i
FAKTOR-FAKTOR FINANCIAL RATIOS DAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA
(INCOME SMOOTHING)
(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII)
Tahun 2011-2014)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
RITA SUGIARTI
NIM: 1112082000038
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
1437 H/2016 M
iii
iv
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rita Sugiarti
No. Induk Mahasiswa : 1112082000038
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli atau
tanpa ijin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenakan
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 22 Maret 2016
Rita Sugiarti
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Rita Sugiarti
2. Tempat, Tanggal Lahir : Indramayu, 12 Januari 1994
3. Alamat : Jl. Anggrek No. 46 Rt. 003/005, Kel.
Petukangan Utara, Kec. Pesanggrahan, Jakarta
Selatan, 12260
4. Telepon : 087880347474
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri Srengseng 1 Tahun 2000-2006
2. MTs Annajah Tahun 2006-2009
3. SMA Negeri 47 Jakarta Tahun 2009-2012
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Kerohanian Islam (Rohis) SMA N 47 Jakarta Periode 2010-2011
2. Anggota Divisi Data dan Informasi HMJ Akuntansi
UIN Jakarta
Periode 2013-2014
3. Koordinator Divisi Data dan Informasi HMJ
Akuntansi UIN Jakarta
Periode 2014-2015
vii
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar Motivasi dan Kewirausahaan ―Burn Your Spirit! Be A Super
Student
2. Bedah Buku dan Seminar Islami
3. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi HMJ Akuntansi 2012
4. Sekolah Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia
V. KEPANITIAAN
1. Dekan Cup 2012
2. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi 2013 HMJ Akuntansi
3. OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik) 2013/2014
4. OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik) 2014/2015
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Agus Muksin
2. Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 17 Agustus 1974
3. Ibu : Sanirih
4. Tempat, Tanggal Lahir : Indramayu, 29 September 1977
5. Alamat : Jl. Anggrek No. 46 Rt. 003/005, Kel.
Petukangan Utara, Kec. Pesanggrahan, Jakarta
Selatan, 12260
6. Anak Ke-, dari : 1 dari 3 bersaudara
viii
ABSTRACT
Factors of Financial Ratios and Good Corporate Governances that Affect Practice
of Income Smoothing
This research aimed to get empirical evidence of factors in Financial Ratios
(return on equity, net profit margin, and dividend payout ratio) and good corporate
governance (independent board of comittee, and public ownership structure) that
affect practice of income smoothing.
This research uses purposive sampling as sampling method. There are 13
corporates from 30 corporates that listed in Jakarta Islamic Index (JII) during 4
(four) years observation started from 2011 to 2014, thus 52 research samples were
being collected. Agency Theory is the base theory used in the research to explain
the relation between variables. Income smoothing measured with Eckel Index
(1981). Statistical tool used to test the hyphothesis is Binary Logistic Regression.
This result discovers that net profit margin has effect on practice of income
smoothing, whereas return on equity, dividend payout ratio, independent board of
committee and public ownership structure have no effect in practice of income
smoothing.
Keywords: Income smoothing, financial ratios, return on equity, net profit margin,
dividend payout ratio, good corporate governance, independent board
of commitee, public ownership structure
ix
ABSTRAK
Faktor-Faktor Financial Ratios dan Good Corporat Governance yang
Mempengaruhi Praktik Perataan Laba
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai faktor-
faktor Financial Ratios (return on equity, net profit margin, dan dividend payout
ratio) dan good corporate governance (dewan komisaris independen, dan struktur
kepemilikan publik) yang mempengaruhi praktik perataan laba (income smoothing)
Penelitian ini menggunakan purposive sampling dalam menentukan
pemilihan sampel. Sebanyak 13 perusahaan dari 30 perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index (JII) dengan 4 tahun pengamatan yaitu mulai 2011 sampai
2014, sehingga diperoleh 52 sampel penelitian. Agency Theory merupakan teori
dasar yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antar variabel. Perataan laba
diukur dengan menggunakan indeks Eckel (1981). Metode statistik yang digunakan
untuk menguji hipotesis adalah analisis Regresi Binary Logistic.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa net profit margin memiliki pengaruh
terhadap praktik perataan laba, sedangkan return on equity, dividend payout ratio,
dewan komisaris independen dan struktur kepemilikan publik tidak memiliki
pengaruh terhadap praktik perataan laba.
Kata kunci : Perataan laba (income smoothing), financial ratios, return on equity, net
profit margin, dividend payout ratio, good corporate governance,
dewan komisaris independen, struktur kepemilikan public
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil‘alamin, segala puji dan syukur yang tak terhingga
penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kemudahan dan kelancaran selalu penulis rasakan, serta
sholawat yang senantiasa penulis junjung kepada Rasullah SAW, sehingga skripsi
yang berjudul ―Faktor-Faktor Financial Ratios dan Good Corporate Governance
yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing)‖ ini dapat
diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak hambatan
yang dialami penulis sehingga penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan, bantuan,
serta doa tulus yang tiada henti-hentinya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Mama tercinta yaitu Ibu Sanirih (alm), terima kasih untuk doa yang tidak pernah
penulis dengar tetapi selalu penulis rasakan sehingga penulis selalu termotivasi
untuk terus menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak dan ibu yang selalu mencurahkan kasih sayang melalui doa, dukungan, dan
nasihat, terutama untuk bapak terima kasih untuk pertanyaan ―rita kapan wisuda?‖
yang benar-benar dirasakan penulis, sehingga selalu menjadi motivasi kedua bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Adik-adikku tersayang Lucki Anjani dan Raffy Ramadhan yang selalu ikut
mendoakan dan memberikan dukungan, motivasi, dan hiburan kepada penulis
saat penulis merasa jenuh dalam penyelesaian skripsi ini.
xi
4. Keluarga besar di Indramayu dan Cirebon, Minu dan Uwa di Jakarta yang sudah
penulis anggap orang tua sendiri yang tidak pernah bosan memberikan dukungan
dan doa kepada penulis
5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC.,MA selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Ibu Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak selaku ketua Jurusan Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
7. Bapak Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.,CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin,MBA selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak
berikan selama ini
9. Ibu Putriesti Mandasari, SP.,M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih banyak Ibu atas segala
bantuan, dukungan, perhatian, bimbingan, saran, dan waktu yang selalu Ibu
luangkan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
10. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya dan
karyawan dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan bantuan
kepada penulis.
11. Sahabat-sahabat kesayangan ABDR, Ani, Chika, Arum, Bety, Dwi, Nana, terima
kasih banyak semangat, motivasi, dan bantuannya serta ilmu yang telah dibagi
kepada penulis.
12. Keluarga AKUNTANSI B 2012 Galih, Fai, Ajay, Dara, Dina, Dita, Dwi, Fadil,
Farid, Fitri, Hery, Ilman, Ida, Jian, Kia, Latul, Mayeda, Nisa, Randi, Revam,
Seren, Vivi, Yudhi, Nindy, Intan dan Abel terima kasih atas dukungan dan
bantuannya kepada penulis, terutama untuk yang masuk grup ―KITA‖ terima
kasih semangat yang tidak pernah berhenti dari kalian.
xii
13. Ahmad Rifai, terima kasih atas semua hal yang telah diberikan kepada penulis.
Terima kasih telah menjadi pendengar yang baik saat penulis sedang jenuh
ditengah-tengah penulisan skripsi ini, dan terima kasih karena tidak pernah bosan
untuk menemani dari awal penulisan hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
14. Teman-teman seperjuangan Elsa, Inayah, Nida, Rifan, dan Yudhi. Terima kasih
telah berjuang bersama, dan tidak pernah bosan untuk saling mendoakan dan
mendukung satu sama lain. Kalian luar biasa.
15. Teman-teman AKUNTANSI 2012 yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa
hormat, dan terima kasih penulis atas masukan dan bantuannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengatahuan
yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan
kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan penelitian selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 22 Maret 2016
Rita Sugiarti
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
ABSTRACT ...................................................................................................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR........................................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ......................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................................. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................................ 10
1. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 10
2. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 13
A. Tinjauan Literatur ................................................................................................... 13
1. Teori Keagenan .................................................................................................. 13
2. Perataan Laba (Income Smoothing) ..................................................................... 15
3. Financial Ratios ................................................................................................. 21
4. Good Corporate Governance .............................................................................. 24
B. Keterkaitan Antarvariabel ....................................................................................... 30
1. Hubungan antara return on equity dengan praktik perataan laba .......................... 30
xiv
2. Hubungan antara net profit margin dengan praktik perataan laba ......................... 31
3. Hubungan antara dividend payout ratio dengan praktik perataan laba ................. 33
4. Hubungan antara komisaris independen dengan praktik perataan laba ................. 34
5. Hubungan antara struktur kepemilikan publik dengan praktik perataan laba ........ 35
C. Penelitian Terdahulu ............................................................................................... 38
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................................... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 50
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................................... 50
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................................................... 50
C. Jenis Data ............................................................................................................... 51
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ....................................................................... 52
1. Variabel Dependen (Y) ....................................................................................... 52
2. Variabel Independen ........................................................................................... 53
E. Metode Analisis Data ............................................................................................. 58
1. Regresi Logistik .................................................................................................. 58
2. Tahapan Regresi Logistik.................................................................................... 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 64
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 64
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ........................................................................... 65
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................................... 66
2. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ................................................................... 68
BAB V PENUTUP............................................................................................................. 81
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 81
B. Implikasi ................................................................................................................ 82
C. Saran ...................................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................................. 92
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 39
Tabel 3. 1 Operasionalisasi Variabel................................................................................... 56
Tabel 4. 1 Pengambilan Sampel .............................................................................. 64
Tabel 4. 2 Sampel Penelitian ................................................................................... 65
Tabel 4. 3 Statistik Deskriptif .................................................................................. 66
Tabel 4. 4 Block 0: Beginning Block ....................................................................... 68
Tabel 4. 5 Block 1:Method= Enter .......................................................................... 69
Tabel 4. 6 Hosmer and Lemeshow Test ................................................................... 70
Tabel 4. 7 Nagelkerke‘s R Square ........................................................................... 70
Tabel 4. 8 Hasil Uji Regresi Logistik ...................................................................... 71
Tabel 4. 9 Hasil Uji simultan ................................................................................... 79
Tabel 4. 10 Ringkasan Hasil Penelitian ................................................................... 80
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................................49
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Nama-nama Perusahaan Sampel ...................................................................... 93
Lampiran 2 Perhitungan Return On Equity ......................................................................... 94
Lampiran 3 Perhitungan Net Profit Margin......................................................................... 96
Lampiran 4 Perhitungan Dividend Payout Ratio ................................................................. 98
Lampiran 5 Perhitungan Persentase Komisaris Independen ................................................. 99
Lampiran 6 Perhitungan Persentase Struktur Kepemilikan Publik ..................................... 100
Lampiran 7 Perhitungan Praktik Perataan Laba ................................................................ 102
Lampiran 8 Hasil Output SPSS 22 .................................................................................... 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1, Laporan
Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam membuat
keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka.
Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca, perhitungan laba
rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan
keuangan. Laporan laba rugi merupakan salah satu fokus utama dari pengguna
laporan keuangan. Hal tersebut dikarenakan laporan laba rugi menggambarkan
kinerja perusahaan dalam periode waktu tertentu. Penilaian atas kinerja yang
dijalankan perusahaan tercermin dari perolehan laba atau rugi yang dihasilkan
dalam periode tersebut (Yatulhusna, 2015). Dari seluruh laporan keuangan,
laporan laba rugi merupakan laporan yang paling banyak diperhatikan, karena di
dalam laporan laba rugi terdapat informasi laba, dimana biasanya laba dijadikan
tolok ukur kualitas suatu perusahaan (Christiana, 2012). Karena pentingnya laba
2
sebagai pengukur kinerja dan pertanggungjawaban operasional perusahaan, maka
manajemen berusaha memilih prosedur akuntansi yang menghasilkan angka laba
yang menguntungkan bagi kinerjanya, tetapi tetap sesuai dengan target yang
dikehendaki oleh pemilik perusahaan. Oleh karena penyusun laporan keuangan
adalah pihak manajemen, manajer perusahaan dapat dengan leluasa melakukan
berbagai alternatif tindakan untuk mengubah kebijakan akuntansi sesuai dengan
kepentingan perusahaan dan memberikan fleksibilitas bagi manajemen untuk
memilih satu dari sekumpulan kebijakan akuntansi tersebut. Kondisi ini yang
mendorong manajer untuk secara oportunistik memilih kebijakan akuntansi yang
sesuai dengan kepentingannya (Setiawan, 2011).
Perusahaan memiliki tujuan selain memperoleh keuntungan tentu harus
mampu memaksimumkan kekayaan bagi para pemegang saham (investor).
Namun, seringkali para manajer sebuah perusahaan membuat keputusan yang
bertentangan dengan tujuannya yaitu memaksimumkan kekayaan bagi para
pemegang saham (investor). Selain itu, berdasarkan kenyataan yang ada, sering
kali pengguna laporan keuangan terutama investor hanya ditunjukkan dan lebih
menyenangi data mengenai informasi laba, tanpa memperhatikan bagaimana laba
tersebut dihasilkan (Damayanti, 2013). Kecenderungan untuk memperhatikan
laba yang terdapat dalam laporan laba rugi dilakukan oleh banyak pihak. Situasi
ini didasari oleh manajemen terutama dari kalangan manajemen yang kinerjanya
diukur berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong timbulnya
disfunctional behavior.
3
Manajer sebagai pengelola perusahaan sekaligus yang diberikan
kewenangan dalam pengambilan keputusan, tentunya lebih banyak mengetahui
informasi internal perusahaan dan kondisi perusahaan saat ini dibandingkan
dengan pemilik (pemegang saham). Hal tersebut dikarenakan para manajer yang
mengelola perusahaan dan melaksanakan kegiatan operasionalnya, sehingga
mereka mengetahui seluk beluk perusahaan, yang menyebabkan terjadinya
asimetri informasi antara manajer dengan pemilik. Asimetri informasi inilah yang
nantinya bisa mendorong terjadinya management opportunistic behavior. Selain
itu, Mohebi et. al (2013) menyatakan bahwa para pemegang saham tidak
memiliki alat lain selain laporan keuangan tahunan untuk mengetahui bagaimana
aset yang mereka tanamkan dalam perusahaan tersebut dikelola, dan para
pemegang saham hanya bisa memastikan kinerja, efisiensi, dan produktivitas
manager melalui laporan keuangan tersebut. Salah satu penyebab mengapa
pemegang saham sangat terikat pada laporan keuangan karena pemegang saham
dibatasi atau tidak semua pelaporan akuntansi perusahaan dapat diakses oleh
pemegang saham (Saringat et. al, 2013).
Walaupun manajer adalah perantara dari pemilik, pengalaman menyatakan
bahwa manajer tidak selalu bertindak dalam kepentingan terbaik bagi pemilik.
Motivasi para manajer, kadang-kadang berbeda dengan pemilik (Keown et. al,
2011). Namazi (2011) menyatakan bahwa manajer memiliki informasi tersendiri
tentang kinerja keuangan perusahaan yang sebenarnya, sedangkan pemegang
saham tidak. Selain itu, manajer seringkali lebih mengutamakan kepentingannya
4
dibandingkan dengan kepentingan pemilik (pemegang saham), dan dengan
informasi yang dimilikinya, manajer berupaya memenuhi kepentingannya
tersebut dengan melakukan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
melakukan manipulasi angka-angka keuangan yang terdapat dalam laporan
keuangan. Tindakan tersebut biasa dikenal dengan manajemen laba (earnings
management). Earnings Management terjadi ketika manajer menggunakan
pertimbangannya dalam menyusun laporan keuangan yang dapat menyesatkan
pemangku kepentingan mengenai kondisi yang mendasar yang ada dalam suatu
perusahaan dan mempengaruhi kontrak-kontrak yang akan dihasilkan oleh
perusahaan. Kamran dan Shah (2014) menyatakan bahwa manajemen laba
mengarah pada tindakan yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk
memanipulasi angka-angka akuntansi, dengan demikian akan membuat laporan
keuangan menjadi kurang transparan. Salah satu bentuk manajemen laba yang
dilakukan manajer perusahaan adalah praktik perataan laba (Income Smoothing).
Perataan laba merupakan fenomena umum yang bertujuan untuk
mengurangi variabilitas atas laba yang dilaporkan guna mengurangi resiko pasar
atas saham perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga pasar
perusahaan. Tindakan perataan laba ini telah dianggap tindakan yang logis dan
rasional, namun bisa merugikan pihak lain (Pradana, 2013). Jelas saja, karena
tindakan perataan laba bisa membohongi pihak-pihak yang menggunakan
informasi yang diberikan, sehingga bisa menyesatkan dalam pengambilan
keputusan terkait informasi tersebut.
5
Manajemen perusahaan memiliki beberapa alasan untuk melakukan
praktik perataan laba, (1) rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya
pada periode berjalan dapat mengurangi utang pajak; (2) tindakan perataan laba
dapat meningkatkan kepercayaan investor karena mendukung kestabilan laba
sesuai dengan keinginan; (3) tindakan perataan laba dapat mempererat hubungan
antara manajer dan karyawan karena dapat menghindari permintaan kenaikan
upah oleh karyawan; (4) tindakan perataan laba memiliki dampak psikologis pada
perekonomian, sebab akan menurunkan harapan yang terlalu optimistik dan
menaikkan harapan yang terlalu pesimistik (Pradipta dan Susanto, 2012).
Informasi laba merupakan perhatian utama untuk menilai kinerja dan
pertanggungjawaban manajemen (Pradana, 2013). Hal tersebut pulalah yang
mendorong manajemen untuk melakukan praktik perataan laba dengan tujuan
agar kinerja dan tanggungjawab manajemen terlihat baik dimata pemilik
(pemegang saham). Sehingga, ketika kinerja dan tanggungjawab pihak
manajemen dinilai baik, maka akan memberikan nilai tambah yang mana akan
menguntungkan pihak manejemen itu sendiri.
Praktik manajemen laba merupakan fenomena yang umum dan banyak
dilakukan oleh berbagai negara. Tindakan earnings management telah
memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas
diketahui, antara lain perusahaan Enron. Sebelum bangkrut pada akhir 2001,
Enron mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan mengaku
penghasilannya pada tahun 2000 berjumlah $101 milyar. Penghasilan yang besar
6
tersebut berasal dari kutak-katik laporan keuangan, penipuan akuntansi yang
sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif. Dikenal juga dengan
istilah financial engeneering. Kebangkrutan Enron tersebut menyebabkan
dibubarkannya Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen, yang berdiri
sejak tahun 1913, sehingga karyawannya sebanyak 85.000 kehilangan pekerjaan.
Kesalahan yang ditimpakan kepada Athur Andersen, KAP yang mengaudit
Laporan Keuangan Enron karena memberikan Opini Wajar, tidak menemukan
atau bahkan dengan sengaja menutupi kecurangan penipuan akuntansi yang
dilakukan Enron (http://www.kompasiana.com, 2010). Selain itu, praktik perataan
laba juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar lainnya seperti Merck,
WorldCom, dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett et al,
2006)
Di Indonesia sendiri pernah terjadi kasus terkait dengan praktik perataan
laba antara lain terjadi pada PT. Waskita Karya. Pada penghujung 2009, Waskita
Karya menjadi sorotan karena kasus manipulasi laporan keuangan. Dimana terjadi
kelebihan pencatatan pada laporan keuangan 2004-2007. Pada rentang waktu itu
Waskita seharusnya mencatat rugi namun dalam laporannya malah terlihat
untung. Hal ini disebabkan karena direksi melakukan rekayasa keuangan sejak
tahun buku 2004-2007 dengan memasukkan proyeksi multitahun kedepan sebagai
pendapatan tertentu. Pemalsuan keuangan perusahaan ini terdeteksi sejak Agustus
2009 dan menyebabkan Waskita mengalami defisit modal sebesar Rp 475 miliar.
Rekayasa laporan keuangan BUMN bidang jasa konstruksi ini hanya bersifat
7
administratif (accounting). Oknum direksi yang terlibat, diakui tidak secara
sengaja memalsukan laporan keuangan guna kepentingan pribadi. Ini hanya
pelangaran standar sisi akuntansi saja. Kondisi perusahaan yang sulit
menyebabkan mereka mencari jalan dengan memalsukan laporan
(http://finance.detik.com, 2014). Selain itu, kasus serupa juga terjadi pada PT
Katarina Utama Tbk. Kasus tersebut terjadi ketika manajemen Katarina Utama
yang seluruhnya ekspatriat asal Malaysia diduga telah menyelewengkan
perolehan dana IPO, penggelembungan aset serta memanipulasi laporan keuangan
auditan 2009. Dari perolehan dana IPO sebesar Rp 33,6 miliar, manajemen
diduga menggelapkan sebesar Rp 29,6 miliar. Akibatnya, kas perusahaan pun
bolong dan manajemen tidak dapat menyelesaikan kewajiban kepada karyawan.
Saat ini, hampir seluruh kegiatan operasi Katarina Utama berhenti, sehingga tidak
ada pemasukan (http://finance.detik.com, 2010).
Berdasarkan banyak kasus perataan laba yang dilakukan perusahaan,
sudah banyak juga penelitian yang dilakukan terkait dengan perataan laba itu
sendiri, namun hasil yang disimpulkan menunjukkan ketidakkonsistenan antara
satu peneliti dengan peneliti lainnya untuk variabel yang sama.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk melakukan
tindakan perataan laba, beberapa diantaranya adalah return on equity (ROE), net
profit margin (NPM), dividend payout ratio (DPR), komisaris independen dan
struktur kepemilikan publik. Saeidi (2012), Lubis (2012), dan Siregar (2015)
menyatakan bahwa variabel independen profitability ratio yang diproksikan
8
dengan ROA dan ROE berpengaruh terhadap perataan laba, sedangkan Monalisa
(2015) menunjukkan hasil bahwa profitabilitas yang di proksikan dengan ROE
bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perataan laba.
Manuari dan Yasa (2014) menyatakan bahwa variabel net profit margin
berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan Sherlita dan Kurniawan
(2013) dan Mohebi et. al (2013) menyatakan bahwa variabel net profit margin
tidak mempengaruhi perataan laba. Budiasih (2009) menyatakan bahwa dividend
payout ratio berpengaruh positif signifikan terhadap perataan laba. Sedangkan
Santoso dan Salim (2012) menyatakan bahwa variabel dividen yang diproksikan
dengan dividend payout ratio berpengaruh negatif terhadap tindakan perataan
laba. Hal tersebut berbeda dengan Manuari dan Yasa (2015), Monalisa (2015),
dan Supriastuti dan Warnanti (2015) yang menyatakan bahwa variabel dividend
payout ratio tidak mempengaruhi perataan laba.
Gaganis et al (2015) dan Dewantari dan Badera (2015) menyatakan bahwa
corporate governance tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap income
smoothing. Namun, Ghader dan Muhsen (2014) menyatakan bahwa size dan
board independence pada perusahaan yang melakukan praktik perataan laba lebih
sedikit dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba, hal
tersebut berarti size dan board independence mempengaruhi perataan laba.
Sedangkan Manuari dan Yasa (2014) menyatakan bahwa dewan komisaris
independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba.
Akhooridnejad et al (2013) menyatakan bahwa public ownership memiliki
9
pengaruh terhadap perataan laba, sedangkan Manuari dan Yasa (2014)
menyatakan bahwa kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap praktik
perataan laba.
Berdasarkan latar belakang penelitian dan hasil dari penelitian sebelumnya
yang menunjukkan ketidakkonsistenan sehingga menarik untuk dikaji kembali,
maka penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali faktor-faktor yang
mempengaruhi praktik perataan laba (Income Smoothing) dengan mengambil
judul “FAKTOR-FAKTOR FINANCIAL RATIOS DAN GOOD
CORPORATE GOVERNANCE YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK
PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING); (Studi Empiris Pada
Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2011-
2014)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka permasalahan pokok
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah return on equity berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income
smoothing)?
2. Apakah net profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income
smoothing)?
3. Apakah dividend payout ratio berpengaruh terhadap praktik perataan laba
(income smoothing)?
10
4. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap praktik perataan
laba (income smoothing)?
5. Apakah struktur kepemilikan publik berpengaruh terhadap praktik perataan
laba (income smoothing)?
6. Apakah return on eqity, net profit margin, dividend payout ratio, komisaris
independen dan kepemilikan publik secara simultan berpengaruh terhadap
praktik perataan laba (income smoothing)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah return on equity berpengaruh terhadap praktik
perataan laba (income smoothing)
b. Untuk mengetahui apakah net profit margin berpengaruh terhadap praktik
perataan laba (income smoothing)
c. Untuk mengetahui apakah dividend payout ratio berpengaruh terhadap
praktik perataan laba (income smoothing)
d. Untuk mengetahui apakah proporsi komisaris independen berpengaruh
terhadap praktik perataan laba (income smoothing)
e. Untuk mengetahui apakah struktur kepemilikan publik berpengaruh
terhadap praktik perataan laba (income smoothing)
11
f. Untuk mengetahui apakah return on eqity, net profit margin, dividend
payout ratio, komisaris independen dan kepemilikan publik secara
simultan berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing).
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-
pihak dibawah ini:
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sarana pengembangan
kemampuan untuk peneliti dalam bidang penelitian dan penerapan teori
yang diperoleh dari bangku kuliah, serta memberikan informasi tambahan
untuk mendapatkan pemahaman dan wawasan yang lebih terutama
mengenai perataan laba dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
b. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dibidang Ekonomi. Khususnya
akuntansi dan manajemen terkait praktik perataan laba yang dilakukan
oleh perusahaan.
c. Bagi emiten
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
masukan dan menjadi informasi yang dapat membantu manajemen dalam
pengambilan keputusan mengenai praktik perataan laba. Karena apabila
12
masyarakat mengetahui bahwa perusahaan melakukan praktik perataan
laba dalam membuat laporan keuangannya, maka perusahaan bisa
dianggap memberi laporan yang tidak sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya, dan laporan keuangan tersebut bisa saja menyesatkan
dalam pengambilan keputusan.
d. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi para investor
dalam mengambil keputusan dalam hal investasi saham terutama dalam
hal menilai kualitas laba yang tercantum dalam laporan keuangan
perusahaan.
e. Bagi pembaca
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi para
pembaca, yang nantinya bisa memberikan tambahan wawasan dan ilmu
pengetahuan, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian
untuk lebih memahami dalam kaitannya tentang praktik-praktik perataan
laba di dalam suatu perusahaan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan
Hubungan keagenan didefinisikan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam
Godfrey (2010) sebagai kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (principal)
yang menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama
pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada
agen. Walaupun terdapat kontrak, agen tidak akan melakukan hal yang terbaik
untuk kepentingan pemilik. Hal ini karena agen juga mempunyai kepentingan
untuk memaksimalkan utilitasnya sendiri.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:269) hubungan agensi ada ketika
salah satu pihak (principal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu
jasa, principal mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen
tersebut. Pada teori keagenan yang disebut principal adalah pemegang saham dan
yang disebut agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Principal
diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari
investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima
kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain
yang terlibat dalam hubungan keagenan.
14
Konsep teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba
dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik yang timbul
ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat
kemakmuran yang dikehendakinya. Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki
asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan
investor. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal
perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih
cepat dibandingkan pihak eksternal. Dalam kondisi demikian, manajer dapat
menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan
keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmurannya (Salno dan Baridwan,
2000).
Dalam konteks perilaku oportunis (the opportunistic behaviour), manajer
diasumsikan berusaha untuk memaksimalkan kemakmuran pribadinya, yang mana
kemakmuran tersebut sangat tergantung pada seberapa besar kinerja yang dicapai
terkait dengan bonus tunai (the bonus plan). Sama halnya dengan agen, prinsipal
juga memiliki kepentingan yaitu menginginkan laba perusahaan selalu stabil agar
dana yang telah diinvestasikan di perusahaan tersebut tetap aman (safety) dan
dapat menghasilkan tingkat return yang diharapkan. Konflik antara principal dan
agent diperparah oleh adanya asymmetry information, yaitu ketika manajer sebagai
agent mempunyai informasi yang lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan pihak
eksternal, manajer kemudian menggunakan informasi yang diketahuinya untuk
15
melakukan tindakan disfunctional behavior (adverse selection dan moral hazard)
(Wulandari, 2013).
Satu-satunya informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja yang
selanjutnya diinginkan sebagai dasar dalam pemberian reward adalah informasi
akuntansi karena informasi ini dianggap lebih objektif daripada informasi lainnya.
Informasi akuntansi juga digunakan oleh para principal untuk menilai kinerja para
manajer, yang selanjutnya dijadikan dasar dalam pemberian reward (biasanya
dalam bentuk bonus). Konsekuensi logis dari penggunaan informasi akuntansi
sebagai satu-satunya dasar dalam pemberian reward tersebut adalah munculnya
perilaku tidak semestinya dikalangan manajer. Manajer cenderung melakukan
perataan (smoothing) dengan memanipulasi informasi sedemikian rupa agar
kinerjanya tampak bagus (Dewi, 2010).
2. Perataan Laba (Income Smoothing)
a. Pengertian Laba
Belkaoui (2007) menyatakan bahwa laba adalah hal yang mendasar dan
penting bagi laporan keuangan dan memiliki banyak kegunaan diberbagai
konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai dasar untuk perpajakan, penentu
dari kebijakan pembayaran dividen, panduan dalam melakukan investasi dan
pengambilan keputusan, dan satu elemen peramalan. Menurut Harahap (2009)
Laba adalah naiknya nilai equity dari transaksi yang bersifat insidentil dan bukan
kegiatan utama entity dan dari transaksi atau kegiatan lainnya yang
16
mempengaruhi entity selama satu periode tertentu, kecuali yang berasal dari hasil
atau investasi dari pemilik. Sedangkan menurut Kurniawan (2012) laba akuntansi
(accounting income) secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan
pendapatan yang direalisasikan dari transaksi yang terjadi selama satu periode
dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Menurut Kasmir (2011)
laba dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Laba kotor (gross profit) artinya laba yang diperoleh sebelum dikurangi
biaya-biaya yang menjadi beban perusahaan. Artinya laba keseluruhan
yang pertama sekali perusahaan peroleh.
2. Laba bersih (net profit) merupakan laba yang telah dikurangi biaya-biaya
yang merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk
pajak.
Informasi laba harus dilihat dalam kaitannya dengan persepsi pengambilan
keputusan karena kualitas informasi laba ditentukan oleh kemampuannya
memotivasi tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan yang
efektif. Hal ini didukung FASB yang menerbitkan SFAC No.1 yang menganggap
bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan
dan oleh karena itu laba akuntansi hendaknya dapat digunakan dalam prediksi
arus kas dan laba dimasa yang akan datang (Yusuf dan Soraya, 2004). Informasi
laba di laporkan oleh perusahaan dalam laporan Laba Rugi. Menurut Hery (2009)
tujuan keseluruhan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi
yang berguna bagi investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan investasi
17
dan kredit. Sehingga, informasi laba yang terdapat dalam laporan keuangan akan
mempengaruhi keputusan-keputusan yang diambil oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.
b. Manajemen Laba
Pada dasarnya, definisi operasional dari manajemen laba adalah potensi
penggunaan manajemen akrual dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi
(Belkaoui, 2007). Menurut Molenaar (2009) manajemen laba didefinisikan
sebagai penggunaan penilaian dalam pelaporan dan penataan transaksi keuangan
untuk mengubah laporan keuangan sehingga menunjukkan angka yang
menguntungkan. Penelitian empiris sebelumnya menyimpulkan bahwa
manajemen laba terjadi karena alasan-alasan seperti persepsi pasar keuangan,
kompensasi manajemen, perjanjian utang, dan menghindari intervensi pemerintah
(biaya politik).
Scoot (2000) mengidentifikasi adanya empat pola yang dilakukan
manajemen untuk melakukan manajemen laba yaitu sebagai berikut:
1. Taking a Bath
Pola ini terjadi selama periode tekanan organisasi berkaitan dengan
reorganisasi, termasuk pengangkatan CEO baru. Jika perusahaan harus
melaporkan kerugian, maka manajemen berusaha menutupinya dengan cara
menangguhkan aset, menyediakan biaya yang dapat diperkirakan dimasa
depan, dan secara umum ―clear the decks. ― Hal ini diharapakan dapat
meningkatkan laba dimasa depan.
18
2. Income Minimization
Pola ini dilakukan saat perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi,
sehingga jika pada periode mendatang laba diperkirakan turun drastis dapat
diatasi dengan mengalokasikan laba periode sebelumnya.
3. Income Maximization
Manajer yang terlibat dalam income maximization memiliki tujuan
bonus. Perusahaan yang mendekati pelanggaran perjanjian hutang juga dapat
memaksimalkan laba.
4. Income Smoothing
Merupakan upaya yang dilakukan manajer perusahaan untuk
mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan akan terlihat
stabil dan tidak berisiko tinggi.
Seringkali manajer melakukan satu atau kombinasi dari empat strategi
ini pada waktu yang berbeda untuk mencapai tujuan manajemen. Dalam
penelitian ini akan dibahas lebih lanjut tentang praktik perataan laba.
c. Perataan Laba (Income Smoothing)
Menurut Belkaoui (2007), pengertian terbaik tentang perataan laba adalah
yang disajikan oleh Beidleman yang didefinisikan sebagai pengurangan atau
fluktuasi yang disengaja terhadap beberapa tingkatan laba yang saat ini dianggap
normal oleh perusahaan. Dengan pengertian ini, perataan mencerminkan suatu
usaha dari manajemen perusahaan untuk menurunkan variasi yang abnormal
19
dalam laba sejauh yang diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen
yang baik. Sedangkan menurut Kustono (2009), perataan laba dapat didefinisi
sebagai suatu cara yang dipakai manajemen untuk mengurangi variabilitas laba di
antara deretan jumlah laba, yang timbul karena adanya perbedaan antara jumlah
laba yang seharusnya dilaporkan dengan laba yang diharapkan (laba normal).
Perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu pola dari
manajemen laba dan dapat dipandang sebagai proses manipulasi waktu terjadinya
laba yang secara sengaja dimaksudkan untuk menormalkan income (laba) agar
laba yang dilaporkan kelihatan stabil dan diharapkan mempunyai pengaruh yang
bermanfaat bagi evaluasi kinerja manajemen. Tindakan tersebut sengaja
dilakukan manajemen guna menarik minat pasar dalam berinvestasi, karena
perhatian investor seringkali hanya terpusat pada prosedur yang digunakan
perusahaan untuk menghasilkan informasi laba tersebut. Di samping itu laba yang
dilaporkan dalam posisi yang stabil akan memberikan rasa lebih percaya diri bagi
pemilik perusahaan yang disertai dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasaan
pemegang saham melalui tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba yang
dilaporkan, namun masih dalam batas aturan akuntansi yang berlaku (Yulfita,
2014).
Perataan laba dilakukan oleh manajer menggunakan teknik-teknik
tertentu. Berikut adalah berbagai teknik yang digunakan manajer dalam
melakukan praktik perataan laba (Sugiarto, 2003):
20
1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Pihak
manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui
kebijakan manajemen sendiri (accruals) misalnya: pengeluaran biaya riset dan
pengembangan. Selain itu banyak juga perusahaan yang menggunakan
kebijakan diskon dan kredit, sehingga hal ini dapat menyebabkan
meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan terakhir tiap kuarter
dan laba kelihatan stabil pada periode tertentu.
2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer
mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk
periode tertentu. Misalnya: jika penjualan meningkat, maka manajemen dapat
membebankan biaya riset dan pengembangan serta amortisasi goodwill pada
periode itu untuk menstabilkan laba.
3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk
mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya:
jika pendapatan non-operasi sulit untuk didefinisikan, maka manajer dapat
mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan
nonoperasi.
Perataan laba meliputi penggunaan teknik-teknik tertentu untuk
memperkecil atau memperbesar jumlah laba suatu periode sama dengan jumlah
periode sebelumnya. Usaha untuk mengurangi fluktuasi laba adalah suatu bentuk
manipulasi laba agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan
21
jumlah laba periode sebelumnya. Namun, usaha ini bukan untuk membuat laba
suatu periode sama dengan jumlah laba tahun sebelumnya, karena dalam
mengurangi fluktuasi laba itu juga dipertimbangkan tingkat pertumbuhan normal
yang diharapkan pada periode tersebut. Dapat disimpulkan bahwa praktik
perataan laba meliputi usaha untuk memperkecil jumlah laba yang dilaporkan jika
laba aktual (laba yang direalisasikan) lebih besar dari laba normal, dan usaha
untuk memperbesar laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih kecil dari laba
normal (Yulianto, 2007).
3. Financial Ratios
Menurut Harahap (2006) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari
hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Sedangkan menurut
Van Horne (2005), Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk
menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Kita menghitung berbagai
rasio karena dengan cara ini kita bisa mendapat perbandingan yang mungkin akan
berguna daripada berbagai angka mentahnya sendiri.
Menurut Keown et.al (2011), rasio keuangan adalah penulisan ulang data
akuntansi ke dalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahan keuangan perusahaan. Rasio tersebut memberikan dua cara
bagaimana membuat perbandingan dan data keuangan perusahaan yang berarti: (1)
dapat meneliti rasio antar-waktu untuk meneliti arah pergerakannya; (2) dapat
22
membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya. Dua kelompok yang
ditemukan dalam penggunaan rasio keuangan. Pertama, terdiri atas para manajer
yang biasa menggunakan rasio keuangan untuk mengukur dan mengetahui kinerja
perusahaan dari waktu ke waktu. Fokus analisis mereka sering dihubungkan
dengan berbagai ukuran profitabilitas yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
perusahaan dari perspektif pemilik. Kelompok pemakai rasio keuangan yang kedua
meliputi penganalisis diluar perusahaan yaitu seorang yang dikarenakan satu
alasan atau lainnya, tertarik dengan kesejahteraan ekonomi suatu perusahaan.
Rasio keuangan bisa digunakan untuk menjawab empat pertanyaan: (1) seberapa
likuid suatu perusahaan, (2) apakah manajemen cukup efektif untuk menghasilkan
laba usaha atas aktiva perusahaan, (3) bagaimana perusahaan didanai, (4) apakah
tingkat pengembalian yang didapatkan oleh pemegang saham biasa sesuai dengan
investasi yang mereka tanamkan.
Terdapat banyak rasio keuangan yang biasa digunakan oleh perusahaan
untuk menilai likuiditas, proftitabilitas, solvabilitas dan tingkat pengembalian.
Berikut adalah rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Return On Equity
Menurut Brigham & Houston (2010) rasio yang paling penting adalah
pengembalian atas ekuitas (return on equity), yang merupakan laba bersih
bagi pemegang saham dibagi dengan total ekuitas pemegang saham.
Pemegang saham pastinya ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang
23
tinggi atas modal yang mereka investasikan, dan ROE menunjukkan tingkat
yang mereka peroleh.
Return on equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah
pajak dengan modal sendiri (Kasmir, 2011). Tingkat pengembalian saham
biasa menunjukkan rata-rata penghitungan pengembalian atas investasi
pemegang saham yang diukur dengan membandingkan pendapatan bersih
terhadap ekuitas saham biasa (Keown et al, 2011). Sedangkan menurut Irham
(2012), ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengkaji sejauh mana suatu
perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu
memberikan laba atas ekuitas.
b. Net Profit Margin
Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah
perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting
bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga
penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk
mengendalikan beban usaha. Net Profit Margin (NPM), merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan, rasio ini akan
menggambarkan penghasilan bersih perusahaan berdasarkan total penjualan.
Pengukuran rasio dapat dilakukan dengan cara membandingkan laba bersih
setelah pajak dengan penjualan bersih (Kasmir, 2011)
24
c. Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio merupakan perbandingan antara dividen yang
dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan. DPR yang mengecil dapat
berakibat merugikan para investor tetapi dari aspek keuangan di dalam
perusahaan tentunya akan semakin tangguh (solid) (Ginantra dan Putra,
2015). Menurut Simatupang (2010) Dividend Payout Ratio adalah rasio
perbandingan antara dividen yang dibagikan dibandingkan dengan laba
perlembar saham yang diperoleh perusahaan. Dengan mengetahui dividend
payout ratio ini, investor akan dapat mengetahui berapa besar rasio laba yang
dibagikan dari laba per-lembar saham yang diperoleh perusahaan.
Menurut Gitman (2003) Dividend payout ratio menunjukkan
persentase dari setiap dolar yang diterima yang didistribusikan kepada pemilik
dalam bentuk uang tunai. Hal ini dihitung dengan membagi dividen kas
perusahaan per saham dengan laba per saham perusahaan.
4. Good Corporate Governance
Corporate governance menurut Turnbull Report dalam Effendi (2009)
adalah:
“Corporate governance is a company system of internal control, which
has an its principal aim the management of risk that are significant to the
fulfillment of its business objectives, with a view to safeguarding the company’s
assets and enhancing over time the value of the shareholders investment”
25
Berdasarkan pengertian diatas, corporate governance didefinisikan
sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan
utama mengelola resiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui
pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham
(Effendi, 2009).
Organization of Economic Corporation and Development (OECD, 2004)
mendefinisikan corporate governance merupakan suatu sistem dimana sebuah
perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan itu, maka
struktur dari Corporate Governance menjelaskan distribusi hak-hak dan
tanggungjawab dari masing-masing pihak yang terlibat dalam sebuah bisnis, yaitu
antara lain Dewan Komisaris dan Direksi, Manajer, Pemegang saham, serta
pihak-pihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Selanjutnya, struktur dari
Corporate Governance juga menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam
pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan melakukan itu semua
maka tujuan perusahaan dan pemantauan kinerjanya dapat dipertangungjawabkan
dan dilakukan dengan baik.
Komite Nasional Kebijakan Governance atau KNKG (2006) menyatakan
bahwa setiap perusahaan harus memastikan bahwa prinsip-prinsip pokok GCG
diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Prinsip-
prinsip pokok tersebut adalah :
26
1. Transparasi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan
harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang
mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus
mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang
diisyaratkan oleh peraturan perundangundangan, tetapi juga hal yang penting
untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku
kepentingan lainnya.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,
terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai
kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai good corporate citizen.
27
4. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola
secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Good Coporate Governance merupakan komitmen, aturan main, serta
praktik penyelenggaraan bisnis secara sehat dan beretika yang mengatur
hubungan antara shareholder dengan stakeholders untuk menciptakan nilai
tambah (Value Added) bagi perusahaan. Pada awalnya corporate governance lahir
sebagai prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang harus dikembangkan oleh perusahaan
agar tetap survive. Karena menyangkut prinsip dan nilai tersebut maka dalam
praktiknya corporate governance muncul di setiap Negara dengan isu yang
berbeda-beda yang disesuaikan dengan sistem ekonomi yang ada disetiap Negara.
Selain itu untuk dapat dilaksanakan, prinsip dan nilai corporate governance harus
disesuaikan dengan kondisi yang ada pada suatu perusahaan dan sangat
tergantung dengan bentuk perusahaan, jenis perusahaan, dan komposisi
kepemilikan modal perusahaan (Wulandari, 2009).
28
Mekanisme good corporate governance yang dapat mengontrol tindakan
perataan laba diantaranya adalah komisaris independen dan kepemilikan publik.
a. Komisaris Independen
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (UUPT) pasal 1, Dewan Komisaris (Dewan
Pengawas) adalah organ perusahaan yang menjalankan tugas pengawasan
secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar yang telah
ditetapkan perusahaan serta memberikan nasihat kepada direksi.
Keberadaan komisaris maupun komisaris independen tidak hanya
sebagai pelengkap, karena dalam diri dalam komisaris melekat tanggung
jawab secara hukum (yuridis). Oleh karena itu, peranan komisaris sangatlah
penting. Namun, dalam praktik yang selama ini terjadi di Indonesia, terdapat
kecenderungan bahwa komisaris sering kali melakukan intervensi terhadap
direksi dalam menjalankan tugasnya. Sementara, disisi lain, kedudukan
direksi biasanya tidak kuat, bahkan ada direksi yang enggan membagi
wewenang serta tidak memberikan informasi yang memadai kepada
komisaris. Selain itu, terdapat kendala yang cukup menghambat kinerja
komisaris yang masih lemahnya kompetensi dan integritas mereka. Hal ini
dapat terjadi karena pengangkatan komisaris biasanya hanya didasarkan pada
penghargaan, hubungan keluarga, atau hubungan dekat lainnya (nepotisme).
Masalah independensi dan kapablitas komisaris merupakan sesuatu yang
29
sifatnya sangat mendasar (fundamental). Oleh karena itu, dalam merekrut
anggota komisaris, kedua hal ini menjadi prioritas utama agar GCG di
perusahaan dapat terwujud (Effendi, 2009).
b. Struktur Kepemilikan Publik
Struktur kepemilikan adalah struktur kepemilikan saham yaitu
perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan kata
lain struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan (Sugiarto,
2009). Struktur kepemilikan menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam
Yunitasari (2014) dibedakan menjadi tiga, yaitu kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dan kepemilikan publik.
Kepemilikan publik merupakan presentase kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pihak luar (outsider ownership). Tujuan perusahaan yaitu
meningkatkan nilai perusahaan maka diperlukan pendanaan yang diperoleh
baik melalui pendanaan internal maupun pendanaan eksternal. Sumber
pendanaan eksternal diperoleh dari saham masyarakat (publik) (Yunitasari,
2014).
Menurut Wijayanti (2009) kepemilikan publik adalah proporsi atau
jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh publik atau masyarakat umum
yang tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan. Sedangkan
30
Febriantina (2010) menyatakan bahwa kepemilikan publik adalah kepemilikan
saham perusahaan oleh masyarakat umum atau oleh pihak luar.
B. Keterkaitan Antarvariabel
1. Hubungan antara return on equity dengan praktik perataan laba
Hanafi (2009) menyebutkan bahwa Return on Equity (ROE) digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal
saham tertentu yang merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang
pemegang saham diduga mempengaruhi tindakan perataan laba. ROE sering kali
menjadi rasio pertimbangan investor dalam memilih beberapa pilihan untuk
berinvestasi. ROE ini merupakan bagian dari keuntungan (return) dalam
berinvestasi. Secara teoritis, return on equity merupakan ukuran profitabilitas
dari segi investor dan alat ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
berdasarkan modal saham tertentu, return on equity seringkali menjadi
pertimbangan investor dalam menentukan pilihan untuk berinvestasi (Munawir,
2007).
Lubis (2012) dan Siregar (2015) menyatakan bahwa ROE berpengaruh
terhadap tindakan perataan laba. Karena return on equity merupakan salah satu
faktor penentu dasar dalam penentuan pertumbuhan tingkat pendapatan
perusahaan yang merupakan indikator yang dapat mencerminkan kinerja
keuangan yang berkorelasi dengan earning perusahaan yang bersangkutan.
Perusahaan yang profitabilitasnya lebih rendah akan cenderung melakukan
31
praktik perataan laba karena untuk menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
mempunyai kinerja yang baik walaupun profitabilitasnya rendah (Haryadi,
2011). Tingkat profitabilitas yang stabil (smooth) akan memberikan
keyakinan pada investor bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang
baik dalam menghasilkan laba, karena investor lebih menyukai tingkat
profitabilitas yang stabil disetiap tahunnya (Amanza, 2012). Hal ini senada
Aini (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas yang rendah atau menurun
memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan tindakan
perataan laba, terlebih lagi jika perusahaan menetapkan skema kompensasi
bonus didasarkan pada besarnya profit yang dihasilkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka:
Ha1 : return on equity berpengaruh terhadap praktik perataan
laba (income smoothing).
2. Hubungan antara net profit margin dengan praktik perataan laba
Net profit margin diduga mempengaruhi perataan laba karena secara
logis marjin ini terikat langsung dengan obyek perataan laba, terlebih lagi jika
perusahaan menetapkan skema kompensasi bonus kepada pihak manajemen.
Diduga pihak manajemen akan melakukan praktik perataan laba untuk
mendapatkan bonus yang mereka inginkan (Salno dan Baridwan, 2000).
32
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio antara rupiah laba yang
dihasilkan perusahaan dibagi oleh setiap satu rupiah penjualan. Ginantra dan
Putra (2015) dan Manuari dan Yasa (2014) menyatakan bahwa net profit
margin berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Karena apabila rasio
NPM yang dihasilkan manajemen stabil, hal ini akan memperlihatkan bahwa
kinerja manajemen tersebut baik dibanding dengan kinerja manajemen yang
menghasilkan rasio NPM yang berfluktuatif. Hal ini akan memberikan
keyakinan pada calon investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.
Ketika rasio NPM yang dihasilkan suatu perusahaan ternyata lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat NPM yang dianggap normal oleh manajemen,
maka manajemen cenderung melakukan praktik perataan laba untuk
menurunkan tingkat NPM, dan apabila NPM lebih rendah dibandingkan
dengan tingkat NPM yang dianggap normal oleh manajemen, maka
manajemen akan melakukan praktik perataan laba untuk menaikkan NPM
sampai dengan tingkat NPM yang dianggap normal oleh manajemen.
Berdasarkan uraian diatas, maka:
Ha2 : net profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan
laba (income smoothing).
33
3. Hubungan antara dividend payout ratio dengan praktik perataan laba
Investor memilih perusahaan untuk investasi dengan pertimbangan
dividendnya. Perusahaan menentukan jumlah dividen (dividen per share)
yang akan dibagikan kepada pemegang saham dengan membuat kebijakan
dividen. Untuk meningkatkan kepercayaan investor, perusahaan berusaha
menunjukkan laba yang stabil yang akan menghasilkan dividen yang stabil
juga. Oleh karena itu, manajer dapat melakukan tindakan perataan laba untuk
menstabilkan laba (Mukhtaruddin dan Abukosim, 2013). Selain itu, manajer
akan meratakan laba yang dilaporkan dalam GAAP untuk meningkatkan
kepuasan pemegang saham, karena tingkat laba yang stabil akan
meningkatkan dividen dan meningkatkan harga saham (Monalisa, 2015).
Budiasih (2009) menyatakan bahwa Dividend Payout Ratio
berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba. Hal ini terjadi
karena besar kecilnya dividen tergantung oleh besar kecilnya laba yang
diperoleh sehingga perusahaan cenderung melakukan perataan laba. Selain
itu, investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan
yang dapat memberikan dividen yang besar. Tidak hanya dividen yang besar,
investor juga akan cenderung menanamkan modal pada perusahaan yang
menghasilkan laba yang stabil karena akan membuat dividen yang dibagikan
kepada investor juga akan stabil. Jika kucuran dari hasil keuntungan
perusahaan stabil tentunya akan berakibat pada dukungan dividen dengan
tingkat yang lebih besar daripada kucuran hasil keuntungan yang lebih
34
bervariasi, maka dapat memacu manajemen untuk melakukan perataan laba
(Ginantra dan Putra, 2015).
Berdasarkan uaraian diatas, maka:
Ha3 : Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap praktik
perataan laba (Income Smoothing)
4. Hubungan antara komisaris independen dengan praktik perataan laba
Siallagan dan Machfoedz (2006) menyebutkan bahwa Dewan
komisaris mampu mengurangi tingkat perataan laba atas pelaporan keuangan
melalui fungsi pengawasan. Ghader dan Mohsen (2014) juga menyatakan
bahwa terdapat perbedaan jumlah board independence antara perusahaan
yang melakukan perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan
perataan laba, yang mana perusahaan yang melakukan perataan laba memiliki
jumlah board independence yang lebih sedikit dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Ukuran dewan yang lebih
besar akan lebih memungkinkan untuk mendapatkan masalah agensi, karena
akan lebih banyak orang yang berada dibawah aktivitas manajemen. Ketika
ukuran dewan lebih besar, akan memungkinkan lebih banyak anggota
independen dengan keahlian yang berharga. Keahlian anggota dewan
diharapkan bisa lebih baik untuk mencegah atau membatasi perilaku
oportunitis manajemen (income smoothing). Menurut Haryadi (2011)
35
Komisaris independen berpengaruh negatif terhadap perataan laba, karena
semakin banyak anggota komisaris independen dalam perusahaan maka
proses pengawasan oleh komisaris independen akan semakin berkualitas
sehingga dapat mencegah tindakan kecurangan terhadap laporan keuangan.
Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan berfungsi
sebagai penyeimbang dalam proses pengambilan keputusan yang memihak
kepada pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang berhubungan
dengan perusahaan. Komisaris independen diharapkan dapat menciptakan
good corporate governance melalui fungsinya dan tanggungjawabnya atas
pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan.
Masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan
efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah
kecurangan laporan keuangan (Kharisma dan Agustina, 2015).
Berdasarkan uraian diatas, maka:
Ha4 : Komisaris Independen berpengaruh terhadap praktik
perataan laba
5. Hubungan antara struktur kepemilikan publik dengan praktik perataan
laba
Kepemilikan publik merupakan persentase kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pihak luar (outsider ownership). Tujuan perusahaan yaitu
meningkatkan nilai perusahaan maka diperlukan pendanaan yang diperoleh
36
baik melalui pendanaan internal maupun pendanaan eksternal. Sumber
pendanaan eksternal diperoleh dari saham masyarakat (publik) (Yunitasari,
2014).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan
hasil yang berbeda terkait dengan hubungan antara struktur kepemilikan
publik dengan praktik perataan laba. Menurut Ginantra dan Putra (2015)
Proporsi kepemilikan publik yang tinggi dalam suatu perusahaan membuat
manajemen selalu dituntut untuk menunjukkan kredibilitas yang baik dengan
cara menampilkan performa laporan keuangan yang sesuai dengan keinginan
investor seperti menstabilkan rasio-rasio keuangan yang dapat mempengaruhi
keputusan investor. Hal ini dilakukan agar investor tetap menginvestasikan
dana pada perusahaan, karena kondisi tersebut manajemen cenderung
melakukan perataan laba agar selalu dapat menampilkan kinerja yang terbaik
dalam perusahaan. Kinerja perusahaan yang selalu baik akan mempengaruhi
para keputusan investor untuk berinvestasi.
Pengelolaan laba dapat bersifat efisien, tidak selalu oportunis. Jika
pengelolaan laba efisien maka kepemilikan publik yang tinggi akan
meningkatkan pengelolaan laba (berhubungan positif). Proporsi kepemilikan
publik yang besar, menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan investor terhadap
perusahaan tinggi karena itu manajemen cenderung untuk melakukan perataan
laba untuk menunjukkan tingkat laba dan kinerja perusahaan yang baik
(Nur‘aeni, 2010). Semakin tinggi kepemilikan publik dalam struktur
37
kepemilikan perusahaan, maka perusahaan cenderung melakukan perataan
laba agar menghasilkan variabilitas laba yang rendah yang mengindikasikan
risiko yang rendah. Risiko yang rendah ini lah yang direspon positif oleh
investor (Noviana dan Yuyetta, 2011).
Mohebi et al (2013) dan Akhooridnejad et al (2013) menyatakan
bahwa kepemilikan publik mempengaruhi perataan laba. Kepemilikan publik
yang besar cenderung membuat perusahaan untuk tidak melakukan praktik
perataan laba karena semakin besar kepemilikan saham oleh publik maka
semakin banyak informasi yang diketahui oleh masyarakat (Setyani dan Liffa,
2012). Namun, berbeda dengan Mohebi et. al (2013) dan Akhooridnejad et. al
(2013), Witjaksono dan Tediyanto (2011) menyatakan bahwa struktur
kepemilikan publik berpengaruh terhadap praktik perataan laba tetapi
memiliki hubungan yang positif yaitu semakin kecil struktur kepemilikan
publik, semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk melakukan perataan
laba. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan yang memiliki struktur
kepemilikan publik yang kecil akan mengakibatkan pengawasan yang
dilakukan oleh publik menjadi tidak ketat.
Berdasarkan uraian diatas, maka:
Ha5 : Struktur Kepemilikan Publik berpengaruh terhadap
praktik perataan laba.
38
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Praktik
Perataan Laba ternyata menunjukkan hasil yang menarik untuk dikaji lebih dalam.
Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian
ini ditampilkan pada Tabel 2.1.
39
Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti (Tahun) Judul
Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
1. Chrysovalantis
Gaganis, Iftekhar
Hasan, and Fotios
Pasiouras (2015)
Regulations,
institutions, and
income smoothing
by managing
technical reserve:
international
evidence from the
insurance
industry.
1. Variabel
independen
corporate
governance
2. Menggunakan
variabel Dependen
Income Smoothing
1. Variabel independen
The institutional
development dan the
regulatory condition
2. Objek penelitian
menggunakan 770
perusahaan asuransi
yang beroperasi di
87 negara untuk
tahun 2000-2009
The paper also finds that
institutional characteristics,
e.g., the rule of law,
common law legal origin,
economic freedom, and
regulations relating to
technical provisions and
supervisory power constrain
income smoothing but other
factors such as capital
requirements, tax
deductibility of provisions,
auditing, and corporate
governance do not have a
significant effect.
Bersambung pada halaman selanjutnya
40
No. Peneliti (Tahun) Judul
Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
2. Monalisa (2015) Income
Smoothing in
India – An
Empirical study of
BSE 200 Index
Companies
1. Variabel
independen
dividend rate paid
out.
2. Menggunakan
variabel
independen
profitability yang
diproksikan dengan
ROE
3. Variabel dependen
income smoothing
1. Menggunakan
variabel independen
size of the company
2. Menggunakan
variabel independen
the degree of debt
3. Objek penelitian
yang digunakan
adalah BSE 200
index perusahaan in
India tahun 2002-
2012
1. 60% of the company
smooth their income.
2. The other objective is to
analyze the factors
affecting the income
smoothing behavior like
the company size,
profitability, degree of
debt and dividend rate.
It was found that there
are other factors that
influence the income
smoothing behavior
among the sample under
study.
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
41
No. Peneliti (Tahun) Judul
Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
3. Fatemeh Mohebi,
Mohammad
Mahmoodi, dan
Naser Ail
Yadollahzadeh
Tabari (2013)
The investigation
of the effect of
firm-spesific
accounting
variables on
income smoothing
of companies:
evidence from
Tehran Stock
Exchange
1. Menggunakan
variabel
Profitability yang
diproksikan dengan
Net Profit Margin
2. Menggunakan
variabel dependen
income smoothing
1. Menggunakan
variabel independen
firm size
2. Menggunakan
variabel independen
debt ratio
3. Menggunakan
variabel ownership
structure
4. Objek penelitian
menggunakan
perusahaan yang
terdaftar diTehran
Stock Exchange
tahun 2010
1. Terdapat hubungan
negatif dan signifikan
antara firm size dan
income smoothing
2. Terdapat hubungan
positif dan signifikan
antara ownership
structure dan income
smoothing.
3. Tidak melihat hubungan
yang signifikan antara
variabel debt ratio dan
profitability ratio
dengan income
smoothing
4.
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
42
No. Peneliti (Tahun) Judul
Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
4. Ghader,
Dadashzadeh dan
Mohsen, Zakeri
(2014)
The effect of
board structure
and information
asymmetry on
firm income
smoothing:
evidence from
listed companies
in Iranian
1. Menggunakan
variabel
independence
board
2. Menggunakan
variabel income
smoothing
1. Menggunakan
variabel board size
2. Menggunakan
variabel information
asymmetry
3. Objek penelitian
menggunakan
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Tehran
Stock Exchange
tahun 2004-2011
The results of testing
hypotheses show that the
size and board
independence (board
structure measure) is firm
income smoothing less than
firm non income smoothing
and information asymmetry
in firm income smoothing is
more than firm non income
smoothing.
5. Jeren
Akhoondnejad,
Dr. Mansoor
Garkaz, dan Dr.
Mohammadreza
Shoorvarzi (2013)
Political costs
factors affecting
income smoothing
evidence from
Tehran Stock
Exchange (TSE)
1. Menggunakan
variabel
independen public
ownership
2. Menggunaka
variabel dependen
1. Menggunakan
variabel independen
firm size
2. Menggunakan
variabel independen
number of employee
Terdapat hubungan yang
signifikan antara firm size,
number of employee, public
ownership, dan income tax
terhadap income smoothing
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
43
No. Peneliti (Tahun) Judul
Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
income smoothing 3. Menggunakan
variabel independen
income tax
4. Objek penelitian
adalah perusahaan
yang terdaftar di
Tehran Stock
Exchange untuk lima
periode yaitu tahun
2006-2011
6. Parviz Saeidi
(2012)
The relationship
between income
smoothing and
income tax and
profitability ratio
in Iran Stock
Market
1. Menggunakan
variabel
independen
profitability ratio
yang diproksikan
dengan ROE
2. Menggunakan
1. Menggunakan
variabel independen
profitability ratio
yang diproksikan
dengan ROA
2. Menggunakan
variabel independen
Terdapat hubungan yang
signifikan antara income
smoothing, tax income, dan
profitability ratio
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
44
No. Peneliti (Tahun) Judul
Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
variabel dependen
income smoothing
tax income
3. Objek penelitian
yang digunakan
adalah perusahaan
yang terdaftar di iran
stock market tahun
2001-2007
7. Sri Supriastuti dan
Asri Warnanti
(2015)
Ukuran
Perusahaan,
Winner/Loser
Stock, Debt To
Equty Ratio,
Dividend Payout
Ratio pengaruh
terhadap Perataan
Laba
1. Variabel
independen
dividend payout
ratio
2. Variabel dependen
perataan laba
1. Menggunakan
variabel independen
ukuran perusahaan
2. Menggunakan
variabel independen
winner/loser stock
3. Menggunakan
variabel independen
debt to equity ratio
4. Objek penelitian
yang digunakan
1. Ukuran perusahaan dan
winner/loser stock
berpengaruh secara
signifikan terhadap
perataan laba
2. Debt to equity ratio dan
dividend payout ratio
tidak berpengaruh
secara signifikan
terhadap perataan laba.
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
45
No. Peneliti (Tahun) Judul
Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
adalah perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
periode 2010-2013.
Sampel dipilih
dengan
menggunakan
metode purposive
sampling
8. Akbar Kharisma
dan Linda
Agustina (2015)
Pengaruh
mekanisme
corporate
governance dan
ukuran
perusahaan
terhadap praktik
perataan laba
1. Variabel
independen
corporate
governance
2. Variabel
independen
perataan laba
1. Variabel independen
ukuran perusahaan
2. Objek penelitian
yang digunakan
adalah menggunakan
perusahaan yang
terdaftar di JII tahun
2011-2013
1. Kepemilikan
institusional dan ukuran
perusahaan berpengaruh
negatif terhadap dan
signifikan terhadap
perataan laba
2. Kepemilikan manajerial,
komisaris independen,
komite audit, dan
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
46
No. Peneliti (Tahun) Judul
Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
kualitas audit tidak
berpengaruh terhadap
praktik perataan laba
9. Ida Ayu Ratih
Manuari dan
Gerianta Wirawan
Yasa (2015)
Praktik perataan
laba dan faktor-
faktor yang
mempengaruhinya
1. Menggunakan
variabel
independen
dividend payout
ratio
2. Menggunakan
variabel
independen net
profit margin
3. Menggunakan
variabel
independen
kepemilikan publik
4. Menggunakan
variabel dependen
1. Menggunakan
variabel independen
profitabilitas
2. Menggunakan
variabel independen
financial leverage
3. Objek penelitian ini
menggunakan
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
periode 2008-2012.
1. Variabel net profit
margin berpengaruh
terhadap parktik
perataan laba,
sedangkan variabel
dividend payout ratio,
profitabilitas, financial
leverage, dan
kepemilikan publik
tidak berpengaruh
terhadap praktik
perataan laba.
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
47
No. Peneliti (Tahun) Judul
Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
income smoothing
10. Ni Putu Santi
Dewantari dan I
Dewa Nyoman
Badera (2015)
Good Corporate
Governance,
ukuran
perusahaan, dan
Financial
Leverage sebagai
predictor perataan
laba
1. Menggunakan
variabel
independen Good
Corporate
Governance
2. Menggunakan
variabel dependen
perataan laba
1. Variabel ukuran
perusahaan
2. Menggunakan
variabel independen
Financial Leverage
3. Objek penelitian
menggunakan
perusahaan yang
terdaftar di BEI yang
masuk dalam CGPI
tahun 2010-2012
1. Good corporate
governance dan ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh pada
probabilitas perataan
laba.
2. Financial Leverage
berpengaruh negative
dan signifikan pada
probabilitas praktik
perataan laba
11. I Komang Gede
Ginantra dan I
Nyoman Wijana
Asmara Putra
(2015)
Pengaruh
profitabilitas,
Leverage, ukuran
perusahaan,
kepemilikan
publik, dividend
1. Variabel
independen
dividend payout
ratio
2. Variabel
independen good
1. Menggunakan
variabel independen
profitabilitas
2. Menggunakan
variabel independen
leverage
1. Variabel NPM
berpengaruh positif
terhadap perataan laba
2. Variabel profitabilitas,
financial leverage,
ukuran perusahaan,
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
48
No. Peneliti (Tahun) Judul
Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
payout ratio, dan
net profit margin
terhadap perataan
laba
corporate
governance yang di
proksikan dengan
kepemilikan publik
3. Menggunakan
variabel
independen net
profit margin
4. Variabel dependen
perataan laba
3. Objek penelitian ini
adalah perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2007-2012.
Sampel dipilih
menggunakan
metode purposive
sampling
kepemilikan public dan
DPR tidak berpengaruh
positif terhadap perataan
laba.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi.
Tabel 2.1 (Lanjutan)
49
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
.
Pengaruh Financial Ratios dan Good Corporate Governance terhadap praktik
perataan laba (income smoothing); studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic index (JII) tahun 2011-2014
Teori Dasar: Teori Keagenan
Uji Regresi Logistik
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan, Saran, dan Keterbatasan
Terdapat beberapa kasus perataan laba, seperti PT. Waskita Karya 2004-2007, dan PT. Katarina
Utama tahun 2009. Perataan laba menyebabkan laporan keuangan menjadi tidak kredibel dan
memberikan informasi yang tidak sebenarnya sehingga menyesatkan dalam pengambilan keputusan
(Dewantari dan Badera, 2015). Selain itu, penelitian sebelumnya terkait dengan perataan laba
menunjukkan hasil yang tidak konsisten.
Return on
Equity
(X1)
Net profit
margin
(X2)
Dividend
payout ratio
(X3)
Komisaris
Independen
(X4)
Struktur
kepemilikan
publik (X5)
Perataan Laba (income
smoothing) (Y)
Financial Ratios Good Corporate Governance
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar pada
Jakarta Islamic Index (JII) periode 2011-2014 yaitu berjumlah 30 perusahaan go
public. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan
keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) tahun
2011-2014. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan menganalisis pengaruh
variabel independen yaitu financial ratios yang diproksikan dengan return on equity,
net profit margin, dividend payout ratio dan good corporate governance yang
diproksikan dengan proporsi komisaris independen dan struktur kepemilikan publik
terhadap variabel dependen perataan laba (Income Smoothing).
B. Metode Penentuan Sampel
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ditentukan dengan
menggunakan metode Purposive Sampling. Purposive sampling adalah metode untuk
memperoleh informasi dari sasaran-sasaran sampel tertentu yang disengaja oleh
peneliti, karena hanya sampel tersebut saja yang mewakili (Zulganef, 2008).
Pengambilan sampel dalam hal ini terbatas pada jenis kriteria tertentu yang dapat
memberikan informasi yang diinginkan, baik karena satu-satunya yang dimiliki atau
51
memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Sekaran, 2011).
Pertimbangan atau kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini, yaitu :
1. Perusahaan terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) berturut-turut pada tahun
2011 hingga tahun 2014.
2. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode 2011-2014.
3. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah
4. Menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember untuk periode 2011, 2012,
2013, dan 2014 serta mempunyai laporan keuangan lengkap sesuai dengan
data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Pertimbangan-pertimbangan di atas dibuat untuk menghasilkan sampel yang
dapat mewakili kondisi populasi yang sebenarnya.
C. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder menurut Istijanto (2008) adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak
lain bukan oleh peneliti sendiri untuk tujuan yang berbeda. Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan tahunan dan catatan
atas laporan keuangan. Kedua data tersebut dapat diakses dan di-download pada
website www.idx.co.id atau bisa diakses melalui website resmi perusahaan yang
bersangkutan.
52
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel return on equity, net profit margin,
dividend payout ratio, komisaris independen, dan struktur kepemilikan publik sebagai
variabel independen dan variabel perataan laba (Income Smoothing) sebagai variabel
dependen.
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah praktik perataan laba yang
diukur dengan skala nominal. Tindakan perataan laba diuji dengan Indeks Eckel
(1981). Kelompok perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba diberi nilai 1,
sedangkan kelompok perusahaan yang tidak melakukan perataan laba diberi nilai 0.
Menurut Saeidi (2012), perusahaan melakukan perataan laba jika nilai indeks
eckel kurang dari 1, indeks eckel dirumuskan sebagai berikut:
CV ΔI
CV ΔS
CVΔI = ∑ Δ𝐼i−∆𝐼 2/𝑛−1
∆𝐼
CVΔS = ∑ Δ𝑆i−∆𝑆 2/𝑛−1
∆𝑆
Keterangan :
CV = Coefficient of Variation
ΔI = Perubahan laba pada periode i
ΔS = Perubahan penjualan pada periode i
53
I = Rata-rata laba
S = Rata-rata penjualan
2. Variabel Independen
a. Return On Equity
Menurut Fahmi (2011:137), rasio return on equity (ROE) disebut juga
laba atas equity. Rasio ini menilai sejauh mana suatu perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba
atas ekuitas.
Adapun rumus return on equity (ROE) adalah :
ROE = net income
equity
b. Net Profit Margin
Menurut Keown et al (2011) net profit margin (NPM) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
NPM = Laba bersih setelah pajak
Penjualan
Menurut Weston dan Copeland (1998), semakin besar Net Profit
Margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan
biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya.
54
c. Dividend Payout Ratio
Dividend payout ratio merupakan ratio perbandingan antara dividen
yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapat untuk mengukur persentase
besarnya dividen yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham
(Supriastuti dan Warnanti, 2015). Devidend payout ratio diukur dengan rumus
sebagai berikut :
DPR = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 X 100%
d. Komisaris Independen
Definisi komisaris independen dalam Task Force Komite Nasional
Kebijakan Corporate Governance Bab II adalah anggota dewan komisaris
yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan
lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.
Proporsi komisaris independen yaitu persentase jumlah dewan
komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris (Boediono, 2005).
Rumus perhitungan proporsi komisaris independen adalah:
jumlah komisaris independen
total jumlah anggota dewan komisaris X 100%
55
e. Struktur Kepemilikan Publik
Menurut Abraham and Cox (2007), struktur kepemilikan publik dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
Kepemilikan saham oleh publik
Total saham X 100%
56
Tabel 3. 1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator Skala
Income Smoothing
The company is artificial smoothing if : CV ΔI
CV ΔS <1
Dimana:
CVΔI = ∑ Δ𝐼i−∆𝐼 2/𝑛−1
∆𝐼
CVΔS = ∑ Δ𝑆i−∆𝑆 2/𝑛−1
∆𝑆
Perusahaan yang melakukan praktik perataan laba diberi nilai 1,
dan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba
diberi nilai 0
Nominal
Return on equity ROE = net income
equity Rasio
Net profit margin NPM = Laba bersih setelah pajak
Penjualan Rasio
Dividend payout ratio
DPR =
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 X 100% Rasio
Komisaris Independen
jumlah komisaris independen
total jumlah anggota dewan komisaris X 100%
Rasio
Bersambung pada halaman selanjutnya
57
Variabel Indikator Skala
Struktur kepemilikan publik Kepemilikan saham oleh publik
Total saham X 100% Rasio
Tabel 3.1 (Lanjutan)
58
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi
Binary Logistic dengan menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Package For
Social Sciences) versi 22 sebagai alat untuk menguji data tersebut. Uji Regresi Binary
Logistic dilakukan karena variabel dependen dalam penelitian ini adalah variabel
dummy. Tujuan dilakukan regresi logistik ini adalah untuk pembuatan sebuah model
regresi untuk memprediksi besar variabel dependen yang berupa sebuah variabel
binary menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya
(Santoso, 2015).
1. Regresi Logistik
Regresi Logistik adalah bentuk khusus dimana variabel dependennya
terbagi menjadi dua bagian atau kelompok (biner), walaupun formulanya bisa
saja lebih dari dua kelompok. Regresi logistik binary adalah regresi logistic
dimana variabel depedennya berupa variabel dikotomi atau variabel biner
(Aelia, 2015). Regresi logistik binari digunakan untuk menemukan persamaan
regresi dimana variabel dependennya bertipe dua pilihan seperti: ya atau
tidak, atau lebih dari dua pilihan seperti: tidak setuju, setuju, sangat setuju.
Dalam penelitian ini, variabel dikotominya adalah perusahaan yang
melakukan perataan laba (diberi nilai 1) dan perusahaan yang tidak
melakukan perataan laba (diberi nilai 0).
59
Menurut Ghozali (2013:333) Regresi Logistik pada dasarnya sama
dengan analisis diskriminan yaitu menguji apakah model probabilitas
terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Namun,
yang membedakan adalah pada jenis data dari variabel dependen. Jika pada
analisis diskriminan variabel dependennya adalah data rasio, maka pada
regresi logistic variabel dependen adalah data nominal.
2. Tahapan Regresi Logistik
Dalam penelitian ini, tahapan dengan menggunakan uji regresi logistik
adalah statistik deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian.
a. Statistik Deskriptif
Menurut Sugiyono (2009:206) Statistik Deskriptif adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Statistik Deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang terlihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan
distribusi) (ghozali, 2013:19).
60
b. Pengujian Hipotesis Penelitian
Estimasi parameter menggunakan Maximum Likehood Estimation
(MLE).
Ho = b1 = b2 = b3 = ... = bi = 0
Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ ... ≠ bi ≠ 0
Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (x) tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan (dalam
populasi). Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan α =
5%. Nilai α dinyatakan sebagai besarnya tingkat kesalahan yang dapat
ditolerir. Umumnya, untuk ilmu sosial, termasuk ekonomi dan keuangan,
besarnya α adalah 5% (Nachrowi dan Usman, 2006:15). Kaidah pengambilan
keputusan adalah:
a. Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5% maka hipotesis alternatif didukung.
b. Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5% maka hipotesis alternatif tidak
didukung.
1. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Menurut Ghozali (2013:340) langkah pertama dalam melakukan
analisis Regresi Logistic adalah menilai overall Model fit terhadap data.
Hipotesis yang diberikan untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesakan fit dengan data
H1 : Model yang dihipotesakan tidak fit dengan data.
61
Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesa nol
agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi
likelihood. Likelihood dari model adalah probabilitas bahwa model yang
dihipotesakan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan
alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan Likelihood (-2LL)
menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang
dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2013:340).
2. Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Godness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit
Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan
model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat
dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit Test sama
dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti adanya
perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga
Godness Fit Model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai
observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit Test
lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model
mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat
diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2013: 341).
62
3. Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R Square).
Cox and Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru
ukuran R2
pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi
likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit
diinterpretasikan. Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari koefisien
Cox and Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol)
sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox and Snell’s
R2 dengan nilai maksimumnya. Nagelkerke’s R Square dapat diinterpretasikan
seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variabel dependen (Ghozali, 2013:341).
4. Model Regresi Logistik yang Terbentuk
Analisis Regresi Logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
untuk melihat pengaruh rasio return on equity, net profit margin, dividend
payout ratio, komisaris independen, dan struktur kepemilikan publik terhadap
praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index (JII). Model yang digunakan adalah sebagai berikut:
LOGIT 𝑰𝑺
𝟏−𝑰𝑺 = α + β1ROE + β2NPM + β3DPR + β4DKI + β5SKP + е
Keterangan:
63
Logit 𝑰𝑺
𝟏−𝑰𝑺 = Variabel dummy, dimana angka 1 untuk perusahaan yang
melakukan perataan laba, dan angka 0 untuk perusahaan
yang tidak melakukan perataan laba
α = Konstanta
β = Koefisien regresi
ROE = return on equity
NPM = net profit margin
DPR = dividend payout ratio
DKI = Dewan komisaris independen
SKP = Struktur kepemilikan publik
64
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index (JII) mulai tahun 2011-2014 yaitu berjumlah 30 perusahaan.
Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive
sampling. Dari 30 perusahaan, yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan peneliti
untuk dijadikan sampel berjumlah 13 perusahaan. Seleksi pengambilan sampel dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. 1
Pengambilan Sampel
No. Kriteria Sampel
1. Jumlah perusahaan yang terdaftar di JII 30
2. Perusahaan yang tidak berturut-turut terdaftar di JII
periode 2011 sampai 2014
(16)
3. Perusahaan yang tidak menyajikan laporan
keuangannya dalam mata uang rupiah
(1)
Jumlah perusahaan yang menjadi sampel 13
Sumber: Laporan Keuangan perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2011-
2014 yang diolah.
Berdasarkan kriteria-kriteria pengambilan sampel yang telah ditentukan pada
tabel 4.1, dapat diketahui jumlah perusahaan yang memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian adalah 13 perusahaan atau 52 unit analisis (13 perusahaan x 4 tahun
65
pengamatan). Adapun perusahaan-perusahaan yang terpilih menjadi sampel
penelitian tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 2
Sampel Penelitian
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1. AALI Alam Sutera Realty Tbk
2. ASII Astra Agro Lestari Tbk
3. ASRI Astra International Tbk
4. CPIN Charoen Pokphan Indonesia Tbk
5. INTP Indo Tambangraya Megah Tbk
6. KLBF Kalbe Farma Tbk
7. LPKR Lippo Karawaci Tbk
8. LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk
9. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
10. SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk
11. TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
12. UNTR United Tractors Tbk
13. UNVR Unilever Indonesia Tbk
Sumber: Data sekunder diolah
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model penelitian
regresi logistic (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran
menyeluruh mengenai faktor-faktor variabel independen yaitu Financial Ratio
(return on equity, net profit margin, dan dividend payout ratio) dan Good Corporate
Governance (komisaris independen dan struktur kepemilikan publik) yang
mempengaruhi variabel independen yaitu perataan laba (income smoothing).
66
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Tabel 4. 3
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROE 52 .09 1.26 .3012 .27397
NPM 52 .06 .50 .2013 .08627
DPR 52 .13 1.00 .4702 .22095
DKI 52 .30 .80 .4425 .14047
SKP 52 .15 .82 .4213 .15287
Valid N (listwise) 52
Sumber: Hasil output SPSS 22
Tabel 4.3 menunjukkan statistik deskriptif masing-maisng variabel
independen dalam penelitian ini. Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 52 (13 perusahaan dengan 4 tahun pengamatan). Dari 52
pengamatan ini, nilai rata-rata untuk variabel return on equity (ROE) adalah 0,30
dengan nilai terendah 0,09, nilai tertinggi 1,26 dan memiliki nilai standar deviasi
sebesar 0,27. Nilai terendah untuk variabel ROE adalah perusahaan LPKR pada tahun
2011, sedangkan yang tertinggi adalah perusahaan UNVR tahun 2013.
Variabel net profit margin (NPM) menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,20
dengan nilai terendah 0,06, nilai tertinggi 0,50, dan nilai standar deviasinya sebesar
0,09. Nilai terendah untuk variabel NPM adalah perusahaan CPIN tahun 2014,
sedangkan perusahaan dengan nilai NPM tertinggi adalah ASRI tahun 2012. Untuk
variabel dividend payout ratio (DPR) nilai rata-rata sebesar 0,47 dengan nilai
terendah 0,13, nilai tertinggi 1,00 dan standar deviasinya sebesar 0,22. Perusahaan
67
dengan nilai DPR terendah adalah ASRI tahun 2014, sedangkan perusahaan yang
memiliki nilai DPR tertinggi adalah UNVR untuk tahun 2011 hingga tahun 2014.
Nilai rata-rata untuk variabel Dewan Komisaris Independen (DKI) 0,44
dengan nilai terendah 0,30, nilai tertinggi 0,80 dan nilai standar deviasinya adalah
sebesar 0,14. Perusahaan yang memiliki jumlah dewan komisaris independen paling
sedikit adalah ASII tahun 2013, sedangkan perusahaan yang memiliki jumlah dewan
komisaris independen paling banyak adalah UNVR berturut-turut mulai tahun 2011
sampai 2014. Untuk variabel Struktur Kepemilikan Publik (SKP) memiliki nilai rata-
rata sebesar 0,42, dengan nilai terendah 0,15, nilai tertinggi 0,82 dan nilai standar
deviasi sebesar 0,15. Kepemilikan saham oleh publik yang paling sedikit adalah pada
perusahaan UNVR tahun 2011 sampai 2014, sedangkan kepemilikan saham oleh
publik yang paling banyak adalah LPKR berturut-turut mulai tahun 2011 hingga
2014.
Berdasarkan Tabel 4.3 juga dapat disimpulkan bahwa variabel independen
yang memiliki penyebaran data yang paling baik adalah variabel net profit margin.
Hal tersebut dikarenakan nilai standar deviasi variabel NPM memiliki nilai yang
terkecil, semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin baik penyebaran datanya.
68
2. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit).
Menurut Ghozali (2013:340) Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
dapat dinilai dengan melihat nilai -2LogL pada beginning block (block = 0 dan
Block 1: Method = Enter. Jika terjadi penurunan, maka hipotesis nol tidak ditolak.
Hasil uji Keseluruhan Model ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4. 4
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 56.334 1.077
2 56.181 1.200
3 56.181 1.204
4 56.181 1.204
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 56.181
c. Estimation terminated at iteration number 4
because parameter estimates changed by less than
.001.
69
Tabel 4. 5
Block 1: Method=Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant ROE NPM DPR DKI SKP
Step 1 1 47.733 .519 -1.621 -5.274 .156 2.491 2.212
2 43.614 -1.222 -2.934 -7.243 .136 6.629 4.908
3 41.696 -4.026 -4.820 -8.300 .140 12.678 8.128
4 41.506 -5.049 -5.768 -8.900 .128 15.355 9.244
5 41.504 -5.155 -5.885 -8.981 .127 15.664 9.356
6 41.504 -5.156 -5.886 -8.982 .127 15.667 9.357
7 41.504 -5.156 -5.886 -8.982 .127 15.667 9.357
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 56.181
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less
than .001.
Sumber: Hasil output SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.6, terlihat bahwa nilai -2LogL adalah sebesar 56.181,
sedangkan pada tabel 4.7 nilai -2LogL sebesar 41.504 yang mana terjadi
penurunan sebesar 14.667. Penurunan ini, dimana Likelihood pada regresi binary
mirip dengan pengertian sum of squared error pada model regresi, menunjukkan
model regresi yang lebih baik (Santoso, 2015).
70
b. Hasil Pengujian Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Godness of
Fit Test. Hasil pengujian tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 6
Hosmer and Lemeshow Test
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 14.233 8 .076
Sumber: Hasil output SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.8, menunjukkan nilai Chi-Square sebesar 14,233
dengan nilai signifikannya 0,076 atau > 0,05. Hal tersebut berarti hipotesis nol
tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau
dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.
Maka model regresi ini bisa digunakan untuk analisis selanjutnya atau dengan
kata lain mampu memprediksi nilai observasinya.
c. Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R Square)
Pengujian Koefisien Determinasi menggunakan Cox and Snell dan
Nagelkerke’s R Square. Hasil pengujian ini ditunjukkan dalam tabel 4.9 berikut
ini:
Tabel 4. 7
Nagelkerke's R Square
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 41.504a .246 .372
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: Hasil output SPSS 22
71
Nagelkerke’s R2 merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell untuk
memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini
dilakukan dengan cara membagi nilai Cox and Snell‘s R2 dengan nilai
maksimumnya (Ghozali, 2013:341). Berdasarkan tabel 4.9, menunjukkan nilai
Nagelkerke’s R2 sebesar 0,372 yang berarti bahwa variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabel independen sebesar 0,372 atau 37,2%, sedangkan sisanya
yaitu sebesar 0,628 atau 62,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan
dalam penelitian ini.
d. Hasil Uji Regresi Logistik
Model regresi logistik yang terbentuk ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4. 8
Hasil Uji Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a ROE -5.886 3.729 2.491 1 .114 .003
NPM -8.982 4.556 3.886 1 .049 .000
DPR .127 2.675 .002 1 .962 1.135
DKI 15.667 8.012 3.824 1 .051 6371417.491
SKP 9.357 4.824 3.762 1 .052 11581.313
Constant -5.156 3.719 1.922 1 .166 .006
a. Variable(s) entered on step 1: ROE, NPM, DPR, DKI, SKP.
Sumber: Hasil output SPSS 22
72
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi logistik menghasilka model berikut
ini:
LOGIT 𝑰𝑺
𝟏−𝑰𝑺 = -5.156 – 5.886 ROE – 8.982 NPM + 0,127 DPR + 15.667 DKI +
9.357 SKP + 3.719
Berdasarkan model tersebut, interpretasinya adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh return on equity (ROE) terhadap praktik perataan laba (income
smoothing)
Variabel ROE menunjukkan koefisien regresi negatif yaitu -5.886 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,114, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat
signifikansi lebih besar dari α = 5%, maka hipotesis ke-1 ditolak. Penelitian ini
tidak dapat membuktikan bahwa ROE berpengaruh terhadap praktik perataan
laba. Penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Natalia (2009), Haryadi (2011), Santoso dan Salim (2012) dan Monalisa (2015).
Praktik perataan laba yang dilakukan oleh manajemen tidak berdasarkan
informasi profitabilitas (yang diproksikan dengan ROE). Hal tersebut disebabkan
ada kecenderungan pemakai laporan keuangan aware terhadap informasi
profitabilitas sehingga praktik perataan laba tetap dilakukan oleh manajemen
perusahaan tanpa mempedulikan besar atau kecilnya profitabilitas (ROE)
(Natalia, 2009). Menurut Haryadi (2011) ROE bukanlah satu-satunya tolak ukur
dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, tetapi dapat
pula diukur berdasarkan pada tingkat penjualan dan tingkat jumlah asset tertentu.
73
Selain itu, keefisienan manajemen juga turut berperan penting dalam proses
pengukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Hal ini berarti
perusahaan belum mampu memanfaatkan modal yang diinvestasikan oleh
investor selaku stakeholder perusahaan dengan baik dalam meningkatkan
pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, tidak berpengaruhnya ROE diduga
karena investor cenderung mengabaikan informasi ROE yang ada secara
maksimal, sehingga manajemen menjadi tidak termotivasi melakukan perataan
laba melalui variabel tersebut.
2. Pengaruh net profit margin (NPM) terhadap praktik perataan laba (income
smoothing)
Variabel net profit margin (NPM) menunjukkan koefisien regresi negatif
yaitu sebesar -8.982 dengan tingkat signifikan sebesar 0,049 atau lebih kecil dari
α = 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 maka hipotesis ke-2
diterima. Hasil penelitian ini berhasil membuktikan bahwa NPM berpengaruh
terhadap praktik perataan laba.
Penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Setiawan (2011), Wulandari (2013), Manuari dan Yasa (2014) dan Ginantra
dan Putra (2015). Net Profit Margin (NPM) merupakan bagian dari rasio
profitabilitas. Menurut Masodah (2007) net profit margin merupakan variabel
yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
74
Net Profit Margin (NPM) mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu (Wulandari, 2013). Ketika
rasio net profit margin memiliki nilai yang besar, maka dapat terlihat bahwa
kemampuan perusahaan mendapatkan keuntungan pada tingkat penjualan tertentu
juga semakin besar. Selain itu, NPM juga dapat diinterpretasikan sebagai tingkat
efisiensi perusahaan, yaitu sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menekan
biaya-biaya yang ada di perusahaan. Net profit margin merupakan salah satu
indikator yang penting untuk menilai suatu perusahaan. Selain digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, NPM juga
digunakan untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber-
sumber yang dimilikinya (Rahmawati dan Muid, 2012). Karena hal tersebut, pada
saat NPM perusahaan menurun perusahaan akan melakukan perataan laba karena
dengan melakukan perataan laba perusahaan dapat mempercepat pengakuan laba
pada periode dimana perusahaan tidak dapat menghasilkan laba dengan baik
sehingga laba perusahaan tidak berfluktuasi dan berada pada posisi yang dianggap
baik oleh pihak perusahaan (Budiasih, 2009). Selain itu, menurut Setiawan (2011)
berpengaruhnya variabel net profit margin terhadap praktik perataan laba
disebabkan karena pihak manajemen perusahaan berusaha untuk mendapatkan
bonus yang diinginkan, dimana diterima atau tidaknya dan besar kecilnya bonus
berdasarkan jumlah penjualan perusahaan yang dapat mereka hasilkan. Jumlah
penjualan yang dihasilkan tersebut akan mempengaruhi jumlah laba yang
75
didapatkan. Oleh karena itu, pihak manajemen berusaha menampilkan laba yang
baik agar keinginan pribadinya untuk mendapatkan bonus terpenuhi.
3. Pengaruh dividend payout ratio (DPR) terhadap praktik perataan laba
(income smoothing)
Variabel dividend payout ratio (DPR) menunjukkan koefisien regresi
positif sebesar 0,127 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,962 atau lebih besar
dari α = 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 0,05 maka hipotesis
ke-3 ditolak. Penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa DPR berpengaruh
terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. Penelitian ini
mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kustono (2009),
Monalisa (2015), dan Supriastuti dan Warnanti (2015). Menurut Kustono (2009)
dividend payout ratio terbukti tidak mempengaruhi praktik perataan laba
dikarenakan kebijakan dividend payout merupakan keputusan rapat umum
pemegang saham (principal) yang belum tentu dapat terdeteksi oleh manajemen.
Hal tersebut juga didukung oleh Manuari dan Yasa (2014) dan Supriastuti dan
Warnanti (2015) yang menyatakan bahwa besar kecilnya pembayaran dividend
tidak membuat manajemen untuk melakukan tindakan perataan laba. Hal tersebut
dimungkinkan karena pembayaran dividen merupakan hasil keputusan RUPS.
76
4. Pengaruh dewan komisaris independen (DKI) terhadap praktik perataan
laba (income smoothing)
Variabel dewan komisaris independen (DKI) menunjukkan nilai koefisien
regresi positif sebesar 15,667 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,051 atau
lebih besar dari α = 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 0,05
maka hipotesis ke-4 ditolak. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa
variabel dewan komisaris independen berpengaruh terhadap praktik perataan laba
yang dilakukan oleh perusahaan. Penelitian ini mendukung hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Haryadi (2011), dan Kharisma dan Agustina
(2015).
Komisaris independen tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Ada beberapa penjelasan atas hal tersebut. Pertama, pengangkatan komisaris
independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi
saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance
(GCG) di dalam perusahaan. Kedua, ketentuan minimum dewan komisaris
independen sebesar 30% untuk pengangkatan komisaris independen mungkin
belum cukup tinggi untuk menyebabkan para komisaris independen tersebut dapat
mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris, sehingga peran
komisaris independen menjadi kurang efektif dalam menjalankan peran
monitoring perusahaan. Apabila komisaris independen merupakan pihak
mayoritas (> 50%) maka mungkin dapat lebih efektif dalam menjalankan peran
77
monitoring dalam perusahaan. Tetapi jika pengangkatannya belum dilandasi
kebutuhan perusahaan tapi hanya sebatas pemenuhan regulasi saja, maka proporsi
dewan komisaris mungkin tidak perlu diperbanyak, tetap sesuai peraturan yang
ada (minimal 30%), dan dilihat keefektifan dewan dalam jangka waktu yang lebih
panjang (Haryadi, 2011). Menurut Kharisma dan Agustina (2015) praktik
perataan laba yang terjadi bukan didasarkan atas sifat dasar manusia yang akan
bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya dalam hal
ini manajer. Perspektif Stewardship Theory menggambarkan pemisahan antara
fungsi kepemilikan dengan fungsi pengelolaan perusahaan berkaitan dengan
hadirnya komisaris independen menjadi sebuah skema dimana investor dalam hal
ini principal mempercayakan pengelolaan sumber daya perusahaan kepada pihak
lain yang berperan sebagai steward yang lebih capable dan siap. Steward tidak
memiliki motivasi untuk melakukan praktik perataan laba yang merugikan
principal, oleh karena itu mekanisme pengawasan melalui komisaris independen
tidak mampu mempengaruhi praktik perataan laba yang terjadi.
5. Pengaruh struktur kepemilikan publik (SKP) terhadap praktik perataan
laba (income smoothing)
Variabel struktur kepemilikan public (SKP) menunjukkan nilai koefisien
regresi positif yaitu sebesar 9,357 dengan nilai signifikansi sebesar 0,052 atau
lebih besar dari α = 0,05. Karena tingkat signifkansi lebih besar dari α = 0,05
78
maka hipotesis ke-5 ditolak. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa
struktur kepemilikan publik berpengaruh terhadap tindakan perataan laba yang
dilakukan oleh perusahaan. Penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh (Azlina, 2010), Noviana dan Yuyetta (2011), dan Setyani
dan Liffa (2012). Variabel struktur kepemilikan publik tidak mempengaruhi
tindakan perataan laba disebabkan kepemilikan saham yang dimiliki oleh publik
pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2011 sampai dengan tahun 2014
masih cenderung kecil. Sehingga, menurut Azlina (2010), jika saham yang
dimiliki oleh publik cenderung kecil, maka hal kepemilikan saham publik tersebut
belum dapat menjadi alat monitoring dan intervensi, atau belum dapat
memberikan pengaruh terhadap kedisiplinan manajer untuk bertindak sesuai
dengan kepentingan pemegang saham.
6. Pengaruh return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dividend payout
ratio (DPR), dewan komisaris independen (DKI), dan struktur kepemilikan
publik (SKP) terhadap praktik perataan laba (income smoothing)
Tujuan dalam penelitian ini juga untuk mengetahui apakah return on
equity, net profit margin, dividend payout ratio, dewan komisaris independen dan
struktur kepemilikan publik secara simultan berpengaruh terhadap praktik
perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil pengujiannya adalah sebagai
berikut:
79
Tabel 4. 9
Hasil Uji Simultan
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 14.677 5 .012
Block 14.677 5 .012
Model 14.677 5 .012
Sumber: Hasil Output SPSS 22
Jika pada Regresi Berganda, untuk menguji signifikansi simultan
menggunakan uji F, sedangkan pada regresi logistik menggunakan nilai Chi-
Square dari selisih -2Log likelihood sebelum variabel independen masuk model
dan -2Log likelihood setelah variabel indpenden masuk model. Pengujian ini
disebut juga dengan pengujian Maximum Likelihood (www.statistikian.com).
Berdasarkan tabel 4.12 nilai Chi-Square 14,677 > dari chi-square tabel
pada df 5 (jumlah variabel independen 5) yaitu 11,0705 atau dengan signifikansi
sebesar 0,012 (< 0,05) sehinga dapat diambil kesimpulan bahwa secara simultan
variabel return on equity, net profit margin, dividend payout ratio, dewan
komisaris independen dan struktur kepemilikan publik berpengaruh terhadap
praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan.
80
Ringkasan hasil penelitian ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4. 10
Ringkasan Hasil Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
ROE X
NPM
DPR X
DKI X
SKP X
Keterangan:
: Variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen atau hipotesis
diterima
X : Variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen atau
hipotesis ditolak.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor financial ratios yang meliputi
return on equity, net profit margin, dividend payout ratio, dan good corporate
governance meliputi dewan komisaris independen dan struktur kepemilikan publik
yang mempengaruhi praktik tindakan perataan laba. Hasil pengujian dan pembahasan
pada bagian sebelumnya dapat diringkas sebagai berikut:
1. Return on equity tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hasil
tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Natalia (2009), Haryadi
(2011), Santoso dan Salim (2014), dan Monalisa (2015).
2. Net profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hasil tersebut
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2011), Wulandari
(2013), Manuari dan Yasa (2014), dan Ginantra dan Putra (2015).
3. Dividend payout ratio tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hasil
tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kustono (2009),
Monalisa (2015), dan Supriastuti dan Warnanti (2015).
4. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap praktik perataan
laba. Hasil tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Haryadi
(2011) dan Kharisma dan Agustina (2015).
82
5. Struktur kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Hasil tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Azlina (2010),
Novianna dan Yuyetta (2011), dan Setyani dan Liffa (2012)
6. Return on equity, net profit margin, dividend payout ratio, dewan komisaris
independen, dan struktur kepemilikan publik secara simultan berpengaruh
terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang akuntansi terkait tentang
tindakan-tindakan yang umum dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan yakni
tindakan manajemen laba yang salah satu bentuk kecurangannya adalah praktik
perataan laba itu sendiri. Serta diharapkan pula dapat memberikan tambahan
pengetahuan mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tindakan
tersebut, dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah return on equity,
net profit margin, dividend payout ratio, dewan komisaris independen dan struktur
kepemilikan publik.
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis
mengemukakan beberapa implikasi yang mungkin bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan di bawah ini sebagai berikut:
83
1. Bagi perusahaan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu perusahaan khususnya
para pemegang saham terkait dengan praktik perataan laba yang banyak
dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Para pemilik atau pemegang
saham diharapkan lebih kritis dalam menilai kinerja yang dilakukan oleh
manajemen, agar dapat meminimalisir pratik perataan laba ini.
2. Bagi investor
Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi para
investor terkait dengan praktik perataan laba yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan. Sehingga para investor dapat mengambil keputusan
yang terbaik dalam hal berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang
memang memiliki kinerja yang baik.
3. Bagi pembaca
Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada
pembaca bahwa praktik perataan laba ini masih banyak dilakukan oleh
perusahaan, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.
84
C. Saran
Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang dirasakan peneliti selama
penyusunan penelitian ini, maka peneliti memberikan saran untuk perkembangan
penelitian selanjutnya khususnya terkait dengan topik praktik perataan laba (income
smoothing) yang dilakukan perusahaan, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya
mampu memberikan hasil penelitian yang lebih baik dengan mempertimbangkan
saran dibawah ini:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan memperluas sampel yang digunakan yakni
bisa menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
atau minimal menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan tahun pengamatan yang lebih
banyak, misalnya 5 atau 7 tahun terkhir.
3. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan proksi yang lain, misalnya
saja untuk financial ratios bisa diproksikan dengan return on investment
(ROI) atau rasio laba terhadap beban bunga, sedangkan untuk variabel good
corporate governance bisa diproksikan dengan struktur kepemilikan
institusional atau keberadaan komite audit di suatu perusahaan.
85
DAFTAR PUSTAKA
Akhoondnejad, Jeren, Mansoor garkaz, dan Mohammadreza Ahoorvarzi. 2013.
Political Costs Factors Affecting Income Smoothing Evidence From Tehran
Stock Exchange (TSE). Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research
In Business.Vol. 5, No. 2
Aliya, Angga. 2014. Dulu BUMN ‗Sakit‘, Kini Waskita Garap Tol Atas Laut di
Kalimantan.http://finance.detik.com/read/2014/05/30/064840/2594956/4/dulu
-bumn-sakit-kini-waskita-garap-tol-atas-laut-di-kalimantan. Diakses pada
tanggal 09 November 2015 pukul 20.33
Amanza, Arya Hagaganta. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik
Perataan Laba (Income Smoothing). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Diponegoro
(Anonim). 2010. Bangkrutnya Perusahaan Amerika, Penyebabnya Sederhana.
http://www.kompasiana.com/reflus/bangkrutnya-perusahaan-amerika-
penyebabnya-sederhana_55004b06a33311a8725109d2. Diakses pada
tanggal 09 November 2015 pukul 19:50
Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian
Maanajemen. Jakarta: Salemba Empat
Azlina, Nur. 2010. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba. Pekbis
Jurnal. Volume 2 No. 3
Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Jakarta: Salemba Empat
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2007. Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat
Brigham, Eugene F dan Joel Houston. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Jakarta : Salemba Empat.
Budiasih, Igan.2009. Faktor-faktor yang mempengauhi praktik perataan laba. Skripsi.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana
Christiana, Lusi. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktek perataan laba pada
Perusahaan manufaktur di BEI. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1,
No. 4
86
Copeland E.Thomas dan Weston J.Fred. 1998. Manajemen Keuangan. Jakarta:
Erlangga
Damayanti, Fitria Astrid. 2013. Pengaruh Free Cash Flow, Financial Leverage,
Profitability, dan Peran Corporate Governance terhadap Manajemen Laba.
Skripsi. Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta
Daniel, Wahyu. 2010. Bapepam Lemah Lindungi Investor Pasar Modal.
http://finance.detik.com/read/2010/10/23/114734/1472978/6/bapepam-lemah-
lindungi-investor-pasar-modal. Diakses pada tanggal 09 November 2015
pukul 19.49
Dewantari, Ni Putu Santi dan I Dewa Nyoman Badera. 2015. Good corporate
governance, ukuran perusahaan, dan financial leverage sebagai prediktor
perataan laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Volume 10 No. 2
Dewi, Diastiti Okkarisma. 2010. Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan, dan
Financial Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang
Effendi, Muhammad Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance; Teori
dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat
Fahmi, Irham. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Lampulo: ALFABETA
Faizah. 2009. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tindakan perataan laba
(income smoothing) pada perusahaan yang termasuk dalam Jakarta Islamic
Index (JII). Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Fengju, Xu, Rasool Yari Fard, Leila Ghassab Maher, dan Nader Akhteghan. 2013.
The relationsip Between Financial Leverage and Profitability with an
Emphasis On Income Smoothing in Iran‘s capital market. Europe online
journal of natural and Social Sciences. ISSN 1805-3602. Vol. 2, No.3
Gaganis, Chrysovalantis, Iftekhar Hasan, dan Fotios Pasiouras. 2015. Regulations,
institutions and Income Smoothing by Managing Technical: International
Evidence From The Insurance Industry. Discussion Papers. Bank of Finland
Research 15
87
Ghader, Dadashzadeh dan Zakeri Mohsen. 2014. The Effect of board Structure and
Information Asymmetry on Firm Income Smoothing: Evidence from Listed
Companies In Iranian. International Journal of Current Life Sciences. Vol. 4,
Issue 2, pp. 754-759
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponogoro
Ghozali, Imam dan A. Chariri. 2006. Teori Akuntansi. Semarang: UNDIP.
Ginantra, I Komang Gede dan I Nyoman Wijana Asmara Putra. 2015. Pengaruh
profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan public, dividend
payout ratio, dan net profit margin pada perataan laba. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 10.2 (2015) : 602-617
Gitman, Lawrence. 2003. Principles of Manajerial Finance. International Edition,
10th edition, Pearson Education, Boston.
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. 2010.
Accounting Theory, 7th Ed. John Wiley & Sons
Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Rajawali Pers
Haryadi, Andy Sri. 2011. Pengaruh Profitabilitas, Size Perusahaan, dan Komisaris
Independen Terhadap Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2006-2009. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
Hery. 2009. Teori Akuntansi. Jakarta: Kencana
Hidayat, Anwar. 2015. Interpretasi Regresi Logistik dengan SPSS.
http://www.statistikian.com/2015/02/interprestasi-regresi-logistik-
dengan.html. Diakses pada tanggal 30 November 2015 pukul 03.01
Irham, Fahmi. 2012. Pengantar Pasar Modal. Bandung: Alfabeta
88
Kamran dan Attaullah Shah. 2014. The impact of Corporate Governance and
Ownership structur on Earnings Management Practices: Evidence from Listed
Companies in Pakistan. The Lahore Journal of Economics 19:2 pp. 27-70
Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kharisma, Akbar dan Linda Agustina. 2015. Pengaruh Mekasnisme Corporate
Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba.
Accounting Analysis Journal. Volume 4 No. 2 ISSN 2252-6765
Keown, Arthur J, John D. Martin, J.William Petty, dan David F.Scott. 2011.
Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan. Jakarta: PT Indeks
Kurniawan, Toni. 2012. Pengaruh Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, dan Financial
Leverage terhadap Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kustono, Alwan Sri. 2009. ―Perataan Laba, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan‖.
Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen. Vol. VIII No. 1/2009. Hal. 41-57.
Manuari, Ida Ayu Ratih dan Gerianta Wirawan Yasa. 2014. Praktik Perataan Laba
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 7.3 (2014): 614-629
Masodah. 2007. Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan dan Lembaga
Keuangan lainnya dan Faktor yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT.
Vol.2, hal 16-23.
Mohebi, Fatemeh, Mohammad Mahmoodi, dan Naser Ail Yadollahzadeh Tabari.
2013. The Investigation of the Effect of Firm-Specific Accounting Variables
on Income Smoothing of Companies: Evidence from Tehran Stock Exchange.
World of Sciences Journal. ISSN: 2307-3071 Vol. 01
Molenaar JA.2009. Accounting conservatism and earnings management in the
banking industry. Master's Thesis Accounting, Auditing & Control FEM
11032, Erasmus School of Economics. Dept. Accounting Auditing & Control
Monalisa. 2015. Income Smoothing in India – An empirical studi of BSE 200 Index
Companies. International Journal of Business, Management, and Allied
Sciences. E-ISSN 2349-4638. Vol. 2
89
Mukhtaruddin, Emilia Nurhuda dan Abukosim. 2013. The Relationship Between
Financial Leverage, Debt Covenant and Dividend Payout Ratio to Income
Smoothing Practice. Jurnal Universitas Sriwijaya Palembang
Munawir, 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.
Namazi, Mohammad dan Ehsan Khansalar. 2011. An investigating of The Income
Smoothing Behavior of Growth and Value Firms (Case Study: Tehran Stock
Exchange Market). International Business Research. Vol. 4 No. 4
Noviana, Sindi Retno dan Etna Nur Afri Yuyetta. 2011. Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Jurnal Akuntansi dan Auditing.
Volume 8/No. 1/November 2011: 1-94
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tentang Penyajian Laporan
Keuangan
Pradana, Ariawan. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahaan
terhadap Praktek Perataan Laba pada Perusahaan Properti dan Real Estate
yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ―Veteran‖
Pradipta, Arya dan Yulius Kurnia Susanto. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perataan laba. Jurnal STIE Trisakti
Rahmawati, Dina dan Dul Muid. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh
terhadap Praktik Perataan Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Tahun 2007—2010). Jurnal Akuntansi. Vol.1 No.2 Hal.1-14.
Saeidi, Parviz. 2012. The Relationship between Income Smoothing and Income Tax
and Profitability Ratios in Iran Stock. Asian Journal of Finance &
Accounting. ISSN 1946-052X Vol. 4, No. 1
Salno, Hanna Meilani dan Zaki Baridwan. 2000. Analisis Perataan Penghasilan
(Income Smoothing) Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya
dengan Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi. Vol.3
Santoso, Eko Budi dan Sherly Novia Salim. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Financial
Leverage, Dividen, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, dan
Kelompok Usaha Terhadap Perataan Laba Studi Kasus Pada Perusahaan Non-
Finansial yang Terdaftar Di Bei. Proceedings of conference in Business,
Accounting and Management (CBAM) Vol. 1 No. 1
90
Santoso, Singgih. 2015. Menguasai Statistik Multivariat: Konsep Dasar dan Aplikasi
dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Saringat, Siti Masnah, Rosmawati Haron dan Henny Hazlina Mohd Tahir. 2013.
Income Smoothing and Islam: an Evidence from Malaysian Shariah
Compliant Companies. International Journal of Social Science and Humanity.
Vol. 3 No. 2
Scoot, Wiliam R. 2000. Financial Accounting Theori. 2nd
edition. Prentice Hall
Canada Inc.
Sekaran, Uma. 2011. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat
Setyani, Astuti Yuli dan Rikha Liffa. 2012. Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset dan Akuntansi
Keuangan. Volume 8, No.2 Agustus 2012
Setiawan, Andreas Dwi. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba
(income smoothing) pada perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI. Skripsi.
Fakultas Ekonomi, Universitas Jember
Sherlita, Erly dan Putri kurniawan. 2013. Analysis of Factors Affecting Income
Smoothing Among Listed Companies in Indonesia. Jurnal Teknologi. eISSN
2180–3722 | ISSN 0127–9696
Siallagan, Hamonangan dan Mas‘ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan. Proceeding Simposium
Nasional Akuntansi IX
Simatupang, Mangasa. (2010). Pengetahuan Praktik Investasi Saham dan Reksa
Dana. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sugiarto. 2009. Struktur modal, struktur kepemilikan, permasalahan keagenan dan
informasi asimetri. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Supriastuti, Sri dan Asri Warnanti. 2015. Ukuran perusahaan, winner/loser stock,
debt to equity ratio, dividend payout ratio pengaruh terhadap perataan laba.
Jurnal Paradigma Vol. 13, No. 1
Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Pasal 01
91
Van, Horne 2005. Accounting Economics. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Umum
Wijayanti, Ngestiana.2009.Pengaruh profitabilitas, umur perusahaan, ukuran
perusahaan, dan kepemilikan public terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Witjaksono, Armanto dan Tediyanto. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik
perataan laba pada emiten dalam industry manufaktur dan indeks LQ45 yang
terdaftar Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008. Jakarta: Jurnal Jurusan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Nusantara
Wulandari. 2013. ―Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing
dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur
yang Listed di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011‖. Skripsi. Universitas
Diponegoro Semarang.
Wulandari, Rindi. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba
(Income Smoothing) Pada Perusahaan Sektor Manufaktur dan Sektor
Agrikultur yang Listing di BEI. Jurnal Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas. Vol 1 No. 1
Yatulhusna, Najmi. 2015. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Umur, dan Ukuran
Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Yulfita, Dewi. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Dividen, dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba. Skripsi. Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Padang
Yulianto, Agus. 2007. Analisis Perataan Laba: Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan
Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Skripsi.
Universitas Islam Indonesia.
Yunitasari, Dwimayanti. 2014. Pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan
manjerial, dan agency cost terhadap kebijakan hutang pada sektor otomotif
yang listing di bursa efek Indonesia periode 2008-2012. Skripsi. Universitas
Widyatama Bandung
Zulganef. 2009. Metodologi Penelitian Sosial & Bisnis.Yogyakarta: Graha Ilmu.
92
LAMPIRAN-LAMPIRAN
93
Lampiran 1 Nama-nama Perusahaan Sampel
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1. AALI Alam Sutera Realty Tbk
2. ASII Astra Agro Lestari Tbk
3. ASRI Astra International Tbk
4. CPIN Charoen Pokphan Indonesia Tbk
5. INTP Indo Tambangraya Megah Tbk
6. KLBF Kalbe Farma Tbk
7. LPKR Lippo Karawaci Tbk
8. LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk
9. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
10. SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk
11. TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
12. UNTR United Tractors Tbk
13. UNVR Unilever Indonesia Tbk
94
Lampiran 2 Perhitungan Return On Equity
No Perusahaan Tahun 2011 Tahun 2012
Net income Equity ROE Net income Equity ROE
1 AALI Rp 2,498,565,000,000 Rp 8,426,158,000,000 30% Rp 2,520,266,000,000 Rp 9,365,411,000,000 27%
2 ASII Rp 21,077,000,000,000 Rp 75,838,000,000,000 28% Rp 22,742,000,000,000 Rp 89,814,000,000,000 25%
3 ASRI Rp 602,736,609,457 Rp 2,786,871,914,380 22% Rp 1,216,091,539,000 Rp 4,731,874,734,000 26%
4 CPIN Rp 2,362,497,000,000 Rp 6,189,470,000,000 38% Rp 2,680,872,000,000 Rp 8,176,464,000,000 33%
5 INTP Rp 3,601,516,000,000 Rp 15,733,951,000,000 23% Rp 4,763,388,000,000 Rp 19,418,738,000,000 25%
6 KLBF Rp 1,522,956,820,292 Rp 6,515,935,058,426 23% Rp 1,775,098,847,932 Rp 7,371,643,614,897 24%
7 LPKR Rp 814,094,348,926 Rp 9,409,018,194,454 9% Rp 1,322,847,018,938 Rp 11,470,106,390,475 12%
8 LSIP Rp 1,701,513,000,000 Rp 5,839,424,000,000 29% Rp 1,115,539,000,000 Rp 6,279,713,000,000 18%
9 PTBA Rp 3,088,067,000,000 Rp 8,165,002,000,000 38% Rp 2,909,421,000,000 Rp 8,505,169,000,000 34%
10 SMGR Rp 3,955,272,512,000 Rp 14,615,096,979,000 27% Rp 4,926,639,847,000 Rp 18,164,854,648,000 27%
11 TLKM Rp 15,470,000,000,000 Rp 60,981,000,000,000 25% Rp 18,362,000,000,000 Rp 66,978,000,000,000 27%
12 UNTR Rp 5,899,506,000,000 Rp 27,503,948,000,000 21% Rp 5,753,342,000,000 Rp 32,300,557,000,000 18%
13 UNVR Rp 4,164,204,000,000 Rp 3,680,937,000,000 113% Rp 4,839,145,000,000 Rp 3,968,365,000,000 122%
Bersambung pada halaman selanjutnya
95
Perhitungan ROE (Lanjutan)
No Perusahaan Tahun 2013 Tahun 2014
Net income Equity ROE Net income Equity ROE
1 AALI Rp 1,903,088,000,000 Rp 10,267,859,000,000 19% Rp 2,621,275,000,000 Rp 11,837,486,000,000 22%
2 ASII Rp 22,297,000,000,000 Rp 106,188,000,000,000 21% Rp 22,125,000,000,000 Rp 120,324,000,000,000 18%
3 ASRI Rp 889,576,596,000 Rp 5,331,784,694,000 17% Rp 1,176,955,123,000 Rp 6,371,193,934,000 18%
4 CPIN Rp 2,528,690,000,000 Rp 9,950,900,000,000 25% Rp 1,746,644,000,000 Rp 10,943,289,000,000 16%
5 INTP Rp 5,012,294,000,000 Rp 22,977,687,000,000 22% Rp 5,274,009,000,000 Rp 24,784,801,000,000 21%
6 KLBF Rp 1,970,452,449,686 Rp 8,499,957,965,575 23% Rp 2,121,090,581,630 Rp 9,817,475,678,446 22%
7 LPKR Rp 1,592,491,214,696 Rp 14,177,573,305,225 11% Rp 3,135,215,910,627 Rp 17,646,449,043,205 18%
8 LSIP Rp 768,625,000,000 Rp 6,614,046,000,000 12% Rp 916,695,000,000 Rp 7,218,834,000,000 13%
9 PTBA Rp 1,854,281,000,000 Rp 7,551,569,000,000 25% Rp 2,019,214,000,000 Rp 8,670,842,000,000 23%
10 SMGR Rp 5,354,298,521,000 Rp 21,803,975,875,000 25% Rp 5,573,577,279,000 Rp 25,002,451,936,000 22%
11 TLKM Rp 20,402,000,000,000 Rp 77,424,000,000,000 26% Rp 21,446,000,000,000 Rp 86,125,000,000,000 25%
12 UNTR Rp 4,798,778,000,000 Rp 35,648,898,000,000 13% Rp 4,839,970,000,000 Rp 35,576,734,000,000 14%
13 UNVR Rp 5,352,625,000,000 Rp 4,254,670,000,000 126% Rp 5,738,523,000,000 Rp 4,598,782,000,000 125%
Sumber: Data sekunder diolah
96
Lampiran 3 Perhitungan Net Profit Margin
Bersambung pada halaman selanjutnya
No Perusahaan
Tahun 2011 Tahun 2012
Net income Sales NPM Net income Sales NPM
1 AALI Rp 2,498,565,000,000 Rp 10,772,582,000,000 23% Rp 2,520,266,000,000 Rp 11,564,319,000,000 22%
2 ASII Rp 21,077,000,000,000 Rp 162,564,000,000,000 13% Rp 22,742,000,000,000 Rp 188,053,000,000,000 12%
3 ASRI Rp 602,736,609,457 Rp 1,381,046,263,518 44% Rp 1,216,091,539,000 Rp 2,446,413,889,000 50%
4 CPIN Rp 2,362,497,000,000 Rp 17,957,972,000,000 13% Rp 2,680,872,000,000 Rp 21,310,925,000,000 13%
5 INTP Rp 3,601,516,000,000 Rp 13,887,892,000,000 26% Rp 4,763,388,000,000 Rp 17,290,337,000,000 28%
6 KLBF Rp 1,522,956,820,292 Rp 10,911,860,141,523 14% Rp 1,775,098,847,932 Rp 13,636,405,178,957 13%
7 LPKR Rp 814,094,348,926 Rp 4,189,580,354,855 19% Rp 1,322,847,018,938 Rp 6,160,214,023,204 21%
8 LSIP Rp 1,701,513,000,000 Rp 4,686,457,000,000 36% Rp 1,115,539,000,000 Rp 4,211,578,000,000 26%
9 PTBA Rp 3,088,067,000,000 Rp 10,581,570,000,000 29% Rp 2,909,421,000,000 Rp 11,594,057,000,000 25%
10 SMGR Rp 3,955,272,512,000 Rp 16,378,793,758,000 24% Rp 4,926,639,847,000 Rp 19,598,247,884,000 25%
11 TLKM Rp 15,470,000,000,000 Rp 71,253,000,000,000 22% Rp 18,362,000,000,000 Rp 77,143,000,000,000 24%
12 UNTR Rp 5,899,506,000,000 Rp 55,052,562,000,000 11% Rp 5,753,342,000,000 Rp 55,953,915,000,000 10%
13 UNVR Rp 4,164,304,000,000 Rp 23,469,218,000,000 18% Rp 4,839,145,000,000 Rp 27,303,248,000,000 18%
97
Perhitungan Net Profit Margin (Lanjutan)
Sumber: Data sekunder diolah
No Perusahaan Tahun 2013 Tahun 2014
Net income Sales NPM Net income Sales NPM
1 AALI Rp 1,903,088,000,000 Rp 12,674,999,000,000 15% Rp 2,621,275,000,000 Rp 16,305,831,000,000 16%
2 ASII Rp 22,297,000,000,000 Rp 193,880,000,000,000 12% Rp 22,125,000,000,000 Rp 201,701,000,000,000 11%
3 ASRI Rp 889,576,596,000 Rp 3,684,239,761,000 24% Rp 1,176,955,123,000 Rp 3,630,914,079,000 32%
4 CPIN Rp 2,528,690,000,000 Rp 25,662,992,000,000 10% Rp 1,746,644,000,000 Rp 29,150,275,000,000 6%
5 INTP Rp 5,012,294,000,000 Rp 18,691,286,000,000 27% Rp 5,274,009,000,000 Rp 19,996,264,000,000 26%
6 KLBF Rp 1,970,452,449,686 Rp 16,002,131,057,048 12% Rp 2,121,090,581,630 Rp 17,368,532,547,558 12%
7 LPKR Rp 1,592,491,214,696 Rp 6,666,214,436,739 24% Rp 3,135,215,910,627 Rp 11,655,041,747,007 27%
8 LSIP Rp 768,625,000,000 Rp 4,133,679,000,000 19% Rp 916,695,000,000 Rp 4,726,539,000,000 19%
9 PTBA Rp 1,854,281,000,000 Rp 11,209,219,000,000 17% Rp 2,019,214,000,000 Rp 13,077,962,000,000 15%
10 SMGR Rp 5,354,298,521,000 Rp 24,501,240,780,000 22% Rp 5,573,577,279,000 Rp 26,987,035,135,000 21%
11 TLKM Rp 20,402,000,000,000 Rp 82,967,000,000,000 25% Rp 21,446,000,000,000 Rp 89,696,000,000,000 24%
12 UNTR Rp 4,798,778,000,000 Rp 51,012,385,000,000 9% Rp 4,839,970,000,000 Rp 53,141,768,000,000 9%
13 UNVR Rp 5,352,625,000,000 Rp 30,757,435,000,000 17% Rp 5,738,523,000,000 Rp 34,511,534,000,000 17%
98
Lampiran 4 Perhitungan Dividend Payout Ratio
Sumber: Data sekunder diolah
No Perusahaan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
DPS (Rp)
EPS (Rp) DPR DPS (Rp)
EPS (Rp)
DPR DPS (Rp)
EPS (Rp)
DPR DPS (Rp) EPS (Rp)
DPR
1 AALI 995.00 1,527.59 65.14% 685.00 1,530.57 44.75% 515.00 1,143.93 45.02% 716.00 1,589.91 45.03%
2 ASII 1,980.00 4,393.00 45.07% 216.00 480.00 45.00% 216.00 480.00 45.00% 216.00 474.00 45.57%
3 ASRI 6.13 33.68 18.20% 14.60 61.19 23.86% 7.00 44.62 15.69% 7.00 55.85 12.53%
4 CPIN 42.10 144.00 29.24% 46.08 164.00 28.10% 46.00 154.00 29.87% 18.00 107.00 16.82%
5 INTP 293.00 977.00 29.99% 450.00 1,293.00 34.80% 900.00 1,361.00 66.13% 1,349.55 1,432.00 94.24%
6 KLBF 95.00 158.00 60.13% 19.00 37.00 51.35% 17.00 41.00 41.46% 19.00 44.00 43.18%
7 LPKR 7.72 32.00 24.13% 11.85 46.00 25.76% 14.05 54.00 26.02% 16.47 112.00 14.71%
8 LSIP 100.00 249.00 40.16% 66.00 164.00 40.24% 46.00 113.00 40.71% 53.00 134.00 39.55%
9 PTBA 803.56 1,339.00 60.01% 720.75 1,262.00 57.11% 462.97 822.00 56.32% 324.00 927.00 34.95%
10 SMGR 330.89 662.00 49.98% 367.74 817.00 45.01% 407.42 905.00 45.02% 375.34 938.00 40.01%
11 TLKM 371.05 559.67 66.30% 436.19 669.19 65.18% 102.40 147.40 69.47% 89.46 149.80 59.72%
12 UNTR 635.00 1,657.00 38.32% 620.00 1,549.00 40.03% 515.00 1,296.00 39.74% 740.00 1,440.00 51.39%
13 UNVR 546.00 546.00 100.00% 634.00 634.00 100.00% 701.00 701.00 100.00% 752.00 752.00 100.00%
99
Lampiran 5 Perhitungan Persentase Komisaris Independen
No Perusahaan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
JKI JDK %DKI JKI JDK %DKI JKI JDK %DKI JKI JDK %DKI
1 AALI 3 7 42.86% 3 7 42.86% 3 7 42.86% 2 6 33.33%
2 ASII 5 11 45.45% 4 11 36.36% 3 10 30.00% 4 11 36.36%
3 ASRI 2 5 40.00% 2 5 40.00% 2 5 40.00% 2 5 40.00%
4 CPIN 2 5 40.00% 2 5 40.00% 2 6 33.33% 2 6 33.33%
5 INTP 3 7 42.86% 3 7 42.86% 3 7 42.86% 3 7 42.86%
6 KLBF 2 6 33.33% 2 6 33.33% 2 6 33.33% 2 6 33.33%
7 LPKR 4 7 57.14% 5 7 71.43% 6 8 75.00% 6 9 66.67%
8 LSIP 3 9 33.33% 4 8 50.00% 3 8 37.50% 3 8 37.50%
9 PTBA 2 6 33.33% 2 6 33.33% 2 6 33.33% 2 6 33.33%
10 SMGR 2 6 33.33% 3 6 50.00% 2 6 33.33% 3 7 42.86%
11 TLKM 2 5 40.00% 2 5 40.00% 2 6 33.33% 3 7 42.86%
12 UNTR 3 6 50.00% 3 6 50.00% 3 7 42.86% 3 7 42.86%
13 UNVR 4 5 80.00% 4 5 80.00% 4 5 80.00% 4 5 80.00%
Sumber: Data sekunder diolah
100
Lampiran 6 Perhitungan Persentase Struktur Kepemilikan Publik
No Perusahaan Tahun 2011 Tahun 2012
Saham Publik Total saham SKP Saham Publik Total saham SKP
1 AALI 319,673,235 1,574,745,000 20.30% 319,913,912 1,574,745,000 20.32%
2 ASII 20,180,708,100 40,483,553,140 49.85% 20,180,658,100 40,483,553,140 49.85%
3 ASRI 8,464,291,888 17,863,101,888 47.38% 8,751,173,388 19,649,411,088 44.54%
4 CPIN 7,291,614,590 16,398,000,000 44.47% 7,291,614,590 16,398,000,000 44.47%
5 INTP 1,324,015,602 3,681,231,699 35.97% 1,324,015,602 3,681,231,699 35.97%
6 KLBF 4,065,193,405 9,375,024,422 43.36% 20,325,967,025 46,875,122,110 43.36%
7 LPKR 18,951,069,711 23,077,689,619 82.12% 18,951,069,711 23,077,689,619 82.12%
8 LSIP 2,764,438,955 6,822,863,965 40.52% 2,764,438,955 6,822,863,965 40.52%
9 PTBA 806,044,350 2,304,131,850 34.98% 806,044,350 2,304,131,850 34.98%
10 SMGR 2,906,114,000 5,931,520,000 48.99% 2,906,114,000 5,931,520,000 48.99%
11 TLKM 9,065,868,608 19,386,339,319 46.76% 8,828,598,108 19,149,068,819 46.10%
12 UNTR 1,510,817,778 3,730,135,136 40.50% 1,510,817,778 3,730,135,136 40.50%
13 UNVR 1,145,122,500 7,630,000,000 15.01% 1,145,122,500 7,630,000,000 15.01%
Bersambung pada halaman selanjutnya
101
Perhitungan Persentase Struktur Kepemilikan Publik (Lanjutan)
No Perusahaan Tahun 2013 Tahun 2014
Saham Publik Total saham SKP Saham Publik Total saham SKP
1 AALI 319,913,912 1,574,745,000 20.32% 319,913,912 1,574,745,000 20.32%
2 ASII 20,180,708,100 40,483,553,140 49.85% 20,183,683,100 40,483,553,140 49.86%
3 ASRI 9,469,455,888 19,649,411,888 48.19% 9,533,621,524 19,649,411,888 48.52%
4 CPIN 7,291,614,590 16,398,000,000 44.47% 7,291,614,590 16,398,000,000 44.47%
5 INTP 1,324,015,602 3,681,231,699 35.97% 1,324,015,602 3,681,231,699 35.97%
6 KLBF 20,293,467,025 46,875,122,110 43.29% 20,290,617,025 46,875,122,110 43.29%
7 LPKR 18,951,069,711 23,077,689,619 82.12% 17,738,789,711 23,077,689,619 76.87%
8 LSIP 2,761,538,955 6,819,963,965 40.49% 2,761,538,955 6,819,963,965 40.49%
9 PTBA 806,044,350 2,304,131,850 34.98% 805,985,321 2,304,131,850 34.98%
10 SMGR 2,906,114,000 5,931,520,000 48.99% 2,906,114,000 5,931,520,000 48.99%
11 TLKM 45,498,500,040 97,100,853,599 46.86% 46,573,500,040 98,175,853,599 47.44%
12 UNTR 1,508,677,173 3,730,135,136 40.45% 1,508,677,173 3,730,135,136 40.45%
13 UNVR 1,145,122,500 7,630,000,000 15.01% 1,145,122,500 7,630,000,000 15.01%
Sumber: Data sekunder diolah
102
Lampiran 7 Perhitungan Praktik Perataan Laba
tahun Perusahaan Income ΔI Sales ΔS CVΔI/th CVΔS/th IS Status
2011 AALI 2,498,565 394,913 10,772,582 1,928,861 1,749,676 1,313,717 1.33 0
ASII 21,077,000 4,073,000 162,564,000 33,526,000 6,631,034 24,962,327 0.27 1
ASRI 602,737 311,841 1,381,046 590,112 555,055 480,326 1.16 0
CPIN 2,362,497 142,636 17,957,972 28,801,500 (582,594) 502,596 -1.16 1
INTP 3,601,516 376,835 13,887,892 2,750,087 321,302 1,279,940 0.25 1
KLBF 1,522,957 179,158 10,911,860 685,071 39,413 357,552 0.11 1
LPKR 814,094 219,573 4,189,580 1,064,268 213,655 996,983 0.21 1
LSIP 1,701,513 668,184 4,686,457 1,093,799 (12,749,994) 2,690,008 -4.74 1
PTBA 3,088,067 1,089,130 10,581,570 2,672,416 190,500,851 2,703,902 70.45 0
SMGR 3,955,272 296,158 16,378,794 2,034,605 210,127 811,069 0.26 1
TLKM 15,470,000 (400,000) 71,253,000 2,624,000 (405,876) 901,455 -0.45 1
UNTR 5,899,506 2,024,991 55,052,562 17,728,690 10,614,344 43,429,241 0.24 1
UNVR 4,164,304 779,656 23,469,218 3,778,979 230,331 174,117 1.32 0
2012 AALI 2,520,266 21,701 11,564,319 791,737 96,147 539,239 0.18 1
ASII 22,742,000 1,665,000 188,053,000 25,489,000 2,710,697 18,978,248 0.14 1
ASRI 1,216,092 613,355 2,446,414 1,065,368 1,091,728 867,163 1.26 0
CPIN 2,680,872 318,375 21,310,925 3,352,953 (1,300,396) 585,101 -2.22 1
INTP 4,763,388 1,161,872 17,290,337 3,402,445 990,649 1,583,559 0.63 1
KLBF 1,775,099 252,142 13,636,405 2,724,545 55,469 1,421,993 0.04 1
LPKR 1,322,847 508,752 6,160,214 1,970,633 495,039 1,846,048 0.27 1
LSIP 1,115,539 (585,974) 4,211,578 (474,879) 11,181,299 (1,167,882) -9.57 1
PTBA 2,909,421 (178,646) 11,594,057 1,012,487 (31,247,156) 1,024,416 -30.50 1
SMGR 4,926,640 971,367 19,598,248 3,219,454 689,192 1,283,393 0.54 1
TLKM 18,362,000 2,892,000 77,143,000 5,890,000 2,934,487 2,023,465 1.45 0
UNTR 5,753,342 (146,164) 55,953,915 901,353 (766,144) 2,208,007 -0.35 1
UNVR 4,839,145 674,841 27,303,248 3,834,030 199,366 176,653 1.13 0
Bersambung pada halaman selanjutnya
103
Perhitungan Praktik Perataan Laba (Lanjutan)
tahun Perusahaan Income ΔI Sales ΔS CVΔI/th CVΔS/th IS Status
2013 AALI 1,903,088 (617,178) 12,674,999 1,110,680 (2,734,429) 756,467 -3.61 1
ASII 22,297,000 (445,000) 193,880,000 5,827,000 (724,481) 4,338,587 -0.17 1
ASRI 889,577 (326,515) 3,684,240 1,237,825 (581,173) 1,007,538 -0.58 1
CPIN 2,528,690 (152,182) 25,662,992 4,352,067 621,584 759,450 0.82 1
INTP 5,012,294 248,906 18,691,286 1,400,949 212,225 652,027 0.33 1
KLBF 1,970,452 195,353 16,002,131 2,365,725 42,976 1,234,719 0.03 1
LPKR 1,592,491 269,644 6,666,214 506,000 262,375 474,010 0.55 1
LSIP 768,625 (346,914) 4,133,679 (77,899) 6,619,661 (191,579) -34.55 1
PTBA 1,854,281 (1,055,140) 11,209,219 (384,838) (184,555,625) (389,372) 473.98 0
SMGR 5,354,299 427,658 24,501,241 4,902,993 303,427 1,954,514 0.16 1
TLKM 20,402,000 2,040,000 82,967,000 5,824,000 2,069,970 2,000,792 1.03 0
UNTR 4,798,778 (954,564) 51,012,385 (4,941,530) (5,003,514) (12,105,062) 0.41 1
UNVR 5,352,625 513,480 30,757,435 34,541,870 151,696 159,151 0.95 1
2014 AALI 2,621,275 718,187 16,305,831 3,630,832 3,181,953 2,472,902 1.29 0
ASII 22,125,000 (172,000) 201,701,000 7,821,000 (280,024) 5,823,252 -0.05 1
ASRI 1,176,955 287,378 3,630,914 (53,326) 511,513 (43,404) -11.78 1
CPIN 1,746,644 (782,046) 29,150,275 3,487,283 3,194,251 608,543 5.25 0
INTP 5,274,009 261,715 19,996,264 1,304,978 223,147 607,360 0.37 1
KLBF 2,121,091 150,638 17,368,532 1,366,401 33,139 713,151 0.05 1
LPKR 3,135,215 1,542,724 11,655,042 4,988,827 1,501,140 4,673,428 0.32 1
LSIP 916,695 148,070 4,726,539 592,860 (2,825,407) 1,458,035 -1.94 1
PTBA 2,019,214 164,933 13,077,962 1,868,743 28,848,601 1,890,760 15.26 0
SMGR 5,573,577 219,279 26,987,035 2,485,794 155,580 990,929 0.16 1
TLKM 21,446,000 1,044,000 89,696,000 6,729,000 1,059,337 2,311,697 0.46 1
UNTR 4,839,970 41,192 53,141,768 2,129,383 215,915 5,216,261 0.04 1
UNVR 5,738,523 385,898 34,511,534 3,754,099 114,004 172,970 0.66 1
Sumber: Data sekunder diolah
104
Lampiran 8 Hasil Output SPSS 22
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROE 52 .09 1.26 .3012 .27397
NPM 52 .06 .50 .2013 .08627
DPR 52 .13 1.00 .4702 .22095
DKI 52 .30 .80 .4425 .14047
SKP 52 .15 .82 .4213 .15287
Valid N (listwise) 52
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 52 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 52 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 52 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
BUKAN PERATA LABA 0
PERATA LABA 1
105
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 56.334 1.077
2 56.181 1.200
3 56.181 1.204
4 56.181 1.204
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 56.181
c. Estimation terminated at iteration number 4
because parameter estimates changed by less than
.001.
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
IS
Percentage
Correct
BUKAN
PERATA LABA PERATA LABA
Step 0 IS BUKAN PERATA LABA 0 12 .0
PERATA LABA 0 40 100.0
Overall Percentage 76.9
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant 1.204 .329 13.380 1 .000 3.333
106
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables ROE 2.434 1 .119
NPM 2.793 1 .095
DPR 1.823 1 .177
DKI .056 1 .813
SKP 4.881 1 .027
Overall Statistics 9.478 5 .091
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant ROE NPM DPR DKI SKP
Step 1 1 47.733 .519 -1.621 -5.274 .156 2.491 2.212
2 43.614 -1.222 -2.934 -7.243 .136 6.629 4.908
3 41.696 -4.026 -4.820 -8.300 .140 12.678 8.128
4 41.506 -5.049 -5.768 -8.900 .128 15.355 9.244
5 41.504 -5.155 -5.885 -8.981 .127 15.664 9.356
6 41.504 -5.156 -5.886 -8.982 .127 15.667 9.357
7 41.504 -5.156 -5.886 -8.982 .127 15.667 9.357
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 56.181
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 14.677 5 .012
Block 14.677 5 .012
Model 14.677 5 .012
107
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 41.504a .246 .372
a. Estimation terminated at iteration number 7 because
parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 14.233 8 .076
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
IS = BUKAN PERATA LABA IS = PERATA LABA
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 3 3.610 2 1.390 5
2 2 2.563 3 2.437 5
3 5 1.859 0 3.141 5
4 0 1.258 5 3.742 5
5 0 .916 5 4.084 5
6 1 .721 4 4.279 5
7 0 .540 5 4.460 5
8 1 .335 4 4.665 5
9 0 .155 5 4.845 5
10 0 .045 7 6.955 7
108
Classification Tablea
Observed
Predicted
IS
Percentage
Correct
BUKAN
PERATA LABA PERATA LABA
Step 1 IS BUKAN PERATA LABA 4 8 33.3
PERATA LABA 4 36 90.0
Overall Percentage 76.9
a. The cut value is .500
Correlation Matrix
Constant ROE NPM DPR DKI SKP
Step 1 Constant 1.000 .544 -.098 -.417 -.713 -.749
ROE .544 1.000 .116 -.369 -.846 -.058
NPM -.098 .116 1.000 .190 -.213 -.194
DPR -.417 -.369 .190 1.000 .041 .187
DKI -.713 -.846 -.213 .041 1.000 .312
SKP -.749 -.058 -.194 .187 .312 1.000
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a ROE -5.886 3.729 2.491 1 .114 .003 .000 4.150
NPM -8.982 4.556 3.886 1 .049 .000 .000 .950
DPR .127 2.675 .002 1 .962 1.135 .006 214.945
DKI 15.667 8.012 3.824 1 .051 6371417.491 .965
420597434090
06.190
SKP 9.357 4.824 3.762 1 .052 11581.313 .907 147950566.388
Constant -5.156 3.719 1.922 1 .166 .006
a. Variable(s) entered on step 1: ROE, NPM, DPR, DKI, SKP.
109
Step number: 1
Observed Groups and Predicted Probabilities
8 + +
I I
I I
F I I
R 6 + +
E I I
Q I PI
U I PI
E 4 + P P P+
N I P P PI
C I P P P P PI
Y I P P P P PI
2 + B P P P P P P P P P+
I B P P P P P P P P PI
I B P P B B B PPP B BB B B P P PP PPPPBPP P PPB P PPPI
I B P P B B B PPP B BB B B P P PP PPPPBPP P PPB P PPPI
Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+----------
Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1
Group: BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP
Predicted Probability is of Membership for PERATA LABA
The Cut Value is .50
Symbols: B - BUKAN PERATA LABA
P - PERATA LABA
Each Symbol Represents .5 Cases.