-
HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KONTAMINASI BAKTERI
COLIFORM PADA AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN
SEBERANG ULU 1 KOTA PALEMBANG TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM
Oleh :
EFRI MALISA DWI PUTRI
1111101000131
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
-
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Efri Malisa Dwi Putri, NIM : 1111101000131
Hubungan Hygiene Sanitasi dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air
Minum Isi Ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015
xii+ 69 halaman, 13 tabel, 2 bagan, 1 gambar, 7 lampiran
ABSTRAK
Air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting, agar
tetap sehat air minum harus memenuhi persyaratan biologis sesuai PERMENKES
No.492/MENKES/PER/IV/2010. Untuk memenuhi kebutuhan air minum
masyarakat, pemilihan air minum isi ulang menjadi salah satu alternatif karena
harganya murah. Depot sebagai penyedia air minum, harus memenuhi standar
hygiene sanitasi dan air minum harus terbebas dari bakteri. Berdasarkan survei
lapangan diketahui bahwa depot air minum tidak terdaftar di Dinas Kesehatan
sehingga kemungkinan besar dapat terjadi pencemaran bakteri seperti coliform
karena tidak ada pengawasan dari pihak terkait. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan hygiene sanitasi dengan kontaminasi bakteri coliform pada
air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang. Metode
penelitian cross sectional dengan sampel sebesar 30 depot dan teknik
pengambilan sampel adalah total sampling. Pengumpulan data melalui observasi,
wawancara dan pemeriksaan laboratorium mengenai ada tidaknya bakteri coliform
pada air minum isi ulang.
Berdasarkan uji laboratorium di dapatkan 76,7% depot air minum isi ulang
yang tidak memenuhi syarat dan ditemukan bakteri coliform. Setelah dilakukan
analisis diperoleh faktor yang berhubungan dengan kontaminasi bakteri coliform
pada air minum isi ulang yaitu akses terhadap fasilitas sanitasi (p = 0,002), sarana
pengolahan air minum (p = 0,038), hygiene proses pelayanan konsumen (p =
0,036) dan perilaku mencuci tangan sebelum dan sesudah melayani konsumen (p
= 0,000).
Saran yang diberikan yaitu bagi pemerintah daerah untuk mendata ulang
depot yang tidak terdaftar di dinas kesehatan, mewajibkan setiap depot memiliki
sertifikat mengenai kualitas air minum, dan dinas kesehatan melakukan
penyuluhan kepada setiap depot. Saran bagi pengelola/pekerja depot yaitu harus
menerapkan hygiene sanitasi, melakukan pemeriksaan kualitas air minum secara
berkala dan melakukan pelaporan ke Dinas Kesehatan setempat, lebih meningkat
personal hygiene dan pengelola depot lebih memperhatikan masa berlaku alat-alat
yang digunakan.
-
STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA SYARIF HIDAYATULLAH
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Undergraduated Thesis, October 2015
Efri Malisa Dwi Putri, NIM : 1111101000131
The Relationship Of Hygiene Sanitation With Coliform Bactery Contamination
In Refillable Drinking Water At Seberang Ulu Subdistrict, Palembang, 2015
(xii+ 69 pages, 13 tables, 2 diagrams, 1 picture, 7 appendix)
ABSTRACT
Water is one of the most important human needs, in order to keep being
healthy, a drinking water must fulfilling a biological conditions as written in
PERMENKES No.492/MENKES/PER/IV/2010. To fulfill the needs of
communitys drinking water, a selection of refillable drinking water becoming to
be one of the alternative because of its cheap price. The water depot as a drinking
water provider, must fulfilling the standard of hygiene sanitation and the drinking
water must free from bacteries. Based on a field survey it is known that a drinking
water depot is not listed in the Health Department so it is most likely to contained
bacteries, such as coliform because there is no monitoring from a concerned
party. The purpose of this research is to knowing the relationship of hygiene
sanitation with colliform bactery contamination in refillable drinking water in
Seberang Ulu 1 Subdistrict, Palembang. The methode of this research is a cross
sectional study with 30 water depot samples and the extraction samples is total
sampling. Data collected by an observation, an interview and a laboratory
examination whether the colliform bactery is exist or not in drinking water.
Based on laboratory examination, it is known that 76,7% refillable
drinking water depot does not fulfill the conditions and colliform bactery was
found. After analysis, it is known that factors that related to colliform bactery
contamination in refillable drinking water is the access to sanitation facility
(p=0,002), the drinking water manufactur facility (p=0,038), the hygiene of
consumers serving process (p=0,036) and the behavior of washing hands before
and after serving consumers (p=0,000).
A suggestion for local government is to record the water depot that does
not listed in health department, oblige every depot to has a certificate of drinking
water quality, and the health department should do a counseling to every water
depot. And a suggestion for a worker/organizer of water depot is that they must
applying a hygiene sanitation, doing a drinking water quality check up regularly
and reporting to the local Health Department, increasing the personal hygiene
and the water depot organizer must looking out for validity date of every
machines.
Reference : 54 (1996-2015)
Keyword : Coliform, hygiene sanitation, xxx
-
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Segala Puji dan syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunia-Nya atas segala keberanian, kelancaran, kekuatan,
kesabaran, serta ketenangan yang Engkau berikan. Terimakasih Rabb atas kasih sayang-Mu
yang selalu terpancarkan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Hubungan Hygiene Sanitasi Dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air Minum
Isi Ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan alam Rasullah SAW beserta
keluarganya dan sahabat-sahabatnya yang telah membawa umatnya menuju pintu pencerahan
dan peradaban serta jalan yang di ridhai oleh Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
dan kesulitan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph. D, selaku Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat dan selaku Pembimbing kedua yang telah banyak memberikan masukan
dan saran perbaikan selama penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes selaku pembimbing pertama yang telah banyak
memberikan masukan dan saran perbaikan selama penyusunan skripsi ini.
4. Dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Peminatan Kesehatan
Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat.
-
5. Kedua orang tua (Rustam, S.Pd.I dan Dra. Maimun) serta ketiga saudara/i penulis
(Novi Widia Eka Sari, A.Md, Uwais Alqurnil Haq dan Mutiara Nilam Sari) yang
selalu mendoakan, memberikan nasihat dan kasih sayang serta dukungan moril dan
material setiap kegiatan demi kelancaran penyusunan skripsi ini.
6. Puspita Selviani, sahabat yang sangat berperan dan banyak memberikan bantuan,
semangat serta dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Balerina Fams (Ajeng, Aqmarina, Dwi, Kartika, Lidya) sahabat yang telah
memberikan dukungan, semangat kepada penulis. Terimakasih atas kebersamaan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman merantau seperjuangan Santri Jadi Dokter Sumatera Selatan (SJD-SS)
2011 yang terus saling memberikan motivasi dan semangatnya.
9. Dukungan-dukungan teman-teman seperjuangan Kesling 2011 (alifia, almen, awal,
ayu, betti, chandra, cepol, eka, feela, fiya, hari, inu, ika, ila, manyun, niken, pewe,
rahmatika, rois, sarah, sarjeng, shela, tika).
10. Teman-teman PAMI Nasional yang telah memberikan semangat kepada Penulis.
11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penelitian dan menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu secara keseluruhan.
Terakhir, skripsi ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis
harapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca semua yang sifatnya membangun demi
untuk perbaikan bagi penulisan penulis dimasa yang akan datang.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Jakarta, September 2015
Penulis
-
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................................. iii
CURRICULUM VITAE .............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ....................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 5
1.4 Tujuan.......................................................................................................... 6
1.5 Manfaat........................................................................................................ 8
1.6 Ruang Lingkup ............................................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 10
2.1 Air Minum .................................................................................................. 11
2.1.1 Urgensi Kasus Keracunan Air Minum ............................................ 11
2.1.2 Keracunan Air Minum oleh Bakteri ................................................ 12
2.1.3 Potensi Dampak Kesehatan ............................................................. 13
2.1.4 Penyakit yang Dapat di Tularkan Melalui Air ................................ 13
2.1.5 Syarat Kualitas Air Minum ............................................................. 15
2.2 Depot Air Minum ........................................................................................ 17
2.2.1 Pengertian Depot Air Minum .......................................................... 17
2.2.2 Pengawasan Depot Air Minum ....................................................... 19
2.2.3 Proses Produksi Pengolahan Air Minum ........................................ 20
2.3 Hygiene Sanitasi .......................................................................................... 23
2.3.1 Pengertian Hygiene Sanitasi............................................................ 23
-
x
2.3.2 Hygiene Sanitasi pada Depot Air Minum ....................................... 24
2.4 Personal Hygiene Penjamah pada Depot Air Minum ................................. 33
2.5 Kerangka Teori ............................................................................................ 36
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .................... 39
3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................ 39
3.2 Definisi Operasional .................................................................................... 41
3.3 Hipotesis ...................................................................................................... 43
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 44
4.1 Desain Studi ................................................................................................ 44
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................... 44
4.3 Populasi dan Sampel ................................................................................... 44
4.3.1 Populasi .............................................................................................. 44
4.3.2 Sampel ............................................................................................... 44
4.3.3 Besar Sampel ..................................................................................... 45
4.4 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data................................................ 46
4.4.1 Pengumpulan Data ............................................................................. 46
4.4.2 Pengolahan Data ................................................................................ 47
4.5 Teknik dan Analisa Data ............................................................................. 48
4.5.1 Univariat ............................................................................................ 48
4.5.2 Bivariat .............................................................................................. 48
4.6 Metode Laboratorium Uji MPN .................................................................. 49
4.6.1 Pengambilan Sampel dan Pengiriman ke Laboratorium ................... 49
4.6.2 Peralatan dan Bahan .......................................................................... 49
4.6.3 Cara Pemeriksaan Laboratorium ....................................................... 50
BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................................... 52
5.1 Gambaran Jumlah Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang ................ 52
5.2 Gambaran Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi ............................................. 53
5.3 Gambaran Sarana Pengolahan Air Minum.................................................. 53
5.4 Gambaran Air Baku .................................................................................... 54
5.5 Gambaran Hygiene Proses Pelayanan Konsumen ...................................... 54
-
xi
5.6 Gambaran Perilaku Mencuci Tangan .......................................................... 54
5.7 Hubungan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi
Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang .............................................. 55
5.8 Hubungan Sarana Pengolahan Air Minum dengan Kontaminasi
Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang .............................................. 55
5.9 Hubungan Air Baku dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air
Minum Isi Ulang ......................................................................................... 56
5.10 Hubungan Hygiene Proses Pelayanan Konsumen dengan Kontaminasi
Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang .............................................. 56
5.11 Hubungan Perilaku Mencuci Tangan dengan Kontaminasi Bakteri
Coliform pada Air Minum Isi Ulang ........................................................... 57
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................. 58
6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 58
6.2 Gambaran Jumlah Bakteri Coliform pada Depot Air Minum Isi Ulang ..... 58
6.3 Gambaran Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi dan Hubungannya
dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Depot Air Minum Isi
Ulang ........................................................................................................... 61
6.4 Gambaran Sarana Pengolahan Air Minum dan Hubungannya dengan
Kontaminasi Bakteri Coliform pada Depot Air Minum Isi Ulang .............. 62
6.5 Gambaran Air Baku dan Hubungannya dengan Kontaminasi Bakteri
Coliform pada Depot Air Minum Isi Ulang ................................................ 64
6.6 Gambaran Hygiene Proses Pelayanan Konsumen dan Hubungannya
dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Depot Air Minum Isi
Ulang ........................................................................................................... 66
6.7 Gambaran Perilaku Mencuci Tangan dan Hubungannya dengan
Kontaminasi Bakteri Coliform pada Depot Air Minum Isi Ulang .............. 67
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 69
7.1 Kesimpulan.................................................................................................. 69
7.2 Saran ............................................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 71
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................... 41
Tabel 4.1 Daftar Coding .............................................................................................. 47
Tabel 5.1 Jumlah Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan
Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ........................................... 52
Tabel 5.2 Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi pada Air Minum Isi Ulang di
Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ......................... 53
Tabel 5.3 Sarana Pengolahan Air Minum pada Air Minum Isi Ulang di
Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ......................... 53
Tabel 5.4 Air Baku pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1
Kota Palembang Tahun 2015 ...................................................................... 54
Tabel 5.5 Hygiene Proses Pelayanan Konsumen pada Air Minum Isi Ulang di
Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ......................... 54
Tabel 5.6 Perilaku Mencuci Tangan pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan
Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ............................................ 55
Tabel 5.7 Hubungan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi
Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Seberang
Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ............................................................ 55
Tabel 5.8 Hubungan Sarana Pengolahan Air Minum dengan Kontaminasi
Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Seberang
Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ............................................................ 56
Tabel 5.9 Hubungan Air Baku dengan Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air
Minum Isi Ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang
Tahun 2015 .................................................................................................. 56
-
xiii
Tabel 5.10 Hubungan Hygiene Proses Pelayanan Konsumen dengan Kontaminasi
Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Seberang
Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015 ............................................................ 57
Tabel 5.11 Hubungan Perilaku Mencuci Tangan dengan Kontaminasi Bakteri
Coliform pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1
Kota Palembang Tahun 2015 ...................................................................... 57
-
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ............................................................................................ 38
Bagan 3.1 Kerangka Konsep .......................................................................................... 40
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Distribusi Kasus Keracunan Nasional yang Terjadi di Tahun 2014
Berdasarkan Kelompok Penyebab .............................................................. 11
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare merupakan salah satu gejala yang di timbulkan akibat
kontaminasi bakteri coliform dan escerichia coli dan juga diare menjadi
masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Ada sekitar 2
milyar kasus diare diseluruh dunia setiap tahun, dan 1,9 juta anak lebih muda
dari 5 tahun meninggal akibat diare. Dari semua kematian anak akibat diare,
78% terjadi di Afrika dan Kawasan Asia Tenggara (WGO, 2012).
Sampai saat ini kasus diare masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia dan menimbulkan banyak kematian terutama pada
bayi dan balita. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/1000 penduduk,
sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 Kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian (CFR 1,74%) (Kemenkes, 2011).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palembang (2014) penyakit
diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama dan
tergolong dalam penyakit lima besar setelah ISPA dan penyakit kulit. Jumlah
penderita diare pada tahun 2014 sebanyak 325.986 orang. Berdasarkan data
tersebut Kecamatan Seberang Ulu 1 merupakan penderita diare tertinggi di
Kota Palembang dengan jumlah 36.353 penderita (11,2%) dibandingkan
dengan kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Ilir Timur II sebanyak 34.976
penderita (10,7%) dan Kecamatan Ilir Barat I sebanyak 28.101 penderita
-
2
(8,6%). Faktor yang diduga dapat menyebabkan terjadinya diare di Indonesia
yaitu salah satunya diakibatkan oleh kontaminasi bakteri, diantaranya adalah
coliform.
Berdasarkan data Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
terjadi kasus keracunan tingkat nasional dimana BPOM mengelompokkan 13
penyebab dan minuman termasuk dalam peringkat tiga. Pada kasus keracunan
yang diakibatkan oleh minuman berjumlah 515 data, tetapi tidak dijelaskan
secara rinci penyebab dari keracunan dari minuman tersebut apakah dari
bakteri atau bahan kimia (BPOM, 2014). Namun, secara teori bakteri
coliform juga menyebabkan kontaminasi makanan dan minuman, yang
menyebabkan salah satu gejalanya yaitu diare.
Air minum merupakan air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum (Kemenkes, 2010). Dalam data BPOM (2014) bahwa tingginya
kasus keracunan penyebab minuman, kemungkinan dapat disebabkan oleh
bakteri coliform, namun belum banyak diungkap dalam penelitian serta data-
data yang ditemukan. Air minum merupakan sumber konsumsi utama pada
keluarga, yang mana salah satunya yaitu air minum isi ulang karena secara
harga tentunya dirasakan manfaat ekonomis bagi keluarga yang ekonomi
kelas menegah ke bawah. Namun, tidak semua depot air minum memberikan
jaminan kualitas yang baik terhadap produk yang dihasilkannya.
Dalam kajian pemetaan yang dilakukan Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan (2013) terkait kualitas air minum isi ulang di Kota Palembang,
-
3
didapatkan bahwa hampir semua sampel memenuhi syarat kimiawi
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010. Sedangkan
untuk pemeriksaan secara biologi didapatkan hasil bahwa ada enam sampel
yang tidak memenuhi syarat sesuai baku mutu. Dalam penelitian Jayadisastra
(2013) di Ciputat Timur menyebutkan bahwa ada hubungan antara
keberadaan bakteriologi Escherichia coli pada air minum dengan kejadian
diare pada konsumen air minum isi ulang.
Berdasarkan penelitian Wandrivel (2012) terdapat 55,6% sampel tidak
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 492 Tahun 2010. Dari sampel yang didapatkan dua
mengandung bakteri coliform dan tiga sampel lainnya tercemar bakteri
Escherichia coli. Hal tersebut diakibatkan karena buruknya kualitas mutu
produk air minum isi ulang yang dihasilkan. Karena bakteri tersebut secara
alami terdapat di lingkungan pada feses manusia dan binatang.
Hal tersebut dapat terjadi karena higiene sanitasi pada depot air
minum isi ulang masih kurang baik yang dapat menyebabkan pencemaran
pada air minum. Penelitian yang dilakukan Indirawati (2009) menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara higiene sanitasi dengan kualitas
mikrobiologi air minum isi ulang di mana nilai p = 0,00. Penelitian Novita
(2004) dikota Palembang juga menunjukkan hasil yang sama untuk higiene
sanitasi berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan higiene sanitasi
depot mempunyai hubungan yang bermakna dengan kualitas air minum
dengan nilai p=0,039. Hal tersebut akibat dari buruknya kondisi lingkungan
-
4
membuat masyarakat khawatir untuk mengonsumsi air tanah. Namun,
sayangnya pemilihan depot air minum isi ulang sebagai alternatif air minum
menjadi risiko yang dapat membahayakan kesehatan jika kualitas depot air
minum isi ulang masih diragukan, terlebih jika konsumen tidak
memperhatikan keamanannya.
Dilihat dari segi kualitasnya, masyarakat masih meragukannya karena
belum ada informasi yang jelas dari segi proses maupun peraturan tentang
peredaran dan pengawasannya. Bila ditinjau dari harganya, air minum isi
ulang lebih murah dari air minum dalam kemasan, bahkan ada yang mematok
harga hingga 1/4 dari harga air minum dalam kemasan. Air minum dalam
kemasan lebih mahal karena distribusinya tidak tersebar secara merata di
Kota Palembang khususnya Kecamatan Seberang Ulu 1.
Berdasarkan penjelasan diatas, higiene sanitasi merupakan faktor
penyebab kontaminasi bakteri, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
hubungan higiene sanitasi dengan kontaminasi bakteri coliform pada air
minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Air minum merupakan komponen utama dalam tubuh sehingga
kebutuhan air merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Sebagai
penyedia air minum, depot air minum isi ulang harus memenuhi standar
sanitasi higiene dan kualitas air salah satunya adalah kualitas air secara
mikrobiologis. Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang
-
5
yaitu higiene sanitasi penyelenggaraan depot air minum di Kota Palembang
yang belum berjalan dengan baik, sedangkan depot air minum di kecamatan
Seberang Ulu 1 memberikan pelayanan yang cukup tinggi pada tingkat
konsumsi air minum isi ulang. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota
Palembang jumlah penderita diare paling banyak yaitu pada kecamatan
Seberang Ulu 1 sebesar (11,2%). Melihat keadaan tersebut maka perlu
dilakukan penelitian higiene sanitasi dengan kontaminasi bakteri coliform
pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran jumlah bakteri coliform pada depot air minum isi
ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1?
2. Bagaimana gambaran akses terhadap fasilitas sanitasi pada depot air
minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1?
3. Bagaimana gambaran sarana pengolahan air minum pada depot air minum
isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1?
4. Bagaimana gambaran kualitas air baku pada depot air minum isi ulang di
Kecamatan Seberang Ulu 1?
5. Bagaimana gambaran higiene proses pelayanan konsumen pada depot air
minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1?
6. Bagaimana gambaran perilaku mencuci tangan pekerja pada depot air
minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1?
-
6
7. Apakah ada hubungan antara akses terhadap fasilitas sanitasi dengan
kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan
Seberang Ulu 1 Kota Palembang?
8. Apakah ada hubungan antara sarana pengolahan air minum dengan
kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan
Seberang Ulu 1 Kota Palembang?
9. Apakah ada hubungan antara kualitas air baku dengan kontaminasi bakteri
coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota
Palembang?
10. Apakah ada hubungan antara higiene proses pelayanan konsumen dengan
kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan
Seberang Ulu 1 Kota Palembang?
11. Apakah ada hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan kontaminasi
bakteri coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1
Kota Palembang?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan higiene sanitasi dengan kontaminasi
bakteri coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu
1 Kota Palembang tahun 2015.
-
7
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran jumlah bakteri coliform pada depot
air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1.
2. Untuk mengetahui gambaran akses terhadap fasilitas sanitasi pada
depot air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1.
3. Untuk mengetahui gambaran sarana pengolahan air minum pada
depot air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1.
4. Untuk mengetahui gambaran kualitas air baku pada depot air
minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1.
5. Untuk mengetahui gambaran higiene proses pelayanan konsumen
pada depot air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1.
6. Untuk mengetahui gambaran perilaku mencuci tangan pekerja pada
depot air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1.
7. Ada hubungan antara akses terhadap fasilitas sanitasi dengan
kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang di
Kecamatan Seberang Ulu1.
8. Ada hubungan antara sarana pengolahan air minum dengan
kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang di
Kecamatan Seberang Ulu 1.
9. Ada hubungan antara kualitas air baku dengan kontaminasi bakteri
coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1.
-
8
10. Ada hubungan antara higiene proses pelayanan konsumen dengan
kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang di
Kecamatan Seberang Ulu 1.
11. Ada hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan kontaminasi
bakteri coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang
Ulu 1.
1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Pemerintah Daerah
Meningkatkan peranan Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan
dalam pembinaan dan pengawasan kualitas air yang digunakan pada
Depot Air Minum Isi Ulang.
1.5.2 Bagi Pengelola DAMIU dan Sumber Air Baku
Pengelola Depot Air Minum Isi Ulang mengetahui kualitas air baku
dan air minum yang diproduksi, serta kondisi lingkungan yang perlu
diperbaiki, sehingga dapat mencegah kejadian penyakit atau gangguan
kesehatan akibat terpapar oleh agent atau faktor-faktor resiko yang
berada di dalam lingkungannya. Pengelola sumber air baku
mengetahui kualitas air bakunya dan kondisi lingkungan yang perlu
diperbaiki.
1.5.3 Peneliti Selanjutnya
Sebagai masukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian
selanjutnya dapat meneliti semua poin dari higiene sanitasi depot.
-
9
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini ingin mengetahui higiene sanitasi depot dan
kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan higiene sanitasi dengan kontaminasi bakteri
coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota
Palembang tahun 2015. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari-
Juni 2015. Sasaran penelitian ini adalah depot air minum isi ulang yang
berada di Kecamatan Seberang ulu 1 yang bersedia untuk menjadi subjek
penelitian. Desain studi penelitian ini menggunakan cross sectional. Untuk
uji laboratorium menggunakan metode MPN (Most Probable Number) untuk
mengetahui keberadaan bakteri coliform dan membandingkan Peraturan
Menteri Kesehatan No 43 Tahun 2014.
-
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010, air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum.
2.1.1 Kontaminasi Bakteri pada Air Minum
Bakteri merupakan salah satu penyebab terjadinya kontaminasi
pada air minum, salah satunya yaitu bakteri coliform. Bakteri coliform
merupakan bakteri patogen yang hadir di lingkungan berasal dari
kotoran hewan dan manusia. Bakteri coliform ada dalam jumlah besar
di usus dan tinja manusia serta hewan berdarah panas lainnya. Bakteri
coliform memiliki kemungkinan kecil untuk menyebabkan penyakit.
Namun, kehadiran bakteri coliform dalam air minum merupakan
indikasi kuat dari kontaminasi limbah atau kotoran hewan (DOH,
2011).
Kontaminasi bakteri coliform tidak dapat dideteksi oleh
penglihatan, penciuman, atau rasa. Satu-satunya cara untuk
mengetahui apakah pasokan air mengandung bakteri yaitu diuji oleh
laboratorium. Semua air memiliki bakteri coliform. Kehadiran bakteri
coliform tidak berarti air tidak aman untuk diminum. Bakteri yang
-
11
dapat menyebabkan penyakit yang dikenal yaitu bakteri
patogen (Skipton dkk., 2014)
Air minum harus terbebas dari coliform agar meyakinkan aman
untuk dikonsumsi. Apabila air minum mengandung coliform dalam
jumlah besar hal tersebut dapat menyebabkan penyakit bagi
konsumen. Secara teori bakteri juga dapat menjadi penyebab
keracunan pada minuman terutama bakteri coliform yang merupakan
bakteri patogen dan menjadi indikator kebersihan air, pengolahan
makanan atau kebersihan diri (Indrati dan Gardjito, 2014).
2.1.2 Potensi Dampak Kesehatan
Bakteri Total coliform pada umumnya tidak berbahaya.
Coliform Fecal dan bakteri Escherichia coli dalam air minum
menunjukkan bahwa air minum terkontaminasi dengan kotoran
manusia atau hewan, dan mungkin mikroba tambahan yang terkait
dengan kotoran. Beberapa mikroba ini dapat menyebabkan efek
jangka pendek, seperti diare, kram, mual, sakit kepala, atau gejala
lainnya. Bayi, anak-anak, beberapa orang tua dan orang-orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang terganggu mungkin lebih rentan daripada
masyarakat umum. mikroba lainnya dapat menyebabkan sakit yang
lebih parah, termasuk infeksi intestinal, hepatitis, demam tifoid, dan
kolera (Skipton dkk., 2014).
-
12
2.1.3 Penyakit yang Dapat di Tularkan Melalui Air
Menurut Chandra (2007), dilihat dari sudut ilmu kesehatan
masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat karena penyediaan air bersih yang terbatas
memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok
berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit dibagi
menjadi empat, antara lain :
1. Water Borne Disease
Kuman patogen yang berada dalam air dapat menyebabkan
penyakit pada manusia yang ditularkan melalui mulut atau sistem
pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme
ini antara lain kolera, tipoid, hepatitis viral, disentri basiller, dan
poliomyelitis.
2. Water Washed Disease
Penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan
perseorangan. Dalam hal ini terjadi tiga cara penularan, yaitu :
a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak,
berjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya dengan
kurangnya ketersediaan air untuk makan, minum, dan memasak
serta kebersihan alat-alat makan.
b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma,
berjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya dengan
-
13
kurangnya ketersediaan air bersih untuk higiene perorangan
(mandi dan cuci)
c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit
leptospirosis, berjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya
dengan kurangnya ketersediaan air untuk higiene perorangan
yang ditujukan untuk mencegah investasi insekta parasit pada
tubuh dan pakaian.
3. Water Based Disease
Penyakit yang ditularkan dengan cara ini memiliki agen penyebab
yang menjalani sebagian siklus hidupnya dalam tubuh vektor atau
sebagai intermediat host yang hidup didalam air, contohnya
Schistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculus medinensis.
Badan air yang potensial terhadap berjangkitnya jenis penyakit ini
adalah badan air yang terdapat di alam, yang berhubungan erat
dengan kehidupan sehari-hari seperti menangkap ikan, mandi, cuci
dan sebagainya.
4. Water-related insect vector
Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang
berkembang biak di dalam air. Air merupakan salah satu unsur
alam yang harus ada dalam lingkungan dan manusia merupakan
media yang baik bagi insekta untuk berkembang biak. Contoh
penyakit melalui cara ini adalah filariasis, dengue, malaria, dan
yellow fever.
-
14
.
2.1.4 Syarat Kualitas Air Minum
Air bersih harus memenuhi standar kualitas dan kuantitasnya.
Untuk pengelolaan air minum, kualitas airnya harus dilakukan
pemeriksaan sebelum didistribusikan kepada masyarakat. Sebab, air
baku belum tentu memenuhi standar, sehingga sering dilakukan
pengolahan air untuk memenuhi standar air minum. Kualitas air yang
digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010,
meliputi:
a. Parameter wajib
1) Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik
yaitu, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna (maksimal
15 TCU), suhu udara maksimum 3C, dan tidak keruh
(maksimum 5 NTU)
2) Persyaratan mikrobiologi
Syarat mutu air minum sangat ditentukan oleh kontaminasi
kuman Escherichia coli dan Total Bakteri Coliform, sebab
keberadaan bakteri Escherichia coli merupakan indikator
terjadinya pencemaran tinja dalam air. Standar kandungan
Escherichia coli dan Total Bakteri Coliform dalam air minum 0
per 100 ml sampel.
-
15
b. Parameter Tambahan
1) Persyaratan Kimia
Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung bahan-
bahan kimia (organik, anorganik, pestisida dan desinfektan)
melebihi ambang batas yang telah ditetapkan, sebab akan
menimbulkan efek kesehatan bagi tubuh konsumen.
2) Persyaratan Radioaktivitas
Kadar maksimum cemaran radioaktivitas dalam air minum tidak
boleh melebihi batas maksimum yang diperbolehkan.
2.2 Depot Air Minum
2.2.1 Pengertian Depot Air Minum
Depot Air Minum adalah usaha industri yang melakukan proses
pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada
konsumen (Kepmenperindag, 2004). Kualitas air produksi depot air
minum isi ulang akhir-akhir ini semakin menurun, dengan
permasalahan secara umum antara lain pada peralatan DAM yang tidak
dilengkapi alat sterilisasi, atau mempunyai daya bunuh rendah terhadap
bakteri, atau pengusaha belum mengetahui peralatan DAM yang baik
dan cara pemeliharaannya. Dasar pelaksanaan penyehatan depot air
minum adalah keputusan menteri kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air minum.
-
16
Keputusan Menteri Kesehatan tersebut dalam kaitan dengan
depot air minum ini antara lain mengatur:
Pasal 2:
Jenis air minum meliputi (harus memenuhi syarat kesehatan air
minum):
a. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga;
b. Air yang didistribusikan melalui tangki air;
c. Air kemasan;
d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman
yang disajikan kepada masyarakat
Pasal 6:
Pemeriksaan sampel air minum dilaksanakan di laboratorium
pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Pasal 9:
Pengelola penyediaan air minum harus:
a. Menjamin air minum yang diproduksinya memenuhi syarat
kesehatan dengan melaksanakan pemeriksaan secara berkala
memeriksa kualitas air yang diproduksi mulai dari:
1) pemeriksaan instalasi pengolahan air;
2) pemeriksaan pada jaringan pipa distribusi;
3) pemeriksaan pada pipa sambungan ke konsumen;
4) pemeriksaan pada proses isi ulang dan kemasan;
-
17
b. Melakukan pengamanan terhadap sumber air baku yang dikelolanya
dari segala bentuk pencemaran berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku.
2.2.2 Pengawasan Depot Air Minum
Untuk menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi
persyaratan, dalam peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan
Kualitas Air Minum, depot air minum wajib melaksanakan pengawasan
eksternal dan internal terhadap kualitas air yang siap dimasukkan ke
dalam galon/wadah air minum.
a. Pengawasan eksternal adalah pengawasan yang dilakukan terhadap
air minum untuk tujuan komersial dan bukan komersial oleh Dinas
Kesehatan Kota/ Kabupaten.
b. Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan terhadap air
minum untuk tujuan komersial dan bukan komersial oleh
penyelenggara air minum.
Dalam rangka pengawasan kualitas air minum Pemerintah
Provinsi/Kota bertanggungjawab:
a. Menetapkan laboratorium penguji kualitas air minum.
b. Menetapkan parameter tambahan persyaratan kualitas air minum
dengan mengacu pada daftar parameter tambahan.
c. Menyelenggarakan pengawasan kualitas air minum di wilayahnya.
-
18
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
pengawasan kualitas air minum di wilayahnya.
e. Dalam kondisi khusus dan kondisi darurat mengambil langkah
antisipasi/pengamanan terhadap air minum di wilayahnya.
2.2.3 Proses Produksi Pengolahan Air Minum
Urutan proses produksi di Depot Air Minum Isi Ulang menurut
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
651/MPP/Kep/10/2004 tentang persyaratan Teknis Depot Air Minum
dan Perdagangannya, yaitu :
a. Penampungan air baku dan syarat bak penampung
Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan
menggunakan tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau
tangki penampung (reservoir). Bak penampung harus dibuat dari
bahan tara pangan (food grade) seperti stainless stell, poly carbonat
atau poly vinyl carbonat, harus bebas dari bahan-bahan yang dapat
mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang
terdiri atas :
1) Khusus digunakan untuk air minum
2) Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman
3) Harus mempunyai manhole
4) Pengisian dan pengeluaran air harus melalui keran
-
19
5) Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku
harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan
dilindungi dari kemungkinan kontaminasi.
Tangki galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari
bahan tara pangan (food grade) seperti stainless stell, poly carbonat
atau poly vinyl carbonat, tahan korosi dan bahan kimia yang dapat
mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan dan
desinfeksi bagian luar minimal tiga bulan sekali. Air baku harus
diambil sampelnya, yang jumlahnya cukup mewakili untuk
diperiksa terhadap standar mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
b. Penyaringan bertahap terdiri dari :
1) Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif
dengan fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah
menyaring pertikel-partikel yang kasar. Bahan yang dipakai
adalah butir-butir silica (SiO2) minimal 80 %.
2) Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok
kelapa berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa klor
dan bahan organik. Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal
75%.
3) Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus
berukuran maksimal 10 mikron.
-
20
c. Desinfeksi
Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen.
Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung
dalam tangki atau alat pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi
ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian
berkisar antara 0,06-0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain
menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra
Violet (UV) dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan
25370 A dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm2.
1) Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah
Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari
bahan tara pangan (food grade) seperti stainless stell, poly
carbonat atau poly vinyl carbonat dan bersih. Depot air minum
wajib memeriksa wadah yang dibawa konsumen, dan menolak
wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai
tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus di sanitasi
dengan menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang
mengandung ozon). Bilamana dilakukan pencucian maka harus
dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara
pangan (food grade) dan air bersih dengan suhu berkisar 60-
850C, kemudian dibilas dengan air minum atau air produk
secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang
dipergunakan untuk mencuci.
-
21
2) Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin
serta dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis
3) Penutupan
Penutupan wadah dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa
konsumen atau yang disediakan oleh Depot Air Minum.
Dalam penelitian Rahayu dkk. (2013) menyatakan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara kualitas disenfeksi dengan
kualitas mikrobiologi air produk depot air minum isi ulang dengan
nilai p=0,000. Hal tersebut juga terbukti pada penelitian yang
dilakukan oleh Novita (2004) menunjukkan bahwa proses
desinfeksi mempunyai hubungan yang bermakna dengan kualitas
air minum dengan nilai p=0,027.
2.3 Higiene Sanitasi Depot Air Minum
2.3.1 Pengertian Higiene Sanitasi
Higiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk
mengendalikan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya
pencemaran air minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang
dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan
kesehatan lainnya (Kemenkes, 2010).
Penelitian yang dilakukan Sembiring (2008) menunjukkan ada
hubungan kondisi sanitasi lingkungan dengan kualitas bakteriologis
-
22
dengan nilai (p=value 0,003). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Indirawati (2009) yang menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara higiene sanitasi dengan kualitas mikrobiologi
air minum isi ulang di mana nilai p = 0,00 dengan hasil Ho ditolak.
Namun sebaliknya, pada penelitian Pangandaheng (2014) menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara sanitasi depot dengan keberadaan
Escherichia coli pada air minum isi ulang (p=0,071) karena kualitas
sanitasi depot yang ada di wilayah kerja puskesmas Bahu telah
memenuhi syarat.
2.3.2 Higiene Sanitasi Depot Air Minum
Menurut Kemenkes RI (2010), Higiene sanitasi depot air
minum isi ulang meliputi :
a. Lokasi
1) Lokasi depot air minum harus berada didaerah yang berada
bebas dari pencemaran lingkungan.
2) Tidak pada daerah tergenang air dan rawa, tempat pembuangan
kotoran dan sampah, penumpukan barang-barang bekas atau
bahan berbahaya dan beracun (B3) dan daerah lain yang
diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air minum.
b. Bangunan
1) Bangunan harus kuat, aman dan mudah dibersihkan serta
mudah pemeliharaannya.
2) Tata ruang usaha depot air minum paling sedikit terdiri dari:
-
23
a) Ruangan proses pengolahan
b) Ruangan tempat penyimpanan
c) Ruangan tempat pembagian / penyediaan
d) Ruang tunggu pengunjung
3) Lantai
Lantai depot air minum harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a) Bahan kedap air
b) Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap
debu dan mudah dibersihkan.
c) Kemiringannya cukup untuk memudahkan membersihkan
d) Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu
4) Dinding
Dinding depot air minum harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a) Bahan kedap air
b) Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah
dibersihkan
c) Warna dinding terang dan cerah
d) Selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari
pakaian tergantung
-
24
5) Atap dan Langit-langit
a) Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan
terhadap air dan tidak bocor
b) Konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof)
c) Bahan langit-langit mudah dibersihkan dan tidak menyerap
debu
d) Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang
e) Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai
6) Pintu
a) Bahan pintu harus kuat dan tahan lama
b) Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah
dibersihkan
c) Pemasangannya rapi sehingga dapat menutup dengan baik
7) Pencahayaan
Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran
cahaya dengan minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux
8) Ventilasi
Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi
yang dapat menjaga suhu yang nyaman dengan cara :
a) Menjamin terjadi peredaran udara dengan baik
b) Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum
c) Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan
-
25
c. Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi
Sedikitnya depot air minum harus memiliki akses terhadap
fasilitas sanitasi yaitu:
1) Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih
dan saluran limbah.
2) Fasilitas sanitasi (jamban dan peturasan)
3) Tempat sampah yang memenuhi persyaratan
4) Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel
setiap pengisian air baku.
Seperti peneletiannya Yunus, Umboh dan Pinontoan
(2015) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
fasilitas sanitasi pengelolaan sampah dengan kontaminasi
Escherichia coli dengan nilai p= 0,032. Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Kurniadi, dkk (2013) bahwa fasilitas sanitasi yang
tidak memenuhi syarat berpeluang terkontaminasi bakteri
Escherichia Coli sebesar 6,667 kali di bandingkan dengan
fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat.
.
d. Sarana Pengolahan Air Minum
1) Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan
air minum harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan
persyaratan kesehatan (food grade), antara lain :
a) Pipa pengisian air baku
-
26
b) Tandon air baku
c) Pompa penghisap dan penyedot
d) Filter
e) Mikro Filter
f) Kran pengisian air minum curah
g) Kran pencucian/ pembilasan botol
h) Kran penghubung (hose)
i) Peralatan sterilisasi
2) Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung
unsur yang dapat larut dalam air, seperti Timah Hitam (Pb),
Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd).
3) Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter
dan alat sterilisasi masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa).
Dalam penelitian Asfawi (2004) menunjukkan hasil
bahwa ada hubungan yang signifikan, antara kondisi pemrosesan
air minum isi ulang dengan kualitas bakteriologis dengan nilai
(p=0,035). Namun sebaliknya dalam penelitian Maharani (2007)
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara proses pengolahan
dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang dengan nilai
p=0,655.
Peralatan sangat berperan dalam mengolah air baku
menjadi air minum. Kondisi peralatan dalam proses pengolahan
air minum yang baik dan memenuhi persyaratan akan
-
27
menghasilkan air minum yang baik juga. Dan sebaliknya apabila
proses pengolahan kurang optimal dapat menyebabkan adanya
kontaminasi bakteri (Natalia, Bintari dan Mustikaningtyas, 2014).
e. Air Baku
1) Air baku adalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai
dengan peraturan Menteri Kesehatan No.
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
2) Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu
sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat
menghasilkan air minum.
3) Untuk menjamin kualitas air baku dilakukan pengambilan
sampel secara periodik.
Dalam penelitian Rahayu dkk. (2013) menunjukkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara kualitas mikrobiologi air
baku dengan kualitas mikrobiologi air produk depot air minum isi
ulang dengan nilai p=0,0001. Hal tersebut sejalan dengan
Sembiring (2008) menyatakan kuatnya hubungan antara sumber
air baku dengan kualitas bakteriologis dengan nilai p=0,000.
Namun penelitan tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Maharani (2007) didapatkan hasil bahwa tidak ada
hubungan antara kondisi air baku dengan kualitas bakteriologis
air minum dengan nilai p=0,173.
-
28
Kualitas air baku sangat menentukan kualitas air minum
yang dihasilkan. Penyimpanan air baku lebih dari 3 hari dapat
menurunkan kualitas air minum yang dihasilkan (Abdilanov,
2012). Lamanya waktu penyimpanan air dalam tempat
penampungan dapat mempengaruhi kualitas sumber air baku serta
adanya kontaminasi selama memasukkan air ke dalam tangki
pengangkutan (Nuria, 2009).
f. Air Minum
1) Air minum yang dihasilkan adalah harus memenuhi Keputusan
Menteri kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang
syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
2) Pemeriksaan kualitas bakteriologi air minum dilakukan setiap
kali pengisian air baku, pemeriksaan ini dapat menggunakan
metode H2S.
3) Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengambilan
sampel secara periodik.
g. Pelayanan Konsumen
1) Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan
bersih.
2) Proses pencucian botol dapat disediakan oleh
pengusaha/pengelola depot air minum.
-
29
3) Setiap wadah yang telah diisi harus ditutup dengan penutup
wadah yang saniter.
4) Setiap air minum yang telah diisi harus langsung diberikan
kepada pelanggan, dan tidak boleh disimpan di depot air
minum (> 1x24 jam).
h. Karyawan
1) Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular.
2) Bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat
menjadi sumber pencemaran.
3) Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2
kali setahun).
4) Memakai pakaian kerja/seragam yang bersih dan rapi.
5) Selalu mencuci tangan setiap kali melayani konsumen.
6) Tidak berkuku panjang, merokok, meludah, menggaruk,
mengorek hidung/telinga/gigi pada waktu melayani konsumen
7) Memiliki Surat Keterangan telah mengikuti kursus Operator
Depot Air Minum
Penelitian yang di lakukan Mirza (2014) hasil yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara higiene operator
DAMIU dengan jumlah coliform air minum pada depot air
minum isi ulang di Kabupaten Demak dengan nilai p sebesar
0,001.
-
30
i. Pekarangan
1) Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi
genangan.
2) Selalu dijaga kebersihannya setiap saat.
3) Bebas dari kegiatan lain atau bebas dari pencemaran lainnya.
j. Pemeliharaan
1) Pemilik/penanggung jawab dan operator wajib memelihara
sarana yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Melakukan sistem pencatatan dan pemantauan secara ketat,
meliputi :
a) Tugas dan kewajiban karyawan
b) Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstern
c) Data alamat pelanggan (untuk tujuan memudahkan
investigasi dan pembuktian)
Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
RI No. 651 Tahun (2004) tentang persyaratan Teknis Depot Air
Minum dan Perdagangannya, mengatur persyaratan usaha yang
meliputi :
1. Depot air minum wajib memiliki Tanda Daftar Industri (TDI)
dan Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP)
-
31
2. Depot air minum wajib memiliki Surat Jaminan Pasokan Air
Baku dari PDAM atau perusahaan yang memiliki izin
Pengambilan Air dari Instansi yang berwenang.
3. Depot air minum wajib memiliki laporan hasil uji air minum
yang dihasilkan dari laboratorium pemeriksaan kualitas air yang
ditunjuk Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi.
2.4 Personal Hygiene Penjamah pada Depot Air Minum
Proses pengolahan air di depot air minum isi ulang yang tidak
seluruhnya dilakukan secara otomatis juga dapat mempengaruhi kualitas air
yang dihasilkan Athena dkk. (2004). Salah satu langkah yang tidak dilakukan
dengan otomatis adalah pembersihan galon air dan proses pengisian air ke
dalam galon. Pada proses ini galon mengalami kontak langsung dengan
penjamah/pekerja.
Pekerja adalah sumber kontaminasi terbesar dari semua sumber
pajanan mikroorganisme pada air minum. Pekerja yang tidak mengikuti
latihan saniter berpotensi dapat mengontaminasi makanan dan minuman yang
mereka sentuh dengan mikroorganisme patogenik. Tangan yang mengandung
mikroorganisme yang dapat berpindah ke produk selama pemrosesan,
pencucian serta pengisian galon melalui pelayanan lewat sentuhan. Kemudian
hidung dapat menyalurkan bakteri melalui pernapasan, batuk atau bersin.
Manusia merupakan makhluk berdarah panas, mikroorganisme dapat
berproliferasi di dalam tubuh manusia dengan cepat khususnya jika tidak
dilakukan praktik higine (Marriott and Gravani, 2006).
-
32
Pekerja yang sedang sakit tidak diizinkan untuk melakukan kontak
dengan peralatan yang digunakan dalam tahap proses pengisian air galon.
Dalam banyak kasus, penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme bisa
saja masih melekat pada pekerja pada masa pemulihan sehabis sakit atau
bahkan setelah sembuh dari sakit (Marriott and Gravani, 2006).
Dalam penelitian Novita (2004) di Palembang menyatakan bahwa
higiene sanitasi personal mempunyai hubungan yang bermakna dengan
kualitas air minum dengan nilai p=0,007. Berdasarkan Permenkes (2014)
penjamah harus berperilaku higinis dan saniter dalam melayani konsumen
seperti selalu mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan air yang
mengalir setiap melayani konsumen, menggunakan pakaian bersih dan rapi,
dan tidak merokok setiap melayani konsumen.
Operator atau pekerja pada semua depot tidak berperilaku hidup
bersih dan sehat karena saat bekerja tidak menggunakan pakaian kerja yang
bersih dan rapih, tidak mencuci tangan sebelum melakukan pekerjaan dan
merokok pada saat bekerja, hal ini dapat mencemari air minum yang
dihasilkan (Randang dkk., 2014).
Higiene perorangan merupakan usaha untuk membatasi penyebaran
penyakit, terutama yang ditularkan secara langsung lewat kontak individu.
Setiap pekerja mempunyai tanggungjawab untuk menjaga kebersihan diri.
Langkah dalam menjaga kebersihan pekerja untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit, yaitu (Salvato, 2003):
-
33
1. Mencuci tangan sebelum bekerja secara menyeluruh setelah
menggunakan toilet, merokok, mengusap hidung. Mencuci tangan
dilakukan pada air mengalir dengan menggunakan sabun, dilakukan
dengan menggosokkan kedua tangan secara bersama-sama minimal 30
detik disertai dengan membersihkan sela-sela jari dan kuku.
2. Selalu menggunakan sarung tangan yang dapat di daur ulang
3. Menjaga kebersihan tangan dan memastikan kuku selalu pendek dan
bersih.
4. Menggunakan pakaian yang bersih dan memakai tutup kepala saat
bekerja
5. Menutup hidung dan mulut menggunakan tissue saat bersin atau batuk,
lalu membuang dan mencuci tangan. Pekerja tidak diperbolehkan
merokok saat beraktivitas di depot air minum isi ulang. Bakteri dapat
tumbuh dan mudah tersebar saat pekerja sedang sakit atau batuk.
6. Menjaga kebersihan tempat pengolahan air dan peralatan yang digunakan
agar selalu tetap kering dan terlindungi dari berbagai macam vektor
penyebab penyakit.
Dalam penelitian Cahyaningsing (2009) menyatakan bahwa mencuci
tangan sebelum bekerja menunjukkan (p=0,003) yaitu ada hubungan yang
sangat signifikan antara mencuci tangan sebelum bekerja dengan jumlah
angka kuman dan jumlah E.Coli. Tangan yang tidak bersih dapat menjadi
sumber kontaminasi bakteri patogen yang dapat meningkatkan resiko
pencemaran. Penggunaan alat pelindung diri seperti sarung tangan dalam
-
34
bekerja juga diperlukan sebagai salah satu pencegahan terjadinya
kontaminasi.
Kebiasaan mencuci tangan sebelum bekerja dapat membantu
memperkecil risiko terjadi kontaminasi bakteri dari tangan ke makanan
(Puspita dkk., 2014) Hasil penelitian Susanna (2003) yang menyatakan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara kuku tangan dengan kontaminasi
bakteri. Kuku tangan sering menjadi sumber kontaminan atau mengakibatkan
kontaminasi silang.
Dalam praktek higiene perorangan aspek-aspek yang tidak terpenuhi
akan berdampak terhadap terjadinya pencemaran, seperti terjadinya
pencemaran oleh bakteri Escherichia coli yang diakibatkan oleh tangan
pekerja yang kotor, kuku pekerja yang kotor, tidak mencuci tangan dengan
sabun dan tidak menggunakan alat saat bekerja dan sebagainya sehingga
pekerja dapat menjadi sumber penularan penyakit yang diakibatkan bakteri
kepada konsumen (Setyorini, 2013).
2.5 Penentuan Skoring dengan Skala Guttman
Menurut Sugiyono (2011) skala Guttman yaitu skala pengukuran yang
akan didapat jawaban yang tegas yaitu ya-tidak, benar-salah, positif-
negatif, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau
rasio. Skala Guttman selalu dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga
dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu
dan terendah nol. Misalnya untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak
setuju diberi skor 0. Berikut contoh:
-
35
Apakah tempat kerja anda dekat jalan Protokol?
a. Ya
b. Tidak
Dalam lembar checklist dan lembar wawancara modifikasi dari
PERMENKES No. 43 tahun 2014 yang ada dalam penelitian ini
menggunakan jawaban yang tegas yaitu ya-tidak, sehingga skala Guttman
cocok untuk diterapkan dalam penentuan skoring dalam penelitian ini.
2.6 Kerangka Teori
Keberadaan bakteri tidak lepas kaitannya dengan higiene sanitasi dan
personal higiene. Higiene sanitasi merupakan usaha yang dilakukan untuk
mengendalikan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran
air minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin
dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya (Permenkes,
2010). Higiene sanitasi yang ada di depot meliputi akses terhadap fasilitas
sanitasi, sarana pengolahan air minum, air baku, pelayanan konsumen, serta
perilaku mencuci dari personal higiene, hal tersebut merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi kontaminasi bakteri coliform pada air minum isi ulang.
Kontaminasi bakteri dapat terjadi apabila faktor-faktor higiene sanitasi tidak
dilakukan sesuai dengan peraturan/standar yang berlaku. Maka dari itu
diperlukan penerapan higiene sanitasi dan personal higiene yang baik agar
dapat mencegah kontaminasi bakteri pada air minum isi ulang.
-
36
Keterangan:
---- : Faktor yang tidak diteliti
: Faktor yang diteliti
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Jumlah Bakteri
Coliform
Akses terhadap
fasilitas sanitasi
Sarana Pengolahan
Air Minum
Air Baku
Higiene proses
pelayanan konsumen
Mencuci Tangan Perilaku
Merokok
Disenfeksi
Manusia
Diare
Pengawasan
Depot
-
37
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Higiene sanitasi merupakan usaha yang dilakukan agar air minum isi
ulang aman dan terbebas dari kontaminasi bakteri coliform. Dari kerangka
teori yang telah dibuat, peneliti tidak meneliti semua faktor yang ada untuk
dijadikan sebagai variabel independen. Variabel yang tidak di teliti yaitu
dampak langsung terhadap manusia akibat dari bakteri coliform yaitu
penyakit diare, karena banyak hal yang dapat menjadi faktor penyebab
seseorang terkena diare. Kemudian pengawasan depot tidak diteliti karena
untuk pengawasan hanya dapat dilakukan oleh petugas kesehatan/dinas
kesehatan setempat yang mempunyai izin kelayakan untuk mengawasi
depot. Variabel yang tidak diteliti selanjutnya yaitu perilaku merokok,
karena untuk perilaku merokok diperlukan waktu tidak sekali atau tidak
dapat dilakukan observasi secara bersamaan dalam satu waktu.
Variabel yang di teliti yaitu akses terhadap fasilitas sanitasi karena
apabila tidak sesuai dengan standar yang berlaku, bakteri coliform dapat
mengontaminasi air minum. Kemudian sarana pengolahan air minum perlu
di teliti karena apabila peralatan yang digunakan tidak memenuhi
persyaratan kesehatan dalam peraturan yang berlaku atau menggunakan
peralatan yang sudah habis masa pakainya dapat menyebabkan bakteri
berkembangbiak. Untuk variabel air baku perlu diteliti karena kemungkinan
terbesar air baku yang digunakan diambil dari sumber yang telah tercemar
-
38
atau terkontaminasi bakteri serta tempat penyimpanan air baku juga dapat
mempengaruhi bakteri berkembangbiak. Variabel higiene proses pelayanan
konsumen juga dapat mempengaruhi kontaminasi bakteri karena hal ini di
lakukan oleh pekerja depot air minum secara langsung tanpa menggunakan
peralatan yang otomatis. Selanjutnya perilaku mencuci tangan juga dapat
menjadi faktor penyebab karena tangan merupakan tempat berkumpulnya
bakteri, apabila pekerja tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah
melayani konsumen dapat menjadi sumber bakteri.
Dari penjelasan diatas maka kerangka konsep pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Kelengkapan
fasilitas sanitasi
Sarana Pengolahan
Air Minum
Air Baku
Higiene proses
Pelayanan
Konsumen
Mencuci Tangan
Jumlah Bakteri
Coliform pada Air
Minum
-
39
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Dependen
1.
Jumlah Bakteri
Coliform dalam
Air Minum
Kandungan bakteri coliform yang
terdapat pada air minum isi ulang
berdasarkan hasil pemeriksaan uji
MPN
Lembar hasil
Pengukuran
Laboratorium
(Uji Most
Probable
Number)
Jumlah koloni bakteri yang di
temukan dalam air minum isi
ulang
Rasio
Variabel Independen
2 Kelengkapan
fasilitas sanitasi
Keberadaan fasilitas yang terdapat
pada depot air minum isi ulang seperti
sarana air bersih dan mengalir, tempat
cuci tangan, sabun untuk mencuci
tangan, tempat sampah dan toilet
Lembar
Checklist
Observasi 1. Memenuhi syarat jika semua checklist terpenuhi
2. Tidak memenuhi syarat jika tidak terpenuhi checklist
Ordinal
3 Sarana
Pengolahan Air
Minum
Alat dan perlengkapan yang
digunakan untuk pengolahan air
minum harus menggunakan peralatan
yang sesuai dengan persyaratan
kesehatan
Lembar
Wawancara
Wawancara 1. Memenuhi syarat jika semua
checklist terpenuhi
2. Tidak memenuhi syarat jika
tidak terpenuhi checklist
Ordinal
4
Air Baku Sumber air yang digunakan dalam air
minum isi ulang
Lembar
Wawancara
Wawancara 1. Memenuhi syarat jika semua
checklist terpenuhi
Ordinal
-
40
2. Tidak memenuhi syarat jika
tidak terpenuhi checklist
5 Higiene proses
Pelayanan
Konsumen
Kemungkinan untuk risiko
kontaminasi bakteri pada perlakuan
pekerja depot mulai dari sumber air,
proses pencucian, pengisian ke dalam
wadah air minum hingga diberikan
kepada pelanggan.
Lembar
Checklist
Observasi 1. Memenuhi syarat jika semua
checklist terpenuhi
2. Tidak memenuhi syarat jika
tidak terpenuhi checklist
Ordinal
6 Mencuci Tangan Perilaku yang dilakukan oleh pekerja
sebelum dan sesudah melayani
konsumen dengan menggunakan
sabun
Lembar
Checklist
Observasi 1. Mencuci Tangan
2. Tidak Mencuci Tangan
Ordinal
-
41
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara kelengkapan fasilitas sanitasi dengan kontaminasi bakteri
Coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang.
2. Ada hubungan antara sarana pengolahan air minum dengan kontaminasi bakteri
Coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang.
3. Ada hubungan antara air baku dengan kontaminasi bakteri Coliform pada air minum
isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang.
4. Ada hubungan antara hygiene proses pelayanan konsumen dengan kontaminasi
bakteri Coliform pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota
Palembang.
5. Ada hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan kontaminasi bakteri Coliform
pada air minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang.
-
42
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Studi
Desain penelitian yang digunakan adalah analitik observasional
dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) dimana peneliti akan
melakukan observasi atau pengukuran variabel independen dan dependen
pada waktu (periode) yang bersamaan.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota
Palembang. Sebanyak 30 depot yang tersebar di setiap kelurahan yaitu ,
1 Ulu terdapat 3 terdapat, 2 Ulu terdapat 3 depot, 3-4 Ulu terdapat 6
depot, 5 Ulu terdapat 4 depot, 7 Ulu terdapat 3 depot, 8 Ulu terdapat 2
depot, 9/10 Ulu terdapat 4 depot, 15 Ulu terdapat 3 depot, Sila Beranti
terdapat 1 depot dan Tuan Kentang terdapat 1 depot. Pengambilan
sampel, wawancara dan observasi dilakukan pada depot air minum
yang berada di Kecamatan Seberang Ulu 1.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Juni 2015
-
43
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh depot air minum isi ulang
yang berada di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang.
4.3.2 Sampel
Jenis pengambilan sampel dilakukan secara Non Probability Sampling
yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel, dikarenakan jumlah populasi yang ada relatif kecil.
Metode pengambilan sampel yang akan dilakukan pada penelitian ini
yaitu dengan total sampling merupakan sampel yang mewakili semua
jumlah populasi. Hal tersebut dikarenakan jumlah populasi relatif
sedikit dan peneliti ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang
sangat kecil. Sampel dalam penelitian ini adalah depot air minum isi
ulang yang berada di Kecamatan Seberang Ulu 1 yang berjumlah 30
depot air minum dan 30 orang pekerja.
4.3.3 Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan
rumus (Lemeshow dkk., 1997):
-
44
Dimana :
n = Besar sampel minimal yang dibutuhkan
= 1,96 pada tingkat kepercayaan 95%
= Derajat presisi yang diinginkan = 10%
= Besar populasi depot air minum yaitu sebanyak 30
= Perkiraan proporsi 50% (belum ada penelitian
sebelumnya di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota
Palembang)
Sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut :
= 24 depot
Pada perhitungan diatas diketahui bahwa sampel minimal yang harus
diambil adalah 24 depot. Untuk mengantisipasi adanya faktor-faktor
yang tidak diinginkan, peneliti mengambil semua sampel yang ada pada
populasi untuk di jadikan subjek penelitian yang berjumlah 30 depot air
minum isi ulang.
4.4 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.4.1 Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium
mengenai ada tidaknya bakteri coliform yang terkandung dalam air
minum isi ulang. Kemudian melakukan wawancara dan observasi
-
45
dengan menggunakan lembar observasi modifikasi pada Peraturan
Menteri Kesehatan No 43 tahun 2014.
b. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Palembang
mengenai jumlah penderita diare.
c. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi yang
modifikasi dari Peraturan Menteri Kesehatan No 43 tahun 2014
tentang higiene sanitasi depot air minum. Lembar hasil pengukuran
digunakan untuk melihat hasil pemeriksaan laboratorium mengenai
ada tidaknya bakteri coliform pada air minum isi ulang
menggunakan uji MPN (Most Probable Number).
4.4.2 Pengolahan Data
Pengolahan data terdiri dari serangkaian tahapan yang harus dilakukan
meliputi:
a. Data Coding
Kegiatan mengklasifikasikan data dan memberikan kode untuk
masing-masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data.
Tabel 4.1 Daftar Coding
No Variabel Kode
1 Kelengkapan Fasilitas [Q1]
2 Sarana Pengolahan Air Minum [Q2]
3 Kualitas Air Baku [Q3]
4 Pelayanan Konsumen [Q4]
5 Perilaku Mencuci Tangan [Q5]
-
46
b. Data Editing
Penyuntingan data dilakukan sebelum proses pemasukan data.
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul untuk
pengecekan jika ada data yang salah atau meragukan sehingga
masih dapat ditelusuri kembali kepada responden/informan yang
bersangkutan.
c. Data Entry
Memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam program
atau fasilitas analisis data. Program untuk analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah software statistic pada
komputer.
d. Data Cleaning
Proses pembersihan data setelah data dientri. Melakukan
pengecekan kembali data telah di masukkan untuk memastikan
data tidak ada yang salah.
4.5 Teknik dan Analisa Data
4.5.1 Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran
distribusi frekuensi dari variabel penelitian dengan cara
mendeskripsikan tiap-tiap variabel. Hasil penelitian dilakukan dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi, mean, standar deviasi, nilai
minumum dan nilai maksimum.
-
47
4.5.2 Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk nguji hipotesis hubungan
antara variabel dependen dan variabel independen. Penelitian ini
menggunakan uji statistik Mann Whitney karena data numerik tidak
berdistribusi normal. Derajat kemaknaan () yang digunakan adalah
0,05 dengan interpretasi sebagai berikut (Dahlan, 2012).
1) Dikatakan hubungan bermakna secara statistik, jika p value
-
48
4.6.2 Peralatan dan Bahan
a. Alat-alat yang diperlukan:
1) Autoclave 7) Kawat Ose
2) Inkubator 8) Tabung Durham Steril
3) Rak Tabung Reaksi 9) Botol Sampel Steril
4) Lampu Spiritus 10) Kapas
5) Tabung Reaksi 11) Spidol
6) Pipet Steril 12) Kain Lap
b. Media dan Reagensia yang diperlukan
1) Laktosa Broth (LB)
2) Brilliant Green Laktose Bile Broth (BGLB)
3) Aquadest steril, aquadest, natrium Thiosulfat 10%,
4) Spritus dan Alkohol 70%.
4.6.3 Cara Pemeriksaan Laboratorium
Metode pemeriksaan yang digunakan yaitu Multi Probably
Number (MPN) dilakukan dengan menggunakan metode tabung ganda
yang terdiri dari (3 x 10 ml) : (3 x 1 ml) : (3 x 0,1 ml).
Tes Pemeriksaan Bakteriologis
a. Siapkan 5 tabung LB atau LTB Triple 5 cc (kode tabung a1 s/d a5)
dan 2 tabung LB single 10 cc (kode tabung b1 dan b2). Masing-
masing tabung sudah berisi tabung durham.
b. Kedalam tabung a1 s/d a5 diinokulasikan atau dimasukkan 10ml
contoh uji, kocok perlahan hingga tercampur. Keadaan tabung b1
-
49
diinokulasikan 1 ml contoh uji dan b2 diinokulasikan 0,1 ml contoh
uji.
c. Semua tabung yang sudah diinokulasi kemudian diinkubasi pada
inkubator suhu 35 0,50C. Setelah 24 2 jam, amati setiap tube
yang menghasilkan gas atau adanya reaksi asam yang ditandai
dengan perubahan warna media menjadi kuning. Bila masih tidak
adanya perubahan (negative) maka waktu inkubasi dapat
diperpanjang selama 24 jam lagi pada suhu yang sama.
d. Amati masing-masing tabung untuk melihat ada atau tidaknya gas.
Untuk memperjelas, kocoklah secara perlahan bila ada gelombang
udara. Bila ada maka nilainya positif. Namun untuk melihat apakah
bakteri tersebut golongan coliform atau bukan, maka diteruskan
lagi ke tes penegasan.
Tes Penegasan Coliform dan Colitinja
a. Siapkan tabung-tabung positif yang didapat dari test perkiraan.
b. Pindahkan 1-2 ose dari setiap tabung positif ke tabung berisi media
BGLB (penegasan coliform) dan media EC Broth (penegasan
colitinja) yang masing-masing sudah diberi tabung durham.
c. Inkubasi tabung BGLB pada suhu 35 0,50C (untuk coliform) dan
EC Broth pada suhu 44,5 0,50C (untuk colitinja).
d. Catat jumlah tabung pada tes penegasan yang menunjukkan positif
gas. Masa inkubasi bisa diperpanjang 24 jam lagi bila tidak
terdapat gelembung udara pada waktu inkubasi pertama. Angka
-
50
yang diperoleh dari tabung yang positif dicocokkan dengan tabel
MPN.
-
49
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kecamatan Seberang Ulu 1 merupakan salah satu Kecamatan di Kota
Palembang dengan luas 2.546.75 Ha. Adapun batas wilayah Kecamatan
Seberang Ulu 1 sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Musi
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Ogan Ilir dan Banyuasin
Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Seberang Ulu II dan Plaju
Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Ogan
Kecamatan Seberang Ulu 1 terdapat 10 Kelurahan yaitu, Kelurahan 1
Ulu, 2 Ulu, 3-4 Ulu, 5 Ulu, 7 Ulu, 8 Ulu, 9/10 Ulu, 15 Ulu, Sila Beranti, Tuan
Kentang. Jumlah penduduk Kecamatan Seberang Ulu 1 adalah 1.523.310
jiwa. Jumlah depot yang ada di Kecamatan Seberang Ulu 1 yaitu sebanyak 30
depot dan menyebar di tiap-tiap Kelurahan.
Tabel 5.1 Jumlah Depot di Kecamatan Seberang Ulu 1 Berdasarkan
Kelurahan Tahun 2015
No. Kelurahan Jumlah Depot
1. 1 Ulu 3
2. 2 Ulu 3
3. 3-4 Ulu 6
4. 5 Ulu 4
5. 7 Ulu 3
6. 8 Ulu 2
7. 9/10 Ulu 4
8. 15 Ulu 3
9. Sila Beranti 1
10. Tuan Kentang 1
Total 30
-
50
5.2 Gambaran Jumlah Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang
Jumlah bakteri coliform pada air minum isi ulang di peroleh dari hasil
uji laboratorium dengan uji MPN (Most Probable Number) oleh Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan (BTKL) Kota Palembang dengan standar Pemenkes
RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010. Parameter mikrobiologi kadar
maksimum yang diperbolehkan dalam air minum yaitu 0 per 100 ml air
minum. Gambaran jumlah bakteri coliform yang ditemukan pada air minum
isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.2 Jumlah Bakteri Coliform pada Air Minum Isi Ulang di
Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015
No. Kode
Sampel
Sumber
Air Baku
Jumlah
Bakteri
Keterangan Pemenuhan
Persyaratan Biologi
Kualitas Air Minum
Kelurahan 1 Ulu
1.
2.
3.
KB
SR
KH
Sukomoro
Sukomoro
Sukomoro
0,0
2,2
4,4
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Kelurahan 2 Ulu
4.
5.
6.
ZN
LK
CL
Sukomoro
Sukomoro
Sukomoro
2,2
4,4
0,0
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Kelurahan 3-4 Ulu
7.
8.
9.
10.
11.
12.
FJ
PU
KM
PQ
MO
SK
Sukomoro
Sukomoro
Sukomoro
Sukomoro
Sukomoro
Sukomoro
2,2
4,4
5,0
5,0
7,6
0,0
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Kelurahan 5 Ulu
13.
14.
15.
16.
LS
EF
TA
LM
Sukomoro
Sukomoro
PDAM
Sukomoro
2,2
0,0
4,4
4,4
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Kelurahan 7 Ulu
17.
18.
19.
JA
NV
AM
Sukomoro
Sukomoro
PDAM
4,4
0,0
4,4
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Kelurahan 8 Ulu
20.
21.
TM
JM
PDAM
Sukomoro
6,7
7,6
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
-
51
Kelurahan 9/10 Ulu
22.
23.
24.
25.
KL
BS
RF
FS
Sukomoro
Sukomoro
Sukomoro
Sukomoro
5,0
0,0
6,7
2,2
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Kelurahan 15 Ulu
26.
27.
28.
AB
TR
TM
Sukomoro
Depot
PDAM
2,2
7,5
6,7
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat
Kelurahan Sila Beranti
29. CP Sukomoro 0,0 Memenuhi Syarat
Kelurahan Tuan Kentang
30. SO Depot 4,4 Tidak Memenuhi Syarat
Berdasarkan tabel 5.2 hasil analisis didapatkan jumlah bakteri pada air
minum isi ulang di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang yang
memenuhi syarat secara biologi adalah 7 depot dan yang tidak memenuhi
syarat sebanyak 23 depot. Jumlah bakteri yang ditemukan berkisar berjumlah
0-7,6 dan sumber air baku yang digunakan paling banyak yaitu dari mata air
Sukomoro.
5.3 Gambaran Kelengkapan Fasilitas Sanitasi
Gambaran kelengkapan fasilitas sanitasi pada air minum isi ulang di
Kecamatan Seberang Ulu 1 dapat dilihat pada tabel berikut :