-
IDENTIFIKASI TINGKAT TOLERANSI TERHADAPCEKAMAN CAHAYA PADA BEBERAPA VARIETAS
KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill)
SKRIPSI
OLEH
MUHAMMAD NUR09C10407001
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT2014
-
IDENTIFIKASI TINGKAT TOLERANSI TERHADAPCEKAMAN CAHAYA PADA BEBERAPA VARIETAS
KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill)
SKRIPSI
OLEH
MUHAMMAD NUR09C10407001
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untukMemperoleh Gelar Sarjana Pertanian padaFakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT2014
-
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Identifikasi Tingkat Toleransi Terhadap CekamanCahaya pada Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max(L.) Merrill)
Nama Mahasiswa : Muhammad NurNim : 09C10407001Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui:Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama
Irvan Subandar, SP., MPNIDN 01-2906-7902
Pembimbing Anggota
Chairudin, SPNIDN 01-2209-7301
Mengetahui:
Dekan Fakultas Pertanian
Diswandi Nurba, S.TP., M.SiNIDN 01-2804-8202
Ketua Program StudiAgroteknologi
Jasmi, SP., M.ScNIDN 01-2708-8002
Tanggal Lulus: 19 Juli 2014
-
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi/tugas akhir dengan judul:
Identifikasi Tingkat Toleransi Terhadap CekamanCahaya pada Beberapa Varietas Kedelai
(Glycine max (L.) Merrill)
Yang disusun oleh:Nama : Muhammad NurN I M : 09C10407001Fakultas : PertanianProgram Studi : Agroteknologi
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 19 Juli 2014 dandinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI :
1. Irvan Subandar, SP., MP
Pembimbing I/ Ketua TIM Penguji ________________________
2. Chairudin, SP
Pembimbing II ________________________
3. Jasmi, SP., M.Sc
Penguji Utama ________________________
4. Ir. T. Sarwanidas
Penguji Anggota ________________________
Meulaboh, 21 Juli 2014
Ketua Program StudiAgroteknologi,
Jasmi, SP., M.Sc
-
Ya Allah.......Sepercik ilmu telah Engkau karuniakan kepadaku, hanya saja aku mengetahui sebagianKecil dari yang Engkau miliki sebagaimana firman-Mu :“Pelajarilah ilmu pengetahuan, sesungguhnya mempelajari itu tanda taqwa kepada Allah,Melaksanakannya adalah ibadah, mengingatnya adalah tasbih, membahasnya adalah jihad,Mengajarkan kepada orang yang tidak mengetahui adalah sedeqah, maka menebarkannyaAdalah pengorbanan”.
(H. R. Tarmizi)
Waktu telah berlalu begitu cepat seiring langkahpunSemakin kencang hidup penuh tantangan terusBerperan dalam menghadapi sebuah angan.
Puji syukur dan terimakasih kepada Allah SWT, berkat petunjuk dan hidayah-mu semua iniTerlaksana apa yang selama ini kuimpikan, apa yang selama ini kuhayalkan tapih semua iniTelah nyata, kutelah meraih semua apa yang ku jalani secerah harapan kini menanti, inilahSebuh jawaban dari akhir sebuah pertanyaan.
Ibunda....... yang sangat kusayangi,Jasamu yang telah melahirkanku, membesarkanku dan mendidikku betapa kuBerhutang budi padamu, siang malam Ibunda berdo’a demi Kesuksesan anakmu,Ibunda tepiskan segala dugaan dan cercaha hanya untuk anakmu, ibundaBerikan semangat, motivasi, dan dorongan demi buah hatimu.
Ayahanda....... yang sangat kucintai,Tutur katamu, nasehatmu, kasih sayangmu, do’amu, harapanmu pegorbananmu dan kerjaKerasmu yang tidak kenal lelah hanya Allah yang dapat membalas semua jasamu.......Demi sayang Ibu dan demi cinta Ayah, karuniahkan Syurgamu untuk mereka kasih merekaMelimpah ruah tiada bertepi jasa keduanya abadi selamanya di jiwa ini dan engkaulahPermata di hatiku yang tak tergantikan.
Dengan penuh keikhlasan dan segenap kasih sayang yang diiringi Tulusnya do’a,Kupersembahkan karya tulis ini kepada Ayahanda Tercinta Mahmudin danIbunda tersayang Nurmala Iman, juga orang-orang Yang kusayangi, AdekSepupu Samsul Rijal, Edy Irwan, Devy Anasanti, Ismi Tuti, Irma, AbangSepupu Mulyadi, John Otria, Sanaruan, Nazir. Semoga Allah melimpahkanRahmat dan hidayahnya kepada kita semua.
Terima Kasih saya ucapkan kepada Pembimbing Irvan Subandar, SP., MP, Chairudin, SPdan Rekan-rekan seperjuangan yang selalu setia dalam mengisi Hari-hariku; Muntazir, SP,Zulfikar Saimi, SP, Erlan Osrica, SP, Junaidi, SP, Ihsan Amarullah, SP, Furqan Riski, SP,T.Ahmad Munzar, Syukri Syarhas, Ikhsan Saputra, Edi Safrizal, Alaeddin, Masnizar,Superdi, Saini, Eko Sugiono, Alfina, Mirwan Saputra, Rosmawan, SP, Fauziah, Azizah,Mawarni, Eva Marianti, serta Teman-teman semuanya, Thank’s for All.
Ya Allah.......Teguhkan Imanku, Tetapkanlah Hati dan JiwakuAgar Selalu Melangkah di Jalan Mu Amin.......
Muhammad Nur, SP
-
i
RINGKASAN
MUHAMMAD NUR/09C10407001. Identifikasi Tingkat Toleransi TerhadapCekaman Cahaya pada Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill).Dibawah bimbingan Irvan Subandar, SP., MP selaku pembimbing pertama danChairudin, SP selaku pembimbing anggota.
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat seiringdengan pertumbuhan penduduk dan perbaikan pendapatan per kapita. Dengandemikian perlu adanya peningkatan produksi kedelai dalam negeri. Salah satustrategi yang dapat dilakukan adalah melaui perluasan areal tanam. Namundengan perluasan areal tanam dihadapkan beberapa kendala, salah satunya adalahkurangnya luas lahan pertanian potensial, karena digunakan untuk industri ataunon pertanian lainnya. Jadi salah satu akternatif ataupun usaha yang bisadilakukan dengan memanfaatkan lahan marginal dibawah tegakan tanamanberusia muda atau tanaman perkebunan. Hanya saja kendala utama yang dihadapikurangnya intensitas cahaya yang diterima tanaman akibat foktor ternaungi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toleransi terhadapcekaman cahaya pada beberapa varietas kedelai.
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas PertanianUniversitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat mulai bulan Agustus 2013 sampaidengan bulan November 2013.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan AcakKelompok (RAK) dan Rancangan Petak Terpisah (Split Plot). Faktor pertamaadalah Naungan (N) yang terdiri dari 3 (tiga) taraf yaitu: Tanpa naungan (kontrol),Naungan 25%, dan Naungan 50%. Faktor yang kedua adalah Varietas (V) yangterdiri dari 6 (tiga) taraf yaitu: Anjasmoro, Kipas Merah Bireun, Grobogan,Burangrang, Sinabung, dan Kaba.
Peubah pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai yang diamati adalahtinggi tanaman (cm), jumlah daun trifoliate, jumlah buku, umur berbunga (hari),bobot berangkasan kering (gram), jumlah polong berisi, jumlah polong hampa,bobot 100 butir (gram) dan bobot biji kering tanaman-1 (gram).
Hasil penelitian menunjukkah bahwa Naungan berpengaruh sangat nyataterhadap jumlah daun trifoliate umur 3 MST, umur berbunga, bobot berangkasankering.
Varietas pengaruh nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 3 MSTdan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST, jumlah bukuumur 5 MST, umur berbunga, bobot berangkasan kering, bobot 100 butir.
Interaksi berpengaruh nyata terhadap jumlah buku umur 3 dan 6 MST,jumlah polong hampa dan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanamanumur 3, 4, 5 dan 6 MST, jumlah daun trifoliate umur 4, 5, 6 MST, jumlah bukuumur 4 MST, jumlah polong berisi, bobot biji kering tanaman-1.
-
ii
Berdasarkan hasil kriteria indeks toleransi cekaman (ITC) menunjukkanbahwa tanaman merespon tingkat toleransi yang berbeda, tergantung pada tingkatnaungan. Varietas Anjasmoro agak toleran pada tingkat naungan 25% tetapimenjadi rentan ketika naungan di tingkatkan menjadi 50%, demikian pula denganvarietas Burangrang, Sinabung dan Kaba. Sedangkan varietas Kipas MerahBireun dan Grobogan sangat toleran pada tingkat naungan 25% menjadi agaktoleran naungan 50%.
-
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Skripsi dengan Judul “Identifikasi Tingkat Toleransi
Terhadap Cekaman Cahaya pada Beberapa Varietas Kedelai“. Pembuatan Skripsi
ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Program Sarjana pada
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar.
Dalam proses penyusunan ini, Penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, Untuk itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Bapak Irvan Subandar, SP., MP selaku Pembimbing utama dan Bapak
Chairudin, SP selaku Pembimbing anggota yang telah memberikan bimbingan
serta masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pembuatan
Skripsi ini.
2. Bapak Diswandi Nurba, S.TP., M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar
3. Ibu Jasmi, SP., M.Sc selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
4. Kepada keluarga tercinta, terutama kepada Ayahanda Mahmudin dan Ibunda
Nurmala Iman, serta saudara-saudaraku yang telah memberikan do’a, kasih
sayang, serta dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
hingga selesai.
5. Kepada teman-teman seperjuangan khususnya angkatan 2009 yang telah
memberi dorongan dan motifasi selama ini kepada penulis.
-
iv
Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membantu akan diterima
dengan senang hati, penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberi manfaat
bagi semua pambaca dan juga bagi penulis sendiri.
Meulaboh, 28 Mei 2014
Penulis
-
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN ................................................................................................. iKATA PENGANTAR.................................................................................... iiiDAFTAR ISI................................................................................................... vDAFTAR TABEL .......................................................................................... viDAFTAR GAMBAR...................................................................................... viiDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 11.1. Latar Belakang ..................................................................................... 11.2. Tujuan Penelitian.................................................................................. 41.3. Hipotesis............................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 52.1. Botani Tanaman Kedelai..................................................................... 52.2. Morfologi ............................................................................................ 52.3. Syarat Tumbuh .................................................................................... 92.4. Intensitas Cahaya ................................................................................ 102.5. Mekanisme Adaptasi Tanaman Terhadap Intensitas Cahaya Rendah 122.6. Mekanisme Toleransi .......................................................................... 132.7. Varietas ............................................................................................ 16
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN .............................................. 183.1. Tempat dan Waktu .............................................................................. 183.2. Bahan dan Alat .................................................................................... 183.3. Metode Penelitian............................................................................... 193.4. Rancangan Percobaan ......................................................................... 203.5. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 223.6. Pengamatan ......................................................................................... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 264.1. Pertumbuhan Tanaman ....................................................................... 264.2. Karakter Produksi ............................................................................... 53
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 655.1. Kesimpulan ......................................................................................... 655.2. Saran ................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 66LAMPIRAN.................................................................................................... 70
-
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Kriteria Toleransi Varietas Kedelai Terhadap Naungan BerdasarkanNilai Indeks Toleransi Cekaman (ITC)...................................................... 15
2. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Naungan dan Beberapa Varietas. .. 21
3. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan danBeberapa Varietas Umur 2 MST................................................................ 26
4. Rata-rata Tinggi Tanaman Akibat Pengaruh Interaksi Antara Naungandan Varietas Umur 3, 4, 5 dan 6 MST ....................................................... 28
5. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungan danBeberapa Varietas Umur 2 dan 3 MST...................................................... 33
6. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate Akibat Pengaruh Interaksi AntaraNaungan dan Varietas Umur 4, 5 dan 6 MST........................................... 36
7. Rata-rata Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan dan BeberapaVarietas Umur 5 MST................................................................................ 41
8. Rata-rata Jumlah Buku Akibat Pengaruh Interaksi Antara Naungan danVarietas Umur 3, 4 dan 6 MST.................................................................. 43
9. Rata-rata Umur Berbunga pada Berbagai Tingkat Naungan danBeberapa Varietas ...................................................................................... 47
10. Rata-rata Bobot Berangkasan Kering pada Berbagai Tingkat Naungandan Beberapa Varietas ............................................................................... 50
11. Rata-rata Jumlah Polong Berisi Akibat Pengaruh Interaksi AntaraNaungan dan Varietas .............................................................................. 53
12. Rata-rata Jumlah Polong Hampa Akibat Pengaruh Interaksi AntaraNaungan dan Varietas ............................................................................... 55
13. Rata-rata Bobot 100 Butir pada Berbagai Tingkat Naungan danBeberapa Varietas ...................................................................................... 58
14. Rata-rata Bobot Biji Kering Tanaman-1 Akibat Pengaruh InteraksiAntara Naungan dan Varietas ................................................................... 60
15. Penentuan Kriteria Indeks Toleransi Cekaman (ITC) BerdasarkanKomponen Produksi (Bobot Biji Kering Tanaman-1) ................................ 63
-
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Adaptasi Tanaman dalam Naungan yang Berperan Penting dalamAvoidance Terhadap Defisit Cahaya.......................................................... 14
2. Pengaruh Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 2 MST.................... 27
3. a. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 3MST...................................................................................................... 29
b. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 4MST...................................................................................................... 30
c. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 5MST...................................................................................................... 30
d. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 6MST...................................................................................................... 31
4. Pengaruh Naungan Terhadap Jumlah Daun Trifoliate Umur 3 MST ........ 34
5. Pengaruh Varietas Terhadap Jumlah Daun Trifoliate Umur 3 MST ......... 35
6. a. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Daun TrifoliateUmur 4 MST ........................................................................................ 37
b. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Daun TrifoliateUmur 5 MST ........................................................................................ 38
c. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Daun TrifoliateUmur 6 MST ........................................................................................ 39
7. Pengaruh Varietas Terhadap Jumlah Buku Umur 5 MST ......................... 42
8. a. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Buku Umur 3MST...................................................................................................... 44
b. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Buku Umur 4MST ..................................................................................................... 45
c. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Buku Umur 6MST...................................................................................................... 45
9. Pengaruh Naungan Terhadap Umur Berbunga .......................................... 48
10. Pengaruh Varietas Terhadap Umur Berbunga ........................................... 49
-
viii
Nomor Teks Halaman
11. Pengaruh Naungan Terhadap Bobot Berangkasan Kering ........................ 51
12. Pengaruh Varietas Terhadap Bobot Berangkasan Kering.......................... 52
13. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Polong Berisi .......... 54
14. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Polong Hampa ......... 56
15. Pengaruh Varietas Terhadap bobot 100 Butir............................................ 59
16. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Bobot Biji Kering Tanaman-1 60
-
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasUmur 2 MST .............................................................................................. 70
2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 2 MST................................................................................ 70
3. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasUmur 3 MST .............................................................................................. 71
4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 3 MST................................................................................ 71
5. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasUmur 4 MST .............................................................................................. 72
6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 4 MST................................................................................ 72
7. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasUmur 5 MST .............................................................................................. 73
8. Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 5 MST................................................................................ 73
9. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasUmur 6 MST .............................................................................................. 74
10. Analisis Ragam Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 6 MST................................................................................ 74
11. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 2 MST................................................................................ 75
12. Analisis Ragam Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas Umur 2 MST......................................................................... 75
13. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 3 MST................................................................................ 76
14. Analisis Ragam Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas Umur 3 MST......................................................................... 76
15. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 4 MST................................................................................ 77
-
x
Nomor Teks Halaman
16. Analisis Ragam Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas Umur 4 MST......................................................................... 77
17. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 5 MST................................................................................ 78
18. Analisis Ragam Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas Umur 5 MST......................................................................... 78
19. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 6 MST................................................................................ 79
20. Analisis Ragam Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas Umur 6 MST......................................................................... 79
21. Rata-rata Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasUmur 3 MST .............................................................................................. 80
22. Analisis Ragam Jumlah pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasBuku Umur 3 MST .................................................................................... 80
23. Rata-rata Ragam Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 4 MST................................................................................ 81
24. Analisis Ragam Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 4 MST................................................................................ 81
25. Rata-rata Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasUmur 5 MST .............................................................................................. 82
26. Analisis Ragam Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 5 MST................................................................................ 82
27. Rata-rata Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan dan VarietasUmur 6 MST .............................................................................................. 83
28. Analisis Ragam Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas Umur 6 MST................................................................................ 83
29. Rata-rata Umur Berbunga pada Berbagai Tingkat Naungan dan Varietas 84
30. Analisis Ragam Umur Berbunga pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas ...................................................................................................... 84
31. Rata-rata Bobot Berangkasan Kering pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas ............................................................................................... 85
-
xi
Nomor Teks Halaman
32. Analisis Ragam Bobot Berangkasan Kering pada Berbagai TingkatNaungan dan Varietas ................................................................................ 85
33. Rata-rata Jumlah Polong Berisi pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas ...................................................................................................... 86
34. Analisis Ragam Jumlah Polong Berisi pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas ............................................................................................... 86
35. Rata-rata Jumlah Polong Hampa pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas ...................................................................................................... 87
36. Analisis Ragam Jumlah Polong Hampa pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas ............................................................................................... 87
37. Rata-rata Bobot 100 Butir pada Berbagai Tingkat Naungan dan Varietas 88
38. Analisis Ragam Bobot 100 Butir pada Berbagai Tingkat Naungan danVarietas ...................................................................................................... 88
39. Rata-rata Bobot Biji Kering Tanaman-1 pada Berbagai Tingkat Naungandan Varietas ............................................................................................... 89
40. Analisis Ragam Bobot Biji Kering Tanaman-1 pada Berbagai TingkatNaungan dan Varietas ................................................................................ 89
41. Deskripsi Varieras Kedelai ........................................................................ 90
42. Bagan Percobaan........................................................................................ 96
43. Denah Tempat Penelitian ........................................................................... 97
44. Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 98
45. Riwayat Hidup ........................................................................................... 106
-
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman asli
daratan cina dan telah di budidayakan oleh manusia sejak 2500 SM, sejalan
dengan makin berkembangnya perdagangan antar Negara yang terjadi pada awal
abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai juga ikut tersebar ke berbagai Negara
tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan
Amarika (Adisarwanto, 2006).
Nama kedelai sendiri baru dikenal di Indonesia sekitar tahun 1700-an.
Saat itu orang-orang Belanda masuk ke Indonesia dan mendirika perusahaan
dagang di Jepara. Orang Belanda menyebut tanaman kedelai dengan nama
cadelium, Kemudian oleh masyarakat Indonesia dipelesetkan menjadi kedelai.
Namun, dunia internasional lebih mengenal soy atau soybean atau soya
dibandingkan dengan cadelium (Warisno dan Kres Dahana, 2010).
Kedelai termasuk bahan pangan yang bermanfaat sebagai bahan makanan
manusia, pengobatan (terapi) dan bahan pakan ternak, kedelai dapat di olah
menjadi berbagai macam bahan makanan seperti tauge, susu kedelai, snack
kedelai, tahu, kembang tahu, tempe, oncom, kecap dan bahan penyedap. Kedelai
untuk pengobatan berkhasiat mencegah penyakit jantung, osteoporosis, kangker
payudara, obesitas, dan melancarkan metabolisme tubuh. Bungkil kedelai dan
ampas tahu dapat di manfaatkan sebagai bahan campuran pakan hewan ternak
(Astawan, 2013).
-
2
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat seiring
dengan pertumbuhan penduduk dan perbaikan pendapatan per kapita. Oleh karena
itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi
dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan tersebut.
Produksi kedelai nasional pada tahun 2012 (ATAP) sebesar 843.15 ribu
ton biji kering atau mengalami penurunan sebesar 8,13 ribu ton (0,96 persen)
dibandingkan tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2013 (ARAM I) produksi
kedelai diperkirakan 847.16 ribu ton biji kering atau mengalami peningkatan
sebesar 4,00 ribu ton (0,47 persen) dibandingkan tahun 2012. Peningkatan
produksi ini diperkirakan terjadi karena kenaikan luas panen seluas 3,94 ribu
hektar (0,69 persen) meskipun produktivitas diperkirakan mengalami penurunan
sebesar 0,03 kuintal/hektar (0,20 persen) (ATAP dan ARAM I BPS, 2013).
Sedangkan di Aceh sendiri produksi kedelai tahun 2013 mencapai 51.637.00 ton
biji kering, dengan luas panen 35.003.00 Ha (Anonymous, 2013).
Dalam rangka revitalisasi pertanian yang bertujuan agar tercipta
swasembada kedelai pada tahun 2015 perlu adanya peningkatan produksi dengan
cara intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan produksi
kedelai adalah melaui perluasan areal tanam, peningkatan efisiensi produksi,
peningkatan kualitas produk, serta upaya-upaya lain yang mendukung berbagai
pengembangan kedelai Indonesia. Namun dengan perluasan areal tanam memiliki
beberapa kendala, salah satunya adalah kurangnya luas lahan pertanian potensial,
karena digunakan untuk industri, pemukiman dan keperluan non pertanian lainnya
hingga mencapai 47 ribu hektar per tahun. Maka pemanfaatan lahan marginal
-
3
seperti lahan di bawah tanaman usia muda menjadi alternatif pilihan (Nasution,
2004).
Tanaman kedelai dapat ditanam disela-sela tanaman karet ataupun
tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan. Penggunaan lahan dibawah
tegakan akan lebih mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang selama ini belum
banyak dimanfaatkan. Hanya saja kendala utama dalam pemanfaatan lahan
marginal dibawah tanaman berusia muda rendahnya intensitas cahaya yang
diperoleh tanaman akibat faktor naungan.
Rata-rata intensitas cahaya berkurang 25 - 50% di bawah tegakan karet
berumur 2 - 3 tahun (Chozin et al., 1999), sedangkan pada tumpangsari dengan
jagung berkurang 33% (Asadi et al., 1997) dari rata-rata intensitas cahaya di
lingkungan terbuka 800 kalori/cm²/hari.
Pada tanaman kedelai radiasi matahari optimum untuk fotosintesis
maksimal berkisar antara 0,3 - 0,8 kalori/cm²/menit, Radiasi 0,430
kalori/cm²/menit. Berdasarkan radiasi matahari sehari-hari, hasil fotosintesis
tertinggi dari tanaman kedelai dicapai pada jam 10 pagi kemudian menurun
(White dan Izquierdo, 1993 cit. Jufri, 2006).
Menurut Justika (1980) penelitian kedelai dibawah naungan
menunjukkan bahwa cahaya 40% sejak perkecambahan mengakibatkan penurunan
jumlah buku, cabang, diameter batang, jumlah polong dan hasil biji. Naungan 60
% pada saat awal pengisian polong menyebabkan menurunnya jumlah polong,
hasil biji dan kadar protein biji. Asadi et al., (1997) menunjukkan bahwa
penurunan hasil biji kedelai (28 galur) yang diuji di bawah naungan 33 % ialah
berkisar 2 - 45 % dibandingkan dengan tanpa naungan.
-
4
Pada penelitian Soverda at al., (2009) telah dilakukan pengujian terhadap
15 varietas kedelai. Dari penelitian tersebut teridentifikasi 2 varietas yang toleran
terhadap naungan yaitu varietas Petek dan varietas Ringgit dan 2 varietas peka
yaitu Jayawijaya dan Seulawah, 3 varietas moderat yaitu Kawi, Cikurai dan
Tanggamus, sedangkan 8 varietas lainnya tergolong sebagai varietas yang tidak
dapat dikategorikan toleran, peka ataupun moderat.
Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan diatas maka perlu
dilakukan penelitian tentang pengaruh cekaman cahaya untuk mengetahui tingkat
toleransi tanaman kedelai serta penggunaan varietas kedelai yang toleran terhadap
naungan, sehingga tanaman mampu tumbuh dan berproduksi pada lingkungan
ternaungi.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toleransi terhadap
cekaman cahaya pada beberapa varietas kedelai.
1.3. Hipotesis
1. Cekaman cahaya akibat naungan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman kedelai
2. Terdapat perbedaan tingkat toleransi yang berkaitan dengan mekanisme
adaptasi beberapa varietas kedelai terhadap cekaman cahaya
3. Terdapat perbedaan pengaruh interaksi antara cekaman cahaya dengan varietas
-
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Kedelai
2.1.1. Sistematika
Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman semusim yang
berbentuk semak-semak rendah, tumbuh tegak dengan panjang batang antara 100
- 200 cm. Akar kedelai bisa membentuk bintil akar yang berbentuk bulat atau
tidak beraturan yang merupakan koloni bakteri Rhizobium jopanicum.
Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja
dan Soja max. Namun pada tahun 1984 telah disepakati bahwa nama botani yang
dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merrill. Klasifikasi
tanaman kedelai sebagai berikut (Adisarwanto, 2005):
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Polypetales
Familia : Leguminosae
Genus : Glycine
Species: : Glycine max (L.) Merril
2.1.2. Morfologi
Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan
merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman didukung oleh komponen
umumnya yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya
bisa optimal (Anonymous, 2009).
-
6
2.2. Tipe Pertumbuhan
a. Tipe Ujung Batang Melilit (Indeterminate)
Kedelai yang bertipe pertumbuhan semacam ini ujung batangnya tidak
berakhir dengan rangkaian bunga, jadi ujung batang atau cabang-cabangnya
tumbuh melilit (AAK, 1991).
b. Tipe Batang Tegak (Determinate)
Kedelai yang bertipe pertumbuhan semacam ini, ujung batangnya
berakhir dengan rangkaian bunga, sedangkan ujung batang atau cabang-
cabangnya tumbuh tanpa melilit, tetapi lurus tegak keatas (AAK, 1991).
2.2.1. Akar
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar
tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang
(Anonymous, 1989). Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang
muncul di sekitar mesofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke
dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan muncul ke
permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil (Adisarwanto,
2006).
Sistim perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang
dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu, kedelai
juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah
hipokotil. Pada umumnya akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya
kadar air tanah yang terlalu tinggi (Adisarwanto, 2006).
-
7
2.2.2. Batang
Waktu tanaman kedelai masih muda, atau setelah fase menjadi
kecambah dan saat keping biji belum jatuh, batang kedelai dapat dibedakan
menjadi dua, bagian batang bawah keping biji yang belum lepas disebut hipokotil,
sedangkan bagian diatas keping biji disebut epikotil. Batang kedelai tersebut
berwarna ungu atau hijau (Anonymous, 1989).
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe
determinate dan indeterminate. Perbedaan sistim pertumbuhan batang ini
didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe
determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman
mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila
pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai
berbunga (Adisarwanto, 2006).
2.2.3. Daun
Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak
daun dan umumnya berwarna hijau kekuning-kuningan. Bentuk daun ada yang
oval, juga ada yang segitiga. Warna dan bentuk daun kedelai ini tergantung pada
varietas masing-masing. Pada saat tanaman kedelai itu sudah tua, maka daun
kedelai itu sudah menguning, maka daun-daunnya mulai rontok (AAK, 1991).
2.2.4. Bunga
Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna (hermaprodit), yakni pada
tiap kuntum bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan kelamin jantan
(benangsari) (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Bunga tumbuh pada ketiak daun
-
8
dan berkembang dari bawah lalu menyembul ke atas. Pada setiap ketiak daun
biasanya terdapat 3 - 15 kuntum bunga, namun sebagian besar bunga rontok,
hanya beberapa yang dapat membentuk polong (Anonymous, 1989).
Bunga kedelai mempunyai 10 buah benang sari. Sembilan buah
diantaranya bersatu pada bagian pangkal dan membentuk seludang yang
mengelilingi putik. Sedangkan benang sari yang kesepuluh terpisah pada bagian
pangkalnya dan seolah-olah menjadi penutup seludang. Bila putik di belah,
didalamnya terdapat tiga bakal biji (AAK, 1991).
Penyerbukannya termasuk penyerbukan sendiri dengan tepung sari
sendiri karena pembuahan terjadi sebelum bunga mekar (terbuka). Pada saat
terjadi persilangan (hibridisasi), mahkota daun dan benang sari dibuang
(kastrasi/mengebiri), hanya putiknya saja yang ditinggalkan (AAK, 1991).
2.2.5. Polong dan Biji
Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7 - 10 hari setelah
munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong
yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1 - 10 buah
dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih
dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji
akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan
bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini
kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning
kecoklatan pada saat masak (Anonymous, 2009).
Warna biji berbeda-beda, perbedaan warna biji dapat dilihat pada
belahan biji ataupun pada selaput biji, biasanya kuning atau hijau transparan
-
9
(tembus cahaya). Disamping itu adapula biji yang berwarna gelap kecoklat-
coklatan sampai hitam, atau berbintik-bintik (Anonymous, 1989). Biji kedelai
terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan embrio. Pada kulit biji
terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna coklat, hitam atau
putih. Pada ujung hitam terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk
pada saat proses pembentukan biji (Adisarwanto, 2006).
2.2.6. Bulu
Semua varietas kedelai mempunyai bulu pada batang, cabang, daun dan
polong-polongnya. Lebat atau tidaknya bulu serta kasar atau halusnya bulu
tergantung dari varietas masing-masing. Begitu pula warna bulu berbeda-beda,
ada yang berwarna coklat dan ada pula yang putih kehijauan (AAK, 1991).
Komoditas kacang-kacangan potensial menghadapi kendala penelitian
dan pengembangan yang menghambat budidaya diberbagai wilayah. Sehingga
diperlukan identifikasi secara jelas faktor-faktor kendala utama, yang mencakup
ekologi, produksi, sosial ekonomi, yang menjadi penghambat utama bagi
budidaya, pemanfaatan dan penelitian lebih lanjut (Winarto et al., 2002).
2.3. Syarat Tumbuh
2.3.1. Iklim
Kedelai Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan faktor
lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim. Kebutuhan air sangat tergantung
pada pola curah hujan yang turun selama pertumbuhan, pengelolaan tanaman,
serta umur varietas yang ditanam (Anonymous, 2009).
-
10
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu
tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30 0C (Adisarwanto,
2006). Curah hujan berkisar antara 150 - 200 mm untuk bulan pertama, dengan
lama penyinaran matahari 12 jam pada hari pertama penanaman, dan kelembaban
rata-rata (RH) 65 % (Fachruddin, 2000). Untuk mendapatkan hasil yang optimal,
tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100 - 200 mm pada bulan
pertama (Purwono dan Purnamawati, 2007).
2.3.2. Tanah
Tanaman kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya
akan humus atau bahan organik (Suprapto, 1999). Nilai pH ideal bagi
pertumbuhan kedelai adalah 6,0 - 6,8. Apabila pH diatas 7,0 tanaman kedelai akan
mengalami klorosis sehingga tanaman menjadi kerdil dan daunnya menguning
(Fachruddin, 2000).
Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asal drainase dan
aerasi tanah cukup baik. Tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol,
latosol, dan andosol. Pada tanah podsolik merah kuning dan tanah yang
mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, karena
mengandung masam kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos
dalam jumlah yang cukup (AAK, 1991).
2.4. Intensitas Cahaya
Cahaya merupakan faktor esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Cahaya berperan penting dalam proses fisiologi tanaman,
terutama fotosintesis, respirasi dan transpirasi. Unsur radiasi matahari yang
-
11
penting bagi tanaman ialah intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya
penyinaran. Bila intensitas cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya
yang diterima oleh satuan luas permukaan daun dalam jangka waktu tertentu
rendah (Gardner et al., 1991). Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis
tanaman. Tanaman C4, C3, dan CAM memiliki reaksi fisiologi yang berbeda
terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari
Pada tanaman yang bertipe C3 produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2)
adalah asam 3-fosfogliserat atau PGA. Terdiri atas sekumpulan reaksi kimia yang
berlangsung di dalam stroma kloroplas yang tidak membutuhkan energi dari
cahaya mataharai secara langsung. Sekumpulan reaksi tersebut terjadi secara
berkelanjutan dan memerlukan energi sebanyak 3 ATP. Berdasarkan proses reaksi
yang terjadi pada tanaman C3, telah diketahui bahwa tanaman C3 dapat tumbuh
baik dibawah naungan tau ditempat yang intensitas mataharinya rendah (Gardner
et al., 1991).
Tanaman C4 adalah tanaman yang mampu hidup di lahan yang terpapar
intensitas matahari penuh. Pada tanaman tipe C4 yang menjadi cirinya adalah
produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah asam oksaloasetat, malat, dan
aspartat ( hasilnya berupa asam-asam yang berkarbon C4). Reaksinya berlangsung
di mesofil daun, yang terlebih dahulu bereaksi dengan H2O membentuk HCO3
dengan bantuan enzim karbonik anhidrase. Memiliki sel seludang di samping
mesofil. Tiap molekul CO2 yang difiksasi memerlukan 2 ATP. Tanaman C4 juga
mengalami siklus calvin seperti peda tanaman C3 dengan bantuan enzim Rubisko
(Gardner et al., 1991).
-
12
Sedangkan pada tanaman tipe CAM yang menjadi ciri mendasarnya
adalah memiliki daun yang cukup tebal sehingga laju transpirasinya rendah.
Stomatanya membuka pada malam hari, sedangkan pati diuraikan melalui proses
glikolisis dan membentuk PEP. CO2 yang masuk setelah bereaksi dengan air
seperti pada tanaman C4 difiksasi oleh PEP dan diubah menjadi malat. Pada siang
hari malat berdifusi secara pasif keluar dari vakuola dan mengalami
dekarboksilasi. Melakukan proses yang sama dengan tanaman C3 pada siang hari
yaitu daur Calvin. Melakukan proses yang sama dengan tanaman C4 pada malam
hari yaitu daur Hatch dan Slack (Gardner et al., 1991).
Kedelai termasuk tanaman C3 yang mempunyai tingkat fotorespirasi
tinggi yang mengakibatkan hasil bersih fotosintesis lebih rendah dibandingkan
tanaman C4. Radiasi matahari hanya akan mempengaruhi proses fotosintesis
tanaman C3 hingga tingkat tertentu. Pada tanaman kedelai, radiasi matahari
optimum untuk fotosintesis maksimal sebesar 0,3 - 0,8 kalori/cm2/menit (Asadi et
al., 1997).
2.5. Mekanisme Adaptasi Tanaman Terhadap Intensitas Cahaya Rendah
Kondisi lingkungan yang sesuai dan optimum untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sangat jarang terdapat di alam. Ketidaksesuaian
lingkungan tumbuh menyebabkan cekaman pada tanaman. Cekaman ialah faktor
biotik dan abiotik yang menyebabkan gangguan fungsional sehingga pertumbuhan
dan produksi menurun. Level cekaman tergantung faktor penyebab cekaman
cahaya dan tanamannya sendiri (Biswal, 1999).
-
13
Daya adaptasi tanaman terhadap naungan tergantung kepada
kemampuan tanaman dalam melanjutkan proses fotosintesis dan mempertahan
lajunya dalam kondisi kekurangan cahaya. Hale dan Orcutt (1987) menjelaskan
bahwa adaptasi tanaman terhadap intensitas cahaya rendah melalui dua cara, yaitu
peningkatan luas daun untuk mengurangi penggunaan metabolit dan mengurangi
jumlah cahaya yang ditransmisikan.
Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa tanaman yang ternaungi
beradaptasi dengan meningkatkan luas permukaan daun untuk memperluas
absorbsi cahaya agar kecepatan fotosintesis setiap unit energi cahaya meningkat,
tetapi daun menjadi lebih tipis karena terdapat perubahan didalam lapisan mesofil
dan palisade. Lapisan palisade berkurang 1 - 3 sel pada daun ternaungi (Filter dan
Hay, 1991).
Agar mampu beradaptasi pada lingkungan dengan intensitas cahaya
rendah, tanaman mengalami berbagai perubahan pada tingkat molekuler,
biokimia, anatomi, morfologi, fisiologi, dan agronomi (Sopandie et al., 2001).
2.6. Mekanisme Toleransi
Mekanisme toleransi (tolerance) berkaitan dengan penurunan titik
kompensasi cahaya serta respirasi yang efisien. Tanaman ternaungi ditandai
dengan rendahnya titik kompensasi cahaya sehingga dapat mengakumulasi produk
fotosintesis pada tingkat cahaya yang rendah dibandingkan tanaman cahaya penuh
(Levitt, 1980).
Spesies tanaman yang toleran naungan memiliki ciri khas yaitu : (1) laju
fotosíntesis yang jauh lebih rendah dari pada cahaya penuh, (2) laju fotosíntesis
mencapai jenuh pada tingkat radiasi yang jauh lebih rendah, (3) pada tingkat
-
14
cahaya yang sangat rendah mampu berfotosintesis dengan laju yang lebih tinggi,
dan (4) titik kompensasi cahaya sangat rendah (Salisbury dan Ross, 1995).
Adaptasi tanaman juga sangat berperan penting dalam avoidance
terhadap defisit cahaya ataupun penangkapan cahaya oleh tanaman, Gambar 1.
Gambar 1. Adaptasi Tanaman dalam Naungan yang Berperan Penting dalamAvoidance Terhadap Defisit Cahaya (Levitt, 1980)
Meningkatkan efisiensipenangkapan cahaya
(1)
Meningkatkan arealpenangkapan cahaya
(2)
Meningkatkan penangkapancahaya per unit area fotosintetik
(3)
Hilangnyan pigmennon kloroflas
(misalnya antosianin)(9)
Meningkatnyakandungan kloroplas
(10)
Menghindaricahaya yangdirefleksikan
(5)
Menghindaricahaya yang
ditransmisikan(6)
Menghindaricahaya yang
diabsobsi(7)
Hilangnyan kutikula,lilin, dan rambut pada
permukaan daun(8)
Meningkatkanpropoersi
fotosintetik areal(4)
Meningkatnyakandungan pigmen
per kloroplas(11)
Meningkatnyakandungan kloroplas
per sel mesofil(12)
Meningkatnyakandungan kloroplasdalam sel epidermis
(13)
-
15
Menurut Levitt (1980) toleransi tanaman terhadap intensitas cahaya
rendah melalui dua mekanisme yaitu mekanisme penghindaran (avoidance) dan
mekanisme toleransi (tolerance). Mekanisme penghindaran melalui dua cara
yaitu: (1) meningkatkan total intesepsi cahaya melalui peningkatan luas daun, dan
(2) meningkatkan persentase cahaya yang digunakan dalam fotosintesis melalui
penurunan jumlah cahaya yang ditranmisikan. Pengindraan intensitas cahaya
rendah dilakukan dengan cara tidak mengembangkan kutikula, lilin, bulu-bulu
rambut pada permukaan daun serta meniadakan pigmen antosianim.
Penilaian tingkat toleransi setiap varietas kedelai akibat pengaruh
lingkungan ternaungi menggunakan analisis Indeks Toleransi Cekaman (ITC)
dihitung dengan menggunakan persamaan:
(Yp/Yp) (Ys/Ys) ( Ys / Yp) = (Yp Ys) dengan
Yp = hasil biji tanaman-1 pada lingkungan tidak ternaungi
Ys = hasil biji tanaman-1 pada lingkungan ternaungi
Ys = rata-rata hasil tanaman-1 seluruh varietas di lingkungan ternaungi
Yp = rata-rata hasil tanaman-1 seluruh varietas pada kondisi tidak ternaungi
Nilai ITC naungan mencerminkan tingkat toleransi tanaman kedelai
terhadap cekaman naungan. Semakin tinggi nilai ITC yang diperoleh suatu
varietas menunjukkan semakin toleran varietas tersebut (Fernandez, 1993 cit.
Susanto, 2011).
Kriteria toleransi varietas kedelai terhadap naungan berdasarkan nilai
indeks toleransi cekaman (ITC) disajikan pada tabel 1.
-
16
Tabel 1. Kriteria Toleransi Varietas Kedelai Terhadap Naungan Berdasarkan NilaiIndeks Toleransi Cekaman (ITC)
Kriteria Toleransi Indeks Toleransi Cekaman (ITC)Sangat toleran ITC > 0.898Toleran 0.74 < ITC " 0.898Agak toleran 0.41 < ITC " 0.74Rentan 0.25 < ITC " 0.41Sangat rentan ITC " 0.25
Sumber : Soverda et al., (2009).
2.7. Varietas
Varietas memegang peran penting dalam perkembangan penanaman
kedelai karena untuk mencapai produktifitas yang tinggi sangat di tentukan oleh
potensi daya hasil dari varietas unggul yang ditanam. Potensi hasil biji dilapangan
masih dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik varietas dengan
pengelolaan kondisi lingkungan tumbuh. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh
tidak dilakukan dengan baik, potensi daya hasil biji yang tinggi dari varietas
unggul tersebut tidak tercapai (Adisarwanto, 2006).
Suatu produksi tanaman kedelai idelalnya memiliki produktifitas yang
tinggi dan berkualitas baik. Untuk itu, perlu adanya upaya pembentukan varietas
kedelai yang unggul dan berdaya adaptif tinggi sehingga kedepannya para petani
bisa menggunakan biji kedelai yang baik. Dengan demikian, kualitas dan
kuantitas produksinya bisa optimal (Adisarwanto, 2008).
Varietas kedelai unggul merupakan salah satu komponen kunci dalam
sebuah pengembangan teknologi produksi kedelai. Untuk itu, penyediaan varietas
kedelai unggul adaptif untuk masing-masing agroteknologi perlu terus diupayakan
agar terjadi perubahan kondisi lingkungan strategis untuk tanaman kedelai, sudah
dapat diantisifasi dengan tersedianya varietas yang cocok pada kondisi tersebut.
Tujuan utama dari pembentukan varietas kedelai unggul adalah untuk
-
17
memperoleh kedelai unggul baru yang mancapai produktifitas lebih dari 2 ton/ha.
Ada beberapa karakter penting dalam pembentukan varietas kedelai unggul,
diantaranyan tahan rebah, polong tidak mudah pecah, berkualitas biji baik, toleran
kondisi lahan suboptimal, serta toleran terhadap hama penyakit utama
(Adisarwanto, 2008).
Proses pembentukan varietas kedelai unggul dilakukan dengan tiga
pendekatan yaitu, introduksi, seleksi galur, dan persilangan varietas atau galur
yang sudah ada (Adisarwanto, 2006).
Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi,
diantaranya adalah varietas unggul. Kementerian Pertanian telah melepas lebih
dari 70 varietas unggul kedelai, sebagian telah dikembangkan oleh petani, dan
sekitar 90% areal penanaman kedelai telah ditanami varietas unggul. Dengan
teknik budidaya yang tepat, beberapa varietas unggul mampu berproduksi 2,5 -
3,2 ton/ha, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas nasional yang
baru mencapai 1,3 ton/ha. Diantara varietas unggul baru adalah Sinabung, Kaba,
Grobogan, Sibayak, dan Anjasmoro (Balitkabi, 2008).
Pada kondisi lahan yang berbeda, pilihan varietas pun harus disesuaikan.
Setidaknya ada 15 varietas kedelai yang dapat ditanam pada lahan sawah dan
lahan kering. Kelima belas varietas kedelai ini dilepas pada periode waktu 2001-
2008. Varietas-varietas tersebut adalah: Kaba, Sinabung, Anjasmoro, Mahameru,
Baluran, Merubetiri, Ijen, Panderman, Gumitir, Argopuro, Arjasari, Grobogan,
Kipas Merah, Gepak Kuning, dan Gepak Ijo. Umur panen semua varietas tersebut
antara 73 sampai 100 hari (Adisarwanto, 2008).
-
18
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat mulai bulan Agustus 2013
sampai dengan bulan November 2013.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Benih
Benih yang digunakan adalah benih kedelai varietas Anjasmoro, Kipas
Merah Bireun, Grobogan, Burangrang, Sinabung dan Kaba. Masing-maing benih
tersebut berasal dari Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman
Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi Malang).
b. Paranet
Paranet yang digunakan adalah paranet berwarna hitam, 25% dan 50%
tingkat cekaman cahaya.
c. Inokulan rhizobium
Inokulan rhizobium yang digunakan berasal dari tanah bekas
penanaman kedelai.
d. Polybeg
Polybeg yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybeg berukuran
35 cm x 30 cm.
-
19
e. Tanah
Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lapisan atas
(Top Soil) jenis tanah alluvial yang diambil di Gampong Ranto Panyang.
Kecamatan Meureubo. Kebupaten Aceh Barat.
f. Pupuk kandang
Pupuk kandang yang digunakan dari kotoran sapi yang sudah
terdekomposisi dengan sempurna yang diambil di Gampong Ranto Panyang.
Kecamatan Meureubo, Kebupaten Aceh Barat.
g. Pupuk
Pupuk an organik yang digunakan adalah Urea (45% N), SP-36 (36%
P2O5) dan KCl (60% K2O).
h. Pestisida
Pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit
adalah Decis 2,5 EC dan Furadan 3 G.
3.2.2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, cangkul,
gembor, bambu, tali, cutter, oven, gunting, hand spayer, timbangan analitik, light
meter, termometer, laptop, printer sebagai sarana pendukung dan alat-alat tulis.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Kedelai ditanam di
polybeg dilapangan dan diberi tiga perlakuan naungan dengan menggunakan
paranet, yaitu tanpa naungan sebagai kontrol, naungan paranet 25% dan 50%.
Perlakuan naungan diberikan sejak tanam sampai panen.
-
20
3.4. Rancangan Percobaan
Pada percobaan lapang ini rancangan lingkungan yang digunakan
adalah rancangan acak kelompok dan rancangan perlakuan petak terpisah (split
plot). Percobaan ini menggunakan tiga ulangan dimana anak petak tersarang
dalam petak utama. Tata letak percobaan dilapangan terlihat pada Lampiran 1.
Petak utama terdiri atas 3 (tiga) taraf perlakuan naungan (N), yaitu :
NO : Tanpa Naungan 0% (Kontrol)
N1 : Naungan 25 %
N2 : Naungan 50 %
Sedangkan anak petak terdiri atas 6 (enam) taraf perlakuan varietas (V), yaitu :
V1 : Anjasmoro
V2 : Kipas Merah Bireun
V3 : Grobogan
V4 : Burangrang
V5 : Sinabung
V6 : Kaba
Dengan demikian terdapat 18 kombinasi perlakuan dengan 54 satuan
percobaan. Tiap satuan percobaan terdiri atas enam polybeg yang masing-
masing berisi satu tanaman sehingga terdapat 324 unit percobaan. Dari masing-
masing satuan percobaan diambil tiga tanaman sampel destruktif dan tiga
tanaman sampel produksi.
-
21
Tabel 2. Susunan Kombinasi Perlakuan Antara Naungan dan Varietas
No Kombinasi Perlakuan Naungan (%) Varietas
1 N0 V1 0 Anjasmoro2 N0 V2 0 Kipas Merah Bireun3 N0 V3 0 Grobogan4 N0 V4 0 Burangrang5 N0 V5 0 Sinabung6 N0 V6 0 Kaba7 N1 V1 25 Anjasmoro8 N1 V2 25 Kipas Merah Bireun9 N1 V3 25 Grobogan10 N1 V4 25 Burangrang11 N1 V5 25 Sinabung12 N1 V6 25 Kaba13 N2 V1 50 Anjasmoro14 N2 V2 50 Kipas Merah Bireun15 N2 V3 50 Grobogan16 N2 V4 50 Burangrang17 N2 V5 50 Sinabung18 N2 V6 50 Kaba
Model statistik yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
Yijk = μ + ρk + Ni + Vj + γik +(NV)ij + ɛijk
Dimana :
Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh
kombinasi perlakuan taraf ke-i dari faktor varietas dan taraf ke-j dari
faktor naungan.
μ = Nilai rata-rata umum
ρk = Nilai pengaruh kelompok ke- k
Ni = Nilai pengaruh taraf ke- i dari faktor naungan
Vj = Nilai pengaruh taraf ke-j dari faktor varietas
γik = Nilai galat pengaruh petak utama
(NV)ij = Nilai pengaruh interaksi taraf ke-i faktor naungan dan taraf ke-k
faktor varietas
ɛijk = Nilai galat pengaruh anak petak
-
22
Bila uji F terdapat pengaruh yang nyata antara perlakuan, maka akan
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan rumus sebagai
berikut:
BNT 0,05 = t 0,05 ; dbg( )
Dimana:
BNT 0,05 = Nilai baku t-student pada taraf uji α
t; dbg 0,05 = Nilai baku t pada taraf 5% ;derajat bebas galat.
KTg = Nilai kuadrat tengah
r = Jumlah ulangan
3.5. Pelaksanaan Penelitian
3.5.1. Membuat Selubung Naungan
Perlakuan naungan (N) dilaksanakan dengan cara meletakkan paranet
hitam 25% dan paranet hitam 50 disisi atas dan keempat sisi samping areal
pertanaman, dengan demikian per tanaman kedelai terkurung (terselubungi) oleh
paranet. Tinggi paranet sekitar 2 m diatas permukaan tanah, paranet disangga
oleh rangka bambu, perlakuan naungan diberikan sejak tanam sampai panen.
3.5.2. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas
campuran tanah dan pupuk kandang (4:1) kemudian dimasukkan kedalam
polybeg, kemudian tiap-tiap polybeg dicampurkan inokulasi yaitu tanah dari
bekas penanaman kacang kedelai sehingga tiap polybeg berisi sekitar 9 kg
campuran tanah. polybeg kemudian diatur berbaris didalam selubung paranet
-
23
dengan jarak 30 cm x 30 cm dan dibiarkan selama satu minggu agar media tanah
dalam polybeg stabil.
3.5.3. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara benih kedelai ditanam dalam
polybeg dengan lubang tanam sedalam 2 - 3 cm. Tiap lubang tanam berisi tiga
butir benih, setelah itu sekitar benih ditaburi Furadan, kemudian lubang tanam
ditutup kembali dengan tanah. Pada umur 1 - 2 minggu setelah tanam (MST)
tanaman dijarangkan sehingga tinggal 1 tanaman tiap polybeg.
3.5.4. Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea 60 kg ha-1 (0,3 gram
polybeg-1), SP-36 250 kg ha-1 (1,25 gram polybeg-1) dan KCl 200 kg ha-1 (1
gram polybeg-1). Pupuk diberikan satu hari sebelum penanaman.
3.5.5. Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman tanaman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan
memperhatikan faktor cuaca. Pengendalian gulma dilaksanakan secara manual
dengan mencabut gulma yang ada di polybeg dan mencangkul lahan disekeliling
polybeg. Hama dan penyakit dikendalikan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan.
3.5.6. Panen
Waktu panen ditentukan apabila polong telah kehilangan warna
hijaunya. Panen dilakukan dengan cara menggunting tangkai polong dan tetap
membiarkan tanaman kedelai hidup dengan polong lain yang belum bisa
dipanen, pemanenan dilakukan sebanyak 2 kali.
-
24
3.6. Pengamatan
Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi:
3.6.1. Pertumbuhan Tanaman
1. Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan seminggu sekali mulai 2 - 6
MST. Tinggi tanaman diukur dari kotiledon sampai titik tumbuh yang terletak
di ujung batang.
2. Jumlah daun trifoliate
Jumlah daun dihitung mulai daun trifoliate pertama sampai daun
yang sudah terbuka penuh dan dilakukan seminggu sekali mulai 2 - 6 MST.
3. Jumlah buku
Jumlah buku dihitung mulai buku yang berada pada ujung tajuk
hingga akhir mendekati akar. Pengamatan dilakukan pada minggu 3 - 6 MST.
4. Umur berbunga (hari)
Pengamatan umur berbunga dilakukan setelah 75% tanaman
mengeluarkan bunga.
5. Bobot berangkasan kering (gram)
Penimbangan bobot berangkasan kering dilakukan setalah tanaman di
panen, dengan cara mengeringkan tanaman kedelai dalam oven pada suhu 70 °C
selama 48 jam, kemudian ditimbang per tanaman dengan menggunakan
timbangan analitik.
-
25
3.6.2. Karakter Produksi
1. Jumlah polong berisi
Jumlah polong berisi dihitung seluruhnya per tanaman setelah tanaman
selesai di panen.
2. J umlah polong hampa
Jumlah polong hampa dihitung seluruhnya per tanaman setelah
tanaman selesai di panen.
3. Bobot 100 butir (gram)
Bobot 100 butir ditimbang setelah memilih 100 butir per tanaman dari
tiga tanaman sampel.
4. Bobot biji kering tanaman-1 (gram)
Bobot biji kering tanaman-1 ditimbang per tanaman dari tiga tanaman
sampel setelah biji selesai di pipil.
-
26
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pertumbuhan Tanaman
4.1.1. Tinggi Tanaman
Hasil uji F (Lampiran bernomor genap 2) menunjukkan bahwa naungan
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST. Varietas
berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST. Sedangkan
interaksi antara naungan dan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanaman umur 2 MST. Rata-rata tinggi tanaman pada berbagai tingkat naungan
dan beberapa varietas umur 2 MST dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Berbagai Tingkat Naungan dan BeberapaVarietas Umur 2 MST
Perlakuan Tinggi Tanaman 2 MST (cm)Naungan (%)
0 9,0425 9,250 9,31
BNT 0,05 -Varietas
Anjasmoro 9,85 cKipas Merah Bireun 8,89 a
Grobogan 9,33 bBurangrang 9,15 abSinabung 9,00 a
Kaba 8,89 aBNT 0,05 0,3
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang samatidak berbeda nyata pada taraf 5% (Uji BNT 0,05)
Data Tabel 3 menunjukkan bahwa naungan berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman umur 2 MST. Hal ini dikarenakan pada fase pertumbuhan
awal, tanaman belum merespon meningkatkan tinggi tanaman pada lingkungan
ternaungi. Sedangkan pada berbagai varietas tinggi tanaman tertinggi umur 2
-
27
MST dijumpai pada varietas Anjasmoro yang berbeda sangat nyata dengan
varietas lainnya. Pengaruh varietas terhadap tinggi tanaman umur 2 MST dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pengaruh Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 2 MST
Gambar 2 menunjukkan bahwa setiap varietas memiliki tinggi tanaman
yang berbeda pada umur 2 MST. Karena peningkatan tinggi tanaman pada setiap
varietas sangat ditentukan oleh faktor genetik varietas tersebut. Hal yang sama
juga dinyatakan oleh Prasad dan Power (1997) bahwa tanaman kedelai memiliki
banyak varietas, masing-masing varietas akan memberikan respon pertumbuhan
dan tingkat produksi yang berbeda-beda. Setiap varietas mempunyai sifat genetik
yang tidak sama, hal ini dapat dilihat dari penampilan dan karakter dari masing-
masing varietas tersebut.
Hasil uji F (Lampiran 4, 6, 8 dan 10) menunjukkan bahwa interaksi
antara naungan dan varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman
umur 3, 4, 5 dan 6 MST. Rata-rata tinggi tanaman akibat pengaruh interaksi antara
naungan dan varietas umur 3, 4, 5 dan 6 MST dapat dilihat pada Tabel 4.
9,85
8,89
9,339,15
9,008,89
8,48,68,8
99,29,49,69,810
V1 V2 V3 V4 V5 V6
Tin
ggi T
anam
an 2
MST
(cm
)
Varietas
-
28
Tabel 4. Rata-rata Tinggi Tanaman Akibat Pengaruh Interaksi Antara Naungandan Varietas Umur 3, 4, 5 dan 6 MST
Kombinasi PerlakuanTinggi Tanaman 3 MST (cm)
BNT 0,05Naungan 0% Naungan 25% Naungan 50%Anjasmoro 15,89 b (A) 20,92 d (B) 32,53 d (C)
1,60
Kipas Merah Bireun 12,21 a (A) 13,61 a (A) 16,91 a (B)Grobogan 14,37 b (A) 19,08 c (B) 25,24 c (C)Burangrang 11,78 a (A) 18,19 c (B) 24,62 c (C)Sinabung 11,20 a (A) 15,54 b (B) 19,31 b (C)Kaba 10,72 a (A) 14,84 ab (B) 18,02 ab (C)
Kombinasi PerlakuanTinggi Tanaman 4 MST (cm)
BNT 0,05Naungan 0% Naungan 25% Naungan 50%Anjasmoro 30,58 b (A) 42,58 c (B) 63,86 e (C)
1,67
Kipas Merah Bireun 22,02 a (A) 25,63 a (B) 35,59 a (C)Grobogan 29,38 b (A) 40,93 c (B) 56,84 d (C)Burangrang 22,76 a (A) 41,73 c (B) 52,16 c (C)Sinabung 21,99 a (A) 32,66 b (B) 42,28 b (C)Kaba 21,91 a (A) 31,83 b (B) 42,17 b (C)
Kombinasi PerlakuanTinggi Tanaman 5 MST (cm)
BNT 0,05Naungan 0% Naungan 25% Naungan 50%Anjasmoro 46,56 b (A) 67,10 c (B) 103,61 c (C)
8,43
Kipas Merah Bireun 36,91 a (A) 44,51 a (A) 65,00 a (B)Grobogan 42,38 ab (A) 63,81 c (B) 95,23 c (C)Burangrang 41,43 ab (A) 63,18 c (B) 82,81 b (C)Sinabung 35,77 a (A) 53,60 b (B) 80,37 b (C)Kaba 35,30 a (A) 53,59 b (B) 77,63 b (C)
Kombinasi PerlakuanTinggi Tanaman 6 MST (cm)
BNT 0,05Naungan 0% Naungan 25% Naungan 50%Anjasmoro 64,17 d (A) 85,02 d (B) 135,03 c (C)
5,99
Kipas Merah Bireun 53,79 bc (A) 63,32 a (B) 100,06 a (C)Grobogan 56,88 c (A) 84,26 cd (B) 130,32 c (C)Burangrang 54,26 cb (A) 78,39 bc (B) 116,68 b (C)Sinabung 49,99 ab (A) 72,61 b (B) 111,36 b (C)Kaba 47,72 a (A) 72,41 b (B) 110,73 b (C)Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf kecil dibaca
vertikal dan huruf besar dibaca horizontal) menunjukkan tidakberbeda nyata pada taraf 5% (Uji BNT 0,05)
Data Tabel 4 menunjukkan bahwa naungan dapat meningkatkan tinggi
tanaman pada semua varietas. Tinggi tanaman tertinggi pada umur 3 dan 4 MST
dijumpai pada tingkat naungan 50% pada varietas Anjasmoro yang berbeda sangat
nyata dengan varietas lainnya. Sedangkan umur 5 dan 6 MST tinggi tanaman
-
29
tertinggi dijumpai pada tingkat naungan 50% pada varietas Anjasmoro yang
berbada sangat nyata dengan varietas lainnyan, kecuali varietas Grobogan.
Pengaruh naungan dan varietas terhadap tinggi tanaman umur 3, 4, 5 dan 6 MST
dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3a. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 3MST
Gambar 3a menunjukkan bahwa peningkatan tingkat naungan dapat
meningkatkan tinggi tanaman pada semua varietas umur 3 MST. Pada varietas
Anjasmoro menunjukkan peningkatan tinggi tanaman lebih tinggi ketika naungan
ditingkatkan menjadi 50%. Pada varietas Kipas Merah Bireun menunjukkan
peningkatan tinggi tanaman lebih lambat ketika naungan ditingkatkan menjadi
25%. Sadangkan pada varietas yang lain, terjadi peningkatan tinggi tanaman
seiring dengan peningkatan tingkat naungan.
15,89
20,92
32,53
12,21 13,6116,91
14,37
19,08
25,24
11,78
18,19
24,62
11,2015,54
19,31
10,7214,84
18,02
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
0 25 50
Tin
ggi T
anam
an 3
MST
(cm
)
Naungan (%)
V1
V2
V3
V4
V5
V6
-
30
Gambar 3b. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 4MST
Gambar 3b menunjukkan bahwa peningkatan tingkat naungan dapat
meningkatkan tinggi tanaman pada semua varietas umur 4 MST. Pada varietas
Sinabung terjadi peningkatan tinggi tanaman lebih lambat dibandingkan dengan
varietas yang lain ketika naungan ditingkatkan menjadi 50%.
Gambar 3c. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 5MST
Gambar 3c menunjukkan bahwa peningkatan tingkat naungan dapat
meningkatkan tinggi tanaman pada semua varietas umur 5 MST.
30,58
42,58
63,86
22,02 25,63
35,5929,38
40,93
56,84
22,76
41,73
52,16
21,99
32,66
42,28
21,91
31,83
42,17
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
0 25 50
Tin
ggi T
anam
an 4
MST
(cm
)
Naungan (%)
V1
V2
V3
V4
V5
V6
46,56
67,10
103,61
36,9144,51
65,00
42,38
63,81
95,23
41,43
63,18
82,81
35,77
53,60
80,37
35,30
53,59
77,63
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
0 25 50
Tin
ggi T
anam
an 5
MST
(cm
)
Naungan (%)
V1
V2
V3
V4
V5
V6
-
31
Gambar 3d. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 6MST
Gambar 3d menunjukkan bahwa peningkatan tingkat naungan dapat
meningkatkan tinggi tanaman pada semua varietas umur 6 MST. Pada varietas
Kipas Merah Bireun terjadi peningkatan tinggi tanaman lebih lambat
dibandingkan dengan varietas yang lain ketika naungan ditingkatkan menjadi
25%.
Berdasarkan data Tabel 4 dan Gambar 3 menunjukkan bahwa naungan
berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada berbagai varietas. Tinggi tanaman pada
semua varietas meningkat seiring dengan peningkatan tingkat naungan. Hal ini
dikarenakan tanaman yang mengalami cekaman intensitas cahaya rendah akan
meningkatkan tinggi tanaman untuk meningkatkan efisiensi penangkapan cahaya.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Gardner et al., (1991) bahwa peningkatan
tinggi tanaman akibat cekaman cahaya diakibatkan adanya proses etiolasi yang
terjadi pada saat proses pemanjangan batang, proses etiolasi yang terus terjadi
pada tanaman yang ternaungi adalah suatu cara agar tanaman dapat menangkap
cahaya lebih efisien. Etiolasi yang terjadi pada sebagian besar tanaman akibat
64,17
85,02
135,03
53,7963,32
100,06
56,88
84,26
130,32
0,0020,0040,0060,0080,00
100,00120,00140,00160,00
0 25 50
Tin
ggi T
anam
an 6
MST
(cm
)
Naungan (%)
V1
V2
V3
V4
V5
V6
-
32
naungan disebabkan karena adanya distribusi auksin yang tinggi, sehingga
merangsang pemanjangan sel yang mendorong meningkatnya tinggi tanaman. Hal
serupa juga dinyatakan oleh Harjadi (1979) bahwa tinggi tanaman yang demikian
berhubungan dengan sifat cahaya yang merusak auksin. Bagian tajuk tanaman
yang terkena cahaya matahari akan selalu mengalami kerusakan auksin.
Akibatnya auksin terakumulasi di bagian tajuk, kondisi ini membuat bagian tajuk
(apikal) tanaman mengalami pertumbuhan yang paling aktif. Dengan kata lain
menggambarkan bahwa tanaman tumbuh mencari cahaya matahari guna
menghasilkan fotosintesis yang lebih optimal. Goldsworthy dan Fisher (1992)
menambahkan auksin yang tertimbun disisi batang dengan penangkapan cahaya
yang rendah dapat mengakibatkan pemanjangan yang lebih cepat sehingga terjadi
etiolasi dalam naungan.
Sedangkan pengaruh varietas terhadap peningkatan tinggi tanaman lebih
di tentukan oleh faktor genetik dari varietas tersebut dalam beradaptasi pada
lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sarief (2005) bahwa perbedaan
sifat genetik dari suatu varietas dapat menunjukkan respon yang berbeda terhadap
lingkungan dan faktor produksi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
pertumbuhan dan produksi kedelai akan dipengaruhi oleh varietas, pengelolaan
tanah dan tanaman, serta kondisi lingkungan lainnya. Prasad dan Power (1997)
juga menyatakan tanaman kedelai memiliki banyak varietas, masing-masing
varietas akan memberikan respon pertumbuhan dan tingkat produksi yang
berbeda-beda. Setiap varietas mempunyai sifat genetik yang tidak sama, hal ini
dapat dilihat dari penampilan dan karakter dari masing-masing varietas tersebut.
-
33
4.1.2. Jumlah Daun Trifoliate
Hasil uji F (Lampiran 12 dan 14) menunjukkan bahwa naungan
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 2 MST dan
berpenaruh sangat nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 3 MST. Varietas
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 2 MST dan
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 3 MST. Sedangkan
interaksi antara naungan dan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
daun trifoliate umur 2 dan 3 MST. Rata-rata jumlah daun trifoliate pada berbagai
tingkat naungan dan beberapa varietas umur 2 dan 3 MST dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate pada Berbagai Tingkat Naungan danBeberapa Varietas Umur 2 dan 3 MST
PerlakuanJumlah Daun Trifoliate
2 MST 3 MSTNaungan (%)
0 1,89 5,44 b25 2,04 4,69 ab50 1,94 4,22 a
BNT 0,05 - 0,52Varietas
Anjasmoro 2,00 4,70 aKipas Merah Bireun 2,04 4,81 a
Grobogan 2,04 5,33 bBurangrang 1,89 4,63 aSinabung 1,81 4,70 a
Kaba 1,96 4,52 aBNT 0,05 - 0,47
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang samatidak berbeda nyata pada taraf 5% (Uji BNT 0,05)
Data Tabel 5 menunjukkan bahwa naungan berpengaruh tidak nyata
jumlah daun trifoliate umur 2 MST. Hal ini dikarenakan pada pertumbuhan awal
tanaman, jumlah daun trifoliate belum menunjukkan respon terhadap peningkatan
tingkat naungan. Umur 3 MST jumlah daun trifoliate terbanyak pada berbagai
-
34
tingkat naungan dijumpai pada tingkat naungan 0% yang tidak berbeda nyata
dengan naungan 25%, namun berbeda sangat nyata dengan naungan 50%.
Varietas berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 2 MST.
Karena pada fase pertumbuhan awal tanaman, semua varietas masih menunjukkan
keseragaman terhadap peningkatan jumlah daun trifoliate. Umur 3 MST jumlah
daun trifoliate terbanyak pada berbagai varietas dijumpai pada varietas Grobogan
yang berbeda nyata dengan varietas lainnya. Pengaruh naungan dan varietas
terhadap jumlah daun trifoliate umur 3 MST dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.
Gambar 4. Pengaruh Naungan Terhadap Jumlah Daun Trifoliate Umur 3 MST
Gambar 4 menunjukkan bahwa peningkatan tingkat naungan
mengakibatkan penurunan terhadap jumlah daun trifoliate umur 3 MST. Hal ini
disebabkan pada lingkungan ternaungi cahaya yang diterima oleh tanaman lebih
rendah, sehingga laju fotosintesis pada tanaman menurun, kondisi ini dapat
menghambat proses pembentukan daun pada tanaman. Hal yang sama juga
dinyatakan oleh Kisman (2007) bahwa kondisi kekurangan cahaya mengakibatkan
laju fotosintesis menurun sehingga hasil makanan yang diterima lebih sedikit,
5,444,69
4,22
0
1
2
3
4
5
6
0 25 50
Jum
lah
Dau
n T
rifo
liate
3 M
ST
Naungan (%)
-
35
makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama pada proses pembentukan
daun tanaman.
Gambar 5. Pengaruh Varietas Terhadap Jumlah Daun Trifoliate Umur 3 MST
Gambar 5 menunjukkan bahwa setiap varietas memiliki peningkatan
jumlah daun trifoliate yang berbeda pada umur 3 MST. Perbedaan peningkatan
jumlah daun trifoliate pada semua varietas lebih ditentukan oleh faktor genetik
dari varietas tersebut. Adisarwanto (2006) juga menyatakan hal yang sama, bahwa
varietas memegang peran penting dalam perkembangan atau pertumbuhan
tanaman. Setiap varietas memiliki tingkat pertumbuhan dan produksi yang
berbeda, tergantung dari proses pembentukan dari faktor genetik varietas tersebut
dan juga dengan pengelolaan kondisi lingkungan tumbuh tanaman. Bila
pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, maka pertumbuhan
dan potensi daya hasil dari varietas unggul tersebut tidak tercapai.
Hasil uji F (Lampiran 16, 18 dan 20) menunjukkan bahwa interaksi
antara naungan dan varietas berpegaruh sangat nyata terhadap jumlah daun
4,704,81
5,33
4,63 4,704,52
4,00
4,20
4,40
4,60
4,80
5,00
5,20
5,40
V1 V2 V3 V4 V5 V6
Jum
lah
Dau
n T
rifo
liate
3 M
ST
Varietas
-
36
trifoliate umur 4, 5 dan 6 MST. Rata-rata jumlah daun trifoliate akibat pengaruh
interaksi antara naungan dan varietas umur 4, 5 dan 6 MST dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate Akibat Pengaruh Interaksi AntaraNaungan dan Varietas Umur 4, 5 dan 6 MST
KombinasiPerlakuan
Jumlah Daun Trifoliate 4 MSTBNT 0,05Naungan
0%Naungan
25%Naungan
50%Anjasmoro 13,22 a (B) 10,33 a (A) 10,00 b (A)
0,99
Kipas Merah Bireun 15,11 b (C) 10,33 a (B) 9,33 ab (A)Grobogan 16,44 c (C) 12,56 c (B) 9,33 ab (A)Burangrang 13,00 a (C) 11,67 bc (B) 9,00 a (A)Sinabung 14,33 b (C) 11,89 bc (B) 8,67 a (A)Kaba 12,56 a (C) 11,33 b (B) 9,00 a (A)
KombinasiPerlakuan
Jumlah Daun Trifoliate 5 MSTBNT 0,05Naungan
0%Naungan
25%Naungan
50%Anjasmoro 32,00 b (C) 22,33 a (A) 24,56 c (B)
1,20
Kipas Merah Bireun 34,67 c (B) 23,00 a (A) 24,11 c (A)Grobogan 35,78 c (C) 31,67 c (B) 20,67 b (A)Burangrang 31,67 b (C) 24,22 b (B) 20,33 ab (A)Sinabung 32,00 b (C) 30,67 c (B) 19,33 a (A)Kaba 25,44 a (C) 23,22 ab (B) 19,67 ab (A)
KombinasiPerlakuan
Jumlah Daun Trifoliate 6 MSTBNT 0,05Naungan
0%Naungan
25%Naungan
50%Anjasmoro 50,56 bc (C) 46,22 cd (B) 37,56 c (A)
3,93
Kipas Merah Bireun 52,67 bc (C) 45,11 bc (B) 37,33 c (A)Grobogan 53,56 c (B) 50,11 d (B) 41,78 d (A)Burangrang 42,89 a (B) 41,33 b (B) 32,89 b (A)Sinabung 49,00 b (B) 47,89 cd (B) 24,56 a (A)Kaba 41,67 a (C) 36,89 a (B) 32,44 b (A)
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama (huruf kecil dibacavertikal dan huruf besar dibaca horizontal) menunjukkan tidakberbeda nyata pada taraf 5% (Uji BNT 0,05)
Data Tabel 6 menunjukkan bahwa naungan dapat menurunkan jumlah
daun trifoliate pada semua varietas. Jumlah daun trifoliate terbanyak umur 4 MST
dijumpai pada tingkat naungan 0% pada varietas Grobogan yang berbeda sangat
nyata dengan varietas lainnya. Umur 5 MST jumlah daun trifoliate terbanyak
-
37
dijumpai pada tingkat naungan 0% pada varietas Grobogan yang berbeda sangat
nyata dengan varietas lainnya, kecuali varietas Kipas Merah Bireun. Umur 6 MST
jumlah daun trifoliate terbanyak dijumpai pada tingkat naungan 0% pada varietas
Grobogan yang berbeda sangat nyata dengan varietas lainnya, kecuali varietas
Anjasmoro dan Kipas Merah Bireun. Pengaruh naungan dan varietas terhadap
jumlah daun trifoliate umur 4, 5 dan 6 MST dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6a. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Daun TrifoliateUmur 4 MST
Gambar 6a menunjukkan bahwa peningkatan tingkat naungan dapat
menurunkan jumlah daun trifoliate pada semua varietas umur 4 MST. Pada
varietas Kipas Merah Bireun terjadi penurunan jumlah daun trifoliate lebih
banyak dibandingkan varietas yang lain ketika naungan ditingkatkan menjadi
25%, kemudian jumlah daun trifoliate naik ketika naungan ditingkatkan menjadi
50%. Sadangkan pada varietas yang lain, terjadi penurunan jumlah daun trifoliate
seiring dengan peningkatan tingkat naungan.
13,22
10,33 10,00
15,11
10,339,33
16,44
12,56
9,33
13,0011,67
9,00
14,33
11,89
8,67
12,5611,33
9,00
0,002,004,006,008,00
10,0012,0014,0016,0018,00
0 25 50
Jum
lah
Dau
n T
rifo
liate
4 M
ST
Naungan (%)
V1
V2
V3
V4
V5
V6
-
38
Gambar 6b. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Daun TrifoliateUmur 5 MST
Gambar 6b menunjukkan bahwa peningkatan tingkat naungan dapat
menurunkan jumlah daun trifoliate pada semua varietas umur 5 MST. Pada
varietas Anjasmoro dan Kipas Merah Bireun terjadi penurunan jumlah daun
trifoliate lebih banyak ketika naungan ditingkatkan menjadi 25%, kemudian
jumlah daun trifoliate naik ketika naungan ditingkatkan menjadi 50%. Pada
varietas Grobogan dan Sinabung terjadi penurunan jumlah daun trifoliate lebih
sekikit dibandingkan varietas yang lain ketika naungan ditingkatkan menjadi 25%.
Sedangkan pada varietas Burangrang dan Kaba penurunan jumlah daun trifoliate
tidak telalu dipengaruhi oleh tingkat naungan.
32,00
22,3324,56
34,67
23,00 24,11
35,7831,67
20,67
31,67
24,2220,33
32,00 30,67
19,33
25,4423,22
19,67
0,005,00
10,0015,0020,0025,0030,0035,0040,00
0 25 50
Jum
lah
Dau
n T
rifo
liate
5 M
ST
Naungan (%)
V1
V2
V3
V4
V5
V6
-
39
Gambar 6c. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Daun TrifoliateUmur 6 MST
Gambar 6c menunjukkan bahwa peningkatan tingkat naungan dapat
menurunkan jumlah daun trifoliate pada semua varietas umur 6 MST. Pada
varietas Sinabung terjadi penurunan jumlah daun trifoliate lebih banyak
dibandingkan varietas yang lain ketika naungan ditingkatkan menjadi 50%.
Sadangkan pada varietas yang lain, terjadi penurunan jumlah daun trifoliate
seiring dengan peningkatan tingkat naungan.
Berdasarkan data Tabel 6 dan Gambar 6 menunjukkan bahwa naungan
berpengaruh terhadap jumlah daun trifoliate pada berbagi varietas. Jumlah daun
trifoliate pada semua varietas semakin menurun seiring dengan peningkatan
tingkat naungan. Hal ini disebabkan intensitas cahaya rendah pada perlakuan
naungan akan mengurangi sumber energi, sehingga laju fotosintesis pada tanaman
akan menurun yang mengakibatkan menurunnya jumlah daun trifoliate yang
terbentuk. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Kisman (2007) bahwa kondisi
kekurangan cahaya mengakibatkan laju fotosintesis menurun sehingga hasil
makanan yang diterima lebih sedikit, makanan yang dihasilkan akan menentukan
50,5646,22
37,56
52,67
45,11
37,33
53,5650,11
41,7842,89 41,33
32,89
49 47,89
24,56
41,6736,89
32,44
0
10
20
30
40
50
60
0 25 50
Jum
lah
Dau
n T
rifo
liate
6 M
ST
Naungan (%)
V1
V2
V3
V4
V5
V6
-
40
ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama
pada proses pembentukan daun tanaman. Tanaman yang tumbuh dengan naungan
akan memiliki kompensasi hasil asimilasi lebih rendah dibandingkan tanaman
yang tumbuh di tempat dengan cahaya matahari yang optimal (Levitt, 1980).
Suryadi (2013) juga menyakan fotosintesis tidak terjadi dalam keadaan gelap
tetapi dengan meningkatnya intensitas radiasi, laju fotosintesis meningkat. Hale
dan Orcutt (1987) juga menambahkan bahwa reaksi tanaman akan berbeda bila
dipindahkan pada intensitas cahaya yang berbeda. Tanaman kedelai merespon
intensitas cahaya rendah dengan cara : (1) mengurangi luas daun total, jumlah
daun, dan berat kering daun, serta (2) meningkatkan luas daun trifoliate dan
spesifik. Kondisi demikian merupakan salah satu mekanisme untuk meningkatkan
efisiensi penangkapan cahaya, sekaligus memelihara fotosintat (Muhuria, 2007).
Sedangkan pengaruh varietas terhadap peningkatan jumlah daun
trifoliate lebih di tentukan oleh faktor genetik dari varietas tersebut dalam
beradaptasi terhadap lingkungani. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Adisarwanto (2006) bahwa setiap varietas memiliki tingkat pertumbuhan dan
produksi yang berbeda, tergantung dari proses pembentukan dari faktor genetik
varietas tersebut dan juga dengan pengelolaan kondisi lingkungan tumbuh
tanaman. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, maka
pertumbuhan dan potensi daya hasil dari varietas unggul tersebut tidak tercapai.
-
41
4.1.3. Jumlah buku
Hasil uji F (lampiran 26) menunjukkan bahwa naungan berpengaruh
tidak nyata terhadap jumlah buku umur 5 MST. Varietas berpengaruh sangat
nyata terhadap jumlah buku umur 5 MST. Sedangkan interaksi antara naungan
dan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah buku umur 5 MST.
Rata-rata jumlah buku pada berbagai tingkat naungan dan beberapa varietas umur
5 MST dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Jumlah Buku pada Berbagai Tingkat Naungan dan BeberapaVarietas Umur 5 MST
Perlakuan Jumlah Buku 5 MSTNaungan (%)
0 11,9625 12,550 12,09
BNT 0,05 -Varietas
Anjasmoro 12,63 bKipas Merah Bireun 12,33 ab
Grobogan 12,48 abBurangrang 12,37 abSinabung 12,00 a
Kaba 11,30 aBNT 0,05 0,52
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang samatidak berbeda nyata pada taraf 5% (Uji BNT 0,05)
Data Tabel 7 menunjukkan naungan berpengaruh tidak nyata terhadap
jumlah buku 5 MST. Karena peningkatan jumlah buku umur 5 MST akibat
pengaruh naungan sudah mulai terhenti. Sedangkan pada berbagai varietas
jumlah buku terbanyak dijumpai pada varietas Anjasmoro yang tidak berbada
nyata dengan varietas lainnya, kecuali varietas Sinabung dan Kaba. Pengaruh
varietas terhadap jumlah buku umur 5 MST dapat dilihat pada Gambar 7.
-
42
Gambar 7. Pengaruh Varietas Terhadap Jumlah Buku Umur 5 MST
Gambar 7 menunjukkan bahwa setiap varietas memiliki jumlah buku
yang berbeda umur 5 MST. Hal ini dikarenakan pada setiap varietas memiliki
karakter pertumbuhan yang berbeda sesuai dengan sifat genetik varietas tersebut.
Hal tersebut sependapat dengan Sarief (2005) bahwa perbedaan sifat genetik dari
suatu varietas dapat menunjukkan respon yang berbeda terhadap lingkungan dan
faktor produksi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pertumbuhan dan
produksi kedelai akan dipengaruhi oleh varietas, pengelolaan tanah dan tanaman,
serta kondisi lingkungan lainnya.
Hasil uji F (Lampiran 22, 24 dan 28) menunjukkan bahwa interaksi
antara naungan dan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah buku umur 3 dan
6 MST dan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah buku umur 4 MST. Rata-
rata jumlah buku akibat pengaruh interaksi antara naungan dan varietas umur 3, 4
dan 6 MST dapat dilihat pada Tabel 8.
12,6312,33
12,48 12,37
12,00
11,30
10,50
11,00
11,50
12,00
12,50
13,00
V1 V2 V3 V4 V5 V6
Jum
lah
Buk
u 5
MST
Varietas
-
43
Tabel 8. Rata-rata Jumlah Buku Akibat Pengaruh Interaksi Antara Naungan danVarietas Umur 3, 4 dan 6 MST
KombinasiPerlakuan
Jumlah Buku 3 MSTBNT 0,05Naungan
0%Naun