HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN MUTU
PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT
DAERAH KALISAT JEMBER
Artikel Jurnal
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
OLEH
DONI IBNU HAJAR MALIK
10.1101.1041
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2014
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN MUTU
PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT DAERAH
KALISAT JEMBER
Doni Ibnu Hajar1, Asmuji, SKM., M.Kep.
2
Fakultas Ilmu Kesehataan Program Studi S1 keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jember
ABSTRAK
Inroduksi: Pendidikan keperawatan merupakan standar yang digunakan untuk diaplikasikan
di rumah sakit yang telah mengikuti perkembangan ilmu dan tekhnologi, dengan
peningkatan baik jenjang maupun mutu pendidikan. Jenjang pendidikan keperawatan
meliputi: Akademi atau Pendidik Ahli Madya Keperawatan dan Program Profesi (Ners) dan
Program S2 atau Magister serta konsultan (S3) yang terkait dengan keperawatan.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain studi korelasional dengan pendekatan cross
sectional yang bertujun untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pendidikan perawat
dengan mutu pelayanan keperawatan pada pasien di Rumah Sakit Daerah Kalisat Jember.
Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat di 4 ruang inap yang berjumlah 43 perawat
dengan sampel sejumlah 39 responden. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan
metode teknik Total sampling. Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data berupa
kuesioner.
Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 10 perawat berpendidikan Ners menyatakan
100% sudah memberikan pelayanan secara baik, dari 29 perawat berpendidikan D3
Keperawatan menyatakan 44,8%nya sudah memberikan pelayanan secara cukup baik dan
55,2% sudah memberikan pelayanan baik.
Diskusi: Hasil uji statistik sperman’s rho, didapatkan ada hubungan dalam kategori sedang
antara tingkat pendidikan perawat dengan mutu pelayanan keperawatan pada pasien di
Rumah Sakit Daerah Kalisat Jember. Dengan kekuatan korelasi sedang dengan arah negatif
(-), artinya semakin besar nilai variabel maka semakin kecil nilai variabel lainnya (P value =
0,009; α = 0,005; r = -0,415). Rekomendasi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
instrumen penelitian yang lebih baik dan jumlah responden yang lebih banyak untuk
memperkuat hasil penelitian ini.
Kata kunci : Pendidikan, Mutu Pelayanan, Perawat
Daftar Pustaka : 19 (2002 – 2013).
ABSTRACT
Introduction: Nursing education is the standard used to be applied in the hospital who has
been following the development of science and technology, with an increase in both the level
and quality of education. Qualification nursing include: Academy of Nursing or Associate
Expert Educator and Program Professionals (nurses) and the Program or Masters (S2) and
consultants (S3) related to nursing.
Method: This study used a correlational study design with cross sectional to identify the
correlation between education level of nurse with nursing care quality patient in hospital
regional Kalisat Jember. The study population was all nurses in 4 inpatient space totaling
43 nurses with a sample of 39 respondents. The sampling technique using total sampling
techniques. Instruments used in the data collection in the form of a questionnaire.
Results: The results showed that of the 10 nurses educated nurses stated 100% already
provide services better, educated nurses from 29 states 44.8% Nursing D3 was already
providing services is quite good and 55.2% have given good service.
Discuss: Results of Spearman's rho statistical test, found The Correlation Between
Education Level of Nurse with Nursing Care Quality Patient In Hospital Regional Kalisat
Jember. With the strength of the correlation was negative direction (-), ie, the greater the
value of the variable, the smaller the value of other variables (P value = 0.009; α = 0.005; r
= -0.415). Recommendations need to do further research to better research instruments and
the number of respondents is much more to strength the results of this study.
Key words : Education, Quality of Care, Nurse
Bibliography : 19 (2002-2013).
PENDAHULUAN
Tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan keperawatan akan
terus meningkat baik dalam aspek mutu
maupun keterjangkauan serta cakupan
pelayanan. Hal ini disebabkan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan
kesehatan serta meningkatnya
kompleksitas masalah kesehatan
masyarakat. Dalam menghadapi tuntutan
kebutuhan masyarakat ini, khususnya
dalam bidang keperawatan harus
melakukan perubahan dalam berbagai
aspek termasuk pendidikan keperawatan
(Kusnanto, 2003). Sejalan dengan itu
Gartiah (2008) menyatakan bahwa dalam
menghadapi tuntutan kebutuhan
masyarakat salah satu langkah konkrit
yang harus dilakukan adalah pengelolaan
sistem pendidikan keperawatan.
Pendidikan keperawatan merupakan unsur
pertama yang harus dilakukan penataan
karena melalui pendidikan
perkembangan profesi keperawatan akan
terarah dan berkembang sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi sehingga
dapat menghasilkan tenaga keperawatan
yang berkualitas (Murwani, 2008).
Mutu pelayanan dapat dipersepsikan baik
dan memuaskan pasien, adalah jika jasa
yang diterima sesuai atau melebihi dari
yang diharapkan dan sebaliknya mutu
pelayanan dipersepsikan jelek atau tidak
memuaskan jika pelayanan yang diterima
lebih rendah dari yang diharapkan
(Kotler, 2000 Supranto, 2001). Menurut
Sukardi (2005) mutu pelayanan
menunjukkan tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang dapat
menimbulkan kepuasan karena telah
sesuai kode etik dan standar
pelayanan professional. Bagian integral
dari standar pelayanan profesional
kesehatan di rumah sakit salah satunya
adalah pelayanan keperawatan.
Dalam kepuasan, hal terpenting adalah
persepsi pelanggan, bukan hal-hal yang
aktual seperti yang dipikirkan produsen
atau pemberi jasa. Sehingga masyarakat
sering menilai baik buruknya pelayanan
diinstalasi rawat inap tergantung
bagaimana kinerja dari perawat (Aditama,
2003). Hal ini juga dapat mengurangi
kepuasan pasien, mengurangi tingkat
kunjungan dan tingkat hunian rumah
sakit (BOR), karena itu kinerja petugas
keperawatan sangat berhubungan dengan
mutu pelayanan yang diberikan kepada
pasien. Petugas kesehatan dalam
meningkatkan mutu pelayanan kepada
pasien diharapkan Sesuai dengan
standar profesi masing-masing yang dalam
hal ini adalah standar praktek asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan.
Semakin patuh semua tenaga profesional
kepada standar yang diakui oleh
masingmasing profesi, akan semakin tinggi
pula mutu asuhan keperawatan terhadap
pasien yang berarti bahwa kinerja tenaga
profesional kesehatan atau keperawatan
semakin meningkat (Wijono, 1997).
Pendidikan keperawatan bukan lagi
merupakan pendidikan vokasional akan
tetapi bertujuan untuk menghasilkan
tenaga keperawatan yang menguasai
ilmu keperawatan dan mampu
melaksanakan keperawatan secara
profesional kepada masyarakat. Seperti
yang telah dijelaskan dalam lokakarya
nasional tahun 1983 bahwa pendidikan
keperawatan telah mulai dibenahi dengan
sistem pendidikan ke jenjang pendidikan
tinggi. Pengembangan sistem
pendidikan tinggi sangat berperan
dalam pengembangan pendidikan
keperawatan secara profesional,
teknologi keperawatan serta pembinaan
keprofesian karena pendidikan keperawatan
sebagai sarana mencapai profesionalisme
keperawatan (Hidayat, 2002).
Pendidikan merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia
yang diperlukan untuk pengembangan
diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan,
semakin mudah mereka menerima serta
mengembangkan
pengetahuan dan teknologi, sehingga
akan meningkatkan produktivitas yang
pada akhirnya akan meningkatkan mutu
palayanan keperawatan untuk masyarakat
melalui pengaturan dan pengadaan sistem
pendidikan berkelanjutan (Grossmann,
1999). Pada saat ini berbagai upaya untuk
lebih mengembangkan pendidikan
keperawatan profesioal memang sedang
dilakukan dengan mengkonvensikan
pendidikan SPK ke jenjang pendidikan
akademi keperawatan (D III keperawatan)
dan dari lulusan akademi keperawatan
diharapkan dapat melanjutkan
pendidikan ke D IV keperawatan atau
SI Keperawatan (Nursalam, 2002).
Mutu pelayanan keperawatan yang
kurang disebabkan karena tuntutan pasien
tinggi dan beban kerja perawat yang besar.
Dari hasil observasi masih dijumpai
adanya perawat yang tidak peduli dengan
keluhan yang disampaikan oleh pasien
maupun keluarganya. Perawat dalam
memberikan pelayanan perawatan belum
banyak terpapar dengan kompetensi
seperti yang akan mereka lakukan sesuai
dengan tingkat pendidikan, pelatihan, dan
pengalaman kerja yang di-miliki. Selama
ini mereka mengerjakan tugas yang sudah
merupakan pekerjaan rutin yang harus
mereka lakukan (Neila, 2004).
Menurut hasil penelitian Syah (2004)
bahwa faktor - faktor yang berhubungan
dengan kinerja perawat dalam pemberian
pelayanan antara
lain umur, tingkat pendidikan perawat,
status kepegawaian, masa kerja, peralatan,
motivasi, kompensasi, dan iklim kerja.
Kurangnya tenaga keperawatan baik
secara kualitas maupun kuantitas akan
sangat mengganggu kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien
sehingga beban kerja semakin
bertambah dan dapat menyebabkan
prestasi kerja menurun, kepuasan kerja
berkurang, dan pada akhirnya kepuasan
pasien juga berkurang (Musni, 2005).
Fenomena yang terjadi di masyarakat
mengenai pelayanan yang telah diberikan
kepada pasien kebanyakan di rumah sakit,
yaitu pasien mengeluh atas mutu pelayanan
kurang baik yang telah diberikan perawat di
rumah sakit. Hal ini terjadi kerena kinerja
perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
adapun faktor tersebut diantaranya tingkat
pendidikan perawat, status kepegawaian
dan kesejahteraan perawat yang kurang.
Sehingga perawat berlomba – lomba
meningkatkan golongan melalui
pendidikan yang berkelanjutan guna
memenuhi tuntutan ekonomi atau
kesejahteraan hidupnya. Pandangan dan
pendapat perawat rumah sakit mengenai
hal ini yaitu semakin tinggi seorang
perawat untuk melanjutkan ke tingkat
pendidikan yang lebih tinggi semata-mata
dimaksudkan untuk meningkatkan
pangkat, gaji, dan golongan. Akan tetapi
kualitas dari tingkat pendidikan perlu
dipertanyakan. Tidak heran jika Pasien
mengeluh perawat yang kurang tanggap,
kurang cepat, dan kurang ramah
terhadap pasien dalam memberikan
pelayanan kesehatan (Neila, 2004). Ada
penelitian terdahulu tentang hubungan
tingkat pendidikan perawat terhadap
kinerja perawat di Rumah Sakit
Umum Pandan Arang Kabupaten
Boyolali, ditunjukkan dengan nilai chi-
square sebesar 17,47,dan taraf signifikan
yang dihasilkan kurang dari5% yaitu p =
0,002.
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti di Rumah Sakit Kalisat
Jember di didapatkan data jumlah perawat
berdasarkan tingat pendidikannya, dimana
tingkat pendidikanya hanya ada S1 dan D3
dengan perawat S1 berjumlah 8 orang dan
perawat D3 berjumlah 33 orang yang
tersebar di tiga runangan kelas satu, dua
dan tiga yang meliputi ruang anak, ruang
interna dan ruang bedah. Di tiga ruangan
ini peneliti juga melakukan wawancara dan
observasi kepada sepuluh pasien. Hasilnya
yaitu belum adanya perubahan atau
peningkatan mutu pelayanan dari perawat
yang telah meningkatkan tingkat. Maka hal
ini yang membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul
Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat
Dengan Mutu Pelayanan Pada Pasien di
RSUD Kalisat Jember.
METODOLOGI
Desain penelitian adalah suatu strategi
untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah di tetapkan dan berperan sebagai
pedoman atau penuntun peneliti pada
seluruh proses penelitian (Nursalam,
2013). Desain penelitian yang digunakan
adalah korelasional yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan tingkat pendidikan
perawat dengan mutu palayanan
keperawatan Pada Pasien, dengan
menggunakan rancangan penelitian cross
sectional yang menekan pada
pengumpulan data.
Populasi, sampel, dan sampling
Populasi adalah seluruh subjek penelitian
(Arikunto, 2006). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perawat di 4
ruang inap Rumah Sakit Daerah Kalisat
Jember yang berjumlah 43 perawat.
Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti (Arikunto, 2006).
sampel yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah 39 responden dari 43 perawat
yang meliputi S1 Ners dan D3
keperawatan, empat sampel tidak di ambil
dikarenakan menjabat sebagai kepala
ruangan yang lebih berperan dalam
manajemen ruangan yang berada di empat
ruangan di Rumah Sakit Daerah Kalisat.
Sampling adalah suatu proses dalam
menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi. Dalam
penelitian ini, sampling yang digunakan
adalah dengan tekhnik Total sampling.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Berdasarkan umur perawat, menunjukkan
bahwa jumlah perawat RSD Kalisat yang
berusia antara 26 – 31 tahun, memiliki
jumlah terbanyak yaitu sebanyak 26
(66.7%) orang. Berdasarkan jenis
kelamin, menunjukan bahwa jumlah
perawat RSD Kalisat hampir berimbang
antara perawat perempuan 22 (56,4%)
orang dengan perawat laki-laki 17
(43,6%) orang.
Analisis Bivariat
Berdasarkan tingkat pendidikan,
menunjukan bahwa pendidikan perawat
RSD Kalisat sebagian besar adalah
ditingkat D3 keperawata sebanyak 29
(74,4%) perawat. Berdasarkan mutu
pelayanan kepada pasien, menunjukan
bahwa sebanyak 26 (66,7%) perawat
mempersepsikan bahwa mutu pelayanan
keperawatan di RSD Kalisat dalam
kategori baik.
Tabel 5.5 Tingkat Pendidikan Perawat dengan Mutu Pelayanan Keperawatan Pada Pasien di
Rumah Sakit Daerah Kalisat Jember, 19 Juni 2014 (n = 39)
Kriteria Mutu Pelayanan
Total P
Value r
cukup baik
Pendidikan
Perawat
Ners 0
(0%)
10
(100%)
10
(100%)
0.009 -0,415 D3 13
(44.8%)
16
(55.2%)
29
(100%)
Total 13
(33.3%)
26
(66.7%)
39
(100.0%)
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui
bahwa dari 10 orang yang mempunyai
pendidikan Ners menyatakan bahwa
perawat mempersepsikan 100% sudah
memberikan mutu pelayanan secara baik.
Sedangkan dari 29 orang yang
mempunyai pendidikan D3 keperawatan
menyatakan, bahwa perawat
mempersepsikan 44,8% sudah
memberikan mutu pelayanan secara cukup
baik dan 55,2% sudah memberikan mutu
pelayanan baik. Hasil analisis uji statistik
Spearma’sn Rho diperoleh angka
signifikansi yang terlihat pada P value
dengan nilai 0,009 atau kurang dari α =
5% (0.05) dan nilai r adalah -0,415 maka
Ho ditolak dan H1 diterima. Sehingga ada
hubungan antara tingkat pendidikan
perawat dengan mutu pelayanan
keperawatan pada pasien di Rumah Sakit
Daerah Kalisat Jember. Namun sesuai
dengan parameter kekuatan korelasi yang
telah ditentukan bahwa nilai koefisien
korelasi penelitian yang telah dilakukan
memiliki kekuatan korelasi sebesar -0,415
yang berarti “sedang” yaitu diantara 0,40
< KK ≤ 0,70 dengan arah korelasinya
negatif (-), artinya semakin besar nilai
variabel maka semakin kecil nilai variabel
lainnya.
PEMBAHASAN
Pendidikan Perawat RSD Kalisat
Pendidikan sekarang selaras dengan
perkembangan ilmu dan tekhnologi,
pendidikan keperawatan tahap demi tahap
mengalami peningkatan baik jenjang
maupun mutu pendidikan. Jenjang
pendidikan keperawatan di Indonesia
adalah Akademi atau Pendidik Ahli
Madya keperawatan dan program sarjana
keperawatan (Ners) dan program S2 atau
magister serta konsultan (S3) yang terkait
dengan keperawatan (Pusdiknakes, 2001).
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa
pendidikan perawat RSD Kalisat sebagian
besar adalah ditingkat D3 keperawata
sebanyak 29 (74,4%) perawat. Hasil data
tersebut, sesuai dengan kebijakan Direktur
RSD Kalisat yang membuat komposisi
bahwa jumlah perawat D3 keperawatan
lebih banyak kerena perawat D3
keperawatan sebagai perawat vokasional
atau perawat terampil sedangkan perawat
S1 Ners keperawatan dibutuhkan oleh
rumah sakit sebagai perawat manajerial
yang mengatur masalah pelayanan yang
baik di tiap – tiap ruangan yang ada di
RSD Kalisat, selain itu menghemat
anggaran yang tiap bulan membiayai para
perawat atau karyawan yang bekerja di
rumah sakit tersebut akan tetapi perawat
D3 keperawatan dengan kesadarannya
sendiri meningkatkan pendidikan S1
keperawatan.
Peneliti berpendapat bahwa pendidikan
D3 keperawatan lebih banyak
dibandingkan dengan pendidikan S1 Ners
keperawatan dikarenakan pendidikan D3
keperawatan sebagai perawat pelaksana
yang membutuhkan jumlah yang cukup
banyak sedangkan pendidikan S1 Ners
keperawatan lebih ke peran advokasi dan
manejerialnya. Sehingga tidak terlalu
banyak pada perawat S1 Ners
keperawatan yang telah ditempatkan di
masing – masing ruangan di RSD Kalisat.
Mutu Pelayanan pada Pasien
Definisi mengenai mutu telah banyak
dijelaskan oleh para ahli. Azwar (1996)
menjelaskan bahwa mutu adalah tingkat
kesempurnaan dari penampilan sesuatu
yang sedang diamati dan juga merupakan
kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan, sedangkan Tappen (1995)
menjelaskan bahwa mutu adalah
penyesuaian terhadap keinginan pelanggan
dan sesuai dengan standar yang berlaku
serta tercapainya tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa
sebanyak 26 (66,7%) perawat
mempersepsikan bahwa mutu pelayanan
keperawatan di RSD Kalisat dalam
kategori baik. Hasil penelitian tersebut
sesuai dengan teori menurut Fitzmmons
(dalam Nasution 2003) yang menyatakan
bahwa dalam menenetukan mutu jasa atau
pelayanan ada lima dimensi mutu
pelayanan (Service Quality), meliputi:
Wujud nyata (tangibles), Kehandalan
(reliability), Ketanggapan(responsiveness,
Jaminan (assurance) dan Empati
(empathy).
Peneliti berpendapat bahwa hasil
penelitian ini yang menunjukan sebanyak
26 (66,7%) perawat mempersepsikan
bahwa mutu pelayanan keperawatan di
RSD Kalisat dalam kategori baik di
pengaruhi oleh fasilitas cukup memadai
guna menunjang kinerja perawat ruangan
yang ada dirumah sakit, pendidikan
perawat juga mempengaruhi persepsi dan
pengalaman perawat mengenai rumah
sakit tempat dia bekerja dan macam –
macam pelayanan yang di berikan oleh
rumah sakit serta manajemen rumah sakit
dan manajemen ruangan yang telah
diberlakukan oleh Rumah Sakit Daerah
Kalisat Kabupaten Jember.
Hubungan Tingkat Pendidikan
Perawat dengan Mutu Pelayanan
Keperawatan pada Pasien di Rumah
Sakit Daerah Kalisat Jember.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan uji Korelasi Spearman’s Rho
didapatkan hasil nilai koefisien korelasi
(r) sebesar -0,415 dengan tingkat
signifikansi (P) sebesar 0,009 atau kurang
dari α = 5% (0.05). Sesuai dengan
parameter kekuatan korelasi yang telah
ditentukan bahwa nilai koefisien korelasi
memiliki kekuatan korelasi sebesar -0,415
yang berarti “sedang” yaitu diantara 0,40
< KK ≤ 0,70 dengan arah korelasinya
negatif (-), artinya semakin besar nilai
variabel maka semakin kecil nilai variabel
lainnya. Dari analisis tersebut maka Ho
ditolak dan H1 diterima, sehingga ada
hubungan antara tingkat pendidikan
perawat dengan mutu pelayanan
keperawatan pada pasien di Rumah Sakit
Daerah Kalisat Jember.
Berdasarkan tabel 5.5 menggambarkan
bahwa perawat di RSD Kalisat, dari 39
responden, 10 perawat yang memiliki
pendidikan S1 Ners keperawatan
menyatakan bahwa mayoritas (100%)
perawat mempersepsikan sudah
memberikan mutu pelayanan secara baik
sedangkan 29 perawat yang memiliki
pendidikan D3 keperawatan menyatakan
bahwa sebagian besar (55,2%) perawat
mempersepsikan sudah memberikan mutu
pelayanan secara baik.
Hasil tersebut sesuai dengan SK
Mendikbud No 056/U/1994 yang
menyatakan bahwa Program Pendidikan
Ners menghasilkan Sarjana Keperawatan
dan perawat professional (Ners, “First,
Profesional Degree”) dengan sikap,
tingkah laku, kemampuan professional,
serta kompetensi untuk melaksanakan
asuhan atau praktik keperawatan dasar (
sampai dengan tingkat kerumitan tertentu)
secara mandiri. Perawat professional
bertugas memberikan perawatan yang
sesuai dengan kebutuhan objektif klien, dan
melakukan supervise praktik keperawatan
yang dilakukan oleh perawat professional
pemula. Selain itu mereka juga dituntut
untuk memiliki kemampuan dalam
meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan dengan memimpin iptek
keperawatan. Serta melakukan riset dasar
keperawatan.
Hasil penelitian ini juga di dukung oleh
penelitian terkait yang telah dilakukan oleh
Faizin dengan judul hubungan tingkat
pendidikan dan lama kerja perawat dengan
kinerja perawat di RSU Pandan Arang
Kabupaten Boyolali, didapatkan hasil ada
hubungan tingkat pendidikan perawat
terhadap kinerja perawat di Rumah
Sakit Umum Pandan Arang
Kabupaten Boyolali, ditunjukkan dengan
nilaichi-square sebesar 17,47,dan taraf
signifikan yang dihasilkan kurang dari
5% yaitu p = 0,002.
Peneliti berpendapat pendidikan tinggi
keperawatan di RSD Kalisat sangat
menentukan pembinaan sikap pandangan,
dan kemampuan professional,
Profesionalisme keperawatan perlu
dilakukan dengan penyesuaian secara
mendasar dan menyeluruh, misalnya
penyesuaian sikap dan pandangan, serta
pengetahuan dan kemampuan dari perawat
sendiri. dengan demikian peran dan fungsi
perawat juga akan dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat dalam bentuk pelayanan
keperawatan yang bermutu, dan berupa
kepuasan kerja perawat sendiri karena
adanya otonomi. Saat ini keperawatan
sebagai profesi masih terus dalam transisi,
sehinnga diperlukan perkembangan
berbagai praktek keperawatan profesional
yang teruji dan dapat dan dapat diakui
sebagai model praktik keperawatan dalam
lingkup keperawatan pada sistem
pelayanan kesehatan, sehingga perlunya
pendidikan berkelanjutan untuk mencapai
kualitas pelayanan yang akan diberikan
kepada klien.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pendidikan perawat di RSD
Kalisat sebagian besar adalah D3
keperawatan.
2. Mutu pelayanan keperawatan di
RSD Kalisat dalam kategori baik.
3. Ada hubungan antara tingkat
pendidikan perawat dengan mutu
pelayanan keperawatan pada
pasien di Rumah Sakit Daerah
Kalisat Jember.
B. Saran
1. Bagi RSD Kalisat
Dalam meberikan pelayanan
kepada pasien, diharapkan lebih
memperhatikan peningkatkan
pengontrolan kepada para
perawatnya sendiri sebelum
memberikan pelayanan kepada
pasien harus benar – benar
disipkan baik dari segi penampilan
maupun pendidikan dan ilmu
pengetahuannya dibidang
keperawatan, sehingga tercipta
keperawatan professional yang
memuaskan pasien.
2. Bagi Perawat
Perlu ditingkatkan kembali mutu
pelayanan keperawatan kepada
pasien yang diberikan oleh D3
keperawatan dengan cara
melanjutkan tingkat pendidikan ke
tingkat S1Ners keperawatan.
3. Institusi Pendidikan Keperawatan
Perlu perhatian khusus untuk
membekali mahasiswa didik
dengan ilmu pengetahuan dan
keterampilan secara motorik halus
dan motorik kasar baik mahaiswa
D3 keperawatan maupun
mahasiswa S1 Ners keperawatan
menurut porsinya masing – masing
sehingga nantinya lulusan institusi
tersebut memiliki lulusan yang
bermutu yang siap memberikan
pelayanan di Rumah sakit dengan
sangat memuaskan klien.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut dengan instrumen penelitian
yang lebih baik dan jumlah
responden yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S (2006). Prosedur penelitian
suatu pendekatan praktik
keperawatan.Jakarta : Rineka
Cipta
Asmuji. (2003). Manajemen
keperawatan.Jogjakarta : AR-
Ruzz Media
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005).
Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Indriyani, Dyan., et al. (2013) panduan
penulisan skripsi. FIKES-
Universitas Muhhamdyah
Jember : tidak di publikasikan
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010).
Metodologi Penelitian
Kesehatan. Ed. Rev. Jakarta :
Rineka Cipta.
Kurniawan, Deni. (2013). Hubungan
fasilitas kesehatan dangan
mutu pelayanan kesehatan di
RSUD Balung Jember.
Skripsi. Fakultas ilmu
kesehatan Universitas
Muhammadyah Jember :
Tidak di Publikasikan
Notoatmojo,Soekidjo.(2003).Sosiologi
dan
AntropologiKesehatan.Yogyakarta
: Rineka Cipta
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Reza, Fandi (2013). Tingkat pendidikan
perawat dengan komunikasi
terapeutik pada pasien Di
Rumah Sakit Dr. Soebandi
Jember : Tidak dipublikasikan
Nursalam.(2011).Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Edisi 2.Jakarta :
Salemba Medika
Sugiyono (2007) Statistika untuk
penelitian. Bandung: Penerbit
CV Alvabeta
Nursalam.2013.Metodologi Penelitian
Keperawatan,Jakarta.Salemba
Medika
Santrok J.W. (2002). Adolescence. Edisi
ke enam . Jakarta : Erlangga.
Potter, P.A. Perry, A.G. (2005). Buku ajar
Fundamental Keperawatan
:Konsep,Proses, Dan Praktik.
Edisi 4. Volume 1. Alih Bhasa
: Yasmin Asih, dkk. Jakarta:
EGC
Sa’adah, K. (2011). Hubungan Kualitas
Pelayanan Dengan Tingkat
Kepuasan Klien Rawat Inap
Di Puskesmas Sukowono
Jember. Tidak Dipubikasikan.
Ali.Z (2002). Dasar-Dasar Keperawatan
Profesional.Jakarta: Widya
Medika
Perry & Potter. (2005).Fundamental
Keperawatan. Konsep Dan
Praktek.Jakarta : EGC