1
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada zaman sekarang makin sulit bagi orang untuk mendapat
pekerjaan di Indonesia. Hal ini terlihat dari besarnya angka pengganguran
di Indonesia yang semakin meningkat. Peningkatan pengangguran tersebut
mengakibatkan pendapatan relatif rendah dan tidak merata. Menurut data
Biro pusat statistik (BPS) bulan Agustus tahun 2011 ada 6,56 persen atau
sekitar 8,12 juta jiwa angka pengangguran terbuka di Indonesia.
Meningkatnya angka pengangguran di Indonesia, disebabkan oleh
beberapa hal seperti pemutusan hak kerja (PHK), sumber daya manusia
yang kurang berkualitas, kurangnya lapangan pekerjaan yang dapat
menampung dan tidak ada kesesuaian antara pendidikan dan pekerjaan
yang tersedia. Masalah ini akan terus berlanjut apabila tidak ada solusi
yang tepat untuk mengatasinya dan akan mengakibatkan perekonomian
negara semakin melemah. Dari masalah tersebut, pemerintah Indonesia
melihat bahwa terdapat peluang besar jika pembelajaran kewirausahaan
dilakukan kepada setiap warga negara Indonesia, dengan tujuan agar setiap
warga dapat menciptakan lapangan usaha baru tanpa harus menunggu
untuk melamar suatu pekerjaan.
Saat ini, istilah kewirausahaan seringkali menjadi topik
perbincangan yang hangat. Pengertian kewirausahaan sendiri
merupakan“a way of managing that involving persuing opportunity
without regard to the resources, currently controlled, (Sahlman dan
2
Stevenson,1999:45). Sedangkan menurut Kao (1999) dalam (Yusri,
2005:23), Kewirausahaan (Enterpeunership) adalah “Suatu penciptaan
nilai tambah dengan memperhitungkan resiko dari suatu peluang usaha
dan memobilisasi sumber-sumber daya dengan kemampuan manajemen
untuk mencapai tujuan”. Oleh karena itu, setiap orang yang berani
mengambil resiko dalam kewirausahaan akan menjadi seorang wirausaha
(Entrepeuner). Menurut J.A. Schumpeter (1934) dalam (Ahman dan
Indriani, 2006), Wirausaha (Entrepeuner) merupakan seorang inovator,
sebagai individu yang memiliki kenalurian untuk melihat benda materi
sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat,
kemampuan dan pikiran untuk menaklukan cara berpikir lamban dan
malas. Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia
perlu mempelajari tentang kewirausahaan untuk meningkatkan pendapatan
negara dan sekaligus akan mengurangi angka penggangguran. Menurut
Hatta Radjasa (2012), sekarang hanya terdapat sekitar 1,56 persen
wirausaha (Entrepeuner) dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan
pada kenyataannya pemerintah masih membutuhkan sekitar empat jutaan
atau kurang lebih dua persen wirausahawan baru untuk mengembangkan
kewirausahaan di Indonesia.(www.kompas.com Indonesia diunggah
tanggal 4 Mei 2012). Hal itu terjadi dikarenakan banyak orang yang lebih
menyukai untuk bekerja dengan orang lain dengan sesuatu yang sudah
pasti seperti upah atau gaji yang pasti dan tanpa resiko yang besar daripada
3
membuka usaha sendiri yang lebih menanggung resiko kerugian yang
besar.
Menurut Thomas W. Zimmerer (1996) “Entrepreneurship is the
result of disciplined,systematic process of applying creativity and
innovation to needs and opportunitiesin the marketplace”. Kewirausahaan
adalah suatu hasil dari pendisplinan, proses sistematis antara kreativitas
dan inovasi untuk memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar. Jadi,
pengertian kewirausahaan secara sederhana merupakan kemampuan
seorang untuk membuat suatu yang baru dan berbeda melalui kreativitas
dan inovasi yang dimilikinya. Inti dari kewirausahaan menurut Busentiz &
Lau (1996) dalam Theoritical Perspectives atau pandangan teori
kewirausahaan adalah melihat dari sisi Person atau pribadi yaitu
mencakup latar belakang seseorang untuk menjadi pengusaha, sosiologi
yang mencakup tentang Jaringan, Kelompok, Orang tua, Keluarga dan
Model peranan dan Entrepeunerial Process (Proses Kewirausahaan) yaitu
meliputi kegiatan serta tahapan yang dilakukan baik pada awal usaha
dimulai, dilakukan dan berkembang dan Environment (lingkungan)
mencakup hal-hal yang dapat mempengaruhi seorang menjadi wirausaha
seperti keluarga, pengalaman kerja, pendidikan dan lain-lain. Dari ketiga
hal tersebut, menurut Penulis yang merupakan faktor utama dalam
memulai usaha baru adalah Enterpeneurial Process (Proses
Kewirausahaan). Hal ini dikarenakan dalam setiap tahapan proses
kewirausahaan akan dapat dilihat beberapa hal penting seperti penentuan
4
kemampuan dan minat serta motivasi yang dimiliki oleh seorang
wirausaha untuk memulai usaha baru.
Dalam penelitian kali ini, Penulis meneliti sebuah usaha jus yang
berskala kecil yang telah ada dari tahun 2010 hingga tahun 2012, yaitu
Usaha Zig Zag Juice milik Bapak Wahono Catur Sri Haryanto atau akrab
disapa Bapak Wahono. Alasan utama, Penulis meneliti usaha ini karena
pengusaha ingin melihat proses kewirausahaan yang dimiliki oleh usaha
Zig Zag yang terlihat berskala kecil dan sederhana namun selama dua
tahun telah mampu menyesuaikan diri dengan pasar sekitar, contohnya
seperti dalam kurun waktu selama dua tahun, sebelumnya usaha Zig Zag
hanya memiliki pendapatan bersih sekitar lima puluh ribu per hari
sekarang telah meningkat menjadi kurang lebih delapan ratus ribu per hari
sehingga dirasa sudah mampu untuk menyesuaikan dengan pasar yang
sudah ada. Melalui hal ini, Penulis dapat memberikan tanggapan dan saran
bagi pemilik dan Usaha Zig Zag Juice dalam perkembangannya.
1.2 Masalah Penelitian
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu masalah
penelitian yang nantinya akan dapat ditelaah. Masalah yang ditelaah
tersebut beberbentuk pernyataan tentang suatu konsep yang diminati
dalam situasi problematik (Ihalauw, 2000: 24). Masalah penelitian yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah proses kewirausahaan
(Entrepeneurial Process) pada Usaha Zig Zag Juice.
5
1.3 Persoalan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian di atas maka dapat dirumuskan
persoalan penelitian sebagai berikut :
Bagaimana gambaran faktor- faktor pemicu pembentukan
kewirausahaan yang ada dilihat dari aspek Person (pribadi), sosiologi
dan Environment (lingkungan) pada Bapak Wahono sebagai pemilik
usaha Zig Zag Juice ?
Bagaimana proses kewirausahaan pada usaha Zig Zag Juice di
Salatiga dilihat dari pra usaha, usaha dimulai dan pertumbuhan usaha?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses
kewirausahaan pada usaha Zig Zag Juice di Salatiga. Selain itu, untuk
mengetahui faktor- faktor pemicu pembentukan kewirausahaan seperti
pribadi (Person), sosiologi dan lingkungan (Environment).
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Dari hasil penelitian yang telah diteliti, peneliti dapat mengetahui
bagaimana proses kewirausahaan dalam usaha Zig Zag Juice dan
dapat mengidentifikasi faktor-faktor pemicu kewirausahaan pada
wirausaha.
6
2. Bagi Pemilik Zig Zag Juice
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan usaha Zig Zag. Dimana, wirausaha dapat lebih
menambah wawasannya tentang proses kewirausahaan didalam
usahanya.
3. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu referensi dalam
menentukan suatu proses kewirausahaan didalam suatu usaha yang
akan dijalankan.
4. Bagi Dunia Kewirausahaan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi
para wirausaha untuk melihat gambaran proses kewirausahaan dan
langkah-langkah dalam memulai usaha baru, sehingga para
wirausaha dapat lebih memmpunyai gambaran untuk memulai
usaha baru
1.5 Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu
metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi
objek sesuai dengan apa adanya (Best,1982:119). Dalam penelitian ini,
peneliti tertarik untuk melihat gambaran memulai usaha pada usaha Zig
Zag. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer yaitu, data
yang diperoleh melalui penelitian lapangan yang didapat dari nara sumber
7
dan diolah sendiri (Supramono & Haryanto, 2005). Objek penelitian yang
digunakan oleh penulis adalah usaha Zig Zag Juice di Salatiga yang telah
berdiri sejak tahun 2010. Sedangkan sumber data primer yang didapat dari
observasi dan wawancara secara langsung kepada nara sumber utama yaitu
Bapak Wahono Sri Haryanto sebagai pemilik dan nara sumber lain yaitu,
isteri Bapak Wahono serta karyawan Zig Zag, dengan cara memberi
pertanyaan sebagai instrumen pengumpul data. Pertanyaan yang diberikan
kepada nara sumber sifatnya terbuka yaitu bentuk pertanyaanya tidak
disertai atau tidak dilengkapi dengan alternatif jawaban sehingga dapat
dijawab secara bebas oleh responden.
Sebelum penelitian, penulis melakukan perijinan kepada
pengusaha yaitu Bapak Wahono untuk melakukan magang serta meneliti
usahanya. Setelah mendapatkan persetujuan dari pemilik usaha Zig Zag,
penulis langsung melakukan magang dan wawancara untuk meminta
beberapa data yang dapat menunjang penelitiannya. Saat melakukan
magang usaha di usaha Zig Zag, penulis melakukan observasi dan
menanyakan hal-hal yang menyangkut usaha Zig Zag, antara lain seperti
awal mula berdiri, hambatan yang sering dialami dan usaha-usaha yang
telah dilakukan oleh pemilik usaha Zig Zag untuk mengembangkan usaha
tersebut. Tujuan utama dari penulis melakukan magang adalah untuk
mengampu mata kuliah magang usaha serta ingin lebih mengetahui
kehidupan UKM yang ada di Salatiga.
8
Dalam penelitian ini, menggunakan teknik analisis kualitatif
dengan langkah-langkah sebagai berikut (Afriani, 2009) yaitu :
(1) Mengorganisir informasi,
(2) Membaca keseluruhan informasi dan memberi tanda,
(3) Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya,
(4) Menetapkan pola dan hubungan antara beberapa kategori,
(5) Melanjutnya melakukan interprestasi dan mengembangkan
generalisasi antara kasus yang diteliti dengan kasus lain dan
(6) Menyajikan secara naratif.
Berikut ini beberapa cara yang dilakukan oleh penulis untuk
mengetahui data yang diberikan oleh responden asli atau valid, yaitu :
1. Melakukan wawancara langsung kepada orang-orang terdekat dari
pemilik usaha seperti keluarga dan karyawan yang dilakukan
sebanyak kurang lebih delapan kali.
2. Terjun langsung saat magang dalam melihat proses usaha selama
tiga bulan.
9
2.Telaah Teoritis
2.1 Hakikat Dasar dan Konsep Kewirausahaan
Konsep kewirausahaan atau kewiraswastaan dan perlunya
wirausahawan di Indonesia telah ada sejak tahun 1970 ( Soebroto
Hadisoegondo ; 2006). Dimana, pada saat itu pemerintah sedang
mencanangkan Pelita III yang mana perkembangan kewirausahaan sangat
terlihat dengan cepat. Menurut Meridith (1996) mengemukakan bahwa
berwirausaha adalah suatu pekerjaan atau karier yang harus bersifat
fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan, mengambil resiko,
keputusan dan tindakan untuk mencapai tujuan. Sedangkan ilmu
kewirausahaan menurut Suryana (2001) adalah suatu disiplin ilmu yang
mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam
menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai
resiko yang mungkin dihadapinya. Kebanyakan orang yang menggangap
berwirausaha adalah sesuatu yang mengambil resiko yang tinggi. Oleh
karena itu, sebagai besar penduduk Indonesia lebih menyukai untuk
bekerja kepada orang lain yang tidak memiliki resiko yang terlalu besar
(Soebroto Hadisoegondo ; 2006).
Menurut Zimmerer (1996), Kewirausahaan dalam konteks bisnis
merupakan hasil dari suatu disiplin serta proses yang sistematis dalam
penerapan kreativitas dan inovasi untuk memenuhi kebutuhan dan peluang
di pasar. Sedangkan secara epistemologi, kewirausahaan adalah nilai yang
10
diperlukan ketika seorang akan memulai suatu usaha atau proses dalam
mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Drucker (2006) pun berpendapat bahwa kewirausahaan merupakan
suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Seorang wirausaha yang handal adalah orang yang mampu berpikir kreatif
dan berinovasi serta berani untuk mengambil resiko dari usaha yang
dimulainya. Berikut ini adalah definisi kewirausahaan menurut beberapa
pakar adalah sebagai berikut :
Kewirausahaan adalah “a way of managing that involving persuing
opportunitywithout regard to the resources, currently controlled
(Sahlman dan Stevenson, 1999:45).
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku
yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat,
kiat, proses, dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).
Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda (ability to create the new and different)
(Drucker, 1959).
Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi
dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan (usaha) (Zimmerer, 1996).
11
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai
suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture
growth) (Soeharto Prawiro, 1997).
Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai
menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan , menanggung resiko
keuangan, fisik, serta resiko yang mengiring, menerima imbalan
moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan pribadi.
(Hisrich, Peters, dan Sherped ; 2008 : 10).
Jadi, kesimpulannya kewirausahaan adalah suatu proses dimana
kreativitas dan inovasi diperlukan untuk menciptakan sesuatu yang
berbeda yang nantinya dapat membuat suatu peluang baru
2.2 Faktor Pemicu Pembentukan Kewirausahaan
Adapun faktor- faktor yang menjadi pemicu dalam pembentukan
kewirausahaan adalah sebagai berikut: faktor yang berasal dari
kemampuan pribadi seorang wirausahawan seperti komitmen, visi,
kepemimpinan, kemampuan manajerial, usia, dan locus of control . Faktor
sosiologi yang meliputi jaringan, kelompok orang tua, keluarga, dan model
peranan. Faktor yang berasal dari organisasi meliputi kelompok, struktur,
budaya dan strategi. Dan faktor yang berasal dari lingkungan seperti
peluang, model peranan, aktivitas, kompetisi, sumber daya, inkubator dan
kebijakan pemerintah.(suryana:2009). Keseluruhan faktor tersebut dapat
mempengaruhi pembentukan kewirausahaan
12
Gambar 2.1 Faktor – Faktor Pemicu Pembentukan Kewirausahaan
Sumber : Suryana (2009, p.26)
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996 : 3)
mengemukakan bahwa muncul inovasi merupakan awal dari proses
kewirausahaan yang diakibatkan pengaruh dari faktor- faktor pemicu
pembentukan kewirausahaan. Faktor- faktor yang memunculkan inovasi
adalah faktor-yang berasal dari pribadi seorang wirausahawan seperti locus
of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan
secara eksternal seperti : pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan
dan lingkungan
Inovasi Tumbuh Implementasi
Stimulan
Lingkungan: Peluang,
Model peranan dan
Aktivitas
Lingkungan : Pesaing,
pelanggan,Pemasok dan
investor
Lingkungan : Kompetisi,
Sumber daya, Inkubator dan
Pemerintah
Pribadi :
Pencapaian
Locus of control
Toleransi
Ambil resiko
Nilai pribadi
Pendidikan
pengalaman
Pribadi :
Wirausahawan
Pemimpin
Manajer
Komitmen
visi
Sosiologi :
Jaringan
Kelompok
Orang tua
Keluarga
Model
peranan
Pribadi :
Pengambilan resiko
Ketidakpuasan
Pendidikan
Usia
komitment
Organisasi :
Kelompok
Strategi
Struktur
Budaya
Produk
13
2.3 Proses Kewirausahaan
Dalam proses kewirausahaan, setiap wirausahawan diperhadapkan
kepada suatu keputusan yang bersifat tantangan. Dimana, seorang
wirausahawan diharapkan dapat berani membuka sesuatu usaha baru dan
berani untuk menciptakan dan mengembangkan peluang-peluang usaha
baru. Menurut Bygrave yang dikutip oleh Liyis Gomez mengemukakan
bahwa proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas, dan
tindakan yang terkait dengan pemahaman peluang dan menciptakan
organisasi sebagai usaha untuk mencapai ketiga hal tersebut.
Kemampuan seorang wirausahawan dalam melakukan proses
kewirausahaan akan menjadi berhasil apabila mereka melakukan langkah-
langkah yang benar dalam menentukan dan mendirikan usaha yang sesuai
dengan minat dan bidang yang digeluti oleh mereka. Langkah – langkah
tersebut dapat dilihat pada bagan seperti berikut :
Gambar 2.2 Langkah- Langkah Dalam Memulai Usaha
Baru
Sumber: Norman Scarborough, Effective Small Busines
Management, 1993. Hal.3.
Sesuai bagan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk memulai suatu usaha,
selain memiliki minat dan kemampuan kewirausahaan yang baik, belum cukup
wirausaha Ide usaha Modal Barang /
jasa
Profit Pasar
14
bagi seorang wirausahawan untuk membuat suatu usaha. Berikut ini akan
dipaparkan langkah-langkah dalam memulai suatu usaha seperti berikut :
Ide usaha
Menurut Eman Suherman (2010) ide merupakan titik awal dari kegiatan
mencari peluang usaha. Muncul ide didorong oleh adanya sumber ide untuk
mencari peluang usaha. Sedangkan menurut KBBI (1999 : 365) ide adalah
rancangan yang tersusun di dalam pikiran. Dalam tahap ini, seorang
wirausahawan memiliki ide untuk memulai suatu usaha baru. Ide tersebut
akan dirumuskan dan diidentifikasi untuk melihat peluang-peluang usaha
yang dapat dikembangkan. Adapun menurut Wiratmo(1996:14) sumber-
sumber ide terdiri dari 5 dan menurut Eman Suherman (2010) menambahkan
sumber ide yang keenam, yaitu sebagai berikut : Konsumen (calon
konsumen); Perusahaan yang sudah ada; Saluran distribusi; Pemerintahan;
Riset dan development; Motivasi positif; Modal atau sumber daya dan Pasar
(barang atau jasa).
Dalam langkah penemuan ide usaha ada beberapa hal yang akan
dipaparkan yang meliputi penemuan ide usaha awal, melihat peluang usaha,
pengembangan ide usaha (meliputi proses produksi, jaringan, proses duplikasi
dan pengembangan, peluang produk masuk pasar dan pengembangan rencana
bisnis(mencakup aspek-aspek manajemen usaha).
Modal atau sumber daya
15
Dalam memulai suatu usaha, seorang wirausahawan memerlukan modal.
Banyak orang yang mengira bahwa modal yaitu uang. Hal tersebut, dianggap
salah karena modal tidak hanya dilihat dari segi finansial berupa uang saja
akan tetapi modal dapat berupa sumber daya manusia. Dimana, sumber daya
manusia merupakan salah satu modal utama yang menggerakkan suatu usaha
tanpa adanya manusia kegiatan dalam suatu usaha tidak akan
berjalan.Sedangkan sumber daya modal menurut Rendi (2011)
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang digunakan untuk proses produksi
dan digunakan dalam memproduksi barang atau jasa lainnya. Oleh karena itu,
mencari dan menetapkan sumber daya modal dan sumber daya manusia untuk
memulai suatu usaha baru merupakan langkah yang harus diperhatikan
dengan seksama dan penggunaannya harus selektif.
Pasar (mencakup barang/jasa)
Dalam langkah atau tahap ini, wirausahawan mulai menentukan barang
atau jasa yang akan dijadikan sebagai objek usaha yang didasarkan pada
kebutuhan dan selera pasar. Setelah dilakukan penentuan objek bisnis,
langkah selanjutnya adalah melihat peluang pasar dan keadaan pasar yaitu
dimana objek usaha dapat dipasarkan.
Profit
Profit atau laba merupakan keuntungan yang diterima dari hasil usaha.
Dalam langkah atau tahapan ini, suatu usaha telah mampu memperoleh profit
atau laba yang sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh wirausahawan.
16
Tahapan ini memaparkan bagaimana keadaan pendapatan yang diterima pada
saat usaha dimulai hingga usaha telah berjalan dan berkembang.
3. Gambaran pembentukan kewirausahaan pada usaha
Zig Zag juice dilihat dari faktor pemicu seperti pribadi,
sosiologi dan lingkungan.
Pada bab ini, dijelaskan faktor-faktor pemicu pembentuk kewirausahaan
yang terdapat dalam diri seorang wirausaha. Penulis akan memaparkan
beberapa faktor pemicu kewirausahaan yang dialami oleh pemilik usaha Zig
Zag Juice dilihat saat tahap muncul inovasi, stimulan dan implementasi usaha
yaitu Bapak Wahono. Faktor- faktor pemicu yang akan dipaparkan mencakup
aspek jiwa kewirausahaan dalam diri wirausaha (Person), Sosiologi meliputi
jaringan, kelompok, orang tua dan keluarga serta lingkungan (environment)
yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar seperti peluang.
3.1. Pembentukan jiwa kewirausahaan dari diri wirausaha
(Person).
Terlahir dalam keluarga yang mengeluti bisnis kuliner, membentuk
Bapak Wahono sehingga beliau menjadi seorang wirausaha muda yang
berbakat. Di usia beliau yang tergolong masih muda yaitu 27 tahun beliau
telah medirikan sebuah usaha minuman jus yang diberi nama Zig Zag
Juice. Dalam petualangan perjalanan kariernya, beliau seringkali
mengalami carut marut dan kegagalan dalam memulai usahanya yaitu, saat
berjualan susu segar, nasi kucing dan menjadi salesman obat herbal,
17
banyak masalah yang sering beliau alami akan tetapi beliau tetap gigih
dalam menekuni setiap pekerjaan yang digelutinya. Menurut salah satu
rekan kerja beliau, adalah seorang yang mudah bergaul dan ramah kepada
setiap orang. Dari situlah beliau banyak disenangi oleh orang.
Walaupun hanya mengeyam pendidikan formal hingga sekolah
menengah atas (SMA), beliau tidak merasa rendah diri tetapi dengan
pendidikannya ini, beliau ingin menunjukkan bahwa menjadi seorang
wirausaha yang sukses juga tidak hanya dilihat dari pendidikan yang tinggi
tetapi disertai dengan ketekunan dan kemauan dalam berusaha. Kemauan
beliau untuk berusaha dilihat dari kesungguhan beliau dalam mempelajari
buku-buku tentang bisnis. Dari wawancara yang dilakukan oleh penulis
menemukan bahwa dengan membaca dan mempelajari buku-buku tentang
bisnis, Bapak Wahono merasa lebih mengerti dan terbantu dalam
menjalankan usahanya. Bahkan beliau mendapatkan ide-ide baru untuk
membuat mengembangkan usaha Zig Zag.
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh Bapak
Wahono, dapat diketahui bahwa beliau adalah yang memiliki visi yang
jelas baik dalam hidup maupun dalam beliau berusaha. Beliau pun
mengemukakan bahwa visi untuk usaha Zig Zag yaitu menjadi usaha
minuman dari sari buah atau jus yang menomor satukankualitas rasa,
harga dan kesehatan bagi konsumen. Visi tersebut sesuai dengan motto
yang dimiliki usaha Zig Zag yaitu “Cara Nikmat Untuk Sehat”.
18
Dari hasil penelitian, penulis banyak menemukan hal-hal yang
membentuk jiwa kewirausahaan dalam diri Bapak Wahono antara lain
seperti:
1. Kegigihan dan tidak mudah putus asa dilihat dari kemampuan
Bapak Wahono untuk menghadapi carut marut dalam beliau
memulai usahanya baik sebagai penjual nasi kucing, penjual susu
segar dan sales obat herbal. Namun, beliau tetap gigih dan tidak
dan putus asa untuk mencoba usaha baru.
2. Ketekunan dilihat dari saat salah satu produk Zig Zag yaitu susu
kedelai mengalami penolakan dari pasar dikarenakan komposisi
dalam pembuatan terlalu kental sehingga membuat konsumen
yang meminum menjadi mual. Dari kejadian tersebut, Bapak
Wahono secara tekun melakukan percobaan berulang-ulang
sampai akhirnya susu kedelai Zig Zag dapat diterima oleh
konsumen.
3. Berani mengambil resiko, dilihat dari keputusan beliau untuk
mengurangi tenaga kerja untuk tujuan mengefisienkan biaya
pengeluaran. Dimana, beliau diperhadapkan pada keputusan yang
sulit yaitu tetap memperkerjakan karyawannya atau mengurangi
karyawannya dengan tujuan memperbaiki dan menstabilitasikan
usaha.
19
4. Memiliki visi yaitu beliau untuk usaha Zig Zag yaitu menjadi
usaha minuman dari sari buah atau jus yang menomor satukan
kualitas rasa, harga dan kesehatan bagi konsumen.
5. Tidak rendah diri, walaupun beliau hanya mengeyam pendidikan
sampai bangku SMA tidak membuat nyali beliau menjadi lemah
untuk mengembangkan usaha Zig Zag.
6. Memiliki rasa ingin tahu dapat diketahui dari keinginan beliau
untuk berkembang dengan cara mempelajari buku-buku tentang
bisnis yang dapat menunjang keberhasilan usahanya.
7. Memiliki jiwa kepemimpinan seperti kemampuan yang terlihat
dalam diri beliau saat memimpin karyawan dalam mengelola
usaha Zig Zag. Selain itu, saat magang penulis melihat bahwa
Bapak Wahono pun merupakan seorang pemimpin dalam
kegiatan-kegiatan yang sifatnya religius.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Bapak Wahono termasuk dalam
seorang wirausahawan karena beliau memiliki sifat dan karakteristik
layaknya seorang wirausahawan.
3.2. Pembentukan kewirausahaan dilihat sisi sosiologi pada diri
Bapak Wahono yaitu
Orang tua dan keluarga
Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi Bapak Wahono
menjadi wirausahawan adalah orang tua. Mempunyai orang tua yang telah
20
menggeluti bisnis membentuk karakter Bapak Wahono menjadi seseorang
yang ingin berwirausaha sendiri. Berawal dari berjualan nasi kucing, orang
tua Bapak Wahono telah mengajarkan bisnis dengan cara seperti
mengikutsertakan secara langsung Bapak Wahono saat berjualan nasi
kucing. Dari situlah, Bapak Wahono melihat cara kerja yang dilakukan
oleh orang tuanya dan secara langsung beliau mengikuti. Adapun, sebagai
orang tua sangat berperan dalam mendorong pembentukan jiwa
kewirausahaan dengan menanamkan nilai kemandirian seperti tidak selalu
bergantung pada orang tua, kedisiplinan seperti beliau diajarkan untuk
disiplin bangun pagi dan selalu tepat waktu dalam membuka warung nasi
kucing, bersikap jujur serta sopan santun dalam melayani pelanggan.
Selain dari pihak orang tua, peran keluarga yang lain yaitu sang
istri yang bernama Ibu Lina Setyawati juga ikut andil dalam pembentukan
kewirausahaan dalam diri Bapak Wahono, seperti memotivasi dan
memberikan saran-saran serta membantu berjualan. Latar belakang dari
Ibu Lina adalah seseorang yang tidak memiliki dasar pendidikan bisnis.
Namun, bakat yang ditularkan oleh sang ayah dalam menggeluti bisnis
penjualan gabah dan cokelat, membuat Ibu Lina menjadi seorang isteri
yang dapat membantu usaha sang suami. Pada saat duduk di bangku
sekolah dasar, Ibu Lina telah seringkali diajak membantu ayahnya untuk
berjualan gabah dan cokelat. Walaupun, waktu itu beliau masih belum
begitu mengerti akan tetapi beliau mulai sadar setelah dewasa bahwa
21
kebiasaan sang ayah untuk mengajaknya berjualan membuat beliau
mampu menjalankan usaha Zig Zag bersama suaminya.
Dari awal memulai usaha Zig Zag, Ibu Lina adalah orang yang
selalu setia seperti membantu dalam proses produksi dan memberikan
dukungan saat bapak Wahono merasa lemah yaitu saat penjualan tidak
sesuai target atau adanya masalah karyawan. Selain itu, beliau pun turut
serta membantu, memberi ide dan menyemangati Bapak Wahono dalam
menjalankan usaha Zig Zag. Peran lain yang dilakukan sang isteri yaitu
membantu dalam memecahkan masalah-masalah seperti masalah
penyusunan laporan keuangan, masalah produksi, masalah kemasan dan
masalah tenaga kerja yang seringkali dialami dalam usaha. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara peran serta isteri dengan
pembentukan kewirausahan dalam diri seorang wirausahawan, yaitu
seorang wirausahawan yang dimotivasi oleh isterinya akan lebih maju,
dimana sang isteri menjadi penolong bagi sang suami dalam berkarya.
Sama seperti yang dilakukan Ibu Lina sebagai isteri yang mendukung sang
suami, dimana dukungan atau motivasi tersebut membentuk diri Bapak
Wahono menjadi orang yang tidak mudah putus asa untuk terus dapat
lebih berkarya dalam usahanya.
Jaringan atau kelompok
Jaringan atau kelompok merupakan salah satu wadah yang dapat
mempengaruhi pembentukan jiwa kewirausahaan pada seorang
22
wirausahawan. Jaringan atau kelompok yang mempengaruhi jiwa
kewirausahaan dalam diri Bapak Wahono adalah:
Paguyuban pengusaha usaha kecil menengah di Salatiga yaitu
suatu wadah organisasi yang membimbing para wirausahawan
baru untuk mengeksplorasi dan mengembangkan usaha yang
sifatnya UKM (usaha kecil menengah) menjadi usaha yang laku
di pasar domestik maupun non domestik.
Awal Bapak Wahono dapat tergabung dalam paguyuban ini, saat
ada seorang rekannya yang mengajak untuk ikut serta dalam
paguyuban tersebut. Tujuan beliau mengikuti paguyuban tersebut
yaitu memperoleh banyak rekan kerja dan wawasan untuk
pengembangan usahanya. Selain itu, dengan mengikuti kegiatan-
kegiatan yang diadakan dalam paguyuban seperti melakukan bazar
UKM dan penyuluhan tentang UKM sehingga dapat memacu diri
Bapak Wahono untuk maju dan berani mencoba hal-hal yang baru.
Rekan kerja saat menjadi sales marketing di perusahaan obat
herbal, merupakan salah satu dari faktor yang mempengaruhi
pembentukan jiwa kewirausahaan Bapak Wahono. Pengalaman
kerja sebagai sales marketing membuat beliau menjadi seseorang
yang cepat tanggap dengan peluang yang ada, menjadi orang yang
supel dan mudah membangun hubungan dengan orang lain, dan
menjadi orang yang berani untuk bertindak.
23
3.3. Pembentukan jiwa kewirausahaan dilihat dari faktor
lingkungan di sekitar yaitu :
Peluang
Peluang dapat mempengaruhi pembentukan jiwa kewirausahaan
seorang wirausahawan menjadi bertumbuh. Sebelum mencetuskan ide
usaha jus, Bapak Wahono melihat peluang bahwa banyak orang yang
memerlukan mengkonsumsi buah-buahan sebagai sarana untuk menjaga
kesehatan maupun mengobati penyakit. Dari peluang dan usulan dari salah
satu rekannya tersebut, beliau memutuskan untuk mendirikan usaha jus
dari buah segar. Jadi, kesimpulannya dengan adanya peluang, membentuk
seorang wirausahawan dapat lebih jeli dan tanggap pada suatu kejadian.
4. Proses Kewirausahaan pada Zig Zag Juice
Dalam bab ini akan dipaparkan tentang tahapan atau langkah proses
kewirausahaan melalui proses bisnis Zig Zag Juice yang mencakup langkah
menentukan dan mengidentifikasi ide usaha, langkah mencari sumber daya
atau modal , langkah penentuan pasar mencakup objek usaha yang akan dijual
dan aspek-aspek yang mempengaruhi pasar dan langkah yang terakhir adalah
mengidentifikasi profit atau laba yang didapatkan selama usaha berlangsung.
Dari proses langkah- langkah tersebut akan muncul proses-proses
kewirausahaan yang telah terjadi selama dua tahun berjalan usaha Zig Zag.
24
4.1. Langkah Menentukan dan Mengidentifikasi Ide Usaha
Dengan bakat dan ketrampilan seperti berjualan, pandai membangun
relasi dan ketrampilan dalam kuliner seperti memasak serta pengalaman kerja
sebagai pengusaha kuliner dan sales marketing obat herbal membuat Bapak
Wahono menginginkan untuk membuat usaha baru. Keinginannya bukan
semata untuk memperoleh keuntungan saja akan tetapi beliau ingin
mengembangkan ide-ide kreatifnya dan mengajarkan ilmu yang telah ada di
dalam dirinya kepada para karyawannya.
Sebelum mendirikan usaha Zig Zag juice, Bapak Wahono telah
memikirkan usaha apa saja yang dapat dijadikan pilihan menjadi usaha tetap
bagi beliau. Beliau juga telah mempertimbangkan beberapa pilihan usaha
yang pernah ditekuninya seperti usaha nasi kucing dan susu segar, akan tetapi
Bapak Wahono tidak memilih usaha tersebut dikarenakan melihat
pengalaman terdahulu dan alasan yang lebih utama adalah keinginan beliau
untuk mencoba suatu hal yang baru dan beliau melihat suatu peluang pasar.
Ide usaha untuk membuat juice didapatkan beliau dari seseorang teman
yang mengusulkan ide untuk membuat usaha jus yang sederhana namun
keuntungannya cukup memuaskan. Dari usulan tersebut, Bapak Wahono
mulai melihat bahwa banyak orang yang menginginkan kesehatan dengan
alternatif mengkonsumsi buah-buahan yang diolah menjadi jus atau sari buah.
Dan akhirnya, pada pertengahan tahun 2010 tepatnya tanggal 6 April, beliau
memutuskan untuk mendirikan usaha Zig Zag juice di Salatiga.Setelah ide
usaha Zig Zag disepakati oleh wirausahawan maka selanjutnya terdapat
25
beberapa hal yang yang harus dilakukan seperti perencanaan usaha,
mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang usaha serta melakukan
pengembangan ide usaha.
Melihat Peluang Usaha
Peluang usaha telah dilihat saat Bapak Wahono berbincang-bincang
dengan seorang rekannya. Dari perbincangan tersebut, rekan beliau
mengusulkan untuk berbisnis jus karena dilihat lebih mudah dan pendapatan
yang didapat juga lumayan. Namun, tidak begitu saja beliau menyetujui
pendapat tersebut, beliau juga melihat kebutuhan pasar yang menginginkan
produk yang dapat menyehatkan tubuh mereka tetapi bukan dengan bahan
kimiawi. Karena kebanyakan orang yang mulai bosan dengan obat-obatan
dari dokter, selain harga yang mahal juga efek samping dari obat yang kurang
baik bagi tubuh untuk kemudian hari. Oleh karena itu, mulai banyak orang
yang beralih pada buah-buahan sebagai alternatif obat-obatan yang tanpa efek
samping dan pula dapat menyehatkan dengan cara dijadikan jus atau
minuman sari buah. Namun, karena rutinitas yang padat seringkali membuat
kebanyakan orang tidak sempat untuk membuat jus sendiri, mereka lebih
memilih untuk membeli jus yang telah dijual di warung- warung, rumah
makan, ataupun di toko swalayan.
Dari melihat peluang usaha tersebut, Bapak Wahono memulai untuk
mendirikan usaha Zig Zag yang memiliki visi yaitu menyediakan produk-
26
produk minuman kesehatan dari sari buah yang sehat dan baik bagi tubuh
karena menggunakan gula murni dan tanpa bahan pengawet.
Pengembangan Ide Usaha
Setelah melihat peluang yang baik untuk dijadikan usaha yaitu usaha
minuman sari buah atau jus. Bapak Wahono memulai menentukan
pengembangan bisnisnya dan mempelajari berbagai macam buah-buahan
yang sehat dan melihat fungsi dari masing-masing buah. Pada saat berada
dalam tahap pengembangan, beliau mulai mengembangkan ide - ide yang
telah ada dan mulai merealisasikan dan mengembangkan ide yang ada.
Dalam tahap ini, Bapak Wahono mengembangkan usahanya, tidak
hanya pada satu produk jus akan tetapi dari produk jus tersebut
dikembangkan produk lain yaitu es lilin buah, nasi bakar, susu kedelai dan
rujak. Dari hasil analisis penulis, pada saat pengembangan ide usaha didapati
hambatan seperti kurangnya pemasaran produk dan penyediaan bahan baku,
namun setelah mulai berjalannya usaha, pemilik usaha dapat mengatasinya.
Berikut ini merupakan kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam
tahapan pengembangan ide usaha pada Zig Zag juice, yaitu :
1. Proses produksi
Pada saat ide usaha awal dikembangkan produksi yang dihasilkan oleh
Zig Zag hanya berkisar antara 30 sampai dengan 50 bungkus per hari.
Hasil produksi yang sedikit dipengaruhi karena kurangnya tenaga kerja
dalam proses produksi, dimana pada saat itu yang bekerja hanya Bapak
27
Wahono dan isterinya. Selain itu, karena kurangnya sarana dan prasarana
yang digunakan sebagai alat produksi dikarenakan masih kurangnya modal
untuk usaha.
2. Jaringan usaha
Dalam menentukan bahan baku untuk proses produksi pada usaha Zig
Zag, Bapak Wahono bekerjasama dengan beberapa pemasok di kawasan
Salatiga antara lain seperti pemasok buah-buahan, pemasok air mineral,
pemasok kemasan seperti plastik dan cup. Dimana, pihak-pihak tersebut
yang selalu memasok kebutuhan untuk proses produksi.
3. Proses duplikasi dan pengembangan
Dalam tahap ini, dilakukan penjabaran produk yang ingin
dikembangkan. Usaha Zig Zag akan mengembangkan produk jus dari
kemasan plastik menjadi kemasan gelas atau cup ukuran 240 ml. Ide
tersebut didapat dari melihat pesaing lain yang mulai menggunakan gelas
plastik sebagai kemasan jus, selain itu, alasan mengembangkan dengan
kemasan tersebut, dilihat oleh pengusaha jus akan lebih tahan lama dan
terlihat lebih menarik dibandingkan dengan penggunaan plastik. Untuk
merealisasikan ide tersebut, pemilik pernah mengalami hambatan seperti
kekurangan modal untuk membeli mesin cup sealer untuk proses produksi.
Namun, pemilik berusaha menabung untuk menyisihkan pendapatan
sehingga mesin tersebut dapat terbeli.
28
Meskipun telah menggunakan mesin cup sealer, pemilik lebih memilih
untuk menggunakan plastik sebagai kemasan. Hal ini, dikarenakan
penggunaan kemasan plastik tergolong lebih murah dibandingkan dengan
penggunaan kemasan gelas. Selain itu, pemilik mempertimbangkan
biasanya kalau menggunakan kemasan plastik, beliau dapat menjual untuk
satu box nya berisi 44 bungkus tetapi kalau menggunakan gelas yang
masuk kedalam box hanya sebanyak 20an gelas, sehingga mengurangi
pendapatan.Alternatif yang diambil Bapak Wahono sebagai pemilik Zig
Zag yaitu menjual produk jus dalam kemasan gelas apabila ada pelanggan
yang memesan menggunakan kemasan gelas.
4. Peluang produk masuk pasar
Setelah mengamati dan melakukan riset pasar, usaha Zig Zag memulai
memasukkan produknya ke rumah sakit umum di Salatiga. Pada saat itu,
Bapak Wahono melihat peluang banyaknya keluarga dari pasien penyakit
demam berdarah yang mencari jus jambu merah sebagai alternatif
pengobatan demam berdarah. Dari situlah,usaha Zig Zag mulai masuk ke
pasar dan mulai melihat kebutuhan yang target pasar inginkan.
Target pasar yang dituju oleh usaha Zig Zag tidak hanya orang-orang
yang sakit namun semua orang baik anak-anak, remaja, dan dewasa yang
menyukai minuman dari sari buah atau jus yang bermanfaat bagi
kesehatan. Walaupun, telah banyak bermunculan usaha jus, usaha Zig Zag
tetap berani untuk memasarkan ke pasar dikarenakan menurut sang
29
pemilik mereka menjual produk yang berbeda baik dari segi komposisi
(seperti kekentalan juice, takaran gula dan takaran air), kebersihan, dan
kesehatannya. Hal-hal tersebut, yang menjadi suatu pembeda dari usaha
jus lain.
4.2. Langkah Mencari Modal atau Sumber daya
Dalam langkah ini, wirausahawan telah mencari sumber daya modal
dan sumber daya manusia yang dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidup
usaha Zig Zag. Ketidakadaan sumber daya dapat berpengaruh besar bagi
kelangsungan hidup usaha. Berikut ini pemaparan sumber daya yang ada dan
diperlukan bagi kelangsungan usaha Zig Zag, yaitu :
Sumber daya manusia
Saat usaha ini masih dirintis Bapak Wahono hanya berdua saja yaitu
bersama isterinya. Seperti yang dituturkan beliau yaitu :
“Waktu pertama kali produksi, saya cuma dengan isteri saya. Saya yang
beli bahan baku dan isteri saya ikut membantu saya waktu produksi dan
pemasaran tetap saya sendiri yang lakukan.”, Tutur Bapak Wahono.
Setelah beliau mampu untuk mengerjakan karyawan akhirnya dia memiliki
9 orang karyawan sampai saat ini. Sembilan orang karyawan tersebut
didapat beliau dari kerabat dekat, tetangga maupun keluarga dekat dari
pemilik. Pemilihan tersebut didasarkan atas kepercayaan dari pemilik
kepada para karyawannya yang telah mengetahui latar belakang dari
karyawannya.
30
Di tahun 2011, beliau mencoba mencari tenaga kerja dari luar
lingkunganya, namun, karyawan tersebut tidak dapat dipercaya dan ia
melakukan pelanggaran kerja seperti peniruan produk dan
mengatasnamakan Zig Zag dalam penjualan serta merebut target pasar yang
telah ditentukan oleh Bapak Wahono. Menurut Bapak Wahono, beliau
mengetahui mantan karyawannya merebut target pasarnya dari
konsumennya sendiri. Saat itu konsumennya mengatakan bahwa sudah ada
yang berjualan ke tempatnya dan mengaku dari Zig Zag. Dengan peristiwa
itu, pemilik lebih selektif dalam memilih karyawan, sehingga nantinya
usaha beliau akan tetap berjalan dengan baik.
Semakin lama usaha Zig Zag mulai menunjukkan perkembangannya,
namun saat perkembangan usaha dimulai, bapak Wahono memutuskan
untuk mengurangi karyawannya dengan alasan mengefisienkan biaya yang
dikeluarkan. Seperti yang dikemukakannya, ”Saya merasa rugi jika sudah
menggaji karyawan dan memberi makan mereka juga seperti awal saya
merintis usaha ini, oleh karena itu saya memutuskan untuk mengurangi
karyawan agar biaya pengeluaran semakin kecil.”
“Saya merasa pengurangan karyawan ini, lebih efektif karena lebih
dapat mengefisienkan pengeluaran biaya pendapatan sehingga nantinya
lebih memudahkan untuk menggaji karyawan”, tanggap Bapak Wahono.
Dalam usaha Zig Zag, Bapak Wahono melakukan sistem penggajian kepada
karyawannya dapat dilakukan secara harian maupun secara mingguan yang
dibagikan setiap hari sabtu. Jika dihitung secara bulanan setiap karyawan
31
akan mendapatkan sekitar kurang lebih Rp. 960.000,- . Gaji tersebut,
didapat dari seberapa besar kemampuan karyawan untuk menjual produk-
produk dari usaha Zig Zag.
Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa bagi usaha Zig Zag
pengurangan karyawan lebih dirasa efektif dikarenakan dengan adanya
pengurangan dapat lebih memudahkan untuk menggaji karyawan yang lain.
Selain itu, setelah dianalisis lebih lanjut pengurangan karyawan membuat
usaha Zig Zag lebih stabil daripada saat usaha memiliki banyak karyawan.
Saat usaha masih memiliki banyak karyawan, usaha terlihat lebih
berkembang namun manajemen yang ada sangat tidak baik, namun setelah
adanya pengurangan karyawan, manajemen dan standarisasi dalam usaha
Zig Zag lebih stabil dan membaik .
Sumber daya modal
Pada awal usaha Zig Zag dirintis, Bapak Wahono mendapat modal
pinjaman secara finansial dari seorang keluarganya serta modal tabungan
dari gaji yang pernah beliau dapat saat bekerja. Modal tersebut dijadikan
sarana untuk melakukan aktivitas produksi.
4.3. Langkah Penetapan Pasar
Dalam langkah penetapan pasar dipaparkan tentang rencana
pengembangan bisnis pada usaha Zig Zag, yaitu :
32
Pengembangan rencana bisnis
Sebagai usaha yang baru dimulai, usaha Zig Zag masih sering
mengalami kesulitan dalam mengembangkan rencana bisnisnya. Hal
tersebut terjadi karena rencana bisnis tidak disusun secara terperinci dan
tertulis hanya ada dipikiran saja. Namun, setelah pengusaha mulai mengerti
beliau menyusun rencana-rencana bisnis antara lain seperti aspek
pemasaran, produksi, keuangan dan organisasi.
1. Aspek Keuangan
Dalam pengembangan rencana bisnis ke depan, usaha Zig Zag
telah mulai menyusun laporan keuangan. Meskipun laporannya masih
sederhana, pemilik dapat melihat data – data keuangan Zig Zag yang
nantinya berguna bagi pengembangan rencana bisnis baru seperti
pembuatan susu kedelai, nasi bakar dan rujak.
Selain itu, pemilik menyisihkan dari keuntungan dari usaha awal
hingga tahap ini berlangsung untuk ditabung dan digunakan sebagai
modal pengembangan rencana bisnis, seperti untuk membeli alat
produksi dan lain-lain.
2. Aspek produksi
a. Desain Produk
Produk didesain dengan logo Zig Zag, nama Zig Zag diberikan
oleh pemilik karena untuk memulai usaha ini, pemilik harus melewati
proses yang sedikit rumit dan berliku-liku yaitu beliau harus melewati
33
dan mencoba berbagai pekerjaan seperti menjadi penjual susu, penjual
nasi kucing dan sales obat herbal.
“Nama Zig Zag saya pilih karena saya telah lama berpetualang
dan lika-liku yang dialami dari pekerjaan saya yang dulu sebagai
penjual susu segar, nasi kucing, penjual obat herbal sampai
sekarang,” jelas Bapak Wahono. Dari situlah muncul ide untuk
menamakan usahanya menjadi Zig Zag.
b. Penyediaan Bahan Baku
Bapak Wahono mendapatkan bahan baku untuk proses produksi
dari penyalur buah-buahan di pasar buah, pedagang gula, pedagang
plastik di Salatiga.
“Dulu bahan baku buah saya ambil langsung dari satu penyalur
yang secara rutin mengirim buah dalam jumlah banyak yaitu sampai
sekitar 200 kg, tetapi karena terlalu banyak buah yang masih
menumpuk dan akhirnya busuk, jadi saya putuskan untuk membeli buah
di pasar saja tiap harinya agar tidak rugi,” Tegas Bapak Wahono.
c. Alat produksi dan Proses produksi
Saat memulai usaha ini, bapak Wahono hanya menggunakan alat-
alat yang menunjang proses produksi yang masih sederhana dan
sebagian alat seperti blander adalah hasil pemberian dari kerabat Bapak
Wahono. Di tahun 2012 ini, alat produksi yang digunakan oleh Bapak
34
Wahono telah semakin canggih yaitu adanya penambahan alat produksi
yang menunjang kegiatan usahnya.
“ Untuk awal-awalnya kita bisa produksi hanya sekitar 30,40 dan
sampai 50 bungkus saat kita tangani sendiri.” Jelas Bapak Wahono
tentang produksi awal yang dihasilkan oleh usaha Zig Zag sebelum
memiliki karyawan tetap.
Namun, saat ini produksi telah meningkat menurut Bapak Wahono,
usaha Zig Zag telah mampu memproduksi sebanyak 400 bungkus per
hari. Proses produksi di usaha Zig Zag hanya dilakukan oleh pemilik
dan karyawan produksinya saja. Hal ini, untuk menghindari adanya
orang-orang yang dapat meniru produknya. Proses produksi yang
dilakukan antara lain seperti pengupasan dan pencucian buah,
pembuatan jus, penyaringan jus, dan pengemasan jus (dilampirkan).
3.Aspek Pemasaran
Sistem pemasaran yang dilakukan dalam usaha Zig Zag yaitu
sistem pemasaran secara langsung kepada konsumen dan sifatnya lebih
sederhana. Berbeda dengan usaha lain, Bapak Wahono sebagai pemilik
lebih memusatkan pemasaran sebagai intinya dalam usahanya, seperti
yang dikemukakan beliau, “Saya menginginkan usaha saya
berkembang dengan cepat, apalagi kalau dapat memasarkan
produknya secara luas.”
35
Usaha Zig Zag melakukan segmentasi dalam pemasaran produknya
yaitu dari kalangan anak sampai dengan dewasa yang menyukai
minuman jus yang sehat. Selain itu, usaha Zig Zag menargetkan
pasarnya pada setiap tempat yang berkompetensi dijadikan sebagai
tempat pemasaran, meliputi institusi swasta dan negeri (orang-orang
yang bekerja didalamnya), sekolah (setiap civitas yang ada di sekolah),
pasar tradisional, kost, dan tempat olahraga.
Sejak pendirian usaha pertama kali, produk utama yang dipilih
oleh pemilik usaha yaitu Bapak Wahono adalah usaha jus buah yang
sehat. Pada saat itu, hanya beberapa buah saja yang digunakan sebagai
bahan baku pembuatan jus, seperti buah jambu, mangga, melon dan
alpukat. Akan tetapi, semakin lama usaha berkembang, banyak
konsumen yang menginginkan variant jus rasa baru seperti buah sirsak,
belimbing, naga, strawberry, dan lain-lain. Dari keinginan konsumen
tersebut, Bapak Wahono akhirnya mengikuti apa yang diinginkan
konsumennya.
Selain produk utama jus buah terdapat produk deversifikasi lain
seperti nasi bakar, susu kedelai, keripik jagung dan rujak. Produk ini
telah dikembangkan oleh Zig Zag pada tahun ke dua dan ketiga setelah
pendirian awalnya. “Saya menciptakan produk lain dengan tujuan
untuk menambah pendapatan. Dan nantinya pendapatan itu bisa
digunakan untuk kebutuhan hidup pemilik dan karyawan,” lugas Bapak
Wahono.
36
Bapak Wahono sengaja menetapkan harga produk jusnya lebih
tinggi dari pesaingnya. Hal ini dikarenakan bahan baku yang digunakan
bukan seperti yang digunakan pada pesaing lain.
“Saya berani menetapkan harga Rp. 2.500 dan Rp. 3.000 pada produk
utama jus buah karena kalau kata orang ada harga ada kualitas.
Produk yang saya jual tidak biasa saja, Zig Zag menggunakan air
mineral RO pilihan dan buah segar yang membedakan dengan
pesaing lainnya.” Tegas Bapak Wahono.
Selain itu, beliau juga mengemukakan bahwa kesulitan dan harga
bahan baku juga mempengaruhi harga jus. “Kalau penetapan harga jus,
saya lihat dari bahan bakunya kalau bahan bakunya murah dan mudah
dicari saya jual dengan harga Rp. 2500 sedangkan kalau seperti buah
naga atau bit yang sulit dicari dan harga mahal saya juga menjualnya
dengan harga Rp.3.000”, jelas Bapak Wahono.
Usaha Zig Zag memiliki beberapa daerah pemasaran baik di
kawasan Salatiga meliputi area pasar raya, sekolah, instansi swasta dan
negeri. Selain itu, kawasan lainnya yaitu di daerah Tengaran dan
Ambarawa. Namun saat ini, menurut Bapak Wahono pemasaran di
kawasan Ambarawa tidak bisa dilanjutkan karena terlalu jauh dan
pendapatan yang dihasilkan juga terlalu sedikit. Dengan pemasaran
secara getok tular juga membuat usaha Zig Zag dapat mulai
mengembangkan sayapnya dan dapat mulai sedikit demi sedikit dikenal
orang.
37
Keterangan Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Produksi :
1. Desain
produk
2. Tempat
kemasan
3.Jumlah buah
yang digunakan
sebagai bahan
baku
4.Defersivikasi
produk
5.Peningkatan
Jumlah produksi
6.Pendapatan
Tidak ada
desain hanya
ditempelkan
sticker
bertuliskan Zig
Zag Juice.
Hanya plastik
biasa
Delapan macam
buah
Belum ada
30 sampai 50
bungkus
Rp.50.000,-/hari
Sudah ada desain
sablon berlogo Zig
Zag juice tapi
masih sering
menggunakan yang
hanya
menggunakan
sticker.
Masih
menggunakan
plastik ukuran 240
ml
Sembilan macam
buah
Produk Nasi bakar
400 bungkus
Rp.800.000-
Rp.1.000.000/ hari
Sudah tetap
menggunakan desain
sablon berlogo Zig Zag
juice ditambahkan
dengan ijin PIRT.
Menggunakan plastik
ukuran 240 ml tetapi
jika ada pesanan bisa
menggunakan cup.
Sebelas macam buah
Produk nasi bakar,
keripik jagung, susu
kedelai , es lilin dan
rujak.
400 sampai 600
bungkus
Rp. 500.000-
Rp.700.000/ hari
Gambar 4.1 Tabel Data Perkembangan Usaha Zig Zag dari Tahun 2010
hingga 2012
38
4.4. Profit
Selama tiga tahun usaha Zig Zag berjalan, usaha mengalami beberapa
kali kenaikan dan penurunan profit. Hal ini, disebabkan pada tahun 2010,
saat awal usaha Zig Zag berdiri, Bapak Wahono sebagai pemilik belum
secara menyeluruh memperkenalkan produk Zig Zag ke masyarakat umum
karena keterbatasan sumber daya dan alat produksi sehingga produk tidak
begitu dikenal dan profit yang didapati hanya sedikit hanya sekitar
Rp.50.000 tiap hari.
Pada tahun 2011, produk Zig Zag telah mulai dikenal masyarakat.
Pemasaran produk yang telah berkembang membuat omset pendapatan yang
didapat Bapak Wahono untuk tiap harinya meningkat menjadi Rp.800.000
sampai dengan Rp. 1.000.000. Hasil keuntungan yang didapat ditabung oleh
beliau untuk membeli alat-alat yang menunjang proses produksi dalam
usaha Zig Zag antara lain seperti blender, mesin cup sealer dan alat-alat
penunjang lain.
Namun, di pertengahan tahun 2012 ini, profit yang didapat
menurun. Di tahun 2012 ini, usaha Zig Zag hanya dapat memperoleh
pendapatan sekitar sebesar Rp.500.000 sampai Rp. 700.000 dibandingkan
tahun 2011. Penurunan profit tersebut, diakibatkan oleh pengurangan
sumber daya manusia yang tujuannya untuk mengefisienkan biaya akan
tetapi pengurangan karyawan membuat pemasaran produk pun juga
berkurang. Alasan lain yang membuat profit berkurang adalah banyaknya
39
pesaing baru yang mulai bermunculan dengan menawarkan harga yang lebih
murah dan alasan ketiga adalah antara bulan juni hingga bulan juli ini
merupakan bulan- bulan liburan. Banyaknya target pasar yang merupakan
siswa di sekolah atau di kampus yang sedang liburan sehingga pendapatan
menjadi berkurang.
Menurut Bapak Wahono, keuntungan atau profit hasil usaha Zig Zag
belum memenuhi target yang beliau inginkan. Akan tetapi beliau
menuturkan,” Walaupun pendapatan yang didapat tahun ini beda dengan
tahun lalu yang terpenting saya masih bisa untuk menggaji karyawan dan
untuk memenuhi kebutuhan hidup saya dan keluarga”.
Sebagai pemilik usaha Zig Zag, Bapak Wahono mengimpikan
mendapatkan keuntungan yang memuaskan sehingga beliau mampu
merealisasikan idenya yaitu membuat suatu warung atau rumah makan kecil
yang menjual khusus produk-produk Zig Zag seperti jus buah dan nasi
bakar.
40
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam usaha Zig Zag, penulis
menyimpulkan bahwa dalam gambaran umum dari proses kewirausahaan
melalui dua tahapan seperti faktor pemicu kewirausahaan dan proses
kewirausahaan.
Faktor pemicu kewirausahaan yang terdapat dalam jiwa Bapak Wahono
sebagai pengusaha Zig Zag sangat dipengaruhi oleh pribadi (person) seperti
kegigihan dan ketekunan, berani mengambil resiko, memiliki pengalaman
kerja, memiliki visi, tidak mudah putus asa, tidak rendah diri, memiliki rasa
ingin tahu dan memiliki jiwa kepemimpinan; faktor Sosiologi yang meliputi
keluarga dan orangtua yang mengajarkan disiplin, sopan dalam melayani
dan kerja keras. Selain itu, dari sang isteri beliau belajar dari motivasi-
motivasi yang diberikan oleh sang isteri yang menjadikan Bapak Wahono
menjadi orang yang pantang menyerah. Selain keluarga dan orang tua faktor
sosiologi lain yang mempengaruhi adalah jaringan dan kelompok yaitu
paguyuban UKM (usaha kecil menengah) yang diikuti oleh Bapak Wahono
dan rekan kerja saat bekerja di perusahaan Herbal. Jaringan dan kelompok
tersebut membentuk Bapak Wahono menjadi orang yang pandai untuk
berkomunikasi dan membangun hubungan dengan orang lain serta tidak
malu untuk bertindak. Dan faktor yang terakhir adalah lingkungan yang
meliputi peluang yaitu adanya peluang membentuk Bapak Wahono
41
memiliki ide-ide yang kreatif yang dapat mempengaruhi proses
kewirausahaan.
Sedangkan dalam proses kewirausahaan usaha Zig Zag terdiri dari
empat langkah yaitu:
1. Langkah Menentukan dan Mengidentifikasi Ide Usaha yaitu dimana
penentuan ide usaha dari Zig Zag tidak hanya dilakukan secara
pribadi oleh Bapak Wahono sebagai wirausahawan namun dibantu
pula oleh salah seorang teman beliau. Selain itu, dalam
mengidentifikasi suatu peluang usaha dengan cara melihat bahwa
target pasar membutuhkan sesuatu yang sehat namun praktis dan
murah.Oleh karena itu, beliau berani untuk merelaisasikan ide usaha
jus menjadikenyataan.
2. Langkah Mencari Modal atau Sumber Daya yaitu, dalam tahap ini
sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya modal dan sumber
daya manusia. Wirausahawan mendapatkan sumber daya modal dari
seorang keluarganya yang memberikan modal untuk menjalankan
usaha dan tabungan dari pemilik usaha. Sedangkan sumber daya
manusia yaitu karyawan. Karyawan dipilih secara selektif oleh
Bapak Wahono dan kebanyakan dari mereka adalah masih tergolong
kerabat dekat beliau dan juga orang-orang disekitar lingkungan
usaha Pada tahun 2012 ini, bapak Wahono telah memiliki 9 orang
karyawan. Beliau tidak menambah karyawan dengan maksud
mengefisienkan biaya.
42
3. Langkah Penentuan Pasar, dalam tahap ini disimpulkan bahwa
penentuan pasar yang meliputi objek usaha yang akan dijual yaitu
produk Zig Zag seperti jus, nasi bakar, rujak, susu kedelai,dll; proses
perencanaan bisnis yang termasuk didalamnya adalah pemasaran
produk Zig Zag.
4. Langkah Mendapatkan Profit, dalam tahap ini usaha Zig Zag
mengalami kenaikan dan penurunan keuntungan yaitu saat awal
berdirinya hanya mendapatkan Rp.50.000 tiap harinya, dan di tahun
2011 mengalami kenaikan yang drastis sekitar Rp.800.000 sampai
Rp. 1.000.000 per hari dan hingga pertengahan tahun 2012 ini
mengalami penurunan pendapatan menjadi sebesar Rp.500.000
sampai Rp.700.000 tiap hari. Hal tersebut, diakibatkan musim
liburan dan banyaknya pesaing baru yang menjual produk sama
dengan harga yang lebih murah.
5.2 Implikasi Terapan
Impikasi terapan dari hasil penelitian ini adalah bahwa setiap
wirausaha- wirausaha yang baru akan memulai merintis usahanya
diharapkan agar tidak perlu merasa takut gagal dan terus melihat peluang-
peluang yang ada didalam suatu usaha. Sama halnya dengan Bapak Wahono
yang memulai merintis usahanya dari nol dengan melihat faktor pemicu
kewirausahaan yang terdapat dalam diri beliau menjadikan beliau dapat
lebih mengetahui potensi yang dimilikinya dan dapat mengeksplorasi
potensi tersebut menjadi suatu keberhasilan. Selain itu, melakukan langkah
43
atau tahapan dalam proses kewirausahaan dirasakan penting, dikarenakan
dalam memulai suatu usaha harus memiliki dasar dan rencana yang harus
dipikirkan secara matang bagi kelangsungan hidup usaha. Saran yang dapat
diberikan oleh peneliti bagi Bapak Wahono sebagai pemilik Zig Zag, yaitu
semakin jeli untuk melihat kebutuhan pasar dan berani untuk membuat
inovasi baru dan lebih mengeksplorasi kemampuan yang ada di dalam diri
serta ikutilah kegiatan seperti bazar UKM untuk lebih memperkenalkan
produknya.
5.3 Keterbatasan dalam penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu seperti berikut :
Adanya pembahasan faktor pemicu kewirausahaan dan proses
kewirausahaan yang kurang spesifik dikarenakan Zig Zag juice merupakan
usaha berskala kecil yang masih berumur dua tahun sehingga untuk
menganalisis proses kewirausahaan pada usaha tersebut masih sulit,
Dalam penelitian ini lebih rentan dengan subjektifitas dan lebih fokus pada
hal-hal yang positif dibandingkan hal-hal negatif dalam melihat proses
pembentukan pada diri wirausahawan,
kesulitan dalam menemui narasumber dikarenakan kesibukan narasumber
yang mengakibatkan data - data yang diterima kurang maksimal.
Dari keterbatasan tersebut, peneliti mempertimbangkan untuk ke
depannya akan lebih menjelaskan secara objektif dari pandangan para ahli
atau wirausahawan yang telah sukses dalam melihat faktor-faktor yang
44
memicu kewirausahaan dan proses kewirausahaan yang mempengaruhi
perintisan usaha baru .
DAFTAR PUSTAKA
Afriani, Iyan., 2009. Metode Penelitian Kualitatif, http://penalaran-unm.org.
Anonim, 2008. Definisi Manajemen Menurut Para Ahli.
http://www.putracenter.net/2008/11/21/definisi-manajemen-menurut-para-ahli/.
Diunggah tanggal 8 maret 2012.
Anonim, 2012. Pengertian Perkembangan Usaha
http://www.scribd.com/esunarko_1/d/53617598/Pengertian-Perkembangan-Usaha.
Diunggah tanggal 8 Maret 2012
Biro Pusat Statistik, 2011, Statistik Angka Penggangguran Terbuka Indonesia, Jakarta,
Indonesia.
Bygrave,W.D. 1994. The Portable MBA in Enterpeneurship. New York: John Willy &
Sons.
Baharuddin: Saidi; Amrizal;(2006). The Planting Of Corn In Under Coconut Tree By
Using No Tillage In Pauh District Padang City. Project Report, Lembaga
Pengabdian Masyarakat (Tidak dipublikasikan)
Hadisoegondo, Soebroto, 2006. UPAYA PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU :
Masalah dan Pendekatannya, Jurnal.
Hermana, Budi, 2006. Kewirausahaan “Modul 1 : Pengertian
Kewirausahaan”.http://www.scribd.com/rizky_itu_darmawan/d/31422121-
Definisi-Kewirausahaan. 9 Mei 2012.
Hisrich, Robert D, Peters, Michael P, dan Sherperd, Dean A (2008), Kewirausahaan , New
York: McGraw Hill, Penerbit Salemba Empat.
Ihallauw, John. 2000. Bangunan Teoritis dan Metodologi Penelitian. Salatiga: Fakultas
Ekonomi, Universitas Kristen Satya Wacana.
Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Marbun, B.N.1993. Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Kecil. Jakarta: Institut
Pendidikan dan Pembinaan Manajemen dan PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Meridith, Geoffrey G., 2005, Kewirausahaan Teori dan Praktek, Victory Jaya Abadi Edisi
8, Jakarta.
Nawawi, H.Hadari. 2001. Perencanaan SDM Untuk Organisasi Profit yang Kompetitif.
Penerbit Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Radjasa, Hatta, 2012. Kurangnya Jumlah Wirausahawan di Indonesia.
www.kompas.com. 4 Mei 2012.
Riyanti, Benedicta Prihatin Dwi. (2003). Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi
Kepribadian. Jakarta: Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia.
Saputro, Rendi Kristiawan, 2011. Proses Kewirausahaan pada ART ANGEL, Skripsi.
Sartono, R. Agus., 2001. Manajemen Keuangan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE,
Yogyakarta.
Suherman, Eman, 2010. Business Enterpreneur. Alfa Beta Edisi 1, Bandung.
Suryana. 2006. KEWIRAUSAHAAN Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Supramono dan Haryanto, 2005. Desain Proposal Penelitian Studi Pemasaran, Fakultas
Ekonomi- UKSW, Salatiga.
Winardi, 2008, Entrepeuner and Entrepeunership, Prenada Media Group Edisi 3, Jakarta.
Yulis, Indriani, 2010, Kecerdasan Finansial dan Kecerdasan Emosional dalam
pengelolaan keuangan, skripsi.
Zimmere, T.W. and Scarborough, N.M., 2008, Effective Small Business Management : An
Entrepeunerial Approach, 6th Ed.
www.repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14135/H09ram.pdf?sequence=2.
Diunggah tanggal 20 Mei 2012
www.elerning.upnjatim.ac.id/courses/010016/document/Entrepeunership.pdf. Diunggah
tanggal 28 Mei 2012