Download - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI RENDAHNYA …
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI RENDAHNYA
PARTISIPASI PENDIDIKAN TINGKAT SMP
DI KECAMATAN PETUNGKRIYONO
KABUPATEN PEKALONGAN
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh :
Luthfiana Qonita
NIM 3201415054
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang
Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing Skripsi
Dr. Hariyanto, M.Si.
NIP. 196203151989011001
Mengetahui :
Ketua Jurusan Geografi
Dr. Tjaturahono Budi S, M.Si.
NIP. 196210191988031002
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji I
Drs. Moch. Arifien, M.Si.
NIP. 195508261983031003
Penguji II
Sriyanto, S.Pd., M.Pd.
NIP. 197707222005011001
Penguji III
Dr. Hariyanto, M.Si.
NIP. 196203151989011001
Mengetahui :
Dekan Fakultas Ilmu Sosial,
Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A.
NIP. 196308021988031001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik
sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di
dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Februari 2020
Luthfiana Qonita
NIM 3201415054
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
You can’t stop the storm, pray for you can through it safely. (Luthfiana
Qonita)
Kita yang menjalani hidup dengan mengalir seperti air, mungkin lupa
bahwa air hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah. (Salim A
Fillah)
PERSEMBAHAN:
Karya ini saya persembahkan untuk:
1. Ibuku Khusniyah dan ayahku Moh. Waluyo, sumber motivasiku yang
selalu mendoakan dan memberi dukungan;
2. Keempat kakakku tersayang, Mas Dodo, Mbak Harni, Mbak Iik, Mbak
Lia yang telah menjadi pemandu, pengingat, dan penyemangatku;
3. Rekan berpetualang.
vi
PRAKATA
Puji Syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan keagungan-Nya sehingga
skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rendahnya Partisipasi
Pendidikan Tingkat SMP di Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan”
ini dapat diselesaikan dengan baik sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Geografi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hariyanto, M.Si., selaku
Dosen Pembimbing, yang telah memberikan saran dan arahan selama proses
penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada
pihak-pihak lain yang telah membantu penyusunan skripsi, mulai dari perumusan
gagasan penelitian, penyusunan usulan penelitian, pengambilan data di lapangan,
hingga selesainya tulisan ini, di antaranya kepada :
1. Prof. Dr. Fathurrohman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang;
2. Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang;
3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., selaku Ketua Jurusan Geografi
Universitas Negeri Semarang;
4. Drs. Moch. Arifien, M.Si., selaku Dosen Penguji I yang telah berkenan
memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini;
5. Sriyanto, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Penguji II yang telah berkenan
memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini;
vii
6. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian dan
Pengembangan (BAPPEDA) Kabupaten Pekalongan yang telah memberikan
ijin penelitian;
7. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pekalongan yang telah
memberikan informasi dalam penelitian;
8. Camat Petungkriyono yang telah mengizinkan penelitian di Kecamatan
Petungkriyono dan telah membantu kelancaran proses penelitian;
9. SMP 1 Petungkriyono, SMP SATAP Tlogohendro, SMP SATAP Tlogopakis,
dan SMP SATAP Simego yang telah memberikan informasi dalam
penelitian;
10. Seluruh masyarakat Kecamatan Petungkriyono yang menerima dan
memberikan informasi dengan terbuka selama penelitian;
11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini sedikit-banyak dapat memberikan sumbangan positif
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan terapan, karena sebaik-baiknya ilmu
adalah yang mampu memberikan manfaat. Aamiin.
Semarang, Februari 2020
Penyusun
Luthfiana Qonita
viii
SARI
Qonita, Luthfiana. 2020. Faktor-faktor yang Memengaruhi Rendahnya
Partisipasi Pendidikan Tingkat SMP di Kecamatan Petungkriyono Kabupaten
Pekalongan. Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing: Dr. Hariyanto, M.Si.. 100 halaman.
Kata Kunci : Partisipasi, Pendidikan, SMP
Kecamatan Petungkriyono merupakan salah satu kecamatan dengan
topografi pegunungan di Kabupaten Pekalongan sekaligus merupakan kecamatan
terjauh dari pusat kabupaten, dengan jarak 42 km. Meskipun di Kecamatan
Petungkriyono terdapat empat fasilitas SMP, yaitu satu SMP reguler dan tiga SMP
Satu Atap, namun APK SMP di Kecamatan Petungkriyono masih dibawah rata-
rata kabupaten, yaitu 65,88%. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti
faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya partisipasi pendidikan tingkat SMP
dan jangkauan pelayanan SMP di Kecamatan Petungkriyono Kabupaten
Pekalongan.
Penelitian dilaksanakan dengan metode pengumpulan data berupa
dokumentasi, observasi, wawancara dan angket. Populasi sebanyak 30 orang anak
yang sudah pernah bersekolah tingkat SMP tetapi tidak selesai hingga lulus pada
tahun ajaran 2019. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel total
sampling sehingga keseluruhan populasi dijadikan sebagai sampel penelitian.
Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan mengelompokkan
data sesuai kriteria yang ditentukan dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: faktor hasil (output) termasuk kriteria
sedang; faktor masukan dasar (raw input) termasuk kriteria rendah; faktor
masukan sarana (instrumental input) termasuk kriteria rendah; faktor lingkungan
(environmental input) termasuk kriteria sedang; faktor proses termasuk kriteria
sedang; faktor sosial ekonomi termasuk kriteria tinggi; faktor geografis termasuk
kriteria sedang; faktor budaya termasuk kriteria sedang; faktor demografis
termasuk kriteria rendah; dan seluruh desa di Kecamatan Petungkriyono sudah
terjangkau oleh fasilitas pendidikan SMP.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan faktor dominan yang memengaruhi
rendahnya partisipasi pendidikan tingkat SMP di Kecamatan Petungkriyono
adalah dari faktor internal yaitu masukan dasar (raw input) dan masukan sarana
(instrumental input) sedangkan dari faktor eksternal yaitu kondisi demografis,
serta seluruh desa di Kecamatan Petungkriyono sudah terjangkau oleh fasilitas
pendidikan SMP. Saran yang diajukan adalah (1) agar orangtua melakukan
komunikasi secara intens dan memantau kegiatan belajar anak untuk
meningkatkan motivasi belajar anak; (2) unsur masyarakat harus ikut andil
memberikan dukungan terhadap pendidikan di sekolah dalam bentuk material
maupun non material untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekolah.
ix
ABSTRACT
Qonita, Luthfiana. 2020. The Factors that Influence Low Educational
Participation of Junior High School Level in Petungkriyono District Pekalongan
Regency. Undergraduate Thesis. Department of Geography. Faculty of Social
Science. Semarang State University. Adviser: Dr. Hariyanto, M.Si.. 100 pages.
Key Words : Participation, Education, Junior High School
Petungkriyono District is one of the district with topography of mountains in
Pekalongan Regency and also the furthest district from the capital, 42 km away.
Although there are four Junior High School facilities in Petungkriyono District,
that are one regular school and three One-Roof School, but the Gross Enrollment
Rate of Junior High School there still under the regency’s average 65,88%.
Therefore, the researcher interested to investigates the factors that influence low
educational participation at Junior High School level and the range of service of
Junior High School in Petungkriyono District, Pekalongan Regency.
The data collection method in this research is documentation, observation,
interview, and questionnaire. The population is 30 people who used to school in
Junior High School in educational year 2019 but dropped out before they
graduate. The sampling method used in this research is total sampling method so
that the sample used in ths research is all the population. The data analysis
method is description analysis by grouping the data in tune to the criteria and
presented into frequency distribution table.
The result reveals that: output factor obtain criteria ‘enough’; raw input
factor obtain criteria ‘low’; instrumental input factor reveals low completeness;
environmental input factor obtain criteria ‘enough’; process factor obtain criteria
‘enough’; social-economy factor obtain criteria ‘high’; geographic factor obtain
criteria ‘enough’; cultural factor obtain criteria ‘enough’; demographic factor
reveals the population have low quality; and all villages in Petungkriyono District
are already reached out by educational facilities of Junior High School in there.
The following conclusion based on this research is that the main factors that
influence low educational participation in Junior High School level in
Petungkriyono District are raw input and instrumental input both from internal
factors and demographic situation from external factors. Researcher suggests that
(1) parents should communicate more intensively to their children so they can
improve their motivation for school; (2) the community should give support in
form of materials or non materials things to improvement of school facilities.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….....
PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………..
PENGESAHAN KELULUSAN ………………………………….………….
PERNYATAAN ……………………...……………………………………….
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………….………………..
PRAKATA …………………………………………………………………….
SARI …………………………………………………………………………...
DAFTAR ISI ……………...…………………………………………………..
DAFTAR TABEL …………………………………………………….............
DAFTAR GAMBAR …………………..……………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN …….……………..………………………………….
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
x
xii
xv
xiv
BAB I PENDAHULUAN ……………………………..……………………...
A. Latar Belakang Masalah …………………………….…………………..
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………...
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………….
E. Batasan Istilah ………………………………………………………...
1
1
8
8
9
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ………...
A. Deskripsi Teoritis ………………………………………………….…….
1. Partisipasi …………………………………………………………….
2. Pendidikan ………………………………………………………........
3. Partisipasi Pendidikan ………………………………………………..
4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Partisipasi Pendidikan ………........
5. Jangkauan Pelayanan ……………………………………………........
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ……………………………….…..
C. Kerangka Berpikir ……………………………………………………….
11
11
11
12
15
16
21
24
30
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………….
A. Populasi Penelitian …………………………………………………........
B. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ……………………………….
C. Variabel Penelitian …………………………………………………........
D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ………….……………………........
32
32
32
33
34
xi
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen …………………………………
F. Teknik Analisis Data …………………………………………………….
35
37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………….
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………………………………
B. Hasil Penelitian ………………………………………………………….
1. Deskripsi Data ………………………………………………………..
2. Deskripsi Responden ………………………………………………...
3. Analisis Data …………………………………………………………
C. Pembahasan ……………………………………………………………..
43
43
50
50
50
52
63
BAB V PENUTUP ………………………………...…………………………
A. Kesimpulan ……………………………………………………………...
B. Saran …………………………………………………………………….
74
74
74
DAFTAR PUSTAKA …………………….…………………………………
LAMPIRAN ……………………………...…………………………………...
76
79
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. APK SMP per Kecamatan se-Kabupaten Pekalongan ……………... 4
Tabel 2.1. Standar Penyediaan Fasilitas Pelayanan Pendidikan SMP…………. 23
Tabel 2.2. Penelitian-penelitian yang Relevan ………………………………... 27
Tabel 3.1. Kriteria Jawaban Angket …………………………………………... 35
Tabel 3.2. Kriteria Faktor Output……………………………………………… 38
Tabel 3.3. Kriteria Faktor Raw Input ………………………………………….. 39
Tabel 3.4. Kriteria Faktor Environmental Input ………………………………. 39
Tabel 3.5. Kriteria Faktor Proses ……………………………………………… 39
Tabel 3.6. Kriteria Faktor Sosial Ekonomi ……………………………………. 40
Tabel 3.7. Kriteria Faktor Geografis …………………………….…………….. 40
Tabel 3.8. Kriteria Faktor Budaya …………………………………………….. 41
Tabel 4.1. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Petungkriyono ………………. 45
Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis
Kelamin …………………………………………………………….. 47
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk yang Bekerja di tiap Sektor …………………….. 48
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan……….………. 49
Tabel 4.5. Deskripsi Responden……………………………………………….. 51
Tabel 4.6. Pekerjaan Orangtua Responden ……………………………………. 52
Tabel 4.7. Perolehan Skor Jawaban Angket untuk Faktor Output ……………. 53
Tabel 4.8. Perolehan Skor Jawaban Angket untuk Faktor Raw Input ………… 54
Tabel 4.9. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Sekolah ………………………. 56
Tabel 4.10. Perolehan Skor Jawaban Angket untuk Faktor Environmental Input 57
Tabel 4.11. Perolehan Skor Jawaban Angket untuk Faktor Proses …………….. 58
Tabel 4.12. Perolehan Skor Jawaban Angket untuk Faktor Sosial-Ekonomi …... 59
Tabel 4.13. Perolehan Skor Jawaban Angket untuk Faktor Geografis …………. 60
Tabel 4.14. Perolehan Skor Jawaban Angket untuk Faktor Budaya ………….... 61
Tabel 4.15. Jangkauan Pelayanan Fasilitas SMP di Kecamatan Petungkriyono... 62
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Jarak Tiap Kecamatan ke Pusat Kabupaten (Kajen) …………. 5
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ……………………………………………. 31
Gambar 4.1. Peta Kecamatan Petungkriyono ……….…………………….. 44
Gambar 4.2. Doplak dan Jalan Utama ……………………………………... 46
Gambar 4.3. Persentase Luas Penggunaan Lahan ………………………….. 47
Gambar 4.4. Kelas terakhir responden sebelum berhenti sekolah …………. 63
Gambar 4.5. Aktifitas Orangtua yang Bekerja sebagai Petani …………...... 68
Gambar 4.6. Kondisi Jalan Utama, Kondisi Jalan Desa Rusak Sedang, dan
Kondisi Jalan Desa Belum Diaspal …………………………... 71
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Angket Penelitian …………………………………... 79
Lampiran 2. Instrumen Penelitian (Angket) ……………………..………… 80
Lampiran 3. Instrumen Penelitian (Wawancara) …………………………... 86
Lampiran 4. Tabel Uji Validitas ………………………………………….... 87
Lampiran 5. Tabel Uji Reliabilitas ………………………………………… 89
Lampiran 6. Tabel Daftar Responden Penelitian …………………………... 90
Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Jawaban Angket ……………………..….... 91
Lampiran 8. Hasil Jawaban Angket ………………………........................... 92
Lampiran 9. Hasil Wawancara……………………………………...…........ 98
Lampiran 10 Peta Jangkauan Pelayanan Fasilitas SMP…………………….. 100
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penegasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hak setiap warga negara tanpa terkecuali. Hal tersebut
tertulis dengan jelas dalam Pasal 31 ayat 1 Undang-undang Dasar 1945 bahwa
“Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.”. Dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tertulis
bahwa pemerintah memiliki kewajiban memberikan layanan dan kemudahan,
serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
negara tanpa diskriminasi. Dengan demikian berarti setiap warga negara berhak
mendapat kesempatan dan keadilan yang sama dalam memperoleh pendidikan
yang layak tanpa memandang latar belakang ekonomi, sosial, agama maupun
kondisi geografis.
Selain menambah pengetahuan, melalui pendidikan manusia akan dapat
melatih dan meningkatkan keterampilan untuk melakukan sesuatu yang
akhirnya akan meningkatkan produktifitas kerja. Kualitas dan kemampuan
sumber daya manusia Indonesia yang baik akan dapat meningkatkan
pendapatan dan produktifitas, serta daya tarik Indonesia bagi kalangan investor
sehingga dapat bersaing di pasar global. Salah satu indikator untuk mengetahui
kualitas sumber daya manusia suatu negara adalah melalui pendidikan.
Keberhasilan pemerintah dalam membangun pendidikan akan berpengaruh
2
besar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional. Untuk itu, pemerintah
telah menetapkan program prioritas nasional yang salah satunya adalah
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan mutu
pendidikan, yaitu Program Pembangunan Pendidikan dan Program Wajib
Belajar 9 tahun.
Program Pembangunan Pendidikan digambarkan dalam Misi 5 K, yaitu
ketersediaan layanan pendidikan, keterjangkauan layanan pendidikan,
meningkatkan kualitas mutu pendidikan, mewujudkan kesetaraan untuk
pendidikan, dan menjamin kepastian mendapatkan layanan pendidikan.
Kemudian, Program Wajib Belajar 9 Tahun dijelaskan dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 pasal 1 bahwa program
pendidikan minimal yang harus diikuti warga negara Indonesia atas tanggung
jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah jenjang pendidikan
dasar yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar yang
dimaksud berbentuk Sekolah Dasar (SD) atau sederajat dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) atau sederajat. Pada perkembangannya untuk menjaga
kesinambungan Program Wajar Dikdas 9 Tahun, dan relatif banyaknya lulusan
SMP/sederajat yang tidak melanjutkan sekolah serta masih belum layak
bekerja sehingga bila tidak bersekolah akan memiliki dampak sosial kurang
baik, maka pemerintah akan menerapkan program Pendidikan Menengah
Universal (PMU) sebagai rintisan Wajib Belajar 12 Tahun (Handayani,
2012:40).
3
Pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan berjalan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat akan memberikan perubahan positif bagi pembangunan.
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat partisipasi
masyarakat dalam pendidikan adalah melalui Angka Partisipasi Kasar (APK).
APK menunjukkan banyaknya anak yang bersekolah sesuai dengan jenjang
pendidikan tertentu tanpa memerhatikan usia. Berdasarkan Renstra Kemdikbud
2015-2019 target, pencapaian APK SMP secara nasional untuk tahun 2017
adalah 82.40%. Bagi wilayah yang besaran APK tidak sampai 100
menunjukkan masih ada wilayah dimana terdapat anak yang seharusnya
sekolah ternyata tidak (Junaidi, 2010:2). Data APK SMP Kabupaten
Pekalongan terdapat pada tabel berikut.
4
Tabel 1.1. APK SMP per Kecamatan se-Kabupaten Pekalongan
No. Kecamatan APK Topografi
1. Buaran 128.64 Dataran rendah
2. Kajen 109.83 Dataran rendah
3. Talun 107.70 Pegunungan
4. Wonopringgo 104.42 Dataran rendah
5. Karanganyar 98.24 Dataran rendah
6. Wiradesa 94.53 Dataran rendah
7. Kedungwuni 93.60 Dataran rendah
8. Sragi 92.53 Dataran rendah
9. Kandangserang 78.81 Pegunungan
10. Paninggaran 76.75 Pegunungan
11. Wonokerto 74.75 Dataran rendah
12. Kesesi 74.29 Dataran rendah
13. Bojong 72.17 Dataran rendah
14. Petungkriyono 65.88 Pegunungan
15. Siwalan 58.91 Dataran rendah
16. Doro 50.34 Pegunungan
17. Lebakbarang 48.48 Pegunungan
18. Karangdadap 48.46 Dataran rendah
19. Tirto 41.65 Dataran rendah
Rata-rata 81.54
Sumber: BPS Kabupaten Pekalongan, 2017
Kabupaten Pekalongan memiliki APK SMP rata-rata sebesar 81.54%,
masih sedikit di bawah target nasional yaitu 82.40%. Dari 19 kecamatan yang
ada di Kabupaten Pekalongan, tujuh dari delapan kecamatan yang sudah
melampaui rata-rata kabupaten tersebut merupakan kecamatan dengan
topografi dataran rendah. Kecamatan Petungkriyono merupakan salah satu
kecamatan dengan topografi pegunungan yang memiliki APK SMP di bawah
rata-rata kabupaten, yaitu sebesar 65,88%. Dibandingkan kecamatan lain yang
memiliki APK SMP lebih rendah, aksesibilitas keluar masuk Kecamatan
5
Petungkriyono juga lebih sulit dan terisolir. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kondisi geografis memengaruhi pencapaian APK.
Namun selain kondisi geografis, penyebab lain yang mungkin dapat
memengaruhi tinggi rendahnya capaian APK suatu daerah adalah jarak dengan
pusat kota/kabupaten. Jarak suatu daerah dengan pusat kabupaten dapat
memengaruhi kelengkapan fasilitas umum yang tersedia, termasuk fasilitas
pelayanan pendidikan. Jika fasilitas pelayanan pendidikan kurang memenuhi
kebutuhan masyarakat suatu daerah, maka akan dapat menjadi penghambat
masyarakat dalam memenuhi haknya untuk mendapatkan pendidikan.
Gambar 1.1. Jarak Tiap Kecamatan ke Pusat Kabupaten Pekalongan (Kajen)
Kecamatan Petungkriyono terletak 42 km di selatan pusat Kabupaten
Pekalongan yaitu Kecamatan Kajen, dan merupakan kecamatan terjauh dari
pusat Kabupaten Pekalongan. Kecamatan Petungkriyono merupakan wilayah
Kabupaten Pekalongan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan
0 10 20 30 40 50
Kajen
Kesesi
Wonopringgo
Doro
Sragi
Talun
Wonokerto
Lebakbarang
Paninggaran
Petungkriyono
Jarak (km)
6
Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara di sebelah selatan dan Kecamatan Bandar,
Kabupaten Batang di sebelah timur. Kondisi geografis Kecamatan
Petungkriyono berupa pegunungan dengan ketinggian rata-rata 1294 mdpl.
Wilayahnya didominasi oleh hutan alam yang masih asri. Menurut BPS, pada
tahun 2017 kecamatan yang luasnya mencapai 73,58 km2
ini memiliki jumlah
penduduk sebanyak 12.853 jiwa.
Fasilitas umum seperti pasar untuk kegiatan perekonomian, kesehatan,
pendidikan, dan transportasi di Kecamatan Petungkriyono umumnya masih
terbatas. Untuk memenuhi kebutuhannya, masyarakat harus pergi ke pasar
yang berada di luar kecamatan karena Kecamatan Petungkriyono tidak
memiliki pasar. Dikarenakan tidak ada fasilitas transportasi angkutan umum
dan sulitnya medan jalan yang dilalui, akses keluar masuk Kecamatan
Petungkriyono umumnya menggunakan mobil pickup modifikasi yang disebut
warga setempat doplak. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan
Petungkriyono berupa Puskesmas sejumlah satu unit. Sedangkan untuk fasilitas
pendidikan, terdapat 4 TK, 22 SD, 4 SMP, dan 1 SMA. Akses keluar masuk
wilayah yang sulit juga membuat tidak adanya siswa yang berasal dari luar
kecamatan bersekolah di Kecamatan Petungkriyono.
Salah satu cara untuk meningkatkan partisipasi pendidikan tingkat SMP
yang masih rendah di suatu daerah adalah dengan menyediakan fasilitas
pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan penduduk di daerah
tersebut. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007
menyebutkan bahwa setiap dua ribu penduduk membutuhkan satu fasilitas
7
SMP/sederajat. Sedangkan di Kecamatan Petungkriyono terdapat empat
fasilitas SMP, yaitu SMP Negeri 1 Petungkriyono, dan tiga sekolah lainnya
merupakan sekolah satu atap yaitu SMP Satu Atap Tlogohendro, SMP Satu
Atap Tlogopakis, dan SMP Satu Atap Simego. Menurut data dari Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pekalongan, pada tahun ajaran
2017/2018, sebanyak 392 anak tercatat sebagai siswa SMP di Kecamatan
Petungkriyono. Meskipun rasio jumlah penduduk dengan jumlah sekolah
masih belum memenuhi standar sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 24 Tahun 2007, hal tersebut tidak dapat langsung ditentukan sebagai
penyebab rendahnya partisipasi pendidikan tingkat SMP di Kecamatan
Petungkriyono.
Berdasarkan pengamatan awal, diketahui beberapa siswa SMP
memutuskan tidak melanjutkan sekolah dan bekerja di lahan pertanian dengan
alasan faktor jarak dan persepsi orangtua mereka mengenai pendidikan.
Masyarakat Kecamatan Petungkriyono terutama yang bekerja di bidang
pertanian, memiliki persepsi bahwa belajar di sekolah adalah hal yang tidak
terlalu penting. Karena berdasarkan pengalaman, tanpa sekolah pun anak-anak
mereka sudah bisa menghasilkan uang dari hasil pertanian yang melimpah.
Dan apabila waktu mereka digunakan untuk membantu pekerjaan orangtua
maka akan lebih menguntungkan daripada digunakan untuk bersekolah.
Apalagi dengan diberlakukannya Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 yang
mempertegas bahwa Komite Sekolah dilarang meminta pungutan kepada
peserta didik atau orangtua/wali, para orangtua merasa semakin tidak memiliki
8
beban untuk mengijinkan anak-anaknya tidak melanjutkan sekolah karena tidak
adanya beban biaya yang sudah dibayarkan kepada sekolah.
Dengan melihat kondisi objektif di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Rendahnya Partisipasi Pendidikan Tingkat SMP di Kecamatan Petungkriyono
Kabupaten Pekalongan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi rendahnya partisipasi
pendidikan tingkat SMP di Kecamatan Petungkriyono Kabupaten
Pekalongan?
2. Bagaimana jangkauan pelayanan SMP di Kecamatan Petungkriyono
Kabupaten Pekalongan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya partisipasi
pendidikan tingkat SMP di Kecamatan Petungkriyono Kabupaten
Pekalongan;
2. Mengetahui jangkauan pelayanan SMP di Kecamatan Petungkriyono
Kabupaten Pekalongan.
9
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini ada dua yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
pengetahuan dan bahan kajian terkait program pembangunan pendidikan
secara umum dan kendala pelaksanaan pendidikan dasar secara khusus.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini ada tiga, bagi peneliti, peneliti yang
akan datang, dan pemerintah. Manfaat praktis bagi peneliti adalah sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Geografi di
Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Manfaat praktis bagi peneliti yang akan datang adalah sebagai referensi
dalam penelitian yang terkait dengan program pembangunan pendidikan dan
kendala pelaksanaan pendidikan dasar. Manfaat praktis bagi pemerintah
adalah sebagai bahan masukan terkait kebijakan di bidang pendidikan dasar.
E. Batasan Istilah
Ruang lingkup permasalahan perlu dipertegas agar penelitian lebih
terarah, maka istilah-istilah dalam judul penelitian ini perlu diberikan
penegasan sebagai berikut:
1. Partisipasi Pendidikan
Partisipasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keikutsertaan
penduduk usia sekolah dalam menggunakan haknya untuk mengakses
pendidikan tingkat SMP. Partisipasi pendidikan dalam penelitian ini dilihat
10
dari besaran Angka Partisipasi Kasar (APK), karena mencerminkan
partisipasi pendidikan secara umum dan tidak memperhitungkan ketepatan
usia sekolah.
2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Partisipasi Pendidikan
Faktor-faktor yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor yang
berpengaruh pada kelancaran penduduk usia sekolah terhadap
keikutsertaannya dalam kegiatan pendidikan tingkat SMP yaitu faktor
internal yang meliputi output, raw input, instrumental input, environmental
input, dan proses serta faktor eksternal yang meliputi kondisi sosial
ekonomi, budaya, demografis, dan geografis.
3. Jangkauan Pelayanan
Jangkauan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran
sejauh mana fasilitas SMP yang ada dapat menjangkau wilayah yang ada
disekitarnya, yang dapat diketahui dari jumlah siswa dan jarak tempat
tinggal siswa dari sekolah tersebut.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
Bab ini akan membahas tentang tinjauan pustaka yang berisi tentang teori
partisipasi, pendidikan, partisipasi pendidikan, faktor-faktor yang memengaruhi
partisipasi pendidikan, dan jangkauan pelayanan. Selain itu pada bab ini disajikan
pula kajian penelitian yang relevan dan kerangka berfikir penelitian.
A. Deskripsi Teoritis
1. Partisipasi
Menurut Sumardi yang dikutip oleh Andreeyan (2014:1940)
partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam
proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk
kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal
dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil
pembangunan.
Partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk
mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana
diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottom up)
dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan
pembangunan masyarakatnya (Tilaar, 2009: 287).
Lebih lanjut, Shaeffer (1994) dalam Aref (2010:1) membedakan
partisipasi menjadi lima jenis, yaitu :
a. Keterlibatan melalui kontribusi uang, materi, dan tenaga kerja);
b. Keterlibatan melalui kehadiran pasif;
12
c. Keterlibatan melalui konsultasi persoalan tertentu;
d. Partisipasi dalam pengadaan pelayanan;
e. Partisipasi sebagai pelaksana; dan
f. Partisipasi secara nyata di setiap tahap termasuk mengidentifikasi
masalah, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Untuk mencapai keberhasilan dalam suatu program pembangunan,
salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah adanya keikutsertaan atau
partisipasi masyarakat di dalam bidang pembangunan tersebut.
2. Pendidikan
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar serta terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk menumbuhkan keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Notoatmodjo (2003:16) mendefinisikan pendidikan sebagai segala
upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain baik individu,
kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan memengaruhi secara penuh
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, hal ini bukan saja karena pendidikan
akan berpengaruh terhadap produktifitas, tetapi juga akan berpengaruh
terhadap fertilitas masyarakat (Yusuf, 2014:78). Dengan pendidikan,
seseorang dipersiapkan menghadapi perubahan di masa yang akan datang.
13
Proses pendidikan menurut Mu’in (2011:290) berkaitan dengan
kegiatan yang terdiri dari proses dan tujuan berikut:
a. Proses pemberdayaan, adalah ketika pendidikan merupakan sebuah
kegiatan yang membuat manusia menjadi lebih berdaya menghadapi
keadaan.
b. Proses pencerahan dan penyadaran, adalah ketika pendidikan merupakan
proses mencerahkan manusia melalui dibukanya wawasan dengan
pengetahuan.
c. Proses memberikan motivasi dan inspirasi, adalah suatu upaya agar
peserta didik tergerak untuk bangkit dan berperan bukan hanya sekedar
karena arahan dan paksaan.
d. Proses mengubah perilaku, yaitu bahwa pendidikan memberikan nilai-
nilai ideal yang diharapkan dapat mengatur perilaku peserta didik.
Pada hakikatnya tujuan pendidikan adalah pengembangan potensi diri
agar bermanfaat bagi kehidupan pribadi maupun bagi masyarakat. Dalam
perspektif ekonomi, sosial, budaya dan politik, pendidikan harus mampu
mengembangkan kapasitas individu untuk menjadi warga negara yang baik
(good citizens), yang memiliki kesadaran akan hak dan tanggungjawab
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Suryana, 2017).
Aktifitas pendidikan dapat diwujudkan dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Bentuk-bentuk penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional ialah sebagai berikut:
14
a. Pendidikan Formal
Pendidikan formal memiliki beberapa jenjang dan diselenggarakan
resmi di sekolah. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar
merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah, dengan bentuk Sekolah Dasar (SD) atau bentuk lain yang
sederajat dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bentuk lain yang
sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari pendidikan
dasar, yang terdiri atas pendidikan menengah umum berbentuk Sekolah
Menengah Atas (SMA) atau bentuk lain yang sederajat dan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan
tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah menempuh pendidikan
menengah, yang meliputi program diploma, sarjana, magister, spesialis,
dan doktor yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi dengan sistem
terbuka. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, institut, politeknik,
sekolah tinggi, atau universitas.
b. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal dilakukan di lembaga yang berada pada
lingkungan masyarakat, sebagai pengganti maupun pelengkap pendidikan
formal. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil
program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan
oleh lembaga yang ditunjuk Pemerintah dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan.
15
c. Pendidikan Informal
Pendidikan informal merupakan usaha belajar yang dilakukan di
lingkungan keluarga dan masyarakat berbentuk kegiatan belajar mandiri.
Hasil pendidikan informal diakui setara dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar
nasional pendidikan.
3. Partisipasi Pendidikan
Departemen Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa partisipasi
pendidikan sebagai proses warga sekolah dan masyarakat terlibat aktif baik
secara individual maupun kolektif, secara langsung maupun tidak langsung
dalam pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, atau pengevaluasian pendidikan di sekolah.
Partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan yang baik akan
berhasil jika terdapat pemahaman yang sama tentang mutu pendidikan
secara intersubjektif (siswa, orangtua, guru).
Tingkat keberhasilan pemerintah dalam pelayanan pendidikan dapat
diketahui dari besarnya persentase penduduk usia sekolah yang bersekolah,
yang dikenal dengan istilah angka partisipasi pendidikan (Somantri,
2014:5). Menurut Pujianto (2017:23) dalam penelitiannya, untuk
mengetahui seberapa besar cakupan pelayanan pendidikan dan untuk
mengetahui berapa banyak anak yang belum terlayani pendidikannya untuk
setiap kelompok usia sekolah di setiap jenjang pendidikannya, dapat dilihat
dari tiga aspek, yaitu Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi
16
Murni (APM), dan Angka Partisipasi Kasar (APK). Dalam penelitian ini,
APK digunakan sebagai dasar pertimbangan karena lebih menggambarkan
partisipasi penduduk secara umum pada suatu tingkat pendidikan.
a. Angka Partisipasi Kasar
Menurut BPS, Angka Partisipasi Kasar adalah proporsi anak
sekolah pada suatu jenjang tertentu dalam kelompok usia yang sesuai
dengan jenjang pendidikan tersebut. APK berfungsi untuk menunjukkan
tingkat partisipasi penduduk secara umum pada suatu tingkat pendidikan.
APK yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat partisipasi terhadap
pendidikan, tanpa memperhatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang
pendidikannya. Nilai APK yang mendekati atau lebih dari 100%
menunjukkan bahwa ada siswa yang bersekolah belum mencukupi umur
dan atau melebihi umur yang seharusnya. Hal tersebut dapat terjadi
karena usia siswa terlalu tua atau muda saat pertama kali masuk sekolah,
pernah tinggal kelas, maupun mengikuti program akselerasi.
Sumber: BPS (dalam https://sirusa.bps.go.id/)
4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Pendidikan
Somantri (2014:56) dalam bukunya menyebutkan bahwa faktor-faktor
yang dapat memengaruhi diskontinuitas dan rendahnya transition rate
secara garis besar dapat bersumber dari faktor internal dan faktor eksternal
sistem pendidikan itu sendiri. Penyebab internal mencakup hal-hal yang
berkaitan dengan faktor hasil (output), antara lain ketatnya syarat kelulusan
17
dan terbatasnya variasi jenjang dan jalur program yang ditawarkan;
masukan dasar (raw input) yang karakteristik dan latar belakangnya
heterogen; masukan instrumental (instrumental input) yang terbatas, yakni
kurangnya sumber belajar-mengajar (seperti buku, guru, laboratorium, serta
fasilitas penunjang lainnya); faktor lingkungan; dan faktor proses, yakni
kelemahan manajerial sistem pendidikan. Adapun penyebab eksternal yang
menonjol diantaranya faktor sosial ekonomi, budaya, demografis, serta
kondisi geografis yang kurang menguntungkan.
a. Faktor Internal
1) Hasil (Output)
Hasil jangka pendek (output) pendidikan mencakup antara lain
kemampuan peserta didik, yang dapat diukur melalui prestasi belajar
siswa (Pujianto, 2017:25).
2) Masukan Dasar (Raw Input)
Masukan mentah (raw input) yang dimaksud menurut Sudjana
dalam (Syamsi, 2010:69) adalah peserta didik dengan berbagai
karakteristik yang dimilikinya, termasuk ciri-ciri yang berhubungan
dengan faktor internal yang meliputi struktur kognitif, pengalaman,
sikap, minat, keterampilan, kebutuhan belajar, aspirasi, dan
sebagainya serta ciri-ciri yang berhubungan dengan faktor internal
seperti keadaan keluarga dalam segi ekonomi, pendidikan, status
sosial, biaya dan sarana belajar serta cara dan kebiasaan belajar.
3) Masukan Sarana (Instrumental Input)
18
Masukan sarana (instrumental input) adalah berbagai hal yang
dapat dijadikan sarana atau fasilitas belajar. Fasilitas belajar di sekolah
merupakan sarana untuk melancarkan dan mempermudah proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar
siswa. Menurut Dalyono dalam Prasanta (2017:36) bahwa keadaan
sekolah atau tempat belajar akan mempengaruhi tingkat keberhasilan
belajar seperti kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian
kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan
di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid perkelas, pelaksanaan tata
tertib sekolah dan sebagainya, turut mempengaruhi keberhasilan
belajar siswa.
Semakin baik kondisi sarana dan prasarana pendidikan akan
memicu minat anak untuk bersekolah, sebaliknya semakin buruk
kondisi sarana dan prasarana pendidikan akan memengaruhi
rendahnya minat anak bersekolah.
4) Masukan Lingkungan (Environmental Input)
Sudjana mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masukan
lingkungan (environmental input) adalah faktor lingkungan yang
menunjang atau mendorong berjalannya program pendidikan yang
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sosial seperti teman bergaul
atau teman bekerja, lapangan kerja, kelompok sosial dan sebagainya,
serta lingkungan alam seperti iklim, lokasi, tempat tinggal (Syamsi,
2010:69).
19
5) Proses
Proses yang dimaksud adalah proses sosialisasi yang terjadi di
dalam keluarga sebagai lingkungan pertama terbentuknya kepribadian
anak. Hubungan pribadi di lingkungan keluarga (rumah) yang antara
lain hubungan ayah dengan ibu, anak dengan saudaranya, dan anak
dengan orangtua, mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap
perkembangan sosial anak (Rifa’i, 2015:50).
b. Faktor Eksternal
1) Sosial Ekonomi
Yang dimaksud faktor sosial ekonomi adalah suatu posisi atau
status seorang individu dan sebuah keluarga di dalam masyarakat
berdasarkan pendapatan, penghasilan, pekerjaan, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan yang harus dibiayai dalam satu keluarga, keadaan
fasilitas keluarga, dan kondisi pemenuhan kebutuhan pada keluarga
tersebut (Saepuloh, 2018:103).
2) Budaya
Koentjaraningrat (2000:181) menerangkan bahwa kebudayaan
atau disingkat budaya adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Faktor budaya yang
dimaksud berkaitan dengan kebiasaan masyarakat sekitar mengenai
perilakunya terhadap pendidikan. Motivasi anak terhadap aktifitas
sekolah tidak hanya dipengaruhi oleh pengalaman sekolah mereka
20
tetapi juga oleh kebiasaan lingkungan masyarakat sekitar, yaitu
pandangan mengenai pendidikan yang tidak terlalu penting.
3) Demografis
Struktur demografi sangat berperan penting dalam bidang
pendidikan. Data kondisi demografis suatu daerah dapat digunakan
untuk merumuskan kebijakan dan perencanaan terkait dengan
pendidikan. Kualitas penduduk di suatu daerah juga dapat diketahui
dari kualitas pendidikan di daerah tersebut. Komponen demografi
yang dimaksud meliputi jumlah penduduk berdasarkan struktur
demografi berupa umur kelompok, jenis kelamin, beban tanggungan,
dan kepadatan penduduk.
4) Geografis
Faktor geografis yang dimaksud meliputi jarak, lokasi, dan
aksesibilitas.
a) Jarak
Jarak merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
ekonomi. Jarak berkaitan erat dengan jarak tempuh, baik yang
waktu perjalanan maupun biaya angkutan yang diperlukan dalam
upaya pemenuhan kebutuhan.
b) Lokasi
Lokasi suatu tempat dalam suatu wilayah penting, demikian
pula relasi keruangan yang lain seperti posisinya, jaraknya dari
tempat lain, wilayah itu sendiri memiliki luas serta bentuk yang ada
21
artinya pula bagi persatuan bangsa, perkembangan ekonomi
ataupun kontak dengan wilayah lain secara kultural dan politik
(Daljoeni, 2014:22).
c) Aksesibilitas
Johnston dalam Hardati (2016:206) memberikan pengertian
aksesibilitas sebagai kemungkinan mudah terjangkau, untuk dapat
menjangkau dibutuhkan kemampuan (ability). Selanjutnya
dikemukakan aksesibilitas dapat dilihat dari dua dimensi, yakni
dimensi geometrik yang berhubungan dengan jarak, dan dimensi
sosial yang lebih menekankan pada kemampuan individu dalam
mencapai pelayanan yang diinginkan. Selain faktor jarak geografis
dan morfologi wilayah (topografi dan lingkungan fisik), terdapat
banyak faktor yang menentukan tingkat aksesibilitas wilayah,
diantaranya adalah sistem jaringan transportasi, ketersediaan jalan,
sarana transportasi, kualitas dan kuantitas jalan, dan tata guna lahan
(Muta’ali, 2015: 189).
5. Jangkauan Pelayanan
Lokasi berbagai kegiatan seperti rumah tangga, pertokoan, pabrik,
pertanian, pertambangan, sekolah, dan tempat ibadah tidaklah asal saja/acak
berada di lokasi tersebut, melainkan menunjukkan pola dan susunan
(mekanisme) yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti (Tarigan, 2009:77).
Lokasi sarana pendidikan diharapkan berada dalam jarak yang optimum
terhadap kawasan penduduk atau daerah permukiman, supaya siswa tidak
22
memerlukan jarak perjalanan yang jauh untuk menjangkau sarana
pendidikan (Nasrudin, 2012). Ketersediaan fasilitas pelayanan pendidikan
di suatu daerah harus mampu memberikan jangkauan pelayanan minimal
agar mudah dijangkau oleh siswa.
Penduduk yang tinggal di suatu wilayah membutuhkan ketersediaan
fasilitas pelayanan untuk menunjang aktifitasnya dalam menjalani
kehidupan di berbagai bidang. Menurut Muta’ali (2015:193), secara umum
fasilitas dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu fasilitas pelayanan umum,
sosial dan ekonomi. Fasilitas pelayanan umum dan sosial sebagian besar
merupakan tanggungjawab pemerintah dan umumnya tersedia di semua
tempat, seperti pendidikan, kesehatan, dan jalan. Sedangkan fasilitas
pelayanan ekonomi umumnya mengikuti kebutuhan pasar dan tidak tersedia
di semua tempat.
Penyediaan fasilitas pelayanan memiliki ambang (treshold) dan
jangkauan (range) tertentu. Fasilitas pelayanan pendidikan SMP termasuk
tipe low order goods services (atau jasa pelayanan yang memiliki treshold
dan range kecil. Jenis pelayanan tersedia dalam jumlah besar dan terdapat di
semua tempat (merata) serta berada di desa atau daerah dengan hirarki
rendah (Muta’ali, 2015:193). Luas jangkauan pelayanan pendidikan
minimal sangat tergantung pada tingkat kepadatan penduduk pada wilayah,
makin tinggi kepadatan penduduk maka makin kecil wilayah jangkauan
pelayanan pendidikan begitu juga sebaliknya (Widianantari, 2008:32).
23
Beberapa literatur yang menyebutkan standar treshold dan range fasilitas
pelayanan pendidikan di antaranya sebagai berikut:
1) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007,
menyebutkan bahwa “satu kelompok permukiman permanen dan
terpencil dengan banyak penduduk lebih dari 1000 jiwa dilayani oleh
satu SMP/MTs dalam jarak tempuh bagi peserta didik yang berjalan kaki
maksimum 6 km melalui lintasan yang tidak membahayakan”.
2) Menurut Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana Pendidikan
Departemen Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya seperti yang dikutip
dalam penelitian Kahfi (2017:17), jarak maksimum yang ditempuh untuk
jenis sarana pendidikan SMP adalah sejauh 1000 m.
3) Standar SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan, menyebutkan bahwa satu sarana pendidikan
SMP disediakan untuk jumlah penduduk pendukung sebanyak 4.800 jiwa
dengan radius jangkauan (range) maksimal sejauh 1000 m.
Tabel 2.1 Standar Penyediaan Fasilitas Pelayanan Pendidikan SMP
No. Acuan Treshold
(jiwa)
Range
(m)
1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No.24 Tahun 2007
1000 6000
2. Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana
Pendidikan Departemen Pekerjaan Umum
Bidang Cipta Karya
4800 1000
3. Standar SNI 03-1733-2004 tentang Tata
Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan
di Perkotaan
4800 1000
Sumber : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2007, Standar
Perencanaan Kebutuhan Sarana Pendidikan Departemen Pekerjaan Umum
Bidang Cipta Karya, SNI 03-1733-2004
24
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan sebelumnya
terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya partisipasi
pendidikan. Beberapa penelitian yang relevan antara lain sebagai berikut.
Penelitian yang dilakukan oleh Nevy Farista Aristin dalam Jurnal
Pendidikan Geografi Vol. 20, No.1; 2015 Univeritas Lambung Mangkurat,
dengan judul Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Anak Putus Sekolah
Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Bondowoso. Dalam
penelitian tersebut ditemukan fakta bahwa di kecamatan yang memiliki sarana
dan prasarana memadai dan berada di tengah pusat kabupaten, justru memiliki
jumlah anak putus sekolah tingkat SMP paling tinggi se-kabupaten. Dengan
teknik analisis data tabulasi silang, hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa faktor tingkat pendapatan orangtua memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap keputusan anak melanjutkan sekolah.
Penelitian yang dilakukan Hamzulida Rizqia Rahmatika berjudul Faktor-
faktor yang Memengaruhi Angka Partisipasi Kasar (APK) Jenjang Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama pada Masyarakat Pesisir di Kecamatan Sarang
Kabupaten Rembang Tahun 2015. Rendahnya partisipasi penduduk yang
berprofesi sebagai nelayan terhadap pendidikan dibandingkan dengan
kecamatan wilayah pesisir lainnya menjadi masalah yang dibahas dapam
penelitian tersebut. Dengan menggunakan teknik analisis deskriptif presentase,
diketahui bahwa faktor yang memengaruhi APK jenjang sekolah menengah
pertama di wilayah pesisir Kecamatan Sarang adalah motivasi.
25
Penelitian Dadang Saepuloh dan Agus Suherman dalam Jurnal Penelitian
dan Karya Ilmiah Edisi XVIII, Vol. 2; 2018 Universitas Islam Syekh-Yusuf,
berjudul Analisis Penyebab Angka Putus Sekolah dan Kondisi Sosial Ekonomi
Keluarga di Kota Tangerang. Penelitian tersebut berjenis deskriptif kualitatif
dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian tersebut
mengungkapkan tingginya angka putus sekolah di Kota Tangerang disebabkan
oleh ekonomi masyarakat yang lemah, kurangnya usaha dari orangtua dalam
membujuk anaknya dalam melanjutkan pendidikan, dan kurang meratanya
pendataan dari pemerintah setempat dalam merespon program pendidikan
sehingga masih banyak orang yang kurang mampu tidak mendapatkan program
tersebut.
Penelitian dalam disertasi Andryan Setyadharma dari Massey University,
Manawatu, New Zealand pada tahun 2017 berjudul Upper Secondary School
Dropout: Lessons From Central Java Province, Indonesia. Penelitian tersebut
menggunakan teori-teori ekonomi untuk menjelaskan fenomena siswa putus
sekolah dan teori Human Capital untuk menjelaskan pentingnya investasi
sekolah menengah untuk masa depan yang lebih baik. Penelitian tersebut
menyebutkan bahwa “financial problems were the main reason for dropout,
pregnancy, marriage, and being bored of schooling were also cited by the
respondents as reasons to drop out,” yang berarti alasan utama putus sekolah
adalah masalah keuangan, alasan lain adalah kehamilan, pernikahan, dan bosan
sekolah.
26
Penelitian yang dilakukan oleh Seyma Sahin, Zeynep Arseven, dan
Abdurrahman Kilic, dalam International Journal of Instruction Vol. 9, No. 1;
2016, berjudul Causes of Student Absenteeism and School Dropouts. Meneliti
penyebab ketidakhadiran dan putus sekolah di tingkat SD, SMP, dan SMA di
Provinsi Duzce, Turki. Disebutkan bahwa mereka yang putus sekolah
mengalami lebih banyak masalah kesehatan, peningkatan resiko terlibat
kejahatan, dan bekerja dengan pendapatan yang rendah. Faktor yang
menyebabkan adalah dari keluarga, sikap guru dan pegawai sekolah, peraturan
sekolah, siswa dan lingkungan.
27
Tabel 2.2. Penelitian-penelitian yang Relevan
Peneliti, Tahun,
Judul
Masalah dan
Tujuan
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Farista Aristin,
Nevy. 2015.
Faktor-faktor
yang Berpengaruh
Terhadap Anak
Putus Sekolah
Tingkat Sekolah
Menengah
Pertama (SMP) di
Kecamatan
Bondowoso.
Masalah :
Kecamatan yang
memiliki sarana
dan prasarana
memadai dan
berada di tengah
pusat kabupaten
namun memiliki
anak SMP putus
sekolah yang
paling tinggi se-
kabupaten.
Tujuan :
Mengetahui
faktor-faktor yang
memengaruhi
anak putus
sekolah tingkat
SMP
Variabel :
1) Jarak sekolah
2) Jenis pekerjaan
orang tua
3) Jumlah
tanggungan
keluarga
4) Tingkat
pendidikan orang
tua
5) Tingkat
pendapatan orang
tua
6) Kegiatan
produktif anak
dalam rumah
tangga
Teknik Analisis
Data :
Crosstab (tabulasi
silang)
Variabel tingkat
pendapatan
orangtua memiliki
pengaruh yang
sangat besar
terhadap
keputusan anak
untuk
melanjutkan atau
putus sekolah
pada tingkat
SMP.
Rizqia
Rahmatika,
Hamzulida. 2016.
Faktor-faktor
yang
Memengaruhi
Angka Partisipasi
Kasar (APK)
Jenjang
Pendidikan
Sekolah
Menengah
Pertama Pada
Masyarakat
Pesisir di
Kecamatan
Sarang Kabupaten
Rembang Tahuun
2015.
Masalah :
Rendahnya
partisipasi
penduduk yang
berprofesi sebagai
nelayan terhadap
pendidikan
dibandingkan
dengan
kecamatan
wilayah pesisir
lainnya
Tujuan :
Mengetahui
faktor yang
memengaruhi
Angka Partisipasi
Kasar jenjang
Sekolah
Menangah
Variabel :
1) Angka
Partisipasi Kasar
2) Sosial Ekonomi
3) Aksesibilitas
4) Motivasi
Teknik Analisis
Data :
Deskriptif
persentase
Faktor yang
memengaruhi
Angka Partisipasi
Kasar jenjang
sekolah
menengah
pertama di
wilayah pesisir
Kecamatan
Sarang yaitu
motivasi.
28
Pertama pada
masyarakat di
wilayah pesisir
Kecamatan
Sarang
Dadang Saepuloh
& Agus
Suherman. 2018.
Analisis
Penyebab Angka
Putus Sekolah
dan Kondisi
Sosial Ekonomi
Keluarga di Kota
Tangerang.
Masalah :
Angka putus
sekolah di Kota
Tangerang
semakin
meningkat,
padahal
pemerintah Kota
Tangerang
memiliki
kebijakan yang
konsen terhadap
pendidikan.
Tujuan :
Mengetahui
penyebab angka
putus sekolah dan
kondisi sosial
ekonomi keluarga
di Kota
Tangerang
Variabel :
1) Angka putus
sekolah
2) Kondisi sosial
keluarga
3) Kondisi
ekonomi keluarga
Teknik Analisis
Data :
Deskriptif
presentase
Tingginya angka
putus sekolah di
Kota Tangerang
disebabkan oleh
ekonomi
masyarakat yang
lemah, kurangnya
usaha dari
orangtua dalam
membujuk
anaknya dalam
melanjutkan
pendidikan, dan
kurang meratanya
pendataan dari
pemerintah
setempat dalam
merespon
program
pendidikan
sehingga masih
banyak orang
yang kurang
mampu tidak
mendapatkan
program tersebut.
Setyadharma,
Andryan. 2017.
Upper Secondary
School Dropout:
Lessons From
Central Java
Province,
Indonesia
Masalah :
Central Java
province
contributed the
second highest
number of
dropout students
during the
2000/2001 to
2009/2010
academic years
and the average
poverty rate
during 2007 to
Variabel :
1) Dropout rates
2) Poverty
Teknik Analisis
Data :
Quantitative and
qualitative
analyses
Results from both
the survey and
interviews
indicate that
financial
problems were
the main reason
for dropout.
Pregnancy,
marriage, and
being bored of
schooling were
also cited by the
respondents as
29
2012 was the
highest compared
to the other five
provinces on Java
Island.
Tujuan :
To understand the
reasons behind
student decision
to drop out in
upper secondary
school in Central
Java Province,
Indonesia.
reasons to drop
out.
Seyma Sahin,
Zeynep Arseven,
Abdurrahman
Kilic. 2016.
Causes of Student
Absenteeism and
School Dropouts.
Masalah :
Individual who
drop out of school
have more health
problems, have an
increased risk of
involvement in
crime, are obliged
to work at a job
with a low
income.
Tujuan :
To investigate the
causes of student
absenteeism and
school dropouts
at primary,
secondary and
high school level
and to develop
suggestions for
solving these
problems.
Variabel :
1) Family
2) Administrator
and teacher
behaviors
3) School setting
4) Students
5) Environment
Teknik Analisis
Data :
Content analysis
method
Family-child
relationship,
ignoring of
absence, family
problems, view of
education,
economic
impossibilities,
director-student
relationship,
teacher-student
relationship, in-
class behavior of
the teacher,
attitude towards
absence, school
structure,
negative school
atmosphere,
adaptation to
school, individual
reasons,
relationships with
the environment,
and
environmental
factors causes
student
absenteeism and
school dropouts.
30
C. Kerangka Berpikir
APK merupakan salah satu indikator untuk melihat besarnya partisipasi
penduduk terhadap pendidikan di suatu daerah. Kecamatan Petungkriyono
memiliki APK tingkat SMP yang termasuk rendah di Kabupaten Pekalongan.
Rendahnya partisipasi pendidikan juga dapat dilihat dari banyaknya penduduk
usia sekolah yang putus sekolah. Hal tersebut harusnya menjadi perhatian
serius bagi penyelenggara pendidikan di Kecamatan Petungkriyono dan juga
Kabupaten Pekalongan yang berkewajiban memfasilitasi hak penduduk untuk
memperoleh pendidikan demi kualitas hidup yang lebih baik. Peneliti ingin
mengetahui penyebab rendahnya partisipasi pendidikan tingkat SMP dan
mengetahui seberapa jauh wilayah yang terlayani oleh fasilitas pendidikan
SMP yang ada di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan. Jika
sudah diketahui faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya partisipasi
pendidikan tingkat SMP dan jangkauan wilayah pelayanan SMP di Kecamatan
Petungkiyono, maka kedepannya akan lebih mudah memfokuskan program
maupun kebijakan yang tepat guna perbaikan kualitas pendidikan di
Kecamatan Petungkriyono dan Kabupaten Pekalongan secara umum.
Pemaparan diatas merupakan penjelasan kerangka berpikir peneliti dalam
penelitian ini. Sedangkan skema kerangka berpikir penelitian sebagai berikut.
31
APK SMP
Faktor Internal Faktor Eksternal
Penduduk putus sekolah SMP Penduduk sedang sekolah SMP
Partisipasi Pendidikan SMP
Jangkauan pelayanan sekolah
Output
Raw input
Instrumental input
Environmental input
Proses
Sosial Ekonomi
Budaya
Demografis
Geografis
Jumlah
Jarak
SMP N 1
Petungkriyono
SMP SA
Tlogopakis
SMP SA
Tlogohendro
SMP SA
Simego
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
APK SMP di Kecamatan Petungkriyono yang
memiliki topografi wilayah berupa pegunungan
dan berjarak 42 km dari pusat kabupaten adalah
sebesar 65,88% atau masih dibawah rata-rata.
Faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya
partisipasi pendidikan tingkat SMP di Kecamatan
Petungkriyono Kabupaten Pekalongan
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai populasi penelitian, sampel dan teknik
pengambilan sampel, variabel penelitian, alat dan teknik pengumpulan data,
validitas dan reliabilitas instrumen, serta teknik analisis data.
A. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010:173).
Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang sudah pernah bersekolah
tingkat SMP tetapi tidak selesai hingga lulus di Kecamatan Petungkriyono
yang tercatat sebanyak 30 orang anak pada tahun ajaran 2019. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka populasi penelitian adalah sejumlah 30 orang
sebagaimana Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1. Populasi Penelitian
Desa Jumlah Populasi Jumlah SMP
Simego 12 1
Songgodadi 3 -
Curugmuncar 2 -
Gumelem - -
Tlogohendro 4 1
Yosorejo 6 1
Tlogopakis 2 1
Kasimpar - -
Kayupuring 1 -
Jumlah 30 4
Sumber: Data ATS Kecamatan Petungkriyono Mei 2019
B. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan teknik pengambilan
sampel dalam penelitian Total Sampling, yaitu teknik penentuan sampel
33
dimana semua anggota populasi diambil sebagai sampel penelitian. Subjek
penelitian ini adalah seluruh anak yang sudah pernah bersekolah tingkat SMP
tetapi tidak selesai hingga lulus dan orangtua/wali serta keempat sekolah SMP
yang ada di Kecamatan Petungkriyono.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah Faktor Putus Sekolah dan Jangkauan
Pelayanan.
1. Sub variabel Faktor Putus Sekolah sebagai berikut:
a. Faktor internal
1) Output, berupa prestasi belajar siswa selama masih sekolah
2) Raw input, berupa motivasi untuk sekolah dan kebiasaan belajar
3) Instrumental input, berupa fasilitas dan media pembelajaran di
sekolah
4) Environmental input, termasuk didalamnya kondisi lingkaran
pertemanan dan lingkungan masyarakat
5) Proses, yaitu pendapat mengenai suasana kegiatan belajar mengajar
b. Faktor eksternal
1) Kondisi sosial ekonomi orangtua, meliputi jenis pekerjaan, tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan orangtua
2) Budaya, yaitu persepsi orangtua mengenai pendidikan anak
3) Demografis, dilihat dari komposisi penduduk
4) Geografis, meliputi jarak, lokasi, aksesibilitas wilayah
2. Sub variabel Jangkauan Pelayanan sebagai berikut:
34
a. Jumlah siswa
b. Jarak tempat tinggal ke sekolah
D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan penelitian, ada
beberapa teknik atau metode yang dilakukan oleh peneliti yaitu dokumentasi,
observasi, wawancara dan angket yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2016:329) adalah suatu cara yang
digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip,
dokumen, tulisan, angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan
yang dapat mendukung penelitian. Dokumen yang digunakan untuk ditelaah
dalam penelitian ini meliputi data kondisi demografi penduduk Kecamatan
Petungkriyono, data profil dan fasilitas sekolah, serta data jumlah siswa dan
jarak tempat tinggal siswa dari sekolah.
2. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik mengumpulkan data dengan
melakukan pengamatan terhadap kegiatan atau kondisi yang sedang
berlangsung. Observasi dilakukan dengan teknik observasi tidak terstuktur
yaitu hanya menggunakan rambu-rambu pengamatan. Observasi ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi geografis lokasi
penelitian.
35
3. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan
pada para responden (Subagyo, 2011:39). Teknik wawancara yang
digunakan yaitu wawancara terstruktur dimana peneliti menggunakan
pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis untuk
pengumpulan data. Wawancara dilakukan kepada pihak sekolah.
4. Angket
Kuesioner atau angket adalah metode pengumpulan data penelitian
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden
(Walgito, 1999:35). Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket tertutup dimana sudah disediakan lima alternatif jawaban yang
mengarah kepada pemecahan permasalahan penelitian, yang disusun sebagai
berikut:
Tabel 3.2. Kriteria Jawaban Angket
Jawaban Skor Kriteria
a 5 Sangat tinggi
b 4 Tinggi
c 3 Sedang
d 2 Rendah
e 1 Sangat rendah
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Untuk mendapatkan data yang akurat, maka peneliti melakukan uji
instrumen penelitian berupa uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian validitas
36
dan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan alat bantu yaitu program
Microsoft Excel.
1. Validitas Instrumen
Pengujian validitas dan reliabilitas dalam suatu penelitian dilakukan
untuk menunjukkan ketepatan instrumen penelitian. Menurut Arikunto
(2010:211) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen penelitian dikatakan
valid apabila instrumen tersebut dapat menghasilkan data yang tepat dari
variabel yang akan diukur. Penelitian ini menggunakan validitas konstruk
yang merupakan suatu pendekatan untuk menjelaskan tingkah laku, yang
dilakukan dengan mengkonsultasikan instrumen dengan ahli yaitu dosen
pembimbing.
Selanjutnya, pengujian validitas dilakukan dengan analisis faktor,
yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dengan skor total.
Jika harga korelasi di bawah 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa butir
instrumen tersebut tidak valid (Sugiyono, 2016:179). Rumus yang
digunakan adalah rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut:
𝑟𝑥𝑦 = 𝑁 ∑ 𝑥𝑦 − ⌊∑ 𝑥⌋ ⌊∑ 𝑦⌋
√(𝑁 ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥2)][𝑁 ∑ 𝑦2 − (∑ 𝑦)²]
Keterangan : 𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi antara item soal dan skor total
N = Jumlah responden
∑x = Skor tiap item soal
∑y = Skor total.
37
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabel memiliki arti dapat dipercaya atau andal. Reliabilitas
menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen
tersebut sudah baik (Arikunto, 2010:221). Instrumen penelitian yang
memiliki reliabilitas tinggi akan menghasilkan data yang reliabel atau dapat
dipercaya. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha
Cronbach karena instrumen yang digunakan memiliki jawaban benar lebih
dari 1.
𝑟11 = [𝑘
𝑘 − 1] [1 −
Σ𝜎𝑏2
𝜎2𝑡]
Keterangan : 𝑟11 : reliabilitas instrumen
𝑘 : banyaknya butir pertanyaan
Σ𝜎𝑏2 : jumlah varians butir
𝜎2𝑡 : varians total
Menurut pendapat Basuki dan Haryanto seperti yang dikutip dari
Arifin (2017:31), jika angka korelasinya diatas 0.60 dan kurang dari 1, maka
instrumen tersebut memiliki korelasi tinggi atau reliabel, sedangkan jika
angka korelasinya dibawah 0.50 ke bawah, maka instrumen tersebut tidak
reliabel. Dengan demikian, pengambilan keputusan instrumen dinyatakan
memiliki tingkat reliabilitas tinggi apabila nilai r ac > 0,6.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu
dengan mendeskripsikan data dari masing-masing indikator yang dievaluasi.
38
Data yang didapatkan dari hasil penelitian akan dikelompokkan sesuai kriteria
yang ditentukan dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Setelah data
hasil jawaban angket ditabulasikan seluruhnya, langkah-langkah yang
dilakukan untuk membuat tabel distribusi frekuensi tiap indikator sebagai
berikut:
1. Menentukan skor maksimal dan minimal item soal pada tiap indikator
Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah item soal
Skor minimal = skor terendah x jumlah item soal
2. Menghitung rentang skor
Rentang = skor maksimal – skor minimal
3. Menentukan panjang interval kelas
Panjang interval = rentang : jumlah kriteria
4. Menghitung frekuensi dan persentase skor yang diperoleh tiap kriteria
5. Menghitung rata-rata skor yang diperoleh di tiap indikator
6. Menginterpretasi data secara sistematis dalam bentuk kalimat sehingga
memiliki makna yang kemudian dapat dianalisis menjadi hasil penelitian.
Tabel kriteria distribusi frekuensi untuk tiap indikator setelah dihitung
adalah sebagai berikut.
1. Faktor Hasil (Output)
Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah item soal
= 5 x 1 = 5
Skor minimal = skor terendah x jumlah item soal
= 1 x 1 = 1
39
Rentang skor = skor maksimal – skor minimal
= 5 – 1 = 4
Panjang interval = rentang : jumlah kriteria
= 4 : 5 = 0,8 (dibulatkan 1)
Tabel 3.3. Kriteria Faktor Hasil (Output)
Skor Kriteria
1 Sangat rendah
2 Rendah
3 Sedang
4 Tinggi
5 Sangat tinggi
2. Faktor Masukan Dasar (Raw Input)
Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah item soal
= 5 x 6 = 30
Skor minimal = skor terendah x jumlah item soal
= 1 x 6 = 6
Rentang skor = skor maksimal – skor minimal
= 30 – 6 = 24
Panjang interval = rentang : jumlah kriteria
= 24 : 5 = 4,8 (dibulatkan 5)
Tabel 3.4. Kriteria Faktor Masukan Dasar (Raw Input)
Skor Kriteria
5-9 Sangat rendah
10-14 Rendah
15-19 Sedang
20-24 Tinggi
25-29 Sangat tinggi
40
3. Faktor Masukan Lingkungan (Environmental Input)
Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah item soal
= 5 x 8 = 40
Skor minimal = skor terendah x jumlah item soal
= 1 x 8 = 8
Rentang skor = skor maksimal – skor minimal
= 40 – 8 = 32
Panjang interval = rentang : jumlah kriteria
= 32 : 5 = 6,4 (dibulatkan 7)
Tabel 3.5. Kriteria Faktor Masukan Lingkungan (Environmental Input)
Skor Kriteria
8-14 Sangat rendah
15-21 Rendah
22-28 Sedang
29-35 Tinggi
36-42 Sangat tinggi
4. Faktor Proses
Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah item soal
= 5 x 3 = 15
Skor minimal = skor terendah x jumlah item soal
= 1 x 3 = 3
Rentang skor = skor maksimal – skor minimal
= 15 – 3 = 12
Panjang interval = rentang : jumlah kriteria
= 12 : 5 = 2,4 (dibulatkan 3)
41
Tabel 3.6. Kriteria Faktor Proses
Skor Kriteria
3-5 Sangat rendah
6-8 Rendah
9-11 Sedang
12-14 Tinggi
15-17 Sangat tinggi
5. Faktor Sosial Ekonomi
Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah item soal
= 5 x 5 = 25
Skor minimal = skor terendah x jumlah item soal
= 1 x 5 = 5
Rentang skor = skor maksimal – skor minimal
= 25 – 5 = 20
Panjang interval = rentang : jumlah kriteria
= 20 : 5 = 4
Tabel 3.7. Kriteria Faktor Sosial Ekonomi
Skor Kriteria
5-8 Sangat rendah
9-12 Rendah
13-16 Sedang
17-20 Tinggi
21-24 Sangat tinggi
6. Faktor Geografis
Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah item soal
= 5 x 6 = 30
Skor minimal = skor terendah x jumlah item soal
= 1 x 6 = 6
42
Rentang skor = skor maksimal – skor minimal
= 30 – 6 = 24
Panjang interval = rentang : jumlah kriteria
= 24 : 5 = 4,8 (dibulatkan 5)
Tabel 3.8. Kriteria Faktor Geografis
Skor Kriteria
5-9 Sangat rendah
10-14 Rendah
15-19 Sedang
20-24 Tinggi
25-29 Sangat tinggi
7. Faktor Budaya
Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah item soal
= 5 x 1 = 5
Skor minimal = skor terendah x jumlah item soal
= 1 x 1 = 1
Rentang skor = skor maksimal – skor minimal
= 5 – 1 = 4
Panjang interval = rentang : jumlah kriteria
= 4 : 5 = 0,8 (dibulatkan 1)
Tabel 3.9. Kriteria Faktor Budaya
Skor Kriteria
1 Sangat rendah
2 Rendah
3 Sedang
4 Tinggi
5 Sangat tinggi
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan secara jelas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
data yang berhasil dikumpulkan dari penelitian, meliputi gambaran umum lokasi
penelitian, hasil penelitian yang terdiri atas deskripsi data, deskripsi responden,
dan analisis data.
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Petungkriyono merupakan salah satu kecamatan di wilayah
Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah Kecamatan
Petungkriyono memiliki topografi yang relatif seragam, berupa perbukitan dan
pegunungan yang semakin meninggi ke arah selatan. Secara geografis,
sebagian Kecamatan Petungkriyono sudah memasuki kawasan Dataran Tinggi
Dieng. Ketinggian rata-rata wilayah ini adalah 1300 mdpl dengan titik tertinggi
berada di Desa Simego yang mencapai 2400 mdpl. Secara umum pada siang
hari udaranya sejuk dengan suhu berkisar 18-30oC. Secara astronomis,
Kecamatan Petungkriyono terletak antara 7o05’26,3” - 7
o12’07,4” LS dan
109o40’54,1” - 109
o47’50,6” BT. Seperti terlihat dalam Gambar 4.1., secara
administratif Kecamatan Petungkriyono memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut :
sebelah utara : Kecamatan Doro dan Talun;
sebelah timur : Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang;
sebelah selatan : Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara;
sebelah barat : Kecamatan Lebakbarang.
44
Gambar 4.1. Peta Kecamatan Petungkriyono
45
Kecamatan Petungkriyono memiliki luas wilayah 73,58 km2 dan terbagi
menjadi 9 desa. Desa yang memiliki wilayah terluas adalah Desa Tlogohendro
sedangkan desa yang memiliki wilayah terkecil adalah Desa Kasimpar.
Perbandingan antara jumlah penduduk dan luas wilayah menghasilkan angka
kepadatan penduduk yang dinyatakan dalam satuan jiwa/km2. Jumlah
penduduk total di Kecamatan Petungkriyono sebanyak 12.853 jiwa, dengan
tingkat kepadatan penduduk 175 jiwa/km2. Desa Kasimpar dinyatakan sebagai
desa terpadat dengan tingkat kepadatan penduduk 286 jiwa/km2, sedangkan
desa dengan tingkat kepadatan paling rendah adalah Desa Curugmuncar
dengan kepadatan penduduk 101 jiwa/km2. Secara lebih rinci, kepadatan
penduduk Kecamatan Petungkriyono dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut.
Tabel 4.1. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Petungkriyono
Desa Penduduk
(jiwa)
Luas
(km2)
Kepadatan
(jiwa/km2)
Simego 1897 9.63 197
Songgodadi 1131 8.18 138
Curugmuncar 430 4.25 101
Gumelem 890 3.99 223
Tlogohendro 2561 14.50 177
Yosorejo 1745 9.51 183
Tlogopakis 2091 11.45 183
Kasimpar 860 3.01 286
Kayupuring 1248 9.06 138
Total 12853 73.58 175
Sumber: Kecamatan Petungkriyono Dalam Angka, 2017
Kecamatan Petungkriyono dapat ditempuh sekitar 1,5 jam dari ibukota
Kabupaten Pekalongan menggunakan kendaraan bermotor pribadi, karena
wilayah ini tidak dilalui oleh jalur angkutan umum. Masyarakat yang tidak
menggunakan kendaraan pribadi biasanya akan berjalan kaki atau
menggunakan doplak (Gambar 4.2.). Doplak adalah mobil bak terbuka yang
46
digunakan untuk mengangkut hasil panen, biasanya digunakan bersama untuk
mengangkut serta warga yang akan menuju ke pasar. Secara umum, jalan
utama dan jalan antar desa di Kecamatan Petungkriyono sudah diaspal dan
dalam kondisi yang masih baik, sehingga dapat dilalui mobil dan motor.
Gambar 4.2. Doplak dan jalan utama
Lebih dari setengah (71%) wilayah Kecamatan Petungkriyono
merupakan hutan milik negara yang masih asri dan dilindungi yaitu seluas
5.189,5 hektar. Penggunaan lahan di wilayah tersebut, secara berturut-turut
mulai dari yang paling luas adalah hutan negara, tegalan atau kebun warga,
sawah, hutan rakyat, perkebunan swasta, dan permukiman. Alokasi
penggunaan lahan di Kecamatan Petungkriyono secara lebih rinci tersaji di
dalam Gambar 4.3. di bawah ini.
47
Gambar 4.3. Persentase Luas Penggunaan Lahan
Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Kecamatan Petungkriyono Berdasarkan
Kelompok Usia dan Jenis Kelamin
Kelompok Usia
(tahun)
Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Jumlah
(jiwa)
0-4 520 480 1000
5-9 576 587 1163
10-14 497 502 999
15-19 576 467 1043
20-24 495 512 1007
25-19 391 401 792
30-34 421 451 872
35-39 464 504 968
40-44 456 458 914
45-49 428 392 820
50-54 433 496 929
55-59 390 366 756
60-64 320 267 587
65-69 180 178 358
70-74 102 118 220
75+ 192 233 425
Total 6441 6412 12853
Sumber: Kabupaten Pekalongan Dalam Angka, 2017
Sebagaimana pada Tabel 4.2., komposisi jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan memiliki jumlah yang hampir seimbang dengan persentase
48
penduduk laki-laki sebesar 50,2% sedangkan perempuan 49,8%. Jumlah
penduduk berdasarkan umur kelompok memiliki proporsi penduduk usia
produktif (15-64 tahun) yang lebih besar yaitu 67,8% atau sebanyak 8.688
jiwa. Sedangkan untuk penduduk usia nonproduktif (0-14 dan 65 tahun keatas)
sebesar 32,2% atau 4.165 jiwa. Dengan jumlah tersebut, maka dapat diketahui
rasio beban tanggungannya di Kecamatan Petungkriyono adalah sebesar 47,9.
Angka tersebut menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh oleh golongan
produktif sudah dapat memenuhi kebutuhan mereka yang nonproduktif.
Di Kecamatan Petungkriyono, sebanyak 55,5% (7.140 jiwa) dari total
jumlah penduduk sudah bekerja pada berbagai jenis sektor. Adapun jumlah
penduduk yang bekerja di tiap sektornya terinci dalam Tabel 4.3.. Penduduk di
wilayah ini sebagian besar bekerja di sektor pertanian, yaitu sebesar 76,7% dari
total penduduk yang sudah bekerja. Kemudian sektor yang memiliki jumlah
penduduk pekerja terbanyak kedua setelah pertanian adalah peternakan yaitu
10,6%.
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Kecamatan Petungkriyono yang Bekerja
di tiap Sektor
Sektor Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
Pertanian 5481 76,7
Perkebunan 108 1,5
Peternakan 758 10,6
Perdagangan 279 4
Jasa 339 4,7
Transportasi 65 1
Lainnya 110 1,5
Total 7140 100
Sumber: Kecamatan Petungkriyono dalam Angka 2017
49
Mayoritas pendidikan penduduk di Kecamatan Petungkriyono
berpendidikan SD, yang mencakup 65,4% dari total penduduk. Banyaknya
penduduk yang dapat mengakses pendidikan tingkat SD ini didukung oleh
fasilitas sekolah SD/sederajat yang sudah tersebar merata di setiap desa.
Sedangkan banyaknya penduduk dengan tingkat pendidikan SMP dan SMA
secara berturut-turut sebesar 9% dan 3,7%. Tingkat pendidikan penduduk di
Kecamatan Petungkriyono dapat dilihat pada Tabel 4.4. di bawah ini.
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Kecamatan Petungkriyono berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin
Jumlah Persentase
(%) Laki-laki Perempuan
Tidak/Belum Sekolah 1291 1399 2690 20.9
SD 4173 4228 8401 65.4
SMP 679 474 1153 9
SMA 294 179 473 3.7
Diploma I/II 21 11 32 0.2
Diploma III 6 15 21 0.2
Strata I 43 38 81 0.6
Strata II 1 1 2 0.0
Jumlah 6508 6345 12853 100
Sumber: Kabupaten Pekalongan dalam Angka, 2017
Tingkat pendidikan seseorang memengaruhi pola pikirnya terhadap
pentingnya pendidikan. Masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah,
cenderung lebih mementingkan hal-hal yang bersifat realistis dan kurang
mengutamakan arti penting pendidikan. Bagi penduduk di daerah pedesaan
seperti di Kecamatan Petungkriyono yang mayoritas bermata pencaharian
sebagai petani, tingkat pendidikan tidak menjadi permasalahan karena untuk
menjadi petani tidak dibutuhkan gelar akademik khusus. Disamping itu, tingkat
pendidikan yang rendah tersebut juga disebabkan adanya kendala geografis
50
dengan letak fasilitas sekolah lanjutannya yang jauh dibandingkan dengan
fasilitas SD yang sudah terdapat di setiap desa di Kecamatan Petungkriyono.
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mengantarkan
langsung angket kepada responden yang telah ditentukan melalui teknik
pengambilan sampel yang telah dijelaskan dalam bab metode penelitian.
Responden dalam penelitian ini adalah anak yang sudah pernah bersekolah
tingkat SMP tetapi tidak selesai hingga lulus, yang berjumlah 30 anak,
termasuk juga orangtua dari anak tersebut.
Pengumpulan data dilakukan sejak tanggal 15 September 2019 sampai
10 Oktober 2019. Penyebaran angket dilakukan dengan cara menemui
langsung responden yang menjadi sampel penelitian. Peneliti menanyakan
tiap item soal angket dan mengisikan jawaban sesuai jawaban responden.
2. Deskripsi Responden
Dari hasil penelitian, gambaran umum responden yang diteliti, baik
anak maupun orangtua, adalah sebagai berikut.
a. Responden Anak Putus Sekolah
Gambaran umum responden dapat dilihat pada Tabel 4.5., yang
diketahui bahwa jumlah responden lebih banyak berjenis kelamin laki-
laki. Sejumlah 60% atau 18 orang responden berjenis kelamin laki-laki
sedangkan 40% atau 12 orang berjenis kelamin perempuan.
51
Tabel 4.5. Deskripsi Responden
No. Kriteria Frekuensi Persentase
(%)
1. Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
18
12
60
40
Jumlah 30 100
2. Kelas Terakhir
VII
VIII
IX
16
8
6
53,3
26,7
20
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2019
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 53,3% atau
sebanyak 16 orang responden memutuskan untuk keluar pada saat kelas
VII, 26,7% atau sebanyak 8 orang memutuskan untuk keluar pada saat
kelas VIII, dan 20% atau 6 orang lainnya keluar pada saat kelas IX.
b. Responden Orangtua
Dilihat dari jenis pekerjaan, seluruh orangtua responden bekerja
sebagai petani, mengingat bahwa mayoritas penduduk Kecamatan
Petungkriyono memang bekerja di sektor pertanian. Namun menurut
keterangan yang didapatkan mengenai status pekerjaannya, pekerjaan
sebagai petani dapat dikategorikan lagi menjadi tiga jenis seperti dalam
Tabel 4.6.. Mayoritas pekerjaan orangtua adalah sebagai petani pemilik
(lahan) tanpa karyawan, yaitu sebanyak 66,7% atau 20 orang. Pada
umumnya mereka merupakan petani tanaman sayuran.
52
Tabel 4.6. Pekerjaan Orangtua Responden
No. Kriteria Frekuensi Persentase
(%)
1. Pekerjaan
Petani
30
100
2. Status dalam pekerjaan
Pemilik dengan karyawan
Pemilik tanpa karyawan
Buruh lepas
7
20
3
23,3
66,7
10
Sumber: Hasil Penelitian, 2019
3. Analisis Data
a. Faktor-faktor yang Memengaruhi Rendahnya Partisipasi
Pendidikan Tingkat SMP di Kecamatan Petungkriyono
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisis
berdasarkan masing-masing faktor yang telah ditentukan, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
1) Faktor Internal
Faktor internal dalam penelitian ini mencakup faktor hasil
(output), masukan dasar (raw input), masukan instrumental
(instrumental input), masukan lingkungan (environmental input) dan
faktor proses.
a) Faktor Hasil (Output)
Faktor hasil (output) dalam penelitian ini diukur melalui
pertanyaan terkait dengan hasil belajar siswa yaitu berupa nilai
yang diperoleh saat responden masih bersekolah. Jumlah
pertanyaan dalam angket yang mencakup faktor ini sebanyak satu
item.
53
Tabel 4.7. Perolehan Skor Jawaban Angket untuk Faktor Hasil
(Output)
Skor Kriteria Frekuensi Presentase
(%)
1 Sangat rendah 2 6,7
2 Rendah 6 20
3 Cukup 16 53,3
4 Baik 6 20
5 Sangat baik 0 0
Jumlah 30 100
Rata-rata = 3
Sumber : Hasil penelitian, 2019
Tabel di atas menunjukkan perolehan nilai anak saat masih
bersekolah sebagai faktor hasil belajar atau output. Sebanyak
53,3% atau sebanyak 16 orang memperoleh skor 3 dengan kriteria
cukup, yang artinya mereka memperoleh nilai diatas 70. Terdapat
20% atau sebanyak 6 orang yang memperoleh skor 4 yang berarti
mereka mendapat nilai yang baik yaitu diatas 80. Persentase yang
sama juga memperoleh skor 2 yang berarti nilai yang didapatkan
selama masih sekolah terbilang rendah yaitu dibawah 70.
Sedangkan 6,7% atau 2 orang lainnya memperoleh skor 1 yang
berarti pengalaman nilai yang didapatkan sangat rendah, dibawah
60.
Berdasarkan Tabel 4.7., dapat dilihat secara rata-rata bahwa
faktor hasil belajar memiliki rata-rata skor sebanyak 3, yang berarti
bahwa sebagian besar nilai yang diperoleh responden saat masih
sekolah termasuk kriteria cukup. Dengan demikian, tinggi
rendahnya nilai hasil belajar sebagai faktor output dapat dikatakan
tidak menjadi alasan utama responden memutuskan untuk berhenti
54
sekolah. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya responden yang
mendapat nilai yang baik pun memutuskan tidak melanjutkan
sekolah.
b) Faktor Masukan Dasar (Raw Input)
Faktor masukan dasar (raw input) dalam penelitian ini diukur
melalui pertanyaan terkait pengalaman, sikap, kebutuhan dan
sarana belajar serta kebiasaan belajar. Jumlah pertanyaan dalam
angket yang mencakup faktor ini sebanyak enam item.
Tabel 4.8. Perolehan Skor Jawaban Angket untuk Faktor Masukan
Dasar (Raw Input)
Skor Kriteria Frekuensi Presentase
(%)
5-9 Sangat rendah 3 10
10-14 Rendah 15 50
15-19 Sedang 11 36,7
20-24 Tinggi 1 3,3
25-29 Sangat tinggi 0 0
Jumlah 30 100
Rata-rata = 13,7
Sumber : Hasil penelitian, 2019
Tabel di atas menunjukkan perolehan skor faktor masukan
dasar atau raw input yang terkait dengan faktor internal yang
meliputi kebutuhan dan kebiasaan belajar individu. Sebanyak 50%
atau sebanyak 15 orang responden memperoleh skor 10-14 dengan
kriteria rendah. Kemudian sebanyak 36,7% atau sebanyak 11 orang
responden memperoleh skor 15-19 dengan kriteria sedang,
sebanyak 10% atau sebanyak 3 orang responden memperoleh skor
5-9 dengan kriteria sangat rendah. Hanya 1 responden saja yang
memperoleh skor 20-24 dengan kriteria tinggi.
55
Berdasarkan Tabel 4.8., dapat dilihat secara rata-rata bahwa
faktor masukan dasar atau raw input memiliki rata-rata skor
sebesar 13,7, yang berarti bahwa faktor masukan dasar termasuk
kriteria rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden
memiliki minat yang rendah untuk belajar, baik itu di secara formal
di sekolah maupun di rumah.
c) Faktor Masukan Sarana (Instrumental Input)
Faktor masukan sarana (instrumental input) dalam penelitian
ini diketahui melalui observasi dan wawancara untuk menggali
keterangan dari pihak sekolah mengenai fasilitas yang dimiliki oleh
sekolah sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar. SMP 1
Petungkriyono memiliki sarana prasarana yang paling lengkap
dibandingkan dengan tiga sekolah lainnya. Hal tersebut disebabkan
oleh karena ketiga sekolah lainya merupakan SMP SATAP
(Sekolah Satu Atap), yang umumnya memiliki satu manajemen
yang sama dengan SD Satu Atap. Fasilitas yang dimiliki oleh
keempat sekolah SMP di Kecamatan Petungkriyono diantaranya
sebagaimana dalam Tabel 4.9. berikut.
56
Tabel 4.9. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Sekolah
Uraian SMP 1
Petungkriyono
SMP SA
Tlogopakis
SMP SA
Tlogohendro
SMP SA
Simego
1. Pegawai dan Peserta Didik
Guru 17 6 6 8
Tendik 6 3 1 1
Siswa 226 31 77 51
2. Sarana Prasarana
Ruang Kelas 9 3 3 3
Ruang Kepala
Sekolah 1
Ruang Guru 1 1 1 1
Ruang BK 1
Ruang TU 1
Ruang UKS 1
Ruang Osis 1
Ruang Sanggar 1
Lapangan 1
Perpustakaan 1
Laboratorium 1 1
WC 3 1 2 2
Ruang Ibadah 1
Sumber: Dapodik Kemdikbud, 2019
Dari segi jumlah guru, SMP Satu Atap masing-masing sudah
memenuhi syarat minimal jumlah guru SMP Satu Atap menurut
Kemendiknas, yaitu enam orang guru. Dari segi fasilitas, hanya
SMP 1 Petungkriyono saja yang memiliki fasilitas lengkap untuk
menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sedangkan ketiga
SMP Satu Atap hanya memenuhi fasilitas ruang kelas, ruang guru,
dan toilet. SMP Satu Atap menerima dana BOS sesuai dengan
jumlah siswa yang mendaftar ke sekolah tersebut. Dengan jumlah
siswa yang relatif sedikit, maka dana yang diterima tidak
mencukupi untuk melengkapi kebutuhan fasilitas, dikarenakan
57
alokasi penggunaan dana BOS tersebut digunakan juga untuk
kebutuhan operasional lainnya.
d) Faktor Masukan Lingkungan (Environmental Input)
Faktor masukan lingkungan (environmental input) dalam
penelitian ini diukur melalui pertanyaan terkait pendidikan dalam
keluarga, dan lingkungan sosial seperti lingkungan tempat tinggal
dan teman bergaul. Jumlah pertanyaan dalam angket yang
mencakup faktor ini sebanyak delapan item.
Tabel 4.10. Perolehan Skor Jawaban Angket untuk Faktor Masukan
Lingkungan (Environmental Input)
Skor Kriteria Frekuensi Presentase
(%)
8-14 Sangat rendah 1 3,3
15-21 Rendah 10 33,3
22-28 Sedang 10 33,3
29-35 Tinggi 9 30
36-42 Sangat tinggi 0 0
Jumlah 30 100
Rata-rata = 24,3
Sumber : Hasil penelitian, 2019
Tabel di atas menunjukkan perolehan skor faktor masukan
lingkungan atau environmental input yang meliputi lingkungan
keluarga dan lingkungan sosial. Sebanyak 33,3% atau sebanyak 10
orang responden memperoleh skor 22-28 dengan kriteria sedang.
Sebanyak 33,3% responden juga memperoleh skor 15-19 dengan
kriteria rendah, sebanyak 30% atau sebanyak 9 orang responden
memperoleh skor 29-35 dengan kriteria tinggi. Hanya 1 responden
saja yang memperoleh skor 8-14 dengan kriteria sangat rendah.
58
Berdasarkan Tabel 4.10., dapat dilihat secara rata-rata bahwa
faktor masukan lingkungan memiliki rata-rata skor sebesar 24,3,
yang berarti termasuk kriteria sedang. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kondisi lingkungan keluarga dan lingkungan sosial
memberikan cukup dukungan untuk responden termotivasi sekolah.
e) Faktor Proses
Faktor proses dalam penelitian ini diukur melalui pertanyaan
terkait proses sosialisasi dan komunikasi di dalam keluarga. Jumlah
pertanyaan dalam angket yang mencakup faktor ini sebanyak tiga
item.
Tabel 4.11. Perolehan Skor Jawaban Angket untuk Faktor Proses
Skor Kriteria Frekuensi Presentase
(%)
3-5 Sangat rendah 1 3,3
6-8 Rendah 13 43,7
9-11 Sedang 12 40
12-14 Tinggi 4 13,3
15-17 Sangat tinggi 0 0
Jumlah 30 100
Rata-rata = 8,9
Sumber: Hasil penelitian, 2019
Sebanyak 43,7% atau sebanyak 13 orang responden
memperoleh skor 6-8 dengan kriteria rendah. Kemudian sebanyak
40% atau sebanyak 12 orang responden memperoleh skor 9-11
dengan kriteria sedang, sebanyak 13,3% atau sebanyak 4 orang
responden memperoleh skor 12-14 dengan kriteria tinggi. Hanya
3,3% atau sebanyak 1 orang saja yang memperoleh skor 3-5
dengan kriteria sangat rendah. Berdasarkan Tabel 4.11., dapat
59
dilihat secara rata-rata bahwa faktor proses memiliki rata-rata skor
sebesar 8,9, yang berarti proses sosialisasi yang berlangsung dalam
keluarga memiliki pengaruh yang sedang terhadap keberlanjutan
pendidikan anak.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal dalam penelitian ini mencakup faktor sosial
ekonomi, budaya, demografis, dan geografis.
a) Faktor Sosial-Ekonomi
Faktor sosial-ekonomi dalam penelitian ini diukur melalui
pertanyaan terkait kondisi sosial ekonomi orangtua responden,
yaitu jenis pekerjaan, pendapatan, pendidikan, jumlah tanggungan,
dan kondisi pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah pertanyaan
dalam angket yang mencakup faktor ini sebanyak enam item.
Tabel 4.12. Perolehan Skor Jawaban Angket untuk Faktor
Sosial-Ekonomi
Skor Kriteria Frekuensi Presentase
(%)
5-8 Sangat rendah 0 0
9-12 Rendah 1 3,3
13-16 Sedang 10 33,3
17-20 Tinggi 11 36,7
21-24 Sangat tinggi 8 26,7
Jumlah 30 100
Rata-rata = 18,1
Sumber: Hasil penelitian, 2019
Dari 30 responden yang diteliti diketahui tidak ada yang
memiliki kondisi sosial-ekonomi dengan kriteria sangat rendah.
Sebanyak 3,3% atau hanya 1 orang responden yang memiliki
kondisi sosial-ekonomi kriteria rendah, dan 33,3% atau sebanyak
60
10 orang responden memiliki kondisi sosial-ekonomi sedang.
Sedangkan frekuensi paling banyak yaitu 11 orang dengan
persentase 36,7% responden memiliki kondisi ekonomi tinggi dan
untuk kriteria sangat tinggi sebanyak 8 orang atau 26,7%.
Berdasarkan Tabel 4.12., dapat dilihat secara rata-rata bahwa faktor
sosial-ekonomi memiliki rata-rata kondisi yang termasuk tinggi.
b) Faktor Geografis
Faktor geografis dalam penelitian ini diukur melalui
pertanyaan terkait jarak, lokasi, dan aksesibilitas dari tempat
tinggal responden menuju ke sekolah. Jumlah pertanyaan dalam
angket yang mencakup faktor ini sebanyak enam item.
Tabel 4.13. Perolehan Skor Jawaban Angket untuk Faktor
Geografis
Skor Kriteria Frekuensi Presentase
(%)
5-9 Sangat rendah 0 0
10-14 Rendah 5 16,7
15-19 Sedang 10 33,3
20-24 Tinggi 10 33,3
25-29 Sangat tinggi 5 16,7
Jumlah 30 100
Rata-rata = 19,5
Sumber: Hasil penelitian, 2019
Tabel di atas menunjukkan perolehan skor faktor geografis
terkait dengan jarak, lokasi, dan aksesibilitas ke sekolah. Sebanyak
33,3% atau sebanyak 10 orang responden memperoleh skor 20-24
dengan kriteria tinggi. Kemudian responden dengan jumlah yang
sama juga memperoleh skor 15-19 dengan kriteria sedang.
Sebanyak 16,7% atau sebanyak 5 orang responden memperoleh
61
skor 10-14 dengan kriteria rendah, dan responden dengan jumlah
yang sama juga memperoleh skor 25-29 dengan kriteria sangat
tinggi. Berdasarkan Tabel 4.13., dapat dilihat secara rata-rata
bahwa faktor geografis memiliki rata-rata skor sebesar 19,5 dengan
kriteria sedang.
c) Faktor Budaya
Faktor budaya dalam penelitian ini diukur melalui pertanyaan
terkait kebiasaan masyarakat sekitar mengenai perilakunya
terhadap pendidikan. Jumlah pertanyaan dalam angket yang
mencakup faktor ini sebanyak satu item.
Tabel 4.14. Perolehan Skor Jawaban Angket untuk Faktor Budaya
Skor Kriteria Frekuensi Presentase
(%)
1 Sangat rendah 3 10
2 Rendah 6 20
3 Sedang 10 33,3
4 Tinggi 11 36,7
5 Sangat tinggi 0 0
Jumlah 30 100
Rata-rata = 3
Sumber: Hasil penelitian, 2019
Tabel di atas menunjukkan perolehan skor faktor budaya
yang berkaitan dengan kebiasaan masyarakat sekitar mengenai
perilakunya terhadap pendidikan. Berdasarkan Tabel 4.14., dapat
dilihat secara rata-rata bahwa faktor budaya memiliki rata-rata skor
sebesar 3, yang berarti termasuk kriteria sedang. Sebanyak 33,3%
atau sebanyak 10 orang responden memperoleh skor 3 dengan
kriteria sedang. Kemudian sebanyak 36,7% atau sebanyak 11 orang
62
responden memperoleh skor 4 dengan kriteria tinggi, sebanyak
20% atau sebanyak 6 orang responden memperoleh skor 2 dengan
kriteria rendah. Hanya 10% atau sebanyak 3 orang saja yang
memperoleh skor 1 dengan kriteria sangat rendah.
b. Jangkauan Pelayanan SMP di Kecamatan Petungkriyono
Untuk mengetahui jangkauan pelayanan fasilitas pendidikan di
wilayah Kecamatan Petungkriyono adalah dengan membandingkan
jangkauan pelayanan eksisting yang dilihat berdasarkan desa asal siswa
dari keempat sekolah yang ada. Acuan yang digunakan adalah Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2007 yaitu jarak tempuh
SMP/Sederajat bagi peserta didik yang berjalan kaki maksimum 6000
meter atau 6 kilometer.
Tabel 4.15. Jangkauan Pelayanan Fasilitas SMP di Kecamatan Petungkriyono
No. Fasilitas SMP Jumlah
Siswa Desa Asal
Siswa
Jarak
(m)
Kesesuaian
(6 km)
1. SMP 1 Petungkriyono
226
Yosorejo ± 500 Sesuai
Kasimpar ± 500 Sesuai
Kayupuring ± 4000 Sesuai
Curugmuncar ± 6400 Tidak sesuai
Tlogopakis ± 5000 Sesuai
Gumelem ± 4000 Sesuai
83,3% sesuai
2. SMP SATAP
Tlogopakis 31 Tlogopakis ± 300 Sesuai
Songgodadi ± 4000 Sesuai
100% sesuai
3. SMP SATAP
Tlogohendro 77 Tlogohendro ± 500 Sesuai
Gumelem ± 3000 Sesuai
100% sesuai
4. SMP SATAP Simego 51 Simego ± 2000 Sesuai
Sumber: Dapodikdasmen, 2019
63
Jarak jangkauan fasilitas pelayanan SMP di Kecamatan
Petungkriyono tersebut dihitung berdasarkan jarak rata-rata fasilitas
sekolah dengan pusat permukiman penduduk di suatu desa. Dari Tabel
4.15. diatas diketahui bahwa ketiga Sekolah Satu Atap, semuanya sudah
sesuai dengan standar jarak pelayanan. Sedangkan untuk SMP 1
Petungkriyono memiliki kesesuaian 83,3%, yang menjangkau enam desa
dimana desa dengan jarak jangkau terjauh adalah Desa Curugmuncar.
Meskipun terdapat desa-desa yang tidak terjangkau oleh SMP 1
Petungkriyono, namun di desa-desa tersebut sudah tersedia fasilitas
Sekolah Satu Atap. Hal tersebut menunjukkan bahwa lokasi SMP Satu
Atap sudah memadai dengan jarak dari tempat tinggal peserta didik.
C. Pembahasan
Gambar 4.4. Kelas terakhir responden sebelum berhenti sekolah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden paling banyak keluar
atau berhenti sekolah pada saat kelas VII yaitu sebanyak 16 orang (53,3%)
seperti dalam Gambar 4.4.. Hal tersebut terjadi mengingat kelas VII merupakan
masa awal penyesuaian diri siswa setelah dari sekolah dasar. Banyaknya
64
responden yang keluar pada saat kelas VII dapat merupakan bentuk reaksi dari
kegagalan mereka dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, baik itu
teman maupun mata pelajaran di sekolah.
Beberapa faktor yang kemungkinan dapat memengaruhi hal tersebut
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal terdiri atas faktor output, raw input, instrumental input, environmental
input, dan proses, dan faktor eksternal yang terdiri atas faktor kondisi sosial
ekonomi orangtua, budaya, demografis, dan geografis. Berikut ini adalah
pembahasan untuk setiap faktor tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh responden saat
masih bersekolah, sebagai faktor hasil belajar, sebanyak 16 orang (53%)
memperoleh nilai diatas 70, 6 orang (20%) memperoleh nilai diatas 80, 6 orang
(20%) memperoleh nilai dibawah 70, 2 orang (7%) lainnya memperoleh nilai
dibawah 60. Secara rata-rata nilai yang diperoleh termasuk cukup yaitu diatas
70, yang artinya secara umum responden memiliki kemampuan akademik yang
cukup baik sehingga tidak ada tekanan dari segi nilai untuk menjadi alasan
keluar sekolah.
Faktor masukan dasar atau raw input bertujuan untuk mengetahui alasan
sekolah, alasan berhenti sekolah, dan kebiasaan belajar responden. Faktor raw
input responden termasuk kriteria rendah dengan skor rata-rata 13,7. Hasil
penelitian menunjukkan, motivasi terbesar (43%) responden bersekolah adalah
karena teman sebaya mereka juga sekolah. Rasa malu dan ingin dianggap
setara dengan teman sebaya menjadi tekanan yang cukup kuat untuk membuat
65
mereka bersekolah. Selain itu, motivasi lain responden bersekolah adalah
karena atas keinginan sendiri (33%), malu dengan tetangga (7%), dan atas
perintah orangtua (17%). Namun bagaimanapun juga, motivasi yang berasal
dari kesadaran diri sendiri untuk melakukan sesuatu akan lebih berakibat
positif karena tidak adanya tekanan dari pihak lain.
Disamping itu, responden juga masih belum memiliki rasa kebutuhan
akan belajar, yang nampak dari kebiasaan responden yang tidak meluangkan
waktu khusus untuk belajar saat dirumah. Rata-rata responden hanya
meluangkan waktu untuk belajar dalam sehari selama kurang dari 1 jam.
Terdapat 13 orang (43%) responden yang belajar kurang dari 1 jam, 8 orang
(27%) belajar selama 1-2 jam, dan 9 orang (30%) responden bahkan tidak
pernah belajar.
Abraham Maslow telah menjelaskan konsep motivasi untuk memenuhi
berbagai kebutuhan (Rifa’i, 2015:110). Setiap individu termotivasi untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari hierarki paling bawah. Apabila sekolah
atau proses belajar itu tidak dijadikan sebagai kebutuhan, maka individu akan
memenuhi apa yang dianggapnya sebagai prioritas dibandingkan sekolah.
Seperti halnya responden yang memiliki alasan dibalik memutuskan
berhenti sekolah, mereka memiliki prioritasnya sendiri. Alasan terbesar (37%)
responden memutuskan berhenti sekolah adalah karena mereka harus
membantu orangtua bekerja, yang mana merupakan petani. Waktu yang
mereka gunakan untuk bersekolah akan lebih bermanfaat dan produktif jika
digunakan untuk membantu orangtua di ladang. Selain itu, juga karena
66
sebagian dari mereka sudah merasakan bahwa tanpa harus sekolah pun mereka
sudah dapat bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Alasan lainnya adalah
karena aksesibilitas ke sekolah sulit (27%), bosan sekolah (23%), sulit
memahami pelajaran (10%), dan hanya satu orang responden yang menyatakan
bahwa ia sakit-sakitan sehingga tidak mampu ke sekolah.
Kelengkapan sarana prasarana sekolah sangat memengaruhi kemampuan
belajar peserta didik. Semakin baik fasilitas yang dimiliki oleh sekolah, maka
kualitas proses belajar mengajar akan semakin baik pula. Namun fasilitas
sekolah yang minim menjadi permasalahan terutama untuk sekolah-sekolah di
daerah terpencil atau jauh dari pusat kota. Dengan fasilitas yang tidak
memadai, peserta didik pun tidak dapat merasakan kenyamanan ketika belajar
di sekolah.
Dari 13 sarana prasarana sekolah, SMP 1 Petungkriyono memenuhi
kelengkapan seluruhnya, SMP Satu Atap Tlogopakis memenuhi 4 (31%)
sarana prasarana, sedangkan SMP Satu Atap Tlogohendro dan SMP Satu Atap
Simego masing-masing memenuhi 3 (23%) sarana prasarana. Fasilitas yang
dimiliki sekolah reguler seperti SMP 1 Petungkriyono, tentu berbeda dengan
fasilitas yang dimiliki sekolah satu atap. Menurut ILO (Organisasi Perburuhan
Internasional), selama tahun pertama, SMP Satu Atap didanai oleh APBN.
Kemudian sesudah tahun pertama, tanggung jawab pembiayaan SMP Satu
Atap dialihkan pada pemerintah daerah melalui Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) yang terutama untuk tunjangan guru. SMP Satu Atap menerima dana
BOS sesuai dengan jumlah siswa yang mendaftar ke sekolah tersebut. Dengan
67
jumlah siswa SMP Satu Atap yang relatif sedikit dibandingkan dengan sekolah
reguler, maka dana yang diterima juga tidak cukup untuk melengkapi
kebutuhan fasilitas belajar sekolah tersebut. Kelengkapan sarana prasarana
sekolah yang belum memadai dapat membuat peserta didik menjadi kurang
bersemangat belajar.
Berdasarkan hasil penelitian, kondisi lingkungan responden termasuk
dalam kriteria sedang dengan skor rata-rata 24,3. Lingkungan sosial berupa
pertemanan sedikit banyak dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Sebanyak
74% responden menyatakan bahwa sebagian besar teman mereka merupakan
anak yang masih bersekolah. Mereka mengaku bahwa teman-temannya merasa
kecewa dengan keputusan responden untuk berhenti sekolah dan
menyemangati agar kembali bersekolah. Tingkat pendidikan masyarakat
memengaruhi pandangannya terhadap pendidikan. Lingkungan masyarakat
sekitar, yang tingkat pendidikan rata-ratanya yang masih rendah yaitu SD,
menanggapi hal tersebut biasa saja karena tidak merugikan siapapun.
Masyarakat menganggap putus sekolah merupakan hal yang lumrah.
Sebanyak 18 orang (60%) responden memiliki keluarga dengan
mayoritas pendidikan SD, 7 orang (23%) responden mayoritas pendidikan
keluarganya tidak sekolah, dan hanya 5 orang (16%) responden yang mayoritas
pendidikan keluarganya mencapai SMP. Meskipun lingkungan keluarga
responden umumnya hanya berpendidikan SD, para orangtua menunjukkan
pandangan yang positif mengenai pendidikan bagi anak-anak mereka. Para
orangtua mengakui merasa kecewa ketika anaknya memutuskan untuk berhenti
68
sekolah karena pendidikan bagi anak-anak mereka sangatlah penting demi
meningkatkan taraf kehidupan di masa mendatang. Namun pandangan positif
tersebut tidak tercermin dalam tindakan nyata karena latar belakang pendidikan
orangtua memengaruhi tindakan mereka untuk secara langsung terlibat dalam
pendidikan anak-anaknya. Disamping itu, para orangtua juga mengakui bahwa
penyebab anak-anak mereka putus sekolah adalah tidak adanya motivasi dari
dalam diri anak. Para orangtua cenderung pasrah dan tidak mampu berbuat
banyak untuk mendorong anak-anak mereka kembali bersekolah karena
mereka tidak mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan oleh anak-anaknya.
Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan proses sosialisasi dalam keluarga
yang kurang baik. Intensitas komunikasi orangtua dengan anak kurang, karena
para orangtua menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bertani di ladang
dan membutuhkan banyak tenaga. Sehingga sesampainya dirumah, karena
orangtua sudah lelah, maka mereka cenderung acuh dan kurang memberikan
perhatian kepada anaknya. Para orangtua menyerahkan kepercayaan
sepenuhnya kepada anak atas apa yang dilakukannya.
Gambar 4.5. Aktifitas orangtua yang bekerja sebagai petani
69
Berdasarkan hasil penelitian, faktor sosial ekonomi orangtua responden
termasuk kriteria tinggi dengan skor rata-rata 18,1. Responden yang memiliki
orang tua berpendidikan SMP sejumlah 3 orang (10%), SD sejumlah 19 orang
(63%) dan tidak sekolah sejumlah 8 orang (27%). Seluruh orangtua dari 30
responden bekerja sebagai petani, dimana 27 orang (90%) memiliki lahan
sendiri dan sisanya adalah sebagai buruh tani. Rata-rata pendapatan orangtua
sekitar 3 juta-4 juta per bulan. Berdasarkan penghasilan orangtua perbulan, 8
orang (27%) berpenghasilan lebih dari 4 juta, 13 orang (43%) berpenghasilan 3
juta-4 juta, 6 orang (20%) berpenghasilan 2 juta-3 juta, dan 3 orang (10%)
berpenghasilan 1 juta-2 juta. Jumlah tanggungan dalam satu keluarga tidak
terlalu banyak, rata-rata memiliki 3 orang tanggungan.
Menurut Sharraden (Saepuloh, 2018:105), pendapatan dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu pendapatan tinggi apabila kebutuhan keluarga telah
terpenuhi seperti kebutuhan pokok sandang, pangan, papan dan terpenuhinya
kebutuhan sampingan, pendapatan sedang apabila kebutuhan keluarga telah
terpenuhi kebutuhan pokok saja dan pendapatan rendah apabila kebutuhan
belum terpenuhi. Hasil penelitian menunjukkan kondisi pemenuhan kebutuhan
keluarga sebagian besar (87%) mengatakan seluruh kebutuhan terpenuhi dan
sisanya (13%) mengatakan hanya kebutuhan pokok saja yang terpenuhi.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan orangtua
responden termasuk tinggi.
Biasanya orangtua dengan pendapatan yang tinggi anaknya juga akan
berpendidikan tinggi karena kemampuan ekonomi yang baik. Namun di
70
Kecamatan Petungkriyono, pendapatan orangtua yang tinggi tidak berbanding
lurus dengan tingkat pendidikan anak. Jenis pekerjaan orangtua juga dapat
memengaruhi kelanjutan sekolah anak. Kebiasaan yang melekat di masyarakat
Petungkriyono yang mayoritas petani adalah menjadi petani tidak memerlukan
pendidikan yang tinggi, minimal setara dengan pendidikan orangtua. Terlebih
dengan luas lahan pertanian yang dimiliki, semakin luas lahannya maka akan
semakin banyak tenaga yang dibutuhkan untuk mengolah dan memanen hasil
pertanian. Sehingga daripada sekolah, anak-anaknya akan lebih bermanfaat jika
membantu orangtua di kebun sekaligus belajar menjadi petani yang merupakan
pekerjaan yang sudah turun-temurun.
Hasil penelitian menunjukkan, secara rata-rata faktor geografis termasuk
kriteria sedang dengan skor 19,5. Dari 30 responden, 10 responden
memperoleh kriteria tinggi, 10 responden memperoleh kriteria sedang, 5
responden memperoleh kriteria rendah, dan 5 responden memperoleh kriteria
sangat tinggi. Semakin tinggi skornya, maka kemungkinan faktor geografis
menjadi penghambat akses ke sekolah semakin kecil.
Responden yang memiliki aksesibilitas rendah dikarenakan jarak dari
rumah ke sekolah lebih dari 4 km dan kondisi jalan yang dilalui rusak dan
cukup sulit dilalui kendaraan bermotor. Rata-rata waktu yang ditempuh
responden untuk menuju ke sekolah adalah 10-20 menit. Responden yang
menempuh waktu kurang dari 10 menit hanya sebanyak 3 orang (10%). Dari
hasil jawaban responden, diketahui bahwa sebanyak 13 orang (43%) responden
berjalan kaki ke sekolah. Namun, tidak adanya sarana transportasi umum di
71
Kecamatan Petungkriyono menjadikan jarak tempuh yang dekat dapat menjadi
jauh dikarenakan harus berjalan kaki.
Namun meskipun dapat dijangkau dengan jalan kaki, topografi wilayah
Kecamatan Petungkriyono yang berupa pegunungan juga memengaruhi
aksesibilitas. Daerah yang dilalui menuju ke sekolah umumnya perkebunan dan
hutan dengan kontur jalan yang naik turun cukup berkelok. Sehingga apabila
ditempuh dengan jalan kaki akan memungkinkan siswa merasa kelelahan
bahkan sebelum menerima pelajaran, yang dapat memengaruhi minatnya untuk
melanjutkan sekolah.
Menurut 14 orang (46%) responden, jalan menuju sekolah dalam kondisi
yang baik dan mudah dilalui kendaraan bermotor. Artinya sebagian besar
lainnya melalui kondisi jalan yang terbilang rusak maupun cukup sulit dilalui
kendaraan bermotor. Terdapat 8 orang (26%) responden yang melalui jalan
yang tidak hanya rusak, namun bahkan masih berbatu, belum diaspal dan
sangat sulit dilalui kendaraan bermotor.
Gambar 4.6. Kondisi jalan utama (kanan), Kondisi jalan desa rusak sedang
(tengah), dan Kondisi jalan desa belum diaspal (kiri)
72
Kondisi jalan seperti dalam Gambar 4.6., untuk jalan utama secara umum
sudah diaspal dan dalam kondisi yang baik. Peningkatan aksesibilitas dengan
peningkatan kualitas jalan raya di wilayah ini sebagai penunjang
pengembangan pariwisata seperti curug, telaga, dan river tubing yang sedang
digencarkan oleh Pemerintah Kabupaten Pekalongan. Kondisi topografi
wilayah yang berupa pegunungan membuat kontur jalan naik turun dan berliku.
Dengan kondisi aspal yang baik, jalan utama sangat mudah dilalui kendaraan
bermotor baik itu roda dua, roda empat, maupun truk. Kondisi jalan desa
umumnya sudah baik meskipun dibeberapa titik ditemui kondisi aspal yang
rusak, namun masih bisa dilalui kendaraan bermotor dengan aman. Untuk
mobil atau truk yang melewati jalan desa ini biasanya harus berhenti salah satu
dikarenakan lebar jalan yang cukup sempit.
Sedangkan, untuk jalan di desa-desa yang tidak dilalui jalur utama, masih
ada beberapa titik yang kondisinya cukup rusak, bahkan ada jalan desa yang
belum diaspal sama sekali, seperti Desa Simego. Untuk menuju SMP Satu
Atap Simego di Desa Simego, kondisi jalan yang dilalui masih berupa batuan
besar yang ditata ditambah dengan kontur yang curam dan berliku dinilai
sangat berbahaya untuk dilalui. Hanya kendaraan modifikasi seperti kendaraan
trail dan truk pengangkut kentang saja yang dapat melewati jalur tersebut.
Dengan kondisi fisik jalan tersebut, membuat masyarakat terkendala untuk
mengakses fasilitas SMP maupun fasilitas pendidikan lainnya.
Tidak semua desa di Kecamatan Petungkriyono memiliki fasilitas SMP,
namun semua desa di wilayah ini sudah terjangkau oleh keempat fasilitas SMP
73
yang tersedia. Hal tersebut didukung oleh adanya satu SMP reguler dan tiga
SMP Satu Atap. Fasilitas SMP Satu Atap Simego merupakan hal yang tepat
mengingat jarak Desa Simego dengan SMP 1 Petungkriyono yang terletak di
pusat kecamatan adalah sejauh 12 km dengan medan yang sulit. Begitu pula
dengan dua SMP Satu Atap lainnya yang berada di Desa Tlogopakis dan
Tlogohendro. Meskipun memiliki fasilitas minim, SMP Satu Atap sudah dapat
membantu masyarakat untuk mengakses pendidikan karena letaknya yang
berada di desa yang sulit dijangkau.
74
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini dirumuskan mengenai kesimpulan yang dapat diambil dari
keseluruhan hasil penelitian dan gagasan-gagasan yang dinyatakan dalam
rumusan saran.
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Faktor dominan yang memengaruhi rendahnya partisipasi pendidikan
tingkat SMP di Kecamatan Petungkriyono adalah dari faktor internal yaitu
masukan dasar (raw input) dan masukan sarana (instrumental input), serta
dari faktor eksternal yaitu kondisi demografis.
2. Seluruh desa di Kecamatan Petungkriyono sudah terjangkau oleh fasilitas
pendidikan SMP.
B. Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian yang di atas, saran yang diajukan
adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan faktor masukan dasar (raw input), orangtua agar
lebih berperan aktif dalam meningkatkan motivasi belajar anak dengan
melakukan komunikasi secara intens dan memantau kegiatan belajar anak
agar tumbuh kesadaran akan pentingnya pendidikan.
2. Rendahnya faktor masukan sarana (instrumental input) berupa
kelengkapan fasilitas belajar di sekolah dikarenakan sekolah hanya
75
mengandalkan dana dari Pemerintah. Pendidikan bukan hanya
tanggungjawab Pemerintah saja melainkan juga tanggungjawab
masyarakat, sehingga unsur masyarakat juga harus ikut andil memberikan
dukungan terhadap pendidikan di sekolah dalam bentuk material maupun
non material sehingga kualitas fasilitas pendidikan yang ada dapat
ditingkatkan.
76
DAFTAR PUSTAKA
Andreeyan, Rizal. 2014. Studi Tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan
Pembangunan di Kelurahan Sambutan Kecamatan Sambutan Kota
Samarinda. Jurnal Administrasi Negara. 2(4), 1938-1951.
Aref, Abrisham. 2010. Community Participation for Educational Planning and
Development. Nature and Science. 8(9), 1-4.
Arifin, Zaenal. 2017. Kriteria Instrumen dalam Suatu Penelitian. Jurnal
THEOREMS (The Original Research of Mathematics). 2(1), 28-36.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Aristin, Nevy Farista. 2015. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Anak
Putus Sekolah Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan
Bondowoso. Skripsi. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
Badan Pusat Statistik. 2017. Kabupaten Pekalongan Dalam Angka 2017.
Pekalongan: BPS Kabupaten Pekalongan.
Badan Pusat Statistik. 2019. Sistem Informasi Rujukan Statistik. Diakses pada 28
Juli 2019 melalui http://sirusa.bps.go.id/
Badan Standarisasi Nasional. 2003. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Bandung: BSN.
Daljoeni. 2014. Pengantar Geografi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Handayani, Titik. 2012. Menyongsong Kebijakan Pendidikan Menengah
Universal: Pembejalaran Dari Implementasi Wajar Dikdas 9 Tahun. Jurnal
Kependudukan Indonesia. 7(1), 39-56.
Hardati, Puji. 2016. Hierarki Pusat Pelayanan di Kecamatan Ungaran Barat dan
Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Jurnal Geografi. 13(2), 204-215.
Junaidi. 2010. Indikator Sarana Prasarana Pendidikan. Discussion Paper. Jambi:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.
Kahfi, Mukmin Al. 2017. Kajian Ketersediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah
Menengah Atas/Sederajat di Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. Data Pokok Pendidikan Dasar
dan Menengah. Diakses pada 28 November 2019 melalui
http://www.dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
77
Mu’in, Fatchul. 2011. Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik dan Praktik.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Muta’ali, Lutfi. 2015. Teknik Analisis Regional untuk Perencanaan Wilayah, Tata
Ruang dan Lingkungan. Yogyakarta: BPFG Universitas Gadjah Mada.
Nasrudin. 2012. Pemetaan Anak Tidak Sekolah dan Putus Sekolah Program Wajib
Belajar 9 Tahun di Daerah Tertinggal Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.
Prosiding Riset Kebijakan Pendidikan Anak di Indonesia, Tangerang: 17
November 2011. Hal. 25-44.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Prasanta, Arsi Surya., Saptono Putro, dan Wahyu Setyaningsih. 2017. Analisis
Faktor-faktor yang Memengaruhi Partisipasi Melanjutkan Sekolah
SMA/Sederajad di Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal Tahun 2017.
Edu Geography. 5(2), 35-44.
Pujianto, Wahyu. 2017. Angka Partisipasi Murni (APM) SLTA Sederajat di
Indonesia Tahun 2006-2012. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Rahmatika, Hamzulida Rizqia. 2016. Faktor-faktor yang Memengaruhi Angka
Partisipasi Kasar (APK) Jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
Pada Masyarakat Pesisir di Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang Tahuun
2015. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Rifa’i, Achmad & Catharina Tri Anni. 2015. Psikologi Pendidikan. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Saepuloh, Dadang & Agus Suherman. 2018. Analisis Penyebab Angka Putus
Sekolah dan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga di Kota Tangerang. Jurnal
Penelitian dan Karya Ilmiah. 2(28), 98-111.
Setyadharma, Andryan. 2017. Upper Secondary School Dropout: Lessons From
Central Java Province, Indonesia. Dissertasion. Palmerston North: Massey
University.
Seyma Sahin, Zeynep Arseven, and Abdurrahman Kilic. 2016. Causes of Student
Absenteeism and School Dropouts. International Journal of Instruction, 9(1),
195-210.
Somantri, Manap. 2014. Perencanaan Pendidikan. Bogor: IPB Press.
Subagyo, P. Joko. 2011. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik. Jakarta:
Aneka Cipta.
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
78
Suryana, S. 2017. Permasalahan Mutu Pendidikan dalam Perspektif Pembangunan
Pendidikan. Edukasi. 2(1), 1-12.
Syamsi, Ibnu. 2010. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Pemberdaya dalam
Masyarakat. Diklus. 14(1), 66-76.
Tarigan, Robinson. 2009. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Tilaar, H.A.R. 2009. Kekuasaan dan Pendidikan: Manajemen Pendidikan
Nasional dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rineka Cipta.
Walgito, Bimo. 1999. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Widianantari. 2008. Kebutuhan dan Jangkauan Pelayanan Pendidikan di
Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang. Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Yusuf, Amin. 2014. Analisis Kebutuhan Pendidikan Masyarakat. Jurnal
Penelitian Pendidikan. 31(2), 77-84.
Peraturan perundangan:
Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar.
Permendikbud No. 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah.
Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk
SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 1 tentang pendidikan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
79
Lampiran 1. Kisi-kisi Angket Penelitian
Sub-variabel Indikator Pertanyaan Nomor
item
Variabel Faktor Internal
Output Prestasi belajar siswa Nilai yang didapat 1
Raw Input Pengalaman -Alasan masuk sekolah
-Alasan putus sekolah
2,3,4,5,
6,7
Kebutuhan dan
kebiasaan belajar
-Waktu belajar
-Lama belajar
-Tempat belajar
-Pendamping belajar
Environmental
input
Pertemanan -Keakraban
-Tingkat pendidikan
-Respon teman
8, 9,10,
11, 20,
21, 22,
23 Keluarga -Tingkat pendidikan
keluarga
-Pandangan
Masyarakat -Tingkat pendidikan
-Respon masyarakat
Proses Pendidikan dalam
keluarga
-Keterbukaan komunikasi
-Cara mendidik
12, 13,
24
Variabel Faktor Eksternal
Sosial
Ekonomi
orangtua
Tingkat pendidikan -Pendidikan terakhir 25, 26,
27, 28,
29, 30
Pekerjaan -Jenis pekerjaan
-Status pekerjaan
-Tempat bekerja
-Lama bekerja
Tingkat pendapatan -Jumlah
Tanggungan -Jumlah
Pemenuhan kebutuhan -Ketercukupan kebutuhan
Budaya Kebiasaan masyarakat
terhadap pendidikan
-Pandangan 31
Geografis Jarak ke sekolah -Jarak
-Waktu tempuh
14, 15,
16, 17,
18, 19 Lokasi sekolah -Bentuk wilayah
Aksesibilitas -Kondisi jalan
-Transportasi
-Biaya
80
Lampiran 2. Instrumen Penelitian (Angket)
A. Identitas Responden
Nama responden :
Jenis kelamin/usia : L / P / ___ tahun
Kelas terakhir :
B. Petunjuk Pengisian
1. Jawablah semua pertanyaan dengan jujur sesuai pilihan tersedia yang paling
mendekati dengan kondisi anda sebenarnya.
2. Jawaban diisikan dengan memberi tanda silang pada salah satu pilihan yang
dipilih.
3. Data yang didapatkan dari angket ini akan digunakan dalam penyusunan
skripsi, dan kerahasiaan akan dijaga
4. Atas partisipasi anda dalam menjawab semua pertanyaan pada angket ini
saya ucapkan terimakasih.
C. Daftar Pertanyaan
(Untuk Responden)
Output
1. Saat masih sekolah, bagaimana nilai yang anda peroleh?
a. Sangat baik, di atas 90
b. Baik, di atas 80
c. Cukup baik, di atas 70
d. Rendah, di bawah 70
e. Sangat Rendah, di bawah 60
Raw Input
2. Apa alasan anda tidak melanjutkan sekolah?
a. Aksesibilitas ke sekolah sulit
b. Sakit dan tidak mampu ke sekolah
c. Saya bekerja membantu orangtua
d. Saya sulit memahami pelajaran
e. Saya bosan sekolah
3. Apa alasan anda dahulu sekolah?
a. Saya sekolah atas keinginan sendiri
b. Saya sekolah karena malu dengan tetangga
c. Saya sekolah karena teman saya sekolah
d. Saya sekolah atas perintah orangtua
e. Saya sekolah karena gratis
4. Saat masih sekolah, kapan anda meluangkan waktu belajar di luar jam sekolah?
a. Pagi hari
81
b. Siang hari
c. Sore hari
d. Malam hari
e. Tidak pernah
5. Saat masih sekolah, berapa lama anda meluangkan waktu untuk belajar di luar
jam sekolah?
a. > 3 jam
b. 2 – 3 jam
c. 1 – 2 jam
d. < 1 jam
e. Tidak pernah
6. Saat masih sekolah, di mana tempat anda belajar selain di sekolah?
a. Les/bimbel
b. Sanggar
c. Rumah teman
d. Rumah
e. Tidak ada
7. Saat anda masih sekolah, siapakah pendamping belajar di luar sekolah?
a. Guru les
b. Orangtua
c. Saudara
d. Teman
e. Tidak ada
Environmental Input
8. Apakah anda sering beraktifitas bersama teman anda?
a. Sangat sering, setiap hari selalu bertemu
b. Sering, hampir setiap hari
c. Jarang, hanya saat waktu luang
d. Sangat jarang, karena tidak ada waktu luang
e. Tidak pernah
9. Bagaimana tanggapan teman-teman ketika anda berhenti sekolah?
a. Marah dan mengkritik
b. Kecewa namun mengajak dan menyemangati untuk kembali
c. Kecewa namun menghormati keputusan saya
d. Acuh karena merupakan hal yang lazim
e. Mendukung
10. Apakah teman-teman anda tersebut masih sekolah?
a. Semua teman saya masih sekolah
b. 75% teman saya masih sekolah
c. 50% teman saya masih sekolah
d. Hanya 25% teman saya yang masih sekolah
e. Teman-teman saya tidak ada yang sekolah
82
11. Apa pendidikan mayoritas teman-teman anda?
a. Perguruan Tinggi
b. SMA
c. SMP
d. SD
e. Tidak sekolah
Proses
12. Bagaimana tanggapan orangtua ketika anda berhenti sekolah?
a. Sangat marah
b. Marah
c. Agak kecewa
d. Acuh/biasa saja
e. Mendukung
13. Bagaimana hubungan komunikasi anda dengan orangtua?
a. Sangat baik, setiap hari selalu terbuka dan menjaga komunikasi
b. Baik, berkomunikasi hanya mengenai hal-hal tertentu
c. Cukup baik, selalu berkomunikasi meskipun tidak setiap hari
d. Kurang baik, karena orangtua sibuk bekerja
e. Tidak pernah komunikasi
Geografis
14. Saat masih sekolah, berapa jarak dari rumah ke sekolah?
a. < 1 km
b. 1 – 2 km
c. 2 – 3 km
d. 3 – 4 km
e. > 4 km
15. Saat masih sekolah, berapa lama waktu untuk sampai ke sekolah?
a. < 10 menit
b. 10 – 20 menit
c. 20 – 30 menit
d. 30 – 40 menit
e. > 40 menit
16. Saat masih sekolah, moda transportasi apa yang anda gunakan untuk ke
sekolah?
a. Mobil
b. Sepeda motor
c. Angkutan (doplak)
d. Sepeda
e. Jalan kaki
17. Saat masih sekolah, berapa biaya untuk menuju sekolah?
a. < Rp5000
b. Rp5000 – Rp10.000
83
c. Rp10.000 – Rp15.000
d. Rp15.000 – Rp20.000
e. >Rp.20.000
18. Bagaimana kontur wilayah yang dilalui menuju ke sekolah?
a. Wilayah permukiman dengan jalan yang datar
b. Wilayah permukiman dan perkebunan warga dengan jalan yang cukup
landai
c. Wilayah perkebunan warga dengan jalan yang cukup berkelok
d. Wilayah hutan perkebunan dengan jalan yang cukup curam berkelok
e. Wilayah hutan pegunungan dengan jalan yang curam berkelok
19. Bagaimana kondisi jalan yang dilalui menuju ke sekolah?
a. Jalan sangat baik dan sangat mudah dilalui kendaraan bermotor
b. Jalan masih baik meskipun beberapa bagian sedikit rusak namun mudah
dilalui kendaraan bermotor
c. Jalan cukup rusak dan cukup sulit dilalui kendaraan bermotor
d. Jalan sangat rusak dan sulit dilalui kendaraan bermotor
e. Jalan masih tanah berbatu dan sangat sulit dilalui bahkan kendaraan
bermotor
(Untuk Orangtua Responden)
Environmental Input
20. Apa tingkat pendidikan mayoritas di keluarga anda?
a. Perguruan Tinggi
b. SMA
c. SMP
d. SD
e. Tidak sekolah
21. Bagaimana arti penting pendidikan bagi anak anda?
a. Pendidikan sangat penting demi meningkatkan taraf kehidupan
b. Pendidikan penting untuk mencari pekerjaan
c. Pendidikan cukup penting agar setara dengan masyarakat lainnya
d. Pendidikan kurang penting karena anak sudah bisa bekerja tanpa sekolah
e. Pendidikan tidak penting karena membuang-buang waktu dan tenaga
22. Apa pendidikan mayoritas masyarakat sekitar?
a. Perguruan Tinggi
b. SMA
c. SMP
d. SD
e. Tidak sekolah
23. Bagaimana tanggapan lingkungan masyarakat sekitar terhadap keputusan anak
anda tidak melanjutkan sekolah?
a. Mengkritik keras
84
b. Menasehati demi kebaikan
c. Biasa saja karena tidak merugikan siapapun
d. Mendukung karena hal yang sama terjadi dengan anak mereka
e. Sangat mendukung karena justru dianggap mandiri
Proses
24. Bagaimana proses sosialisasi nilai-nilai kehidupan kepada anak?
a. Memberi contoh dengan tindakan sehari-hari
b. Membimbing dan mengarahkan secara langsung setiap hari
c. Membimbing dan mengarahkan melalui guru atau orang lain
d. Membimbing dan mengarahkan hanya jika terjadi masalah
e. Menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada anak
Sosial Ekonomi Orangtua
25. Apa pendidikan terakhir anda?
a. Diploma/sarjana
b. SMA/sederajat
c. SMP/sederajat
d. SD/sederajat
e. Tidak sekolah
26. Moda transportasi apa yang anda gunakan untuk menuju tempat kerja?
a. Mobil
b. Sepeda motor
c. Sepeda
d. Angkutan (doplak)
e. Jalan kaki
27. Berapa lama anda bekerja dalam sehari?
a. > 8 jam
b. 6 – 8 jam
c. 4 – 6 jam
d. 2 – 4 jam
e. < 2 jam
28. Berapa jumlah pendapatan anda setiap bulannya?
a. > Rp4.000.000 /bulan
b. Rp3.000.000 – Rp4.000.000 /bulan
c. Rp2.000.000 – Rp3.000.000 /bulan
d. Rp1.000.000 – Rp2.000.000 /bulan
e. < Rp1.000.000 /bulan
29. Berapa jumlah tanggungan anda?
a. 1 orang
b. 2 orang
c. 3 orang
d. 4 orang
e. > 4 orang
85
30. Bagaimana pemenuhan kebutuhan keluarga dengan pendapatan anda?
a. Seluruh kebutuhan sangat terpenuhi dan dapat disisihkan untuk tabungan
b. Seluruh kebutuhan terpenuhi
c. Kebutuhan pokok sehari-hari terpenuhi secara pas-pasan
d. Sebagian kebutuhan pokok terpenuhi melalui hutang
e. Seluruh kebutuhan pokok terpenuhi melalui hutang
Budaya
31. Bagaimana cara pandang masyarakat sekitar pada umumnya terhadap
pendidikan?
a. Pendidikan dianggap sangat penting sehingga orangtua bekerja keras untuk
menyekolahkan anak setinggi-tingginya
b. Pendidikan dianggap cukup penting tetapi hanya sampai jenjang umum
yang dicapai anak seumuran di masyarakat sekitar
c. Pendidikan dianggap tidak terlalu penting, jika sudah setara dengan
pendidikan orangtua maka sudah cukup
d. Pendidikan dianggap tidak penting, jika anak ingin bersekolah lebih tinggi
dari orangtua maka harus dapat membiayai sendiri
e. Pendidikan dianggap tidak penting ,yang penting adalah bekerja dan
menghasilkan uang
86
Lampiran 3. Instrumen Penelitian (Wawancara)
Pedoman Wawancara Dengan Pihak Sekolah
A. Identitas Narasumber
Sekolah :
Narasumber :
Jabatan :
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana kelengkapan fasilitas sekolah?
2. Sumber belajar apa yang biasanya digunakan Bapak/Ibu guru dalam proses
pembelajaran?
3. Bagaimana tanggapan anda dengan rendahnya partisipasi sekolah tingkat
SMP di Kecamatan Petungkriyono? Apa yang menyebabkan?
4. Bagaimana pandangan masyarakat sekitar mengenai pendidikan pada
umumnya?
5. Bagaimana respon masyarakat sekitar dengan adanya sekolah ini di
daerahnya?
6. Bagaimana upaya sekolah untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap
pendidikan
87
Lampiran 4. Tabel Uji Validitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Ʃ
R1 3 1 2 1 1 1 1 5 2 1 1 3 3 2 4 1 4 4 5 2 3 2 3 3 1 1 3 4 2 5 4 67
R2 4 4 5 3 3 3 4 5 4 5 3 3 5 2 4 4 5 4 5 2 5 2 4 4 2 1 3 4 2 4 4 102
R3 3 5 5 3 3 2 1 4 3 3 3 3 3 5 5 1 5 4 5 2 2 3 3 1 2 1 3 4 2 4 3 87
R4 3 5 5 2 3 2 1 5 5 4 3 1 2 5 5 2 5 3 5 2 5 3 3 2 1 4 4 3 4 4 2 93
R5 3 1 3 1 1 1 3 4 5 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 3 3 3 4 1 2 1 3 2 3 4 3 85
R6 2 2 3 1 2 2 1 4 2 2 1 2 4 3 4 1 4 3 1 1 2 2 3 1 1 4 3 3 3 5 4 64
R7 4 5 5 3 2 2 2 5 3 4 3 2 3 3 4 1 5 3 1 1 5 2 4 2 2 1 3 4 3 3 4 84
R8 1 1 4 2 1 1 2 4 3 3 2 3 4 3 4 4 5 2 1 2 2 2 4 2 2 2 4 4 3 4 2 74
R9 4 3 3 1 2 1 1 5 4 4 3 2 2 3 4 1 5 2 1 1 5 2 4 4 2 4 2 4 3 4 3 79
R10 2 3 3 2 2 2 2 3 4 3 2 3 4 2 3 1 4 1 2 2 2 1 3 1 1 1 2 3 3 3 3 64
R11 4 5 5 1 1 1 1 2 4 3 2 3 3 2 3 1 4 1 2 1 2 2 2 2 2 4 3 4 2 4 1 70
R12 3 1 2 1 1 1 1 5 3 2 2 2 2 2 3 4 4 2 2 2 2 2 3 3 2 1 5 5 1 4 2 68
R13 3 2 5 2 2 2 1 4 3 3 3 3 4 1 3 3 4 1 1 2 2 1 3 2 2 4 4 4 3 5 4 74
R14 4 5 2 2 2 2 1 5 3 2 2 2 3 1 3 3 4 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 3 3 4 1 62
R15 3 5 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 3 1 3 1 4 1 1 1 1 1 3 2 2 4 5 5 2 4 3 67
R16 3 5 5 2 2 2 3 2 2 2 3 1 3 1 3 4 4 2 1 2 1 1 2 2 1 4 5 4 2 4 1 72
R17 2 3 4 2 3 2 1 4 4 3 2 2 3 3 3 1 5 1 2 2 2 2 3 4 2 1 3 5 2 3 3 74
R18 2 3 3 3 2 2 2 5 4 4 3 3 4 1 4 4 4 1 3 2 2 2 4 1 1 1 4 3 3 4 3 77
R19 1 1 2 1 1 1 1 3 2 2 1 3 4 3 3 1 5 2 2 1 3 2 3 3 1 1 3 2 3 2 2 58
R20 3 3 5 1 1 1 1 3 4 3 2 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 2 3 4 2 4 5 5 4 5 2 85
R21 3 3 3 3 3 2 1 4 4 3 2 3 4 3 4 1 4 3 3 2 5 2 4 5 2 1 3 4 3 5 4 84
R22 3 5 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 5 4 4 3 5 3 5 2 3 3 4 2 2 4 3 4 4 4 4 93
R23 3 1 3 1 1 1 3 5 4 5 3 4 3 5 5 4 5 3 5 1 4 3 5 5 3 4 4 4 1 4 2 97
R24 2 2 5 2 2 2 1 4 5 5 3 3 4 4 4 2 5 4 5 2 5 3 5 3 2 2 5 4 3 4 4 95
R25 3 3 3 3 3 3 1 4 4 4 3 3 5 4 4 1 5 4 5 3 5 3 3 1 2 4 4 5 3 5 4 95
R26 3 3 2 1 2 2 1 3 4 5 3 2 2 4 4 1 5 5 5 3 3 3 4 2 2 2 3 2 3 4 3 81
R27 3 3 3 2 3 2 1 5 3 5 3 4 5 4 4 4 5 5 5 2 4 3 5 5 3 4 4 5 4 4 3 104
R28 2 1 3 1 2 2 1 2 3 2 2 4 4 2 4 4 4 4 5 2 3 3 4 1 2 1 4 3 3 4 4 75
R29 4 3 5 1 1 1 3 4 4 4 3 3 3 3 4 5 4 3 5 3 5 3 3 1 2 4 5 5 4 5 4 94
R30 3 3 3 2 2 2 3 4 5 5 3 3 4 1 4 3 4 5 5 3 5 3 3 4 3 4 5 5 4 5 3 99
r hitung 0.33 0.14 0.35 0.34 0.40 0.30 0.32 0.33 0.58 0.84 0.74 0.35 0.31 0.51 0.66 0.34 0.47 0.66 0.72 0.40 0.74 0.70 0.56 0.37 0.66 0.32 0.30 0.36 0.33 0.30 0.33
r kritis 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3
ket. V TV V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V 30
Resp.No. Item
88
Nomor
Item
Validitas
r hitung r kritis Keterangan
1 0,32 0,30 Valid
2 0,13 0,30 Tidak Valid
3 0,35 0,30 Valid
4 0,34 0,30 Valid
5 0,39 0,30 Valid
6 0,30 0,30 Valid
7 0,31 0,30 Valid
8 0,32 0,30 Valid
9 0,58 0,30 Valid
10 0,83 0,30 Valid
11 0,74 0,30 Valid
12 0,35 0,30 Valid
13 0,30 0,30 Valid
14 0,50 0,30 Valid
15 0,66 0,30 Valid
16 0,33 0,30 Valid
17 0,46 0,30 Valid
18 0,66 0,30 Valid
19 0,72 0,30 Valid
20 0,39 0,30 Valid
21 0,73 0,30 Valid
22 0,70 0,30 Valid
23 0,55 0,30 Valid
24 0,36 0,30 Valid
25 0,65 0,30 Valid
26 0,31 0,30 Valid
27 0,30 0,30 Valid
28 0,35 0,30 Valid
29 0,32 0,30 Valid
30 0,30 0,30 Valid
31 0,33 0,30 Valid
89
Lampiran 5. Tabel Uji Reliabilitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Ʃ
R1 3 1 2 1 1 1 1 5 2 1 1 3 3 2 4 1 4 4 5 2 3 2 3 3 1 1 3 4 2 5 4 67
R2 4 4 5 3 3 3 4 5 4 5 3 3 5 2 4 4 5 4 5 2 5 2 4 4 2 1 3 4 2 4 4 102
R3 3 5 5 3 3 2 1 4 3 3 3 3 3 5 5 1 5 4 5 2 2 3 3 1 2 1 3 4 2 4 3 87
R4 3 5 5 2 3 2 1 5 5 4 3 1 2 5 5 2 5 3 5 2 5 3 3 2 1 4 4 3 4 4 2 93
R5 3 1 3 1 1 1 3 4 5 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 3 3 3 4 1 2 1 3 2 3 4 3 85
R6 2 2 3 1 2 2 1 4 2 2 1 2 4 3 4 1 4 3 1 1 2 2 3 1 1 4 3 3 3 5 4 64
R7 4 5 5 3 2 2 2 5 3 4 3 2 3 3 4 1 5 3 1 1 5 2 4 2 2 1 3 4 3 3 4 84
R8 1 1 4 2 1 1 2 4 3 3 2 3 4 3 4 4 5 2 1 2 2 2 4 2 2 2 4 4 3 4 2 74
R9 4 3 3 1 2 1 1 5 4 4 3 2 2 3 4 1 5 2 1 1 5 2 4 4 2 4 2 4 3 4 3 79
R10 2 3 3 2 2 2 2 3 4 3 2 3 4 2 3 1 4 1 2 2 2 1 3 1 1 1 2 3 3 3 3 64
R11 4 5 5 1 1 1 1 2 4 3 2 3 3 2 3 1 4 1 2 1 2 2 2 2 2 4 3 4 2 4 1 70
R12 3 1 2 1 1 1 1 5 3 2 2 2 2 2 3 4 4 2 2 2 2 2 3 3 2 1 5 5 1 4 2 68
R13 3 2 5 2 2 2 1 4 3 3 3 3 4 1 3 3 4 1 1 2 2 1 3 2 2 4 4 4 3 5 4 74
R14 4 5 2 2 2 2 1 5 3 2 2 2 3 1 3 3 4 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 3 3 4 1 62
R15 3 5 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 3 1 3 1 4 1 1 1 1 1 3 2 2 4 5 5 2 4 3 67
R16 3 5 5 2 2 2 3 2 2 2 3 1 3 1 3 4 4 2 1 2 1 1 2 2 1 4 5 4 2 4 1 72
R17 2 3 4 2 3 2 1 4 4 3 2 2 3 3 3 1 5 1 2 2 2 2 3 4 2 1 3 5 2 3 3 74
R18 2 3 3 3 2 2 2 5 4 4 3 3 4 1 4 4 4 1 3 2 2 2 4 1 1 1 4 3 3 4 3 77
R19 1 1 2 1 1 1 1 3 2 2 1 3 4 3 3 1 5 2 2 1 3 2 3 3 1 1 3 2 3 2 2 58
R20 3 3 5 1 1 1 1 3 4 3 2 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 2 3 4 2 4 5 5 4 5 2 85
R21 3 3 3 3 3 2 1 4 4 3 2 3 4 3 4 1 4 3 3 2 5 2 4 5 2 1 3 4 3 5 4 84
R22 3 5 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 5 4 4 3 5 3 5 2 3 3 4 2 2 4 3 4 4 4 4 93
R23 3 1 3 1 1 1 3 5 4 5 3 4 3 5 5 4 5 3 5 1 4 3 5 5 3 4 4 4 1 4 2 97
R24 2 2 5 2 2 2 1 4 5 5 3 3 4 4 4 2 5 4 5 2 5 3 5 3 2 2 5 4 3 4 4 95
R25 3 3 3 3 3 3 1 4 4 4 3 3 5 4 4 1 5 4 5 3 5 3 3 1 2 4 4 5 3 5 4 95
R26 3 3 2 1 2 2 1 3 4 5 3 2 2 4 4 1 5 5 5 3 3 3 4 2 2 2 3 2 3 4 3 81
R27 3 3 3 2 3 2 1 5 3 5 3 4 5 4 4 4 5 5 5 2 4 3 5 5 3 4 4 5 4 4 3 104
R28 2 1 3 1 2 2 1 2 3 2 2 4 4 2 4 4 4 4 5 2 3 3 4 1 2 1 4 3 3 4 4 75
R29 4 3 5 1 1 1 3 4 4 4 3 3 3 3 4 5 4 3 5 3 5 3 3 1 2 4 5 5 4 5 4 94
R30 3 3 3 2 2 2 3 4 5 5 3 3 4 1 4 3 4 5 5 3 5 3 3 4 3 4 5 5 4 5 3 99
var. butir 0.67 2.21 1.29 0.63 0.59 0.34 0.85 1.06 0.88 1.34 0.46 0.70 0.81 1.61 0.37 2.05 0.26 1.80 3.15 0.41 2.01 0.53 0.67 1.84 0.35 2.12 0.93 0.88 0.70 0.51 1.00 33.01
169.56
0.67
Instrumen dikatakan memiliki tingkat reliabilitas tinggi jika nilai r ac > 0,6
var. total
Resp.No.Item
r ac
90
Lampiran 6. Tabel Daftar Responden Penelitian
No Responden JK Alamat
Dukuh Desa
1 R1 P Igirgede Simego
2 R2 P Igirgede Simego
3 R3 L Igirgede Simego
4 R4 P Igirgede Simego
5 R5 P Igirgede Simego
6 R6 P Sabrang Simego
7 R7 P Sabrang Simego
8 R8 L Sabrang Simego
9 R9 L Kubang Simego
10 R10 L Kubang Simego
11 R11 L Kubang Simego
12 R12 L Kubang Simego
13 R13 L Songgowedi Songgodadi
14 R14 L Gunungcilik Songgodadi
15 R15 L Songgowedi Songgodadi
16 R16 L Curugmuncar Curugmuncar
17 R17 L Curugmuncar Curugmuncar
18 R18 L Gondang Tlogohendro
19 R19 L Gondang Tlogohendro
20 R20 L Gondang Tlogohendro
21 R21 L Glidigan Tlogohendro
22 R22 P Garung Yosorejo
23 R23 P Dranan Yosorejo
24 R24 P Dranan Yosorejo
25 R25 P Garung Yosorejo
26 R26 P Sikucing Yosorejo
27 R27 L Candi Yosorejo
28 R28 L Kambangan Tlogopakis
29 R29 P Krajan Tlogopakis
30 R30 L Tinalum Kayupuring
91
Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Jawaban Angket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
R1 c e d e e e e a d e e c c d b a b b a d c d c c e e c b d a b
R2 b b a c c c b a b a c c a d b b a b a b a d b b d e c b d b b
R3 c a a c c d e b c c c c c a a e a b a d d c c e d e c b d b c
R4 c a a d c d e a a b c e d a a d a c a d a c c d e b b c b b d
R5 c e c e e e c b a b c b b b b b a b a c c c b e d e c d c b c
R6 d d c e d d e b d d e d b c b e b c e e d d c e e b c c c a b
R7 b a a c d d d a c b c d c c b e a c e e a d b d d e c b c c b
R8 e e b d e e d b c c d c b c b b a d e d d d b d d d b b c b d
R9 b c c e d e e a b b c d d c b e a d e e a d b b d b d b c b c
R10 d c c d d d d c b c d c b d c e b e d d d e c e e e d c c c c
R11 b a a e e e e d b c d c c d c e b e d e d d d d d b c b d b e
R12 c e d e e e e a c d d d d d c b b d d d d d c c d e a a e b d
R13 c d a d d d e b c c c c b e c c b e e d d e c d d b b b c a b
R14 b a d d d d e a c d d d c e c c b e e d e e d e e e d c c b e
R15 c a c d d d c d d d d e c e c e b e e e e e c d d b a a d b c
R16 c a a d d d c d d d c e c e c b b d e d e e d d e b a b d b e
R17 d c b d c d e b b c d d c c c e a e d d d d c b d e c a d c c
R18 d c c c d d d a b b c c b e b b b e c d d d b e e e b c c b c
R19 e e d e e e e c d d e c b c c e a d d e c d c c e e c d c d d
R20 c c a e e e e c b c d c c c b b b b c d c d c b d b a a b a d
R21 c c c c c d e b b c d c b c b e b c c d a d b a d e c b c a b
R22 c a c c c d d c c b c c a b b c a c a d c c b d d b c b b b b
R23 c e c e e e c a b a c b c a a b a c a e b c a a c b b b e b d
R24 d d a d d d e b a a c c b b b d a b a d a c a c d d a b c b b
R25 c c c c c c e b b b c c a b b e a b a c a c c e d b b a c a b
R26 c c d e d d e c b a c d d b b e a a a c c c b d d d c d c b c
R27 c c c d c d e a c a c b a b b b a a a d b c a a c b b a b b c
R28 d e c e d d e d c d d b b d b b b b a d c c b e d e b c c b b
R29 b c a e e e c b b b c c c c b a b c a c a c c e d b a a b a b
R30 c c c d d d c b a a c c b e b c b a a c a c c b c b a a b a c
Resp
No. Item
92
Lampiran 8. Hasil Jawaban Angket
Pertanyaan Frekuensi Persentase
(%)
Output
1. Saat masih sekolah, bagaimana nilai yang anda peroleh?
a. Sangat baik, di atas 90 0 0
b. Baik, di atas 80 6 20
c. Cukup baik, di atas 70 16 54
d. Rendah, di bawah 70 6 20
e. Sangat Rendah, di bawah 60 2 6
Raw Input
2. Apa alasan anda tidak melanjutkan sekolah?
a. Aksesibilitas ke sekolah sulit 8 27
b. Sakit dan tidak mampu ke sekolah 1 3
c. Saya bekerja membantu orangtua 11 37
d. Saya sulit memahami pelajaran 3 10
e. Saya bosan sekolah 7 23
3. Apa alasan anda dahulu sekolah?
a. Saya sekolah atas keinginan sendiri 10 33
b. Saya sekolah karena malu dengan tetangga 2 7
c. Saya sekolah karena teman saya sekolah 13 43
d. Saya sekolah atas perintah orangtua 5 17
e. Saya sekolah karena gratis 0 0
4. Saat masih sekolah, kapan anda meluangkan waktu belajar
di luar jam sekolah?
a. Pagi hari 0
b. Siang hari 0
c. Sore hari 7 23
d. Malam hari 11 37
e. Tidak pernah 12 40
5. Saat masih sekolah, berapa lama anda meluangkan waktu
untuk belajar di luar jam sekolah?
a. > 3 jam 0 0
b. 2 – 3 jam 0 0
c. 1 – 2 jam 8 27
d. < 1 jam 13 43
e. Tidak pernah 9 30
6. Saat masih sekolah, di mana tempat anda belajar selain di
93
sekolah?
a. Les/bimbel 0 0
b. Sanggar 0 0
c. Rumah teman 2 7
d. Rumah 18 60
e. Tidak ada 10 33
7. Saat anda masih sekolah, siapakah pendamping belajar di
luar sekolah?
a. Guru les 0
b. Orangtua 1 3
c. Saudara 6 20
d. Teman 5 17
e. Tidak ada 18 60
Environmental Input
8. Apakah anda sering beraktifitas bersama teman anda?
a. Sangat sering, setiap hari selalu bertemu 10 33
b. Sering, hampir setiap hari 11 37
c. Jarang, hanya saat waktu luang 5 17
d. Sangat jarang, karena tidak ada waktu luang 4 13
e. Tidak pernah 0 0
9. Bagaimana tanggapan teman-teman ketika anda berhenti
sekolah?
a. Marah dan mengkritik 4 13
b. Kecewa namun mengajak dan menyemangati untuk
kembali 12 40
c. Kecewa namun menghormati keputusan saya 9 30
d. Acuh karena merupakan hal yang lazim 5 17
e. Mendukung 0 0
10. Apakah teman-teman anda tersebut masih sekolah?
a. Semua teman saya masih sekolah 6 20
b. 75% teman saya masih sekolah 8 27
c. 50% teman saya masih sekolah 8 27
d. Hanya 25% teman saya yang masih sekolah 7 23
e. Teman-teman saya tidak ada yang sekolah 1 3
11. Apa pendidikan mayoritas teman-teman anda?
a. Perguruan Tinggi 0 0
b. SMA 0 0
c. SMP 17 57
d. SD 10 33
e. Tidak sekolah 3 10
94
Proses
12. Bagaimana tanggapan orangtua ketika anda berhenti
sekolah?
a. Sangat marah 0 0
b. Marah 4 13
c. Agak kecewa 16 54
d. Acuh/biasa saja 7 23
e. Mendukung 3 10
13. Bagaimana hubungan komunikasi anda dengan orangtua?
a. Sangat baik, setiap hari selalu terbuka dan menjaga
komunikasi 4 13
b. Baik, berkomunikasi hanya mengenai hal-hal tertentu 11 37
c. Cukup baik, selalu berkomunikasi meskipun tidak setiap
hari 11 37
d. Kurang baik, karena orangtua sibuk bekerja 4 13
e. Tidak pernah komunikasi 0 0
Geografis
14. Saat masih sekolah, berapa jarak dari rumah ke sekolah?
a. < 1 km 3 10
b. 1 – 2 km 6 20
c. 2 – 3 km 9 30
d. 3 – 4 km 6 20
e. > 4 km 6 20
15. Saat masih sekolah, berapa lama waktu untuk sampai ke
sekolah?
a. < 10 menit 3 10
b. 10 – 20 menit 18 60
c. 20 – 30 menit 9 30
d. 30 – 40 menit 0 0
e. > 40 menit 0 0
16. Saat masih sekolah, moda transportasi apa yang anda
gunakan untuk ke sekolah?
a. Mobil 1 3
b. Sepeda motor 10 33
c. Angkutan (doplak) 4 13
d. Sepeda 2 6
e. Jalan kaki 13 43
17. Saat masih sekolah, berapa biaya untuk menuju sekolah?
a. < Rp5000 15 50
b. Rp5000 – Rp10.000 15 50
95
c. Rp10.000 – Rp15.000 0 0
d. Rp15.000 – Rp20.000 0 0
e. >Rp.20.000 0 0
18. Bagaimana kontur wilayah yang dilalui menuju ke
sekolah?
a. Wilayah permukiman dengan jalan yang datar 3 10
b. Wilayah permukiman dan perkebunan warga dengan jalan
yang cukup landai 8 26
c. Wilayah perkebunan warga dengan jalan yang cukup
berkelok 7 23
d. Wilayah hutan perkebunan dengan jalan yang cukup curam
berkelok 5 16
e. Wilayah hutan pegunungan dengan jalan yang curam
berkelok 7 23
19. Bagaimana kondisi jalan yang dilalui menuju ke sekolah?
a. Jalan sangat baik dan sangat mudah dilalui kendaraan
bermotor 14 46
b. Jalan masih baik meskipun beberapa bagian sedikit rusak
namun mudah dilalui kendaraan bermotor 0 0
c. Jalan cukup rusak dan cukup sulit dilalui kendaraan
bermotor 3 10
d. Jalan sangat rusak dan sulit dilalui kendaraan bermotor 5 16
e. Jalan masih tanah berbatu dan sangat sulit dilalui bahkan
kendaraan bermotor 8 26
Environmental Input
20. Apa tingkat pendidikan mayoritas di keluarga anda?
a. Perguruan Tinggi 0 0
b. SMA 0 0
c. SMP 5 16
d. SD 18 60
e. Tidak sekolah 7 23
21. Bagaimana arti penting pendidikan bagi anak anda?
a. Pendidikan sangat penting demi meningkatkan taraf
kehidupan 9 30
b. Pendidikan penting untuk mencari pekerjaan 2 6
c. Pendidikan cukup penting agar setara dengan masyarakat
lainnya 7 23
d. Pendidikan kurang penting karena anak sudah bisa bekerja
tanpa sekolah 9 30
e. Pendidikan tidak penting karena membuang-buang waktu
dan tenaga 3 10
96
22. Apa pendidikan mayoritas masyarakat sekitar?
a. Perguruan Tinggi 0 0
b. SMA 0 0
c. SMP 12 40
d. SD 13 43
e. Tidak sekolah 5 16
23. Bagaimana tanggapan lingkungan masyarakat sekitar
terhadap keputusan anak anda tidak melanjutkan sekolah?
a. Mengkritik keras 3 10
b. Menasehati demi kebaikan 10 33
c. Biasa saja karena tidak merugikan siapapun 14 47
d. Mendukung karena hal yang sama terjadi dengan anak
mereka 3 10
e. Sangat mendukung karena justru dianggap mandiri 0 0
Proses
24. Bagaimana proses sosialisasi nilai-nilai kehidupan kepada
anak?
a. Memberi contoh dengan tindakan sehari-hari 3 10
b. Membimbing dan mengarahkan secara langsung setiap hari 5 16
c. Membimbing dan mengarahkan melalui guru atau orang lain 4 13
d. Membimbing dan mengarahkan hanya jika terjadi masalah 9 30
e. Menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada anak 9 30
Sosial Ekonomi Orangtua
25. Apa pendidikan terakhir anda?
a. Diploma/sarjana 0 0
b. SMA/sederajat 0 0
c. SMP/sederajat 3 10
d. SD/sederajat 19 63
e. Tidak sekolah 8 27
26. Moda transportasi apa yang anda gunakan untuk menuju
tempat kerja?
a. Mobil 0 0
b. Sepeda motor 14 47
c. Sepeda 0 0
d. Angkutan (doplak) 3 10
e. Jalan kaki 13 43
27. Berapa lama anda bekerja dalam sehari?
a. > 8 jam 7 23
b. 6 – 8 jam 8 27
c. 4 – 6 jam 12 40
97
d. 2 – 4 jam 3 10
e. < 2 jam 0 0
28. Berapa jumlah pendapatan anda setiap bulannya?
a. > Rp4.000.000 /bulan 8 27
b. Rp3.000.000 – Rp4.000.000 /bulan 13 43
c. Rp2.000.000 – Rp3.000.000 /bulan 6 20
d. Rp1.000.000 – Rp2.000.000 /bulan 3 10
e. < Rp1.000.000 /bulan 0 0
29. Berapa jumlah tanggungan anda?
a. 1 orang 0 0
b. 2 orang 6 20
c. 3 orang 15 50
d. 4 orang 7 23
e. > 4 orang 2 7
30. Bagaimana pemenuhan kebutuhan keluarga dengan
pendapatan anda?
a. Seluruh kebutuhan sangat terpenuhi dan dapat disisihkan
untuk tabungan 8 27
b. Seluruh kebutuhan terpenuhi 18 60
c. Kebutuhan pokok sehari-hari terpenuhi secara pas-pasan 3 10
d. Sebagian kebutuhan pokok terpenuhi melalui hutang 1 3
e. Seluruh kebutuhan pokok terpenuhi melalui hutang 0 0
Budaya
31. Bagaimana cara pandang masyarakat sekitar pada
umumnya terhadap pendidikan?
a. Pendidikan dianggap sangat penting sehingga orangtua
bekerja keras untuk menyekolahkan anak setinggi-tingginya 0 0
b. Pendidikan dianggap cukup penting tetapi hanya sampai
jenjang umum yang dicapai anak seumuran di masyarakat
sekitar 11 37
c. Pendidikan dianggap tidak terlalu penting, jika sudah setara
dengan pendidikan orangtua maka sudah cukup 10 33
d. Pendidikan dianggap tidak penting, jika anak ingin
bersekolah lebih tinggi dari orangtua maka harus dapat
membiayai sendiri 6 20
e. Pendidikan dianggap tidak penting ,yang penting adalah
bekerja dan menghasilkan uang 3 10
98
Lampiran 9. Hasil Wawancara
Sekolah : SMP 1 Petungkriyono
Narasumber : Gimin
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
1. Bagaimana kelengkapan fasilitas sekolah?
Kelengkapan masih terbilang kurang, seperti sarana olahraga lapangan, voli,
takraw, basket. Dapat bantuan komputer dan jaringan untuk pelaksanaan UN,
tetapi tidak ada tempatnya (laboratorium komputer). Jumlah kelas cukup dan
masih ideal.
2. Sumber belajar apa yang biasanya digunakan Bapak/Ibu guru dalam proses
pembelajaran?
Sumber mengajar buku paket, lks, buku pendukung yang lain. Untuk internet
saat ini belum digunakan oleh siswa, masih untuk guru dan karyawan dalam
rangka kepentingan sekolah.
3. Bagaimana tanggapan anda dengan rendahnya partisipasi sekolah tingkat SMP
di Kecamatan Petungkriyono? Apa yang menyebabkan?
Hal tersebut dapat terjadi karena ya memang karena kesadaran diri siswa yang
kurang. Upaya komunikasi seperti home visit mungkin masih bisa membantu
untuk membujuk kembali sekolah, namun jika itu karena masalah ekonomi atau
jarak yang jauh, kami tidak bisa memaksa.
4. Bagaimana pandangan masyarakat sekitar mengenai pendidikan pada
umumnya?
Menurut saya, tiap tahun ada peningkatan kesadaran para orangtua. Lulusan
SD 90% melanjutkan ke SMP, apalagi sudah terbantu SATAP. Itu untuk
orangtua yang sadar, kalau yang tidak ya tidak. Bahkan ada siswa yang
semangat sekolah kesini naik doplak dari Curugmuncar.
5. Bagaimana respon masyarakat sekitar dengan adanya sekolah ini di daerahnya?
Respon masyarakat baik, kebanyakan orangtua ingin menyekolahkan anaknya.
Mereka mau menyekolahkan anaknya kesini bahkan jika anaknya mogok
sekolah dengan alasan jauh, ada yang sampai membelikan motor.
6. Bagaimana upaya sekolah untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap
pendidikan?
Ada penyuluhan dari pihak desa untuk memberi motivasi kepada masyarakat
tentang pedidikan. Kalau dari kami paling sebelum PPDB, kami masuk ke SD.
Memang masih harus koordinasi lagi dengan pemerintah desa buat
menggerakkan masyarakat. Pemerintah desa dan guru hanya sebagai
fasilitator pendidikan, minat utamanya ya ditentukan oleh kesadaran diri siswa
itu sendiri.
99
Sekolah : SMP SATAP Tlogohendro
Narasumber : Yuli Tri
Jabatan : Operator Sekolah
1. Bagaimana kelengkapan fasilitas sekolah?
SATAP dibuat untuk menjembatani dari SD kelas 6 ke kelas 7, dan diletakkan
di tempat yang (akses) sulit. Yang paling utama jalannya harus ada murid,
kelas, dan guru, nah untuk fasilitas nanti mengikuti. Kami tidak punya perpus,
kantor ada namun berbagi dengan SD. Alat bantu ada, tapi sudah rusak.
2. Sumber belajar apa yang biasanya digunakan Bapak/Ibu guru dalam proses
pembelajaran?
Buku paket, LKS, lingkungan sekitar, itu saja untuk saat ini.
3. Bagaimana tanggapan anda dengan rendahnya partisipasi sekolah tingkat SMP
di Kecamatan Petungkriyono? Apa yang menyebabkan?
Fenomena APK rendah sepertinya memang dari dulu. Karena mungkin
budayanya, kesadaran diri rendah dan tidak ditunjang dengan fasilitas yang
baik, kondisi geografis di sini juga sulit. Meskipun belum sesuai yang
diharapkan, tapi setidaknya sudah ada perubahan walau sedikit dalam 9 tahun
ini. Dikatakan tinggi ya tidak tinggi, dikatakan rendah kok mereka masih mau
sekolah. Tidak setiap tahun ada anak yang keluar kok.
4. Bagaimana pandangan masyarakat sekitar mengenai pendidikan pada
umumnya?
Menurut mereka terutama orangtua itu yang penting sekolah. Kalau dirumah
ya sudah, nonton tv, main. Tidak disuruh-suruh belajar. Ya mungkin ada
orangtua yang concern akan pendidikan anaknya, tetapi kebanyakan yang
seperti itu, yang penting sudah mau sekolah.
5. Bagaimana respon masyarakat sekitar dengan adanya sekolah ini di daerahnya?
Masyarakat dusun sini menyekolahkan anaknya semua disini, tetapi sekali lagi
bergantung pada kemauan anaknya sendiri minat sekolah atau tidak, tidak bisa
dipaksa.
6. Bagaimana upaya sekolah untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap
pendidikan?
Kita mencoba meningkatkan minat mereka (keluarga petani) dengan
memberikan contoh para figur, memotivasi dengan sekolah biar pintar bisa
jadi seperti mereka, berprofesi sebagai tentara, polisi, atau yang lain yang
menurut mereka menarik. Ya figur yang bisa memotivasi.
100
Lampiran 10. Peta Jangkauan Pelayanan Fasilitas SMP