1
HUBUNGAN DERAJAT MEROKOK DENGAN
SKOR KESEHATAN FISIK PADA KARYAWAN
KAMPUS II DAN III UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Laporan Penelitian in Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
ABDELRAHMAN M S ALNWEIRI
NIM: 1112103000103
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436H/2015M
5
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kepada Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan nikmat kesehatan
dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik
sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Skripsi berjudul “Hubungan Derajat Merokok dengan Skor Kesehatan
Fisik pada Karyawan Kampus II dan Kampus III Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Dokter, FKIK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis Menyampaikan ucapan terima kasih setinggi-tingginya dan tak
berhingga kepada yang terhormat:
1- DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG (K), SH,
Maftuhah, M Kep, Ph.D, dan Fase Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D selaku
wakil dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2- dr. Achmad Zaki, SpOT, M.Epid selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3- dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P (K),MARS, selaku pembimbing 1 atas
bimbingannya yang luar biasa bermanfaat, keikhlasan meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran di tengah kesibukan, dan juga atas motivasi
dan semangat yang diberikan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan penelitian.
4- dr. Ahmad Azwar Habibi, M.biomed,selaku pembimbing 2 yang telah
memberikan motivasi serta mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga
untuk membimbing peneliti dalam melakukan penelitian dan
menyusun laporan penelitian ini.
6
5- dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS, FACS selaku penanggung jawab riset
PSPD 2012 yang telah mamfasilitasi penulis untuk menyelesaikan
penelitian.
6- Ayah dan Ibu, Terima kasih untuk kasih sayang dan doa yang terus
menerus dipanjatkan, serta pengorbanan yang penuh keikhlasan dan
ridho yang menjadikan kelancaran dalam setiap langkah hidup saya.
7- Karyawan (OB dan security) kampus 2 dan 3 UIN Syarif Hidayatullah
selaku subjek penelitian.
8- Teman – teman yang selalu memberikan saya semangat untuk
mengerjakkan penelitian dan mendukung saya.
9- Teman-teman saya di kelompok HELLO yang selalu memotivasi saya
dan membantu saya dalam perkuliahan.
10- Teman – teman PSPD 2012 yang saya cintai.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut
serta memberikan bantuan dan sumbangan pemikiran selama penulis mengikuti
perkuliahan.Akhirnya segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dapat
menjadi karunia yang tidak terhingga dalam hidupnya.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin, namun penulis menyadari
masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya
skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Jakarta, September 2015
Penulis
Abdelrahman M. S. Alnweiri
1112103000103
7
ABSTRAK
Abdelrahman M. S. Alnweiri. Hubungan Derajat Merokok dengan
Skor Kesehatan Fisik pada Karyawan Kampus II dan Kampus III
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan: Mengetahui apakah terdapat hubungan antara beratnya derajat merokok
dengan skor kesehatan fisik. Metode : Penelitian ini adalah penelitian cross
sectional dan cara pengambilan sampel pada penelitian dilakukan dengan cara
convenience sampling penelitian ini melibatkan 44 orang laki-laki dengan usia >
17 tahun. Seluruh subjek penelitian menjawab berkas inform concent, kuesioner
data pengukur Index Brinkman (IB), dan kuesioner SF – 36v2 komponen fisik.
Data penelitian diuji statistik dengan SPSS v16. Hasil: Setelah dilakukan uji
statistic didapatkan bahwa hubungan antara derajat merokok dan skor kesehatan
fisik mendapatkan nilai p value 0,499 (p >0,05) yang menunjukkan bahwa
kolerasi antara derajat merokok dengan skor kesehatan fisik adalah tidak
bermakna, dan nilai korelasi koefisien (r2) uji Spearman sebesar 0.105
menunjukkan bahwa arah kolerasi positif dengan kekuatan kolerasi yang sangat
lemah. Kesimpulan: Derajat merokok tidak mempunyai hubungan yang
bermakna dengan skor kesehatan fisik.
Kata kunci: merokok, kesehatan fisik, Kuesioner SF- 36v2, Index Brinkman,
Derajat merokok.
8
ABSTRACT
Abdelrahman M. S. Alnweiri. The relationship between smoking status and
physical health score for employee in the 2nd dan 3rd campus of Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
Aim: To study if there is a relationship between smoking status with Physical
health score. Methods: This study is a cross sectional study, using a convenience
sampling method to collect data. 44 male subjects aged > 17 years. Informed
concern is obtained from all subjects. We used 2 questioners to obtain data, Index
Brinkman is used to obtain data for the smoking status, and SF – 36v2 physical
component is used to obtain for the physical health score. We use SPSS v16 for
the statistical analyses. Results: After the statistical analyses we found that p
value is 0,499 (p>0,05) that mean that there is no a relationship between the
smoking status and the physical health score, and Spearman’s correlation
coefficient (r2)is 0,105 shows that the correlation is very weak with positive
perfect relationship. Conclusion: There was no relationship between the smoking
status and the physical health state.
Keyword: Smoking, Physical health, SF – 36v2, Brinkman Index, smoking state.
9
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………..….….....….ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………......….……......ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................ii
KATA PENGANTAR …………………………………………...…….…iii
ABSTRAK …………………………………………………..……...…..iv-v
DAFRAT ISI …………………………………..................…………...vi-viii
DAFTAR TABEL …………………………………..…………….……....ix
DAFTAR GAMBAR …………………………………………..…..…..….x
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………......………….xi
BAB1 PENDAHULUAN ……………………………………...………….1
1.1 Latar Belakang ………………………………….....…......2-3
1.2 Rumusan Masalah …………………………….....………....4
1.3 Hipotesis Penelitian ………………………….....…………..4
1.4 Tujunan Penelitian ………………………….....…………....4
1.4.1 Tujuan Umum ……………………….....…………...4
1.4.2 Tujuan Khusus ………………….…....….……...…..4
1.5 Manfaat Penelitian ……………………….............................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA …………………………….....….…….. .6
2.1 Landasan teori ……………...........……………....6-22
2.1.1 kesehatan………………………….....……...6
2.1.1.1 Definisi Sehat …………….....……....6
2.1.1.2 Faktor – factor yang mempengaruhi
kesehatan ......................................................6
2.1.1.2.1 Lingkungan ………….............…...7
2.1.1.2.2 Gaya Hidup …………………...…8
2.1.1.2.3. PolaMakan ………………….......8
2.1.1.2.4 Substansi Penyalahgunaan ………….9
2.1.1.2.4 Olahraga dan Obesitas ………….…...9
2.1.1.2.4 Genetik (keturunan) ……………..... 9
10
2.1.2 Rokok ……………………………………..... 10
2.1.2.1 Bahan – bahan yang terkandung dalam
rokok................................................................10
2.1.2.2 Jenis – jenis rokok …..….….………...12
2.1.2.3 Derajat Merokok …………….…….... 13
2.1.2.4 Adeki Nikotin …………….……......... 14
2.1.3 Kuesioner SF – 36v2 (Short Form Health
Survey 36) ....................................................... 14
2.1.4 Dalil – dalil fatwa ulama yang mengharamkan
rokok ................................................................. 17
2.2 Kerangka Teori …………………………………………….… 24
2.3 Kerangka Konsep ……………………………………….……. 25
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 25
3.1 Desain Penelitian .......................................................................... 25
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 25
3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................. 25
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................. 25
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 25
3.3.1 Populasi ........................................................................... 25
3.3.2 Sampel ........................................................................ 25-26
3.4 Kriteria Penelitian .......................................................................... 26
3.4.1 Kriteria Inklusi ................................................................ 26
3.4.2 Kriteria Esklusi ............................................................... 26
3.5 Cara Kerja Penelitian ..................................................................... 27
3.6 Pengolahan Data .......................................................................... 27
3.7 Definisi Operasional ..................................................................... 28
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASA ............................................................. 29
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 29
4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian .................... 29- 31
11
4.1.2 Uji Normalitas Data ...................................... 31- 32
4.1.3 Interpretasi hasil SPSS .................................. 32- 33
4.2 Pembahasan ............................................................................... 33-36
4.3 Pembahsan Aspek Keislaman ................................................... 36-19
4.4 Keterbatasan Penelitian .................................................................. 40
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 41
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 41
5.2 Saran ............................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 42- 46
LAMPIRAN ..................................................................................................... 47
12
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 . Partikel-partikel di dalam rokok ..................................................... 12
Tabel 2.2. Gas-gas dalam rokok ........................................................................ 12
Tabel 2.3. Pertanyaan yang mewakili 8 dimensi kuesioner SF – 36 v2 ............ 15
Tabel 4.1 : Distribusi subjek penelitian berdasarkan umur ................................ 28
Tabel 4.2 :Karakteristik variabel Indeks Brinkman (IB) ................................... 29
Tabel 4.3. Skor Kesehatan Fisik ........................................................................ 29
Tabel. 4.4. Hasil uji Spearman’s ........................................................................ 31
13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Faktor yang mempengaruhi Status Kesehatan (Blum 1974).................... . 7
Gambar 2.2 Komponen Kuesioner SF 36 v2 .........................................................17
Gambar 4.2 Distribusi subjek penelitian berdasarkan Indeks Brinkman (IB) .... 29
Gambar 4.3 Distribusi subjek penelitian berdasarkan skor kesehatan fisik ....... 30
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Kode Etik ..................................................................................... 48
Lampiran 2 : Riwayat Pendidikan .................................................................... 49
Lampiran 3: informed concent dan kuesioner SF- 36v2 .................................. 50
Lampiran 4: Data penelitian ............................................................................. 51
Lampiran 5: Data SPSS ................................................................................... 52
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Estimasi jumlah perokok 1.3 milyar sedunia. Angka kematian akibat
mengkonsumsi rokok 5 juta per tahun; kalau tidak ada penurunan jumlah
pengguna rokok maka angka kematian akan menjadi dua kali lipat angka
kematian sekarang, dan akan sampai 10 juta tahun 2020.1
Menurut Global Adult Tobacco Survey ( GATS) 2011 di Indonesia, 67.4%
laki-laki dan 4.5% perempuan adalah pengguna tembakau dalam berbagai bentuk.
Di Indonesia, tembakau digunakan dalam bentuk rokok 34.8% (59.9 juta)
dibandingkan dengan bentuk yang lain. Prevalensi pengguna tembakau lebih
banyak di daerah rural (37.7%) dibandingkan (31.9%) di daerah urban. Perokok
yang merokok setiap hari, 38.3% diantara mereka merokok batang pertama 5- 30
menit setelah bangun. Rokok dihisap dalam berbagai macam bentuk seperti
kretek, rokok putih, shisha dan cigar. Secara umum, rata-rata 12 batang yang
dihisap perhari (secara rinci: 13 batang untuk laki-laki dan 8 batang untuk
permpuan). Data menunjukan bahwa rata-rata usia memulai merokok secara rutin
adalah 17 tahun (tidak ada berbedaan antara daerah urban atau rural).
Prevalensi tertenggi penggunaan rokok adalah pada umur 45-64 tahun.
Batang rokok adalah bentuk tembakau yang paling banyak dijual di pasaran
dengan prevalensi 79.8%. Diperkirakan perokok mengeluarkan Rp 369.948,00
per bulan untuk membeli rokok. Harga 20 batang rokok adalah Rp 12.719,00 .
Iklan rokok merupakan iklan terbanyak yang ada di Indonesia, diperkirakan
bahwa 4 dari 5 orang melihat iklan rokok dibandingkan dengan iklan-iklan
produk-produk lain. Laporan dari RisKesDes (Riset Kesehatan Dasar)
menunjukan bahwa 72.2% perokok dapat melihat tanda pengingatan bahaya
rokok, namun hanya 27.1 % dari perokok berpikir untuk mengurangi rokok.2
Berdasarkan jenis pekerjaan, petani, nelayan, buruh adalah proporsi perokok aktif
setiap hari yang terbesar (44,5%) dibandingkan kelompok pekerjaan lainnya.
16
Berat derajat merokok dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara.
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; berat derajat merokok
dikalsifikasikan berdasarkan indeks brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-
rata batang rokok yang dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun:
- Ringan : 0 – 200
- Sedang : 200 – 600
- Berat : > 600
Kesehatan dapat dipengatuhi dan ditentukan oleh beberapa faktor yang
dapat berdampak secara integreted antara lain: (1) lingkungan sosial ekonomi (2)
lingkungan fisik (3) faktor pribadi dan kebiasaan. faktor lain yang dapat
mempengaruhi kesehatan seperti : pendidikan, genetik, jenis kelamin dan
pelayanan kesehatan.4 Menurut Blum faktor yang mempengaruh kesehatan dapat
dikelompokkan dalam empat kelompok : lingkungan, gaya hidup, genetik
(keturunan) dan pelayanan kesehatan, oleh karena itu apabila terjadi gangguan
pada salah satu faktor ini maka akan mengakibatkan terjadinya sakit. 5 Lifestyles
meliputi gaya hidup dan kebiasaan seperti kebiasaan merokok, makanan dan
olahraga dapat berdampak terhadap kesehatan.6
Rokok dapat mempengaruhi baik kualitas maupun usia harapan hidup.
Perokok pada usia 35 tahun, diprediksi bahwa wanita perokok akan hidupnya
akan lebih pendek 5 tahun dari pada wanita yang tidak merokok, untuk laki-laki
prediksinya 7 tahun lebih pendek dari pada laki-laki yang tidak merokok.
Dilaporkan bahwa rokok menyebabkan 30% dari angka kematian akibat kanker.7
Menurut Departemen Kesehatan RI (Depkes RI) (1997), gaya hidup sehat
adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan
hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan yang buruk yang dapat mengganggu
kesehatan. Menurut Depkes RI (2002) indikator gaya hidup sehat antara lain:
perilaku tidak merokok, pola makan sehat dan seimbang dan aktivitas fisik yang
teratur. Kesehatan fisik adalah keadaan baik, artinya bebas dari sakit, seluruh
badan serta bagian-bagiannya. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak
merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif
17
tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami
gangguan8
SF 36 v2 adalah kuesioner yang bersifat umum, digunakan untuk menilai
dampak penyakit secara umum terhadap kehidupan penderita dengan menitikberat
fungi tubuh.42 Kuesioner ini sering digunakan oleh dokter-dokter klinik untuk
menilai pasien asma karena kueioner SF 36 v2 mudah dipahami oleh pasien dan
pasien mengisinya sendiri. Hasil kuesioner berupa angka maka hal ini menjadikan
interpretasi hasilnya lebih mudah.43
Garis besar dari fakta – fakta yang telah diuraikan sebelumnya, merokok
dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia baik dari segi fisik,
psikis, sosial, dan ekonomi, atau dalam kata lain merokok dapat mempengaruhi
kualitas hidup (quality of life) seseorang. Dari penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya menunjukkan adanya penurunan pada angka kualitas hidup yang
diukur secara objektif dengan menggunakan skoring seorang perokok jika
dibandingkan dengan angka kualitas hidup seseorang yang tidak pernah
merokok.45
18
1.2 RUMUSAN MASALAH:
Apakah terdapat hubungan antara derajat merokok dengan skor kesehatan fisik ?
1.3 HIPOTESIS :
Tingginya derajat merokok akan menyebabkan penurunan skor kesehatan fisik.
1.4 TUJUAN PENELITIAN:
1.4.1 TUJUAN UMUM:
Mengetahui apakah terdapat hubungan antara derajat merokok
dengan skor kesehatan fisik.
1.4.2 TUJUAN KHUSUS:
1. Mengetahui derajat merokok karyawan.
2. Mengetahui skor kesehatan fisik karyawan.
1.5 MANFAAT PENELITIAN:
1- Bagi Institusi (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)
Institusi akan mendapatkan data derajat merokok karyawan
pada kampus 2 dan 3.
Institusi akan mendapatkan data skor kesehatan fisik
karyawan kampus 2 dan 3.
Memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang membahas
masalah tentang masalah yang sama.
Institusi mendapatkan hasil analisis hubungan antara derajat
merokok dan skor kesehatan fisik.
2- Bagi Populasi Penelitian:
Subjek penelitian akan mendapatkan data skor kesehatan fisik .
Subjek penelitian akan mendapatkan data derajat merokok.
Subjek penelitian mendapatkan edukasi tentang efek rokok
terhadap kesehatan.
19
3- Bagi peneliti:
Mendapat pengalaman dan cara menyusun penelitian.
Membelajari cara pengolahan data penelitian secara statistik.
20
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kesehatan
2.1.1.1 Definisi Sehat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah keadaan seluruh
badan serta bagian-bagiannya bebas dari sakit.9 Menurut UU Kesehatan No 36 tahun
2009 pasal 1, sehat adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.10
Menurut Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO)
tahun 2002, sehat adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial bukan
hanya sekedar tidak adanya penyakit maupun cacat. Dari ketiga definisi sehat
diatas dapat disimpulkan bahwa sehat adalah suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial yang terbebas dari suatu penyakit sehingga seseorang dapat melakukan
aktivitas secara optimal.11
2.1.1.2 Faktor–faktoryang mempengaruhi Kesehatan:
Menurut konsep Blum, faktor-faktor yang mengaruhi kesehatan (Determinants of
Health) bisa dikelompokkan dalam 4 konsep besar:5
1- Lingkungan
2- Gaya hidup
3- Keturunan (Genetik)
4- Pelayanan Kesehatan
Gambar 2.1 menjelaskan hubungan antara setiap komponen dari konsep
Blum, dan pengaruh setiap komponen kepada status kesehatan.
21
Gambar 2.1 Faktor yang mempengaruhi Status Kesehatan (Blum 1974)38
2.1.1.2.1 Lingkungan:
Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan pada apapun fase kehidupan,
oleh karena itu, faktor lingkungan dapat dibagi menjadi 12:
a- Lingkungan sebelum lahir (Pre-natal Environment)12
Faktor-faktor yang dapat mengganggu lingkungan
intrautrine seperti : riwayat penyakit ibu saat hamil, riwayat ibu
merokok, riwayat tekanan darah tinggi bisa mengakibatkan
bayi dengan berat lahir rendah (low birthweight babies),
namun ibu dengan riwayat DM tidak terkontrol bisa
menyebabkan bayi dengan berat lahir berlebih (Overweight
babies).
Angka mortalitas yang disebabkan oleh stroke dan penyakit
jantung iskemik berhubungan erat dengan faktor-faktor
intrauterin saat kehamilan. Faktor intrauterin yang
menyebabkan penyakit jantung iskemik dan stroke melalui
faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah seperti anemia
saat kehamilan dan defisiensi besi.13
22
b- Lingkungan Setelah lahir (Post-natal Environment):
Faktor lingkungan yang mempengaruhi setelah lahir
seperti: cakupan makanan bergizi, kebersihan air minum,
sanitasi dan higienitas peribadi, lingkungan rumah dan
kepadatan penduduk. Faktor lingkungan bisa dibagi dalam
berapa kategori sebagai berikut: Lingkungan fisik, kimia,
biologis, psikososial dan ekonomi.14, 15
2.1.1.2.2 Gaya hidup:
Gaya hidup sehat adalah suatu pola hidup dengan
memperhatikan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi
kesehatan, antara lain makanan dan olahraga. Selain itu gaya hidup
seseorang juga mempengaruhi tingkat kesehatannya, misalnya jika
suka merokok dan minum minuman keras, tentu saja bukan pola
hidup sehat.16
Gaya hidup sehat adalah pilihan sederhana yang sangat
tepat untuk dijalankan. Hidup dengan pola makan, pikiran,
kebiasaan dan lingkungan yang sehat. Sehat dalam arti kata
mendasar adalah segala hal yang kita kerjakan memberikan hasil
yang baik dan positif. Hidup sehat adalah hidup dengan fisik,
psikologi, lingkungan dan finansial yang sehat, cukup dan baik.
Menurut tabloid gaya hidup sehat, hidup sehat itu adalah cara
menyelenggarakan proses kehidupan sehingga memberikan kondisi
positif bagi diri sendiri dan lingkungan.16
2.1.1.2.3 Pola Makan:
Pola makan yang sehat merupakan kunci dalam
menentukan status kesehatan.17 Beberapa laporan membuktikan
bahwa, status gizi buruk dan pola makan yang kurang keseimbang
pada masa anak-anak dapat merupakan faktor risiko untuk
munculnya penyakit seperti stroke pada masa dewasa.12 Pola
makan yang tidak sehat (khususnya pada masa anak-anak) yang
23
mengandung banyak makanan berlemak yang menyebabkan
kolesterol darah tinggi dapat menyebabkan hipertensi yang
merupakan salah satu faktor risiko untuk stroke dan penyakit
jantung iskemik.18
Sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung antioksidan
vitamin dan serat yang diduga sebagai faktor protektor dari
penyakit saluran cerna dan kanker secara umum. Diet tinggi lemak
dan tinggi garam merupakan faktor risiko penyakit jantung
sedangkan diet tinggi gula merupakan faktor risiko untuk obesitas
dan penyakit gigi.19
2.1.1.2.4 Substansi Penyalahgunaan:
Penyalahguna nikotin, alkohol dan obat-obatan mempunyai efek
yang besar terhadap kesehatan.20
a- Rokok
Rokok merupakan faktor risiko terjadinya banyak penyakit
antara lain, bayi berat lahir rendah, penyakit jantung,
kanker paru, bronkitis dan emfisema, amputasi anggota
tubuh dan lain-lain.
b- Alkohol
Meminum alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan
sirosis hepatis, tekanan darah tinggi dan masalah-masalah
sosial.
2.1.1.2.5 Olahraga dan Obesitas:
Penyakit jantung berhubungan kuat dengan faktor risiko penyakit
jantung dan stroke yang mempunya mortilitas yang tinggi.20
2.1.1.3 Genetik (Keturunan) :
Faktor genetik termasuk jenis kelamin dan usia biologis. Semua penyakit
memiliki hubungan genetik, termasuk penyakit infeksi dan intoksikasi, faktor
genetik pada semua penyakit ini terlihat dari berbedaan respon tubuh penjamu.21
24
2.1.2 Rokok:
Definisi Merokok adalah suatu kebiasaan yang merugikan bagi
kesehatan karena suatu proses pembakaran massal tembakau yang
menimbulkan polusi udara dan terkonstrasi yang secara sadar langsung
dihirup dan diserap oleh tubuh bersama udara pernapasan.22 Merokok
merupakan suatu kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan semu
bagi si perokok, tetapi dari pihak yang lain dapatmenimbulkan dampak
buruk bagi si perokok sendiri maupun bagi orang-orang di sekitarnya.23
Rokok merupakan produk utama dari hasil pengolahan tembakau yang
diramu dan dibentuk secara khusus dari berbagai jenis dan mutu
tembakau. Teknik pencampuran, pengolahan, dan pemberian bahan
tembakau juga bervariasi.22
2.1.2.1 Bahan–bahanyang terkandung dalam rokok:
Komposisi kimia dan asap rokok tergantung pada jenis tembakau,
desain rokok (seperti ada tidaknya filter atau bahan tambahan), dan pola
merokok individu. Dalam sebatang rokok mengandung lebih dari 4000 zat
dan 2000 diantaranya mempunyai dampak yang tidak baik bagi kesehatan
tubuh, diantaranya adalah bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan-
bahan yang digunakan di dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia),
naftalin (naphthalene), racun serangga (DDT), racun anai-anai (arsenic),
gas beracun (hydrogen cyanide) dan banyak lagi lainnya.22
Asap rokok merupakan aerosol heterogen yang dihasilkan oleh
pembakaran tembakaukurang sempurna. Terdiri dari gas dan uap yang
berkondensasi dan tersebar dalam mulut.24Asap yang dihirup mengandung
komponen gas dan partikel. Komponen gas yakni CO, CO2, O2, hidrogen
sianida, amoniak, nitrogen,senyawa hidrokarbon. Sebagian besar fase gas
adalah CO2, O2, dan nitrogen. Komponen partikel antara lain tar, nikotin,
benzopiren, fenol, dan kadmium.23 Tar merupakan komponen padat dalam
asap rokok setelah dikurangi nikotin dan uap air terdiri dari zat kimia, di
antaranya golongan nitrosamin, amin aromatik, senyawa alkan, asam
25
karboksilat, logam (Ni, As, Ra, Pb) selain itu juga sisa insektisida, zat- zat
di atas bersifat karsinogenik.25
Nikotin adalah partikel padat yang mudah diserap oleh selaput
lendir mulut, hidung dan jaringan paru.25 Zat ini merupakan zat psikoaktif
yang dapat meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan intelegensi anak
yang dikandung oleh ibu yang merokok serta dapat meningkatkan risiko
infeksi saluran napas, serangan asma, penyakit jantung koroner dan
penyakit paru. Nikotin merupakan bahan adiktif yang menimbulkan
ketergantungan atau kecanduan.26
Besar pajanan asap rokok bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh
kuantitas rokok yang dihisap dan pola penghisapan rokok antara lain usia
mulai merokok, lama merokok, dalamnya hisapan dan lain-lain. Pajanan
asap rokok menyebabkan kelainan pada mukosa saluran napas, kapasitas
ventilasi maupun fungsi sawar alveolar/kapiler.26
Zat pada rokok yang paling berbahaya adalah Tar, Nikotin dan
Karbon Monoksida. Tar mengandung kurang lebih empat puluh tiga bahan
yang menjadi penyebab kanker atau yang disebut dengan karsinogen.
Nikotin mempunyai zat dalam rokok yang dapat menyebabkan ketagihan,
inilah mengapa perokok sulit menghentikan kebiasaan buruknya. Nikotin
merupakan zat pada rokok yang berisiko menyebabkan penyakit jantung,
25 persen dari para pengidap penyakit jantung disebabkan oleh kegiatan
merokok.27
Tabel 2.1 dan tabel 2.2pada halaman berikut menggambarkan
mengenai beberapa senyawa dan efeknya unsur asap sigaret terpilih:27
26
Tabel 2.1 . Partikel-partikel di dalam rokok:27
Senyawa Efek
Tar Karsinogen
Hidrokarbon aromatik polinuklear Karsinogen
Nikotin Stimulator dan depresor ganglion, karsinogen
Fenol Ko-karsinogen dan iritan
Kersol Ko-karsinogen dan iritan
B-Naftilamin Karsinogen
N-nitrosoaornikotin Karsinogen
Benzo(a)piren Karsinogen
Logam renik (mis nikel, polonium 210,
arsen)
Karsinogen
Karbazol Akselerator tumor
Katekol Ko-karsinogen
Tabel 2.2. Gas-gas dalam rokok:27
Gas efek
Karbon monoksida Penguragan transport dan pemakaian oksigen
Asam hidrosianat Siliotoksin dan iritan
Asetaldehid Siliotoksin dan iritan
Akrolein Siliotoksin dan iritan
Amonia Siliotoksin dan iritan
Formaldehid Siliotoksin dan iritan
Oksida dan nitrogen Siliotoksin dan iritan
Niktosamin Karsinogen
Hidrazin Karsinogen
Vinil klorida Karsinogen
2.1.2.2 Jenis–jenis rokok:
Rokok terdiri dari dua jenis, yaitu rokok berfilter dan tidak berfilter
atau disebut juga rokok kretek. Filter rokok terbuat dari bahan busa serabut
sintetis yang berguna untuk menyaring nikotin dan tar.28 Klasifikasi yang
lain, jenis rokok dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu rokok kretek,
kretek filter, cerutu dan rokok pipa tradisional. Sigaret kretek terdiri dari
gulungan tangan dan gulungan pabrik dimana keduanya mempunyai
kualitas yang berbeda.24
Berdasarkan bahan tembakau dikenal jenis rokok putih dan rokok kretek.
Rokok kretek didefinisikan sebagai rokok dengan atau tanpa filter yang
menggunakan tembakau rajangan, dicampur dengan cengkeh rajangan
27
(30%-40%), digulung dengan kertas sigaret. Di Indonesia yang paling
banyak dikonsumsi adalah rokok kretek, yaitu sebesar 81,34%.22
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Devereu, menjelaskan bahwa
merokok kretek merupakan faktor risiko utama terhadap berkembangnya
PPOK, dimana risiko kematian akibat PPOK akan lebih meningkat pada
perokok aktif. Merokok cerutu dan filter juga dapat meningkatkan
kesakitan dan kematian akibat PPOK meskipun risikonya lebih rendah
dibandingkan dengan merokokkretek.29
2.1.2.3 Derajat Merokok:
Menurut PDPI (2003), derajat merokok seseorang dapat diukur
dengan Indeks Brinkman, merupakan perkalian antara jumlah batang
rokok yang dihisap dalam sehari dikalikan dengan lama merokok dalam
satu tahun, akan menghasilkan pengelompokan sebagai berikut:30
1) Perokok ringan : 0-200 batang per tahun
2) Perokok sedang : 200-600 batang per tahun
3) Perokok berat : lebih dari 600 batang per tahun
Menurut penelitian Leffrondre dkk. mengenai model-model riwayat
merokok, status merokok seseorang dapat dibagi menjadi tidak pernah
merokok dan sering merokok. Never smoke adalah orang yang selama
hidupnya tidak pernah merokok atau seseorang selama kurang dari 1 tahun
(Indeks Brinkman 0). Smoker adalah seseorang yang mempunyai riwayat
merokok sedikitnya satu batang tiap hari selama sekurang-kurangnya satu
tahun baik yang masih merokok ataupun yang sudah berhenti.31
Derajat hisapan merokok
1) Berat (menghisap dalam) : cara menghisap rokok yang dibakar
dan dirasakan sampai masuk ke saluran napas bawah.
2) Ringan (menghisap dangkal) : cara menghisap rokok yan
dibakar dan hanya dirasakan di mulut saja kemudian dikeluarkan.22
28
2.1.2.4 Adiksi Nikotin
Nikotin merupakan zat berbahaya atau ― racun saraf ― yang poten.
Dampak utama nikotin yangterdapat dalam tembakau adalah ketergantungan
(adiksi) yang merupakan suatu fenomenaprilaku yang kompleks dengan sebab
akibat yang luas dari mekanismemolekuler ke interaksi sosial. Adiksi nikotin
terjadi karena interaksi antara nikotin dengan Nicotinic Acetylcholin Receptor
(nAChRs)yang merupakan reseptor nikotin di otak pada daerah mesolimbik
dopamin system di ventral tegmentalarea neuron yang mengawali aktivasi sistem
syaraf pusat termasuk system mesoaccumbensdopamine. Reseptor nikotin
mengaturpelepasan dopamin. Nikotin merubahaktifitas ventral tegmental area
untukmeningkatkan pelepasan dopamin. Dopamin adalah suatu senyawa
katekolamin yangpenting pada otak mamalia, yang mengontrol fungsi aktivitas
lokomotorik,kognisi, emosi, reinforsmen positif , dan regulasi endokrin.52
2.1.3 Kuesioner SF – 36 (Short-Form Health Survey 36)
Kuesioner SF – 36 adalah salah satu instrumen pengukuran kualitas hidup
yang dapat digunakan pada berbagai macam kondisi ataupun penyakit. Kuesioner
SF – 36 (Short Form) merupakan suatu kuesioner yang berisikan 36 pertanyaan
yang dikembangkan oleh para peneliti dari Universitas Santa Monica dan
bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap status kesehatan seseorang. Dari ke
36 pertanyaan yang ada merupakan penjabaran dari 8 aspek penilaian, yaitu:32
1- Pembatasan aktivitas fisik karena masalah kesehatan yang ada.
2- Pembatasan aktivitas sosial karena masalah fisik dan emosi.
3- Pembatasan aktivitas sehari-hari karena masalah fisik.
4- Nyeri seluruh badan.
5- Kesehatan mental secara umum.
6- Pembatasan aktivitas sehari-hari karena masalah emosi.
7- Vitalitas hidup.
8- Pandangan kesehatan secara umum.
Dari kedelapan dimensi tersebut dapat dikelompokkanmenjadi dua
komponen besar yaitu komponen fisik dan komponen mental. Kuesioner SF-36
29
memiliki skor yang berkisar antara 0-100, dimana semakin tinggi skor
menunjukkan semakin baiknya kualitas hidup responden.33
Dalam melakukan penghitungan terhadap skor kualitas hidup dengan
menggunakan kuesioner SF – 36 digunakan daftar nilai seperti yang tertera dalam
Tabel 2.3 . Sementara itu untuk skor akhir dilakukan penghitungan nilai rata – rata
dari setiap pertanyaan yang mewakili suatu dimensi tertentu (fungsi fisik, peranan
fisik, peranan emosi, kesehatan jiwa, energi, fungsi sosial, nyeri, kesehatan
umum), dan selanjutnya dari ke delapan dimensi tersebut dapat dikelompokkan
lagi menjadi 2 komponen besar yaitu komponen skor fisik dan komponen skor
mental dengan menghitung rata – rata dari skor setiap dimensi yang
mewakilinya.34
Tabel 2.3. Pertanyaan yang mewakili 8 dimensi kuesioner SF – 36 v2:
Skala Jumlah item Nomor pertanyaan
Fungsi fisik 10 3,4,5,6,7,8,9,10,11,12
Peranan fisik 4 13,14,15,16
Peranan emosi 3 17,18,19
Energi 4 23,27,29,31
Kesehatan jiwa 4 24,25,26,28,30
Fungsi sosial 2 20,32
Rasa nyeri 2 21,22
Kesehatan umum 5 1,33,34,35,36
Kuesioner SF – 36 telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, salah
satunya bahasa Indonesia. Validitas dari kuesioner SF – 36 telah dibuktikan pada
populasi umum danberagam kelompok pasien. Selain itu kuesioner SF – 36 telah
dipergunakan secara luas di Indonesia untuk mengukur kualitas hidup.
SF-36 memberikan 2 skala untuk mengukur kualitas kesehatan hidup
seorang: skor kesehatan fisik (Physical Component Summary – PSC) dan skor
kesehatan mental (Mental Component Summary – MCS.48 SF-36 sering digunakan
untuk skrining pada pasein yang menjalani operasi untuk menevaluasi keadaan
pasien sebelum dan sesudah operasi. SF-36 digunakan untuk menevaluasi pasien
stroke untuk menilai kesehatannya setelah mengalami stroke dan menevaluasi
keperhasilan terapi. Kuesioner SF-36 dapat juga digunakan untuk menevaluasi
kualitas hidup penderita asma dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis). Moy
30
dkk mendapat bahwa ada korelasi antara kulitas hidup yang dinilai dengan SF-36
dengan skor penggunaan obat bronkodilator.47
Kuesioner SF-12 merupakan bentuk ringkas dari SF-36, biasanya
digunakan untuk studi yang lebih intensive dan lebih besar. Kuesioner SCQoL
(Smoking Cessation Quality of Life) digunakan pada orang yang perhenti merokok
dan terbagi atas 5 bagian: interaksi sosial, kontrol diri, tidur, fungsi kognitive, dan
cemas. Kuesioner SCQoL senstif terhadap berubahan di status merokok.51
World Health Organization Quality of life – Bref (WHOQOL – BREF)
adalah alat ukur variabel kualitas hidup yang merupakan penembangan dari alat
ukur WHOQOL – 100. Kedua alat ukur ini dibuat oleh tim dari World Health
Organization (WHO). Alat ukur WHOQOL – BREF adalah alat ukur yang valid(r
= 0,89 – 0,95) dan reliable (R=0,06 – 0,87). Untuk penhitungan validitas dan
reliabilitas WHOQOL – BREF ini, skor yang digunakan adalah skor tiap dimensi.
Alat ukur ini telah diadaptasi ke berbagai bahasam, termasuk bahasa
Indonesia oleh Dr. Riza Sarasvita dan Dr. Satya Joewana untuk penelitian pada
drug usernamun belum ada uji psikometrinya.52
31
Gambar 2.2 Komponen Kuesioner SF 36 v2 47
2.1.4 Dalil – dalil fatwa ulama yang mengharamkan rokok:53
a. al-Muqaddimat an-Naqliyyah(Penegasan Premis-premis Syariah)
1- Agama Islam (Syariah) menghalalkan segala yang baik dan
mengharamkan khaba’is (segala yang buruk), sebagaimana
ditegaskan dalam al-Quran,
32
م عليهم الخبآئث(- األعراف 157)-1 ي بات ويحر ويحل لهم الط
Artinya: dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik
dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk … ” [Q.
7:157].
2- Agama Islam (syariah) melarang menjatuhkan diri ke dalam
kebinasaan dan perbuatan bunuh diri sebagaimana dinyatakan
dalam al-Quran,
يحب المحسنين( ) (البقرة195ول تلقوا بأيديكم إلى التهلكة وأحسنوا إن الل
Artinya: “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke
dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya
Allah menyukai orangorang yang berbuat baik” [Q. 2: 195]
كان بكم رحيما( 29النساء -)ول تقتلوا أنفسكم إن الل
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” [Q. 4: 29].
3- Larangan perbuatan mubazir dalam al-Quran,
وآت ذا القربى حقه والمسكين وابن السبيل ول تبذ ر تبذيرا )26( إن المبذ رين كانوا
يطان لرب ه كفورا إخوان الشياطين وكان الش
Kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan
janganlah kamumenghambur-hamburkan (hartamu) secara boros,
karena sesungguhnya parapemboros adalah saudara-saudara
setan, dan setan itu sangat ingkar padaTuhannya”[Q 17: 26-27].
4- Larangan menimbulkan mudarat atau bahaya pada diri sendiri
dan pada orang lain dalam hadis riwayat Ibn Majah, Ahmad, dan
Malik,
) ل ضرر و ل ضرار( رواه ابن ماجه, مالك, وأحمد.
Artinya: Tidak ada bahaya terhadap diri sendiri dan
terhadap orang lain [HR Ibn Majah, Ahmad, dan Malik].
33
5- Larangan perbuatan memabukkan dan melemahkan sebagaimana
disebutkan dalam hadis,
عن أم سلمة أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم نهى عن كل مسكر و مفتر )
رواه أحمد و أبو داود(
Artinya: “Dari Ummi Salamah bahwa Rasulullah saw
melarang setiap yang memabukkan dan setiap yang
melemahkan” [HR Ahmad dan Ab− Dawud]
6- Agama Islam (syariah) mempunyai tujuan (maqasid asy-syar‘ah)
untuk mewujudkan kemaslahatan hidup manusia. Perwujudan
tujuan tersebut dicapai melalui perlindungan terhadap agama
(hifz ad-din), perlindungan terhadap jiwa/raga (hifz an-nafs),
perlindungan terhadap akal (hifz al-‘aql), perlindungan terhadap
keluarga (hifz an-nasl), dan perlindungan terhadap harta (hifz al-
mal). Perlindungan terhadap agama dilakukan dengan
peningkatan ketakwaan melalui pembinaan hubungan vertikal
kepada Allah SWT dan hubungan horizontal kepada sesama dan
kepada alam lingkungan dengan mematuhi berbagai norma dan
petunjuk syariah tentang bagaimana berbuat baik (ihsan)
terhadap Allah, manusia dan alam lingkungan. Perlindungan
terhadap jiwa/raga diwujudkan melalui upaya mempertahankan
suatu standar hidup yang sehat secara jasmani dan rohani serta
menghindarkan semua faktor yang dapat membahayakan dan
merusak manusia secara fisik dan psikhis, termasuk menghindari
perbuatan yang berakibat bunuh diri walaupun secara perlahan
dan perbuatan menjatuhkan diri kepada kebinasaan yang dilarang
di dalam alQuran. Perlindungan terhadap akal dilakukan dengan
upaya antara lain membangun manusia yang cerdas termasuk
mengupayakan pendidikan yang terbaik dan menghindari segala
hal yang bertentangan dengan upaya pencerdasan manusia.
Perlindungan terhadap keluarga diwujudkan antara lain melalui
upaya penciptaan suasana hidup keluarga yang sakinah dan
34
penciptaan kehidupan yang sehat termasuk dan terutama bagi
anak-anak yang merupakan tunas bangsa dan umat. Perlindungan
terhadap harta diwujudkan antara lain melalui pemeliharaan dan
pengembangan harta kekayaan materiil yang penting dalam
rangka menunjang kehidupan ekonomi yang sejahtera dan oleh
karena itu dilarang berbuat mubazir dan menghamburkan harta
untuk hal-hal yang tidak berguna dan bahkan merusak diri
manusia sendiri.
B- Tahqiq al-Manat (Penegasan Fakta Syar’i)
1- Penggunaan untuk konsumsi dalam bentuk rokok merupakan 98 %
dari pemanfaatan produk tembakau, dan hanya 2 % untuk penggunaan
lainnya.
2- Rokok ditengarai sebagai produk berbahaya dan adiktif2 serta
mengandung 4000 zat kimia, di mana 69 di antaranya adalah
karsinogenik (pencetus kanker). Beberapa zat berbahaya di dalam
rokok tersebut di antaranya tar, sianida, arsen, formalin,
karbonmonoksida, dan nitrosamin. 4 Kalangan medis dan para
akademisi telah menyepakati bahwa konsumsi tembakau adalah salah
satu penyebab kematian yang harus segera ditanggulangi. Direktur
Jendral WHO, Dr. Margaret Chan, melaporkan bahwa epidemi
tembakau telah membunuh 5,4 juta orang pertahun lantaran kanker
paru dan penyakit jantung serta lain-lain penyakit yang diakibatkan
oleh merokok. Itu berarti bahwa satu kematian di dunia akibat rokok
untuk setiap 5,8 detik. Apabila tindakan pengendalian yang tepat tidak
dilakukan, diperkirakan 8 juta orang akan mengalami kematian setiap
tahun akibat rokok menjelang tahun 2030. Selama abad ke-20, 100 juta
orang meninggal karena rokok, dan selama abad ke-21 diestimasikan
bahwa sekitar 1 milyar nyawa akan melayang akibat rokok.
3- Kematian balita di lingkungan orang tua merokok lebih tinggi
dibandingkan dengan orang tua tidak merokok baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Kematian balita dengan ayah perokok di
35
perkotaan mencapai 8,1 % dan di pedesaan mencapai 10,9 %.
Sementara kematian balita dengan ayah tidak merokok di perkotaan
6,6 % dan di pedesaan 7,6 %.Resiko kematian populasi balita dari
keluarga perokok berkisar antara 14 % di perkotaan dan 24 % di
pedesaan. Dengan kata lain, 1 dari 5 kematian balita terkait dengan
perilaku merokok orang tua. Dari angka kematian balita 162 ribu per
tahun (Unicef 2006), maka 32.400 kematian dikontribusi oleh perilaku
merokok orang tua.
4- Adalah suatu fakta bahwa keluarga termiskin justeru mempunyai
prevalensi merokok lebih tinggi daripada kelompok pendapatan
terkaya. Angka-angka SUSENAS 2006 mencatat bahwa pengeluaran
keluarga termiskin untuk membeli rokok mencapai 11,9 %, sementara
keluarga terkaya pengeluaran rokoknya hanya 6,8 %. Pengeluaran
keluarga termiskin untuk rokok sebesar 11,9 % itu menempati urutan
kedua setelah pengeluaran untuk beras. Fakta ini memperlihatkan
bahwa rokok pada keluarga miskin perokok menggeser kebutuhan
makanan bergizi esensial bagi pertumbuhan balita. Ini artinya balita
harus memikul risiko kurang gizi demi menyisihkan biaya untuk
pembelian rokok yang beracun dan penyebab banyak penyakit
mematikan itu. Ini jelas bertentangan dengan perlindungan keluarga
dan perlindungan akal (kecerdasan) dalam maqasid asy-syar‘ah yang
menghendaki pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta
pengembangan kecerdasan melalui makanan bergizi.
5- Dikaitkan dengan aspek sosial-ekonomi tembakau, data menunjukkan
bahwa peningkatan produksi rokok selama periode 1961-2001
sebanyak 7 kali lipat tidak sebanding dengan perluasan lahan tanaman
tembakau yang konstan bahkan cenderung menurun 0,8 % tahun 2005.
Ini artinya pemenuhan kebutuhan daun tembakau dilakukan melalui
impor. Selisih nilai ekspor daun tembakau dengan impornya selalu
negatif sejak tahun 1993 hingga tahun 2005.10 Selama periode tahun
2001-2005, devisa terbuang untuk impor daun tembakau rata-rata US$
35 juta. Bagi petani tembakau yang menurut Deptan tahun 2005
36
berjumlah 684.000 orang, pekerjaan ini tidak begitu menjanjikan
karena beberapa faktor. Mereka umumnya memilih pertanian
tembakau karena faktor turun temurun. Tidak ada petani tembakau
yang murni; mereka mempunyai usaha lain atau menanam tanaman
lain di luar musim tembakau. Mereka tidak memiliki posisi tawar yang
kuat menyangkut harga tembakau. Kenaikan harga tembakau tiga
tahun terakhir tidak membawa dampak berarti kepada petani tembakau
karena kenaikan itu diiringi dengan kenaikan biaya
produksi.Pendidikan para buruh tani rendah, 69 % hanya tamat SD
atau tidakbersekolah sama sekali, dan 58 % tinggal di rumah berlantai
tanah. Sedang petani pengelola 64 % berpendidikan SD atau tidak
bersekolah sama sekali dan 42 % masih tinggal di rumah berlantai
tanah. Upah buruh tani tembakau di bawah Upah Minimum Kabupaten
(UMK): Kendal 68 % UMK, Bojonegoro 78 % UMK, dan Lombok
Timur 50 % UMK. Upah buruh tani tembakau termasuk yang
terendah, perbulan Rp. 94.562, separuh upah petani tebu dan 30 % dari
rata-rata upah nasional sebesar Rp. 287.716,- per bulan pada tahun
tersebut. Oleh karena itu 2 dari 3 buruh tani tembakau menginginkan
mencari pekerjaan lain, dan 64 % petani pengelola menginginkan hal
yang sama. 12 Ini memerlukan upaya membantu petani pengelola dan
buruh tani tembakau untuk melakukan alih usaha dari sektor tembakau
ke usaha lain.
6- Pemaparan dalam Halaqah Tarjih tentang Fikih Pengendalian
Tembakau hari Ahad 21 Rabiul Awal 1431 H / 07 Maret 2010 M,
mengungkapkan bahwa Indonesia belum menandatangani dan
meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC)
sehingga belum ada dasar yang kuat untuk melakukan upaya
pengendalian dampak buruk tembakau bagi kesehatan masyarakat.
Selain itu terungkap pula bahwa cukai tembakau di Indonesia masih
rendah dibandingkan beberapa negara lain sehingga harga rokok di
Indonesia sangat murah yang akibatnya mudah dijangkau keluarga
miskin dan bahkan bagi anak sehingga prevalensi merokok tetap
37
tinggi. Selain itu iklan rokok juga ikut merangsang hasrat
mengkonsumsi zat berbahaya ini.
38
2.2 Kerangka Teori
Pertahanan tubuh
host
Lingkungan
sosial
Lingkungan
fisik
Genetik
Pelayanan
kesehatan
Meningkatkan frekuensi
berobat
Skor Kesehatan
Fisik
Adiksi nikotin
Penurunan
produktifitas
Kebiasaan merokok
Pro-inflammatory
cytokines dan
inflammatory
mediators, cth
IL-1 , TNF-a, dan
PGE
Kerusakan matrik
ekstraseluler dan
stress oksidatif
Fungsi PMN
Rasio CD4+/CD8+
Penyakit Inflamasi kronis
Masalah
emosional
Peningkatan
pengeluaran biaya
Penurunan
pemasukan uang
Peningkatan
pengeluaran
biaya
pembelian
rokok
Status
ekonomi
rendah Tanda dan gejala
Derajat merokok
Jenis rokok
Ringan
Sedang
Berat
Gaya hidup
Cara menghisap rokok
Lama merokok
Jumlah rokok
39
2.3 Kerangka Konsep:
Derajat
Merokok;
indeks
Brinkman
(IB)
ringan
sedang
berat
Kategori
Skor
kesehatan
fisik
Baik (50 – 70)
Buruk (30 – 49)
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian:
Penelitian ini bersifat survei analitik dengan rancangan cross sectional
study(studi potong lintang).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian:
3.2.1 Lokasi:
Kampus 2 dan kampus 3 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3.2.2 Waktu:
Bulan Juni 2015.
3.3. Populasi dan Sampel:
3.3.1Populasi:
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah convenience
sampling. Populasi penelitian ini adalah karyawan kampus 2 dan kampus 3
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah- Jakarta yang memenuhui
kriteria inklusi dan eksklusi.
3.3.2 Sampel:
Besar sempel penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus
besar sempel untuk penelitian analitik korelatif kategorik tidak
berpasangan dengan desain penelitian potong lintang ( cross sectional ),
yakni sebagai berikut :
N= ((𝒁𝜶+𝒁𝜷)
𝟎,𝟓𝒍𝒏𝟏+𝒓
𝟏−𝒓
)
𝟐
+ 3
41
Keterangan :
N = Besar sempel
Zα = Deviat baku alpha = 1,64
Zβ = deviat baku beta = 1,28
r : koefisien korelasi = 0.4
ln = Logaritma natural
Penelitian yang membahas tentang masalah yang sama dilakukan Ten
Klooster44 dkk di Jerman tahun 2013, didapatkan koefisien korelasi (r) adalah 0.4
. pada penilitan ini digunakan Zα yaitu tingkat kesalahan tipe I yaitu 5% maka Zα
= 1,64 , sedangkan Zβ yaitu tingkat kesalah tipe II yaitu 10 % maka Zβ = 1,28.
N = ((𝟏.𝟔𝟒+𝟏,𝟐𝟖 )
𝟎,𝟓𝒍𝒏𝟏+𝟎.𝟒
𝟏−𝟎.𝟒
)
𝟐
+ 3
N = 47,43 + 3 = 50,4 ≈ 50
Jumlah sampel penelitian berdasarkan rumus = 50 orang
Total populasi pada penelitian ini adalah 44 orang, oleh karena itu jumlah sampel
penelitian adalah populasi total.
Jumlah populasi total = 44 orang.
3.4 KriteriaPenelitian :
3.4.1 Kriteria inklusi:
2- Karyawan (OB dan security) kampus 2 dan kampus 3 UIN Syarif
Hidyatullah Jakarta
3- Jenis kelamin laki-laki.
4- Perokok aktif.
5- Bersedia menjadi responden penelitian
42
3.5 Cara kerja penelitian:
Penelitian ini memiliki tahapan kerja sebagai berikut:
1- Tahap persiapan :
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan proposal, cara pengambilan data
dan print out kuesioner dan inform concent.
2- Tahap pengambilan data:
a. Wawancara subjek penelitian.
b. Memberikan inform concent kepada subjek penelitian untuk tanda
tangan sebagai syarat bersetujuan menjadi responden penelitian.
c. Responden mengisi kuesioner sendiri, kuesioner ini terdiri atas 2
bagian :
1- Kuesioner untuk menghitung indeks Brinkman
2- Kuesioner untuk menentukan skor kesehatan fisik dengan
kuesioner Sf 36 v2. Pada penelitian ini karena fokus penelitian
pada kesehatan fisik maka digunakan bagian yang berhubungan
saja dari kuesioner Sf 36 v2
3- Pengolahan data yang sudah didapatkan dari kuesioner dengan
menggunakan Microsoft Excel, Microsoft Word dan SPSS v 16.
3.6 Pengolahan Data
Pertama menentukkanvariabel pada penelitian. Variabel pada penelitian sebagai
berikut :
1- Indeks Brinkman (ringan – sedang – berat).
2- Kategori Skor Kesehatan Fisik (baik , buruk).
Hipotesis pada penelitian ini adalah hipotesis korelatif untuk mencari apakah
terdapat kolerasi antara derajat Indeks Brinkman (IB) dan skor kesehatan fisik.Uji
yang digunakan pada penelitian ini adalah uji non parametrik yaitu korelasi
Spearman karena data tidak memenuhi syarat uji parametrik yaitu karena
distribusi data tidak normal.
3.7 Definisi Operasional:
43
No Variabel Definisi Penguku
r
Alat ukur Cara
pengukuran
Skala
pengukuran
1 Perokok Laki-laki usia > 17
tahun yang pernah
merokok dan masih
merokok secara
aktif.
Peneliti Kuesioner
indeks
Brinkman
(IB)
Wawancara
2 Derajat
merokok
Indeks yang
digunakan untuk
mengkalsifikasikan
perokok menjadi :
Ringan, Sedang
dan Berat
Peneliti Kuesioner
Indeks
Brinkman(
IB)
Indeks
Brinkman
(IB) =
jumlah rata-
rata rokok
yang
dihisap
sehari
(batang) x
lama
merokok
(tahun)
Kategorik:
1-200 :
perokok ringan
201-600:
perokok
sedang
> 600: perokok
berat
3 Skor
kesehatan
fisik
Skor yang
didapatkan setelah
pengisi kuesioner
SF-36v2
Peneliti kuesioner
SF-36v2
Menghitung
skor hasil
pengisian
kuesioner
Kategorik
Buruk: 30 – 49
Baik: 50 – 70
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus 2 dan kampus 3 Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan jumlah subjek penelitian yang berhasil
dikumpulkan berjumlah 44 orang.
4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik dari 44 subjek penelitian meliputi umur, jumlah rokok yang
dikonsumsi, serta lamanya merokok, seperti terlihat pada tabel 4.1 di bawah ini .
1- Katakteristik berdasarkan Umur:
Tabel 4.1 : Distribusi subjek penelitian berdasarkan umur :
Kategori usia (tahun) Frekuensi (jumlah) Presentase (%)
Masa remaja akhir (17 - 25) 9 20.4
Masa dewasa awal (26 - 35) 21 47.7
Masa dewasa akhir (36 – 45) 8 18.2
Masa lansia awal (46 – 55) 2 4.5
Masa lansia akhir (56 – 65) 4 9.1
Total 44 100
Mean 33.72 tahun
Median (min – max) 31.5 (17 – 60)
Distribusi subjek penelitian berdasarkan usia: terdapat 9 responden yang
termasuk dalam kategori remaja akhir ( 17- 25 tahun ) , duapuluh satu responden
termasuk dalam kategori masa dewasa awal yaitu ( 26 – 35 tahun ) , delapan
responden termasuk dalam kategori dewasa akhir ( 36 – 45 tahun ) , dua
responden termasuk pada masa lansia awal ( 46 – 55 tahun ) dan 4 responden
termasuk pada masa lansia akhir. Tabel 1, Tabel 2, Gambar 3 halaman berikut.
2- Indeks Brinkman:
Tabel 4.2. Karakteristik variabel Indeks Brinkman (IB):
45
Kategori Frekuensi (jumlah) Presentase (%)
Perokok ringan 20 45.5
Perokok sedang 20 45.5
Perokok berat 4 9
Total 44 100
Minimum – Maximum 3.00 – 1836.00
Gambar 4.2 Distribusi subjek penelitian berdasarkan Indeks Brinkman (IB)
Dari hasil ini diperoleh bahwa jumlah subjek yang termasuk:
1- Perokok ringan sebanyak 20 orang (45,5 %)
2- Perokok sedang sebanyak 20 orang (45,5 %)
3- Perokok berat sebanyak 4 orang (9,1 %)
3 – Skor kesehatan Fisik :
Tabel 4.3. Skor Kesehatan Fisik:
Kategori skor kesehatan fisik Frekuensi (jumlah) Presentase (%)
Baik 39 88.6
Buruk 5 11.4
Total 44 100
Minimum - Maximum 34 – 70
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Buruk baik
Pe
rce
nt
Kategori Indeks Brinkman (IB)
persentasi
46
Gambar 4.3Distribusi subjek penelitian berdasarkan skor kesehatan fisik
Dari data di atas didapatkan bahwa, distribusi kategori skor Kesehatan fisik
sebagai berikut :
1- Kategori Baik (skor kesehatan fisik > 50 – 70) : jumlah subjek sebanyak
39 orang (88,6 %)
2- Kategori Buruk (skor kesehatan fisik 30 – 50) : julmah subjek sebanyak 5
orang (11,4 %).
4.1.3 Uji Normalitas data :
Uji normalitas dilakukan untuk menguji data numerik, apakah distribusi
data normal atau tidak. Distribusi data yang tidak normal tidak harus
dilakukan transfomasi data untuk menormalkan data, namun kalau setelah
dilakukan transformasi data dan hasil uji normalitas menunjukkan distribusi
data yang tidak normal maka data harus dikategorikan untuk bisa diuji dengan
SPSS. Oleh karena jumlah variabel kurang dari 50, maka kita menggunakan
Shapiro-Wilk sebagai uji normalitas data.
1- Indeks Brinkman :
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Buruk baik
pe
rce
nt
Skor Kesehatan Fisik
47
Hasil Shapiro-Wilk Indeks Brinkman : p =0,000 ,berarti p< 0,05 maka
dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi data Indek Brinkman tidak
normal. Oleh karena itu harus dilakukan transformasi data untuk mendapatkan
distribusi normal.
Hasil uji Shapiro-Wilk setelah dilakukan transformasi data variabel Indeks
Brinkman menghasilkan nilai probabilitas (p) sebesar 0,018. Karena nilai p
kurang dari 0,05 maka diambil kesimpulan bahwa variabel Indeks Brinkman
transformasi berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu, peneliti
mengkategorikan data sepaya bisa diuji secara statistik dengan SPSS.
2- Skor kesehatan Fisik :
Hasil Shapiro-Wilk Skor kesehatan fisik : p = 0,000 , oleh karena p< 0,05
maka dapat dikatakan bahwa distribusi data skor kesehatan fisik tidak normal.
Oleh karena itu, akan dilakukan transformasi data untuk mendapatkan
distribusi data normal.
Hasil menunjukkan nilai p = 0,000. Bisa diambil kesimpulan bahwa
distribusi data skor kesehatan fisik setelah dilakukan transformasi data tidak
normal, maka data harus dikategorikan untuk dapat diuji secara statisitik.
4.1.4 Interpretasi hasil SPSS:
Tabel. 4.4. Hasil uji Spearman’s
Variabel Correlation Coefficient p-value
IB - Skor kesehatan fisik 0.105 0.499
Umur – Skor kesehatan fisik 0.234 0.126
1- Analisis bivariat hubungan antara variabel Indeks Brinkman dan skor
kesehatan fisik secara statistik: Dengan menggunakan Softwar SPSS versi 16.
Dari hasil di atas, diperoleh nilai significancy 0,499 yang menunjukkan
bahwa kolerasi antara indeks Brinkman dengan skor kesehatan fisik adalah
tidak bermakna. Nilai kolerasi Spearman sebesar 0.105 menunjukkan bahwa
arah kolerasi positif dengan kekuatan kolerasi yang sangat lemah.
48
2 - Analisis bivariat hubungan antara variabel umur dan skor kesehatan fisik
secara statistik
Dari hasil tabel 4.4 di atas, diperoleh nilai significancy 0,126 yang
menunjukkan bahwa kolerasi antara umur dengan skor kesehatan fisik
adalah tidak bermakna. Nilai kolerasi Spearman sebesar 0.234
menunjukkan bahwa arah kolerasi positif dengan kekuatan kolerasi yang
sangat lemah.
Pada penelitian ini tidak bisa dilakukan analisis multivariat karena
variabel yang dimasukkan dalam analisis multivariat adalah variabel yang
pada analisis bivariat mempunyai p < 0,25 dan pada penelitian ini yang
mempunyai hal itu hanya satu analisis bivariat saja.
4.2 .Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di kampus 2 dan 3 UIN Syarifhidayatullah Jakarta
karena peneliti ingin melihat prevalensi orang perokok diantara karyawan OB dan
Security di kampus 2 dan 3, dan mengetahui apakah terdapat hubungan antara
derjarat merokok dan skor kesehatan fisik karyawan.
Dari Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 didapatkan karakteristik umur
menunjukkan bahwa jumlah perokok terbanyak berada pada usia 26 - 35 tahun
dengan presentase 47.7%. Berdasarkan Riskesdes 2013 proporsi terbanyak
perokok aktif ada pada usia 30-35 tahun dan pada penelitian ini didapatkan
hasil yang sama.3 Dari hasil ini menunjukan bahwa masalah kesehatan
terbanyak yang bisa terdapat pada kelompok usia ini adalah masalah akibat
rokok. Frekuensi terbanyak ini juga didapatkan pada masa produktif, dimana
orang memiliki kesehatan fisik dan aktivitas fisik dan kebugaran jasmani yang
paling tinggi yaitu usia 25- 35 tahun, maka hal ini akan mengakibatkan
penurunan kulitas hidup dan menurunkan produktifitas hidup orang perokok.
Faktor-faktor yang bisa menjadi sebagai alasan bahwa usia 26 – 35 tahun
adalah usia dengan presentase terbanyak 47.7% adalah sebagai berikut:
1- Orang pada usia ini sudah memulai bekerja dan mulai
menghasilkan uang sendiri.
49
2- Faktor psikologi yang disebabkan oleh beratnya tingkat stress
akibat kerja.
3- Pada usia ini dengan lingkungan kerja yang baru dan tempat
bergaulan yang baru, maka orang akan mendapatkan kebiasaan-
kebiasaan baru.
Data penelitian menunjukan bahwa prevalensi derajat merokok ringan
dan sedang sama yaitu 20 orang (45.5 %) untuk masing masing kategori.
Sedangkan subjek dengan indeks Brinkman kategori berat berjumlah 4 (9.1
%). Hasil Shapiro-Wilk Indeks brinkman : p =0,000 , oleh karena p< 0,05
maka dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi data Indek Brinkman tidak
normal. Oleh karena itu tidak bisa mendapatkan mean dan median. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan minumum dan maximum: minumum :
3.00 , sedangkan maximum: 1836.00.
Data penelitian menunjukan bahwa pevalensi skor kesehatan fisik kategori
baik (50 – 70) adalah 39 subjek (88,6 %), sedangkan kategori buruk (30 –
49) adalah 5 (11,4 %) . prevalensi ini masih diterima dengan alasan bahwa
kesehatan terpengaruh oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan dapat berdampak secara tidak rata.
Dari hasil uji kolerasi dengan uji Spearman’s didapatkan bahaw nilai P =
0.499 (P> 0.05) yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara
derajat merokok dengan skor kesehatan fisik. Hasil ini sama dengan yang
didapat dari penelitian yang dilakukan di Coraia dengan menggunakan
kuesioner Sf 36 v2, Senka Samardzic dan Gorka Vuletic Marvinac
mendapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara derajat
merokok dengan kesehatan fisik khususnya pada usia produktif, dan dikatakan
kalau hubungan ini akan bermakna pada usia lebih dari 65 tahun.36 Efek
rokok adalah efek kumulatif yang akan muncul dengan bertambahnya usia,
tetapi tidak bisa dipredeksi secara tepat pada usia berapa rokok akan
menyebabkan gangguan yang bermakna pada kesehatan fisik.Dari hasil juga
bisa diperoleh bahwa tingginya derajat merokok belum tentu akan
mengakibatkan keburukan pada skor kesehatan fisik.
50
Pada penelitian dilakukan oleh Funahashi Koichi dkk. di Japan tahun 2010
didapatkan hasil yang sama, dan dikatakan bahwa hasil ini dikarenakan oleh
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gangguan kesehatan yang tidak
bergejala atau masyarakat menganggap bahwa hal itu tidak merupakan hal
yang mengganggu kehidup.37 Dari pembahasan Funahashi Koichi dkk. yang
dilakukan oleh penelitian ini didapatkan bahwa dengan menggunakan
pemeriksaan fisik akan memberikan hasil yang lebih akurat terhadap
mendeteksi gangguan kesehatan yang istilahnya sub-clinical, karena
masyarakat tidak menganggap bahwa perubahan-perubahan ini merupakan
tanda-tanda dari gangguan penyakit.37
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aurelio Cayuela di Spanyol,
walaupun tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara status
merokok dengan skor kesehatan fisik, hasil ini tidak menyingkirkan bahwa
ada pengaruh antara 2 aspek tersebut dengan menurunkan aktifitas fisik
harian.46
Konsep Blum menjelaskan bahwa kesehatan terpengaruh secara kumulatif
oleh faktor-faktor determinan kesehatan, maka untuk orang dengan gangguan
pada satu determinan saja tidak selalu menimpulkan gangguan kesehatan.
Pada penelitian ini, kebiasaan merokok kemungkinan tidak akan menimbulkan
gangguan kesehatan kecuali jika terdapat gangguan pada faktor determinan
yang lain terutama umur. Umur yang masih dikategorikan sebagai dewasa
muda pada subjek penelitian dengan mean umur 33 tahun menjadi faktor
mendukung kesehatan dan menurunkan efek faktor-faktor yang dapat
mengganggu kesehatan. Hasil ini sudah dibukti juga dari hasil penelitian
sebelumnya, penelitian dilakukan di negaraCoratia oleh Senka Samardzic dan
Gorka Vuletic Marvinac, dikatakan rokok akan menimbulkan gangguan yang
signifikan di usia 65 tahun keatas.
Dari konsep Blum juga didapatkan bahwa faktor biologis berperan penting
dalam hal menentukan status kesehatan, dalam faktor jenis kelamin
merupakan faktor yang berhubungan erat dengan timbulnya efek rokok. Dari
hasil penelitain sebelum yang dilakukan di Coratia oleh Senka Samardzic dan
51
Gorka Vuletic Marvinac, didapatkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih
terpengaruh dengan rokok dibandingkan jenis kelamin laki-laki.
Sarna L dkknya, melakukan penelitian dengan cara Cohort untuk menilai
hubungan antara rokok dengan kualitas hidup berdasarkan status kesehatan.
Para peneliti menggunakan SF-36 untuk menilai skor kesehatan fisik dan skor
kesehatan mental. Subjek penelitian adalah permpuan berjumalah 158 736,
dengan rentang usia 29 sampai 71 tahun. penelitian ini dilakukan selama 8
tahun. Sarna L dkk mendapatkan bahwa perokok mempunyai skor kesehatan
fisik dan skor kesehatan mental yang rendah dibandingkan dengan orang yang
tidak pernah merokok. Pada akhir penelitian didapatkan bahwa orang yang
tetap merokok selama penelitian dan orang yang perhenti merokok mengalami
penurunan skor kesehatan fisik, namun skor kesehatan mental mengalami
perbaikan pada orang yang perhenti merokok.49
Penelitian yang dilakukan oleh Mario Guitérrez-Bedmar dkk, para peneliti
membanding antara 2 kelompok, yaitu kelompok perokok dan tidak perokok,
penelitian ini dikerjakan dengan metode Cohort, subjek penelitian adalah
mahasiswa selama 4 tahun kuliah. Para peneliti mendapatkan bahwa orang
yang tidak merokok mempunyai hasil SF-36 lebih baik dibanding orang yang
merokok secara umum. Pada orang yang merokok kurang dari 15 batang
perhari terdapat keburukan pada skor kesehatan mental yang signifikan secara
statisitik dibandingkan orang yang tidak merokok. Pada akhir penelitian
didapatkan bahwa perokok mempunyai status kesehatan(fisik dan mental)
yang buruk. Pada kelompok perokok didapatkan bahwa hasil skor SF-36
berkorelasi dengan jumlah batang rokok yang dihisap, dengan arti kenaikan
pada jumlah batang rokok yang dihisap akan mengakibatkan penurunan pada
skor kesehatan yang diukur dengan SF-36 .50
4.3 Pembahasan Aspek Keislaman:39,53
4.3.1 Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhammadiyah tentang hukum merokok.
52
Pertama : Amar Fatwa53
1- Wajib hukumnya mengupayakan pemeliharaan dan peningkatan derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dan menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi terwujudnya suatu kondisi hidup sehat yang
merupakan hak setiap orang dan merupakan bagian dari tujuan syariah
(maqasid asy-syar‘ah);
2- Merokok hukumnya adalah haram karena:
a. Merokok termasuk kategori perbuatan melakukan khaba’is yang
dilarang dalam Q. 7: 157,
b. perbuatan merokok mengandung unsur menjatuhkan diri ke dalam
kebinasaan dan bahkan merupakan perbuatan bunuh diri secara
perlahan sehingga oleh karena itu bertentangan dengan larangan al-
Quran dalam Q. 2: 195 dan 4: 29,
c. perbuatan merokok membahayakan diri dan orang lain yang
terkena paparan asap rokok sebab rokok adalah zat adiktif dan
berbahaya sebagaimana telah disepakati oleh para ahli medis dan
para akademisi dan oleh karena itu merokok bertentangan dengan
prinsip syariah dalam hadis Nabi saw bahwa tidak ada perbuatan
membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain,
d. rokok diakui sebagai zat adiktif dan mengandung unsur racun yang
membahayakan walaupun tidak seketika melainkan dalam
beberapa waktu kemudian sehingga oleh karena itu perbuatan
merokok termasuk kategorimelakukan suatu yang melemahkan
sehingga bertentangan dengan hadis Nabi saw yang melarang
setiap perkara yang memabukkan dan melemahkan.
e. Oleh karena merokok jelas membahayakan kesehatan bagi perokok
dan orang sekitar yang terkena paparan asap rokok, maka
pembelajaan uang untuk rokok berarti melakukan perbuatan
mubazir (pemborosan) yang dilarang dalam Q. 17: 26-27,
f. Merokok bertentangan dengan unsur-unsur tujuan syariah (maqasid
asy-syar‘ah), yaitu (1) perlindungan agama (hifz ad-din), (2)
perlindungan jiwa/raga (hifz an-nafs), (3) perlindungan akal (hifz
53
al-‘aql), (4) perlindungan keluarga (hifz an-nasl), dan (5)
perlindungan harta (hifz al-mal)
3- Mereka yang belum atau tidak merokok wajib menghindarkan diri dan
keluarganya dari percobaan merokok sesuai dengan Q. 66: 6 yang
menyatakan, “Wahai orang-orang beriman hindarkanlah dirimu dan
keluargamu dari api neraka.”
4- Mereka yang telah terlanjur menjadi perokok wajib melakukan upaya dan
berusaha sesuai dengan kemampuannya untuk berhenti dari kebiasaan
merokok dengan mengingat Q. 29: 69, “Dan orang-orang yang
bersungguhsungguh di jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalanjalan Kami, dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik,” dan Q. 2: 286, “Allah tidak akan
membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya; ia akan
mendapat hasil apa yang ia usahakan dan memikul akibat perbuatan yang
dia lakukan;” dan untuk itu pusat-pusat kesehatan di lingkungan
Muhammadiyah harus mengupayakan adanya fasilitas untuk memberikan
terapi guna membantu orang yang berupaya berhenti merokok.
5- Fatwa ini diterapkan dengan mengingat prinsip at-tadr’j (berangsur), at-
taisir (kemudahan), dan ‘adam al-haraj(tidak mempersulit).
6- Dengan dikeluarkannya fatwa ini, maka fatwa-fatwa tentang merokok
yang sebelumnya telah dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah dinyatakan tidak berlaku.
4.3.2 Fatwa MUI tentang rokok:54
Ijtima’ Ulama komisi Fatwa se-Indonesia III sepakat adanya perbedaan
pandangan mengenai hukum merokok, yaitu antara makruh dan haram. (khilaf ma
baina al-makruh wa al-haram). Peserta Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia
III sepakat bahwa merokok hukumnya haram jika dilakukan:
a. Ditempatumum;
b. Olehanak-anak; dan
c. Oleh wanita hamil
54
4.3.3 Fatwa BMNU (Bahtsul masail Nadhlatul Ulama):55
Berdasarkan kutipan dalil Al-Quran dan As-Sunnah serta kitab-kitab para
ulama maka penulis dapat menyimpulkan bahwa BMNU dalam menghukumi
merokok makruh menggunakan metode:
Pertama, BMNU Menggunakan kaidah fiqih dalam menetapkan hukum
merokok bahwa hukum itu berubah sesuai dengan perubahan alasan. Menurut
sekertaris komisis bahtsul masail diniyah waqi’- iyyah H.M. Cholil Nafis
merokok tetap dihukumkan makruh, karena hal ini tidak berakibat atau
membahayakan secara langsung, juga tidak memabukkan apalagi mematikan.
Kedua, Menggunakan pendekatan mahzab atau qauli para ulama, karena
menurut ulama NU tidak dijelaskan secara langsung mengenai hukum merokok di
dalam AlQuran. Di dalam beberapa pendapat ulama, dikatakan bahwa hukum
merokok yang ditetapkan tergantung pada kondisi perokok, serta besar dan
kecilnya kemudharatan yang ditimbulkan.
Ketiga, Secara singkat BMNU menggunakan pendekatan mahzab dan
kaidah ushuliyyah serta kaidah fiqhiyyah dalam menetapkan hukum merokok,
karena hukum merokok tidak dijelaskan secara langsung dalam Al-Quran, maka
BMNU menetapkan hukum merokok menggunakan pendekatan mahzab dan
kaidah fiqhiyyah serta ushuliyyah.
Ke-empat, BMNU menggunaakaan pertimbangan kemaslahatan, namun
menurut NU kemudharaataan yang ditimbulkaan oleh rokok relaltif kecil, dan
tidak sampai kepaada kematian
55
4.4 Keterbatasan
Keterbatasan pada penelitian ini berupa, pertama, waktu yang tidak cukup
karena penelitian ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan kuliah; waktu juga
yang tidak sesuai dengan jam istirhat karyawan maka mengatur waktu menjadi
masalah yang penting dan mempengaruhi hasil penelitian. Kedua, adalah jumlah
sampel penelitian yang sedikit, oleh karena itu diambil semua responden yang
terjangkau, namum jumlah sampel masih sedikit. Ketiga yaitu instrumen
penelitian, kuesioner Sf 36 v2 tidak dapat mendeteksi gangguan kesehatan
responden secara akurat karena tidak melihat latar belakang responden yang
menyebabkan data yang didapatkan tidak sesuai apa yang diharapkan. Penelitian
dilakukan pada satu kelompok saja dan tidak menggunakan metode komparatif
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1- Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara derajat
merokok dengan skor kesehatan fisik.
2- Tingginya derajat merokok tidak menggambarkan
rendahnya skor kesehatan fisik dan sebaliknya .
3- Hasil ini sudah terbukti scara statistik dengan uji kolerasi
dengan koefisien korelasi (r) adalah 0.105 dan p = 0,499.
5.2 Saran :
penelitian dilakukan dengan sampel yang besar untuk
mendapatkan hasil yang lebih valid
penelitian dilakukan dengan cara studi banding dengan
menggunakan 2 kelompok , satu sebagai kontrol dan satu untuk
diteliti.
Penelitian dilakukan dengan cara Cohort untuk mendapatkan hasil
yang lebih valid dan mengurangi bias.
57
DAFTAR PUSTAKA:
1. Tobacco: deadly in any form or disguise.World Health Organization.
Switzerland. 2006 May 4; 8(2):10-15.
2. Global Adult Tobacco Survey: Indonesia Report 2011. World Health
Organization, Regional Office for South East Asia. Indonesia. 2012; 1(8):
18 -24.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI. Riset Kesehatan Dasar. 2013.
4. Health impact assessment, The determinants of health [ internet ]. 2015 [
cited 2015 Sep 10 ]. Available from:
http://www.who.int/hia/evidence/doh/en/ .
5. Blum R. et al. The effects of race/ethnicity, income, and family structure
on adolescent risk behaviors. American Journal of Public Health 2000; 9
(1) :1881-2.
6. Newbold A. Management of Healthcare Organizations: An Introduction. [
internet ]. [cited 2015 Sep 10 ] Available from:
https://www.ache.org/pubs/Olden%20Sample.pdf
7. Georgieva L , Burazeri G . Health Determinants in the Scope of new
public health. Sofia. 2005; 3(300): 35- 44.
8. Kotler, M . Pola Hidup Sehat untuk Sehat di Usia Senja. . Diakses pada
tanggal 8 Juli 2012. [internet] . Available form:
http://www.polahidupsehat.com/referensi_543htm
9. Setiawan E . Kamus Besar Bahasa Indonesia [ internet ]. 2014-2015.
Available from: http://kbbi.web.id
10. Depkes RI, 2009 . Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009.
Tentang
Kesehatan. Jakarta. 2009.
11. World Health Organization. Bulletin of the World Health Organization.
2002. [cited 2015 Sep 10]. Available form:
http://www.who.int/about/definition/en/print.html
12. Barker D , Osmond C . Infant mortality, childhood nutrition, and
ischaemic heart disease in England and Wales. Lancet.1986; 1: 1077-81.
58
13. Godfrey KM, Redman C , Barker D , Osmond C. The effect of maternal
anaemia and iron deficiency on the ratio of fetal weight to placental
weight. Br J Obstet Gynaecol 199l; 98: 886-91.
14. McKeown T. The role of medicine.2nd ed. Oxford: Basil Blackwell. 1979;
8(3) :44-47.
15. Townsend P, Whitehead M, Davidson N . Inequalities in health: The
Black Report and the health divide. Penguin Books. 1992; 29(8): 213-29.
16. Ahira A . Pengertian Pola Hidup Sehat [ internet ].2010. [ cited 2015 Sep
11]. Available form:http://www.anneahera.com/pengertian-pola-hidup-
sehat-8691.htm.
17. Last J . Public health and human ecology (2nd ed). Appleton Lange. 1998;
3(22): 8-10.
18. Fall C , Barker D , Osmond C, Winter P , Clark P , Hales C . Relation of
infant feeding to adult scrum cholesterol concentration and death from
ischaemic heart disease. BMJ 1992; 304: 801-5.
19. James W , Nelson M , Ralph A , Leather S . The contribution of nutrition
to inequalities in health. BMJ 1997; 314:1545-9.
20. Monaghan S . The determents of the of people. BMJ. 2000; 32(12):22-24.
21. Zimmern R , Cook C. Genetics and health. Policy issues for genetic
science and their implications for health and health services. The Nuffield
Trust. London.2000; 36: 122-33.
22. Situmeang T . Hubungan merokok kretek dengan kanker paru. Jurnal
Respirologi Indonesia.Jakarta. 2002; 22 : 109-117.
23. Syahdrajad T. Merokok dan masalahnya. Dexa Media, Jurnal Kedokteran
dan Farmasi.Jakarta.2007; 20 : 184-187.
24. Aditama T . Tobacco use among students aged 13-15 years in
Jakarta.Majalah Kedokteran Indonesia.Jakarta.2006; 56: 7-12.
25. Antarrudin C . Pengaruh debu padi pada faal paru pekerja kilang padi yang
merokok dan tidak merokok. [internet] . 2007 [ cited 2015 Sep 9 ].
Available from:
http://library.usu.ac.id/modules.php?op=modload&name=Downloads&file
=index&req=getit &lid=710 .
59
26. Aditama T . Penyakit Akibat Merokok. Dalam : Masalah Perokok dan
Penanggulangannya:Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia
(YPIDI).Jakarta 2001; 3 : 2-6.
27. Burns D . Nicotine Addiction. In : Harrison T.R. Harrison’s Priciples of
Internal Medicine.The Mc Graw Hill Companies. 16th ed. USA:.2005; 1 :
2573-2576.
28. Sukmana T. Agar Terhindar dari Rokok. Be Champion.Jakarta.2007. pp:
4-14.
29. Devereux G. ABC of chronic obstructive pulmonary disease. Definition,
epidemiology, and risk factors. BMJ.2006; 332:1142–4.
30. PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia). PPOK, tantangan dan
pelaksanaan di abad 21. Pertemuan Ilmiah Khusus .PDPI.Jakarta.2000; 2
:4-7.
31. Leffrondre R . Modeling Smoking History: A Comparison of Different
approachs. American Journal of Epidemiology. Edisi ke-156.Jakarta.2001;
1 : 813-823.
32. Ware J, Sherbourne C . The MOS 36- Item Short Form Health Survey
(SF- 36). Conceptual Framework and Item selection. Medical Care. 1992;
30(473) : 5 – 6.
33. Kranciukaite D , Rastenyte F . Measurement Of Quality Of Life In Stroke
Patient. Medicina. 2006;42(9) : 10.
34. RAND. Scoring Instructions for the 36-Item Short Form Survey (SF-36).
2009: 3; 34-44.
35. Hermaini F . Uji Keandalan dan Kesahihan Formulir European Quality of
Life – 5 Dimensions (EQ-5D) untuk Mengukur Kualitas Hidup Terkait
Kesehatan padaUsia Lanjut di RSUPNCM. Universitas Indonesia; 2006;1
: 6.
36. Samardzic S ,Marvinac G . Quality of Life in Smokers, Coll.
Antropol.2009; 33 Suppl. 1: 107-114
37. Funahashi K , Takahashi I , Danjo K , Masashi M, Takashi U , Shigeyuki
N. Smoking habits and health-related quality of life in a rural japanese
population. Qual life res. Springer. 2011: 1; 1772-1778
60
38. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan, Depatemen kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar 2007, Laporan Provinsi Sulawesi Selatan. 2008
Des; 1 : 5- 6.
39. Nabulsi. تحريم التدخين من خالل القرآن الكريم و السنة. [internet].2006 [cited 2015
Sep 15]. Available from:
http://nabulsi.com/blue/ar/art.php?art=2348&id=150&sid=739&ssid=768
&sssid=769
40. Baits , Ammi N. Hukum rokok dalam Islam.[internet]. 2013[cited
2015 Sep 15]. Available from: http://www.konsultasisyariah.com/hukum-
rokok-dalam-islam/
41. Quran kareem terjemah bahasa Indonesia. [internet].[cited 2015 Sep
14]. Available from: http://www.theonlyquran.com/quran/Al-
A'raf/Indonesian_Bahasa_Indonesia/?ayat=156&pagesize=20
42. Imelda S,Yunus F , Wiwien H . Hubungan derajat asma dengan kualitas
hidup yang dinilai dengan asthma quality of life questionnaire.
Departemen Pulmonologi dan Ilmu kedokteran Respirasi, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia RS Persahabatan. Maj Kedokt Indon.
Jakarta 2007 Des ; 57(12) : 76-80.
43. Liam C. Significant morbidity associated with asthma: A need for
increased doctor and patient education. Med J Malaysia. Kuala Lumpur
2003 ; 58(4) : 471-4.
44. Klooster T, Harald V, Erik T, Liseth S , Lidy H, Aphons D J, Ellen D,
Piet R V, Mart V D L. A Performance of the Dutch SF-36 version 2 as a
measure of health-related quality of life in patients with rheumatoid
arthritis. Health and Quality Of Life Outcomes.Germany.2013; 11:77.
45. Laaksonen M, Rahkonen O , Martikhainen P, Karvonen S . Smoking
and SF – 36 health functioning. Prev. Med. 2006; 42(206): 6 – 8.
46. Cayuela A, Rodríguez-Domínguez S, Otero R. Deteriorated health-related
of life in health male smokers. Arch Bronconeumol. Spain. 2006; 43(02):
59-63.
61
47. Moy ML, Israel E, Weiss ST, Juniper EF, Dube L, Drazen JM, et
al. Clinical predictors of health-related quality of life depend on
asthma severity. Am J Respir Crit Care Med 2001;163:924-9
48. Ware JE, Kosinski M . SF-36® Physical and Mental Health Summary
Scales: A Manual for Users of Version 1. 2nd Edition. Lincoln, RI:
QualityMetric, Inc., 2001; 5 :54.
49. Sarna L, Bialous SA, Cooley ME, Jun HJ, Feskanich D. Impact of
smoking and smoking cessation on health-related quality of life in women
in the Nurses’ Health Study. Qual Life Res, 2008 Dec; 17: 1217-27.
50. Guiterrez-Bedmar M, Segui-Gomez M, Gomez-Gracia E, et al.
Smoking status, changes in smoking status and health-related
quality of life: findings from the SUN (“Seguimiento Universidad de
Navarra”) cohort. Int J Environ Res Public Health 2009;6:310–20.
51. Matthew G, Itai D, William W I. Quality of life and smoking. The
American Journal on Addictions Psychiatry. Callifornia. 2014; 23(6): 540
– 62.
52. Mansvelder H D , McGehee D S . Cellular and Synaptic Mechanisms of
Nicotine Addiction. Wiley Periodicals, Inc. 2002; :6.
53. Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Fatwa tentang
hukum merokok. No.6/SM/MTTII/2010.
54. KeputusanIjtima’ UlamaKomisi Fatwa se-Indonesia III tahun 2009.
55. KeputusanBahtsul Masail Nahdlatul Ulama [internet]2006.cited Sep 2015.
Available from [http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail ids,11-
id,15696-lang,id-c,syariah t,Bahtsul+Masail+tentang+Hukum+Merokok-
.phpx ]
56. Al-Quran al-kareem.
57. Hadis- hadis Nabawi.
62
Lampiran-1
Surat persetujuan kode etik
63
Lampiran 2
Riwayat Penulis
Identitas:
Nama : Abdelrahman M. S. Alnweiri
Jenis Kelamin : Laki- laki
Tempat, Tanggal Lahir : Al-nusairat, 27 April 1992
Agama : Islam
Alamat : Jl. Lurah Disah, Gg Kubur, RT/RW
08/002. Pisangan. Ciputat. Tanggrang
Selatan
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan:
1998 - 2004 : UNERWA Prep School “H”, boys and girl
2004 – 2007 : UNERWA Jinor High School “D” Boys
2007 – 2010 : Shuhadaa Al-Nusairat High School “A” Boys
2012 – present : Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
64
Lampiran 3
Informed Consent dan Kuesioner SF – 36v2
LEMBAR KESEDIAAN RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Assalamualaikum wr.wb
Kepada yth. Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nama saya Abdelrahman M. S. Alnweiri, Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu kesehatan Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2012. Saat ini saya
sedang melakukan penelitian dengan judul (HUBUNGAN DERAJAT
MEROKOK DENGAN SKOR KESEHATAN FISIK PADA KARYAWAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2015) sebagai tugas akhir untukmemperoleh gelar Sarjana Kedokteran.
Melalui kuesioner ini, saya akan menanyakan kepadaAnda hal-hal yang
berhubungan dengan kesehatan fisik Anda. Informasi yang Anda berikan sangat
diharapkandapat membantu kami mengetahui seberapa besar kemampuan
Andadalam melakukan aktivitas sehari-hari.
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama :
Umur :
Terima kasih atas kesediaan Anda untuk menyelesaikan survei ini!
Jakarta,
2015
Peneliti
Pesert
a
Abdelrahman M. S. Alnweiri ( )
65
Lampiran 5 : data SPSS
Uji Normalitas Data
Explore
Notes
Output Created 15- 2015-سبت ICT 06:48:16
Comments
Input Data E:\SKRIPSI\6AUG.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 44
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for dependent
variables are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any dependent variable
or factor used.
66
Syntax EXAMINE VARIABLES=USIA
INDEKS_BRINKMAN
SKOR_KESEHATAN_FISIK
/PLOT BOXPLOT HISTOGRAM
NPPLOT
/COMPARE GROUP
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Resources Processor Time 00:00:02.902
Elapsed Time 00:00:03.077
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
67
USIA 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
INDEKS_BRINKMAN 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
SKOR_KESEHATAN_FI
SIK 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
Descriptives
Statistic
Std.
Error
USIA Mean 33.7273 1.52407
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 30.6537
Upper Bound 36.8009
5% Trimmed Mean 33.1162
Median 31.5000
Variance 102.203
Std. Deviation 1.01095E1
Minimum 17.00
68
Maximum 60.00
Range 43.00
Interquartile Range 13.75
Skewness 1.039 .357
Kurtosis .635 .702
INDEKS_BRINKMAN Mean 2.9943E2
51.1533
4
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 1.9627E2
Upper Bound 4.0259E2
5% Trimmed Mean 2.4739E2
Median 2.1800E2
Variance 1.151E5
Std. Deviation 3.39313E2
Minimum 3.00
Maximum 1836.00
Range 1833.00
Interquartile Range 279.00
Skewness 3.006 .357
Kurtosis 10.935 .702
SKOR_KESEHATAN_
FISIK
Mean 60.6136 1.21705
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 58.1592
Upper Bound 63.0680
69
5% Trimmed Mean 61.3081
Median 62.5000
Variance 65.173
Std. Deviation
8.07297
Minimum 34.00
Maximum 70.00
Range 36.00
Interquartile Range 11.75
Skewness -1.192- .357
Kurtosis 1.469 .702
USIA
70
71
72
Indeks Brinkman (IB)
73
74
75
Skor Kesehatan Fisik
76
77
78
Uji Normalitas setelah dilakukan transformasi data:
Explore
note
Output Created 15- 2015-سبت ICT 06:50:42
Comments
Input Data E:\SKRIPSI\6AUG.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File 44
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for
dependent variables are treated as
missing.
79
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any dependent
variable or factor used.
Syntax EXAMINE VARIABLES=tans_IB
trans_skorKesFisik
/PLOT BOXPLOT HISTOGRAM
NPPLOT
/COMPARE GROUP
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Resources Processor Time 00:00:01.825
Elapsed Time 00:00:01.773
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
tans_IB 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
trans_skorKesFisik 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
tans_IB Mean 2.2531 .07603
80
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 2.0998
Upper Bound 2.4064
5% Trimmed Mean 2.2762
Median 2.3380
Variance .254
Std. Deviation .50435
Minimum .48
Maximum 3.26
Range 2.79
Interquartile Range .58
Skewness -1.057- .357
Kurtosis 2.651 .702
trans_skorKesFisik Mean 1.7782 .00974
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 1.7586
Upper Bound 1.7979
5% Trimmed Mean 1.7851
Median 1.7959
Variance .004
Std. Deviation .06458
Minimum 1.53
Maximum 1.85
81
Range .31
Interquartile Range .08
Skewness -1.706- .357
Kurtosis 3.865 .702
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
tans_IB .115 44 .174 .937 44 .018
trans_skorKesFisik .159 44 .007 .843 44 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Trans_IB:
82
83
84
trans_skorKesFisik:
85
86
87
Hasil Uji korelasi:
Kat-Indeks
Brinkman
Kat-Skor
kesehatan fisik
Spearman’s rho Kategori Indeks
Brinkman
Correlation Coefficient 1.000 .105
Sig.(2-tailed) . .499
N 44 44
Kat- skor
kesehatan fisik
Correlation Coefficient .105 1.000
Sig.(2-tailed) .499 .
N 44 44
Umur Kat-Skor
kesehatan fisik
Spearman’s rho Kategori Indeks
Brinkman
Correlation Coefficient 1.000 .234
Sig.(2-tailed) . .126
N 44 44
Kat-skor
kesehatan fisik
Correlation Coefficient .234 1.000
Sig.(2-tailed) .126 .
N 44 44