Implementasi Manajemen Risiko & Tata Kelola
Terintegrasi Konglomerasi Keuangan Indonesia
nung herlian
MATERI DISKUSI
Pada Acara LPPI
Seminar & Executive Roundtable
Konglomerasi Jasa
Keuangan Indonesia
Jakarta, 14 Januari 2016
2
Sharing Session
Dasar Hukum 3
Cakupan Pengawasan Terintegrasi 4
Penerapan Tata Kelola Terintegrasi 6
Ketentuan Lain-Lain dan Penutup 7
Tujuan Pengawasan Terintegrasi 2
Latar Belakang dan Rasional Perlunya Pengawasan Terintegrasi 1
Penerapan Manajemen RisikoTerintegrasi 5
Latar Belakang dan Rasional Perlunya Pengawasan Terintegrasi
3
Konglomerasi keuangan saat ini telah berkembang dg pesat didukung teknologi, produk dan layanan keuangan yg semakin kompleks, dinamis, dan saling terkait antar sub-sektor keuangan.
Dampak Positif
Meningkatkan daya saing a.l. meningkatnya
skala ekonomi, volume bisnis dll
Meningkatkan efisiensi melalui
pengembangan infrastruktur, delivery
channel,dll
Mengoptimalkan portofolio produk dan layanan
melalui promosi dan penguatan branding,
cross selling dan saluran distribusi,
Penguatan bisnis melalui integrasi LJK dan
kenaikan fee based income.
Dampak Negatif
meningkatnya risiko sektor keuangan melalui
regulatory arbitrage, contagion risk, lack of
transparency, conflict of interest, meningkatnya
transaksi intragroup, perhitungan modal ganda
dan abuse of economic power.
kegagalan salah satu anak perusahaan akan
menimbulkan efek rembetan (contagion effect)
pd perusahaan lain dlm group ataupun
induknya.
Pengawasan terintegrasi thd konglomerasi keuangan, dimaksudkan untuk:
Mempersempit perbedaan pengaturan (regulatory arbitrage) antar sektor jasa
keuangan
Menghilangkan kemungkinan adanya aspek dan area tertentu yg masih luput
dari pengawasan (supervisory blindspot)
Melakukan pengawasan yg efektif utk mendeteksi setiap potensi risiko dari
aktifvitas konglomerasi keuangan
Mengapa perlu diawasi:
Besarnya pangsa konglomerasi keuangan dan perannya yg signifikan dalam perekonomian
Konglomerasi cenderung melakukan excessive risk taking.
Kompleksitas produk/layanan keuangan lintas sektor dlm konglomerasi meningkatkan risiko.
Sumber kerentanan krisis pada sektor keuangan menjadi sangat beragam
Mencegah timbulnya risiko sistemik dalam sektor keuangan.
Meminimalkan potensi permasalahan sistemik yg ditimbulkan oleh suatu konglomerasi keuangan
melalui penerapan manajemen risiko dan GCG terintegrasi sbg sarana deteksi dini
permasalahan dan risiko yg dihadapi industri keuangan
Memastikan ketersediaan modal yg sepadan dg eksposure risiko sebagai cushion atau buffer
potensi rugi atas eksposure risiko yg diambil suatu konglomerasi.
Tujuan Pengawasan Terintegrasi 4
5 Konglomerasi Keuangan: Mengapa Perlu diawasi ?
…..Permasalahan KONGLOMERASI seperti puncak gunung Es….
Excessive Risk Taking
Behaviour
Procyclicality
Regulatory arbitrage
Excessive Intragroup
exposure
Contagion/spillover
effect
Market failure
Di puncak : tenang, anggun, lembut dan eksotis
Di dasar : Hidden and potensial explosive risk to happen at any time
- nung herlian -
6
Konglomerasi keuangan ditandai dg adanya asymetric information, agency problem, moral hazard dsb,
menyebabkan excessive risk taking behavior, prosiklisitas, contagion risk dan risiko sistemik...…
- nung herlian -
Konglomerasi Keuangan: Mengapa Perlu diawasi ?
Interconnectedness 19xx – 20xx semakin rumit
Keterkaitan antar LJK dalam Sektor Keuangan dapat bersifat sistemik.....
7
- nung herlian -
Konglomerasi Keuangan: Mengapa Perlu diawasi ?
After Effect Crisis ……. After Effect Crisis ……. 8 Semakin maraknya Konglomerasi dan Interkoneksi antar Lembaga Keuangan
Perkembangan interaksi dan keterkaitan antar institusi keuangan yg sedemikian pesat menuntut
adanya pola pengawasan terintegrasi yg mampu mendeteksi secara dini permasalahan dalam
konglomerasi sehingga tidak merembet pada institusi keuangan lainnya…..
Peta Konglomerasi Keuangan 9
Perbandingan total aset 50 Konglomerasi Keuangan dengan total aset
industri perbankan dan total aset industri jasa keuangan adalah sebagai
berikut (Sept 2015):
Dari 50 Grup Konglomerasi Keuangan yang dilaporkan, diklasifikasikan dalam 3
jenis, yaitu:
14 Grup Konglomerasi Keuangan yang bersifat Vertikal;
29 Grup Konglomerasi Keuangan yang bersifat Horizontal; dan
7 Grup Konglomerasi Keuangan yang bersifat Mixed.
Pasal 5 UU OJK
OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.
Scope OJK dalam melakukan pengawasan terhadap
Lembaga Jasa Keuangan:
1. Pengawasan individual (level 1); dan
2. Pengawasan Terintegrasi yang berupa
pengawasan terhadap lembaga keuangan dan
perusahaan anak di bidang keuangan (level 2)
serta pengawasan konsolidasi terhadap
Konglomerasi Keuangan (level 3).
Dalam Rangka mendukung
Pengawasan Terintegrasi
berdasarkan Risiko, Konglomerasi
Keuangan wajib menerapkan
Manajemen Risiko dan Tata Kelola
Terintegrasi.
Pengawasan Terintegrasi Pengaturan Terintegrasi
DASAR HUKUM 10
Scope Pengawasan Terintegrasi 11
- nung herlian -
Pengertian Konglomerasi Keuangan 12
- nung herlian -
• Konglomerasi Keuangan adalah Lembaga Jasa
Keuangan (LJK) yang berada dalam satu grup atau
kelompok karena keterkaitan kepemilikan dan/atau
pengendalian yang wajib menerapkan manajemen risiko
terintegrasi.
• Jenis Konglomerasi Keuangan:
– Vertical Group
Vertical group yaitu apabila terdapat hubungan langsung perusahaan induk dan perusahaan
anak secara jelas dan keduanya merupakan LJK
– Horizontal Group
Horizontal group yaitu apabila tidak terdapat hubungan langsung antara LJK yang berada
dalam satu Konglomerasi Keuangan tetapi LJK tersebut dimiliki atau dikendalikan oleh pihak
yang sama
– Mixed Group
Mixed Group apabila dalam satu Konglomerasi Keuangan terdapat struktur kelompok usaha
yang bersifat vertical group dan horizontal group
Ilustrasi Jenis Konglomerasi Keuangan 13
- nung herlian -
Struktur Konglomerasi Keuangan
Perusahaan Anak Perusahaan Terelasi (sister company) beserta perusahaan anaknya
Entitas Utama
Badan hukum atau perusahaan yang dimiliki dan/atau dikendalikan oleh LJK secara langsung maupun tidak langsung baik di dalam maupun di luar negeri yang melakukan kegiatan usaha di sektor jasa keuangan.
LJK induk dari Konglomerasi Keuangan atau LJK yang ditunjuk oleh pemegang saham pengendali Konglomerasi Keuangan yang bertugas mengintegrasikan penerapan tata kelola di
Konglomerasi Keuangan
Perusahaan Terelasi (sister company) adalah beberapa LJK yang terpisah secara kelembagaan dan/atau secara hukum namun dimiliki dan/atau dikendalikan oleh pemegang saham pengendali yang sama.
CAKUPAN KONGLOMERASI KEUANGAN
- Struktur-
14
LJK wajib mengidentifikasi keterkaitan kepemilikan dan/atau pengendalian dengan LJK lain dalam menentukan Konglomerasi Keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan berwenang melakukan penyesuaian terhadap LJK yang termasuk dalam Konglomerasi Keuangan.
CAKUPAN KONGLOMERASI KEUANGAN
- Kelembagaan-
15
Jenis LJK yang termasuk dalam
cakupan Konglomerasi Keuangan
PERUSAHAAN ASURANSI DAN REASURANSI
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PERUSAHAAN EFEK
BANK
Lembaga Jasa Keuangan (LJK )adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai Otoritas Jasa Keuangan.
ENTITAS UTAMA
Dalam hal struktur Konglomerasi Keuangan hanya terdiri dari LJK
induk dan LJK anak
Dalam hal struktur Konglomerasi Keuangan tidak hanya terdiri dari LJK induk dan LJK anak (terdapat
perusahaan terelasi)
Pemegang saham pengendali dari Konglomerasi
Keuangan wajib menunjuk Entitas Utama.
Entitas Utama yang ditunjuk adalah LJK yang
memiliki total aset terbesar dan/atau memiliki
kualitas penerapan Manajemen Risiko yang
baik.
Entitas Utama adalah LJK Induk
PENENTUAN ENTITAS UTAMA 16
Otoritas Jasa Keuangan berwenang memerintahkan Entitas Utama untuk melakukan penyesuaian terhadap LJK yang ditunjuk menjadi Entitas Utama
Penilaian Risiko dan Tingkat Kondisi
Konglomerasi Keuangan 1.
17
Mendeteksi secara dini risiko yang dihadapi oleh
Konglomerasi Keuangan secara keseluruhan (group-
wide) dengan memperhatikan terutama risiko yang
belum dapat teridentifikasi dalam pengawasan LJK
secara individual;
Mendeteksi pengaruh dari risiko tersebut terhadap
kondisi kinerja keuangan Konglomerasi Keuangan
secara keseluruhan.
Mengalokasikan sumber daya yang dialokasikan untuk
menangani risiko signifikan yg teridentifikasi dan
membahayakan kondisi Konglomerasi Keuangan
secara keseluruhan (group-wide);
Menyusun strategi dan perencanaan pengawasan
terhadap Konglomerasi Keuangan secara
keseluruhan;
Mengambil tindakan pengawasan yang diperlukan
secara lebih dini melalui koordinasi antara Pengawas.
Excessive Risk
Taking Behaviour
Procyclicality
Regulatory
arbitrage
Excessive
Intragroup
exposure
Contagion/spillo
ver effect
Market failure
18 Tujuan Penilaian Risiko dan Tingkat Kondisi Konglomerasi Keuangan (KK)
Prinsip Utama Penilaian Risiko
Agregasi Risiko
Penilaian risiko dan tingkat kondisi Konglomerasi Keuangan didasarkan pada berbagai risiko yang
terdapat dalam Konglomerasi Keuangan secara keseluruhan dg memperhatikan dampak yang
ditimbulkannya terhadap kondisi Konglomerasi Keuangan dilakukan dengan mengidentifikasi
faktor intern maupun ekstern yang dapat meningkatkan risiko atau mempengaruhi kondisi
Konglomerasi Keuangan saat ini dan masa yang akan datang.
Holistik
Penilaian dilakukan dengan melihat keterkaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya (holistik)
mendapatkan gambaran mengenai risiko dan tingkat kondisi Konglomerasi Keuangan secara
keseluruhan.
Signifikansi/Materialitas dan Proporsionalitas
Penilaian risiko dan tingkat kondisi terhadap Konglomerasi Keuangan dilakukan dengan memperhatikan
signifikansi/materialitas secara proporsional LJK-LJK yg ada dalam Konglomerasi Keuangan secara
keseluruhan dgn memperhatikan struktur, karakteristik, dan kompleksitas dari Konglomerasi Keuangan tsb
Komprehensif dan Terstruktur
Penilaian dilakukan dengan analisis mendalam dengan memperhatikan faktor-faktor penilaian secara luas,
lengkap, dan utuh (komprehensif) didukung fakta-fakta yang relevan dan pengaruhnya terhadap risiko dan
kondisi Konglomerasi Keuangan dengan memperhatikan level, trend, dan tingkat permasalahan dan
diinformasikan secara terstruktur dengan mengemukakan kesimpulan, hasil analisis, dan fakta.
19
20 Siklus Pengawasan Terintegrasi berdasarkan Risiko
CAKUPAN PENGATURAN
Konglomerasi Keuangan wajib menerapkan
Manajemen Risiko Terintegrasi
(POJK No. 17/POJK.03/2014)
Penentuan Cakupan
Konglomerasi Keuangan
Penentuan Entitas Utama
LJK yang mengintegrasikan Manajemen Risiko di Konglomerasi
Keuangan
Penerapan Manajemen
Risiko di Konglomerasi
Keuangan
Tata Kelola Terintegrasi
(POJK No. 18/POJK.03/2014)
Penentuan Cakupan
Konglomerasi Keuangan
Penentuan Entitas Utama
LJK yang mengintegrasikan
Tata Kelola di Konglomerasi
Keuangan
Penerapan Tata Kelola di Konglomerasi
Keuangan
21
PENERAPAN
MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI
(POJK No.17/POJK.03/2014)
2.
22
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI
Cakupan
Risiko
meliputi:
4 (Empat) Pilar
Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi
Pengawasan Direksi dan Dewan Komisaris
Entitas Utama. 1
Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan
limit Manajemen Risiko Terintegrasi. 2
Kecukupan proses identifikasi, pengukuran,
pemantauan, dan pengendalian Risiko secara
terintegrasi, serta sistem informasi Manajemen
Risiko Terintegrasi.
3
Sistem pengendalian intern yang menyeluruh
terhadap penerapan Manajemen Risiko
Terintegrasi. 4
1. Risiko kredit
2. Risiko pasar
3. Risiko likuiditas
4. Risiko operasional
5. Risiko hukum
6. Risiko reputasi
7. Risiko stratejik
8. Risiko kepatuhan
9. Risiko transaksi intra-grup
10. Risiko asuransi
23
Konglomerasi Keuangan
Tidak terdapat Perusahaan
Asuransi
Terdapat Perusahaan
Asuransi
9 Jenis Risiko
(- Risiko asuransi)
10 Jenis Risiko
(+ Risiko asuransi)
Entitas Utama
Organisasi dan Fungsi Manajemen Risiko
Terintegrasi
Dewan Komisaris
Direktur Utama
Komite Manajemen
Risiko Terintegrasi
(Non Struktural)
Direktur …. Direktur
Operasional
Direktur yang membawahkan
fungsi Manajemen Risiko
Terintegrasi
Laporan Profil Risiko Terintegrasi
Dewan Direksi:
Memberikan
rekomendasi
SKMR di masing-masing LJK
anggota Koglomerasi
keuangan
SKMR di masing-masing LJK
anggota Koglomerasi
keuangan
SKMR di masing-masing LJK
anggota Koglomerasi
keuangan
Koordinasi
Laporan Profil Risiko
Terintegrasi
Satuan Kerja
Manajemen Risiko
Terintegrasi
24
Milestone Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi
Pelaporan dan Sanksi
Des 2014
POJK diterbitkan
31 Mar 2015
Penyampaian:
Laporan penunjukkan Entitas Utama
Laporan LJK yang menjadi anggota Konglomerasi
Keuangan
Jun 2015
Laporan profil risiko terintegrasi, paling
lambat disampaikan 15 Agustus 2015
(untuk Entitas Utama Bank BUKU 4)
Des 2015
Laporan profil risiko terintegrasi,
paling lambat disampaikan 15 Feb
2016 (untuk seluruh Entitas Utama)
1 Jan 2017
Sanksi pelanggaran substansi pengaturan diberlakukan
bagi Entitas Utama berupa Bank BUKU 4
Sanksi pelanggaran substansi pengaturan diberlakukan bagi
Entitas Utama berupa Bank non BUKU 4 dan non bank 1 Jan 2018
25
PENERAPAN
TATA KELOLA TERINTEGRASI
POJK NO. 18/POJK.03/2014
3.
26
Organ dan Instrumen Tata Kelola
Terintegrasi
Untuk mengintegrasikan Tata Kelola pada Konglomerasi Keuangan, Entitas Utama
paling kurang memiliki :
Dewan Komisaris
Komite Tata Kelola Terintegrasi
Satuan Kerja
Kepatuhan
Terintegrasi
Direksi
Pedoman Tata Kelola
Terintegrasi
Entitas Utama
Satuan Kerja
Audit Intern
Terintegrasi
27
Tugas dan Tanggung Jawab Direksi dan
Dekom Entitas Utama
1. mengawasi penerapan Tata Kelola pada
masing-masing LJK agar sesuai dengan
Pedoman TKT.
2. mengawasi pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Direksi Entitas Utama,
serta memberikan arahan atau nasihat
kepada Direksi Entitas Utama atas
pelaksanaan Pedoman TKT.
3. mengevaluasi Pedoman TKT dan
mengarahkan dalam rangka
penyempurnaan.
Dewan Komisaris Entitas Utama
1. memastikan penerapan Tata Kelola
Terintegrasi (TKT) dalam Konglomerasi
Keuangan.
2. menyusun Pedoman TKT.
3. mengarahkan, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan Pedoman
TKT.
4. menindaklanjuti arahan/nasihat Dekom
EU dalam rangka penyempurnaan
Pedoman TKT.
Calon anggota Direksi EU dan Calon anggota Dekom EU harus memiliki pengetahuan
mengenai EU dan pengetahuan mengenai LJK dalam KK
Direksi Entitas Utama
28
Milestone Penerapan Tata Kelola Terintegrasi
Pelaporan dan Sanksi
Nov 2014
31 Mar
2015
Penyampaian:
Laporan penunjukkan Entitas Utama
Laporan rincian anggota Konglomerasi Keuangan
Jun
2015
Laporan penilaian pelaksanaan TKT, paling lambat
disampaikan 15 Agustus 2015 (untuk Entitas Utama
Bank BUKU 4)
Des
2015
Laporan penilaian pelaksanaan TKT, paling
lambat disampaikan 15 Feb 2016 (untuk
Entitas Utama selain Bank BUKU 4)
1 Jan
2017
Sanksi pelanggaran substansi pengaturan diberlakukan bagi
Entitas Utama berupa Bank BUKU 4
Sanksi pelanggaran substansi pengaturan diberlakukan bagi
Entitas Utama berupa Bank non BUKU 4 dan non bank 1 Jan
2018
29
POJK diterbitkan
Hubungan antar LJK yang dimiliki dan dikendalikan langsung oleh Pemerintah Pusat
Republik Indonesia dikecualikan dari pengertian Konglomerasi Keuangan.
Contoh: hubungan antara Bank-Bank BUMN (Mandiri, BNI, dan BRI) yang
disebabkan oleh kepemilikan langsung Pemerintah RI tidak menyebabkan
ketiga Bank BUMN tersebut dimasukkan dalam satu Konglomerasi Keuangan
yang sama.
Dalam hal Konglomerasi Keuangan berada dalam satu sektor jasa keuangan yang
sama dan telah terdapat ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Tata Kelola
(good corporate governance) bagi sektor jasa keuangan tersebut, penerapan Tata
Kelola Terintegrasi mengacu pada ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Tata
Kelola (good corporate governance) yang berlaku bagi sektor jasa keuangan tersebut.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan Tata Kelola Terintegrasi bagi
Konglomerasi Keuangan diatur dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.
Ketentuan Lain-Lain dan Penutup 30
Terima Kasih
31 Sespibi Angkatan XXVI_______________ Tugas &Tanggung Jawab
Dewan Komisaris …lanjutan
28
Terima Kasih
nung herlian