. Golongan Nama Generik ∑* %
1. Penghambat Beta Bisoprolol 5 17,24
2. Penghambat ACE Captopril 6 20,69
Lisinopril 5 17,24
Ramipril 3 10,34
3. Antagonis Angiotensin II Losartan 5 17,24
Irbesartan 7 24,14
4. Antagonis Kalsium Amlodipin 4 13,79
Diltiazem 5 17,24
Nifedipin 2 6,90
5. Diuretika Hidroklorotiazid 1 3,45
Furosemid 8 27,59
*∑ = jumlah pasien (n=29)
Persentase penggunaan antihipertensi golongan penghambat ACE yang paling
banyak menurut hasil penelitian ini adalah kaptopril dengan persentase 20,69%.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya. Pada hasil penelitian
sebelumnya, persentase penggunaan antihipertensi golongan penghambat ACE
paling banyak adalah kaptopril yaitu 21,9% dan 36,67%. Kaptopril diberikan 3x1
sehari.
Pada golongan antagonis angiotensin II digunakan dua jenis obat yaitu
losartan dan irbesartan dengan aturan pemakaian 1x1 sehari. Persentase
50
penggunaan kedua obat tersebut cukup tinggi dengan persentase losartan dan
irbesartan masing-masing adalah 17,24% dan 24,14%. Hasil penelitian ini berbeda
dengan kedua penelitian sejenis sebelumnya. Pada hasil penelitian Meirinawati
(2007), persentase penggunaan obat golongan ini cukup rendah yaitu 13,33%
dengan penggunaan losartan pada 1 pasien dan 3 pasien menggunakan valsartan.
Pada hasil penelitian Herlinawati (2009) persentase penggunaan antihipertensi
golongan ini paling besar yaitu 78,2%. Persentase paling banyak adalah pada
penggunaan valsartan yaitu sebesar 71,9%. Perbedaan persentase ini kemungkinan
disebabkan karena faktor lokasi penelitian yang berbeda sehingga guideline yang
digunakan juga berbeda. Selain itu, kondisi pasien yang berbeda juga dapat
mempengaruhi persentase penggunaan antihipertensi tersebut.
Obat golongan diuretika digunakan untuk mengurangi edema akibat gagal
jantung. Selain itu pada dosis yang rendah dapat digunakan untuk menurunkan
tekanan darah. Dari data yang diperoleh, terdapat dua golongan diuretika yang
digunakan yaitu golongan diuretika tiazid dan diuretika kuat. Pemakaian diuretika
kuat lebih banyak dibanding dengan diuretika tiazid. Persentase pemakaian
diuretika kuat adalah 27,59%. Diuretika kuat dapat digunakan untuk menurunkan
tekanan darah dengan cara menghambat resorpsi cairan dalam tubulus ginjal.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sejenis sebelumnya.
Menurut penelitian Meirinawati (2007) dan Herlinawati (2009), persentase
penggunaan furosemid masing-masing adalah 13,33% dan 15,6%. Perbedaan
persentase ini disebabkan adanya perbedaan kondisi pasien dan guideline yang
berlaku di rumah sakit bersangkutan.
51
Antihipertensi golongan beta bloker yang digunakan pada pasien diabetes
melitus dengan hipertensi di Rumah Sakit Magelang adalah bisoprolol dengan
persentase 17,24%. Bisoprolol diberikan 1x1 sehari. Hasil ini tidak sesuai dengan
hasil penelitian sebelumnya. Pada penelitian Meirinawati (2007) tidak ditemukan
adanya penggunaan antihipertensi golongan beta bloker. Sedangkan pada
penelitian Herlinawarti (2009) persentase penggunaan antihipertensi golongan ini
sebesar 6,2% yaitu pada propanolol dan bisoprolol. Perbedaan hasil penelitian ini
dapat dikarenakan adanya standar atau guideline yang berbeda dan kondisi pasien
yang berbeda pula mengingat waktu dan lokasi penelitian yang berbeda.
Golongan antihipertensi yang terakhir adalah golongan antagonis kalsium.
Dari hasil penelitian, persentase penggunaan antihipertensi ini cukup tinggi yaitu
sebanyak 37,93%. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya. Pada
penelitian ini persentase penggunaan antihipertensi golongan antagonis kalsium
yang paling banyak adalah diltiazem dengan persentase 17,24%. Sedangkan untuk
amlodipin dan nifedipin persentase pemakaiannya berturut-turut adalah 13,79%
dan 6,90%. Aturan pemakaian dari diltiazem adalah 1x1 sehari.
Pada penelitian Meirinawati (2007), persentase penggunaan paling banyak
adalah amlodipin besilat yaitu 23,34%. Sedangkan persentase penggunaan
nifedipin dan diltiazem masing-masing adalah 16,33% dan 3,33%. Menurut
penelitian Herlinawati (2009), persentase penggunaan nifedipin, amlodipin dan
diltiazem berturut-turut adalah 12,5%, 9,4% dan 9,4%. Perbedaan persentase
pemakaian ini dapat disebabkan karena faktor perbedaan kondisi pasien sehingga
jenis antihipertensi yang digunakan juga berbeda.
52
D. Drug Related Problems Penggunaan Antihipertensi
Evaluasi ini terfokus pada kajian antihipertensi untuk menurunkan dan
menjaga tekanan darah. Evaluasi penggunaan obat hipertensi pada diabetes
melitus dilakukan dengan membandingkan obat-obat yang digunakan dengan
literatur yang ada. Literatur yang digunakan sebagai standar acuan adalah
Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi (Anonim, 2006), Hypertension
dalam Pharmacotherapy: A Pathofisiologic Approach (Sassen dan Maclaughin,
2008), Hypertensive Vascular Disease dalam Harrison Principles of Internal
Medicine (Williams, G.H., 2001), Drug Interactions Facts (Tatro, 2007), IONI
2008 dan MIMS edisi 2009/2010.
Tabel XII. Distribusi Kasus DRPs Pada Pasien DM Tipe 2
dengan Hipertensi di IRNA Rumah Sakit Harapan Magelang
Jenis Kasus DRPs No Kasus* Jumlah Kasus (n=29)
∑ %
Ada obat tanpa indikasi - - -
Membutuhkan obat tambahan 003, 008 2 6,90
Pemilihan obat yang tidak sesuai 016, 026 2 6,90
Dosis tidak sesuai 010, 011, 012, 014,
016, 017, 020, 021,
022, 024, 026, 029
12 41,38
Interaksi obat dan efek samping 018, 022, 028 3 10,34
*data kasus sesuai dengan Lampiran 3.
Dari 29 kasus diabetes melitus dengan hipertensi di Rumah Sakit Harapan
Magelang ditemukan 16 kasus yang teridentifikasi DRPs. Kasus-kasus tersebut
meliputi 2 kasus membutuhkan obat tambahan, 2 kasus pemilihan obat yang tidak
sesuai, 12 kasus dosis tidak sesuai, 1 kasus interaksi obat dan 2 kasus efek
samping obat.
53
Berdasarkan hasil penelitian Meirinawati (2007) didapatkan kasus DRPs
sebanyak 7 kasus yaitu 6 kasus pilihan obat tidak tepat dan 2 kasus dosis terlalu
rendah. Menurut hasil penelitian Herlinawati (2009) didapatkan 6 kasus ADR dan
interaksi obat, 2 kasus dosis terlalu tinggi, 2 kasus obat kurang efektif, 1 kasus
tidak butuh obat dan 4 kasus butuh obat. Perbedaan hasil-hasil penelitian ini
disebabkan lokasi dan waktu pengamatan yang berbeda sehingga kondisi subyek
yang diamati juga berbeda.
1. Membutuhkan obat tambahan
Kasus membutuhkan obat tambahan hanya ditemukan pada dua pasien
yaitu pada kasus 003 dan 008. Tekanan darah pada pasien tersebut di atas
130/80 sehingga memerlukan obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan
darah pasien. Pada kasus 003, diberikan antihipertensi yaitu irbesartan namun
pemberian antihipertensi ini terlambat karena baru diberikan pada hari ketiga
pasien dirawat di rumah sakit.
Pada kasus 008, tekanan darah pasien diatas 130/80mmHg dan didiagnosis
hipertensi namun, pasien tidak diberikan antihipertensi. Antihipertensi yang
dapat digunakan adalah golongan penghambat ACE (kaptopril, lisinopril,
ramipril) atau antagonis angiotensin II (irbesartan dan losartan). Kedua
golongan obat tersebut merupakan terapi lini pertama untuk menurunkan dan
mempertahankan tekanan darah pada pasien diabetes melitus.
54
2. Pemilihan obat tidak sesuai
Pemilihan obat tidak sesuai sering ditemui pada penggunaan obat yang
kurang efektif untuk kondisi pasien. Dari hasil analisis DRPs ditemukan ada
dua kasus yang teridentifikasi sebagai kasus pemilihan obat yang tidak tepat
yaitu kasus 016 dan kasus 026. Pada kasus 016, digunakan kombinasi
penghambat ACE (lisinopril) dengan antagonis angiotensin II (losartan).
Pemilihan kombinasi antihipertensi tersebut tidak sesuai. Mekanisme kerja
antagonis angiotensin II hampir sama dengan penghambat ACE bedanya
antagonis angiotensin II bekerja setelah angiotensin II terbentuk. Sebaiknya
digunakan salah satu saja apakah lisinopril atau losartan.
Masalah pemberian obat yang tidak sesuai ini juga terjadi pada kasus 026.
Sama dengan kasus 016, pada kasus ini juga diberikan kombinasi golongan
penghambat ACE (lisinopril) dan golongan antagonis angiotensin II
(irbesartan). Seperti dikemukakan sebelumnya, penggunaan kombinasi obat
ini kurang efektif.
3. Dosis tidak sesuai
Dosis tidak sesuai digolongkan menjadi dua yaitu dosis terlalu rendah dan
dosis terlalu tinggi. Dari hasil analisis DRPs ditemukan 12 kasus dosis tidak
sesuai dengan rincian 9 kasus dosis terlalu rendah dan 4 kasus dosis terlalu
tinggi.
Kasus dosis terlalu rendah mencakup dosis yang diberikan terlalu rendah
sehingga tidak dapat menimbulkan respon yang diinginkan dan kurangnya
55
frekuensi pemakaian obat. Antihipertensi sebaiknya tetap digunakan walau
tekanan darah telah mencapai target untuk mengontrol tekanan darah. Pada
kasus 010, 011, 012, 014, 020, 021, 024, 026 dan 029, antihipertensi tidak
diberikan secara teratur.
Kasus dosis terlalu tinggi mencakup pemberian dosis terlalu tinggi
sehingga menimbulkan efek yang tidak diinginkan, frekuensi pemberian obat
berlebih dan adanya pemberian dua macam obat atau lebih dengan zat aktif
sama. Frekuensi pemberian berlebih dapat dilihat pada kasus 017 dan 022.
Pada kasus 017, diltiazem diberikan 2x1 sehari sebaiknya diltiazem diberikan
1x1 sehari saja. Pada kasus 022, amlodipin diberikan 2x1 sehari pada hari ke 6
dan 7 sebaiknya amlodipin tetap diberikan 1x1 sehari. Kasus 016 dan 021
terdapat pemberian 2 macam obat dengan zat aktif yang sama. Pada kasus
016, hari pertama diberikan diltiazem dalam dua macam obat sedangkan pada
kasus 021, hari ketiga diberikan furosemid dalam dua macam sediaan yaitu
injeksi dan oral. Sebaiknya pada kedua kasus tersebut hanya digunakan salah
satu macam obat saja.
4. Interaksi dan efek samping obat
Dari 29 kasus, terdapat 1 kasus interaksi obat dan 2 kasus efek samping
obat. Pemakaian kaptopril dengan antasida pada kasus 028 dapat
menyebabkan penurunan efek antihipertensi dari kaptopril. Namun, jika
antasida diberikan 30 menit sebelum makan dan kaptopril diberikan sesudah
makan maka interaksi obat ini tidak terjadi. Pada kasus tersebut tidak
56
diketahui waktu pemberian antasida dengan kaptopril serta tidak terjadi
penurunan efek antihipertensi dari kaptopril.
Penggunaan antihipertensi golongan penghambat ACE dapat
menyebabkan batuk. Pada kasus 018, pasien mengalami batuk pada hari
ketiga. Batuk ini kemungkinan disebabkan oleh pemakaian kaptopril. Apabila
batuk sudah menganggu, pemberian kaptopril dapat diganti dengan
antihipertensi golongan antagonis angiotensin II seperti losartan atau
irbesartan.
Antihipertensi golongan penghambat ACE dan antagonis angiotensin II
dapat menyebabkan peningkatan kadar kreatinin. Pada kasus 022, terjadi
peningkatan kreatinin setelah frekuensi pemberian losartan ditingkatkan dari
1x1 sehari menjadi 2x1 sehari. Diduga peningkatan kadar kreatinin ini
dikarenakan efek samping dari losartan. Sebaiknya frekuensi pemberian
losartan diturunkan menjadi 1x1 sehari untuk meminimalkan terjadinya efek
samping dari losartan berupa peningkatan kreatinin.
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian adalah :
1. Karakteristik penyandang diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi di IRNA
Rumah Sakit Harapan Magelang paling banyak ditemukan pada kelompok usia
65-74 tahun (38%), dengan perbandingan perempuan dan laki-laki adalah 41%
: 59% (n=29 kasus), lama perawatan terbanyak 4, 6 dan 8 hari (21%). Setelah
menjalani rawat inap di rumah sakit, hampir semua pasien keluar dengan
kondisi membaik atau pulang atas persetujuan dokter (97%).
2. Pada penatalaksanaan diabetes melitus dengan hipertensi digunakan 9 kelas
terapi obat yaitu golongan gizi-darah (100%), sistem kardiovaskular (100%),
sistem endokrin (100%), obat sistem saraf pusat (93,10%), antiinfeksi
(68,97%), sistem saluran cerna (58,62%), sistem saluran napas (34,48%),
obstetrik-ginekologik-saluran kemih (10,34%) dan otot skelet-sendi (10,34%).
3. Pada penatalaksanaan diabetes melitus dengan hipertensi digunakan 5
golongan antihipertensi yaitu penghambat ACE, antagonis angiotensin II,
diuretik, beta bloker dan antagonis kalsium. Golongan antihipertensi yang
paling banyak digunakan adalah penghambat ACE dengan persentase 48,27%.
Dari 29 kasus ditemukan 16 kasus yang teridentifikasi DRPs. Ditemukan 2
kasus membutuhkan obat tambahan, 2 kasus pemilihan obat yang tidak sesuai,
12 kasus dosis tidak sesuai, 1 kasus interaksi obat dan 2 kasus efek samping
obat.
58
B. Saran
Sehubungan dengan DRPs yang ditemukan dalam penelitian dapat
disarankan :
1. Diperlukan adanya kesepakatan dari semua staff medik dalam penggunaan
standar terapi untuk Rumah Sakit Harapan Magelang.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap dampak terapi dari profil
antihipertensi yang digunakan pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan
hipertensi.
59
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA), 2009, Standards of Medical Care In
Diabetes 2009, http://care.diabetesjournals.org/cgi/contect/full/28/suppl.,
diakses tanggal 28 Nobember 2010.
Arief, I., 2007, Diabetes Melitus sebagai Faktor Risiko Utama Penyakit
Jantung,http://www.pjnhk.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1
&id=191, diakses tanggal 25 Februari 2010.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2008, Informatorium Obat Nasional
Indonesia, Sagung Seto, Jakarta.
Benowitz, N. L., dan H. R. Bourne, 1989, Obat Antihipertensi, dalam
Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 3 ed., B. G. Katzung, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 125-148.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005, Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Diabetes Mellitus, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006, Pharmaceutical Care untuk
Penyakit Hipertensi, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Cipolle, R.J., Linda, M. S., dan Peter, C.M., 2004, Pharmaceutical Care Practise,
University of Minnesofa, New York, pp. 173-191.
Herlinawati, A.V., 2009, Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum
Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2007-2008, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Meirinawati, A., 2007, Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus
Komplikasi Hipertensi Rawat Inap Periode 2005 Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Motala, A. A., 1996, Management of Hypertension in Diabetes Mellitus,
http://www.rssdi.org/1996_july-sept/review.pdf, diakses tanggal 28 Juni
2010.
Nabyl, 2009, Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus, Aulia
Publishing, Yogyakarta.
60
Neal, M.J., 2005, At A Glance Farmakologi Medis, Penerbit Erlangga, Jakarta, pp.
36-37, 78-79.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka
Cipta, Jakarta.
Pacheco, C.A., Parrot, M.A., dan Raskin, P., 2002, The Treatment of
Hypertension in Adult Patients With Diabetes,
http://care.diabetesjournals.org/cgi/contect/full/28/suppl., diakses tanggal 28
November 2010.
PERKENI, 2006, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 Di
Indonesia 2006, Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,
Jakarta.
Richard, H.R., 1989, Interaksi Obat, Penerbit ITB, Bandung, pp. 99-110, 163-
193.
Sari, C.P., 2010, Evaluasi Drug Therapy Problems Obat Hipoglikemik Oral Pada
Pasien Geriatri Penderita Diabetes Melitus di Instalasi Rawat Inap RSUD
Sleman Periode 2008, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Sassen, J. J., dan E. J. MacLaughin, 2008, Hypertension, dalam
Pharmacotherapy: A Pathofisiologic Approach, Seventh Edition, edited by J.
T. Dipiro, McGraw Hill Companie, Inc., Amerika, pp. 139-172.
Setiawati, A., dan Z. S. Bustami, 1995, Antihipertensi, dalam Farmakologi dan
Terapi, Edisi IV, edited by S.G. Ganiswara, Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, pp. 315-342.
Sutedjo, A.Y., 2009, Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Amara Books, Yogyakarta.
Tandra, Hans, 2008, Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes,
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tatro, D.S., 2007, Drug Interaction Facts, Wolters Kluwer Health, Missouri.
Triplitt, C.L., C.A Reasner, W.L. Isley, 2008, Diabetes Mellitus dalam
Pharmacotherapy : A Pathofisiologic Approach, Seventh Edition, edited by J.
T. Dipiro, McGraw Hill Companie, Inc., Amerika, pp. 1205-1242.
Whallen, K. L., dan R. D. Steward, 2008, Pharmacologic Managemen of
Hypertension in Patients with Diabetes,
http://www.fafp.org/Foundation/PDF_Diabetes/J1%20Pharmacologial%20ma
61
nagement%20hypertension%20in%20diabetes.pdf, diakses pada tanggal 28
Juni 2010.
WHO, 2006a, Guidelines for The Management of Hypertension in Patients With
Diabetes Mellitus, http://www.emro.who.int/dsaf/dsa700.pdf diakses pada
tanggal 19 November 2010.
WHO, 2006b, Guidelines for The Prevention, Management and Care of Diabetes
Mellitus, http://whqlibdoc.who.int/emro/2006/9789290214045_eng.pdf
diakses pada tanggal 19 November 2010.
Wijoyo, F.H., 2004, Kajian Pemilihan Obat Hipoglikemik Oral Pada Terapi
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Pada Periode November-Desember 2002, Skripsi, Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
William, G.H., 2001, Hipertensive Vascular Disease, dalam Harrison’s Principles
of Internal Medicine, 15th
edition, edited by Braunwald, Fauci, Kasper,
Hauser, Longo, Jameson, McGraw Hill Companie, Inc., Amerika, pp. 1414-
1429.
62
Lampiran 1. Surat Keterangan dari Rumah Sakit Harapan Magelang
63
Lampiran 2. Blanko Pengambilan Data Pasien
64
Lampiran 3. Data Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 disertai Hipertensi di
Rumah Sakit Harapan Magelang Periode Juli 2009-Juni 2010
Subjectives :
No. 001
Umur 62 tahun, jenis kelamin laki-laki, masuk RS tanggal 6 Juli 2009 selama 4 hari. Pasien mengeluh demam naik
turun selama 7 hari dan mual. Diagnosis masuk febris. Diagnosis kerja febris dan hiperglikemia. Diagnosis keluar DM,
hipertensi dan Stroke non hemoragik
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 6 Juli 7 Juli 8 Juli 9 Juli
Puasa 70-110 94,5 87,0
Post Prandial <120 111,1 108,6
GDS 239
Lemak
Kolesterol <220 106,4
LDL <150 49,5
HDL Lk >35 13,0
Trigliserida <150 237,4
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 53,0
Kreatinin Lk 0,6-1,1 1,1
Asam Urat Lk 3,4-7,0
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Lk 0-37 71,8
SGPT Lk 0-40 63,0
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-
80 37,2/100
37,1/92, 36/80,
36/80 36,3/80, 36,3/92, 36,3/90 36,2/80, 36,2/80
Tekanan Darah 130/80 130/80
120/80, 120/80,
130/80 120/80, 120/80, 120/80 130/90, 110/70
Penatalaksanaan
Glicazide - 1 – 0 – 0 1 – 0 – 0 1 – 0 – 0
Kaptopril 25 0 – 0 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1
Paracetamol 0 – 0 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1
Domperidon 0 – 0 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1
Klobazam - 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1
Injeksi Cefotaxim 2x1g 0 – 0 – 1 1 – 0 – 1 1 – 0 – 1 1 – 0 – 1
Infuse ass 16 TPM IGD20TPM v v V
Injeksi Ranitidin 1 amp Dari IGD
Evaluasi
Tidak ditemukan adanya kasus DRP.
Rekomendasi
-
65
Subjectives :
No. 002
Umur 49 tahun, jenis kelamin perempuan. Masuk RS tanggal 9 Juli 2009 dengan lama rawat 8 hari. Keluhan pusing,
terdapat luka kecil seperti kutu air di sela jari kaki dan kedua kaki terasa tebal. Diagnosis masuk DM. Diagnosis kerja DM
dan ulkus di sela jari kaki. Diagnosis keluar DM II Obese dan hipertensi.
Objectives :
Parameter Nilai
normal
Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah mg/dl 9 10 11 12 13 14 15 16
Puasa 70-110 185,2 204,9
Post Prandial <120 313,3 217,6 263,7
GDS 395 238,
321,
290
303,
243,
277
300, 258
Lemak mg/dl
Kolesterol <220
LDL <150
HDL Pr >45
Trigliserida <150
Fungsi Ginjal mg/dl
Ureum 20-40 44,6
Kreatinin Pr 0,5-0,9 0,8
Asam Urat Pr 2,4-5,7
Fungsi Hati U/L
SGOT Pr 0-31 14,1
SGPT Pr 0-31 11,0
Suhu, Nadi 36-38
oC,
70-80
36/88,
37,1/80
36/84,
36,9/96
36/92,
37/84,
37,1/84
36/80,
36,8/88,
36/48
37/84,
36,6/80
, 36/88
36/89,
36,8/88,
36/92
36,4/90,
36/88,
36,8/88
36/81
Tekanan
Darah 130/80
190/110,
130/80
140/80,
120/80
140/80,
140/70,
170/90
140/80,
160/80,
130/70,
150/90
140/70,
130/80,
130/70
140/80,
120/70,
130/90
120/80,
120/90,
160/90
130/90
Penatalaksanaan
Irbesartan 0–1–0 1–0–0 1–0–0 1–0–0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Nifedipine 0–1–0 1–0–0 1–0–0 1–0–0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Domperidon 0–1- 1 1–1–1 1–1–1 1–1–1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1
Paracetamol 0–1–1 1–1–1 1–1–1 1–1–1 1-1-1 1-1-1 1-1-1
Isosorbid mononitrate 0– 0–0,5 0,5-0-
0,5
0,5–0 –
0,5
0,5–0–
0,5
0-0-0,5 0,5-0-0,5 0,5-0-0,5 0,5-0-
0,5
Simvastatin 0–0–1 0–0–1 0–0–1 0–0–1 0-0-1 0-0-1 0-0-1
Gabapentin - 0–0–1 0–0-1 0–0–1 0-0-1 0-0-1 0-0-1 0-0-1
Glimepirid 1-0-0 1-0-0
Metformin 0-0-1 1-0-0 1-0-0
Injeksi Insulin 0–8IU–0 4–12–8 12–4–8 8–0–0
Infus assering 20 TPM IGD
Evaluasi
Tidak ditemukan adanya kasus DRP.
Rekomendasi
-
66
Subjectives :
No. 003
Umur 80 tahun, jenis kelamin perempuan. Masuk RS tanggal 15 Juli 2009 selama 8 hari dengan keluhan lemah, 3 hari
panas, lemas, pusing, selera makan menurun. Diagnosis masuk febris, DM II, Hipertensi. diagnosis kerja febris,
hipertensi, DM II obese. Diagnosis keluar DM.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Gula Darah (mg/dl) 15 16 17 18 19 20 21 22
Puasa 70-110 222,5 209,2 155,1
Post
Prandial
<120 247,5 182,2 188,4 146,6
GDS 269 278, 238,
238
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 152,8
LDL <150 86,2
HDL Pr >45 28,0
Trigliserida <150 193,0
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 54,7 41,9
Kreatinin Pr 0,5-0,9 1,1 1,1
Asam Urat Pr 2,4-5,7 5,36
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Pr 0-31 27.0
SGPT Pr 0-31 16,0
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-
80 37/10
8
36,8/80,
37,3/100,
36,4/96
36,3/84,
37,3/88,
36,8/88
36/84,
37/88
36,4/96,
36,7/80,
36/80
37,1/100,
36,5/88,
36/100
37,1/100,
36,8/96,
36/94
36/100,
36/86
Tekanan
Darah
130/80 160/9
0
120/70,
140/70,
140/90
130/80,
130/80,
180/80
160/90,
130/90
160/100,
140/88,
140/90
180/110,
160/100,
160/100
190/110,
170/90,
150/90
150/90,
160/80
Penatalaksanaan
Paracetamol 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-0-0
Domperidon 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-stop
Glimepirid 3mg 1-0-1 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Metformin HCl 0-1-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Vlidagliptin 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Irbesartan 0-0-1 0-0-1 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Nifedipin 0-0-1 1-0-0
Lansoprazol 0-0-1 0-0-1 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Inj Cefotaxime 1-0-1 1-0-1 1-0-0
Levofloxacin 0-1-0 0-1-0 0-0-1 1-0-0
Injeksi Ranitidin 0-0-1 1-0-1 1-0-habis 1-stop
Infus Ass IGD v v v
Infus Ranitidin IGD 0-0-1 1-1-1 1-1-1
Na lauryl sulfoasetat® 1-0-0
Evaluasi
Antihipertensi merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah.
Rekomendasi
Perlu diberikan antihipertensi golongan ACE inhibitor atau antagonis angiotensin II pada hari pertama dan kedua
67
Subjectives :
No. 004
Umur 61 tahun, jenis kelamin laki-laki. Masuk RS tanggal 21 Juli 2009 selama 6 hari dengan keluhan sesak, batuk,
pusing. Diagnosis masuk dispnea. Diagnosis kerja dispnea, hipertensi berat. Diagnosis keluar DM II disertai hipertensi.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 21 Juli 22 Juli 23 Juli 24 Juli 25 Juli 26 Juli
Puasa 70-110 210
Post Prandial <120 265,1
GDS 327 200
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 210,1
LDL <150 152,4
HDL Lk >35 31,0
Trigliserida <150 133,3
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 23,2
Kreatinin Lk 0,6-1,1 1,3
Asam Urat Lk 3,4-7,0 4,56
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Lk 0-37
SGPT Lk 0-40
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 36,5/100 36/80,
36/80,
36,2/72
36,3/80,
36,5/80
36/80,
36/80,
36,5/88
36/80,
37,2/96 36,1/92
Tekanan Darah 130/80 200/100 140/80,
150/90,
180/100
130/80,
150/100
170/100,
140/90,
170/100
130/70,
100/80 180/100
Penatalaksanaan
Paracetamol 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-0
Domperidon 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-0
Diltiazem 0-0-1 1-0-0 0-1-0 0-1-0 1-0-0 1-0-0
Glimepirid 2mg 1-0-0 0-1-0 0-1-0 1-0-0 1-0-0
Irbesartan 0-0-1 0-1-0 0-1-0 0-1-0 0-1-0
Injeksi RI 6IU extra 0-0-1
Injeksi cefadroxil 0-0-1
Infuse RL 12TPM V V V V V V
Infuse levofloxacin V V V V V
Levofloxacin 0-1-0
Evaluasi
Tidak ditemukan adanya kasus DRP.
Rekomendasi
-
68
Subjectives :
No : 005
Umur 58 tahun, jenis kelamin laki-laki, lama rawat 6 hari (21-27 Juli 2009). Keluhan nyeri dada kanan tembus ke tulang
belakang, terasa capek, sesak dan keringat dingin. Diagnosis masuk Chest Pain. Diagnosis kerja Chest Pain dan Diabetes
melitus. Diagnosis keluar : ISPA, DM, CHD (Coronary Heart Disease)
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah ( mg/dl) 21 22 23 24 25 26
Puasa 70-110 147,8 138,9
Post Prandial <120 139,2 166
GDS 136 197 171, 155,
179
111, 139,
94
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 183,9
LDL <150 120,5
HDL Lk >35 45,1
Trigliserida <150 91,7
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 38,6
Kreatinin Lk 0,6-1,1 0,6
Asam Urat Lk 3,4-7,0 5,51
21 22 23
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-
80 36,5/80, 36
oC 37,1
oC, 37,2
oC 36,7
oC, 36,4
oC, 37,7
oC
HR 64x, 64x, 112x, 112x,
56x, 52x, 52x, 56x, 61x
61x, 60x, 61x, 61x, 64x,
61x, 65x, 70x, 79x, 74x,
72x, 68x
67x, 65x, 69x, 64x, 68x,
68x, 72x, 68x, 67x, 69x,
68x
Tekanan Darah 130/80 130/80, 138/97, 124/80,
126/91, 121/77, 102/64,
111/72, 131/87, 109/89
128/83, 123/80, 123/83,
136/93, 132/76, 119/77,
108/64, 113/73, 120/83,
118/76, 117/75, 121/80
113/67, 122/82, 100/91,
103/91, 103/69, 105/72,
101/72, 124/86, 120/82,
107/63, 108/69, 108/74
Penatalaksanaan
Isosorbid Dinitrate 0-0-1 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-0-0
Diazepam 5mg 0-0-1 0-0-1 0-0-1
Kaptopril 12,5mg 0-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-0-0
Parasetamol 1-0-0
Bisoprolol 0-1/4-0 ¼-0-0 1-0-0 ¼-0-0 1-0-0 ½-0-0 ½-0-0
Atorvastatin 0-0-1 0-0-1 0-1-0 0-0-1 0-0-1 0-0-1
Pefloxacin 0-0-1 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Succus liquirittiae® 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-0-1
Metilprednisolon 0-0-1 1-0-0 1-0-1 1-0-0
Metformin HCl 0-1-0 1-1-0 1-0-1 1-0-1 1-1-1 1-0-0
Glimepirid 0-1-0 1-0-0
Asam asetilsalisilat 0-1-1 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-1-1 1-0-0
Klopidogrel 0-1-1 1-0-0 1-1-0 1-0-0
Ondansentron 0-1-1
Injeksi RI 4 UI 0-0-1 0-1-0
Infus RL v v v
Heparin v v v
Infus Isosorbid dinitrat v v
Evaluasi
Tidak ditemukan adanya kasus DRP.
Rekomendasi
-
69
Subjectives :
No. 006
Umur 69 tahun, jenis kelamin laki-laki. Masuk RS 26Juli 2009 keluar 31 Juli 2009 di kelas VIPB. Keluhan 2 hari sesak
napas, nyeri dada sebelah kiri, mual, muntah 2x, perut sebah. Diagnosis masuk IHD. Diagnosis kerja IHD dan DM.
Diagnosis keluar DM, Heart Failure
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah 26 27 28 29 30
Puasa 70-110 mg/dl 59,4 48,3
Post Prandial <120 mg/dl 40,9 77,1
GDS 165 60
Lemak
Kolesterol <220 mg/dl 117,8
LDL <150 mg/dl 80,6
HDL Lk >35 mg/dl 27,7
Trigliserida <150 47,7
Fungsi Ginjal
Ureum 20-40 mg/dl 76,0
Kreatinin Lk 0,6-1,1 mg/dl 1,5
Asam Urat Lk 3,4-7,0 mg/dl
Fungsi Hati
SGOT Lk 0-37 U/L
SGPT Lk 0-40 U/L
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80
36/76,
36,5/84
36/76, 36/88,
36,1/88
36,2/80,
36,2/92
36/92,
36/92,
36/96
36/76,
36/76,
36,2/76
Tekanan Darah 130/80 110/70,
110/70 110/70,
100/70, 95/60
100/60,
100/70
110/70,
99/60,
120/70
105/70,
100/60,
100/80
Penatalaksanaan
Glimepirid 4mg 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Ramipril 2,5mg 0-0-0,5 0-0-0,5 0-0-1 0-0-0,5 0-0-1
Klopidogrel 0-0-1 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Isosorbid dinitrate 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1
Ondansentron 1-1-0 1-1-1 1-0-1 1-1-1
Natrium Bikarbonat 1-0-0 1-0-0
Cefixime 50 0-0-1
Mecobalamin 0-0-1
Ranitidin 0-0-1
Inj. Cefotaxime 1-0-0 1-0-0
Inj. Furosemid 1-0-0 0,5-0-0
Inj. Esomeprazole 0-1-0
Inf. Ass v v v
Evaluasi
Tidak ditemukan adanya kasus DRP.
Rekomendasi
-
70
Subjectives :
No. 007
Umur 58 tahun, jenis kelamin laki-laki. Masuk RS tanggal 27 Juli 2009 selama 6 hari dengan keluhan 3 hari tidak enak
badan, lemes, mual, pusing dan poliuri. Diagnosis masuk hipertensi dan DM. Diagnosis kerja DM II tak terkendali,
hipertensi dan febris. Diagnosis keluar DM, hipertensi, dispepsia.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 27 Juli 28 Juli 29 Juli 30 Juli 31 Juli 1 Agus
Puasa 70-110 104,6
Post Prandial <120 332,5 172,2
GDS 574 461, 413,
146, 223,
302, 445,
369, 364
306, 397,
277
113, 667,
309
103, 149,
230, 62
101
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 191,0
LDL <150 122,7
HDL Lk >35 34,6
Trigliserida <150 168,3
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 91,4
Kreatinin Lk 0,6-1,1 1,5
Asam Urat Lk 3,4-7,0 3,93
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Lk 0-37 23,1
SGPT Lk 0-40 28,7
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 38,1/100 36,5/80 36,2/80,
36,4/86,
36/80
36,5/80,
36/84,
36/84
36,1/80,
36/80,
36/80
36/80
Tekanan Darah 130/80 190/110 170/80 180/100,
160/100,
140/90
150/90,
150/90,
130/90
150/90,
140/90,
130/80
140/90
Penatalaksanaan
Parasetamol 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-k/p
Domperidon 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-k/p
Diltiazem 200mg 0-0-1 0-0-1 0-0-1 0-0-1 0-0-1
Bisoprolol 5mg 0,5-0-0 0,5-0-0 0,5-0-0 0,5-0-0 0,5-0-0
Levofloxacin 1-0-0 1-0-0
Kaptopril 25mg 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-0-0
Injeksi insulin 0-0-20 0-30-0 0-30-0 0-30-0 0-24-0
Injeksi insulin 0-0-4UI 1-1-0 1-0-0
Glimepirid 1-0-0
Infuse assering v v v
Infuse NaCl v v
Infuse levofloxacin v v v v v
Evaluasi
Tidak ditemukan adanya kasus DRP.
Rekomendasi
-
71
Subjectives :
No. 008
Umur 52 tahun, jenis kelamin perempuan. Masuk RS tanggal 29 Juli 2009 selama 6 hari dengan keluhan muntah, badan
lemas dan mengompol. Diagnosis masuk diabetes melitus dan hipertensi. Diagnosis kerja diabetes melitus dan vomitus.
Diagnosis keluar DM tipe 2, hipertensi, ISK, Sindrom metabolic
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 29 Juli 30 Juli 31 Juli 1 Agustus 2 Agustus 3 Agust
Puasa 70-110 137,8
Post Prandial <120 171
GDS 284 266,7
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 237,5
LDL <150 119,9
HDL Pr >45 40,5
Trigliserida <150 385,3
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 64,8 60,1
Kreatinin Pr 0,5-0,9 1,0 0,9
Asam Urat Pr 2,4-5,7 3,66
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Pr 0-31 51,5 46,9
SGPT Pr 0-31 76,1 74,5
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 36,4/118 37,4/88,
36/88,
36,8/88,
36/80
36/88, 36/80 36,3/89 36/80,
36,5/80,
36/80
36,5/80
Tekanan Darah 130/80 180/100 160/90,
130/90,
130/90,
120/90
130/90,
180/90
130/80 140/80,
130/80,
140/80
170/100
Penatalaksanaan
Parasetamol 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-0
Domperidon 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 0-1-1 1-1-0
Phenazopiridine HCl 2-1-1 1-1-2 1-1-1 1-1-1 1-1-0
Alprazolam 0,5mg 1-1-1 1-1-1 1-1-1 ½ - ½ -1 1-1-0
Gliquidone 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-0
Simvastatin 0-0-1 0-0-1 0-0-1 0-0-1 0-0-1
Piracetam 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1
Injeksi Cefotaxime 1g 0-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-0
Infus RL 20 tpm v v v v v v
Evaluasi
Antihipertensi digunakan untuk mengontrol tekanan darah
Rekomendasi
Perlu pemberian antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah seperti kaptopril dari golongan penghambat ACE atau
losartan dari golongan ARB.
72
Subjectives :
No. 009
Umur 42 tahun, jenis kelamin perempuan. Masuk RS tanggal 30 Agustus 2009 selama 5 hari dengan keluhan nyeri ulu
hati, mual, batuk, pilek. Diagnosis masuk dispnoe, dispepsia. Diagnosis kerja dispnoe, dispepsia. Diagnosis keluar DM
tipe 2, bronkopneumonia.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 30 Agustus 31 Agustus 1 September 2 September 3 Sept
Puasa 70-110 228,8
Post Prandial <120 261,5
GDS 360 219
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 235,6
LDL <150 179
HDL Pr >45 85,3
Trigliserida <150 287,8
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 31
Kreatinin Pr 0,5-0,9 0,6
Asam Urat Pr 2,4-5,7 5,19
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Pr 0-31 25,5
SGPT Pr 0-31 23,4
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 36/124,
38,4/112,
36,5/100
36,2/88,
36,3/100
36,1/84,
36,4/84,
36,4/84
36/80, 36,3/80,
36,4/88
36,6/80,
36/80
Tekanan Darah 130/80 110/70,
140/100,
130/80
120/80, 120/80 130/80,
120/80, 130/80
160/100,
140/100,
140/90
140/100,
140/90
Penatalaksanaan
Mg(OH)2, Al(OH)3® 1-1-1 1-1-1 1-0-1 1-1-1 1-1-0
Glimepirid 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Levofloxacin 0-0-1 1-0-0 1-0-0
Erdosteine 0-0-1 1-1-1 1-0-1 1-1-1 1-1-0
Metilprednisolon 0-0-1 1-1-1 1-0-1 1-1-1 1-1-0
Bisoprolol 0-0-1 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Injeksi RI 3x4 ui 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-0-0
Injeksi Levofloxacin 0-1-0 0-1-0 0-1-0
Infus NaCl + 1 amp aminofilin 12
tpm v v v v v
Evaluasi
Tidak ditemukan adanya kasus DRP.
Rekomendasi
-
73
Subjectives :
No. 010
Umur 66 tahun, jenis kelamin laki-laki. Masuk RS 9 September 2009 selama 5 hari dengan keluhan nyeri punggung, perut
sebah, perut kembung, mual, sesak nafas, terkadang batuk terutama bila merokok. Diagnosis masuk DM, bronchitis,
colicrenal, hipertensi. Diagnosis kerja DM, colicrenal, bronchitis, hipertensi. Diagnosis keluar DM, hipertensi.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 9 September 10 September 11 September 12 September 13 Sept
Puasa 70-110 103,9
Post Prandial <120 137,6 97,3
GDS 161 71 139 132
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 225,3
LDL <150 166,5
HDL Lk >35 25,7
Trigliserida <150 165,6
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 36,9
Kreatinin Lk 0,6-1,1 1,3
Asam Urat Lk 3,4-7,0
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Lk 0-37 17,4
SGPT Lk 0-40 19,0
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 36/88, 37,4/84,
36/88,
37,5/130
36/100,
36,8/80,
36/100
36,3/88, 36/84,
36,7/88, 36/84
36,1/84,
37,1/84 37,4/88
Tekanan Darah 130/80 140/100,
130/80,
140/90, 130/90
140/80,
130/80, 130/80
140/90,
140/90,
140/90, 130/80
130/88, 130/80 130/80
Penatalaksanaan
Paracetamol 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-0
Glimeripide 1-0-0 1-0-0 1-tunda
Lisinopril 10mg 0-1-0 0-1-0 0-1-0
Metformin HCl 0-0-1 0-1-0
Glimepirid
Bisakodil 0-0-1 1-1-0k/p
Simvastatin 0-0-1 0-0-1
Lansoprazole 1-0-0 1-0-0
Levofloxacin 500mg 1-0-0 1-0-0
Ranitidin 0-1-1 1-0-1 1-stop
Ass 16 TPM v v v v
Evaluasi
Antihipertensi digunakan untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah
Rekomendasi
Pemberian lisinopril ditambahkan selama perawatan untuk mengantisipasi lonjakan tekanan darah.
74
Subjectives :
No. 011
Umur 55 tahun, jenis kelamin perempuan. Masuk RS tanggal 13 September 2009 selama 4 hari dengan keluhan 3 hari
pelo, pusing, kepala terasa berat, kedua tangan kesemutan. Diagnosis masuk DM, hipertensi. Diagnosis kerja DM, stroke
hemoragik. Diagnosis keluar DM, stroke.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 13 September 14 September 15 September 16 September
Puasa 70-110 149,6
Post Prandial <120 254,8
GDS 470, 207, 184 144, 311, 342 167, 277, 205 230
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 180,5
LDL <150 103,8
HDL Pr >45 47,9
Trigliserida <150 143,7
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 28,7
Kreatinin Pr 0,5-0,9 0,9
Asam Urat Pr 2,4-5,7 3,12
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Pr 0-31 63,3
SGPT Pr 0-31 46,3
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 36/92, 36/72,
36/72, 36/80 36/88, 36/84, 36/80
36,4/88, 36,4.86,
36/80
Tekanan Darah 130/80 140/100, 140/80,
120/80, 120/80
140/80, 100/90,
140/80
130/80, 140/80,
140/80
Penatalaksanaan
Losartan ½ 0-1-0 1-0-0 1-0-0
Parasetamol 0-1-1
Domperidon 0-1-1 1-1-1 1-0-0 1-1-0
Cilostazol ½ 0-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-0
Clopidrogel 1-1-0 1-0-0 1-0-0
Metformin 0-1-1 1-0-0
Lansoprazole 1-0-0 1-0-0
Ranitidine 0-1-1 1-0-1
Injeksi RI 6 ui extra 0-1-0
Injeksi Piracetam 3g 0-1-1 1-1-1 1-1-1
Injeksi Citicoline 0-1-0 1-1-1 1-1-1
Infus Assering 16 tpm v V
Infus RL+ RI 20-30 tpm v v (12 tpm) v (20 tpm)
Evaluasi
Antihipertensi digunakan untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah.
Rekomendasi
Sebaiknya losartan tetap diberikan pada hari terakhir pasien dirawat di rumah sakit.
75
Subjectives :
No.012
Umur 66 tahun, jenis kelamin laki-laki. Masuk RS tanggal 19 September 2009 selama 8 hari dengan keluhan badan lemas,
gemetar, nafsu makan menurun, perut sebah. Diagnosis masuk DM, hipertensi, colicrenal. Diagnosis kerja DM, dispepsi.
Diagnosis keluar hipertensi, dispepsi.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 19 20 21 22 23 24 25 26
Puasa 70-110
Post
Prandial
<120 102,9
GDS 188 123, 122 130
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220
LDL <150
HDL Lk >35
Trigliserida <150
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 37,2
Kreatinin Lk 0,6-1,1 1,0
Asam Urat Lk 3,4-7,0
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Lk 0-37
SGPT Lk 0-40
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-
80 36,1/100,
36/84,
37,2/80
37,3/108,
36,3/100,
37,2/100
36,7/88,
36,2/84,
37,4/100
38/120,
38,4/12
0,
36/100
36,4/88,
36/80
36/100,
36/92,
37,2/88
36,5/80,
37,5/104 160/80
Tekanan
Darah
130/80 110/70,
100/60,
120/80
120/70,
120/80,
110/80
110/70,
120/70,
140/90
130/70,
150/80,
120/80
130/90,
120/90
110/70,
130/80,
130/70
120/80,
37,5/104 36/88
Penatalaksanaan
Lisinopril ½ 0–0–1 0–0–1 0–0–1 1-0-0 1-0-0
Sulbutamin 1–0–1 1–0–1 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-0
Paracetamol 0–0–1 0–1–1 1-1-1 1-1-1
Simvastatin 0–0–1 0–0–1 0–0–1 0–1–1 0-0-1 0-0-1 0-0-1
Metformin 0–1–0 0–1–0 0–1–0 0–1–0 0-1-stop
Teofilin 0–0–1 0–0–1 0–0–1 0–0–1 0-0-1 0-0-1 0-0-1
Domperidon 0–0–1 1–1–1 1–1–1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-0
Injeksi Cefotaxim 1g 0–0–1
(01.00) 1–0–1 1–0–1 1-stop
Ofloxacin 1-0-0
Injeksi Cefotriaxone 2g 0–0–1 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Infuse Ass 20 TPM V
(12TPM) V V V
V
(20TPM) V V
Evaluasi
Lisinopril merupakan antihipertensi golongan penghambat ACE dengan dosis penggunaan 10-40mg/hari dengan frekuensi
pemakaian 1 kali sehari.
Rekomendasi
Pemakaian antihipertensi sebaiknya rutin untuk menghindari peningkatan tekanan darah.
76
Subjectives :
No.013
Umur 65 tahun, jenis kelamin perempuan. Masuk RS tanggal 27 September 2009 selama 3 hari dengan keluhan lemas,
nggliyer, mual, muntah. Diagnosis masuk diabetes, vertigo. Diagnosis kerja diabetes melitus, hipertensi, vertigo,
hemiparese sinistra. Diagnosis keluar DM tipe 2 dan hipertensi.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 27 September 2009 28 September 2009 29 September 2009
Puasa 70-110 175,1
Post Prandial <120 194,9
GDS 249
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 175
LDL <150 128,1
HDL Pr >45 10,7
Trigliserida <150 181,2
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 21,7
Kreatinin Pr 0,5-0,9 1,1
Asam Urat Pr 2,4-5,7 6,31
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Pr 0-31 27
SGPT Pr 0-31 16
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 36/84, 36,7/82 36/80, 36/81, 36/88, 36/80
Tekanan Darah 130/80 160/90, 130/80 130/80, 130/80, 140/80,
170/90
Penatalaksanaan
Glimepirid 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Losartan 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Betahistine mesylate 0-1-1 1-1-1 1-1-0
Co-dergocrine mesylate) 1-0-0 1-0-0 0-1-0
Metformin 0-0-1 1-0-0
Domperidone 0-0-1 1-1-0 1-1-0
Injeksi Piracetam 3g 0-1-0 1-0-1
Injeksi Ranitidin 1-0-1 1-0-0
Infus Assering 20 tpm v v (16 tmp) v
Evaluasi
Tidak ditemukan adanya kasus DRP.
Rekomendasi
-
77
Subjectives :
No.014
Umur 46 tahun, jenis kelamin laki-laki. Masuk RS 2 Oktober 2009 selama 6 hari dengan keluhan nyeri pergelangan kaki kiri,
badan lemas, pusing. Diagnosis masuk diabetes melitus. Diagnosis kerja diabetes melitus, hipertensi. Diagnosis keluar DM
tipe 2, obesitas, hipertensi.
Objectives :
Parameter Nilai
normal
Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 2 Okt 3 Okt 4 Okt 5 Okt 6 Okt 7 Okt
Puasa 70-110 129,8
Post Prandial <120 172,7 225,9
GDS 148, 222
196, 244,
253 196 226, 281 82
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 181,3
LDL <150 119,7
HDL Lk >35 39,9
Trigliserida <150 108,3
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 30
Kreatinin Lk 0,6-1,1 0,9
Asam Urat Lk 3,4-7,0
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Lk 0-37 24
SGPT Lk 0-40 27
Suhu, Nadi 36-38oC,
70-80 37,7/84,
36,2/80
36/80,
36,4/80,
36,8/84
36/84,
36,9/84,
36/84
36/84,
36/80, 36/80
36/80,
36/80, 36/84 36,2/84
Tekanan Darah 130/80 190/100,
170/120
150/100,
130/90,
130/100
140/80,
130/90,
120/80
160/100,
150/100,
160/90
170/110,
140/100,
150/100
140/80
Penatalaksanaan
Glimepirid 2mg 0-0-1 1-0-0 1-1-0 1-1-0 1-0-0 1-0-0
Sucralfate 0-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-0-0
Na Diklofenak 0-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-0
Irbesartan 0-0-1 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Alprazolam 0,5 mg ½- ½ - 1 ½- ½ - 1 ½- ½ - 1 ½- ½ - ½ ½- ½ - ½ ½- ½ - 0
Bisoprolol 0 -0 - ½ ½ -0 - 0 ½ -0 - 0 ½ -0 - 0 ½ -0 - 0 ½ -0 - 0
Cefotaxime 1gr 0-1-0 1-0-1 1-0-1 1-0-0
Lansoprazole 0-1-0 1-0-0 1-0-0
Meloxicam 0-0-1 1-0-0 1-0-0
Kalium Diklofenak 0-0-1 1-1-1 1-1-0
Infus Ansering 20 tpm v v v v v V
Evaluasi
Antihipertensi berfungsi untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah.
Rekomendasi
Sebaiknya irbesartan diberikan secara rutin untuk mengontrol tekanan darah.
78
Subjectives :
No. 015
Umur 61 tahun, jenis kelamin laki-laki. Masuk RS tanggal 15 Oktober 2009 selama 8 hari degan keluhan sesak, batuk berdahak, nafsu
makan berkurang, pusing. Diagnosis masuk dispnoe. Diagnosis kerja DM, dispnoe/bronchitis. Diagnosis keluar DM II, hipertensi,
bronkopneumonia.
Objectives :
Parameter Nilai
normal
Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah 15 16 17 18 19 20 21 22
Puasa 70-110 178,1
Post Prandial <120 255,6 230,0
GDS 317, 272,
288
351, 203,
178, 217
236, 318,
174
186, 249,
433, 109
190, 207,
436, 201
264, 306,
257
245, 241,
191
154, 240
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 183,8
LDL <150 133,4
HDL Lk >35 24,4
Trigliserida <150 129,8
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 64,5
Kreatinin Lk 0,6-
1,1
1,5
Asam Urat Lk 3,4-
7,0
7,82
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Lk 0-37 24,3
SGPT Lk 0-40 18,2
Suhu, Nadi 36-38oC,
70-80
36,6/72,
36/80,
36/80
35/88,
36/88,
36/88
36,3/80,
36/80,
36,4/84
36/80,
36/88,
36,5/88
36,2/84,
36,4/84,
36,5/88
36/80,
36,6/84,
36/80
36/80,
36/80
36/84,
36/84
Tekanan
Darah
130/80 160/90,
130/80,
110/70
130/70,
130/80,
140/80
150/90,
140/90,
130/90
130/90,
120/80,
130/80
180/90,
130/90,
130/100
140/100,
130/80,
160/100
140/80,
140/90
140/80,
130/90
Penatalaksanaan
Paracetamol 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 0
Domperidon 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 0
Isosorbid dinitrat 0 – 0 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 0
Ramipril 2,5mg 0 – 0 – 1 1 – 0 – 0 1 – 0 – 0 1 – 0 – 0 1 – 0 – 0 1 – 0 – 0 1 – 0 – 0 1 – 0 – 0
Injeksi Ranitidin 1 – 0 – 1 1 – 0 – 1 1 – 0 – 1 1 – 0 – 1 1 – 0 – 1
Injeksi Furosemide 0 – 1 – 0 0,5–0,5–
0,5
0,5–0,5–
0,5
0,5–0,5–
0,5
0,5 – 0,5 –
0
Infuse ass 20 TPM V (IGD) V V V
Levofloxacin 1fls/hari V V V Habis
Salbutamol 0 – 0 – 1
Furosemide 1 – 0 – 0 1 – 0 – 1 1 – 0 – 0
Lanzoprazole 1 – 0 – 0 1 – 0 – 0 1 – 0 – 0
Glimepirid 1 – 0 – 0 1 – 0 – 0 1 – 0 – 0
Vlidagliptin 1 – 0 – 0 0 – 1 – 0
Insulin 0 – 8IU – 0
0 – 10IU
– 0
Evaluasi
Pemberian golongan penghambat ACE dapat menyebabkan batuk pada pasien.
Rekomendasi
Jika batuk sudah mengganggu, pemberian ramipril dapat diganti dengan obat golongan antagonis angiotensin II
79
Subjectives :
No. 016
Umur 35 tahun, jenis kelamin laki-laki. Masuk RS 20 Oktober 2009 selama 5 hari dengan keluhan 4 hari mual, muntah, sesak, keringat dingin, anyang-anyangan. Diagnosis masuk dispepsi, vomitus, hipertensi, chest pain. Diagnosis kerja dispepsi, vomitus, hipertensi, ISK, hiperglikemia. Diagnosis keluar
DM II, hipertensi.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 20 21 22 23 24
Puasa 70-110 240,3
Post Prandial <120 295,7
GDS 294 168
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 268,1
LDL <150 177,6
HDL Lk >35 46,3
Trigliserida <150 220,9
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 35,3
Kreatinin Lk 0,6-1,1 1,0
Asam Urat Lk 3,4-7,0 7,25
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Lk 0-37 45,4
SGPT Lk 0-40 39,7
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 36,5/116 36,6/116, 36,4/89,
36,4/86
36/80, 36/80 36/96, 36,8/95, 36,5/96
Tekanan Darah 130/80 130/100 190/100, 130/90,
120/80
130/110. 100/80,
190/100
210/110, 150/120,
200/110
Penatalaksanaan
Bisoprolol 0-0-0,5 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Isosrbid dinitrate 0-0-1
Diltiazem 0-0-1
Diltiazem 0-0-1 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Domperidon 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-0
Alprazolam 0,5mg 0-0-1 0-0-1 0-0-1
Betahistin mesylate 0-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-0
Alupurinol 0-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-0
Dergocrin maleat 0-0-1 0-0-1
Asam asetisalisilat 0-0-1 1-stop
Flunarizin 0-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-0
Rosuvastatin 0-0-1 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Losartan 0-0-1 0-0-1 0-0-1
Glimepiride 0-0-1 1-0-0 1-0-0
Metformin 0-0-1 0-0-1 0-0-1
Lisinopril 0-0-1 0-0-1 1-0-0
Eyevit 0-1-1 1-0-0
Asam traneksamat 0-1-1 1-0-0
Injeksi ranitidin IGD 1-0-0 1-0-1 1-0-1
Injeksi Mecobalamin 0-0-1 1-0-0 1-0-0
Asam askorbat 0-0-1 1-0-1 1-0-0
Metamizol 0-0-1 1-1-1 1-0-0
Injeksi Pirasetam 0-0-1 1-1-1-1 1-1-0-0
Infuse Kaen IGD 24v
Infuse assering 16v v
Evaluasi
1. Menurut guideline, terapi lini pertama pada hipertensi adalah penghambat ACE atau antagonis angiotensin II 2. Dosis diltiazem 120-480mg/hari dengan frekuensi pemakaian 1xsehari
Rekomendasi
1. Sebaiknya penggunaan penghambat ACE dan antagonis angiotensin II tidak digunakan bersamaan. Cukup digunakan salah satu saja penghambat
ACE atau antagonis angiotensin II.
2. Pemakaian diltiazem sebaiknya 1 macam obat saja,
80
Subjectives :
No. 017
Umur 49 tahun, jenis kelamin laki-laki. Masuk RS tanggal 21 November 2009 selama 4 hari dengan keluhan pusing hilang
timbul. Diagnosis masuk DM. Diagnosis kerja DM, hipertensi. Diagnosis keluar DM II Obese.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 21 22 23 24
Puasa 70-110 171,6 316
Post Prandial <120 304,2 302,8
GDS
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 201,1 161,4
LDL <150 124,4 128,2
HDL Lk >35 Pr >45 44,5 12,2
Trigliserida <150 160,8 104,8
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 24,4 18,8
Kreatinin Lk 0,6-1,1 0,9 1,0
Asam Urat Lk 3,4-7,0 5,69
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Lk 0-37 30,0
SGPT Lk 0-40 46,7
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 36/100, 36,2/60,
36/70
36/84, 36/84,
36/88, 36/80
36,8/84, 36/82,
36,2/88
36,2/84
Tekanan Darah 130/80 210/110, 180/110,
180/100
170/100, 170/110,
160/100, 160/100
160/100, 170/100,
170/100
170/100
Penatalaksanaan
Parasetamol 1 – 0 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 -
Domperidon 0 – 0 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 0
Irbesartan 300mg 0 – 1 – 0 1 – 0 – 0 1 – 0 – 0 1 – 0 – 0
Diltiazem CD 0 – 1 – 1 1 – 0 – 1 1 – 0 – 1 1 – 0 – 0
Clobazam 0 – 0 – 1 1 – 1 – 1 1 – 1 – 1 -
Atorvastatin 0 – 0 – 1 0 – 0 – 1 0 – 0 – 1 -
Glimepirid 2mg - - 1 – 0 – 0 -
Injeksi Insulin 4 UI 09.30 - - -
Infuse Asering 20 TPM 09.00 (dr IGD),
23.10 - 06.45 -
Evaluasi
Dosis diltiazem CD 180-480mg/hari dengan frekuensi pemakaian 1xsehari
Rekomendasi
Frekuensi pemakaian diltiazem CD dikurangi menjadi 1xsehari
81
Subjectives :
No. 018
Umur 60 tahun, jenis kelamin perempuan. Masuk RS 3 Januari 2010 selama 4 hari dengan keluhan sesak nafas. Diagnosis
masuk DM, hipertensi, PPOK. Diagnosis kerja DM tipe 2, obese febris, hipertensi, PPOK, CAD (coronary artery disease),
OMI (old miokard infark) dan IHD. Diagnosis keluar DM tipe 2, hipertensi.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 3 4 5 6
Puasa 70-110 178
Post Prandial <120 228,4
GDS 256, 226,9
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 230,6
LDL <150 160,9
HDL Pr >45 62,5
Trigliserida <150 35,8
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 59,2
Kreatinin Pr 0,5-0,9 1,0
Asam Urat Pr 2,4-5,7 6,71
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Pr 0-31 14,2
SGPT Pr 0-31 18,7
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 37,3/120, 36,7/96 36/88, 36,2/120 36,5/96, 36/90,
36,7/96
36/88, 36/88
Tekanan Darah 130/80 200/100, 220/110 186/120, 150/80 150/90, 148/100,
160/100
180/100,
160/100
Penatalaksanaan
Kaptopril 25mg 0-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-0
Parasetamol 0-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-0
Metformin 0-0-1 1-0-1 1-1-1 1-1-1
Ambroxol 0-0-1 1-1-1 1-1-1 0-1-1
Cefixime 1-0-1
Salbutamol 0-1-0 0-0-1 1-1-1 1-1-1
Teofilin 1-0-1
Metilprednisolon 0-0-1
Injeksi Furosemide 0-1-0 0-0-1 1-0-0
Injeksi Dexa 0-1-0 1-0-1 1-0-0
Injeksi Cefotaxime 0-0-1 1-0-1 1-0-1
Infus RL 5 tpm, 12 tpm v
Infus RL+aminophilin 1½ amp 18
tpm v v V
Evaluasi
Pemberian antihipertensi golongan penghambat ACE dapat menyebabkan batuk.
Rekomendasi
Dilakukan monitoring terhadap pemberian penghambat ACE jika batuk pasien sudah mengganggu pemberian antihipertensi
ini dapat digantikan dengan golongan antagonis angiotensin II
82
Subjectives :
No. 019
Umur 75 tahun, jenis kelamin laki-laki. Masuk RS tanggal 1 Februari 2010 selama 3 hari dengan keluhan sesak nafas,
berdahak, mual , scrotum iritasi, tangan udem. Diagnosis masuk dispnoe. Diagnosis kerja dispnoe. Diagnosis keluar infeksi
sekunder, DM tipe 2, obese, mitral regurgitasi
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 1 Februari 2 Februari 3 Februari
Puasa 70-110 209,4
Post Prandial <120 198,9
GDS 231, 190 237, 257, 217 219, 276, 192
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 129,9
LDL <150 87,3
HDL Lk >35 27,8
Trigliserida <150 74
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 58,1
Kreatinin Lk 0,6-1,1 0,8
Asam Urat Lk 3,4-7,0 5,31
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Lk 0-37 75,1
SGPT Lk 0-40 23,3
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 36,8/76, 36/80, 36,3/60 36/64, 36/76, 36,5/76 36/76, 36,2/76, 36/80
Tekanan Darah 130/80 150/80, 150/90, 140/80 180/90, 150/80, 140/80 130/80, 140/90, 150/80
Penatalaksanaan
Metilprednisolon 0-0-1 1-0-1 1-0-1
Salbutamol 0-0-1 1-0-1 1-0-1
Succus liquirittiae 0-0-1 1-1-1 1-1-1
Kaptopril 12,5mg 0-0-1 1-1-1 1-1-1
Glimepirid 0-0-1
Injeksi Furosemid 0-0-1 1-0-0 1-0-0
Injeksi RI 3x6 ui 0-0-1 1-1-1 1-1-0
Injeksi Ondansetron 0-1-1 1-1-1
Infus Assering 10 tpm v v v
Infus asam amino, elektrolit, sorbitol v v v
Infus Levofloxacin 1fls/hr v v v
Infus Asam amino v v
Infus RL v v
Evaluasi
Tidak ditemukan adanya kasus DRP.
Rekomendasi
-
83
Subjectives :
No. 020
Umur 62 tahun, jenis kelamin laki-laki. Masuk RS tanggal 5 Februari 2010 selama 6 hari dengan keluhan lemas, tidak mau makan, mual,
terdapat ulkus di kaki kanan. Diagnosis masuk DM ulkus cruris. Diagnosis kerja DM ulkus cruris. Diagnosis keluar DM ulkus cruris,
hipertensi.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 5 6 7 8 9 10
Puasa 70-110
Post Prandial <120 309,3
GDS 192, 330 234, 250,
281
328, 237,
197
208, 331,
216
271, 231,
266
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 137
LDL <150 92,5
HDL Lk >35 26,3
Trigliserida <150 91,1
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 57,4
Kreatinin Lk 0,6-1,1 1,3
Asam Urat Lk 3,4-7,0 6,5
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Lk 0-37 12
SGPT Lk 0-40 10,6
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 36,3/80,
36/80, 36/80
36,3/88,
36/80,
36/100
37,2/88,
37/84,
36,4/80
36,2/84,
36,8/84,
36/80
36/80,
36,6/84
36/80,
36/80
Tekanan Darah 130/80 170/100,
120/80,
110/70,
160/120
120/80,
110/70,
100/60,
150/100
120/80,
150/80,
130/80
110/70,
110/60,
120/70
110/70,
140/90
130/80,
120/80
Penatalaksanaan
Cilostazol 100mg 0-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-0
Amlodipine besylate5mg 0-0-1 1-0-1 1-0-1 0-0-1 0-0-1
Gabapentin 0-0-1 0-0-1 0-0-1
Cefdinir 100mg 0-0-1 1-0-0
Repaglinid 1-1-0
Parasetamol 0-1-0
Ranitidin 0-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-0
Injeksi Insulin 16ui 0-0-1 (20 ui) 0-0-1 (8 ui)
Ondansetron 0-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-1
Injeksi RI 10 0-0-1 0-0-1 1-0-0 1-0-0 (8 ui)
Injeksi Insulin 0-0-1 1-1-1 1-1-1
Infus Levofloxacin 0-0-1 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Infus Asering 16 tpm v v v v v v
Aminofluid+Actrapid 16tpm v v v
PRC, NaCl v
Evaluasi
1. Antihipertensi digunakan untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah.
2. Menurut guideline aturan pemakaian amlodipin adalah 2,5-10mg 1 kali sehari
Rekomendasi
1. Sebaiknya amlodipin tetap digunakan pada hari terakhir pasien dirawat di rumah sakit.
2. Sebaiknya pada hari ke 2 dan ke 4 amlodipin diberikan 1 kali sehari saja.
84
Subjectives :
No. 021
Umur 74 tahun, jenis kelamin perempuan. Masuk RS tanggal 5 Maret 2010 selama 5 hari dengan keluhan sesak nafas
kurang lebih 1 minggu, kecapekan bila jalan jauh-jauh, batuk, pilek. Diagnosis masuk DM, decomp cordis, dispnoe.
Diagnosis kerja DM, dispnoe, bronchitis, decomp cordis. Diagnosis keluar DM tipe 2, obese, hipertensi.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 5 6 7 8 9
Puasa 70-110 120.2
Post Prandial <120 170 99,3
GDS 197
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 184,5
LDL <150 115,2
HDL Pr >45 21,8
Trigliserida <150 237,4
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 62,7
Kreatinin Pr 0,5-0,9 0,8
Asam Urat Pr 2,4-5,7 8,81
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Pr 0-31 24,5
SGPT Pr 0-31 24,2
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 36,5/80 36,2/80,
36,6/76, 36/88
36,5/80, 36/80 36/80, 36,7/80,
36,9/80
36/84, 37/88
Tekanan Darah 130/80 130/90 130/90,
130/80, 130/80
120/70, 110/70 130/80,
150/80, 110/70
120/80,
160/80
Penatalaksanaan
Gliclazide 1-1-0 1-1-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Metformin 1-1-0 1-1-0 1-1-0 1-1-0 1-1-0
Lisinopril 10 mg 0-0-1 0-0-1 1-0-0
KCl 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Alprazolam 0,5 mg 0-0-1 0-0-1 0-0-1 0-0-1
Bromhexine 1-1-1 0-1-1 1-1-1
Furosemide 1-0-0 1-0-0
Injeksi Bromhexine 0-0-1 1-0-1 1-1-1
Injeksi Levofloxacin 0-1-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Injeksi Furosemide 1-0-0
Infus Ansering 20 tpm v v v v V
Evaluasi
1. Lisinopril merupakan antihipertensi golongan penghambat ACE.
2. Pemberian dalam bentuk sediaan berbeda dengan zat aktif yang sama termasuk dalam polifarmasi.
Rekomendasi
1. Sebaiknya lisinopril diberikan secara teratur.
2. Sebaiknya pada hari ketiga, injeksi furosemid dan tablet furosemid diberikan salah satunya saja.
85
Subjectives :
No. 022
Umur 74 tahun, jenis kelamin laki-laki. Masuk RS tanggal 12 Maret 2010 dengan keluhan 2hari pusing berputar-putar, mual, badan panas.
Diagnosis masuk DM, obese febris, SNH. Diagnosis kerja DM, vertigo, SNH. Diagnosis keluar DM tipe 2 dan hipertensi.
Objectives :
Parameter Nilai
normal
Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 12 13 14 15 16 17 18 19
Puasa 70-110 96,6 87,1
Post Prandial <120 147,1 133,8
GDS
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 139,7
LDL <150 103,3
HDL Lk >35 21,3
Trigliserida <150 75,5
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 137,2 133,2 157,2
Kreatinin Lk 0,6-1,1 3,6 3,4 3,9
Asam Urat Lk 3,4-7,0 8,16
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Lk 0-37 25,6
SGPT Lk 0-40 21,4
Suhu, Nadi 36-38oC,
70-80
36,5/72,
36/88,
36/80,
37/80
36,3/80,
36/80
36,5/80,
36,5/80,
36,7/88
36/80,
36/80,
36,7/84
36/88,
36/88,
36,4/88
36/80,
36/80,
36,6/80
36,5/80,
36/88,
36,3/88
36/80
Tekanan
Darah
130/80 160/80,
150/80,
150/90,
160/90
100/90,
160/80
160/90,
130/70,
180/80
170/90,
160/90,
140/80
140/80,
160/80,
150/80
140/80,
180/90,
170/80
140/90,
150/80,
140/80
160/90
Penatalaksanaan
Gliquidone ½ -0-0 ½ -0-0 ½ -0-0 ½ -0-0 ½ -0-0 ½ -0-0
Adenosine triphospate 1-0-0 1-1-0 1-1-0 0-1-0 1-0-0 1-1-0 1-1-0 1-1-0
Alprazolam 0-0-1 0-0-1 0-0-1 0-0-1 0-0-1 0-0-1 0-0-1
Piracetam 800mg 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-1-1 1-1-0
Hydrocortisone ½ tab 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Betahistine mesylate 0-0-1 1-1-1 1-1-1
Losartan 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-0
Aminoral 0-0-1 0-2-0 2 -1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-0
Furosemide 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Amiodipine besylate 5mg 1-0-0 1-0-1 1-0-1 1-0-0
Injeksi Piracetam 3g 1-1-1 1-1-1 1-1-1
Infus Assering 16 tpm v v v v v v v V
Infus Asam Amino 1fl/hr v v v v v V
Evaluasi
1. Menurut guideline aturan pemakaian amlodipin adalah 2,5-10mg satu kali sehari.
2. Efek samping dari losartan (golongan ARB) dapat meningkatkan kadar kreatinin (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, 2006)
Rekomendasi
1. Sebaiknya pemakaian amlodipin pada hari ke 6 dan ke 7 satu kali sehari saja.
2. Sebaiknya losartan diberikan 1x 1 sehari untuk menurunkan risiko terjadinya efek samping dari losartan berupa peningkatan
kadar kreatinin.
3. Sebaiknya pemberian furosemide ditingkatkan menjadi 2x sehari agar penurunan tekanan darah optimal.
86
Subjectives :
No.023
Umur 70 tahun, jenis kelamin laki-laki. Masuk RS tanggal 13 Maret 2010 dengan keluhan pusing dan muntah 10 kali.
Diagnosis masuk DM, vertigo. Diagnosis kerja DM, vertigo. Diagnosis keluar DM tipe 2 obese, hipertensi, vertigo.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 13 Maret 14 Maret 15 Maret 16 Maret
Puasa 70-110 159,5
Post Prandial <120 156,4
GDS 209, 294, 227 241, 266, 302 333, 212, 319 180, 173
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 281,7
LDL <150 210
HDL Lk >35 28,6
Trigliserida <150 215,4
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 31,7
Kreatinin Lk 0,6-1,1 1,0
Asam Urat Lk 3,4-7,0
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Lk 0-37
SGPT Lk 0-40
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 36,4/60, 36/80,
36,3/80
36,3/80, 36,3/80,
36/80
36/80, 36/80 36/80, 36/88
Tekanan Darah 130/80 160/90, 130/80,
120/70
110/80, 120/80,
130/70
135/80, 130/70 170/90, 140/90
Penatalaksanaan
Domperidone 1-1-1 1-1-1 1-1-1
Mg(OH)2, Al(OH)3® 1-1-1 1-1-1 1-1-1
Flunarizine 1-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-0
Metformin 1-0-1 1-1-1 1-0-0
Simvastatin 1-0-1
Lansoprazole 1-0-0
Injeksi Insulin 1-0-1 (12ui) 1-0-1 (16ui) (24ui)1-0-1(26ui) (24ui)1-0-0
Injeksi Ondansentron 1(4mg)-0-1(8mg) 1-0-0
Injeksi Ranitidine 1-0-0 1-0-1 1-0-0
Infus Assering 20 tpm 1-0-0
Evaluasi
Tidak ditemukan adanya kasus DRP.
Rekomendasi
-
87
Subjectives :
No. 024
Umur 73 tahun, jenis kelamin perempuan. Masuk RS tanggal 2 April 2010 selama 3 hari dengan keluhan 3 hari batuk, sesak,
keringat dingin. Diagnosis masuk dispnoe. Diagnosis kerja dispnoe, DM, hipertensi. Pasien akhirnya meninggal dunia pada
tanggal 4 April 2010.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 2 April 2010 3 April 2010 4 April 2010
Puasa 70-110 159,2
Post Prandial <120 179,5
GDS 316, 216 197, 128
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 99,6
LDL <150 79,1
HDL Pr >45 3,9
Trigliserida <150 83,3
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 54,4
Kreatinin Pr 0,5-0,9 1,4
Asam Urat Pr 2,4-5,7 89
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Pr 0-31 268,9
SGPT Pr 0-31 115,9
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 36/120, 36/88 37,4/100, 37/100 36/96
Tekanan Darah 130/80 190/110, 140/90 140/90, 160/100 200/100
Penatalaksanaan
Ramipril 0 – 0 – 1 1 – 0 – 0 1 – 0 – 0
Amlodipine besylate 0 – 0 – 1
Amiodarone HCl 0 – 0 – 1 1 – 1 – 1 1 – 0 – 0
Ekstra Kurkumin ® 0 – 1 – 1 1 – 0 – 0
N-acetylcysteine 0 – 1 – 1 1 – 1 – 0
Azhitromycin 0 – 1 – 1 1 – 0 – 0
Injeksi ranitidine 0 – 0 – 1 1 – 1 – 0 1 – 0 – 0
Injeksi Insulin 0 – 0 – 1 0 – 0 – 1
Injeksi Furosemid 0 – 0 – 1 1 – 0 – 0 1 – 0 – 0
Injeksi RI 1 – 0 – 0
Infus Ass 20TPM V(12tpm) V V
Evaluasi
Antihipertensi digunakan untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah
Rekomendasi
Sebaiknya amlodipin tetap diberikan selama pasien menjalani perawatan.
88
Subjectives :
No. 025
Umur 73 tahun, jenis kelamin laki-laki. Masuk RS tanggal 12 April 2010 selama 3 hari dengan keluhan lemah, mimisan,
jatuh saat berjalan. Diagnosis masuk hipertensi, epistaksis. Diagnosis kerja hipertensi, epistaksis, stroke. Diagnosis keluar
DM, hipertensi, Nefropati.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 12 April 2010 13 April 2010 14 April 2010
Puasa 70-110 87,5
Post Prandial <120 105
GDS 93
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220
LDL <150
HDL Lk >35
Trigliserida <150
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 86,5
Kreatinin Lk 0,6-1,1 2,9
Asam Urat Lk 3,4-7,0
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Lk 0-37 25,9
SGPT Lk 0-40 30,1
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 36/72, 36/84 36/76, 36,6/80, 36/88
Tekanan Darah 130/80 190/100, 180/80, 160/90 190/100, 180/80, 160/80
Penatalaksanaan
Irbesartan ½ - 0 - 0 1-0-0 1-0-0
Gliquidone 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Vit K 1-0-1 1-1-0 1-1-0
Flunarizine 0-0-1 1-0-1 1-0-0
Mebhydrolin napadisylate 0-0-1 1-0-1 1-0-0
Zolpidem tartrate 0-0-1 0-0-1
Asam Valerat® 1-1-0 1-1-0
Piracetam 1-1-0 1-1-0
Amiodipine besylate 1-0-0
Lansoprazole 1-0-0
Ranitidine 1-0-1 1-0-0
Injeksi Tranexamid acid 500 1-1-1 1-0-0
Infus Assering 20 tpm v v v
Evaluasi
Tidak ditemukan adanya kasus DRP.
Rekomendasi
-
89
Subjectives :
No.026 Umur 68 tahun, jenis kelamin laki-laki. Masuk RS tanggal 27 April 2010 selama 8 hari. Diagnosis masuk dispnoe. Diagnosis kerja CAD-OMI, dispnoe,
DM. Diagnosis keluar stroke, nefropati diabetic, congestive heart failure, DM.
Objectives :
Parameter Normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 27 April 28 April 29 April 30 April 1 Mei 2 Mei 3 Mei 4 Mei
Puasa 70-110 100,7 118,7
Post Prandial <120 156,7 164,9
GDS
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 121,6 154,6
LDL <150 88,7 114,6
HDL Lk >35 18,3 19,7
Trigliserida <150 72,9 103,1
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 102 66,9
Kreatinin Lk 0,6-1,1 1,5 1,0
Asam Urat Lk 3,4-7,0 6,8
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Lk 0-37
SGPT Lk 0-40
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-
80 36,5, 36,8 36,6, 36,5 36, 36,8,
36,8, 36,5
36,2,
36,7/80, 36,8/76
36/76,
36/88, 36//84
36/80,
36/96, 36/96
36/70
Tekanan Darah 130/80
85/70, 105/62,
138/85,
119/80, 134/84,
132/83,
115/73, 115/74,
119/75,
117/72, 130/88
125/81,
106/74, 134/75,
108/70,
106/66, 106/66,
130/60,
130/60, 124/84,
120/76,
116/70, 113/72,
116/72
127/80,
138/117,
89/61, 110/64,
119/80,
113/69, 115/71,
109/82,
118/78
116/70,
106/62, 120/77,
147/90,
125/73, 113/81,
136/73,
113/64, 112/72,
118/77
122/80, 118/77,
125/79,
109/83, 134/85,
113/67,
110/70, 110/80
140/80,
110/70,
130/90
100/70,
140/90,
140/80
120/80
HR ( /menit) 72, 93, 81,
82, 80, 74,
75, 75, 89, 70
74, 70, 71,
68, 69, 87, 68, 78, 80,
80, 73, 73,
73
76, 73, 71, 84, 78, 80,
86, 72, 76
72, 74, 80, 83, 77, 82,
76, 77, 78
75, 73, 72, 70-76, 84,
86
Penatalaksanaan
Isosorbide dinitrate 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-1 1-1-0
Gliclazide ½ 0-1-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Lisinopril 5mg 1-0-0 1-0-0 0-0-1
Irbesartan ½ -0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Klopidogrel 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Alprazolam 0,5 0-0-1 0-0-1 0-0-1 0-0-1 0-0-1 0-0-1
Cefadroxil monohydrate 0-0-1 1-0-1 0-0-1 1-1-0 1-0-0
Injeksi Furosemide ½ amp 0-1-0 1-1-0 1-1-0 1-1-1 0-1-0 1-0-0
Infus Assering 20 tpm v v v v v v v
Infus Asam Amino 12 tpm v v v v v v
Evaluasi
1. Menurut guideline, terapi lini pertama pada hipertensi adalah penghambat ACE atau antagonis angiotensin II 2. Pemberian antihipertensi ditujukan untuk mengontrol tekanan darah
Rekomendasi
1. Sebaiknya digunakan salah satu golongan antihipertensi saja. Golongan penghambat ACE atau antagonis angiotensin II
2. Sebaiknya antihipertensi (furosemid, irbesartan dan lisinopril) diberikan secara teratur.
90
Subjectives :
No. 027
Umur 57 tahun, jenis kelamin perempuan. Masuk RS pada tanggal 28 Mei 2010 selama 4 hari dengan keluhan nyeri di
bagian tubuh kanan, lemas, mual dan kejang. Diagnosis masuk DM tipe 2, tumor otak. Diagnosis kerja DM tipe 2, obese,
obs.convulsi, epilepsy ec tumor otak. Diagnosis keluar DM tipe 2, obese, hipertensi, Sindrom metabolik
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 28 Mei 2010 29 Mei 2010 30 Mei 2010 31 Mei 2010
Puasa 70-110
Post Prandial <120 306,9
GDS 381, 279 270, 308 308
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 296,4
LDL <150 200,8
HDL Pr >45 41,5
Trigliserida <150 270,6
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 16,4
Kreatinin Pr 0,5-0,9 0,8
Asam Urat Pr 2,4-5,7 3,4
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Pr 0-31 27,8
SGPT Pr 0-31 33,8
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 36,6/80, 36/88 36,3/82, 36,8/84 36/88, 36,5/88,
36,3/88
36/80, 36,4.80
Tekanan Darah 130/80 160/90, 110/70,
150/100
160/100, 110/70 110/70, 110/70,
120/80
120/80, 110/70
Penatalaksanaan
Diltiazem 100mg 0-0-1 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Glimepirid 1-0-0 1-0-0 1½ -0-0
Parasetamol 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-1-0
Domperidon 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-1-0
Alprazolam 0,5mg 0-0-1 0-0-1
Fenitoin 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-1-0
Metamizole Na, Diazepam 0-0-1 1-1-1 1-1-1 1-1-0
Vildagliptin 0-0-1 0-0-1 1-0-0 0-1-0
Injeksi Ondansetron HCl 0-0-1
Infus Assering ui 20 tpm v v v v
Evaluasi
Tidak ditemukan adanya kasus DRP.
Rekomendasi
-
91
Subjectives :
No. 028
Umur 66 tahun, jenis kelamin perempuan. Masuk RS tanggal 4 Juni 2010 selama 2 hari dengan keluhan batuk, sesak,
demam, mual, pusing, lemas, nafsu makan berkurang. Diagnosis masuk asma bronkitis. Diagnosis kerja asma bronkitis,
obese febris, hipertensi dan DM. Diagnosis keluar DM, hipertensi dan bronkitis.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 4 Juni 2010 5 Juni 2010
Puasa 70-110 204,4
Post Prandial <120 254
GDS 268, 221,8
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 181,8
LDL <150
HDL Pr >45
Trigliserida <150 37,6
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 31,4
Kreatinin Pr 0,5-0,9 0,6
Asam Urat Pr 2,4-5,7 7,44
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Pr 0-31 31,5
SGPT Pr 0-31 64,6
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-80 38/136, 37,6/100, 36/92 36,5/80, 150/90
Tekanan Darah 130/80 220/90, 150/80, 150/90 170/90, 150/90
Penatalaksanaan
Salbutamol 0-1-1 1-1-1
Kaptopril 25mg 0-1-1 1-1-1
Metformin 500mg 0-1-1 1-1-1
Parasetamol 0-1-1 1-1-1
Mg(OH)2, Al(OH)3® 1-1-1
Injeksi Cipro 0,2mg 0-1-1 0-0-1
Injeksi Dexamethason 0-1-1 0-0-1
Infus RL 16 tts +1½ Aminophilin v v
Evaluasi
Efek antihipertensi dari penghambat ACE (kaptopril) dapat menurun karena pemberian bersamaan dengan antasida.
Rekomendasi
Perlu dilakukan monitoring terhadap pemberian kedua obat tersebut.
92
Subjectives :
No. 029
Umur 75 tahun, jenis kelamin perempuan. Masuk RS tanggal 5 Juni 2010 selama 7 hari dengan keluhan demam, badan linu, bahu kanan
terasa sakit, nyeri gerak, mual, sakit perut, sulit BAB. Diagnosis masuk obs. febris, dispepsi, hipertensi. Diagnosis kerja obs.febris,
dispepsi, hipertensi. Diagnosis keluar DM, ISK, dispepsi.
Objectives :
Parameter Nilai normal Tanggal Pemeriksaan
Kadar Gula Darah (mg/dl) 5 6 7 8 9 10 11
Puasa 70-110 264,8 304,8 284,5
Post Prandial <120 267,4 200,6 331,9 292,8
GDS 505
Lemak (mg/dl)
Kolesterol <220 162,8
LDL <150 119,6
HDL Pr >45 22,7
Trigliserida <150 102,3
Fungsi Ginjal (mg/dl)
Ureum 20-40 39,8 116,6
Kreatinin Pr 0,5-0,9 1,1 2,2
Asam Urat Pr 2,4-5,7 3,66
Fungsi Hati (U/L)
SGOT Pr 0-31 20,4
SGPT Pr 0-31 22,8
Suhu, Nadi 36-38oC, 70-
80 37,8/120,
36/92,
36/80,
36/80
36/80,36/80
36,7/100,
36,8/124,
36,2/88,
36,2/124,
36/120,
36/64
36/92, - ,
36/92, - ,
36/92
36/88, - ,
36/100
36/76,
36/74,
36/88
36,3/100
Tekanan Darah 130/80
190/90,
120/80 100/60, 100/70
90/60,
80/60,
90/60,
80/55,
80/60,
100/70
90/65,
100/65,
110/7-,
100/70,
120/80
140/90,
130/80,
110/70
110/70,
110/70,
115/70
110/70
Penatalaksanaan
Parasetamol 0-0-1 1-1-1 1-0-0
Losartan 0-0-1 1-0-0 1-0-0
Glimepirid 3mg 1-0-0 1-0-0 0-1-0 1-0-0
Alprazolam 0,5mg 0-0-1 1-1-1 1-0-1 1-1-1 0-1-0 1-1-0
Flunarizin 0-0-1 1-0-0 1-1-1 1-1-0
Pipemidic acid 0-0-1 1-0-1 1-0-1 1-0-1 0-1-0 1-0-0
Methisoprinol 0-0-1
Domperidone 0-1-0
Asam lipoat® 0-0-1 1-0-0
Betahistine mesylate 0-0-1 1-1-1 0-1-0 1-1-0
Bisakodil 0-1-0 1-1-0
Vlidagliptin 1-0-0
Injeksi Cefotaxime 1g 0-0-1 0-0-1 0-0-1
Injeksi Odansentron 4mg 0-0-1 1-0-0 1-0-0 0-0-1 1-0-1(8mg)
Injeksi Ceftriaxone 1g 0-0-1 1-0-0 1-0-0 1-0-0
Infus Assering 20 tpm v v V v v v v
Evaluasi
Antihipertensi digunakan untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah.
Rekomendasi
Losartan sebaiknya diberikan selama pasien dirawat di rumah sakit.
93
Lampiran 4. Daftar Aturan Pemakaian Obat Kelas Terapi Sub Kelas
Terapi
Kelompok Nama Generik Aturan
Pakai
Gizi dan Darah
Anemia dan
Gangguan
Darah Lain
Anemia
megaloblastik
Mecobalamin 1x1
Cairan dan
Elektrolit
Gangguan
keseimbangan
cairan dan elektrolit
KCl 1x1
Na Bikarbonat 1x1
PIRC, NaCl 1x1
Asering 1x1
Ringer Laktat 1x1
RL + Aminofilin 1x1
NaCl +
Aminofilin
1x1
Nutrisi
Glukosa ® 1x1
Aminoral 1x1
Asam amino 1x1
Asam Amino,
histidine
1x1
L-threonine® 1x1
Ekstra Kurkuma® 2x1
Vitamin
Vitamin C Asam askorbat 1x1
Vitamin B
Fursultiamine
HCL
1x1
Sulbutiamine 2x1
Vitamin K Vitamin K 2x1
Multivitamin Asam Lipoic® 1x1
Sistem Endokrin
Diabetes
Insulin
Regular Insulin 1x1
Insulin Glargine 1x1
Insulin Isophane 1x1
Insulin Isophane
Biphasic
2x1
Antidiabetika Oral
Glimepirid 1x1
Glikuidon 1x1
Gliklazid 1x1
Metformin HCl 1x1
Repaglinid 2x1
Vildagliptin 1x1
Kortikosteroid Glukokortikoid Deksametason 1x1
Metilprednisolon 1x1
Kardiovaskular
Aritmia Anti aritmia Amiodarone HCl 1x1
Adenosin trifosfat 1x1
Antihipertensi
Beta-bloker Bisoprolol 1x1
Penghambat ACE
Captopril 3x1
Lisinorpil 1x1
Ramipril 1x1
Antagonis Reseptor
Angiotensin II
Losartan K 2x1
Irbesartan 1x1
Antiangina Nitrat Isosorbid dinitrat 1x1
94
Isosorbide
mononitrate
1x1
Antagonis Kalsium
Diltiazem 1x1
Amlodipine
besylate
1x1
Nifedipin 1x1
Anti angina lain Trimetazidine
diHCl
2x0,5
Diuretik Tiazid Hidroklortiazid 1x1
Diuretika kuat Furosemid 1x1
Antikoagulan
dan protamin
Antiplatelet
Antikoagulan
parenteral
Heparin Sodium 1x1
Acetylsalicylic
acid
1x1
Klopidrogel 1x1
Silostazol 3x1
Hemostatik dan
antifibrinolotik
Tranexamid acid 3x1
Hipolipidemik Statin
Simvastatin 1x1
Atorvastatin 1x1
Rosuvastatin Ca 1x1
Gangguan
sirkulasi darah Vasodilator perifer
Flunarizine 2x1
Co-dergocrine
mesylate
1x1
Citicoline 3x1
SistemSaraf
Pusat
Hipnosis dan
Ansientas
Hipnosis Zolpidem tartrate 1x1
Ansietas
Alprazolam 1x1
Diazepam 1x1
Klobazam 3x1
Mual dan
Vertigo
Antivertigo
Betahistine
masylate
3x1
Domperidom 3x1
Antagonis 5-HT3 Ondansetron 2x1
Analgesik Analgesik non-
opioid
Metamizole Na,
Diazepam
3x1
Antiinfeksi Antibakteri
Sefalosporin dan
antibiotik beta-
laktam lainnya
Cefadroxil 1x1
Cefdinir 1x1
Cefixime 1x1
Cefotaxime 2x1
Ceftriaxone 1x1
Makrolida Azitromisin 1x1
Kuinolon
Levofloxacin 1x1
Pefloxacin 1x1
Ciprofloxacin 2x1
Saluran Cerna
Dispesia dan
refluks
gastroesofagal
Antasida dan
simetikon
Mg(OH)2® 3x1
Mg(OH)1,
AL(OH)3 ®
3x1
Antitukak
Antagonis reseptor-
H2
Ranitidin 2x1
Kelator dan Sukralfat 3x1
95
senyawa kompleks
Penghambat pompa
proton
Lansoprazole 1x1
Esomeprazole 1x1
Pencahar Stimulan
Bisakodil 1x1
Na Lauryl
Sulfoasetat®
1x1
Saluran Napas
Antiasma dan
bronkodilator
Teofilin Anhydrous
theophyline
1x1
Agonis
adrenoreseptor
(Simpatomimetik)
Salbutamol 3x1
OBH® 3x1
Antihistamin,
hiposensitisasi,
dan kedaruratan
alergi
Antihistamin
Mebhidrolin
napadisilat
1x1
Mukolitik
Ambroxol HCl 3x1
Bromhexine 3x1
Erdosteine 2x1
N-acetylcystein 2x1
Obstetrik,
ginekologik, dan
saluran kemih
Gangguan
Saluran Kemih
Antiseptik saluran
kemih
Pipemidic acid 1x1
Fenazopiridin HCl 3x1
Golongan Lain Asam valerat® 2x1
Otot Skelet dan
Sendi
Obat reumatik
dan gout
Antiinflamasi non-
steroid (AINS)
Meloksikam 1x1
Na Diklofenak 2x1
K Diklofenak 2x1
Obat gout dan
hiperurisemia
karena induksi
sitotoksi
Alopurinol 2x1
Obat yang
digunakan
dalam gangguan
neuromuskuler
Pelemas otot skelet
Chlorzoxazone 1x1
96
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Margareta Krisantini Punto
Arsi merupakan putri bungsu dari A. Punto WS dan
M.I. Kristiastuti, yang lahir pada tanggal 18 Maret
1989. Penulis mengenyam pendidikan di TK Santa
Maria Magelang pada tahun 1993-1995, SD Santa
Maria Magelang pada tahun 1995-2001, SLTP
Tarakanita Magelang tahun 2001-2004, SMA Negeri 1
Magelang tahun 2004-2007 dan tahun 2007 hingga sekarang di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis mempunyai pengalaman berorganisasi di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang cukup, antara lain, sebagai seksi
dana dan usaha pada pelepasan wisuda 2008, koordinator kesekretariatan dan
penerima tamu pada pelepasan wisuda 2008, seksi dana dan usaha pada donor
darah JMKI 2008, bendahara bakti sosial pengobatan gratis 2008, bendahara
seminar herba medicine 2008, ketua panitia malam keakraban JMKI 2009,
koordinator seksi konsumsi Pharmacy Performance 2009, serta menjadi relawan
apoteker pada saat bencana merapi 2010. Selain itu, penulis juga pernah menjadi
asisten praktikum botani dasar pada tahun 2008 dan 2009.