III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek dan Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah peternak sapi perah rakyat skala kecil yang
tergabung di TPK Warnasari. Objek dari penelitian ini adalah karakteristik sikap
dan perilaku kewirausahaan dan keberlanjutan usaha. Variabel yang diamati yaitu
karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan sebagai variabel bebas (independent
variable) dan keberlanjutan usaha sebagai variabel terikat (dependent variable).
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei.
Metode penelitian survei bertujuan untuk mengetahui gambaran umum
karakteristik dari populasi, dan menggunakan instrumen atau wawancara untuk
mendapatkan tanggapan dari responden yang akan dijadikan sampel (Sigit, 1999).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang
menganalisis data dengan alat statistik dalam bentuk angka-angka.
3.2.1 Penentuan Lokasi Penelitian
Sesuai dengan lokasi para responden maka penelitian ini dilaksanakan di
daerah TPK Warnasari. TPK Warnasari merupakan wilayah kerja dari KPBS
Pangalengan. TPK Warnasari dipilih karena TPK Warnasari merupakan salah satu
tempat diantara Los Cimaung, Cipanas, Mekarmulya, dan Citere dimana
dibangunnya MCP sebagai program baru yang digagas oleh PT. Frissian Flag
Indonesia dengan KPBS sejak tahun 2015.
40
3.2.2 Teknik Penentuan Responden
Teknik penentuan responden yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Jumlah sampel secara acak
sederhana yang digunakan adalah 30 orang dari 128 orang peternak sapi perah.
Menurut Arikunto (2002), apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya bersifat penelitian populasi. Jika subjeknya lebih besar
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%. Sudjana (2001) menegaskan bahwa
dengan n ≥30 maka nilai pengamatan mendekati sebaran normal. Berdasarkan
pendapat tersebut maka jumlah responden yang diambil adalah 23,5% dari 128
orang yaitu sebanyak 30 orang. Pemilihan peternak sapi perah dengan skala
kepemilikan kecil karena merupakan mayoritas sehingga dengan memilih
mayoritas peternak dapat menggambarkan keseluruhan peternak secara umum.
3.2.3 Teknik Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari interaksi langsung di lokasi
penelitian. Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
serangkaian tanya jawab secara langsung pada peternak yang bersangkutan.
Wawancara dilaksanakan dengan bantuan kuisioner. Observasi dilakukan dengan
cara pengamatan langsung terhadap aktivitas yang berhubungan dengan penelitian.
Data yang diamati ialah dimensi sistem keberlanjutan peternakan sapi perah.
Data sekunder berupa data yang diperoleh dari pihak bersangkutan yang
mendukung penelitian. Sumber data sekunder berasal dari literatur, dan pihak
terkait yang dapat melengkapi data penelitian, seperti petugas koperasi dan
perangkat desa.
41
3.3 Operasional Variabel
3.3.1 Variabel Bebas (X)
Variabel bebas yaitu watak kewirausahaan (X) peneliti mengambil pendapat
Zimmerer (1996) mengemukakan watak wirausahawan, parameter watak
wirausahawan dijelaskan sebagai berikut:
1. Komitmen dan Determinasi, (X1)
Komitmen menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu perjanjian (keterikatan)
untuk melakukan sesuatu, sementara determinasi merupakan ketetapan hati
(dalam mencapai maksud atau tujuan). Penilaian terhadap Komitmen dan
Determinasi diperoleh dari dua dimensi yang dipilih oleh peternak yang sesuai
dengan keadaannya yaitu :
a) Komitmen
Pengertian komitmen merujuk pada kesetiaan dan loyalitas. Komitmen
karir, yaitu perilaku seseorang terhadap profesinya dalam kehidupan secara
menyeluruh, merupakan serangkaian sikap dan perilaku yang berkaitan
dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan
seseorang dan yang terus berkelanjutan (Bashawa dan Grant, dalam Bagia
2005). Indikator komitmen terdiri dari 1) Tetap melakukan kegiatan
peternakan sapi perah karena memiliki keyakinan bahwa tujuan hidupnya
akan tercapai bila melakukan kegiatan peternakan 2) Tetap melakukan
kegiatan peternakan karena tidak ada hal lain yang dikerjakan/rugi bila tidak
melakukan kegiatan peternakan 3) Tetap melakukan kegiatan peternakan
karena memiliki hasrat untuk bekerja pada bidang peternakan.
b) Determinasi
42
Determinasi merupakan ketetapan hati atau kebulatan tekad seseorang pada
suatu tujuan yang mau dicapai dalam hidupnya (Mamahit, 2014). Ketetapan
hati atau keyakinan peternak terhadap usahanya menjadi motivasi intrinsik
tersendiri bagi peternak dalam menjalankan usahanya. Indikator terdiri dari
1) usaha peternakan sapi perah menguntungkan 2) usaha peternakan sapi
perah masih relevan untuk dijadikan mata pencaharian di masa sekarang 3)
usaha peternakan sapi perah dapat dikembangkan lebih lanjut.
2. Rasa tanggung jawab, (X2)
Yaitu memiliki rasa tanggung jawab baik dalam mengendalikan sumber daya
yang digunakan maupun tanggung jawab terhadap keberhasilan berwirausaha
(Zimmerer dan Scarborough, 1996). Penilaian terhadap parameter rasa
tanggung jawab diperoleh dari dua dimensi yang dipilih oleh peternak yang
sesuai dengan keadaannya yaitu :
a) Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah sikap seseorang yang melaksanakan segala sesuatu
atau pekerjaan dengan bersungguh-sungguh dengan sukarela, berani
menanggung segala resiko dan segala sesuatunya baik dari perkataan,
perbuatan dan sikap. Indikator terdiri dari 1) mengerjakan pekerjaan dengan
sungguh-sungguh (fokus, disiplin, dan tuntas) 2) Menepati janji yang dibuat
3) siap menanggung resiko yang ditimbulkan dari pekerjaan yang dijalani
dan tidak menyalahkan orang lain.
3. Ambisi dalam mencari peluang, (X3)
Yaitu kesanggupan peternak dalam melihat peluang yang bisa dimaksimalkan
untuk memajukan usahanya. selalu berambisi untuk selalu mencari peluang
(Zimmerer dan Scarborough, 1996). Keberhasilan wirausaha selalu diukur
43
dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila
ada peluang. Penilaian terhadap parameter ambisi dalam mencari peluang
diperoleh dari dua pernyataan yang dipilih oleh peternak yang sesuai dengan
keadaannya yaitu :
a) Mencari peluang dari informasi yang berkaitan dengan produk usahanya.
Indikator terdiri dari 1) memperoleh informasi dari peternak lain 2)
memperoleh informasi dari intansi terkait seperti petugas koperasi,
penyuluh, dll. 3) memperoleh informasi dari media seperti buku, internet,
dll.
4. Daya tahan terhadap resiko dan ketidakpastian, (X4)
Yaitu daya tahan terhadap risiko dan ketidakpastian. Wirausaha yang berhasil
dalam mengambil keputusan tentu didasari oleh perhitungan yang matang
namun selain itu diperlukan juga keberanian dalam pengambilan keputusan
tersebut (Zimmerer dan Scarborough, 1996). Karena didasari oleh perhitungan
yang matang pula resiko yang ditimbulkan selalu siap dihadapi oleh
wirausahawan. Penilaian terhadap daya tahan terhadap resiko dan
ketidakpastian diperoleh dari dua pernyataan yang dipilih oleh peternak yang
sesuai dengan keadaannya yaitu :
a) Keberanian dalam mengambil keputusan. Indikator terdiri dari a)
mengambil keputusan oleh diri sendiri b) mengambil keputusan oleh
anggota keluarga lain c) mengambil keputusan oleh orang lain seperti orang
yang memparokan.
b) Kesiapan dalam menanggung resiko dalam setiap keputusan dan tindakan.
Indikator terdiri dari 1) mencoba lagi dengan cara lain 2) menjual sapi untuk
menutupi kerugian 3) mengganti usaha dengan mata pencaharian lain.
44
5. Percaya diri, (X5)
Yaitu percaya diri. Ia cenderung optimis dan memiliki keyakinan yang kuat
terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil. Penilaian terhadap
parameter rasa percaya diri diperoleh dari pernyataan yang dipilih oleh peternak
yang sesuai dengan keadaannya yaitu :
a) Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan keyakinan seseorang terhadap segala aspek
kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut mampu untuk mencapai
berbagai tujuan di dalam hidupnya. Berbeda dengan determinasi,
kepercayaan diri tumbuh dari kemampuan pribadi, lingkungan sosial yang
mendukung, dan pandangan positif dari konsep diri (Lauster, 2002).
Indikator terdiri dari 1) memiliki keyakinan dengan kemampuan pribadi
mampu meraih tujuan yang ingin dicapai 2) merasa lingkungan pekerjaan
mendukung kegiatan usaha yang dijalankan 3) memiliki tujuan yang jelas
dalam menjalankan usaha (menjadi peternak yang sukses, memiliki
peternakan yang besar, menjadi kaya raya, dll).
6. Kreatifitas dan Luwes, (X6)
Yaitu berdaya cipta dan dan luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan
untuk menghadapi perubahan permintaan. Kekakuan dalam menghadapi
perubahan ekonomi dunia yang serba cepat sering kali membawa kegagalan.
Kemampuan untuk menanggapi perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja
memerlukan kreativitas yang tinggi (Zimmerer dan Scarborough, 1996).
Penilaian terhadap parameter kreatifitas dan fleksibilitas diperoleh dari dua
pernyataan yang dipilih oleh peternak yang sesuai dengan keadaannya yaitu :
a) Kreatif
45
Memilki pemikiran dalam menciptakan terobosan baru (inovasi) dalam
kegiatan usahanya. Indikator terdiri dari 1) melakukan inovasi baik dari
pakan atau limbah dan tetap dilakukan 2) pernah melakukan inovasi namun
tidak dilanjutkan karena sulit atau hasil inovasi tersebut gagal 3) tidak
pernah melakukan inovasi dari berbagai bidang.
b) Luwes
Menyesuaikan diri dengan perubahan secara cepat dan tepat yang berkaitan
dengan usahanya sehingga tidak berhenti di tengah jalan. Indikator terdiri
dari 1) mencari barang yang dibutuhkan hingga dapat 2) mengganti barang
yang dibutuhkan dengan barang lain yang bersifat subtitusif 3) membeli
barang yang dibutuhkan jika ada yang menjual.
7. Menginginkan umpan balik yang segera, (X7)
Yaitu selalu memerlukan umpan balik yang segera. Ia selalu ingin mengetahui
hasil dari apa yang dikerjakannya. Oleh karena itu, dalam memperbaiki
kinerjanya, ia selalu memiliki kemauan untuk menggunakan ilmu pengetahuan
yang telah dimilikinya dan selalu belajar dari kegagalan (Zimmerer dan
Scarborough, 1996). Penilaian terhadap parameter keinginan timbal balik yang
segera diperoleh dari dua pernyataan yang dipilih oleh peternak yang sesuai
dengan keadaannya yaitu :
a) Umpan balik
Umpan balik merupakan informasi yang didapatkan terkait dengan skill atau
performa sebagai dasar dari pengembangan (Apruebo, 2005). Umpan balik
kegiatan peternak diperoleh salah satunya dari struk hasil penjualan susu ke
MCP yang didalamnya tertera kualitas dari susu hasil produksi sapi peternak
per dua minggu. Indikator terdiri dari 1) umpan balik yang didapat dirasa
46
sesuai dengan performa yaang dilakukan 2) umpan balik yang didapat
terlalu lambat dan menginginkan umpan balik yang lebih cepat 3) selalu
melaksanakan evaluasi terhadap umpan balik yang didapat untuk
meningkatkan kualitas dan performa sapi perah.
8. Tingkat energi yang tinggi, (X8)
Yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi (Zimmerer dan Scarborough, 1996).
Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih tinggi
dibanding rata-rata orang lainnya, sehingga ia lebih suka kerja keras walaupun
dalam waktu yang relatif lama. Penilaian terhadap parameter level energi yang
tinggi diperoleh dari dua pernyataan yang dipilih oleh peternak yang sesuai
dengan keadaannya yaitu :
a) Semangat kerja
Memilki perasaan senang dan bersemangat dengan pekerjaan yang
dijalankan. Indikator terdiri dari 1) merasa senang dengan pekerjaan yang
dijalankan 2) tidak merasa bosan dengan pekerjaan yang dijalankan 3)
bersemangat dengan pekerjaan yang dijalankan.
b) Waktu
Menghabiskan waktu lebih banyak dalam melakukan kegiatan usaha.
Peternak yang menghabiskan waktu lebih banyak dalam melakukan
kegiatan peternakan sapi perah memiliki energi yang besar/tinggi. Indikator
terdiri dari 1) menghabiskan waktu 9-12 jam dalam satu hari untuk
melakukan kegiatan usaha 2) menghabiskan waktu 4-8 jam dalam satu hari
untuk melakukan kegiatan usaha 3) menghabiskan waktu 1-4 jam dalam
satu hari untuk melakukan kegiatan usaha.
9. Motivasi untuk unggul, (X9)
47
Yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia selalu ingin lebih unggul, lebih
berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukannya dengan melebihi standar
yang ada. Penilaian terhadap parameter motivasi untuk unggul diperoleh dari
pernyataan yang dipilih oleh peternak yang sesuai dengan keadaannya yaitu :
a) Motivasi
Motivasi merupakan suatu kondisi yang menimbulkan perilaku tertentu dan
yang memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut (Suciati,
1994). Memilki motivasi untuk menjadi yang unggul salah satunya
tercermin dari perilakunya dalam menjadi peternak yang sukses daintara
yang lain. Indikator terdiri dari 1) merasa senang dengan pekerjaan yang
dijalankan 2) melihat peternak yang sudah maju sebagai pesaing dan
bersaing secara sehat 3) memberikan motivasi pada peternak lain untuk
menjadi peternak unggul.
10. Harapan di masa depan, (X10)
Yaitu berorientasi pada masa yang akan datang. Penilaian terhadap parameter
harapan di masa depan diperoleh dari pernyataan yang dipilih oleh peternak
yang sesuai dengan keadaannya yaitu :
a) Memiliki harapan terhadap usahanya di masa depan.
Orientasi masa depan merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang
dirinya dalam konteks masa depan (Lerner, 2009). proses pembentukan
orientasi masa depan, secara umum dibagi menjadi tiga tahap yaitu: a)
Tahap motivasi b) Tahap perencananaan c) Tahap evaluasi. Dalam hal ini
orientasi yang dimaksud adalah gambaran peternak terhadap usahanya di
masa depan. Indikator terdiri dari 1) memiliki keinginan untuk memajukan
usaha (menambah populasi sapi, produksi, dan kualitas susu, dsb) 2)
48
memiliki rencana terkait usahanya di masa depan (akan membeli sapi,
peralatan, kebun rumput, dll) 3) memilki keyakinan bahwa dengan sumber
daya yang ada saat ini mampu meraih tujuan yang ingin dicapai.
11. Belajar dari kegagalan, (X11)
Yaitu selalu belajar dari kegagalan. Wirausaha yang berhasil tidak pernah takut
gagal. Penilaian terhadap parameter rasa selalu ingin belajar dari kegagalan
diperoleh dari dua pernyataan yang dipilih oleh peternak yang sesuai dengan
keadaannya yaitu :
a) Menyikapi kegagalan
Kegagalan adalah sebuah sukses yang tertunda. Menyikapi sebuah
kegagalan diperlukan sikap yang tepat sehingga dapat bangkit dan
memperbaiki kesalahan dan meraih kesuksesan. Indikator terdiri dari 1)
tidak bermalas-malasan 2) tidak pernah menunda pekerjaan 3) selalu
bersabar dalam menghadapi kegagalan.
12. Kepemimpinan, (X12)
Yaitu kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil memiliki
kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power). Penilaian
terhadap parameter kemampuan kepemimpinan diperoleh dari dua pernyataan
yang dipilih oleh peternak yang sesuai dengan keadaannya yaitu :
a) Sifat Kepemimpinan
Memiliki taktik mediator dan negotiator yang baik. Jenis kepemimpinan
yang dimiliki peternak akan berdampak pada cara penyelesaian masalah
yang ada di lingkungannya. Indikator terdiri dari 1) bermusyawarah dalam
menyelesaikan masalah 2) otoriter dalam menyelesaikan masalah bersama
3) tidak ikut campur atau apatis terhadap permasalahan yang dihadapi.
49
b) Komunikasi
Dapat bergaul dengan orang lain. Intensitas pertemuan peternak dengan
peternak yang lain baik pada suatu acara tertentu maupun kunjungan biasa
menggambarkan keterbukaan seorang peternak dalam berkomunikasi
dengan peternak yang lain atau orang lain salah satunya dengan keaktifan
dalam mengikuti acara rapat atau kumpul anggota. Indikator terdiri dari 1)
peternak sering mengikuti berinteraksi dengan peternak lain 2) peternak
cukup sering berkomunikasi dengan peternak lain 3) tidak pernah/ jarang/
pasif dalam berkomunikasi dengan peternak lain.
Pernyataan dibuat disertai dengan alasan peternak agar memudahkan
peneliti dalam menentukan jawaban dari peternak. Matriks penilaian tiap butir
kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 2. Nilai tingkat kelengkapan dukungan
dalam tingkat karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan (Xi) diperoleh dari
nilai total seluruh jawaban responden atas pertanyaan yang dirumuskan menjadi
beberapa pertanyaan yang terdiri dari 3 butir pilihan yang berskala ordinal dari 3,
2, 1. Masing – masing menunjukkan nilai kualitatif ya, ragu – ragu, dan tidak
dengan berpedoman pada variable kelengkapan dukungan (Xi). Penentuan rentang
skala adalah sebagai berikut :
𝑅𝑆 =𝑚 − 𝑛
𝑏
Keterangan :
RS = Rentang Skala
m = skor maksimal yang dijawab
n = skor minimal yang dijawab
b = jumlah interval kelas
50
Dari penggunaaan 3 skala dan total pertanyaan yang diajukan adalah 17,
maka akan didapatkan m = 51 (jika responden menjawab semua dengan skor 3)
dan n = 17 (jika responden menjawab semua dengan skor 1), selanjutnya guna
menambah ketelitian data yang diperoleh, maka batas atas kelas interval yang
didapat ditambah 0,5 menjadi 51,5 dan batas bawah interval kelas dikurangi 0,5
menjadi 16,5 maka akan dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :
𝑅𝑆 =51,5−16,5
3
= 11,67 ~ 12 (dibulatkan)
Total pertanyaan 17 butir dengan sistem penilaian :
a. 41 – 51 = tinggi
b. 29 – 40 = sedang
c. 17 – 28 = rendah
3.3.2 Variabel Terikat (Y)
Variabel keberlanjutan usaha (Y) diambil dari prinsip keberlanjutan usaha
sapi perah yang dikemukakan oleh Chambers dan Conway dalam Krantz (2001),
yaitu:
1. Kapabilitas Peternak (Y1)
Kapabilitas peternak terdiri dari kompetensi peternak dalam tatalaksana
pemeliharaan meliputi : perkandangan, reproduksi, manajemen pakan,
pemilihan bibit, pemerahan, dan penyakit pada ternak. Aspek teknis
pemeliharaan sapi perah (perkandangan, kelengkapan alat perkandangan,
pemilihan bibit, pemerahan susu, pengendalian penyakit) yang efisien dalam
artian menggunakan biaya seoptimal mungkin dan menggunakan sumber daya
51
secara bijaksana. Penilaian terhadap parameter Sistem peternakan berkelanjutan
dan pemeliharaan sapi perah diperoleh dari hasil observasi dan pernyataan
peternak yang sesuai dengan keadaannya yang terdiri dari :
a) Perkandangan, kandang yang dibangun mencerminkan tingkat efisiensi
dalam pemeliharaan sapi perah dan produksi susunya. Oleh karena itu dalam
perencanaan perlu dipikirkan secara baik sistem perkandangan yang
memberikan tingkat efisiensi tinggi dalam pemeliharaan sapi perah.
Penilaian terhadap parameter perkandangan diperoleh dari keadaan
perkandangan peternak yang dinilai oleh peneliti yang sesuai dengan
keadaannya yaitu : 1) Jarak kandang dari rumah lebih dari 5 meter 2) Jauh
dari keramaian 3) Bebas dari sejarah penyakit endemik 4) Terhindar dari
polusi berlebih 5) Dekat dengan sumber air/ sumber air mudah didapat 6)
Akses jalan mudah dijangkau 7) Atap genting (teduh tidak terkena sinar
matahri secara langsung) 8) Lantai kokoh (beton) dengan karpet karet 9)
Cukup sinar matahari dan sirkulasi baik 10) Ternak mudah menjangkau
makanan 11) Ternak dapat berdiri secara baik dan berbaring 12) Saluran
pembuangan limbah lancar 13) Mudah dibersihkan.
b) Manajemen penyediaan pakan, pakan merupakan salah satu faktor produksi
yang sangat penting karena biaya dalam penyediaan pakan cukup tinggi.
Pemberian pakan secara tepat juga akan memberikan efisiensi produksi
selain itu, pada saat musim kemarau peternak perlu memikirkan kelangkaan
pakan seperti rumput agar ternak tetap mampu berproduksi secara baik.
Penilaian terhadap parameter manajemen penyediaan pakan diperoleh dari
pernyataan peternak sesuai dengan kebiasaannya yaitu : 1) memberi pakan
sapi perah secara rutin 2) memberi air minum dan mengisi bak minum
52
ketika habis 3) mengolah bahan pakan untuk disimpan 4) menjaga
kebersihan bak pakan dari sampah/benda tajam/racun yang membahayakan
ternak 5) memiliki/menyewa kebun rumput serta merawatnya 6)
mengupayakan bahan pakan baik mencari /membeli/ menyiapkan cadangan
pada saat terjadi kelangkaan.
c) Penerapan Standart Operational Prosedure (SOP) pemerahan, SOP
pemerahan yang dibuat oleh MCP sebagai program pengelolaan hasil susu
produksi peternakan sapi perah, bila ditaati akan membawa manfaat bagi
hasil produksi peternak sendiri. Penilaian terhadap parameter penerapan
SOP diperoleh dari pernyataan peternak sesuai dengan kebiasaannya yaitu :
1) membersihkan kandang dari kotoran secara rutin 2) menggunakan serbuk
gergaji untuk menyerap air kotoran di lantai kandang 3) menggunakan air
hangat untuk merendam alat-alat (untuk menghindari jamur dan bakteri) 4)
menali ekor sapi, agar tidak mengotori susu dan tidak mengganggu
pemerahan 5) membersihkan ambing dengan air hangat agar merangsang
turunnya susu 6) mengelap ambing dengan lap kering sampai benar-benar
kering 7) mencuci tangan menggunakan sabun 8) membuang 3-4 perahan
awal setiap puting pada tempat terpisah 9) melakukan pemerahan dengan
cara yang baik dan benar 10) merendam puting pada larutan desinfektan
selama beberapa detik setelah pemerahan 11) menyaring susu saat
dipindahkan pada milk can 12) menyetorkan susu ke TPK secepatnya 13)
membersihkan alat-alat perah di tempat yang bersih, tidak kehujanan,
ditempatkan pada keadaan terbalik dan tidak terkena sinar matahari
langsung.
53
d) Keputusan dalam menyeleksi bibit, bibit sapi perah yang berkuaitas baik
akan memberikan hasil produksi yang baik disamping pemberian pakan
yang baik. Peternak pastilah memiliki kriteria tertentu dalam memilih bibit
yang unggul. Penilaian terhadap parameter keputusan dalam menyeleksi
bibit diperoleh dari pernyataan peternak sesuai dengan kebiasaannya yaitu :
1) jenis sapi 2) produksi susu indukannya 3) pola warna 4) bobot tubuh 5)
catatan produksi susu 6) lingkar dada 7) pertautan ambing 8) Body
Condition Score (nilai kondisi tubuh).
e) manajemen reproduksi dan penyakit, sapi perah sebagai hewan ternak tentu
memiliki tingkah laku yang menggambarkan keadaan tubuhnya dan
tentunya peternak perlu melakukan suatu tindakan agar hewan ternaknya
dapat kembali berproduksi secara normal. Penilaian terhadap parameter
manajemen perawatan dan penyakit diperoleh dari pernyataan peternak
sesuai dengan kebiasaannya yaitu : 1) mengecek birahi secara berkala dan
melakukan inseminasi/kawin alam pada indukan yang birahi 2)
mengobati/melaporkan pada petugas/dokter hewan terhadap ternak yang
berpenyakit 3) mengisolasi ternak yang sakit agar menghindarkan
penyebaran penyakit.
2. Aset (Y2)
Menurut Siregar (2004) pengertian aset adalah barang (thing) atau sesuatu
barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai
komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki
badan usaha, instansi atau individu. Penilaian terhadap parameter keberlanjutan
ekonomi diperoleh dari pernyataan peternak yang sesuai dengan keadaannya
yaitu :
54
a) Tangible Asset
Menurut Sutrisno (2004), aset berwujud (tangible) adalah bangunan,
infrastruktur, mesin/peralatan, dan fasilitas. Menurut Kantz (2001) aset
berwujud bisa berupa persediaan (makanan, emas, berlian, tabungan uang)
dan sumber daya (tanah, air, pohon, ternak, peralatan perkandangan).
1) Bangunan dan lahan
Aset bangunan dan lahan meliputi kepemilikan rumah, kandang, dan
lahan rumput. Pemilihan jawaban didasarkan kepada status kepemilikan
yaitu :
i. Bangunan rumah, Bangunan rumah merupakan tempat tinggal
peternak. Status kepemilikan dinilai berdasarkan : a) memiliki b)
menyewa c) tidak memiliki ataupun menyewa (menumpang).
ii. Kandang, Kandang merupakan tempat berteduh dan menyimpan
ternak secara aman. Status kepemilikan dinilai berdasarkan : a)
memiliki b) menyewa c) tidak memiliki ataupun menyewa
(menumpang).
iii. Lahan rumput, Lahan rumput merupakan produsen dari rumput
sebagai pakan utama ternak. Status kepemilikan dinilai berdasarkan
: a) memiliki b) menyewa c) tidak memiliki ataupun menyewa/
mencari-cari/ membeli.
2) Alat perkandangan
Peralatan perkandangan yang lengkap akan menunjang tingkat efisiensi
sistem pemeliharaan sapi perah. Penilaian terhadap parameter alat
perkandangan diperoleh dari kelengkapan kepemilikan perkandangan
peternak yang dinilai oleh peneliti yang sesuai dengan keadaannya yaitu
55
: 1) memiliki ember perah khusus 2) memiliki milk can 3) memiliki
ember air (untuk memandikan ternak)/ mengangkut air 4) memiliki
cangkul/ Garpu 5) memiliki golok/ arit 6) memiliki motor (untuk
mencari rumput/transportasi) 7) memiliki botol celup putting 8)
memiliki lap ambing khusus 9) memiliki ember khusus air hangat 10)
memiliki alat pemeriksaan susu (cawan/ khusus/ lantai) 11) Saringan
susu.
3) Barang dan persediaan
Barang dan persediaan meliputi kepemilikan tabungan uang, persediaan
makanan, dan barang/persediaan lain yang memiliki nilai ekonomi.
Penilaian terhadap sub variabel barang dan persediaan diperoleh dari
kepemilikan diantaranya : 1) memiliki tabungan uang 2) memiliki emas
atau berlian 3) memiliki asuransi (kesehatan, ternak, dll) 4) memiliki
persediaan makanan (dalam bentuk beras) 5) memiliki mobil 6)
memiliki motor.
4) Ternak
Aset ternak meliputi jumlah kepemilikan ternak dan status kepemilikan.
Jumlah kepemilikan ternak terdiri dari :
1. Jumlah Ternak, penilaian jumlah ternak terdiri dari : a) kepemilikan
tiga ekor sapi perah laktasi b) kepemilikan dua ekor sapi perah
laktasi c) kepemilikan satu ekor sapi perah laktasi.
2. Status kepemilikan sapi perah, penilaian status kepemilikan terdiri
dari : a) milik sendiri b) maro dari orang lain c) tidak memiliki ternak
induk dewasa (sedang vakum).
3. Mata pencaharian (Y3)
56
Mata pencaharian direprentasikan sebagai segala kegiatan yang menunjang
berlanjutnya kehidupan. Mata pencaharian meliputi segala kegiatan peternak
dalam mencari pendapatan yaitu berternak sapi perah, berkerja sebagai petani,
dan pekerjaan lain yang digeluti oleh peternak selain pada bidang lain. Penilaian
terhadap parameter mata pencaharian diperoleh dari pernyataan peternak yang
sesuai dengan keadaannya yaitu :
a) Mata Pencaharian
Mata pencharian utama seorang peternak sapi perah adalah berternak sapi
perah namun dalam perjalanannya terkadang dibutuhkan kegiatan tambahan
guna mengsiasati semakin bertambahnya kebutuhan rumah tangga namun
dalam menunjang keberlanjutan usaha diperlukan fokus yang lebih pada
kegiatan usaha daripada kegiatan lain. Penilaian terhadap parameter mata
pencaharian diperoleh dari pernyataan peternak sesuai dengan keadaannya
yaitu : 1) berternak sapi perah sebagai mata pencaharian utam dan
melakukan kegiatan sampingan lainnya 2) berternak sapi perah saja 3)
melakukan kegiatan lain sebagai mata pencaharian utama dan berternak
sebagai sampingan.
Pernyataan dibuat disertai dengan alasan peternak agar memudahkan peneliti
dalam menentukan jawaban dari peternak. Matriks penilaian tiap butir kuisioner
dapat dilihat pada Lampiran 2. Nilai tingkat kelengkapan dukungan dalam tingkat
keberlanjutan usaha (Xi) diperoleh dari nilai total seluruh jawaban responden atas
pertanyaan yang dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan yang terdiri dari 3 butir
pilihan yang berskala ordinal dari 3, 2, 1. Penentuan rentang skala adalah sebagai
berikut :
𝑅𝑆 =𝑚 − 𝑛
𝑏
57
Keterangan :
RS = Rentang Skala
m = skor maksimal yang dijawab
n = skor minimal yang dijawab
b = jumlah pertanyaan
Dari penggunaaan 3 skala dan total pertanyaan yang diajukan adalah 13,
maka akan didapatkan m = 39 (jika responden menjawab dengan point 3) dan n =
13 (jika responden menjawab dengan 1), selanjutnya guna menambah ketelitian
data yang diperoleh, maka batas atas kelas interval yang didapat ditambah 0,5
menjadi 39,5 dan batas bawah interval kelas dikurangi 0,5 menjadi 12,5 maka akan
dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :
𝑅𝑆 =39,5−12,5
3
= 9
Total pertanyaan 13 butir dengan sistem penilaian :
a. 31 – 39 = tinggi
b. 22 – 30 = sedang
c. 13 – 21 = rendah
3.4 Uji Instrumen Penelitian
Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden, kuesioner diuji validitas
dan reliabilitas terlebih dahulu agar instrument yang digunakan benar-benar telah
memenuhi syarat sebagai alat pengukur data (Notoatmodjo,2002). Uji validitas dan
reliabilitas dilakukan pada 10 peternak sapi perah TPK Warnasari Kabupaten
Bandung.
58
3.4.1 Uji Validitas
Menurut Notoatmodjo, (2010) validitas adalah suatu indeks yang
menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan Construct Validity untuk uji validitasnya yaitu dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada 10 responden sebagai sarana uji,
kemudian dilakukan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan)
dengan skor total kuesioner tersebut.
Apabila kuesioner tersebut telah memiliki validitas konstruk, berarti semua
item (pertanyaan) yang ada dalam kuesioner itu mengukur konsep dengan peneliti
ukur. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi product moment.
Perhitungan uji validitas menggunakan program SPSS version 25.0 for
Windows dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menulis hasil data tiap butir kuisioner pada program Microsoft Excel beserta
skor total dari tiap-tiap responden secara horizontal.
2. Buka program SPSS version 25.0 for Windows lalu klik data view dan copy
paste data yang telah di tulis di Microsoft Excel.
3. Klik variable view dan pada kolom name ganti tiap butir nama menjadi nama
yang diinginkan (secara default:VAR00001, contoh ubah: ITEM_1) untuk
tiap-tiap nomor kuisioner beserta nilai totalnya dan ubah decimals menjadi 0.
4. Klik Analyze lalu klik Correlations dan klik Bivariate setelahnya akan muncul
bagan Bivariate dan masukan tiap butir kuisioner beserta nilai skor total ke
dalam bagan kanan. Pastikan mencentang kotak Pearson, two tailed, dan Flag
significant correlations.
5. Setelahnya muncul hasil dari perhitungan, butir kuisioner yang valid ditandai
dengan tanda bintang pada kolom paling kanan (total jumlah skor).
59
Hasil perhitungan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai product
moment Bila r hitung lebih besar dari tabel, maka kuesioner dikatakan valid dan
dapat dipakai untuk penelitian. Namun sebaliknya, jika r hitung kuesionernya lebih
kecil r tabel maka pertanyaan tersebut tidak valid dan harus dikeluarkan dari
kuesioner. Nilai r tabel untuk N = 10 dengan uji dua arah dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,05 adalah 0,6319.
Hasil perhitungan (lampiran 3) menunjukan bahwa semua butir pertanyaan
karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan dan keberlanjutan usaha berkategori
valid, dan semua butir pertanyaan dapat digunakan untuk penelitian.
3.4.2 Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2006) reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian
bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data, karena instrument tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah
dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya juga.
Apabila data yang memang benar sesuai dengan kenyataan.maka berapa kalipun
diambil tetap akan sama.
Perhitungan uji validitas menggunakan program SPSS version 25.0 for
Windows dengan langkah-langkah yang sama dengan uji validitas namun pada
langkah keempat (4) klik Analyze lalu klik Scale dan klik Reliablity Analyze
setelahnya akan muncul bagan dan masukan tiap butir kuisioner tanpa nilai skor
total ke dalam bagan kanan. Pastikan menggunakan model Alpha untuk
menggunakan rumus Cronbach Alpha.
Untuk mengetahui apakah harga koefisien reliabilitas itu reliabel atau tidak,
maka perlu di konsultasikan dengan ketetapan koefisien reliabilitas. Apabila
60
koefisien Cronbach Alpha (r) ≥ 0,7 maka dapat dikatakan instrumen tersebut
reliabel (Johnson & Christensen, 2012).
Hasil perhitungan (lampiran 3) menunjukan bahwa semua butir pertanyaan
karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan dan keberlanjutan usaha berkategori
reliabel, dan semua butir pertanyaan dapat digunakan untuk penelitian.
3.5 Metode Analisis
Metode analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang ada untuk menggambarkan
fenomena yang terjadi. Pengukuran masing-masing indikator variabel dilakukan
dengan skala ordinal dan selanjutnya dilakukan pendekatan kuantitatif. Data
masing-masing variabel dijumlahkan skornya lalu dianalisis menggunakan teknik
analisis non parametrik korelasi Rank-Spearman untuk mengetahui keeratan
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Sugiyono, 2008). Untuk
dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut
besar atau kecil pengaruhnya, maka dapat berpedoman pada aturan Guilford
(Rakhmat, 1997).
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah teknik analisis yang digunakan untuk
menggambarkan persoalan yang berdasarkan data yang dimiliki yakni dengan
menata data tersebut sedemikian rupa sehingga mudah memahami karakteristik
yang ada. Statistika deskriptif adalah bagian dari statistika yang mempelajari alat,
teknik, atau prosedur yang digunakan untuk mendeskripsikan kumpulan data atau
hasil pengamatan yang telah dilakukan.
61
3.5.2 Analisis Korelasi Rank Spearman
Pengukuran masing-masing indikator untuk mengetahui keeratan hubungan
antara variabel bebas (X) atau karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan
dengan variabel terikat (Y) atau keberlanjutan usaha peternak sapi perah digunakan
analisis koefisien Rank Spearman (Siegel, 1997). Validitas analisis penelitian ini
dilakukan pula uji signifikan hipotesis dengan menggunakan program SPSS version
25.0 for Windows.
Hipotesis yang diajukan:
Ho :Tidak terdapat hubungan antara karakteristik sikap dan perilaku
kewirausahaan dengan keberlanjutan usaha peternak sapi perah.
H1 : Terdapat hubungan antara karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan
dengan keberlanjutan usaha peternak sapi perah.
Kaidah keputusan:
a. ρV ≥ α Ho diterima
Maka tidak ada hubungan antara karakteristik sikap dan perilaku
kewirausahaan dengan keberlanjutan usaha peternak sapi perah.
b. ρV < α H1 diterima
Maka ada hubungan antara karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan
dengan keberlanjutan usaha peternak sapi perah.
Keterangan:
ρV = nilai kesalahan yang didapat peneliti dari hasil perhitungan statistik (nilai
signifikansi)
α = batas kesalahan maksimal yang dijadikan patokan oleh peneliti (0,05)
Analisis data menggunakan aplikasi SPSS, dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
62
1. Buka program SPSS, kemudian klik Variable View, pada kolom Name baris
pertama tuliskan X dan baris kedua tuliskan Y. Pada Decimals ubah angka
menjadi angka 0, pada bagian Label X untuk karakteristik sikap dan perilaku
kewirausahaan dan untuk Y tuliskan keberlanjutan usaha peternak.
2. Klik Data View, selanjutnya tuliskan atau masukkan data penelitian untuk
masing-masing variabel.
3. Jika data sudah di input dengan benar, lanjutnya klik menu Analyze, klik
Correlate, klik Bivariate.
4. Muncul kotak dialog “Bivariate Correlations”, langkah berikutnya adalah
masukkan variabel karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan [X] dan
keberlanjutan usaha peternak [Y] ke kolom Variable (s), kemudian pada
bagian “Correlation Coefficient” beri tanda centang (v) pada pilihan
Spearman, pada bagian “Test of Significance” pilih One-Tailed. Selanjutnya,
beri tanda centang (v) pada Flag significant correlations, lalu klik OK.
Interprestasi terhadap keeratan hubungan antara kedua variabel menggunakan
aturan Guilford (Rakhmat, 1997) yaitu:
Tabel 1. Derajat Hubungan dan Penafsiran
Nilai Koefisien Hubungan
rs < 0,20
0,20 < rs < 0,40
0,40 < rs < 0,70
0,70 < rs < 0,90
0,90 < rs < 1,00
Hubungan dua variabel sangat lemah
Hubungan dua variabel lemah
Hubungan dua variabel cukup berarti
Hubungan dua variabel kuat
Hubungan dua variabel sangat kuat