FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENAIKAN TEKANAN
DARAH PADA PEKERJA YANG TERPAJAN KEBISINGAN
DI PT. “X” INDONESIA TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH :
SOFYAN HADI
NIM: 107101001488
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2014
Sofyan Hadi
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, 14 Juli 2014
Sofyan Hadi, NIM : 107101001488
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Tekanan Darah pada Pekerja yang
Terpajan Kebisingan di PT. “X” Indonesia Tahun 2014
(xvi + 82 halaman, 32 lampiran)
ABSTRAK
PT. “X” merupakan salah satu perusahaan industri produsen mobil yang berada
di Bogor, Indonesia. Dalam proses produksi di perusahaan ini terdapat kebisingan yang
mempunyai Nilai Ambang Batas diatas normal. Dari 8 lokasi/station yang dilakukan
pengukuran kebisingan, terdapat 3 lokasi/station yang memliki nilai dosis dan TWA
yang melebihi ambang batas, yaitu axle belakang (188%), Station 1B (127%), dan
Washing (481%). Keterpaparan terhadap kebisingan yang melebihi nilai ambang batas
pada kurun waktu yang cukup lama selain berakibat pada gangguan pendengaran ringan
juga dapat menaikkan tekanan darah. Pengulangan paparan kebisingan yang terus
menerus dapat mempercepat perkembangan perubahan struktur vascular pembuluh
perifer sehingga menghasilkan kenaikan tekanan darah yang menetap sampai menuju
tingkat hipertensi (Wardana, W: 1999).
Penelitian ini merupakan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpajan kebisingan di PT. “X” Indonesia
tahun 2014 yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kenaikan tekanan darah sehingga dapat dilakukan pencegahan sejak dini. Penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dilaksanakan pada Januari-
Mei 2014 di PT “X” Indonesia dengan jenis penelitian kuantitatif dan disain studi yang
digunakan adalah Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah semua pekerja
yang terpapar kebisingan. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari
pengukuran langsung dan kuesioner serta data sekunder diperoleh dari PT “X”
Indonesia.
Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dosis
kebisingan (p-value = 0.004) dan riwayat merokok (p-value = 0.010) dengan kenaikan
tekanan darah sistole Sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara masa
kerja dan umur dengan kenaikan tekanan darah sistole.
Saran yang dilakukan adalah peningkatan pengawasan terhadap penggunaan alat
pelindung telinga pada pekerja, serta perlu adanya tindak lanjut berupa sanksi yang
dilakukan oleh pihak perusahaan, karena masih ada pekerja yang tidak menggunakannya
saat pekerjaan berlangsung. Selain itu pengecekan berkala alat pelindung telinga juga
diperlukan untuk mengetahui masih layak atau tidakkah alat pelindung telinga tersebut
digunakan.
Daftar bacaan : 38 (1961 – 2008)
iii
JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
Undergraduated Thesis, July 2014
Sofyan Hadi, NIM : 107101001488
Factors affect a rise blood pressure on workers that is exposed noise in PT “X”
Indonesia Year 2014
(xvi + 82 pages, 32 attachments)
ABSTRACT
PT “X” is one of an industrial enterprise manufacturer of automobiles who was
in bogor indonesia. During the production process in this company, there are the noise
have the value of a threshold above normal. From 8 locations / station carried out the
measurement of noise, there are three locations / station which has a dose and twa that
exceeds the value of a threshold, namely rear axle (188%), station 1b (127%), and the
washing (481% ). Other malignancies against noise that exceeds the value of a threshold
during a considerable time in addition to amounted to hearing loss light can also raise
blood pressure. The repetition of exposure to the noise continuous can hasten of
developmental changes in the structure of vascular peripheral vessels so as to produce a
rise in blood pressure that settled until toward the rate of hypertension (Wardana, W:
1999).
This research is research on factors that affect a rise in blood pressure on workers
that is exposed noise in PT X” Indonesia 2014 whose aim is to identify the factors that
affect a rise in blood pressure so as to be conducted early prevention.Research
conducted by a student of uin syarif hidayatullah jakarta held on januari- may 2014 in
PT X” Indonesia with the kind of research and the design of quantitative study used is
the cross sectional. A sample in this research is all workers exposed to noise. The data
used is data derived from measurement direct primary and secondary a questionnaire as
well as data obtained from PT X” Indonesia.
The results of the test statistics show there is a significant relation exists between
a dose of noise ( p-value = 0.004 ) and the acts of smoking ( p-value = 0.010 ) with a rise
in blood pressure the systole while there is not a significant relation exists between
working time and age with a rise in blood pressure the systole and the diastole.
A suggestion that is done is an increase the supervision to the use of a hearing
protectors to the workers, and the need of a follow-up in the form of sanctions,
conducted by the company because there are still worker who does not use them when
the work in progress. Besides that checks a periodical instrument hearing protectors also
required to know still worth hearing protectors or don ' t instrument is used.
References : 38 (1961 – 2008)
iv
Judul Skripsi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENAIKAN TEKANAN
DARAH PADA PEKERJA YANG TERPAJAN KEBISINGAN
DI PT. “X” INDONESIA TAHUN 2014
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing untuk dipertahankan pada sidang skripsi
dihadapan tim penguji Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Juli 2014
Oleh
Sofyan Hadi
NIM : 107101001488
Catur Rosidati, MKM
Pembimbing I
Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes
Pembimbing II
v
PANITIA SIDANG UJI SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Juli 2014
Penguji Skripsi I
(Febrianti, M.Si)
Penguji Skripsi II
(dr. Yuli Prapanca Satar, MARS)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Sofyan Hadi
Tempat Tanggal Lahir Jakarta, 19 Oktober 1989
Alamat Jl. Masjid An-Nur Kebon nanas V, RT 011/010 No.20
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
Agama Islam
Golongan Darah O
No. Telp 085777592632
E-mail [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1995 – 2001 SDI Al-Falah
2001 – 2004 MTS Al-Falah
2004 – 2007 MA Al-Falah
2007 – sekarang S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI
2005 – 2006 Staff Divisi Pendidikan Ikatan Pelajar Madrasah Aliyah Al-
Falah
2008 – 2009 Staff Departemen Pusat Penelitian dan Pengembangan BEM
Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
vii
KATA PENGANTAR
الســالم عـــليكم و رحمة اهلل و بركا ته
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan
kenikmatan yang tak terhingga kepada kita semua. Dengan memanjat rasa syukur atas
segala nikmat dan rahmat-Nya hingga laporan penelitian (skripsi) yang berjudul
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Tekanan Darah pada Pekerja yang
Terpajan Kebisingan di PT. “X” Indonesia Tahun 2014” ini dapat disusun dengan
baik. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahan kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang
terang benderang ini.
Penyusunan skripsi ini bukanlah merupakan hasil usaha peneliti sendiri,
melainkan banyak pihak yang memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan saran
dalam menyelesaikannya. Untuk itu sepatutnya peneliti mengucapkan terimakasih yang
tak terhingga kepada:
1. Keluarga tercinta, terutama ayah dan mama yang tak pernah lelah untuk
memberikan nasihat, semangat serta kasih sayangnya yang tulus.
Pengorbanannya tak akan penulis lupakan.
2. Ibu Febrianti, M.Si sebagai Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat.
3. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja.
viii
4. Ibu Catur Rosidati, MKM dan Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, MKes selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, arahan dan ilmu dalam
membimbing hingga skripsi ini selesai.
5. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Bapak Ir. Ari Abriyarto selaku pembimbing lapangan serta bapak/ibu lainnya
yang tidak penulis ucapkan satu persatu namanya, terimakasih atas kesempatan,
bimbingan maupun arahan yang telah diberikan kepada penulis selama di PT.
“X” Indonesia.
7. Sahabat-sahabat seperjuanganku di kesmas 2007 baik K3 maupun Gizi, sukses
untuk kita semua.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripai ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahan
datangnya dari peneliti selaku manusia, karena itu peneliti mengharap saran dan kritik
yang membangun guna menjadi lebih baik lagi. Akhir kata dengan penuh rasa hormat
dan kerendahan hati, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak.
Jakarta, Juli 2014
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .........................................................................................
ABSTRAK....................................................................................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN...............................................................................
PANITIA SIDANG SKRIPSI......................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................................
DAFTAR TABEL.........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................
1.3. Pertanyaan Penelitian........................................................................................
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................
1.4.1. Tujuan Umum ......................................................................................
1.4.2. Tujuan Khusus .....................................................................................
1.5. Manfaat Penelitian............................................................................................
1.5.1. Bagi Peneliti ........................................................................................
1.5.2. Bagi Perusahaan ...................................................................................
1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN..................................
1.5.4. Bagi Peneliti Lain..................................................................................
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kebisingan........................................................................................................
2.1.1. Pengertian Kebisingan..........................................................................
i
ii
iv
v
vi
vii
ix
xiii
xiv
xv
1
4
5
6
6
7
8
8
8
8
8
9
10
10
x
2.1.2. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan..............................................
2.2. Sumber Kebisingan..........................................................................................
2.3. Jenis Kebisingan...............................................................................................
2.4. Recommended Exposure Limit (REL) .............................................................
2.5. Gangguan Akibat Kebisingan..........................................................................
2.5.1. Gangguan Auditorial............................................................................
A. Sensorineural Hearing Loss...........................................................
B. Conductive Hearing Loss...............................................................
C. Mixed Hearing Loss.......................................................................
2.5.2. Gangguan Nonauditorial......................................................................
A. Gangguan Fisiologis.......................................................................
B. Gangguan Psikologis......................................................................
C. Gangguan Komunikasi...................................................................
D. Gangguan Tidur..............................................................................
2.6. Pengendalian Kebisingan.................................................................................
2.7. Tekanan Darah.................................................................................................
2.8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Naiknya Tekanan Darah........................
2.9. Kerangka Teori.................................................................................................
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep..............................................................................................
3.2. Definisi Operasional..........................................................................................
3.3. Hipotesis............................................................................................................
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian ..............................................................................................
4.2. Lokasi dan waktu penelitian..............................................................................
4.3. Populasi dan Sampel.........................................................................................
4.4. Pengumpulan Data............................................................................................
4.5. Teknik Pengolahan Data...................................................................................
11
12
13
14
15
15
16
16
17
17
17
18
18
18
19
23
28
36
38
40
42
43
43
43
45
48
xi
4.6. Analisis Data.....................................................................................................
BAB V HASIL
5.1. Gambaran Umum Perusahaan…………..........................................................
5.1.1. Panitia Pelaksana Keselamatan Kesehatan Kerja (P2K3)....................
5.1.2. Proses Produksi.....................................................................................
5.2. Hasil Analisis Univariat....................................................................................
5.2.1. Gambaran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Kerja Di PT “X”
Indonesia Tahun 2014..........................................................................
5.2.2. Gambaran Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia
Tahun 2014...........................................................................................
5.2.3. Gambaran Dosis Kebisingan Di PT “X” Indonesia Tahun 2014.........
5.2.4. Gambaran Masa Kerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014...................
5.2.5. Gambaran Usia Di PT “X” Indonesia Tahun 2014..............................
5.2.6. Gambaran Status Merokok Di PT “X” Indonesia Tahun 2014...........
5.3. Hasil Analisis Bivariat......................................................................................
5.3.1. Hubungan antara Dosis Kebisingan terhadap Kenaikan Tekanan
Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014..................................
5.3.2. Hubungan antara Masa Kerja terhadap Kenaikan Tekanan Darah
Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014............................................
5.3.3. Hubungan antara Usia terhadap Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di
PT “X” Indonesia Tahun 2014.............................................................
5.3.4. Hubungan antara Status Merokok terhadap Kenaikan Tekanan Darah
Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014............................................
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian.....................................................................................
6.2. Peningkatan tekanan darah................................................................................
6.3. Kebisingan.........................................................................................................
6.4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kenaikan Tekanan Darah
50
51
51
52
60
60
61
61
62
63
63
64
64
65
66
67
69
69
70
xii
6.4.1. Hubungan antara Dosis Kebisingan dengan Kenaikan Tekanan Darah
Sistole………….................................................................................
6.4.2. Hubungan antara Masa Kerja dengan Kenaikan Tekanan Darah
Sistole..............................................................................................
6.4.3. Hubungan antara Usia dengan Kenaikan Tekanan Darah
Sistole.................................................................................................
6.4.4. Hubungan antara Status Merokok dengan Kenaikan Tekanan Darah
Sistole...............................................................................................
BAB VII PENUTUP
1.1. Kesimpulan.......................................................................................................
1.2. Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
72
73
74
75
77
78
79
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
Tabel 5.9
Tabel 5.10
Nilai Ambang Batas Kebisingan..........................................
Definisi Operasional..............................................................
Nilai P1 dan P2 masing-masing variabel..............................
Gambaran Tekanan Darah Sistole Sebelum dan Sesudah
Bekerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014........................
Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Kenaikan
Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun
2014...............................................................................
Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Dosis
Kebisingan Di PT “X” Indonesia Tahun 2014..................
Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Di PT “X” Indonesia Tahun 2014.....................................
Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di PT
“X” Indonesia Tahun 2014............................................
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status
Merokok Di PT “X” Indonesia Tahun 2014.....................
Distribusi Responden Berdasarkan Dosis Kebisingan
dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X”
Indonesia Tahun 2014....................................................
Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja dengan
Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia
Tahun 2014....................................................................
Distribusi Responden Berdasarkan Usia dengan Kenaikan
Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014.....
Distribusi Responden Berdasarkan Status Merokok dengan
Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia
Tahun 2014....................................................................
Halaman
11
40
44
60
61
62
62
63
64
65
66
67
68
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Tabel
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 3.1
Earmuff ...................................................................................
Earplug.....................................................................................
Kerangka Teori........................................................................
Kerangka Konsep..................................................................
Halaman
22
23
37
39
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Tingkat Kebisingan di Station 1A dalam Keadaan Normal............................
Tingkat Kebisingan di Station 1B dalam Keadaan Normal............................
Tingkat Kebisingan di Axle Depan dalam Keadaan Normal..........................
Tingkat Kebisingan di Axle Belakang dalam Keadaan Normal......................
Tingkat Kebisingan di Gearbox dalam Keadaan Normal...............................
Tingkat Kebisingan di Engine dalam Keadaan Normal..................................
Tingkat Kebisingan Station 1A.......................................................................
Tingkat Kebisingan Station 1B dari sumber Station 1A.................................
Tingkat Kebisingan Axle Depan dari Sumber Station 1A..............................
Tingkat Kebisingan Station 1B......................................................................
Tingkat Kebisingan Station 1A dari Sumber Station 1B................................
Tingkat Kebisingan axle depan dari sumber Station 1B................................
Tingkat Kebisingan Axle Belakang dari Sumber Station 1B..........................
Tingkat Kebisingan Washing..........................................................................
Tingkat Kebisingan Car Inspection dari sumber Washing............................
Tingkat kebisingan di Axle depan terhadap Axle belakang.............................
Tingkat kebisingan di Axle belakang..............................................................
Tingkat kebisingan di Engine terhadap Axle belakang...................................
Tingkat kebisingan di Gear terhadap Axle belakang......................................
Tingkat kebisingan di Station 1A terhadap Axle belakang.............................
Tingkat kebisingan di Station 1B terhadap aAxle belakang....................
Lama Paparan Sumber Kebisingan.................................................................
Dosis yang diterima pekerja di Station 1A.....................................................
Dosis yang diterima pekerja di Station 1B......................................................
Dosis yang diterima pekerja di Axle Depan...................................................
Dosis yang diterima pekerja di Axle Belakang...............................................
Dosis yang diterima pekerja di Engine...........................................................
Dosis yang diterima pekerja di Washing.........................................................
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 16
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23
Lampiran 24
xvi
Dosis yang diterima pekerja di Car Inspection...............................................
Uji Normalitas.................................................................................................
Tekanan Darah Sistole....................................................................................
Dosis Kebisingan............................................................................................
Masa Kerja......................................................................................................
Umur...............................................................................................................
Hubungan antara Dosis Kebisingan dengan Kenaikan Tekanan Darah
Sistole..............................................................................................................
Hubungan antara Masa Kerja dengan Kenaikan Tekanan Darah
Sistole..............................................................................................................
Hubungan antara Usia dengan Kenaikan Tekanan Darah
Sistole..............................................................................................................
Hubungan antara Status Merokok dengan Kenaikan Tekanan Darah
Sistole..............................................................................................................
Lampiran 25
Lampiran 26
Lampiran 26
Lampiran 26
Lampiran 27
Lampiran 28
Lampiran 29
Lampiran 30
Lampiran 31
Lampiran 32
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan industri dalam menggunakan mesin-mesin di lingkungan
kerja terus mengalami lonjakan yang signifikan. Seiring dengan hal tersebut, maka
muncul permasalahan baik aspek keselamatan maupun aspek kesehatan sebagai
dampak interaksi antara manusia dengan mesin. Untuk mengurangi dampak
permasalahannya, maka dilaksanakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja pada
industri yang bersangkutan yang bertujuan untuk menciptakan tempat kerja yang
aman dan sehat, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.
Salah satu bahaya yang diakibatkan oleh proses pekerjaan di suatu industri
adalah kebisingan. Kebisingan merupakan gangguan yang berpotensi
mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan terutama berasal dari kegiatan
operasional peralatan pabrik, sedangkan operator merupakan komponen
lingkungan yang terkena pengaruh yang diakibatkan adanya peningkatan
kebisingan (Sasongko, dkk, 2000).
Gangguan yang ditimbulkan akibat kebisingan pada tenaga kerja bermacam-
macam, mulai dari gangguan fisiologis sampai gangguan permanen kehilangan
pendengaran (Siswanto, 1990). Kebisingan juga dapat menimbulkan gangguan
terhadap sistem jantung dan peredaran darah melalui mekanisme hormonal yang
2
diproduksinya, yaitu hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak
jantung dan tekanan darah (Sasongko, dkk, 2000).
Pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah tinggi telah menjadi bahan
kajian dan studi utama kebisingan di lingkungan kerja. Penelitian-penelitian
mengindikasikan bahwa paparan jangka panjang terhadap kebisingan intensitas
tinggi pada 85 dBA atau lebih, khususnya ketika telinga tidak dilindungi akan
menyebabkan kenaikan tekanan darah atau hipertensi (Evelyn, dkk, 2006).
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan menemukan bahwa kebisingan
dapat memberikan dampak yang buruk pada kesehatan. Parvizpoor pada
penelitiannya terhadap tenaga kerja bagian tenun dengan intensitas bising 96 dBA
menemukan 27,1% tenaga kerja mengalami kenaikan tekanan darah pada
kelompok kontrol hanya ditemukan 8,6%.
Penelitian Andriukin (1961) menemukan bahwa pada tenaga kerja bagian
mesin bubut di Moskwa dengan intensitas bising 93 dBA. Didapatkan hasil bahwa
tenaga kerja yang terpapar kebisingan tekanan darahnya dua kali lebih tinggi
daripada kelompok pekerja yang tidak terpapar kebisingan.
Selain itu, penelitian terhadap tenaga penggilingan padi di kecamatan
Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta didapatkan bahwa kebisingan mesin
penggilingan padi pada intensitas 86-97 dBA mengakibatkan tekanan darah
operator penggilingan padi mengalami perubahan berdasarkan tekanan arteri rata-
rata antara 4,443 mmHg sampai 10 mmHg, dengan rata-rata kenaikan sebesar 2,49
mmHg (Bambang, S, 2002).
3
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada karyawan PT Semen Tonasa
didapatkan juga hasil bahwa ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan
peningkatan tekanan darah, baik itu sistolik maupun diastolik (Babba, J, 2007).
Chun Hui et. Al (2007) melakukan penelitian mengenai hubungan antara
kebisingan, usia pekerja, masa kerja, lama kerja per hari dan penggunaan APT
terhadap penurunan pendengaran dan efek non-auditory berupa peningkatan
tekanan darah yang diakibatkan oleh kebisingan industry pada 659 pekerja wanita
di pabrik tekstil di Cina. Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh data bahwa
sebesar 23,62% mengalami penurunan pendengaran dan sebesar 7,93% mengalami
peningkatan tekanan darah.
Menurut Lang et.al (1992) dalam Institute of Occupational Medicine for
Health and Safety Executive (1999) yang meneliti secara cross sectional pada 432
pekerja yang terpapar kebisingan selama jam kerja (8 jam sehari) pada paparan
sekitar 85 dB atau melebihi, diperoleh hasil bahwa terdapat kenaikan tekanan
darah sekitar 5-10 mmHg.
PT. “X” merupakan salah satu perusahaan industri produsen mobil yang
berada di Indonesia. Dalam proses produksi di perusahaan ini terdapat 8
lokasi/station yang terpapar dari kebisingan tersebut, diantaranya Axle Belakang,
Axle Depan, Engine, Gearbox, Station 1A, Station 1B, Washing, dan Car
Inspection. Dari 8 lokasi/station tersebut, sebagian besar tingkat kebisingannya
berada di atas Nilai Ambang Batas. Menurut Kepmenaker No.51 Tahun 1999,
Nilai Ambang Batas kebisingan yang diperbolehkan sebesar 85 dB untuk 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu.
4
Peneliti melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada Januari 2014,
dengan mengambil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja pada
pekerja yang terpapar kebisingan yang melebihi ambang batas sebanyak 10
sampel. Dari 10 sampel tersebut, 7 sampel diantaranya mengalami kenaikan
tekanan darah setelah bekerja. Berkaitan dengan studi pendahuluan tersebut,
peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X”
tahun 2014. Penelitian ini penting dilakukan, karena pengulangan paparan
kebisingan yang terus menerus dapat mempercepat perkembangan perubahan
struktur vascular pembuluh perifer sehingga menghasilkan kenaikan tekanan darah
yang menetap sampai menuju tingkat hipertensi (Wardana, W, 1999).
1.2. Rumusan Masalah
Keterpaparan terhadap kebisingan yang melebihi nilai ambang batas pada
kurun waktu yang cukup lama akan berakibat pada gangguan pendengaran ringan
dan jika terjadi terus menerus akan menyebabkan ketulian permanen. Selain itu
kebisingan juga diduga menimbulkan gangguan emosional yang memicu
meningkatnya tekanan darah. Energi kebisingan yang tinggi mampu juga
menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan tekanan
darah dan tingkat pengeluaran keringat, dapat juga terjadi efek psikososial dan
psikomotor ringan jika seseorang berada di lingkungan yang bising. (Harrington
dan Gill, 2005). Pengulangan paparan yang terus menerus dapat mempercepat
perkembangan perubahan struktur vascular pembuluh perifer sehingga
5
menghasilkan kenaikan tekanan darah yang menetap sampai menuju tingkat
hipertensi (Wardana, W, 1999).
Dalam penelitian ini, penulis hanya akan membatasai akibat kebisingan pada
aspek fisiologis berupa peningkatan tekanan darah. Hal ini dikarenakan efek
tersebut yang secara langsung dapat terlihat karena merupakan gejala awal yang
dapat dideteksi sebagai akibat dari adanya pengaruh kebisingan. Maka berdasarkan
hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari 2014
dengan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja pada pekerja yang
terpapar kebisingan yang melebihi nilai ambang batas, diperoleh hasil bahwa 7
pekerja mengalami peningkatan tekanan darah, dan 3 pekerja tidak mengalami
peningkatan tekanan darah. Pada studi pendahuluan ini juga diikuti dengan
observasi terhadap pemakaian alat pelindung telinga pada pekerja. Didapatkan
hasil observasi bahwa sebagian besar pekerja tidak memakai alat pelindung telinga
yang berada di tempat sumber kebisingan. Maka berdasarkan uraian tersebut,
peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kenaikan
tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” tahun 2014.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan
di PT “X” pada tahun 2014?
2. Bagaimana gambaran dosis kebisingan pada pekerja yang terpapar
kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?
6
3. Bagaimana gambaran masa kerja pada pekerja yang terpapar kebisingan di
PT “X” pada tahun 2014?
4. Bagaimana gambaran usia pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X”
pada tahun 2014?
5. Bagaimana gambaran status merokok pada pekerja yang terpapar kebisingan
di PT “X” pada tahun 2014?
6. Apakah ada hubungan antara dosis kebisingan dengan kenaikan tekanan
darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?
7. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah
pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?
8. Apakah ada hubungan antara usia dengan kenaikan tekanan darah pada
pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?
9. Apakah ada hubungan antara status merokok dengan kenaikan tekanan darah
pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan
darah pada pekerja yang terpajan kebisingan di PT “X” Indonesia tahun
2014.
7
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran tekanan darah pada pekerja yang terpapar
kebisingan di PT “X” pada tahun 2014
2. Mengetahui gambaran dosis kebisingan pada pekerja yang terpapar
kebisingan di PT “X” pada tahun 2014
3. Mengetahui gambaran masa kerja pada pekerja yang terpapar
kebisingan di PT “X” pada tahun 2014
4. Mengetahui gambaran usia pada pekerja yang terpapar kebisingan
di PT “X” pada tahun 2014
5. Mengetahui gambaran status merokok pada pekerja yang terpapar
kebisingan di PT “X” pada tahun 2014
6. Mengetahui hubungan antara dosis kebisingan dengan kenaikan
tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X”
pada tahun 2014
7. Mengetahui hubungan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan
darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun
2014
8. Mengetahui hubungan antara usia dengan kenaikan tekanan darah
pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014
9. Mengetahui hubungan antara status merokok dengan kenaikan
tekanan darah pada pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X”
pada tahun 2014
8
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman yang
berharga dalam pelaksanaan aplikasi ilmu dan teori yang telah didapat
dibangku perkuliahan
1.5.2. Bagi Perusahaan
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi masukan yang
bermanfaat tentang kajian dalam aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3).
1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN
Hasil yang didapat dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta.
1.5.4. Bagi Peneliti Lain
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi
peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tekanan darah pada pekerja
yang terpajan kebisingan.
9
1.6. Ruang Lingkup
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di PT. “X” Indonesia yang terletak di
Bogor bulan Mei 2014. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk melihat
faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada pekerja yang terpapar
kebisingan di PT “X” tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan menggunakan desain cross sectional. Jenis data yang digunakan pada
penelitian ini berupa data primer, seperti pengukuran kebisingan, pengukuran
tekanan darah, serta wawancara kepada pekerja. Selain itu digunakan juga data
sekunder berupa profil perusahaan dan data-data mengenai pekerja.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebisingan
2.1.1. Pengertian Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Kepmenaker No 51
tahun 1999).
Kebisingan juga dapat diartikan bunyi yang tidak diinginkan dari
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
(KepMenLH No.48 Tahun 1996).
Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf
pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan
getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat
melalui media udara atau penghantar lainnya dan manakala bunyi atau
suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul di
luar kemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atau suara
demikian dinyatakan sebagai kebisingan (Suma’mur, 2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara
yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan
serta dapat menimbulkan ketulian.
11
2.1.2. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan
NAB kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi
yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga kerja
tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu
kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu
(Suma’mur P.K., 1996:298).
Tabel 2.1
Nilai Ambang Batas Kebisingan
Sumber : Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP- 51 /MEN/1999
12
Seperti diketahui, NAB kebisingan di tempat kerja yang berlaku di
Indonesia adalah 85 dBA, sedangkan jumlah, jenis pengukuran dan
penilaian berkala ditentukan oleh sifat dan besarnya bahaya yang
mungkin ditimbulkan oleh kebisingan. Oleh karena itu, perlu diusahakan
agar kebisingan di tempat kerja lebih rendah dari NAB tersebut, melalui
tindakan teknis, dan apabila tidak mungkin dilakukan, pemakaian alat
pelindung diri yang memenuhi syarat harus diadakan (Suma’mur P.K.,
1996:297).
2.2 Sumber Kebisingan
Menurut M. Nasri (1997), sumber kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi
tiga macam, yaitu :
1. Mesin
Yaitu kebisingan yang ditimbulkan akibat aktifitas mesin
2. Vibrasi
Yaitu kebisingan yang ditimbulkan akibat getaran yang diakibatkan aktifitas
peralatan.
3. Pressure-redusing valve (pergerakan udara, gas dan cairan)
Yaitu kebisingan yang ditimbulkan akibat pergerakan dari udara, gas, likuid
atau cairan, dalam kegiatan proses kerja industri.
13
2.3 Jenis Kebisingan
Menurut Suma’mur (1996), jenis-jenis kebisingan dapat dibedakan menjadi
lima macam, yaitu :
1. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state,
wide band noise), misalnya mesin, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain.
2. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state,
narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain.
3. Kebisingan terputus-terputus (intermittent), misalnya lalu-lintas, suara kapal
terbang dilapangan udara.
4. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), seperti pukulan tukul,
tembakan bedil atau meriam, ledakan.
5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi menjadi 3
(tiga), yaitu :
1. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras.
Misalnya mendengkur.
2. Bising yang menutupi (Masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan
atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
14
3. Bising yang merusak (Damaging/Injurious moise). Bunyi yang intensitasnya
melampaui nilai ambang batas. Bunyi ini jelas akan merusak atau
menurunkan fungsi pendengaran. (Buchari, 2007).
2.4 Recommended Exposure Limit (REL)
Eksposur yang direkomendasikan NIOSH batas (REL) untuk pajanan
kebisingan. REL yang tertulis adalah 85 dBA, sama dengan 8 jam per hari.
Paparan di dan di atas level tersebut dapat dianggap bahaya.
A. Exposure Level dan Durasi
Pekerjaan yang terdapat paparan kebisingan harus dikendalikan sehingga
paparan pekerja kurang dari kombinasi tingkat pemaparan (L) dan durasi (T),
sebagaimana dihitung dengan rumus berikut :
B. Weighted Average (TWA)
REL untuk sebuah 8-jam shift kerja adalah 85 dBA TWA menggunakan 3-
decibel (dB) nilai tukar.
C. Daily Noise Dose
Ketika pemaparan kebisingan sehari-hari terdiri dari periode yang berbeda
tingkat kebisingan, dosis harian (D) tidak sama atau melebihi 100, seperti
yang dihitung menurut rumus berikut:
(
)
15
Cn = total waktu pemaparan pada tingkat kebisingan tertentu,
Tn = pemaparan durasi yang kebisingan pada tingkat ini menjadi berbahaya.
Dosis harian dapat diubah menjadi sebuah 8-hr TWA menurut rumus berikut
:
(
)
2.5 Gangguan Akibat Kebisingan
Gangguan yang ditimbulkan akibat kebisingan pada tenaga kerja bermacam-
macam, mulai dari gangguan fisiologis dan gangguan psikologis sampai gangguan
permanen sampai kehilangan pendengaran (A. Siswanto, 1990:22). Pengaruh-
pengaruh negatif demikian adalah sebagai berikut :
2.5.1. Gangguan Auditorial
Dampak auditorial cukup banyak jenisnya dengan tingkat
keparahan yang beragam, mulai bersifat sementara dan dapat
disembuhkan atau sembuh dengan sendirinya (temporary threshold shift
atau TTS) hingga permanen (permanent threshold shift atau PTS).
Gangguan auditorial merupakan faktor yang diduga lebih peka
terhadap penurunan ketajaman pendengaran akibat paparan bising (Joko
Suyono, 1995:172). Gangguan auditorial dapat diklasifikasikan
berdasarkan letak atau posisi gangguan pendengaran pada sistem
pendengaran manusia. Dikenal tiga jenis gangguan (hearing loss), yaitu :
16
A. Sensorineural Hearing Loss
Sensorineural hearing loss diklasifikasikan sebagai masalah
pada sistem sensor dan bukan masalah mekanis. Sensorineural
Hearing Loss disebabkan oleh ketidakberesan pada bagian dalam
telinga, khususnya kokhlea (Tambunan, 2005:121).
B. Conductive Hearing Loss
Jenis gangguan ini diklasifikasikan sebagai masalah mekanis
(mecanical hearing loss) karena menyerang bagian luar dan tengah
telinga pekerja, tepatnya selaput gendang telinga dan ketiga tulang
utama (hammer, anvil dan stirrup) menjadi sulit atau tidak bisa
bergetar. Akibatnya, pekerja menjadi agak sulit mendengar
(Tambunan, 2005:121).
Pada tuli konduktif tantangannya adalah mencari perawatan
medis atau operasi untuk memperbaiki atau sekurang-kurangnya
mempertajam pendengaran. Alasan hal ini adalah bahwa pada tuli
konduktif, saraf pendengaran tetap normal, dan bila cacat pada
mekanisme konduktif dapat diperbaiki, maka pendengaran akan
kembali normal (Lilian Yuwono, 1995:52).
17
C. Mixed Hearing Loss
Jika kedua threshold konduksi menunjukkan adanya
kehilangan atau gangguan pendengaran, namun porsi kehilangan
lebih besar pada konduksi udara (Tambunan, 2005:122).
2.5.2. Gangguan Nonauditorial
A. Gangguan Fisiologis
Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap sistim
jantung dan peredaran darah melalui mekanisme hormonal yang
diproduksinya, yaitu hormon adrenalin, dapat meningkatkan
frekuensi detak jantung dan tekanan darah. Kejadian ini termasuk
gangguan kardiovaskuler (Dwi P. Sasongko, 2000:21). Banyak
penelitian fisiologis menunjukkan bahwa pembukaan suara
menghasilkan:
a) Peningkatan tekanan darah.
b) Akselarasi kecepatan jantung.
c) Kontraksi pembuluh darah dari kulit.
d) Peningkatan metabolisme.
e) Penurunan organ pencernaan.
f) Ketegangan otot meningkat.
Semua reaksi ini merupakan gejala keadaan ketakutan yang
meluas, yang disebabkan dan dikontrol oleh keadaan stimulasi yang
meningkat dari sistem syaraf otomatis. Ini merupakan mekanisme
pertahanan yang mempersiapkan seluruh tubuh dalam menghadapi
18
kemungkinan bahaya, yang siap untuk melawan atau bertahan. (E.
Granjeand, 1988:289).
B. Gangguan Psikologis
Kebisingan dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti
kejengkelan, kecemasan dan ketakutan. Gangguan psikologis akibat
kebisingan tergantung pada intensitas, frekuensi, perioda, saat dan
lama kejadian, kompleksitas spektrum atau kegaduhan dan ketidak
teraturan kebisingan (Dwi P. Sasongko, dkk, 2000:20).
Perasaan yang memberatkan yang disebabkan oleh suara
merupakan pengaruh yang paling penting, karena mereka tersebar,
dan mereka harus dianggap sebagai faktor yang menentukan dalam
mengembangkan teknik dalam melawan suara, dan merumuskan
peraturan melawannya (E. Granjeand, 1988:289).
C. Gangguan Komunikasi
Kebisingan bisa mengganggu percakapan sehingga
mempengaruhi komunikasi yang sedang berlangsung (Dwi P.
Sasongko, dkk, 2000:17). Untuk keperluan komunikasi ditempat
kerja suatu perkataan yang di ucapakan baru dapat di pahami
apabila intensitas ucapan paling sedikit 10 dB lebih tinggi dari latar
belakang suara (Suma’mur P.K., 1991:98).
D. Gangguan Tidur
Kebisingan mengganggu tidur, orang tidur akan terbangun.
Gangguan tidur yang terus menerus menjadi sebab penurunan
19
produktivitas tenaga kerja karena proses pemulihan keadaan tubuh
tidak terjadi sebagaimana mestinya (Suma’mur P.K., 1991:99).
Gangguan tidur akibat kebisingan adalah sebagai berikut :
a) Terpapar 40 dB kemungkinan terbangun 5%
b) Pada 70 dB akan meningkat menjadi 30%
c) 100 dB manjadi 100% (A. Siswanto, 1990:29).
2.6 Pengendalian Kebisingan
Pendekatan yang paling sering dipakai dan yang dianjurkan dalam
perundangan untuk pengendalian risiko adalah dengan menggunakan hirarki
pengendalian (Tarwaka, 2008) :
A. Eliminasi (Elimination)
Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat
permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas
pertama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan obyek kerja atau
sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada
batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan, atau standar baku
sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang diperkenankan.
Eliminasi adalah cara pengendalian risiko yang paling baik, karena risiko
terjadinya kecelakaan dan sakit akibat potensi bahaya ditiadakan. Namun
pada prakteknya pengendalian dengan cara eliminasi banyak mengalami
kendala karena keterkaitan antara sumber bahaya dan potensi bahaya saling
berkaitan atau menjadi sebab dan akibat.
20
B. Substitusi (Substitution)
Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan dan
peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang
kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu
dalam batas yang masih dapat diterima.
C. Rekayasa Teknik (Engineering Control)
Pengendalian ini termasuk merubah struktur obyek kerja untuk
mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian
pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan cor beton (concrete)
untuk menghindari adanya tumpahan oli/minyak (spill oil), dan sebagainya.
D. Isolasi (Isolation)
Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan
seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari
tempat tertutup (control room) menggunakan alat kendali otomatis (remote
control).
E. Pengendalian Administrasi (Administration Control)
Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu
sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar
potensi bahaya. Metode ini sangat tergantung dari perilaku pekerjanya dan
memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian
21
administrasi ini. Metode ini meliputi rekruitmen tenaga kerja baru sesuai
jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu
istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan, penerapan
prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja, training keahlian, dan
training masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
F. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)
Alat Pelindung Diri (APD) secara umum merupakan sarana
pengendalian yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara
saat sistem pengendalian yang lebih permanen belum dapat diterapkan. APD
merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko di tempat
kerja. Hal ini disebabkan penggunaan APD mempunyai kelemahan antara
lain :
1. APD tidak menghilangkan risiko bahaya yang ada, tetapi hanya
membatasi antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang
diterima. Bila penggunaan APD gagal, maka secara otomatis bahaya
yang ada akan mengenai pekerja.
2. Penggunaan APD dirasakan tidak nyaman, karena kekurangleluasaan
gerak pada waktu kerja dan dirasakan adanya beban tambahan karena
harus dipakai selama bekerja.
Proteksi personal yang bisa diterapkan adalah penggunaan earplugs
dan earmuffs. Menurut Mc Cormick dan Sanders (1987), terdapat 2 tipe
APT, yaitu APT permanen (earmuffs, earplugs dan headphone) dan APT
22
tidak permanen (sumbat telinga seperti kapas kering atau basah dan
glassdown). Menurut Sembodo (2004), selain sumbat telinga dan tutup
telinga, untuk mengurangi kebisingan ada juga yang menggunakan helm.
Jika sumbat telinga mampu mengurangi kebisingan 8 – 30 dBA dan tutup
telinga 25 – 40 dBA.
1. Earmuffs
Earmuffs terbuat dari karet dan plastik. Earmuffs bisa digunakan
untuk intensitas tinggi (>95 dB), bisa melindungi seluruh telinga,
ukurannya bisa disesuaikan untuk berbagai ukran telinga, mudah diawasi
dan walaupun terjadi infeksi pada telinga alat tetap dapat dipakai.
Kekurangannya, penggunaan earmuffs menimbulkan ketidaknyamanan,
rasa panas dan pusing, harga relatif lebih mahal, sukar dipasang pada
kacamata dan helm, membatasi gerakan kepala dan kurang praktis karena
ukurannya besar. Earmuffs lebih protektif daripada earplugs jika
digunakan dengan tepat, tapi kurang efektif jika penggunaannya kurang
pas dan pekerja menggunakan kaca mata.
Gambar 2.1
Earmuff (Tambunan, 2005)
23
2. Earplugs
Earplugs lebih nyaman dari earmuffs, berlaku untuk tingkat
kebisingan sedang (80-95 dB) untuk waktu paparan 8 jam. Jenis earplugs
ada bermacam-macam: padat dan berongga. Bahannya terbuat dari karet
lunak, karet keras, lilin, plastik atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut.
Keuntungan dari ear plug adalah: mudah dibawa karen akecil, lebih
nyaman bila digunakan pada tempat yang panas, tidak membatasi gerakan
kepala, lebih murah daripada ear muff, lebih mudah dipakai bersama
dengan kacamata dan helm. Sedangkan kekurangan dari ear plug yaitu
atenuasi lebih kecil, sukar mengontrol atau diawasi, saluran telingan lebih
mudah terkena infeksi dan apabila sakit ear plug tidak dapat dipakai.
Gambar 2.2
Earplug (Sumber: Defi P,Iferta Inafalia, 2005)
2.7 Tekanan Darah
Menururt Pearce (2006), tekanan darah ialah kekuatan tekanan darah ke
dinding pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada
setiap tahap siklus jantung. Tekanan darah menunjukkan keadaan di mana tekanan
yang dikenakan oleh darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh
24
jantung ke seluruh anggota tubuh, dengan kata lain tekanan darah juga berarti
kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh
(Guyton dan Hall, 1997).
A. Tekanan darah sistolik dan diastolik
Tekanan darah dibedakan menjadi dua, yaitu tekanan sistolik dan
tekanan diastolik. Tekanan sistolik merupakan tekanan pada pembuluh darah
yang lebih besar ketika jantung berkontraksi. Tekanan sistolik menyatakan
puncak tekanan yang dicapai selama jantung menguncup. Tekanan yang
terjadi bila otot jantung berdenyut memompa untuk mendorong darah keluar
melalui arteri, dimana tekanan ini berkisar antara 95 - 140 mmHg.
Sedangkan tekanan diastolik merupakan tekanan yang terjadi ketika jantung
rileks di antara tiap denyutan. Tekanan diastolik menyatakan tekanan
terendah selama jantung mengembang. Dimana tekanan ini berkisar antara
60 - 95 mmHg.
B. Penggolongan Tekanan Darah (Ganong, 1991 :165)
1. Tekanan darah normal
Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal bila catatan
tekanan darah untuk sistolik < 140 mmHg dan diastole < 90 mmHg
(Guyton dan Hall, 1997: 219). Nilai Tekanan Darah normal (dalam
mmHg) : Pada usia 15-20 tahun keatas = 90-120/60-80 mmHg, usia 30-40
tahun = 110-140/70-90 mmHg, dan usia 50 tahun = 120-150/70-90
mmHg (Oktia Woro, 1999:7).
25
2. Tekanan darah rendah
Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah bila catatan
tekanan darah untuk yang normal tetap di bawah 100/60 mmHg, tekanan
sistolik <100 mmHg dan diastole < 60 mmHg (Watson, 2002 : 265)
3. Tekanan darah Tinggi
Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi bila catatan
tekanan darah untuk yang normal tetap di atas 100/90 mmHg, tekanan
sistol > 140 mmHg dan diastole > 90 mmHg (Watson, 2002 : 265)
C. Efek kebisingan terhadap tekanan darah
Bising merupakan gangguan yang bersifat psikososial. Gangguan yang
bersifat psikosial ini bila datang berulang-ulang terhadap pekerja akan
menimbulkan reaksi siaga yang selalu mengikutsertakan naiknya aktivitas
saraf simpatis yang dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan kenaikan
tekanan darah (Miller et al, 1969).
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apabila
terputus-putus atau datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan
tekanan darah (10 mmHg), nadi menjadi cepat naik, emosi meningkat, vaso
kontruksi pembuluh darah naik, pucat, otot tegang atau metabolisme tubuh
meningkat seperti keringat meningkat dan menjadi kurus (Astra Green
company, 2002).
26
Burns (1979) dalam penelitiannya dengan menggunakan alat
photoelectric secara tidak langsung dapat mengukur perubahan volume
darah perifer rata-rata dari jari-jari pada pemaparan suara jangka pendek.
Hasilnya bahwa semakin tinggi intensitas suara pada pemaparan jangka
pendek, vasokontriksi perifer makin berat dan maksimal dicapai pada
intensitas suara 102 dB setelah pemaparan 10 detik.
Penelitian di Bandara Munich oleh Evans, et all 1995, ditemukan
kenaikan tekanan darah sistolik 3 mmHg yang dihubungkan dengan
kebisingan penerbangan. Sedangkan penelitian evans, et all 1998, ditemukan
ada kenaikan tekanan darah sisol dan diastol untuk komunitas yang terpajan
sebesar 3,4 mmHg lebih besar dibanding grup kontrol.
Penelitian statistik oleh Van Kempen terhadap banyak hasil studi efek
kebisingan, mendapatkan adanya pengaruh dari pajanan kebisingan pada
tekanan darah. Kenaikan signifikan secara statistik ditemukan untuk pajanan
kebisingan lingkungan kerja, untuk tekanan darah sistol 0,51 (0,01-1,00)
mmHg/5 dBA, sedangkan untuk diastoli kenaikannya tidak signifikan.
Penelitian Rosenlund terhadap 2919 sampel penduduk yang tinggal di
sekitar Bandara Arlanda, Stockholm dengan lama tinggal paling sedikit 1
tahun dan berumur 19-80 tahun, menunjukkan bahwa pajanan kebisingan
penerbangan bisa menjadi faktor risiko untuk terjadinya hipertensi.
Penduduk yang tinggal sekitar bandara Arlanda dengan pajanan kebisingan
kurang dari 55 dBA prevalensi hipertensinya sebesar 14% sedangkan
27
penduduk yang tekeena pajanan kebisingan lebih dari 55 dBA prevalensi
hipertensinya sebesar 20%.
Menurut Schmidt, efek kebisingan terhadap manusia ada dua macam,
yakni efek terhadap pendengaran yang disebut trauma akustik dan trauma
bising, serta efek terhadap perubahan perilaku manusia (stres psikis) yang
dapat tercetus sebagai gangguan psikosomatis, antara lain kenaikan kenaikan
tekanan darah, jantung berdebar-debar, dan lain-lain. Bila kedua tersebut
dihubungkan dengan fungsi alrm simpatis, maka stres psikis dapat
merangsang hypotalamus bagian lateroposterior yang menjadi pusat
ekssitasi, kemudian sinyal listrik dikirimkan melalui formasio retikularis ke
pusat vasomotor di dalam sepertiga bagian bawah pons untuk selanjutnya
melalui medulla spinalis menuju ke pusat saraf simpatis yaitu di substansia
grisea motoneuron simpatis segmen cervical dan darah di sini dialirkan
melalui saraf simpatis ke efektor dalam organ telinga dalam sehingga
menyebabkan vasokontriksi arteri diinervasi.
Secara garis besar mekanisme gangguan vaskularisassi pada
hiperstimulasi bising dapat dikemukakana sebagai berikut. Pada
hiperstimulasi bising bisa terjadi kegiatan komponen-komponen dalam
organo auditoria yang berkewajiban meneruskan rangsang sampai ke pusat
meningkat. Peningkatan kegiatan ini membutuhkan energi yang terutama
didapat dari metabolisme glucose secara aerob. Dengan demikian,
metabolisme ini membutuhkan penyediaan oksigen, sehingga metabolisme
di semua komponen auditoria yang mengambil bagian dari impuls saraf
28
sangat meningkat. Setiap peningkatan metabolisme dalam sel-sel jaringan
selalu diikuti peningkatan aliran darah kejaringan itu secara akut. Sebagai
hasil akhir, terjadi pengurangan tonus aktif pada otot dinding vaskuler dan
sifat kontraktil pada endotel kapiler yang menyebabkan vasodilatasi baik
arteriole, venule, metarteriole, sfingter prakapiler, maupun kapiler.
Disamping pengaturan tersebut diatas, ada pengaturan aliran darah setempat
jangka panjang, yaitu terjadi rekontruksi vaskularisasi jaringan secara terus
menerus untuk memenuhi kebutuhan jaringan itu terhadap oksigen dan zat-
zat gizi sehingga unkuran pembuluh darah di tempat itu bertambah. Keadaan
ini dipacu oleh perangsangan yang terus menerus berhari-hari sampai
bertahun-tahun pada jaringan/organ, seperti hiperstimulasi bising pada
organoauditoria.
2.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi naiknya tekanan darah
A. Kebisingan dan Alat Pelindung Telinga
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, maka dari itu
kebisingan sering mengganggu walaupun terhadap variasi dalam besarnya
gangguan atas jenis dan kekerasan suatu kebisingan. Pada umumnya
kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih yang terputus-
putus / yang datangnya secara tiba-tiba dan tidak terduga (Suma’mur,
1994:57), dan semakin bahaya lagi jika tidak diikuti dengan penggunaan alat
pelindung telinga.
29
Ambang batas keamanan yang direkomendasikan oleh Occupational
Safety and Health Administration (OSHA) dan organisasi kesehatan dunia
(WHO) dan mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-
51/MEN/1999, tentang baku mutu tingkat kebisingan, yaitu intensitas
kebisingan rata-rata tidak boleh lebih dari 85 dB selama 8 jam per hari atau
40 jam seminggu.
Sebagian besar dari penelitian di laboratorium, bahwa kebisingan
dapat merusak performa pekerja, dapat memperlambat latihan pada memori
ingatan, mempengaruhi proses selektivitas dalam memori dan pemilihan
strategi dalam melaksanakan tugas pekerjaan. Kebisingan ini juga dapat
mengganggu perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan mental
menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan
darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit,
bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan.
Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan terhadap fungsi tubuh yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah dan berupa peningkatan
sensitivitas tubuh seperti peningkatan sistem kardiovaskuler dalam bentuk
kenaikan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung (Candra, 2007).
Menurut Cohen (1997) dan Miller (1974) menyatakan bahwa akibat
kebisingan terhadap kesehatan fisik secara umum dapat meningkatkan
tekanan darah, gangguan pencernaan. Sedangkan terhadap kesehatan mental
dapat menimbulkan sakit kepala, rasa mual. Kebisingan mengurangi
efisiensi dari banyak tugas, meningkatkan tekanan darah, dan menurunkan
30
volume aliran darah. Saat tidur dapat menyebabkan perubahan
electroencephalograms dan sirkulasi darah tanpa merasakannya.
Pengulangan paparan yang terus menerus dapat mempercepat perkembangan
perubahan struktur vascular pembuluh perifer sehingga menghasilkan
kenaikan tekanan darah yang menetap sampai menuju tingkat hipertensi.
Kebisingan akibat suara-suara keras yang ditimbulkan dari mesin
pabrik yang terus-menerus, akan mengganggu proses fisiologis jaringan otot
dalam tubuh manusia dan akan memicu emosi yang tidak stabil.
ketidakstabilan emosi mengakibatkan seseorang mudah mengalami stress,
apalagi jika ditambah dengan penyempitan pembuluh darah, maka dapat
memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh
tubuh. Dalam waktu yang lama, tekanan darah akan naik, dan hal inilah yang
dapat menimbulkan penyakit hipertensi (Van Kempen, dkk : 2002).
Penelitian Andriukin (1961) menemukan bahwa pada tenaga kerja
bagian mesin bubut di Moskwa dengan intensitas bising 93 dBA. Didapatkan
hasil bahwa tenaga kerja yang terpapar kebisingan tekanan darahnya dua kali
lebih tinggi daripada kelompok pekerja yang tidak terpapar kebisingan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Eni Hastuti (2005) bahwa
intensitas kebisingan berpengaruh terhadap naiknya tekanan darah dengan
nilai Pvalue = 0,025 untuk sistol dan Pvalue = 0,033 untuk diastol.
Selain itu, terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik-diastolik
setelah bekerja antara saat tidak memakai earplug dan pada saat memakai
earplug, dimana rata-rata tekanan darah sistolik-diastolik setelah bekerja
31
pada saat earplug telah dipakai lebih rendah 14,6/6,6 mmHg daripada ketika
tidak memakai earplug (Hidayat, S, 2005).
B. Masa Kerja
Gangguan akibat bising akan mudah dialami oleh tenaga kerja yang
bekerja dengan masa kerja yang lebih lama, karena semakin lama tenaga
kerja bekerja pada bagian dengan tingkat kebisingan yang tinggi, maka
semakin tinggi resiko terpapar oleh kebisingan.
Banyak penelitian membuktikan kebisingan dalam jangka waktu lama
akan menaikkan risiko penyakit yang berhubungan dengan kenaikan tekanan
darah seperti hipertensi, stroke dan jantung. Penelitian Rosenlund,
Stockholm 2001, menemukan bahwa penduduk dengan kebisingan
prevalensinya 20% dibandingkan dengan daerah tenang yang hanya 14%.
Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Eni Hastuti (2005) bahwa
ada hubungan yang signifikan antara massa kerja terhadap kenaikan tekanan
darah dengan nilai Pvalue = 0,013 untuk sistol dan Pvalue = 0,045 untuk
diastol. Dimana pada pekerja dengan massa kerja lebih dari 10 tahun
berisiko kenaikan tekanan darah sistol sebesar 2,150 kali dan kenaikan
tekanan darah diastol sebesar 1,737 kali dibanding pekerja dengan massa
kerja kurang dari atau sama dengan 10 tahun.
32
C. Sikap kerja
Orang yang mempunyai tekanan darah normal apabila berdiri dalam
jangka waktu yang lama dan tidak banyak bergerak biasanya tekanan
darahnya akan turun (Henny Lukmanto, 1995 : 74).
D. Usia
Bertambahnya usia menyebabkan kelenturan atau elastisitas pembuluh
darah semakin berkurang. Ketika denyut jantung meningkat dikarenakan
sistim saraf yang dirangsang oleh kebisingan, maka pembuluh darah kurang
bisa melebar dikarenakan berkurangnya elastisitasnya, sehingga kenaikan
tekanan darah akan lebih tinggi. Tekanan darah akan naik terus perlahan-
lahan seiring dengan bertambahnya usia, dan akan naik tajam setelah usia 40
tahun. Semakin tua usia seseorang maka tekanan sistol semakin tinggi.
Biasanya dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton dan Hall,
1997 : 220)
E. Jenis kelamin
Pada wanita sebelum menopause 5-10 mmHg lebih rendah dari pria
seusianya, tetapi setelah menopause tekanan darahnya lebih meningkat
(Evelyn c Pearce, 1997: 142)
33
F. Merokok
Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya merokok, risiko
akibat merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari.
Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan dari
pada mereka yang tidak merokok.
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap melalui rokok, masuk kedalam aliran darah dan merusak lapisan
endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan
hipertensi.
Nikotin dalam tembakaulah penyebab meningkatnya tekanan darah
setelah hisapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin
diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil di dalam paru-paru dan
diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah
mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini
akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja
lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang
saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg.
Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah
berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan
menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun
34
pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang
hari.
Secara langsung setelah kontak dengan nikotin akan timbul stimulan
terhadap kelenjar adrenal yang menyebabkan lepasnya epineprin (adrenalin).
Lepasnya adrenalin merangsang tubuh melepaskan glukosa mendadak
sehingga kadar gula darah meningkat dan tekanan darah juga meningkat,
selain itu pernafasan dan detak jantung akan meningkat.
Nikotin mendesak pengeluaran insulin dari pankreas, berarti perokok
sering mengalami hiperglikemi (kelebihan gula dalam darah). Nikotin secara
tidak langsung menyebabkan pelepasan dopamin dalam otak yang
mengontrol kesenangan dan motivasi. Selain kerusakan organ di atas juga
kerusakan kronis syaraf dan perubahan perilaku.
Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang akan
merangsang jantung, saraf, otak dan organ tubuh lainnya bekerja tidak
normal, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga
meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung
(Sidabutar dan Wiguno, 1990). Beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa merokok meningkatkan tekanan darah. Salah satu penelitian tersebut
dilakukan pada 12.417 laki-laki (perokok saat ini, mantan perokok, dan
bukan perokok) diterbitkan pada bulan Februari 2002 di Journal of
Hypertension. Penelitian ini mengungkapkan bahwa prevalensi terendah
tekanan darah tinggi ditemukan pada responden yang tidak pernah merokok
35
dalam hidup mereka sedangkan pada responden perokok saat ini memiliki
prevalensi yang sangat tinggi terhadap naiknya tekanan darah.
G. Minum alkohol
Mengkonsumsi alkohol berakibat buruk, dalam sebuah penelitian yang
dilakukan Beever and Mac Gregor (1995), mendapatkan bahwa
mengkonsumsi minuman berakohol dalam jumlah besar dapat meningkatkan
tekanan darah (Riyadina, 2002). Selain itu mengkonsumsi alkohol secara
berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi
terhadap obat anti hipertensi (Imam Parsudi, 1992 : 23). Beberapa studi
menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol
serta diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru
nampak bila mengkonsumsi alkohol sekitar 2 – 3 gelas ukuran standar setiap
harinya (Depkes RI).
H. Pemakaian obat tertentu
Obat – obat yang dapat meningkatkan tekanan darah antara lain
dekongestan hidung, obat- obat hidung, obat supressi nafsu makan (Depkes
RI, 2003: 18)
36
I. Riwayat keturunan
Riwayat keluarga menunjukkan adanya tekanan darah yang meninggi
merupakan faktor risiko paling kuat bagi seseorang untuk menghidap
hipertensi di masa datang.
2.9 Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan, kenaikan tekanan darah
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu dosis kebisingan & alat pelindung
telinga, massa kerja, sikap kerja, usia, jenis kelamin, riwayat keturunan, status
merokok, minum alkohol & obat, serta obesitas. Ini dapat dijelaskan pada gambar
2.3 sebagai berikut:
37
Sumber: Candra (2007), Cohen (1997), Miller (1974), Vam Kempen (2002), Henny
Lukmanto (1995), Guyton dan Hall (1997), Evelyn c Pearce (1997), Imam Parsudi
(1992), Depkes RI (2003)
Gambar 2.3
Kerangka Teori
Kenaikan Tekanan
darah
Kebisingan
Usia
Merokok
Masa Kerja
Sikap Kerja
Jenis Kelamin
Riwayat Keturunan
Minum alkohol & obat
38
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka konsep
Kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini berasal dari berbagai
teori-teori yang membahas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah.
Dari teori-teori tersebut didapatkan bahwa yang dapat mempengaruhi tekanan
darah adalah kebisingan, massa kerja, sikap kerja, usia, jenis kelamin, riwayat
keturunan, status merokok, serta minum alkohol & obat
Pada penelitian ini kerangka konsep yang digunakan terdiri dari variabel
dependen yaitu tekanan darah dan variabel independen yaitu dosis kebisingan,
masa kerja, usia, dan status merokok.
Variabel sikap kerja dan jenis kelamin tidak diteliti karena bersifat homogen.
Sedangkan variabel minum alkohol dan obat tidak diteliti karena berkemungkinan
besar terdapat bias informasi. Seperti diketahui, bahwa di perusahaan tidak boleh
ada pekerja dalam keadaan minum alcohol, jika di tanyakan variabel ini dipastikan
pekerja menjawab tidak semua. Selain itu, untuk obat-obatan tidak diketahui mana
yang dapat menyebabkan kenaikan darah dan tidak. Mekanisme dari kerangka
konsep ini dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:
39
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Variabel Dependen Variabel Independen
Kenaikan Tekanan
darah
Kebisingan
Status Merokok
Massa Kerja
Usia
40
3.2 Definisi operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Dependen
1 Kenaikan
Tekanan darah
Hasil pengukuran
tekanan darah sebelum
dan sesudah kerja.
Pengukuran
langsung
Tensimeter 0. Tidak Meningkat
1. Meningkat
Ordinal
Variabel Independen
1 Dosis
Kebisingan
Paparan kebisingan
terhadap pekerja yang
diukur dalam satuan
waktu selama 8 jam kerja
Pengukuran
langsung
Sound level meter 0. < 100%
1. > 100%
Ordinal
2 Masa Kerja Periode berdasarkan
waktu (tahun) yang
membedakan responden,
terhitung sejak awal
masuk kerja hingga
Data
sekunder
Kuesioner 0. ≤ 8 tahun
1. > 8 tahun
Ordinal
41
penelitian berlangsung
3 Usia Lama waktu hidup pekrja
mulai dari lahir hingga
penelitian dilakukan
Data
sekunder
Kuesioner 0. ≤ 35 tahun
1. > 35 tahun
Ordinal
4 Status
Merokok
Riwayat responden
dalam mengkonsumsi
rokok
Wawancara Kuesioner 0. Tidak
1. Ya
Ordinal
42
3.2 Hipotesis
1. Ada hubungan antara dosis kebisingan dengan kenaikan tekanan darah pada
pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014.
2. Ada hubungan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah pada
pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014.
3. Ada hubungan antara usia dengan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang
terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014.
4. Ada hubungan antara status merokok dengan kenaikan tekanan darah pada
pekerja yang terpapar kebisingan di PT “X” pada tahun 2014.
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain penelitian
Penelitian ini merupakan jenis studi analitik dengan menggunakan desain
cross sectional yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya sekali pada
satu saat, tidak ada follow up.
4.2 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Departemen Aggregate Assembly & Component
(AGC), Departemen Assembling Commercial Vehicle (ACV), dan Departemen
Vehicle Ready Delivery Service (VRDS) di PT “X” Indonesia bulan Januari-Mei
2014.
4.3 Populasi dan sampel
Populasi penelitian ini adalah semua pekerja yang bekerja di Departemen
Aggregate Assembly & Component (AGC), Departemen Assembling Commercial
Vehicle (ACV), dan Departemen Vehicle Ready Delivery Service (VRDS) yang
terpapar kebisingan di PT “X” Indonesia. Sebelum menentukan jumlah sampel,
terlebih dahulu mencari P1 dan P2 untuk masing-masing variabel yang menjadi
kerangka konsep. Hasil dari nilai P1 dan P2 terdapat pada tabel berikut:
44
Tabel 4.1
Nilai P1 dan P2 masing-masing variabel
Variabel P1 P2 n
Intensitas kebisingan 64,4% 26,7% 28
Massa kerja 68,4% 31,8% 31
Usia 54,2% 55,6% 21635
Status merokok 57,4% 42,6% 194
Setelah itu dilakukan penentuan jumlah sampel dengan menggunakan uji
hipotesis beda dua proporsi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang diteliti
P = Rata-rata proporsi pada populasi (P1+P2/2)
Z1-/2 = Derajat kepercayaan, CI 90%, α = 10 % (two tail)
Z 1-β = Kekuatan uji 90%
P1 = Proporsi kebisingan diatas Nilai Ambang Batas dengan kenaikan
tekanan darah = 64,4% (Eny Hastuti, 2005)
P2 = Proporsi kebisingan dibawah Nilai Ambang Batas dengan kenaikan
tekanan darah = 26,7% (Eny Hastuti, 2005)
Sampel (n) = [ Z1- α/2x√(2P(1-P)) + Z1-β x√(P1 (1-P1) + P2 (1-P2)) ]2
(P1-P2)2
45
Berdasarkan rumus diatas, maka sampel yang dibutuhkan sebesar 28 orang,
kemudian sampel dikalikan dua sehingga menjadi 56 orang. Namun karena jumlah
populasi yang sedikit maka dilakukan pengambilan sampel jenuh yaitu sebesar 50
responden. Teknik Sampel jenuh merupakan teknik penentuan sampel yang semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Ini dilakukan bila jumlah populasi
relatif kecil (Sugiyono: 2008)
4.4 Pengumpulan data
4.4.1 Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber asli.
Sumber asli disini diartikan sebagai sumber pertama darimana data tersebut
diperoleh (Kandary, 2010). Data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini
diambil dengan pengukuran langsung (pengambilan tekanan darah sebelum
dan sesudah kerja serta pengukuran dosis kebisingan), dan wawancara
(status merokok).
Pengukuran kebisingan dilakukan menggunakan alat Sound Level
Meter. Pengukurannya sebagai berikut:
a. Melakukan kalibrasi sebelum alat sound level meter digunakan untuk
mengukur kebisingan, agar menghasilkan data yang valid.
b. Mengukur kebisingan di lingkungan kerja
c. Angka yang terlihat pada layar atau display dicatat setiap 5 detik dan
pengukuran dilakukan selama 10 menit untuk setiap titik
d. Setelah selesai alat di matikan dengan menekan tombol ”OFF”.
46
e. Setelah mengetahui besarnya tingkat kebisingan, maka dihitung pula
seberapa besar waktu yang diperbolehkan untuk para pekerja terpapar
pada tingkat kebisingan tersebut. Untuk menghitungnya menggunkan
rumus sebagai berikut :
f. Setelah mendapatkan waktu paparan yang diperbolehkan, maka sudah
bisa dihitung dosis yang diterima pekerja pada masing-masing
lokasi/station. Perhitungan dosis tersebut menggunakan rumus sebagai
berikut :
(
)
Selanjutnya untuk pengukuran tekanan darah menggunakan alat
tensimeter. Pengukurannya sebagai berikut:
a. Saat diperiksa, pekerja duduk dengan santai, sebaiknya pengukuran
dilakukan beberapa menit setelah mulai duduk dan dalam ruangan
yang tenang.
b. Lengan yang diukur harus dalam keadaan bebas (tidak tertutup pakaian
yang ketat di bagian lengan), sehingga manset dapat terlilit dengan
baik.
47
c. Memilih manset yang baik, yaitu manset yang dapat melilit 40%
lengan atas bagian tengah. Pemakaian manset berukuran standar pada
lengan yang berukuran besar dapat mempengaruhi pembacaan tekanan
darah. Sehingga sebaiknya jangan memaksakan manset pada lengan
yang berukuran besar.
d. Lilitkan manset pada tengah lengan ke atas dengan bola manset berada
di tengah arteri brachialis, dan batas bawah manset dengan siku
kurang lebih 1 inci (sekitar 2,5 cm) di atas lipat siku.
e. Pastikan manset sejajar dengan posisi jantung.
f. Pompa tensimeter sampai manset mengembang dan catat tekanan saat
bunyi denyut nadi terdengar jelas. Pompa kembali sampai kurang lebih
30 mmHg diatas tekanan ini.
g. Lepaskan pompa perlahan sekitar 2-3 mmHg, dan catat tekanan saat
bunyi nadi kembali terdengar.
h. Lepaskan pompa dan tunggu sekitar 30 detik kemudian memompa
kembali sampai denyut terdengar lagi.
i. Catat hasil tekanan darah sistolik dan diastolik. Untuk pembacaan
sistolik, catat di mana denyut terdengar sebanyak 2 kali secara
berurutan untuk pertama kali setelah pompa dilepaskan. Untuk
pembacaan diastolik, catat saat denyut menghilang (tidak terdengar
lagi).
48
4.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh seorang peneliti secara tidak
langsung dari objeknya, tetapi melalui sumber lain, baik lisan maupun tulis
(Kateglo, 2010). Data sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini berasal
dari data departemen terkait, seperti usia dan masa kerja pekerja.
4.5 Teknik pengolahan data
4.5.1 Coding
Coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan memberikan
kode untuk masing-masing pertanyaan, kode yang diberikan akan menjadi
panduan untuk menentukan skor yang didapat responden. Adapun cara
penilaian dengan memberikan skor pada masing–masing item yang
ditanyakan sesuai dengan kode yang telah ditetapkan dengan penggunaan
batas skor sebesar 75% dari total skor jawaban yang diharapkan sebagai
variabel yang dikategorikan lebih tinggi dari variabel lainnya, penentuan
batas nilai skor ini ditetapkan berdasarkan pendapat Arikunto (1993).
a. Tekanan darah, variabel ini diukur dengan pengukuran langsung dan
menggunakan satu pertanyaan. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah
kerja. kemudian diberikan kode 0 untuk jawaban ”tidak meningkat” dan
kode 1 untuk jawaban ”meningkat”.
b. Dosis kebisingan, variabel ini diukur dengan pengukuran langsung dan
menggunakan satu pertanyaan, kemudian diberikan kode 0 untuk jawaban
”≤ 100%” dan kode 1 untuk jawaban ”> 100%”.
49
c. Masa kerja, variabel ini diukur dengan satu pertanyaan, dimana
jawabannya diberi kode 0 untuk “≤ 8 tahun” dan kode 1 untuk “> 8 tahun”.
d. Usia, variabel ini diukur dengan satu pertanyaan, dimana jawabannya
diberi kode 0 untuk “≤ 35 tahun” dan kode 1 untuk “> 35 tahun”.
e. Status merokok, variabel ini diukur dengan satu pertanyaan, dimana
jawabannya diberi kode 0 untuk “tidak” dan kode 1 untuk “ya”.
4.5.2 Editing
Merupakan suatu kegiatan memeriksa kelengkapan data-data yang
sudah di isi. Kegiatan ini dilakukan pada saat masih dilapangan, agar data
yang salah atau meragukan masih dapat ditelusuri kembali.
4.5.3 Entry
Merupakan suatu kegiatan pemprosesan data agar dapat dianalisis.
Pemprosesan data ini dilakukan dengan cara memasukkan data-data yang
sudah didapat ke program statistik computer.
4.5.4 Cleaning
Merupakan suatu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut
dimungkinkan terjadi pada saat memasukkan data ke komputer
50
4.6 Analisis data
4.6.1 Analisis univariat
Analisis univariat ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian berupa distribusi dan persentase pada setiap variabel yang
meliputi variabel dosis kebisingan, masa kerja, usia, status merokok, dan
tekanan darah
4.6.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji chi-square,
dikarenakan data yang didapatkan berupa data kategorik. Uji Chi-square ini
merupakan analisis hubungan variabel kategorik dengan batas kemaknaan α
0,1 estimasi Confidential Interval (CI) 90% yang akan digunakan untuk
menguji variabel dosis kebisingan, masa kerja, usia, dan status merokok,
terhadap variabel dependen, yaitu tekanan darah.
Analisis bivariat ini digunakan untuk melihat probabilitas suatu
kejadian. Jika Pvalue > 0,1 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti
tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Sebaliknya jika Pvalue < 0,1 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
51
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Perusahaan
5.1.1 Panitia Pelaksana Keselamatan Kesehatan Kerja (P2K3)
A. Tujuan
Menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi
dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif.
B. Audit
Audit sistem manajemen K3 meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
a) Pembangunan dan pemeliharaan komitmen
b) Strategi pendokumentasian
c) Peninjauan ulang disain dan kontrak
d) Pengendalian dokumen
e) Pembelian
f) Keamanan bekerja berdasarkan Sistem Manajemen K3
g) Standar pemantauan
h) Pelaporan dan perbaikan kekurangan
i) Pengelolaan material dan pemindahan
j) Pengumpulan dan penggunaan data
52
k) Pemeriksaan sistem manajemen
l) Pengembangan keterampilan dan kemampuan
5.1.2 Proses Produksi
A. Gambaran Umum Aggregate Assembly & Component (AGC)
Departemen atau bagian perakitan aggregate merupakan bagian
yang merakit dan menyiapkan komponen-komponen seperti engine,
gearbox, dan axles yang nantinya akan digabungkan pada chassis.
Rincian kegiatannya adalah sebagai berikut :
1) Engine
Proses kerja yang dilakukan pada bagian mesin terdiri dari
preparation (engine on pallet) atau persiapan awal yang
dilakukan sebelum ke proses selanjutnya.
2) Gearbox
Proses kerja yang dilakuakan pada bagian gearbox ini dimulai
dengan proses perakitan komponen-komponen gearbox, yang
terdiri dari:
a) Sub Assembly Counter Shaft
Merupakan proses perakitan counter shaft yang terdiri dari
pengepresan gears dengan mesin hydrolic press, pemanasan gears
dengan oven dan pemasangan bearings pada counter shaft yang
sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu dengan heater plate.
53
b) Sub Assembly Main Shaft
Merupakan proses perakitan gears dan synchronize gears satu
sampai lima atau enam pada main shaft, yang sebelumnya
dipanaskan terlebih dahulu dengan heater plate.
c) Sub Assembly Front Housing
Merupakan proses pemasangan bearing pada front housing
atau bagian depan yang sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu
dengan memakai heater plate kemudian diberi oil seal. Kemudian
bearing yang telah dipasang pada front housing dieratkan atau
dikencangkan dengan memukulnya dengan palu tembaga.
d) Sub Assembly Rear Housing
Merupakan proses pemasangan bearings pada rear housing
atau bagian belakang yang sebelumnya dipanaskan terlebih
dahulu dengan heater plate kemudian diberi oil seal. Setelah itu
dilanjutkan dengan pemasangan plug (busi atau steker) pada cover
rear housing. Kemudian bearings yang telah dipasang pada front
housing dieratkan atau dikencangkan dengan memukulnya dengan
palu tembaga.
e) Main jig
Merupakan proses penggabungan antara counter shaft, main
shaft, front housing dengan memakai mesin jig. Kemudian
pemasangan bearings yang sebelumnya dipanaskan dengan heater
plate dan dieratkan dengan memukulnya dengan palu
54
f) Final Assembly
Merupakan proses penggabungan rear housing dengan
komponen yang telah digabungkan pada proses main jig serta
pemasangan perlengkapan akhir hingga menjadi satu unit.
g) Testing
Merupakan proses pengujian gearbox yang telah dirakit yang
terdiri dari leaking test yaitu test kebocoran pada gearbox dengan
memasukkan gearbox pada kontainer yang berisi campuran bahan
kimia yang sifatnya tidak iritant. Kemudian pengisian oli pada
gearbox, yang selanjutnya akan dilakukan running test yaitu
pengujian fungsi gearbox dengan memakai mesin test bench.
3) Axle
Proses kerja yang dilakukan pada bagian axle ini dimulai
dengan proses perakitan komponen-komponen axle, yang terbagi
menjadi dua proses yaitu :
a) Assembly front axle
1. Pre assembly steering knuckle
Merupakan proses pemasangan kuckle dan king pin pada
front axle beam
2. Identification
Merupakan proses pemberian nomor pada front axle beam
55
3. Pre assembly brake
Merupakan proses pemasangan seal ring, oil buffle dan
protective plate pada front axle
4. Sub assembly wheel hub
Proses pengepresan outer, inner roller bearing, shaft seal
ring dan dust cover dengan menggunakan mesin hydrolyc
press yang kemudian dipasangkan pada front axle dan
diberi pelumas
5. Final assembly
Proses perakitan seluruh komponen pada front axle beam
yang terdiri dari brake anchore, steer arm, wheel hub,
brake drum, hub cover, steering angle, toe in dan wheel
alignment.
b) Assembly rear axle
1. Identification
Merupakan proses pemberian nomor pada rear axle beam
2. Pre assembly Brake
Proses pemasangan seal ring, oil buffle, protective plate
pada rear axle
3. Sub assembly wheel hub
Proses pengepresan outer, inner roller bearing, shaft seal
ring dan dipasangkan pada rear axle dan diberi pelumas
56
4. Pre assembly diff case
Proses perakitan ring gear dan gears ke diff case serta
pemasangan bearings
5. Pre assembly drive pinion
Proses pengepresan pinion bearings dan flange, kemudian
proses pengukuran pre load pada pinion bearing
6. Pre assembly gear set to housing
Proses perakitan drive pinion dan diff case
7. Final assembly
Proses perakitan atau penggabungan komponen yang
berasal dari pre assembly diff gear, pre assembly wheel
hub, pre assembly bracket booster dan pre assembly brake
shoe menjadi satu unit.
B. Gambaran Umum Assembling Commercial Vehicle (ACV)
1) Frame (Bolting)
Proses frame (bolting) adalah proses yang diawali dengan
perakitan chassis menjadi satu rangkaian kerangka bus dengan
menghubungkan satu chassis ke chassis lainnya kemudian
disatukan tiap bagiannya dengan baut dengan memakai alat
pemasang baut yaitu impact wrench, high frequency electric hand
drill dan torque moment untuk mengencangkan baut-baut
tersebut. Pada proses ini selain perakitan chassis menjadi satu
57
bentuk rangkaian, juga terdapat proses pemberian nomor pada
chassis yang dilakukan dengan cara mencetak angka nomor pada
chassis dengan memukulnya memakai palu dan pemasangan
brackets untuk pipa pada chassis.
2) Painting (Spray Wall)
Proses painting adalah proses pengecatan pada rangkaian
chassis yang telah terbentuk menjadi satu rangkaian dan
komponen dari aggregate seperti engine dengan tujuan untuk
melindungi permukaan chassis dan engine dari elemen-elemen
yang bisa merusak, selain itu juga memberika perlindungan
terhadap karat.
3) Pre Assembly Podest
Proses perakitan dan pemasangan berbagai instrumen dan
perangkat awal yang terdiri dari pemasangan clutch pedal,
handbrake lever dan electric board pada front frame, pemasangan
floor pada center frame, pemasangan steering column pada floor,
pemasangan bracket instrumen cluster, pemasangan cover unntuk
steering column, pemasangan instrument cluster pada bracket,
pemasangan kabel dan pitman arm, pemasangan steering wheel
dan yang terakhir pemasangan driver seat.
58
4) Pre Assembly Radiator Frame
Proses ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a) Radiator frame lower
Menempatkan radiator dan intercooler pada frame, pemasangan
fan shroud dan fan
b) Radiator frame upper
Menempatkan frame pada jig kemudian dilanjutkan dengan
pemasangan beberapa komponen pada frame yaitu, rubber pad,
spannband untuk reservoir, rubber dibawah reservoir, hoses,
pulley, T-pieces untuk reservoir, house untuk T-pieces dan air
filter.
Setelah semua dipasang kemudian dilanjutkan dengan
pemasangan komponen lain yaitu pemasangan hose (selang)
untuk intercooler, cover radiator frame, fuel filter, pulley untuk
kipas, radiator hose bottom side dan pemasangan intake pipa
untuk penyaringan udara
5) Chassis Assembly
Proses ini dilakukan penggabungan antara rangkaian chassis
yang telah dicat dengan komponen-komponen yang berasal dari
Aggregate Assembly Components (AGC) yang terdiri dari brake
system, axles dan gearbox. Sebelum itu dilakukan pemasangan
ban, pipa untuk oil system, pipa udara, air dryer dengan valve dan
59
small air tank, big air tank dan perlengkapan lainnya pada
chassis.
Setelah itu dilakukan pemasangan kabel-kabel konektivitas
(shifting cable), steering box dan proses paint touch up yaitu
proses pengecatan pada chassis atau bagian lainnya yang
dianggap kurang sempurna.
6) Final Assembly
Proses ini terdiri dari persiapan kabel untuk mesin,
pemasangan muffler (saringan) pada chassis, pemasangan mesin,
pemasangan radiator frame, podest, tempat untuk baterai (wooden
bed) pada chassis, pengisian oli, air pendingin dan campurannya
(cooling water mixing). Setelah itu dilakukan pengujian pada
seluruh fungsi yang terdapat di chassis ini atau star diagnosis dan
engine running untuk menguji kemampuan kerja mesin
C. Gambaran Umum Vehicle Ready Delivery Service (VRDS)
1. Car Inspection
Merupakan suatu proses dimana kendaraan didiagnosis untuk
menguji kemampuan kerja mesin.
2. Washing
Merupakan suatu proses dimana mobil-mobil sedan dicuci
60
5.2 Hasil Analisis Univariat
5.2.1 Gambaran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja Di PT
“X” Indonesia Tahun 2014
Dalam penelitian ini tekanan darah responden diukur sebanyak
dua kali yaitu sebelum bekerja dan setelah bekerja. Gambaran tekanan
darah sebelum dan sesudah bekerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
dapat dilihat pada table 5.1
Tabel 5.1
Gambaran Tekanan Darah Sistole Sebelum dan Sesudah Bekerja
Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Tekanan Darah Mean Minimum Maksimum SD
Sistole Sebelum 117 100 140 9,313
Sistole Sesudah 124 100 140 9,258
Selisih Sistole 7 -10 30 9,091
Berdasarkan tebel 5.1 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata untuk
systole sebelum kerja sebesar 117 mmHg dan systole sesudah kerja
sebesar 124 mmHg. Selain itu, rata-rata untuk kenaikan tekanan darah
systole sebelum dan sesudah kerja sebesar 7 mmHg.
61
5.2.2 Gambaran Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di PT “X” Indonesia
Tahun 2014
Kenaikan tekanan darah systole pada pekerja dikategorikan menjadi
dua (2) yaitu tidak meningkat dan meningkat. Gambaran kenaikan
tekanan darah systole pada pekerja PT “X” Indonesia tahun 2014 dapat
dilihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2
Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Kenaikan Tekanan
Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Tekanan Darah Sistole Jumlah %
Tidak Meningkat 19 38
Meningkat 31 62
Total 50 100
Berdasarkan tebel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 50 pekerja, ada
sebanyak 31 pekerja (62%) mengalami kenaikan tekanan darah systole.
5.2.3 Gambaran Dosis Kebisingan Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Dosis Kebisingan pada pekerja dikategorikan menjadi dua (2) yaitu
< 100% dan > 100%. Gambaran dosis kebisingan pada pekerja PT “X”
Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.3
62
Tabel 5.3
Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Dosis Kebisingan
Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Dosis Kebisingan Jumlah %
< 100% 25 50
>100% 25 50
Total 50 100
Berdasarkan tebel 5.3 dapat diketahui bahwa jumlah pekerja yang
terpapar dosis kebisingan < 100% dan > 100% memliki jumlah yang
sama, yaitu sebanyak 25 pekerja (50%).
5.2.4 Gambaran Masa Kerja Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Masa kerja pada pekerja dikategorikan menjadi dua (2) yaitu < 8
tahun dan > 8 tahun. Gambaran masa kerja pada pekerja PT “X”
Indonesia tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4
Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Masa Kerja Jumlah %
< 8 Tahun 27 54
> 8 Tahun 23 46
Total 50 100
63
Berdasarkan tebel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 50 pekerja, ada
sebanyak 23 pekerja (46%) yang mempunyai masa kerja > 8 tahun.
5.2.5 Gambaran Usia Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Usia pada pekerja dikategorikan menjadi dua (2) yaitu < 8 tahun
dan > 8 tahun. Gambaran masa kerja pada pekerja PT “X” Indonesia
tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.5
Tabel 5.5
Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Usia Jumlah %
< 35 Tahun 23 46
> 35 Tahun 27 54
Total 50 100
Berdasarkan tebel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 50 pekerja, ada
sebanyak 27 pekerja (54%) yang berusia > 35 tahun.
5.2.6 Gambaran Status Merokok Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Status merokok pada pekerja dikategorikan menjadi dua (2) yaitu ya
dan tidak. Gambaran status merokok pada pekerja PT “X” Indonesia
tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.6
64
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Merokok
Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Status Merokok Jumlah %
Tidak 19 38
Ya 31 62
Total 50 100
Berdasarkan tebel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 50 pekerja, ada
sebanyak 31 pekerja (62%) yang merokok.
5.3 Hasil Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. dalam penelitian ini menggunakan uji
chi-square. Uji chi-square dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel
Dosis Kebisingan, Masa Kerja, Usia dan Status Merokok dengan variabel
Kenaikan Tekanan Darah (Sistole).
5.3.1 Hubungan antara Dosis Kebisingan terhadap Kenaikan Tekanan
Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Hubungan antara dosis kebisingan dengan kenaikan tekanan darah
sistole pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.7
65
Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Dosis Kebisingan dengan
Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Dosis Kebisingan
Kenaikan Tekanan Darah
Sistole Total P value
Tidak
Meningkat Meningkat
n % n % n %
≤ 100% 15 60 10 40 25 100 0,004
> 100% 4 16 21 84 25 100
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketaui bahwa responden yang
terpapar dosis kebisingan > 100% dan mengalami kenaikan tekanan darah
sistole yaitu sebanyak 21 responden (84%). Sedangkan pada responden
yang terpapar dosis kebisingan < 100% dan tidak mengalami kenaikan
tekanan darah sistole yaitu sebanyak 15 responden (40%). Sehingga
berdasarkan hasil uji statistik chi-square diketahui dosis kebisingan
memiliki hubungan yang bermakna (P value < 0,1) dengan kenaikan
tekanan darah sistole, P value = 0,004.
5.3.2 Hubungan antara Masa Kerja terhadap Kenaikan Tekanan Darah
Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Hubungan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah
sistole pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.8
66
Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja dengan Kenaikan
Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Masa Kerja
Kenaikan Tekanan Darah
Sistole Total P value
Tidak
Meningkat Meningkat
n % n % n %
< 8 tahun 12 44,4 15 55,6 27 100 0,469
> 8 tahun 7 30.4 16 69,6 23 100
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa responden yang
bekerja > 8 tahun dan mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu
sebanyak 16 responden (69,6%). Sedangkan pada responden yang bekerja
< 8 tahun dan tidak mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu
sebanyak 12 responden (44,4%). Sehingga berdasarkan hasil uji statistik
chi-square diketahui Masa Kerja tidak memiliki hubungan yang
bermakna (P value < 0,1) dengan kenaikan tekanan darah sistole, P value
= 0,469.
5.3.3 Hubungan antara Usia terhadap Kenaikan Tekanan Darah Sistole Di
PT “X” Indonesia Tahun 2014
Hubungan antara usia dengan kenaikan tekanan darah sistole pada
tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.9
67
Tabel 5.9
Distribusi Responden Berdasarkan Usia dengan Kenaikan Tekanan
Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Usia
Kenaikan Tekanan Darah
Sistole Total P value
Tidak
Meningkat Meningkat
n % n % n %
< 35 tahun 6 26,1 17 73,9 23 100 0,190
> 35 tahun 13 48,1 14 51,9 27 100
Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa responden yang
berusia > 35 tahun dan mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu
sebanyak 14 responden (51,9%). Sedangkan pada responden yang berusia
< 35 tahun dan tidak mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu
sebanyak 6 responden (26,1%). Sehingga berdasarkan hasil uji statistik
chi-square diketahui usia tidak memiliki hubungan yang bermakna (P
value < 0,1) dengan kenaikan tekanan darah sistole, P value = 0,190.
5.3.4 Hubungan antara Status Merokok terhadap Kenaikan Tekanan
Darah Sistole Di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Hubungan antara status merokok dengan kenaikan tekanan darah
sistole pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.10
68
Tabel 5.10
Distribusi Responden Berdasarkan Status Merokok dengan
Kenaikan Tekanan Darah Sistole di PT “X” Indonesia Tahun 2014
Status Merokok
Kenaikan Tekanan Darah
Sistole Total P value
Tidak
Meningkat Meningkat
n % n % n %
Tidak 12 63,2 7 36,8 19 100 0,010
Ya 7 22,6 24 77,4 31 100
Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa responden yang
merokok dan mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak
24 responden (77,4%). Sedangkan pada responden yang tidak merokok
dan tidak mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 12
responden (63,2%). Sehingga berdasarkan hasil uji statistik chi-square
diketahui Status Merokok memiliki hubungan yang bermakna (P value <
0,1) dengan kenaikan tekanan darah sistole, P value = 0,010.
69
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan
tekanan darah pada pekerja yang terpajan tahun 2014 ini, peneliti mengumpulkan
data primer dan sekunder terhadap 50 pekerja di Departemen Aggregate
Assembly & Component (AGC), Departemen Assembling Commercial Vehicle
(ACV), dan Departemen Vehicle Ready Delivery Service (VRDS) di PT “X”
Indonesia bulan Januari-Mei 2014. Dan penulis menyadari terdapat beberapa
keterbatasan dan kelemahan, diantaranya adalah :
1. Alat yang digunakan dalam pengukuran kebisingan yaitu sound level
meter, bukan dosimeter. sehingga hal ini bisa saja mempengaruhi hasil
pengukuran yang ada.
2. Alat yang digunakan dalam pengukuran tekanan darah hanya tensimeter
biasa bukan tensimeter digital, yang keakuratan dalam membaca hasilnya
bisa saja salah.
3. Pada variabel status merokok bisa saja responden tidak menjawab apa
yang sebenarnya melainkan apa yang menurutnya baik untuk dijawab.
6.2 Peningkatan tekanan darah
Dari analisis data, di peroleh hasil sebanyak 31 pekerja (62 %)
mengalami peningkatan tekanan darah sistole dan 19 pekerja (38%) tidak
70
mengalami peningkatan tekanan darah sistole. Data tersebut menunjukkan bahwa
lebih banyak pekerja yang mengalami peningkatan tekanan darah sistole. Dari
analisis deskriptif diperoleh rata-rata peningkatan tekanan darah sistolik 7
mmHg. Hasil ini sejalan dengan penelitian Morell di Sydney (1988) yang
menemukan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik 2 mmHg, serta penelitian
Eny Hastuti di Semarang (2004) juga menemukan rata-rata kenaikan tekanan
darah sistolik 2,2 mmHg.
Naiknya tekanan darah, biasanya berjalan bersama-sama antara sistolik
dengan diastolik. Pengaturan tekanan darah tergantung pada kontrol dua penentu
utamanya yaitu curah jantung dan resistensi perifer total. Kontrol curah jantung
banyak bergantung pada pengaturan kecepatan denyut jantung dan volume
sekucup. Sementara resistensi perifer total terutama ditentukan oleh derajat
vasokonstriksi arteri. Peningkatan kecepatan denyut jantung akan berpengaruh
langsung pada tekanan darah sistolik. Sedangkan tekanan darah diastolik. Lebih
banyak di pengaruhi oleh resistensi perifer total. Kebisingan yang terjadi akan
menimbulkan respon dari system hormone dan system saraf yang akan
menaikkan kecepatan denyut jantung yang akan berpengaruh langsung pada
tekanan darah sistole, tetapi butuh waktu untuk mempengaruhi tekanan darah
diastole (Eny Hastuti, 2004).
6.3 Kebisingan
Dari 8 (delapan) lokasi/station yang dilakukan pengukuran kebisingan,
terdapat 7 (tujuh) lokasi/station yang nilai kebisingannya melebihi Nilai Ambang
71
Batas (NAB), yaitu pada Axle Belakang (106,2 dBA), Axle Depan (86,02 dBA),
Engine (87,05 dBA), Station 1A (86,64 dBA), Station 1B (94,79 dBA), Washing
(95,08 dBA), dan Car Inspection (85,57 dBA). Sedangkan hanya pada gearbox
yang nilainya tidak melebihi ambang batas yaitu sebesar 82,03 dBA.
Hasil tersebut juga bisa dilihat bahwa tingkat kebisingan yang didapat di
lokasi/station lain berpengaruh terhadap jarak jangkauan dari sumber kebisingan
tersebut. Semakin jauh jarak lokasi/station lain dari sumber kebisingan, maka
semakin berkurang juga tingkat kebisingan yang didapat di lokasi/station
tersebut. Begitu juga sebaliknya, semakin dekat jarak lokasi/station lain dari
sumber kebisingan, maka semakin besar tingkat kebisingan yang didapat di
lokasi/station tersebut.
Setelah mendapatkan nilai tingkat kebisingan, maka bisa dilakukan
perhitungan untuk mencari dosis kebisingan. Maka diperolehlah lokasi/station
yang memliki nilai dosis yang melebihi ambang batas hanya terdapat pada tiga
lokasi, yaitu axle belakang (188%), Station 1B (127%), dan Washing (481%),
sedangkan untuk axle depan (1,66%), Engine (2,1%), Station 1A (39%), Car
Inspections (53%) dan Gearbox (Tidak dihitung dosis, karena tingkat kebisingan
sudah dibawah 85dB) tidak melebihi ambang batas.
Dari hasil perhitungan tersebut bahwa tingkat dosis kebisingan yang
didapat di masing-masing lokasi/station, selain dipengaruhi oleh tingginya
tingkat kebisingan juga dipengaruhi oleh lamanya waktu paparan kebisingan
yang diterima oleh pekerja. Semakin lama waktu pekerja terpapar kebisingan
72
maka semakin tinggi pula dosis kebisingan yang diterima oleh pekerja. Begitu
juga sebaliknya, semakin sedikit waktu pekerja terpapar kebisingan maka
semakin rendah pula dosis kebisingan yang diterima oleh pekerja.
6.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kenaikan Tekanan Darah
6.4.1 Hubungan antara Dosis Kebisingan dengan Kenaikan Tekanan
Darah Sistole
Sumber kebisingan yang ada di PT “X” berasal dari suatu proses
yang mengalami benturan/getaran yang diakibatkan dari aktifitas
peralatan serta pergerakan udara yang cepat. Sumber kebisingan tersebut
berasal dari axle belakang (Benturan/getaran pada saat mengencangkan
pinion ke rear axle housing), station 1A (getaran saat mengencangkan
baut-baut ke chassis.), station 1B (benturan yang sangat keras pada
pembuatan nomor chassis), dan washing (pergerakan udara yang sangat
cepat dari proses pengeringan pencucian). Ambang batas kebisingan yang
diperbolekan berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No
51/Men/1999 tentang kebisingan adalah sebesar 85 dB untuk pemaparan
8 jam sehari dan 40 jam seminggu.
Berdasarkan table 5.7 terlihat bahwa pekerja yang terpapar
kebisingan dengan dosis > 100% yang mengalami peningkatan tekanan
darah sistole sebanyak 21 pekerja (84%). Hal ini menunjukkan bahwa
dosis kebisingan di PT “X” Indonesia yang melebihi ambang batas
(>100%) bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah systole.
73
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square terdapat hubungan yang
signifikan antara dosis kebisingan dengan kenaikan tekanan darah
systole, P value = 0,004. Hal ini sejalan dengan penelitian Eny Hastuti
(2004),
Kebisingan bisa direspon oleh otak yang merasakan pengalaman ini
sebagai ancaman atau stress, yang kemudian berhubungan dengan
pengeluaran hormone stress seperti epinephrine, noepinephrine, dan
cortisol. Stress akan mempengaruhi system saraf yang kemudian
berpengaruh pada detak jantung yang berakibat terhadap perubahan
tekanan darah (Guyton:1995).
Pengaruh kebisingan terhadap kesehatan selain dapat menyebabkan
kerusakan pada indera pendengaran juga dapat menimbulkan gangguan
terhadap mental emosional serta system jantung dan peredaran darah.
Melalui mekanisme hormonal yaitu diproduksinya hormone adrenalin,
dapat meningkatkan tekanan darah, kejadian initermasuk gangguan
kardiovaskular (Sasongko, 2000)
6.4.2 Hubungan antara Masa Kerja dengan Kenaikan Tekanan Darah
Sistole
Masa kerja pada hal ini bisa dikatakan dengan lamanya pajanan
kebisingan yang diterima oleh pekerja selama bekerja di PT “X”
Indonesia. Pajanan kebisingan yang diterima pekerja akan memicu sistem
syaraf dan hormon yang akan menaikkan tekanan darah. Kenaikan
74
tekanan darah yang berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan tubuh beradaptasi yang akan menyebabkan kenaikan
tekanan darah semakin tinggi dan menetap (Groothoff, 1996).
Berdasarkan tabel 5.8 terlihat bahwa pekerja yang masa kerjanya
lebih dari 8 tahun dan mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu
sebanyak 16 responden (69,6%).
Dari hasil uji statistik chi-square tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah sistole (P
value = 0,469). Jadi pada penelitian ini masa kerja bukan merupakan
faktor risiko terjadinya kenaikan tekanan darah.
6.4.3 Hubungan antara Usia dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole
Bertambahnya usia menyebabkan kelenturan atau elastisitas
pembuluh darah semakin berkurang. Ketika denyut jantung meningkat
dikarenakan sistim saraf yang dirangsang oleh kebisingan, maka
pembuluh darah kurang bisa melebar dikarenakan berkurangnya
elastisitasnya, sehingga kenaikan tekanan darah akan lebih tinggi.
Tekanan darah akan naik terus perlahan-lahan seiring dengan
bertambahnya usia, dan akan naik tajam setelah usia 40 tahun. Semakin
tua usia seseorang maka tekanan sistol semakin tinggi. Biasanya
dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton dan Hall, 1997 :
220)
75
Berdasarkan tabel 5.9 terlihat bahwa pekerja yang berusia > 35
tahun dan mengalami kenaikan tekanan darah sistole yaitu sebanyak 14
responden (51,9%).
Dari hasil uji statistik chi-square tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara usia dengan kenaikan tekanan darah systole (P value =
0,190). Jadi pada penelitian ini usia bukan merupakan faktor risiko
terjadinya kenaikan tekanan darah.
6.4.4 Hubungan antara Status Merokok dengan Kenaikan Tekanan Darah
Sistole
Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang akan
merangsang jantung, saraf, otak dan organ tubuh lainnya bekerja tidak
normal, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga
meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot
jantung (Sidabutar dan Wiguno, 1990).
Berdasarkan tabel 5.10 terlihat bahwa pekerja perokok yang
mengalami peningkatan tekanan darah sistole sebanyak 24 pekerja
(77,4%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
perokok mengalami kenaikan tekanan darah sistole.
Merokok secara lansung menyebabkan meningkatkan denyut
jantung dan tekanan darah untuk sementara, disebabkan pengaruh nikotin
dalam peredaran darah (Semple, 1996). Dari hasil uji statistik chi-square
76
terdapat hubungan yang signifikan antara status merokok dengan
kenaikan tekanan darah systole (P value = 0,010)
77
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Rata-rata kenaikan tekanan darah sistole pekerja sebesar 7 mmHg
2. Terdapat 31 pekerja (62%) yang mengalami kenaikan tekanan darah sistole
3. Pekerja yang terpapar dosis kebisingan < 100% dan > 100% memliki jumlah
yang sama, yaitu 25 pekerja (50%)
4. Pekerja yang masa kerjanya > 8 tahun terdapat 23 orang, dan yang < 8 tahun 27
orang
5. Pekerja yang memiliki usia < 35 Tahun terdapat 23 orang, dan yang > 35 tahun
27 orang.
6. Terdapat 19 pekerja yang tidak merokok dan sisanya 31 pekerja perokok
7. Berdasarkan hasil uji satistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara dosis kebisingan dengan kenaikan tekanan darah sistole.
8. Berdasarkan hasil uji satistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah sistole
9. Berdasarkan hasil uji satistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara usia dengan kenaikan tekanan darah sistole
10. Berdasarkan hasil uji satistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara status merokok dengan kenaikan tekanan darah sistole
78
7.2 Saran
1. Sebaiknya perusahaan melakukan peningkatan pengawasan terhadap penggunaan
alat pelindung telinga pada pekerja, serta perlu adanya tindak lanjut berupa
sanksi yang dilakukan oleh pihak perusahaan, karena masih ada pekerja yang
tidak menggunakannya saat pekerjaan berlangsung. Selain itu pengecekan
berkala alat pelindung telinga juga diperlukan untuk mengetahui masih layak
atau tidakkah alat pelindung telinga tersebut digunakan.
2. Sebaiknya perusahaan melakukan pendidikan dan pelatihan kepada para pekerja
mengenai dampak kebisingan bagi kesehatan
3. Sebaiknya perusahaan melakukan pemerikasaan tekanan darah secara periodik
untuk pemantauan kesehatan pekerja, terutama pada pekerja yang terpajan
kebisingan melebihi ambang batas
4. Sebaiknya perusahaan lebih tegas dalam memberikan sanksi kepada pekerja yang
merokok di saat jam kerja. Selain itu, akan lebih baik jika pekerja berhenti
merokok
5. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengikutsertakan variabel-varibel
lain yang berhubungan dengan kenaikan tekanan darah. Selain itu menggunakan
alat ukur yang lebih baik, seperti dosimeter untuk pengukuran dosis kebisingan
dan alat pengukuran tekanan darah digital
79
DAFTAR PUSTAKA
Andriukin. 1961. Influence of sound stimulation on development hypertension-Clinical
and Experimental results. Cor et Vasa 3 (285)
Babba, J., 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja dengan
Peningkatan Tekanan Darah. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro,
Semarang.
Bambang, S, 2002. Pengaruh Frekuensi Kebisingan Terhadap Tekanan Darah (Tesis).
Beevers, D.G. 1999. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah. Dian
Rakyat. Jakarta.
Buchori. 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. USU
Respository.
Burnside, John. 1995. Diagnosis Fisik. Penerjemah: Henny Lukmanto. EGC. Jakarta
Chun-hui, et al., 2007. Associations of blood pressure and arterial compliance with
occupational noise exposure in female workers of textile mill. Chinese Medical
Journal, 120(5):1309-1313.
Defi P., Iferta Inafalia., 2005. Monitoring Kualitas Lingkungan Kerja di Billet Steel
Plant PT. Krakatau Steel. Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Andalas.
Padang.
Eny Hastuti. 2004. Pengaruh Bising Terhadap Kenaikan Tekanan Darah Pada Pekerja
Di Bandara Ahmad Yani Semarang (Tesis).
80
Evans, et al. 1995. Chronic noise and psychological stress. Psychological science. (6)
333-338
Evans, et al. 1998. Chronic noise exposure and physiological response: a prospective
study of children living under environmental stress. Psychological science. (9)
75-77
Ganong, W.F. 1991. Review of Medical Physiology. Los Angeles, LA.: Lange Medical
Publication.
Ganong, William, F., 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Grandjean, E.1988. Fitting The Task to The Man, A Text book of Occupational
Ergonomics, 4 th edition. London : Taylor and Francis Ltd.
Groothoff, B. 1996. Noise and Vibration. Their Effects and Control.
Guyton, C arthur. 1995. Fisiologi dan Mekanisme Penyakit. EGC. Jakarta
Guyton, C Arthur, John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 9 ed. EGC.
Jakarta. Hal 281-296, 1116
Harrington ; F.S Gill. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Edisi 3. Penerbit ECG :
Jakarta.
Lang, et al. (1992). Length of occupational noise exposure and blood pressure.
International Archives of Occupational and Environmental Health 63(6): 369-
372.
Mc Cormick, E. J. And Mark S. Sanders. 1987. Human Factor in Engineering and
Design. Tata Mc Graw-Hill Book Co., New Delhi.
81
Menteri Lingkungan Hidup. 1996. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor: KEP-
48/MENLH/11/1996 tentang Baku tingkat kebisingan. Jakarat : Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Menteri Tenaga Kerja. 1999. Keputusan Menteri tenaga Kerja Nomor :
Kep51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
Jakarta : Menteri Tenga Kerja Republik Indonesia
Nasri. 1997. Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat Kerja.
Nasrul, Sjahrul. 1997. Pelatihan teknik pengukuran, pemantauan dan manajemen
kebisingan di tempat kerja. Bandung wisma mitra.
Oktia Woro KH., 1999. Pratikum dan Ketrampilan Pendidikan Kesehatan. Semarang
Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Sarwono, Edi, dkk. 2002. Green Company Pedoman Pengelolaan Lingkungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja P.T. Astra Internasional Tbk. Jakarta.
Sasongko, dkk. 2000. Kebisingan Lingkungan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Semarang. Semarang
Sembodo, Joko. 2004. Evaluasi Tingkat Kebisingan di Industri Terhadap Kenyamanan
dan Kesehatan Pekerja (Studi Kasus di PT XYZ). Skripsi. FATETA-IPB. Bogor.
Sidabutar RP dan Wiguno. 1990. Hipertensi Esensial Dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Siswanto, A. 1990. Kebisingan. Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Surabaya.
82
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.
Suma'mur PK. 1991. Higene Perusahaan dan Kesejatan kerja. Haji Masagung. Jakarta
Suma'mur, P.K. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung.
Suyono, Joko. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Penerbit Buku Kedokteran,
EGC. Jakarta
Tambunan, Sihar Tigor Benjamin, 2005. Kebisingan Di Tempat Kerja. ANDI,
Yogyakarta.
Tarwaka. 2008, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Harapan Press, Surakarta
Van Kempen, et al. 2002. The Association between Noise Exposure and Blood Pressure
and Ischemic Herat Disease; A Meta-analysis. Environmental Healh Perspective.
Vol. 110. No. 3
Wardana, W. 1999. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Watson, R, 2002. Anatomi dan Fisiologi, Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Tingkat Kebisingan di Station 1A dalam Keadaan Normal, Februari 2011
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
1 67 31 70,5 61 62,3 91 68,5
2 74,9 32 70,7 62 63,9 92 64,8
3 72,7 33 70,9 63 67,1 93 64,7
4 64,6 34 72,8 64 67,4 94 64,2
5 63,8 35 65 65 68 95 66,7
6 64,8 36 67,1 66 63,6 96 64,7
7 64,6 37 67,4 67 64,6 97 62,1
8 69,6 38 70,7 68 73,6 98 63,9
9 65,2 39 71,8 69 66,8 99 64,5
10 71,9 40 67,2 70 65,1 100 63,6
11 67,5 41 70,4 71 66,9 101 63,1
12 67,6 42 66,7 72 68,1 102 63,8
13 65,6 43 67,3 73 62,8 103 70,8
14 64,7 44 68,3 74 69,6 104 64,6
15 63,6 45 68,8 75 63,1 105 69,9
16 64 46 66,9 76 66,5 106 66,1
17 65,3 47 66 77 62,4 107 70,1
18 74,4 48 64,4 78 63,8 108 69,6
19 65,1 49 62,5 79 62,9 109 68,2
20 67,9 50 63,5 80 68,6 110 66,2
21 67,8 51 63,8 81 71,2 111 64,9
22 68,1 52 64,4 82 68,6 112 69,1
23 69,2 53 65,7 83 69,5 113 70,7
24 68,5 54 66,4 84 68,6 114 68,6
25 65 55 64,6 85 63,7 115 64,9
26 65,6 56 65,7 86 70,8 116 66,4
27 64,9 57 62,7 87 65,1 117 64,7
28 66 58 65,3 88 69,9 118 65,7
29 67,1 59 66,8 89 66,3 119 64,6
30 70,4 60 64,3 90 66,8 120 65,1
rata-rata 66,73667
maksimum 74,9
minimum 62,1
Lampiran 1
Tingkat Kebisingan di Station 1B dalam Keadaan Normal, Februari 2011
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
1 69,6 31 65,1 61 72,9 91 73,2
2 68,1 32 66,1 62 70,1 92 69,3
3 67 33 72,7 63 68,4 93 72,9
4 72,9 34 73,8 64 69,1 94 67,5
5 70,4 35 71,8 65 69,6 95 73,7
6 74,4 36 70,2 66 69,8 96 68,8
7 70 37 70,1 67 73,3 97 71,1
8 66,9 38 78 68 70,1 98 69,8
9 71,9 39 69,7 69 67,1 99 72,5
10 74,7 40 70,5 70 71,4 100 70,9
11 68,7 41 70 71 63,2 101 71,8
12 68 42 71 72 67,3 102 66,6
13 74,9 43 86 73 73,7 103 66,5
14 68,3 44 78 74 72 104 68,1
15 70,1 45 75,5 75 68,7 105 64,9
16 71 46 71,9 76 69,5 106 78,1
17 69,2 47 71,7 77 69,2 107 66,8
18 75,4 48 70,6 78 69,3 108 72
19 70,9 49 73,8 79 73 109 65,5
20 70,6 50 68,4 80 70,4 110 69,7
21 75,3 51 67,9 81 68,7 111 65,5
22 70,4 52 65,7 82 68,7 112 74,6
23 74 53 70,4 83 70,4 113 78,3
24 69 54 68,9 84 69,3 114 71
25 66,8 55 68,4 85 66,6 115 68,3
26 70,1 56 69,1 86 65,8 116 67,4
27 70,9 57 66,4 87 65,9 117 74,9
28 66,5 58 68,1 88 67,7 118 65,2
29 67,2 59 67,6 89 74,9 119 83,8
30 66,7 60 72,8 90 69 120 84,4
rata-rata 70,48583
maksimum 86
minimum 63,2
Lampiran 2
Tingkat Kebisingan di Axle Depan dalam Keadaan Normal, Februari 2011
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
1 69,1 31 67,3 61 72,9 91 67,9
2 68,4 32 66,3 62 66 92 70,7
3 71,2 33 70,9 63 69,9 93 68,8
4 69,6 34 77 64 70,4 94 69,3
5 70,2 35 78,2 65 67,5 95 68,8
6 73 36 69,5 66 68 96 67,8
7 72,3 37 75 67 70,8 97 69,7
8 72,6 38 77,5 68 68,1 98 67,7
9 72,4 39 72,1 69 66,4 99 67,9
10 67,3 40 71 70 62,5 100 77,4
11 67,4 41 79 71 68,2 101 68,4
12 69,6 42 79,9 72 69,2 102 72,5
13 69,1 43 69 73 71,3 103 69,5
14 66,4 44 69,4 74 69,1 104 69,8
15 66,5 45 76 75 74,2 105 69,2
16 72 46 80 76 70,2 106 67,6
17 68,4 47 68,6 77 68,9 107 68,9
18 66,8 48 71,5 78 69,8 108 70,8
19 69,3 49 70,5 79 69,2 109 80
20 66,6 50 67,7 80 68,6 110 70
21 76,7 51 68,7 81 73,1 111 80,4
22 66,2 52 68,1 82 73,4 112 71,3
23 63,8 53 69,2 83 69,5 113 68,5
24 70,1 54 68,1 84 67,8 114 68,2
25 62,9 55 67,2 85 69,3 115 67
26 66,9 56 68,4 86 69,1 116 77
27 71 57 74,6 87 71,1 117 68
28 70,7 58 60,9 88 74,6 118 68
29 66,4 59 69,7 89 72,4 119 69,3
30 71,6 60 68,6 90 73,7 120 62,9
rata-rata 70,1075
maksimum 80,4
minimum 60,9
Lampiran 3
Tingkat Kebisingan di Axle Belakang dalam Keadaan Normal, Februari 2011
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
1 74,6 31 73,6 61 73,4 91 72,7
2 75,8 32 72,3 62 72,3 92 69,8
3 75 33 70,5 63 67,3 93 66,5
4 74,7 34 69,4 64 73,1 94 69,9
5 74,2 35 69 65 79 95 67,5
6 73,6 36 70 66 70,7 96 68,6
7 75,7 37 77 67 70 97 69
8 72,6 38 70,9 68 70,6 98 69,9
9 71,1 39 73,2 69 76,2 99 67,3
10 69,3 40 69,5 70 71,8 100 68,7
11 74,4 41 72,7 71 75,6 101 67,4
12 72,7 42 74,7 72 74,7 102 67,7
13 74,9 43 76,5 73 72,7 103 65,8
14 70 44 71,8 74 73,1 104 71,2
15 69,3 45 74,3 75 72,9 105 72,7
16 72,4 46 71,5 76 69,5 106 74,1
17 72,7 47 67,5 77 71,8 107 66,6
18 71,5 48 71,9 78 66,9 108 67,7
19 69,5 49 74,5 79 66,7 109 68
20 68,1 50 71,5 80 73,4 110 65,6
21 71,8 51 74,9 81 75,3 111 68,5
22 72,7 52 68,8 82 73,8 112 70,7
23 73,3 53 75,9 83 73,8 113 68,3
24 68,5 54 75,9 84 71,8 114 70,4
25 71,8 55 69 85 69,2 115 76,9
26 74,9 56 73,8 86 70,6 116 70,5
27 73,4 57 72 87 68,1 117 69,5
28 76,1 58 73,7 88 70,6 118 74
29 73,7 59 71,1 89 71 119 71
30 72,5 60 75,1 90 70,8 120 69,3
rata-rata 71,63167
maksimum 79
minimum 65,6
Lampiran 4
Tingkat Kebisingan di Gearbox dalam Keadaan Normal, Februari 2011
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
1 76,4 31 65,5 61 75,5 91 73,2
2 77,6 32 71,1 62 79,7 92 74,3
3 74,7 33 70,2 63 75,3 93 75,6
4 76,8 34 76,4 64 68 94 74,3
5 77,9 35 75,3 65 69,3 95 78,6
6 74,7 36 74,4 66 73,9 96 79,6
7 67,4 37 70,9 67 78 97 80,3
8 68,7 38 79,9 68 77,9 98 76,3
9 65,6 39 76,4 69 76,5 99 74,5
10 62,1 40 74,8 70 74,3 100 72,1
11 73,4 41 76,3 71 71,8 101 73,9
12 69,4 42 77,2 72 69,3 102 69,4
13 67,3 43 72,9 73 66,3 103 67,3
14 67,5 44 68,9 74 69,4 104 63,4
15 68,9 45 70,2 75 67,3 105 65,4
16 70 46 69,8 76 74,3 106 67,5
17 68,7 47 69,8 77 73,3 107 68,1
18 73,5 48 70,1 78 71,9 108 67,4
19 76,5 49 68 79 69,4 109 72,2
20 77,6 50 70,5 80 68,7 110 73,1
21 61,3 51 71,2 81 67,2 111 78,1
22 77,8 52 73,3 82 68,4 112 76,4
23 78,8 53 69,7 83 63,8 113 75,3
24 74,6 54 67,6 84 62,7 114 77,4
25 73,9 55 64,4 85 69,5 115 78,4
26 70,8 56 63,5 86 69,4 116 72,3
27 67,2 57 68,9 87 68,6 117 69,5
28 70,7 58 70,2 88 66,6 118 68,4
29 76,3 59 69,3 89 67,8 119 66,3
30 66,6 60 69 90 70,3 120 64,3
rata-rata 71,5475
maksimum 80,3
minimum 61,3
Lampiran 5
Tingkat Kebisingan di Engine dalam Keadaan Normal, Februari 2011
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
Pengukuran ke-
Desibel (dBA)
1 67,1 31 65,4 61 76,5 91 73,1
2 67,1 32 73,2 62 69,5 92 74,2
3 65,9 33 70,2 63 66,1 93 76,8
4 64,2 34 67.3 64 63,6 94 73,1
5 64,6 35 67,1 65 70,5 95 65,9
6 63,9 36 68,3 66 70,8 96 62,3
7 66,3 37 69,8 67 65,7 97 66,8
8 69,6 38 68,7 68 66,8 98 69,8
9 67,3 39 73,3 69 69,1 99 70,4
10 68,5 40 70,2 70 64,9 100 65,3
11 68,6 41 67,8 71 61 101 62,1
12 63,6 42 70,5 72 68,6 102 63,7
13 66,7 43 66,9 73 67 103 68,3
14 70,8 44 72 74 67 104 61,2
15 64,3 45 79 75 65,3 105 69,8
16 64,8 46 74,4 76 66,1 106 71,5
17 67,6 47 68,9 77 69,9 107 73,6
18 65,3 48 69,6 78 68,6 108 69,7
19 66,5 49 65,5 79 62,9 109 65,4
20 66,8 50 70,1 80 62,2 110 63,1
21 67,6 51 69,4 81 63,7 111 68,9
22 62,9 52 65,4 82 68,4 112 63,5
23 73,3 53 70,1 83 61,9 113 69,8
24 68,6 54 60,3 84 60,9 114 64,5
25 66,1 55 65,4 85 62,1 115 70,5
26 63,3 56 65,3 86 67,9 116 74,5
27 65,3 57 66,1 87 68,6 117 73,4
28 67,1 58 67,8 88 70,7 118 65,2
29 70,4 59 68,6 89 71,2 119 68,6
30 69,7 60 68,3 90 73,4 120 64,6
rata-rata 67,74706
maksimum 79
minimum 60,3
Lampiran 6
Tingkat Kebisingan Station 1A, Februari 2011
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
1 85,5 31 94,2 61 75,3 91 74,5
2 91,4 32 89,7 62 68,2 92 85,5
3 90,4 33 89,2 63 68,5 93 80,6
4 86,4 34 85,1 64 124,3 94 85,9
5 90,4 35 87,1 65 87,8 95 86,1
6 90,8 36 91 66 88,1 96 91,4
7 93,3 37 87,8 67 103,1 97 84,4
8 90,6 38 91,3 68 89,9 98 83,3
9 91,1 39 90,5 69 89,9 99 80,5
10 69,9 40 93,3 70 122 100 82,8
11 83,3 41 95,1 71 87,8 101 84,3
12 95,7 42 94,1 72 90,7 102 87
13 96,2 43 88,9 73 79,8 103 86,4
14 123,2 44 89,8 74 79,9 104 84,4
15 90,3 45 85,7 75 73,3 105 81,6
16 70,3 46 92,4 76 69,8 106 73,3
17 101 47 95,2 77 75,6 107 80,7
18 91,4 48 92,1 78 82,1 108 69,9
19 94,1 49 88,1 79 87,8 109 74,5
20 94,1 50 91,1 80 85,3 110 69,3
21 93,6 51 90,4 81 93,3 111 75,5
22 92,3 52 90,8 82 90,1 112 78,2
23 89,2 53 85,9 83 88 113 76,2
24 92,1 54 96,7 84 72,9 114 72
25 92,1 55 91,3 85 82,9 115 73,2
26 90,9 56 92,3 86 76,1 116 82,5
27 93,9 57 85,2 87 66,6 117 72,6
28 96,5 58 94 88 77,5 118 88,9
29 90,2 59 86,6 89 69,7 119 91,6
30 94,4 60 85,4 90 84,6 120 73,4
rata-rata 86,63583
maksimum 124,3
minimum 66,6
Lampiran 7
Tingkat Kebisingan Station 1B dari sumber Station 1A, Februari 2011
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
1 77,6 31 81,3 61 78,8 91 88,3
2 73,3 32 86 62 86,5 92 76,1
3 70,1 33 80 63 88,5 93 76,7
4 73,8 34 76 64 83,1 94 81
5 80,8 35 80 65 83,7 95 83,3
6 80,9 36 73,9 66 78,2 96 83
7 90,3 37 85,1 67 83,6 97 82,8
8 88,2 38 83 68 82,7 98 85,3
9 85,9 39 74,1 69 87,9 99 79,1
10 86,8 40 78,3 70 82,5 100 79,8
11 86,6 41 70,2 71 82,4 101 80,9
12 82,2 42 77,5 72 84,3 102 79,3
13 80,5 43 83,9 73 84,1 103 66,5
14 84,6 44 89,3 74 80,7 104 78,1
15 89,3 45 80,8 75 77,6 105 77,1
16 81,5 46 77 76 84,4 106 81,1
17 85,4 47 84 77 83,5 107 81,6
18 85 48 67,7 78 86,6 108 77,4
19 81,6 49 89 79 80,5 109 72,9
20 82,3 50 72,7 80 87,1 110 80,5
21 88,6 51 81,6 81 82,6 111 80,8
22 85 52 84,9 82 82,3 112 82,9
23 71,4 53 78,2 83 84,8 113 80,4
24 68,7 54 85,6 84 80,2 114 81,1
25 82,1 55 84 85 82,8 115 80,1
26 87,6 56 87,2 86 82,4 116 82,9
27 87 57 90,1 87 83,9 117 80,7
28 72,7 58 86,6 88 81,7 118 77,4
29 81 59 83,1 89 78,4 119 79,4
30 84,5 60 84,1 90 87,6 120 69,9
rata-rata 81,41917
maksimum 90,3
minimum 66,5
Lampiran 8
Tingkat Kebisingan Axle Depan dari Sumber Station 1A, Februari 2011
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
1 88,3 31 89,9 61 85,3 91 84
2 78,9 32 80,6 62 75,5 92 73,1
3 75,1 33 82,8 63 71,4 93 74,1
4 78,8 34 82,7 64 77,1 94 83,2
5 69,4 35 86,2 65 86,7 95 80,9
6 84,2 36 82,8 66 83,5 96 80,3
7 80,1 37 71,8 67 78,3 97 85,3
8 81,1 38 79,3 68 86 98 73,6
9 86,3 39 78 69 78,6 99 75,4
10 89,2 40 76,4 70 85,5 100 71,5
11 80,2 41 83,9 71 67,8 101 70,4
12 88,4 42 85,6 72 86,9 102 70,1
13 77,8 43 77,3 73 70,9 103 62,3
14 78,2 44 84,7 74 70,4 104 68,2
15 86,3 45 79,2 75 88,3 105 70,2
16 81,5 46 83,2 76 69,4 106 81,4
17 80,6 47 85,8 77 76 107 78,2
18 83,2 48 80 78 89,2 108 70,5
19 82 49 72,3 79 85,2 109 76,3
20 72,8 50 85,7 80 71 110 78,5
21 84,7 51 74,1 81 80 111 70,3
22 85,9 52 77,9 82 79,5 112 77
23 76,1 53 71 83 74 113 68,5
24 79,6 54 74,8 84 75,9 114 74,2
25 83,3 55 68,7 85 72,8 115 68
26 89,7 56 82,8 86 77,8 116 74
27 79,6 57 72,8 87 74,9 117 77,9
28 82 58 71,8 88 83,8 118 81,9
29 83,3 59 79 89 82,1 119 68
30 84,4 60 77 90 81,7 120 74,2
rata-rata 78,63417
maksimum 89,9
minimum 62,3
Lampiran 9
Tingkat Kebisingan Station 1B, Februari 2011
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
1 88 31 68,7 61 95,2 91 74,6
2 89,9 32 70,8 62 87,2 92 99
3 103,2 33 101,9 63 102,2 93 99,9
4 101,7 34 96,1 64 103,6 94 101,8
5 100,3 35 94,7 65 96,9 95 93,2
6 103,4 36 96,9 66 97,2 96 102,4
7 96,4 37 98,7 67 101,9 97 93,9
8 96,2 38 98,2 68 88,4 98 88,4
9 94,1 39 95,6 69 74,1 99 92,4
10 85,3 40 87,2 70 100,7 100 75,9
11 74,1 41 100,2 71 102,3 101 72,9
12 100,4 42 103 72 103,4 102 101,9
13 98,1 43 103,8 73 96,3 103 101
14 95,9 44 97,4 74 103,3 104 93,3
15 97,8 45 93,6 75 98,7 105 85,1
16 101,8 46 94,8 76 96 106 93,3
17 104 47 90,1 77 99,9 107 103,8
18 93,1 48 97,5 78 91 108 104,9
19 103,3 49 92 79 82,7 109 70,7
20 92,6 50 100,2 80 92,7 110 89,7
21 93 51 99,2 81 102,3 111 91,1
22 85 52 102,7 82 96,3 112 95,9
23 94,3 53 93 83 84,5 113 101,7
24 94,2 54 91,7 84 98,6 114 104,1
25 96,3 55 102,9 85 101,6 115 90,2
26 91,3 56 91,6 86 92,9 116 91,8
27 88,2 57 91,3 87 101,5 117 88,6
28 103,2 58 103,3 88 102,1 118 87,2
29 103,4 59 93,5 89 102,3 119 98,2
30 90,3 60 100,6 90 87,7 120 93,9
Rata-rata 94,78583
maksimum 104,9
minimum 68,7
Lampiran 10
Tingkat Kebisingan Station 1A dari Sumber Station 1B, Februari 2011
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
1 91,4 31 72,2 61 91,5 91 85,9
2 88,3 32 72,7 62 92,3 92 82,8
3 90,4 33 94,3 63 90,9 93 92,5
4 91,4 34 92,3 64 92,1 94 89,7
5 91,5 35 92 65 87,9 95 89,4
6 89,2 36 107 66 86 96 90,6
7 91,8 37 78 67 85,5 97 92,2
8 86,5 38 75,3 68 74,8 98 90
9 74,8 39 77,4 69 97,6 99 92
10 80,3 40 77,2 70 88,8 100 68,5
11 95,5 41 70,7 71 90,9 101 70,4
12 92,1 42 73,6 72 89,3 102 91
13 90 43 95,9 73 98,3 103 86,3
14 89,5 44 92,3 74 89,5 104 97
15 90 45 91,5 75 76,7 105 85,1
16 92,1 46 92,7 76 92,3 106 78,2
17 66,6 47 89,7 77 90,5 107 95,3
18 66,4 48 90,5 78 88 108 86,1
19 69 49 88,9 79 88,2 109 93,7
20 83,3 50 91,5 80 89,6 110 85,2
21 67,9 51 89,6 81 69,7 111 69,4
22 84,8 52 86,3 82 96,1 112 88
23 91,1 53 99,9 83 91,7 113 91,9
24 91,5 54 91,1 84 92 114 87,9
25 85,9 55 82,7 85 92,4 115 90,8
26 75,1 56 70,1 86 92,3 116 90,5
27 70,9 57 93,1 87 70,1 117 90,8
28 102,5 58 91,6 88 72,3 118 68,8
29 91,2 59 90,7 89 97,3 119 75,5
30 63,8 60 92 90 89,9 120 70,1
rata-rata 86,23083
maksimum 107
minimum 63,8
Lampiran 11
Tingkat Kebisingan axle depan dari sumber Station 1B, Februari 2011
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
1 86,5 31 71,6 61 89,2 91 87,1
2 90,8 32 97,4 62 91 92 64,7
3 101,1 33 92,8 63 88,5 93 65,1
4 90,1 34 89,5 64 89,2 94 96,1
5 70,8 35 90 65 76,9 95 87
6 73,1 36 90,1 66 80,9 96 95,4
7 99,7 37 71,5 67 97,3 97 86,8
8 91,1 38 92,2 68 91 98 89,6
9 88 39 61 69 86,4 99 88,5
10 64,9 40 99,8 70 63,3 100 89,6
11 67 41 88,3 71 102,1 101 89,1
12 76,7 42 90 72 91,1 102 88,3
13 92,5 43 89,2 73 97 103 84,4
14 68,1 44 99,3 74 93 104 90,9
15 76,2 45 90 75 85,8 105 97,7
16 94,2 46 86,5 76 87,9 106 88,2
17 85,1 47 93,7 77 94,9 107 87,2
18 73,5 48 90,7 78 90,3 108 88,8
19 83,6 49 79,3 79 87,3 109 89,9
20 93,1 50 90,9 80 70,6 110 70,1
21 91,2 51 90,8 81 65,1 111 66
22 89,9 52 90,4 82 64 112 64,3
23 88,1 53 90,5 83 94,8 113 69
24 81,9 54 90,5 84 90,8 114 70,3
25 94,6 55 91,9 85 72,2 115 65,4
26 90,9 56 88,9 86 70,2 116 65,8
27 90,1 57 84,8 87 72,7 117 65
28 91,9 58 96,1 88 97,5 118 65,1
29 87,6 59 90,6 89 90,6 119 68,8
30 90 60 91,4 90 90,5 120 64,1
rata-rata 84,77
maksimum 102,1
minimum 61
Lampiran 12
Tingkat Kebisingan Axle Belakang dari Sumber Station 1B, Februari 2011
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
1 94,5 31 98,7 61 70,9 91 72,1
2 89,8 32 90,7 62 92,2 92 96,1
3 89,8 33 89,6 63 89,1 93 89,5
4 89,5 34 88,1 64 87,7 94 85,5
5 90,5 35 87,6 65 88,1 95 68,9
6 90 36 70,8 66 87,7 96 87,7
7 88,5 37 74,4 67 100,3 97 91,3
8 86,2 38 89,5 68 89 98 86,9
9 82,4 39 87,8 69 70 99 86,9
10 94,3 40 89,7 70 83,5 100 68
11 90 41 86,6 71 95,9 101 67,3
12 89,8 42 69,8 72 89,7 102 95,4
13 88,6 43 91,5 73 62,7 103 88,6
14 80,2 44 92 74 70,5 104 88,2
15 99,5 45 86 75 95,4 105 88,3
16 86,3 46 89,2 76 87,2 106 88,2
17 67,2 47 86,6 77 66,5 107 72
18 75 48 102,8 78 65,2 108 69,1
19 91,6 49 90,9 79 93,9 109 65,1
20 89,9 50 87,8 80 87,4 110 77,2
21 87,4 51 95,5 81 92,3 111 90,8
22 71,4 52 89,2 82 90 112 86
23 74.8 53 97,4 83 85,7 113 86,8
24 67,7 54 92,1 84 95,6 114 98,9
25 82,2 55 90,6 85 88,9 115 85,6
26 94,4 56 88,2 86 87,8 116 76,8
27 90,1 57 68,8 87 102,7 117 71,8
28 88,2 58 95 88 91,8 118 71
29 86,2 59 86,5 89 71,4 119 73,3
30 72,1 60 69,9 90 73,2 120 74,8
rata-rata 85,01681
maksimum 102,8
minimum 62,7
Lampiran 13
Tingkat Kebisingan Washing, Februari 2011
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
1 93,7 31 94 61 98,7 91 97
2 94,2 32 94 62 94,9 92 94,2
3 93,2 33 95,8 63 96,4 93 97,3
4 92,7 34 92,9 64 95,1 94 90,7
5 93,1 35 91,6 65 94,7 95 91
6 92,4 36 93,9 66 94,6 96 91,6
7 93 37 103,4 67 95,5 97 90,5
8 92,3 38 101 68 94,7 98 98,1
9 93,4 39 98,3 69 94,4 99 98,9
10 94,5 40 98,2 70 95,7 100 93,3
11 94,1 41 99,1 71 95 101 97,3
12 92,5 42 92,9 72 95,8 102 97
13 91,4 43 94,6 73 94,4 103 97,2
14 90,4 44 95,5 74 93,5 104 95,5
15 93,2 45 96,6 75 93,5 105 108
16 92,6 46 95,7 76 94,2 106 96
17 90,8 47 98,9 77 93,7 107 96,9
18 95,6 48 96,6 78 93 108 94,2
19 93,8 49 88,6 79 94 109 95
20 94,7 50 96,2 80 95,9 110 96,4
21 92,2 51 94,2 81 95,2 111 95,3
22 91,4 52 97,9 82 94,6 112 96
23 91,9 53 98,6 83 92,1 113 98
24 91,5 54 98,6 84 97,3 114 97,3
25 92 55 102,4 85 94,9 115 98,1
26 92 56 98,1 86 93,5 116 95
27 91,8 57 100,7 87 94,2 117 96,6
28 94,5 58 98,7 88 91,9 118 95,5
29 91,4 59 100 89 96,8 119 96
30 94,5 60 96,7 90 93,3 120 95,6
rata-rata 95,07917
maksimum 108
minimum 88,6
Lampiran 14
Tingkat Kebisingan Car Inspection dari sumber Washing, Februari 2011
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
Pengukuran ke-
Desibel (db)
1 84,5 31 85,9 61 86,1 91 86,3
2 84,9 32 85,8 62 84,3 92 87,7
3 83,6 33 86,1 63 84,1 93 86,6
4 82,9 34 84,8 64 86,2 94 83,5
5 85,2 35 84,8 65 87,2 95 89,4
6 83,6 36 86,6 66 83,5 96 83,6
7 86,2 37 87,2 67 82,6 97 86,7
8 82,7 38 84 68 86,3 98 86,3
9 83,1 39 83,9 69 86,4 99 85,8
10 84,3 40 87,2 70 86,1 100 85,1
11 84,7 41 87,3 71 87,4 101 86,3
12 85,7 42 85,2 72 86,9 102 86,4
13 86,9 43 85,9 73 86,4 103 83,7
14 86,5 44 84,8 74 86,4 104 86,3
15 89,3 45 85,9 75 86,7 105 85,2
16 86,7 46 83,6 76 85,2 106 85,9
17 86,8 47 83,7 77 85,4 107 85,6
18 85,4 48 85,6 78 84,5 108 85,4
19 86,4 49 85,2 79 82,3 109 86,9
20 84,5 50 86,1 80 84,1 110 86,7
21 85,6 51 85 81 86,7 111 85,7
22 83,7 52 87,3 82 86,5 112 84,3
23 87,3 53 87,1 83 83,1 113 84,2
24 85,8 54 86,9 84 86,2 114 85,2
25 85,3 55 84,3 85 82,7 115 85,8
26 87,3 56 84 86 85,6 116 86,6
27 85,2 57 83,4 87 85,4 117 88,8
28 83,4 58 85,7 88 85,6 118 87,8
29 86,6 59 88,9 89 85,4 119 85,6
30 85,1 60 86,3 90 85,9 120 86,6
rata-rata 85,57417
maksimum 89,4
minimum 82,3
Lampiran 15
Tingkat kebisingan di axle depan terhadap axle belakang
pengukuran ke Desibel
1 91,4
2 71
3 94,2
4 86,6
5 86,9
jumlah 430,1
rata-rata 86,02
maksimum 94,2
minimum 71
Tingkat kebisingan di axle belakang
Pengukuran ke Desibel
1 110
2 108,5
3 105,5
4 100,8
jumlah 424,8
rata-rata 106,2
maksimum 110
minimum 100,8
Tingkat kebisingan di engine terhadap axle belakang
Pengukuran ke Desibel
1 87,4
2 87,2
3 86,3
4 87,3
jumlah 348,2
rata-rata 87,05
maksimum 87,4
minimum 86,3
Lampiran 16
tingkat kebisingan di gear terhadap axle belakang
Pengukuran ke Desibel
1 80,7
2 81,5
3 82
4 81,9
5 83
6 82,5
7 83,3
8 81,9
9 81,9
10 81,9
11 82
12 81,7
jumlah 984,3
rata-rata 82,025
maksimum 83,3
minimum 80,7
tingkat kebisingan di station 1A terhadap axle belakang
Pengukuran ke Desibel
1 82,8
2 80,9
3 81,9
4 81,1
5 82,9
6 81,2
7 82,5
8 81,9
9 82,4
10 82,4
jumlah 820
rata-rata 82
maksimum 82,9
minimum 80,9
Lampiran 17
tingkat kebisingan di station 1B terhadap axle belakang
Pengukuran ke Desibel
1 84,1
2 86,2
3 85
4 85,7
5 85,6
6 85
7 85,2
8 86,2
9 84,6
10 85,3
11 85,2
12 84,6
13 85,3
14 85,3
15 83,2
jumlah 1276,5
rata-rata 85,1
maksimum 86,2
minimum 83,2
Lama Paparan Sumber Kebisingan
SUMBER KEBISINGAN LAMA
(MENIT)/PROSES INTENSITAS/HARI TOTAL PAPARAN (MENIT)
STATION 1A 17 4,2 71,4
STATION 1B 15 4,2 63
AXLE BELAKANG 1,5 4,2 6,3
WASHING 15 15 225
Lampiran 18
Dosis yang diterima pekerja di Station 1A
Sumber Desibel (db) Waktu yang diterima (Jam)
Station 1A 86,63583333 1,19
Station 1B 86,23083333 1,05
Axle Belakang 82 0,105
Waktu yang diterima:
( )
( )
( )
(
)
(
)
( )
( )
(Masih Aman)
Lampiran 19
Dosis yang diterima pekerja di Station 1B
Sumber Desibel (db) Waktu yang diterima (Jam)
Station 1A 81,41916667 1,19
Station 1B 94,78583333 1,05
Axle Belakang 85,1 0,105
Waktu yang diterima:
( )
( )
( )
(
)
(
)
( )
( )
(Tidak Aman)
Lampiran 20
Dosis yang diterima pekerja di Axle Depan
Sumber Desibel (db) Waktu yang diterima (Jam)
Station 1A 78,63416667 1,19
Station 1B 84,77 1,05
Axle Belakang 86,02 0,105
Waktu yang diterima:
( )
( )
( )
(
)
(
)
( )
(Masih Aman)
Lampiran 21
Dosis yang diterima pekerja di Axle Belakang
Sumber Desibel (db) Waktu yang diterima (Jam)
Station 1B 85,01680672 1,05
Axle Belakang 106,2 0,105
Waktu yang diterima:
( )
( )
(
)
(
)
( )
( )
(Tidak Aman)
Lampiran 22
Dosis yang diterima pekerja di Engine
Sumber Desibel (db) Waktu yang diterima (Jam)
Axle Belakang 87,05 0,105
Waktu yang diterima:
( )
(
)
(
)
( )
(Masih Aman)
Lampiran 23
Dosis yang diterima pekerja di Washing
Sumber Desibel (db) Waktu yang diterima (Jam)
Washing 95,07916667 3,75
Waktu yang diterima:
( )
(
)
(
)
( )
% (Tidak Aman)
Lampiran 24
Dosis yang diterima pekerja di Car Inspection
Sumber Desibel (db) Waktu yang diterima (Jam)
Washing 85,57416667 3,75
Waktu yang diterima:
( )
(
)
(
)
( )
(Masih Aman)
Lampiran 25
Univariat
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
MasaKerja .145 50 .011 .917 50 .002
Umur .113 50 .146 .951 50 .038
a. Lilliefors Significance Correction
Tekanan Darah Sistole
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sistole_Sblm 50 100 140 117.00 9.313
Sistole_Ssdh 50 100 140 124.00 9.258
Valid N (listwise) 50
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SelisihSistole 50 -10 30 7.00 9.091
Valid N (listwise) 50
sistole
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sistole Tidak Meningkat 19 38.0 38.0 38.0
Sistole Meningkat 31 62.0 62.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Dosis Kebisingan DosisKebisingan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <=100% 25 50.0 50.0 50.0
>100% 25 50.0 50.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Lampiran 26
Masa Kerja MasaKerjaKlp
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang Lebih Sama dengan 8 Tahun
27 54.0 54.0 54.0
Lebih dari 8Tahun 23 46.0 46.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Descriptives
Statistic Std. Error
MasaKerja Mean 9.98 1.055
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 7.86
Upper Bound 12.10
5% Trimmed Mean 9.54
Median 8.00
Variance 55.653
Std. Deviation 7.460
Minimum 1
Maximum 30
Range 29
Interquartile Range 14
Skewness .747 .337
Kurtosis -.210 .662
Lampiran 27
Umur UmurKlp
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang Lebih Sama dengan 35 Tahun
23 46.0 46.0 46.0
Lebih dari 35 Tahun 27 54.0 54.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Descriptives
Statistic Std. Error
Umur Mean 34.52 1.142
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 32.23
Upper Bound 36.81
5% Trimmed Mean 34.33
Median 35.00
Variance 65.153
Std. Deviation 8.072
Minimum 22
Maximum 51
Range 29
Interquartile Range 15
Skewness .260 .337
Kurtosis -1.029 .662
Lampiran 28
BIVARIAT
Hubungan antara Dosis Kebisingan dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole
Crosstab
sistole
Total Sistole Tidak
Meningkat Sistole
Meningkat
DosisKebisingan <=100% Count 15 10 25
% within DosisKebisingan 60.0% 40.0% 100.0%
>100% Count 4 21 25
% within DosisKebisingan 16.0% 84.0% 100.0%
Total Count 19 31 50
% within DosisKebisingan 38.0% 62.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 10.272a 1 .001
Continuity Correctionb 8.489 1 .004
Likelihood Ratio 10.772 1 .001
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear Association 10.066 1 .002
N of Valid Casesb 50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 29
Hubungan antara Masa Kerja dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole
Crosstab
sistole
Total Sistole Tidak
Meningkat Sistole
Meningkat
MasaKerjaKlp Kurang Lebih Sama dengan 8 Tahun
Count 12 15 27
% within MasaKerjaKlp 44.4% 55.6% 100.0%
Lebih dari 8Tahun Count 7 16 23
% within MasaKerjaKlp 30.4% 69.6% 100.0%
Total Count 19 31 50
% within MasaKerjaKlp 38.0% 62.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.035a 1 .309
Continuity Correctionb .525 1 .469
Likelihood Ratio 1.043 1 .307
Fisher's Exact Test .387 .235
Linear-by-Linear Association 1.014 1 .314
N of Valid Casesb 50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.74.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 30
Hubungan antara Usia dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole
UmurKlp * sistole Crosstabulation
sistole
Total Sistole Tidak
Meningkat Sistole
Meningkat
UmurKlp Kurang Lebih Sama dengan 35 Tahun
Count 6 17 23
% within UmurKlp 26.1% 73.9% 100.0%
Lebih dari 35 Tahun Count 13 14 27
% within UmurKlp 48.1% 51.9% 100.0%
Total Count 19 31 50
% within UmurKlp 38.0% 62.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.566a 1 .109
Continuity Correctionb 1.715 1 .190
Likelihood Ratio 2.611 1 .106
Fisher's Exact Test .148 .095
Linear-by-Linear Association 2.514 1 .113
N of Valid Casesb 50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.74.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 31
Hubungan antara Status Merokok dengan Kenaikan Tekanan Darah Sistole
Crosstab
sistole
Total Sistole Tidak
Meningkat Sistole
Meningkat
StatusMerokok Tidak Count 12 7 19
% within StatusMerokok 63.2% 36.8% 100.0%
Ya Count 7 24 31
% within StatusMerokok 22.6% 77.4% 100.0%
Total Count 19 31 50
% within StatusMerokok 38.0% 62.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 8.233a 1 .004
Continuity Correctionb 6.600 1 .010
Likelihood Ratio 8.280 1 .004
Fisher's Exact Test .007 .005
Linear-by-Linear Association 8.068 1 .005
N of Valid Casesb 50
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.22.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 32
KUISIONER PENELITIAN
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Perkenalkan nama saya Sofyan Hadi, mahasiswa S1 program studi Kesehatan
Masyarakat UIN Jakarta. Saya sedang melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kenaikan tekanan darah. Semua data-data yang didapat pada penelitian
ini akan disimpan secara rahasia dan digunakan hanya untuk tujuan penelitian ini saja.
Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
No. Responden:
1 Nama Responden
2 Departemen / Stations
3 Tempat, Tanggal Lahir
4 Mulai Bekerja
5 Masa Kerja ____ tahun
6 Dosis Kebisingan ____dB
0. ≤ NAB 1. > NAB
7 Tekanan Darah Sebelum ____/____ mmHg
Sesudah ____/____ mmHg
0. Tidak meningkat 1. Meningkat
9 Status Merokok 0. Tidak 1. Ya
10 Pemakaian APT 0. Tidak 1. Ya