1
EVALUASI PROGRAM SERTIFIKASI GURU DI KOTA TANJUNGPINANG
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
RINI DWI ROFINA
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIKUNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
KOTA TANJUNGPINANG2 0 1 5
EVALUASI PROGRAM SERTIFIKASI GURU DI KOTA TANJUNGPINANG
2
RINI DWI ROFINAMahasiswa Ilmu Administrasi Negara, FISIP UMRAH
ABSTRAK
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitaif dengan metodedeskriptif dilaksanakan di Kota Tanjungpinang dengan sampel 89 orang dari 827orang populasi yang ada. Penentuan sampel menggunakan cara RandomSampling Design. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, observasi dandokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan Program Sertifikasi Guru diKota Tanjungpinang berhasil karena telah mencapai 100%”. Dalam hal tersebutinput/masukan yang merupakan acuan pelaksanaan program sertifikasi dapatdipahami oleh guru di Kota Tanjungpinang, output/keluaran program sertifikasiguru sudah sesuai dengan kebutuhan, program sertifikasi dapat meningkatkanmutu pendidikan di Kota Tanjungpinang, nilai rata-rata Ujian Nasional, kinerjadan disiplin guru, kompetensi mengajar serta meningkatkan kondisi ekonomi gurudi Kota Tanjungpinang. Proses pelaksanaan sertifikasi guru pun dapatdilaksanakan oleh guru di Kota Tanjungpinang. Selain itu, guru di KotaTanjungpinang mentaati aturan yang berlaku dalam pelaksanaan sertifikasi, dandukungan seluruh konstituen pun cukup baik.
Berdasarkan hasil penelitian peneliti memberikan meyarankan 1).pemerintah hendaknya memberikan beasiswa jenjang pendidikan S-1 atau D-IVuntuk guru yang tidak mampu menempuh pendidikan tetapi memiliki kinerja yangbaik, 2). Hendaknya ada upaya yang berkesinambungan dalam pelaksanaanprogram sertifikasi guru dalam menilai kinerja guru secara intensif sertamelaporkannya ke panitia pelaksana di Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang, 3).Pelaksanaan program sertifikasi melalui jalur portofolio perlu di kaji ulang,karena portofolio tersebut merupakan bukti atas guru profesional dan kompetentetapi dalam pelaksanaannya menimbulkan banyak kecurangan serta manipulasiberkas-berkas portofolio 4). Meningkatkan kuantitas dan kualitas sertamemberikan motivasi untuk berpartisipasi kepada guru agar melaksanakankegiatan pendidikan, pelatihan, dan forum ilmiah 5). Agar Pemerintah KotaTanjungpinang mendukung sepenuhnya pelaksanaan program sertifikasi gurudengan memfasilitasi kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kualitas gurusehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di Kota Tanjungpinang.
Kata kunci: evaluasi, program sertifikasi guru, pendidikan
3
EVALUATION OF THE TEACHER CERTIFICATION PROGRAMMED IN TANJUNGPINANG CITY
RINI DWI ROFINAStudents of Administrative Science State, FISIP ,UMRAH
ABSTRACT
The research was conducted in Tanjungpinang using descriptivequantitative method, with 89 samples of 827 people population. The samplesusing random sampling method Design. Data was collected throughquestionnaires, observation and documentation.The results show theimplementation of the Teacher Certification Program in Tanjungpinang successfulas it has reached 100%’’. In the case of input / input which is the referenceimplementation of the certification program can be understood by teachers inTanjungpinang, output / output teacher certification program is in conformitywith the requirements, certification programs can improve the quality ofeducation in Tanjungpinang, the average value of the National Examination,performance and discipline of teachers, teaching competence and to improve theeconomic conditions of teachers in Tanjungpinang. Teacher certification processcan be carried out by teachers in Tanjungpinang. In addition, teachers inTanjungpinang obey the rules that apply in the implementation of certification,and support of all constituents is quite good, so the researchers advise 1).government should provide scholarships education S-1 or D-IV for teachereducation but can not afford to have a good performance, 2). There should be asustained effort in the implementation of the teacher certification program inassessing teacher performance intensive and report to the executive committee inthe Department of Education Tanjungpinang, 3). The implementation of acertification program through the portfolio needs to be reviewed, because theportfolio is testament to the professional and competent teachers but in itsimplementation raises a lot of fraud and manipulation of files portfolios 4).Increasing the quantity and quality as well as provide motivation to participate tothe teachers to carry out educational activities, training, and scientific forum 5).In order to fully support the Government Tanjungpinang teacher certificationprogram implementation by facilitating activities to improve the quality ofteachers so as to improve the quality of education in Tanjungpinang.
Keywords: evaluation, teacher certification program, education
4
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan kunci untuk mencapai kesejahteraan, tentunya
langkah utama harus diawali dengan belajar lebih giat baik melalui pendidikan
formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan
dengan sikap sempurna, dalam pengertian dijalankan dengan serius maka akan
mencapai titik terang yang diharapkan. Karena secara logika, keseriusan di
dalam melaksanakan pendidikan dalam berbagai fenomena baik bagi mereka
yang buta huruf, atau mereka yang sudah sukses pun pendidikan akan
memberikan ruang yang luas dalam berfikir menuju kemajuan.
Bangsa Indonesia memandang pendidikan sebagai salah satu faktor
yang terpenting dalam masa pembangunan yang akan datang dan juga sebagai
salah satu pilar dasar pembangunan manusia. Dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa tujuan pendidikan
Nasional adalah:
“ Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusiaIndonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwaterhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memilikipengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawabkemasyarakatan dan kebangsaan”.
Keberhasilan suatu pendidikan salah satu faktornya adalah memiliki
kualitas pendidik yang baik dalam hal ini adalah Guru, dengan memiliki Guru
yang berkualitas maka kualitas pendidikan pun akan mengikuti. Guru
merupakan ujung tombak dari suksesnya dunia pendidikan, karena Guru
secara langsung menyampaikan ilmu pengetahuan kepada murid.
Memangbenar istilah “Guru kencing berdiri, Murid kencing berlari”, bahwa
5
apa saja yang dilakukan oleh Guru maka murid mengikuti nya bahkan bisa
lebih dari yang Guru lakukan. Oleh sebab itu, seorang Guru harus berhati-hati
dalam segala hal yang dilakukan dan dalam memberi arahan kepada murid
serta secara profesional menjalankan tugasnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru menyatakan
bahwa:
“ Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, danmengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalurpendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guruprofesional harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana(S1) atau diploma empat (D.IV), menguasai kompetensi pedagogik,profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik,sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untukmewujudkan tujuan pendidikan nasional”.
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini, pada
jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Pengakuan kedudukan Guru sebagai tenaga profesional tersebut
dibuktikan dengan sertifikat pendidik.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
tersebut mendefinisikan bahwa:
” Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan olehseseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yangmemerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhistandar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikanprofesi”.
Dengan berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
6
2005 tentang Guru dan Dosen, maka diterbitkannya Peraturan Mendiknas
Nomor 18 Tahun 2007 tentang Setifikasi bagi Guru dalam Jabatan yang
memiliki tujuan yaitu untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan
tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional,
meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, meningkatkan martabat guru
serta meningkatkan profesionalitas guru. Oleh karena itu seluruh elemen yang
terkait dalam program sertifikasi seperti Perguruan Tinggi penyelenggara
sertifikasi, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kota/Kabupaten, Pengawas
Sekolah, Kepala Sekolah, Guru, serta masyarakat diharapkan mensinergikan
tujuan yang telah ditetapkan.
Tahapan pelaksanaan sertifikasi guru pada buku Pedoman Penetapan
Peserta Sertifikasi (Dasuki,2010:2) dimulai dengan pembentukan panitia
pelaksanaan sertifikasi guru di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, pemberian
kuota kepada dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota, dan penetapan
peserta oleh dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota, seperti alur
pelaksanaan sertifikasi pada gambar I.1.
7
Gambar I.1Alur Program Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
Sumber: Dasuki (2010: 6)
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru Pasal 65 huruf b dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18
Tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, untuk memperoleh
sertifikat pendidik dilaksanakan melalui uji kompetensi dalam bentuk
penilaian portofolio dan pemberian sertifikat pendidik secara langsung.
Penilaian portofolio dilakukan melalui penilaian terhadap kumpulan
dokumen yang mencerminkan kompetensi guru, dengan mencakup 10
(sepuluh) komponen yaitu:
1. Kualifikasi akademik
2. Pendidikan dan pelatihan
3. Pengalaman mengajar
4. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
5. Penilaian dari atasan dan pengawas
6. Prestasi akademik
7. Karya pengembangan profesi
8
8. Keikutsertaan dalam forum ilmiah
9. Pengalaman organisasi dibidang pendidikan dan social
10. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Jika kesepuluh komponen tersebut telah dapat dipenuhi secara objektif
dengan mencapai skor minimal 850 atau 57% dari perkiraan skor maksimum
1500, maka guru tersebut berhak menyandang predikat sebagai guru
profesional, beserta sejumlah hak dan fasilitas yang melekat dengan
jabatannya. Akan tetapi, cukup dilematis ketika masih banyak guru yang
belum memenuhi target poin yang telah ditetapkan, sehingga banyak dari
mereka yang melakukan kecurangan-kecurangan seperti memalsukan ijazah
dan membuat sertifikat kegiatan atau piagam penghargaan padahal mereka
tidak pernah mengikuti kegiatan tersebut.
Pemberian sertifikat pendidik secara langsung dilakukan melalui
verifikasi dokumen. Penilaian portofolio dan pemberian sertifikat pendidik
secara langsung kepada peserta sertifikasi Guru dilakukan oleh Rayon LPTK
Penyelenggara Sertifikasi Guru yang terdiri dari LPTK Induk dan LPTK Mitra
dikoordinasikan oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).
Berdasarkan hasil studi kepustakaan penulis mencoba untuk
mengidentifikasi masalah yang akan di deskripsikan dalam penelitian ini
dalam bentuk pernyataan, yaitu sebagai berikut
1. Masih terdapat 38.38% guru yang belum memiliki ijazah S1atau
D4 (sumber data: LPPD Disdikbud Kota Tanjungpinang Tahun 2013).
2. Ketidaksiapan Guru dalam melaksanakan program sertifikasi.
9
3. Terdapat Guru yang melalaikan tugas untuk mengurus administrasi
sertifikasi.
Berdasarkan latar belakang yang terjadi tersebut, untuk mengkaji
mengenai program sertifikasi guru di Kota Tanjungpinnag secara signifikan.
Maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul ”EVALUASI
PROGRAM SERTIFIKASI GURU DI KOTA TANJUNGPINANG“.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah tersebut, maka penulis mengajukan
rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana
Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru di Kota Tanjungpinang?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk
mengevaluasi pelaksanaan program sertifikasi Guru di Kota Tanjungpinang.
D. Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengharapkan adanya manfaat yang
sangat baik terutama bagi akademik dan semua elemen masyarakat, manfaat
tersebut baik secara teoritis maupun praktis, yaitu :
1. Kegunaan secara akademik
a. Memperbanyak khasanah Ilmu Pengetahuan dalam dunia akademis
khususnya Ilmu Administrasi Negara dalam bidang kebijakan publik.
b. Mempertajam dan mengembangkan teori-teori yang ada dalam
dunia akademis khususnya mengenai evaluasi kebijakan publik.
10
c. Untuk mengetahui realisasi kebijakan publik yaitu program
sertifikasi guru.
E. Kerangka Teoritis
Kerangka Teoritis dalam penelitian ini adalah:
1. Evaluasi adalah kegiatan yang dapat menyumbangkan pengertian yang
besar nilainya dan dapat pula membantu penyempurnaan pelaksanaan
kebijakan beserta perkembangannya (Ekowati, 2009:97).
2. Sertifikasi Guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru.
Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar
profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk
menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas (Jalal,
2007:1)
F. Konsep Operasional dan Pengukurannya
Konsep operasional dalam penelitian ini adalah Implementasi kebijakan
pemerintah. Implementasi kebijakan pemerintah adalah suatu proses dalam
kebijakan publik yang mengarah pada pelaksanaan dari kebijakan pemerintah
yang telah dibuat. Alat ukur dari Implementasi kebijakan pemerintah adalah
evaluasi. Pada dasarnya evaluasi ada tiga macam (Nugroho, 2011:676) yaitu:
1. Evaluasi Administratif
Evaluasi administrative adalah evaluasi yang berhubungan dengan sisi
administrative, anggaran, efisiensi, biaya dari proses kebijakan pemerintah
2. Evaluasi Judisial
11
Evaluasi Judisial adalah evaluasi yang berkenaan dengan isu keabsahan
hukum,
3. Evaluasi Politik
Evaluasi Politik adalah menilai sejauh mana penerimaan konstituen
politik terhadap kebijakan publik yang diimplementasikan,
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Menurut Mikkelsen, metode penelitian didefinisikan sebagai alat
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu dan untuk menyelesaikan
masalah ilmu atau praktis. Mikkelsen (2009:313) Dalam penelitian ini
menggunakan cara ilmiah untuk dapat menjawab semua permasalahan
yang terjadi dan diteliti oleh penulis. Cara-cara ilmiah ini berarti kegiatan
penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri rasional, empiris, dan sistematis.
Rasional merupakan kegiatan penelitian tersebut dilakukan dengan cara-
cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.
Empiris merupakan cara-cara yang dilakukan tersebut dapat diamati oleh
panca indera manusia. Sedangkan arti dari sistematis adalah proses yang
digunakan dalam penelitian tersebut dengan menggunakan langkah-
langkah tertentu yang bersifat logis dalam penelitian mengenai
Implementasi Kebijakan Pemerintah tentang Sertifikasi Guru di Kota
Tanjungpinang ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode penelitian deskriptif.
12
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tanjungpinang, adapun alasan
penulis memilih lokasi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Prioritas utama pembangunan Pemerintah Kota Tanjungpinang
adalah bidang pendidikan yang diimplementasikan melalui pengadaan
Unit Sekolah Baru (USB), pengadaan meubeler, bantuan beasiswa
miskin bagi siswa dan mahasiswa, bea siswa bagi guru yang
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi untuk meningkatkan
kualitas dan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya relevan dengan tujuan dari prleksanaan program sertifikasi
guru.
b. Komitmen pemerintah Kota Tanjungpinang dalam mewujudkan
Tanjungpinang sebagai Kota Pendidikan Tahun 2020 sebagaimana
yang tertuang dalam visi dan misi Dinas Pendidikan dan kebudayaan
Kota Tanjungpinang sehingga dibutuhkan guru yang berkualitas,
professional, bermartabat dan sejahterah.
3. Jenis Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
4. Populasi dan Sampel
Populasi (validitas eksternal) adalah keseluruhan objek atau subjek
yang menjadi sasaran generalisasi (Irawan, 2006:113). Sedangkan peneliti
13
mengambil sampel dan menelitinya sebagai generalisasi dari populasi.
Peneliti mengambil sampel karena satu dan lain alasan sehingga tidak
mampu meneliti seluruh populasi.
Populasi penelitian ini difokuskan pada Guru yang telah disertifikasi
di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang hingga 2014
yang berjumlah 827 guru seperti pada tabel 1.3 berikut:
Tabel I.3Populasi Penelitian
No Jenjang Pendidikan Populasi
1. Taman Kanak-Kanak 102. Sekolah Dasar 3433. Sekolah Menengah Pertama 1834. Sekolah Menengah Atas 1575. Sekolah Menengah Kejuruan 1236. Pengawas 11
Jumlah 827Sumber data: Laporan Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang, Tahun2014
Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling
yaitu teknik pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
berkelompok yang ada dalam populasi (Irawan, 2006: 114).
Untuk mendapatkan sampel yang representatif, peneliti
menggunakan rumus untuk mencari data yang lebih akurat. Dalam hal ini
peneliti menggunakan rumus Slovin yang dikutip oleh Prasetyo
(2008:137-138) yaitu:
14
Rumus Slovin
n ≥ =N
1 + Ne2
Keterangan : n : ukuran sampel N : ukuran populasi e : sampling error (10%)
n ≥ =N
1 + Ne2
=827
1 + (827).(0.1)2
=827
1 + (827).(0.1)2
=827
1 + 8.28
=827 9.28
≥ = 89.12 Dibulatkan menjadi 89
Jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 89 orang.
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini antara lain :
a. Kuesioner
b. Observasi
c. Dokumentasi
15
H. Teknik Analisis Data
1. Editing
2. Coding dan Scoring
3. Memasukan data ke lembar Isian Data
4. Menyusun Tabel Frekuensi
5. Tabel I.6 6. Penetapan Skor Jawaban Angket Skala Likert
7.
No Tanggapan Kategori Nilai
1. Sangat memahami / Sangat relevan / Sangatsesuai / Sangat jelas / Sangat setuju / Sangatmeningkat / Sangat disiplin / Sangatbermanfaat / Sangat mampu / Sangatbanyak / Sangat mendukung
Sangatberhasil
4
2. Memahami / Relevan / Sesuai / Jelas /Setuju / Meningkat / Disiplin / Bermanfaat /Mampu / Banyak / Mendukung
Berhasil 3
3. Tidak memahami / Tidak relevan / Tidaksesuai / Tidak jelas / Tidak setuju / Tidakmeningkat / Tidak disiplin / Tidakbermanfaat / Tidak mampu / Sedikit / Tidakmendukung
Tidakberhasil
2
4. Sangat tidak memahami / Sangat tidakrelevan / Sangat tidak sesuai / Sangat tidakjelas / Sangat tidak setuju / Sangat tidakmeningkat / Sangat tidak disiplin / Sangattidak bermanfaat / Sangat tidak mampu /tidak ada / Sangat tidak
Sangat tidakberhasil
1
Data primer hasil kuesioner dianalisis dan digolongkan dalam kategori
berdasarkan nilai (score) yang diperoleh dilakukan dengan cara mengalikan
besarnya bobot pada kategori tertentu yang telah ditetapkan dengan jumlah
responden yang masuk dalam kategori yang sama.
16
Perhitungan nilai rata-rata dan persentase skor setiap item pertanyaan
mengenai Evaluasi Program Sertifikasi Guru di Tanjungpinang digunakan
rumus sebagai berikut (Singararimbun & Effendy, 2009:95)
P =F
x 100%N
X =∑ (F.X)
x 100%N
Keterangan : P : Persentase X : Rata-rata F : FrekuensiΣ (F.X) : Jumlah skor kategori jawaban N : Jumlah responden
Untuk menentukan persentase tingkat keberhasilan Program Sertifikasi
Guru di Tanjungpinang secara keseluruhan digunakan rumus sebagai berikut:
Rata-rata Persen =Rata- rata
x 100Banyaknya Klasifikasi
Hasil dari rumus diatas diklasifikasikan kedalam table berikut:
Tabel I. 7Klasifikasi Tingkat Keberhasilan Evaluasi Program Sertifikasi guru
di Kota Tanjungpinang
No Kategori Persentase (%)
1. Sangat berhasil 81 – 100%2. Berhasil 61 – 80%3. Tidak berhasil 41 – 60%4. Sangat tidak berhasil 0 – 40%
17
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Kebijakan Publik
Kata kebijakan atau policy dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
diartikan dengan beberapa makna, diataranya adalah pimpinan dan cara
bertindak mengenai pemerintahan, kepandaian, kemahiran dan kebijaksanaan.
Berdasarkan definisi yang terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Poerwadarminta, 1984:138) kebijakan diartikan sebagai berikut:
“ Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besardan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan,dan cara bertindak (pemerintah, organisasi dan sebagainya);pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garispedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran”.
Wicaksono (2006:53), mengemukakan bahwa makna kebijakan adalah
"a course of action or plan, a set of political purposes as opposed to
administration" (seperangkat aksi atau rencana yang mengandung tujuan
politik yang berbeda dengan makna administrasi).
Berbeda dengan pandangan Dunn (2003:51), beliau mendefinisikan
kata kebijakan dari asal katanya. Secara etimologis, istilah policy atau
kebijakan berasal dari bahasa Yunani, Sansekerta dan Latin, akar kata dalam
bahasa Yunani dan Sansekerta yaitu polis (Negara-Kota) dan pur (Kota).
Selanjutnya Wicaksono (2006:55), menyebutkan sepuluh penggunaan
istilah kebijakan dalam pengertian modern, sebagai berikut:
1. Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas (as a label fora field of activity)
18
Contohnya: statemen umum pemerintah tentang kebijakanekonomi, kebijakan industri, atau kebijakan hukumdan ketertiban.
2. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yangdiharapkan (as expression of general purpose or desired state ofaffairs) Contohnya: untuk menciptakan lapangan kerja seluas mungkin atau
pegembangan demokrasi melalui desentralisasi. 3. Sebagai proposal spesifik (as specific proposal) Contohnya: membatasi pemegang lahan pertanian hingga 10 hektar
atau menggratiskan pendidikan dasar. 4. Sebagai keputusan pemerintah (as decesions ofgovernment) Contohnya: keputusan kebijakan sebagaimana yang diumumkan
Dewan Perwakilan Rakyat atau Presiden. 5. Sebagai otorisasi formal (as formal authorization) Contohnya: tindakan-tindakan yang diambil oleh parlemen atau
lembaga-lembaga pembuat kebiijakan lainnya. 6. Sebagai sebuah program (as a programe) didefinisikan, seperti program reformasi agrarian atau programpeningkatan kesehatan perempuan. 7. Sebagai output (as output) Contohnya: apa yang secara aktual telah disediakan, seperti
sejumlah lahan yang diredistribusikan dalam programreformasi agraria dan jumlah penyewa yang terkenadampaknya.
8. Sebagai hasil (as outcome) Contohnya: apa yang secara aktual tercapai, seperti dampak
terhadap pendapatan petani dan standar hidup danoutput agrikultural dari program reformasi agararia.
9. Sebagai teori atau model (as a theory or model) Contohnya apabila kamu melakukan x maka akan terjadi y,
misalnya apabila kita meningkatkan insentif kepadaindustri manufaktur, maka output industri akanberkembang.
10. Sebagai sebuah proses (as a process) Sebagai sebuah proses yang panjang yang dimulai dengan issueslalu bergerak melalui tujuan yang sudah di (setting), pengambilankeputusan untuk implementasi dan evaluasi.
19
B. Implementasi Kebijakan
Kajian implementasi merupakan suatu proses merubah gagasan atau
program mengenai tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan
perubahan tersebut. Implementasi kebijakan juga merupakan suatu proses
dalam kebijakan publik yang mengarah pada pelaksanaan dari kebijakan yang
telah dibuat. Dalam praktiknya, implementasi kebijakan merupakan suatu
proses yang begitu kompleks, bahkan tidak jarang bermuatan politis karena
adanya intervensi dari berbagai kepentingan.
Agustino (2006:153) mengungkapkan kerumitan dalam proses
implementasi sebagai berikut:
“ . . . adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijaksanaanumum yang kelihatannya bagus di atas kertas. Lebih sulit lagimerumuskannya dalam kata-kata dan slogan-slogan yangkedengarannya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan parapemilih yang mendegarkannya. Dan lebih sulit lagi untukmelaksanakannya dalam bentuk yang memuaskan semua orang”.
Hakekat dari implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang
terencana dan bertahap yang dilakukan oleh instansi pelaksana dengan
didasarkan pada kebijakan yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang. Hal
ini seperti yang diungkapkan oleh Agustino (2006:153) mendefinisikan
implementasi kebijakan sebagai:
“ Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentukundang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah ataukeputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badanperadilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalahyang akan diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yangingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengaturproses implementasinya”.
20
Agustino (2006:153), mendefinisikan Implementasi Kebijakan yaitu
“ Policy implementation encompasses those actions by public andprivate individuals (and groups) that are directed at the achievementof goals and objectives set forth in prior policy decisions” (Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu ataupejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swastayang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskandalam keputusan kebijaksanaan).
Dari definisi-definisi di atas dapat diketahui bahwa implementasi
kebijakan membicarakan (minimal) 3 hal, yaitu:
1. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan yang akan dicapai dengan adanya
penerapan kebijakan tersebut;
2. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan yang diejawantahkan
dalam proses implementasi;
3. Adanya hasil kegiatan, idealnya adalah tercapainya tujuan dari kebijakan
tersebut
C. Konsep Evaluasi
Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian atau penaksiran, sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi
merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek
dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur
untuk memperoleh kesimpulan.
Evaluasi mengandung pengertian, suatu tindakan atau suatu proses
untuk menentukan nilai dari sesuatu. Dari aspek pelaksanaan, Evaluasi adalah
keseluruhan kegiatan pengumpulan data dan informasi, pengolahan,
penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan.
21
1. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya
menilai sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat
dilaksanakan. Evaluasi adalah proses memahami atau memberi arti,
mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk
pihak-pihak pengambil keputusan. Secara rinci dapat disampaikan.
2. Dalam rangka pengembangan sistem instruksional, evaluasi merupakan
suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah telah berjalan
seperti yang telah direncanakan.
3. Evaluasi adalah suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat dan
merupakan bagian yang integral dari kegiatan. Evaluasi merupakan proses
yang sistematis mulai dari menentukan tujuan (objektif) sampai
menentukan keputusan, dimana prosesnya diawali dengan menentukan
sasaran (objek) yang akan dievaluasi, menentukan instrumen (alat ukur),
cara mengukur, mencatat data, menganalisis, menginterpretasi hasil
analisis, mengambil kesimpulan dan menetapkan keputusan.
D. Evaluasi Kebijakan Publik
Menurut Nugroho (2003:183) sebuah kebijakan publik tidak bisa
dilepas begitu saja. Kebijakan harus diawasi, dan salah satu mekanisme
pengawasan tersebut disebut sebagai evaluasi kebijakan. Evaluasi biasanya
ditujukan untuk menilai sejauhmana keefektifan kebijakan publik guna
dipertanggungjawabkan kepada konstituenya. Evaluasi diperlukan untuk
melihat kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Evaluasi bertujuan
mencari kekurangan dan menutup kekurangan.
22
Sedangkan Menurut Widodo (2007:112) Evaluasi kebijakan publik
dimaksudkan untuk melihat atau mengukur tingkat kinerja pelaksanaan
sesuatu kebijakan publik yang latar belakang dan alasan-alasan diambilnya
sesuatu atau kebijakan, tujuan dan kinerja kebijakan, berbagai instrument
kebijakan yang dikembangkan dan dilaksanakan, respon kelompok sasaran
dan stakeholder lainnya serta konsistensi aparat, dampak yang timbul dan
perubahan yang ditimbulkan, perkiraan perkembangan tanpa kehadirannya
dan kemajuan yang dicapai apabila kebijakan dilanjutkan atau diperluas.
Menurut Parsons (2001:547) mendefinisikan evaluasi kebijakan
merupakan “pembelajaran tentang konsekuensi dari kebijakan publik”.
Menurut Dye “Evaluasi kebijakan adalah pemeriksaan objektif, sistematis, dan
empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap efek dari
targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai”.
E. Deskripsi Sertifikasi Guru
Sertifikasi Guru menurut Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) (Jalal,2007:1) yaitu : Sertifikasi
Guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat
pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional
guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem
dan praktik pendidikan yang berkualitas.
Sedangkan sertifikat pendidik menurut Jalal (2007:19) adalah sebuah
sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi
sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas guru yang diberikan kepada
23
guru sebagai tenaga profesional. Peserta sertifikasi tersebut yaitu Guru dalam
jabatan yang berstatus Guru PNS dan bukan PNS yang sudah mengajar pada
satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan pemerintah atau pemerintah
daerah, maupun masyarakat yang memiliki izin operasional dari pemerintah
daerah .
Hasil Penelitian
Kota Tanjungpinang selaku daerah otonom memiliki kewenangan untuk
melakukan inovasi-inovasi progresif demi kemajuan pendidikan di daerahnya,
dengan dinas pendidikan sebagai leading sector penyelenggaraan urusan
tersebut, dalam rangka melayani setiap warga negara khususnya masyarakat
Kota Tanjungpinang tidak memandang ras, agama, suku, gender, keterbatasan
fisik dan mental berhak memperoleh layanan pendidikan dan perlindungan
dari diskriminasi.
Program sertifikasi guru merupakan program nasional yang bertujuan
untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, meningkatkan
proses dan mutu hasil pendidikan, meningkatkan martabat guru, dan
meningkatkan profesionalitas guru. Dalam pelaksanaannya, program
sertifikasi tersebut melalui pihak yang terkait dengan penyelenggaraan
sertifikasi bagi guru dalam jabatan yang meliputi:
1. LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam jabatan
2. Dinas pendidikan provinsi
3. LPMP
24
4. Dinas pendidikan kabupaten/kota
5. Asesor
6. Guru peserta sertifikasi, dan
7. Pihak-pihak lain yang terkait.
Oleh karena itu, Kota Tanjungpinang melalui Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan ikut menyelenggarakan pelaksanaan program sertifikasi di
tingkat kota.
A. Indentitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah guru yang telah disertifikasi di
Kota Tanjungpinang. Dimana jumlah guru yang telah disertifikasi berjumlah
827 orang. Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Dengan menggunakan Rumus Slovin berdasarkan tingkat
kesalahan 10% maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 89 orang. Kemudian Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cluster random sampling yaitu teknik pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara berkelompok yang ada dalam
populasi.
Dalam mengisi kuesioner, responden diminta untuk memberikan
identitas diri sebagai penunjang data. Dimana identitas diri meliputi jenis
kelamin, tingkat pendidikan, status kepegawaian, status instansi mereka
bekerja, jenjang pendidikan tempat mereka bekerja, tahun mereka disertifikasi.
25
B. Analisis Data
Dari teori yang dipaparkan oleh Howlet dan Ramesh (1995), kita bisa
menilai dan menjelaskan Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru di Kota
Tanjungpinang. Dalam hal tersebut indikator yang penting dalam menilai
keberhasilan dari pelaksanaan program kebijakan yang pertama adalah
dengan cara menilai kondisi administratif program tersebut, dalam hal ini
sertifikasi guru, yang di dalamnya termasuk input dari program yang akan
diterapkan, karena keberhasilan suatu program sangat ditentukan dari
masukan/input yang dimiliki sebagai suatu landasan/acuan, apakah responden
memahami inti dari pelaksanaan program tersebut atau tidak. Selain itu,
output/keluaran dari program tersebut pun mempengaruhi keberhasilan suatu
program, apakah program tersebut dapat menyelesaikan permasalahan yang
terjadi dalam hal ini mengenai peningkatan mutu pendidikan melalui
profesionalisasi guru ataupun tidak. Efektivitas dan efisiensi suatu program
pun menjadi sangat penting dalam keberhasilan pelaksanaannya agar sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan, dengan cara menilai sejauhmana sasaran atau
tujuan yang ditetapkan tercapai. Sedangkan proses pelaksanaan program pun
dapat menjadi indikator penilaian keberhasilan suatu program, dengan menilai
kesesuaian metode/cara dengan kondisi responden yaitu guru yang telah
disertifikasi.
Kedua, indikator judisial pun menjadi barometer keberhasilan
pelaksanaan program sertifikasi, karena dengan adanya aturan hukum yang
26
berlaku dapat menilai apakah guru tersebut mentaati ataupun tidak, sehingga
dapat diketahui sejauhmana aturan hukum tersebut mengikat untuk para guru.
Ketiga, indikator politik juga menentukan keberhasilan program
sertifikasi di Kota Tanjungpinang, karena untuk menilai seberapa besar
dukungan dari seluruh konstituen agar tercapainya tujuan yang diharapkan
yaitu meningkatnya mutu pendidikan.
Berikut pemaparan dari sub-sub indikator teori Howlet dan Ramesh.
1. Berdasarkan sub indikator input, rata-rata skor tingkat persetujuan
responden yaitu sebesar 35.98 atau 100% atau dapat dikatakan sangat
berhasil. Indikator input tersebut diantaranya mengenai pemahaman guru
di Kota Tanjungpinang mengenai landasan/aturan serta relevansi yang
digunakan dalam pelaksanaan program sertifikasi guru.
2. Berdasarkan sub indikator output, rata-rata skor tingkat persetujuan
responden sebesar 15.58 atau 100% atau dapat dikatakan sangat berhasil.
Artinya program sertifikasi guru sudah sesuai dengan kebutuhan untuk
menyelesaikan masalah pendidikan seperti mutu pembelajaran, mutu
pendidikan, profesionalisme dan martabat guru, serta dapat
mensejahterakan guru.
3. Berdasarkan sub indikator efektivitas, rata-rata skor tingkat persetujuan
responden sebesar 18.19 atau 100% atau dapat dikatakan sangat berhasil.
Artinya program sertifikasi dapat meningkatkan mutu pendidikan di Kota
Tanjungpinang, nilai rata-rata Ujian Nasional, kinerja dan disiplin guru,
27
kompetensi mengajar serta meningkatkan kondisi ekonomi guru di Kota
Tanjungpinang.
4. Berdasarkan sub indikator efisiensi, rata-rata skor tingkat persetujuan
responden sebesar 9.67 atau 100% atau dapat dikatakan sangat berhasil.
Artinya program sertifikasi tersebut memiliki tingkat manfaat yang tinggi
dalam peningkatan mutu pendidikan, mensejahterakan guru, serta
meningkatkan kualitas guru di Kota Tanjungpinang.
5. Berdasarkan sub indikator proses, rata-rata skor tingkat persetujuan
responden sebesar 9.57 atau 100% atau dapat dikatakan sangat berhasil.
Artinya metode yang digunakan dalam program sertifikasi guru di Kota
Tanjungpinang mampu mengatasi permasalahan pendidikan di Kota
Tanjungpinang.
6. Berdasarkan sub indikator judisial, rata-rata skor tingkat persetujuan
responden yaitu sebesar 10.19 atau 100% atau dapat dikatakan sangat
berhasil. Indikator judisial tersebut diantaranya mengenai keberadaan guru
memalsukan ijazah dan sertifikat kegiatan yang relevan sangat banyak,
keberadaan guru mendapatkan sertifikasi berdasarkan kedekatan personal
pejabat pelaksana sangat banyak, keberadaan guru yang menggunakan jasa
“Joki” dalam pembuatan portofolio sangat banyak, dan keberadaan guru
yang melalaikan tugas demi sertifikasi serta memanipulasi jam mengajar
yang sangat banyak, selain itu keberadaan guru yang terkena sanksi
pelanggaran pun sangat banyak.
28
7. Berdasarkan sub indikator politik, rata-rata skor tingkat persetujuan
responden yaitu sebesar 9.73 atau 100% atau dapat dikatakan sangat
berhasil. Indikator politik tersebut diantaranya mengenai dukungan dari
seluruh guru, pihak pelaksana serta seluruh masyarakat di Kota
Tanjungpinang yang sangat mendukung pelaksanaan program sertifikassi
guru di Kota Tanjungpinang yang bertujuan untuk meningkatkan mutu
pendidikan melalui peran guru dan mensejahterakan kehidupan guru di
Kota Tanjungpinang.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan program sertifikasi guru di Kota
Tanjungpinang sangat berhasil.Hal tersebut dibuktikan dengan data tanggapan
responden tentang evaluasi program sertifikasi guru di Kota Tanjungpinang
yang meliputi:
1. Berdasarkan sub indikator input, rata-rata skor tingkat persetujuan
responden yaitu sebesar 35.98 atau 100% atau dapat dikatakan sangat
berhasil. Indikator input tersebut diantaranya mengenai pemahaman guru di
Kota Tanjungpinang mengenai landasan/aturan serta relevansi yang
digunakan dalam pelaksanaan program sertifikasi guru.
2. Berdasarkan sub indikator output, rata-rata skor tingkat persetujuan
responden sebesar 15.58 atau 100% atau dapat dikatakan sangat berhasil.
Artinya program sertifikasi guru sudah sesuai dengan kebutuhan untuk
menyelesaikan masalah pendidikan seperti mutu pembelajaran, mutu
29
pendidikan, profesionalisme dan martabat guru, serta dapat mensejahterakan
guru.
3. Berdasarkan sub indikator efektivitas, rata-rata skor tingkat persetujuan
responden sebesar 18.19 atau 100% atau dapat dikatakan sangat berhasil.
Artinya program sertifikasi dapat meningkatkan mutu pendidikan di Kota
Tanjungpinang, nilai rata-rata Ujian Nasional, kinerja dan disiplin guru,
kompetensi mengajar serta meningkatkan kondisi ekonomi guru di Kota
Tanjungpinang.
4. Berdasarkan sub indikator efisiensi, rata-rata skor tingkat persetujuan
responden sebesar 9.67 atau 100% atau dapat dikatakan sangat berhasil.
Artinya program sertifikasi tersebut memiliki tingkat manfaat yang tinggi
dalam peningkatan mutu pendidikan, mensejahterakan guru, serta
meningkatkan kualitas guru di Kota Tanjungpinang.
5. Berdasarkan sub indikator proses, rata-rata skor tingkat persetujuan
responden sebesar 9.57 atau 100% atau dapat dikatakan sangat berhasil.
Artinya metode yang digunakan dalam program sertifikasi guru di Kota
Tanjungpinang mampu mengatasi permasalahan pendidikan di Kota
Tanjungpinang.
6. Berdasarkan sub indikator judisial, rata-rata skor tingkat persetujuan
responden yaitu sebesar 10.19 atau 100% atau dapat dikatakan sangat
berhasil. Indikator judisial tersebut diantaranya mengenai keberadaan guru
memalsukan ijazah dan sertifikat kegiatan yang relevan sangat banyak,
keberadaan guru mendapatkan sertifikasi berdasarkan kedekatan personal
30
pejabat pelaksana sangat banyak, keberadaan guru yang menggunakan jasa
“Joki” dalam pembuatan portofolio sangat banyak, dan keberadaan guru yang
melalaikan tugas demi sertifikasi serta memanipulasi jam mengajar yang
sangat banyak, selain itu keberadaan guru yang terkena sanksi pelanggaran
pun sangat banyak
7. Berdasarkan sub indikator politik, rata-rata skor tingkat persetujuan
responden yaitu sebesar 9.73 atau 100% dapat dikatakan sangat berhasil.
Indikator politik tersebut diantaranya mengenai dukungan dari seluruh guru,
pihak pelaksana serta seluruh masyarakat di Kota Tanjungpinang yang sangat
mendukung pelaksanaan program sertifikasi guru di Kota Tanjungpinang
yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peran guru dan
mensejahterakan kehidupan guru di Kota Tanjungpinang.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang ” Evaluasi Program Sertifikasi
Guru di Kota Tanjungpinang, maka peneliti memberikan saran yaitu :
1. Hendaknya Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Dinas Pendidikan
Kota Tanjungpinang memotivasi guru pada semua jenjang pendidikan
untuk melanjutkan pendidikan formal ke jenjang S-1 atau D-IV sebagai
syarat utama mendapatkan sertifikasi guru.
2. Agar Kepala sekolah pada semua jenjang pendidikan di Kota
Tanjungpinang menilai kinerja guru yang sudah mapun belum sertifikasi
secara intensif dan subjektif dalam Penilaian Kinerja Guru (PKG) untuk
digunakan pada kenaikan pangkat jabatan fungsional.
31
3. Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang hendaknya memotivasi guru di
Kota Tanjungpinang untuk berpartisipasi pada kegiatan pendidikan,
pelatihan, dan forum ilmiah seperti kegiatan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Guru (KKG), serta seminar –
seminar pendidikan sebagai upaya dalam meningkatkan profesionalisme
guru.
32
DAFTAR PUSTAKA
Agustino. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
-------------. 2007. Perihal Ilmu Politik Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik.Yogyakarta: Graha Ilmu
Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana
Dasuki. dkk, Achmad. 2010. Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Guru.Jakarta: Dirjen PMPTK Kemendiknas
Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press
Ekowati, Mas Roro,Lilik 2009. Perencanaan, Implementasi & EvaluasiKebijakan atau Program. Surakarta: Pustaka Cakra
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif Untuk Ilmu-IlmuSosial. Jakarta : DIA FISIP Universitas Indonesia
Islamy, M. Irfan. 1998. Kebijakan Publik : Modul Universitas Terbuka.Jakarta:Karunika
Jalal, Fasli. 2007. Tanya Jawab Tentang Sertifikasi Guru. Jakarta: Dirjen PMPTK
Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-UpayaPemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi & Sertifikasi Guru. Bandung: PT.Rosdakarya Remaja
Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi danEvaluasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
-------------. 2011. Public Policy. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Parsons, Wayne. 2001. Public Policy Pengantar Teori dan Praktik AnalisisKebijakan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Poerwadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Prasetyo, Bambang. Miftahul Jannah, Lina. 2008. Metode Penelitian KuantitatifTeori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo
33
Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Riduwan. 2008. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta
Samani, Muchlas. 2010. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sertifikasi. Jakarta:Kemendiknas
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta:LP3ES
Solichin, Abdul Wahab. 2005. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi keImplementasi Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara
Subarsono, A.G. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
-------------. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Suharto, Edi. 2007. Kebijakan Sosial sebagai kebijakan publik. Bandung:Alfabeta
Suryabrata, Sumadi. 1992. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers
Tangkilisan, Hessel N. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Grasindo.
Usman, Husaini & Purnomo Setiadi Akbar. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta:PT Bumi Aksara.
Wibawa. dkk, Samodra. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: Raja Grafindo
Wicaksono, Kristian Widya 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah.Jogjakarta: Graha ilmu
Widodo, Joko. 2007. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi ProsesKebijakan Publik. Malang: Bayumedia
Sumber lain
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
34
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang StandarNasional Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 Tentang SertifikasiGuru dalam Jabatan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 Tentang SertifikasiGuru dalam Jabatan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009 Tentang SertifikasiBagi Guru dalam Jabatan
Buku 12 Tahun Cilegon Membangun Dan Berkarya Nyata (Drs. Hj. Ratu AtiMarliati, MM (2010))