GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
14
TEKNIK PENGOLAHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI BALAI
BENIH IKAN (BBI) KALEN KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN
LAMONGAN
Faisol Mas‘ud
Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Islam
Lamongan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan menerapkan teknik
pembesaran ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) serta mengkaji aspek finansial usaha
pembesaran lele dumbo. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Benih Ika Air Tawar di Kalen
Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan dan dilaksanakan selama dua bulan yaitu
bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2012. Metoda analisis data yang gunakan adalah
metoda survey dan observasi. Data yang diolah berupa data primer dan data sekunder
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan lele dumbo sudah baik.
Pertumbuhan panjang yang teramati adalah 0,4 cm/hari. Berat akhir yang dicapai adalah 72,8
gram yang disesuaikan dengan permintaan konsumen. Kualitas air media masih berada dalam
kisaran yang layak untuk budidaya ikan lele dumbo yaitu suhu 28 – 31 0C, pH 7,6 – 8 dan
DO 5,4 – 5,8 ppm. Kisaran kualitas air yang tidak fluktuatif ini dikarenakan pengelolaan air
media dilakukan dengan sistem air mengalir Panen dilakukan setelah ikan lele berumur 70
hari. Ikan lele yang dipanen di BBI Kalen mempunyai berat rata – rata 72,8 gram/ekor
dengan panjang 22,3 cm.Usaha budidaya ikan lele di BBI Kalen ini layak untuk diteruskan
berdasarkan kriteria B/C Ratio 1,504.
Kata Kunci : Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
15
I. PENDAHULUAN
Ikan lele (Clarias gariepinus)
merupakan salah satu komoditas air tawar
ekonomis penting dan sudah lama
dibudidayakan, serta cukup digemari
masyarakat. Ikan lele yang sudah banyak
dibudidayakan oleh masyarakat adalah lele
dumbo (Clarias gariepinus). Lele dumbo
walaupun bukan dari perairan Indonesia,
namun telah merebut pamor ikan lele lokal
karena mempunyai keunggulan yang
kompetatif (Prihartono et al., 2005).
Ikan lele dumbo ini berasal dari
benua Afrika dan pertama kali didatangkan
ke Indonesia pada tahun 1984. Kelebihan
tersebut diantaranya adalah
pertumbuhannya yang cepat serta memiliki
kemampuan beradaptasi terhadap
lingkungan. Oleh karena itu, selain
rasanya lezat, kandungan gizinya pun
cukup tinggi sehingga disukai berbagai
kalangan (BBAT, 2003/2004).
Permintaan ikan lele saat sekarang
ini terus meningkat dari tahun ke tahun
sebagai akibat meningkatnya jumlah
penduduk dan tingkat pendapatan
masyarakat, sedangkan produksinya masih
belum mencukupi permintaan pasar.
Dalam pemenuhan kebutuhannya,
diperlukan benih yang tersedia dalam
jumlah yang cukup dan tepat waktu serta
berkualitas. Saat itulah proses pembesaran
mulai dilakukan, yakni ada dua tahap
dalam pembesaran benih ikan lele bumbo
yaitu pembesaran dikolam dan di bak
pembenihan (Subandi, 2004).
Maksud dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui, menganalisis dan
menerapkan teknik pembesaran ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus) serta
mengkaji aspek finansial usaha
pembesaran lele dumbo.
II. METODE PENELITIAN
2.1. Waktu dan Tempat
Penelitihan ini dilaksanakan di
Balai Benih Ika Air Tawar di BBI Kalen
Kecamatan Kedungpring Kabupaten
Lamongan dan dilaksanakan selama dua
bulan yaitu bulan Januari sampai dengan
bulan Februari 2012.
2.2. Alat Peralatan teknis yang digunakan selama
penelitian No Jenis Alat Jumlah Spesifikasi Kegunaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Timbangan
panen
Timbangan
duduk
Thermometer
pH paper
DO meter
Kolam tanah
Ember
Gayung
Penggaris
Ayakan
Serok
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1
5 buah
1 buah
1 unit
1 unit
3 buah
Max load
200 Kg
Ketelitian
10 Kg
Alkohol,
ketelitian
10C
-
-
13 m x 10
m x 1 m
Plastik vol
15 liter
Plastik vol
1 liter
ketelitian
vol 0,5
mm
Diameter 1
inci
-
Menimbang
hasil panen
Menimbang
hasil
Sampling
dan pakan
Mengukur
suhu air
Mengukur
pH air
Mengukur
DO
Untuk
pemeliharaan
Wadah
pakan
Pemberian
pakan
Mengukur
panjang
tubuh ikan
Untuk
grading
Sampling
dan panen
2.3. Bahan
Bahan yang digunakan selama penelitian
No Bahan Spesifikasi Fungsi
1 Benih
lele
dumbo
Ukuran
benih 4-5
cm
Sebagai biota
penelitihan
2 Pakan
buatan
komers
ial
Ukuran PL
3, protein
yang
terkandung
30 – 32 %
Sebagai
pakan
3 Kapur Untuk
menaikan pH
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
16
dan untuk
pencuci
hamaan
2.4. Metoda
2.4.1. Metoda Pengumpulan Data
Metoda yang di gunakan dalam
pengumpulan data pada penelitian ini
adalah dengan metoda survey dan
observasi di BBI Kalen. Data yang diolah
berupa data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan
melaksanakan praktek dan mengikuti
semua kegiatan yang dilakukan karyawan
dan teknisi. Data sekunder juga diperoleh
melalui wawancara dengan semua pihak
terkait mengenai proses pemeliharaaan
ikan lele dumbo mulai persiapan hingga
panen. Data hasil pengamatan dianalisa
dan dijelaskan dengan berpedoman kepada
dasar teori, agar diperoleh kesesuaian dan
keterkaitan antara teori, agar diperoleh
kesesuaian dan keterkaitan antara teori
dengan kenyataan dilapangan, (Subandi,
2004).
Pengamatan dilakukan selama dua
bulan yang meliputi kegiatan persiapan
pemeliharaan, penebaran benih,
pengelolaan pakan, sampling
pertumbuhan, monitoring kesehatan,
pengukuran parameter kualitas air dan
pemanenan.
2.4.2. Metoda Kerja
Prosedur kerja dan data yang
diperlukan dalam penelitihan ini adalah
teknik pengolahan ikan lele yang meliputi
persiapan kolam, seleksi benih, jumlah
benih yang mau ditebar, pemberian pakan,
monitoring pertumbuhan, pengelolaan
kualitas air, penanggulangan hama dan
penyakit, panen dan pemasaran.
A. Persiapan kolam
Kegiatan persiapan pemeliharaan
dilakukan untuk menyediakan lingkungan
yang sesuai untuk pembesaran ikan lele
dan untuk mengeliminir organisme
patogen dari wadah dan media budidaya.
Persiapan ini dilakukan pada awal siklus
produksi yang dimulai dari kegiatan
perbaikan kolam, pengeringan,
pengapuran, pemasangan waring (screen)
pada pintu pengeluaran (out let), pengisian
air. Perbaikan kolam dilakukan sebelum
dilakukan penebaran persiapan kolam ini
tidak memakan waktu cukup lama yakni 4
hari dikarenakan kolam yang akan
digunakan sudah lama dikeringkan,
perbaikan ini hanya membalikkan dan
meratakan tanah dan pemasangan papan
monik dan saringan yang menggunakan
waring, saringan yang dibuat sedemikian
rupa seperti papan monik, yang berfungsi
untuk menjaga benih lele tidak dapat
keluar melalui saluran pengeluaran karena
di lokasi sistem pemeliharaan dengan cara
sisitem air mengalir.
Setelah pemasangan papan monik
pada saluran pengeluaran kemudian
melakukan pengapuran, pengapuran ini
dilakukan pada pagi hari, pengapuran
dilakukan dengan cara menebarkan dengan
rata keseluruh kolam yang berguna untuk
meningkatkan pH tanah. Selanjutnya
kolam dikeringkan kembali selama 2 hari
kemudian melakukan pengisian air pada
kolam pemeliharaan dengan ketingian air
± 50 cm.
B. Seleksi benih
Benih yang digunakan pada
pembesaran lele saat pengamatan berasal
dari usaha pembenihan rakyat (UPR).
Benih diseleksi dengan mengamati ciri –
ciri fisiknya yaitu: keseragaman ukuran,
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
17
ada atau tidaknya cacat/luka pada tubuh,
berat dan panjang benih, gerakan atau
aktivitas benih.
C. Padat tebar dan tingkat
kelangsungan hidup (SR)
Benih yang tiba segera
diaklimatisasi dalam kolam pemeliharaan
yang telah siap. Kantong benih dibiarkan
mengapung beberapa saat sampai terjadi
persamaan antara suhu kantong dan suhu
air kolam, hal ini ditandai dengan
terlihatnya uapan air yang menempel pada
dinding kantong. Berikutnya ikatan
kantong dilepaskan sambil memasukan air
kolam secara perlahan sampai suhu air
diangap sama.
Penebaran benih yang dilakukan
adalah 3120 ekor, dengan luas kolam yang
digunakan 130 m2. Padat tebar benih
dengan luas kolam tersebut adalah 24
ekor/m2. Untuk menghitung tingkat
kelangsungan hidup selama pemeliharaan,
dengan mengunakan rumus Efendi, (1979)
sebagai berikut.
Ket : Nt = Jumlah benih yang
hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah benih yang
ditebar (ekor)
D. Pengelolan pakan
Kegiatan yang dilakukan selama
praktek dalam pengelolaan pakan meliputi
menentukan jumlah pakan, waktu
pemberian pakan, cara pemberian pakan.
Untuk mengetahui tingkat efisiensi pakan
maka dilakukan penghitungan FCR (food
convertion ratio) dengan rumus Efendi
(2002), sebagai berikut :
E. Laju pertumbuhan harian
Untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan ikan lele yaitu dengan cara
melakukan sampling. Sampling dilakukan
satu minggu sekali dengan cara menyerok
ikan, selanjutnya ikan ditimbang lalu
dilakukan perhitungan berat dan
panjangnya, ikan yang sudah ditimbang
dan diukur panjangnya selanjutnya
dikembalikan ke kolam pemeliharaan.
Untuk perhitungan Laju
Pertumbuhan Harian disesuaikan dengan
pendapat Efendi (2002), dengan
menggunakan rumus :
Keterangan : DGR = Daily Grow Rate
(laju pertumbuhan harian)
AT1 = Rata-rata panjang
total akhir (cm)
AT2 = Rata-rata panjang
total awal (cm)
t = Waktu
pemeliharaan (hari)
Sedangkan pertumbuhan mutlak
ikan lele dumbo didasarkan rumus Efendi
(2002) :
Dimana;
Gm = Bobot mutlak (gram)
Wt = Bobot akhir (gram)
Wo = Bobot awal (gram)
Untuk perhitungan Laju
Pertumbuhan Berat Harian (%)
Jumlah Pakan yang Habis Digunakan FCR = ------------------------------------------------------------------------------
Biomassa Ikan yang Dihasilkan
DGR (cm/hari) = t
21
Gm = Wt – Wo
Nt Survival rate (SR) = 100%
No
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
18
disesuaikan dengan Efendi (2002), dengan
menggunakan rumus :
Ket :
LPBH = Laju pertumbuhan berat harian
Wo = Bobot rata–rata pada awal
pemeliharaan
Wt = Bobot ikan rata – rata hari Ke- h
h = Lama pemeliharaan
F. Pengukuran Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati
selama berlangsungnya pemeliharaan
meliputi suhu, pH dan DO.
Tabel : Pengukuran paremeter kualitas air
No Parameter Waktu
Pengamatan
1 Suhu 06.00, 11.00,
15.00 dan
22.00 WIB
2 pH 14.00 WIB
3 DO 08.00 WIB
a. Suhu
Kegiatan pengukuran pada
parameter suhu yang dilakukan pada
proses pembesaran ikan lele dumbo
meliputi :
Menyiapkan Thermometer alkohol dengan ketelitian 1
o C.
Mengukur suhu dengan frekuensi pengukuran setiap hari,
pengukururan dilakukan pada
pukul 06.00, 11.00, 15.00 dan
22.00 WIB.
Thermometer dicelupkan ke dalam
air dengan posisi tetap
menggantung pada tali yang
dipegang.
Thermometer dibiarkan beberapa saat hingga menunjukan skala yang
konstan.
Hasil yang tertera segera dicatat.
b. Derajat keasaman (pH)
Kegiatan pengukuran parameter pH
yang dilakukan pada proses pembesaran
ikan lele dumbo meliputi :
Menyiapkan pH paper dengan
ketelitian 1.
Mengukur pH dengan frekuensi pengukuruan dilakukan dua hari
dalam satu minggu, pengukuran
dilakukan pada pukul 14.00 WIB
Mencelupkan pH paper pada satu titik media pemeliharaan yaitu pada
badan air.
Mencatat data.
c. Oksigen terlarut (DO)
Kegiatan pengukuran parameter
DO (Oksigen terlarut) yang dilakukan
pada proses pembesaran ikan lele dumbo
meliputi :
Menyiapkan DO meter dengan
ketelitian 0,01 mg/l.
Mengukuran kandungan oksigen terlarut dengan frekuensi
pengukuruan satu hari dalam satu
minggu, dengan pengukuran pada
pukul 08.00 WIB
Menghidupkan DO meter dengan menggeser tombol ON pada alat
tersebut.
Mengkalibrasi skuid DO meter
terlebih dahulu hingga nilai dilayar stabil.
Memasukan nilai pada DO meter
Mencelupkan skuid DO meter pada satu titik media pemeliharaan yaitu
pada badan air.
Mencatat data yang tampil di layar DO meter hingga nilai yang tampil
pada layar tidak berubah sesaat.
Wt - Wox 100% LPBH = (Wt + Wo) x h 2
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
19
G. Panen
Kegiatan panen dilakukan pada
akhir masa pemeliharaan dengan
melakukan panen total. Prosedur kerja
pada proses pemanenan ikan lele dumbo
meliputi :
Membuang air dari petakan melalui saluran monik pengeluaran .
Membuka papan monik pengeluaran yang ada didalam
kolam atau petakan.
Mengambil ikan dengan mengunakan jaring atau alat
tangkap serok.
Mengangkat ikan lele dengan
menggunakan blong atau plastik
bekas benih
Membersihkan ikan dengan menggunakan air tawar dari
kotoran-kotoran yang masih
menempel pada tubuh ikan dan
diberi suplai oksigen yang cukup.
2.5. Metoda Analisa Data
Analisa data yang di lakukan
melalui kegiatan praktek langsung dan
pengamatan pada data, data yang di
analisis secara deskriptif dengan
membandingkan kegiatan praktek
langsung. Data yang di peroleh di jadikan
studi yang dibahas dengan hasil studi
pustaka sehingga diperoleh informasi yang
lebih baik serta dapat ditarik suatu
kesimpulan dalam laporan ini dan analisa
data kuantitatif.
Subandi (2004), analisa data
kuantitaif bertujuan untuk menganalisa
data menggunakan perhitungan. Rumus
penghitungan analisa finansial yang akan
digunakan adalah :
.
Ketarangan:
BEP = Tingkat produksi pada
titik impas
BT = Biaya tetap
BV = Biaya variabel
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. KEADAAN UMUM LOKASI
Balai Benih Ikan Sentral Air Tawar
terletak di Desa Kalen Kecamatan
Kedungpring Kabupaten Lamongan.
Batas-batas BBI Kalen adalah sebagai
berikut:
a. Selatan : Rumah Penduduk dan
persawahan .
b. Utara : rumah penduduk, warung dan
persawahan.
c. Barat : rumah penduduk dan warung-
warung kecil
d. Timur : Rawa dan persawahan luas
Kondisi lingkungan bersih dan
teratur hanya saja dalam ketersediaan air
masih kurang dan kwalitas air yang ada
kurang baik. Luas tanah 1.8 Ha (Bangunan
0.2 Ha, Kolam/ Tambak 1.5 Ha,
Reservior 0.1 Ha) Sumber Air adalah
Sumur Bor dan Waduk
Analisa laba-rugi (pendapatan) = Total
penjualan - Total biaya produksi
B/C ratio (Benefit-Cost Ratio) =
produksiBiaya
PenjualanHasil
Biaya tetap BEP = 1- Biaya variabel Penjualan
Biaya tetap BEP(unit) = (Harga jual per unit – Biaya variabel)
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
20
3.2 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2.1. Persiapan Kolam
Teknik pembesaran selama
pengamatan di Balai Benih Ikan Sentral
menggunakan kolam yang berdindingkan
beton yang dasarnya perairan lumpur
berpasir. Kolam pembesaran yang
digunakan untuk pembesaran ikan lele ini
memiliki ukuran 13 m x 10 m x 1 m
dengan bentuk kolam persegi. Ukuran
kolam pembesaran ini dapat dinyatakan
skala besar karena ukuran kolam ini sesuai
dengan pendapat Hernowo (2004) Lele
dumbo dapat dipelihara dengan pada
kolam berukuran 2 m x 3 m x 5 m (skala
kecil) dengan kedalaman 0,5 – 0,75 m dan
skala besar 100 – 200 m2. Hal ini juga
didukung oleh Suyanto (2006) bahwa
ukuran kolam pembesaran tidak tertentu,
namun perlu dikemukakan bahwa kolam
yang sempit lebih mudah mengawasinya
dari pada kolam yang besar.
Kahiruman dan Khairul Amri
(2005) menyatakan untuk pembesaran ikan
lele dapat dilakukan di beberapa tempat
tergantung dari situasi dan kondisi, seperti
kolam tanah, kolam yang dasarnya tanah
dengan dinding tembok atau kolam yang
semuanya ditembok.
Persiapan kolam yang dilakukan di
BBI Kalen untuk kegiatan budidaya
pembesaran ikan lele merupakan salah satu
tahapan yang sangat menentukan dalam
kegiatan suatu pembesaran ikan lele
dumbo. Persiapan kolam yang dilakukan
di BBI Kalen meliputi pengeringan,
pembalikan, pengapuran dasar tanah dan
pemasangan papan monik pada pintu
outlet.
3.2.1.Pengeringan
Pengeringan tanah dasar kolam
sudah lama dilakukan, hal ini dikarenakan
kolam untuk pemeliharaan sudah lama
tidak dipakai dan sudah kering dan
mengandung sedikit air, maka yang
dilakukan yaitu membersihkan kolam dari
kotoran atau sampah-sampah seperti daun
kering dan lumut. Kondisi dari tanah dasar
kolam yang sudah kering dan telah
dibersihkan dari sampah dan lumut.
Tanah dasar kolam yang telah
dikeringkan dibiarkan hingga tanah dasar
retak - retak hal ini bertujuan agar terdapat
pori – pori tempat masuknya udara
sehingga kandungan bahan-bahan organik
seperti Amoniak dan gas-gas beracun
lainnya dapat menguap dan dihilangkan
secara maksimal. Selain itu pengeringan
juga berfungsi untuk membunuh hama dan
bibit penyakit yang tertingal pada masa
pemeliharaan sebelumnya seperti parasit,
siput air, dan lain-lain.
Pengeringan kolam yang dilakukan
BBI Kalen sesuai dengan pendapat
Khairuman dan Khairul Amri (2005),
sebelum penebaran dilakukan kolam harus
dipersiapkan terlebih dahulu, kolam
dikeringkan beberapa hari sampai
permukaan dasar kolam retak – retak
tujuannya untuk membunuh hama atau
bibit penyakit yang ada dikolam tersebut
dan untuk memudahkan pengolahan tanah
dasar kolam.
3.2.2.Pembalikan Tanah
Permukaan tanah yang telah kering
langkah selanjutnya melakukan
pembalikan tanah dan meratakan tanah
dasar kolam dengan menggunakan alat
cangkul. Tujuan dari pembalikan tanah ini
untuk memperbesar persentase luas tanah
yang terkena kapur yang akan ditebar
sehingga tanah dapat lebih subur dan cepat
untuk pertumbuhan pakan alami. Hal ini
sesuai dengan pendapat Soetomo (2005)
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
21
yang menyatakan bahwa pengelolaan
tanah berguna untuk meningkatkan
kesuburan tanah yang akan meningkatkan
suburnya makanan alami bagi biota
nantinya terutama yang tumbuh pada
pelataran kolam maupun yang hidup dalam
air sebagai plankton.
Gambar : Kondisi kolam setelah dilakukan
pembalikan tanah
3.2.3. Pengapuran
Tanah dasar kolam yang sudah
dibersihkan, dikeringkan dan pembalikan
tanah dasar, langkah selanjutnya dilakukan
pengapuran. Jenis kapur yang digunakan
adalah jenis kapur pertanian (CaCO3)
dengan dosis 6,6 gr/m2, pengapuran
dilakukan dengan cara menebarkan kapur
dengan rata keseluruh dasar kolam.
Pengapuran ini bertujuan untuk
menormalkan pH air, menambah mineral
tanah dan memberantas hama dan
penyakit.
Keadaan ini sesuai dengan
pendapat Soetomo (2005) yang
menyebutkan bahwa kapur yang
digunakan untuk pengapuran kolam adalah
kapur pertanian. Apabila terdapat
perbedaan jenis kapur yang digunakan
maka hal tersebut disesuaikan dengan
kondisi tanah pada masing-masing lokasi
kolam karena kondisi tanah di setiap
daerah berbeda, sehingga perlakuan yang
diberikan juga berbeda, yang terpenting
adalah diperoleh kondisi tanah dasar
dengan pH sesuai dengan yang diinginkan
untuk budidaya ikan lele dumbo.
Setelah dilakukan pembersihan,
pengeringan, pembalikan dan pengapuran
pada kolam pembesaran kemudian
dilakukan perbaikan dan pemasangan
penyekat pada saluran pembuangan (out
let). Hal ini berguna sebagai sekat pintu
air, dan juga pemasangan waring sebagai
saringan agar benih ikan tidak keluar
terbawa arus.
3.2.4. Pengisian Air
Pengisian air dilakukan setelah
kolam benar – benar siap. Air yang
digunakan sebagai media pemeliharaan
yaitu air dengan sistem mengalir yang
berasal dari aliran Sungai Watervang.
Kolam pemeliharaan diisi air setinggi ± 50
cm dan diendapkan selama 2 hari yang
berguna untuk pertumbuhan pakan alami
pada air kolam pemeliharaan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Puspowardoyo
(2006) yang menyatakan pengisian air
dengan ketinggian air sekitar 50 – 60 cm
berguna untuk pertumbuhan pakan alami.
Gambar Kantor BBI Kalen
3.2.5. Pemeliharaan
a. Seleksi Benih
Dalam kegiatan pembesaran ikan
lele dumbo, benih merupakan sarana
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
22
produksi yang paling penting. Kualitas dan
kuantitas ikan yang dihasilkan tergantung
benih yang dipelihara. Oleh karena itu,
agar hasil dari kegiatan pembesaran
memuaskan maka benih yang dipilih
adalah benih yang unggul. Adapun ciri-ciri
benih yang dipilih oleh BBI Kalen adalah:
1. Mempunyai ukuran yang seragam yaitu 4 cm dengan
berat 1,7 gram/ekor
2. Sehat dan tidak cacat atau luka
3. Bergerak aktif dan lincah
Benih yang digunakan adalah
benih yang berasal dari unit pembenihan
rakyat, untuk BBI Sentral juga
memproduksi benih ikan lele dumbo
selama melakukan praktek binih yang ada
di BBI Kalen belum melakukan produksi.
Pemilihan benih yang diinginkan oleh
BBI Kalen ini sesuai dengan pendapat
Hernowo (2004) bahwa benih yang ditebar
adalah benih yang sehat dan tidak luka
atau cacat serta memiliki ciri yang khusus
yaitu kulit yang mengkilap dan gerakan
yang gesit.
b. Penebaran Benih
Penebaran benih baru dapat
dilakukan setelah dipastikan kolam
pembesaran benar-benar telah siap untuk
digunakan. Benih didatangkan pada sore
hari sehingga penebaran dilakukan pada
sore itu juga, karena suhu air pada sore
hari mulai rendah berkisar antara 27 - 28 0C. Tujuan dari suhu air yang rendah agar
benih ikan lele tidak mengalami stres pada
saat ditebarkan kedalam kolam
pemelihaan. Derajat keasaman pada air
merupakan faktor penentu baik atau
tidaknya pertumbuhan ikan lele nantinya
didalam kolam pemeliharaan.
Penebaran benih dilakukan dengan
cara aklimatisasi terlebih dahulu. Adapun
tahapan-tahapan yang dilakukan dari
aklimatisasi yang dilakukan di BBI Kalen
adalah sebagai berikut:
1. Benih yang baru datang dibuka
kantongnya lalu diletakkan kedalam
ember plastik untuk memastikan
benih tersebut masih dalam keadaan
sehat.
2. Ember plastik atau wadah benih
dimasukkan ke kolam dengan posisi
miring, kemudian ember plastik
benih didiamkan selama 5 – 10
menit agar suhu didalam ember
palstik sama dengan kolam.
3. Kemudian air kolam dimasukkan
sedikit demi sedikit ke ember plastik
agar ikan dapat beradaptasi dengan
air kolam dan menyesuaikan dengan
lingkungan.
4. Setelah beberapa menit dapat dilihat
benih sudah beradaptasi atau belum,
bila benih telah beradaptasi benih
dilepas dengan perlahan atau benih
ikan keluar dengan sendirinya.
Dari hasil aklimatisasi yang
dilakukan dilokasi penelitihan sudah baik.
Hal ini dari benih yang dapat
menyesuaikan dengan lingkungan yang
baru. Hal tersebut didukung oleh kualitas
air pada kolam pemeliharaan yang sudah
optimum, yaitu suhu 28 0C, pH 7,6 dan
DO 5,4 mg/l
Padat penebaran benih ikan lele
dumbo pada setiap kolamnya sekitar 24
ekor/m2 atau 3120 ekor/kolam dengan luas
kolam 130 m2. Dari hasil penebaran benih
untuk pembesaran lele dumbo BBI Kalen
dibawah padat tebar yang dilakukan
Suyanto (2006) yaitu luas kolam lebih
dari 120 m2
jumlah benih yang baik untuk
untuk ditebar sekitar 30 – 50 ekor/m2 .
Dengan demikian cara penebaran
benih yang dilakukan di BBI Kalen ini
sudah baik menurut Najiyati (2003),
ketahanan tubuh benih lele masih rawan
dan perubahan lingkungan yang sifatnya
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
23
mendadak berupa perubahan suhu,
kandungan oksigen, pH, atau sifat air yang
lain akan sangat mudah menyebabkan
benih stress dan mengalami kematian.
c. Asal benih
Benih yang ditebar dikolam
pembesaran berasal dari unit pembenihan
para petani yang berada di Desa Kalen.
Benih didatangkan melalui transportasi
darat dari unit pembenihan yang jaraknya
ke tempat pembesaran tidak terlalu jauh.
Lama perjalanan 1 – 11/
2 jam dengan
menggunakan sistem pengepakan dengan
kantong yang berisikan air dan oksigen.
Kondisi benih setelah sampai di BBI
Kalen dalam keadaan baik. Hal ini
didukung oleh benih yang dipilih adalah
benih yang unggul dan keadaan air serta
oksigen dalam kantong plastik masih
optimum.
d. Ukuran benih
Ukuran benih yang ditebar di
kolam pemeliharaan memiliki ukuran
berkisar antara 4 – 5 cm dengan berat rata-
rata 1,7 gram. Keadaan benih yang ditebar
tidak cacat dan sehat dengan gerakannya
yang lincah menurut Kahiruman dan
Khairul Amri (2005) bahwa sebelum benih
ditebar benih terlebih dahulu harus disortir
atau dipisahkan sesuai dengan ukurannya.
Biasanya benih yang siap ditebar untuk
pembesaran yang berukuran 5 – 7 cm/ekor.
3.2.6. Manajemen Pakan
a. Jenis Pakan
Jenis pakan yang digunakan untuk
pembesaran ikan lele dumbo di BBI Kalen
adalah pakan buatan. Pakan buatan yang
diberikan berupa pellet tenggelam. Pakan
tersebut memiliki kandungan protein yang
tinggi yaitu 30 - 32 %. Jenis pakan ini
digunakan karena ikan lele bersifat
demersal atau aktif didasar perairan dan
pakan diberikan kepada benih sesuai
dengan kebutuhannya.
Pemberian pakan dilakukan dengan
perlahan-lahan dan ditebar pada satu titik,
agar pakan yang diberikan tidak berlebihan
sehingga dapat merusak kualitas air
pemeliharaan.
Tabel Komposisi dari pellet yang
digunakan untuk pembesaran lele dumbo
Jeni
s
dan
uku
ran
pak
an
Kandungan yang terdapat
pada pakan induk lele
Prot
ein
(%)
Le
mak
(%)
Se
rat
(%
)
A
bu
(
%
)
Ka
dar
Air
(%)
PL
3
30-
32
3-5 4-
6
5-
8
11-
13
Komposisi pakan yang digunakan
untuk kegiatan pembesaran ikan lele
dumbo di BBI kalen sudah baik. Hal ini
dilihat dari kadar protein yang tinggi,
sehingga dapat mempercepat
pertumbuhan ikan lele dan mendukung
dalam kegiatan pembesaran ikan lele
dumbo.
Pakan yang diberikan pada benih
yang baru ditebar berupa pelet halus, pelet
direndam terlebih dahulu hingga menjadi
butiran halus, pemberian pakan yang
dihaluskan dilakukan selama 3 minggu
pemeliharaan. Setelah 3 minggu
pemeliharaan ikan diberikan pakan utuh
atau pakan yang tidak dihaluskan. Hal ini
dilakukan karena pakan telah sesuai
dengan bukaan mulut ikan yang dipelihara.
Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari
yaitu pada pagi hari sekitar pukul 07.00
WIB, sore pada pukul 17.00 WIB dan pada
malam hari pukul 22.00 WIB.
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
24
b. Cara Pemberian Pakan
Pemberian pakan yang dilakukan
selama pengamatan sampai sejauh ini
masih menggunakan cara manual yaitu
dengan cara ditebar. Pemberian pakan
dilakukan dengan cara menebarkan pakan
pada permukaan air sebanyak 30 % untuk
pagi hari, 30 % untuk siang hari dan 40 %
untuk malam hari. Penebaran pakan ini
dilakukan dengan cara sedikit demi sedikit
agar pakan yang ditebar tidak banyak yang
hanyut terbuang.
Menurut Najiati (2003) pemberian
pakan dengan cara menebarkan ke
permukaan bisa mengakibatkan kerugian
dan juga air menjadi kotor. Pemberian
pakan menurut Najiati (2003) yaitu
memasukan pakan kedalam kalo atau
ayakan, yakni saringan rapat yang terbuat
dari bambu atau plastik dan dengan
bantuan tali, ayakan yang sudah ada
pakanya dimasukan kedalam air sekitar 50
cm di bawah permukaan air.
c. Frekuensi Pemberian Pakan
Frekuensi pemberian pakan
dilakukan tiga kali sehari dengan dosis 3 –
12 % dari berat tubuh ikan dari awal tebar
sampai panen. Menurut Murhananto
(2002), cara pemberian pakan yang efisien
dapat dilakukan dengan menimbang berat
lele yang dipelihara. Jumlah pelet yang
diberikan sebaiknya tidak berlebihan
karena akan menyebabkan berkurangnya
kandungan oksigen pada air kolam. Lebih
baik lele kekurangan pakan dalam satu
hari dari pada berlebihan. Menurut
Hernowo (2004) pemberian pakan dapat
disesuaikan dengan berat ikan dan ukuran
ikan 6 – 8 cm dengan berat 30 gram /ekor
membutuhkan 5 % pakan sedangkan
ukuran ikan lebih dari 10 cm dengan berat
lebih dari 50 gr ikan membutuhkan pakan
3 – 5 % dari berat ikan
Frekuensi dan jumlah pakan yang
diberikan sesuai dengan padat penebaran
benih yang dipelihara selama dua bulan
pemeliharaan. Berat total pakan yang
digunakan selama pemeliharaan yaitu
245,7 kg untuk menghasilkan biomasa
akhir ikan sebesar 217,2 kg.
Pada minggu pertama, dosis pakan
yang diberikan sebesar 12 % dari berat
ikan , kemudian diturunkan menjadi 7 %
pada minggu ketiga dan diturunkan lagi
menjadi 5 % dan pada minggu keempat.
Di akhir pemeliharaan dosis pakan yang
diberikan 3 %.
Tabel Jumlah pakan yang diberikan dalam
pemeliharaan lele selama 9
minggu
Umu
r
pem
eliha
raan
(min
ggu)
Ber
at
rata
-
rata
(gr
am
)
∑
ika
n
(Ek
or)
Bio
ma
ssa
(kg
)
Do
sis
pak
an
(%)
Jumlah pakan
yang
diberikan(gram/h
ari)
Juml
ah
paka
n/
hari
(kg)
Jumlah
pakan/
minggu (kg) 07.
00
WI
B
17.
00
WI
B
22.
00
WI
B
1 1,7 31
20 5,3 12 210
21
0 210 0,63 4,41
2 4,3 31
10 14 7 326
32
6 326 0,98 6,86
3 10,
4
30
88 32 7 746
74
6 746 2,24 15,68
4 16,
8
30
79 52 5 866
86
6 866 2,60 18,2
5 24,
6
30
55
75,
1 5
125
0
12
50
125
0 3,75 26,25
6 32,
3
30
39
98,
1 5
160
0
16
00
160
0 4,9 34,3
7 40,
4
30
29
122
,3 3
120
0
12
00
120
0 3,6 25,2
7 49,
6
30
24 150 3
150
0
15
00
150
0 4,5 31,5
8 60 30
22
181
,3 3
180
0
18
00
180
0 5,4 37,8
9 71,
9
30
21
217
,2 3
210
0
21
00
230
0 6,5 45,5
TOTAL 35,5 245,7
d. Konversi pakan
Salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan lele adalah
efektivitas dan efisiensi pakan yang
digunakan selama pemeliharaan. Untuk
mengetahui baik atau tidaknya kualitas
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
25
pakan yang dihasilkan bagi pertumbuhan
dibutuhkan nilai konversi pakan. Semakin
baik nilai konversi pakan tersebut maka
pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan
untuk pertumbuhan ikan makin efisien.
Menurut Djajasewaka, (1995) Konversi
pakan atau FCR (Food Convertion Ratio)
merupakan perbandingan antara pakan
yang digunakan dengan daging ikan yang
dihasilkan.
Dari hasil praktek pembesaran ikan
lele dumbo di BBI Kalen, nilai konversi
yang didapatkan sesuai dengan Rumus
yang telah ditentukan oleh Efendi (2002),
adalah :
Jumlah Pakan yang Habis
Digunakan
FCR =
Biomassa Ikan yang Dihasilkan
245,7 kg
=
211,9 kg
= 1.15
Dari hasil FCR yang didapat sudah
optimal, dibandingkan dengan peryatakan
Hernowo (2004) pada pemeliharaan lele
konsumsi dikolam semen yang diberi
pakan berupa pellet dengan derajat
konversi 2 : 1, sekiranya 2 kg pakan yang
diberikan akan menjadikan pertambahan
berat 1 kg daging lele.
e. Penyimpanan Pakan
Penyimpanan pakan yang benar
sangat penting dilakukan, untuk menjaga
agar kualitas pakan tersebut dalam
keadaan baik. Di Balai Benih Ikan Sentral
pakan disimpan dalam ruangan khusus
yang yaitu gudang pakan,yang mempunyai
fentilasi udara yang cukup dan sinar
matahari tidak langsung masuk.
Banyaknya pakan yang disimpan dan akan
digunakan sudah di sesuaikan dengan
kebutuhan sehingga pakan yang disimpan
digudang tidak terlalu lama dan tidak
mengurangi kualitas pakan.
Penyimpanan pakan yang
dilakukan di BBI Kalen tidak lebih dari 3
bulan. Menurut Akiyama (2005), pakan
yang disimpan lebih dari 3 bulan akan
menurunkan kualitas dan nutrisi yang
terkandung didalam jenis pakan yang ada.
f. Monitoring Pertumbuhan
Tingkat pertumbuhan ikan lele
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain faktor genetik, faktor pakan serta
faktor lingkungan atau kondisi perairan
yang digunakan sebagai media
pemeliharaan ikan. Salah satu upaya yang
dilakukan untuk memperoleh pertumbuhan
ikan yang baik adalah dengan pengelolaan
atau manajemen pakan yang baik, yang
dimaksud adalah pemberian pakan yang
tepat dan sesuai dosis, jenis, nutrisi serta
waktu dan frekuensi pemberian.
Selama pemeliharaan,
pertumbuhan ikan diamati dengan cara
sampling. Sampling dilakukan setiap
minggu dengan cara menyerok ikan, yang
terlebih dahulu dikumpulkan dengan cara
diberi pakan pada satu titik. Ikan yang
diserok sekitar 1 Kg ikan. Hasil ikan yang
diserok terdapat beberapa ekor ikan lalu
jumlah ikan ini ditimbang dan dilakukan
pengukuran panjang dan berat ikan.
Tujuan dilakukannya sampling
untuk mengetahui kondisi serta
pertumbuhan ikan selama pemeliharaan
dua bulan dan juga untuk mengetahui
tingkat kelangsungan hidupnya (SR).
Sehingga hasil panen atau hasil
pemeliharaan terakhir (ouput) dan total
kebutuhan pakan dalam satu siklus dapat
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
26
diketahui dan dapat dipakai sebagai tolak
ukur keberhasilan pada siklus berikutnya.
Hasil dari pertambahan berat dan panjang
ikan lele dumbo selama pemeliharaan
dapat dilihat pada Gambar di bawah.
Gambar Pertumbuhan panjang rata-rata tubuh ikan
lele dumbo selama pemeliharaan.
Gambar diatas menunjukkan
perkembangan ukuran panjang ikan lele
dumbo selama dua bulan pemeliharaan
dari panjang benih diminggu pertama rata-
rata 4 cm menjadi 23 cm diakhir
pemeliharaan. Dari hasil pengamatan
pertumbuhan panjang ikan lele dumbo
selama pemeliharaan dapat diketahui laju
pertumbuhan harian ikan setelah dua bulan
pemeliharaan, yaitu :
DGR (cm/hari) = t
21
23 - 4
=
70
= 0,3 cm/hari
Hasil dari pengamatan berat ikan lele
dumbo selama dua bulan
Gambar Perkembangan berat tubuh ikan lele
selama dua bulan
Gambar diatas menunjukan
perkembangan berat ikan lele dumbo pada
awal pemeliharaan rata-rata 1,7 gram
menjadi 72,8 gram diakhir pemeliharaan.
Dari hasil pengamatan berat ikan setiap
minggunya, maka dapat berat mutlak dari
ikan lele dumbo per ekor selama dua bulan
pemeliharaan adalah :
Dimana; Gm = bobot mutlak (gram)
Wt = Bobot akhir (gram)
Wo = Bobot awal (gram)
Gm = Wt – Wo
= 72,8 gram – 1,7 gram
= 71,1 gram
Dilihat dari berat mutlak ikan per
ekor yang dihasilkan selama praktek
belum optimal. Hal ini tidak sesuai dengan
peryataan Hernowo (2004) pada benih
yang ditebar berukuran 5 - 8 cm dan
dipelihara selama 1 bulan bisa
menghasilkan ikan dengan berat 40 - 50
gr/ekor dan kemudian ikan ini besarkan
lagi selama 45 hari atau 2 bulan sehingga
ikan mencapai ukuran ikan seberat 100 -
125 g/ekor atau 8 - 10 ekor per kilogram.
Pemeliharaan ikan lele dumbo
yang dipelihara di BBI Kalen dengan berat
mutlak yang dihasilkan 71,1 gram/ekor
dengan waktu pemeliharaan selama dua
4 6
8,1 10,3
12,5 14,8
17 19,2
21,3 23
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pa
nja
ng
ra
ta-r
ata
(cm
)
Minggu ke-
Pengamatan pertumbuhan panjang benih lele dumbo
1,7 4,4 10,4 16,8 24,6 32,3 40,4 49,6 60 71,9
0
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Ber
at r
ata-
rata
(g
ram
)
Minggu ke-
Pengamatan berat benih lele dumbo
Gm = Wt – Wo
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
27
bulan dilakukan sesuai dengan permintaan
konsumen yaitu 12 - 14 ekor per
kilogramnya.
Kecepatan pertumbuhan mutlak
adalah perubahan ukuran baik berat atau
panjang yang sebenarnya diantara dua
umur atau dalam waktu satu tahun.
Umumnya kecepatan pertumbuhan mutlak
menurun apabila ikan makin bertambah
dewasa dalam Efendi (2002).
Berdasarkan hasil perhitungan
terhadap berat rata-rata ikan lele dumbo
setiap minggunya, maka diperoleh Laju
Pertambahan Berat Harian (LPBH) dalam
% dapat dilihat pada Tabel.
Tabel Laju pertambahan berat harian (%)
ikan lele dumbo
Minggu
ke- LPBH(%)
1 1,23
2 1,18
3 0,67
4 0,53
5 0,38
6 0,31
7 0,29
8 0,27
9 0,25
Gambar Laju Pertambahan Berat (%) Harian
ikan lele dumbo
Laju pertambahan berat harian
pada minggu pertama (1,23 %) dan
minggu kedua (1,18 %) mengalami
peningkatan yang cukup besar dibanding
minggu – minggu sebelumnya disebabkan
nafsu makan pada ikan yang sangat
meningkat, ikan juga sudah beradaptasi
dengan lingkungan pada kolam
pemeliharaan, dan ikan mulai aktif
gerakannya sehingga membutuhkan
makanan yang banyak.
Namun, pada minggu berikutnya
derajat pertambahan berat rata-rata ikan
menurun. Berdasarkan pengamatan, laju
pertambahan ikan lele dumbo sangat
ekstrim saat ikan masih berukuran benih
yaitu pada pengamatan minggu ke-1 dan
minggu ke-2, hal ini dikarenakan benih
lele masih mengkonsumsi pakan yang
digunakan untuk pertumbuhannya.
Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa pertumbuhan ikan lele dumbo
sudah baik. Hal ini dilihat dari
pertambahan panjang dan berat setiap
minggunya. Pertambahan panjang dan
berat ikan lele dumbo ini didukung oleh
pakan yang diberikan dan kualitas air yang
sudah optimal sehingga mendukung
kegiatan pembesaran ikan lele dumbo
selama pemeliharaan.
Selain pengamatan pertumbuhan
panjang dan berat ikan lele dumbo
dilakukan juga pengamatan terhadap
perkembangan populasi selama dua bulan
pemeliharaan. Hal ini juga dilakukan guna
menghasilkan data yang lebih akurat. Data
perkembangan jumlah ikan lele dumbo
selama dua bulan pemeliharaan dapat
dilhat pada Tabel.
Tabel Kelangsungan hidup ikan lele
dumbo selama dua bulan
pemeliharaan: Minggu
ke-
Jumlah
Ikan
(ekor)
Jumlah
Ikan
Mati
(ekor)
Mortalitas SR
(%)
1 3120 0 0 100
2 3110 10 0,4 99,6
1.231.18
0.67
0.53
0.380.31 0.29 0.27 0.25
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Minggu ke-
LP
BH
(%
)
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
28
3 3088 22 0,7 98,9
4 3079 9 0,3 98,6
5 3055 24 0,7 97,9
6 3039 16 0,5 97,4
7 3029 10 0,4 97
8 3024 5 0,1 96,9
9 3022 2 0,1 96,8
10 3021 1 0 96,8
Dari hasil diatas perkembangan
jumlah ikan selama 10 minggu
pemeliharaan, mortalitas yang dihasilkan
sebesar 3,2 % dan SR (Survival Rate) 96,8
%. Pada minggu ke-5 angka kematian ikan
lele dumbo tertinggi setelah minggu ke-3.
Hal ini dikarenakan pada waktu itu terjadi
curah hujan yang tinggi sehingga
membawa dampak pencemaran
lingkungan perairan akibat proses
turbulensi sampah dan bahan organik yang
menyebabkan keruhnya perairan. Hal
tersebut sesuai dengan Efendi (2002)
faktor makanan dan penyakit juga akan
menghambat kecepatan pertumbuhan
sehingga berjalan dengan lambat.
Kelangsungan hidup diperoleh
selama pemeliharaan dengan cara
menghitung jumlah ikan lele dumbo pada
awal dan akhir pemeliharaan dengan
menggunakan rumus (Efendi, 2002),
sebagai berikut :
Keterangan :
Nt = jumlah benih akhir
(ekor)
No = jumlah benih awal
(ekor
Hasil dari perhitungan pada
kelangsungan hidup untuk pemeliharaan
pembesaran ikan lele dumbo selama 59
hari masa pemeliharaan di Balai Benih
Ikan ini adalah :
SR = (3120/3021) x 100 %
= 96,8 %
Tingginya derajat kelangsungan
hidup benih ini disebabkan karena selama
pemeliharaan, ikan diberikan pakan secara
teratur dan kualitas air yang sangat baik
sehingga mendukung dalam keberhasilan
dari suatu kegiatan pembesaran.
g. Kualitas Air
Pengelolaan air berpengaruh besar
terhadap pemeliharaan ikan. Pengelolaan
air dilakukan dengan mengamati kualitas
air di kolam pemeliharaan. Data kualitas
air yang diamati selama penelitan adalah
suhu, pH dan DO karena keterbatasan alat
yang ada di BBI Kalen. Selama
pengamatan setiap harinya didapatkan
kisaran nilai kualitas air yang dapat dilihat
pada Tabel.
Tabel Data pengamatan rata-rata kualitas
air pada kolam pembesaran
Waktu
Pengamatan
(Pukul)
Suhu
(0C)
pH DO
mg/l
06.00 26 7 5,3
11.00 31 7,5 5,4
15.00 28 8 5,6
22.00 25 7 5,2
Dari hasil pengamatan kualitas air
selama pemeliharaan sudah optimal, hal
ini sesuai dengan pendapat Soetomo
(2005), bahwa suhu air yang optimal
dalam pemeliharaan bibit ikan secara
intensif adalah 25 – 30 0C, sedangkan suhu
yang optimal untuk pertumbuhan benih
ikan lele berkisar 26-30 0C. Untuk pH
untuk perkembangan ikan lele yang baik
7,5-8,5, sedangkan kandungan oksigen
terlarut yang optimal adalah 5 ppm dan
lebih baik 7 ppm.
Berdasarkan literatur berarti
pengelolaan kualitas air untuk suhu dan
pH dalam kolam pemeliharaan untuk
pembesaran sudah cukup optimal. Ini
SR = (Nt/No) x 100 %
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
29
disebabkan karena kolam pemeliharaan
ikan lele dumbo berada di tempat terbuka
dan mengunakan sistem air mengalir
sehingga mudah dikontrol.
Dari hasil pengamatan kualitas air
di kolam pembesaran lele pada minggu ke
– 7 mengalami perubahan pada siang dan
sore hari yang mengalami kenaikan suhu
dan pH karena cuaca pada saat itu
kemarau, pada saat itu keputusan yang
diambil membuka pipa paralon pada
saluran pemasukan (inlet) yang berguna
untuk mensirkulasi air yang ada.
h. Hama dan Penyakit
Salah satu faktor yang dapat
merugikan dalam usaha pembesaran yaitu
terdapatnya hama dan penyakit. Faktor ini
dapat mengganggu kehidupan ikan bahkan
dapat menyebapkan kematian ikan lele
dumbo. Dalam pemeliharaan ikan lele
dumbo di BBI Kalen tidak terdapat hama
yang menyerang pada kolam pembesaran
ikan lele, karena lingkungan pematang
kolam setiap minggunya dibersihkan
dengan memotong rumput dan
membersihkan air kolam dari sampah daun
kering dan kantong plastik.
Di BBI Kalen tidak terdapat
adanya penyakit yang menyerang ikan
lele, adapun yang menyebabkan ikan lele
mati dikarenakan tidak sesuainya padat
tebar benih dengan luas kolam sehingga
mengakibatkan pakan yang diberikan tidak
merata. Hal ini menyebabakan sebagian
benih susah mendapatkan makanan dan
daya tahan tubuh benih menjadi lemah.
Hal ini terlihat dari minggu ke 3 dan
minggu ke 5 dimana adanya penurunana
pertumbuhan pada ikan lele dumbo selama
masa pemeliharaan.
Kahiruman dan Khairul Amri
(2005), penyakit dapat diartikan sebagai
organisme yang hidup dan berkembang
didalam tubuh ikan lele. Jika salah satu
sebagian organ terinfeksi akan
mengganggu keseluruh jaringan tubuh
ikan lele. selama masa pemeliharaan.
Pembesaran ikan lele dumbo di BBI
Sentral ikan yang mati bukan diakibatkan
dari penyakit melainkan akibat dari
kanibalisme yaitu ikan yang lebih kecil
dimakan oleh ikan yang lebih besar
ukuranya.
i. Pemanenan
Panen dilakukan pada sore hari
agar ikan tidak mengalami strees atau
lemah. Pemanenan dilakukan dengan cara
panen total yaitu ikan diambil semua dan
tidak melakukan penyortiran dikarenakan
ikan ini akan ditampung oleh pembeli.
Langkah-langkah pemanenan ikan lele
dumbo yang dilakukan di BBI Kalen yaitu
mengeringkan kolam, mengambil ikan
dengan menggunakan serok kemudian
menampung ikan ikan didalam keranjang
(rege) lalu menimbangnya. Setelah ikan
ditimbang ikan dimasukan kedalam bak
plastik atau fiber berdiameter 150 cm
dengan tinggi 84 cm.
Cara pemanenan yang dilakukan di
BBI Kalen sudah cukup baik Pemanenan
yang dilakukan sesuai dengan pendapat
Puspowardoyo (2006) yang menjelaskan
bahwa panen lele dumbo sebaiknya
dilakukan secara keseluruhan. Caranya air
dikeluarkan atau dikuras melalui saluran
pembuangan atau dengan cara disedot
dengan pompa air. Menurut Kahiruman
dan Khairul Amri (2005), cara pemanenan
yang baik dan sesuai dengan dianjurkan
akan menghasilkan lele dumbo yang
berkualitas baik pula, yakni lele dalam
kondisi hidup, tidak cacat dan tidak luka –
luka.
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
30
Hasil akhir penimbangan ikan
selama pemeliharaan selama 59 hari
dihasilkan panen sebesar 217,2 kg.
Pemanenan dilakukan secara total setelah
lele mencapai 14 ekor/kg atau berat ikan
mencapai 72,8 gram/ekor dengan panjang
22,3 cm. Hal ini dimaksudkan karena ikan
sudah mencapai ukuran konsumsi dan
ukuran ini sangat diminati oleh konsumen
terutama pedagang dan rumah makan.
j. Pemasaran Daerah pemasaran untuk ikan lele
dumbo hasil produksi di Balai Benih Ikan
Kalen terjadi secara bebas dengan
penentuan harga dilakukan setelah para
pedagang datang ke lokasi budidaya. Hasil
panen dari kolam pemeliharaan ditampung
ditempat penampungan yang ada. Cara
pemasaran yang dilakukan di BBI Kalen
sesuai dengan cara Subandi, (2004) yaitu
ikan lele dumbo yang dijual dari BBI
Kalen ke konsumen melalui dua tahapan
yaitu dengan cara tahap persiapan
penjualan dan tahap penjualan itu sendiri.
Pemasaran ikan lele dumbo dijual
dengan harga jual yang diberikan pihak
Balai kepada pedagang sebesar Rp. 8.000,-
/kg, dengan persyaratan ikan tidak diantar
oleh pihak Balai. Jika pihak pembeli mau
diantar ke lokasi pemasaran harga jual
lebih tinggi. Tingginya harga jual ikan
yang diantarkan ke lokasi pemasaran yang
dilakukan pihak Balai didasarkan adanya
jasa pengantaran dan biaya bahan bakar
yang digunakan selama pengantaran ke
lokasi penjualan.
Transportasi yang digunakan
adalah transportasi darat dengan mobil
box. Harga yang dibayar konsumen
berbeda jauh, yaitu Rp. 11.000,-/kg. Hal
ini dilakukan oleh para pedagang untuk
mengambil keuntungan, karena dari
tempat pengambilan ikan ke penampung
membutuhkan biaya.
3.3. Analisis Finansial Pembesaran
Analisis finansial dilakukan
terhadap data yang diperoleh dari usaha
pembesaran yang dilakukan oleh petani di
sekitar lokasi penelitian.
Adapun hasil yang didapat adalah sebagai
berikut :
3.3.1. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang
dikeluarkan pada saat dimulainya
produksi. Biaya investasi untuk memulai
usaha pembesaran lele dumbo saat diamati
selama penelitian adalah sebesar Rp.
10.155.000.,-. Biaya ini digunakan untuk
penyediaan sarana dan pasarana yaitu
menyediakan kolam yang berukuran 10 x
10 x 1 m. Menurut Riyanto (1995) biaya
investasi merupakan modal yang harus
disediakan untuk mengadakan materi atau
peralatan yang sifatnya fisik, yaitu
nantinya modal tersebut akan terikat aset.
3.3.2. Biaya Operasional
Biaya operasional ini terdiri dari
biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel
(variabel cost). Menurut Husnan et al.
(1999), berdasarkan fungsinya biaya
operasional dibagi menjadi dua yaitu
Biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya Tetap (fixed cost)
Menurut Husnan et al. (1999) biaya
tetap adalah biaya yang tetap dan tidak
berubah meskipun unit produksi yang
dihasilkan mengalami perubahan. Dari
hasil perhitungan biaya tetap adalah Rp.
4.200.000,- Biaya Variabel
Menurut Husnan et al. (1999)
bahwa biaya variabel adalah biaya yang
dapat berubah apabila unit yang dihasilkan
berubah. Dengan hasil yang diperoleh
adalah Rp. 6.436.000,-
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
31
Penjualan
Ikan lele dumbo yang dihasilkan
dari usaha petani sekitar sebanyak 500 Kg
x @ Rp. 8000,-/Kg = Rp. 4.000.000,-
(persiklus), 1 tahun (4 siklus) 2000 kg x
@ Rp. 8000,-/Kg = Rp. 16.000.000,-.
3.3.3. Analisis Laba Rugi
Perhitungan laba rugi dilakukan
dengan cara mengurangi pendapatan
dengan total biaya. Dari data diatas, maka
dapat dihitung laba rugi operasional. Jadi,
laba bersih dari UPR untuk setiap
tahunnya yaitu:
Rp. 5.364.000, – Rp. 536.400= Rp.
4.827.600
3.3.4. Analisis Titik Impas
Analisis titik impas digunakan
untuk menentukan jumlah penjualan
minimum agar tidak rugi. Untuk
menentukan BEP ada beberapa hal yang
harus diketahui yaitu biaya atau modal
(baik itu modal tetap atau variable) harga
jual dan tingkat produksi (Rahardi et all,
1993).
Biaya tetap
lele dumbo sudah baik. Pertumbuhan
panjang yang teramati adalah 0,3 cm/hari.
Berat akhir yang dicapai adalah 72,8 gram
yang disesuaikan dengan permintaan
konsumen. Kualitas air media masih layak
untuk budidaya ikan lele dumbo yaitu suhu
28 – 31 0C, pH 7,6 – 8 dan DO 5,4 – 5,8
ppm. Kisaran kualitas air yang tidak
fluktuatif ini dikarenakan pengelolaan air
media dilakukan dengan sistem air
mengalir. Kematian ikan selama
pemeliharaan diduga disebabkan oleh sifat
kanibalisme dimana ikan yang kecil
dimakan oleh ikan yang berukuran lebih
besar. Usaha budidaya ikan lele di BBI
Kalen ini layak untuk diteruskan
berdasarkan kriteria B/C Ratio 1,504.
3.2. Saran
Padat penebaran sebaiknya
disesuaikan dengan ukuran kolam agar
pemberian pakan dapat diberikan dengan
merata dan mengurangi kanibalisme.
Perlunya alat berupa teskit untuk
pengamatan parameter NO2 dan NO3 dan
NH3. Tingkat kepadatan penebaran perlu
ditingkatkan agar mendapat hasil panen
yang lebih optimal.
Rp. 4200000,-
BEP dalam Rupiah (q) = ------------------------------
Rp. 6.436.000,-
1 -- -----------------
Rp. 16.000.000,-
= Rp. 7.026.348,-
Biaya tetap
BEP dalam unit = Harga jual/unit – Biaya variabel/unit
Rp. 4200000,-
=
Rp. 8.000,- -- Rp. 6.436.000,
2000 kg
= 878,29 kg
GROUPER FAPERIK ISSN 2086-8480
32
DAFTAR PUSTAKA
Akiyama, D.M.. 2005. Sustainable Shrimp
Production Technology
(Disampaikan Dalam Seminar
Science And Entertainment di
Sekolah Tinggi Perikanan). Jakarta.
Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi.
2003/2004. Informasi Teknik
Perikanan. Percetakan Pelangi.
Djajasewaka,H.1995. Pakan ikan. CV.
Yasaguna. Jakarta
Efendi, M.I. 2002. Biologi Perikanan.
Yayasan Pustaka Nusantara.
Bogor.
Husnan dan Soewarsono. 1999. Studi
Kelayakan Proyek. Penerbit dan
percetakan (UPP) AMP KPN,
Yogyakarta.
Hernowo, 2004. Pembenihan dan
Pembesaran Lele di Pekarangan,
Sawah dan Longyam. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Khairuman dan Khairul Amri. 2005.
Budidaya Lele Dumbo Secara
Intensif. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Murhananto. 2002. Pembesaran Lele
Dumbo di Pekarangan. Penerbit
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Najiyati S. 2003. Memelihara Lele Dumbo
di Pekarangan. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Prihartono Eko, Juansyah Rasidih dan
Usni Arie. 2005. Mengatasi
Permasalahan Budidaya Lele
Dumbo. Penebar Swadaya. Jakarta.
Puspowardoyo, H . 2006. Pembenihan dan
Pembesaran Lele Dumbo Hemat
Air. Kanisius. Yogyakarta.
Rahardi F, Kristiawati dan Nazarudin.
1993. Agribisnis Perikanan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
.
Suyanto. 2006. Dasar Penyusunan
Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta.
Soetomo, M. 2005. Teknik Budidaya Lele
Dumbo. Sinar Baru Algensindo.
Bandung.
Subandi M. 2004. Panduan Menghitung
Biaya Usaha Lele Dumbo. Penebar
Swadaya. Jakarta.