IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB PROJECT DELAY
PADA PROYEK KONSTRUKSI JALAN LAYANG NON-TOL
ANTASARI-BLOK M BERBASIS MANAJEMEN RISIKO
Riangga Anugrah Pratama, Bambang Setiadi
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia
ABSTRAK
Project delay dapat menyebabkan pembengkakan biaya, dimana hal tersebut akan
mengurangi nilai kontrak dan profit perusahaan. Dalam penanganannya, sering
dilakukan tindakan antisipasi yang justru membutuhkan banyak biaya. Pada
dasarnya, project delay dapat dicegah dengan tindakan antisipasi tanpa harus
menambah banyak biaya, yaitu dengan menejerial yang baik dan pemilihan
Sumber Daya Manusia yang bermutu. Manajemen waktu yang baik sangat
dibutuhkan untuk mencegah terjadinya project delay.
Kata Kunci:
Project Delay, Manajemen Waktu, Manajemen Resiko
ABSTRACT
Project delay causes cost overruns, where it can reduce the value of contract and
corporate profits. In handling that, anticipation is often done while it needs high
cost. Basically the project delay can be prevented by doing anticipation without
having to add much cost, with good managerial and selection of qualified human
resources. Good in time management is needed to prevent project delay
Key words:
Project Delay, Time Management, Manajemen Resiko
1. LATAR BELAKANG
Perkembangan jaman dari waktu ke waktu menuntut adanya peningkatan
pembangunan seiring dengan pertambahan populasi manusia di bumi ini.
Kebutuhan manusia akan sarana dan prasarana fisik yang semakin meningkat
menuntut peningkatan pembangunan fisik. Banyaknya proyek konstruksi yang
terjadi memicu munculnya banyak kontraktor – kontraktor besar maupun kecil
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
dimana terjadi persaingan diantaranya. Persaingan yang muncul menuntut adanya
kinerja yang harus dijaga baik dari efisiensi biaya maupun efektifitas didalam
prosesnya. Efisiensi biaya menuntut adanya minimalisasi biaya tanpa harus
merubah kualitas project, dan efektifitas kinerja menuntut adanya waktu yang
singkat dalam melaksanakan project. Keterlambatan (delay) proyek sangat
berhubungan dengan kedua hal penting diatas. Dimana efisiensi biaya dan
efektifitas kinerja dapat dinilai dengan keterlambatan yang terjadi. Keterlambatan
ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, dimana semua hal tersebut bergantung pada
manajemen proyek yang diterapkan. Dengan ditunjang oleh teknologi dan
perkembangan pendidikan, seharusnya berbanding lurus dengan kemampuan
managerial seseorang yang artinya keterlambatan dapat diminimalisir. Namun,
pada kenyataannya masih sering dijumpai peristiwa delay dalam suatu proyek
yang mendorong dilakukannya penelitian ini.
1.1 Permasalahan
Selama ini, sering dilakukan tindakan antisipasi dari project delay yaitu
dengan menambah jam kerja, tenaga kerja, dll yang pada umumnya akan
menambah project cost. Hal ini bukan merupakan hal terbaik yang dapat
dilakukan, dan penulis beranggapan dengan mengetahui faktor terbesar penyebab
project delay akan dapat dirumuskan suatu tindakan antisipasi tanpa harus
membutuhkan banyak biaya tambahan. Anggapan ini berdasarkan penyebab –
penyebab project delay yang sebagian besar merupakan dari penerapan
manajemen proyek seperti: manajemen SDM dan manajemen waktu, dan tentunya
dalam pengantisipasiannya tidak membutuhkan banyak biaya dibandingkan harus
menambah jumlah tenaga kerja ataupun menggunakan tambahan alat berat.
Permasalahan yang diambil, yaitu dari proyek pembangunan Jalan
Antasari yang ditangani oleh kontraktor yang berbeda-beda. Keragamana
kontraktor ini diharapkan dapat diperoleh hasil yang dapat mewakili masalah yang
dihadapi pada mayoritas proyek konstruksi di Indonesia.
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
1.2. Tujuan Penelitian
Hasil akhir yang diharapkan adalah dengan mengetahui penyebab dari
keterlambatan tersebut dan langkah-langkah pencegahan dan koreksi yang telah
dilakukan, dapat menjadi bahan pertimbangan untuk solusi dalam menangani
masalah yang serupa pada proyek-proyek yang berbeda.
1.3 Hipotesa
Penyebab terbesar terjadinya keterlambatan proyek adalah kesalahan
dalam manajerial setelah diterapkannya manajemen risiko dalam pengolahannya.
2. TINJAUAN TEORITIS
2.1. Kendala-kendala Pelaksanaan Manajemen Waktu
Dalam kenyataan di lapangan, pelaksanaan manajemen waktu proyek
konstruksi banyaj menemui kendala-kendala yang menyebabkan pelaksanaannya
tidak optimal. Dari penelitian yang telah dilakukan beberapa ahli pada
perusahaan kontraktor di Indonesia sebelumnya, disebutkan bahwa kendala-
kendala yang sering dihadapi tersebut adalah (Ardani:
1. Kesulitan untuk mendapatkan suplier dan subkontraktor yang commit
dengan schedule yang sudah dibuat bersama
2. Kesulitan untuk mendapatkan pengawas (mandor) yang commit
dengan schedule yang sudah dibuat bersama.
3. Desain yang sebelum selesai dan perubahan desain.
4. Kurangnya koordinasi dan komunikasi dengan pelaksana di lapangan.
5. Keterlambatan pembayaran dari owner kepada kontraktor.
6. Kekurangan material dan peralatan.
7. Perubahan cuaca yang tidak terduga.
8. Tidak adanya pekerja khusus untuk melakukan measure di lapangan.
9. Kurang adanya kesadaran pekerja untuk mencatat setiap pekerjaan
yang sudah dilakukan.
10. Kurangnya koordinasi atau pengawasan antara pengawas denga kerja.
11. Kurangnya komunikasi antara pelaksa monitoring di lapangan dengan
pembuat schedule
12. Ketidakakuratan informasi yang di dapat dari monitoring.
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
13. Diperlukan biaya yang besar untuk mempekerjakan tenaga kerja
khusus untuk melakukan monitoring lapangan.
14. Kurangnya sumber daya (tenaga ahli) yang mampu menganalitis
keadaan proyek.
15. Program komputer yang kurang baik.
2.2. Manajemen Resiko
Kerzner (1995) dalam menangani resiko proyek, ada 4 (empat) tahap
proses yang harus dilakukan:
1. Mengidentifikasi Resiko, yaitu mengamati kondisi, mengidentifikasi
dan mengklarifikasi kejadian yang berpotensi resiko. Metode untuk
mengidentifikasi resiko ini bermacam-macam. Semua sumber
informasi yang dapat menentukan sumber permasalahan dapat
dijadikan sebagai alat untuk identifikasi resiko.
2. Analisa Resiko, yaitu menentukan kemungkinan terjadinya suatu
resiko dan konsekuensinya (tingkat pengaruh), yang mana hasil dari
analisa ini berupa didapatkannya suatu tingkatan pada faktor-faktor
resiko yang ada. Dari tingkatan ini, dapat dikembangkan suatu pilihan
penanganan resiko tersebut.
3. Penanganan Resiko (risk response), yaitu teknik dengan metode untuk
menangani masing-masing faktor resiko yang ada.
4. Lesson-Learned, tahap ini menyimpulkan setiap analisa, temuan dan
pelajaran-pelajaran yang didapat dalam mengelola resiko untuk
kepentingan di waktu yang akan datang.
Secara umum, resiko dapat dianalisa secara kualitatif, semi kualitatif atau
kuantitatif. Derajat kuantitatif dipakai dalam beberapa situasi dimana tergantung
pada scope dari studi manajemen resiko, sumberdaya yang tersedia, ukuran resiko
dan data yang tersedia.
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
2.3. Sumber Resiko dan Dampak Penyimpangan
Berdasarkan data dari berbagai sumber, penulis mengelompokan sumber
resiko penyebab terjadinya keterlambatan proyek (project delay) ada tujuh
kelompok, yaitu:
1. Sumber Daya Manusia yang terdiri dari masalah-masalah yang
bersumber dari SDM yang berperan didalam proyek.
2. Material yang terdiri dari masalah-masalah yang berhubungan dengan
material proyek.
3. Manajemen Proyek yaitu permasalahan yang disebabkan oleh
kurangnya manajemen proyek .
4. Keuangan yaitu permasalahan yang disebabkan oleh kondisi keuangan
proyek.
5. Desain dan dokumentasi, yaitu segala sesuatu masalah yang
disebabkan oleh kegiatan desain dan dokumentasi proyek.
6. Karakteristik tempat yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan
masalah-masalah yang ditimbulkan akibat kondisi tempat proyek.
7. Faktor Eksternal yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan
faktor-faktor lainnya, diluar kegiatan inti dari pelaksanaan suatu
proyek konstruksi.
3. METODE PENELITIAN
3.3. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian yang pernah
dilakukan yaitu penelitian Sugiharto Alwi dan Keith Hampson dengan judul
Delay Cause Project Variable. Sedangkan indikator project delay didapat dari
berbagai macam literarur.
Contoh variabel yang digunakan, disajikan dalam table 3.1 berikut ini :
Tabel 3. 1 Tabel faktor penyebab project delay
Variabel Penyebab project delay Referensi
SUMBER DAYA MANUSIA
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
A1 Keahlian tenaga kerja Andi 2003
A2 Kedisiplinan Tenaga Kerja Andi 2003
A3 Kurangnya Motivasi para
Pekerja
Andi 2003
A4 Kelalaian Pemilik Proyek Kraiem dan Dickman 1999
A5 Kelalaian Kontraktor Kraiem dan Dickman 1999
A6 Kurangnya jumlah tenaga
kerja
Alwi, Sugiharto and Hampson,
Keith
A7 Kurangnya pengalaman
konsultan
Sadi A. Assaf
A8 Konflik internal
antarpekerja
Sadiq Al-Hejji
BAHAN (MATERIAL)
B1 Kedatangan material di
lapangan terlambat
Andi 2003
B2 Ketersediaan bahan Andi 2003
B3 Kualitas bahan yang tidak
sesuai
Andi (2003)
B4 Kurangnya tempat
penyimpanan bahan
material
Alwi Sugiharto dan keith
Hampson 2003
B5 Perubahan specifikasi
material pada pertengahan
proyek
Sadi A. Assaf
B6 Penataan material yang
tidak teratur
Sadiq Al-Hejji
B7 Peningkatan jumlah material Abdul Hamid Kadir Pakir
MANAGEMENT PROYEK
C1 Perencanaan dan
Penjadwalan yang buruk
Alwi Sugiharto dan Keith
Hampson
C2 Kurangnya koordinasi antar
staff proyek
Alwi Sugiharto
C3 Lamban dalam membuat
keputusan
Abdul Hamid Kadir Pakir
C4 Pengalaman manajer
lapangan
Andi 203
C5 Penjadwalan pengiriman
material yang buruk
Ambsisi Ambituuni
C6 Kualitas pengontrolan
pekerjaan yang kurang
Andi 2003
C7 Sistem manajemen kontrak
yang salah
Ambsisi Ambituuni
C8 Kurangnya pemberitahuan
adanya pekerjaan tambahan
Saleh Al Hadi Tumi
C9 Konflik pada schedule kerja
kontraktor
Abdelnaser Omran
C10 Pemakaian metode kerja Sadi A. Assaf
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
yang salah
KEUANGAN
D1 Pembayaran oleh owner
yang terlambat
Andi 2003
D2 Harga material Andi 2003
D3 Birokrasi kepada owner
yang ribet
Saleh Al Hadi Tumi
D4 Cash flow yang bermasalah
selama masa proyek
Abdelnaser Omran
D5 Sistem pendanaan pada
kontraktor yang tidak
terencana baik
Budiman Praboyo
DESAIN DAN DOKUMENTASI
E1 Kurangnya kualitas
dokumentasi lapangan
Alwi Sugiharto
E2 Spesifikasi yang tidak jelas Ambsisi Ambituuni
E3 Keterlambatan dalam revisi
dan distribusi gambar kerja
Alwi Sugiharto
E4 Terjadi perubahan desain Budiman Praboyo
E5 Desain yang buruk Ambsisi Ambituuni
E6 Konflik antara konsultan
dengan desain engineer
Sadi A. Assaf
E7 Proses permintaan dan
persetujuan gambar oleh
owner
Budiman Praboyo
KARAKTERISTIK TEMPAT
F1 Keadaan permukaan dan
dibawah tanah
Sadi A. Assaf
F2 Karakteristik bangunan
sekitar
Andi 2003
F3 Akses kelokasi proyek Budiman Praboyo
F4 Kebutuhan ruang kerja Andi (2003)
F5 Kontrol lalu lintas dan
pembatasan di lapangan
yang sulit
Sadiq Al-Hejji
F6 Tidak tersedianya
utilitas(air,listrik,telepon,dll)
Sadi A. Assaf
FAKTOR EKSTERNAL
G1 Intensitas Curah hujan Andi 2003
G2 Kecelakaan kerja Abdelnaser Omran
G3 Keterlambatan dalam
memperoleh izin dari
pemerintah
Sadi A. Assaf
G4 Perubahan peraturan
pemerintah dan undang-
undang
Sadiq Al-Hejji
G5 Adanya pemogokan buruh Budiman Praboyo
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
G6 Adanya huru-hara Budiman Praboyo
Sumber : Olahan sendiri
3.4. Instrumen Penelitian
Dalam kuisioner tahap 1 digunakan skala nominal, sehingga kita boleh
mengklasifikasikan (menyebut) variabel-variabel pilihan kedalam suatu kelompok
tertentu seperti baik dan tidak baik Skala nominal biasanya juga digunakan bila
kita setuju atau tidak setuju terhadap suatu pernyataan yang masuk kedalam
kategori skala nominal.
Tabel 3. 2 Kuisioner untuk Pengambilan Data Tahap 1
.Variabel
Faktor
penyebab
terjadinya
Project
delay
Pakar I Pakar II Pakar III Kesimpulan
Setuju Tidak Setuju Tidak Setuju Tidak
A Sumber Daya Manusia
A.1
B Bahan (Material)
B.1
C Management Proyek
C.1
...
Sumber : Olahan sendiri
Selanjutnya, untuk kuisioner tahap 2 skala pengukuran yang digunakan
adalah skala ordinal, yakni skala yang memungkinkan sesuatu untuk disusun
menurut peringkatnya masing-masing, bisa dari peringkat yang paling buruk
hingga paling baik. Data semacam ini sering disebut data peringkat (rank data).
Kuesioner pada tahap 2 ini adalah kuesioner yang telah disetujui pakar dan siap
disebar kepada responden. Sampel atau responden dari kuesioner tahap 2 ini
adalah staff atau supervisor proyek yang menegerti atau menangani langsung hal-
hal yang berhubungan dengan faktor-faktor penyebab project delay.
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
Tabel 3. 3 Kuesioner untuk Pengambilan Data Tahap II
Variabel Faktor penyebab terjadinya
project delay
Frekuensi dari
Penyebab Yang
Terjadi
Dampak dari
Penyebab yang
Terjadi
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
A Sumber Daya Manusia
A. 1
B Bahan (Material)
B.1
C Management Proyek
C.1
D Keuangan
D.1
E Desain dan Dokumentasi
E.1
F Karakteristik Tempat
F.1
G Faktor Eksternal
G.1
Sumber : Olahan sendiri
Frekuensi dari Penyebab Yang Terjadi Dampak dari Penyebab yang Terjadi
Selain kuisioner, instrument lain yang digunakan adalah software Ms
Excel untuk mempermudah perhitungan, dan juga software e-proc jika data yang
5 Sangat Sering
4 Sering
3 Kadang-kadang
2 Jarang
1 Tidak pernah
5 Fatal
4 Besar
3 Sedang
2 Kecil
1 Tidak penting
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
diperoleh adalah proses procurement barang dengan ranking teratas sebagai
penyebab project delay.
3.5 Penentuan Jumlah Sampel
Kuesioner kedua diberikan kepada responden dalam hal ini staff/karyawan
PT. X seperti PM, SM, Engineering, Logistik, Supervisor, Pelaksana, QC dan
jajaran dibawahnya yang cukup mengerti tentang aspek-aspek potensial penyebab
terjadinya keterlambatan proyek. Banyaknya kuesioner yang disebar 36 buah
kuesioner, sedangkan yang kembali berjumlah 32 dalam periode waktu
penyebaran kurang lebih dua bulan.
3.6. Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah hasil yang diperoleh
dari kuisioner adalah dengan Metode AHP dan Metode Analisa Risk Level. Dan
untuk analisis kevalidan data menggunakan SPSS dimana meliputi Uji realibilitas,
validitas
3.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan instrumen
yang digunakan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel-variabel yang
diteliti secara tepat. Uji rebialitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-
butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu
variabel, dan untuk mengukur suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam
menjawab hal yang berkaitan dengan konstukkonstruk pertanyaan yang
merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk kuesioner. Uji
reliabilitas dilakukan denganperhitungan Alpha Cronbach, menunjukkan bahwa
indikator yang digunakan untuk mengukur konsep dalam penelitian ini cukup
reliable. Prinsip dasar pemakaian analisis realibilitas yaitu dengan melihat nilai
alpha yang tertinggi, diatas 0,05. Hal tersebut menandakan bahwa pertanyaan
berstruktur sebagai indikator penelitian memiliki konsistensi internal yang baik.
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
3.6.2 Analytical Hierarchy Process
Langkah-langkah dalam membuat Analytic Hierarchy Process adalah
sebagai berikut ini:
1. Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan yang
diinginkan.
2. Membuat hirarki dari sudut pandang manajerial menyeluruh.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan untuk kontribusi atau
pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang
berpengaruh yang berada setingkat diatasnya.
4. Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk melengkapi
matriks di langkah 3. Pertimbangan dari banyak orang dapat disintesis
dengan memakai rata-rata geometrisnya.
5. Setelah semua data perbandingan berpasangan diperoleh, dicari
prioritas dan konsistensinya diuji.
6. Lakukan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam
hirarki tersebut.
7. Menggunakan komposisi untuk membobotkan vector-vektor prioritas
itu dengan bobot kriteria-kriteria, dan menjumlahkan semua entri
prioritas terbobot yang bersangkutan dengan entri prioritas dari tingkat
bawah berikutnya, dan seterusnya. Hasilnya adalah vektor prioritas
dari tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya. Hasilnya adalah vektor
prioritas menyeluruh untuk tingkat hirarki paling bawah.
8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki. Jika nilainya lebih
dari 10%, maka penilaian data pertimbangan harus diulangi.
Untuk mendapatkan faktor pembobot sebagai nilai pengali untuk
mendapatkan nilai lokal, maka ditempuh pendekatan seperti terlihat pada tabel 3.4
berikut:
Tabel 3. 4 Matrik pembobotan
Frekuensi Sangat Sering Kadang- Jarang Tidak
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
Sering Kadang Pernah
Sangat Sering 1 3 5 7 9
Sering 0.333 1 3 5 7
Kadang-
Kadang 0.200 0.333 1 3 5
Jarang 0.143 0.200 0.333 1.00 3
Tidak Pernah 0.111 0.143 0.200 0.333 1
Jumlah 1.787 4.676 9.533 16.333 25.00
Sumber : Olahan Sendiri
Selanjutnya matriks di atas kemudian dinormalisasi (jumlah kolom-
kolomnya menjadi sama dengan satu), dengan cara membagi angka dalam
masing-masing kolom dengan angka terbesar. Ini dilakukan untuk mencari
perbandingan relatif antara masing-masing sub kriteria yang disini dinamakan
prioritas atau disebut juga eigenvector dari eigenvalue maksimum. Proses dapat
dilihat pada tabel 3.9. berikut ini:
Tabel 3. 5 Normalisasi matrik dan prioritas
Sangat
Sering Sering
Kadang-
Kadang Jarang
Tidak
Pernah Jumlah Prioritas
Persentase
(%)
Sangat
Sering 0.560 0.642 0.524 0.429 0.360 2.514 0.503 100.00
Sering 0.187 0.214 0.315 0.306 0.280 1.301 0.260 51.75
Kadang-
Kadang 0.112 0.071 0.105 0.184 0.200 0.672 0.134 26.72
Jarang 0.080 0.043 0.035 0.061 0.120 0.339 0.068 13.48
Tidak
Pernah 0.062 0.031 0.021 0.020 0.040 0.174 0.035 6.93
Jumlah 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 5.0000 1.000
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
Sumber : Olahan sendiri
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa prosentase masing-masing sub
kriteria diperoleh dengan cara membagi prioritas relatif antar sub kriteria dengan
angka terbesar. Prosentase ini dicari dengan maksud untuk melihat pengaruh
masing-masing sub kriteria terhadap sub kriteria yang pengaruhnya paling besar
dan untuk digunakan dalam mencari urutan faktor resiko secara umum.
Untuk membuktikan apakah pendekatan di atas benar maka akan dihitung
nilai CR (Consistency ratio, dimana nilai CR < 10% mendapatkan nilai yang sah.
CR =
dimana: CI = (λmaks-n) / (n-1)
CR = Rasio konsistensi hierarki
CI = Indeks konsistensi hierarki
RCI = Indeks konsistensi hierarki (lihat Tabel 3.6)
λmaks = nilai maksimum dari eigen
n = banyaknya elemen
Faktor pembobotan
Nilai pembobotan hasi normalisasi tabel 3.9 dapat dilihat pada tabel
3.10 berikut:
Tabel 3. 6 Faktor pembobotan
Frekuensi Tidak
Pernah Jarang
Kadang-
Kadang Sering
Sangat
Sering
Bobot 0.069 0.135 0.267 0.518 1
Sumber : Olahan sendiri
3.6.3 Analis Risk Level
Setelah mendapatkan rata – rata nilai lokal frekuensi dan dampak dari
AHP, maka dapat dicari nilai faktor resiko dengan rumus :
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
FR = L + 1 - (L x I)
dimana :
FR = faktor resiko dengan skala 0 - 1
L = probabilitas kejadian resiko
I = besaran dampak resiko dalam bentuk kenaikan waktu
dan untuk kategori resiko dan matriksnya bisa dilihat pada tabel dan diagram
berikut ini :
Tabel 3.7 Matriks Kategori Resiko Dengan Metode SNI
NIlai FR Kategori Langkah Penanganan
> 0,7 Resiko Tinggi Harus dilakukan
penurunan resiko ke
tingkat yang lebih rendah
0,4 – 0,7 Resiko Sedang Langkah perbaikan
dibutuhkan dalam jangka
waktu tertentu
< 0,4 Resiko Rendah Langkah perbaikan
bilamana memungkinkan
Sumber : Risk Management Guidelines (1993)
4. HASIL
4.1 Penentuan tingkat resiko
Dari perhitungan rata- rata nilai lokal frekuensi dan dampak, selanjutnya
dapat ditentukan tingkat resikonya dengan persamaan faktor resiko yang bisa
dihitung dengan cara berikut :
FR = L + I – (L x I )
dimana :
FR = skala resiko dengan skala 0 – 1
L = frekuensi kejadian resiko
I = besaran (dampak) resiko
Dan perhitungannya adalah sebagai berikut :
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
Tabel 4.1 Nilai Faktor Resiko
variabel Rata2 Nilai
Lokal
Frekuensi
Rata2 Nilai
Lokal Dampak
FR Rangking Tingkat
Resiko
A1 0.218781 0.330406 0.476901 2 sedang
A2 0.208656 0.291188 0.439086 8 sedang
A3 0.187406 0.236094 0.379255 21 rendah
A5 0.124688 0.314531 0.400001 16 sedang
A6 0.187813 0.178313 0.332636 31 rendah
A7 0.1515 0.253844 0.366886 23 rendah
B1 0.188219 0.303781 0.434823 10 sedang
B2 0.180188 0.28025 0.40994 15 sedang
B3 0.135 0.239406 0.342086 28 rendah
B5 0.139125 0.171719 0.286953 34 rendah
C1 0.142844 0.375406 0.464626 3 sedang
C3 0.163469 0.302969 0.416912 13 sedang
C4 0.155438 0.284188 0.395452 17 rendah
C5 0.151094 0.30875 0.413194 14 sedang
C6 0.159344 0.263344 0.380725 20 rendah
C9 0.17625 0.265406 0.394878 18 rendah
C10 0.157281 0.361781 0.462161 4 sedang
D1 0.179969 0.297188 0.423672 12 sedang
D3 0.1905 0.306469 0.438586 9 sedang
D4 0.2165 0.365281 0.502698 1 sedang
D5 0.149438 0.359094 0.454869 6 sedang
E2 0.146969 0.217938 0.332876 30 rendah
E3 0.15975 0.279438 0.394547 19 rendah
E4 0.213188 0.303375 0.451887 7 sedang
E7 0.155219 0.219594 0.340727 29 rendah
F3 0.189688 0.226813 0.373477 22 sedang
F4 0.225375 0.263125 0.429198 11 sedang
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
F5 0.329563 0.197719 0.462121 5 sedang
F6 0.120563 0.217125 0.31151 32 rendah
G1 0.265375 0.1185 0.352428 24 rendah
G2 0.141188 0.181219 0.29682 33 rendah
G3 0.135 0.245594 0.347439 25 rendah
G4 0.106125 0.201031 0.285822 35 rendah
G5 0.083438 0.286875 0.346376 26 rendah
G6 0.079313 0.285438 0.342111 27 rendah
Sumber: Olahan sendiri
Tabel 4.3. Rangking Variabel Faktor Resiko
Rangking Variabel
1 D4 Cash flow yang bermasalah selama
masa proyek Keuangan
2 A1 Keahlian tenaga kerja Sumber Daya Manusia
3 C1 Perencanaan dan Penjadwalan yang
buruk Manajemen Proyek
4 C10 Pemakaian metode kerja yang salah Manajemen Proyek
5 F5 Kontrol lalu lintas dan pembatasan di
lapangan yang sulit Karakteristik Tempat
6 D5 System pendanaan pada kontraktor
yang tidak terencana baik Keuangan
7 E4 Terjadi perubahan desain Desain dan Dokumentasi
8 A2 Kedisiplinan Tenaga Kerja Sumber Daya Manusia
9 D3 Birokrasi kepada owner yang ribet Keuangan
10 B1 Kedatangan material di lapangan
terlambat Material
Sumber: Olahan sendiri
5. PEMBAHASAN
Pembahasan dilakukan hanya mengenai lima faktor yang benar-benar
terjadi dalam proyek konstruksi JLNT Antasari-Blok M, yaitu cash flow yang
bermasalah selama masa proyek, kontrol lalulintas dan pembatasan di lapangan
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
yang sulit, terjadi perubahan desain, birokrasi yang ribet, dan keterlambatan
material.
1. Cash flow yang bermasalah selama masa proyek berlangsung
Hal ini dapat disebabkan pembayaran dari owner yang terlambat. Meskipun
proyek ini bersumber pada dana APBD, keterlambatan pembayaran bisa
terjadi dikarenakan perijinan yang rumit didadalamnya, dan juga dapat terjadi
karena dana yang turun dari pemerintah tidak 100%. Meskipun kontraktor
telah menyediakan dana cadangan, namun tetap tidak akan tertutupi jika
terjadi penambahan volume pekerjaan yang melebihi dana cadangan tersebut.
2. Kontrol lalulintas dan pembatasan dilapangan yang sulit
Jalur lalulintas Antasari – Blok M merupakan jalur yang sangat padat.
Penerapan management traffic yang dilakukan tidak banyak berpengaruh.
Kemacetan yang terjadi di area konstruksi memang cenderung tidak banyak
bertambah, tapi lalulintas yang menuju area proyek yang mengalami
kemacetan, ditambah lagi pengalihan arus yang diterapkan menyebabkan
timbulnya titik-titik kemcaetan baru di jalur dari dan ke arah proyek.
3. Terjadi perubahan desain
Hal ini terjadi dikarenakan desain kontrak tidak sesuai dengan dilapangan.
Maka, perlu diadakan pengukuran ulang kondisi eksisting dilapangan dengan
desain yang ada dalam kontrak lalu dilanjutkan dengan desain ulang. Dengan
adanya perubahan desain maka bisa terjadi penambahan item pekerjaan dan
cost, hal ini juga diperlukan persetujuan owner. Waktu yang dibutuhkan dari
proses pengukuran sampai persetujuan ini juga bisa menjadi penyebab terjadi
keterlambatan proyek.
4. Birokrasi owner yang ribet
Birokrasi dalam persetujuan desain untuk proyek ini tidak susah, hanya saja
dalam aliran dana mengalami masalah. Seperti yang telah dijelaskan pada
point pertama, dana yang turun tidak 100%, hal ini terjadi karena
perijinan/persetujuan didalamnya memakan waktu lama, sehingga dana
cadangan kontraktor tidak mencukupi yang dapat menyebabkan pembayaran
untuk pekerja terlambat dan kinerja berkurang
5. Kedatangan metrial dilapangan terlambat
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
Waktu pengerjaan proyek ini adalah pukul 22.00, dan dalam waktu ini juga
sebagian besar pengiriman barang dilakukan, namun kenyataannya pada pukul
22.00 kondisi lalulintas dilapangan masih cukup padat, sehingga material
terlambat datang dan waktu efektif pengerjaan juga berkurang.
6. KESIMPULAN
Permasalahan disini penulis fokuskan pada permasalahan yang terjadi pada
proyek konstruksi Jalan Layang Non-Tol Antasari-Blok M. Dari permasalahan
yang ada, maka dilakukan survey lapangan dengan menggunakan kuesioner dan
studi kasus proyek dengan proses wawancara dan pengambilan data proyek,
dimana output dari kedua survey tersebut adalah faktor-faktor yang menduduki 10
peringkat teratas sebagai penyebab utama project delay, yaitu:
1. Cash flow yang bermasalah selama masa proyek
2. Keahlian tenaga kerja
3. Perencanaan dan penjadwalan yang buruk
4. Pemakaian metode kerja yang salah
5. Control lalulintas dan pembatasaa di lapangan yang sulit
6. System pendanaan pada kontraktor yang tidak terencana dengan baik
7. Terjadi perubahan desain
8. Kedisiplinan tenaga kerja
9. Birokrasi kepada owner yang ribet
10. Kedatangan material di lapangan yang terlambat
Hasil yang diperoleh diatas berbeda dengan hipotesa yang telah penulis
buat sebelumnya, yaitu penyebab terbesar terjadinya keterlambatan proyek adalah
kesalahan dalam manajerial setelah diterapkannya manajemen risiko dalam
pengolahannya, karena output yang ada menunjukan bahwa sebagian besar
penyebab delay pada proyek bukan pada manajemen yang diterapkan kontraktor
melainkan bersumber pada owner dan kondisi sekitar proyek.
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013
7. SARAN
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian diatas bersumber pada
saran dari responden dan pakar, yaitu :
1. Perlu dikembangkannya variabel penelitian pada kondisi khusus melihat
jam kerja proyek rata-rata diatas jam 10 malam, seperti : kondisi fisik
pekerja.
2. Respon pakar mengenai tindakan pencegahan dan koreksi masih perlu
diadakan pengkajian ulang untuk mampu dijadikan standar tindakan
pencegahan dan koreksi, karena kondisi dan system yang dipakai untuk
setiap proyek tidak sama.
8. DAFTAR PUSTAKA
Alwi Sugiharto, Keith Hampson. Identifying The Important Causes Of Delays
In Building Construction Projects. East Asia Pacific Conference in Bali, 2003
Andi, Susandi, Wijaya. H. On representing Faktors Influencing Time
Performance Of Shop-House Construction In Surabaya. Dimensi Teknik Sipil,
Vol. 5 No. 2, September 2003
Praboyo, B. Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek Klarifikasi dan
Peringkat dari Penyebab-Penyebabnya. Dimensi Teknik Sipil. Vol 1 No. 2,
September 1999
Alwi, S. Non Value-Adding Activities in the Indonesian Construction
Industry Variable and Causes. Brisbane : 2002.
Brandon, Dick H and Grey, Max. Project Control Standard. New York :
Brandon/System Press Inc. 1970.
Saleh Al Hadi Tumi, Abdelnaser Omran, Abdul Hamid Kadir Pakir. Causes
of Delay Construction Industry in Libya. Bucharest : 2009
Sadi A. Assaf, Sadiq Al-Hejji. Causes of Delay in large construction projects.
Saudi Arabia : 2005
Ambsisi Ambituumi. Five Causes of Project Delay, Cost Overrun and Their
Mitigation :2011
Kezner H., "Project Management: A System Approach to Planning,
Schedulling dan Controlling", (USA, VAN Nostrand Reinhol, 1995)
Identifikasi Faktor ..., Riangga Anugrah Pratama, FT UI, 2013