27
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
SAHAM SYARIAH DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Aditya Rahmat Perdana
104046201703
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008/1429
28
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika di Kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
Jakarta, 4 November 2008
Aditya Rahmat Perdana
29
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SAHAM
SYARIAH DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Aditya Rahmat Perdana
NIM: 104046201703
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA Ir. Ela Patriana, MM, AAIJ
NIP 130 789 745
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYRIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008/1429
30
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SAHAM SYARIAH DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) telah diuji dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta pada tanggal 4 November 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 4 November 2008
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
1. Ketua : DR. Euis Amalia, M.Ag ( ) NIP. 150 289 264
2. Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathief, M.Ag, M.Hum ( ) NIP. 150 318 308
3. Pembimbing I : Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA ( ) NIP 130 789 745
4. Pembimbing II : Ir. Ela Patriana, MM, AAIJ ( )
5. Penguji I : Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM ( ) NIP. 150 210 422
6. Penguji II : Dwi Nur’aeni Ichsan, SE, MM ( )
31
KATA PENGANTAR
سماهللالرحمنالرحيمڊـــــ
Puji syukur kepada Allah SWT, atas terselesaikannya skripsi yang berjudul
“Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Saham Syariah di Jakarta Islamic Index
(JII)”. Secara khusus penelitian ini ditujukan sebagai tugas akhir perkuliahaan
Program Studi Muamalat, Konsentrasi Asuransi Syariah, Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI). Ucapan terima kasih disampaikan penulis
kepada:
1. Allah Azza wa Jalla yang senantiasa memberikan pertolongan, hidayah serta
kasih sayangnya yang tiada henti-hentinya hingga penulis menutup mata dan
hingga akhir zaman.
2. Bpk Prof. Dr. Drs. M. Amin Suma, SH., MA., MM, Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Euis Amalia, M.Ag, Ketua Jurusan Program Studi Muammalat, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bpk Azharudin Lathief, M.Ag, Sekretaris Jurusan Program Studi Muammalat,
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
32
5. Bpk Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA dan Ibu Ir Ela Patriana, MM, AAIJ,
pembimbing skripsi.
6. Direktorat Asuransi, Departemen Keuangan Republik Indonesia, atas izinnya
memperoleh data pada instansinya.
7. Pimpinan perpustakaan umum dan syariah yang telah memberikan fasilitas
untuk mengadakan studi perpustakaan.
8. Kedua Orangtuaku tercinta dan yang paling dicintai Bpk Rahmad dan Ibu Sri
Sukanti atas doa yang tak pernah putus, semenjak aku dilahirkan kedunia
hingga ku menutup mata. Semoga bertambah cinta Allah kepada keduanya.
9. Saudara kembarku Aditya Rahmat Pradana (Dana) yang tak pernah berhenti
memberi dukungan, dan adik ku tersayang Ditya Arif Setiabudi (Ade’).
Sungguh kehadiran kalian menambah semangatku untuk berbuat yang terbaik,
semoga kita tetap kompak.
10. Kepada Alm eyang kung Kartoko dan Alm eyangkung Soetarno, dan juga
eyang putri yang dengan kasih sayangnya senantiasa memberi nasihat
membangun, semoga Allah melimpahkan kasih sayangnya kepada eyang
tersayang.
11. Para dosen dan guru yang telah memberikan ilmunya dengan ihklas kepadaku,
sejak penulis tidak mengerti hingga mengerti akan arti sebuah ilmu, semoga
Allah mengangkat drajat mereka.
33
12. Terima kasih kepada Bpk AM, Hasan Ali, MA, Bpk Azharuddin Lattief, M.Ag,
dan Bpk Hendra Kholid, M.Ag yang dengan sabar selain menjadi dosen juga
mau menjadi teman diskusiku. Semoga Allah memberkahi setiap ilmu yang
mereka teteskan kepada penulis.
13. Para Sahabatku, Zulkipli, Hamzah, Pangesti, Omen dan teman-teman se-
angkatan yang selalu membantu baik spirit maupun materi. Semoga
persahabatan dan pertemanan kita akan terus abadi hingga kita mati. Sungguh
kalian merupakan bagian dari episode perjalanan hidup penulis.
Dan beberapa pihak yang tidak dapat disebutkan, yang berjasa baik langsung
maupun tidak langsung kepada penulis.
Penulis
34
Daftar Isi
Kata pengantar ii
Daftar isi v
Daftar Table vii
Daftar Gambar vii
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 11
D. Metode Penelitian 12
E. Penelitian terdahulu 22
F. Perumusan Hipotesis 23
G. Sistematika Penulisan 25
Bab II TINJAUAN TEORI
A. Investasi Syariah 27
B. Jakarta Islamic Index (JII) 40
C. Asuransi Syariah 43
D. Suku Bunga SBI 47
E. Nilai Tukar Rupiah 48
F. Inflasi 50
Bab III GAMBARAN UMUM EKONOMI MAKRO DAN INVESTASI
ASURANSI SYARIAH INDONESIA
A. Keadaan umum ekonomi makro Indonesia 53
B. Perkembangan investasi asuransi syariah di Indonesia 59
C. Perkembangan Saham Jakarta Islamic Index(JII) 62
D. Struktur pengelolaan investasi asuransi syariah di Indonesia 65
Bab IV PEMBAHASAN
35
A. Analisis Faktor Suku Bunga, Inflasi, dan Kurs Yang Mempengaruhi
perkembangan saham syariah di JII 68
B. Pengaruh inflasi terhadap saham syariah di JII 74
C. Pengaruh suku bunga rupiah saham syariah di JII 76
D. Pengaruh kurs terhadap investasi asuransi syariah di JII 80
E. Bentuk Pengendalian Investasi Syariah Terhadap Dampak dari
Variabel Inflasi, Suku BUnga dan Kurs 81
Bab V PENUTUP
A. Kesimpulan 83
B. Saran 85
DAFTAR PUSTAKA 87
LAMPIRAN
36
Daftar Tabel
Table 3.1. Gambaran Umum Inflasi Ekonomi Indonesia pada Tahun 2000-2008 54
Table 3.2. Gambaran Umum Suku Bunga Bank Indonesia pada Tahun 2000-2008 56
Table 3.3. Gambaran Umum Kurs Rupiah pada Tahun 2000-2008 58
Table 3.4. Perkembangan Usaha Asuransi Syariah 61
Table 3.5. Data Rincian Jumlah Investasi Industri Asuransi Syariah 61
Table 3.6. Data Pergerakan Harga Saham 3 Tahun Terakhir 64
Table 4.1. Hasil Uji Akar Unit pada Tingkat Level 70
Table 4.2. Hasil Uji Akar Unit pada Tingkat First Different 71
Table 4.3. Hasil Uji Akar Unit pada Tingkat Second Different 71
Table 4.4. Hasil Uji Error Correction Model (ECM) 72
Table 4.5. Hasil Uji Johansen Cointegration Test 74
37
Daftar Gambar
Gambar 1.1. Proses Alur Penelitian 21
Gambar 2.1. Bagan Bentuk Invetasi Asuransi Syariah 40
Gambar 3.1 Kurva Pegerakan Inflasi dari Tahun 2000 – 2008 55
Gambar 3.2. Kurva Pergerakan Suku Bunga dari Tahun 2000 – 2008 57
Gambar 3.3. Kurva Pergerakan Kurs Rupiah dari Tahun 2000 – 2008 59
Gambar 3.4. Kurva Pergerakan Harga Saham Syariah 64
Gambar 3.5. Pengelolaan Dana Saving 65
Gambar 3.6. Pengelolaan Dana Non Saving 66
Gambar 3.7. Investment Process 67
38
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbisnis dan berinvestasi bukan merupakan aktifitas baru dalam Islam.
Rasulullah SAW merupakan salah satu pedagang sekaligus pebisnis yang
memiliki tendensi yang sangat baik dalam berbisnis. Tidak hanya diakui oleh
kalangan gujarat arab namun seluruh pelosok dunia bahkan hingga abad modern
pun mengakuinya. Rasulullah mengajarkan bagaimana menjalankan konsep kerja
dan bisnis Islam yang yang mengarah pada pengertian kebaikan, sesuai dengan
prinsip Islam13. Maka sudah sepantasnya setiap umat muslim memiliki jiwa
wirausaha karena merupakan bagian dari sejarah peradaban Islam.
Di-Indonesia berbagai macam ragam budaya, sosial serta sumber daya
alam dan manusianya, dengan mayoritas muslim serta latar belakang sejarah
yang tak pernah lepas dari unsur budaya asing yang keluar masuk silih berganti
menjadikan bertambahnya kekayaan bangsa ini, dari bangsa arab yang
melakukan perdagangan selat malaka, budaya cina yang masuk melalui ekspansi
bangsa cina-nya dengan pimpinan laksamana Cheng Ho, bangsa Belanda yang
13 Faisal Badroen, dkk. Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta, Kencana, 2006, h 131-144
39
telah menduduki bangsa ini selama tiga setengah abad, Jepang, Inggris sampai
Portugal, yang kesemuanya tak pernah lepas dari kepentingan dagang maupun
bisnis antar negara, bangsa serta suku juga budaya, menjadikan potensi bagi
bangsa ini untuk dilakukannya investasi di berbagai bidang.
Dalam melakukan investasi atau bisnis, setiap usaha umumnya dan
asuransi syariah khususnya akan berusaha untuk memperluas serta dapat
mengembangkan usahanya sesuai dengan tujuan perusahaan, yaitu untuk
mendapatkan laba sebesar-besarnya untuk kelangsungan hidup perusahaan14.
Proses pengambilan keputusan untuk melakukan investasi merupakan suatu
proses yang cukup panjang, sulit dan kompleks, sehingga membutuhkan
pertimbangan yang cukup matang, termasuk didalamnya penilaian berbagai
macam usulan investasi.
Asuransi juga merupakan salah satu lembaga keuangan berbasis investasi
dan proteksi yang sudah popular di masyarakat dunia, demikian juga di
Indonesia. Asuransi umumnya dikenal sebagai salah satu perencanaan
pengelolaan resiko kematian dan resiko-resiko lainnya yang berkaitan dengan
keuangan dengan cara menitipkan sebagian harta mereka kepada seseorang yang
dipercaya untuk kemudian ketika terjadi kerugian, harta tersebut dapat
14 Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis, Jakarta, Kencana, 2006, edisi Pertama, h 4-6
40
diambilkan untuk menutupi kerugian yang telah terjadi15. Pada masanya asuransi
menjadi popular ketika masyarakat pada waktu itu dapat menafsirkan akan
terjadi kerugian yang cukup besar pada saat melakukan perjalanan dagang. Sejak
saat itu asuransi mulai berkembang kepada manfaat yang lainnya, seperti
kerugian atas kebakaran, kerugian atas kematian, kerugian atas kecelakaan dan
lain-lainnya16.
Sejalan dengan waktu asuransi berkembang di seluruh dunia menjadi
bisnis keuangan yang menanamkan prinsip mencari keuntungan (Profit
oriented). Sehingga banyak pelaku bisnis mulai beramai-ramai bersaing
menawarkan kelebihan manfaat proteksi masing-masing produk, karena bisnis
asuransi dinilai sangat menguntungkan. Hingga pada akhirnya asuransi pun
menjadi bisnis perjudian nasib peserta. Para pengusaha berusaha bagaimana
meraih keuntungan atas resiko peserta, juga mempersempit pengeluaran
perusahaan dengan melakukan kecurangan. Sehingga pada masa itu disebut masa
kegelapan17.
Islam sebagai basis kehidupan masyarakat, mengatur praktek tersebut
kedalam kehidupan bermuammalah/ekonomi, sesuai dengan prinsip syariah.
Prinsip-prinsip seperti keadilan, kepastian, transparansi dan prinsip saling
menanggung, menjadi tiang tangguh untuk memperbaiki sistem asuransi yang
15 Soeisno Djojosoedarsono, Prinsip-prinsip Manajemen Resiko Asuransi, Jakarta, Salemba
Empat, 2003, h 71-73 16 Afzalur Rahman, Doktrin-doktrin Ekonomi Islam. Jakarta, Dana bakti Wakaf,1996, Jilid 4,
h.29-38 17 Ibid., h 49-74
41
sudah ada, menjadi bisnis yang sehat serta bernuansa Islami, dengan demikian
hadirnya asuransi syariah yang merupakan pembaharuan wajah asuransi yang
suram menjadi wajah yang menyegarkan, prinsip-prinsip yang ditanamkan
menjadi jawaban dari sekian permasalahan yang ada sejak asuransi muncul18.
Dan prinsip usaha asuransi pun di ubah ke asal mulanya yaitu kepada orientasi
tanggung jawab sosial (Social Responsibility Oriented) juga berprinsip kepada
keuntungan (Profit Oriented) serta prinsip ibadah19.
Hingga kini asuransi syariah diseluruh dunia mulai berkembang pesat,
karena memiliki keunggulan dari sisi sosial dan ekonomi, dan keduanya berjalan
seimbang, akad yang digunakan yaitu akad takafuli yang berarti tolong menolong
yang juga merupakan azas pelaksanaan operasional asuransi syariah. Secara
filosopi tidak ada yang berbeda dengan asuransi konvensional, yaitu merupakan
usaha untuk menanggung resiko namun secara teknis asuransi syariah merupakan
bentuk saling tanggung menanggung diantara sesama peserta (Risk Sharing)
bukan peralihan resiko (Risk Transfer) yang biasa digunakan oleh Asuransi
konvensional.
Dalam pelaksanaan operasional-nya selain memiliki peran perencanaan
perlindungan kerugian bagi masyarakat, asuransi syariah juga memiliki peran
yang sangat penting yaitu pengelolaan dana masyarakat dalam bentuk kegiatan
investasi, oleh karena itu asuransi juga memiliki tanggung jawab ekonomi,
18 Syakir Sula, Asuransi Syariah life and General Konsep dan System Operasional. Jakarta, Gema Insani Press, 2004, h 32-57
19 Ibid., h 319-328
42
karena dana yang disetorkan nasabah merupakan amanah yang harus
dilaksanakan dan di kelola dengan baik, termasuk dalam hal keputusan investasi,
sehingga diperlukan analisa yang tepat mengacu pada studi kelayakan bisnis.
Data menunjukkan pertumbuhan perbankan syariah mengalami stagnasi
karena kesulitan bersaing dengan perbankan konvensional. Dalam tahun 2006,
BI rate kembali turun dibawah 10% sehingga bagi hasil perbankan syariah
menjadi kompetitif dibandingkan dengan bunga bank konvensional. Data historis
sejak tahun 1992 menunjukkan bagi hasil perbankan syariah berada pada kisaran
8%-10%, dengan dua perkecualian yaitu tahun 1997 sebesar 6% dan tahun 2004
akhir sebesar 12%, itu sebabnya perbankan syariah kesulitan bersaing
mendapatkan dana masyarakat bila BI rate diatas 10%. Padahal perkembangan
industri asuransi syariah sangat terkait dengan industri perbankan syariah dan
dampaknya masih terasa pada tahun 2007. Keterkaitan itu ada dalam dua hal20:
1. Investasi perusahaan asuransi syariah masih terbatas instrument-nya, dan
salah satu instrument yang dominan adalah deposito perbankan syariah. Bila
bagi hasil deposito perbankan syariah tidak kompetitif, maka hasil Investasi
asuransi syariah pun menjadi tidak kompetitif.
2. Bank syariah merupakan pemasok penting pemegang polis asuransi syariah.
Bila pertumbuhan nasabah perbankan syariah melambat, maka melambat
pula pertumbuhan pemegang polis asuransi syariah.
20 Nina Mudrikah. H, “Biru dan merah dalam industri asuransi jiwa. karim review, special edition 2008”, artikel diakses pada tanggal 3 Mei 2008, dari http://www.karimconsulting.com /news/files/Artikel_06_Asuransi_Syariah. html., h 2
43
Untuk itu Bapepam LK menyiapkan perangkat regulasi baru untuk membuat
industri asuransi syariah dapat berkembang dengan lebih sehat. Diantara
rumusan regulasi yang sedang disiapkan itu adalah perubahan ketentuan
permodalan yang mengharuskan perusahaan meningkatkan jumlah modal unit
syariah nya mencapai Rp 25 milyar secara bertahap sampai dengan tahun 2010.
Sedangkan yang berbentuk perusahaan yang secara keseluruhan bisnisnya
syariah, diperlukan modal Rp 50 milyar pada akhir tahun 2008. Sampai dengan
akhir tahun syariah regulasi ini belum diterbitkan, sehingga beberapa perusahaan
memilih menunggu kepastian sebelum mengembangkan rencana bisnis mereka21.
Jika dilihat antara rancangan peraturan mengenai permodalan yang akan
diterbitkan oleh Biro asuransi Bapepam LK dengan rata – rata modal yang
dimiliki oleh cabang syariah dari asuransi konvensional maupun perusahaan
asuransi syariah, terlihat bahwa secara rata – rata ketentuan modal itu akan bisa
dipenuhi pada akhir tahun 2008. Bagi perusahaan asuransi syariah tidak terlalu
sulit untuk memenuhi ketentuan tersebut, namun masih banyak cabang syariah
dari asuransi konvensional yang harus bekerja keras untuk memenuhi ketentuan
tersebut sampai dengan tahun 2010.
Dari data diatas perusahaan asuransi mengalami kondisi dimana input
dana dari masyarakat melalui penjualan premi pada produk unit link mengalami
peningkatan cukup pesat sebesar 33,3 % (data agustus 2007) dan ada
21 Ibid., h 2
44
kemungkinan akan meningkat, namun prosentase ini masih dinilai kurang karena
sebagai informasi bahwa asset perusahaan asuransi hanya berkisar 6 % dari asset
perbankan, walau demikian pertumbuhan perusahaan asuransi syariah semakin
pesat diperkirakan setiap tahunnya ada 6-8 perusahaan asuransi lahir kecuali
tahun 2006 yang hanya 4 perusahaan. Mengingat semakin terbukanya potensi
pasar asuransi syariah karena hingga kuartal II syariah jumlah pemegang polis
baru mencapai 37,6 juta jiwa atau 17% dari total penduduk Indonesia. Dengan
asumsi 16,5% dari 220 juta penduduk berarti masih ada lebih dari 132 juta
penduduk Indonesia yang belum memiliki asuransi. Disamping itu, dengan
tingkat pertumbuhan penduduk yang rata-rata sebesar 1,12% per tahun berarti
bahwa setiap tahun ada 2,4 juta bayi yang berpotensi memiliki asuransi. Data
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) memperlihatkan pendapatan premi
asuransi jiwa pada 2006 sebesar Rp.27,34 triliun atau mencapai 2,24% GDP
Indonesia22. Nilai ini masih jauh di bawah tingkat maksimum pemasaran. Namun
sangat disayangkan dari semakin pesatnya pertumbuhan asuransi syariah dengan
ditandai meningkatnya premi netto sebesar 88% tidak diiringi dengan
peningkatan hasil investasi pada perusahaan asuransi syariah padahal masih
banyak instrument investasi yang baru di resmikan oleh pemerintah Republik
Indonesia seperti saham syariah di Jakarta Islamic Index (JII), SBSN syariah /
sukuk, dan instrument syariah lainnya di pasar modal.
22Malia Rochma,”Prospek Industri Asuransi Jiwa Economic Review (Desember 2007)”,
artikel diakses pada tanggal 3 Mei 2000, dari http://www.bni.co.id/portals/0/document/asuransi.html
45
Indeks harga saham gabungan yang biasa disebut market index atau
indeks pasar adalah rata-rata tingkat keuntungan seluruh saham yang beredar
dipasar modal yang diperoleh dari nilai pasar seluruh saham yang beredar dibagi
dengan seluruh saham yang beredar pada dari pertama tahun dasar dikalikan
seratus persen. Sedangkan yang dimaksud dengan saham syariah adalah salah
satu bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol
yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha23. Di Indonesia
perkembangan pasar saham syariah mulai dirintis dengan berdirinya Jakarta
Islamic Indeks (JII) pada tanggal 3 juli 2000, JII berdiri atas kerja sama PT.
Bursa Efek Jakarta yang sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia dengan PT.
Danareksa Investment Management (DIM). Saham – saham yang terdaftar dalam
JII terdiri dari 30 saham terbaik yang telah lolos dari screening process yang
dilakukan berdasar fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah nasional.
Namun satu faktor penghambat lainnya adalah kebijakan ekonomi makro,
beberapa kebijakan pemerintah selalu berimplikasi terhadap ekonomi makro
seperti inflasi, suku bunga dan faktor-faktor makro lainnya. Seperti yang terjadi
saat ini kebijakan pemerintah terhadap kenaikan harga BBM berdampak pada
naiknya harga-harga bahan pokok. Pengaruhnya terhadap investasi adalah
dengan naiknya harga barang pokok industri, maka semakin meningkat pula
ongkos biaya prioduksi, hal ini akan berdampak pada tingkat keuntungan
23 Reny Maharani, Hubungan Kausalitas antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah
di JII, Lipi, Tesis S2, Universitas Indonesia, 2005 h 36.
46
perusahaan, sehingga pembagian deviden menjadi berkurang, kondisi ini
memaksa permintaan atas saham menurun dan mempengaruhi harga saham,
terutama pada saham-saham syariah yang ada di Jakarta Islamic Index (JII).
Bagi dunia asuransi syariah kondisi ini di mungkinkan berdampak pada
tingkat pengembalian investasi, karena asuransi syariah juga bermain pada
instrument saham syariah / Jakarta Islamic Index (JII), kondisi ini terjadi karena
asuransi syariah adalah sebuah perusahaan pengelolaan dana masyarakat yang
sebagian besar kegiatannya merupakan investasi.
Maka dari itu dengan mengetahui faktor faktor pendukung dan
hambatan, diupayakan agar dimasa yang akan datang industri asuransi syariah
dapat mengembangkan potensi investasi, sehingga dapat meningkatkan profit
sharing yang berimplikasi pada daya tarik masyarakat untuk berinvestasi
sekaligus proteksi kerugian pada asuransi syariah.
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penelitian ini diarahkan
pada judul penelitian “Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Saham
Syariah di Jakarta Islamic Index (JII)”.
B. Perumusan Masalah
Agar kajian ini terfokus pada pokok permasalahan yang dituju maka studi
ini difokuskan pada kendala-kendala yang mungkin timbul dalam praktek
kegiatan saham-saham syariah di Jakarta Islamic Index (JII) dengan melihat
47
hubungannya dengan variable inflasi, suku bunga dan kurs, dan penelitian ini
mengambil rentang waktu dari tanggal 1 Januari 2005 sampai 31 Desember
2007, dengan menggunakan alat bantu ekonometri software eviews. Selain itu
penulis juga melakukan kajian terbatas melalui situs-situs internet dan referensi
lainnya tentang beberapa variable ekonomi makro seperti inflasi, suku bunga dan
kurs dan juga praktek investasi asuransi syariah.
Beberapa penjalasan dalam penelitian ini dijelaskan dalam bentuk
perumusan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan jangka pendek dan jangka panjang melalui
metode Error Corection Model (ECM) dan Johansen Cointegration Test
antara inflasi dengan index harga saham syariah di JII?
2. Apakah terdapat hubungan jangka pendek dan jangka panjang melalui
metode Error Corection Model (ECM) dan Johansen Cointegration Test
antara suku bunga dengan index harga saham syariah di JII?
3. Apakah terdapat hubungan jangka pendek dan jangka panjang melalui
metode Error Corection Model (ECM) dan Johansen Cointegration Test
antara kurs rupiah terhadap US dollar dengan index harga saham syariah di
JII?
4. Bagaimana bentuk pengendalian bagi investasi asuransi syariah terhadap
dampak dari variable inflasi, suku bunga dan kurs ?
48
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan, antara lain yaitu untuk
mengetahui secara jelas:
1. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap saham syariah di Jakarta
Islamic Index.
2. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga terhadap saham syariah di Jakarta
Islamic Index.
3. Untuk mengetahui pengaruh kurs dolar terhadap saham syariah di Jakarta
Islamic Index.
4. Untuk mengetahui bentuk pengendalian investasi asuransi syariah terhadap
perkembangan faktor-faktor tersebut bagi.
Dengan adanya hasil yang dapat diperoleh dari penelitian ini, diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak yaitu : .
1. Bagi penulis, sebagai bahan pengetahuan, inspirasi serta pendalaman
keahlian dalam bidang investasi asuransi syariah dengan memadukan studi
berupa teori yang didapat selama perkuliahan dengan kenyataan dilapangan.
2. Bagi lembaga akademis atau perguruan tinggi, sebagai bahan informasi
ilmiah untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.
49
3. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi dan pendorong semangat motivasi
untuk berinvestasi.
4. Bagi pemerintah, sebagai bahan informasi dan petimbangan untuk kebijakan
ekonomi.
5. Bagi Praktisi, sebagai bahan acuan untuk menentukan arah keputusan
investasi
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif untuk mengarahkan tekhnik dan prosedur
penelitian. Keputusan mengenai metode yang akan digunakan tergantung pada
permasalahan yang ada serta tujuan yang hendak dicapai.
Penelitian ini tergolong sebagai hypotesis testing. Hypotesis testing
merupakan suatu penelitian yang sudah memiliki kejelasan dan gambaran,
pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan kausal antara
variabel-variabel penelitian. Penelitian ini mengidentifikasi fakta atau peristiwa
sebagai variabel yang mempengaruhi /variabel independen dalam penelitian ini
menggunakan variabel suku bunga, inflasi dan kurs dan melakukan penyelidikan
terhadap variabel-variabel yang dipengaruhi /variabel dependen dalam penelitian
ini menggunakan variabel saham syariah.
Dalam rangka mendukung terlaksananya penelitian ini penulis
menggunakan beberapa metode diantaranya adalah :
50
1. Teknik Pengumpulan Data.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder.
a. Data Primer.
Pada data primer penelitian ini menggunakan 3 (tiga) metode
pengumpulan data diantaranya sebagai berikut:
1). Metode Kepustakaan.
Peneliti melakukan pengumpulan data melalui buku-buku
yang berhubungan dengan topik atau judul penelitian yang di teliti.
Sumber-sumber tersebut bisa didapat di perpustakaan umum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas
Syariah dan Hukum, Perpustakaan Nasional Departemen Pendidikan
Nasional, toko buku, serta instansi terkait.
2). Metode Interview (wawancara).
Peneliti melakukan pengumpulan data melalui proses
interview dengan narasumber yang berhubungan dengan judul
penelitian guna mendapatkan informasi yang aktual, seperti
Bappepam Departemen Keuangan Republik Indonesia, Masyarakat
Ekonomi Syariah (MES), dan beberapa pihak yang berhubungan
dengan judul penelitian.
51
3). Metode Observasi.
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat
mengenai isi penelitian dengan menganalisis pengaruh inflasi, suku
bunga dan kurs rupiah terhadap US dollar terhadap saham syariah di
Jakarta Islamic Index (JII). Data meneganai inflasi, suku bunga dan
kurs diperoleh melalui website situs resmi Bank Indonesia, dan data
mengenai saham syariah diperoleh melalui website situs resmi
Indonesian Index (IDX).
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti. Adapun data sekunder yaitu data yang
telah ada dan diperoleh dari narasumber meliputi data laporan
pertumbuhan investasi, saham, inflasi, suku bunga dan kurs.
2. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini untuk menganalisis data-data yang telah
diperoleh yaitu untuk mengetahui pengaruh antara suku bunga SBI, nilai
tukar rupiah terhadap US dollar dan inflasi terhadap pertumbuhan investasi
asuransi syariah, dengan menggunakan program komputer software eviews,
untuk itu digunakan beberapa alat analisis diantaranya sebagai berikut:
52
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi OLS
(ordinary least square) dengan data time series periode Januari 2005 –
Desember 2007. Adapun metode analisis yang digunakan untuk
mengestimasi model penelitian ini adalah dengan uji Johansen Cointegration
Test, uji ini untuk melihat adanya hubungan jangka panjang antar variable.
Uji ini dianggap baik digunakan dalam penelitian ini karena uji ini dapat
mempresentasikan suatu teori dengan melihat sisi hubungan keseimbangan.
a. Uji Stasioneritas
Dalam ekonometri dikenal dengan beberapa pengujian unit root
dan data ekonomi makro umumnya adalah data time series yang rentan
dengan ketidakstasioneran untuk itu sebelumnya dilakukan uji stasioner.
Tujuan uji stasioner ini adalah agar meannya stabil dan random error-nya
= 0, sehingga model regresi yang diperoleh mempunyai prediksi yang
tidak spurious (regresi semu). Dalam uji ini yang digunakan adalah
Augmented Dickey-Fuller. Dikenalkan oleh David Dickey dan Wayne
Fuller. Perhatikan model berikut:
Jika ρ = 1, maka model menjadi random walk tanpa intersep. Disini kita
akan menghadapi masalah dimana varian Yt tidak stasioner. Dengan
demikian Yt dapat disebut mengandung “unit root” atau data tidak
stasioner.
Yt = ρ Yt-1 + ut Rumus 1.1
53
Bila persamaan diatas dikurangi pada Yt-1 sisi kanan dan kiri,
maka persamaannya menjadi:
Atau dapat ditulis dengan:
Model-model sebelumnya mengasumsikan ut tidak berkorelasi
Hampir tidak mungkin. Untuk mengantisipasi adanya korelasi tersebut,
Dickey-Fuller mengembangkan pengujian diatas dengan sebutan:
Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test.
Hipotesis dalam pengujian ADF adalah:
H0: δ = 0
H1: δ ≠ 0
Jika kita tidak menolak hipotesis δ = 0, maka ρ = 1. Artinya kita
memiliki unitroot, dimana data time series Yt tidak stasioner.
Uji signifikansi terhadap koefisien regresi dapat dilakukan
dengan Uji-t. Sayangnya dengan hipotesis tersebut, nilai Uji-t tidak
mengikuti distribusi t sekalipun dalam sampel besar. Tetapi Dickey-
Fuller telah membuktikan bahwa Uji-t terhadap hipotesis diatas
mengikuti statistik ζ (tau). Statistik ini selanjutnya dikembangkan oleh
Mc. Kinnon.
Yt - Yt-1= ρ Yt-1 - Yt-1+ ut
∆ Yt = (ρ-1) Yt-1 + ut
∆ Yt = δ Yt-1 + ut
Rumus 1.2
Rumus 1.3
54
Model-model sebelumnya mengasumsikan ut tidak berkorelasi
Hampir tidak mungkin. Untuk mengantisipasi adanya korelasi tersebut,
Dickey-Fuller mengembangkan pengujian diatas dengan sebutan:
Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test.
Formulasinya adalah sebagai berikut:
Atau dapat ditulis dengan:
Dimana m adalah panjangnya lag yang digunakan.
b. Uji Kointegrasi
Dua variabel random yang masing-masing merupakan random
walk (tidak stasioner), tetapi mempunyai kombinasi linier time series
yang stasioner.
Misalkan:
Xt dan Yt masing-masing random walk; tetapi
Zt = Xt - λ Yt merupakan timeseries yang stasioner
Pada kondisi seperti ini, Xt dan Yt dikatakan berkointegrasi dan λ
disebut parameter kointegrasi, dimana λ dapat diestimasi dengan OLS
melalui regresi Xt pada Yt.
∑=
−− +Δ+++=Δm
ittitt YYtY
11121 εαδββ
∆ Yt = β1 + β2 t + δ Yt-1 + α1 ∆ Yt-1 + α2 ∆ Yt-2
+..........+ αm ∆ Yt-m + εt Rumus 1.4
Rumus 1.5
55
Model hubungan antar variabel:
Saham = β0 + β1 Inflasi + β2 Suku bunga+ β3 Kurs + μt
Dimana: μt langsung stasioner ketika membuat regresi.
c. Error Correction Model (ECM)
Model ECM pada dasarnya merupakan suatu konsep model
ekonometri-time series yang berupaya untuk menyelaraskan kondisi
jangka pendek (short run equilibrium) dengan kondisi ekuilibrium jangka
panjang (long run equilibrium) melalui suatu proses penyesuaian24.
Setelah melalui uji kointegrasi, persamaan akan diuji kestabilannya
dengan menggunakan pendekatan Error-Correction Model (ECM) yang
dikembangkan R.F. Eagle dan C.W.J. Granger (1987). Penggunaan ECM
bertujuan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya perubahan
struktural, sebab keseimbangan jangka panjang antara variabel bebas dan
variabel terikat hasil uji kointegrasi tidak akan berlaku setiap saat
(periode). Karena itu, error terms yang terdapat pada persamaan yang
akan ditaksir harus diperlakukan sebagai suatu keseimbangan kesalahan
pengganggu (equilibrium error) dalam jangka panjang.
Menurut Engle and Granger (1987), jika diantara sejumlah
peubah terdapat kointegrasi, maka diperoleh kondisi yang disebut error
correction representation yang mengindikasikan bahwa perubahan yang
24 www.bi.go.id/makalah uang kartal.html
56
terjadi terhadap peubah bebas (dependent variable) tidak hanya
dipengaruhi oleh peubah-peubah tidak bebas (explanatory variables),
tetapi juga dipengaruhi oleh ketidakseimbangan dari hubungan
kointegrasi. Ketidakseimbangan dari hubungan kointegrasi ini
ditunjukkan oleh nilai error-correction term. Beberapa kajian terakhir
juga menunjukkan keberadaan dari hubungan kointegrasi jangka panjang
terhadap komoditi pertanian dan peubah-peubah ekonomi diantaranya
adalah McKay (1998), Angulo and Zapata (2000), Warr and Wollmer
(2000), Mushtaq and Dawson (2000), Thompson et al., (2000) and Salih
(2001). Berdasarkan kajian-kajian tersebut diatas, kajian ini
menggunakan pendekatan seperti yang dilakukan pada kajian-kajian
tersebut yaitu dengan menggunakan pendekatan error correction model.
Menurut McKay (1998) dan Angulo dan Zapata (2000), dalam model
Error Correction Model (ECM), ketidakseimbangan jangka pendek yang
diwakili oleh error correction term, yang merupakan bentuk lag dari nilai
residual pada regresi awal. Regresi awal adalah regresi dengan
menggunakan data yang tidak stationer, dimana nilai galat ini sudah
stationer seperti yang sudah disyaratkan oleh metode Engle dan Granger
(1987). Dengan demikian model error correction akan memperoleh
peubah bebas yang memberikan pengaruh jangka panjang dan jangka
pendek.
57
Log Sahamt = β0 + β1 Log (inflasi) + β2 (suku bunga) +
β3 (kurs) +Ut
DLog sahamt = α1D Log inflasi t+ α 2 D suku bunga t + α3 D
kurs t – α5 (saham t- 1 - β0 - β1 Log (inflasi)t -1 + β2 (suku bunga) t -
1 + β3 (kurs) t -1 ) + Ut
Seperti dikatakan dalam metodologi, analisis dengan
menggunakan ECM meliputi tiga tahapan analisis data, yaitu (1) Uji
stasioner data, (2) uji kointegrasi untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan jangka panjang antara variabel X dengan Y, dan (3) menyusun
Error-Correction Model (ECM). ECM adalah suatu model ekonomi dan
analisis yang menyertainya, hal ini disebabkan sebagian besar analisis
ekonomi berhubungan erat dengan data time series yang sering
diwujudkan dengan hubungan dan perubahan suatu variabel pada waktu
tertentu terhadap variabel lain di waktu yang berbeda.
Berikut formulasi jangka panjangnya dengan persamaannya
menjadi:
Dimana:
Β1, β2, β3, β4 = koefisien jangka panjang
Sementara hubungan jangka pendek dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut:
Rumus 1.6
Rumus 1.7
58
Dimana:
α1, α 2, α3, α 4 = parameter jangka pendek
α5 = parameter penyesuaian.
Gambar 1.1. Proses Alur Penelitian
Indonesia Stock Exchange Jakarta Islamic Index
Saham Syariah
Inflasi Suku Bunga Kurs
Uji stasioner Augmented Dickey
Fuller test (ADF test) Differensing
Uji Kointegrasi dengan uji Johanson’s Cointegration test
Analisis dan kesimpulan
Tidak
Ya
Uji stasioner
Uji Kointegrasi
Error Corretion Model
59
3. Pedoman Penulisan Skripsi
Pedoman penulisan skripsi ini berpedoman pada buku penulisan
skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
E. Penelitian Terdahulu
1. “Studi tentang investasi syariah di pasar modal”, penelitian yang dilakukan
oleh tim studi tentang investasi syariah dipasar modal Departemen Keuangan
Republik Indonesia (2004). Penelitian diarahkan pada kendala-kendala
investasi syariah dipasar modal, hasil penelitian ini menggambarkan bahwa
instrument-instrumen investasi yang biasa digunakan oleh lembaga keuangan
asuransi syariah dinilai kurang perkembangannya dibanding dengan negara-
negara Islam lainnya.
2. “Analisis Portofolio Investasi Saham Syariah Jakarta Islamic Index (Studi
Kasus Pada Bursa Efek Jakarta)”, penelitian ini dilakukan oleh Indira Sari,
asuransi syariah (2007). Dalam penelitian ini menitik beratkan pada analisa
perhitungan saham-saham yang dianggap menguntungkan, yang biasa
digunakan para fund manager untuk melakukan strategi investasi. Namun
pada penelitian ini tidak dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan portofolio investasi syariah.
60
3. “Optimasi Portofolio Pada Reksadana Syariah (Analisa Laporan Nilai Aktiva
Bersih Periode Agustus 2005-April 2007)”, penelitian ini dilakukan oleh Nur
Faizati, asuransi syariah (2007) dalam penelitian ini hampir sama dengan
peneliti kedua yaitu analisa perhitungan portofolio investasi, namun Nur
Faizati menitik beratkan perhitungan analisa laporan nilai aktiva bersih pada
reksadana.
4. “Hubungan Kausalitas antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah di
JII” penelitian ini dilakukan oleh Reny Maharani (2005) dalam Tesis S2-nya
di Universitas Indonesia, dalam rangkaian penelitiannya Reny juga
menggunakan uji ECM (Error Correction Model), yaitu uji hubungan timbal
balik (kausalitas) antara kedua variabel tersebut dan juga periode waktu
penelitiannya hanya dari tahun 2003 sampai tahun 2005.
F. Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Simultan
H0 :Tidak terdapat pengaruh simultan antara variable suku bunga, inflasi
dan kurs terhadap index harga saham syariah di JII.
Hi :Terdapat pengaruh simultan antara variable suku bunga, inflasi dan
kurs terhadap index harga saham syariah di JII.
61
2. Pengaruh Parsial
a. Pengaruh Jangka Pendek
1). H0 :Tidak terdapat pengaruh parsial jangka pendek antara suku
bunga terhadap index harga saham syariah di JII.
Hi :Terdapat pengaruh parsial jangka pendek antara suku bunga
terhadap index harga saham syariah di JII.
2). H0 :Tidak terdapat pengaruh parsial jangka pendek antara kurs
nilai tukar rupiah terhadap index harga saham syariah di JII.
Hi :Terdapat pengaruh parsial jangka pendek antara kurs nilai
tukar rupiah terhadap index harga saham syariah di JII.
3). H0 :Tidak terdapat pengaruh parsial jangka pendek antara inflasi
terhadap index harga saham syariah di JII.
Hi :Terdapat pengaruh parsial jangka pendek antara inflasi
terhadap index harga saham syariah di JII.
b. Pengaruh Jangka Panjang
1). H0 :Tidak terdapat pengaruh parsial jangka panjang antara suku
bunga terhadap index harga saham syariah di JII.
Hi :Terdapat pengaruh parsial jangka panjang antara suku bunga
terhadap index harga saham syariah di JII.
2). H0 :Tidak terdapat pengaruh parsial jangka panjang antara kurs
nilai tukar rupiah terhadap index harga saham syariah di JII.
62
Hi :Terdapat pengaruh parsial jangka panjang antara kurs nilai
tukar rupiah terhadap index harga saham syariah di JII.
3). H0 :Tidak terdapat pengaruh parsial jangka panjang antara inflasi
terhadap index harga saham syariah di JII.
Hi :Terdapat pengaruh parsial jangka panjang antara inflasi
terhadap index harga saham syariah di JII.
G. Sistematika Penulisan
1. Bab I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dilakukannya penelitian dan manfaat penelitian,
kerangka konsep, metode penelitian dan teknik penulisan yang digunakan,
jenis penelitian dan pendekatan, jenis data dan sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis data, pedoman
penulisan skripsi serta sistematika penulisannya.
2. Bab II TINJAUAN TORITIS TENTANG INVESTASI DAN ASURANSI
SYARIAH
Dalam bab ini menjelaskan teori tentang topik bahasan seperti
definisi, landasan hukum syariah, prinsip-prinsip syariah, karakteristik dan
penjelasan mengenai topik-topik bahasan lainnya secara sistematis.
63
3. Bab III GAMBARAN UMUM INVESTASI ASURANSI SYARIAH DI
INDONESIA
Dalam bab ini mencakup gambaran keadaan umum ekonomi makro
Indonesia, investasi syariah, saham syariah, dan asuransi syariah yang
beberapa datanya akan diteliti dan hasilnya akan disajikan pada bab empat
pembahasan
4. Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab ini menjelaskan hasil dan pembahasan penelitian
mengenai pengaruh inflasi, kurs dan suku bunga terhadap index harga saham
syariah di JII, yang hasilnya akan dianalisa berdasarkan beberapa teori dan
disusun secara sistematis dan tersusun rapih.
5. Bab V PENUTUP
Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan serta saran dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh penulis, sehingga dapat ditarik benang merah
dari permasalahan yang diambil.
64
BAB II
TINJAUAN TEORI
Kegiatan berinvestasi dan asuransi merupakan dua bagian dalam keping
mata uang yang kedua bagiannya tidak pernah lepas dari kegiatan operasionalnya,
sebab dana-dana yang terkumpul dari masyarakat melalui premi asuransi sudah
menjadi kewajiban bagi pengelola untuk dikelola dalam bentuk investasi, sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 73 pasal 13 ayat 1 tahun 1992
tentang penyelenggaraan usaha perasuransian, yang berisi tentang kewajiban
perusahaan asuransi syariah mengelola dananya pada investasi yang aman dan
menguntungkan. Begitu juga dengan asuransi syariah, sesuai dengan fatwa Dewan
Syariah nasional (DSN) yang kegiatan berinvestasi diarahkan pada sektor-sektor
yang halal juga teknis pengelolaannya agar terjamin kehalalannya sesuai dengan
prinsip syariah, yang tentu saja berbeda dengan asuransi konvensional pada
umumnya.
A. Investasi Syariah.
1. Definisi Investasi.
Secara umum investasi dapat didefinisikan sebagai penanaman uang
modal disuatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.
53
Definisi lain yang diungkapkan oleh William. F Sharpe mengistilahkan
investasi sebagai sebuah bentuk pengorbanan atas modal sekarang yang ia
miliki untuk mendapatkan pengembalian (return) yang lebih besar.
Menurutnya investasi adalah “pengorbanan dolar sekarang untuk dolar
dimasa yang akan datang”13. Sehingga dapat dijelaskan bahwa ada dua
variabel yang terdapat dalam investasi yaitu variabel waktu dan variabel
resiko. Variable waktu digambarkan dalam bentuk “dolar sekarang untuk
dimasa yang akan datang” yang berarti ada sebuah proses dari perjalanan
investasi, sedang variabel resiko digambarkan dalam bentuk “pengorbanan”
yang berarti adanya resiko yang harus diterima seorang investor.
Definisi serupa juga diungkapkan oleh Ir. Muhammad Syakir Sula
yang mendefinisikan investasi sebagai bentuk penanaman atau penempatan
aset, baik berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan
memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya dimasa
mendatang14. Secara implisit investasi syariah dapat dijelaskan sebagai suatu
bentuk kegiatan usaha antara pemilik harta (sahibul Mal) terhadap pemilik
usaha (mudharib) dengan harapan memperoleh manfaat dimasa yang akan
datang, dengan tidak meninggalkan prinsip halal dan keadilan.
13William. F Sharpe dkk, Investasi, Jakarta, Indeks, 2005, edisi keenam, jilid ke1, h 1 14Sula, Asuransi Syariah Life and General, Konsep dan Sistem Operasional, h 359
54
2. Landasan Hukum dan Syariat Islam tentang Investasi Syariah
Dalam ajaran Islam, bahwa kegiatan berinvestasi dapat diketegorikan
sebagai kegiatan ekonomi yang juga dapat diartikan sebagai kegiatan
bermuammalah, yaitu sebuah kegiatan yang mengatur hubungan antara
manusia yang berhubungan dengan ekonomi. Beberapa landasan syar’I yang
berkaitan dengan kegiatan berinvestasi dalam Islam:
a. Firman Allah dalam Alqur’an
…..
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (al-
Baqarah:275)
⌧ ☺ ……..
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan
harta sesama mu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
55
perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu” (QS; an-Nisa:
29)
3. Prinsip Dasar Investasi Syariah
Beberapa prinsip dasar investasi syariah yang dapat dikutip dari
berbagai sumber adalah sebagai berikut15:
a. Prinsip Rabbani
Yaitu meyakini bahwa dirinya dan yang dinvestasikannya
keuntungan dan kerugiannya, serta semua pihak yang terlibat didalamnya
ialah kepunyaan Allah. Manusia hanya mengambil dan melaksanakannya
hanya dalam kehidupan duniawinya saja sebagai bekal untuk fase
kehidupan berikutnya yang abadi16.
b. Prinsip Halal
Yaitu setiap investasi yang dilakukan merupakan investasi yang
halal, bebas dari haram dan subhat, meliputi berbagai aspek diantaranya,
niat atau motivasi, transakasi yang dilakukan, prosedur pelaksanaan
transaksi, jenis barang atau jasa yang ditransaksikan, dan penggunaan
barang atau jasa yang ditransaksikan.
c. Prinsip Manfaat
15 Sofiniyah Ghufron dan tim, Sistem Keuangan Syariah, Jakarta, Renaisan, 2005,h 17-19 16 Sula, Asuransi Syariah Life and General, Konsep dan Sistem Operasional,h 363
56
Yaitu para pihak yang melakukan investasi harus memperoleh
manfaat sesuai dengan porsinya, dan manfaat tersebut harus dirasakan
oleh pihak yang bertransaksi dan masyarakat umum.
4. Bentuk Investasi Syariah
Investasi dapat dilakukan dalam berbagai jenis yang terbagi kedalam
dua bentuk yaitu investasi dalam bentuk asset-aset rill (real asset) dan
investasi dalam bentuk aset finansial (financial asset). Investasi pada asset
finansial dilakukan di pasar uang dan pasar modal, seperti sertifikat deposito,
saham, obligasi, derivatif, dan reksadana, sedang investasi pada asset-aset rill
berupa pembelian aset-aset produktif, seperti tanah, pendirian pabrik,
pertambangan, perkebunan, properti, dan lainnya.
a. Investasi Syariah pada Aset Riil
Investasi syariah pada sektor rill dapat dilakukan dengan berbagai
akad yang ada dalam syariat Islam, diantaranya akad jual beli, akad sewa
menyewa (tijarah), akad murabahah, akad mudharabah, akad
musyarakah dan lainnya. Dengan menempatkan prinsip aspek moral serta
rukunnya dalam proses transaksi.
b. Investasi Syariah pada Aset Finansial
Kegiatan investasi keuangan syariah melibatkan dua pasar yaitu
pasar uang dan pasar modal. Di Indonesia instrumen investasi keuangan
57
syariah untuk kedua pasar tersebut masih dalam proses perkembangan.
Berikut macam-macam instrumen investasi keuangan syariah yang sudah
ada di Indonesia:
1). Pasar Uang Syariah
Pasar uang syariah di Indonesia dikenal dengan Pasar Uang
Antar BanK berdasarkan prinsip syariah (PUAS), piranti yang
digunakan dalam PUAS adalah
a) Dalam Bentuk Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank
(IMA).
b) Sertifikat Wadia’ah Bank Indonesia.
c) Surat Berharga Syariah Nasional (SBSN)/sukuk.
2). Pasar Modal Syariah
Pasar modal modal sering disamakan dengan pasar uang,
padahal keduanya memiliki perbedaan secara prinsip. Pasar modal
atau capital market adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka
panjang dan dalam arti sempit merupakan pasar nyata. Sementara
pasar uang atau money market berkaitan dengan insrumen keuangan
jangka pendek dan merupakan pasar tidak nyata. Menurut Husnan
mendefinisikan pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen
keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik
58
dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan
oleh pemerintah maupun perusahaan swasta17.
Sejak secara resmi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
meluncurkan prinsip pasar modal syariah pada tanggal 14 dan 15
Maret 2003 dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara
Bapepam dengan Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI), maka dalam perjalanannya perkembangan
dan pertumbuhan transaksi efek syariah di pasar modal Indonesia
terus meningkat. Harus dipahami bahwa ditengah maraknya
pertumbuhan kegiatan ekonomi syariah secara umum di Indonesia,
perkembangan kegiatan investasi syariah di pasar modal Indonesia
masih dianggap belum mengalami kemajuan yang cukup signifikan,
meskipun kegiatan investasi syariah tersebut telah dimulai dan
diperkenalkan sejak pertengahan tahun 1997 melalui instrumen reksa
dana syariah serta sejumlah fatwa DSN-MUI berkaitan dengan
kegiatan investasi syariah di pasar modal Indonesia.
Dilihat dari kenyataannya, walaupun sebagian besar
penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam namun
perkembangan pasar modal yang berbasis syariah dapat dikatakan
sangat tertinggal jauh terutama jika dibandingkan dengan Malaysia
17 Husnan. S, Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia, Jakarta,
PT Bursa Efek Jakarta, 1998,h 3
59
yang sudah bisa dikatakan telah menjadi pusat investasi berbasis
syariah di dunia, karena telah menerapkan beberapa instrumen
keuangan syariah untuk industri pasar modalnya. Kenyataan lain
yang dihadapi oleh pasar modal syariah kita hingga saat ini adalah
minimnya jumlah pemodal yang melakukan investasi, terutama jika
dibandingkan dengan jumlah pemodal yang ada pada sector
perbankan.
Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu
faktor terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional,
terbukti telah banyak industri dan perusahaan yang menggunakan
institusi pasar modal ini sebagai media untuk menyerap investasi dan
media untuk memperkuat posisi keuangannya. Secara faktual, pasar
modal telah menjadi financial nerve centre (saraf finansial dunia)
pada dunia ekonomi modern dewasa ini, bahkan perekonomian
modern tidak akan mungkin bisa eksis tanpa adanya pasar modal
yang tangguh dan berdaya saing global serta terorganisir dengan
baik.
Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi
fenomena yang menarik dan menggembirakan terutama bagi
penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Praktek
kegiatan ekonomi konvensional, khususnya dalam kegiatan pasar
60
modal yang mengandung unsur spekulasi sebagai salah satu
komponennya nampaknya masih menjadi hambatan psikologis bagi
umat Islam untuk turut aktif dalam kegiatan investasi terutama di
bidang pasar modal, sekalipun berlabel syariah.
Perbedaan mendasar antara pasar modal konvensional dengan
pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme
transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah
dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham
emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara
umum konsep pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional
tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal syariah
disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari
perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria
syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham
dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi.
Pasar modal syariah dikembangkan dalam rangka
mengakomodir kebutuhan umat Islam di Indonesia yang ingin
melakukan investasi di produk-produk pasar modal yang sesuai
dengan prinsip dasar syariah. Dengan semakin beragamnya sarana
dan produk investasi di Indonesia, diharapkan masyarakat akan
memiliki alternatif berinvestasi yang dianggap sesuai dengan
61
keinginannya, disamping investasi yang selama ini sudah dikenal dan
berkembang di sektor perbankan.
Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia adalah merupakan
sebuah negara dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam,
oleh karena itu sektor industri pasar modal diharapkan bisa
mengakomodir dan sekaligus melibatkan peranserta warga muslim
dimaksud secara langsung untuk ikut aktif menjadi pelaku utama
pasar, tentunya adalah sebagai investor lokal di pasar modal
Indonesia. Sebagai upaya dalam merealisasikan hal tersebut, maka
sudah sewajarnya disediakan dan dikembangkan produk-produk
investasi di pasar modal Indonesia yang sesuai dengan prinsip dasar
ajaran agama Islam. Hal tersebut di atas menjadi penting mengingat
masih adanya anggapan di kalangan umat Islam sendiri bahwa
berinvestasi di sektor pasar modal di satu sisi adalah merupakan
sesuatu yang tidak diperbolehkan (diharamkan) berdasarkan ajaran
Islam, sementara pada sisi yang lain bahwa Indonesia juga perlu
memperhatikan serta menarik minat investor mancanegara untuk
berinvestsi di pasar modal Indonesia. terutama investor dari negara-
negara Timur Tengah yang diyakini merupakan investor potensial.
Dalam ajaran Islam, bahwa kegiatan berinvestasi dapat
dikategorikan sebagai kegiatan ekonomi yang sekaligus kegiatan
62
tersebut termasuk kegiatan muamalah yaitu suatu kegiatan yang
mengatur hubungan antar manusia. Sementara itu berdasarkan kaidah
fikih, bahwa hukum asal dari kegiatan muamalah itu adalah mubah
(boleh) yaitu semua kegiatan dalam pola hubungan antar manusia
adalah mubah (boleh) kecuali yang jelas ada larangannya (haram). Ini
berarti ketika suatu kegiatan muamalah yang kegiatan tersebut baru
muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam ajaran Islam maka
kegiatan tersebut dianggap dapat diterima kecuali terdapat implikasi
dari Qur’an dan Hadist yang melarangnya secara implisit maupun
eksplisit.
Dalam beberapa literatur Islam klasik memang tidak
ditemukan adanya terminologi investasi maupun pasar modal, akan
tetapi sebagai suatu kegiatan ekonomi, kegiatan tersebut dapat
diketegorikan sebagai kegiatan jual beli. Oleh karena itu untuk
mengetahui apakah kegiatan investasi di pasar modal merupakan
sesuatu yang dibolehkan atau tidak menurut ajaran Islam, kita perlu
mengetahui hal-hal yang dilarang / diharamkan oleh ajaran Islam
dalam hubungan jual beli.
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia secara umum
ditandai oleh berbagai indikator diantaranya adalah semakin
maraknya para pelaku pasar modal syariah yang mengeluarkan efek-
63
efek syariah selain saham-saham dalam Jakarta Islamic Index (JII).
Dalam perjalanannya perkembangan pasar modal syariah di
Indonesia telah mengalami kemajuan, sebagai gambaran bahwa
setidaknya terdapat beberapa perkembangan dan kemajuan pasar
modal syariah yang patut dicatat hingga tahun 2004, diantaranya
adalah telah diterbitkan 6 (enam) Fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang berkaitan dengan industri
pasar modal. Adapun ke enam fatwa dimaksud adalah :
a) No.05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Saham.
b) No.20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan
Investasi Untuk Reksa.
c) Dana Syariah.
d) No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah.
e) No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah.
f) No.40/DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman
Umum Penerapan.
g) Prinsip syariah di Bidang Pasar Modal.
h) No.41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.
Fatwa-fatwa tersebut di atas mengatur prinsip-prinsip syariah
di bidang pasar modal yang meliputi bahwa suatu efek dipandang
telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila telah memperoleh
64
pernyataan kesesuaian syariah secara tertulis dari DSN-MUI. Adapun
tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh sertifikat/
predikat syariah dari DSN-MUI yaitu bahwa calon emiten terlebih
dahulu harus mempresentasikan terutama struktur bagi hasilnya
dengan nasabah/ investor, struktur transaksinya, bentuk perjanjiannya
seperti perjanjian perwali amanatan dll.
Beberapa instrumen pasar modal yang sesuai dengan syariah
dalam pasar perdana adalah muqarabah/mudharabah fund, saham
biasa (common stock), muqarabah/mudharabah bonds, karena
instrumen pasar modal tersebut diperdagangkan dipasar perdana,
maka prinsip dasar pasar perdana adalah semua efek harus berbasis
pada harta atau transaksi riil, tidak boleh menerbitkan efek hutang
untuk membayar kembali utang dana atau hasil penjualan efek akan
diterima oleh perusahaan, hasil investasi akan diterima pemodal
(sohibul maal), tidak boleh memberikan jaminan hasil yang semata-
mata merupakan fungsi dari waktu. Untuk pasar sekunder terdapat
beberapa tambahan dari prinsip dasar pasar perdana, yakni tidak
boleh membeli efek dengan basis tren (indeks) suatu efek bisa
diperjualbelikan akan tetapi hasil yang diperoleh dari efek tersebut
berupa kupon atau deviden dilarang diperjualbelikan, karena pada
transaksi murabahah tidak boleh menjadikan objek transaksi sebagai
65
jaminan. Adapun jenis instrumen pasar modal yang diharamkan
syariah adalah preferred stock (saham istimewa), forwad contract,
option.
c. Bentuk Investasi Asuransi Syariah.
Khusus untuk lembaga keuangan asuransi syariah sesuai dengan
keputusan menteri keuangan, Nomor 424 /KMK.06/2003/pasal 16,
tentang jenis-jenis investasi asuransi syariah dan reasuransi syariah:
a) Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada bank.
b) Saham-saham syariah yang tercatat di bursa efek
c) Penyertaan langsung (saham-saham yang tidak tercatat dibursa efek
Indonesia).
d) Obligasi dan medium term notes
e) Surat-surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah
atau bank Indonesia.
f) Unit penyertaan reksadana.
g) Bangunan dengan hak strata atau bangunan dengan tanah.
h) Pinjaman polis,
i) Pembiayaan konsumtif
j) Pembiayaan modal kerja.
66
Gambar 2.1. Bagan Bentuk Invetasi Asuransi Syariah
B. Jakarta Islamic Index ( JII)
Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks
saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk
jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII tidak lepas
dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek
Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment Management (PT DIM). JII telah
dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrumen syariah ini
untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah yang kemudian
diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003. Mekanisme Pasar Modal
Nomor 424 /KMK.06/2003/pasal 16
Investasi Asuransi dan reasuransi Syariah
Dep
osito
ber
jang
ka
dan
serti
fikat
dep
osito
pa
da b
ank
Saha
m-s
aham
syar
iah
Peny
erta
an la
ngsu
ng
Obl
igas
i da
n m
ediu
m
term
note
s
Sura
t-sur
at b
erha
rga
Rek
sada
na
Ban
guna
n de
ngan
hak
st
rata
ata
u ba
ngun
an
deng
an ta
nah
Pinj
aman
pol
is
Pem
biay
aan
kons
umtif
dan
mod
al
kerja
67
Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang digabungkan dengan bursa
konvensional seperti Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Setiap
periodenya, saham yang masuk JII berjumlah 30 (tiga puluh) saham yang
memenuhi kriteria syariah. JII menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari 1995
dengan nilai dasar 100.
Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan
investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan
memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk
melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses
transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi
jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan
kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya
secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi
tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal.
Penentuan kriteria dalam pemilihan saham dalam JII melibatkan Dewan
Pengawas Syariah PT DIM. Saham-saham yang akan masuk ke JII harus melalui
filter syariah terlebih dahulu. Berdasarkan arahan Dewan Pengawas Syariah PT
68
DIM, ada 4 syarat yang harus dipenuhi agar saham-saham tersebut dapat masuk
ke JII18:
1. Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong
judi atau perdagangan yang dilarang.
2. Bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem riba,
termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
3. Usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan, dan
memperdagangkan makanan/minuman yang haram.
4. Tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan menyediakan
barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.
Selain filter syariah, saham yang yang masuk ke dalam JII harus melalui
beberapa proses penyaringan (filter) terhadap saham yang listing, yaitu19:
1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan, kecuali termasuk
dalam 10 kapitalisasi besar.
2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar
90%.
18Wikipedia Jakarta Islamic Index, Artikel diakses pada tanggal 26 Juli 2008 dari
http://www.google.com/JII 19Ibid
69
3. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama 1 (satu) tahun
terakhir.
4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan reguler selama 1 (satu) tahun terakhir.
C. Asuransi Syariah
1. Definisi Asuransi Syariah.
Asuransi Menurut undang-undang nomor 2 tahun 1992 tentang usaha
perasuransian secara umum didefinisikan sebagai perjanian antara dua pihak
atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikat diri pada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Definisi asuransi syariah menurut fatwa DSN, asuransi syariah
(ta’min, takaful atau tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset
70
dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah20.
2. Landasan Hukum dan Syar’i Asuransi Syariah.
Dasar hukum pelaksanaan penyelenggaraan asuransi syariah masih
menggunakan aturan baku hukum perundang-undangan tentang usaha
perasuransian Indonesia. Peraturan perundang-undangan tersebut diatur
dalam:
a. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD).
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1992, tentang Usaha
perasuransian.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 1999, tentang perubahan atas UU
no 73 tahun 1992, tentang penyelenggaraan usaha perasuransian.
d. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
421,422,423,424,425, 425/KMK.06/2003.
Landasan Hukum Lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan
perasuransian syariah yaitu adanya fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor: 21/DSN-MUI/X/2001 tentang
20 Muhamad Amin Suma, Asuransi Syariah & Asuransi Kovensional, Jakarta, Kholam
Publishing, 2006, h 41
71
Pedoman Umum Asuransi Syariah. Fatwa tersebut menjelaskan beberapa
prinsip umum tentang asuransi syariah disamping akad dan operasional.
Asuransi syariah merupakan sebuah lembaga keuangan yang
berasaskan syariat Islam, sehingga landasan hukumnya harus berdasarkan al
Qur’an, Hadist, Ijma, dan Qiyas. Beberapa landasan syar’I mengenai asuransi
syariah:
a. Firman Allah dalam al Quran
⌧
“Dan berkerjasamalah kamu dalam perkara-perkara kebajikan dan
taqwa, dan janganlah kamu berkerjasama dalam perkara dosa dan dapat
menimbulkan dosa” (Qs; al Mai’dah:2)
3. Prinsip Dasar Asuransi Syariah
a. Prinsip Saling Membantu dan Bekerjasama
72
Prinsip ini berdasarkan QS. Al Maidah : 2 : "...dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan jangan
tolong - menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...", Juga
berdasarkan hadits " Allah senantiasa menolong hamba-hambanya-Nya
selama ia menolong sesamanya." (HR. Abu Daud) dan " Barang siapa
memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhannya."
(HR. Bukhari, Muslim dan Abu Daud).
b. Prinsip Saling Melindungi
Prinsip saling melindungi dari berbagai macam kesusahan dan
kesulitan seperti membiarkan uang menganggur dan tidak berputar dalam
transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum.
4. Bentuk Asuransi Syariah
Jenis-jenis usaha perasuransian menurut UU no 2 tentang usaha
perasuransian, pasal 3 meliputi:
a. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan
resiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
73
b. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko
yang dikaitkan dengan hidup dan meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan.
c. Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang
terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan
atau Perusahaan Asuransi Jiwa.
Bentuk-bentuk perasuransian syariah masih menginduk pada UU no
2 tahun 1992, sehingga lembaga-lembaga perasuransian syariahpun terdiri
dari tiga jenis usaha, asuransi kerugian syariah, asuransi jiwa syariah dan
reasuransi syariah, yang ketiganya sudah tumbuh dan berkembang.
D. Suku Bunga SBI
Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia SBI diterbitkan oleh BI lebih ditujukan sebagai alat kebijakan
moneter SBI diterbitkan pertama kali pada tahun 1984 berdasarkan keppres No.5
tahun 1984 sebagai alternatif investasi bagi pemilik dana dengan jaminan
keamanan dana yang diberikan oleh bank sentral serta pemberian tingkat suku
bunga yang cukup kompetitif. Fungsi SBI tidak jauh dari treasury bill yaitu surat
hutang yang diterbitkan oleh pemerintah.
SBI diterbitkan dengan sistem diskonto dan tanpa warkat dengan
penyelesaian transaksi 1 hari. Satuan unit SBI adalah sebesar Rp. 1 juta dengan
transaksi terkecil dipasar perdana sebesar 1.000 unit atau Rp. 1 miliar, jangka
74
waktu SBI terdiri dari 1,2,3,6 dan 1 tahun. Metode perdagangannya dilakukan
melalui sistem lelang dan non lelang. SBI memiliki prospek yang sangat bagus
karena kualitas surat utang ini dijamin langsung oleh Bank Indonesia, selain itu
tingkat suku bunga SBI dijadikan rujukan oleh kalangan perbankan untuk
memberikan tingkat suku bunga deposito kepada nasabahnya dan dapat juga
dijadikan agunan. Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini
dan masa depan, serta merupakan variabel paling penting diantara variabel-
variabel makro ekonomi21 .
Interest rate atau tingkat bunga adalah harga pasar yang mentransfer
sumber daya masa lalu dan masa depan atau merupakan hasil tabungan dan biaya
peminjaman22 .
Kesimpulannya bahwa tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia
adalah biaya yang harus dibayar oleh Bank Indonesia yang mengeluarkan surat
berharga Sertifikat Bank Indonesia kepada pembeli atau pemegang surat
berharga tersebut berdasarkan jangka waktu tertentu.
E. Nilai Tukar Rupiah
Menurut Salvatore nilai tukar atau exchange rate diartikan sebagai harga
mata uang luar negeri dalam satuan mata uang domestik23.
21N. Gregory Mankiw, Teori Makro Ekonomi, Edisi Keempat, Jakarta, Erlangga, 2005,h 157 22Ibid, h 494 23Salvatore Dominick, Ekonomi Internasional, Jilid Kelima, Jakarta, Terjemahan, 1997,h 49
75
Nilai tukar adalah perbandingan antara mata uang suatu negara terhadap
mata uang negara lain. Dalam perdagangan global transaksi yang melibatkan
nilai tukar menjadi suatu keharusan karena setiap negara menggunakan mata
uang yang berbeda. Nilai tukar merupakan harga yang harus dibayar oleh mata
uang suatu negara untuk memperoleh mata uang dari negara lain harga yang
harus dibayar disebut kurs24.
Kurs atau nilai tukar adalah patokan nilai Bank sentral suatu negara
untuk membeli atau menjual mata uang asing25.Exchange rate atau kurs adalah
tingkat dimana negara-negara melakukan pertukaran dipasar dunia26 .
Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur /
dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan yang amat
penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan
bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara kedalam satu
bahasa yang sama27.
Hubungan antara nilai tukar mata uang asing dengan harga saham dapat
dilihat dengan dua pendekatan. Yang pertama adalah pendekatan pasar barang.
Pendekatan ini menyatakan bahwa perubahan pada kurs akan mempengaruhi
tingkat kompetitif suatu perusahaan. Saat kurs rupiah terhadap mata uang asing
24Reny Maharani, Hubungan Kausalitas antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah
di JII, h 35 25Michael P Todaro dan Stephen Smith. Pembangunan Ekonomi didunia Ketiga, Jakarta,
Erlangga, 2004, Edisi kedelapan, h 75 26Mankiw. Teori Makro Ekonomi, Edisi Keempat, h. 492 27R. Paul Krugman dan Maurice Obstfield. Ekonomi Internasional dan Teori Kebijakan,
Jakarta, terjemahan Pt.Indeks kelompok, Gramedia, 2000, Jilid kedua, Edisi Keempat, h 40
76
terdepresiasi maka biaya bahan baku yang menggunakan produk impor atau
memiliki kaitan dengan produk impor akan mengalami kenaikan dan biaya
produksi meningkat sehingga laba perusahaan akan turun sehingga menyebabkan
tingkat deviden yang dibagikan berkurang dan return yang ditawarkan pun
menurun dan permintaan atas harga saham akan berkurang sehingga harga
sahamnya dipasar turun. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan
keseimbangan portofolio yang melihat hubungan dimana harga saham
menyebabkan perubahan pada nilai tukar kenaikan harga saham disuatu bursa
akan menarik capital inflow, sehingga akan meningkatkan permintaan akan mata
uang domestik, akibatnya nilai tukar mata uang domestik akan terapresiasi 28.
F. Inflasi
Menurut Nopirin yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan
harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama satu periode
tertentu29. Berdasarkan tingkatnya inflasi dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Inflasi merayap (creeping inflation), kenaikan harga yang rendah kurang dari
10%.
2. Inflasi menengah (galloping inflation), kenaikan harga yang cukup besar
diantara 30% - 50%.
28Reny Maharani. Hubungan Kausalitas antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah
di JI, h 37 29Nopirin. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Yogyakarta, BPFE, 1994, Edisi
Pertama, h 34
77
3. Inflasi tinggi (hyper inflation), kenaikan harga yang sangat besar diatas
100%.
Sedangkan berdasarkan penyebabnya inflasi terbagi 2:
1. Demand full inflation, inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat
akan berbagai uang dan barang yang terlalu kuat.
2. Cost push inflation, inflasi yang timbul karena desakan biaya dan kenaikan
ongkos produksi.
Formula yang digunakan untuk menghitung laju inflasi/deflasi
perbulan adalah:
L(I/D)n = IHKn – IHK(n-1) x 100%
IHK(n-1)
Ket :
L(I/D)n = laju inflasi / deflasi pada bulan ke-n
IHKn = indeks harga konsumen pada bulan ke n
IHK(n-1) = indeks harga konsumen pada bulan ke n-1
Inflasi merupakan ukuran ekonomi yang digunakan untuk
menggambarkan peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi
oleh sistem perekonomian.
Inflasi adalah keadaan dimana terjadinya kenaikan permintaan barang
dalam perekonomian suatu negara secara keseluruhan. Inflasi dapat dipilah
antara yang bersifat permanen dan temporer Laju permanen (core inflation)
78
adalah laju inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan permintaan
terhadap barang dan jasa (permintaan agregat) dalam perekonomian.
Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab perubahan laju inflasi yang
bersifat permanen adalah interaksi antara ekspektasi masyarakat terhadap
laju inflasi, jumlah uang beredar, faktor siklus kegiatan usaha (misalnya
tingkat penggunaan kapasitas produksi dan inventory), dan tekanan
permintaan musiman (misalnya hari raya keagamaan, musim panen, dan
dimulainya tahun ajaran baru).
Komponen laju inflasi yang bersifat temporer (noise inflation) adalah
bagian dari laju inflasi yang disebabkan oleh gangguan sesekali (one time
shock) pada laju inflasi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
gejolak sementara ialah kenaikan biaya input produksi dan distribusi
(misalnya pass through effect dari depresiasi yang mengakibatkan kenaikan
biaya input untuk industri), kenaikan biaya energi dan transportasi, dan
faktor non-ekonomi (seperti kerusuhan sosial, bencana banjir, gempa bumi,
dan kebakaran hutan). Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan tekanan
inflatoir yang berkepanjangan jika terdapat struktur mikro fundamental yang
tidak efisien dan tidak seimbang dalam perekonomian, khususnya struktur di
sektor produksi dan distribusi.
79
BAB III
GAMBARAN UMUM EKONOMI MAKRO,
INVESTASI ASURANSI SYARIAH, DAN SAHAM SYARIAH
E. Keadaan Umum Ekonomi Makro Indonesia
Sejarah perkembangan ekonomi makro Indonesia tidak pernah lepas dari
kebijakan pemerintah seperti kebijakan fiskal dan moneter. Sering kali
pemerintah mengalami keputusan sulit dalam memutuskan kebijakan ekonomi,
seperti yang terjadi pada saat ini kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak
(BBM), keputusan ini dipandang sulit karena melihat daya beli masyarakat
Indonesia yang masih rendah, padahal harga minyak dunia yang melambung
tinggi (US$ 138 per barel, Mei 2008) memaksa pemerintah menambah anggaran
belanja negaranya tahun 2008. Dengan motif menyelamatkan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) pemerintah mengambil jalan dengan
menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 35%. Kondisi ini memaksa
variable-variable makro seperti inflasi meningkat pada bulan mei 2008 sebesar
10, 38% setelah pada bulan sebelumnya tingkat inflasi sebesar 8, 96%.
68
Sumber: www.BI.go.id/inflasi-
Kondisi serupa pernah dialami Indonesia pada tahun 2005 dimana
pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM yang berimplikasi pada
ekonomi makro Indonesia, begitu juga dengan kebijakan-kebijakan pemerintah
lainnya, seperti kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga bank
Indonesia. Begitu juga dengan kebijakan fiskal seperti keputusan menaikkan
prosentase pajak atas barang mewah dan hadiah untuk meningkatkan penerimaan
negara. Berikut beberapa data mengenai kondisi perkembangan inflasi, suku
bunga juga kurs rupiah pada tahun 2000- 2008:
1 Inflasi
Tabel 3.1. Gambaran Umum Inflasi Ekonomi Indonesia pada
Tahun 2000-2008
Tahun Inflasi
Des 2000 9.35%
Des 2001 12.55%
Des 2002 10.03%
Des 2003 5.16%
Des 2004 6.4%
Des 2005 17.11%
Des 2006 6.6%
Des 2007 6.59%
Mei 2008 10, 38%
69
Gambar 3.1. Kurva Pegerakan Inflasi dari Tahun 2000 – 2008
Gambaran inflasi Indonesia lebih didorong oleh kondisi ekonomi
global dan politik, kondisi ini terlihat pada diagram tahun 2001, 2002, 2005,
dan 2008, dimana inflasi Indonesia mencapai dua digit, yaitu 12.55%,
10.03%, 10, 38%,17.11%. Tingkat inflasi bisa disebabkan oleh beberapa
kondisi, seperti kenaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Kondisi ini
terjadi karena BBM merupakan komoditas yang memegang peranan penting
dalam segala aktifitas ekonomi. Dampak langsung yang dapat dirasakan
adalah perubahan harga bahan pokok, yang berpengaruh terhadap tingginya
Inflasi
0 2 4 6 8
10 12 14 16 18
inflasi
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
%
70
biaya operasional, kebijakan ini berakibat langsung terhadap investasi.
Infrastruktur yang masih lemah juga bisa menjadi penyebab pendorong
inflasi30. Beberapa faktor pendorong inflasi dapat dikendalikan oleh
pemerintah, namun beberapa faktor tidak dapat dikendalikan oleh pemerintah
seperti harga minyak dunia yang tinggi, pelemahan nilai tukar regional, dan
sebagainya.
2 Suku Bunga
Tabel 3.2. Gambaran Umum Suku Bunga Bank Indonesia pada
Tahun 2000-2008
Tahun Suku Bunga
Des 2000 14.42%
Des 2001 17.61%
Des 2002 12.99%
Des 2003 8.41%
Des 2004 7.43%
Des 2005 12.75%
Des 2006 9.75%
Des 2007 8.00%
Mei 2008 8.69 %
30 http://www.antara.co.id/arc/2007/8/31/infrastruktur-lemah-jadi-biang-keladi-inflasi/
71
Sumber: www.BI.go.id/sukubunga-banksentralrepublikindonesia
Gambar 3.2. Kurva Pergerakan Suku Bunga dari Tahun 2000 – 2008
Pada diagram terlihat pada tahun 2000, 2001, 2002, 2005 prosentase
suku bunga bank Indonesia mencapai level tertinggi terutama pada tahun
2001 yaitu mencapai 17.61%, prosentase tersebut mendorong kenaikan suku
bunga kredit, kenaikan suku bunga kredit biasanya akan diikuti kenaikan
rasio kredit bermasalah (net performing loan). Implikasinya adalah tingginya
laju tingkat inflasi dan melemahnya kurs nilai tukar rupiah, kondisi ini
memaksa para debitur menganalisa ulang investasi mereka, karena kenaikan
0.00%2.00%4.00%6.00%8.00%
10.00%12.00%14.00%16.00%18.00%20.00%
Suku Bunga
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Suku Bunga
72
suku bunga berpengaruh terhadap kredit yang mereka dapatkan dari institusi
perbankan31.
Faktor-faktor yang mendorong naiknya suku bunga bank Indonesia
umumnya dipengaruhi oleh tingkat depresiasi rupiah yang lebih tinggi
dibandingkan mata uang lain, laju inflasi yang tinggi, pertumbuhan uang
primer32. Faktor lain yang menyebabkan Bank Indonesia (BI) menaikan suku
bunga bank yaitu faktor ekonomi global.
3 Kurs Rupiah
Tabel 3.3. Gambaran Umum Kurs Rupiah terhadap dollar pada
Tahun 2000-2008
Tahun Jual Beli
Des 2000 9,595 8,480
Des 2001 10,900 9,900
Des 2002 9,440 8,440
Des 2003 8,965 7,965
Des 2004 9,790 8,790
Des 2005 10,330 9,330
Des 2006 9,520 8,520
Des 2007 9,919 8,919
31 http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/03/finansial/1183398.htm 32 Ibid
73
Juni 2008 9,787 8,787
Sumber: www.BI.go.id/kurs/USdollar -banksentralrepublikindonesia
Gambar 3.3. Kurva Pergerakan Kurs Rupiah dari Tahun 2000 – 2008
Pada diagram kurva kurs rupiah terlihat bahwa rupiah mencapai level
terlemahnya pada tahun 2001 dan 2005, yaitu pada tahun 2001 mencapai
kurs jual Rp 10,900 dan kurs beli Rp 9,900 dan pada tahun 2005 kurs jual Rp
10,330 dan kurs beli Rp 9,330. Kondisi ini menggambarkan bahwa
rendahnya permintaan dan penawaran akan uang (rupiah). Pendekatan ini
didasari dengan cara menggabungkan antara teori kuantitas uang (Quantity
Theory of Money) dan doktrin paritas daya beli (Purchasing Power Parity).
F. Perkembangan Investasi Asuransi Syariah di Indonesia
Kurs Rupiah
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
BeliJual
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
74
Jumlah investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi yang
menyelenggarakan usaha dengan prinsip syariah selama 5 tahun terakhir terus
mengalami kenaikan. Dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 industri
asuransi syariah mencatat rata-rata pertumbuhan investasi sebesar 24 % per
tahun dan rata-rata pertumbuhan harta kekayaan sebesar 29% per tahun. Rata-
rata pertumbuhan investasi dan kekayaan perusahaan asuransi dan reasuransi
yang menyelenggarakan usaha dengan prinsip syariah tersebut setara dengan
rata-rata pertumbuhan perusahaan asuransi dan reasuransi konvensional selama 5
tahun terakhir, yaitu masing-masingsebesar 24% dan 28%.
Perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan reasuransi yang
menyelenggarakan usaha prinsip syariah selama 5 tahun terakhir tercatat rata-rata
pertumbuhan investasi dan kekayaan, yaitu masing-masing sebesar 70% dan
58%. Sedang asuransi jiwa yang menyelenggarakan usaha dengan prinsip
syariah hanya mengalami rata-rata pertumbuhan investasi dan kekayaan selama 5
tahun terakhir masing-masing sebesar 15% dan 22%.
Total investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi yang
menyelenggarakan usaha dengan prinsip syariah pada tahun 2006 kurang dari
1% dari total investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi
konvensional. Prosentase tersebut tidak berubah secara signifikan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
75
Jenis Investasi Jiwa (Milyar) Kerugian(Milyar) TotalDeposito berjangka dan Sertifikat deposito 560,148 220,000 780,148Saham 11,806 11,806Obligasi dan MTN 114,816 15,554 130,370Reksadana 298,803 12,684 311,487Penyertaan langsung 105,151 135 105,286Bangunan, tanah, dengan bangunan 51,979 1,554 53,533Pembiayaan murabahah 21,082 554 21,636Jumlah investasi 1,163,785 250,481 1,414,266
Portofolio investasi perusahaan asuransi yang menyelenggarakan usaha
dengan prinsip syariah pada tahun 2006 didominasi oleh penempatan pada
deposito dan sertifikat deposito yaitu mencapai 87,3 % dari total investasi33. Hal
ini antara lain disebabkan oleh masih terbatasnya instrumen investasi dengan
prinsip syariah.
Tabel 3.4. Perkembangan Usaha Asuransi Syariah dan Konvensional
Investasi asuransi dan
reasuransi syariah
Investasi asuransi dan
reasuransi konvensional Tahun
Investasi
(Milyar)
Pertumbuhan
(%)
Investasi
(Milyar)
Pertumbuhan
(%)
Rasio
(%)
2000 189,5 - 22.371 - 0,85
2001 238,9 26,1 26.760 19,6 0,89
2002 255 6,7 30.365 13,5 0,84
2003 283,9 11,3 38.031 25,2 0,75
2004 417,9 47,2 50.088 31,7 0,83
2005 526 25,9 60.311 20,4 0,87
2006 670,2 27,4 79.311 31,5 0,85
2007 1.148,5 58,3 - - -
Sumber: Departemen Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Asuransi, Biro Asuransi Syariah
Tabel 3.5. Data Rincian Jumlah Investasi Industri Asuransi Syariah
33 Indonesian Insurance Journal, Jakarta, Biro Perasuransian, Bapepam, 2006, h 274-280
76
Sumber: Departemen Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Asuransi, Biro Asuransi Syariah
C. Perkembangan Saham Syariah di Jakarta Islamic Index (JII)
Perkembangan transaksi saham syariah di Bursa Efek Jakarta bisa
digambarkan bahwa berdasarkan lampiran pengumuman BEJ No. Peng-
461/BEJ-DAG/U/12-2006 tanggal 27 Desember, bahwa daftar nama saham
tercatat yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) untuk periode
Januari 2007 s.d Juni 2007 adalah sebagai berikut :
Anggota JII periode Januari 2007 s.d Juni 2007
1. AALI Astra Agro Lestari Tbk
2. ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk.
3. ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk
4. ASII Astra International Tbk
5. BLTA Berlian Laju Tanker Tbk
6. BNBR Bakrie & Brothers Tbk
7. BTEL Bakrie Telecom Tbk
8. BUMI Bumi Resources Tbk
9. CMNP Citra Marga Nusaphala Persada Tbk
10. CTRA Ciputra Development Tbk
11. CTRS Ciputra Surya Tbk
12. GJTL Gajah Tunggal Tbk
13. INCO International Nickel Ind .Tbk
14. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
77
15. INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
16. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
17. ISAT Indosat Tbk
18. KLBF Kalbe Farma Tbk
19. LPKR Lippo Karawaci Tbk
20. LSIP PP London Sumatera Tbk
21. MEDC Medco Energi International Tbk
22. PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk
23. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
24. SMCB Holcim Indonesia Tbk
25. SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk
26. TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk
27. TOTL Total Bangun Persada Tbk
28. UNSP Bakrie Sumatra Plantations
29. UNTR United Tractors Tbk
30. UNVR Unilever Indonesia Tbk
Adapun kinerja saham-saham syariah yang terdaftar dalam Jakarta
Islamic Index (JII) dimaksud juga mengalami perkembangan yang cukup baik,
hal ini terlihat dari kenaikan index JII sebesar 58, 101% selama setahun ini
(November 2007). Meskipun indeks JII mengalami peningkatan fluktuatif, JII
masih mengalami hambatan dalam hal kurangnya instrumen pendukung yang
78
menjadi sasaran para investor. Potensi dana yang besar tidak diimbangi dengan
produk saham yang ada selama ini. Saham-saham yang ada di indeks JII akan
mengalami kenaikan dan penurunan tergantung situasi dan pekembangan
investasi yang ada di Indonesia.
Tabel 3.6. Data Pergerakan Harga Saham Tiga Tahun Terakhir
No Periode Nilai No Periode Nilai No Periode Nilai
1 Januari 2005 174.187 13 Januari 2006 215.357 25 Januari 2007 296.958
2 Februari 171.834 14 Februari 218.216 26 Februari 294.062
3 Maret 169.334 15 Maret 233.821 27 Maret 315.245
4 April 161.002 16 April 260.193 28 April 344.963
5 Mei 178.201 17 Mei 237.238 29 Mei 345.58
6 Juni 187.884 18 Juni 233.272 30 Juni 356.853
7 Juli 198.242 19 Juli 239.301 31 Juli 388.63
8 Agustus 178.261 20 Agustus 251.352 32 Agustus 368.153
9 September 183.731 21 September 263.497 33 September 399.747
10 Oktober 181.422 22 Oktober 268.992 34 Oktober 463.055
11 November 188.836 23 November 295.479 35 November 483.964
12 Desember 199.749 24 Desember 311.281 36 Desember 493.014
Gambar 3.4. Kurva Pergerakan Harga Saham Syariah
0
100
200
300
400
500
600
1 5 9 13 17 21 25 29 33
Bulan
Inde
x H
arga
Harga Saham
79
C. Struktur Pengelolaan Dana Investasi Asuransi Syariah di Indonesia
Secara umum mekanisme pengelolaan dana premi untuk di investasikan
pada asuransi syariah di Indonesia terbagi kedalam dua bentuk, yaitu pengelolaan
dana pada produk saving dan pengelolaan dana pada produk non saving,
mekanisme pengelolaan dana untuk produk saving adalah sebagai berikut.
Gambar 3.5. Pengelolaan Dana Saving
Keuntungan perusahaan
Biaya operasional
Investasi
Premi
Rekening Tabungan
Rekening Khusus
Total dana
Bayar Pada Peserta
Pada Peserta
Manfaat Asuransi
Rekening Tabungan
Hasil Investasi
Nisbah
Nisbah Peserta
Perusahaan
Rekening Tabungan
Rekening Khusus
Sumber : Syakir Sula.Asuransi Syariah life and General Konsep dan system operasional. (Gema Insani Press, Jakarta, 2004)
h 178
80
Dana peserta dalam bentuk premi dikelola perusahaan dalam bentuk
investasi, setelah sebelumnya dibagi kedalam dana khusus (tabarru’) dan dana
tabungan (saving), hasil investasi akan dibagi antara perusahaan dan peserta
dalam bentuk nisbah bagi hasil sesuai dengan perjanjian awal kontrak, demikian
juga dengan dana peserta yang terkumpul.
Gambar 3.6. Pengelolaan Dana Non Saving
Sumber : Syakir Sula.Asuransi Syariah life and General Konsep dan system operasional. (Gema Insani Press, Jakarta, 2004) hal 179
Investasi
Premi
Total dana
Bagian Perusahaan
Rekening Tabungan
Hasil Investasi
Nisbah (%)
Nisbah (%)
Hubungan Al-Mudarabah
Perusahaan
Total dana
Beban Asuransi
Peserta
Biaya operasional
Keuntungan perusahaan
Bagian Peserta
81
Dana peserta dalam bentuk premi akan di kelola oleh perusahaan dalam
bentuk investasi, setelah habis masa perjanjian dana yang tersisa ditambah hasil
investasi dikurang dengan beban asuransi akan dibagikan antara perusahaan dan
peserta dalam bentuk nisbah bagi hasil sesuai dengan perjanjian awal kontrak.
Bentuk pengelolaan dana investasi antara perusahaan dan peserta
menggunakan akad wakalah bil ujroh (wakalah fee), yaitu kepemilikan dana
merupakan milik peserta sepenuhnya, sedang perusahaan hanya sebagai wakil
dari peserta dalam kegiatan investasi, seperti terlihat pada bagan berikut.
Gambar 3.7. Investment Process
Sumber : Muhamad Amin Suma..Asuransi Syariah & Asuransi Kovensional(Kholam Publishing, Jakarta,2006) h.146
cont
ribut
ion
Wakalah bil ujroh (wakalah fee)
Investment fund
Syariah Investment
Participant
Operator
Zakat
Nisbah
WAAD
40%
60%
2,5%
29,25%
29,25%
82
BAB IV
ANALISIS FAKTOR SUKU BUNGA, INFLASI DAN KURS
YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SAHAM SYARIAH DI JII
F. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku bunga, dan Kurs Rupiah Terhadap Saham
Syariah di JII
Inflasi, suku bunga, dan kurs rupiah merupakan salah satu indikator
pergerakan ekonomi makro suatu negara, selain variable-variabel lainnya.
Faktor-faktor tersebut merupakan masalah-masalah yang sering dan pasti timbul
dalam kehidupan ekonomi. Kondisi ini mempengaruhi iklim investasi termasuk
perkembangan investasi asuransi syariah di Jakarta Islamic index, karena
asuransi syariah merupakan bagian dari proses investasi. Hampir seluruh
kegiatan asuransi syariah merupakan kegiatan investasi, karena dana masyarakat
yang dihimpun, di investasikan pada unit-unit investasi seperti pasar uang dan
pasar modal sedang sektor-sektor investasi tersebut sangat rentan terhadap
kondisi makro ekonomi suatu negara.
83
Dengan melakukan suatu uji terhadap variable tersebut dapat dilihat
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan saham-saham di
Jakarta Islamic Index (JII) dan seberapa besar pengaruhnya. Dan dengan
mengetahui faktor-faktor tersebut dapat terlihat sisi positif dan sisi negatif dari
perkembangan investasi asuransi syariah, dengan begitu dapat diupayakan suatu
kebijakan untuk dilakukan pengendalian terhadap faktor-faktor yang merupakan
indikator negatif bagi perkembangan investasi asuransi syariah dan juga dapat
mempertahankan sisi positifnya. Dipilihnya variable inflasi, suku bunga, dan
kurs rupiah disebabkan karena variable tersebut merupakan variable dominan
yang sering digunakan oleh analist investasi di pasar modal pada saat ini. Dari uji
tersebut diharapkan dapat mengetahui:
1. Pengaruh inflasi terhadap perkembangan saham-saham di JII
2. Pengaruh suku bunga terhadap perkembangan saham-saham di JII
3. Pengaruh kurs terhadap perkembangan saham-saham di JII
1 Hasil Uji Stasioner
Tahap awal proses uji hipotesis ini adalah uji stasioner (unit root
test), yaitu pengujian akar-akar unit untuk semua variabel yang digunakan
dalam analisis time series. Data dinilai stasioner apabila nilai ADF test (nilai
absolut) yaitu nilai hasil uji t statistik lebih kecil dari critical value (nilai
kritis) yaitu nilai tingkat kepercayaan pada tabel Mac Kinon pada berbagai
84
tingkat kepercayaan (1%,5%,dan 10%), selain itu juga dapat dilihat nilai
probabilita yang harus lebih kecil dari 0,05 (5%)34.
Pengujian stasioner dilakukan terhadap seluruh variabel, model yang
digunakan yang oleh peneliti didasarkan pada Augmented Dickey Fuller test
(ADF test), untuk perhitungannya digunakan komputer dengan program
software Eviews 4.0. berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa seluruh
data yang dimasukan dalam model pada tingkat level (data asli), belum
mencapai stasioner, karena ADF test variabel-variabel tersebut lebih besar dari
nilai kritis ADF pada tingkat kepercayaan 5%, dan nilai probabilita lebih
besar dari 0.05 (5%), sehingga dapat disimpulkan variabel- variabel pada
tingkat level (data asli) terdapat persoalan akar unit.
Tabel 4.1. Hasil Uji Akar Unit pada Tingkat Level
VARIABEL ADF Test
ADF Mc.Kinnon
Critical Value (5%)
Probabilita <0.05
Keterangan
SAHAM 2.971995 -2.954021 1.0000 Tidak Stasioner INFLASI -1.351796 -2.948404 0.5943 Tidak Stasioner SUKU BUNGA -2.336421 -2.957110 0.1673 Tidak Stasioner
KURS -1.619443 -2.948404 0.4623 Tidak Stasioner Sumber: Hasil data diolah
Dapat dilihat bahwa tidak seluruhnya variabel pada data hasil
stasioner sehingga data tersebut di difference (beda) tingkat pertama. Dapat
34Wing wahyu winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistic dengan Eviews.
Yogyakarta,UPP STIM YKPN, 2007 h10.5
85
dilihat pada tabel 4.1 semua data tidak stasioner hal ini dapat dilihat ADF test
atau nilai absolut statistiknya lebih besar dari pada ADF Mc.Kinnon Critical
Value / nilai kritis (5%) sebesar (-2.954021) selain itu semua nilai probabilita
diatas 0.05 (5%), dan selanjutnya dapat di lakukan kembali pada tingkat
pertama untuk semua variabel.
Tabel 4.2. Hasil Uji Akar Unit pada Tingkat First Different
VARIABEL ADFTest ADF
Mc.Kinnon Critical
Value (5%)
Probablita < 0.05 Keterangan
SAHAM -5.189751 -2.951125 0.0002 Stasioner INFLASI -5.010934 -2.951125 0.0003 Stasioner SUKU BUNGA -1.914103 -2.951125 0.3221 Tidak Stasioner
KURS -5.059963 -2.951125 0.0002 Stasioner Sumber: Hasil data diolah
Dapat dilihat bahwa tidak seluruhnya variabel pada data hasil
stasioner sehingga data tersebut di difference (beda) tingkat pertama. Dapat
dilihat pada tabel 4.2 data suku bunga tidak stasioner hal ini dapat dilihat
ADF test atau nilai absolut statistiknya sebesar -1.914103 lebih besar dari
ADF Mc.Kinnon Critical Value atau nilai kritis (5%) sebesar -2.951125.
selain itu nilai probability suku bunga 0.3221 diatas 0.05, dan selanjutnya
dapat di lakukan kembali pada tingkat kedua untuk variabel suku bunga.
Tabel 4.3. Hasil Uji Akar Unit pada Tingkat Second Different
VARIABEL ADFTest ADF
Mc.Kinnon Critical
Probablita < 0.05 Keterangan
86
Value (5%)
SAHAM - - - - INFLASI - - - - SUKU BUNGA -6.802385 -2.954021 0.0000 stasioner
KURS Dapat terlihat bahwa semua data terlihat stasioner. Hal ini terlihat
dari nilai ADF test atau nilai absolut statistiknya sebesar -6.802385 lebih
kecil dari nilai ADF Mc.Kinnon Critical Value atau nilai kritis (5%) sebesar
-2.954021. sedang nilai probablita sebesar 0.0000 lebih kecil dari 0.05 (5%),
sehingga dapat dilakukan pengujian hubungan selanjutnya yaitu Error
Correction Model (ECM) untuk mendapatkan hubungan jangka pendek.
2. Hasil Uji Error Correction Model
Tabel 4.5. Hasil Uji Error Correction Model (ECM)
Dependent Variable: LOG(SAHAM) Method: Least Squares Date: 07/27/08 Time: 17:18 Sample(adjusted): 2005:02 2007:12 Included observations: 35 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(SUKU_BUNGA) 0.069530 0.158284 0.439276 0.6636
LOG(INFLASI) -0.327330 0.069997 -4.676338 0.0001 LOG(KURS) -3.182975 0.432809 -7.354224 0.0000
ECT(-1) 0.003282 0.000232 14.16230 0.0000 C 33.24835 3.969941 8.375024 0.0000
R-squared 0.930423 Mean dependent var 5.559435 Adjusted R-squared 0.921146 S.D. dependent var 0.323315 S.E. of regression 0.090790 Akaike info criterion -1.828973 Sum squared resid 0.247284 Schwarz criterion -1.606781
Log likelihood 37.00703 F-statistic 100.2942 Durbin-Watson stat 1.996350 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Hasil data diolah
87
Sumber: Hasil data diolah
a. Koefisien determinasi (R-square)
Tabel 4.5 menunujukkan R-square atau koefisien determinasi
sebesar 0.930423 artinya secara simultan variabel saham syariah di
jelaskan oleh variabel inflasi, SBI dan kurs sebesar 93 % dan 7%
dijelaskan oleh variabel lainnya. berarti variabel inflasi, SBI dan kurs
dapat menjelaskan variabel saham syariah dengan baik.
b. F-Statistic
Tabel 4.5 menunjukkan nilai F-Statistik sebesar 100.2942.
Signifikansi antara variable saham syariah dengan variable inflasi, SBI
dan kurs dengan α = 1% dan degree of freedom (df) dengan (k) v1 = 4
dan (n-k-1) v2 = 31, maka diperoleh nilai menurut table F sebesar 3.99.
dengan F Hitung sebesar 100.2942 jika dibandingkan dengan F table
maka didapat F Hitung lebih besar dari F table sehingga H0 secara
simultan ditolak. Berarti variabel inflasi, SBI dan kurs berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel saham syariah secara nyata.
c. ECT
Dapat di lihat pada table 4.5 nilai probability ECT(-1) sebesar
0.0000 < 0.05 (harus lebih kecil dari 0.05) artinya nilai ECM sudah
signifikan namun lebih jauh kita dapat melihat hanya variabel
independen inflasi yang memiliki nilai probability sebesar 0.0001 dan
88
kurs sebesar 0.0000, artinya variabel inflasi dan kurs berpengaruh
signifikan terhadap variabel saham syariah secara nyata. Sedangkan
variable suku bunga memiliki nilai probability sebesar 0.6636, artinya
variabel suku bunga tidak signifikan terhadap variabel saham syariah.
3. Hasil Uji Kointegrasi
Tabel 4.4. Hasil Uji Johansen Cointegration Test
Sumber: Hasil data diolah
Terlihat pada tabel 4.4 Hasil Uji Johansen Cointegration Test, di
atas semua nilai Trace statistic atau nilai absolut statistiknya yaitu nilai
hasil uji t statistik, lebih besar dari nilai Critical Value (Nilai kritis)
sebesar 15.41 sehingga dapat di simpulkan semua variabel secara parsial
memiliki hubungan jangka panjang.
G. Pengaruh Inflasi terhadap Saham Syariah di JII
Berdasarkan hasil uji ekonometri diatas, inflasi terhadap saham JII,
membuktikan bahwa inflasi secara umum mempengaruhi saham syariah di
Jakarta Islamic Index. Kondisi ini dibuktikan dalam uji ECM dengan nilai
Series Trace Statistic
5 Percent Critical Value Keterangan
Inflasi Saham 18.11101 15.41 Kointegrasi Kurs Saham 18.59636 15.41 Kointegrasi Suku Bunga 18.60357 15.41 Kointegrasi
89
probability sebesar 0.0001, dibawah level of significant sebesar 0,05, dan dalam
uji Johansen Cointegration Test nilai trace statistic sebesar 18.11101 diatas nilai
critical value sebesar 15.41. Bila dilihat dari beberapa kondisi inflasi Indonesia,
pada saat inflasi tinggi dan rendah dihubungkan dengan indeks harga saham
syariah di Jakarta Islamic Index, maka analisa menunjukkan pada saat inflasi
mencapai level tertinggi yaitu pada bulan November 2005 sebesar 18.38%,
perkembangan saham syariah menunjukkan kecendrungan melambat sebesar
1.04 % (indeks 188.836), sebaliknya ketika inflasi mencapai level terendah pada
bulan November 2006 yaitu sebesar 5.27%, indeks menunjukkan kecendrungan
perkembangan kearah positif, dengan tingkat pertumbuhan index meningkat
sebesar 1.10% (indeks 295.479). Hal ini membuktikan bahwa inflasi
mempengaruhi saham syariah secara siginifikan. Untuk lebih jelasnya beberapa
teori dijelaskan untuk memperkuat hasil uji.
Beberapa Teori Inflasi salah satunya menurut al-Maqrizi, beliau adalah
salah satu murid Ibnu Khaldun yang terkemuka, spesialisasi beliau adalah uang
dan inflasi. al-Maqrizi menjelaskan tentang beberapa penyebab inflasi dengan
membagi menjadi dua: yang pertama inflasi yang disebabkan oleh persediaan
barang (natural inflation), inflasi ini lebih disebabkan oleh bencana alam, seperti
kekeringan, banjir juga bisa disebabkan oleh peperangan. Teori kedua inflasi
menurut al-Maqrizi yaitu inflasi yang disebabkan oleh akibat kesalahan manusia
itu sendiri, dalam hal ini al-Maqrizi membaginya kedalam tiga faktor yaitu yang
90
pertama korupsi dan administrasi yang buruk, yang kedua pajak yang berlebihan
yang memberatkan kalangan produsen dan yang ketiga jumlah uang yang
berlebihan atau menurut Milton Friedman disebut Inflation Monetary
Phenomenon35.
Berdasarkan beberapa pendapat dan teori para ahli, permasalahan inflasi
merupakan dampak dari faktor diluar kemampuan analisa investasi,
permasalahan ini sulit untuk dihindari oleh semua lembaga keuangan termasuk
lembaga keuangan syariah dan saham syariah di Jakarta Islamic Index, karena
menuntut peran dari pemerintah pula untuk mengatasi permasalahan inflasi.
H. Pengaruh Suku bunga Terhadap Saham Syariah di JII
Berdasarkan hasil uji ekonometri diatas, suku bunga terhadap saham JII,
membuktikan bahwa suku bunga dalam jangka pendek tidak mempengaruhi
saham syariah, kondisi ini dibuktikan dalam uji ECM nilai probability sebesar
0.6636, diatas level of significant sebesar 0,05. Namun dalam jangka panjang
dampak suku bunga dapat mempengaruhi dengan melihat hasil uji Johansen
Cointegration Test bahwa trace statistic sebesar 18.59636 lebih besar dari
critical value sebesar 15.41. Bila dilihat dari perkembangan suku bunga di
Indonesi dihubungkan dengan kondisi indeks harga saham syariah di Jakarta
Islamic Index dapat kita analisa bahwa ketika suku bunga mengalami
35 Adiwarman Aswar Karim, Ekonomi Islam Sebagai suatu kajian kontemporer Jakarta Gema Insani Perss, 2007, h 67-69
91
peningkatan tertinggi pada bulan Desember 2006 dan Januari 2007 yaitu sebesar
12.75%, indeks harga saham menunjukkan pelemahan pada nilai pertumbuhan
1.05 % dan 0.95% (indeks 311.281 dan 296.958). Sedang pada saat suku bunga
mencapai level terendah pada bulan Januari 2005 sebesar 7.42% indeks juga
menunjukkan kestabilan pada nilai pertumbuhan sebesar 0.99% (indeks
174.187). Untuk lebih jelasnya beberapa teori dijelaskan untuk memperkuat hasil
uji ini.
Menurut ahli ekonomi klasik Marshal berpendapat bahwa suku bunga dan
tabungan saling berkaitan, oleh karena itu suku bunga adalah salah satu faktor
terpenting yang mengatur volume tabungan, maka semakin tinggi suku bunga
maka semakin tinggi pula imbalan yang diperoleh penabung, dengan demikian
semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung. Namun pendapat ini
ditolak oleh ahli ekonomi kapitalis Lord Keynes, yang menganggap bahwa suku
bunga bukan sebagai faktor penarik minat masyarakat untuk menabung, justru
faktor hasil investasilah yang sangat berpengaruh, Keynes sadar bahwa suku
bunga yang tinggi justru mengurangi volume investasi dari masyarakat bisnis,
sebagai akibat menurunnya jumlah investasi dan kemampuan untuk
mengembalikan kredit (net performance loan)36.
36 Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam ditengah krisis ekonomi global, Jakarta, Zikrul, 2001,
h118-119
92
Argumen Keynes tentunya sependapat dengan Dr. Mustaq Ahmad dalam
bukunya yang berjudul Business Ethics in Islam, menjelaskan pengaruh riba
terhadap investasi, secara jelas Dr. Mustaq Ahmad manganggap bahwa bunga
bank adalah riba dengan mengutip pendapat Kharufah tentang evaluasinya
terhadap bunga,: “Apa yang disebut dengan bunga (interest) adalah riba yang
dilarang dalam Islam, tak perduli bagaimanapun atraktifnya nama yang
dipergunakan, dan bagaimanapun pintarnya mereka memoles gambaran tentang
itu sehingga bunga tetap diterima”. Secara terbuka Dr. Mustaq Ahmad
menjelaskan dengan praktek bunga yang berlangsung pada bank-bank modern
sekarang ini memaksa para pebisnis atau industriawan atau investor melakukan
proyek yang menguntungkan dimana proyek mereka harus melebihi margin/
batas bunga dari modal yang mereka pinjamkan, tanpa melihat lagi apakah
modal tersebut dipergunakan untuk kepentingan maslahat atau mudharat37.
Pendapat ini diperkuat dengan pendapat Sayyid Quthb, tentang praktek riba juga
akan menimbulkan kematian kesadaran dan moralitas para pelaku bisnis, beban
bunga akan membuat para pelaku bisnis membutuhkan banyak keuntungan, dan
pada akhirnya beban bunga itu akan ditanggung masyarakat umum, para pebisnis
akan menaikkan harga barang-barang produksi sehingga beban itu mengalami
perubahan beban kepada para konsumen, bahkan hutang Negara menjadi beban
para konsumen pula dengan menaikkan pajak. Implikasi langsungnya adalah
37 Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam, Jakarta, Pustaka Al Kautshar, 2001, h 39-50
93
naiknya inflasi yang disebabkan oleh prilaku manusia itu sendiri. Kondisi ini
tidak sesuai dengan semangat nilai-nilai Islam, yaitu semangat untuk berkerja
dan berkerjasama (cooperative), karena bunga mengindikasikan manusia untuk
menempuh jalan hidup untuk menghasilkan uang tanpa berkerja.
Secara eksplisit Yusuf Qardawi menambahkan hikmah dari pengharaman
riba ialah mewujudkan persamaan yang adil diantara pemilik harta (Modal)
dengan usaha, serta memikul resiko dan akibatnya secara berani dan rasa
tanggungjawab. Inilah yang mencerminkan semangat keadilan dalam Islam38.
Disisi lain Syafei Antonio mengangkat dua permasalahan yang timbul dari
adanya sistem bunga, yaitu dampak inflatoir yang diakibatkan oleh bunga
sebagai biaya uang, hal tersebut disebabkan oleh elemen dari penentu harga yang
bernama suku bunga. Dampak lainnya adalah hutang, dengan rendahnya tingkat
penerimaan peminjam dan tingginya biaya bunga akan menjadikan peminjam
tidak pernah lepas dari ketergantunngan hutang39.
Dengan dilarangnya sistem bunga dalam Islam, sehingga dalam
transaksinya investasi dalam perekonomian berikut lembaga keuangan Islam
tidak terpengaruh dengan suku bunga bank Indonesia, karena menggunakan
system musyarakah/ serikat/ cooperative/ kerjasama. Sehingga pemilik modal
(shahibul mal) dan pelaksana proyek (Mudharibh) melakukan kerjasama tanpa
38 Yusuf Qardawi, Bunga Bank, Haram, Jakarta, Akbar Media Eka Karsa, 2003, h 50-60 39 Muhammad Syafe’I Antonio, Islamic Banking, Jakarta, Gema Insani Press, 2001, h 67
94
memiliki beban atas usaha mereka, sebab beban kerugian ditanggung bersama-
sama dengan tanggung jawab yang sama pula, bukan kepada konsumen. Karena
bila dibebankan kepada konsumen, maka akan meningkatkan harga barang
konsumsi, sehingga akan mengurangi konsumsi pula, kondisi ini akan
mengganggu stabilitas ekonomi makro40.
D. Pengaruh Kurs Rupiah terhadap Saham Syariah di JII
Berdasarkan hasil uji ekonometri diatas, kurs terhadap saham JII,
membuktikan bahwa kurs secara umum mempengaruhi saham syariah di Jakarta
Islamic Index. Kondisi ini dibuktikan dengan probability sebesar 0,0000,
dibawah level of significant sebesar 0,05 dan dalam uji Johansen Cointegration
Test nilai trace statistic sebesar 18.60357diatas nilai critical value sebesar
15.41. Bila dihubungkan antara kurs rupiah dengan indeks harga saham syariah
di Jakarta Islamic Index ditemukan analisa sebagai berikut, ketika rupiah
mengalami pelemahan pada harga jual Rp 10.310 pada bulan September 2005,
indeks mengalami pelemahan sebesar 0.99%, sebaliknya ketika rupiah
mengalami penguatan pada harga jual Rp 8.828 pada bulan Mei 2007, indeks
mengalami peningkatan sebesar 1.03%. Untuk lebih jelasnya beberapa teori
dijelaskankan untuk memperkuat hasil uji ini.
40 M. Suparmoko, Pengantar Ekonomi Makro, Yogyakarta, BPFE, 1991,h 76
95
Menurut Reni Maharani dalam tesisnya yang berjudul “Hubungan
Kausalitas antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah di JII”. Hubungan
antara nilai tukar mata uang asing dengan harga saham dapat dilihat dengan dua
pendekatan. Yang pertama adalah pendekatan pasar barang. Pendekatan ini
menyatakan bahwa perubahan pada kurs akan mempengaruhi tingkat kompetitif
suatu perusahaan. Saat kurs rupiah terhadap mata uang asing terdepresiasi maka
biaya bahan baku yang menggunakan produk impor atau memiliki kaitan dengan
produk impor akan mengalami kenaikan dan biaya produksi meningkat sehingga
laba perusahaan akan turun sehingga menyebabkan tingkat deviden yang
dibagikan berkurang dan return yang ditawarkan pun menurun dan permintaan
atas harga saham akan berkurang sehingga harga sahamnya dipasar turun.
Pendekatan yang kedua adalah pendekatan keseimbangan portofolio yang
melihat hubungan dimana harga saham menyebabkan perubahan pada nilai tukar
kenaikan harga saham disuatu bursa akan menarik capital inflow, sehingga akan
meningkatkan permintaan akan mata uang domestik, akibatnya nilai tukar mata
uang domestik akan terapresiasi.
E. Bentuk Pengendalian Investasi Syariah Terhadap Dampak dari Variable
Inflasi, SBI dan Kurs.
Prof Boediono salah satu begawan ekonomi nasional, beliau membagi
penyebab inflasi menjadi dua, yaitu inflasi yang disebabkan oleh permintaan
96
(Demand Pull Inflation). Inflasi ini lebih disebabkan oleh tingginya permintaan
atas barang dan jasa, sehingga mendorong meningkatnya harga barang konsumsi
dan produksi. Tarikan permintaan ini biasanya disebabkan oleh defisitnya
anggaran belanja negara, dan biasanya pula pemerintah mengambil jalan
termudah dengan mencetak uang lebih banyak lagi. Kebijakan ini berakibat pada
kenaikan harga umum yang semakin cepat.
Dan inflasi yang disebabkan oleh penawaran (Supply Pull Demand)
sebaliknya inflasi ini lebih disebabkan oleh tingginya penawaran atas barang dan
jasa. Ketika buruh meminta kenaikkan upah yang disebabkan meningkatnya
biaya hidup mereka, maka apabila manajemen menyetujuinya, bukan tidak
mungkin menajemen juga akan meningkatkan harga barang produksi mereka
sebagai imbas dari kenaikkan biaya operasional. Secara bersamaan juga akan
meningkatkan kembali biaya hidup mereka. Jika kondisi ini dilakukan berulang-
ulang inflasi akan terus meningkat.
Hal yang sama juga dialami dengan suku bunga dan kurs, yang lebih
banyak disebabkan dampak dari ekonomi global. Sehingga ketiga variabel
seperti inflasi, suku bunga, dan kurs tidak dapat dikendalikan oleh pelaku pasar,
namun beberapa bentuk pengendalian terhadap resiko bagi investasi syariah
khususnya saham syariah di Jakarta Islamic Index yang ditimbulkan dapat
diminimalisir.
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara umum hasil uji ekonometri dengan menggunakan program eviews,
inflasi dalam jangka pendek dan jangka panjang terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap saham syariah. Kondisi ini dibuktikan dalam jangka
pendek dengan Uji ECM memiliki nilai ECT sebesar 0.0001 lebih kecil dari
critical value sebesar 0.05, artinya secara signifikan inflasi dalam jangka
pendek berpengaruh terhadap saham syariah. Begitu juga dalam jangka
panjang dengan uji kointegrasi, variable saham memiliki nilai trace statistic
sebesar 18.11101 > 15.41, artinya dalam jangka panjang inflasi juga
mempengaruhi saham syariah di JII.
2. Secara berbeda hasil uji ekonometri dengan menggunakan program eviews,
Suku Bunga dalam jangka pendek tidak berpengaruh, namun dalam jangka
panjang terdapat pengaruh yang signifikan terhadap saham syariah. Kondisi
ini dibuktikan dalam jangka pendek dengan Uji ECM memiliki nilai ECT
sebesar 0.6636 lebih besar dari critical value sebesar 0.05, artinya secara
signifikan suku bunga dalam jangka pendek tidak berpengaruh terhadap
98
saham syariah. Namun dalam jangka panjang dengan uji kointegrasi, variabel
suku bunga memiliki nilai trace statistic sebesar 18.60357 > 15.41, artinya
dalam jangka panjang suku bunga dapat mempengaruhi saham syariah di JII.
3. Secara umum hasil uji ekonometri dengan menggunakan program eviews,
Kurs rupiah terhadap US Dollar dalam jangka pendek dan jangka panjang
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap saham syariah. Kondisi ini
dibuktikan dalam jangka pendek dengan Uji ECM memiliki nilai ECT
sebesar 0.0000 lebih kecil dari critical value sebesar 0.05, artinya secara
signifikan kurs dalam jangka pendek berpengaruh terhadap saham syariah.
Begitu juga dalam jangka panjang dengan uji kointegrasi, variabel kurs
memiliki nilai trace statistic sebesar 18.59636 > 15.41, artinya dalam jangka
panjang kurs juga mempengaruhi saham syariah di JII.
4. Karena variabel inflasi, suku bunga dan kurs tidak dapat dikendalikan secara
langsung oleh pemerintah dan pelaku investasi syariah, maka bentuk
pengendalian investasi asuransi syariah terhadap dampak yang ditimbulkan
agar dapat meminimalisir resiko yang ditimbulkan oleh ketiga variable
tersebut, dapat dilakukan dengan membuat peraturan setingkat undang-
undang untuk melindungi investasi syariah dan juga membangun kemitraan
yang lebih baik lagi kepada seluruh unit instrument investasi syariah, antara
pengelola dana investasi dan pemilik dana investasi. Sehingga terbentuk
kerjasama yang harmonis.
99
B. Saran
Beberapa saran bagi perkembangan ekonomi Islam berdasarkan hasil
penelitian diatas sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah agar segera dibuatkan regulasi yang tegas kepada sistem
keuangan Islam, sehingga dalam pelaksanaannya sistem keuangan Islam
dapat lebih baik, dan tidak mendua, tujuannya untuk melindungi unit-unit
investasi syariah jauh dari pengaruh praktek bunga yang berimplikasi
terhadap kondisi ekonomi makro yang negative.
2. Bagi lembaga keuangan Islam khususnya asuransi syariah agar lebih cerdas
dan lebih hati-hati dalam merencanakan investasi yang baik serta halal,
mengingat belum adanya peraturan pemerintah setingkat undang-undang
yang mengatur secara jelas regulasi instrument investasi syariah, dengan cara
tetap konsisten pada alokasi investasi yang halal dan bebas riba, sehingga
berdampak pada hasil investasi yang baik pula, yang pada akhirnya menarik
minat masyarakat untuk melakukan investasi pada lembaga keuangan
asuransi syariah.
3. Bagi kalangan industriawan muslim, agar dilaksanakannya zakat niaga
supaya terjadi pendistribusian harta yang berindikasi terhadap peningkatan
100
daya beli masyarakat, sehingga, pergerakkan konsumsi dan produksi dapat
berjalan seimbang
4. Bagi peneliti selanjutnya agar dilakukan penelitian selanjutnya mengenai
beberapa hubungan baik hubungan kausalitas maupun hubungan
keseimbangan antara “investasi syariah terhadap kondisi perkembangan
variabel ekonomi makro Indonesia”. Karena dalam penelitian ini hanya
membahas hubungan satu arah yaitu hubungan keseimbangan antara
“variable ekonomi makro Indonesia terhadap saham syariah di JII”.
101
DAFTAR PUSTAKA
Achsien, Iggie H, Investai Syariah di Pasar Modal. Jakarta: Gramedia, Jakarta, 2000
Ahmad, Mustaq, Business Ethics in Islam. Jakarta: Pustaka Al Kautshar, 2001
Karim, Adiwarman Aswar, Ekonomi Islam Sebagai suatu KajianKontemporer.
Jakarta: Gema Insani Perss, 2001
Arifin, Zaenal, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1999
Badroen, Faisal dkk, Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Kencana, 2006
Dominick, Salvatore, Ekonomi Internasional, Jilid Kelima, Jakarta: Terjemahan,
1997
Djojosoedarsono, Soeisno, Prinsip-prinsip Manajemen Resiko Asuransi. Jakarta:
Salemba Empat, 2003
Ghufron, Sofiniyah dan tim. Sistem Keuangan Syariah, Jakarta: Renaisan, 2005
Ghoni, Abdul dan Erny Arianty. Akuntansi Asuransi Syariah antara Teori dan
Praktik Jakarta: Insco solusi, 2007
Husnan, Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia, Jakarta:
PT Bursa Efek Jakarta, 1998
Indonesian Insurance,Jakarta: Biro Perasuransian, Bapepam, 2006
102
Krugman, R. Paul Obstfield dan Maurice. Ekonomi Internasional dan Teori
Kebijakan, Jilid kedua: Edisi Keempat, terjemahan, Pt.Indeks kelompok,
Jakarta: Gramedia, 2000
Mankiw, N. Gregory, Teori Makro Ekonomi, Edisi Keempat, Jakarta: Erlangga, 2005
Maharani, Reny. Hubungan Kausalitas antara Variabel Makro dan Harga Saham
Syariah di JII, Lipi, Tesis S2, Universitas Indonesia, 2005
Mudrikah H, Nina. Biru dan merah dalam industri asuransi jiwa. Karim
review,2008 artikel diakses pada tanggal 3 Mei 2008, dari
http://www.karimconsulting.com /news/files/Artikel_06_Asuransi_Syariah.
html
Manan M.A. Teori dan Praktek ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,
1995
Nopirin. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Edisi Pertama, Yogyakarta:
BPFE, 1994
P. Todaro, Michael dan Stephen Smith, Pembangunan Ekonomi didunia Ketiga,
Edisi kedelapan, Jakarta: Erlangga, 2004
Rahman, Afzalur, Doktrin-doktrin Ekonomi Islam jilid 4. Jakarta: Dana bakti
Wakaf,1996
Rochma, Malia. Prospek Industri Asuransi jiwa. Economic Review. Desember, 2007
artikel diakses pada tanggal 3 Mei 2000, dari http://www.bni.co.id/
portals/0/document/asuransi.html
103
Marthon, Said Sa’ad, Ekonomi Islam ditengah krisis ekonomi global, Jakarta: Zikrul,
2001
Sukirno, Sadono. Pengantar Bisnis. Jakarta: Kencana, edisi Pertama, 2006
Sula, Syakir. Asuransi Syariah Life and General - Konsep dan Sistem Operasional.
Jakarta: Gema Insani Press, 2004
Suma, Muhammad Amin, Asuransi Syariah & Asuransi Kovensional Jakarta:
Kholam Publishing, 2006
Sharpe, William. F dkk. Investasi Jakarta :Indeks, 2005
Suparmoko, Pengantar Ekonomi Makro Yogyakarta: BPFE, 1991
Antonio, Muhammad Syafe’I, Islamic Banking, Jakarta: Gema Insani Press, 2001
Qardawi, Yusuf, Bunga Bank, Haram, Jakarta: Akbar Media Eka Karsa, 2003
www.antara.co.id/arc/2007/8/31/infrastruktur-lemah-jadi-biang-keladi-inflasi/
www.blogs.unpad.ac.id/mumuhmz/2008/03/17pertemuanv-penalaran induktif/
www.BI.go.id/-banksentralrepublikindonesia
www.Google.com/JII
www.kompas.com/kompas-cetak/0408/03/finansial/1183398.htm
104
Lampiran 1. Data Bulanan Indeks Harga Saham JII
Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index No Periode Nilai 1 Januari 2005 174.187 2 Februari 171.834 3 Maret 169.334 4 April 161.002 5 Mei 178.201 6 Juni 187.884 7 Juli 198.242 8 Agustus 178.261 9 September 183.731
10 Oktober 181.422 11 November 188.836 12 Desember 199.749 13 Januari 2006 215.357 14 Februari 218.216 15 Maret 233.821 16 April 260.193 17 Mei 237.238 18 Juni 233.272 19 Juli 239.301 20 Agustus 251.352 21 September 263.497 22 Oktober 268.992 23 November 295.479 24 Desember 311.281 25 Januari 2007 296.958 26 Februari 294.062 27 Maret 315.245 28 April 344.963 29 Mei 345.58 30 Juni 356.853
105
31 Juli 388.63 32 Agustus 368.153 33 September 399.747 34 Oktober 463.055 35 November 483.964 36 Desember 493.014
Lampiran 2. Data bulanan Inflasi di Indonesia
INFLASI DI INDONESIA
Dalam Satuan Persen (%)
No Periode Nilai 1. Januari 2005 7.32% 2. Februari 7.15% 3. Maret 8.81% 4. April 8.12% 5. Mei 7.40% 6. Juni 7.42% 7. Juli 7.84% 8. Agustus 8.33% 9. September 9.06%
10. Oktober 17.89% 11. November 18.38% 12. Desember 17.11% 13. Januari 2006 17.03% 14. Februari 17.92% 15. Maret 15.74% 16. April 15.40% 17. Mei 15.60% 18. Juni 15.53% 19. Juli 15.15% 20. Agustus 14.90% 21. September 14.55% 22. Oktober 6.29% 23. November 5.27% 24. Desember 6.60% 25. Januari 2007 6.26% 26. Februari 6.30% 27. Maret 6.52% 28. April 6.29% 29. Mei 6.01% 30. Juni 5.77% 31. Juli 6.06% 32. Agustus 6.51%
33. September 6.95% 34. Oktober 6.88% 35. November 6.71% 36. Desember 6.59%
106
Lampiran 3. Data Bulanan Suku Bunga SBI
SUKU BUNGA SBI Dalam Satuan Persen (%)
No Periode Nilai 1 Januari 2005 7.42% 2 Februari 7.43% 3 Maret 7.44% 4 April 7.70% 5 Mei 7.95% 6 Juni 8.25% 7 Juli 8.49% 8 Agustus 9.51% 9 September 10.00%
10 Oktober 11.00% 11 November 12.25% 12 Desember 12.75% 13 Januari 2006 12.75% 14 Februari 12.74% 15 Maret 12.73% 16 April 12.74% 17 Mei 12.50% 18 Juni 12.50% 19 Juli 12.25% 20 Agustus 11.75% 21 September 11.25% 22 Oktober 10.75% 23 November 10.25% 24 Desember 9.75% 25 Januari 2007 9.50% 26 Februari 9.25% 27 Maret 9.00% 28 April 9.00% 29 Mei 8.75% 30 Juni 8.50% 31 Juli 8.25% 32 Agustus 8.25% 33 September 8.25%
107
34 Oktober 8.25% 35 November 8.25% 36 Desember 8.00%
Lampiran 4. Data bulanan Kurs Rupiah Terhadap Dollar AS
KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AS ( RP / $ )
No Periode Nilai Kurs 1. Januari 2005 9165 2. Februari 9260 3. Maret 9480 4. April 9570 5. Mei 9495 6. Juni 9713 7. Juli 9819 8. Agustus 10240 9. September 10310
10. Oktober 10090 11. November 10035 12. Desember 9830 13. Januari 2006 9395 14. Februari 9230 15. Maret 9075 16. April 8775 17. Mei 9220 18. Juni 9300 19. Juli 9070 20. Agustus 9100 21. September 9235 22. Oktober 9110 23. November 9165 24. Desember 9020 25. Januari 2007 9090 26. Februari 9160 27. Maret 9118 28. April 9083 29. Mei 8828 30. Juni 9054 31. Juli 9186 32. Agustus 9410
33. September 9137 34. Oktober 9103 35. November 9376 36. Desember 9419
108
Lampiran 5. Proses Pengolahan Data Stasioner Saham
Level
Null Hypothesis: SAHAM has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.*Augmented Dickey-Fuller test statistic 2.971995 1.0000Test critical values: 1% level -3.646342
5% level -2.954021 10% level -2.615817
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
First different
Null Hypothesis: D(SAHAM) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.189751 0.0002 Test critical values: 1% level -3.639407
5% level -2.951125 10% level -2.614300
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
109
Lampiran 6. Proses Stasioner Data Inflasi
Level
First different
Null Hypothesis: INFLASI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.351796 0.5943 Test critical values: 1% level -3.632900
5% level -2.948404 10% level -2.612874
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.010934 0.0003
Test critical values: 1% level -3.639407 5% level -2.951125 10% level -2.614300
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
110
Lampiran 7. Proses Stasioner Data Suku Bunga
Level
Null Hypothesis: SUKU_BUNGA has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.336421 0.1673 Test critical values: 1% level -3.653730
5% level -2.957110 10% level -2.617434
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
First different
Null Hypothesis: D(SUKU_BUNGA) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.914103 0.3221 Test critical values: 1% level -3.639407
5% level -2.951125 10% level -2.614300
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Second different
111
Lampiran 8. Proses Stasioner Data Kurs
Level
First different
Null Hypothesis: D(SUKU_BUNGA,2) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.802385 0.0000 Test critical values: 1% level -3.646342
5% level -2.954021 10% level -2.615817
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: KURS has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.619443 0.4623 Test critical values: 1% level -3.632900
5% level -2.948404 10% level -2.612874
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(KURS) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9)
t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.059963 0.0002 Test critical values: 1% level -3.639407
5% level -2.951125 10% level -2.614300
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
112
Lampiran 9. Kointegrasi Test
Date: 07/30/08 Time: 15:22 Sample(adjusted): 2005:06 2007:12 Included observations: 31 after adjusting endpoints Trend assumption: Linear deterministic trend Series: INFLASI SAHAM Lags interval (in first differences): 1 to 4
Unrestricted Cointegration Rank Test Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None * 0.319934 18.11101 15.41 20.04 At most 1 * 0.180172 6.158484 3.76 6.65
Date: 07/30/08 Time: 15:23 Sample(adjusted): 2005:04 2007:12 Included observations: 33 after adjusting endpoints Trend assumption: Linear deterministic trend Series: SUKU_BUNGA SAHAM Lags interval (in first differences): 1 to 2
Unrestricted Cointegration Rank Test Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None * 0.254503 18.60357 15.41 20.04 At most 1 ** 0.236651 8.911328 3.76 6.65
Date: 07/30/08 Time: 15:23 Sample(adjusted): 2005:04 2007:12 Included observations: 33 after adjusting endpoints Trend assumption: Linear deterministic trend
113
Series: KURS SAHAM Lags interval (in first differences): 1 to 2
Unrestricted Cointegration Rank Test Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None * 0.374130 18.59636 15.41 20.04 At most 1 0.090548 3.132138 3.76 6.65
Lampiran 10. Uji Error Correction Model (ECM)
Dependent Variable: SAHAM Method: Least Squares Date: 07/27/08 Time: 17:12 Sample: 2005:01 2007:12 Included observations: 36
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. SUKU_BUNGA 554.6484 1494.145 0.371215 0.7129
KURS -0.088613 0.039099 -2.266362 0.0303 INFLASI -11587.25 7602.019 -1.524234 0.1373
C 1141.712 404.9502 2.819388 0.0082 R-squared 0.342880 Mean dependent var 270.8585 Adjusted R-squared 0.281275 S.D. dependent var 93.36381 S.E. of regression 79.15164 Akaike info criterion 11.68505 Sum squared resid 200479.4 Schwarz criterion 11.86099 Log likelihood -206.3308 F-statistic 5.565785 Durbin-Watson stat 0.137518 Prob(F-statistic) 0.003444
-125.85842727 -121.007370992 -89.0045206701 -96.5970520509 -94.3830086891 -67.0462936078 -45.1502830871 -28.8476716902 -11.7814532408 45.4551228004 45.6971978307 24.0840135299
-0.0134189719586 -3.6090419208
-22.5406658836 -26.2842425947 -6.1577975357
-4.19347322183 -20.6350457901
-5.4698609574 17.9349761899 -64.8254669165 -39.9613058145 -21.4889882356 -31.6986247948 -27.0050854882 -5.83976504786 18.4593251739 -4.45085010652 25.9178853477 74.2546139619 77.1031287144 89.1406481004 148.277076731 192.218733211 205.306992988
Residual
114
Dependent Variable: LOG(SAHAM) Method: Least Squares Date: 07/27/08 Time: 17:18 Sample(adjusted): 2005:02 2007:12 Included observations: 35 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LOG(SUKU_BUNGA) 0.069530 0.158284 0.439276 0.6636
LOG(INFLASI) -0.327330 0.069997 -4.676338 0.0001 LOG(KURS) -3.182975 0.432809 -7.354224 0.0000
ECT(-1) 0.003282 0.000232 14.16230 0.0000 C 33.24835 3.969941 8.375024 0.0000
R-squared 0.930423 Mean dependent var 5.559435 Adjusted R-squared 0.921146 S.D. dependent var 0.323315 S.E. of regression 0.090790 Akaike info criterion -1.828973 Sum squared resid 0.247284 Schwarz criterion -1.606781 Log likelihood 37.00703 F-statistic 100.2942 Durbin-Watson stat 1.996350 Prob(F-statistic) 0.000000
115