Download - HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN …
88
dibandingkan responden dengan masa
kerja < 5 tahun.
Kesimpulan Karakteristik perawat pelaksana di
Rumah Sakit Puri Cinere yang
menjadi responden penelitian sebagian
besar berusia < 30 tahun, berjenis
kelamin perempuan, lulusan
pendidikan D3 Keperawatan, dan
memiliki masa kerja < 5 tahun. Hasil
penelitian pengetahuan perawat
Rumah Sakit Puri Cinere adalah
26,9% memiliki pengetahuan pada
kategori rendah sedangkan sebanyak
73,1% memiliki pengetahuan pada
kategori tinggi. Hasil penelitian
penerapan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien resiko jatuh
ditemukan 71,2% tidak menerapkan
pelaksanaan pencegahan insiden pada
pasien resiko jatuh sedangkan 28,8%
menerapkan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien resiko jatuh.
Adanya hubungan yang signifikan
antara usia, masa kerja dan
pengetahuan perawat pelaksana
dengan penerapan pelaksanaan
pencegahan insiden pada pasien resiko
jatuh. Tidak ditemukan adanya
hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dan pendidikan dengan
penerapan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien resiko jatuh.
Daftar Pustaka Cahyono. (2008). Membangun budaya
keselamatan pasien dalam praktek kedokteran. Yogyakarta : Kanisius.
Depkes RI. (2008). Panduan nasional
keselamatan pasien rumah sakit: Utamakan keselamatan pasien. Edisi 2. Jakarta : Depkes RI.
Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKPRS). (2008). Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP). Jakarta : KKPRS.
Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKPRS). (2012). Laporan insiden keselamatan pasien (IKP). Jakarta : KKPRS
Nazam, D.M. (2009). Nurses’ role in
communication and patient saafety. Journal of Nursing Care Quality. Vol 24. No 3 pp 184-188. Di akses 9 november 2013.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
89
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN
TINGKAT KECEMASAN KLIEN KANKER YANG
MENJALANI KEMOTERAAPI
DI RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA PUSAT
Hera Septyadita1, Duma L Tobing2
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Jl. Limo Raya, Cinere Depok, Telp 7656971 ext 175. Fax : 7656904
Abstrak
Kecemasan adalah sebuah perasaan emosi dari pengalaman individu secara subjektif, perasaan ketakutan tidak dapat dispesifikan secara objektif, kegelisahan yang muncul juga tidak diketahui sebabnya, perasaan itu timbul setiap permulaan baru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan klien kanker yang menjalani kemoterapi. Sampel purposive sampling sebanyak 30 responden. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa usia, jenis kelamin, status pernikahan, status pendidikan, jenis kanker dan stadium kanker memiliki hubungan yang bermakna terhadap dukungan sosial keluarga terhadap klien kanker karena memiliki p value < 0,05. Kata Kunci : Kecemasan, Kanker, Dukungan Sosial Keluarga
Abstract
Anxiety is an emotional feeling of individual subjective experience, feelings of fear can not dispesifikan objectively, anxiety appears also not known why, feeling that arises every new beginning. The purpose of this study was to obtain information about the relationship of social support families with anxiety level clients undergoing cancer chemotherapy. Purposive sampling of 30 respondents. The results of this study showed that age, gender, marital status, educational status, cancer type and stage of cancer has a significant relationship to the family social support for cancer because the client has a p value <0.05. Key Word : Anxiety, Cancer, Family Social Support
88 8988 89
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
90
Pendahuluan WHO memprediksi bahwa pada tahun
2030 sebanyak 26 juta penduduk dunia
akan menderita kanker dan 17 juta di
antaranya diperkirakan meninggal
dunia (Chen, 2012). Setengah dari
penduduk di United State dan
sepertiga wanitanya menjalani hari
dengan kanker selama waktu hidup
mereka. Resiko dari pengembangan
banyak tipe kanker bisa di tanggulangi
dengan mengubah gaya hidup
seseorang, sebagai contoh, dengan
berhenti merokok, menghabiskan
banyak waktu dibawah sinar matahari,
menjadikan jiwa yang aktif, dan
mengkonsumsi makanan dengan diet
yang baik. Semakin cepat kanker
ditemukan dan di tangani, kesempatan
yang lebih baik untuk hidup bertahun-
tahun lagi (American Cancer Society,
2011). Kondisi di Indonesia sendiri
tidak lebih baik. Berdasarkan data
Riskesdas (2007), kanker mendudukin
peringkat ke-7 sebagai penyebab
kematian utama di Indonesia dengan
persentase 5,7%. Ditemukan empat
kasus kanker atau tumor setiap seribu
penduduk Indonesia.
Rasa nyeri yang ditimbulkan oleh
berkembangnya sel kanker dalam
tubuh dapat menyebabkan depresi
yang berhubungan dengan gejala sakit,
ketakutan, atau kehilangan kebebasan
diri, itu yang membuat tingkat
kecemasan pada klien kanker
meningkat. Proses perubahan yang
besar dan signifikan membuat klien
merasa belum siap dalam menghadapi
setiap perubahan dalam diri. Respon
yang terbentuk dari perasaan cemas
bukan hanya berupa respon fisiologis
seperti detak jantung yang cepat, sesak
nafas, serta menengangnya otot, tetapi
juga dapat berupa respon perilaku,
kognitif, dan afektif. Respon perilaku
yang ditunjukan oleh pasien kanker
dapat berupa kecenderungan menarik
diri dari hubungan intrapersonal, hal
itu dikarenakan respon lain yang
timbul berupa kecenderungan
melarikan diri dari masalah,
khususnya pada pasien kanker yang
terdeteksi ketika sudah dalam proses
stadium lanjut. Perasaan tidak bisa
menerima apa yang terjadi dalam
dirinya membuat individu tersebut
sangat waspada dan membatasi diri
dengan orang lain.
Dilihat dari bentuk respon tersebut,
respon afektif berperan dominan
dalam kecemasan yang timbul pada
91
klien kanker. Dapat dilihat dari hal-
hal yang tampak seperti ketakutan,
gugup, waspada, malu, tegang,
kengerian, dan masih banyak
kemungkinan respon lain yang
mengikuti (Stuart, 2007).
Rasa cemas dirasakan oleh seseorang
terhadap suatu tindakan medis (pasien
kanker terhadap kemoterapi,
pembedahan, radiasi dan terapi
hormon) ketika dalam keadaan sakit.
Maka dengan adanya dukungan sosial
dari orang lain akan menjadi suatu hal
yang sangat berharga. Hal tersebut
merupakan suatu hal yang harus terus
dipertahankan untuk mengurangi
tingkat kecemasan, khususnya dari
anggota keluarga. Kecemasan yang
timbul dari efek kemoterapi
merupakan salah satu stressor
pencetus yang dikategorikan dalam
dua hal yaitu, ancaman terhadap
integritas fisik yang meliputi
disabilitas fisiologis yang akan terjadi
atau penurunan kemampuan untuk
melakukan aktifitas hidup sehari- hari,
serta ancaman terhadap sistem diri
yang dapat membahayakan identitas
individu, harga diri, dan fungsi sosial
yang terintegrasi pada individu
tersebut (Stuart, 2007).
Seperti studi pendahuluan yang
dilakukan oleh Lolita (2002) tentang
faktor- faktor yang berhubungan
dengan tingkat kecemasan klien
kanker payudara dalam menghadapi
kemoterapi, menyebutkan hasil bahwa
faktor pengalaman, dukungan
keluarga, serta pendapatan memiliki
hubungan yang sangat erat
pengaruhnya dengan klien kanker
payudara dalam menghadapi
kemoterapi.
Bagi individu yang terkena kanker,
menghadapi kehidupan akan terasa
sulit. Berhubungan dengan proses
perkembangan penyakitnya, proses
pengobatan yang lama, serta tingkat
kecemasan psikologis yang
dikarenakan tekanan perasaan akan
hilangnya harapan hidup. Dalam hal
ini, komunikasi dengan orang terdekat
dalam memberikan dukungan dan
motivasi sangatlah berperan, terutama
dari pihak keluarga. Pernyataan diatas
diperkuat dengan studi pendahuluan
yang dilakukan oleh Fauziana (2011)
tentang pengaruh seluruh keluarga
terhadap klien kanker yang menjalani
kemoterapi dalam penelitiannya.
Hubungan dukungan keluarga tersebut
memiliki pengaruh yang bermakna
90 9190 91
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
90
Pendahuluan WHO memprediksi bahwa pada tahun
2030 sebanyak 26 juta penduduk dunia
akan menderita kanker dan 17 juta di
antaranya diperkirakan meninggal
dunia (Chen, 2012). Setengah dari
penduduk di United State dan
sepertiga wanitanya menjalani hari
dengan kanker selama waktu hidup
mereka. Resiko dari pengembangan
banyak tipe kanker bisa di tanggulangi
dengan mengubah gaya hidup
seseorang, sebagai contoh, dengan
berhenti merokok, menghabiskan
banyak waktu dibawah sinar matahari,
menjadikan jiwa yang aktif, dan
mengkonsumsi makanan dengan diet
yang baik. Semakin cepat kanker
ditemukan dan di tangani, kesempatan
yang lebih baik untuk hidup bertahun-
tahun lagi (American Cancer Society,
2011). Kondisi di Indonesia sendiri
tidak lebih baik. Berdasarkan data
Riskesdas (2007), kanker mendudukin
peringkat ke-7 sebagai penyebab
kematian utama di Indonesia dengan
persentase 5,7%. Ditemukan empat
kasus kanker atau tumor setiap seribu
penduduk Indonesia.
Rasa nyeri yang ditimbulkan oleh
berkembangnya sel kanker dalam
tubuh dapat menyebabkan depresi
yang berhubungan dengan gejala sakit,
ketakutan, atau kehilangan kebebasan
diri, itu yang membuat tingkat
kecemasan pada klien kanker
meningkat. Proses perubahan yang
besar dan signifikan membuat klien
merasa belum siap dalam menghadapi
setiap perubahan dalam diri. Respon
yang terbentuk dari perasaan cemas
bukan hanya berupa respon fisiologis
seperti detak jantung yang cepat, sesak
nafas, serta menengangnya otot, tetapi
juga dapat berupa respon perilaku,
kognitif, dan afektif. Respon perilaku
yang ditunjukan oleh pasien kanker
dapat berupa kecenderungan menarik
diri dari hubungan intrapersonal, hal
itu dikarenakan respon lain yang
timbul berupa kecenderungan
melarikan diri dari masalah,
khususnya pada pasien kanker yang
terdeteksi ketika sudah dalam proses
stadium lanjut. Perasaan tidak bisa
menerima apa yang terjadi dalam
dirinya membuat individu tersebut
sangat waspada dan membatasi diri
dengan orang lain.
Dilihat dari bentuk respon tersebut,
respon afektif berperan dominan
dalam kecemasan yang timbul pada
91
klien kanker. Dapat dilihat dari hal-
hal yang tampak seperti ketakutan,
gugup, waspada, malu, tegang,
kengerian, dan masih banyak
kemungkinan respon lain yang
mengikuti (Stuart, 2007).
Rasa cemas dirasakan oleh seseorang
terhadap suatu tindakan medis (pasien
kanker terhadap kemoterapi,
pembedahan, radiasi dan terapi
hormon) ketika dalam keadaan sakit.
Maka dengan adanya dukungan sosial
dari orang lain akan menjadi suatu hal
yang sangat berharga. Hal tersebut
merupakan suatu hal yang harus terus
dipertahankan untuk mengurangi
tingkat kecemasan, khususnya dari
anggota keluarga. Kecemasan yang
timbul dari efek kemoterapi
merupakan salah satu stressor
pencetus yang dikategorikan dalam
dua hal yaitu, ancaman terhadap
integritas fisik yang meliputi
disabilitas fisiologis yang akan terjadi
atau penurunan kemampuan untuk
melakukan aktifitas hidup sehari- hari,
serta ancaman terhadap sistem diri
yang dapat membahayakan identitas
individu, harga diri, dan fungsi sosial
yang terintegrasi pada individu
tersebut (Stuart, 2007).
Seperti studi pendahuluan yang
dilakukan oleh Lolita (2002) tentang
faktor- faktor yang berhubungan
dengan tingkat kecemasan klien
kanker payudara dalam menghadapi
kemoterapi, menyebutkan hasil bahwa
faktor pengalaman, dukungan
keluarga, serta pendapatan memiliki
hubungan yang sangat erat
pengaruhnya dengan klien kanker
payudara dalam menghadapi
kemoterapi.
Bagi individu yang terkena kanker,
menghadapi kehidupan akan terasa
sulit. Berhubungan dengan proses
perkembangan penyakitnya, proses
pengobatan yang lama, serta tingkat
kecemasan psikologis yang
dikarenakan tekanan perasaan akan
hilangnya harapan hidup. Dalam hal
ini, komunikasi dengan orang terdekat
dalam memberikan dukungan dan
motivasi sangatlah berperan, terutama
dari pihak keluarga. Pernyataan diatas
diperkuat dengan studi pendahuluan
yang dilakukan oleh Fauziana (2011)
tentang pengaruh seluruh keluarga
terhadap klien kanker yang menjalani
kemoterapi dalam penelitiannya.
Hubungan dukungan keluarga tersebut
memiliki pengaruh yang bermakna
90 9190 91
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
92
antara dukungan keluarga terhadap
motivasi klien kanker yang menjalani
kemoterapi.
Sebagai pemberi asuhan keperawatan,
perawat memiliki fungsi dan peran
yang penting dalam proses
penyembuhan. Pemberian asuhan
keperawatan bertujuan untuk
membantu klien dan keluarga untuk
mencapai tujuan penyembuhan.
Dalam kasus penyembuhan klien
kanker, asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat terhadap
pasien sangat dibutuhkan, karena
proses penyembuhan yang berjalan
cukup lama dan bertahap. Adapula
peran sebagai komunikator yang
merupakan pusat dari seluruh peran
perawat yang lain, keperawatan
mencakup komunikasi dengan klien
dan keluaga. Sebagai penyuluh,
perawat menjelaskan kepada klien
tentang bagaimana konsep dan data
kesehatan, mendemonstrasikan
prosedur seperti aktivitas dan proses
pengobatan yang harus dijalani sampai
klien dan keluarga memahami secara
jelas dan dapat dievaluasikan setiap
kemajuan yang ditunjukkan klien (
Potter & Perry, 2005). Tujuan Umum
: Mendapatkan informasi mengenai
hubungan dukungan sosial keluarga
dengan tingkat kecemasan klien
kanker yang menjalani kemoterapi.
Metode Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan
metode penelitian non eksperimen
yang merupakan penelitian deskriptif
korelatif dengan pendekatan cross
sectional, yaitu penelitian yang
mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor dengan efek dengan cara
pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat atau variabel independen
dan dependen di observasi satu kali
secara bersamaan dan dalam waktu
yang bersamaan dilakukan di Unit
Kemoterapi RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Mei sampai
Juni 2012.
Penelitian ini untuk melihat hubungan
antara 2 variabel yaitu variabel
independent dan dependent, yaitu
hubungan antara dukungan sosial
keluarga dengan frekuensi kemoterapi
dan klien kanker yang menjalani
kemoterapi dengan tingkat
Variabel r P- Value
Usia* Kecemasan 0.376 0.040
93
kecemasan. Analisis statistic yang
dipergunakan yaitu univariat dan
bivariat dengan analisis Uji korelasi
Pearson Product Moment dan T-test
Independent.
Hasil Penelitian a. Kecemasan klien kanker yang
menjalani kemoterapi.
Penelitian ini dilakukan di unit
kemoterapi lantai V bedah RSPAD
Gatot Soebroto Jakarta Pusat terhadap
30 responden yang menjalani
kemoterapi. Hasil analisisnya adalah
sebagai berikut :
Hasil karakteristik dari total 30
responden menunjukkan, rata – rata
berusia 48,96 tahun dengan usia
termuda 27 tahun dan yang tertua 71
tahun, jenis kelamin terbanyak adalah
perempuan yaitu 27 responden dan 3
responden laki – laki, status
pernikahan dengan menikah
berjumlah 28 responden serta yang
belum menikah berjumlah 2
responden, pendidikan dengan status
yang tinggi merupakan yang dominan
dengan persentase 86,7% dan yang
pendidikan rendah 13,3%. Rata – rata
dari lama sakit adalah 15,60 hari yang
terbawah adalah 5bulan dan yang
terlama adalah 27 bulan, rata- rata
frekuensi kemoterapi adalah 4 kali
dengan nilai terendah 2kali dan yang
terbanyak 7 kali. Jenis knaker yang
mendominasi adalah ca. mamae yaitu
16 responden yang menderita dan 14
responden lainnya dengan ca. colon,
dan frekuensi stadium yang
mendominasi adalaha stadium 3
dengan jumlah responden 22 orang
dan stadium 2 adalah 8 orang.
Karakteristik responden berdasarkan
usia, jenis kelamin, status pernikahan,
status pendidikan, jenis kanker, dan
stadium kanker karena memiliki p-
value <0,05. Hal tersebut
menunjukkan bahwa karakteristik
tersebut memiliki hubungan yang
bermakna.
Tabel 1. Analisis Hubungan
Kecemasan Klien Kanker Yang
Menjalani Kemoterapi Menurut Usia
di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta
Pusat Tahun 2012
(n=30)
Berdasarkan tabel 1 usia memiliki
hubungan yang bermakna dengan
kecemasan klien kanker yang
menjalani kemoterapi dengan p-value
<0,05 dan berpola hubungan positif.
92 9392 93
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
92
antara dukungan keluarga terhadap
motivasi klien kanker yang menjalani
kemoterapi.
Sebagai pemberi asuhan keperawatan,
perawat memiliki fungsi dan peran
yang penting dalam proses
penyembuhan. Pemberian asuhan
keperawatan bertujuan untuk
membantu klien dan keluarga untuk
mencapai tujuan penyembuhan.
Dalam kasus penyembuhan klien
kanker, asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat terhadap
pasien sangat dibutuhkan, karena
proses penyembuhan yang berjalan
cukup lama dan bertahap. Adapula
peran sebagai komunikator yang
merupakan pusat dari seluruh peran
perawat yang lain, keperawatan
mencakup komunikasi dengan klien
dan keluaga. Sebagai penyuluh,
perawat menjelaskan kepada klien
tentang bagaimana konsep dan data
kesehatan, mendemonstrasikan
prosedur seperti aktivitas dan proses
pengobatan yang harus dijalani sampai
klien dan keluarga memahami secara
jelas dan dapat dievaluasikan setiap
kemajuan yang ditunjukkan klien (
Potter & Perry, 2005). Tujuan Umum
: Mendapatkan informasi mengenai
hubungan dukungan sosial keluarga
dengan tingkat kecemasan klien
kanker yang menjalani kemoterapi.
Metode Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan
metode penelitian non eksperimen
yang merupakan penelitian deskriptif
korelatif dengan pendekatan cross
sectional, yaitu penelitian yang
mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor dengan efek dengan cara
pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat atau variabel independen
dan dependen di observasi satu kali
secara bersamaan dan dalam waktu
yang bersamaan dilakukan di Unit
Kemoterapi RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Mei sampai
Juni 2012.
Penelitian ini untuk melihat hubungan
antara 2 variabel yaitu variabel
independent dan dependent, yaitu
hubungan antara dukungan sosial
keluarga dengan frekuensi kemoterapi
dan klien kanker yang menjalani
kemoterapi dengan tingkat
Variabel r P- Value
Usia* Kecemasan 0.376 0.040
93
kecemasan. Analisis statistic yang
dipergunakan yaitu univariat dan
bivariat dengan analisis Uji korelasi
Pearson Product Moment dan T-test
Independent.
Hasil Penelitian a. Kecemasan klien kanker yang
menjalani kemoterapi.
Penelitian ini dilakukan di unit
kemoterapi lantai V bedah RSPAD
Gatot Soebroto Jakarta Pusat terhadap
30 responden yang menjalani
kemoterapi. Hasil analisisnya adalah
sebagai berikut :
Hasil karakteristik dari total 30
responden menunjukkan, rata – rata
berusia 48,96 tahun dengan usia
termuda 27 tahun dan yang tertua 71
tahun, jenis kelamin terbanyak adalah
perempuan yaitu 27 responden dan 3
responden laki – laki, status
pernikahan dengan menikah
berjumlah 28 responden serta yang
belum menikah berjumlah 2
responden, pendidikan dengan status
yang tinggi merupakan yang dominan
dengan persentase 86,7% dan yang
pendidikan rendah 13,3%. Rata – rata
dari lama sakit adalah 15,60 hari yang
terbawah adalah 5bulan dan yang
terlama adalah 27 bulan, rata- rata
frekuensi kemoterapi adalah 4 kali
dengan nilai terendah 2kali dan yang
terbanyak 7 kali. Jenis knaker yang
mendominasi adalah ca. mamae yaitu
16 responden yang menderita dan 14
responden lainnya dengan ca. colon,
dan frekuensi stadium yang
mendominasi adalaha stadium 3
dengan jumlah responden 22 orang
dan stadium 2 adalah 8 orang.
Karakteristik responden berdasarkan
usia, jenis kelamin, status pernikahan,
status pendidikan, jenis kanker, dan
stadium kanker karena memiliki p-
value <0,05. Hal tersebut
menunjukkan bahwa karakteristik
tersebut memiliki hubungan yang
bermakna.
Tabel 1. Analisis Hubungan
Kecemasan Klien Kanker Yang
Menjalani Kemoterapi Menurut Usia
di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta
Pusat Tahun 2012
(n=30)
Berdasarkan tabel 1 usia memiliki
hubungan yang bermakna dengan
kecemasan klien kanker yang
menjalani kemoterapi dengan p-value
<0,05 dan berpola hubungan positif.
92 9392 93
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
94
Tabel 2. Analisis Hubungan Kecemasan Klien
kanker Yang Menjalani Kemoterapi
Menurut Jenis Kelamin di RSPAD
Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun
2012
(n=30)
Dari hasil uji statistik tabel 2
didapatkan nilai P value < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin dengan kecemasan pada klien
kanker yang menjalani kemoterapi di
RSPAD Gatot Soebroto.
Tabel 3. Analiss Hubungan Kecemasan
Klien kanker Yang Menjalani
Kemoterapi Menurut Status
Pernikahan di RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat Tahun 2012
(n=30)
Dari hasil uji statistik pada tabel 3
didapatkan nilai P Value < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang bermakna antara status
pernikahan dengan kecemasan.
Tabel 4. Analisis Hubungan
Kecemasan Klien kanker Yang
Menjalani Kemoterapi Menurut Status
Pendidikan di RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat Tahun 2012
(n=30)
Jenis
Kelamin
n
Mea
n
Std.
Deviati
on
Std.
Erro
r
Mea
n
Sig
Laki- laki 3 57.6
6
.30779 .068
82
.035
Perempua
n
2
7
66.1
4
.52705 .166
67
Status
Pernikahan
n Mea
n
Std.
Deviat
ion
Std.
Error
Mean
Sig
Menikah 28 65.5
3
.44096 .08333
.009
Belum
Menikah
2 62.0
0
.00000 .00000
Variabel R P-Value
Frekuensi
Kemoterapi* Kecemasan
-0.22 0.24
Status
Pendidikan
n Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
Sig
Tinggi 26 64.73 .36795 .07216
.012 Rendah 4 69.00 .50000 .25000
95
Dari hasil uji statistik pada tabel 4
didapatkan nilai P Value < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang bermakna antara status
pendidikan dengan kecemasan pada
klien kanker yang menjalani
kemoterapi di RSPAD Gatot Soebroto.
Tabel 5. Analisa Hubungan
Kecemasan Klien Kanker Yang
Menjalani Kemoterapi dengan Lama
Sakit di RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat Tahun 2012
(n=30)
Dari hasil uji statistik pada tabel 5
didapatkan nilai P Value > 0,05,
sehingga dapat disimpulkan tidak
terdapat hubungan yang bermakna
antara lama sakit kecemasan berpola
positif pada klien kanker yang
menjalani kemoterapi di RSPAD
Gatot Soebroto.
Tabel 6. Analisa Hubungan
Kecemasan Klien Kanker Yang
Menjalani Kemoterapi Menurut
Frekuensi Kemoterapi di RSPAD
Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun
2012 (n=30)
Dari hasil uji statistk pada tabel 6
didapatkan nilai P Value <0,05,
sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang kurang bermakna
antara frekuensi kemoterapi dengan
kecemasan yang mengarah pada
hubungan yang berpola negatif pada
klien kanker yang menjalani
kemoterapi di RSPAD Gatot Soebroto.
Tabel 7. Analisa Hubungan
Kecemasan Klien kanker Yang
Menjalani Kemoterapi Menurut Jenis
Kanker di RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat Tahun 2012
(n=30)
Dari hasil uji statistik pada tabel 7
didapatkan nilai P Value < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang bermakna antara jenis
kanker dengan kecemasan pada klien
kanker yang menjalani kemoterapi di
RSPAD Gatot Soebroto.
Variabel r P-Value
Lama Sakit* Kecemasan 0.26 0.156
Jenis
Kanker
N Mean Std.
Deviati
on
Std.
Erro
r
Mea
n
Si
g
Ca.
Colon 14 67.14 .51355 .137
25
.0
3
4
Ca.
Mamae
16 63.68 .25000 .062
50
94 9594 95
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
95
Dari hasil uji statistik pada tabel 4
didapatkan nilai P Value < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang bermakna antara status
pendidikan dengan kecemasan pada
klien kanker yang menjalani
kemoterapi di RSPAD Gatot Soebroto.
Tabel 5. Analisa Hubungan
Kecemasan Klien Kanker Yang
Menjalani Kemoterapi dengan Lama
Sakit di RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat Tahun 2012
(n=30)
Dari hasil uji statistik pada tabel 5
didapatkan nilai P Value > 0,05,
sehingga dapat disimpulkan tidak
terdapat hubungan yang bermakna
antara lama sakit kecemasan berpola
positif pada klien kanker yang
menjalani kemoterapi di RSPAD
Gatot Soebroto.
Tabel 6. Analisa Hubungan
Kecemasan Klien Kanker Yang
Menjalani Kemoterapi Menurut
Frekuensi Kemoterapi di RSPAD
Gatot Soebroto Jakarta Pusat Tahun
2012 (n=30)
Dari hasil uji statistk pada tabel 6
didapatkan nilai P Value <0,05,
sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang kurang bermakna
antara frekuensi kemoterapi dengan
kecemasan yang mengarah pada
hubungan yang berpola negatif pada
klien kanker yang menjalani
kemoterapi di RSPAD Gatot Soebroto.
Tabel 7. Analisa Hubungan
Kecemasan Klien kanker Yang
Menjalani Kemoterapi Menurut Jenis
Kanker di RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat Tahun 2012
(n=30)
Dari hasil uji statistik pada tabel 7
didapatkan nilai P Value < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang bermakna antara jenis
kanker dengan kecemasan pada klien
kanker yang menjalani kemoterapi di
RSPAD Gatot Soebroto.
Variabel r P-Value
Lama Sakit* Kecemasan 0.26 0.156
Jenis
Kanker
N Mean Std.
Deviati
on
Std.
Erro
r
Mea
n
Si
g
Ca.
Colon 14 67.14 .51355 .137
25
.0
3
4
Ca.
Mamae
16 63.68 .25000 .062
50
94 9594 95
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
96
Tabel 8. Analisa Hubungan
Kecemasan Klien kanker Yang
Menjalani Kemoterapi menurut
Stadium Kanker di RSPAD Gatot
Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2012
(n=30)
Dari hasil uji statistik tabel 8
didapatkan nilai P Value < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang bermakna antara
stadium kanker dengan tingkat
kecemasan .
Tabel 9. Analisa Hubungan Dukungan
Sosial Keluarga Responden Dengan
Kecemasan Klien Kanker Yang
Menjalani Kemoterapi di RSPAD
Gatot Soebroto Jakarta Pusat
Tahun 2012 (n=30)
Dari hasil uji statistik pada tabel 9
didapatkan nilai P Value < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang sangat bermakna
antara dukungan sosial keluarga
dengan kecemasan yang mengarah
kepada hubungan yang negatif pada
klien kanker yang menjalani
kemoterapi di RSPAD Gatot Soebroto.
Usia dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya penyakit
tertentu. Banyak jenis kanker yang
dapat menyebabkan resiko yang lebih
besar pada orang yang berusia lebih
dari 45 tahun dibandingkan dengan
resiko pada orang yang lebih muda
(Potter & Perry, 2005).
Pola kesehatan dan penyakit pada laki-
laki dan perempuan menunjukkan
perbedaan yang nyata, dalam
kehidupan, perempuan lebih banyak
mengalami kesakitan dan tekanan
daripada laki- laki. Berbagai penyakit
atau gangguan hanya menyerang
perempuan, misalnya gangguan
kesehatan yang berkaitan dengan
kehamilan dan kanker servisk;
sementara itu laki- laki yang terdapat
kanker prostat (Departemen
Kesehatan, 2007).
Penelitian terkait yang dilakukan
Amin (2008) menyatakan bahwa
Stadiu
m
Kanker
n Mea
n
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
S
i
g
Stadium
2 8 63.2
5
.00000 .00000
.
0
1
0
Stadium
3
22 66.0
4
.47673 .10164
Variabel r P-Value
Dukungan
Sosial*Kecemasan
-0.575 0.001
97
penderita kanker terbanyak adalah
yang kawin (84,6%) tetapi tidak
terdapat perbedaan bermakna terhadap
sindrom depresif. Pengaruh tingkat
pendidikan formal Wanita Usia Subur
(WUS) terhadap pengetahuan tentang
pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) sebagai upaya deteksi dini
kanker payudara. Dimana semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang
semakin luas pengetahuan tentang
SADARI (Handayani 2001, dalam
Kurniawati, 2010)
Hasil penelitian yang dilakukan Amin
(2008) menyatakan bahwa penderita
kanker payudara terbanyak terjadi
pada stadium 3B senyak 76,5% dan
tidak terdapat hubungan bermakna.
Hal tersebut berbanding lurus pada
stadium mayoritas yang didapatkan
tetapi berbanding terbalik pada
hubungan yang bermakna pada hasil
penelitian yang didapatkan oleh
peneliti.
Kesimpulan Setelah melakukan penelitian tentang
hubungan dukungan sosial keluarga
terhadap klien kanker yang menjalani
kemoterapi di RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
a) Dari keseluruhan Karakteristik
responden, dapat terlihat bahwa
usia, jenis kelamin, status
pernikahan, status pendidikan,
jenis kamker, dan stadium kanker
memiliki hubungan yang
bermakna terhadap tingkat
kecemasan klien kanker yang
menjalani kemoterapi di RSPAD
Gatot Soebroto. Hal tersebut di
tunjukkan dengan P- value
masing- masing karakteristik <
0,05.
b) Hasil hubungan kecemasan
dengan usia menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna dengan
P-value 0,04 dan r= 0,376 yang
berati mengarah pada hubungan
yang positif.
c) Analisis hubungan kecemasan
dengan jenis kelamin
menunjukkan hasil P-value 0,035
yang berarti memiliki hubungan
yang bermakna.
d) Status pernikahan memiliki
hubungan yang bermakna terhadap
kecemsan dengan P-value 0,009.
e) Status pendidikan memiliki
hubungan yang bermakna terhadap
kecemasan dengan P-value 0,012.
96 9796 97
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
96
Tabel 8. Analisa Hubungan
Kecemasan Klien kanker Yang
Menjalani Kemoterapi menurut
Stadium Kanker di RSPAD Gatot
Soebroto Jakarta Pusat Tahun 2012
(n=30)
Dari hasil uji statistik tabel 8
didapatkan nilai P Value < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang bermakna antara
stadium kanker dengan tingkat
kecemasan .
Tabel 9. Analisa Hubungan Dukungan
Sosial Keluarga Responden Dengan
Kecemasan Klien Kanker Yang
Menjalani Kemoterapi di RSPAD
Gatot Soebroto Jakarta Pusat
Tahun 2012 (n=30)
Dari hasil uji statistik pada tabel 9
didapatkan nilai P Value < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang sangat bermakna
antara dukungan sosial keluarga
dengan kecemasan yang mengarah
kepada hubungan yang negatif pada
klien kanker yang menjalani
kemoterapi di RSPAD Gatot Soebroto.
Usia dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya penyakit
tertentu. Banyak jenis kanker yang
dapat menyebabkan resiko yang lebih
besar pada orang yang berusia lebih
dari 45 tahun dibandingkan dengan
resiko pada orang yang lebih muda
(Potter & Perry, 2005).
Pola kesehatan dan penyakit pada laki-
laki dan perempuan menunjukkan
perbedaan yang nyata, dalam
kehidupan, perempuan lebih banyak
mengalami kesakitan dan tekanan
daripada laki- laki. Berbagai penyakit
atau gangguan hanya menyerang
perempuan, misalnya gangguan
kesehatan yang berkaitan dengan
kehamilan dan kanker servisk;
sementara itu laki- laki yang terdapat
kanker prostat (Departemen
Kesehatan, 2007).
Penelitian terkait yang dilakukan
Amin (2008) menyatakan bahwa
Stadiu
m
Kanker
n Mea
n
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
S
i
g
Stadium
2 8 63.2
5
.00000 .00000
.
0
1
0
Stadium
3
22 66.0
4
.47673 .10164
Variabel r P-Value
Dukungan
Sosial*Kecemasan
-0.575 0.001
97
penderita kanker terbanyak adalah
yang kawin (84,6%) tetapi tidak
terdapat perbedaan bermakna terhadap
sindrom depresif. Pengaruh tingkat
pendidikan formal Wanita Usia Subur
(WUS) terhadap pengetahuan tentang
pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) sebagai upaya deteksi dini
kanker payudara. Dimana semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang
semakin luas pengetahuan tentang
SADARI (Handayani 2001, dalam
Kurniawati, 2010)
Hasil penelitian yang dilakukan Amin
(2008) menyatakan bahwa penderita
kanker payudara terbanyak terjadi
pada stadium 3B senyak 76,5% dan
tidak terdapat hubungan bermakna.
Hal tersebut berbanding lurus pada
stadium mayoritas yang didapatkan
tetapi berbanding terbalik pada
hubungan yang bermakna pada hasil
penelitian yang didapatkan oleh
peneliti.
Kesimpulan Setelah melakukan penelitian tentang
hubungan dukungan sosial keluarga
terhadap klien kanker yang menjalani
kemoterapi di RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta Pusat, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
a) Dari keseluruhan Karakteristik
responden, dapat terlihat bahwa
usia, jenis kelamin, status
pernikahan, status pendidikan,
jenis kamker, dan stadium kanker
memiliki hubungan yang
bermakna terhadap tingkat
kecemasan klien kanker yang
menjalani kemoterapi di RSPAD
Gatot Soebroto. Hal tersebut di
tunjukkan dengan P- value
masing- masing karakteristik <
0,05.
b) Hasil hubungan kecemasan
dengan usia menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna dengan
P-value 0,04 dan r= 0,376 yang
berati mengarah pada hubungan
yang positif.
c) Analisis hubungan kecemasan
dengan jenis kelamin
menunjukkan hasil P-value 0,035
yang berarti memiliki hubungan
yang bermakna.
d) Status pernikahan memiliki
hubungan yang bermakna terhadap
kecemsan dengan P-value 0,009.
e) Status pendidikan memiliki
hubungan yang bermakna terhadap
kecemasan dengan P-value 0,012.
96 9796 97
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
98
f) Hubungan tidak bermakna
ditunjukkan oleh Lama sakit
dengan P-value 0,156 dan r= 0,26
yang mengarah pada pola
hubungan yang positif.
g) Frekuensi kemoterapi memiliki
hubungan yang kurang bermakna
mengarah pada pola negatif
dengan P-value 0,25 dan r= -0,22.
h) Janis kanker memiliki P-value
0,034 yang berarti memiliki
hubungan yang bermakna dengan
tingkat kecemasan.
i) Kecemasan memiliki hubungan
yang bermakna dengan stadium
kanker, hal ini di tunjjukan dengan
P-value yang dimiliki adalah
0,010.
j) Hasil kecemasan dengan
dukungan sosial keluarga yang
terbanyak adalah kecemasan
ringan dengan jumlah 11 orang
(36,7%) dan P-value 0,001 dan r=
-0,575 yang berarti memiliki
hubungan yang bermakna kearah
yang negatif.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah diperoleh ada beberapa saran
yang perlu dijadikan pertimbangan
bagi peneliti dan penelitian
selanjutnya antara lain :
a) Pendidikan Keperawatan
Sebagai saran masukan mengenai
hubungan sosial keluarga dengan
tingkat kecemasan klien kanker
yang menjalani kemoterapi kepada
institusi pendidikan keperawatan
terutama dalam hal keperawatan
jiwa untuk menurunkan tingkat
kecemasan klien kanker yang
menjalani kemoterapi.
b) Bagi Peneliti
Untuk peneliti selanjutnya dengan
tema yang sama, agar membuat
alat pengukur data penelitian
dengan item – item pernyataan
yang lebih cermat, memperluas
wilayah penelitian, memperbarui
metode penelitian dengan
membandingkan kepada rumah
sakit lainnya, mempertimbangkan
subjek yang akan diteliti apakah
sudah memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan dan juga
memperbanyak jumlah sampel
penelitian.
c) Bagi Klien dan Keluarga
Sebagai bahan masukan untuk
memberikan informasi tentang
pengaruh dukungan sosial
keluarga yang baik dan positif
99
dengan tingkat kecemasan klien
kanker yang menjalani kemoterapi
agar tingkat kecemasan klien
kanker dapat berkurang.
d) Bagi Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat Gatot Soebroto
Karena di temukan data
berpengaruhnya dukungan sosial
keluarga dengan tingkat
kecemasan klien kanker yang
menjalani kemoterapi maka
disarankan untuk membuat sebuah
tempat layanan konseling untuk
keluarga berdiskusi dengan pihak
pelayanan kesehatan tentang
kecemasan klien kanker.
*Peneliti
**Staf Pengajar Keperawatan Jiwa di
Prodi S1 Keperawatan FIKES UPN
‘veteran’ Jakarta
Daftar Pustaka
Amalia, Lena. 2009. Mengobati Kanker Serviks dan 32 Jenis Kanker Lainnya. Landscape: Yogyakarta
Astri Fauziana. “Hubungan dukungan
keluarga dengan motivasi menjalankan kemoterapi pada pasien post op ca mammae di rs kanker dharmais Jakarta
Barat”. Fikes. UPN Jakarta. 2011
Brunner & Suddarth. 2002. Textbook
of Medical Surgical Nursing. 9th edition. Lippincott.
Chen, Rosita dkk. 2012. Solusi Cerdas
Mencegah dan Menobati Kanker. PT AgroMedia Pustaka: Jakarta
Chandra Tri Wahyudi. “Hubungan
lama dan frekuensi menjalani haemodialisis dengan tingkat kecemasan terkait alat/unit dialisa pada pasien ggk di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta”. Fikes. UPN Jakarta. 2009
Friedman M. Marilyn. 2010. Buku
Ajar Keperawatan Keluarga. Edisi 5. EGC: Jakarta.
Hastono, S. Priyo. 2007. Analisis Data
Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia: Depok.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007.
Metode Penelitian keperawatan dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika: Jakarta.
Isaacs. Ann. 2005. Keperawatan
Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. EGC: Jakarta.
Lewis, M. Sharon, Heitkemper,
McLean, M. Dirksen, R. Shannon. 2007. Medical Surgical Nursing. Mosby: St, Louis, America.
Lolita. “Faktor- faktor yang
Berhubungan dengan Tingkat
98 9998 99
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
98
f) Hubungan tidak bermakna
ditunjukkan oleh Lama sakit
dengan P-value 0,156 dan r= 0,26
yang mengarah pada pola
hubungan yang positif.
g) Frekuensi kemoterapi memiliki
hubungan yang kurang bermakna
mengarah pada pola negatif
dengan P-value 0,25 dan r= -0,22.
h) Janis kanker memiliki P-value
0,034 yang berarti memiliki
hubungan yang bermakna dengan
tingkat kecemasan.
i) Kecemasan memiliki hubungan
yang bermakna dengan stadium
kanker, hal ini di tunjjukan dengan
P-value yang dimiliki adalah
0,010.
j) Hasil kecemasan dengan
dukungan sosial keluarga yang
terbanyak adalah kecemasan
ringan dengan jumlah 11 orang
(36,7%) dan P-value 0,001 dan r=
-0,575 yang berarti memiliki
hubungan yang bermakna kearah
yang negatif.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah diperoleh ada beberapa saran
yang perlu dijadikan pertimbangan
bagi peneliti dan penelitian
selanjutnya antara lain :
a) Pendidikan Keperawatan
Sebagai saran masukan mengenai
hubungan sosial keluarga dengan
tingkat kecemasan klien kanker
yang menjalani kemoterapi kepada
institusi pendidikan keperawatan
terutama dalam hal keperawatan
jiwa untuk menurunkan tingkat
kecemasan klien kanker yang
menjalani kemoterapi.
b) Bagi Peneliti
Untuk peneliti selanjutnya dengan
tema yang sama, agar membuat
alat pengukur data penelitian
dengan item – item pernyataan
yang lebih cermat, memperluas
wilayah penelitian, memperbarui
metode penelitian dengan
membandingkan kepada rumah
sakit lainnya, mempertimbangkan
subjek yang akan diteliti apakah
sudah memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan dan juga
memperbanyak jumlah sampel
penelitian.
c) Bagi Klien dan Keluarga
Sebagai bahan masukan untuk
memberikan informasi tentang
pengaruh dukungan sosial
keluarga yang baik dan positif
99
dengan tingkat kecemasan klien
kanker yang menjalani kemoterapi
agar tingkat kecemasan klien
kanker dapat berkurang.
d) Bagi Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat Gatot Soebroto
Karena di temukan data
berpengaruhnya dukungan sosial
keluarga dengan tingkat
kecemasan klien kanker yang
menjalani kemoterapi maka
disarankan untuk membuat sebuah
tempat layanan konseling untuk
keluarga berdiskusi dengan pihak
pelayanan kesehatan tentang
kecemasan klien kanker.
*Peneliti
**Staf Pengajar Keperawatan Jiwa di
Prodi S1 Keperawatan FIKES UPN
‘veteran’ Jakarta
Daftar Pustaka
Amalia, Lena. 2009. Mengobati Kanker Serviks dan 32 Jenis Kanker Lainnya. Landscape: Yogyakarta
Astri Fauziana. “Hubungan dukungan
keluarga dengan motivasi menjalankan kemoterapi pada pasien post op ca mammae di rs kanker dharmais Jakarta
Barat”. Fikes. UPN Jakarta. 2011
Brunner & Suddarth. 2002. Textbook
of Medical Surgical Nursing. 9th edition. Lippincott.
Chen, Rosita dkk. 2012. Solusi Cerdas
Mencegah dan Menobati Kanker. PT AgroMedia Pustaka: Jakarta
Chandra Tri Wahyudi. “Hubungan
lama dan frekuensi menjalani haemodialisis dengan tingkat kecemasan terkait alat/unit dialisa pada pasien ggk di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta”. Fikes. UPN Jakarta. 2009
Friedman M. Marilyn. 2010. Buku
Ajar Keperawatan Keluarga. Edisi 5. EGC: Jakarta.
Hastono, S. Priyo. 2007. Analisis Data
Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia: Depok.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007.
Metode Penelitian keperawatan dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika: Jakarta.
Isaacs. Ann. 2005. Keperawatan
Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. EGC: Jakarta.
Lewis, M. Sharon, Heitkemper,
McLean, M. Dirksen, R. Shannon. 2007. Medical Surgical Nursing. Mosby: St, Louis, America.
Lolita. “Faktor- faktor yang
Berhubungan dengan Tingkat
98 9998 99
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
100
kecemasan Klien dengan Kanker Payudara dalam Menghadapi Kemoterapi”. Fik. Universitas Indonesia.
Maramis, W. F. (2005). Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya
Notoatmojo, Soekidjo. 2005.
Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Notoatmojo, Soekidjo. 2010.
Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Otto, E. Shirley. 2007. Oncologi
Nursing 5th edition. Mosby:America
Patricia, A Potter & Anne Griffin
Perry, alih bahasa. (2005), Buku Ajar Fundamental Kerawatan. Jakarta : EGC
Rosmiati. “koping Klien Dengan
Kanker Serviks Terhadap Tindakan Radioterapi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta”. Fik. Universitas Indonesia
Setiadi. (2007). Konsep Penulisan
Riset Keperawatan. Jogyakarta : Graham Ilmu
Sheila L. Videbeck. 2008. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta
Smeltzer, S.C, Bare, B.G. 2002. Buku
Ajar keperawatan medikal Bedah. EGC: Jakarta
Stuart, G. w, & Laraia, M. T. (2005). Pricilples and Practice of Psychiatric Nursing, 8th edition. St Louis: Mosby Book Inc
http://healingxamthone.com/stadium-
kanker/ diakses pada tanggal 21 Mei 2012 pada pukul 22.00 WIB
http://www.cancerhelps.com/kemoter
api.htm#section1 diakses pada tanggal 1 Mei 2012 pada pukul 23.30 WIB
http://www.cancer.org/Cancer/Cancer
Basics/signs-and-symptoms-of-cancer diakses pada tanggal 30 April 2012 pada pukul 09.30 WIB
http://www.howdoesstressaffecthealth
.org/using-hars-to-assess-your-anxiety diakses pada tanggal 23 April 2012 pada pukul 21.00 WIB
http://cancerhelp.cancerresearchuk.or
g/aboutcancer/treatment/chemotherapy/about/when-chemotherapy-is-used diakses pada tanggal 2 Mei 2012 pada pukul 05.20 WIB
http://cancerhelp.cancerresearchuk.or
g/aboutcancer/treatment/chemotherapy/about/how-chemotherapy-works diakses pada tanggal 2 Mei 2012 pada pukul 05.20 WIB
http://cancerhelp.cancerresearchuk.or
g/aboutcancer/treatment/chemotherapy/plan/why-plan-chemotherapy diakses pada tanggal 2 Mei 2012 pada pukul 13.20
101
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
PERDAGANGAN ANAK DAN REMAJA DI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTO
JAKARTA TIMUR 2013
YULIANI SIMAMORA1, DESAK NYOMAN SITHI2
Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan , Universotas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Abstrak
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian perdagangan anak dan remaja di RS R.Said Sukanto Jakarta Timur 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilengkapi dengan metode kualitatif melalui wawancara. Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah pasien TKW maupun non TKW yang di duga menjadi korban trafficking, yang termasuk katagori anak-anak dan remaja dengan jumlah 40 orang ( total sampling). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara perkawinan usia dini dengan kejadian perdagangan orang pada anak dan remaja di Rumah sakit Bhayangkara TK IR.Said Sukanto (PV= 0,022 dengan OR 66.094). Ada hubungan yang bermakna antara kemiskinan dengan perdagangan anak dan remaja (PV = 0.000 dan OR = 49.000), Ada hubungan yang bermakna Antara pendidikan yang rendah dengan kejadian pergadangan anak dan remaja ( PV = 0.39 dan OR= 5.143), Ada hubungan yang bermakna Antara kurangnya pengawasan orang tua dengan kejadian perdagangan pada anak dan remaja (PV= 0.006 dan OR= 8.708), Ada hubungan yang bermakna antara eksploitasi tenaga kerja dengan kejadian perdagangan anak dan remaja ( PV=0.001, OR=19.250). Kesimpulan dari penelitian ini adalah, bahwa factor, kemiskinan, pernikahan dini, pendidikan yang rendah, kurangnya pengawasan dari orang tua, dan eksploitasi tenaga kerja berhubungan sangat erat dengan kejadian perdagangan anak dan remaja di RS Bhayangkara TK I R.Said Sukanto. Saran : perlu penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar untuk menggali, factor-faktor yang dapat mencegah kejadian perdagangan anak dan remaja. Kata kunci : Factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian perdagangan anak dan remaja di Indonesia.
Abstract The aim of this research is to find out the factors related to the incidence of child and adolensent trafficking on Raden Said Sukanto police hospital in Jakarta 2013. Design of the research is analytic descriptive with cross sectional method , by total sampling populations are 40 teenagers. The result of this research showed a significant relationship between the incidence of early marriage and the trafficking of children and teenagers with (P value = 0,022 OR = 66,094), poverty (P value = 0,000 OR = 49,000), low education (P value = 0,039 OR = 5,143), lack of parental supervision (P value = 0,006 OR = 8,708), labor exploitation (P value = 0,001 OR = 19,250). The conclusion of the research are significan associated between early marriage, low education, poverty, lack of parental supervison, labor exploitation, with the trafficking of children and teenagers. Recomendation: explore more information how to prevent human Trafficking especially in child and teenager. Key Word : The factors related to trafficking of children and teenagers in Indonesia
100 101100 101
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015