Download - Fr-os Mandibula Parasympisis
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Keperawatan dengan judul:
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Nn. Y.A DENGAN OPEN
FRAKTUR OS MANDIBULA PARASYMPISIS, TINDAKAN
OPERASI PLATING MANDIBULA DI RUANG BEDAH
SENTRAL (GBPT) LANTAI 4 RSUD Dr. SOETOMO
SURABAYA
Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Klinik dan
Akademik.
Mengetahui/Menyetujui:
Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik:
SRI HARTI PADOLI, Skp
NIP. NIP.
KEPERAWATAN PERIOPERATIF
Pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi medis yang
merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang karena
membangkitkan reaksi stress baik fisiologis maupun psikologis. Reaksi
fisiologis berkaitan langsung dengan tindakan bedah itu sendiri, sedangkan
reaksi psikologis meskipun tidak berkaitan langsung dengan tindakan bedah
namun sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pembedahan karena
da-pat memicu respon yang lebih besar.
Pada dasarnya pembedahan merupakan stressor kepada tubuh dan
memicu respon neuroendokrin. Respon terdiri dari sistem saraf simpathi dan
respon hormon yang ber-fungsi melindungi tubuh dari ancaman didera.
Respon sistem saraf simpathi dengan vaso-konstriksi berguna untuk
mempertahankan tekanan darah agar cukup aliran darah ke jantung dan otak.
Kenaikan kardiak output dan pengurangan aktifitas gastrointestinal berguna
untuk mempertahankan tekanan darah, namun memiliki efek negatif
anoreksia, nyeri akibat gas dan konstipasi. Pada respon hormonal,
peningkatan sekresi glucocorticoid (cortex adrenal) menyebabkan retensi
sodium untuk peningkatan volume darah: katabolisme protein dan lemak
untuk penyembuhan menyebabkan peningkatan energi, tersedianya asam
smino sehingga efek negatifnya menyebabkan kehilangan potassium dan
penurunan berat badan. Kenaikan produksi trombosit berguna untuk
mencegah perdarahan melalui pembekuan, namun efek negatifnya
menyebabkan penurunan berat badan, kemungkinan pemben-tukan thrombus,
kenaikan sekresi ADH menyebabkan peningkatan volume darah, namun bisa
memungkinkan kelebihan cairan.
Pada klien lanjut usia, kemampuan mentolerir bedah tergantung pada
luasnya perubahan fisiologi yang terjadi akibat proses usia, lamanya prosedur
bedah dan terdapatnya satu atau lebih penyakit menahun. Perubahan-
perubahan fisiologis pada lansia yang mempengaruhi proses bedah adalah
cardiovasculer, renal, pulmonari dan muskuloskeletal. Kecepatan jantung
yang lebih lamban bisa menyebabkan shock, infeksi luka dan thrombo-
phlebitis. Fungsi ginjal yang menurun menyebabkan respon terlambat
terhadap anestesi serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Fungsi
respiratori yang menurun menye-babkan atelektasis dan pneumonia. Mobilitas
yang berkurang juga bisa menimbulkan atelektasis, pneumonia,
thrombophlebitis serta konstipasi.
Respon psikologi seseorang terhadap pembedahan berbeda-beda.
Pandangan bahwa pembedahan akan menimbulkan kerusakan pada bagian
tubuh tertentu serta nyeri yang hebat menyebabkan klien pada umumnya
merasa takut atau cemas terhadap sesuatu yang belum pasti. Disinilah fungsi
perawat untuk lebih sensitif terhadap kebutuhan psikologis pasien yang akan
menjalani operasi.
Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah
operasi berlangsung. Pada periode pre operatif yang lebih diutamakan adalah
persiapan psikologis dan fisik sebelum operasi. Aspek yang paling penting
pada periode ini adalah pendidikan kesehatan tentang hal-hal yang patut ia
ketahui sebagai persiapan seperti persetujuan operasi sebagai syarat
administratif maupun persiapan-persiapan menjelang operasi seperti puasa,
bercukur, mandi, keramas, dll. Selain itu kesiapan yang tak kalah pentingnya
adalah penyuluhan tentang peristiwa yang akan datang, latihan-latihan yang
diperlukan pada periode pasca bedah guna mencegah komplikasi serta
pengkajian sebelum penyuluhan tentang apa yang diketahui klien tentang
tujuan bedah serta semua prosedur rutin, baik pra maupun
pasca bedah.
Pada periode intra operatif, tugas utama perawat adalah membantu/
bekerjasama dengan tim dalam pelaksanaan operasi. Sedang pada periode
post ope-ratif, tugas perawat adalah membantu klien dalam pemulihan setelah
pembiusan, mempertahankan sistem tubuh berjalan baik, mencegah
komplikasi pasca operasi dan mencegah ketidaknyamanan.
1. PRE OPERATIF
a. Merupakan ijin tertulis yang ditandatangani oleh klien untuk
melindungi klien dari pelimpahan wewenang pembedahan dan
melindungi ahli bedah dan rumah sakit terhadap pengaduan yang tidak
disertai wewenang atau klien tidak menyadari resiko yang menyertai.
b. Pengkajian
Yang perlu dikaji adalah pengetahuan klien tentang:
- Tujuan pembedahan, prosedur pra dan post operasi.
- Latihan-latihan yang diperlukan pada post operasi guna
mencegah kom-plikasi.
- Peristiwa yang akan datang.
2. KESIAPAN PSIKOLOGIS TERHADAP PEMBEDAHAN
Kecemasan yang berat akan mempengaruhi hipotalamus dan
menimbulkan dua me-kanisme yang berbeda. Impuls pertama
disponsori oleh sistem saraf simpatis yang akan mempengaruhi medula
adrenal dalam memproduksi epinephrin dan nor epinephrin. Dalam
keadaan normal, kedua substansi ini akan memberikan sirkulasi darah
yang adekuat sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit terjaga,
suhu tubuh stabil sehingga energi terpenuhi. Tetapi jika produksinya
patologis akan meningkatkan rate dan kontraksi jantung, dilatasi pupil,
penurunan motilitas GI tract hingga terjadi glikogenolisis dan gluko-
neogenesis di hepar. Sedangkan mekanisme kedua akan
mempengaruhi kelenjar hipofise anterior sehingga merangsang produksi
hormon adrenokortikosteroid yaitu aldosteron dan glukokortikoid.
Aldosteron berperan dalam mem-pertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit, reabsorbsi air dan natrium. Glukokortikoid menyediakan
energi pada kondisi emergensi dan penyembuhan jaringan.
Kecemasan dapat timbul karena kesiapan psikologis terhadap
pembedahan belum terjadi. Tanda-tanda fisiologis yang penting dalam
indikasi cemas adalah:
- Kulit : pucat, lembab.
- Pupil: dilatasi.
- Respirasi : lebih dalam.
- Nadi : ritme dan kekuatan meningkat.
- Temperatur: sedikit meningkat.
- GI : anorexia, nausea.
- Motorik : gelisah, gerakan stereotypi, immobilitas
(stress berat).
- Perilaku : rentang perhatian berkurang, kemampuan
mengikuti pe-rintah menurun.
- Interaksi: bertanya terus, pengungkapan negatif.
3. KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI
Data mengenai penginderaan dan bahasa menunjukkan kemampuan klien
untuk mengerti petunjuk-petunjuk dan kemampuan menerima
pengalamam perioperatif.
4. OKSIGENASI
Adanya riwayat gangguan respirasi sangat berpengaruh terhadap
kemampuan mengembangkan paru-paru serta potensial atelektasis atau
pneumonia pasca bedah. Riwayat gangguan vaskuler berpengaruh
terhadap gangguan suplay O2 pasca bedah.
5. NUTRISI
Kelebihan atau kekurangan berat badan dapat dihitung dari rasio tinggi
badan dan berat badan. Defisiensi nutrisi harus dicegah. Intake diit yang
tidak adekuat, mual, anoreksia dan kondisi oral jelek akan mempengaruhi
intake nutrisi sebelum operasi dan merupakan faktor yang harus dipertim-
bangkan pada periode pasca bedah.
6. ELIMINASI
Mobilitas dan ambulatori merupakan kegiatan penting pasca bedah untuk
men-cegah komplikasi. Kurang kegiatan menyebabkan konstipasi pasca
bedah, terutama bila memiliki riwayat konstipasi kronis.
7. AKTIFITAS
Kemampuan bergerak dan berjalan pada pasca bedah akan menentukan
kegiatan yang harus dilaksanakan untuk memberi kesempatan kepada
gerakan yang mak-simum.
8. KENYAMANAN
Kegiatan rutin ataupun prosedur tertentu perlu dijelaskan kepada klien
demi mencegah salah pengertian, serta untuk meningkatkan pengetahuan
dan me-ngurangi kecemasan.
Pada periode intra operatif, pengkajian difokuskan pada perubahan
hemodinamik, ke-amanan dan keselamatan, pengaturan posisi serta
koordinasi kesiapan proses pembe-dahan. Tindakan keperawatan yang harus
dilakukan:
1. Pengelolaan keamanan dan keselamatan fisik.
- Jaminan perhitungan kassa, jarum, instrumen harus cocok untuk
pemakaian.
- Mengatur posisi klien:
a. Posisi fungsional.
b. Membuka daerah operasi.
c. Mempertahankan posisi selama prosedur.
- Memasang alat ground.
- Menyiapkan bahan fisik.
2. Pemantauan fisiologis
- Mengkalkulasi kebutuhan cairan dan pengaruh akibat kekurangan
cairan.
- Membandingkan data abnormal dari cardio pulmonal.
- Melaporkan perubahan.
3. Manajemen keperawatan
- Menyiapkan keselamatan fisik.
- Mempertahankan aseptis lingkungan.
- Mengelola SDM yang efektif.
Pada fase post operatif, pengkajian difokuskan pada kelancaran saluran nafas,
karena bila terjadi obstruksi kemungkinan terjadi gangguan ventilasi yang
mungkin disebab-kan karena pengaruh obat-obatan, anestetik, narkotik dan
karena tekanan diafragma. Selain itu juga penting untuk mempertahankan
sirkulasi dengan mewaspadai terjadinya hipotensi dan aritmia kardiak. Oleh
karena itu perlu memantau TTV setiap 10-15 me-nit dan kesadaran selama 2
jam dan 4 jam sekali.
Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa nyeri dan
kenya-manan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu adanya orientasi dan
bimbingan kegi-atan post op seperti ambulasi dan nafas dalam untuk
mempercepat hilangnya pengaruh anestesi.
FRAKTUR OS.MANDIBULARIS
DEFiNISI
Rusaknya kontinuitas tulang mandibular yang dapat disebabkan oleh trauma
baik secara langsung atau tidak langsung.
PATOFISIOLOGI
A. Penyebab fraktur adalah trauma
Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa
trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses, yaitu :
Osteoporosis Imperfekta
Osteoporosis
Penyakit metabolik
1.
2. TRAUMA
Trauma, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan
posisi dagu langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).
(a) TANDA DAN GEJALA
Nyeri hebat di tempat fraktur
Tak mampu menggerakkan dagu bawah
Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah,
bengkak, krepitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
(b) PEMERIKSAAN PENUNJANG
X-Ray
Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
CCT kalau banyak kerusakan otot.
(c) PENATALAKSANAAN MEDIK
Konservatif : Immobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur.
Operatif : dengan pemasangan Traksi, Pen, Screw, Plate, Wire
( tindakan Asbarg)
(d) RENCANA KEPERAWATAN
Prioritas Masalah
Mengatasi perdarahan
Mengatasi nyeri
Mencegah komplikasi
Memberi informasi tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
NO DX. KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
1. Ansietas
berhubungan dengan
krisis situasio-nal,
ketidakakraban de-
ngan lingkungan,
anca-man kematian,
peruba-han pada
status kese-hatan,
prosedur pra o-perasi
& prosedur pas-ca
operasi.
Sediakan waktu
kunjungan oleh personel
kamar opera-si sebelum
pembedahan ji-ka
memungkinkan, untuk
mendiskusikan hal-hal
yang perlu diketahui
klien sebe-lum
pembedahan.
Informasikan pada
klien/ keluarga tentang
peran ad-vokat perawat
intraoperasi
Identifikasi tingkat
rasa takut yang
mengharuskan
dilakukannya penundaan
prosedur pembedahan.
Beritahu klien
kemungkinan
dilakukannya anestesi
lokal atau spinal dimana
rasa pu-sing atau
mengantuk mung-kin
saja terjadi.
Perkenalkan staf
pada wak-tu pergantian
ke ruang o-perasi.
Kontrol stimuli
Dapat
meredakan
keresahan klien
dan menyediakan
infor-masi untuk
perawat-an
intraoperasi for-
mulatif.
Dapat
mengembang-kan
rasa percaya/
hubungan,
menurun-kan rasa
takut akan
kehilangan kontrol
pada lingkungan
yang asing.
Rasa takut
yang
ber-lebihan/terus-
mene-rus akan
mengaki-batkan
reaksi stress yang
berlebihan.
Dapat
mengurangi
ansietas /rasa
takut.
Menciptakan
hu-bungan dan
2.
Resiko terjadinya
syok berhubungan
dengan perdarahan
yang ba-nyak
eksternal.
KOLABORASI:
Rujuk pada
rohaniawan, spesialis
klinis perawat psi-kiatri,
konseling psikiatri jika
diperlukan.
Diskusikan
penundaan pem-
bedahan dengan dokter,
a-nestesiologis, klien dan
ke-luarga sesuai
kebutuhan.
Berikan obat sesuai
petun-juk, seperti zat-zat
seda-tif, hipnotis;
tranquilizer IV.
INDENPENDEN:
Observasi tanda-tanda
vi-tal.
Mengkaji sumber, lokasi,
dan banyaknya
perdarahan
Memberikan posisi
supinasi
Memberikan banyak
cairan (minum)
KOLABORASI:
Pemberian cairan per
kenya-manan
psikologis.
Suara gaduh
& keri-butan akan
mening-katkan
ansietas.
Konseling
profesio-nal
mungkin dibutuh-
kan klien untuk
me-ngatasi rasa
takut.
Mungkin
diperlukan jika
rasa takut yang
berlebihan tidak
berkurang.
Untuk
meningkatkan
tidur malam hari
se-belum
pembedahan;
meningkatkan ke-
mampuan koping.
Untuk mengetahui
tanda-tanda syok
sedini mungkin.
Untuk menentukan
tindakan.
Untuk mengurangi
perdarahan dan
mencegah
kekurang-an darah
ke otak.
Untuk mencegah
ke-kurangan
cairan (mengganti
infus
Pemberian obat
koagulan- sia (vit.K,
Adona) dan penghentian
perdarahan dengan
fiksasi.
Pemeriksaan
laboratorium (Hb, Ht)
cairan yang hilang)
Pemberian cairan
per infus.
Membantu proses
pembekuan darah
dan untuk
menghen-tikan
perdarahan.
Untuk mengetahui
kadar Hb, Ht
apakah perlu
transfusi atau
tidak.
3. Gangguan rasa
nyaman:
Nyeri sehubungan
de-ngan perubahan
frag-men tulang, luka
pada jaringan lunak,
pema-sangan back
slab, stress, dan
cemas.
INDEPENDEN:
Mengkaji karakteristik
nyeri : lokasi, durasi, in-
tensitas nyeri dengan
menggunakan skala
nyeri (0-10).
Mempertahankan
immobi-lisasi (back
slab).
Berikan sokongan (sup-
port) pada area yang
luka.
Menjelaskan seluruh
pro-sedur di atas.
KOLABORASI:
Pemberian obat-obatan
a-nalgesik.
Untuk mengetahui
tingkat rasa nyeri
sehingga dapat
menentukan jenis
tindak annya.
Mencegah
pergeser-an tulang
dan pene-kanan
pada jaringan
yang luka.
Peningkatan vena
return,
menurunkan
edem, dan
mengura-ngi nyeri.
Untuk
mempersiap-kan
mental serta a-gar
pasien berparti-
sipasi pada setiap
tindakan yang
akan dilakukan.
Mengurangi rasa
nyeri.
4. Resiko tinggi terjadi
infeksi berhubungan
dengan luka terbuka.
INDEPENDEN:
Kaji keadaan luka (konti-
nuitas dari kulit)
terhadap adanya:
edema, rubor, ka-lor,
dolor, fungsi laesa.
Anjurkan pasien untuk
ti-dak memegang
bagian yang luka.
Merawat luka dengan
meng-gunakan tehnik
aseptik.
Mewaspadai adanya
keluhan nyeri
mendadak,
keterbatasan gerak,
edema lokal, eritema
pada daerah luka.
KOLABORASI:
Pemeriksaan darah : leu-
kosit.
Pemberian obat-obatan :
antibiotika dan TT
(Tokso-id Tetanus).
Persiapan untuk operasi
sesuai indikasi.
Untuk mengetahui
tanda-tanda
infeksi.
Meminimalkan
terja-dinya
kontaminasi.
Mencegah
kontami-nasi dan
kemungkin-an
infeksi silang.
Merupakan
indikasi adanya
osteomilitis.
Leukosit yang me-
ningkat artinya su-
dah terjadi proses
infeksi .
Untuk mencegah
kelanjutan terjadi-
nya infeksi dan
pen-cegahan
tetanus.
Mempercepat pro-
ses penyembuhan
luka dan dan
pence-gahan
peningkatan
infeksi.
5. Gangguan aktivitas
berhubungan dengan
kerusakan
neuromusku-ler
skeletal, nyeri, im-
mobilisasi.
INDEPENDEN:
Kaji tingkat immobilisasi
yang disebabkan oleh e-
dema dan persepsi
pasien tentang
immobilisasi tersebut.
Mendorong partisipasi
dalam aktivitas rekreasi
(menonton TV,
membaca koran dll ).
Menganjurkan pasien
untuk melakukan latihan
pasif dan aktif pada
yang cedera maupun
yang tidak.
Membantu pasien dalam
perawatan diri
Auskultasi bising usus,
monitor kebiasaan elimi-
nasi dan menganjurkan
a-gar b.a.b. teratur.
Pasien akan
memba-tasi gerak
karena salah
persepsi (per-sepsi
tidak propor-
sional).
Memberikan
kesem-patan
untuk menge-
luarkan energi,
me-musatkan
perhatian,
meningkatkan
pera-saan,
mengontrol di-ri
pasien dan mem-
bantu dalam
mengu-rangi
isolasi sosial.
Meningkatkan
aliran darah ke
otot dan tulang
untuk mening-
katkan tonus otot,
mempertahankan
mobilitas sendi,
mencegah
kontrak-tur/atropi
dan reap-sorbsi Ca
yang tidak
digunakan.
Meningkatkan
keku-atan dan
sirkulasi otot,
meningkatkan
pasien dalam me-
ngontrol situasi,
me-ningkatkan
Memberikan diit tinggi
protein, vitamin, dan
mi-neral.
KOLABORASI :
Konsul dengan bagian
fisio-terapi.
kemauan pasien
untuk sembuh
Bedrest,
penggunaan
analgetika dan
peru-bahan diit
dapat me-
nyebabkan
penurun-an
peristaltik usus
dan konstipasi.
Mempercepat
proses
penyembuh-an,
mencegah penu-
runan BB, karena
pada immobilisasi
biasanya terjadi
pe-nurunan BB.
Untuk menentukan
program latihan.
6. Kurangnya
pengetahuan ttg
kondisi, prognosa,
dan pengobatan
berhu-bungan
dengan kesa-lahan
dalam penafsir-an,
tidak familier de-
ngan sumber in
formasi
INDEPENDEN:
Menjelaskan tentang
kelainan yg muncul
prognosa, dan harapan
yang akan datang.
Memberikan dukungan
ca-ra-cara mobilisasi
dan am-bulasi
sebagaimana yang di
anjurkan oleh bagian
fisio-terapi.
Pasien mengetahui
kondisi saat ini
dan hari depan
sehingga pasien
dapat menen-
tukan pilihan..
Sebagian besar
fraktur
memerlukan
penopang dan
fiksasi selama
proses pe-
nyembuhan
sehingga
keterlambatan pe-
nyembuhan
Memilah-milah aktifitas
yg bisa mandiri dan
yang ha-rus dibantu.
Mengidentifikasi
pelayanan umum yang
tersedia seper-ti tim
rehabilitasi, perawat
keluarga (home care).
Mendiskusikan tentang
perawatan lanjutan.
disebab-kan oleh
penggunaan alat
bantu yang ku-
rang tepat.
Mengorganisasika
n kegiatan yang
diper-lukan dan
siapa yang perlu
menolongnya
(apakah fisiotera-
pist, perawat atau
ke luarga).
Membantu
memfasi-litasi
perawatan
mandiri, memberi
support untuk
man-diri.
Penyembuhan
frak-tur tulang
kemung-kinan
lama (kurang lebih
1 tahun) se-hingga
perlu disiap-kan
untuk perenca-
naan perawatan
lan-jutan dan
pasien ko-operatif.
PENGKAJIAN DATA
Nama Mahasiswa : Subhan
NIM : 010030170 B
Tempat Praktek : Ruang Bedah G
Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2001
I. IDENTITAS
Nama : Nn. Y.A
Umur : 16 tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia.
Agama : Islam.
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SLTP kelas II
Alamat : Jl. Dongho Rt. 2/2 Trenggalek
Alasan Dirawat: Jatuh dari sepeda motor, rahang/muka bawah (dagu) pa- tah. Gigi bagian atas dan
bawah tanggal 3/2.
Keluhan Utama Sebelumnya:
Nyeri, sakit kepala, membuka mulut dan bicara sakit sekali, gigi atas dan
bawah tanggal 3/2, sebagian goyang. Klien tidak mau makan dan minum.
Upaya yang telah dilakukan:
Klien dibawa ke puskesmas didekat tempat kejadian, tetapi karena tidak
sanggup menangani, kemudian dirujuk ke IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya
dan dianjurkan untuk menjalani perawatan.
Terapi/Operasi yang pernah dilakukan:
Debridement di IRD dengan anestesi umum tanggal 28 Mei 2001.
II. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
2.1 Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Post debridement open fraktur mandibula para sympisis tanggal 28 Mei
2001.
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang:
Nyeri pada wajah dan mulut, terutama rahang bawah/dagu patah, gi-gi
atas dan bawah tanggal 3/2, tidak mau makan dan minum, bila bicara
te-rasa sakit.
2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga:
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit/kecelakaan seperti yang
di alami klien. Demikian pula dengan penyakit hipertensi.
III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum:
Keadaan umum klien lemah, klien merasa nyeri pada saat bicara, wa-
jah bengkak. Gigi atas dan bawah tanggal 3/2, sebagian goyang.
Klien tampak pucat dan gelisah.
2. Tanda-tanda Vital:
Suhu 37,2oC/axilla, nadi 84x/menit, kuat dan teratur, tensi diukur
dengan klien berbaring pada lengan kiri, hasilnya= 120/90 mmHg,
pernafasan normal, 24x/menit, denyut jantung teratur. Lainnya: akti-
fitas agak terganggu karena obstruksi bekuan darah dan tampon.
3. Sistem Tubuh (Body Systems):
3.1 PERNAFASAN (B1: BREATHING)
Hidung : terdapat bekuan darah.
Trachea : letaknya normal, nafas dangkal
Bentuk dada : simetris.
3.2 CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)
Ada keluhan sakit kepala.
Suara jantung: normal.
Edema : tidak ada.
3.3 PERSYARAFAN (B3: BRAIN)
Kesadaran: compos mentis.
GCS : E= 4 V=5 M= 6
Total nilai: 15
Kepala dan wajah: memar pada dahi dan bengkak.
Mata:
- Sklera: merah, karena ada perdarahan.
- Pupil : isokor.
3. Persepsi Sensori
Pendengaran kiri dan kanan normal.
Penciuman : terganggu karena pada hidung ada bekuan darah dan dipa
sang tampon.
Pengecapan : tidak dikaji.
Penglihatan : agak kabur karena terjadi pembengkakan.
Perabaan : tidak ada kelainan.
3.4 PERKEMIHAN- ELIMINASI URI (B4: BLADDER)
Produksi urine: dalam 24 jam 600-1000 ml, frekuensi 3 – 4x/hari.
Warna : kuning. Bau: amoniak.
3.5 PENCERNAAN – ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)
-Mulut dan tenggorok: sulit dibuka, terbuka pada parasympisis
man- dibula.
- Abdomen : normal.
-Rectum : normal.
-BAB : 1-2x/hari, konsistensi agak keras. Ketika
BAB tidak ada masalah.
-Diet : cair.
3.6 TULANG – OTOT – INTEGUMEN (B6: BONE)
Kemampuan pergerakan sendi: bebas.
Extremitas:
- Atas : tidak ada kelainan.
- Bawah : tidak ada kelainan.
Kulit:
-Warna kulit : pucat.
- Akral : hangat.
- Turgor : baik.
3.7 SISTEM ENDOKRIN
Riwayat pertumbuhan & perkembangan fisik : kelemahan.
3.8 SISTEM HEMATOPOIETIK
Type darah: luka memar didahi.
3.9 REPRODUKSI
(1) Perempuan:
Vagina : tidak ada kelainan.
Uretra : tidak ada kelainan.
Payudara : tidak ada kelainan.
Axilla : tidak ada kelainan.
Siklus haid : hari ke-14, tidak ada kelainan.
3.9 PSIKOSOSIAL
Konsep diri:
Citra diri/body image
- Persepsi terhadap kehilangan bagian tubuh:
Klien cemas dan takut karena ia tidak tahu/tidak mengerti
mukanya akan diapakan bila dioperasi nanti dan apakah bisa
kembali seperti se-diakala. Klien takut mukanya terutama
rahang dan giginya akan sangat menyeramkan/buruk.
(2) Identitas
- Status klien dalam keluarga: anak.
- Kepuasan klien terhadap status dan posisinya dalam keluarga:
puas.
- Kepuasan klien terhadap jenis kelaminnya: puas.
(3) Peran
- Tanggapan klien terhadap perannya: senang.
- Kemampuan/kesanggupan klien melaksanakan perannya:
sanggup.
- Kepuasan klien melaksanakan perannya: puas.
(4) Ideal diri/Harapan
Harapan klien terhadap:
-Tubuh: bagaimana nanti wajahnya bisa kembali seperti semula
atau ti- dak, terutama rahang dan giginya.
Harapan klien terhadap lingkungan:
-Sekolah: bagaimana sekolahnya, karena sebentar lagi ulangan.
Harapan klien terhadap penyakit yang sedang dideritanya:
Klien berharap agar operasi dapat dilaksanakan dengan baik dan
lancar.
(i) Harga diri
- Tanggapan klien terhadap harga dirinya: sedang.
Sosial/Interaksi
- Hubungan dengan klien: tidak kenal.
- Reaksi saat interaksi : kontak mata.
- Konflik yang terjadi terhadap: peran
3.10 SPIRITUAL
Konsep tentang penguasa kehidupan: Allah.
Sumber kekuatan/harapan disaat sakit: Allah.
Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini: shalat.
Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual
agama yang diharapkan saat ini: minta didoakan oleh orangtua dan
saudara-sauda-ranya..
Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam
menghadapi situ-asi sakit saat ini: klien meyakininya.
Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: klien
mem-percayainya.
Persepsi terhadap penyebab penyakit: sebagai cobaan/peringatan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 29 Mei 2001:
- Leukosit : 4,4x1000/UL
- Ery : 2,98x1 juta/UL
- Hb : 8,9 gr %
- HCT : 25,8%
- Diff :
Eos : 3
Lym : 42
Mono: 1
- LED : 74 mm/jam.
- PPT : 12,6 C: 11,6
- KPTT : 30,7 C:31,2
- BUN : 22 mg/dl
- SGOT: 58 U/L
- SGPT : 17 U?L
Terapi Post Operasi:
- Infus RL:D5 20 tetes/mnt.
- Injeksi Cefetason 1 gr 3x1 vial.
- Injeksi Kalnex 3x1 amp.
- Injeksi Antalgin 3x1 amp.
- Betadine kumur.
- Diet: cair.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Diagnostik Keperawatan. EGC. Jakarta.
Doengoes, Marilyn E, et all. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman
Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.
Jakarta.
Donna. 1995. Medical Surgical Nursing; 2nd edition. WB Saunders.
Long, C. Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan Vol. 3. IAPK Pajajaran. Bandung.
Padoli. 2000. Diktat Kuliah PSIK Angkatan I TA. 1999/2000. Surabaya.
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A
Nursing Process Approach. St. Louis. Cv. Mosby Company.
ANALISA DATA
No KELOMPOK DATA KEMUNGKINAN
PENYEBAB
MASALAH DIAGNOSA
1.
30/5/
2001
DS: Klien mengatakan
ia sangat takut &
ce-mas.
DO: -Klien tampak geli-
sah.
-Pucat &
berkeringat
-Nadi= 84x/mnt.
-RR= 24x/mnt.
-Tensi=120/80
mm- Hg.
Situasi krisis,
a-sing
terhadap
lingkungan &
ku-rangnya
penge-tahuan
terhadap
tindakan
operasi
Cemas Cemas
berhu-
bungan
dengan
situasi krisis,
asing
terhadap
lingkungan &
kurangnya
pe-
ngetahuan
terhadap tin-
dakan
operasi.
2.
30/5/
2001
DS: Klien mengeluh
nyeri pada
mulut.
DO: -Foto Ro’ Fr.
Mandi-bula
Parasympisis.
-Bibir robek.
-Gigi atas & bawah
tanggal 3/2.
Perubahan
frag-men
tulang, luka
pada jaringan
lu-nak/mukosa
mu-lut.
Nyeri Nyeri berhu-
bungan
dengan
perubahan
fragmen tu-
lang, luka
pada jaringan
lunak
/mukosa
mulut
3.
30/5/
2001
Post operasi:
DS: -
DO: -RR= 24x/mnt.
-OTT masih terpa-
sang.
-Klien belum
sadar.
Kurangnya eks-
pansi paru aki-
bat pengaruh
o-bat anestesi.
Pola nafas ti-
dak efektif.
Pola nafas ti-
dak efektif
berhubungan
dengan
kurang nya
ekspansi
paru oleh pe-
ngaruh obat
anestesi.
4. DS: Klien merintih
kesa-kitan ketika
Disrupsi
integri-tas
kulit, jaring-an,
Resiko tinggi
nyeri akut.
Resiko tinggi
nyeri akut
berhubungan
30/5/
2001
sadar.
DO: -Mukosa bibir dija-
hit (10 jahitan).
-Pada os
mandibula
parasympisis
terpa-sang kawat
2 & 6 screw serta
2 plat.
otot & tulang
karena
prosedur
pembedahan.
dengan
disrup-si
integritas
kulit,
jaringan, otot
& tulang
karena prose-
dur pembe-
dahan.
RENCANA TINDAKAN PERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan
&
Hasil Yang Diharapkan
Rencana Tindakan Rasional
1.
30/5/
2001
Pre operasi:
Krisis situasi, asing ter-
hadap lingkungan &
ku-rangnya
pengetahuan terhadap
tindakan ope-rasi.
Tujuan:
Kecemasan berkurang
dalam.
Kriteria hasil:
-Ekspresi wajah tenang
(tidak gelisah).
-TTV:
Tensi= 120/80
mmHg.
Nadi= 80x/mnt.
RR= 16x/mnt.
1. Jelaskan secara
singkat & jelas tentang
penyakit & proses/jenis
pembeda-han.
2. Berikan HE pre
operatif:
-Orientasi ruangan.
-Orientasi keadaan
yang akan dihadapi.
-Tindakan prosedur.
-Latihan nafas dalam.
3. Ajak klien untuk
berdoa & menyerahkan
1. Membantu
klien
memahami
proses
penyakitnya &
me-mahami
proses/ je-nis
operasi yang
a-kan
dijalaninya.
2. Membantu
klien untuk
beradap-tasi
dengan ke-
adaan di
lingku-ngan
kamar ope-rasi
serta me-
mahami
tentang situasi
yang a-kan
dihadapinya
sehingga kece-
jalannya operasi
kepada Tuhan.
4. Berikan
support/dukung-an
pada klien.
5. Ajak klien untuk
berdis-kusi mengenai
hal-hal yang ingin
diketahui ser-ta
perbaiki pendapat kli-
en yang keliru.
masan berku-
rang/hilang.
3. Untuk
membe-rikan
keperca-yaan
diri & ke-
yakinan pada
klien serta
kesi-apan
mental bahwa
klien a-kan
ditolong.
4. Agar klien
me-rasa
mempero-leh
dukungan &
memberikan
kli-en
kepercayaan
diri.
5. Untuk
mengalih-kan
perhatian klien
& membe-
rikan keperca-
yaan diri klien.
2.
30/5/
2001
Nyeri berhubungan de-
ngan perubahan
fragmen tulang, luka
pada jaringan lunak.
Tujuan:
Nyeri berkurang
dalam.
Kriteria hasil:
- Klien
melaporkan nyeri
hilang /terkontrol.
1. Kaji karakteristik
nyeri.
2. Pertahankan
immobilisasi
3. Berikan sokongan
1. Untuk
mengeta-hui
tingkat rasa
nyeri sehingga
dapat
menentu-kan
jenis tinda-kan
.
2. Mencegah
per-geseran
tulang &
penekanan
pada jaringan
- Klien mengikuti
program pe-ngobatan
yang dibe-rikan.
pada rahang yang
luka.
4. Jelaskan prosedur
tinda-kan yang akan
dilakukan.
Kolaborasi:
5. Berikan obat-
obatan a-nalgesik.
yang luka.
3. Peningkata
n ve-na return
menu-runkan
edem &
mengurangi
nye-ri.
4. Untuk
memper-
siapkan
mental serta
agar klien
berpartisipasi
pada setiap
tin-dakan yang
akan
dilakukan.
5. Untuk
mengura-ngi
nyeri.
3. Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan
ku-rangnya ekspansi
paru karena pengaruh
obat anestesi.
Tujuan:
Pola nafas efektif
dalam 24 jam.
Kriteria hasil:
-Klien sadar penuh.
-RR= 16x/mnt.
-Bernafas secara
normal melalui hidung
& mulut.
1. Atur posisi untuk
mem- bebaskan jalan
nafas.
2. Lakukan suction
untuk mencegah
aspirasi.
3. Berikan O2 3-5 l.
4. Bila klien sudah
sadar an-jurkan untuk
1. Untuk
mencegah
obstruksi jalan
nafas, lidah ja-
tuh
kebelakang
atau
mencegah
aspirasi bila
muntah.
2. Untuk
mencegah
resiko terjadi-
nya aspirasi.
3. O2 yang tinggi
menyebabkan
ekspansi paru
mengembang
batuk dan nafas dalam. maksimal.
4. Agar paru me-
ngembang
lebih cepat
akibat bantuan
otot
pernafasan &
pengembanga
n rongga dada.
4.
30/5/
2001
Resiko tinggi
berhubung-an dengan
disrupsi integ-ritas
kulit jaringan, otot &
tulang karena prosedur
pembedahan.
Tujuan:
Nyeri akut tidak
terjadi.
Kriteria hasil:
- TTV:
Tensi= 120/80
mmHg.
Nadi= 81x/mnt.
RR= 16x/mnt.
-Klien tidak gelisah.
1. Berikan injeksi
analgesik.
2. Evaluasi nyeri
klien.
3. Atur posisi yang
nyaman.
4. Berikan informasi
bila terjadi nyeri.
1. Untuk
mengura-
ngi/mencegah
nyeri.
2. Untuk
mengeta-hui
tingkat nye-ri
& keberhasil-
an pengaruh
pemberian
tera-pi
analgesik.
3. Untuk
mengalih-kan
rasa nyeri
klien.
4. Agar dapat
se-gera
diberikan
tindakan
sesuai dengan
indikasi.
TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl. Jam Tindakan Keperawatan
30/5/
2001
07.35
wib
S/D
07.55
wib
S/D
08.10
wib
08.15
wib
S/D
09.20
wib
09.40
wib
09.55
wib
S/D
11.35
wib
Pre operasi:
- Menjelaskan kepada klien bahwa ia akan dioperasi untuk
dipasang plate pada rahang yang patah.
- Menjelaskan kepada klien bahwa ia akan dibawa ke
ruangan opera-si dimana banyak terdapat lampu-lampu &
alat-alat untuk pembe-dahan & disana ia ditidurkan oleh ahli
bius sehingga tidak lagi me-rasakan sakit.
- Menganjurkan klien untuk latihan nafas dalam & berdoa
menurut keyakinannya.
- Memberikan support & sentuhan secara wajar.
- Memberikan obat pre medikasi injeksi.
- Memberikan sokongan pada leher.
- Melarang klien untuk banyak bergerak.
- Membawa klien ke ruang operasi 411.
Intra Operasi:
- Menjelaskan pada klien bahwa ia akan dibius supaya
tidur & tidak akan merasakan sakit saat dilakukan operasi.
- Menjelaskan operator, anestesi & perawat yang akan
melaksana-kan operasi.
- Mengatur posisi klien terlentang.
- Membantu pelaksanaan operasi sebagai perawat
instrumen II.
- Operasi plating mandibula:
5 hole 4 screw (7 cm 2 atas).
4 hole 2 screw (5 cm 2 bawah).
Wire 2 pada gigi.
Post operasi:
- Menjelaskan bahwa bila reaksi obat bius hilang lukan
akan terasa nyeri.
- Memberikan injeksi Antigen 1 ampul/IM.
- Mengatur posisi klien kepala miring ke kiri serta agak
ekstensi.
- Memberikan O2 4 ltr & melakukan suction.
- Mengajarkan klien batuk & nafas dalam.
11.45
wib
- Memonitor tanda-tanda vital:
Tensi= 110/80 mmHg.
Nadi=80x/mnt.
RR= 20x/mnt.
Suhu= 36,7oC.
-Klien dibawa ke ruangan bedah F.
EVALUASI
No. Diagnosa Evaluasi
1.
30/5/
2001
1 S: Klien merasa senang ditemani tapi tetap merasa
khawatir o-perasinya tidak bisa mengembalikan
rahangnya menjadi normal kembali.
O: - Klien terus berdoa & minta ditemani.
- Gelisah.
- Pucat dan berkeringat.
- Nadi= 84x/mnt, RR= 20x/mnt.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Rencana intervensi diteruskan.
2.
30/5/
2001
2 S: Klien merintih kesakitan bila membuka mulut/bicara.
O: - Bibir masih robek.
- Mandibula masih belum tersambung (patah).
- Klien Pucat dan berkeringat menahan sakit.
- Nadi= 84x/mnt, RR= 20x/mnt.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Tetap teruskan rencana intervensi setelah post operasi.
3.
30/5/
2001
3 S: -
O: - Extubasi OTT ganti nasal canule.
- Nafas spontan. Batuk dan nafas dalam.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Teruskan rencana intervensi. Pertahankan kondisi
klien.
4.
30/5/
2001
4 S: Klien tidak lagi merintih kesakitan dan dapat tidur.
O: - Klien tidak gelisah.
- Tidak ada tanda perdarahan.
- Klien tampak tenang.
- TTV dalam batas normal.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Tetap teruskan intervensi serta pertahankan kondisi
klien.