i
JURNAL ILMIAHPEMENUHAN HAK ANAK TKW BERDASARKAN KONVENSI PBB DAN
HUKUM POSITIF DI INDONESIA
Oleh:
BAIQ ENNIKA DWI HASTUTID1A 013 058
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2017
ii
Halaman Pengesahan Jurnal IlmiahPEMENUHAN HAK ANAK TKW BERDASARKAN KONVENSI PBB DAN
HUKUM POSITIF DI INDONESIA
Oleh:
BAIQ ENNIKA DWI HASTUTID1A 013 058
Menyetujui,
Mataram,
Pembimbing Pertama,
( Dr.Any Suryani Hamzah, SH.,M.Hum ) NIP.196407061990012001
iii
PEMENUHAN HAK ANAK TKW (TENAGA KERJA WANITA) BERDASARKAN KONVENSI PBB DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA
Baiq Ennika Dwi HastutiD1A013058
Fakultas Hukum Universitas Mataram
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk pemenuhan hak anak TKW berdasarkan Konvensi PBB dan hukum Positif di Indonesia serta untuk menganalisis sinkronisasi antara Konvensi PBB dengan Hukum Positif di Indonesia yang dikaitkan dengan pemenuhan hak anak TKW. Manfaat penelitian terdiri dari manfaat akademisi, teoritis, dan praktisi serta menggunakan penelitian hukum normatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan hak anak TKW berdasarkan Konvensi PBB dan Hukun Positif di Indonesia sama dengan anak pada umumnya serta terdapat terdapat sinkronisasi antara Konvensi PBB Tentang Perlindungan Hak Semua Buruh Migran Dan Anggota Keluarganya dengan hukum Positif di Indonesia
Kata kunci :pemenuhan, hak anak TKW, perlindungan buruh migran dan anggota keluarganya
FULFILLMENT OF THE RIGHT OF CHILD LABOR OF WOMEN ( FEMALE LABOR ) BASED ON UNITED NATION CONVENTION AND
POSITIVE LAW IN INDONESIA
ABSTRACT
This study aims to determine the forms of labor right fulfillment based on the United Nations Convention and analyzes the synchronization between the United Nation Convention and Positive Law in Indonesia associated with the fulfillment of the rights of children of migrant workers. The research benefits consist of academic, theoretical and practitioner benefits and use normative legal research. The result of the research show that the fulfillment of children rights of migrant workers based on United Nation Convention and Positive law in Indonesia equal to children in general and there is a synchronization between the United Nation Convention on the protection of the rights of all migrant workers and members of their families with positive law in Indonesia
Keywords: fulfillment, child labor rights of women, protection of migrant workers and members of their familie.
iv
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Lain
Zaeni Asyhadie, S.H.,M.Hum, Hukum Kerja Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja (Rajawali pers cetakan ke-3 2013), hlm 222
Hadi Supeno, Kriminalisasi Anak (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010)
Komariah Emong Sapardjaja, Kompendium Tentang Hak-Hak Perempuan,
Peraturan-peraturan
Konvensi Perlindungan Hak Semua Buruh Migran Dan Anggota Keluarganya sebagaimana telah diratifikasi kedalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekrja Buruh Migran Dan Anggota Keluarganya.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri
v
I. PENDAHULUAN
Dalam ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 bahwa setiap orang memperoleh kesempatan kerja/lapangan kerja
yang sama, pada Pasal 27 ayat (2) yang berbunyi “ Tiap-Tiap warga Negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian”. Salah
satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dalam mengatasi permasalahan
yang timbul dalam bidang ketenagakerjaan dan lapangan kerja adalah
melaksanakan pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri melalui
antarkerja antarnegara. Pengiriman tersebut setidak-tidaknya telah
mendatangkan manfaat yang besar, yaitu (1) Mempererat hubungan
antarnegara (negara pengirim dan negara penerima), (2) Mendorong
terjadinya pengalaman kerja, (3) Meningktkan pembayaran di dalam neraca
pe,bayaran negara (devisa).
Selain membawa dampak positif seperti dikemukakan di atas, ternyata
dalam praktik penyelenggaraan timbul beberapa dampak negatif seperti
adanya tindakan-tindakan di luar batas prikemanusiaan yang menimpa para
tenaga kerja.1
Seperti diketahui pula, banyak masalah yang timbul kepada para
Tenaga Kerja Wanita selama berada di Negara tempat bekerja. Masalah-
Masalah yang sering muncul yakni mengenai pelecehan seksual yang
1 Zaeni Asyhadie, S.H.,M.Hum, Hukum Kerja Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja (Rajawali pers cetakan ke-3 2013), hlm 222
vi
dilakukan oleh majikan kepada para tenaga kerja wanita sehingga
menimbulkan luka fisik maupun luka mental. Tidak jarang pula para tenaga
kerja wanita kita pulang dengan menangung aib yakni dalam keadaan
berbadan dua. Dari masalah tersebut pasti akan menimbulkan masalah baru
bagi tenaga kerja wanita setelah ia kembali dari bekerja yakni mengenai status
sang anak dan bentuk perlindungan hukum yang akan di berikan kepada anak
tersebut.Tidak jarang pula anak dari tenaga kerja wanita ini banyak yang tidak
bersekolah dikarenakan masalah administratif seperti akta kelahiran,
kependudukan, pewarisan dan lain sebagainya.
Dengan demikian, sejatinya anak membutuhkan pihak-pihak tertentu,
baik orang tua atau keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara selaku
pembuat regulasi (regulator body), pelaksana pemenuhan hak-hak anak
(executive body), dan pengemban kewajiban negara (state obligation). Hal ini
dipertegas pula dengan berbagai hasil penelitian betapa pentingnya bantuan
untuk mendukung tumbuh kembang anak secara wajar, termasuk guna
menjaga jangan sampai mereka mengalami problem hukum pada masa
mendatang.
Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana bentuk
perlindungan hak anak TKW Berdasarkan Konvensi PBB dan Hukum Positif
Indonesia, (2) Bagaimana Singkronisasi antara Konvensi PBB dan hukum
Positif Indonesia dikaitkan dengan perlindungan Anak TKW
vii
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bentuk-bentuk pemenuhan hak anak TKW berdasarkan Konvensi PBB dan
Hukum Positif di Indonesia dan untuk menganalisis sinkronisasi antara
Konvensi PBB dengan Hukum Positif di Indonesia yang dikaitkan dengan
Pemenuhan Hak Anak.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum Normatif, yaitu
penelitian yang mengkaji Peraturan Perundang-Undangan yang mempunyai
keterkaitan dengan obyek yang dikaji khususnya mengenai asas-asas dan
norma hukum yang tertuang dalam Peraturan Perundang-Undangan, yang
berkaitan dengan Pemenuhan Hak Anak TKW Berdasarkan Konvensi PBB
dan Hukum Positif di Indonesia.
viii
II. PEMBAHASAN
Pengaturan Pemenuhan Hak Anak TKW Berdasarkan Instrumen
Konvensi PBB dan Hukum Positif di Indonesia.
Konvensi Internasional Tentang Perlindungan Buruh Migran Dan
Anggota Keluarganya Disahkan Melalui Resolusi Majelis Umum PBB
45/158 18 Desember 1990
Ketentuan bentuk perlindungan terhadap buruh migran dan anggota
keluarganya menurut Konvensi ini dilaksanakan berdasarkan kerjasama
Internasional. Instrumen penting dalam perlindungan buruh migran dan
anggota keluarganya khususnya perlindungan kepada anak buruh migran di
atur dalam Pasal 9, Pasal 12 ayat (4), Pasal 29 dan Pasal 30 tentang Hak Asasi
Bagi Semua Buruh Migran Dan Anggota Keluarganya, kemudian Pasal 45
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) tentang Hak Lain Dari Buruh Migran dan
Anggota Keluarganya yang Didokumentasikan atau yang Berada Dalam
Situasi Normal.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Pembagian tentang KHA yang lebih sederhana biasanya dengan
membedakan hak anak dan perlindungan khusus. Hak anak terdiri atas 8
(delapan) klaster meliputi : Ketentuan Umum, Definisi Anak, Hak Sipil dan
Kebebasan, Hak Pengasuhan dan Perawatan Alternatif, Hak Kesehatan dan
ix
Kesejahteraan, Hak Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang dan Kebudayaan,
serta Perlindungan Khusus.2
Pada penjelasan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah kedalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 disebutkan bahwa hak anak sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 dan prinsip-prinsip pokok yang tercantum dalam
Konvensi Hak Anak. Pasal 4 Undang-Undang 23 Tahun 2002, berbunyi:
“Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanuasiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”3
Kemudian Pasal-pasal yang terkandung dalam Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak sebagaimana telah
diubah kedalam undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 khususnya
menyangkut hak-hak anak sangat mirip dengan Konvensi Hak Anak,
kecuali masuknya Pasal 19 yang berisi kewajiban Anak.4
Dari standar Konvensi Hak Anak, Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 sebagaimana telah diubah kedalam Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2014 cukup memadai karena hampir semua norma dalam
konvensi hak anak diadopsi oleh undang-undang. Kalupun ada perbedaan,
2 Hadi Supeno. Kriminalisasi Anak (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), ,hlm 353 Lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, hlm 44 Hadi Supeno, Op.Cit, hlm 44
x
relatif kecil, dan hal itu lebih dipandang sebagai penghargaan Local
Wisdom seperti soal pengangkatan anak yang mensyaratkan antara anak
dan orang tua angkatnya harus seagama.5
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Untuk lebih dapat memahami dan mengoprasionalkan hak-hak anak
dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bernegara, maka sistem hukum kita
seyogyanya tidak mendiskriminasikan anak6. Mengenai hak-hak anak yakni
hak hidup, hak dibidang pendidikan, hak dibidang peribadatan dan hak-hak
lainnya diatur dalam Undang-Undang 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia yang dimana diatur mengenai hak-hak anak yang kesemua Pasalnya
sangat penting. Instrumen terpenting dalam Undang-Undnag HAM yang
berkaitan menyangkut hak anak yang dimana seharusnya tidak ada perbedaan
antara anak yang memang lahirnya tidak bermasalah ataupun anak dari TKW
yang mengalami masalah ketika bekerja di luar negeri, karena sejatiya
mereka tetaplah anak-anak yang harusnya tidak diperlakukan secara
diskriminasi. Pengaturan mengenai hak anak tersebut kemudian diatur dalam
Pasal 56 ayat (1) dan (2), Pasal 58 ayat (1) dan (2), serta pasal 59 ayat (1) dan
(2).
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan
Perlindungan Tenaga Kerja Di Luar Negeri5 Ibid, hlm 46-476 Komariah Emong Sapardjaja, Kompendium Tentang Hak-Hak Perempuan, hlm 24
xi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang
Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Di Luar Negeri, ada beberapa
Asas Umum Penempatan dan Perlindungan TKI Di Luar Negeri sebagaimana
yang telah dijelaskan dalam Pasal 2 Undang-Undang ini yang berbunyi:
“Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI berdasarkan keterpaduan, persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gendere, anti diskriminasi serta anti perdagangan manusia”7
Kemudian di dalam pasal 7e mengatur mengenai kewajiban
pemerintah untuk memberikan perlindungan kepada TKI selama sebelum
pemberangkatan, masa penempatan, dan purna penempatan mengenai hal ini
juga dijelaskan dalam bagian BAB IV Perlindungan TKI yakni Pasal 77 ayat
(2) yakni setiap TKI mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan mulai
dari pra penempatan, masa penempatan sampai dengan purna penempatan.
Berarti sudah jelas bahwa Tenaga Kerja Luar Negeri Purna Penempatan
sudah mendapatkan perlindungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan ini.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
7 Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri, hlm 2
xii
Hak-hak anak dalam bidang ketenagakerjaan yang diatur dalam
ketentuan Undang-Undang 23 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan yakni
tertuang dalam bagian BAB X mengenai Perlindungan, Pengupahan, Dan
Kesejahteraan pada paragraf ke dua dimulai dari ketentuan Pasal 68 sampai
dengan Pasal 75.
Sinkronisasi Konvensi PBB Dengan Hukum Positif Di Indonesia
Sinkronisasi Konvensi PBB (United Nation On The Protection Of
The Right Of All Migrant Workers And Member Of The Families)
dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak.
Sinkronisasi Konvensi PBB dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Unang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak yang berkaitan tentang perlindungan anak, dapat dilihat
dibawah ini : (a) Dalam Pasal 12 ayat (1) Konvensi Perlindungan Buruh
Migran Dan Anggota Keluarganya sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 6
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, (b)
Dalam Pasal 13 dan 45 Konvensi Perlindungan Buruh Migran Dan Anggota
Keluarganya sikron dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan Aatas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak, (c) Pasal 28 Konvensi Perlindungan Buruh Migran Dan
Anggota Keluarganya, kemudian dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
xiii
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak yang berkaitandengan Pasal 28 adalah Pasal 8,
(d) Pasal 29 Konvensi Perlindungan Buruh Migran Beserta Keluarganya sesui
atau sinkron dengan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak, (e) Dalam Pasal 30 Konvensi ini juga sejalan atau sudah
sinkron dengan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak.
Sinkronisasi Konvensi PBB (United Nation On The Protection Of The
Right Of All Migrant Workers And Member Of The Families) dengan
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration Of Human
Right) yang disetujui PBB yang dirativikasi kedalam Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999.
Sinkronisasi konvensi PBB tentang Perlindungan Hak Semua Buruh
Migran Dan Anggota Keluarganya dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999tentang Hak Asasi Manusia yang berkaitan dengan hak anak TKW, dapat
dilihat dalam : (a) Dalam Pasal 53 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Ketentuan dalam Pasal diatas sesuai dengan ketentuan dalam
Pasal 9 dan Pasal 29 Konvensi Perlindungan Hak Semua Buruh Migran Dan
Anggota Keluarganya, (b) Pasal 55 Undang-Undang 39 Taahun 1999 Tentang
Hak AsasiManusia menyebutkan tentang hak peribadatan. Sejalan dengan
xiv
Pasal 55 Undang-Undang HAM , pada Pasal 12 Konvensi tentang
Perlindungan Hak Semua Buruh Migran Dan Anggota Keluarganya,
mengenai hak peribadatan, (c) Pasal 58 Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 Tentang Hak Asasi Manusia Kemudian dalam Konvensi PBB tentang
Perlindungan Hak Seluruh Buruh Migran Dan Anggota Keluarganya yang
berkaitan dengan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, adalah
Pasal 10 dan Pasal 16 ayat (2), (d) Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor
39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi. Didalam Konvensi Perlindungan Hak
Seluruh Buruh Migran Dan Anggota Keluarganya yang sesuai dengan Pasal
60 ayat (1) ini adalah Pasal 30.
Sinkronisasi Konvensi PBB (United Nation On The Protection Of The
Right Of All Migrant Workers And Member Of The Families) dengan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan
Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri.
Dijelaskan pada Pasal 7e mengatur mengenai kewajiban pemerintah
untuk memberikan perlindungan kepada TKI selama sebelum
pemberangkatan, masa penempatan dan purna penempatan mengenai hal ini
juga dijelaskan dalam bagian BAB IV Perlindungan TKI yakni Pasal 77 ayat
(2) yakni setiap TKI mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan mulai
dari Pra Penempatan, Masa Penempatan sampai dengan Purna Penmpatan.
Dari penjelasan Pasal tersebut sudah sangat jelas bahwa Tenaga Kerja
Indonesia ataupun Tenaga Kerja Wanita berhak mendapatkan perlindungan
xv
terhadap diri pribadi ataupun menyangkut anak dari Tenaga Kerja Wanita
Purna Penempatan sesuai dengan amanat Undang-Undang tersebut.
Sinkroniasi dari Pasal 77 ayat (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
dengan Konvensi PBB tentang Perlindungan Hak Semua Buruh Migran Dan
Anggota Keluarganya.
Sinkronisasi Konvensi PBB (United Nation On The Protection Of The
Right Of All Migrant Workers And Member Of The Families) dengan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita melihat pekerja yang
masih dibawah umur sehingga negara memberikan perlindungan khusus
kepada pekerja anak yang diatur dalam BAB X Paragraf 2 Undang-Undang
Nomor 13 Tahaun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Dalam Undnag-Undang ini
ketentuan mengenai pengaturan pekerja anak diatur mulai dari Pasal 68
sampai dengan Pasal 75. Kemudian dalam Konvensi PBB tentang
Perlindungan Hak Seluruh Buruh Migran dan Anggota Keluarganya terdapat
dalam Pasal 11. Maka pada pasal 74 Undang-Undang Ketenagakerjaan telah
sinkron dengan Pasal 11 Konvensi PBB tentang Perlindungan Hak Seluruh
Buruh Migran Dan Anggota Keluarganya.
III. PENUTUP
Kesimpulan
xvi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap pokok
permasalahan dalam skripsi, maka diambil kesimpulan sebagi berikut :(a).
Bentuk perlindungan anak TKW berdasarkan Konvensi PBB Tentang
Perlindungan Hak Buruh Migran Dan Anggota Keluarganya yaitu terdapat
dalam Pasal 12 ayat (4), Pasal 29, dan Pasal 30 tentang Hak Asasi Bagi
Semua Buruh Migran Dan Anggota Keluarganya, kemudian Pasal 45 ayat (2),
ayat (3) dan ayat (4) tentang Hak Lain dari Buruh Migran Dan Anggota
Keluarganya yang Didokumentasikan atau yang Berada Dalam Situasi
Normal, dan Pasal 61 ayat (3) tentang Ketentuan Yang Berlaku bagi
Golongan Tertentu Buruh Migran Dan Anggota Keluarganya. (b) Bentuk
perlindungan anak TKW berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak yaitu terdapat dalam Pasal 2 mengenai Asas dan Tujuan.
(c) Bentuk Perlindungan anak TKW berdasarkan Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia diatur dalam Bagian Kesepuluh
tentang Anak, yaitu dalam Pasal 52 sampai Pasal 66,(b) Perlindungan Anak
TKW Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang
Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Di Luar Negeri Pasal 95 ayat (1)
Mengenai Asas keterpaduan, Konsideran menimbang huruf e tentang Asas
Persamaan Hak, Pasal 3 tentang Asas Keadilan Sosial, Pasal 8 huruf (a)
mengenai Asas Kesetaraan dan keadilan Gender, Pasal 8 huruf c, f, dan
g,Pasal 4 Asas Anti Perdagangan Manusia danyang terakhir dalam Pasal 77
xvii
ayat (2) mengenai perlindungan TKI mulai dari Pra Penempatan, Masa
Penempatan dan Purna Penempatan (d) Perlindungan Anak TKW
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentng Ketenagakerjaan
yaitu termuat dalam Pasal 68 sampai Pasal 75. Sinkronisasi konvensi PBB
tentang Perlindungan Hak Semua Buruh Migran Dan Anggota Keluarganya
yang berkaitan dengan perlindungan hak Anak TKW, antara lain : (a) Dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak,
diantaranya Pasal 6, Pasal 2, Pasal 8, Pasal 5, dan Pasal 9 ayat (1), (b) Dalam
Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
berkaitandengan Pemenuhan Hak Anak TKW yaitu Pasal 53, ayat (1) dan (2),
Pasal 55, Pasal 58, dan Pasal 60 ayat (1), (c) Dalam Ketentuan Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Di Luar Negeri yaitu pada Pasal 77 ayat (2),(d) Dalam
Ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Taahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
diatur dalam Pasal 74 ayat (1) dan (2).
Saran
Untuk dapat menghindari dan menanggulangi permasalahan-
permasalahan yang timbul dalam Pemenuhan Hak Anak TKW, hendaklah
dibuat suatu peraturan perundang-undangan yang tegas dan khusus tentang
Pemenuhan Hak Anak TKW yang dapat dijadikan payung hukum bagi Anak.