1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komoditas hortikultura mempunyai nilai ekonomi tinggi yang dapat menjadi
sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah
maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi,
keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi
serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat.
Beberapa strategi yang akan dikembangkan untuk meningkatkan
komoditas hortikultura tersebut yaitu dengan melakukan pengembangan kawasan,
registrasi kebun/lahan usaha, sekolah lapang Good Agriculture Practices (GAP),
Penanganan pascapanen, pengembangan kelembagaan dan kemitraan dan
pemasyaratan produk bermutu (Swadaya, 2014)
Ditinjau dari aspek permintaan, prospek permintaan domestik terus
meningkat baik dalam bentuk konsumsi segar maupun olahan, sebagai akibat dari
peningkatan pendapatan masyarakat serta berkembangnya pusat kota industi dan
pariwisata. Sementara itu ditinjau dari aspek produksi potensi pengembangan
komoditas hortikultura terus dapat ditingkatkan baik dari aspek ketersediaan
lahan, teknologi budidaya, pascapanen, maupun pengolahannya (Saptana, et.al.
2005). Potensi lahan untuk pengembangan komoditas hortikultura di propinsi
Aceh mencakup luas lahan tegalan/huma 322.336 ha, luas lahan ladang/huma
246.801 ha dan lahan sementara tidak digunakan seluas 444.341 ha (BPS, 2013).
Beberapa kabupaten di Propinsi Aceh, lahan sawah di luar musim rendengan juga
digunakan sebagai lahan yang potensial untuk budidaya tanaman hortikultura.
Pendekatan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Komoditi
Hortikultura; cabe merah, bawang merah dan jeruk yang dirancang berdasarkan
kesesuaian potensi daerah dan bersifat multi komoditas, memperhatikan
kesesuaian dan kelayakan agro-ekosistem, keterkaitan antar wilayah
pengembangan, kesamaan infrastruktur ekonomi, serta berorientasi pada
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Badan Litbang Pertanian,
2012). Kegiatan Dukungan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura
mengacu pada Kepmentan No. 45/Kpts/PD.200/1/2015 tentang penetapan
kawasan Cabai, Bawang Merah, dan Jeruk.
2
Program Pengembangan Kawasan Hortikultura membutuhkan dukungan
inovasi teknologi, kelembagaan dan kebijakan. Penerapan inovasi teknologi
sebagai faktor utama peningkatan daya saing dan nilai tambah. Untuk lebih
mengoptimalkan pengembangan kawasan hortikultura maka perlu adanya
Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH) yang merupakan salah
satu implementasi pengembangan komoditas unggulan Kementrian pertanian.
Penanganan komoditas hortikultura di dalam kawasan umumnya belum
optimal, padahal potensi bisnis di dalam kawasan tersebut cukup besar, sebagai
contoh produktivitas bawang merah di sentra pengembangan hortikultura
Kabupaten Aceh Tengah hanya berkisar 7,6 ton/ha dan produktivitas nasional
mencapai 9.69 ton/ha (BPS, 2013) sedangkan potensi hasil varietas unggul Balai
Penelitian Sayuran Lembang mencapai diatas 18 ton/ha (Putrasamedja, 2013).
Permasalahan utama yang dihadapi oleh petani bawang merah adalah tidak
tersedianya benih bawang merah yang unggul dan bersertifikat di tingkat petani
sehingga poduktivitas bawang merah masih rendah di propinsi Aceh.
Kawasan pengembangan jeruk di provinsi Aceh yaitu di Kabupaten Aceh
Tengah, Bener Meriah dan Aceh Jaya. Di Aceh Tengah dan Bener Meriah terkenal
dengan jeruk keprok dataran tinggi gayo. Permasalahan yang timbul terjadi
penurunan areal akibat serangan penyakit CVPD, mengakibatkan banyak tanaman
jeruk yang mati. Sedangkan di Aceh Jaya terkenal dengan Siam, akibat konflik
GAM dengan Pemerintah Indonesia yang berkepanjangan mengakibatkan
tanaman jeruk dibiarkan dan tidak terawat dan banyak yang mati. Perlu
penanganan kembali jeruk siam Aceh jaya terutama teknolog pembibitan dan
budidaya yang berkelanjutan.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian berperan melakukan pendampingan
dan menyediakan teknologi spesifik lokasi yang sesuai kebutuhan dan secara aktif
sebagai pengambil inisiatif pertemuan dan mengkonsultasikannya kepada pihak
terkait sehingga mampu menumbuhkan pembangunan ekonomi di daerah.
Melalui Pelaksanaan Program Pendampingan Pengembangan Kawasan
Agribisnis Hotikultura diharapkan juga akan terjalin sinergisme (network) antar
sentra produksi hortikultura yang sejenis sehingga dapat menjamin
kesinambungan pasokan ke pasar melalui usaha tani dengan skala ekonomis yang
berorientasi pada upaya meningkatkan produksi dan produktivitas sehingga dapat
mencapai sasaran produksi dan produktivitas yang optimal.
3
Pada tahun 2014 BPTP Aceh melaksanakan kegiatan Pendampingan
Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH), untuk komoditi Bawang merah
dilaksanakan di kawasan sentra bawang merah di kecamatan Lut tawar Kabupaten
Aceh Tengah. Pada kegiatan ini dilakukan introduksi dua varietas unggul bawang
merah yaitu varietas mentes dan pikatan yang berasal dari Balai Penelitian Sayuran
Lembang. Untuk pendampingan komoditi cabai merah dilaksanakan di kecamatan
Lhok Nga Kabupaten Aceh Besar.
Selanjutnya tahun 2015 BPTP Aceh melakukan pendampingan PKAH untuk
komoditi bawang merah dilaksanakan di kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh
Besar, komoditib cabe merah di kabupaten Pidie dan jeruk keprok di Kabupaten
Aceh Tengah.
Pada tahun 2016 BPTP Aceh melakukan pendampingan PKAH untuk
komoditi Bawang Merah di Desa Gapuy, Kecamatan Lhong, Aceh Besar, Cabai
Merah di Desa Paut, Kecamatan Muara Taga dan Desa Juroeng Anoe, Kecamatan
Padang Tiji, Kabupaten Pidie. Sedangkan untuk pendampingan komoditas
tanaman jeruk di Desa Tubes Lues, Kecamatan Bies, Kabupaten Aceh Tengah.
1.2. Dasar Pertimbangan
Melonjaknya harga beberapa produk hortikultura seperti bawang merah
dan cabe merah menyebabkan keresahan dimasyarakat, padahal bawang dan
cabe merah merupakan produk yang ditargetnya sukses pemerintah dalam dari
tujuh komoditas Kementrian Pertanian.
Upaya pencapaian target ini diwujudkan dengan dicanangkannya beberapa
program kementrian yang dilaksanakan oleh Badan Litbang Pertanian beserta
jajarannya. Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional komoditi Hortikultura
yang merupakan salah satu implementasi pengembangan komoditas unggulan
Kementrian pertanian.
Dengan adanya kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura
memberikan keuntungan kepada petani antara lain:
a. Memberi nilai tambah inovasi dalam bidang hortikultura ( cabe, bawang
merah dan jeruk)
b. Meningkatkan kemampuan petani dalam mengadopsi inovasi teknologi
bidang hortikultura terutama GAP dan GHP ( cabe, bawang merah dan
jeruk)
4
c. Meningkatkan pendapatan petani dalam usaha tani hortikultura akibat
diterapkannya teknologi.
Setiap usaha komoditas di dalam model agribisnis hortikultura tidak lagi
berdiri sendiri melainkan tergabung dalam kelembagaan usaha yang ada pada
satu alur produk vertikal (dari hulu hingga hilir). Model tersebut memiliki
karakteristik lengkap secara fungsional (hulu s/d hilir), satu kesatuan tindak,
dan ikatan langsung secara institusional (gambar 1.). Untuk mendukung integrasi
segmen diperlukan dukungan kegiatan yang mencakup (a) perancangan dan
fasilitasi penumbuhan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha agribisnis,
(b) pembangunan sistem teknologi dasar (antara lain benih dasar dan
prototipe alat/mesin pertanian) secara luas dan desentralistik, (c) penyediaan
sistem informasi, dan (d) fasilitasi dan peningkatan kemampuan masyarakat untuk
melanjutkan pengembangan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha
agribisnis, (e) penerapan teknologi inovatif tepat guna, (f) pembangunan model
percontohan sistem dan usaha agribisnis yang mengintegrasikan sistem inovasi
dan kelembagaan dengan sistem agribisnis, (g) percepatan proses difusi dan
replikasi model percontohan teknologi inovatif melalui ekspose dan demonstrasi
lapang, diseminasi informasi, advokasi serta fasilitasi, dan (h) pengembangan
agroindustri pedesaan berdasarkan karakteristik wilayah agroekosistem dan
kondisi sosial ekonomi setempat.
Kawasan Hortikultura
Model sistem agribisnis hulu-hilir
Demplot Dukungan
Inovasi
DemareaDukungan
Inovasi
Integrasi Inovasi Ke dalam Sistem Agribisnis
Keterkaitan fungsional simpul agribisnis (hulu s/d hilir) dgnkesatuan tindak dalamikatan kelembagaan
Rancangan Bangun Dukungan Inovasi
Dukungan Kelembagaan
PRA/RRAKondisi Terkini
RancangBangunKondisiYangdiharapkan
Gambar 1 : Alur Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura
5
1.3. Tujuan Kegiatan
Tujuan Tahunan
- Memberikan dukungan inovasi hortikultura; cabe merah, bawang
merah, dan jeruk sesuai wilayah pembinaan/ pendampingan teknologi
di Propinsi Aceh.
- Memberikan rekomendasi teknologi hortikultura spesifik lokasi cabe
merah, bawang merah dan jeruk
Tujuan Jangka Panjang
Terbentuknya kawasan pengembangan pertanian nasional komoditi
hortikultura yang berkelanjutan di provinsi Aceh.
1.4. Keluaran Yang Diharapkan
Terselenggaranya pelaksanaan dukungan inovasi teknologi pada Program
Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Hotikultura; cabe merah, bawang
merah dan jeruk di Propinsi Aceh
1.5. Perkiraan Manfaat Dan Dampak
Memberikan dampak positif dalam pengembangan GAP (Good Agriculturl
Practices) untuk cabai merah, bawang merah dan jeruk
1.6. Perkiraan Dampak
Memberikan nilai tambah inovasi teknologi cabai merah, bawang merah dan jeruk serta dapat meningkatkan pendapatan petani
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Komoditi Hortikultura
merupakan salah satu implementasi kebijakan Kementrian Pertanian yang
mengarahkan bahwa pembangunan komoditas unggulan mengacu
pengembangan kawasan yang terpadu secara vertikal dan horizontal dengan
mengkonsolidasikan usaha produktif berbasis lembaga ekonomi masyarakat yang
berdaya saing di pasar domestik maupun internasional. Kawasan Agribisnis
Hortikultura ialah suatu ruang geografis yang mempunyai keserupaan ekosistem
dan disatukan oleh infrastruktur yang sama sehingga membentuk kawasan yang
terdiri dari berbagai kegiatan usaha berbasis hortikultura termasuk penyediaan
sarana produksi, budidaya, penanganan dan pengolahan pascapanen, pemasaran
serta berbagai kegiatan pendukung lainnnya (Badan Litbang Pertanian, 2012).
Sistem pengembangan agribisnis hortikultura melibatkan berbagai
komponen, yaitu pelaku utama meliputi produsen, pasar dan konsumen,
Sedangkan pelaku pendukung meliputi pedagang sarana produksi, pedagang
perantara, lembaga penunjang, kebijakan pemerintah dan sistem pemasaranyang
sedang berlangsung (Kasimin, 2013).
Konsep pengembangan kawasan telah diinisiasi para pemangku kebijakan
periode sebelumnya, tetapi pada saat itu konsep kawasan dipahami sebagai upaya
membangun jaringan kerja sama antar pelaku dalam gabungan wilayah yang
memiliki kondisi agroklimat yang sama, misalnya program kerjasama wilayah KAHS
(Saptana 2005).
Kawasan pengembangan jeruk di provinsi Aceh yaitu di Kabupaten Aceh
Tengah, Bener Meriah dan Aceh Jaya. Di Aceh Tengah dan Bener Meriah terkenal
dengan jeruk keprok dataran tinggi gayo. Permasalahan yang timbul terjadi
penurunan areal akibat serangan penyakit CVPD, mengakibatkan banyak tanaman
jeruk yang mati. Sedangkan di Aceh Jaya terkenal dengan Siam, akibat konflik
GAM dengan Pemerintah Indonesia yang berkepanjangan mengakibatkan
tanaman jeruk dibiarkan dan tidak terawat dan banyak yang mati. Perlu
penanganan kembali jeruk siam Aceh jaya terutama teknolog pembibitan dan
budidaya yang berkelanjutan
7
Penanganan komoditas hortikultura di dalam kawasan hortikultura
umumnya belum optimal. Produktivitas bawang merah disentra pengembangan
hortikultura Kabupaten Aceh Tengah hanya berkisar 7.6 ton/ha dan produktivitas
nasional mencapai 9.69 ton/ha (BPS, 2013). Beberapa varietas unggul bawang
merah yang dihasilkan oleh Badan Litbang Kementrian Pertanian yang berasal dari
biji TSS1-S4/Bebes 1, TSS-KL80 S3/Brebes 2 dan Varietas unggul bawang merah
yang berasal dari umbi adalah Pikatan, Pancasona, trisula, Mentes Katumi, Bima
Brebes dan sembrani yang bisa ditaman di tanam ditanah gambut mencapai 18.7
ton/ha (Swadaya, 2014).
Badan Litbang Kementerian Pertanian juga mengembangkan cabe
merah keriting Varietas Kencana dengan umur 95-98 HST dan potensi hasil
mencapai 18.4 ton/ha (Swadaya, 2014), sedangkan produktivitas di sentra
pengembangan cabe merah di Kabupaten Aceh Besar hanya 5,1 ton/ha
(BPS, 2013)
Terdapat kesenjangan yang sangat jauh antara potensi yang
dicapai oleh Badan Litbang Petanian dengan hasil yang diperoleh petani di
lapangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Aceh diharapkan
dapat menjembatani kesenjangan tersebut dengan dukungan inovasi
teknologi yang spesifik lokasi. Kegiatan diarahkan dalam rangka mendukung
produk yang berdaya saing yang terdiri dari aspek teknologi produksi, teknologi
panen dan pasca panen serta pengolahan. Peran dan dukungan lembaga BPTP
lebih diorientasikan untuk menjawab dan mengantisipasi kebutuhan petani akan
teknologi dan lebih ditekankan upaya pendampingan dalam rangka alih teknologi
serta sosialisasi hasil penelitian secara langsung
Peningkatan teknologi produksi hotikultura melalui pendekatan sosialisasi
dan penerapan SOP/GAP telah dilakukan berkaitan dengan pengembangan
kawasan hortikultura. Penerapan SOP/GAP bawang merah meliputi pemilihan
lokasi, penentuan waktu tanam, penyiapan benih, penyiapan lahan, penanaman,
pemupukan, pengairan, pemeliharaan tanaman, pengendalian OPT, panen,
pascapanen, pengemasan dandistribusi (Rahmat et. al, 2010). Menurut Bahar et
al. (2010) penerapan SOP/GAP cabe merah meliputi penyedian benih, persiapan
lahan, penanaman, pemasangan ajir, perempelan, pengairan, pemupukan,
pengendalian OPT, panen dan pascapanen. Sedangkan penerapan SOP/GAP
8
jeruk keprok meliputi kegiatan perencanaan kebun, persiapan lahan,
penyiapan penih, penanaman, pembentukan arsitektur pohon,
pemangkasan pemeliharaan, sanitasi kebun, pemupukan, pengairan,
penjarangan buah, pengendalian OPT, panen, dan pasca panen (Distan
Aceh, 2012)
9
III. PROSEDUR PELAKSANAAN
3.1. Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan PKAH mendukung program kementrian pertanian dilakukan
melalui kerjasama petani, penyuluh, dan stake holder terkait, kegiatannya
meliputi:
a. Persiapan
Persiapan meliputi : Studi pustaka, mengumpulkan data, Menyusun proposal,
menyusun RODHP, koordinasi dengan instansi terkait.
b. Pelaksanaan
Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura meliputi kegiatan
pelatihan Agribisnis hotikultura, Pembuatan demplot cabe merah, bawang
merah dan jeruk keprok, dan temu lapang.
c. Pelaporan
Hasil pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam Laporan triwulan, tengah
tahunan dan laporan akhir kegiatan.
3.2. Pendekatan
Pelaksanaan kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura
(PKAH) dilakukan berdasarkan adanya program dan kebutuhan daerah terutama
dalam mendukung program pemerintah pusat tentang penerapan GAP sayuran
bawang merah, cabe merah dan jeruk di kabupaten yang melaksanakan Program
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Hortikultura
Berkelanjutan di Provinsi Aceh.
Kegiatan yang akan dilaksanakan PKAH meliputi :
1. Koordinasi dengan instansi terkait
2. Identifikasi lokasi/analisis masalah
3. Pelatihan Agribisnis hortikultura.
4. Pembuatan demplot cabe merah dan bawang merah,
5. Kegiatan temu lapang agribisnis hotikultura.
10
6. Mendampingi kegiatan sosialisasi dan penerapan Good Agriculture Practice
(GAP)
3.3. Alat dan Bahan
Bahan dan alat yang digunakan :
- Alat tulis kantor
- Saprodi Tanaman
- Bahan-bahan pendukung pelatihan
3.4. Tempat dan Waktu
Lokasi Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Aceh Besar, Pidie dan Aceh
Tengah. Kegiatan dimulai bulan Januari 2016 sampai dengan bulan Desember
2016.
11
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI
4.1. Kabupaten Aceh Besar
Kabupaten Aceh Besar mempunyai luas 2.974,12 km2, sebagian besar
wilayahnya berada di daratan dan sebagian kecil berada di kepulauan. Sekitar 10%
desa di kabupaten Aceh Besar merupaka desa pesisir. Suhu Udara rata-rata
berkisar antara 26-280C.
Batas Wilayah Kabupaten Aceh Besar meliputi :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka / kota Banda Aceh
• Sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie
• Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Jaya
Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia
Umumnya jenis tanah yang terdapat di kabupaten Aceh Besar berupa
tanah Podzolod Merah Kuning sekitar 31,55%, Podzolod Coklat 13.85%, dan
lainnya terdiri dari Latosol,Alluvial dan Hidromoft Kelabu. Kabupaten Aceh Besar
memiliki kelas kemiringan 40% lebih sebanyak 44,77% dan kelas kemiringan 0-
2% hanya 14,26%. Sedangkan lahan kritis memiliki luas 7.819 Ha.
Gambar 2. Peta Kabupaten Aceh Besar
12
Kabupaten Aceh Besar mempunyai lahan kering sekitar 108.980 Ha yang
sangat potensial untuk pengembangan sayuan dan tanama obat. Lahan kering
tesebut yang baru diusahakan baru mencapai 53.832 Ha sehingga masih terdapat
55.148 Ha yang belum diusahakan. Diharapkan dengan adanya kegiatan
pengembangan kawasan Hortikultura di Kabupaten Aceh Besar maka lahan yang
belum diusahakan tersebut bisa menjadi lahan produktif.
4.2. Kabupaten Pidie
Gambar 3. Peta Kabupaten Pidie
Luas wilayah Kabupaten Pidie 3.562.14 km2 dengan ketinggian tempat
bervariasi dari dataran rendah di sepanjang pesisir dan dataran tinggi di wilayah
Tangse dan Geumpang.
Pembangunan Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam
pembangunan perekonomian di Kabupaten Pidie, yang mata pencaharian
penduduknya disektor pertanian terutama tanaman Pangan dan Hortikultura.
Berdasarkan daya dukung lahan, Kabupaten Pidie memiliki lahan pertanian
seluas 149,430 Ha yang terdiri dari lahan sawah 29,208 Ha dan lahan kering
120.222 Ha. Potensi lahan tersebut cukup memadai dan menciptakan peluang
kesempatan kerja bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan bagi petani
dan keluarganya.
13
Batas Wilayah Kabupaten Pidie meliputi :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
• Sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie Jaya
• Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Jaya
• Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Barat
4.3. Kabupaten Aceh Tengah
Luas wilayah 4.318.390 km2 dengan ketinggian tempat bervariasi antara
200-2.600 m dari permukaan laut, dari jumlah tersebut sebesar 49,23 % dataran
Aceh Tengah berada pada elevasi 750-1.500 m dari permukaan laut. Suhu berkisar
antara 20 – 28 derajat celcius dan curah hujan rata-rata 2.184 mm per tahun
dengan distribusi hampir merata sepanjang tahun, panjang penyinaran 42,86 %
dengan kabut 57,14 %, jenis tanah podsolit coklat, podsolit merah kuning, litosol,
komplekpodsolit merah, alluvial, komplek tonzina (batu endapan), andosol (batuan
beku), topsoil dan latosol.
Batas Wilayah Kabupaten Aceh Tengah meliputi :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Bener Meriah
Gambar 4. Peta Kabupaten Aceh Tengah
14
• Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Timur
• Sebelah Selatan dengan Kabupaten Gayo Lues
• Sebelah Barat dengan Nagan Raya
Di tengah perbukitan tedapat sebuah danau yang disebut Danau Laut
Tawar. Luas danau sekitar 5.472 ha dengan air yang sejuk dan bersih yang
bersumber dari sejumlah mata air dan 21 buah sungai kecil. Danau ini telah
memperindah alam Tanah Gayo, merupakan objek wisata yang sangat menarik.
Kabupaten Aceh Tengah memiliki potensi yang cukup besar disektor
tanaman pangan dan hortikultura dan telah berkembang sejak lama yang
didukung oleh potensi alam, kesuburan tanah dan luas lahan yang tersedia seperti
yang terlihat pada Tabel 3.
Tabel 1. Penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2013
No NNo.
Penggunaan
Lahan
Luas (ha) %
1. Tanah Sawah 7.754 1,75
2. Tegal/kebun 10.871 2.51
3. Ladang/huma 5.601 1.29
4. Perkebunan 52.995 12.24
5. Hutan rakyat 14.726 3.40
6. Padang
rumput
42.006 9.70
7. Sementara
tidak diusahakan
7.037 1.63
8. Lainnya
(hutan negara)
228.956 52.90
9. Lahan bukan
pertanian
63.073 14.58
Jumlah 432.839 100.00
Sumber : Aceh Tengah Dalam Angka 2014
15
V. PELAKSANAAN KEGIATAN
5.1. Pendampingan Kawasan Agribisnis Keprok Gayo di
Kabupaten Aceh Tengah.
Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu sentra pengembangan
hortikultura di propinsi Aceh dengan komoditi andalannya jeruk keprok gayo,
kentang, bawang merah dan tanaman sayuran lainnya seperti yang terlihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Luas areal, panen dan produksi tanaman buah dan sayuran di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012
No.
Komoditi Luas
Tanam (ha)
Luas Panen (ha)
Jumlah Produksi
(ton)
Provitas (ton/ha)
1. Jeruk keprok Gayo
957,01 325,02 2.854,10 8,78
2. Alpuk Tomat 2.699,21 416,10 3.983,10 9,57
3. Kentang 269,00 269,00 4.415,00 16,41
4. Cabe Merah 2.359,00 1.967,00 18.056,00 9,18
5. Bawang Merah 275,00 99,00 756,00 7,64
Sumber : Aceh Tengah Dalam Angka 2013
Gambar 5: Identifikasi Permasalahan Jeruk Keprok Gayo dan Suasana Kebun Jeruk Keprok
Gayo yang ditanam diantara Tanaman Kopi (Intercroping Jeruk Kopi)
16
Gambar 6: Tanaman jeruk Keprok Gayo Intercroping dengan Kopi yang Sudah
Tidak Produktive
Pelaksanaan pendampingan jeruk keprok gayo merupakan bimbingan
kepada penyuluh pertanian di BPP Bies, Kecamatan Bies, Kabupaten Aceh Tengah.
Pelaksanaan bimbingan dengan menganut metode Training of Trainers (TOT).
Disamping pelaksanaan TOT bagi Penyuluh Pertanian juga dilakukan juga
pelatihan kepada petani di BPP Bies. Untuk proses pembelajaran bagi petani jeruk
dilakukan perawatan jeruk seluas satu hektar terutama pemupukan untuk (1)
Tanaman jeruk muda belum mengasilkan; (2) tanaman jeruk productive yang
sudah menghasilkan dan; (3) Tanaman Jeruk sudah tua, kurang productive.
Tabel 3. Dosis Pupuk Untuk Tanaman Jeruk Keprok Gayo (gr/pohon/kali)
No. Umur Tanaman Urea SP-36 KCL Aplikasi
1 Tanaman Belum
Menghasilkan (< 4
Tahun)
135 90 80 Aplikasi 4 kali
setahun
2 Tanaman Produktive
(5-12 Tahun)
150 100 80 Aplikasi 4 kali
setahun
3 Tanam Kurang
Produktive (> 12
Tahun)
200 100 90 Aplikasi 4 kali
setahun
17
5.1.2. Pelatihan Agribisnis Jeruk Keprok Gayo
Pelatihan Agribisnis Pendampingan Kawasan Agribisnis Jeruk Keprok
Gayo dilaksanakan pada Tanggal 12 Maret 2016, bertempat di Desa Tubes Lues,
Kecamatan Bies, Kabupaten Aceh Tengah. Peserta Pelatihan sebanyak 40 orang
petani yang didampingi oleh PPL wilayah kerja masing-masing dalam Kecamatan
Bies. Pelatihan juga diikuti oleh Staf BP3K Bies, Koordinator POPT, Koordinator
BPSB dan Praktisi Jeruk Kepok Gayo serta Team BPTP.
Pembukaan disampaikan oleh Kepala BP3K Bies Mulyadi,SP, beliau
mengharapkan pada kesempatan ini supaya untuk mengikuti pelatihan agribisnis
jeruk keprok dengan sungguh-sungguh dan ilmu yang didapat dalam pelatihan
tersebut dapat di aplikasikan dilapangan. Selanjutnya oleh Team BPTP selaku
Penanggung Jawab Kegiatan PKAH Ir.T.Iskandar Msi, menjelaskan tujuan BPTP
untuk mendampingi Pengembangan Jeruk Keprok dalam upaya untuk mendorong
kembali usaha jeruk yang selama ini sudah ditinggalkan petani yang beralih
ketanaman kopi dan untuk menghindari impor jeruk dari luar serta harapan dalam
pelatihan ini dapat berlangsung dengan baik.
Gambar 7. Pelatihan PKAH Jeruk Keprok Gayo
18
Gambar 8. Pembukaan Pelatihan dan Pengarahan dari Penangung jawab
Kegiatan PKAH BPTP Aceh
Kemudian dilanjutkan dengan pemateri yang disampaikan oleh Pak Wiknyo
Mantan Kepala BP3K Bies selaku praktisi usaha jeruk keprok di Gayo, Beliau
banyak mengetahui dan menyampaikan sejarah perkembangan jeruk keprok dan
Tehnik Budidaya, di dataran tinggi gayo.
Jeruk keprok gayo pertama dibawa oleh pegawai perkebunan kopi
Belanda yang pada awalnya ditanam di pekarangan rumah yang berada di wilayah
Payatumpi, Berkendal dan Redines serta berkembang di desa Blang Kolak I dan
Blang Kolak II disekitar ibukota Aceh Tengah. Pada awal tahun 1940 pembibitan
keprok gayo mulai dilakukan, tetapi karena wilayah aceh sering bergolak, maka
kegiatan ini tidak dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.
Pada tahun 1980 mulailah jeruk dikembangkan secara massal keseluruh
kecamatan Aceh Tengah dan pada tahun 1987 Dinas Pertanian Kabupaten Aceh
Tengah menganjurkan mengganti pelindung tanaman kopi dengan tanaman jeruk
dan ternyata dengan metode penanaman tumpang sari ini dapat meningkatkan
pendapatan petani Karena sehabis panen kopi bulan Maret - Mai, dan pada bulan
Juni – September petani panen jeruk dan pada bulan Oktober- Desember panen
kopi lagi dan bersamaan bulan November – Januari petani panen jeruk lagi.
Dari hasil kajian mutu jeruk yang ditanam dengan metode tumpangsari
dengan kopi kualitasnya cukup baik, ini terbukti dengan pada tahun 1993 jeruk
keprok payatumpi ikut serta pada lomba Buah Unggul nasional dan keluar sebagai
juara I Tingkat Nasional. Pada tahun 1994 nama jeruk keprok paya tumpi diganti
dengan nama jeruk keprok gayo.
19
Pada era tahun1998-2005 tanaman keprok gayo mulai terserang penyakit
busuk pangkal batan dan penyakit-penyakit laindan tidak berhasil dikendalikan .
Pada tahun 2005 pemerintah pusatmengambil langkah penyelamatan dengan
mengambil entries keprok Gayo lansung oleh Bapak Kepala Balai Penelitian Jeruk
Batu, Malan Jawa Timur. Dua tahun kemudian poses indeksing selesai pada tahu
2009, BPMT dibawa kembali ke Aceh Tengah dan BPMT ini menjadi andalan untuk
benih sumber untuk membangaun kembali wilayah sentra-sentra keprok gayo di
Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Gambar 9. Penjelasan penanggung Jawab Kegiatan PKAH(Ir T. Iskandar, M.Si) pada Acara Pelatihan Agribisnis Jeruk Keprok Gayo
Pada sesi ke 2 dari Koordinator UPTD BPSB yaitu; Anwar, SP memberi
gambaran tentang Alur Perbenihan Jeruk Keprok Gayo, yaitu ; Pengawasan benih
yang terdiri dari :
- Seleksi tanaman untuk benih,
- Penggunaan batang bawah 6 s/d 10 bulan,
- Batang yang diokulasi benar-benar dari bibit yang baik dari batang atas,
- Benih siap salur
Kendala atau masalah selama ini ditingkat petani adalah menganggap
tanaman jeruk keprok adalah tanaman sampingan atau tanaman sela, Dengan
tersedianya benih yang berkualitas tinggi sehingga produkrivitas jeruk semakin
20
meningkat sehingga petani lebih serius dalam menangani budidaya jeruk.
Gambar 10: Koordinator PHP Aceh Tengah Sulaiman
Selanjutkan Koordinator PHP Kebupaten Aceh Tengah, Sulaiman
Hantam,SP membahas tentang gangguan atau kerusakan jeruk keprok gayo yang
disebabkan oleh faktor biotis maupun faktor non biotis dan cara mengatasinya.
Faktor Biotis yaitu terdiri dari : Jamur, bakteri, insekta, virus dan gulma sedangkan
kerusakan yang disebabkan oleh non biotis adalah :suhu, cahaya, oksigen, air dan
tanah selanjutnya beliau juga menyampaikan tentang penanggulangan hama,
penyakit dan gulma secara preventif dan kuratif.
Gambar 11. Sebahagian Peserta Pelatihan Mahasiswa dari Al Muslim, Bireuen Photo Bersama di Lapangan dalam Materi Pengendalian OPT Jeruk
Keprok Gayo
21
Gambar 12. Diskusi Narasumber pada Pelatihan Agribisnis Hortikultura Jeruk Keprok Gayo. Petugas BPSB Aceh, Anwar, SP Menjelaskan Prosedur Untuk memproduksi Benih Jeruk yang Sehat , Bebas Penyakit CVPD
Setelah acara pelatihan selesai dilanjutkan dengan kunjungan ke kebun jeruk
keprok Gayo di Desa Tubes Lues untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan
jeruk keprok gayo yang diusahakan, teknik atau cara budidaya tanaman sela
antara jeruk keprok dan tanaman kopi. Diskusi dengan Pakar Jeruk Wignyo tentang
intercropping jeruk dengan kopi.
5.1.3. Temu Lapang Jeruk Keprog Gayo
Temu lapang di laksanakan di Desa Tubes Lues, Kecamatan Bies yang
dilaksanakan pada Tanggal 22 Agustus 2016. Tujuan temu lapang untuk
mengkomukasikan hasil pelaksanaan Demplot pemupukan tanaman jeruk keprok
gayo dn diskusi berbagai masalah yang dihadapi oleh petani jeruk di Aceh Tengah.
Peserta adalah petani jeruk di Kecamatan Bies dan Narasumber dari Penyuluh
BPTP Aceh, Penyuluh BPP Bies, Kabupaten Aceh Tengah dan Ahli Jeruk Keprog
Gayo, Wignyo.
Dalam pelaksanaan Temu Lapang Jeruk Keprog Gayao materi diskusi yang
berkembang, antara lain:
1) Teknik bercocok tanam monokultur dan polykultur dengan tanaman kopi
gayo.
2) Teknik pengendalian hama penyakit terutama teknik pengendalian CVPD
pada tanaman jeruk.
3) Teknik pemupukan tanaman jeruk koprok gayo
Untuk teknik bercocok tanam jeruk keprog gayo direkomendasikan untuk
melakuakn penanaman secara monokultur, nanum bila petani sulit meninggalkan
22
cara bercocok tanam secara polykultur dengan kopi misih memungkinkan. Karena
secara polykultur merupakan kebiasaan masyarakat gayo bertanam jeruk dengan
kopi. Dalam pengendalian penyakit CVPD jeruk perlu screen house untuk
perbanyakan bibit jeruk bebas CVPD. Sedangakan pemupukan berdasarkan
rekomendasi pemupukan tanaman muda, tanaman productive dan tanaman tua.
5.2. Pendampingan Kawasan Agribisnis Cabe Merah
Kabupaten Pidie merupakan salah satu kabupaten sentra produksi
komoditas hortikultura di Provinsi Aceh. Dengan potensi yang dimiliki dan
dukungan dari semua pihak maka Kabupaten Pidie sangat memungkinkan untuk
menjadi kawasan agibisnis hortikultura. Pendekatan kawasan ini bertujuan untuk
memudahkan pengelolaan pengembangan komoditas karena berada dalam satu
hamparan yang disatukan oleh kesesuaian agroklimat dan fasilitas infrastruktur
ekonomi. Sasarannya adalah dicapainya skala minimal usaha tani yang
menghasilkan produk hortikultura yang kontiniu dan sesuai dengan pemintaan
pasar. Dengan berkembangnya kawasan hortikultura maka perekonomian
masyarakat dan daerah juga meningkat.
Cabe merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan
Kabupaten Pidie dan juga termasuk unggulan nasional. Tingginya harga jual dan
beli cabe beberapa waktu terakhir menyebabkan tanaman tersebut masuk dalam
agenda pembicaraan nasional. Pada musim hujan harga cabe cenderung
malambung, dengan pengelolaan tanaman secara tradisionil sulit diharapkan
hasilnya yang optimal, sebab pada musim hujan serangan hama dan penyakit
sangat hebat dan adanya resiko banjir. Cabe juga ternyata mampu sebagai
penyebab tingginya laju inflasi nasional, hal tersebut menunjukan bahwa cabe
benar-benar merupakan komoditas sayuran yang sangat dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Sentra pengembangan cabe di kabupaten Pidie terdapat
dibeberapa kecamatan antara lain Kecamatan Padang Tiji, Muara Tiga, Mila, Sakti,
Keumala, Mutiara, Keumala, Tangse, Mane, Geumpang dan Glumpang Tiga.
Daerah sentra penanaman cabe merah dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 4. Luas areal, panen dan produksi tanaman cabe merah di beberapa kecamatan sentra Kabupaten Pidie Tahun 2013
23
No. Komoditi Luas Tanam
(ha) Luas Panen
(ha)
Jumlah Produksi
(ton)
1. Muara Tiga 275 330 814
2. Padang Tiji 40 57 263
3. Mila 15 14 109
4. Sakti 13 16 73
5. Keumala 15 12 72
6. Mutiara 8 11 47
7. Tangse 29 16 104
8. Mane 11 18 109
9. Geumpang 6 9 64
10. Glumpang Tiga 11 10 65
Sumber : Pidie Dalam Angka 2014.
5.2.1. Kegiatan Demplot Cabe merah
Kegiatan pendampingan teknolog PKAH Cabai Merah di dua lokasi yaitu di
Desa Paut dan Desa Jurong Anoe, Kabupaten Pidie dengan menerapkan komponen
teknologi sebagai mana pada Tabel berikut:
Tabel 5. Komponen Teknologi pada demplot Cabe Merah di Desa Paut dan Desa Jurong Anoe, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie
No Komponen
Teknologi Demplot Desa Paut
Demplot Desa Jurong Anoe
1. Varietas
Perlakuan benih/bibit
- Kiyo, Kitaro, Rimbun dan
Salehba
- Benih direndam
dengan fungisida agrep 2.5 jam
- Kiyo, Kotaro, Moncer dan Lado
- Benih direndam dengan fungisida agrep 2.5 jam
2. Cara Pengolahan
Tanah
- Pengolahan tanah dilakukan 2x , pertama
dengan traktor, sedangkan
- Pengolahan tanah dilakukan 2x , pertama dengan traktor,
sedangkan yang kedua
24
yang kedua dengan cangkul dan dilakukan
pembentukan bedeng - Ukuran bedengan 1 -1.2
m, tinggi 30 cm - Pemberian pupuk organik
pada bedengan dan juga
pada saat tanam
dengan cangkul dan dilakukan pembentukan
bedeng - Ukuran bedengan 1 -1.2 m,
tinggi 30 cm - Pemberian pupuk organik
pada bedengan dan juga
pada saat tanam
3. Cara dan sistem
tanam - Jarak tanam
- pola tanam
- waktu tanam
- 50 x 70 cm
- Tidak dilakukan Pergiliran
tanaman (Cabai-Cabai)
- 10 Maret 2016
- 50 x 70 cm
- Dilakukan pergiliran
tanaman (Padi-Cabai Merah)
- 23 May 2016
4. Pemupukan
-jenis
-dosis
- cara
- waktu
- NPK mutiara, KCl, Za, Pupuk Kandang
- NPK 450 kg/ha (70 gr/btg) - KCl 150 kg/ha (30 gr/btg)
- ZA 150 kg/ha (30 gr/btg) - Pupuk Kandang 5000
kg/ha
Ditabur dibedengan dan dicor
- Sebelum tanam dan pupuk
susulan pada umur 3, 6, 9 minggu setelah tanam
- NPK mutiara, KCl, Za, Pupuk Kandang
- NPK 450 kg/ha (70 gr/btg) - KCl 150 kg/ha (30 gr/btg)
- ZA 150 kg/ha (30 gr/btg) - Pupuk Kandang 5000 kg/ha
- Ditabur dibedengan dan dicor
- Sebelum tanam dan pupuk
susulan pada umur 3, 6, 9 minggu setelah tanam
5. Pemeliharaan
- Penyiangan
- Pemangkasan/
perempelan
- Pengendalian
OPT
- Penyiangan dilakukan
dengan membersihkan gulma yang tumbuh,
kadang-kadang dilakukan penyemprotan Herbisida
- Semua tunas air di buang
- Dilakukan dengan system
terpadu untuk menurunkan
populasi OPT sehingga
- Penyiangan dilakukan
dengan membersihkan gulma yang tumbuh dengan
cara manual, dan menghindari penyemprotan
Herbisida
- Tidak membuang Semua
tunas air
- Dilakukan dengan system
terpadu untuk menurunkan
populasi OPT sehingga tidak
25
tidak merugikan secara ekonomis dan aman bagi
lingkungan
merugikan secara ekonomis dan aman bagi lingkungan
Gambar 13. Penanaman dan penjelasan penggunaan pestisida dalam
penegendalian HPT setelah tanam
Perkembangan kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura
BPTP Aceh yang dilaksanakan di kawasan pengembangan cabe merah di
kabupaten Pidie telah dilakukan koordinasi Kegiatan. Kegiatan demplot cabai
merah di Kabupaten Pidie dilaksanakan di dua lokasi; 1) Desa Paut, Kecamatan
Muara Tiga (0,5 Ha) tanggal tanam 10 Maret 2016 dan Desa Juroeng Anoe,
Kecamatan Padang Tiji (0,5) tanam dilakukan pada tanggal 23 May 2016.
Gambar 14. Varietas Kitaro dan Salehba
26
Gambar 15. Varietas Rinbun dan Kiyo pada umur satu Minggu setelah
Tanam di Desa Paut, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie.
Perkembangan Tanaman Cabai Merah di Desa Paut
Gambar16. Pengamatan Pertumbuhan Cabai Merah di Desa Paut
Gambar 17. Pengamatan dan Pembanding Antar Varietas Cabai Merah
Kegiatan demplot budidaya cabe merah di Desa Paut dengan menanam
Varietas Kiyo, Kitaro, Rimbun dan Salehba. Sedangkan untuk Desa juroeng Anoe
dengan menanam Varietas Kiyo, Kitaro, Moncer dan Lado.
Tabel 6. Hasil Panen Cabai Merah di Desa Paut, Kecamatan Padang Tiji
27
No. Varietas Cabai Merah
Tanam 10 Maret 2016
Berat Rata-
Rata (gr/bt)
Produksi
Rata-Rata/ha
(kg/ha)
Tinggi Rata-
RataTanaman
(cm)
1. Kiyo 593 10.675 123
2. Kitaro 835 15.030 135
3. Rimbun 503 9.054 109
4. Salehba 441 7.398 98
Gambar 18. Varietas Kitaro
Gambar 19. Varietas Rimbun dan Kiyo
28
Gambar 20. Varietas Salehba (Cabai Merah Besar)
Gamba 21. Penampilan Tinggi Tanaman Cabai Merah di Lokasi Desa Paut
29
Gambar 22. Hasil Panen dengan Harga Jual Rp.32.000/kg
Demplot Cabai Merah di Desa Juroeng Anoe, Kecamatan Padang Tiji,
Kabupaten Pidie. (0,5) tanam dilakukan pada tanggal 23 May 2016. Varietas
yang ditanam yaitu; 1) Kiyo; 2) Kitaro; 3) Moncer dan; 4) Lado. Pengunaan
Varietas yang berbeda dan waktu tanam yang bebeda dengan lokasi I, Desa
Paut, Kecamatan Padang Tiji, adalah untuk melihat sejauhmana perbedaan
adaptasi varietas dan pengaruh waktu tanam untuk masing-masing varietas.
Gamabar 23. Persiapan Tanam dan Tanam Cabai Merah di Desa Jurong
Anoe
30
Gambar 24. Demplot Cabai Merah Satu Minggu Setalah Tanam di Lokasi II, Desa
Jurong Anoe, kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie.
Gambar 25. Demplot Cabai Merah di Desa Jurong Anoe, Umur Satu Bulan
31
Gambar 27. Sistem Pompa untuk Pengairan Cabai Merah dan Penggunaan untuk
Cor Pupuk Susulan
Gambar 28. Varietas Kitaro di Lokasi II, Desa Jurong Anoe,Kecamatan Padang
Tiji, Kab. Pidie
32
Gambar 29. Varietas Lado di Lokasi II, Desa Jurong Anoe, Kab. Pidie
Gambar 30. Varietas Moncer di Lokasi II, Desa Jurong Anoe, Padang Tiji
Gambar 31. Suasana Pertumbuhan Cabai merah di Desa Juroeng Anoe, Pidie
33
Gambar 32. Perempelan Tunas Air di Lokasi Demplot Juroeng Anoe, Padang Tiji
Panen di Desa Jurong Anoe, Kecamatan Padang Tiji, Pidie
Gambar 33. Panen Cabai Merah di Demplot Lokasi II, Juroeng Anoe
Tabel 7. Hasil Panen Cabai Merah di Desa Juroeng Anoe, Kec. Padang Tiji, Pidie
No. Varietas Cabai
Merah
Tanam 23 May 2016
Berat Rata-
Rata (gr/bt)
Produksi
Rata-Rata/ha
(kg/ha)
Tinggi Rata-
RataTanaman
(cm)
1. Kiyo 558 8.935 115
2. Kitaro 471 7.542 122
34
3. Moncer 374 5.987 103
4. Lado 576 9.212 125
Gambar 34. Penyiraman Cabai Merah di Lokasi II, Jurong Anoe
35
Gambar 35. Panen Cabai merah di Desa Juroeng Anoe, Rata-Rata Harga Jual
Rp.35.000,- per kg
5.2.2. Pelatihan Agribisnis Hortikultura Cabe Merah
Kegiatan pelatihan Agribisnis Hortikultura cabe yang dilaksanakan di BPP
Padang Tiji, Kabupaten Pidie. Pelaksanaan pelatihan pada Tanggal 2 Juli 2016
dengan peserta sebanyak 40 orang. Peserta terdiri dari dua Kecamatan yaitu dari
Kecamatan Padang Tiji dan Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie.
Kepala BPP Padang Tiji, Teuku Zulkifli memberikan kata sambutan dimana
beliau sangat senang dan antusias sekali dalam acara kegitan Pelatihan ini,
harapan beliau kepada peserta pada kesempatan yang baik ini dimanfaatkan
sebaik-baiknya, dan serius mengikutinya kiranya ilmu yang didapat dari pelatihan
Agribisnis Hortikultura cabe merah tersebut bermanfaat bagi kelompok tani dan
masyarakat petani cabe di kecamatan tersebut.
36
Gambar 36. Pelatihan Agribisnis Hortikultura Caabe Merah
Materi Pengembangan Agribisnis Cabe merah di Propinsi Aceh
disampaikan oleh M.Yusuf . Cabe merah memiliki nilai ekonomis tinggi serta
mempunyai prospek pasar yang menarik. Budidaya cabe merah diusahakan
sepanjang musim. Permasalahan yang dihadapi yaitu fluktasi harga, kadang-
kadang sangat rendah sehingga merugikan petani dan harga yang tinggi
sehingga merugikan konsumen. Terdapat kesenjangan yang sangat jauh
antara potensi yang dicapai oleh Badan Litbang Petanian dengan hasil
yang diperoleh petani di lapangan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
: (1) rendahnya penggunaan benih unggul bermutu di tingkat petani, (2)
penerapan teknologi budidaya yang belum sesuai dengan SOP/GAP, (3)
pendampingan teknologi yang belum optimal, dan (4) masih tingginya
serangan OPT.
37
Gambar 37. Pemateri (Ir. T. Iskandar, M.Si) sedang melakukan diskusi dengan peserta pelatihan
Selanjutnya Fakhrizali, SP Penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
Padang Tiji, memaparkan materi Budidaya cabe merah sesuai GAP/SOP.
Dijelaskan untuk mendapatkan produksi dan produktivitas cabe merah yang
optimal perlu adanya penerapan Good Agriculture Practice yang meliputi
persiapan lahan, penyiapan benih, pembuatan lubang tanam dan jarak tanam,
penanaman, Pemupukan, pemeliharaan, pengairan, Penanngulangan
Organisme Pengganngu Tanaman (OPT), panen dan pascapanen, Pengemasan
dan Distribusi.
38
Gambar 38. Pemateri (Abdullah Ali ) sedang menyampaikan materi PHT Cabai Merah
Kemudian Narasumber selanjutnya adalah Ir. Abdullah Ali yang
menyampaikan materi tentang Pengendalian Hama dan Penyakit pada
Tanaman Cabe merah, Pada kesempatan tersebut banyak hal yang
disampaikan baik secara dengan menggunakan pestisida nabati maupun
agensia hayati untuk pengendalian hama dan penyakit secara ramah
lingkungan. Ditingkat lapang beliau sudah memperbanyak
tricoderma,corynebakterium dan peusodomonas verencen, diharapkan
kepada petani yang mau perbanyak atau mempergunakan media terseut,
beliau siap mengajarinya dan menyediakan bibit untuk perbanyakannya.
39
Gambar 39. Pemateri (Penyuluh Pertanian WKPP Juroeng Anoe) sedang menyampaikan materi
Dari hasil tanya jawab dengan peserta pelatihan ada beberapa hal yang
menjadi kendala petani cabe dilapangan saat ini yaitu : Pengendalian hama
penyakit, Pemilihan benih yang baik dan masalah tanah, mereka tidak pernah
mengukur tingkat kemasaman tanah (pH tanah) dilahan mereka. Team BPTP
memberi arahan dan masukan dalam menangani perrmasalahan
tersebut ,setelah pelatihan selesai petani dibagikan post test untuk mengukur
tingkat kemampuan petani setelah di beri pembelajaran selama mengikuti
pelatihan mengenai Agribisnis hortikultura cabe merah di Kecamatan Muara
Tiga , semua peserta sangat antusian dan tekun mengikuti pelatihan tersebut
baik materi yang diberikan maupun solusi permasalahan yang dihadapi
mereka untuk bertanam cabe merah di lahan usaha mereka.
40
Gambar 40. Suasana Belajar Peserta Pelatihan Agribisnis Hortikultura Cabe Merah dalam Praktek Membuat Agensia Hayati untuk
Pengendalian OPT yang Menyerang Cabai Merah
5.2.3. Temu Lapang (Farmers Field Day) PKAH Cabai Merah
Waktu dan Tempat
Temu lapang PKAH Cabai Merah di laksanakan pada Tanggal 10 Agustus
2016 di Desa Juroeng Anoe, Kecamatan Padang Tiji, Kabupeten Pidie.
Tujuan Temu Lapang untuk tukar menukar informasi hasil demplot cabai merah di
dua lokasi yaitu loasi Desa Paut Padang Tiji dan Desa Jurong Anoe Padang Tiji.
Peserta Temu Lapang
Perserta Temu Lapang: Terdiri dari petani pelaksana demplot cabai merah dan
petani cabai merah lainnya yang ada dalam wilayah Kecamatan Padang Tiji,
Kabupaten Pidie.
41
Gambar 41. Acara Pembukaan Temu Lapang Cabai Merah di Desa Jurong Anoe
Gambar 42. Diskusi untuk Pemecahan Masalah Cabai Merah pada Temu Lapang
Dari Kabupaten Pidie.
Materi dan Narasumber Temu Lapang
Materi temu lapang cabai merah adalah hasil pengamatan dan data demplot cabai
merah di Desa Paut dan Desa Jurong Anoe, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten
Pidie. Untuk menambah pengetahuandan ketrampilan petani cabai merah juga
diberikan materi pemupukan hayati dan teknik pembuatan agensia hayati untuk
42
pengendalian hama dan penyakit pada cabai merah. Narasumber dari Penyuluh
BPTP Aceh, Penyuluh BPP padang Tiji, Kabupaten Pidie dan Petugas POPT dari
Kabupaten Pidie.
Gambar 43. Presentasi Narasumber dan Diskusi dengan Peserta Temu Lapang
Metode Temu Lapang
Metode Temu lapang berupa pertemuan lapangan di lokasi Demplot Cabai Merah
di Desa Jurong Anoe, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie dengan presentasi
dari Narasumber dan diskusi anatara peserta dan narasumber.
Gambar 44. Peserta Temu Lapang di Desa Jurong Anoe Kabupaten Pidie
43
5.3. Pendampingan Kawasan Agribisnis Bawang Merah
Kawasan pengembangan bawang merah di kabupaten Aceh Besar
meliputi kecamatan Darussalam, Indrapuri, Peukan Bada, Lhok Nga dan
Kecamatan Lhong.
5.3.1. Kegiatan Demplot Bawang Merah
Kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura BPTP Aceh yang
dilaksanakan di kawasan pengembangan bawang merah kabupaten Aceh Besar
meliputi koordinasi dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh Besar
mengenai Program Peningkatan Produksi, Produktiv itas dan Mutu Produk
Tanaman Hortikultura Berkelanjutan. Identifikasi lokasi pengembangan kawasan
Bawang merah serta lokasi demplot display variatas unggul dan Penangkaran
bawang merah sesuai dengan GAP/SOP, lokasi kegiatan dilaksanakan di desa
Gapuy Kecamatan Lhong Kabupaten Aceh Besar.
Gambar 45. Kegiatan identifikasi calon petani dan calon lokasi demplot bawang
merah
Dari hasil wawancara dengan petani dengan sistem Fokus Grup diskusi
(FGD) didapat kondisi existing tentang tata cara budidaya bawang merah ditingkat
petani pada Tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 8. Komponen Teknologi Demplot Bawang Merah
No Komponen Teknologi
Kondisi existing Pelaksanaan Demplot
1 Varietas
- Bima Brebes (persediaan benih terbatas)
- Bima Brebes - Mentes - Pancasona
44
Perlakuan benih/bibit Produktivitas
- Benih konsumsi yang dijadikan bibit
- benih langsung ditanan - Benih dipotong 1/3 bagian
ujung - 6– 8 ton/ha
- Pikatan - benih langsung ditanan - Benih dipotong 1/3
bagian ujung - 10–14 ton/ha
2. Cara Pengolahan Tanah
- Belum sempurna, kondisi tanah belum hancur.
- Pembuatan bedeng agak berat
- Ukuran bedengan 0.8 – 1 m, tinggi 20-30 cm
- Tidak diberikan pupuk organik pada bedengan
- Tidak menggunakan mulsa plastik
- Pengolahan tanah sempurna.
- Pembuatan bedeng agak berat
- Ukuran bedengan 0.8 – 1 m, tinggi 20-30 cm
- Diberikan pupuk organik pada bedengan
- Menggunakan mulsa plastik
3. Cara dan sistem tanam - Jarak tanam - pola tanam - waktu tanam
- 15 x 15 cm, dan 20 x 25 - Lahan Tegalan - Sepanjang Musim,
- 15 x 15 cm, dan 20 x
25 - Lahan Tegalan - Sepanjang Musim,
4. Pemupukan -jenis -dosis -cara -waktu
- Urea, TSP, NPK, KCl, Za - Tidak ada takaran tertentu
- Ditabur di bedengan dan di
cor
Pemakaian pupuk dasar dilakukan pada bedengan,
pemupukan susulan dengan pengecoran pada umur 15 dan
35 hari
- Urea, TSP, NPK, KCl, Za dan pupuk organik
- Ditabur di bedengan dan
di cor
Pemakaian pupuk dasar dan pupuk organic
dilakukan pada bedengan sebelum tanam , pemupukan
susulan dengan pengecoran
pada umur 10 dan 30 hari
5. Pemeliharaan -penyiangan -pengendalian
OPT
Dilakukan Penyiangan, tapi
belum sempurna
Pengendalian OPT dilakukan dengan interval dan dosis
pemberian tidak jelas, dilakukan dengan
penyemprotan
Dilakukan Penyiangan dan
pembesihan lahan dengan
sempurna Pengendalian OPT dilakukan
dengan metode PHT
Data petumbuhan vegetatif dan generatif hasil kegiatan demplot bawang
merah dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 9. Rata-rata Data Pertumbuhan,Hasil dan Susut Bobot beberapa varietas
Bawang Merah
45
N
No Varietas Tinggi
(cm) Jumlah rumpun
Produktivitas (ton/ha)
Susut Bobot (%)
11.
Pancasona
25 5.55 14.73 37.2
22
Pikatan
22.7 6.35 14.14 50.1
33.
Mentes
20.9 6.6 10,25 50,3
44.
Bima Brebes
24.65
5.1 13.25 44.4
Sumber : Data primer (diolah) 2016
Gambar 46. Pertumbuhan Bawang Merah
Pada Tabel 7 terlihat bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif tertinggi
bawang merah pada varietas Pancasona dengan produktivitas mencapai 14.73
ton/ha sedangkan pengurangan susut bobot tetinggi pada varietas mentes yang
mencapai 51.2 %, diduga tingginya penyusutan bawang merah karena faktor
penyimpanan tidak memiliki tempat khusus dan hanya digantung pada para-para
(gambar 47)
46
Gambar 47. Penyimpanan Bawang yang digantung pada para-para
Bawang merah dari biji (TSS) yang terdiri dari varietas TSS Pancasona,
TSS Horti 1, TSS Horti 2 dan Tuk-tuk ketika memasuki fase generatif dan
menjelang panen kondisi cuaca yang yang ekstrim hujan turun terus menerus
sehingga bedengan bawang merah tergenang dan menyebabkan bawang merah
menjadi busuk dan gagal panen.
5.3.3. Pelatihan Agribisnis Hortikultura Bawang Merah
Kegiatan pelatihan Agribisnis Hortikultura yang dilaksanakan di Meunasah
Desa Gapuy mendapat sambutan yang baik dari peserta pertemuan yang terdiri
dari petugas dan petani bawang merah yang berada di beberapa desa sentra
penanaman bawang merah di Kabupaten Aceh Besar.
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas antara lain karena tidak
menggunakan bibit unggul, atau bibit yang digunakan bukan berasal dari bibit
produksi yang diperbanyak secara khusus. Pada umumnya para petani
menggunakan umbi bibit bawang merah yang berasal dari umbi konsumsi yang
telah mengalami pecah dormansi, sehingga kemurnian serta daya tahan terhadap
penyakit maupun kemampuan produksinya masih diragukan, khususnya penyakit
yang sebelumnya menyerang pertanaman bawang, sehingga dikhawatirkan akan
terbawa pada generasi berikutnya.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh melakukan pendampingan
program akselerasi alih teknologi hortikultura mengadakan kegiatan Pelatihan
Agribisnis Bawang Merah untuk lebih meningkatkan penggunaan benih bawang
yang bermutu dan bersertifikat di tingkat petani
Pelatihan Agribisnis bawang merah dilaksanakan di desa Gapuy Kecamatan
Lhong Kabupaten Aceh Besar yang dihadiri oleh petani bawang merah, penyuluh
pertanian, Petugas lapangan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
pangan dan Hortikultura Kabupaten Aceh Besar, Pengamat Organisme
Pengganggu Tanaman Aceh Besar dan Team BPTP Aceh.
47
Gambar 48. Pelatihan Agribisnis Hortikultura Bawang Merah di Kec. Lhong Kabupaten Aceh Besar
Selanjutnya Ir. Nurbaiti M.Si, selaku penyuluh BPTP Aceh menyampaikan
materi tentang Pengembangan Perbenihan Bawang merah di Propinsi Aceh dan
mengharapkan kepada petani dan petugas yang mengikuti pelatihan perbenihan
bawang merah pada masa mendatang dapat melakukan budidaya bawang merah
sesuai dengan GAP/SOP dan menggunakan benih unggul bawang merah sehingga
produksi dan produktivitas dapat ditingkatkan.
Gambar 49. Penyampaian materi oleh Ir. Nurbaiti. M. Si
Pada kesempatan ini juga disampaikan materi tentang perbenihan bawang
merah oleh Baihaqi SP dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Kabupaten Aceh Besar. Diharapkan dengan
diadakan pelatihan perbenihan bawang merah ini petani dan petugas memahami
tentang alur penyedian benih bawang merah, melakukan kegiatan perbanyakan
bawang merah, dan yang paling penting mampu menyediakan benih bawang
48
merah untuk penanaman sendiri atau untuk kebutuhan petani lainnya. Dan juga
diharapkan menjadi daerah mandiri benih sehingga dapat mencukupi kebutuhan
benih untuk penanaman bawang .
Gambar 50. Penyampaian materi oleh Baihaqi, SP dari BPSBTPH Kabupaten Aceh Besar
Agak sedikit berbeda kegiatan penangkaran benih dan kegiatan budidaya
bawang merah, pada kegiatan penangkaran dalam melaksanakan kegiatannya
harus berkoodinasi dengan petugas BPSBTPH untuk setiap tahapan pertumbuhan
tanaman bawang. Kegiatan pertama harus membuat surat permohonan identifikasi
lahan calon lokasi penanaman, surat pemohonan pemeriksaan pendahuluan, Surat
permohonan pemeriksaan fase vegetative, kegiatan rouging, surat permohonan
pemeriksaan fase generative, surat pemeriksaan umbi di gudang dan proses
pelabelan.
Gambar 51. Peserta Pelatihan Agribisnis Hortikultura Bawang Merah
Materi pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
disampaikan oleh Harzaini yang menjelaskan tindadakan-tindakan yang dapat
dilakukan untuk menjaga pertanaman bawang dari serangan OPT dengan
Pengendalian Hama Terpadu (HPT). Tanaman bawang dapat diserang oleh hama
49
berupa ulat bawang, orong-orong, lalat penggorok daun dan penyakit yang sering
menyerang bawang adalah Fusarium, antaknose, dan trotol
Gambar 52. Penyampaian materi oleh Harzaini, SP. Pengamat OPT Kec. Lhong Kab. Aceh Besar dan Penyampaian materi oleh Rahmat, SP.
Pada Kegiatan pelatihan Agribisnis Hortikultura juga disampaikan materi
penguatan Kelompok Tani oleh Rahmat SP. Kegiatan Pembinaan Kelompok
merupakan usaha-usaha untuk menjaga kekompakkan kelompok
Setelah penyampaian materi di dalam ruangan kegiatan dilanjutkan dengan
kunjungan ke lahan petani untuk melihat langsung kondisi lahan penanaman
bawang yang lokasinya di desa Gapuy Kecamatan Lhong
Gambar 53. Lahan demplot display varietas unggul bawang merah di Desa Gapuy Kec. Lhong Kabupaten Aceh Besar
Pada kegiatan pelatihan juga dilakukan praktek penanaman bawang dari biji.
Bedengangan yang telah disiapkan dan telah diberikan pupuk kandang
disiram sampai jenuh. Buat alur-alur dengan jarak 10-15 cm, masukkan biji
bawang merah, tutup kembali dengan tanah dan bedengan ditutup dengan
plastik untuk menghindai dari matahari langsung selama 5 hari.
Pada demplot display varietas unggul bawang merah akan ditanam
beberapa varietas bawang yang berasal dari Balitsa Lembang yaitu Mentes,
Pikatan, Pancasona, TSS Pancasona, TSS Agrihorti 1, TSS Agrihorti 2 dan TSS
Tuk-tuk
50
Gambar 54. Peserta Pelatihan Perbenihan Bawang Merah melakukan kunjungan lapangan
5.3.3. Kegiatan Temu Lapang Bawang Merah
Kegiatan Temu Lapang bawang merah di Kabupaten Aceh Besar dihadiri
petani bawang merah yang berasal dari kecamatan Lhong, Koordinator BP3K
kecamatan Lhong, Rachmat SP, Penyuluh Pertanian, Petani bawang di kecamatan
Lhong dan Team BPTP Aceh.
Temu Lapang merupakan pertemuan antara petani dengan peneliti
untuk bertukar pikiran dan pengalaman serta belajar atau saling
mengajarkan sesuatu pengetahuan dan ketrampilan untuk diterapkan.
Bentuk kegiatannya ungkapan pengalaman seseorang yang telah berhasil
menerapkan suatu teknologi baru dibidang usahataninya.
Pada Temu Lapang ini Koordiantor BP3K Kecamatan Lhong memberikan
kata sambutan dimana beliau sangat senang dan antusias sekali , harapan beliau
kepada peserta pada kesempatan yang baik ini dimanfaatkan sebaik-baiknya, dan
serius mengikutinya kegiatan ini dan berharap kiranya ilmu yang didapat dari
kegiatan Temu Lapang Bawang merah tersebut bermanfaat bagi anggota
kelompok tani dilapangan.
51
Gambar 55. Koordiantor BP3K dan Peserta Temu Lapang kegiatan PKAH Bawang
merah di Kecamatan Lhong Kabupaten Aceh Besar
Pada kesempatan ini koordinator BP3K kecamatan Lhong mengemukan
permasalahan tentang ketersediaan benih bawang merah. Petani bawang merah
di Kabupaten Aceh Besar khususnya di Kecamatan Lhong umumnya menggunakan
benih bawang merah yang berasal dari pasar yang merupakan bawang konsumsi
yang dijadikan benih bawang sehingga produksinya tidak dapat diprediksi dan
seringkali petani mengalami kegagalan. Dengan adanya kegiatan demplot display
varietas dengan melakukan uji coba penanaman beberapa variatas unggul bawang
merah yang berasal dari Balai Penelitian Sayuran (BALITSA) Lembang
Kedepannya diharapkan dengan tersedianya benih bawang merah yang unggul
dan bersertifikat.
Selanjutnya Ir. T. Iskandar M.Si selaku penanggung jawab kegiatan
Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura BPTP Aceh mengemukan dengan
adanya kegiatan temu lapang petani dapat melihat langsung beberapa varietas
bawang merah yang ditanam pada demplot yaitu bawang varietas Pancasona,
Mentes dan Pikatan, dan hasil penanaman di lapangan hasilnya cukup memuaskan.
52
Gambar 56. Penanggung Jawab Kegiatan Ir. T. Iskandar M.Si. sedang
menyampaikan materri kepada Peserta Temu Lapang
Ketua kelompok tani Suka Maju di Desa Gapuy Kecamatan Lhong, Yusran
menyatakan bahwa anggota kelompok taninya semakin bersemangat untuk
melakukan budidaya bawang merah terutama dalam kegiatan penangkaran benih
bawang untuk mencukupi kebutuhan benih bawang merah di kabupaten Aceh
Besar yang sangat terbatas ketersediaannya. Biasanya petani di desa gapuy hanya
menanam bawang varietas bima brebes, tetapi dengan adanya demplot display
beberapa varietas bawang merah semakin meyakinkan petani bahwa adanya
beberapa varietas unggul bawang yang sesuai dan cocok ditanam di lahan mereka.
Disamping itu Yusran mengharapkan kepada anggota kelompok tani untuk tetap
berkomitmen untuk menjadi penangkar dan menyimpan hasil panennya untuk
dapat ditanam pada musim mendatang.
Gambar 57. Ketua Kelompok Tani dan Peserta Temu Lapang kegiatan PKAH
Bawang merah di Kecamatan Lhong Kabupaten Aceh Besar
Pada kesempatan pertemuan temu lapang ini turut dihadiri oleh Hasan SP
perwakilan dari Perusahaan panah merah. Pada kegiatan demplot, sumber benih
bawang merah selain berasal dari umbi diperkenalkan benih bawang merah
berasal dari biji yang lebih dikenal dengan True Shallot Seed (TSS) yang
merupakan benih bawang harapan di masa mendatang untuk menjawab
ketersediaan bawang merah yang sangat terbatas pada musim tanam. Benih
bawang yang berasal dari biji dalam melakukan budidayanya dilakukan persemaian
terlebih dahulu selama 45 hari, kemudian baru dilakukan pindah tanam. Metode
lain yang dapat dilakukan adalah dengan menabur langsung dilapangan dan panen
53
berupa umbi mini yang baru diserahkan ke petani bawang untuk dikembangkan
lebih lanjut.
Gambar 58. Beberapa Varietas bawang merah yang berasal dari biji
Pada kesempatan temu lapang juga dilakukan penanaman bawang dari biji
yang telah terlebih dahulu disemai yang terdiri dari varietas TSS Pancasona, TSS
Horti 1, TSS Horti 2 dan Tuk-tuk.
Pada akhir pertemuan temu lapang dilakukan kunjungan ke lahan dan
melakukan panen perdana bawang merah yang diikuti oleh seluruh peserta.
54
Gambar 59. Kegiatan Temu Lapang Bawang Merah di Desa Gapuy Kecamatan Lhong Kabupaten Aceh Besar
55
V. KESIMPULAN
a. Pelaksanaan kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH)
dilakukan berdasarkan adanya program dan kebutuhan daerah terutama
dalam mendukung program pemerintah pusat tentang penerapan GAP
sayuran bawang merah di Desa Gapuy, Kecamatan Lhong, Kabupaten
Kabupaten Aceh Besar. Pendampingan PKAH cabe merah di Desa Paut,
Kecamatan Muara Tiga dan Desa Jurong Anoe, Kecamatan padang Tiji,
Kabupaten Pidie. Sedangkan pendampingan PKAH Jeruk Keprok gayo di Desa
Tubes Lues, Kecamatan Bies, Kabupaten Aceh Tengah
b. Kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura Jeruk Keprok
dilaksanakan di Desa Tubes Lues, Kecamatan Bies, Kabupaten Aceh Tengah.
Pendampingan dengan memperkenalkan teknologi pemupukan tanaman
jeruk muda, jeruk productive dan tanaman jeruk tua (tidak produkstif).
c. Untuk teknik bercocok tanam jeruk keprog gayo direkomendasikan untuk
melakukan penanaman secara monokultur, nanum bila petani sulit
meninggalkan cara bercocok tanam secara polykultur, tumpang sari dengan
kopi masih memungkinkan. Karena secara polykultur merupakan kebiasaan
masyarakat gayo bertanam jeruk dengan kopi.
d. Untuk pengendalian penyakit CVPD jeruk perlu screen house untuk
perbanyakan bibit jeruk bebas CVPD. Sedangakan pemupukan spesifik lokasi
berdasarkan rekomendasi pemupukan tanaman muda, tanaman productive
dan tanaman tua.
e. Kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura cabe merah
dilaksanakan di Kabupaten Pidie dengan pembuatan demplot budidaya cabe
merah di Desa Paut, Kecamatan Muara Tiga dan di Desa Jurong Anoe,
Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie. Pelatihan Agribisnis Hortikultura
Bawang Merah dilaksanakan di BPP Padang Tiji, Kabupaten Pidie dengan
peserta petani dari dua lokasi demplot cabai merah.
f. Hasil pelaksanaan demplot capai merah di Desa Paut, Kecamatan Padang Tiji,
diperoleh hasil tertinggi untuk Varietas Kitaro 15,030 ton per hektar,
sedangkan demplot cabai merah di Desa Jurong Anoe, Kecamatan Padang Tiji,
Kabupaten Pidie, hasil tertinggi Varietas Lado 9,212 ton/hektar.
56
g. Kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura bawang merah
dilaksanakan di Kabupaten Aceh Besar dengan pembuatan demplot budidaya
bawang merah di Desa Gapuy, Kecamatan Lhong. Pelatihan Agribisnis
Hortikultura bawang juga dilakukan di Desa Gapuy, Lhong, Aceh Besar.
h. Hasil Demplot Bawang Merah di Desa Gapuy, Kecamatan Lhong, Aceh Besar
Varietas Pancasona mencapai hasil tertinggi 14,73 ton/hektar.
57
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2012. Pedoman Umum Dukungan Inovasi Teknologi
dalam Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura. 35 hal. Badan Litbang Pertanian. 2012. Petunjuk Pelaksanaan Dukungan Inovasi Teknologi
dalam Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura. 47 hal. BPS. 2013. Aceh Dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Jakarta BPS. 2013. Aceh Tengah Dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Jakarta BPS. 2013. Aceh Besar Dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Jakarta Kementerian Pertanian. 2012. Permentan No. 50/Permentan/OT.140/ 8/2012 tentang Pedoman pengembangan Kawasan Pertanian Kasimin Suyanti. 2013. Keterkaitan Poduk dan Pelaku Dalam Pengembangan
Agribisnis Hortikultura Unggulan di Propinsi Aceh. Jurnal Manajemen dan Agribisnis Vol. 10 No.2.
Putrasamedja, S. 2013. Varietas Unggul Bawang Merah. Balai Penelitian Sayuran
Lembang. Bandung. Rahmat, M. dkk. 2010. Standar Prosedur Operasional (SPO) Bawang Merah
Kabupaten Nganjuk Propinsi Jawa Timur Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka . Ditjen Produksi Hortikultura . Jakarta.
Saptana, dkk. 2005. Pemantapan Model Pengembangan Kawasan Agribisnis
Sayuran Sumatera (KASS), Pusat penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Petanian. Departemen Pertanian. Jakarta
Swadaya. 2014. Kebijakan Litbang Siap Cukupi Kebutuhan Bawang dan Cabai
Volume 4 Edisi 31 hal 44-45. Yul H. Bahar dkk. 2010. Standar Prosedur Operasional (SPO) Cabe Merah
Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. Ditjen Produksi Hortikultura Jakarta.