FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP PROAKTIF
MASYARAKAT DALAM PELEPASAN HAK ATAS TANAH UNTUK
PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS SUMATERA
(Studi Kasus di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten
Lampung Selatan)
(Skripsi)
Oleh
Paula Suwaty
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
Bandar Lampung
2016
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP PROAKTIF
MASYARAKAT DALAM PELEPASAN HAK ATAS TANAH UNTUK
PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS SUMATERA
(Studi Kasus di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten
Lampung Selatan)
Oleh
Paula Suwaty
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
proaktif warga pemilik lahan di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang
Kabupaten Lampung Selatan dalam pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan
Jalan Tol Trans Sumatera. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini adalah
teknik purposive sehingga informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang. Hasil
penelitian diperoleh: 1) Mekanisme pelepasan hak atas tanah yaitu tahap
perencanaan berupa menentukan panjang dan lebar ruas jalan tol dan luas tanah
yang dibutuhkan, tahap persiapan terdiri dari pembentukan tim satgas, sosialisasi,
pendataan awal lokasi, konsultasi publik, surat keputusan penetapan lokasi, tahap
pelaksanaan terdiri dari pengumpulan data kepemilikan tanah, validasi data
kepemilikan, penilaian ganti kerugian, musyawarah penetepan dan bentuk ganti
rugi, pemberian ganti kerugian dan tahap penyerahan hasil. 2) Hambatan dalam
mekanisme pelepasan hak atas tanah yaitu proses pendataan kepemilikan tanah
warga, ketidaktepatan waktu warga dalam mengumpulkan data kepemilikan tanah,
dan bukti kepemilikan tanah warga. 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
proaktif masyarakat yaitu, kebijakan ganti rugi yang menguntungkan, pemahaman
terhadap pentingnya pembangunan untuk kepentingan umum, kualitas layanan
publik, peran kepala desa, dan pemaksaan atau takut pada sanksi yang berlaku.
Kata kunci: sikap proaktif, pelepasan hak atas tanah, jalan tol
ABSTRACT
FACTORS OF PROACTIVE ATTITUDE SOCIETY AFFECT IN
RELEASE OF PROPERTY RIGHT ON LAND FOR TRANS SUMATERA
HIGHWAY CONSTRUCTION
(CASE STUDY AT SABAH BALAU VILLAGE, TANJUNG BINTANG
SUBDISTRICT, SOUTH LAMPUNG DISTRICT)
By
Paula Suwaty
This research aims to find out the factors of proactive attitude society affect at Sabah
Balau Village Tanjung Bintang South Lampung District in release of property right
on land for Trans Sumatera Highway construction. This research used qualitative
method with case study approach. This research used purposive technique and got
7 informan. The result of this research are: 1) Release of property right on land
mechanism are planned stage to determine highway’s length and width and also to
determine land area required, preparation consist of crew formation, sosialization,
data collection of location, public consultation, establishment decree,
implementation consist of collected land’s data, data validation, compensation
appraisal, determination and forms compensation disscussion, compensation gift
and delivery output. 2) Obstacles of mechanism release of property right on land
are data collection process, residents not timely collected file and proof of land
ownership. 3) Factors of proactive attitude society affect in release of property right
on land are damage benefits policy, understanding the importance of public interest
development, public service quality, village head role, and coercion or fear of
sanctions applicable.
Keyword: proactive attitude, release of property right on land, highway
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP PROAKTIF
MASYARAKAT DALAM PELEPASAN HAK ATAS TANAH UNTUK
PEMBANGUNAN JALAN TOL TRANS SUMATERA
(Studi Kasus di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang
Kabupaten Lampung Selatan)
Oleh
PAULA SUWATY
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SOSIOLOGI
Pada
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
PER}TYATAAII
Dengan ini saya menyatakan:
Karya tutis saya, Skripsi ini adatah asti dan hlum pefnah diajukan rmtuk
men<iapa..kan geliu Akaxlemik (F''I.sterisarjana/Ahti lvla.lya), baik di
Universitas Lampung maupun di PerguruanTinggi lain.
Karya tutris ini murni gagasan, rumusan dam perelitian mya selrdiri, tanlra
bantuan pihak lain kecuali arahan Tim Pembirnbing dan Penguji-
Dalam karya tulis ini tidak terdapatkaryaatau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantrmkan sebagai acuan dalam naskah dengan disehftan nama
pcngarang dan iiiuantumkan daiam da,tar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari terdapat penyimpaflgan dan ketidakbenaran dalam penryataan ini,
maka saya bersedia menedma sanksi akad€mik b€mrya per:rcabutan gelr
yang teiah dipercleh karena karya tulis ini, serta saaksi ia;:rnya wsuai
dengan nonna yang berlaku di Universitas Lampung.
Bandar t pnng 22 Milef- 2016Ymg merrbuat pernyataa4
1.
J.
4.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Paula Suwaty. Lahir di Bandar
Lampung pada tanggal 9 Juli 1994. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Heri Suteja
dan Ibu Yuli Wati. Penulis memiliki satu orang adik laki-laki,
Muhammad Fulfian. Penulis berkebangsaan Indonesia dan
beragama Islam. Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis:
1. SD Kartika II-5 Bandar Lampung, diselesaikan tahun 2006
2. SMPN 14 Bandar Lampung, diselesaikan tahun 2009
3. SMAIT As-syifa Boarding School Subang Jawa Barat, diselesaikan tahun
2012
Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi. Pada Januari 2015 penulis
melakukan Kuliah Kerja Nyata di Pekon Gedung Cahya Kuningan Kecamatan
Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. Pada bulan Maret tahun 2016 penulis telah
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Proaktif Masyarakat Dalam Pelepasan Hak Atas Tanah Untuk Pembangunan Jalan
Tol Trans Sumatera (Studi Kasus di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang
Kabupaten Lampung Selatan)”
“Barangsiapa memudahkan orang yang kesusahan, maka
Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat”
(HR. Muslim)
“Your struggles develop your strengths. When you go through
hardship and you decide not to surrender, that is strength”
(Anne Frank)
Moto
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah..
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang telah
memberikan kekuatan, kesehatan, kesabaran, serta kelancaran untukku dalam
mengerjakan skirpsi ini.
Sebuah karya kecil yang kupersembahkan untuk Bapak dan Ibuku tercinta,
sebagai ungkapan bakti dan rasa hormat atas jerih payah, didikan, serta do’a yang
tiada henti sehingga diharapkan untuk masa depan nanti.
Sebagai ungkapan kasih sayang dari hati yang terdalam kepada adikku yang selalu
membantu segala hal hingga skripsi ini selesai.
SANWACANA
Penulis menghaturkan Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, pemilik segala
keagungan. Dengan ridho dan rahmat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Proaktif
Masyarakat Dalam Pelepasan Hak Atas Tanah Dalam Pembangunan Jalan Tol
Trans Sumatera”.
Penulis sadar dan merasa bahwa skripsi ini masih jauh dari kata “sempurna”, hal
ini dikarenakan masih banyak keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki penulis.
Dari awal hingga akhir penulis an ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu dengan hati yang ikhlas penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Susetyo M.Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Hartoyo M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan
arahan dan motivasi selama proses bimbingan hingga skripsi ini selesai. Terima
kasih untuk semua ilmu dan pengalaman yang bapak berikan.
4. Bapak Drs. Ikram M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Sosiologi dan selaku dosen
pembahas yang selalu memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi
ini.
4. Bapak Drs. I Gede Sidemen M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan motivasi dalam massa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen FISIP Unila yang telah membagi ilmu pengetahuannya
kepada penulis serta staf akademik dan karyawan FISIP Unila atas segala
kemudahan dan bantuannya.
6. Bapak dan Ibuku tersayang, terima kasih untuk kasih sayang, kesabaran, doa dan
didikan selama ini bapak dan ibu berikan. Semoga dengan terselesaikannya skripsi
ini menjadi awal kesuksesan lala sehingga bapak dan ibu bangga mempunyai anak
seperti lala.
7. Adikku tersayang, Fian. Terima kasih udah support mba selama ini, udah
nganterin mba kemana mana tanpa ngeluh. Rajin belajar ya dek!
8. Kepala Desa Sabah Balau beserta aparat desa lainnya, terima kasih atas
kemudahan yang diberikan ketika saya melakukan penelitian disana.
9. Warga Desa Sabah Balau khususnya para informan, terima kasih atas
penerimaannya yang baik dan semua informasi yang telah diberikan.
10. Tim pelepasan hak atas tanah tol bakauheni-terbanggi besar dan staff
Kementerian PUPR Bina Marga, khususnya Om teguh, Om didit, Pak Udin dan Pak
Syahrial. Terima kasih atas penerimaan yang baik sehingga saya bisa mendapatkan
data yang dibutuhkan dengan mudah.
11. Mamang fery, tante ririn, kakak akbar dan aura, terima kasih atas dukungannya
dan udah bolak balik nganterin lala ke sabah balau.
12. Tim sukses aku, Helmawati, Vinna Herina, Fitri Amelia Sari, Chindy Triadara.
Makasih banyak genks buat semuanya, i’m nothing without you guys!!! Sukses
untuk kita semua.
13. Dina, Wayan Suryaningsih, Dirman makasih untuk bantuannya selama ini. See
you on top!!
14. Mba mpit dan kak rino makasih udah support dedek
15. Seluruh teman seperjuangan jurusan Sosiologi angkatan 2012. Ade Amanda,
Flo, Arrum, Puspita, terima kasih atas kebersamaannya selama ini, semoga
silahturahmi kita tetap terjaga.
16. Terima kasih kakak tingkat, kak anton untuk panduan skripsinya yang sering
kasih inspirasi dan mba dina yang udah sharing pengalaman bimbingan sama pak
hartoyo.
17. Temen-temen KKN Pekon Cahya Kuningan, Kecamatan Ngambur, Kabupaten
Pesisir Barat, Agustya, Kak Tina, Kak Triana, Lutfi, Andi, Christoper dan Bang
Ario, terima kasih untuk kebersamaannya menjadi anak pantai selama 40 hari.
18. Temen-temen AIESEC Unila 13/14 dan 14/15, khusunya Miss Riska dan Alvin
terima kasih kalian telah ngelead aku dengan baik dan pengalaman yang gak pernah
didapetin selain di AIESEC. Thank you so much folks!
19.Terima kasih untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan
kepada penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini belum ideal dan sebaik harapan,
namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bandar Lampung, Maret 2016
Penulis
Paula Suwaty
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vii
MOTTO ......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... ix
SANWACANA .............................................................................................. x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 9
C. Tujuan ................................................................................................. 10
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Sikap ...................................................................................... 11
1. Pengertian Sikap ............................................................................. 11
2. Proses Pembentukan Sikap dan Perubahan Sikap .......................... 12
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap .............. 13
4. Komponen Sikap ............................................................................ 14
5. Sifat Sikap ...................................................................................... 15
6. Ciri-Ciri Sikap ................................................................................ 15
B. Tinjauan Pelepasan Hak Atas Tanah Dalam Pembangunan ................ 16
1. Pengertian Pengadaan Tanah .......................................................... 16
2. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum ............................... 17
3. Dasar Hukum Pengadaan Tanah .................................................... 18
4. Mekanisme Pengadaan Tanah ........................................................ 18
5. Sumber Pendanaan Pengadaan Tanah ............................................ 21
C. Tinjauan Pembangunan Jalan Tol ........................................................ 22
1. Pengertian Jalan Tol ....................................................................... 22
2. Manfaat Jalan Tol ........................................................................... 23
D. Hambatan Dalam Mekanisme Pelepasan Hak Atas Tanah .................. 23
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Proaktif Masyarakat
Dalam Pembangunan ............................................................................ 24
F. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 27
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 30
B. Lokasi Penelitian ................................................................................ 31
C. Fokus Penelitian ................................................................................. 32
D. Teknik Penentuan Informan ............................................................... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 37
F. Sumber Data ....................................................................................... 38
G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 39
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Desa Sabah Balau .................................................... 45
B. Letak dan Luas Wilayah Desa Sabah Balau ....................................... 46
C. Karakteristik Tanah Pelepasan Hak Atas Di Desa Sabah Balau
untuk Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera ................................. 47
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pelepasan Hak Atas Tanah Untuk Pembangunan
Jalan Tol Trans Sumatera ..................................................................... 50
1. Tahap Perencanaan ......................................................................... 51
2. Tahap Persiapan ............................................................................. 53
a. Membentuk Tim Satuan Tugas (Satgas) Persiapan ................. 53
b. Sosialisasi Rencana Pembangunan Jalan Tol ........................... 54
c. Pendataan Awal Lokasi ............................................................ 56
d. Konsultasi Publik ..................................................................... 57
e. Surat Keputusan Gubernur Tentang Penetapan Lokasi ............ 60
3. Tahap Pelaksanaan ......................................................................... 61
a. Membentuk Tim Satuan Tugas Pelaksana ............................... 61
b. Pengumpulan Data Kepemilikan Tanah ................................... 61
c. Validasi Data Kepemilikan ...................................................... 63
d. Penilaian Ganti Kerugian ......................................................... 64
e. Musyawarah Tentang Penetapan Besaran dan Bentuk
Ganti Kerugian ......................................................................... 65
f. Pemberian Ganti Kerugian Kepada Masyarakat yang
Terkena Pembebasan Lahan ..................................................... 68
4. Tahap Penyerahan Hasil ................................................................. 71
5. Hambatan Dalam Mekanisme Pelepasan Hak Atas Tanah di Desa
Sabah Balau .................................................................................... 72
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Proaktif Masyarakat
Dalam Pelepasan Hak Atas Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol ..... 73
1. Kebijakan Ganti Rugi Yang Menguntungkan ................................ 73
2. Pemahaman Terhadap Pentingnya Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum (Jalan Tol Trans Sumatera) ........................... 76
3. Kualitas Layanan Publik ................................................................ 78
a. Transparasi Mekanisme Pemberian Ganti Rugi ....................... 79
b. Komunikasi dua arah yang dilakukan oleh tim pelepasan
hak atas tanah ........................................................................... 80
4. Peran Kepala Desa .......................................................................... 81
5. Enggan Untuk Mengajukan Gugatan Ke Pengadilan Negeri ......... 82
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 86
B. Saran .................................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Konsep dan Metode Penelitian ..............................................................42
Tabel 2. Luas Wilayah Menurut Penggunaan ......................................................47
Tabel 3. Dasar Hukum Pengadaan Tanah ............................................................58
Tabel 4. Penetapan Lokasi Pembangunan Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi
Besar .....................................................................................................................60
Tabel 5. Foto Rumah Salah Satu Warga Yang Terkena Pembebasan Lahan ......70
Tabel 6. Mekanisme Pelepasan Hak Atas Tanah Dalam Pembangunan Jalan
Tol Trans Sumatera di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang
Kabupaten Lampung Selatan ...............................................................................85
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Desa Sabah Balau ....................................................................... 48
Gambar 2. Rumah Sr ............................................................................................ 70
Gambar 3. Rumah Sr yang Sedang Dirubuhkan .................................................. 70
Gambar 4. Foto Rumah Sr yang Sedang Dirubuhkan Untuk Pembangunan Jalan
Tol Trans Sumatera ................................................................................ Lampiran
Gambar 5. Foto Rumah Warga Desa Sabah Balau yang Terkena Imbas
Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera ............................................... Lampiran
Gambar 6. Foto Serpihan Rumah Warga Desa Sabah Balau yang Telah Selesai
Dirubuhkan .............................................................................................. Lampiran
Gambar 7. Foto Proses Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera di Desa Sabah
Balau ....................................................................................................... Lampiran
Gambar 8. Foto Para Kontraktor Sedang Melakukan Pekerjaannya Membangun
Jalan Tol Trans Sumatera ....................................................................... Lampiran
Gambar 9. Foto Posko Para Pekerja Jalan Tol Trans Sumatera di Desa Sabah
Balau ...................................................................................................... Lampiran
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wacana pembangunan akhir-akhir ini ramai dibicarakan. Pemerintah Republik
Indonesia memusatkan perhatiannya pada proyek pembangunan guna
memperbaiki kondisi perekonomian negara saat ini. Sistem perencanaan
pembangunan harus diselenggarakan berdasarkan asas demokrasi dan
didukung dengan prinsip-prinsip kebersamaan, keadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan dan kemandirian. Adanya pembangunan yang merata
disetiap provinsi yang ada di Indonesia dapat menjaga kesatuan nasional (UU
Nomor 25 Tahun 2004).
Pembangunan secara garis besar terdiri dari pembangunan non fisik dan fisik.
Menurut Wresniwiro pembangunan non fisik adalah jenis pembangunan yang
tercipta oleh dorongan masyarakat setempat dan memiliki jangka waktu yang
lama. Lain halnya dengan pembangunan fisik yaitu pembangunan yang dapat
di rasakan langsung oleh masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh
mata. Pembangunan fisik misalnya berupa infrastruktur, bangunan, fasilitas
umum dan lain sebagainya (Misiyanti, 2014:5).
2
Soemardi (2006:1) mengatakan bahwa di era globalisasi seperti saat ini,
wacana pertumbuhan pembangunan infrastruktur marak dibicarakan. Hal ini
dapat dilihat dari maraknya pembangunan berbagai fasilitas infrastruktur
diberbagai sektor, mulai dari sistem energi, transportasi jalan raya, bangunan-
bangunan perkantoran dan sekolah, hingga telekomunikasi, rumah peribadatan
dan jaringan layanan air bersih, maka semua itu memerlukan adanya dukungan
infrastruktur yang handal.
Negara berkembang seperti Indonesia juga membutuhkan kondisi infrastruktur
yang memadai seperti negara maju. Indonesia termasuk negara dengan jumlah
penduduk yang banyak dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Pertumbuhan
penduduk Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 237.641.326 jiwa. Peningkatan penduduk
yang ada berdampak pada peningkatan penggunaan lahan dan kepemilikan
kendaraan pribadi (BPS, 2010).
Kondisi lalu lintas yang semakin di padati oleh beribu-ribu kendaraan
bermotor, baik kendaran beroda dua maupun kendaraan roda empat. Kepadatan
yang terjadi seperti itu dapat menimbulkan suatu masalah, yaitu kemacetan.
Kemacetan dapat membuat masyarakat membuang waktu dengan sia-sia
hingga dapat menyebabkan stres. Arus lalu lintas yang lancar merupakan suatu
kebutuhan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sosial dan politik
dalam kondisi penduduk yang kian padat. Artinya, seiring dengan kondisi
jumlah penduduk yang kian meningkat, kebutuhan infrastruktur jalan juga akan
terus meningkat.
3
Ketersediaan infrastruktur yang memadai dan berkesinambungan merupakan
kebutuhan mendesak, untuk mendukung pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan perekonomian nasional, menyejahterakan
masyarakat, dan meningkatkan daya saing Indonesia dalam persaingan global
(Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015).
Saat ini di Indonesia, infrastruktur jalan tol dirasa masih kurang apabila
dibandingkan dengan negara lainnya di Asia, seperti Jepang, Malaysia, Korea
dan China. Mengingat banyaknya jumlah penduduk di Indonesia dan
banyaknya kepemilikan kendaraan bermotor, tetapi tidak diimbangi dengan
pembangunan infrastruktur jalan tol yang memadai.
Menghadapi kondisi seperti itu, pemerintah mulai menunjukkan perhatian yang
serius terhadap pembangunan infrastruktur. Ada dua hal yang perlu segera
dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan pihak swasta dalam
memperbaiki kondisi infrastruktur di dalam negeri, yakni membangun
infrastruktur baru dan memperbaiki infrastruktur yang sudah ada. Pemerintah
meyakini bahwa mutu infrastruktur dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi, investasi asing, pengentas kemiskinan dan mutu lingkungan hidup.
Salah satu perhatian pemerintah yang sedang dijalankan adalah pembangunan
Jalan Tol Trans Sumatera. Jalan Tol Trans Sumatera dibangun dari Provinsi
Lampung hingga Provinsi Banda Aceh dengan perkiraan sepanjang 2.048
kilometer. Proyek Pembangunan jalan Tol Trans Sumatera di Provinsi
Lampung dimulai dari Pelabuhan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan
hingga Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah. Kementerian Pekerjaan
4
Umum menyatakan bahwa pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera ini
menggunakan konsep High Grade Highway (HGH). Dalam konsep HGH ini
akan menghubungkan 8 Pusat Kegiatan Nasional, 6 pelabuhan udara, dan 7
pelabuhan utama (Sutaryana,2015).
Penyelenggaraan jalan tol dimaksudkan untuk mewujudkan pemerataan
pembangunan dan menjaga keseimbangan dalam pengembangan wilayah
dengan memperhatikan keadilan, yang dapat dicapai dengan membina jaringan
jalan yang dananya berasal dari pengguna jalan. Selain itu tujuan dari
dibangunnya jalan tol yakni untuk meningkatkan efisiensi pelayanan jasa
distribusi guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama di
wilayah yang sudah tinggi tingkat perkembangannya, seperti di Pulau Sumatera
(Perpres No. 15 Tahun 2005).
Menurut Saul M. Katz, pembangunan sebagai perubahan sosial yang berasal
dari suatu keadaan tertentu keadaan yang dipandang lebih bernilai (Yuwono,
2001:47). Maka untuk mencapai pembangunan nasional yang berkeadilan itu,
berbagai usaha telah dilakukan pemerintah. Gran mengemukakan bahwa
pembangunan yang telah dicanangkan selama ini dapat berjalan sesuai dengan
bersama apabila mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat (Yuwono,
2001:54). Bahwa peningkatan kesejahteraan manusia menjadi fokus sentral
dari pembangunan dimana pembangunan masyarakat yang menentukan tujuan
sumber-sumber pengawasan dan mengarahkan proses-proses pelaksanaan
pembangunan.
5
Jalan Tol Trans Sumatera berperan penting dalam pendukung pembangunan
nasional serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani mobilitas
manusia maupun distribusi komoditi perdagangan dan industri. Transportasi
jalan semakin diperlukan untuk menjembatani kesenjangan dan mendorong
pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah, antar perkotaan dan antar
perdesaan serta mempercepat pengembangan wilayah dan mempercepat
hubungan antar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Bappenas,
2004).
Dalam mega proyek pembangunan jalan atau infrastruktur lainnya
permasalahan yang sering muncul adalah tentang pertanahan. Pada dasarnya
tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, sehingga bagi bangsa
Indonesia sudah selayaknya penggunaan tanah harus sebesar-besarnya untuk
kepentingan hajat hidup orang banyak. Atas dasar pemikiran tersebut, maka
negara memiliki kewenangan untuk menguasai tanah, mengingat tanah
merupakan salah satu unsur ruang yang sangat strategis dan pemanfaatannya
terkait dengan penataan ruang wilayah. Secara konstitusional kewenangan
negara menguasai tanah ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi :
“Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai olehnegara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Secara khusus ditegaskan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, bahwa :
“Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yangterkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karuniaTuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsaIndonesia dan merupakan kekayaan nasional”.
6
Pembangunan ruas Jalan Tol Trans Sumatera dari Pelabuhan Bakauheni hingga
Terbanggi Besar diperkirakan sepanjang 140,41 kilometer dengan lebar jalan
120 meter sehingga luas total lahan yang diperlukan adalah 2.670 hektare.
Jumlah lahan yang dibutuhkan dalam pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera
tidaklah sedikit. Sudah pasti tanah milik pemerintah tidaklah cukup untuk
memenuhi kebutuhan tanah dalam pembangunan, tanah milik masyarakat juga
harus direlakan (Antara, 2015).
Jenis lahan yang dimiliki masyarakat berbagai macam seperti lahan pertanian
yang dijadikan sebagai sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya, lahan investasi sebagai penunjang kehidupannya dimasa yang
akan datang, bahkan tempat tinggal sebagai tempat yang sangat penting untuk
setiap keluarga. Masyarakat tersebut harus melepaskan tanah berharga milik
mereka untuk pembangunan jalan tol.
Proses pembebasan lahan pada proyek-proyek pembangunan yang dilakukan
oleh pemerintah biasanya menimbulkan konflik. Seperti hambatan yang terjadi
pada pembangunan Jembatan Suramadu. Basri (2013:24) mengatakan
Jembatan Suramadu sebagai bagian pengembangan daerah metropolitan
Surabaya yang dikenal dengan “Gerbang Kertosusilo” (Gresik, Bangkalan,
Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan). Dalam proses pembangunan mega
proyek ini tidak terlepas dari adanya permasalahan yang mengakibatkan jangka
waktu penyelesaian cukup lama, yaitu hingga 19 tahun. Permasalahan yang
dihadapi pada saat itu adalah permasalahan tentang dijadikannya
pembangunan jembatan Suramadu sebagai satu paket dengan industrialisasi
7
Madura. Kedua, permasalahan seputar konsep industri. Ketiga, permasalahan
tentang pengadaan tanah untuk pembangunan jembatan Suramadu.
Tanah bagi orang Madura merupakan sesuatu yang sangat bernilai dalam
kehidupannya, selain memiliki nilai ekonomis, bagi masyarakat Madura tanah
juga mimiliki nilai kultural untuk dapat melestarikan dan mengembangkan
sistem sosial budaya masyarakat lokal. Tidak mudah bagi masyarakat Madura
untuk melepaskan kepemilikan tanahnya, karena masyarakat Madura juga
percaya bahwa tanah mempunyai ikatan dengan roh nenek moyang (leluhur).
Karena hubungan tanah dengan roh yang erat ini, masyarakat Madura
menganggap jika menjual tanah sama dengan menjual leluhurnya (Basri,
2013:27).
Dalam proses pelepasan hak atas tanah dalam pembangunan Jembatan
Suramadu ini menimbulkan konflik antara masyarakat Madura dengan
Pemerintah Daerah setempat. Beberapa pemicu timbulnya konlik pelepasan
hak atas tanah ini diantaranya adalah (1) ganti rugi yang tidak memadai, (2)
proses pelepasan hak atas tanah yang tidak demokratik dan cenderung
manipulatif, (3) penolakan pemilik tanah untuk menyerahkan tanahnya, dan (4)
penggunaan unsur kekerasan dalam proses pembebasan tanah serta
ketidakpastian hidup masyarakat pasca penggusuran (Basri, 2013).
Proses pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan Jembatan Suramadu tidak
sesuai dengan Perpres Nomor 36 Tahun 2005 yang mana disebutkan bahwa
pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum
oleh pemerintah atau pemerintah daerah dilakukan dengan cara jual beli, tukar
8
menukar atau cara lain yang disepakati secara sukarela oleh pihak-pihak yang
bersangkutan.
Peristiwa konflik dalam pelepasan hak atas tanah untuk kepentingan umum
tidak hanya terjadi dalam proses pembangunan Jembatan Suramadu ini saja,
namun di daerah lain dan di berbagai macam proyek pembangunan lainnya
juga sering muncul konflik antara masyarakat dengan pemerintah dalam
pelepasan hak atas tanah. Namun, peristiwa konflik yang sering ditemukan
seperti kasus kasus pada umumnya, tidak di temukan pada proses
pembangunan jalan Tol Trans Sumatera di Lampung, khususnya di Desa Sabah
Balau, Tanjung Bintang, Lampung Selatan.
Masyarakat Desa Sabah Balau sangat mendukung pembangunan Jalan Tol
Trans Sumatera. Berdasarkan hasil pra riset peneliti, dalam proses pelepasan
hak atas tanah di Desa Sabah balau ini tidak ditemukan masalah yang serius.
Masyarakat Desa Sabah Balau yang tanahnya harus direlakan demi
kepentingan umum ini sangat proaktif dalam proses pelepasan hak atas tanah.
Masyarakat Desa Sabah Balau telah memahami bahwa tanah yang berada
dalam kawasan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini adalah seutuhnya
milik Indonesia. Tidak ada protes atau penolakkan dari pihak masyarakat
dalam proses pembebasan lahan tersebut. Masyarakat Desa Sabah Balau juga
memiliki pengetahuan dan kesadaran terhadap hukum pengadaan tanah ini,
sehingga mereka mengikuti seluruh prosedur yang telah ditetapkan.
9
Dengan fenomena yang tidak biasa seperti ini, menarik untuk diteliti dan dikaji
lebih mendalam mengenai bagaimana mekanisme dan hambatan-hambatan
dalam proses pelaksanaan pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan Jalan
Tol Trans Sumatera khusunya di Desa Sabah Balau yang tidak menimbulkan
konflik. Secara khusus penelitian ini akan mengkaji tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap proaktif masyarakat dalam pelepasan hak atas tanah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat ditarik suatu rumusan
masalah yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan pelepasan hak atas tanah untuk
pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera di Desa Sabah Balau, Kecamatan
Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan?
2. Apa saja hambatan yang timbul dalam mekanisme pelaksanaan pelepasan
hak atas tanah untuk pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera di Desa Sabah
Balau, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi sikap proaktif masyarakat Desa
Sabah Balau bersikap proaktif dalam proses pelaksanaan pelepasan hak atas
tanah untuk pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera?
10
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan pelepasan hak atas tanah untuk
pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera di Desa Sabah Balau, Kecamatan
Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan
2. Untuk mengetahui hambatan yang timbul dalam mekanisme pelaksanaan
pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera di
Desa Sabah Balau, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung
Selatan
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap proaktif
masyarakat Desa Sabah Balau bersikap proaktif dalam proses pelaksanaan
pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademik
Memberikan sumbangan pemikiran dan praktek ilmu sosiologi khususnya,
Manajemen Konflik dan Sosiologi Pembangunan.
2. Secara Praktis
Dapat memberikan manfaat sebagai data awal untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dalam bidang kajian yang sama atau dalam kajian bidang yang
memiliki keterkaitan dengan penelitian ini dan diharapkan dapat
memberikan sumbangan saran dan informasi kepada pemerintah Kota
Bandar Lampung dalam melakukan proses pelepasan hak tanah pada proyek
lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Sikap
1. Pengertian Sikap
Menurut Berkowitz (Azwar, 2013:1-7) pengertian sikap umumnya dapat
dimasukan ke dalam salah satu diantara tiga kerangka pemikiran, antara lain :
a. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang
terhadap suatu obyek adalah perasaan yang mendukung atau favourable dan
perasaan tidak mendukung atau unfavourable pada obyek tersebut.
Kerangka pemikiran ini diwakili oleh Thurstone, Likert dan Osgood.
Misalnya menyetujui terjadinya reformasi di berbagai bidang kehidupan
(favourable) dan tidak menyetujui teijadinya reformasi diberbagai bidang
kehidupan (unfavourable)
b. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan
cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud adalah kecenderungan potensial
untuk bereaksi terhadap stimulus yang menghendaki suatu respon.
Kelompok pemikiran ini diwakili oleh Chave, Bogardus, La Pierre, Mead,
Gordon, dan Allport. Misalnya langsung melakukan aksi demonstrasi saat
orang lain mengajaknya.
Sikap merupakan konsteiasi dari komponen-komponen kognitif, afektif, dan
konatif. Ketiganya saling berinteraksi dan memahami, merasakan, serta
12
berperilaku terhadap suatu obyek. Kelompok pemikiran ini diwakili oleh
Secord dan Beckman. Misalnya individu yang mempercayai isu yang
menyebar, menyetujui dan melakukan aksi-aksi demonstrasi.
2. Proses Pembentukan dan Perubahan Sikap
Sikap seseorang terhadap suatu obyek bukanlah bawaan dari lahir akan tetapi
sikap sesorang dapat berubah dan dibentuk. Pembentukkan dan perubahan
sikap tersebut dapat terbentuk atau berubah melalui empat macam cara, yaitu:
a) Adopsi
Sikap dapat terbentuk dengan adanya peristiwa-peristiwa atau kejadian-
kejadian yang terjadi secara berulang-ulang dan terus menerus yang
kemudian diserap kedalam diri seseorang
b) Diferensiasi
Seiring dengan berkembangnya pengetahuan seseorang terhadap suatu
obyek, bertambahnya pengalaman, bertambahnya usia dan kedewasaan
seseorang, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang
dipandang tersendiri lepas dari jenisnya yang dapat mengubah sikap
seseorang terhadap suatu obyek
c) Integerasi
Pembentukkan sikap tidak terjadi secara cepat namun terbentuk secara
bertahap yang dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan
dengan suatu hal
13
d) Taruma
Pengalaman yang buruk dan meninggalkan kesan mendalam pada jiwa
seseorang dapat mempengaruhi terbentuknya sikap dan perubahan sikap
seseorang (Kulsum dkk, 2014:122).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap
Sikap seseorang terhadap suatu obyek dapat terbentuk akibat adanya faktor dari
dalam (intern) dan faktor dari luar (eksternal), antara lain:
a) Faktor intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam pribadi seseorang. Faktor
ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan
mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
b) Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar pribadi seseorang. Faktor
ini berupa interaksi sosial diluar kelompok (Ahmadi, 1999:171).
Dalam hal ini, Sherif mengemukakan bahawa sikap dapat diubah dan dibentuk
apabila:
a) Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia
b) Adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dan satu pihak yang
berhubungan dengan:
1) Pengaruh orang lain yang dianggap penting disekitar kehidupan
masyarakat. Seperti orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri,
suami, dll.
2) Pengaruh kebudayaan, dimana masyarakat hidup dan dibesarkan dalam
kebudayaan.
14
3) Media massa sebagai sarana komunikasi yang dapat memberikan
informasi baru mengenai suatu hal sehingga dapat berpengaruh dalam
pembentukkan sikap
4) Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem yang
mempunyai pengaruh dalam pembentukkan sikap karena keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti individu.
5) Faktor emosional juga dapat mempengaruhi sikap, karena tidak semua
bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang. Terkadang bentuk sikap merupakan pernyataan yang disadari
oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego (Ahmadi, 1999: 171-173).
4. Komponen Sikap
Menurut Travers (1977), Gagne (1977) dan Cronbach (1977) terdapat 3
komponen sikap seseorang terhadap suatu obyek, yaitu:
1) Komponen cognitive, dalam komponen ini berisikan pengetahuan,
kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi, yang
berhubungan dengan obyek.
2) Komponen affective, komponen ini menunjuk pada dimensi emosional dari
sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan obyek. Obyek disini dirasakan
sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan.
3) Komponen behavior atau conative, komponen ini melibatkan salah satu
predisposisi untuk bertindak terhadap obyek (Ahmadi, 1999:164-165).
15
5. Sifat Sikap
Sifat sikap seseorang terhadap suatu obyek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
sifat positif dan sifat negatif. Tindakan seseorang yang cenderung mendekati,
menyenangi dan mengharapkan obyek tertentu merupakan sikap ositif
seseorang terhadap suatu obyek. Sedangkan sikap yang bersifat negatif
memiliki kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak
menyukai obyek tertentu (Ahmadi, 1999:166).
6. Ciri-ciri Sikap
Menurut Ahmadi (1999:178-179) sikap seseorang terhadap suatu obyek
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sikap itu dipelajari (learnability)
Sikap merupakan hasil belajar yang dapat dibedakan dari motif-motif
psikologi lainnya. Beberapa siakp dipelajari tidak sengaja dan tapa
kesadaran kepada sebagian individu.
b. Memiliki kestabilian (stability)
Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil,
melalui pengalaman.
c. Personal-societal significance
Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara
orang dan dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain
menyenangkan, terbuka serta hangat, maka ini akan sangat berarti bagi
dirinya merasa bebas dan favorable.
16
d. Berisi kognisi dan afeksi
Komponen kognisi dari pada sikap adalah berisi informasi yang faktual.
e. Approach – avoidance directionality
Bila seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap sesuatu obyek,
mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang
memiliki sikap yang unfovorable, mereka akan menghindarinya.
B. Tinjauan Pelepasan Hak Atas Tanah Dalam Pembangunan
1. Pengertian Pengadaan Tanah
Secara garis besar dikenal ada 2 (dua) jenis pengadaan tanah, pertama
pengadaan tanah untuk kepentingan pemerintah yang terdiri dari kepentingan
umum, sedangkan yang kedua pengadaan tanah untuk kepentingan swasta yang
meliputi kepentingan komersial dan bukan komersial atau bukan sosial. Ismaya
(2013:164) mengatakan bahwa pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan
tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak
yang berhak.
Menurut Pasal 1 ayat (2) Perpres Nomor 71 Tahun 2012 pengadaan tanah
adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang
layak dan adil kepada pihak yang berhak. Artinya, tidak ada cara lain selain
memberi ganti kerugian yang sesuai kepada pihak yang yang berhak atau
memiliki obyek pengadaan tanah tersebut.
17
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pihak yang memiliki sesuatu atas
obyek pengadaan tanah harus menerima ganti kerugian atas obyek pengadaan
tanah tersebut berupa ganti kerugian. Obyek atas pengadaan tanah adalah
seperti tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda
yang berkaitan dengan tanah, atau lainnya yang dapat dinilai (Ismaya,
2013:165).
2. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum
Menurut Ismaya (2013:165) kepentingan umum adalah kepentingan bangsa,
negara, dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Tercantum didalam UU Nomor 2
Tahun 2012 dikatakan bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum
bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat
dengan tetap menjamin kepentingan hukum pihak yang berhak.
Tahapan untuk melakukan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang di
jelaskan pada Pasal 2 Perpres Nomor 71 Tahun 2012 adalah perencanaan,
persiapan, pelaksanaan dan penyerahan hasil. Tahapan pengadaan tanah untuk
kepentingan umum tersebut harus dilaksanakan berdasarkan asas kemanusiaan,
keadilan, kemanfaatan, kepastian, keterbukaan, kesepakatan, keikutsertaan,
kesejahteraan, keberlanjutan dan keselarasan.
Oleh sebab itu, maka dapat disimpulkan yang dimaksud kepentingan umum
adalah kepentingan bersama, bukan hanya kepentingan negara atau bangsa saja
18
melainkan kepentingan masyarakat juga. Tanpa menghilangkan atau
melupakan kepentingan hukum pihak yang berhak dan pembangunan untuk
kepentingan umum bertujuan meningkatkan kesejahteraan seluruh pihak.
3. Dasar Hukum Pengadaan Tanah
Dasar hukum yang digunakan dalam rangka pengadaan tanah untuk
kepentingan pembangunan adalah:
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
b. Perturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
4. Mekanisme Pengadaan Tanah
Berdasarkan acuan dasar hukum pengadaan tanah untuk pembangunnan
kepentingan umum yang berlaku, maka mekanisme pengadaaan tanah untuk
pembangunan kepentingan umum melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan Pengadaan Tanah
Pada tahap awal, instansi yang membutuhkan tanah harus membuat
perencanaan pengadaan tanah. Dokumen perencanaan pengadaan tanah ini
paling sedikit memuat:
1) Maksud dan tujuan rencana pembangunan;
2) Letak tanah;
3) Luas tanah yang dibutuhkan;
4) Gambaran umum status tanah;
19
5) Perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah;
6) Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan; dan
7) Rencana penganggaran (Ismaya, 2013:169)
b. Tahap Persiapan Pengadaan Tanah
Setelah dokumen perencanaan pengadaan tanah disusun, instansi yang
memerlukan tanah dan pemerintah provinsi melakukan tiga tahap selanjutnya
yaitu sebagai berikut:
1) Sosialisasi Rencana Pembangunan
Sosialisasi rencana pembangunan disampaikan kepada masyarakat pada
rencana lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, baik langsung
maupun tidak langsung.
2) Pendataan Awal Lokasi Rencana Pembangunan
Pendataan awal lokasi rencana pembangunan meliputi kegiatan
pengumpulan data awal pihak yang berhak dan obyek pengadaan
tanah.Pendataan awal dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari kerja sejak pemberitahuan rencana pembangunan. Hasil pendataan awal
lokasi rencana pembangunan digunakan sebagai data untuk pelaksanaan
konsultasi publik rencana pembangunan.
c. Tahap Pelaksanaan Pengadaan Tanah
Dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 47 UU Nomor 2 Tahun 2012 dijelaskan
bahwa berdasarkan hasil penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan
umum, Instansi yang memerlukan tanah mengajukan pelaksanaan pengadaan
tanah kepada Lembaga Pertanahan. Pelaksanaan pengadaan tanah meliputi:
20
1. Pengumpulan data kepemilikan masyarakat beradasarkan ukuran dan
pemetaan bidang tanah yang dimiliki
2. Penilaian ganti kerugian untuk pelepasan hak atas tanah
3. Musyawarah tentang penetapan besaran ganti kerugian
4. Pemberian ganti kerugian kepada masyarakat yang terkena pembebasan
lahan
d. Tahap Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah
Dalam Pasal 48 sampai dengan Pasal 50 UU Nomor 2 Tahun 2012 dijelaskan
bahwa Lembaga Pertanahan menyerahkan hasil pengadaan tanah kepada
Instansi yang memerlukan tanah setelah:
a) Pemberian ganti kerugian kepada pihak yang berhak dan pelepasan hak
dilaksanakan; dan/atau
b) Pemberian ganti kerugian telah dititipkan di Pengadilan Negeri.
Instansi yang memerlukan tanah dapat mulai melaksanakan kegiatan
pembangunan setelah dilakukan serah terima hasil pengadaan tanah.
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum karena keadaan mendesak akibat
bencana alam, perang, konflik sosial yang meluas, dan wabah penyakit dapat
langsung dilaksanakan pembangunannya setelah dilakukan penetapan lokasi
pembangunan untuk kepentingan umum. Sebelum penetapan lokasi
pembangunan untuk kepentingan umum terlebih dahulu disampaikan
pemberitahuan kepada pihak yang berhak. Dalam hal terdapat keberatan atau
gugatan atas pelaksanaan pengadaan tanah, Instansi yang memerlukan tanah
tetap dapat melaksanakan kegiatan pembangunan. Instansi yang memperoleh
21
tanah wajib mendaftarkan tanah yang telah diperoleh sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5. Sumber Pendanaan Pengadaan Tanah
Sesuai dengan apa yang tertuang dalam Pasal 52 ayat (1) dan (2) UU Nomor 2
Tahun 2012, pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dalam hal Instansi yang memerlukan
tanah Badan Hukum Milik Negara/Badan Usaha Milik Negara yang
mendapatkan penugasan khusus sesuai dengan peraturan perundang undangan,
pendanaan bersumber dari internal perusahaan atau sumber lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan oleh instansi
dan dituangkan dalam dokumen penganggaran sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dana pengadaan tanah tersebut meliputi dana
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, penyerahan hasil, administrasi dan
pengelolaan, serta sosialisasi.
22
C. Tinjauan Pembangunan Jalan Tol
1. Pengertian Jalan Tol
Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan
sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol (Undang-
undang nomor 38 tahun 2004). Menurut Pasal 43 ayat (1) dijelaskan bahwa
jalan tol diselenggarakan untuk:
a. memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang
b. meningkatkan hasil guna dan daya guna pelayanan distribusi barang dan
jasa guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi
c. meringankan beban dana Pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan
d. meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keadilan
Jalan tol yang merupakan bagian dari sistem jaringan jalan umum adalah jalan
lintas alternatif. Jalan tol harus mempunyai spesifikasi dan pelayanan yang
lebih tinggi daripada jalan umum yang ada. Pengusahaan jalan tol dilakukan
oleh Pemerintah dan/atau badan usaha yang memenuhi persyaratan. Wewenang
penyelenggaraan jalan tol berada pada Pemerintah yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pengusahaan, dan pengawasan jalan tol. Rencana umum jaringan
jalan tol merupakan bagian tak terpisahkan dari rencana umum jaringan jalan
nasional yang dilakukan oleh Pemerintah. Pengusahaan jalan tol dilaksanakan
dengan maksud untuk mempercepat perwujudan jaringan jalan bebas hambatan
sebagai bagian jaringan jalan nasional (Undang-Undang Nomor 38 tahun
2004).
23
2. Manfaat Jalan Tol
Pembangunan jalan tol sebagai jalan nasional yang dapat menjaga kesatuan
nasional memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:
a. Pembangunan jalan tol akan berpengaruh pada perkembangan wilayah &
peningkatan ekonomi.
b. Meningkatkan mobilitas dan aksesibilitas orang dan barang.
c. Pengguna jalan tol akan mendapatkan keuntungan berupa penghematan
Biaya Operasi Kendaraan (BOK) dan waktu dibanding apabila melewati
jalan non tol.
d. Badan usaha mendapatkan pengembalian investasi melalui pendapatan tol
yang tergantung pada kepastian tarif tol (Badan Pengatur Jalan Tol,2014).
D. Hambatan Dalam Mekanisme Pelepasan Hak Atas Tanah
Tidak adanya konflik yang berkepanjangan bukan penentu kelancaran dalam
proses pelepasan hak atas tanah. Pada saat proses pelepasan hak atas tanah
pasti ditemukan hambatan-hambatan sebagai berikut:
1. Bukti kepemilikan tanah
2. Para pemilik bidang tanah tidak hadir sesuai dengan jadwal pengumpulan
data fisik bidang tanah
3. Sulitnya koordinasi karena sebagian para pemilik bidang tanah berdomisili
di luar wilayah desa.
4. Tanah yang dalam status sengketa (Oktaviana, 2015:16-17)
24
E. Faktor-Faktor Pengaruh Sikap Proaktif Masyarakat DalamPembangunan
Konsep pembangunan merupakan konsep yang sangat multidimensional, yang
mengacu kepada serangkaian karakteristik dan segenap aspek kehidupan, baik
aspek politik, ekonomi maupun sosial. Menurut Todaro pembangunan adalah
proses multidimensi yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam
struktur sosial, sikap rakyat dan lembaga-lembaga nasional dan juga akselerasi
pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan
kemiskinan (Nur, 2014:2).
Pemerintah dalam menjalankan proses pembangunan sangat membutuhkan
dukungan dari masyarakat agar pembangunan tersebut berjalan dengan lancar.
Lubis (2009:181) dalam menentukan keputusan publik tentang proses
pembangunan sangat bergantung pada kesadaran masyarakat untuk mau
melibatkan diri. Dalam suatu sistem publik kepentingan yang berkembang akan
sangat beragam. Masyarakat sebagai elemen terbesar dalam suatu sistem publik
atau sistem kehidupan dalam suatu negara seringkali terbentur ketika
berhadapan dengan pemerintah yang dianggap sebagai perwujudan negara itu
sendiri.
Faktor-faktor pengaruh sikap proaktif masyarakat dalam pembangunan adalah
sebagai berikut:
1. Kualitas Layanan Publik (Public Service Quality)
25
Ketidakjelasan prosedur atas penyelesaian suatu layanan masyarakat oleh
dinas atau unit kerja dapat membuat masyarakat menolak terjadinya
pembangunan (Lubis, 2009:186). Pada dasarnya sistem birokrasi yang
positif akan membentuk birokrasi menjadi lebih efisien, rasional dan efektif.
Selain itu, komponen penting dari kualitas layanan publik lainnya adalah
komunikasi, dengan adanya proses komunikasi yang baik maka akan
berfungsi menumbuhkan, memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
positif. Pihak pemerintah melakukan komunikasi partisipatoris dapat
mengubah masyarakat secara kolektif (Supriyadi, 2010:161-162). Artinya,
untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat sangat diperlukan kejelasan
dari pihak pemerintah meneganai prosedur atau transparansi, sistem
birokrasi yang mudah dan komunikasi dalam proses pembangunan.
Pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan rasa keamanan,
kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum. Kualiatas pelayanan dapat
diukur dengan kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan, dapat
memberikan pelayanan dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan dan
sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh pemerintah (Sari dkk, 2015:76).
2. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa atau Kepala Camat
Akuntabilitas dapat pula menjadi indikator penting kemampuan suatu
pemerintahan memperoleh kepercayaan dari masyarakatnya. Kepemimpinan
akan memegang posisi penting dalam menata dan mengatur organisasi
dalam rangka pembangunan. Kepemimpinan Lurah atau Kepala Desa yang
baik dapat menjadi satu parameter yang tidak dapat dipisahkan dari kuat
26
atau lemahnya partisipasi masyarakat. Akuntabilitas menjadi semacam
kewajiban moral (moral obligation) dari para pemimpin yang dipilih secara
absah oleh pendukungnnya atau rakyatnya. Keyakinan masyarakat akan
akuntabilitas seorang pemimpin akan diikuti dengan tingkat kepatuhan
masyarakat terhadap keputusan yang telah dibuat oleh sang pemimpin
(Lubis, 2009:185 ; Supriyadi, 2010:162).
3. Sanksi
Dengan adanya pemaksaan (coercion) masyarakat taat pada aturan hukum
karena takut adanya sanksi dari pihak yang lebih kuat atau pemerintah.
Menurut Hobbes, masyarakat secara alamiah memerlukan penguasa kuat
yang mampu mengatasi semuanya. Masyarakat yang kedudukannya lemah
terkadang mendukung program pemerintah karena takut akan sanksi yang
akan diterimanya (Sefriani, 2011:422-423).
4. Pemahaman Terhadap Pentingnya Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum.
Dewasa ini masyarakat telah mengetahui dan paham akan tujuan
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat paham dengan
adanya pembangunan nasional dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi,
pemerataan hasil pembangunan, dan stabilitas ekonomi yang dinamis,
termasuk didalamnya pemerataan pendapatan antar daerah atau wilayah
(Yulianita, 2009:1). Masyarakat juga paham dan meyakini bahwa dengan
adanya pembangunan kepentingan umum dapat menguntungkan diri sendiri
dan khalayak umum (Sefriani, 2011: 423).
27
5. Kesadaran Masyarakat Untuk Mentaati Hukum
Indonesia merupakan salah satu negara hukum yang dimana segala
sesuatunya telah diatur didalamnya. Selaku warga negara Indonesia sudah
selayaknya untuk menaati segala aturan yang ada. Kesadaran untuk menaati
hukum ini timbul karena adanya keyakinan dari masyarakat. Masyarakat
menaati aturan hukum bukan karena takut akan sanksi atau hitungan ganti
rugi tapi benar-benar atas dasar keyakinan (internal sense of obligation)
masyarakat sendiri bahwa aturan itu menimbulkan kewajiban yang harus
ditaatinya (Sefriani, 2011:423-424).
F. Penelitian Terdahulu
Semakin berkembangnya zaman, kebutuhan akan lahan pun semakin
meningkat. Dimana jumlah individu yang kian bertambah memerlukan lahan
untuk tempat tinggal, memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya.
Semakin mengurangnya jumlah lahan yang tersedia maka konflik atau
sengketa lahan sangat rentan untuk selalu hadir dalam permasalahan sosial
(Intan, 2011:184).
Tidak hanya individu atau masyarakat yang memiliki kebutuhan akan lahan,
namun pemerintah juga membutuhkan lahan guna menyejahterakan rakyatnya.
Pemerintah berusaha untuk memperbaiki kondisi perekonomian dengan cara
mengadakan proyek pembangunan. Proyek pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah sering mengalami penolakkan dari masyarakat. Masyarakat
menolak untuk melepaskan tanahnya sehingga menimbulkan konflik antar
28
masyarakat dengan pemerintah. Konflik pelepasan hak atas tanah dalam
berbagai kasus pembangunan sudah banyak dijadikan tema penelitian.
Salah satu hasil dari penelitian memaparkan beberapa faktor penyebab
masyarakat menolak untuk membebaskan tanahnya karena masyarakat merasa
dirugikan dengan adanya proyek pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah. Masyarakat menilai bahwa kebijakan dari tim pembebasan lahan
tidak menguntungkan sama sekali. Terdapat 3 kebijakan tim pembebasan lahan
dalam pembengunan tersebut, yaitu kebijakan tentang ganti rugi tanam tumbuh
dan bangunan, kebijakan tentang transparasi ganti rugi, dan kebijakan tentang
ganti rugi tanah. Penolakan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut
menimbulkan konflik pembebasan lahan yang juga berdampak pada hubungan
sosial antara warga desa (Wijaya, 2014:73).
Pada penelitian lain disebutkan alasan masyarakat enggan untuk melepaskan
kepemilikan tanahnya untuk kepentingan umum antara lain sebagai berikut:
a. Masyarakat yang menguasai atau memiliki tanah beranggapan bahwa
pemerintah adalah tempat yang tepat untuk meminta ganti rugi, karenanya
masyarakat meminta ganti rugi yang tinggi atau dengan kata lain
masyarakat menggunakan kesempatan ini untuk mencari keuntungan
pribadi.
b. Masyarakat yang menguasai atau memiliki tanah menganggap bahwa
status tanahnya sangat sakral dan mulia sehingga mereka tidak mau
tanahnya diberikan kepada orang lain walaupun besaran ganti rugi yang
dijanjikan oleh pemerintah sangat tinggi.
29
c. Kebanyakan masyarakat Indonesia yang belum memiliki kesadaran
akan pentingnya pembangunan untuk kepentingan umum (Hutabarat,
2008:74)
Pada kasus pembangunan lainnya dipaparkan faktor-faktor eksternal yang
menimbulkan konflik pengadaan tanah adalah ketidakmampuan pemerintah
dalam mendekati masyarakat dikarenakan tidak mengenal budaya masyarakat
setempat. Selain itu, adanya pihak-pihak diluar para pihak yang terlibat
langsung dalam pengadaan tanah . Pihak-pihak yang sengaja membuat
susasana semakin keruh dan konflik yang semakin kompleks (Listyawati dkk,
2014:25).
Permasalahan yang menjadi dasar dari konflik yang sering terjadi adalah
besaran ganti rugi. Besaran ganti rugi yang diterima masyarakat dirasa tidak
sesuai. Masyarakat merasa pihak pemerintah kurang memperhatikan kondisi
ekonomi dan sosial setelah melepaskan kepemilikan tanah. Selain itu,
kurangnya transparasi mengenai besaran ganti rugi sehingga timbul
kecemburuan sosial antar masyarakat.
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap proaktif masyarakat
terhadap pelepasan hak atas tanah dalam pembangunan Jalan Tol Trans
Sumatera menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci pengumpulan data dari
penelitian ini tidak dipandu oleh teori tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang
ditemukan. Hasil akhir dari penelitian kualitatif ini menghasilkan data atau
informasi yang bermakna bahkan hipotesis atau ilmu baru yang dapat
mengatasi masalah (Sugiyono, 2008:1).
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008) penelitian kualitatif bertujuan
untuk (1) mendeskripsikan suatu proses kegiatan berdasarkan apa yang terjadi
dilapangan, (2) menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala, dan peristiwa
yang terjadi di lapangan, (3) menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan
prinsip suatu bidang kajian berdasarkan data dan informasi yang didapat.
Penelitian kualitatif memiliki daya tarik dalam meneliti fakta-fakta dengan
menggunakan strategi (Gunawan, 2014:105-106).
31
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yakni
penelitian yang bertujuan untuk (1) mengembangkan suatu register tentang
fakta atau peristiwa secara urut dimana peristiwa itu terjadi, (2)
menggambarkan atau mengarkteristikan, (3) memberikan pengetahuan atau
mengajarkan, (4) untuk membuktikan. Tujuan digunakannya pendekatan studi
kasus adalah agar pemahaman atas permasalahan yang diteleti dapat dijelaskan
lebih mendalam dan komprehensif oleh peneliti (Ahmadi, 2014:70).
Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap proaktif masyarakat Desa
Sabah Balau dalam pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan Jalan Tol
Trans Sumatera. Disamping itu akan dibahas juga tentang mekanisme
pelepasan hak atas tanah dan hambatan yang timbul dalam mekanisme
pelepasan hak atas tanah.
B. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang
Kabupaten Lampung Selatan. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Desa
Sabah Balau dikarenakan desa ini merupakan tempat dilaksanalan ground
breaking pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera yang dilakukan oleh
Presiden Jokowi. Selain itu, posisi Desa Sabah Balau ini nantinya akan menjadi
pintu masuk dan keluar di Bandar Lampung. Melihat dari fakta tersebut, sangat
tepat untuk dilakukakan penelitian terkait sikap proaktif masyarakat dalam
mendukung kelancaran pembangunan jalan tol ini.
32
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dilakukan pada awal penelitian karena fokus penelitian
memberikan batasan-batasan hal yang akan diteliti. Fokus penelitian berfungsi
memberikan arahan selama proses penelitian, khususnya pada proses
pengumpulan data untuk mendapatkan data yang relevan dengan penetian.
Pada penelitian ini peneliti akan berfokus pada bagaimana mekanisme
pelepasan hak atas tanah dalam pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera, faktor
faktor apa saja yang mempengaruhi sikap proaktif masyarakat dalam pelepasan
hak atas tanah, dan hambatan apa saja yang ditemui pada saat proses pelepasan
hak atas tanah (Suyanto, 2011:171).
Fokus dalam penelitian ini yaitu:
1. Mekanisme Pelepasan Hak Atas Tanah
a. Tahap Perencanaan
1. Menentukan letak dan luas tanah yang dibutuhkan untuk pembangunan
Jalan Tol Trans Sumatera
b. Tahap Persiapan
1. Membentuk Tim Satgas
2. Sosialisasi Rencana Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera
3. Pendataan Awal Lokasi
4. Konsultasi Publik
5. Surat Keputusan Gubernur Tentang Penetapan Lokasi (Penlok)
c. Tahap Pelaksanaan
1. Membentuk Tim Satgas
2. Pengumpulan Data Kepemilikan Masyarakat
33
3. Penilaian Ganti Kerugian Untuk Tanah Yang akan dibebaskan
4. Musyawarah Tentang Penetapan Besaran dan Bentuk Ganti Kerugian
5. Pemberian Ganti Kerugian Kepada Masyarakat Yang Terkena
Pembebasan Lahan
d. Tahap Penyerahan Hasil
2. Hambatan Dalam Mekanisme Pelepasan Hak Atas Tanah
a. Proses pendataan kepemilikan tanah masyarakat
b. Koordinasi dengan masyarakat yang berdomisili diluar desa
c. Ketidaktepatan waktu masyarakat dalam mengumpulkan data kepemilikan
tanah
d. Bukti kepemilikan tanah masyarakat
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Proaktif Masyarakat Dalam
Pembangunan
a. Kebijakan Ganti Rugi Yang Menguntungkan
b. Pemahaman Terhadap Pentingnya Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
(Jalan Tol Trans Sumatera)
c. Kualitas Layanan Publik
1. Transparasi mekanisme pemberian ganti rugi
2. Komunikasi dua arah yang dilakukan oleh tim pelepasan hak atas tanah
d. Peran Kepala Desa
e. Pemaksaan atau takut pada sanksi yang berlaku
34
D. Teknik Penentuan Informan
Informan (narasumber) adalah orang yang mengetahui serta memiliki informasi
yang luas terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Keberadaan atau
peran informan dalam suatu penelitian sangat vital, karena dari informanlah
peneliti mendapatkan informasi tentang suatu yang menarik untuk diteliti lebih
lanjut. Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian adalah
dengan teknik purposive yaitu penentuan informan dengan pertimbangan dan
tujuan tertentu (Sugiyono, 2014:52).
Kriteria informan dalam penelitian ini adalah meliputi berapa hal diantaranya;
1. Warga yang terkena pembebasan lahan untuk pembangunan Jalan Tol
Trans Sumatera. Dimana warga tersebut dipilih berdasarkan variasi luas
tanah yang dimiliki dan variasi latar belakang pekerjaan.
2. Tim pelepasan tanah yang melakukan proses pelepasan hak tanah dari awal
hingga akhir.
3. Individu yang memiliki informasi mengenai mekanisme pelepasan hak atas
tanah di Desa Sabah Balau
Dalam penelitian ini, informan terdiri dari tujuh orang dengan rincian profil
masing-masing informan:
1. Su (49)
Su adalah salah satu tim pembebasan lahan dari Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Lampung. Beliau menjabat sebagai
kepala urusan tata usaha. Beliau selalu mengontrol kerja tim persiapan dan
tim pengadaan tanah dalam menjalankan tugasnya. Dalam beberapa
35
kesempatan beliau ikut turun ke Desa Sabah Balau. Beliau merupakan
sosok yang supel dan tegas sehingga mampu mengayomi anggota timnya
dan masyarakat.
2. My (38)
My adalah kepala Desa Sabah Balau yang juga termasuk kedalam tim
satuan tugas pelepasan hak atas tanah dari desa untuk pembangunan Jalan
Tol Trans Sumatera. My telah berdomisili di Desa Sabah Balau selama
kurang lebih 15 tahun. Beliau menjabat sebagai kepala desa sejak tahun
2013. Selama masa kepemimpinannya ini tidak ada masalah yang berat di
Desa Sabah Balau.
3. Sr (65)
Sr merupakan salah satu warga Desa Sabah Balau yang terkena dampak
dari adanya pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera. Rumah merupakan
tempat tinggal manusia yang memiliki fungsi sebagai pelindung dari panas,
hujan dan angin serta sebagai pemenuhan kebutuhan sosial budaya dalam
masyarakat harus direlakan demi pembangunan jalan tol. Sr sendiri
merupakan seorang buruh yang memiliki 4 orang anak. Dalam
kesehariannya Sr tinggal bersama isteri dan 2 orang anaknya.
4. Mk (65)
Mk adalah salah satu tokoh masyarakat yang keberadaannya cukup
terpandang ditengah masyarakat Desa Sabah Balau. Mk bertempat tinggal
di dusun 1b dan memiliki lahan investasi seluas 5ha di Desa Sabah Balau.
Dari kepemilikan tanahnya yang seluas 5ha tersebut, beliau merelakan 4ha
36
tanahnya yang termasuk dalam patok pembangunan Jalan Tol Trans
Sumatera.
5. Sh (33)
Sh adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Sabah Balau,
tepatnya di Jalan Perjuangan Dusun 3B RT 05 RW 02. Beliau memiliki
lahan seluas 13.414/m2 di Desa Sabah Balau yang terlewati oleh patok
pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera. Beliau merupakan seorang istri
dari seorang wiraswasta. Sh memiliki 3 orang anak yang masih duduk
dibangku sekolah. Dalam kesehariannya Sh mengisi waktunya dengan
menjadi salah satu kader posyandu di Desa Sabah Balau.
6. Al (51)
Al adalah warga Desa Sabah Balau yang tinggal di Jalan M. Azizi Dusun
1B. Dalam kesehariannya beliau membuka usahanya dibidang fotocopy.
Usaha fotocopynya tersebut berada diluar Desa Sabah Balau, tepatnya di
daerah Sukarame. Al memiliki 3 orang anak yang masih bersekolah dan
istrinya adalah seorang ibu rumah tangga.
7. Bw (56)
Bw adalah seorang kepala dusun yang berada di Desa Sabah Balau. Beliau
beberapa kali mengikuti tahapan dalam mekanisme pelepasan hak atas
tanah di Desa Sabah Balau, seperti pendataan awal lokasi dan musyawarah
penetapan dan bentuk ganti rugi.
37
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut;
1. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara melakukan tanya jawab sambil bertatap muka antara
informan dan pewawancara. Wawancara tidak hanya dilakukan dalam satu kali
atau dua kali melainkan dilakukan secara berulang-ulang. Dengan melakukan
wawancara mendalam diharpakan akan mendapatkan informasi yang lengkap
dan sedalam mungkin (Bungin, 2011:101).
Wawancara mendalam merupakan bentuk komunikasi antara penilitian dengan
subjek yang diteliti dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan dalam mencari
informasi berdasarkan tujuan. Wawancara dapat dilakukan secara formal dan
informal (terjadwal dan tidak terjadwal) di tempat resmi dan di tempat umum
atau tidak resmi (Ahmadi, 2014:119).
Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan bersifat terbuka kepada informan
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan mekanisme pelepasan hak
atas tanah, hambatan dalam mekanisme pelepasan hak atas tanah dan faktor-
faktor yang mempengaruhi sikap proaktif masyarakat dalam pelepasan hak atas
tanah untuk pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera. Peneliti tidak membatasi
jawaban yang diberikan oleh informan sehingga informasi yang didapatkan
akan lengkap dan mendalam.
38
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik mengumpulkan data yang berbentuk
tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi,
peraturan dan kebijakan (Sugiyono,2014: 82).
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis
terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku mengenai pendapat,
dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan. Sumber dokumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya arsip-arsip yang dimiliki
warga, pemerintah desa dan instansi (Nawawi, 1993:133).
Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan arsip milik pemerintah desa yang
berhubungan dengan mekanisme pelepasan hak atas tanah, seperti data
kepemilikan tanah masyarakat berdasarkan ukuran, daftar hadir sosialisasi,
berita acara konsultasi publik. Selain itu, peneliti juga akan
mendokumentasikan beberapa foto rumah milik masyarakat yang akan
digunakan untuk pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera.
F. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek atau subjek yang
akan diteliti. Dalam penelitian ini data primer akan didapatkan secara langsung
oleh peneliti berdasarkan hasil wawancara yaitu informasi yang dilontarkan
oleh para informan.
39
2. Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder
yang digunakan peneliti berupa arsip pemerintah desa, catatan peneliti
dilapangan, foto-foto bidang tanah milik masyarakat yang akan digunakan
untuk pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera, serta berita media online.
G. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2014:89) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh melalui wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data
kedalam katagori, menjabarkan ke dalam unit unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari
dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri dan orang
lain.
Teknik analsis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan model analisis seperti yang telah diberikan oleh Miles dan
Huberman (Sugiyono, 2014:91), yaitu:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal hal yang pokok, memfokuskan pada hal hal yang penting, dicari tema
dan polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
40
jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2. Penyajian Data
Setelah direduksi, maka langkah berikutnya adalah penyajian data.
Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart dan sebagainya.
Miles dan Huberman (1984) menyatakan: “the most frequent from of
display data for qualitative reseacrh data in the past has been narative text
“, dijelaskan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks bersifat naratif.
3. Verifikasi Data dan Menarik Kesimpulan
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Namun bila kesimpulan memang telah
didukung oleh bukti bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang dapat dipercaya.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah yang dapat menjawab rumusan
masalah yang sudah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.
41
Tahapan tahapan dalam analisis data diatas merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan, sehingga saling berhubungan antara tahapan satu dan tahapan yang
lainnya. Analisis dilakukan secara berkesinambungan dari awal sampai akhir
penelitian, untuk mengetahui bagaimana mekanisme pelepasan hak atas tanah
untuk pembangunan jalan tol dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
sikap proaktif masyarakat dalam pelepasan hak atas tanah.
42
Tabel 1. Konsep dan Metode Penelitian
No Konsep Metode Sumber Data1. Mekanisme Pelepasan Hak
Atas Tanaha. Tahap Perencanaan
1. Menentukan letak danluas tanah yangdibutuhkan untukpembangunan Jalan TolTrans Sumatera diProvinsi Lampung
b. Tahap Persiapan1. Membentuk tim satgas
2. Sosialisasi rencanapembangunan Jalan Tol
3. Pendataan Awal Lokasi
4. Konsultasi Publik
5. Surat Keputusan
Wawancara.
Wawancara.
Wawancara,Dokumentasi.
Wawancara,Dokumentasi.
Wawancara,Dokumentasi.
1. Su(Kepala TU TimPembebasan LahanKementerian PU)
1. Su (Kepala TU TimPembebasan LahanKementerian PU),
2. My (Kepala Desa).
1. Su (Kepala TU TimPembebasan LahanKementerian PU),
2. My (Kepala Desa),3. Mk, Sr, Sh, Al (warga
yang terkenapembebasan lahan)
4. Bw (Aparat Desa).
1. Su (Kepala TU TimPembebasan LahanKementerian PU),
2. My (Kepala Desa)3. Bw (Aparat Desa).
1. Su (Kepala TU TimPembebasan LahanKementerian PU),
2. My (Kepala Desa),3. Mk, Sr, Sh, Al (warga
yang terkenapembebasan lahan)
4. Bw (Aparat Desa).
1. Su (Kepala TU TimPembebasan Lahan
43
Gubernur TentangPenetapan Lokasi(Penlok)
c. Tahap Pelaksanaan1. Membentuk tim satgas
2. Pengumpulan datakepemilikan tanahmasyarakat
3. Validasi DataKepemilikan
4. Penilaian ganti kerugianuntuk tanah yang akandibebaskan
5. Musyawarah tentangpenetapan besaran danbentuk ganti kerugian
6. Pemberian gantikerugian kepadamasyarakat yang terkenapembebasan lahan
d. Tahap Penyerahan Hasil
Wawancara,Dokumentasi.
Wawancara.
Wawancara.
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Kementerian PU)
1. Su (Kepala TU TimPembebasan LahanKementerian PU),
2. My (Kepala Desa).
1. Su (Kepala TU TimPembebasan LahanKementerian PU),
2. My (Kepala Desa),3. Mk, Sr, Sh, Al
(warga yang terkenapembebasan lahan)
1. Su (Kepala TU TimPembebasan LahanKementerian PU)
1. Su (Kepala TU TimPembebasan LahanKementerian PU)
1. Su (Kepala TU TimPembebasan LahanKementerian PU),
2. My (Kepala Desa),3. Mk, Sr, Sh, Al
(warga yang terkenapembebasan lahan)
1. Su (Kepala TU TimPembebasan LahanKementerian PU),
2. My (Kepala Desa),3. Mk, Sr, Sh, Al
(warga yang terkenapembebasan lahan)
1. Su (Kepala TU TimPembebasan LahanKementerian PU)
44
2. Hambatan DalamMekanisme Pelepasan HakAtas Tanaha. Proses pendataan
kepemilikan tanahmasyarakat
b. Koordinasi denganmasyarakat yangberdomisili diluar desa
c. Ketidaktepatan waktumasyarakat dalammengumpulkan datakepemilikan tanah
d. Bukti kepemilikan tanahmasyarakat
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
1. My (Kepala Desa)2. Bw (Aparat Desa)
1. My (Kepala Desa)2. Bw (Aparat Desa)
1. My (Kepala Desa)2. Bw (Aparat Desa)
1. My (Kepala Desa)2. Bw (Aparat Desa)
3. Faktor-Faktor YangMempengaruhi SikapProaktif Masyarakat DalamPelepasan Hak Atas TanahUntuk Pembangunan JalanTola. Kebijakan Ganti Rugi Yang
Menguntungkan
b. Pemahaman TerhadapPentingnya PembangunanUntuk Kepentingan Umum(Jalan Tol Trans Sumatera)
c. Kualitas Layanan Publik1. Transparasi mekanisme
pemberian ganti rugi2. Komunikasi dua arah
yang dilakukan oleh timpelepasan hak atas tanah
d. Peran Kepala Desa
e. Pemaksaan atau takut akansanksi yang berlaku
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
1. Su (Kepala TU TimPembebasan LahanKementerian PU),
2. My (Kepala Desa),3. Mk, Sr, Sh, Al
(warga yang terkenapembebasan lahan).
1. Mk, Sr, Sh, Al (wargayang terkenapembebasan lahan)
1. Mk, Sr, Sh, Al(warga yang terkenapembebasan lahan)
1. Mk, Sr, Sh, Al(warga yang terkenapembebasan lahan)
1. Mk, Sr, Sh, Al(warga yang terkenapembebasan lahan)
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Desa Sabah Balau
Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan
dahulu lebih dikenal dengan nama Desa Siti Rejo. Desa Siti Rejo merupakan
pemekaran dari Desa Suwaluh yang sampai saat ini letaknya disebelah utara
Desa Siti Rejo. Desa Siti Rejo hanya berjarak 3Km dari Kota Bandar Lampung.
Kehidupan sekelompok masyarakat di Desa Siti Rejo sangat rukun dan damai
meskipun dalam keadaan primitif.
Kehidupan di Desa Siti Rejo pada saat itu juga dihiasi dengan hal-hal yang
berbau mistis. Konon cerita, di Desa Siti Rejo terdapat mahluk halus yang
menyerupai anak kecil mencari yuyu (sejenis kepiting) dan katak pada malam
hari. Kepala makhluk halus ini mengeluarkan api yang menyala bagaikan obor
(seperti jangkitan).
Seiring berjalannya waktu, seluruh warga Desa Siti Rejo mengetahui hal tersebut
dan hingga pada saat itu warga merasa resah akan keberadaan makhluk halus
tersebut sehingga aparat desa memutuskan untuk menembak makhluk tersebut.
Namun yang terjadi pada saat itu adalah makhluk halus berkepala obor semakin
banyak.
46
Setelah kejadian itu Desa Siti Rejo makin termasyur namun bukan dengan nama
Siti Rejo tetapi kata janggitan (Sabah Balau) yang identik dengan mahluk halus
(hantu). Kepopuleran Desa Sabah Balau menenggelamkan nama Desa Siti Rejo
sehingga oleh para pejabat pada saat itu desa siti rejo di ganti dengan nama Desa
Sabah Balau.
Seiring berjalannya waktu para warga sabah balau yang di motori oleh para
perangkat desa, tokoh masyarakat dan pemuda bersatu untuk mengubah sabah
balau menjadi ikon baru yang terang benderang di era modern. Seluruh warga
masyarakat menciptakan brand baru Sabah Balau yang semula terang karena
makhluk aneh menjadi terang benderang dengan gebyar kembang api dalam
setiap ulang tahun Desa Sabah Balau dan program 300 lampu di seluruh penjuru
Desa Sabah Balau.
B. Letak dan Luas Wilayah Desa Sabah Balau
Desa Sabah Balau merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Letak Desa Sabah Balau ditinjau
berdasarkan orbitase atau jarak desa dari pusat pemerintah. Maka jarak Desa
Sabah Balau dari ibu kota kecamatan yaitu 20 km dengan perkiraan lama jarak
tempuh ke ibu kota kecamatan selama 1 jam. Jarak Desa Sabah Balau dari ibu
kota kabupaten yaitu 87 km dengan perkiraan lama jarak tempuh ke ibu kota
kabupaten selama 2,5 jam (Monografi Desa Sabah Balau, 2013).
Desa Sabah Balau berbatasan dengan beberapa kelurahan, antara lain sebagai
berikut:
47
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Way Huwi dan Way Galih, Kecamatan
Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sukarame dan Sukabumi,
Kecamatan Sukabumi, Kota Bandar Lampung
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sukarame dan Harapan Jaya,
Kecamatan Sukarame, Kota Bandar Lampung
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sukanegara, Way Galih dan
Lematang, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan.
Tabel 2. Luas Wilayah Menurut Penggunaan
Luas pemukiman 345ha/m2
Pertanian sawah tadah hujan 85ha/m2
Ladang 102ha/m2
Jalan umum 23km/m2
Sekolah 2ha/m2
Sumber: Monografi Desa Sabah Balau, 2013
Luas wilayah Desa Sabah Balau adalah 534 ha/m2. Dengan luas pemukiman
masyarakat sebesar 345 ha, luas pertanian sawah tadah hujan sebesar 85 ha, luas
ladang sebesar 102 ha, dan luas sekolah sebesar 2 ha.
C. Karakteristik Tanah Pelepasan di Desa Sabah Balau Untuk Pembangunan
Jalan Tol Trans Sumatera
Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera di Provinsi Lampung membutuhkan
tanah seluas 2.670 ha/m2. Jalan Tol Trans Sumatera di Provinsi Lampung ini
melintasi 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten
48
Pesawaran dan Kabupaten Lampung Tengah. Dari ketiga kabupaten tersebut,
Jalan Tol Trans Sumatera melintasi Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung
Bintang Kabupaten Lampung Selatan (Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, 2015).
Luas wilayah Desa Sabah Balau adalah 534 ha/m2, dimana mayoritas lahan di
Desa Sabah Balau merupakan lahan perkebunan. Lahan perkebunan tersebut ada
yang milik pemerintah yaitu, PT. PN (Perseroan Terbatas Perkebunan
Nusantara) dan sebagian lainnya milik masyarakat. Selain lahan perkebunan,
terdapat pula sawah, ladang dan pemukiman warga (Monografi Desa Sabah
Balau, 2013).
Berikut peta Desa Sabah Balau, dimana lahan yang berwarna hijau adalah lahan
milik PT. PN, lahan berwarna biru adalah ladang, lahan berwarna cokelat adalah
pemukiman warga, dan lahan berwarna kuning adalah sawah:
Gambar 1. Peta Desa Sabah Balau. Sumber: Monografi Desa Sabah Balau,
2013
49
Lahan perkebunan milik PT. PN di Desa Sabah Balau masuk ke dalam patok
pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera. Selain itu, lahan perkebunan, sawah
dan pemukiman milik warga juga ada yang terkena pembebasan untuk
pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera. Jumlah warga yang kepemilikan
lahannya harus dibebaskan sebanyak 115 warga (Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, 2015).
Pemilik lahan perkebunan di Desa Sabah Balau tidak hanya berasal dari warga
Desa Sabah Balau sendiri, melainkan banyak pemilik lahan yang berasal dari
luar Desa Sabah Balau, bahkan diluar Provinsi Lampung. Hal tersebut terjadi
karena lahan perkebunan di Desa Sabah Balau merupakan lahan investasi yang
sudah di kavlingkan.
Lahan di Desa Sabah Balau milik warga yang harus dibebaskan adalah sebesar
274.058/m2, yaitu terdiri dari lahan perkebunan, sawah dan pemukiman. Dimana
lahan perkebunan yang mendominasi dengan luas 172.986/m2, sedangkan lahan
persawahan hanya sebesar 52.107/m2. Selain itu, 3 rumah milik warga Desa
Sabah Balau juga ada yang masuk kedalam patok pembangunan Jalan Tol Trans
Sumatera. Pada pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera di Desa Sabah Balau
tidak ada fasilitas umum yang harus direlakan seperti masjid, sekolah atau balai
desa (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015).
86
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dari bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sikap proaktif
masyarakat dalam pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan Jalan Tol
Trans Sumatera, sebagai berikut:
1. Mekanisme pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan Jalan Tol Trans
Sumatera, khususnya di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang
Kabupaten Lampung Selatan telah berjalan sesuai Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum Pasal 1 hingga Pasal 50 dan sesuai dengan
tahapannya, yaitu tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan
penyerahan hasil menjunjung asas kemanusiaan, keadilan, keterbukaan,
keikutsertaan, dan kesejahteraan.
2. Secara keseluruhan mekanisme pelepasan hak atas tanah untuk
pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera, khususnya di Desa Sabah Balau
Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan berjalan sesuai
dengan yang diharapkan warga yang terkena pembebasan tanah, namun
tetap ada hambatan yang muncul dalam pelaksanaannya. Hambatan-
87
hambatan yang ditemui dalam mekanisme pelepasan hak atas tanah
tersebut yaitu:
a. Proses pendataan kepemilikan tanah warga. Di Desa Sabah Balau
terdapat tanah kavlingan yang sudah berganti tangan berkali-kali,
sehingga sulit untuk menemukan pemilik tanah.
b. Mayoritas warga yang terkena pembebasan tanah bukan warga Desa
Sabah Balau sehingga sulit untuk berkoordinasi.
c. Ketidaktepatan waktu warga dalam mengumpulkan data kepemilikan
tanah. Dengan alasan sibuk bekerja membuat warga telat
mengumpulkan berkas-berkas kepemilikan tanahnya.
d. Bukti kepemilikan tanah warga. Beberapa alas kepemilikan tanah
berupa warisan dan tanah kavlingan belum atas nama pemilik yang
sekarang, sehingga warga tersebut harus terlebih dahulu mengurus alas
kepemilikan tanah.
3. Dalam proses pelepasan hak atas tanah pada pembangunan Jalan Tol Trans
Sumatera tidak ditemukan konflik, khususnya di Desa Sabah Balau
Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Sikap proaktif
masyarakat Desa Sabah Balau dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain;
a. Kebijakan ganti rugi yang menguntungkan. Warga tidak hanya
mendapatkan uang ganti rugi atas tanah yang dimiliki, tetapi tanam
tumbuh, bangunan dan nilai ekonomis lainnya.
88
b. Masyarakat telah memiliki pemahaman terhadap pentingnya
pembangunan untuk kepentingan umum, khususnya pembangunan
Jalan Tol Trans Sumatera.
c. Kualitas layanan publik yang baik. Transparasi mekanisme pelepasan
hak atas tanah dan sistem komunikasi dua arah telah dilakukan oleh tim
pelepasan hak atas tanah.
d. Peran Kepala Desa Sabah Balau. Mediasi yang dilakukan oleh Kepala
Desa Sabah Balau dapat mengubah keputusan salah satu warga yang
awalnya kurang setuju dengan jumlah ganti rugi yang diterima.
e. Takut akan sanksi yang berlaku. Warga sadar akan sanksi yang akan
diterima jika tidak setuju, yaitu harus mengajukan gugatan ke
pengadilan negeri. Untuk mengajukan gugatan tersebut membutuhkan
waktu, tenaga dan biaya.
Dari beberapa faktor tersebut membuktikan bahwa telah terjadi kerja sama
dan komitmen antara instansi pemohon (Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Provinsi Lampung), masyarakat yang memiliki
tanah, pemerintah daerah dan lembaga pertanahan baik provinsi maupun
kabupaten.
B. Saran
Dari penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sikap proaktif
masyarakat dalam pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan Jalan Tol
Trans Sumatera ini dapat memberikan saran sebagai berikut:
89
1. Instansi atau pemerintah yang ingin melakukan pembangunan
dikemudian hari dan mumbutuhkan lahan milik masyarakat dapat
mempelajari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 terlebih dahulu
untuk mencegah terjadinya konflik pembebasan lahan.
2. Proses pembebasan lahan untuk proyek pembangunan terkesan
terburu-buru karena mengejar target waktu penyelesaian yang telah
ditetapkan oleh instansi atau pemerintah. Upaya ini hanya akan
membuat masyarakat sedikit kesulitan untuk mengikuti segala
rangkaian pembebasan lahan. Hendaknya proses pembebasan lahan
berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk peneliti
selanjutnya, dimana peneliti selanjutnya disarankan untuk memperoleh
informasi yang lebih medalam sehingga dapat memperkaya hasil
penelitian ini dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ahmadi, Rulam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitiatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Azwar, Saifuddin. 2013. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Graafindo
Persada.
Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Ismaya, Samun. 2013. Hukum Administrasi Pertanahan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kulsum, Umi dan Jauhar, Mohammad. 2014. Pengantar Psikologi Sosial. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2011. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana
Wresniwiro, 2007. Membangun Republik Desa. Jakarta: Visimedia.
Yuwono, Teguh, 2001. Manajemen Otonomi Daerah: Membangun Daerah
Berdasarkan Paradigma Baru. Semarang: Clogapps Diponegoro University.
Arsip
Badan Pengatur Jalan Tol Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia.
2014. Tujuan dan Manfaat Jalan Tol. Diunduh dari:
http://bpjt.pu.go.id/konten/jalan-tol/tujuan-dan-manfaat [24 September 2015]
BPN. 2012. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012. Diunduh dari:
http://www.bpn.go.id/Publikasi/Peraturan-Perundangan/Undang-
Undang/undang-undang-nomor-2-tahun-2012-876 [3 September 2015]
Bappenas. 2004. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004–
2009. Diunduh dari:
http://www.bappenas.go.id/files/9814/2099/2543/RPJMN_2004-2009.pdf
[25 September 2015]
BPS. 2010. Penduduk Indonesia Menurut Provinsi. Diunduh dari:
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267. [18 September 2015]
Monografi Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten lampung
Selatan 2013
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol
Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 71 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 30 tahun 2015 perubahan ketiga atas
Peraturan Presiden nomor 71 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur
Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria
Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
Jurnal Online
Basri, Said Hasan. 2013. Analisis Konflik Pembebasan Tanah Dan Resolusinya Di
Balik Mega Proyek Jembatan Suramadu. Walfare: Jurnal Ilmu Kesejahteraan
Sosial. Diunduh dari: http://digilib.uin-
suka.ac.id/13936/1/Welfare%20Vol%202%20No%201%20Januari%20-
%20Juni%202013%20CHAPTER%202.pdf [3 September 2015]
Intan, Dimiyati Gedung. 2011. Penyelesaian Konflik Pertanahan Di Provinsi
Lampung. Jurnal Keadilan Progresif. Diunduh dari:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=158436&val=5958&titl
e=Penyelesaian%20Konflik%20Pertanahan%20di%20Provinsi%20Lampun
g [27 September 2015]
Listyawati, Hery. Sulastriyono. 2014. Kajian Konflik Dalam Pengadaan Tanah
Untuk Pembangunan Jalur Evakuasi Tsunami Alai-By Pass Di Kota Padang.
Mimbar Hukum: Jurnal Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Diunduh
dari:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=281673&val=7175
&title=KAJIAN%20KONFLIK%20DALAM%20PENGADAAN%20TAN
AH%20UNTUK%20PEMBANGUNAN%20JALUR%20EVAKUASI%20
TSUNAMI%20ALAI-BY%20PASSDI%20KOTA%20PADANG[4 Oktober
2015]
Lubis, Asri. 2009. Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam
Pembangunan. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED. Diunduh dari:
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-24607-Asri.pdf [18
September 2015]
Misiyanti, Rika. 2014. Peran Camat Dalam Pembangunan Fisik Di Kecamatan
Sungai Kunjang Kota Samarinda. Ejournal: Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Mulawarman. Diunduh dari:
http://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2014/05/(283563050)%20eJournal%20rika%20(05-20-14-
10-37-45).pdf [18 September 2015]
Nur, Faisal. Bulkis, Sitti. Naping, Hamka. 2014. Partisipasi Masyarakat Dalam
Proses Pembangunan Infrastruktur Desa Studi Kasus: Program Alokasi
Dana Desa Di Desa Bialo Kabupaten Bulukumba. Diunduh dari:
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/20896e948e4eafaba6c303ccdf0d8280.pd
f [18 September 2015]
Sari, R.A. Vivi Yulian. Susanti, Neri. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) Di Unit Pelayanan Pendapatan Provinsi (UPPP) Kabupaten Seluma.
Diunduh dari: jurnal.unived.ac.id/index.php/er/article/download/5/4 [4
Oktober 2015]
Sefriani. 2011. Ketaatan Masyarakat Internasional terhadap Hukum Internasional
dalam Perspekti Filsafat Hukum. JURNAL HUKUM NO. 3 VOL. 18.
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Diunduh dari:
Supriyadi. 2010. Pengaruh Implementasi Program Dana Pembangunan Desa
Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Pangkoh Sari
Kecamatan Pandih batu Kabupaten Pulang Pisau. Diunduh dari:
http://jurnalstieikayutangi.ac.id/downlot.php?file=9.PENGARUH%20IMPL
EMENTASI%20PROGRAM%20DANA%20PEMBANGUNAN%20DESA
%20TERHADAP%20PARTISIPASI%20MASYARAKAT%20DALAM%2
0PEMBANGUNAN.pdf [4 Oktober 2015]
Yulianita, Anna. 2009. Analisis Sektor Unggulan Dan Pengeluaran Pemerintah Di
Kabupaten Ogan Komering Ilir. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Diunduh
dari:http://eprints.unsri.ac.id/2834/1/Analisis_Sektor_Unggulan_dan_Pengel
uaran_Pemerintah_di_Kab_OKI_--_isi.pdf [4 Oktober 2015]
Artikel Online
Soemardi, B.W. 2006. Manajemen Risiko Proyek dalam Pembangunan
Infrastruktur. Semarang: Seminar Nasional Manajemen Konstruksi, Magister
Teknik Sipil UNISSULA. Diunduh dari:
http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/manajemen_dan_rekayasa_konstruksi/wp-
content/uploads/2007/03/4manajemenrisikoproyek.pdf [24 September 2015]
Berita Online
Antara. 2015. Ridho Harap Pembangunan Tol Berbarengan dengan Dermaga.
Diunduh dari: http://lampost.co/berita/ridho-harap-pembangunan-tol-
berbarengan-dengan-dermaga [ 18 September 2015]
Sutaryana, Dadan. 2015. Pemerintah segera Membangun Jalan Tol Lintas
Sumatera. Diunduh dari:
http://www.rri.co.id/post/editorial/223/editorial/pemerintah_segera_memban
gun_jalan_tol_lintas_sumatera.html [ 18 September 2015]
Skripsi
Wijaya, Anton Prastyo. 2015. Konflik Pembebasan Lahan Dalam Proyek
Pembangunan Jalan Lintas Pantai Timur Sumatera (Studi Kasus Konflik
Pembebasan Lahan Warga Desa Jepara Kecamatan Way Jepara Kabupaten
Lampung Timur). Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
Hutabarat, Syarifuddin. 2008. Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Lahan
Studi Kasus: Flyover Amplas Medan. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4360/1/09E00165.pdf [4
Oktober 2015]
Oktaviana, Yeni Indrayani. 2015. Pelaksanaan Ganti Kerugian Dalam Pengadaan
Tanah Untuk Pembangunan Jalan Bypass Bill II Studi di Kabupaten Lombok
Barat. Diunduh dari:
http://fh.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Yeni-Indrayani-
Oktaviana-D1A111311-PELAKSANAAN-GANTI-KERUGIAN-DALAM-
PENGADAAN-TANAH-UNTUK-PEMBANGUNAN-JALAN-BYPASS-
BIL-II.pdf [4 Oktober 2015]