Download - Ideologi Dunia
109
BAB I
PEMBAHASAN
1. Pengertian
1.1 Ideologi
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan.
Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt de
Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan
"sains tentang ide". Ideologi dapat dianggap
sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara
memandang segala sesuatu, secara umum (lihat
Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan
beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau
sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang
dominan pada seluruh anggota masyarakat.
Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk
menawarkan perubahan melalui proses pemikiran
normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak
(tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang
diterapkan pada masalah publik sehingga
membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara
implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah
ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem
berpikir yang eksplisit.(definisi ideologi Marxisme).
109
Ideologi adalah gabungan dari dua kata eidos
dan logos yang secara sederhana berarti suatu
gagasan yang berdasarkan pemikiran yang
sedalam-dalamnya dan merupakan pemikiran
filsafat. Dalam arti kata luas atau terbuka istilah
ideologi dipergunakan untuk seluruh kelompok
cita-cita, nilai - nilai dasar dan keyakinan -
keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai
pedoman normatif.
Ideologi juga diartikan sebagai ilmu, doktrin atau
teori yang diyakini kebenarannya, yang disusun
secara sistematis dan diberi petunjuk
pelaksanaannya. Suatu pandangan hidup akan
meningkat menjadi falsafah hidup apabila telah
mendapat landasan berfikir maupun motivasi yang
lebih jelas. Sedangkan kristalisasinya kemudian
membentuk suatu ideologi.
1.2 Ideologi Pancasila
Suatu ideologi pada suatu bangsa pada
hakikatnya memiliki cirri khas serta karakteristik
masing-masing sesuai dengan sifat dan ciri khas
bangsa itu sendiri. Namun demikian dapat juga
terjadi bahwa ideologi pada suatu bangsa datang
dari luar dan dipaksakan keberlakuannya pada
109
bangsa tersebut sehingga tidak mencerminkan
kepribadian dan karakteristik bangsa tersebut.
Ideologi pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara Indonesia berkembang melalui suatu
proses yang cukup panjang. Pada awalnya secara
kausalitas bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia yaitu dalam adat istiadat,
serta dalam agama-agama bangsa Indonesia
sebagai pandangan hidup bangsa. Oleh karena itu
nilai-nilai pancasila berasal dari nilai-nilai
pandangan hidup bangsa telah diyakini
kebenarannya kemudian diangkat oleh bangsa
Indonesia sebagai dasar filsafat Negara dan
kemudian menjadi ideologi bangsa dan Negara.
Oleh Karena itu ideology pancasila ada
padakehidupan bangsa dan terletak pada
kelangsungan hidup bangsa dalam rangka
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Ideologi pancasila mendasarkan pada hakikat
sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Oleh karena itu dalam ideologi
pancasila mengakui atas kebebasan dan
kemerdekaan individu, namun dalam hidup
bersama juga harus mengakui hak dan kebebasan
109
orang lain secara bersama sehingga dengan
demikian harus mengakui hak-hak masyarakat.
Selain itu bahwa manusia menurut pancasila
berkedudukan kodrat sebagai makhluk pribadi dan
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Oleh
karena itu nilai-nilai ketuhanan senantiasa
menjiwai kehidupan manusia dalam hidup Negara
dan masyarakat. Kebebasan manusia dalam
rangka demokrasi tidak melampaui hakikat nilai-
nilai ketuhanan, bahkan nilai ketuhanan terjelma
dalam bentuk moral dalam ekspresi kebebasan
manusia.
1.3 Ideologi Liberal
Ideologi Liberal
Pengertian
Liberalisme adalah sebuah ideologi,
pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan
adalah nilai politik yang utama atau kalau kata
guru PKn saya wak tu di SMP (Pak Mustakim)
ideologi Liberalisme adalah sebuah ideologi yang
mengutamakan kepentingan individu dan
mengenyampingkan kepentingan negara. Ideologi
109
ini sangat berbeda dengan ideologi komunis
karena pengertiannya saja sudah beda.
Berdasarkan kata guru PKn (Pak Mustakim),
pengertian dari ideologi komunisme adalah sebuah
ideologi yang mengutamakan kepentingan negara
dan mengenyampingkan kepentingan individu.
Sangat berbeda sekali dengan ideologi Liberalisme.
Ensiklopedi Britannica 2001 deluxe edition CD-
ROM, menjelaskan bahwa kata liberal diambil dari
bahasa Latin liber, free. Liberalisme secara
etimologis berarti falsafah politik yang
menekankan nilai kebebasan individu dan peran
negara dalam melindungi hak-hak warganya.
Makna senada juga terdapat dalam Wikipedia.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan
suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh
kebebasan berpikir bagi para individu. Paham
liberalisme menolak adanya pembatasan,
khususnya dari pemerintah dan agama.
Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran
gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang
mendukung usaha pribadi (private enterprise)
yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan
yang transparan, dan menolak adanya
109
pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh
karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi
dasar bagi tumbuhnya kapitalisme.
Prinsip dasar liberalisme adalah keabsolutan
dan kebebasan yang tidak terbatas dalam
pemikiran, agama, suara hati, keyakinan, ucapan,
pers dan politik. Di samping itu, liberalismme juga
membawa dampak yang besar bagi sistem
masyarakat Barat, di antaranya adalah
mengesampingkan hak Tuhan dan setiap
kekuasaan yang berasal dari Tuhan; pemindahan
agama dari ruang publik menjadi sekedar urusan
individu; pengabaian total terhadap agama Kristen
dan gereja atas statusnya sebagai lembaga publik,
lembaga legal dan lembaga sosial.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu
masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan
berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak
adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan
agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran
gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung
usaha pribadi (private enterprise) yang relatif bebas,
dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan
menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan
109
individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut
menjadi dasar bagi tumbuhnya .
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat
tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini dikarenakan
keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan
mayoritas. Bandingkan Oxford Manifesto dari Liberal
Internasional: "Hak-hak dan kondisi ini hanya dapat
diperoleh melalui demokrasi yang sejati. Demokrasi
sejati tidak terpisahkan dari kebebasan politik dan
didasarkan pada persetujuan yang dilakukan dengan
sadar, bebas, dan yang diketahui benar (enlightened)
dari kelompok mayoritas, yang diungkapkan melalui
surat suara yang bebas dan rahasia, dengan
menghargai kebebasan dan pandangan-pandangan
kaum minoritas.
Pandangan-pandangan liberalisme dengan paham
agama seringkali berbenturan karena liberalisme
menghendaki penisbian dari semua tata nilai, bahkan
dari agama sekalipun. meski dalam prakteknya
berbeda-beda di setiap negara, tetapi secara umum
liberalisme menganggap agama adalah pengekangan
terhadap potensi akal manusia.
109
Contoh negara liberal adalah seperti Amerika Serikat,
Inggris, Spanyol, Italia, dan Prancis.
Liberalisme sebagai Ideologi yang di
anut Amerika
Ideologi liberalisme ini dianut di Inggris dan koloni-
koloninya termasuk Amerika Serikat. ideologi AS
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Pertama, demokrasi merupakan bentuk
pemerintahan yang lebih baik.
Kedua, anggota masyarakat memiliki
kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan
berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan
pers.
Ketiga, pemerintah hanya mengatur
kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan
yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga
rakyat dapat belajar membuat keputusan untuk
diri sendiri.
Keempat, kekuasaan dari seseorang
terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.
Oleh karena itu, pemerintahan dijalankan
sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan
kekuasaan dapat dicegah. Pendek kata, kekuasaan
109
dicurigai sebagai hal yang cenderung
disalahgunakan, dan karena itu, sejauh mungkin
dibatasi.
Kelima, suatu masyarakat dikatakan
berbahagia apabila setiap individu atau sebagian
besar individu berbahagia. Walau masyarakat
secara keseluruhan berbahagia, kebahagian
sebagian besar individu belum tentu maksimal.
Dengan demikian, kebaikan suatu masyarakat atau
rezim diukur dari seberapa tinggi indivivu berhasil
mengembangkan kemampuan-kemampuan dan
bakat-bakatnya.
Lalu, Apa yang salah dengan Liberalisme??
Menurut Andrew Heywood dalam bukunya yang
berjudul "Political Ideologies: An Introduction", ideologi
liberalisme memiliki "komitmen terhadap individu dan
keinginan untuk membentuk masyarakat dimana
manusia dapat memuaskan minat dan memperoleh
kepuasan." Ngomong-ngomong, buku ini saya
rekomendasikan kepada siapapun yang ingin
mempelajari dasar-dasar ideologi politik.
109
Ideologi liberalisme ini sendiri terdiri dari 2 macam
aliran, yaitu liberalisme klasik dan liberalisme modern.
Perbedaan diantara kedua aliran ini secara singkat
dapat dijabarkan sebagai berikut: liberalisme klasik
percaya bahwa negara sebaiknya meminimalkan
campur tangannya dalam kehidupan rakyat terkecuali
dalam masalah keamanan (negative freedom)
sementara liberalisme modern percaya bahwa negara
haruslah ikut bertanggung jawab atas kehidupan dan
kesejahteraan rakyat (positive freedom). Sebagai
mudahnya, apabila sistem ekonomi liberalisme klasik
berkiblat pada Adam Smith, maka sistem ekonomi
liberalisme modern berkiblat pada John Maynard
Keynes.
Sering terjadi kesalah-pahaman di masyarakat
yang menganggap bahwa liberalisme itu jahat dan
melabelkan kata "liberalisme" pada sesuatu yang
mereka tidak sukai atau mencampur-adukan paham
liberalisme dengan paham lain seperti kapitalisme.
Padahal walaupun kapitalisme sering berkaitan dengan
liberalisme namun keduanya adalah hal yang berbeda.
Kapitalisme adalah kepemilikan modal oleh individu
atau perusahaan bukan oleh negara dan saya tidak
109
mengerti apa yang salah dengan memiliki modal
(dengan aturan tertentu tentunya).
Selain itu, saya juga tidak mengerti kenapa hak
asasi manusia yang sering dianggap bagian dari
liberalisme juga dianggap jahat. Bukannya manusia itu
ingin bebas untuk mengutarakan pendapat (Pasal 19
Kovenan Internasional Mengenai Hak Sipil dan Politik
(selanjutnya disebut "kovenan")), memeluk agama dan
mempraktekannya dengan tenang dan damai (Pasal 18
Kovenan), tidak mendapatkan diskriminasi (Pasal 2
Kovenan) dan lain sebagainya yang dimana dapat
dijatuhkan restriksi di saat keadaan darurat (Pasal 4
Kovenan).
Memang benar liberalisme adalah produk
pemikiran barat pada Abad ke-19. Namun, liberalisme
bukan berarti bahwa manusia sebagai individu
diberikan kebebasan yang sebebas-bebasnya.
Tentunya ada batasan-batasan dalam hukum positif
yang berlaku agar semua manusia bisa hidup
berdampingan. Atau seperti John Locke bilang, "where
there is no law there is no freedom."
109
Di bawah ini merupakan sepenggal kisah yang
membuktikan benar adanya bahwa Amerika Serikat
merupakan Negara penganut Liberalisme
DUSTA LIBERALISME
Umaruddin Masdar
(Pemerhati Masalah Geopolitik Internasional)
Perang Irak akibat agresi Amerika Serikat telah tiga
tahun berjalan. Ribuan korban jiwa melayang. Seperti
dilaporkan dari hasil penelitian Sekolah Kesehatan
Masyarakat the John Hopkins Bloomberg di Maryland,
AS, tercatat lebih dari 655 ribu warga Irak meninggal.
Sementara di pihak AS lebih dari 2.600 tentara tewas.
Dan lebih dari 120 wartawan dari berbagai negara
meninggal dalam tugas.
Setelah berjalan dan memakan korban cukup
banyak, Presiden AS George W akhirnya mengakui
bahwa Saddam Hussein sama sekali tak terkait dengan
serangan 11 September 2001. Padahal alasan utama
AS menginvasi Irak adalah karena pemerintahan
Saddam dituding terlibat serangan 11 September di AS.
Sebelumnya Bush juga menyatakan bahwa AS
109
menyerang Irak karena negara itu memiliki senjata
pemusnah massal. Namun, tuduhan itu juga hanya
kedok belaka dan tidak pernah dapat dibuktikan.
Irak telah menjadi korban keangkuhan AS dan
ideologi liberalisme. Dalam retorika AS, perang Irak
ditempatkan sebagai 'perjuangan ideologi yang
menentukan' di masa depan, apakah abad ke-21 akan
dikuasai oleh kebebasan atau teror. Padahal itu
hanyalah alasan yang dibuat-buat dan dibungkus
secara ilmiah-rasional untuk mencegah krisis ekonomi
dan politik AS yang terus mengalami tekanan dari para
pesaing.
Yang lemah terjerat
Dalam konteks sejarah struktural, ideologi
liberalisme dibangun untuk melegitimasi penjajahan
dan eksploitasi negara besar atas negara yang lemah.
Ada dua hal yang bisa menjelaskan hal ini. Pertama,
sistem internasional menuntut partisipasi aktif negara
dalam hubungan ekonomi internasional. Negara
kapitalis maju tidak bisa secara mandiri atau bersama-
sama mengimplementasikan kebijakan-kebijakan
neokolonial tanpa ada dukungan kapitalisme negara di
pinggiran. Kedua, kebijakan neokolonial didesain untuk
109
mencegah potensi independen negara pinggiran dalam
melakukan konsolidasi politik sekaligus untuk
mempertahankan ketergantungan negara pinggiran
secara penuh dalam sistem kapitalisme dunia.
Dengan demikian, nilai-nilai dan ideologi yang
terus direproduksi rezim kapitalisme internasional,
seperti kebebasan (liberalisme), demokrasi dan
globalisasi, tidak semata-mata merupakan nilai-nilai
atau diskursus pengetahuan yang bersifat akademik.
Ideologi tersebut juga menjadi strategi negara maju
untuk menaklukkan negara lemah agar masuk dalam
jebakan hegemoni pengetahuan dan dominasi
politiknya.
Karena alasan untuk menegakkan demokrasi
misalnya, AS melakukan intervensi politik di berbagai
negara Asia, Afrika dan Amerika Latin. Padahal tujuan
sesungguhnya bukanlah menegakkan demokrasi, tetapi
mengganti penguasa yang tidak pro-AS, atau di negara
bersangkutan ada banyak kepentingan AS yang harus
dilindungi. Seperti yang terjadi di Irak, demokratisasi
hanyalah kedok untuk menguasai sumber-sumber
energi, terutama minyak, sekaligus memutus jalur
pasokan minyak ke Cina.
109
Bahwa ideologi liberalisme penuh tipu muslihat
dan cenderung menjerumuskan, bisa disimak dalam
dua contoh berikut. Pertama, konsep utang yang
diperuntukkan bagi negara-negara berkembang
sepenuhnya merupakan mekanisme eksploitasi dan
alat politik untuk mengintervensi negara berkembang.
Konsep utang yang diberikan kepada negara debitor
(berkembang) untuk memacu meningkatkan ekspor
dan pada akhirnya memacu pertumbuhan ekonomi.
Negara debitor melunasi utangnya dengan jalan
meningkatkan nilai ekspornya agar melebihi nilai
impor, termasuk di dalamnya perebutan dalam
kompetisi pasar global.
Menurut Michael Rowbotham, keberatan-keberatan
atas konsep utang tersebut bermunculan, baik
dipandang dari segi empiris maupun teoritis. Jika dilihat
dari segi empiris, negara-negara debitor telah gagal
untuk mencapai tahap surplus dalam perdagangan
sesuai dengan apa yang diinginkan agar mereka bisa
melunasi hutang mereka. Secara teoretis, bentuk ini
sebenarnya telah gagal dalam berbagai hal.
Negara sedang berkembang harus bisa mencapai
surplus perdagangan agar bisa melunasi utangnya, tapi
tidak hanya negara sedang berkembang yang
109
mengejar target surplus, negara-negara makmur pun
(negara pusat) berusaha untuk menjaga nilai surplus
perdagangannya. Nilai perdagangan mungkin
meningkat, volume aliran barang mungkin juga
meningkat, tapi surplus perdagangan satu negara
merupakan defisit perdagangan bagi negara lain.
Kelemahan dari model perekonomian seperti itu
ada pada asumsi bahwa negara debitor dapat
memperoleh surplus perdagangan dengan mengekspor
barang ke negara kreditor. Tapi dengan begitu negara
debitor akan langsung berhadapan dengan negara
kapitalis yang kuat dan sudah pasti melakukan hal
yang sama.
Konsep ekonomi liberal, termasuk konsep tentang
utang, dengan demikian merupakan sesuatu yang
sangat menipu. Sayangnya para elite modern sering
terkena mental yang meyakini bahwa yang bisa
menolong dan menyelamatkan kita hanyalah pihak
asing atau negara lain.
Kedua, ketika beberapa negara terkena krisis
moneter pada 1997, termasuk Indonesia, rezim
kapitalisme internasional melalui IMF yang bermarkas
di Washington AS 'membantu' beberapa negara yang
109
terkena krisis. Namun kredibilitas IMF terus disorot
karena kegagalan menyelesaikan krisis moneter.
Bahkan beberapa negara terjebak dalam krisis ekonomi
dan politik yang bertambah parah setelah mengikuti
resep IMF.
Terus dianut
Meski liberalisme merupakan nilai dan ideologi
nyata-nyata menipu, para ekonom dan penguasa di
negeri ini tampaknya tetap setia mengikuti resepnya
dan cenderung menjaganya dengan penuh dedikasi
dan loyalitas. Dalam pikiran para ekonom kita, hampir
tidak ada varian bagi sistem ekonomi kita kecuali
kapitalisme pasar. Padahal, seperti ditegaskan ahli
ekonomi mazhab regulasi dari Prancis, Robert Boyer,
dalam sebuah tulisannya How and Why Capitalism
Differ, yang dipresentasikan pada Seminar
Internasional Ekonomi Regulasi di Jakarta, 5-6 Juli 2006
yang lalu, ada beberapa varian kapitalisme yang
dipraktikkan berbagai negara di dunia. Pertama,
kapitalisme berorientasi pasar, seperti telah
disebutkan. Kedua, meso-corporatist capitalism yang
dipraktikkan negara seperti Jepang dan Korea Selatan.
Ketiga, state-driven capitalism, seperti yang menjadi
ciri khas negara-negara Uni Eropa. Keempat, social
109
democratic capitalism, seperti dipraktikkan di negara-
negara Skandinavia.
Monoloyalitas para ekonom dan penguasa kita
terhadap kapitalisme pasar tentu menimbulkan tanda
tanya besar, bukan saja karena sikap demikian jelas-
jelas mengabaikan varian-varian dan keberhasilan dari
bentuk kapitalisme yang lain. Lebih dari itu, kapitalisme
yang berorientasi pasar telah nyata-nyata gagal
dipraktikkan di negeri ini.
Mungkin benar apa yang dikatakan David Ransom
dalam tulisannya Ford Country: Building an Elite for
Indonesia, bahwa elite modern Indonesia memang
dididik dan dilatih bekerja di bawah kendali dan untuk
kepentingan AS. Amerika Latin, Cina, India dan Uni
Eropa telah mulai bangkit. Tapi kita cenderung
menutup mata dan takut untuk belajar -apalagi meniru-
dari keberhasilan mereka.
Ikhtisar
- Amerika Serikat dengan liberalismenya telah
mengecoh negara-negara berkemampuan ekonomi
lemah.
- Liberalisme dibangun untuk melegalkan penjajahan
dan eksploitasi negara besar atas negara yang lemah.
109
- Meski mengandung banyak muslihat, banyak ekonom
dan penguasa di Indonesia tetap menganut liberalisme
dengan menjalankan ekonomi beraliran kapitalisme
pasar.
- Kapitalisme berorientasi pasar telah nyata-nyata
gagal dijalankan di Indonesia.
Sumber : http://republika.co.id/kolom.asp?
kat_id=16 (31 Okt 2006)
Sejarah Liberal
Akar Pemikiran Liberal
Pemikiran liberal (liberalisme) adalah satu nama di
antara nama-nama untuk menyebut ideologi Dunia
Barat yang berkembang sejak masa Reformasi Gereja
dan Renaissans yang menandai berakhirnya Abad
Pertengahan (abad V-XV). Disebut liberal, yang secara
harfiah berarti “bebas dari batasan” (free from
restraint), karena liberalisme menawarkan konsep
kehidupan yang bebas dari pengawasan gereja dan
raja. (Adams, 2004:20). Ini berkebalikan total dengan
kehidupan Barat Abad Pertengahan ketika gereja dan
raja mendominasi seluruh segi kehidupan manusia.
109
Ideologi Barat itu juga dapat dinamai dengan
istilah kapitalisme atau demokrasi. Jika istilah
kapitalisme lebih digunakan untuk menamai sistem
ekonominya, istilah demokrasi sering digunakan untuk
menamai sistem politik atau pemerintahannya.
(Ebenstein & Fogelman, 1994:183). Namun monopoli
istilah demokrasi untuk ideologi Barat ini sebenarnya
kurang tepat, karena demokrasi juga diserukan oleh
ideologi sosialisme-komunisme dengan nama
“demokrasi rakyat”, yakni bentuk khusus demokrasi
yang menjalankan fungsi diktatur proletar. (Budiardjo,
1992:89).
Walhasil, ideologi Barat memang mempunyai
banyak nama, bergantung pada sudut pandang yang
digunakan. Namun, yang lebih penting adalah
memahami akar pemikiran liberal yang menjadi
pondasi bagi seluruh struktur bangunan ideologi Barat.
Menurut Ahmad Al-Qashash dalam kitabnya Usus
Al-Nahdhah Al-Rasyidah (1995:31) akar ideologi Barat
adalah ide pemisahan agama dari kehidupan
(sekularisme), yang pada gilirannya melahirkan
pemisahan agama dari negara. Sekularisme inilah yang
menjadi induk bagi lahirnya segala pemikiran dalam
ideologi Barat. Berbagai bentuk pemikiran liberal
109
seperti liberalisme di bidang politik, ekonomi, ataupun
agama, semuanya berakar pada ide dasar yang sama,
yaitu sekularisme (fashl al-din ‘an al-hayah).
Sejarah Pemikiran Liberal
Pemikiran liberal mempunyai akar sejarah sangat
panjang dalam sejarah peradaban Barat yang Kristen.
Pada tiga abad pertama Masehi, agama Kristen
mengalami penindasan di bawah Imperium Romawi
sejak berkuasanya Kaisar Nero (tahun 65). Kaisar Nero
bahkan memproklamirkan agama Kristen sebagai suatu
kejahatan. (Idris, 1991:74). Menurut Abdulah Nashih
Ulwan (1996:71), pada era awal ini pengamalan agama
Kristen sejalan dengan Injil Matius yang
menyatakan,”Berikanlah kepada Kaisar apa yang
menjadi milik Kaisar dan berikanlah kepada Tuhan apa
yang menjadi milik Tuhan.” (Matius, 22:21).
Namun kondisi tersebut berubah pada tahun 313,
ketika Kaisar Konstantin (w. 337) mengeluarkan dekrit
Edict of Milan untuk melindungi agama Nasrani.
Selanjutnya pada tahun 392 keluar Edict of Theodosius
yang menjadikan agama Nasrani sebagai agama
negara (state-religion) bagi Imperium Romawi.
(Husaini, 2005:31). Pada tahun 476 Kerajaan Romawi
109
Barat runtuh dan dimulailah Abad Pertengahan
(Medieval Ages) atau Abad Kegelapan (Dark Ages).
Sejak itu Gereja Kristen mulai menjadi institusi
dominan. Dengan disusunnya sistem kepausan (papacy
power) oleh Gregory I (540-609 M), Paus pun dijadikan
sumber kekuasaan agama dan kekuasaan dunia
dengan otoritas mutlak tanpa batas dalam seluruh
sendi kehidupan, khususnya aspek politik, sosial, dan
pemikiran. (Idris, 1991:75-80; Ulwan, 1996:73).
Abad Pertengahan itu ternyata penuh dengan
penyimpangan dan penindasan oleh kolaborasi Gereja
dan raja/kaisar, seperti kemandegan ilmu pengetahuan
dan merajalelanya surat pengampunan dosa. Maka
Abad Pertengahan pun meredup dengan adanya upaya
koreksi atas Gereja yang disebut gerakan Reformasi
Gereja (1294-1517), dengan tokohnya semisal Marthin
Luther (w. 1546), Zwingly (w. 1531), dan John Calvin
(w. 1564). Gerakan ini disertai dengan munculnya para
pemikir Renaissans pada abad XVI seperti Machiaveli
(w. 1528) dan Michael Montaigne (w. 1592), yang
menentang dominasi Gereja, menghendaki
disingkirkannya agama dari kehidupan, dan menuntut
kebebasan.
109
Selanjutnya pada era Pencerahan (Enlightenment)
abad XVII-XVIII, seruan untuk memisahkan agama dari
kehidupan semakin mengkristal dengan tokohnya
Montesquieu (w. 1755), Voltaire (w. 1778), dan
Rousseau (1778). Puncak penentangan terhadap Gereja
ini adalah Revolusi Perancis tahun 1789 yang secara
total akhirnya memisahkan Gereja dari masyarakat,
negara, dan politik. (Qashash, 1995:30-31). Sejak itulah
lahir sekularisme-liberalisme yang menjadi dasar bagi
seluruh konsep ideologi dan peradaban Barat.
Sejarah Masuknya Pemikiran Liberal di Indonesia
Sekularisme sebagai akar liberalisme masuk
secara paksa ke Indonesia melalui proses penjajahan,
khususnya oleh pemerintah Hindia Belanda. Prinsip
negara sekular telah termaktub dalam Undang-Undang
Dasar Belanda tahun 1855 ayat 119 yang menyatakan
bahwa pemerintah bersikap netral terhadap agama,
artinya tidak memihak salah satu agama atau
mencampuri urusan agama. (Suminto, 1986:27).
Prinsip sekular dapat ditelusuri pula dari
rekomendasi Snouck Hurgronje kepada pemerintah
kolonial untuk melakukan Islam Politiek, yaitu kebijakan
pemerintah kolonial dalam menangani masalah Islam di
109
Indonesia. Kebijakan ini menindas Islam sebagai
ekspresi politik. Inti Islam Politiek adalah : (1) dalam
bidang ibadah murni, pemerintah hendaknya memberi
kebebasan, sepanjang tidak mengganggu kekuasaan
pemerintah Belanda; (2) dalam bidang
kemasyarakatan, pemerintah hendaknya
memanfaatkan adat kebiasaan masyarakat agar rakyat
mendekati Belanda; (3) dalam bidang politik atau
kenegaraan, pemerintah harus mencegah setiap upaya
yang akan membawa rakyat pada fanatisme dan ide
Pan Islam. (Suminto, 1986:12).
Politik Etis yang dijalankan penjajah Belanda di
awal abad XX semakin menancapkan liberalisme di
Indonesia. Salah satu bentuk kebijakan itu disebut
unifikasi, yaitu upaya mengikat negeri jajahan dengan
penjajahnya dengan menyampaikan kebudayaan Barat
kepada orang Indonesia. Pendidikan, sebagaimana
disarankan Snouck Hurgronje, menjadi cara manjur
dalam proses unifikasi agar orang Indonesia dan
penjajah mempunyai kesamaan persepsi dalam aspek
sosial dan politik, meski pun ada perbedaan agama.
(Noer, 1991:183).
Proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945
seharusnya menjadi momentum untuk menghapus
109
penjajahan secara total, termasuk mencabut pemikiran
sekular-liberal yang ditanamkan penjajah. Tapi sayang
sekali ini tidak terjadi. Revolusi kemerdekaan Indonesia
hanyalah mengganti rejim penguasa, bukan mengganti
sistem atau ideologi penjajah. Pemerintahan memang
berganti, tapi ideologi tetap sekular. Revolusi ini tak
ubahnya seperti Revolusi Amerika tahun 1776, ketika
Amerika memproklamirkan kemerdekaannya dari
kolonialisasi Inggris. Amerika yang semula dijajah
lantas merdeka secara politik dari Inggris, meski
sesungguhnya Amerika dan Inggris sama-sama sekular.
Ketersesatan sejarah Indonesia itu terjadi karena
saat menjelang proklamasi (seperti dalam sidang
BPUPKI), kelompok sekular dengan tokohnya Soekarno,
Hatta, Ahmad Soebarjo, dan M. Yamin telah
memenangkan kompetisi politik melawan kelompok
Islam dengan tokohnya Abdul Kahar Muzakkir, H. Agus
Salim, Abdul Wahid Hasyim, dan Abikoesno
Tjokrosoejoso. (Anshari, 1997:42). Jadilah Indonesia
sebagai negara sekular.
Karena sudah sekular, dapat dimengerti mengapa
berbagai bentuk pemikiran liberal sangat potensial
untuk dapat tumbuh subur di Indonesia, baik
liberalisme di bidang politik, ekonomi, atau pun agama.
109
Dalam bidang ekonomi, liberalisme ini mewujud dalam
bentuk sistem kapitalisme (economic liberalism), yaitu
sebuah organisasi ekonomi yang bercirikan adanya
kepemilikan pribadi (private ownership), perekonomian
pasar (market economy), persaingan (competition), dan
motif mencari untung (profit). (Ebenstein & Fogelman,
1994:148). Dalam bidang politik, liberalisme ini nampak
dalam sistem demokrasi liberal yang meniscayakan
pemisahan agama dari negara sebagai titik tolak
pandangannya dan selalu mengagungkan kebebasan
individu. (Audi, 2002:47). Dalam bidang agama,
liberalisme mewujud dalam modernisme (paham
pembaruan), yaitu pandangan bahwa ajaran agama
harus ditundukkan di bawah nilai-nilai peradaban Barat.
(Said, 1995:101).
Tokoh-Tokoh Liberal Indonesia
Komaruddin Hidayat dalam tulisannya Islam Liberal
di Indonesia dan Masa Depannya (Republika, 17-18 Juli
2001) memasukkan Soekarno dan Hatta sebagai tokoh-
tokoh Islam Liberal. (Husaini & Hidayat, 2002:34).
Benar, Komaruddin Hidayat tidak sedang mengigau.
Soekarno dan Hatta memang tokoh liberal di Indonesia
karena keduanya ngotot menyerukan sekularisme
bahkan sebelum Indonesia merdeka.
109
Soekarno adalah seorang sekular. Pada tahun 1940
Soekarno pernah menulis artikel Apa Sebab Turki
Memisah Agama dari Negara, yang
mempropagandakan sekularisme Turki sebagai suatu
teladan yang patut dicontoh. (Noer, 1991:302).
Beberapa buku telah ditulis khusus untuk membongkar
sekularisme Soekarno, seperti buku Sekularisme
Soekarno dan Mustafa Kamal karya Abdulloh Shodiq
(1992) dan buku Islam Ala Soekarno Jejak Langkah
Pemikiran Islam Liberal di Indonesia karya Maslahul
Falah (2003).
Hatta juga seorang sekular. Prof. Soepomo pada
tanggal 31 Mei 1945 menggambarkan pendirian
sekular dari Hatta dalam sidang BPUPKI dengan
berkata,”Memang di sini terlihat ada dua paham, ialah :
paham dari anggota-anggota ahli agama, yang
menganjurkan supaya Indonesia didirikan sebagai
negara Islam, dan anjuran lain, sebagai telah
dianjurkan oleh Tuan Mohammad Hatta, ialah negara
persatuan nasional yang memisahkan urusan negara
dan urusan Islam, dengan lain perkataan : bukan
negara Islam.” (Anshari, 1997:27).
Jadi, Soekarno dan Hatta sebenarnya bukan
pahlawan dan bukan teladan yang baik bagi bangsa
109
Indonesia yang mayoritas muslim. Keduanya hanyalah
bagian dari kelompok sekular di negeri ini yang
hakikatnya tidak melakukan apa-apa, selain
melestarikan ideologi penjajah di Indonesia dengan
mengikuti model negara sekular yang dijalankan kaum
Yahudi dan Nasrani yang kafir.
Seharusnya umat Islam tidak boleh mengikuti jalan
hidup kaum Yahudi dan Nasrani (QS Al-Maidah:51),
meski kita tak perlu terlampau heran kalau memang
terjadi. Karena Rasulullah SAW jauh-jauh hari telah
berpesan : “Sungguh kamu akan mengikuti jalan orang-
orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal sehasta
demi sehasta, hingga kalau mereka masuk lubang
biawak, kamu akan tetap mengikuti mereka.” Para
shahabat bertanya,”Apakah mereka Yahudi dan
Nasrani?” Jawab Rasulullah SAW,”Lalu siapa lagi?” (HR
Bukhari & Muslim). Wallahu a’lam.
Waspadai munculnnya Ideologi Komunis yang
berkedokkan Liberalisme
Masyarakat Indonesia khususnya generasi muda
agar mewaspadai munculnya ideologi komunis
menyusup dalam topeng liberalisme.
109
Masyarakat Indonesia khususnya generasi muda
Sumatera Utara agar mewaspadai munculnya ideologi
komunis menyusup dalam topeng liberalisme.
"Kami mengingatkan masyarakat tidak terhanyut
dengan kondisi negara saat ini yang dapat
dimanfaatkan dan diperalat ideologi komunis," kata
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Laskar Ampera
Arief Rahman Hakim (LAARH) Angkatan '66 Sumut HM
Kamaluddin Lubis, SH di Medan, Rabu (12/3).
Kamaluddin salah seorang pencetus Angkatan '66,
perlu mengingatkan masyarakat akan bahaya laten
komunis. "Saya berpandangan, ideologi komunis saat
ini berada di balik topeng liberalisme. Liberal yang
diartikan kebebasan dapat disusupi paham komunis,
dengan mengusung isu-isu hak asasi," ujarnya.
Banyak bukti indikasi kebangkitan ideologi itu dilihat
dari sisi pendidikan, siaran komunikasi dan lainnya.
Selain itu lanjutnya, generasi sekarang seperti kelu
mengucapkan Pancasila sebagai ideologi. "Saya
prihatin dengan orang-orang yang berbicara HAM
berdalih kebebasan. Ini bisa mengakibatkan chaos dan
109
masuknya ideologi komunis," katanya.
Kamaluddin prihatin terjadinya pengkaplingan wilayah
dengan adanya otonomi daerah kebablasan.
"Bayangkan Perda yang sudah ditolak Mendagri masih
dipertahankan kepala daerah," ujarnya.
Angkatan '66, lanjutnya, bukan tidak setuju otonomi
daerah karena pada masa orde baru hal itu sudah
dikaji. "Tapi kalau semua kabupaten dimekarkan tanpa
pemikiran matang, dapat menimbulkan chaos," ujar
praktisi hukum ini.
Hal negatif lainnya, bisa jadi cara pandang dan
pemikiran kepala daerah cuma setingkat camat.
"Bayangkan berapa banyak daerah yang sudah
dimekarkan, bahkan Langkat sudah diwacanakan
'pecah' menjadi lima kabupaten," ujarnya.
Menurut Kamaluddin, otonomi daerah dapat
menimbulkan seedback (kesukuan), apalagi maksud
otonomi tidak dijelaskan secara detail kepada rakyat.
Selama ini, pandangan masyarakat otonomi itu kapling-
kapling daerah, mungkin begitu juga pemkiran kepala
daerah saat ini.
109
Jangan Terjebak
Sementara Zaidan BS, wakil ketua DPW LAARH
mengingatkan kepada semua calon gubenur, partai
pendukung dan tim sukses tidak terjebak dengan
elemen-elemen ideologi komunis bertopeng liberal.
"Kami saat delegasi ke Komnas HAM kemarin, telah
meminta seluruh elemen yang terkait dengan Pilkada
hati-hati munculnya ideologi komunis," ujarnya.
LAARH pada pelaksanaan Pilkada ini netral dan tidak
mendukung salah satu calon. "Kami hanya
mengharapkan keamanan, sehingga tidak chaos oleh
'gerakan' elemen-elemen yang bergerak tanpa bentuk,"
ujarnya.
Liberalisme mengancam Keutuhan Wilayah
NKRI
Menjelang PEMILU 2009, Papua memanas, terjadi
beberapa insiden kerusuhan yang merenggut nyawa.
Salah satunya puluhan anggota OPM (Organisasi Papua
Merdeka) menyerang anggota BRIMOB yang bertugas
mengamankan PEMILU.
Sebelum kerusuhan terjadi, di Amerika pada
tanggal 3-5 April 2009, berlangsung deklarasi
109
International Lawyers for West Papua (ILWP). Kumpulan
para pengacara ini mendukung kemerdekaan Papua
dari Indonesia.
Berdirinya ILWP disambut meriah sebagian rakyat
Papua. Ribuan rakyat Papua yang tergabung dalam
Komite Nasional Papua Barat, pada hari Jum'at, tanggal
3 April 2009, melakukan aksi demonstrasi menyambut
deklarasi ILWP. Massa menolak PEMILU Indonesia di
Papua, dan menyerukan referendum terbuka. Aksi ini
diikuti oleh berbagai elemen, termasuk mahasiswa
Papua yang belajar di Jawa dan Bali."Kami mau
merdeka, bukan PEMILU" kata Pendeta Daud Auwe
dalam orasinya.
Setelah lepasnya propinsi TimTim dari wilayah
NKRI, pihak-pihak asing, terutama di Amerika Serikat,
melanjutkan upaya sistematis untuk memerdekakan
Papua dari Indonesia.
Hak kemerdekaan memang dijamin dalam sistem
demokrasi dan liberalisme.
Padahal, selama ini diopinikan bahwa Syariat Islam
dan Khilafah mengancam PANCASILA dan NKRI, mereka
berteriak PANCASILA dan NKRI harga mati, disisi lain
109
secara diam-diam bermuka dua memperjuangkan
kemerdekaan Maluku dan Papua.
Mereka bahkan mengancam, jika sampai Syariat
Islam diberlakukan di Indonesia, dan Khilafah berdiri,
maka Maluku, Papua, dan Bali akan memisahkan diri
dari NKRI.
He..he..he..padahal belum sepakat mayoritas di
Indonesia tentang Syariat Islam dan Khilafah, dan
belum terbentuk pula, tetapi kenyataannya Papua dan
Maluku sudah sibuk memperjuangkan kemerdekaan
dibawah pimpinan para pemuka agama, untuk
memisahkan diri dari NKRI.
HTI yang gencar memperjuangkan Khilafah saja,
tidak pernah sekalipun menyerukan suatu propinsi di
Indonesia untuk merdeka dan lepas dari NKRI.
Jadi, sebenarnya siapa yang mengancam keutuhan
wilayah NKRI??? Khilafah kah atau Liberalisme dengan
demokrasinya ???
Yang pasti, jika Khilafah berdiri, keutuhan wilayah
Indonesia tetap terjaga, negara-negara sekuler tidak
berani menghadapi kekuatan Islam yang sudah bersatu
diseluruh dunia.
109
Pada akhir abad ke-18 di Eropa terutama di
Inggris terjadilah suatu revolusi dibidang ilmu
pengetahuan kemudian berkembang kearah
revolusi teknologi dan industry. Perubahan
tersebut membawa perubahan orientas kehidupan
masyarakat baik di bidang sosial, ekonomi maupun
politik. Paham liberalisme berkembang dari akar-
akar rasionalisme yaitu paham yang meletakkan
rasio sebagai sumber kebenaran tertinggi,
materialism yang meletakkan materi sebagai nilai
tertinggi, empirisme yng mendasarkan atas
kebenaran fakta empiris (yang dapat ditangkap
dengan indera manusia), serta individualisme yang
meletakkan nilai dan kebebasan individu sebagai
nilai tertinggi dalam kehidupan masyarakat dan
Negara.
Berpangkal dari dasar ontologis bahwa
manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk
individu yang bebas. Manusia menurut paham
liberalisme memandang bahwa manusia sebagai
manusia pribadi yang utuh dan lengkap dan
terlepasdari manusia lainnya. Manusia sebagai
individu memiliki potensi dan senantiasa berjuang
untuk dirinya sendiri. Dalam pengertian inilah
109
maka dalam hidup masyarakat bersama akan
menyimpan potensi konflik, manusia akan menjadi
ancaman bagi manusia lainnya yang menurut
istilah hobbes disebut “homo homini lupus”
sehingga manusia harus membuat suatu
perlindungan bersama. Atas dasar kepentingan
bersama. Negara menurut liberalism harus tetap
menjamin kebebasan individu, dan untuk itu maka
manusia secara bersama-sama mengatur Negara.
Atas dasar ontologis hakikat manusia tersebut
maka dalam kehidupan masyarakat bersama yang
disebut Negara, kebebasan individu sebagai basis
demokrasi bahkan hal ini merupakan unsure yang
fundamental. Dasar-dasar demokrasi inilah yang
merupakan referensi model demokrasi di berbagai
Negara pada awal abad ke19 (Poespowardoyo,
1989). Namun demikian dalam kapasitas manusia
sebagai rakyat dalam Negara, maka sering terjadi
perbedaan persepsi. Liberalism tetap pada suatu
prinsip bahwa rakyat adalah merupakan ikatan dari
individu yang bebas, dan ikatan hukumlah yang
mendasari kehidupan bersama dalam Negara.
Berdasarkan latar belakang timbulnya paham
liberalism yang merupakan sintesa dari beberapa
109
paham antaralain paham, materialism,
rasionalisme, empirisme dan individualism maka
dalam penerapan ideology tersebut dalam Negara
senantiasa didasari oleh aliran-aliran serta paham-
paham tersebut secara keseluruhan. Kebebasan
manusia dalam realisasi demokrasi senantiasi
mendasarkan atas kebebasan individu diatas
segala-galanya. Rasio merupakan hakikat
tingkatan tertinggi dalam Negara, sehingga
dimungkinkan akan berkedudukan lebih tinggi
daripada nilai religious. Hal ini harus dipahami
karena demokrasi akan mencakup seluruh sendi-
sendi kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan
Negara, antaralain bidang politik, ekonomi, social,
kebudayaan, ilmu pengetahuan bahkan kehidupan
keagamaan atau kehidupan religious. Atas dasar
inilah perbedaan sifat serta karakter bangsa sering
menimbulkan gejolak dalam menerapkan
demokrasi yang hanya mendasarkan pada paham
liberalisme. Termasuk di Indonesia sendiri pada era
reformasi ini yang tidak semua orang memahami
makna demokrasi sehingga penerapan yang
dipaksakan yang tidak sesuai dengan kondisi
objektif bangsa dalam kenyataanya menimbulkan
banyak konflik.
109
Pemahaman atas eksistensi rakyat dalam
suatu Negara inilah yang merupakan sumber
perbedaan konsep antaralain pada konsep yang
menekankan bahwa rakyat adalah sebagai suatu
kesatuan integral dari element-element yang
menyusun Negara, bahkan komunisme
menekankan bahwa rakyat adalah merupakan
suatu totalitas diatas eksistensi individu.
2. Perbandingan Ideologi Pancasila
dengan Ideologi Kapitalis Liberal
Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang
menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan
dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang
digunakan dalam produksi barang lainnya (Bagus,
1996). Ebenstein (1990) menyebut kapitalisme sebagai
sistem sosial yang menyeluruh, lebih dari sekedar
sistem perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan
kapitalisme sebagai bagian dari gerakan
individualisme. Sedangkan Hayek (1978) memandang
kapitalisme sebagai perwujudan liberalisme dalam
ekonomi.
Menurut Ayn Rand (1970), kapitalisme adalah "a social
system based on the recognition of individual rights,
including property rights, in which all property is
109
privately owned". (Suatu sistem sosial yang
berbasiskan pada pengakuan atas hak-hak individu,
termasuk hak milik di mana semua pemilikan adalah
milik privat).
Heilbroner (1991) secara dinamis menyebut
kapitalisme sebagai formasi sosial yang memiliki
hakekat tertentu dan logika yang historis-unik. Logika
formasi sosial yang dimaksud mengacu pada gerakan-
gerakan dan perubahan-perubahan dalam proses-
proses kehidupan dan konfigurasi-konfigurasi
kelembagaan dari suatu masyarakat. Istilah "formasi
sosial" yang diperkenalkan oleh Karl Marx ini juga
dipakai oleh Jurgen Habermas. Dalam Legitimation
Crisis (1988), Habermas menyebut kapitalisme sebagai
salah satu empat formasi sosial (primitif, tradisional,
kapitalisme, post-kapitalisme).
Dalam ilmu-ilmu sosial dikenal dua pengertian
mengenai ideologi, yaitu ideologi secara fungsional dan
secara struktural. Ideologi secara fungsional diartikan
sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan
bersama; atau tentang masyarakat dan negara yang
dianggap paling baik, sedangkan ideologi secara
struktural diartikan sebagai sistem pembenaran,
seperti gagasan dan formula politik atas setiap
kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa.
109
Menurut pendekatan struktural konflik, kelas yang
memiliki sarana produksi materiil dengan sendirinya
memiliki sarana produksi mental, seperti gagasan,
budaya dan hukum. Gagasan kelas yang berkuasa di
manapun dan kapanpun merupakan gagasan yang
dominan. Gagasan, budaya, hukum dan sebagainya
sadar atau tidak merupakan pembenaran atas
kepentingan materiil pihak yang memiliki gagasan
yang dominan. Sistem pembenaran ini disebut ideologi.
Dalam bahasa Indonesia, ideologi sering disebut
sebagai “dasar negara” atau “falsafah negara”, di
Malaysia disebut “rukun negara”. Karena memberikan
pengesahan kepada pemerintah, ideologi
membenarkan adanya status quo. Tetapi ideologi juga
bisa digunakan oleh pihak lainnya (pihak pemberontak,
pihak oposisi atau pihak reformasi) guna menyalahkan
pemerintahan, menyerang kebijakan pemerintah
sampai kepada mengubah status quo. Sekalipun
pemerintah bisa menindas warga negaranya dengan
menggunakan dalih ”hak ketuhanan raja” atau
”kehendak sejarah”, tetapi pihak lainnya bisa
membenarkan tindakan kekerasan mereka dengan
bersandar pada prinsip ”hak-hak dasar” atau
”kehendak yang kuasa”. Ideologi yang dianggap sarat
dengan kepentingan kelas pekerja bukan tidak bisa
109
digunakan untuk menentang kekuasaan negara borjuis,
selain juga untuk mensahkan kekuasaan diktator
terhadap kelas pekerja. Ideologi dalam arti fungsional
dapat digambarkan secara singkat dengan contoh
berikut.
Di Amerika Serikat, menjamin keamanan nasional
berarti peningkatan produksi persenjataan yang
bermakna pula menguntungkan industri-industri
senjata. Peningkatan pertumbuhan pertanian berarti
peningkatan produksi pupuk dan bahan kimia yang
lain, yang berarti menguntungkan industri-industri
pupuk dan bahan kimia. Demi stabilitas nasional di
negara-negara berkembang acap kali berarti
mengurangi kebebasan politik warga negara. Ideologi
dalam arti fungsional digolongkan secara tipologi
dengan dua tipe, yakni ideologi yang doktriner dan
ideologi yang pragmatis.
Suatu ideologi dapat digolongkan doktriner apabila
ajaran-ajaran yang terkandung dalam ideologi itu
dirumuskan secara sistematis dan terinci dengan jelas,
diindoktrinasikan kepada warga masyarakat, dan
pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat partai
atau aparat pemerintah. Biasanya sistem nilai atau
ideologi yang diperkenankan hidup dalam masyarakat
seperti ini hanyalah ideologi yang doktriner tersebut.
109
Akan tetapi, apabila ajaran-ajaran yang terkandung
dalam ideologi tersebut tidak dirumuskan secara
sistematis dan terinci, melainkan dirumuskan secara
umum (prinsip-prinsipnya saja) maka ideologi tersebut
digolongkan sebagai ideologi pragmatis. Dalam hal ini,
ideologi itu tidak diindoktrinasikan, tetapi
disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan
keluarga, sistem pendidikan, sistem ekonomi,
kehidupan agama dan sistem politik. Atas dasar itu,
pelaksanaannya tidak diawasi oleh aparat partai atau
pemerintah, melainkan dengan pengaturan
kelembagaan. Maksudnya, siapa saja yang tidak
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam ideologi tidak akan hidup secara wajar.
Liberalisme merupakan salah satu contoh ideologi
pragmatis. Biasanya tidak satu ideologi saja yang
diperkenankan berkembang dalam masyarakat ini,
tetapi ada satu yang dominan.
Liberalisme sebagai suatu ideologi pragmatis
muncul pada abad pertengahan di kalangan
masyarakat Eropa. Masyarakat Eropa pada saat itu
secara garis besar terbagi atas dua, yakni kaum
aristokrat dan para petani. Kaum aristokrat
diperkenankan untuk memiliki tanah, golongan feodal
ini pula yang menguasai proses politik dan ekonomi,
109
sedangkan para petani berkedudukan sebagai
penggarap tanah yang dimiliki oleh patronnya, yang
harus membayar pajak dan menyumbangkan tenaga
bagi sang patron. Bahkan di beberapa tempat di Eropa,
para petani tidak diperkenankan pindah ke tempat lain
yang dikehendaki tanpa persetujuan sang patron
(bangsawan). Akibatnya, mereka tidak lebih sebagai
milik pribadi sang patron. Sebaliknya, kesejahteraan
para penggarap itu seharusnya ditanggung oleh sang
patron. Industri dikelola dalam bentuk gilde-gilde yang
mengatur secara ketat, bagaimana suatu barang
diproduksi, berapa jumlah dan distribusinya. Kegiatan
itu dimonopoli oleh kaum aristokrat. Maksudnya,
pemilikan tanah oleh kaum bangsawan, hak-hak
istimewa gereja, peranan politik raja dan kaum
bangsawan, dan kekuasaan gilde-gilde dalam ekonomi
merupakan bentuk-bentuk dominasi yang melembaga
atas individu. Dalam konteks perkembangan
masyarakat itu muncul industri dan perdagangan
dalam skala besar, setelah ditemukan beberapa
teknologi baru. Untuk mengelola industri dan
perdagangan dalam skala besar-besaran ini jelas
diperlukan buruh yang bebas dan dalam jumlah yang
banyak, ruang gerak yang leluasa, mobilitas yang
tinggi dan kebebasan berkreasi. Kebutuhan-kebutuhan
109
baru itu terbentur pada aturan-aturan yang
diberlakukan secara melembaga oleh golongan feodal.
Yang membantu golongan ekonomi baru terlepas dari
kesukaran itu ialah munculnya paham liberal.
Liberalisme tidak diciptakan oleh golongan
pedagang dan industri, melainkan diciptakan oleh
golongan intelektual yang digerakkan oleh keresahan
ilmiah dan artistik umum pada zaman itu. Keresahan
intelektual tersebut disambut oleh golongan pedagang
dan industri, bahkan hal itu digunakan untuk
membenarkan tuntutan politik yang membatasi
kekuasaan bangsawan, gereja dan gilde-gilde. Mereka
tidak bertujuan semata-mata untuk dapat menjalankan
kegiatan ekonomi secara bebas, tetapi juga mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya. Masyarakat yang
terbaik (rezim terbaik), menurut paham liberal adalah
yang memungkinkan individu mengembangkan
kemampuan-kemampuan individu sepenuhnya. Dalam
masyarakat yang baik, semua individu harus dapat
mengembangkan pikiran dan bakat-bakatnya. Hal ini
mengharuskan para individu untuk bertanggung jawab
pada segala tindakannya baik itu merupakan sesuatu
untuknya atau seseorang. Seseorang yang bertindak
atas tanggung jawab sendiri dapat mengembangkan
kemampuan bertindak. Menurut asumsi liberalisme
109
inilah, John Stuart Mill mengajukan argumen yang lebih
mendukung pemerintahan berdasarkan demokrasi
liberal. Dia mengemukakan tujuan utama politik ialah
mendorong setiap anggota masyarakat untuk
bertanggung jawab dan menjadi dewasa. Hal ini hanya
dapat terjadi manakalah mereka ikut serta dalam
pembuatan keputusan yang menyangkut hidup
mereka. Oleh karena itu, walaupun seorang raja yang
bijaksana dan baik hati, mungkin dapat membuat
putusan yang lebih baik atas nama rakyat dari pada
rakyat itu sendiri, bagaimana pun juga demokrasi jauh
lebih baik karena dalam demokrasi rakyat membuat
sendiri keputusan bagi diri mereka, terlepas dari baik
buruknya keputusan tersebut. Jadi, ciri-ciri ideologi
liberal sebagai berikut :
Pertama, demokrasi merupakan bentuk
pemerintahan yang lebih baik.
Kedua, anggota masyarakat memiliki
kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan
berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan
pers.
Ketiga, pemerintah hanya mengatur
kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan
yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga
109
rakyat dapat belajar membuat keputusan untuk
diri sendiri.
Keempat, kekuasaan dari seseorang
terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.
Oleh karena itu, pemerintahan dijalankan
sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan
kekuasaan dapat dicegah. Pendek kata, kekuasaan
dicurigai sebagai hal yang cenderung
disalahgunakan, dan karena itu, sejauh mungkin
dibatasi.
Kelima, suatu masyarakat dikatakan
berbahagia apabila setiap individu atau sebagian
besar individu berbahagia. Walau masyarakat
secara keseluruhan berbahagia, kebahagian
sebagian besar individu belum tentu maksimal.
Dengan demikian, kebaikan suatu masyarakat atau
rezim diukur dari seberapa tinggi indivivu berhasil
mengembangkan kemampuan-kemampuan dan
bakat-bakatnya. Ideologi liberalisme ini dianut di
Inggris dan koloni-koloninya termasuk Amerika
Serikat.
Liberalisme adalah sebuah ideologi,
pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan
109
adalah nilai politik yang utama atau kalau kata
guru PKn saya (Pak Mustakim) ideologi Liberalisme
adalah sebuah ideologi yang mengutamakan
kepentingan individu dan mengenyampingkan
kepentingan negara. Ideologi ini sangat berbeda
dengan ideologi komunis karena pengertiannya
saja sudah beda. Berdasarkan kata guru PKn (Pak
Mustakim), pengertian dari ideologi komunisme
adalah sebuah ideologi yang mengutamakan
kepentingan negara dan mengenyampingkan
kepentingan individu. Sangat berbeda sekali
dengan ideologi Liberalisme.
Secara umum, liberalisme mencita-
citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan
oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham
liberalisme menolak adanya pembatasan,
khususnya dari pemerintah dan agama.
Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran
gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang
mendukung usaha pribadi (private enterprise)
yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan
yang transparan, dan menolak adanya
pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh
karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi
dasar bagi tumbuhnya .
109
Dalam masyarakat modern, liberalisme
akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal
ini dikarenakan keduanya sama-sama
mendasarkan kebebasan mayoritas. Bandingkan
Oxford Manifesto dari Liberal Internasional: "Hak-
hak dan kondisi ini hanya dapat diperoleh melalui
demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati tidak
terpisahkan dari kebebasan politik dan didasarkan
pada persetujuan yang dilakukan dengan sadar,
bebas, dan yang diketahui benar (enlightened) dari
kelompok mayoritas, yang diungkapkan melalui
surat suara yang bebas dan rahasia, dengan
menghargai kebebasan dan pandangan-
pandangan kaum minoritas.
Pandangan-pandangan liberalisme dengan paham
agama seringkali berbenturan karena liberalisme
menghendaki penisbian dari semua tata nilai,
bahkan dari agama sekalipun. meski dalam
prakteknya berbeda-beda di setiap negara, tetapi
secara umum liberalisme menganggap agama
adalah pengekangan terhadap potensi akal
manusia.
109
Contoh negara liberal adalah seperti Amerika
Serikat, Inggris, Spanyol, Italia, dan Prancis.
Pancasila sebagai ideologi nasional
mengandung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia,
yaitu cara berpikir dan cara kerja perjuangan.
Pancasila perlu dipahami dengan latar belakang
konstitusi proklamasi atau hukum dasar kehidupan
berbangasa, bernegara dan bermasyarakat yaitu
Preambule, Batang Tubuh serta Penjelasan UUD
1945.
Pancasila sebagai ideologi nasional dapat
diartikan sebagai suatu pemikiran yang memuat
pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah,
manusia, masyarakat, recht dan negara Indonesia,
yang bersumber dari kebudayaan Indonesia.
Pancasila bersifat integralistik, yaitu paham
tentang hakikat negara yang dilandasi dengan
konsep kehidupan bernegara. Pancasila yang
melandasi kehidupan bernegara menurut Dr.
Soepomo adalah dalam kerangka negara
integralistik, untuk membedakan dari paham-
paham yang digunakan oleh pemikir kenegaraan
lain. Masih cocokkah pandangan integralistik ini ?.
109
Pancasila seperti ideologi dunia lainnya
terlebih dahulu lahir sebagai pemikiran filosofis,
yang kemudian dituangkan dalam rumusan
ideologi dan setelahnya baru diwujudkan dalam
konsep-konsep politik. Jangka waktu tersebut bisa
puluhan bahkan ratusan tahun. Proses yang dilalui
Pancasila sedikit berbeda karena belum ada
konsep masa depan atau tujuan yang hendak
dicapai. Era reformasi sebagai era pembaharuan di
segala bidang, menuntut kita untuk berbuat lebih
baik, lebih arif dan bijaksana. Dan pemahaman
akan interpretasi Pancasila sekarang ini sudah
berbeda jauh dari zaman orde lama maupun orde
baru.
3. Pemilihan ideology pancasila
Seperti yang telah kita ketahui bahwa di
Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa,
adat istiadat hingga berbagai macam agama dan
aliran kepercayaan. Dengan kondisi sosiokultur
yang begitu heterogen dibutuhkan sebuah ideologi
yang netral namun dapat mengayomi berbagai
keragaman yang ada di Indonesia.
109
Karena itu dipilihlah Pancasila sebagai dasar
negara. Namun saat ini yang menjadi
permasalahan adalah bunyi dan butir pada sila
pertama. Sedangkan sejauh ini tidak ada pihak
manapun yang secara terang terangan menentang
bunyi dan butir pada sila kedua hingga ke lima,
kecuali Hizbut Tahrir Indonesia yang secara terang
terangan menentang pasal ke 4. Namun hal itu
akan dibahas lain kali.
Sila pertama yang berbunyi “ketuhanan yang
maha esa” pada saat perumusan pernah diusulkan
oleh PDU PPP dan FDU (kini PKS) ditambah dengan
kata kata “… dengan kewajiban menjalankan
syariat islam bagi pemeluknya“ sejak saat itu
dikenal sebagai Piagam Jakarta. Namun dua ormas
Islam terbesar saat itu – hingga kini yaitu Nahdatul
Ulama dan Muahmmadiyah menentang penerapan
Piagam Jakarta tersebut, karena dua ormas Islam
tersebut menyadari bahwa jika penerapan syariat
Islam diterapkan secara tidak langsung namun
pasti akan menjadikan indonesia sebagai negara
Islam dan secara “fair” hal tersebut dapat
memojokan umat beragama lain. Yang lebih buruk
lagi adalah dapat memicu disintegrasi bangsa
109
terutama bagi profinsi yang mayoritas beragama
non Islam. Karena itulah sampai detik ini bunyi sila
pertama adalah “ketuhanan yang maha esa” yang
berarti bahwa Pancasila mengakui dan
menyakralkan keberadaan Agama, tidak hanya
Islam namun termasuk juga Kristen, Katholic,
Budha dan Hindu sebagai agama resmi negara.
Akibat maraknya parpol dan ormas Islam yang
tidak mengakui keberadaan Pancasila dengan
menjual nama Syariat islam dapat mengakibatkan
disintegrasi bangsa. Bagi kebanyakan masyarakat
indonesia yang cinta atas keutuhan NKRI maka
banyak dari mereka yang mengatasnamakan diri
mereka Islam Pancasilais, atau Islam Nasionalis.
3.1 Ideologi Pancasila Sebagai Ideologi
Terbuka
Keberadaan Pancasila sebagai falsafah
kenegaraan atau staatsidee (cita negara)
menunjukkan hakikat Pancasila sebagai ideologi
terbuka. Terminologi Pancasila sebagai ideologi
terbuka sesungguhnya telah dikembangkan pada
masa orde baru. Namun dalam pelaksanaannya
pada masa itu lebih menunjukkan Pancasila
109
sebagai ideologi tertutup. Pancasila menjadi alat
hegemoni yang secara apriori ditentukan oleh elit
kekuasaan untuk mengekang kebebasan dan
melegitimasi kekuasaan. Kebenaran Pancasila
pada saat itu tidak hanya mencakup cita-cita dan
nilai dasar, tetapi juga meliputi kebijakan praktis
operasional yang tidak dapat dipertanyakan, tetapi
harus diterima dan dipatuhi oleh masyarakat.
Konsekuensi Pancasila sebagai ideologi
terbuka adalah membuka ruang membentuk
kesepakatan masyarakat bagaimana mencapai
cita-cita dan nilai-nilai dasar tersebut, yaitu
kesepakatan tentang the rule of law sebagai
landasan pemerintahan atau penyelenggaraan
negara (the basis of government) dan kesepakatan
tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-
prosedur ketatanegaraan (the form of institutions
and procedures). Kesepakatan-kesepakatan
tersebut hanya mungkin dicapai jika sistem yang
dikembangkan adalah sistem demokrasi.
Menurut Noor MS. Bakry (1994), Pancasila
sebagai ideologi bersifat dinamik. Dalam arti, ia
menjadi kesatuan prinsip pengarahan yang
berkembang dialektik serta terbuka penafsiran
109
baru untuk melihat perspektif masa depan dan
aktual antisipatif dalam menghadapi
perkembangan dengan memberikan arah dan
tujuan yang ingin dicapai dalam melangsungkan
hidup dan kehidupan nasional.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia
memiliki perbedaan dengan sistem kapitalisme-
liberal maupun sosialisme-komunis. Pancasila
mengakui dan melindungi baik hak-hak individu
maupun hak masyarakat baik di bidang ekonomi
maupun politik. Dengan demikian ideologi kita
mengakui secara selaras baik kolektivisme
maupun individualisme. Demokrasi yang
dikembangkan, bukan demokrasi politik semata
seperti dalam ideologi liberal-kapitalis, tetapi juga
demokrasi ekonomi. Dalam sistem kapitalisme
liberal dasar perekonomian bukan usaha bersama
dan kekeluargaan, namun kebebasan individual
untuk berusaha. Sedangkan dalam sistem
etatisme, negara yang mendominasi
perekonomian, bukan warga negara baik sebagai
individu maupun bersama-sama dengan warga
negara lainnya. Bagi kaum kapitalis-liberalis,
kebebasan individu merupakan hak mutlak yang
absolut. Ajaran mereka hanya mengagung-
109
agungkan material dan tak menghiraukan sama
sekali aspek immaterial-religi. Kapitalisme adalah
sebuah ajaran yang didasarkan pada sebuah
asumsi bahwa manusia secara individu adalah
makhluk yang tidak boleh dilanggar
kemerdekaannya dan tidak perlu tunduk pada
batasan-batasan sosial. Kapitalisme memiliki
konsep kecenderungan yang membolehkan
kepemilikan pribadi tanpa batas. Sedangkan
komunis adalah sistem kepercayaan yang
mendasarkan pandangan hidup pada keyakinan
bahwa masyarakat merupakan dasar dan secara
individu tidak bisa memisahkan eksistensi dari
ruang lingkup sosial. Dengan itu komunisme
menyerahkan semua yang dimiliki individu pada
negara (sebagai representasi masyarakat). Kedua
pandangan ini, manusia secara individu akan
kehilangan hak milik. Karena negara menggunakan
otoritas sebagai legitimasi kekuasaan. Baik
kapitalisme maupun komunisme adalah bentuk
pengekspoitasian hak-hak pribadi melalui lembaga
negara. Kapitalisme memiliki sebuah sistem sosial
yang menekankan kepentingan individu.
Penumpukan kakayaan untuk kepentingan diri
sendiri dan hidup berfoya-foya dengan kekayaan
109
pribadi. Kapitalisme menganut sistem sentralisasi
kekayaan individu baik dalam kerangka organisasi
atau negara.
Adanya pemikiran untuk membangun ideologi
Pancasila dalam kehidupan negara dan bangsa
Indonesia yang lebih baik menurut pemikiran
penulis mestinya menjadi sebuah keharusan sebab
di abab 21 yang ditandai dengan perdagangan
bebas dan globalisasi, Pancasila harus mampu
menjawab berbagai tantangan dan ancaman
adanya pengaruh negatif ideologi liberal-kapitalis
dan komunis dalam segala aspek kehidupan.
Bahkan ideologi Pancasila mestinya tampil sebagai
suatu ideologi alternatif bagi negara dan bangsa di
dunia.
Penulis setuju dengan yang dikemukakan oleh
Noor MS Bakry yang mengindikasikan, Pancasila
akan selalu mempunyai hal baru yang progresif
dalam menghadapi tantangan kehidupan yang
makin maju dan kompleks. Dalam beberapa pasal,
khususnya menyangkut nilai-nilai kemanusiaan
dan keadilan, Pancasila telah tampil di garda
depan. Tantangan sekarang ini, pancasila
dihadapkan pada kekuatan kapitalisme global yang
telah dijadikan "ideologi" masyarakat dunia.
109
Masyarakat Indonesia sedikit banyak terpengaruh
dengan kaum kapitalisme global ini. Dan cara
untuk mereduksi sistem kapitalisme yang sudah
mengkristal dalam perilaku sosial masyarakat
modern ini adalah dengan kekuatan negara,
karena negara mempunyai power. Dalam konteks
itu, bangsa kita yang dikenal sebagai bangsa
beradab. Bangsa yang pluralisme kebudayaan
agama dan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar
ideologi negara seyogyanya diamalkan dengan
penuh kesadaran moral oleh elit pengelola negara.
Tentu saja seluruh masyarakat Indonesia harus
turut mendukung.
Dunia modern sekarang telah mengagung-
agungkan sistem pemikiran yang dibangun oleh
akum kapitalis-liberalis, dengan teori dan term
globalisasi. Menghancurkan hak hidup rakyat
marjinal di Selatan. Penghancuran hak hidup itu
berwujud perebutan sumber-sumber alam dan
keanekaragaman hayati, hak-hak rakyat lokal yang
semestinya dihormati.
Menghadapi konsepsi tatanan pemikiran yang
berkembang, sekarang saatnya kita menghidupkan
dan memperlihatkan Pancasila sebagai sosok yang
sakti. Saatnya kita menggali nilai-nilai
109
kemanusiaan dan keadilan yang terkandung
didalamnya.
Dalam Pancasila ada kepribadian
kemanusiaan yang sangat penting. Kepribadian
kemanusiaan merupakan sifat-sifat hakikat
kemanusiaan abstrak umum universal yang dapat
membedakan manusia dengan makhluk lain, yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
keadilan, yang merupakan sifat hakikat manusia.
Sebagai penutup, penulis coba
menyimpulkan karakteristik ideologi Pancasila
yang membedakan dengan ideologi lainnya
adalah sebagai berikut:
Pancasila mengakui dan melindungi baik hak-
hak individu maupun hak masyarakat baik di bidang
ekonomi maupun politik.
Pancasila mengakui hak-hak milik pribadi dan
hak-hak umum. Dalam Kapitalisme membolehkan
kepemilikan pribadi tanpa batas. Sedangkan komunis
menyerahkan semua yang dimiliki individu pada
negara
Pancasila mengakui secara selaras baik
kolektivisme maupun individualisme. Sedangkan
kapitalisme mengakui individualisme dan komunisme
hanya mengakui kolektivime.
109
Pancasila bukan hanya mengembangkan
demokrasi politik semata seperti dalam ideologi
liberal-kapitalis, tetapi juga demokrasi ekonomi
dengan asas kekeluargaan.
Pancasila memberikan kebebasan individu
secara bertanggung jawab selaras dengan
kepentingan sosial. (kepetingan individu dalam
kerangka kepentingan sosial). Bagi kaum kapitalis-
liberalis, kebebasan individu merupakan hak mutlak
yang absolut.
Pancasila dilandasi nilai ketuhanan (religius).
Kapitalisme ataupun komunisme mengagung-
agungkan material (materialisme) dan kurang
menghiraukan aspek immaterial-religi.
Nasionalisme
Nasionalisme adalah satu paham yang
menciptakan dan mempertahankan kedaulatan
sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation")
dengan mewujudkan satu konsep identitas
bersama untuk sekelompok manusia.
109
Para nasionalis menganggap negara adalah
berdasarkan beberapa "kebenaran politik" (political
legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu
"identitas budaya", debat liberalisme yang
menganggap kebenaran politik adalah bersumber
dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori
itu.
Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah
masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot.
Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup
bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak
beranjak dari situ. Saat itu, naluri
mempertahankan diri sangat berperan dan
mendorong mereka untuk mempertahankan
negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan
diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini,
yang notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan
inipun tampak pula dalam dunia hewan saat ada
109
ancaman pihak asing yang hendak menyerang
atau menaklukkan suatu negeri. Namun, bila
suasanya aman dari serangan musuh dan musuh
itu terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini.
Dalam zaman modern ini, nasionalisme
merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan
yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta
keagamaan, seperti yang dinyatakan di bawah.
Para ilmuwan politik biasanya menumpukan
penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang
ekstrem seperti nasional sosialisme, pengasingan
dan sebagainya.
Beberapa bentuk dari nasionalisme
Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya
sebagai sebagian paham negara atau gerakan
(bukan negara) yang populer berdasarkan
pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan
dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya berkaitan
109
dan kebanyakan teori nasionalisme
mencampuradukkan sebahagian atau semua
elemen tersebut.
Nasionalisme kewarganegaraan (atau
nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme
dimana negara memperoleh kebenaran politik dari
penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat";
"perwakilan politik". Teori ini mula-mula dibangun
oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan-
bahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal adalah
buku berjudulk Du Contract Sociale (atau dalam
Bahasa Indonesia "Mengenai Kontrak Sosial").
Nasionalisme etnis adalah sejenis
nasionalisme di mana negara memperoleh
kebenaran politik dari budaya asal atau etnis
sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann
Gottfried von Herder, yang memperkenalkan
konsep Volk (bahasa Jerman untuk "rakyat").
109
Nasionalisme romantik (juga disebut
nasionalisme organik, nasionalisme identitas)
adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana
negara memperoleh kebenaran politik secara
semulajadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras;
menurut semangat romantisme. Nasionalisme
romantik adalah bergantung kepada perwujudan
budaya etnis yang menepati idealisme romantik;
kisah tradisi yang telah direka untuk konsep
nasionalisme romantik. Misalnya "Grimm
Bersaudara" yang dinukilkan oleh Herder
merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan
dengan etnis Jerman.
Nasionalisme Budaya adalah sejenis
nasionalisme dimana negara memperoleh
kebenaran politik dari budaya bersama dan
bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras
dan sebagainya. Contoh yang terbaik ialah rakyat
109
Tionghoa yang menganggap negara adalah
berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah
dibelakangkan di mana golongan Manchu serta
ras-ras minoritas lain masih dianggap sebagai
rakyat negara Tiongkok. Kesediaan dinasti Qing
untuk menggunakan adat istiadat Tionghoa
membuktikan keutuhan budaya Tionghoa. Malah
banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka
nasionalis Tiongkok sebab persamaan budaya
mereka tetapi menolak RRC karena pemerintahan
RRT berpaham komunisme.
Nasionalisme kenegaraan ialah variasi
nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan
dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik
adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan
mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan
suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik
dengan prinsip masyarakat demokrasi.
109
Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah
suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk
kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh
biasa ialah Nazisme, serta nasionalisme Turki
kontemporer, dan dalam bentuk yang lebih kecil,
Franquisme sayap-kanan di Spanyol, serta sikap
'Jacobin' terhadap unitaris dan golongan pemusat
negeri Perancis, seperti juga nasionalisme
masyarakat Belgia, yang secara ganas menentang
demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights)
dan lebih otonomi untuk golongan Fleming, dan
nasionalis Basque atau Korsika. Secara sistematis,
bila mana nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan
wujud tarikan yang berkonflik kepada kesetiaan
masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti
nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya
terhadap nasionalisme Kurdi, pembangkangan di
antara pemerintahan pusat yang kuat di Spanyol
109
dan Perancis dengan nasionalisme Basque, Catalan,
dan Corsica.
Nasionalisme agama ialah sejenis
nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi
politik dari persamaan agama. Walaupun begitu,
lazimnya nasionalisme etnis adalah
dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan.
Misalnya, di Irlandia semangat nasionalisme
bersumber dari persamaan agama mereka yaitu
Katolik; nasionalisme di India seperti yang
diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari
agama Hindu.
Namun demikian, bagi kebanyakan kelompok
nasionalis agama hanya merupakan simbol dan
bukannya motivasi utama kelompok tersebut.
Misalnya pada abad ke-18, nasionalisme Irlandia
dipimpin oleh mereka yang menganut agama
Protestan. Gerakan nasionalis di Irlandia bukannya
109
berjuang untuk memartabatkan teologi semata-
mata. Mereka berjuang untuk menegakkan paham
yang bersangkut paut dengan Irlandia sebagai
sebuah negara merdeka terutamanya budaya
Irlandia. Justru itu, nasionalisme kerap dikaitkan
dengan kebebasan.
Nazisme
Nazisme, atau secara resmi Nasional Sosialisme (Jerman: Nationalsozialismus), merujuk pada sebuah ideologi totalitarian Partai Nazi (Partai Pekerja Nasional-Sosialis Jerman, Jerman: Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei atau NSDAP) di bawah kepemimpinan Adolf Hitler. Kata ini juga merujuk pada kebijakan yang dianut oleh pemerintahan Jerman pada tahun 1933—1945, sebuah periode yang kemudian dikenal sebagai Jerman Nazi atau Reich Ketiga. Sampai hari ini orang-orang yang berhaluan ekstrim kanan dan rasisme sering disebut sebagai Neonazi (neo = "baru" dalam bahasa Yunani).
Partai yang semula bernama Partai Pekerja Jerman (DAP) ini didirikan pada tanggal 5 Januari 1919 oleh Anton Drexler.[1][2] Hitler kemudian bergabung dengan partai kecil ini pada bulan September 1919,,[2][3] dan menjadi pemimpin propaganda, mengubah nama partai itu (1 April 1920),[4][5] dan menjadi pemimpin partai pada tanggal 29 Juli 1921.[5][2]
109
Nazisme bukanlah sebuah ideologi baru, melainkan sebuah kombinasi dari berbagai ideologi dan kelompok yang memiliki kesamaan pendapat tentang penentangan Perjanjian Versailes dan kebencian terhadap Yahudi dan Komunis yang dipercaya berada di balik perjanjian tersebut
Sosialisme
Istilah sosialisme atau sosialis dapat mengacu ke beberapa hal yang berhubungan dengan ideologi atau kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan negara. Istilah ini mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam bahasa Inggris, istilah ini digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut Robert Owen pada tahun 1827. Di Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam l'Encyclopédie Nouvelle[1]. Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan sistem ekonomi menurut mereka dapat melayani masyarakat banyak daripada hanya segelintir elite.
109
Sosialisme sebagai ideologi
Menurut penganut Marxisme, terutama Friedrich Engels, model dan gagasan sosialis dapat dirunut hingga ke awal sejarah manusia dari sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial. Pada masa pencerahan abad ke-18, para pemikir dan penulis revolusioner seperti Marquis de Condorcet, Voltaire, Rousseau, Diderot, Abbé de Mably, dan Morelly, mengekspresikan ketidakpuasan mereka atas berbagai lapisan masyarakat di Perancis.
Cabang aliran sosialisme
Sejak abad ke-19, sosialisme telah berkembang ke banyak aliran yang berbeda, yaitu:
Anarkisme, terutama Sosialisme libertarian Anarko-Sindikalisme
Komunisme
Marhaenisme
Marxisme
Sindikalisme
Sosialisme Afrika
Sosialisme Arab
Sosialisme Demokratik
Sosialisme International
Sosialisme Kristen
Sosialisme Utopia
109
Gerakan sosio-politik maupun intelektual dalam Marxis-Sosialis dapat dikelompokkan lagi menjadi:
Albanianisme Komunisme konsiliasi
Juche
Castroisme
Komunisme kiri
Leninisme
Maoisme
Marxis humanisme
Situasionisme
Stalinisme
Trotskyisme
Sosialisme sebagai sistem ekonomi
Sistem ekonomi sosialisme sebenarnya cukup sederhana. Berpijak pada konsep Karl Marx tentang penghapusan kepimilikan hak pribadi, prinsip ekonomi sosialisme menekankan agar status kepemilikan swasta dihapuskan dalam beberapa komoditas penting dan menjadi kebutuhan masyarakat banyak, seperti air, listrik, bahan pangan, dan sebagainya.
109
Stalinisme
Joseph Stalin
Stalinisme adalah sistem ideologi politik dari Uni Soviet di bawah kepemimpinan Joseph Stalin yang memimpin Uni Soviet pada tahun 1929 sampai dengan 1953 berkaitan erat dengan pemerintahan pengguna sistem ekstensif spionase, tanpa pengadilan, dan politik penghapusan lawan-lawan politik melalui pembunuhan langsung atau melalui pembuangan dan penggunaan propaganda untuk membangun kultus kepribadian berupa diktator mutlak dengan menggunakan negara kepada masyarakat untuk mempertahankan supermasi individual dengan kontrol politik melalui partainya yaitu Partai Komunis.
MAOISME
Maoisme atau Pemikiran Mao Zedong (Hanzi sederhana: 毛泽东思想; Pinyin: Máo Zédōng Sīxiǎng),
109
adalah varian dari Marxisme-Leninisme berasal dari ajaran-ajaran pemimpin komunis Cina Mao Zedong (Wade-Giles Romanization: "Mao Tse-tung").
Perlu dicatat bahwa istilah Pemikiran Mao Zedong lebih disukai oleh Partai Komunis Cina (PKT) dan bahwa istilah Maoisme tidak pernah dipergunakan dalam terbitan-terbitan bahasa Inggrisnya kecuali dalam penggunaan peyoratif. Demikian pula, kelompok-kelompok Maois di luar Cina biasanya menyebut diri mereka Marxis-Leninis dan bukan Maois. Ini mencerminkan pandangan Mao bahwa ia tidak mengubah, melainkan hanya mengembangkan Marxisme-Leninisme. Namun demikian, beberapa kelompok Maois, percaya bahwa teori-teori Mao telah memberikan tambahan berarti kepada dasar-dasar kanon Marxis, dan karena itu menyebut diri mereka "Marxis-Leninis-Maois" (MLM) atau "Maois" saja.
Di RRT, pemikiran Mao Zedong adalah bagian dari doktrin resmi Partai Komunis Cina, namun sejak 1978, permulaan pembaruan Deng Xiaoping yang berorientasi ekonomi pasar, dengan konsep tampilnya ke barisan depan "sosialisme dengan ciri khas Cina" dalam politik, diberlakukanlah pembaruan ekonomi Cina, dan definisi resmi serta pernaan ideologi asli Mao di RRT secara radikal telah diubah dan dikurangi (lihat Sejarah Cina). Di luar RRT, istilah Maoisme digunakan sejak 1960-an, biasanya dalam pengertian yang negatif, untuk menggambarkan partai-partai atau orang-orang yang mendukung Mao Zedong dan bentuk komunismenya. Sejak kematian Mao dan pembaruan oleh Deng, kebanyakan partai yang
109
secara tegas menyebut dirinya "Maois" telah lenyap, namun berbagai kelompok komunis di seluruh dunia, khususnya yang bersenjata seperti Partai Komunis India (Maois), Partai Komunis Nepal (Maois) dan Tentara Rakyat Baru di Filipina, terus memajukan gagasan-gagasan Maois dan memperoleh perhatian pers karenanya. Kelompok-kelompok ini biasanya berpendapat bahwa gagasan-gagasan Mao telah dikhianati sebelum sempat sepenuhnya atau dengan semestinya diterapkan.
Maoisme dan turunannya dengan kuat mendukung Uni Soviet dari era pra-Nikita Khruschev dan menganggap perkembangan dari Bahasa Rahasia telah memulai "revisionisme" dan "imperialisme-sosial" negara itu. Biasanya orang menganggap bahwa kaum Maois mengambil garis politik yang anti-revisionis dan yang umumnya lebih militan daripada "ko-eksistensi damai" yang diajukan oleh Soviet dan para pengikutnya setelah 1956. Biasanya kebanyakan Maois menganggap Joseph Stalin sebagai pemimpin sosialis sejati terakhir dari Uni Soviet.
Teori Maois
Berbeda dengan bentuk-bentuk Marxisme-Leninisme yang lebih awal, di mana kaum proletar perkotaan dianggap sebagai sumber utama revolusi, dan daerah pedesaan pada umumnya diabaikan, Mao memusatkan perhatian pada kaum buruh-tani sebagai kekuatan revolusioner yang utama, yang, menurutnya, dapat dipimpin oleh kaum proletari dan pengawalnya, PKT. Model untuk ini adalah for perang rakyat berkepanjangan yang dilakukan oleh komunis Cina di pedesaan pada 1920-an dan 1930-an, yang akhirnya
109
mengantarkan PKT ke tampuk kekuasaan. Lebih jauh, berbeda dengan bentuk-bentuk Marxisme-Leninisme lain di mana pembangunan industri besar-besaran dipandang sebagai suatu kekuatan positif, Maoisme menjadikan pembangunan pedesaan keseluruhan sebagai prioritasnya. Mao merasa bahwa strategi ini masuk akal di masa tahap-tahap awal sosialisme di sebuah Negara di mana kebanyakan rakyatnya adalah buruh-tani.
Berbeda dengan kebanyakan ideology politik lainnya, termasuk ideologi sosialis dan Marxis, Maoisme mengandung doktrin militer yang integral dan secara eksplisit menghubungkan ideologi politiknya dengan strategi militer. Dalam pemikiran Maois, "kekuasaan politik berasal dari moncong senapan " (salah satu kutipan ucapan Mao), dan kaum buruh-tani dapat dimobilisasi untuk melakukan "perang rakyat" dalam perjuangan bersenjata yang melibatkan perang gerilya dalam tiga tahap.
Tahap pertama melibatkan mobilisasi dan pengorganisasian kaum buruh-tani. Tahap kedua melibatkan pembanugnan wilayah basis di pedesaan dan peningkatan koordinasi di antara organisasi-organisasi gerilya. Tahap ketiga melibatkan transisi ke perang konvensional. Doktrin militer Maois menyamakan pejuang gerilya dengan ikan yang berenang di sebuah lautan yang penuh dengan buruh tani, yang memberikan dukungan logistik.
Maoisme menekankan "mobilisasi massa yang revolusioner " (secara fisik memobilisasi sebagian besar penduduk dalam perjuangan demi sosialisme), konsep tentang Demokrasi Baru, dan Teori Angkatan Produktif sebagaimana yang
109
diterapkan dalam industri-industri tingkat desa yang tidak tergantung dengan dunia luar (lihat Lompatan Jauh ke Depan). Dalam Maoisme, pengorganisasin yang cermat atas kekuatan militer dan ekonomi yang besar adalah perlu untuk mempertahankan wilayah revolusi dari ancaman luar, sementara sentralisasi menjaga agar korupsi dapat terus diawasi, di tengah-tengah kontrol yang kuat, dan kadang-kadang perubahan, melalui kaum revolusioner di ranah seni dan ilmu pengetahuan.
Blanquisme
Dari bermacam doktrin sosialis, Marxisme-lah yang saat ini paling dominan di Eropa. Perjuangan untuk mencapai masyarakat sosialis hampir sepenuhnya dipahami oleh Marxisme sebagai perjuangan kelas buruh di bawah pimpinan partai-partai sosialis demokrat. Mendominasinya sosialisme proletariat berdasar pada ajaran Marxisme tidak dicapai seketika, tetapi semata setelah terjadi perjuangan panjang menentang bermacam doktrin usang, sosialisme borjuis kecil, anarkisme dan lain-lain. Kurang lebih 30 tahun yang lalu Marxisme tidak dominan, sekalipun di Jerman. Pandangan yang berlaku di negara tersebut bersifat transisi, bercampur baur dengan ekletis, terletak diantara dua arus besar borjuis kecil dan sosialisme proletariat. Doktrin-doktrin yang paling menyebar dikalangan buruh maju di negara-negara Romawi, Perancis, Spanyol dan Belgia adalah Proudhonisme, Blanquisme[1] dan anarkisme yang nyata-nyata mengekspresikan cara pandang borjuis kecil, bukan proletariat.
109
Apa yang menyebabkan cepat dan tuntasnya kemenangan Marxisme dalam dekade terakhir ini? Ketepatan pandangan Marxis dalam banyak hal telah dibuktikan oleh semua perkembangan masyarakat kontemporer baik ekonomi maupun politik, dan oleh seluruh pengadas. Kemunduran borjuis kecil cepat atau lambat tak pelak mengakibatkan kepunahan segala macam prasangka borjuis kecil. Sementara itu tumbuhnya kapitalisme dan kian dalamnya perjuangan kelas dalam masyarakat kapitalis jadi agitasi terbaik bagi gagasan sosialisme proletar. Keterbelakangan Rusia itulah pada dasarnya yang bisa menjelaskan tetap kokohnya bermacam doktrin sosialis usang di sana. Seluruh sejarah aliran pemikiran revolusioner Rusia sepanjang perempat terakhir abad 19 adalah sejarah perjuangan Marxisme melawan sosialisme borjuis kecil Narodnik.[2] Meskipun kemajuan pesat dan keberhasilan luar biasa gerakan kelas pekerja Rusia pun sudah berhasil membuahkan kemenangan bagi Marxisme di Rusia tapi berkembangnya sebuah gerakan petani yang jelas revolusioner-khususnya revolusi petani terkenal di Ukraina tahun 1902[1]- di satu sisi malah membangkitkan lagi Narodnisme kuno. Teori-teori Narodnik yang kuno dengan diwarnai oleh oportunisme Eropa yang populer masa itu (Revisionisme, Bernteinsime[2] adn kritisisme atas Marx), menyusun seluruh persediaan ideologis asli golongan yang umum disebut Sosialis-Revolusioner.[3] Itulah sebabnya mengapa
109
masalah kaum petani menonjol dalam pertentangan Marxis melawan Narodnik sejati maupun golongan sosialis-revolusioner.Untuk satu hal tertentu, Narodnisme adalah paham yang melawan satu doktrin yang integral dan konsisten. Narodnisme menolak anggapan adanya dominasi kapitalisme di Rusia; menentang peran buruh pabrik sebagai pemimpin buruh pabrik sebagai pemimpin garis depan perjuangan kaum proletar; menolak pentingnya sebuah revolusi politik dan kebebasan politik borjuis; ia menyerukan perlu segera dilaksanakannya sebuah revolusi sosialis yang berangkat dari komune petani berikut bentuk-bentuk pertanian kecil-nya. Memang semua yang masih bertahan dalam teori integral ini sekarang hanyalah serpihan-serpihan saja. Tapi untuk memahami kontroversi yang berlangsung saat ini secara pandai dan menjaga supaya kontroversi itu tidak yang berlangsung saat ini secara pandai dan menjaga supaya kontroversi itu tidak melorot menjadi sekedar perang mulut, orang semestinya ingat "akar" Narodnik yang paling dasar dan umum yang sekaligus merupakan akar kesalahan Sosialis-Revolusioner kita.Kaum Narodnik beranggapan bahwa kaum Muzhik adalah manusia Rusia masa depan. Pandangan ini tak pelak berkembang karena keyakinan mereka pada masa depan kapitalisme. Sedangkan kaum Marxis beranggapan bahwa buruh adalah manusia masa depan, dan perkembangan kapitalisme Rusia baik di bidang pertanian maupun industri makin
109
menegaskan pandangan mereka. Gerakan kelas pekerja di Rusia telah berhasil memperoleh pengakuan bagi keberadaannya sendiri. Tetapi bagi gerakan petani, masih ada jurang pemisah antara Narodisme dan Marxisme pada saat ini yang terungkap dalam penafsiran mereka yang berbeda atas gerakan ini. Bagi kaum Narodnik, gerakan petani tersebut dengan sendirinya membuktikan kekeliruan Marxisme. Ini adalah gerakan yang bekerja untuk suatu revolusi sosialis yang langsung; gerakan ini tidak mengakui kebebasan politik borjuis; gerakan yang berangkat dari produksi skala kecil dan bukan produksi berskala besar. Singkatnya, bagi kaum Narodnik, gerakan petani lah yang benar-benar sosialis sejati dan segera merupakan gerakan sosialis. Kesetiaan Narodnik pada komune petani dan bentuk tertentu anarkisme Narodnik sepenuhnya bisa menjelaskan mengapa kesimpulan demikian yang selalu terumuskan.Bagi kaum Marxis, gerakan petani adalah gerakan demokratik dan bukan gerakan sosialis. Di Rusia, seperti juga kasus di negara-negara lain, gerakan ini pasti sejalan dengan revolusi demokratik, revolusi yang borjuis kandungan sosial ekonominya. Gerakan yang sampai titik akhirnya memang tidak ditujukan untuk menggoyang pondasi tatanan borjuis, menentang prodksi komoditi atau melawan kapital. Sebaliknya gerakan itu ditujukan untuk menentang hubungan pra-kapitalis, hubungan perhambaan kuno di wilayah pedesaan dan melawan tuan-tanahisme,
109
yang menjadi kunci seluruh kelangsungan hidup pemilikan hamba-hamba. Konsekuensinya kemenangan penuh gerakan petani ini tak akan menghapus kapitalisme; malahan sebaliknya, gerakan ini akan menciptakan pondasi lebih luas lagi bagi perkembangan kapitalisme, akan mempercepat serta memperdalam perkembangan kapitalis sejati. Kemenangan penuh pemberontakan kaum petani hanya bisa menciptakan benteng bagi republik demokrasi borjuis, yang didalamnya tumbuh untuk pertama kalinya suatu perjuangan proletariat melawan kehendak borjuasi dalam bentuk yang paling murni.Lantas, ada dua pandangan bertentangan yang harus dimengerti dengan jelas oleh siapapun yang ingin mempelajari jurang perbedaan prinsipil antara Sosialis-Revolusioner dan Sosialis-Demokrat. Merujuk ke salah satu pandangan, gerakan petani adalah gerakan sosialis, sedangkan merujuk ke pandangan lain gerakan petani adalah gerakan borjuis-demokratik. Dengan ini orang bisa lihat betapa gobloknya ungkapan orang-orang Sosialis-Revolusioner kita ketika mereka mengulang beratus kali (misalnya, dalam Revolutsionnaya Rossiya, no. 75) bahwa Marxis ortodoks telah mengabaikan masalah petani. Hanya ada satu cara untuk memberantas kebodohan berbahaya macam ini dan itu bisa diakukan dengan mengulang ABC; menyusun pandangan-pandangan Narodnik yang secara konsisten sudah kuno itu, dan beratus bahkan
109
beribu kali menekan bahwa perbedaan yang sesungguhnya di antara kita itu tidak terletak pada soal berhasrat atau tidak berhasrat pada masalah petani, juga tidak terletak pada mengakui atau tidak mengakui masalah petani, tapi terletak pada perbedaan penilaian kita atas gerakan petani dan masalah petani saat ini di Rusia. Dia yang berkata bahwa Marxis mengabaikan masalah petani di Rusia pertama, adalah seorang pengabai absolut. Sebab seluruh tulisan prinsipil Marcis Rusia mulai dari tulisan Plekhanov Our Differences (muncul kurang lebih 20 tahun yang lalu), telah mencurahkan tenaga untuk menjelaskan kesalahan pandangan-pandangan kaum Narodnik mengenai masalah petani Rusia. Kedua, dia yang menyatakan bahwa Marcis mangabaikan masalah petani jelas menunjukkan hasratnya untuk menghindari keharusan memberi penilaian yang lengkap atas perbedaan prinsipil yang sesungguhnya, memberi jawaban atas pertanyaan apakah gerakan petani sekarang ini adalah gerakan borjuis atau tidak, apakah gerakan itu secara obyektif diarahkan untuk menghancurkan kelangsungan hidup penghambaan atau tidak.Kaum Sosialis-Revolusioner tidak pernah memberikan, dan tidak selalu dapat memberikan satu jawaban jelas dan tepat pada masalah itu karena mereka menggelepar tidak berdaya di antara pandangan kuno Narodnik dan pandangan Marxis saat ini mengenai masalah petani di Rusia. Kaum Marxis menyatakan bahwa kaum Sosialis-Revolusioner mewakili pendirian kaum borjuis kecil
109
(mereka adalah ideolog kaum borjuis kecil) dengan alasan yang kuat bahwa mereka tidak dapat membersihkan diri dari ilusi-ilusi kaum borjuis kecil dan bayangan Narodnik dalam menilai gerakan petani.Itulah sebabnya mengapa kita mengulang ABC sekali lagi. Untuk apakah perjuangan kaum petani di Rusia saat ini? Untuk tanah dan kebebasan. Arti penting apa yang bakal dimiliki oleh seluruh kemenangan gerakan ini? Setelah meraih kemerdekaan, gerakan tersebut akan menghapuskan kekuasaan para tuan tanah dan birokrasi dalam adiminstrasi negara. Setelah berhasil menjaga tanah, gerakan itu akan memberikan tanah-tanah tuan tanah kepada para petani. Akankah kemerdekaan penuh dan perampasan tanah tuan tanah tersebut juga berarti penghapusan produksi komoditi? Tidak, tidak akan!! Akankah kemerdekaan penuh dan perampasan tanah tuan tanah tersebut mengganti bentuk pertanian individual dengan bentuk rumah tangga petani atas dasar, tanah komunal, atau tanah yang "disosialkan"? Tidak, tidak akan!! Akankah kemerdekaan penuh dan perampasan tanah tuan tanah menjembatani jurang dalam yang memisahkan petani kaya, yang memiliki sekian kuda dan sapi, dari pertanian-cangkulan, buruh harian, misalnya: jurang pemisah antara borjuis petani dengan proletar pedesaan? Tidak, tidak akan! Sebaliknya, makin tuntas sosial-estate (Landlord) yang paling tinggi itu dienyahkan dan dilenyapkan maka akan makin dalamlah
109
perbedaan kelas antara borjuis dan proletariat. Apakah yang secara obyektif bakal punya arti dengan adanya kemenangan penuh pemberontakan petani? Kemenangan tersebut akan menghilangkan seluruh kelangsungan hidup perhambaan, tetapi sama sekali tidak menghancurkan sistem ekonomi borjuis atau menghancurkan kapitalisme atau menghancurkan pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas -- ke dalam golongan kaya dan miskin, borjuis dan proletar. Mengapa gerakan petani saat ini adalah gerakan borjuis-demokratik? Karena setelah menghancurkan kekuasaan birokrasi dan tuan-tuan tanah, gerakan itu akan menyusun sebuah sistem masyarakat demokratik, tapi bagaimanapun juga, itu dilakukan tanpa mengubah pondasi borjuis dari masyarakat demokratis tersebut, tanpa menghapuskan kekuasaan kapital. Bagaimanakah seharusnya buruh berkesadaran kelas, kaum sosialis, memandang gerakan petani saat ini? Ia harus mendukung gerakan ini, menolong petani dalam kondisi yang paling bertenaga, menolong mereka menyingkirkan tuntas segala kekuasaan birokrasi dan kekuasaan tuan-tuan tanah. Bagaimanapun juga, pada saat yang sama mereka harus menjelaskan kepada para petani bahwa, tidak cukup cuma merobohkan kekuasaan birokrasi dan para tuan tanah. Ketika mereka merobohkan kekuasaan birokrasi dan para tuan tanah tersebut, saat itu juga mereka harus bersiap untuk menghapuskan kekuasaan kapital, kekuasaan borjuis, dan untuk maksud ini maka suatu doktrin
109
yang sepenuhnya berwatak sosialis, Marcist misalnya, harus segera disebarkan, proletariat pedesaan harus dipersatukan, digalang bersama dan diorganisir untuk perjuangan melawan borjuis petani dan semua borjuis Rusia. Dapatkah seorang buruh yang berkesadaran kelas melupakan perjuangan demokratik demi perjuangan sosalis, atau melupakan perjuangan sosialis demi perjuangan demokratik? Tidak, seorang buruh yang berkesadaran kelas akan menyebut dirinya seorang sosial demokrat karena ia memahami kaitan dua perjuangan tersebut. Dia tahu bahwa, tidak ada jalan lain yang bisa menyelamatkan jalan menuju sosialisme selain melalui demokrasi, kebebasan politik. Karenanya ia berjuang mencapai demokrasi sepenuhnya dan sekonsisten mungkin untuk mencapai tujuan puncak --- sosialisme. Mengapa kondisi untuk perjuangan demokratik tidak sama dengan kondisi untuk perjuangan sosialis? Karena di masing-masing sekutu yang berbeda. Perjuangan demokratik dilakukan oleh buruh bersama dengan satu bagian dari borjuis, khususnya borjuis kecil. Di lain pihak, perjuangan sosialis dilakukan oleh buruh melawan seluruh borjuasi. Perjuangan melawan birokrat dan para tuan tanah dapat dan harus dilakukan bersama-sama dengan seluruh petani, bahkan bersama petani berkecukupan dan petani menengah. Di lain pihak, cuma berjuang bersama proletariat pedesaan sajalah, maka perjuangan melawan borjuis, dan karenanya juga berarti melawan petani berkecukupan, bisa diakukan
109
dengan tepat.Bila kita selalu mengingat semua kebenaran Marxis yang paling mula ini, tindakan yang selalu lebih suka dihindari oleh kaum Sosialis-Revolusioner, maka kita tak akan punya banyak kesulitan dalam menilai keberatan kaum Sosialis-Revolusioner "yang terakhir" atas Marxisme, seperti berikut ini:"Mengapa itu perlu?" seruan dalam Revolutsionnaya Rossiya (no. 75), "Pertama mendukung kaum petani secara umum dalam melawan para tuan tanah, dan kemudian (misalnya: pada saat yang sama) mendukung kaum proletar menentang seluruh kaum petani, yang sekaligus sebagai ganti dari tindakan mendukung kaum proletar menentang para tuan tanah; dan apa yang Marxisme harus lakukan setelah itu, hanya surga yang tahu."Ini adalah titik pandang anarkisme paling primitif, kekanak-kanakan dan naif. Selama berabad-abad dan bahkan ribuan tahun, manusia bermimpi melenyapkan "sekaligus" segala bentuk dan jenis penghisapan. Mimpi ini tetap sekedar mimpi sampai jutaan orang di seluruh dunia yang dihisap mulai bersatu untuk melakukan perjuangan konsisten, kokoh dan komprehensif merubah masyarakat kapitalis dalam arahan evolusi masyarakat tersebut yang terjadi secara alamiah. Mimpi-mimpi sosialis beralih menjadi perjuangan sosialis berjuta manusia hanya ketika sosialisme ilmiah Marx berhasil mengkaitkan desakan untuk berubah dengan perjuangan dari suatu kelas tertentu. Di luar perjuangan kelas, sosialisme
109
hanyalah ungkapan kosong dan mimpi naif. Bagaimanapun, di Rusia dua bentuk perjuangan yang berbeda dari dua kekuatan sosial yang berbeda tengah berlangsung di belakang penglihatan kita. Kaum proletar sedang berjuang melawan borjuasi, dimanapun hubungan-hubungan produksi kapitalis itu ada (dan hubungan produksi kapitalis itu ada -- ini patut diketahui kaum revolusioner kita -- bahkan dalam komune petani, misalnya: di tanah-tanah yang menurut titik pandang mereka 100% merupakan tanah yang "disosialkan"). Sedang sebagai bagian dari strata pemilik tanah kecil, borjuis kecil, kaum petani berjuang melawan seluruh kelangsungan hidup perhambaan, melawan birokrat dan para tuan tanah. Hanya mereka yang benar-benar mengabaikan ekonomi politik dan sejarah revolusi-revolusi dunia yang bisa keliru melihat bahwa ini adalah dua perang sosial yang terpisah dan berbeda. Menutup mata terhadap perbedaan perang-perang tersebut dengan cara menuntut suatu gerakan yang "sekaligus" sama saja menyembunyikan kepala di bawah ketiak orang dan menolak membuat analisis realita.Kaum sosial revolusioner yang telah berintegras lagi pada pandangan kuno narodnik, bahkan ternyata telah merupakan ajaran-ajaran Narodnik itu sendiri. Seperti itu-itu juga ditulis dalam Revolutsionnaya Rossiya dalam artikel yang sama: "Dengan menolong kaum petani untuk mengenyahkan tuan tanah, tuan Lenin tanpa sadar sudah membantu berdirinya ekonomi borjuis kecil
109
di atas reruntuhan pertanian kepitalis yang kurang lebih sudah berkembang. Tidakkah ini sebuah "langah mundur" dari titik pandang Marxisme ortodoks?"Memalukan, saudara-saudara!! Mengapa anda lupa dengan tulisan orang-orang anda sendiri, Mr. V.V.! Periksa tulisannya, Destiny of Capitalism, juga Sketches, tulisan tuan Nikolai [1], dan sumber-sumber lain tentang bijaknya anda. Anda kemudian akan mengingat kembali bahwa pertanian tuan tanah di Rusia itu memadukan dalam dirinya gambaran baik kapitalisme dan pemilikan hamba-hamba. Kemudian anda akan menemukan bahwa, terdapat suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada sewa buruh, suatu sistem yang langsung mempertahankan sistem kerja tanpa upah. Jika lebih jauh lagi anda mencari pemecahan kesulitan tersebut pada buku macam Marxis ortodoks, seperti volume ke tiga Kapital-nya Marx[2], anda akan temui bahwa dimanapun tak ada sistem kerja tanpa upah yang berkembang, dan dimanapun sistem itu tak bisa berkembang serta kemudian berubah menjadi pertanian kapitalis kecuali melalui perantaraan pertanian petani borjuis kecil. Dalam usaha anda menghalau Marxisme, anda malah mundur ke metode yang terlalu primitif, metode yang sudah demikian lampau digunakan; pada Marxisme secara langsung anda memberikan satu konsepsi pertanian kapitalis skala besar yang amat dangkal dan aneh melebihi konsep pertanian skala besar dengan dasar sistem kerja tanpa upah. Anda
109
berpendapat bahwa karena hasil pertanian di tanah milik tuan tanah itu lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian petani maka perampasan tanah milik tuan tanah adalah suatu langkah yang terbelakang. Argumentasi ini layak dinyatakan oleh seorang anak sekolah dasar kelas 4. Sekedar pertimbangan, saudara-saudara: dengan memisahkan hasil-rendah tanah petani dari hasil-tinggi perkebunan tuan-tuan tanah ketika perbudakan dihapuskan, tidakkah itu merupakan "langkah mundur"?Sistem ekonomi tuan tanah di Rusia saat ini merupakan perpaduan antara ciri-ciri kapitalisme dan pemilikan-perhambaan. Secara obyektif, saat ini perjuangan kaum petani melawan para tuan tanah adalah perjuangan melawan kelangsungan hidup perhambaan. Tapi mencoba menghitung seluruh kasus individual, mempertimbangkan setiap kasusnya dan menentukan secara tepat dengan ukuran skala seorang ahli obat, untuk menemukan kapan berakhirnya masa pemilikan-perhambaan dan kapitalisme dimulai, itu berarti mencoba menganggap marxis sama dengan sifat teliti dan cermat. Kita tidak bisa menghitung bagian apa dari harga bahan-bahan yang dibeli dari sebuah toko kecil, yang mewakili nilai lebih dan bagian apa dari harga itu yang mewakili penipuan atas kerja buruh, dan sebagainya. Apakah itu berarti kita harus membuang teori nilai kerja, saudara-saudara?Ekonomi tuan tanah kontemporer memadukan gambaran kapitalisme dan perhambaan. Tetapi
109
dari kenyataan tersebut hanya ilmuwan saja yang bisa berkesimpulan bahwa inilah tugas kita untuk mempertimbangkan, menghitung dan memaparkan tiap menit gambaran dalam katagori sosial ini dan itu. Oleh karenanya hanya kaum utopialah yang dapat berkesimpulan bahwa, "tidak ada kebutuhan" bagi kita untuk melukiskan perbedaan di antara dua perang sosial yang berbeda. Sehingga sebenarnya, satu-satunya kesimpulan sesungguhnya yang muncul adalah bahwa baik dalam program maupun taktik, kita harus memadukan perjuangan proletariat yang sejati melawan kapitalisme dengan perjuangan demokrasi secara umum (dan petani secara umum) melawan penghambaan.Makin jelas gambaran kapitalis pada ekonomi tuan tanah semifeodal saat ini, maka makin mendesak keharusan untuk mengorganisir proletariat pedesaan secara terpisah, karena ini akan lebih cepat menolong kapitalis sejati atau proletariat sejati, pihak yang berantagonisme ini menegaskan posisi mereka dimanapun perampasan tanah terjadi. Makin jelas gambaran kapitalis dalam ekonomi tuan tanah, makin cepat perebutan yang demokratik memberi dorongan pada perjuangan yang sesungguhnya untuk sosialisme -- dan konsekuensinya, makin bahayanya membangun cita-cita palsu revolusi demokratik melalui pemakaian slogan "sosialisasi". Ini adalah kesimpulan yang ditarik dari kenyataan bahwa ekonomi tuan tanah adalah percampuran antara