GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PEREMPUAN USIA
REPRODUKTIF TENTANG DETEKSI DINI KANKER
SERVIKS DI PUSKESMASPISANGAN CIPUTAT
TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh
SINTIYA DESI MAHARANI
NIM. 1113104000006
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KEnSEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I Keperawatan di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Bachelor’s Thesis, June 2017
Sintiya Desi Maharani, Student ID 1113104000006
The Description ofKnowledge Level of WomenReproductive Age About
Early Detection of Cervical Cancer In Puskesmas Pisangan Ciputat South
Tangerang
xix + 94 pages + 7 tables + 2 charts + 2 images + 9 attachments
ABSTRACT
Cervical cancer is ranked first as the cause of death that occurs in the female
reproductive system in the world, in which every year the number of cervical
cancer is increasing. Cervical cancer can be detected as early as possible by doing
examination. Early detection of cervical cancer and the prevention of cervical
cancer may influence the number of death caused by cervical cancer. The
knowledge of women on cervical cancer and its early detection are initial step to
decrease the number. This research aimed at finding out the description of
knowledge level of women in reproductive age about early detection of cervical
cancer in Puskesmas Pisangan, East Ciputat District, South Tangerang. This
research was by quantitative approach with descriptive design. The samples of
this research were through incidental technique sampling with 108 samples of
women in reproductive age in Puskesmas Pisangan. The technique to analyse the
data was univariate analysis. The results showed that 60 respondent (55,6%) had
sufficient knowledge on servical cancer, 39 respondent (36,1%) had good
knowledge on the issue, and 9 respondent (8,3%) had minimum/insufficient
knowledge on cervical cancer. The health workers need to socialize the women in
reproductive age to increase their knowledge early detection of cervical cancer
and to be aware of cervical cancer. Further research needs to explore the attitude
of women in reproductive age about early detection of cervical cancer.
Keywords : Knowledge, Women in reproductive age, early detection of
cervical cancer.
Reference : 68 (Year 2000- 2016)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2017
Sintiya Desi Maharani, NIM 1113104000006
Gambaran Tingkat Pengetahuan Perempuan Usia Reproduktif Tentang
Deteksi Dini Kanker Serviks Di PuskesmasPisangan Ciputat Tangerang
Selatan
xix + 94 halaman + 7 tabel + 2 bagan + 2 gambar + 9 lampiran
ABSTRAK
Kanker serviks menduduki peringkat pertama penyebab kematianyang terjadi
pada sistem reproduksi perempuan di dunia, dimana setiap tahun angka kejadian
kanker serviks semakin meningkat. Kanker serviks dapat dideteksi sedini
mungkin dengan pemeriksaan. Deteksi dini kanker serviks dan pencegahan kanker
serviks sendiri mungkin akan sangat mempengaruhi usaha penurunan angka
kematian kanker serviks. Tingkat pengetahuan perempuan mengenai kanker
serviks dan deteksi dini adalah sebagai langkah awal usaha tersebut. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perempuan usia
reproduktif tentang deteksi dini kanker serviks di Kelurahan Pisangan, kecamatan
Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Jenis penelitian merupakan penelitian
kuantitatif dengan desain deskriptif. Sampel diperoleh melalui tekhnik Incidental
Sampling dengan jumlah sampel sebesar 108 sampel. Sampel padapenelitian ini
adalah perempuan usia reproduktif di PuskesmasPisangan. Teknik analisis data
pada penelitian ini menggunakan analisis univariat.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa 60 responden (55,6%) berpengetahuan cukup, 39 responden
(36,1%) berpengetahuan baik, dan 9 responden (8,3%) mempunyai tingkat
pengetahuan kurang. Petugas kesehatan hendaknya lebih meningkatkan promosi
kesehatan kepada perempuan usia reproduktif tentang deteksi dini kanker serviks
untuk meningkatkan pengetahuan serta sikap dalam melakukan deteksi dini
kanker serviks. Peneliti berikutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai sikap perempuan usia reproduktif tentang deteksi dini kanker
serviks.
Kata kunci : Pengetahuan, Perempuan Usia Reproduktif, Deteksi Dini Kanker
Serviks.
Referensi : 68 ( Tahun 2000- 2016)
v
vi
vii
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Sintiya Desi Maharani
Tempat Tanggal Lahir : Indramayu, 28 Mei 1995
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Alamat : Jl. Kenari IV No. 649 Blok C RT 003/016
Margahayu Bekasi Timur
Telepon : 085887071516
E-mail : [email protected]
PENDIDIKAN :
1. TK Al-Ikhlas Eretan Wetan Kab. Indramayu : 2000 – 2001
2. SD Negeri 01 Eretan Wetan Kab. Indramayu : 2001 - 2007
3. SMPN I Kandanghaur Kab. Indramayu : 2007 – 2010
4. SMA Mandalahayu Kota Bekasi : 2010 – 2013
5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2013 – 2017
ORGANISASI :
1. FORSA Badminton UIN Jakarta : 2014 – 2015
2. HMPSIK : 2015 – 2016
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
karunia dan cahaya ilmu-Nya, serta shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan
kepada Rasul pembawa cahaya, Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan
Perempuan Usia Reproduktif Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks di
Puskesmas Pisangan Ciputat Tangerang Selatan”.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaika skripsi ini.Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam menyusun
skripsi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:
1. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp.,MSc, selaku ketua Program Studi dan Ibu
Ernawati, S.Kp.,M.Kep.,Sp.KMB, selaku sekertaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yenita Agus, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat.,PhD, selaku pembimbing akademik
yang selalu memberikan nasehat dan motivasi selama proses pendidikan di
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas IslamNegeri Syarif
Hidayatullah.
4. Ibu Puspita Palupi, S.Kep.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Mat, selaku pembimbing I dan
Ibu Ratna Pelawati,S.Kp.,M.Biomed, selaku pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan bimbingan, saran, dan
kritikan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama 4 tahun, serta
x
seluruh staf dan karyawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Orang tuaku tercinta, Ayahanda H. Supadi dan Ibunda Hj. Aminah yang telah
mendidik, menashati, mendoa’kan penulis, serta mendukung baik moril
maupun materil kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman PSIK 2013yang telah memberikan masukkan, semangat, dan
inspirasi selama proses perkuliahan hingga saat ini.
8. Teman terbaikku Yunita Syara, dan Muhamad Yusuf Kurniawan, S.T yang
telah memberikan masukkan serta semangat selama proses pembuatan skripsi
ini.
9. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini.
Penulis berdo’a semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapat
balasan dari Allah SWT.Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam skripsi ini. Oleh karena itu segala kritikan dan saran yang membangun
akan penulis terima dengan baik. Semoga skripsi ini dapat diterima sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep), amin.
Jakarta, Juni 2017
Sintiya Desi Maharani
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................................... ii
ABSTRACT ............................................................................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xvii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... xix
BAB I ....................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 9
E. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................................... 10
BAB II .................................................................................................................................... 11
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 11
A. Kanker Serviks ........................................................................................................... 11
1. Pengertian Kanker Serviks ..................................................................................... 11
2. Penyebab Kanker Serviks ....................................................................................... 11
3. Faktor Risiko Kanker Serviks ................................................................................ 13
4. Tanda dan Gejala Kanker Serviks .......................................................................... 20
5. Patofisiologi Kanker Serviks .................................................................................. 21
6. Patogenesis Kanker Serviks.................................................................................... 22
7. Stadium Kanker Serviks ......................................................................................... 26
xii
8. Penatalaksanaan Kanker Serviks ............................................................................ 28
9. Pencegahan Kanker Serviks ................................................................................... 33
B. Deteksi Dini Kanker Serviks...................................................................................... 35
1. Pengertian Deteksi Dini Kanker Serviks ................................................................ 35
2. Tujuan Deteksi Dini Kanker Serviks ...................................................................... 35
3. Manfaat Deteksi Dini Kanker Serviks .................................................................... 36
4. Cara Melakukan Deteksi Kanker Serviks .............................................................. 36
5. Peran Puskesmas Terhadap Pencegahan Kanker serviks ....................................... 45
C. Perempuan Usia Reproduktif ..................................................................................... 46
D. Pengetahuan ............................................................................................................... 47
1. Pengertian Pengetahuan .......................................................................................... 47
2. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................................................. 48
3. Kategori Pengetahuan ............................................................................................. 50
4. Pengetahuan Deteksi Dini Kanker Serviks ............................................................. 50
E. Kerangka Teori .......................................................................................................... 53
BAB III .................................................................................................................................. 54
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................................................. 54
A. Kerangka Konsep ....................................................................................................... 54
B. Definisi Operasional .................................................................................................. 55
BAB IV .................................................................................................................................. 57
METODE PENELITIAN ....................................................................................................... 57
A. Desain Penelitian ....................................................................................................... 57
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................................................... 57
1. Tempat Penelitian ................................................................................................... 57
2. Waktu Penelitian .................................................................................................... 57
C. Populasi dan Sampel .................................................................................................. 57
1. Populasi .................................................................................................................. 57
2. Sampel .................................................................................................................... 58
D. Instrumen Penelitian .................................................................................................. 60
1. Data demografi ....................................................................................................... 60
2. Pengetahuan ............................................................................................................ 60
E. Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner ................................................................... 62
xiii
F. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................................... 64
1. Persiapan Pengumpulan Data ................................................................................. 64
2. Pelaksanaan Pengambilan Data .............................................................................. 65
G. Pengolahan Data ........................................................................................................ 65
1. Editing .................................................................................................................... 65
2. Coding .................................................................................................................... 66
3. Entry ....................................................................................................................... 66
4. Melakukan Teknik Analisa ..................................................................................... 66
H. Analisis Data .............................................................................................................. 67
I. Etika Penelitian .......................................................................................................... 67
1. Informed Consent (Persetujuan) ............................................................................. 68
2. Anonimity (Tanpa Nama) ....................................................................................... 68
3. Confidentiality (Kerahasiaan)................................................................................. 68
BAB V ................................................................................................................................... 69
HASIL PENELITIAN ........................................................................................................... 69
A. Gambaran Tempat Penelitian ..................................................................................... 69
1. Gambaran Umum Puskesmas Pisangan ................................................................. 69
2. Visi, Misi Puskesmas Pisangan .............................................................................. 69
3. Motto ...................................................................................................................... 70
4. Program-program Puskesmas Pisangan .................................................................. 70
B. Hasil Analisis Univariat ............................................................................................. 72
1. Karakteristik Responden ........................................................................................ 72
2. Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Kanker Serviks dan Deteksi Dini
Kanker Serviks ....................................................................................................... 74
3. Distribusi Proporsi Pengetahuan Deteksi Dini Kanker Serviks Berdasarkan
Karakteristik Responden ........................................................................................ 75
4. Gambaran Distribusi Pertanyaan Pengetahuan Perempuan Usia Reproduktif
Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks .................................................................... 78
BAB VI .................................................................................................................................. 81
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 81
A. Karakteristik Responden ............................................................................................ 81
1. Usia responden ....................................................................................................... 81
2. Status pernikahan .................................................................................................... 82
xiv
3. Pendidikan .............................................................................................................. 84
4. Pekerjaan ................................................................................................................ 85
5. Riwayat Kanker Serviks ......................................................................................... 86
B. Gambaran Pengetahuan Perempuan Usia Reproduktif Tantang Deteksi Dini Kanker
Serviks ....................................................................................................................... 87
C. Keterbatasan Peneliti.................................................................................................. 91
BAB VII ................................................................................................................................. 92
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................. 92
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 92
d. Berdasarkan pekerjaan, peempuan usia reproduktif di Puskesmas Pisangan bekerja
sebagai ibu rumah tangga 71% memiliki tingkat pengetahuan cukup. ..................... 93
B. Saran .......................................................................................................................... 93
1. Bagi Peneliti Selanjutnya ....................................................................................... 93
2. Bagi Puskesmas Pisangan ....................................................................................... 93
3. Bagi Perempuan Usia Reproduktif ......................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 95
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 102
xv
DAFTAR SINGKATAN
HPV : Human Papiloma Virus
ICO : Information Center on HPV and Cancer
WHO : World Health Organization
YKI : Yayasan Kanker Indonesia
KEMENKES : Kementerian Kesehatan
IVA : Inspeksi Visual Asam Asetat
Pap Smear : Papanicolou Smear
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
LBC : Liquid Based Cytology
PPTM : Pengendalian Penyakit Tidak Menular
DNA :Deoxyribonucleic Acid
ACS : American Cancer Society
HIV : Human Immunodeficienci Virus
AIDS : Aquired Immuno Deficienci Syndrom
CIN : Cervical Intraepithelial Neoplasma
NIS : Neoplasma Intraepitelial Serviks
PRB : Produk Gen Retinoblastoma
FIGO : International Federation of Gynecology and Obstetrics
TNM : Tumor Node Malignant
ESMO : European Society for Medical Oncology
NHS : National Health Service
ACCP : Alliance Cervical Cancer Prevention
BKkbN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
RW : Rukun Warga.
RT : Rukun Tetangga
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Perjalanan Penyakit Kanker Serviks 22
2.2 Stadium Kanker Serviks Berdasarkan Klasifikasi FIGO 28
xvii
DAFTAR TABEL
2.1
Klasifikasi Tipe HPV (Human papiloma Virus) Dengan
Lesi dan Perjalanan Penyakit.
Halaman
12
2.2 Klasifikasi Stadium Kanker Serviks. 26
3.1 Definisi Operasional 55
5.1 Distribusi Karakteristik Responden
72
5.2
Gambaran Pengetahuan Perempuan Usia Reproduktif
TentangKanker Serviks &Deteksi Dini Kanker Serviks
74
5.3 Distribusi Proporsi Pengetahuan Deteksi Dini Kanker
ServiksBerdasarkan Karakteristik Responden
75
5.4 Distribusi Pertanyaan Pengetahuan Perempuan Usia
Reproduktif Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks
78
xviii
DAFTAR BAGAN
2.1
3.1
Kerangka Teori
Kerangka Konsep
Halaman
53
54
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Perizinan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 2 Surat Perizinan Izin Uji Validitas Instrumen
Lampiran 3 Surat Perizinan Izin Pengambilan Data
Lampiran 4 Surat Perizinan Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5 Kuesioner
Lampiran 6 Kisi-kisi Kuesioner
Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Kuesioner
Lampiran 8 Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian
Lampiran 9 Hasil Olahan SPSS Univariat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Kanker serviks adalah sejenis keganasan yang disebabkan oleh
Human Papiloma Virus (HPV) onkogenik yang menyerang serviks
(Maharie, & Indrawati, 2012).Kanker serviks dapat ditularkan melalui
hubungan seksual, sehingga bila seseorang sudah pernah melakukan
hubungan seksual, maka disarankan untuk melakukan deteksi dini
(Rasjidi, 2007). Kanker serviks paling sering terjadi pada perempuan yang
berusia 15 sampai 49 tahun, dan risiko kanker serviks meningkat antara
usia 20 sampai 30 tahun (Information Center on HPV and Cancer (ICO),
2014). Kanker serviks memiliki gejala-gejala yang ditandai dengan nyeri
pada kemaluan, perdarahan setelah berhubungan seksual, keputihan
berbau serta gatal, dan perdarahan vagina yang terus-menerus.Kanker
serviks dapat menyebabkan kematian apabila pasien yang datang dengan
stadium lanjut tanpa mengetahui gejala-gejala dari kanker serviks
(Siagian, 2015).
Kanker serviks merupakan kanker yang paling sering terjadi pada
perempuan di dunia setelah kanker payudara, dimana setiap 1 menit
muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit 1 orang perempuan meninggal
karena kanker serviks. Sekitar 490.000 perempuan didunia setiap tahun
didiagnosaterkena kanker serviks dan 80% berada di negara berkembang
2
termasuk Indonesia (World Health Organization (WHO), 2014).Kanker
serviks di Indonesia merupakan jenis kanker terbanyak yang ditemukan
oleh YayasanKanker Indonesia (YKI) setelah kanker payudara. Kanker
serviks di Indonesia pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,8%
dibandingkan dengan kanker payudara sebesar 0,5%,dimana estimasi
jumlah penderita kanker serviks di Indonesia mencapai 98.692 jiwa,
diperkirakan setiap hari muncul 40 sampai 45 kasus baru, 20 sampai
25orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan
meninggal karena kanker serviks(Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI, 2015). WHO memprediksi pada tahun 2030
akan terjadi lonjakan penderita kanker di Indonesia sampai tujuh kali lipat.
Untukpenderita kanker serviks setiap tahunnya tidakkurang dari 15.000
kasus kanker serviks terjadi di Indonesia. Hal ini membuat kanker serviks
sebagai penyakit pembunuh perempuan nomor satu di Indonesia.
Tingginya kasus kanker serviks di Indonesia membuat WHO
menempatkanIndonesia sebagai negara dengan jumlah penderita kanker
serviks terbanyak di dunia (WHO, 2013).
Tingginya angka morbiditas dan mortalitas kanker serviks
disebabkan karena keterlambatan dalam pengobatan. Penderita kanker
serviks umumnya baru datang ke pelayanan kesehatan setelah beradapada
stadium lanjut, padahal jika melakukan deteksi sedini mungkin kanker
serviks kemungkinan besar dapat disembuhkan dan dapat meningkatkan
harapan hidup perempuan yang menderita kanker serviks. Meningkatnya
3
angka kejadian kanker serviks ini terjadi karena terlambat dalam
melakukan deteksi dini serta kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai kanker serviks (Wee & Gerald, 2016).
Kanker serviks yang sulit disembuhkan akan menyebabkan
dampak secara fisik, psikologis, dan sosio-ekonomi (Wijayakusuma,
2008). Penelitian yang dilakukan oleh Fitriana & Tri (2012) di Surabaya
tentang kualitas hidup penderita kanker serviks menunjukkan bahwa
adanya gangguan fisik, dan kejiwaan penderita. Gangguan secara fisik
meliputi penderita sering merasa lelah, mual, nyeri pada area serviks,
maupun penurunan berat badan secara drastis akibat pengobatan kanker
serviks, sedangkan kondisi psikologis yang tejadi pada penderita kanker
serviks yakni munculnya rasa tidakberdaya, sedih, dan lebih mudah
mengalami kecemasan bahkan depresi, dan perasaan terpukul bahwa
harapan hidupnya semakin kecil karena kanker serviks. Salah satu
responden menyatakan bahwa adanya permasalahan secara finansial yang
menjadi beban berat selama menjalani pengobatan.
Deteksi kanker serviks adalah pemeriksaan untuk prakanker pada
perempuan yang berisiko mengidap kanker serviks. Terdapat tiga jenis
tesyang saat ini tersedia, diantaranya yaitu cara konvensional (Pap Smear)
dan sitologi berbasis cairan (LBC/ Liquid-Based Cytology), Inspeksi
Visual Asam Asetat (IVA), dan tes HPV untuk jenis HPV risiko tinggi,
misalnya tipe 16 dan 18 (WHO, 2014). Skrining dianjurkan bagi setiap
perempuan yang berusia 25 sampai 49 tahun,atau yangsudah melakukan
4
hubungan seksual, minimal melakukan skrining sekali dalam seumur
hidup. Kanker serviks stadium dini akan mudah didiagnosis apabila
melakukan deteksi secara rutin dengan penatalaksanaan yang tepat untuk
menurunkan angka kejadian kanker serviks (Yamani, dkk, 2011). Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan DeGroff, et all di Eropa tahun 2016
bahwa dengan pemeriksaan rutin deteksi dini kanker serviks maka
menunjukkan penurunan dalam mengurangi angka kematian yang
disebabkan oleh kanker serviks.
Perempuan yang berusia 30 sampai 49 tahun yang ada di dunia
pada tahun 2012 hampir 1 miliar belum pernah melakukan deteksi satu
kali pun dalam seumur hidup mereka (ICO, 2014). Data Subdit Kanker
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) di Indonesia
sejak tahun 2007-2013 deteksi dini yang telah dilakukan sebanyak 644.951
orang (1,75%) dari seluruh jumlah perempuan yang berumur 30-50 tahun
yang mencapai 36.761.000 jiwa (Kemenkes, 2014). Perempuan yang
terdiagnosa kanker serviks hampir 50% lebih menyatakan tidak pernah
melakukan deteksi dini, hal ini dibuktikan dari banyaknya penderita
kanker serviks baru mendatangi rumah sakit atau pusat kesehatan sekitar
70% pada stadium lanjut (parah) dan 30% pada stadium dini, masalah ini
terjadi karena kesadaran perempuan akan kesehatan dirinya yang masih
kurang, dimana mereka menyatakan jika deteksi dini kanker serviks tidak
diperlukan karena mereka menganggap dirinya tidak sakit, adanya rasa
malu, rasa takut akan hasil diagnosis yang positif, kurangnya motivasi dari
5
suami, dan sebagian besar perempuan tidak tahu bahkan tidak menyadari
gejala dari kanker serviks (Kemenkes, 2010).
Rendahnya tingkat pengetahuanmenurutRomadhoni, dkk (2012)
dipercaya memperburuk kondisi yang ada dan diperkirakan angka kejadian
kanker serviks terus meningkat setiap tahun. Penelitian tentang
pengatahuan detekasi dini kanker serviks menyebutkan bahwa hasil
penelitian di Rumah Sakit Darmais Jakarta yang dilakukan oleh
Dimyati(2012), menyatakan bahwa pengetahuan responden tentang
deteksi dini masih tergolong kurang (46,7%). Hasil penelitian yang
dilakukan Martini pada tahun 2013 di Denpasar menunjukkan bahwa
responden yang pernah melakukan deteksi memiliki tingkat pengetahuan
tinggi sebanyak 63,2%, sedangkan responden yang memilki tingkat
pengetahuan rendah yang pernah melakukan hanya 16,7%, hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin rendah pengetahuan seseorang, semakin
rendah pula sikap terhadap stimulus (objek).Kenyataan inilah yang
menjadi masalah kanker serviks terus mengalami peningkatan, banyaknya
perempuan yang belum menyadari pentingnya melakukan deteksi dini
kanker serviks, untuk itu diperlukan upaya peningkatan pengetahuan
terkait pemeriksaan deteksi dini kanker serviks yang dilakukan secara
komprehensif dan multi sektor disiplin guna mencegah angka kejadian
kanker serviks (Pradana & Rusda, 2011).
Ketidaktahuan masyarakat khususnya perempuan pada bahaya
kanker serviks perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif dan
6
preventif. Antara lain dengan melaksanakan sosialisasi, advokasi, dan
edukasi di berbagai elemen masyarakat. Pemerintah Indonesia berupaya
untuk melakukan pengendalian kanker serviks, dan pemerintah
mentargetkan minimal 80% perempuan usia 30 sampai 50 tahun
melakukan deteksi dini setiap 5 tahun. Pemerintah telah memperluas
pelaksanaan deteksi dini kanker serviks ke-140 kabupaten di 31 provinsi,
yang dilaksanakan oleh 500 dari 9500 Puskesmas di Indonesia, termasuk
Puskesmas di Provinsi Banten (Depkes, 2015). Program deteksi dini
kanker serviks di Kota Tangerang Selatan sudah diselenggarakan di
seluruh Puskesmas yang ada di wilayah Tangerang Selatan kecuali
Puskesmas yang baru yaitu Puskesmas Pondok Cabe Ilir, Puskesmas
Lengkong Wetan, dan Puskesmas Bambu Apus. Program deteksi dini
kanker serviks di Tangerang Selatan meliputi promosi kesehatan,
pendidikan kesehatan, dan pemeriksaan kanker serviks mengunakan IVA
(Inspeksi Visual Asam-Asetat tes).
Program deteksi dini kanker serviks di Puskesmas Kelurahan
Pisangan Ciputat Tangerang Selatan menggunakan metode IVA, serta
sudah dilakukan promosi kesehatan terkait deteksi dini kanker serviks,
pelaksanaan promosi kesehatan ini dilakukan oleh pertugas kesehatan di
Puskesmas Pisangan pada awal perencanaan program tersebut. Pendidikan
kesehatan mengenai kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks juga
telah dilakukan di Posyandu di wilayah Pisangan, namun pemanfaatan
masyarakat di wilayah tersebut masih rendah,hanya 1% dari jumlah
7
perempuan usia reproduktif di wilayah Pisangan yang melakukan deteksi
dini kanker serviks, padahal perempuan usia reproduktif dapat melakukan
deteksi kanker serviks secara gratis di Puskesmas.
Hasil studi pendahuluan didapatkan bahwa terdapat 102
perempuan yang melakukan deteksi dini kanker serviksdi Puskesmas
Kelurahan Pisangan pada bulan Maret sampai Desember 2016, sekitar 8
orang perempuan dinyatakan hasil IVA positif, dan 4 orang perempuan
telah di curigai kanker. Hasil survey wawancara yang dilakukan,sebagian
besar perempuan yang datang ke puskesmas tidak tahu tentang deteksidini,
justru mereka datang atas anjuran dari dokter karena keluhan pada sistem
reproduksi yang dialami (seperti keputihan), serta masih kurangnya
pengetahuan tentang kanker serviks yang dibuktikan dari rendahnya
pengetahuan perempuan terhadap penyebab, dan tanda gejala kanker
serviks, sehingga perlu digali secara lebih lanjut terkait pengetahuan
perempuan tentang deteksi dini kanker serviks. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran tingkat
pengetahuan perempuan usia reproduktif tentang deteksi dini kanker
serviks.
B. Rumusan Masalah
Deteksidini kanker serviks dilakukan sebagai upaya untuk
menurunkan angka kematian akibat kanker leher rahim dengan
menemukan lesi prakanker serviks, dimana angka kejadian akibat kanker
serviks di Indonesia sebesar 98.692 jiwa dan diperkirakan setiap harinya
8
20-25 perempuan meninggalkarena kanker serviks, didapatkan bahwa
angka kejadian kanker serviks yang meningkat diakibatkan karena faktor
pengetahuan perempuan terhadap kanker serviks rendah, serta minimnya
pengetahuan tentang deteksi kanker serviks dan kurangnya sikap
perempuan untuk melakukan deteksi dini yang menyebabkan angka
kejadian kanker serviks semakin terus meningkat disetiap tahunnya,
dimana perempuan yang sudah terdiagnosis kanker serviks akan
berdampak padakualitas hidupnya. Dampak tersebut dapat berupa
gangguan secara fisik, psikologis, dan sosio-ekonomi.Olehkarena itu,
mengetahui tentang kanker serviks serta deteksi dini adalah suatu hal yang
sangat perlu untuk menurunkan angka kejadian kanker serviks.
Data di Puskesmas Pisangan Ciputat Tangerang Selatan
menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan yang datang ke puskesmas
tidak tahu tentang deteksi dini, justru mereka datang atas anjuran dari
dokter karena keluhan pada sistem reproduksi yang dialami (seperti
keputihan), sehingga perlu dibuktikan dengan dilakukannya penelitian
terkait pengetahuan perempuan usia reproduktif tentang deteksi dini
kanker serviks di wilayah tersebut. Sebab, dengan mengetahui pentingnya
deteksi kanker serviks sejak dini, berarti sudah mempunyai peluang yang
sangat besar untuk bisa melakukan pencegahan atau pengobatan
sendiri.Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat
pengetahuan perempuan usia reproduktif tentang deteksi dini kanker
serviks di wilayah Kelurahan Pisangan Ciputat Tangerang Selatan.
9
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan perempuan usia reproduktif tentang deteksi dini kanker
serviks di wilayahKelurahan Pisangan Ciputat Tangerang selatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Diketahui karakteristik responden perempuan usia reproduktif
meliputi usia, Status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan
riwayat penyakit kanker serviks.
b. Diketahui gambaran pengetahuan perempuan usia reproduktif
tentang deteksi dini kanker serviks meliputi pengertian deteksi dini
kanker serviks, tujuan dan manfaat deteksi dini kanker serviks, dan
cara atau prosedur deteksi dini kanker serviks.
D. Manfaat Penelitian
a. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai data dan informasi
tentang gambaran pengetahuan perempuan usia reproduktif mengenai
deteksi dini kanker serviks di Wilayah Kelurahan Pisangan Ciputat
Kota Tangerang Selatan yang dapat dijadikan sumber rujukan dalam
upaya promosi kesehatan, dan pendidikan kesehatan untuk pencegahan
primer dalam upaya mengurangi keparahan penyakit.
b. PendidikanKeperawatan
10
Penelitian ini dapat menjadi bahan untuk meningkatkan wawasan
dan pengetahuan peneliti dan pendidikankeperawatan tentang deteksi
dini kanker serviks.
c. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi bahan sumber rujukan atau referensi
bagi peneliti yang melakukan penelitian yang berhubungan dengan
penelitian ini.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran
tingkat pengetahuan perempuan usia reproduktif tentang deteksi dini
kanker serviks. Penelitian ini dilakukan kepada perempuan usia
reproduktif (usia antara 15 sampai 49 tahun) dan yang sudah menikah atau
melakukan hubungan seksual di wilayah Kelurahan Pisangan Ciputat Kota
Tangerang Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
menggunakan desainpenelitian deskriptif. Sampel dalam penelitian
menggunakan sampling insidental atau Incidental Sampling, dimana
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
apabila orang tersebut cocok dengan sumber data, dan tempat pengambilan
data pada penelitian ini yaitu di Puskesmas Pisangan. Data diperoleh dari
hasil wawancara dengan menggunakan alat kuesioner. Penelitian ini perlu
dilakukan untuk menetahui tingkat pengetahuan perempuan usia
reproduktif tentang deteksi dini kanker serviks.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kanker Serviks
1. Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah penyakit keganasan pada serviks yang dapat
disembuhkan dan dicegah ketika telah didiagnosis lebih awal (WHO,
2013). Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks,
serviks merupakan bagian bawah dari uterus, berbentuk silindris,
menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri
eksternum (Kemenkes, 2015).Kanker serviks merupakan salah satu
jenis keganasan atau neoplasma yang terletak di daerah serviks, leher
rahim atau mulut rahim Rasjid (2010).
2. Penyebab Kanker Serviks
Penyebab yang paling utama pada kanker serviks adalah HPV
(Human Papillomavirus), HPV merupakan sekelompok virus yang
terdiri dari 150 jenis virus yang dapat menginfeksi pada sel-sel di
permukaan kulit (Nurwijaya, Andrijono, & Suhaeimi,2012). HPV
adalah virus berukuran kecil (kurang lebih 55 mm), virus yang
mengandung DNA yang menginfeksi kebanyakan mamalia dan banyak
binatang spesies non mamalia (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000).
Kebanyakan HPV tidak berbahaya dan tidak menunjukkan gejala yang
12
serius. Subagja (2014), menyebutkan sebanyak 40 tipe HPV dapat
ditularkan melalui hubungan seksual. Ada 13 tipe HPV yang dapat
menyebabkan kanker serviks, yaitu HPV tipe 16, 18, 31, 33, 39, 45,
51, 52, 56, 58, 59, dan 69yang berisiko tinggi untuk ditularkan melalui
hubungan seksual. Tipe yang paling berbahaya adalah tipe 16 dan 18
yang menyebabkan sekitar 80% terjadinya kanker serviks. HPV yang
cenderung berisiko rendah atau HPV yang tidak menyebabkan kanker
serviks dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak
kelamin, terutama oleh hubungan seks vaginal dan anal ataupun
oral(Norwitz& John Schorge, 2007).
Tabel 2. 1. Klasifikasi Tipe HPV (Human Papiloma Virus) dengan lesi dan
perjalanan penyakit (Norwitz& John Schorge, 2007).
Tipe HPV Lesi Perjalanan Penyakit
HPV-6
HPV-6, HPV-11
HPV-16, HPV-18
HPV-31, HPV-33
HPV-39, HPV-42
kondiloma akunminatum
kondiloma datar
verrucous cancer
kondiloma akuminatum
kondiloma datar
lesi putih, datar
papulosis bowenoid
Jinak
jinak
destruksi local
neoplastik
prekanker → kanker
13
Pada umumnya kanker serviks paling banyak terjadi yang
disebabkan karena penularan melalui hubungan seksual sebesar 90%
dan sebanyak 10% terjadi karena nonseksual (Nurwijaya, Andrijono,
& Suhaeimi, 2012). Pada beberapa kasus kanker serviks banyak terjadi
karena pertama kali melakukan hubungan seksual, mempunyai
beberapa pasangan seksual, penyakit menular seksual, merokok,
imunosupresi, dan pemakaian obat kontrasepsi (American Cancer
Society (ACS), 2012).
3. Faktor Risiko Kanker Serviks
Faktor risiko adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau
meningkatkan kemungkinan seseorang untuk menderita penyakit
tertentu. Infeksi HPV tidak cukup untuk menimbulkan kanker serviks,
virus tersebut akan mudah berkembang jika didukung oleh faktor
risiko kanker serviks. Beberapa faktor risiko yang dapat menjadi
penyebab kanker serviks adalah sebagi berikut:
a. Faktor Presipitasi Kanker Serviks
a) Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus)
HIV adalah virus penyebab AIDS (Aquired Immuno
Deficiency Syndrome). Setelah terkena HIV dan menderita
AIDS, membuat perempuan yangmenderita HIV AIDS
akan mengalami penurunan kekebalan tubuh sehingga
kurang mampu untuk melawan infeksi HPV dan kanker
secara dini (Nurwijaya, Andrijono, & Suhaeimi, 2012).
14
b) Infeksi Clamydia
Clamydia adalah organisme yang dapat menembus
membranmukosa tubuh dan dapat menyebabkan infeksi
saluran reproduksi. Penularannya melalui hubungan seksual
(Hegner, & Caldwell, 2003).
c) Infeksi Herpes Simplex Tipe 2
Virus ini ditularkan terutama melalui kontak seksual
langsung. Penderita virus herpes lebih berisiko mengalami
kanker serviks daripada yang tidak mengalaminya (Hegner,
& Caldwell, 2003).
b. Faktor Predisposisi Terjadinya Kanker Serviks
a) Umur
HPV ditransmisikan melalui hubungan seksual. Oleh
karena itu, umur yang rentan terkena HPV adalah umur
pada saat sistem reproduksi mulai berfungsi, yaitu umur
kurang dari 50 tahun. Perempuan yang berusia < 50 tahun
lebih berisiko terinfeksi HPV 1,38 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan ≥ 50 tahun (Li,
Changdong, 2010). Risiko kanker serviks meningkat antara
umur 20 sampai 30 tahun dan menurun pada umur >50
tahun. Hal tersebut mendorong program deteksi dini untuk
menganjurkan perempuan usia 20 sampai 50 tahun yang
15
telah berhubungan seks untuk melakukan pemeriksaan
deteksi dini kanker serviks.
b) Status Pernikahan
Status pernikahan terkait dengan hubungan seksual. Di
Indonesia, karena menanyakan jumlah pasangan seks atau
pernah berhubungan seks masih dianggap tabu dan tidak
etis, maka yang ditanyakan adalah status pernikahan, yaitu
menikah, tidak menikah (belum menikah\ pernah menikah).
Salah satu faktor protektif untuk terinfeksi HPV adalah
tidak melakukan hubungan seksual. Oleh karena itu,
perempuan yang telah melakukan hubungan seks memiliki
risiko lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
melakukan hubungan seks, akan tetapi Li (2010)
menemukan bahwa perempuan yang tidak menikah
(termasuk belum menikah, bercerai, dan janda) lebih rentan
terinfeksi HPV 1,7 kali dibandingkan perempuan menikah.
c) Status Sosio-ekonomi (Tingkat Pendidikan)
Satatus sosio-ekonomi seseorang biasanya diukur
daritingkat pendapatan atau tingkat pendidikan. Asumsinya
adalah semakin tinggi tingkat pendapatan atau
pendidikan,maka semakin tinggi pula kemampuandan
kesadaran untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini
kanker serviks. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
16
dilakukan di Mozambik,yaitu perempuan yang
berpendidikan rendah memiliki risiko 18 kali lebih tinggi
terhadap kanker serviks dibandingkan dengan yang
berpendidikan tinggi (Rostad, Schei, & Costa, 2003).
d) Merokok
Perempuan yang merokok lebih mudah dua kali
kemungkinan terkena kanker serviks dibandingkan dengan
perempuan yang tidak merokok (Nurwijaya, Andrijono, &
Suhaeimi, 2012). Kandungan rokok yang berasal dari
tembakau mengandung nitrosamine dan derivat nikotin
bersifat karsiogenik karena mudah diabsorbsi kedalam
darah sehingga bisa merusak sistem kekebalan dan
mempengaruhi kemampuan tubuh utuk melawaninfeksi
HPV pada serviks (Subja, 2014).
e) Jumlah Pasangan Seks
Infeksi HPV berkaitan erat dengan perilaku seksual.
Penelitian di Kosta Rika menemukan peningkatan risiko
terhadap infeksi HPV risiko tinggi berbanding lurus dengan
peningkatan jumlah partner seks. Perempuan yang memiliki
pasangan seks ≥ 4 berisiko 2 hingga 3,5 kali lebih tinggi
untuk terinfeksi HPV dibandingkan dengan yang hanya
memiliki satu pasangan seks. Di Mozambik, perempuan
yang memiliki pasangan seks > 6 berisiko 6 kali lebih
17
tinggi untuk kanker leher rahim dibandingkan dengan yang
memiliki pasangan seks hanya 1 sampai 5 orang (Almonte,
et al, 2008).
f) Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi oral atau lebih dikenal dengan pil KB
merupakan salah satu faktor yang masih diduga berkaitan
dengan terjadinya kanker leher rahim. Perempuan yang
didiagnosa positif HPV dan pernah menggunakan
kontrasepsi oral kurag dari 5 tahun memiliki risiko 3 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak pernah
menggunakan kontrasepsi oral. Selain itu, perempuan yang
menggunakan kontrasepsi hormonal lebih mudah untuk
terpajan HPV dibandingkan dengan yang menggunakan
kontrasepsi barrier (penghalang) atau yang tidak pernah
berhubungan seks. Hal tersebut dimungkinkan karena
penggunaan kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi
perubahan lendir serviks dan perubahan respon imun
sehingga meningkatkan kerentanan serviks terhadap infeksi
HPV (Zeliha, 2015).
g) Umur Pertama Menikah dengan Kejadian Lesi Prakanker
Umur pertama kali melakukan hubugan seks terkait erat
dengan infeksi HPV yang menjadi penyebab utama lesi
prakanker leher rahim karena epitel serviks yang belum
18
matang sehingga meningkatkan kerentanan terhadap agen
kanker dan penyakit menular seksual lainnya. Hasil
penelitian Sinaga (2009) yaitu umur pertama menikah
memiliki hubungan kuat dengan kejadian lesi prakanker,
dimana perempuan yang menikah pada usia kurang dari 20
tahun memiliki risiko 2,6 kali lebih tinggi dibandingkan
yang menikah pada usia 20 tahun atau lebih untuk
mengalami kanker serviks.
h) Jumlah Pasangan Seks Dengan Kejadian Lesi Prakanker
Virus HPV merupakan virus yang ditransmisikan melalui
hubungan seksual. Jumlah pasangan seks berkaitan erat
dengan usia pertama kali melakukan hubungan seks pada
penelitian. Semakin muda seorang perempuan mulai
berhubungan seks, semakin banyak pula pasangan seks
yang pernah ia miliki, maka semakin tinggi pula risiko
untuk terinfeksi HPV dan terkena kanker serviks. Hasil
penelitian ini menemukan bahwa perempuan yang memiliki
pasangan seks lebih dari 1 orang tidak berbeda risikonya
untuk mengalami kejadian lesi prakanker dengan
perempuan yang hanya memiliki 1 pasangan seks. Hasil
tersebut berbeda dengan penelitian Susanti (2010) yang
menemukan bahwa jumlah pasangan seks berhubungan erat
dengan kejadian lesi prakanker serviks, dimana perempuan
19
yang memiliki pasangan seks lebih dari 1 orang berisiko 3,8
kali lebih tinggi untuk mengalami lesi prakanker
dibandingkan dengan perempuan yang memiliki hanya 1
pasangan seks.
i) Paritas dengan Kejadian Lesi Prakanker
Kaitan tingginya paritas dengan kejadian kanker leher
rahim adalah semakin banyak anak yang dilahirkan oleh
seorang perempuan, maka semakin sering pula serviksnya
mengalami infeksi, infeksi pada serviks tersebut mungkin
dapat meningkatkan kerentanan terhadap virus
(Wiknjosastro,1999 dalamHertina dan Suhartini, 2010).Hal
tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Sinaga (2009) yang
menemukan bahwa jumlah anak yang dilahirkan
berhubungan kuat dengan lesi lebih tinggi untuk mengalami
kejadian lesi prakanker dibandingkan dengan yang
memiliki ≤ 2 anak.
j) Defisiensi Zat Gizi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa defisiensi asam
folat dan pada perempuan yang rendah mengonsumsi beta
karoten dan vitamin (A,C, dan E) dapat meningkatkan
risiko terkena kanker serviks (Novak, et al, 2012).
k) Hygiene dan Sirkumsisi
20
Diduga adanya pengaruh mudah terjadi kanker serviks pada
perempuan yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini
dikarenakan pada pria nonsirkumsisi, hygiene penis tidak
terawat sehingga banyak terdapat kumpulan smegma
(Barrbara, et al. 2008).
4. Tanda dan Gejala Kanker Serviks
Kanker serviks stadium dini menurut Subagja (2014), memiliki
gejala kanker tidak tampak sehingga sering disebut dengan silent
killer. Pada tahap pra kanker (displasia) sampai stadium I tidak ada
keluhan sama sekali sehingga banyak perempuan yang tidak
merasakan sama sekali. Biasanya, gejala baru muncul ketika sel
serviks yang abnormal telah berubah menjadi ganas dan menyusup ke
jaringan di sekitarnya. Pada saat itu akan timbul gejala-gejala berikut:
a. Nyeri pada perut bagian bawah
b. Menstruasi yang tidak normal, waktunya memanjang dan
jumlahnya lebih banyak.
c. Keputihan yang menetap dengan cairan yang encer, berwarna pink,
cokelat, mengandung darah atau berwarna hitam serta berbau
busuk.
d. Perdarahan vagina yang tidak normal, yaitu di luar masa
menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual atau dispareunia,
dan setelah menopause(Nurwijaya, Andrijono, & Suhaeimi, 2012).
Pada stadium lanjut, biasanya akan timbul gejala-gejala berikut:
21
a. Perdarahan post coitus (setelah berhubungan seksual)
b. Nafsu makan berkurang, berat badan menurun secara drastis, dan
cepat merasa lelah
c. Nyeri pangul dan tungkai
d. Vagina mengeluarkan urin atau feses bahkan terjadi patah tulang
panggul.
e. Tidak dapat buang air kecil (karena saluran kemih tersumbat)
f. Nyeri punggung
g. Salah satu kaki bengkak dikarenakan kanker yang menyumbat
pembuluh limfe
h. Batuk-batuk dikarenakan kanker telah menyebar hingga ke paru-
paru.
5. Patofisiologi Kanker Serviks
Tahapan progresi infeksi HPV pada risiko tinggi kanker serviks
untuk lesi prakanker dan invasif, lesi prakanker disebut juga sebagai
lesi intraepitel serviks (Cervical Intraepithelial Neoplasma)
merupakan awal dari perubahan menuju karsinoma serviks uteri.
Diawali dengan NIS I (CIN I) yang secara klasik dinyatakan dapat
berkembang menjadi NIS II dan menjadi NIS III, setelah itu
berkembang menjadi karsinoma serviks. Konsep regresi spontan serta
lesi yang persisten menyatakan bahwa tidak semua lesi prakanker akan
berkembang menjadi lesi invasif sehingga diakui masih cukup banyak
faktor yang mempengaruhi.
22
Gambar 2. 1. Perjalanan Penyakit Kanker Serviks.
Sumber : Williams, 2008.
6. Patogenesis Kanker Serviks
Gomez dan Santos (2007) menyebutkan bahwa penularan HPV
terutama melalui kulit ke kulit. Sel basal epitel skuamosa berlapis yang
terinfeksi oleh HPV. Jenis sel lain relatif resisten terhadap HPV.
Diasumsikan bahwa siklus replikasi HPV dimulai dengan masuknya
virus ke dalam sel-sel dari lapisan basal dari epitel. Infeksi HPV pada
lapisan basal menyebabkan abrasi ringan atau mikrotrauma pada
epitel. Setalah masuk ke dalam sel inang, proses replikasi HPV terjadi
di permukaan epitel. Pada lapisan basal, replikasi virus dianggap tidak
produktif, dan virus melakukan replikasi episom secara perlahan
dengan menggunakan mesin replikasi DNA inang untuk mensintesis
DNA-nya rata-rata satu kali per siklus sel. Didalam keratinosit yang
berbeda dari lapisan suprabasal epitel, virus beralih ke mode lingkaran-
23
berputar dari replikasi DNA, membuat DNA bereplikasi dengan cepat,
mensintesis protein kapsid, dan menyebabkan perakitan virus.
a. Biomolekuler
Kanker serviks merupakan salah satu contoh terbaik untuk
memahami bagaimana infeksi virus dapat menyebabkan
keganasan. Tipe HPV risiko tinggi dapat dibedakan dari tipe HPV
risiko rendah dengan struktur dan fungsi produk E6 dan E7. Dalam
lesi jinak yang disebabkan oleh HPV, DNA virus terletak di
ekstrakromosomal dalam nukleus. Pada highgrade neoplasia
intraepitel dan kanker invasif, DNA HPV umumnya terintegrasi
dalam genom inang. Integrasi dari DNA HPV mengganggu dan
menghapus daerah E2, yang menyebabkan hilangnya ekspresi. Hal
ini mengganggu fungsi E2, yang biasanya mengatur transkripsi
dari gen E6 dan E7, dan mengarah kepada peningkatan ekspresi
gen E6 dan E7. Fungsi dari E6 dan produk E7 selama infeksi HPV
produktif adalah untuk menumbangkan jalur pertumbuhan sel
reguler dan memodifikasi lingkungan seluler untuk memfasilitasi
replikasi virus.
Produk gen E6 dan E7 melakukan regulasi kembali siklus
pertumbuhan sel inang dengan mengikat dan menonaktifkan dua
protein penekan tumor, yaitu protein penekan tumor (p53) dan
produk gen retinoblastoma (PRB). Produk gen HPV E6 mengikat
p53 dan menargetkan untuk degradasi cepat. Akibatnya, kegiatan
24
normal p53 yang mengatur penangkapan G1, apoptosis, dan
perbaikan DNA menjadi tidak berfungsi. Protein HPV E6 risiko
rendah tidak mengikat p53 pada tingkat tidak terdeteksi dan tidak
berpengaruh pada stabilitas p53 in vitro. Produk gen HPV E7
mengikat PRB dan pengikatan ini mengganggu hubungan anatara
PRB Dan faktor transkripsi seluler E2F-1 yang mana akan
mengakibatkan pembebasan E2F-1, yang memungkinkan
transkripsi gen yang produknya dibutuhkan agar sel dapat
memasuki fase S dari siklus sel. Produk gen E7 dapat berikatan
dengan protein seluler mitotik interaktif lainnya seperti cyclin E.
Hasilnya adalah stimulasi seluler sintesis DNA dan proliferasi sel.
Protein E7 dari tipe HPV risiko rendah mengikat PRB dengan
penurunan afinitas. Selanjutnya, produk gen E5 menginduksi
peningkatan aktifitas protein kinase mitogen yang telah teraktivasi,
sehingga meningkatkan respon seluler terhadap faktor
pertumbuhan dan diferensiasi. Hal ini menyebabkan proliferasi
terus menerus dan menunda diferensiasi pada sel inang.
Inaktifasi protein p53 dan PRB dapat menimbulkan tingkat
proliferasi meningkat dan ketidakstabilan genomik. Akibatnya,
didalam sel inang semakin banyak terakumulasi kerusakan DNA
yang tidak bisa diperbaiki, menyebabkan sel-sel kanker berubah.
Selain efek onkogen diaktifkan dan ketidakstabilan kromosom,
mekanisme potensial berkontribusi terhadap transformasi termasuk
25
metilasi dari virus dan DNA seluler, aktivasi telomerase, dan faktor
hormonal dan imunogenetik.
b. Riwayat Alami Kanker Serviks
Patogenesis kanker serviks dimulai dengan infeksi HPV
dari epitel serviks selama hubungan seksual. Riwayat alami kanker
serviks adalah proses penyakit yang berkesinambungan
berkembang secara bertahap dari neoplasia intraepitel serviks
(CIN) ringan ke derajat yang lebih parah dari neoplasia (CIN 2 dan
CIN 3) dan akhirnya menjadi kanker invasif. Perkembangan lesi
tingkat tinggi (CIN 2 atau 3) dan kanker invasif biasanya
berhubungan dengan konversi genom virus dari bentuk episom
menjadi bentuk yang terintegrasi, berasam dengan inaktivasi atau
penghapusan daerah E2 dan ekspresi produk gen E6 atau E7.
Beberapa peneliti telah membandingkan tipe HPV dengan derajat
berbeda dari CIN dan telah mengambil kesimpulan bahwa CIN I
dan CIN 2 atau CIN 3 adalah proses yang berbeda, dengan
mengindikasikan CIN I adalah terbatas pada infeksi HPV yang
ditularkan melalui seksual dan CIN 2 atau CIN 3 menjadi satu-
satunya prekursor kanker serviks. Perkembangan kanker umumnya
terjadi selama periode 10 sampai 20 tahun. Beberapa lesi menjadi
kanker lebih cepat, kadang- kadang dalam waktu dua tahun.
26
7. Stadium Kanker Serviks
Stadium adalah derajat keparahan penyakit yang ada didalam
tubuh. Stadium digunakan untuk menilai risiko dan prognosis dengan
sejauh mana karakteristik yang spesifik dari kanker pasien dan untuk
menentukan cara pengobatan yang tepat. Penilaian dilakukan dua kali,
pertama sebelum pengobatan, menggunakan pemeriksaan pencitraan
medis dan klinis sehingga dapat menentukan pengobatan yang tepat
dan benar, yang kedua, jika pengobatan dengan cara pembedahan
pengangkatan jaringan, maka diperlukan penilaian untuk
memverifikasi keberhasilan tindakan pembedahan (Gomez, & Santos,
2007).
Pembagian stadium kanker serviks yang sering digunakan adalah
sistem pembagian stadium yang diperkenalkan oleh International
Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO). Pada sistem
tersebut, angka romawi O samapai IV menggambarkan stadium kanker
(Subagja, 2014). Penyakit pra kanker, setiap tahap kanker utama dari I
sampai IV, dan subdivisi dari setiap stadium dapat dilihat dari tabel
berikut:
Tabel 2. 2 Klasifikasi Stadium Kanker Serviks (FIGO) dan TNM (UICC)
Stadium TNM Gambaran Terapi
Stadium 0
Stadium 1
1A
Tis
T1
T1a
Karsinoma Insitu/Intraepitelial
Tumor terbatas pada serviks
(perluasan pada korpus uteri
tidak dinilai)
Karsinoma Invasif preklinik,
Cone biopsy
Atau
27
1B
Stadium 2
2A
2B
Stadium 3
3A
3B
Stadium 4A
Stadium 4B
T1b
T2
T2a
T2b
T3
T3a
T3b
T4
M1
diagnostik hanya mikroskopik,
luas lesi kurang dari 3 cm, invasi
astromal minimal, kedalaman
lesi kurang dari 5 mm dari
lapisan basal, menyebar
horizontal tidak lebih dari 7 mm
Ukuran tumor lebih besar dari
T1a
Karsinoma menginvasi dapat
sampai sebagian uterus dan 2/3
atas vagina, namun tidak sampai
dinding pangul atau 1/3 bawah
vagina
Tanpa invasi parametrium
Dengan invasi parametrium
Karsinoma meluas sampai
dinding panggul dan / atau
mengenai 1/3 bawah vagina dan
/ atau ada hidronefrosis atau
gangguan fungsi ginjal
Tumor mengenai 1/3 bawah
vagina, tak ada perluasan ke
dinding panggul
Tumor meluas ke dinding
panggul dan / atau menyebabkan
hidronefrosis atau gangguan
fungsi ginjal
Tumor menginvasi mukosa
kandung kemih atau rectum dan
/ atau meluas keluar dari pelvis
minor
Metastis jauh ke organ lain
Histerektomi
transvaginal
Histeroktomi
radikal dengan
limfadenektomi
panggul dan
evakuasi
kelenjar limf
paraaorta (bila
ada metastasis
disertai dengan
radioterapi
pascabedah)
Radioterapi /
radiasi paliatif
dan kemoterapi
Sumber: European Society for Medical oncology (ESMO), 2012.
28
Gambar 2. 2. Stadium Kanker Serviks Berdasarkan Klasifikasi FIGO.
Sumber: (Clamisao, et al. 2007).
8. Penatalaksanaan Kanker Serviks
1. Stadium 0 dan IA 1
a. Konisasi
Konisasi adalah pengobatan dengan operasi standar. Konisisasi
dilakukan dengan cara membuat insisi atau potongan berbentuk
kerucut pada jaringan serviks disekitar orifisium uteri yang
29
menghubungkan vagina dengan bagian dalam serviks, lalu
kemudian dibuang. Jika pada pemeriksaan histopatologi, pada
bagian yang kerucut yang telah dipotong tidak terdapat sel-sel
tumor lagi, maka berarti pengobatan tersebut kuratif dan tidak
perlu dilakukan perawatan lebih lanjut (European Society for
Medical Oncology (ESMO), 2012).
b. Pengobatan Adjuvan Ketika Ada Risiko Kekambuhan
Pengobatan ini adalah untuk mengurangi risiko kekambuhan.
Jika setelah konisasi dilakukan pemeriksaan histopatologi dan
dinyatakan bahwa tumor sembuh, maka tidak diperlukan
pengobatan adjuvant. Namun bila ditemukan bahwa tumor
telah menyebar lebih luas melebihi stadium IA1, pengobatan
adjuvant sangat diperlukan. Pengobatan adjuvant akan
dilakukan bersamaan dengan radioterapi dan kemoterapi
(ESMO, 2012).
2. Stadium IA 2
a. Operasi (Trachelectomy dan Histerectomy)
Pengobatan standar adalah dengan melakukan bedah atau
operasi. Operasi dapat dilakukan dengan trachelectomy
maupun hysterectomy (European Society for Medical
Oncology, 2012). Trachelectomy merupakan teknik operasi
yang terdiri dari atas limfadenektomi kelenjar getah bening
pelvis dengan laparaskopi dan diikuti dengan reseksi sebagian
30
dari serviks, parametrium, dan sepertiga vagina proksimal.
Bagian dari serviks yang dipotong pada segmen bawah uterus
meninggalkan bagian ismus dan korpus uteri yang bertujuan
untuk mempertahankan fungsi reproduksi (Rasjidi & Nurseta,
2008). Histerectomy merupakan suatu prosedur pengangkatan
sebagian atau seluruh rahim (Rasjidi, 2008).
b. Pengobatan Adjuvan
Seperti yang telah disebutkan diatas, pengobatan adjuvant
adalah pengobatan yang diberikan selain operasi jika diduga
masih ada sel kanker setelah dilakukannya operasi, atau jika
kanker meluas ke jaringan sekitarnya, seperti parametria atau
kelenjar getah bening (ESMO, 2012).
3. Stadium IB 1
Ada beberapa pilihan pengobatan untuk kanker serviks stadium IB
1 ini, yaitu:
a. Hysterectomy
b. Radioterapi digabungkan dengan iradiasi eksternal ditambah
dengan bracytherapy, yang merupakan iradiasi topikal dari
jarak pendek yang dilakukan tepat pada tumor (ESMO, 2012).
Bracytherapy adalah pengobatan keganasan dengan cara
menanamkan sumber radioaktif dekat dengan tumor yang
dituju. Sumber ini akan mengeluarkan sinar radioaktif dengan
31
dosis tinggi, namun demikian jaringan disekitar tumor harus
dilindungi dari penyinaran (Djojodibroto, 2009).
c. Gabungan radioterapi dan pembedahan.
4. Stadium IB 2 sampai IV A
Pengobatan standar dengan melakukan radioterapi bersamaan
dengan kemoterapi. Radiasi bertujuan membunuh tumor primer
dan kelenjar getah bening yang berpotensi. Obat yang paling
umum digunakan untuk kemoterapi adalah cisplastin (Subagja,
2014).
5. Stadium IV B
Pasien dengan stadium IVB yang memiliki prognosis yang buruk
akan diberi pengobatan paliatif. Radiasi pelvis dilakukan untuk
mengontrol perdarahan vagina serta nyeri. Kemoterapi sistemik
disarankan untuk meringankan gejala dan memperpanjang
kelangsungan hidup secara keseluruhan. Regimen kemoterapi
digunakan untuk kelompok perempuan yang mengalami
kekambuhan (Hoffman, et al, 2012).
Hysterectomy, seperti yang telah dijelaskan di atas, merupakan
salah satu cara untuk pengobatan kanker serviks. Hoffman et al
(2012) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis operasi hysterectomy
yang dibagi berdasarkan derajat reseksinya, yaitu:
a. Simple Hysterectomy (Type I)
32
Hysterectomy tipe 1 disebut juga extrafascial hysterectomy
atau simple hysterectomy,membuang uterus dan serviks tetapi
tidak mengharuskan pemotongan pada parametrium. Pilihan
tipe ini biasanya adalah benigna ginekologi patologi, penyakit
kanker serviks invasif, dan kanker serviks stadium IA1.
b. Modified Radical Hysterectomy (Type II)
Tipe ini membuang serviks, vagina bagian proksimal, dan
jaringan parametrial dan paraserviks. Tipe ini digunakan untuk
pasien kanker serviks dengan stadium IA1 setelah melakukan
konisasi yang tidak memungkinkan lagi bila harus dilakukan
konisasi ulang.
c. Radical Hysterectomy (Type III)
Tipe hysterectomy ini mengharuskan reseksi besar pada
parametria. Ruang kosong pada bagian paravesikal dan
pararektal dibuka. Arteri uterus diligasi di tempatnya semula
dari arteri iliaka internal, dan semua jaringan sebelah medial
direseksi. Eksisi parametrium diperpanjang ke dinding pelvis.
Ureter sepenuhnya dibedah dari tempatnya, dan kandung kemih
dan rektum dimobilisasi untuk memperluas pembuangan
jaringan. Septum rektovaginal dibuka untuk meletakkan rektum
jauh dari vagina, dan ligamen uterosakral diletakkan dekat
dengan rektum.
33
9. Pencegahan Kanker Serviks
National Health Service (NHS) Inggris Raya (2013) menyebutkan
tidak ada cara tunggal yang benar-benar dapat mencegah kanker
serviks, tetapi ada beberapa hal yang dapat membantu mengurangi
risiko, yaitu:
1) Seks yang aman
Sebagian besar kasus terjadinya kanker serviks berkaitan dengan
infeksi HPV. HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual
tanpa pengaman, sehingga pengaman atau kondom dapat
digunakan saat berhubungan seksual agar mencegah penularan
HPV dan mengurangi risiko kanker serviks. Risiko terkena infeksi
HPV meningkat bila melakukan hubungan seksual di usia muda
dan memiliki banyak pasangan seksual, meskipun perempuan yang
yang hanya memiliki satu pasangan juga akan berisiko terkena
kanker serviks.
2) Melakukan Deteksi Kanker Serviks
Deteksi dini kanker serviks adalah pengujian pra-kanker dan
kanker pada perempuan yang tidak memiliki gejala dan mungkin
merasa sangat sehat. Ketika skrining mendeteksi lesi pra-kanker,
kanker dapat dengan mudah diobati bila diketahui sedini mungkin.
Skrining juga dapat mendeteksi kanker pada tahap awal dan
memiliki potensi lebih tinggi untuk disembuhkan. Dikarenakan lesi
pra-kanker memakan waktu bertahun-tahun untuk berkembang,
34
skrining dianjurkan bagi setiap perempuan mulai dari usia 30
sampai 49 tahun setidaknya sekali dalam seumur hidup dan
idealnya lebih sering (WHO, 2014).
3) Hindari merokok
Seseorang yang tidak merokok dapatmengurangi kemungkinan
terkena kanker serviks. Sebaliknya, orang yang merokok mudah
terkena kanker karena kandungan zat yang ada didalam rokok yang
bersifat karsinogenik, dan kemungkinan orang yang merokok tidak
dapat melawan HPV di tubuh yang dapat menyebabkan kanker
serviks.
4) Melakukan Vaksin Kanker Serviks
Vaksin HPV terdiri dari dua macam yang dapat melindungi dari
dua jenis virus yang menyebabkan kanker serviks, yaitu tipe 16
dan 18. Kedua vaksin bekerja dengan baik jika diberikan sebelum
paparan HPV. Oleh karena itu, adalah lebih baik untuk
melakukannya sebelum aktivitas seksual pertama. Program
imunisasi ini diberikan kepada anak-anak ketika berusia 9 sampai
13 tahun karena pada usia inilah yang paling memungkinkan untuk
mencegah kanker. Walaupun vaksin HPV secara signifikan dapat
mengurangi risiko terkena kanker serviks, hal ini tidak menjamin
bahwa tidak akan terkena kanker serviks. Orang yang telah diberi
vaksin tetap harus melakukan skrining kanker serviks secara
berkala (WHO, 2014).
35
B. Deteksi Dini Kanker Serviks
1. Pengertian Deteksi Dini Kanker Serviks
Deteksi dini kanker serviks adalah usaha upaya pemeriksaan untuk
mengidentifikasi kemungkinan suatu kelainan pada orang yang tidak
mempunyai keluhan atau gejala dari kelianan tersebut (Mandel,
2008).Deteksi dini kanker serviks adalah pengujian pra-kanker dan
kanker pada perempuan yang tidak memiliki gejala dan mungkin
merasa sangat sehat (WHO,2014). Deteksi dini kanker merupakan
usaha untuk mengidentifikasi atau mengenali penyakit atau kelainan
yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes (uji),
pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara tepat
untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-benar
sehat, dan yang tampak sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan
(Rasjidi, 2010).
2. Tujuan Deteksi Dini Kanker Serviks
Deteksi dini bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit pada
stadium yang lebih awal atau dengan kata lain menemukan adanya
kelainan sejak dini, yaitu kanker yangmasih dapat
disembuhkan.Tujuan terpenting dari deteksi dini kanker serviks adalah
membantu agar kualitas hidup perempuan yang terdiagnosis kanker
serviks lebih lama dan lebih baik (Mandel, 2008).
36
3. Manfaat Deteksi Dini Kanker Serviks
Manfaat Deteksi dini kanker serviks menurut Rasjidi, (2010),
yaitu:
a. Dapat menemukan kondisi medis atau stadium kanker serviks pada
tahap awal dan mengobati prakanker serviks sebelum menjadi
kanker serviks
b. Mengurangi jumlah kesakitan dan kematian akibat kanker serviks.
c. Biaya deteksi kanker serviks jauh lebih murah dibandingkan
dengan biaya pengobatan kanker serviks.
4. Cara Melakukan Deteksi Kanker Serviks
Deteksi dini kanker serviks pada perempuan minimal satu kali
pada usia 35-40 tahun. Jika fasilitas tersedia lakukan tiap10 tahun pada
perempuan usia 35-55 tahun. Jika fasilitas tersedia lebih, lakukan tiap
5 tahun pada perempuan usia 35-55 tahun. Ideal atau optimal
perempuan melakukan deteksi tiap 3 tahun pada perempuan usia 25-60
tahun (Rasjidi, 2009).
a. Prosedur Deteksi Dini Kanker Serviks
Prosedur untuk melakukan deteksi dini kanker serviksmenurut
Soebachman (2011) yaitu sebagai berikut :
1) Para perempuan harus mulai melakukan deteksi sekitar 3 tahun
setelah mereka melakukan hubungan seks, tetapi tidak lebih
tua dari usia 21 tahun.
37
2) Pengujian harus dilakukan setiap tahun jika tes Pap Smear
biasa digunakan, atau setiap 2 tahun jika tes berbasis cairan
digunakan.
3) Dimulai pada usia 30 tahun, para perempuan yang mempunyai
hasil test normal sebanyak 3x berturut-turut mungkin dapat
menjalani tes Pap Smear setiap 2 sampai 3 tahun sekali.
4) Pilihan lain untuk perempuan di atas 30 tahun adalah
menjalani tes Pap Smear setiap 3 tahun sekali ditambah tes
HPV DNA.
5) Perempuan yang memiliki faktor resiko tertentu (seperti
infeksi HIV atau punya imunitas lemah) harus mendapatkan
tes pap smear setiap tahun.
b. Hal Yang Dihindari Sebelum Melakukan Deteksi
Beberapa hal yang harus dihindari sebelum melakukan deteksi
menurut Soebachman (2011). Hal ini bertujuan untuk keakuratan
hasil dari pemeriksaan deteksi, dimanahal-hal yang harus dihindari
adalah sebagai berikut:
1) Jangan menjadwalkan tes diwaktu haid (terutama pada
pemiriksaan Pap Smear)
2) Jangan berhubungan seksual selama 48 jam sebelum
melakukan tes
3) Jangan melakukan douche (menyemprotkan air kedalam
vagina untuk keperluan pembersihan) 48 jam sebelum tes.
38
4) Jangan menggunakan pembalut, busa pengendalian kelahiran,
jeli, obat-obatan atau krim vagina lainnya selama 48 jam
sebelum tes.
c. Metode Deteksi Dini Kanker Serviks
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan
screening atau deteksi kanker serviks adalah sebagai berikut:
1) Pap Smear Test
Pap smear test atau papanicolaou smear test merupakan
pemeriksaan leher rahim (serviks) menggunakan alat yang
dinamakan speculum dan dilakukan oleh bidan ataupun ahli
kandungan. Pemeriksaan ini bermanfaat mengetahui adanya
HPV ataupun sel karsinoma penyebab kanker serviks (Tilong,
2012).
Metode deteksi dini kanker serviks yang umum dilakukan
adalah pap smear atau papanicolau test (Alliance Cervical
Cancer Prevention (ACCP), 2009).Pap smear test cenderung
murah, cepat dan bisa dilakukan di unit pelayanan kesehatan
terdekat, seperti puskesmas, rumah bersalin, rumah sakit,
klinik, praktik dokter, dan lain sebagainya. Pap smear test bisa
dilakukan kapan saja, kecuali sedang haid, atau sesuai petunjuk
dokter. Pap smear test, sebaiknya dilakukan 1 x setahun oleh
setiap perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual
(Tilong, 2012).
39
Namun, disamping kelebihan, pemeriksaan pap smear juga
ada kekurangannya, yakni sampel yang diambil tidak dari
seluruh bagian serviks sehingga ada bagian yang bisa saja tidak
terdeteksi.Selain itu, pada pemeriksaan pap smear
kemungkinan tidak memperlihatkan kondisi sel yang
sebenarnya dan mempunyai akuransi antara 80-90 %
(Soebachman, 2011).Beberapa perempuan yakin bahwa mereka
boleh berhenti melakukan tes pap Smear dan pemeriksaan
panggul setelah berhenti mempunyai anak. Keyakinan ini
sungguh keliru,bagaimanapun mereka harus terus megikuti
pedoman deteksi dini tersebut (Soebachman, 2011).
2) IVA (Inspeksi Visual Asam-Asetat)
IVA singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam Asetat,
yaitu suatu metode pemeriksaan dengan mengoles serviksa atau
leher rahim menggunakan lidi wotten yang telah dicelupkan ke
dalam asam asetat atau asam cuka 3-5 % dengan mata telanjang
(Kumalasari & Andhyantoro, 2012).Jika terjadi lesi kanker,
maka akan terjadi perubahan warna agak keputihan pada leher
rahim yang diperiksa. Daerah yang tidak normal akan berubah
warna menjadi putih (acetowhite) dengan batas yang tegas, dan
mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi
prakanker. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat
40
dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Kumalasari &
Andhyantoro, 2012).
IVA dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda
yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih
lanjut harus dilakukan. Metode tersebut memiliki sejumlah
keunggulan dibandingkan dengan pap smear test yang selama
ini lebih popular (Tilong, 2012). Adapun beberapa efektivitas
metode IVA dibandingkan pap smear adalah sebagai berikut :
1) Tidak memerlukan alat tes laboratorium yang canggih
(alat pengambil sampel jaringan, preparat, regen,
mikroskop, dan lain sebagainya).
2) Tidak memerlukan teknisi lab khusus untuk pembaca hasil
tes.
3) Hasilnya langsung diketahui, tidak memakai waktu
berminggu-minggu.
4) Sensitivitas IVA dalam mendeteksi kelainan leher rahim
lebih tinggi daripada pap smear test (sekitar 75%).
Meskipun dari segi kepastian lebih rendah (sekitar 85%).
5) Biayanya sangat murah (bahkan gratis bila dipuskesmas).
Pemeriksaan IVA dianjurkan untuk fasilitas dengan
sumber yang daya rendah bila dibandingkan dengan jenis
skrining yang lain dikarenakan, Pertama, mudah dilakukan,
aman, dan tidak mahal. Kedua, akuransinya sama dengan tes-
41
tes yang lain. Ketiga, dapat dipelajari dan dilakukan oleh
hampir semua tenaga kesehatan yang sudah terlatih.Keempat,
dapat dilakukan di semua jenjang pelayanan kesehatan (rumah
sakit, puskesmas, pustu, polindes, dan klinik dokter spesialis,
dokter umum, dan bidan). Kelima, langsung ada hasilnya
sehingga dapat segera dilakukan pengobatan dengan
krioterapi, yaitu pembekuan serviks berupa penerapan
pendinginan secara terus-menerus selama 3 menit untuk
membekukan dan diikuti pencairan selama 5 menit, kemudian
diikuti dengan pembekuan lagi selama 3 menit dengan
menggunakan CO2 atau NO2 sebagai pendingin. Keenam,
sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan mudah
didapat.Ketujuh, tidak bersifat invasif dan dapat
mengidentifikasi lesi prakanker secara efektif (Kumalasari dan
Andhyantoro, 2012).
Bagi negara-negara berkembang dan miskin, dianjurkan
untuk melakukan metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam
Asetat) yang lebih murah dan mudah sehingga diharapkan
terjadi peningkatan cakupan deteksi dini lesi prakanker
sebelum terjadinya kanker serviks stadium lanjut.Semakin
dini lesi prakanker ditemukan, maka semakin mudah pula
untuk disembuhkan dan dicegah menjadi kanker serviks
(ACCP, 2009). Dalam hal ini beberapa kategori yang dapat
42
dipergunakan dalam pemeriksaan metode IVA menurut
Tilong (2012). Berikut adalah beberapa kategori yang dapat
dipergunakan pada pemeriksaan dengan metode IVA yakni :
a) IVA negatif yang merupakan serviks normal.
b) IVA radang , yakni serviks dengan radang (senvisitis) atau
kelainan jinak lainnya (polip serviks).
c) IVA positif, yakni apabila ditemukan bercak putih (aceto
white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran
temuan screening kanker serviks dengan metode IVA
karena temuan ini mengarah pada diagnosis serviks
prakanker.
d) IVA kanker serviks. Tahap ini berupaya untuk penurunan
temuan stadium kanker serviks sehingga masih akan
bermanfaat bagi penurunan kematianakibat kanker serviks,
yakni ditemukan pada stadium invasif dini (IB- IIA).
Program deteksi dini kanker serviks di Puskesmas Pisangan
Ciputat Tangerang Selatan menggunakan metode IVA
(Inspeksi Visual Asam-asetat) yang dilakukan setiap hari
Jum’at, dan promosi kesehatan terkait kanker serviks dan
deteksi kanker serviks namun pelaksanaan promosi kesehatan
ini dilakukan oleh pertugas kesehatan pada awal terbentuknya
program tersebut. Pemeriksaan IVA di Puskesmas Pisangan
43
dilakakan oleh Bidan, dan tidak membutuhkan biaya atau
gratis jika di Puskesmas.
3) Thin Prep (Liquid Base Cytology)
Metode thin prep lebih akurat dibandingkan dengan pap
smear test. Jika pap smear test hanya mengambil sebagian dari
sel-sel di serviks atau leher rahim, maka thin prep akan
memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim yang tentu
hasilnya pun akan jauh lebih akurat dan tepat (Tilong, 2012).
Thin prep adalah screening sel-sel abnormal dengan cara
visualisasi sama halnya seperti pap smear. Thin prep juga
berfungsi mendekteksi kelainan pada mulut rahim dengan
berbasis cairan. Cairan seperti getah pada leher rahim, lalu
dijadikan sampel, dan dimasukkan ke dalam suatu cairan,
kemudian dibawa ke laboratorium (Tilong, 2012).
Waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan thin prep,
yaitu dalam waktu 3 tahun pertama setelah melakukan
hubungan seksual atau telah mencapai umur 21 tahun.
Kemudian, setiap tahun pemeriksaan ini sebaiknya juga
dilakukan secara rutin. Apabila ada gejala infeksi HPV, maka
pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan lebih sering. Namun,
metode thin prep tergolong baru sehingga belum tersedia
secara luas (Tilong, 2012).
44
Metode Thin Prep memiliki beberapa kelebihan. Adapun
beberapa kelebihan metode thin prep adalah Pertama,
pengambilan sampel serviks yang lebih baik. Kedua, lebih
akurat mendeteksi kelainan dengan keakuratan mencapai
100%. Ketiga, lebih akurat mendeteksi sel yang abnormal.
Keempat, diagnosis dari hasil pemeriksaan akan lebih tepat
dan pasti (Tilong, 2012).
4) Tes Schiller
Serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat
warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang
abnormal warnanya menjadi putih atau kuning (Indrawati,
2009). Untuk membantu menentukan stadium kanker,
dilakukan beberapa pemeriksaan; sistoskopi, rontgen dada,
urografi intravena, sigmoidoskopi, scanning tulang dan hati,
barium enema (Indrawati, 2009).
5) Koloskopi
Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya
menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan, maka
selanjutnya prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan
menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk
mengamati bagian yang terinfeksi. Hal ini bertujuan untuk
menentunkan keberadaan lesi atau jaringan yang tidak normal
pada serviks atau leher rahim (Tilong, 2012).
45
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan alat kolposkop
yaitu alat mikroskop binokuler dengan sumber cahaya yang
terang untuk memperbesar gambaran visual serviks (Rasjidi,
2008). Kolposkopi bisa digunakan untuk screening primer
secara rutin. Setelah melakukan pemeriksaan cara pap smear,
selanjutnya dinyatakan abnormal pada leher rahim sehingga
sebaiknya dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan kolposkopi
(Tilong, 2012).
Koloskopi bisa dimanfaatkan untuk melakukan
pemantauan terhadap kelainan prakanker dan melihat
perkembangan terapi. Koloskopi dapat melihat pola abnormal
pembuluh darah, bercak-bercak putih pada serviks,
peradangan, dan erosi atau pengerutan jaringan serviks yang
semuanya menunjukkan adanya perubahan sel kanker. Apabila
pemeriksaan kolposkopi atau biopsi tidak menunjukkan
penyebab abnormalitas dari pap smear test, maka pasien
dianjurkan untuk melakukan pengambilan jaringan yang lebih
luas (Tilong, 2012).
5. Peran Puskesmas Terhadap Pencegahan Kanker serviks
Ada tiga tahap pencegahan kanker serviks, yaitu pencegahan primer
dengan vaksin HPV (Human Papiloma Virus) pada anak SD kelas lima
dan kelas enam, pencegahan sekunder melalui deteksi dini kanker serviks
dengan pemeriksaan IVA (Visual Asam Asetat), pencegahan tersier pada
46
pasien yang terdiagnosis positif kanker serviks. Peran Puskesmas dalam
mendeteksi kanker serviks menjadi salah satu program yang terpenting
dalam pendeteksian dini. Tes IVA kini menjadi promosi yang digalakkan
di puskesmas-puskesmas di Indonesia karena tingginya angka kasus
kanker serviks (Kemenkes, 2016).
C. Perempuan Usia Reproduktif
Perempuan Usia Reproduktif adalah perempuan yang berusia 15
tahun sampai 49 tahun(WHO, 2013). Usia tersebut merupakan usia yang
sistem reproduksinya mulai berkembang dan berfungsi secara maksimal,
sehinga kemungkinan akan mudah untuk terserang berbagai
penyakit.Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) tahun 2014, menyebutkan bahwa perempuan usia reproduktif
yaitu perempuan yang telah berusia 15 tahun samapi 49 tahun baik yang
sudah menikah ataupun belum penah menikah, dikatakan perempuan usia
reproduktif dimana keadaan sistem reproduksinya berfungsi baik yang bisa
kemungkinan terjadi kehamilan jika dibuahi.
Pada masa reproduktif ini terjadi perubahan fisik, seperti
perubahan warna kulit, perubahan payudara, pembesaranperut,
pembesaran rahim, dan mulut rahim. Masa ini merupkan masa terpenting
bagi wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun. Menstruasi pada masa ini
paling teratur dan siklus pada alat genital bermakna untuk memungkinkan
kehamilan. Kemungkinan ini dibagi berdasarkan usiadimana usia 20-29
tahun kemungkinan hamil sebesar 95%, usia 30-an tahun mengalami
47
penurunan presentasi, dimana kemungkinan hamil 90%, sedangkan di usia
40-an tahun hanya 40% kemungkinan terjadinya kehamian (Depkes,
2003). Pada masa ini terjadi ovulasi kurang lebih 450 kali. Kondisi yang
perlu dipantau pada masa sreproduktif adalah perawatan antenatal, jarak
kehamilan, deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks, serta infeksi
menular seksual (Kumalasari, & Andhyantoro, 2012).
D. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah sebuah hasil dari tahu yang terjadi melalui
proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu
(Notoatmodjo,2011).Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil
pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar,
insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau
isi pikiran-pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2012). Pengetahuan
deteksi dini adalah kepandaian mengenai deteksi dini yang merupakan
hasil tahu dari segala sesuatu tentang deteksi dini yang telah
didapatkan melalui proses belajar atau pengalaman dengan
menggunakan pancaindera (Rasjidi, 2010).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan
48
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan(Bakhtiar, 2012).
2. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2011) dan Mubarak (2007), yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah meningkatkan dan memberikan pengetahuan
melalui bimbingan dari seseorang kepada orang lain. Hasil akhir
dari bimbingan yang diharapkan adalah menimbulkan sikap
positif serta meningkatkan pemahaman masyarakat atau individu
tentang aspek-aspek yang dipelajari.
b. Usia
Usia individu berkaitan dengan pengetahuan individu. Semakin
bertambah usia seseorang baik secara fisik dimana akan hilang
ciri-ciri lama dan muncul ciri-ciri baru, maka perkembangan
psikologis semakin matang dalam taraf berpikir dan memperoleh
informasi.Pada dewasa muda, individu memiliki peningkatan
kebiasaan dalam berpikir rasional, memiliki pengalaman hidup
dan pendidikan yang memadai serta secara psikososial dianggap
lebih mampu untuk memecahkan tugas pribadi dan sosial.
c. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungnan
49
pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha
melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut
menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang
mendalam. Kesan yang mendalam dan membekas akhirnya dapat
pula membentuk sikap dalam hidupnya.
Lama bekerja dan status perkawinan juga masuk ke dalam bagian
pengalaman yang mempengaruhi pengetahuan. Lama kerja
merupakan salah satu alat yang dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang dengan melihat lama kerja dan dapat menilai sejauh
mana pengalamannya (Bachori, 2006).
d. Kebudayaan dan Lingkungan Sekitar
Lingkungan social budaya yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang dapat bersumber dari pandangan agama, kelompok
etnis yang mempengaruhi proses memperoleh informasi atau
pengetahuan khususnya dalam penerapan nilai-nilai keagamaan.
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
e. Informasi
Informasi yang didapatkan dapat mempengaruhi fungsi kognitif
dan afektif.Fungsi kognitif diantaranya berfungsi untuk
menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap,
perluasan sistem, keyakinan masyarakat, dan penjelasan nilai-nilai
tertentu.Kemudahan memperoleh suatu informasi dapat
50
membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh
pengetahuan yang baru.
3. Kategori Pengetahuan
Arikunto (2010), menjelaskan untuk mengetahui kategoritingkat
pengetahuan yang dimiliki seseorang dibagi menjadi 3 tingkatan,
yaitu: pengetahuan baik lebih dari 75% sampai 100% bila subyek
mampu menjawab dari seluruh pertanyaan yang diajukan, pengetahuan
cukup berkisar antara 56 sampai 75% bila subyek mampu menjawab
dengan benar dari seluruh pertanyaan, dan pengetahuan kurang baik
apabila subyek menjawab pertanyaan dibawah 55% dari seluruh
pertanyaan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2011).
4. Pengetahuan Deteksi Dini Kanker Serviks
Pengetahuan deteksi dini adalah kemampuan menangkap suatu
obyek atau informasi tentang deteksi dini kanker serviks yang telah
didapatkan melalui proses belajar atau pengalaman dengan
menggunakan pancaindera (Rasjidi, 2010). Sumber pengetahuan
deteksi dini kanker serviks yang didapat bisa meningkatkan sikap
perempuan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.Semakin
51
tinggi pengetahuan seseorang, semakin tinggi pula minat seseorang
untuk melakukan sikap terhadap stimulus (Pradana & Rusda, 2011).
Perempuan yang kurang akan pengetahuan tentang kanker
serviks akan mempengaruhi sikap perempuan untuk melakukan deteksi
dini kanker serviks, hal itu dapat dibuktikan dari penelitian yang
dilakukan oleh Dimyati, (2012) di Jakarta tentang pengetahuan deteksi
dini kanker serviks, dimana pengetahuan responden tentang deteksidini
kanker serviks kurang (46,7%), sedangkan responden yang memiliki
tingkat pengetahuan cukup (31,3%), dan yang memiliki tingkat
pengetahuan baik sebesar (22%).Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Syahputra, 2016 di Pekanbaru dapat diketahui jika mayoritas
pengetahuan perempuan pekerja seks tentang pap smear dan IVA
masih sangat kurang yaitu 78,1%. Penelitian tersebut serupa dengan
penelitian di RSUD Sukoharjo yang dilakukan oleh Kusumawati pada
tahun 2013 dimana tingkat pengetahuan perempuan tentang deteksi
dini kanker serviks masih tergolong kurang sekitar 56% dan yang
berpengetahuan baik sebesar 43,8%.
Hal ini justru bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Zuliyanti & Wiatuti, (2016) di Kebumen, menunjukkan
bahwa 40 responden (53,3%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 22
responden (29,3%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 13
responden (17,3%) memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang
deteksi dini kanker serviks, hasil penelitian menunjukkan bahwa
52
perempuan yang tidak pernah melakukan pemeriksaan deteksi dini
kanker serviks sebelumnya berisiko 1,38 kali lebih tinggi untuk
mengalami lesi prakanker dibandingkan dengan perempuan yang
pernah melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks
sebelumnya. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Susanti
(2010) yang menyatakan perempuan yang tidak pernah melakukan
pemeriksaan deteksi dini berpeluang 1,26 kali lebih tinggi untuk
mengalami kejadian lesi prakanker.
53
E. Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian berdasarkan tinjauan pustaka pada Bab II
seperti pada bagan 2.1.
Sumber:Notoatmodjo, (2011).Arikunto, (2010).Mandel, (2008).Tilong, (2012).
Bagan 2. 1.KerangkaTeoriPenelitian
Perempuan Usia
Reproduktif Kanker Serviks
Pengetahuan
Deteksi Dini Kanker
Serviks
Pengertian deteksi dini
kanker serviks
Tujuan deteksi dini
kanker serviks
Manfaat deteksi dini
kanker serviks
Cara deteksi dini
kanker serviks
Baik
Sedang
Kurang
Mampu
menjawab
pertanyaan
76-100%
Mampu
menjawab
pertanyaan
56-75%
Mampu
menjawab
pertanyaan
<55% Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan
- Pendidikan
- Umur
- Pengalaman
- Kebudayaan &
lingkungan sekitar
- Informasi
54
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Tahap yang paling penting dalam melakukan suatu penelitian adalah
menyusun kerangka konsep (Nursalam, 2014). Kerangka konsep adalah
suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel
lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012). Variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Berdasarkan
latar belakang dan tujuan penelitian maka kerangka konsep pada penelitian
ini terdapat satu variabel yaitu pengetahuan perempuan usia reproduktif
tentang deteksi dini kanker serviks.
Pengetahuan Perempuan Usia
Reproduktif tentang Deteksi Dini
Kanker Serviks
1. Pengertian deteksi dini kanker
serviks.
2. Tujuan deteksi kanker serviks.
3. Manfaat deteksi dini kanker
serviks.
4. Cara deteksi dini kanker serviks.
Bagan 3. 1. Kerangka Konsep
55
B. Definisi Operasional
No Variabel DefinisiKonseptual Definisi Operasional Alat Ukur/ Hasil
Ukur
Kategori Skala
Ukur
1.
Karakteristik
Responden
a. Usia
b. Status
Pernikahan
c. Pendidikan
Usia adalah satuan waktu
yang mengukur
keberadaan suatu benda
atau makhluk, baik hidup
maupun mati, atau diukur
sejak seseorang lahir
hingga waktu usia itu
dihitung (Depkes RI,
2009).
Status pernikahan adalah
gambaran suatu hubungan
dengan seseorang dengan
lainnya, seperti menikah,
bercerai, janda, serikat
sipil dan sebagainya.
Pendidikan adalah
pengetahuan,
keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok
orang yang di transfer dari
Umur responden saat
dilakukan penelitian. Kategori
umur menurut Depkes RI
(2009):
Masa remaja akhir = 17-25
tahun
Masa dewasa awal = 26-35
tahun
Masa dewasa akhir = 36-45
tahun
Masa lansia awal = 46-55
tahun
Merupakan status hubungan
yang dimiliki oleh responden.
Merupakan jenjang pendidikan
formal terakhir yang pernah
ditempuh oleh responden.
Kategori pendidikan menurut
Kemendikbud (2016):
Kuesioner, bagian
A, format isian
Kuesioner, bagian
A, bentuk format
isian
Kuesioner, bagian
A, bentuk format
isian
1. 17-25 tahun
2. 26-35 tahun
3. 36-45 tahun
4. 46-55 tahun
1. Menikah
2. Belum Menikah
1. Pendidikan dasar
2. Pendidikan menengah
3. Pendidikan tinggi
Ordinal
Nominal
Ordinal
56
2.
d. Pekerjaan
e. Riwayat
penyakit
Kanker
Serviks
Pengetahuan
satu generasi ke generasi
berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan,
atau penelitian (Depkes
RI, 2009).
Pekerjaan adalah sebuah
kegiatan aktif yang
dilakukan oleh manusia
yang menghasilkan
sebuah karya yang
bernilai bagi seseorang
(Depkes RI, 2009).
Riwayat penyakit adalah
informasi tentang
penyakit sekarang atau
masa lalu dari seseorang
(Depkes RI, 2009).
Pengetahuan adalah
sebuah hasil dari tahu
yang terjadi melalui
proses sensoris khususnya
mata dan telinga terhadap
objek tertentu
(Notoatmodjo, 2011).
a. Pendidikan dasar (SD &
SMP/ sederajat)
b. Pendidikan menengah
(SMA/ sederajat)
c. Pendidikan tinggi
(diploma, sarjana)
Pekerjaan merupakan suatu
kegiatan atau aktivitas
responden sehari-hari.
Merupakan riwayat penyakit
kanker serviks yang dialami
oleh responden
Pengetahuan dalam penelitian
ini bahwa responden mengerti
yang berkaitan dengan deteksi
dini kanker serviks, yang
meliputi :
Pengertian
Tujuan
Manfaat
Cara
Kuesioner, bagian
A, bentuk format
isian
Kuesioner, bagian
A, bentuk isian
Kuesioner, bagian
C, bentuk format
isian.
Menggunakan skala
Guttman, Benar
dan Salah, nilai
Benar = 1 dan nilai
Salah = 0
1. Ibu Rumah Tangga
2. PNS
3. Pegawai Swasta/karyawan
4. Wiraswasta/ dagang
5. Pelajar
1. Tidak Ada
2. Ada
Baik jika responden mampu
menjawab pertanyaan dengan
benar (76-100%)
Cukup jika responden mampu
menjawab pertanyaan dengan
benar (56-75%)
Kurang jika responden mampu
menjawab pertanyaan dengan
benar (<55%).
Nominal
Nominal
Ordinal
Tabel 3. 1. Definisi Operasional
57
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
desain penelitian deksriptif. Desain tersebut dipilih oleh penelitian dengan
pertimbangan waktu yang dibutuhkan tidak terlalu banyak, relatif
terjangkau namun tetap dapat menjelaskan veriabel yang akan
diteliti(Dharma, 2011). Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran
pengetahuan perempuan usia reproduktif tentang deteksi dini kanker
serviks di PuskesmasKelurahan Pisangan Ciputat Tanggerang Selatan.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan diPuskesmas Kelurahan Pisangan Ciputat
Tangerang Selatan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei tahun 2017
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang menjadi
sasaran penelitian (Siregar, 2014). Populasi penelitian ini adalah
perempuan usia reproduktif yang terdaftar di wilayah Kelurahan
Pisangan Ciputat Tangerang Selatan. Jumlah populasi perempuan usia
58
reproduktif di wilayah kelurahan Pisangan Ciputat Tangerang Selatan
adalah 5.400 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara
tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro &
Ismael, 2014). Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi
perempuan usia reproduktif di wilayah Kelurahan Pisangan Ciputat
Tangerang Selatan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik sampling insidental (Incidental Sampling), yaitu
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok dengan
sumber data (Sugiyono, 2012).
a. Kriteria Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi yang ditetapkan oleh peneliti.
Adapun kriteria inklusi yang ditetapkan adalah:
1) Perempuan usia resproduktif (usia 17 sampai 49 tahun)yang
tinggal di kelurahan Pisangan.
2) Bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian
Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Perempuan usia reproduktif yang mengundurkan diri di
tengah proses penelitian.
59
b. Jumlah Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan
perhitungan sampel rumus Slovin (Margono, 2010), yaitu:
n = 𝑵
𝟏+𝑵.𝒅𝟐
keterangan:
n : Sampel
N : Populasi
d : Batas ketelitian yang diinginkan
Maka perhitungan sampel yang diinginkan adalah :
n = 5400
1+5400 𝑥 (10%)2
= 5400
1+54
= 5400
55
= 98,181 (dibulatkan 98)
Untuk mengantisipasi responden yang dropout, maka total
sampel yang diambil tambah 10% sehingga sampel penelitian
sebanyak 108orang. Cara pengambilan sampel yang dilakukan
oleh peneliti dengan mendatangi tempat penelitian yaitu di
Puskesmas Pisangan dan memilih responden berdasarkan
karakteristik yaitu responden yang berusia 17 sampai 49 tahun
baik yang sudah menikah maupun belum menikah, dan yang
bertempat tinggal di Kelurahan PisanganCiputat Tangerang
Selatan.
60
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Jenis instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner.Kuesioner merupakan alat ukur
berupa angket dengan beberapa pertanyaan (Hidayat, 2011). Kuesioner
yang digunakan dalam penelitian ini berisi terdiri atas dua bagian, yaitu :
1. Data demografi
Data demografi pada kuesioner penelitian berisi tentang umur,
status pernikahan, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan riwayat penyakit
kanker serviks.
2. Pengetahuan
Bagian kedua dari kuesioner bertujuan untuk menilai tingkat
pengetahuan responden tentang deteksi dini kanker serviks pada
perempuan usia reproduktif dengan jumlah pertanyaan sebanyak 19
pertanyaan dan ditambah dengan pertanyaan tentang kanker serviks
sebanyak 11 pertanyaan benar/salah yang dibuat sendiri oleh peneliti
berdasarkan teori dan pengetahuan tentang deteksi dini kanker serviks
pada perempuan usia reproduktif. Pertanyaan tentang deteksi dini
kanker serviks dalam kuesioner ini terdiri dari 4 subvariabel yang
disebar dalam kuesioner, dimana pertanyaannya meliputi sebagai
berikut:
61
a. Pengertian deteksi dini kanker serviks pada perempuan usia
reproduktif. Pertanyaan tentang pengertian deteksi dini kanker
serviks terdiri dari 1 pertanyaan negatif (P1).
b. Tujuan deteksi dini kanker serviks pada perempuan usia
reproduktif. Pertanyaan tentang tujuan deteksi dini kanker serviks
sebanyak 3 pertanyaan yang terdiri dari 2 pertanyaan positif(P9,
P12), dan1 pertanyaan negatif (P17).
c. Manfaat deteksi dini kanker serviks pada perempuan usia
reproduktif. Pertanyaan tentang manfaat deteksi dini kanker serviks
sebanyak 3pertanyaan positif (P7, P10, P14)
d. Cara deteksi dini kanker serviks pada perempuan usia reproduktif.
Pertanyaan tentang cara deteksi dini kanker serviks sebanyak 12,
yang terdiri dari 4pertanyaan positif (P3, P6, P8, P19), dan 8
pertanyaan negatif (P2, P4, P5, P11, P13, P15, P16, P18).
Peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur pengetahuan
perempuan usia reproduktif tentang deteksi dini kanker serviks. Bentuk
kuesioner yang digunakan adalah bentuk pertanyaan tertutup (closed
ended) dimana responden diarahkan untuk memilih jawaban sesuai
dengan pengetahuan responden (Notoatmodjo, 2012). Jenis skala
pengukuran yang digunakan adalah skala Guttmann.Jika jawaban benar
dengan pernyataan positif (favorable) dan jawaban salah dengan
pernyataan negatif (unfavorable) mendapatkan nilai “1”.Jika jawaban
62
salah dengan pernyataan positif (favorable) dan jawaban benar dengan
pernyataan negatif (unfavorable) mendapatkan nilai “0”. Pengetahuan
perempuan usia produktif tentang deteksi dini kanker serviks
dikategorikan menjadi baik, cukup, dan kurang. Pengkategorianya adalah
sebagai berikut:
1. Baik jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar
(76-100%).
2. Cukup jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar
(56-75 %)
3. Kurang jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan
benar(< 55%) (Arikunto, 2010).
Adapun penggunaan presentase penilaian ini digunakan untuk
menilai masing-masing subvariabel pengetahuan, yaitu pengertian
deteksi dini kanker serviks, tujuan deteksi dini kanker serviks, manfaat
deteksi dini kanker serviks, dan cara deteksi dini kanker serviks.
E. Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner
Salah satu instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner.Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel maka kuesioner
tersebut harus diuji validitas dan reliabilitas.Sebelum kuesioner digunakan
dalam penelitian, terlebih dahulu kuesioner dilakukan uji
validitasmenggunakan content validity, kemudian dicari reliabilitas dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach.
63
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang
akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa
item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variable yang
diukur tersebut.Uji ini dilakukan dengan content validity, yaitu jenis
validitas yang diukur dengan berlandaskan teori dan dikonsultasikan
dengan ahli (Sugiyono, 2012).Uji validitas pada penelitian
inimenggunakan perhitungan dengan rumus PearsonProduct
Moment.Pernyataan valid apabila r hitung > r tabel, sedangkan pernyataan
yang dianggap tidak valid jika r hitung < r tabel(Dahlan, 2009).
Reabilitas ialah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran. Hal ini
berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengujian reliabilitas
penelitian ini menggunakan bantuan software computer dengan
rumusalpha cronbach,untuk dapat digunakan dalam penelitian setidaknya
instrument memiliki nilai reabilitas minimal 0,60 dan diatas 0,80 (Dharma,
2011).Hasil uji reabilitas instrument pada penelitian ini didapatkan nilai
total alpha yaitu 0,795 yang berarti bahwa tingkat konsistensi kuesioner
pada penelitian ini menunjukkan baik.
Instrument pada penelitian ini sudah dilakukan uji validitas kepada 30
orang yang tidak termasuk dalam jumlah sampel penelitian, dan telah
64
dihitung menggunakan rumus pada software SPSS. Hasil uji valilditas
dikatakan valid apabila r hitung > r tabel, dimana nilai r tabel pada
penelitian ini didapatkan 0,361 pada N=30 dengan taraf signifikan 5%.
Hasil uji validitas dari 19 pertanyaan terdapat 3 pertanyaan yang tidak
valid yaitu pertanyaan nomor 4, 12, dan 19, dari pertanyaan yang tidak
valid peneliti melakukan validitas isi (content validity) kepada pakar ahli
dan pembimbing skripsi serta sudah dilakukan perbaikan isi.
F. Prosedur Pengumpulan Data
1. Persiapan Pengumpulan Data
a. Setelah ijin penelitian disetujui permohonan ijin penelitian kepada
pihak terkait seperti Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanggerang
Selatan, Walikota Tanggerang Selatan, Puskesmas Kelurahan
Pisangan dan Kelurahan Ciputat Timur peneliti mengumpulkan
data penduduk usia reproduktif dari kelurahan. Setelah
mendapatkan data, peneliti menyeleksi calon responden
berdarsarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti.
b. Setelah mendata yang sesuai dengan kriteria responden, kemudian
peneliti mengadakan uji validitas dan reabilitas kuesioner untuk
mengetahui seberapa valid dan konsisten kuesioner yang peneliti
buat.
c. Setelah kuesionerdinyatakan valid maka peneliti melakuakn
pertemuan dengan responden untuk melakukan Informed Consent
dan menjelaskan tujuan serta manfaat dari penelitian ini.
65
d. Peneliti menyebarkan kuesioner yang sudah valid kepada
responden di tempat penelitian.
2. Pelaksanaan Pengambilan Data
a. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden
diberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuisioner dan
responden diberikan kesempatan bertanya jika ada pertanyaan atau
pernyataan yang kurang jelas.
b. Responden diharapkan menjawab semua pertanyaan yang ada di
kuisioner, dan setelah selesai lembar kuisioner dikembalikan
kepada peneliti.
c. Peneliti menyeleksi kembali kuesioner yang tidak terisi dengan
lengkap, apabila kuesioner tidak terisi lengkap maka peneliti
meminta responden untuk melengkapi kuesioner. Kuisioner yang
telah diisi selanjutnya diolah dan dianalisa oleh peneliti.
G. Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2011) dan Notoatmodjo (2012), langkah-langkah
dalam pengolahan data, yaitu:
1. Editing
Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan.Editing dilakukan setelah data
terkumpul.Hal yang perlu diperhatikan dalam editing adalah
66
kelengkapan identitas pengisian, kelengkapan jawaban, jawaban yang
relevan dengan pertanyaan, dan konsistensi jawaban.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri dari bebrapa kategori.Pemberian kode ini
sangat penting bila pengelolaan dan analisis data menggunakan
computer.Dalam coding, data yang berbentuk huruf diubah menjadi
bentuk angka/bilangan.Misalnya untuk jawaban benar diberikan kode
1, dan jawaban salah diberi kode 0.
3. Entry
Entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
ke dalam master tabel atau database computer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau bias juga dengan membuat tabel
kontigensi. Program untuk analisis data pada penelitian ini adalah
menggunakan software statistic yaitu SPSS.
4. Melakukan Teknik Analisa
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian
akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dianalisis. Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif, sehingga analisis yang digunakan adalah statistik
deskriptif.Statistik deskriptif (penggambaran) adalah statistika yang
membahas cara-cara meringkas, menyajijkan, dan mendeskripsikan
67
suatu data dengan tujuan agar mudah dimengerti dan mempunyai
makna.
H. Analisis Data
Analisa data pada penelitian hanya menggunakan analisis
univariat.Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karateristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo,
2012).Analisa yang digunakan yaitu distribusi, frekuensi, dan presentase.
Variabel analisis univariat adalahkarakteristik responden yang meliputi
usia, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat kanker serviks,
serta pengetahuan perempuan uisa reproduktif tentang deteksi dini kanker
serviks. Analisis univariat dilakukan pada penelititan ini meliputi; (1)
Pengetahuan perempuan usia reproduktif tentang pengertian deteksi dini
kanker serviks; (2) Pengetahuan perempuan usia reproduktif tentang
tujuan deteksi dini kanker serviks; (3) Pengetahuan perempuan usia
reproduktif terhadap manfaat deteksi dini kanker serviks; (4) Pengetahuan
perempuan usia reproduktif tentang cara deteksi dini kanker serviks.
I. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan
(Hidayat, 2007). Adapun etika yang harus diperhatikan antara lain adalah
sebagai berikut:
68
1. Informed Consent (Persetujuan)
Informed Consentmerupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan,
Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan dari Informed Consent adalah agar subjek mengerti akan
maksud, tujuan, dan dampak dari penelitian. Jika subjeknya bersedia,
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.Adapun jika
responden tidak bersedia, maka penulis harus menghormatinya.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya.Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh penulis.Etika penelitian bertujuan untuk
menjamin kerahasiaan responden, melindungi dan menghormati hak
responden dengan mengajukan suratpertanyaan persetujuan.
69
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tempat Penelitian
1. Gambaran Umum Puskesmas Pisangan
Puskesmas Pisangan adalah puskesmas yang ada di Kecamatan
Ciputat Timur, terletak disebelah Tenggara Tangerang, dengan luas
wilayah 1.685 Ha, dengan sebagian besar tanah darat dan sisanya
rawa. Letak Puskesmas Pisangan berada dengan batas-batas yaitu,
sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Ciputat
(Kec. Ciputat), sebelah Timur berbatasan dengan DKI Jakarta, sebelah
Utara wilayah kerja Puskesmas Juramangu Timur (Kec. Pondok
Aren), sebelah Selatan wilayah kerja Puskesmas Pamulang (Kel.
Pondok Cabe Ilir). Wilayah kerja Puskesmas Pisangan meliputi dua
kelurahan yaitu Kelurahan Pisangan dan Kelurahan Cirendeu.
2. Visi, Misi Puskesmas Pisangan
Visi dari Puskesmas Pisangan adalah dengan iman dan taqwa
mewujudkan masyarakat Pisangan setia, amanah, siaga, mandiri,
hidup sehat melalui akselerasi upaya kesehatan guna mewujudkan
Tangerang Selatan sehat 2017. Misi dari Puskesmas Pisangan yaitu
menggerakkan serta membudayakan peran serta dan potensi di
masyarakat dalam bidang kesehatan, mengupayakan pelayanan
70
kesehatan dasar yang bermutu, merata dan terjangkau, menjalin
kemitraan dengan lintas program, lintas sektoral, dan swasta untuk
mendukung pembangunan berwawasan kesehatan.
3. Motto
Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan memiliki singkatan
SETIA yang berarti S adalah senyum, sapa, salam, sopan dan santun
yang menjadi budaya, E merupakan empati kepada masyarakat, T
adalah tanggap terhadap setiap permasalahan, I adalah inovatif dalam
berkarya, dan A adalah aman dan nyaman dalam memeberikan
pelayanan kepada masyarakat.
4. Program-program Puskesmas Pisangan
a. Upaya Kesehatan
1) Upaya Promosi Kesehatan
2) Kesehatan Lingkungan
3) Kesehatan Ibu Dan Anak Termasuk Keluarga Berencana
4) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5) Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular
(P3M)
6) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Tidak
Menular (PPTM), program deteksi dini kanker serviks di
Puskesmas Pisangan menggunakan IVA dan dilaksanakan
setiap hari Jumat, serta program promosi kesehatan tentang
kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks.
71
7) Upaya Pengobatan
b. Upaya Kesehatan Pengembangan Wajib
1) Lansia
2) Usaha Kesehatan Sekolah
c. Upaya Kesehatan Pengembangan Pilihan
1) Laboratorium
2) Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat di Desa (UKGMD)
72
B. Hasil Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden
Variabel Kategori Frekuensi Presentase
(%)
Usia 1. Remaja akhir (17-25 tahun)
2. Dewasa awal (26-35 tahun)
3. Dewasa akhir (36-45 tahun)
4. Lansia awal (46-55 tahun)
25
35
40
8
23,1
32,4
37,0
7,4
Total 108 100
Status
pernikahan
1. Menikah
2. Belum menikah
94
14
87,0
13,0
Total 108 100
Pendidikan
1. Pendidikan dasar
2. Pendidikan menengah
3. Pendidikan tinggi
21
68
19
19,4
63,0
17,6
Total 108 100
Pekerjaan 1. Ibu Rumah Tangga (IRT)
2. Wiraswasta
3. Pegwai swasta
4. Pegawai Negeri (PNS)
5. Pelajar
71
9
19
4
5
65,7
8,3
17,6
3,7
4,6
Total 108 100
Riwayat kanker
serviks 1. Tidak ada
2. Ada
107
1
99,1
0,9
Total 108 100
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan
responden sebanyak 108 responden.Tabel 5.1 menggambarkan
distribusi responden berdasarkan karakteristik usia, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat kanker serviks
responden yang terpilih sebagai sampel. Responden terbanyak
berdasarkan usia yaitu reponden dengan usia dewasa akhir (36-45
tahun) sebanyak 40 responden (37,0 %). Distribusi responden
berdasarkan status pernikahan memperlihatkan bahwa sebagian
73
besar responden berstatus menikah yaitu sebesar 87,0 % (94
responden), sedangkan responden yang belum menikah sebesar
13,0 % (14 responden).
Hasil analisis karakteristik responden berdasarkan pendidikan
memperlihatkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian
ini mempunyai tingkat pendidikan menengah yaitu sebesar 63,0%
(68 responden). Responden pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar
yaitu sebesar 19,4% (21 responden). sedangkan responden yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu sebesar 17,6% (19
responden).
Hasil distribusi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
menunjukkan sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah
tangga yaitu sebanyak 71 responden (65,7%), pegawai swasta 19
responden (17,6%), wiraswasta 9 responden (8,3), pelajar 5
responden (4,6%), dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 4
responden (3,7%). Distribusi responden berdasarkan riwayat
kanker serviks memperlihatkan bahwa sebagian besar responden
tidak mempunyai riwayat kanker serviks yaitu sebanyak 107
responden (99,1%), sedangkan responden yang mempunyai riwayat
kanker serviks hanya sebanyak 1 responden (0,9%).
74
2. Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Kanker Serviks dan
Deteksi Dini Kanker Serviks
5. 2 Gambaran Pengetahuan Perempuan Usia Reproduktif Tentang
Kanker Serviks &Deteksi Dini Kanker Serviks
Variabel
Pengetahuan
Kategori Pengetahuan
Total Baik Cukup Kurang
F P F P F P
Kanker Serviks 86 79,6 % 22 20,4 % 0 0%
108
100 %
Deteksi Dini
Kanker Serviks 39 36,1 % 60 55,6 % 9 8,3 %
108
100 %
Tabel 5.2 memperlihatkan hasil penelitian mengenai
pengetahuan tentang kanker serviks dan deteksi dini kanker
serviks.Hasil penelitian ini menggambarkan seberapa jauh
responden memiliki tingkat pengetahuan mengenai kanker serviks
dan deteksi dini kanker servks yang tergolong menjadi 3 kategori
tingkatan pengetahuan baik, cukup, dan kurang.Hasil tabel 5.2
menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat
pengetahuan baik sebanyak 86 responden (79,6%), dan 22
responden (20,4%) berpengetahuan cukup, sedangkan responden
dengan tingkat pengetahuan kurang tidak ada (0%). Pada tingkat
pengetahuan responden tentang deteksi dini kanker serviks
sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup
sebanyak 60 responden (55,6%), 39 responden (36,1%)
berpengetahuan baik, dan 9 responden (8,3%) mempunyai tingkat
pengetahuan kurang.
75
3. Distribusi Proporsi Pengetahuan Deteksi Dini Kanker Serviks
Berdasarkan Karakteristik Responden
tabel 5. 3 Distribusi Proporsi Pengetahuan Deteksi Dini Kanker Serviks
Berdasarkan Karakteristik Responden
Variabel Kategori Kategori Pengetahuan
Total Baik Cukup Kurang
Usia 1. Remaja akhir
(17-25 tahun)
2. Dewasa awal
(26-35 tahun)
3. Dewasa akhir
(36-45 tahun)
4. Lansia awal
(46-55 tahun)
9 (23,1%)
9 (23,1%)
20 (51,3%)
1 (2,6%)
13 (21,7%)
23 (28,3%)
18 (30,0%)
6 (10,0%)
3 (33,3%)
3 (33,3%)
2 (22,2%)
1 (11,1%)
25 (23,1%)
35 (32,4%)
40 (37,0%)
8 (7,4%)
Total 39 (100%) 60 (100%) 9 (100%) 108 (100%)
Status
Pernikahan
1. Menikah
2. Belum
Menikah
30 (76,9%)
9 (23,1%)
55 (91,7%)
5 (28,3%)
9 (100%)
0 (0 %)
94 (87,0%)
14 (13,0%)
Total 39 (100%) 60 (100%) 9 (100%) 108 (100%)
Pendidikan
1. Dasar
2. Menengah
3. Tinggi
3 (7,7%)
24 (61,5%)
12 (30,8%)
15 (25,0%)
38 (63,3%)
7 (11,7%)
3 (33,3%)
6 (66,7%)
0 (0%)
21 (19,4%)
68 (63,0%)
19 (17,6%)
Total 39 (100%) 60 (100%) 9 (100%)
108 (100%)
Pekerjaan 1. Ibu Rumah
Tangga
2. Wiraswasta
3. Pegawai
swasta
4. Pegawai
Negeri Sipil
(PNS)
5. Pelajar
19 (48,7%)
6 (15,4%)
7 (17,9%)
4 (10,3%)
3 (7,7%)
44 (73,3%)
3 ( 5,0%)
11 (18,3%)
0 (0%)
2 (3,3%)
8 (88,9%)
0 (0%)
1 (11,1%)
0 (0%)
0 (0%)
71 (65,7%)
9 (8,3%)
19 (17,6%)
4 (3,7%)
5 (4,6%)
Total 39 (100%) 60 (100%) 9 (100%) 108
(100%)
Riwayat
Kanker
Serviks
1. Tidak ada
2. Ada
38 (97,4%)
1 (2,6%)
60 (100%)
0 (0%)
9 (100%)
0 (0%)
107(99,1)
1 (0,9%)
Total 39 (100%) 60 (100%) 9 (100%) 108
(100%)
Tabel 5.3 memperlihatkan hasil distribusi proporsi pengetahuan
deteksi dini kanker serviks berdasarkan karakteristik responden,
76
dimana karakteristik responden terbagi menjadi 5 karakteristik, yaitu
usia, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, dan riwayat kanker
serviks.
Hasil analisis distribusi pengetahuan responden berdasarkan usia
menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah usia dewasa awal
(26-35 tahun) memilliki pengetahuan cukup sebanyak 23 responden
(21,3%), kurang 3 responden (2,8%), dan baik 9 responden (8,3%).
Responden pada usia dewasa akhir (36-45 tahun) berpengetahuan
baik 20 responden (18,5%), cukup sebanyak 18 responden (16,7%),
dan kurang 2 responden (1,9%). Usia responden remaja akhir (17-25
tahun) berepengetahuan cukup sebanyak 13 responden (12,%), baik
9 responden (8,3%), dan kurang hanya 3 responden (2,8%),
sedangkan responden dengan usia lansia awal (46-55 tahun) yang
berpengetahuan cukup sebanyak 6 responden (5,5%), kurang 1
responden (0,93%), dan baik 1 responden (0,93%).
Distribusi pengetahuan deteksi dini kanker serviks berdasarkan
status pernikahan memperlihatkan bahwa sebagian besar
respondenberstatus menikah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
responden dengan status menikah memiliki pengetahuan cukup
sebanyak 55 responden (50,9%), baik 30 repponden (27,8%), dan
kurang 9 reponden (8,3%), sedangkan responden yang belum
menikah berpengetahuan baik sebanyak 9 reponden (8,3%), dan
cukup 5 responden (4,7%).
77
Hasil distribusi pengetahuan deteksi dini kanker serviks
berdasarkan pendidikan responden menunjukkan sebagian besar
responden berpendidikan menengah dengan tingkat pengetahuan
cukup sebesar 38 responden (35,18%), berpengetahuan baik 24
responden (22,22%), dan kurang 6 responden (5,56%). Responden
dengan pendidikan tinggi rata-rata berpengetahuan baik yaitu sebesar
12 responden (11,11%), dan cukup 7 responden (6,48%). Responden
yang berpendidikan dasar yang berpengetahuan cukup 15 responden
(13,8%), baik 3 responden (2,7%), dan kurang 3responden (2,7%).
Distribusi proporsi pengetahuan deteksi dini kanker serviks
berdasarkan pekerjaanmemperlihatkan sebagian besar responden
bekerja sebagai ibu rumah tangga sebagian besar memiliki tingkat
pengetahuan cukup sebesar 44 responden (40,74%), baik 19
responden (17,59%%), dan kurang 8 responden (7,41%). Responden
dengan bekerja sebagai pegawai swasta mayoritas berpengetahuan
cukup yaitu sebesar 11 responden (10,18%), baik 7 responden
(6,48%), dan kurang 1 responden (0,93%). Responden yang bekerja
sebagai wiraswasta yang berpengetahuan baik 6 responden (5,55%),
dan cukup 3 responden (1,67%), sedangkan pelajar mayoritas
berpengetahuan baik yaitu sebanyak 3 responden (2,78%), dan
cukup 2 responden (1,85%), responden yang bekerja sebagai
Pegawai Negeri semuanya berpengetahuan baik sebanyak 4
responden (3,70%).
78
Distribusi pengetahuan deteksi dini kanker serviks berdasarkan
riwayat kanker serviks menunjukkan bahwa sebagian besar
responden tidak memiliki riwayat kanker serviks dengan
pengetahuan cukup sebesar 60 responden (55,56%), dan yang
berpengetahuan baik 38 responden (35,18%), dan kurang 9
responden (8,33%), sedangkan reponden yang memiliki riwayat
kanker serviks berpengetahuan baik sebanyak 1 responden (0,93%).
Hasil distribusi pada tabel menunjukkan bahwa responden yang
pengetahuan baik mengenai kanker serviks sebagian besar
berpengetahuan cukup untuk pengetahuan deteksi dini kanker
serviks yaitu sebanyak 47 responden (43,52%), baik 35 responden
(32,41%), dan kurang 4 responden (3,70%), sedangkan responden
dengan tingkat pengetahuan cukup pada pengetahuan kanker serviks
dan tingkat pengetahuan deteksi dini kanker servikscukup sebanyak
13 responden (1,20%), kurang 5 responden (4,63%), dan baik 4
responden (3,70%).
4. Gambaran Distribusi Pertanyaan Pengetahuan Perempuan Usia
Reproduktif Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks
Tabel 5.4 Distribusi Pertanyaan Pengetahuan Perempuan Usia
Reproduktif Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks
No Pernyataan Jawaban
Benar (1) Salah (0) 1. Deteksi dini kanker serviks adalah pemeriksaan
untuk mengetahui kelainan pada perempuan yang
sudah terkena kanker serviks
24
22,2%
84
77,8%
79
No Pernyataan Jawaban
Benar (1) Salah (0) 2. Perempuan yang sudah menikah tidak wajib
melakukan deteksi.
99
91,7%
9
8,3%
3. Perempuan yang berusia 30 tahun keatas
idealnya melakukan deteksi 3 tahun sekali.
69
63,9%
39
36,1
4. Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukaan saat
sudah mengalami kanker serviks.
88
81,5%
20
18,5
5. Menggunakan sabun antiseptik vagina sebelum
melakukan deteksi dini kanker serviks sangat
dianjurkan
30
27,8%
78
72,2%
6. Perempuan yang sudah berhubungan seksual
wajib melakukan deteksi dini kanker serviks
100
92,6%
8
7,4%
7. Biaya melakukan deteksi lebih murah bila
dibandingkan dengan biaya pengobatan kanker
serviks
98
90,7%
10
9,3%
8. IVA dan Pap Smear merupakan beberapa metode
deteksi dini kanker serviks.
100
92,6%
8
7,4%
9. Dengan melakukan deteksi, kualitas hidup
penderita kanker serviks dapat meningkat dan
lebih baik.
91
84,3%
17
15,7%
10. Dengan melakukan deteksi kanker serviks, kita
dapat mengetahui stadium kanker serviks.
104
96,3%
4
3,7%
11. Perempuan yang banyak anak (sering
melahirkan) tidak wajib melakukan deteksi
kanker serviks.
86
79,6%
22
20,4%
12. Deteksi dini kanker serviks bertujuan untuk
mengetahui adanya gangguan pada serviks. 103
95,4%
5
4,6%
13. Boleh melakukan deteksi dini kanker serviks
ketika sedang haid.
78
72,2%
30
27,8%
14. Keterlambatan dalam mendeteksi kanker serviks
dapat memperparah kondisi penderita kanker
serviks
98
90,7%
10
9,3%
15. IVA dan Pap smear dapat mengobati kanker
serviks
35
32,4%
73
67,6%
16. Perempuan yang sudah sembuh dari kanker
serviks tidak perlu melakukan deteksi kanker
serviks lagi
83
76,9%
25
23,1%
17. Kanker serviks tidak dapat dicegah meskipun
sudah melakukan deteksi
62
57,4%
46
42,6%
18. Perempuan yang akan melakukan deteksi kanker
serviks tidak diperbolehkan melakukan hubungan
seksual 48 jam sebelum melakukan tes
75
69,4%
33
30,6%
19. Salah satu tempat untuk melakukan deteksi dini
kanker serviks adalah di Puskesmas.
80
74,1%
28
25,9%
Hasil analisa distribusi jawaban pengetahuan perempuan usia
reproduktif tentang deteksi dini kanker serviks pada tabel 5.14
80
frekuensi jawaban mengenai pengertian deteksi dini kanker serviks
mempunyai frekuensi jawaban salah lebih tinggi dapat dilihat pada
nomor 1 yang merupakan pernyataan negatif, dimana yang
menjawab salah sebesar 77,8%. Frekuensi jawaban mengenai cara
deteksi dini kanker serviks juga mempunyai frekuensi jawaban salah
yang lebih tinggi yang dapat dilihat pada nomor 5 dan 15 yang
merupakan pernyataan negatif. Untuk pernyataan 5 tentang hal yang
tidak dianjurkan pada saat melakukan deteksi yang menjawab salah
72,2%, sedangkan pernyataan nomor 15 mengenai fungsi dari
metode deteksi dini kanker serviks yang menjawab salah 67,6%.
81
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.
Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang dikaitkan
dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan penelitian
akan memaparkan keterbatasan yang terjadi selama penelitian.
A. Karakteristik Responden
1. Usia responden
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah
usia. Semakin bertambah usia seseorang baik secara fisik akan hilang
ciri-ciri lama dan muncul ciri-ciri baru, maka perkembangan psikologis
semakin matang dalam taraf berpikir dan memperoleh informasi
(Mubarak, 2007). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia
responden 40% berusia dewasa akhir (36-45 tahun), dari usia tersebut
sebanyak 51,3% responden berusia dewasa akhir berpengetahuan baik.
Pada dewasa akhir, individu memiliki peningkatan dalam kebiasaan
berpikir secara rasional, memiliki pengalaman hidup dan pendidikan
yang memadai serta secara psikososial dianggap lebih mampu dalam
memecahkan tugas pribadi dan sosial (Potter, & Perry, 2012).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Susilowati dan Anna (2014) di Kota Bogor bahwa kelompok usia 35- 44
82
tahun sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan yang baik, artinya
bahwa semakin dewasa umur seseorang maka semakin tinggi pula
seseorang tersebut untuk mendapatkan informasi. Usia perempuan
dewasa umumnya lebih menjaga fisik mereka, sehingga untuk
mendukung hal tersebut maka mereka mencari informasi dan memiliki
pengetahuan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Li & Changdong
(2010) menyatakan bahwa perempuan yang beruisa <50 tahun lebih
berisiko mengalami keganasan dibandingkan dengan perempuan yang
Berusia ≥50 tahun, hal ini juga sesuai dengan rekomendasi The American
Cancer Societymenganjurkan kepada perempuan yang berusia 20 sampai
50 tahun yang telah berhubungan seksual untuk melakukan deteksi dini
kanker serviks.
2. Status pernikahan
Status pernikahan memililki arti penting dalam epidemiologi selain
usia dan jenis kelamin. Risiko pada kanker serviks cenderung pada
perempuanyang sudah menikah atau sudah berhubungan
seksual.Perempuan yang telah melakukan hubungan seks memiliki risiko
lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak melakukan hubungan seks,
untuk itu perempuan yang sudah menikah atau berhubungan seksual
dianjurkan melakukan deteksi dini kanker serviks (Nurwijaya, Andrijono,
& Suhaeimi, 2012).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
berstatus menikah sebesar 87% dengan tingkat pengetahuan cukup dan
83
baik, hanya sedikit yang berpengetahuan kurang.Status pernikahan
merupakan pengalaman yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang (Mubarak, 2007).Hasil penelitian yang dilakukan oleh Moegni
(2006) di Jakarta menunjukkan bahwa responden yang berstatus menikah
masih memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang deteksi dini kanker
serviks.
Responden yang belum menikah cenderung banyak berpengetahuan
baik, dan tidak ada yang berpengetahuan kurang. Hasil tersebut
menunjukkan hal yang tidak sama dengan teori, dimana status
pernikahan dapat berpengaruh pada tingkat pengetahuan, tetapi pada
penelitian ini bahwa status pernikahan tidak menjamin seseorang
memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai deteksi dini kanker serviks.
Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor lain yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang, misal pendidikan atau
pengalaman mendapatkan informasi tentang deteksi dini kanker serviks
melalui media, lingkungan, atau melalui pendidikan kesehatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Susilowati dan Anna
(2014) di Bogor, dimana perempuan yang sudah menikah masih
memiliki tingkat pengetahuan kurang, hal ini menunjukkan bahwa status
pernikahan tidak mempengaruhi pengetahuan tentang faktor resiko
kanker serviks. Status pernikahan seseorang tidak menjamin seseorang
memiliki pengetahuan baik, tergantung dari minat seseorang pada suatu
informasi (Buchori, 2006).
84
3. Pendidikan
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar di dalam
pendidikan yang menghasilkan proses pertumbuhan, perkembangan,
perubahan kearah yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan
perubahan perilaku individu, kelompok, atau masyarakat. Pendidikan
dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan
pola hidup terutama dalam memotivasi dalam bersikap, pada umumnya
semakin tingi pendidikan seseorang semakin mudah untuk menerima
informasi, namun perlu diperhatikan bahwa seseorang dengan pendidikan
rendah tidak mutlak mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang
(Notoatmodjo, 2011).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 63% responden mempunyai
tingkat pendidikan menengah (SMA) mayoritas berpengetahuan cukup
dan hanya sebagian kecil yang berpengetahuan kurang, sedangkan
respondenyang berpendidikan tinggi (perguruan tinggi) mayoritas
berpengetahuan cukup dan baik, dan tidak ada yang berpengetahuan
kurang. Pada responden dengan tingkat pendidikan dasar sebagian besar
berpengetahuan cukup. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo
(2012) bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Utami (2013) di
Surakarta memperlihatkan responden yang berpendidikan perguruan
tinggi memiliki tingkat pengetahuan baik.Tingkat pendidikan
85
berhubungan dengan kemampuan responden untuk memahami sebuah
informasi yang mereka terima tentang deteksi dini kanker serviks, baik
pengertian maupun tujuannya.Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik
tingkat pendidikan responden, maka semakin baik pula tingkat
pengetahuan responden, dan kesadaran untuk melakukan pemeriksaan
deteksi dini kanker serviks (Notoatmodjo, 2012).
4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas rutin yang dilakukan sebjek penelitian di
luar maupun di dalam rumah yang menghasilkan manfaat dan imbalan
materi.Hasil penelitian ini diketahui bahwa 71% responden bekerja
sebagai ibu rumah tangga dan mayoritas memiliki tingkat pengetahuan
cukup, meskipun dari segi jumlah ibu rumah tangga lebih banyak, namun
pengetahuan ibu rumah tangga masih ada yang tergolong
kurang.Responden yang bekerja sebagai pegawai PNS, pelajar, dan
wiraswasta mayoritas pengetahuan baik dan tidak ada yang
berpengetahuan kurang.Jenis pekerjaan dalam hal ini juga dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang.Menurut Friedason dalam
Wirawan (2001) menyatakan bahwa sebelum seseorang mencari
pelayanan kesehatan, biasanya mencari nasehat terlebih dahulu dari
lingkungan terdekatnya, disini lingkungan pekerjaan memungkinkan
mendapat informasi tentang deteksi kanker serviks. Hal ini dapat terjadi
karena responden yang bekerja memperoleh informasi lebih banyak dari
teman, media cetak, dan media elektronik di temapt kerjanya.
86
Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Anna (2014) di Bogor
menunjukkan bahwa kelompok ibu rumah tangga juga mempunyai
proporsi pengetahuan yang buruk.Hal ini menggambarkan bahwa
pekerjaan merupakan salah satu alat yang dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang dengan melihat pekerjaan dan lama waktu
bekerjanya. Kita dapat melihat sejauh mana pengalaman seseorang dari
pekerjaannya terkait dengan lingkungan pekerjaan dan waktu lama
bekerja (Buchori, 2006).
5. Riwayat Kanker Serviks
Riwayat penyakit adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan
perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya proses
pemaparan dengan agen penyakit hingga terjadinya penyakit, seperti
kesembuhan atau kematian (Potter & Perry, 2012). Riwayat penyakit
merupakan salah satu komponen utama pada epidemiologi deskriptif,
riwayat sama halnya dengan pengalaman. Pengalaman adalah suatu
kejadian yang dialami seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 99,1% responden tidak
memiliki riwayat kanker serviks sebagian besar memiliki tingkat
pengetahuan cukup, dan hanya 1 responden yang memiliki riwayat
kanker serviks memiliki tingkat pengetahuan baik, artinya bahwa riwayat
kanker serviks dapat mempengarui pengetahuan responden tentang
deteksi dini kanker serviks.Hasil penelitian yang dilakukan Yulia (2012)
87
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pasien tentang pengobatan
kanker serviks tinggi sebanyak 92% pada pasien yang pernah menjalani
kemoterapi pengobatan kanker serviks. Hasil penelitian Susilowati dan
Anna (2014) di Kota Bogorjuga menunjukkan bahwa sebagian besar
responden yang mempunyai riwayat penyakit dan riwayat kanker
keluarga memiliki tingkat pengetahuan cukup sebesar 50,5%.
Adanya riwayat kanker serviks dapat membuat seseorang yang
terkena kanker serviks akan memiliki pengetahuan yang lebih baik
dibandingkan seseorang yang tidak ada riwayat kanker serviks, hal
tersebut adanya faktor pengalaman yang dapat mempengaruhi
pengetahuan (Buchori, 2006). Adanya riwayat kanker serviks juga dapat
membuat seseorang untuk mencari dan lebih menggali informasi tentang
penyakit yang diderita, sehingga mereka dapat mengetahui apa yang
terjadi pada dirinya dan tindakan apa yang terbaik untuk dirinya.
B. Gambaran Pengetahuan Perempuan Usia Reproduktif Tantang Deteksi
Dini Kanker Serviks
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi pada seseorang
melalui pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh
88
pengetahuanakan bersifat harmonis dibandingkan dengan tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritasperempuan usia
reproduktif memiliki tingkat pengetahuan cukup sebesar 55,6% tentang
deteksi dini kanker serviks, tetapi hal tersebut tidak sesuai dengan hasil
jawaban responden pada pertanyaan pengertian dan cara deteksi dini kanker
serviks yang tergolong penting dan dapat menimbulkan efek pada kesehatan
perempuan usia reproduktif.Pada item pertanyaan nomor 1 mengenai
pengertian deteksi dini kanker serviks banyak perempuan usia reproduktif
yang menjawab salah sebanyak 84 (77,8%) responden, pertanyaan tersebut
merupakan pertanyaan negatif. Hal tersebut tidak sesuai dikarenakan deteksi
dini kanker serviks merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan pada
perempuan yang sehat atau belum terkena kanker serviks.
Pada item pertanyaan mengenai cara deteksi dini kanker serviks nomor
5 dan 15 sebagian responden masih menjawab salah. Pertanyaan nomor 5
yaitu “Menggunakan sabun antiseptik vagina sebelum melakukan deteksi dini
kanker serviks sangat dianjurkan”, sebanyak 78 (72,2%) responden yang
menjawab salah, pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan negatif, hal ini
tidak sesuai karena pemakaian sabun antiseptik atau sabun khusus pembersih
vagina sebenarnya tidak dianjurkan karena dapat mengganggu keasaman
dalam vagina (Manuaba, 2006). Pertanyaan nomor 15 juga merupakan
pertanyaan negatif, yaitu “IVA dan Pap smear dapat mengobati kanker
serviks”, sebanyak 73 (67,6%) responden yang menjawab salah. Pertanyaan
89
tersebut tidak sesuai karena metode deteksi dini kanker servik yaitu IVA dan
pap smear merupakan pemeriksaan untuk menemukan lesi prakanker serviks,
agar secepat mungkin lesi prakanker ditemukan dan dilakukan pengobatan
secara tepat, tetapi bukan untuk mengobati kanker serviks (Kemenkes, 2014).
Hasil distribusi pengetahuan perempuan usia reproduktif tentang
deteksi dini kanker serviks berdasarkan pengetahuan kanker serviks
memperlihatkan bahwa responden sebagian besar memiliki tingkat
pengetahuan baik tentang kanker serviks. Hal ini menggambarkan bahwa
responden memang sudah mengetahui tentang kanker serviks, namun masih
memiliki tingkat pengetahuan cukup tentang deteksi dini kanker serviks.
Responden yang berpengetahuan cukup tentang deteksi dini kanker serviks
dipengaruhi oleh faktor informasi yang diperolehresponden seperti
pendidikan kesehatan yang sudah pernah dilakukan tentang deteksi dini
kanker serviks oleh tenaga kesehatan, media cetak atau elektronik dan ada
juga yang menjawab salah karena alasan lupa dan tidak tahu, sehinga
responden sebagian besar memperoleh pengetahuan cukup.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Utami, Irdawati, & Endang (2013) di Surakarta, hasil dari
penelitian ini menyebutkan bahwa pengetahuan responden terhadap deteksi
dini kanker serviks pada pasangan usia subur sebagian besar mempunyai
tingkat pengetahuan tinggi sebesar 62%, namun tidak sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fauziah, dkk (2011) di Jakarta, dimana tingkat
penegtahuan responden tentang deteksi dini kanker serviks tergolong kurang
90
sebesar 49%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Artiningsih (2011) di
Mojokerto juga menunjukkan bahwa pengetahuan wanita usia subur 48%
mempunyai pengetahuan kurang.
Pengetahuan dapat mempengaruhi sikap, dimana jika seseorang
mempunyai tingkat pengetahuan baik terhadap suatu objek tertentu maka
perilaku atau sikap seseorang tersebut juga baik (Notoatmodjo, 2012). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nasihah & Lorna (2013) di Lamongan
menunjukkan bahwa seseorang dengan pengetahuan yang kurang maka
pelaksanaan sikap untuk deteksi dini kanker serviks juga rendah, dan
sebaliknya jika pengetahuan seseorang baik maka pelaksanaan deteksi dini
kanker serviks juga tinggi.
Hasil penelitian ini memberikan warning bagi semua pihak khususnya
petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan edukasi mengenai kanker
serviks dan pencegahannya, serta mengenai deteksi dini kanker serviks
sehingga tingkat pengetahuan menjadi lebih baik. Tingkat pengetahuan yang
baik diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya
pengetahuannya saja, tetapi dapat mengaplikasikannya melalui upaya
pencegahan faktor risiko dan melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker
serviks di pusat kesehatan, serta dapat memberikan informasi terkait
pengetahuannya kepada orang lain untuk berperilaku hidup sehatagar dapat
menurunkan angka kejadian kanker serviks di masa mendatang.
91
C. Keterbatasan Peneliti
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu:
1. Tempat pada penelitian ini adalah di Puskesmas sehingga sebagian
responden mempunyai kesibukan untuk melakukan pemeriksaan di
puskesmas sehingga kemungkinan terjadi kurang fokus untuk membaca
pertanyaan pada kuesioner.
92
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Tangerang Selatan.
Jumlah responden yang dipilih sebanyak 108 responden. Hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa pengetahuan perempuan usia reproduktif tentang
deteksi dini kanker serviks di Puskesmas Pisangan adalah sebagai berikut:
1. Gambaran karakteristik responden
a. Berdasarkan usia, perempuan usia reproduktif di Puskesmas
Pisangan 40 responden (37% dari total responden) berusia
dewasa akhir (36-45 tahun) sebagian besar memiliki tingkat
pengetahuan baik.
b. Berdasarkan status pernikahan, perempuan usia reproduktif di
Puskesmas Pisangan 87% berstatus menikah yang mayoritas
berpengetahuan cukup.
c. Berdasarkan pendidikan, perempuan usia reproduktif di
Puskesmas Pisangan berpendidikan menengah 63%
berpengetahuancukup.
93
d. Berdasarkan pekerjaan, peempuan usia reproduktif di
Puskesmas Pisangan bekerja sebagai ibu rumah tangga 71%
memiliki tingkat pengetahuan cukup.
e. Berdasarkan riwayat kanker serviks, perempuan usia
reproduktif di Puskesmas Pisangan tidak memiliki riwayat
kanker serviks 99,1% mayoritas berpengetahuan cukup.
2. Pengetahuan perempuan usia reproduktif tentang deteksi dini
kanker serviks didapatkan hasil yang memiliki pengetahuan baik
sebesar 36,1% (39 responden), pengetahuan cukup 55,6% (60
responden), dan yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 8,3 %
(9 responden).
B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sikap dan perilaku
terhadap deteksi dini kanker serviks.
2. Bagi Puskesmas Pisangan
Petugas kesehatan di Puskesmas Pisangan hendaknya lebih meningkatkan
edukasi kepada masyarakat atau perempuan usiareproduktif mengenai
kankerserviks dan deteksi dini kanker serviks untuk meningkatkan
pengetahuan perempuan usia reproduktif agar mampu meningkatkan minat
melakukan deteksi dini kanker serviks untuk mencegah terjadinya kanker
serviks di masyarakat.
94
3. Bagi Perempuan Usia Reproduktif
Perempuan usia reproduktif diharapkan dapat mengetahui tentang kanker
serviks dan deteksi dini kanker serviks serta keinginan untuk melakukan
pencegahan kanker serviks dan melakukan deteksi dini kanker serviks.
95
DAFTAR PUSTAKA
All for Cervical Cancer Prevention (ACCP). (2009). National of Cervical
Cancer. Even Infrequent Screening of Older Women Saves Lives.
Cervical Cancer Prevention Face Sheet. Seattle ACCP.
American Cancer Society. (2007). Cancer fact and figures. Atlanta:
Autors.
Arikunto, Suharsimi,.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. (edisi ke-13). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Artiningsih, Ninik. (2011). Hubungang Antara Tingkat Pengetahuan
Dan Sikap Wanita Usia Subur Dengan Pemeriksaan Inspeksi
Visual Asam-Asetat Dalam Rangka Deteksi Dini Kanker
Serviks.Tesis.Program pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Bakhtiar, Amsal., (2012). Filsafat Ilmu. (edisi ke-11). Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Barrbara L. Loffman, et al. (2008). Williams’ Gynecology. (4thed). USA:
The McGraw-Hill Companies.
Behrman, R. E., Kliegman, R. M., & Arvin, A. M. (2000). Ilmu
Kesehatan Anak Nelson (15th ed). (Vol. II). Jakarta: EGC.
Buchori, Muchtar. 2006. Transformasi Pendidikan. Jakarta: Sinar
Harapan.
Clamisao, C. C., Brenna, S. M., Lombardelli, K. V., Djahjah, M. C., &
Zeferino, L. C. (2007). Magnetic Resonance Imaging In The
Staging Of Cervical Cancer.Journal Radiologia Brasileira, III (40),
207-215.
Colombo, N., S. Carinelli, A. Colombo, C. Marini, D. Rollo, C. Sessa.
(2012). Cervical Cancer: ESMO Clinical Pratice Guidelines for
Diagnosis, Treatment, adn Follow Up.Annal & Oncology Journals
2012; 23 (suppl 7): vii27-vii32. ESMO.
http://oncologypro.esmo.org/Guidelines-Practice/Clinical-Practice-
Guidelines/Gynaecological-Cancers/Cervical-Cancer. Diakses
pada14 Desember 2016.
96
De Groff, A. Et all. (2016). Using Evidence-Based Interventions to
Improve Cancer Screening in the National Breast and Cervical
Cance Early Detection Program.JPublic Health Manag Pract. Sep-
Oct;22(5):442-9.doi:
10.1097/PHH.000000000000036https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
med/26672405 Diakses 26 Oktober 2016 pukul 13.57 WIB.
Depkes RI. (2009). Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitin. Jakarta: Trans
Info Media.
Dimyati, V. (2012).BanyakPerempuan Awam Kanker Serviks. Jakarta:
Jurnal Nasional.
Djojodibroto, R. D. (2009).Respiration: Respiratory Medicine. Jakarta:
EGC.
Fauziah, Rathi M., dkk. (2011). Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Pusat
Pelayanan Primer di Lima Wilayah DKI Jakarta.Artikel
penelitianFakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Vol. 61. No.
11. November 2011. J Indon Med Assoc. Jakarta.
Fitriana, Nimas A., & Tri Kurniati Ambarini. (2012). Kualitas Hidup
Pada Penderita Kanker Serviks Yang Menjalani Pengobatan
Radioterapi. Jurnal Psikologis Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 1
No. 02, Juni 2012.Departemen Psikologis Klinis dan Kesehatan
Mental Fakultas Psikologis Universitas Airlangga. Surabaya.
Gomez, D. T., & Santos, J. L. (2007). Human Papilomavirus Infection
and Cervical Cancer: Pathogenesis and Epidemiology.
Communicating Current Research and Educational Topics and
Trends in Applied Microbiology, 680-688.
Hegner, B. R., & Caldwell, E. (2003). Asisten Keperawatan : Suatu
Proses Pendekatan Keperawatan (6th ed.). Jakarta: EGC.
Hidayat, Alimul Aziz A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan
Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Mendika.
Hoffman, B. L., Schorge, J. O., Schaffer, J. J., Halvorson, L. M.,
Bradshaw, K. D., & Cunningham, F. G. (2011). Williams
Gynecology (2nd ed.). United States: McGraw-Hill.
97
HPV Information Center. (2014). Human Papilomavirus and Related
Disease Report: INDONESIA. ICO Information Center on HPV
and Cancer (HPV Information Center). Barcelona.
Indrawati, Maya., (2009). Bahaya Kanker Bagi Perempuan dan Pria.
Cetakan Pertama. Jakarta: . AV Publisher.
Kemendikbud. (2016). Indonesia Educational statistics In Brief
2015/2016. Pusat Data Dan Statistik Pendidikan Dan Kebudayaan.
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Kemenkes. (2014). JKN Menjamin Pemenriksaan Deteksi Dini Kanker
Leher Rahim dan payudara. Jakarta. Pusat Pembiayaan dan
Jaminan Kesehatan sekertariat Jendral Kementerian Kesehatan
RI.http://www.jkn.kemkes.go.id/detailberita.php?id=54
Kemenkes. (2015). Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks, Komite
Penanggulangan Kanker Nasional. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes. (2015). Situasi Penyakit Kanker : Pusat Data dan Informasi.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kumalasari, Intan. & Andhyantoro, Iwan. (2012). Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.
Kusumawati, Yuli., Ridhiya W.N., & Eka Nurul R. (2016). Pengetahuan,
deteksi dini dan vaksinasi HPV sebagai vaktor pencegah kanker
serviks di kabupaten sukoharjo.Jurnal kesehatan masyarakat
Universitas Muhammadiyah Surakarta.KESMAS 11 (2) (2016)
204-213. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas.
Maharie, L dan Indrawati. (2012). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
Kanker Serviks Dengan Keikutsertaan Ibu Melakukan IVA Test di
Kelurahan Jebres Surakarta.Gaster Jurnal. vol. 9 No. 2 Agustus
2012.
Mandel JS, Smith R. (2008). Cancer Screening. In: Devita, Hellman,
Rosenberg, editors. Cancer, Principle of Oncology. 8th edition.
Philladelphia-Baltimore-NewYork-London: Lippincott Williams
and Willkins.
Martini, Ni Ketut. (2013). Hubungan Karakteristik, pengetahuan, dan
Sikap Wanita Pasangan Usia Subur Dengan Tindakan Pemeriksan
Pap Smear Di Puskesmas Sukawati II.Tesis. Program Pascasarjana
Universitas Udayana. Denpasar.
98
Moegni, E. M. (2006). Penilaian Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pasien
Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Tentang Pap Smear. Volume 3 No. 4. Jurnal
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia.
National Health Service (NHS) United Kingdom. (t.thn.). Dipetik
December 10, 2016, dari http://www.nhs.uk/Conditions/Cancer-of-
the-cervix/Pages/Prevention.aspx.
Nasihah, Mimatun., & Sifia Lorna B. (2013). Hubungan Antara
Pengetahuan dan Pendidikan Dengan Pelaksanaan Deteksi Dini
Kanker Serviks Melalui IVA Di Lamongan. Edisi 2. Jurnal
Midpro.
Norwitz, Errol. & John Schorge. (2012).At a Glance Obstetri &
Ginekologi. (Edisi Ke-2). Jakarta: Erlangga Medical Series.
Notoatmodjo, Soekidjo,. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.
Cetakan Pertama. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Konsep Perilaku Kesehatan Dalam :
Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nuranna, L., Aziz, M. F., Cornain, S., Purwoto, G., Purbadi, S.,
Budiningsih, S., et al. (2012). Cervical Cancer Prevention Program
in Jakarta : See and Treat Model in Developing Country. Journal of
Gynecologic Oncology, 23(3), 147-152.
Nuranna, Laila., (2010). Pedoman Tatalaksana Kanker,Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen Penelitian
Keperwatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Nurwijaya, H., Andrijono, & Suheimi. (2011). Cegah dan Deteksi
Kanker Serviks. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Prandana, Dhani Arief, & Muhammad Rusda. (2011). Pasien Kanker
Serviks Di RSUP H. Adama Malik Medan Tahun 2011.E-jurnal
99
FKUSU.Vol.1No.2Tahun2013.
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ejurnalfk/article/download/1353/7
31 Diakses Pada 5 Oktober 2016 Pukul 09.47.
Rasjidi, Imam. (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi:
Berdasarkan Evidence Base. Jakarta: EGC.
Rasjidi, Imam. (2009). Studi Pustaka; Epidemiologi Kanker Serviks.
Indonesian Jurnalof Cancer. Volume 3 No. 3. Tangerang.
Departemen Obstetri dan Ginekologi Siloam Hospitals.
Rasjidi, Imam. (2010). 100 Questions & Answers : Kanker pada
Perempuan. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Romadhoni, Yazid, N. & Aviyanti, D., (2012). Penyerapan Pengetahuan
Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan.Jurnal
Kedokteran Muhammadiyah. vol.1. hal. 38-41.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2014).Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. (Edisi ke-5). Jakarta: Sagung Seto.
Septadina, Indri S., dkk. (2013). Upaya Pencegahan Kanker Serviks
Melalui Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Wanita
dan Pemeriksaan Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kenten Palembang. Jurnal Pengabdian
Sriwijaya. Palembang: FK Universitas Sriwijaya.
Siagian, Ernawaty. (2015). Faktor- Faktr yang Berhubungan Denagn
Motivasi Pemeriksaan Pap Smear Pada Karyawati. Artikel
Penelitian Journal Skolastik Keperawatan. Vol. 1 No. 1: 2443-
0935.
Soebachman, Agustina. (2011). Awas 7 Kanker Paling Mematikan,
Cetakan Pertama. Yogyakarta: Syura Media Utama.
Subagja, H. P. (2014). Waspada!!! Kanker-Kanker Ganas Pembunuh
Perempuan. Yogyakarta: FlashBooks.
Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sutanto, Trio Hastono. (2014). Statistik Kesehatan. Cetakan ke-8.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sulistiowati, Eva, & Anna Maria Sirait. (2014). Pengetahuan Tentang
Faktor Risiko, Perilaku Dan Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan
Inspeksi Visual Asam Asetat (Iva) Pada Wanita Di Kecamatan
100
Bogor Tengah, Kota Bogor.Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
MasyarakatBadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementrian Kesehatan RI.Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 42.
No. 3. September 2014: 193-202.
Syahputra, E., Wiwit A., & Suyanto. (2016). Hubungan pengetahuan dan
sikap terhadap tindakan wanita pekerja seksual tidak langsung
tentang pap smear dan IVA sebagai deteksi dini kanker serviks di
hotspot x kecamatan paying sekaki pekanbaru. Jurnal Jom FK No.
2.Oktober 2016.
Tilong, Adi, D., (2012). Bebas dari Ancaman Kanker Serviks, Flashbook.
Cetakan Pertama: Yogyakarta.
Utami, Nungky M. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan
Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Pasangan Usia Subuur
DI Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah, Surakarta. Jurnal
Publikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wee, Liang En., Li Yan Lim., and Gerald Choon-Huat Koh. (2016). Two
Sides Of Coin: A Qualitative Study of Patient and Provider
Perspectives On Colorectal, Breast and Cervical Cancer Screening
In a Low-Income Asian Community. Proceedings of Singapore
Healthcare 2016. Vol. 25 (2) 80-91.
http://www.Sagepub.co.uk/journals.navhttp://www.psh.sagepub.co
m (diakses Pada 30 September 2016).
Wijayakusuma, H. (2008). Atasi Kanker Dengan Tanaman Obat. Jakarta:
Puspa Swara.
World Health Organization. (2012). International Agency of Research on
Cancer : Cancer Fact Sheets Cervical Cancer. Globoccan.
http://gco.iarc.fr/today/data/pdf/fact-sheets/cancers/cancer-fact-
sheets-16.pdf Diakses Pada 5 Oktober 2016.
World Health Organization. (2013). WHO Guidance Note:
Comprehensive Cervical Cancer Prevention and Control: A
Healthier Future for Girls And Women. Geneva: WHO press.
World Health Organization. (2014). WHO Guidelines for Screening and
Treatment PrecancerousLesions for Cervical Cancer Prevention.
Geneva: WHO Press.
Yamani dkk. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Kanker Serviks Dengan Perilaku Ibu Dalam Melakukan
Pemeriksaan Pap Smear di Desa Ketawang Daleman Kecamatan
101
Ganding Kabupaten Sumenep. http://www.apps.um-surabaya.ac.id
Diakses Pada 30 September 2016.
Yayasan Kanker Indonesia. (2014). Kesadran Untuk Deteksi Dini
Kanker Serviks Masih Rendah. Jurnal YKI.Posted: 4 juli 2014 at
08.45.http://www.yayasankankerindonesia.org/2014/kesadaran-
untuk-deteksi-dini-kanker-serviks-masih-rendah/. Diakses pada
tanggal 11 januari 2017.
Yulia, Tiya. (2012). Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang
Pengoatan Kemoterapi Di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Skripsi.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Zeliha, Koc. Ph.D. (2015). Major Article: University Stident’s
Knowledge and Attitudes Regarding Cervical Cancer, Human
Papillomavirus, and Human Papillomavirus Vaccines in Turkey.
Journal of American College Health, Vol 63, No. 1.
http://www.search.ebscohost.com diakses 10 Desember 2016.
102
LAMPIRAN
103
Lampiran 1
104
Lampiran 2
105
Lampiran 2
106
107
Lampiran 3
108
109
Lampiran 4
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat (RT/RW) :
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari penelitian
di bawah ini yang berjudul :
GAMBARAN PENGETAHUAN PEREMPUAN USIA REPRODUKTIF
TENTANG DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI PUSKESMAS
PISANGAN
Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan
bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan
persetujuan ini serta berhak mengundurkan diri.
Tangerang, Mei 2017
Mengetahui (peneliti) Menyetujui (responden)
(Sintiya Desi Maharani) ( )
110
Lampiran 5
KUESIONER PENELITIAN
“ Gambaran Tingkat Pengetahuan Perempuan Usia Reproduktif
Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks Di Puskesmas Pisangan
Ciputat Tangerang Selatan”
Nomor Kode Responden : ......................................................
Hari/ Tanggal Pengambilan Data : .......................................................
Petunjuk Umum Pengisian Kuesioner.
1. Bacalah pernyataan yang diberikan dengan baik sehingga dimengerti
2. Mengisi seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini, pastikan tidak ada
yang terlewat
3. Setiap pertanyaan berlaku untuk satu jawaban
4. Pada kuesioner, berilah tanda cheklist (√) pada pilihan yang sessuai dengan
pengetahuan tentang deteksi dini kanker serviks
5. Jika ingin mengganti jawaban, cukup dengan mencoret jawaban pertama
dengan tanda (=), kemudian beri tanda cheklist (√) pada jawaban yang
menurut anda tepat.
6. Bila mengalami kesulitan dalam menjawab, dapat menanyakan langsung pada
peneliti.
A. Data Demografi
Petunjuk Pengisian :
Isilah pertanyaan berikut secara langsung dan dengan mengisi titik-titik,
memberi tanda cheklist (√) pada kotak yang disediakan.
1. Nama/ Inisial Responden : ..........................................................................
2. Usia Responden : ............. tahun.
3. Status Pernikahan : Menikah Belum Menikah
4. Pendidikan : SD/ SMP/ SMA/Lainnya:……………………
(Coret yang tidak perlu)
5. Pekerjaan : IRT/ PNS/ Wiraswasta/ Pegawai Swasta
(Coret yang tidak perlu)
6. Riwayat kanker serviks : Tidak ada/ Ada, Tahun:………………………
111
B. Pengetahuan Tentang Kanker Serviks
Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut anda paling sesuai :
No PERTANYAAN BENAR SALAH
1. Kanker serviks adalah penyakit yang menyerang pada serviks
atau leher rahim. √
2. Tanda gejala awal dari kanker serviks adalah keputihan dan
nyeri pada vagina √
3. Salah satu tanda gejala kanker serviks tahap lanjut adalah
berat badan bertambah drastis. √
4. Kanker serviks/leher rahim disebabkan oleh Human
Papiloma Virus √
5. Perempuan yang sering berganti-ganti pasangan tidak
berisiko terkena kanker serviks. √
6. Perempuan yang menikah/ berhubungan seksual dibawah usia
20 tahun tidak berisiko terkena kanker serviks. √
7. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah kanker
serviks adalah berganti-ganti pasangan. √
8. Upaya yang dilakukan untuk mencegah dan mengetahui
adanya kanker serviks adalah melakukan deteksi dini kanker
serviks.
√
9. Kanker serviks dapat menyebabkan kematian jika tidak
ditangani dengan tepat. √
10. Dampak psikologis/ mental pada penderita kanker serviks
adalah cemas dan depresi √
11. Dampak ekonomi yang muncul akibat kanker serviks adalah
biaya pengobatan yang tinggi. √
C. Pengetahuan Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks
Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut anda paling sesuai :
No PERTANYAAN BENAR SALAH
1. Deteksi dini kanker serviks adalah pemeriksaan untuk
mengetahui kelainan pada perempuan yang sudah terkena
kanker serviks
√
2. Perempuan yang sudah menikah tidak wajib melakukan
deteksi
√
3. Perempuan yang berusia 30 tahun keatas idealnya melakukan
deteksi 3 tahun sekali
√
4. Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukaan saat sudah
mengalami kanker serviks.
√
112
5. Menggunakan sabun antiseptik vagina sebelum melakukan
deteksi dini kanker serviks sangat dianjurkan
√
6. Perempuan yang sudah berhubungan seksual wajib melakukan
deteksi dini kanker serviks
√
7. Biaya melakukan deteksi lebih murah bila dibandingkan
dengan biaya pengobatan kanker serviks
√
8. IVA dan Pap Smear merupakan beberapa metode deteksi dini
kanker serviks.
√
9. Dengan melakukan deteksi, kualitas hidup penderita kanker
serviks dapat meningkat dan lebih baik.
√
10. Dengan melakukan deteksi kanker serviks, kita dapat
mengetahui stadium kanker serviks.
√
11. Perempuan yang banyak anak (sering melahirkan) tidak wajib
melakukan deteksi kanker serviks.
√
12. Deteksi dini kanker serviks bertujuan untuk mengetahui
adanya gangguan pada serviks.
√
13. Boleh melakukan deteksi dini kanker serviks ketika sedang
haid.
√
14. Keterlambatan dalam mendeteksi kanker serviks dapat
memperparah kondisi penderita kanker serviks
√
15. IVA dan Pap smear dapat mengobati kanker serviks √
16. Perempuan yang sudah sembuh dari kanker serviks tidak perlu
melakukan deteksi kanker serviks lagi
√
17. Kanker serviks tidak dapat dicegah meskipun sudah
melakukan deteksi
√
18. Perempuan yang akan melakukan deteksi kanker serviks tidak
diperbolehkan melakukan hubungan seksual 48 jam sebelum
melakukan tes
√
19. Salah satu tempat untuk melakukan deteksi dini kanker
serviks adalah di Puskesmas.
√
102
Lampiran 6
KISI-KISI KUESIONER PENELITIAN
Variabel
Penelitian
Sub
Variable/Dimensi
Indikator Sub Indikator Pertanyaan Jenis
Pertanyaan
Nomor
Soal
Pengetahuan
Deteksi Dini
Kanker
Serviks
Pengertian
Deteksi Dini
Kanker Serviks
Tujuan Deteksi
Dini Kanker
Serviks
Manfaat Deteksi
Dini Kanker
Serviks
Pemeriksaan dan
pengujian kanker
serviks
Tujuan
diadakannya
deteksi dini kanker
serviks
Manfaat deteksi
dini kanker serviks
terhadap
1. Pemeriksaan
pada
perempuan
yang terkena
kanker serviks
1. Deteksi sebagai
cara
mengidentifikasi
suatu kelainan
2. Deteksi
membantu
meningkatkan
kualitas hidup
penderita
1. Mengetahui
tingkat stadium
1. Deteksi dini kanker serviks
adalah pemeriksaan untuk
mengetahui suatu kelainan
pada perempuan yang sudah
terkena kanker serviks
1. Deteksi dini kanker serviks
bertujuan untuk mengetahui
adanya gangguan pada
serviks.
2. Deteksi dini kanker serviks
dapat mencegah kanker
serviks.
3. Deteksi dini kanker serviks
dapat meningkatkan kualitas
hidup penderita kanker serviks
1. Dengan melakukan deteksi
kanker serviks, kita dapat
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
1
12
17
9
10
103
Cara Deteksi Dini
Kanker Serviks
keselamatan jiwa
penderita
1. Prosedur
deteksi dini
kanker serviks
berdasarkan
waktu deteksi
kanker
2. Akibat dari
keterlambatan
deteksi kanker
serviks
3. Deteksi dini
memerlukan
biaya yang
murah
1. Usia deteksi dini
kanker serviks
2. Kewajiban
deteksi bagi
perempuan yang
sudah melakukan
hubungan
seksual dan
jumlah paritas
mengetahui stadium kanker
serviks
2. Keterlambatan dalam
mendeteksi kanker serviks
dapat mengakibatkan tidak
tertolongnya penderita
3. Biaya melakukan deteksi lebih
murah bila dibandingkan
dengan biaya pengobatan
kanker serviks
1. Perempuan yang berusia 30
tahun keatas idealnya
melakukan deteksi 3 tahun
sekali.
2. Perempuan yang sudah
berhubungan seksual wajib
melakukan deteksi dini kanker
serviks
3. Perempuan yang banyak anak
(sering melahirkan) tidak wajib
melakukan deteksi kanker
serviks.
4. Perempuan yang sudah
menikah tidak wajib
melakukan deteksi dini kanker
serviks.
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
14
7
3
6
11
2
104
2. Prosedur atau
hal-hal yang
perlu dihindari
ketika akan
melakukan
deteksi kanker
serviks
\
3. Jenis-jenis
deteksi kanker
1. Pemeriksaan
deteksi kanker
ketika sedang
haid
2. Pemeriksaan
deteksi kanker
48 jam setelah
hubungan
seksual
3. Penggunaan
sabun antiseptik
vagina
4. Deteksi bagi
yang sudah
sembuh.
5. Waktu untuk
melakukan
deteksi dini
kanker serviks.
1. Jenis metode
5. Boleh melakukan pemeriksaan
deteksi dini kanker serviks
ketika sedang haid.
6. Perempuan yang akan
melakukan deteksi kanker
serviks tidak dibolehkan
melakukan hubungan seksual
selama 48 jam sebelum tes.
7. Menggunakan sabun antiseptik
vagina sebelum melakukan
deteksi sangat dianjurkan.
8. Perempuan yang sudah
sembuh dari kanker serviks
tidak perlu melakukan deteksi
kanker serviks lagi.
9. Deteksi dini kanker serviks
dapat dilakukan saat sudah
mengalami kanker serviks
10. IVA dan pap smear merupakan
metode deteksi dini kanker
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
13
18
5
16
4
8
105
serviks.
4. Tempat dan
biaya deteksi
dini kanker
serviks.
deteksi dini
kanker serviks
2. Fungsi metode
deteksi dini
kanker serviks.
1. Tempat
melakukan
deteksi dini
kanker serviks.
serviks.
11. IVA dan Pap smear
dapatmengobatikankerserviks.
12. Salah satu tempat untuk
melakukan deteksi dini kanker
serviks adalah di Puskesmas
(-)
(+)
15
19
106
Lampiran 7
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan Tentang Deteksi Dini Kanker Serviks
Validitas
item
_1
item
_2
item
_3
item
_4
item
_5
item
_6
item
_7
item
_8
item
_9
item
_10
item
_11
item
_12
item
_13
item
_14
item
_15
item
_16
item
_17
item
_18
item
_19
TOTA
L
item_1
Pearson
Correlation .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a
Sig. (2-
tailed) . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_2
Pearson
Correlation .a 1
0.24
7
-
0.24
7
-
0.01
5
0.24
7
0.29
4
-
0.10
5
.a 1.00
0**
0.24
7
-
0.24
7
-
0.01
5
0.24
7
0.29
4
-
0.10
5
.473**
0.28
8
0.04
9 .397*
Sig. (2-
tailed) .
0.18
8
0.18
8
0.93
8
0.18
8
0.11
5
0.58
1 . 0
0.18
8
0.18
8
0.93
8
0.18
8
0.11
5
0.58
1
0.00
8
0.12
2
0.79
7 0.03
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_3
Pearson
Correlation .a
0.24
7 1
-
0.06
8
0.20
2
0.06
8
0.11
8
0.16
9 .a
0.24
7
1.00
0**
-
0.06
8
0.20
2
0.06
8
0.11
8
0.16
9
-
0.10
2
-
0.14
7
0.11
8 .438*
Sig. (2-
tailed) .
0.18
8 0.72
0.28
4 0.72
0.53
4
0.37
3 .
0.18
8 0 0.72
0.28
4 0.72
0.53
4
0.37
3 0.59
0.43
7
0.53
4 0.015
107
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_4
Pearson
Correlation .a
-
0.24
7
-
0.06
8
1 0.15
4
0.11
8
-
0.11
8
0.14
7 .a
-
0.24
7
-
0.06
8
1.00
0**
0.15
4
0.11
8
-
0.11
8
0.14
7
0.10
2
0.14
7
0.27
6 0.322
Sig. (2-
tailed) .
0.18
8 0.72
0.41
5
0.53
5
0.53
4
0.43
7 .
0.18
8 0.72 0
0.41
5
0.53
5
0.53
4
0.43
7 0.59
0.43
7 0.14 0.083
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_5
Pearson
Correlation .a
-
0.01
5
0.20
2
0.15
4 1
.558**
0.26
4
.443*
.a
-
0.01
5
0.20
2
0.15
4
1.00
0**
.558**
0.26
4
.443*
0.30
8
.443*
0.26
4 .756**
Sig. (2-
tailed) .
0.93
8
0.28
4
0.41
5
0.00
1
0.15
9
0.01
4 .
0.93
8
0.28
4
0.41
5 0
0.00
1
0.15
9
0.01
4
0.09
8
0.01
4
0.15
9 0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_6
Pearson
Correlation .a
0.24
7
0.06
8
0.11
8
.558**
1
-
0.07
9
0.16
9 .a
0.24
7
0.06
8
0.11
8
.558**
1.00
0**
-
0.07
9
0.16
9
0.33
7
.484**
-
0.07
9
.590**
Sig. (2-
tailed) .
0.18
8 0.72
0.53
5
0.00
1
0.67
9
0.37
3 .
0.18
8 0.72
0.53
5
0.00
1 0
0.67
9
0.37
3
0.06
9
0.00
7
0.67
9 0.001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_7
Pearson
Correlation .a
0.29
4
0.11
8
-
0.11
8
0.26
4
-
0.07
9
1 .535
** .a
0.29
4
0.11
8
-
0.11
8
0.26
4
-
0.07
9
1.00
0**
.535**
-
0.09
3
0.2
-
0.04
2
.466**
Sig. (2-
tailed) .
0.11
5
0.53
4
0.53
4
0.15
9
0.67
9
0.00
2 .
0.11
5
0.53
4
0.53
4
0.15
9
0.67
9 0
0.00
2
0.62
6
0.28
8
0.82
7 0.009
108
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_8
Pearson
Correlation .a
-
0.10
5
0.16
9
0.14
7
.443*
0.16
9
.535**
1 .a
-
0.10
5
0.16
9
0.14
7
.443*
0.16
9
.535**
1.00
0**
-
0.05
.464**
0.2 .592**
Sig. (2-
tailed) .
0.58
1
0.37
3
0.43
7
0.01
4
0.37
3
0.00
2 .
0.58
1
0.37
3
0.43
7
0.01
4
0.37
3
0.00
2 0
0.79
5 0.01
0.28
8 0.001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_9
Pearson
Correlation .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a
Sig. (2-
tailed) . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_10
Pearson
Correlation .a
1.00
0**
0.24
7
-
0.24
7
-
0.01
5
0.24
7
0.29
4
-
0.10
5
.a 1 0.24
7
-
0.24
7
-
0.01
5
0.24
7
0.29
4
-
0.10
5
.473**
0.28
8
0.04
9 .397*
Sig. (2-
tailed) . 0
0.18
8
0.18
8
0.93
8
0.18
8
0.11
5
0.58
1 .
0.18
8
0.18
8
0.93
8
0.18
8
0.11
5
0.58
1
0.00
8
0.12
2
0.79
7 0.03
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_11
Pearson
Correlation .a
0.24
7
1.00
0**
-
0.06
8
0.20
2
0.06
8
0.11
8
0.16
9 .a
0.24
7 1
-
0.06
8
0.20
2
0.06
8
0.11
8
0.16
9
-
0.10
2
-
0.14
7
0.11
8 .438*
Sig. (2-
tailed) .
0.18
8 0 0.72
0.28
4 0.72
0.53
4
0.37
3 .
0.18
8 0.72
0.28
4 0.72
0.53
4
0.37
3 0.59
0.43
7
0.53
4 0.015
109
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_12
Pearson
Correlation .a
-
0.24
7
-
0.06
8
1.00
0**
0.15
4
0.11
8
-
0.11
8
0.14
7 .a
-
0.24
7
-
0.06
8
1 0.15
4
0.11
8
-
0.11
8
0.14
7
0.10
2
0.14
7
0.27
6 0.322
Sig. (2-
tailed) .
0.18
8 0.72 0
0.41
5
0.53
5
0.53
4
0.43
7 .
0.18
8 0.72
0.41
5
0.53
5
0.53
4
0.43
7 0.59
0.43
7 0.14 0.083
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_13
Pearson
Correlation .a
-
0.01
5
0.20
2
0.15
4
1.00
0**
.558**
0.26
4
.443*
.a
-
0.01
5
0.20
2
0.15
4 1
.558**
0.26
4
.443*
0.30
8
.443*
0.26
4 .756**
Sig. (2-
tailed) .
0.93
8
0.28
4
0.41
5 0
0.00
1
0.15
9
0.01
4 .
0.93
8
0.28
4
0.41
5
0.00
1
0.15
9
0.01
4
0.09
8
0.01
4
0.15
9 0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_14
Pearson
Correlation .a
0.24
7
0.06
8
0.11
8
.558**
1.00
0**
-
0.07
9
0.16
9 .a
0.24
7
0.06
8
0.11
8
.558**
1
-
0.07
9
0.16
9
0.33
7
.484**
-
0.07
9
.590**
Sig. (2-
tailed) .
0.18
8 0.72
0.53
5
0.00
1 0
0.67
9
0.37
3 .
0.18
8 0.72
0.53
5
0.00
1
0.67
9
0.37
3
0.06
9
0.00
7
0.67
9 0.001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_15
Pearson
Correlation .a
0.29
4
0.11
8
-
0.11
8
0.26
4
-
0.07
9
1.00
0**
.535**
.a 0.29
4
0.11
8
-
0.11
8
0.26
4
-
0.07
9
1 .535
**
-
0.09
3
0.2
-
0.04
2
.466**
Sig. (2-
tailed) .
0.11
5
0.53
4
0.53
4
0.15
9
0.67
9 0
0.00
2 .
0.11
5
0.53
4
0.53
4
0.15
9
0.67
9
0.00
2
0.62
6
0.28
8
0.82
7 0.009
110
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_16
Pearson
Correlation .a
-
0.10
5
0.16
9
0.14
7
.443*
0.16
9
.535**
1.00
0** .a
-
0.10
5
0.16
9
0.14
7
.443*
0.16
9
.535**
1 -
0.05
.464**
0.2 .592**
Sig. (2-
tailed) .
0.58
1
0.37
3
0.43
7
0.01
4
0.37
3
0.00
2 0 .
0.58
1
0.37
3
0.43
7
0.01
4
0.37
3
0.00
2
0.79
5 0.01
0.28
8 0.001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_17
Pearson
Correlation .a
.473**
-
0.10
2
0.10
2
0.30
8
0.33
7
-
0.09
3
-
0.05 .a
.473**
-
0.10
2
0.10
2
0.30
8
0.33
7
-
0.09
3
-
0.05 1
.695**
.371*
.412*
Sig. (2-
tailed) .
0.00
8 0.59 0.59
0.09
8
0.06
9
0.62
6
0.79
5 .
0.00
8 0.59 0.59
0.09
8
0.06
9
0.62
6
0.79
5 0
0.04
3 0.024
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_18
Pearson
Correlation .a
0.28
8
-
0.14
7
0.14
7
.443*
.484**
0.2 .464
** .a
0.28
8
-
0.14
7
0.14
7
.443*
.484**
0.2 .464
**
.695**
1 0.2 .592**
Sig. (2-
tailed) .
0.12
2
0.43
7
0.43
7
0.01
4
0.00
7
0.28
8 0.01 .
0.12
2
0.43
7
0.43
7
0.01
4
0.00
7
0.28
8 0.01 0
0.28
8 0.001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
item_19
Pearson
Correlation .a
0.04
9
0.11
8
0.27
6
0.26
4
-
0.07
9
-
0.04
2
0.2 .a 0.04
9
0.11
8
0.27
6
0.26
4
-
0.07
9
-
0.04
2
0.2 .371
* 0.2 1 0.359
Sig. (2-
tailed) .
0.79
7
0.53
4 0.14
0.15
9
0.67
9
0.82
7
0.28
8 .
0.79
7
0.53
4 0.14
0.15
9
0.67
9
0.82
7
0.28
8
0.04
3
0.28
8 0.052
111
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TOTAL
Pearson
Correlation .a
.397*
.438*
0.32
2
.756**
.590**
.466**
.592**
.a .397
*
.438*
0.32
2
.756**
.590**
.466**
.592**
.412*
.592**
0.35
9 1
Sig. (2-
tailed) . 0.03
0.01
5
0.08
3 0
0.00
1
0.00
9
0.00
1 . 0.03
0.01
5
0.08
3 0
0.00
1
0.00
9
0.00
1
0.02
4
0.00
1
0.05
2
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
112
Reliability Pengetahuan Deteksi Dini Kanker Serviks
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
.795 19
Keterangan:
Nilai alpha cronbach 0,795 maka kuesioner dianggap reliable atau konsisten
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item_1 13.90 10.024 .000 .797
item_2 14.03 9.275 .299 .790
item_3 14.13 9.016 .319 .790
item_4 14.67 9.333 .192 .799
item_5 14.17 8.075 .683 .761
item_6 14.13 8.602 .490 .777
item_7 14.10 8.990 .356 .787
113
item_8 13.97 9.137 .537 .779
item_9 13.90 10.024 .000 .797
item_10 14.03 9.275 .299 .790
item_11 14.13 9.016 .319 .790
item_12 14.67 9.333 .192 .799
item_13 14.17 8.075 .683 .761
item_14 14.13 8.602 .490 .777
item_15 14.10 8.990 .356 .787
item_16 13.97 9.137 .537 .779
item_17 13.93 9.582 .362 .789
item_18 13.97 9.137 .537 .779
item_19 14.10 9.266 .239 .795
114
Lampiran 8
115
Lampiran 9
HASIL ANALISIS UNIVARIAT
Statistics
KAT_U
SIA
KAT_PERN
IKAHAN
KAT_PENDI
DIKAN
KAT_PEKERJ
AAN
KAT_RIWA
YAT
N Valid 108 108 108 108 108
Missing 0 0 0 0 0
Statistics
PENGETAHUAN_
KANKERSERVIKS
PENGETAHUAN_
DETEKSI
N Valid 108 108
Missing 0 0
KAT_USIA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Remaja Akhir 25 23.1 23.1 23.1
Dewasa Awal 35 32.4 32.4 55.6
Dewasa 40 37.0 37.0 92.6
Lansia Akhir 8 7.4 7.4 100.0
Total 108 100.0 100.0
116
KAT_PERNIKAHAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Menikah 94 87.0 87.0 87.0
Belum Menikah 14 13.0 13.0 100.0
Total 108 100.0 100.0
KAT_PENDIDIKAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 8 7.4 7.4 7.4
SMP 13 12.0 12.0 19.4
SMA 68 63.0 63.0 82.4
PT 19 17.6 17.6 100.0
Total 108 100.0 100.0
KAT_PEKERJAAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid IRT 71 65.7 65.7 65.7
Wiraswasta 9 8.3 8.3 74.1
Pegawai Swasta 19 17.6 17.6 91.7
PNS 4 3.7 3.7 95.4
Pelajar 5 4.6 4.6 100.0
Total 108 100.0 100.0
117
KAT_RIWAYAT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 107 99.1 99.1 99.1
Ada 1 .9 .9 100.0
Total 108 100.0 100.0
PENGETAHUAN_KANKERSERVIKS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 86 79.6 79.6 79.6
Cukup 22 20.4 20.4 100.0
Total 108 100.0 100.0
PENGETAHUAN_DETEKSI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 39 36.1 36.1 36.1
Cukup 60 55.6 55.6 91.7
Kurang 9 8.3 8.3 100.0
Total 108 100.0 100.0