EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL
PADA PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN DAN JARINGAN
SURAKARTA
Tugas Akhir
Diajukan untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi persyaratan guna
Mencapai Gelar Ahli Madya pada
Program Studi Diploma III Akuntansi Keuangan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Rico Deniza Candra
NIM : F 3302531
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2005
ii
ABSTRAKSI
EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN DAN JARINGAN
SURAKARTA
RICO DENIZA CANDRA F3302531
Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memperoleh gambaran lebih mendalam dan pemahaman mengenai sistem pengendalian persediaan material dan sistem akuntansi persediaan material pada PT. PLN (Persero) APJ Surakarta menggunakan metode pengendalian min-max, tingkat pesanan ulang (reordering level), dan tingkat pengamanan (security level). Sehingga hal ini membuat sistem pengendalian dalam PT. PLN (Persero) menjadi sangat efektif dan efisien. Sistem akuntansi persediaan material pada PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terdiri dari sistem penerimaan material, sistem pengeluaran material, sistem pengembalian material, dan sistem perhitungan fisik.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu mengambil suatu obyek tertentu untuk dianalisa secara mendalam dengan memfokuskan pada satu masalah. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan pihak PT. PLN (persero) APJ Surakarta dalam hal ini bagian perbekalan (gudang), sedangkan data sekunder diperoleh dari buku maupun sumber bacaan lainnya.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian persediaan material pada PT. PLN (Persero) APJ Surakarta menggunakan metode pengendalian min-max, tingkat pesanan ulang (reordering level), dan tingkat pengamanan (security level). Sehingga hal ini membuat sistem pengendalian dalam PT. PLN (Persero) menjadi sangat efektif dan efisien. Sistem akuntansi persediaan material pada PT. PLN (Persero) APJ Surakarta terdiri dari sistem penerimaan material, sistem pengeluaran material, sistem pengembalian material, dan sistem perhitungan fisik. Permasalahan yang timbul dalam sistem tersebut adalah dalam prosedur perhitungan fisik masih belum ada pemisahan tugas untuk perhitungan dan mengecek material dan pembuatan daftar hasil perhitungan fisik material serta masih kurangnya pengawasan terhadap material yang sudah terpasang atau digunakan.
Saran yang dapat diajukan adalah sebaiknya dilakukan pemisahan fungsi atau tugas gudang untuk perhitungan fisik serta memaksimalkan penggunaan gudang sebaik mungkin untuk kemudahan pekerjaan gudang. Dan sebaiknya dibuat laporan rekap tersendiri untuk penerimaan dan pengeluaran material, sehingga pencatatan dokumen berbagai kegiatan penerimaan dan pengeluaran selama satu periode dijadikan satu dalam satu laporan untuk mempermudah pelaporannya, serta diperlukan pengawasan yang lebih terhadap material yang sudah terpasang.
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji
Tugas Akhir Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna
melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Akuntansi Keuangan
Surakarta, Juli 2005
1. Arif Lukman Santoso, SE, Ak (…………………) NIP. 132 309 892 Penguji
2. Drs. Nurmadi Harsa Sumarta, Msi, Ak (…………………) NIP. 132 257 923 Pembimbing
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Surakarta, Juli 2005
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
Drs. Nurmadi Harsa Sumarta, Msi, Ak NIP. 132 257 923
v
MOTTO
Sesungguhnya ada kesulitan itu ada juga
kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari
suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhan-mulah
hendakNya kamu berharap
(Q.S Allam Nasryah 6 – 7)
“Apa bila kamu mempunyai suatu masalah yang
paling sulit dipecahkan cobalah untuk
menyederhanakannya, tapi jangan sampai kamu mengangapnya
remeh suatu masalah”
(Albert Einstein)
“Berpikirlah Sebelum Bertindak adalah bijak karena sekali salah
melangkah 1000 sesal pun tiada gunanya”
(Lissa)
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya ini Kepada :
1. Ayah dan ibu tercinta, Terima kasih atas kasih
sayang serta do’a yang tak dapat dinilai dengan
apapun.
2. Saudaraku dan sahabat-sahabatku.
3. Seseorang yang selalu kucintai dan yang selalu
sabar menunggu.
vii
4. Almamaterku
KATA PENGATAR
Bismillahirohmanirrohim,
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat-Nya yang dilimpahkan pada kita semua, meskipun dengan kemampuan
dan waktu yang terbatas akhirnya penulis mampu menyelesaikan penyususnan
Tugas Akhir dengan judul “SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN
MATERIAL PADA PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN JARINGAN
SURAKARTA”.
Penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya
bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini
penulis dengan rendah hati menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada
pihak-pihak yang secara langsung mauoun tidak langsung telah membantu hingga
tersusunnya Tugas Akhir ini, khususnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Surakarta.
2. Dra. Evi Gantyowati, M.Si.Ak, Ketua Program dan Sekretaris Program D III
Akuntansi Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
3. Drs. Nurmadi H. Sumarta, M.Si.Ak, selaku pembimbing yang dengan arif dan
kesabaran telah banyak memberikan pengarahan, petunjuk, nasehat,
bimbingan hingga tersusunya laporan Tugas Akhir ini.
4. Seluruh Staf dan Karyawan Program Diploma III Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan bantuan administrasi kepada penulis.
viii
5. Manajer PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang telah berkenan memberikan
ijin megang kerja dan penelitian untuk penulisan Laporan Tugas Akhir ini.
6. Bp. Noor Yasin SE, Supervisor Akuntansi pada PT. PLN (Persero) AFJ
Surakarta yang telah memberikan bimbingan serta arahan yang berguna bagi
penulis.
7. Bp. Mulyono, staf bagian administrasi gudang (inventory control) yang juga
memberikan pengarahan dan pengetahuan bagi penulis.
8. Bp. Marsaid, kepala gudang yang telah memberikan segala informasi yang
diperlukan penulis.
9. Staf bagian Keuangan dan Anggaran Bp. Wargo, Bp. Agus, Bp. Rokhim, Bp.
Dedi, dan Ibu Ambar Terima Kasih atas dukungan dan bantuannya selama
magang kerja di kantor tersebut.
10. Seluruh Staf dan Karyawan bagian keuangan dan anggaran, perbekalan, dan
HRD PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang telah memberikan dukungan dan
bantuan juga bagi penulis.
11. Bp. Setyawan, Staf PT. PLN (Persero) Wonogiri Terima Kasih banyak
bantuan, dukungan dan sarannya.
12. Teman-teman khususnya seangkatan yang semuanya tiada sempurna yang
secara kompak telah saling mendukung suksesnya studi kita (I Love U Guys).
13. Yang paling Kusayangi dan Kucintai ( My Love )
14. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu hingga terselesainya penulisan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini jauh dari
sempurna, oleh karena itu Kritik dan Saran yang konstruktif dari berbagai pihak
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan Tugas Akhir ini.
ix
Surakarta, Juli 2005
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN ABSTRAKSI.................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. iv
MALAMAN MOTTO ......................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR.................................................................... vii
HALAMAN DAFTAR ISI .................................................................................. ix
HALAMAN DAFTAR GAMBAR...................................................................... xi
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah.......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 4
E. Metodologi Penelitian ...................................................................... 4
F. Gambaran Umum Perusahaan.......................................................... 6
1. Sejarah berdirinya ...................................................................... 6
2. Lokasi perusahaan ...................................................................... 7
3. Bidang usaha ............................................................................. 8
x
4. Tujuan, visi, dan misi perusahaan .............................................. 8
5. Struktur organisasi...................................................................... 10
6. Deskripsi jabatan ........................................................................ 11
BAB II. PEMBAHASAN
A. Landasan Teori............................................................................... 17
1. Pengertian Persediaan material dan Jenis Material.................. 17
2. Pengertian Sistem Akuntansi ................................................... 20
3. Sistem Akuntansi Persediaan................................................... 21
4. Sistem Pengendalian Persediaan.............................................. 22
5. Hubungan Sistem Akuntansi Persediaan dengan
Sistem Pengendalian Persediaan..................................... 25
6. Penilaian Persediaan Material.................................................. 28
B. Pembahasan ................................................................................... 29
1. Sistem Akuntansi Persediaan material pada PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta......................................................... 29
2. Metode Pencatatan Persediaan Material pada PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta......................................................... 42
3. Sistem Pengendalian Persediaan Material pada
PT. PLN (Persero) APJ Surakarta......................................... 43
BAB III. TEMUAN
A. Kelebihan ........................................................................................ 49
B. Kelemahan ...................................................................................... 50
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..................................................................................... 51
B. Saran ............................................................................................... 52
xi
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................... 55
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) APJ Surakarta .............................. 10
2.1 Hubungan sistem pengendalian intern yang diperlukan
pada aktivitas perhitungan fisik persediaan................................................ 27
2.2 Prosedur Perhitungan Fisik......................................................................... 42
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I : Prosedur Penerimaan Persediaan Material dari Rekanan
LAMPIRAN II : Prosedur Penerimaan Persediaan Material antar Unit
LAMPIRAN III : Prosedur Pengembalian Persediaan Material
LAMPIRAN IV : Prosedur Pengeluaran Persediaan Material antar Unit
LAMPIRAN V : Prosedur Pengeluaran Material untuk Pemakaian
LAMPIRAN VI : Prosedur Pengeluaran Material untuk Perbaikan
LAMPIRAN VII : Lain-lain:
1. Surat Pernyataan
2. Surat Keterangan Magang
3. Surat Nota Dinas
xiii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan
usaha normal, dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau dalam
bentuk bahan dan perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses
produksi maupun pemberian jasa. Persediaan meliputi barang yang dibeli dan
disimpan untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya
untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang telah
diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi
perusahaan yang termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan
dalam proses produksi.
Persediaan merupakan salah satu harta yang sangat penting bagi
perusahaan karena berpengaruh terhadap neraca maupun perhitungan laba
rugi. Dalam neraca, persediaan merupakan bagian dalam aktiva lancar yang
disimpan dengan tujuan untuk dijual atau digunakan dalam kegiatan bisnis
yang normal atau barang-barang yang akan dikonsumsi dalam pengolahan
produk yang akan dijual. Sedangkan dalam laporan laba rugi, persediaan
mempengaruhi dalam perhitungan harga pokok penjualan sehingga
berpengaruh terhadap perhitungan laba tahun yang bersangkutan.
Dalam suatu perusahaan, persediaan seringkali merupakan harta lancar
yang paling besar jumlahnya dibanding harta lancar yang lain. Apabila
persediaan yang ada dalam perusahaan terlalu kecil, maka perusahaan akan
xiv
kehilangan penjualan dan pelanggannya. Hal ini disebabkan karena tidak
tersedianya barang yang dibutuhkan. Demikian sebaliknya, apabila persediaan
terlalu tinggi maka biaya penyimpanan dan pemeliharaan akan terlalu besar.
Istilah yang digunakan untuk mrnunjukkan barang-barang yang
dimiliki oleh suatu perusahaan akan tergantung pada jenis usaha yang dimiliki
oleh suatu perusahaan. PT. PLN (Persero) APJ Surakarta sebagai unit
penyedia tenaga listrik dalam jumlah dan makna yang memadai, menggunakan
istilah perbekalan untuk menunjukkan barang-barang yang dimiliki oleh suatu
perusahaan. Secara umum istilah perbekalan sama pengertiannya dengan
persediaan.
Sistem persediaan berkaitan erat dengan sistem penjualan, sistem retur
penjualan, sistem pembelian, sistem retur pembelian dan sistem akuntansi
biaya produksi. Sistem pengendalian intern yang meliputi struktur organisasi,
metode dan ukuran-ukuran perlu diterapkan untuk menyusun sistem
pengendalian persediaan. Pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan
melakukan perhitungan fisik oleh suatu tim yang terdiri dari fungsi pemegang
kartu, perhitungan fisik, fungsi perhitungan fisik, fungsi penghitung, dan
fungsi pengecek yang harus terpisah dari fungsi gudang, untuk memperkecil
kemungkinan terjadi kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan. Selain itu
pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan sistem otorisasi oleh bagian
atau orang yang berwenang dan prosedur pencatatan persediaan berdasarkan
dokumen yang telah diotorisasi. Kemudian cara-cara yang ditempuh
perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas
xv
dan fungsi setiap unit organisasi juga sangat berpengaruh terhadap sistem
pengendalian persediaan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas mendorong penulis untuk
mengadakan penelitian di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dengan
mengambil judul, “EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN
MATERIAL PADA PT. PLN (PERSERO) APJ SURAKARTA”.
Perumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang masalah tersebut, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur penerimaan dan pengeluaran persediaan pada PT.
PLN (Persero) APJ Surakarta ?
2. Apakah sistem pengendalian persediaan material yang diterapkan pada PT.
PLN (Persero) APJ Surakarta sudah efisien dan efektif ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan, yaitu :
mengetahui dan lebih memahami apakah sistem pengendalian penerimaan dan
pengeluaran persediaan material pada PT. PLN (Persero) APJ Surakarta sudah
memadai.
Manfaat Penelitian
xvi
Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran,
masukan-masukan kepada PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi dengan perusahaan untuk meningkatkan
kemampuan pengambilan keputusan dalam mencapai efisiensi dan
efektivitas pengendalian persediaan.
2. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pnelitian dalam memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang sistem pengendalian persediaan.
3. Bagi mahasiswa dan pembaca lainnya
Merupakan tambahan referensi bacaan dan informasi khususnya bagi
mahasiswa jurusan Akuntansi Keuangan yang sedang menyusun Tugas
Akhir dengan pokok permasalahan yang sama.
Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta Jl.
Slamet Riyadi No. 468 Surakarta.
2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
xvii
Yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan dan
wawancara dengan fungsi yang terkait.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang didapat dari berbagai sumber yang berkaitan dengan
penelitian ini, dan berbagai literatur yang berhubungan dengan
masalah ini seperti dari buku-buku dan penelitian-penelitian serupa.
Adapun data diperoleh dari PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dan dari
perpustakaan.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Observasi
Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengamati secara langsung terhadap sistem yang ada serta karyawan-karyawan
yang berhubungan khususnya di bagian perbekalan.
b. Teknik Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab dengan
pimpinan dan karyawan-karyawan untuk mengetahui data yang diperlukan.
c. Teknik Studi Pustaka
Melengkapi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini yang dilakukan
dengan membaca buku-buku atau literatur-literatur yang lain yang
berhubungan dengan penelitian ini.
Gambaran Umum
1. Sejarah Berdirinya
xviii
Kelistrikan di Indonesia dimulai pada abad ke-19 dimana saat itu
Belanda mendirikan pabrik gula dan teh dengan pembangkit listrik yang
bernama N.V. SOLOCHE ELECTRIC ITET MIJ (S.E.M) yang digunakan
hanya untuk kepentingan sendiri. Kemudian Belanda mendirikan
pembangkit listrik untuk pemanfaatan umum yang dinamai NV. NEGH
yang bergerak di bidang gas.
PT. PLN (Persero) APJ Surakarta berdiri tahun 1901. Dengan nama
N.V SOLOCHE ELECTRIC ITET MIJ (S.E.M) yang beralamat Purwosari
Solo, serta memiliki 2 mesin disel yang hidup hanya dimalam hari.
kemudian kantor PLN dipindah ke Purbayan (Jl. Arifin). Tahun 1942
Jepang masuk ke Indonesia dan kekuasaan Belanda diambil alih oleh
Jepang. Setelah Jepang berkuasa, nama N.V SOLOCHE ELECTRIC ITET
MIJ (S.E.M) diganti dengan nama JAWA DENGKI JEGIYOSA (Listrik
Jawa Tengah) yang berkantor di Purbayan (Jl. Arifin). Kemudian pada
tahun 1945 pemerintah Indonesia mengganti nama dengan JAWATAN
LISTRIK dan GAS. Hal ini tidak berlangsung lama, karena pada tahun
1958 Belanda menyerah dan menyerahkan seluruh aset perusahaan listrik
ke tangan Indonesia. Dan berdasarkan Undang-Undang No. 86 Tahun
1958 Perusahaan Listrik dan Gas berubah nama menjadi Perusahaan
Listrik Negara (PLN).
Pada tahun 1972 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
No. 18 Tahun 1972 tentang perusahaan umum listrik negara, berdasarkan
UU No. 19 Perpu tahun 1965 dengan berdasarkan pada PP No. 18 tahun
xix
1972 ditetapkan statusnya menjadi Perusahaan Umum Milik Negara
(PERUM PLN) dan diubah pula anggaran dasarnya mengenai status, hak
dan wewenang serta tanggung jawab.
Setelah banyak mengalamai perubahan usaha sejalan dengan
waktu, tepatnya pada tahun 1974 sampai sekarang berdasarkan PP No. 23
tahun 1994 dan akte Notaris Soetjipto, SH No. 23 1994 tertanggal 10 Juli
1994, status PLN diubah dari Perusahaan Umum menjadi Perseroan
Terbatas (Persero), dan kemudian berubah menjadi PT. PLN (PERSERO)
Area Pelayanan Surakarta yang berlaku sejak tanggal 1 Juni 2001. Pada
tanggal 17 Juni 2003 berdasarkan surat nomer 123.K/021/GM/2003 PT.
PLN (PERSERO) Area Pelayanan (AP) Surakarta diubah menjadi PT.
PLN (PERSERO) Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Surakarta.
2. Lokasi Perusahaan
PT PLN (Persero) APJ Surakarta berlokasi di Jalan Slamet Riyadi
No. 468 Surakarta, dan seluruh cabang-cabang atau ranting-rantingnya
berada di sekitar wilayah Surakarta. Tujuan dari pemilihan lokasi ini
karena selain tempatnya yang strategis dan berada di tepat di pusat jantung
kota Surakarta, juga mudah di jangkau oleh banyak kalangan masyarakat.
3. Bidang Usaha
PT. PLN (Persero) merupakan penyedia tenaga listrik dengan
memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat melalui penyelenggaraan
xx
di bidang produksi tranmisi dan distribusi tenaga listrik secara garis besar
bidang usaha PT. PLN (Persero) APJ Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik meliputi :
1. Pembangkit
2. Tranmisi
3. Distribusi
b. Usaha penunjang tenaga listrik meliputi :
1. Konsultan tentang tenaga kelistrikan
2. Pembangunan atau pemasaran tenaga listrik
3. Pemeliharaan atau pemasaran paralatan kelistrikan
4. Pengembangan teknologi peralatan yang menunjang penyediaan
tenaga listrik
4. Tujuan, visi, dan misi perusahaan
Tujuan Perusahaan Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang BUMN,
maka tujuan dari PT. PLN (Persero) APJ Surakarta sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1994 adalah:
a. Menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dan sekaligus
memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan usaha.
b. Menyediakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang
memadai dengan tujuan untuk:
1) Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil
dan merata serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi.
xxi
2) Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembangan
penyediaan tenaga lsitrik untuk kebutuhan pokok masyarakat.
c. Merintis kegiatan-kegiatan untuk penyediaan tenaga listrik
d. Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang menunjang usaha
penyediaan tenaga listrik sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Visi dan Misi Perusahaan a. Visi
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh, berkembang, unggul,
dan terpercaya yang bertumpu pada potensi instansi.
b. Misi
1) Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan
pemegang saham.
2) Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat.
3) Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
4) Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
xxii
xxiii
5. Deskripsi Jabatan
1. Manager Area Pelayanan dan Jaringan
Tugas pokok Manager Area Palayanan Pelanggan adalah:
Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha secara efisien dan efektif serta menjamin penerimaan hasil penjualan tenaga listrik, peningkatan kualitas pelayanan, pelaksanaan pengelolaan jaringan tegangan menengah (JTM), jaringan tegangan rendah (JTR), sambungan rumah (SR), dan alat pembatas dan pengukur (APP), pengelolaan keuangan dan pengelolaan SDM dan Administrasi, membina hubungan kerja, kemitraan dan komunikasi yang efektif guna menjaga citra perusahaan serta mewujudkan Good Coorporate Governence.
Untuk melaksanakan sebagaimana tersebut di atas, Manager
Area Pelayanan Pelanggan mempunyai fungsi:
a. Menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik.
b. Menyusun dan menerapkan program penjualan tenaga lsitrik.
c. Memantau perkembangan jumlah pelanggan dan jenis tarif.
d. Menyusun program peningkatan kualitas pelayanan pelanggan.
e. Mengkoordinir dan mengendalikan pengoperasian jaringan
tegangan menengah (JTM) dan jaringan tegangan rendah (JTR),
sambungan rumah (SR) dan APP nya.
f. Melaksanakan kegiatan pengelolaan PUKK.
g. Menangani permasalahan hukum yang terjadi dilingkungan area.
h. Melaksanakan pengelolaan SDM, keuangan dan administrasi.
i. Membuat evaluasi secara berkala terhadap kegiatan pengelolaam
Pemasaran, Niaga, Distribusi, Keuangan, SDM dan Administrasi.
j. Melaporkan kegiatan yang berhubungan dengan tugas pokok sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan.
2. Asisten Manager Pemasaran
Tugas pokok Asisten Manager Pemasaran adalah:
xxiv
Bertanggung jawab atas kajian penetapan harga listrik, perkiraan
kebutuhan tenaga lsitrik, usulan pengembangan produk dan jasa baru,
penyusunan potensi pasar, petunjuk pelaksanaan segmentasi pasar dan
promosi, peneraan, humas, dan penyuluhan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas,
Asisten Manager Pemasaran mempunyai fungsi:
a. Menyusun masukan untuk penetapan harga listrik.
b. Menyusun perkiraan kebutuhan energi.
c. Mambuat usulan pengembangan produk dan jasa baru.
d. Melaksanakan riset pasar.
e. Menyusun metoda dan petunjuk pelaksanaan segmentasi pasar.
f. Menyusun metoda dan petunjuk pelaksanaan promosi.
g. Mengelola peneraan dan pengujian peralatan distribusi.
h. Melaksnakan kegiatan kehumasan dan penyuluhan ketenaga
listrikan dan prosedur pelayanan kepada pelanggan atau
masyarakat.
i. Membuat evaluasi triwulan atas kegiatan pemasaran dan rencana
perbaikan.
3. Asisten Manager Niaga
Tugas Pokok Asisten Manajer Niaga adalah:
Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pengembangan
pelayanan pelanggan atau calon pelanggan, penyelesaian klaim,
xxv
manajemen baca meter, sistem informasi, pengelolaan hasil penjualan
listrik, pengelolaan piutang, pelaksanaan P2TL.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas,
Asisten Manajer Niaga mempunyai fungsi:
a. Mengkoordinir proses administrasi PB dan PD pada konsumen
selektif.
b. Secara aktif membantu unit dalam penyelesaian klaim.
c. Secara aktif membantu unit dalam manajemen baca meter.
d. Mengelola dan mengkoordinir hasil penjualan tenaga lsitrik.
e. Memonitor pengelolaan piutang.
f. Mengkoordinir pemutusan dan penyambungan pelanggan yang
menunggak.
g. Mengkoordinir pelaksanaan P2TL pada unit dibawahnya.
h. Mengoperasikan dan memelihara sistem informasi.
i. Membuat evaluasi triwulan atas kegiatan niaga dan rencana
perbaikan.
4. Asisten Manager Distribusi
Tugas Pokok Asisten Manager Distribusi adalah:
Bertanggung jawab atas pelaksanaan pembuatan desain
konstruksi, rencana dan SOP untuk operasi dan pemeliharaan
distribusi, perbekalan dan evaluasi pengelolaan distribusi yang dikelola
oleh unit-unit.
xxvi
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas,
Asisten Manager Distribusi mempunyai fungsi:
a. Membuat desain konstruksi berdasarkan desain standar.
b. Menyusun usulan pengembangan distribusi.
c. Membuat analisis kinerja jaringan distribusi.
d. Menyusun rencana operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi.
e. Menyusun SOP pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan
distribusi.
f. Membantu pelaksanaan PB dan PD pada konsumen selektif.
g. Melaksanakan pembangunan jaringan distribusi dan sarana
lainnya.
h. Melaksanakan administrasi pembangunan.
i. Melaksanakan tata laksana perbekalan.
j. Melakukan pemuktahiran peta jaringan distribusi.
k. Membuat evaluasi triwulan atas kegiatan operasi dan pemeliharaan
distribusi serta rencana perbaikannya.
5. Asisten Manager Keuangan
Tugas Pokok Asisten Manager Keuangan adalah:
Bertanggung jawab atas penyusunan RKAP dan cash flow,
melaksanakan pengelolaan pendanaan dan arus kas secara akurat serta
kegiatan perbekalan.
xxvii
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas,
Asisten manager Keuangan mempunyai fungsi:
a. Menyusun RKAP area dan cash flow.
b. Menyusun dan memantau anggaran belanja dan pendapatan APJ,
Unit Pelayanan (AP), Unit jaringan (UJ), dan unit pelayanan dan
jaringan (APJ).
c. Membuat laporan hasil penjualan tenaga listrik dan pendapatan
lainnya.
d. Memonitor pengelolaan piutang.
e. Melaksanakan dan mengkoordinir pembiayaan operasi dan
investasi.
f. Membuat laporan keuangan secara berkala.
g. Membuat evaluasi triwulan atas kegiatan keuangan dan rencana
perbaikannya.
6. Asisten manager SDM dan Administrasi
Tugas Pokok Asisten Manager SDM dan Adiministrasi adalah:
Bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan dan
pengembangan SDM, tata usaha sekretariat, rumah tangga, keamanan,
keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja dan kegiatan umum
lainnya, pelaksanaan bidang kehumasan serta penanganan masalah
hukum.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas,
Asisten Manager SDM dan Administrasi mempunyai fungsi:
xxviii
a. Menyusun dan mengusulkan formasi tenaga kerja (FTK).
b. Melaksanakan program pendidikan dan pelatihan pegawai.
c. Melaksanakan pengembangan karir pegawai.
d. Melaksanakan updating data pegawai.
e. Menyusun dan mengusulkan mutasi pegawai.
f. Memproses pelanggaran disiplin pegawai.
g. Mengelola penyusunan anggaran pegawai dan pembayaran
penghasilan pegawai.
h. Mengelola kesekretariatan dan rumah tangga kantor.
i. Melaksanakan pembinaan keamanan dan K3.
j. Membuat evaluasi triwulan atas kegiatan SDM dan Administrasi
serta rencana perbaikannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Landasan Teori
1. Pengertian persediaan material dan Jenis Material
xxix
Persediaan material adalah material yang sengaja disimpan untuk
memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan waktu dan jumlahnya atau
kapan dan berapanya. Persediaan material merupakan modal kerja yang
untuk sementara waktu dibekukan dalam bentuk material atau suku cadang
Untuk menyimpan persediaan material diperlukan biaya-biaya yang
terdiri dari unsur-unsur :
§ Modal
§ Bunga Modal
§ Sewa tempat
§ Biaya Pemeliharaan
§ Resiko hilang
§ Resiko rusak
Karena wajar bila “Persediaan Material” diusahakan serendah mungkin
tanpa mengganggu kelancaran operasi perusahaan.
Material dalam PT. PLN (Persero) dikelompokkan ke dalam tiga jenis
sebagai berikut :
a. Material Pemeliharaan
b. Material Pekerjaan dalam Pelaksanaan (PDP)
c. Material Cadang
Pengelompokkan tersebut berdasarkan tujuan penggunaannya. Oleh
karena itu tidak tertutup kemungkinan satu jenis material terdapat dalam
kelompok material pemeliharaan, material PDP maupun material cadang.
Jenis Material
a. Material Pemeliharaan
17
xxx
Material pemeliharaan adalah material untuk melaksanakan program
pemeliharaan. Jenis material pemeliharaan ditetapkan berdasarkan
Operation and Maintenance Manual Book dan atau syarat-syarat
pemeliharaan lainnya. Material pemeliharaan adalah material yang
jenisnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
· Dipergunakan untuk melaksanakan pemeliharaan atau operasi
· Mudah diperolah dipasaran bebas atau lokal, dan
· Berdasarkan sifat tehnisnya berumur pendek, sehingga memiliki
rasio perputaran yang tinggi.
Jumlah dan jenis material pemeliharaan disesuaikan dengan program
pemeliharaan yang direncanakan. Pengadaan material pemeliharaan
merupakan realisasi dan bersumber pada Anggaran Operasi (AO)
b. Material Pekerjaan Dalam Pelaksanaan (PDP)
Material PDP adalah semua material yang diadakan untuk
melaksanakan program investasi, yang proses pemasangan dan
penyelesaiannya mengikuti jadwal pelaksanaan kegiatannya. Material
PDP mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
· Untuk program investasi
· Pemasangannya dengan Anggaran Investasi (AI) dengan Surat
Kuasa Investasi (SKI)
Jumlah dan jenis material PDP ditetapkan berdasarkan kebutuhan
untuk melaksanakan program investasi yang telah ditentukan.
xxxi
c. Material Cadang
Material cadang adalah material cadangan untuk menjamin keandalan
operasi. Material cadang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
· Diadakan untuk menjamin keandalan operasi dan akan digunakan
untuk mengatasi kerusakan yang mungkin terjadi
· Jenis dan jumlahnya terbatas
· Proses pengadaannya memerlukan waktu cukup lama, karena tidak
mudah diperoleh atau dibeli dipasaran bebas atau lokal, dan
· Memiliki rasio perputaran yang lambat
Jenis material ini pengadaannya dilakukan melalui Anggaran Investasi
dengan Surat Kuasa Investasi (SKI). Material cadang juga ditetapkan
sebagai aktiva tetap yang disusutkan. Material cadang dalam
perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Material cadang khusus
Material cadang khusus adalah material cadang yang hanya
berinduk kepada satu aktiva tetap di satu satuan administrasi atau
unit kerja.
2) Material cadang umum
Material cadang umum adalah material cadang yang dapat dipakai
untuk lebih dari satu aktiva tetap induk.
2. Pengertian Sistem Akuntansi
xxxii
Sistem adalah suatu jaringan yang dibuat menurut pola yang terpadu
untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Prosedur adalah suatu
urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu
departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara
seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi,
1997 : 6).
Sedangkan definisi sistem menurut Gerald Cole dalam Zaki Baridwan
(1998 : 3) adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh
untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama suatu perusahaan.
Prosedur adalah suatu urut-urutan kegiatan kerani atau klerikal, biasanya
melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk
menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi
perusahaan yang sering terjadi.
Akuntansi sebagai suatu sistem informasi, mengidentifikasikan,
mengumpulkan, dan mengkomunikasikan informasi ekonomik mengenai
suatu badan usaha kepada beragam orang. Informasi adalah data yang
berguna yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil
keputusan yang tepat. Sistem adalah kumpulan sumber daya yang
berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu (George H. Bodnar dalam A.
Yusuf, 2000 : 1)
Pengertian sistem akuntansi adalah formulir, catatan dan laporan yang
dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan
xxxiii
yang dibutuhkan olah manajemen guna memudahkan pengelolaan
perusahaan (Mulyadi, 1997 ; 3).
3. Sistem Akuntansi Persediaan
Persediaan atau inventory adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk
dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau
dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual deskripsi dan
pengukuran persediaan membutuhkan kecermatan karena investasi dalam
persediaan biasanya merupakan aktiva lancar paling besar dari perusahaan
barang dagang (ritel) dan manufaktur (Kieso, 2001 : 444).
Sistem akuntansi persediaan adalah sistem akuntansi yang dirancang
untuk menangani transaksi yang bersangkutan dengan mutasi persediaan
yang disimpan digudang. Sistem ini berkaitan erat dengan sistem
penjualan, sistem retur penjualan, sistem pembelian, sistem retur
pembelian, dan sistem akuntansi biaya produksi (Mulyadi, 1997 : 555).
Sistem dan prosedur yang bersangkutan dengan sistem akuntansi
persediaan adalah :
a. Prosedur pencatatan produk jadi
b. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual
c. Prosedur pencatatan harga pokok produksi jadi yang diterima kembali
dari pembeli
d. Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok
persediaan produk dalam proses
e. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli
xxxiv
f. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan
kepada pemasok
g. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang
h. Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena
pengembalian barang dagang
i. Sistem perhitungan fisik persediaan
4. Sistem Pengendalian Persediaan
Pengertian pengendalian persediaan material adalah langkah-langkah
kebijaksanaan yang dilakukan dalam mengatur suatu persediaan material
tanpa mengurangi kelancaran tugas-tugas operasional, sehingga persediaan
material itu dalam batas-batas yang normal dan wajar sesuai kebutuhan,
jadi tidak kelebihan atau kekurangan. Sasaran utama pengendalian
persediaan material adalah :
a. Selalu tersedia material yang jenis jumlahnya melebihi kebutuhan
b. Menghindari adanya jenis barang yang jumlahnya kurang dari
kebutuhan
c. Menghilangkan kemungkinan timbulnya kerugian karena material
hilang atau rusak
Untuk menyimpan persediaan material diperlukan biaya-biaya yang
terdiri dari unsur-unsur seperti modal, bunga modal, sewa tempat, biaya
pemeliharaan, resiko hilang dn resiko rusak. Karena itu wajar bila
persediaan material diusahakan serendah mungkin tanpa mengganggu
kelancaran operasi perusahaan.
xxxv
Penilaian persediaan dapat dilakukan dengan :
a. First-in, first-out (FIFO)
FIFO menganggap bahwa persediaan atau pembelian pertama dijual
lebih dulu sehingga saldo persediaan akhir dinilai menurut pembelian
yang terakhir.
b. Last-in, first-out (LIFO)
LIFO menganggap bahwa setiap penjualan dinilai menurut harga beli
yang terakhir sehingga saldo persediaan akhir dinilai menurut
pembelian yang pertama.
c. Avarage cost
Persediaan dinilai menurut harga rata-rata dari jumlah barang yang
diperoleh atau dibeli.
Penilaian persediaan pada perusahaan eceran yang memiliki barang
dagangan yang banyak sekali jenisnya dengan harga per unit yang
berbeda-beda dapat menggunakan metode harga eceran untuk menaksir
harga perolehan persediaannya. Hal ini dikarenakan harga yang berubah
dengan cepat dan memiliki margin yang tidak jauh berbeda. Biaya
persediaan ditentukan dengan mengurangi harga jual persediaan dengan
presentase margin bruto yang sesuai. Presentase tersebut digunakan
dengan memperhatikan persediaan yang telah diturunkan nilainya (marked
down) dibawah harga jual normal. Presentase rata-rata sering digunakan
untuk setiap departemen penjualan eceran yang menjual kelompok barang
yang berbeda.
xxxvi
Metode pengendalian barang meliputi :
a. Siklus pemesanan (order cycling)
Siklus pemesanan memeriksa secara periodik (misalnya 30, 60 atau 90
hari) keadaan kuantitas tiap jenis atau golongan persediaan yang ada di
tangan. Dalam hal ini jenis barang yang bernilai rendah dan bersifat
tidak rawan, umumnya siklus peninjauan lebih panjang, karena barang-
barang ini akan dipesan dalam jumlah besar dan tidak akan
menimbulkan banyak biaya apabila terjadi kekurangan.
b. Metode min-max
Metode min-max didasarkan pada anggapan bahwa kuantitas dari
sebagian besar jenis stok berada dalam batas-batas yang pasti. Kuantitas
untuk setiap jenis barang telah ditentukan. Tingkat yang minimum
memberikan margin pengamanan yang diperlukan untuk mencegah
kekurangan stock selama satu siklus pemesanan kembali. Tingkat
minimum ini menentukan titik pemesanan, dan kuantitas yang dipesan
umumnya menjadikan persediaan pada tingkat yang maksimum.
Departemen pengendalian barang meninjau kembali jenis-jenis barang,
meramalkan pemakaian dan tenggang waktu, menetapkan kebutuhan
persediaan aman, dan menentukan jumlah pesanan yang ekonomis.
Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi
xxxvii
dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi, 1997 : 165).
Sedangkan unsur sistem pengendalian intern adalah :
a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tegas.
b. Sistem wewenang dan prosedur pecatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan
biaya.
c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi.
d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
5. Hubungan Sistem Akuntansi Persediaan dengan Sistem Pengendalian
Persediaan
Sistem pengendalian persediaan memegang peranan yang penting
dalam sistem akuntansi persediaan. Hal ini dikarenakan sistem
pengendalian persediaan memberikan pengawasan atas sistem akuntansi
persediaan agar dapat berjalan sesuai dengan kebijakan dan peraturan
perusahaan sehingga tujuan yang ditetapkan perusahaan dapat tercapai.
Pembentukan sistem akuntansi yang didalamnya dipertimbangkan sistem
pengendalian persediaan bertujuan agar semua kemungkinan terjadinya
suatu kesalahan dapat diminimalisasi.
Perencanaan dan pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan
menyusun sistem akuntansi persediaan, menyusun anggaran, pelaksanaan
daripada sistem akuntansi persediaan, kemudian bagaimana penilaian
xxxviii
persediaan dan pencatatan atau pelaporan persediaan, serta analisis
terhadap persediaan.
Jadi sistem akuntansi berkaitan erat dengan sistem pengendalian
persediaan karenan berpengaruh kuat terhadap sistem akuntansi suatu
perusahaan. Dengan adanya sistem pengendalian persediaan yang kuat,
maka dapat menjaga kekayaan perusahaan dan informasi akuntansi yang
dihasilkan andal dan teliti.
Sistem perhitungan fisik persediaan merupakan salah satu unsur
pengendalian intern terhadap persediaan. Hasil dari perhitungan fisik
digunakan untuk meminta pertanggung jawaban bagian Kartu Persediaan
mengenai keandalan cacatan persediaan yang diselenggarakannya, serta
untuk melakukan penyesuaian (adjustment) terhadap catatan persediaan di
Bagian Kartu Persediaan. Perhitungan fisik persediaan perlu dilakukan
karena kemungkinan kesalahan dan kehilangan sering terjadi seperti
pemborosan, kerusakan, pencurian, pemasukan yang tidak benar, lalai
untuk mencatat permintaan dan kemungkinan-kemungkinan yang serupa
yang menyebabkan catatan persediaan berbeda dengan persediaan yang
ada di gudang. Berikut ini adalah hubungan dari sistem pengendalian
intern yang diperlukan pada aktivitas perhitungan fisik persediaan :
Tahap
Transaksi
Dokumentasi/catatan
Akuntansi yang Digunakan
Fungsi yang
terkait
Aktivitas pengendalian
yang diperlukan
Salah Saji
Potensial
Perhitungan
fisik
- Kartu perhitungan
fisik
- Daftar hasil
perhitungan fisik
Fungsi
perhitungan fisik
Pemisahan perhitungan
dengan pengecek.
Penggunaan
peralatan dan
metode
Persediaan
dihitung
salah
xxxix
perhitungan yang
andal
Penggunaan kartu
perhitungan fisik
persediaan bernomor urut
cetak
Persediaan
dihitung lebih
dari satu kali
Kompilasi - Kartu perhitungan
fisik
- Daftar hasil
perhitungan fisik
Fungsi
perhitungan fisik
Pemegang kartu
perhitungan fisik harus
mempertanggung
jawabkan pemakaian kartu
dan pencatatannya ke
dalam daftar hasil
perhitungan fisik
persediaan
Tidak semua hasil
perhitungan fisik
dicatat dalam
daftar hasil
perhitungan fisik
persediaan
Penentuan kos
(harga
perolehan)
- Kartu perhitungan
fisik
- Daftar hasil
perhitungan fisik
kartu persediaan
Fungsi akuntansi Pengecekan independen
pencantuman kos
persediaan ke dalam daftar
hasil perhitungan fisik
Pengecekan independen
terhadap perkalian antara
kuantitas dan kos perunit
dalam daftar hasil
perhitungan
Kos barang
dicanrumkan
salah dalam
daftar hasil
perhitungan fisik
Salah perhitungan
perkalian
kuantitas dengan
harga pada daftar
hasil perhitungan
fisik
Adjustmen - Bukti memorial
- Kartu persediaan
- Buku pembantu
persediaan
- Jurnal umum
Fungsi akuntansi Pengecekan secara
independen posting ke
dalam buku pembantu
persediaan berdasarkan
hasil perhitungan fisik
persediaan
Pertanggung jawaban
kartu perhitungan fisik
bernomor urut cetak
Panduan akun dan review
pemberian kode akun
Buku pembantu
persediaan tidak
diadjust
berdasarkan hasil
perhitungan fisik
persediaan
Daftar hasil
perhitungan fisik
persediaan
diposting ke akun
persediaan yang
salah
Gambar 2.1 Hubungan dari sistem pengendalian intern yang diperlukan pada aktivitas perhitungan fisik
persediaan
6. Penilaian Persediaan Material
xl
Penilaian persediaan material dalam PT. PLN dibedakan untuk
material pemeliharaan, material Pekerjaan dalam proses (PDP), dan
material cadang sebagai berikut :
a. Metode Penilaian Persediaan Material Pemeliharaan menggunakan
metode Harga Rata-rata Tertimbang dengan rumus sebagai berikut:
Atau :
Penjelasan :
P : Harga rata-rata
Pi : Harga Material i
Qi : Kuantitas Material i
N : banyaknya jenis harga dan kuantitas Material, yaitu 1, 2, .........
sampai dengan n
Harga rata-rata terimbang hanya digunakan pada saat barang tersebut
dipakai atau keluar, sedangkan untuk barang yang masuk (penerimaan
barang) tetap didasarkan pada harga perolehannya. Tiap satuan
Administrasi tingkat Wilayah atau Distribusi dan lainnya yang
setingkat hanya mempunyai satu harga Rata-rata Tertimbang untuk
masing-masing jenis material, sehingga cabang yang satu dengan
å
å
=
== n
1L
n
1i
Qi
QiPi
P
Qn..................2Q1Q)QnxPn(.............)2Qx2P()1QxPi(
p++++++
=
xli
cabang lainnya dalam satu wilayah mempunyai satu harga rata-rata
yang sama.
b. Metode Penilaian Persediaan Material Pekerjaan Dalam Pelaksanaan
(PDP) dan Material Cadang dinilai berdasarkan Harga Perolehannya,
baik untuk pemasukan maupun untuk pengeluarannya.
Pembahasan
1. Sistem Akuntansi Persediaan Material pada PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta
a. Sistem Penerimaan Persediaan Material
Sistem penerimaan material di suatu unit administrasi PLN
merupakan suatu kegiatan awal dari proses terjadinya persediaan
material di unit tersebut atau di Gudang Unit Administrasi yang
bersangkutan. Di dalam PT. PLN terdapat dua prosedur dalam sistem
penerimaan material, yaitu prosedur penerimaan material dari rekanan
dan prosedur penerimaan material antar gudang atau unit. Berikut
prosedur-prosedur penerimaan persediaan material:
1. Prosedur penerimaan persediaan material dari rekanan
Prosedur penerimaan material dari rekanan yaitu, prosedur
penerimaan material yang telah ditetapkan dalam kontrak jual beli
antara rekanan yang bersangkutan dan PLN Pusat.
· Fungsi-fungsi yang terkait :
xlii
Bagian pembelian
Fungsi pembelian memeriksa daftar permintaan pembelian dan
mancatat persediaan material yang masuk serta menyiapkan
order pembelian.
Bagian gudang
Fungsi gudang menerima dan memeriksa barang atau material
dari rekanan dan menyelesaikan administrasi penerimaan
material.
Bagian perbekalan
Fungsi perbekalan mencatat persediaan ke dalam Kartu
persediaan yang ada di T.U Perbekalan.
Bagian Keuangan
Fungsi Keuangan mencatat persediaan ke dalam Nota
Persediaan di T.U Keuangan serta pemberian harga material.
Bagian Pengolahan data
Fungsi pengolahan data memproses data dan melakukan
perhitungan harga rata-rata baru persediaan.
· Dokumen
- Surat Perintah Kerja (SPK)
SPK merupakan daftar permintaan pembelian yang
digunakan untuk proses pengadaan material.
- Daftar pengantar barang
xliii
Daftar pengantar barang digunakan untuk pedoman
penerimaan barang di gudang.
- Kode 2 (K2)
Kode 2 untuk bon penerimaan barang.
- Form TUG 4
Form TUG 4 digunakan untuk berita acara pemeriksaan
barang-barang atau spare parts yang diterima.
· Catatan Akuntansi
- Buku pembelian
Untuk mencatat pembelian material berdasar K2.
- Kartu persediaan (TUG 1)
Kartu persediaan untuk membukukan penerimaan material
sesuai dengan kelompok material.
- Kartu Gudang (TUG 2)
Kartu gudang sebagai kartu pengenal untuk mempermudah
pengklasifikasiannya dan perhitungannya.
- TUKG 2
Buku Penerimaan Material untuk pencatatan dan
pembukuan penerimaan material di bagian keuangan.
· Bagan alir prosedur penerimaan material (Lampiran)
2. Prosedur penerimaan material antar gudang
xliv
Prosedur penerimaan material antar gudang yaitu, prosedur
penerimaan material dari sub unit kerja yang berada dalam suatu
Unit Kerja.
· Fungsi-fungsi yang terkait:
Bagian pembelian
Fungsi pembelian memeriksa daftar permintaan pembelian dan
mencatat persediaan material yang masuk serta menyiapkan
order pembelian.
Bagian gudang
Fungsi gudang menerima dan memeriksa barang atau material
dari rekanan dan menyelesaikan administrasi penerimaan
material.
Bagian perbekalan
Fungsi perbekalan mencatat persediaan ke dalam Kartu
persediaan yang ada di T.U Perbekalan.
Bagian Keuangan
Fungsi Keuangan mencatat persediaan ke dalam Nota
Persediaan di T.U Keuangan serta pemberian harga material.
Bagian pengolahan data
Fungsi pengolahan data memproses data dan melakukan
perhitungan harga rata-rata baru persediaan.
· Dokumen
xlv
- Surat Perintah Kerja (SPK)
SPK merupakan daftar permintaan pembelian yang
digunakan untuk proses pengadaan material.
- Daftar pengantar barang
Daftar pengantar barang digunakan untuk pedoman
penerimaan barang di gudang.
- Form Kode 1 (K1)
Kode 1 untuk bon permintaan barang
- Form TUG 4
Form TUG 4 digunakan untuk berita acara pemeriksaan
barang-barang atau spare parts yang diterima.
· Catatan Akuntansi
- Buku pembelian
Untuk mencatat pembelian material berdasar K1.
- Kartu persediaan (TUG 1)
Kartu persediaan untuk membukukan pemerimaan material
sesuai dengan kelompok material.
- Kartu Gudang (TUG 2)
Kartu gantung sebagai kartu pengenal untuk mempermudah
pengklasifikasiannya dan perhitungannya.
- TUKG 2
Buku Penerimaan Material untuk pencatatan dan pebukuan
penerimaan material di bagian keuangan.
xlvi
· Bagan alir prosedur penerimaan material antar gudang
(lampiran).
3. Prosedur pengembalian material
Prosedur pengembalian material itu, prosedur penerimaan material
dari pengembalian material oleh user atau unit-unit lain.
· Fungsi-fungsi ysng terkait:
Bagian gudang
Fungsi gudang menerima dan memeriksa barang atau material
yang dikembalikan dan menyelesaikan administrasi penerimaan
material.
Bagian Keuangan
Fungsi Keuangan mencatat persediaan ke dalam Kartu
Persediaan di T.U Keuangan serta pemberian harga material.
Bagian pengolahan data
Fungsi pengolahan data memproses data berdasarkan Kode 3
Bagian pemasaran (Distribusi)
Fungsi pemasaran membuat bon pengembalian barang atau
material yang dikembalikan ke gudang
· Dokumen
- Daftar Pengantar Barang (TUG 12)
Daftra pengatar barang digunakan untuk pedoman
penerimaan barang di gudang.
- Form Kode 3 (K3)
Kode 3 untuk bon pengambilan barang
xlvii
- Form TUG 11
Form Kode 11 digunakan untuk daftar mutasi harian
· Cacatan Akuntansi
- Buku pembelian
Untuk mencatat pembelian material berdasar K3
- Kartu persediaan (TUG 1)
Kartu persediaan untuk membukukan penerimaan material
sesuai dengan kelompok material
· Bagan alir prosedur pengembalian material (Lampiran)
b. Sistem Pengeluaran persediaan material
Sistem pengeluaran persediaan material merupakan sistem untuk
menyalurkan atau mendistribusikan material yang sudah ada dalam
persediaan gudang kepada unit PLN yang membutuhkannya, serta
pemakaian oleh sub unit atau unit kerja itu sendiri. Terdapat tiga
prosedur persediaan material, yaitu : Prosedur pengeluaran material
antar gudang, prosedur pengeluaran material untuk pemakaian,
prosedur pengeluaran material untuk perbaikan.
1. Prosedur pengeluaran material antar gudang
Prosedur pengeluaran material untuk memenuhi permintaan dari
unit-unit yang bersangkutan
§ Fungsi-fungsi yang terkait:
Bagian perbekalan
Fungsi perbekalan membuat surat perintah penyerahan
(Delivery Order)
xlviii
Bagian gudang
Fungsi gudang memeriksa dan menyiapkan serta melakukan
pengiriman barang atau material
Bagian Keuangan
Fungsi Keuangan mencatat persediaan ke dalam Nota
Persediaan di T.U Keuangan serta pemberian harga material.
Bagian pengolahan data
Fungsi pengolahan data memproses data berdasar K6
§ Dokumen
- Form TUG 7 (Delivery Order)
Form TUG 7 merupakan surat perintah penyerahan
material kepada user
- Form Kode 6 (K6)
Form Kode 6 adalah Bon pengeluaran material
§ Catatan Akuntansi
- Kartu persediaan (TUG 1)
Kartu persediaan untuk membukukan pengeluaran material
sesuai dengan kelompok material
- TUKG 3
Buku pengeluaran Material untuk pencatatan dan
pembukuan material di bagian keuangan.
§ Bagan alir prosedur pengeluaran material (Lampiran)
xlix
2. Prosedur pengeluaran material untuk pemakaian
Prosedur pengeluaran material untuk pemasangan baru atau
pemeliharaan sendiri.
§ Fungsi-fungsi yang terkait:
Bagian gudang
Fungsi gudang menyerahkan barang, membuat daftar mutasi
harian, dan melakukan pembukuan ke dalam kartu persediaan.
Bagian Keuangan
Fungsi Keuangan mencatat dalam buku pemakaian barang
sesuai daftar mutasi harian dan bon pemakaian
Bagian pengolahan data
Fungsi pengolahan data memproses data berdasar bon
pemakaian (K7)
§ Dokumen
- Form TUG 12
Form TUG 12 merupakan Daftar pengantar barang
- Form Kode 7
Form Kode 7 adalah Bon pemakaian material
- Form TUG 11
Form TUG 11 untuk Daftar Mutasi Harian Persediaan
§ Catatan Akuntansi
- Kartu persedian (TUG 1)
Kartu persediaan untuk membukukan pengeluaran material
sesuai dengan kelompok material.
l
- TUKG 1
Buku Pemakaian Material untuk pencatatan dan
pembukuan pemakaian material di bagian keuangan
§ Bagan alir prosedur pemakaian material (Lampiran)
3. Prosedur pengeluaran material untuk perbaikan
Prosedur pengeluaran material untuk perbaikan, yaitu prosedur
pengeluaran material untuk perbaikan material yang tidak
berfungsi atau rusak.
§ Fungsi-fungsi yang terkait:
Bagian gudang
Fungsi gudang menyerahkan barang, membuat daftar mutasi
harian, dan melakukan pembukuan ke dalam kartu persediaan.
Bagian Keuangan
Fungsi Keuangan mencatat buku pemakaian barang sesuai
daftar mutasi harian dan bon pemakaian
Bagian pengolahan data
Fungsi pengolahan data memproses data berdasar bon
pemakaian (K7)
§ Dokumen
- Form TUG 12
Form TUG 12 merupakan Daftar pengantar barang
- Form Kode 7 (K7)
Form Kode 7 adalah Bon pemakaian barang
li
- Form TUG 11
Form TUG 11 untuk Daftar Mutasi Harian Persediaan
§ Catatan Akuntansi
- Kartu persediaan (TUG 1)
Kartu persediaan untuk membukukan pengeluaran material
sesuai dengan kelompok material.
- TUKG 1
Buku Pemakaian Material untuk pencatatan dan
pembukuan pemakaian material di bagian keuangan
§ Bagian alir prosedur pemakaian material (Lampiran)
c. Sistem Perhitungan Fisik Persediaan Material
1) Prosedur perhitungan fisik persediaan material
Prosedur perhitungan fisik persediaan merupakan prosedur untuk
menghitung fisik persediaan dan menyesuaikan kuantitas dan harga
persediaan material yang ada di gudang.
· Fungsi-fungsi yang terkait :
Bagian gudang
Fungsi gudang menghitung, adjustment dan mengecek
kuantitas dan harga persediaan material di gudang berdasar
kartu persediaan dan daftar mutasi harian.
· Dokumen
- Form TUG 11
Form TUG 11 merupakan daftar mutasi harian
lii
· Catatan Akuntansi
- Kartu gantung (TUG 2)
Kartu gantung digunakan untuk mencatat perhitungan fisik
persediaan serta untuk memberi tanda jenis persediaan yang
telah dihitung dengan cara menggantungkan kartu tersebut
pada tempat penyimpanan material sesuai jenisnya.
Kartu persediaan (TUG 1)
Kartu persediaan dgunakan untuk mencatat adjustment
terhadap data persediaan (kuantitas dan harga total)
2) Jaringan prosedur yang membentuk
a) Prosedur perhitungan fisik
Dalam prosedur ini tiap jenis persediaan material di gudang
dihitung oleh petugas gudang secara independen yang hasilnya
dicatat dalam kartu penghitungan fisik.
b) Prosedur Adjustment
Dalam prosedur ini bagian gudang melakukan adjustment
terhadap data persediaan yang tercantum dalam kartu
persediaan berdasarkan data hasil penghitungan fisik
persediaan material yang tercantum dalam Kartu penghitungan
fisik persediaan material.
· Bagan alir prosedur perhitungan fisik
liii
liv
2. Metode Pencatatan Persediaan Material pada PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta
Ada dua macam metode pencatatan persediaan : metode mutasi
persediaan (prepetual inventory method) dan metode persediaan fisik
(physical inventory method). Dalam metode mutasi persediaan, setiap
mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan. Dalam metode persediaan
fisik, hanya tambahan persediaan dari pembelian saja yang dicatat,
sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian tidak dicatat
dalam kartu persediaan. Untuk mengetahui berapa harga pokok persediaan
yang dipakai atau dijual, harus dilakukan dengan perhitungan fisik sisa
persediaan yang masih ada di gudang pada akhir periode akuntansi. Harga
pokok persediaan awal periode ditambah dengan harga pokok persediaan
yang dibeli selama periode dikurangi dengan harga pokok persediaan pada
akhir periode merupakan harga pokok persediaan yang dipakai selama
periode akuntansi yang bersangkutan.
Metode persediaan fisik adalah cocok digunakan dalam penentuan
biaya bahan baku dalam perusahaan yang harga pokok produknya
dikumpulkan dengan metode harga pokok proses. Metode mutasi persediaan
adalah cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam
perusahaan yang harga pokok produknya dikumpulkan dengan metode
harga pokok pesanan.
Metode pencatatan persediaan yang digunakan pasa PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta adalah metode mutasi persediaan (prepetual
lv
inventory method), karena setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu
persediaan atau setiap keluar masuk persediaan langsung dicatat atau
dibukukan. Dalam melakukan penjurnalan setiap ada penerimaan atau
penambahan persediaan mendebit akun persediaan material., dan jika terjadi
pengurangan atau pengeluaran persediaan mencatat kredit akun persediaan
material.
3. Sistem Pengendalian Persediaan Material pada PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta
Data-data dasar yang diperlukan untuk pengendalian suatu persediaan
material pada PT. PLN adalah :
a. Kecepatan pemakaian setiap jenis material
b. Lead Time atau tenggang waktu setiap pesanan material
Atas dasar dua hal tersebut diatas, dapat disusun atau ditentukan
pengendalian persediaan sesuai dengan :
1) Tingkat persediaan maksimum (Maksimum Stock Level)
Tingkat persediaan maksimum adalah jumlah persediaan yang tertinggi
yang dapat dimilki oleh perusahaan tanpa harus mengganggu rencana
persediaan. Tingkat persediaan maksimum bagi tiap jenis material dapat
ditetapkan sebesar kebutuhan pemakaian untuk 3 sampai dengan 6 bulan
tergantung pada Lead Time bagi tiap jenis material. Besarnya pemakaian
setiap bulan, triwulan atau semester diambil dari catatan atau data
statistik pemakaian material pada periode yang lalu.
lvi
2) Tingkat persediaan pengaman atau minimum (Safety Stock Level)
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah persediaan yang terendah
yang boleh dimiliki oleh perusahaan tanpa mengganggu atau
mempengaruhi rancana operasional perusahaan. Tingkat persediaan
pengaman dimaksudkan untuk mengamankan dari penyimpangan waktu
datangnya kiriman material pesanan tersebut melewati batas waktu yang
diperkirakan atas dasar Lead Time barang tersebut sebelumnya. Tingkat
persediaan pengaman atau minimum ini ditetapkan sama dengan sebesar
perubahan selama lead time.
3) Tingkat pesanan ulang (Recording Level)
Tingkat pemesanan ulang adalah tingkat persediaan dimana perusahaan
harus menempatkan suatu pesanan untuk mengisi kembali persediaannya
untuk tetap mempertahankan tingkat persediaan yang telah ditentukan.
Tingkat pesanan ulang merupakan jumlah sisi persediaan yang besarnya
sama dengan jumlah banyaknya barang yang akan terpakai habis selama
masa pesanan atau lead time, ditambah jumlah sisa persediaan pengaman
atau minimum.
4) Tingkat persediaan penyangga
Tingkat persediaan penyangga adalah jumlah barang yang harus
dicadangkan oleh perusahaan sebagai suatu persiapan apabila terjadi hal-
hal yang diluar perkiraan misalnya kenaikan jumlah pemakaian,
keterlambatan pengeiriman, kenaikan harga dan lain-lain.
lvii
Tingkat maksimum, minimum dan tingkat persediaan penyangga pada
umumnya ditentukan dengan mengembangkan antara kebutuhan dari
operasional dengan biaya penyimpanan (caryying cost) dari persediaan
tersebut. Analisa kecenderungan pemakaian barang tersebut pada waktu-
waktu yang lalu dan hasilnya dikorelasikan dengan kebutuhan untuk
waktu mendatang atau pemakaian yang diperkirakan. Kemudian dihitung
berapa biaya penyimpanan (caryying cost) dari tingkat persediaan yang
telah dihitung tadi. Pada akhirnya dapat ditentukan suatu persediaan yang
dapat memenuhi pihak operasional dan juga kebutuhan pihak keuangan.
Tingkat Persediaan yang optimal
Untuk mencapai kontinuitas dan efektifitas dalam pemenuhan
kebutuhan maka perlu ditentukan tingkat persediaan maksimum dan
tingkat persediaan minimum. Dengan adanya tingkat persediaan minimum
ini diharapkan tidak terjadi kekosongan persediaan sehingga mengganggu
kelancaran operasional.
Ø Tingkat persediaan maximum pada suatu periode, ditentukan dari :
- Kebutuhan sesungguhnya yang diperlukan dalam periode tersebut
(OL – Operating Level)
- Tingkat persediaan minimum yang diperlukan untuk
mempertahankan kontinuitas operasional sewaktu pengadaan
berikut sedang pelaksanaan (RP = Recorder Point).
lviii
- RO = Requirements Objektive (kebutuhan sebenarnya dengan
tujuan mempertahankan kontinuitas).
RO = OL + RP Ø Tingkat persediaan minimum ditentukan dari :
- Lamanya waktu yang diperlukan dari permintaan sampai menerima
barang (Lead Time), yang telah di konversikan dalam satuan
kebutuhan barang (PLT – Procurenment Lead Time).
- Tingkat keamanan (safety level) yang diperlukan untuk kontinuitas
operasional jika terjadi hal-hal diluar kemampuan asumsi
perhitungan yang ada (SL = Safety Level).
RP = PLT + SL
Tingkat persediaan minimum ini dapat dipakai sebagai tingkat pesanan ulang
(Reordering Level = ROL).
Ø Material atau Part yang harus dipesan
Yang dimaksud kebutuhan disini adalah berupa angka yang sebenarnya
yang perlu dipesan atau diadakan lagi pada suatu kondisi tertentu.
Angka kebutuhan yang harus dipesan (QO = Quantity to be Ordered)
ini ditentukan dari :
- Berapa sisa persediaan yang ada pada saat itu (Balance on Hand – BOH).
- Berapa pesanan yang telah disetujui atau telah diorder tetapi belum
masuk (Due IN Stock = DI).
- Berapa jumlah kebutuhan yang terhutang belum dapat dilayani
(Duet Out Stock = DO).
lix
- Berapa jumlah kebutuhan untuk operasional pada suatu periode
pada saat itu (Operating Level).
- Berapa Tingkat persediaan minimum (RP)
QO = (OL + DO) – (BOH + DI).
Setelah didapatkan angka kebutuhan yang harus diadakan atau dibeli,
maka untuk melaksanakan pembeliannya dapat ditempuh :
- Pembelian sekaligus untuk semua kebutuhan.
- Pembelian bertahap.
Dalam pembelian bertahap, maka dapat dicari angka pendekatan,
jumlah optimum setiap tahap pembelian, jumlah ini disebut jumlah
pembelian atau order yang ekonomis (Economic Order Quantity =
EOQ).
Faktor-faktor yang menentukan persediaan material yang wajar atau
layak adalah :
a. Ratio perputaran
Ratio perputaran persediaan adalah merupakan tolok ukur dari
produktivitas dana, dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ratio = Jumlah pemakaian dalam 1 tahun × 1 tahun
Rata-rata persediaan dalam 1 tahun
Makin tinggi ratio perputaran, makin tinggi produktivitas dana.
b. Lead Time
lx
Faktor ini yaitu tenggang waktu antara saat penyerahan kontrak pesanan
PLN dengan saat penyerahan barang digunakan pada pemakai barang.
c. Pengaman persediaan
Pengaman persediaan adalah faktor yang merupakan faktor dominan
yang menentukan besar kecilnya persediaan yang akan diusahakan.
Menentukan Tingkat persediaan
Pedoman-pedoman yang dapat digunakan untuk melakukan penentuan
tingkat persediaan material adalah bagaimana memberikan jawaban dari
pertanyaan tersebut di bawah ini :
o Berapa banyak barang yang harus disediakan perusahaan di dalam
persediaannya ? (tingkat maksimum dan minimum).
o Kapan perusahaan harus membeli material atau part tersebut ? (titik
pemesanan ulang)
o Berapa banyak barang yang harus dipesan oleh perusahaan ? (banyaknya
pesanan).
BAB III TEMUAN
lxi
Berdasarkan evaluasi sistem pengendalian persediaan material pada
PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dapat ditemukan beberapa kelebihan dan
kelemahan.
A. Kelebihan
1. Dalam prosedur penerimaan material bagian pemasaran, bagian
pembelian, bagian gudang, bagian perbekalan, dan bagian akuntansi
(Keuangan) sudah terpisah. Pemisahan fungsi ini mengurangi resiko
kesalahan mencatat bertambahnya persediaan.
2. Bagian gudang (penerimaan material), bagian pembelian, bagian akuntansi
(Keuangan) dalam prosedur pengeluaran barang atau material sudah
terpisah. Hal ini untuk mengurangi resiko kealahan mencatat berkurangnya
persediaan.
3. Adanya pelaksanaan pemeriksaan material yang diterima oleh gudang
(bagian penerimaan) oleh tim pemeriksa. Hal ini untuk mengurangi
kesalahan penerimaan jumlah material yang diterima serta mutu barang
atau material tersebut.
4. Pencatatan ke dalam Buku pembelian (Jurnal pembelian), Kartu persediaan
berdasarkan Laporan (Bon) Penerimaan material.
5. Pencatatan ke dalam Buku pengeluaran material, delivery order
berdasarkan pada bon pengeluaran material. 49
lxii
6. Proses pembuatan laporan penerimaan dan pengeluaran material dilakukan
secara dua tahap, yaitu proses pembuatan laporan dengan mesin komputer
dan proses pembuatan laporan secara manual.
7. Dalam setiap tahunnya disusun Rapat Rencana Anggaran Tahunan (RAT)
sebagai pemicu untuk kinerja PT. PLN (Persero) APJ Surakarta.
8. Adanya pemisahan jenis dokumen yang digunakan untuk laporan
penerimaan dan pengeluaran material yang berbeda asal dan kegunaannya.
9. Adanya monitoring di setiap bagian-bagian yang terkait dalam proses
tersebut. Sehingga di setiap bagian dapat mengetahui keadaan dan jumlah
material yang ada di gudang.
B. Kelemahan
1. Dalam perhitungan fisik di gudang tersebut tidak dibuat laporan
perhitungan fisik hanya dicantumkan pada kartu gantung.
2. Kurangnya petugas di bagian gudang yang dapat mengakibatkan terjadi
kesalahan dalam pengecekan atau perhitungan persediaan material.
3. Masih adanya pihak-pihak yang melakukan tindak penyalahgunaan
material yang sudah terpasang, dengan mengambil material di luar
ketentuan untuk menutup sisa material yang kurang di gudang.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
lxiii
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan temuan pada bab sebelumnya, Penulis dapat
memberi kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem akuntansi persediaan pada PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
terdiri dari pencatatan yang berasal dari penerimaan persediaan material
dari rekanan, penerimaan material antar unit, pengeluaran persediaan
material dari pemakaian, pengeluaran material antar unit-unit yang
bersangkutan, pencatatan penerimaan persediaan karena adanya retur.
2. PT. PLN (Persero) APJ Surakarta mempunyai gudang yang belum
maksimal karena ketidaksesuainya kapasitas atau daya tampung
persediaan material terhadap kuantitas persediaan material yang ada di
gudang, sehingga petugas gudang kesulitan menata dan
mengklasifikasikan material dengan baik.
3. Bagian-bagian yang terkait dalam sistem akuntansi persediaan sudah
terpisah namun terdapat tugas pekerjaan pokok dan tugas pekerjaan
bersama yang harus dilakukan oleh masing-masing bagian.
4. Pencatatan persediaan dilaksanakan dengan metode prepetual dimana
penerimaan (pembelian) dan penjualan tidak dicatat ke rekening
pembelian tapi dicatat ke dalam rekening persediaan material dan
pengeluaran material.
5. Setiap mutasi persediaan dicatat langsung oleh petugas bagian gudang,
sehingga ini memerlukan ketelitian karena petugas administrasi di bagian
gudang masih dipegang oleh satu orang.
51
lxiv
6. Penilaian persediaan pada PT. PLN (Persero) APJ Surakarta dilakukan
dengan metode rata-rata tertimbang untuk material cadangan dan untuk
material PDP dan material pemeliharaan sesuai harga pembelian.
Perusahaan juga menggunakan metode first-in, first-out (FIFO) untuk
pengeluaran materialnya dengan mempertimbangkan material yang dibeli
pertama belum habis tidak boleh menggunakan atau mengeluarkan
material yang baru dibeli.
7. Perhitungan fisik persediaan dilakukan sesuai kebijakan kepala gudang,
setiap tiga bulan sekali, setiap semester, maupun tiap tahun.
8. Sistem pengendalian persediaan pada PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
cukup efektif dan efisien karena sudah terdapat pemisahan fungsi yang
terkait dalam sistem akuntansi persediaan, diterapkannya sistem otorisasi,
buku pembelian (jurnal pembelian), buku pemakaian material, dan kartu
pesediaan.
9. Sistem pengendalian persediaan pada PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
menggunakan metode min-max, pesanan ulang, pengamanan (security),
dan penyangga.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan kesimpulan pada bab-bab sebelumnya,
penulis dapat memberikan saran dan rekomendasi sebagai berikut :
1. Sebaiknya bagian gudang dan bagian penerimaan barang tidak dijadikan
satu meskipun dalam pelaksanaannya bagian gudang dibantu oleh petugas
gudang lain karena bagian gudang berfungsi untuk menyimpan dan
lxv
mengeluarkan barang yang ada di gudang sedangkan bagian penerimaan
barang berfungsi dari pemasok. Namun hal ini diawali dengan
mengoptimalkan gudang yang masih belum optimal.
2. Bagian-bagian yang terkait dalam sistem akuntansi persediaan sebaiknya
terpisah baik tugas maupun personilnya.
3. Dalam perhitungan fisik sebaiknya dibuatkan laporan atau daftar tersendiri
mengenai perhitungan fisik untuk bagian gudang sehingga mempermudah
penghitungan dan pengecekan material secara langsung.
4. Dalam pengerjaan administrasi di gudang sebaiknya dilakukan pembagian
tugas dan penyesuaian jumlah pegawai sehingga pengerjaannya lebih
optimal.
5. Sebaiknya diadakan pengecekan atau pengawasan terhadap material yang
sudah terpasang atau digunakan, hal ini untuik mencegah penyalahgunaan
material.
6. Sebaiknya mempertimbangkan percepatan penghapusan material yang
sudah tidak terpakai atau rusak, karena hal ini menimbulkan biaya
penyusutan yang besar bagi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Jusup, Al. Haryono, 1999, Dasar-Dasar Akuntansi, Jilid 2, Edisi 5, Bagian penerbitan STIE YKPN : Yogyakarta
lxvi
Baridwan, Zaki. 1998. Sistem Akuntansi dan Teknik Analisis. Yogyakarta: BPFE UGM
Bodnar H George and Wiliiam S. Hopwood, 1995, Accounting Information
System, Edisi 6, Salemba Empat : Jakarta Handout. 1988. Pusdiklat PT. PLN (Persero), Jakarta Ikatan Akuntansi Indonesia, 1999 PSAK, Jakarta: Salemba Empat Kieso, Donald E and Jerry J. Weygant, 2001, Intermediate Accounting, John
Weley dan sons : New York Mulyadi. 1997. Sistem Akuntansi. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN