-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR
FOTOGRAFI SEBAGAI PENUNJANG PROMOSI
SENI LIPING JOPAJAPU
Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Seni
Jurusan Desain Komunikasi Visual
Oleh:
MIFTAH M. PURNOMOADI
C0705020
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Pengantar Karya Tugas Akhir yang
berjudul FOTOGRAFI SEBAGAI PENUNJANG PROMOSI SENI
LIPING JOPAJAPU, ini beserta isinya dan seluruh karya desain yang penulis
buat adalah benar-benar karya sendiri, dan penulis tidak melakukan penjiplakan
baik seluruhnya maupun sebagian, dengan cara-cara yang tidak sesuai etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat akademik.
Atas pernyataan ini, penulis siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada penulis, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
keaslian karya ini.
Surakarta, 31 Januari 2013
Penulis,
Miftah M. Purnomoadi
NIM C0705020
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk Ibu, Bapak, dan semua Keluarga
tercinta, yang senantiasa sabar menanti
kelulusan saya....
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
HALAMAN MOTTO
You do not even inspire me,
Then why are you so dare to teach
me?
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya yang luar biasa, serta semua tuntunan dan kekuatan yang selalu
dianugerahkan-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan mata kuliah
Tugas Akhir setelah melalui proses panjang demi tersusunnya pengantar karya
Tugas Akhir ini.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
:
1. Drs. Riyadi Santosa, M. Ed., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni
Rupa UNS.
2. Drs. M. Suharto, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual
Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.
3. Andreas S. W, S.Sn., M.Hum, selaku dosen sekaligus pembimbing I, terima
kasih atas waktu, tenaga, pikiran, serta kesabarannya, yang telah diberikan
dalam membimbing tugas akhir ini.
4. Rudy W. Herlambang, S.Sn., M.Sn, selaku dosen sekaligus Pembimbing II,
terima kasih atas waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabarannya, yang telah
diberikan dalam membimbing tugas akhir ini.
5. Semua pihak dan jajaran yang berada di lingkungan kampus terima kasih
untuk ide, kesabaran, bantuan dan dukungan moral sehingga tugas akhir ini
dapat selesai.
Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi seluruh
masyarakat Indonesia.
Surakarta, 31 Januari 2013
Penulis
Miftah M. Purnomoadi
NIM C0705020
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN .... ii
HALAMAN PERNYATAAN .... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..... v
HALAMAN MOTTO ............. vi
KATA PENGANTAR ............. vii
DAFTAR ISI ............................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ........... xi
ABSTRAK ............................... xii
ABSTRACT .............................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah .. 3
C. Tujuan ................ 3
D. Target Audience dan Target Market ........ 3
E. Metode Pengumpulan Data ................ 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Seni Liping ..................... 6
1.Pengertian Seni Liping ....................................... 6
2. Seni Liping Sebuah Representasi dari Kearifan Lokal ......... 7
B. Fotografi ......................................... 7
1. Definisi Fotografi .......................... 7
2. Sejarah Fotografi ................... 7
3. Jenis-Jenis Fotografi .............................................. 10
4. Konseptual Fotografi ............................................................. 13
5. Fotografi Still Life ................................................................. 14
6. Lighting ................................................................................. 17
7. Komposisi Fotografi ............................................................. 18
8. Kamera Digital ..................................................................... 18
C. Promosi .............................................. 22
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
1. Promosi ............................. 22
2. Merk ................................. 22
BAB III IDENTIFIKASI DATA
A. Identifikasi Data Objek/ Produk ............. 24
1. Sejarah Seni Liping .................... 24
2. Visi dan Misi .................. 25
3. Struktur Organisasi ........ 25
4. Produk ............ ...... 25
5. Proses Produksi ............... . 27
6. Pameran yang Pernah diikuti ............ 28
7. Hambatan yang Dialami ........... 28
B. Kompetitor ................................................................................. 29
1. Recycle Art of Wayang Koran ............................................. 29
2. Lugoet Bamboo Art .............................................................. 30
C. Analisis SWOT ........................................................................ 32
D. Positioning ................................................................................ 34
E. Unique, Selling, Prepositioning ................................................ 34
BAB IV Konsep Pemikiran Desain
A. Metode Perancangan ................................................................. 35
B. Konsep Kreatif .......................................................................... 36
1. Tujuan Perancangan ............................................................. 36
2. Strategi Konsep .................................................................... 36
3. Gaya Desain ......................................................................... 36
C. Standar Visual ........................................................................... 37
1. Standar Visual Secara Umum .............................................. 37
2. Standar Fotografi ................................................................... 38
3. Strategi Visual Verbal dan Non Verbal ................................. 48
D. Pemilihan Media dan Media Placement ..................................... 53
1. Poster ..................................................................................... 54
2. Katalog .................................................................................. 55
3. Leaflet ................................................................................... 56
4. Kartu Pos .............................................................................. 57
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
5. Paper Bag .............................................................................. 58
6. Web Banner .......................................................................... 59
7. Website ................................................................................. 60
E. Prediksi Biaya ........................................................................... 61
BAB V VISUALISASI KARYA............ 62
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .... 71
DAFTAR PUSTAKA ...................... 73
UCAPAN TERIMAKASIH........ 74
LAMPIRAN
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Visualisasi dan Pengaplikasian Karya
Lampiran 2 Lembar Konsultasi Dosen Pembimbing Tugas Akhir I
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Dosen Pembimbing Tugas Akhir II
Lampiran 4 Lembar Revisi Tugas Akhir
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Fotografi Sebagai Penunjang Promosi
Seni Liping Jopajapu
Miftah M. Purnomoadi1
Andreas S.W, S.Sn, M.Hum2 dan Rudi W. Herlambang, S.Sn., M.Sn
3
ABSTRAK
2013. Tugas Akhir ini berjudul Fotografi Sebagai Penunjang Promosi Seni Liping
Jopjapu. Adapun masalah yang dikaji adalah bagaimana merancang promosi
dengan komunikasi dan visualisasi yang baik agar dapat mendorong peningkatan
brand awareness dan brand image Seni Liping Jopajapu serta mengedukasi
tentang kearifan budaya lokal Indonesia. Karya dibuat dalam bentuk foto dengan
unsur desain grafis maupun digital imaging, dirancang sedemikian rupa sehingga
mampu menghasilkan komunikasi yang tepat sasaran. Visual karya foto yang akan
dibuat yaitu menampilkan produk-produk Seni Liping Jopajapu dengan
menonjolkan keunikan dan keunggulannya. Tema-tema yang diangkat disatukan
dalam penggambaran semangat untuk menghargai dan menjunjung tinggi kearifan
Budaya lokal sehingga mampu menyampaikan pesan secara efektif, persuasif, dan
bermuatan artistik. Dengan disusunnya perancangan ini, diharapkan masyarakat
menyadari akan keberadaan merk Seni Liping Jopajapu, serta menjadikan Seni
Liping Jopajapu sebagai salah satu medium edukasi tentang kearifan budaya lokal
sebagai penumbuh rasa cinta tanah air pada bangsa Indonesia.
1 Mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV). Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS
dengan NIM. C0705020 2 Dosen Pembimbing I
3 Dosen Pembimbing II
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Photography as Supporting Promotion
Seni Liping Jopajapu
Miftah M. Purnomoadi3
Andreas S.W, S.Sn, M.Hum4 dan Rudi W. Herlambang, S.Sn., M.Sn
3
ABSTRACT
2013. This final project entitled Photography as Supporting Promotion Seni
Liping Jopajapu. The problem studied is how to design campaigns with good
communication and visualization in order to encourage brand awareness and
brand image of Seni Lipng Jopajapu, and educate about cultural wisdom
Indonesia. The work was made in the form of photographs with elements of
graphic design and digital imaging, is designed to produce targeted
communications. Visual photographs are created which displays Seni Liping
Jopajapu to highlight the uniqueness and superiority. The themes were raised
together in the depiction of the spirit to respect and uphold the wisdom of local
culture so as to convey the message effectively, persuasive, and artistic charged.
With the formulation of this design, it is expected the public aware of the
existence of brand Seni Liping Jopajapu, and make it as a medium of education on
cultural wisdom as a grower sense of patriotism to the nation of Indonesia.
3 Student of Visual Communication Design, Letter and Fine Arts Faculty, Sebelas Maret
University, Student Number: C0705020 4 The First Lecturer
3 The Second Lecturer
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Diilhami dari keprihatinan melihat generasi muda yang sudah mulai merasa
asing atau aneh dengan tradisi atau kebiasaan sehari-hari masyarakat Indonesia,
yang sejatinya telah membesarkan dan membentuk karakter pola pikir orang tua
mereka. Sebuah cita-cita dari sekedar pemikiran sederhana yang akhirnya mampu
memberikan kontribusi terhadap seni dan budaya daerah yang menjadikan citra
diri bangsa indonesia sebagai bangsa timur yang plural dan berkepribadian.
Kebiasaan itu terlahir sebagai tradisi yang merupakan warisan dari para leluhur.
Namun ironisnya sekarang ini justru banyak masyarakat yang tak kenal apalagi
paham dengan budayanya sendiri, mereka cenderung mengarah ke hal yang baru
dan akhirnya membentuk budaya sendiri dan bukan lagi budaya orisinal,
melainkan trend ikut-ikutan dengan gaya westernisasi, dan bahkan banyak
diminati oleh kaum muda saat ini. Untuk budayanya sendiri mereka malu, mereka
menganggap itu kuno atau bermacam alasan yang intinya tidak tertarik.
Dari sini awal terbentuknya Seni Liping sebagai konsep karya baru, yaitu
mengenalkan kembali budaya daerah khususnya budaya Jawa kepada masyarakat
yang saat ini cenderung melupakan budayanya sendiri, serta menjadikan Seni
Liping sebagai media untuk mendekatkan budaya adiluhung Indonesia kepada
masyarakat dan generasi muda agar dapat memahami dan mengenal kembali
budaya sendiri sehingga bangsa ini tidak kehilangan citra dirinya.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Seni Liping adalah suatu karya yang berbahan olahan kayu pinus, berupa
miniatur patung yang bercerita tentang kehidupan keseharian masyarakat Jawa
khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. Seni Liping memiliki visi dan
misi yang sangat bagus dalam upaya memberi nilai edukasi tentang kearifan
budaya lokal kepada masyarakat, akan tetapi dalam perkembangannya sampai saat
ini masih banyak masyarakat yang belum mengenal Seni Liping Jopa Japu. Hal
tersebut disebabkan karena kesadaran akan merk Seni Liping Jopa Japu masih
rendah, sehingga kesadaran masyarakat terhadap keberadaan produk Seni Liping
masih kurang, dan hampir tidak ada. Maka diperlukan adanya promosi guna
meningkatkan kesadaran masyarakat akan keberadaan Seni Liping Jopa Japu.
Berangkat dari permasalahan di atas dan demi memberi nilai edukasi
mengenai kearifan budaya Indonesia dan Jawa khususnya kepada masyarakat,
maka penulis bermaksud mengangkat sebuah perancangan promosi dalam tugas
akhir dengan judul FOTOGRAFI SEBAGAI PENUNJANG PROMOSI SENI
LIPING JOPAJAPU. Mengingat luasnya pemasalahan dalam lingkup promosi,
maka penulis membatasi permasalahan pada promosi dengan atau melalui media
fotografi.
Dalam perancangan ini penulis menggunakan fotografi sebagai media.
Karena pada dasarnya fotografi bersifat merekam dan menampilkan kejadian yang
sesungguhnya.
Fotografi menampilkan kenyataan atau realita dan tidak ada unsur abstrak
di dalamnya. Suatu kenyataan bahwa pembuatan seni fotografi dengan kamera
berarti membatasi subyek dengan batas format pada jendela pengamat. Hal ini
menjadikan seni fotografi lebih jujur daripada seni lainnya karena merekam
seperti memfotocopy subyek yang ada di depannya. (Yekti Herlina. 2003)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Dalam hal ini penulis bermaksud merekam secara jujur keunggulan dan
keunikan yang dimiliki Seni Liping Jopa Japu dan menampilkannya dengan
komposisi yang tepat, sehingga pesan promosi yang disampaikan pun dapat diterima
dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah dalam perancangan ini:
1. Bagaimana merancang promosi yang tepat guna meningkatkan brand
awareness dan brand image dari Seni Liping Jopa Japu dengan fotografi
sebagai penunjang?
2. Bagaimana memilih media dan placement yang tepat untuk promosi dan
relevan dengan fotografi?
C. Tujuan
Berikut adalah tujuan dari perancangan ini:
1. Merancang promosi untuk meningkatkan brand awareness dan brand image
dari Seni Liping Jopa Japu dengan fotografi sebagai penunjang.
2. Memilih media yang tepat untuk promosi dan relevan dengan fotografi.
D. Target Audience dan Target Market
Target Primer : Wisatawan asing dan domestik
Target Sekunder : Masyarakat Solo
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Segmentasi dari target audience adalah sebagai berikut :
1. Geografis : Solo
2. Demografis
A) jenis kelamin : laki-laki dan perempuan
B) agama : semua agama
C) usia : 25-40 tahun
D) sosial ekonomi : masyarakat s/d menengah ke atas
E) tingkat pendidikan : s/d Sekolah Menengah Atas
F) pekerjaan : segala profesi
Segmentasi dari target marget adalah sebagai berikut:
1. Geografis : Solo
2. Demografis
A) jenis kelamin : laki-laki dan perempuan
B) agama : semua agama.
C) usia : segala usia
D) sosial ekonomi : segala lapisan masyarakat
E) tingkat pendidikan : segala tingkat pendidikan
F) pekerjaan : segala profesi
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan antara lain:
1. Metode Observasi
Penulis secara langsung datang ke tempat pembuatan seni liping untuk
mengamati, melihat lokasi serta situasi dan kondisi lapangan. Penulis
melakukan observasi dalam menentukan pemilihan media dan penempatannya.
2. Metode Wawancara
Penulis melakukan wawancara mendalam atau in depth interviewing yang
dilakukan secara formal dan nonformal kepada pemilik home industry Seni
Liping.
3. Metode Studi Pustaka
Penulis menggunakan sarana pustaka dari beberapa buku, majalah, jurnal
dan artikel yang dapat memperkuat hasil analisis ini. Selain itu penulis
melakukan pencarian melalui situs internet yang berhubungan langsung dengan
Seni Liping dan juga produk-produk kompetitornya.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Bab II
Kajian Teori
A. Seni Liping
1. Pengertian Seni Liping
Seni Liping adalah sebuah produk yang menjadi dasar karya dari
perusahaan kerajinan Jopa-Japu. Seni Liping adalah suatu bentuk seni kerajinan
yang berbahan olahan kayu pinus, berupa miniatur patung yang bercerita tentang
kehidupan keseharian masyarakat Jawa khususnya dan masyarakat Indonesia
umumnya.
Menurut asal katanya Seni Liping berasal dari kosakata Bahasa Inggris yaitu
living yang artinya kehidupan, mengadopsi dari kehidupan dan lidah orang jawa
yang umumnya ndeso, udik, kampungan, bagaimana mereka mengucapkan kata
living menjadi liping. Sama halnya ketika dulu bangsa Belanda datang ke tanah
Jawa yang sebenarnya mereka menawarkan perdagangan dengan nama compacny
yang kemudian bergeser pengucapannya menjadi kompeni dan diartikan
sebagai penjajah.
Latar belakang terciptanya Seni Liping diilhami dari keprihatinan melihat
masyarakat dan generasi muda yang sudah merasa asing dengan tradisi atau
kebiasaan sehari-hari masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, yang sejatinya telah
membentuk karakter pola pikir orang-orang terdahulu, yang kemudian mampu
memberikan kontribusi terhadap seni dan budaya daerah dan menjadikan citra diri
bangsa Indonesia sebagai bangsa timur yang plural dan berkepribadian.
(jopajapu.com)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Seni Liping Sebuah Representasi dari Kearifan Lokal
Kearifan lokal atau local genius yaitu kepandaian orang-orang setempat
dalam menerima pengaruh dari luar, untuk kemudian dimanipulasi menjadi hal-
hal yang lebih baik, lebih berguna dan lebih serasi diterapkan di lingkungannya
sendiri dan bagi dirinya sendiri.
Indonesia yang terbentang begitu luasnya dengan aneka ragam budaya, adat-
istiadat serta kesenian dengan segala spesifikasinya yang disebut dengan kearifan
lokal adalah mutiara-mutiara terselubung yang sangat perlu diungkap kembali,
supaya kita tidak kehilangan jatidiri, milik kita yang sangat berharga untuk
dimanfaatkan dan dikumandangkan ke seluruh mancanegara. (Made Sukarata,
1999)
Seni Liping adalah produk yang mampu memberi nilai edukasi tentang
kearifan budaya Indonesia, khususnya Jawa. (Bejo Wage Suu)
B. Fotografi
1. Definisi Fotografi
Fotografi berasal dari istilah Yunani yaitu photos yang berarti cahaya dan
graphein yang berarti menggambar. Istilah tersebut digunakan pertama kali oleh
Sir John Herschel pada tahun 1839. Jadi arti kata fotografi adalah menggambar
dengan cahaya. (Yekti Herlina, 2003)
2. Sejarah Fotografi
Cikal bakal fotografi sudah dimulai oleh seorang penulis Cina, Moti pada
abad ke-5 SM, Aristoteles pada abad ke-3 SM, dan seorang ilmuwan Arab Ibnu al
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Haitam pada abad ke-10 SM. Kemudian pada tahun 1558 ilmuwan Itali,
Giambattista della Porta menciptakan camera obscura, yaitu sebuah kotak yang
membantu pelukis menangkap bayangan gambar.
Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Itali bernama
Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan
berubah menjadi hitam. Thomas Wedgwood pada 1800, dan Humprhrey Davy
melakukan percobaan lebih lanjut dengan chlorida perak namun bernasib sama,
yaitu pelatnya dengan cepat berubah menjadi hitam walaupun sudah menangkap
imaji melalui camera obscura.
Akhirnya pada tahun 1824 seorang seniman lythography perancis, Joseph-
Nicephore Niepce setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela
kamarnya, melalui proses yang disebutnya heliogravure di atas plat logam yang
diapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula
mempertahankan gambar secara permanen. Kemudian ia mencoba menggunakan
kamera obscura berlensa, proses yang disebut heliogravure pada tahun 1826 inilah
yang akhirnya menjadi awal sejarah fotografi yang sebenarnya. Foto yang
dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.
Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang
pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya, sebuah gambar permanen
pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama
satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercury atau neon. Proses ini
disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan
garam dan air suling.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
George Eastman, seorang fotografer, peneliti, sekaligus seorang pebisnis
berhasil melahirkan kamera legendaris Kodak pada bulan Juni 1888. Namun
sebelumnya, pada akhir tahun 1885 Eastman berhasil meluncurkan negatif kertas
inovasi barunya yang disebut American Film, kemudian meluncurkan kertas
bromida untuk cetak positifnya. Sejak saat itu dimulailah abad pembesaran foto
versi Kodak yang besarnya hingga 76 x 63 cm. Kemudian pada Juni 1888
Eastman berhasil mewujudkan impiannya dengan meluncurkan kamera merek
Kodak yang ringan, kompak, bahkan tanpa dilengkapi jendela bidik atau view
finder. Pemotret cukup mengarahkan tanda V yang dicetak timbul ke arah
sasaran, menarik sebuah tali untuk menyiapkan pembukaan shutter, menekan
tombol, dan menggulung film. Setelah film yang memuat 100 exposure habis,
kamera bisa dibawa ke pabrik Kodak untuk diproses dan diisi film baru. Sejak itu
muncullah slogan You Press the button we do the rest. Muncul pula ikon Gadis
Kodak yang murah senyum.
Perkembangan cara kerja kamera pun semakin pesat. Kamera sudah tidak
lagi menggunakan film yang membutuhkan proses cuci cetak. Revolusi penerima
bayangan gambar memicu lahirnya fotografi digital. Film diganti oleh data digital
yang pada dasarnya sama dengan teknologi rekaman televisi. Awalnya, pada
tahun 1951 terjadi peristiwa sebuah VTR atau video tape recorder bisa
menangkap gambar hidup dari kamera televisi dengan menggunakan sensor CCD
atau charge coupled device untuk mengatur sensitivitas pencahayaan penerimaan
image gambar, mengonversi informasi menjadi impuls electric digital dan
menyimpannya pada tape magnetis.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Pada 1972 ada pematenan kamera tanpa film yang disebut film-less
electronic camera. Kamera tanpa film pertama yang diperdagangkan keluaran
Sony yang dirilis pada 1981, Sony Mavica Electronic Still Camera. Gambar-
gambar direkam ke dalam mini disc, dan melalui video reader yang terhubung
dengan monitor televisi, maka hasil jepretan kamera tanpa film itu dapat
dinikmati.
Akhirnya Kodak pun merilis DCS atau Digital Camera System profesional
pertama, dan mengincar pasar para jurnalis foto, itulah kamera Nikon F-3 yang
dilengkapi dengan 1.3 megapixel sensor. Pada 1990-an muncul pula kamera-
kamera digital untuk pasar para konsumen yang bekerja dengan komputer rumah,
dengan serial cable, yaitu Apple Quick-Take 100 (Februari 1994), Kodak DC40
(Maret 1995), Casio QV-11 dengan LCD monitor (akhir 1995), dan kamera Sony
Cyber-Shot Digital Still (1996).
(Ray Bachtiar. Majalah Chip Foto-Video, edisi: Ritual Fotografi. 2008.)
3. Jenis-Jenis Fotografi
Dalam fotografer.net dijelaskan beberapa macam atau kategori fotografi
sebagai berikut:
a. Fotografi abstrak: foto-foto objek yang mengutamakan keindahan
komposisi, permainan bentuk dan warna, elemen-elemen grafis dan
tekstur.
b. Fotografi arsitektur: foto-foto yang menampilkan kecantikan bangunan
buatan manusia, seperti gedung dan jembatan.
http://www.fotografer.net/isi/galeri/?searchid=1&katacari=1http://www.fotografer.net/isi/galeri/?searchid=1&katacari=2
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
c. Fotografi budaya: objek foto berupa tampilan budaya tradisional,
kontemporer, dan modern, seperti tari-tarian, festival budaya tradisional
dan tradisi lokal.
d. Fotografi olah digital: karya-karya yang merupakan hasil olah digital,
kolase foto, dan teknik-teknik digital lain.
e. Fotografi fashion: foto-foto busana yang dirancang khusus dan dikenakan
oleh model foto, bisa berupa foto di catwalk, studio atau lokasi khusus,
dan berbeda dengan kategori model yang tidak menonjolkan unsur-unsur
detil busana.
f. Fotografi interior: objek utama adalah interior ruangan, dan berbeda
dengan kategori arsitektur yang lebih menonjolkan unsur eksterior.
g. Fotografi jurnalistik: foto-foto yang dihasilkan oleh jurnalis foto dalam
melakukan tugasnya, dan non-jurnalis foto yang merekam peristiwa-
peristiwa.
h. Fotografi komersial: foto-foto yang dibuat untuk kepentingan komersial.
i. Fotografi landscape: foto-foto yang objeknya adalah pemandangan alam
yang unsur utamanya berupa unsur-unsur tak hidup seperti tanah, air,
langit atau kombinasi ketiganya, dan berbeda dengan kategori nature
yang menonjolkan objek-objek berupa makhluk hidup.
j. Fotografi lubang jarum: foto-foto yang dibuat dengan kamera lubang
jarum alias pinhole camera.
k. Fotografi makro: foto-foto benda kecil yang ditampilkan dengan
perbesaran 1:2 atau lebih.
http://www.fotografer.net/isi/galeri/?searchid=1&katacari=3http://www.fotografer.net/isi/galeri/?searchid=1&katacari=4
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
l. Fotografi human interest: foto-foto yang objek utamanya berupa manusia
secara individual dan kelompok, yang utamanya ditujukan untuk
menampilkan mood dari objek foto.
m. Fotografi model: foto-foto yang menampilkan modelfoto, tanpa
penekanan pada unsur fashion.
n. Fotografi nature: segala fenomena alam, satwa liar hidup di habitat
aslinya serta tumbuh- tumbuhan liar yang hidup di habitat alaminya.
Kehadiran manusia atau segala bentuk hasil karya budaya manusia tidak
boleh tampak dalam foto. Demikian pula, satwa yang sudah ditangkar,
dikurung, diawetkan dan tumbuh-tumbuhan yang berupa tumbuhan
hibrida, ditanam manusia dan diawetkan tidak termasuk dalam fotografi
nature. Fenomena geologi dan foto serangga termasuk dalam kategori
ini. Nilai penuturan sebuah cerita lebih ditekankan daripada sekedar nilai
piktorial. Manipulasi foto hanya diperkenankan sebatas menusir kotoran
dan tidak merubah foto aslinya. Manipulasi lebih daripada itu tidak
diperkenankan dalam bentuk apapun.
o. Fotografi olahraga: foto-foto event olahraga.
p. Fotografi panggung: foto-foto pertunjukan di panggung, seperti konser
musik, pentas showbiz, pertunjukan tari dan pentas teater.
q. Fotografi portrait: foto-foto dengan objek manusia, baik secara
individual maupun kelompok, dengan bergaya portrait yang menonjolkan
unsur personality objek foto.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
r. Fotografi satwa: foto-foto hewan yang masih hidup di habitat alaminya,
atau yang hidup di habitat buatan manusia yang mirip dengan aslinya,
seperti taman nasional dan taman safari.
s. Fotografi still life: foto-foto benda tidak bergerak yang diatur atau dibuat
secara khusus untuk membentuk komposisi yang indah. Foto-foto karya
seni, detil mesin, dan patung termasuk dalam kategori ini.
4. Konseptual Fotografi
Konsep adalah sesuatu yang sangat penting dalam menghasilkan foto,
karena konsep merupakan jembatan atau media untuk menyampaikan bahasa
gambar, di mana gambar merupakan sarana berkomunikasinya. Dan seorang
pemotret selayaknyalah memikirkannya hingga komunikasinya sampai pada orang
lain. Karena itu bila pemotret telah mempunyai konsep pemotretan maka cara apa
pun yang dilakukannya pasti akan menjadikan suatu objek menjadi lebih baik
dibandingkan dengan memotretnya tanpa konsep yang jelas. (Atok Sugiarto,
Multiply.com, 14 Juni 2005)
Fotografi bisa dikatakan sebagai kegiatan penyampaian pesan secara visual
dari pengalaman yang dimiliki fotografer kepada orang lain dengan tujuan orang
lain mengikuti jalan pikirannya. Supaya tercapai proses penyampaian pesan ini
maka harus melalui beberapa persyaratan komunikasi yang baik, yaitu konsep
AIDA (AttentionInterest-Desire-Action) atau PerhatianKetertarikan
KeinginanTindakan. Syarat pertama adalah harus menimbulkan perhatian atau
attention. Sebuah karya foto pertama-tama harus mampu mendapatkan perhatian
orang untuk melihatnya. Tanpa proses ini, sebuah pesan dari karya foto juga karya
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
seni lainnya akan berhenti disitu saja. Kemudian setelah mampu mendapat
perhatian orang maka karya foto harus mampu menimbulkan ketertarikan atau
interest terhadap pesan yang akan disampaikan. Setelah orang tertarik pada karya
foto yang dibuat, maka dari situ proses tetap berlangsung dengan timbulnya
keinginan atau desire untuk mengetahui lebih jauh pesan yang disampaikan.
Proses terakhir adalah dengan timbulnya tindakan atau action seperti yang
diharapkan oleh fotografer sesuai pesan yang disampaikannya. Jika proses
terakhir ini berhasil, maka berhasil pulalah penyampaian pesan mengenai
pengalaman yang dimiliki fotografer kepada orang lain dengan adanya tindakan
nyata yang dilakukan. Tindakan-tindakan itu bisa beraneka macam tergantung
pesan apa yang disampaikan. Bisa menimbulkan perasaan tertentu, misalnya
sedih, gembira, marah, takut, terharu, dan lain-lain, hingga tindakan yang nyata.
Misalnya: membeli produk yang tercantum pada foto pada commercial
photography, memberikan bantuan kepada orang yang tertimpa musibah pada
photojournalism, human interest, menimbulkan rasa kagum bahkan cinta, dan lain
sebagainya. Melalui foto juga, orang bisa terpikat pada suatu objek berita, produk
olahraga, makanan, minuman, sampai hasil industri. Oleh karena itu lahirlah
ungkapan foto mampu berbicara lebih dari seribu kata. (Yekti Herlina. 2003).
5. Fotografi Still life
Fotografi still life adalah foto-foto benda tidak bergerak yang diatur atau
dibuat secara khusus untuk membentuk komposisi yang indah.
(www.fotografer.net)
http://www.fotografer.net/
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Meskipun yang menjadi objek pemotretan adalah benda-benda mati,
memotretnya untuk menjadi sebuah foto yang baik dan mengandung seni tidaklah
semudah yang kita bayangkan. Terlebih bila kita harus menjadikan benda mati
tersebut menjadi "hidup" atau berisi.
Jelas bahwa membuat foto still life bukan sekadar menyalin atau
memindahkan objek ke dalam film dengan cara seadanya. Karena bila seperti itu
yang dilakukan, namanya adalah mendokumentasikan. Padahal yang diperlukan
adalah suatu teknik pemotretan yang baik, apakah mengenai sudut pemotretan,
pencahayaan atau hal-hal lain yang terkait dengan tujuan pencapaian hasil foto
yang artistik dan mengandung seni. Karena itulah untuk menghasilkan sebuah
foto still life yang baik perlu adanya teknik pemotretan yang baik pula.
Yang sangat berperan dalam hal ini adalah pencahayaannya, yaitu jatuhnya
sinar terhadap objek yang kita potret. Umumnya pemotretan still life dilakukan
dengan menggunakan cahaya artifisial atau cahaya buatan, lampu kilat misalnya.
Mengatur jatuhnya sinar pada objek sedemikian rupa dengan cara memindah-
mindahkannya atau menggeser, mengangkat, memutar objek sehingga ditemukan
pencahayaan yang terbaik. Inilah salah satu kemudahan memotret benda mati di
mana untuk menentukan arah pencahayaan yang tepat pada objek, pemotret hanya
melakukannya dengan cara menggeser, mengangkat atau memutarnya.
Dalam menyinari objek still life posisi lampu dan jumlah lampu yang
digunakan akan sangat menentukan keberhasilan dalam "menghidupkan" benda-
benda mati tersebut. Karena itu harus mampu menentukan penempatannya dengan
memperhatikan objek yang akan difoto secara benar dan melakukan penyinaran
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
sesuai teori dasar penyinaran yang benar serta sesuai keinginan untuk mencapai
hasil seperti yang diharapkan pemotret.
Tambahan latar belakang atau sesuatu aksesori lain jika dikehendaki
memang akan lebih membantu menjadikan sebuah benda biasa menjadi lebih
menarik.
Semua peralatan kamera maupun lensa, selama itu masih berfungsi dengan
baik, dapat digunakan untuk memotret alam benda mati atau still life. Dimulai dari
kamera jenis SLR sampai jenis kamera view. Demikian juga dengan
pencahayaannya. Bila tidak memiliki lampu kilat secara khusus, seperti kebiasaan
orang memotret still life yang selalu menggunakan cahaya lampu kilat studio yang
baik, menggunakan lampu kilat biasa bahkan dengan cahaya alam matahari dapat
juga dilakukan. Misalnya dengan menunggu matahari muncul dari balik jendela
rumah. Memang memotret still life dapat dilakukan dengan penyinaran apa pun.
Sehingga bisa dikatakan bahwa jenis pemotretan ini merupakan suatu cabang
fotografi yang simpel dan mengasyikkan.
Bila pemotret berhasil menggabungkan konsep teknik dengan konsep seni,
maka sebuah benda mati yang tak pernah diperhatikan orang yang mungkin juga
sering hanya dibuang, bisa menjadi sesuatu yang dilirik bahkan mungkin dilihat
serta diminati orang ketika sudah ditampilkan dalam bentuk sebuah foto yang baik
dan mengandung nilai seni. (atoksugiarto.multiply.com. 14 Juni 2005)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
6. Lighting
Pencahayaan still life atau produk kecil terlihat cukup sulit, kecuali anda
memiliki cukup pengalaman untuk mengatasi tantangan yang muncul. Pada
awalnya, fotografi produk still life diperlukan banyak kesabaran. Memiliki
kesabaran untuk mendapatkan hasil bidikan yang sempurna dengan sudut dan
pencahayaan yang sempurna adalah hal yang paling sulit. Maka Anda harus
mencintai proses, bukan hanya hasil akhir.
Dalam fotografi still life atau produk kecil menggunakan softbox besar atau
payung membantu untuk mencapai kualitas cahaya yang diperlukan, membantu
menciptakan kontras yang bagus pada objek itu sendiri. Dan untuk mendapatkan
transisi halus serta menghilangkan debu atau ketidaksempurnaan pada produk,
pascaproduksi adalah kuncinya.
Dalam fotografi produk, menciptakan efek pencahayaan halus tanpa terlalu
banyak melakukan penyinaran adalah sebuah kebutuhan. Menjaga warna produk
"tetap asli" dalam gambar adalah penting.
Pencahayaan adalah satu hal penting dalam membuat gambar. Lighting
dapat menambah komposisi dengan menciptakan pemisahan antara benda satu
dengan benda lain dan dengan menguatkan karakter lingkungan di sekitar objek.
Cahaya menetapkan suasana hati dan menuntun mata pemirsa kepada pesan visual
yang disampaikan.
Ketika memotret produk ataupun still life di dalam suatu set, tiga lampu
biasanya diperlukan: cahaya utama, cahaya pengisi, dan cahaya aksen. Untuk
pemotretan produk yang lebih kecil, menggunakan softbox utama sebagai cahaya
pengisi mungkin cukup. Produk dengan bentuk yang unik, tekstur, dan permukaan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
reflektif memerlukan perlakuan khusus, misalnya dengan menggunakan reflektor.
Dengan kamera digital yang ditambatkan ke komputer, Anda dapat mengubah
pencahayaan dan komposisi pada monitor. (Lou Jacobs Jr, 2010)
7. Komposisi Fotografi
Komposisi menjadi satu kunci bagus-tidaknya hasil foto. Memang
komposisi adalah masalah selera pribadi, tidak ada yang salah dan benar dalam
komposisi selama punya keyakinan bahwa foto yang diambil penuh dengan
pemikiran dan eksplorasi. Komposisi adalah cemin konsep tentang cara
menempatkan objek dalam bingkai foto. (Jimmy W. Bharata. 2006)
8. Kamera Digital
Proses perekaman gambar pada kamera digital dimulai dengan cahaya
mengenai subjek, kemudian cahaya tadi dipantulkan ke kamera, kemudian
diteruskan untuk mengenai sensor gambar kamera digital selama rana terbuka.
Saat dimana cahaya mengenai sensor gambar disebut pencahayaan atau exposure.
Pencahayaan adalah proses penerimaan dan perekaman gambar oleh sensor dan
sistem kerja kamera digital. (Makarios Soekojo. Fotografi Digital Artisitik. 2008).
Berikut beberapa elemen penting dalam membuat foto dengan kamera
digital:
a. Diafragma dan rana
Kamera bisa menghasilkan gambar dengan kualitas yang baik, jika
menerima cahaya dalam rentang kecerahan tertentu, tidak boleh terlalu
cerah, juga tidak terlalu gelap. Karena itu cahaya yang masuk ke kamera
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dan akan mengenai sensor harus diatur kecerahannya dengan diafragma
dan rana kamera.
Diafragma atau apperture berfungsi mengendalikan kecerahan cahaya
yang masuk ke kamera. Bukaan diafragma diatur oleh cakra diafragma
atau apperture dial pada f2,8, f4, f5,6, f8, f11, f16 dan seterusnya. Jika
mengatur diafragma pada angka f2,8, diafragma lensa akan bekerja dengan
bukaan besar. Bukaan f4 lebih kecil dari bukaan f2,8 dan seterusnya,
hingga f16 atau f22 yang merupakan bukaan terkecil. Dengan mengatur
bukan diafragma besar atau kecil, kita bisa mengatur banyaknya cahaya
yang akan mengenai sensor gambar kamera digital.
Sedangkan rana atau shutter kamera berfungsi untuk mengendalikan
lama cahaya mengenai sensor gambar. Lamanya rana bekerja membuka
dan menutup kembali biasanya disebut kecepatan rana atau shutter speed.
Kecepatan rana ditandai dengan angka: 1, 2, 8, 15, 30, 60, 125, 250, 500,
1000, 2000, 4000, bahkan 8000. Setiap angka ini berarti 1/... (sepersekian
detik). Jika kita mengatur cakra kecepatan rana pada angka 250, rana akan
bekerja membuka dan menutup selama 1/250 detik. Jika mengatur cakra
pada angka 30, rana akan membuka dan menutup selama 1/30 detik.
Kecepatan rana rendah akan membiarkan cahaya cukup lama menerpa
sensor gambar digital, sedangkan kecepatan rana tinggi akan membatasi
intensitas cahaya yang mengenai sensor tersebut. Selain mengatur
kecerahan cahaya, penggunaan rana juga tergantung pada kecerahan
cahaya yang ada. Dalam keadaan cerah kita bisa menggunakan kecepatan
rana tinggi, sedangkan dalam keadaan remang-remang atau gelap, maka
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
mau tidak mau kita harus menggunakan kecepatan rana rendah, agar
cahaya yang lemah tadi mampu direkam menjadi gambar yang
memuaskan. (Makarios Soekojo. 2008).
b. Mettering atau Pola Pengukuran Cahaya
Untuk mendapatkan hasil rekaman yang optimal, kita membutuhkan
informasi kecerahan subjek secara akurat. Maka pada kamera disediakan
beberapa pola pengukuran sebagai berikut:
1. Pola pengukuran multi segmen atay multi-pattern, pengukur cahaya
membaca kecerahan menurut beberapa segmen pandangan, kemudian
dievaluasi prosesor kamera untuk mendapatkan nilai pencahayaan
akhir.
2. Pola pengukuran rata-rata atau average reading. Pengukur cahaya
membaca secara rata-rata seluruh kecerahan pandangan.
3. Pola pengukuran spot atau spot meterring, hanya mengukur area
sangat kecil di tengah gambar (seluas 2-5% dari keseluruhan
pandangan).
c. ISO (Kepekaan atau Sensitivitas)
Mempertimbangkan dan menentukan kepekaan penerimaan cahaya
akan menentukan pembentukan keseluruhan gambar. Untuk mendapatkan
kualitas gambar yang terbaik, sebaiknya kita menggunakan kepekaan atau
ISO yang terendah yang disediakan kamera. Menaikkan kepekaan berarti
kamera akan membuat penguatan signal input, dan ini berarti
kemungkinan terjadinya penyimpangan atau deviasi yang lebih besar
antara data input dan output, dan juga kemungkinan gambar menjadi kasar
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dan berbutir. Makin tinggi ISO yang digunakan, kualitas rekamannya juga
akan menurun secara drastis, tetapi dengan kemampuan proses gambar
yang lebih canggih pada kamera digital, kualitas gambar pada iso tinggi
sudah jauh lebih halus dan lebih tajam. (Makarios Soekojo. 2008).
d. White Balance atau Keseimbangan Cahaya
Sebenarnya tampilan warna-warna yang terekam dalam sebuah foto
sangat dipengaruhi oleh sumber cahaya yang meneranginya. Sumber
cahaya yang dianggap sempurna untuk mendapatkan tampilan warna-
warna yang optimal adalah cahaya matahari. Cahaya matahari dapat
menghasilkan tampilan warna maksimal, karena cahaya matahari memiliki
spektrum warna cahaya yang lengkap (merah, hijau, biru yang lengkap).
Masalahnya pada malam hari, atau dalam ruangan tertutup, sumber cahaya
yang menerangi objek bisa berbeda-beda, mulai dengan lampu pijar,
lampu gas, lampu minyak dan sebagainya, yang cahayanya memiliki
spektrum warna yang berbeda dengan spektrum warna cahaya matahari.
Karena perbedaan spektrum warna cahaya itulah, kita akan melihat
tampilan warna yang berbeda dari objek yang sama. Pengaturan
keseimbangan cahaya atau white balamce pada kamera adalah koreksi atau
penyesuaian atas perbedaan spektrum warna cahaya yang ada terhadap
cahaya matahari. Dengan adanya koreksi ini, diharapkan warna-warna
objek bisa tampil sempurna seperti berada di bawah cahaya matahari.
Kamera akan membuat atau memasang filter warna elektronik yang
mengompensasi spektrum cahaya yang ada supaya mirip dengan spektrum
cahaya matahari. (Makarios Soekojo. 2008).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
C. Promosi
1. Promosi
Promosi berasal dari kata promvere (latin) atau promotion (inggris), adalah
salah satu dari bauran pemasaran atau marketing mix yang berfungsi merangsang
penjualan, berbentuk komunikasi yang informatif dan sekaligus persuasif.
Promosi adalah suatu program terkendali dan terpadu dari metode
komunikasi material perusahaan atau produk yang dapat memuaskan konsumen,
mendorong penjualan serta memberi kontribusi pada kinerja laba perusahaan.
(www.e-iman.uni.cc. 14 Desember 2009)
Istilah promosi umum digunakan dalam mendeskripsikan komunikasi
dengan pelanggan maupun calon pelanggan, namun terminologi komunikasi
pemasaran atau marketing communication sekarang ini lebih disukai oleh para
praktisi dan akademisi pemasaran. (Terence A. Shimp, 2000)
Komunikasi pemasaran adalah aspek penting dalam keseluruhan misi
pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran. Komunikasi pemasaran
merepresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merk, yang
memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang
disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya. (Terence A. Shimp, 2000)
2. Merk
American Marketing Association mendefinisikan merk sebagai nama,
istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari keseluruhannya yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari penjual atau
sekelompok penjual, agar dapat dibedakan dari kompetitornya.
http://www.e-iman.uni.cc/
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Merk dalam perspektif konsumen terdiri atas dua bentuk pengetahuan
tentang merk, yaitu kesadaran merk atau brand awareness dan citra merk atau
brand image.
Kesadaran merk atau brand awareness merupakan kemampuan sebuah merk
untuk muncul dalam benak konsumen ketika sedang memikirkan kategori produk
tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dapat dimunculkan. Berdasarkan
cara pandang konsumen, sebuah merk tidak memiliki ekuitas hingga konsumen
menyadari keberadaan merk tersebut. Mencapai kesadaran akan merk adalah
tantangan utama bagi merk baru. Mempertahankan tingkat kesadaran akan merk
yang tinggi adalah tugas yang harus dihadapi oleh semua merk.
Dimensi kedua dari pengetahuan tentang merk yang berdasarkan perspektif
konsumen adalah citra dari sebuah merk. Citra merk atau brand image dapat
dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat
sebuah merk tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam
bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan kepada suatu merk. (Terence
A. Shimp, 2000)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Bab III
Identifikasi Data
A. Identifikasi Data Objek/ Produk
Nama Produk: : Seni Liping
Nama Perusahaan : Jopajapu
Alamat : Jl. Kencur RT 01 RW 16, Tunggulsari,
Laweyan, Solo.
Telepon : 0815 4876 0537
Website : www.jopajapu.com
Jenis Usaha: : Kerajinan kriya yang bermuatan seni
Owner: : Bejo Wage Suu
Berdiri : 1 Oktober 2002
1. Sejarah Seni Liping
Jopajapu mulai berdiri tanggal 1 Oktober 2002, diilhami dari keprihatinan
melihat generasi muda yang mulai merasa aneh dengan tradisi atau kebiasaan
sehari-hari masyarakat Indonesia, Jawa khususnya, yang sejatinya telah
membesarkan dan membentuk pola pikir orang tua mereka. Oleh sebab itu,
Jopajapu ingin melestarikan bentuk-bentuk tradisi adhiluhung masyarakat Jawa
tersebut dalam sebuah miniatur.
Memulai usaha dari jalanan, sampai tahun 2004 bertemu dengan Bapak
Didik Jati Utomo dari Dinas Perindustrian Surakarta. Atas ajakan beliau Jopajapu
mulai diajak mengenal dunia pameran. Dari sinilah awal terbentuknya jati diri
24
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Jopajapu dan memperkenalkan Seni Lipng sebagai konsep karya dari Jopajapu itu
sendiri.
2. Visi dan Misi
a. Visi
Melestarikan Budaya daerah khususnya Budaya Jawa kepada generasi
muda yang saat ini cenderung melupakan Budayanya sendiri.
b. Misi
Menjadikan Seni Liping sebagai media untuk medekatkan Budaya
adhiluhung kepada generasi muda agar dapat memahami dan mengenal
kembali Budayanya sendiri supaya bangsa ini tidak kehilangan citra dirinya.
3. Struktur Organisasi
Pemilik, Pencipta
Bejo Wage Suu
Tim Kreatif
Yono Bahen Sobirin
Tim Kreatif Tim Kreatif
4. Produk
Seni Liping itu sendiri sebagai dasar karya Jopajapu berasal dari kosakata
bahasa inggris yaitu living yang artinya kehidupan, mengadopsi dari kehidupan
bahkan lidah orang Jawa yang umumnya ndeso, bagaimana mereka mengucapkan
kata living menjadi liping. Sama halnya ketika dulu bangsa Belanda datang ke
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
tanah Jawa yang sebenarnya mereka menawarkan perdagangan dengan nama
Compacny yang kemudian bergeser pengucapannya menjadi kompeni dan
diartikan sebagai penjajah. Seni Liping adalah adalah suatu karya yang berbahan
olahan kayu pinus berupa miniatur patung yang bercerita tentang kehidupan
keseharian masyarakat Jawa khususnya dan Indonesia umumnya.
Adapun jenis atau tipe-tipe produk dari Seni Liping antara lain tipe Biasa,
Khusus, dan Fine Art.
a. Tipe Biasa
Tipe ini desainnya dibuat massal dan biasanya disetorkan ke toko-toko.
Ciri dari tipe Biasa ini antara lain:
1). Desainnya tidak terlalu detail.
2). Harganya cukup terjangkau antara Rp 25.000,00 hingga Rp 50.000,00.
3). Tema ceritanya bertemakan kegiatan-kegiatan tradisional yang masih
dapat dijumpai atau belum terlalu langka.
b. Tipe Khusus
Tipe ini biasanya hanya dijual ketika berpameran, tidak dijual massal dan
pembeli atau konsumennya biasanya adalah para kolektor.
Ciri produk:
1). Desain lebih detail.
2). Harga lebih mahal, yaitu di atas Rp100.000, 00.
3). Tema ceritanya tentang kegiatan-kegiatan yang cukup langka dijumpai.
Misalnya, orang menumbuk padi.
Ada juga contoh produk yang termasuk dalam Tipe Khusus, yaitu Catur
Mataram. Yaitu suatu set papan catur beserta bidak-bidaknya yang bertemakan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kerajaan jaman dulu. Satu set-nya dihargai antara Rp 1.500.000,00 hingga Rp
2.500.000,00 bahkan lebih.
c. Fine Art
Tipe yang satu ini layaknya seni murni. Karya yang dibuat berdasarkan
subjektifitas sang pembuat. Pun penentuan harga jualnya menyesuaikan
keinginan sang pembuat.
5. Proses Produksi
Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam proses produksi Seni
Liping:
a. Memilih kayu pinus yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan untuk
pembuatan Seni liping.
b. Membuat pola badan, tangan, dan kaki menggunakan gergaji triplek.
c. Dari ketiga pola bagian tubuh tersebut kemudian dibentuk detailnya
masing-masing, sesuai dengan proporsi tubuh manusia.
d. Kemudian menggabungkan bagian-bagian tubuh tersebut menggunakan
lem khusus sehingga terbentuk miniatur manusia yang utuh dan
proporsional.
e. Mengecat bagian-bagian tertentu, seperti rambut, dan pakaian. Untuk
model celana biasanya hanya dengan membalut bagian kaki menggunakan
lakban hitam.
f. Memberi bermacam aksesoris atau properti yang diperlukan, seperti kain
batik, dan lain-lain.
g. Selanjutnya menyetel gerakan sesuai dengan tema atau setting cerita.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
h. Yang terakhir adalah finishing, yaitu pemberian label Jopajapu dan label
hak cipta.
6. Pameran yang Pernah Diikuti
Eksistensi Seni Liping lebih banyak dikenal di dunia pameran. Berikut
adalah pameran-pameran yang pernah diikuti Seni Liping:
a. Festival Kesenian Yogyakarta. Merupakan agenda pameran tetap setiap
tahun sejak tahun 2005, dan sekaligus pernah menjadi ikon untuk festival
ini.
b. Pameran Produk Ekspor di Jakarta.
c. SMESCO, pameran produk usaha kecil menengah (UKM) di Jakarta.
d. Peserta INAcraft di Jakarta.
e. Peserta Asia Africa Art and Culture di Bali.
f. SIEM 2007 dan 2008.
7. Hambatan yang Dialami
Eksistensi Seni Liping dan perkembangannya hingga akhirnya memiliki
market tertentu yang kebanyakan pengunjung pameran ini bisa dikatakan tidak
mengalami hambatan yang cukup berarti. Jopajapu sendiri dalam proses
produksinya juga tidak mendapatkan kesulitan yang signifikan. Hanya saja ada
satu hambatan yang cukup mendasar, yaitu masih kurangnya modal dalam
usahanya memperluas jaringan, termasuk niatnya memperkenalkan produk ke luar
negeri.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
B. Kompetitor
1. Recycle Art of Wayang Koran
Adalah sebuah produk kerajinan berupa figur atau boneka tokoh wayang
yang terbuat dari koran bekas. Produk Wayang Koran ini diciptakan oleh seorang
perajin bernama Burhan Gatot. Latar belakang diciptakannya produk ini adalah
kurangnya minat remaja masa kini terhadap kesenian wayang. Burhan khawatir
jika hal tersebut terus dibiarkan seni wayang akan semakin punah, tenggelam di
tengah maraknya kemunculan tokoh-tokoh superhero rekaan.
Karya seni ini dijual seharga berkisar Rp 25.000,00 hingga Rp 200.000,00.
Peminatnya pun tak cuma dari wilayah setempat, tapi juga dari luar Pulau Jawa
dan Bali.
a. Jenis Produk
1). Wayang koran dengan tokoh figur Arjuna yang sedang memanah.
2). Wayang koran dengan tokoh Gathot Kaca.
3). Wayang koran dengan lakon Petruk Dadi Ratu yang menceritakan
keangkuhan dan kesombongan manusia ketika mendapatkan
kekuasaan dan kekayaan yang tidak diimbangi dengan pengendalian
diri dan kearifan sosial. Sangat cocok untuk pajangan sekaligus
menjadi media pembelajaran tentang budaya bangsa.
b. Proses Produksi
1). Koran bekas digunting sesuai ukuran.
2). Koran tersebut dipilin dengan alat khusus.
3). Koran yang sudah dipilin dibentuk mirip manusia.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
4). Kemudian diberi pernik-pernik sesuai kebutuhan dan karakter produk,
seperti topi, rambut, keris.
5). Setelah itu barulah diberi ekspresi pada wajah dengan spidol atau
pewarna pada bagian tertentu.
c. Promosi yang Telah Dilakukan
1). Stand Market di Pasar Ngarsopuro Solo.
2). Online Marketing. Pemasaran produk melalui internet.
d. Keunggulan Wayang Koran
1). Produk kerajinan yang unik, dengan teknik pembuatan yang
memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi sehingga sangat mudah
diapresiasi.
2). Mengangkat tema tentang cerita wayang, sehingga mampu
menjadikan produk sebagai media melestarikan kesenian wayang.
e. Kelemahan Wayang Koran
1). Kurang promosi, sehingga penjualan produk ini agak tersendat.
2). Bahan baku yang terbuat dari koran bekas ini kadang menimbulkan
persepsi yang negatif dari masyarakat, agak tidak layak bila dijual
dengan harga tinggi.
2. Lugoet Bamboo Art
Adalah suatu produk kerajinan berupa miniatur yang terbuat dari limbah
bambu. Lugoet Bamboo Art diciptakan oleh seorang perajin bernama Gringsing
Ibnu Handoko biasa dipanggil Inung. Latar belakang diciptakannya karya
kerajinan ini awalnya Inung merasa prihatin dengan banyaknya limbah bambu
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
bekas pembangunan rumah yang ternyata hanya dibuang atau dijadikan kayu
bakar. Dengan sentuhan seni, sisa-sisa bambu itupun mulai dirakit menjadi
berbagai macam miniatur.
Sejak dirintis setahun lalu, saat ini kerajinan tersebut terus diminati banyak
kalangan. Tak hanya dari wilayah Solo dan sekitarnya, pesanan pun datang dari
berbagai kota di Indonesia.
a. Jenis Produk
1). miniatur kendaraan.
2). miniatur kereta api.
3). miniatur sepeda motor.
4). miniatur kehidupan atau autodrama: suasana warung angkringan,
suasana gotong-royong, suasana pos ronda, dan berbagai macam
bentuk autodrama bersetting masa lampau.
b. Proses Produksi
Berikut adalah proses pembuatan Lugoet Bamboo Art:
1). Bambu dibersihkan dan dipotong sesuai bentuk dan ukuran yang
diinginkan.
2). Potongan-potongan bambu kemudian dirangkai menjadi miniatur
dengan menggunakan lem.
3). Agar terlihat lebih indah, biasanya dipadu dengan karung goni dan
daun pisang kering.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
c. Promosi yang Telah Dilakukan
Adapun promosi maupun usaha yang telah dilakukan dalam
meningkatkan penjualan produk Lugoet Bamboo Art hanya sebatas
membuka stand market di Pasar Ngarsopuro Solo.
d. Keunggulan Lugoet Bamboo Art
Lugoet Bamboo Art mrupakan produk kerajinan yang unik, dengan
teknik pembuatan yang memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi
sehingga sangat mudah diapresiasi.
e. Kelemahan Lugoet Bamboo Art
Kelemahan dari produk dari ini adalah masih kurang promosi.
C. Analisis SWOT
Analisa akan segala hal yang berhubungan dengan perencanaan strategi
promosi dapat menggunakan analisis SWOT. Analisis ini membantu untuk
melihat kembali kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan
(opportunity), dan ancaman (threat). Faktor-faktor internal adalah kekuatan dan
kelemahan sedangkan faktor eksternal adalah kesempatan dan ancaman.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
TABEL ANALISIS SWOT
No SWOT Seni Liping
1. Strength (kekuatan) - Mengangkat tema tentang budaya-budaya
adhiluhung Indonesia, sehingga memiliki
daya tarik tersendiri.
- Merupakan suatu produk yang unik,
produk ini memiliki kesempatan untuk
menjadi produk yang eksklusif sehingga
dapat menciptakan harga penjualan yang
tinggi.
- Memiliki kekhasan yang tidak mudah
untuk diplagiat.
2. Weakness (kelemahan) - Kurang promosi sehingga banyak orang
yang belum tahu tentang Seni Liping.
3. Opportunity
(kesempatan)
- Sering diselenggarakan pameran seni
maupun kerajinan.
4. Treat (ancaman) - Munculnya produk pesaing yang sama-
sama memiliki citra eksklusif.
- Banyak produk figur aksi yang lebih
diminati konsumen.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
D. Positioning
Positioning adalah bagaimana suatu produk memposisikan dirinya dalam
membentuk image, persepsi, atau citra kepada target audience. Sebagai sebuah
produk, adapun image, persepsi, atau citra yang ingin dibentuk Seni Liping Jopa
Japu di mata para calon konsumen adalah sebagai Produk seni dalam bentuk
miniatur yang mampu memberi nilai edukasi tentang kearifan Budaya lokal.
E. Unique, Selling, Prepositioning (USP)
USP adalah suatu pendekatan yang berorientasi pada keunggulan produk
yang tidak dimiliki oleh produk saingan. Bisa juga dikatakan sabagai suatu hal
yang dijadikan alasan konsumen untuk menggunakan suatu produk.
Berikut beberapa keunggulan Seni Liping yang tidak dimiliki produk
saingan:
1. Sebuah karya kerajinan tangan yang memiliki kesulitan tersendiri dalam
proses pembuatannya, terlihat dari karakter fisiknya yang tampak lebih detil.
2. Suatu produk yang ekslusif, mampu merepresentasikan kearifan budaya
Indonesia, dan mampu menunjukkan sifat produk yang original dan
berkarakter, serta layak dijual dengan harga tinggi.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Bab IV
Konsep Pemikiran Desain
A. Metode Perancangan
Metode merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan yang tersusun secara
teratur. Dalam perancangan diperlukan suatu metode agar setiap rencana yang
dilakukan lebih terarah dan berhasil. Metode sangat penting peranannya dalam
memulai suatu rencana atau kegiatan. Begitu pula dalam masalah
mempromosikan suatu produk agar tepat sasaran dan lebih terarah tujuan dan
manfaatnya.
Metode yang dilakukan penulis dalam perancangan ini adalah sebagai
berikut :
1. Pengumpulan data dan pengolahan data yang merupakan pedoman untuk
merumuskan tema sentral, tujuan perancangan, serta menghasilkan
ketetapan-ketetapan.
2. Penyusunan konsep perancangan yang terdapat dua aspek yang saling
berkaitan, yaitu perancangan kreatif dan pemilihan media.
3. Konsep perancangan digunakan sebagai dasar perancangan yang berisi
eksekusi atau keputusan akhir tentang layout, laporan pelaksanaan dan
laporan desain akhir.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
B. Konsep Kreatif
1. Tujuan Perancangan
Meningkatkan ekuitas merk Seni Liping Jopa Japu sebagai produk seni
berupa miniatur, sehingga konsumen dapat mengenal dan memiliki kesadaran
akan adanya merk Seni Liping. Serta mengkomunikasikan dan menanamkan citra
merk Seni Liping Jopa Japu di dalam benak konsumen sebagai produk yang
mampu memberi nilai edukasi tentang kearifan Budaya lokal.
2. Strategi Konsep
Hasil akhir dari konsep karya yang dibuat bukan merupakan hasil karya
fotografi murni. Karya dibuat dalam bentuk foto dengan unsur desain grafis
maupun digital imaging, dirancang sedemikian rupa sehingga mampu
menghasilkan komunikasi yang tepat sasaran.
Visual karya foto yang akan dibuat yaitu menampilkan produk-produk Seni
Liping Jopa Japu dengan menonjolkan keunikan dan keunggulannya. Tema-tema
yang diangkat disatukan dalam penggambaran semangat untuk menghargai dan
menjunjung tinggi kearifan Budaya lokal sehingga mampu menyampaikan pesan
secara efektif, persuasif, dan bermuatan artistik.
3. Gaya Desain
Gaya desain karya ini dimunculkan untuk membentuk karakter visual
dengan menggunakan kekuatan fotografi. Gaya karya foto ini menggunakan gaya
desain modern, simplicity, prestigious agar terkesan elegan, dan mudah dibaca
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
sehingga dapat diterima target audience. Sebagai pendukung karya desain
digunakan imaging digital dan komposisi desain lain untuk mendukung tema.
C. Standar Visual
1. Standar Visual secara Umum
Dalam penentuan strategi kreatif yang tepat perlu adanya data dan
pemahaman terlebih dahulu mengenai target audience, kondisi pasar, pesaing, dan
keunggulan produk. Target audience dan market positioning Seni Liping
mencangkup kelas ekonomi menengah ke atas. Dari pemahaman-pemahaman
tersebut dapat ditentukan strategi kreatif sebagai berikut:
a. Merancang visual promosi dalam hal ini fotografi yang menarik perhatian
terutama kepada target audience, yaitu wisatawan, pecinta seni, kolektor,
serta mereka yang menghargai nilai Budaya, dan menyukai keunikan.
b. Mengkomunikasikan visual identity kepada target audience dengan
memvisualisasikan media komunikasi visual yang efisien, efektif,
komunikatif, dan menarik untuk mempromosikan dan meningkatkan ekuitas
merk Seni Liping Jopa Japu.
c. Penyampaian naskah iklan atau copywriting bersifat luwes, modern, dan
persuasif untuk menarik target audience.
d. Penyajian visual yang sederhana namun berkarakter modern dan elegan.
Berdasarkan berbagai macam pertimbangan, dan rangkaian-rangkaian
kampanye promosi terhadap Seni Liping Jopa Japu yang nantinya akan penulis
lakukan adalah untuk menarik perhatian para konsumen. Dengan harapan, ekuitas
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
merk dari Seni Liping Jopa Japu akan meningkat, tentu saja kesadaran masyarakat
akan merk Seni Liping meningkat pula.
2. Standar Fotografi
Standar visual perancangan ini menciptakan ciri khas desain melalui media
fotografi. Agar tercapai desain yang baik diperlukan pengolahan komposisi dalam
pembuatan fotografinya. Teknik-teknik tersebut antara lain :
a. Teknik Penggunaan Lensa
Pada fotografi produk Seni Liping Jopa Japu ini, hampir semua lensa
yang ada bisa digunakan, mulai dari lensa fix, tele, wide, sampai fish eye.
Penggunaan lensa disesuaikan dengan konsep yang ingin dihasilkan. Dari
beberapa jenis lensa di atas, penulis menggunakan tiga jenis lensa, yaitu lensa
normal, tele, wide dan lensa makro.
1). Lensa Normal atau Normal Lens
Pengambilan gambar dengan menggunakan lensa normal, sudut pandang
normal seperti sudut pandang manusia, tidak ada distorsi perspektif pada
gambar. Kategori lensa normal ukuran 50 mm f /3,5 ; 55 mm f /3,5 (format
kamera 35 mm).
2). Lensa Tele atau Tele Lens
Pengambilan gambar dengan menggunakan lensa tele mempunyai efek
gambar lebih sempit, gambar tampak datar, tidak ada distorsi perspektif
pada gambar. Kategori lensa tele antara lain 85 mm f /3,5 ; 100 mm f /3,5
format kamera 35 mm.
3.) Lensa Sudut Lebar atau Wide Angle Lens
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Pengambilan gambar dengan menggunakan lensa sudut lebar yang berefek
lebih luas, ruang ketajaman luas, mempunyai efek tiga dimensi, serta
distorsi atau perubahan bentuk perspektif pada gambar. Lensa kategori
wide angle mempunyai ukuran antara lain 28 mm f /3,5 ; 35 mm f /3,5
(format kamera 35 mm).
4). Lensa Makro
Lensa ini sangat baik digunakan untuk merekam benda-benda kecil.
Panjang fokal lensa makro antara 55-105 mm, tetapi didalam lensa makro
berbeda dengan lensa biasanya, ditambah beberapa jenis lensa sehingga
bisa merekam gambar dari jarak dekat sekali, dan perbandingan antara
subyek dengan yang ditangkap oleh lensa bisa mencapai1:1.
b. Teknik Pengambilan Gambar
1) Close Up
Close up merupakan pengambilan gambar pandang dekat, yaitu bidikan
kamera yang diarahkan pada bagian objek yang terbatas. Gambar yang
dihasilkan akan nampak besar, sehingga detail objek nampak.
2) Dept of Field
Pengambilan gambar dengan membuka diafragma besar atau
menggunakan lensa tele, sehingga ruang ketajaman antara depan objek
dan belakang objek sangat sempit dan mempunyai kesan kabur sedangkan
obyek terlihat lebih tajam.
3) Low Angle Shoot
Teknik pengambilan gambar dengan sudut yang lebih rendah dari objek.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
4) Eye Level View
Teknik pengambilan gambar menggunakan sudut pandang sejajar. Dipakai
sebagai upaya mendapat variasi komposisi.
5) Back Angle
Sudut yang diambil dari belakang objek. Ada yang menampilkan bagian
depan objek, ada pula yang hanya menampilkan bagian belakangnya.
c. Teknik Pencahayaan
Teknik pencahayaan yang akan digunakan oleh penulis adalah
menggunakan available light atau ambient light, seperti cahaya matahari,
cahaya lampu kamar, cahaya lampu di jalan, dan sebagainya untuk
menghasilkan karya. Tidak juga menutup kemungkinan untuk menggunakan
artificial light untuk menghasilkan pencahayaan yang lebih baik.
d. Setting
Eksekusi fotografi akan dilakukan dengan setting indoor maupun
outdoor, menyesuaikan objek yang difoto dan tema yang akan diangkat.
e. Kamera
Menggunakan kamera digital single lens reflect. Kamera digital dengan
resolusi gambar sebesar 7 megapixel, mampu menghasilkan gambar yang
sesuai dengan kebutuhan visual. Kamera ini dipilih dengan pertimbangan
mampu menghasilkan gambar yang bagus dan mudah dalam pengaturan
pengambilan gambar tanpa harus takut gagal akan hasilnya.
f. Skema Pemotretan
Berikut adalah skema pemotretan yang akan penulis gunakan:
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
1). Skema Pemotretan Angon Bebek
1
2
3
4
2). Skema Pemotretan Bakul Gethuk
1
2
3
4
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3). Skema Pemotretan Batik Tulis
1
2
3
4
4
neon 25watt
neon 25watt
4). Skema Pemotretan Kerokan
1
2
3
4
5
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
5). Skema Pemotretan Masah
1
2
4
5
6). Skema Pemotretan Masak
1
2
3
4
asap buatan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
7). Skema Pemotretan Menumbuk Padi
1
2
4
3
8). Skema Pemotretan Mikul
1
2
4
3
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
9). Skema Pemotretan Negor Wit
1
2
4
3
10) Skema Pemotretan Ngangsu
1
2
4
3
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
11) Skema Pemotretan Ngecap Batik
1
2
4
3
12). Skema Pemotretan Nggendhong Pari
1
2
4
3
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
13). Skema Pemotretan Ngonthel
1
2
4
3
14). Skema Pemotretan Nyapu Latar
1
2
4
3
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
15). Skema Pemotretan Payung Godhong Gedhang
1
2
4
3
hujan buatan
foreground
foreground
Keterangan:
1. Kamera.
2. Objek foto.
3. Background.
4. Cahaya matahari / lampu neon 25 watt.
5. Standar reflektor.
3. Strategi Visual Verbal dan Non Verbal
a. Isi Pesan.
Isi pesan yang akan disampaikan adalah menginformasikan dan
mempublikasikan kepada masyarakat bahwa Seni Liping Jopa Japu adalah
produk yang unik yang mengusung pesan edukatif tentang pentingnya
menghargai kearifan Budaya lokal.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1) Pesan Verbal.
a. Headline.
Berfungsi sebagai pemberi informasi pesan dan juga sebagai elemen
grafis pengikat untuk memperkuat slogan. Headline yang dipakai
merupakan penjelasan tentang objek foto. Sehingga audience
mampu dengan mudah menerima pesan karya foto itu sendiri.
Headline yang digunakan adalah: SENI LIPING JOPA JAPU.
b. Subheadline.
Berfungsi sebagai penjelas dari Headline. Subheadline yang
digunakan adalah: The Real Indonesian Life Style.
c. Teks
Berupa informasi lengkap guna menjelaskan pesan yang
disampaikan. Teks yang digunakan: Kesejatian masyarakat
Indonesia yang arif dan adiluhung.
2) Pesan Non Verbal.
a. Ilustrasi
Ilustrasi dalam karya fotografi ini dibuat untuk mendukung visual
yang sesuai dengan tema. Ilustrasi berupa objek foto Seni Liping
Jopa Japu itu sendiri, dengan menampilkan keunikan dan
keunggulannya.
b. Tipografi
Tipografi adalah kajian ilmu yang mempelajari macam-macam
bentuk dan jenis huruf. Setiap bentuk jenis huruf mencerminkan
suatu sikap, pembawaan, atau karakteristik yang berbeda. Selain
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
sebagai alat tulis baca dalam dunia desain komunikasi visual,
pemilihan huruf yang tepat dapat mendukung pesan yang ingin
disampaikan agar lebih berarti. Tipografi yang baik haruslah
mengarah pada keterbacaan dan kemenarikan serta desain huruf
tertentu dapat menciptakan gaya atau style dan karakter atau menjadi
karakteristik subjek yang diiklankan. (Frank Jefkins, 1996: 248)
Pemilihan tipografi yang digunakan dalam karya fotografi desain ini
menggunakan antara lain:
1) Freestyle Script
Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu
Vv Ww Xx Yy Zz
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Penggunaan jenis huruf Freestyle Script sebagai tagline, karena
sifat huruf yang natural menampilkan karakter luwes, simpel, tapi
tidak murahan.
2) Calibri
Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu
Vv Ww Xx Yy Zz
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Calibri digunakan sebagai body copy pada poster, booklet dan
website. Karakternya yang simpel memudahkan audience dalam
membaca informasi.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b. Warna
Warna adalah pelengkap dari suatu bentuk serta merupakan salah
satu unsur dalam menambah daya tarik visual. Warna merupakan
unsur yang penting karena warna merupakan bahasa komunikasi
tersendiri yang disampaikan melalui penglihatan. Permainan warna
dapat menentukan menarik atau tidaknya suatu iklan, apalagi bila
permainan atau penggunaan warna dalam suatu iklan dapat
menimbulkan kesan unik dan enak dipandang, karena setiap individu
memiliki reaksi yang berbeda terhadap warna. Untuk itu warna
dalam perancangan ini dibuat dengan pertimbangan sebagai berikut:
1) Warna harus mampu menjadi daya tarik utama dalam satu
komposisi desain.
2) Warna harus mendukung penampilan dan membantu
menonjolkan keindahan-keindahan.
3) Warna harus dapat menarik perhatian bagi semua orang yang
melihatnya.
Fungsi warna sangat mempengaruhi faktor psikologis tertentu
terhadap audience. Selain itu juga membangkitkan simbolisasi
suasana dari tema yang diangkat.
Pemilihan komposisi warna didasarkan pada :
1) Menjadi daya tarik tersendiri dalam karya desain tersebut.
2) Menampilkan karakteristik visual sesuai tema.
3) Dapat menyampaikan makna pesan dalam karya.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Warna yang akan dipakai cenderung menggunakan warna merah,
emas, dan hitam untuk menampilkan karakter elegan.
C: 0 M: 100 Y: 100 K: 0
C: 0 M: 0 Y: 60 K: 0
C: 0 M: 0 Y: 0 K: 100
C: 50 M: 90 Y: 98 K: 8
c. Layout
Layout adalah menyusun dan mengatur bidang-bidang pada grafis
untuk memperoleh komposisi yang tepat serta mempunyai daya
persuasi yang tepat serta mempunyai daya persuasi yang tinggi.
Penempatan ilustrasi, tipografi baik penempatan maupun ukurannya
ditentukan oleh layout. Layout merupakan pondasi dalam karya
desain grafis. Layout yang digunakan mengandalkan kekuatan pada
maksimalisasi fotografi. Dengan tujuan objek utama yaitu
fotografinya tidak terganggu dengan typografi maupun unsur yang
lain. Layout menggunakan style Prestigious, yaitu penggunaan
bidang kosong yang cukup luas untuk menciptakan keluwesan atau
gracefull sehingga terkesan elegan dan informasi mudah
tersampaikan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Layout style prestigious:
bidang kosong
objek
D. Pemilihan Media dan Media Placement
Pemilihan media yang akan dipakai berdasarkan pada faktor-faktor sebagai
berikut :
1. Identifikasi media yang paling tepat agar mencapai target audience.
2. Efektifitas dari media terpilih.
3. Faktor biaya.
Keberhasilan sebuah promosi tidak cukup ditentukan dari desain yang
menarik maupun pesan yang disampaikan. Pemilihan dan penempatan media juga
sangat berpengaruh pada hasil akhir sebuah promosi. Iklan yang bagus dan
menarik tidak akan mengena pada sasaran jika pemilihan dan penempatan media
kurang diperhatikan. Pemilihan dan penempatan media yang tidak tepat sasaran
akan mengakibatkan salah persepsi bahkan bisa membawa pengaruh negatif
terhadap produk/ jasa yang diiklankan seperti menjatuhkan nama baiknya. Oleh
karena itu dalam sebuah promosi perlu memperhatikan media yang tepat serta
penempatannya agar sesuai dengan sasaran yang dituju. Pemilihan dan
penempatan media perlu memperhatikan dan memahami karakter khusus dari
target audience. Maka pemilihan media berikut disesuaikan dengan karakter target
audience yang mencintai kesenian dan cinta budaya.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Media yang dipilih adalah poster, booklet, flyer, kartu pos, paper bag. web
banner ,website.
1. Poster
a. Pemilihan Media:
1). Media poster dipilih karena sifatnya yang menyajikan visual full color
dapat menarik perhatian target audience.
2). Poster merupakan media komunikasi visual yang efektif untuk
berkampanye atau mempropagandakan suatu pesan.
b. Konseptual Media:
1). Mengkomunikasikan kepada audience tentang keseharian masyarakat
Indonesia yang arif dan adiluhung pada jaman dahulu.
2). Fotografi sebagai elemen utama poster. Body copy sebagai elemen
penjelasan dari objek utama. Logo dan tagline sebagai mandatory.
3). Layout poster dibuat menggunakan style prestigious, yaitu penggunaan
bidang kosong yang luas pada bidang gambar, untuk menciptakan
keluwesan atau gracefull sehingga terkesan elegan.
4). Menonjolkan produk Seni Liping Jopa Japu sebagai objek sekaligus
fokus utama dari layout poster. Dan menyisakan bidang kosong di
sebelah kanan atau kiri bidang gambar.
5). Di bidang kosong ditampilkan body copy sebagai penjelasan dari objek
utama.
6). Menampilkan mandatory di kiri bawah atau kanan bawah, berupa logo
dan tagline Seni Liping Jopa Japu, sebagai closing dari komunikasi yang
disampaikan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
c. Media Placement:
Poster akan di tempel di toko suvenir di bandara Adi Sumarmo, Cafe
Solomio, Cafe Priyayi Keprabon, Hotel Novotel, Homestay Cakra Kauman,
Restoran Omah Sinten, Kraton Kasunanan, Kraton Mangkunegaran, Dinas
Pariwisata Surakarta, dan di gerai Seni Liping Jopa Japu.
Ukuran: A2
Jumlah: 500 lembar
Biaya: Rp 2.000.000,00
2. Katalog
a. Pemilihan Media:
Media ini dipilih karena mampu menyajikan visual dan informasi yang rinci
mengenai produk-produk yang ditawarkan.
b. Konseptual Media:
1). Cover:
Menampilkan judul, logo, tagline, maskot.
2). Halaman pengantar:
Menampilkan foto-foto Seni Liping Jopa Japu yang dirancang sedimikian
rupa, beserta captionnya, sehingga mampu membangun emosi dan
menanamkan di benak audience bahwa Seni Liping Jopa Japu merupakan
sebuah representasi dari kearifan budaya lokal Indonesia.
3). Halaman katalog:
Menampilkan produk-produk Seni Liping Jopa Japu, beserta penjelasan
dan rincian harga produk.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4). Halaman penutup:
Memberikan informasi berupa alamat dan kontak perusahaan Jopa Japu.
5). Cover belakang:
Menampilkan tagline: the real indonesian lifestyle.
c. Media Placement:
Media ini dibagikan gratis sebagai suvenir di gerai Seni Liping Jopa Japu.
Ukuran: 17 x 16,5 cm
Jumlah: 100 exemplar
Biaya: @ Rp 5000,00 x 100 exp = Rp 500.000,00
3. Leaflet
a. Pemilihan Media:
Media ini dipilih untuk menunjang promosi Seni Liping dan memberikan
informasi singkat mengenai Seni Liping serta menginformasikan lokasi dan
alamat gerai Seni liping.
b. Konseptual Media:
Leaflet dirancang dengan mode bolak-balik, yaitu halaman cover dan
halaman isi. Halaman cover menampilkan logo, tagline, dan alamat Jopa
Japu. Halaman isi menampilkan penjelasan tentang Seni Liping Jopa Japu di
halaman kiri dan foto-foto produk di halaman kanan.
c. Media Placement:
Media ini diberikan secara gratis sebagai media publikasi yang akan
dibagikan di bandara, dinas pariwisata, tempat wisata di Solo, hotel,
homestay, dan di gerai Seni Liping Jopa Japu.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Ukuran: 11 x 21 cm
Jumlah: 500 lembar
Biaya: Rp 400.000,00
4. Kartu Pos
a. Pemilihan Media:
Media ini dipilih karena sifatnya yang eksklusif, terkesan elegan dan
modern. Dan banyak pula orang yang menyukainya, bahkan ada yang gemar
mengoleksinya.
b. Konseptual Media:
1). Di form kartu pos ditampilkan foto produk dengan transparan. Di bawah
tengah diberi body copy sebagai penjelasan dari komunikasi.
2). Di halaman sebalik mengkomunikasikan kepada audience tentang
keseharian masyarakat Indonesia yang arif dan adiluhung pada jaman
dahulu.
3). Fotografi sebagai elemen utama. Body copy sebagai elemen penjelasan
dari objek utama. Logo dan tagline sebagai mandatory.
4). Layout dibuat menggunakan style prestigious, yaitu penggunaan bidang
kosong yang luas pada bidang gambar, untuk menciptakan keluwesan
atau gracefull sehingga terkesan elegan.
5). Menonjolkan produk Seni Liping Jopa Japu sebagai objek sekaligus
fokus utama dari layout. Dan menyisakan bidang kosong di sebelah
kanan atau kiri bidang gambar.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
6). Di bidang kosong ditampilkan body copy sebagai penjelasan dari objek
utama.
7). Menampilkan mandatory di kiri bawah atau kanan bawah, berupa logo
dan tagline Seni Liping Jopa Japu, sebagai closing dari komunikasi yang
disampaikan.
c. Media Placement:
1). Karena sifatnya yang eksklusif maka media ini akan dibagikan gratis di
bandara, dinas pariwisata, tempat wisata di Solo, hotel, dan homestay.
2). Media ini dibagikan gratis sebagai suvenir pembelian Seni Liping.
Ukuran: 15 x 9 cm
Jumlah: 500 lembar
Biaya: Rp 250.000,00
5. Paper Bag
a. Pemilihan Media:
Media tas ini dirasa cocok digunakan karena sifatnya awet dan juga
pengaruhnya akan semakin efektif jika pembawanya suka bepergian.
Semakin indah dan awet tas itu, maka semakin lama pesan iklannya tersebar
kepada siapa saja yang melihatnya.
b. Konseptual Media
1). Fotografi sebagai elemen utama.
2). Layout dibuat menggunakan style prestigious, yaitu penggunaan bidang
kosong yang luas pada bidang gambar, untuk menciptakan keluwesan
atau gracefull sehingga terkesan elegan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
3). Menonjolkan produk Seni Liping Jopa Japu sebagai objek sekaligus
fokus utama dari layout.
4). Logo dan tagline sebagai closing dari komunikasi yang disampaikan.
c. Media Palcement:
Media ini dibagikan gratis sebagai suvenir bersama media booklet dan
kartu pos dalam satu wadah paper bag.
Ukuran: 17 x 18 x 13 cm
Jumlah: 100 buah
6. Web Banner
a. Pemilihan Media:
1). Media ini dipilih karena semakin maraknya situs jejaring yang
menawarkan space untuk web banner.
2). Bentuk visual web banner cukup menarik perhatian target audience yang
sedang berselancar di situs jejaring.
b. Konseptual Media
1). Menonjolkan foto produk yang dramatis secara animasi sehingga
membuat audience tertarik untuk meng-klik.
2). Menampilkan logo dan tagline sebagai closing komunikasi di akhir
animasi.
c. Media Placement:
Situs jejaring Facebook dan web soloaja.com.
Ukuran: 468 pixel x 60 pixel
Jumlah: 1 buah
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Biaya: Rp 125.000,00 selama 1 bulan
7. Website
a. Pemilihan Media:
Media ini dipilih karena era internet sudah semakin maju, banyak orang
yang membutuhkan informasi tentang Seni Liping Jopa Japu dari internet.
Maka diperlukan website untuk mengakses secara online.
b. Konseptual Media
Dibagi 4 Halaman, yaitu, Home, About Jopa Japu, Gallery, Alamat dan
kontak.
1). Home:
Halaman home sebagai opening dari website ini.
2). About Jopa Japu:
Menyajikan informasi dan sejarah tentang Seni Liping Jopa Japu
3). Gallery:
Menampilkan foto-foto Seni Liping Jopa Japu yang dirancang sedimikian
rupa, beserta captionnya, sehingga mampu membangun emosi dan
menanamkan di benak audience bahwa Seni Liping Jopa Japu merupakan
sebuah rep