FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
VOLATILITAS HARGA SAHAM
SKRIPSI
Disusun Oleh:
JULISA MUSTIKA
1412110088
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT INFORMATIKA DAN BISNIS DARMAJAYA
BANDAR LAMPUNG
2018
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Desa Pulau Panggung Enim pada tanggal 05 Juli 1996. Penulis
anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syahril dan Ibu Isniana.
Adapun pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis antara lain yaitu:
1. SD Negeri 3 Pratama Mandira, OKI, Sumatera Selatan
2. SMP Budi Pratama, OKI, Sumatera Selatan
3. SMA Negeri 1 Lawang Kidul, Tanjung Enim, Sumatera Selatan
Tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan S1 Ekonomi Manajemen di Kampus
IIB Darmajaya Bandar Lampung sampai dengan sekarang. Sampai dengan
penulisan skripsi ini peneliti masih terdaftar sebagai mahasiswa Program S1
Ekonomi Manajemen IIB Darmajaya Bandar Lampung.
Bandar Lampung, 29 Agustus 2018
Julisa Mustika
1412110088
vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT., peneliti mempersembahkan
karya sederhana untuk:
1. Keluargaku yang tercinta Ayahanda Syahril, Ibunda Isniana, Kakakku Hesty
Safitri dan Adikku Arini Wasila serta keluarga besarku yang selalu
mendukung, memotivasi, mendo’akan, menasehati dan selalu menanti
keberhasilanku. Kupersembahkan semua ini untuk kalian, tanpa kalian aku
bukan apa-apa, semoga Allah SWT. selalu memberi rahmat, kesehatan
jasmani dan rohani kepada kita semua. Semoga karya kecil ini menjadi awal
dari kebanggaan keluarga besar kita.
2. Dosen pembimbingku Ibu Susanti, S.E., M.M yang selalu sabar dalam
membimbing dan mengarahkanku sehingga laporan ini dapat saya selesaikan.
Terimakasih telah menjadi dosen pembimbing yang terbaik.
3. Sahabat-sahabat terbaikku Iyan Bastian, Bobi Pratama, Eva Rosmawati, Eka
Ratna Dewi, Ajeng Pramekso Dewi, Lilis Atmasari dan Herdita Septalia yang
selalu ada dalam hal apapun, ketika susah ataupun senang, dan teman-teman
seperjuangan angkatan 2014 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang
selalu memberikan semangat dan dukungannya kepadaku. Untuk kalian semua
saya ucapkan terimakasih banyak kawan.
4. Teman-teman SMA ku Swata Pratama, Dini Ayu Safitri dan Melin Susanti,
terimakasih atas doa dan semangat serta motivasi yang terus kalian berikan
kepadaku, terimakasih atas kebersamaan dan persahabatan yang kita jalin
sampai saat ini.
5. Almamaterku tercinta IIB Darmajaya Bandar Lampung yang telah
memberikan saya banyak pengalaman dan ilmu-ilmu yang berharga. Semoga
ilmu yang saya dapatkan ini bisa menjadi ilmu yang bermanfaat nantinya.
vii
MOTTO
“Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik
pelindung”
(QS. Ali Imran: 173)
“Setiap kebenaran bermakna tetap dan nyata.
Tujuan belajar adalah memahami semangatnya dan bukan hasilnya”
(Pepatah Cina)
“Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau hidup
selamanya”
(Mahatma Gandhi)
“Belajar tanpa berpikir adalah usaha yang sia-sia”
(Konfusius)
“Kesuksesan adalah buah hasil dari kerja keras dan kesabaran”
-Penulis-
viii
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
VOLATILITAS HARGA SAHAM
Disusun oleh:
Julisa Mustika
Volatilitas harga saham merupakan besarnya jarak antara fluktuasi atau naik
turunnya harga saham atau valas. Volatilitas tinggi berarti harga naik tinggi
dengan cepat lalu tiba-tiba turun dalam dengan cepat pula, sehingga
memunculkan selisih sangat besar antara harga terendah dan harga tertinggi dalam
suatu waktu. Faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham antara lain
kebijakan dividen, leverage, dan pertumbuhan asset (growth).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh kebijakan
dividen, leverage dan pertumbuhan asset (growth) terhadap volatilitas harga
saham. Peneliti ingin menguji volatilitas harga saham pada perusahaan sektor
pertambangan selama periode 2013-2016. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder, sedangkan teknik samplingnya menggunakan purposive
sampling. Sempel dalam penelitian ini berjumlah 9 perusahaan. Teknik analisis
yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan uji hipotesis menggunakan
uji t secara parsial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Variabel dividen berpengaruh signifikan
terhadap volatilitas harga sahampada perusahaan sektor pertambangan selama
periode 2013-2016.2) Variabel leveragetidakberpengaruh signifikan terhadap
volatilitas harga saham pada perusahaan sektor pertambangan selama periode
2013-2016.3) Variabel pertumbuhan asset (growth) berpengaruh signifikan
terhadap volatilitas harga saham pada perusahaan sektor pertambangan selama
periode 2013-2016.
Kata Kunci: Kebijakan Dividen, Leverage, Pertumbuhan Asset dan Volatilitas
Harga Saham.
x
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
segala rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI VOLATILITAS HARGA SAHAM”.
Adapun penyusunan skripsi ini penulis menyusun dengan maksud dan tujuan
untuk memenuhi tugas akhir dan melengkapi salah satu syarat kelulusan pada
Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen, Program Studi Manajemen Keuangan,
Informatics & Business Institute Darmajaya.
Dalam usaha menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya akan
keterbatasan waktu, pengetahuan, dan biaya sehingga tanpa bantuan dan
bimbingan dari semua pihak tidak mungkin berhasil dengan baik.
Dengan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Hi. Ir. Firmansyah YA., MBA., M. Sc., selaku Rektor IIB Darmajaya.
2. Bapak Dr. RZ. Abdul Aziz, S.T., M.T., selaku Wakil Rektor I IIB Darmajaya.
3. Bapak Ronny Nazar, S.E., M.M., selaku Wakil Rektor II IIB Darmajaya.
4. Bapak Muprihan Thaib, S.Sos., M.M., selaku Wakil Rektor III IIB
Darmajaya.
5. Bapak Dr. Anuar Sanusi, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Bisnis dan
Ekonomi IIB Darmajaya.
6. Ibu Aswin, S.E., M.M., selaku Ketua Jurusan Manajemen IIB Darmajaya.
7. Ibu Susanti, S.E., M.M., selaku dosen pembimbing penulisan skripsi yang
telah banyak membantu dan memberikan petunjuk, dan saran kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Edi Pranyoto, S.E., M.M., Ibu Winda Rika Lestari, S.E., M.M., Ibu Ita
Fionita, S.E., M.M., selaku dosen Manajemen Keuangan dan seluruh dosen
dan staf Jurusan Manajemen Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya yang
telah membagi ilmunya yang bermanfaat bagi penulis.
xi
9. Teristimewa untuk kedua orang tua saya yang selalu mendukung segala
aktivitas penulis dan senantiasa mendoakan yang terbaik untuk semua
pengorbanan ini.
10. Adik-adik ku yang tercinta yang selalu memberi motivasi penulis untuk terus
berjuang demi masa depan dan menjadi contoh yang baik baginya.
11. Sahabat-sahabatku, Hesty Safitri, Iyan Bastian, Eva Rosmawati, Bobi
Pratama, Eka Ratna Dewi, Ajeng Pramekso Dewi, Lilis Atmasari dan Herdita
Septalia terimakasih atas bantuan, motivasi, semangat, dan pengertiannya
selama ini.
12. Teman-teman seperjuangan PKPM Pekon Restu Buana, Kecamatan Rumbia,
Kabupaten Lampung Tengah, Riwan, Hesty Safitri, Rizki Asmianan, Deyan
Ita Pratiwi dan Eva Octavia Simanjuntak.
13. Teman-teman SMP dan SMA ku Swata Pratama, Dini Ayu Safitri dan Melin
Susanti.
14. Semua pihak yang telah banyak ataupun sedikit membantu dalam penulisan
skripsi ini.
15. Teman-teman angkatan 2014.
16. Almamaterku tercinta IIB Darmajaya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran senantiasa penulis harapkan kepada semua pembaca
demi kesempurnaan dimasa mendatang. Sehingga bermanfaat untuk kita semua.
Bandar Lampung, 29 Agustus 2018
Penulis,
Julisa Mustika
1412110088
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI ............................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN SKRIPSI ........................ iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... v
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi
MOTTO ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 10
1.3 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 10
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 11
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 11
1.6 Sistematika Penelitian .......................................................................... 12
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori ..................................................................................... 14
2.1.1 Signalling Theory (Teori Sinyal) .............................................. 14
2.2 Definisi Umum Variabel ...................................................................... 18
2.2.1 Volatilitas Harga Saham .......................................................... 18
2.2.2 Kebijakan Dividen .................................................................... 20
2.2.3 Leverage.................................................................................... 22
2.2.4 Pertumbuhan Asset (Growth) ................................................... 23
xiii
2.3 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 24
2.4 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 28
2.5 Pengembangan Hipotesis ..................................................................... 29
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 33
3.2 Sumber Data ......................................................................................... 33
3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 34
3.4 Populasi dan Sampel ............................................................................ 35
3.4.1 Populasi ..................................................................................... 35
3.4.2 Sampel ...................................................................................... 35
3.5 Metode Analisis Data ........................................................................... 37
3.5.1 Variabel Penelitian .................................................................... 37
3.5.2 Jenis Data .................................................................................. 39
3.6 Uji Persyaratan Data ............................................................................ 40
3.6.1 Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 40
3.7 Pengujian Hipotesis .............................................................................. 43
3.7.1 Kerangka Hipotesis .................................................................... 43
3.7.2 Hipotesis Statistik....................................................................... 46
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 47
4.1.1 PT Adaro Energy Tbk (ADRO) ................................................ 47
4.1.2 PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) .............................. 48
4.1.3 PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
(PTBA)...................................................................................... 48
4.1.4 PT Samindo Resources Tbk (MYOH) ...................................... 49
4.1.5 PT Bayan Resources Tbk (BYAN) ........................................... 49
4.1.6 PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) ................................... 50
4.1.7 PT Indo Tambang Megah Tbk (SMMT) .................................. 51
4.1.8 PT Harum Energy Tbk (HRUM) .............................................. 51
4.1.9 PT Toba Bara Sejahtera Tbk (TOBA) ...................................... 52
xiv
4.2 Hasil Penelitian .................................................................................... 53
4.2.1 Hasil Perhitungan Variabel Penelitian ...................................... 53
4.3 Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 59
4.3.1 Hasil Uji Normalitas Data......................................................... 59
4.3.2 Hasil Uji Multikolinearitas ....................................................... 59
4.3.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................... 60
4.3.4 Hasil Uji Autokorelasi .............................................................. 61
4.4 Uji Hipotesis ........................................................................................ 62
4.4.1 Model Regresi Linier Berganda ................................................. 62
4.5 Pengujian Hipotesis .............................................................................. 64
4.5.1 Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap
Volatilitas Harga Saham ............................................................ 64
4.5.2 Pengaruh Leverage terhadap Volatilitas Harga Saham ............. 64
4.5.3 Pengaruh Pertumbuhan Asset (Growth) terhadap
Volatilitas Harga Saham ............................................................ 65
4.6 Pembahasan .......................................................................................... 65
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .............................................................................................. 71
5.2 Saran ..................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
LAMPIRAN .........................................................................................................
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Fluktuasi Harga Saham Pada Sub Sektor Pertambangan
Periode 2012-2016 ................................................................... 4
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .............................................. 25
Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel .................................................. 36
Tabel 3.2 Sampel Penelitian ..................................................................... 36
Tabel 3.3 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ............. 43
Tabel 4.1 Perhitungan Volatilitas Harga Saham ..................................... 53
Tabel 4.2 Perhitungan Kebijakan Dividen ............................................... 55
Tabel 4.3 Perhitungan Leverage .............................................................. 56
Tabel 4.4 Perhitungan Pertumbuhan Asset (Growth) .............................. 58
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data ........................................................ 59
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas....................................................... 60
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................... 61
Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi .............................................................. 61
Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ................................... 62
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Fluktuasi Harga Saham Pada Sub Sektor Pertambangan
Periode 2012-2016 .......................................................... 4
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................... 28
Gambar 3.1 Kerangka Hipotesis 1 ...................................................... 44
Gambar 3.2 Kerangka Hipotesis 2 ...................................................... 45
Gambar 3.3 Kerangka Hipotesis 3 ...................................................... 45
xvii
LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sub Sektor Pertambangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Lampiran 2 Sampel Penelitian
Lampiran 3 Fenomena Volatilitas Harga Saham Periode 2013-2016
Lampiran 4 Data Variabel Dependen dan Variabel Independen
Lampiran 5 Perhitungan SPSS
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi sekarang ini, suatu negara dapat dikatakan maju apabila
negara tersebut kaya akan modal dan teknologi. Salah satu cara yang
dilakukan oleh suatu negara untuk mendapatkan modal dalam jumlah yang
besar yaitu melalui suntikan dana dari investor yang melakukan investasi di
pasar modal negara tersebut. Pasar modal kini memiliki peranan penting yang
tidak hanya sebagai sarana pendanaan namun juga lebih dari itu, pasar modal
memiliki peranan sebagai penguat ketahanan ekonomi suatu negara. Pasar
modal (capital market) merupakan suatu forum dimana orang-orang yang
memiliki kelebihan dana dan orang-orang yang membutuhkan dana
berkumpul dengan tujuan memperjualbelikan berbagai jenis instrumen
keuangan jangka panjang, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa
dana, dan instrumen derivatif maupun instrumen lainnya.
Investor memiliki kebebasan dalam memilih dan menentukan bentuk
investasi mana yang cocok dengan dirinya. Investasi ini dapat berupa
investasi financial assets seperti saham, deposito dan obligasi ataupun juga
real assets seperti tanah, emas dan bangunan. Masing-masing bentuk
investasi ini memiliki tingkat risiko dan keuntungan yang berbeda-beda.
Salah satu jenis instrumen pasar modal yang paling banyak ditawarkan
perusahaan, paling populer dan paling mendominasi volume transaksi adalah
saham. Saham (stock) merupakan surat tanda bukti kepemilikan bagian
modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut
memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan
berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2
Salah satu alasan mengapa investasi saham paling diminati oleh investor
adalah karena faktor tingkat pengembalian saham (return) dan faktor risiko
yang akan dihadapi oleh investor itu sendiri. Seorang investor biasanya
cenderung akan mengumpulkan informasi-informasi mengenai harga saham
maupun kinerja perusahaan sebagai bahan pertimbangannya dalam
melakukan investasi. Seorang investor membutuhkan suatu tolak ukur yang
dapat di jadikannnya untuk menilai apakah suatu investasi itu layak dilakukan
atau tidak. Biasanya tolak ukur yang dijadikan penilaian adalah harga saham
dan kinerja perusahaan.
Perkembangan kondisi pasar modal yang selalu berubah dengan cepat
memberi dampak besar bagi keputusan investor dalam melakukan investasi
saham. Dalam investasi pasar modal, para investor memerlukan sejumlah
informasi yang bekaitan dengan dinamika harga saham guna pengambilan
keputusan tentang saham perusahaan mana yang layak dipilih agar sesuai
dengan karakteristik dan return yang diharapkan. Umumnya, semakin besar
return yang diharapkan (expected return), maka semakin besar pula resiko
yang akan dihadapinya. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa hampir
semua investasi mengandung risiko yang tidak dapat diketahui dengan pasti
oleh investor.
Penilaian investor terhadap harga saham dan kinerja perusahaan ini akan
mempengaruhi tingkat kepercayaan kepada perusahaan dan pengambilan
keputusan seorang investor apakah ia akan berinvestasi atau tidak
diperusahaan tersebut. Hal ini akan berdampak pada naik turunnya harga
saham perusahaan tersebut yang dapat dilihat dari volatilitas harga sahamnya.
Volatilitas harga saham merupakan besarnya jarak antara fluktuasi atau naik
turunnya harga saham atau valas. Volatilitas tinggi berarti harga naik tinggi
dengan cepat lalu tiba-tiba turun dalam dengan cepat pula, sehingga
3
memunculkan selisih sangat besar antara harga terendah dan harga tertinggi
dalam suatu waktu.
Secara umum, volatilitas di pasar keuangan mencerminkan tingkat risiko
yang dihadapi investor. Investor pada dasarnya merupakan risk averse (tidak
senang risiko), dan volatilitas harga saham menjadi sesuatu yang penting
bagi mereka karena merupakan ukuran tingkat risiko yang mereka akan
hadapi. Semakin tinggi volatilitas, maka ketidak pastian dari return yang akan
diterima juga akan semakin tinggi. Bila volatilitas hariannya tinggi maka
harga saham akan mengalami kenaikan dan penurunan yang tinggi sehingga
memberi peluang untuk melakukan perdagangan atau transaksi demi
mendapatkan keuntungan dari adanya perbedaan (margin) dari harga awal
dengan harga akhir pada saat melakukan transaksi. Meski demikian, risiko
yang dimilikinya juga sangat besar. Pada saham seperti ini akan berlaku “high
risk high return” (I Wayan dan Ketut, 2017).
Volatilitas yang tinggi biasanya disukai oleh trader jangka pendek yang
menginginkan return berupa pendapatan dari selisih harga jual saham
terhadap harga belinya (capital gain) yang besar. Sedangkan, harga saham
yang volatilitasnya rendah maka pergerakan harga sahamnya rendah. Pada
volatilitas rendah biasanya investor tidak bisa memperoleh keuntungan tetapi
harus memegang saham dalam jangka panjang agar memperoleh capital gain
(Firmansyah dalam Irma, 2017). Volatilitas yang rendah biasanya disukai
oleh trader jangka panjang yang menginginkan kestabilan nilai return.
Berikut ini adalah harga penutupan saham pada sub sektor pertambangan
periode 2012-2016.
4
Tabel 1.1
Fluktuasi Harga Saham Pada Sub Sektor Pertambangan
Periode 2012-2016
Sub Sektor
Harga Penutupan Saham
2012 2013 2014 2015 2016 Perubahan
(%)
Batu bara 94.117 71.428 50.562 28.011 53.448 -4%
Minyak & Gas
Bumi 5.636 5.359 8.019 3.177 3.767 13%
Logam & Mineral
Lainnya 11.550 9.075 8.260 7.464 8.676 2%
Batu-Batuan 141 139 252 180 141 9%
Sumber: www.sahamok.com
Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan harga penutupan saham pada sub sektor
pertambangan yang terdaftar di BEI. Adanya peningkatan dan penurunan
harga saham secara lebih jelas dapat diketahui dengan melihat grafik fluktuasi
harga saham dari setiap sub sektor pertambangan yang terdaftar di BEI
selama tahun 2012 sampai dengan 2016 pada Gambar 1.1 berikut ini.
Gambar 1.1 Fluktuasi Harga Saham
Pada Sub Sektor Pertambangan Periode 2012-2016
Sumber: www.sahamok.com (Data diolah, 2018)
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
2012 2013 2014 2015 2016
Batu Bara Minyak & Gas BumiLogam & Mineral Lainnya Batu-Batuan
5
Berdasarkan Gambar 1.1 menunjukkan bahwa adanya peningkatan dan
penurunan harga penutupan saham selama periode 2012 sampai dengan 2016.
Dari fluktuasi harga saham selama 5 tahun tersebut, sub sektor pertambangan
yang mengalami peningkatan harga saham tertinggi adalah sub sektor Minyak
& Gas Bumi dengan perubahan harga penutupan saham sebesar 13%, lalu sub
sektor Batu-Batuan dengan perubahan harga penutupan saham sebesar 9%.
Kemudian untuk sub sektor Logam & Mineral Lainnya dengan perubahan
harga penutupan saham sebesar 2% dan terakhir hanya satu sub sektor
pertambangan yang mengalami penurunan adalah sub sektor Batu Bara
dengan perubahan harga penutupan saham sebesar -4%. Fluktuasi harga
saham tersebut terjadi karena adanya interaksi permintaan dan penawaran
terhadap sub sektor batu bara sebagai akibat dari adanya pemberitaan terkait
rencana pemerintah yang akan melakukan pengaturan harga penjualan batu
bara untuk pembangkit listrik dan juga dipengaruhi oleh melemahnya batu
bara di pasar global (www.sahamok.com).
Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-
harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan.
Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran
atas saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan
demand atas saham tersebut yang terjadi karena adanya banyak faktor. Studi
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham telah
dilakukan oleh para penelitian terdahulu. Faktor-faktor yang dijadikan untuk
mengukur volatilitas harga saham adalah kebijakan dividen, leverage, dan
pertumbuhan asset.
Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan yang nantinya digunakan untuk
berinvestasi dimasa mendatang. Kebijakan pembagian deviden manjadi salah
6
satu faktor penentu keputusan apakah seorang investor akan
menginvestasikan dana mereka atau tidak di pasar modal. Informasi tentang
naik-turunnya dividen tunai yang dibagikan perusahaan merupakan salah satu
informasi yang dipandang cukup penting, karena dalam informasi tersebut
mengandung muatan informasi yang berkenaan dengan prospek keuntungan
yang akan diperoleh suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Sedangkan
bagi investor pengharap imbalan capital gain, informasi tentang pembagian
dividen dipercaya akan dapat memengaruhi perilaku harga saham di bursa
akibat dari aksi investor yang menginginkan keuntungan dari kejadian
tersebut. Menurut Husnan (1996) dalam Andreas dan Surya (2013)
menyatakan bahwa perusahaan lebih suka menahan keuntungan daripada
membagikan dalam bentuk dividen sedangkan investor lebih suka
pembayaran dividen saat ini daripada menundanya untuk direalisir dalam
bentuk capital gain.
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Raudhatul dan Musfiari
(2016) kebijakan dividen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
volatilitas harga saham. Hal ini dikarenakan jika semakin besar laba yang
ditahan maka akan semakin sedikit jumlah laba untuk pembayaran dividen,
sehingga mengurangi risiko dalam berinvestasi dan berpengaruh terhadap
naik turunnya harga saham. Dan juga apabila dari tahun ketahun kebijakan
dividen mengahasilkan tingkat dividen yang terus bertambah maka hal ini
akan meningkatkan kepercayaan bagi investor serta secara tidak langsung hal
ini juga dapat memberikan informasi kepada investor bahwa kemampuan
sebuah perusahaan dalam menciptakan laba akan semakin meningkat.
Sedangkan hasil berbeda ditunjukkan dalam penelitian I Wayan dan Ketut
(2017) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif pada
volatilitas harga saham. Hal ini dikarenakan peningkatan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba yang juga diiringi dengan semakin
7
besarnya dividen yang dibagikan maka akan menyebabkan peningkatan harga
saham. Karena banyak investor yang tertarik untuk membeli saham
perusahaan yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba,
sehingga permintaan akan saham tersebut meningkat.
Faktor kedua yang dapat mempengaruhi volatilitas harga saham adalah
leverage. Leverage menunjukkan tingkat utang yang mencerminkan risiko
suatu perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2004:24) yang
menyatakan bahwa harga saham perusahaan diantaranya dipengaruhi oleh
tingkat utang yang menggunakan pengukuran debt to equity ratio. Debt to
equity ratio menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang yang dimiliki perusahaan.
Ketidakmampuan pencapaian laba dan meutupi utang perusahaan merupakan
hal yang tidak diharapkan oleh investor, dan mempengaruhi perilaku investor
untuk menjual atau membeli saham.
Sebagai salah satu kebijakan pendanaan perusahaan, leverage menimbulkan
beban atau biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan. Leverage
memberikan pengaruh terhadap informasi yang di timbulkan. Misalnya reaksi
atas bad news menyebabkan penurunan dan good news menyebabkan
kenaikan. Perusahaan perlu mengkombinasikan sumber pendanaannya antara
modal sendiri dengan utang. Semakin tinggi leverage, maka mencerminkan
risiko perusahaan relatif tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan dalam operasi
cenderung tergantung terhadap utang dan perusahaan memiliki kewajiban
untuk membayar bunga utang yang mengakibatkan laba perusahaan
berkurang, sehingga para investor cenderung akan menghindari saham-saham
yang memiliki rario leverage yang tinggi (Sulia dan Rice, 2013).
Menurut penelitian yang dilakukan Maya Sova (2013) menyatakan bahwa
leverage yang diproksikan dengan DER berpengaruh positif dan signifikan
8
terhadap volatilitas harga saham. Hal ini dikarenakan semakin tinggi leverage
suatu perusahaan, maka semakin besar volatilitas harga saham perusahaan
tersebut.
Sedangkan hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian menurut Andreas
dan Surya (2013) yang menyatakan leverage tidak berpengaruh terhadap
volatilitas harga saham. Hal ini disebabkan karena investor tidak selalu
melihat ketergantungan perusahaan terhadap hutang yang harus diperhatikan
dalam pengambilan keputusan investasi namun investor lebih memperhatikan
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan.
Faktor terakhir yang di indikasikan memiliki pengaruh terhadap volatilitas
harga saham adalah pertumbuhan asset (growth). Pertumbuhan asset
merupakan indikator seberapa besar perusahaan itu menggunakan dananya.
Pertumbuhan aset ini dapat mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam
mengelola manajemen perusahaan dengan baik. Hal ini dapat memberikan
informasi bagi para pelaku pasar modal karena perusahaan tersebut mengelola
dengan baik dan mempengaruhi para investor dalam melihat perubahan harga
saham dimasa yang akan datang.
Semakin cepat pertumbuhan aset, semakin besar kebutuhan dana dimasa
mendatang, semakin mungkin perusahaan menahan pendapatan, bukan
membayarkannya sebagai dividen. Menurut (Sartono, 2010) dalam Ivan dan
Yuyun (2017) mengatakan bahwa pembayaran dividen yang semakin besar
akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk berinvestasi sehingga akan
menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan dan selanjutnya akan
menurunkan harga saham. Hal ini berarti pertumbuhan asset memiliki
hubungan linier dengan volatilitas harga saham.
9
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aditya dan Mahdy (2015)
menyatakan bahwa pertumbuhan asset (growth) memiliki pengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham. Hal ini dikarenakan
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan asset yang tinggi akan lebih mudah
melakukan investasi menggunakan dana pemegang saham sehingga tingkat
leverage rendah dan ada harapan bahwa dengan investasi yang berasal dari
dana pemegang saham dapat memberikan tingkat pengembalian (return) yang
besar bagi investor. Selain itu pertumbuhan asset juga menunjukkan
kemampuan posisi usahanya dalam perkembangan ekonomi dan industri di
dalam perekonomian di masa perusahaan tersebut beroperasi.
Sedangkan hasil berbeda yang dilakukan oleh Anastassia dan Firnanti (2014)
menyatakan bahwa pertumbuhan asset memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap volatilitas harga saham. Hal ini dikarenakan perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan asset yang kecil berpotensi memiliki harga
saham yang fluktuatif karena perusahaan tersebut masih dalam tahap
pertumbuhan. Perusahaan yang masih dalam tahap pertumbuhan cenderung
menahan labanya untuk diinvestasikan kembali pada proyek baru, sehingga
biasanya perusahaan membagikan dividen dalam jumlah sedikit atau tidak
sama sekali. Dividen memberikan informasi tentang prospek perusahaan
dimasa mendatang dan kandungan informasi tersebut merupakan indikasi
apakah perusahaan dapat meningkatkan harga saham atau tidak.
Berdasarkan hasil penelitian yang berbeda itu dan dengan melihat fenomena
yang telah diuraikan diatas, maka peneliti ingin menguji kembali dengan
periode waktu dan objek penelitian yang berbeda mengenai faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap volatilitas harga saham dengan judul penelitian
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLATILITAS
HARGA SAHAM”.
10
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah dari fokus penelitian tersebut, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh kebijakan dividen terhadap volatilitas harga saham
pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode 2013-2016?
2. Bagaimana pengaruh leverage terhadap volatilitas harga saham pada
perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada periode 2013-2016?
3. Bagiamana pengaruh pertumbuhan aset (growth) terhadap volatilitas
harga saham pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013-2016?
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Ruang Lingkup Sujek
Ruang lingkup subyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen,
leverage, pertumbuhan asset (growth) dan volatilitas harga saham.
2. Ruang Lingkup Objek
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah perusahan sektor
pertambangan yang telah go public dan terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI).
3. Ruang Lingkup Tempat
Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia
(BEI) melalui situs http://www.idx.co.id, yahoo finance melalui situs
http://finance.yahoo.com, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui situs
http://www.ojk.go.id dan Saham OK melalui situs
http://www.sahamok.com.
11
4. Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup penelitian ini adalah dari bulan Oktober 2017 sampai
dengan Januari 2018.
5. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian
Ruang lingkup ilmu penelitian ini adalah ilmu-ilmu manajemen keuangan
seperti teori investasi, pasar modal, dan metode-metode yang mendukung
topik dalam penelitian ini.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang di dapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengukur dan menganalisis pengaruh kebijakan dividen terhadap
volatilitas harga saham pada perusahaan sektor pertambangan pada
periode 2013-2016.
2. Untuk mengukur dan menganalisis pengaruh leverage terhadap
volatilitas harga saham pada perusahaan sektor pertambangan pada
periode 2013-2016.
3. Untuk mengukur dan menganalisis pengaruh pertumbuhan asset (growth)
terhadap volatilitas harga saham pada perusahaan sektor pertambangan
pada periode 2013-2016.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dari penyusunan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Investor
Manfaat penelitian ini bagi investor adalah sebagai sumber informasi dan
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi sehingga
investor itu sendiri dapat lebih memahami keputusan dalam memilih
emiten atau perusahaan dengan melihat perkembangan dan fluktuasi
harga saham perusahaan tujuan.
12
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Manfaat penelitian ini bagi penelitian selanjutnya adalah diharapkan
menjadi salah satu referensi tambahan yang dapat berguna bagi penelitian
selanjutnya, khususnya mengenai fluktuasi harga saham sehingga tidak
hanya terbatas pada objek dan variabel yang telah ada namun juga dapat
dikembangkan dan dicari faktor lainnya yang dapat memengaruhi
fluktuasi harga saham.
1.6 Sistematika Penulisan
Secara garis besar penelitian ini terdiri dari 5 Bab yang disertai dengan
beberapa sub bab. Agar mendapat gambaran tentang apa yang tertulis, maka
adapun sistematika penulisan dalam penyusunan penelitian ini sebagai
berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab pertama ini membahas tentang latar belakang masalah beserta
peramasalahannya. Disini penulis mengangkat permasalahan mengenai
volatilitas harga saham, dalam hal ini sub sektor pertambangan pada periode
2012-2016 mengalami fluktuasi pada harga penutupan sahamnya. Dimana
diketahui bahwa sub sektor pertambangan batu bara mengalami penurunan
harga saham mencapai -4% dibandingkan dengan sub sektor pertambangan
lainnya. Pada bab ini juga terdapat rumusan masalah, ruang lingkup
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan
yang menjadi dasar penelitian ini.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab kedua ini akan menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan topik
penelitian yaitu volatilitas harga saham. Teori yang digunakan adalah
Signalling Theory sebagai grand theory. Bab ini juga akan memaparkan
definisi-definisi dan penjelasan terkait dengan penelitian yaitu kebijakan
13
dividen, leverage, dan pertumbuhan asset (growth). Terdapat pula kerangka
pemikiran, penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ketiga merupakan bab yang memaparkan metode yang akan digunakan
dalam penelitian yang bersangkutan meliputi jenis penelitian, populasi dan
sampel, metode pengumpulan data dan definisi operasional variabel serta
teknik analisis data yang digunakan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab keempat ini berisi tentang hasil penelitian yang dijabarkan melalui
pengelolahan data baik analisis secara deskriptif maupun dari hasil pengujian
hipotesis yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel dependen
(volatilitas harga saham) terhadap variabel independen yang diteliti
(kebijakan dividen, leverage, dan pertumbuhan asset (growth)).
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab kelima ini merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dari
hasil penelititan yang berisi jawaban atas rumusan masalah dan pembuktian
hipotesis, keterbatasan penelitian serta saran bagi objek penelitian ataupun
bagi penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
15
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Signalling Theory (Teori Sinyal)
Signalling Theory atau teori sinyal yang dikembangkan oleh (Ross, 1977),
menyatakan bahwa pihak eksekutif perusahaan yang memiliki informasi
lebih baik mengenai perusahaannya akan terdorong untuk menyampaikan
informasi tersebut kepada calon investor agar harga saham perusahaannya
meningkat. Hal positif dalam signalling theory dimana perusahaan yang
memberikan informasi yang bagus akan membedakan mereka dengan
perusahaan yang tidak memiliki “berita bagus” dengan menginformasikan
pada pasar tentang keadaan mereka, sinyal tentang bagusnya kinerja masa
depan yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja keuangan masa
lalunya tidak bagus tidak akan dipercaya oleh pasar.
Menurut Wiyono dan Kusuma (2017:27) teori sinyal (signaling theory)
dikembangkan pada ilmu ekonomi dan keuangan yang dilandasi pemikiran
bahwa orang dalam perusahaan (insider) pada umumnya memiliki
informasi lebih baik tentang perusahaan dibandingkan dengan investor luar
(outsider). Manajer memang tidak begitu mengetahui tentang harga pasar
saham dan tingkat suku bunga yang akan berlaku dimasa mendatang.
Tetapi mereka tentu akan memahami dan mengetahui tentang prospek
perusahaan. Ketika hanya manajer yang mengetahui prospek perusahaan
sementara investor dan analis tidak mengetahuinya, maka dalam situasi ini
telah terjadi asimetri informasi.
Manajer mengetahui adanya overvalued atau undervalued atas saham dan
obligasi perusahaan tergantung pada informasi itu menguntungkan atau
tidak menguntungkan. Munculnya masalah asimetri informasi ini
menjadikan investor memberikan penilaian yang rendah (undervalued)
16
terhadap saham perusahaan sehingga muncul kecenderungan pooling
equilibrium yaitu kondisi dimana perusahaan yang kualitasnya bagus dan
perusahaan yang berkualitas jelek dijadikan satu dalam “pool” penilaian
yang sama. Oleh karena itu, perusahaan yang kualitas kinerja bagus akan
berusaha memberikan insentif sebagai sinyal kepada investor, yang sulit
atau tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain yang kinerjanya tidak bagus,
seperti membayar dividen tunai yang relatif besar kepada investor.
Keputusan semacam ini akhirnya memunculkan pemikiran yang rasional
dari investor sehingga dapat membedakan mana perusahaan yang bagus
dan mana yang tidak bagus.
Keputusan untuk membagikan dividen yang diambil oleh perusahaan
untuk memberikan sinyal kepada investor ini juga didukung oleh dividend
signaling theory yang dikemukakan oleh Bhattacharya (1979) dimana teori
tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa perusahaan-
perusahaan menggunakan dividen untuk memberikan isyarat walaupun
menanggung kerugian saat melaksanakannya. Membagikan kas untuk
pembayaran dividen merupakan hal yang mahal, karena perusahaan harus
mampu menghasilkan kas yang cukup untuk mendukung pembayaran
dividen secara tetap, dan karena kas dibayarkan untuk dividen maka akan
mengurangi kesempatan berinvestasi dengan net present value (NPV)
positif.
Namun bagi perusahaan yang prospeknya bagus dapat mengganti biaya ini
(pembayaran dividen) melalui pengeluaran saham secara bertahap dengan
harga yang semakin meningkat. Tetapi bagi perusahaan yang kurang
sukses tidak dapat melakukan hal yang sama. Dengan demikian,
memberikan isyarat melalui dividen memberikan hasil yang positif. Model
signalling juga konsisten dengan observasi bahwa pasar merespon dengan
harga meningkatkan signifikan pada saat ada inisiasi dan peningkatan
dividen, serta menurun dalam jumlah besar saat ada pemotongan dividen.
17
Keputusan yang lain dari manajer yang dapat dijadikan sinyal menurut
Leland dan Pyle (1977) dalam Wiyono dan Kusuma (2017:28) yaitu ketika
perusahaan berani mengambil sumber dana dari hutang (leverage) untuk
membiayai pengembangan perusahaan. Penambahan hutang baru menjadi
sinyal bagi investor karena hanya perusahaan yang prospek pendapatannya
relatif stabil yang berani menambah hutangnya. Selain itu pertumbuhan
aset juga dapat mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam mengelola
manajemen perusahaan dengan baik. Hal ini dapat memberikan informasi
bagi para pelaku pasar modal karena perusahaan tersebut mengelola
dengan baik dan mempengaruhi para investor dalam melihat perubahan
harga saham dimasa yang akan datang.
Informasi-informasi seperti kebijakan dividen dan hutang (leverage) dan
pertumbuhan asset ini dapat ditafsirkan sebagai suatu sinyal yang positif
ataupun negatif oleh investor. Hal tersebut terjadi karena ada asumsi
bahwa ketidak sempurnaan informasi yang dimiliki oleh investor,
membuat investor sensitif terhadap informasi yang diumumkan oleh
perusahaan. Apabila investor merespon informasi tersebut sebagai hal
yang positif, maka investor akan membeli saham yang mengakibatkan
harga saham perusahaan tersebut meningkat. Sebaliknya, apabila investor
merespon informasi tersebut sebagai hal yang negatif, maka investor akan
menjual saham yang mengakibatkan harga saham perusahaan tersebut
menurun. Informasi yang direspon berbeda oleh investor inilah yang dapat
mempengaruhi volatilitas harga saham. Harga akan naik apabila terjadi
kelebihan permintaan dan akan turun apabila terjadi kelebihan penawaran.
Manajer pada umumnya termotivasi untuk menyampaikan informasi yang
baik mengenai perusahaannya ke publik secepat mungkin, misalnya
melalui jumpa pers. Namun pihak diluar perusahaan tidak tahu kebenaran
dari informasi yang disampaikan tersebut. Jika manajer dapat memberi
sinyal yang meyakinkan, maka publik akan terkesan dan hal ini akan
18
terefleksi pada harga sekuritas. Jadi dapat disimpulkan karena adanya
asymetric information, pemberian sinyal kepada investor atau publik
melalui keputusan-keputusan manajemen menjadi sangat penting.
2.2 Definisi Umum Variabel
2.2.1 Volatilitas Harga Saham
Volatilitas harga saham merupakan besarnya jarak antara fluktuasi atau
naik turunnya harga saham yang dipengaruhi oleh informasi di pasar
modal. Volatilitas adalah pengukuran stastik untuk fluktuasi harga saham
selama periode tertentu (Firmansyah dalam Irma, 2017). Meningkatnya
volatilitas harga saham berarti kemungkinan naik atau turunnya harga
saham juga semakin besar. Terjadinya volatilitas harga saham karena
masuknya informasi baru ke dalam pasar atau bursa. Pada pasar efisien,
tingkat harga akan melakukan penyesuaian dengan cepat sehingga harga
yang terbentuk mencerminkan informasi baru. Volatilitas harga saham
menjadi perhatian pelaku pasar untuk menentukan strategi yang tepat
dalam berinvestasi Anton (2006) dalam Krisna D. dan Agung S. (2016).
Menurut Guo (2002) menyatakan bahwa volatilitas harga saham
merupakan risiko sitemik yang dihadapi oleh investor yang memiliki
investasi saham biasa. Secara umum, volatilitas dipasar keuangan
mencerminkan tingkat resiko yang dihadapi investor. Investor pada
dasarnya merupakan risk averse, dan volatilitas harga saham menjadi
sesuatu yang penting bagi mereka karena merupakan ukuran tingkat risiko
yang mereka hadapi. Semakin tinggi volatilitas harga saham maka
semakin besar kemungkinan harga saham naik dan turun secara cepat.
Volatilitas yang tinggi biasanya disukai oleh trader jangka pendek yang
menginginkan return berupa capital gain yang besar. Sebaliknya
volatilitas yang rendah biasanya disukai oleh trader jangka panjang yang
menginginkan kestabilan nilai return. Hal ini sependapat dengan penelitian
19
yang dilakukan oleh Irma (2017) yang menyatakan bahwa harga sham
yang volatilitasnya rendah maka pergerakan harga sahamnya sangat
rendah. Pada volatilitas rendah biasanya investor tidak bisa memperoleh
keuntungan tetapi harus memegang saham dalam jangka panjang agar
memperoleh capital gain.
Volatilitas harga saham terjadi ketika suatu informasi masuk ke dalam
pasar modal. Harga saham cenderung senantiasa naik dalam tiap
transaksinya berarti menghasilkan return saham yang tinggi (Ambarawati,
2008 dalam I Wayan dan Ketut, 2017). Hal ini menunjukkan bahwa saham
tersebut digemari oleh para investor, sehingga menghasilkan volume
perdagangan saham yang aktif. Tingkat harga saham akan melakukan
penyesuaian dengan cepat sehingga akan menghasilkan harga saham yang
mencerminkan informasi baru. Informasi ini merupakan sinyal kepada
para investor dalam melakukan investasi. Namun sinyal tersebut dapat
direspon berbeda-beda oleh investor.
Dalam penelitian ini volatilitas harga saham diukur dengan metode Baskin
(1989) (Raudhatul dan Musfiari, 2016).
√∑ [( ) (
( ) )]
Keterangan:
PriceVol = Volatilitas Harga Saham (Price share Volatility)
Hi = Harga Saham Biasa Tertinggi untuk tahun i
Li = Harga Saham Biasa Terendah untuk tahun i
n = Jumlah tahun sampel data
Nilai i adalah dari 1 sampai n
20
2.2.2 Kebijakan Dividen
Menurut Wiyono & Kusuma (2017:12) kebijakan dividen merupakan
bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Salah
satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen yaitu memutuskan
apakah laba bersih yang di peroleh selama satu periode dibagi semua atau
dibagi sebagaian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi (menjadi
laba ditahan). Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio)
menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang
ditahan sebagai sumber pendanaan. Apabila perusahaan memutuskan
untuk membagi semua laba bersih yang diperoleh sebagai dividen, maka
berarti tidak ada laba yang ditahan dan akhirnya memperkecil sumber dana
intern yang dapat digunakan mengembangkan usaha. Namun jika
perusahaan memutuskan tidak membagikan laba yang diperoleh sebagai
dividen akan dapat memperbesar sumber dana intern yang dapat
digunakan mengembangkan usaha atau reinvestasi. Jika laba yang ditahan
dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen
menjadi lebih kecil sehingga mengurangi risiko dalam berinvestasi dan
berpengaruh terhadap naik turunnya harga saham. Dengan demikian aspek
penting dari kebijakan dividen adalah menentukan alokasi laba yang
sesuai di antara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang
ditahan di perusahaan. Rasio pembayaran dividen menunjukkan persentase
laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa berupa
dividen kas (cash dividend).
Peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang juga
diiringi dengan semakin besarnya dividen yang dibagikan maka akan
menyebabkan peningkatan harga saham. Hal ini dikarenakan banyak
investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan yang memiliki
kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba, sehingga permintaan
akan saham tersebut meningkat (I Wayan dan Ketut, 2017). Menurut
Husnan (1996) dalam Andreas dan Surya (2013) menyatakan bahwa
21
perusahaan lebih suka menahan keuntungan daripada membagikan dalam
bentuk dividen sedangkan investor lebih suka pembayaran dividen saat ini
daripada menundanya untuk direalisir dalam bentuk capital gain. Banyak
implikasi yang ditimbulkan oleh kebijakan dividen dan salah satunya
adalah dampak ke harga saham. Di satu sisi, perusahaan menyadari bahwa
investor memperhatikan pengembalian dividen, dan bahwa tingkat risiko
investasi mereka (saham) dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan
dalam jangka panjang. Selain itu, kenaikan dividen yang dibayarkan lebih
tinggi dari yang diperkirakan merupakan isyarat bagi investor bahwa
manajemen perusahaan memperkirakan laba di masa datang meningkat.
Hal ini akan di respon positif oleh investor. Karena informasi mengenai
tingkat dividen tersebut memberikan sinyal bahwa hasil kerja perusahaan
di masa mendatang dan menarik minat investor untuk menanamkan
dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan akan saham naik dan
pada akhirnya menyebabkan nilai saham naik juga. Sebaliknya, penurunan
dividen atau kenaikan dividen yang lebih kecil dari yang diperkirakan
merupakan suatu isyarat bahwa manajemen meramalkan laba dimasa yang
akan datang rendah dan ini akan menyebabkan rekasi negatif sehingga
harga saham turun. Perubahan naik turun dari harga saham inilah yang
akan mempengaruhi volatilitas harga saham. Jadi dapat disimpulkan
bahwa bagi investor yang mengharapkan capital gain sebaiknya
memperhatikan dividend payout ratio, karena semakin tinggi dividend
payout ratio maka akan semakin tinggi juga volatilitas harga saham.
Dalam penelitian ini, kebijakan dividen diukur dengan menggunakan
rumus di bawah ini.
𝐷𝑃𝑅 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 (𝐷𝑃𝑆)
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 (𝐸𝑃𝑆)
22
2.2.3 Leverage
Leverage didefinisikan sebagai penggunaan aset dan sumber dana (sources
of fund) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (Raudhatul dan
Musfiari, 2016). Leverage merupakan alat ukur seberapa besar perusahaan
tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Pengukuran
leverage dengan menggunakan debt to equity ratio (DER) dalam
penelitian ini karena DER adalah rasio untuk mengukur bagian modal
sendiri yang digunakan untuk memenuhi seluruh kewajiban/hutang
sehingga DER dinilai penting, baik untuk perusahaan ataupun investor
dalam menentukan keputusan dalam berinvestasi.
Menurut Brigham dan Houston (2004:24) yang menyatakan bahwa harga
saham perusahaan diantaranya dipengaruhi oleh tingkat utang yang
menggunakan pengukuran debt to equity ratio. Debt to equity ratio
menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk keseluruhan utang yang dimiliki perusahaan.
Ketidakmampuan pencapaian laba dan menutupi utang perusahaan
merupakan hal yang tidak diharapkan oleh investor dan mempengaruhi
perilaku investor untuk menjual atau membeli saham. Hal ini dikarenakan
perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi berarti sangat
bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya, sedangkan
perusahaan yang mempunyai tingkat leverage lebih rendah lebih banyak
membiayai asetnya dengna modal sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa
tingkat leverage perusahaan menggambarkan risiko keuangan perusahaan.
Tingginya risiko yang dihadapi oleh perusahaan ini akan berpengaruh
terhadap besarnya tingkat volatilitas harga saham yang besarnya pengaruh
tersebut tergantung dari kinerja masing-masing perusahaan dapat diketahui
melalui laporan keuangan perusahaan tersebut. Hal ini menjadi salah satu
faktor yang dipertimbangkan oleh investor sebelum mereka memutuskan
untuk berinvestasi.
23
Menurut Sova (2013) leverage yang lebih tinggi meningkatkan
pengembalian ekuitas melalui kejadian-kejadian di bawah ini: 1. Lebih
banyak meminjam berarti lebih banyak aktiva yang dapat dibeli tanpa
tambahan investasi ekuitas pemegang saham, 2. Lebih banyak aktiva
berarti lebih banyak penjualan yang dihasilkan, 3. Lebih banyak penjualan
berarti laba bersih harus meningkat. Para investor biasanya menginginkan
leverage yang tinggi untuk meningkatkan investasinya tetapi para kreditor
(lender) lebih menginginkan leverage yang rendah untuk meningkatkan
keamanan pinjamannya.
Pengukuran leverage dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai
berikut.
2.2.4 Pertumbuhan Asset (Growth)
Asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan. semakin besar asset diharapkan semakin besar hasil
operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Pertumbuhan asset (growth)
didefinisikan sebagai perubahan tahunan dari total aktiva. Pertumbuhan
asset merupakan indikator seberapa besar perusahaan itu menggunakan
dananya. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan
semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan
meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditur) terhadap perusahaan,
maka proporsi penggunaan sumber dana hutang semakin lebih besar
daripada modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditur atas
dana yang ditanamkan kedalam perusahaan dijamin oleh besarnya asset
yang dimiliki perusahaan.
24
Pertumbuhan aset ini dapat mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam
mengelola manajemen perusahaan dengan baik. Hal ini dapat memberikan
informasi bagi para pelaku pasar modal karena perusahaan tersebut
mengelola dengan baik dan mempengaruhi para investor dalam melihat
perubahan harga saham dimasa yang akan datang. Semakin cepat
pertumbuhan aset, semakin besar kebutuhan dana dimasa mendatang,
semakin mungkin perusahaan menahan pendapatan, bukan
membayarkannya sebagai dividen. Menurut (Sartono, 2010) dalam Ivan
dan Yuyun (2017) mengatakan bahwa pembayaran dividen yang semakin
besar akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk berinvestasi
sehingga akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan dan
selanjutnya akan menurunkan harga saham. Hal ini berarti pertumbuhan
asset memiliki hubungan linier dengan volatilitas harga saham.
Dalam penelitian ini, pertumbuhan asset dapat diukur dengan
menggunakan rumus berikut ini.
ℎ ℎ ℎ
ℎ ℎ
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai volatilitas harga saham ini telah dilakukan oleh beberapa
peneliti dari Indonesia. Penelitian-penelitian inilah yang dijadikan sebagai
acuan peneliti untuk melakukan penelitian kembali mengenai volatilitas harga
saham. Secara ringkasan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh
beberapa penelitian sebelumnya tentang volatilitas harga saham dapat dilihat
dari tabel di bawah ini.
25
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Judul Penulis Variabel Metode Hasil Rencana Penelitian
1 Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Volatilitas
Harga Saham
Pada Perusahaan
Publik
Nonkeuangan
Anastasia
dan Friska
Firnanti
X1= Dividen Yield
X2= Dividend
Payout Ratio
X3= Ukuran
Perusahaan,
X4= Volatilitas Laba
X5= Debt To Asset
Ratio
X6= Pertumbuhan
Aset
X7= Nilai Buku Per
saham
Y = Volatilitas
Harga Saham
Regresi
Linier
Berganda
a. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa
dividend yield, dividend
payout ratio, ukuran
perusahaan,
pertumbuhan aset dan
nilai buku persaham
berpengaruh terhadap
volatilitas harga saham.
b. Volatilitas laba dan debt
to asset ratio tidak
berpengaruh terhadap
volatilitas harga saham.
Judul:
Korelasi Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Volatilitas Harga
Saham
Penulis:
Julisa Mustika
Periode:
2014 sampai 2016
Objek:
Perusahaan Sektor
Pertambangan
Hasil: -
2 Pengaruh
Kebijakan
Dividen,
Earning
Volatility, dan
Leverage
Terhadap
Volatilitas
Raudhatul
Jannah
dan
Musfiari
Haridhi
X1= Kebijakan
Dividen
X2 = Earning
Volatility
X3= Leverage
Y= Volatilitas Harga
Saham
Regressi
Linier
Berganda
a. Kebijakan Dividen
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
volatilitas harga saham.
b. Earnings Volatility
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
volatilitas harga saham.
26
Harga Saham
Pada Perusahaan
Non-Financing
Yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia Tahun
2010-2014
c. Leverage berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap volatilitas harga
saham.
3 Hubungan
Kebijakan
Dividen
(Dividend
Payout Ratio
dan Dividend
Yield) Terhadap
Volatilitas
Harga Saham di
Perusahaan-
Perusahaan yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Andreas
Widhi
Khurniaji
dan Surya
Raharja
X1=Dividend Payout
Ratio
X2= Dividend Yield
Y= Volatilitas Harga
Saham
Regresi
Berganda
Kebijakan dividen yang
diukur dari dividend payout
ratio dan dividend yield
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
volatilitas harga saham.
4 Volume
Perdagangan,
Frekuensi
Perdagangan,
Order
Imbalance dan
Volatilitas
Agustinus,
Tatang
Ary
Gumanti,
Ana
Mufidah,
dan
X1= Volume
Perdagangan
X2= Frekuensi
Perdagangan
X3= Order
Imbalance
Y= Volatilitas Harga
Regresi
Linier
Berganda
a. Volume perdagangan
saham tidak berpengaruh
positif terhadap
volatilitas harga saham.
b. Frekuensi perdagangan
saham tidak berpengaruh
positif terhadap
27
Harga Saham Ahmad
Tuhelelu
Saham volatilitas harga saham,
tetapi justru frekuensi
perdagangan saham
berpengaruh negatif
terhadap volatilitas harga
saham.
c. Order imbalance tidak
berpengaruh positif
terhadap volatilitas harga
saham.
5 Pengaruh
Volume
Perdagangan
Saham,
Leverage dan
Tingkat Suku
Bunga Terhadap
Volatilitas
Harga Saham
Ni Made
Ayu
Krisna
Dewi dan
I Gst Ngr
Agung
Suaryana
X1= Volume
Perdagangan saham,
X2= Leverage
X3= Tingkat Suku
Bunga
Y= Volatilitas Harga
Saham
Regresi
Linier
Berganda
a. Volume perdagangan
saham berpengaruh
positif terhadap
volatilitas harga saham.
b. Leverage tidak
berpengaruh terhadap
volatilitas harga saham.
c. Tingkat suku bunga
tidak berpengaruh
terhadap volatilitas harga
saham.
28
2.4 Kerangka Pemikiran
Volatilitas harga saham merupakan besarnya jarak antara fluktuasi atau naik
turunnya harga saham yang dipengaruhi oleh informasi di pasar modal.
Volatilitas adalah pengukuran stastik untuk fluktuasi harga saham selama
periode tertentu (Firmansyah dalam Irma, 2017). Ada banyak faktor yang
dapat mempengaruhi volatilitas harga saham ini. Hal ini berdasarkan dari
teori dan penelitian terdahulu, oleh karenanya maka terdapat beberapa faktor
yang diidentifikasikan mempengaruhi volatilitas harga saham yaitu variabel
kebijakan dividen, leverage dan pertumbuhan asset.
Untuk itulah berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah diuraikan
diatas, peneliti akan melakukan pengujian kembali mengenai sejauh mana
pengaruh variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat volatilitas harga
saham dengan ditunjukan oleh kerangka pikir (konsep) yang dapat dilihat
pada Gambar 2.1 dibawah ini.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Kebijakan
Dividen
Leverage
Pertumbuhan
Asset (Growth)
Volatilitas Harga
Saham
29
2.5 Pengembangan Hipotesis
Penelitian ini menggunakan pengukuran faktor-faktor yang mempengaruhi
volatilitas harga saham antara lain yaitu kebijakan dividen, leverage dan
pertumbuhan asset sebagai ukuran volatilitas harga saham, yang diyakini
bisa memberikan gambaran mengenai volatilitas harga saham. Berikut ini
adalah penjelasan secara rincinya.
Hubungan kebijakan dividen terhadap volatilitas harga saham
Kebijakan dividen merupakan sebuah keputusan pendanaan perusahaan. Jika
semakin besar laba yang ditahan maka akan semakin sedikit jumlah laba
untuk pembayaran dividen, sehingga mengurangi risiko dalam berinvestasi
dan berpengaruh terhadap naik turunnya harga saham. Hal ini dikarenakan
harga saham akan selalu mencerminkan informasi yang ada di pasar, dan
salah satunya adalah informasi mengenai kebijakan dividen ( Andreas dan
Surya, 2013).
Menurut teori signaling menyatakan bahwa pengumuman pembagian dividen
tunai mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan adanya reaksi
harga saham. Hal ini lah yang nantinya akan di respon positif oleh investor.
Karena informasi mengenai tingkat dividen tersebut memberikan sinyal
bahwa hasil kerja perusahaan di masa mendatang dan menarik minat investor
untuk menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan akan
saham naik dan pada akhirnya menyebabkan nilai saham naik juga.
Sebaliknya, penurunan dividen atau kenaikan dividen yang lebih kecil dari
yang diperkirakan merupakan suatu isyarat bahwa manajemen meramalkan
laba dimasa yang akan datang rendah dan ini akan menyebabkan rekasi
negatif sehingga harga saham turun. Perubahan naik turun dari harga saham
inilah yang akan mempengaruhi volatilitas harga saham.
30
Menurut penelitian Raudhatul dan Musfiari (2016) kebijakan dividen
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volatilitas harga saham. Hasil
berbeda ditunjukkan oleh I Wayan dan Ketut (2017) yang menyatakan bahwa
dividend payout ratio berpengaruh positif pada volatilitas harga saham. Hal
ini dikarenakan peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba yang juga diiringi dengan semakin besarnya dividen yang dibagikan
maka akan menyebabkan peningkatan harga saham. Karena banyak investor
yang tertarik untuk membeli saham perusahaan yang memiliki kemampuan
yang tinggi dalam menghasilkan laba, sehingga permintaan akan saham
tersebut meningkat.
H1 : Kebijakan dividen diduga berpengaruh terhadap volatilitas harga
saham
Hubungan leverage terhadap volatilitas harga saham
Leverage menunjukkan tingkat hutang suatu perusahaan. Leverage pada
penelitian ini menggunakan pengukuran Debt to Equity Ratio (DER) yang
dapat menunjukkan seberapa besar hutang perusahaan jika dibandingkan
ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan atau para pemegang saham. Semakin
tinggi angka DER maka diasumsikan perusahaan memiliki risiko yang
semakin tinggi terahadap likuiditas perusahaannya.
Menurut penelitian yang dilakukan Maya Sova (2013) menyatakan bahwa
leverage yang diproksikan dengan DER berpengaruh positif dan signifikan
terhadap volatilitas harga saham. Hal ini dikarenakan semakin tinggi
leverage suatu perusahaan, maka semakin besar volatilitas harga saham
perusahaan tersebut.
Sedangkan hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian menurut Andreas
dan Surya (2013) yang menyatakan leverage tidak berpengaruh terhadap
31
volatilitas harga saham. Hal ini disebabkan karena investor tidak selalu
melihat ketergantungan perusahaan terhadap hutang yang harus diperhatikan
dalam pengambilan keputusan investasi namun investor lebih memperhatikan
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan.
H2 : Leverage diduga berpengaruh terhadap volatilitas harga saham
Hubungan pertumbuhan asset terhadap volatilitas harga saham
Pertumbuhan aset merupakan indikator seberapa besar perusahaan
menggunakan dananya tersebut. Pertumbuhan aset ini dapat mencerminkan
keberhasilan perusahaan dalam mengelola manajemen perusahaan dengan
baik. Hal ini dapat memberikan informasi bagi para pelaku pasar modal
karena perusahaan tersebut mengelola dengan baik dan mempengaruhi para
investor dalam melihat perubahan harga saham dimasa yang akan datang.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aditya dan Mahdy (2015)
menyatakan bahwa pertumbuhan asset (growth) memiliki pengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham. Hal ini dikarenakan
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan asset yang tinggi akan lebih mudah
melakukan investasi menggunakan dana pemegang saham sehingga tingkat
leverage rendah dan ada harapan bahwa dengan investasi yang berasal dari
dana pemegang saham dapat memberikan tingkat pengembalian (return) yang
besar bagi investor.
Sedangkan hasil berbeda yang dilakukan oleh Anastassia dan Firnanti (2014)
menyatakan bahwa pertumbuhan asset memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap volatilitas harga saham. Hal ini dikarenakan perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan asset yang kecil berpotensi memiliki harga
saham yang fluktuatif karena perusahaan tersebut masih dalam tahap
pertumbuhan. Perusahaan yang masih dalam tahap pertumbuhan cenderung
32
menahan labanya untuk diinvestasikan kembali pada proyek baru, sehingga
biasanya perusahaan membagikan dividen dalam jumlah sedikit atau tidak
sama sekali. Dividen memberikan informasi tentang prospek perusahaan
dimasa mendatang dan kandungan informasi tersebut merupakan indikasi
apakah perusahaan dapat meningkatkan harga saham atau tidak.
H3 : Pertumbuhan asset diduga berpengaruh terhadap volatilitas harga
saham
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Menurut (Sugiyono, 2017:8) metode penelitian kuantitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau
statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Sedangkan untuk rumusan masalah dalam penelitian ini menggunakan
rumusan masalah asosiatif. Menurut (Sugiyono, 2017:36) rumusan masalah
asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan
hubungan antara dua variabel atau lebih. Dimana bentuk hubungan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah hubungan kausal. Hubungan kausal
adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.
3.2 Sumber Data
Dalam penelititan ini peneliti menggunakan sumber data sekunder (secondary
data). Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui data perantara. Menurut (Sugiyono, 2017:137) sumber data
sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Data-data ini
diperoleh melalui studi kepustakaan.
Dalam penelitian ini menggunakan bahan yang bukan dari sumber pertama
(data primer) sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi yang
digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti. Adapun data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi data pembagian dividen, laporan
34
keuangan, jumlah saham yang beredar dan harga penutupan saham dalam
periode 2013-2016.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber,
dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada
setting alamiah (natural setting), pada laboraturium dengan metode
eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar,
diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila di lihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data dan sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang
lain atau lewat dokumen. Selanjutnya dilihat dari segi cara atu metode
pengumpulan data, maka dapat dilakukan dengan interview (wawancara),
kuesioner (angket), observasi (pengamatan) dan gabungan ketiganya
(Sugiyono, 2017:137).
Untuk metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan sumber sekunder yaitu melalui penelusuran berbagai literatur
atau studi kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha untuk
memperoleh data yang bersifat teori sebagai pembanding dengan data
penelitian yang diperoleh. Data-data tersebut diperoleh dari buku-buku dan
jurnal-jurnal untuk mendapatkan landasan teoritis yang komprehensif serta
data diperoleh dengan mengutip langsung dari Bursa Efek Indonesia selama 4
tahun berturut- turut dari tahun 2013-2016.
Selain itu juga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh
dengan metode obeservasi non partisipan, yaitu pengamatan yang dilakukan
tanpa melibatkan diri dan hanya sebagai pengamat independen. Data
dikumpulkan dengan cara mengamati serta mencatat, dan memperlajari
35
uraian-uraian dari dokumen yang di dapat dari Bursa Efek Indonesia (BEI),
melalui situs http://www.idx.co.id, yahoo finance melalui situs
http://finance.yahoo.com, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui situs
http://ojk.go.id dan Saham OK melalui situs http://www.sahamok.com.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-
benda, dan ukuran lain, yang menjadi objek dari perhatian atau kumpulan
seluruh objek yang menjadi perhatian (Suharyadi dan Purwanto S.K,
2008). Sedangkan menurut (Sugiyono, 2017:80) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini menggunakan populasi
sebanyak 44 perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI pada
periode 2013-2016.
3.4.2 Sampel
Menurut (Sugiyono, 2017:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
penarikan sampel purposive (purposive sampling), yang merupakan bagian
dari teknik non-probability sampling. Menurut (Sugiyono, 2017:85)
metode purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.
Adapun kriteria yang harus dipenuhi dalam pengambilan sampel ini adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dari tahun 2013-2016.
36
2. Perusahaan sektor pertambangan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode 2013-2016.
3. Perusahaan yang membagikan dividennya selama periode 2013-2016.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka didapatlah jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 9 perusahaan, yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.1
Kriteria Pengambilan Sampel
Kriteria Jumlah Perusahaan
Perusahaan yang terdaftar di BEI dari
tahun 2012-2016 539
Perusahaan non sektor pertambangan
yang tercatat di BEI dari tahun 2012-
2016
(495)
Perusahaan sektor pertambangan yang
tidak konstan membagikan dividen
selama periode 2012-2016
(35)
Jumlah sempel 9
Sumber: http://www.sahamok.com, data sekunder diolah (2016)
Adapun 9 perusahaan yang termasuk kedalam kriteria sampel adalah
sebagai berikut.
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
NO. KODE EMITEN
1 PTBA PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
2 SMMT PT Indo Tambang Megah Tbk
3 MYOH PT Samindo Resources Tbk
4 BYAN PT Bayan Resources Tbk
5 TOBA PT Toba Bara Sejarah Tbk
6 KKGI PT Resource Alam Indonesia Tbk
7 MBAP PT Mitrabara Adiperdana Tbk
8 HRUM PT Harum Energy Tbk
9 ADRO PT Adaro Energy Tbk
Sumber: http://www.sahamok.com
38
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu variabel
independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Penelitian ini akan
menguji pengaruh bid-ask spread, market value, risk of return dan earning
per share terhadap holding period. Berikut ini adalah variabel-variabel
operasional yang akan diuji:
1. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Menurut (Sugiyono, 2017:39)
variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Pada penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah
volatilitas harga saham. Volatilitas harga saham merupakan besarnya
jarak antara fluktuasi atau naik turunnya harga saham yang
dipengaruhi oleh informasi di pasar modal. Volatilitas adalah
pengukuran stastik untuk fluktuasi harga saham selama periode
tertentu (Firmansyah dalam Irma, 2017). Volatilitas harga saham
menjadi perhatian pelaku pasar untuk menentukan strategi yang tepat
dalam berinvestasi.
Dalam penelitian ini volatilitas harga saham diukur dengan metode
Baskin (1989) (Raudhatul dan Musfiari, 2016).
√∑ [( ) (
( ) )]
39
2. Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang akan
mempengaruhi variabel dependen. Menurut (Sugiyono, 2017:39)
variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat).
Terdapat tiga variabel independen yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu:
2.1 Kebijakan Dividen
Menurut Wiyono & Kusuma (2017:12) kebijakan dividen
merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan
perusahaan. Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh
manajemen yaitu memutuskan apakah laba bersih yang di
peroleh selama satu periode dibagi semua atau dibagi sebagaian
untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi (menjadi laba
ditahan).
Dalam penelitian ini, kebijakan dividen diukur dengan
menggunakan rumus di bawah ini.
2.2 Leverage
Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka panjangnya (Raudhatul dan Musfiari, 2016). Leverage
merupakan alat ukur seberapa besar perusahaan tergantung pada
kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Semakin tinggi
tingkat leverage berarti hal itu mencerminkan bahwa perusahaan
sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya,
𝐷𝑃𝑅 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 (𝐷𝑃𝑆)
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 (𝐸𝑃𝑆)
40
sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage lebih
rendah lebih banyak membiayai asetnya dengna modal sendiri.
Pengukuran leverage dalam penelitian ini menggunakan rumus
sebagai berikut.
2.3 Pertumbuhan Asset
Pertumbuhan asset (growth) didefinisikan sebagai perubahan
tahunan dari total aktiva. Pertumbuhan asset merupakan
indikator seberapa besar perusahaan itu menggunakan dananya.
Pertumbuhan aset ini dapat mencerminkan keberhasilan
perusahaan dalam mengelola manajemen perusahaan dengan
baik. Semakin cepat pertumbuhan aset, semakin besar
kebutuhan dana dimasa mendatang, semakin mungkin
perusahaan menahan pendapatan, bukan membayarkannya
sebagai dividen.
Dalam penelitian ini, pertumbuhan asset dapat diukur dengan
menggunakan rumus berikut ini.
ℎ ℎ ℎ
ℎ ℎ
3.5.2 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel. Data
panel merupakan gabungan antara data cross section dan time series.
Dengan kata lain, data panel merupakan data dari beberapa individu sama
yang diamati dalam kurun waktu tertentu. Dalam penelitian ini data panel
terdiri dari perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
41
Indonesia (BEI) dan diteliti dalam kurun waktu lima tahun, yaitu periode
2013-2016.
3.6 Uji Persyaratan Data
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini, uji persyaratan analisis data yang digunakan adalah
uji asumsi klasik yang dijelaskan secara lebih terperinci sebagai berikut.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2009:55) dalam Raudhatul dan Musfiari (2016). Pengujian
normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov dengan kriteria penilaian uji sebagai berikut:
a. Jika signifikansi hasil perhitungan data (Sig) > 5%, data
berdistribusi normal.
b. Jika signifikansi hasil perhitungan data (Sig) < 5%, data tidak
berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya
hubungan atau korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas
dalam suatu model regresi linier berganda. Adanya hubungan atau
korelasi yang kuat atau tinggi diantara variabel-variabel bebas dalam
suatu model regresi linier berganda, maka hubungan antara variabel
bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu (Sudarmanto,
2013:227).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Uji multikolinieritas dilakukan untuk penelitian
dengan jumlah variabel lebih dari satu. Jika variabel independen
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal variabel.
42
Ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama
variabel independen sama dengan nol. Multikolinieritas dapat dilihat
dengan menganalisis nilai Variance Inflation Factor (VIF) suatu
model regresi menunjukkan adanya multikolonearitas jika nilai
tolerance <0,10 dan nilai VIF > 10.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah:
H0: Tidak terdapat hubungan antar variabel independen.
Ha: Terdapat hubungan antar variabel independen.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain Raudhatul dan Musfiari, 2016. Jika
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Penelitian ini menggunakan uji glejser yaitu uji yang mengusulkan
untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen
dengan persamaan regresi. Nilai absolut residual diperoleh dengan
cara menghitung nilai residual melelui penghitungan regresi antara
variabel independen dengan variabel dependen (Sudarmanto,
2013:256). Nilai residual pada dasarnya merupakan selisih antara nilai
observasi dengan nilai prediksi. Sedangkan yang dimaksud dengan
nilai absolut dalam hal ini merupakan nilai mutlak dari nilai residual
tersebut. Model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas apabila
nilai probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5%.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah:
Jika signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak (ada heteroskedastisitas).
43
Jika signifikansi >0,05, maka H0 diterima (tidak ada
heteroskedastisitas).
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu
model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau periode
sebelumnya. Menurut Sudarmanto (2013:263) autokorelasi merupakan
suatu kondisi di mana terdapat korelasi atau hubungan antar
pengamatan atau observasi, baik itu dalam bentuk observasi deret
waktu (time series) atau observasi cross section.
Berdasarkan konsep tersebut, maka uji asumsi tentang autokorelasi
sangat penting untuk dilakukan tidak hanya pada data yang bersifat
time series saja, akan tetapi semua data (independen variabel) yang
diperoleh perlu diuji terlebih dahulu autokorelasinya apabila akan
dianalisis dengan regresi linier ganda. Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi. Alat analisis yang digunakan
untuk mendeteksi autokorelasi yaitu dengan menggunakan uji Durbin-
Watson (D-W test).
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0: Tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha: Ada autokorelasi (r ≠ 0)
44
Berdasarkan test Durbin Watson, pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi berdasarkan pada ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.3
Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
H0 (Hipotesis 0) Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ -dl
Tidak ada korelasi, negatif
atau positif
Tidak ditolak du < d < 4 - du
3.7 Pengujian Hipotesis
3.7.1 Kerangka Hipotesis
Menurut (Sugiyono, 2017:64) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian
telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara,
karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan,
belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data.
Menurut Suharyadi dan Purwanto S.K. (2008:228), Uji Signifikansi Parsial
(Uji t-Statistik) merupakan pengujian hipotesis untuk melihat apakah
sebuah variabel bebas berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel
terikatnya. Uji t-Statistik dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh kebijakan dividen, leverage dan pertumbuhan asset secara
individual dalam menerangkan variasi volatilitas harga saham.
45
Rumusan hipotesis yang digunakan sebagai berikut:
H0 : Variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
Ha : Variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
Dengan kriteria sebagai berikut:
Jika t hitung > t tabel atau sig < α maka H0 ditolak dan menerima Ha
Jika t hitung < t tabel atau sig > α maka H0 diterima dan menolak Ha
Adapun kerangka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Hipotesis 1
Y = a + b1X1 + e
3.1 Kerangka Hipotesis 1
H0 : Variabel Kebijakan Dividen (X1) tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel Volatilitas Harga Saham (Y).
Ha : Variabel Kebijakan Dividen (X1) berpengaruh signifikan terhadap
variabel Volatilitas Harga Saham (Y).
Kriteria penguji dilakukan dengan:
1. Jika nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak
2. Jika nilai t hitung < t tabel maka Ho diterima
3. Jika nilai sig < 0,05 maka Ho ditolak
4. Jika nilai sig > 0,05 maka Ho diterima
Kebijakan Dividen
(X1)
Volatilitas Harga
Saham (Y)
46
b. Hipotesis 2
Y = a + b2X2 + e
3.2 Kerangka Hipotesis 2
H0 : Variabel Leverage (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel Volatilitas Harga Saham (Y).
Ha : Variabel Leverage (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel
Volatilitas Harga Saham (Y).
Kriteria penguji dilakukan dengan:
1. Jika nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak
2. Jika nilai t hitung < t tabel maka Ho diterima
3. Jika nilai sig < 0,05 maka Ho ditolak
4. Jika nilai sig > 0,05 maka Ho diterima
c. Hipotesis 3
Y = a + b3X3 + e
3.3 Kerangka Hipotesis 3
H0 : Variabel Leverage (X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel Volatilitas Harga Saham (Y).
Ha : Variabel Leverage (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel
Volatilitas Harga Saham (Y).
Leverage (X2) Volatilitas Harga
Saham (Y)
Pertumbuhan Asset
(X3)
Volatilitas Harga
Saham (Y)
47
Kriteria penguji dilakukan dengan:
1. Jika nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak
2. Jika nilai t hitung < t tabel maka Ho diterima
3. Jika nilai sig < 0,05 maka Ho ditolak
4. Jika nilai sig > 0,05 maka Ho diterima
3.7.2 Hipotesis Statistik
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah analisis
regresi berganda. Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen, yaitu kebijakan dividen, leverage dan pertumbuhan asset
terhadap variabel dependen yaitu volatilitas harga saham.
Adapun persamaan regresi yang akan digunakan dalam penelitian ini
secara lebih terperinci sebagai berikut.
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan:
Y = Volatilitas Harga Saham
a = Kontanta
b1b2b3 = Koefisien Regresi
X1 = Kebijakan Dividen
X2 = Leverage
X3 = Pertumbuhan Asset
e = Standar error
47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan yang
masuk kategori perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2014-2016. Namun tidak semua perusahaan yang masuk
kategori perusahaan sektor pertambangan dapat dijadikan sampel. Dengan
menggunakan metode purposive sampling, peneliti telah menetapkan beberapa
kriteria untuk menyeleksi perusahaan-perusahaan yang nantinya akan diperoleh
beberapa perusahaan yang mampu mewakili keseluruhan perusahaan yang
masuk kategori perusahaan sektor pertambangan.
4.1.1 PT Adaro Energy Tbk (ADRO)
Adaro Energy Tbk (ADRO) didirikan dengan nama PT Padang Karunia
tanggal 28 Juli 2004 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Juli
2005. Kantor pusat ADRO berlokasi di Gedung Menara Karya, Lantai 23, Jl.
H.R. Rasuna Said Blok X-5, Kav. 1-2, Jakarta Selatan 12950–Indonesia.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ADRO
bergerak dalam bidang usaha perdagangan, jasa, industri, pengangkutan
batubara, perbengkelan, pertambangan, dan konstruksi. Entitas anak bergerak
dalam bidang usaha pertambangan batubara, perdagangan batubara, jasa
kontraktor penambangan, infrastruktur, logistik batubara, dan pembangkitan
listrik. Pada 04 Juli 2008, ADRO memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ADRO
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 11.139.331.000 lembar saham dengan
nilai nominal Rp100,- per saham dan Harga Penawaran Rp1.100,- per saham.
Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 16 Juli 2008.
48
4.1.2 PT. Resource Alam Indonesia Tbk (dahulu Kurnia Kapuas Utama Tbk)
(KKGI)
Resource Alam Indonesia Tbk (dahulu Kurnia Kapuas Utama Tbk) (KKGI)
didirikan tanggal 08 Juli 1981 dengan nama PT Kurnia Kapuas Utama Glue
Industries dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1983. Kantor
pusat KKGI berdomisili di Gedung Bumi Raya Utama, Jl. Pembangunan I No.
3, Jakarta dan pabrik berlokasi di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat
dengan di Pontianak, Kalimantan Barat serta Palembang, Sumatra Selatan.
Ruang lingkup kegiatan KKGI adalah menjalankan usaha dibidang
pertambangan, perhutanan, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan,
perindustrian, pengangkutan dan perdagangan umum. Kegiatan utama KKGI
adalah bergerak di bidang industri high pressure laminate dan melamine
laminated particle boards serta pertambangan batubara melalui anak usahanya.
4.1.3 PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA)
PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk atau dikenal dengan nama
Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) didirikan tanggal 02 Maret 1981. Kantor
pusat Bukit Asam berlokasi di Jl. Parigi No. 1 Tanjung Enim 31716, Sumatera
Selatan dan kantor korespondensi terletak di Menara Kadin Indonesia Lt. 9 &
15. Jln. H.R. Rasuna Said X-5, Kav. 2-3, Jakarta 12950. Pemegang saham
yang memiliki 5% atau lebih saham Bukit Asam (Persero) Tbk, antara lain:
Negara Republik Indonesia (65,017%) dan saham treasuri (8,53%). Pada
tahun 1993, Bukit Asam (Persero) Tbk ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia
untuk mengembangkan Satuan Kerja Pengusahaan Briket. Berdasarkan
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PTBA adalah bergerak
dalam bidang industri tambang batubara, meliputi kegiatan penyelidikan
umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan
perdagangan, pemeliharaan fasilitas dermaga khusus batubara baik untuk
keperluan sendiri maupun pihak lain, pengoperasian pembangkit listrik tenaga
49
uap baik untuk keperluan sendiri ataupun pihak lain dan memberikan jasa-jasa
konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang ada hubungannya dengan industri
pertambangan batubara beserta hasil olahannya, dan pengembangan
perkebunan.
4.1.4 PT. Samindo Resources Tbk (dahulu Myoh Technology Tbk) (MYOH)
Samindo Resources Tbk (dahulu Myoh Technology Tbk) (MYOH) didirikan
dengan nama PT Myohdotcom Indonesia tanggal 15 Maret 2000 dan memulai
kegiatan usaha komersialnya pada bulan Mei 2000. Kantor pusat MYOH
berdomisili di Menara Mulia lantai 16, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav 9-11
Jakarta 12930 – Indonesia, sedangkan Anak Usaha berlokasi di Ds. Batu
Kajang, Kec. Batu Sopang, Kab. Paser, Propinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Ruang lingkup kegiatan MYOH adalah bergerak dalam bidang investasi,
pertambangan batubara serta jasa pertambangan (sejak tahun 2012). Saat ini,
kegiatan usaha utama Samindo adalah sebagai perusahaan investasi.
Kemudian melalui anak usaha Samindo menjalankan usaha, yang meliputi:
jasa pemindahan lahan penutup, jasa produksi batubara, jasa pengangkutan
batubara dan jasa pengeboran batubara.
4.1.5 PT. Bayan Resources Tbk (BYAN)
PT. Bayan Resources Tbk (BYAN) didirikan 07 Oktober 2004 dan memulai
operasi komersialnya di tahun 2004. Kantor pusat Bayan Resources berlokasi
di Gedung Office 8, lantai 37, SCBD Lot 28, Jalan Jenderal Sudirman Kav.
52-53, Jakarta 12190 – Indonesia. Pada tahun 2006, PT Bayan Resources Tbk
diubah dari perusahaan non-investasi menjadi perusahaan terbatas di bidang
investasi dalam negeri berdasarkan undang-undang Republik Indonesia.
Kemudian, pada tanggal 12 Agustus 2008, PT Bayan Resources Tbk resmi
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia melalui Penawaran Umum
Saham Perdana (IPO) dengan harga perdana sebesar Rp. 5.800/saham. Di
50
tahun yang sama, PT Bayan Resources Tbk membeli Kalimantan Floating
Transfer 1 (KFT-1), guna melayani pengiriman Batubara PT Wahana
Batubara Mining (WBM). KFT-1 dapat melayani kapal berukuran kecil dan
atau tongkang hingga capesize yang berada di wilayah Kalimantan Selatan.
Pada tahun 2010 PT Bayan Resources Tbk terus melakukan ekspansi dengan
mengakuisisi saham Kangaroo Resources Limited (KRL) dan 13 konsesi
pertambangannya, sehingga menjadikan PT Bayan Resources Tbk menjadi
Pemegang Saham mayoritas di perusahaan yang berdomisili dan terdaftar di
Bursa Efek Australia. Pada tahun 2012, PT Bayan Resources Tbk juga
membeli Kalimantan Floating Transfer 2 (KFT-2) guna melayani pengiriman
batubara di wilayah Kalimantan Timur. Ruang lingkup kegiatan BYAN
meliputi kegiatan perdagangan, jasa, dan eksplorasi batubara. Kegiatan utama
Bayan adalah bergerak dalam usaha pertambangan terbuka/surface open cut
untuk batubara thermal. Selain itu Bayan juga memiliki dan mengoperasikan
infrastruktur pemuatan batubara. Saat ini Bayan dan anak usaha (grup)
merupakan produsen batubara dengan operasi tambang, pengolahan dan
logistik terpadu.
4.1.6 PT. Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP)
Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) didirikan tanggal 29 Mei 1992 dan
memulai tahap produksi pada tahun 2008. Kantor pusat MBAP berlokasi di
Graha Baramulti, Jl. Suryopranoto 2, Komplek Harmoni Blok A No. 8,
Jakarta Pusat 10130 – Indonesia. Sedangkan lokasi tambang batubara terletak
di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Ruang lingkup kegiatan MBAP
adalah bergerak di bidang pertambangan, perdagangan dan perindustrian
batubara.
51
4.1.7 PT. Indo Tambang Megah Tbk (SMMT)
Indo Tambangraya Megah Tbk (SMMT) didirikan tanggal 02 September 1987
dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1988. Kantor pusat
ITMG berlokasi di Pondok Indah Office Tower III, Lantai 3, Jln. Sultan
Iskandar Muda, Pondok Indah Kav. V-TA, Jakarta Selatan 12310 – Indonesia.
Induk usaha Indo Tambangraya Megah Tbk adalah Banpu Minerals
(Singapore) Pte.Ltd. Sedangkan Induk usaha utama ITMG adalah Banpu
Public Company Limited, sebuah perusahaan yang didirikan di Kerajaan
Thailand. Ruang lingkup kegiatan ITMG adalah berusaha dalam bidang
pertambangan, pembangunan, pengangkutan, perbengkelan, perdagangan,
perindustrian dan jasa. Kegiatan utama ITMG adalah bidang pertambangan
dengan melakukan investasi pada anak usaha dan jasa pemasaran untuk pihak-
pihak berelasi. Anak usaha yang dimiliki ITMG bergerak dalam industri
penambangan batubara, jasa kontraktor yang berkaitan dengan penambangan
batubara dan perdagangan batubara.
4.1.8 PT. Harum Energy Tbk (HRUM)
PT. Harum Energy Tbk, adalah perusahaan yang menghasilkan batu bara
termal. Perusahaan terkemuka ini mempunyai operasi tambang terintegrasi di
Kalimantan Timur. Kini Harum Energy mengoperasikan tiga tambang batu
para. Perusahaan ini memproduksi batu bara termal yang rendah sulfur.
Perusahaan memasarkan batubara kepada sekelompok pelanggan di berbagai
negara Asia , seperti Jepang , Korea Selatan , Taiwan , China dan India.
Harum Energy telah menerapkan standar internasional untuk kegiatan
pertambangan, kesehatan dan keselamatan karyawan. Komitmen Harum
Energy pada aspek-aspek tersebut dibuktikan dengan meraih sertifikasi ISO
9001 untuk pertambangan jaminan kualitas operasi dan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Advisory Services ( OHSAS ) 18001. Keduanya diperoleh
52
pada tahun 2008 dan diperbaharui pada tahun 2011 oleh MSJ. Harum Energy
melalui MSJ telah menerima berbagai penghargaan dari Pemerintah Indonesia
untuk praktek pengelolaan lingkungan. Di tahun 2013 perusahaan ini akan
mengakuisisi salah satu tambang batubara. Tindakan akuisisi yang dilakukan
perusahaan bakal menambah produksi tambang batu bara perseroan di masa
mendatang. Tindakan akuisisi yang dilakukan perusahaan bakal menambah
produksi tambang batu bara perseroan di masa mendatang.
4.1.9 PT. Toba Bara Sejahtera Tbk (TOBA)
Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) didirikan tanggal 03 Agustus 2007 dengan
nama PT Buana Persada Gemilang dan memulai kegiatan usaha komersialnya
pada tahun 2010. Kantor pusat TOBA berlokasi di Wisma Bakrie 2 Lantai 16,
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B-2, Jakarta Selatan. Ruang lingkup kegiatan
TOBA adalah di bidang pembangunan, perdagangan, perindustrian,
pertambangan, pertanian dan jasa. Kegiatan utama TOBA adalah investasi di
bidang pertambangan batubara dan perkebunan kelapa sawit melalui anak
usaha. Anak usaha memiliki izin usaha pertambangan atas wilayah usaha
pertambangan yang berlokasi di Kalimantan, Indonesia.
53
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Hasil Perhitungan Variabel Penelitian
1. Hasil perhitungan Volatilitas harga saham (Y)
Volatilitas harga saham merupakan besarnya jarak antara fluktuasi atau
naik turunnya harga saham yang dipengaruhi oleh informasi di pasar
modal. Dalam penelitian ini volatilitas harga saham akan diukur dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
√∑ [( ) (
( )
)]
Tabel 4.1
Perhitungan Volatilitas Harga Saham
NO KODE Volatilitas Harga Saham
2013 2014 2015 2016 RATA-RATA
1 PTBA 0,119 0,102 0,132 0,134 0,122
2 SMMT 0,098 0,070 0,165 0,209 0,136
3 MYOH 0,111 0,109 0,101 0,114 0,109
4 BYAN 0,078 0,063 0,062 0,074 0,069
5 TOBA 0,079 0,089 0,111 0,129 0,102
6 KKGI 0,088 0,097 0,129 0,147 0,115
7 MBAP 0,069 0,084 0,047 0,053 0,063
8 HRUM 0,094 0,106 0,117 0,148 0,116
9 ADRO 0,100 0,113 0,130 0,125 0,117
Sumber : Data sekunder diolah, 2018
54
Volatilitas adalah pengukuran stastik untuk fluktuasi harga saham selama
periode tertentu (Firmansyah dalam Irma, 2017). Meningkatnya
volatilitas harga saham berarti kemungkinan naik atau turunnya harga
saham juga semakin besar. Terjadinya volatilitas harga saham karena
masuknya informasi baru ke dalam pasar atau bursa. Pada pasar efisien,
tingkat harga akan melakukan penyesuaian dengan cepat sehingga harga
yang terbentuk mencerminkan informasi baru. Volatilitas harga saham
menjadi perhatian pelaku pasar untuk menentukan strategi yang tepat
dalam berinvestasi Anton (2006) dalam Krisna D. dan Agung S. (2016).
Berdasarkan hasil perhitungan volatilitas harga saham diketahui bahwa
nilai rata – rata volatilitas harga saham tertinggi adalah PT. Indo
Tambangraya Megah Tbk sebesar 0,136.
2. Hasil Perhitungan Kebijakan Deviden (X1)
Menurut Wiyono & Kusuma (2017:12) kebijakan dividen merupakan
bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Salah
satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen yaitu memutuskan
apakah laba bersih yang di peroleh selama satu periode dibagi semua atau
dibagi sebagaian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi (menjadi
laba ditahan). Dalam penelitian ini kebijakan dividen akan diukur dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
( )
( )
55
Tabel 4.2
Perhitungan Deviden
NO KODE Dividen
2013 2014 2015 2016 RATA-RATA
1 PTBA 4,66 5,71 7,98 6,95 6,33
2 SMMT 0,02 0,04 0,08 0,11 0,06
3 MYOH 0,33 0,36 0,32 0,38 0,35
4 BYAN 0,04 0,02 0,02 0,17 0,06
5 TOBA 2,66 2,15 35,00 10,00 12,45
6 KKGI 1,98 1,76 15,00 20,00 9,69
7 MBAP 0,02 0,01 0,02 0,05 0,03
8 HRUM 1,10 1,14 0,19 0,20 0,66
9 ADRO 25,12 26,71 35,18 40,30 31,83
Sumber : Data sekunder diolah, 2018
Kebijakan dividen merupakan sebuah keputusan pendanaan perusahaan.
Jika semakin besar laba yang ditahan maka akan semakin sedikit jumlah
laba untuk pembayaran dividen, sehingga mengurangi risiko dalam
berinvestasi dan berpengaruh terhadap naik turunnya harga saham. Hal ini
dikarenakan harga saham akan selalu mencerminkan informasi yang ada
di pasar, dan salah satunya adalah informasi mengenai kebijakan dividen
(Andreas dan Surya, 2013).
Menurut teori signaling menyatakan bahwa pengumuman pembagian
dividen tunai mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan
adanya reaksi harga saham. Hal ini lah yang nantinya akan di respon
positif oleh investor. Karena informasi mengenai tingkat dividen tersebut
memberikan sinyal bahwa hasil kerja perusahaan di masa mendatang dan
menarik minat investor untuk menanamkan dananya pada saham tersebut,
sehingga permintaan akan saham naik dan pada akhirnya menyebabkan
56
nilai saham naik juga begitupun sebaliknya. Perubahan naik turun dari
harga saham inilah yang akan mempengaruhi volatilitas harga saham.
Berdasarkan hasil perhitungan dividen diketahui bahwa nilai rata – rata
dividen tertinggi adalah PT. Adaro Energy Tbk sebesar 31,83.
3. Hasil Perhitungan Leverage (X2)
Leverage didefinisikan sebagai penggunaan aset dan sumber dana
(sources of fund) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan
maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham
(Raudhatul dan Musfiari, 2016). Dalam penelitian ini leverage akan
diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Tabel 4.3
Perhitungan Leverage
NO KODE Leverage
2013 2014 2015 2016 RATA-RATA
1 PTBA 0,48 0,41 0,82 0,76 0,62
2 SMMT 2,44 2,62 3,78 4,22 3,27
3 MYOH 0,09 0,08 0,73 0,37 0,32
4 BYAN 3,44 3,55 4,45 3,38 3,71
5 TOBA 1,14 1,11 0,82 0,77 0,96
6 KKGI 0,33 0,45 0,28 0,17 0,31
7 MBAP 0,66 0,74 0,48 0,27 0,54
8 HRUM 0,25 0,23 0,11 0,16 0,19
9 ADRO 0,03 0,03 0,05 0,06 0,04
Sumber : Data sekunder diolah, 2018
57
Leverage menunjukkan tingkat hutang suatu perusahaan. Leverage pada
penelitian ini menggunakan pengukuran Debt to Equity Ratio (DER) yang
dapat menunjukkan seberapa besar hutang perusahaan jika dibandingkan
ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan atau para pemegang saham.
Semakin tinggi angka DER maka diasumsikan perusahaan memiliki
risiko yang semakin tinggi terahadap likuiditas perusahaannya. Tingginya
risiko yang dihadapi oleh perusahaan ini akan berpengaruh terhadap
besarnya tingkat volatilitas harga saham yang besarnya pengaruh tersebut
tergantung dari kinerja masing-masing perusahaan dapat diketahui
melalui laporan keuangan perusahaan tersebut. Berdasarkan hasil
perhitungan leverage diketahui bahwa nilai rata – rata leverage tertinggi
adalah PT. Indo Tambangraya Megah Tbk sebesar 3,71.
4. Hasil perhitungan Pertumbuhan asset (growth) (X3)
Pertumbuhan asset (growth) didefinisikan sebagai perubahan tahunan
dari total aktiva. Pertumbuhan asset merupakan indikator seberapa besar
perusahaan itu menggunakan dananya. Dalam penelitian ini pertumbuhan
asset (growth) akan diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
58
Tabel 4.4
Perhitungan Pertumbuhan Asset (Growth)
NO KODE Growth
2013 2014 2015 2016 RATA-RATA
1 PTBA 0,21 0,27 0,14 0,10 0,17
2 SMMT 0,18 0,16 (0,02) (0,11) 0,01
3 MYOH 0,15 0,12 (0,92) (0,09) (0,30)
4 BYAN (0,20) (0,26) (0,19) (0,12) (0,19)
5 TOBA (0,05) (0,04) (0,06) (0,07) (0,06)
6 KKGI 0,10 0,12 (0,07) 0,15 (0,02)
7 MBAP 0,13 0,11 0,36 0,07 0,18
8 HRUM (0,05) (0,07) (0,14) 0,09 (0,04)
9 ADRO 0,08 (0,04) (0,07) 0,09 (0,01)
Sumber : Data sekunder diolah, 2018
Pertumbuhan asset (growth) dapat mencerminkan keberhasilan
perusahaan dalam mengelola manajemen perusahaan dengan baik. Hal ini
dapat memberikan informasi bagi para pelaku pasar modal karena
perusahaan tersebut mengelola dengan baik dan mempengaruhi para
investor dalam melihat perubahan harga saham dimasa yang akan datang.
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan asset yang tinggi akan lebih
mudah melakukan investasi menggunakan dana pemegang saham
sehingga tingkat leverage rendah dan ada harapan bahwa dengan
investasi yang berasal dari dana pemegang saham dapat memberikan
tingkat pengembalian (return) yang besar bagi investor. Berdasarkan hasil
perhitungan pertumbuhan asset (growth) pada tabel 4.4 diatas dapat
diketahui bahwa nilai rata – rata pertumbuhan asset (growth) tertinggi
adalah PT. Mitrabara Adiperdana Tbk sebesar 0,18.
59
4.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Hasil Uji Normalitas Data
Menurut Imam Ghozali (2011:160), uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi .Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Data
Variabel Nilai Alpha Keterangan
Deviden (X1) 0,338 0,05 Normal
Leverage (X2) 0,175 0,05 Normal
Growth (X3) 0,861 0,05 Normal
Volalitas Saham (Y) 0,230 0,05 Normal
Sumber : Data sekunder diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov Smirnov (KS)
untuk variabel kebijakan dividen, leverage, pertumbuhan asset (growth) dan
volatilitas harga saham berasal dari populasi berdistribusi nolmal dan nilai
Kolmogorov Sminov (KS) yang masing – masing mendapatkan nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 (5%) sehingga dapat disimpulkan bahwa H1
ditolak dan seluruh variabel berdistribusi normal.
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika
variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
ortogonal variabel. Hasil matriks korelasi antara variabel bebas dan
60
perhitungan nilai tolerance serta Variance Inflation faktor (VIF) untuk model
regresi adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
Deviden (X1) 0,582 1,718 tidak ada multikolinieritas
Leverage (X2) 0,523 1,911 tidak ada multikolinieritas
Growth (X3) 0,847 1,181 tidak ada multikolinieritas
Sumber : Data sekunder diolah, 2018
Hasil perhitungan Tolerance menunjukkan tidak ada nilai variabel independen
yang memiliki nilai tolerance < 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antara
variabel independen yang nilainya lebih dari 95 persen. Hasil perhitungan
nilai Variance Inflation Faktor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak
ada satu variabel independen yang memiliki VIF > 10. Jadi dapat disimpulkan
bahwa tidak ada multikolinieritas antara variabel independen dalam model
regresi.
4.3.3 Uji Heteroskedastistas
Uji Heteroskedatisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain. Uji Heteroskedatisitas merupakan salah satu uji yang harus dilakukan
sebagai syarat untuk menguji hipotesis menngunakan analisis regresi. Dan
syaratnya harus tidak terjadi heteroskedasitas.
61
Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedatisitas
Variabel Nilai Alpha Keterangan
Deviden (X1) 0,482 0,05 tidak ada heteroskedastisitas
Leverage (X2) 0,820 0,05 tidak ada heteroskedastisitas
Growth (X3) 0,926 0,05 tidak ada heteroskedastisitas
Sumber : Data sekunder diolah, 2018
Dalam pengujian heteroskedasitas hasil dari tabel 4.7 menunjukkan dengan
jelas bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel terikat nilai Absolut (AbsRes). Hal ini terlihat dari
probabilitas signifikansinya di atas 5%, jadi dapat disimpulkan model regresi
tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
4.3.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Penelitian ini menggunakan Nilai
DW (Durbin Watson). Dengan hasil uji sebagai berikut :
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi
Variabel Durbin-
Watson dL dU Kondisi Simpulan
Deviden,
Leverage,
Growth
2,236
1,582
1,755
DW>dU<dL
Tidak ada
autokorelasi
positif
Sumber : Data sekunder diolah, 2018
62
Dari hasil output di atas didapat nilai DW yang dihasilkan dari model regresi
adalah 2,236. Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah
data (n) = 32, serta k = 3 (k adalah jumlah variabel independen) diperoleh
nilai dL sebesar 1,582 dan dU sebesar 1,755. Maka nilai DW 2,236 > 1,755 <
(4-2,236) yang berarti dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif.
4.4 Uji Hipotesis
4.4.1 Model Regresi Linier Berganda
Pengujian dilakukan menggunakan uji regresi linier berganda dengan a=5%.
Hasil pengujian disajikan pada Tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
S
u
m
b
e
r
:
Data sekunder diolah, 2018
Variabel dependen pada regresi ini adalah volatilitas harga saham (Y),
sedangkan variabel independen adalah deviden (X1), leverage (X2) dan
pertumbuhan asset (growth) (X3).
B Std.Error t hitung Sig
Constanta -10,039 3,043 -3,299 0,004
Deviden (X1) -0,230 0,047 -4,886 0,000
Leverage (X2) -0,073 0,169 -0,433 0,669
Growth (X3) 1,440 0,423 -3,408 0,003
R 0,847
R Square 0,718
63
Model regresi berdasarkan hasil analisis di atas adalah:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 +e
Y = -10,039 -0,230 X1 -0,073 X2 + 1,440 X3 + e
Adapun interpretasi dari persamaan tersebut yaitu, sebagai berikut :
1. Nilai konstanta sebesar 10,039 artinya jika variabel deviden, leverage dan
pertumbuhan asset (growth) bernilai 0, maka akan menaikkan volatilitas
harga saham sebesar 10,039.
2. Nilai koefisien deviden adalah -0,230 artinya setiap penambahan deviden
akan menurunkan volatilitas harga saham sebesar 0,230.
3. Nilai koefisien leverage adalah -0,073 artinya setiap penambahan
leverage akan menurunkan volatilitas harga saham sebesar 0,073.
4. Nilai koefisien pertumbuhan asset (growth) adalah +1,440 artinya setiap
pertumbuhan asset (growth) akan meningkatkan volatilitas harga saham
sebesar 1,440.
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar
0,847 artinya tingkat hubungan antara deviden, leverage dan pertumbuhan
asset (growth) terhadap volatilitas harga saham adalah positif kuat. Koefisien
determinan R2
(R Square) sebesar 0,718 artinya bahwa kemampuan variabel
deviden, leverage dan pertumbuhan asset (growth) untuk menjelaskan
varaiabel volatilitas harga saham sebesar 0,718 atau 71,8% sedangkan
sisanya sebesar 28,2% dijelaskan oleh faktor atau variabel lain diluar
penelitian ini.
64
4.5 Pengujian Hipotesis
4.4.1 Kebijakan deviden terhadap volatilitas harga saham
H01 : Kebijakan deviden berpengaruh tidak signifikan terhadap volatilitas
harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar didalam
Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016.
Ha1 : Kebijakan deviden berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga
saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar didalam Bursa
Efek Indonesia tahun 2013-2016.
Berdasarkan tabel 4.9 didapat perhitungan pada deviden (X1) diperoleh nilai
sig (0,000 < 0,05 ) dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima yang
bermakna bahwa kebijakan deviden berpengaruh signifikan terhadap
volatilitas harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar
didalam Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016.
4.4.2 Leverage terhadap volatilitas harga saham
H02 : Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga
saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar didalam Bursa
Efek Indonesia tahun 2013-2016.
Ha2 : Leverage berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar didalam Bursa Efek
Indonesia tahun 2013-2016.
Berdasarkan tabel 4.9 didapat perhitungan pada leverage (X2) diperoleh sig
(0,669 > 0,05 ) dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak yang bermakna
bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar didalam Bursa Efek Indonesia
tahun 2013-2016.
65
4.4.3 Pertumbuhan asset (growth) terhadap volatilitas harga saham
H03 : Pertumbuhan asset (growth) berpengaruh tidak signifikan terhadap
volatilitas harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar
didalam Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016.
Ha3 : Pertumbuhan asset (growth) berpengaruh signifikan terhadap
volatilitas harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar
didalam Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016.
Berdasarkan tabel 4.9 didapat perhitungan pada pertumbuhan asset (growth)
(X3) diperoleh nilai sig (0,003 < 0,05) dengan demikian Ho ditolak dan Ha
diterima yang bermakna bahwa Pertumbuhan asset (growth) berpengaruh
signifikan terhadap volatilitas harga saham pada perusahaan pertambangan
yang terdaftar didalam Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016
4.6 Pembahasan
1. Kebijakan deviden berpengaruh terhadap volatilitas harga saham
Hasil statistik uji-t untuk variabel kebijakan deviden (X1) diperoleh nilai
sig (0,000 < 0,05) dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak yang
bermakna bahwa kebijakan deviden berpengaruh signifikan terhadap
volatilitas harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar
didalam Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016.
Kebijakan dividen merupakan sebuah keputusan pendanaan perusahaan.
Jika semakin besar laba yang ditahan maka akan semakin sedikit jumlah
laba untuk pembayaran dividen, sehingga mengurangi risiko dalam
berinvestasi dan berpengaruh terhadap naik turunnya harga saham. Hal ini
dikarenakan harga saham akan selalu mencerminkan informasi yang ada di
pasar, dan salah satunya adalah informasi mengenai kebijakan dividen (
Andreas dan Surya, 2013).
66
Menurut teori signaling menyatakan bahwa pengumuman pembagian
dividen tunai mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan
adanya reaksi harga saham. Hal ini lah yang nantinya akan di respon positif
oleh investor. Karena informasi mengenai tingkat dividen tersebut
memberikan sinyal bahwa hasil kerja perusahaan di masa mendatang dan
menarik minat investor untuk menanamkan dananya pada saham tersebut,
sehingga permintaan akan saham naik dan pada akhirnya menyebabkan
nilai saham naik juga. Sebaliknya, penurunan dividen atau kenaikan
dividen yang lebih kecil dari yang diperkirakan merupakan suatu isyarat
bahwa manajemen meramalkan laba dimasa yang akan datang rendah dan
ini akan menyebabkan rekasi negatif sehingga harga saham turun.
Jika dikaitkan dengan fenomena yang terjadi yaitu pada perusahaan
pertambangan dimana harga saham penutupan untuk sub sektor minyak
dan gas bumi yang terus mengalami peningkatan dan harga saham sub
sektor pertambangan periode 2012-2016 yang cenderung berfluaktif hal ini
dikarenakan informasi mengenai kebijakan dividen dapat memberikan
sinyal bagi para investor mengenai hasil kerja perusahaan di masa yang
akan datang. Selain itu kebijakan dividen dapat digunakan untuk menarik
minat investor agar investor mau menanamkan dananya pada saham
perusahaan tersebut yang selanjutnya akan berdampak pada naik turunnya
harga saham perusahaan sehingga perubahan naik turun dari harga saham
inilah yang akan mempengaruhi volatilitas harga saham.
Menurut penelitian Raudhatul dan Musfiari (2016) kebijakan dividen
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volatilitas harga saham. Hasil
berbeda ditunjukkan oleh I Wayan dan Ketut (2017) yang menyatakan
bahwa dividend payout ratio berpengaruh positif pada volatilitas harga
67
saham. Hal ini dikarenakan peningkatan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba yang juga diiringi dengan semakin besarnya dividen
yang dibagikan maka akan menyebabkan peningkatan harga saham. Karena
banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan yang
memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba, sehingga
permintaan akan saham tersebut meningkat.
2. Leverage berpengaruh terhadap volatilitas harga saham
Hasil statistik uji-t untuk variabel leverage (X2) diperoleh nilai sig
(0,669>0,05) dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak yang bermakna
bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga
saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar didalam Bursa Efek
Indonesia tahun 2013-2016. Leverage menjadi salah satu faktor yang
dipertimbangkan oleh investor sebelum mereka memutuskan untuk
berinvestasi. Leverage menunjukkan tingkat hutang suatu perusahaan.
Leverage pada penelitian ini menggunakan pengukuran Debt to equity ratio
(DER) dapat menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang yang dimiliki perusahaan.
Ketidakmampuan pencapaian laba dan menutupi utang perusahaan
merupakan hal yang tidak diharapkan oleh investor dan mempengaruhi
perilaku investor untuk menjual atau membeli saham. Hal ini dikarenakan
perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi berarti sangat
bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya, sedangkan
perusahaan yang mempunyai tingkat leverage lebih rendah lebih banyak
membiayai asetnya dengna modal sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa
tingkat leverage perusahaan menggambarkan risiko keuangan perusahaan.
Tingginya risiko yang dihadapi oleh perusahaan ini akan berpengaruh
68
terhadap besarnya tingkat volatilitas harga saham yang besarnya pengaruh
tersebut tergantung dari kinerja masing-masing perusahaan dapat diketahui
melalui laporan keuangan perusahaan tersebut.
Jika dikaitkan dengan fenomena yang terjadi yaitu pada perusahaan
pertambangan dimana harga saham penutupan untuk sub sektor minyak
dan gas bumiyang terus mengalami peningkatan dan harga saham sub
sektor pertambangan periode 2012-2016 yang cenderung berfluktuatif hal
ini dikarenakan semakin tinggi nilai DER maka investor cenderung akan
mengasumsikan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang semakin
tinggi terhadap likuiditas perusahaannya. Tingginya tingkat risiko yang
akan dihadapi inilah yang dapat mempengaruhi besar kecilnya tingkat
volatilitas harga saham suatu perusahaan yang selanjutnya akan
berdampak pula pada pertimbangan investor dalam memutuskan apakah ia
akan berinvestasi atau tidak di perusahaan tersebut.
Menurut penelitian yang dilakukan Maya Sova (2013) menyatakan bahwa
leverage yang diproksikan dengan DER berpengaruh positif dan signifikan
terhadap volatilitas harga saham. Hal ini dikarenakan semakin tinggi
leverage suatu perusahaan, maka semakin besar volatilitas harga saham
perusahaan tersebut. Sedangkan hasil yang berbeda ditunjukkan oleh
penelitian menurut Andreas dan Surya (2013) yang menyatakan leverage
tidak berpengaruh terhadap volatilitas harga saham. Hal ini disebabkan
karena investor tidak selalu melihat ketergantungan perusahaan terhadap
hutang yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan investasi
namun investor lebih memperhatikan seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan pendapatan.
69
3. Pertumbuhan asset (growth) berpengaruh terhadap volatilitas harga
saham
Hasil statistik uji-t untuk variabel pertumbuhan aset (growth) (X3)
diperoleh nilai sig (0,003 < 0,05) dengan demikian Ho diterima dan Ha
ditolak yang bermakna bahwa pertumbuhan aset berpengaruh signifikan
terhadap volatilitas harga saham pada perusahaan pertambangan yang
terdaftar didalam Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016.
Pertumbuhan aset (growth) merupakan indikator seberapa besar
perusahaan menggunakan dananya tersebut. Pertumbuhan aset ini dapat
mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam mengelola manajemen
perusahaan dengan baik. Hal ini dapat memberikan informasi bagi para
pelaku pasar modal karena perusahaan tersebut mengelola dengan baik dan
mempengaruhi para investor dalam melihat perubahan harga saham dimasa
yang akan datang. Semakin cepat pertumbuhan aset, semakin besar
kebutuhan dana dimasa mendatang, semakin mungkin perusahaan menahan
pendapatan, bukan membayarkannya sebagai dividen.
Jika dikaitkan dengan fenomena yang terjadi yaitu pada perusahaan
pertambangan dimana harga saham penutupan untuk sub sektor minyak
dan gas bumi yang terus mengalami peningkatan dan harga saham sub
sektor pertambangan periode 2012-2016 yang cenderung berfluktuatif hal
ini dikarenakan perusahaan yang masih dalam tahap pertumbuhan
cenderung menahan labanya untuk diinvestasikan kembali pada proyek
baru, sehingga biasanya perusahaan membagikan dividen dalam jumlah
sedikit atau tidak sama sekali. Kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin
menambah kepercayaan pihak luar (investor) terhadap perusahaan yang
selanjutnya dapat mempengaruhi keputusan invessotr mengenai apakah ia
70
akan berinvestasi atau tidak pada perusahaan tersebut. Keputusan investor
inilah yang nantinya akan berdampak pada naik turunnya harga saham
(volatilitas harga saham) pada perusahaan tersebut.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aditya dan Mahdy (2015)
menyatakan bahwa pertumbuhan asset (growth) memiliki pengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham. Hal ini dikarenakan
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan asset yang tinggi akan lebih
mudah melakukan investasi menggunakan dana pemegang saham sehingga
tingkat leverage rendah dan ada harapan bahwa dengan investasi yang
berasal dari dana pemegang saham dapat memberikan tingkat
pengembalian (return) yang besar bagi investor. Sedangkan hasil berbeda
yang dilakukan oleh Anastassia dan Firnanti (2014) menyatakan bahwa
pertumbuhan asset memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
volatilitas harga saham. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan asset yang kecil berpotensi memiliki harga saham yang
fluktuatif karena perusahaan tersebut masih dalam tahap pertumbuhan.
71
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan mengenai pengaruh
kebijakan dividen, leverage dan pertumbuhan asset terhadap volatilitas harga
saham dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dividen berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar didalam Bursa Efek Indonesia
tahun 2013-2016. Dengan nilai sig (0,000 < 0,05) dengan demikian H0
ditolak dan Ha diterima. Hal ini menjelaskan bahwa semakin besar laba
yang ditahan maka akan semakin sedikit jumlah laba untuk pembayaran
dividen, sehingga mengurangi risiko dalam berinvestasi dan berpengaruh
terhadap naik turunnya saham.
2. Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar didalam Bursa Efek
Indonesia tahun 2013-2016. Dengan nilai sig (0,669 > 0,05) dengan
demikian H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini menjelaskan bahwa
tingginya DER ternyata tidak membuat risiko menjadi semakin tinggi,
Hal ini dikarenakan tingginya leverage suatu perusahaan, tidak membuat
volatilitas harga saham perusahaan tersebut menjadi besar.
3. Pertumbuhan asset (growth) berpengaruh signifikan terhadap volatilitas
harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar didalam
Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016. Dengan nilai sig (0,003 < 0,05)
dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menjelaskan bahwa
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan asset yang tinggi akan lebih
mudah melakukan investasi menggunakan dana pemegang saham
sehingga tingkat leverage rendah dan ada harapan bahwa dengan
investasi yang berasal dari dana pemegang saham dapat memberikan
72
tingkat pengembalian (return) yang besar bagi investor, sehingga harga
saham perusahaan tersebut ikut meningkat yang selanjutnya akan
berdampak pada tingginya volatilitas harga saham nya.
5.2 Saran
1. Bagi Investor
Bagi investor dalam melihat tinggi atau rendahnya volatilitas harga
saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) hendaknya melihat deviden dan
pertumbuhan asset (growth) yang tinggi karena dapat meningkatkan
volatilitas harga saham.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan
varibel lain untuk variabel volatilitas harga saham seperti menggunakan
variabel ukuran perusahaan, volalitas laba, nilai buku per saham, earning
volality, frekuensi perdagangan, order imbalance, dll. Untuk peneliti yang
tertarik dengan topik yang sama dapat mengembangkan dengan
menambah jumlah data dan periode pengamatan sehingga hasil yang
diperoleh lebih mencerminkan kondisi sebenarnya di Bursa Efek
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Agustinus., Gumanti, T. A., Mufidah, A. & Tuhelelu, A. 2013. Volume
perdagangan, frekuensi perdagangan, order imbalance dan volatilitas
harga saham. Jurnal Universitas Paramadina, Vol. 10 No. 2.
Anastasia., & Friska, F. 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga
saham pada perusahaan publik non keuangan. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, Vol. 16 No. 2, H. 95-102.
Ardiansyah, I.,& Isbanah, Y. 2017. Analisis Pengaruh Dividen, Pertumbuhan
Aset, Ukuran Perusahaan, dan Leverge Terhadap Volatilitas Harga
Saham. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, 5 (3), 1565-1574.
Guo, H. 2002. Stock Market Returns, Volatility and Future Output. Journal
Federal Reserve Bank of Saint Louis, H. 75-84.
Jannah, R., & Musfiari, H. 2016. Pengaruh kebijakan dividen, earning volatility,
dan leverage terhadap volatilitas harga saham pada perusahaan non-
financing yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA), Vol. 1 No.
1, H. 133-148.
Khurniaji, A. W., & Raharja, S. 2013. Hubungan Kebijakan Dividen (Dividend
Payout Ratio dan Dividend Yield) Terhadap Volatilitas Harga Saham
di Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 2, No. 3, H. 1-10.
Krisna Dewi, N. M. A., & Agung Suaryana, I. G. N. 2016. Pengaruh volume
perdagangan saham, leverage, dan tingkat suku bunga terhadap
volatilitas harga saham. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.
17 No. 2, H. 1112-1140.
Priana, I. W. K., & RM, Ketut Muliartha. 2017. Pengaruh volume perdagangan
saham, leverage, dan dividen payout ratio pada volatilitas harga
saham. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 20 No. 1, H. 1-
29.
Rohmawati, I. 2017. Pengaruh volume perdagangan, dividend payout ratio dan
inflasi terhadap volatilitas harga saham pada perusahaan yang
terdaftar dalam indeks LQ45 tahun 2011-2015. Jurnal Pendidikan dan
Ekonomi, Vol. 6 No. 1. H. 38-45.
Ross, S. A. 1997. The Determinant of Financial Structure: The Incentive
Signalling Approach. Bell Journal of Economics, Vol. 8, No. 1, 23-40.
Rice., & Sulia. 2013. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham
Perusahaan LQ45 di bursa Efek Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi
Mikroskil, Vol. 3 No. 1.
Sari, D. V., & Haryanto, A. M. 2013. Pengaruh profitabilitas, pertumbuhan aset,
ukuran perusahaan, struktur aktiva dan likuiditas terhadap struktur
modal pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia tahun
2008-2010. Diponegoro Journal Of Management, Vol. 2 No. 3, H. 1-
11. ISSN: 2337-3792.
Sova, M. 2013. Pengaruh Ratio Leverage Terhadap Volatilitas Saham Pada
Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2008.
E-Journal WIDYA Ekonomika, Vol. 1 No. 1. ISSN 2338-7807.
Sudarmanto, R. G. 2013. Statistik Terapan Berbasis Komputer: Dengan Program
IBM SPSS Statistics 19. Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.
Sugiyono, 2017. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Penerbit
Alfa Beta, Bandung.
Suharyadi., & Purwanto S.K. 2008. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern. Penerbit Salemba Empat, Jakarta Selatan.
Sukamulja, S. 2017. Pengantar Pemodalan Keuangan dan Analisis Pasar Modal.
Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Wiyono, G., & Kusuma, H. 2017. Manajemen Keuangan Lanjutan: Berbasis
Corporate Value Creation. Penerbit UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Yafiz, M. 2008. Saham dan pasar modal syariah: konsep, sejarah dan
perkembangannya. MIQOT. Vol. XXXII No. 2. H. 232-246.
Zakaria, Zariawati, Juriah Muhammad, dan Abdul Hadi Zulkifth. 2012. The
Impact Of Dividen Policy On Share Price Volatility: Malaysian
Construction And Material Companies. International Journal of
Economic and Management Sciences. Vol. 2, No. 5, pp.01-08.
http://finance.yahoo.com
http://pusatdata.kontan.co.id
http://www.idx.co.id
http://www.ojk.go.id
http://www.sahamok.com
LAMPIRAN 1:
DAFTAR PERUSAHAAN SUB SEKTOR PERTAMBANGAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
NO KODE SAHAM NAMA PERUSAHAAN
1 ADRO Adaro Energy Tbk
2 ARII Atlas Resources Tbk
3 ATPK Bara Jaya Internasional Tbk
4 BORN Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk
5 BRAU Berau Coal Energy Tbk
6 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk
7 BUMI Bumi Resources Tbk
8 BYAN Bayan Resources Tbk
9 DEWA Darma Henwa Tbk
10 DOID Delta Dunia Makmur Tbk
11 DSSA Dian Swastika Sentosa Tbk
12 FIRE Alfa Energi Investama Tbk
13 GEMS Golden Energy Mines Tbk
14 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk
15 HRUM Harum Energy Tbk
16 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk
17 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk
18 MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk
19 MYOH Samindo Resources Tbk
20 PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk
21 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
22 PTRO Petrosea Tbk
23 SMMT Golden Eagle Energy Tbk
24 TKGA Permata Prima Sakti Tbk
25 TOBA Toba Bara Sejahtera Tbk
26 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk
27 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk
28 BIPI Benakat Integra Tbk
29 ELSA Elnusa Tbk
30 ENRG Energi Mega Persada Tbk
31 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk
32 MEDC Metco Energi International Tbk
33 RUIS Radian Utama Interinsco Tbk
34 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk
35 CITA Cita Mineral Investindo Tbk
36 CKRA Cakra Mineral Tbk
37 DKFT Central Omega Resources Tbk
38 INKO Vale Indonesia Tbk
39 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk
40 PSAB J Resources Asia Pasifik Tbk
41 SMRU SMR Utama Tbk
42 TINS Timah (Persero) Tbk
43 CTTH Citatah Tbk
44 MITI Mitra Investindo Tbk
LAMPIRAN 2:
SAMPEL PENELITIAN
NO. KODE EMITEN
1 PTBA PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
2 SMMT PT Indo Tambang Megah Tbk
3 MYOH PT Samindo Resources Tbk
4 BYAN PT Bayan Resources Tbk
5 TOBA PT Toba Bara Sejarah Tbk
6 KKGI PT Resource Alam Indonesia Tbk
7 MBAP PT Mitrabara Adiperdana Tbk
8 HRUM PT Harum Energy Tbk
9 ADRO PT Adaro Energy Tbk
LAMPIRAN 3:
FENOMENA VOLATILITAS HARGA SAHAM PERIODE 2013-2016
NO KODE DIVIDEN LEVERAGE GROWTH VHS
1 PTBA 6,33 0,62 0,17 0,122
2 SMMT 0,06 3,27 0,01 0,136
3 MYOH 0,35 0,32 (0,30) 0,109
4 BYAN 0,06 3,71 (0,19) 0,069
5 TOBA 12,45 0,96 (0,06) 0,102
6 KKGI 9,69 0,31 (0,02) 0,115
7 MBAP 0,03 0,54 0,18 0,063
8 HRUM 0,66 0,19 (0,04) 0,116
9 ADRO 31,83 0,04 (0,01) 0,117
LAMPIRAN 4:
DATA VARIABEL DEPENDEN DAN VARIABEL INDEPENDEN
TAHUN KODE DIVIDEN
(X1)
LEVERAGE
(X2)
GROWTH
(X3) VHS (Y)
2013 PTBA 4,66 0,48 0,21 0,119
SMMT 0,02 2,44 0,18 0,098
MYOH 0,33 0,09 0,15 0,111
BYAN 0,04 3,44 (0,20) 0,078
TOBA 2,66 1,14 (0,05) 0,079
KKGI 1,98 0,33 0,10 0,088
MBAP 0,02 0,66 0,13 0,069
HRUM 1,10 0,25 (0,05) 0,094
ADRO 25,12 0,03 0,08 0,100
2014 PTBA 5,71 0,41 0,27 0,102
SMMT 0,04 2,62 0,16 0,070
MYOH 0,36 0,08 0,12 0,109
BYAN 0,02 3,55 (0,26) 0,063
TOBA 2,15 1,11 (0,04) 0,089
KKGI 1,76 0,45 0,12 0,097
MBAP 0,01 0,74 0,11 0,084
HRUM 1,14 0,23 (0,07) 0,106
ADRO 26,71 0,03 (0,04) 0,113
2015 PTBA 7,98 0,82 0,14 0,132
SMMT 0,08 3,78 (0,02) 0,165
MYOH 0,32 0,73 (0,92) 0,101
BYAN 0,02 4,45 (0,19) 0,062
TOBA 35,00 0,82 (0,06) 0,111
KKGI 15,00 0,28 (0,07) 0,129
MBAP 0,02 0,48 0,36 0,047
HRUM 0,19 0,11 (0,14) 0,117
ADRO 35,18 0,05 (0,07) 0,130
2016 PTBA 6,95 0,76 0,10 0,134
SMMT 0,11 4,22 (0,11) 0,209
MYOH 0,38 0,37 (0,09) 0,114
BYAN 0,17 3,38 (0,12) 0,074
TOBA 10,00 0,77 (0,07) 0,129
KKGI 20,00 0,17 0,15 0,147
MBAP 0,05 0,27 0,07 0,053
HRUM 0,20 0,16 0,09 0,148
ADRO 40,30 0,06 0,09 0,125
LAMPIRAN 5:
PERHITUNGAN SPSS
UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LNX1 LNX2 LNX3 LNY
N 36 30 36 36
Normal Parametersa,b
Mean -2.4670 -.2926 -7.3673 1.4185
Std. Deviation 4.74833 1.51162 .49818 1.75392
Most Extreme Differences
Absolute .172 .225 .110 .190
Positive .172 .225 .110 .098
Negative -.134 -.074 -.071 -.190
Kolmogorov-Smirnov Z .942 1.103 .603 1.040
Asymp. Sig. (2-tailed) .338 .175 .861 .230
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
UJI MULTIKOLINEARITAS
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -10.039 3.043 -3.299 .004
LNX1 -.230 .047 -.760 -4.886 .000 .582 1.718
LNX2 -.073 .169 -.071 -.433 .669 .523 1.911
LNX3 -1.440 .423 -.440 -3.408 .003 .847 1.181
a. Dependent Variable: LNY
UJI HETEROSKEDATISITAS
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 2.312 1.117 2.070 .052
LNX1 -.012 .017 -.203 -.717 .482
LNX2 .014 .062 .069 .231 .820
LNX3 .015 .155 .022 .094 .926
a. Dependent Variable: ABRESID
UJI AUTOKORELASI
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .847a .718 .676 .88605 2.236
a. Predictors: (Constant), LNX3, LNX1, LNX2
b. Dependent Variable: LNY
UJI REGRESI
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables
Removed Method
1 LNX3, LNX1,
LNX2b
. Enter
a. Dependent Variable: LNY
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .847a .718 .676 .88605
a. Predictors: (Constant), LNX3, LNX1, LNX2
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 39.968 3 13.323 16.970 .000b
Residual 15.702 20 .785
Total 55.670 23
a. Dependent Variable: LNY
b. Predictors: (Constant), LNX3, LNX1, LNX2
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -10.039 3.043 -3.299 .004
LNX1 -.230 .047 -.760 -4.886 .000
LNX2 -.073 .169 -.071 -.433 .669
LNX3 1.440 .423 -.440 -3.408 .003
a. Dependent Variable: LNY