i
GAMBARAN KONSENTRASI PROTEIN TOTAL SALIVA
PADA PEROKOK E-CIGARETTE, PEROKOK CIGARETTE,
DAN NON PEROKOK DENGAN TEKNIK BRADFORD ASSAY
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
DISUSUN OLEH
Maharani Rachma Dhanti Putri
11151030000018
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2018 M
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan semesta
alam yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga laporan
penelitian ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Sholawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
selalu menjadi panutan kehidupan.
Penulis menyadari laporan penelitian ini tidak dapat tersusun
sedemikian rupa tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD, FINASIM selaku
Dekan Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp. OT selaku Ketua Program Studi
Kedokteran FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku Penanggung Jawab
Riset Program Studi Kedokteran angkatan 2015 dan sebagai
Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, pikiran, serta
tenaganya untuk membimbing penulis selama proses pembuatan
laporan ini, dari mulai pengambilan data, penyusunan laporan,
hingga laporan ini terselesaikan.
4. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL selaku Pembimbing II
yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk terus
memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat untuk penulis
sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
5. Kedua orangtua tercinta penulis, Yusuf Radiyanto dan Nurdiana
serta adik kandung penulis Achmad Raivan yang turut serta
vi
memberikan dukungan, semangat, dan do’a sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
6. Mbak Lilis dan Mbak Ayi selaku laboran lab riset dan lab
biologi yang telah meluangkan waktunya untuk menemani dan
membantu penulis selama mengerjakan sampel di lab.
7. Aqiila Puterikami, Febri Nugraheni, Putri Naira, Rifka Annisa
selaku teman-teman seperjuangan dalam mengerjakan laporan
ini. Penulis merasa bersyukur atas waktu, pikiran, tenaga yang
telah diluangkan teman-teman sehingga laporan ini dapat
terselesaikan.
8. Seluruh perokok e-cigarette khususnya di Volvox vape store
dan Mr Flava vape store yang telah bersedia menjadi sampel
penelitian penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian ini.
9. Sahabat tercinta dan tersayang penulis selama menjalani masa
preklinik, Aqiila, Anjani, Febri, Meyasi, Viska, Shafira yang
menjadi tempat keluh kesah penulis.
10. Sahabat yang selalu ada, Gea RI Handayani yang menjadi
penyeimbang mood dan memberikan semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan laporan ini.
11. Teman-Teman Amigdala 2015.
12. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan
dukungan baik langsung maupun tidak langsung yang tentunya
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun penulis serta
penelitian ini menjadi lebih baik di masa depan. Semoga penelitian
vii
yang telah dilakukan ini mendapatkan ridho Allah SWT dan
memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya, Aamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ciputat, 30 November 2018
Penulis
viii
ABSTRAK
Maharani Rachma Dhanti Putri. Program Studi Kedokteran. Gambaran
Konsentrasi Protein Total Saliva pada Perokok E-cigarette, Perokok
Cigarette, dan Non Perokok dengan Teknik Bradford Assay.
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran konsentrasi protein total saliva pada
perokok e-cigarette, perokok cigarette, dan non perokok.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang yang
diikuti oleh 11 orang laki-laki perokok e-cigarette, 11 orang laki-laki perokok
cigarette, dan 16 orang laki-laki non perokok sebagai kontrol. Dilakukan
pemeriksaan fisik gigi dan mulut oleh dokter gigi dan pengumpulan saliva tidak
distimulasi untuk seluruh partisipan yang diinklusi. Pengukuran konsentrasi
protein total saliva menggunakan teknik Bradford Assay. Hasil: Nilai rerata
konsentrasi protein total saliva perokok e-cigarette (0,60 mg/ml) cenderung lebih
tinggi dari perokok cigarette (0,56 mg/ml) dan non perokok (0,53 mg/ml). Dari
hasil pemeriksaan, didapatkan kebersihan gigi dan mulut (DI, CI, GI, dan OHIS)
pada perokok cigarette lebih buruk dari perokok e-cigarette dan non perokok.
Kesimpulan: Konsentrasi protein total saliva perokok e-cigarette cenderung lebih
tinggi dibandingkan dengan perokok cigarette maupun non perokok.
Kata Kunci: Konsentrasi protein total saliva, e-cigarette, cigarette
ABSTRACT
Maharani Rachma Dhanti Putri. School of Medicine. Total Salivary Protein
Concentration on E-Cigarette Users, Cigarette Users, and Non Smokers with
Bradford Assay Technique.
Objective: To know the total salivary protein concentration on e-cigarette users,
cigarette users, and non smokers.
Methods: This research is conducted using a cross sectional study design,
followed by 11 males e-cigarette users, 11 males cigarette users, and 16 males non
smokers as control group. Physical examination of mouth and teeth is conducted
to all subjects by the dentist and unstimulated whole saliva were collected for
inclusive subject. Measurement of total salivary protein concentration were using
Bradford Assay technique. Results: The mean value of total salivary protein
concentration in e-cigarette users (0,60 mg/ml)) were tends to higher than
cigarette users (0,56 mg/ml) and non smokers (0,53 mg/ml). Based on dental and
oral hygiene (DI, CI, GI, and OHIS), the cigarette users are poorer than e-cigarette
users and non smokers. Conclusions: The total salivary protein concentration in
e-cigarette users tends to increase than cigarette users and non smokers.
Key: Total salivary protein concentration, e-cigarette, cigarette
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................. vii
ABSTRACT ........................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xii
DAFTAR TABEL.................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xv
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 3
1.3 Hipotesis ............................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................ 3
1.4.1 Tujuan Umum ......................................................... 3
1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................. 3
1.5.1 Manfaat bagi Peneliti .............................................. 3
1.5.2 Manfaat bagi Masyarakat ....................................... 4
1.5.3 Manfaat bagi Civitas Akademika UIN ................... 4
x
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 5
2.1 Landasan Teori ................................................................... 5
2.1.1 Saliva ....................................................................... 5
2.1.1.1 Definisi Saliva ............................................ 5
2.1.1.2 Fungsi Saliva .............................................. 5
2.1.1.3 Anatomi Kelenjar Saliva ............................ 6
2.1.1.4 Sekresi Saliva ............................................. 8
2.1.1.5 Perbandingan Komponen Saliva dan
Plasma Manusia ........................................ 12
2.1.2 Rokok E-cigarette ................................................... 13
2.1.2.1 Sejarah Rokok E-cigarette ......................... 13
2.1.2.2 Komponen Rokok E-cigarette .................... 14
2.1.2.3 Kandungan Rokok E-cigarette ................... 15
2.1.2.4 Dampak Rokok E-cigarette ........................ 16
2.1.3 Rokok Cigarette....................................................... 17
2.1.3.1 Definisi Rokok Cigarette ........................... 17
2.1.3.2 Klasifikasi Perokok Cigarette .................... 18
2.1.3.3 Kandungan Rokok Cigarette ...................... 19
2.1.3.4 Efek Merokok terhadap Saliva ................... 21
2.1.3.5 Efek Merokok terhadap Kesehatan Gigi
dan Mulut ................................................. 22
2.1.4 Coomasie-Dye Binding Assay (Bradford Assay) .... 26
2.2 Kerangka Teori ................................................................... 27
2.3 Kerangka Konsep ................................................................ 28
2.4 Definisi Operasional ........................................................... 29
xi
BAB 3. METODE PENELITIAN ........................................................ 34
1.1 Desain Penelitian ................................................................ 34
1.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 34
1.3 Besar Sampel ...................................................................... 34
1.4 Kriteria Subjek Penelitian ................................................... 36
1.5 Alat dan Bahan Penelitian .................................................. 37
1.6 Cara Kerja Penelitian .......................................................... 38
1.7 Manajemen Analisis Data ................................................... 41
1.8 Alur Penelitian .................................................................... 41
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 42
4.1 Hasil Penelitian ................................................................... 42
4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian ................................. 42
4.1.2 Karakteristik Subjek Perokok E-cigarette ................. 43
4.1.3 Karakteristik Subjek Perokok Cigarette .................... 44
4.1.4 Status Kesehatan Gigi dan Mulut Subjek
Penelitian .................................................................. 46
4.1.5 Konsentrasi Protein Total Saliva ............................... 47
4.2 Aspek Keislaman ................................................................ 49
4.3 Keterbatasan Penelitian....................................................... 50
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 52
5.1 Simpulan ............................................................................. 52
5.2 Saran ................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 53
LAMPIRAN ........................................................................................... 58
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Saliva ..................................................... 6
Gambar 2.2 Kontrol Sekresi Saliva......................................................... 9
Gambar 2.3 Sekresi Saliva ...................................................................... 10
Gambar 2.4 Pengaturan Sekresi Saliva Oleh Saraf Parasimpatis ........... 11
Gambar 2.5 Perbandingan Saliva dan Plasma ........................................ 12
Gambar 2.6 Perkembangan Bentuk Rokok E-Cigarette ......................... 13
Gambar 3.1 Larutan BSA ........................................................................ 39
Gambar 3.2 Larutan PBS ........................................................................ 39
Gambar 3.3 Reagen Bradford Assay ...................................................... 40
Gambar 3.4 Microplate ........................................................................... 40
Gambar 3.5 Perubahan Warna Sampel Protein....................................... 40
Gambar 3.6 Alat Sentrifugasi .................................................................. 41
Gambar 4.1 Scatter Plot Konsentrasi Protein Total Saliva ..................... 49
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Pemeriksaan Debris Index (DI) ................................. 23
Tabel 2.2 Kriteria Pemeriksaan Calculus Index (CI) .............................. 24
Tabel 2.3 kriteria Pemeriksaan Gingiva Index (GI)................................ 25
Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian .............................................. 42
Tabel 4.2 Karakteristik Subjek Perokok E-cigarette .............................. 44
Tabel 4.3 Karakteristik Subjek Perokok Cigarette ................................. 45
Tabel 4.4 Status Kesehatan Gigi dan Mulut Subjek Penelitian .............. 46
Tabel 4.5 Gambaran Konsentrasi Protein Total Saliva Perokok
E-Cigarette, Cigarette, dan Non Perokok ............................................... 47
xiv
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
E-Cigarette : Electronic Cigarette
DI : Debris Index
CI : Calculus Index
GI : Gingiva Index
OHIS : Oral Hygiene Index Simplified
IB : Indeks Brinkman
BSA : Bovine Serum Albumine
PBS : Phosphate Buffer Saline
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Informed Consent dan Data Responden .............. 58
Lampiran 2. Riwayat Penulis .................................................................. 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
World Health Organization (WHO) tahun ini (2018) menyebutkan
bahwa setiap tahunnya rokok cigarette membunuh 7 juta orang. Lebih dari
6 juta orang yang meninggal tersebut adalah perokok cigarette aktif,
sementara sekitar 890.000 orang adalah second hand smoker. Di
Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013
melaporkan proporsi perokok cigarette aktif secara keseluruhan sebesar
29,3%. Khusus untuk wilayah Banten, penduduk yang merupakan perokok
cigarette rutin setiap hari adalah sebesar 26%. Angka ini lebih tinggi
dibandingkan persentase perokok cigarette rutin setiap hari di wilayah
DKI Jakarta yaitu sebesar 23,2%. Berdasarkan usia, proporsi terbanyak
perokok cigarette aktif ada pada usia 30-34 tahun sebesar 33,4% dengan
rerata jumlah batang rokok yang dihisap per hari per orang adalah 12,3
batang (setara dengan satu bungkus).1, 2
Saat ini, rokok cigarette dikembangkan menjadi lebih modern dan
mahal, yang kita kenal sebagai rokok e-cigarette. Sebenarnya, rokok jenis
ini sudah ada sejak tahun 1963, lalu diperbaharui tahun 2003 dan baru
disebarluaskan sekitar tahun 2006. Tujuan awal dibuatnya rokok jenis ini
adalah mengurangi atau menghilangkan kandungan zat-zat toksik yang
terdapat dalam rokok cigarette yang dianggap lebih banyak memberikan
dampak negatif bagi tubuh, salah satunya terhadap rongga mulut. Selain
itu, rokok e-cigarette juga digunakan untuk terapi bagi perokok cigarette
aktif yang ingin berhenti merokok. Ternyata, terdapat persamaan
kandungan rokok cigarette dan rokok e-cigarette, yaitu keduanya
mengandung nikotin dimana bisa menimbulkan efek adiksi. Namun, ada
kandungan yang berbeda, yaitu pada rokok e-cigarette terdapat glikol dan
perasa dimana kedua kandungan tersebut menyebabkan rokok e-cigarette
memiliki daya tarik yang cukup tinggi di kalangan masyarakat.
Saliva juga bagian dari sistem pertahanan di rongga mulut yang
merupakan hasil sekresi eksokrin dengan komposisi 99,5% H2O dan 0,5%
2
elektrolit serta protein dalam bentuk enzim, immunoglobulin, glikoprotein
mukosa, albumin, dan beberapa oligopeptida. Keseluruhan komposisi
cairan tersebut mempengaruhi kondisi fisiologis mulut dan gigi. Oleh
karena itu, gangguan pada aliran atau kualitas saliva dapat mempengaruhi
keadaan rongga mulut. Karena komposisinya yang sama dengan plasma,
maka saliva banyak digunakan sebagai sampel pemeriksaan biomarker
kondisi patologis rongga mulut.3, 4, 5
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Canistro, dkk (2016) secara
in vivo pada rat lung model ditemukan bahwa rokok e-cigarette
mempunyai efek terhadap fase I carcinogen bioactivating enzymes,
termasuk aktivator polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs), dan
meningkatkan produksi radikal bebas.6
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Arian (2016), menyebutkan
bahwa kadar protein total saliva pada non perokok lebih tinggi
dibandingkan dengan perokok cigarette. Pernyataan tersebut menguatkan
penelitian Fujinami (2009), yang menyatakan bahwa terdapat penurunan
kadar protein total saliva tikus pada hari ke-15 paparan terhadap rokok
cigarette, jika dibandingkan dengan tikus kontrol. Dalam penelitian
tersebut, dilakukan pengamatan secara histologi yang memperlihatkan
perubahan pada kelenjar saliva tikus, yakni terjadi degenerasi vakuola,
vasodilatasi, dan hiperemis. Selain itu, penelitian yang dilakukan Ali
Fattahi, dkk (2014) menyatakan bahwa terdapat penurunan kadar protein
total, kalsium, timbal, dan zink pada saliva perokok cigarette, walaupun
perbedaannya tidak terlalu signifikan dengan non perokok. Penelitian yang
serupa juga dilakukan oleh Kolte, dkk (2012) terhadap perokok cigarette
dengan kondisi periodontitis kronik yang hasilnya menujukkan terdapat
penurunan konsentrasi protein total saliva, kalsium, magnesium, dan
fosfor pada perokok cigarette dengan periodontitis kronik. 7, 8, 9, 10
Hingga saat ini, bagaimana konsentrasi protein total saliva pada
perokok e-cigarette belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsentrasi protein total saliva
pada perokok e-cigarette serta melihat perbedaannya dengan perokok
3
cigarette dan non perokok. Pengukuran kadar protein total saliva pada
penelitian ini menggunakan teknik Bradford Assay.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran konsentrasi protein total saliva perokok e-cigarette,
perokok cigarette, dan non perokok?
1.3 Hipotesis
Terdapat kecenderungan antara konsentrasi protein total saliva perokok e-
cigarette, perokok cigarette, dan non perokok.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran konsentrasi protein total saliva pada perokok e-
cigarette, perokok cigarette, dan non perokok.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui kecenderungan konsentrasi protein total saliva pada
perokok e-cigarette dan perokok cigarette.
2. Mengetahui kecenderungan konsentrasi protein total saliva pada
perokok e-cigarette dan non perokok.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1.5.1 Manfaat bagi Peneliti
1. Merupakan syarat kelulusan preklinik Program Studi Kedokteran
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Menambah pengetahuan mengenai kadar protein saliva pada perokok
e-cigarette, perokok cigarette, dan non perokok.
4
1.5.2 Manfaat bagi Masyarakat
1. Menambah pengetahuan mengenai dampak penggunaan rokok e-
cigarette terhadap kadar protein total saliva.
1.5.3 Manfaat bagi Civitas Akademika UIN
1. Sebagai sumber penelitian dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang
ingin melakukan penelitian terkait dengan penelitian ini.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Saliva
2.1.1.1 Definisi Saliva
Saliva (saliva) merupakan cairan hipoosmotik yang
disekresikan ke dalam rongga mulut oleh tiga pasang kelenjar
saliva utama yang terletak di luar rongga mulut dan dikeluarkan
melalui duktus pendek ke dalam mulut. Saliva ini berperan sangat
penting dalam mempertahankan ekosistem rongga mulut. Biasanya,
saliva yang disekresikan cukup untuk menjaga membran mukus di
mulut dan faring agar tetap lembab serta untuk membersihkan
mulut dan gigi. Saliva mengandung 99,5% H2O dan 0,5% elektrolit
dan protein. Konsentrasi NaCl (garam) dalam saliva hanya
sepertujuh konsentrasinya di plasma, yang penting dalam
mempersepsikan rasa asin. Demikian juga deskripsi rasa manis
ditingkatkan oleh tidak adanya glukosa di saliva.4, 11, 12
Saliva mengandung dua tipe sekresi protein, yaitu :5
- Sekresi serosa, yang mengandung ptialin (a-amilase) yang
merupakan enzim untuk mencerna zat tepung.
- Sekresi mukus, yang mengandung musin untuk melumasi
dan melindungi permukaan saluran cerna.
2.1.1.2 Fungsi Saliva
Fungsi saliva bergantung pada substansi yang ada di
dalamnya, misalnya musin yang digunakan sebagai lubrikan agar
makanan mudah ditelan dan menjaga mulut tetap lembab untuk
memfasilitasi mastikasi serta gerakan berbicara. Saliva juga
mengandung glikoprotein, antibodi, enzim, dan produk sisa.
Fungsi saliva antara lain:5, 12
6
- Saliva memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui
kerja α-amilase. Produk-produk digesti mencakup maltosa,
yaitu suatu disakarida yang terdiri dari dua molekul glukosa
dan α-limit dekstrin, yaitu polisakarida rantai cabang sebagai
hasil dari pencernaan amilopektin.
- Saliva mempermudah proses menelan dengan membasahi
partikel makanan.
- Saliva memiliki sifat antibakteri, yaitu dengan lisozim yang
merupakan suatu enzim yang berfungsi untuk melisiskan atau
menghancurkan bakteri tertentu dengan merusak dinding sel.
- Saliva mengikat IgA dengan adanya glikoprotein.
- Saliva mengikat besi yang diperlukan untuk multiplikasi
dengan adanya laktoferin.
- Saliva sebagai bahan pelarut molekul yang merangsang taste
bud.
- Saliva membantu berbicara dengan mempermudah gerakan
bibir lidah.
- Saliva berperan penting dalam higienitas mulut.
- Saliva kaya akan dapar bikarbonat, yang menetralkan asam
dalam makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di
mulut sehingga karies dentis dapat dicegah.
- Saliva yang tertelan juga berperan sebagai buffer terhadap
asam lambung yang reflux ke esofagus.
2.1.1.3 Anatomi Kelenjar Saliva
Sebagian besar saliva disekresikan oleh kelenjar saliva
mayor, yang berada di luar mukosa mulut yang nantinya akan
menjadi duktus yang mengarah ke rongga mulut. Terdapat tiga
pasang kelenjar saliva mayor, yaitu parotis, submandibularis, dan
sublingualis.10, 13, 14
7
Gambar 2.1 Anatomi kelenjar saliva14
- Kelenjar parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva yang terbesar.
Kelenjar ini berlokasi di inferior dan anterior telinga, antara
kulit dan m. Masseter. Kelenjar ini merupakan kelanjutan
dari processus mastoideus os temporalis. Masing-masing
menyekresi saliva ke rongga mulut melalui duktus parotid
yang menembus m. Buccinator. Hasil yang disekresi oleh
kelenjar ini dalam jumlah banyak adalah amilase.
- Kelenjar submandibularis
Kelenjar ini terletak di dasar mulut. Berada di medial dan
sebagian di inferior dari mandibula. Duktus submandibularis
berjalan di bawah mukosa kedua sisi dari garis tengah dasar
mulut dan masuk ke rongga mulut sebelah lateral dari
frenulum lingual. Kelenjar ini mengeluarkan mukus yang
berperan sebagai buffer dan lubrikan.
- Kelenjar sublingualis
Kelenjar sublingualis merupakan kelenjar saliva yang paling
kecil dan dalam. Kelenjar ini terletak di bawah lidah dan
superior dari kelenjar submandibularis tepatnya berada di
8
mandibular groove. Kelenjar ini memiliki beberapa duktus
drainase, yaitu duktus sublingualis mayor sebagai yang utama
dan duktus pada saliva. Sel pada kelenjar ini mengeluarkan
campuran dari buffer, glikoprotein, dan amilase.
2.1.1.4 Sekresi Saliva
Setiap hari, saliva dikeluarkan sebanyak 0,5 hingga 1,5 liter.
Hal ini berkisar dari laju basal spontan kontinu sebesar 0,5
mL/menit hingga laju aliran maksimal sekitar 5 ml/menit sebagai
respons terhadap rangsangan kuat misalnya menghisap jeruk. 95%
dari saliva yang disekresikan berasal dari kelenjar parotis dan
kelenjar submandibularis, kemudian sisanya berasal dari kelenjar
sublingualis dan kelenjar lain di mukosa mulut. Tanpa adanya
rangsangan terkait makanan, stimulasi tingkat rendah oleh saraf
parasimpatis memicu sekresi basal saliva. Sedangkan untuk pH
saliva itu sendiri antara 6,0 – 7,0, pH diusahakan mendekati 7,0
untuk mencegah suasana asam yang diproduksi oleh bakteri.4, 5, 12,
13
Sekresi saliva dapat ditingkatkan oleh dua jenis refleks saliva,
yaitu refleks saliva sederhana dan terkondisi. Refleks yang pertama
adalah refleks saliva sederhana yang terjadi ketika kemoreseptor
dan reseptor tekan di dalam rongga mulut berespons terhadap
keberadaan makanan. Kemudian reseptor-reseptor ini
menghasilkan impuls serat saraf aferen yang membawa informasi
ke pusat saliva di batang otak. Pusat saliva nantinya akan mengirim
impuls melalui saraf autonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk
meningkatkan sekresi saliva. Refleks yang kedua adalah refleks
saliva terkondisi atau didapat. Refleks ini artinya adalah salivasi
terjadi tanpa adanya stimulasi oral. Hanya berpikir, melihat,
mencium, atau mendengar pembuatan makanan yang lezat. Sinyal
yang berasal dari luar mulut dan secara mental dikaitkan dengan
9
kenikmatan makan, bekerja melalui korteks serebrum untuk
merangsang pusat saliva di medula.9
Gambar 2.2 Kontrol sekresi saliva4
Sekresi saliva merupakan mekanisme “dua tahap” dimana tahap
pertama meliputi asinus yang menghasilkan saliva primer dan
duktus saliva, sedangkan tahap kedua meliputi duktus saliva saja
yang menghasilkan saliva sekunder. Asinus berperan dalam sekresi
primer yang mengandung ptialin dan/atau musin di dalam ion yang
memiliki konsentrasi tidak jauh berbeda dari cairan ekstraseluler.
Ketika sekresi primer keluar melalui duktus, maka akan dimulai
dua proses transport aktif mayor yang memodifikasi konsentrasi
komposisi ion di saliva.
Pertama, ion Na+ secara aktif direabsorbsi dari semua duktus
saliva dan ion K+ secara aktif disekresi sebagai ganti dari ion Na
+.
Oleh karena itu, konsentrasi ion Na+ di saliva menurun dan
konsentrasi ion K+ meningkat. Namun, reabsoropsi ion Na
+ terjadi
melebihi sekresi ion K+ yang menimbulkan elektrisitas negatif pada
duktus saliva sekitar 70 milivolt, yang menyebabkan ion Cl-
direabsorbsi secara pasif. Akibatnya, konsentrasi ion Cl- di saliva
turun secara drastis bersamaan dengan rendahnya konsentrasi ion
Na+ di duktus. Kedua, ion HCO3
- disekresi oleh epitel duktus ke
10
dalam lumen duktus saliva. Hal tersebut sebagian disebabkan oleh
pertukaran ion HCO3- dengan ion Cl
- dan sebagian hasil dari proses
sekresi aktif.5, 13
Gambar 2.3 Sekresi saliva12
Sekresi saliva dipengaruhi oleh sistem saraf autonom.
Pengaturan saliva oleh saraf sebagian besar dikontrol oleh saraf
parasimpatis. Nukleus salivatorius terletak kira-kira di tempat yang
menghubungkan antara medula dan pons serta tereksitasi oleh
stimulus taktil maupun rasa dari lidah dan area lain di mulut dan
faring. Salivasi juga dapat distimulasi atau diinhibisi oleh sinyal
saraf yang sampai di nukleus salivatorius dari sentral yang lebih
tinggi di sistem saraf pusat. Selain itu, salivasi juga terjadi akibat
respons dari refleks yang berasal dari lambung dan duodenum.
Stimulasi simpatis berperan dalam meningkatkan sedikit jumlah
saliva. Saraf simpatis berasal dari ganglia servikal superior dan
berjalan di sepanjang pembuluh darah ke kelenjar saliva.
Normalnya, stimulasi parasimpatis menyebabkan sekresi saliva
11
dalam jumlah cukup banyak, encer, dan kaya akan enzim, sehingga
membran mukosa tetap lembap dan melubrikasi gerakan lidah dan
bibir saat berbicara. Saliva lalu tertelan dan membantu
melembapkan esofagus. Sedangkan stimulasi simpatis
menghasilkan saliva yang kental dan jumlahnya sedikit dan hanya
aktif dalam keadaan tertentu, misalnya dominan dalam keadaan
stress, yang menyebabkan mulut kering.15
Faktor sekunder yang juga berperan dalam sekresi saliva adalah
suplai darah ke kelenjar, karena sekresi selalu membutuhkan nutrisi
yang cukup dari darah. Saraf parasimpatis juga menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah. Di sisi lain, salivasi itu sendiri
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah untuk meningkatkan
nutrisi yang dibutuhkan oleh sel-sel sekretorius. Efek vasodilator
ini juga disebabkan oleh kalikrein yang disekresi sel-sel
salivatorius yang teraktivasi, yang kemudian bertindak sebagai
enzim untuk memisahkan salah satu protein darah, yaitu alfa2-
globulin, untuk membentuk bradikinin sebagai vasodilator yang
kuat.4, 5, 10
Pada gambar di bawah ini menunjukkan jalur saraf
parasimpatis untuk mengatur pengeluaran saliva dari nukleus
salivatorius di superior dan inferior batang otak.
Gambar 2.4 Pengaturan sekresi saliva oleh saraf
parasimpatis13
12
2.1.1.5 Perbandingan Komponen Saliva dan Plasma Manusia
Pada tahun 2010, J.A. Loo melakukan penelitian yang
membandingkan kandungan protein di dalam saliva dan cairan
plasma manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 27% dari
keseluruhan protein saliva ditemukan di plasma, dan 40 % dari
protein tersebut dapat digunakan sebagai marker beberapa
penyakit, seperti kanker, penyakit jantung, dan stroke. Selain itu,
sampel saliva juga lebih mudah untuk dikumpulkan, disimpan, dan
diproses.3
Gambar 2.5 Perbandingan saliva dan plasma8
13
2.1.2 Rokok E-cigarette
2.1.2.1 Sejarah Rokok E-cigarette
Pada tahun 1963, rokok e-cigarette sudah ditemukan oleh
Herbert A. Gilbert. Namun, pada tahun 2003 rokok e-cigarette
tersebut diproduksi dan dikemas dalam bentuk yang lebih modern
oleh Hon Lik, yaitu warga kebangsaan Tiongkok. Kemudian pada
tahun 2004 rokok e-cigarette ini dipatenkan dan disebarluaskan
sekitar tahun 2006-2007. WHO sendiri menyebut rokok e-
cigarette sebagai ENDS (Electronic Nicotine Delivery System)
karena menghasilkan nikotin dalam bentuk uap dan dihirup oleh
penggunanya.16
Awalnya, rokok e-cigarette terdiri dari 3 elemen dasar,
yaitu baterai, pemanas, dan katrid yang berisi cairan zat kimia.
Namun seiring perkembangan teknologi, bentuk dari rokok e-
cigarette semakin user friendly bahkan ada yang diintegrasikan ke
perangkat handphone. Di peredaran, rokok jenis ini lebih sering
dikenal dengan smokeless, vape, Personal Vaporizer (PV), e-cigs,
electrosmoke, green cig, smartcigarette, electronic hookah atau e-
hookah. Sedangkan untuk cairan di dalam katrid dikenal dengan e-
juice dan e-liquid. Aktivitas menggunakan rokok e-cigarette itu
sendiri disebut vaping.17, 18
Gambar 2.6 Perkembangan bentuk rokok e-cigarette16
14
WHO menyebutkan pada tahun 2014 sudah beredar 466
variasi merk rokok e-cigarette dan telah menghabiskan dana
sebesar US$ 3 miliyar. Hal tersebut ternyata merambah ke
Indonesia, terbukti dengan banyaknya rokok e-cigarette yang dijual
di pasaran baik secara langsung maupun online. Harganya pun
bervariasi dari yang termurah yaitu ratusan ribu sampai jutaan.
Tidak hanya itu, komunitas-komunitas vapor juga mulai banyak
dibentuk serta acara-acara kompetisi juga mulai banyak
diadakan.18, 19
2.1.2.2 Komponen Rokok E-cigarette
Rokok e-cigarette merupakan salah satu tipe dari ENDS,
yakni electronic nicotine delivery system yang tidak mengandung
tembakau seperti rokok pada umumnya. Rokok e-cigarette ini
mempunya baterai internal yang rechargeable bekerja dengan
mengubah nikotin cair (e-liquid) menjadi mist atau vapor yang
nantinya akan dihirup oleh penggunanya. Proses tersebut yang
biasa dikenal dengan istilah “vaping”. Kebanyakan rokok e-
cigarette bentuknya seperti rokok biasa, pipa, atau bahkan pulpen.
Namun, saat ini semakin banyak bentuk rokok e-cigarette bahkan
ada yang bentuknya sangat berbeda dari rokok biasa. Kalau bentuk
yang seperti pipa atau pen biasanya disposable, sedangkan bentuk
yang modern terdiri dari beberapa komponen, antara lain :17, 19
1. Rechargeable Lithiun Battery
2. Vaporization chamber
Di dalamnya terdapat atomizer atau heating coil.
3. Wicking system
4. Nicotine/flavouring cartridge
Menempel pada vaporization chamber.
Ketika seseorang menghirup dari inhaler/mouthpiece,
atomizer teraktivasi dan heating coil mulai mengubah cairan
15
menjadi uap. Sebagai kompensasi, lebih banyak cairan yang
mengalir melalui sumbu atomizer sehingga setelah cairan yang
telah menjadi uap tadi dingin dan berkondensasi menjadi aerosol.17,
20
2.1.2.3 Kandungan Rokok E-cigarette
Kandungan pada rokok e-cigarette berbeda-beda tergantuk
brandnya masing-masing. Tapi secara umum rokok e-cigarette
terdiri dari 3 bahan utama, antara lain :
1. Glikol
Bahan yang membedakan rokok e-cigarette dengan
rokok konvensional. Biasa juga disebut 1,2-propandiol.
Terdiri dari 2 jenis, yaitu propylene glycol dan glycerine.
Propylene glycol merupakan pelarut yang biasa digunakan
untuk produk-produk farmasi, kosmetik, asap teater, dan
untuk industri sebagai “anti freeze”. sedangkan glycerine
atau yang digunakan adalah jenis Diethylene glycol dan
Ethylene glycol merupakan cairan yang digunakan sebagai
humektan. Sebenarnya di dalam rokok e-cigarette hanya
terdapat salah satu dari jenis glikol tersebut. Masing-masing
jenis memiliki keuntungan dan kerugian. Propylene glycol
jumlah aerosol yang dihasilkan lebih sedikit dan lebih
encer. Namun, efek dehidrasi dan iritasi tenggorokan lebih
tinggi daripada Diethylene glycol atau Ethylene glycol.21, 22
2. Nikotin
Senyawa toksik yang menimbulkan ketergantungan.
Berbentuk cairan, tidak berwarna, dan mudah menguap.23, 24
3. Perasa (flavours)
Bagian terpenting dari rokok e-cigarette. Namun,
apabila digunakan dalam jumlah banyak maka bisa berubah
menjadi toksik.
16
Selain dari ketiga bahan yang telah disebutkan sebelumnya,
terdapat bahan lain yang juga terkandung di dalam rokok e-
cigarette. Bahan-bahan tersebut antara lain pertama adalah logam
berat seperti kadmium, merkuri, dan nikel yang bersifat toksik.
Kedua adalah Tobacco Spesific Nitrosamines (TSNA) yang bersifat
karsinogenik. Ketiga adalah karbonil seperti formaldehid,
asetaldehid, akrolein yang berpotensial menjadi zat karsinogenik
dan toksik. Keempat adalah Volatile Organic Compounds (VOC)
seperti benzene dan toluene yang apabila dosisnya tinggi bisa
meningkatkan risiko kanker, kerusakan hepar, ginjal dan sistem
saraf pusat. Kelima adalah Polycyclic Aromatic Hidrocarbons
(PAH) yang terdapat dalam perasa rokok e-cigarette bersifat
karsinogenik. Terkahir adalah fenol yang bisa menyebabkan iritasi
kulit, mata, membran mukosa setelah inhalasi. 25, 26, 27
2.1.2.4 Dampak Rokok e-cigarette
Manfaat rokok e-cigarette adalah untuk membantu perokok
aktif yang ingin berhenti merokok. Ternyata, dibalik manfaatnya
tersebut terdapat beberapa kerugian yang ditimbulkan, antara lain
:17, 28
- Kandungan cairan dan uap tidak aman
- Inkonsistensi kadar dengan label yang tercantum
- Menimbulkan adiksi nikotin
- Dapat disalahgunakan dengan memasukkan nikotin berlebih,
atau bahan ilegal seperti mariyuana, heroin, dll
- Beredar dengan berbagai zat perasa yang menarik anak-anak
- Risiko bertambahnya jumlah perokok pemula
- Risiko bertambahnya jumlah perokok dual use (rokok dan
rokok e-cigarette)
- Mantan perokok kembali merokok karena rokok e-cigarette
dinilai aman
- Re-normalisasi perilaku merokok
17
- Mengganggu kebijakan kawasan tanpa rokok
2.1.3 Rokok Cigarette
2.1.3.1 Definisi Rokok Cigarette
Rokok merupakan salah satu bentuk olahan tembakau yang
sediaannya berbentuk gulungan tembakau (rolls of tobacco) yang
dibakar lalu dihisap. Pembakaran tembakau tersebut dilakukan
dalam suatu komponen pelapis seperti kertas maupun dalam pipa.
Ketika seseorang merokok, suhu pada ujung tembakau yang
dibakar bisa mencapai 900º Celcius, sedangkan suhu pada ujung
pipa yang terkena mulut untuk dihisap bisa mencapai 30º
Celcius.29, 30
Tembakau merupakan hasil dari daun kering tanaman
Nikotiana tabacum yang biasa digunakan sebagai bahan baku
rokok. Terdapat beberapa klasifikasi jenis rokok cigarette, yaitu
berdasarkan kandungannya:31
Rokok putih yang terdiri dari tembakau dengan campuran
bahan pemberi aroma.
Rokok kretek yang terdiri dari tembakau dan cengkeh dengan
campuran bahan pemberi aroma.
Rokok siong yang terdiri dari tembakau dengan bubuhan
klembak dan menyam sebagai pemberi aroma.
Selanjutnya, berdasarkan bahan pembungkus yang digunakan
diantaranya:
Cerutu yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
yang dibentuk spiral.
Sigaret yaitu rokok yang bahan pembungkusnya kertas.
Klobot yaitu rokok yang bahan pembungkusnya daun jagung.
Kawung yaitu rokok yang bahan pembungkusnya daun aren.
18
Putren yaitu rokok yang pembungkusnya daun jagung yang
masih muda.
Selain itu, ada juga berdasarkan proses pembuatannya:
Sigaret Kretek Tangan (SKT)
Jenis rokok yang pembuatannya menggunakan tangan atau
alat sederhana, dan dilakukan dengan cara digiling atau
dilinting.
Sigaret Kretek Mesin (SKM)
Jenis rokok yang dibuat dengan menggunakan mesin.
Caranya material rokok dimasukkan ke dalam mesin lalu
akan keluar sebagai batang rokok.
2.1.3.2 Klasifikasi Perokok Cigarette
Menurut Sitopoe 2000 bahwa perokok cigarette adalah
orang yang telah merokok satu batang atau lebih setiap hari
sekurang-kurangnya selama 1 tahun, namun apabila orang tersebut
sampai tidak merokok selama 1 bulan disebut riwayat perokok.
Sedangkan jika seseorang selama 5 tahun berhenti merokok maka
disebut mantan perokok. Perokok diklasifikasikan menjadi 4 tipe,
antara lain:32
Perokok ringan yaitu seseorang yang mengonsumsi rokok
antara 1-10 batang per hari.
Perokok sedang yaitu seseorang yang mengonsumsi rokok
antara 11-20 batang per hari.
Perokok berat yaitu seseorang yang mengonsumsi rokok
lebih dari 20 batang per hari.
Selain klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat
klasifikasi berdasarkan indeks merokok yang menunjukkan derajat
keparahan merokok seseorang. Indeks yang cukup sering
digunakan adalah Indeks Brinkman (IB), digunakan untuk
menghitung derajat beratnya merokok berdasarkan jumlah batang
19
rokok yang dikonsumsi per hari dan lama merokok dalam tahun
sebagai variabel, sehingga rumusnya adalah sebagai berikut.30
IB = (jumlah batang rokok yang dikonsumsi per hari) x (lama
merokok dalam tahun)
Kemudian hasil dari perhitungan tersebut digolongkan sebagai
berikut:
0 – 199 = perokok ringan
200-599 = perokok sedang
>600 = perokok berat
2.1.3.3 Kandungan Rokok Cigarette
Rokok mengandung sekitar 4.000 komponen. Komponen
kimia yang sudah teridentifikasi sekitar 2.500 komponen. Dari
jumlah tersebut sekitar 1.100 komponen yang diturunkan menjadi
asap secara langsung. Dan 1.400 lainnya mengalami dekomposisi
atau terpecah, bereaksi dengan komponen lain dan membentuk
komponen baru. Di dalam asap terdapat 4.800 komponen kimia dan
69 di antaranya berisiko menyebabkan kanker. Komponen kimia
pada rokok yang bersifat toksik dan karsinogen antara lain:30, 31, 32
Tar
Tar merupakan partikel yang dapat menyelimuti paru dan
menyebabkan kanker. Kadar tar di dalam rokok sekitar 0,5 –
35 mg per batang. Pada saat dihisap, tar berbentuk uap padat
lalu setelah dingin berubah menjadi padat dan membentuk
endapan berwarna coklat di permukaan gigi dan saluran
pernapasan. Selain itu, tar juga mengandung radikal bebas.
20
Karbon monoksida
Karbon monoksida (CO) mempunyai kemampuan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan oksigen (O2) dalam hal mengikat
hemoglobin yang terdapat di dalam darah (eritrosit). Hal
tersebut yang bisa menyebabkan hipoksia jaringan. Selain itu,
gas CO ini juga menyebabkan peningkatan denyut jantung,
tekanan darah, dan stroke.
Nikotin
Nikotin merupakan zat adiktif yang terdapat pada tembakau.
Dalam 6 detik, nikotin bisa mencapai otak dan bekerja pada
sistem saraf pusat yang kemudian menimbulkan rasa rileks
dan menurunnya kecemasan. Salah satu efeknya adalah
menyebabkan perangsangan terhadap hormon katekolamin
(adrenalin) sehingga bersifat memacu jantung. Selain itu,
nikotin juga berperan menghambat perlekatan dan
pertumbuhan sel fibroblast ligamen periodontal, menurunkan
isi protein fibroblast, serta merusak sel membran.
Kadmium
Zat toksik pada jaringan tubuh khususnya ginjal.
Aldehid
Zat ini menyebabkan iritasi hidung, tenggorokan, dan mata
saat menghirup asap rokok.
Vinyl Chloride
Bahan kimia buatan manusia yang digunakan untuk
pembuatan plastik dan terdapat dalam filter rokok.
Tobacco specific nitrosamines (TSNA)
Zat karsinogen paling poten di dalam rokok.
21
Benzene
Umumnya terdapat dalam pestisida dan bensin.
Kandungannya di dalam asap rokok cukup tinggi.
2.1.3.4 Efek Merokok terhadap Saliva
Beberapa penelitian menyatakan bahwa rokok cigarette dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, khususnya terhadap gigi dan
mulut yang pertama kali terpapar oleh rokok cigarette. Selain
gangguan terhadap kebersihan gigi dan mulut, gangguan lain yang
muncul akibat paparan rokok cigarette antara lain toksik pada
rokok yang menyebabkan iritasi jaringan lunak di rongga mulut,
infeksi mukosa, memperlambat penyembuhan luka, memperlemah
kemampuan fagositosis, serta mengurangi aliran darah ke gingiva.
Selain itu, hal tersebut juga menimbulkan beberapa efek terhadap
struktural dan fungsional saliva.33
Efek dari rokok cigarette tergantung pada jumlah rokok dan
durasi merokok. Sebuah studi meta analisis pada tahun 2008
menyatakan bahwa rokok cigarette meningkatkan risiko 3 kali lipat
terkena kanker mulut. Penyebab hal tersebut antara lain efek
paparan rokok cigarette yang mengiritasi mukosa mulut secara
langsung. Efek lainnya adalah adanya efek kemoatraktan neutrofil
sehingga neutrofil yang terkumpul akan mengaktivasi dan
membebaskan granulnya yang kaya akan elastase, proteinase 3, dan
katepsin G yang merusak sel kelenjar saliva.33, 34
Rokok cigarette juga mengandung radikal bebas (ROS) yang
berpengaruh terhadap sistem imun yaitu dengan menurunkan IgA
dan IgG dimana fungsinya untuk melawan bakteri Gram negatif
yang ada di dalam rongga mulut. Rokok cigarette juga menurunkan
kapasitas prolifersi sel T yang mengaktivasi sel B untuk
memproduksi antibodi.35, 36
Kandungan dalam rokok cigarette yaitu karbon monoksida
menyebabkan oksigenasi ke jaringan sedikit sehingga bisa
22
menyebabkan melambatnya proses penyembuhan luka serta
hipoksia jaringan. Komponen unsaturated dan saturated aldehydes
dapat berinteraksi dengan suphydryl group (-SH) pada enzim saliva
sehingga terjadi proses karbonilasi yang mengubah struktur protein
saliva yang nantinya akan menimbulkan disfungsi enzimatik saliva
dengan menurunkan aktivitas Lactate Dehidrogenase (LDH)
sehingga menurunkan kadar protein saliva. Selain itu, kadar
gluthathione (GSH) dan enzim peroksidase sebagai antioksidan
yang menyumbangkan -SH kepada aldehid juga menurun setelah
paparan rokok cigarette.
2.1.3.5 Efek Merokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut
Ketika seseorang merokok baik itu menggunakan rokok
tembakau maupun rokok e-cigarette, tentu saja organ pertama yang
terpapar kandungan yang terdapat di dalam rokok maupun asapnya
adalah mulut dan bagian di dalam rongga mulut salah satunya gigi.
Oleh karena itu, dengan penggunaan kedua tipe rokok tersebut
dapat mengganggu kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan serta
kebersihan gigi dan mulut dapat diperiksa dengan menggunakan
indeks yang hasilnya diperoleh dari pemeriksaan fisik gigi dan
mulut. Terdapat beberapa indeks, namun pada penelitian ini
digunakan Oral Higiene Index Simplified (OHIS). OHIS
merupakan indeks yang digunakan untuk menilai kesehatan serta
kebersihan gigi dan mulut dengan cara menilai Debris Index (DI),
Calculus Index (CI), dan Gingival Index (GI). Debris Index (DI)
menunjukkan adanya sisa makanan/debris yang menempel pada
gigi. Calculus Index (CI) menunjukkan kalkulus (karang gigi) pada
permukaan gigi. Sedangkan Gingival Index (GI) menunjukkan
keadaan gusi seseorang melihat keparahan gingivitis yang dinilai
dari warna, konsistensi, dan kecenderungan gusi untuk berdarah.
Adapun Plaque Index (PI) yang menunjukkan ketebalan plak di
permukaan gigi. Selain menggunakan OHIS, penelitian ini juga
23
menggunakan DMFT (Decayed, Missed, Filled Teeth) untuk
menilai jumlah gigi yang berlubang, hilang, dan ditambal.37
Kriteria untuk pemeriksaan Debris Index (DI) sebagai
berikut:
Skor Kriteria
0 Tidak ada debris atau stain
1
Debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau
adanya stain ekstrinsik tanpa adanya debris pada permukaan gigi
tersebut
2
Debris lunak yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi namun
tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi
3 Debris lunak yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi
Kriteria untuk pemeriksaan Calculus Index (CI) sebagai berikut:
Skor Kriteria
0 Tidak perut kalkulus
1
Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3
permukaan gigi
2
Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan
gigi namun tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi dan/atau
terdapat sedikit/bercak kalkulus subgingiva di servikal gigi
3 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan
gigi dan/atau kalkulus subgingiva yang menutupi atau
melingkari seluruh permukaan servikal gigi
DI = jumlah nilai Debris
Jumlah gigi yang diperiksa
24
Kriteria penilaian DI dan CI:
0.0 – 0.6 = baik
0.7 – 1.8 = sedang
1.9 – 3.0 = buruk
Kriteria pemeriksaan Gingival Index (GI) sebagai berikut:
Skor Kriteria
0 Gingiva normal
1
Inflamasi ringan, sedikit perubahan warna, sedikit edema, tidak ada
perdarahan saat penyondean (probing)
2
Inflamasi sedang, kemerahan, edema, dan licin mengkilat,
perdarahan saat penyondean (probing)
3 Inflamasi berat, kemerahan, edema yang jelas, ulserasi,
kecenderungan untuk perdarahan spontan
Kriteria penilaian GI:
0 = sehat
0.1 – 1.0 = gingivitis ringan
1.1 – 2.0 = gingivitis sedang
2.1 – 3.0 = gingivitis berat
CI = jumlah nilai Calculus
Jumlah gigi yang diperiksa
GI = jumlah nilai Gingiva
Jumlah gigi yang diperiksa
25
Jadi, skor OHIS merupakan hasil penjumlahan dari
Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI).
Kriteria penilaian OHIS:
0 = sangat baik
0.1 – 1.2 = baik
1.3 – 3.0 = sedang
3.1 – 6.0 = buruk
2.1.4 Coomasie-Dye Binding Assay (Bradford Assay)
Bradford Assay merupakan prosedur analisis spektroskopik
yang digunakan untuk menentukan konsentrasi protein total dalam
cairan. Pada metode ini terkandung coomassi-dye berupa brilliant
blue yang dapat berikatan dengan protein dalam cairan asam
melalui prinsip triphenylmethane group berikatan dengan struktur
non polar pada protein dan anion sulfonate group berikatan dengan
sisi kation pada rantai protein (contoh: sisi arginin dan lisin).
Ikatan dye dengan protein memiliki daya penyerapan dari 465 nm
sampai 595 nm dengan perubahan warna dari coklat menjadi biru.
Prosedur Bradford Assay menggunakan prinsip
spektrofotometri, spektrometer digunakan untuk memproduksi
sinar dengan pemilihan warna (panjang gelombang) dan fotometer
untuk menerima nilai intensitas cahaya. Kelebihan Bradford Assay
untuk menentukan konsentrasi protein total dibandingkan dengan
metode lain adalah lebih cepat, langkah-langkah pencampuran
lebih sedikit, tidak membutuhkan pemanasan, dan memberikan
respon kolorimetrik yang lebih stabil.38
OHIS = Debris Index (DI) + Calculus Index (CI)
26
2.2 Kerangka Teori
v
Kandungan rokok cigarette
Rokok Cigarette Rokok E-cigarette
Kandungan asap
rokok cigarette Kandungan asap
rokok e-cigarette
Kandungan rokok e-cigarette
Nikotin
Zat karsinogenik
Elastase, proteinase,
katepsin G
Pelepasan granul
neutrofil
Efek kemoatraktan
neutrofil Stimulasi
saraf simpatis
Propylenene
glycol
Kerusakan sel &
jaringan kelenjar
saliva
Merusak
pertahanan
tubuh Mengandung
banyak Reactive
Oxygen Species
(ROS)
Radikal
bebas
↓ produksi IgA
& IgG
Volatile Organic
Compounds (VOC)
↓ kemampuan
antioksidan saliva
Terjadi proses
karbonilasi
Berikatan
dengan gugus
-SH pada
molekul
Aldehid
Mempengaruhi
kelenjar saliva
↓ aktivitas
enzim LDH saliva
↓ konsentrasi
protein total
saliva
Status periodontal Durasi merokok &
jumlah batang
rokok per hari
Indeks brinkmann
Kondisi nutrisi
buruk
Produksi
protein ↓
↓ konsentrasi
protein plasma
Kegiatan sebelum
pengambilan sampel
saliva (sikat gigi, makan,
minum, merokok,
menggunakan vape, obat
kumur
Perubahan
struktur
protein saliva
Disfungsi
enzimatik
saliva
Karsinogenik
27
2.3 Kerangka Konsep
: Variabel bebas
: Variabel terikat
: Variabel perancu
Meningkatkan risiko
penyakit mulut
Konsentrasi protein total
pada saliva menurun
Mempengaruhi aktivitas
enzim LDH pada saliva
Kerusakan sel jaringan
kelenjar saliva
Kandungan rokok cigarette
dan rokok e-cigarette Perokok cigarette
1. Durasi merokok
& jumlah batang
rokok per hari
2. kondisi nutrisi
buruk
3. kegiatan sebelum
pengambilan
sampel saliva
(sikat gigi, makan,
minum,mengguna
kan rokok
cigarette dan
rokok e-cigarette)
Perokok e-cigarette
Non perokok Mempengaruhi konsentrasi
protein total saliva
28
2.4 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Pengukur Alat Ukur Cara Ukur Skala
Pengukuran
1. Protein
total saliva
Kadar protein
total yang
terdapat pada
saliva yang tidak
distimulasi
Peneliti Microplate
Reader
Bradford
Assay
Numerik
2. Perokok
cigarette
Dikatakan
merokok
cigarette jika
saat pengambilan
saliva telah
merokok
cigarette aktif
sedangkan
dikatakan tidak
merokok jika
tidak sedang
merokok
cigarette aktif
dan masuk dalam
kriteria inklusi
penelitian
Peneliti Kuisioner Wawancara Numerik
3. Perokok e-
cigarette
Dikatakan
merokok e-
cigarette jika
saat pengambilan
saliva telah
menjadi
pengguna aktif
Peneliti Kuisioner Wawancara Numerik
29
tanpa disertai
rokok dan masuk
dalam kriteria
inklusi penelitian
4. Non
Perokok
Dikatan non
perokok jika saat
pengambilan
saliva telah
menjadi non
perokok dan
termasuk dalam
kriteria inklusi
penelitian
Peneliti Kuisioner Wawancara Numerik
5. OHIS
(Oral
Higiene
Index
Simplified)
Indeks untuk
menentukan
status kebersihan
mulut seseorang
berdasarkan nilai
Debris Index dan
Calculus Index
Dokter
gigi
Indeks
OHIS
Pemeriksaan
fisik gigi
dan mulut
Numerik
6. DI (Debris
Index)
Indeks yang
digunakan untuk
melihat adanya
sisa makanan
atau debris pada
permukaan gigi
Dokter
gigi
Indeks DI Pemeriksaan
fisik gigi
dan mulut
Numerik
7. CI
(Calculus
Index)
Indeks yang
digunakan untuk
melihat adanya
kalkulus atau
karang gigi pada
permukaan gigi
Dokter
gigi
Indeks CI Pemeriksaan
fisik gigi
dan mulut
Numerik
30
8. GI
(Gingiva
Index)
Indeks yang
digunakan untuk
menilai keadaan
gusi seseorang
dengan melihat
keparahan
gingivitis
berdasarkan
warna gusi,
konsistensi, dan
kecenderungan
untuk berdarah
Dokter
gigi
Indeks GI Pemeriksaan
fisik gigi
dan mulu
Numerik
9. IB (Index
Brinkmann)
Indeks untuk
menentukan
derajat beratnya
merokok
berdasarkan
jumlah batang
rokok yang
dihisap perhari
dan lama
merokok dalam
tahun
Peneliti Kuisioner Wawancara Kategorik
10. Status
Adiksi
Indeks untuk
menentukan
derajat
ketergantungan
terhadap nikotin
berdasarkan
Fagerstorm
score
Peneliti Kuisioner Wawancara Kategorik
1= adiksi
rendah
2= adiksi
rendah-
sedang
3= adiksi
sedang
4= adiksi
31
tinggi
11. Status
Ekonomi
Indeks untuk
menentukan
status ekonomi
subjek penelitian.
Dikatakan
rendah apabila
penghasilan
<1.000.000/bulan
dan dikatakan
menengah ke
atas bila
penghasilan
>1.000.000/bulan
Peneliti Kuisioner Wawancara Kategorik
12. Lama
merokok e-
cigarette
Lama merokok
e-cigarette
dihitung dari
pertama mulai
merokok e-
cigarette sampai
waktu
pengambilan
sampel
Peneliti Kuisioner Wawancara Kategorik
1 = < 1
tahun
2 = > 1
tahun
13. Nikotin
yang
digunakan
Kadar nikotin
yang rutin
digunakan saat
merokok e-
cigarette
Peneliti Kuisioner Wawancara Kategorik
1 = 3 mg
2 = 6 mg
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross sectional.
2.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama bulan Januari–September 2018 dan
pengukuran konsentrasi protein total saliva dilakukan di Medical Research
Laboratory dan Biology Laboratory, Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2.3 Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus
besar sampel penelitian analitik tidak berpasangan dengan variabel
numerik, sebagai berikut:
Keterangan:
N1 = jumlah subjek kelompok 1
N2 = jumlah subjek kelompok 2
Zα = kesalahan tipe I, ditetapkan 5% = 1,645
Zβ = kesalahan tipe II, ditetapkan 20% = 0,842
(X1 – X2) = selisih minimal yang dianggap bermakna antara
kelompok 1 dan kelompok 2 adalah 10
S = Sg = standar deviasi diperoleh dengan rumus:
33
Keterangan:
Sg = standar deviasi gabungan
S1 = standar deviasi kelompok 1 pada penelitian sebelumnya
N1 = besar sampel kelompok 1 pada penelitian sebelumnya
S2 = standar deviasi kelompok 2 pada penelitian sebelumnya
N2 = besar sampel kelompok 2 pada penelitian sebelumnya
Dalam penelitian ini, penghitungan besar sampel dilakukan sebanyak 3
kali, yaitu variabel perokok e-cigarette dan cigarette, variabel perokok
cigarette dan non perokok, variabel perokok e-cigarette dan non perokok.
1. Variabel perokok e-cigarette dan perokok cigarette
Hasil penghitungan:
(Sg)2
= [(1,212
x 35 ) + (18,52 x 51)]
36 + 52-2
= 51,24 + 17454,75
86
= 203,55
Sg = √
= 14,27
Setelah dimasukkan ke dalam rumus:
N = 2{(1,645 + 0,842)14,27}2
{10}2
= 2 (12,59)
= 25,18
34
2. Variabel perokok cigarette dan non perokok
Hasil penghitungan:
(Sg)2 = [(18,5
2 x 51) + (17
2 x 54)]
52 + 54 – 2
= 17454,75 + 15606
104
= 317,89
Sg = √
= 17,83
Setelah dimasukkan ke dalam rumus:
N = 2{(1,645 + 0,842)17,83}2
{10}2
= 2 (19,66)
= 39,32
3. Variabel perokok e-cigarette dan non perokok
(Sg)2
= [(1,212
x 35 ) + (172 x 54)]
36 + 55-2
= 51,24 + 15606
89
= 175,92
Sg = √
= 13,26
35
Setelah dimasukkan ke dalam rumus:
N = 2{(1,645 + 0,842)13,26}2
{10}2
= 2 (10,87)
= 21,74
Pada penelitian ini terdapat 4 variabel yang mempengaruhi
konsentrasi protein total saliva yang tidak dapat dikontrol dengan kriteria
eksklusi, sehingga berdasarkan rule of ten yaitu jumlah variabel yang
mempengaruhi konsentrasi protein total saliva yang tidak dapat
dieksklusi dikalikan dengan 10, dibutuhkan 40 sampel untuk setiap
kelompok. Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini adalah
dengan membandingkan antara jumlah besar sampel berdasarkan rumus
dengan besar penelitian analitik berdasarkan rule of ten, lalu diambil
angka sampel yang terbesar. Sehingga pada penilitian ini besar sampel
yang dibutuhkan adalah 40 untuk setiap kelompok.
3.4 Kriteria Subjek Penelitian
Kriteria Inklusi :
1. Laki – laki
2. Usia 19 – 35 tahun bersedia menandatangani lembar informed consent
3. Kriteria subjek perokok e-cigarette:
- Aktif dan rutin menghisap rokok e-cigarette.
- Sebagai perokok e-cigarette minimal sejak 6 bulan yang lalu dan
tidak disertai dengan rokok cigarette atau disertai namun sedikit
(maksimal 5 batang per hari).
36
4. Kriteria subjek perokok cigarette:
- Perokok cigarette aktif minimal sejak 5 tahun yang lalu (termasuk
dalam kriteria perokok sedang-berat)
- Merokok cigarette minimal 10 batang sehari
5. Kriteria subjek non perokok:
- Tidak pernah merokok sama sekali, baik cigarette dan/atau e-
cigarette.
- Tidak merokok e-cigarette atau cigarette sejak minimal 5 tahun
yang lalu.
Kriteria Eksklusi :
1. Sedang berpuasa pada saat pengambilan saliva
2. Tidak dapat berpartisipasi karena keadaan psikologis yang buruk
(gaduh, gelisah, agitasi)
3. Memiliki riwayat penyakit sistemik yang berhubungan dengan
kelenjar saliva (DM, HIV, gagal ginjal, tumor)
4. Mengonsumsi alkohol dan NAPZA
5. Saat pengambilan saliva, responden mengonsumsi obat yang
mempengaruhi konsentrasi saliva dan tidak dapat membuka mulut
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
Alat :
Botol sampel, Coolbox berisi es batu, Centrifuge, Microplate, Alat
vortex, Alat spin down, Plate shaker, Microplate reader, Micro pipette
dan tip, Multichannel pipette.
Bahan :
1. Saliva perokok cigarette, perokok e-cigarette dan non perokok;
2. Pengawet protein PSMF;
3. Reagen Bradford;
4. Protein standar BSA (Bovine Serum Albumine) 2000 µg/ml;
37
5. Pelarut PBS (Phosphate Buffered Saline);
6. Alumunium foil.
3.6 Cara Kerja Penelitian
1. Menentukan subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi.
2. Memberikan informed consent, pengisian kuisioner, serta memberikan
penjelasan kepada subjek mengenai prosedur pengambilan saliva.
3. Pemeriksaan gigi dan mulut subjek untuk mengetahui status DMFT
(Decayed, Missing, Filling Teeth) Score, DI (Debris Index), CI
(Calculus Index), GI (Gingival Index), dan OHIS (Oral Hygiene Index
Simplified) yang dilakukan oleh dokter gigi.
4. Pengambilan sampel saliva sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam
botol. Pengambilan sampel dilakukan selama 5 menit dimana dalam 5
menit tersebut terdapat 5 kali pengeluaran saliva tanpa diinduced.
Setelah itu sampel dimasukkan ke dalam coolbox berisi es.
5. Sampel disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit.
6. Supernatan diambil sebanyak 900 µl, ditambahnkan PSMF 100 µl lalu
disimpan dalam suhu -20ºC hingga waktu pengujian.
Melakukan uji protein total saliva dengan Bradford Assay:
1. Mengeluarkan sampel dari freezer -20oC kemudian didiamkan pada
suhu ruang sampai sudah tidak beku.
2. Membuat larutan standar kalibrasi yaitu 2000 µg/ml BSA dalam
pelarut PBS, dilakukan 6 kali pengenceran menggunakan 7 tabung
dengan cara mengisi tabung kedua sampai ke tujuh.
Gambar 3.1 Larutan BSA
38
Gambar 3.2 Larutan PBS
3. Mengambil 50 µl BSA dari tabung pertama ke tabung kedua, lalu
tabung kedua di vortex, lalu ambil 50 µl dari tabung kedua ke tabung
ketiga setelah itu tabung ketiga di vortex dan di spin down, begitu
seterusnya.
4. Memasukkan 10 µl larutan standar kalibrasi di atas ke dalam
microplate dari sumur pertama hingga ketujuh. Sumur ke delapan diisi
dengan 10 µl PBS sebagai kontrol.
5. Memasukkan masing-masing 10 µl hasil sentrifugasi sampel saliva ke
dalam sumur microplate lainnya.
6. Menambahkan 200 µl reagen Bradford ke dalam 10 µl larutan standar
dan sampel pada microplate menggunakan multichannel pipette.
Gambar 3.3 Reagen Bradford
39
Gambar 3.4 Microplate
7. Menyampur dengan plate shaker selama 30 detik, lalu diinkubasi
selama 10 menit pada suhu ruangan.
8. Melihat perubahan warna yang terjadi
Gambar 3.5 Perubahan warna sampel protein
9. Mengukur absorbansinya menggunakan microplate reader dengan
panjang gelombang 595 nm.
Gambar 3.6 Alat sentrifugasi
40
10. Menentukan konsentrasi protein total dengan teknik Bradford
Assay sesuai dengan protokol yang tertulis di kemasan.
3.7 Manajemen Analisis Data
Data hasil pengukuran konsentrasi protein total saliva responden
dan data dari kuisioner yang telah didapatkan kemudian dikumpulkan dan
dimasukkan ke dalam komputer untuk dianalisis menggunakan software
Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) v.22. data yang
diperoleh dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui rerata dan standar
deviasi. Normalitas distribusi data diuji dengan Uji Saphiro Wilk karena
jumlah sampel kurang dari 50 untuk kelompok perokok e-cigarette,
perokok cigarette, dan non perokok.
3.8 Alur Penelitian
Pembuatan proposal penelitian
Pemilihan subjek penelitian
Sentrifugasi saliva dan
pengambilan supernatan
Pengambilan sampel saliva dan
pemeriksaan gigi dan mulut
Informed Consent kepada
subjek penelitian
Pengukuran konsentrasi protein
total
Pengolahan data
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian perbedaan konsentrasi protein total saliva menggunakan
teknik Bradford Assay pada subjek perokok e-cigarette dan cigarette yang
dilakukan terhadap masyarakat di wilayah Tangerang Selatan dengan
melibatkan 38 sampel laki-laki yang terdiri dari 11 orang perokok e-
cigarette, 11 orang perokok cigarette, dan 16 orang non perokok.
4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik dari 38 subjek penelitian meliputi usia dan status
sosial-ekonomi seperti terlihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian (n=38)
Karakteristik Perokok
E-cigarette
n=11
Perokok
Cigarette n=11
Non Perokok n=16
Usia
15 – 19 4 (36,4%) 1 (9,1%) 1 (6,3%)
20 – 24 4 (36,4%) 4 (36,4%) 15 (93,8%)
25 – 29 1 (9,1%) 6 (54,5%) 0 (0%)
30 – 34 2 (18,2%) 0 (0%) 0 (0%)
35 – 39 0 (0%) 0 (0%)
0 (0%)
Rerata SD 22,91 4,17 23,91 4,17 20,63 0,89
Status Sosial Ekonomi
Tingkat Rendah 3 (27,3%) 5 (45,5%) 16 (100%)
Tingkat Menengah – Atas 8 (72,7%) 6 (54,5%) 0 (0%)
42
Hasil tabel 4.1 di atas menunjukkan subjek penelitian pada kelompok
perokok e-cigarette rata-rata berusia 23 tahun serta subjek paling banyak
antara usia 15-19 tahun dan usia 20-24 tahun yaitu 36,4% pada masing-
masing kelompok usia, karena pada usia tersebut banyak yang masih
mencoba ingin berhenti merokok atau mungkin hanya mengikuti trend.
Sedangkan untuk kelompok perokok cigarette rata-rata berusia 24 tahun.
Berdasarkan RISKESDAS 2013, jumlah terbanyak perokok cigarette aktif
ada pada usia 30 - 34 tahun. Namun, pada penelitian ini, subjek perokok
cigarette paling banyak ada pada usia 25-29 tahun yaitu 54,5%. Kemudian
pada kelompok non perokok menunjukkan rata-rata usia 21 tahun dan
paling banyak ada pada kelompok usia 20-24 tahun dengan 93,8%. Pada
kategori sosial-ekonomi, jumlah paling banyak dari kelompok perokok e-
cigarette yaitu tingkat sosial-ekonomi menengah ke atas dengan 72,7%
serta jumlah paling banyak dari kelompok perokok cigarette yaitu tingkat
sosial-ekonomi menengah ke atas juga dengan 54,5%. Hal tersebut
mendekati data RISKESDAS 2013, status sosial-ekonomi perokok
cigarette aktif terbanyak adalah pada kelompok tingkat rendah, namun
pada penelitian ini terdapat selisih yang sedikit antara status sosial-
ekonomi tingkat rendah maupun menengah ke atas. Untuk kelompok non
perokok menunjukkan subjek paling banyak termasuk ke tingkat sosial-
ekonomi rendah, ini disebabkan karena kebanyakan dari subjek non
perokok masih tergolong mahasiswa tingkat pertama dan kedua sehingga
belum mempunyai penghasilan yang tetap.1
4.1.2 Karakteristik Perokok E-cigarette
Berdasarkan pengelompokan perokok e-cigarette, untuk melihat
lama menggunakannya dan kadar nikotin dapat dilihat dalam tabel 4.2 di
bawah ini.
43
Tabel 4.2 Karakteristik Subjek Perokok E-cigarette (n = 11)
Karakteristik Jumlah (n = 11) Persentase
Lama menggunakan e-cigarette
< 1 tahun 7 63,6%
> 1 tahun 2 36,4%
Kadar Nikotin
3 mg 6 54,5%
6 mg 5 45,5%
Hasil tabel 4.2 menunjukkan subjek perokok e-cigarette terbanyak
berdasarkan lama waktu menggunakannya adalah 7 subjek dengan 63,6%
yang sudah menggunakan vape selama < 1 tahun. Sedangkan berdasarkan
kadar nikotin yang digunakan, subjek terbanyak adalah 6 subjek dengan
54,5% yang merokok e-cigarette dengan kadar nikotin sebanyak 3 mg
walaupun tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan yang
menggunakan e-cigarette dengan kadar nikotin 6 mg. Dari hasil tersebut,
didapatkan bahwa kebanyakan subjek pada penelitian ini khusunya
perokok e-cigarette adalah pengguna baru yang mungkin merokok e-
cigarette sebagai terapi berhenti dari merokok cigarette.
4.1.3 Karakteristik Perokok Cigarette
Berdasarkan pengelompokan perokok cigarette, untuk melihat
indeks Brinkman dan status adiksi dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah
ini.
44
Tabel 4.3 Karakteristik Subjek Perokok Cigarette (n = 11)
Karakteristik Jumlah Persentase
Indeks Brinkman
Ringan (0 – 199) 8 72,7 %
Sedang (200 – 600) 1 9,1 %
Berat (>600) 2 18,2 %
Status Adiksi
Adiksi Rendah 4 36,4 %
Adiksi Rendah – Sedang 2 18,2 %
Adiksi Sedang 2 18,2 %
Adiksi Tinggi 3 27,2 %
Hasil tabel 4.3 menunjukkan subjek perokok cigarette paling banyak
berdasarkan Indeks Brinkman adalah 8 subjek dengan 72,7%, yang
termasuk ke dalam kategori perokok ringan. Kemudian yang termasuk ke
dalam kategori perokok cigarette sedang ada 1 subjek dengan 9,1% dan
yang termasuk ke dalam kategori perokok cigarette berat ada 2 subjek
dengan 18,2%. Indeks Brinkman itu sendiri merupakan suatu skoring
untuk menilai derajat berat atau tidaknya seseorang dalam merokok
cigarette. Jadi, semakin banyak jumlah batang rokok cigarette yang
dihisap serta semakin lama durasinya (dalam tahun), maka derajatnya akan
semakin berat. Selain itu, pada status adiksi rokok cigarette didapatkan
subjek paling banyak adalah subjek dengan status adiksi rendah, yaitu 4
subjek dengan 36,4%. Selanjutnya, di peringkat kedua adalah subjek
dengan status adiksi tinggi, yaitu 3 subjek dengan 27,2%. Selain itu, untuk
tingkat adiksi rendah-sedang dan sedang memiliki jumlah subjek yang
sama, yaitu 2 subjek dengan 18,2%. Status adiksi tersebut menunjukkan
tingkat ketergantungan perokok cigarette terhadap nikotin yang
terkandung di dalam rokok cigarette.
45
4.1.4 Status Kesehatan Gigi dan Mulut Subjek Penelitian
Tabel 4.4 Karakteristik Debris Index (DI), Calculus Index (CI), Gingival
Index (GI), dan OHI-S Score subjek penelitian.
Karakteristik Perokok
E-cigarette
(mean SD)
Perokok Cigarette
(mean SD)
Non Perokok
(mean SD)
Debris Index 0,66 0,92 0,68
Calculus Index 0,87 1,45 0,95
Gingiva Index 0,74 0,98 0,58
OHIS score 1,54 2,37 1,64
Mulut merupakan salah satu organ yang bermanifestasi terhadap
dampak yang ditimbulkan dari bahaya rokok e-cigarette dan cigarette. Baik
rokok e-cigarette maupun cigarette dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan
mulut melalui berbagai mekanisme seperti dapat mensupresi sistem imun,
menurunkan aliran darah ginggiva, mengganggu keseimbangan lingkungan
mulut dan komponen anorganik pada saliva, sehingga memungkinkan
terjadi kolonisasi bakteri pada rongga mulut serta meningkatkan
pembentukan calculus dan plak pada gigi. Kesehatan dan kebersihan gigi
dan mulut dapat dinilai dengan menggunakan indeks yang dilakukan
melalui pemeriksaan fisik gigi dan mulut. Indeks tersebut antara lain Debris
Index (DI), Calculus Index (CI), Gingival Index (GI) dan OHIS. Pada
penelitian ini, nilai rerata DI pada kelompok perokok e-cigarette (0,66)
lebih rendah dibandingkan nilai rerata DI pada kelompok perokok cigarette
(0,92) dan kelompok non perokok (0,68). Selanjutnya, nilai rerata CI pada
kelompok perokok e-cigarette (0,87) lebih rendah dibandingkan dengan
nilai rerata CI pada kelompok perokok cigarette (1,45) dan kelompok non
perokok (0,95). Kemudian untuk nilai rerata GI pada kelompok perokok e-
cigarette (0,74) lebih rendah dibandingkan nilai rerata GI pada kelompok
perokok cigarette (0,98) dan kelompok non perokok (0,58). Namun, studi
pilot yang dilakukan oleh Wadia, et al (2016) terhadap kelompok perokok
46
cigarette yang mencoba merokok e-cigarette selama 2 minggu
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan signifikan kejadian inflamasi
ginggiva setelah menggunakan rokok e-cigarette. Adapun penelitian yang
dilakukan secara cross sectional oleh Modupe tahun 2013 terhadap 213
orang dewasa dimana 117 orang adalah perokok cigarette serta 69 orang
adalah non perokok menunjukkan bahwa merokok cigarette berhubungan
dengan keparahan penyakit gingiva. Maka dari itu, dalam penelitian tersebut
menyarankan perokok cigarette untuk melakukan pemeriksaan rutin ke
dokter gigi dengan frekuensi yang lebih sering daripada non perokok.
Sedangkan, nilai rerata OHIS kelompok perokok e-cigarette (1,54) lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok perokok cigarette (2,37) dan
kelompok non perokok (1,64). Berdasarkan hasil di atas, secara umum
kesehatan gigi dan mulut kelompok perokok e-cigarette cenderung tidak ada
perbedaan dengan kelompok non perokok dan kelompok perokok cigarette
memiliki kondisi kesehatan gigi dan mulut yang paling buruk dibandingkan
dengan kedua kelompok lainnya. Hal ini bersesuaian dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kolte dkk (2012) yang menyatakan bahwa status kebersihan
gigi dan mulut perokok cigarette lebih buruk dari non perokok yang
mempunyai periodontitis.10, 39, 40
4.1.5 Konsentrasi Protein Total Saliva
Tabel 4.5 Gambaran Konsentrasi Protein Total Saliva Perokok E-cigarette,
Cigarette, dan Non Perokok.
Karakteristik Perokok
e-cigarette
(mean SD)
Perokok
cigarette
(mean SD)
Non perokok
(mean SD)
Konsentrasi
protein total
saliva
0,60 0,94 0,56 0,15 0,53 0,12
47
Pada penelitian ini, hasil rerata konsentrasi protein total saliva pada
kelompok perokok e-cigarette sebesar 0,60 mg/ml. Pada kelompok perokok
cigarette sebesar 0,56 mg/ml dan non perokok sebesar 0,53 .
Konsentrasi protein total saliva pada perokok e-cigarette cenderung lebih
tinggi dibandingkan dengan perokok cigarette dan non perokok. Terdapat
beberapa penelitian sebelumnya yang membahas mengenai konsentrasi
protein total saliva, khususnya pada perokok cigarette. Penelitian yang
dilakukan oleh Arian (2016) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
konsentrasi protein total saliva antara kelompok perokok cigarette dan non
perokok. Dijelaskan lebih lanjut, konsentrasi protein total saliva subjek non
perokok lebih tinggi dari perokok cigarette yaitu x =1,24
dimana terdapat perbedaan bermakna secara statistik dengan nilai p<0,05.
Pada subjek perokok cigarette ringan - sedang x =1,01
lebih tinggi konsentrasi proteinnya dibandingkan dengan subjek
perokok cigarette berat (x = 0,94 dan tidak terdapat
perbedaan bermakna secara statistik dengan nilai p>0,05. Kemudian,
penelitian yang dilakukan oleh Fattahi (2015), menyatakan bahwa terdapat
penurunan kadar protein total saliva pada perokok cigarette dibandingkan
dengan non perokok. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel
saliva yang distimulasi oleh asam. Selain protein, penelitian ini juga
menunjukkan adanya penurunan kadar Ca dan Pb saliva. Namun, merokok
cigarette tidak berpengaruh terhadap kadar Na, K, dan Mg. Tidak hanya itu,
penelitian yang dilakukan oleh Fujinami (2009) juga menyatakan bahwa
terdapat penurunan bermakna kadar protein total saliva tikus pada hari ke 15
setelah terpapar asap rokok cigarette, jika dibandingkan dengan tikus
kontrol. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh efek rokok yang dapat
menurunkan kerja dari beberapa protein, seperti enzim amilase, namun
terdapat peningkatan dari enzim peroksidase dan hal ini telah dibuktikan
dalam penelitiannya. 7, 8, 9
Berdasarkan tabel 4.5, konsentrasi protein total saliva pada ketiga
kelompok cenderung tidak ada perbedaan yang signifikan. Perbedaan yang
tidak signifikan tersebut disebabkan oleh kurangnya jumlah sampel
48
sehingga dapat terjadi penurunan validitas. Adapun sebenarnya konsentrasi
protein total saliva juga bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
sekresi protein oleh kelenjar saliva itu sendiri, kurangnya asupan makanan
yang mengandung protein, dan status periodontal seseorang. Penelitian yang
dilakukan oleh Sevon, et al menujukkan bahwa usia tidak berpengaruh
terhadap konsentrasi Mg, K, Ca, dan protein di dalam saliva. Namun, ada
beberapa penelitian yang menyatakan bahwa usia, ras, seks, hormon,
kehamilan memiliki pengaruh terhadap konsentrasi protein total saliva.
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Vibhakar
(2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
konsentrasi protein total saliva dengan karies gigi dan juga usia. Selain
beberapa penjelasan di atas, hasil rerata konsentrasi protein saliva juga
ternyata dipengaruhi oleh kondisi kebersihan gigi dan mulut subjek
penelitian, dimana tidak semua subjek pada kelompok non perokok memliki
kondisi gigi dan mulut yang bersih. Bahkan, kebanyakan lebih buruk
daripada perokok e-cigarette. Sedangkan, untuk subjek pada kelompok
perokok e-cigarette itu sendiri rata-rata lebih memperhatikan kebersihan
gigi dan mulut sehingga pada saat dilakukan pemeriksaan menunjukkan
hasil indeks yang lebih baik.41, 42
Gambar 4.1 Sebaran Konsentrasi Protein Total Saliva Perokok E-cigarette,
Perokok Cigarette, dan Non Perokok.
Perokok Cigarette Perokok E-cigarette Non Perokok
49
Gambar 4.1 Menunjukkan sebaran data konsentrasi protein total saliva pada
kelompok perokok e-cigarette, perokok cigarette, dan non perokok. Sebaran
konsentrasi protein total saliva perokok e-cigarette cenderung lebih tinggi
dari perokok cigarette dan non perokok.
4.2 Aspek Keislaman
Sangat banyak dampak buruk yang disebabkan oleh zat-zat yang
terkandung dalam rokok e-cigarette maupun rokok cigarette yang bisa
merugikan baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan. Sebagai seorang
muslim, sudah seharusnya kita dapat melihat tuntunan yang telah diberikan
oleh Allah SWT melalui Al-Qur’an dan sunnah.
Dalam surah Ar-Rad ayat 11, Allah SWT berfirman:
Artinya:
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya: dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain dia.
Ayat Al-Qur’an tersebut menjelaskan bahwa kita sebagai khalifah di
muka bumi ini, diminta untuk melakukan pekerjaan yang baik. Kita dilarang
untuk mendekati pekerjaan yang membahayakan jiwa manusia, yang identik
dengan sumber kebinasaan. Dalam konteks penelitian ini, kita harus
menyadari bahaya yang ditimbulkan dari rokok e-cigarette dan cigarette,
karena bukan hanya subjeknya saja yang merasakan akibatnya, tapi juga
50
orang di sekitar yang terkena paparan dari asap rokok e-cigarette dan
cigarette tersebut.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini, pertama adalah jumlah sampel
yang sedikit. Hal tersebut terjadi karena waktu pengambilan sampel yang
dilakukan saat malam hari dimana peneliti menyesuaikan dengan waktu
operasional vape store yang dominan buka saat malam hari, sehingga
sampel yang lain pun diperlakukan demikian. Kedua adalah kesediaan dari
subjek penelitian yang berada di vape store maupun sekitar kampus.
Non Perokok
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara
konsentrasi protein total saliva pada perokok e-cigarette, cigarette, dan
non perokok. Nilai rerata konsentrasi protein total saliva pada perokok e-
cigarette cenderung lebih tinggi daripada perokok cigarette dan non
perokok.
5.2 Saran
1. Diperlukan penelitian selanjutnya dengan penambahan jumlah sampel
lebih banyak pada kelompok perokok e-cigarette dan cigarette
sehingga efek dari kedua rokok tersebut bisa lebih terlihat.
2. Diperlukan penelitian lanjutan untuk mendeteksi protein spesifik saliva
yang menurun atau meningkat akibat efek rokok cigarette maupun e-
cigarette.
3. Diperlukan penelitian selanjutnya dengan penggunaan kadar nikotin
yang lebih tinggi pada kelompok perokok e-cigarette sehingga efeknya
bisa lebih terlihat.
52
BAB VI
KERJASAMA PENELITIAN
Riset ini merupakan bagian kerjasama riset mahasiswa dengan kelompok riset
saliva pada perokok e-cigarette, perokok cigarette, dan non perokok Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terdiri dari Aqiila Puterikami,
Febri Nugraheni, Putri Naira Radhita, dan Rifka Nur Anisa di bawah bimbingan
drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D dan dr. Fikri Mirza Putranto, Sp. THT-KL.
53
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Internet].; Riset Kesehatan
Dasar Tahun 2013. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kementerian Republik Indonesia. Diunduh tanggal 17 Desember 2017.
2. World Health Organization. Tobacco, Key Facts. [Internet].; 2018.
Diunduh tanggal 25 Juni 2018. http://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/tobacco
3. J.A Loo, W. Yan, P. Ramachandram, D. T. Wong. Comparative Human
Salivary and Plasma Proteomes. NCBI. 2010. 89(10): 1016-23.
4. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed. 8. Jakarta:
EGC; 2014. p650-1.
5. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Jakarta:
Elsevier; 2006. p792-4.
6. Donatella Canistro, Fabio Vivarelli, Clara Babot Marquillas, Annamaria
Buschini, Mirca Lazzaretti, et al. E-cigarettes Induced Toxicological
Effects that can Raise the Cancer Risk. NCBI. 2016. 7(1): 2028.
7. Nugroho, Arian Aditya Adi. Peran Rokok terhadap Kadar Protein Total
Saliva berdasarkan Indeks Brinkman. 2016 September.
8. Fujinami Y, Fukui T, Nakano K, Ara T, Fujigaki Y, Imamura Y, et al.
The Effects of Cigarette Exposure on Rat Salivary Proteins and Salivary
Glands. NCBI. 2009; 15(7); 466-71.
9. Ali Fattahi Bafghi, Ali Goljanian Tabrizi, Peyman Bakshayi. The Effect of
Smoking on Mineral and Protein Composition of Saliva. NCBI. 2014.
27(81): 301-5.
10. Abhay P. Kolte, Rajashri A. Kolte, Rashmi K. Laddha. Effect of Smoking
on Salivary Composition and Periodontal Status. NCBI. 2012. 16(3): 350-
3.
11. Gerard Tortora. The Digestive In: Gerard J Tortora, Bryan Derrickson,
editor. Principles of Anatomy and Physiology. 12th edition. US. Jhon
Wiley & Sons. Inc; 2009. p929-31.
12. Silbernagl, Stefan. Color Atlas of Physiology. 5th ed. New York: Thieme;
2003.
54
13. Silverthorn, Dee Unglaub. Human Physiology : An Integrated Approach.
5th ed. USA: Pearson; 2010. p697.
14. Martini, Frederic H. Fundamentals of Anatomy & Physiology. 9th ed.
USA: Pearson; 2012. p870-3.
15. Barrett, Kim. Ganong’s Review of Medical Physiology. 23rd ed. USA:
McGraw-Hill; 2010.
16. US Department of Health and Human Services. E-cigarette Use Among
Youth and Young Adults: A Report of the Surgeon General. Atlanta: US
Department of Health and Human Services. CDC. 2016.
17. American Industrial Hygiene Association (AIHA). White Paper:
Electronic Cigarettes in The Indoor Environment. 2014.
18. World Health Organization. Electronic Nicotine Delivery System. FCTC.
2014. Diunduh tanggal 5 Februari 2018.
19. Food Drug Association. Nicotine Exposure Warnings and Child Resistant
Packaging for Liquid Nicotine, Nicotine Containing E-Liquid(s), and
Other Tobacco Products. California Poison Control System. 2015.
Diunduh tanggal 5 Februari 2018.
20. Lerner, Chad A., Isaac K. Sundar, Richard M. Watson, Alison Elder, et al.
Environmental Health Hazards of E-Cigarettes and Their Components:
Oxidants and Copper in E-Cigarette Aerosols. Elsevier. 2014. 198: 100-7.
21. Hahn J, Monakhova YB, Hengen J, et al. Electronic Cigarettes: Overview
of Chemical Composition and Exposure Estimation. Tobacco Induced
Diseases. NCBI. 2014.
22. Pallegrino RM, Tinghino B, Mangiaracina G, Marani A, et al. Electronic
Cigarettes: An Evaluation of Exposure to Chemicals and Fine Particular
Matter. NCBI. 2012. 24(4): 279-88.
23. Cheah NP, Chong NW, Morsed FA, Yee SK. Electronic Nicotine Delivery
Systems: Regulatory and Safety Challenges – Singapore Perspective.
NCBI. 2012.
24. Goniewicz ML, Kuma T, Gawron M, Knysak J, Kosmider L. Nicotine
Levels in Electronic Cigarettes. 2013. p158-66.
55
25. Konstatinos E. Farsalinos,Gene Gillman, Konstatinos Poulas, Vassilis
Voudris. Tobacco-Specific Nitrosamines in Electronic Cigarettes:
Comparison between Liquid and Aerosol Levels. International Journal of
Environmental Reasearch and Public Health. 2015. 12(8): 9046-53.
26. Monique Williams, Amanda Villarreal, Krassimir Bozhilov, Sabrina Lin,
Prue Talbot. Metal and Silicate Particles Including Nanoparticles are
Present in Electronic Cigarette Cartomizer Fluid and Aerosol. PlosOne.
2013. 8(3): e57987.
27. Kosmider, Leon, Andrzej Sobczak, Maciej Fik, Jakub Knysak, Marzena
Zaciera, et al. Carbonyl Compounds in Electronic Cigarette Vapors:
Effects of Nicotine Solvent and Battery Output Voltage. Oxford Journals.
2014. 16(10): 1319-26.
28. Alison Breland, Eric Soule, Alexa Lopez, Carolina Ramoa, Ahmad El-
Hellani, Thomas Eissenberg. Electronic Cigarettes: What Are They and
What They Do?. HHS. 2017.
29. Indrayan A, Kumar R, Dwivedi S. A Simple Index of Smoking. COBRA.
2008.
30. Sitepoe, M. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia. 2000.
31. Smoking Cessation [Internet]. Harmful Chemicals in Cigarettes. US; Tery
Martin; Diunduh tanggal 15 Agustus 2018. http://quitsmoking.about.com
32. Reibel J. Tobacco and Oral Disease. Update on the Evidence, with
Recommendations. 2001. 12(1): 22-32.
33. Pedersen AM. Saliva. University of Copenhagen, Odontology. 2007.
34. Vinay Kumar, Ramzi S. Cotran, Stanley L. Robbins. Buku Ajar Patologi
Robbins. Ed. 7. Jakarta: EGC. 2007.
35. Miki Ojima, Takashi Hanioka. Destructive Effects of Smoking on
Molecular and Genetic Factors of Periodontal Disease. BioMed Central.
2010; p1-8.
36. Mulki Shaila, Prakash Pai, Pushparaj Shetty. Salivary Protein
Concentration, Flow Rate, Buffer Capacity, and pH Estimation: A
Comparative Study Among Young Adults and Elderly Subjects, Both
56
Normal and with Gingivitis and Periodontitis. India: Department of Oral
Pathology and Microbiology, Dental College and Hospital Kurunjibag.
Journal of Society of Periodontology. 2012. 17(1): 42-6.
37. Muller HP. Periodontology : The Essentials. New York: Thieme. 2005.
38. Thermo Scientific [Internet]. Instructions: Coomasie Plus (Bradford)
Assay Kit. USA: Pierce Biotechnology. www.Thermo.com/Pierce
39. Avezov, Katia, Abraham Z. Reznick, Dror Aizenbud. LDH Enzyme
Activity in Human Saliva: The Effect of Exposure to Cigarette Smoke and
Its Different Components. Elsevier. 2013. 59(2): 142-8.
40. Wadia, R., Booth, V. A Pilot Study of Gingival Response when Smokers
Switch from Smoking to Vaping. PubMed. 2016. 221(11): 722-6.
41. Vibhakar, Pavitra, et al. Salivary Total Protein Levels and Their
Correlation to Dental Caries. International Journal of Oral and
Maxillofacial Pathology. 2013.
42. Sevon L, Laine MA, Karjalainen S, Doroguinskaia A, Helenius H, Kiss E,
et al. Effect of Age on Flow Rate, Protein, and Electrolyte Composition of
Stimulated Whole Saliva in Healthy, Non-Smoking Women. Open
Dentistry J. 2008. 2: 89-92.
43. Arowojolu, Modupe O, Olufunmilayo I. Fawole, Elizabeth B. Dosumu. A
Comparative Study of The Oral Hygiene Status of Smokers and Non
Smokers in Ibadan, Oyo State. NCBI. 2013. 54(4): 240-3.
44. Stewart, Cassandra R, Nneka Obi, Elodie C Epane, Alexander A Akba, et
al. The Effects of Diabetes on Salivary Gland Protein Expression of
Tetrahydrobioprotein and Nitric Oxide Synthesis and Function. HHS.
2016. 87(6): 735-41.
45. Saavedra, Juan Atken, Gonzalo Rojas Alcayaga, Andrea Maturana
Ramirez, Alejandro Escobar Alvarez, et al. Salivary Gland Dysfunction
markers in Type 2 Diabetes Mellitus Patients. Journal of Clinical and
Experimental Dentistry. 2015. 7(4): 501-5.
46. Anuradha, Beela Ram, Sudheer Katta, Venkata Satyanarayana Kode, et al.
Oral and Salivary Changes in Patients with Chronic Kidney Disease: A
57
Clinical and Biochemical Study. Journal of Indian Society of
Periodontology. 2015. 19(3): 297-301.
47. Johnson DA, Lopez H, Navia JM. Effects of Protein Deficiency Diet
Consistensy on The Parotid Gland and Parotid Saliva of Rats. PubMed.
1995. 74(8): 1444-52.
58
LAMPIRAN 1
Lembar Informed Consent dan Kuesioner Responden
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
Judul Penelitian:
Deteksi Keadaan Rongga Mulut; Derajat Keasaman; Kadar Ion Kalsium; dan
Kadar Protein Total pada Saliva Pria E-cigarette, Perokok dan Non-Perokok
Peneliti Utama:
drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah, Jl.
Kertamukti Pisangan Ciputat, Jakarta 15419, Telepon: 021-74716718, 021-
7401925
Kontak pada keadaan darurat:
Peneliti Utama : drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD (0817-0710263)
Anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi Anda bersifat
sukarela, dalam arti Anda bebas untuk turut serta atau menolaknya. Anda juga
bebas berbicara karena kerahasiaan Anda terjamin.
Apa tujuan penelitian ini?
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui laju alir, keasaman, kadar kalsium, fosfat
pada salivanya beserta mengetahui Hubungan penggunaan rokok elektrik atau
vape untuk pemberhentian merokok.
Mengapa saya diminta untuk berpartisipasi?
Anda diminta berpartisipasi karena Anda merupakan perokok aktif 58amper58u
pengguna rokok elektrik atau vape dan telah memenuhi kriteria penelitian ini atau
sebagai kelompok kontrol yang tidak pernah merokok sama sekali.
Halaman 58 dari 12
Kode Partisipan
No. Rekam Medik
Tanggal
59
Apa yang harus saya lakukan?
Jika memenuhi kriteria, Anda akan diikutkan dalam penelitian. Jika Anda setuju
untuk mengikuti penelitian, maka Anda harus mengikuti seluruh prosedur
penelitian termasuk wawancara, pemeriksaan fisik, gigi dan mulut, dan
pengumpulan saliva.
Wawancara untuk mengumpulkan informasi
Anda akan diwawancara dengan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui data
pribadi, mengenai kesehatan dan kesejahteraan, jumlah rokok yang dikonsumsi,
kebiasaan mengenai pola makan dan menjaga kebersihan rongga mulut,mengenai
keluhan di rongga mulut, dan kebiasaan penggunaan rokok eleVape anda.
Pemeriksaan fisik dan gigi mulut
Anda akan menjalani pemeriksaan fisik berupa pengukuran berat badan dan tinggi
badan. Untuk pemeriksaan gigi mulut untuk mengetahui adanya kelainan rongga
mulut berupa radang gusi, kerusakan jaringan penyangga gigi, gigi berlubang,
infeksi jamur rongga mulut, sudut bibir pecah-pecah & meradang, sindroma mulut
terbakar, serta pengukuran banyaknya ludah yang dihasilkan dan derajat
keasaman saliva (ludah).
Pengumpulan saliva
Anda akan diminta untuk mengumpulkan ludah selama kurang lebih 5 menit
didalam mulut, lalu meludahkannya kedalam tabung steril. Ludah Anda akan
dikumpulkan kurang lebih sebanyak 1 ml.
Berapa lama saya harus menjalani penelitian ini?
Penelitian ini akan memakan waktu maksimal 1.5 jam dengan rincian, 30 menit
untuk wawancara, 30 menit pemeriksaan fisik dan gigi mulut, dan 15 menit untuk
pengumpulan ludah.
Akankah saya mendapat kompensasi?
Anda akan menerima souvenir dari Tim Peneliti untuk serangkaian penelitian ini.
Halaman 2 dari 12
Kode Partisipan
No. Rekam Medik
Tanggal
60
Souvenir ini diberikan sebagai tanda terima kasih atas partisipasi Anda dalam
penelitian ini. Anda juga dapat berkonsultasi masalah gigi, mulut dan kesehatan
secara umum kepada dokter dan dokter gigi.
Ketika Anda menandatangani formulir ini, Anda setuju untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Ini berarti Anda sudah membaca informed consent, pertanyaan
Anda telah dijawab, dan Anda memutuskan untuk berpartisipasi.
Nama Partisipan Tanda tangan Tanggal
Nama Pengumpul data Tanda tangan Tanggal
Halaman 3 dari 12
Kode Partisipan
No. Rekam Medik
Tanggal
61
Jam Pemeriksaan: …………………
DATA PRIBADI
Nama
TTL
:
:
………………………………………
........................................
Jenis Kelamin : L / P
Alamat :
Telepon
Berat Badan
Tinggi
Badan
IMT
:
:
:
:
........................
................. kg
................. cm
........................
HP
: ………….
Pekerjaan
Penghasilan/
bulan
<1.500.000
Pendidikan
Status
:
:
:
........................
1.500.000-2.500.000
: SMA/S1/S2/S3/……
Status Marital
Agama
2.500.000-3.500.000
:
:
……………
……….
>3.500.000
….
Halaman 4 dari 12
Kode Partisipan
No. Rekam Medik
Tanggal
62
Keterangan
Klasifikasi IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik
a. Berat badan kurang
b. Normal
c. Berisiko
d. Obesitas I
e. Obesitas II
< 18,5
18,5 – 22,9
23-24,9
25-29,9
≥30
PENYAKIT SISTEMIK : (Mulai terdiagnosa dan obat-obatan)
Hepatitis B/C :
HIV :
TBC :
Penyakit lain :
Keterangan :
FREKUENSI MEROKOK
1. Apakah anda hampir setiap hari merokok?
Ya Tidak, jika tidak berapa hari dalam seminggu anda merokok …..
2. Berapa rata-rata jumlah batang rokok anda habiskan dalam sehari?
………….. batang/hari
3. Jenis rokok yang biasa anda konsumsi:
1. Kretek
2. Filter
3. Membuat sendiri
4. Lainnya: …………..
Halaman 5 dari 12
63
4. Sudah berapa lama responden mulai merokok? ………….. tahun
5. Apakah alasan anda pertama kali merokok?
1. iseng
2. penasaran/coba-coba
3. diajak/dipaksa teman
4. mencontoh orang tua
5. terlihat dewasa/keren
6. terlihat seperti tokoh idola
7. lainnya....
6. Siapa yang pertama kali mempengaruhi kamu untuk merokok?
1. tidak ada
2. orang tua
3. saudara
4. teman
5. iklan
6. lainnya....
7. Dimana biasanya anda merokok?
1. di rumah
2. di sekolah
3. di tempat teman
4. di tempat umum
5. lainnya....
Halaman 6 dari 12
Kode Partisipan
No. Rekam Medik
Tanggal
64
8. Biasanya anda mendapatkan rokok darimana?
1. orang tua
2. teman
3. beli sendiri
4. lainnya
9. Keadaan apa yang membuat anda merokok
1. saat bosan
2. saat stress/kesel/marah
3. merasa gugup/hilangkan ketegangan
4. saat mulut merasa tidak enak
5. saat santai/iseng
6. saat melihat orang merokok
7. lainnya
10. Apakah anda pernah mencoba berhenti merokok
Tidak (langsung ke pertanyaan No.16) Ya
11. Kapan anda mencoba berhenti merokok: ………….. tahun
12. Berapa kali anda berusaha berhenti merokok?.......... kali
13. Apakah anda sukses dalam berhenti merokok pada saat itu?
Tidak Ya
14. Berapa lama anda berhenti merokok pada saat itu?....... hari
15. Apa cara yang anda gunakan untuk berhenti merokok pada saat itu?
1. ke dokter
2. Permen
3. Obat
4. lainnya ....
16. Apakah anda mau berhenti merokok?
Tidak Ya, karena....
Halaman 7 dari 12
Kode Partisipan
No. Rekam Medik
Tanggal
65
17. Bagaimana tindakan keluarga saat anda merokok?
1. Ditegur
2. Dibiarkan
3. lainnya....
18. Seberapa besar pengaruh iklan dalam mempengaruhi anda merokok
1. besar sekali
2. besar
3. biasa saja
4. tidak ada pengaruh
5. sangat tidak ada pengaruh
19. Keadaan apa yang anda peroleh dari setelah merokok
1. memberi kenikmatan
2. memberi rasa percaya diri
3. membantu melepaskan rasa tertekan oleh masalah
4. dapat memusatkan konsentrasi
20. Menurut Anda, apakah ada dampak merokok terhadap Anda?
Tidak Ya, ada. ..........
21. Menurut Anda, adakah dampak rokok terhadap lingkungan?
Tidak Ya, ada. ..........
Keterangan
Index Brinkman *
a. Perokok ringan yaitu pasien dengan nilai Indeks Brinkman 0-200
b. Perokok ringan yaitu pasien dengan nilai Indeks Brinkman 200-600
c. Perokok berat yaitu pasien dengan nilai Indeks Brinkman >600
*menurut PDPI
Halaman 8 dari 12
Kode Partisipan
No. Rekam Medik
Tanggal
66
KETERGANTUNGAN TERHADAP NIKOTIN
Diadopsi dari Fagerstrom Nicotine Dependence
1. Seberapa cepat anda merokok yang pertama kali setelah anda bangun
tidur?
a. Setelah 60 menit (0)
b. 31-60 menit (1)
c. 6-30 menit (2)
d. dalam 5 menit (3)
2. Apakah anda mengalami kesulitan untuk tidak merokok didaerah yang
terlarang/dilarang merokok?
a. Tidak (0)
b. Ya (1)
3. Kapan paling sulit bagi anda untuk tidak merokok?
a. Merokok pertama kali pada pagi hari (1)
b. Waktu lainnya (0)
4. Berapa batang rokok anda habiskan dalam sehari?
a. 10 atau kurang dari itu (0)
b. 11-20 (1)
c. 21-30 (2)
d. 31 atau lebih (3)
5. Apakah anda lebih sering merokok pada jam-jam pertama bagun tidur
dibandingkan dengan waktu lainnya?
a. Tidak (0)
b. Ya (0)
6. Apakah anda merokok walaupun sedang sakit sampai hanya tiduran
ditempat tidur hampir sepanjang hari?
a. Tidak (0)
b. Ya (1)
Halaman 9 dari 12
Kode Partisipan
No. Rekam Medik
Tanggal
67
Kesimpulan:
Jumlah Skor:………………… Intepretasi:…………………….
1-2: Ketergantungan rendah
3-4: Ketergantungan rendah sampai sedang
5-7: Ketergantungan sedang
8 + : Ketergantungan tinggi
PENGGUNAAN ROKOK ELEKTRIK
1. Berapa lama anda sudah menggunakan rokok elektrik?
Tahun, bulan.
2. Biasanya, berapa mg nikotin yang ada di dalam cairan rokok anda?
a. 0 mg
b. 3 mg
c. 6 mg
d. 9 mg
e. 12 mg
f. 15 mg
g. 18 mg
h. lainnya, yaitu … …
RIWAYAT GIGI DAN MULUT
Kunjungan terakhir ke drg. :
Jenis perawatan :
Frekuensi & kapan sikat gigi : Kali/hari; pagi / siang / sore / malam
Penggunaan obat kumur : Ya / Tidak; ........ kali/hari; Merek.............
Keluhan mulut kering : Ya / Tidak; Sejak ....... hari/minggu/bulan/tahun
Asupan air putih/hari :
Halaman 10 dari 12
Kode Partisipan
No. Rekam Medik
Tanggal
68
SALIVA
Laju aliran saliva tanpa stimulasi : ml/menit
pH :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Debris index Debris index
Calculus index Calculus index
CPITN CPITN
CPITN CPITN
Calculus index Calculus index
Debris index Debris Index
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
GI tidak dapat digantikan
6 1 4
4 1 6
Halaman 11 dari 12
Kode Partisipan
No. Rekam Medik
Tanggal
GI=
69
DEBRIS INDEX (DI)
CALCULUS INDEX (CI) pengganti : 21/41
GINGIVAL INDEX (GI) tidak dapat digantikan
Halaman 12 dari 12
Kode Partisipan
No. Rekam Medik
Tanggal
0 : Tidak ada debris/stain
1 : Debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stain
ekstrinsik tanpa adanya debris pada permukaan gigi tersebut
2 : Debris lunak yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih dari
2/3 permukaan gigi
3 : Debris lunak yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi
0 : Tidak ada kalkulus
1 : Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi
2 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih
dari 2/3 permukaan gigi dan/atau terdapat sedikit/bercak kalkulus subgingiva di
servikal gigi
3 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi dan/atau kalkulus
subgingiva yang menutupi atau melingkari permukaan servikal gigi
0 : Gingiva normal
1 : Inflamasi ringan, sedikit perubahan warna, sedikit edema, tidak ada perdarahan saat
probing
2 : Inflamasi sedang, kemerahan, edema & licin mengkilat, perdarahan saat probing
3 : Inflamasi berat, kemerahan & edema yang jelas, ulserasi. Kecenderungan untuk
perdarahan spontan
70
Lampiran 3
Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Maharani Rachma Dhanti Putri
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 27 Januari 1998
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kesatrian Gg. H. Sambas I no. 35 Rempoa,
Ciputat Timur 15412
E-mail : [email protected]
Riwayata Pendidikan:
2003 – 2009 : SDN Cempaka Baru II
2009 – 2012 : SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
2012 – 2015 : SMAN 4 Kota Tangerang Selatan
2015 – sekarang : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta