98
Analisis pengaruh real earning management terhadap kinerja saham
perusahaan yang melakukan kebijakan seasoned equity offerings (seo) di
indonesia (studi empiris di bursa efek Indonesia)
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Destryna Amanda Napitupulu
NIM. F.0306090
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
99
100
101
102
Skripsi ini kupersembahan khusus untuk:
© Papi dan Mamiku tercinta,
Makasi pah, mah, Atas segala support dan doa yang selalu ada
untuk aku anakmu, Selalu membahagiakanku dengan seluruh dan segenap kemampuanmu,
Membuat aku selalu yakin dan percaya diri kemanapun aku melangkah, Mendidik dan membesarkan aku menjadi anak yang paling berguna buat Keluarga dan sesama. Selalu mengingatkan aku untuk menjadi KEPALA bukan EKOR dimanapun aku berada.
© Kakak, Abang Ipar, dan Abangku, serta keponakankuuu tersayaang:
Kak Vetty, Bang Pondang, Bang Jeky, dan Jonathan..
Makasi yaa, buat Doa, semangat, support, dan segala pertolongan yang selalu ada buat aku, Mendorong aku terus untuk menjadi adek yang sukses dalam segala hal, Membanggakan papi, mami, dengan seluruh usaha di dalam hidupku,
Joo..Bunda Love you =D
© Sahabatku Friani Siska Saragi dan Nisita Prabawanti
Thank you buat semangat dan doa, dan selalu ingetin aku
untuk menjadi TERANG dalam keluargaku, studiku,
pelayananku, dan segala aspek dalam hidupku. I’m very
BLESSED to have a BESTFRIEND like you.
103
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada ALLAH BAPA sebagai pencipta atas segala kehidupan
yang kita lihat, kita dengar dan kita rasa. Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas
karunia dan keselamatan, serta kepada Roh Kudus atas penyertaan, hikmat, akal
dan budi sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Terima kasih dan rasa syukur yang dalam, saya sampaikan kepada Papi dan
Mami yang telah membesarkan saya dan mendidik saya dengan kesabaran, kasih
dan doa. Sungguh, kasih kalian adalah kepanjangan Tangan Tuhan untuk hidup
saya. Kiranya ALLAH BAPA memberikan umur panjang, kesehatan dan berkat
untuk Bapak dan Mama.
Kepada Kak Vetty, Bang Pondang, Bang Jeki dan Jonathan, terima kasih
untuk kasih dan doa dari kalian yang mendukung saya di dalam belajar. Kepada
Bang Jeki, jangan putus asa berjuang. Engkau punya arti bagi Tuhan, bagi
keluarga dan terutama bagi dirimu sendiri. Kak vetty dan Bang Pondang, selalu
terus semangat memperjuangkan kebahagiaan keluarga kecil kalian dalam doa dan
kasih. Jonathan harus jadi anak yang paling pintar dan bisa banggain papi, mami,
enpa, enma, opung, bunda, uncle, tante-tante, tulang, bowu, dan semuanya yaa,
jangan nakal-nakal. Tuhan Yesus Memberkati kalian semua.
104
Dalam kesempatan ini, peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih
dengan hati yang tulus kepada:
1. Ibu Christiyaningsih B, S.E.,M.Si, Ak. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dengan penuh ketelitian
dan kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan penyusunan skripsi ini
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Bapak Drs. Yakob Suparno, M.Si, Ak. atas bimbingannya selama menjadi
asisten dosen dan bimbingan skripsi di Fakultas ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com,Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si, Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi, khususnya jurusan Akuntansi, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan motivasi kepada
penulis sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.
6. Papi dan Mami tercinta yang selalu memberikan kasih, perhatian, semangat,
serta doa yang yang tidak pernah putus demi kelancaran studiku, buat papi
terima kasih sudah jadi pembimbing skripsi kedua dirumah..hehe..
7. Kakak dan abang-abangku tersayang, Vetty, Jeki, dan Pondang yang selalu
menyemangati dan memberi nasihat-nasihat pada penulis dalam setiap aspek
kehidupannya.
105
8. Buat ponakankuu Jonathaaannn Andreww dan ponakanku yang masih dalam
kandungan kakakku, tambah pinter, tambah sehat, tambah gede, jangan nakal-
nakal sama bundaaa yaa.
9. Mba Nina, calon kakak iparku, yang membantu aku dalam hal rias-merias
pada saat foto wisuda dan wisuda, God Bless you and my brother.
10. Buat keluargaku, sepupu-sepupuku, Opung, Tulang, Nantulang, Uda, Tante,
Icha, Lisa, Ria, Rani, dan semuanya terima kasih buat doanya ya.
11. Sahabatku Friani Siska Saragih, alias si ngeyeeel, makasi yaa buat doa dan
semangat yang selalu ada buat gw, selalu ingetin gw buat jadi TERANG
dimanapun gw berada. Dan akhirnya, aku bisa mencapai targetku. Semangat
buat kau juga, harus lulus tahun ini. Amin. Jesus Bless you.
12. Sahabatku Nisita Prabawanti, semangat ya jeng, kamu pasti bisa melakukan
yang terbaik dalam hidupmu, jangan pernah menyesal atas apapun juga,
karena Tuhan punya rencana yang paling baik buat kamu dan aku yakin kamu
pasti bisa. Cepet lulus yaa jeng. Jesus Bless you and your family.
13. Buat Guru-Guru Sekolah Minggu HKBP Surakarta, thank you buat doanya,
selalu semangat dalam melayani Tuhan ya, keep on Spirit.
14. Buat teman-temanku, Raras, Kiki, Danik dan Tryas. Makasi ya guys, selama
kuliah uda jadi teman yang selalu membantu, care satu dengan yang lain.
Pokoknya kita semua harus sukses. Amin. Buat danik dan tryas, semangat yaa,
lulus tahun ini juga. Buat kiki, selamat menyiapkan pernikahan ya jeng,waa
aku ditinggal kawin..Buat Raras, well, akhirnya ya ras, Tuhan selalu kasih
106
yang PALING BAIK buat anak-anakNya, buktinya ya KITA.hehe..God Bless
you all.
15. Teman-teman angkatan 2006 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret. Semangat!
Akhir kata, karena tiada gading yang tak retak, peneliti menyadari bahwa
skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, peneliti mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca dan kiranya skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua.
Surakarta, April 2010
Destryna Amanda Napitupulu
107
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xiv
ABSTRAK................................................................................................................ xv
ABSTRACT................................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 12
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 13
D. Motivasi Penelitian................................................................................ 14
E. Sistematika Penulisan ............................................................................ 15
BAB II KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Tinajauan Teoritis dan Penelitian Terdahulu ........................................ 16
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ................................................... 16
2. Manajemen Laba (Earning Management) ...................................... 18
3. Manipulasi Aktivitas Nyata (Real Earning Management) ............. 23
4. Penawaran Saham Tambahan (Seasoned Equity Offering)............. 27
108
5. Kinerja............................................................................................. 31
6. Manajemen Laba dan Seasoned Equity Offering ............................ 33
7. Manajemen Laba dan Kinerja Saham Perusahaan setelah
penawaran Right Issue .................................................................... 38
8. Ukuran Perusahaan (Size Firm) ...................................................... 41
B. Pengembangan Hipotesis ...................................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Sampel Penelitian.................................................................................. 46
B. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 47
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ..................... 48
1. Variabel Dependen ......................................................................... 48
2. Variabel Independen ....................................................................... 49
a. Manipulasi Aktivitas Nyata Melalui Arus Kas
Kegiatan Operasi.................................................................. 49
b. Manipulasi Aktivitas Nyata Melalui Biaya Produksi ........... 50
c. Manipulasi Aktivitas Nyata Melalui Biaya Diskresioner ..... 52
3. Variabel Kontrol ............................................................................. 53
4. Indikator Manajemen Laba ............................................................. 53
D. Model Penelitian ................................................................................... 55
E. Kerangka Model Penelitian ................................................................... 57
F. Prosedur Pengujian ................................................................................ 57
1. Uji Asumsi Klasik........................................................................... 57
a. Uji Heteroskedastisitas........................................................... 57
b. Uji Autokorelasi ..................................................................... 58
c. Uji Multikolinearitas .............................................................. 58
d. Uji Normalitas........................................................................ 59
109
2. Pengujian Hipotesis ......................................................................... 59
a). Uji Simultan (Uji-F).............................................................. 59
b). Uji Parsial (Uji-t) .................................................................. 59
c). Koefisien Determinasi (R2)................................................... 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Statistik Deskriptif ................................................................................ 61
B. Pengujian Hipotesis............................................................................... 62
1. Pengujian Asumsi Klasik ................................................................ 65
2. Pengujian Hipotesis Pertama (H1a, H1b, dan H1c)........................ 69
3. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)..................................................... 75
a. Pengujian Asumsi Klasik ....................................................... 77
b. Hasil Uji F.............................................................................. 79
c. Hasil Uji t ............................................................................... 80
d. Koefisien Determinasi (R2).................................................... 82
C. Diskusi dan Pembahasan ....................................................................... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 91
B. Keterbatasan .......................................................................................... 92
C. Saran...................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 94
LAMPIRAN .............................................................................................................. 98
110
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Kerugian dan Keuntungan terhadap Manajer tentang Manipulasi
Laba melalui Akrual dan Manipulasi Aktivitas Nyata................... 7
Tabel 4.1. Seleksi Sampel Perusahaan yang melakukan Seasoned Equity
Offerings (Right issue) pada tahun 2004-2008 .............................. 61
Tabel 4.2. Statistik Deskriptif ......................................................................... 62
Tabel 4.3. Uji Autokorelasi pada Pengujian Regresi Normal_CFO,
Normal_PROD, dan Normal_DISEXP.......................................... 66
Tabel 4.4. Uji Multikolinearitas pada Pengujian Regresi N_CFO,
N_PROD, dan N_DISEXP ............................................................ 68
Tabel 4.5. Uji Normalitas pada Pengujian Regresi N_CFO,N_PROD,
dan N_DISEXP.............................................................................. 69
Tabel 4.6. Uji One Sample t-Test Variabel ABN_CFO.................................. 70
Tabel 4.7. Uji One Sample t-Test Variabel ABN_PROD ............................... 71
Tabel 4.8. Uji One Sample t-Test Variabel ABN_DISEXP............................ 73
Tabel 4.9. Uji Autokorelasi pada Pengujian Model Persaman Regresi CAR ........... 77
Tabel 4.10 Uji Multikolinearitas pada Pengujian Model Persamaan
Regresi CAR 1 tahun dan CAR 2 tahun ........................................ 78
Tabel 4.11 Uji Normalitas pada pengujian Model Regresi CAR..................... 78
111
Tabel 4.12 Hasil Uji F pada pengujian Model Regresi CAR Hipotesis Kedua 80
Tabel 4.13 Hasil Uji t pada Pengujian Model Regresi CAR Hipotesis Kedua 81
Tabel 4.14 Nilai Adjusted (R2) Pengujian Hipotesis Kedua ............................ 83
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Model Penelitian............................................................. 57
112
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel Penelitian ............................................. 98
Lampiran 2 Pengujian Asumsi Klasik untuk Regresi N_CFO, N_PROD,
dan N_DISEXP............................................................................... 100
Lampiran 3 Hasil Pengujian Hipotesis 1 (H1a, H1b dan H1c) .......................... 109
Lampiran 4 Hasil Pengujian Asumsi Klasik Regresi Hipotesis 2 (H2),
CAR 1 tahun dan 2 tahun................................................................ 111
Lampiran 5 Hasil Pengujian Hipotesis 2 (H2), CAR 1 tahun dan 2 tahun......... 117
113
ABSTRAK
Penelitian ini ingin mengidentifikasi kecenderungan perusahaan untuk
menjalankan kebijakan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas nyata, dan pengaruhnya terhadap kinerja saham. Sampel penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran right issue pada periode tahun 2004-2008 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam studi ini, manajemen laba diukur dengan tiga variabel manipulasi aktivitas nyata, yaitu manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi, manipulasi aktivitas nyata melalui biaya produksi dan manipulasi aktivitas nyata melalui biaya diskresioner. Model manipulasi aktivitas nyata yang digunakan berdasarkan pada Roychowdhury model (2006). Ukuran kinerja saham diukur dengan metode cumulative abnormal return (car) dengan market adjusted model untuk periode 1 tahun dan 2 tahun setelah penawaran right issue. Selanjutnya, statistik deskriptif, uji beda satu sampel, digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Model regresi berganda digunakan dalam pengujian hipotesis untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel manajemen laba nyata terhadap car. Hasil penelitian menunjukkan: (1) manajemen laba terbukti ditemukan melalui manipulasi aktivitas nyata yaitu melalui arus kas kegiatan operasi, dan tidak terbukti melalui biaya produksi dan biaya diskresioner, dan (2) manajemen laba nyata tidak berpengaruh atas kinerja saham 1 tahun dan 2 tahun setelah penawaran right issue.
Kata kunci: right issue, manajemen laba, manipulasi aktivitas nyata, kinerja
saham
114
ABSTRACT
This research aims at identifying firm’s tendency to execute earnings
management by real activities manipulation, and its impact to market performance. The sample is drawn from firms in right issue offerings for period of 2004-2008, which are registered on the Indonesian Stock Exchange. In this study, earnings management is measured by three variable of real activities manipulation; there are real activities manipulation through operating cash flow, real activities manipulation through production cost and real activities manipulation through discretionary expense. The real activities manipulation model used is based on Roychowdhury’s model (2006). The market performance is measured by cumulative abnormal return (car) method with market adjusted model for periods 1 year after right issue and 2 years after right issue offerings. Then, descriptive statistics, one sample t-test, are used to test the research hypotheses. Multiple regressions are used to test the hypotheses in order to know the influence of real earnings management variables on the car. The results show: (1) earnings management finds real activities manipulation through operating cash flow but not through production cost and discretionary expense and (2) real earnings management through operating cash flow does not effect stock performance 1 year after right issue and 2 years after right issue offerings. Keywords: right issue, real earnings management, real earning manipulation,
market performance
115
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangan perekonomian suatu bangsa, ternyata pasar modal
semakin besar peranannya sebagai salah satu pendukung gerak roda dunia bisnis.
Penyelenggaraan pasar modal akan mendorong percepatan aktivitas investasi yang
dibutuhkan oleh sektor riil. Pasar modal juga memberikan alternatif investasi yang
sangat fleksibel bagi para investor. Untuk menanamkan investasi dalam pasar
modal, maka investor sangat membutuhkan informasi yang relevan untuk
mendukung keputusan penanaman investasi dalam pasar modal dimaksud.
Ada dua cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menawarkan
investasi di pasar modal (Megginson, 1997). Kedua cara tersebut adalah
Unseasoned securities dan Seasoned securities. Unseasoned securities adalah
penawaran penanaman investasi berupa penawaran surat berharga yang
ditawarkan kepada publik melalui mekanisme IPO (Initial Public Offering)1.
Sedangkan seasoned securities adalah penawaran penanaman investasi berupa
penawaran surat berharga tambahan diluar surat berharga yang telah beredar di
masyarakat yang ditawarkan kepada publik pada saat seasoned equity offering
(SEO)2. Seasoned equity offering ini dilakukan perusahaan untuk mendapatkan
1 Initial Public Offering adalah penawaran saham perdana yang dilakukan oleh perusahaan sebagai salah satu syarat bagi perusahaan yang ingin menjadi perusahaan go public melalui pasar modal (Gumanti, 2000). 2 Seasoned equity offerings merupakan peristiwa yang dilakukan oleh perusahaan yang sudah go public melakukan penawaran ulang saham untuk memperoleh tambahan dana yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha, pembayaran utang jatuh tempo, dan sebagainya (Megginson, 1997).
1
116
tambahan dana yang nantinya dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan ataupun
membayar utang yang jatuh tempo.
Seasoned equity offerings dapat dilakukan dengan (1) mekanisme right
issue, yaitu menjual hak (right) kepada pemegang saham lama untuk membeli
saham tambahan tersebut dengan harga tertentu dan pada saat tertentu (Jones,
2000), (2) melalui mekanisme second offerings, third offerings dan seterusnya,
yaitu menjual saham tambahan tersebut tidak hanya kepada pemegang saham
lama tetapi juga kepada setiap investor berminat untuk membeli saham tersebut
(Megginson, 1997). Selain menggunakan mekanisme penjualan melalui
mekanisme penawaran right issue, alternatif lain untuk memperoleh tambahan
dana oleh perusahaan dapat juga dengan melakukan pinjaman kepada bank.
Namun pada tingkat leverage tertentu, perusahaan dalam upaya memperoleh
tambahan dana dimaksud, akan cenderung lebih memilih right issue karena ada
beberapa keunggulan dibandingkan dengan melakukan pinjaman bank.
Kebijakan right issue merupakan upaya manajemen untuk menghemat
biaya emisi serta untuk menambah jumlah saham yang beredar. Jadi dengan
adanya right issue, mengakibatkan kapitalisasi pasar saham akan meningkat
dalam persentase yang lebih kecil daripada persentase jumlah lembar saham yang
beredar. Dengan harapan penambahan jumlah lembar saham di pasar modal
tersebut akan dapat meningkatkan frekuensi perdagangan saham atau dengan kata
lain dapat meningkatkan likuiditas saham perusahaan (Hartono, 2000).
Dalam proses penawaran right issue, investor (principal) berhak untuk
memperoleh prospektus penawaran yang cukup atas kinerja manajemen (agent).
117
Dalam rangka mempublikasikan informasi atau prospektus penawaran dimaksud,
pihak manajemen (agent) memiliki lebih banyak informasi jika dibandingkan
dengan investor (principal) yaitu mengenai kapasitas perusahaan, lingkungan
kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Ketidakseimbangan informasi yang
dimiliki oleh manajemen (agent) dan investor (principal) tersebut, dapat
menimbulkan suatu asimetri informasi (information asymetry). Asimetri informasi
yang terjadi antara pihak manajemen (agent) dan investor (principal), akan
mendorong manajemen (agent) mempengaruhi pembuatan pelaporan keuangan
untuk memaksimalkan kepentingannya dengan menyajikan informasi akuntansi
yang lebih fleksibel pada laporan keuangan dimaksud.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan
keputusan ekonomi (IAI, 2002). Namun karena adanya kondisi yang asimetri,
maka agent dapat mempengaruhi angka-angka akuntasi yang disajikan dalam
laporan keuangan dengan cara melakukan manajamen laba (earning management)
kepada investor (principal). Seperti diketahui bahwa manajemen laba (earning
management) adalah pemilihan metode-metode atau kebijakan-kebijakan
akuntansi tertentu oleh manajemen atau manajer perusahaan untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu.
Watts dan Zimmerman (1986) secara empiris membuktikan hubungan
investor (principal) dan manajemen (agent) adalah disekitar penentuan angka-
angka akuntansi dalam laporan keuangan. Dalam penyajian penetapan angka
118
akuntansi dalam laporan keuangan dimaksud, pihak manajemen (agent)
cenderung memikirkan bagaimana angka dalam laporan keuangan tersebut dapat
digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Dijelaskan pula
bahwa tindakan manajemen (agent) untuk melakukan manajemen laba, adalah
bertujuan untuk menghindari adanya kerugian, mendapatkan kompensasi,
memenuhi target laba, dan dapat berguna untuk ramalan analis (analyst forecast)
(Burgstahler dan Dichev, 1997).
Dalam penelitian sebelumnya yakni Rangan (1998), Teoh et al. (1998),
Shivakumar (2000), dan DuCharme et al. (2000) telah memberikan bukti untuk
mendukung pelaksanaan adanya praktik manajemen laba (earning management)
melalui manipulasi akrual murni (pure accrual) yaitu dengan discretionary
accrual pada saat sebelum penawaran saham tambahan (seasoned equity
offerings).
Selanjutnya selain dugaan adanya tindakan manajemen laba pada saat
penawaran saham tambahan (right issue), dari berbagai hasil penelitian terdahulu
ditemukan juga bahwa terjadi fenomena penurunan kinerja (underperformance)
yang menyertai pelaksanaan penawaran saham tambahan (Rangan, 1998; Teoh et
al., 1998; Shivakumar, 2000; dan Sulistyanto, 2002). Disini dapat dilihat bahwa
dengan melakukan tindakan earning management sangat sulit untuk terus
dilakukan pada periode setelah penawaran karena tindakan earning management
akan diikuti dengan penurunan kinerja (underperformance) pasca penawaran.
Berdasarkan penelitian Alderson & Betker (1997) dan Trail & Vos (2001)
menjelaskan penurunan kinerja tersebut dengan menggunakan konsep windows of
119
opportunity, yaitu konsep yang menjelaskan sikap oportunis manajer dengan
mengeluarkan ekuitas tambahan pada saat mengetahui bahwa pasar telah menilai
perusahaannya terlalu tinggi (overvalued). Padahal dalam jangka panjang
penilaian tersebut tidak bisa dipertahankan karena pasar melakukan koreksi
terhadap kesalahannya, yang mengakibatkan harga saham perusahaan akan turun
secara signifikan.
Sedangkan Shivakumar (2000) menyimpulkan rendahnya kinerja pasca
penawaran tersebut disebabkan pengukuran earnings yang tidak tepat (overstate).
Kondisi ini mempengaruhi interpretasi investor dan mengakibatkan overoptimism
dalam meramalkan earnings perusahaan masa depan.
Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud menguji kembali apakah tindakan
manajemen laba (earning management) pada saat penawaran saham tambahan,
khususnya pada peristiwa right issue dimaksud terjadi pada perusahaan yang
terdapat di pasar modal Indonesia, dan kemudian menguji apakah perusahaan
yang telah terindikasi melakukan tindakan earning management pada saat
penawaran saham tambahan, khususnya pada peristiwa right issue akan
mempengaruhi kinerja saham.
Perbedaan objek penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya adalah
peneliti akan menerapkan konsep alternatif manajemen laba (earning
management) selain melalui akrual (accrual), sebagaimana telah diteliti para
peneliti sebelumnya, yaitu dengan menggunakan manajemen laba nyata (real
earning management) melalui manipulasi aktivitas nyata yang diperkenalkan oleh
Roychowdhury (2006).
120
Menurut Roychowdhury (2006), meskipun terdapat biaya yang terkait
dengan manajemen laba yang dilakukan melalui manipulasi aktivitas nyata,
manajemen (agent) atau manajer tetap menggunakan manajemen laba melalui
manipulasi aktivitas nyata ini, apabila manipulasi akrual tidak mencapai target.
Selain itu pula, penggunaan tindakan manajemen laba melalui manipulasi akrual
hanya dapat dilakukan pada akhir periode untuk mencapai target, dan apabila
tidak terpenuhi maka manajemen dapat menggunakan manipulasi melalui
aktivitas nyata yang dapat dilakukan sepanjang tahun dan sulit dideteksi.
Oleh karena itu, metode pemilihan tindakan manajemen laba melalui
manipulasi aktivitas nyata menjadi alternatif lain bagi manajemen (agent) atau
manajer untuk mengatur laba selain manajemen laba akrual yang mudah dideteksi.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dalam pemilihan
penggunaan metode manajemen laba melalui manipulasi akrual dan aktivitas
nyata, dibawah ini dijelaskan kerugian dan keuntungan bagi manajer apabila
menggunakan metode manajemen laba melalui akrual dan manajemen laba
melalui aktivitas nyata (real earning management), yang dijelaskan dalam tabel
1.1.
121
Tabel 1.1. Kerugian dan Keuntungan bagi Manajer terhadap Pandangan Manipulasi Aktivitas Nyata versus Manipulasi Akrual Murni (Pure accrual)
Sumber : Roychowdhury, 2006
Manipulasi aktivitas nyata Manipulasi akrual Kerugian Kerugian
Konsekuensi terhadap arus kas dari kegiatan aktivitas nyata yang mahal mungkin akan meluas di luar periode yang sekarang.
Penurunan dari sesuatu yang diharapkan antara laba sebelum manipulasi dan target laba, yang dikembangkan untuk manipulasi yang diinginkan mengandung ketidakpastian.
Manipulasi akrual murni dibatasi oleh GAAP dan manajemen akrual pada periode sebelumnya. Jika pada akhir tahun, terjadi penurunan dari yang diharapkan lebih besar dari akrual diskresioner manajer dapat melaporkan lewat manipulasi akrual murni, manajer akan kehilangan target. Manajer kehilangan kesempatan untuk menaikkan laba yang dilaporkan melalui manipulasi aktivitas nyata.
Manipulasi akrual murni dapat dengan mudah dideteksi oleh auditor atau investor dan regulator. Hal ini akan mendorong konsekuensi harga saham yang merugikan, dan bahkan kebangkrutan. Hal ini akan mempengaruhi kemakmuran dan modal kerja dari manajer.
Keuntungan Keuntungan
Mencapai target laba akan lebih mungkin. Para manajer masih akan menyimpan kesempatan untuk menutupi penurunan dari yang diharapkan yang masih tersisa dengan manipulasi akrual murni.
Perusahaan mungkin akan kurang dihadapi oleh auditor atau regulator khususnya penyelidikan yang berkaitan pada keputusan yang riil.
Sulit untuk dideteksi.
Manajer dapat melakukan manipulasi akrual murni pada akhir tahun, ketika mereka mengetahui pengetahuan dari laba sebelum manipulasi.
Tidak mempengaruhi arus kas – setidaknya secara langsung.
122
Dari tabel di atas, terlihat bahwa tindakan manajemen laba melalui akrual
dan manajemen laba melalui aktivitas nyata memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Dalam hal ini, manajemen dapat memilih dan menilai tindakan
manajemen laba yang tepat bagi perusahaan tersebut yang sesuai dengan
ketentuannya, dalam rangka menarik investor untuk membeli saham tambahan
(right issue) yang ditawarkan oleh perusahaan.
Dalam penelitian Cohen & Zarowin (2008); Ewert & Wagenhofer (2005)
dijelaskan bahwa perusahaan lebih memilih melakukan tindakan manipulasi laba
melalui aktivitas nyata dibandingkan dengan manipulasi melalui akrual.
Namun demikian menurut Zang (2007), walaupun manajer lebih memilih
tindakan manajemen laba melalui aktivitas nyata, manajer tetap mempertahankan
kedua teknik tersebut yaitu tindakan manipulasi laba melalui akrual dan melalui
aktivitas nyata, untuk mencapai target laba yang diinginkan. Oleh karena itu,
dimungkinkan manajer dapat melakukan teknik manajemen laba akrual dan
manipulasi aktivitas nyata secara bersama-sama baik dengan cara substitusi
maupun simultan.
Selanjutnya dalam penelitian Roychowdhury (2006) memfokuskan
tindakan manajemen laba nyata (real earning management) pada tiga jenis
manipulasi yaitu :
1. Meningkatkan penjualan secara temporer.
Yaitu dengan melakukan potongan penjualan (discount) dan mempermudah
kredit. Volume penjualan yang meningkat menyebabkan laba tahunan
123
berjalan tinggi, namun arus kas menurun yang disebabkan oleh penjualan
kredit dan potongan harga.
2. Menurunkan Biaya Diskresioner (Discretionary Expenses)
Yang termasuk biaya diskresioner antara lain, biaya iklan, biaya penelitian
dan pengembangan (R&D), dan biaya penjualan, umum, dan administrasi
seperti biaya pelatihan karyawan dan biaya perbaikan dan perjalanan.
3. Melaporkan Cost of Good Sold atau Harga Pokok Penjualan rendah dengan
meningkatkan volume produksi.
Dalam penelitian Roychowdhury (2006) menemukan bahwa perusahaan
yang melaporkan laba rendah, yaitu perusahaan yang masuk ke dalam sampel
suspect melakukan manipulasi aktivitas nyata akan memiliki arus kas kegiatan
operasi abnormal yang rendah, biaya produksi abnormal yang tinggi dan biaya
diskresioner abnormal yang rendah. Fakta ini konsisten dengan perusahaan yang
mencoba untuk meningkatkan laba tahunan dengan cara memberikan diskon harga
untuk meningkatkan penjualan sementara dengan produksi besar-besaran dan
mengurangi biaya diskresioner.
Namun, dalam penelitian Roychowdhury (2006) tidak melakukan
pengujian dampak manipulasi aktivitas nyata (real earning management) melalui
arus kas operasi, biaya produksi, dan biaya diskresioner terhadap kinerja
perusahaan yang melakukan seasoned equity offerings. Dilihat dari penelitian
terdahulu, salah satu dampak dari manajemen laba adalah terjadi penurunan
kinerja saham perusahaan yang terjadi pasca penawaran saham (Loughran dan
Ritter, 1997; Rangan, 1998; Teoh et al., 1998, dan Shivakumar, 2000). Bukti
124
empiris menunjukkan bahwa adanya reaktivitas pasar yang positif terhadap
pengeluaran ekuitas baru.
Penelitian di Indonesia yang telah meneliti mengenai real earning
management yaitu Oktorina, Megawati, dan Yanthi H (2008), namun Oktorina
dkk. hanya meneliti tindakan manajemen laba melalui aktivitas nyata, yakni
melalui arus kas operasi kegiatan dan dampaknya pada kinerja pasar. Selain itu,
Sahabu (2009) meneliti tindakan manajemen laba melalui akrual dan aktivitas
nyata dan kemudian meneliti dampaknya terhadap kinerja jangka panjang
perusahaan.
Oleh sebab itu manajemen laba (earning management) pada perusahaan
yang melakukan kebijakan right issue menjadi menarik untuk dilakukan penelitian
karena dapat memberikan gambaran akan perilaku manajemen (agent) atau
manajer dalam mempublikasikan penawaran kegiatan usahanya pada suatu
periode tertentu, seperti adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang
mendorong mereka untuk me-manage atau mengatur data keuangan yang
dilaporkan (Gumanti, 2001). Walaupun dalam hal ini, manajemen laba (earning
management) tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau
informasi akuntansi, tetapi lebih diarahkan dan dikaitkan dengan pemilihan
metode akuntansi (accounting methods), seperti dapat dilakukan dengan tindakan
manajemen laba melalui aktivitas nyata (real earning management).
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang melakukan kebijakan
seasoned equity offering (SEO) di Indonesia, dimana variabel yang akan diteliti
disamping variabel arus kas kegiatan operasi sebagaimana yang telah diteliti oleh
125
Oktorina, Megawati, dan Yanthi H (2008) sebelumnya, juga akan ditambahkan
variabel biaya produksi dan biaya diskresioner, untuk mengetahui sejauh mana
penggunaan metode manajemen laba (earning management) yang dilakukan
melalui aktivitas nyata tersebut dan kemudian meneliti dampaknya terhadap
kinerja saham. Penelitian ini juga mengembangkan penelitian Sahabu (2009)
dengan memperbaharui periode penelitian yaitu dari tahun 2004 sampai 2008,
namun hanya menguji manajemen laba melalui aktivitas nyata. Di samping itu,
untuk meminimalisasi pembiasan hasil dari suatu pengaruh variabel, maka dalam
penelitian ini, peneliti memasukkan parameter ukuran perusahaan yakni total asset
sebagai variabel pengendali (control) terhadap variabel kinerja saham.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan
judul :
“Analisis Pengaruh Real earning management Terhadap Kinerja
Saham Perusahaan yang melakukan Kebijakan Seasoned equity offerings
di Indonesia. (Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah perusahaan melakukan tindakan manajemen laba melalui manipulasi
aktivitas nyata (real earning management) yakni melalui arus kas kegiatan
operasi pada saat penawaran right issue?
126
2. Apakah perusahaan melakukan tindakan manajemen laba melalui manipulasi
aktivitas nyata (real earning management) yakni melalui biaya produksi pada
saat penawaran right issue?
3. Apakah perusahaan melakukan tindakan manajemen laba melalui manipulasi
aktivitas nyata (real earning management) yakni melalui biaya diskresioner
pada saat penawaran right issue?
4. Apakah tindakan manipulasi aktivitas nyata (real earning management)
melalui arus kas kegiatan operasi, biaya produksi, dan biaya diskresioner
pada saat penawaran right issue mempengaruhi kinerja saham perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perusahaan yang melakukan tindakan
manajamen laba melalui manipulasi aktivitas nyata (real earning
management) yakni melalui arus kas kegiatan operasi pada saat penawaran
right issue.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perusahaan yang melakukan tindakan
manajemen laba melalui manipulasi aktivitas nyata (real earning
management) yakni melalui biaya produksi pada saat penawaran right issue.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perusahaan yang melakukan tindakan
manajemen laba melalui manipulasi aktivitas nyata (real earning
127
management) yakni melalui biaya diskresioner pada saat penawaran right
issue.
4. Untuk mengetahui apakah perusahaan yang telah terindikasi melakukan
tindakan manipulasi aktivitas nyata (real earning management) pada saat
penawaran right issue yakni melalui arus kas kegiatan operasi, biaya
produksi, dan biaya diskresioner akan mempengaruhi kinerja saham
perusahaan.
D. Manfaat Penelitian
Secara khusus, manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi manajer perusahaan
Memberikan pemahaman mengenai alat manipulasi manajemen laba selain
tindakan manajemen laba melalui akrual yaitu manipulasi aktivitas nyata
(real earning management), sehingga dapat memberikan suatu pengetahuan
teknik manipulasi laba yang baru bagi perusahaan.
2. Bagi investor dan kreditor
Memberikan suatu pertimbangan yang berhubungan dengan pengambilan
keputusan investasi. Hal ini sangat bermanfaat dalam melakukan penilaian
kinerja perusahaan yang melakukan penawaran saham tambahan (seasoned
equity offerings) dan pengaruhnya dalam pengambilan keputusan investasi.
128
3. Bagi masyarakat ilmiah
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat melengkapi temuan-temuan
empiris di bidang akuntansi bagi kemajuan dan pengembangannya di masa
yang akan datang.
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibagi dalam lima bab dan masing-masing bab terbagi dalam
subbabsubbab, dengan susunan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis akan menyajikan latar belakang penelitian;
perumusan masalah; tujuan dan manfaat penelitian; dan sistematika penulisan
yang menjelaskan garis besar pokok-pokok pembahasan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan pemahaman tentang agency theory;
pemahaman tentang real earning management; pemahaman tentang right issue;
pemahaman tentang kinerja saham; dan kerangka pemikiran pengaruh real
earning management terhadap kinerja saham.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan dikemukakan tentang definisi operasional yaitu terdiri
dari kerangka pemikiran, perumusan masalah dan penjelasan mengenai desain
penelitian; variabel penelitian; populasi dan sampling; teknik pengumpulan data
penelitian; instrumen penelitian, dan teknik pengolahan data penelitian.
129
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menyajikan tentang deskripsi obyek penelitian; deskripsi data
hasil penelitian yang meliputi penyajian data dan pembahasan hasil penelitian
yang meliputi pengujian persyaratan pengolah data dan analisis data; serta
pengujian hipotesis sesuai dengan tujuan penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian penutup dari skripsi yang berisi simpulan atas
berbagai hal yang telah dibahas sebelumnya yang merupakan sintesis dari
berbagai temuan penelitian dan pembahasan; keterbatasan penelitian; dan pada
akhir bab, penulis berusaha memberikan saran-saran yang bermanfaat.
130
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Teoritis & Penelitian Terdahulu
1. Teori Keagenan (Agency theory)
Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (1995)
dalam Widyaningdyah (2001) adalah hubungan atau kontrak antara
principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan
tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otoritas
pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Pada perusahaan
yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai
principal, dan CEO (Chief Executive Officer) sebagai agent mereka.
Pemegang saham mempekerjakan CEO untuk bertindak sesuai dengan
kepentingan principal.
Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu
semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga
menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak
principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan
dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi
untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan
psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman,
maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat
16
131
terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas CEO sehari-
hari untuk memastikan bahwa CEO bekerja sesuai dengan keinginan
pemegang saham.
Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja
agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri,
lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang
mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh
principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut
dengan asimetri informasi. Adnya asumsi bahwa individu-individu
bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent
memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal.
Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal
dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan
dengan kinerja agent.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, Watts dan Zimmerman (1986)
dalam Sahabu (2009) secara empiris membuktikkan bahwa hubungan
principal dan agent sering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini
memacu agent memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat
digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah
satu bentuk dari tindakan agent tersebut adalah earning management.
132
2. Manajemen Laba (Earning management)
a. Pengertian Manajemen Laba (Earning management)
Earning management (manajemen laba) memiliki berbagai
pengertian yang dipandang dari berbagai sisi oleh beberapa peneliti.
Berikut ini beberapa definisi tentang earning management yang
dikutip dari Gumanti (2000) :
1) Menurut Schipper (1989), manajemen laba adalah,
“The purposeful intervention in the external reporting process, with intent of obtaining some private gain” yang artinya campur tangan dengan maksud tertentu dalam proses
pelaporan keuangan kepada public dengan maksud untuk
menghasilkan beberapa tujuan pribadi.
2) Healy dan Wahlen (1999) mengartikan earning management
sebagai,
Earning management occurs when managers use judgement in financial reporting and in structuring transactions to alter financial reports to either mislead some stakeholder about underlying economic performance of the company or to influence contractual outcomes that depend on reported accounting numbers. yang artinya manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan
keputusan dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi
untuk mengubah laporan keuangan dengan salah satu tujuannya
menyesatkan beberapa pemegang saham mengenai pokok kinerja
133
ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian
yang berdasarkan nilai keuangan yang dilaporkan.
3) Scott (2003) mendefinisikan manajemen laba sebagai,
“Earnings management is the choice by a manager orf accounting policies so as to achieve some specific objective” yang artinya manajemen laba adalah pilihan yang dilakukan oleh
manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai
beberapa tujuan tertentu .
4) Manajemen laba menurut Scott (2003) berkaitan dengan moral
hazard dan adverse selection.
Moral hazard is a type of information asymmetry whreby one or more pasrties to a business transaction or potential transaction can observe their actions in fulfillment of the transaction but other parties cannot. yang artinya jenis dari informasi asimetri karena itu satu atau
lebih bagian untuk transaksi bisnis atau transaksi potensial dapat
diamati pada pemenuhan dari transaksi tapi bagian lain tidak bisa.
Adverse selection is a type of information asymmetry whreby one or more pasrties to a business transaction or potential transaction have an information advantage over other parties. yang artinya jenis dari informasi asimetri karena itu satu atau
lebih bagian untuk transaksi bisnis atau transaksi potensial lebih
mempunyai keuntungan informasi daripada bagian lain.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen laba senantiasa dikaitkan dengan upaya untuk me-
manage pendapatan atau keuntungan yang timbul akibat adanya
134
informasi asimetri yang terjadi antara pihak manajer dan pemilik
perusahaan.
b. Motivasi Manajemen Laba
Menurut Scott (2003), terdapat berbagai motivasi mengapa
perusahaan dalam hal ini manajer melakukan manajemen laba
(earning management), antara lain :
1) Bonus Plans
Laba sering dijadikan indikator penilaian prestasi manajer
perusahaan dengan cara menetapkan tingkat laba yang harus
dicapai dalam periode tertentu. Laba juga dapat mengurangi biaya
keagenan.
2) Contracting Incentives
Secara umum untuk memenuhi kewajiban-kewajiban kontraktual
transaksi perjanjian hutang (debt convenants).
3) Stock Price Effects
Manajer melakukan manajemen laba dalam laporan keuangan
bertujuan untuk mempengaruhi pasar yaitu persepsi investor.
4) Political Motivations
a) Untuk mengurangi biaya politik dan pengawasan dari
pemerintah yang dilakukan dengan cara menurunkan earnings
135
b) Untuk memperoleh kemudahan fasilitas dari pemerintah,
misalnya subsidi, perlindungan dari pesaing luar negeri, yang
dilakukan dengan cara menurunkan earnings.
c) Untuk meminimalisasi tuntutan serikat buruh dilakukan
dengan menurunkan earnings
5) Taxations Motivation
Dalam hal ini, manajer berusaha menurunkan laba untuk
mengurangi beban pajak yang harus dibayar.
6) Change of Chief Executive Officer (CEO)
Dalam kasus pergantian manajer biasanya dia akhir tahun
tugasnya manajer akan melaporkan laba yang tinggi, sehingga
CEO yang baru akan merasa sangat berat untuk mencapai laba
tersebut.
Earning management dilakukan karena manajemen
berkepentingan dengan pelaporan laba. Menurut Scott (2003),
earning management dalam laporan keuangan, dapat dipraktikkan
dengan cara :
1) Increasing Income
Increasing income dilakukan dengan mempercepat pencatatan
pendapatan, menunda biaya dan memindahkan biaya ke periode
lain untuk mendapatkan keuntungan.
136
2) Big Bath
Big bath dilakukan pada saat perusahaan mengalami
kemunduran kinerja atau pada saat terjadi peristiwa yang tidak
terjadi setiap harinya atau peristiwa luar biasa.
3) Income smoothing
Dengan sengaja menurunkan atau meningkatkan laba untuk
mengurangi gejolak dalam pelaporan laba, sehingga perusahaan
terlihat stabil atau tidak beresiko tinggi.
Earning management dapat dilakukan melalui kebijakan akrual.
Dalam mengaplikasikan kebijakan akrual digunakan accrual,
deferral dan prosedur alokasi yang bertujuan untuk menyesuaikan
beban dan pendapatan dengan periodenya, bukan mengkaitkan beban
dan pendapatan berdasarkan atas pengeluaran dan penerimaan kas
(cash basic). Oleh karena itu, kebijakan akrual dalam
mengaplikasikan standar akuntansi dapat dimanfaatkan untuk
melakukan manajemen laba.
Selain melalui accrual, manajemen laba dapat dilakukan dengan
manipulasi aktivitas nyata (real earning management). Real earning
management merupakan suatu tindakan yang menyimpang dari
praktik operasi normal perusahaan untuk meningkatkan pelaporan
laba (Roychowdhury 2006). Menurut Roychowdhury 2006, real
earning management dilakukan melalui manipulasi penjualan yang
137
berpengaruh atas arus kas kegiatan operasi, penurunan biaya
diskresioner, dan produksi secara besar-besaran (over production).
3. Real earning management (Manipulasi Aktivitas Nyata)
Menurut Roychowdhury (2006), terdapat teknik manajemen laba
selain melalui accrual, yaitu manajemen laba melalui aktivitas nyata
(real earning management) yang didefinisikan sebagai perbedaan praktik
operasi yang dilakukan dengan praktik-praktik operasi normal, yang
dimotivasi oleh keinginan manajemen untuk memberikan pemahaman
yang salah kepada pemegang saham agar mereka percaya bahwa tujuan
pelaporan keuangan tertentu telah dicapai sesuai praktik operasi normal
perusahaan.
Metode manajemen laba nyata seperti memberikan diskon harga,
penurunan pengeluaran diskresioner, yang mungkin merupakan tindakan
normal pada kondisi ekonomi tertentu, namun jika manajer melakukan
aktivitas ini secara lebih ekstensif daripada aktivitas normal berdasarkan
situasi ekonominya, dengan tujuan untuk mencapai target laba, maka
tindakan seperti ini masuk dalam kategori manajemen laba nyata.
Terdapat dua alasan manajemen untuk lebih memilih melakukan
manipulasi laba melalui aktivitas nyata dibandingkan dengan manipulasi
melalui akrual (accrual) yaitu :
a. Manipulasi melalui akrual (accrual) lebih sering dijadikan pusat
pengamatan atau inspeksi oleh auditor dan regulator dibandingkan
138
dengan hal keputusan tentang penentuan harga dan produksi.
Sehingga pilihan akuntansi yang dilakukan terkait dengan
manipulasi laba melalui akrual pada perusahaan akan mempunyai
risiko yang lebih besar terhadap pemeriksaan oleh pihak yang
berwenang di pasar modal. Selain itu, perusahaan tersebut akan
mendapatkan sanksi, apabila terbukti melakukan penyimpangan
standar akuntansi yang berlaku umum dengan tujuan untuk
memanipulasi laba.
b. Apabila perusahaan hanya menitikberatkan perhatian pada
manipulasi laba melalui akrual (accrual) merupakan tindakan yang
berisiko. Perusahaan mungkin mempunyai fleksibilitas yang terbatas
untuk mengatur akrual (accrual), misalnya keterbatasan dalam
melaporkan akrual diskresioner (Graham et al., 2005).
Dalam mendeteksi tindakan manipulasi aktivitas nyata yang
dilakukan oleh perusahaan, Roychowdhury (2006) menggunakan
abnormal cash flow from operations, yaitu deviasi dari nilai arus kas
kegiatan operasi yang diharapkan (expected cash flow from
operations). Dimana, nilai arus kas kegiatan operasi yang diharapkan
(expected cash flow from operations) diperoleh melalui model
Dechow et al. (1998) yaitu dengan cara mengestimasi nilai arus kas
kegiatan operasi yang diharapkan (expected cash flow from
operations) terhadap level penjualan perusahaan.
139
Dalam hal ini, Roychowdhury (2006) membedakan tiga metode
manipulasi melalui aktivitas nyata dan efeknya terhadap nilai abnormal
CFO (cash flow from operations) yaitu :
a. Management of Sales (Manipulasi Penjualan)
Manipulasi penjualan didefinisikan sebagai usaha manajemen untuk
meningkatkan penjualan secara temporer dengan menawarkan
diskon harga dan memperlunak kredit yang diberikan. Sebagai
contoh peningkatan volume penjualan sebagai hasil dari penawaran
diskon harga pada waktu tertentu akan menyebabkan arus kas masuk
menjadi besar, namun arus kas masuk per penjualan, diskon bersih
dari tambahan penjualan, lebih rendah dari arus kas per normal
penjualan atau dengan kata lain terjadi penurunan margin. Cara lain
yang dilakukan manajemen untuk meningkatkan volume penjualan
adalah dengan menawarkan kredit lunak seperti menawarkan tingkat
bunga kredit yang lebih rendah pada akhir tahun fiskal. Hal ini
secara langsung akan meningkatkan pelaporan laba atau arus kas
masuk perusahaan. Volume penjualan yang meningkat menyebabkan
laba tahun berjalan tinggi namun arus kas menurun karena arus kas
masuk kecil akibat penjualan kredit dan potongan harga.
b. Pengurangan Biaya Diskresioner
Biaya diskresioner yang dapat dikurangi adalah biaya iklan, biaya
penelitian dan pengembangan, dan biaya penjualan, umum, dan
administrasi seperti biaya pelatihan karyawan dan biaya perbaikan
140
dan perjalanan. Pengurangan terhadap biaya-biaya ini pada akhir
periode menyebabkan rekening utang berkurang di bawah normal
dan berdampak pada akrual abnormal yang positif. Dengan demikian
perusahaan dapat mengurangi biaya yang dilaporkan sehingga akan
meningkatkan laba. Contoh manipulasi yang biasa dilakukan
manajemen terkait dengan pengeluaran biaya diskresioner adalah
jika pengeluaran atas biaya diskresioner dalam bentuk kas, maka
pengurangan pengeluaran ini akan memperkecil arus kas keluar dan
akan memiliki dampak positif terhadap arus kas kegiatan operasi
abnormal pada periode sekarang, namun mungkin sebaliknya juga
akan menimbulkan risiko rendahnya arus kas di masa yang akan
datang.
c. Produksi secara besar-besaran (Overproduction)
Produksi secara besar-besaran yaitu memproduksi barang lebih besar
daripada yang dibutuhkan dengan tujuan mencapai permintaan yang
diharapkan sehingga laba dapat meningkat. Produksi dalam skala
besar menyebabkan biaya overhead tetap dibagi dengan jumlah unit
barang yang besar sehingga rata-rata biaya per unit dan harga pokok
penjualan menurun. Penurunan harga pokok penjualan ini akan
berdampak pada peningkatan margin operasi. Sepanjang penurunan
pada biaya tetap per unit tidak dapat ditutupi oleh peningkatan biaya
marginal per unit, maka biaya total per unit menurun. Hal ini
menyebabkan harga pokok penjualan yang dilaporkan lebih rendah
141
dan perusahaan dapat melaporkan margin operasi yang lebih baik.
Dampak lain dari penurunan harga pokok per unit barang yang
diproduksi besar-besaran adalah arus kas kegiatan operasi lebih
rendah daripada tingkat penjualan normal.
Oleh karena itu, peneliti mengikuti penelitian Roychowdhury (2006)
untuk mengembangkan proxy atas real earning management. Peneliti
mempertimbangkan tiga metric, yaitu abnormal level atas arus kas
kegiatan operasi (CFO), biaya diskresioner (discretionary expenses), dan
biaya produksi (production costs) yang didasarkan pada tiga metode
manipulasi aktivitas nyata, seperti yang telah dijelaskan di atas.
4. Penawaran Saham Tambahan (Seasoned Equity Offerings)
a. Right issue
Pemegang saham biasa mempunyai voting right yang
memungkinkan mereka mengatur manajemen perusahaan sesuai
dengan proporsi jumlah saham atas perusahaan. Proporsi
pengendalian berubah jika proporsi saham yang dimiliki berubah.
Mengingat bahwa pemegang saham mempunyai hak yang terakhir
atas laba perusahaan dan kekayaan perusahaan pada waktu
dilikuidasi, maka posisi berisiko ini harus dilindungi. Sebagai bentuk
perlindungan, pemegang saham mempunyai hak untuk membeli
saham baru perusahaan terlebih dahulu apabila perusahaan
menerbitkan saham baru. Dengan demikian proporsi kepemilikan
142
saham para pemegang saham dapat dipertahankan. Hak pemegang
saham untuk membeli saham baru ini disebut preemptive right.
Sedangkan proses penerbitan saham baru dengan menawarkan
saham baru tersebut kepada pemegang saham lama disebut right
issue atau right offering. Pada dasamya right issue mempunyai dua
tujuan, yaitu:
1) Melindungi kekuasaan untuk mengatur perusahaan yang
dimiliki pemegang saham saat ini. Menurut Gitman (2006)
dalam Sahabu (2009),
Corporate charter sometimes provide common stock holders with preemptive rights, which allow them to maintain their proportionate ownership in the corporation when new issuers are mate.
Dengan demikian, apabila seorang pemegang saham mempunyai
20% dari saham yang sudah ada, maka dia berhak membeli 20%
dari saham baru yang diterbitkan perusahaan. Hal ini penting
untuk mencegah pihak manajemen mengambil alih
pengendalian perusahaan dengan menerbitkan saham sebanyak-
banyaknya dan membelinya.
2) Melindungi penurunan nilai (dilution of value) saham yang
sedang dimiliki oleh para pemegang saham saat itu. Penurunan
nilai dapat terjadi pada:
a) Proporsi kepemilikan (dilution of percentage ownership),
yaitu berkurangnya proporsi kepemilikan saham perusahaan
karena saham yang beredar bertambah banyak.
143
b) Nilai pasar (dilution of market value), yaitu berkurangnya
harga pasar saham karena proporsi pertambahan saham baru
lebih banyak daripada proporsi pertambahan total nilai
pasar.
c) Pendapatan per saham (dilution of earning per share)
Secara teoritis penerbitan saham baru akan menurunkan
nilai saham yang ada di pasar karena saham baru ini
biasanya dijual di bawah harga pasar. Harga saham baru
yang lebih rendah ini dilakukan supaya pemegang saham
lama tertarik dengan saham baru ini dan mau membelinya.
Adanya preemptive right ini akan mencegah kerugian
pemegang saham lama akibat penurunan harga saham.
Dalam hal penerbitan saham dengan right ada dua hal penting
yang harus diperhatikan oleh emiten, yaitu:
1) Jumlah saham yang akan diterbitkan.
Jumlah saham baru ini akan mempengaruhi rasio antara saham
lama dengan saham baru itu. Dengan kata lain, rasio saham lama
terhadap saham baru ini akan menentukan jumlah right yang
dibutuhkan untuk membeli satu saham baru itu. Hal ini penting
untuk diperhatikan karena right ini dapat diperjualbelikan dan
mempunyai harga.
2) Harga saham baru yang ditawarkan (subsription price).
144
Harga ini akan mempengaruhi tingkah laku investor apakah
akan menggunakan right-nya, menjual right-nya atau
membiarkan right-nya hilang. Yang jelas bila harga ini di atas
harga pasar, investor tidak akan menggunakan right-nya. Karena
itu harga tawaran ini biasanya lebih rendah dari harga pasar
saham tersebut.
b. Keuntungan Penggunaan Right issue bagi Perusahaan
Right issue memberikan perlindungan kepada para pemegang
saham atas hak mereka terhadap laba dan pengendalian perusahaan.
Right issue ini juga memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Dengan menawarkan saham baru kepada pemegang saham yang
sudah ada, kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut
akan meningkat karena sebelum membeli saham suatu perusahaan,
para investor sudah mengevaluasi kredibilitas perusahaan. Dengan
adanya tanggapan positif, para investor terdorong untuk bersedia
membeli saham baru.
Karena right issue merupakan pemecahan saham, harga pasar
saham secara tidak langsung akan terpengaruh sehingga turun dari
harga seharusnya. Walaupun begitu, pemecahan saham dapat
meningkatkan jumlah pemegang saham dalam sebuah perusahaan.
Mereka tertarik untuk melakukan investasi karena tingkat harga yang
menarik yaitu lebih rendah dari harga yang seharusnya. Selain itu
145
right issue juga meningkatka dividen yang diterima pemegang
saham. Secara umum, right issue dapat merangsang investor dan
pasar investasi secara keseluruhan. Penawaran dengan cara ini
biayanya lebih ringan dan prasyaratnya lebih menguntungkan.
5. Kinerja
a. Definisi Kinerja
Pembicaraan mengenai kinerja selalu berhubungan dengan
penilaian kinerja. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995)
menjelaskan pengertian penilaian dan kinerja adalah sebagai berikut:
Penilaian mempunyai arti proses atau cara menilai. Dalam Bahasa Inggris sering diartikan dengan kata measurement yang berarti sistem pengukuran. Kinerja mempunyai arti kemampuan kerja. Dalam Bahasa Inggris sering diartikan dengan performance yang mempunyai arti pelaksanaan.
Pengertian penilaian kinerja menurut Tughnan (1991) dalam
Sahabu (2009) adalah:
Penilaian kinerja (performance measurement) mengandung makna suatu proses atau sistem pengukuran mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu organisasi.
b. Kinerja Saham
Menurut persepsi pasar, adanya abnormal return postif
mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan tersebut meningkat.
146
Sedangkan ketika terjadi abnormal return negatif maka pasar
menganggap bahwa kinerja perusahaan tersebut menurun.
Kinerja saham perusahaan ini diukur menggunakan
Cummulative Abnormal Return (CAR) dengan metode market
adjusted model yang dihitung secara bulanan. Model ini
menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi
return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut.
CAR diukur dengan perhitungan sebagai berikut:
CAR i,t =
Dimana, ri,t adalah return saham perusahaan i pada hari t yang
dihitung sebagai berikut:
r i,t =
sedangkan mi,t adalah return dari Indeks Harga Saham Gabungan
pada hari t yang didapatkan dari perhitungan sebagai berikut:
m i,t =
6. Manajemen Laba dan SEO
Beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jones (1991),
Bartov (1993), Dechow (1995), dan Gumanti (2001) berhasil
147
menemukan bukti empiris bahwa manajemen laba memang terjadi seperti
ditunjukkan oleh penelitian Jones (1991) dan Dechow (1995) yang
menggunakan metode akrual diskresioner (discretionary accrual)3
maupun akrual non-diskresioner (non-discretionary accrual)4
menemukan indikasi bahwa manajemen perusahaan melakukan tindakan
manajemen laba.
Sedangkan Bartov (1993) menemukan bukti bahwa manajer menjual
aset tetap untuk menghindari pertumbuhan laba yang negatif dan
pelanggaran perjanjian utang. Gumanti (2001) dengan menggunakan
pendekatan total akrual menemukan bukti yang kuat atas terjadinya
manajemen laba khususnya pada periode dua tahun sebelum perusahaan
go public. Hal ini berarti perusahaan telah memilih metode-metode
akuntansi tertentu yang bertujuan untuk menaikkan atau menurunkan
laba yang dilaporkan.
Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa ternyata motivasi pasar modal
sangat berkaitan dengan manajemen laba. Alasan perusahaan melakukan
manajemen laba, misalnya perusahaan melakukan penawaran saham
perdana (Teoh et al., 1998; dan DuCharme et al., 2000) dan penawaran
saham tambahan (Teoh et al., 1998; dan Rangan, 1998).
3 Akrual diskresioner (discretionary accrual) merupakan komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajemen atau manajer untuk melakukan intervensi dalam proses pelaporan keuangan. 4 Akrual non-diskresioner (non-discretionary accrual) merupakan komponen akrual yang tidak dipengaruhi oleh kebijakan manajemen atau manajer sehingga tidak dapat melakukan intervensi dalam proses pelaporan keuangan.
148
Tindakan untuk mengatur pelaporan laba dilakukan manajemen
dengan harapan investor memberi penilaian yang positif terhadap proses
penawaran saham yang dilakukan oleh perusahaan.
Berdasarkan penelitian Cheng dan Warfield (2005) tentang
manajemen laba hubungannya dengan insentif modal, diperoleh
penjelasan bahwa manajer dengan insentif modal yang tinggi lebih
menyukai untuk menjual saham di masa depan dan memotivasi manajer
untuk melakukan manajemen laba sehingga menaikkan nilai saham yang
akan dijual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba
terbukti memiliki hubungan yang positif dengan insentif modal sehingga
manajer mengambil keuntungan dari manajemen laba dengan tujuan
untuk menjaga agar harga saham selalu tinggi dan meningkatkan nilai
penjualan saham di masa yang akan datang.
Sedangkan Burgstahler dan Dichev (1997), menemukan bahwa
perusahaan melakukan tindakan manajemen laba untuk menghindari
melaporkan penurunan laba dan kerugian. Perusahaan telah
menggunakan dua komponen laba, yaitu arus kas dari kegiatan operasi
dan perubahan dalam modal kerja untuk mencapai peningkatan dalam
laba.
Berdasarkan pengertian dan pelaksanaan hasil penelitian tersebut
diatas, ternyata banyak perusahaan yang menawarkan right issue,
mempublikasikan penawaran saham di pasar modal dengan memilih
metode tindakan manajemen laba, untuk kepentingan manajemen (agent)
149
sehingga tindakan yang dilakukan manajemen, bagi investor dapat
memberi penilaian yang positif tergadap proses penawaran saham yang
dilakukan oleh perusahaan.
Pada saat ini, terdapat peningkatan apresiasi yang tinggi untuk
memahami dan mendokumentasikan praktik tindakan manajemen laba
oleh perusahaan melalui manipulasi aktivitas nyata (real earning
management) selain melalui akrual (accrual). Graham et al. (2005)
mensurvey 401 manajer eksekutif keuangan tentang faktor-faktor kunci
yang mendorong keputusan tentang pelaporan laba dan pengungkapan
sukarela. Hasil penelitian melaporkan bahwa 78% manajer eksekutif
memiliki kerelaan untuk mengorbankan nilai ekonomis untuk mengatur
persepsi atas pelaporan keuangan.
Motivasi utama atas manipulasi aktivitas nyata adalah waktu
(timing) manajemen laba. Dimana manipulasi aktivitas nyata dapat
dilakukan kapan saja selama periode akuntansi. Selain itu, hal ini sulit
untuk dideteksi oleh auditor dan manajemen laba melalui akrual
(accrual) terbatas pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
(GAAP) sehingga manajemen dapat melakukan manipulasi laba melalui
manipulasi aktivitas nyata (real earning management).
Gunny (2005) melakukan penelitian tentang konsekuensi dari
manajemen laba nyata. Empat aktivitas utama manajemen laba nyata
yang digunakan adalah: a) mengurangi biaya diskresioner riset dan
pengembangan, b) mengurangi biaya diskresioner penjualan dan biaya
150
administrasi dan umum, c) melakukan timing penjualan aktiva tetap
untuk menaikkan laba, dan d) overproduction, diskon harga atau
keringanan kredit untuk menaikkan penjualan atau mengurangi biaya
produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba nyata
berhubungan sangat signifikan dengan laba dan arus kas masa depan
yang rendah. Selain itu, aktivitas manajemen laba nyata secara ekonomis
signifikan menurunkan kinerja operasi perusahaan.
Kemungkinan manajer memanipulasi laba melalui manipulasi
aktivitas nyata untuk memenuhi target laba telah banyak didiskusikan
dalam literatur akademik, seperti oleh Dechow dan Sloan (1991), Bartov
(1993), Barton (2002). Dechow dan Sloan (1991) menemukan bukti
bahwa para CEO di akhir tahun fiskal mengurangi pengeluaran atas biaya
riset dan pengembangan untuk menaikkan laba pada jangka pendek.
Bartov (1993) menemukan bahwa manajer menjual aset tetap untuk
menghindari pertumbuhan laba yang negatif dan pelanggaran perjanjian
utang.
Barton (2002) dalam Sahabu (2009) menemukan bukti bahwa
perusahaan mencoba meratakan laba dengan cara menginvestasikan pada
derivatif untuk meratakan arus kas, dan hal ini sebagai tindakan
pengganti untuk meratakan laba melalui manajemen laba akrual.
Thomas dan Zang (2002) dalam Sahabu (2009) menemukan bukti
yang konsisten bahwa perusahaan memakai teknik peningkatan produksi
(overproduction) untuk meningkatkan laba yang dilaporkan. Graham et
151
al. (2005) juga menyatakan bahwa manajer menyukai teknik manipulasi
aktivitas nyata dibanding manajemen laba melalui akrual. Hal ini terjadi
karena manipulasi aktivitas nyata tidak dapat dibedakan dari keputusan
bisnis yang optimal, selain itu lebih sulit untuk dideteksi walaupun biaya
yang tejadi dengan aktivitas tersebut secara ekonomis signifikan terhadap
perusahaan.
Konsisten dengan Graham et al. (2005), Cohen (2007) menemukan
bahwa manajer mengganti cara teknik manajemen laba dari akrual ke
manipulasi aktivitas nyata pada periode setelah Sarbanes-Oxley Act
(SOX)5. Bukti ini berimplikasi bahwa pada periode setelah SOX diikuti
oleh publikasi skandal akuntansi yang tinggi sehingga keinginan untuk
menghindari pendeteksian manajemen laba melalui akrual lebih besar
dari periode sebelumnya sehingga mempengaruhi manajer untuk
menggeser dari akrual ke manipulasi aktivitas nyata.
Penelitian di pasar modal Indonesia tentang manipulasi aktivitas
nyata dilakukan oleh Sahabu (2009), yaitu dapat membuktikan dugaaan
adanya manipulasi aktivitas nyata (real earning management) melalui
arus kas kegiatan operasi, sedangkan dugaan adanya tindakan menajemen
laba melalui variabel biaya produksi dan biaya diskresioner tidak
ditemukan oleh peneliti. Sahabu (2009) juga menemukan adanya
5 Berasal dari nama senator yang mengusulkannya: Paul Sarbanes dan Michael Oxley. Sarbanes Oxley adalah nama lain dari undang-undang reformasi perlindungan investor (The Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002) yang ditandatangani Presiden George Bush bulan Juli tahun 2002 lalu. Banyak yang menyebutkan bahwa undang-undang ini adalah reaktivitas keras regulator AS terhadap kasus Enron pada akhir 2001. Inti utama dari undang-undang ini adalah upaya untuk lebih meningkatkan pertanggungjawaban keuangan perusahaan publik (good corporate governance).
152
pengaruh real earning management melalui arus kas operasi terhadap
kinerja jangka pendek (1 tahun) perusahaan yang melakukan SEO pada
periode 1999-2005.
Selain itu, penelitian lain oleh Oktorina (2008) berhasil menemukan
bukti bahwa perusahaan melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui
arus kas kegiatan operasi dan mempengaruhi kinerja jangka panjang
perusahaan pada kelompok 50 perusahaan terbaik menurut Swa100 yang
memiliki total aktiva diatas Rp 1 triliun dan EVA terbaik pada periode
tahun 2001 sampai dengan 2006.
7. Manajemen Laba dan Kinerja Saham Perusahaan Setelah Penawaran
Right issue
Salah satu dampak dari manajemen laba adalah terjadi penurunan
kinerja saham perusahaan yang terjadi pasca penawaran saham
(Loughran dan Ritter, 1997; Rangan, 1998; Teoh et al., 1998, dan
Shivakumar, 2000). Bukti empiris menunjukkan bahwa adanya
reaktivitas pasar yang positif terhadap pengeluaran ekuitas baru.
Respon pasar yang positif tersebut tentu dipengaruhi oleh alasan
perusahaan dalam melakukan penawaran saham, misalnya untuk
memperkuat struktur modal, melakukan investasi yang membutuhkan
dana besar, dan membiayai utang yang telah jatuh tempo (Sulistyanto dan
Midiastuti, 2002), sedangkan penurunan kinerja saham juga akan terjadi
153
sebagai akibat dilakukannya tindakan manajemen laba pada saat
penawaran saham tambahan tersebut (Dechow et al., 1995).
Sinyal positif dalam jangka panjang tidak bisa dipertahankan oleh
manajemen, yang tercermin dari penurunan kinerja yang dilaporkan oleh
perusahaan tersebut (Teoh et al., 1998). McLaughin et al. (1996) yang
menggunakan berbagai ukuran arus kas juga membuktikan bahwa kinerja
arus kas perusahaan mengalami penurunan kinerja saham sekitar 20%
selama tiga tahun setelah penawaran.
Loughran dan Ritter (1997) serta Shivakumar (2000) menunjukkan
rata-rata return perusahaan yang melakukan penawaran saham hanya 7%
per tahun sedangkan perusahaan yang tidak melakukan penawaran rata-
rata 15% per tahun. Dana yang diperoleh dari hasil penawaran tersebut
akan diinvestasikan pada kesempatan investasi yang menguntungkan
bagi perusahaan di masa yang akan datang.
Hubungan manajemen laba dengan penurunan kinerja saham jangka
panjang telah diteliti oleh Rangan (1998) dan Teoh et al. (1998). Teoh et
al. (1998) menemukan bahwa perusahaan yang melaporkan positif akrual
pada saat penawaran saham tambahan mengalami kinerja saham yang
buruk setelah 3 tahun penawaran dan semakin besar akrual diskresioner
yang dimiliki oleh perusahaaan, semakin buruk kinerja saham jangka
panjang yang dialami perusahaan.
Sulistyanto dan Midiastuti (2002) yang melakukan pengujian atas
pasar modal Indonesia, juga berhasil memberikan bukti bahwa
154
perusahaan yang melakukan penawaran saham tambahan mengalami
penurunan kinerja keuangan dan kinerja saham pasca penawaran.
Sulistyanto dan Wibisono (2003) juga menyatakan bahwa penurunan
kinerja keuangan menunjukkan bahwa variabel akrual diskresioner secara
signifikan akan mempengaruhi penurunan kinerja operasi dan kinerja
saham perusahaan dan manajemen laba yang terjadi bersifat menaikkan
laba.
Begitu juga penelitian Amin (2007) terhadap perusahaan yang
mengeluarkan kebijakan IPO dan diduga melakukan tindakan manajemen
laba mengalami kecenderungan penurunan kinerja jangka panjang
perusahaan pada akhir tahun. Selain itu, perusahaan yang melaksanakan
IPO mengalami penurunan kinerja keuangan dan kinerja saham dalam
jangka panjang setelah IPO. Namun penelitian Kurniawan dan Rusiti
(2004) yang menggunakan rasio-rasio keuangan untuk mengukur kinerja
keuangan perusahaan tidak dapat membuktikan bahwa terdapat
perbedaan kinerja yang signifikan antara perusahaan yang melakukan
SEO dan perusahaan yang tidak melakukan SEO. Hasil penelitian ini
berbeda dengan penelitian Teoh et al. (1998) yang menemukan adanya
perbedaan kinerja setelah penawaran saham yang dilakukan manajemen.
Sedangkan penelitian Sahabu (2009) menemukan bahwa variabel
manajemen laba yang diukur dengan akrual diskresioner dan manajemen
laba nyata melalui arus kas kegiatan operasi hanya berpengaruh terhadap
kinerja jangka pendek (1 tahun) perusahaan yang melakukan SEO.
155
Oktorina (2008) menemukan adanya perbedaan kinerja pasar
perusahaan yang melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas
kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar
perusahaan yang tidak melakukan manipulasi aktivitas nyata, namun
Oktorina tidak melakukan pengujian variabel biaya diskresioner dan
biaya produksi dalam mendeteksi adanya manajemen laba melalui
aktivitas nyata (real earning management).
8. Size Firm ( Ukuran Perusahaan)
Ukuran perusahaan (size) menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-
rata tingkat penjualan, dan rata-rata total aktiva. Perusahaan yang
berskala besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan yang
diukur dengan menggunakan total aktiva (asset) digunakan sebagai
variabel control (pengendali), dalam rangka meminimalisasi pembiasan
atas pengujian pengaruh terhadap variabel kinerja saham.
Perusahaan yang besar memiliki pertumbuhan yang relatif lebih
besar dibandingkan perusahaan kecil, sehingga tingkat pengembalian
(return) saham perusahaan besar lebih besar dibandingkan return saham
pada perusahaan berskala kecil. Oleh karena itu, investor akan
berspekulasi untuk memilih perusahaan besar dengan harapan
156
memperoleh keuntungan (return) yang besar pula (Sahabu, 2009;
Solechan, 2009).
B. Pengembangan Hipotesis
Tindakan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas nyata merupakan
manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan
sehari-hari selama periode akuntansi berjalan. Oleh karena itu, manipulasi ini
dapat dilakukan kapan saja sepanjang periode akuntansi berjalan. Hal waktu
inilah yang menjadi bagian penting bagi perusahaan dalam hal ini manajer
memiliki insentif untuk melakukan manipulasi aktivitas nyata.
Metode manajemen laba nyata seperti memberikan diskon harga,
penurunan pengeluaran diskresioner, yang mungkin merupakan tindakan
normal pada kondisi ekonomi tertentu, namun jika manajer melakukan
aktivitas ini secara lebih ekstensif daripada aktivitas normal berdasarkan
situasi ekonominya, dengan tujuan untuk mencapai target laba, maka tindakan
seperti ini masuk dalam kategori manajemen laba nyata.
Tujuan manipulasi aktivitas nyata adalah menghindari melaporkan
kerugian yang dilakukan dengan menggunakan faktor-faktor yang
berpengaruh pada laba yang dilaporkan yaitu rekening-rekening yang masuk
dalam laporan laba rugi. Teknik yang dapat dilakukan dalam manipulasi
157
aktivitas nyata adalah manajemen penjualan, produksi besar-besaran, dan
pengurangan biaya diskresioner (Roychowdhury, 2006).
Menurut Roychowdhury (2006), meskipun terdapat biaya yang terkait
dengan manajemen laba yang dilakukan melalui manipulasi aktivitas nyata,
manajemen (agent) atau manajer tetap menggunakan manajemen laba melalui
manipulasi aktivitas nyata ini.
Penelitian di pasar modal Indonesia tentang manipulasi aktivitas nyata
dilakukan oleh Sahabu (2009), yaitu dapat membuktikan dugaaan adanya
manipulasi aktivitas nyata (real earning management) melalui arus kas
kegiatan operasi, sedangkan dugaan adanya tindakan menajemen laba melalui
variabel biaya produksi dan biaya diskresioner tidak ditemukan oleh peneliti.
Sahabu (2009) juga menemukan adanya pengaruh real earning management
melalui arus kas operasi terhadap kinerja jangka pendek (1 tahun) perusahaan
yang melakukan SEO pada periode 1999-2005.
Selain itu, penelitian lain oleh Oktorina (2008) berhasil menemukan
bukti bahwa perusahaan melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui arus
kas kegiatan operasi dan mempengaruhi kinerja jangka panjang perusahaan
pada kelompok 50 perusahaan terbaik menurut Swa100 yang memiliki total
aktiva diatas Rp 1 triliun dan EVA terbaik pada periode tahun 2001 sampai
dengan 2006.
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan hipotesis pertama dalam
penelitian ini sebagai berikut:
158
H1a : Perusahaan melakukan tindakan manipulasi aktivitas nyata
(real earning management) yakni melalui arus kas kegiatan
operasi pada saat penawaran right issue.
H1b : Perusahaan melakukan tindakan manipulasi aktivitas nyata (real
earning management) yakni melalui biaya produksi pada saat
penawaran right issue.
H1c : Perusahaan melakukan tindakan manipulasi aktivitas nyata (real
earning management) yakni melalui biaya diskresioner pada
saat penawaran right issue.
Tindakan manajemen laba yang dilakukan emiten pada saat penawaran
saham tambahan diduga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
kinerja saham perusahaan.
Teoh et al. (1998) ternyata menemukan bahwa variabel akrual
diskresioner berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kinerja return saham
tiga tahun setelah penawaran.
Sulistyanto (2003) yang menggunakan akrual diskresioner sebagai proksi
sikap oportunis manajer dan kinerja perusahaan yang diproksikan sebagai
kinerja keuangan dan kinerja saham dapat membuktikan terdapat hubungan
yang negatif antara manajemen laba dengan rendahnya kinerja return saham
perusahaan setelah penawaran.
Oktorina (2008) menemukan adanya perbedaan kinerja pasar perusahaan
yang melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi
lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar perusahaan yang tidak
159
melakukan manipulasi aktivitas nyata, namun Oktorina (2008) tidak meneliti
dua proksi manipulasi aktivitas nyata yaitu biaya produksi dan biaya
diskresioner.
Penelitian Sahabu (2009) menemukan bahwa variabel manajemen laba
yang diukur dengan akrual diskresioner dan manajemen laba nyata melalui
arus kas kegiatan operasi hanya berpengaruh terhadap kinerja jangka pendek
(1 tahun) perusahaan.
Berdasarkan keberagaman hasil penelitian sebelumnya seperti
dikemukan di atas dan berbagai teknik tindakan manajemen laba yang dapat
dilakukan oleh perusahaan, maka dalam penelitian ini, mendorong
dikembangkannya hipotesis kedua sebagai berikut:
H2 : Manajemen laba melalui manipulasi aktivitas nyata (real
earning management) pada saat penawaran right issue yakni
melalui arus kas operasi, biaya produksi, dan biaya diskresioner
mempengaruhi kinerja saham perusahaan.
160
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dipilih dengan beberapa kriteria. Pertimbangan
untuk memilih sampel adalah berdasarkan hasil studi empirik sebelumnya yang
menunjukkan bahwa tindakan manajemen laba mempunyai variasi yang berbeda
untuk setiap jenis industri.
Untuk memperoleh sampel tersebut penulis menggunakan metode
purposive sampling. Sampel dipilih berdasarkan lima kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan melakukan penawaran right issue dari tahun 2004 sampai dengan
tahun 2008. Right issue digunakan sebagai proksi penawaran saham
tambahan karena di Indonesia sebagian besar proses penawaran saham
tambahan dilakukan dengan cara menjual hak kepada pemegang saham lama
untuk membeli saham baru dengan harga tertentu.
2. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel merupakan perusahaan non lembaga
keuangan untuk mengantisipasi kemungkinan pengaruh regulasi tertentu yang
dapat mempengaruhi variabel penelitian.
3. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel tidak sedang melakukan investasi
yang lain secara bersamaan seperti waran, stock split, dan obligasi.
46
161
4. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada
tanggal 31 Desember dengan tujuan untuk meningkatkan komparabilitas atau
daya banding yang baik.
5. Mempunyai nilai buku ekuitas yang positif karena nilai buku ekuitas yang
negatif dapat mengakibatkan kondisi sampel menjadi tidak homogen.
6. Perusahaan sampel memiliki data return saham untuk menghitung abnormal
return untuk periode 1 tahun dan 2 tahun setelah right issue
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam jenis
data sekunder. Jenis data sekunder adalah jenis data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat
melalui pihak lain).
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan
keuangan perusahaan yang melakukan penawaran right issue yang dapat diperoleh
dari buku ICMD (Indonesian Capital Market Directory), JSX Fact Book, Pojok
BEJ UNS, dan website Bursa Efek Indonesia (BEI). Data-data yang digunakan
dalam penelitian ini berasal dari:
a. Kas, persediaan, piutang, aktiva lancar, total aktiva, total utang, utang jangka
panjang yang segera jatuh tempo yang diperoleh dari neraca.
b. Penjualan, harga pokok penjualan, biaya-biaya, laba operasi, net income yang
diperoleh dari laporan laba rugi.
c. Arus kas bersih dari kegiatan operasi yang diperoleh dari laporan arus kas.
162
d. Return saham, serta informasi lainnya diperoleh dari ICMD di Pojok BEJ
UNS dan website Bursa Efek Indonesia (BEI).
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
1. Variabel Dependen
Kinerja saham perusahaan ini diukur menggunakan Cummulative
Abnormal Return (CAR) dengan metode market adjusted model yang
dihitung secara bulanan. Model ini menganggap bahwa penduga yang
terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks
pasar pada saat tersebut. CAR diukur dengan perhitungan sebagai berikut:
CAR i,t = (1)
Dimana, ri,t adalah return saham perusahaan i pada hari t yang dihitung
sebagai berikut:
r i,t =
(2)
m i,t =
(3)
163
2. Variabel Independen
Tiga variabel independen manipulasi aktivitas nyata yang diproksikan
oleh arus kas kegiatan operasi, biaya produksi, dan biaya diskresioner.
a. Manipulasi Aktivitas Nyata melalui Arus Kas kegiatan Operasi
Berdasarkan model Dechow et al. (1998), Roychowdhury (2006)
menggambarkan arus kas kegiatan operasi normal sebagai fungsi
linear dari penjualan dan perubahan penjualan dalam suatu periode.
Sebelum masuk dalam pengujian hipotesis maka akan dilakukan
regresi untuk mencari arus kas kegiatan operasi normal. Model regresi
untuk arus kas kegiatan operasi normal mereplikasi dari penelitian
Roychowdhury (2006) sebagai berikut:
CFOt/At-1 = α0 + α1(1/At-1) + β1(St/At-1) + β2(∆St/At-1) + єt (4)
Keterangan:
CFOt/At-1 : arus kas kegiatan operasi pada tahun t yang diskala
dengan total aktiva pada tahun t-1.
α1(1/At-1) : intersep yang diskala dengan total aktiva pada tahun
t-1 dengan tujuan supaya arus kas
kegiatan operasi tidak memiliki nilai 0 ketika
penjualan dan lag penjualan bernilai 0.
St/At-1 : penjualan pada tahun t yang diskala dengan total
aktiva pada tahun t-1.
∆St/At-1 : penjualan pada tahun t dikurangi penjualan pada
tahun t-1 yang diskala dengan total aktiva pada
tahun t-1.
164
α0 : konstanta.
єt : error term pada tahun t.
Oleh karena dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah arus
kas kegiatan operasi abnormal, maka untuk setiap observasi tahun arus
kas kegiatan operasi abnormal (ABN_CFO) adalah selisih dari nilai
arus kas kegiatan operasi aktual yang diskalakan dengan total aktiva
satu tahun sebelum pengujian dikurangi dengan arus kas kegiatan
operasi normal yang dihitung dengan menggunakan koefisien estimasi
dari model persamaan (1) di atas.
b. Manipulasi Aktivitas Nyata melalui Biaya Produksi
Produksi di atas level normal operasi perusahaan
(overproduction) dengan tujuan untuk melaporkan harga pokok
penjualan yang lebih rendah merupakan salah satu cara yang
dilakukan manajemen untuk memanipulasi laba melalui manipulasi
aktivitas nyata. Biaya produksi adalah jumlah dari harga pokok
penjualan dan perubahan dalam persediaan (∆INV) sepanjang tahun.
Peneliti sebagaimana Roychowdhury (2006) menggunakan model
estimasi untuk biaya produksi normal sebagai berikut:
PRODt/At-1 = α0 + α1(1/At-1) + β1(St/At-1) + β2(∆St/At-1) +
β3(∆St-1/At-1) + єt (5)
165
Keterangan:
PRODt/At-1 : biaya produksi pada tahun t yang diskala dengan
total aktiva pada tahun t-1, dimana PRODt = COGSt
+ ∆INVt.
α(1/At-1) : intersep yang diskala dengan total aktiva pada tahun
t-1 dengan tujuan supaya nilai biaya produksi tidak
memiliki nilai 0 ketika penjualan dan lag penjualan
bernilai 0.
St/At-1 : penjualan pada tahun t yang diskala dengan total
aktiva pada tahun t-1.
∆St/At-1 : penjualan pada tahun t dikurangi penjualan pada
tahun t-1 yang diskala dengan total aktiva pada
tahun t-1.
∆St-1/At-1 : perubahan penjualan pada tahun t-1 yang diskala
dengan total aktiva pada tahun t-1.
α0 : konstanta
єt : error term pada tahun t.
Sama halnya dengan arus kas kegiatan operasi, nilai koefisien
estimasi dari persamaan regresi di atas digunakan untuk menghitung
nilai biaya produksi normal. Biaya produksi abnormal (ABN_PROD)
diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya produksi aktual yang
diskalakan dengan total aktiva satu tahun sebelum periode pengujian
dengan biaya produksi normal yang dihitung dengan menggunakan
koefisien estimasi dari model persamaan (2) di atas.
166
c. Manipulasi Aktivitas Nyata melalui Biaya Diskresioner
Untuk menghitung tingkat normal biaya diskresioner peneliti
menggunakan model regresi berikut yang mereplikasi dari penelitian
Roychowdhury (2006):
DISEXPt/At-1 = α0 + α1(1/At-1) + β(St-1/At-1) + єt (6)
Keterangan:
DISEXPt/At-1 : biaya diskresioner pada tahun t yang diskala dengan
total aktiva tahun t-1
α(1/At-1) : intersep yang diskala dengan total aktiva pada tahun
t-1 dengan tujuan supaya biaya diskresioner tidak
memiliki nilai 0 ketika penjualan dan lagpenjualan
bernilai 0.
St-1/At-1 : penjualan pada tahun t-1 yang diskala dengan total
aktiva pada tahun t-1.
Biaya diskresioner didefinisikan sebagai jumlah dari biaya iklan,
biaya riset dan pengembangan, dan biaya penjualan, dan administrasi
dan umum. Nilai koefisien estimasi dari persamaan regresi di atas
digunakan untuk menghitung nilai biaya diskresioner normal.
Sehingga, biaya diskresioner abnormal (ABN_DISEXP) diperoleh
dengan cara mengurangkan nilai biaya diskresioner aktual yang
diskalakan dengan total aktiva satu tahun sebelum periode pengujian
dengan biaya diskresioner normal yang dihitung dengan menggunakan
koefisien estimasi dari model persamaan (3) di atas.
167
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti (Aditya, 2007 dalam
Sahabu, 2009).
Oleh karena itu, dalam penelitian ini dimasukkan variabel kontrol
yang berpengaruh terhadap variabel dependen kinerja saham, yaitu ukuran
perusahaan yang diproksikan dengan nilai log total asset (Log TAS) pada
t=1 dan t=2. Ukuran perusahaan dimasukkan menjadi variabel kontrol,
karena ukuran perusahaan merupakan ukuran bagi risiko, ketersediaan
informasi keuangan, dan return saham suatu perusahaan. (Sahabu, 2009;
Solechan, 2009).
Dengan memasukkan parameter asset perusahaan sebagai variabel
control/pengendali dalam penelitian ini, maka dapat diminimalisasi
pembiasan atas hasil pengaruh variabel dependen terhadap variabel kinerja
saham yang diperoleh.
4. Indikator Manajemen Laba
Untuk pengujian indikasi adanya dugaan manipulasi aktivitas nyata
mengikuti cara seperti Roychowdhury (2006) yaitu :
a. Melalui aktivitas nyata, arus kas kegiatan
Perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata
melalui arus kas kegiatan operasi, ditentukan berdasarkan rerata dan
168
signifikansi nilai abnormal dari arus kas kegiatan operasi
(ABN_CFO). Apabila rerata arus kas kegiatan operasi abnormal
(ABN_CFO) seluruh sampel berada di bawah 0 dan signifikan maka
sampel diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata
melalui arus kas kegiatan operasi sedangkan sampel yang berada di
atas 0 berarti sampel diduga cenderung tidak melakukan manipulasi
aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi.
b. Melalui aktivitas nyata, biaya produksi
Perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata
melalui biaya produksi, ditentukan berdasarkan rerata dan signifikansi
nilai abnormal dari biaya produksi (ABN_PROD). Apabila rerata
biaya produksi abnormal (ABN_PROD) seluruh sampel berada di atas
0 dan signifikan maka sampel diduga cenderung melakukan
manipulasi aktivitas nyata melalui biaya produksi sedangkan sampel
yang berada di bawah 0 berarti sampel yang diduga cenderung tidak
melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui biaya produksi.
c. Melalui aktivitas nyata, biaya diskresioner
Perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata
melalui biaya diskresioner, ditentukan berdasarkan rerata dan
signifikansi nilai abnormal dari biaya diskresioner (ABN_DISEXP).
Apabila rerata biaya diskresioner abnormal (ABN_DISEXP) seluruh
sampel berada di bawah 0 dan signifikan maka sampel diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui biaya
169
diskresioner sedangkan sampel yang berada di atas 0 berarti sampel
yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas nyata
melalui pengurangan biaya diskresioner.
D. Model Penelitian
Untuk pengujian hipotesis H1a, H1b, dan H1c terhadap manipulasi aktivitas
nyata ditentukan berdasarkan uji rerata dan nilai signifikansi dari arus kas
kegiatan operasi abnormal, biaya produksi abnormal, dan biaya diskresioner
abnormal.
Nilai rerata arus kas kegiatan operasi abnormal, biaya produksi abnormal,
dan biaya diskresioner abnormal diperoleh dari statistik deskriptif seluruh sampel
dan selanjutnya dilakukan pengujian tingkat signifikansi menggunakan uji One
Sample t-Test dengan pengujian hipotesis 2 arah (two tail), yaitu menguji apakah
suatu nilai tertentu (yang diberikan sebagai pembanding) berbeda secara nyata
ataukah tidak dengan rata-rata sebuah sampel. Model pengujian uji one sample t-
test digambarkan sebagai berikut:
(7)
Keterangan:
M : nilai spesifik yang diberikan sebagai pembanding
µ0 : rata-rata sampel penelitian yakni nilai abnormal manipulasi aktivitas
nyata
S : standar deviasi sampel penelitian
√n : kuadrat jumlah n sampel penelitian
nSd
Mhitungt
/0m-=-
170
Untuk menguji pengaruh penggunaan manajemen laba melalui aktivitas
nyata, yakni melalui arus kas kegiatan operasi dan biaya produksi serta biaya
diskresioner terhadap kinerja saham jangka panjang maka dikembangkan model
persamaan regresi, dengan memasukkan juga variabel control.
Model Persamaan
CARt = α0 + α1ABN_CFOi + α2ABN_PRODi + α3ABN_DISEXPi +
α4LOG(TASit) + є (8)
Keterangan:
CAR : kinerja saham perusahaan diukur dengan cummulative
abnormal return
ABN_CFO : manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi
ABN_PROD : manipulasi aktivitas nyata melalui biaya produksi
ABN_DISEXP : manipulasi aktivitas nyata melalui biaya diskresioner
LOG TAS : (variabel kontrol) logaritma total asset
t : periode 1 tahun, 2 tahun setelah penawaran right issue.
є : error term perusahaan i
171
E. Kerangka Model Penelitian
Gambar 3.1. Kerangka Model Penelitian
F. Prosedur Pengujian
1. Uji Asumsi Klasik
Salah satu syarat untuk bisa menggunakan persamaan regresi
berganda adalah terpenuhinya uji asumsi klasik. Empat uji asumsi klasik
dalam penelitian ini meliputi asumsi heteroskedastisitas, autokorelasi,
multikolinearitas, dan normalitas. Penjelasan masing-masing pengujian
asumsi klasik akan diuraikan seperti di bawah ini.
a. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastistas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastistas dan jika berbeda
disebut heteroskedastitas. Model regresi yang baik adalah yang
Menggunakan Manajemen Laba, melalui Manipulasi Aktivitas Nyata: · Abnormal Arus Kas Operasi · Abnormal Biaya Produksi · Abnormal Biaya Diskresioner
Variabel Kontrol Ukuran Perusahaan ( Log Total Asset)
Kinerja Saham Perusahaan Right issue
(CAR)
172
homoskedastitas atau tidak terjadi heteroskedastitas. Metode yang
digunakan untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastitas yaitu dengan
Grafik Scatterplots (Ghozali, 2006). Dasar analisisnya adalah :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (gelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastitas.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya korelasi pada tempat yang berdekatan dan
menimbulkan konsekuensi, yaitu interval keyakinan menjadi lebar serta
varians dan kesalahan standar akan ditaksir terlalu rendah. Jika
kesalahan pengganggu dalam observasi saling berkorelasi satu sama
lain atau terjadi saling ketergantungan, maka akan terjadi autokorelasi.
Uji korelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka terdapat
masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah tidak terdapat
autokorelasi. Pendekatan yang sering digunakan untuk menguji ada atau
tidaknya autokorelasi adalah uji Durbin-Watson.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Jika
173
terdapat korelasi, berarti terdapat masalah multikolinearitas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas adalah dengan VIF
(variance inflation factor). Indikasi adanya multikolinearitas adalah
apabila nilai VIF > 10.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal atau
tidak. Cara untuk menguji normalitas adalah dengan uji Kolmogorov-
Smirnov untuk menentukan normalitas distribusi residual. Jika sig atau
p-value > 0.05, maka data berdistribusi normal.
2. Pengujian Hipotesis
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda. Analisis regresi berganda merupakan alat analisis untuk
mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
dengan tingkat signifikansi α= 5%. Analisis regresi berganda ini meliputi
uji simultan, uji parsial, dan koefisien determinasi. Masing-masing
pengujian selanjutnya dijelaskan seperti di bawah ini.
a. Uji Simultan (Uji-F)
Uji-F dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat satu atau lebih
variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen. Hasil uji-F
174
dapat dilihat dalam tabel ANOVA. Jika nilai sig ≤ α = 0.05 maka
terdapat satu atau lebih variabel independen yang mempengaruhi
variabel dependen (hipotesis alternatif yang dirumuskan diterima).
b. Uji Parsial (Uji-t)
Uji-t bertujuan untuk melihat besarnya pengaruh masing-masing
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
Hasil uji pada SPSS dapat dilihat pada tabel coefficient. Apabila p-value
(kolom sig) masing-masing variabel independen ≤ α/2 = 0.025, maka
terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur persentase variasi
variabel dependen yang dijelaskan oleh semua variabel independennya.
Nilai koefisien determinasi berada antara 0 dan 1 (0<R2<1). Dalam
output SPSS, nilai koefisien determinasi terletak pada tabel model
summary dan tertulis R square.
175
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan suatu analisis kualitatif yang akan
menguraikan nilai statistik variabel-variabel yang akan diuji dalam suatu
penelitian. Dalam statistik deskriptif ini, hal utama yang akan disajikan adalah
nilai minimum, maksimum, rerata, standar deviasi, dan varians dari variabel-
variabel penelitian yang digunakan dalam suatu penelitian. Penelitian ini
didasarkan pada data keuangan yang tersedia pada situs IDX (Indonesia Stock
Exchange) dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Berdasarkan pemilihan
sampel yang telah dilakukan dengan metode purposive sampling, diperoleh
jumlah sampel akhir sebanyak 38 perusahaan yang akan diuji ke dalam analisis.
Rata-rata total aktiva atas sampel perusahaan dalam penelitian ini sebesar 3.422
triliun dengan total aktiva terbesar 23 triliun dan total aktiva terkecil sebesar 102
milyar. Tabel 4.1. mendeskripsikan pemilihan sampel dalam penelitian ini.
Tabel 4.1. Seleksi Sampel Perusahaan yang melakukan Seasoned Equity
Offerings (Right issue) pada tahun 2004-2008 Keterangan Jumlah Perusahaan
Perusahaan yang melakukan kebijakan Seasoned Equity Offering 2004-2008 97
Dikurangi : 1. Perusahaan sektor finance (Bank dan Lembaga
Keuangan) 34
2. Perusahaan yang menerbitkan waran 15 3. Perusahaan yang menerbitkan convertible bond 2 4. Perusahaan yang memiliki nilai buku ekuitas negatif 2 5. Perusahaan yang memiliki data tidak lengkap 6
Jumlah sampel setelah seleksi 38
176
Dasar utama untuk memperoleh sampel tersebut adalah dengan melihat
kelengkapan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini (Lihat lampiran). Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari adanya bias sampel yang mungkin dapat
terjadi dalam penelitian ini.
Statistik deskriptif untuk variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian untuk keseluruhan sampel penelitian (38 sampel) dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ABN_CFO 38 -.54 .46 -.0500 .16978 ABN_PROD 38 -.81 .72 -.2152 .27723 ABN_DISEXP 38 .34 1.49 1.0484 .23238 LOG_TAS 38 9.31 13.36 12.0945 .79417 Valid N (listwise) 38
Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik
Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas dapat dilihat karakteristik
perusahaan yang melakukan right issue di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004
sampai dengan tahun 2008.
Terhadap 38 (tiga puluh delapan) sampel pada perusahaan yang
melakukan right issue, yang telah diperoleh karakteristik-nya melalui pengukuran
3 (tiga) variabel yaitu variabel abnormal arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO),
abnormal biaya produksi (ABN_PROD), dan abnormal biaya diskresioner
(ABN_DISEXP), dapat dilihat nilai rerata seluruh sampel masing-masing sebesar
61
177
-0.0500 untuk ABN_CFO, -0.2152 untuk ABN_PROD, dan 1.0484 untuk
ABN_DISEXP.
Menurut Roychowdhury (2006), perusahaan yang terbukti melakukan
tindakan manipulasi aktivitas nyata adalah cenderung memperlihatkan arus kas
kegiatan operasi yang rendah, biaya produksi yang tinggi dan biaya diskresioner
yang rendah dari yang seharusnya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh bahwa nilai variabel pertama
abnormal arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO) yang secara rata-rata dibawah 0
(-0.0500 < 0). Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan dimaksud terbukti telah
melakukan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas nyata yang diukur
melalui variabel pertama yaitu arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO),
Sedangkan nilai variabel kedua yaitu abnormal biaya produksi
(ABN_PROD) diperoleh hasil yang secara rata-rata berada dibawah 0 (-0,2152 <
0). Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan sampel dimaksud tidak terbukti
melakukan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas nyata yang diukur dari
variabel kedua yaitu abnormal biaya produksi (ABN-PROD).
Demikian halnya dengan nilai variabel ketiga yaitu abnormal biaya
diskreasioner (ABN_DISEXP) diperoleh hasil yang secara rata rata di atas 0
(1.0484 > 0) hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan sampel dimaksud tidak
terbukti melakukan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas nyata yang
diukur dari variabel ketiga yaitu abnormal biaya diskreasioner (ABN_DISEXP).
Pembuktian hasil nilai yang diperoleh atas 3 (tiga) variabel dimaksud
dapat dilihat pada hasil pengujian hipotesis penelitian.
178
Berbeda dengan perusahaan yang melakukan manajemen laba melalui
manipulasi akrual, dimana manipulasi aktivitas nyata akan berdampak tidak hanya
pada akrual saja namun juga pada arus kas. Sebagai contoh, perusahaan yang
mencoba untuk meningkatkan laba tahunan dengan cara memberikan diskon harga
untuk meningkatkan penjualan sementara, penjualan kredit dengan bunga rendah
atau dengan kredit yang lunak. Hal ini menyebabkan penjualan yang dilaporkan
meningkat sehingga laba yang dilaporkan pada periode tersebut meningkat. Selain
berdampak terhadap laba yang meningkat, manipulasi aktivitas nyata juga
berdampak terhadap arus kas yang dilaporkan pada periode bersangkutan.
Sehingga pada akhirnya arus kas operasi setelah adanya manipulasi aktivitas nyata
lebih rendah dibandingkan dengan yang seharusnya atau normal apabila tidak
terdapat manipulasi aktivitas nyata atau dengan kata lain arus kas kegiatan operasi
abnormal rendah.
B. Pengujian Hipotesis
Sebelum dilakukan pengujian pengaruh variabel independen manajemen
laba terhadap kinerja saham perusahaan yang melakukan right issue, terlebih
dahulu dilakukan pengujian tingkat signifikansi dari masing-masing ke 3 (tiga)
variabel independen dimaksud, untuk memberikan keyakinan apakah perusahaan
sampel telah melakukan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas nyata.
Manajemen laba melalui kegiatan manipulasi aktivitas nyata dapat diukur
dengan tiga variabel yaitu abnormal arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO),
abnormal biaya produksi (ABN_PROD), dan abnormal biaya diskresioner
(ABN_DISEXP).
179
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk regresi Normal_CFO,
Normal_PROD, Normal_DISEXP dan regresi H2. Dalam hal ini pengujian asumsi
klasik merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan agar pelaksanaan regresi
berganda tidak bias. Pengujian asumsi klasik terdiri dari empat pengujian yaitu uji
heteroskedastitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji normalitas.
1. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis 1, pengujian asumsi klasik
terhadap regresi Normal_CFO, Normal_PROD, dan Normal_DISEXP, perlu
dilakukan. Regresi ini dilakukan untuk mendapatkan nilai ABN_CFO,
ABN_PROD, dan ABN_DISEXP.
a. Uji Heteroskedastistas
Uji heteroskedastistas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastistas dan jika berbeda
disebut heteroskedastitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastitas atau tidak terjadi heteroskedastitas. Metode yang
digunakan untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastitas yaitu dengan
Grafik Scatterplots (Ghozali, 2006). Dasar analisisnya adalah :
3) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (gelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastitas.
180
4) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastitas.
Dari grafik scatterplots 4.1., 4.2., dan 4.3., yakni grafik scatterplots
Normal_CFO, Normal_PROD, dan Normal_DISEXP (lihat lampiran),
terlihat titik-titik menyebar secara acak (random) baik diatas maupun di
bawah angka pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka terdapat masalah autokorelasi karena adanya korelasi pada
tempat yang berdekatan dan menimbulkan konsekuensi, yaitu interval
keyakinan menjadi lebar, serta varians dan kesalahan standar akan ditaksir
terlalu rendah. Model regresi yang baik adalah tidak terdapat autokorelasi.
Pendekatan yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi
adalah uji Durbin-Watson (Ghozali, 2006).
181
Tabel 4.3. Uji Autokorelasi pada Pengujian Regresi Normal_CFO, Normal_PROD,
dan Normal_DISEXP
Uji Durbin-Watson Model Regresi N_CFO,N_PROD, dan N_DISEXP N_CFO N_PROD N_DISEXP
Keterangan
1.991 1.897 2.439 Tidak ada Autokorelasi
Tampilan output SPSS, untuk regresi N_CFO menunjukkan besarnya
nilai Durbin-Watson sebesar 1.991. Nilai D-W menurut tabel dengan n=38
dan k = 3 didapat angka dl =1.318 dan du = 1.656. Untuk regresi
N_PROD, tampilan output SPSS menunjukkan besarnya nilai Durbin-
Watson sebesar 1.897. Nilai D-W menurut tabel dengan n=38 dan k = 4
didapat angka dl =1.261 dan du = 1.722. Untuk regresi N_DISEXP,
tampilan output SPSS menunjukkan besarnya nilai Durbin Watson sebesar
2.439. Nilai D-W menurut tabel dengan n=38 dan k = 2 didapat angka dl
=1.373 dan du = 1.594. Dilihat dari nilai DW hitung ketiga model > du,
maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi antar residual pada
ketiga model regresi tersebut.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Jika
terdapat korelasi, berarti terdapat masalah multikolinearitas. Model regresi
182
yang baik jika tidak terjadi multikolinearitas. Cara untuk mendeteksi ada
atau tidaknya multikolinearitas adalah dengan VIF (variance inflation
factor) (Ghozali, 2006).
Tabel 4.4. Uji Multikolinearitas pada Pengujian Regresi N_CFO,N_PROD, dan
N_DISEXP
Berdasarkan Tabel 4.4. di atas, semua variabel independen memiliki
nilai VIF kuang dari 10 (VIF < 10) dan nilai tolerance semua variable
independen mendekati angka 1. Hal ini berarti tidak terdapat masalah
multikolinearitas antar variabel dalam model regresi N_CFO, N_PROD,
dan N_DISEXP.
d. Uji Normalitas
Regresi N_CFO Variabel
Tolerance VIF Keterangan
1/At-1 0.965 1.036 Tidak Multikol
St/At-1 0.433 2.307 Tidak Multikol
ΔSt/At-1 0.426 2.538 Tidak Multikol
Regresi N_PROD Variabel Tolerance VIF
Keterangan
1/At-1 0.957 1.045 Tidak Multikol St/At-1 0.756 1.322 Tidak Multikol ΔSt/At-1 0.818 1.222 Tidak Multikol Log ΔSt-1/At-1 0.878 1.146 Tidak Multikol
Regresi N_DISEXP Variabel
Tolerance VIF
Keterangan
1/At-1 0.997 1.003 Tidak Multikol St-1/At-1 0.997 1.003 Tidak Multikol
183
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati
normal. Cara untuk menguji normalitas adalah dengan uji Kolmogorov-
Smirnov.
Tabel 4.5 Uji Normalitas pada Pengujian Regresi N_CFO,N_PROD, dan N_DISEXP
Asymp. Sig. (2-tailed) Model Regresi N_CFO,N_PROD, dan N_DISEXP
N_CFO N_PROD N_DISEXP Keterangan
0.178 0.179 0.759 Data Berdistribusi
Normal
Berdasarkan Tabel 4.5. di atas, nilai Asymp. Sig (2-tailed) pengujian
regresi N_CFO, N_PROD, dan N_DISEXP adalah 0.178, 0.179, dan
0.759. Dalam hal ini nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari alpha 5%.
Hal ini berarti pada model regresi pengujian regresi N_CFO, N_PROD,
dan N_DISEXP memiliki pola distribusi data yang normal.
2. Pengujian Hipotesis 1 (H1a, H1b, dan H1c )
Pengujian hipotesis pertama ini akan menguji H1a, H1b, dan H1c, yakni
perusahaan sampel diduga melakukan manipulasi laba melalui aktivitas nyata
pada tiga variabel yaitu abnormal arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO),
abnormal biaya produksi (ABN_PROD), dan abnormal biaya diskresioner
(ABN_DISEXP). Untuk menguji masing-masing hipotesis tersebut
184
menggunakan uji One Sample t-Test dengan pengujian hipotesis 2 arah (two
tail).
Pengujian H1a yang menyatakan bahwa perusahaan melakukan
manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi, menggunakan
uji rerata. Roychowdhury (2006) menemukan bahwa perusahaan yang
cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata memperlihatkan arus kas
kegiatan operasi yang rendah. Oleh karena itu, perusahaan yang diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan
operasi adalah apabila nilai arus kas kegiatan operasi abnormal (ABN_CFO)
di bawah 0 sedangkan perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan
manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi adalah apabila
nilai ABN_CFO berada di atas 0.
Berdasarkan proses analisa data diperoleh hasil dari pengujian hipotesis
1a yang dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6.
Uji One Sample t-Test Variabel ABN_CFO
Variabel Rerata Probabilitas (P-value) Keterangan
ABN_CFO -0.0500 0.048* H1a tidak dapat ditolak *) signifikan pada tingkat α=5%
Hasil pengujian hipotesis 1a menunjukkan bahwa dari keseluruhan
perusahaan sampel, bahwa manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas
kegiatan operasi (ABN_CFO) memiliki rerata -0.0500 karena rerata berada di
bawah nilai 0 (-0.0500 < 0) maka sampel diduga cenderung melakukan
185
manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi. Hal ini
dikarenakan untuk melihat adanya kecenderungan manipulasi aktivitas nyata
melalui arus kas kegiatan operasi apabila nilai rerata arus kas kegiatan operasi
abnormal di bawah 0. Namun, untuk membuktikan apakah nilai rerata
tersebut signifikan maka dilihat dari nilai signifikansinya. Dilihat dari nilai
signifikansi rerata abnormal dari arus kas kegiatan operasi memiliki nilai
probabilitas sebesar 0.047. Oleh karena nilai signifikansi di bawah α=5%
(0.048 < 5%) maka hipotesis 1a yang menyatakan bahwa perusahaan diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan
operasi tidak dapat ditolak pada tingkat α=5%.
Pengujian hipotesis 1b yang menyatakan bahwa perusahaan sampel
melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui biaya produksi, menggunakan
uji rerata. Roychowdhury (2006) menemukan bahwa perusahaan yang
cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata memperlihatkan biaya
produksi yang tinggi. Oleh karena itu, perusahaan yang diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui biaya produksi, adalah apabila
nilai biaya abnormal abnormal (ABN_PROD) di atas 0 sedangkan perusahaan
yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui
biaya produksi, adalah apabila nilai ABN_PROD berada di bawah 0.
Berdasarkan proses analisa data diperoleh hasil dari pengujian hipotesis
1b yang dapat dilihat pada Tabel 4.7.
186
Tabel 4.7. Uji One Sample t-Test Variabel ABN_PROD
Variabel Rerata Probabilitas (P-value) Keterangan
ABN_PROD -0,2152 0.000* H2b ditolak *) signifikan pada tingkat α=5%
Hasil pengujian hipotesis 1b menunjukkan bahwa dari keseluruhan
perusahaan sampel, manipulasi aktivitas nyata melalui biaya produksi
(ABN_PROD) memiliki rerata -0,2152 karena rerata berada di bawah nilai 0
(-0,2152 < 0) maka sampel diduga cenderung tidak melakukan manipulasi
aktivitas nyata melalui biaya produksi. Hal ini dikarenakan untuk melihat
adanya kecenderungan manipulasi aktivitas nyata melalui biaya produksi
apabila nilai rerata biaya produksi abnormal di atas 0. Dilihat dari nilai
signifikansi rerata abnormal dari biaya produksi memiliki nilai probabilitas
sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikansi berada di bawah α = 5% (0.000
< 5%) maka hipotesis 1b yang menyatakan bahwa perusahaan diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui biaya produksi
ditolak pada tingkat α = 5%.
Pengujian hipotesis 1c yang menyatakan bahwa perusahaan melakukan
manipulasi aktivitas nyata melalui biaya diskresioner, menggunakan uji
rerata. Roychowdhury (2006) menemukan bahwa perusahaan yang cenderung
melakukan manipulasi aktivitas nyata memperlihatkan biaya diskresioner
yang rendah. Oleh karena itu, perusahaan yang diduga cenderung melakukan
manipulasi aktivitas nyata melalui biaya diskresioner apabila nilai biaya
187
diskresioner abnormal (ABN_DISEXP) di bawah 0 sedangkan perusahaan
yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui
biaya diskresioner, adalah apabila nilai ABN_DISEXP berada di bawah 0.
Berdasarkan proses analisa data diperoleh hasil pengujian hipotesis 1c
yang dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8.
Uji One Sample t-Test Variabel ABN_DISEXP
Variabel Rerata Probabilitas (P-value) Keterangan
ABN_DISEXP 1.0484 0.000* H1c ditolak *) signifikan pada tingkat α=5%
Hasil pengujian hipotesis 1c menunjukkan bahwa dari keseluruhan
sampel, manipulasi aktivitas nyata melalui biaya diskresioner
(ABN_DISEXP) memiliki rerata 1.0484 karena rerata berada di atas nilai 0
(1.0484 > 0), maka sampel diduga cenderung tidak melakukan manipulasi
aktivitas nyata melalui biaya diskresioner. Hal ini dikarenakan untuk melihat
adanya kecenderungan manipulasi aktivitas nyata melalui biaya diskresioner
apabila nilai rerata biaya diskresioner abnormal di bawah 0. Dilihat dari nilai
signifikansi rerata abnormal dari biaya diskresioner memiliki nilai
probabilitas sebesar 0.000. Oleh karena nilai signifikansi berada di bawah α =
5% (0.000 < 5%), maka hipotesis 1c yang menyatakan bahwa perusahaan
diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui biaya
diskresioner ditolak pada tingkat α = 5%.
188
Secara keseluruhan hasil pengujian hipotesis pertama terhadap ke 3 (tiga)
variabel independen ini, memberikan hasil nilai bukti yang beragam pada
dugaan perusahaan melakukan tindakan manipulasi aktivitas nyata melalui
arus kas kegiatan operasi, biaya produksi, dan biaya diskresioner.
Pada pengujian hipotesis 1a ini dibuktikan bahwa perusahaan diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan
operasi. Temuan adanya manipulasi melalui arus kas kegiatan operasi ini
konsisten dengan hasil dari Roychowdhury (2006) bahwa perusahaan yang
cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata berarti melaporkan arus kas
kegiatan operasi yang secara abnormal lebih rendah dibandingkan yang
seharusnya.
Hasil pengujian hipotesis 1a ini juga mendukung penelitian oleh Oktorina
(2008) dan Sahabu (2009) yang berhasil menemukan bukti kuat bahwa
perusahaan melakukan tindakan manipulasi aktivitas nyata khususnya pada
aktivitas arus kas kegiatan operasi.
Pada pengujian hipotesis 1b ini belum terbukti bahwa perusahaan diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui biaya produksi.
Temuan ini tidak konsisten dengan hasil dari Roychowdhury (2006) bahwa
perusahaan yang cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui
biaya produksi melaporkan biaya produksi yang secara abnormal lebih tinggi
dibandingkan yang seharusnya. Akan tetapi hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian oleh Sahabu (2009) yang menyatakan bahwa perusahaan
189
tidak terbukti melakukan tindakan manipulasi aktivitas nyata melalui aktivitas
biaya produksi.
Pada pengujian hipotesis 1c ini belum terbukti bahwa perusahaan diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui biaya diskresioner.
Temuan ini tidak konsisten dengan hasil dari Roychowdhury (2006) bahwa
perusahaan yang cenderung melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui
biaya diskresioner melaporkan biaya diskresioner yang secara abnormal lebih
rendah dibandingkan yang seharusnya. Akan tetapi hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian oleh Sahabu (2009) yang menyatakan bahwa
perusahaan tidak terbukti melakukan tindakan manipulasi aktivitas nyata
melalui aktivitas biaya diskresioner.
3. Pengujian Hipotesis 2 (H2)
Hasil hipotesis sebelumnya menjelaskan bahwa ke-38 (tiga puluh
delapan) perusahaan sampel dimaksud yang melakukan manajemen laba
melalui tindakan manipulasi aktivitas nyata, dari pengukuran melalui 3 (tiga)
variabel yaitu abnormal arus kas kegiatan operasi(ABN_CFO), biaya
produksi (ABN_PROD) dan melalui biaya diskreasioner (ABN_DISXEP),
diperoleh hasil bahwa:
a. Terbukti ke 38 (tiga puluh delapan) perusahaan sampel melakukan
tindakan manipulasi aktivitas nyata yang telah diukur melalui variabel
pertama yaitu abnormal arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO).
190
b. Tidak terbukti ke 38 (tiga puluh delapan) perusahaan sampel melakukan
tindakan manipulasi aktivitas nyata yang telah diukur melalui variabel
kedua yaitu abnormal biaya produksi (ABN_PROD)
c. Tidak terbukti ke 38 (tiga puluh delapan) perusahaan sampel melakukan
tindakan manipulasi aktivitas nyata yang telah diukur melalui variabel
ketiga yaitu abnormal biaya diskresioner (ABN_DISEXP)
Selanjutnya akan dilakukan pengujian apakah variabel pertama
(ABN_CFO) akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, hal ini akan
diuji melalui pengujian hipotesis 2 (H2).
Pada hipotesis kedua ini akan memfokuskan pada variabel yang telah
terbukti adanya indikasi manajemen laba melalui aktivitas nyata oleh
perusahaan sampel pada saat melakukan right issue, yaitu variabel abnormal
arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO) yang selanjutnya akan diuji, apakah
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, dan akan dilakukan juga pengujian
dengan menggunakan variabel control yaitu log total assets. Kedua variabel
tersebut akan diuji dengan menggunakan cara metode CAR 1 tahun untuk
periode jangka pendek, dan CAR 2 tahun untuk periode jangka panjang
setelah penawaran right issue.
Pada pengujian hipotesis kedua penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan analisa regresi berganda dengan tingkat alpha sebesar 5%.
Untuk menguji hipotesis kedua ini akan dilakukan dengan model
persamaan regresi sebagai berikut:
191
Model Regresi
CARt (1 tahun) = α0 + α1ABN_CFO + α2LOG(TASit) + є
CARt (2 tahun) = α0 + α1ABN_CFO + α2LOG(TASit) + є
Pengujian asumsi klasik terhadap model regresi atas hipotesis kedua ini
akan dilakukan juga sebagaimana telah dilakukan pengujian asumsi klasik
terhadap model regresi atas hipotesis pertama sebelumnya.
a. Pengujian Uji Asumsi Klasik
Untuk regresi CAR 1 tahun, data yang dibutuhkan untuk mendapatkan
hasil dari regresi tersebut tidak normal, sehingga menurut Ghozali (2006),
persamaan regresi untuk CAR 1 tahun dibentuk dengan menggunakan
semilog, yaitu variabel dependen dalam bentuk log. Sedangkan untuk
regresi CAR 2 tahun data berdistribusi normal.
1) Uji Heteroskedastisitas
Dari grafik scatterplots 4.4. dan 4.5. yakni grafik scatterplots
regresi CAR 1 tahun dan 2 tahun (lihat lampiran), terlihat titik-titik
menyebar secara acak (random) baik diatas maupun di bawah angka
pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi.
192
2) Uji Autokorelasi
Tabel 4.9. Uji Autokorelasi pada Pengujian Model Persaman Regresi CAR
Uji Durbin-Watson Model Persamaan
Regresi CAR CAR 1 Tahun CAR 2 Tahun
Keterangan
1.599 1.829 Tidak ada Autokorelasi
Berdasarkan Tabel 4.9. di atas, nilai D-W pada pengujian
hipotesis kedua pada CAR 1 tahun adalah 0.828 dan CAR 2 tahun
adalah 1.599. Hal ini berarti pengujian di atas berada pada rule of
thumb: D-W antara 1,594 sampai 2,406 yang menunjukkan tidak
terdapat autokorelasi pada kedua model regresi.
3) Uji Multikolinearitas
Tabel 4.10. Uji Multikolinearitas pada Pengujian Model Persamaan Regresi CAR 1
tahun dan CAR 2 tahun
CAR 1 Tahun CAR 2 Tahun Variabel
Tolerance VIF Tolerance VIF Keterangan
ABN_CFO 0.999 1.001 0.999 1.001 Tidak
Multikol
LOG_TAS 0,999 1.001 0.999 1.001 Tidak
Multikol
Berdasarkan Tabel 4.10. di atas, semua variabel independen
mempunyai nilai VIF kurang dari 10 (VIF < 10) dan nilai tolerance
semua variabel independen mendekati angka 1. Hal ini berarti tidak
terdapat masalah multikolinearitas antar variabel dalam model regresi
CAR untuk pengujian hipotesis kedua.
193
4) Uji Normalitas
Tabel 4.11.
Uji Normalitas pada Pengujian Model Regresi CAR
Asymp. Sig. (2-tailed) Model Persamaan 1 CAR 1 Tahun CAR 2 Tahun
Keterangan
0.107 0.429 Data Berdistribusi Normal
Berdasarkan Tabel 4.11. di atas, nilai Asymp. Sig (2-tailed)
pengujian hipotesis kedua untuk model persamaan regresi CAR 1
tahun adalah 0.107 dan CAR 2 tahun adalah 0.429 lebih besar dari
alpha 5%. Hal ini berarti pada model regresi pengujian hipotesis
ketiga untuk model regresi CAR memiliki pola distribusi data yang
normal.
b. Hasil Uji Simultan (Uji-F)
Pengujian model regresi di atas dilakukan dengan meregresikan
variabel dependen CAR tahun ke-1 dan ke-2 dengan variabel independen
ABN_CFO dan variabel kontrol LOG_TAS. Dari hasil pengujian model
regresi CAR tersebut yang dirangkum pada Tabel 4.12., diperoleh hasil
bahwa untuk model pengujian kinerja saham yang diukur dengan metode
CAR untuk 1 tahun dan metode CAR 2 tahun setelah right issue,
menunjukkan nilai yang tidak signifikan untuk model secara keseluruhan
yakni untuk CAR 1 tahun memiliki Prob F stat = 0.179 pada α = 5%
sedangkan untuk CAR 2 tahun (periode jangka panjang), hasil pengujian
194
regresi atas model secara keseluruhan menunjukkan Prob F stat = 5.405
pada α =5%.
Tabel 4.12. Hasil Uji F pada Pengujian Model Regresi CAR Hipotesis Kedua
Model Persamaan
CARt = α0 + α1ABN_CFOi + α2LOG(TASit) + є Pengujian Variabel Dependen
F hitung Sig.
CAR 1 Tahun 0.179 0.837**
CAR 2 Tahun 5.405 0.009** *) Tidak Siginifikan pada tingkat α=5% Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik
Hal ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji statistik, terlihat
variabel abnormal CFO yang mewakili proksi manipulasi aktivitas nyata
belum terbukti secara statistik mempengaruhi kinerja saham 1 tahun dan 2
tahun secara simultan.
c. Hasil Uji Parsial (Uji-t)
Uji-t bertujuan untuk melihat besarnya pengaruh masing-masing
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan me-regress variabel dependen
CAR dengan variabel independennya ABN_CFO serta variabel kontrol
dalam penelitian ini yaitu LOG_TAS. Hasil pengujian model regresi CAR
dirangkum dalam Tabel 4.13 sebagai berikut:
195
Tabel 4.13. Hasil Uji t pada Pengujian Model Regresi CAR Hipotesis Kedua
Model Persamaan
CARt = α0 + α1ABN_CFOi + α2LOG(TASit) + є CAR 1 Tahun CAR 2 Tahun
Pengujian Variabel
Independen Koefisien t hitung Sig. Koefisien t hitung Sig.
ABN_CFO 0.493 0.593 0.557 1.810 2.910 0.006 LOG_TAS 0.018 0.101 0.920 0.213 1.621 0.114
**) Tidak Siginifikan pada tingkat α=5% Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik
Berdasarkan Tabel 4.13. di atas, nilai uji statistik masing-masing
variabel (Prob t stat) tampak bahwa pada model CAR 1 tahun, variabel
ABN_CFO, LOG_TAS memiliki Prob t stat masing-masing 0.593, dan
0.101. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut tidak
berpengaruh secara signifikan karena memiliki nilai signifikansi lebih
besar dari 0.025.
Untuk model kinerja saham 2 tahun (jangka panjang) pada model
persamaan regresi CAR, tidak terdapat variabel-variabel yang
mempengaruhi secara individu yang signifikan secara statistik, karena
memiliki Prob t stat masing masing 2.910 dan 1.621 dan nilai nilai ini
memiliki nilai signifikasi lebih besar dari 0.025.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji statistik, terlihat
variabel abnormal CFO yang mewakili proksi manipulasi aktivitas nyata
belum terbukti mempengaruhi kinerja saham 1 tahun dan 2 tahun secara
individu. Selain itu, variabel kontrol dalam penelitian ini juga belum
terbukti secara statistik mempengaruhi kinerja 1 tahun dan 2 tahun. Hal ini
196
berarti investor tidak mempertimbangkan total aktiva perusahaan (ukuran
perusahaan) dalam mengambil keputusan investasi.
Dengan demikian, secara keseluruhan hasil penelitian ini belum dapat
menemukan bukti yang cukup kuat untuk mendukung hipotesis kedua (H2)
yang menyatakan bahwa tindakan manajemen laba melalui manipulasi
aktivitas nyata yakni melalui arus kas kegiatan operasi yang dilakukan
pada saat penawaran right issue mempengaruhi kinerja saham jangka
pendek (1 tahun) dan jangka panjang (2 tahun ) perusahaan.
d. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi atau R square digunakan untuk mengukur
persentase variasi dalam variabel dependen yang dijelaskan atau diprediksi
oleh variasi dalam variabel independennya. Semakin besar nilai R2, maka
semakin baik. Untuk hasil yang lebih baik, penulis akan menggunakan
adjusted R2 karena mempertimbangkan besarnya jumlah sampel dan
banyaknya variabel yang digunakan dalam penelitian. Koefisien R2 ini
dilakukan untuk mendukung pengujian hipotesis kedua yang menyatakan
bahwa manajemen laba pada saat penawaran right issue mempengaruhi
kinerja saham perusahaan.
197
Tabel 4.14. Nilai Adjusted (R2) Pengujian Hipotesis Kedua
Model Persamaan
CARt = α0 + α + α1ABN_CFOi + α2LOG(TASit) + є
Pengujian Variabel Dependen
Adjusted R2
CAR 1 Tahun -0.046
CAR 2 Tahun 0.192 Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik
Dari pengujian hipotesis ketiga pada Tabel 4.14 di atas , nilai Adjusted
R2 sebesar -0.046 (-4.6%) pada model CAR 1 tahun atau dengan kata lain
semua variabel yang dimasukkan dalam model (ABN_CFO, dan
LOG_TAS) dapat menjelaskan variasi kinerja saham selama 1 tahun yang
dihitung dengan menggunakan metode CAR sebesar -4.6%. Sedangkan
pada model pengujian untuk CAR 2 tahun dketahui nilai Adjusted R2 naik
menjadi sebesar 0.192 (19.2%) atau dengan kata lain semua variabel yang
dimasukkan dalam model CAR 2 tahun (ABN_CFO, dan LOG_TAS)
dapat menjelaskan variasi kinerja saham selama 2 tahun yang dihitung
dengan menggunakan metode CAR sebesar 19.2%.
Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi kenaikan yang
sangat kuat atas kemampuan variabel independen dan variabel kontrol
yang dimasukkan pada model regresi dalam menjelaskan kinerja jangka
panjang saham, terlihat dari angka -4.6% pada CAR 1 tahun menjadi
19.2% pada CAR 2 tahun Hal ini mengindikasikan bahwa setelah 1 tahun,
kemampuan informasi akuntansi untuk menjelaskan kinerja saham
meningkat.
198
C. Diskusi dan Pembahasan
Dalam bagian diskusi dan pembahasan ini akan ditinjau lebih lanjut
dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya
yang juga menjadi acuan penulis untuk mengembangkan penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian yang dikembangkan ini akan melihat
lebih jauh bagaimana terjadinya manajemen laba melalui manipulasi aktivitas
nyata bagi perusahaan yang akan melakukan penawaran saham tambahan
khususnya right issue dan pengaruhnya terhadap kinerja saham perusahaan.
Untuk penelitian hipotesis 1 yang berkaitan dengan manajemen laba
dengan cara memanipulasi aktivitas nyata melalui arus kas kegiatan operasi, biaya
produksi, dan biaya diskresioner. Asumsi penulis dalam menggunakan variabel
manipulasi aktivitas nyata tersebut didasarkan pada penelitian oleh
Roychowdhury (2006) yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang ada di
Amerika. Roychowdhury (2006) menemukan bahwa perusahaan yang terbukti
melakukan tindakan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas nyata akan
secara rata-rata memiliki arus kas dari kegiatan operasi abnormal yang rendah dari
yang seharusnya, biaya produksi abnormal yang lebih tinggi dari yang seharusnya,
dan biaya diskresioner abnormal yang lebih rendah dari yang seharusnya. Fakta
ini konsisten dengan perusahaan yang mencoba untuk meningkatkan laba tahunan
dengan cara memberikan diskon harga untuk meningkatkan penjualan sementara
dan dengan produksi besar-besaran (overproduction). Namun, dalam penelitian
Roychowdhury (2006) tidak sampai pada dampak arus kas operasi terhadap
199
kinerja pasar. Selain itu, Graham et al., (2005) juga menyatakan bahwa manajer
menyukai teknik manipulasi aktivitas nyata dibanding manajemen laba melalui
akrual.
Atas temuan tersebut, penulis membuat asumsi yang sama untuk
perusahaan di Indonesia maka penulis membuat dugaan bahwa perusahaan di
Indonesia juga melakukan tindakan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas
nyata pada ketiga aktivitas yaitu arus kas kegiatan operasi, biaya produksi, dan
biaya diskresioner yang dikaitkan dengan penawaran saham tambahan right issue
oleh perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menemukan bahwa
perusahaan di Indonesia terbukti melakukan tindakan manipulasi aktivitas nyata
melalui arus kas kegiatan operasi. Akan tetapi sebaliknya tidak dapat menemukan
bukti yang kuat perusahaan melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui biaya
produksi, dan biaya diskresioner pada saat melakukan right issue. Hasil ini tidak
dapat mendukung dengan hasil penelitian Roychowdhury (2006) yang
menemukan bukti bahwa perusahaan melakukan manipulasi aktivitas nyata pada
ketiga aktivitas tersebut. Namun temuan adanya manipulasi aktivitas nyata
melalui arus kas kegiatan operasi tersebut mendukung dan konsisten dengan
penelitian oleh Oktorina (2008) yang berhasil menemukan bukti bahwa
perusahaan di Indonesia melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui arus kas
dari kegiatan operasi. Hal ini konsisten dengan penelitian Sahabu (2009) yang
juga menemukan bukti bahwa terdapat perusahaan melakukan manipulasi
aktivitas nyata khususnya melalui arus kas kegiatan operasi, namun tidak
200
menemukan bukti bahwa terdapat perusahaan melakukan manipulasi aktivitas
nyata melalui biaya produksi dan biaya diskresioner.
Pengujian hipotesis kedua yaitu pengaruh manajemen laba melalui
manipulasi aktivitas nyata yang dilakukan oleh perusahaan terhadap kinerja saham
perusahaan yang dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan metode
Cummulative Abnormal Return (CAR) dengan market adjusted model.
Asumsi penulis atas hipotesis tersebut berdasarkan penelitian sebelumnya
yang mendokumentasikan mengenai kinerja pasar jangka panjang perusahaan
yang melakukan panawaran saham baik perdana maupun saham tambahan. Teoh
et al., (1998) dan Shivakumar (2000) menemukan bahwa salah satu dampak dari
manajemen laba adalah terjadi penurunan kinerja perusahaan yang terjadi pasca
penawaran saham. Sulistyanto dan Midiastuti (2002) yang melakukan pengujian
atas pasar modal Indonesia, juga berhasil memberikan bukti bahwa perusahaan
yang melakukan penawaran saham tambahan mengalami penurunan kinerja
keuangan dan kinerja saham pasca penawaran. Sulistyanto dan Wibisono (2003)
juga menyatakan bahwa penurunan kinerja keuangan menunjukkan bahwa
variabel akrual diskresioner secara signifikan akan mempengaruhi penurunan
kinerja operasi dan kinerja saham perusahaan dan manajemen laba yang terjadi
bersifat menaikkan laba. Begitu juga penelitian Amin (2007) terhadap perusahaan
yang mengeluarkan kebijakan IPO dan diduga melakukan tindakan manajemen
laba mengalami kecenderungan penurunan kinerja pasar pada akhir tahun.
Sedangkan penelitian Sahabu (2009) menemukan bahwa variabel manajemen laba
yang diukur dengan akrual diskresioner dan manajemen laba nyata melalui arus
201
kas kegiatan operasi hanya berpengaruh terhadap kinerja pasar dalam jangka
pendek (1 tahun).
Berdasarkan temuan yang berbeda-beda dari penelitian-penelitan terdahulu
tersebut maka penulis membuat dugaan bahwa perusahaan di Indonesia yang
melakukan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas nyata pada saat
penawaran saham tambahan dengan right issue mempengaruhi kinerja saham
perusahaan.
Pengujian hipotesis kedua yang dilakukan oleh penulis menggunakan
variabel abnormal arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO), yakni variabel
independen yang terbukti secara statistik dalam pengujian hipotesis pertama dan
menggunakan variabel control, log total asset. Dari hasil pengujian hipotesis
kedua, dapat disimpulkan bahwa variabel manipulasi aktivitas nyata yakni melalui
arus kas kegiatan operasi tidak berpengaruh terhadap kinerja saham jangka
pendek (1 tahun) dan kinerja saham jangka panjang (2 tahun). Begitu juga terlihat
pada variabel control, yang hasilnya tidak berpengaruh terhadap varibel kinerja
saham. Terbukti dalam pengujian statistik pada kedua model regresi CAR 1 tahun
dan 2 tahun, yakni tidak terdapat satupun variabel yang signifikan secara statistik
mempengaruhi kinerja saham perusahaan. Hasil ini tidak konsisten dengan
penelitian oleh Teoh et al. (1998) dan Shivakumar (2000). Teoh et al. (1998)
menemukan bahwa perusahaan yang melaporkan positif akrual pada saat
penawaran saham tambahan mengalami kinerja saham yang buruk setelah 3 tahun
penawaran dan semakin besar akrual diskresioner yang dimiliki oleh perusahaaan,
semakin buruk kinerja saham jangka panjang yang dialami perusahaan. Hal ini
202
dapat dijelaskan karena pada jangka waktu yang lebih panjang, semakin banyak
informasi yang lebih relevan tersedia bagi investor untuk mengambil keputusan,
sehingga informasi dari laporan keuangan pada saat right issue menjadi kurang
relevan. Penjelasan lainnya adalah pengaruh akrual diskresioner yang lebih cepat
ditangkap oleh pasar yang disebabkan karena sifat dari akrual diskresioner sebagai
komponen laba yang memungkinkan manajer untuk mencerminkan informasi
privat mereka, mencerminkan tindakan oportunistik perusahaan dan juga dapat
mencerminkan nilai ekonomi perusahaan (Subramanyam, 1996) dalam (Sahabu
2009), sehingga pengaruh akrual diskresioner inilah yang terlebih dahulu
dipertimbangkan pasar, dibandingkan pengaruh perubahan dalam akrual non
diskresioner yang lebih disebabkan karena faktor diluar kendali manajemen.
Ketidakkonsistenan hasil pengujian ini dengan penelitian Teoh et al.
(1998), diduga karena penelitian ini dilakukan di pasar yang berbeda dengan
penelitian Teoh et al. (1998). Selain itu, pada penelitian ini, penulis menggunakan
variabel manipulasi aktivitas nyata yaitu arus kas kegiatan operasi, biaya
produksi, dan biaya diskresioner untuk mendeteksi terjadinya manajemen laba.
Hipotesis kedua ini juga tidak mendukung penelitian Sahabu (2009) yang
menemukan bahwa variabel abnormal arus kas kegiatan operasi berpengaruh 1
tahun (jangka pendek), sedangkan untuk pengaruh jangka panjang (2 tahun) tidak
berpengaruh. Peneliti menduga bahwa penyebab ketidakkonsistenan hasil
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah karena adanya perbedaan
periode pengamatan penelitian, dimana penelitian sebelumnya melakukan
203
pengamatan penelitian pada tahun 1999-2003, sedangkan pada pengamatan
penelitian ini dilakukan pada tahun 2004-2008.
Sebagaimana diketahui bahwa pada akhir tahun 2007 hingga 2008 terjadi
krisis keuangan (global) yang berdampak pada aktivitas pasar modal global.
Perkembangan indeks bursa saham di beberapa bursa dunia yang sebelumnya
menunjukkan kinerja yang outperform terkoreksi turun sampai dengan level yang
tidak diperkirakan. Begitu juga dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Bursa Efek Indonesia per tanggal 16 September 2008 menyentuh level terendah
1.719,254, terkoreksi 39,3 persen dihitung dari level IHSG tertinggi 9 Januari
2008 di level 2.830,260 (Wallace, 2008). Dengan demikian, hasil hipotesis kedua
pada penelitian ini yang mengatakan bahwa manajamen laba melalui aktivitas
nyata yaitu melalui arus kas kegiatan operasi tidak berpengaruh terhadap kinerja
saham perusahaan yang melakukan kebijakan right issues, pada tahun 2004-2008,
adalah realistis, karena pada kenyataannya telah terjadi krisis global pada tahun
2007-2008 yang mengakibatkan menurunnya harga saham seluruh perusahaan
yang listing di Bursa Efek Indonesia secara tajam dan akibatnya terjadi penurunan
kinerja saham perusahaan yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia.
Selain itu, peneliti juga menduga terdapat variabel lain yang berpengaruh
terhadap variabel kinerja saham, seperti kecerdasan investor yang mungkin pula
mempengaruhi variabel kinerja saham.
Penelitian ini juga tidak mendukung penelitian Sahabu (2009) yang
menemukan variabel kontrol, log total asset berpengaruh atas kinerja saham. Hal
ini mengindikasikan bahwa investor tidak mempertimbangkan ukuran perusahaan
204
dalam memutuskan keputusan investasi, yakni memilih investasi berdasarkan
kinerjanya yang dinilai dari pengembalian (return) investasi tersebut, dalam hal
ini right issue (Sahabu, 2009; Solechan, 2009).
Hasil yang tidak konsisten ini, secara lebih jauh berimplikasi kepada
keharusan melakukan pengkajian-pengkajian teoritis yang lebih intensif terhadap
manajemen laba khususnya melalui manipulasi aktivitas nyata serta fenomena-
fenomena akuntansi lainnya, termasuk penentuan kinerja saham maupun kinerja
operasi perusahaan yang lain agar dapat ditemukan model prediksi yang lebih
baik.
205
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis praktik manajemen laba yang
dilakukan oleh perusahaan yang melakukan right issue di Indonesia. Secara
khusus, penelitian ini ingin menganalisis manajemen laba melalui manipulasi
aktivitas nyata dan penelitian ini juga ingin membuktikan secara empiris adanya
dampak manajemen laba melalui manipulasi aktivitas nyata yang dilakukan pada
saat right issue terhadap kinerja saham jangka panjang. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Adanya motivasi manajemen laba pada saat perusahaan melakukan right issue
dengan menggunakan ukuran manajemen laba aktivitas nyata melalui arus kas
kegiatan operasi. Namun tidak dapat dibuktikan bahwa perusahaan dapat
melakukan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas nyata yang diukur
melalui biaya produksi dan biaya diskresioner.
2. Manajemen laba melalui manipulasi aktivitas nyata pada saat right issue, tidak
terbukti mempengaruhi kinerja saham perusahaan dalam jangka pendek (1
tahun) dan jangka panjang (2 tahun).
3. Penyebab tidak terpengaruhnya manajemen laba melalui manipulasi aktivitas
nyata pada saat right issue terhadap kinerj\a saham perusahaan pada tahun
2004-2008 antara lain diduga didukung oleh faktor krisis global yang terjadi
pada tahun 2007-2008 yang mengakibatkan menurunnya harga saham seluruh
91
206
perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia secara tajam dan akibatnya
terjadi penurunan kinerja saham perusahaan yang terdapat pada Bursa Efek
Indonesia.
4. Faktor penyebab lain atas tidak terpengaruhnya manajemen laba melalui
manipulasi aktivitas nyata pada saat right issue terhadap kinerja saham
perusahaan pada tahun 2004-2008 yaitu terdapat variabel lain yang mungkin
mempengaruhi kinerja saham seperti kecerdasan investor dalam melakukan
keputusan investasi.
5. Variabel kontrol dalam penelitian ini, yaitu ukuran perusahaan yang dinilai dari
log total asset juga tidak mempengaruhi kinerja saham perusahaan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil penelitian dan karenanya masih perlu dikembangkan lagi
pada penelitian berikutnya. Penelitian ini hanya menggunakan tiga aktivitas
pengukuran sebagai variabel independen yaitu arus kas kegiatan operasi dan biaya
produksi serta biaya diskresioner, dalam rangka mendeteksi manipulasi aktivitas
nyata. Selain itu, ketidaktersediaan data dalam laporan keuangan yang
dipublikasikan merupakan suatu keterbatasan pula dalam penelitian ini, data
tersebut antara lain data tentang biaya riset dan pengembangan yang dilakukan
oleh perusahaan.
207
C. Saran
Perusahaan dalam melakukan manajemen laba melalui manipulasi
aktivitas nyata dalam rangka memperoleh penambahan dana melalui investasi
dengan right issue, perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut :
Hal-hal yang dapat dikembangkan dan diperbaiki dari penelitian ini adalah:
a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menemukan lebih banyak lagi
pengukuran aktivitas tentang manipulasi aktivitas nyata dan memasukkannya
ke dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian mengenai
pengaruh manipulasi aktivitas nyata terhadap kinerja saham jangka panjang
perusahaan menjadi lebih valid.
b. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menggolongkan perusahaan
berdasarkan jenis industri sehingga dapat lebih spesifik diketahui pengaruh
manajemen laba melalui manipulasi aktivitas nyata terhadap kinerja saham
jangka panjang perusahaan di setiap industri.
c. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menemukan variabel independen lain
selain manajemen laba nyata yang mempengaruhi kinerja saham seperti
kecedasan investor dalam melakukan keputusan investasi.
d. Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel kontrol seperti market
capitalization, market to book value yang juga mempengaruhi variabel
kinerja saham, atau dapat menemukan variabel kontrol yang lain yang
mempengarui kinerja saham.
208
DAFTAR PUSTAKA
Alderson, Michael J, Brian L. Betker. 1997. The Long Run Performance of
Companies That Withdraw Seasoned Equity Offerings. Working Paper. Amin, Aminul. 2007. Pendeteksian Earnings Management, Underpricing dan
Pengukuran Kinerja Perusahaan yang Melakukan Kebijakan Initial Public Offerings (IPO) di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas - Makassar.
Astuti, Dewi Saptantinah P. 2003. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Motivasi Manajemen Laba di Seputar Right Issue. Working Paper, Universitas Slamet Riyadi Surakarta.
Barton J, Paul JS. 2002. The Balance Sheet as an Earnings Management
Constraint. The Accounting Review 77: 1-27. Bartov E. 1993. The Timing of Asset Sales and Earnings Manipulation. The
Accounting Review, Vol. 68 No. 4: 840 – 855. Burgstahler, D. dan Ilia D. (1997). “Earnings Management to Avoid Earnings
Decreases and Losses.” Journal of Accounting and Economics. 24: 99 – 126.
Budiarto A, Zaki B. 1999. Pengaruh Pengumuman Right Issue terhadap Tingkat
Keuntungan dan Likuiditas Saham di Bursa Efek Jakarta Periode 1994 – 1996. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 2 No. 1: 91 – 116.
Cohen DA, Paul Z. 2008. Accrual-Based and Real Earnings Management
Activities around Seasoned Equity Offerings. Working Paper, Stern School of Business, New York University.
DeAngelo LE. 1986. Accounting number as Valuation Substitutes: A Study of
Management Buyouts of Public Stockholders. The Accounting Review, Vol. 67 (1): 77 – 95.
Dechow PM, SP Kothari, R Watts. 1998. The Relation between Earnings and
Cash Flows. Journal of Accounting and Economics, Vol. 25: 133-168. DuCharme LL, PH Malatesta, SE Sefcik. 2000. Earnings management, stock
issues, and shareholder lawsuits. Journal of Financial Economics, Vol. 71: 27-49.
94
209
Ewert R, Alfred W. 2004. Economic Effects of Tightening Accounting Standards to Restrict Earnings Management. The Accounting Review, Forthcoming.
Graham, Jhon R, Campbell R. Harvey, S Rajgopal. 2005. The Economic
Implications of Corporate Financial Reporting. Journal of Accounting and Economics, Vol. 40: 3-73.
Gumanti, Tatang A. 2000. Earnings Management Dalam Penawaran Saham
Perdana di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) III, UI - Jakarta.
Gunny, K. 2005. What are the Consequences of Real Earnings Management?.
Working Paper, University of Colorado.
Hartono, J. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE.
Healy, Paul M, James MW. 1998. Review of the Earnings Management Literature
and Its Implications for Standard Setting. Working Paper. Jones, J. 1991. Earnings Management during Import Relief Investigations. Journal
of Accounting Research, Vol. 29: 193-228. Kurniawan H, Rusiti. 2004. Analisis Kinerja Perusahaan Pre-Seasoned Equity
Offerings. Jurnal Bisnis dan Ekonomi: KINERJA. Vol. 8 No. 2. Loughran T, Jay R. Ritter. 1997. The Operating Performance of Firms
Conducting Seasoned Equity Offerings. The Journal of Finance, Vol. LII No. 5: 1823-1850.
Megginson. 1997. Corporate Finance Theory. Addison-Wesley Educational
Publishers Inc. Mardiyah, Aida A. 2003. Hubungan Withdrawn Initial Public Offerings (WIPO),
Seasoned Equity Offering (SEO), dan Earnings Management dengan Initial Return. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI, Surabaya.
Oktorina M, Yanthi H. 2008. Analisis Arus Kas Kegiatan Operasi dalam
Mendeteksi Manipulasi Aktivitas Riil dan Dampaknya Terhadap Kinerja jangka panjang perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XI, Pontianak.
Putra, I Nyoman Wijaya A. 2006. Pengaruh Right Issue Terhadap Kinerja
Perusahaan di Bursa Efek Jakarta Tahun 1996 – 1999. Buletin Studi Ekonomi. Vol. 11 No. 1.
210
Rangan, S. 1998. Earnings before Seasoned Equity Offerings: Are They Overstated? Journal of Financial Economics, Vol. 50: 101-122.
Roychowdhury, S. 2006. Earnings Management through Real Activities
Manipulation. Journal of Accounting and Economics, Vol. 42: 335-370. Sahabu, Supardi. 2009. Manajemen Laba melalui Akrual dan Manipulasi
Aktivitas Nyata dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan yang Melakukan Right Issue. Tesis STIE YKPN.
Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory. 2nd Ed., Prentice Hall Canada Inc. Shivakumar, L. 2000. Do Firms Mislead Investors by Overstating Earnings
Before Seasoned Equity Offerings? Journal of Accounting and Economics, Vol. 29: 339-371.
Solechan, Achmad. 2009. Pengaruh Manajemen Laba dan Earnings terhadap
Return Saham. TESIS S2 Magister Akuntansi Universitas Dipenogoro.
Sulistyanto S, Haris Wibisono. 2003. Seasoned Equity Offerings: Antara Agency Theory, Windows of Opportunity, dan Penurunan Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI, Surabaya.
Sulistyanto S, Midiastuti P. 2002. Seasoned Equity Offerings: Benarkah
Underperformance Setelah Penawaran? Simposium Nasional Bidang Ilmu Ekonomi, Akuntansi, dan Manajemen. UAJY, Yogyakarta.
Traill, Marcus, Ed Vos. 2001. Do Seasoned Equity Offerings Really
Underperform in the Long Run? Evidence from New Zealand, Working paper.
Teoh SH, Welch I, TJ Wong. 1998. Earnings management and The
Underperformance of Seasoned Equity Offerings. Journal of Financial Economics.
Wallace, William E. 2008. Pemuktahiran dan Harapan Ekonomi Indonesia
selama 6 bulan. World Bank Indonesia. Widyaningdyah, Agnes U. 2001. Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 3 No. 2: 89 – 101.
Zang, Amy Y. 2006. Evidence on the Tradeoff between Real Manipulation and
Accrual Manipulation. Working Paper, Duke University.
211
LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Perusahaan Sampel Penelitian
NO RIGHT ISSUE PERUSAHAAN KODE 1 2004 PT Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ 2 2004 PT Ades Alfindo Putrasetia Tbk ADES 3 2004 PT United Tractors Tbk UNTR 4 2004 PT Ricky Putra Globalindo Tbk RICY 5 2004 PT Aneka Kimia Raya Tbk AKRA 6 2004 PT Abdi Bangsa Tbk ABBA 7 2004 PT Bakri Sumatera Plantations Tbk UNSP 8 2004 PT Lippo Karawaci LPKR 9 2005 PT Inti Indah Karya Plasindo Tbk IIKP
10 2005 PT Palm Asia Corpora Tbk PLAS 11 2005 PT Bakrie & Brothers Tbk BNBR 12 2005 PT Multipolar Corporation MLPL 13 2005 PT Apexindo Pratama Duta Tbk APEX 14 2005 PT Bakrieland Development Tbk ELTY 15 2006 PT Energi Mega Persada Tbk ENRG 16 2006 PT Inti Kapuas Arowana Tbk IIKP 17 2006 PT Mandom Indonesia TCID 18 2006 PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk SULI 19 2006 PT Tunas Baru Lampung Tbk TBLA 20 2006 PT Sentul City Tbk BKSL 21 2006 PT Ciputra Development Tbk CTRA 22 2006 PT Jaka Inti Realtindo Tbk JAKA 23 2007 PT Cipta Panelutama Tbk CITA 24 2007 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk DSFI 25 2007 PT Budi Acid Jaya Tbk BUDI 26 2007 PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN 27 2007 PT Barito Pacifik BRPT 28 2007 PT Gajah Tunggal GJTL 29 2008 PT Abdi Bangsa Tbk ABBA 30 2008 PT Bakrie Telecom Tbk BTEL
212
31 2008 PT Central Proteinprima Tbk CPRO 32 2008 PT Citra Kebun Raya Agri Tbk CTRA 33 2008 PT Indonesia Air Transport Tbk IATA
NO RIGHT ISSUE PERUSAHAAN KODE 34 2008 PT Laguna Cipta Griya Tbk LGNA 35 2008 PT Mandom Indonesia Tbk TCID
36 2008 PT Surya Semesta Internusa Tbk SSIA 37 2008 PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 38 2008 PT United Tractors Tbk UNTR
98
Lampiran 2: Pengujian Asumsi Klasik untuk Regresi N_CFO, N_PROD, dan N_DISEXP
A. Pengujian Asumsi Klasik N_CFO
1. Uji Multikoloniearitas Coefficients(a)
a .Dependent Variable: Dependen_1
Coefficient Correlations(a)
Model Independen_3 Independen_1 Independen_2 Independen_3 1.000 .185 -.753 Independen_1 .185 1.000 -.128
Correlations
Independen_2 -.753 -.128 1.000 Independen_3 .026 7894307.639 -.008 Independen_1 7894307.639 708384148516
02000.000 -2328713.501
1
Covariances
Independen_2 -.008 -2328713.501 .005
a . Dependent Variable: Dependen_1
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) .014 .050 .282 .780 Independen_1 28999996
6.579 26615487
0.051 .183 1.090 .284 .965 1.036
Independen_2 .044 .068 .162 .643 .525 .433 2.307 Independen_3 .028 .160 .044 .175 .862 .426 2.350
99
Regression Standardized Predicted Value420-2
Regr
essi
on S
tude
ntiz
ed R
esid
ual
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: Dependen_1
2. Uji Autokorelasi Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .263(a) .069 -.013 .17711 1.991
a . Predictors: (Constant), Independen_3, Independen_1, Independen_2 b. Dependent Variable: Dependen_1
3. Uji Heteroskedastisitas
Grafik Scatterplots 4.1.
100
4. Uji Normalitas Residual One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual N 38
Mean .0000000 Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation .16977508 Absolute .178 Positive .178
Most Extreme Differences
Negative -.142 Kolmogorov-Smirnov Z 1.099 Asymp. Sig. (2-tailed) .178
a .Test distribution is Normal. b .Calculated from data.
101
B. Pengujian Asumsi Klasik N_PROD
1. Uji Multikoloniearitas
Coefficients(a)
a. Dependent Variable: Dependen_2
Coefficient Correlations(a)
Model Log_Independen3 Independen_4 Independen_1 Independen_2 1 Correlations Log_Independen3 1.000 .015 -.191 -.285 Independen_4 .015 1.000 .073 -.407 Independen_1 -.191 .073 1.000 .039 Independen_2 -.285 -.407 .039 1.000 Covariances Log_Independen3 .006 .000 -6297157.443 -.002 Independen_4 .000 .051 6908776.698 -.007 Independen_1 -6297157.443 6908776.698 176113906192857
800.000 1317262.237
Independen_2 -.002 -.007 1317262.237 .007 a . Dependent Variable: Dependen_2
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant) .211 .105 2.011 .053 Independen_1 -
308128304.043
419659273.927 -.062 -.734 .468 .957 1.045
Independen_2 .758 .081 .883 9.353 .000 .756 1.322 Independen_4 -.406 .226 -.163 -1.794 .082 .818 1.222
1
Log_Independen3 .129 .078 .144 1.647 .109 .878 1.140
102
Regression Standardized Predicted Value3210-1-2
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed R
esid
ual
4
2
0
-2
Scatterplot
Dependent Variable: Dependen_2
2. Uji Autokorelasi Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .882(a) .778 .751 .27809 1.897
a. Predictors: (Constant), Log_Independen3, Independen_4, Independen_1, Independen_2 b. Dependent Variable: Dependen_2
3. Uji Heteroskedastisitas
Grafik Scatterplots 4.2.
103
4. Uji Normalitas Residual One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual N 38
Mean .0000000 Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation .26263294 Absolute .178 Positive .178
Most Extreme Differences
Negative -.122 Kolmogorov-Smirnov Z 1.099 Asymp. Sig. (2-tailed) .179
a Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
104
C. Pengujian Asumsi Klasik N_DISEXP
1. Uji Multikoloniearitas
Coefficients(a)
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant) -1.363 .119 -11.448 .000 Independen_1 -
163558582.527
632525914.069 -.037 -.259 .797 .997 1.003
1
Independen_2 .539 .148 .526 3.653 .001 .997 1.003
a . Dependent Variable: Log_Dependen3
Coefficient Correlations(a)
Model Independen_2 Independen_1 Independen_2 1.000 -.056 Correlations
Independen_1 -.056 1.000 Independen_2 .022 -5220074.201
1
Covariances
Independen_1 -5220074.201 400089031968743100.000
a . Dependent Variable: Log_Dependen3
105
Regression Standardized Predicted Value43210-1-2
Reg
ress
ion
Stu
dent
ized
Res
idua
l
3
2
1
0
-1
-2
Scatterplot
Dependent Variable: Dependen_3
2. Uji Autokorelasi
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson 1
.458(a) .210 .165 .13759 2.439
a. Predictors: (Constant), Independen_2, Independen_1 b .Dependent Variable: Dependen_3
3. Uji Heteroskedastisitas __
Grafik Scatterplots 4.3.
106
4. Uji Normalitas Residual One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual N 38
Normal Parameters(a,b) Mean .0000000 Std. Deviation .41599352 Most Extreme Differences
Absolute .109
Positive .109 Negative -.100 Kolmogorov-Smirnov Z .671 Asymp. Sig. (2-tailed) .759
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
107
Lampiran 3: Hasil Pengujian Hipotesis 1 (H1a, H1b dan H1c)
Uji One Sample t-Test Variabel ABN_CFO
One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval
of the Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Lower Upper ABN_CFO -1.817 37 .048 -.05004 -.1058 .0058
Uji One Sample t-Test Variabel ABN_PROD
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the
Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Lower Upper ABN_PROD -4.786 37 .000 -.21525 -.3064 -.1241
108
Uji One Sample t-Test Variabel ABN_DISEXP
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the
Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Lower Upper ABN_DISEXP 27.813 37 .000 1.04843 .9721 1.1248
109
Lampiran 4: Hasil Pengujian Asumsi Klasik Regresi Hipotesis 2 (H2), CAR 1 tahun dan 2 tahun
A. CAR 1 tahun
1. Uji Multikoloniearitas Coefficients(a)
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta Tolerance VIF B Std. Error (Constant) -.279 2.132 -.131 .897 ABN_CFO .493 .832 .100 .593 .557 .999 1.001
1
LOG_TAS .018 .176 .017 .101 .920 .999 1.001
a Dependent Variable: LOG_CAR Coefficient Correlations(a) a Dependent Variable: LOG_CAR
Model LOG_TAS ABN_CFO 1 Correlations LOG_TAS 1.000 .031 ABN_CFO .031 1.000 Covariances LOG_TAS .031 .005 ABN_CFO .005 .692
110
2. Uji Autokorelasi Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .101(a) .010 -.046 .85872 1.599
a Predictors: (Constant), LOG_TAS, ABN_CFO b Dependent Variable: LOG_CAR
3. Uji Heteroskedastisitas
Grafik Scatterplots 4.4. Regression Standardized Predicted Value
3210-1-2-3
Re
gre
ss
ion
Stu
de
nti
ze
d R
es
idu
al 2
1
0
-1
-2
-3
-4
Scatterplot
Dependent Variable: LOG_CAR
111
4. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test a Test distribution is Normal. b Calculated from data
Unstandardize
d Residual N 38
Normal Parameters(a,b) Mean .0000000 Std. Deviation .83519143 Most Extreme Differences
Absolute .196
Positive .196 Negative -.189 Kolmogorov-Smirnov Z 1.210 Asymp. Sig. (2-tailed) .107
112
B. CAR 2 Tahun
1. Uji Multikoloniearitas Coefficients(a)
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -2.396 1.593 -1.503 .142 ABN_CFO 1.810 .622 .430 2.910 .006 .999 1.001 LOG_TAS .213 .132 .240 1.621 .114 .999 1.001
a Dependent Variable: CAR_2TAHUN Coefficient Correlations(a)
Model LOG_TAS ABN_CFO 1 Correlations LOG_TAS 1.000 .031 ABN_CFO .031 1.000 Covariances LOG_TAS .017 .003 ABN_CFO .003 .387
a Dependent Variable: CAR_2TAHUN
113
2. Uji Autokorelasi Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .486(a) .236 .192 .64192 1.829
a Predictors: (Constant), LOG_TAS, ABN_CFO b Dependent Variable: CAR_2TAHUN
3. Uji Heteroskedastisitas Regression Standardized Predicted Value
3210-1-2-3
Reg
ress
ion
Stu
dent
ized
Res
idua
l
3
2
1
0
-1
-2
Scatterplot
Dependent Variable: CAR_2TAHUN
114
Grafik Scatterplots 4.5 4. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual N 38
Normal Parameters(a,b) Mean .0000000 Std. Deviation .62433432 Most Extreme Differences
Absolute .142
Positive .142 Negative -.066 Kolmogorov-Smirnov Z .875 Asymp. Sig. (2-tailed) .429
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
115
Lampiran 5: Hasil Pengujian Hipotesis 2 (H2), CAR 1 tahun dan 2 tahun
1. Uji F (CAR 1 Tahun)
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .264 2 .132 .179 .837(a) Residual 25.809 35 .737 Total 26.073 37
a Predictors: (Constant), LOG_TAS, ABN_CFO b Dependent Variable: LOG_CAR
2. Uji F (CAR 2 tahun) ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 4.454 2 2.227 5.405 .009(a) Residual 14.422 35 .412 Total 18.877 37
a Predictors: (Constant), LOG_TAS, ABN_CFO b Dependent Variable: CAR_2TAHUN
116
3. Uji Parsial (Uji-t) CAR 1 Tahun
Coefficients(a)
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -.279 2.132 -.131 .897 ABN_CFO .493 .832 .100 .593 .557 .999 1.001 LOG_TAS .018 .176 .017 .101 .920 .999 1.001
a Dependent Variable: LOG_CAR
4. Uji Parsial (Uji-t) CAR 2 Tahun Coefficients(a)
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -2.396 1.593 -1.503 .142 ABN_CFO 1.810 .622 .430 2.910 .006 .999 1.001 LOG_TAS .213 .132 .240 1.621 .114 .999 1.001
a Dependent Variable: CAR_2TAHUN
117
5. Uji Koefisien Determinasi (R2) CAR 1 Tahun
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .101(a) .010 -.046 .85872 1.599
a Predictors: (Constant), LOG_TAS, ABN_CFO b Dependent Variable: LOG_CAR
6. Uji Koefisien Determinasi (R2) CAR 2 Tahun Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .486(a) .236 .192 .64192 1.829
a Predictors: (Constant), LOG_TAS, ABN_CFO b Dependent Variable: CAR_2TAHUN
i