ii
HUBUNGAN ANTARA JUMLAH NEUTROFIL DAN
MONOSIT DENGAN TINGKAT MORTALITAS PADA
PENDERITA STROKE ISKEMIK
MAN JUDUL
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Diajukan Oleh :
ODI PURWAKA JAYA
J500 140 111
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN ANTARA JUMLAH NEUTROFIL DAN MONOSIT
DENGAN TINGKAT MORTALITAS PADA PENDERITA STROKE
ISKEMIK
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
ODI PURWAKA JAYA
J500 140 111
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen
Pembimbing
dr. Iwan Setiawan, Sp. S, M.Kes
NIK: 110.1647
ii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA JUMLAH NEUTROFIL DAN MONOSIT
DENGAN TINGKAT MORTALITAS PADA PENDERITA STROKE
ISKEMIK
oleh:
ODI PURWAKA JAYA
J500 140 111
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari …………….., ……………..………. 2018
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Nama : dr. Safari Wahyu Jatmiko, M.Si.Med (..............................)
(Ketua Dewan Penguji)
Nama : dr. Sahilah Ermawati, Sp.M (..............................)
(Anggota I Dewan Penguji)
Nama : dr. Iwan Setiawan, Sp.S, M.Kes (...............................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan
Prof. Dr. dr. EM Sutrisna, M. Kes
NIK: 919
iii
PERNYATAAN
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan sayapertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, …….Januari 2018
Penulis
ODI PURWAKA JAYA
J500140111
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
1
HUBUNGAN ANTARA JUMLAH NEUTROFIL DAN MONOSIT
DENGAN TINGKAT MORTALITAS PADA PENDERITA STROKE
ISKEMIK
Abstrak
Stroke merupakan sindrom dengan manifestasi klinis yang berkembang cepat dan
dapat menimbulkan gangguan fungsional otak lebih dari 24 jam. Gambaran
patologi iskemia pada stroke dapat menimbulkan infiltrasi leukosit yang dapat
mempercepat dan memperluas infark. Peningkatan jumlah neutrofil dan monosit
dapat menimbulkan prognosis yang buruk hingga kematian. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi adanya hubungan antara jumlah neutrofil dan monosit
dengan tingkat mortalitas pada pasien stroke iskemik. Jenis penelitian ini bersifat
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak
146 sampel terdiri dari 73 pasien hidup dan 73 pasien meninggal dunia yang
diambil dengan teknik consecutive sampling. Sampel penelitian berupa data rekam
medis pasien stroke iskemik lengkap dengan hasil hitung jenis leukosit dan status
mortalitas pasien. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square dilanjutkan uji
regresi logistik dengan software analisis komputer. Hasil uji chi-square hubungan
antara jumlah neutrofil dengan tingkat mortalitas menunjukkan p=<0,001 dan
RP=2,353 dan hubungan antara jumlah monosit dengan tingkat mortalitas
menunjukkan p=0,002 dan RP=1,985. Maka secara statistik hipotesis penelitian ini
diterima dan memiliki hubungan (p=<0,05). Hasil uji regresi logistik peningkatan
neutrofil p=< 0,001 dan peningkatan monosit p=0,001. Nilai probabilitas 69,2%.
Terdapat hubungan antara jumlah neutrofil dan monosit dengan tingkat mortalitas
pada penderita stroke iskemik.
Kata Kunci : Neutrofil, Monosit, Stroke Iskemik, Mortalitas
Abstract
Stroke is a syndrome with rapidly growing clinical manifestations and may cause
functional brain disorders lasting more than 24 hours. The description of ischemic
pathology in stroke can lead to leukocyte infiltration that can accelerate and extend
infarction. An increase in the number of neutrophils and monocytes can lead to a
poor prognosis until death. This study aims to identify the relationship between the
number of neutrophils and monocytes with mortality rates in patients with ischemic
stroke. This research type is analytic observational with cross sectional approach.
The number of samples used as many as 146 samples consisted of 73 live patients
and 73 patients died with consecutive sampling technique. The sample of research
is medical record of ischemic stroke patient complete with leukocyte count and
patient mortality. Data were analyzed using Chi-Square test followed by logistic
regression test with computer analysis software. The chi-square test of the
relationship between neutrophil count and mortality rate showed p=<0.001 and
RP=2.353 and the relationship between monocyte count and mortality rate showed
p=0.002 and RP=1.985. So statistically this research hypothesis accepted and have
relationship (p=<0,05). Result of logistic regression test increase of neutrophil
p=<0,001 and increase of monocyte p=0,001. Probability value 69.2%. There is a
2
relationship between the number of neutrophils and monocytes with mortality rates
in patients with ischemic stroke.
Keywords: Neutrophil, Monocyte, Ischemic Stroke, Mortality
1. PENDAHULUAN
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis
yang berkembang dengan cepat. Gejala yang ditimbulkan berupa gangguan
fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam
(kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian). Penyebabnya tidak
disebabkan oleh sebab lain selain penyebab vaskuler (Gofir, 2011).
Setiap tahun 15 juta orang di dunia terkena penyakit stroke, 5 juta dari
yang terkena meninggal dunia dan 5 juta lainnya mengalami kelumpuhan
permanen (World Health Organization, 2010). Prevalensi stroke berdasarkan
diagnosis dokter di Indonesia mengalami peningkatan dari 8,3% pada tahun
2007 menjadi 12,1 % pada tahun 2013. Di provinsi Jawa Tengah, stroke juga
mengalami peningkatan yang cukup menonjol yaitu 7,9 % (dari jumlah
penduduk) pada tahun 2007 menjadi 12.2 % pada tahun 2013. Prevalensi
stroke iskemik di Jawa Tengah pada tahun 2012 adalah sebesar 0,07 lebih
rendah dibanding 2011 (0,09%) dari 33.270.207 jiwa (Kementrian Kesehatan
RI, 2014).
Gambaran patologis iskemia dapat menginduksi neuroinflamasi
menimbulkan infiltrasi leukosit dari sirkulasi darah yang dapat mempercepat
dan memperluas infark (Kim, et al., 2016). Pasien dengan angka lekosit yang
tinggi yang diregulasi saat terjadi neuroinflamasi memiliki outcome fungsional
neurologis yang berat, memperluas volume lesi, meningkatkan lama masa
rawat inap dan dikaitkan dengan mortalitas jangka panjang (Smedbakken, et
al., 2011; Gofir & Indera, 2014; Hamzah, 2015). Sebaliknya, menurut
Irmanesh, et al. (2014) angka leukosit tidak memiliki nilai prediktif terhadap
mortalitas pasien stroke iskemik di rumah sakit. Monosit menimbulkan
prognosis yang buruk dikaitkan dengan respons bawaan dan aktivasi platelet
(Urra, et al., 2009; Ishikawa, et al., 2012). Jumlah neutrofil yang tinggi pada
pasien stroke menimbulkan hasil fungsional buruk, meningkatnya tingkat
3
rekurensi, dan meningkatnya tingkat kematian (Kim, et al., 2012; Lök &
Gülaçtı, 2016; Xue, et al., 2017).
Beberapa jenis sel berkontribusi terhadap peradangan pasca-iskemik,
termasuk sel endotel, astrosit, mikroglia dan neuron. Elemen kunci dalam reaksi
peradangan melibatkan molekul pensinyalan, sel inflamasi, molekul adhesi dan
regulator transkripsi (Guo, et al., 2013).
Peningkatan jumlah Ca2+, radikal bebas oksigen dan iskemia itu sendiri
dapat mengaktifkan astrosit dan mikroglia untuk menghasilkan sitokin
proinflamasi seperti interleukin-1 (1L-1), tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan
interleukin-1β (1L-1β), Serta faktor neuroprotektif, seperti eritropoietin,
TGFb1, dan metallothionein-2. Sebagian besar sitokin ini dapat menginduksi
produksi beberapa molekul adhesi seperti selektin (P-selektin, E-selektin),
superfamili imunoglobulin (molekul adhesi interselular-1, molekul adhesi
endotel vaskular-1) dan integrin. Sementara interleukin-8 (1L-8), monocyte
chemoattractant protein-1 (MCP-1) dan kemokin lainnya berperan penting
dalam migrasi sel inflamasi. Dengan bantuan matrix metalloproteinase (MMP),
matriks ekstraselular dipecah, dan sel-sel inflamasi menyusup ke parenkim
otak. Empat sampai enam jam setelah onset iskemia, leukosit beredar mencapai
penumbra. Neutrofil dianggap sebagai subtipe leukosit pertama yang terlibat
dalam peradangan (Tuttolomondo, et al., 2012; Guo, et al., 2013).
Saat terjadi stroke iskemik, neutrofil dapat menyebabkan inflamasi steril
dengan berinteraksi dengan molekul adhesi endotel untuk memperlambat
gerakan intravaskular dan menginduksi polarisasi, yang menyebabkan adhesi
pada endotelium pro-inflamasi. Neutrofil mencapai angka puncak pada 2 - 4
hari setelah stroke iskemik dan kemudian menurun setelahnya. Selama periode
ini, aktivasi neutrofil proinflamasi berkontribusi pada gangguan sawar darah
otak, peningkatan ukuran infark, transformasi hemoragik, dan hasil neurologis
yang lebih buruk (Benakis, et al., 2015; Kim, et al., 2016).
Monosit dikelompokkan menjadi dua subset bagian utama berdasarkan
reseptor kemokin dan tingkat ekspresi Ly6C, yaitu pro-inflamasi
(CX3CR1lowCCR2+Ly6Chigh) yang memiliki jangka hidup pendek dan secara
aktif direkrut untuk jaringan yang radang dan berkontribusi terhadap respon
4
inflamasi, dan anti-inflamasi (CX3CR1highCCR2-Ly6Clow) yang memiliki
jangka waktu yang panjang dan terus berpatroli di lumen pembuluh darah,
yang berkontribusi terhadap pemeliharaan homeostasis vaskuler (Naert &
Rivest, 2013). Pada penderita stroke, monocyte chemoattractant protein-1
(MCP-1, CCL2) dan reseptor CC chemokine receptor 2 (CCR2) diketahui
terlibat dalam respon inflamasi pada otak yang cedera. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa tikus dengan defisiensi CCL2 atau CCR2 mengurangi
akumulasi makrofag fagositik dengan infark yang lebih kecil pada model
stroke eksperimental, menunjukkan monosit CCR2 mungkin memiliki efek
merusak (Kim, et al., 2016).
Prognosis stroke salah satunya dapat dilihat dari aspek kematian.
Tingkat mortalitas kasus 30 hari secara substansial lebih tinggi pada pasien
dengan perdarahan serebral (63,3%) dan perdarahan subarakhnoid (58,6%)
dibandingkan pasien dengan infark serebral (9,0%) (Gofir, 2011). Penelitian
ini bertujuan mengetahui apakah ada hubungan antara jumlah neutrofil dan
monosit dengan tingkat mortalitas pada penderita stroke iskemik.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Rawat Inap
bagian Saraf RSUD Kabupaten Sukoharjo dan RSU Darmayu Ponorogo pada
bulan Desember 2017 - Januari 2018. Sampel yang digunakan untuk penelitian
ini adalah pasien stroke iskemik di RSUD Kabupaten Sukoharjo dan RSU
Darmayu Ponorogo. Jumlah sampel sebanyak 146 sampel terdiri dari 73
pasien hidup dan 73 pasien meninggal dunia. Pengambilan sampel
menggunakan data rekam medis yang dilakukan menggunakan teknik
consecutive sampling.
Analisis data penelitian menggunakan uji Chi-Square dan regresi
logistik untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara jumlah neutrophil dan
monosit dengan tingkat mortalitas pada penderita stroke iskemik.
5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Distribusi dan Hasil Uji Bivariat Chi-Square Jumlah Neutrofil dan
Jumlah Monosit terhadap Tingkat Mortalitas Pasien Stroke Iskemik
Status Pasien Total P
Meninggal Hidup
n % n % n %
Jumlah
Neutrofil
Meningkat 62 84,9% 41 56,2% 103 70,5%
<0,001 Normal 11 15,1% 32 43,8% 43 29,5%
Total 73 100,0% 73 100,0% 146 100,0%
Jumlah
Monosit
Meningkat 61 83,6% 44 60,3% 105 71,9%
0,002 Normal 12 16,4% 29 39,7% 41 28,1%
Total 73 100,0% 73 100,0% 146 100,0%
1. Karakteristik Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo dan
RSU Darmayu Ponorogo pada bulan Desember 2017 – Januari 2018.
Pendekatan penelitian ini menggunakan cross sectional. Data
merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis pasien
dengan metode consecutive sampling. Sampel penelitian sebanyak 146
pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang masing-
masing terdiri dari 73 pasien stroke iskemik yang masih hidup dan 73
pasien stroke iskemik yang sudah meninggal dunia.
a. Jumlah Neutrofil
Berdasarkan tabel 2 didapatkan jumlah sampel sebanyak
146 orang terdiri dari pasien dengan peningkatan jumlah neutrofil
sebanyak 103 orang (70,5%) dan pasien dengan jumlah neutrofil
normal sebanyak 43 orang (29,5%). Jumlah pasien hidup yang
mengalami peningkatan jumlah neutrofil sebanyak 41 orang
(56,2%) dan pasien hidup dengan jumlah neutrofil normal sebanyak
32 orang (43,8%). Jumlah pasien meninggal dunia dengan
peningkatan jumlah neutrofil sebanyak 62 orang (84,9%) dan
pasien meninggal dunia dengan jumlah neutrofil normal sebanyak
11 orang (15,1%).
b. Jumlah Monosit
Berdasarkan tabel 2 didapatkan jumlah sampel sebanyak
146 orang terdiri dari pasien dengan peningkatan jumlah monosit
sebanyak 105 orang (71,9%) dan pasien dengan jumlah monosit
normal sebanyak 41 orang (28,1%). Jumlah pasien hidup yang
mengalami peningkatan jumlah monosit sebanyak 44 orang
(60,3%) dan pasien hidup dengan jumlah monosit normal sebanyak
29 orang (39,7%). Jumlah pasien meninggal dunia dengan
peningkatan jumlah monosit sebanyak 61 orang (83,6%) dan pasien
6
meninggal dunia dengan jumlah monosit normal sebanyak 12 orang
(16,4%).
2. Uji Analisis Bivariat
a. Hubungan antara jumlah neutrofil dengan tingkat mortalitas stroke
iskemik
Hasil dari Uji chi-square diperoleh nilai p = <0,001 maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah
neutrofil dengan tingkat mortalitas stroke iskemik. Rasio prevalensi
(RP) yang didapatkan dari rumus RP=A/(A+B):C/(C+D) adalah
2,353. RP >1 menunjukkan bahwa peningkatan neutrofil
merupakan faktor risiko terhadap kematian pasien stroke iskemik.
b. Hubungan antara jumlah monosit dengan tingkat mortalitas stroke
iskemik
Hasil dari Uji chi-square diperoleh nilai p = 0,002 maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah monosit
dengan tingkat mortalitas stroke iskemik. Rasio prevalensi (RP)
yang didapatkan dari rumus RP=A/(A+B):C/(C+D) adalah 1,985.
RP >1 menunjukkan bahwa peningkatan monosit merupakan faktor
risiko terhadap kematian pasien stroke iskemik.
C. Uji Analisis Multivariat
Berdasarkan tabel Hosmer and Lemeshow Test pada lampiran 6
didapat nilai chi-square sebesar 0,651 dengan nilai probabilitas sebesar
0,722. Dapat disimpulkan jika persamaan yang diperoleh mempunyai
kalibrasi yang baik (0,722 > 0,05) dan dapat diartikan jika model dapat
diterima karena telah cukup untuk menjelaskan data dan tidak ada
perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya.
Tabel 2. Hasil Uji Regresi Logistik
B Sig.(P) Exp(B)
95% CI for Exp(B)
Batas
Bawah
Batas
Atas
Step 1a Peningkatan
neutrofil 1,597 0,000 4,936
2,166 11,249
Peningkatan
monosit 1,347 0,001 3,845
1,692 8,736
Constant -2,130 0,000 0,119
Pada tabel 6 di atas didapatkan hasil p untuk peningkatan
neutrofil sebesar <0,001 atau <0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara peningkatan jumlah neutrofil dengan
tingkat mortalitas pasien stroke iskemik dan untuk peningkatan
monosit nilai p sebesar 0,001 atau <0,05 yang menunjukkan bahwa
7
terdapat pengaruh yang signifikan antara peningkatan jumlah monosit
dengan tingkat mortalitas pasien stroke iskemik.
Nilai B pada peningkatan neutrofil dan peningkatan monosit
masing-masing bernilai 1,597 dan 1,347. Keduanya bernilai positif
yang menunjukkan bahwa peningkatan neutrofil dan peningkatan
monosit masing-masing mempunyai hubungan positif dengan tingkat
mortalitas pasien stroke iskemik.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil dari analisis statistik data yang didapatkan dari
RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo dan RSU Darmayu Ponorogo pada bulan
Desember 2017 – Januari 2018, maka dapat dijabarkan sebagai berikut:
Pada tabel 2 yang menghubungkan antara jumlah neutrofil dengan
tingkat mortalitas stroke iskemik didapatkan hasil bahwa jumlah pasien
stroke iskemik lebih banyak pada pasien dengan peningkatan jumlah
neutrofil sebanyak 103 orang (70,5%) dibandingkan pasien stroke iskemik
dengan jumlah neutrofil normal sebanyak 43 orang (29,5%). Jumlah pasien
meninggal dunia lebih banyak pada pasien dengan peningkatan jumlah
neutrofil sebanyak 62 orang (84,9%) dibandingkan pasien meninggal dunia
dengan jumlah neutrofil normal sebanyak 11 orang (15,1%). Berdasarkan
hasil dari Uji chi-square diperoleh nilai p = <0,001 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah neutrofil dengan
tingkat mortalitas stroke iskemik. Hasil yang didapatkan sesuai dengan
hasil penelitian Lök & Gülaçtı (2016) yang berkesimpulan bahwa
peningkatan neutrofil berhubungan dengan meningkatnya mortalitas pada
pasien stroke iskemik.
Jumlah leukosit dan neutrofil meningkat pada penderita yang
meninggal dibandingkan dengan pasien yang masih hidup, dengan elevasi
terbesar terjadi pada subtipe stroke iskemik akut karena kardioembolisme.
Jumlah neutrofil yang meningkat merupakan indikator awal kerusakan
otak iskemik dan dikaitkan dengan prognosis buruk setelah 3 bulan,
volume infark yang lebih besar, dan peningkatan keparahan stroke pada
tahap awal iskemia (Lök & Gülaçtı, 2016).
Pada tabel 2 yang menghubungkan antara jumlah monosit dengan
tingkat mortalitas stroke iskemik didapatkan hasil bahwa jumlah pasien
stroke iskemik lebih banyak pada pasien dengan peningkatan jumlah
monosit sebanyak 105 orang (71,9%) dibandingkan pasien stroke iskemik
dengan jumlah monosit normal sebanyak 41 orang (28,1%). Jumlah pasien
meninggal dunia lebih banyak pada pasien dengan peningkatan jumlah
monosit sebanyak 61 orang (83,6%) dibandingkan pasien meninggal dunia
dengan jumlah monosit normal sebanyak 12 orang (16,4%). Berdasarkan
hasil dari Uji chi-square diperoleh nilai p = 0,002 maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara jumlah monosit dengan tingkat mortalitas
8
stroke iskemik. Hasil yang didapatkan sesuai dengan hasil penelitian Urra,
et al., (2009) dan Ren, et al., (2017) yang berkesimpulan bahwa
peningkatan monosit berhubungan dengan meningkatnya keparahan stroke
yang merujuk pada prognosis buruk atau kematian.
Monosit yang mengalami peningkatan pada pasien yang meninggal
dunia dianggap merupakan efek dari ekspresi CC chemokine receptor 2
(CCR2) yang dianggap merusak (Kim, et al., 2016). CCR2 dan ligan CCL2
(MCP-1) diketahui terlibat dalam inflamasi otak setelah iskemia serebral.
Mobilisasi monosit pro-inflamasi dari sumsum tulang ke sirkulasi darah
telah dilaporkan benar-benar tergantung dari CCR2. Setelah mobilisasi,
monosit pro-inflamasi mampu menyusup ke otak yang mengalami radang,
di mana mereka berdiferensiasi menjadi makrofag (Elali & Leblanc, 2016).
Beberapa penelitian dengan tikus percobaan dengan defisiensi CCL2
menunjukan akumulasi makrofag fagositik di otak dan luas infark yang
lebih kecil setelah oklusi arteri serebral dibandingkan kontrol. Hasil ini
membuktikan bahwa CCR2 dianggap berperan dalam prognosis yang
memburuk (Chu, et al., 2014).
Hasil p pada hasil analisis uji multivariat regresi logistik (tabel 3)
untuk peningkatan neutrofil sebesar <0,001 atau <0,05 yang menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara peningkatan jumlah
neutrofil dengan tingkat mortalitas pasien stroke iskemik dan untuk
peningkatan monosit nilai p sebesar 0,001 atau <0,05 yang menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara peningkatan
jumlahvmonosit dengan tingkat mortalitas pasien stroke iskemik.
Rumus persamaan yang didapatkan dari nilai B pada variabel
peningkatan neutrofil (1,597) dan peningkatan monosit (1,347) adalah :
𝑝 =1
1 + 𝑒−𝑦
Keterangan :
p : probabilitas untuk terjadinya suatu kejadian
e : bilangan natural
a : nilai koefisien tiap variabel
x : nilai variabel bebas
𝑦 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 + 𝑎1𝑥1 + 𝑎2𝑥2 + ⋯ + 𝑎𝑖𝑥𝑖
𝑦 = −2,130 + 1,597 + 1,347
𝑦 = 0,814
Maka, persamaan yang dapat digunakan adalah :
𝑝 =1
1 + 2,7−(0,814)
𝑝 = 0,692
Jadi, probabilitas pasien stroke iskemik dengan peningkatan
neutrofil dan monosit untuk mengalami kematian adalah 69,2%.
(1)
(2)
9
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat hubungan antara
jumlah neutrofil dan monosit dengan tingkat mortalitas pada penderita stroke
iskemik. Dengan peningkatan neutrofil sebagai variabel dengan risiko lebih
tinggi dibandingkan peningkatan monosit pada tingkat mortalitas. Probabilitas
yang didapat pada pasien stroke iskemik dengan peningkatan neutrofil dan
peningkatan monosit adalah sebesar 69,2%.
DAFTAR PUSTAKA
Benakis, C., Bonilla, L. G., Iadecola, C., Anrather, J., 2015. The Role of Microglia
and Myeloid Immune Cells in Acute Cerebral Ischemia. Frontiers in
Cellular Neuroscience, 8(461)., pp. 1-16.
Brainin, M. & Heiss, W. D., 2010. Textbook of Stroke Medicine. New York:
Cambridge University Press., pp. 1-27.
Chu, H. X., Arumugam, T. V., Gelderblom, M., Magnus, T., Drummond, G. R.,
Sobey, C. G., 2014. Role of CCR2 in Inflammatory Conditions of The
Central Nervous System. Journal od Cerebral Blood Flow Metabolism, 34,
pp. 1425-9.
ElAli, A. & LeBlanc, J., 2016. The Role of Monocytes in Ischemic Stroke
Pathobiology: New Avenues to Explore. Frontiers in Aging Neuroscience,
8(29), pp. 1-7.
Gofir, A., 2011. Manajemen Stroke. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press., pp. 19-
42
Gofir, A. & Indera, 2014. Hitung Leukosit sebagai Salah Satu Prediktor Prognosis
Functional Outcome dan Lama Perawatan Rumah Sakit pada Stroke
Iskemik Akut. Media Litbangkes., 24(2), pp. 67-74.
Guo, Y., Li, P., Guo, Q., Shang, K., Yan, D., Du, S., Lu, Y., 2013. Pathophysiology
and Biomarkers in Acute Ischemic Stroke: A Review. Tropical Journal of
Pharmaceutical Research, 12(6)., pp. 1097-105.
Ishikawa, T., Shimizu, M., Kohara, S., Takizawa, S., Kitagawa, Y., Takagi, S.,
2012. Appearance of WBC-Platelet Complex in Acute Ischemic Stroke,
Predominantly in Atherothrombotic Infarction. Journal of Atherosclerosis
and Thrombosis, 19(5)., pp. 494-501.
Kementrian Kesehatan RI, 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2013, Jakarta:
Kemenkes RI., pp. 159-63.
Kim, J. Y., Park, J., Chang, J. Y., Kim, S. H., Lee, J. E., 2016. Inflammation after
Ischemic Stroke: The Role of Leukocytes and Glial Cells. Experimental
Neurobiology, 25(5)., pp. 241-51.
10
Kim, J., Song, T. J., Park, J. H., Lee, H. S., Nam, C. M., Nam, H. S., Kim, Y. D.,
Heo, J. H., 2012. Different Prognostic Value of White Blood Cell Subtypes
in Patients with Acute Cerebral Infarction. Atherosclerosis, 222., pp. 464-7.
Lök, U. & Gülaçtı, U., 2016. The Predictive Effect of the Neutrophil-to-
Lymphocyte Ratio (NLR) on the Mortality of Acute Ischemic Stroke and its
Subtypes: a Retrospective Cross-Sectional Study. Eurasian J Emerg Med,
15., pp. 69-72.
Naert, G. & Rivest, S., 2013. A Deficiency in CCR2C Monocytes: The Hidden Side
of Alzheimer’s Disease. J. Mol.Cell Biol. 5, pp. 284–93.
Ren, H., Liu, X., Wang, Lin., Gao, Yanjun., 2017. Lymphocyte-to-Monocyte Ratio:
A Novel Predictor of the Prognosis of Acute Ischemic Stroke. Journal of
Stroke and Cerebrovascular Diseases, 26(11), pp. 2595-602.
Smedbakken, L., Jensen, J. K., Hallen, J., Atar, D., Januzzi, J. L., Halvorsen, B.,
Aukrust, P., Ueland, T., 2011. Activated Leukocyte Cell Adhesion Molecule
and Prognosis. American Heart Association., 42, pp. 1-6.
Tuttolomondo, A., Raimondo, D. D., Pecoraro, R., Arnao, V., Pinto, A., Licata, G.,
2012. Inflammation in Ischemic Stroke Subtypes. Current Phamraceutical
Design, 18., 4289-310.
Urra, X., Cervera, A., Obach, V., Climent, N., Planas, A. M., Chamorro, A., 2009.
Monocytes Are Major Players in the Prognosis and Risk of Infection After
Acute Stroke. American Stroke Association., 40, pp. 1262-8.
World Health Organization, 2010. Global Burden of Stroke. Available from.
http://www.who.int/topics/globalburdenofstroke/en/. (Diakses pada 10 Agustus 2017).
Xue, J., Huang, W., Chen, X., Li, Q., Cai, Z., Yu, T., Shao, B., 2017. Neutrophil-
to-Lymphocyte Ratio Is a Prognostic Marker in Acute Ischemic Stroke.
Journal of Stroke and Cerebrovascular Diseases, 26(3)., pp. 650-7.