Download - GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 1/145
Smart Street Lighting Initiative
NAMA
Rencana Implementasi
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 2/145
I
Kata Pengantar
Dalam menanggapi masalah perubahan iklim, Pemerintah Indonesia telah menetapkan kerangka kebijakan
mitigasi GRK nasional yang dijabarkan dalam Peraturan Presiden No. 61 – Rencana Aksi Nasional Penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca, RAN-GRK) pada 20 September 2011. RAN-GRK dipandang sebagai kebijakan yang
mendasari pengembangan dan pelaksanaan aksi mitigasi yang layak secara nasional (NAMA). NAMA akan
mendukung lebih jauh pelaksanaan RAN-GRK dengan sarana unilateral (mendukung target penurunan emisi
sebesar 26%) dan dengan bantuan internasional (untuk mendukung penurunan emisi hingga 41%). Pada saat
yang sama NAMA juga mendukung tujuan-tujuan pembangunan Indonesia.Efisiensi energi menjadi salah satu
kebijakan utama Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan energi nasional yang lebih ramah lingkungan
dan berkelanjutan. Seiring dengan pengembangan energi yang terbarukan, efisiensi energi merupakan
pendekatan untuk berpindah dari ketergantungan pada energi berbasis fosil dengan target elastisitas kurang
dari 1 pada 2025 dan mengurangi intensitas energi sebesar 1% per tahun. Pertumbuhan ekonomi, yang
didorong oleh tingkat penggunaan bahan bakar fosil yang tinggi, telah mengubah sektor energi yang sedang
tumbuh pesar yang dibarengi dengan perambahan hutan dan perubahan tataguna lahan pada inti kebijakan
dan aksi iklim. Disinilah, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) mengupayakan pendekatan
NAMA terpadu yang terdiri atas langkah-langkah di sisi produksi (memaksimalkan pemanfaatan energi
terbarukan) dan sisi konsumsi (penerapan teknologi hemat energi) dalam berbagai sub-sektor. Pendekatan ini
berdasar pada kebijakan energi yang ada saat ini dan bertujuan secara bertahap menurunkan emisi GRK
didalam jalur pembangunan sektor energi.
NAMA Smart Street Lighting Initiative (SSLI) merupakan salah satu unsur penting dalam pendekatan NAMA
energi terpadu di Indonesia. NAMA ini memperkenalkan dan mempromosikan teknologi penerangan jalan
yang efisien dalam skala pelaksanaan yang luas, yang disertai langkah-langkah peningkatan kapasitas yang
diperlukan, terkait dengan peraturan, standar kinerja dan keamanan, pemasangan dan pemeliharaan,
monitoring dan peningkatan kesadaran. Dampaknya bisa berlipat ganda: Penerapan teknologi penerangan
jalan yang efisien energi menyebabkan penurunan biaya, energi dan GRK serta makin meningkatnya
keselamatan di ruang-ruang publik. Rencana pelaksanaan NAMA SSLI menggambarkan langkah-langkah
yang perlu diambil didalam NAMA ini agar secara signifikan meningkatkan sistem penerangan jalan Indonesia
di daerah perkotaan hingga 2010. Rencana pelaksanaan NAMA SSLI telah dikembangkan melalui kemitraan
dengan pemerintah Jerman. KESDM mengapresiasi dukungan dari program Policy Advice for Environment
and Climate Change (PAKLIM) – GIZ dalam menyusun konsep NAMA ini dan berharap dapat menjalin
kerjasama dalam pelaksanaannya di masa mendatang.
Maritje Hutapea
Direktur Konservasi Energi
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 3/145
II
Tim penulis
Perspectives GmbH: Axel Michaelowa,
Killian Wentrup,
Michel Köhler,
Stefan Wehner
ICLEI: Emani Kumar,
Anandhan Subramaniyam,
Ashish Verma
GIZ: Philipp Munzinger,
Endot Purba,
Trita Katriana
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 4/145
III
Daftar Isi
1. Executive summary 1
2. Pengantar 6
3. Konteks 6 3.1. NAMA Smart Street Lighting (SSL) dalam konteks kebijakan iklim Indonesia 6
3.2. Konteks Teknologi 10
Lampu Diode Pemancar Cahaya (LED) 10
Pencahayaan induksi magnetik 12
4. Rencana Implementasi Aksi NAMA Smart Street Lighting 16
4.1. Kerangka Kerja Lembaga 16
4.1.1 Kerangka Kerja Lembaga yang Ada 16
4.1.2 Tantangan bagi Kerangka Kerja Lembaga 19
Koordinasi Multi Badan dan Aktor 19
Menangani masalah struktur insentif terkait penagihan dan meterisasi 21
4.1.3 Pendirian unit pendukung teknis (TSU) 21
4.2. Kebijakan Penetapan Harga dan Peraturan 26
4.2.1 Kajian atas kebijakan penetapan dan regulasi harga 26
4.2.2 Pilihan yang tersedia untuk reformasi kebijakan dan regulasi 30
4.2.3 Tindak lanjut 34
4.3. Data baseline 34
4.3.1 Ketersediaan data nasional mengenai konsumsi energi penerangan jalan 34
4.3.2 Identifikasi pendekatan penentuan baseline yang sesuai 36
4.3.3 Parameter baseline pokok 36
4.3.4 Rekomendasi 38
4.4. Standardisasi Kinerja dan Keselamatan untuk LED 39
4.4.1 Latar belakang 39
4.4.2 Standar yang Berlaku untuk Penerangan Jalan di Indonesia 40
4.4.3 Penggolongan Jalan dan Standard Pencahayaan 41
4.4.4. Pengalaman Internasional dalam Menentukan Standar Penerangan Jalan LED 43
4.4.5. Menyusun Standar untuk Penerangan LED di Indonesia 45
4.4.6 Pelajaran dari proses penetapan standar internasional 48
4.4.7. Meningkatkan kapasitas teknis lembaga-lembaga yang mengembangkan standar
kinerja dan keselamatan 49
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 5/145
IV
4.4.8. Halangan/tantangan 50
4.4.9. Rekomendasi 51
4.5. Pilihan pembiayaan untuk penerangan jalan yang efisien 52
4.5.1 Tinjauan kebutuhan sumber daya untuk NAMA SSLI 52
4.5.2 Pendekatan metodologis penghitungan aliran dana untuk baseline dan skenario
proyek 56
4.5.3 Identifikasi sumber pendanaan 57
4.5.4 Kajian pilihan pembiayaan 64
4.5.5 Studi kasus yang memperlihatkan penggunaan jalur-jalur pembiayaan yang
berbeda-beda 69
4.5.6 Peta jalan pembiayaan yang menggunakan sumber campuran 75
4.5.7 Tantangan yang harus diatas dalam peta jalan pembiayaan 83
4.5.8 Rekomendasi 84
4.6. Perkiraan pengurangan emisi dan biaya penyusutan 85
4.6.1 Memperkirakan pengurangan emisi terhadap baselinenya 85
4.6.2 Pendekatan berdasarkan Metodologi CDM AMS-II.L 86
4.6.3 Hasil perkiraan pengurangan emisi 90
4.6.4 Perkiraan biaya penyusutan 91
4.7. Pemasangan dan pemeliharaan 92
4.7.1 Latar belakang 92
4.7.2 Lembaga yang terlibat dalam pemasangan dan pemeliharaan penerangan
jalan 92
4.7.2.1 Pemerintah Kota: 92
4.7.2.2 Dinas Penerangan Jalan Umum Kota (PJU) 92
4.7.2.3 Perusahaan Listrik Negara - PLN 93
4.7.2.4 Pabrikan dan pemasok teknologi penerangan jalan 93
4.7.3 Pedoman umum pemasangan penerangan jalan pintar/LED 93
4.7.3.1 Jenis tiang penerangan jalan: 94
4.7.3.2 Ketinggian tiang untuk penerangan jalan: 94
4.7.3.3 Jenis teknologi lampu: 96
4.7.4 Pedoman umum pemeliharaan LED / penerangan jalan pintar 97
4.7.5 Identifikasi masalah 98
4.7.6 Rekomendasi: 98
4.7.6.1 Praktik Pengelolaan Limbah: 100
4.7.6.2 Peran Unit Bantuan Teknik (TSU) 100
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 6/145
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 7/145
VI
Daftar Gambar
Gambar 1: Koordinasi aksi iklim propinsi dan nasional .......................................................................... 8
Gambar 2: Contoh lampu LED dan modul LED ................................................................................... 11
Gambar 3: Lampu jalan induksi ............................................................................................................ 13
Gambar 4: Struktur organisasi Unit Pendukung Teknis (TSU) dalam KESDM .................................... 26
Gambar 5: Mekanisme pemulihan biaya dan pembayaran listrik penerangan jalan ........................... 29
Gambar 6: Proses penetapan standar BSN ......................................................................................... 46
Gambar 7: Proses penetapan standar BIS .......................................................................................... 49
Gambar 8: Fase dan skenario untuk pelaksanaan penerangan jalan yang efisien ............................. 54
Gambar 9: Perkiraan jumlah lampu yang diganti pada dua jalur ini .................................................... 56
Gambar 10: Peta Jawa dengan Yogyakarta yang diberi tanda .......................................................... 69
Gambar 11: Akumulasi aliran dana untuk skenario baseline dan skenario penerangan efisien
(termasuk pinjaman PIP) ...................................................................................................................... 71
Gambar 12: Peta Jawa dengan Probolinggo yang diberi tanda .......................................................... 72
Gambar 13: Pengembangan aliran dana bersih untuk skenario baseline dan skenario penerangan
jalan yang efisien (termasuk pinjaman PIP) ......................................................................................... 74
Gambar 14: Investasi dalam jalur konservatif ...................................................................................... 78
Gambar 15: Discounted net cash flow dalam jalur konservatif ............................................................ 78
Gambar 16: Investasi dalam jalur ambisius ......................................................................................... 81
Gambar 17: Discounted net cash flow dalam jalur ambisius ............................................................... 82
Gambar 18: Discounted net cash flow dalam jalur ambisius dengan hibah tambahan 11,5 juta
Dollar AS............................................................................................................................................... 82
Gambar 19: Pengurangan CO2 dalam jalur konservatif dan jalur ambisius ......................................... 90
Gambar 20: Susunan kelembagaan MRV .......................................................................................... 114
Gambar 21: Database NAMA untuk MRV ......................................................................................... 117
Gambar 22: Mengikuti aliran finansial dalam NAMA .......................................................................... 118
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 8/145
VII
Daftar Tabel
Tabel 1: Ringkasan Jalur Pelaksanaan NAMA SSL .............................................................................. 4
Tabel 2: Tinjauan mengenai penerangan jalan dalam rencana aksi iklim RAD-GRK propinsi .............. 8
Tabel 3: Pilihan teknologi armature (f ixture) penerangan jalan............................................................ 14
Tabel 4: Kerangka Kerja Lembaga untuk NAMA SSL ......................................................................... 16
Tabel 5: Uraian Unit Pendukung Teknis NAMA SSL didalam KESD ................................................... 22
Tabel 6: Nilai tenaga listrik efektif dari lampu penerangan jalan .......................................................... 26
Tabel 7: Uraian pajak penerangan jalan untuk beberapa kota terpilih di Indonesia ............................ 28
Tabel 8: Tingkat meterisasi di kota-kota di Indonesia yang disasar untuk NAMA SSL ....................... 33
Tabel 9: Kontribusi penerangan jalan terhadap emisi GRK pemerintah daerah.................................. 35
Tabel 10: Parameter teknis untuk perkiraan baseline .......................................................................... 37
Tabel 11: Parameter finansial untuk perkiraan baseline ...................................................................... 37
Tabel 12: Faktor Emisi Jaringan yang berhubungan dengan kota-kota yang disasar dalam NAMA
SSLI ..................................................................................................................................................... 38
Tabel 13: Penggolongan jalan dan spesifikasi penerangan jalan di Indonesia ................................... 41
Tabel 14: Jenis jalan dan tingkatan pencahayaan berdasarkan Biro Standar India ............................ 42
Tabel 15: Spesifikasi produk untuk penerangan LED ......................................................................... 44
Tabel 16: Parameter teknis .................................................................................................................. 53
Tabel 17: Parameter finansial............................................................................................................... 53
Tabel 18: Tinjauan Fase dan Skenario Pelaksanaan NAMA SSL untuk dianalisa .............................. 54
Tabel 19: Jumlah kumulatif lampu dan kebutuhan sumber daya untuk dua jalur ................................ 55
Tabel 20: Parameter yang termasuk didalam analisa keuangan NAMA SSL ...................................... 56
Tabel 21: Kajian kualitatif pilihan pembiayaan ..................................................................................... 66
Tabel 22: Parameter spesifik sosial ekonomi dan penerangan jalan di Yogyakarta
(tahunan, data 2008) ............................................................................................................................ 70
Tabel 23: Parameter spesifik sosial-ekonomi dan penerangan jalan di Probolinggo
(tahunan, data 2008) ............................................................................................................................ 73
Tabel 24: Ringkasan percontohan jalur pembiayaan ........................................................................... 83
Tabel 25: Data utama yang dibutuhkan untuk penghitungan pengurangan emisi ............................... 86
Tabel 26: Ringkasan data tingkat kota yang digunakan untuk perkiraan pengurangan emisi ............. 88
Tabel 27: Ringkasan hasil perkiraan pengurangan emisi untuk kedua jalur ........................................ 91
Tabel 28: Spesifikasi tiang penerangan jalan....................................................................................... 94
Tabel 29: Jarak antara tiang (dalam meter) berdasar pada penyebaran penerangan yang
khas dan penggelompokan lampu (Lentera A) .................................................................................... 94
Tabel 30: Jarak antara tiang (dalam meter) berdasarkan penyebaran penerangan
yang khas dan penggelompokan lampu (Lentera B) ........................................................................... 95
Table 31: Teknologi lampu ................................................................................................................... 96
Tabel 32: Tinjauan program pelatihan .................................................................................................. 99
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 9/145
VIII
Tabel 33: Persyaratan MRV UNFCCC untuk NAMA ......................................................................... 101
Tabel 34: Perbandingan unsur-unsur MRV yang sesuai untuk jenis-jenis NAMA yang berbeda ...... 103
Tabel 35: Ukuran sampel minimum pada wilayah interval kepercayaanError! Bookmark not defined.
Tabel 36: Kriteria dan indikator terukur untuk manfaat tambahan ..................................................... 111
Tabel 37: Metode untuk memperoleh nilai parameter dalam kerangka MRV .................................... 116
Tabel 38: Halangan yang berkaitan dengan pengambilan langkah dan kebijakan efisiensi energi .. 119
Tabel 39: Kelompok sasaran untuk pelatihan dan bidang fokus ....................................................... 122
Daftar Singkatan
ADB Bank Pembangunan Asia
AILKI Asosiasi Industri Luminer dan Kelistrikan Indonesia
ANSI Lembaga Standar Nasional Amerika ASTM Masyarakat Pengujian dan Bahan Amerika Serikat
BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BE Baseline Emisi
BEE Badan Efisiensi Energi Nasional India
BIS Biro Standar India
BL Baseline
BLH Badan Lingkungan Hidup
BMU Kementerian Lingkungan Hidup, Konservasi Alam dan Keamanan Nuklir Negera Federal
Jerman
BOCM Bilateral Offset Credit Mechanism (Mekanisme Kredit Kompensasi Bilateral Jepang)
BPK Badan Pemeriksa Keuangan
BSN Badan Standardisasi Nasional
BURs Laporan Perkembangan Dua Tahunan
CAPEX Pengeluaran Modal
cd candela
CDM Mekanisme Pembangunan yang Bersih
CER Pengurangan Emisi Bersertifikasi
CFL Compact Fluorescent Lamp (Lampu CFL)
CIE Commission internationale de l’eclairage
CMH Ceramic Metal Halide
COP Konferensi Para Pihak
CRI Indeks Sesuaian Warna
DAK Dana Alokasi Khusus
DKP Dinas Kebersihan dan Pertamanan
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 10/145
IX
DNA Otoritas Nasional yang Ditunjuk
DNPI Dewan Nasional Perubahan Iklim
DO Organisasi Penyelenggara
DOE Badan Operasional yang Ditunjuk
DPU Dinas Pekerjaan Umum
EB Dewan Pelaksana
EE Efisiensi Energi
EBTKE Direktorat Jenderal Energi Baru/Terbarukan dan Konservasi Energi
ERs Pengurangan Emisi
ES Penghematan Listrik
ESCO Energy Services Company (Perusahaan Jasa Energi)
ESDM Energi dan Sumber Daya Mineral
EU ETS Skema Perdagangan Emisi Uni Eropa
EUR Euro
FDI Investasi Asing Langsung
FTL Fluorescent Tubular Lamp (Lampu TL)
g1 Emin/Emax
GDP Produk Domestik Bruto (PDB)
GEF Grid Emission Factor (Faktor emisi jaringan)
GHG Gas Rumah Kaca (GRK)
GIZ Badan Kerjasama Pembangunan Internasional Jerman
GoI Pemerintah Indonesia
GWh Gigawatt per jam
HID High-intensity discharge ( lampu berintensitas cahaya tinggi )
HPS High-pressure sodium (lampu sodium bertekanan tinggi)
HPSV High Pressure Sodium Vapour (lampu uap sodium bertekanan tinggi)
ICA Konsultasi dan Analisa Internasional
ICLEI International Council for Local Environmental Initiatives
ICCTF Indonesia Climate Change Trust Fund
IDR Rupiah
IEC International Electrotechnical Commission
IES Illumination Engineering Society
INR Rupee India
IPP Produsen Tenaga Listrik Mandiri
IRR Internal Rate of Return (tingkat keuntungan internal)
ISO Organisasi Standardisasi Internasional
JAMALI Jaringan Jakarta Madura Bali
JIS Standar Industri Jepang
kW Kilowatt
kWh Kilowatt per jam
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 11/145
X
LED Light-emitting diode (lampu LED)
lm lumens
MASTAN Masyarakat Standardisasi Indonesia
MBF/U Mercury vapor lamps (Lampu uap merkuri)
MoE Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
MoF Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
MEMR Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM)
MER Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP)
MFI Lembaga Keuangan Multilateral
MH Halida logam (lampu)
MoI Kementerian Perindustrian
MoT Kementerian Perhubungan
MPW Kementerian Pekerjaan Umum
MRV Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi
Mt CO2e Juta ton karbon dioksida equivalent
MW Megawatt
MWh Megawatt per jam
NAI Para pihak Non-Annex I
NAMA Aksi Mitigasi yang Layak secara Nasional
NES Net electricity savings (Penghematan netto listrik)
NGO Organisasi non-pemerintah
NMM New Market Mechanism (Mekanisme Pasar yang Baru)
NPV Net Present Value
O&M Operasional dan Pemeliharaan
Oi Jam operasional tahunan
ODA Official Development Assistance
POKJA Kelompok Kerja
P Proyek
PAKLIM Program Advis Kebijakan untuk Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim
PAS Kinerja dan Keamanan
PDD Project Desain Dokumen (Dokumen Disain Proyek)
PE Emisi Program
PIP Pusat Investasi Pemerintah
PJU Penerangan Jalan Umum
PLN Perusahaan Listrik Negara
PNPS Program Nasional Pengembangan Standard
PPP Kemitraan Publik dan Swasta (KPS)
RAD GRK Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi GRK
RAN GRK Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi GRK
R&D Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 12/145
XI
RSNI Rancangan Standar Nasional Indonesia
SBSTA Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice
SC Komite Pengarah
SN Nomor Seri
SNI Standar Nasional Indonesia
SOF Faktor Pemadaman Sistem
SON Lampu sodium bertekanan tinggi
SOX Lampu sodium bertekanan rendah
SSC Small scale (berskala kecil)
SSL Smart Street Lighting (Penerangan Jalan Pintar)
SSLI Smart Street Lighting Initiative (Inisiatif Penerangan Jalan Pintar)
TA Technical Assistance (Bantuan Teknis)
T&D Transmisi dan Distribusi
TBT Technical Barriers to Trade (Hambatan Teknis untuk Perdagangan)
tCO2-e Ton Karbon Dioksida equivalent
TDL Transmission and distribution losses (kerugian di sisi transmisi dan distribusi)
TJ Batas Silauan Cahaya
ToT Program Pelatihan untuk Pelatih
TSU Unit Pendukung Teknis
ULBs Badan Kota Setempat
UN Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
UNFCCC Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim
US Amerika Serikat (AS)
USAID U.S Agency for International Development
USD Dollar AS
UU Undang-undang
VA Tenaga listrik yang efektif
VD Lmin/Lmax
VI Lmin/Laverage
WTO World Trade Organisation (Organisasi Perdagangan Dunia)
WIPP Pembangkit Percontohan Isolasi Limbah
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 13/145
1
1. Executive summary
Pada tahun 2009, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono berjanji akan mengurangi emisi gas
rumah kaca (GRK) hingga 26% jika disbanding dengan upaya business as usual (BAU) pada 2020 dan
hingga 41% dibawah BAU dengan bantuan internasional. Hal ini diterjemahkan kedalam Rencana Aksi
Nasional Pengurangan Emisi yang dikenal sebagai ‘RAN-GRK’, pada 2011, yang menyerukan aksi-aksi
disemua sektor utama perekonomian. Aksi-aksi yang dilaksanakan untuk memenuhi target ini
dijabarkan dalam rencana aksi propinsi atau “RAD-GRK”. Persediaan tenaga listrik yang didominasi
batu bara di Indonesia merupakan sumber utama emisi GRK. Emisi dari pembangkitan listrik telah
meningkat sejalan dengan kinerja perekonomian yang kokoh dari negara Indonesia pada tahun-tahun
belakangan ini dan tren ini ditetapkan terus berlanjut dengan tumbuhnya pertumbuhan permintaan akan
listrik yang diproyeksikan sekitar 9% per tahun, yang mengakibatkan kebutuhan lebih dari 50 GW
kapasitas pembangkitan yang baru pada 2025. Langkah-langkah efisiensi energi di kota-kota maupun
daerah perkotaan dapat memberi sumbangan yang penting dalam pemenuhan target pengurangan
emisi GRK Indonesia.
Beberapa kota termasuk Yogyakarta dan Makassar memiliki pengalaman dalam penerapan
penerangan jalan yang hemat energi termasuk lampu Light Emitting Diode (LED). Lampu LED telah
meningkat secara tetap sejak 1960an dan meskipun biaya dimuka masih sebesar 2-4 kali dari biaya
sebagian besar lampu konvensional, energi yang dikonsumsi hanyalah separuh atau kurang dari
konsumsi lampu konvensional dan lampu LED tahan lebih lama. Pengalaman yang terbatas hingga saat
ini di kota-kota di Indonesia memperlihatkan penghematan energi signifikan yang dapat dicapai oleh
lampu LED jika disbanding dengan lampu konvensional- hingga 60% dalam kondisi optimal. Hal ini
berdampak pada emisi GRK terkait dan penghematan biaya serta manfaat tambahan lain seperti
peningkatan fasilitas publik, terciptanya kesempatan kerja dan peningkatan keselamatan karena makin
terangnya jalan di saat malam hari. Persepsi tentang peningkatan keselamatan karena penerangan
yang lebih baik di ruang publik dapat meningkatkan mobilitas dan kebebasan kaum perempuan
terutama untuk menggunakan transportasi publik, untuk memperpanjang jam kerja, dan berpartisipasi
dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itu, pendekatan yang sensitif jender atas peningkatan
penerangan jalan dapat memaksimalkan manfaat-manfaat tersebut (peningkatan mata pencaharian)
untuk berbagai kelompok masyarakat di kawasan perkotaan.Namun karena berbagai tantangan, penerangan jalan yang efisien belum menjadi prioritas bagi kota-
kota di Indonesia hingga saat ini. Masalah yang umum dialami oleh unit pemerintah daerah di bidang
penerangan jalan yang dikenal sebagai PJU mencakup:
Minimnya data yang memadai terkait jumlah dan jenis lampu yang terpasang, terutama karena
tingginya jumlah sambungan yang illegal, tingkat pemeteran yang rendah untuk penerangan
jalan.
Praktik standar penagihan oleh PLN berdasar lump-sum (borongan) yang cenderung
melampaui perkiraan konsumsi dan mengurangi insentif untuk melaksanakan penerangan jalanyang lebih efisien.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 14/145
2
Banyak PJU terkendala dalam hal anggaran mereka yang terbatas dan pemerintah daerah
biasanya tidak mampu menaikkan pajak penerangan jalan agar supaya semakin menaikkan
pendapatan tambahan.
Aksi Mitigasi yang Layak Secara Nasional (NAMA) merupakan langkah-langkah pengurangan emisisecara sukarela oleh negara-negara berkembang berdasarkan UNFCCC1 dan sejalan dengan sasaran
kebijakan nasional. Jika dikonseptualisasi sebagai sebuah NAMA, “Smart Street Lighting Initiative”
(SSLI) yang diarahkan untuk mendorong pengenalan teknologi penerangan jalan yang efisien energi di
kota-kota dan propinsi di Indonesia dapat berkontribusi pada sasaran-sasaran RAN- GRK. NAMA SSLI
akan melibatkan beberapa lembaga pemerintah di tingkat nasional, pemerintah propinsi dan
kotamadya serta sector swasta.
Secara logis NAMA akan dikoordinasi oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM)
yang merupakan badan yang bertanggungjawab atas penetapan kebijakan efisiensi energi. Selain itu,
lembaga-lembaga berikut ini dianggap memainkan pran yang penting khususnya dalam pelaksanaan
NAMA SSLI (lihat Tabel 1).
Tabel 1: Lembaga dan Aktor yang Terlibat dalam Pelaksanaan NAMA SSLI
Lembaga /aktor Peran
BAPPENAS Bertanggungjawab atas keseluruhan koordinasi NAMA di
Indonesia; Bertanggungjawab mengawasi Dana Perwalian
Perubahan Iklim (ICCTF), saluran utama pembiayaan investasi
atas teknologi penerangan jalan pintar
Pusat Investasi Pemerintah
(PIP) di Kementerian
Keuangan
Berada didalam lingkup Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan
bertanggungjawab memberikan pinjaman lunak bagi kota-kota
peserta, yang merupakan unsur penting lainnya dalam paket
pembiayaan
Kementerian Industri
(Kemperin)
Bertanggungjawab menetapkan standard produk penerangan, dan
melakukan hal demikian untuk lampu LED karena tidak adanya
standar nasional untuk produk penerangan jalan lampu LED saat
ini
Kementerian Lingkungan
Hidup
Bertanggungjawab dalam memonitor pengurangan emisi GRK yg
terukur
Badan Standarisasi Nasional Bertanggungjawab dalam memfasilitasi dan/atau mengesahkan
standar SNI lampu penerangan jalan LED.
PJU tingkat kotamadya Bertanggungjawab atas pengelolaan infrastruktur penerangan
jalan di kota-kota di Indonesia termasuk pemasangan dan
pemeliharaan infrastruktur
Pemerintah tingkat propinsi Bertanggungjawab atas penerangan jalan di jalan-jalan diluar kota
PLN Perusahaan listrik Negara, yang bertanggungjawab atas
pemasangan meteran, pengumpulan data meteran, pengumpulan
1 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC)
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 15/145
3
pajak penerangan jalan dan penagihan konsumsi listrik pada kota-
kota
Sektor swasta Mencakup pemasok lampu serta Perusahaan Layanan Energi
(ESCO)
Lembaga /aktor Peran BAPPENAS Bertanggungjawab atas keseluruhan koordinasi NAMA di Indonesia;
Bertanggungjawab mengawasi Dana Perwalian Perubahan Iklim (ICCTF), saluran utama pembiayaan
investasi atas teknologi penerangan jalan pintar Pusat Investasi Pemerintah (PIP) di Kementerian
Keuangan Berada didalam lingkup Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan bertanggungjawab
memberikan pinjaman lunak bagi kota-kota peserta, yang merupakan unsur penting lainnya dalam
paket pembiayaan Kementerian Industri (Kemperin) Bertanggungjawab menetapkan standard produk
penerangan, dan melakukan hal demikian untuk lampu LED karena tidak adanya standar nasional untuk
produk penerangan jalan lampu LED saat ini Kementerian Lingkungan Hidup Bertanggungjawab dalam
memonitor pengurangan emisi GRK yg terukur Badan Standarisasi Nasional Bertanggungjawab dalam
memfasilitasi dan/atau mengesahkan standar SNI lampu penerangan jalan LED.
PJU tingkat kotamadya Bertanggungjawab atas pengelolaan infrastruktur penerangan jalan di kota-kota
di Indonesia termasuk pemasangan dan pemeliharaan infrastruktur Pemerintah tingkat propinsi
Bertanggungjawab atas penerangan jalan di jalan-jalan diluar kota PLN Perusahaan listrik Negara, yang
bertanggungjawab atas pemasangan meteran, pengumpulan data meteran, pengumpulan pajak
penerangan jalan dan penagihan konsumsi listrik pada kota- kota Sektor swasta Mencakup pemasok
lampu serta Perusahaan Layanan Energi (ESCO)
Koordinasi efektif atas banyak aktor di tingkat nasional, propinsi, dan kotamadya merupakan faktor
utama keberhasilan. KESDM dapat mengakses pendanaan bantuan NAMA internasional dengan
komponen biaya baik modal maupun teknis. Pertama-tama, pendanaan ini dapat membantu
membangun Unit Pendukung Teknis (TSU) yang bertanggungjawab memberikan komponen Bantuan
Teknis (TA) bagi kota-kota yang terlibat dalam NAMA SSLI. Kedua, bantuan NAMA internasional
menyediakan pembiayaan untuk memulai investasi modal yang dibutuhkan selama kurun waktu 2014-
2020. Dana-dana internasional ini harus diangkat dengan sumber pembiayaan dalam negeri baik
swasta maupun publik.
Khususnya, paket pembiayaan yang dijabarkan dalam laporan ini mengharapkan bantuan NAMA
internasional melalui hibah NAMA NAMA grant sebesar 19 juta Dollar AS, termasuk komponen modalsasaran sekitar 11,5 juta Dollar AS dan komponen Bantuan Teknis sekitar 7,5 juta. Bantuan penanaman
modal ini harus disalurkan melalui fasilitas pembiayaan yang ada dari jendela energi Dana Perwalian
Perubahan Iklim Indonesia (ICCTF), sedangkan Bantuan Teknis tersebut dapat dikelola oleh GIZ.
Pinjaman lunak dalam negeri harus tersedia bagi kota-kota dan propinsi-propinsi melalui PIP dengan
menggunakan kerangka lembaga yang ada dan instrumen pembiayaan tetapi dengan prosedur yang
ramping yang memungkinkan kota-kota mengakses dana. Disamping itu, sektor swasta harus
dimungkinkan untuk menyediakan pembiayaan, termasuk melalui model Perusahaan Jasa Energi
(ESCO). Formulir pembiayaan tambahan juga akan dibutuhkan untuk NAMA SSL ini untuk menjadi
benar-benar transformasional pada 2020. Karenanya direkomendasikan untuk menggalang tambahan
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 16/145
4
dukungan dalam negeri maupun internasional dengan hibah kedua sebesar 11,5 juta Dollar AS yang
disasar untuk melengkapi hibah NAMA yang pertama.
Berdasarkan perkiraan paket pembiayaan tersebut, pelaksanaan NAMA SSLI telah dikaji berdasarkan
dua tingkat ambisi yang berbeda atau jalur. Hasil yang dapat dicapai telah diperkirakan dan dijelaskan
dalam Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2: Ringkasan Jalur Pelaksanaan NAMA SSL
Fase Implementasi Jalur Konservatif
Penambahan Kumulatif
Jalur Ambisius
Penambahan Kumulatif
I: Fase percontohan
Jan 2014 - Jun 2015
2 kota 2 kota 4 kota 4 kota
II: Fase peningkatan
Jul 2015 – Des 2016
2 kota tambahan 4 kota 8 kota tambahan 12 kota
III: Fase transformasi
Jan 2017 – Des 2019
5 kota tambahan 9 kota 10 kota tambahan 22 kota
Total biaya modal 155 juta Dollar AS 420 juta Dollar AS
NPV hingga 2024
(8% discount rate)
3 juta Dollar AS -7 juta Dollar AS tanpa hibah tambahan
15 juta Dollar AS dengan hibah tambahan
sebesar 11,5 juta Dollar AS
Pengurangan emisi 210,000 t CO2-e hingga 2020 640,000 t CO2-e hingga 2020
Sekitar 1,5 Mt pada 2024
Biaya penyusutan
(8% discount rate)
-4 EUR/t CO2-e 2 EUR/t CO2 or -8 EUR/t CO2 dengan
tambahan hibah sebesar11,5 juta Dollar AS
Analisa tersebut memperlihatkan bahwa untuk mencapai pengurangan emisi signifikan, peningkatan
SSLI yang cepat harus dicapai. Berdasarkan estimasi dalam laporan ini, sekitar 22 kota besar, sedang
dan kecil akan bergabung pada 2020 jika emisi GRK harus dikurangi hingga 1,5 Mt pada 2024 (secara
kumulatif). Untuk mencapai hasil-hasil ini, NAMA SSL akan mencakup kegiatan-kegiatan berikut ini:
Singkatnya, NAMA SSLI akan melibatkan kegiatan berikut ini:
Membantu pemerintah daerah menangani masalah-masalah teknis, menyediakan program
pelatihan bagi staf dan membantu mereka melaksanakan rencana Monitoring, Pelaporan dan
Verifikasi (MRV).
Membantu memastikan agar pendekatan penagihan yang digunakan PLN dapat menjelaskan
pemakaian lampu hemat yang terpasang secara lebih baik sehingga kota-kota dapat
mengurangi pengeluaran mereka.
Membantu pemerintah daerah untuk mengatasi peningkatan biaya akibat perpindahan ke
teknologi LED/ teknologi penerangan jalan pintar lainnya melalui penyediaan bantuan finansial
(pinjaman dan hibah).
Membantu pemerintah daerah mengakses berbagai sumber pembiayaan yang terlibat dalam
NAMA dengan memperlancar prosedur dan persyaratan dan memberikan bantuan langsungbagi kota-kota yang tertarik.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 17/145
5
Melakukan upaya peningkatan kesadaran untuk menarik kota-kota/propinsi baru agar
bergabung dalam NAMA ini selama kurun waktu tersebut.
Mengembangkan program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan para pekerja yang
terlibat dalam pemasangan/pemeliharaan.
Luasnya reformasi penetapan harga dan regulasi listrik di Indonesia juga harus diupayakan dalam
konteks kebijakan energi nasional. Namun, diakui bahwa sulit dilakukan pelaksanaan reformasi
demikian ini dalam kurun waktu yang dimaksud untuk cepat memulai NAMA SSLI. Kurangnya standard
kinerja nasional untuk produk LED saat ini menjadi resiko yang potential terhadap keberhasilan
pelaksanaan NAMA SSLI. Jika produk yang dibawah standard diizinkan memasuki pasar hal ini akan
berdampak buruk pada persepsi kualitas lampu LED dan memperlambat penggunaan teknologi ini.
SSLI harus juga terbuka dan fleksible, dengan membuka pintu bagi teknologi penerangan lainnya
seperti lampu induksi yang akan digunakan dimana kota-kota memilih untuk memakainya. Penyusunan
standard nasional produk LED direncanakan selama 1-2 tahun. Karena itu, solusi sementara diperlukan.
Dibutuhkan konsensus dari kementerian dan lembaga- lembaga pemerintah terkait yang terlibat dalam
penetapan standard jika Indonesia akan menggunakan sebuah standard berbasis pada standard
internasional yang sudah ada dan ditetapkan oleh IEC dan IES2 dan /atau negara-negara Asia lainnya
seperti India.
Kegiatan pemasangan dan pemeliharaan tidak seragam di semua kota di Indonesia karena kurangnya
pengetahuan akan standard penerangan jalan nasional dan tidak adanya system penerangan jalan
berbasis desain. Hal ini mengakibatkan penggunaan teknologi yang tidak sesuai, yang tidak
memberikan tingkat layanan yang dibutuhkan kepada warga masyarakat dan karenanya sangat terkait
dengan tingginya tingkat sambungan listrik illegal.
MRV atas keluaran NAMA SSLI merupakan unsur penting SSLI baik dari perspektif kebijakan nasional
dan perspektif kerangka UNFCCC. Penurunan GRK yang berasal dari penggantian lampu merupakan
hasil utama yang harus dipantau, dilaporkan dan diverifikasi tetapi manfaat-manfaat tambahan lainnya
dapat juga dimasukkan dalam kerangka MRV. Untuk memantau pengurangan RGK, pendekatan NAMA
SSLI dapat disusun berdasarkan metodologi CDM AMS.II.L kegiatan sisi permntaan akan teknologi
penerangan luar rumah dan jalan yang efisien. Pendekatan ini dalam AMS.II.L menggunakan sampling
jam beroperasi lampu dan menghitung penghematan enegi berdasarkan spesifikasi lampu dan jumlah
lampu yang diganti. Hal ini memungkinkan kota-kota yang belum melaksanakan pemeteran secara
meluas untuk bergabung dengan SSLI. Kota-kota yang sudah maju dalam program pemasangan
meteran mereka sebaiknya menggunakan data meteran untuk pemantauan emisi karena akan lebih
akurat.
Semakin luasnya cakupan pemeteran listrik merupakan faktor keberhasilan utama yang akan
mengatasi kurangnya data yang terpercaya dan menyediakan sumber daya keuangan bagi pemerintah
daerah. Dari kota-kota yang dipertimbangkan dalam laporan ini, hanya Yogyakarta, Makassar dan
Cimahi telah mencapai cakupan meteran yang penuh atau hamper penuh. Kota-kota lainnya dapat
2 International Electrotechnical Commission (IEC), Illuminating Engineering Society (IES)
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 18/145
6
dibantu oleh pemerintah pusat untuk mengatasi biaya muka pemeteran jika hal ini dianggap sebagai
prioritas nasional. Sementara itu, perkiraan baseline harus dilakukan ditingkat propinsi/ kota dan dapat
diperkirakan sebelum kejadiannya dan kemudian setelah kejadiannya. Tingkat minimum tertentu terkait
kualitas data/ meteran direkomendasikan bagi kota-kota yang bergabung dalam NAMA SSLI untuk
menjamin keterpercayaan.
Upaya peningkatan pengetahuan yang tengah berlangsung dan berlanjut terus ini bakal dibutuhkan jika
NAMA SSLI harus dilaksanakan secara efektif, mencapai skala yang diperkirakan dalam laporan ini,
dan akhirnya mengurangi emisi GRK. TSU akan memainkan peran yang penting terkait hal ini.
2. Pengantar
Laporan ini menjabarkan strategi pelaksanaan Aksi Mitigasi yang Layak Secara Nasional (NAMA) di
Indonesia yang mencakup pemasangan lampu-lampu hemat energi, mengganti lampu-lampu
konvensional yang saat ini sedang dipakai untuk penerangan jalan. Kegiatan yang dilaksanakan
sebagai bagian dari pelaksanaan NAMA ini, yang kemudian disebut sebagai NAMA Smart Street lighting
Initiative (SSLI) akan dilaksanakan oleh berbagai aktor di tingkat pemerintah daerah dan pusat serta di
sektor swasta. Sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk memungkinkan majunya NAMA berasal
dari kombinasi sumber daya dalam negeri Indonesia dan pembiayaan iklim internasional.
.
Laporan ini disusun oleh GIZ dan dipublikasikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(KESDM), yang akan bertindak sebagai pihak Pemerintah yang bertanggungjawab untuk mengkoordinir
pelaksanaan NAMA SSL tersebut. Laporan ini disiapkan oleh satu tim konsultan dari Perspectives
GmbH, ICLEI dan program GIZ PAKLIM.
3. Konteks
3.1. NAMA Smart Street Lighting (SSL) dalam konteks kebijakan
iklim Indonesia
Sektor energi merupakan penyumbang kedua terbesar untuk emisi gas rumah kaca di Indonesia, yang
selain itu didominasi terutama oleh emisi dari deforestasi dan perubahan tata guna lahan; di tahun 2005
emisi sektor energi berjumlah sekitar 20% dari keseluruhan emisi bilamana emisi sektor lahan
dimasukkan, atau sekitar 56% tanpa memasukkan emisi sektor lahan (Komunikasi Nasional Kedua ke
UNFCCC dalam: Pemerintah Indonesia, 2010). Emisi sektor energi berjumlah total 370 Mt CO2-e pada
2005, dimana emisi dari pembangkit tenaga listrik yang menjadi penyumbang utama. Kinerja ekonomi
yang kokoh dan melimpahnya batu bara untuk pembangkit tenaga listrik berkontribusi pada
pertumbuhan lebih dari 30% dalam emisi sektor energi antara tahun 2000-2005.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 19/145
7
Permintaan listrik tahunan di Indonesia bertumbuh sekitar 9% dan kantor perusahaan listrik negara PLN
meramalkan bahwa total kapasitas pembangkit listrik perlu ditingkatkan dari sekitar 30 GW menjadi
sekitar 83 GW pada 2025 untuk memenuhi tumbuhnya permintaan (Differ Group, 2012). Sektor energi
dan pengelolaan pertumbuhan permintaan sangatlah relevan dalam konteks kebijakan energi dan iklim
di Indonesia.
Karena desentralisasi yang meluas di Indonesia, kebijakan iklimnya bersifat multi-lapis dan kompleks3.
Pada 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjanjikan bahwa Indonesia akan mengurangi
emisinya hingga 26%, dan hingga 41%, dengan bantuan internasional, sehingga menempatkan
Indonesia sebagai negara terdepan yang bersedia menjanjikan target pengurangan yang ambisius
secara internasional. Setelah konferensi perubahan iklim di Kopenhagen, pengurangan sebesar 26%
diterjemahkan kedalam Rencana Aksi Nasional untuk Pengurangan Emisi (“RAN GRK”) yang
menjabarkan pernyataan Indonesia ke UNFCCC kedalam perencanaan nasional dan sektoral
mengenai bagaimana, kapan dan dimana pengurangan tersebut akan terjadi (Purnomo, 2013). Namun,
sejumlah tantangan termasuk penentuan baseline nasional, alokasi target kedalam sektor-sektor, dan
pelaksanaan sebuah kerangka kerja rinci untuk pemantauan, pelaporan dan verifikasi (MRV). Aksi-aksi
NAMA dapat membantu menyumbang bagi pencapaian target penurunan Indonesia, tetapi persisnya
bagaimana hal ini akan dilakukan masih sedang ditentukan.
Rencana Aksi Nasional dijelaskan dalam peraturan presiden (Perpres) No.61/2011, yang juga
menetapkan peran Rencana Aksi Daerah/ Propinsi (“RAD GRK”). Sementara Rencana Aksi Nasional,
yaitu RAN-GRK, merupakan kerangka kerja kebijakan pokok untuk pencapaian tujuan pengurangan
emisi GRK nasional, kegiatan-kegiatan itu sendiri seringkali harus diambil di tingkat daerah, yang
dijelaskan dalam RAD-GRK, yang akan disusun oleh masing-masing propinsi. Sejauh ini, 32 dari 33
propinsi telah menerbitkan rencana aksi RAD-GRK mereka. Dalam beberapa kasus, kegiatan-kegiatan
yang harus dilaksanakan juga membutuhkan pelibatan langsung dari pemerintah kotamadya, misalnya
dibidang efisiensi energi penerangan jalan. Karenanya, pencapaian atas tujuan pengurangan gas
rumah kaca di Indonesia secara potensial mencakup tiga lapisan pemerintah yaitu pusat, propinsi dan
kotamadya- yang masing-masing memiliki sebuah pemerintahan terpisah, dengan prosedur anggaran
dan legislatif sendiri, tetapi tetap harus bekerjasama secara efektif untuk mencapai hasil yang
diharapkan.
3
Untuk sejarah pengembangan kebijakan iklim Indonesia, lihat Purnomo, A.: Evolusi Kebijakan Perubahan Iklim Indonesia; DariBali ke Durban. Jakarta, 2013
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 20/145
8
Gambar 1: Koordinasi aksi iklim nasional dan propinsi
Sumber: BAPPENAS (2012)
Sampai hari ini, hanya tiga pemerintah propinsi yang telah secara eksplisit memasukkan kegiatan-
kegiatan yang melibatkan peningkatan efisiensi energi untuk penerangan jalan didalam rencana iklim
RAD-GRK mereka, sementara 4 propinsi lainnya memasukkan kegiatan-kegiatan penggantian
penerangan yang non-spesifik, dimana dua dari 4 propinsi tersebut mengidentifikasi teknologi Lampu
LED. Selain itu, banyak kota-kota di Indonesia mulai menyusun rencana aksi mitigasi GRK; misalnya,
pada 2012 Kota Yogyakarta telah merilis inventarisasi dan rencana aksi GRK, yang disiapkan oleh
ICLEI dan didukung oleh USAID (U.S. Agency for International Development).
Tabel 1: Tinjauan mengenai penerangan jalan dalam rencana aksi iklim RAD-GRK propinsi
Propinsi Secara eksplisit menyebutkan lampu
hemat energi untuk penerangan jalan
Memasukkan lampu hemat energi
tetapi tidak secara eksplisit untuk
penerangan jalan
DKI Jakarta
Jawa Tengah
Gorontalo
DI Yogyakarta (LED)
Sulawesi Utara (LED)
Kalimantan Barat
Sulawesi Tenggara
Sumber: Analisa oleh GIZ pada 2013
Koordinasi menyeluruhpd Bantuan Teknis &Pengembangankapasitas- Pedoman- Modul pelatihan- Pelatihan
Bawah ke atas:Tingkat propinsimengembangkanrencana aksi localberdasarkan kondisilokal
Atas-kebawah: tingkatpropinsi harusmengembangkan
rencana aksi daerah
RAN GRK
Rencana aksi
daerah (RAD-GRK)
Rencana aksi
daerah (RAD-GRK)
Rencana aksi daerah
(RAD-GRK)
Koordinasi antar propinsi, dgn
menggunakan metodologi yg sama dan
Tingkat nasional
Tingkat Propinsi
(Pengumpulan dari kotadan kabupaten)
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 21/145
9
Manfaat utama dari pelaksanaan SSL bagi propinsi dan kota-kota di Indonesia adalah penghematan
energi yang dihasilkan darinya. Tagihan dari PLN untuk konsumsi listrik penerangan jalan setiap
bulannya sering kali merupakan bagian yang signifikan dalam anggaran kota. Berpindah ke SSL juga
memberi manfaat tambahan bagi pemerintah daerah, khususnya peningkatan fasilitas dan keamanan
publik karena penerangan yang lebih baik di jalan raya pada malam hari. Beberapa kota di Indonesia
sudah memiliki pengalaman dengan penggunaan penerangan jalan yang hemat energi. Dinas
penerangan jalan umum kota (PJU) di kotamadya yang disasar untuk terlibat dalam fase awal aksi
NAMA SSL mencakup Yogyakarta, yang telah mulai dengan pemasangan meteran dari tahun 2001
kedepan dan telah mencakup semua penerangan jalan yang terpasang. Kota-kota lainnya dengan
pengalaman sebelumnya adalah Semarang dan kota lain yang sebelumnya terlibat dalam kegiatan
yang dipandu GIZ, seperti Malang, Mojokerto, Pekalongan, Probolinggo dan Surakarta serta beberapa
kota lain diluar Jawa seperti Makassar (Sulawesi Selatan), yang telah memasang meteran secara penuh
dan memiliki pengalaman dalam pemasangan lampu LED. Aksi NAMA SSL bertujuan untuk
menggunakan pengalaman ini dan mempercepat pemakaian teknologi penerangan jalan pintar (smart
street lighting ) di seluruh Indonesia antara tahun 2014 - 2019.
Terkait dengan pembiayaan iklim, Pemerintah Indonesia (GoI) saat ini sedang menyiapkan mekanisme-
mekanisme pembiayaan yang berbeda untuk mendukung pelaksanaan RAN-GRK. Setelah
mempertimbangkan kebutuhan yang besar akan investasi untuk menjawab masalah perubahan iklim di
Indonesia, Pemerintah memutuskan untuk membentuk Dana Perwalian Perubahan Iklim Indonesia
(ICCTF) untuk menghimpun dan mengkoordinir dana-dana dari berbagai sumber termasuk lembaga
donor internasional. ICCTF menyalurkan dana-dana demi mencapai kebijakan dan program perubahan
iklim di bidang-bidang prioritas yaitu mitigasi berbasis lahan, energi, dan adaptasi dan ketangguhan.
Kapasitas dari mekanisme pembiayaan khusus seperti kapasitas ICCTF masih akan diperkuat lebih
dalam untuk memperoleh dan mengelola bantuan pembiayaan internasional untuk pelaksanaan NAMA.
Selain itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menawarkan pinjaman lunak untuk berbagai kegiatan
terkait infrastruktur melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP), termasuk dalam sektor energi (terutama,
pengembangan energi terbarukan, tetapi juga kemungkinan juga efisiensi energi).
Seiring dengan penyusunan NAMA dan pembiayaan aksi mitigasi, Indonesia sudah mengambil
langkah-langkah awal kearah sistem MRV nasional. Pedoman-pedoman termasuk diantaranya
template pelaporan untuk Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) dari kegiatan-kegiatan
RAN/RAD-GRK sudah diterbitkan oleh BAPPENAS pada Mei 2013 dengan dukungan dari GIZ
PAKLIM4. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) saat ini sedang menyusun konsep untuk sistem MRV
yang mencakup pendirian lembaga untuk MRV atas aksi NAMA yang didukung/unilateral. Saat ini
laporan Biennial Update Report/ Laporan Perkembangan Dua Tahunan (BUR) pertama dan Third
National Communication / Komunikasi Nasional Ketiga sedang dipersiapkan oleh KLH.
4 Advis Kebijakan Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim (PAKLIM)
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 22/145
10
3.2. Konteks Teknologi
Bilamana membahas soal penerangan jalan yang hemat energi, utamanya dua teknologi yang dianggap
cocok menggantikan jenis lampu konvensional yaitu: lampu diode pemancar cahaya (LED) dan
Penerangan Induksi Magnetik. Bab ini mengulas karakteristik dari teknologi tersebut serta manfaat dan
tantangan utamanya. Kajian tersebut didasarkan pada kriteria berikut ini:
Efektivitas dan kematangan: Kajian atas kualitas pencahayaan apa yang lampu-lampu tersebut
berikan, seberapa handal dan matangnya teknologi tersebut, apa pengalamannya dalam hal
operasional, pemeliharaan dan usia lampu.
Efisiensi: Kajian atas karakteristik tentang biaya pemasangan dan operasional.
Dampak lingkungan: Kajian atas dampak lingkungan selama fase produksi dan pembuangan/daur
ulang.
Lampu Diode Pemancar Cahaya (LED)
Teknologi diode pemancar cahaya (LED) merupakan teknologi pencahayaan yang berevolusi secara
cepat dengan potensi penghematan energi yang signifikan. Teknologinya berdasar pada Kristal semi-
konduktor dimana pembawa isi (elektron) mengalir dan bergabung kembali dengan lubang-lubang saat
munculnya foton (yaitu cahaya). Prosesnya disebut efek electroluminescence. Disini medan listrik
eksternal yang diaplikasi di tempat pertemuan sambungan/ junction semikonduktor memungkinkan
electron di pita konduksi, yang merupakan pembawa yang lebih aktif daripada lubang, untuk
memperoleh energi yang cukup untuk melintasi celah dan menggabungkan kembali lubang-lubang di
sisi lain titik sambungan/ junction yang mengeluarkan foton sebagai hasil dari pengurangan energi dari
konduksi ke pita valensi (rekombinasi radiatif). Secara teoritis, dimungkinkan bahwa semua electron
bebas bergabung kembali menciptakan sebuah foton. Ini menyiratkan potensi efisiensi energi yang
tinggi dari LED (lihat Halonen et al. p.111).
Efektivitas dan Kematangan:
Sejak LED dipasarkan pertama kalinya pada 1960an, teknologi ini secara teratur mengalami
peningkatan. Teknologi LED saat ini meliputi emisi spektral dari region merah ke kuning dari spekturm
yang kasat mata. LED warna putih dapat dibuat dengan mencampur emisi LED yang berbeda warna
atau dengan menggunakan fosfor. Tergantung pada sifat dari lapisan fosfor yang digunakan, cahaya
putih dengan kualitas berbeda-beda dapat dihasilkan.
Secara elektris, lampu LED dicirikan oleh arus maju dan tegangan maju. Karena karakteristik khas yang
mewakili arus langsung sebagai fungsi tegangan langsung, LED sering disebut peralatan yang
dikendalikan oleh arus.
Kinerja elektrik dan optic dari sebuah LED dikaitkan dengan karakteristik panas. Karena
ketidakefisienan akibat dari ketidaksempurnaan semikonduktornya dan dalam bentuk kemasan LED,
dihasilkan pengeluaran panas. Pengeluaran ini harus dihilangkan dari peralatan tersebut agar tetapmenjaga temperatur operasional dibawah maksimum yang diperbolehkan dan menghindari kegagalan
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 23/145
11
dini alat tersebut. Pengeluaran panas pertama-tama disalurkan ke bagian eksterior dari kemasan LED
disepanjang plat logam (heat slug). Lalu, panasnya terwujud ke ambient disepanjang konvensi dan
radiasi. Dalam beberapa aplikasi, pemanfaatan sistem pendingin eksterior seperti penyerap panas
dibutuhkan untuk memfasilitasi pelepasan panas ke ambient tersebut. (lihat Halonen et al. p.114).
Gambar 2: Contoh lampu LED dan modul LED
(Zheludev, 2007; Kinzey, B.R., Myer, M.A., 2010,p 4)
Berdasar rata-rata operasional selama 10 jam per hari, lampu LED memiliki usia hidup hingga 13 tahun
(Masthead LED Lighting, 2009). Usia hidup dan kinerja tergantung pada kualitas lampu LED, desain
sistem, lingkungan tempat beroperasi, dan faktor lainnya seperti faktor penyusutan lumen selama kurun
waktu tersebut.
Efisiensi:
Meskipun ada biaya dimuka untuk lampu LED yang besarnya 2-4 kali lebih dari harga sebagian besar
lampu berintensitas cahaya tinggi (HID), energi yang dikkonsumsi oleh LED besarnya separuh dari
energi lampu konvensional (atau kurang dari itu) dan lampu LED lebih tahan lama daripada lampu
konvensional sehingga terjadi penghematan yang besar. Armatur lampu LED tidak membutuhkan
konverter atau kapasitor, tetapi lampunya mengkonversi suplai voltase menjadi arus langsung
bervoltase rendah, dengan menggunakan suplai tenaga electronik yang kecil. Rata-rata biaya
pemeliharaan tahunan besarnya dua kali lebih rendah daripada biaya pemeliharaan lampu Merkuri atau
HPS (GIZ PAKLIM, 2012).
Dampak lingkungan:
Departemen Energi A.S (DOE) menggali dampak lingkungan dari LED yang dibandingkan dengan jenis
lampu incandescent dan CFL. Dengan ini proses produksi penerangan, barang mentah bekas, pilihan
daur ulang dan sumber energi yang dibutuhkan telah dipertimbangkan. Sebagai hasil seluruhnya, LED
yang dihasilkan saat ini memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah daripada lampu incandescent,
dan sedikit menguntungkan dari CFL. Dampak negatif utama dari lampu LED adalah pembuangan
limbah karena penyerap panas dari aluminium yang besar dari lampu itu. Diperkirakan dampak ini akan
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 24/145
12
berkurang karena peningkatan efisiensi dan upaya daur ulang dalam waktu dekat (Kinzey, B.R., Myer,
M.A., 2013).
Ringkasan kelebihan utama dan kelemahan LED
Kelebihan lampu LED:
Ukuran kecil (penyerap panas bisa besar ukurannya)
Secara fisik kuat
Harapan usia hidup panjang (dengan penanganan panas yang benar)
Mematikan/menyalakan lampu tidak berefek pada usia hidup, waktu naik sangat singkat
Tidak berisi merkuri
Operasional temperatur rendah ambient yang luar biasa
Efektivitas cahaya yang tinggi (LED berkembang pesat dan besarnya kisaran efektivitas
cahaya
Kemungkinan desain luminaire baru
Kemungkinan untuk mengubah warna
Tidak ada kedap kedip, nyala-mati atau suara berisik
Tidak radiasi panas optik
Kelemahan LED
Harga mahal
Aliran/paket cahaya yang rendah
CRI bisa rendah
Risiko cahaya silau karena output yang tinggi dengan ukuran lampu yang kecil
Perlu pengaturan panas (thermal)
Kurangnya standardisasi
Pencahayaan induksi magnetik
Waktu menyala lampu lampu-lampu bertekanan tinggi biasanya dibatas oleh abrasi elektroda.
Dimungkinkan menghindari karakteristik ini dengan memasukkan tenga listrik kedalam discharge
secara induksi atau kapasitatif. Sederhananya, penerangan induksi pada dasarnya merupakan lampu
fluorescent tanpa elektroda atau filament, yang sering kali menyebabkan bohlam lainnya cepat terbakar.
(US Department of Energy 2013 ). materi isian wadah discharge terdiri dari merkuri (amalgam) dan
krypton bertekanan rendah. Seperti lampu fluorescent, emisi primer (dalam UV-region) ditransformasi
dengan pelapisan fosfor phosphor menjadi radiasi yang terlihat (Halonen et al., p.105). Teknologi ini
sudah tidak baru. Nikola Tesla memperlihatkan lampu induksi pada akhir tahun 1890 yang sama
masanya dengan saingannya, Thomas Edison, yang berupaya meningkatkan bohlam lampu
incandescent di awal 1990, beberapa pabrikan lampu besar memperkenalkan lampu induksi ke pasar
(Departemen Energi AS, 2013).
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 25/145
13
Figure 3: Lampu jalan induksi
Departemen Energi AS, 2013
Efektivitas dan kematangan:
Pengalaman menggunakan penerangan induksi di Fasilitas Percontohan Isolasi Limbah (WIPP)
Departemen Energi AS dekat Carlsbad, New Mexico, telah memperlihatkan usia hidup saat digunakan.
Sistem penerangan induksi pertama WIPP dipasang pada tahun 1998, yang menggantikan lampu
sodium bertekanan tinggi (HPS). Lebih dari 10 tahun kemudian, tiga dari total 36 unit induksi yang asli
yang masih beroperasi setelah lebih dari 88.000 jam dengan bekerja selama 24/7 terus menerus.
Sistem tambahan dipasang pada 2002 dan tahun selanjutnya, baik didalam rumah maupun diluar rumah
dengan hasil yang luar biasa.
Karena itu, banyak unit lampu induksi memiliki usia hidup yang sangat panjang hingga 100.000 jam.
Agar dapat dibayangkan, sistem lampu induksi yang berlangsung selama 100.000 jam akan bertahan
selama 11 tahun dengan bekerja selama 24/7 terus menerus, dan 25 tahun jika dioperasikan 10 jam
per hari. Beberapa pabrikan hanya menaksir konverter merek selama 60.000 jam, meskipun lampu itu
bisa bertahan lebih lama (US Department of Energy 2013).
Efisiensi:
Usia hidup lampu yang panjang dan pemeliharaan sinar yang benar dapat dicapai dengan lampu-lampu
ini karena tidak ada elektroda. Pengoperasiannya hampir tanpa perlu perawatan komponen listriknya.
Tetapi biaya investasi jauh lebih tinggi daripada lampu HPS atau Merkuri. Sebuah kajian yangdilaksanakan Departemen Energi AS memperlihatkan biaya pemasangan dan peralatan dari lampu
induksi ada di kisaran lampu LED. Konsumsi energi untuk menghasilkan cahaya yang serupa
tampaknya lebih tinggi daripada LED (lihat DOE 2012, p. 15)
Dampak lingkungan:
Sebagai bohlam fluourescent standar, lampu induksi berisi sedikit merkuri, meskipun dalam bentuk
padat yang membuatnya tidak membahayakan jika pecah. Namun demikian, pembuangan bohlam
induksi harus dilakukan secara bertanggungjawan di saat lampu itu sudah tidak berfungsi karena
kandungan merkurinya. (US Department of Energy 2013).
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 26/145
14
Ringkasan kelebihan dan kelemahan utama dari lampu induksi:
Kelebihan lampu induksi:
Pengoperasiannya hampir tidak perlu perawatan
Sangat efektif – dalam banyak hal, 60+ or 70+ lumen per watt
Usia panjang
Indeks sesuaian cahaya (CRI) yang luar biasa, – 80+ dan dalam beberapa kasus 90+
Pilihan temperature warna putih hangat hingga putih sejuk (2.700 –6.500 K) e
Penyalaan dan restrike yang cepat
Tidak ada kelap kelip, nyala-mati, atau suara berisik
Beroperasi dengan suhu rendah
Kelemahan lampu induksi:
Harga mahal
Kefektivan luminare lebih rendah daripada LED
Konsumsi listrik lebih tinggi dari LED
Memuat merkuri
Kurang standardisasi
Perbandingan LED vs. Lampu induksi:
Tabel berikut ini membandingkan lampu LED dan lampu induksi sebagaimana digambarkan diatas
dengan pilihan teknologi lampu jalan khas lainnya.
Tabel 4: Pilihan teknologi armature (fixture) penerangan jalan
Teknologi Uap merkuri Uap sodium
bertekanan
tinggi
Induksi Keramik
baru
LED
Usia relatif tertua terbaru
Deskripsi Lebih tua,teknologi HIDsinar hitamyang sangatumum
Sumbercahaya HIDyang palingumum untuklampu jalan
Sumber cahayaputih denganelektroda sedikit,dapat beroperasilama
Teknologi HIDcahaya putih;armatur CMHbaru adalah>35 lebihefisien dariCMHsebelumnya
Sumber lampucahaya putihberbentuk padat danmengarah
Kelebihan Biaya awalrendah
Usia hiduplampulebih lama(~24rb jam)
Biaya awallebihrendah
Usia hiduplampulebih lama
Pengoperasian hampirbebasperawatan
Sangat efektif-dalam banyakkasus, 60+ or
• cahaya putih• usia hidup
lampupanjang(24-30rb jam)
Ukuran kecil(penyerap panasbisa berukuranbesar)
Secara fisik kuatsekali
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 27/145
15
Cahayaputih
Kegagalanlangsungtidak lazim
(~24rb jam)
Lampusangatefektif (70-150
lumens/watt)
70+ lumensper watt
Usia panjang
Indekssesuaianwarna (CRI
luar biasa —80+ dandalambeberapakasu 90+
Pilihantempteraturwarna putihhangat hinggaputih sejutk(2.700 –6.500K)
Penyalaandan restrikeyang cepat
Tidak adakedap kedip,nyala-mati,atau suaraberisik
Pengoperasian suhu rendah
• lampusangatefektif(~115lumens/
watt)
• Fixture/ar matursangatefektif
Harapan hiduppanjang (denganpenangananthermal yangbenar)
Mematikan/meny
alakan lamputidak berdampakpada usia, waktunaik sangatsingkat
Tidak memuatmerkuri
Pengoperasiansuhu ambientrendah yang luarbiasa
Cahaya yangsangat efektif(LED
berkembangcepat danefektivitas cahayaluas)
Kemungkinandesain luminaireyang baru
Dapat mengubahwarna
Tidak berkedap-kedip, tidaknyala/mati atauberisik
Tidak radiasipanas optik
Kelemahan Lampuyangkurangefektif (34-58 lumens/watt)
Efisiensiarmaturyang lebihrendah 8(~30%)
MemuatMerkuri
Low initialcost
Low CRI
ContainsMercury
Biaya awalyang tinggi
Lampu yangkurang efektif(36-64lumens/watt)
Memuatmerkuri
Hargamahal
LuminairekurangefektifdisbandingLED
Konsumsilistrik lebihtinggi dariLED
MemuatMerkuri
Kurangnyastandardisasi
Harga mahal
Aliran/paketcahaya yangrendah
CRI dapat rendah
Risiko cahayasilau karenaoutput tinggidengan lampuberukuran kecil
Perlupenangananthermal yangbenar
Kurangnyastandardisasi
Sumber: Tabel berdasar pada GIZ PAKLIM 2012, p.8
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 28/145
16
4. Rencana Implementasi Aksi NAMA Smart Street Lighting
4.1. Kerangka Kerja Lembaga
4.1.1 Kerangka Kerja Lembaga yang Ada
Pendirian lembaga penting untuk desain dan penyerahan aksi NAMA saat ini sedang dikembangkan di
Indonesia. Pilihan yang paling diminati dan dipertimbangkan saat ini adalah mendirikan sebuah panel
yang mereview dan menyetujui konsep dan proposal NAMA. Panel ini akan terdiri dari Dewan Nasional
Perubahan Iklim (DNPI), Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) sebagai
koordinator atas pelaksanaan RAN-GRK, serta perwakilan dari kementerian-kementerian terkait sektor
utama. Selama terkait masalah NAMA SSL, sejumlah kementerian kunci perlu dilibatkan.
Pelaksanaan NAMA SSL akan membutuhkan kepemimpinan dan koordinasi tingkat nasional, serta
pengelolaan aksi secara bersama di tingkat pemerintah propinsi dan kotamadya (kota). Hal ini
dikarenakan pemerintah /kotamadyalah yang bertanggungjawab terhadap pemasangan dan
pemeliharaan penerangan jalan di kawasan kotamadya, sementara pemerintah propinsi
bertanggungjawab di luar kota. Pemerintah Pusat bertanggungjawab atas penerangan jalan-jalan
nasional.
Para aktor utama yang diidentifikasi memiliki peran/tanggungjawab yang relevan terkait pelaksanaan
NAMA SSL dirangkum dalam Tabel 5.
Tabel 5: Kerangka Kerja Lembaga untuk NAMA SSL
Lembaga Tanggungjawab/kepentingan
utama
Komentar
Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (KESDM)
Direktorat Jenderal Energi
Baru/Terbarukan dan
Konservasi Energi (EBTKE)
Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan
Bertanggungjawab atas kebijakan
dan langkah penghematan energi
termasuk standardisasi efisiensi
energi untuk penerangan jalan
(termasuk LED).
Pemilik dan pendukung NAMA SSL
dengan tanggungjawab koordinasi
utama untuk standardisasi efisiensi
energi.
Bertanggungjawab atas regulasi
meterisasi terkait PLN
MEMR akan mengkoordinir upaya-
upaya dari badan-badan utama
lainnya yang terlibat dalam
pelaksanaan, termasuk yang
bertanggungjawab atas
pembiayaan, pemeliharaan dan
pemasangan dan penetapan
standard kinerja. Secara logika,
EBTKE merupakan tempat bagi
unit pendukung teknis
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 29/145
17
BAPPENAS Koordinator menyeluruh atas
NAMA Indonesia dan badan yang
mengawasi ICCTF
Pemangku kepentingan utama
sebagai ICCTF dapat menjadi
saluran pembiayaan logis untuk
pembiayaan internasional untuk
mendukung NAMA SSLIndonesian Climate Change Trust
Fund (ICCTF)
Dana yang dibentuk untuk
membantu mencapai tujuan
Indonesia berpindah ke
perekonomian rendah karbon.
Mekanisme pembiayaan potensial
untuk pengelolaan dan penyaluran
dana-dana (NAMA yang didukung)
internasional.
Suntikan dana ke ICCTF dengan
gabungan sumber pembiayaan
dibutuhkan untuk memungkinkan
pelaksanaan NAMA.
Kementerian Keuangan
(Kemenkeu)
Pusat Investasi Pemerintah (PIP)
Badan Kebijakan Fiskal
Badan yang bertanggungjawab
untuk mengatur anggaran nasional,
termasuk pembiayaan untuk
sejumlah kegiatan mitigasi iklim.
Kemenkeu bertanggungjawab
untuk mengawasi Pusat Investasi
Pemerintah (PIP), yangmengelola
mekanisme pembiayaan utama
untuk NAMA SSL.
Unit dalam Kemenkeu yang
bertanggungjawab untuk
menetapkan arah
belanja/pengeluaran kebijakan
perubahan iklim.
Pemangku kepentingan utama
sebagai pembiayaan dalam negeri
dibutuhkan untuk peningkatan
NAMA selama waktu ini. Pinjaman
PIP dapat digunakan sebagai satu
pilihan pembiayaan; pilihan lainnya
juga akan dipertimbangkan.
Mempertimbangkan pembuatan
dana bergulir untuk investasi
peningkatan efisiensi energi.
Kementerian Pekerjaan Umum
(PU)
Bertanggungjawab atas standar-
standar untuk investasi penerangan
jalan awal, pencahayaan pada
permukaan jalan, jarak minimum
tiang lampu dan usia lampu di jalan
nasional.
Relatif pemangku kepentingan
yang kecil
Kementerian Perindustrian
(Kemperind)
Bertanggungjawab atas standard-
standar produk penerangan/ lampu.
Pemangku kepentingan utama
yntuk mengatur para produsen
dalam industry LED. Standar lampu
LCD untuk rumah tangga *(belum
untuk penerangan jalan) masih
sedang dirancang.
Kementerian Perhubungan
(Kemhub)
Bertanggungjawab atas standar
atas komponen-komponen yang
berbeda dari perlengkapan yang
tercakup dalam lampu jalan (seperti
tiang, soket, dll.).
Pemangku kepentingan utama
untuk memastikan standard
kualitas luminaire dan
intensitas/besarannya di jalan
umum
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 30/145
18
Biaya pemasangan lampu
penerangan untuk jalan-jalan
nasional dibebankan pada
anggaran Kemenhub.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Memasok listrik; menagih dinas
penerangan kotamadya setempatuntuk penggunaan energi
penerangan jalan; mendapatkan
pajak penggunaan energi
penerangan jalan dari para
pelanggan; bertanggungjawab atas
pemasangan, kalibrasi dan
pencatatan meteran,
Pemangku kepentingan utama
karena perannya menghitungmeteran dan kegiatan penagihan
yang terjadi saat ini. PLN meminta
pihak pemerintah kotamadya
untuk menanggung semua biaya
pemasangan meteran dan tidak
punya dorongan untuk pemberian
meteran, tetapi akan memproses
permohonan pemasangan
meteran dari pihak pemerintah
kotamadya. PLN saat ini
mendapat keuntungan dari
penagihan lump sum standar yang
cenderung mengakibatkan tagihan
yang jauh lebih tinggi dari
penggunaan sebenarnya.
Dinas penerangan umum
kotamadya (PJU)
Biasanya menjadi bagian dariDinas Pekerjaan Umum Daerag
(DPU) atau Dinas Kebersihan
dan Pertamanan (DKP)
Berdasarkan kerangka regulasi
Indonesia, penerangan jalan
kotamadya dibiayai oleh anggaran
kota5
. Pemerintah kotamadyabertanggungjawab atas
pemeliharaan seluruh penerangan
jalan, juga pada jalan nasional dan
propinsi di wilayah kotamadya
mereka
Punya dorongan untuk memasang
meteran dan penerangan yang
efisien sebagai cara mengurangi
tagihan energi, tetapi biasanyatidak mampu melakukannya tanpa
adanya kenaikan alokasi anggaran
mereka.
Perusahaan sektor swasta yang
memasok peralatan penerangan
jalan yang efisien
Seperti Osram, Fokus dan
Philips
Penyedia barang komersial
memberikan kontrak kepada PJU
daerah.
Anggota Asosiasi Industri Luminer
dan Kelistrikan Indonesia (AILKI)
Philips sudah menjual lebih dari
3000 lampu jalan LED di Indonesia;
Osram telah mengembangkan alat
penghitungan keuntungan finansial
bagi pemerintah kotamadya untuk
memperlihatkan periode
pengembalian modal.
Donor/badan pembiayaan
internasional
Tertarik menggunakan pembiayaan
iklim yang efektif dan efisien untuk
mendukung kegiatan mitigasi di
Indonesia
NAMA SSL diserahkan ke NAMA
Facility ini pada permintaan
penyerahan tahap pertama di bulan
5 Lihat Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 2006, ayat 1, Pasal 8-9; UU no 22 tahun 2009, Pasal 25, dan Peraturan Pemerintah
No. 32 tahun 2011 pasal 33.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 31/145
19
Pemerintah Jerman dan Inggris
melalui NAMA Faci l i ty dan
sumber internasional yang
lainnya
September 2013, dan sumber
internasional lainnya
4.1.2 Tantangan bagi Kerangka Kerja Lembaga
Terdapat sedemikian besar tantangan didepan keberhasilan pelaksanaan NAMA SSL. Berdasarkan
riset yang dilaksanakan untuk penyiapan laporan ini, termasuk wawancara dengan para pemangku
kepentingan di tingkat nasional dan daerah antara bulan Juni dan November 2013, masalah-masalah
yang paling penting terkait kerangka kerja kelembagaan dapat dikelompokkan kedalam dua masalah
yang luas:
Koordinasi berbagai badan dan aktor
Menjawab soal struktur insentif terkait penagihan dan meterisasi
Koordinasi Multi Badan dan Aktor
Salah satu tantangan utama yang harus diatasi dalam pelaksanaan NAMA SSL adalah penggabungan
aksi-aksi oleh berbagai lembaga di tingkat nasional, propinsi dan kotamadya. Badan ditingkat nasional
memiliki NAMA SSL dan bertanggungjawab dalam hal koordinasinya adalah KESDM, sebagai otoritas
yang bertanggungjawab atas kebijakan dan langkah-langkah efisiensi energi. KESDM harus mendapat
dukungan dan mengkoordinasi upaya-upaya dari berbagai badan dan aktor lainnya untuk menghasilkan
pelaksanaan yang sukses. Permasalahan utama koordinasi yang diidentifikasi adalah seperti:
Penetapan standar oleh Kemperin – Apabila KESDM bertanggungjawab atas penetapan tingkat
efisiensi energi yang harus dipertimbangkan dalam standar-standar produk/ teknologi, maka
Kemperinlah yang bertanggungjawab atas penetapan standar kinerja bagi produk-produk baru secara
umum. Muncul kebutuhan untuk bekerjasama antara dua kementerian dengan KESDM yang berperan
sebagai pemilik aksi NAMA SSL. Mungkin 1-2 tahun dibutuhkan untuk penetapan standar baru untuk
lampu-lampu LED oleh Kemperin6. Karenanya, pilihan-pilihan alternatif dapat dipertimbangkan selama
fase percontohan, seperti menggunakan standard International Electrotechnical Commission (IEC)
untuk sementara.
Pembiayaan oleh Kemenkeu – KESDM akan berkoordinasi dengan Kemenkeu sebagai badan utama
yang bertanggungjawab atas pengaturan anggaran nasional. Satu pilihan utama untuk peningkatan aksi
NAMA SSL adalah dengan memberi kepada pemerintah propinsi dan kotamadya akses pinjaman lunak
lewat skema investasi PIP atau program sejenis yang diarahkan untuk kegiatan-kegiatan peningkatan
efisiensi energi. Hal ini mungkin juga mencakup model-model Kemitraan Publik-Swasta (KPS) dalam
membiayai penggantian lampu jalan, misalnya melalui bantuan pada Perusahaan Jasa Energi (ESCO).
6 Diskusi dengan Kemperin pada Juli 2013 mengindikasikan bahwa perkiraan jadwal penerbitan standar baru (dianggap bahwa
standar baru mengandung referensi yang diterbitkan oleh IEC, JIS, ASTM) adalah 9 bulan, dimana 6 bulannya adalah untuk
pertemuan teknis dan 3 bulannya untuk review final di BSN. Kemperin mengindikasikan lebih memilih untuk menunggu standarLED sampai standar IEC disepakati..
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 32/145
20
Dukungan dari BAPPENAS – KESDM membutuhkan dukungan dari BAPPENAS sebagai
administrator ICCTF, yang mungkin merupakan salah satu kanal pembiyaan utama untuk pembiayaan
iklim internasional dalam mendukung pelaksanaan NAMA. Selain itu, BAPPENAS bertanggungjawab
atas seluruh koordinasi NAMA, karena itu peran-peran/tanggungjawab harus ditetapkan secara lebih
jelas antara kedua badan tersebut yaitu KESDM dan BAPPENAS.
Koordinasi dengan pemerintah tingkat propinsi dan kotamadya – pemerintah tingkat propinsi dan
kotamadya yang terlibat perlu dipicu untuk bertindak sesuai berbagai tingkatan termasuk keuangan,
teknis dan legislatif. Koordinasi menyeluruh NAMA SSL adalah tanggungjawab dari Unit Pendukung
Teknis (TSU) yang akan dibentuk didalam lingkungan KESDM. Pemerintah propinsi akan langsung
bertanggungjawab atas pemasangan dan pemeliharaan kawasan non-perkotaan yang dicakup oleh
NAMA, sementara pemerintah kotamadya akan bertanggungjawab atas kawasan perkotaan didalam
setiap propinsi. Perundangan yang khusus perlu disahkan oleh pemerintah propinsi atau kotamadya
untuk memungkinkan pelaksanaan, mengalokasi anggaran untuk kegiatan investasi SSL dan untukpengaturan pembiayaan tertentu (misalnya untuk pengembalian pinjaman PIP). Dari perspektif
pembiayaan, aliran dana antara pemerintah pusat, propinsi dan kotamadya perlu dikoordinir oleh
Kemenkeu, sebagai badan yang bertanggungjawab atas masalah keuangan nasional. Mekanisme
koordinasi pendanaan hibah untuk perubahan iklim (termasuk jumlah bantuan keuangan untuk
pemerintah daerah) sedang disusun oleh Kemenkeu. Saat ini pula, beragam sumber pendanaan dan
mekanisme penyaluran yang ada bagi para pemangku kepentingan untuk aksi perubahan iklim
belumlah terkoordinirsesuai dengan mekanisme keuangan nasional. (Kemenkeu, 2012a). Integrasi
dengan kegiatan tingkat propinsi merupakan pertimbangan utama, terutama jika terkait dengan
memperoleh akses untuk pembiayaan.
Koordinasi dengan dinas penerangan jalan umum daerah di kotamadya (PJU) – Karena NAMA
SSL pertama-tama akan dipusatkan di kota-kota percontohan, penting juga diperhatikan agar unit Dinas
Penerangan Jalan Umum di kota-kota yang dipilih untuk ikut serta dalam aksi NAMA SSL memiliki
kapasitas untuk melaksanakan dan menerima dukungan yang diperlukan dari TSU. PJU ini akan
bertanggungjawab untuk penggantian teknologi penerangan, dan, bilamana relevan, bernegosiasi
dengan PLN terkait pemasangan meteran dan restrukturisasi sistem pembayaran tagihan. Pemerintah
kotamadya setempat juga penting pada tahapan MRV ini, danakan membutuhkan banyak dukungan
peningkatan kapasitas untuk hal ini.
Koordinasi dengan sektor swasta – pihak swasta yang terlibat, terutama produsen/pemasok lampu
seperti Osram, Fokus dan Philips dan mungkin juga penyedia jasa ESCO, harus mengakses pasar ini.
KESDM akan bertanggungjawab memastikan bahwa halangan-halangan yang mungkin muncul dapat
ditangani – misalnya saat berkoordinasi dengan pemeirntah tingkat daerah apabila negosiasi seputar
penyediaan teknologi lampu hemat ditunda karena masalah regulasi ditingkat nasional.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 33/145
21
Menangani masalah struktur insentif terkait penagihan dan meterisasi
Meterisasi listrik untuk lampu jalan merupakan faktor penting bagi keberhasilan SSL. Berbagai kota di
Indonesia termasuk didalamnya Yogyakarta, Makassar, Malang dan lainnya sudah berada di jalur
pemasangan meteran. Meskipun pemerintah kotamadya ini memiliki dorongan yang kuat untuk
memasang meteran, karena membantu mengurangi biaya, mereka sering tidak mampu melakukannya
sendiri, dan kemajuaannya berjalan lambat hingga hari ini. PLN, yang membebani kota-kota ini atas
konsumsi energi dari lampu jalan mereka setiap bulannya, hampir tidak memiliki dorongan untuk
membantu memfasilitasi perubahan yang lebih cepat ke penggunaan meteran karena kemungkinan
adanya pembebanan lebih yang saat ini terjadi karena tidak adanya meterisasi (ini dibahas secara rinci
Bagian 4.2). Praktik penagihan lump sum yang terjadi saat ini menghasilkan tagihan hingga 30-50%
lebih tinggi dari pemakaian sebenarnya. Situasi ini mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk
pendekatan yang digunakan PLN dan pemberian distribusi jaringan listrik yang illegal. Dari sudut
pandang keamanan pasokan, PLN sebenarnya memiliki dorongan untuk mencegah pencurian tersebut,
tetapi perubahan yang luas kearah meterisasi hampir pasti berdampak pada pendapatan yang diterima
oleh pemerintah daerah untuk penerangan jalan.
PLN umumnya menerima permintaan meterisasi dari kotamadya, tetapi meminta mereka untuk
menanggung penuh biaya pemasangan yang bernilai sekitar Rp.20 juta (sekitar 1780 Dollar AS) untuk
setiap 3 tahap meteran, yang melayani hingga 20 lampu. PLN harus menyediakan alat meteran tersebut
yang sebenarnya hanya seharga sekitar Rp.1 juta per unit (88 Dollar AS). Permintaan meterisasi harus
diajukan oleh pemerintah kotamadya ke kantor PLN daerah. Lalu PLN akan mengajukan sejumlah
meteran yang harus dipasang dan menegosiasi pemasangan lainnya. PLN juga mengkalibrasi
meteran-meteran tersebut dan bertanggungjawab mengecek meteran.
Struktur pembayaran tersebut dan pemisahan tanggungjawab menciptakan potensi disintensif di sisi
PLN untuk secara aktif mendukung peluasan penggunaan meteran. Dalam perkembangan terbaru, PLN
akan menghabiskan 1 juta Dollar AS dengan dana tambahan dari Bank Pembangunan Asia (ADB) untuk
percontohan lampu jalan LED di Surabaya dan Denpasar, yang akan dilaksanakan sejak 2014.
Untuk menjawab masalah-masalah ini, diperlukan komitmen politik tingkat tinggi untuk memperbaiki
struktur insentif, memprioritaskan meterisasi dan struktur tanggungjawab yang jelas dalam pelaksanaan
NAMA SSL. Pelaksanaan ini menuntut koordinasi aktif oleh pemilik NAMA, KESDM, untuk meastikan
bahwa semua aktor memainkan peran mereka.
4.1.3 Pendirian unit pendukung teknis (TSU)
Direkomendasikan bahwa Unit Pendukung Teknis (TSU) didalam lembaga koordinasi, seperti ETBKE,
dilingkungan KESDM, harus dibentuk untuk memfasilitasi pelaksanaan NAMA SSL dan mengkoordinir
kegiatan-kegiatan dari semua badan yang terlibat. Bagian dari komponen pendanaan hibah
internasional akan ditujukan untuk kepentingan bantuan teknis (TA) bagi berbagai aktor yang terlibat
didalam pelaksanaan NAMA. Dengan bantuan dari GIZ, pendanaan TAA diusulkan untuk kepentingan
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 34/145
22
ini. TSU akan menjadi lembaga utama yang bertanggungjawab mengkoordinasi berbagai lembaga yang
terlibat, dan memberikan bantuan teknis/kegiatan peningkatan kapasitas bilamana diperlukan.
Fungsi-fungsi utama Bantuan Teknis dari TSU mencakup:
Saran kebijakan untuk reformasi kebijakan pajak penerangan jalan, regulasi penentuan harga dan
kebijakan terjakit, termasuk prioritas meterisasi listrik.
Memberikan bantuan teknis pada pemerintah propinsi dan/atau kotamadya dalam penerapan
pembiayaan dari badan-badan pemerintah pusat termasuk PIP.
Saran teknis sebagai masukan untuk formulasi standar efisiensi energi nasional untuk produk
penerangan jalan.
Peningkatan kesadaran di tingkat kota dan propinsi, terutama selama fase scaling-up NAMA SSL
(termasuk kontrak dengan ESCO, perancangan dan pelaksanaan).
Dukungan teknis untuk pemasangan, pemeliharaan dan MRV atas sistem penerangan jalan pintardi kotamadya.
Tinjauan mengenai kegiatan dari TSU selama aksi NAMA dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1: Uraian Unit Pendukung Teknis NAMA SSL didalam KESD
Tujuan
keseluruha
n
Mengkoordinasi aktor/badan yang terlibat dalam pelaksanaan NAMA SSL di
tingkat nasional, propinsi dan kotamadya
Memberikan bantuan teknis terkait masalah kebijakan, pembiayaan dan isu
teknis untuk mendukung pelaksanaan NAMA secara efektif dan efisien
Fungsi Fase I: Fase percontohan (2014 – pertengahan 2015)
Tingkat Nasion al
Memberikan bantuan dan saran teknis kepada kementerian terkait (Kemenperin
atau KESDM) untuk penentuan kinerja efisiensi energi dan standar keselamatan
untuk produk penerangan yang efisien tingkat nasional.
Akreditasi badan auditor dan pelatihan yang memungkinkan kapasitas teknis
memadai untuk pemasangan dan pemantauan teknologi penerangan jalan.
Memberikan saran kebijakan pada KESDM terkait isu kebijakan prioritas termasuk
meterisasi listrik dan kerangka regulasi yang memungkinkankota mengontrak
ESCO.
Formulasi pilihan-pilihan reformasi kebijakan untuk perluasan penerangan jalan
pintar secara lebih efisien, termasuk: reformasi kebijakan perpajakan ditingkat kota
dan regulasi penentuan harga listrik melalui pengurangan subsidi (misalnya
memasukkan penentuan harga yang lebih mencerminkan biaya).
Berinteraksi dengan PIP untuk membantu mengurangi sumbatan/ merampingkan
prosedur untuk permohonan pinjaman. Hal ini mencakup masalah-masalah seperti
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 35/145
23
kelayakan kotamadya untuk mendapat kredit dan persyaratan regulasi terkait
pengembalian pinjaman.
Menetapkan dan menjaga database monitoring yang dibutuhkan untuk MRV emisi.
Tingkat propinsi / /kotamadya
Menyediakan informasi melalui kampanye penyadaran mengenai manfaat
penerangan jalan pintar dan meterisasi bagi pemerintah tingkat kota dan propinsi.
Memberikan edukasi dan pelatihan bagi pemerintah kotamadya/ propinsi
mengenai prosedur pemasangan dan pemeliharaan yang benar dan MRV atas
kegiatan penerangan jalan pintar (termasuk pengukuran yang dibutuhkan untuk
memantau pengurangan emisi).
Memberikan bantuan teknis bagi pemerintah tingkat propinsi dan/atau kotamadya
dalam penerapan pembiayaan penggantian lampu sesuai dengan SSL. Awalnya,akan difokuskan pada dua pilihan pembiayaan pokok:
1. Peningkatan kapasitas untuk membantu pemerintah daerah mengakses
pembiayaan hibah yang disalurkan melalui ICCTF bilamana mengurusi
bantuan NAMA internasional.
2. Membantu pemerintah daerah dalam mengakses pinjaman lunak yang
diurus oleh PIP.
membantu PJU dalam melaksanakan audit atas lampu jalan terpasang- dukungan
ini sudah diberikan oleh KESDM dan dapat diperluas. Contoh, membantu kota
dalam bernegosiasi dengan PLN atau dalam merancang survei.
Peningkatan kesadaran dan promosi model ESCO, termasuk desain pengaturan
kontrak, yang berhubungan dengan regulasi nasional mengenai tender/kontrak,
dan pelaksanaan pembiayaan ESCO yang berhasil.
Fase II: Fase Peningkatan (pertengahan 2015 – 2016)
Tingkat Nasional
Mendukung KESDM dalam pelaksanaan pilihan reformasi kebijakan yang
diidentifikasi dalam Fase I.
Menjajaki pilihan-pilihan pembiayaan jangka panjang seperti fasilitar yang
dikhususkan untuk menarget pinjaman efisiensi energi yang dikelola oleh
pemerintah pusat (misalnya Kemenkeu).
Interaksi yang masih berjalan dengan badan-badan yang bertanggungjawab atas
standar (Kemperin, KESDM).
Peningkatan interaksi yang berjalan dengan badan-badan dalam pembiayaan,
terutama PIP/Kemenkeu, karena penggunaan pinjaman lunak dianggap bakal
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 36/145
24
memainkan peranan yang besar untuk mendukung kota-kota yang ingin
bergabung dalam aksi NAMA ini.
Memungkinkan penggunaan kontrak ESCO dengan memberi ijin/mengakreditasi
ESCO untuk memberi rasa percaya yang lebih besar pada pemerintah daerah
dalam kehandalan/kualitas layanan mereka.
Pemeliharaan dan peningkatan yang berjalan atas database pemantauan,
termasuk untuk pelaporan kemajuan NAMA ditingkat nasional/internasional.
Tingkat kotamadya/ Propinsi
Perluasan peningkatan kesadaran akan manfaat NAMA SSL di tingkat kota dan
propinsi untuk meningkatkan penggunaan (terutama kota-kota diluar Jawa).
Bantuan teknis termasuk pelatihan pada PJU pemerintah daerah tentang prosedur
pemeliharaan dan MRV. Dukungan pemecahan masalah bagi kota-kota yang telah ikut dalam NAMA SSL
di tahap pertama, misalnya, menangani pengurusan ESCO atau masalah MRV.
Memfasilitasi pembiayaan ESCO di 1-2 kota dengan membantu pemerintah
daerah dalam mengembangkan perundangan yang diperlukan untuk mengadakan
kontrak, penyiapan dokumen tender, dan sebagainya.
Membantu pemerintah kotamadya/ propinsi tambahan lainnya dalam mengajukan
permohonan pinjaman PIP.
Fase III: Fase Transformasi (2017 – 2019)
Tingkat nasional
Membantu KESDM dalam pelaksanaan pilihan reformasi kebijakan sebagaimana
diidentifikasi pada Fase II.
Pengembangan pilihan-pilihan dan rencana anggaran untuk fungsi-fungsi jangka
panjang TSU setelah pelaksanaan NAMA SSL. Satu pilihannya adalah
mengadopsi fokus Efisiensi Energi (EE) yang lebih luas sebagai suatu Badan
Efisiensi Energi Indonesia (serupa dengan BEE India (Badan Efisiensi EnergiIndia)).
Berkoordinasi dengan badan-badan ditingkat pemerintah pusat yang terlibat dalam
pembiayaan SSL.
Memelihara database pemantauan termasuk untuk pelaporan NAMA di tingkat
nasional dan internasional.
Tingkat kotamadya/propinsi
Bantuan yang berjalan untuk kota-kota yang terlibat dalam NAMA SSL sejak Fase
II, termasuk untuk kota-kota baru yang bergabung di Fase III.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 37/145
25
Gambar 4 dibawah ini memperlihatkan gambaran usulan struktur TSU. Rincian lebih lanjut dari setiap
fungsi disampaikan dalam bagian-bagian berikut ini, khususnya terkait dengan perannya dalam MRV
dan peningkatan kapasitas dan penyadaran.
Mempromosikan manfaatnya untuk memperluas cakupan secara nasional.
Dukungan yang berjalan bagi kota-kota yang bersiap mengajukan permohonan
pembiayaan ketika masuk dalam urusan ESCO.
Kebutuhan
Staf
Setidaknya staf berikut ini akan dibutuhkan dalam Fase I-II dari NAMA ini:
Manajer/koordinator umum: manajer senior, berpengalaman mengkoordinir
proyek-proyek besar yang melibatkan banyak badan; pengalaman internasional
dan idealnya ahli dalam efisiensi energi.
Koordinator keuangan: Berlatar belakang keuangan, bertanggungjawab untuk
berinteraksi langsung dengan ICCTF/BAPPENAS, PIP/Kemenkeu dan staf
anggaran kotamadya/propinsi; membantu pemerintah daerah dalam hal prosedur
permohonan dan mengawal upaya peningkatan kapasitas.
Koordinator teknis: berlatar belakang teknik; bertanggungjawab untukberhubungan dengan Kemperin terkait standardisasi, membantu dinas PJU
pemerintah daerah pada pemasangan dan MRV, termasuk mengawal
penyusunan program pelatihan, dan bertanggungjawab untuk berhubungan
dengan PLN terkait masalah meterisasi.
Staf pendukung teknis: hingga tiga staf pendukung yang bertanggungjawab pada
pelaksanaan kursus pelatihan mengenai pemasangan, pemeliharaan dan MRV.
Staf administrasi: hingga dua staf administrasi dan kantor untuk mengurusi
database, menyelenggarakan lokakarya, rapat, korespondensi informasi, webinar,
briefing daerah dan kegiatan peningkatan kesadaran dan membantu tim
manajerial/keuangan/ teknis dalam kerjanya.
Perkiraan
anggaran
Total perkiraan anggaran sebesar 5,5 juta EUR yang tersebar pada periode
pelaksanaan 2014-2019, yang mencakup gaji, biaya operasional, dan biaya eksternal
lainnya.
Pilihan
pembiayaan
Komponen bantuan teknis hibah NAMA Facility yang disalurkan dan dikelola melalui
GIZ yang bertindak sebagai badan pelaksana. Di akhir fase transformasi (akhir 2019)
akan ditentukan suatu alternatif pendekatan pendanaan.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 38/145
26
Gambar 4: Struktur organisasi Unit Pendukung Teknis (TSU) dalam KESDM
4.2. Kebijakan Penetapan Harga dan Peraturan
Bagian ini membahas secara singkat kerangka regulasi yang berlaku terkait dengan penetapan harga
listrik yang digunakan oleh lampu jalan, mekanisme untuk memulihkan biaya-biaya terkait dari
masyarakat dan kerangka kebijakan terkait. Tujuannnya untuk mengidentifikasi reformasi kebijakan
yang dapt membantu memberi merangsang pemerintah propinsi dan ktamadya untuk berpindah ke
teknologi penerangan yang lebih efisien.
4.2.1 Kajian atas kebijakan penetapan dan regulasi harga
Saat ini terdapat banyak kendala untuk peningkatan efisiensi penerangan jalan yang muncul dari cara
penentuan harga listrik dan pemulihan biaya yang dibuat. Pertama-tama, seperti telah disebutkan
sebelumnya, dengan tidak adanya meterisasi atas lampu jalan di banyak kota di Indonesia, tingkat
konsumsi hanya diperkirakan dan ditagih oleh PLN berdasar lump sum. Jika ada meterisasi pada
sebagian lampu jalan, maka pemerintah daerah menerima tagihan dari PLN yang mencakup komponen
yang berdasar pada data meteran dan komponen perkiraan berdasar lump-sum. Perkiraan ini dilakukan
dengan menggunakan seperangkat asumsi konservatif termasuk 375 jam per bulan dari jam
operasional dan nilai tenaga listrik yang disesuaikan berdasarkan spesifikasi teknis dari teknologi
pencahayaan, yang mengakibatkan konsumsi yang mungkin tertinggi yang dihitung untuk banyak
sambungan yang ditanggung. Keputusan Presiden No. 89 Tahun 2002 mengatur perumusan untuk
menentukan tenaga listrik efektif (VA) dari pembayaran lump-sum yang mengakibatkan nilai minimum
yang dibebankan sebesar dua kali dari nilai tenaga listrik yang terpasang seperti terlihat di Tabel
dibawah ini.
Tabel 7: Nilai tenaga listrik efektif dari lampu penerangan jalan
A. Lampu Pelepasan Gas (Gas Discharge Lamps)
Advis Kebijakan/Pengelolaan
Unit Teknis
Pembiayaan
Standar
TA untuk LGU
MRV
UnitAdministrasi
Pembiayaan(TA)
IT
Pengelolaan
pengetahuan
Unit Promosi
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 39/145
27
No Nilai Tenaga
Listrik Lampu
Tenaga listrik efektif
(KVA)
1 10 - 50 100
2 51 - 100 200
3 101 – 250 500
4 251 - 500 1000
B. Lampu Tungsram (Incandescent Lamps)
No Lamp Power Rate Effective Power (KVA)
1 25 - 50 50
2 51 - 100 100
3 101 – 200 200
4 201 - 300 300
5 301 - 400 400
6 401 - 500 500
7 501 - 600 600
8 601 - 700 700
9 701 - 800 800
10 801 - 900 900
11 901 - 1000 1000
Jumlah pasti dari lampu-lampu yang tersambung ke jaringan distribusi PLN sangatlah tidak pasti di
banyak kota di Indonesia karena praktik penyambungan listrik yang illegal oleh pemukim (rumah tangga
dan kalangan usaha. Contohnya, di satu kota di Jawa, yaitu Surakarta, pembahasan dengan dinas PJU
memperlihatkan bahwa dari perkiraan 17.360 lampu, total sekitar around 40% darinya kemungkinan
adalah sambungan ilegal7. Audit menyeluruh atas jumlah lampu pernah dilakukan pada 2007. Dinas
PJU memperkirakan sambungan illegal semakin bertambah sejak saat itu, tetapi tidak tahu berapa
banyak. PLN menagih kota tersebut berdasarkan jumlah total sambungan dari audit 2007 (termasuk
sambungan ilegal). Kota Surakarta telah menerapkan meterisasi yang mencakup sekitar 30% dari
semua penerangan jalan, tetapi ini hanya mencerminkan 16% dari tagihan listrik penerangan jalannya-
sementara sisa (84%) dari tagihannya didasarkan pada pendekatan lump sum. Pendapatan pajak telah
meningkat karena pertumbuhan penduduk, tetapi hampir tidak menyamai pertumbuhan tagihan listrik;
keduanya diharapkan mencapai sekitar Rp.30 milyar pada 2013, tanpa adanya ruang menaikkan
pajaknya yang sudah ditetapkan hanya dibawah batas maksimal sebesar 9%8. Itulah, pajaknya hanya
7 Dua aspek terkait sambungan illegal adalah: pertama, dimana orang memasang lampu tanpa memberitahu dinas PJU sehingga
lampu tidak dapat dipertanggungjawabkan oleh dinas PJU, dan kedua, sambungan teknis tidak memenuhi standar (tipe kabel,
tipe lampu)
8 Wawancara dengan Dinas PJU Surakarta pada Agustus 2013.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 40/145
28
menutupi konsumsi, dengan adanya pemasangan baru, pemeliharaan dan berbagai program
penggantian yang harus dibiayai dengan cara-cara lain.
Kedua, ketidak terhubungnya antara pendapatan pajak dan pengeluaran penerangan jalan lewat dinas
PJU tidak mendorong investasi pada teknologi yang lebih mahal dan canggih. Pajak penerangan jalan
ditetapkan oleh undang-undang nasional (UU) 28/2009 (ayat 55-56) dan nilainya dapat ditentukan oleh
DPRP kota melalui peraturan daerah (Perda). Peraturan ini berisi ketentuan yang membatasi tingkatan:
hingga maksimum 10% untuk rumah tangga biasa, pelanggan usaha, hingga maksimum 3% jika listrik
digunakan oleh industri-industri tertentu termasuk pertambangan dan sektor minyak dan gas, atau
dihasilkan dari sumber-sumber lainnya (biasanya PLN), dan hingga maksimum 1,5% jika penggunanya
adalah pengguna listrik yang pasti memakai. Tabel dibawah ini memberikan ringkasan tingkat pajak
yang dibebankan oleh sejumlah daerah/kota yang berbeda-beda. Seperti dapat dilihat, sebagian besar
kota di
Tabel 8 sudah pada atau mendekati tingkat pajak paling maksimum (10%). Nilai uang sebenarnya
didapatkan dari pengguna akhir oleh PLN atas nama pemerintah kota. PLN kemudian mentransfer
uang tagihan tersebut ke pemerintah kota.
Tabel 8: Uraian pajak penerangan jalan untuk beberapa kota terpilih di Indonesia
Kota Nilai pajak pada konsumsi energi
penerangan jalan
(catatan: nilai untuk pelanggan biasa diluar dari
industri terbatas dan pengguna listrik yang pasti
menggunakan)
Sumber
Yogjakarta 8% Perda No. 1 /2011
Pekalongan 9% Perda No. 5 / 2011
Surakarta 9% Perda No. 4 / 2011
Probolinggo 10% Perda No. 2 / 2011
Blitar 10% Perda No. 7 / 2011
Malang 7% Perda No. 16 / 2010
Semarang 5-9% (perbedaan kategori pengguna) Perda No. 7 / 2011
Salatiga 9% Perda No. 11 / 2011
Medan 7.5% rumah tangga; 10% kalangan usaha Perda No. 16/ 2011
Makassar 10% Perda No. 3/ 2010
Mojokerto 10% Perda No. 12 / 2010
Karena pajak tersebut dipungut untuk kepentingan pembiayaan layanan penerangan jalan, masyarakat
merasa berhak memiliki lampu secara langsung diluar rumah dan tempat usaha mereka. Inilah salah
satu pendorong utama terjadinya sambungan ilegal. Namun, karena pajak tersebut tidak terkait dengan
konsumsi listrik sebenarnya dari lampu penerangan jalan, termasuk dari sambungan illegal, hal tersebuttidak berdampak pada konsumsi listrik. Selain itu, karena penerimaannya mengalir masuk kedalam
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 41/145
29
anggaran (umum) gabungan pemerintah, maka dinas PJU kota tidak dapat secara langsung
mengaitkan penerimaan pajak kepada kebutuhan investasi penerangan yang hemat energi. Bahkan
pada kota-kota yang telah mencapai pemasangan meteran secara penuh dan memiliki pendapatan
pajak yang memadai untuk menutup konsumsi energi penerangan jalan, seperti Yogyakarta, dinas
PJUnya masih mengandalkan pada alokasi anggaran dari pemerintah kota dan lembaga legislatif untuk
menutupi biaya-biayanya. Maka, menaikkan pajak tersebut tidak serta merta berarti bahwa dinas PJU
akan menerima dana tambahan yang dapat digunakan untuk program penggantian LED, misalnya.
Selain itu, karena sebagian besar kota sudah mencapai batas pajak sebesar 10%, atau mendekati batas
tersebut, hal itu bukanlah pengungkit atas kebijakan yang ada demi meningkatkan pembiayaan untuk
peningkatan efisiensi energi. Bahkan meski secara teoritis dimungkinkan, maka secara umum hal ini
tidak dianggap sebagai kemungkinan pilihan, sebagaimana dibahas dibawah ini.
Diagram dibawah ini (Gambar 5) menggambarkan mekanisme pemulihan biaya dan pembayaran yang
saat ini terjadi di kota-kota di Indonesia.
Gambar 5: Mekanisme pemulihan biaya dan pembayaran listrik penerangan jalan
Ketiga, harga listrik di Indonesia disubsidi umumnya, sehingga PLN tidak dapt memulihkan seluruh
biaya pasokannya dari tagihan-tagihan kepada konsumen; hal ini menimbulkan disinsentif untuk
PLN
PJU
Penerangan
jalan yg diberi
meteran
Penerangan jalan
yang tidak pakai
meteran
Rumah tangga membayar pajak penerangan jalan ke
PLN berdasar % dari tagihan keseluruhan
A Konsumsi
berdasar pd dan
ditagih berdasar
data meteran
B Konsumsi yg
diperkirakan oleh PLN
dan ditagih sbg lump-
sum
PJU bayar tagihan
bulanan ke PLN
PLN transfer penerimaan
pajak ke pemerintah kota
Pemerintah
Budget
dialokasikan untuk
pemasangan danpemeliharaan
penerangan jalan
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 42/145
30
menjauh dari mekanisme pembayaran yang berlaku sekarang untuk penerangan jalan. Secara
nasional, biaya rata-rata tenaga listrik yang dihasilkan PLN pada 2010 adalah Rp.1089/kWh (10,03 sen
AS/kWh), sementara itu hanya menutup sekitar Rp.693/kWh (6,57 sen AS/kWh)9. Bahkan di Jawa-Bali
dimana harga lebih mencerminkan biaya pembangkitan daripada ditempat lain di Indonesia (dimana
rata-rata biaya pembangkit lebih tinggi) ada kebutuhan untuk mendapat subsidi pemerintah bagi
operasional PLN (Bank Dunia, 2005). Jika penentuan harga listrik yang mencerminkan biaya
diperkenalkan, sedikit saja alasan bagi PLN untuk menolak berpindah ke penentuan harga konsumsi
penerangan jalan yang lebih mencerminkan biaya, yang cenderung melebihkan perkiraan konsumsi,
karena operasionalnya akan didanai oleh pendapatan yang diterima dari pelanggannya. Saat ini, pada
dasarnya banyak kota di Indonesia dikenakan tagihan lebih atas konsumsi penerangan jalan dan ini
membantu mengganti kerugian PLN didalam sistem ini.
Menaikkan tarif listrik akan mendorong investasi pada teknologi yang lebih efisien di sisi pemerintah
kotamadya/ propinsi dan menghasilkan penerimaan pajak dari masyarakat untuk membantu membiayai
hal ini. Dari sudut pandang PLN, peningkatan efisiensi energi pada penerangan jalan akan meringankan
keterbatasan kapasitas, terutama selama masa-masa sibuk.
4.2.2 Pilihan yang tersedia untuk reformasi kebijakan dan regulasi
Untuk mengatasi halangan-halangan diatas, terdapat sejumlah pilihan kebijakan/reformasi regulasi
yang dapat dipertimbangkan lebih jauh. Hal tersebut dibahas secara singkat dibawah ini.
Mereformasi nilai pajak penerangan jalan
Apabila peraturan mengizinkan tingkat pajak yang lebih tinggi, pemerintah kotamadya atau propinsi
dapat diarahkan (misalnya oleh keputusan presiden), untuk meningkatkan pajak penerangan jalan
mereka sebagai cara membiayai penggunaan LED. Namun terdapat sejumlah masalah dengan
pendekatan ini. Pertama, ini secara mendasar akan menyebabkan pemerintah pusat membebankan
biaya ini kepada pelanggan. Pemerintah daerah akan terpaksa berhubungan dengan dampak buruk
politis yang akan terjadi dari hal ini dan banyak orang akan menentangnya sebagai sebuah pilihan.
Selain itu, terdapat tantangan praktis menentukan pendekatan yang selaras secara nasional karena
kota-kota dan daerah sudah membebankan nilai pajak dan memiliki kondisi keamanan yang berbeda
(beberapa mampu membiayai sendiri kegiatan penerangan jalan mereka, sementara lainnyamengalami deficit akibat sejumlah sambungan illegal dan penagihan berdasar lump sum).
Jika berbasis sukarela, beberapa pemerintah kota dapat menetapkan bahwa kenaikan pajak
merupakan pilihan yang layak jika mereka tidak mencapai batas maksimum. Contohnya, pembahasan
di Malang mengindikasikan hal ini dapat menjadi pilihan: saat ini pajak 7% ditagih dari pelanggan, yang
akan dinaikkan menjadi 10% untuk membantu membiayai kegiatan penerangan jalan. Tetapi terdapat
pertimbangan-pertimbangan berbeda yang dihadapi kota manakala membuat penentuan ini. Pertama,
9 http://www.pln.co.id/sulselrabar/?p=799
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 43/145
31
pemakaian tersebut akan bersaing dengan alternatif penggunaan pendapatan pajak seperti defisit
anggaran dan investasi infrastruktur lainnya. PJU masih harus berjuang untuk peningkatan alokasi
anggaran karena tidak ada jaminan atas pendapatan pajak yang dipakai untuk tujuan khusus. Kedua,
kenaikan pajak secara politis tidaklah populer dimata masyarakat. Akhirnya, dari perspektif keadilan,
juga menjadi tanda tanya bagi pelanggan mengapa dipaksa membiayai pemakaian LED sementara
penghematan biaya yang dikaitkan dengan hal tersebut mengalir ke pemerintah daerah, kecuali jika
keuntungannya mungkin didistribusikan kembali.
Mereformasi pendekatan yang digunakan PLN untuk menghitung pemakaian berdasar lump-sum
Pembahasan dengan dinas PJU kota mengindikasikan bahwa tidak adanya proses yang transparan
untuk mengubah cara perhitungan penggunaan energi oleh PLN setelah penerangan jalan yang efisien
energi ini dipasang. Jika satu PJU kota mengganti serangkaian lampu yang tidak hemat dengan
teknologi yang lebih efisien, diharapkan PLN akan mempertimbangkan akibat penghematan listrik saat
menghitung tagihan per bulan. Tetapi sistem pembayaran lump sum yang berlaku tidak membedakan
antara jenis-jenis lampu yang berbeda dan efisiensi lampu tersebut- harga yang sama secara efektif
dibebankan untuk lampu 400W sama seperti untuk lampu 1000W (GIZ PAKLIM, 2012). Konsumsi
energi juga didasarkan pada nilai rata, yang tidak efektif pada penggunaan masa sibuk, karena tingkat
meterisasi yang relatif rendah di sebagian besar kota hingga saat ini. Karena saatnya bergerak menuju
ke penggunaan meteran secara penuh, sebuah kota berharap bahwa tagihan bulanan akan diubah dari
praktik tagihan lump sum menjadi tagihan yang sepenuhnya berdasarkan data meteran.
Bukti anekdot yang terkumpul saat diskusi dengan kantor PJU kota menyiratkan bahwa skenario
umumnya adalah bahwa PJU kota harus melakukan pendekatan pada PLN dan menegosiasikan
peralihan ini melalui proses yang agak tidak transparan yang membutuhkan waktu dan diplomasi yang
seksama. Jumlah dan jenis penerangan jalan yang terpasang perlu divalidasi oleh PLN sebelum
mengubah cara dimana konsumsilah yang dihitung. Di beberapa kota, terjadi perdebatan antara PJU
dan PLN terkait jumlah sambungan. Sebelum perundingan dan validasi ini diselesaikan, kemungkinkan
tagihan bulanan dari PLN masih akan tetap sama seperti sebelum penggantian ke lampu yang hemat
ini. Karena itu, turunlah semangat PJU untuk berinvestasi pada teknologi yang lebih mahal dan efisien
karena tidak ada kepastikan apakah dan bilamana keuntungan-keuntungan tersebut akan dipetik.
Diskusi dengan PLN pusat pada saat persiapan laporan ini mengindikasikan adanya kemauan untuk
mengimplementasikan meterisasi, dan adanya komitmen untuk menanggapi permintaan kota untuk
instalasi meteran. Dialog yang lebih terbuka antara pemda dengan PLN dapat memberikan solusi untuk
isu meterisasi dan tagihan. Dalam hal ini, diperlukan adanya kepemimpinan dari pejabat PLN di pusat
untuk memastikan bahwa PLN di daerah menyesuaikan kebijakannya dengan kebijakan dan arahan
PLN pusat.
Seperangkat peraturan nasional yang secara jelas menjabarkan langkah prosedural, kurun waktu dan
kewajiban yang harus diikuti oleh baik dinas PJU kota dan PLN untuk menjamin percepatan transisi ke
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 44/145
32
penagihan yang mencerminkan biaya akan mengurangi biaya transaksi dan menciptakan dorongan
yang lebih besar untuk mengganti lampu-lampu yang tidak efisien dengan teknologi yang lebih efisien.
Peraturan-peraturan ini bisa mencakup skenario dengan meteran dan tidak dengan meteran, yang
memungkinkan upaya perbaikan efisiensi bergerak maju di kedua jalur. Isu khusus yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana mengintegrasikan lampu LED dan teknologi lampu hemat energi
lainnya ke dalam kebijakan tagihan PLN. Teknologi LED mungkin tidak mudah untuk diintegrasikan ke
dalam sistem tarif yang dikembangkan untuk lampu konvensional (lampu pelepasan gas / gas dscharge
lamps)
Reformasi penentuan harga listrik yang lebih luas di Indonesia
Menghilangkan atau mengurangi subsidi energi di Indonesia telah menjadi bahan diskusi sejak lama,
termasuk perdebatan mengenai perpindahan listrik ke nilai tarif yang mencerminkan biaya. Penting
melihat skala dan implikasi dari isu tersebut bagi perekonomian nasional: total nilai subsidi listrik yang
diberikan oleh Kemenkeu ke PLN mencapai lebih dari Rp. 90 trillion pada 2011 (IISD, 2012).
Penerangan jalan hanya merupakan satu elemen kecil dalam profil konsumsi listrik secara nasional.
Pemerintah Indonesia memahami alasan untuk menghilangkan subsidi energi, yang cenderung
menguntungkan kelompok orang kaya daripada yang miskin, dan telah melakukan upaya-upaya
demikian di masa sebelumnya. KESDM berencana melakukan langkah bertahap untuk penghilangan
subsidi listrik, mulai dari industri besar, berdasarkan keputusan dari Komisi Kerja DPR pada September
2013. Sebuah pernyataan pada 2010 oleh menteri energi saat itu mengindikasikan subsidi harus
dihilangkan sebelum 2014, tetapi hal ini akan terjadi secara bertahap, dengan melindungi masyarakat
berpenghasilan rendah (Jakarta Post, 23 Maret 2010)10.
Harapan akan reformasi subsidi listrik yang lebih meluas dalam jangka pendek harus dipertimbangkan
mengingat unjuk rasa yang terjadi diawal 2013, yang dilakukan untuk menentang pengurangan subsidi
minyak, dan adanya pemilihan presiden pada in 2014. Reformasi penentuan harga listrik yang
menjangkau lebih jauh dianggap sebagai pilihan yang tidak realistis dalam kurun waktu untuk memulai
pelaksanaan NAMA SSL, yang dimaksudkan untuk berjalan pada 2014-2019. Reformasi penentuan
listrik di tingkat nasional membutuhkan banyak waktu untuk menyusun pilihan-pilihan, mencapai
bantuan politis, merancang perundangan dan mendapatkan persetujuan dari DPR. Dengan datangnya
tahun pemilihan umum, ini menjadi makin menantang. Penghapusan subsidi listrik secara lebih luas
dilihat sebagai pilihan yang tidak realistis untuk merangsang NAMA SSL hingga setelah pemilihan
umum tersebut. Pada saat itu nantinya akan menjadi semakin jelas apakah reformasi penentuan harga
listrik dapat memainkan peran nantinya dalam kurun waktu aksi NAMA.
Meterisasi
10 http://www.thejakartapost.com/news/2010/03/23/govt-expects-remove-electricity-subsidy-2014.html
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 45/145
33
Mungkin faktor yang paling penting untuk pelaksanaan NAMA SSLI yang sukses adalah meningkatkan
gerak langkah dan cakupan meterisasi listrik pada penerangan jalan. Saat ini hanya beberapa kota di
Indonesia yang dianggap sebagai kota prioritas untuk NAMA SSLI telah mencapai meterisasi secara
penuh, sebagaimana terlihat didalam Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2: Tingkat meterisasi di kota-kota di Indonesia yang disasar untuk NAMA SSL
Kota Tingkat meterisasi (%)
Yogyakarta 100
Semarang NA
Surakarta 30
Malang 50
Probolinggo 10
Pekalongan 17
Makassar 95
Cimahi 95
Sumber: wawancara dengan dinas PJU kota pada Agustus-September 2013
Sementara meterisasi yang utuh tidak serta merta direkomendasikan sebagai pra-kondisi untuk
keikutsertaan dalam NAMA SSL, gerak yang lebih cepat kearah ini akan memungkinkan pelaksanaan
yang lebih lancar dan berhasil, untuk sejumlah sebab utama.
Finansial – Meterisasi menghindari kebutuhan akan penagihan berdasar lump-sum dengan berpindah
ke penentuan harga konsumsi listrik untuk penerangan jalan yang mencerminkan biaya. Ini akan
mengurangi beban pada anggaran PJU, dengan menyisihkan uang untuk perbaikan efisiensi energi dan
membiarkan lebih banyak pendanaan untuk NAMA dari sumber-sumber nasional dan internasional.
Pemantauan hasil – jika data meteran dapat digunakan untuk memantau dan melaporkan kemajuan
pelaksanaan NAMA SSLI, hal ini akan lebih akurat daripada perkiraan berdasarkan asumsi jumlah
lampu dan pemantauan jam operasional dari lampu-lampu itu (lihat bagian MRV).
Perkiraan biaya – Data yang tidak memadai terkait jumlah dan jenis lampu, jumlah sambungan illegal
dll. di kota-kota yang tidak memakai meteran data membuat perkiraan persyaratan investasi untuk
NAMA SSLI menjadi tidak pasti. Untuk menangani hal ini, harus dibuatkan kontigensi yang dimasukkan
kedalam analisa tersebut (lihat bagian Pembiayaan). Menaikkan meterisasi akan mengurangi
ketidakpastian ini secara signifikan, dan membantu membuat sebuah kasus yang lebih kuat untuk
pembiayaan dalam negeri dan internasional yang mendukung inisiatif SSL.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 46/145
34
Menaikkan meterisasi atas konsumsi listrik dari penerangan jalan sudah diupayakan oleh pemerintah
kota karena keuntungan keuangan dengan menghindari pendekatan tagihan berdasar lump-sum.
Hampir semua dinas PJU kota yang diwawancara selama riset yang dilakukan untuk laporan ini
mengindikasikan hasrat yang kuat untuk mencapai meterisasi yang menyeluruh dan mereka tertarik
dengan segala bentuk bantuan yang mungkin diberikan. Peran pemerintah pusat Indonesia dapat
berupa mempercepat proses ini dengan membuatnya sebagai prioritas kebijakan. Dukungan
pemerintah pusat dapat diberikan dalam sejumlah cara, contohnya dengan memfasilitasi kerjasama
yang lebih besar dipihak PLN, dan /atau dengan memberikan bantuan keuangan kepada kota-kota yang
tidak mampu membiayai sendiri meterisasi secara mudah dari anggaran kota mereka. Bantuan ini dapat
diberikan oleh pemerintah pusat bersama dengan inisiatif SSL, melalui paket pinjaman lunak yang
diberikan oleh PIP, misalnya. PIP akan lebih berkemauan untuk menawarkan pinjaman bila PLN cepat
menanggapi isu kebijakan penghitungan penagihan lampu jalan, karena ini akan membuat kota dapat
membayar kembali pinjaman melalui penghematan yang didapat, dengan lebih cepat. Jika modernisasi
jaringan penerangan jalan ditetapkan sebagai prioritas nasional oleh KESDM, hal ini juga akan
membuka kemungkinan untuk hibah DAK (Dana Alokasi Khusus) yang disediakan bagi kota-kota yang
tidak mampu membiayai sendiri penggunaan meteran secara lebih cepat. Pendanaan atas komponen
meterisasi dengan sumber dalam negeri dapat dinilai sebagai bagian dari komponen “NAMA unilateral”
dari NAMA SSL.
4.2.3 Tindak lanjut
1. KESDM akan berkonsultasi dengan PLN mengenai prosedur yang transparan dalam
penghitungan konsumsi listrik dari penerangan jalan yang efeisien. Hal ini akan membantumengurangi biaya transaksi dan meningkatkan insentif bagi PJU untuk berinvestasi pada
penerangan yang lebih efisien. Dua pendekatan direkomendasikan- satu dengan meteran dan
pendekatan lainnya tanpa meteran.
2. KESDM akan mempertimbangkan untuk lebih memprioritaskan langkah yang cepat untuk
meterisasi menyeluruh pada penerangan jalan di kota-kota di Indonesia dengan menawarkan
fasilitasi. Hal ini akan membantu mendorong kota-kota untuk berpindah ke teknologi
penerangan yang lebih efisien dan memastikan NAMA SSL terlaksana dengan lebih berhasil.
4.3. Data baseline
4.3.1 Ketersediaan data nasional mengenai konsumsi energi penerangan jalan
Konsumsi energi tahunan dari penerangan jalan di tingkat nasional dinyatakan dalam Buku Panduan
Statistik Energi dan Ekonomi Indonesia, yang diterbitkan setiap tahun oleh Pusat Data dan Informasi
Energi dan Sumber Daya Mineral dilingkup KESDM (Statistik energi ESDM, 2012). Pada 2011,
penerangan jalan mencakup 3,068 GWh dari penjualan listrik oleh PLN. Data statistik ini dibuat dari
komponen yang diberi meteran dan tidak diberi meteran. Komponen yang tidak diberi meteran,
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 47/145
35
sebagaimana dibahas sebelumnya, memperkirakan terlalu tinggi konsumsi di banyak kota karena PLN
memiliki dorongan untuk membebankan pemerintah daerah atas konsumsi yang semaksimal mungkin
dan pendekatan yang digunakan untuk memperkirakan pengunaan listrik untuk penerangan jalan
dirancang untuk memastikan hasil ini. Data disagregat mengenai konsumsi energi penerangan jalan di
tingkat kota tidak dipublikasi oleh KESDM.
Menurut GIZ PAKLIM (2012), penerangan jalan menjadi bagian signifikan emisi GRK dari operasional
pemerintah daerah dan berkontribusi besar pada biaya, sebagaimana terlihat dalam Tabel 3 dibawah
ini.
Tabel 3: Kontribusi penerangan jalan terhadap emisi GRK pemerintah daerah
Kota Emisi baseline Penerangan jalan sebagai
sebuah % dari total emisi
GRK dari operasional
pemerintah
Tagihan listrik per
tahun
Rp milyar
Surakarta 17,173 tCO2e 77 18,9
Yogyakarta 7,775 tCO2e 82 7,2
Pekalongan 6,910 tCO2e 76 10,3
Salatiga 2,287 tCO2e 20 3,2
Sumber: GIZ PAKLIM (2012)
Data mengenai konsumsi listrik dapat diperoleh dari masing-masing divisi dinas PJU di tingkat
pemerintah propinsi/ kota, tetapi bisa dipercaya atau tidak karena tanpa meteran. Data meteran yang
dapat dipercaya hanya tersedia secara umum di sedikit sekali kotamadya- satu contoh yang baik adalah
Makassar, yang menerbitkan secara online data meteran bulanan. Wawancara yang dilakukan dengan
dinas PJU selama riset yang dicakup dalam laporan ini mengidentifikasi kurangnya data yang absah
dan konsisten mengenai jumlah dan jenis lampu jalan yang terpasang di kota-kota di Indonesia sebagai
sebuah faktor risiko utama dalam keberhasilan pelaksanaan NAMA SLL. Kecuali jika kota-kota telah
mencapai meterisasi yang menyeluruh atau hampir menyeluruh, atau baru saja melaksanakan audit
menyeluruh, mungkin ada akan banyak ketidaksesuaian. Dalam kasus kota-kota di Jawa yang
diwawancara selama riset untuk laporan ini, perkiraan jumlah sambungan illegal adalah sebagai berikut:
Blitar – diperkirakan sekitar 10-20% dari seluruh konsumsi
Probolinggo – diperkirakan 60-70% dari seluruh sambungan
Surakarta – diperkirakan 40% dari seluruh sambungan
Pekalongan – diperkirakan 20% dari seluruh sambungan
Karenanya, penggunaan data ditingkat pusat yang diterbitkan oleh ESDM ataupun data PJU harus
secara hati-hati, khususnya bila meterisasi belum dijalankan.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 48/145
36
4.3.2 Identifikasi pendekatan penentuan baseline yang sesuai
Penggunaan meteran secara luas akan menyediakan data yang lebih terpercaya, dan dapat membantu
mengidentifikasi penyebab kerugian (tergantung pada desain meteran). Namun, tidaklah realistis untuk
pemakaian meteran secara nasional bagi seluruh kota sebagai pra-kondisi dari pelaksanaan NAMA
SSL. Pertama-tama, biayanya mungkin akan menjadi penghalang (lihat bagian tentang kebutuhan
pembiayaan untuk NAMA SSL). Kedua, kurun waktu yang diperlukan untuk meterisasi tidak sesuai
dengan kurun waktu yang dimaksudkan dalalam opsi pembiayaan NAMA SSL. Ketiga, meterisasi lampu
jalan sebenarnya tidak mutlak diperlukan untuk memantau penghematan energi (dan dengan demikian
memantau pengurangan emisi yang dihasilkan) sebagaimana dibahas dibawah. Bukan berarti bahwa
meterisasi bukan masalah prioritas kebijakan nasional, tetapi bahwa dari sudut pandang emisi terdapat
pendekatan lain (pendekatan CDM) untuk membuat baseline.
Pendekatan alternatifnya adalah menghitung baseline untuk setiap kota/propinsi yang menggunakan
data tentang lampu jalan di tingkat propinsi dan kota (jumlah lampu terpasang, jenis lampu, biaya wat,
jam operasional). Baseline yang dikalkulasikan ini kemudian dapat dikonfirmasi/disesuaikan setelah
kejadian selama fase monitoring. Pendekatan ini pasti membutuhkan data terpercaya mengenai jumlah
dan jenis lampu terpasang, maka sekurangnya audit terbaru (misalnya dalam tiga tahun terakhir) atau
jumlah lampu yang divalidasi oleh PLN harus dimintakan dari sebuah kota sebagai satu prasyarat untuk
ikut dalam NAMA SSL. Jika tidak demikian, hasil-hasil yang dipantau dapat menjadi sangat berbeda
dari harapan-harapan berdasarkan asumsi sebelum kejadian (ex-ante).
Metodologi CDM yang disetujui, AMS-II.L Kegiatan dari sisi permintaan untuk teknologi penerangan
jalan dan luar rumah yang efisien menentukan kriteria tertentu untuk mendapatkan situasi baseline dan
dapat diterapkan dalam konteks mendapatkan baseline untuk NAMA SSL. Metodologi ini memberikan
beberapa hal berikut ini:
Perkiraan konsumsi listrik dalam watt yang dikalikan dengan jam operasional.
Jam operasional perlu diukur (dengan memakai sampling) setelah kejadian melalui misalnya sensor
terang atau jadwal. Sebagai kemungkinan lain yang konservatif, nilai asal (default) daerah (region)
selama waktu siang hari dapat diterapkan.
Teknologi penerangan yang dicakup oleh metodologi ini meliputi semua luminaire (LED dan
teknologi lainnya) dan peralatan terkait seperti sistem pengendali yang mengurangi konsumsi listrik.
Teknologi terapan harus merupakan peralatan baru/ bukan dialihkan dari kota lain.
Dalam metodologi CDM ini, data yang dipantau melalui meteran tidak dibutuhkan. Tetapi, lampu-lampu
yang memenuhi standar tertentu sudah memadai untuk memperoleh baseline.
4.3.3 Parameter baseline pokok
Karena baselinenya akan berbeda-beda di setiap kota yang ikut serta dalam NAMA SSLI, pembahasan
dalam bab ini bersifat umum, yang mencakup parameter baseline pokok yang berlaku bagi semua
pilihan yang dikaji. Nilai rata-rata dihitung, yang memungkinkan secara teoritis peningkatan lampu-
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 49/145
37
lampu dalam skenario yang berbeda-beda di Bagian 4.5. Kita membedakan antara unsur-unsur
baseline yang teknis, financial dan terkait emisi.
Parameter baseline teknis
Parameter teknis yang penting untuk baseline tersebut dapat diambil dari metodologi CDM yang
dijabarkan diatas. Khususnya, hal ini mencakup jumlah, jenis dan watt yang ditaksir dari lampu-lampu
yang terpasang di jalan-jalan kota atau propinsi. Bagi banyak kota yang diriset sebagai bagian dari
penyusunan laporan ini, data ini diperoleh langsung dari dinas PJUnya. Namun, untuk keperluan
perkiraan konsumsi energi baseline dari kota-kota lain yang mungkin akan ikut dalam NAMA selama
tahap peningkatannya, lebih sederhana dan perlulah mendapatkan baseline yang menggunakan nilai
rata-rata asumsi untuk kota “percontohan’ yang bersifat hipotetis . Hal ini dapat dilakukan berdasarkan
rata-rata jumlah lampu per penduduk di rata-rata kota berukuran kecil/sedang/besar di Indonesia,
lampu-lampu per km jalan dan watt yang umum per lampu terpasang, dengan menggunakan
pendekatan rata-rata yang dibobotkan untuk jenis lampu yang berbeda-beda, berdasarkan lampu yang
dipasang di kota-kota dimana terdapat data yang lebih baik kualitasnya. Jenis lampu yang paling umum
dipasang di masa sebelumnya adalah Mercury 250W dan berbagai jenis lain dari lampu Sodium
Bertekanan Tinggi (HPS).
Tabel 41: Parameter teknis untuk perkiraan baseline
Parameter Nilai baseline t runcated m ean *
Jumlah lampu per penduduk 1/47
Lampu per km jalan 39
Wat per lampu 205
Jam operasional per hari 12
Rata-rata usia lampu (dalam jam) 24,000
*Truncated mean adalah rata-rata jumlah nilai yang membuang nilai tertinggi dan terendah
Sumber: Kajian atas tujuh kota di Indonesia, berdasarkan GIZ PAKLIM (2012)
Parameter baseline finansial
Diluar parameter teknis, terdapat baseline financial untuk skenario business as usual . Elemen finansial
yang pokok terdaftar dalam Tabel 52. Diantaranya terdapat biaya-biaya umumnya per lampu dan kerja
sipil terkait dan O&M, tarif listrik dan rata-rata tingkat pajak yang menciptakan dana-dana yang saat ini
ada untuk pembiayaan penerangan jalan.
Tabel 52: Parameter finansial untuk perkiraan baseline
Parameter Nilai baseline
Biaya per lampu HPS (150W) 246 Dollar AS
Biaya per lampu Mercury (250W) 226 Dollar AS
Biaya kerja sipil per lampu 48,6 Dollar AS
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 50/145
38
Biaya O&M per lampy 6,7 Dollar AS (8 Dollar AS untuk tahun ke 4 dan
5)
Tarif listrik pada 2014 75 Dollar AS/MWh
Rata-rata tingkat pajak penerangan jalan 7%
Rata-rata pendapatan dari penerangan jalan
per penduduk
3,9 Dollar AS/ tahun
Sumber: Kajian atas tujuh kota di Indonesia, berdasarkan GIZ PAKLIM (2012)
Parameter baseline emisi
Fokus utama NAMA adalah mencapai pengurangan emisi. Karena itu, susunan baseline emisi
sangatlah penting untuk mengkaji dampak mitigasi dari penerangan jalan yang efisien. Selain parameter
teknis yang terdapat di Tabel 6 diatas, parameter pokok lainnya untuk memperkirakan baseline emisi
adalah faktor emisi jaringan masing-masing (GEF) untuk setiap kota di Indonesia yang secara potensial
dapat dicakup oleh NAMA, sebagaimana dijelaskan dibawah ini.
Tabel 63: Faktor Emisi Jaringan yang berhubungan dengan kota-kota yang disasar dalam
NAMA SSLI
Jaringan Kota yang disasar dalam NAMA
SSL yang tersambung ke
jaringan ini
Faktor emisi jaringan
(kg CO2-e/kWh)
Jakarta Madura Bali Grid
(JAMALI)
Yogyakarta, Pekalongan,
Surakarta, Probolinggo, Blitar,Malang, Semarang, Salatiga and
Mojokerto
0,741
Jaringan Sumatera Medan 0,748
Jaringan Sulawesi-Selatan-
Sulawesi- Barat
Makassar, Sulawesi Selatan 0,601
Jaringan Minahasa-
Kotamobagu
Manado, Minahasa 0,319
Sumber:KESDM (2012)
Dengan menggunakan informasi diatas, baseline emisi dapat dibentuk dengan sangat mudah untuk
setiap kota-kota yang ikut dalam NAMA SSL Cara bagaimana baseline ini dapat digunakan untuk
menghitung pengurangan emisi, dijelaskan secara rinci di Bagian 4.6.
4.3.4 Rekomendasi
Secara umum, dibutuhkan pemahaman yang lebih baik atas kesenjangan antara statistik konsumsi
penerangan jalan yang diterbitkan secara resmi dan situasi sesungguhnya di kota-kota di Indonesia.
Secara khusus, adanya kebutuhan untuk memahami komponen-komponen yang berbeda pada
kerugian listrik didalam situasi baseline dan kontribusi relatif mereka- seperti bagian dari kerugian akibat
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 51/145
39
transmisi yang tidak efisien vs penurunan kualitas peralatan vs sambungan illegal/pencurian. Hal ini
direkomendasikan sebagai bidang yang perlu ditelusuri setelah diluncurkannya Rencana Implementasi.
Jika hal-hal ini telah semakin baik dipahami, maka kemungkinkan dapat digunakan statistik nasional
yang resmi untuk menghitung baseline bagi kota-kota selama perluasan NAMA SSLI.
Sementara itu, direkomendasikan penerapan persyaratan pada kota-kota yang ingin ikut dalam NAMA
SSLI,dimana mereka harus memiliki setidaknya satu dari hal-hal berikut ini:
a) Kota tersebut sudah memiliki sistem meteran yang mencakup persentase minimum dari beban
penerangan jalan (misalnya diatas 50%); atau
b) Kota tersebut telah melaksanakan audit dalam jangka waktu minimum (misalnya dalam 3 tahun
terakhir sebelum ikut dalam NAMA).
Juga direkomendasikan bahwa baseline untuk setiap kota/kotamadya yang ikut dalam NAMA SSL
dalam fase percontohan harus dibuat berdasar “kota-per-kota” dengan menggunakan pendekatan
berikut ini.
a) Untuk kota-kota dimana pencakupan meteran secara menyeluruh sudah terpasang atau segera akan
dipasang, direkomendasikan untuk menggunakan data meteran untuk pembuatan baseline.
b) Untuk komponen konsumsi yang tidak-pakai meteran (hingga 50%), gunakan pendekatan kalkulasi
seperti dijelaskan di bagian ini dan di Bagian 4.6.2 (dimana persamaan pengurangan emisi dimasukkan
berdasarkan metodologi CDM AMS-II.L yang disetujui).
c) Ketika menggunakan pilihan b), pengurangan emisi yang dihitung sebelum kejadian harus diverifikasi
setelah kejadian selama fase pemantauan, seperti dijelaskan di Bagian 4.7.
4.4. Standardisasi Kinerja dan Keselamatan untuk LED
4.4.1 Latar belakang
Pemerintah Inndonesia sedang berupaya untuk meningkatkan pengelolaan sisi permintaan melalui
berbagai program konservasi dan efisiensi energi. Lampu jalan LED dilaksanakan pada skala
percontohan di beberapa kota di Indonesia untuk mempelajari kinerja teknisnya dan untukmemamerkan penghematan biaya dan energi dibanding lampu konvensional kepada pemerintah
daerah. Beberapa perusahaan juga telah mulai memproduksi chip LED di Indonesia, yang merupakan
komponen pokok dalam keseluruhan produk penerangan LED. Hingga kini, Indonesia tidak memiliki
standar untuk penerangan jalan dengan LED. Penerimaan penerangan jalan berbasis LED oleh
pemerintah daerah merupakan faktor untama dalam menentukan pelaksanaan skala besar dari NAMA
SSL. Mengingat mandat global untuk menerapkan pembangunan yang berorientasi rendah emisi dan
RAN GRK Indonesia, pengembangan kinerja teknis terjait dan standar keselamatan produk LED
merupakan hal mutlak. Hal ini akan membatas pasokan produk LED yang dibawah standar di pasar
lokal.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 52/145
40
4.4.2 Standar yang Berlaku untuk Penerangan Jalan di Indonesia
Standar Nasional Indonesia (SNI), yang merupakan kumpulan Standar Nasional Indonesia, yang
menjelaskan beragam standar penerangan. Sebagian besar standar tadi dikembangkan berdasarkan
standar Komisi Eletroteknik Internasional (IEC). Standar-standar ini dirancang untuk penerangan secara
umum, kinerja dan persyaratan keamanan yang berlaku pada lampu-lampu pijar (tutup satu atau tutup
rangkap) dan peralatan pengendali lampu. Tidak ada standar eksklusif untuk penerangan jalan LED di
Indonesia. Lampu signal kereta dengan SNI 7397: 2008 LED telah diadopsi dari IEC 7397. Kementerian
Pekerjaan Umum (KemenPU) memberikan standar mengenai pengadaan dan pemasangan lampu jalan
telah menetapkan standar umum untuk penerangan jalan dalam 2005. Konservasi Energi dalam Sistem
Penerangan membutuhkan 70 Lumen/W dan 40.000 jam usia hidup untuk LED rumah tangga.
Penggolongan jalan dan spesifikasi penerangan jalan untuk daerah perkotaan, termasuk persyaratan
luminans dan iluminans tersedia di SNI 7391, 2008. Standar Indonesia 04-6959.1-2003 dan SNI 04-
6959.2.3-2003 telah diperkenalkan kepada para produsen, importer dan penjual peralatan pengendali
lampu dan converter elektronik AC untuk lampu pijar.
Semua perusahaan yang memproduksi, mengimport dan berjualan lampu harus menuhi standar-
standar nasional yang ditetapkan dalam SNI 04-6973.1-200511, SNI 04-6973.2.1-2005, SNI 04-
6973.2.2-2005, SNI 04-6973.2.3-2005, SNI 04-6973.2.5-2005 dan memiliki sertifikat yang dikeluarkan
oleh lembaga akreditasi atau laboratorium. Pasal 91 dari undang-undang industri mengkriminalisasi
tindakan yang tidak mematuhi standar SNI yang diwajibkan (Laporan akses pasar luar negeri, 2010).
Segera setelah sebuah SNI ditetapkan sebagai yang diwajibkan, standar tersebut menjadi persyaratan
bagi pasar. SNI yang wajib diberlakukan tidak pandang bulu, yang berarti bahwa SNI juga berlaku untuk
barang-barang impor dari luar negeri atau barang yang diproduksi di dalam negeri.
Standard SNI 04 6973.2.3-2005 (Bagian 2.3 tentang Lampu: Persyaratan khusus untuk penerangan
jalan) menetapkan standar luminaire untuk lampu-lampu lain, tetapi bukan untuk LED.
Lebih jauh, beberapa pemerintah daerah telah selesai membuat dokumen pembelian Teknis mereka
sendiri (bidding spesifikasi teknis) untuk penerangan jalan LED, termasuk Pemerintah Gorontalo
(Spesifikasi Teknis Lampu Penerangan Jalan Umum, Februari 2010). Dokumen-dokumen ini tidak
diatur oleh standar khusus yang disetujui oleh pemerintah pusat dan persyaratan spesifikasi dalam
dokumen bidding berbeda diantara propinsi/kota yang pada gilirannya dan pada akhirnya dapat
mengarah ke permasalahan kualitas, keamanan dan kinerja.
11 SNI 04 -6973.2.1-2005 (Bagian 1 tentang Lampu: Persyaratan Umum dan Tes)
SNI 04 -6973.2.1-2005 (Bagian 2.1 tentang Lampu; Persyaratan Khusus: Lampu Umum Campuran)
SNI 04 -6973.2.2-2005 (Bagian 2.2 tentang Lampu: Persyaratan Khusus Lampu DItanam)
SNI 04 -6973.2.3-2005 (Bagian 2.3 tentang Lampu: Persyaratan Khusus Penerangan Jalan)SNI 04 -6973.2.5-2005 (Bagian 2.5 tentang Lampu: Persyaratan Khusus Lampu Sorot)
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 53/145
41
Kurangnya protokol pengujian untuk mengetes LED sesuai spesifikasi teknisnya. Saat ini sebagian
besar laboratorium hanya dapat mengetes lampu-lampu bohlam dan lampu self-ballasted untuk
penerangan umum. Tetapi lites.asia12 telah memiliki “Kriteria Tes dan Kinerja untuk LED yang
beroperasi di negara tropis”. Standar tersebut mencakup keularan cahaya awal, pemeliharaan lumen,
suplai diatas tegangan, suplai dibawah tegangan, tes percepatan kelembaban/suhu, ingress protection,
pemeliharaan heatsink .
4.4.3 Penggolongan Jalan dan Standard Pencahayaan
Jalan-jalan di Indonesia secara luas digolongkan menjadi jalan nasional, jalan propinsi dan jalan
kota/kotamadya. Jalan nasional merupakan jalan arteri dengan sambungan jalan bebas hambatan
antara ibukota propinsi dan jalan strategis nasional dan jalan tol. Jalan propinsi merupakan jalan
pengumpul didalam sistem jalan primer yang menghubungkan antara ibukota propinsi dan kota-kota
kotamadya dan antara ibukota kotamadya di sebuah propinsi dan jalan bebas hambatan strategis
propinsi. Jalan kota adalah jalan umum didalam jaringan jalan sekunder yang menghubungkan pusat-
pusat layanan dan kawasan pemukiman di sebuah kota (newsletter komersial Indonesia, Januari 2012).
Penggolongan jalan di Indonesia dan spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan ditampilkan
dalam SNI 7391 tahun 2008. Spesifikasinya adalah sebagai berikut:
Tabel 4: Penggolongan jalan dan spesifikasi penerangan jalan di Indonesia
Jenis/Penggolongan
Jalan
Illuminans Luminans
E rata-rata
(lux)
Keseragaman L Rata-rata
(cd/m2)
Keseragaman
g1 VD VI
Trotoar 1 – 4 0,10 0,10 0,40 0,50
Jalan Daerah
- Primer
- Sekunder
2 – 5
2 – 5
0,10
0,10
0,50
0,50
0,40
0,40
0,50
0,50
Jalan Penggumpul
- Primer- Sekunder
3 – 73 – 7
0,140,14
1,001,00
0,400,40
0,500,50
Jalan Arteri
- Primer
- Sekunder
11 – 20
11 – 20
0,14 – 0,20
0,14 – 0,20
1,50
1,50
0,40
0,40
0,50 0,70
0,50 0,70
Jalan Arteri dengan
akses terkontrol,
jalan raya lintas
15 – 20 0.14 – 0.20 1,50 0,40 0,50 0,70
12 Lites.asia adalah forum kerjasama antara Negara-negara di kawasan Asia Pasific yang berfokus pada penerangan
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 54/145
42
Flyover, jalan
interchange,
terowongan
20 – 25 0.20 2.0 0,40 0.70
Keterangan:
cd = Candela
g1 = E min /E max
VD = Lmin /Lmax
VI = Lmin /Laverage
TJ = Glare Limitation
Karena India merupakan negara berkembang yang memiliki kesamaan dengan Indonesia dalam
berbagai hal, penggolongan jalan dan standar pencahayaan di India dipertimbangkan sebagai
perbadingan dengan standar Indonesia. Penggolongan jalan di Indonesia dan persyaratan penerangan
yang telah ditentukan sebelumnya, telah dibandingkan dengan standar yang ditentukan oleh Biro
Standar India (BIS). Tabel 75 memperlihatkan standar BIS untuk tingkatan pencahayaan bagi
pengolongan jalan yang berbeda-beda. Perbandingan atas dua standar ini mengindikasikan lingkup
penguatan yang lebih jauh atas standar Indonesia.
Tabel 75: Jenis jalan dan tingkatan pencahayaan berdasarkan Biro Standar India
Penggolongan
instalasi
penerangan
Jenis jalan Tingkat rata-
rata
pencahayaan
permukaan
jalan (lux)
Rasio
minimum/rat
a-rata
pencahayaa
n
Jenis Luminaire
Lebih
disukai
Diijinkan
Grup A113 Rute lalulintas
penting yang
menanggung
lalulintas yang
cepat
30 0.4 Cut-off 14 Semi cut-off 15
Grup A216 Jalan utama
lainnya yang
15 0.4 Cut-off Semi cut-off
13 Grup A1: Untuk rute yang sangat penting dengan lalu lintas cepat dan padat, dimana pertimbangannya hanyalah keselamatan
dan kecepatan lalulintas dan kenyamanan pengemudi
14 Luminaire Cut-off: adalah luminaire yang sebaran cahayanya dicirikan oleh pengurangan yang cepat atas intensitas cahaya di
wilayah antara sekitar 80o dan horizontal. Arah intensitas maksimum bisa bervariasi tetapi harus dibawah 65o. Keuntungan utama
dari sistem cut-off ini adalah pengurangan silau cahaya.
15 Luminaire semi-cut off: adalah luminaire yang sebaran cahayanya dicirikan oleh pengurangan yang kurang tajam dalam
intensitasnya di wilayah 80o hingga 90o. Arah intensitas maksimum bisa bervariasi tetapi harus dibawah 75º. Keuntungan utama
dari sistem semi-cut off ini adalah fleksibilitas yang lebih besar dalam dudukan.16 Grup A2: untuk jalan utama lainnya dengan lalulintas campuran seperti jalan kota, jalan arteri dan jalan lintas
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 55/145
43
menanggung
lalulintas
campuran, seperti
jalan utama kota,
jalan arteri, jalan
lintas, dll.
Grup B117 Jalan sekunder
dengan banyak
lalulintas seperti
rute lalulintas
local, jalan
perbelanjaan
8 0.3 Cut-off Semi cut-off
Grup B2
18
Jalan sekunderdengan lampu
merah
4 0.3 Cut-off Semi cut-off
Hasil pokok dari analisa ini adalah sebagai berikut.
Jalan-jalan tersebut dikategorisasi berdasarkan penggunaan dan maksud di kedua negara
Tingkat pencahayaan yang telah ditentukan untuk kategori jalan yang spesifik kurang lebih
sama di kedua negara
Jenis luminaire (yaitu cut-off & semi-cut-off) tidak masuk dalam standar Indonesia. Luminaire
cut-off memungkinkan kurang dari 2,5% cahaya yang keluar dari armatur (fixture) lampu (diatas
90 derajat) dibandingkan dengan 5% dari cahaya yang dipancarkan oleh lampu semi-cut off.
Cahaya yang dipancarkan ke langit menyebabkan kilauan dan polusi cahaya yang
mengakibatkan efek besar pada perasaan manusia, kehidupan binatang dan menganggu kajian
astronomi. Untuk meminimalisir polusi cahaya tersebut, luminaire cut-off lebih dipilih untuk
lampu jalan.
4.4.4. Pengalaman Internasional dalam Menentukan Standar Penerangan Jalan LED
India juga pernah menghadapi tantangan sejenis karena kurangnya standar penerangan jalan LED di
awal tahun 2009-2010, ketika pemerintah setempat dan perusahaan swasta mulai menggunakan
teknologi LED untuk penerangan jalan. Solusinya adalah bahwa Standar-standar yang telah ditentukan
oleh Lembaga Standar Nasional Amerika (ANSI), Komisi Elektroteknis Internasional (IEC) dan
Illumination Engineering Society (IES) diadaptasi oleh India sebagai standar sementara. Sebuah ‘tim
inti’ yang terdiri dari kementerian utama dan badan pengatur termasuk Kementerian Tenaga Listrik, Biro
Efisiensi Energi, Kementerian Energi Baru dan Terbarukan dan Departemen Teknologi Informasi
dibentuk untuk menetapkan draft standar. Sebuah resolusi disahkan ditingkat nasional untuk
17
Group B1: jalan sekunder dengan banyak lalulintas seperti rute lalulintas daerah, jalan pasar18 Group B2: jalan sekunder dengan lampu lalulintas
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 56/145
44
mempromosikan penerangan LED secara fase selama periode waktu yang ditetapkan. constituted
Demikian pula, Biro Standar India diperintahkan untuk membuat standar LED versi India yang berdasar
pada standar internasional yang ada. Sebagai hasil dari upaya yang tekun tersebut, BIS menetapkan
standar penerangan jalan LED untuk India pada tahun 2012. Pemerintah daerah di India menggunakan
standar-standar ini untuk menyiapkan bidding teknis untuk pemasangan lampu jalan LED.
Standar pokok yang dikembangkan oleh BIS, berdasarkan standar internasional adalah sebagai berikut:
IS 16101: 2012 Penerangan umum; LED dan modul LED; Ketentuan dan Definisi
IS 16102(Bagian 1) 2012 LED self-ballasted ; Lampu untuk Layanan Penerangan Umum Bagian
1 Persyaratan Keselamatan
IS 16102(Bag ian 2): 2012 LED Self-Ballasted; Lampu untuk Penerangan Umum Bagian 2
Persyaratan Kinerja
IS 16103(Bag ian 1): 2012 Modul LED untuk Penerangan Umum; Persyaratan Keselamatan
IS 16103(Bag ian 2): 2012 Modul LED untuk Penerangan Umum; Persyaratan Kinerja
IS 15885(Bagi an 2/Sec 13): 2012 Alat Kendali Lampu Bagian 2 Persyaratan Khusus Seksi 13 d.c. atau
a.c. Alat Kendali Elektronic Pasokan untuk Modul LED
IS 16104: 2012 d.c. atau a.c. Alat Kendali Elektronic Pasokan untuk Modul LED;
Persyaratan Kinerja
IS 16105: 2012 Metode Pengukuran Pemeliharaan Lumen dari sumber Lampu Padat
/SSL (LED)
IS 16106: 2012 Metode Pengukuran Elektrik dan Fotometrik atas produk Lampu
Padat/SSL (LED)
IS 16107: 2012 (Bagian 1) Kinerja Luminaire; Persyaratan umum
IS 16107: 2012 (Bagian 2) Kinerja Luminaire; Persyaratan khusus, seksi 1 Luminaire LED
IS 16108: 2012 Keselamatan fotobiologi Lampu dan Sistem Lampu
Rincian daftar standar penerangan LED yang dipublikasikan IEC tersedia di Annex 1.
Standar Kinerja Minimum untuk penerangan jalan LED di India
Standar kinerja minimum di India telah berevolusi selama ini dan ditentukan dan diatur oleh BIS. Standar
BIS dijadikan rujukan oleh kota-kota di India untuk pengadaan lampu LED dan dapat diadaptasi oleh
Pemerintah Indonesia di tingkat pusat. Spesifikasi yang biasa digunakan oleh otoritas daerah di India,
berdasarkan petunjuk BIS tertera dibawah ini (Tabel 86). Spesifikasi ini dapat memandu penyusunan
standar LED Indonesia.
Tabel 86: Spesifikasi produk untuk penerangan LED 19
Parameter Nilai
19 Sumber: Persyaratan spesifikasi teknis yang dipakai oleh kota-kota di India berdasar pada BIS
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 57/145
45
Efektivitas menyala ≥ 95 lm/W
Kisaran tegangan operasional 140 – 270 V
Voltase operasional 230 V ± 10%
Frekwensi kerja LED ≥ 120 Hz
Frekwensi suplai input 50 Hz ± 3
Total distorsi harmonis Arus <10%; Tegangan
<3%
Suhu Warna Terkait 6,000 – 6,500 ˚K
Nilai Indeks Sesuaian Warna 75 (minimum)
Faktor Tenaga Listrik ≥ 0.90
Arus yang bekerja ≤ 700 mA
Sudut Sorot (LED) 120˚ minimum
Rasio keseragaman (Emin/Eavg) 40%
Parameter lain yang harus dipertimbangkan dalam standar kinerja untuk lampu LED:
- Modul/aturan LED akan memberikan sekurangnya 70% dari nilai awal output lumen setelah
50.000 jam beroperasi.
- Usia hidup sumber LED termasuk penggeraknya minimal 50.000 jam
- Suhu sambungan (junction) P/N dari setiap LED tidak boleh melebihi 70°C
- LED harus memiliki junction tahan panas pada titik solder adalah < 5°C/W
- Suhu junction LED haruslah 150°C. ± 5°C
4.4.5. Menyusun Standar untuk Penerangan LED di Indonesia
Badan-badan yang terlibat didalam pengembangan standar LED
Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSN) bertanggungjawab atas perundangan Standar Nasional
Indonesia. Komite teknis dan sub komite teknis untuk merancang standar-standar harus dikembangkan
dan dibentuk oleh BSN.
KemenPU membeli semua bahan terkait jalan nasional dan menjadi badan yang memimpin penetapan
stanar luminans di permukaan jalan, jarak minimum tiang lampu dan usia lampu, persetujuan dari
KemenPU dibutuhkan untuk memasang produk penerangan di jalan nasional.
Kementerian Perhubungan bertanggungjawab mengembangkan standar keselamatan penerangan
jalan dan penggantian unit lampu di jalan nasional.
Kementerian Perindustrian bertanggungjawab atas penetapan standar untuk semua barang termasuk
produk lampu dan membantu penyusunan standar kinerja teknologi untuk lampu jalan.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 58/145
46
Terdapat 27 komite untuk standardisasi produk, dengan masing-masing kementerian utama yang
menetapkan keanggotaannya (produsen, konsumen, tes laboratorium, pakar). Sejauh ini, hanya ada
satu komite yang menangani baik peralatan dan penerangan rumah tangga.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) memantau produk-produk di pasar. Jika ditemukan produk
cacat, produsennya diminta mengupgrade sarana-sarananya dalam waktu enam bulan. Kemendag
memastikan bahwa semua badan usaha mengikuti standar nasional Indonesia untuk membuat,
mengekspor dan berdagang. Para produsen diminta untuk melaksanakan audit ISO dan mengetes
sample sebelum mereka mendapat sertifikasi telah memenuhi standar SNI. Para importer diminta
melengkapi bukit pengecekan serupa; tetapi ini jarang diverifikasi. Di Indonesia, sekitar 60 auditor
dilibatkan dalam melaksanakan cek produksi langsung ditempat.
Biasanya, standar Indonesia dibidang elektronika ditentukan setelah standar IEC ditetapkan. Tidak ada
standar Indonesia untuk teknologi canggih penerangan jalan termasuk lampu induksi dan LED.
Kemungkinan Kemenperin tidak akan mengajukan standar produk untuk lampu LED kecuali jika
spesifikasi demikian diterbitkan oleh IEC. Standar kinerja teknis dan keselamatan untuk lampu jalan
disusun oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan dari KemenPU. Puslitbang ini telah diminta mereview
standar keamanan dan kinerja yang ada sekarang dan juga menambangkan standar khusus untuk
penerangan jalan dengan LED. Tetapi Puslitbang akan mereview standar-standar tersebut hanya
setelah menerima permintaan resmi dari Direktorat Jenderal Bina Marga (Jalan Bebas Hambatan),
KemenPU.
Proses pengembangan standard nasional di Indonesia
Badan Standar Nasional (“BSN”) didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 102 tahun 2000
mengenai Standardisasi Nasional.
Khasnya, standar-standar ditetapkan melalui dua pendekatan utama:
Berdasar konsensus yaitu semua pemangku kepentingan yang terlibat sepakat dengan
rancangan standar tersebut; dan
Berdasar bukti ilimiah
Proses penetapan standar di BSN disampaikan pada Gambar 6 dibawah ini.
Gambar 6: Proses Penetapan Standar di BSN
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 59/145
47
Formulasi
sebuah
standar
mencakup
langkah-langkah berikut ini:
Perencanaan Program Nasional Pengembangan Standar (“PNPS”): Pada pertengahan tahun
fiskal ini, BSN menerbitkan usulan rencana PNPS untuk tahun depan. Berdasarkan rencana
tersebut, Komite Pengarah (SC) atau sub-SC yang layak dibentuk untuk merancang rencana
tersebut. Komite-komite ini akan menyusun dan memutuskan rancangan PNPS. Draft rencana
tersebut akan diserahkan ke BSN untuk mendapat persetuuan di bulan Februari pada tahun
selanjutnya.
Pengembangan Rancangan Standar 1 (“RSNI1”); Periode waktu - 3 bulan: SC memilih
seorang/beberapa perancang (drafter) untuk memformulasi RSNI1
Pengembangan Rancangan Standar 2 (“RSNI2”); Periode waktu - 3 bulan: SC
mempertimbangkan RSNI1 yang diformulasi; masukan dari semua anggota dijadikan sumber.
Jika perlu, pemangku kepentingan yang terkait diundang untuk memberikan masukan khusus.
Pengembangan Draft Standar 3 (“RSNI3”); Periode waktu - 3 bulan:
SC melakukan meeting konsensus antara semua anggota dan pakar untuk masukan tambahan
ke rancangan tersebut; RSNI3 difinalisasi berdasarkan keputusan kolektif SC.
Penyelidikan: Rancangan RSNI3 diserahkan ke BSN untuk disahkan. Dokumen tersebut
diterbitkan oleh BSN dan disebarkan ke seluruh anggota SC dan anggota masyarakatstandardisasi. Jika 2/3rd dari anggota voting setuju dengan draft yang disebar, RSNI3 akan
Tanggungjawab
Publikasi usulan
Merancang
Tanggungjawab
Draft 1 Standard
Tanggungjawab
Draft 2 Standar
Tanggungjawab
Tanggungjawab
2/3 voting
Kurang
dari 2/3Verifikasi
Penetapan/
Tanggungjawab
Draft 3 Standar
Tanggungjawab
Voting
Tanggungjawab
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 60/145
48
digunakan sebagai RSNI (rancangan akhir standar). Jika tidak diterima, RSNI2 akan dicek lebih
jauh dan perbaikan RSNI3 disiapkan oleh SC.
Penetapan standar; Periode waktu - 1 bulan
Penerbitan standar; Periode waktu- 1 bulan
Komite-komite ini bekerja selama kira-kira 3 tahun dan biasanya bertemu tiga kali sebelum
ditetapkannya konsensus terkait standar tersebut, yang dikomunikasikan ke badan standar Indonesia
BSN, yang kemudian menerbitkan sebuah standar dibawah SNI.
Komite Pengarah BSN: BSN bertanggungjawab atas pengembangan standard dan ia menggunakan
informasi dari komite teknis dan sub-komite teknis dari kementerian terkait untuk merancang sebuah
standar. Kemperin dan Kemenhub bertanggungjawab untuk mengirimkan proposal ke BSN masing-
masing untuk pengembangan standar keselamatan dan standar kinerja teknologi untuk penerangan
jalan. Setelah menyerahkan proposal untuk pengembangan standar-standar, sebuah komite pengarah
(SC) dan sub-SC akan dibentuk. Pendirian SC dapat mulai oleh badan teknis (kementerian), pemangku
kepentingan atau BSN.
Komposisi dari SC: Biasanya, SC terdiri dari ketua/wakil ketua (jika relevan), sekretaris dan anggota.
Jika ketua tidak memiliki kemampuan teknis, maka dinominasikan seorang wakil ketua dengan
pengalaman dan keahlian yang relevan. Ketua biasanya dipilih untuk jabatan 3 tahun dan dapat
diperpanjang 3 tahun kemudian. Minimum 9 anggota akan masuk dalam tim tersebut. Sang ketua
diharuskan sekurangnya sarjana dengan 2 tahun pengalaman di lingkup kerja terkait. Anggota SC
tersebut sebaiknya diambil dari para regulator, produsen, konsumen dan pakar. Anggota-anggota
sekurangnya berijazah diploma dengan 3 tahun keahlian atau 10 tahun pengalaman untuk lulusan SMU.
Pendirian sub-SC sejalan dengan lingkup kerjanya. Dalam hal lingkup kerja yang terlalu luas, SC
tersebut dapat mengembangan sub-sub SC dengan lingkup kerja spesifik.
Masyarakat Standardisasi Indonesia (MASTAN) merupakan organisasi nirlaba mandiri yang terdiri dari
hampir 3000 anggota yang mewakili regulator, kalangan industry, konsumen, infrastruktur, lembaga dan
pakar. MASTAN memfasilitasi konsultasi dan proses pemungutan suara electronik selama tahap
pengembangan SNA.
4.4.6 Pelajaran dari proses penetapan standar internasional
Aliran proses yang khas dalam penetapan standar di Indonesia dirangkum disini untuk tujuan
membandingkannya dengan proses yang terjadi di Indonesia. Proses standardisasi India memerlukan
pembentukan sebuah komite teknis yang seimbang; konsultasi dengan pemangku kepentingan yang
terkait, dengan meminta komentar dari masyarakat sebelum finalisasi. Prinsip-prinsip konsensus
bersama dengan Organisasi Perdagangan Dunia/Penghalang Teknis Perdagangan (WTO/TBT) prinsip-
prinsip juga diikuti selama persiapan standar-standar tersebut.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 61/145
49
Pembentukan komite teknis tersebut sangat penting bagi proses penetapan standar tersebut.
Komposisi yang khas dari komite standar meliputi Ketua (badan independen), sekretaris
anggota (BIS), pabrikan, laboratorium/lembaga Litbang, Pemerintah dan badan-badan
regulator, konsumen/ organisasi pengguna, asosiasi industri, unit sektor publik, perusahaan
konsultansi dan badan professional dan akademis.
Proses penetapan standar dari BIS ini ditampilkan dalam Gambar 7 dibawah ini:
Gambar 7: Proses penetapan standar di BIS
4.4.7. Meningkatkan kapasitas teknis lembaga-lembaga yang mengembangkan standar kinerja dan
keselamatan
Secara khas, hanya anggota-anggota terpilih dari Kemperin dan Kemenhub akan menjadi bagian dari
Komite Pengarah yang akan dibentuk untuk menentukan standar-standar baru. Untuk semakin
memperkuat kapasitas teknis dari kementerian-kementerian tersebut, Kelompok Kerja Lainnya (Pokja)
dapat diperkenalkan secara internal didalam suatu Kementerian.
Pembentukan Kelompok Kerja Lainnya dibawah Kemperin dan Kemenhub:
Anggota Pokja (Kelompok Kerja Lain): Para perwakilan dari sektor-sektor berikut ini
merupakan anggota-anggota yang dapat menjadi POKJA: Asosiasi Industri, Kementerian
Perdagangan, industri penerangan (pabrikan/pemasok), organisasi nirlaba, lembaga
pendidikan, organisasi penelitian, pakar sektoral, dll.
Persetujuan subyek
olehKomite
Nasional
Penyebaran ke Anggota komiteNasional untukMendapat masukan
Draft standar disebarluaskanUntuk mendapat Masukan publik
Persetujuan atasDraft standar Lewat konsensus
Persiapan draft standarawal
Diskusi tentang draft standar danmasukan oleh anggota komite teknis
Diskusi oleh komite nasional
Publikasi TentangStandar
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 62/145
50
Peran POKJA: POKJA berupaya merancang atau menjabarkan proposal untuk
pengembangan standar, yang akan diserahkan ke BSN untuk dipertimbangkan. POKJA harus
mengikuti prosedur tertentu (yang ditetapkan oleh Kementerian-Kementerian) dan akan
dilibatkan dalam pengumpulan data, survei-survei, kajian pasar, konsultasi dengan pemangku
kepentingan (termasuk konsumen) dan kajian persyaratan berkala untuk menginformasikan
proses standardisasi secara keseluruhan. Anggota-anggota POKJA akan bekerja sebagai satu
tim dan mengambil keputusan dengan pendekatan partisipatif. POKJA akan memberikan
bantuan teknis dengan menyediakan semua informasi yang diperlukan masing-masing
kementerian.
Anggota pengamat: Anggota POKJA harus menjadi bagian dari proses persiapan standar
BSN dan dapat diberi status sebagai pengamat, tanpa hak memilih. Tetapi komentar-komentar
yang diangkat oleh kelompok ini harus tanggapi oleh SC. Hal ini bakal memberi peluang untuk
mendaftar komentar-komentar dari bagian masyarakat yang lebih luas. BSN harus diminta
untuk member status pengamat kepada POKJA dari masing-masing kementerian.
Penguatan proses penetapan standar yang digunakan BSN:
Proses penetapan standar harus mencakup berbagai kalangan luas pemangku kepentingan
termasuk para professional dan badan akademis, pabrikan, laboratorium, lembaga Penelitian
dan Pengembangan, badan pengatur, asosiasi industri, sektor publik, perusahaan konsultansi,
pemakai akhir dan kelompok warga.
Rancangan standar yang disiapkan BSN harus secara luas disebar ke public (juga melalui
pertemuan para pemangku kepentingan) untuk mendapatkan input dan usulan. Draft standar
dapat juga diterbitkan secara online untuk menerima komentar-komentar.
Keseluruhan kualifikasi pendidikan dan syarat pengalaman dari anggota SC harus diajukan
dalam konsultasi dengan pemangku kepentingan terkait.
Status pengamat harus diberikan kepada POKJA (diusulkan dibawah Kemperin dan
Kemenhub) untuk memungkinkan partisipasi pemangku kepentingan yang lebih besar dalam
dan kontribusi atas proses penetapan standar ini.
4.4.8. Halangan/tantangan
Penggunaan produk berstandar rendah – Karena perbedaan harga antara LED yang
berbeda kualitas, namun tetap 2,5 kali lebih mahal dari penerangan jalan yang konvensional,
banyak kota di Indonesia cenderung memilih produk standar rendah. Namun sering produk-
produk tersebut menghadapi permasalahan dengan pengelolaan panas; beberapa produk
mengalami pengurangan output lumen hingga 50% setelah 6-12 bulan. Situasi ini pada
gilirannya membuat para pengguna tidak mau memilih produk LED untuk penerangan jalan.
Kurangnya standar IEC untuk penerangan jalan LED – Kurangnya spesifikasi produk IEC
untuk lampu jalan LED menghalangi pengembangan standar produk versi Indonesia. Meskipun
IEC telah memiliki standar Kinerja da Keselamatan (PAS) untuk penerangan jalan, review atas
standar-standar LED ini belum dimulai. Reviewnya diharapkan selesai pada 2014.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 63/145
51
Kemenperin menyatakan ingin menunggu dengan standar LED hingga standar IEC yang
terkait telah difinalisasi.20 – Standar produk SNI 2008 sepenuhnya sukarela. Jalan proponsi
dan kota tidak dicakup oleh standar ini.
Indonesia tidak punya protocol pelatihan untuk LED, fasilitas laboratorium(termasuk akreditasi)
dan operator terlatih. Ada kebutuhan untuk menaikkan kapabilitas laboratorium mengetes
standar LED.
4.4.9. Rekomendasi
Konsensus diminta dari kementerian-kementerian terkait termasuk KESDM, Kemperin,
KemenPU dan Kemendag bersama dengan BSN untuk menggunakan standar internasional
yang berlalu (seperti standar IEC dan IES) atau standar dari negara-negara Asia yang serupa
seperti India. TSU yang akan didirikan dengan pendanaan bantuan NAMA internasional harus
memainkan peran sebagai fasilitator dan memberikan bantuan teknis selama penetapan
standar nasional LED di Indonesia.
SNI 4 6973.2.3-2005 (Bagian 2.3 mengenai Lampu: Persyaratan khusus dari penerangan jalan)
menetapkan standar luminaire untuk lampu, tetapi tidak termasuk LED. Maka, penerangan
padat (contoh LED) harus ditambah sebagai addendum pada standar ini.
Standar untuk kinerja teknis dan keselamatan bagi penerangan jalan dikembangkan oleh
Puslitbang Jalan dan Jembatan, KemenPU. Direktorat Jenderal Bina Marga (Jalan Bebas
Hambatan) dapat meminta Puslitbang untuk mereview standar keselamatan dan kinerja yang
ada dan menambah standar khusus untuk penerangan jalan LED.
Sebagai pengaturan lainnya, dokumen spesifikasi teknis yang rinci mengenai pengadaan lampu
jalan LED untuk semua jenis jalan dapat dikembangkan oleh Kementerian terkait. Dokumen
teknis tersebut dapat dikembangkan dengan mempertimbangkan standar penerangan jalan
yang ada di Indonesia dan standar internasional lainnya. Dokumen ini kemudian dapat
diedarkan ke semua kota di Indonesia melalui pemerintah propinsi dan kota-kota dapat
perintahkan untuk menggunakannya. Publikasi dan bahan pelatihan (termasuk versi on-line)
bersama dengan artikel dan iklan mengenai penerangan jalan (termasuk standar LED, praktik
penerangan yang terbaik secara umum, dll) dapat dirilis untuk pemerintah daerah.
Protokol pengujian, infrastuktur dan laboratorium yang terakreditasi harus didirikan untuk
menjamin pengujian lampu LED sesuai dengan standar teknis. Sebagai langkah awal,
laboratorium yang sesuai harus diidentifikasi di seluruh Indonesia, atau Pemerintah Pusat harus
membangun satu laboratorium, dan laboratorium-laboratorium tersebut harus dilengkapi
20 Wawancara dengan Kemenperin pada Juli 2013.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 64/145
52
dengan fasilitas dan terakreditasi untuk menguji syarat-syarat baru yang muncul akibat
menyesuaikan standar internasional. Terdapat beberapa laboratorium penguji di Indonesia,
contohnya di Surabaya, yang dapat ditingkatkan dengan fasilitasi yang lebih baik untuk menguji
performa dan aspek keamanan lampu LED.
Setelah menyesuaikan standar yang benar, semua pemasok dan pabrikan yang produknya
mematuhi persyaratan teknis (sebagaimana ditetapkan oleh standar Indonesia dan standar
Indonesia lainnya) terkait penerangan jalan LED, dapat dimasukkan dalam website
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan pemerintah terkait lainnya. Pemerintah
daerah akan diperintahkan untuk melakukan pengadaan lampu-lampu LED hanya dari
perusahaan yang telah teridentifikasi dan diuji. Tindakan ini akan melindungi para pengguna
dari produk murah yang tidak berkualitas.
Mengingat permasalahan pokok dalam hal kurangnya standardisasi LED Nasional, teknologi
penerangan lainnya seperti lampu induksi dapat juga dipertimbangkan oleh aksi NAMA ini,
terutama jika kinerja mereka lebih stabil. Kajian kesesuaian teknologi harus dilaksanakan di
masing-masing kota untuk memilih opsi penerangan hemat energi yang paling sesuai (mungkin
lebih dari satu per kota, tergantung pada situasi baseline).
4.5. Pilihan pembiayaan untuk penerangan jalan yang efisien
4.5.1 Tinjauan kebutuhan sumber daya untuk NAMA SSLI
Dalam bagian ini, perkiraan anggaran untuk NAMA SSLI telah disusun berdasarkan skenario
pelaksanaan yang berbeda-beda. Biaya terkait pelaksanaan NAMA SSLI tersebut mencakup:
Investasi modal dalam teknologi LED (atau teknologi penerangan alternatif yang efisien)
Investasi model dalam alat meteran
Pendirian infrastruktur kelembagaan (terutama, pendirian TSU. Lihat Bagian 4.1.3)
Sumber daya manusia (terutama, biaya staf pemasangan dan pemeliharaan di tingkat kota)
Biaya peningkatan kapasitas (pelatihan teknis terkait dengan pemasangan dan pemeliharaan
teknologi, peningkatan kesadaran di tingkat kota, dengan catatan TSU banyak melakukan kerja
ini.).
Karena investasi modal untuk teknologi SSL adalah pendorong biaya yang utama, tinjauan atas
parameter teknis dan keuangan dasar disajikan dibawah ini dengan menggunakan format yang sama
sebagaimana dijelaskan untuk penentuan baseline. Unsur-unsur terkait emisi seperti GEF setara
dengan apa yang sudah ditentukan untuk baseline.
Parameter skenario proyek teknis
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 65/145
53
Parameter teknis yang pokok untuk skenario proyek tersebut adalah daya watt dari lampu-lampu
terpasang dan usia hidup yang khas dari lampu-lampu tersebut. Sementara masing-masing kota akan
bebas menentukan teknologi penerangan efisien yang sesuai dengan kondisi lingkungan mereka, untuk
analisa tersebut diasumsikan bahwa teknologi yang diperkenalkan tersebut merupakan LED yang
tersedia dengan berbagai daya watt. Demikian halnya, dalam praktiknya, kota-kota yang ikut dalam
NAMA SSLI pasti akan mengkaji persyaratan penerangan spesifik sebagai bagian dari keseluruhan
“sistem penerangan jalan berbasis desain”, yang merupakan kombinasi dari daya watt dan jenis lampu,
tinggi tiang dan jarak untuk memenuhi standar nasional dan lainnya. Secara logis, kota-kota akan
bekerja dengan para pemasok dan ESCO untuk merancang sebuah sistem yang optimal untuk
lingkungan mereka yang spesifik. Untuk sederhananya, dalam analisa kami, rata-rata tingkat daya watt
LED yang mengganti secara ekuivalen (khusunya lampu merkuri atau sodium) diterapkan untuk
keseluruhan kajian di tahap konsep NAMA. Disini kami berasumsi bahwa baik lampu HPS 150W dan
250W serta lampu Merkuri 250 diganti dengan lampu LED 140W.
Tabel 97: Parameter teknis
Parameter Nilai baseline truncated mean*
Watt per lampu 140
Waktu operasional per hari 12
Rata-rata usia hidup lampu (dalam jam) 50.000
*) Truncated mean adalah rata-rata jumlah nilai dengan menghilangkan nilai tertinggi dan terendah
Sumber: Kajian atas tujuh kota di Indonesia, berdasarkan GIZ PAKLIM (2012)
Parameter skenario proyek keuangan
Tabel 108 berikut ini berisi unsur-unsur utama keuangan yang berkaitan dengan pemasangan lampu
hemat energi. Diantaranya adalah biaya per lampu pada umumnya, kerja sipil terkait dan O&M. Selain
itu, nilai-nilai tersebut didasarkan pada asumsi bahwa teknologi LED diterapkan.
Tabel 108: Parameter finansial
Parameter Nilai baseline
Biaya per rata-rata lampu LED (110W) ~601 Dollar AS
Biaya kerja sipil per lampu 19 Dollar AS
Asumsi takterduga tambahan per lampu
(mungkin mencakup biaya tambahan untuk
penutup/rumah dan pemasangan kabel yang
harus diganti dibeberapa kasus juga)
30% dari biaya LED dan kerja sipil (~190 Dollar
AS)
Biaya O&M per lampu dan tahun 2 Dollar AS (2,4 Dollar AS dari tahun ketiga
kedepan)
Tingkat bunga pinjaman PIP 5%
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 66/145
54
Tingkat keuntungan model ESCO 10%
Tingkat bunga pasar keuangan 12%
Sumber: Kajian tujuh kota di Indonesia, berdasarkan GIZ PAKLIM (2012)
Kebutuhan sumberdaya diperkirakan dibawah ini untuk skenario-skenario berbeda yang melibatkan
tingkat-tingkat ambisi yang berbeda di sejumlah kota-kota yang diliput dalam NAMA SSL, dan disini
volume-volume lampu yang berbeda-beda akan dipasang. GIZ memperkirakan tiga fase dari 2014
hingga 2019: Fase percontohan, fase peningkatan dan akhirnya fase transformasi. Dalam konteks tiga
fase ini, dua jalur jalan dikaji, jalur konservatif yang berdasarkan tingkat ekspansi yang lebih lambat
untuk masing-masing tiga fase ini dan jalur ambisius yang berdasar pada tingkat ekspansi yang lebih
ambisius untuk masing-masing dari ketiga fase. Tinjauan dari hal-hal ini disajikan pada Gambar 8
dibawah ini.
Gambar 8: Fase dan skenario untuk pelaksanaan penerangan jalan yang efisien
Dibawah ini (Tabel 119) merupakan tinjauan dari kota-kota yang dipertimbangkan dalam analisa dalam
setiap jalur tersebut.
Tabel 119: Tinjauan Fase dan Skenario Pelaksanaan NAMA SSL untuk dianalisa
Fase Jangka Waktu Jalur yang
relevan
Kota baru
tambahan
Total
jumlah
kota
Kota yang dicakup
(jumlah)
Fase I Mulai 2014 hingga
pertengahan 2015
Skenario I
(konservatif)
2 2 Yogyakarta, Makassar
Skenario II
(ambisius)
4 4 Yogyakarta,
Makassar, Probolingo,
Pekalongan
Fase 1(2014/2015)
Percontohan
Fase 2(2015/2016)
Peningkatan
Fase 3(2017-2019)
Transformasi
JalurKonservatif
SSL untuk2kota
SSL untuk 2kota
tambahan
SSL untuk 5kota
tambahan
JalurAmbisius
SSL untuk 4kota
SSL untuk 8kota
tambahan
SSL untuk 10kota
tambahan
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 67/145
55
Fase II Pertengan 2015
hingga akhir 2016
Skenario III
(konservatif)
2 4 Yogyakarta,
Pekalongan,
Makassar, Probolingo
Skenario IV
(ambisius)
8 12 Yogyakarta,
Pekalongan,
Makassar, Probolingo,
Surakarta, Blitar,
Malang, Semarang,
Salatiga, Medan,
Manado, Mojokerto
Fase III Awal 2017 hingga
akhir 2019
Skenario V
(konservatif)
5 9 Yogyakarta,
Pekalongan,
Makassar, Probolingo+ 5 kota tambahan
Skenario VI
(ambisius)
10 22 Yogyakarta,
Pekalongan,
Makassar, Probolingo,
Surakarta, Blitar,
Malang, Semarang,
Salatiga, Medan,
Manado, Mojokerto
+10 kota tambahan
Perkiraan kebutuhan sumber daya langsung berkaitan dengan jumlah LED terpasang. 20 berikut ini
menggambarkan jumlah lampu yang diminta untuk setiap fase dari dua jalur dan perkiraan sumber daya
yang dibutuhkan untuk pemasangan teknologi LED.
Tabel20: Jumlah kumulatif lampu dan kebutuhan sumber daya untuk dua jalur
Fase I Fase II Fase III
Jalur
Konservatif Jumlah lampu 34.000 65.690 191.232
Perkiraan biaya
pasang
(ribu Dollar AS)
27.553 53.235 154.974
Jalur
Ambisius Jumlah lampur 65.690 266.557 517.640
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 68/145
56
Perkiraan biaya
pasang
(ribu Dollar AS)
53.235 216.017 419.495
Sumber: Perhitungan sendiri berdasarkan skenario yang ditetapkan oleh GIZ
Secara keseluruhan jumlah lampu bertambah dari sekitar 34.000 menjadi lebih dari 190.000 dengan
skenario konservatif. Masing-masing biaya naik dari 27,5 juta Dollar AS untuk fase I hingga hampir 155
juta Dollar AS di fase III.
Dengan jalur ambisius, lebih dari 500.000 lampu efisien dipasang di fase III dengan biaya hampir 420
juta Dollar AS. Kedua jalur ini digambarkan dalamGambar 9
Gambar 9.
Gambar 9: Perkiraan jumlah lampu yang diganti pada dua jalur ini
Sumber: Perhitungan sendiri berdasarkan skenario yang ditetapkan oleh GIZ
4.5.2 Pendekatan metodologis penghitungan aliran dana untuk baseline dan skenario proyek
Biaya yang dijabarkan dalam Bagian 4.5.1 akan tertutup melalui pengurangan biaya konsumsi listrik,
pemeliharaan dan penggantian yang baru dibandingkan dengan skenario baseline yang mencakup
teknologi penerangan konvensional.
Tabel 121 dibawah ini merangkum parameter-parameter yang tercakup didalam analisa keuangan
NAMA SSL, termasuk nilai-nilai baseline (“Nilai baseline”) dan parameter yang disesuaikan untuk
skenario pelaksanaan NAMA SSL (“Nilai SSL NAMA”).
Tabel 121: Parameter yang termasuk didalam analisa keuangan NAMA SSL
Data lampu Nilai BaselineNilai SSL
NAMA Unit Sumber/Keterangan
Lampu HPS
Tingkat watt 150 95 Watt
Penghitungan sendiriberdasarkan GIZ PAKLIM,
hal.45Usia hidup lazimnya 24.000 50.000 jam GIZ PAKLIM,hal.8
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
L a m p u y a n g d i g a n t i
Jumlah lampu yang diganti
Conservative pathway Ambitious pathwayJalur konservatif Jalur ambisius
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 69/145
57
Biaya per lampu 246 601 Dollar AS OSRAM
Lampu uap Merkuri
Tingkat watt 250 159 Watt GIZ PAKLIM, hal.45
Usia hidup lazimnya 24.000 50.000 jam GIZ PAKLIM, hal.8
Biaya per lampu 226 601 Dollar AS GIZ PAKLIM, hal.45
Pengeluaran operasional (OPEX) Nilai baseline Nilai SSLNAMA Unit Sumber
Jam operasional per tahun 4.380 4.380 jam / thn Asumsi 12 hours oeprasional
per hari
Tarif listrik75 Dollar AS 75 Dollar AS
Rata-rata tariff listrik darikotayang dikaji (mungkin berdeviasi
sesuai kota)
Kenaikan tariff listrik (per tahun) 2% 2% Asumsi sendiri
Kerugian T & D 10% 10%Nilai default dari metodologi
CDMKeseluruhan biaya O&M per lampudalam tahun 1-3
6,7 2,0Dollar AS/ lampu ICLEI
Keseluruhan biaya O&M per lampudalam tahun ke 3->
8,0 2,4Dollar AS/ lampu
Asumsi sendiri bahwa biayaO&M naik setelah 3 tahun
hingga 20%
Biaya khusus NAMA (administrasi,pemantauan, dll.) 0 25.000
Dollar AS/ tahun Asumsi sendiri
Data Khusus Pendapatan Nilai baselineNIlai SSL
NAMA Unit Sumber
Tingkat pajak penerangan jalan 7,00% 7,00% %
Tingkat pajak rata-rata menurutinformasi di ketujuh kota,
ditambah 16 kota dalam daftarpanjang
Kurangnya konsumsi energi karenameteran 40% 40% %/a
Berlaku hanya bila meteranlistrik digunakan
Biaya meteran Nilai baselineNilai SSL
NAMA Unit Sumber
3 fase pasokan listrik 1.500 1.500Dollar AS/meteran PLN (mencakup biaya
pemasangan- kerja sipil)Jumlah lampu yang dapat dicakupmeteran 25 25 Lampu/meteran
Biaya tahunan meteran 10 10Dollar AS
/ thn Asumsi sendiri
Usia peralatan meteran10 21 21 tahun Asumsi sendiri
Sumber: Lembar lajur “Investasi-Analisa- Asumpsi” oleh Perspectives berdasarkan sumber yang ada didalam table ini
Model keuangan yang dikembangkan untuk NAMA SSL menghasilkan output berikut ini:
Analisa aliran kas untuk skenario NAMA SSL dibandingkan dengan baselinenya; termasuk
pengeluaran dan pemasukan selama masa hidup SSL (sekitar 50.000 jam operasional). Baik
untuk kedua jalur konservatif dan ambisius.
Net present value (NPV) untuk skenario NAMA SSL. Baik untuk jalur konservatif dan ambisius.
Ilustrasi sumber pembiayaan yang diterapkan untuk cakupan kenaikan biaya pemasangan.
Baik untuk jalur konservatif dan ambisius.
Hasil dari analisa ini ditampilkan berikut ini di bagian 4.5.5.
4.5.3 Identifikasi sumber pendanaan
Meskipun penggantian penerangan konvensional dengan LED atau teknologi efisien lainnya akan
secara logis terbayar sebagai akibat dari penghematan energi pada kurun waktu itu, tetapi penghalang
utama untuk menggunakannya adalah bahwa pihak kotamadya tidak memiliki dana yang memadai
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 70/145
58
untuk menutup biaya modal dimuka dan pemasangan. Pemerintah kotamadya yang diwawancara
selama riset dilaksanakan untuk laporan ini, umumnya mengindikasikan bahwa program penggantian
penerangan yang efisien akan berlangsung dengan gerak yang agak lambat, dengan penggantian
penerangan konvensional berskala kecil dengan penerangan yang efisien ketika penggantian
dijadwalkan terjadi. Karena pinjaman biasanya tersedia untuk pemerintah kotamadya dengan tingkat
bunga yang agak tinggi 12-15%, hal ini menyebabkan pilihan meminjam untuk mendanai program
penggantian yang lebih berskala besar yang umumnya tidak menarik hati. Karena itu, sumber-sumber
pendanaan lainnya dibutuhkan untuk memungkinkan NAMA SSL menjangkau skala pada kerangka
waktu hingga 2020, dan hal ini dipertimbangkan dibawah ini.
Pendapatan dari berkurangnya tagihan listrik PLN setelah meterisasi
Pengalaman sampai saat ini menunjukkan bahwa jika meterisasi diperkenalkan, tagihan listrik
penerangan jalan kota akan turun hingga 30-40% karena kecenderungan dari perkiraan diatas
konsumsi energi sebenarnya; dalam kasus Yogyakarta tagihan energi bahkan turun hingga 60%.
Dengan asumsi bahwa pajak penerangan jalan kota ini tetap konstan, pendapatan ekstra ini dapat
digunakan untuk membiayai penggunaan penerangan jalan yang efisien, dengan penghematan tagihan
listrik yang dihasilkan dari lampu-lampu yang efisien tersebut yang kemudian diinvestasikan kembali
pada lampu-lampu baru yang efisien atau digunakan untuk menutup biaya-biaya awal pemakaian
meteran. Kekurangannya adalah bahwa pilihan pembiayaan ini hanya tersedia di kota-kota yang belum
memperkenalkan sistem meteran, dan bahwa proyek lampu-lampu jalan yang efisien melalui
pendekatan dana bergulir ini membutuhkan waktu. Misalnya, penghematan 1 MWh/tahun dan lampu
melalui meteran sebagaimana dicapai di Yogyakarta dan menghitung dengan tariff 0,075 Dollar AS/kWh
akan menggunakan 75 dollar AS/lampu, yang berarti bahwa pembiayaan meteran itu sendiri akan
tercapai setelah satu tahun beroperasi (tidak termasuk biaya pemasangan meteran). Membiayai
keseluruhan selisih biaya antara LED berkinerja tinggi dan penerangan jalan konvensional akan
membutuhkan waktu satu dekade. Maka pilihan ini hanya bisa dilakukan bila dipertimbangkan
bersamaan dengan pilihan lainnya.
Dari sudut pandang pelaksanaan NAMA SSL, meterisasi harus dipandang sebagai prioritas kebijakan
urutan teratas dan dapat membentuk bagian dari komponen NAMA unilateral. Ini akan memungkinkan
sumber-sumber pembiayaan lain untuk bisa dibuka (termasuk dari anggaran kotamadya). Namun, hal
ini tidak dianggap pantas dimana bantuan pendanaan yang didapat dari donor digunakan untuk
membiayai pemakaian meteran, karena tujuan utama dari dukungan NAMA internasional adalah
mendukung aksi pengurangan emisi. Meterisasi ini sendiri tidak menghemat energi atau mengurangi
emisi, tetapi meterisasi lebih membantu pemerintah kota dan propinsi untuk menghemat uang.
Hasilnya, meterisasi dapat menciptakan dorongan bagi pemerintah daerah untuk berinvestasi dalam
kegiatan efisiensi energi. Pilihan pembiayaan yang dipertimbangkan disini dapat membantu
merangsang investasi seperti ini.
Kenaikan pajak penerangan jalan
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 71/145
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 72/145
60
Pasar Karbon
Pasar karbon global dapat menjadi salah satu sumber pendanaan bila SSLI didaftarkan sebagai Clean
Development Mechanism (CDM) dan bukan sebagai NAMA. Walau demikian, harga CER saat ini, yang
senilai dibawah 1 Dollar AS/ton di pasar valas, pemasukan yang didapat dari monetisasi pengurangan
emisi saja sangat tidak mungkin membiayai penggantian lampu yang tak terencana. Saat ini, ramalan
akan pasar CER (pengurangan emisi bersertifikasi) masih sangat lemah sampai sekurangnya tahun
2020, dan mungkin setelah tahun itu, karena suplai berlebihan yang masif dalam EU ETS, yang
diperkirakan mencapai hingga tunjangan 2 milyar, yang merupakan sumber utama permintaan untuk
CER. Harga-harga pada dasarnya mencerminkan biaya penerbitan- pada harga tertentu, menjadi tidak
ekonomis membayar biaya transaksi yang termasuk dalam verifikasi dan penerbitan kredit. Proyeksi
biaya terbaik hingga tahun 2020 adalah sekitar 2-3 Dollar AS/t. Pada harga saat ini sebesar 1 USD/t
atau kurang dari itu, total pengurangan emisi yang diperkirakan untuk NAMA SSL hanya naik sekitar
100-400,000 Dollar AS jika dijual di pasar valas CER21. Karenanya, CER tidak dianggap sebagai sumber
yang relevan untuk pembiayaan inisiatif SSL.
Mekanisme pemberian kredit lainnya termasuk NMM dan BOCM Jepang secara teoritis dapat
menyediakan pilihan-pilihan monetisasi untuk inisiatif-inisiatif seperti inisiatif SSL. Namun sejauh ada
hubungannya dengan NMM, masih belum ada kesepakatan akan kerangka kerja internasional dalam
konteks UNFCCC, tidak ada cara untuk rancangan dan pelasanaan mekanisme sedemikian itu, dan
saat laporan ini ditulis tidak ada percontohan (pilot) yang diumumkan atau dilaksanakan dimanapun di
dunia22
. Diluar kerangka kerja UNFCCC, kerangka regulasi EU ETS memungkinkan pengakuan ataskesepakatan bilateral antara EU dan negara-negara yang melaksanakan pendekatan berbasis sektoral,
seperti NMM. Namun, tidak ada kepastian apapun mengenai harga yang akan dibayar untuk kredit yang
dihasilkan dari sebuah inisiatif yang dilaksanakan dalam kerangka kerja ini, dan mengenai volume yang
akan diterima (jika ada). BOCM Jepang masih dioperasionalkan dan belum ada proyek yang telah
dilaksanakan, dengan terbatasnya rincian yang ada terkait kelayakannya, harga kredit yang sesuai,
prosedur pendaftaran, dll. Karenanya, kedua sumber ini dianggap sangat tidak pasti pada tahap ini, dan
tidak dianggap relevan mengingat maksud untuk melaksanakan inisiatif SSL dalam 5-7 tahun kemudian.
Pinjaman PIP
Pinjaman lunak ditawarkan oleh Pusat Investasi Pemerintah (PIP), yang dikelola oleh Kemenkeu.
Secara keseluruhan, pinjaman PIP mencakup asset-aset yang dikelola dengan nilai 1,9 milyar Dollar
AS pada 2012 (PIP, 2012). Sesuai dengan pertemuan dengan PIP pada Juli 2013, sekitar 2,8 juta Dollar
AS tersedia di tahun 2013 untuk aktivitas efisiensi energi, dan untuk dua tahun berikutinya rencananya
adalah menginvestasi 15-20 juta Dollar AS kedalam kegiatan efisiensi energi sektor public (termasuk
21 Harga di pasar CER primer (CER yang belum diterbitkan) bahkan cenderung lebih rendah .
22
Namun, dapat dicatat bahwa desain dari sejumlah percontohan sedang dilaksanakan saat ini, yang didanai oleh BMU(Kementerian Lingkungan Hidup, Konservasi Alam dan Keamanan Nuklir) Jerman.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 73/145
61
penerangan jalan dan limbah energi). Pinjaman ‘wajib’ yang ditawarkan PIP, dengan tingkat bunga
umumnya sektiar 5%, berpotensi menjadi sumber utama pembiayaan pelaksanaan NAMA SSL dalam
negeri. Pinjaman PIP dapat membantu memperlihatkan keuntungan-keuntungan SSL NAMA di kota-
kota percontohan awal yang akan dibiayai bersama oleh bantuan pendanaan internasional, dan
kemudian digunakan untuk meningkatkan NAMA selama periode itu.
Terdapat berbagai tantangan dalam hal ini. Pertama, sedikitnya pengalaman di sektor ini karena PIP
hingga saat ini belum pernah mencairkan pinjaman dalam jumlah besar untuk proyek energi efisien dan
energi baru terbarukan – banyak pengalaman di bidang infrastruktur yakni rumah sakit, jalan raya, dll.
Kedua, pemda ingin adanya penyederhanaan persyaratan persetujuan yang agak rumit dan birokratis.
Membantu pemerintah kota didalam pengajuan permohonan pinjaman PIP dianggap sebagai tugas
yang cocok bagi pembentukan TSU sebagai bagian dari NAMA. Maka, pilihan ini dianggap sebagai
bagian dari sebuah paket bersamaan dengan pendanaan NAMA Facility yang disalurkan melalui
ICCTF.
Inisiatif Kementerian Keuangan pada efisiensi energi
Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu sedang mempertimbangkan rancangan dan penggunaan sebuah
skema baru untuk membantu sektor swasta ESCO dalam pelaksanaan efisiensi energi. Draft konsep
pada tahap ini adalah untuk menetapkan dana bergulir sebesar 50 juta Dollar AS untuk membantu
pelaksanaan efisiensi energi (maksimum 5 juta Dollar AS per proyek) dengan tingkat pinjaman lunak.
Masalah utamanya adalah bahwa hal ini masih dalam tahap penyusunan yang amat dini, dan paling
cepatnya skema baru ini bisa tersedia di pertengahan kedua tahun 2014. Tergantung pada bagaimana
proposalnya berkembang, pilihan ini dapat membentuk bagian dari paket pilihan-pilihan untuk
meningkatkan NAMA selama kurun waktu setelah fase percontohan pada tahun 2014-15.
Membuka anggaran yang takterpakai dari kementerian teknis
Secara teoritis ada potensi untuk melakukan realokasi dalam anggaran nasional untuk membuka
pemasukan yang tidak terpakai. Contohnya, menurut Kemenkeu (2012, hlm. 23) Kemenkeu hanya
membelanjakan 10-30% dari anggarannya di tahun-tahun yang baru lewat, sementara belanja
KemenPU mencapai 70-80% dari anggaran. Dana-dana yang tidak terpakai ini secara teori dapat
digunakan untuk berinvestasi di berbagai kegiatan efisiensi energi, termasuk efisiensi penerangan jalan.
Tantangan utamanya adalah bahwa KESDM tidak memiliki kekuasaan untuk memerintahkan
kementerian teknis lainnya dengan cara ini dan tidak ada dasar bagi Kemenkeu untuk melakukan hal
demikian. Karena kesulitan tersebut, pilihan ini dapat dianggap tidak realistis pada tahap ini.
Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk hibah pengurangan emisi
DAK didefinisikan sebagai “dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan untuk daerah-daerah
(region) tertentu untuk membantu mendanai kegiatan-kegiatan spesifik yang berada dibawah otoritas
daerah dan sejalan dengan prioritas nasional” (Jakarta Post, 2012). Yang terutama, dana-dana tersebut
dimaksudkan untuk membantu daerah-daerah yang kurang maju dengan mendanai kegiatan-kegiatan
prioritas nasional, misalnya pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Lampu jalan tidak termasuk dalam
prioritas nasional untuk tahun 2014. Ke depannya, pemerintah Pusat perlu mengidentifikasi dan
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 74/145
62
menetapkan penerangan jalan sebagai sektor prioritas dan mengidentifikasi daerah-daerah khusus
yang harus disasar untuk hibah-hibah tersebut. Agar supaya dana hibah dialokasikan dalam DAK untuk
pengurangan emisi, Kementerian Koordinator bidang Perekonomian diminta memerintahkan KESDM
untuk menetapkan target dan sasaran untuk peningkatan efisiensi penerangan jalan. Proses ini
menuntut keterlibatan politik tingkat sangat tinggi dan mungkin akan memakan waktu dan tenaga yang
banyak, dengan hasil dan jangka waktu yang takpasti. Oleh karena itu hibah DAK tidak dianggap
sebagai kemungkinan pilihan untuk fase percontohan dari inisiatif SSL yang direncanakan mulai pada
tahun 2014. Ini mungkin menjadi sebuah pilihan yang realistis jangka panjang bagi beberapa kota di
daerah-daerah yang berkekurangan.
Reformasi penetapan harga listrik
Biaya subsidi listrik di Indonesia mengurangi hasrat pemerintah kotamadya untuk berinvestasi pada
penerangan jalan yang efisien. Secara teori, reformasi regulasi dapat mengakibatkan kenaikan harga
listrik pada tingkat yang mencerminkan biaya. Namun, sebagaimana dibahas pada Bagian 4.2,
reformasi penetapan harga listrik yang besar akan menjadi sensitif secara politik dan sangat tidak
mungkin saat mendekati pemilihan presiden 2014. Maka pilihan ini tidak sejajar dengan rencana waktu
pelaksanaan SSL NAMA. Ini bisa berkaitan sebagi bagian dari fase peningkatan NAMA setelah tahun
2015.
Model ESCO
Meski masih di tahap bayi di Indonesia, ekspansi industry ESCO dapat menjadi cara untuk membuka
penghematan biaya bagi pemerintah kotamadya setempat, tetapi mungkin perlu didukung bersama
dengan sumber-sumber pembiayaan publik dan reformasi kebijakan. Saat ini, kurangnya kerangkaregulasi dari Peraturan Pemerintah Daerah yang berlaku yang memungkinkan pengontrakan ESCO.
Dengan kerangka regulasi yang diperlukan, pilihan ini dapat membantu peningkatan investasi
penerangan jalan ketika digabung dengan beberapa pilihan pembiayaan yang menjanjikan. Tampilan 1
menyediakan rincian yang lebih banyak tentang model ESCO dan pengalamannya di Indonesia dan
Indonesia dengan ESCO
Tampilan 1: ESCO
Perusahaan Layanan Energi atau ESCO, menjalankan penghematan efisiensi energi sebagai ganti dari
pembayaran yang dibiayai melalui pengurangan biaya terkait dengan penghematan-penghematan itu. ESCO
bisa berupa badan usaha milik negara atau milik swasta. Salah satu ESCO terbesar di Indonesia yaitu PT.
Energy Management Indonesia merupakan korporasi milik negara dengan tingkat penjualan tahunan ca. 3 juta
Dollar AS (PT Energy Management Indonesia, 2007). Dalam konteks NAMA SSL, sebuah ESCO milik swasta
akan mengadakan kontrak kinerja dengan pemerintah daerah, asalkan kerangka regulasi memungkin hal ini.
Pembayaran untuk layanan yang dilakukan ESCO dibuat sebelum atau sesudah terjadi, atau mungkin lebih
sebagai campuran dari keduanya, yang adalah kapan ESCO meminta pembayaran dimuka yang mencakup
bagian dari biaya tersebut.
- Pembayaran Ex-ante. Pemerintah daerah membayar ESCO untuk melaksanakan penggantian lampu jalan
dan memulihkan biaya untuk hal ini melalui tagihan energi yang berkurang.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 75/145
63
- Pembayaran ex-post . Penghematan energi dijamin oleh ESCO, yang kemudian memperoleh pembiayaan
(misalnya dengan pergi ke bank untuk dapat pinjaman, atau mengumpulkan uang di pasar modal) dan
melakukan layanan. ESCO dibayar oleh pemerintah daerah melalui penghematan biaya yang dihasilkan.
Pengalaman ESCO di Indonesia
Sejauh ini pengalaman dengan ESCO di Indonesia agaklah terbatas- terutama terkait penerangan jalan.
Halangannya adalah kurangnya ESCO yang berpengalaman (GIZ PAKLIM, 2012a) dan beratnya subsidi harga
listrik, yang mengurangi dorongan pada konsumen untuk mencari dan membayar atas peluang peningkatan
efisiensi energi. Sejauh terkait kontrak pemerintah dan ESCO, mungkin penghalang terbesar adalah peraturan
anti korupsi yang ada, yang mencegah pembagian pendapatan pajak jalan kotamadya dengan pihak swasta.
Satu contoh dari kontrak ESCO yang berhasil di Indonesia melibatkan optimalisasi lampu jalan di kota Pasuruan.
Pada tahun 2003-2008, perusahaan PT Fokus Indo Lighting memberikan kepada pemerintah kota tersebut paket
layanan yang mencakup pengaturan kembali secara menyeluruh sistem penerangan jalan untuk memenuhi
standar IEC, penghematan energi dan hasilnya pada pengurangan biaya listrik bulanan, ditambah layanan purna
jual (pemeliharaan,dll). Akibat dari investasi ini, kota tersebut mencapai pengurangan dalam tagihan listrik dari
sekitar Rp. 2 milyar/bulan hingga sekitar Rp.0.6 milyar/bulan (75% hemat), tanpa mengurangi output energinya.
Namun, susunan kontrak tidak dapat direplikasi karena halangan regulasi seperti disebut diatas. Regulasi-
regulasinya dirancang untuk mencegah korupsi ditingkat pemerintah daerah, dalam pengaturan antara
Pasuruan dan Fokus, pihak kota membayar uang muka yang mencakup sebagian dari keseluruhan biaya
proyek, dan kemudian melunasi sisanya melalui penghematan pada tagihan PLN kota, yang dihasilkan setiap
bulan, plus bunganya. Susunan ini diselidiki oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), terutama karena bunya
yang dibayar oleh kota tersebut kepada Fokus berupa angguran bulanan. Peraturan yang berlaku sekarang
mengizinkan pemerintah daerah untuk bekerjasama dengan PIP (dibawah Kementerian Keuangan) dan
membayar bunga dari pinjaman mereka ke PIP, tetapi tidak ada ketentuan regulasi yang memungkinkan
membuat perjanjian jenis pinjaman dengan pihak ketiga.
Selain itu, Undang Undang No 32 of 2004, yang memasukkan protokol yang harus diikuti oleh pemerintah
daerah, yang terkait dengan penerimaan dan penggunaan sumber pendanaan yang berbeda-beda, mencegah
penggunaan penerimaan pajak dari pemerintah daerah untuk dibayar langsung ke sektor swasta. Selain itu,
penerimaan pajak dapat disimpan kedalam anggaran kota. Hal ini menimbulkan ketidakpastian baik untuk ESCO
dan dinas PJU mengenai apakah layanan-layanan dapat secara efektif dibayar.
Pengalaman ESCO di India – contoh membuat kerja model ESCO
Selama 4-5 lima tahun model ESCO telah mencapai momentum di India. Hal ini menjadi bagian dari biaya
kenaikan biaya energi di satu sisi dan inisiatif oleh pemerintah pusat untuk mempromosikan secara meluas
implementasi langkah-langkah efisiensi energi dan konservasi energi pada fasilitas-fasilitas yang ada dengan
menggunakan model ESCO pada lainnya. Sebuah survey nasional atas 171 kota di 23 negara bagian
memperlihatkan bahwa penerangan jalan menjadi rata-rata 6,19% dari belanja pemasukannya Badan
Perkotaan Daerah (ULB), namun hanya 0,88% dari total anggaran dialokasikan untuk kegiatan efisiensi energi
oleh ULB. Terdapat perkiraan potensi penghematan sebesar 60% dari konsumsi listrik di dalam penerangan
jalan rata-rata, secara nasional.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 76/145
64
Pemerintah pusat memutuskan untuk menstimulasi industry ESCO sebagai cara untuk membuka potensi yang
terkubur. Untuk menjawab halangan-halangan seperti akses ke pembiayaan, ketiadaan asosiasi industry,
kurangnya kepercayaan atas klien prospektif dalam kapasitas ESCO. BEE (Badan Efisiensi Energi Nasional
Indonesia ) saat ini telah memampukan lebih dari 120 ESCO melalui proses akreditasi. Proses akreditasi ini
telah membantu menyediakan penyelidikan teknis dan finansial yang diperlukan untuk membangun rasapercaya diantara klien-klien prospektif yang mungkin akan mendapatkan layanan-layanan ESCO serta diantara
lembaga-lembaga keuangan yang ingin memberikan hutang dan modal kerja kepada ESCO. Dibawah ini adalah
contoh dari ESCO yang membiayai pengaturan penggantian lampu jalan di kota Rajahmundry di India.
Nama kota: RajahmundryNegara bagian: AndhraPradeshTotal jumlahlampu jalan 10948TotalInvestasi: INR 7.000 JutaPenghematanyg dicapai: 68,57%PeriodekontrakESCO: 7 jutaBeban saatini Jumlah Watt Beban (kW) Diusulkan Jumlah Watt
Beban(kW)
250W HPSV 832 285 237,12 70W LED 832 70 58,24
250W MH 93 285 26,505 70W 93 70 6,51
150W HPSV 1973 175 345,275 70W LED 973 70 68,11
36W LED 1000 36 36
70W HPSV 295 85 25,075 36W LED 295 36 10,62
40W FTL 7355 50 367,75 18W LED 7355 18 132,39
400W MH 488 450 219,6 180W LED 400 180 72
Total 1221,325 383,87
4.5.4 Kajian pilihan pembiayaan
Dibawah ini, pilihan pembiayaan yang teridentifikasi pada bagian sebelumnya telah dievaluasi dengan
pendekatan kualitatif. Pilihan-pilihan tersebut dinilai berdasar criteria berikut ini seperti didalam tabel
dibawah ini:
Potensi jumlah dana – pilihan yang dapat menghasilkan/mendapat jumlah yang besar umumnya
diberi nilai lebih tinggi.
Kurun waktu pelaksanaan – pilihan yang digunakan secara lebih cepat umumnya diberi nilai lebih
tinggi.
Masalah keadilan – pilihan yang menghindari hasil yang keliru/ dampak yang tidak seimbang pada
unsur masyarakat tertentu secara umum diberi nilai lebih tinggi.
Keberterimaan bagi para pembuat kebijakan – pilihan yang mungkin diterima secara politis (baik
ditingkat daerah maupun propinsi) umumnya diberi nilai lebih tinggi.
Biaya transaksi – pilihan yang menghindari biaya transaksi tinggi ummnya diberi nilai lebh tinggi.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 77/145
65
Pilihan-pilihan tersebut diberi nilai berdasar setiap kriteria diatas, dengan bulatan berwarna hijau yang
menunjukkan nilai tinggi, bulatan oranye untuk nilai sedang dan bulatan merah untuk nilai rendah.
Sebuah kajian menyeluruh juga disediakan, dalam hal bagaimna pilihan tersebut dapat membentuk
bagian dari sebuah paket pembiayaan NAMA, yang akan digambarkan secara rinci pada bagian berikut
ini. Pilihan-pilihan yang secara jelas dipandang sebagai bagian pembentuk dari paket pembiayaan ini,
terutama dalam fase percontohan, diberi “wajah senyum” kuning. Untuk pilihan-pilihan yang berpotensi
membentuk bagian dari paket pembiayaan, tetapi dimana terdapat beberapa ketidakjelasan yang perlu
diatasi, atau dimana perlu membuat kajian kasus-per-kasus, pilihan-pilihan tersebut diberi “wajah
merenung”. :Pilihan-pilihan yang jelas-jelas tidak akan berperan di masa datang diberi “wajah marah”
merah.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 78/145
66
Tabel 13: Kajian kualitatif pilihan pembiayaan
Kriteria kajian Potensi jumlah dana
yang dihasilkan
Jangka waktu
pelaksanaan
Masalah
keadilan
Keberterimaan
pembuat kebijakan
Biaya transaksi Keseluruhan
kajian/peran
dalam paket
Daur ulang
pemasukan melalu
meteran
Penghematan sebesar 40-
60% pada tagihan kota
dari PLN dimungkinkan.
Misalnya dalam kota
berukuran sedang dengan
tagihan Rp. 30milyar per
thn, ini akan menyisihkan
Rp.12-18 milyar 1-1,6 juta
Dollar AS). Dapat diukur
diseluruh negara.
Akan butuh banyak
waktu. Pengembalian
selama beberapa tahun
Keadilan akan
meningkat karena
meteran
mengurangi
tagihan berlebih
oleh PLN
Pembuat kebijakan
harus mendukung baik
ditingkat provinsi
maupun daerah. PLN
mungkin menolak.
Biaya dimuka untuk
pemasangan
meteran tinggi.
Tetapi selain itu,
biaya transaksi
rendah.
Meterisasi akan
berperan penting,
tetapi butuh
sumber
pembiayaan lain
untuk memulai
NAMA SSLI
Donor atau Hibah
Nasional
(melalui ICCTF)
Hibah 5-15 juta EUR (7-20
juta Dollar AS)
dimungkinkan lewat
NAMA Facility . Tidak adabatasan besarnya hibah
yang dapat disalurkan
lewat ICCTF.
Jika berhasil di putaran
pertama dari penerapan
hibah NAMA Facility , ini
dapat membangkitkanarus pendanaan pada
pertengahan 2014.
Tidak teridentifikasi Sejalan dengan
sasaran kebijakan
pemerintah RI; ICCTF
adalah lembaga yangmantap
Prosedur penerapan
untuk ICCTF
membutuhkan
bantuan TSU
Sumber utama
dana untuk
memulai NAMA
SSLI di Fase 1 dan2
Pasar Karbon (CDM,
NMM, BOCM)
Potensi terbatas.
Pengurangan emisi
CDM sekarang sudah
tersedia tetapi pasar
Tidak
teridentifikasi.
Tidak pasti. CDMnya
mantap tetapi NMM
Biaya (
pengembangan,
Tidak akan
berperan dalam
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 79/145
67
Kriteria kajian Potensi jumlah dana
yang dihasilkan
Jangka waktu
pelaksanaan
Masalah
keadilan
Keberterimaan
pembuat kebijakan
Biaya transaksi Keseluruhan
kajian/peran
dalam paket
sebesar 100-400kt CO2-e
pada 2020 @ 1 USD/CER
=
100-400,000 Dollar AS
secara total.
mengalami pasokan
berlebih hingga 2020.
NMM dan BOCM tidak
pasti saat ini.
sangat sensitif dalam
hal negosiasi iklim
internasional.
validasi dan
verifikasi PDD, dll)
mungkin sangat
mahal.
kurun waktu yang
diinginkan untuk
NAMA SSLI
Pinjaman PIP
Pinjaman hingga 11-15
juta EUR (15-20juta Dollar
AS) tersedia pada 2014-
15; secara potensial pada
tingkatan 5% dalam
program pinjaman wajib.
Dapat membantu
mengangkat dana
tambahan.
Prosedur sudah
ditetapkan; pinjaman
tersedia pada 2014.
Tidak ada, asalkan
ketentuan
pelunasan tidak
terlalu
mengkhawatirkan
pemerintah daerah.
Tidak ada masalah di
tingkat pemerintah
pusat. Pemerintah
daerah perlu
melakukan beberapa
pekerjaan untuk
meyakinkan kota-kota
bahwa mengakses
pinjaman PIP adalah
pilihan yang tepat.
Bantuan diperlukan
dari TSU.
Prosedur
permohonan
pinjaman PIP perlu
dirampingkan untuk
menghindari
penundaan/biaya
transaksi tinggi .
Bantuan diperlukan
dari TSU.
Sumber utama
dana untuk
memperluas NAMA
SSL di Fase 2 dan
3.
Kenaikan pajak
penerangan jalan
Tergantung pada situasi
kota. Di beberapa kota,
batas 10% sudah dicapai.
Secara nasional, rata-rata
sekitar 7%.
Pemerintah daerah
harus mengesahkan
perundangan untuk
menaikkan tingkat pajak.
Penerimaan pemasukan
akan mengalir selama
itu, daripada uang muka.
Konsumen
menanggung
beban finansial jika
penghematan
biaya tidak dibagi
dengan mereka.
Kenaikan pajak
mungkin akan
mendapat perlawanan
dari masyarakat.
Pendekatan nasional
yang bersifat wajib
Tidak ada biaya
tambahan selain
amandemen
legislatif. PLN
mengumpulkan
penerimaan pajak
dan mentransfernya
Kajian kasus per
kasus. Tidak
mungkin berperan
besar secara
keseluruhan, tetapi
dapat cocok bagi
beberapa kota.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 80/145
68
Kriteria kajian Potensi jumlah dana
yang dihasilkan
Jangka waktu
pelaksanaan
Masalah
keadilan
Keberterimaan
pembuat kebijakan
Biaya transaksi Keseluruhan
kajian/peran
dalam paket
mungkin tidak popular
di tingkat daerah.
kepada pemerintah
daerah
Pembiayaan ESCO
Potensinya sangat tinggi
(ningga penghematan
75%), tetapi kontrak perlu
diperbolehkan oleh
kerangka regulasi.
Beberapa ESCO siap
mulai pelaksanaan
sekarang atau awal
2014.
Tidak ada, kecuali
keuntungan dibagi;
beberapa risiko
sektor swasta
mencapai
keuntungan.
Sangat diminati, tetapi
ketidakpastian regulasi
merupakan halangan
utama untuk
keberterimaan di
tingkat pemerintah.
Rendah jika
kerangka regulasi
diperjelas untuk
memungkinkan
kontrak dan dengan
bantuan dari TSU.
Sangat potensial
sebagai inti utama
dari paket
pembiayaan jika
masalah regulasi
terjawab.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 81/145
69
4.5.5 Studi kasus yang memperlihatkan penggunaan jalur-jalur pembiayaan yang berbeda-beda
Sebagaimana dijelaskan pada bab 4.5.1 Rencana Implementasi merencanakan dua program
penerangan jalan untuk fase pecontohan (empat dari skenario ambisius). Bagian ini menjelaskan
pembiayaan penggunaan penerangan jalan pintar untuk dua kota ini secara rinci. Untuk menampilkandua kota dengan situasi yang sangat berbeda, Yogyakarta dipilih sebagai kota berukuran sedang yang
maju secara ekonomi dan lebih modern, dan Probolinggo dipilihsebagai kota yang lebih kecil yang
kurang modern, yang lebih didasarkan pada sektor pedesaan (pertanian, dll.) Kami akan menjelaskan
gabungan pilihan pembiayaan yang sesuai dan memperlihatkan parameter dan hasil investasi utama
yang menunjukkan keuntungan tetapi juga risiko penggantian LED. Untuk kedua studi kasus dengan
baseline dan skenario proyek terkait, batasan atas ketersediaan data harus dipertimbangkan.
Contohnya, kota-kota tersebut tidak memiliki database kokoh dan konsisten yang mendata secara
akurat jumlah lampu jalanan. Batasan demikian juga terlihat untuk biaya pemasangan yang pasti,
karenanya kami telah memasukkan tingkat kontingensi sebesar 30% untuk biaya instalasi dari rata-rata
LED 140W. Jika diminta, ini mencakup penggantian cangkang rumah dan pengkabelan terkait LED.
Studi kasus 1: Yogyakarta
Yogyakarta adalah kota berukuran sedang yang terletak di garis pantai selatan Pulau Jawa, Indonesia.
Yogyakarta menampung sektiar 430.000 penduduk dan dikenal sebagai pusat ekonomi di kawasan ini
dengan Produk Domestik Bruto sekitar 675 juta Dollar AS (BPS, 2013). Sebagai pusat sejarah budaya
Jawa, kota ini merupakan tujuan wisatawan yang penting. Karena itu, konsumsi listrik yang diperkirakan
860 kWh per penduduk dan tahun terasa besar jika disbanding dengan kawasan atau kota lainnya.
Contohnya, itu sepertiga lebih tinggi daripada di Probollinggo, studi kasus lainnya digambarkan di
Gambar 10 dibawah.
Gambar 10: Peta Jawa dengan Yogyakarta yang diberi tanda 23
23 http://www.happychap.eu/travel_info/indonesia_2008/java/railway_map_bestanden/image002.jpg
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 82/145
70
Mengenai situasi penerangan jalannya, Yogyakarta telah mencapai tahap yang maju. Diperkirakan
19.000 lampu jalan, yang sebagian besar adalah lampu HPS yang berefisiensi sedang, telah dilengkapi
dengan meteran. Hal ini sama-sama menyebabkan pengeluaran listrik yang rendah karena sambungan
illegal yang tersisa tidak disubsidi oleh Yogyakarta melalui tagihan penerangan jalan. Karena konsumsi
listrik yang tinggi per kepala, pemasukan pajak penerangan jalan juga sama-sama tinggi. Mereka
melebihi tagihan listrik hingga sekitar tiga kali lipat yang memungkinkan sumber daya yang hampir
memadai untuk pemeliharaan dan penggantian lampu-lampu yang ada. Hanya sedikit alokasi anggaran
umum dibutuhkan untuk menyamakan total pengeluaran penerangan jalan. Pemerintah kota telah
mengumpulkan pengalaman dengan lampu LED yang hemat energi di program percontohan yang
melibatkan tujuh unit lampu LED 140W yang digunakan untuk membantu lampu HPS 250W.
Berdasarkan pengalaman yang positif ini, dinas PJU akan berinvestasi pada penggantian lebih jauh
atas lampu-lamp HPS. Masalah utamanya adalah terbatasnya pendanaan yang tersedia dari anggaran
pemerintah kota untuk program penggantian lampu LED secara utuh, meskipun terjadi sisa saldo positif
dari pajak penerangan jalan. Dinas PJU tertarik dengan insentif keuangan dari pemerintah pusat (hibah,
pinjaman lunak) jika tersedia.
Tabel 143: Parameter spesifik sosial ekonomi dan penerangan jalan di Yogyakarta (tahunan,
data 2008)
Parameter Nilai baseline
GDP 675.400.000 Dollar AS
Penduduk 433.000
Penerimaan pajak penerangan jalan 2.200.000 Dollar AS
Tagihan listrik PJU 720.000
Lampu penerangan jalan ~ 19,000 (tipe dominan HPS)
Cakupan meterisasi ~ 100%
Sumber: GIZ PAKLIM (2012), Laporan misi ke-2 (Perspectives, 2013); bps (2013)
Skenario baseline: Kajian keuangan kami memperlihatkan bahwa anggaran penggantian lampu di
akhir usia lampu (rata-rata dalam 5,4 tahun untuk lampu HPS), tagihan listrik, meterisasi dan O&M
lainnya hampir ditutup oleh penerimaan pajak. Namun kekurangan sekitar 10% pada 2014, sedikit naik
karena peningkatan biaya listrik, tetap membutuhkan alokasi lebih dari anggaran umum kota
Yogyakarta.
NPV yang didapat selama usia pengkajian selama 11,4 tahun (rata-rata usia lampu LED) dan dikurangi
dengan 8%/tahun akan mengakibatkan kekurangan hampir 3 juta Dollar AS.
Skenario penerangan yang efisien: Kami berasumsi bahwa lampu HPS diganti dengan lampu LED
segera setelah akhir usia lampu HPS tecapai. Karena tidak ada informasi rinci tentang status terkini dari
lampu-lampu yang terpasang, kami berasumsi bahwa sekitar seperlima dari lampu-lampu tersebut
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 83/145
71
harus diganti setiap tahun. Karena itu, total waktu pelaksanaan untuk lampu LED tersebut terpenuhi
pada 2019. Konsumsi listrik berkurang menurut daya watt yang lebih rendah (140W, bukannya 250W);
biaya tambahan untuk penggantian lampu lebih tinggi karena lampu LED. Sebagai pilihan-pilihan
pembiayaan, kami mengkaji pilihan internal tanpa bantuan keuangan terlebih dahulu. Karenanya, tidak
ada hibah NAMA dan pinjaman PIP yang dipertimbangkan, pemerintah kota akan menarik dana untuk
pemasangan lampu yang efisien dari pasar keuangan. Dengan menghitung dengan tingkat discount
internal sebesar 8% (mewakili biaya modal) NPVnya sekitar 325.000 Dollar AS selama usia hidup
lampu. IRR (tingkat keuntungan internal) dari program pelaksanaan LED bernilai 9%. Dalam pilihan ini,
bantuan NAMA akan disediakan melalui saran teknis melalui TSU (misalnya membantu dinas PJU
dengan spesifikasi kinerja untuk lampu LED sebelum melakukan tender).
Pilihan kedua mencakup bantuan keuangan dari Kementerian Keuangan, melalui PIP, untuk membantu
mengatasi penambahan biaya dari program penggantian LED. Percontohan ini merangsang pinjaman
PIP sebesar 6,5 juta Dollar AS yang disediakan selama 5 tahun dengan tingkat bunga sebesar 5% per
tahun dan dapat dibayar kembali sejak tahun ketiga dan selanjutnya. Kami berasumsi pembayaran
kembali sebesar 750.000 hingga 1.000.000 Dollar AS per tahun hingga 2024. Pendekatan ini akan
meningkatkan NPV hingga 3,5 juta Dollar AS selama periode kajian tersebut.
Untuk menggambarkan perbedaan antara skenario baseline dan skenario penerangan efisien, kami
memperlihatkan aliran dana bersih tahunan selama usia hidup lampu LED. Meskipun baselinenya
secara teratur berkurang, lampu penerangan yang efisien mulai berhasil di tahun ketujuh dan
selanjutnya ketika penghematan listrik melampaui beban tambahan dari biaya penggantian yang lebih
tinggi dan pengembalian pinjaman PIP.
Gambar 11: Akumulasi aliran dana untuk skenario baseline dan skenario penerangan efisien
(termasuk pinjaman PIP)
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 84/145
72
Studi kasus 2: Probolinggo
Probolinggo adalah kota berukuran kecil-sedang yang terletak di tenggara Surabaya di garis pantai
utara Pulau Jawa, Indonesia (lihat titik merah di Gambar 12 dibawah). Berpenduduk sekitar 220.000
jiwa dan merupakan kota yang agak beriorientasi pedesaan dengan Produk Domestik Bruto sekitar 190
juta Dollar AS (bps, 2013). Penduduknya berpenghasilan utama dibidang pertaniang dan perikanan.
Karena itu, konsumsi listrik per penduduk rendah, yang kami asumsikan sekitar 580 kWh per kepala
dan tahun.
Gambar 12: Peta Jawa dengan Probolinggo yang diberi tanda 24
24 http://www.happychap.eu/travel_info/indonesia_2008/java/railway_map_bestanden/image002.jpg
-4,000,000
-3,000,000
-2,000,000
-1,000,000
0
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
A k u m u l a s i a l i r a n d a n a b e r
s i h ( d a l a m
D o l l a r A S )
Efficient lighting scenario with PIP Baseline
Skenario penerangan efisien dg PIP
Skenario penerangan efisien dg PIP
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 85/145
73
Terkait penerangan jalannya, Probolinggo menghadapi situasi yang menantang. Kantor PJU
memperkirakan sekitar 15.000 lampu jalan terpasang di kota ini, tetapi hanya 4.000 sambungan yang
divalidasi oleh PLN. PJU memperkirakan 60-70% dari semua sambungan bersifat illegal. Tipe lampu
yang dominan dipasang adalah lampu merkuri yang kurang efiesien, dan hanya sekitar 10% dari semua
lampu yang dicatat meteran. Ini ini mengakibatkan pengeluaran listrik yang sama tingginya, karena PLN
membebankan kantor PJU atas konsumsinya dengan memakai pendekatan lump-sum, dan
memperkirakan banyak sekali sambungan illegal, yang darinya tidak ada pemasukan pajak yang
didapat. Karena keseluruhan konsumsi listrik yang rendah di Probolinggo, pemasukan dari pajak
penerangan jalan juga sama-sama rendah. Karena total penerimaan sebesar sekitar 10% lebih rendah
dari tagihan listriknya, maka tidak ada sumber daya yang memadai untuk pemeliharaan dan
penggantian lampu-lampu yang masih ada. Oleh karena itu, sejumlah besar alokasi anggaran umum
dibutuhkan untuk menyeimbangkan total pengeluaran penerangan jalan. Pemerintah kota telah
menyusun sebuah “rencana induk kota hijau” yang mencakup penggantian lampu Merkuri dengan
lampu LED yang efisien energi bersama dengan meterisasi tetapi sejauh ini masalah keuangan
menghalangi pelaksanaannya. PJU telah didekati oleh sejumlah pemasok/ESCO tetapi tidak mampu
memberikan investasi modal dimuka yang diminta untuk program penggantian berskala penuh.
Tampaknya hal ini tidak akan berubah dalam skenario business as usual .
Tabel 154: Parameter spesifik sosial-ekonomi dan penerangan jalan di Probolinggo (tahunan,
data 2008)
Parameter Nilai baseline
PDB 187.500.000 Dollar AS
Penduduk 220.000
Pemasukan pajak penerangan jalan 750.000 Dollar AS
Tagihan listrik dinas PJU 950.000
Lampu penerangan jalan ~ 15.000 (tipe Merkuri yang dominan)
Cakupan meteran ~ 10%
Sumber: GIZ PAKLIM (2012), laporan misi ke-2 (Perspectives, 2013); bps (2013)
Skenario baseline: Kajian keuangan kami memperlihatkan bahwa anggaran penggantian lampu di
akhir usia hidup lampu (rata-rata 5,4 tahun untuk lampu HPS), tagihan listrik, meterisasi dan O&M
lainnya tidak dapat ditutup oleh penerimaan pajak. Sekitar 1,6 juta Dollar AS dari anggaran kota harus
dialokasikan setiap tahun untuk pengoperasian sistem tersebut secara benar. Nilai ini agak meningkat
karena kenaikan biaya listrik.
NPV yang didapat dari usia lampu yang dikaji selama 11,4 tahun(rata-rata usia hidup lampu LED) dan
dipotong dengan 8%/tahun menyebabkan kekurangan hampir 14 juta Dollar AS. Sekitar 1,3 juta Dollar
AS dari tambahan anggaran kota dibutuhkan untuk menyeimbangkan pengeluaran.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 86/145
74
Skenario penerangan yang efisien: Kami berasumsi lampu-lampu Merkuri dan HPS diganti dengan
lampu LED segera setelah lampu-lampu itu mencapai akhir usia hidupnya. Karena tidak ada informasi
rinci mengenai status terkini dari lampu-lampu yang ada, kami berasumsi seperlima dari lampu-lampu
tersebut harus diganti setiap tahun. Karena itu, total waktu pelaksanaan untuk lampu LED terpenuhi
pada 2019. Konsumsi listrik berkurang menurut daya watt yang lebih rendah (140W,bukannya 250W),
tambahan biaya untuk penggantian tersebut lebih tinggi karena lampu LED. Selain itu, kami berasumsi
bahwa sistem meteran untuk semua lampu sudah terpasang. Biaya meteran akan ditutup dari anggaran
bersama pemerintah kota atau membutuhkan bantuan pemerintah pusat. TSU NAMA akan membantu
pemerintah daerah ini dalam mencari pembiayaan untuk menutup biaya meterisasi. Investasi dalam
meterisasi tidak dikaji sebagai bagian dari paket pembiayaan NAMA SSLI itu sendiri, tetapi dapat
membentuk bagian dari komponen NAMA unilateral jika dibantu oleh pemerintah pusat.
Sebagai pilihan-pilihan pembiayaan, kami berasumsi gabungan dari tiga sumber satu hibah NAMA
Facility sebesar 5 juta Dollar AS serta pinjaman PIP sebesar 6 juta Dollar AS dengan tingkat bunga 5%
yang diberikan selama 6 bulan pertama merupakan bantuan eksternal. Kami berasumsi pengembalian
sebesar 700.000 Dollar AS per tahun sampai 2023. NPV dari skenario ini yang mencerminkan tingkat
suku bunga adalah sebesar -5,7 juga Dollar AS selama usia hidupnya. Sistem penerangan jalan
membutuhkan alokasi bersih dari anggaran kota hingga sekitar 500.000 sampai 700.000 Dollar AS
hingga 2023. Setelah itu sistem tersebut akan membiayai sendiri tanpa kontribusi lebih jauh.
Untuk menggambarkan perbedaan antara skenario baseline dan skenario penerangan efisien, kami
memperlihatkan aliran dana bersih selama usia hidup lampu LED. Meskipun aliran dana bersih baseline
secara teratur berkurang, penerangan efisien tersebut mulai berhasil dari permulaan jika dibandingkan
dengan skenario baseline, yang diluar perbaikan efisiensi adalah juga karena hibah NAMA Facility dan
pinjaman PIP. Dari tahun 2024 dan selanjutnya, penghematan listrik melampau beban tambahan akibat
biaya penggantian yang lebih tinggi dan pembayaran pinjaman PIP; sistem ini mulai membiayai dirinya
sendiri.
Gambar 13: Skenario aliran dana bersih (net cash flow) dan skenario penerangan jalan yang
efisien (termasuk pinjaman PIP)
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 87/145
75
4.5.6 Peta jalan pembiayaan yang menggunakan sumber campuran
Dibawah ini adalah rekomendasi peta jalan untuk menggabungkan opsi-opsi pembiayaan yang dipilih.
Peta jalan ini dirancang untuk memungkinkan awalan yang cepat dari fase percontohan untuk NAMA
SSLI, yang diikuti fase peningkatan dan transformasi. ICCTF dipandang sebagai mekanisme mapan
yang paling sesuai untuk memperoleh dan mengelola dana-dana supported NAMA, untuk:
Memperlihatkan pelaksanaan NAMA di kota-kota pionir yang terpilih
Memperkuat kapasitas kota dalam memasang, memelihara dan memantau penerangan jalan yang
efisien Mengatasi halangan-halangan melalui pemberian bantuan kepada pemerintah kota dan
perampingan proses, dan menyiapkan jalan untuk perluasan pelaksanaan melalui pembiayaan
lunak yang dikelola melalui PIP dan memungkinkan penggunaan model ESCO dalam fase
peningkatan.
Pembiayaan lunak yang ditawarkan melalui PIP kemudian dapat digabungkan dengan sarana-sarana
pembiayaan dalam negeri lainnya (seperti peningkatan sementara pajak penerangan jalan atau hibah
pemerintah pusat) untuk peningkatan aksi mitigasi.
Untuk mengkaji persyaratan pembiayaan NAMA dan kelayakannya, tim proyek tersebut telah
mengembangkan sebuah model keuangan yang memberi hasil untuk IRR, NPV dan periode
pembayaran kembali dari skenario baseline dan skenario proyek NAMA SSLI. Hasil-hasil dari analisa
ini disajikan dibawah ini untuk setiap fase pelaksanaan. Asumsi pokok yang digunakan dalam
pemodelan ini disajikan di Bagian 4.5.1.
Berikut ini, peta jalan pembiayaan untuk jalur konservatif dan ambisius dijelaskan, dibagi dalam tiga
fase yang berbeda.
-2,000,000
-1,500,000
-1,000,000
-500,000
0
500,000
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
N e t c a s h f l o w
( d a l a m D
o l l a r A S )
Efficient lighting scenario with PIP BaselineSkenario penerangan jalan dg PIP
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 88/145
76
Jalur konservatif
Fase 1: Fase percontohan (Januari 2014 hingga Juni 2015)
Hibah NAMA diupayakan untuk dibayar kedalam ICCTF, yang kemudian akan mengelola penyaluran
dana-dana ke dua kota percontohan terpilih dari daftar pendek berikut ini: Yogyakarta, Probolinggo,
Makassar dan Pekalongan.
Secara total, hibah sasaran sebesar 14 juta EUR (20 juta Dollar AS) diupayakan, dari jumlah itu 8,5 juta
EUR (11,5 juta Dollar AS) 25 digunakan untuk memberikan pendanaan investasi modal, termasuk
pembelian 15.000 lampu LED yang sesuai untuk mengganti 10.000 lampu HPS 150W dan 5.171 lampu
uap merkuri 250W. Sebagai ilustrasi, ini akan mencakup lampu-lampu terpasang di Pekalongan. Biaya
operasional dan pemeliharaan (O&M) ditanggung melalui pajak penerangan jalan sesuai di skenario
baseline.
Selain investasi modal, hibahnya untuk menyediakan 5,5 juta EUR (7,5 juta Dollar AS) untuk bantuan
teknis. Ini akan membantu pendirian TSU di KESDM, yang akan menyediakan pelatihan bagi
pemerintah daerah, dan bantuan teknis untuk penentuan kinerja efisiensi energi dan standar
keselamatan untuk produk penerangan efisien di tingkat nasional, serta membantu pemerintah daerah
yang harus melakukan audit-audit sebagai prakondisi untuk ikut serta dalam NAMA SSL (untuk
memvalidasi jumlah dan jenis lampu yang terpasang).
Untuk persiapan fase 2, pendanaan TA juga memungkinkan TSU untuk membantu pemerintah daerah
menyiapkan proposal untuk mengakses pinjaman PIP dan membantu merampingkan prosedur PIP.
Bersama dengan PIP, TSU akan lebih jauh membantu pemakaian model ESCO dengan memberikan
saran kepada pemerintah daerah yang tertarik mengadakan kontrak dengan ESCO.
Fase 2: Fase scal ing up (peningkatan) (Juli-2015 hingga akhir 2016)
Dalam fase peningkatan, dua kota tambahan memperoleh akses atas pinjaman lunak PIP untuk
membiayai pemakaian teknologi SSL. Bersaman dengan ini, TSU membantu keikutsertaan ESCO
sekurangnya dalam satu dari kota-kota itu dengan membantu pemerintah daerah untuk menjalin
kesepakatan sedemikian itu dan dengan bekerja bersama PIP untuk memfasilitasi pembiayaan ESCO.
Konsepnya adalah bahwa pinjaman PIP digunakan untuk membayar ESCO atas komponen biaya
investasi dimuka dan kota tersebut akan mengembalikan pinjaman dari penghematan biaya dalam
kurun waktu ini. Pinjaman PIP bisa saja mengalir langsung ke ESCO ataupun via kota.
25
Nilai sebesar 8,5 juta dipilih sebagai kondisi konservatif, yang memungkinkan kontigensi sebesar 500.000 EUR apabila terjadibiaya modal yang lebih tinggi dari perkiraan.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 89/145
77
Bantuan teknis yang diberikan TSU mencakup pelatihan pada pemerintah-pemerintah daerah
tambahan tentang pemeliharaan dan MRV untuk kota-kota yang baru bergabung denga SSL NAMA.
TSU akan memberikan upaya peningkatan kesadaran akan keuntungan SSL NAMA untuk membantu
memperluas cakupannya di fase ketiga.
Pada fase kedua, juga menjadi perlu untuk menggali pilihan pembiayaan jangka yang lebih panjang,
termasuk, contohnya, skema pinjaman efisiensi energi yang baru dikhususkan dan yang dikelola oleh
Kemenkeu atau hibah DAK. Bersamaan dengan mekanisme dukungan finansial, pilihan reformasi
penetapan harga listrik nasional seperti pengurangan subsidi listrik harus digali. TSU dapat membantu
agenda kebijakan dengan memberikan saran mengenai saran tentang pilihan mana yang harus
diusahakan.
Fase 3: Fase Transformasi (Jan 2017 hingga akhir 2019)
Di fase 3, 5 kota tambahan melaksanakan penerangan jalan yang efisien didalam NAMA SSLI.
Pelaksanaan NAMA SSLI dimungkingkan melalui kombinasi meningkatnya pengalaman dengan
pinjaman PIP, meningkatnya kontrak dengan ESCO dan mungkin dengan langkah-langkah lain
(misalnya reformasi harga listrik yang bertindak sebagai insentif bagi kota-kota untuk berinvestasi dalam
peningkatan efisiensi energi).
Dalam percontohan kami, pemerintah daerah terus menggunakan pinjaman PIP hingga senilai 40 juta
Dollar AS benar-benar dihabiskan. Segera setelah pinjaman PIP dihabiskan, ESCO akan menutupi
kesenjangannya, dengan membiayai investasi hingga 30 juta Dollar AS. Hal ini menampilkan fakta
bahwa ESCO perlu dirangsang/didukung dalam dua tahap pertama, dan bahwa kota-kota harus
menyediakan sumber daya untuk investasi biaya dimuka terkait dengan pembiayaan ESCO (karena
pinjaman lunak PIP tidak akan tersedia). Mereka dapat melakukannya dengan mengalokasi dana
tambahan dari anggaran kota, dengan pergi ke pasar keuangan untuk mendapat pinjaman atau mencari
bantuan dari pemerintah pusat jika tersedia (misalnya hibah DAK). Asumsi tingkat keuntungan untuk
ESCO sebesar 10%. Biaya sisanya ditutup melalui pinjaman dari pasar keuangan dimana tingkat bunga
diasumsikan sebesar 12%.
Bantuan teknis yang disediakan oleh TSU terdiri dari pelatihan pada pemerintah lokal tambahan
mengenai pemeliharaan dan MRV untuk kota-kota tambahan yang ikut serta dalam NAMA SSLI.
Fasilitasi atas partisipasi ESCO juga akan dibutuhkan berdasarkan penyusunan rencana anggaran
jangka panjang untuk TSU NAMA SSLI, yang dapat beforkus pada efisiensi energi yang lebih luas.
Keseluruhan investasi untuk jalur konservatif diilustrasikan dalam Gambar 14. Kami melihat
penggunaan yang relatif seimbang atas sumber-sumber keuangan yang berbeda untuk menutup
kenaikan biaya pemasangan. Pertama, hibah NAMA akan membantu pendanaan teknologi SSL selama
fase percontohan (garis biru). Dari 2015 pinjaman PIP membiayai tambahan investasi ini selama fase
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 90/145
78
II (garis merah). Setelah sekitar 40 juta Dollar AS pinjaman PIP dihabiskan diakhir 2016, model ESCO
digunakan untuk pemasangan lebih lanjut (garis oranye). Total 30 juta Dollar AS diharapkan dibiayai
oleh ESCO. Akhirnya, pemerintah daerah bergantung pada pasar keuangan untuk membiayai bagian
akhir dari kebutuhan investasi sebesar 80 juta Dollar AS pada 2018 dan 2019 (garis jingga).
Gambar 14: Investasi dalam jalur konservatif
Keuntungan finansial dari skenario konservatif diilustrasikan dalam Gambar 15. Garis biru menunjukkan
aliran dana bersih dari biaya pemasangan, biaya operasional dan penghematan listrik yang
dibandingkan dengan baselinenya.Tingkat discount nya sebesar 8% per tahun (kisaran rata-rata
pinjaman PIP, permintaan ESCO dan tingkat bunga pinjaman pasar keuangan). Aliran dana tetap
negatif selama pemasangan teknologi SSL sedang berlangsung; dari tahun 2018 dan selanjutnya kami
mendapat aliran dana yang sangat positif yang didominasi oleh penghematan listrik. Dari tahun 2019
dan selanjutnya diasumsikan tidak ada pemasangan lampu tambahan (kurvanya masih menurun
karena pengurangan tahunan atas aliran dana). Dengan mempertimbangkan hibah NAMA sebesarsekitar 12 juta Dollar AS pada awal proyek, keseluruhan NPV dari investasi tersebut sampai 2024
sebesar 3 juta Dollar AS.
Gambar 15: Discounted net cash f low dalam jalur konservatif
I n v e s t a s i k u m u l a t i f ( r i b u D o l l a r A S )
Investasi dalam jalur konservatif
Hibah Model ESCO Model Pasar
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 91/145
79
Jalur ambisius
Fase 1: Fase percontohan (Januari 2014 hingga Juni 2015)
Hibah NAMA Facility diupayakan untuk dibayarkan kedalam ICCTF, yang kemudian akan mengatur
penyaluran dana ke empat kota percontohan yang terpilih: Yogyakarta, Probolinggo, Makassar dan
Pekalongan.
Secara keseluruhan, hibah yang disasar sebesar 14 juta EUR (20 juta Dollar AS) diupayakan, yang
darinya 8,5 juta EUR (11,5 juta Dollar AS) 26 digunakan untuk menyediakan pendanaan bagi investasi
modal, termasuk menutupi bagian biaya investasi pada 14.500 lampu LED yang sesuai, yang
menggantikan 14.500 lampu HPS 150W dan 20.100 lampu LED yang mengganti jumlah yang sama
dari lampu uap merkuri 250W. Biaya penggantian lampu yang tidak ditanggung oleh hibah NAMA akan
diupayakan melalui pinjaman PIP.
TSU akan memfasilitasi pemakaian model ESCO dalam skenario ambisius, dimana setidaknya salah
satu kota-kota dalam fase percontohan ini membiayai program penggantian penerangan jalan dengan
menjalin kontrak dengan sebuah ESCO. Pinjaman PIP digunakan untuk memfasilitasi hal ini, dengan
menutup komponen pembayaran dimuka.
Selain investasi modal, hibah NAMA akan menyediakan 5,5 juta EUR untuk bantuan teknis. Hal ini
membantu pembentukan TSU di KESDM, yang akan menyediakan pelatihan bagi pemerintah daerah,
26
Nilai sebesar 8,5 juta dipilih sebagai kondisi konservatif, yang memungkinkan kontigensi sebesar 500.000 EUR apabila terjadibiaya modal yang lebih tinggi dari perkiraan.
-15,000,000.000
-10,000,000.000
-5,000,000.000
0.000
5,000,000.000
10,000,000.000
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 A l i r a n D a n a B e r s i h y a n
g d i p o t o n g
[ D o l l a r A S ]
Keuntungan bersih (tingkat diskon 8%)
Conservative pathwayJalur konservatif
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 92/145
80
dan bantuan teknis untuk penetapan kinerja efisiensi energi dan standar keselamatan untuk produk-
produk penerangan yang efisien di tingkat pusat.
Fase 2: Fase peningkatan (Juli-2015 hingga akhir 2016)
Delapan kota tambahan melaksanakan penerangan jalan yang efisien didalam NAMA SSLI.
Pelaksanaan NAMA SSLI. Dalam percontohan kami, pemerintah daerah terus menggunakan pinjaman
PIP hingga senilai 40 juta Dollar AS benar-benar dihabiskan. Segera setelah pinjaman PIP dihabiskan,
ESCO akan menutupi kesenjangannya, dengan membiayai investasi hingga 30 juta Dollar AS. Hal ini
menampilkan fakta bahwa dalam skenario ambisius dperlu membuat model ESCO bekerja sesegera
mungkin- pada fase kedua ia akan berperan besar dalam pembiayaan NAMA. Asumsi tingkat
keuntungan untuk pembiayaan ESCO sebesar 10%. Sisa biayanya ditutup melalui pinjaman dari pasar
keuangan. Tingkat bunga diasumsikan sebesar 12%.
Bantuan teknis yang disediakan oleh TSU terdiri dari pelatihan pada pemerintah lokal tambahan
mengenai pemeliharaan dan MRV untuk kota-kota tambahan yang ikut serta dalam NAMA SSLI,
ditambah fasilitasi atas partisipasi ESCO. TSU juga akan menggali pilihan pembiayaan jangka panjang
termasuk pinjaman efisiensi energi Kemenkeu.
Fase 3: Fase transformasi (Januari 2017 hingga Desember 2019)
10 kota tambahan melaksanakan penerangan jalan yang efisien dalam NAMA SSL. Dalam percontohan
kami, diasumsikan untuk menutup biaya pemasangan mereka menggunakan pinjaman dari pasar
keuangan. Tingkat bunga diasumsikan sebesar 12%. Pilihan pembiayaan lainnya dapat memungkinkan
pelaksanaan biaya yang lebih rendah, jika contohnya ESCO didukung oleh mekanisme pembiayaan
efisiensi energi khusus yang ditawarkan oleh pemerintah pusat (Kemenkeu) atau jika hibah DAK
tersedia untuk penggantian penerangan jalan. Untuk kepentingan percontohan keuangan, perkiraan
sumber pembiayaan ini tidak dimasukkan.
Seperti dalam skenario konservatif, TSU membantu pemerintah daerah yang terlibat dalam NAMA SSL
pada sisi teknis dan dengan bantuan mengakses pembiayaan. TSU ini akhirnya berfokus pada efisiensi
energi saat NAMA akan berakhir.
Keseluruhan investasi diilustrasikan dalam Gambar 16. Sumber pembiayaan baru yang penting
(misalnya pembiayaan ESCO, pinjaman komersial dari pasar keuangan atau bentuk pembiayaan publik
lainnya) akan diminta menyediakan pinjaman untuk kenaikan biaya pemasangan dari tahun 2015 dan
selanjutnya. Pertama, hibah NAMA akan memadai untuk pendanaan teknologi SSL pada dua kota
pertama (garis biru). Tetapi, sudah selama fase percontohan, pinjaman PIP harus membiayai tambahan
investasi (garis merah). Setelah sekitar 40 juta Dollar AS dari pinjaman PIP dihabiskan pada
pertengahan pertama 2015, model ESCO digunakan untuk pemasangan lebih lanjut. dalam perkiraan
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 93/145
81
skenario ini, diasumsikan bagian besar dari pembiayaan sekitar 310 juta Dollar AS harus ditutup melalui
pinjaman rutin pada tingkat bunga sekitar 12%. Pada praktiknya, semua gabungan sumber-sumber baru
pembiayaan harus digunakan agar memungkinkan perluasan lebih besar NAMA SSLI untuk mencapai
skala transformasi. Dimasukkannya tambahan sumber-sumber yang baru tercermin dalam skenario
investasi kedua dibawah ini.
Gambar 16: Investasi dalam jalur ambisius
Keuntungan finansial dari skenario ambisius diilustrasikan dalam
Gambar 17. Garis hijau memperlihatkan aliran dana bersih biaya instalasi, biaya operasional dan
penghematan listrik yang dibandingkan dengan baselinenya. Tingkat discount sebesar 8% per tahun
(perkiraan rata-rata pinjaman PIP, permintaan ESCO dan tingat bunga pinjaman pasar keuangan).
Skenario ini mempertimbangkan hibah NAMA sebesar 11,5 juta Dollar AS. Aliran dana tetap negatif
selama pemasangan teknologi SSL sedang berlangsung. Dari 2018 dan selanjutnya aliran dana yang
sangat positif yang didominasi oleh penghematan listrik akan dihasilkan. Dari 2019 dan selanjutnya
diasumsikan tidak ada pemasangan lampu tambahan (kurvanya masih menurun karena discounting
tahunan dari aliran dana). Keseluruhan NPV sekitar minus 7 juta Dollar AS masih negatif.
Investasi dalam jalur ambisius
I n v e s t a s i k u m u l a t i f ( r i b u D o l l a r A S
)
Hibah Model ESCO Model Pasar
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 94/145
82
Gambar 17: Discounted net cash f low pada jalur ambisius
Hal ini memperlihatkan kebutuhan akan sumber pembiayaan tambahan agar supaya membuat NAMA
SSLI menarik secara komersil bagi banyak kota-kota di Indonesia yang sedang disasar pada jalur
ambisius. Jika donor internasional lain dan/atau Pemerintah Indonesia akan menyediakan hibah kedua
sebesar 11,5 juta Dollar AS untuk NAMA, yang setara dengan hibah NAMA awal, keuntungan bersih
menjadi positif leibh awal dan menghasilkan NPV positif secara keseluruhan sekitar 15 juta Dollar AS
selama waktu itu.
Gambar 18: Discounted net cash f low dalam jalur ambisius dengan hibah tambahan 11,5 juta
Dollar AS
-35000000
-30000000
-25000000
-20000000
-15000000
-10000000
-5000000
0
5000000
10000000
15000000
20000000
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 D i s c o
u n t e d n e t c a s h f l o w
[ D o l l a r A S ]
Keuntungan bersih (discount rate 8%)
Ambitious pathway
-35000000
-30000000
-25000000
-20000000
-15000000
-10000000
-5000000
0
500000010000000
15000000
20000000
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 D i s c o u n t e d n e t c a s h f l o w
[ D o l l a
r A S ]
Keuntungan bersih (discount rate 8%)
Ambitious pathway
Jalur ambisius
Jalur ambisius
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 95/145
83
Tabel 165: Ringkasan percontohan jalur pembiayaan
Jalur konservatif Jalur ambisius
Fase I:
Fase percontohan
Jan 2014 - Jun 2015
2 kota
Hibah NAMA sebesar 14 juta
EUR
Pinjaman PIP (5%)
4 kota
Hibah NAMA sebear 14 juta EUR
Pinjaman PIP (5%) pembiayaan
ESCO atas satu kota
Fase II:
Fase peningkatan
Jul 2015 – Des 2016
2 kota tambahan bergabung
Pinjaman PIP (5%)
Pembiayaan ESCO atas satu
kota
8 kota tambahan bergabung
Hibah tambahan sebesar 11,5
juta Dollar AS
pinjaman PIP 40 juta Dollar AS(5%)
Pembiayaan ESCO 30 juta
Dollar AS (10%)
Fase III:
Fase transformasi
Jan 2017 – Des 2019
5 kota tambahan bergabung
Pinjaman PIP 40 juta (5%)
Pembiayaan ESCO 30 juta
(10%)
Pinjaman rutin 80 juta Dollar AS
(12%)
10 kota tambahan bergabung
Pinjaman rutin 310 juta Dollar AS
(12%)
NPV hingga 2024
(8% tingkat d iscount )
3 juta Dollar AS -7 juta Dollar AS dengan
pinjaman komersil hingga Fase
III
+15 juta Dollar AS dengan hibah
tambahan sebesar 11,5 juta
Dollar AS)
4.5.7 Tantangan yang harus diatas dalam peta jalan pembiayaan
Untuk membuka potensi pinjaman PIP sebagai cara meningkatkan pembiayaan NAMA SSLI, banyak
tantangan yang harus diatasi. Pada saat ini, permohonan pinjaman PIP harus melalui proses birokrasi
yang panjang, dan tampaknya secara umum tidak banyak mendorong minat pemerintah kota.
Pemerintah kota saat ini tidak bersedia melakukan pinjaman karena jaminan yang diminta PIP bersifat
substansial. Perlu penjaminan sebagai jaminan oleh pemerintah daerah dan jika mereka gagal, nilai
pinjaman akan terpaksa ditarik kembali oleh Kemenkeu dari anggaran kota. Prasyarat-prasyarat
mencakup penetapan peraturan daerah yang menjamin bahwa dana publik disediakan untuk
mendampingi masa pembayaran pinjaman.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 96/145
84
Salah satu pilihannya adalah mendukung jaminan-jaminan yang diminta melalui ICCTF atau melalui
wahana pendanaan internasional lainnya (ada catatan dimana ADB telah melakukan hal ini). Kemenkeu
juga harus menentapkan bahwa penerangan jalan yang hemat energi dicakup dalam komponen
pinjaman “wajib” agar dapat menawarkan pinjaman dengan tingkat bunga 5%. Pembahasan awal
dengan PIP memperlihatkan kesediaan yang tinggi untuk melibatkan pemerintah kota dalam
pembiayaan perbaikan efisiensi penerangan jalan.
Membuka potensi penggunaan model ESCO juga perlu mengatasi penghalang tertentu- khususnya,
kurangnya kejelasan peraturan mengenai penggunaan pemasukan pajak pemerintah daerah, dan
pembayaran bunga ke pihak ketiga yang dituntut dalam hal hubungan kontrak. Hal ini membutuhkan
perubahan pada peraturan pusat untuk memperjelas bahwa pengurusan kontrak ESCO bukanlah
tindakan salah pada kondisi-kondisi yang sesuai. TSU juga perlu menghabiskan waktu dan sumberdaya
yang banyak untuk:
Peningkatan kesadaran akan potensi dilakukannya kontrak layanan efisiensi energi sebagai
cara pembiayaan penggantian penerangan jalan;
Bekerja bersama pemerintah daerah menyusun peraturan yang memungkinkan kontrak
demikian; dan
Bekerja bersama PIP agar pinjaman dapat digunakan oleh ESCO (juga dapat disalurkan melalui
pemerintah daerah untuk membayar layanan yang diberikan ESCO).
Bagi kota-kota tertentu, mungkinlah menggunakan pendanaan yang dikumpulkan dari pajak
penerangan jalan untuk membiayai penggantian lampu-lampu yang tidak efisien, tetapi ini tampaknya
hanya akan menghasilkan surplus segera setelah meterisasi secara besar terpasang. Hal ini
membutuhkan investasi dimuka yang besar. Masing-masing kota harus mempertimbangkan hal ini, dan
direkomendasikan agar pemerintah pusat memprioritaskan meterisasi dan membantu mendorong kota-
kota melakukan investasi ini.
4.5.8 Rekomendasi
1. Menggunakan bantuan NAMA internasional bersama dengan sumber pembiayaan dalam negeri
untuk memulai pelaksanaan NAMA SSL. Pendanan bantuan NAMA internasional yang disedikan
oleh hibah dapat menyediakan 10-12 juta Dollar AS untuk dikelola melalui ICCTF. Ini akan dipakai
untuk investasi penggantian penerangan SSL di 2-4 kota sasaran dalam fase percontohan sejak
awal 2014 – pertengahan 2015.
2. Tambahan pendanaan 6-8 juta Dollar AS harus dicari untuk bantuan teknis, terutama untuk
pendirian dan operasional TSU yang akan membantu pemerintah daerah dalam mengakses
pendanaan dalam negeri melalui ICCTF, pinjaman PIP dan sumber potensial lainnya.
3. Sebagai prioritas, pemerintah pusat harus memampukan pemerintah daerah untuk mengurus
kontrak dengan ESCO dengan mereformasi kerangka regulasi.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 97/145
85
4. TSU akan bekerja bersama PIP dalam memperlancar proses pengurusan pinjaman lunak dengan
pemerintah kota dan propinsi. Pertimbangkan menggunakan pinjaman PIP untuk membantu kota-
kota untuk melibatkan ESCO.
5. Dalam fase peningkatan, dari pertengahan 2015- akhir 2016, berupaya mencapai 208 kota lainnya
yang ikut dalam NAMA SSLI, didukung terutama lewat pinjaman PIP dan pembiayaan ESCO.
Dalam fase transformasi, dari awal 2017 hingga akhir 2019, upaya mencapai 5-10 kota tambahan
yang ikut dalam NAMA SSLI, yang didukung oleh pinjaman NAMA, pembiayaan ESCO seluas
mungkin. Segera setelah digunakan semua, pinjaman komersial atau sumber-sumber pembiayaan
baru akan dibutuhkan.
6. Pada skenario ambisius tanpa sumber-sumber pembiayaan donor baru atau insentif keuangan
pemerintah pusat (misalnya hibah DAK atau fasilitas pinjaman khusus untuk efisiensi energi, NPV
akan menjadi negatif pada 2024. Untuk menampilkan pilihan yang menarik secara ekonomi bagi
kota-kota, sumber-sumber pembiayaan NAMA tambahan akan dibutuhkan. Misalnya, hibah kedua
sebesar 11,5 juta Dollar AS selama fase transformasi akan menghasilkan NPV yang positif. Donor
internasional tetapi juga lembaga nasional dan publik harus didekati untuk mau membiayai.
Harus dicatat bahwa hasil-hasil analisa biaya-biaya dan keuntungan untuk dua jalur investasi SSLI yang
ditampilkan disini didasarkan pada banyak asumsi yang digeneralisir, dan hanya untuk keperluan
ilustrasi. Dalam praktiknya, masing-masing kota yang tertarik ikut serta dalam NAMA SSLI harus
menyusun rencana pembiayaan mereka sendiri bersama dengan TSU dan Kemenkeu, dan kondisi-
kondisi setiap kota diperkirakan akan sangat berbeda.
4.6. Perkiraan pengurangan emisi dan biaya penyusutan
4.6.1 Memperkirakan pengurangan emisi terhadap baselinenya
Usulan pendekatan penentuan baseline dijelaskan pada Bagian 4.3. Setelah baseline untuk masing-
masing kota yang ikut serta dalam NAMA SSLI dibuat, maka akan mungkinlah memperkirakan
pengurangan emisi dari NAMA SSLI berdasarkan penghematan energi yang dihitung. Karena indikasi
kasar bahwa keseluruhan potensi penghematan energi dapat dicapai, kita teringat bahwa penerangan
jalan mencapai 3.068 GWh dari penjualan listrik oleh PLN pada 2011 menurut statistik nasional. Jikakita mengasumsikan penghematan diantara hasil-hasil percontohan untuk dua studi kasus, dimana
pengurangan emisi 40% dicapai, dan hasil sebenarnya dalam kasus Pasuruan, dimana pengurangan
emisi 75% dicapai, hal ini menyiratkan bahwa pengurangan emisi sebesar 50-60% dapat dicapai secara
nasional. Maka sekitar 1,500-1,850 GWh listrik dihemat pertahun, dibandingkan dengan kondisi
business as usual . Ketidakpastian yang terjadi adalah bahwa tanpa meterisasi, tidaklah mungkin
mengetahui tingkat konsumsi yang sebenarnya, karena penjualan PLN cenderung secara signifikan
menaksir lebih tinggi dari konsumsi sebenarnya, sebagaimana dibahas sebelumnya.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 98/145
86
Untuk kondisi yang konservatif, penting juga memisahkan pengurangan yang dikarenakan penggantian
penerangan itu sendiri versus faktor-faktor lain yang juga berkontribusi pada penghematan energi,
seperti pengantian kabel, misalnya. Setelah penggantian penerangan jalan (14 lampu LED mengganti
14 lampu HPS) dan percobaan pemasangan meteran di Malang, Osram menemukan bahwa
penghematan energi yang signifikan dimungkinkan jika dibandingkan dengan skenario baselinenya.
Untuk penggantian lampu itu sendiri, Osram menghitung penghematan sekitar 44% untuk output
penerangan yang setara berdasarkan watt LED terpasang yang dinilai (288W vs 159W). Namun,
berdasarkan data meteran, Osram menemukan bahwa total listrik setelah 1 bulan untuk lampu LED
sebesar 805W dibandingkan dengan 2386W, yang menghasilkan penghematan energi sekitar 66%.
Penggantian kabel dan peralatan grounding kemungkinan juga berkontribusi besar dalam pengurangan
konsumsi listrik pada lampu LED27. Kemungkinan faktor penyumbang penghematan lainnya adalah
makin buruknya konverter elektronik dari lampu-lampu yang masih ada. Dalam sebuah studi, Osram
melakukan pengukuran laboratorium atas sample lampu dan menemukan bahwa konverter memakai
60 W dan bukannya 36 W yang dinilai (yaitu +67% lebih)28. Karenanya, perkiraan konservatifnya adalah
bahwa penghematan sekitar 40% kemungkinan murni berdasarkan pada penggantian lampu, tetapi
dengan kondisi-kondisi yang optimal, dimungkinkan lampu LED dapat mengurangi energi sampai
sebesar 60% dibandingkan dengan skenario baseline penerangan HPS (GIZ PAKLIM, 2012).
4.6.2 Pendekatan berdasarkan Metodologi CDM AMS-II.L
Pendekatan penghitungan penghematan listrik secara bruto dalam AMS-II.L adalah mengalikan total
rata-rata listrik luminaire (program) terpasang yang dikalikan dengan jumlah jam operasional,
dibandingkan dengan rata-rata nilai listrik dari luminaire baseline, yang dikalikan dengan juam
operasional tahunan baseline (asumsi jumlah jam operasional harian dikalikan dengan 365 atau jumlah
hari per tahun dimana lampu diperkirakan dioperasikan). Lalu pendekatan ini menghasilkan
penghematan listrik bersih (NES) dengan mengkoreksi penghematan listrik bruto untuk semua
kebocoran dan kerugian transmisi dan distribusi. Data utama yang dibutuhkan untuk estimasi
pengurangan emisi dijabarkan dalam Tabel 176 dibawah ini.
Tabel 176: Data utama yang dibutuhkan untuk penghitungan pengurangan emisi
27 Ini diusulkan oleh Osram selama sebuah wawancara pada Juli 2013.
28 Wawancara dengan PT Osram pada Juli 2013.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 99/145
87
Data Sumber potensial
Perkiraan jumlah lampukonvensional dan lampu EE
Data disediakan oleh kota mengenai jumlah lampu yang dipasang padaNAMA SSLI
Plat nama/ watt listrik yang
dinilai untuk lampukonvensional dan EE(penggunakan rata-rata jikatidak tahu masing-masing jenislampu)
Informasi pabrikan dan/atau pengukuran lampu yang diganti
Asumsi jam operasional (nilaidefault untuk jam operasionalharian dari luminaire)
Jam operasional dapat didasarkan pada perubahan dalam waktupenyalaan dan pemadaman lampu jalan yang tergantung pada waktumatahari terbit dan terbenam selama tahun tersebut.
Faktor emisi jaringan listrik(GEF)
Menggunakan nilai yang diterbitkan/diperbaharui oleh KESDM.
Kerugian transmisi & distribusi Data dari PLN atau KESDM. Rata-rata kerugian jaringan teknis tahunanakan ditentukan dengan menggunakan data yang terkini, akurat danhandal yang tersedia di negara tuan rumah. Atau dapat menggunakan
nilai default 10%, jika angka spesifik tidak tersedia (sesuai metodologiCDM AMS-II.L)
Karenanya pengurangan emisi bergantung pada penghematan efisiensi energi antara bohlam lampu
yang diganti dan yang dipasang, dan menerapkan pendekatan dalam AMS-II.L, yang dihitung sebagai
berikut:
y y y PE BE ER (1)
Dimana:
y ER = Pengurangan emisi dalam tahun y (tCO2-e/yr)
y BE = Emisi baseline dalam tahun y (tCO2-e/yr)
y PE = Emisi program dalam tahun y (tCO2-e/yr)
Oleh karena itu, emisi baseline ditentukan oleh: jumlah lampu konvensional, plat nama/watt listrik yang
dinilai (rata-rata, jika tidak tahu setiap jenis lampu), asumsi jam operasional (nilai default untuk jam
operasional harian luminaire), kerugian TDL (default 10% contohnya, jika tidak ada angka spesifik yang
tersedia) dan GEF untuk masing-masing jaringan di Indonesia. Emisi program dalam NAMA SSLI
ditentukan oleh parameter yang sama, tetapi menggunakan jumlah lampu efisien dan plat mana/ watt
yang dinilai atau rata-rata bobot jika banyak jenis lampu yang dipasang. Baik BEy dan PEy digunakan
untuk menghitung pengurangan emisi (ER) seperti dijelaskan dibawah ini.
Pengurangan emisi dari listrik bersih yang dihemat dihitung sebagai berikut.
EL yi
n
i
y EF TDL ES ER
)1(1,
1
(2)
Dimana:
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 100/145
88
yi y P i P i BLi BLi BLi yi O P QO P Q ES
,,,,,,,, **** (1)
Dimana:
y ER = Pengurangan emisi dalam tahun y (tCO2-e)
y j ES , = Estimasi penghematan listrik tahunan untuk perlengkapan dari jenis i ,untuk jenis relevan perlengkapan proyek di tahun y (kWh)
EL EF = Faktor emisi jaringan untuk pembangkit listrik (tCO2/kWh)
TDL = Rata-rata kerugian transmisi dan distribusi teknis untuk menyediakanlistrik
P i,BL = Listrik yang dihitung untuk luminaire baseline dari grup peralatanpenerangan i (kW), atau rata-rata listrik yang terpadu dengan waktu jikaperalatan beroperasi denga beragam setting listrik, nilai tetap yang bebasdari y
P i,P,y = Listrik yang nilai pada luminaire proyek (NAMA) dari grup perlengkapanpenerangan I (kW), atau rata-rata listrik yang terpadu dengan waktu, jikaperlengkapan beroperasi pada beragam setting listrik, biasanya nilai tetapyang bebasdari y kecuali jika jadwal operasional atau parameternyaberubah selama masa kredit
iQ
( BLiQ ,
and P iQ ,)
Kuantitas baseline (BL) atau luminaire proyek (P) dari tipei yangdidistribusi dan dipasang dalam aktivitas proyek ini (unit). Segera setelahsemua luminaire proyek didistribusi atau terpasang, Q i,P merupakan nilaitetap yang bebas dari y kecuali jika ukuran inventarisasi luminaire yangberoperasi berkurang selama periode kredit, dimana dalam kasus ituhanya luminaire proyek yang beroperasi yang diberi kredit.
Y = Penghitung tahun kredit
I = Penghitung untuk jenis luminaire
N = Jumlah luminiare
Untuk perkiraan potensi total pengurangan emisi NAMA SSLI, pendekatan diatas telah diterapkan untuk
data PJU actual yang tersedia untuk kota-kota sasaran didalam Fase Percontohan dan Fase
Peningkatan sebagaimana dijelaskan dalam Bagian 4.5. Untuk fase transformasi, pendekatan tersebut
diambil untuk memperkirakan pengurangan emisi dengan menggunakan baseline “kota contoh”
berukuran sedang yang bersifat hipotetis sebagaimana dijabarkan dalam Bagian 4.3.
Tabel 187 dibawah ini merangkum data baseline yang digunakan untuk perkiraan pengurangan emisi
untuk kota sasaran dimana tersedia data yang sesungguhnya.
Tabel 187: Ringkasan data tingkat kota yang digunakan untuk perkiraan pengurangan emisi
Parameter Semarang Probol ingg o* Malang Mojokerto Yogjakarta* Surakarta Pekalongan
(buah) (buah) (buah) (buah) (buah) (buah) (buah)
Merkuri
125W
0 0 438 0 0 0 0
Merkuri 250 2.193 6.000 2.740 757 4.000 12.318 5.140
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 101/145
89
HPS 70W 25.681 0 0 155 0 200 150
HPS 150W 22.927 9.000 400 235 8,000 0 400
HPS 250W 10.561 0 1.643 665 7,000 1.750 1.000
TL 35W 39 0 0 39 0 442 0
Duluxstar
45W
0 0 0 0 0 419 0
HWL 160W 0 0 0 0 0 0 0
Bulb 200W 0 0 0 0 0 171 0
Total jum lah
lampu
61.401 15.000 5.221 1.851 19.000 15.300 6.690
W rata-rata
yang
dibobot /uni t
137,2 190 231,9 217,7 136,3 235,3 240,0
Penduduk 2.067.000 217.062 820.243 120.132 433.539 506.397 281.434
Panjang
ja lan
727 195 192 112 244 275 128
Meteran
yang
dipasang
2.738 ~10% ~50% ~100%
Tingkat
pajak
penerangan
ja lan (dlm %)
8 8 7 10 8 9 9
Penerimaaan
pajak (Dollar
AS/th)
9.450.000 750.000 2.200.000 300.000 2.200.000 2.880.000 1.000.000
Tagihan PJU
(Dollar
AS/th)
3.595.406 950.000 1.400.000 ?? 720.000 2.400.000 1.030.000
Sumber: Data yang dikumpulkan dari dinas PJU kota
Untuk kota model yang dibayangkan, rata-rata data yang disesuaikan (dipotong) untuk kota-kota
sesungguhnya digunakan untuk mendapatkan sebuah kota dengan karakteristik berikut ini:
Jumlah sekitar 890.000 dan 502 km panjang jalan
25.000 lampu jalan yang terpasang
Rata-rata wattnya 202W/lampu
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 102/145
90
4.6.3 Hasil perkiraan pengurangan emisi
Gambar dibawah ini merangkum hasil perkiraan pengurangan emisi untuk dua jalur penggantian
tersebut. Diperlihatkan pengurangan emisi yang mencapai sekitar 60k tCO2-e pada 2020 dengan jalur
konservatif dan sekitar 200k tCO2-e dengan cara ambisius.
Perlu dicatat bahwa baseline tersebut (garis merah) hanyalah tingkat agregat emisi BAU yang berkaitan
dengan konsumsi listrik dari penerangan jalan yang saat ini terpasang di kota-kota yang dicakup oleh
jalur ambisius – seperti total emisi yang akan terjadi jika NAMA SSLI tidak dilaksanakan di kota-kota ini.
Dalam praktiknya, setiap kota yang ikut serta dalam NAMA SSLI akan memiliki baselinenya sendiri,
sesuai pendekatan yang dijabarkan di Bagian 4.3.
Gambar 19: Pengurangan CO2 pada jalur konservatif dan jalur ambisius
Perkiraan pengurangan asumsi kumulatif untuk NAMA SSL atas dua jalur pengurangan emisi
dirangkum pada Tabel 198 dibawah ini.
020000400006000080000
100000120000140000160000180000200000220000240000260000280000300000320000340000360000380000400000420000440000460000
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
[ t C O 2 / a
]
Emisi CO2 dari penerangan jalan (berdasar pada 377.455 lampu) pada
jalur-jalur penggantian yang berbeda
Baseline emission Conservative pathway Ambitious pathwayEmisi baseline Jalur ambisiusJalur konservatif
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 103/145
91
Tabel 198: Ringkasan hasil perkiraan pengurangan emisi untuk kedua jalur
Jalur Fase Kumulatif
lampu
yang
diganti
(unit)
Penghematan
energi
kumulatif
(MWh/a)
ER
kumulatif
hingg 2020
Biaya investasi
kumulatif yang terkait
(USD)
Konservatif I 34.000
16.381 69.89927.553.600
II 65.690
31.649 119.71953.235.176
III 191.232
92.135 210.811 154.974.183
Ambisius I 65.690
31.649 135.04853.235.176
II 266.557
128.427 450.833216.017.587
III 517.640
249.399 640.608419.495.601
Secara keseluruhan, ini menyiratkan bahwa menjelang 2020 NAMA SSL dapat mencapai pengurangan
emisi sekitar 210k tCO2-e dengan jalur konservatif, dan hingga sekitar 640k tCO2-e dengan jalur
ambisius. Bilamana total penghematan energi selama usia hidup seluruh lampu yang terpasang
dipertanggungjawabkan, pengurangan emisi ini pasti akan meningkat karena perkiraannya
diperpanjang melewati 2020. Pada 2024, diperkirakan NAMA SSLI dapat mengurangi emisi sebanyak
1.5 Mt tCO2-e dengan jalur ambisius.
4.6.4 Perkiraan biaya penyusutan
Perkiraan awal biaya penyusutan terkait pengurangan emisi diatas diperoleh dengan menerapkan
pendekatan NPV yang membandingkan total biaya modal dan O&M dengan penghematan biaya listrik
yang penghematan biasa listrik teraras (levelized) selama waktu ini hingga 2024, dipotong 8% (semua
asumsi lainnya adalah sama seperti dijelaskan diatas, termasuk CAPEX, asumsi harga listrik, hibah
NAMA Facility , dll.). Ringkasnya, perkiraan biaya penyusutan untuk kedua jalur itu adalah negatif, yang
mencerminkan keuntungan positif dari NAMA SSLI selama waktu itu, akibat dari penghematan biaya
listrik:
Untuk jalur konservatif, perkiraan biaya penyusutan sekitar -4 EUR/t CO2-e
Untuk jalur ambisius, perkiraan biaya penyusutan sekitar -8 EUR/t CO2
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 104/145
92
Menaikkan tingkat discount berdampak material pada hasil-hasilnya, tetapi perkiraan biaya penyusutan
masih negatif pada, misalnya 10%, yang akan menaikkan biaya penyusutan hingga masing-masing -1
EUR/t dan -5 EUR/t untuk kedua jalur tersebut.
4.7. Pemasangan dan pemeliharaan
Bab ini berkaitan dengan identifikasi proses pemasangan dan pemeliharaan yang berlangsung di
Indonesia, para pemangku kepentingan yang terlibat dalam proses tersebut, mengkaji kebutuhan
kapasitas sektor berdasar identifikasi masalah utama, menstrategikan proses peningkatan kapasitas
untuk pemasangan dan pemeliharaan penerangan jalan LED termasuk identifikasi bantuan tambahan
yang akan dilibatkan dalam proses ini.
4.7.1 Latar belakang
Pemerintah kota, Dinas Pekerjaan Umum Daerah, Badan Lingkungan Hidup Daerah, Dinas Kebersihan
dan Pertamanan dan Dinas Perhubungan merupakan lembaga yang bertanggungjawab atas
pemasangan dan pemeliharaan penerangan jalan di tingkat daerah. Dinas PJU beroperasi disalah satu
lembaga ini dan melaksanakan kegiatan pemasangan dan pemeliharaan lampu jalan. Berdasarkan
diskusi dengan lembaga-lembaga ini, struktur administrasi dan kapasitas lembaga ini untuk mendukung
pelaksanaan penerangan jalan yang efisien energi di Indonesia telah dikaji dan diperlukan pelatihan-
pelatihan. Berdasarkan kajian kebutuhan kapasitas dari beragam departemen yang terlibat dalam
aktivitas ini, telah disediakan strategi peningkatan kapasitas.
4.7.2 Lembaga yang terlibat dalam pemasangan dan pemeliharaan penerangan jalan
4.7.2.1 Pemerintah Kota:
Pemerintah kota memiliki kewenangan untuk memasang dan mengoperasikanlampu jalan di tingkat
daerah. Pemasangan lampu jalan dibiayai oleh anggara kota. Setelah selesai pemasangan,
tanggungjawab atas operasional dan pemeliharaan selanjutnya diserahkan kepada DInas terkait. Dinas
merupakan lembaga pemerintah daerah yang bekerja di bidang lingkungan hidup, pekerjaan umum,
kebersihan, pertamanan, dll.
4.7.2.2 Dinas Penerangan Jalan Umum Kota (PJU)
Didalam pemerintah daerah, sebuah unit khusus yaitu PJU, ditugaskan untuk mengelola penerangan
jalan. Unit ini selalu berintegrasi dengan salah satu dari lembaga-lembaga pemerintah daerah:
DPU – Dinas Pekerjaan Umum
BLH – Badan Lingkungan Hidup dan
DKP – Dinas Kebersihan dan Pertamanan
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 105/145
93
Dinas Perhubungan
4.7.2.3 Perusahaan Listrik Negara - PLN
PLN tidak secara langsung terlibat dalam pemasangan dan pengoperasian penerangan jalan, tetapisecara berkala memantau sambungan llampu jalan yang legal dan illegal di kawasan perkotaan. PLN
bertanggungjawab untuk pemasangan dan pencatatan meteran listrik untuk lampu jalan.
4.7.2.4 Pabrikan dan pemasok teknologi penerangan jalan
Para pabrikan dan pemasok peralatan penerangan jalan merupakan badan swasta yang juga
bertanggungjawab atas pemasangan dan pemeliharaan. Kota-kota biasanya memilih perusahaan-
perusahaan ini melalui proses bidding kompetitif untuk menjamin layanan berkualitas dan pemilihan
teknologi yang terbaik.
Fokus Indo Lighting merupakan pemasok utama peralatan penerangan jalan di Indonesia penguasaan
pasar. Philips dan Osram merupakan pemasok lain yang sedang memperluas kegiatannya di Indonesia.
4.7.3 Pedoman umum pemasangan penerangan jalan pintar/LED
Pedoman untuk penerangan jalan umum, jalan dan jalan bebas hambatan tersedia dalam Standar
Indonesia (SNI, 2008). Karena pedoman-pedoman ini tidak diperkuat oleh otoritas regulasi, pemerintah
daerah cenderung tidak mengetahui standar-standar tersebut, dan banyak dari mereka tidak bisa
mematuhinya. Untuk merancang secara benar skema penerangan yang baru, pentinglahmempertimbangkan kesesuaian dan efetivitas teknologi-teknologi dan sistem penerangan jalan yang
efisien energi untuk kondisi yang berbeda-beda. Teknologi penerangan jalan dan keputusan desain
harus memenuhi persyaratan penerangan daerah sambil mencapai efisiensi energi yang maksimal.
Yang terpenting, desain sistem penerangan jalan harus sesuai dengan tempatnya dan harus
memberikan tingkat pencahayaan (lux) dan keseragaman cahaya sesuai dengan standar yang
direkomendasikan. Keputusan mengenai sistem penerangan harus juga mempertimbangkan
karakteristik kefektivitan lampu, sesuaian warna yang baik, dan penyebaran cahaya. Dibawah ini tertulis
fiturf-fitur yang harus dipertimbangkan untuk merancang dan mengadakan sistem penerangan jalan
yang efisien energi:
Tinggi dan jarak tiang yang tepat
Estetika luminaire yang tepat
Efektivitas lampu yang tinggi dan efisiensi luminaire
Usia luminaire dan komponen lainnya
Efektivitas biaya
Pemeliharaan lumen yang tinggi
Sesuaian warna yang baik
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 106/145
94
Short lamp restrike
Penyebaran cahaya yang tepat
Cut-off (pemutusan) yang benar
Meminimalisir polusi cahaya dan silau
Pemadaman otomatis
4.7.3.1 Jenis tiang penerangan jalan:
Tabel 209 menyediakan standar umum untuk tiang penerangan listrik. Seleksi atas tiang berkualitas
optimal yang memiliki diameter yang pas dengan elemen tinggi yang berbeda dari tiang tersebut
dianggap penting dalam pemasangan sistem penerangan jalan yang baru. Diameter tiang untuk
segmen ketinggian yang berbeda-beda dari sebuah tiang disajikan dibawah ini. Berdasarkan
persyaratan, pengguna dapat memilih desain yang sesuai. A, B, C, D didefinisikan sebagai segmen
ketinggian yang berbeda-beda dari sebuah tiang yang mulai dari dasarnya A dan mencapai puncaknya
D, sementara H adalah ketinggian tiang penuh.
Tabel 209: Spesifikasi tiang penerangan jalan
Dimensi Tiang Penerangan Jalan
Segmen Diameter tiang(mm)
Alternatif Ketinggian Tiang (meter)
I II III
A 150 3.5 5.5 5.5
B 125 2.1 2.1 3.1
C 100 2.1 2.1 3.1
D 75 3.3 3.3 3.3
H Total 11.0 13,0 15,0sumber: SNI 7391:2008
4.7.3.2 Ketinggian tiang untuk penerangan jalan:
Salah satu aspek penting dari desain berbasis sistem penerangan jalan29 adalah untuk menetapkan jarak optimal tiang-ke-tiang, sesuai dengan luasnya jalan dan tinggi tiang yang meningkat. Jarak tiang
optimal harus dipilih berdasarkan output cahaya dari sumber-sumber tersebut, distribusi cahaya dariluminaire, dan geometri pemasangan. Ketinggian yang meningkat harus lebih besar untuk lampu yang
kuat, untuk menghindari silau yang berlebihan. Tabel30 dan Tabel 31
Tabel 21 memperlihatkan jarak tiang sesuai dengan ketinggian tiang yang berbeda-beda dan luas jalan.
Tabel30: Jarak antara tiang (dalam meter) berdasar pada penyebaran penerangan yang khas danpenggelompokan lampu (Lentera A30)
29 Desain berdasar sistem penerangan jalan harus memperbolehkan pengguna untuk bepergian pada malam hari dengan
visibilitas yang baik, dengan aman dan nyaman, sambil mengurangi penggunaan energy dan biaya dan meningkatkan penampilan
lingkungan.30 Lentera A memiliki penyebaran yang lebih luas dari penyinaran/lampu sorot
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 107/145
95
Jenis Lampu Ketinggian Tiang(meter)
Lebar jalan (meter) Illuminans
4 5 6 7 8 9 10 11
35W SOX31 4 32 32 32 - - - - - 3.5 LUX
5 35 35 35 35 35 34 32 -
6 42 40 38 36 33 31 30 29
55W SOX 6 42 40 38 36 33 32 30 28 6.0 LUX
90 W SOX 8 60 60 58 55 52 50 48 46
90 W SOX 8 36 35 35 33 31 30 29 28 10.0 LUX
135 W SOX 10 46 45 45 44 43 41 40 39
135 W SOX 10 - - 25 24 23 22 21 20 20.0 LUX
180 W SOX 10 - - 37 36 35 33 32 31
180 W SOX 10 - - - - 22 21 20 20 30.0 LUX
Sumber: SNI 7391:2008
Tabel 21: Jarak antara tiang (dalam meter) berdasarkan penyebaran penerangan yang khas danpenggelompokan lampu (Lentera B32)
Jenis lampu TInggiTiang
(meter)
Luas jalan (meter) Illuminans
4 5 6 7 8 9 10 11
50 W SON33 or 80 WMBF/U34
4 31 30 29 28 26 - - - 3.5 LUX
5 33 32 32 31 30 29 28 27
70 W SON or 125 WMBF/U
6 48 47 46 44 43 41 39 37
70 W SON or 125 WMBF/U
6 34 33 32 31 30 28 26 24 6.0 LUX
100W SON 6 48 47 45 42 40 38 36 34
150W SON or 250WMBF/U
8 - - 48 47 45 43 41 39 10 LUX
100W SON 6 - - 28 26 23 - - -
250W SON or 400WMBF/U
10 - - - - 55 53 50 47
250W SON or 400W
MBF/U10 - - 36 35 33 32 30 28 20 LUX
400W SON 12 - - - - 39 38 37 36 30 LUXSumber: SNI 7391:2008
Penetapan jarak
31 SOX adalah lampu sodium bertekanan rendah
32 Lentera B memiliki penyebaran sinar/lampu sorot yang lebih kecil dan langsung ke jalan
33
SON merupakan lampu sodium bertekanan tinggi34 MBF/U adalah lampu uap merkuri
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 108/145
96
Penjarakan adalah jarak yang diukur bersama dengan garis tengah jalan, antara luminaire berurutan di
dalam pemasangan. Untuk mempertahankan keseragaman yang masih dibangun, rasio tinggi-ruang
harus secara umum lebih besar dari 3.
Penjangkauan
Penjangkauan adalah jarak horizontal antara pusat kolom dan pusat luminaire dan biasanya ditentukan
untuk pertimbangan estetika dan teknis.
Overhang
Overhang merupakan jarak horizontal antara bagian tengah sebuah luminaire yang dinaikkan pada
sebuah breket dan sisi batas jalan. Secara umum overhang tidak boleh melebihi seperempat ketinggian
yang dinaikkan untuk menghindari kurangnya daya pandang (visibilitas) atas pinggiran, penghalang dan
jalan setapak.
Tingkat cahaya yang direkomendasikan:
Tabel 7 dalam bab tentang standar memberikan informasi tentang tingkat cahaya yang
direkomendasikan berdasarkan kategoir jalan yang berbeda-beda. Jenis jalan yang berbeda telah
dikelompokkan berdasarkan konteks Indonesia, dan tingkat illuminas yang direkomendasikan,
pembatasan luminans dan silauan diberikan untuk setiap jenis jalan.
4.7.3.3 Jenis teknologi lampu:
Beragam jenis lampu penerangan jalan tersedia di pasar dan pengguna harus memilih lampu-lampu
yang sesuai sebelum melakukan pemasangan. Table 222 memberikan tinjauan mengenai jenis lampu
yang berbeda-beda yang tercakup dalam standar nasional tersebut (SNI, 2008) dan hasil-hasil yang
diharapkan dari lampu-lampu itu dalam hal efisiensi, tingkat tenaga listrik, cahaya obyek, dll (LED tidak
tercakup dalam standar ini).
Table 222: Teknologi lampu
Jenis Lampu Efisiensi
rata-rata
(lumen/watt)
Rata-
rata usia
hidup
(jam)
Tingkat
tenaga
listrik (watt)
Dampak
terhadap
warna
obyek
Keterangan
Lampu
fluorescent
bertekanan
rendah
60 -70 8.000 –
10.000
18 – 20
36-40
Sedang Jalan kolektor dan lokal
Efisiensi sangat tinggi tetapi
usia hidup singkat
Dapat diterima karena aplikasi
yang terbatas
Lampu
merkuri
bertegangan
50 – 55 16.000 –
24.000
125;
250.400.700
Sedang Jalan kolektor, jalan lokal dan
persimpangan
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 109/145
97
tinggi
(MBF/U)
Efisiensi rendah, usia hidup
panjang dan ukuran lampu kecil
Lampu
sodium
bertekananrendah (SOX)
100 – 200 8.000 –
10.000
90;180 Sangat
buruk
Jalan kolektor, jalan lokal,
persimpangan, jembatan
layang, terowongan, kawasanistirahat
Efisiensi tinggi, usia hidup
sangat panjang, ukuran lampu
besar shingga sulit mengatur
cahaya dan sinar lampu
berwarna kuning
Jenis ini direkomendasikan
karena sangat efisien
Lampu
sodium
bertekanan
tinggi (HPS)
110 12.000 –
20.000
150;250;400 Buruk Jalan bebas hambatan
(highway), arteri, jalan kolektor,
persimpangan besar dan jalan
interchange
Efisiensi tinggi, usia hidup
panjang, ukuran lampu kecil,
mudah mengatur cahaya
Jenis ini direkomendasikan
Sumber: SNI 7391:2008
4.7.4 Pedoman umum pemeliharaan LED / penerangan jalan pintar
Konsumsi energi penerangan jalan LED dapat dikurangi dengan menggabungkan kegiatan
pemeliharaan yang benar:
Mengganti lampu, asesoris dan kabel yang rusak
Pembetulan awal kabel yang salah
Memastikan kabel terhubung dengan benar
Pemeliharaan rutin, servis kotak sekring untuk menghindari sambungan yang longgar
Pembersiha rutin penutup luminaire agar bersih dari debu dan meningkatkan output cahaya
Penghematan energi dalam jumlah besar dapat juga dicapai dengan memasang pencatat waktu (timer)
elektronik/mekanis dan/atau sensor siang hari untuk menyalakan dan mematikan lampu jalan.
Selain pemasangan dan pemeliharaan, pemerintah kota tersebut juga terlibat dalam penanganan
limbah bekas lampu jalan. Umumnya, kota-kota menyimpan lampu yang tidak menyala di gudang tanpa
diikuti kegiatan pengelolaan limbah secara formal. Di beberapa kota, dipahami bahwa pengumpul
barang bekas informal (pemulung) mengumpulkan lampu-lamp rusak dan mengambil bagian
aluminiumnya untuk dijual kembali.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 110/145
98
4.7.5 Identifikasi masalah
Kurangnya pengetahuan akan kegiatan pemasangan dan pemeliharaan
Sebagian besar kota tidak memiliki informasi terkini dan benar mengenai langkah pemasangan dan
pemeliharaan lampu jalan. Karena tidak adanya informasi ini, kota-kota bergantung pada masukan daripemasok setempat dalam mengambil keputusan. Kurangnya informasi ini berdampak pada
pelaksanaan solusi penerangan jalan yang efektif dan efisien, yang menyebabkan ketidaknyamanan
warga.
Ketidakpatuhan pada kegiatan pemasangan dan pemeliharaan
Standar yang dikeluarkan pemerintah pusat tidak dipatuhi. Diskusi yang diadakan dengan beberapa
kota memperlihatkan tanggapan yang beragam atas kepatuhan pada kegiatan pemasangan dan
pemeliharaan yang disarankan oleh standar Indonesia. Kota-kota juga tidak dilengkapi dengan fasilitas
yang diperlukan untuk memantau kepatuhan pada prosedur pemeliharaan, segera setelah lamputerpasang.
Kurangnya pabrikan, pemasok dan pemasang di tingkat daerah
Kurangnya pabrikan, pemasok dan pemasang lampu yang baik di tingkat daerah yang memahami
dengan jelas pedoman pemasangan dan pemeliharaan merupakan faktor utama yang menyebabkan
buruknya pelayanan penerangan jalan berkualitas bagi warga.
Kurangnya staf pemeliharaan di kota
Kota tidak memiliki cukup anggaran yang dialokasikan untuk merekrut cukup personel terlatih untuk
secara efektif memelihara sistem penerangan jalan yang ada saat ini di kota.
Kegiatan pembuangan limbah lampu rusak
Kota-kota ini juga tidak memiliki akses atas fasilitas pembuangan limbah sesuai standar pembuangan
untuk luminaire yang sudah mati. Karena tidak adanya fasilitas ini, kota-kota membuang lampu jalan
yang sudah tidak berfungsi ke gudang-gudang tanpa ada pemilahan.
4.7.6 Rekomendasi:
Penggunaan kegiatan pemasangan dan pemeliharaan
Kota-kota seharusnya menggunakan praktik pemasangan dan pemeliharaan standar yang disampaikan
dalam bab ini. Penerangan jalan berbasis disain, yang memastikan kepatuhan pada semua parameter
yang ditetapkan dalam standar tersebut, akan sangat meningkatkan kualitas penerangan jalan di
kawasan perkotaan.
Kegiatan peningkatan pengetahuan dan kapasitas di tingkat daerah terkait pemasangan dan
pemeliharaan
Program peningkatan pengetahuan dan kapasitas di tingkat daerah akan sangat membantu
peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Kurangnya pengetahuan akan penerangan jalan berbasis
desain mengakibatkan penerapan teknologi yang tidak sesuai, yang tidak memberikan tingkat
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 111/145
99
pelayanan yang semestinya kepada warga. Program peningkatan pengetahuan dan kapasitas bagi
pemerintah daerah harus dilaksanakan untuk menjawab permasalahan ini.
Penyusunan modul pelatihan
Modul pelatihan harus disusun bersama dengan para pemangku kepentingan yang terlibat dalampemasangan dan pemeliharaan teknologi penerangan jalan, sambil tetap mempertimbangkan masalah-
masalah pelaksanaan di daerah. Modul pelatihan harus disusun untuk berbagai kategori staf yang
bekerja di berbagai tingkat berbeda didalam PJU dan departemen terkait lainnya:
Pejabat senior dan pembuat kebijakan senior
Insinyur senior/ insinyur junior
Teknisi yang terlibat dalam pemasangan dan pemeliharaan penerangan jalan
Pemasok teknologi penerangan jalan
Melaksanakan program pelatihan
Program pelatihan harus diselenggarakan secara bertahap untuk memantau hasil program pelatihan,
untuk memfasilitasi terjembataninya kesenjangan yang teridentifikasi. Program pelatihan akan
dilakukan untuk mengedukasi para pejabat senior dan pemangku kepentingan lainnya tentang
keuntungan penerangan jalan yang efisien energi dan aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
pemasangan dan pemeliharaan penerangan jalan pintar. Program pelatihan untuk para teknisi
bertujuan meningkatkan keterampilan pemasangan dan pemeliharaan.
Tabel 233: Tinjauan program pelatihan
Kelompoksasaran
Bidang Materi Durasi/Kota
Pejabatsenior,pembuatkebijakandanpemangkukepentingan
Isu-isu makro,pentingnya isupemasangan danpemeliharaan
Skenario energi global, permintaandan persediaan, ketahanan energi.
Skenario energi Indonesia, ancamandan tantangan utama.
Potensi terletak pada sistempenerangan yang efisien energitermasuk sistem lampu jalan LED.
Permasalahan/kesenjangan utamadalam dalam hal pemasangan dan
pemeliharaan dan bagaimanapenyelesaiannya.
Satu hari
Insinyurseior/insinyur
junior
Pertimbangan umumtentang pengerangan
jalan berbasis desaindan masalahpemeliharaan
Identifikasi kebutuhan danpersyaratan penerangan jalan
Identifikasi teknologi dan desainterbaik yang ada untuk memenuhipersyaratan penerangan
Pengadaan dan evaluasi tender
Operasional dan kegiatanpemeliharaan
Pengukuran dan evaluasi
satu hari
Para teknisiyang terlibatdalam
Praktik yang dapatdigunakan untukmasalah pemasangan
Praktik umum yang akan digunakan
dalam pemasangan danpemeliharaan.
Dua hari
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 112/145
100
pemasangandanpemeliharaanpenerangan
jalan
dan pemeliharaan dilapangan
Penggantian lampu, asosesoris dankabel yang rusak
Pembetulan awal kabel yang salah
Pemeliharaan rutin kotak sekringuntuk menghindari sambungan yanglonggar
Pembersihan rutin penutup luminaireagar bersih dari debu/kotoran danmeningkatkan output cahaya
Pemasokteknologipenerangan
jalan
Bahan pemasangandan dan pasokan yangmengikuti standar yangberlaku
Semua praktik pemasangan danpemeliharaan berlaku bagi parapemasok bila mereka terlibat dalampemasangan dan pemeliharaan.
Informasi mengenai standar yangberlaku sehingga mereka dapatmematuhinya.
Satu hari
4.7.6.1 Praktik Pengelolaan Limbah:
Pembuangan lampu secara aman merupakan salah satu perhatian pemerintah daerah. Penggunaan
berbagai jenis lampu jalan termasuk CFL, metal halide, dan uap merkuri, melepas timbal, merkuri dan
materi berbahaya lainnya selama fase pembuangan. Jika dibandingkan dengan lampu konvensional,
LED tidak mengandung merkuri, timbal, atau bahan kimia toksik, dan sangat dapat didaur ulang. Hal ini
membuat limbah daerah yang kurang berbahaya di akhir siklus usia hidup produk itu.
Namun, sejumlah pemikiran yang menganggap bahwa LED juga memiliki bahan toksik. Sebuah studi
yang diterbitkan di akhir 201035 dalam jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lingkungan menemukan
bahwa LED mengandung timbal, arsenic dan lusinan substansi yang berpotensi mengandung bahaya.
Namun, jangka usia hidup LED sekitar 50.000 jam menyala dan karenanya pembuangan LED secara
aman bukanlah perhatian yang langsung seperti penerangan konvensional.
Terdapat konsep pengelolaan limbah secara elektronik di Indonesia yang menunjukkan keterlibatan
para retailer, distributor dan pemerintah daerah dalam pembuangan limbah elektronik secara aman.
Konsep ini dapat optimalisasi untuk pembuangan lampu jalan termasuk lampu jalan LED.
4.7.6.2 Peran Unit Bantuan Teknik (TSU)
TSU harus juga terlibat dalam peningkatan kapasitas dalam pemasangan dan pemeliharaan
penerangan jalan LED. Kegiatan yang dapat dilakukan TSU terdaftar dibawah ini:
Penyiapan dokumen tender contoh untuk pengadaan lampu jalan LED kota.
Penyebarluasan praktik yang baik dalam hal pemasangan dan pemeliharaan ke kota-kota.
Penyusunan modul pelatihan bagi kelompok sasaran yang berbeda-beda dan memberikan
program pelatihan.
35Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lingkungan/ Environmental Science & Technology (ES&T) merupakan sumber informasi yang
berpengaruh bagi para professional dalam berbagai disiplin bidang lingkungan hidup. Jurnal tersebut menggabungkan majalahdan bagian riset dan diterbitkan dalam bentuk cetak dan online.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 113/145
101
TSU dapat melaksanakan program Training of Trainers (ToT), untuk memastikan ketersediaan
para professional yang berkualifikasi.
4.8. Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi (MRV)
4.8.1 MRV atas pengurangan emisi
Dalam konteks NAMA, Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi (MRV) berfokus terutama pada hasil
mitigasi, yaitu ton CO2-e yang dikurangi. Konferensi Para Pihak pada UNFCCC (COP) telah
menetapkan persyaratan minimum tertentu yang harus dipenuhi oleh NAMA, tetapi terdapat banyak hal
detil yang masih harus diperjelas. MRV atas NAMA dapat juga digunakan untuk mencari manfaat
tambahan dan aliran finansial, terutama jika donor terlibat dalam konteks Supported NAMA. Bagian
berikut ini menjelaskan konsep utama MRV dalam mengikuti pengurangan emisi dan juga menjabarkan
elemen tambahan MRV yang potensial dalam konteks NAMA yang berfokus pada manfaat tambahan
pembangunan berkelanjutan dan aliran finansial36.
Sasaran utama sistem MRV adalah memberi kredibilitas bagi aksi mitigasi yang telah dilakukan dan
pengurangan emisi yang disampaikan. Ini harus menjamin integritas lingkungan hidup dan menjamin
bahwa tidak ada penghitungan ganda. Pertimbangan lebih jauh akan sistem MRV yang sangat
berkualitas adalah transparansi, efisiensi biaya, kerangka kerja kelembagaan dan pengalihan.
4.8.2 Persyaratan MRV NAMA MRV
Persyaratan MRV NAMA UNFCCC saat ini hampir tidak berisi rincian dalam hal ketegasan, persyaratan
data, dan derajat verifikasi eksternal. Untuk NAMA yang didukung pada titik ini, ketegasan MRV akan
tergantung terutama pada persyaratan donor, lembaga pembiayaan dan investor. Jika NAMA SSLI
dilaksanakan baik dengan komponen unilateral dan komponen yang dibantu, maka kemungkinan
persyaratan MRV harus dipertimbangkan untuk komponen-komponen yang berbeda ini.
Tabel 244 dibawah merangkum persyaratan UNFCCC yang diharapkan akan diterapkan pada jenis-
jenis/elemen-elemen yang berbeda dari NAMA. Beberapa aspek masih sangat tidak pasti (terutama,
terkait keterangan mengenai NAMA yang dijadikan kredit, yang bahkan bukan merupakan bagian dari
naskah yang disepakati pada tingkat COP).
Tabel 244: Persyaratan MRV UNFCCC untuk NAMA
Jenis NAMA Persyaratan MRV yang diperkirakan
Unilateral Persyaratan yang akan dielaborasi oleh Badan Subsider Advis Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (SBSTA) UNFCCC
36
Penyusunan kerangka kerja MRV untuk parameter ini diluar lingkup dari laporan ini karena hal itu merupakan bagian dariproses nasional yang berhubungan dengan pelaporan dan mengikut hasil pemibayaan dan NAMA.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 114/145
102
Pencerminan situasi nasional dan prioritas nasional yang
diperkirakan
Dibantu MRV dalam negeri dengan pengawasan internasional
MRV internasional dapat diminta oleh donor
Mencari dukungan finansial (dan teknis)
Mendapat kredit/dibiayai
melalui mekanisme pasar
(tidak resmi)
Persyaratan MRV yang komprehensif
Proses MRV internasional
Persyaratan tambahan (?)
Aturan PBB untuk laporan dua tahunan menentukan persyaratan minimum untuk pelaporan NAMA,
yang dirangkum dalam Kotak dibawah ini.
Tampilan 2: Informasi NAMA dalam laporan dua tahunan
Konferensi Para Pihak UNFCCC di Durban 2011 (COP17) sepakat mengenai persyaratan umum
MRV, tanpa menjadi sangat spesifik. Sistem MRV NAMA dapat memfasilitasi pelaporan untuk
menyelesaikan laporan tersebut dalam format yang serupa dengan laporan-laporan
perkembangan dua tahunan terutama karena ini akan memfasiltasi Konsultasi dan Analisa
Internasional (ICA). Laporan-laporan ini harus dibuat dalam format table. Laporan dua tahunan
harus mencakup informasi berikut ini (UNFCCC, 2011a, lampiran III/2):
a) Nama dan penjelasan aksi mitigasi, termasuk informasi sifat aksi, cakupan (
seperti sektor dan gas), tujuan kuantitatif dan indikator kemajuan;
b) Informasi mengenai metodologi dan asumsi;
c) Sasaran aksi dan langkah-langkah yang diambil atau dipertimbangkan untuk
mencapai aksi itu;
d) Informasi mengenai pelaksanaan aksi mitigasi dan langkah-langkah penting yang
diambil atau dipertimbangkan, dan hasil yang dicapai, seperti hasil yang
diperkirakan (metric tergantung pada jenis aksi) dan pengurangan emisi yang
diperkirakan, sampai tingkat yang paling mungkin;
e) Informasi tentang mekanisme pasar internasional.
Terkait dengan Supported NAMA, harapan dari penyedia pembiayaan iklim adalah bahwa kerangkakerja MRV sedapat mungkin berbasis pada standar yang benar, terpercaya dan disetujui. Idealnya,
metodologi yang disetujui seperti yang digunakan dalam CDM akan memberikan tingkat kepercayaan
yang tinggi. Namun, dari sudut pandang negara pelaksana, perlu dilakukan penyederhanaan untuk
sedapat mungkin mengurangi biaya dan beban administrasi. Penyederhanaan dan standardisasi
menjadi sesuai karena aksi mitigasi untuk NAMA secara khas akan dilakukan pada tingkat sektor, atau
tingkat sub sektor, dari pada pada tingkat proyek, dan pengurangan emisi yang dinyatakan itu tidak
akan dipakai untuk mengkompensasi kewajiban pengurangan emisi (kecuali jika pemberian kredit
NAMA diharapkan, yang tidak dipertimbangkan secara eksplisit sebagai bagian dari Rencana
Implementasi NAMA). MRV untuk Supported NAMA merupakan pertengahan antara CDM dan aksi
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 115/145
103
unilateral yang diambil secara murni oleh negara pelaksana. Tabel 255 dibawah ini membandingkan
unsur-unsur MRV yang sesuai untuk ketiga jenis NAMA dengan menggunakan konsep yang belum
ditetapkan oleh COP.
Tabel 255: Perbandingan unsur-unsur MRV yang sesuai untuk jenis-jenis NAMA yang berbeda
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 116/145
104
Karakteristik NAMA Unilateral Supported NAMA Credi ted NAMA
Jenis
pembiayaan
Dibiayai dalam negeri Mendapat bantuan
internasional dalam hal
keuangan, peningkatan
kapasitas dan/atau
teknologi
Menerima pembayaran
sebagai ganti atas kredit
karbon yang dijual ke
pasar.
Ketegasan dan
penelitian
cermat
Lebih rendah
Tergantung pada standar
nasional yang digunakan
Lebih tinggi
Dirancang untuk
memberikan kepercayaan
pada para lembaga
pembiayaan bahwa
pengurangan emisi yangdisampaikan itu dapat
dipercaya
Paling tinggi
Dirancang untuk memberi
kepercayaan pada pasar
karbon dan menjamin
integritas lingkungan
hidup
Pengawasan
program
Departemen pemerintah
(seperti KESDM)
Kesepakatan
internasional (bilateral
atau multilateral) antara
pemerintah-pemerintah
yang terlibat,
dilaksanakan dengan
menyesuaikan
perundangan nasional
dan menggunakan badan-
badan terakreditasi
nasional
Badan internasional yang
dilaksanakan berdasar
perjanjian internasional
dan menggunakan badan-
badan terakreditasi
nasional.
Standar yang
akan diterapkan
“Standar nasional” yang
sesuai untuk para pihak
Non-Annex I (NAI)
Standar bilateral yang
akan ditetapkan oleh
donor dan penerima
Standar ISO, yang
standar yang diakui
secara internasional
seperti metodologi CDM
yang disetujui
Audit/
Verifikasi
Ditetapkan oleh
pemerintah pelaksana
(dapat berupa audit
internal saja)
Pihak ketiga atau badan
pemerintah yang disetujui
Pihak ketiga (sama
dengan DOE dalam CDM)
Persyaratan
transparansi
Laporan MRV bersifat
internal saja, tetapi
diarsip agar bisa ditinjau
ulang
Internal dan tersedia bagi
para peserta yang terkait
(seperti donor) melalui
pendaftaran
Tersedia secara publik
(sama dengan CDM)
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 117/145
105
Sumber: kajian Perspectives dan UNEP Risoe (2012)
4.8.3 Pilihan kerangka kerja MRV NAMA SSLI
Metodologi CDM AMS-II.L yang disejutui dapat digunakan sebagai titik awal menyusun kerangka MRV
untuk NAMA SSLI. Parameter dalam metodologi CDM harus ditinjau dan diadaptasi sedapat mungkin
agar sistem MRV dapat dilakukan dan sesuai. Contohnya, dibandingkan dengan CDM, parameter
pemantauan dapat diadaptasi untuk dimonitor/dilaporkan tidak terlalu sering, yang akan dipantau
dengan menggunakan sampling statistik dan/atau nilai default untuk parameter pemantauan tertentu
jika metodologi CDM sudah tidak memungkinan untuk hal ini, atau denga persyaratan
akurasi/kehandalan yang tidak terlalu kaku.
Mengingat keseluruhan konsep NAMA SSLI dan sifatnyanya sebagai Supported NAMA, sistem MRV
untuk NAMA harus berfokus pada pengurangan emisi GRK langsung, yang dinilai oleh pemantauan
dan/atau menilai penghematan energi yang dicapai.
Berdasarkan kenyataan apakah kota-kota telah memasang meteran secara menyeluruh atau belum,
pendekatan-pendekatan pemantauan berikut ini dapat diterapkan. Kombinasi dari dua pendekatan ini
juga mungkin, dan mungkin menjadi pendekatan yang paling umum karena sebagian besar kota belum
mencapai meteran secara penuh tetapi sudah dimulai.
Pendekatan A: Berdasarkan pendekatan methodologi CDM AMS-II.L. Akt iv i tas dar i sis i
permintaan un tuk teknolo gi penerangan ja lan atau luar rumah yang ef is ien
Pendekatan A t idak menun tut pemantauan aktual atas konsum si dengan meng gunakan meteran.
Pendekatan CDM berskala kecil yang sudah disetujui, yaitu AMS-II.L, kegiatan di sisi permintaan untuk
teknologi penerangan jalan dan luar rumah yang efisien, menetapkan kriteria untuk MRV yang dapat
digunakan dalam kerangka MRV NAMA. Yang paling penting, konsep pemantauan bergantung pada
perhitungan teoritis dan nilai yang sebelumnya ditetapkan dan standar kinerja saja. Meteran fisik atas
listrik yang dikonsumsi secara aktual tidak diminta, maka pendekatan ini dapat digunakan bahkan ketika
meterisasi yang penuh belum terpasang. Lampu-lampu yang terpasang tersebut harus memenuhi
standar kinerja nasional atau daerah atau standar internasional yang telah disetujui seperti Penerangan
Jalan untuk Lalu Lintas Motor dan Pejalan Kali dari CIE (CIE 115:2010). Parameter kunci yang
dibutuhkan untuk dipantau jam-jam operasional.
Metodologi tersebut dapat digunakan untuk membangun kerangka MRV NAMA, dimana beberapa
unsur memiliki potensi untuk disederhanakan, terutama dalam hal bahwa untuk taksiran pengurangan
emisi sebelumnya (ex-ante) tersedia data yang kurang memadai. Solusinya adalah menggunakan
pendekatan pemantauan dua langkah yang terdiri dari estimasi sebelumnya (ex-ante) dampaknya
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 118/145
106
dalam hal pengurangan emisi (sebelum penggantian penerangan) dan verifikasi setelah (ex-post)
berdasar pada kelompok sampling (setelah penggantian penerangan). Dengan cara ini, pengurangan
emisi dihitung/diperkirakan sebelumnya (ex-ante) dan disesuaikan/ditentukan setelahnya (ex-post)
setelah pemantauan, yang dilakukan melalui survei yang menggunakan pendekatan sampling statistik.
Dasar dari konsep ini dijelaskan sebagai berikut:
Taksiran pengurangan emisi sebelum penggantian (Ex-ante) akan dibangun dari bawah ke atas,
berdasarkan baseline yang berbeda-beda bagi masing-masing kota yang terlibat dalam NAMA, dalam
skenario pelaksanaan yang dijadikan model. Parameter kunci ini terdiri dari jumlah dan karakteristik
lampu yang telah diganti, jumlah kota/kotamadya yang tercakup dan sebagainya. Taksiran
pengurangan emisi untuk setiap kota dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang didapat
dari metodologi CDM, sebagaimana dijelaskan pada Bagian 4.6.
MRV setelah penggantian (Ex-post) akan memungkinkan penyesuaian atas pengurangan emisi yang
ditaksir sebelumnya (ex-ante). MRV yang dilaksankan ex-post harus berdasarkan pada rencana
pemantauan terinci yang ditetapkan oleh TSU SSLI (KESDM), yang menjelaskan semua parameter dan
penggunaannya dan relevansinya bagi MRV NAMA. Rencana pemantauan akan memfasilitasi proses
pemantauan dan pencatatan informasi selama masa NAMA tersebut. Rencana tersebut harus
mencakup hal rinci seperti:
Asumsi/nilai default yang digunakan dan sumber dari nilai-nilai tersebut
Sumber parameter yang dipantau
Frekwensi pemantauan dan pelaporan atas parameter yang dipantau
Deskripsi rencana penyimpanan data
Tanggungjawab para aktor yang berbeda-beda yang terlibat dalam pemantauan dan pelaporan
Metodologi yang digunakan untuk menghitung keuntungan mitigasi (termasuk AMS-II.L)
Tingkat akurasi yang akan diterapkan untuk sampling
Jika rekomendasi tersebut diambil dari Bagian 4.3.4 bahwa sebagai prasyarat, setiap kota harus entah
memiliki sekurangnya 50% meteran yang terpasang, atau telah melaksanakan audit terkini, hal ini dapat
membantu mengisi potensi untuk hasil setelahnya (ex-post) untuk membedakan secara lebih jelas dari
taksiran sebelumnya (ex-ante).
Batas sistem
Direkomendasikan untuk menggunakan jaringan distribusi listrik daerah dimana penerangan jalan
terhubung untuk menetapkan batas(-batas) sistem NAMA dan aksi MRV yang akan dilaksanakan. Hal
ini berarti bahwa setiap kota dan/atau setiap propinsi dimana kegiatan NAMA akan dilaksnakanmerupakan sub-sistem NAMA, dan MRV akan dilaksanakan untuk masing-masing sub-sistem ini, yang
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 119/145
107
mempertimbangkan lokasi geografis fisik dari semua luminaire (lampu) “proyek” yang te rpasang –
seperti teknologi penerangan efisien yang mengganti penerangan konvensional sebagai bagian dari
NAMA tersebut.
Memastikan kualitas kinerja penerangan
Setelah pelaksanaan dan penggantian tersebut, kualitas kinerja penerangan dari luminaire (lampu)
proyek akan ditunjukkan seperti sebagai berikut:
Kesamaan dengan lum inaire basel ine : membuktikan bahwa luminaire proyek memberikan
total pencahayaan berguna yang sama atau meningkat (lx), disbanding dengan luminaire
baseline yang sedang diganti. Entah oleh dengan: (i) Pengukuran dan perhitungan; atau (ii)
pemodelan computer atas rata-rata illuminans dari baseline dan luminaire proyek di lokasi
perwakilan yang akan ditetapkan sesuai dengan standar CIE 140:2000;4
Kesamaan dengan stand ar penerangan jalan yang berlaku : setiap kota yang ikut serta
dalam NAMA SSLI akan membuktikan bahwa teknologi(-teknologi) penerangan efisien yang
dipilih (LED atau lainnya) memenuhi standar yang sesuai sebagaimana telah sebelumnya
disetujui oleh TSU NAMA dalam lingkup KESDM (lihat pembahasan rinci pada Bagian 4.4).
Parameter yang akan dipantau
Kegiatan pemantauan mencakup:
(a) pencatatan data distribusi luminaire, termasuk jumlah dan jenis lampu per kotamadya, dengan
datayang disediakan oleh PJU ini atau mungkin oleh ESCO jika dikontrak oleh PJU; dan
(b) hasil sampling/survey pemantauan setelahnya (ex-post). Ini akan dilaksanakan setelah pemasangan
semua luminaire proyek yang memberikan nilai bagi parameter berikut ini, dengan pendekatan spesifik
yang diambil dari AMS-II.L, dan mungkin disesuaikan untuk SSL secocok mungkin:
Jumlah luminaire basel ine (BL) atau proyek dari jenis-jenis berbeda yang disebarkan dan
dipasang dalam NAMA (unit). Segera setelah semua luminaire proyek disebarkan atau
dipasang, biasanya jumlahnya menjadi nilai tetap mandiri dari tahun-tahun tersebut, kecuali jika
besarnya inventarisasi luminaire yang beroperasi menurun selama periode pelaksanaan,
didalam kasusnya hanya luminaire proyek yang beroperasi harus dimasukkan dalam
perhitungan pengurangan emisi.
Tenaga listr ik yang dini lai/ watt dari luminaire baseline dari jenis-jenis peralatan
penerangan (kW), atau rata-rata tenaga yang terintegrasi dengan waktu jika peralatan
beroperasi pada beragam setting tenaga listrik.
Tenaga listr ik yang d ini lai /Watt dari lumin aire yang dipasang sebag ai bagian dari NAMA
SSLI untuk jenis-jenis peralatan penerangan yang berbeda (kW), atau rata-rata tenaga listrik
yang terintegrasi dengan waktu jika peralatan beroperasi pada beragam setting tenaga listrik
dari tahun tersebut kecuali jika jadual operasional atau parameter berubah selama masa kredit.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 120/145
108
Jam operasional tahunan untuk luminaire baseline dan proyek pada tahun y. Bisa berbeda
dari skenario baseline hingga skenario paska pelaksanaan. Nilai ini berdasarkan pengukuran
terus menerus atas rata-rata jam penggunaan luminaire setiap hari selama minimum 90 hari di
lokasi-lokasi sample survey pemantauan, yang dikoreksi untuk variasi musiman pada jam-jam
penerangan dan dikalikan dengan 365 hari. Metode yang digunakan untuk memperhitungkan
90 hari data untuk nilai tahunan harus didokumentasi. Alternatifnya, sensor-sesor dapat juga
digunakan.
Faktor Pemadaman Sistem (SOF) untuk jenis perlengkapan. SOF dihitung sebagai produk
dari faktor outrage perlengkapan dan t ingkat kegagalan per lengkapan tahunan . Nilai
baselinenya diasumsikan sama seperti dipantau paska-pelaksanaan dan dapat berbeda dari
tahun ke tahun.
Faktor emisi jaringan (GEF) dihitung oleh KESDM untuk berbagai jaringan listrik di Indonesia dansecara teratur diperbaharui (lihat Bagian 4.3.3).
Dari hal diatas, jelaslah bahwa parameter kunci dari sudut pandang pengukuran adalah rata-rata jam
operasional tahunan. Untuk hal ini, perekam sederhana untuk pemantauan waktu nyala/padam atau
pemantauan laungsung selama waktu tenaga listrik, atau bahkan berintensitas ringan, dapat digunakan.
Hanya parameternya yang perlu diukur secara fisik dan hal ini dapat dilakukan dengan cara sampling.
Untuk setiap survei pemantauan setelahnya (ex-post), methodologi CDM AMS-II.L meminta agar
pemantauan tersebut terdiri dari pemantauan terus menerus atas waktu yang dijalankan peralatan
selama sekurangnya 90 hari terus menerus untuk menentukan rata-rata jam operasional harian untuk
perkiraan jam operasional tahuan (Oi). Disarankan bahwa permintaan ini dapat dibuat lebih fleksible
dalam konteks NAMA SSLI.
Frekuensi
Survei monitoring ex-post berikutnya harus dilaksanakan sekurangnya setiap dua tahun setelah tahun
pertama periode dimana pengurangan emisi dipantau (seperti tahun 3, 5, 7, 9).
Sampling
Karena banyaknya jumlah lampu yang akan diganti di setiap kota dalam NAMA SSLI, tidaklah mungkin
untuk secara langsung memantau konsumsi energi dari setiap lampu, kecuali jika meteran yang
memungkinkan hal ini sudah terpasang.Dari diskusi dengan PJU kota, dipahami bahwa pilihan teknologi
yang lebih disukai biasanya mencakup hingga 25 lampu per unit meteran. Hal ini akan menyediakan
tingkat akurasi yang relatif lebih tinggi mengenai konsumsi energi lampu-lampu yang dipasang, asalkan
faktor-faktor lain seperti kerugian karena makin makin rusaknya konverter, pengkabelan dibawah
optimal dan pencurian diperhitungkan dalam data meteran. Jika dinas PJU juga berinvestasi pada
optimalisasi faktor-faktor ini pada saat yang sama denga pemasangan lampu LED atau lampu
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 121/145
109
efisienlainnya,maka data meterisasi dari setiap titik meterisasi dapat digunakan dan dibagi antara
lampu-lampu berbeda yang dipasang.
Meskipun pemasangan meteran merupakan prioritas yang penting dari sudut pandang anggaran kota,
tidak direkomendasikan untuk menuntut agar semua kota yang ikut serta dalam NAMA telah mencapai
meterisasi penuh sebagai pra-syarat. Beberapa kota ingin bergabung meskipun mereka masing
melaksanakan pengenalan meterisasi. Meminta meterisasi yang penuh sebelum ikut dalam NAMA akan
secara signifikan menaikkan biaya modal dimuka untuk pelaksanaan NAMA dan pencapaian
pengurangan emisi yang tertunda.
Karena itu, pendekatan sampling harus merupakan pilihan yang ada untuk menetapkan pengurangan
emisi yang dicapai. Metodologi CDM AMS-II.L menyarankan penghitungan ukuran sample untuk setiap
kelompok sampling untuk mencapai interval kepercayaan minimal 90% dan margin error maksimal 10%.
Lalu ukuran sampling bergantung pada nilai tengah/rata-rata yang diperkirakan dan deviasi standar dari
parameter spesifik (seperti jam operasional). “Standar CDM untuk sampling dan survey untuk aktivitas
proyek CDM dan program aktivitas” juga menetapkan persyaratan minimum untuk sampling, yang dapt
digunakan sebagai panduan menentukan rencana sampling NAMA SSLI. Untuk kegiatan berskala kecil
(SSC) tingkat kepercayaan/presisi sebesar masing-masing 90%/10% diminta, sementara untuk
kegiatan berskala besar, tingkat kepercayaan/presisi sebesar masing-masing 95%/10% diminta37.
Sebagai contoh ilustrasi, skala yang sesuai untuk Fase Percontohan NAMA SSLI adalah antara 4,75
dan 15,2 GWh dari penghematan energi per tahun, tergantung pada apakah ia mencakup 2 atau 4 kota.
Hal ini menyiratkan, rata-rata, penghematan energi kurang dari 4 GWh pertahun per kota, yang berarti
dibawah ambang CDM berskala kecil sebesar 60 GWh per tahun. Maka disarankan bahwa tingkat
kepercayaan/presisi yang lebih longgar dari aturan sampling untuk aktivitas CDM SSC cocok diterapkan
untuk kota-kota yang terlibat didalam NAMA SSLI.
Bahkan jika kita mengasumsikan persyaratan kepercayaan/presisi yang lebih kaku, sebagaimana dilihat
dibawah ini, ukuran sampel minimul hanya 24 lampu per kota/propinsi (sub-sistem untuk mencapai
presisi sebesar 10% dan menjaga interval kepercayaa 95%. Tetapi sebagai sebuah prinsip umum (rule
of thumb) direkomendasikan untuk memakai ukuran sample setidaknya 30 lampu per sub-sistem untuk
menjamin kehandalan dari hasil sampling38.
Maka analisa awal ini menyiratkan persyaratan sampling yang sangat dapat dikelola didalam NAMA
SSLI dalam hal biaya dan sumber daya manusia untuk setiap kota.
37 Menurut Standar Proyek CDM (EB 65, Lampiran 5) ambang skala kecil untuk kegiatan proyek Jenis II ditetapkan sebagai:
kegiatan proyek peningkatan efisiensi energi yang mengurangi konsumsi energi, pada sisi suplai dan/atau permintaan, dengan
output maksimal 60 GWh per tahun (atau hal sama yang sesuai) dalam setiap tahun dalam period kredit.
38 Menurut Standar Sampling dan Survei untuk Aktivitas Proyek CDM dan Program Aktivitas, jika penghitungan ukuran sampel
mendapat nilai dari kurang dari 30 sample, ukuran sampel minimum sebanyak 30 harus dipilih ketika parameter kepentingan
menjadi ukuran. Jika parameter kepentingan merupakan nilai tengah numeric, distribusi-t Student dapat digunakan. Karenanya,dalam hal jam operasional lampu, ini akan berlaku karena bukan suatu ukuran atau persentase tetapi lebih sebagai nilai tengah.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 122/145
110
Tabel 266: Ukuran sampel minimum pada wilayah interval kepercayaan
Sample assumptions
Precision 0.1
Total no. of lamps 10,000
Range of
parameter
0.5
Estimation of sample size
Operating hours
(h/d)
Standard
Deviation
V Sample size
(0.95; 1.96)
Sample size
(0.9; 1.645)
10 2.5 0.06 24 17
Asumsi sampel
Presisi 0.1
Jumlah lapu 10000
Jarak parameter (+/-) 0.5
Jam beroperasi
(perkiraan rata-rata)
Perkiraan deviasi
standar
V Ukuran sampel Ukuran sampel
h/d 0.95 0.9
1.96 1.645
10 2.5 0.06 24 17
Pendekatan B: Gunakan meteran masing-masing dan akhirnya sistem kendali pintar.
Pendekatan ini akhrinya dibutuhkan dari sudut padang mengoptimalkan sistem penerangan jalan di
seluruh kota dan propinsi di Indonesia. Tanpa pemasangan meteran, kota-kota tidak dapat berpindah
dari sistem penagihan lump-sum dan akan merasa sulit menjelaskan alasan-alasan kerugian non-teknis
yang diperkirakan mencapai hingga 40% berdasarkan pengalaman di Yogyakarta yang menjadi
contohnya.
Teknologi meteran akan dipasang sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk mencatat angka
meter konsumsi aktual lampu-lampu, bukan hanya bagian-bagian sebuah jalan dengan banyak tiang,
karena pencurian masih menjadi masalah dalam kasus lampu jalan. Jika data meteran tidak dapat
secara langsung dihubungkan dengan lampu-lampu yang tersambung untuk setiap unit meteran maka
volume yang hilang karena pencurian masih dapat muncul di data meteran. Satu keuntungan dari
pendekatan CDM adalah bahwa pendekatan tersebut bisa menghindari masalah ini. Jika konfigurasi
teknologi meteran tidak mempertimbangkan masalah ini, maka dibutuhkan beberapa solusia lainnya –
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 123/145
111
seperti pada waktu pemasangan meteran, semua sambungan illegal perlu dilepas atau dimasukkan
kedalam sistem ‘legal’ (dipasang meteran dan diberi tagihan yang sesuai). Audit/ survey yang rutin juga
dapat diterapkan setelah meteran dipasang, untuk mengecek apakah sambungan-sambungan illegal
baru telah terpasang.
Pencatatan dan kalibrasi aktual akan dilakukan oleh PLN. Karenanya, untuk pengukuran konsumsi
energi untuk MRV NAMA, data meteran perlu disediakan oleh PLN kepada dinas PJU terkait dan
kemudian dilakukan verifikasi dan dimasukkan kedalam sistem MRV NAMA yang akan tangani oleh
TSU di lingkup KESDM.
4.8.4 MRV manfaat tambahan
Diluar pengurangan emisi, NAMA SSLI menghasilkan manfaat tambahan seperti manfaat bagi
pembangunan berkelanjutan di bidang ekonomi, lingkungan dan penduduk. Secara khusus, mungkin
akan terjadi peningkatan standar keamanan di kawasan kota, dan mungkin juga turunnya kecelakaan
lalulintas. DIrekomendasikan juga untuk menelurusi indikator-indikator ini sebagai bagian dari kerangka
MRV. Bilamana mungkin, hal ini harus menjadi rujukan terhadap data yang sekarang di masing-masing
kotamadya dan propinsi atau bahkan di tingkat nasional. Saat menyusun kerangka evaluasi atas
manfaat tambahan, terutama untuk manfaat pembangunan berkelanjutan, berguna juga untuk merujuk
kepada daftar cek pembangunan berkelanjutan CDM dari Otoritas Nasional Yang Ditunjuk (DNA), jika
ada, dan mempertimbangkan keadaan nasional. Kriteria potensial dan indikator yang terukur untuk
manfaat-manfaat tambahan NAMA SSLI dimasukkan dalam Tabel 277 dibawah ini.
Tabel 277: Kriteria dan indikator terukur untuk manfaat tambahan
Kriteria Indikator
Ekonomi
Penciptaan lapangan kerja - Terciptanya lapangan kerja- Ketersediaan tenaga kerja nasional yang bermutu dan sangat produktif
dan efisien
Ketahanan energi - Penggunaan bahan bakar fosil yang lebih efisien- Pengurangan tingkat import bahan bakar fosil- Penurunan biaya
Turunnya kecelakaan di jalan raya
- Penghematan biaya- Nyawa terselamatkan
Sosial
Peningkatan kualitas hidup - Peningkatan kesehatan (keamanan, makin sedikit kecelakaan, kejahatandengan kekerasan)
- Distribusi biaya dan manfaat- Distribusi pendapatan- Partispasi daerah dalam kehidupan warga- Peningkatan kondisi kesehatan dan standar keamanan
Lingkungan hidup
Pengurangan dampaklingkungan daerah/ regional
- Pengurangan polutan lain (seperti lampu merkuri)
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 124/145
112
4.8.5 Tanggungjawab lembaga untuk MRV
Keseluruhan tanggungjawab atas pengembangan, pelaksanaan dan jalannya sistem MRV, termasuk
pengumpulan data, penghitungan dan penyimpanan direkomendasikan untuk bersama dengan TSU
SLLI dalam KESDM. TSU tersebut akan bertanggungjawab atas pengembangan dan operasionalisasi
database elektronik untuk mencatat dan mengelola semua baseline terkait dan informasi pemantauan.
Database ini akan mencakup, antara lain, identifikasi datai dan jumlah lampu yang dicakup dalam NAMA
(Catatan Identifikasi), yang aka memungkinkan, apabila tidak ada meteran terpasang, penghitungan
penyesuaian ataas penghitungan pengurangan emisi ex-post berbasis pada Catatan Pemantauan (jam
operasional, watt) sebagaimana dijelaskan diatas. Database tersebut juga akan menghindari potensi
penghitungan ganda atas pengurangan emisi (seperti antara jalan tingkat propinsi dan jalan tingkat
kotamadya). Dinas PJU akan bertanggungjawab atas pelaksanaan pergantian lampu, penyediaan data
mteran bagi TSU dan melaksanakan pengukuran di lapangan (berdasarkan sampling untuk
menentukan jam operasional). Jika tagihan listrik yang diterima dari PLN tidak memberi PJU data
meteran yang dirinci hingga tingkat detil yang memadai- yaitu meteran per meteran – kemudian perlulah
mendapatkan data meteran yang aktual. TSU mungkin harus memfasilitasi antara PLN dan PJU jika
data ini tidak siap disampaikan ke PLN.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 125/145
113
Gambar 20 Gambar tersebut memperlihatkan disamping tanggungjawab masing-masing dan aliran data
yang diperlukan untuk mengikuti keseluruhan kinerja NAMA SSLI.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 126/145
114
Gambar 20: Susunan kelembagaan MRV
Unit teknis TSU SSLI akan memberi bantuan terkait pemasangan, pemeliharaan dan MRV kepada PJU
yang akan pada gilirannya memberikan data yang dibutuhkan untuk penghitungan pengurangan emisi
dan pelaporan keseluruhan kinerja NAMA.
KESDM
TSU SSLI
Unit
Teknis
Penggantian/pemasangan penerangan jalan yg efisien di
kotamadya
Database
Pemantauan
NAMA
PJUs
PLN Sektor swasta (ESCOs
/ pemasok)
pemasangan,
pembacaan dan
kalibrasi meteran
Mengganti lampu
Mengukur
Mengganti lampu
Mengukur
Auditor
Verifikasi potensial
atas data lewat
Data:
• Konsumsi listrik yang diukur meteran
• Data monitoring (mis. Jml lampu, jam
beroperasi)
Training terkait
persyaratan MRV NAMA
Sertifikasi auditor
Dukunganteknis
pemasang
an,
pemelihar
aan
dan MRV
Listrik yang diberi
Meteran (jika
meteran
ada)
Jumlah lampu, jenis, watt,
Jam beroperas (jika tidak
ada meteran)
Melaksanakan
penggantian
BAPPENAS
Pelaporan keseluruhan
kiner a
Persiapan
Laporan
Pemantauan
Melaksanakan tugas,
Bila ditugaskan PJU
Konsumsi
listrik/
tagihan
Verifikasi data yg diterima
ESCO dan/Verifikasi laporan pemantauan
Aliran data
Bantuan teknis/
pelaksanaan
Pilihan
UNFCCC /
pendaftaranDonor /
investor
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 127/145
115
Tabel 288 dibawah ini mengidentifikasi data yang akan diperoleh untuk menaksir nilai parameter dan
tanggungjawab untuk mendapatkan hal ini, serta metodenya.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 128/145
116
Tabel 288: Metode untuk memperoleh nilai parameter dalam kerangka MRV
Parameter Tanggungjawab Metode
Jumlah lampu PJU Menyimpan catatan
Jenis lampu PJU Spesifikasi pemasok
Watt lampu PJU Spesifikasi pemasok
Jam operasional lampu (untuk
lampu yang belum diberi
meteran)
PJU Lewat sampling
Data konsumsi listrik (untuk
lampu yang sudah diberi
meteran)
PJU Diperoleh dari PLN
Pelaksanaan penggantian dan pemantauan tersebut dapat juga dilakukan dengan tenaga luar secara
komersial- seperti yang dilakukan oleh perusahaan swasta seperti ESCO atau auditor energi,
tergantung pada situasi masing-masing kotamadya dan PJUnya. Dalam Gambar diatas hal ini terlihat
sebagai sebuah pilihan, dengan garis putus-putus. Hal yang sama juga untuk verifikasi data potensial
oleh auditor pihak ketiga. Para auditor ini dapat memberikankajian mereka pada dua langkah aliran
data. Pertama, PJU mungkin tertarik mendapatkan verifikasi kinerja dan data yang diperoleh oleh ESCO
yang dikontrak untuk alasan komersial. Kedua, laporan pemantauan yang akan disiapkan oleh TSU
akan diverifikasi secara eksternal, sebelum diserahkan sebagai bagian dari proses MRV nasional, yaitu
diserahkan ke BAPPENAS. Secara umum, disarankan untuk menyelaraskan pelaporan NAMA SSLI
dengan sistem pelaporan nasional (RAD-DAK) (lihat pendekatan dalam EU MRV CB/GIZ PAKLIM,
2012). Beberapa bentuk audit/pengawasan internasional juga dibutuhkan sebagai bagian dari
komponen Supported NAMA dimana pembiayaan internasional diberikan.
Untuk menghasilkan laporan pemantauan/ kinerja dari NAMA, TSU akan menjalankan database NAMA
(misalnya, berbasis Excel). Database ini akan menangkap baik catatan identifikasi (segera ketika
penggantian lampu terjadi) dan catatan Pemantauan (tahunan/dua tahunan tergantung pada
ketersediaan data/ metodologi pengumpulan data, misalnya dengan atau tanpa meteran). Selain itu,
informasi pemantauan khusus, misalnya GEF dan informasi aliran finansial serta kemungkinan manfaattambahan sebaiknya dimasukkan. Gambar 21dibawah ini merangkum data yang tercakup dan proses
umum persiapan laporan NAMA berdasarkan database tersebut.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 129/145
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 130/145
118
4.8.6 MRV atas aliran finansial
Mengikuti aliran keuangan dapat disejajarkan dengan susunan lembaga untuk MRV sebagaimana
dijelaskan diatas. Karena dua penerima dana finansial utama adalah PJU dan/atau pihak swasta
(ESCOs) mereka harus melaporkan kembali kepada penyedia dana-dana itu- entah ICCTF
(BAPPENAS) atau PIP. TSU tersebut juga akan menerima informasi dan menyediakan laporan
keuangan menyeluruh yang dapat diserahkan ke donor/ investor, serta digunakan untuk kepentingan
dalam negeri, sebagaimana dijabarkan dalam Gambar 22 dibawah ini.
Gambar 22: Aliran finansial dalam NAMA
4.8.7 Rekomendasi
Kerangka MRV untuk MANA SSLI dapat berdasarkan gabungan dari dua pilihan yang dijelaskan diatas-
dengan menggunakan data meteran jika tersedia dan menggunakan pendekatan yang dijelaskan dalam
metodologi CDM AMS-II.L dimana data meteran tidak tersedia untuk lampu-lampu yang terpasang.
KESDM
TSU SSLI
Sektor swasta
(ESCO / pemasok)
BAPPENAS
Hibah
TA Finansial
ICCTF PIP
PJU
Hibah
Hibah
Pinjaman
Pinjaman
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 131/145
119
Kami melihat beberapa cakupan untuk penyederhanaan dan adaptasi untuk menyesuaikan dengan
situasi khusus setiap kota yang terlibat dalam NAMA. where metered data is not available for installed
lamps. Pendekatan CDM tidak membutuhkan pengukuran konsumsi listrik yang aktual, tetapi malah
menggunakan sampling jam operasional dan menghitung penghematan energi. Namun, kota yang
sudah maju dengan program pemasangan meteran dan dapat secara akurat mengukur konsumsi listrik,
menggunakan data meteran untuk pemantauan emisi dalam NAMA.
4.9. Peningkatan pengetahuan dikalangan pemangku
kepentingan
Bab ini mengidentifikasi tingkat pengetahuan terkini dikalangan semua pemangku kepentingan
mengenai penggunaan teknologi penerangan jalan yang efisien energi. Kajian atas penggunaan
teknologi ini di kota0kota (kelompok sasaran), mekanisme lazim yang memfasiltiasi penggunaan
demikian dan identifikasi kapasitas lembaga-lembaga yang mendukung proses ini disampaikan disini.
Berdasarkan kajian ini, teridentifikasi kebutuhan spesifik untuk peningkatan kapasitas dan
pengetahuan.
4.9.1 Latar belakang
Pelaksanaan teknologi penerangan jalan yang efisien energi di kota-kota telah diidentifikasi sebgai
ukuran efisiensi energi berdampak tinggi yang dapat berkontribusi pada target pengurangan emisi yang
dinyatakan Indonesia. Tetapi, pemakaian teknologi ini, kerangka kebijakan yang dibutuhkan untuk
memfasilitasi pemakaiannya, pengetahuan akan spesifikasi desain yang sesuai dan persyaratan
pelaksanaan di lapangan tidak diketahui secara luas dikalangan pemangku kepentingan, termasuk
lembaga-lembaga yang bertanggungjawab atas pelaksanaan target-target Indonesia dalam kerjang
NAMA, otoritas daerah dan warga negara. Kota-kota maju yang terpilih tahu akan pilihan-pilihan
teknologi yang terkait dan biayanya- implikasi manfaat. Penggunaan teknologi-teknologi ini juga
dihalangi oleh beberapa halangan finansial dan ekonomi, halangan teknologi (terkait dengan desain
yang tidak sesuai dan bahan dibawah standar), halangan kelembagaan dan organisasi dan halangan
perilaku yang teridentifikasi. Tabel 299 dibawah ini merangkum halangan-halangan ini yang biasanyayang berkaitan dengan pengambilan langkah-langkah dan kebijakan efisiensi energi.
Tabel 299: Halangan yang berkaitan dengan pengambilan langkah dan kebijakan efisiensi
energi
Jenis halangan Isu spesifik
Halangan finansial dan ekonomi Harga energi, subsidi energi yang tidak efisien
dan perubahan harga
Struktur dan fungsi pasar
Insentif finansial
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 132/145
120
Kekurangan dana (dana swasta dan publik)
Biaya (misalnya biaya uang muka yang tinggi)
Halangan teknologi Tidak tersedianya syarat standar bahan
Kurangnya standar teknis
Halangan perilaku Norma sosial, budaya dan perilaku dan aspirasi
Masalah pengambilan keputusan (misalnya
insentif yang terpecah)
Halangan kelembagaan dan organisasi Kurangnya pengetahuan, informasi, pendidikan
dan pelatihan
Kebijakan yang merugikan efisiensi energi
Kurangnya kerangka hukum dan regulasi
Terbatasnya kapasitas lembaga
Kurangnya koordinasi dan kelambanan
Para pemangku kepentingan yang terdiri dari lembaga pemerintah, LSM, pabrikan peralatan
penerangan jalan dan lainnya yang berkepentingan mempromosikan penerangan yang efisien energi
dan efektif diseluruh Indonesia dapat membantu mengeksekusi peta jalan yang luas untuk melaksakan
teknologi penerangan yang efisien energi di Indonesia.
4.9.2 Kajian Kebutuhan Peningkatan Pengetahuan & Kapasitas
Banyak kota di Indonesia tidak mengetahui beragam teknologi penerangan jalan LED dan manfaat-
manfaat yang berhubungan dengannya. Selain itu, ketiadaan standar nasional penerangan jalan LED,
kurangnya fasilitas pengujian, pabrikan, pemasok dan pemasang, yang akibatnya mencegah
pemakaian teknologi pengerangan jalan yang Efisien Energi di kota-kota. Mengingat hal tersebut diatas,
kegiatan penyadaran untuk mempromosikan teknologi penerangan jalan LED harus direncanakan dan
dilaksanakan secara holistik, dengan memanggil semua pemangku kepentingan terkait, termasuk
pembuat keputusan dan kebijakan, pelaku pasar dan yang mempengaruhi pasar, konsumen dan
pengguna akhir teknologi ini. Kajian atas kapasitas terkini dari semua lembaga yang terlibat untuk
mendukung dan mempromosikan pemakaian teknologi LED dilaksanakan dan langkah-langkah
diidentifikasi untuk lebih jauh memperkuat peran mereka.
4.9.2.1 Standar penerangan jalan LED
Ketiadaan standar nasional penerangan jalan LED merupakan penghalang besar bagi pengenalan
teknologi yang aktif di negara ini. Diskusi dengan kementerian-kementerian terkait yang terlibat dalam
penetapan standar memperlihatkan bahwa mereka sedang menghadapi berbagai kendala untuk
menghasilkan standar nasional penerangan jalan LED. Standar demikian ini akan memandu para
konsumen dalam memilih teknologi terbaik yang tersedia, berdasarkan pedoman desain ilmu
pengetahuan, dan akan juga membatas produk dibawah standar di pasar. Kota-kota akan diberdayakan
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 133/145
121
untuk mengambil keputusan yang sesuai dan menguntungkan, dengan mempertimbangkan
keberlanjutan finansial dan potensi mitigasi emisi jangka panjang.
4.9.2.2 Pabrikan, pemasok, pemasang teknologiPerlu mempromosikan pabrikan local yang memproduksi peralatan berkualitas tinggi. Rantai pasokan
dan industry pemberian jasa untuk produk-produk ini harus diperkuat. Dalam ketiadaan kapasitas
produksi yang baik, produk dibawah standar dijual di pasar; kinerja buruk produk-produk ini berdampak
pada penilaian atas teknologi ini.
4.9.2.3 Model finansial
Kota-kota yang perlu dibantu oleh mekanisme keuangan yang sesuai agar dapat menyerap biaya
dimuka penggunaan teknologi ini, yang relatif lebih mahal daripada menggunakan teknologipenerangan jalan konvensional. Sebagaimana dibahas dalam bagian Pembiayaan, beragam
mekanisme pembiayaan dalam negeri dan internasional dapat digunakan untuk mendukung kota-kota
dalam menggunakan teknologi ini. Upaya peningkatan kesadaran bakal diperlukan untuk mendorong
kota-kota mengambil manfaat dari mekanisme pembiayaan yang tersedia.
4.9.2.4 Kebijakan yang mendukung
Kondisi kerangka kerja harus dibangun untuk memfasilitasi penggunaan pendekatan sektor swasta
seperti semakin banyak digunakannya model ESCO. Hal ini dibahas dalam Bagian 4.5 (Pilihan
pembiayaan untuk penerangan jalan yang efisien) dari laporan ini. Saat ini, belumlah tersedia kebijakanyang mendukung ESCO ikut serta dalam kontrak efisiensi energi dengan kota-kota.
4.9.3 Perancangan strategi peningkatan kesadaran dan kapasitas
Kota-kota merupakan pengambil keputusan yang terakhir dalam hal pemilihan teknologi tertentu untuk
operasionalisasi penerangah jalan. Beberapa faktor eksternal dan internal berdampak dpada
keputusan-keputusan ini. Serangkaian kegiatan peningkatan pengetahuan yang melibatkan berbagai
kelompok pemangku kepentingan yang berbeda dilaksanakan di seluruh Indonesai untuk jawab isu-isu
ini:
Seminar peningkatan kesadaran, pelatihan, dan kampanye bagi semua kelompok pemangkukepentingan termasuk pembuat kebijakan, pabrikan, pemasok, pemasang, pengguna akhir dan
masyarakat secara luas. Dengan mengedukasi masyarakat mengenai manfaat penerangan
jalan berbasis LED (penghematan energi, pembuangan akhir masa hidup yang aman
lingkungan, dampak rendah atas cahaya langit kota); permintaan positif atas teknologi ini
diciptakan, meskipun ada kekuatiran akan biaya modal dimuka yang tinggi.
Kursus edukasi jangka pendek, menengah dan panjang di tingkat universitas untuk
menciptakan professional yang dapat mendukung penggunaan dan pelaksanaan teknologi ini;
Menampilkan kota-kota yang dipilih dalam fase percontohan untuk menunjukkan teknologi LED
dan memantau kinerjanya;
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 134/145
122
Pengembangan pedoman nasional tentang praktik yang direkomendasikan, dan program
efisiensi percontohan terkait penerangan jalan LED; dan
Penyebarluasan terus menerus informasi baru kepada pemangku kepentingan diseluruh
Indonesia melalui program terfokus dan bersama yang dilaksanakan melalui sebuah
kementerian/departemen yang telah diidentifikasi. Program demikian ini harus didukung oleh
kerangka finansial, regulasi dan pemantauan untuk memfasilitasi penerangan jalan LED.
4.9.3.1 Program pelatihan, seminar dan kampanye:
Perlu menciptakan serangkaian program pelatihan, seminar, dan kampanye untuk kelompok-kelompok
sasaran yang berbeda di Indonesia untuk menggunakan berbagai manfaat yang berkaitan dengan
teknologi penerangan jalan LED. Berdasarkan diskusi dengan semua pemangku kepentingan yang
terkait, program-program ini harus secara jelas menjabarkan solusi-solusi untuk memitigasi halangan-
halangan yang teridentifikasi untuk penggunaan teknologi LED; TSU akan memimpin dalam
penyusunan program ini dan akan berkoordinasi dengan kementerian lain yang terkait untuk
melaksanakan program, seminar dan kampanye ini. Program-program ini akan disasarkan pada
kelompok-kelompok pemangku kepentingan yang tersebut dibawah ini:
Pembuat kebijakan dan pejabat pemerintah
Pabrikan tingkat nasional
Pemasok dan pemasang
Investor dan lembaga pembiayaan
Lembaga akademis dan penelitian
LSM Kota dan otoritas daerah
Kelompok masyarakat daerah dan warga
Tabel 30: Kelompok sasaran untuk pelatihan dan bidang fokus
Kelompok sasaran Bidang
Pembuat kebijakan dan pejabat
pemerintah
Informasi tentang manfaat sistem penerangan efisien
energi
Program dan kebijakan percontohan yang telah
membantu penghematan energi di negara lain.
Forum nasional, seminar dan lokakarya yang menjadi
wahana terbaik untuk penyebaran informasi bagi
kelompok ini.
Pabrikan tingkat nasional Informasi untuk meningkatkan kesadaran akan peluang
yang ada pada sistem penerangan efisien energi
Mengembangkan keahlian yang disyaratkan untuk
memungkinkan pabrikan daerah mengembangkan
fasilitas dan memasok bahan dan perlengkapan terkait
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 135/145
123
Seminar, program pelatihan dll. yang ditargetkan untuk
para insinyur dan teknisi di perusahaan-perusahaan,
yang berfokus pada standar perlengkapan yang relevan.
Pemasok dan pemasang Pelatihan tentang manfaat menggunakan sistem
penerangan efisien dari perspektif pengguna.
Informasi tentang spesifikasi ketentuan dan standar
produk-produk ini untuk meastikan pasokan
bahan/peralatan dengan kualitas yang diharapkan.
Program pelatihan jangka pendek, interaksi dengan
pabrikan dll dapat memberi manfaat.
Investor dan lembaga
pembiayaan
Informasi tentang peluang investasi dibidang ini.
Contoh finansial yang berhasil dapat dibahas bersama
mereka.
Webinars singkat dengan kelompok sasaran dapat
membantu mencapai hasil yang diharapkan.
Lembaga akademis dan
penelitian
Informasi mengenai penelitian baru dan pembangunan di
sektor ini di berbagai daerah di dunia.
Pelatihan mendalam bagi semua pemangku kepentingan
mengenai teknologi terbaru dengan bantuan para pakar
dapat berguna.
LSM Program pelatihan jangka pendek untuk menyebarkan
manfaat menggunakan penerangan efisien energi.
Kota dan Otoritas Daerah Informasi mengenai teknologi efisien energi yang
tersedia dan manfaat yang terkait dengannya.
Informasi mengenai pabrikan dan pemasok
barang/perlengkapan terkait yang memenuhi standar
internasional/ nasional yang telah ditetapkan di pasar
daerah
Informasi mengenai percontohan yang utuh, termasuk
teknologi yang sesuai, kerangka kebijakan, pembiayaan
dan operasional dan pemeliharaan sistem demikian,
yang memungkinkan pembuatan kebijakan pada otoritas
daerah pada aspek terkait.
Kelompok Masyarakat Daerah
dan Warga
Informasi umum tentang teknologi yang efisien energi
dan menghubungkannya dengan gambaran yang luas
tentang ketahanan energi.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 136/145
124
Peran mereka dalam menciptakan permintaan
penerangan efisien energi dapat dibahas selama
program pelatihan sedemikian
Menjawab halangan-halangan atas keberterimaan
teknologi penerangan efisien energi yang baru dan
keraguan terkait dengan penggunaannya.
4.9.3.2 Kursus tingkat sarjana muda dan universitas:
Sekolah tinggi dan universitas dapat memainkan peran yang besar dalam menciptakan kesadaran akan
tekonologi yang efisien termasuk penerangan jalan LED di Indonesia. Program pendidikan tertentu,
kursus jangka pendek/menengah/panjang mengenai teknologi efisiensi energi dapat diperkenalkan
untuk menyiapkan para professional masa depan untuk melaksanakan teknologi penerangan yang
efisien. Para dosen di universitas dengan keahlian di bidang terkait dapat menjadi bagian dari program
pelatihan untuk mengedukasi semua pemangku kepentingan. Lebih jauh universitas dan sekolah tinggi
di kawasan perkotaan dapat dimanfaatkan untuk memperlihatkan proyek percontohan penerangan jalan
LED. Lembaga-lembaga ini dapat diidentifikasi sebagai pilihan lokasi untuk melaksanakan program
pelatihan bagi masyarakat. KESDM dan unit pendukung teknis (TSU) dapat bekerja sama dengan
kementerian pendidikan dan sumber daya manusia untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.
4.9.3.3 Pelaksanaan proyek pilot dan percontohan:
Teknologi penerangan jalan LED masih berada di tahap baru lahir di Indonesia dan terutama kota-kota
tersebut belum siap mengadopsi teknologi tersebut secara lebih luas. Meningkatnya kraguan terkait
meakukan percobaan dengan teknologi yang baru ketika terdapat biaya dimuka yang tinggi terkait
dengan ini. Dalam skenario seperti ini, pelaksanaan proyek percontohan di lokasi-lokasi strategis di
kota-kota pilihan dapat sangat membantu menyelesaikan masalah ini. Kota Malang dengan bantuan
dari GIZ dan OSRAM telah melaksanakan satu proyek percontohan demikian di salah satu jalan utama
kota itu.
Usulan pendekatannya adalah bahwa kota-kota yang dipilih untuk fase percontohan NAMA SSLI dapat
digunakan untuk menampilkan manfaat-manfaat teknologi LED kepada kota-kota lainnya. Selanjutnya,
semakin banyak kota akan bergabung dengan NAMA selama fase peningkatan, dan hasil ini akan
digunakan untuk semakin memperluas pemakaian di fase transformasi.
4.9.3.4 Penyebarluasan informasi yang terus menerus dikalangan pemangku kepentingan:
Semua pemangku kepentinga yang teridentifikasi akan secara terus-menerus diinformasikan tentang
teknologi LED yang baru muncul dan ada, yang relevan dengan konteks Indonesia. Keuntungan-
keuntungan dalam menggunakan teknologi ini di kota-kota akan secara tetap ditekankan. Diseminasi
informasi harus menggunakan kanal multi-media yang efektif untuk menjawab berbagai kalangan
pemangku kepentingan- dan menciptakan infografis yang efektif untuk digunakan di media publik,
pesan-pesan yang disebarluaskan melalui kanal jaringan social media online, program sekolah yang
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 137/145
125
disasaar, diseminasi tingkat masyarakat melalui penyiaran publik dengan menggunakan selebaran
infomrasi dan bahan diseminasi lainnya. Salah satu tugas TSU menjadi pendisain dan pelaksanaan
program diseminasi informasi yang direncanakan di semua kota, dengan menggunakan beragam
bentuk media.
4.9.3.5 Peran Unit Pendukung Teknis (TSU):
TSU mampu mengkoordinir semua kegiatan peningkatan kesadaran untuk membantu pelaksanaan
penerangan jalan LED di Indonesia. Kegiatan-kegiatan yang diusulkan untuk TSU untuk peningkatan
kesadaran dan kapasitas adalah:
Perencanaan dan pengenalan upaya-upaya peningkatan kesadaran dalam NAMA SSLI.
Koordinasi, pemantauan dan evaluasi atas aktivitas peningkatan kesadaran yang sedang
berlangsung terkait pelaksanaan penerangan jalan LED di bagian lainnya di Kementerian
tersebut.
Mengembangkan dan menjaga database pemerintah daerah- sumber daya manusia – staff &
perwakilan terpilih dan fasilitas infrastruktur pelatihan di bidang efisiensi energi di tingkat daerah
dan propinsi.
Mengembangkan dan menjaga inventarisasi lembaga pelatihan/penelitian yang bekerja dalam
sektor efisiensi energi di Indonesia.
Membangun dan mengoperasikan sebuah perpustakaan elektronik (E-library).
Memberi saran pada KESDM pada tema-tema baru yang membutuhkan kegiatan peningkatan
kesadaran. Melaksanakan studi penelitian pada penerangan jalan LED dan publikasi laporan.
Kegiatan lainnya yang terkait dengan peningkatan kapasitas sesuai arahan KESDM.
5. Tindak lanjut dan Ringkasan Rekomendasi
Susunan kelembagaan
1. Unit Pendukung Teknis (TSU) didalam KESDM harus didirikan untuk memfasilitasi pelaksanaan
NAMA dan mengkoordinasi kegiatan dar semua lembaga yang terlibat. Bagian dari komponen
pendanaan hibah internasional harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan ini.
Kebijakan dan peraturan
2. KESDM akan berkonsultasi dengan PLN mengenai prosedur yang transparan dalam penghitungan
konsumsi listrik dari penerangan jalan yang efisien. Hal ini akan membantu mengurangi biaya
transaksi dan meningkatkan insentif bagi PJU untuk berinvestasi pada penerangan yang lebih
efisien. Dua jalur direkomendasikan- satu dengan dan meteran dan yang lainnya tanpa meteran.
3. KESDM akan mempertimbangkan untuk lebih memprioritaskan langkah yang cepat untuk
meterisasi menyeluruh pada penerangan jalan di kota-kota di Indonesia dengan menawarkan
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 138/145
126
fasilitasi dan/atau dukungan financial. Hal ini akan membantu mendorong kota-kota untuk berpindah
ke teknologi penerangan yang lebih efisien dan memastikan NAMA SSLI terlaksana dengan lebih
berhasil.
Data baseline
4. DIusulkan untuk lebih jauh menggali alasan-alasan ketidakcocokan antara penjualan energi yang
dilaporkan/ statistik konsumsi penerangan jalan nasional dan konsumsi listrik aktual, sehingga
baseline emisi yang akurat dapat ditetapkan.
5. Untuk sementar ini, direkomendasikan untuk menerapkan persyaratan pada kota-kota yang ingin
bergabung dengan NAMA SSLI dimana mereka setidaknya memiliki salah satu dari hal berikut:
a) Kota tersebut memiliki meteran yang terpasang untuk yang mencakup persentase minimum
muatan penerangan jalan (misalnya diatas 50%); atau
b) Kota tersebut telah melaksankan audit didalam kurun waktu minimum (misalnya, dalam tiga
tahun terakhir sebelum bergabung dengan NAMA).
6. Juga direkomendasikan bahwa baseline untuk masing-masing kota/kotamadya yang ikut dalam
NAMA SSLI di fase percontohan akan ditetapkan berdasar kota-per-kota dengan menggunakan
pendekatan berikut ini:
a) Untuk kota-kota dimana meterisasi pencakupan menyeluruh sudah dipasang atau akan
dipasang, direkomendasikan untuk menggunakan data meteran untuk penentuan baseline.
b) Untuk komponen konsumsi yang tidak diberi meteran (hingga 50%), gunakan pendekatan yang
dihitung seperti dijelaskan pada Bagian 4.6.2 (dimana persamaan pengurangan emisi dimasukkan
bersadarkan metodologi CDM AMS-II.L).
c) Ketika menerapkan pilihan b), pengurangan emisi yang dihitung sebelumnya (ex-ante) akan
diverifikasi setelahnya (ex-post) selama fase pemantauan, seperti dijelaskan pada Bagian 4.7.
Standar kinerja dan keselamatan
7. Konsensus dibutuhkan dari kementerian terkait termasuk KESDM, Kemenkeu, KemenPU, dan
Kemhub bersama dengan BSN untuk mengadopsi standar internasional yang ada (termasuk
standar IEC dan IES) atau standar dari negara-negara Asia yang sama seperti India. TSU
direkomendasikan memberi bantuan teknis kepada kementerian terkait untuk menetapkan standar
LED.
8. SNI 4 6973.2.3-2005 (Bagian 2.3 dari Lampu: Persyaratan khusus penerangan jalan). Standar ini
menetapkan standar luminaire untuk lampu lainnya. LED dapat ditambah sebagai addendum pada
standar ini.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 139/145
127
9. Direktorat Jenderal Bina Marga (Jalan Bebas Hambatan) dapat meminta Puslitbang meninjau
kembali standar keselamatan dan kinerja yang ada dan menambahkan standar khusus untuk
penerangan jalan LED.
10. Dokumen spesifikasi teknis rinci (dokumen bidding) mengenai pengadaan penerangan jalan LED
untuk semua jenis jalan dapat disusun oleh BSN.
11. Protokol pengujian, infrastruktur, laboratorium terakreditasi harus dibangun untuk memastikan
pengujian lampu LED sesuai standar teknis.
12. Nama pemasok/pabrikan yang mematuhi standar nasional harus ditulis dalam website pemerintah
sebagai referensi bagi para pengguna
13. Karena tidak tersedianya standar LED nasional, lampu-lampu jalan pintar lainnya seperti lampu
induksi dapat juga dipertimbangkan dalam NAMA
Pilihan pembiayaan
14. Memanfaatkan bantuan NAMA internasional bersama dengan sumber pendanaan dalam negeri
untuk memulai pelaksnaan NAMA SSLI. Pendanaan bantuan NAMA internasional yang diberikan
oleh hibah dari NAMA Facility atau sejenis dapat memberikan hibah sekitar 11,5 Dollar AS untuk
dikelola melalui ICCTF. Hal ini akan digunakan untuk investasi penggantian penerangan SSLI di 2-
4 kota sasaran dalam fase percontohan dari awal 2014 – pertengahan 2015.
15. Pendanaan tambahan sebesar 6-8 juta Dollar AS akan diupayakan untuk bantuan teknis, terutama
untuk pendirian dan operasional TSU untuk membantu pemerintah daerah dalam mengakses
pembiayaan dalam negeri melalui ICCTF, pinjaman dari PIP dan kemungkinan dari sumber lainnya.
16. Sebagai prioritas, pemerintah pusat akan mendorong pemerintah daerah untuk mengadakan
kontrak dengan ESCO dengan mereformasi kerangka regulasi.
17. TSU akan bekerja dengan PIP untuk memperlancar proses pengurusan pinjaman lunak dengan
pemerintah kotamadya dan propinsi. Pertimbangkan untuk memakai pinjaman PIP untuk menbantu
kota-kota membuat kesepakatan dengan ESCO.
18. Dalam fase peningkatan, dari pertengahan 2015 – akhir 2016, upayakan mencapai tambahan 208
kota yang bergabung dengan NAMA SSLI, yang terutama didukung melalui pinjaman PIP dan
pembiayaan ESCO. Dalam fase transformasi, dari awal 2017 hingga akhir 2019, menargetkan
tambahan 5-10 kota yang bergabung dengan NAMA SSLI yang didukung oleh pinjaman PIP,
pembiayaan ESCO sejauh mungkin. Segera setelah terpakai habis,akan dibutuhkan entah
pinjaman komersial ataupun sumber-sumber baru pembiayaan.
19. Dengan skenario ambisius tanpa sumber-sumber pembiayaan donor yang baru atau insentifkeuangan pemerintah pusat (seperti hibah DAK atau fasilitas pinjaman khusus untuk efisiensi
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 140/145
128
energi), NPV akan menjadi negatif pada 2024. Untuk menampilkan pilihan yang menarik secara
ekonomi bagi kotamadya, sumber-sumber pembiayaan NAMA tambahan akan dibutuhkan.
Contohnya, hibah kedua sebesar 11,5 juta Dollar AS selama masa transformasi akan
membangkitkan NPV positif. Donor internasional tetapi juga lembaga nasional, publik akan didekati
untuk memberi pembiayaan.
Pemasangan dan Pemeliharaan
20. Standar dan pedoman nasional pemasangan dan pemeliharaan harus ditegakkan di tingkat daerah
oleh pemerintah pusat. Selain itu, standar yang ada harus dilengkapi dengan standar tambahan
mengenai lampu jalan LED.
21. Terdapat kebutuhan yang besar untuk mengembangkan program peningkatan kapasitas dan
pelatihan bagi kelompok-kelompok sasaran agar mereka dapat lebih baik melaksanakan instalasi
dan pemeliharaan di dalam wilayah kota.
MRV
22. Kerangka MRV untuk NAMA SSLI dapat didasarkan pada kombinasi dua pilihan: 1) menggunakan
data meteran bilamana tersedia, yang mencakup lampu-lampu yang trpasang; dan 2)
menggunakan pendekatan yang dijelaskan dalam metodologi CDM AMS-II.L yang disetujui dimana
data meteran tidak tersedia untuk lampu-lampu yang terpasang. Kota-kota akan memanfaatkan
data meteran untuk pemantauan emisi dalam NAMA sedapat mungkin mengingat tingkat
meterisasi.
Peningkatan kesadaran
23. Kegiatan peningkatan kesadaran untuk penggunaan yang lebih luas lampu jalan LED oleh
pemerintah kota memerlukan upaya holistik dari berbagai tingkat pemangku kepentingan mulai dari
tingkat pemerintah pusat, propinsi dan daerah. Kegiatan-kegiatan yang tertulis pada bagian diatas
dapat dilaksanakan dengan cara fase setelah memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang harus
segera berhasil. Seminar, program pelatihan dan kampanye berperan lebih luas dalam melibatkan
berbagai tingkatan pemangku kepentingan dalam mengidentifikasi halangan-halangan dan
menghasilkan solusi logis untuk teknologi tersebut secara meluas di Indonesia.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 141/145
129
Lampiran 1 – Standar LED yang Diterbitkan IEC
A) Lampu
1) IEC 62031 Modul LED untuk Penerangan Umum- Spesifikasi Keselamatan
2) IEC / TS 62504 Penerangan Umum – Modul LED, Ketentuan dnan Definisi
3) IEC 62560 Lampu LED converter sendiri untuk GLS > 50V, Spesifikasi Keselamatan
4) IEC 62612 Lampu LED conventer sendiri untuk GLS >50V, Persyaratan Kinerja
5) IEC / PAS 62707-1 LED Binning – Bagian 1 Persyaratan Umum dan Jaringan Putih
6) IEC / PAS 62717 Modul LED untuk Penerangan Umum- Spesifikasi Kinerja
B) Topi & pemegang
1) IEC 60838-2-2 Beragam pemegang lampu - Bagian 2-2 Persyaratan khusus- konektor
untuk Model LED
C) Pelengkap Lampu
1) IEC 61347-2-13, Alat Pengendali Lampu Bagian 2-13: Persyaratan khusus untuk Alat
pengendali yang disuplai dc atau ac untuk Modul LED
2) IEC 62384 Alat Eletronic Yang Disuplai DC atau AC untuk Persyaratan Kinerja-ModulLED
3) IEC 62386-207 Interface Penerangan Digital yang Dapat dijawab Bagian 207: Persyaratan
Khusus untuk Alat Kendali – Modul LED (jenis alat 6)
D) Luminaire
1) IEC /PAS 62722-2-1 Kinerja Luminaire Bagian 2-1: Persyaratan Khusus untuk Luminaire
LED.
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 142/145
130
6. Referensi:
BAPPENAS (2012): A year in progress. RAN-GRK, Jakarta
BMU, DECC (2012): Germany and the United Kingdom launch "NAMA Facility" in Doha, available on:
http://www.bmu.de/en/bmu/press-and-speeches/current-press-releases/detailansicht-
en/artikel/germany-and-the-united-kingdom-launch-nama-facility-in-doha/ (download October 11,
2013)
bps (Badan Pusat Statistik; Bureau of Statistics Indonesia) (2013): Demographic statistics, available
on: http://www.bps.go.id/ (download October 11, 2013)
Differ Group, 2012: The Indonesian electricity system - a brief overview, available on:
http://www.differgroup.com/Portals/53/images/Indonesia_overall_FINAL.pdf (download October 11,
2013)
ESDM Energy statistics (2012): Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia, available on:
http://www.esdm.go.id/statistik/handbook/doc_download/1333-handbook-of-energy-a-economic-
statistics-of-indonesia-2012.html (downloaddownload October 11, 2013)
EU MRV CB/GIZ PAKLIM (2012): MRV on GHG inventory and Ran/RAD-GRK mitigation actions
(NAMAs), available at http://www.paklim.org/library/publications/?did=66 (download October 11, 2013)
Foreign market access report (2010): Indonesia, available on:
http://images.mofcom.gov.cn/gpj/accessory/201004/1271302252304.pdf (download October 11, 2013)
German Government (2013): International NAMA Facility General Information Document Status: 15
May 2013
GIZ PAKLIM (2012): Substitution of conventional street lighting with LED – an approach for RAD-GRKmitigation actions (NAMA), 2012, available on: http://www.paklim.org/library/publications/?did=80
(download October 11, 2013)
Government of Indonesia (2010): Second National Communication to the UNFCCC, available on:
http://unfccc.int/files/national_reports/non-
annex_i_natcom/submitted_natcom/application/pdf/indonesia_snc.pdf (download October 11, 2013)
Halonen, L.; Tetri, E., Bhusal P. 2010. Guidebook on energy efficient elelctric lighting for buildings.
http://www.ecbcs.org/ ISBN 978-952-60-3229-0 (pdf), IEA ECBCS,
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 143/145
131
Indonesian commercial newsletter, January 2012 (2012): Indonesian commercial newsletter, available
on: http://www.highbeam.com/publications/indonesian-commercial-newsletter-p509/january-2012
(download October 11, 2013)
Indonesian Commercial Newsletter (2012): The development of road infrastructure, available on:
http://www.datacon.co.id/Infrastructure-2012Road.html (download October 11, 2013)
IEA (2010): Chapter 5: Lighting technologies, in: Annex 45 – Guidebook on Energy Efficient Electric
Lighting for Buildings, Aalto University School of Science and Technology, Aalto, Finland
IISD (2012): A Citizens' Guide to Energy Subsidies in Indonesia, available on:
http://www.iisd.org/gsi/citizens-guide-energy-subsidies-indonesia (download October 11, 2013)
Jakarta Post (2010): Indonesia joins top rank of climate action leadership, available on:
http://www.thejakartapost.com/news/2010/03/23/indonesia-joins-top-rank-climate-action-
leadership.html (download October 11, 2013)
Jakarta Post (2012): Reformulating specific-purpose grants in budget policy, available on:
http://www.thejakartapost.com/news/2012/05/03/reformulating-specific-purpose-grants-budget-
policy.html (download October 11, 2013)
Kinzey, B.R., Myer, M.A. (2009): Demonstration Assessment of Light-Emitting Diode (LED) Street
Lighting on Lija Loop in Portland, OR, Final Report prepared in support of the U.S. DOE Solid-State
Lighting Technology Demonstration GATEWAY Program, Prepared for the U.S. Department of Energy
under Contract DE-AC05-76RL01830, Pacific Northwest National Laboratory, Richland, Washington
99352, USA
Lites.asia (2012): 5th Lites.asia workshop presentation, available on:
http://www.lites.asia/files/otherfiles/0000/0176/Hanoi_lites_asia_-
_master_presentation_Day_1_PM__final_.pdf (download October 11, 2013)
MEMR (2012): Emission factors, available on:
http://pasarkarbon.dnpi.go.id/web/index.php/dnacdm/read/23/updates-on-emission-factors-of-
electricity-interconnection-systems-2011.html (download October 11, 2013)
MoF (Ministry of Finance) (2012a): Instruments and Mechanisms for Financing of Greenhouse Gas
Emission Reduction Programs - In the land based sector, Jakarta
MoF (Ministry of Finance) (2012b): Indonesia’s first mitigation fiscal framework, Jakarta
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 144/145
132
Perspectives (2013): Development of a Smart Street lighting NAMA strategy. Report on 2nd Mission
26th August – 2nd September 2013.
PIP (2012): Kinerja Keuangan, available on: http://www.pip-indonesia.com/investment (download
October 11, 2013)
Presidential decree (Perpres) 61/2011, available on:
http://www.theredddesk.org/countries/indonesia/info/law/presidential_regulation_no_612011_regardin
g_national_action_plan_on_ghg_emission_reduction (download October 11, 2013)
PT Energy Management Indonesia (2007): Operating revenues for 2007, taken from Company Annual
Financial statement, 2011, available on:
http://www.energyservices.co.id/?do=Laporan%20Keuangan#main and in Bahasa:
http://www.energyservices.co.id/pages/labaRugi.pdf (download both October 11, 2013)
Purnomo, Agus (2013): Evolution of Indonesia’s climate change policy, Jakarta, available on:
http://de.slideshare.net/farhan.helmy/evolution-of-indonesias-climate-change-policy-from-bali-to-
durban (download October 11, 2013)
SNI (Standar Nasional Indonesia) (2008): Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan,
available on:
http://www.google.de/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CDAQFjAA&url=
http%3A%2F%2Fhubdat.dephub.go.id%2Fsni-bid-hubdat%2F1321-standar-nasional-indonesia-sni-
73912008-spesifikasi-penerangan-jalan-di-kawasan-perkotaan-
%2Fdownload&ei=5f9XUsGQPIqNtQa-
q4DoBw&usg=AFQjCNE0c3QLikDjo4TKAT4Zhcy4CDT6MQ&bvm=bv.53899372,d.Yms (download
October 11, 2013)
UNEP Risoe Centre (2012): Measuring Reporting Verifying: A Primer on MRV for Nationally
Appropriate Mitigation Actions, Roskilde
UNFCCC, CDM methodology AMS-II.L.: Demand-side activities for efficient outdoor and street
lightingtechnologiesVersion1.0, available on:
http://cdm.unfccc.int/methodologies/DB/V53UISEM035E08WWY2S5M3IHUEJYTU (download October
11, 2013)
UNFCCC 2013: Manual of the NAMA registry prototype Version of 30 April 2013.
UNFCCC, 2011a, Annex III/2
7/21/2019 GIZ - Smart Street Lighting - BAHASA
http://slidepdf.com/reader/full/giz-smart-street-lighting-bahasa 145/145
US Department of Energy (2013): Induction Lighting: An Old Lighting Technology Made New Again,
available on: http://energy.gov/energysaver/articles/induction-lighting-old-lighting-technology-made-
new-again (download October 11, 2013)
US Department of Energy (2012): Demonstration Assessment of LED Roadway Lighting. Published by
US DOE/Energy Efficiency & Renewable Energy.
USAID India (2010): Energy Efficient Street Lighting guidelines (Version 2.0), available on:
http://eco3.org/wp-content/plugins/downloads-
manager/upload/Energy%20Efficient%20Street%20Lighting%20Guidelines.pdf (download October 11,
2013)
World Bank (2005): ELECTRICITY FOR ALL: Options for Increasing Access in Indonesia, Jakarta
Zheludev, Nikolay (2007): The life and times of the LED — a 100-year history. Published in nature
photonics, Vol 1, April 2007.