HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN
KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI DUSUN BUNDER III
BANARAN GALUR KULON PROGO YOGYAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
STIKES A. Yani Yogyakarta
Disusun oleh:
CAHYANINGRUM
08/3208094/PSIK
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2012
ii
iii
HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN
KUALITAS HIDUP LANSIA DI DUSUN BUNDER III BANARAN
GALUR KULON PROGO YOGYAKARTA
Cahyaningrum1, Rosa Delima E
2, Dwi Susanti
3
INTISARI
Latar belakang: Jumlah penduduk lansia di Indonesia yang semakin meningkat
tidak diiringi dengan peningkatan kualitas hidup lansia di Indonesia. Gangguan
pola komunikasi keluarga menjadi masalah utama pada lansia dalam
menyampaikan permasalahan yang dihadapi. Proses penyampaian yang tidak
efektif dapat menimbulkan kesenjangan dalam menerima informasi yang
disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi lansia dengan keluarga menjadi
berkurang. Pola komunikasi keluarga diharapkan dapat turut meningkatkan
kualitas hidup lansia.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara pola komunikasi dengan kualitas hidup
lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta.
Metode: Penelitian non eksperimen dengan rancangan penelitian cross sectional.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2012 di Dusun Bunder III, Banaran,
Galur, Kulon Progo, Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara
terpimpin kepada 46 responden lansia yang masuk dalam kriteria inklusi dan
ekslusi. Uji analitik yang digunakan adalah uji Chi Square.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian menunujukkan bahwa sebagian besar lansia
memiliki pola komunikasi fungsional sebanyak 28 orang (60,9%) dan pola
komunikasi disfungsional sebanyak 18 orang (39,1%). Sebagian besar lansia
memiliki kualitas hidup fisik cukup sebanyak 22 orang (47,8%), psikologis baik
sebanyak 22 orang (47,8%), hubungan sosial baik sebanyak 23 orang (50%) dan
lingkungan baik sebanyak 22 orang (27,8%). Hasil uji Chi Square diperoleh x2
hitung > x2 tabel, yaitu 14,001 > 5,591. Nilai koefisien kontingensi sebesar 0,483
menunjukkan tingkat keeratan hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan
kualitas hidup lansia adalah sedang.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan
kualitas hidup lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo
Yogyakarta.
Kata Kunci: Lansia, pola komunikasi keluarga, kualitas hidup
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta 2
Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta 3 Dosen STIKES A. Yani Yogyakarta
iv
RELATIONSHIP BETWEEN PATTERNS OF COMMUNICATION
FAMILY WITH THE QUALITY OF LIFE ELDERLY IN BUNDER III
BANARAN GALUR KULON PROGO YOGYAKARTA
Cahyaningrum
1, Rosa Delima E
2, Dwi Susanti
3
ABSTRACT
Background: The number of the elderly population increasing in Indonesia is not
accompanied by an increase in quality of life of elderly people in Indonesia.
Disruption of family communication patterns become a major problem in the
elderly in delivering the problems faced. Ineffective delivery process can lead to
gaps in receiving the information. This resulted in communication with elderly
relatives to be reduced. Family communication patterns are expected to contribute
to improving the quality of life for the elderly.
Objective: To know the relationship between patterns of communication with the
quality of life of elderly people in Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo,
Yogyakarta.
Methods: The study by the non-experimental design study cross sectional. The
research was conducted in July 2012 in Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo,
Yogyakarta. The research was conducted by interviewing elderly guided the 46
respondents included in the inclusion and exclusion criteria. Analytical test used is
the Chi Square test.
Results: Based on the results indicate that most elderly have functional
communication patterns as many as 28 people (60,9%) and dysfunctional
communication patterns as many as 18 people (39,1%). Most of the elderly have
enough physical quality of life for as many as 22 people (47,8%), good
psychology many as 22 people (47,8%), good social relations as many as 23
people (50%) and a better environment by 22 people (27,8 %). Chi Square test
results obtained by calculating x2 > x
2 tables, ie 14,001 > 5,591. Contingency
coefficient of 0.483 shows the closeness of the relationship between family
communication patterns to the quality of life of the elderly are being.
Conclusion: There is a relationship between patterns communication family with
quality of life in elderly in Bunder III, Banaran, Galur, Kulon progo Yogyakarta.
Keywords: Elderly, patterns communication family, quality of life
1 Student of Nursing Science STIKES A. Yani Yogyakarta
2 Lecturer Polytechnic Health Kemenkes Yogyakarta
3 Lecturer STIKES A. Yani Yogyakarta
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN
KUALITAS HIDUP LANSIA DI DUSUN BUNDER III BANARAN
GALUR KULON PROGO YOGYAKARTA
Yang dibuat untuk memenuhi persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan pada
Program Studi Ilmu Keperwatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta sejauh saya ketahui bukan merupakan tiruan atau
duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk
mendapat gelar kesarjanaan di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta maupun Perguruan Tinggi atau instansi
manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana
mestinya.
Yogyakarta, Agustus 2012
Cahyaningrum
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Hubungan antara Pola Komunikasi Keluarga dengan Kualitas Hidup pada Lansia
di Dusun Bunder III Banaran Galur Kulon Progo Yogyakarta”.
Penyusunan skripsi ini kiranya tidak mungkin terselesaikan tanpa ada
bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, pengarahan, maupun pemberian
kemudahan dalam pengumpulan data serta dukungan moril. Oleh karena itu
penulis sampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak dr. I. Edy Purwoko, Sp.B selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta.
2. Ibu Dwi Susanti, S.Kep, Ns selaku Ka. Prodi S1 Keperawatan STIKES
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta dan Pembimbing II dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Rosa Delima Ekwantini, S.Kp.,M.kes selaku Pembimbing I dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Induniasih, S.Kp.,M.Kes selaku penguji dalam karya tulis ilmiah ini.
5. Lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta
6. Kepala Desa Banaran, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta
7. Teman – teman yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada penyusunan
karya tulis ilmiah ini sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, Agustus 2012
Penyusun
ix
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
INTISARI ................................................................................................... iii
ABSTRACT .............................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian ................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia ................................................................................... 7
1. Batasan Lansia................................................................... 7
2. Teori Proses penuaan ......................................................... 8
B. Komunikasi ........................................................................... 9
1. Pengertian Komunikasi ...................................................... 9
2. Unsur – Unsur Komunikasi ............................................... 9
3. Fungsi Komunikasi ............................................................ 10
4. Proses Komunikasi ............................................................ 11
5. Pola Komunikasi Keluarga ................................................ 15
6. Faktor yang Mempengaruhi Pola Komunikasi Keluarga .... 17
C. Kualitas Hidup ....................................................................... 18
1. Definisi Kualitas Hidup ..................................................... 18
2. Konsep Kualitas hidup ....................................................... 18
3. Faktor yang Mempengaruhi kualitas Hidup ....................... 22
4. Alat Ukur Kualitas Hidup .................................................. 25
D. Kerangka Teori ...................................................................... 26
E. Kerangka Konsep .................................................................. 27
F. Hipotesis Penelitian ............................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ............................................................. 28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 28
C. Populasi dan Sampel .............................................................. 28
D. Variabel Penelitian................................................................. 30
E. Definisi Operasional .............................................................. 31
x
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ...................................... 31
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................. 35
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................... 38
I. Etika Penelitian ...................................................................... 41
J. Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................... 44
B. Pembahasan ........................................................................... 48
C. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................ 55
B. Saran ..................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Definisi operasional .................................................................... 31
Tabel 3.2 Kisi – Kisi Kuesioner WHOQOL-BREF Bahasa Indonesia ......... 32
Tabel 3.3 Formula untuk Skoring dan Skala Transformasi .......................... 33
Tabel 3.4 Kisi – Kisi Kuesioner Pola Komunikasi Keluarga ....................... 34
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Lansia di Dusun Bunder III,
Banaran,Galur, Kulon Progo ....................................................... 45
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pola Komunikasi Keluarga di Dusun
Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo .................................... 46
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia di Dusun
Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo .................................... 46
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia secara Keseluruhan
di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo ..................... 47
Tabel 4.5 Tabulasi Silang dan Uji Statistik Pola Komunikasi Keluarga
dengan Kualitas Hidup Lansia .................................................... 48
xii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Teori Kualitas Hidup Terintegrasi (Integrative Theory of
Quality of Life/IQOL) ....................................................... .... 19
Gambar 2.2 Kerangka Teori ...................................................................... 26
Gambar 2.3 Kerangka Konsep .............................................................. .... 27
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Kuesioner WHOQOL-BREF
Lampiran 4 Kuesioner Pola Komunikasi Keluarga
Lampiran 5 Surat Ijin Uji Validitas dari STIKES Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian dari STIKES Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta
Lampiran 7 Surat Ijin Uji Validitas dan Ijin Penelitian dari Kantor Pelayanan
Terpadu Kabupaten Kulon Progo
Lampiran 8 Surat Ijin Uji Validitas dan Ijin Penelitian dari Gubernur
Yogyakarta
Lampiran 9 Data Uji Validitas Instrumen Pola Komunikasi Keluarga
Lampiran 10 Korelasi Uji Validitas Instrumen Pola Komunikasi Keluarga
Lampiran 11 Uji Reliabilitas Instrumen Pola Komunikasi Keluarga
Lampiran 12 Data Penelitian Pola Komunikasi Keluarga
Lampiran 13 Data Penelitian Kualitas Hidup
Lampiran 14 Analisa Univariat
Lampiran 15 Analisa Bivariat
Lampiran 16 Jadwal Penyusunan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007). Keluarga merupakan
kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan
menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya.
Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus
dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling
membutuhkan.
Friedman et al (2010) menggambarkan keluarga sehat mempunyai
komunikasi yang jelas dan kemampuan mendengar satu sama lain. Kemampuan
anggota keluarga untuk mengenal dan memberi respon terhadap peran-peran non
verbal, diidentifikasikan sebagai suatu atribut yang sehat dalam suatu keluarga.
Komunikasi merupakan hal penting dalam menyampaikan masalah, mengenal
masalah dan menjalin kedekatan antar anggota keluarga. Setiap anggota keluarga
memiliki cara tersendiri dalam berkomunikasi, hal ini dikenal sebagai pola
komunikasi. Pola komunikasi keluarga adalah karakteristik, pola interaksi sirkular
yaang bersinambung yang menghasilkan arti dari transaksi antar keluarga
(Friedman et al, 2010). Lansia (lanjut usia) mengalami penurunan intelektualitas
meliputi persepsi, kemampuan kognitif, dan memori menyebabkan mereka sulit
untuk dipahami dan berinteraksi, sehingga intensitas pembicaraan, konflik dan
keterlibatan pada lansia relatif rendah. Gangguan pola komunikasi keluarga
menjadi masalah utama pada lansia dalam menyampaikan permasalahan yang
dihadapi. Proses penyampaian yang tidak efektif dapat menimbulkan kesenjangan
dalam menerima informasi yang disampaikan. Hal ini mengakibatkan komunikasi
lansia dengan keluarga menjadi berkurang.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
2
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Maryam dkk, 2008).
Penurunan ini terjadi pada semua tingkat seluler, organ dan sistem. Hal ini
mengakibatkan terjadinya peningkatan kejadian penyakit pada lansia baik akut
maupun kronik. Meningkatnya gangguan penyakit pada lanjut usia dapat
menyebabkan perubahan pada kualitas hidup lanjut usia (Wangsarahardja dkk,
2007).
Kualitas hidup merupakan indikator penting untuk menilai keberhasilan
intervensi pelayanan kesehatan, baik dari segi pencegahan maupun pengobatan.
World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan kualitas
hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam
konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan,
standar, dan perhatian. Kualitas hidup dalam hal ini merupakan suatu konsep yang
sangat luas dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian,
serta hubungan individu dengan lingkungan (Alexandre et al, 2009).
Kondisi kualitas hidup lansia pada umumnya masih rendah. Hal ini bisa
dilihat dari 3 sisi, yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Di bidang
pendidikan, sebagian besar penduduk lanjut usia tidak/belum pernah sekolah
sekitar 49, 47 % pada lanjut usia perempuan dan 20, 61% pada lanjut usia laki –
laki (Badan Pusat Statistik, 2011).
Di bidang kesehatan, diketahui bahwa penyakit terbanyak yang diderita lansia
adalah penyakit sendi (52,3%), hipertensi (38,8%), anemia (30,7%). Penyakit–
penyakit tersebut merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia. Dari sisi
ekonomi, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) penduduk lanjut usia masih
cukup tinggi (Badan Pusat Statistik, 2011). Dari hasil penelitian Komnas Lansia
pada tahun 2008, ditemukan bahwa alasan paling umum lansia masih bekerja
adalah karena ekonomi yang tidak mencukupi, alasan lansia tidak bekerja adalah
karena kesehatan yang memburuk.
Berdasarkan kondisi diatas, peneliti merasa bahwa usaha untuk meningkatkan
kualitas hidup masih perlu dikembangkan, agar kualitas perawatan yang diberikan
semakin memuaskan dan lansia dapat melaui masa-masa terakhir hidupnya
3
dengan bahagia. Pencapaian potensial kehidupan merupakan salah satu komponen
kualitas hidup. Dalam pencapaian potensial kehidupan, manusia melakukan
hubungan sosial yang baik dan membina keluarga untuk menjadi hidup
sepenuhnya (Ventegodt et al, 2003). Oleh karena itu, peneliti perlu menemukan
upaya untuk meningkatkan kualitas hidup lansia melalui pola komunikasi yang
baik dalam keluarga.
Fariba et al (2011) meneliti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pola komunikasi dengan kualitas hidup pada remaja. Berdasarkan penelitian
tersebut, peneliti memperkirakan terdapat hubungan antara pola komunikasi
keluarga dengan kualitas hidup lansia.
Kantor Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan,
tahun 2006 jumlah penduduk lansia 19 juta orang (8,90%) dan usia harapan hidup
juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia akan
mencapai 23, 9 juta atau 9,77% dan usia harapan hidup sekitar 67,4 tahun.
Sedangkan jumlah lansia di Indonesia saat ini mencapai 18,96 juta orang atau
sekitar 8,42% dari total penduduk Indonesia saat ini. Di Kota Yogyakarta terdapat
425.580 orang lansia. Jumlah ini meningkat dari tahun ke tahun, sejalan dengan
meningkatnya usia harapan hidup (Badan Pusat Statistik, 2011).
Kelurahan Banaran, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta terdiri dari beberapa
dusun, salah satunya adalah Dusun Bunder III. Jumlah penduduk di Kelurahan
Banaran sekitar 4237 orang. Sedangkan jumlah penduduk lansia diatas 60 tahun
sekitar 452 orang. Dusun Bunder III memiliki jumlah lansia sebanyak 52 orang
dengan umur diatas 60 tahun. Sebagian besar lansia tinggal bersama keluarganya,
dan banyak diantaranya yang masih aktif bekerja. Pelayanan kesehatan terdekat
bagi lansia di Dusun Bunder III adalah posyandu lansia yang rutin diadakan tiap
bulannya.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di Dusun Bunder III,
Banaran, Galur, Kulon Progo dengan mewawancarai 5 lansia memaparkan bahwa
2 lansia mengatakan bahwa keluarga jarang berkomunikasi dengan mereka, sebab
keluarga sibuk bekerja, dan hanya berkomunikasi seperlunya saja dengan lansia.
Sebagian lansia lainya mengatakan mereka masih aktif dalam komunikasi
4
keluarga, bertukar pendapat jika ada masalah. Walaupun terkadang ada konflik
keluarga dalam perbedaan pendapat, keluarga masih dapat mengatasi konflik
tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti berminat untuk mengetahui
hubungan pola komunikasi keluarga dengan kualitas hidup lansia.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : “Adakah hubungan pola komunikasi keluarga dengan
kualitas hidup lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo,
Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pola komunikasi dengan kualitas hidup
lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pola komunikasi dalam keluarga yang memiliki lansia di
Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta.
b. Mengidentifikasi kualitas hidup lansia di Dusun Bunder III, Banaran,
Kulon Progo, Yogyakarta.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan tentang ilmu
keperawatan gerontik tentang pola komunikasi keluarga dan kualitas hidup
lansia.
5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Mengembangkan dan memperluas ilmu pengetahuan bagi perawat
keluarga sehingga dapat membantu dalam upaya peningkatan kualitas
hidup lansia.
b. Bagi Lansia
Sebagai gambaran bagi lansia tentang pola komunikasi keluarga dan
tingkat kualitas hidup mereka, sehingga dapat menghindari hal – hal yang
dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka.
c. Bagi Instansi Kesehatan
Bagi instansi kesehatan diharapkan dapat menjadi tambahan literatur
untuk ilmu keperawatan keluarga tentang pola komunikasi keluarga
dengan kualitas hidup lansia.
d. Bagi Keluarga
Dengan hasil penelitian ini, diharapkan keluarga yang memiliki lansia
mendapatkan informasi tentang pola komunikasi yang tepat pada lansia,
sehingga keluarga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia melalui pola
komunikasi yang efektif.
E. Keaslian penelitian
Sepanjang pengetahuan peneliti, belum terdapat penelitian sebelumnya
tentang hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan kualitas hidup pada
lansia. Namun, terdapat penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara
lain :
1. Latifah (2011) melakukan penelitian tentang hubungan antara fungsi kognitif
dengan kualitas hidup pada lansia di Dusun Gamping Kidul,
Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini adalah
penelitian non eksperimen dengan pendekatan cross sectional dan instrumen
yang digunakan adalah kuesionerdengan hasil sebagai berikut : hasil uji
6
korelasi Spearman’s Rho diperoleh nilai signifikasi yaitu p = 0,000 (p< 0,05).
Nilai signifikasi tersebut menunjukkan bahwa korelasi antara fungsi kognitif
dengan kualitas hidup adalah bermakna. Adapun penelitian yang peneliti
lakukan membahas hubungan antara pola komunikasi dengan kualitas hidup .
Persamaan dengan penelitian peneliti adalah subjek penelitian yaitu lansia,
dan variabel dependennya sama – sama meneliti kualitas hidup. Perbedaan
dengan penelitian ini adalah pada variabel independen yaitu pola komunikasi
keluarga sedangkan variabel independen peneliti sebelumnya adalah fungsi
kognitif.
2. Mirzanah (2011) melakukan penelitian tentang hubungan antara kecerdasan
spiritual (spiritual inteligence) dengan kualitas hidup lansia di Panti Sosial
tresna Wredha Yogyakarta unit Abiyoso. Penelitian ini adalah penelitian non
eksperimen dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian
dilaksanakan pada akhir bulan Januari sampai Febuari 2011. Sampel
penelitian berjumlah 42 orang. Menggunakan analisa data uji Pearson
Product Moment dan Spearman Rank. Perbedaan dengan penelitian ini adalah
pada variabel independen. Variabel independen peneliti adalah pola
komunikasi keluarga sedangkan variabel independen peneliti sebelumnya
adalah kecerdasan Spiritual. Persamaan pada penelitian ini adalah subjek
penelitian yaitu lansia.
3. Elfrida (2009) melakukan penelitian tentang pola komunikasi keluarga dengan
orang tua tunggal di Kelurahan Bangun Mulia Kecamatan Medan Amplas.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif non hipotesis, pengambilan sampel
dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 52 orang.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Persamaan dalam penelitian ini
adalah pada variabel independen yaitu pola komunikasi keluarga. Perbedaan
dalam penelitian ini adalah jenis penelitian menggunakan deskriptif non
hipotesis dan subjek penelitian. Subjek penelitian peneliti adalah lansia,
sedangkan subjek penelitian peneliti sebelumnya adalah keluarga dengan
orang tua tunggal.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Banaran terdiri dari 13 dusun yaitu Jati, Bunder II, Bunder III,
Bunder IV, Pundung, Sidakan, Kenteng, Banaran, Jalan, Jonggrangan,
Bleberan, Sawahan, Sidorejo dan Trisik. Dusun Bunder III berbatasan dengan
beberapa daerah yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kranggan,
sebelah timur berbatasan dengan Sungai Progo, sebelah barat berbatasan
dengan Dusun Nomporejo dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra
Hindia. Dusun Bunder III terdiri dari dari 2 RW, yaitu RW 5 dan RW 6 dan
setiap RW terdiri dari 2 RT, yaitu RT 9, RT 10, RT 11 dan RT 12.
Jumlah penduduk di Kelurahan Banaran sekitar 4237 orang, sedangkan
jumlah penduduk lansia diatas 60 tahun sekitar 452 orang. Dusun Bunder III
memiliki jumlah lansia sebanyak 52 orang dengan umur diatas 60 tahun.
Lansia di Dusun Bunder III memiliki bermacam-macam latar belakang.
Beberapa lansia tinggal bersama keluarganya namun ada pula lansia yang
tinggal sendiri dan jauh dari anggota keluarga. Beberapa lansia juga mengalami
demensia dan memerlukan perhatian yang lebih oleh anggota keluarga untuk
membantu lansia dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari. Menurut Kepala
Dusun Bunder III, setiap bulannya rutin diadakan posyandu lansia, kegiatan ini
diikuti sekitar 40% lansia yang aktif. Selain kegiatan posyandu, lansia juga
mengikuti kegiatan masyarakat lainnya seperti pengajian maupun perkumpulan
warga.
2. Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini berjumlah 46 orang. Karakteristik responden
pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan
tingkat pendidikan. Hasil penelitian terhadap karakteristik lansia yang berusia
45
diatas 60 tahun di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo disajikan
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Lansia
di Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo
Karakteristik Frekuensi Prosentase (%)
Umur
60-74 tahun
75-90 tahun
35
11
76,1
23,9
Jumlah 46 100
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
21
25
45,7
54,3
Jumlah 46 100
Pendidikan
Tidak tamat SD
SD
SMP
SMU
PT
21
14
6
4
1
45,7
30,4
13,0
8,7
2,2
Jumlah 46 100 Sumber : Data primer tahun 2012
Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar lansia di Dusun Bunder III,
Banaran, Galur, Kulon Progo berumur 60-74 tahun sebanyak 35 orang
(76,1%), sedangkan lansia yang berumur antara 75-90 tahun sebanyak 11
orang (23,9%). Jenis kelamin lansia sebagian besar adalah perempuan
sebanyak 25 orang (54,3%), sedangkan lansia dengan jenis kelamin laki – laki
sebanyak 21 orang (45,7%). Pendidikan lansia sebagian besar tidak tamat SD
sebanyak 21 orang (45,7%), sedangkan lansia yang melanjutkan ke perguruan
tinggi sebanyak 1 orang (2,2%).
3. Analisis Univariat
a. Pola Komunikasi Keluarga yang Mempunyai Lansia di Dusun Bunder III,
Banaran, Galur, Kulon Progo
Hasil penelitian pola komunikasi keluarga yang memiliki lansia di
Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo disajikan pada Tabel 4.2.
46
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Pola Komunikasi Keluarga
yang Memiliki Lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo
Pola Komunikasi Keluarga Frekuensi Prosentase (%)
Fungsional
Disfungsional
28
18
60,9
39,1
Jumlah 46 100
Sumber: Data Primer Tahun 2012
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga yang memiliki
lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo memiliki pola
komunikasi fungsional sebanyak 28 orang (60,9%), sedangkan keluarga
dengan pola komunikasi disfungsional sebanyak 18 orang (39,1%).
b. Kualitas Hidup Lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo
Hasil pengukuran kualitas hidup lansia di Dusun Bunder III, Banaran,
Galur, Kulon Progo disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3.
Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia
di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo
Kualitas hidup lansia Frekuensi Prosentase (%)
Fisik
Baik
Cukup
Kurang
14
22
10
30,4
47,8
21,7
Jumlah 46 100
Psikologis
Baik
Cukup
Kurang
22
18
6
47,8
39,1
13,0
Jumlah 46 100
47
Hubungan sosial
Baik
Cukup
Kurang
23
18
5
50,0
39,1
10,9
Jumlah 46 100
Lingkungan
Baik
Cukup
Kurang
22
17
7
47,8
37,0
15,2
Jumlah 46 100
Sumber : Data Primer Tahun 2012
Tabel 4.3 menunjukkan lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur,
Kulon Progo sebagian besar memiliki kualitas fisik cukup sebanyak 22
orang (47,8%) dan lansia dengan kualitas fisik kurang sebanyak 10 orang
(21,7%). Kualitas psikologi lansia sebagian besar baik sebanyak 22 orang
(47,8%), sedangkan lansia dengan kualitas psikologi kurang sebanyak 6
orang (13%). Kualitas hubungan sosial lansia sebagian besar baik sebanyak
23 orang (50%), sedangkan lansia dengan kualitas hubungan sosial kurang
sebanyak 5 orang (10,9%). Kualitas lingkungan lansia sebagian besar baik
sebanyak 22 orang (47,8%) dan lansia dengan kualitas lingkungan kurang
sebanyak 7 orang (15,2%).
Hasil kualitas hidup secara keseluruhan didapat dari skor data responden
tiap domain dijumlahkan, kemudian ditransformasikan dan setelah itu
dikategorikan sesuai dengan hasil transformasi yang didapat. Hasil
distribusi frekuensi kualitas hidup lansia secara keseluruhan dapat dilihat
pada Tabel 4.4.
48
Tabel 4.4.
Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia Secara Keseluruhan
di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo
Kualitas hidup lansia Frekuensi Prosentase (%)
Baik
Cukup
Kurang
23
14
9
50,0
30,4
19,6
Jumlah 46 100
Sumber : Data Primer Tahun 2012
Tabel 4.5 menunjukkan sebagian besar lansia di Dusun Bunder III,
Banaran, Galur, Kulon Progo memiliki kualitas hidup baik sebanyak 23
orang (50%) sedangkan lansia yang memiliki kualitas hidup kurang
sebanyak 9 orang (29,6%).
4. Analisis Bivariat
Tabulasi silang dan hasil uji statistik hubungan pola komunikasi keluarga
dengan kualitas hidup lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon
Progo disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5.
Tabulasi silang dan Uji Statistik Hubungan Pola Komunikasi Keluarga
dengan Kualitas Hidup Lansia di Dusun Bunder III,
Banaran, Galur, Kulon Progo Pola Kualitas hidup lansia Total X
2 p- Count
komunikasi Baik Cukup Kurang hitung value Coeff
keluarga f % f % f % f % 14,001 0,001 0,483
Fungsional 19 67,9 8 28,6 1 3,6 28 100
Disfungsion
al
4 22,2 6 33,3 8 44,4 18 100
Total 23 50,0 14 30,4 9 19,6 46 100
Sumber: Data Primer Tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui lansia yang memiliki pola komunikasi
keluarga fungsional sebagian besar kualitas hidupnya baik sebanyak 19 orang
(67,9%), sedangkan lansia yang memiliki pola komunikasi keluarga
disfungsional sebagian besar kualitas hidupnya kurang sebanyak 8 orang
(44,4%).
49
Lansia yang memiliki pola komunikasi fungsional dengan kualitas hidup
kurang sebanyak 1 orang (3,6%) dan lansia yang memiliki pola komunikasi
disfungsional dengan kualitas hidup baik sebanyak 4 orang (22,2%).
Hasil perhitungan statistik menggunakan uji Chi square seperti disajikan
pada tabel 4.5, diperoleh p-value sebesar 0,001 < α (0,05) sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pola komunikasi keluarga
dengan kualitas hidup lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon
Progo. Jika dilihat dari hasil perhitungan x2 hitung pada tabel 4.5 juga
menunjukkan hubungan yang signifikan antara pola komunikasi keluarga
dengan kualitas hidup lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon
Progo, karena diperoleh x2 hitung > x
2 tabel , yaitu 14,001 > 5, 591. Nilai
koefisien kontingensi sebesar 0,483 menunjukkan tingkat keeratan hubungan
antara pola komunikasi keluarga dengan kualitas hidup lansia adalah sedang.
B. Pembahasan
1. Pola Komunikasi Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan pola komunikasi keluarga yang mempunyai
lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo sebagian besar 60,9%
adalah fungsional. Pola komunikasi fungsional adalah maksud dan arti pesan
dari pengirim jelas, dan penerima pesan tersebut mempunyai pemahaman yang
sama dengan penerima (Friedman, 2010). Menurut Noorkasiani (2009) bahwa
dalam masyarakat tradisional keberadaan pralansia dan lansia masih dihormati
dan dihargai, sehingga mereka masih dapat berperan dan berguna bagi
masyarakat, tetapi dalam masyarakat industri ada kecenderungan para lansia
kurang dihargai sehingga mereka terisolasi dari kehidupan, tidak adanya
pengakuan dari lingkungan sosial dapat menimbulkan hubungan fungsi sosial
yang buruk, sehingga kualitas hidup mereka menurun.
Banyaknya keluarga lansia yang memiliki pola komunikasi fungsional
diharapkan proses penyampaian informasi menjadi efektif sehingga tidak
menimbulkan kesenjangan dalam menerima informasi yang disampaikan dan
komunikasi lansia dengan keluarga menjadi tidak berkurang.
50
Dibandingkan pola komunikasi fungsional, pola komunikasi disfungsional
lebih tertutup. Pola komunikasi disfungsional adalah penerimaan pesan dari
penerima dan pengirim tidak jelas tentang isi dan maksud pesan (Friedman et
al, 2010). Salah satu faktor utama yang menyebabkan pola komunikasi
disfungsional adalah adanya harga diri yang rendah dari keluarga, khususnya
orang tua. Hal ini menyebabkan negosiasi yang efektif dalam keluarga menjadi
sulit, sehingga komunikasi dalam keluarga berjalan tertutup.
Sebagian besar lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo
berjenis kelamin perempuan sebanyak 25 orang (54,3%). Lansia berjenis
kelamin perempuan mempunyai komunikasi yang lebih baik dibanding lansia
laki – laki, karena perempuan lebih banyak berkomunikasi dengan keluarga,
tetangga dan mengikuti kegiatan masyarakat seperti keposyanduan, pengajian
maupun perkumpulan warga, sehingga lansia perempuan cenderung
mempunyai komunikasi fungsional daripada lansia laki – laki.
2. Kualitas Hidup Lansia
a. Fisik
Sebagian besar lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo
memiliki kualitas fisik cukup sebanyak 22 orang (47,8%). Domain fisik
terdiri dari: rasa nyeri dan ketidaknyamanan yang dirasakan lansia; energi
dan tingkat kelelahan lansia; serta kadar tidur dan istirahat yang dialami
lansia. Banyaknya lansia yang memiliki kualitas fisik cukup menunjukkan
lansia kurang memiliki toleransi dan penerimaan rasa sakit yang kurang
baik, kadang mengalami kelelahan kronik yang dapat meningkatkan
ketergantungan terhadap orang lain serta mengalami masalah-masalah tidur.
Lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo mengeluh
susah tidur di malam hari dan lansia juga mengeluh nyeri pada persendian
sehingga mengganggu aktivitas mereka. Kemampuan mengatasi rasa nyeri
dapat meningkatkan fungsi dan kesejahteraan sehari-hari, sehingga rasa
nyeri sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang (Zanocchi, 2008).
51
b. Psikologis
Sebagian besar lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo
memiliki kualitas psikologis baik sebanyak 22 orang (47,8%). Domain
psikologi terdiri dari: Positive feeling (perasaan positif), Think (berpikir),
Self esteem (harga diri), Body image (gambaran diri), Negative feeling
(perasaan negatif), dan Spirituality (spiritualitas).
Banyaknya lansia yang memiliki kualitas psikologis baik menunjukkan
lansia memiliki pandangan dan perasaan tentang masa depan yang baik,
lansia memiliki kemampuan dalam berpikir, belajar, mengingat,
berkonsentrasi serta mengambil keputusan, memiliki harga diri dan
gambaran diri yang baik serta tidak mengalami kesusahan dalam
kesehariannya. Pernyataan ini didukung oleh Supratiknya (2007) bahwa
mental adalah keadaan yang relatif tetap, dimana pribadi menunjukkan
penyesuaian atau aktualisasi diri dan realisasi diri. Keadaan mental meliputi
kemampuan menahan diri, berperilaku tenggang rasa kepada orang lain, dan
sikap bahagia dengan menerima diri seutuhnya.
c. Hubungan sosial
Sebagian besar lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo
memiliki kualitas hubungan sosial yang baik sebanyak 23 orang (50%).
Domain hubungan social terdiri dari Relationship (hubungan), Support
(dukungan), dan Sex (seks). Banyaknya lansia yang memiliki kualitas
hubungan sosial yang baik menunjukkan lansia memiliki kehidupan
personal dan keluarga yang baik, memperoleh dukungan sosial, serta merasa
bahwa hasrat seks yang sedikit, tidak memperburuk kualitas hidup mereka.
Sebagian lansia masih aktif di kegiatan desa seperti posyandu maupun
pertemuan warga, sehingga interaksi sosial dengan orang lain masih terjalin
dengan baik. Kehidupan personal dan dukungan sosial yang tinggi dapat
meningkatkan kualitas hidup (Susniene & Jurkauskas, 2009).
d. Lingkungan
Sebagian besar lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo
memiliki kualitas lingkungan yang baik sebanyak 22 orang (47,8%).
52
Domain lingkungan dalam WHOQOL-BREF terdiri dari Safety (keamanan),
Home (tempat tinggal, Finance (penghasilan), Leisure (hiburan di waktu
luang), Environment (lingkungan), dan Transportation (transportasi).
Banyaknya lansia yang memiliki kualitas lingkungan yang baik
menunjukkan lansia memiliki rasa aman dan terlindung dari bahaya fisik,
lingkungan tempat tinggal yang baik, memiliki sumber penghasilan (dan
sumber-sumber lain yang dapat dilakukan), dapat menjangkau pelayanan
kesehatan, dan memiliki kesempatan untuk mendapatkan informasi dan
ketrampilan yang baru, sering terlibat dan memiliki kesempatan untuk
berekreasi dan mengisi waktu luang, lingkungan fisik yang baik serta
tersedia sarana kendaraan guna memudahkan untuk melakukan aktivitas-
aktivitas yang diinginkannya. Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang
sangat luas dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat
kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan (Alexandre et al,
2009).
e. Kualitas hidup lansia
Hasil penelitian menunjukkan kualitas hidup lansia yang ada di Dusun
Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo sebagian besar dari 50% lansia
adalah baik. Rapley (2003) mendefinisikan kualitas hidup sebagai
kebahagiaan, kepuasan hidup, kesejahteraan, aktualisasi diri, kebebasan
berkehendak, mencapai tujuan, sejahtera secara fisik, mental dan sosial.
Kualitas hidup lansia yang baik dipengaruhi oleh pola komunikasi keluarga,
dan faktor karakteristik lansia, yaitu umur dan jenis kelamin.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
sebagian besar lansia berumur 60-74 tahun sebanyak 35 orang (76,1%).
Umur merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia. Menurut
Rapley (2003), meningkatnya umur dapat mempengaruhi kualitas fisik
seseorang sehingga kualitas hidupnya menurun. Sejalan dengan
bertambahnya umur setiap manusia akan menjadi tua. Menua berarti
mengalami berbagai macam perubahan, baik perubahan organ biologik
(fisik) maupun psikososial.
53
Jenis kelamin lansia sebagian besar perempuan sebanyak 25 orang
(54,3%). Menurut Lane (2010), jenis kelamin mempengaruhi kualitas hidup
seseorang, laki – laki mempunyai kualitas hidup yang rendah dibanding
perempuan, sehingga usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibanding
laki – laki. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), usia harapan hidup
perempuan adalah 74 tahun, angka tersebut tiga tahun lebih tinggi
dibandingkan usia harapan hidup secara nasional, yaitu 71 tahun. Usia
harapan hidup untuk laki – laki di DIY adalah 72 tahun atau lebih tinggi tiga
tahun dibanding usia harapan hidup laki – laki secara nasional, yaitu 69
tahun (Dinas Kesehatan Yogyakarta, 2010).
Hasil ini didukung oleh data dari U.S. Census Bureau, International
Data Base (2009) menyebutkan usia harapan hidup perempuan lebih
panjang dibanding laki – laki, maka jumlah penduduk perempuan lebih
banyak dari laki – laki. Provinsi dengan usia harapan hidup yang lebih
tinggi mempunyai jumlah penduduk lansia yang banyak. Suatu wilayah
disebut berstruktur tua jika persentase lansia lebih dari 7 % dari seluruh
provinsi, DIY memiliki penduduk lansia mencapai 9,7 % dan merupakan
provinsi dengan penduduk lansia tertinggi di Indonesia.
3. Hubungan Pola Komunikasi Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia
Hasil tabulasi silang menunjukkan lansia yang memiliki pola komunikasi
keluarga fungsional sebagian besar kualitas hidupnya baik sebanyak 19 orang
(67,9%), sedangkan lansia yang memiliki pola komunikasi keluarga
disfungsional sebagian besar kualitas hidupnya kurang sebanyak 8 orang
(44,4%). Hasil uji Chi square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara pola komunikasi keluarga dengan kualitas hidup lansia di Dusun Bunder
III, Banaran, Galur, Kulon Progo diperoleh p-value sebesar 0,001 < α (0,05)
atau x2 hitung > x
2 tabel, yaitu 14,001 > 5,591 dengan tingkat keeratan
hubungan sedang sebesar 0,483.
Keluarga mempunyai peranan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan setiap anggota keluarga karena keluarga mempunyai arti dan
54
kedudukan tersendiri dalam masalah kesehatan. Bila komunikasi keluarga
sehat maka lansia dapat mengungkapkan berbagai gangguan penyakit yang
dialami sehingga akan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang
akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup lansia. Ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Batsi (2008) yang menyebutkan bahwa lansia
yang tinggal dengan keluarga cenderung memiliki kualitas hidup yang baik,
dikarenakan lansia memperoleh dukungan dari keluarga baik dukungan
informasi, instrumental, penghargaan, dan emosi. Keluarga memiliki peranan
penting dalam perawatan lansia. Lansia rentan terhadap penyakit, oleh karena
itu membutuhkan perawatan yang lebih intensif yang biasa dilakukan oleh
anak, menantu, ataupun keluarga yang lain.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Garcia et al (2005) dan de Belvis et al (2008) yang menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara hubungan sosial dengan kualitas hidup
subyek penelitian yaitu lansia yang berusia minimal 60 tahun. Subyek
penelitian yang kurang berinteraksi dengan teman-temannya serta kurangnya
dukungan sosial terutama pada subyek yang tinggal sendiri, cenderung
memiliki kualitas hidup yang kurang baik.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan yang mengakibatkan hasilnya
belum sesuai yang diharapkan. Keterbatasan tersebut meliputi:
1. Kelemahan Dalam Penelitian
Pengumpulan data pola komuniksai keluarga dan kualitas hidup
menggunakan kuesioner tertutup, sehingga responden tidak memberikan
banyak keterangan tentang pola komunikasi keluarga dan kualitas hidup,
namun sebatas mengisi jawaban yang sudah ada pada kuesioner.
2. Kesulitan Dalam Penelitian
Adanya kesulitan responden dalam memahami pertanyaan dalam
kuesioner, meskipun sudah diberikan penjelasan oleh peneliti sehingga data
yang didapat belum maksimal.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan kualitas hidup
lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo. Pola komunikasi
keluarga pada lansia di Dusun Bunder III, Banaran, Galur, Kulon Progo sebagian
besar adalah fungsional. Kualitas hidup lansia di Dusun Bunder III, Banaran,
Galur, Kulon Progo sebagian besar adalah baik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Bagi Puskesmas
Puskesmas hendaknya memberikan penyuluhan kepada keluarga yang
memiliki lansia tentang pentingnya penerapan pola komunikasi yang sesuai
dengan lansia.
2. Bagi Lansia
Lansia dapat lebih terbuka dalam mengemukakan masalah dalam keluarga
dan menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga.
3. Bagi Keluarga
Keluarga yang mempunyai lansia hendaknya lebih memperhatikan lansia
dan menjaga komunikasi yang baik dengan lansia, sehingga kebutuhan lansia
dapat terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Alexandre, T.S., Cordeiro, R.C., & Ramos, L.R. (2009). Factors associated to
quality of life in active elderly. Rev Saúde Pública. Retrived from:
http://www.scielosp.org/pdf/rsp/2009nahead/58.pdf. Diakses pada tanggal
23 Febuari 2012.
Andri, K., & Sudharmono, A. (2010). Perasaan self-conciousness dan Rendahnya
Harga Diri dan Hubungannya dengan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris.
Majalah Kedokteran Indonesia, 60, 263-267
Ardianto, E. & Bambang, Q.A. (2007). Filasafat Ilmu Komunikasi. Bandung :
Simbiosa Rekatama Media
Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik edisi revisi ke
4. Jakarta : Rineka Cipta
Azwar, S. (2004). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Offset
Badan Pusat Statistik. (2011). Statistik Indonesia. Jakarta
Batsi, W.R. (2008). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup
Lansia di Dusun Gamping Kidul Ambarketawang Gamping Sleman
Yogyakarta.Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada.
de Belvis, AG., Avolio, M., Spagnolo, A., Damiani, G., Sicuro, L., Ciccheti, A.,
Ricciardi, W., &Rosano, A. (2008). Factors Associated with Health-Related
Quality of Life: The Role of Social Relationships Among The Elderly in
anItalian Region. Retrived from
:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18374375?ordinalpos=1&itool=Entr
ezSystem.Diakses pada tanggal 20 Juli 2012
Dinas Kesehatan Yogyakarta. (2010). Usia Harapan Hidup di Yogyakarta.
Yogyakarta
Djamarah, B.S. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga.
Jakarta : Rineka Cipta
Elfrida, H. (2009). Pola Komunikasi Keluarga dengan Orang Tua Tunggal di
Kelurahan Bangun Mulia Kecamatan Medan Amplas. Skripsi. Universitas
Sumatra Utara
Fallowfield, L. (2009). What is quality of life ? . Retrieved from :
http://www.whatseries.co.uk. Diakses pada tanggal 1 Maret 2012.
Fariba, S.S., Ali, N., Alireza, A.M., Mehdi, F.S. (2011). The Relationship of
Family Communication Patterns on Life Quality in Adolescene. Journal of
Family Counseling 1(1) : 101-104. Diakses pada tanggal 10 Maret 2012.
Friedman, M.M., Bowden, V.R., Jones, E.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Keluarga: Riset, Teori, & Praktik. Jakarta : EGC
Garcia, EL., Banegas JR., Perez-Regadera, AG., Cabrera, RH., Rodriguez-
Artalejo, f. (2005). Social Network and Health Related Quality of Life in
Older Adults: A Population-Based Study in Spain. Retrived from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18834511?ordinalpos=1&itool=Entez
System2
Gibney, M. (2009). Gizi Kesehatan Masyarakat.Jakarta : EGC
Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Lane, W. (2011). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Kedokteran.
Diakses 2 Juli 2012. http://www.ncbi.ac.Id/pdf
Latifah, S. (2011). Hubungan antara Fungsi Kognitif dengan Kualitas Hidup
pada Lansia di Dusun Gamping Kidul, Ambarketawang, Gamping, Sleman,
Yogyakarta. Skripsi. STIKES Achmad Yani Yogyakarta
Liliweri, A. (2007). Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Linton, A.D. & Lach, H.W. (2009). Matteson and McConnell’s Gerontological
Nursing Concepts and Practice (3rd ed). Philadelphia: Saunders Elsevier.
Luleci, E., Hey, W., Subasi, F. (2008). Assessing Selected Quality of Life Factors
of Nursing Home Residents in Turkey. Archives of Gerontology and
Geriatrics, 46, 57-66. Retrived from:http://www.sciencediret.com/. Diakses
pada tanggal 23 Febuari 2012.
Maryam, R. S.,Ekasari, M.F., Rosidawati, Jubaedi, A., dan Batubara, I. (2008).
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Matsuo. (2003). Effect of Activity Participation of The Elderly and Quality of Life.
Jakarta : Yonago Acta Medica. 46, 13-24.
Mirowsky, J. and Ross, C.E. (2003). Education Cumulative Advantage and
Health Ageing International 30,27-62
Mirzanah, S. (2011). Hubungan antara Kecerdasan Spiritualitas (Spiritual
Inteligence) dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Panti Sosial Trasna
Wredha Yogyakarta Unit Abiyoso. Skripsi. Universitas Gadjah Mada
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka
Cipta
Noorkasiani, T. (2009). Kesehatan usia Lanjut dengan Pendekatan ASKEP.
Jakarta: SalembaMedika
Nugroho, W. (2006). Keperawatan gerontik dan Geriatrik edisi 3 . Jakarta : EGC
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Penduduk Lanjut Usia. (2008). [Retrived
from:http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com....task.
..Diakses pada tanggal 12 Febuari 2012.
Rapley, M. (2003). Quality of Life Research. New Delhi: Sage Publications.
Resume Kajian Penanganan Lansia Tahun 2009. (2009). Retrieved
from:http://bappeda.slemankab.go.id/index.php?option=com_content&task
=view&id=167&Itemid=1&lang=. Diakses pada tanggal 12 Febuari 2012.
Riwidikdo, H. 2010. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press
Salim, O.C., Sudharma, N.I., Kusumaratna, R.K., & Hidayat, A. (2007). Validitas
dan reliabilitas World Health Organization Quality of Life-BREF untuk
mengukur kualitas hidup lanjut usia. Universa Medicina; 26(1): 27-38.
Saryono. 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis bagi pemula.
Yogyakarta : Mitra Cendikia Press
Schulz-Allen,M.F. (1997). Aging and Human Longevity. Switzerland: Institution
Universitaires Geriatrie
Setiabudhi, T. & Hadywinoto. 2005. Panduan Gerontologi Tinjauan dari
Berbagai Aspek: Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Supratiknya.(2007). Mengenal Prilaku Abnormal.Jakarta :SalembaMedika
Susniene, D. & Jurkauskas, A. (2009). The Concepts of Quality of Life and
Happiness – Correlation and Differences. Inzinerrine Ekonomika-
Engineering Economics, 3, 58-66. Retrieved from: http://www.ktu.1t/1t/
mokslas/zurnalai/ inzeko/63/1392-2758-2009-3-63-58.pdf. Diakses pada
tanggal 27 Febuari 2012.
U.S Census Bureau, International Data Base. (2009). Penduduk Lanjut Usia.
Jakarta
Ventegodt, S., Merrick, J., & Andersen, N.J. (2003). Quality of Life Theory I. The
IQOL Theory: An Integrative Theory of the Global Quality of Life Concept.
TheScienetificWorldJOURNAL, 3, 1030-1040. Retrieved from:
http://www.livskvalitet.org/pdf/QOL_theory_I_%28The_IQOL_theory%29.
pfpdf. Diakses pada tanggal 28 Febuari 2012.
Wangsarahardja, K., Dharmawan, O., Kassim, E. (2007). Hubungan antara Status
Kesehatan Mulut dan Kualitas Hidup Lanjut Usia. Universa Medicina,
26(4), 186-194
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC
WHO. (1998). WHOQOL User Manual. Retrieved from :
http://www.who.int/mental_health/media/en/76.pdf. Diakses pada tanggal
15 Febuari 2012
Wulandari, D. W. (2004)Penentuan Validitas WHOQOL-100 dalam Menilai
Kualitas Hidup pada Pasien Rawat Jalan di RSCM (versi Indonesia).
Jakarta: Universitas Indonesia
Zanocchi. (2008). Chronic Pain In A Sample Of Nursing Home Resident :
Prevalence, Characteristics, Influence on Quality of Life (QOL). Archive of
Gerontology and Geriatrics 47, 121-128