Hubungan Etika, Disiplin, dan Hukum Kedokteran
dengan Tindakan Dokter
Alista Gunawan10 2012 198
Rescky Felsario Rona 10 2012 299
F7
Skenario 7Dr. P adalah seorang dokter spesialis obgyn yang
berpengalaman. Beliau baru saja akan menyelesaikan tugas jaga malamnya di sebuah rumah sakit ketika seorang wanita muda datang dengan ditemani oleh ibunya untuk berobat. Si pasien lalu menceritakan
keluhannya yaitu mengalami perdarahan pervaginam dan sangat kesakitan. Dr. P kemudian melakukan pemeriksaan
dan menduga bahwa kemungkinan pasien mengalami keguguran dan mencoba melakukan aborsi. Dr. P segera
melakukan dilatasi dan curettage dan mengatakan kepada suster untuk menanyakan kepada pasien apakah dia bersedia diopname di RS sampai keadaannya benar-
benar baik. Tidak lama kemudian dr. Q datang untuk menggantikan dr. P, yang langsung pulang tanpa
berbicara kepada pasien.
Identifikasi istilah yang tidak diketahuiTidak ada
Rumusan masalahTanpa melakukan informed consent dr. P segera melakukan dilatasi dan curratage dan langsung pulang tanpa berbicara kepada pasien
Bioetika
2 teori : deontologi dan teleologiKaidah dasar bioetik:
Autonomi Beneficence non-maleficence Justice
Etika Etik (Ethics) ethos akhlak adat kebiasaan, watak perasaan, sikap, yang baik yang layak
Etik profesi kedokteran -> seperangkat perilaku para dokter dan dokter gigi dalam hubungannya dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat dan mitra kerja.
Kode Etik tenaga kesehatan tersebut mengacu pada Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
Etika Kode Etik tenaga kesehatan tersebut mengacu pada Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)Kewajiban umum : Pasal (1)- pasal (9) Kewajiban Dokter Terhadap Pasien : Pasal 10) – pasal (13) Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat :
Pasal (14)-Pasal (15)
Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri :Pasal (16)-Pasal (17)
Hukum Kesehatan Hukum Kesehatan: Semua ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan serta penerapannya
UU No.29 tahun 2004
Disiplin Medis Disiplin kedokteran
norma disiplin dan standar profesi
Diatur KKI ; Konsil Kedokteran Indonesia
Pengawasannya MKDKI
Disiplin MedisKKI 28 bentuk pelanggaran disiplin
medis
Sanksi disiplin dapat berupa: peringatan tertulis pencabutan surat tanda registrasi atau
SIP kewajiban untuk mengikuti pendidikan
kembali
Etika Disiplin Medis
Hukum Kesehatan
Norma Moral Disiplin Hukum
Sifat Baik-buruk Benar-salah Benar-salah
Diatur dalam KODEKI
Aturan Disiplin
KedokteranUndang-undang
Disusun oleh IDI KKI Negara
Sanksi Moral, nasehat
Teguran, reedukasi,
pencabutan STR
Pidana, perdata
Diperiksa oleh MKEK MKDKI Pengadilan
HAK PASIEN− Memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan
standar profesi kedokteran.
− Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang
mengobatinya.
− Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan dapat
menarik diri dari kontrak terapeutik.
− Dirujuk kepada dokter spesialis kalau diperlukan, dan dikembalikan
kepada dokter yang merujuknya setelah selesai konsultasi atau
pengobatan untuk memperoleh perawatan atau tindak lanjut.
12
KEWAJIBAN PASIEN Memeriksakan diri sedini mungkin pd
dokter memberikan informasi yg benar dan
lengkap ttg penyakitnya Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter Menandatangani surat PTM Yakin pd dokternya dan yakin akan
sembuh
13
HAK DOKTER Memperoleh informasi yg benar dan
lengkap Bekerja sesuai standar profesi Menolak melakukan tindakan medik yg
bertentangan dgn etika, hukum dan hati nuraninya
Menolak pasien yg bukan bidang spesialisasinya
Hak atas kebebasan pribadi dokter
14
KEWAJIBAN DOKTER1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;
2. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan
yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;
3. Merahasiakan segala sesuatu yang dikelabuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien
itu meninggal dunia;
4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin pada
orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau
kedokteran gigi
15
Analisa KasusDokter P melakukan pelanggaran
yaitu; tidak melakukan persetujuan
tindakan kedokteran (PTM) atau informed consent
Melakukan tindakan yang tidak perlu (apabila kasus aborsi iminens maupun non aborsi yang tidak ememrlukan curretage)
Etika Berdasarkan etika, dokter P sudah
melanggar hak pasien sesuai dengan Pasal (10)
“Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien…”
Yang termasuk hak pasien : Memperoleh penjelasan tentang diagnosis
dan terapi dari dokter yang mengobatinya. Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang
direncanakan, bahkan dapat menarik diri dari kontrak terapeutik.
Etika Bentuk sanksi pelanggaran etik
dapat berupa: Teguran atau tuntunan secara lisan
atau tulisan Penundaan kenaikan gaji atau pangkat Penurunan gaji atau pangkat setingkat
lebih rendah. Dicabut izin praktik dokter untuk
sementara atau selama-lamanya
Hukum Kedokteran Berdasarkan hukum, dokter P melanggar UU No.
29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran : Pasal 45 (1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran
gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap.
Hukum Kedokteran Berdasarkan hukum, dokter P melanggar UU No. 29
tahun 2004 tentang praktik kedokteran : Pasal 45 (3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) sekurang-kurangnya mencakup : a. diagnosis dan tata cara tindakan medis; b. tujuan tindakan medis yang dilakukan; c. alternatif tindakan lain dan risikonya; d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
Hukum Kedokteran (4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan
baik secara tertulis maupun lisan.
Pasal 52 Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik
kedokteran, mempunyai hak: a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan
medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3); b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain; c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis; d. menolak tindakan medis; dan e. mendapatkan isi rekam medis.
Disiplin Medis Dari sisi disiplin, sesuai dengan Peraturan Konsil
Kedokteran Indonesia, pelanggaran yang dilakukan dokter P adalah:
Nomor 8 : Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis, dan memadai (adequate information) kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran.
Nomor 9 : Melakukan tindakan atau asuhan medis tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga dekat, wali, atau pengampunya.
Disiplin MedisSanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MKDKI
berdasarkan Undang- undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada Pasal 69 ayat (3) adalah :
Pemberian peringatan tertulis Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi
atau Surat Izin Praktik; dan/atau Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di
institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.
Apabila.. Selain itu, dalam kasus dr P mengira pasien
melakukan aborsi. Apabila tidak terbukti bahwa yang terjadi adalah aborsi spontan atau kehamilan dapat dipertahankan maka dr P melakukan pelanggaran:
Disiplin Medis : Nomor 7 : melakukan pemeriksaan atau pengobatan
berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien Nomor 11 : melakukan perbuatan yang bertujuan untuk
menghentikan kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
KODEKI: Pasal (11) : Setiap dokter wajib senantiasa mengingat
kewajiban dirinya melindungi hidup makhluk insani.
… Hukum Kedokteran : Pasal 347:
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama duabelas tahun.
Sanksi : Seseorang yang dengan sengaja melakukan aborsi terhadap ibu hamil dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, & jika ibu hamil tersebut mati, diancam penjara 15 tahun penjara
Kesimpulan Dokter P tidak melakukan informed consent dan
melakukan prosedur yang tidak tepat. Kemudian setelah ditelusuri menurut etika, hukum, dan disiplin kedokteran, dapat disimpulkan bahwa dokter P telah melanggar ketiga aspek tersebut, yang sanksinya dapat diberikan sesuai dengan aturan yang telah dicantumkan dalam peraturan-peraturan yang berhubungan dengan etika, hukum, dan disiplin kedokteran.