Download - Evaluasi Praktek Perbankan Syariah
EVALUASI DAN PENATAAN PRAKTEK PERBANKAN SYARIAH
MUHAMMAD
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Yogyakarta
Sistem Ekonomi Islam & Kelembagaan Ekonomi Islam
SEI
LEMBAGA
BANK
SYARI’AH
ASURANSI
SYARI’AH
PASAR
MODAL
LKM
SYARI’AH SE
REASURANSI
SYARI’AH
REKSADANA
SYARI’AH
OBLIGASI
SYARI’AH
SEKURITAS
SYARI’AH
GADAI
SYARI’AH
PEMBIAYAAN
SYARI’AH DPLK
SYARI’AH
BISNIS
SYARI’AH
Manajemen
Ekonomi
Akuntansi
SEI
SEK
PENDAHULUAN
• Ada tiga faktor utama yang melatar-belakangi hadirnya keuangan/bank syariah
– Relijius ideologis
– Empiris pragmatis
– Akademik idealis
Landasan Hukum
UU No 7/92 tentang Perbankan
PP No 72/92 tentang Bank
Berdasarkan Bagi Hasil UU No 10/98 tentang
perubahan UU 7/92
Dicabut dg PP
30/99
BANK SYARIAH
UU No 21/08 tentang
perubahan UU 10/98
Jumlah Bank Syariah: BUS, UUS dan BPRS
• Bank Umum Syariah – PT. Bank Syariah Muamalah
Indonesia
– PT. Bank Syariah Mandiri
– PT. Bank Syariah Syariah Mega Indonesia
– PT. Bank Syariah BRI
– PT. Bank Syariah Bukopin
– PT. Bank Syariah Panin Syariah
– PT. Bank Victoria Syariah
– PT. BCA Syariah
– PT. Bank Jabar dan Banten
– PT. Bank Syariah BNI
– PT. Maybank Indonesia Syariah
• BPRS sebanyak 155 Unit (Januari 2012)
• Bank dalam Jenis Unit Usaha Syariah – PT. Bank Danamon
– PT. Bank Permata
– PT. Bank Internasional Indonesia (BII)
– PT. CIMB Niaga
– HSBC Ltd.
– PT. Bank DKI
– BPD DIY
– BPD Jawa Tengah
– BPD Jawa Timur
– BPD Banda Aceh
– BPD Sumatera Utara
– BPD Sumatera Barat
– BPD Riau
– BPD Sumatera Selatan
– BPD Kalimantan Selatan
– BPD Kalimantan Barat
– BPD Kalimatan Timur
– BPD Sulawesi Selatan
– BPD Nusa Tenggara Barat
– PT. BTN
– PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN)
– PT. OCBC NISP
– PT. Bank Sinarmas
– BPD Jambi
MENATA BANK SYARIAH KE DEPAN • Aspek-aspek yang ditata
– (1) Pemilik bank syariah,
– (2) Pengelola (Sumber Daya Insani) bank syariah,
– (3) Pembuat kebijakan tentang bank syariah,
– (4) Pembuat fatwa produk bank syariah,
– (5) Masyarakat pengguna bank syariah,
– (6) Pihak terkait lainnya, seperti: Notaris, Basyarnas, Pengadilan,
– (7) Lembaga pendidikan,
– (8) Media dan
– (9) Sistem operasional bank syariah
SDM Bank Syariah
• Keilmuan syariah muamalah terkait keuangan dan perbankan syariah
• Ahli keuangan dan perbankan
• Manajer investasi
Karakteristik Bank Syariah
• Berdasarkan prinsip syariah
• Implementasi prinsip ekonomi Islam dg ciri:
– pelarangan riba dalam berbagai bentuknya
– Tidak mengenal konsep “time-value of money”
– Uang sebagai alat tukar bukan komoditi yg diperdagangkan.
• Beroperasi atas dasar bagi hasil
• Kegiatan usaha untuk memperoleh imbalan atas jasa
• Tidak menggunakan “bunga” sebagai alat untuk memperoleh pendapatan
• Azas utama => kemitraan, keadilan, transparansi dan universal
• Tidak membedakan secara tegas sektor moneter dan sektor riil=> dapat melakukan transaksi-2 sektor riil
Konsep & Sistem Perbankan
Fungsi Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat lain yang memerlukan (intermediary)
Masyarakat
Pemilik Dana
Masyarakat
Pengguna Dana
Proses
Penghimpunan Dana
Proses
Penyaluran Dana
Konsep & Sistem Bank Konvensional
Masyarakat
Pemilik Dana
Masyarakat
Pengguna Dana
Proses
Penghimpunan Dana
Proses
Penyaluran Dana
Penetapan Imbalan Penetapan Beban
Konsep & Sistem
Perbankan Syariah
Masyarakat
Pemilik Dana
Masyarakat
Pengguna Dana
Proses
Penghimpunan Dana Proses
Penyaluran Dana
Konsep Penghimpunan Dana :
1. Al Wadiah
2. Mudharabah
Konsep Penyaluran Dana :
1. Bagi Hasil (Mudharabah & Musyarakah)
2. Jual Beli (Murabahah, Istishna & Salam)
3. Ujroh (Ijarah & Ijarah Muntahiah Bitamlik)
BAGI HASIL
BAGI HASIL
MANAGER INVESTASI
Penghimpunan dana :
Prinsip wadiah
Prinsip mudharabah
INVESTOR Penyaluran dana Prinsip jual beli (murabahah, salam, istishna dsb) Prinsip bagi hasil (mudharabah, musyarakah)
JASA LAYANAN
Produk jasa Wakalah, Kafalah, Sharf, Qardh
Hawalah, Rahn dsb
SOSIAL Dana kebajikan Penghimpunan dan penyaluran Qardhul Hasan Penghimpunan dan penyaluran ZIS M
AA
L Fungsi Aplikasi produk
FUNGSI BANK SYARIAH T
AM
WIL
13
LKS
PENGHIMPUNAN DANA PENYALURAN DANA JASA
PRINSIP WADIAH - Giro - Tabungan
PRINSIP MUDHARABAH -Giro -Tabungan - Deposito
PRINSIP JUALBELI - Murabahah - Istishna - Salam - Ijarah
PRINSIP BAGIHASIL - Mudharabah - Musyarakah
- Wakalah - Kafalah - Sharf - Rahn - Hiwalah
APLIKASI AKAD DALAM PRODUK – PRODUK LKS
14
15
PRODUK PENGHIMPUNAN DANA: GIRO SYARIAH
GIRO WADIAH
GIRO SYARIAH
GIRO MUDHARABAH
Bank selaku Mudharib, Nasabah selaku Shahibul Mal Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha, asal
tidak melanggar prinsip syariah Dana giro harus dinyatakan jelas, tunai bukan piutang Pembagian keuntungan dinyatakan dalam Nisbah Tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan
nasabah tanpa persetujuan nasabah
Bersifat titipan On call Keuntungan dan kerugian dari
penyaluran dana wadiah menjadi hak milik atau ditanggung bank.
Tidak ada imbalan (bonus) yang dipersyaratkan
LANDASAN HUKUM: Fatwa DSN – MUI No.01/DSN-MUI/IV/2000, Tanggal 1 April 2000.
16
PRODUK PENGHIMPUNAN DANA: GIRO SYARIAH (Lanjutan...)
Bank Syariah
Nasabah Pembyn A
Nasabah Pembyn B
Nasabah Pembyn C
Nasabah Giro Wadi’ah
1
2
5 4
6 7
Akad Wadi’ah
Setoran awal
Pooling Fund Penyaluran pembiayaan
Pendapatan bank
3 Mutasi giro
Dapat diberikan imbalan atau bonus namun tidak boleh diperjanjikan
SKEMA GIRO WADIAH
17
Bank Syariah
Nasabah Pembyn A
Nasabah Pembyn B
Nasabah Pembyn C
Nasabah Giro Mudharabah
1
2
5 4
6 7
Akad Mudharabah
Setoran awal
Pooling Fund Penyaluran pembiayaan
Pendapatan yang akan dibagikan
Distribusi Bagihasil sesuai nisbah yang disepakati
3 Mutasi giro
SKEMA GIRO MUDHARABAH
PRODUK PENGHIMPUNAN DANA: GIRO SYARIAH (Lanjutan...)
18
PRODUK PENGHIMPUNAN DANA: TABUNGAN SYARIAH
TABUNGAN WADIAH
TABUNGAN SYARIAH
TABUNGAN MUDHARABAH
Bersifat titipan On call Keuntungan dan kerugian dari
penyaluran dana wadiah menjadi hak milik atau ditanggung bank.
Tidak ada imbalan (bonus) yang dipersyaratkan
Bank selaku Mudharib, Nasabah selaku Shahibul Maal Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha, asal tidak
melanggar prinsip syariah Dana tabungan harus dinyatakan jelas, tunai bukan piutang Pembagian keuntungan dinyatakan dalam Nisbah Tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah
tanpa persetujuan nasabah
LANDASAN HUKUM: Fatwa DSN – MUI No.02/DSN-MUI/IV/2000, Tanggal 1 April 2000.
19
Bank Syariah
Nasabah Pembyn A
Nasabah Pembyn B
Nasabah Pembyn C
1
2
5 4
6 7
Akad Wadi'ah
Setoran awal
Pooling Fund Penyaluran pembiayaan
Pendapatan Bank
3 Setoran tabungan
Dapat diberikan imbalan atau bonus namun tidak boleh diperjanjikan
Penarikan tabungan 8 Nasabah Pemilik Dana
Tabungan Wadiah
PRODUK PENGHIMPUNAN DANA: TABUNGAN SYARIAH (Lanjutan...)
SKEMA TABUNGAN WADIAH
20
Bank Syariah
Nasabah Pembyn A
Nasabah Pembyn B
Nasabah Pembyn C
1
2
3
5
Nasabah Pemilik Dana Tabungan Mudharabah
4
6 7
Akad Mudharabah
Setoran awal
Mutasi tabungan
Pooling Fund
Pendapatan yang akan dibagikan
Distribusi Bagihasil sesuai nisbah yang disepakati
Penyaluran pembiayaan
PRODUK PENGHIMPUNAN DANA: TABUNGAN SYARIAH (Lanjutan...)
SKEMA TABUNGAN MUDHARABAH
21
PRODUK PENGHIMPUNAN DANA: DEPOSITO SYARIAH
Bank selaku Mudharib, Nasabah selaku Shahibul Maal
Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha, asal tidak melanggar prinsip syariah
Dana deposito harus dinyatakan jelas, tunai bukan piutang
Pembagian keuntungan dinyatakan dalam Nisbah
Tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah
DEPOSITO MUDHARABAH
MUTLAQAH
DEPOSITO SYARIAH
DEPOSITO MUDHARABAH MUQAYYADAH
Bank selaku Mudharib, Nasabah selaku Shahibul Maal
Mudharib hanya boleh melakukan usaha yang dipersyaratkan oleh nasabah
Dana deposito harus dinyatakan jelas, tunai bukan piutang
Pembagian keuntungan dinyatakan dalam Nisbah
Tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah
LANDASAN HUKUM: Fatwa DSN – MUI No.03/DSN-MUI/IV/2000, Tanggal 1 April 2000.
22
Bank Syariah
Nasabah Pembyn A
Nasabah Pembyn B
Nasabah Pembyn C
1
2
4 3
5 6
Akad Mudharabah
Setoran Deposito
Pooling Fund Penyaluran pembiayaan
Pendapatan yang akan dibagikan
Distribusi Bagihasil sesuai nisbah yang disepakati
7 Pencairan Deposito
Nasabah pemilik dana Deposito Mudharabah
Muthlaqah
PRODUK PENGHIMPUNAN DANA: DEPOSITO SYARIAH (Lanjutan...)
SKEMA DEPOSITO MUDHARABAH MUTHLAQAH
23
PRODUK PENGHIMPUNAN DANA: DEPOSITO SYARIAH (Lanjutan...)
SKEMA DEPOSITO MUDHARABAH MUQAYYADAH
Bank Syariah
Nasabah Pembyn A
Nasabah Pembyn B
Nasabah Pembyn C
1
2
3
4 5
Akad Mudharabah Muqayyadah
Setoran Deposito
Penyaluran pembiayaan sesuai dengan persyaratan
nasabah deposan
Pendapatan yang akan dibagikan
Distribusi Bagihasil sesuai nisbah yang disepakati
6 Pencairan Deposito
Nasabah pemilik dana Deposito Mudharabah
Muqayyadah
24
PEMBIAYAAN MURABAHAH
DEFINISI Murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. (Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000) LANDASAN HUKUM
a. No. 04/DSN-MUI/IV/2000, Tanggal 1 April 2000, tentang Murabahah;
b. No. 13/DSN-MUI/IX/2000, Tanggal 16 September 2000, tentang Uang Muka Dalam Murabahah;
c. No. 16/DSN-MUI/IX/2000, Tanggal 16 September 2000, tentang Diskon dalam Murabahah;
d. No. 17/DSN-MUI/IX/2000, Tanggal 16 September 2000, tentang Sanksi atas Nasabah Mampu yang Menunda-nunda Pembayaran;
e. No.43/DSN-MUI/VIII/2004, Tanggal 11 Agustus 2004, tentang Ganti Rugi (Ta’widh).
25
1. PELAKU BANK membeli barang yang diperlukan NASABAH atas nama BANK sendiri dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba (Ps 1: 4)
BANK kemudian menjual barang tersebut kepada NASABAH (pemesan) dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungannya (Ps 1: 6)
2. OBJEK Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari’ah Islam (Ps 1: 2)
3. HARGA HARGA BELI
… Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan (Ps 1: 6)
HARGA JUAL
BANK kemudian menjual barang tersebut kepada NASABAH (pemesan) dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungannya (Ps 1: 6)
Fatwa DSN No.16/IX/2000:
Harga dalam jualbeli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan
(Ps.1:1)
POKOK-POKOK ATURAN MURABAHAH FATWA DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000
26
4. AKAD Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang, akad jual
beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank. (Ps. 1:9)
Jika Bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerimanya (membelinya) sesuai dengan perjanjian yang disepakati, karena
secara hukum perjanjian tersebut mengikat: kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli (Ps 2: 2,3)
5. UANG MUKA Dalam jualbeli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka
saat menadatangani kesepakatan awal pemesanan (Ps. 2 : 4)
6. JAMINAN Jaminan dalam murabahah dibolehkan agar nasabah serius dengan pesanannya
(Ps.3:1)
7. DISCOUNT Jika dalam jualbeli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier, harga
sebenarnya adalah harga setelah diskon; karena itu diskon adalah hak nasabah
Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan
berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad. (Ps 1:3-4, Fatwa No. 16/2000)
POKOK-POKOK ATURAN MURABAHAH FATWA DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 (Lanjutan...)
27
POKOK-POKOK ATURAN MURABAHAH FATWA DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 (Lanjutan...)
8. PELUNASAN DINI Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan pembayaran
tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati, LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban pembayaran tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad.
Besar potongan sebagaimana dimaksud diatas diserahkan pada kebijakan
dan pertimbangan LKS (Ps.1:1-2, Fatwa No.23/2002)
9. DENDA / SANKSI Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak
mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi.
Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya
Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas
dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani
Dana yang berasal dari denda diperuntukan sebagai dana sosial
(Ps.1:3-6, Fatwa No.17/2000)
6. TA’WIDH (Fatwa No.43/2004)
• Sengaja atau lalai menyimpang dari akad dan menimbulkan kerugian
• Kerugian riil adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka penagihan hak yang seharusnya diterima
• Real Lost not Opportunity Lost
• Besarnya gantirugi tidak boleh dicantumkan dalam akad
28
APLIKASI LKS JENIS PENGGUNAAN (BERDASARKAN PRODUK)
KPR SYARIAH
PEMBIAYAAN
KENDARAAN
BERMOTOR
PEMBIAYAAN
INVESTASI
PEMBIAYAAN
MODAL KERJA
PEMBIAYAAN
MULTIGUNA
MURABAHAH
29
SKEMA MURABAHAH UNTUK PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR
Bank Syariah
Negosiasi dan Persyaratan(nasabah butuh beli mobil )
Mobil dikirimlangsung olehdealer atauBank Syariah
DEALER
Bank Syariahbayar pembelian
mobil
Wa’ad beli
1
2
5
NASABAH
8
Bayar angsuran atau tempo9
7
Akad Murabahah
Penandatanganan akad jual beli6
Bank Syariahmewakilkan ke Dealer untuk serahkan mobil keNasabah
Nasabah sebagaiwakilBank Syariah , belimobil ke Dealer
4
3
Bank Syariah mewakilkanke Nasabah untuk beli mobil keDealer
NasabahNasabah
30
SKEMA MURABAHAH UNTUK PEMBIAYAAN RUMAH
NasabahBank Syariah
Developer
1. Permohonan dan pemenuhan persyaratan
2. Wa’ad beli
4. Akad Murabahah
7. Bayar angsuran atau tempo
Akad Murabahah
31
SKEMA MURABAHAH UNTUK PEMBIAYAAN MULTIGUNA
NasabahBank Syariah
Supplier
1. Pengajuan dan Pemenuhan Persyaratan (mis : pembelian komputer)
2. Wa’ad beli
4. Pelaksanaan akad Murabahah
7. Bayar angsuran atau tempo
5. Bank Syariah mewakilkan ke
supplier untuk serahkan komputer
kepada Nasabah.
Akad Murabahah
32
SKEMA MURABAHAH DENGAN WAKALAH UNTUK PEMBIAYAAN MULTIGUNA
KETERANGAN: Dalam prakteknya, alur nomor 4 menjadi nomor 5 dan nomor 5 menjadi nomor 4.
Nasabah
Bank Syariah
Supplier
1. Pengajuan dan Pemenuhan Persyaratan
(mis : pembelian komputer)
2. Wa’ad beli
5. Pelaksanaan akad Murabahah
8. Bayar angsuran atau tempo
6. Bank Syariah mewakilkan ke
supplier untuk serahkan komputer ke
Nasabah.
Akad Murabahah
3. Bank Syariah mewakilkan ke Nasabah untuk melakukan
transaksi dengan supplier
33
SKEMA MURABAHAH UNTUK PEMBIAYAAN MODAL KERJA
Nasabah
Supplier
1. Pengajuan dan Pemenuhan Persyaratan
(Misal pembelian barang dagangan untuk stock penjualan)
2. Wa’ad beli
4. Pelaksanaan akad Murabahah
7. Bayar angsuran atau tempo
Akad Murabahah
Bank Syariah
34
SKEMA MURABAHAH DENGAN WAKALAH UNTUK PEMBIAYAAN MODAL KERJA
KETERANGAN: Dalam prakteknya, alur nomor 4 menjadi nomor 5 dan nomor 5 menjadi nomor 4.
Nasabah
Supplier
1. Pengajuan dan Pemenuhan Persyaratan (misal
Pembelian barang dagangan untuk stock penjualan)
2. Wa’ad beli
5. Pelaksanaan akad Murabahah
8. Bayar angsuran atau tempo
6. Bank Syariah mewakilkan ke
supplier untuk serahkan barang
kepada Nasabah.
Akad Murabahah
3. Bank Syariah mewakilkan kepada Nasabah untuk melakukan
transaksi dengan supplier
Bank Syariah
35
SKEMA MURABAHAH UNTUK PEMBIAYAAN INVESTASI
Nasabah
Supplier
1. Pengajuan dan Pemenuhan Persyaratan (misal Nasabah butuh sarana penunjang usaha berupa fork lif t)
2. Wa’ad beli
4. Pelaksanaan akad Murabahah
7. Bayar angsuran atau tempo
5. Bank Syariah mewakilkan ke
supplier untuk serahkan fork lif t ke
Nasabah.
Akad Murabahah
Bank Syariah
36
SKEMA MURABAHAH DENGAN WAKALAH UNTUK PEMBIAYAAN INVESTASI
KETERANGAN: Dalam prakteknya, alur nomor 4 menjadi nomor 5 dan nomor 5 menjadi nomor 4.
Nasabah
Supplier
1. Pengajuan dan Pemenuhan Persyaratan (misal Nasabah
butuh sarana penunjang usaha berupa fork lif t)
2. Wa’ad beli
5. Pelaksanaan akad Murabahah
8. Bayar angsuran atau tempo
Akad Murabahah
3. Bank Syariah mewakilkan kepada Nasabah untuk
melakukan transaksi dengan supplier
Bank Syariah
37
Istishna’ adalah jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’). (Fatwa DSN No. 06/DSN-MUI/IV/2000)
PEMBIAYAAN ISTISHNA’
38
1. PELAKU Jika LKS melakukan transaksi Istishna untuk memenuhi kewajibannya kepada
NASABAH ia dapat melakukan istishna lagi dengan PIHAK LAIN pada objek yang sama, dengan syarat istishna pertama tidak bergantung (mu’allaq) pada istishna kedua (Ps 1;1, Fatwa No. 22/2002)
2. OBJEK Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
Penyerahan dilakukan kemudian.
Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan
Pembeli (mustashni) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
(Ps.2:1-5, fatwa No.06/2000)
3. HARGA LKS selaku mustashni tidak diperkenankan untuk memungut MDC (margin during
construction) dari nasabah (shani) karena hal ini tidak sesuai dengan prinsip syariah (Ps.1:2, Fatwa No.22/2002)
4. PEMBATALAN
PESANAN
Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau
kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan :
a. Membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya.
b. Menunggu sampai barang tersedia.
(Fatwa No..05/2000, Ps. 4:5)
POKOK-POKOK ATURAN ISTISHNA
39
BankSyariah
Negosiasi dan Persyaratan(nasabah butuh renovasi rumahyang dikerjakan oleh kontraktor)
Penandatanganan Akad Istishna’
1
2
NASABAH
Bayar secara cicilan (taqsith) atautangguh (muajjal)
8
Bayar secaratermin
Akad Istishna’ 2
KONTRAKTOR
Penyerahan rumah yang telah direnovasi olehKontraktor atau Bank Syariah
7
Akad Istishna’ 1
5Form Wakalah ke Kontraktoruntuk serahkan rumahyang telah direnovasi ke Nasabah
6
3
Form Wakalah ke Nasabah untuknegosiasi dengan kontraktor
Nasabah sebagaiwakil Bank Syariah, renovasi rumah keKontraktor
4
MEKANISME PEMBIAYAAN ISTISHNA
40
APLIKASI LKS: JENIS PENGGUNAAN (BERDASARKAN PRODUK)
KPR SYARIAH SIAP BANGUN
PEMBIAYAAN INVESTASI
PROJECT FINANCING
PEMBIAYAAN MODAL KERJA
PEMBIAYAAN RENOVASI
RUMAH
ISTISHNA
41
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. (Fatwa DSN – MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000)
PEMBIAYAAN IJARAH
42
1. PELAKU Pihak-pihak yang berakad (berkontrak) terdiri atas pemberi sewa (lessor, pemilik
asset, LKS) dan penyewa (lessee, pihak yang mengambil manfaat dari penggunaan aset, nasabah)
2. OBJEK Objek kontrak : pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan aset (Ps 1: 2)
3. HARGA Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS sebagai
pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa dalam Ijarah (Ps 2: 8)
Ketentuan (flexibility) dalam menetukan sewa dapat diwujudkan dalam ukuran, waktu tempat dan jarak (Ps. 2:9)
4. AKAD Sighat Ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak,
baik secara verbal atau dalam bentuk lain yang equivalent, dengan cara penawaran dari pemilik asset (LKS) dan penerimaan yang diyatakan oleh penyewa (nasabah) (Ps:1:5)
5. PEMELIHARAAN
ASET
Kewajiban LKS sebagai pemberi sewa :
b. Menanggung biaya pemeliharaan asset Kewajiban nasabah sebagai penyewa :
a. Membayar sewa dan bertanggungjawab untuk menjaga keutuhan asset yang disewa serta menggunakannya sesuai kontrak
b. Menanggung biaya pemeliharaan asset yang sifatnya ringan
POKOK-POKOK ATURAN IJARAH FATWA DSN – MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000
43
• Pembiayaan Multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah.
• Dalam hal LKS menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Ijarah.
• Dalam hal LKS menggunakan akad Kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Kafalah.
• Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee.
• Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase.
PEMBIAYAAN MULTIJASA IJARAH FATWA DSN NO.44/DSN/MUI
44
MEKANISME PEMBIAYAAN IJARAH
Bank Syariah
Negosiasi dan Persyaratan(nasabah butuh alat-alat berat)
PEMILIK OBJEK
SEWA
Akad Ijarah
1
2
NASABAH
Bayar angsuran sewa 8
Transaksi Pembayaran
5
Akad Ijarah 1
Akad Ijarah 2
3Wakalah ke Nasabah untuk cari penyewaan alat2 berat
Nasabah sebagai wakil Bank Syariah, melakukan transaksi sewa
4
6Wakalah ke Pemilik
barang untuk serahkan barang sewa ke Nasabah
Barang diserahkan langsung oleh pemilik atau melalui Bank Syariah
7
45
APLIKASI LKS: JENIS PENGGUNAAN (BERDASARKAN PRODUK)
PEMBIAYAAN
MODAL KERJA
PEMBIAYAAN
MULTIJASA -Biaya pendidikan
- Kesehatan
- Wisata, dll
IJARAH
PEMBIAYAAN
MULTIGUNA MANFAAT
BARANG
KOMBINASI AKAD
-SHARIA CARD
46
Ijarah Muntahia Bit Tamlik (IMBT) adalah perjanjian sewa-menyewa yang disertai dengan opsi pemindahan hak milik atau benda yang disewa, kepada penyewa setelah selesai masa sewa. (Fatwa DSN – MUI No. 27/DSN-MUI/III/2000).
PEMBIAYAAN IJARAH MUNTAHIA BIT TAMLIK (IMBT)
47
Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad Ijarah (fatwa
No.09/2000) berlaku pula dalam akad IMBT
(Ps. 1:1)
AKAD Pihak yang melakukan IMBT harus melaksanakan akad Ijarah
terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan baik dengan
jualbeli atau pemberian hanya dapat dilakukan setelah masa
Ijarah selesai
Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad Ijarah
adalah waad yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin
dilaksanakan maka harus ada pemindahan kepemilikan yang
dilakukan setelah masa Ijarah selesai (Ps. 2: 1-2)
POKOK-POKOK ATURAN PEMBIAYAAN IMBT FATWA DSN – MUI No. 27/DSN-MUI/III/2000
48
Review Ujrah boleh dilakukan antara para pihak yang melakukan akad Ijarah apabila memenuhi syarat-syarat sbb: Terjadi perubahan periode akad Ijarah; Ada indikasi sangat kuat bahwa bila tidak dilakukan review, maka akan timbul
kerugian bagi salah satu pihak; Disepakati oleh kedua belah pihak.
Review atas besaran ujrah setelah periode tertentu : Ujrah yang telah disepakati untuk suatu periode akad Ijarah tidak boleh
dinaikkan; Besaran ujrah boleh ditinjau ulang untuk periode berikutnya dengan cara yang
diketahui dengan jelas (formula tertentu) oleh kedua belah pihak; Peninjauan kembali besaran ujrah setelah jangka waktu tertentu harus
disepakati kedua pihak sebelumnya dan disebutkan dalam akad. Dalam keadaan sewa yang berubah-ubah, sewa untuk periode akad pertama
harus dijelaskan jumlahnya. Untuk periode akad berikutnya boleh berdasarkan rumusan yang jelas dengan ketentuan tidak menimbulkan perselisihan.
POKOK-POKOK ATURAN PEMBIAYAAN IMBT FATWA DSN – MUI No. 56/DSN-MUI
49
MEKANISME PEMBIAYAAN IMBT
BankSyariah
Negosiasi dan persyaratan
(nasabah butuh beli rumah)
Obyek sewa (rumah)
Diserahkan olehDeveloper atau Bank Syariah
DEVELOPER
Beli dan bayar ke developer
untuk disewa oleh nasabah
Wa’ad IMBT
1
2
3
NASABAH
6
Bayar sewa bulanan7
5
Akad Ijarah
hibah rumah
(pada akhir masa sewa)8
Akad Hibah
Penandatanganan akad 4
wakalah ke developer
Untuk serahkan rumah ke nasabah
5
50
APLIKASI PERBANKAN: JENIS PENGGUNAAN (BERDASARKAN PRODUK)
PEMBIAYAAN
INVESTASI
(Jangka
Panjang)
IMBT
KPR SYARIAH
(Jangka
Panjang)
51
Mudharabah adalah akad kerjasama suatu usaha antara dua piak dimana pihak pertama (malik, shahib al-mal, LKS) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua (‘amil, mudharib, nasabah) bertindak selaku pengelola, dana keuntungan usaha bagi diantara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. (Fatwa DSN – MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000).
PEMBIAYAAN MUDHARABAH
52
1. PELAKU DAN MODAL LKS sebagai shahibul maal membiayai 100% kebutuhan suatu
proyek, sedangkan pengusaha bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha (Ps.1:1)
Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai (Ps.2:3b)
Modal tdk dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada Mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, (Ps.2:3c)
2. NISBAH Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan
dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perurubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan. (Ps.2:4b)
3. KEUNTUNGAN Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh
disyaratkan hanya satu pihak saja (Ps.2:4a)
4. KERUGIAN Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah, kecuali diakibatkan kesalahan disengaja, kelalaian atau pelanggaran. (Ps.2:4c)
5. JAMINAN Pada prinsipnya dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan,
namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ke3. Jaminan hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap
hal-hal yang telah dispekati bersama (Ps.1: 7)
POKOK-POKOK ATURAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH FATWA DSN – MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000
53
6. MANAJEMEN …LKS tidak ikut serta dalam manajemen perusahaan atau proyek tetapi
mempunyai hak untuk melakukan pembinaan d an pengawasan (Ps 1:4)
7. JANGKA WAKTU Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu (Ps 3:1)
POKOK-POKOK ATURAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH FATWA DSN – MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000
54
MEKANISME PEMBIAYAAN MUDHARABAH
Negosiasi dan Persyaratan
(nasabah butuh modal kerja
75 unit mobil)
Akad Mudharabah
2
3
Kontrak Penyewaan Mobil
1
Tingkat
Keuntungan
Modal
4
Menyerahkan
modal
5
6
Pendistribusan
Modal & Keuntungan
7 9 8
Pengembalian
Pokok
Nisbah
Bank
Nisbah
Nasabah
Perusahaan ABCMengelola
Bank Syariah
Nasabah
Usaha
bayar sewa
55
APLIKASI LKS: JENIS PENGGUNAAN (BERDASARKAN PRODUK)
VARIASI MUDHARABAH:
-LINE FACILITY
- 2 STEP FINANCING
-JOINT FINANCING
-Dll
PEMBIAYAAN
MODAL KERJA
MUDHARABAH
56
Musyarakah adalah pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. (Fatwa DSN – MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000).
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
57
1. PELAKU DAN MODAL Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan dan setiap mitra
melaksanakan kerja sebagai wakil. (Ps.2b)
2. NISBAH Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar
seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra (Ps.3c.3)
3. KEUNTUNGAN Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh disyaratkan
hanya satu pihak saja (Ps2:4a)
4. KERUGIAN Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut
saham masing-masing dalam modal (Ps3d)
5. JAMINAN Pada prinsipnya dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan,
namun menghindari terjadinya penyimpangan LKS dapat meminta jaminan (Ps 3:a3)
6. MANAJEMEN Setiap mitra memiliki hak untuk mengelola asset musyarakah dalam
proses bisnis normal (ps.2c)
POKOK-POKOK ATURAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH FATWA DSN – MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000
58
Alur Operasional Bank Syariah
Lainnya (modal dsb)
Prinsip bagi hasil
Prinsip jual beli
Bagi hasil/laba
Margin
Penghimpunan dana Penyaluran dana Pendapatan
Laporan Laba Rugi
Pendapatan Mdh Mutlaqah
(Investasi Tidak Terikat)
Pendapatan berbasis
imbalan (fee base income)
Mudharabah Mutlaqah
(Investasi Tdk Terikat)
Agen : Mdh Muqayyadah / investasi terikat
Jasa keuangan: wakalah, kafalah, sharf
Tabel
Wadiah yad dhamanah
Tabel
Bagi hasil
Mudharib
Prinsip Ujroh Sewa
KASUS MENGHITUNG BUNGA
KASUS:
Pada tanggal 1 Mei 2002, Bapak Johanes membuka deposito sebesar Rp. 10.000.000, jangka waktu satu bulan, dengan tingkat bunga 9% p.a. Berapa bunga yang diperoleh pada saat jatuh tempo?
JAWAB
Bunga yang diperoleh bapak Johanes adalah:
Rp. 10.000.000 x 31 hari x 9% / 365 hari = Rp. 76.438
KASUS BAGI HASIL DEPOSITO
KASUS:
Bapak Ahmad membuka deposito sebesar Rp. 10.000.000, jangka waktu satu bulan (tanggal 1 Mei s/d 1 Juni 2003), nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank 57% : 43%. Jika keuntungan bank yang diperoleh untuk deposito satu bulan per 31 Mei 2003 adalah Rp. 20.000.000 dan total deposito jangka waktu satu bulan adanya Rp. 950.000.000, berapa keuntungan yang diperoleh bapak Ahmad?
JAWAB
Bagi hasil yang diperoleh bapak Ahmad adalah:
(Rp. 10 juta/Rp. 950 juta) x Rp. 20 juta x 57% = Rp. 120.000
CONTOH: Perhitungan Bagi Hasil Pola Baru
Apabila bank syari’ah mampu mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK) sebanyak Rp. 90.000.000. DPK yang dapat disalurkan pada pembiayaan sebanyak Rp. 85.500.000 (karena ada Giro Wadiah Minumum sebesar 5%). Pembiayaan yang harus disalurkan ke masyarakat sebanyak Rp. 100.000.000. Dari pembiayaan Rp. 100.000.000 diperoleh pendapatan dari penyaluran pembiayaan sebesar Rp. 6.000.000. Nisbah bagi hasil 65% (nasabah): 35% (bank). Saldo rata-rata harian dana nasabah (Pak Amir) sebesar Rp. 1.000.000. (1) Berapa pendapatan bagi setiap Rp. 1000 dana nasabah? (2) Berapa pendapatan bagi hasil pak Amir?
CONTOH: Perhitungan Bagi Hasil Pola Baru
Dana Pihak Ketiga (DPK Mudharabah) A 90,000,000.00
DPK yang disalurkan untuk Pembiayaan B 85,500,000.00
(= DPK x (1 - GWM) --> GWM = 5%)
Pembiayaan Yang Disalurkan C 100,000,000.00
Dana Bank 14,500,000.00
Pendapatan dari Penyaluran Pembiayaan D 6,000,000.00
Pendapatan bagi setiap Rp. 1000 DPK E 57.00
E= B/C * D * 1/A * 1000
CONTOH: Perhitungan Bagi Hasil Pola Baru
Dari hasil perhitungan di atas, ditemukan pendapatan nasabah untuk bulan ini dengan dananya sebesar Rp. 1.000.000, bagi hasilnya sebesar Rp. 37,050.00
Pendapatan Investasi untuk setiap Rp. 1000 E 57.00
DPK Mudharabah
Saldo rata-rata Harian Nasabah F 1,000,000.00
Nisbah Bagi Hasil G 65
Porsi Bagi Hasil untuk Nasabah bulan ini H 37,050.00
H= E/1000 * F * G/100
PENENTUAN NISBAH DAN HARGA JUAL
Bank syari’ah beroperasi dengan tidak menggunakan bunga, di dalamnya juga diklasifikasikan: 1. Akad yang menghasilkan keuntungan yang
tidak pasti, disebut natural uncertainty contract.
2. Akad yang menghasilkan keuntungan secara pasti, disebut natural certainty contract,
TIME VALUE OF MONEY
FV = PV * (1 + i)^n FV = Future Value
PV = Present Value
i = Bunga
n = Tahun (Waktu)
Pg = Po * (1 + g)^t Pg = Pertumbuhan Penduduk
Po = Penduduk Sekarang
g = Growth/Pertumbuhan
t = Waktu
FORMULA ECONOMIC VALUE OF TIME UNTUK TEORI PERCAMPURAN
Y= W * v * (QR)
Dimana:
Y = Kekayaan Masa Depan
W = Modal awal
v = Velocity of money (Perputaran Uang)
Q = Nisbah Bagi Hasil
R = Return of Business (Kembalian Usaha)
Penentuan Nisbah Bagi Hasil
Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural uncertainty contract, maka metode yang digunakan adalah expected profit rate (EPR)
EPR diperoleh berdasarkan: (1) tingkat keuntungan rata-rata pada industri sejenis; (2) pertumbuhan ekonomi; (3) dihitung dari nilai rpr yang berlaku di bank yang bersangkutan; Perhitungannya:
Nisbah bank = EPR/actual return bisnis yang dibiayai * 100% Aktual return bank = nisbah bank + aktual return bisnis
PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL
Nisbah bagi hasil dihitung berdasarkan profit sharing dari usaha pengadaan kacang kedelai yang dibiayai dengan fasilitas Mudharabah Muqayyadah sebesar Rp. 125.000.000, dengan data sebagai berikut:
Harga Jual Kacang Kedelai = Rp. 2.150/kg
Harga jual kepada nasabah = setara 16% p.a
Volume Penjualan Kedelai per bulan = 65.000 kg
Nilai Penjualan (65.000 x Rp. 2.150) = Rp. 139.750.000
Harga Pokok Pembelian = Rp. 125.000.000
PENDAPATAN penjualan kedelai = Rp. 14.750.000
Berapa Nisbah bagi hasilnya?
PENENTUAN NISBAH PEMBIAYAAN
Perhitungan Nisbah:
Volume Penjualan = 65.000 kg
Profit Margin (Rp. 14.750.000/139.750.000)x 100% = 10,55%
Lama Piutang (data neraca 31-07-2003) = 65 hari
Lama persediaan (data neraca 31-08-2003) = 2 hari
Lama hutang dagang (pembayaran ke suplier & carry) = 0
Cash to cash periode = 360/(DI+DR-DP) = 5,4
DI= Days Inventories; DR= Days Receivable; DP= Days Payable
Profit margin per tahun = 5,4 x 10,55 = 57%
Nisbah Bank Syari’ah: (16%)/(57%)x100% = 28%
Nisbah untuk Nasabah: 100% - 28% = 72%
CONTOH: Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan
Seorang nasabah mengajukan pembiayaan untuk modal kerja dagang sebesar Rp. 125.000.000 selama 1 tahun, dengan perbandingan bagi hasil antara nasabah dan bank 72 : 28 %. Bagaimana cara perhitungannya?
PROYEKSI NISBAH
BULAN PENDAPATAN PENDAPATAN BANK NASABAH CICILAN TOTAL
NASABAH 28% 72% POKOK ANGSURAN
1 6.000.000 6,000,000.00 1,680,000.00 4,320,000.00 1,680,000.00
2 6.000.000 5,000,000.00 1,400,000.00 3,600,000.00 1,400,000.00
3 6.000.000 7,000,000.00 1,960,000.00 5,040,000.00 1,960,000.00
4 6.000.000 4,000,000.00 1,120,000.00 2,880,000.00 1,120,000.00
5 6.000.000 2,500,000.00 700,000.00 1,800,000.00 700,000.00
6 6.000.000 3,000,000.00 840,000.00 2,160,000.00 840,000.00
7 6.000.000 3,500,000.00 980,000.00 2,520,000.00 980,000.00
8 6.000.000 6,500,000.00 1,820,000.00 4,680,000.00 1,820,000.00
9 6.000.000 5,500,000.00 1,540,000.00 3,960,000.00 1,540,000.00
10 6.000.000 4,250,000.00 1,190,000.00 3,060,000.00 1,190,000.00
11 6.000.000 4,500,000.00 1,260,000.00 3,240,000.00 1,260,000.00
12 6.000.000 4,575,000.00 1,281,000.00 3,294,000.00 125,000,000.00 126,281,000.00
Penyelesaian Pertama :
Kasus Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah
NISBAH CICILAN SETORAN
BULAN PROYEKSI
PENDAPATAN PENDAPATAN PENDAPATAN YANG BANK NASABAH POKOK KE
USAHA DIBAGIHASILKAN 28% 72% BANK
1 6,000,000.0 6,000,000.00 6,000,000.00 1,680,000.00 4,320,000.00 5,000,000.00 6,680,000.00
2 6,000,000.0 5,000,000.00 4,800,000.00 1,344,000.00 3,456,000.00 5,000,000.00 6,344,000.00
3 6,000,000.0 7,000,000.00 6,440,000.00 1,803,200.00 4,636,800.00 5,000,000.00 6,803,200.00
4 6,000,000.0 4,000,000.00 3,520,000.00 985,600.00 2,534,400.00 5,000,000.00 5,985,600.00
5 6,000,000.0 2,500,000.00 2,100,000.00 588,000.00 1,512,000.00 5,000,000.00 5,588,000.00
6 6,000,000.0 3,000,000.00 2,400,000.00 672,000.00 1,728,000.00 5,000,000.00 5,672,000.00
7 6,000,000.0 3,500,000.00 2,660,000.00 744,800.00 1,915,200.00 5,000,000.00 5,744,800.00
8 6,000,000.0 6,500,000.00 4,680,000.00 1,310,400.00 3,369,600.00 5,000,000.00 6,310,400.00
9 6,000,000.0 5,500,000.00 3,740,000.00 1,047,200.00 2,692,800.00 5,000,000.00 6,047,200.00
10 6,000,000.0 4,250,000.00 2,720,000.00 761,600.00 1,958,400.00 5,000,000.00 5,761,600.00
11 6,000,000.0 4,500,000.00 2,700,000.00 756,000.00 1,944,000.00 5,000,000.00 5,756,000.00
12 6,000,000.0 4,575,000.00 2,562,000.00 717,360.00 1,844,640.00 70,000,000.00 70,717,360.00
Modal 125,000,000.00
Kasus Perhitungan Bagi Hasil Mudharabah Mutanaqisah
FORMULA ECONOMIC VALUE OF TIME UNTUK TEORI PERTUKARAN
• HJB = Harga Jual Beli
• HB = Harga Beli
• t = Waktu
• CR = Cost Recovery
• k = Margin keuntungan yang diinginkan
HJB= HB + (t * CR) + k
Menentukan Harga Jual
1. Harga Jual Bank = Harga Beli + (Harga beli * % * Waktu) Gharar = 150000000 + (150jt* 10%* 2 th) = 180000000 2. Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + (waktu * Cost Recovery) + Keuntungan Cost Recovery = (Pemby MRB/Estimasi Tot Pemby) x Estimasi Biaya Ops 1 Tahun Mark Up/Profit Margin = Persentase x Pembiayaan Cost Recovery + keuntungan Margin dalam % = ----------------------------------------- x 100% Harga Barang di Toko
Menentukan Harga Jual
Data pembiayaan Estimasi Tot Pembiayaan = 5 milyar Required Profit Rate = 10% (Pricing) Estimasi biaya operasi 1 th = 200.000.000 Masa pembiayaan = 2 tahun Harga Pokok Mobil = 150.000.000 Uang Muka = 30.000.000 Kekurangan Bank = 120.000.000 Cost Recovery = 120 jt/5 mil x 200 jt = 4.800.000 Profit Margin = 10% x 120 jt = 12.000.000 Harga jual = 120 juta + (1 x 4.800.000) + 12 jt = 136.800.000 Jika menggunakan waktu 2 tahun, maka: Harga jual = 120 juta + (2 x 4.800.000) + 12 jt = 141.600.000
Menentukan Profit Margin
Cost Recovery + keuntungan Margin dalam % = -------------------------------- x 100% Harga Beli Barang di Dealer 4.800.000 + 12.000.000 Margin dalam % = ---------------------------------- x 100% 150.000.000 = 11,2% Margin per bulan= 11,2%/12 = 0,933