HUKUM WARIS
Jakarta, 11 April 2021
MAHKAMAH AGUNG RI
Dr. H. Amran Suadi, SH, MH, MM(Ketua Kamar Agama Mahkamah Agung RI)
SISTEM HUKUM WARIS YANG BERLAKU DI INDONESIA
Hukum Waris Adat1
Hukum Waris Islam2
Hukum Waris Barat (Eropa)3
DEFINISI TENTANG ISTILAHFARAID, FIQH AL-MAWARIS, DAN HUKUM AL-WARIS
faraid, yaitu ilmu yang mempelajari tentang siapa yang mendapatkanwarisan, siapa yang tidak mendapatkan, kadar yang diterima oleh tiap-tiap ahli waris, dan bagaimana cara pembagiannya.
Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahanhak kepemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing.
Bidang ilmu yang mempelajari tentang hukum kewarisan ini terdapatdalam kajian fiqh mawarits atau dalam istilah lain disebut dengan ilmufaraidh.
Hukum dan Urgensi Mempelajari Ilmu Waris
Belajar Ilmu Waris penting, sebabilmu waris merupakan separuhilmu dan ilmu yang pertama kaliakan dicabut (lenyap) dari umatRasulullah SAW
Hukum mempelajari Ilmu Waris Fardhu Kifayah
Kegunaan dan Tujuan Ilmu Waris
Keberadaan Ilmu Waris bertujuan agar harta warisan sampai kepada seluruh ahliwaris dengan cara yang benar sesuaiketentuan hukum Islam
Ilmu Waris berguna untuk menyelesaikan masalahharta peninggalan dan menghindari perselisihandalam pembagian harta peninggalan
ASAS HUKUM KEWARISAN ISLAM
Asas hukum kewarisan islam:1. Asas Ijbari:
a. cara peralihanyab. segi pembagiannyac. segi penerimanya/ahli waris
2. Bilateral: menerima dari dua (2) garis keluarga.3. Individual: masing-masing menerima secara
perseorangan.4. Keadilan berimbang: menerima sesuai dengan
porsinya.
Sumber Hukum Kewarisan
1. Al Qur'an (Q.S An-Nisa’/4: 7-14,33, danSurah al-Anfaal/8:176)
2. Hadits Rasulullah.3. Ijma (Kesepakatan Para Ulama).4. Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Rukun Kewarisan
❖Al-Muwarrits (pewaris), yaitu orang yang pada saat meninggal dunia (mati hakiki) atau yang dinyatakan meninggal dunia berdasarkan putusan pengadilan (mati hukmy) meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan.❖Al-Waris (Ahli waris), orang yang pada saat pewaris meninggal dunia berhak mewarisi harta peninggalannya karena memiliki dasar/sebab kewarisan seperti karena adanya hubungan nasab (keturunan) dan adanya hubungan perkawinan.❖Mauruts (Harta Warisan), harta yang ditinggalkan oleh pewaris setelah dikurangi biaya penyelenggaraan jenazah, pembayaran hutan dan pelaksanaan wasiatnya.
Prinsip/Syarat Kewarisan
1.Pewaris meninggal dunia (Mati Hakiki, hukmi dan taqdiry).
2.Ahli Waris masih hidup, termasukjanin dalam kandungan dan orang hilang yang tidak terdengarkematiannya.
3.Mengetahui pertalian pewaris dan ahli waris.
Halangan Mewarisi
1.Berlainan Agama.2.Pembunuhan..
Sebab-sebab Mewarisi
1.Hubungan Kekerabatan (Nasab).2.Hubungan Perkawinan.3.Hubungan Sebab Wala’ (bekas
budak).4.Baitul mall/kas nagara.
Ahli Waris Yang Berhak Menerima Warisan
1.Telah atau masih hidup pada waktu meninggalnya pewaris.
2.Tidak Ada Halangan Mewarisi.3.Tidak Terhijab (Tertutup)
secara penuh oleh ahli waris yang memiliki hubungan lebih dekat.
Kelompok Ahli Waris Laki-laki
❖ Anak laki-laki.❖ Ayah.❖ Suami.❖ Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus ke bawah, asal pertaliannya
masih terus laki-laki.❖ Kakek terus ke atas asal pertaliannya masih terus laki-laki.❖ Saudara laki-laki sekandung.❖ Saudara laki-laki seayah.❖ Saudara laki-laki seibu.❖ Anak laki-laki saudara (keponakan) sekandung.❖ Anak laki-laki saudara (keponakan) seayah.❖ Saudara laki-laki bapak (paman) sekandung.❖ Saudara laki-laki bapak (paman) seayah.❖ Sepupu laki-laki sekandung.❖ Sepupu laki-laki seayah.❖ Laki-laki yang memerdekakan budak.
Kelompok Ahli Waris Perempuan❑ Anak perempuan.❑ Cucu perempuan dari garis anak laki-laki.❑ Ibu.❑ Istri.❑ Saudara perempuan sekandung.❑ Nenek dari garis ibu.❑ Nenek dari garis bapak.❑ Saudara perempuan sebapak.❑ Saudara perempuan seibu.❑ Perempuan yang memerdekakan budak.
Catatan penting !!!….
o Jika ahli waris laki-laki yang tersebut di atas semuanya ada, yang mendapat warisan dari mereka hanya anak laki-laki, bapak dan suami.
o Jika seluruh ahli waris perempuan tersebut di atas ada, maka yang mendapatkan warisan dari mereka hanya lima orang yaitu anak perempuan, cucu perempuan, istri, ibu, saudara perempuan sekandung.
o Jika seluruh ahli waris yang berjumlah dua puluh lima orang tersebut di atas semuanya ada, maka hanya lima orang saja yang mendapat bagian yaitu suami atau istri, anak laki-laki, anak perempuan, bapak dan ibu.
o Kelima ahli waris tersebut tidak terhalangi oleh ahli waris apa pun.
Pembagian Ashabul Furud(Jumlah Yang Telah Ditentukan)
–Seperdua.–Seperempat.–Seperenam.–Seperdelapan.–Dua pertiga.
Yang Mendapatkan Seperdua.
◼ Seorang anak perempuan bila tidak menjadi ashabah. ◼ Cucu perempuan dari anak laki-laki jika tidak menjadi
ashabah dan tidak bersama dua orang anak perempuan atau lebih.
◼ Saudara perempuan sekandung, jika tidak menjadi ashabah.
◼ Saudara perempuan sebapak, jika tidak menjadi ashabah dan tidak ada saudara perempuan sekandung.
◼ Suami jika tidak mempunyai anak.
Yang Mendapatkan Sepertiga.
❖ Ibu, jika simayyit tidak meninggalkan anak atau cucu atau tidak tidak mempunyai saudara lebih dari seorang.
❖ Dua orang saudara atau lebih yang seibu.
Yang Mendapatkan Seperempat
Suami, jika mempunyai anak ataucucu dari anak laki-laki.Istri, jika suaminya tidak mempunyaianak atau cucu dari anak laki-laki.
Yang Mendapatkan Seperenam
◼ Bapak, jika si mayyit tidak mempunyai anak atau cucu.
◼ Ibu, jika si mayyit mempunyai anak, cucu atau ada mempunyai saudara baik sekandung, seayah atau seibu.
◼ Kakek, jika si mayyit ada mempunyai anak atau cucu sedang bapaknya sudah meninggal.
◼ Nenek, jika ibu tidak ada (sudah meninggal).
◼ Cucu perempuan dari anak laki-laki, jika si mayyit hanya memiliki seorang anak perempuan, jika ada 2 orang atau lebih maka cucu perempuan dari anak laki-laki tidak mendapat bagian.
◼ Seorang saudara seibu, jika si mayyit tidak mempunyai anak atau cucu dan tidak mempunyai orang tua laki-laki.
◼ Saudara perempuan sebapak, jika si mayyit ada mempunyai seorang saudara perempuan sekandung dan saudara perempuan sebapak.
Yang Mendapatkan Seperdelapan
Istri, jika suaminyamempunyai anak atau cucudari anak laki-laki.
Yang Mendapatkan Dua Pertiga.
Dua anak perempuan atau lebih, jika tidak menjadi ashabah. Dua Cucu perempuan atau lebih, jika tidak menjadi ashabah dan
tidak ada anak. Dua orang saudara perempuan sekandung atau lebih, jika tidak
menjadi ashabah dan tidak ada anak perempuan atau cucu perempuan.
Dua orang saudara perempuan atau lebih seayah, jika tidak menjadi ashobah, tidak ada anak atau cucu perempuan dan tidak ada saudara perempuan sekandung.
Ashabah
o Ashobah ialah ahli waris yang berhak menerimaharta warisan sisa dengan tidak ditentukanbagiannya.
o Dengan demikian ashobah bisa menerimaseluruh harta warisan bila tidak ada ahli warislainnya atau bisa menerima sisa pembagianashabul furud atau bisa juga tidak menerimasama sekali karena harta warisan telah habisdibagikan kepada ashabul furud.
o Ashobah ada 3 macam yaitu ashobah binafsihi, ashobah bilghoiri dan ashobah ma’al ghoiri.
Ashobah Binafsihi
◆ Ashobah binafsihi ialah orang yang karenadirinya sendiri berhak menerima warisan selakuashobah
◆ Yang termasuk dalam kategori ashobah binafsihidi antaranya anak laki-laki, cucu laki-laki (darianak laki-laki), bapak, kakek dari pihak bapak, saudara laki-laki sekandung, saudara laki-lakisebapak, saudara laki-laki sebapak, anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung dan anaklaki-laki dari saudara laki-laki sebapak.
◆ Apabila mereka semua ada, maka tidakseluruhnya mendapat bagian, tetapidiprioritaskan kepada yang dekat hubunganpertaliannya dengan si mayyit.
Ashobah Bil Ghoiri
▪ Ashobah Bil Ghoiri ialah orang yang menjadiashobah beserta orang lain yang telah menjadiashobah, kalau orang tersebut tidak ada maka iatidak menjadi ashobah melainkan menjadi ashabulfurud biasa.
▪ Yang termasuk ashobah bil ghoiri ada 4 orangperempuan yaitu :▪ Anak perempuan beserta anak laki-laki.▪ Cucu perempuan beserta cucu laki-laki.▪ Saudara perempuan sekandung beserta beserta saudara
laki-laki sekandung.▪ Saudara perempuan sebapak beserta saudara laki-laki
sebapak