1
2
Pakar perkotaan dunia memprediksikan penduduk wilayah urban akan meningkat
hingga 60% pada tahun 2020 hingga 2025. Hal ini disebabkan oleh kota yang seakan men-
jadi magnet bagi masyarakat yang memberi harapan dan kesempatan akan penghidupan
yang lebih baik. Urbanisasi adalah hal yang tidak bisa dibendung. Peningkatan jumlah
penduduk di perkotaan akan sejalan dengan peningkatan kebutuhan akan lahan, padahal
keterseidaannya sangat terbatas. Seiring dengan berkurangnya luas lahan di perkotaan,
harga lahan semakin mahal. Keadaan ini menyebabkan terjadinya persaingan dalam
mendapatkan lahan dan menyisakan permukiman kumuh di lahan—lahan sisa. Bukan be-
rarti hanya pendatang baru yang tak bisa mengakomodasi harga lahanlah yang menempati
permukiman kumuh. Sebaliknya, permukiman lama juga seiring berjalannya waktu
mengalami penurunan kualitas dan bertransformasi menjadi permukiman kumuh.
Seperti kota-kota lainnya yang menjadi pusat pertumbuhan bagi wilayah
sekitarnya, Kota Surakarta adalah salah satu kota di Indonesia yang mengalami dampak
dari arus urbanisasi serta pesatnya pembangunan. Keadaan tersebut menyebabkan Kota
Surakarta juga menghadapi permasalahan permukiman kumuh. Keunikan dari fenomena
permukiman kumuh di Kota Surakarta adalah sebagian besar permukiman tersebut
bukan ada dan dibangun oleh penduduk pendatang seperti pada umumnya. Selain
ditemukan menyebar dan membaur dengan permukiman baru kota. Luasan permuki m a n
latarbelakang kumuh paling besar di Kota Surakarta terdapat di bantaran sungai serta jalur kereta api.
Salah satu luasan permukiman kumuh terbesar ditemukan disepanjang Kali Pepe yang
membentang kurang lebih lima kilometer dari Kelurahan Sangkrah di bagian timur hingga
Kelurahan Gilingan di ujung barat.
Kali Pepe adalah sungai yang bersejarah bagi Kota Surakarta. Sungai ini dalam
sejarah kota diingat sebagai alasan berdirinya Kota Surakarta, yaitu pertemuan dua sungai;
Kali Pepe dan Bengawan Solo. Selama masa belum dikenalnya transportasi darat, Kali
Pepe berperan besar dalam mengakomodasi mobilitas kota. Mulai dari transportasi barang
yang menyuplai pasar-pasar, serta transportasi manusia. Semenjak tren transportasi darat
dan perkembangan teknologi kendaraan bermotor, transportasi sungai mulai ditinggalkan
dan pada akhirnya dilupakan. Dalam mengusung motto pembangunan Kota Surakarta
yang berbunyi “Solo masa lalu adalah Solo masa depan” pemerintah Kota Surakarta
bertekad mengembalikan Kali Pepe menjadi ikon sejarah kota. Sungai yang membelah
Kota Surakarta mejadi dua bagian ini diharapkan mampu menjadi motor penggerak
ekonomi masyarakat lokal dan pariwisata kota jika dioptimalkan dengan baik. Mengembali-
kan masa kejayaan Kali Pepe saat ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi yang
inovatif bagi penyelesaian permasalahan permukiman kumuh di Bantaran Kali Pepe.
3
programpenanganan P E R M U K I M A N K U M U H K A L I P E P E
wisata sungai
kali pepe
partisipasi masyarakat Keseluruhan proses dari pelaksanaan program—program
penanganan permukiman kumuh di bantaran Kali Pepe
menggunakan prinsip “berbasis masyarakat” dimana
masyarakat dapat menyampaikan aspirasi, kritik, dan
pertanyaan terhadap perencanaan yang akan dilakukan
pemerintah. Beberapa program juga menggunakan
metode pemetaan dengan masyarakat sehingga data yang
digunakan untuk perencanaan adalah data yang valid.
rumah susun
Program rumah susun Kali Pepe terletak di Jl.
RM Said & Keprabon. Rumah susun ini merupa-
kan bentuk penanganan in—situ. Proses
pelaksanaan program tersebut melalui tahap :
1 S O S I A L I S A S I A W A L Pada tahap ini dilakukan perkenalan
dengan pihak pemerintah, survey awal,
serta penggalian potensi & masalah.
2 P E M E E T A A N O L E H W A R G A Pemetaan dengan warga mencakup aspek
fisik, lingkungan, sosial sehinga didapatkan
data yang akurat.
3 S O S I A L I S A S I H A S I L P E M E T A A N
Sosialisasi dilakukan untuk menjelaskan
tindak lanjut perencanaan rusun.
kampung deret
Kampung Deret terletak pada Kampung
Pringgading, Kelurahan Setabelan. Program ini
mengutamakan SWADAYA MASYARAKAT
dalam proses pembangunan rumah. Tahap
program ini meliputi :
Mengidentifikasi
Masyarakat
Berpenghasilan
Rendah
1 Rembug Warga
(Diskusi) RAB, &
Desain
Bersama Lurah
2
(1) Menyusun
Proposal
Mangkunegaran
(2) Mendapat
Palilah, (3)
Menyusun DED
3 Fasilitasi IMB,
Pembiayaan
Konstruksi,
Penyediaan
SPBM & MCK
4
Proses
Konstruksi Oleh
Masyarakat
5
Perbaikan dan perawatan infrastruktur
lingkungan dilakukan pada seluruh bagian
kawasan permukiman kumuh Bantaran Kali
Pepe dari hulu ke hlir. Perbaikannya
infrastruktur lingkungan meliputi:
perbaikan infrastruktur
pengadaan
MCK Komunal
pengadaan
sumur pompa
Pengadaan instalasi
pengolah air limbah
Pengadaan jalan paving
& jalur pedestrian
Pemerintah Kota Surakarta
menggagas Kali Pepe menjadi
salah satu objek wisata Kota
Surakarta di masa yang akan
datang. Konsep wisata ini akan
mengembalikan fungsi Kali Pepe
di masa lampau yaitu jalur
transportasi air. Diharapkan
pengembangan wisata ini dapat
b e r d a m p a k p o s i t i f b a g i
masyarakat sekitar.
4
permasalahan
Meski program penataan Kali Pepe telah berjalan
dengan baik, namun dalam mewujudkan Kali Pepe
yang bebas permukiman kumuh pada tahap selan-
jutnya masih menghadapi kendala berupa :
Tidak akuratnya data yang digunakan
dalam perencanaan penanganan
permukiman kumuh Kali Pepe
SK Walikota Surakarta No. 032/97-C/1/2014 tentang
Penetapan Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh
di Kota Surakarta telah disahkan pada 12 Desember
2014 yang kemudian dijadikan dasar perencanaan dan
pelaksanaan program—program penanganan
permukiman kumuh di Kota Surakarta sebagai
pendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional bidang Cipta Karya s.d tahun 2019, termasuk
di dalamnya Kali Pepe. Namun dalam perjalanannya
dalam koordinasi dengan Kementrian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, Dinas Pekerjaan Umum Kota
Surakarta mengalami kendala keakuratan data lokasi
dan luasan permukiman kumuh.
P E N A N G A N A N P E R K I M K U M U H
K A L I P E P E
5
K R I T E R I A P E R M U K I M A N K U M U H
reviewpedoman & teoriterkait
Perbandingan pedoman penentuan (kriteria) permukiman kumuh Kementrian
Pekerjaan Umum yang digunakan untuk menentukan permukiman kumuh di
sepanjang Kali Pepe dan teori terkait dilakukan untuk melihat tingkat
kesesuaiannnya dengan teori. Diharapkan dengan melakukan review ini
didapatkan kriteria yang lebih spesifik untuk penetapan kawasan permukiman
kumuh serta data yang dihasilkan menjadi lebih komprehensif bagi dasar
perencanaan.
K R I T E R I A K E A D A A N B A N G U N A N
1. Kumuh bangunan
meliputi bangunan
mudah dipindah dan
dibangun dengan
material seadanya.
2. Kumuh turunan meli-
puti rumah—rumah
lama (berlokasi di
tempat yang sah di
kota) yang kondisinya
semakin memburuk.
3. Kumuh in site project
meliputi bangunan
yang diperluas dari
bangunan aslinya.
Jenis material atap,
lantai dan dinding
tidak memenuhi
persyaratan
kesehatan. Misalnya
lantai masih tanah
atau dinding atau
atap terbuat dari
dedaunan, tidak
dapat menahan hujan
dan terik matahari,
serta sirkulasi tata
udara tidak sehat.
Dalam mengidentifikasi
material pembentuk
bangunan di per-
mukiman kumuh, kriteria
yang digunakan telah
spesifik. Namun kriteria
tersebut belum memper-
hatikan bahwa terdapat
jenis—jenis lain dari
permukiman kumuh
seperti permukiman
lama yang bangunannya
secara material layak,
tetapi karena sudah
berumur tua menjadi
lapuk dan tidak layak
untuk dihuni.
K R I T E R I A L U A S B A N G U N A N
Keadaan rumah pada
permukiman kumuh
terpaksa dibawah standar,
rata-rata 6 m2/orang
Rumah tidak
memenuhi luas lantai
per kapita > 7,2 m2.
(MDGs)
Terdapat perbedaan
ketentuan luas rumah
y a n g d i i n d i k a s i
sebagai permukiman
kumuh.
K R I T E R I A K E T E R A T U R AN B A N G U N A N
Tata bangunan sangat
tidak teratur dan
bangunan-bangunan pada
umunya tidak permanen
dan malahan banyak
sangat darurat.
K e t i d a k t e r a t u r a n
bangunan dilihat dari
orientasi, ukuran dan
bentuk, sebagai contoh: 1. Bila orientasi bangunan
berbeda-beda antara
satu dengan yang lain,
m i s a l n y a t i d a k
menghadap jalan, mem-
belakangi sungai, dll
2. Bila orientasi bangunan
cenderung menghambat
pelayanan PSD Per-
mukiman karena ter-
hadang oleh bangunan
lainnya (ketidakserasian
pola blok hunian dan
sarana )
3. Bila bangunan hunian
berdiri diatas lahan
d e n g a n t o p o g r a f i
kemiringan melebihi 15%
4. Bila jaringan jalan
berkelok-kelok tidak
menandakan struktur
dan arah akses yang
jelas
5. Bangunan berdiri diatas
lahan kawasan lindung
(catchment area), dae-
rah buangan limbah
pabrik, diatas lahan rawa
tanpa pertimbangan
syarat ekologis, lahan
bantaran sungai, lahan
dibawah jaringan listrik
tegangan .
Kriteria yang digunakan
cukup spesifik.
Teori Kriteria Perkim Kumuh Kali Pepe
Analisis
6
K R I T E R I A P E R M U K I M A N K U M U H
reviewpedoman & teoriterkait
K R I T E R I A A K S E S I B I L I T A S P R A S A R A N A J A L A N
Jalan-jalan sempit tidak
dapat dilalui oleh
kendaraan roda empat,
karena sempitnya, kadang
-kadang jalan ini sudah
tersembunyi dibalik atap-
atap rumah yang sudah
bersinggungan satu sama
lain.
1.Jangkauan pelayanan
jaringan jalan ditentukan
dengan melihat jaringan
jalan di dalam lokasi kajian,
bila ada bagian dalam
lokasi yang tidak terlayani
maka cakupan layanan
jaringan jalan belum
memadai.
2.Kemudahan pencapaian
(ak s es ib i l i t as ) , j a l an
permukiman yang mem-
berikan rasa aman, nyaman
bagi pergerakan pejalan
kaki, pengendara sepeda
dan pengendara bermotor
dengan ketersed iaan
prasarana pendukung jalan
(co. perkerasan, drainase,
trotoar, rambu, lansekap,
dll)
3.Jalan yang dimaksud
a d a l a h j a l a n y a n g
menghubungkan int ra
perumahan dalam satu
satuan permukiman, se-
hingga memungkinkan
terjadinya sirkulasi lalu-
lintas orang dan kendaraan
secara aman dan sekaligus
mendukung terciptanya
perumahan yang layak,
sehat, aman, dan nyaman
4. Diidentifikasi juga kondisi
jalan sehingga dapat
diketahui tingkat kerusa-
kannya.
Kriteria permukiman
kumuh berdasarkan
aksesibilitas jalan tergo-
long spesifik. Hanya saja
perlu diidentifikasi lebar
jalan yang pasti untuk
m e m u d a h k a n
identifikasi.
K R I T E R I A A I R B A K U
Fasilitas penyediaan air
bersih sangat minim,
memanfaatkan air sumur
dangkal, air hujan atau
membeli secara kalengan.
1. Kebutuhan pelayanan
air baku ditentukan
dengan penggunaan
air oleh individu dalam
rumah tangga untuk
minum/konsumsi, man-
di, dan cuci minimal 60
liter per orang per hari.
2. Kualitas air baku terlin-
dungi d i tentukan
dengan melihat kondisi
sumber air yang terse-
dia, yaitu kondisi
warna, kondisi bau
dankondisi rasa.
3. Sumber air baku yang
tidak memenuhi di-
maksud berasal dari
non perpipaan seperti
air permukaan dan air
tanah/sumur tidak
terlindungi.
Kriteria yang digunakan
tergolong s p e s i f i k.
K R I T E R I A D R A I N A S E
Fasilitas drainase sangat
tidak memadai, dan
bahkan biasa terdapat
jalanjalan
tanpa drainase, sehingga
apabila hujan kawasan ini
dengan mudah akan
tergenang oleh air.
Kondisi drainase ditentukan
dengan melihat genangan
pada lokasi permukiman.
Apakah di lokasi kajian terjadi
genangan dengan:
1. tinggi lebih dari 30 cm
(setinggi betis dewasa);
2. selama lebih dari 2 jam;
3. terjadi lebih dari 2 kali
setahun.
4. Apabila genangan yang
terjadi tidak lebih dari
ketiga hal tersebut, maka
masih dalam batasan
toleransi.
Kriteria permukiman
kumuh berdasarkan
penilaian drainage
tergolong spesifik.
Hanya saja perlu
diidentifikasi lebar
drainase yang pasti
untuk memudahkan
identifikasi.
Teori Kriteria Perkim Kumuh Kali Pepe
Analisis
Adanya tingkat frekuensi
dan kepadatan volume
yang tinggi dalam
penggunaan ruang-ruang
yang ada di pemukiman
kumuh sehingga
mencerminkan adanya
kesemrawutan tata ruang
dan ketidakberdayaan
ekonomi penghuninya.
Fasilitas kekotaan secara
langsung tidak terlayani
karena tidak tersedia. Na-
mun karena lokasinya dek-
at dengan permukiman
yang ada, maka fasilitas
lingkungan tersebut tak
sulit mendapatkannya.
7
K R I T E R I A P E R M U K I M A N K U M U H
reviewpedoman & teoriterkait
K R I T E R I A P R A S A R A N A L I M B A H
Fasilitas pembuangan air
kotor/tinja sangat minim
sekali. Ada diantaranya
yang langsung membuang
tinjanya ke saluran yang
dekat dengan rumah.
Persyaratan teknis air
limbah ditentukan dengan
melihat apakah sistem
pengelolaan air limbah
pada lokasi tidak memenuhi
pe rsy a ratan s ebaga i
berikut:
1. Kloset leher angsa
terhubung dengan
septik tank, atau
2. Sistem pengolahan
komunal atau terpusat
(Septik tank/ MCK
Komunal).
Kriteria yang digunakan
cukup spesifik.
K R I T E R I A P E R S A M P A H A N
Fasilitas kekotaan secara
langsung tidak terlayani
karena tidak tersedia. Na-
mun karena lokasinya dek-
at dengan permukiman
yang ada, maka fasilitas
lingkungan tersebut tak
sulit mendapatkannya.
Sistem persampahan
pada lokasi tidak
memenuhi ketentuan
dengan melihat sistem
pengangkutan
sampah skala ling-
kungan (Gerobak/
Angkutan Sampah)
dengan frekuensi
pengangkutan
sampah dua kali
seminggu.
Kriteria yang digunakan
tergolong s p e s i f i k.
Teori Kriteria Perkim Kumuh Kali Pepe
Analisis
Sampah adalah limbah
yang bersifat padat yang
berasal dari
zat organik dan anorganik
yang dianggap tidak
berguna lagi dan harus
dikelola agar tidak
menganggu lingkungan
K R I T E R I A K E P A D A T A N B A N G U N A N
Adanya tingkat frekuensi
dan kepadatan volume
yang tinggi dalam
penggunaan ruang-ruang
yang ada di pemukiman
kumuh sehingga
mencerminkan adanya
kesemrawutan tata ruang
dan ketidakberdayaan
ekonomi penghuninya
Kepadatan tinggi bangunan
ditentukan dengan jumlah unit
bangunan terhadap satuan luas
(ha).
Kota Metro & Kota Besar
1. Kepadatan Bangunan
tinggi (>350 Unit/Ha)
2. Kepadatan Bangunan
sedang (250 - 300 Unit/
Ha)
3. Kepadatan Bangunan
rendah (<250 Unit/Ha)
Kota Sedang & Kota Kecil
1. Kepadatan Bangunan
tinggi (>250 Unit/Ha)
2. Kepadatan Bangunan
sedang (200 - 250 Unit/
Ha)
3. Kepadatan Bangunan
rendah (<200 Unit/Ha)
Kriteria yang digunakan
cukup spesifik.
8
K R I T E R I A P E R M U K I M A N K U M U H
reviewpedoman & teoriterkait
Kriteria yang digunakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta memang
sesuai dengan Kementrian Pekerjaan Umumu & Perumahan Rakyat yang
memfokuskan penetapan berdasarkan kriteria fisik. Namun pada fakta lapangan
diperlukan pemahaman terhadap dimensi non—fisik seperti dimensi sosial dan
ekonomi masyarakat. Hal tersebut akan bermanfaat dalam perencanaan ter-
hadap permukiman kumuh agar lebih tepat sasaran. Berikut adalah kriteria non-
fisik yang berhasil dihimpun :
K R I T E R I A K E P A D A T A N P E N D U D U K
“Penduduk sangat padat antara 250-400 jiwa/
Ha. Bahkan Kepadatan nyata diatas 500 jiwa/ha
untuk kota besar dansedang, dan diatas 750
jiwa/ha untuk kota metropolitan.”
(Sinulingga, 2005)
Kriteria kepadatan penduduk dapat mengidentifikasi tipologi dari permukiman
kumuh serta penting untuk diperhatikan karena mempengaruhi tingkat urgensi
penanganan. Semakin padat penduduk di suatu kawasan permukiman kumuh
maka tingkat urgensi penanganannya lebih meningkat. Kriteria ini juga
bermanfaat untuk mengetahui kebutuhan dan ketersediaan sarana dan prasa-
rana lingkungan yang dibutuhkan.
K R I T E R I A L A T A R B E L A K A N G E K O N O M I
“Sebagian besar penghuni permukiman kumuh
adalah mereka yang bekerja di sektor informal
ataumempunyai mata pencaharian tambahan di
sektor informal.”
(Supardi Suparlan)
Mengidentifikasi latar belakang ekonomi diperlukan untuk mengetahui
kebutuhan masyarakat yang akan menjadi prioritas penanganan secara
spesifik. Misalnya apabila penduduk tergolong sangat miskin namun ternyata
memiliki skill pembuatan kerajinan tertentu, maka dalam penanganan
permukiman kumuh dan usaha meningkatkan taraf ekonomi masyarakat
permukiman kumuh dapat dilakukan pelatihan skill dan sebagainya.
Dengan mengidentifikasi latar belakang ekonomi juga dapat diketahui
preferensi lokasi masyarakat permukiman kumuh. Misalnya jika masyarakat
memilih tinggal di kawasan tersebut karena lokasinya yang dekat dengan tem-
pat kerja, maka dalam penanganannya akan berbeda; misalnya seharusnya
dibangun rusun di kawasan yang sama karena jika tidak mereka harus menge-
luarkan biaya yang mahal untuk biaya transportasi ke tempat kerja.
K R I T E R I A L E G A L I T A S L A H A N
“Pemilikan hak atas lahan sering ilegal, artinya
status tanahnya masih merupakan tanah negara
dan para pemilik tidak memiliki status apa-apa.
Kriteria kepemilikan lahan perlu untuk diidentifikasi karena dapat menjadi ben-
tuk perbedaan penanganan antara permukiman kumuh yang legal dengan
yang illegal. Misalnya jika legal maka prioritas penanganan langsung kepada
peningkatan kualitas lingkungan, namun jika illegal maka penanganan priori-
tasnya dapat berbentuk pemberian hak milik atau relokasi.
K R I T E R I A L A T A R K E S E S U A I A N D E N G A N
R E N C A N A P E N A T A A N R U A N G
Kesesuaian dengan kebijakan penataan ruang perlu untuk diperhatikan karena
akan mempengaruhi bentuk penanganan permukiman kumuh. Misalnya apabila
permukiman kumuh ternyata terletak pada guna lahan kawasan lindung seperti
sempadan sungai yang rawan terhadap banjir maka semestinya dapat
dipindahkan demi kebaikan masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman
kumuh tersebut dan bagi masyarakat kota.
9
P R O F I L
P E R M U K I M A N K U M U H
K A L I P E P E
10
karakter P E R M U K I M A N K U M U H K A L I P E P E
S. K A L I P E P E
S. K A L I P E P E
1
2
S E J A R A H P E M B E N T U K A N
P E R M U K I M A N K U M U H K A L I P E P E
Gambar (1) menjelaskan Kali Pepe pada masa lampau yang pada awalnya
merupakan jalur transportasi di zaman penjajahan Belanda, maka disepan-
jang jalan muncul permukiman. Beberapa permukiman masyarakat ini
bahkan memiliki relasi dengan Keraton Kasunanan & Mangkunegaran di-
mana masyarakatnya merupakan abdi dalem yang ditugaskan untuk
magersari (merawat tanah milik kerajaan).
Gambar (2) menjelaskan kondisi permukiman kumuh di sepanjang Kali Pepe
saat ini. Permukiman kumuh yang ada merupakan permukiman lama dimana
hampir seluruh penduduknya adalah penduduk yang telah turun temurun
tinggal di kawasan tersebut. Hanya seiring berjalannya waktu dan pesatnya
pembangunan kota, banyak tanah yang berpindah hak milik dan berubah
menjadi permukiman modern.
1
2
Permukiman lama
Permukiman modern
Gambar ilustrasi pembentukan permukiman kumuh Kali Pepe
Lia Sparingga (2015), sumber wawancara terhadap warga.
K A R A K T E R U M U M
P E R M U K I M A N K U M U H K A L I P E P E
karakter hunian karakter lingkungan
1110
P E R M U K I M A N K U M U H
K A L I P E P E
L E G E N D A
Sungai
Rel Kereta Api
Jalan Arteri Primer
Jalan Kolektor Primer
Jalan Lokal
Jalan Setapak
Delineasi Kumuh Baru
Delineasi Kumuh Lama
Bangunan
Wilayah Kelurahan
L E G E N D A
Sungai
Rel Kereta Api
Jalan Arteri Primer
Jalan Kolektor Primer
Jalan Lokal
Jalan Setapak
Delineasi Kumuh Baru
Delineasi Kumuh Lama
Bangunan
Wilayah Kelurahan
12
L E G E N D A
Sungai
Rel Kereta Api
Jalan Arteri Primer
Jalan Kolektor Primer
Jalan Lokal
Jalan Setapak
Delineasi Kumuh Baru
Delineasi Kumuh Lama
Bangunan
Wilayah Kelurahan
P E R K I M K U M U H
K E L U R A H A N
S A N G K R A H
K U M U H
S E D A N G
PROFIL
MASALAH
Perbedaan delineasi disebabkan
bahwa beberapa bagian telah beru-
bah menjadi perkim modern. Namun
di bantaran sungai masih dapat
ditemukan permukiman kumuh.
L E G E N D A
Sungai
Rel Kereta Api
Jalan Arteri Primer
Jalan Kolektor Primer
Jalan Lokal
Jalan Setapak
Delineasi Kumuh Baru
Delineasi Kumuh Lama
Bangunan
Wilayah Kelurahan
Sangkrah masih menghadapi permasala-
han lingkungan; Hampir 60% kondisi
jalan masih kurang baik, drainase yang
tidak berfungsi, dan masih adanya rumah
semi-permanen. Sebagian masyarakatnya
masih bekerja di sektor informal.
Kelurahan ini juga memiliki sebaran IKRT
dan heritage sites berupa Stasiun Kota
yang dapat dijadikan potensi.
11
1312
1413
1514
1615
1716
1817
1918
2019
2120
2221
2322
2423
2524
2625
2726
28
K E S I M P U L A N
Dari analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat beberapa
kriteria quick count yang kurang mendalam terutama dalam dimensi sosial
dan ekonomi. Dalam mengidentifikasi permukiman kumuh perlu adanya
perhatian khusus terhadap latar belakang ekonomi dan sosial serta legali-
tas dan kebijakan penataan ruang karena hal tersebut akan mempengaruhi
bentuk dan prioritas penanganan. Disamping itu perlu adanya perhatian
khusus pada tipologi permukiman kumuh yang juga akan berimplikasi pada
perbedaan bentuk dan prioritas penanganan.
R E K O M E N D A S I
Dari kegiatan pendataan dan pemetaan kawasan kumuh di Kelurahan
Sepanjang Kali Pepe Kota Surakarta, memberikan gambaran perencanaan
dalam penataan kawasan dan pemenuhan kebutuhan penaggulangan kem-
iskinan Pemerintah daerah Kota Surakarta. Dari analisa yang telah dil-
akukan terhadap data- data pada Kelurahan-kelurahan tersebut dapat
disimpulkan bahwa diperlukan adanya kriteria-kriteria yang lebih spesifik
dan komprehensif. Adanya quick count memang mempermudah hasil yang
nantinya didapatkan berdasarkan survey. Akan tetapi quick count tersebut
tidak mewakili karakteristik kawasan yang berbeda-beda tersebut. Kompre-
hensifitas kriteria-kriteria harus dipertimbangka, bukan hanya kriteria fisik
saja. Misalnya Kriteria mengenai keadaan social, keadaan budaya, dan
keadaan ekonomi dapat dijadikan tolak ukur yang lain. Dengan adanya
kriteria-kriteria non fisik tersebut diharapkan mampu mewakili karakteristik
masing-masing kawasan secara komprehensif. Setiap wilayah memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, begitu pula isu-isu yang berkembang.
Jika dilihat berdasarkan karakteristik dan isu-isu yang berkembang pada
suatu wilayah tersebut diharapkan hasil yang didapatkan lebih akurat dan
mewakili isu-isu yang terdapat didalam kawasan tersebut.
29
P O T E N S I
K A L I P E P E
Pemerintah Kota Surakarta memiliki agenda besar
terhadap pengembangan Kali Pepe di masa yang akan
datang. Salah satunya sebagai pariwisata air. Sebagai
sungai yang memiliki nilai historis, Kali Pepe memiliki
berbagai potensi yang dapat dioptimalkan dan
dikembangkan untuk mewujudkan agenda pemerintah
dan disisi lain dapat membawa peningkatan taraf hidup
yang baik bagi masyarakat, terutama yang bermukim di
sekitar Kali Pepe. Melalui penelusuran yang dilakukan di
sepanjang sungai, ditemukan dua potensi utama yang
dominan; home—industry dan sebaran bangunan cagar
budaya yang dapat diintegrasikan dengan agenda
pemerintah.
30
1. STASIUN
SANGKRAH
Stasiun ini ber-
fungsi sebagai
penghubung
dengan jalur
Wonogiri serta
pemberhentian
kereta wisata
Jalardara
2. K A W A S A N
T I T I K N O L P a d a k a w a s a n i n i
terdapat beberapa seba-
ran BCB yang menjadi ikon
Kota Solo berupa Pasar
Gede, Vihara Tiong Ting,
Vastenburg, Gedung BI
Lama , Kawasan Lojiwetan,
dan Gereja St. Antonius.
3. PURA
MANGKUNEGARAN Pura Mangkunegaran
merupakan salah satu
pusat kebudayaan di Kota
Surakarta.
4. MONUMEN 45
BANJARSARI Selain taman kota, pada
kawasan ini banyak
ditemukan bangunan ko-
lonial (indische houses)
5. P O N T E N Ponten merupakan toilet
umum masyarakat pen-
inggalan Mangkunegaran,
bangunan ini merupakan
BCB
6. STASIUN BALAPAN Selain sebagai stasiun
yang melayani jalur KA
lintas provinsi, Stasiun
Balapan merupakan salah
satu BCB Kota Surakarta
7. BALEKAMBANG
8. KAWASAN KERATON
KASUNANAN SURAKARTA
9. NGARSOPURO 10. SRIWEDARI & RADYA
PUSTAKA
31
P E R S E B A R A N K E R A J I N A N S E P A N J A N G K A L I P E P E