IMPLEMENTASI MEDIASI PADA KASUS PERCERAIAN DI
PENGADILAN AGAMA KABUPATEN SAROLANGUN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu
(S.1) Dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah
Oleh:
HERVIANA
NIM: UB. 150097
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
MOTTO
“sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damailah antara
kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah SWT supaya kamu mendapat
Rahmat” (Q.S Al-Hujarat: 10)1
1 Al-Qur‟an Terjemahan Al-Hujarat Ayat:10
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Implementasi Mediasi Pada Kasus Perceraian di
Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun”. Judul ini dipilih berdasarkan
keprihatinan Penulis terhahadap permasalahan yang ada di Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun yaitu semakin banyak perkara/gugatan perceraian yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat. Angka perceraian di Kabupaten Sarolangun
terus meningkat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan cara Mediasi
dengan bantuan Mediator yang berfungsi membantu para pihak dalam mencari
berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. oleh karena itu bagaimana
penerapan mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun.
Skripsi ini menggunakan metode Penelitian Pendekatan Kualitatif dengan
model porposive sampling dan dilakukan dengan cara mengambil subjek melalui
ketua Pengadilan Agama, mediator, dan 3 orang perkara yang sudah melakukan
Mediasi dan staf yang ada di Pengadilan. Penelitian dilakukan di Pengadilan
Agama Kabupaten Sarolangun. Metode Pengumpulan Data yang digunakan
adalah metode Observasi, Wawancara Dan Dokumentasi. Dalam menganalisis
data, menggunakan Metode Analisis Data yaitu Memilih Data, Penyajian Data,
dan Penarikan Kesimpulan.
Berdasarkan Hasil Peneliti Terkait Implementasi Mediasi Pada Kasus
Perceraian di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun Implementasi mediasi
dalam menyelesaikan kasus perceraian di Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun diawali dengan pendaftaran gugatan, menentukan mediator, penetapan
hari sidang oleh Ketua majelis hakim, pemanggilan para pihak untuk di mediasi.
dilakukan selama 30 hari kerja dengan 1-2 kali pertemuan,Tahap pertama
mediator memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan mediasi, para pihak
menglarifikasi masalah yang dihadapi, melakukan pertemuan terpisah (Kaukus),
pertemuan mediasi berisi nasehat-nasehat dan mengarahkan para pihak untuk
diskusi mencapai kesepakatan damai. mediasi berakhir dengan hasil berhasil atau
gagal yang akan diumumkan pada sidang selanjutnya.Sedangkan tingkat
keberhasilan dan kegagalan mediasi dari tahun 2015-2018 jumlah perkara yang
masuk berjumlah 930 perkara, perkara yang dimediasi berjumlah 152 perkara,
berhasil di mediasi berjumlah 7 perkara dan gagal mediasi berjumlah 145 perkara.
Faktor-faktor penyebab kegagalan Mediasi di Pengadilan agama yaitu: Faktor
keinginan kuat untuk bercerai, Tenaga Hakim Mediator, Faktor Pihak Ketiga, dan
Faktor Fasilitas dan Sarana.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, ucapan yang syukur yang tiada
hentinya kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan kepada kita
semua dengan sifat maha pemurah-Nya. Terutama atas anugerah akal, pikiran, dan
waktu yang masih diberikan sampai saat ini, karena dengan anugerah itu pula saya
bisa menyelesaikan skripsi ini.
Serta tidak lupa pula mengucapkan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad
SAW semoga kita mendapatkan Syafaat beliau di akhirat kelak Amin. Sebagai
rasa syukur penulis persembahkan karya skripsi ini kepada:
Kepada kedua orangtua ku tercinta NAJMUDIN dan NURUL HIDAYAH yang
selalu menjadi motivasi, penyemangat, dan penguat dalam meraih kesuksesan di
Dunia dan di Akhirat.
Kepada seluruh saudaraku yang tersayang Herizal, Desi Pernama Sari, Windi
Kusuma, dan Ahmad Khusrin. dan Untuk Seluruh Keluarga besar dimanapun
berada.
Kepada bapak Sya‟roni, S.Ag., M.Pd dan bapak Edy Kusnadi, S.Ag., M.Phil
selaku pembimbing skripsi, terimakasih penulis ucapkan atas segala waktu,
fikiran dan nasehat-nasehat yang telah diberikan kepada penulis semoga
bermamfaat dikemudian hari. Amiin.
Kepada sahabatku Yuni Satriani, Sahabat Seperjuangan Jurusan BPI, Sahabat
KKN, Sahabat PPL dan Teman-teman seperjuangan Lainnya yang tidak
disebutkan satu per satu. Terima kasih telah Menjadi penyemangat, Motivasi dan
dorongan, sehingga Penulis bisa sampai ketahap ini. Semoga kita semua sukses
Dunia dan Akhirat, dan segala perbuatan dan Amal baik kalian diterima di sisi
Allah SWT. Amiin
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah atas rahmat dan kehendak-
Nya memberikan kemudahan dan kelancaran, sehingga penulis dapat menyusun
skripsi ini yang berjudul “Implementasi Mediasi Pada Kasus Perceraian di
Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun” untuk memenuhi salah satu syarat
dalam memperoleh gelar Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan
Islam di Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Shalawat serta
Salam tak lupa pula penulis haturkan kepada junjungan alam yakni Nabi
Muhammad SAW yang senantiasa dapat mengintegrasikn intelektual, emosional,
dan spritual dalam kehidupan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat tersusun tanpa
bantuan dan dorongan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, izinkan penulis menggunakan kesempatan ini untuk
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarnya tidak terbahasakan kepada
segenap pihak, yang tidak semuanya dapat penulis sebutkan satu per satu.
1. Bapak Sya‟roni, S.Ag., M.Pd.selaku dosen Pembimbing I sekaligus Ketua
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Dakwah UIN STS
Jambi.
2. Bapak Edy Kusnadi, S.Ag.,M. Phil selaku Dosen pembimbing II
3. Bapak Samsu., S.Ag., M.Pd.I., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN
STS Jambi.
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH., M. Hum. Selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik dan Kelembagaan Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
5. Ibu Neneng Hasanah, M. Pd. I, Selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan
Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
6. Bapak . Dr. H. Hadri Hasan, MA. selaku Rektor UIN STS Jambi beserta
Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi, Ph. D, Bapak Dr. H. Marwazi, M. Ag, serta
Ibu Dr. Fadhilah, M. Ag, Selaku Wakil Rektor I, II, III UIN STS Jambi.
7. Bapak Drs. Ishak Abd Aziz., M. Fil Selaku Dosen Pembimbing Akademik
8. Bapak dan Ibu Dosen Yang telah membagi ilmu yang mereka miliki
kepada Penulis.
9. Bapak/Ibu Karyawan/ti yang ada dilingkungan Fakultas Dakwah UIN STS
Jambi.
10. Pimpinan dan para Staf Karyawan/ti Perpustakaan UIN STS Jambi.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
NOTA DINAS ....................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Batasan Masalah .............................................................................. 7
D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
E. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 8
F. Metode Penelitian ............................................................................ 8
G. Landasan Teori .............................................................................. 13
H. Studi Relevan ................................................................................. 20
BAB II PROFIL PENGADILAN AGAMA KABUPATEN SAROLANGUN
A. Gambaran umum tentang Pengadilan Agama Sarolangun .............. 22
B. Dasar Hukum pembentukan Pengadilan Agama Sarolangun .......... 24
C. Visi dan Misi Pengadilan Agama Sarolangun ................................. 26
D. Lokasi dan Tempat Pengadilan Agama Sarolangun ........................ 27
E. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sarolangun ......................... 28
F. Tugas dan Fungsi Pengadilan Agama Sarolangun ........................... 31
G. Profil Hakim Mediator di Pengadilan Agama Sarolangun ............... 33
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT MEDIASI PADA KASUS
PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA KABUPATEN
SAROLANGUN
A. Fungsi Mediator.............................................................................. 37
B. Tujuan Mediasi ............................................................................... 40
C. Manfaat Mediasi ............................................................................. 40
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Implementasi Mediasi di Pengadilan Agama Sarolangun .............. 48
B. Tingkat Keberhasilan dan Kegagalan Mediasi di Pengadilan
Agama Sarolangun ......................................................................... 60
C. Faktor-faktor Penyebab Kegagalan Mediasi di Pengadilan Agama
Sarolangun ...................................................................................... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 67
B. Implikasi Penelitian ........................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Lokasi Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun.......... 9
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sarolangun................. 28
Gambar 3.1 Alur Proses Mediasi di Pengadilan Agama Kabpaten
Sarolangun..................................................................................................... 45
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sumber Daya Manusia (SDM) di Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun................................................................................................... 29
Tabel 2.2 Pendidikan Sumber Daya Manusia di Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun................................................................................................... 30
Tabel 2.3 Tenaga Honorer di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun..... 30
Tabel 4.1 Implementasi Tahapan Mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun................................................................................................... 58
Tabel 4.2 Rekapitulasi Perkara Perceraian diterima dan dimediasi dari Tahun
2015-2018.......................................................................................... ........... 60
Tabel 4.2 Rekapitulasi Mediasi Tahun 2015 di pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun................................................................................................... 61
Tabel 4.3 Rekapitulasi Mediasi Tahun 2016 di pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun................................................................................................... 62
Tabel 4.4 Rekapitulasi Mediasi Tahun 2017 di pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun................................................................................................... 63
Tabel 4.5 Rekapitulasi Mediasi Tahun 2018 di pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun................................................................................................... 64
TRANSLITERASI2
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
ţ ط „ ا
ż ظ b ب
„ ع t ت
gh غ th ث
f ف j ج
q ق ħ ح
k ك kh خ
l ل d د
m م dh ذ
n ن r ر
h ه z ز
w و s ش
, ء sh ش
y ي ş ص
ď ض
B. Vokal dan Harakat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
ì اى ā آ a ا
aw او á اى u ا
ay اي ū او i ا
C. Ta’ Marbūtah
transliterasi unuk ta marbuţah ini ada dua macam:
1. Tā’ marbūţah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka
transliterasinya adalah /h/.
Arab Indonesia
Salāh صلاة
Mir‟āh مراة
2 Tim penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi (Jambi: Fak. Dakwah Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), Hal.
149-150
2. Ta marbuţah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan
dammah, maka transliterasinya adalah /t/.
Arab Indonesia
Wizārat al-Tarbiyah وزارة التربية
Mir‟āh al-Zaman مراة السمن
3. Ta marbuţah yang berharkat tanwin maka translitnya adalah
/tan/tin/tun.
Arab Indonesia
فجئة
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung ingin hidup bersama
manusia lainnya dalam suatu bentuk kelompok kecil sekalipun. Membentuk
keluarga merupakan sebuah bukti bahwa manusia saling membutuhkan.
Perkawinan merupakan salah satu contoh kecil bahwa antara manusia yang satu
membutuhkan manusia yang lain.3
Pernikahan (perkawinan) merupakan bagian hidup dan kehidupan yang
dilalui serta dianggap penting oleh baik itu individu maupun oleh masyarakat.
Dengan pernikahan, individu akan dapat hidup bersama lawan jenisnya,
membentuk rumah tangga dan melahirkan anak-anak untuk melanjutkan
keturunan. Sementara bagi masyarakat, pernikahan merupakan suatu lembaga
dimana individu akan memperoleh status dan peran yang baru, pengakuan serta
penghargaan dari masyarakat atas status dan peranan barunya tersebut.4
Menurut Syarak Nikah adalah Akad serah terima antara Laki-laki dan
Perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama lainnya dan untuk
membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang
sejahtera. Para Ahli Fikih Berkata, Zawwaj atau Nikah adalah Akad yang secara
keseluruhan didalamnya mengandung kata inkah atau Tazwij.5
Dalam undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal satu
disebutkan: Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.6
3 Fitriyah Hayati, “ Frofil Keluarga Bercerai Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan
Sosial Emosional Anak”, Jurnal Buah Hati , Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan,
ISSN 2355-102X. Vol III Nomor 2 Oktober 2016, Hal. 2 4 Fitriyah Hayati, “ Frofil Keluarga Bercerai Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan
Sosial Emosional Anak”, Jurnal Buah Hati , Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan,
ISSN 2355-102X. Vol III Nomor 2 Oktober 2016, Hal. 5 5 Tihami dan Sohari, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali
Pers. 2010. Hal. 8 6 Ibid., Hal. 5
1
Pernikahan atau nikah artinya dalah terkumpul dan menyatu. Menurut
istilah lain juga dapat berarti ijab Qabul (akad nikah) yang mengharuskan
perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan oleh katakata yang
ditujukan untuk melanjutkan kepernikahan sesuai peraturan yang diwajibkan.7 Di
dalam ajaran Islam perkawinan merupakan salah satu sunnah Rasulullah saw yang
harus kita laksanakan dan sebagai salah satu kebutuhan biologis manusia untuk
hidup bersama, saling menyayangi, saling mengasihi dan saling mencintai.
Perkawinan merupakan dambaan hampir semua insan di dunia. Dua insan yang
berlainan dan berbeda latar belakang dipersatukan Allah untuk saling melengkapi
dan membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.
Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah bersatu. Kata keluarga dapat diambil kepahaman sebagai unit
sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi bio-psikososio-spiritual
dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama
dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu
dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain.8
Dengan demikian keluarga adalah suatu bentuk ikatan yang sah antara
laki-laki dengan perempuan melalui perkawinan. Dari ikatan tersebut lahirlah
keturunan yang secara hukum menjadi tanggung jawab suami dan istri atau
ibubapak dalam membina dan Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa
orang yang masih memiliki hubungan darah bersatu. Kata keluarga dapat diambil
kepahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi
bio-psikososio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan
khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang
sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan
satu dengan yang lain.
Jadi dari penjelasan diatas keluarga adalah kesatuan unsur terkecil yang
terdiri dari bapak, ibu dan beberapa anak. Masing-masing unsur tersebut
mempunyai peranan penting dalam membina dan menegakkan keluarga, sehingga
7 Ibid., Hal. 4
8 Ibid., Hal. 3-4
bila salah satu unsur tersebut hilang maka keluarga tersebut akan guncang atau
kurang seimbang. Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik
dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam.9
Sebuah keluarga haruslah terbentuk dari niat yang ikhlas yang diikat dengan
perjanjian suci sehingga cita-cita untuk terwujudnya keluarga sejahtera dan
bahagia itu akan tercapai. Namun faktanya Pada masa sekarang ini sepertinya
perkawinan sudah tidak lagi menjadi suatu hal yang sakral bagi sebagian
masyarakat. Perkawinan yang seharusnya dijaga keutuhan dan kelanggengannya
tidak lagi dipikirkan sehingga timbulnya ketidak harmonisan dalam rumah tangga
yang menyebabkan timbulnya konflik dalam keluarga.
Apabila terjadinya konflik dalam keluarga maka keinginan pasangan suami
isteri untuk mewujudkan keluarga yang sakinah yang bercirikan tentram, bahagia
dan sejahtera dalam rumah tangga tidak akan dapat tercapai.10 Bagi rumah tangga
yang tidak dapat menyelesaikan konflik dalam rumah tangganya perceraian
dianggap sebagai alternatif terakhir yang harus ditempuh oleh pasangan suami
isteri yang cenderung melakukan perceraian sebagai jalan pintas menyelesaikan
kemelut dalam rumah tangganya. Menurut Sofyan S. Willis seberapa besar
kuantitas dan kualitas peristiwa dan perlakuan negatif anggota keluarga yang
berdampak bisa menjerumuskan kepada kehancuran dan perceraian dikeluarga.11
Perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan antara suami istri dengan
keputuan pengadilan dan ada cukup alas an bahwa diantara suami istri tidak akan
dapat hidup rukun lagi sebagai suami istri. Jadi perceraian adalah pemutusan
hubungan perkawinan secara sah sesuai dengan hukum agama dan hukum negara.
Apabila pergaulan kedua suami istri tidak dapat mencapai tujuan-tujuan
pernikahan maka akan mengakibatkan berpisahnya dua keluarga. Masalah yang
timbul dalam suatu perkawinan dapat menyebabkan terjadinya perselisihan,
9 Ibid., Hal. 4
10 Mega Novita Sari Dkk, “Faktor Penyebab Perceraian Dan Implikasinya Dalam Pelayanan
Bimbingan Dan Konseling”, Jurnal Konseling Dan Pendidikan, Vol 3 Nomor 1, Februari 2015,
Hal. 16-17 11
Sofyan, S. Willis. Konseling Keluarga (Family Counseling). (Bandung: Alfabeta). 2015.
Hal. 154
pertengkaran atau ketegangan dalam rumah tangga sehingga memunculkan apa
yang disebut dengan kekacauan keluarga (disorganisasi keluarga).
Goode, mendefinisikan kekacauan keluarga sebagai berikut: (1)
Ketidaksahan, (2) pembatalan, perpisahan, perceraian dan meninggalkan.
Putusnya keluarga disini dikarenakan salah satu atau kedua pasangan itu
memutuskan untuk saling berpisah, dengan demikian mereka berhenti
melaksanakan kewajibannya baik sebagai suami atau isteri. Namun anggota-ang
gota keluarga tetap tinggal bersama tetapi tidak saling menyapa atau bekerja sama
dan terutama kegagalan dalam saling memberikan dukungan emosional. (3)
Ketiadaan seorang dari pasangan karena hal yang tidak diinginkan.12
Salah satu upaya perdamaian yang dapat dilakukan oleh pihak ketiga dalam
membantu menyelesaikan perkara perceraian baik di dalam maupun di luar
pengadilan adalah mediasi, dengan bantuan mediator. Mediator adalah pihak yang
bersifat netral dan tidak memihak, yang berfungsi membantu para pihak dalam
mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa.13
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada allah supaya
kamu mendapat Rahamat”. (Al-Hujarat: 10).14
Mediasi secara formal telah diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung
Republik Indonesia (Perma) No. 2 Tahun 2003 Tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan dan terakhir disempurnakan dengan PERMA RI No. 1 Tahun 2008,
kemudian di revisi dengan PERMA RI No. 1 Tahun 2016 yang menjadikan
12
Fitriyah Hayati, “ Frofil Keluarga Bercerai Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan
Sosial Emosional Anak”, Jurnal Buah Hati , Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan,
ISSN 2355-102X. Vol III Nomor 2 Oktober 2016, Hal. 5 13
St. Muslimah Suciati,Dkk, “Implementasi Mediadi Terhadap Perkara Perceraian Di
Pengadilan Agama Kendari”, Diakseses Pada Tanggal 03 Maret 2018 Pukul 10:50 Dari:
Http://Pasca.Unhas.Ac.Id/Jurnal/Files/941e38d93ab8f68df533899766dd2daf.Pdf. 14
Al-Qur‟an Terjemahan Al-Hujarat Ayat:10
mediasi sebagai bagian dari proses penyelesaian sengketa yang harus dilakukan
dalam setiap pemeriksaan perkara di pengadilan. Ketentuan PERMA telah
mengatur secara rinci proses mediasi yang dapat dilakukan dengan bantuan
mediator sepanjang sidang berlangsung dan belum diputuskan oleh hakim.
Berdasarkan kenyataan dewasa ini bahwa semakin banyak perkara/gugatan
perceraian yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Angka perceraian di
Kabupaten Sarolangun terus meningkat. Berdasarkan data Pengadilan Agama
(PA) Kabupaten Sarolangun angka perceraian pada tahun 2015 terdapat 231
perkara:
Tribunjambi.Com, Bangko - Angka perceraian perceraian di Kabupaten
Sarolangun meningkat drastis. Berdasarkan data Pengadilan
Agama (PA) Kabupaten Sarolangun, angka perceraian pada 2014 terdapat
179 perkara kemudian pada 2015 meningkat menjadi 231 perkara.
"Dibanding 2014 lalu, angka perceraian di Sarolangun 2015 meningkat,"
kata Kepala PA Sarolangun, Yeni Suryadi, melalui Panitera Muda Hukum,
Arsad, Jumat (8/1). Ia menuturkan dari jumlah tersebut, untuk kalangan
pegawai negeri sipil (PNS) terdapat sembilan perkara perceraian. Semua
perkara tidak ada yang bisa dimediasi, berunjung perceraian. "Penyebabnya
PNS bercerai karena ada orang ketiga (selingkuh) dan faktor ketidak
harmonisan," tuturnya.15
pada tahun 2016 terdapat 242 perkara, dan pada tahun 2017 terdapat 267
perkara.
Hingga akhir November lalu, setidaknya ada 267 perkara yang masuk ke
Pengadilan Agama Sarolangun, dan sebanyak 223 diantaranya telah
diputuskan. Arsyad mengaku Desember ini ada 14 kasus perceraian yang
masih jalan di persidangan. Jumlah tersebut meningkat dibanding tahun
2016, yang hanya 242 perkara yang diputuskan. Kata Arsad, setiap tahun
kasus perceraian di Sarolangun selalu meningkat. "Iya, setiap tahun
meningkat," ujarnya.
Panitera muda ini juga bilang jika, tahun 2017 pihaknya pernah menerima
37 kasus perceraian yang dimediasi, namun hanya dua yang berhasil. "Yang
35 tetap cerai," katanya. Di Kecamatan Sarolangun kata Arsad tercatat
paling banyak terjadi kasus perceraian. Disusul Kecamatan Singkut,
Pelawan, Mandiangin. Pauh, Air Hitam, Bathin VIII. Cermin Nan Gedang,
15
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Ini Fakta tentang Perceraian di
Sarolangun, http://jambi.tribunnews.com/2016/01/09/ini-fakta-tentang-perceraian-di-sarolangun.
Limun dan yang paling sedikit kasus perceraian ada di Kecamatan Batang
Asai.16
Kemudian untuk tahun 2018 ini yaitu:
Laporan wartawan Tribun Jambi Wahyu Herliyanto
Tribunjambi.Com, Sarolangun- Pengadilan Agama (PA) kabupaten
Sarolangun Provinsi Jambi, telah mencatat sepanjang tahun 2018 sebanyak
puluhan perkara cerai suami Istri. "Perkara perceraian yang putus sementara
sekarang sampai juni sebanyak cerai talak 22, cerai gugat 93, sedangkan
yang perkara masuk sampai juni sebanyak 25 cerai talak dan 83 cerai
gugat," katanya kepada tribunjambi.com, jumat (6/7) Dengan perkara
perceraian yang putus di Pengadilan Agama (PA) Sarolangun sebanyak
cerai talak 22, cerai gugat 93, itu artinya, dalam setiap bulannya terdapat
rata-rata 19 janda baru. Dijelaskannya, penyebab terjadinya cerai talak
maupun cerai gugat disebabkan dari berbagai macam faktor dan yang paling
banyak adalah cerai gugat.17
Hal ini berdasarkan hasil Wawancara awal penulis dengan narasumber
bapak Arsad selaku Panitera Muda Hukum di Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun Mengatakan Bahwa:
“Untuk Tahun 2018 ini Pengadilan Agama Sarolangun telah melaksanakan
mediasi sebanyak 46 perkara, namun yang berhasil hanya 3 dan mediasi
yang gagal sebanyak 43 perkara.”18
Berdasarkan data tersebut bagaimana penerapan mediasi di Pengadilan
Agama Kabupaten Sarolangun dalam mendamaikan kasus perceraian tersebut.
Mediasi jika diterapkan dengan efektif tentu sangat menguntungkan bagi para
pihak yang bersengketa atau berselisih, terutama dalam perkara perceraian.
Mediasi yang dilakukan oleh para pihak dengan bantuan mediator bertujuan untuk
mencapai kesepakatan kedua belah pihak yang saling menguntungkan (win-win
solution) dan memuaskan bagi pihak-pihak yang bersengketa serta bersifat
16
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Tahukah Anda? Sosmed Jadi
Penyumbang Terbesar Kasus Perceraian di
Sarolangun, http://jambi.tribunnews.com/2017/12/17/tahukah-anda-sosmed-jadi-penyumbang-
terbesar-kasus-perceraian-di-sarolangun. 17
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Kasus Perceraian Tinggi,
Setiap Bulan Ada 19 Janda Baru di Sarolangun, http://jambi.tribunnews.com/2018/07/06/kasus-
perceraian-tinggi-setiap-bulan-ada-19-janda-baru-di-sarolangun 18
Arsad, Panitera Muda Hukum di Pengadilan Agama, Wawancara dengan Penulis, 03
Oktober 2018, Kabupaten Sarolangun, Rekaman Audio.
problem solving, bukan untuk mencari kalah menang (win or loss). Karena itu,
dalam suatu mediasi, mediator hanya menjadi fasilitator yang membantu para
pihak dalam mengklarifikasi kebutuhan dan keinginan-keinginan mereka,
menyiapkan panduan membantu para pihak dalam meluruskan perbedaan-
perbedaan pandangan dan bekerja untuk suatu yang dapat diterima para pihak
dalam penyelesaian yang mengikat. Dengan terwujudnya hal tersebut maka
lembaga peradilan secara tidak langsung juga membantu dalam mewujudkan
tujuan perkawinan yang sakinah, mawaddah, wa rahmah, serta kekal.
Mengingat pentingnya mengetahui bagaimana Implementasi Mediasi Pada
Kasus Perceraian khususnya di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun maka
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian secara ilmiah tentang
Implementasi Mediasi Pada Kasus Perceraian di Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun.
B. Permasalahan
Berdasarkan dari latar belakang diatas, masalah poko yang dapat diangkat
sebagai kajian utama adalah: Bagaimana Implementasi Mediasi Pada Kasus
Perceraian di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun? Dalam upaya
mengkonkretkan pokok masalah tersebut, maka dapat dikontruksi sebuah
Rumusan yang akan dipecahkan memlalui penelitian ini antara lain adalah:
1. Bagaimana Implementasi Mediasi pada Kasus Perceraian di Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun?
2. Bagaimana tingkat keberhasilan dan kegagalan Mediasi di Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun?
3. Faktor apa saja yang menjadi penyebab kegagalan Mediasi di Pengadilan
Agama Kabupaten Sarolangun?
C. Batasan Masalah
Sebagaimana Latar belakang diatas maka penulis memberikan batasan
penelitian khususnya bagaimana penerapan mediasi pada kasus perceraian Di
Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun. Kerena peneliti ingin mengetahui
Bagaimana Implementasi Atau Penerapan mediasi pada kasus perceraian di
Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun, dari tahun 2015 sampai dengan tahun
2018.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian Ini Adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Mediasi pada Kasus Perceraian di
Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun?
2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat keberhasilan dan kegagalan Mediasi di
Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun?
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab kegagalan Mediasi
di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun?
4. Kegunaan Penelitian.
1. Bagi Ilmu pengetahuan
Dapat memberikan Sumbangan pemikiran terhadap kemajuan
perkembangan ilmu pengetahuan yang menyangkut proses penerapan
mediasi.
2. Bagi masyarakat
Untuk memberikan wawasan dan pemahaman kepada masyarakat
mengenai pengintegrasian proses mediasi didalam penyelesaian kasus
perceraian di Pengadilan Agama.
3. Bagi peneliti
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pembentukan pola berpikir kritis
serta pemenuhan persyaratan dalam menyelesaikan studi di Universitas
Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin jambi.
5. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan model
porposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil
subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah terapi didasarkan atas
adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa
pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga
tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. pendekatan kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menhasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tulisan atau orang-orang dan perilaku yang diamati.
2. Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian ini bertempat di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun,
yang beralamat di Komplek Perkantoran Gunung Kembang, Kabupaten
Sarolangun, Jambi 37481. Gambar. 1. 1. Peta Lokasi Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
Pemilihan tempat ini didasarkan atas pertimbangan ekonomis di mana
tempat, jarak dan waktu menurut peneliti agak mudah dijangkau. Sedangkan
subjek pada penelitian akan diperoleh melalui ketua Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun, mediator, dan 3 orang perkara yang sudah melakukan
Mediasi dan staf yang ada di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
sebagai responden, sedangkan objek pada penelitian ini yaitu bagaimana
Implementasi Mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun,
bagaimana tingkat keberhasilan dan kegagalan mediasi, serta apa saja faktor
penyebab keberhasilan kegagalan mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun.
3. Jenis dan sumber data
Lokasi Penelitian
a. Jenis data
Adapun Jenis Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung di lokasi
penelitian yaitu di Pengadilan Agama Kabupaten sarolangun yang
diperoleh melalui wawancara langsung kepada narasumber.
2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melaui
penelitian kepustakaan (Library Research) baik dengan teknik
pengumpulan dan inventarisasi buku-buku, karya tulis ilmiah, artikel-
artikel dari internet serta dokumen-dokumen yang ada hubungannya
dengan masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini.
b. Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu diambil dari data-data di
Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data sesuai dengan jenis penelitian ini adalah
penelitian lapangan. Adapun metode yang digunakan adalah metode observasi,
wawancara dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
suatu pengamatan dengan disertai percatatan-percatatan terhadap keadaan
atau perilaku objek sasaran.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya
jawab lisan yang berlansung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak
yang mewawancarai dan jawaban yang diberikan oleh yang diwawancarai.19
yakni penulis mengadakan tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait
langsung dengan masalah yang dibahas seperti hakim dan madiator yang
menangani kasus.
19
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2011), Hal. 104-105
c. Studi Dokumentasi,
Dokumen merupakan catatan peristiwanyang sudah berlalu, dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari manusia.
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung
diajukan kepada subjek penelitian.20 yakni penulis mengambil data dengan
mengamati dokumen-dokumen dan arsip-arsip yang diberikan oleh pihak
yang terkait dalam hal ini Pengadilan Agama kabupaten sarolangun.
5. Metode Analisis Data
Analisis Data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, observasi,
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, memilih
mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.21
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan Metode Analisis Data
yang dikembangkan oleh Miles dan Ruberman yaitu:
a. Reduksi data (Memilih data)
Reduksi data bearti merangkum data, memilih hal-hal yang poko,
memfokuskan hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya Pengumpulan data penelitian
yang berguna untuk mengorganisasikan data. Pada tahapan ini peneliti
mencatat hasil lapangan, kemudian data yang didapat diseleksi dan
dianalisis sesuai dengan masalah yang diteliti. Untuk memperoleh data
kualitatif tentang analisis implementasi mediasi di Pengadilan Agama,
peneliti mencatat lapangan berupa hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
20
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendidikan Kualitatif Kuantitatif R&D. Hal
329 21
Ibid., Hal. 244
b. Display Data (Penyajian data)
Penyajian data yang diperoleh dari penelitian, kemudian diketegorikan
dan penyajian dat berbentuk naratif. Penyajian data penelitia dapat di
analisis dan disusun secara sistematis. Sehingga data yang di peroleh dapat
menjelaskan dan menjawab masalah yang diteliti. Pada tahap ini peneliti
mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik
kesimpulan dan mendapat jawaban tentang bagaimana implementasi
mediasi di pengadilan agama.
c. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)
Semua data yang dikumpulkan baik data primer maupun data
sekunder akan dianalisis secara kualitatif yaitu uraian menurut mutu, yang
berlaku dengan kenyataan sebagai gejalan data primer yang dihubungkan
dengan teori-teori dalam data sekunder. Data disajikan secara deskriptif,
yaitu dengan menjelaskan dan mengumpulkan permasalahan-permasalahan
yang terkait dengan penulisan proposal ini.
6. Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian Kualitatif, upaya penelitian keabsahan data dapat
dilakukan dengan cara yaitu:
a. Perpanjangan pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan bearti peneliti kembali kelapangan
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah
ditemui maupun yang baru. Berapa lama perpanjangan pengamatan
dilakukan , akan sangat bergantung pada kedalaman, keluasan dan
keabsahan data. Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji
kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian
terhadap data yang diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek
ke lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak, bila setelah dicek kembali
kelapangan data sudah benar bearti kredibel maka perpanjangan
pengamatan dapat diakhiri.
b. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan bearti melakukan pengamatan secara lebih
cepat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut, maka kepastian data
dan urutan peristiwa aka dapat direkam secara pasti dan sistematis.
Denganmeningkatkan ketekunan maka peneliti dapat mendiskripsikan data
yang akurat dan sistematis tentang apa yang akan diamati.
c. Triangulasi
Triangulasi data dimanfaatkan sebagai pengecekan keabsahan data
yang ditemukan dari hasil wawancara peneliti dengan informan kunci
dibandingkan dengan beberapa infoman lainnya. Kemudian peneliti
menginformasikan dengan studi dokumentasi yang berhubungan dengan
penelitian serta hasil pengamatan peneliti dilapangan serta kemurnia dan
keabsahan data terjamin.
Menurut Lexy J Maleong Triangulasi Data adalah Teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau berbagai pembanding data itu.22
Triangulasi dalam pengujian data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, berbagai waktu. Dengan demikian terdapat Triangulasi
sumber, Triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu.23
6. Landasan Teori
1. Pengertian Implementasi
Implementasi adalah penerapan, pelaksanaan.24 Maka dapat diartikan
maksud dari penelitian ini adalah implementasi mengandung makna penerapan
dari suatu teori yang akan dipaparkan oleh peneliti mengenai teknik dalam
proses mediasi, sehingga mediator bisa mengetahui dan mengerti permasalahan
dari pada pihak yang terlibat dalam mediasi.
22
Lexy Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2013)
Hal. 330 23
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif R&D, Hal. 270 24
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
2. Pengertian Perkawinan
Dalam kamus bahasa indonesia, perkawinan berasal dari bahasa “kawin”
yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis,
melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Perkawinan disebut juga
“pernikahan” berasal dari kata “nikah” yang menurut bahasa artinya
mengumpulkan, salaing memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh
(waţi). Kata “Nikah” sendiri dipergunakan untuk arti persetubuhan (coitus)
juga untuk arti akad nikah.25
Perkawinan juga merupakan salah satu sunatullah yang berlaku pada
semua makhluk tuhan, baik pada manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Perkawinan merupakan cara yang dipilih Allah sebagai jalan yang bagi
manusia untuk beranak pinak, berkembang biak, dan melestarikan hidupnya
setelah masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang positif dalam
mewujudkan tujuan perkawinan. Allah tidak menjadikan manusia seperti
makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan
secara anarkhi tanpa aturan.
Demi menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia, allah
mengadakan hukum sesuai dengan martabatnya, sehingga hubungan antar laki-
laki dan perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan rasa saling
meridhai, dengan upacara ijab kabul sebagai lambang adanya rasa ridho
meridhoi, dan dihadiri dengan para saksi yang menyaksikan bahwa pasangan
laki-laki dan perempuan itu telah saling terkait.
Bentuk perkawinan telah memberikan jalan yang aman dari pada naluri
seks, memelihara keturunan dengan baik, dan menjaga kau perempuan agar
tidak laksana rumput yang bisa dimakan oleh binatang ternak dengan
seenaknya. Pergaulan suami istri menurut ajaran islam diletakkan dibawah
naluri keibuan dan kebapaan sebagaimana ladang yang baik yang natinya
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang baik dan menghasilkan buah yang baik
pula.26
25
Abd. Rahman Ghazaly. Fiqih Munakahhat, (Jakarta: Kencana, 2007) Hal.27 26
Sayyid Sabiq. Fiqih Sunnah. (Beirut: Dar Al-Fikr, 1983) Cet. Ke-4, Jilid 2, Hal. 477-478
3. Pengertian Keluarga
Dasar pembentukan karakter anak yang pertama adalah keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dikenal anak dalam
menumbuhkan eksistensi kediriannya. Keluarga akan memberikan kontribusi
yang sangat dominan terhadap terbentuknya karakter anak, yang meliputi
kepribadian, kecerdasan intelektual maupun spiritual.
Keluarga merupakan agen utama sosialisasi, sekaligus sebagai
microsystem yang membangun relasi anak dengan lingkungannya. Keluarga
sebagai tempat sosialisasi dapat didefinisikan menurut term klasik. Definisi
klasik (struktural-fungsional) tentang keluarga, menurut sosiolog George
Murdock adalah kelompok sosial yang bercirikan dengan adanya kediaman,
kerjasama ekonomi dan reproduksi. Keluarga terdiri dari dua orang dewasa
dari jenis kelamin berbeda, setidaknya keduanya memelihara hubungan seksual
yang disepakati secara sosial, dan ada satu atau lebih anak-anak yaitu anak
kandung atau anak adopsi, dari hasil hubungan seksual secara dewasa.
Pemahaman tentang definisi keluarga di dunia ini sangat variatif. Sebuah
keluarga yang terdiri dari suami dan istri serta anak-anak disebut keluarga inti.
Orientasi utama terbentuknya keluarga inti adalah kelahiran anak. Keluarga inti
mendasarkan pola interaksi: istri bergantung pada suami dan anak-anak
bergantung pada kasih sayang orangtua mereka. Oleh sebab itu, batasan
tentang keluarga inti akan membawa relasi tanggung jawab suami-istri pada
pengasuhan anak.27
4. Pengertian Perceraian (ţalāq)
Kata “cerai” menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti: pisah, putus
hubungan sebagai suami istri, talak. Kemudian, kata “perceraian” mengandung
arti: perpisahan, perihal bercerai (antara suami istri), perpecahan. Adapun kata
27
Rohmat, “Keluarga dan Pola pengasuhan Anak” Dikutip dari: Portal Garuda:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=403085&val=8824 , Jurnal Studi Gender Dan
Anak, Vol 5 NO. 1 Jan-Jun 2010. Hal. 1
“bercerai” berarti: tidak bercampur (berhubungan, bersatu) lagi, berhenti
berlakibini (suami istri).28
Istilah perceraian terdapat dalam pasal 28 UU No. 1 Tahun 1974 yang
memuat ketentuan fakultatif bahwa “perkawinan dapat putus karena kematian,
perceraian, dan atas putusan pengadilan”.
Jadi secara yuridis istilah perceraian berarti putusnya perkawinan, yang
mengakibatkan putusnya hubungan sebagai suami istri atau berhenti berlaki-
bini (suam istri) sebagaimana diartikan dalam kamus besar Bahasa Indonesia di
atas.
Istilah perceraian menurut UU No. 1 Tahun 1974 sebagai aturan hukum
positif tentang perceraian menunjukkan adanya:
a. Tindak hukum yang dapat dilakukan oleh suami atau istri untuk memutus
hubungan perkawinan diantara mereka;
b. Peristiwa hukum yang memutuskan hubungan suami dan istri, yaitu
kematian suami atau istri yang bersangkutan, yang merupakan ketentuan
yang pasti dan langsung ditetapkan oleh Tuhan yang Maha Kuasa;
c. Putusan hukum yang dinyatakan oleh pengadilan yang berakibat hukum
putusnya hubungan perkawinan antara suami istri.29
Sedangkan dalam istilah fiqih disebut ṭ alāq yang berarti membuka
ikatan, membatalkan perjanjian. Perceraian dalam istilah fiqih juga sering
disebut furqah, yang artinya bercerai, yaitu lawan dari berkumpul. Kemudian
kedua istilah itu digunakan oleh para ahli fiqih sebagai satu istilah yang berarti
“perceraian suami istri”.30
5. Mediasi Dan Hakim Mediator
Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak
ketiga yang netral yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan
28
Tim Penyusun, Edisi II: Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997). Hal. 185. 29
Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal.16. 30
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan (Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan), (Yogyakarta: Liberty, 1982), Hal. 103.
yang membantu pihak-pihakyang bersangketa mencapai penyelesaian (solusi)
yang diterima oleh kedua pihak.31
Mediator adalah seseorang atau tim ahli yang membantu dalam
menangani masalah melalui proses perundingan yang dihadiri para pihak.32
Hakim mediator adalah seorang hakim aktif yang bukan memeriksa perkara
atau anggota majelis hakim pemeriksa perkara yang dilakukan sebelum sidang
perkara atau selama pemeriksaan perkara berlansung sebelum jatuhnya putusan
majelis hakim pemeriksa perkara, tetapi hakim tersebut berfungsi sebagai
mendamaikan kepada pihak yang berperkara dalam proses mediasi. Proses
pendamaian suatu sangketa dipengadilan dimana sebagai penengah atau
mediator adalah hakim, maka disebut mediasi yudisial. Jadi mediator itu harus
netral dan tidak memihak pada satu pihak dalam menyelesaikan sangketa.33
Macam- macam mediator yaitu terbagi dua macam:
a. Mediator Non Hakim, sebutan bagi seorang mediator yang dari luaryang
tidak memiliki jabatan sebagai seorang hakim ataupun pegawai pengadilan
yang telah memiliki sertifikat mediasi dan telah terdaftar dalam nama-nam
mediator di pengadilan, serta telah mengikuti seminar atau pelatihan
mediasi yang dilakukan oleh mahkamah agung republik indonesia.
b. Mediator hakim adalah mediator yang merangkap menjadi hakim dan telah
memiliki sertifikat media dari mahkamah agung republik indonesia hal ini
terjadi apabila di pengadilan agama tersebut tidak memiliki mediator non
hakim yang bersertifikat dan semua hakim bisa dimasukkan dalam daftar
mediator.34
6. Pengertian Mediasi dalam Islam
Pengertian Mediasi Dalam Islam Dalam islam mediasi dikenal dengan
istilah āl-şulh yang berarti “qaţ al-niza” yakni menyelesaikan pertengkaran.
31
Rachmadi usman, mediasi di pengadilan dalam teori dan praktik, (jakarta: sinar Grafika),
2014 Hal. 24 32
Saifullah Muhammad, Mediasi Dalam Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Fositif di
Indonesia, (Semarang: Walisongo Press, 2009), Cet 1. Hal. 76 33
Fatahillah A. Syukur, Mediasi Yudisial di Indonesia ( Peluang Dan Tantangan Dalam
Memajukan Sitem Peradilan), Bandung: Mandar Maju, 2012 Hal. 43 34
Fatahillah A. Syukur, Mediasi Yudisial di Indonesia, (Peluang Dan Tantangan Dalam
Memajukan Sistem Peradilan), (Bandung: Mandar maju, 2012), Hal. 43
Pengertian dari al-suhl itu sendiri adalah: Akad yang mengakhiri persengketaan
antara dua pihak. Dalam perkara perceraian, al-Quran menjelaskan tentang āl-
şulh dalam surah an-Nisa ayat 128 sebagai berikut:
“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap acuh dari
suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengusahakan
perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi
mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu
bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz
dan sikap acuh tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (An-Nisa:128).35
Bentuk perdamaian antara suami isteri yang sedang berselisih terdapat
dalam Al-Quran surah An-Nisa ayat 35. Ayat ini lebih dekat dengan pengertian
dan konsep mediasi yang ada dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan.
“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,
Maka kirimlah seorang hakam (juru pendamai) dari keluarga laki-laki
dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu
bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada
suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal”. (An-Nisa:35).36
Ayat ini menjelaskan bahwa jika terjadi shiqaq atau persengketaan antara
suami istri, maka kedua belah pihak mengutus 2 (dua) orang hakam. Kedua
hakam tersebut bertugas untuk mempelajari sebab-sebab persengketaan dan
35
Al-Qur‟an Terjemahan Surat An-nisa Ayat: 128 36
Al-Qur‟an Terjemahan Surat An-nisa Ayat: 35
mencari jalan keluar terbaik bagi mereka, apakah baik untuk mereka
perdamaian atau pun mengakhiri perkawinan mereka.
Konsep islam dalam menghadapi persengketaan antar suami isteri adalah
menjaga keutuhan rumah tangga. Dalam menjalani kehidupan rumah tangga,
tidak mungkin dilewati dengan adanya perbedaan sikap dan pendapat yang
berakumulasi pada sebuah konflik. Oleh karena itu, Islam selalu
memerintahkan kepada pemeluknya agar selalu berusaha menghindari konflik.
Namun bila terjadi, perdamaian adalah jalan utama yang harus diambil selama
tidak melanggar syariat. Penulis berkesimpulan bahwa perdamaian dalam
sengketa yang berkaitan dengan hubungan keperdataan dalam Islam termasuk
perkara perceraian adalah boleh, bahkan dianjurkan. Maka mediasi dalam
perkara perceraian tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam yang
mengutamakan keutuhan rumah tangga. Bahkan menjadikan upaya perdamaian
sebagai alternatif penyelesaian sengketa suami isteri agar terhindar dari
perceraian dengan tetap mengutamakan kemaslahatan dalam kehidupan rumah
tangga.
7. Manfaat dan Tujuan Mediasi
a. Manfaat mediasi
1) Mediasi dapat menyelesaikan perkara dengan cepat dan mudah
dibandingkan denga membawa perkara ke pengadilan atau kelembaga
arbitase.
2) Mediasi tidak hanya terpaku pada Hak-hak hukumnya tetapi juga
memfokuskan pada psikologi para pihak.
3) Mediasi dapat memberikan kontrol dalam proses maupun hasil mediasi.
4) Mediasi dapat menubah hasil sedangkan Arbitase sulit untuk mengubah
hasil.
5) Mediasi memberikan kesempatan para pihak dalam berpartisipasi
menyelesaikan sengketa para pihak.
6) Mediasi memberikan hasil yang tahan uji sehingga saling menciptakan
yang lebih baik diantar para pihak yang bersengketa.
7) Mediasi dapat menghilangkan konflik, daripada lembaga Arbitase yang
seolah-olah bentuk keputusannya adalah memaksa.37
b. Tujuan Mediasi
1) Tercapainya penyelesaian sengketa dengan hasil yang disepakati bersama
sehingga para pihak tidak menempuh upaya banding dan kasasi dalam
perkara yang menimpa mereka.
2) Penyelesaian perkara lebih cepat dan biaya murah.
3) Hubungan baik para pihak yang bersengketa tetap dapat dijaga.
4) Lebih tinggi kemungkinan untuk melaksanaka kesepakatan.
5) Mengurangi perkara di Pengadilan.
6) Memperlancar jalur keadilan dimasyarakat.38
7. Studi Relevan
Adapun Studi Relevan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian Rina Antasari 2013 yang berjudul “ Pelaksanaan Mediasi dalam Sistem
Peradilan Agama (Kajian Implementasi Mediasi dalam Penyelesaian Perkara di
Pengadilan Agama Kelas I A Palembang). Dari penelitian ini diketahui bahwa
latar belakang aturan kebijakan mediasi di Pengadilan Agama adalah (a) manfaat
yang bisa diperoleh jika mediasi digunakan sebagai alat dalam penyelesaian
sengketa, yaitu proses mediasi bisa mengatasi masalah akumulasi materi, proses
mediasi dipandang sebagai sarana penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan
lebih murah daripada proses litigasi, penegakan mediasi dapat memperluas akses
bagi semua pihak untuk memperoleh rasa keadilan, (b) penyediaan upaya
perdamaian mereka dalam undang-undang. (c) masyarakat Indonesia adalah
masyarakat yang suka damai. Pelaksanaan proses mediasi di pengadilan agama
dilakukan dengan dua cara, yaitu mediasi litigasi awal, dan mediasi lebih
litigasi.39
37
Khaeril, Prosedur Mediasi Di Pengadilan Agama, (Malang: 2013). Hal. 2 38
Khaeril, Prosedur Mediasi Di Pengadilan Agama, (Malang: 2013). Hal. 2 39
Artikel, Rina Antasari,“ Pelaksanaan Mediasi dalam Sistem Peradilan Agama (Kajian
Implementasi Mediasi dalam Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama Kelas I A Palembang),
Sementara penelitian yang diangkat oleh Dian mustika 2015 yang berjudul
“Efektifitas Mediasi dalam Penyelesaian Perkara Perceraian di Pengadilan Agama
Jambi” penelitian ini berkesimpulan bahwa, pertama pelaksanaan mediasi di
Pengadilan Agama Jambi dinilai belum efektif dalam menyelesaikan perkara
perceraian, yang kedua rendahnya tingkat keberhasilan mediasi di Pengadilan
Agama Jambi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: perkara, ketidakhadiran para
pihak, dan kurangnya kemampuan mediator dalam memediasi perkara.40
Skripsi Apriliana 2017 yang berjudul “Efektivitas Peran Konselor dalam
Mencegah Perceraian di Pengadilan Agama kelas IA Jambi” berdasarkn hasil
penelitian ini menemukan fungsi konselor belum berjalan sesuai dengan teori-
teori yang ada dalam bimbingan konseling, dan menjalan peraturan Mahkamah
agung, kemudian dari keefektivitasan pelaksanaan konseling di Mahkamah Agung
belum berjalan dengan baik. Penelitian ini hanya memfokuskan kepada
keefektivitasan peran konselor dalam mencegah perceraian.41
Berdasarkan pendapat dari beberapa peneliti sebelumnya membuat peneliti
termotivasi untuk mengetahui lebih detail lagi tentang bagaimana Implementasi
Mediasi di Pengadilan Agama, dan meneliti langsung apa saja Faktor yang
mempengaruhi ketidak berhasilan. Dan tentunya penelitian yang diteliti sangat
berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Fakultas Syariah dan Hukum Insitut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Indonesia, Vol.
19, No. 1, 2013 40
Dian Mustika, “ Efektifitas Mediasi Dalam Penyelesaian Perkara Perceraian Di
Pengadilan Agama Jambi”, Al-Risalah: Forum Kajian Hukum Dan Sosial Kemasyarakatan, Vol
15, No. 2, Desember 2015. 41
Apriliana, “Efektivitas Peran Konselor dalam mencegah perceraian di Pengadilan Agama
Kelas IA Jambi”, skripsi. 2017.
BAB II
PROFIL PENGADILAN AGAMA KABUPATEN SAROLANGUN
A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Kabupaten sarolangun
Pengadilan Agama Sarolangun merupakan salah satu dari sepuluh
pengadilan tingkat pertama yang berada di wilayah hukum Pengadilan Tinggi
Agam Jambi. Pengadilan Agama ini terletak di Kelurahan Gunung Kembang
Kecematan Sarolangun yang merupakan Ibukota Kabupaten Sarolangun. Hal
tersebut telah sesuai dengan Amanat Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 3
Tahun 2006 serta perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 50 Tahun 2009.
Sebagaimana halnya Pengadilan Agama Sarolangun, maka Kabupaten
Sarolangun adalah Kabupaten yang termuda di Provinsi Jambi karena termasuk
kabupaten pemekaran dari kabupaten Sarolangun-Bangko. Namun letak geografis
sangat strategis karena berada di jalan Lintas sumatera sehingga
perkembangannya dirasakan lebih cepat dibandingkan dengan beberapa
Kabupaten lain di Provinsi Sarolangun.42
Pada awal terbentuknya, Pengadilan Agam Sarolangun belum Memiliki
kantor yang representative, bahkan hanya dengan mengontrak rumah penduduk
(Rumah Buyung Bakhtar), di Jln. Lintas Sumatera Km. 04 Bernai sarolangun.
Setahun Kemudian, Pengadilan Agama Sarolangun pindah menempati ruang
Balai Sidang Keliling Pengadilan Agama Bangko di Sarolangun, dan berdasarkan
DUP 2002 Pengadilan Agama Sarolangun mendapat Alokasi dana senilai Rp.
99.000.000,- untuk pembangunan fisik yaitu Rehabilitas/Pengembangan Balai
Sidang Keliling Pengadilan Agama Bangko, yang Semula seluas 100 M2,
dikembangkan Menjadi 241 M2, kemudian diserahterimakan menjadi Balai
Sidang yang representative Pengadilan Agama Sarolangun.
42
Tim Penyusun PTA Jambi, Cet I: Menilik Peran Peradilah Agama/Mahkamah Syari’ah
Di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ( Kantor Pengadilan Tinggi Agama Jambi). 2015. Hal. 202
22
Selanjutnya Pada tahun 2006, Pengadilan Agama Sarolangun mendapat
alokasi dana dalam DIPA sebesar Rp. 1.162.500.000,- untuk pembangunan fisik
gedung yang berupa: Pengadaan tanah untuk Pengadilan Agama Sarolangun
seluas 7.950 M2, yang merupakan Hak Pakai dari Pemda Sarolangun, dan
Pembangunan Gedung Pengadilan Agama Sarolangun yang berlokasi di Komplek
Perkantoran Gunung Kembang Sarolangun dengan Volume 500 M2. Dan
diresmikan pada Tanggal 31 Juli 2007 oleh Ketua Mahkamah Agung- RI Bang
Manan.
Dengan demikian sampai saat ini Pengadilan Agama Sarolangun telah
menempati tiga lokasi yaitu berkantor di Jln. Lintas Sumatera Km. 04 Bernai
Sarolangun dengan mengontrak dirumah Penduduk (Rumah Buyung Bkhtiar) dan
menempati ruang Balai Sidang keliling Pengadilan Agama Bangko di Sarolangun,
di Jln. Lintas Sumatera Km.02 Bernai Sarolangun dan saat ini menempati Gedung
Pengadilan Agama Sarolangun yang berlokasi di Komplek Perkantoran Gunung
Kembang Sarolangun.43
Saat ini Pengadilan Agama Sarolangun telah memiliki kantor sendiri berupa
bangunan permanen yang berdasarkan Bestek pembangunan kantor Pengadilan
Agama Sarolangun tahun 2006 berukuran 500 m2. Bangunan kantor tersebut
berdiri pada saat Pengadilan Agama masih di bawah naungan Departemen Agama
sehingga belum memenuhi standar atau prototype yang ditetapkan Mahkamah
Agung. Bangunan yang dimaksud berdiri di atas tanah seluas 7.950 M2 dimana
tanah tersebut berdasarkan surat Keputusan Bupati Sarolangun Nomor 10 tahun
2001 merupakan hak pakai yang diberikan oleh Pemenrintah Kabupaten
Sarolangun Kepada Pengadilan Tinggi Agama Jambi.44
43
Tim Penyusun PTA Jambi, Cet I: Menilik Peran Peradilah Agama/Mahkamah
Syari’ah Di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ( Kantor Pengadilan Tinggi Agama Jambi).
2015. Hal. 212-214. 44
Ibid., Hal. 202
B. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Sarolangun
Keberadaan Pengadilan Agama Sarolangun, merupakan Konsekuensi logis
dari terbentuknya kebupaten Sarolangun berdasarkan Undang-Undang Nomor 54
tahun 1999 yang sebelumnya bernama kabupaten Sarko (Sarolangun Bangko).
Atas perkarsa Pengadilan Tinggi Agama jambi dan ketua Pengadilan Agama
Bangko Drs. Hamid Rasyid serta dengan dukungan penuh Bupati sarolangun H.
Muhammad Madel, maka diusulkan pendirian Pengadilan agama Sarolangun
kepada Departemen Agama RI. Setelah Melalui proses yang Panjang, akhirnya
pada tanggal 22 Desember 2000, terbitlah Keputusan Presiden RI Nomor 179
Tahun 2000 tentang pembentukan Pengadilan Agama Sarolangun), kemudian
pada tanggal 21 Agustus 2001 Pengadilan agama diresmikan oleh Bupati
Sarolangun H. Muhammad Madel, bersamaan dengan itu telah dilantik Ketua
pengadilan Agama Kabupaten sarolangun pertama Drs. S. Syekhan Al-Jupri Oleh
Ketua Pengadilan Tinggi Agama Jambi Waktu itu yaitu Drs. H. Mahfudin Arhasy,
SH.45
“Proses panjang pembentukan Pengadilan Agama Sarolangun berawal dari
adanya telephon dari Pengadilan Tinggi Agama Jambi Tanggal 15
November 1999 mengenai permintaan rekomendasi dan dukungan dari
Pemerintah Kabupaten Sarolangun untuk di dirikan Pengadilan Agama di
Sarolangun”.46
Menanggapi surat dari Ketua Pengadilan Tinggi Agama Jambi Tersebut,
ketua Pengadilan Agama Bangko dan Jajarannya langsung memberikan respon
secara cepat dan serius dengan menerbitkan Surat Dinas Nomor:
PA.e/4/K/OT.01.1/605/1999 tentang mohon Rekomendasi dan dukungan
pemerintah Kabupaten Sarolangun Kepada Bupati Sarolangun. Dilain pihak
Bupati sarolangun ternyata juga memberikan perhatian yang sangat besar terhadap
persoalan tersebut. Hal itu dibuktikan Dengan tindakan cepat Bupati yang dengan
segera menanggapi surat Pengadilan Agama bangko melalui Surat Rekomendasi
45
Tim Penyusun PTA Jambi, Cet I: Menilik Peran Peradilah Agama/Mahkamah Syari’ah
Di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ( Kantor Pengadilan Tinggi Agama Jambi). 2015. Hal. 202
46 Korik Agustian, Ketua Pengadilan Agama, Wawancara dengan Penulis, 21 Desember
2018, Kabupaten Sarolangun, Rekaman Audio.
Nomor: B.41.1/0062/ Umum tertanggal 01 Desember 1999 yang ditandatangani
oleh Sekretaris Daerah an. Bupati Kabupaten Sarolangun.47
Selanjutnya menyikapi surat Rekomendasi Bupati sarolangun tersebut,
Ketua Pengadilan Agama Bangko menerbitkan Surat Keputusan Nomor:
PA.e/4/K/KP.07.5/2000 tanggal 26 Februari 2000 tentang penyusunan Tenaga
Operasional Persiapan Pengadilan Agama Sarolangun dengan susunan sebagai
berikut:
1. Drs. S. Syekhan Al-Jufri : Penanggung Jawab/ Ketua Majelis
2. Drs. Nur Yahya : Hakim Anggota
3. Drs. Suhaimi : Hakim Anggota
4. M. Said Saidina, S.Ag : Pembuat SKUM/ penerima Biaya
5. Drs. Gusmen Yefri : Panitera Pengganti
6. Tettazani : Jurusita Pengganti
Setelah dibentuk untuk mempersiapkan pembentukan Pengadilan Agama
Sarolangun, Tim yang telah ditunjuk tersebut juga bertugas mengaktifkan Balai
Sidang Keliling Pengadilan Agama Bangko di Sarolangun yang selama ini
memang dirasakan sulit menyediakan dana operasional Sidang Keliling. Tim yang
dimaksud pada akhirnya bersidang di Balai sidanng tersebut sejak bulan Mei s/d
Juli 2000.48
Wacana pembentukan Pengadilan Agama Sarolangun smakin lama semakin
menjadi kenyataan. Dengan keluarnya Surat Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 179 Tahun 2000 Tertanggal 22 Desember 2000 tentang
pembentukan Pengadilan Agama dan Surat Keputusan Mentri Agama RI Nomor
B.II/3/2349.A/2001 tertanggal 25 Juni 2001 tentang pengangkatan Drs. Syekhan
Al-Jufri sebagai ketua Pengadilan Agama Sarolangun. Maka secara Yuridis
47
Tim Penyusun PTA Jambi, Cet I: Menilik Peran Peradilah Agama/Mahkamah Syari’ah
Di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ( Kantor Pengadilan Tinggi Agama Jambi). 2015. Hal. 202
48 Ibid., Hal. 205-211
Formil Berdirilah Pengadilan Agama Sarolangun dengan Ketuanya yang pertama
Drs. Syekhan Al-Jufri.
Seiring berjalannya waktu, maka sampai saat ini telah terjadi beberapa kali
pergantian pucuk pimpinan dilingkungan Pengadilan Agama Sarolangun antara
lain:
1. Hakim
a. Drs. S. Syekhan Al-Jufri (2001-2005)
b. Dra. Lisdar (2005-2010)
c. Drs. Abd. Manaf, M.E.I (2010-2014)
d. Drs. Rusyidi AN, SH (2014-2015)
e. Drs. Yenisuryadi, MH (2015-2018)
f. Korik Agustian, S.Ag., M.Ag (2018 s/d Sekarang)
2. Wakil Ketua49
a. Drs. Muhammad SJ (2001-2004)
b. Drs. Suhaimi (2004-2010)
c. Drs. Abdan Khubban, SH.MH (2009-2013)
d. Drs. Herman Supriyadi (2013-2017)
e. Moehamad Fathnan, S.Ag.,MHI. (2018 s/d sekarang)
C. Visi dan Misi Pengadilan Agama Sarolangun
1. Visi Pengadilan Agama Sarolangun
“Terwujudnya Pengadilan Agama Sarolangun Yang Agung”
2. Misi Pengadilan Agama Sarolangun
a. Menjaga kemandirian Pengadilan Agama Sarolangun.
b. Memberikan Pelayanan Hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan
di Pengadilan Agama Sarolangun, meningkatkan kualitas kepemimpinan
dan pelaksanaan pengawasan terhadap kenerja dan perilaku aparat
Pengadilan Agama Sarolangun
49
Tim Penyusun PTA Jambi, Cet I: Menilik Peran Peradilah Agama/Mahkamah Syari’ah
Di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah (Kantor Pengadilan Tinggi Agama Jambi). 2015. Hal.
205-211
c. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Aparatur Pengadilan Agama
Sarolangun.
d. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan yang efisien dan efektif
Pengadilan Agama Sarolangun
e. Meningkatkan Kredibilitas dan Transparansi di Pengadilan Agama
Sarolangun.
Dengan Visi dan Misi tersebut diharapkan Pengadilan Agama Sarolangun
menjadi Pengadilan Agama yang bersih dari KKN serta bebas dari campur tangan
pihak luar yang dapat mempengaruhi proses penegakan hukum yang ditangani
oleh tenaga-tenaga yang profesional, proporsional, handal serta terampil
dibidangnya masing-masing dengan demikian Pengadilan Agama Sarolangun
dapat menjadi Pengadilan Agama yang terhormat dan dihormati oleh masyarakat
pencari keadilan maupun instansi/lembaga lainnya.50
D. Lokasi dan Tempat Pengadilan Agama Sarolangun
Berdasarkan hasil Observasi Adapun Lokasi dan Tempat pengadilan Agama
Sarolangun, beralamat di Komplek perkantoran Gunung Kembang yang
merupakan Ibukota Kabupaten Sarolangun. Dengan memeliki batasan-batasan
Sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Perkebunan Masyarakat
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan
3. Sebelah Timut berbatasan dengan Kantor Perpajakan
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Tanah Tanah PEMDA Sarolangun.51
50
Dokumen, Laporan Tahunan Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun Tahun 2018. 51
Hasil Observasi Penulis di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
E. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sarolangun
Gambar. 2. 1. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sarolangun Tahun
2018.52
52
Dokumen, Laporan Tahunan Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun, Tahun 2018.
Tabel. 2. 1
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada pada Wilayah Hukum Pengadilan
Agama Kabupaten Sarolangun
NO NAMA JABATAN KETERANGAN
1 Korik Agustian
S.Ag.,M.Ag
Ketua
2 Moehamad Fathnan,
S.Ag., MHI.
Wakil Ketua
3 Zakaria Ansori.
S.H.I.,M.H
Hakim
4 Anita Kirana.S.H.I Panitera
5 Faisal Munawwar.S.T Sekretaris
6 Dra. Hj. Zainunah Wakil Panitera
7 Arsad. Lc Panitera Muda Hukum
8 Dra. Zuriah Panitera Muda Gugatan
9 Ibnu Hajar. BA Panitera Muda Permohonan
10 Doni Dirmansyah.S.H Kasubbag Kepegawaian dan
Otala
11 Joni Iswandi. S.H.I Kasubbag Umum dan
Keuangan
12 Husaini .S.Kom Kasubbag Perencanaan, TI
dan Pelaporan
13 Yusri Jurusita
14 Muhammad Tahrir Jurusita Pengganti
15 Ardita
Septianindi.A.Md
Staf Panmud Gugatan
16 Nanda Devi Krisna
Putri, SH.
CPNS / Calon Hakim Sedang mengikuti
Diklat Hakim
17 Windi Mariastuti,
S.Sy.
CPNS / Calon Hakim Sedang mengikuti
Diklat Hakim
Dari Tabel. 2. 1 di atas dapat dijelaskan bahwa Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun memiliki Dua macam Bidang Sumber Daya Manusia yaitu
Sumber Daya Manusia Bidang Teknis Yudisial dan Sumber Daya Manusia
Bidang Non Teknis Yudisial. Kondisi pegawai di Bidang Teknis Yudisial pada
akhir tahun 2018 seluruhnya berjumlah 10 (sepuluh) orang, terdiri dari :
1. Hakim ( termasuk ketua dan wakil ketua ) : 3 orang
2. Panitera : 1 orang
3. Wakil Panitera : 1 orang
4. Panitera Muda Gugatan : 1 orang
5. Panitera Muda Permohonan : 1 orang
6. Panitera Muda Hukum : 1 orang
7. Jurusita / Jurusita Pengganti : 2 orang
Sedangkan Sumber Daya Manusia Non Teknis Yudisial berjumlah 7 (tujuh)
orang, terdiri dari :
1. Sekretaris : 1 orang
2. Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Ortala : 1 orang
3. Kepala Sub. Bagian Umum dan Keuangan : 1 orang
4. Kepala Sub Bagian Perencanaan, IT dan Pelaporan : 1 orang
5. Staf Panitera Muda Gugatan : 1 orang
6. CPNS/Calon Hakim : 2 orang
Dari segi Pendidikan, Sumber Daya Manusia di Pengadilan Agama Sarolangun
dibagi Atas:
Tabel 2. 2
Pendidikan Sumber Daya Manusia di Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun
NO JABATAN PENDIDIKAN KET
S3 S2 S1 SM SLTA SLTP SD
1. Hakim 3
2. Panitera/Panmud/JSP 4 1 2
3. Pejabat Struktural/Non
Struktural
4
4. Staf/CPNS/Calon
Hakim
2 1
JUMLAH 3 10 2 2 17
Tabel 2. 3
Tenaga Honorer Di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun53
NO. NAMA POSISI PENDIDIKAN
1. Malian Zaman Pramubakti SMA
2. Umar Wira Hadi Kusuma Pramubakti SMA
3. Kaharudinsyah Satpam SMA
4. Ril Sabda Sopir SMA
5. Minardi Iskandar Satpam SMA
6. Subli Aripin Satpam SMA
7. Tarmizi Satpam SMA
53
Dokumen, Laporan Tahunan Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun. Tahun 2018.
8. Idris, SHI Pramubakti S1
9. Reci Evaneli Pramubakti SMA
10. Haspimar, S.Sos.I. Pramubakti S1
Dari Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Pengadilan Agama Sarolangun
juga dibantu Tenaga Honorer berjumlah 10 (sepuluh) orang yang terdiri dari :
1. Pegawai Honorer Keamanan : 4 orang
2. Pegawai Honorer Sopir : 1 orang
3. Pegawai Honorer Pramubakti : 5 orang
F. Tugas dan Fungsi Pengadilan Agama Sarolangun
1. Tugas Pokok Pengadilan Agama
Berdasarkan Pasal 2 jo. Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang
Peradilan Agama, Tugas pokok Pengadilan Agama adalah memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan perkara tertentu antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang:
a. Perkawinan,
b. Waris,
c. Wasiat,
d. Hibah,
e. Wakaf,
f. Zakat,
g. Infaq,
h. Hadaqah, dan
i. Ekonomi Syari‟ah.54
2. Sedangkan Fungsi Pengadilan Agama antara lain sebagai berikut :
a. Fungsi mengadili (judicial power), yakni menerima, memeriksa, mengadili
dan menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan
Agama dalam tingkat pertama (vide : Pasal 49 Undang-undang Nomor 3
Tahun 2006).
54
Website Pengadilan Agama Sarolangun: www.pa-sarolangun.go.id
b. Fungsi Pembinaan, yakni memberikan pengarahan, bimbingan, dan
petunjuk kepada pejabat struktural dan fungsional di bawah jajarannya, baik
menyangkut teknis yudicial, administrasi peradilan, maupun administrasi
umum/perlengkapan, keuangan, kepegawaian, dan pembangunan. (vide :
Pasal 53 ayat (3) Undang-undang Nomor No. 3 Tahun 2006 jo. KMA
Nomor KMA/080/VIII/2006).
c. Fungsi Pengawasan, yakni mengadakan pengawasan melekat atas
pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera
Pengganti, dan Jurusita/ Jurusita Pengganti di bawah jajarannya agar
peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya (vide : Pasal 53
ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor No. 3 Tahun 2006) dan terhadap
pelaksanaan administrasi umum kesekretariatan serta pembangunan. (vide:
KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).
d. Fungsi Nasehat, yakni memberikan pertimbangan dan nasehat tentang
hukum Islam kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila
diminta. (vide : Pasal 52 ayat (1) Undang-undang Nomor No. 3 Tahun
2006).
e. Fungsi Administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan
(teknis dan persidangan), dan administrasi umum (kepegawaian, keuangan,
dan umum/perlengakapan) (vide : KMA Nomor KMA/080/ VIII/2006).55
Fungsi Lainnya :
a. Melakukan Koordinasi dalam pelaksanaan tugas Hisab dan Rukyat dengan
instansi lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI, Ormas Islam dan lain-lain
(vide: Pasal 52 A Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).
b. Pelayanan Penyuluhan Hukum, pelayanan riset/penelitian dan sebagainya
serta memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat dalam era
keterbukaan dan transparansi informasi peradilan, sepanjang diatur dalam
55
Website Pengadilan Agama Sarolangun: www.pa-sarolangun.go.id
Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor KMA/144/SK/VIII/2007
tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan.56
Berdasarkan keterangan diatas dapat dijelaskan bahwa Tugas pokok
Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun adalah Memeriksa, Memutuskan dan
Menyelesaikan Perkara tertentu antara orang-orang yang beragama Islam di
Bidang: Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infaq, Hadaqah dan
Ekonomi Syari‟ah. Sedangkan Fungsi Pengadilan Agama yaitu: Mengadili,
Pembinaan, Pengawasan, Penasehat, dan Administratif. Sedangkan Fungsi lainnya
yaitu Melakukan Koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat dengan
instansi lain yang terkait seperti DEPAG dan MUI. Sebagai Pelayanan
Penyuluhan Hukum.
G. Profil Hakim Mediator di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
Berdasarkan hasil Wawancara yang dilakukan penulis dengan panitera
muda hukum Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun oleh bapak Arsad, beliau
mengatakan:
“Di Pengadilan Agama Kabupaten sarolangun ini terdapat 3 orang Hakim,
ketua Pengadilan Agama yaitu bapak Korik Agustian, Wakil ketua
Moehamad Fathan, dan Zakaria ansori sebagai Hakim, akan tetapi biasanya
yang menjadi Mediator saat melaksakan Mediasi itu adalah Hakim, hanya
saja yang sering menjadi Mediator yaitu bapak Zakaria Ansori, dulu
terdapat Tiga orang Mediator hanya saja Mahkamah Agung ada promosi
Jabatan jadi yang Dua orang itu berangkat, ada yang ke Ujung tanjung dekat
medan, dan ada yang ke Bengkulu, dan keduanya itu adalah Mediator, jadi
sekarang yang bertindak Menjadi Mediator Pengadilan Menggunakan
Hakim yang ada yaitu bapak zakaria, bapak ketua dan wakil ketua.”57
Mengingat peran mediator pada mediasi di Pengadilan Agama sangatlah
penting karena akan menentukan Keberhasilan atau kegagalan untuk memperoleh
kesepakatan para pihak yang berperkara, maka mediator harus memiliki
persyaratan atau kualifikasi tertentu yang dianggap mempunyai kemampuan untuk
menjadi seorang mediator pada mediasi di pengadilan.
56
Website Pengadilan Agama Sarolangun: www.pa-sarolangun.go.id 57
Arsad, Panitera Muda Hukum di Pengadilan Agama, Wawancara dengan Penulis, 03
Januari 2019, Kabupaten Sarolangun, Rekaman Audio.
Persyaratan seseorang yang menjadi seorang mediator di pengadilan tidak
diatur dengan rinci, hanya saja secara implisit eksplisit telah diatur dalam
ketentuan pasal 1 angka 6, pasal 1 angka 11, pasal 5 dan pasal 9 ayat (1) PERMA
Nomor 1 Tahun 2008 berkenaan dengan sertifikat Mediator, berdasarkan kepada
ketentuan-ketentuan dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2008 di Maksud, Persyaratan
menjadi Mediator Meliputi:
1. Pihak yang Netral dan Tidak Memihak
2. Wajib Memiliki Sertifikat sebagai Mediator
3. Mengikuti pelatihan atau pendidikan Mediasi dan berpengalaman sebagai
Mediator.58
Berikut profil Hakim Mediator Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun:
1. Ketua Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
Nama : Korik Agustian, S.Ag., M.Ag
NIP : 197508272006041003
Pangkat/Golongan : Penata Tk. I-III/d
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang/27 Agustus 1975
Jenis Kelamin : Laki-laki
Riwayat Pendidikan : - SDN 158 Palembang (1987)
- SLTP Palembang (1990)
- SLTA Ogan (1993)
- S1 Hukum Perdata Islam, STAIN Bengkulu
(1998)
- S2 Hukum Islam, Pasca Sarjana IAIN Imam
Bonjol Padang
Riwayat Pekerjaan : - CPNS PA Palembang
- PNS PA Palembang (2007)
- Hakim PA Kuala Tungkal (2009)
58
Rachmadi Usman, Mediasi di Pengadilan dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Sinar
Grafika). 2012. Hal. 86
- Hakim PA Sengeti (2016)
- Wakil Ketua PA Sarolangun (2017)
- Ketua PA Sarolangun (2018 s/d Sekarang)
2. Wakil Ketua Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
Nama : Moehamad Fathnan, S.Ag., MHI.
NIP : 19721224.199803.1.003
Pangkat/Golongan : Pembina Tk. I - IV/b
Tempat/Tanggal Lahir : Blitar / 24 Desember 1972
Jenis Kelamin : Laki-laki
Riwayat Pendidikan : - SDN
- SLTP
- SLTA
- S1
- S2
Riwayat Pekerjaan : - Kaur Umum PA Trenggalek
- Panitera Pengganti PA Trenggalek
- Hakim PA Labuha
- Hakim PA Bangli
- Hakim PA Kediri
- Hakim PA Madiun
- Wakil Ketua PA Sarolangun (2018)
3. Hakim Mediator
Nama : Zakaria Ansori, S.H.I., M.H.
NIP : 19780706.200604.1.005
Pangkat/Golongan : Penata (III/c)
Tempat/Tanggal Lahir : Teluk Sialang / 06 Juli 1978
Jenis Kelamin : Laki-laki
Riwayat Pendidikan : - SDN 57 Pasar Senin (1990)
- MTS Kuala Tungkal (1995)
- Madrasah PHI Kuala Tungkal (1998)
- IAIN Sultan Thaha Jambi (2003)
Riwayat Pekerjaan : - CPNS PA Muara Bulian (2006)
- PNS PA Muara Bulian (2007)
- Hakim PA Muara Tebo (2009)
- Hakim PA Muara Sabak (2014)
- Hakim PA Sarolagun (2016)59
59
Web-site Pengadilan Agama Sarolangun: www.pa-sarolangun.go.id
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA
KABUPATEN SAROLANGUN
A. Fungsi Mediator di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
Dalam proses pelaksanaan Mediasi keberhasilan seorang mediator tidak
terlepas dari fungsi mediator itu sendiri, menjadi seorang mediator harus
mengetahui fungsi menjadi seorang mediator. Sebagaimana yang telah
disampaikan Hakim Mediator Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun memiliki
fungsi sebagai berikut:
“Jadi mediasi itu upaya seorang mediator untuk mencari jalan perdamaian,
mencari titik temu atau celah yang bisa merukunkan antara para pihak yang
bertikai dalam perkara apapun maka wajib melakukan upaya mediasi, jadi
fungsi mediator itu untuk mencari win-win solution, mencari jalan tengah
agar semua merasa menang, karena kalau putusan pengadilan itu pada
akhirnya ada keputusan biasanya ada yang merasa kalah dan ada yang
merasa menang, tapi kalau dilakukan mediasi dan mediasi itu berhasil bisa
jadi semua pihak merasa menang terhadap keputusan itu karena mediasi itu
ketika telah terjadi kesepakatan maka dia juga harus dituangkan dalam
bentuk putusan dan kepada masing-masing pihak harus mentaati putusan itu
dan tidak bisa dilakukan upaya gugatan kembali.60
Fungsi mediator menurut Christoper W Moore, Mediator memainkan
Fungsi penting dalam menentukan pilihan penyelesaian sengketa diantaranya:
1. Menjadi penguji kenyataan
2. Memeriksa apakah pemecahan masalah benar-benar memenuhi kebutuhan
3. Membantu para pihak untuk membandingkan pilihan dalam jangka panjang
dan jangka pendek
4. Timbul keraguan apakah para pihak memiliki pilihan lain dari pilihan yang
disajikan mediator
5. Membantu para pihak dalam memilih dan memodifikasi pilihan yang diberikan
mediator.
60
Zakaria Ansori, Hakim Mediator di Pengadilan Agama, Wawancara dengan Penulis, 03
Januari 2019, Kabupaten Sarolangun, Rekaman Audio.
37
6. Membantu para pihak melihat altenative dn terburuk yang paling
memungkinkan dalam hal mediasi
7. Membantu para pihak mengidentifikasi keuntungan beserta kerugian dari solusi
yang ditawarkan.61
Sedangkan dalam PERMA No. 1 Tahun 2016 pasal 14 tentang Tahapan
Tugas Mediator, Dalam menjalankan fungsinya, Mediator bertugas:
1. Memperkenalkan diri dan memberi kesempatan kepada Para Pihak untuk
saling memperkenalkan diri;
2. Menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat Mediasi kepada Para Pihak;
3. Menjelaskan kedudukan dan peran Mediator yang netral dan tidak mengambil
keputusan;
4. Membuat aturan pelaksanaan Mediasi bersama Para Pihak;
5. Menjelaskan bahwa Mediator dapat mengadakan pertemuan dengan satu pihak
tanpa kehadiran pihak lainnya (kaukus);
6. Menyusun jadwal Mediasi bersama Para Pihak;
7. Mengisi formulir jadwal mediasi.
8. Memberikan kesempatan kepada Para Pihak untuk menyampaikan
permasalahan dan usulan perdamaian;
9. Menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan pembahasan berdasarkan
skala proritas;
10. Memfasilitasi dan mendorong Para Pihak untuk:
a. Menelusuri dan menggali kepentingan Para Pihak;
b. Mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi Para Pihak;
dan
c. Bekerja sama mencapai penyelesaian;
11. Membantu Para Pihak dalam membuat dan merumuskan Kesepakatan
Perdamaian;
61
Christoper W Moore, Mediasi Lingkungan, (Jakarta: Indonesia Center and CDRA, 1995).
Hal. 41
12. Menyampaikan laporan keberhasilan, ketidakberhasilan dan/atau tidak dapat
dilaksanakannya Mediasi kepada Hakim Pemeriksa Perkara;
13. Menyatakan salah satu atau Para Pihak tidak beriktikad baik dan
menyampaikan kepada Hakim Pemeriksa Perkara;
14. Tugas lain dalam menjalankan fungsinya.62
Dengan demikian penulis berpendapat bahwa fungsi mediator dalam usaha
menyelesaikan perkara secara damai adalah sangat penting. Jelas mediator
mempunyai fungsi penting untuk menyelesaikan secara damai terhadap perkara
perdata yang diperiksanya. Putusan perdamaian mempunyai arti yang sangat
penting bagi masyarakat pada umunya dan khususnya orang yang mencari
keadilan.
B. Tujuan dan Manfaat Mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
Dalam pelaksanaan Mediasi diharapkan mengahasilkan keuntungan bagi
para pihak, adapun mamfaat dari dilaksanakan mediasi di pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun, sebagaimana yang telah dikatakan oleh bapak Zakaria
Ansori mengatakan bahwa:
“Tujuannya itu agar terjadi perdamaian memberikan keadilan semua pihak
dan sisi lain pelaksanaan mediasi sangat bermamfaat bagi pengadilan salah
satunya yaitu mengurangi tumpukan perkara, jadi kita di pengadilan ini
tidak semua harus berakhir dengan perceraian kalau diajukan perceraian,
karena memang terjadinya perdamaian juga menjadi sebuah putusan itu
yang kita inginkan, Mahkamah agung itu ribuan perkara yang kasasi dari
seluruh indonesia dari masing-masing pengadilan, seperti akhir tahun ada
perkara yang 2018 sampai ke 2019 karena proses perkara itu memang harus
dilalui nah kalau mereka berdamai sekali mediasi lansung mengurangi
tumpukan perkara. Dan iupun bermamfaat juga bagi mereka para perkara
baik untuk anak-anak dan juga untuk keluarga perkara”.63
62
Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, PERMA RI Nomor 1 Tahun 2016 Tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan 63
Zakaria Ansori, Hakim Mediator di Pengadilan Agama, Wawancara dengan Penulis, 03
Januari 2019, Kabupaten Sarolangun, Rekaman Audio.
1. Tujuan Mediasi
a. Tercapainya penyelesaian sengketa dengan hasil yang disepakati bersama
sehingga para pihak tidak menempuh upaya banding dan kasasi dalam
perkara yang menimpa mereka.
b. Penyelesaian perkara lebih cepat dan biaya murah.
Berdasarkan hasil pengamatan Pemberlakuan mediasi di Pengadilan
Agama Kabupaten Sarolangun diharapkan dapat memperluas akses bagi
para pihak untuk memperoleh rasa keadilan. Rasa keadilan tidak hanya
dapat diperoleh melalui proses litigasi, tetapi juga melalui proses
musyawarah mufakat oleh para pihak. Dengan diberlakukannya mediasi ke
dalam sistem peradilan formal, masyarakat pencari keadilan pada
umumnya dan para pihak yang bersengketa pada khususnya dapat terlebih
dahulu mengupayakan penyelesaian atas sengketa mereka melalui
pendekatan musyawarah mufakat yang dibantu oleh seorang penengah yang
disebut mediator. Meskipun jika pada kenyataannya mereka telah
menempuh proses musyawarah mufakat sebelum salah satu pihak
membawa sengketa ke Pengadilan, Mahkamah Agung tetap menganggap
perlu untuk mewajibkan para pihak menempuh upaya perdamaian yang
dibantu oleh mediator, tidak saja karena ketentuan hukum acara yang
berlaku, dan mewajibkan hakim untuk terlebih dahulu mendamaikan
para pihak sebelum proses memutus dimulai, tetapi juga karena pandangan,
bahwa penyelesaian yang lebih baik dan memuaskan adalah proses
penyelesaian yang memberikan peluang bagi para pihak untuk bersama-
sama mencari dan menemukan hasil akhir.
c. Hubungan baik para pihak yang bersengketa tetap dapat dijaga.
Dengan dilakukannya mediasi mediator di Pengadilan Agama
meberikan upaya kepada para pihak unuk tidak memutuskan hubungan
silaturrahmi atau hubungan sesama manusia, jika mediasi gagal tidak ada
yang saling membenci satu sama lain, dan jika ada yang mempuanyi anak
bagi pihak suami diwajibkan untuk tetap memberikan nafkah kepada
anaknya sesuai pengahasilan.
d. Lebih tinggi kemungkinan untuk melaksanakan kesepakatan.
Berdasarkan hasil observasi jika tujuan mediasi lebih tinggi
kemungkinan untuk melaksanakan kesepakatan, Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun belum mencapai ke tingkatan yang lebih tinggi
dalam melaksanakan kesepakatan karena sering terjadi kegagalan dari pada
keberhasilan.
e. Mengurangi perkara di pengadilan
Berdasarkan kenyataannya di Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun, Jika para pihak dapat menyelesaikan sendiri sengketa tanpa
harus diadili oleh hakim, jumlah perkara yang harus diperiksa oleh hakim
akan berkurang pula. Jika sengketa dapat diselesaikan melalui perdamaian,
para pihak tidak akan menempuh upaya hukum kasasi karena perdamaian
merupakan hasil dari kehendak bersama para pihak, sehingga mereka tidak
akan mengajukan upaya hukum. Sebaliknya, jika perkara diputus oleh
hakim, maka putusan merupakan hasil dari pandangan dan penilaian
hakim terhadap fakta dan kedudukan hukum para pihak. Pandangan dan
penilaian hakim belum tentu sejalan dengan pandangan para pihak, terutama
pihak yang kalah, sehingga pihak yang kalah selalu menempuh upaya
hukum banding dan kasasi. Pada akhirnya semua perkara bermuara ke
Mahkamah Agung yang mengakibatkan terjadinya penumpukan perkara.
2. Manfaat mediasi
a. Mediasi dapat menyelesaikan perkara dengan cepat dan mudah
dibandingkan denga membawa perkara ke pengadilan atau kelembaga
arbitase. Di Indonesia memang belum ada penelitian yang membuktikan
asumsi bahwa mediasi merupakan proses yang cepat dan murah
dibandingkan proses litigasi. Akan tetapi, jika didasarkan pada logika
seperti yang telah diuraikan pada alasan pertama bahwa jika perkara
diputus, pihak yang kalah seringkali mengajukan upaya hukum, banding
maupun kasasi, sehingga membuat penyelesaian atas perkara yang
bersangkutan dapat memakan waktu bertahun-tahun, dari sejak pemeriksaan
di Pengadilan tingkat pertama hingga pemeriksaan tingkat kasasi
Mahkamah Agung. Sebaliknya, jika perkara dapat diselesaikan dengan
perdamaian, maka para pihak dengan sendirinya dapat menerima hasil akhir
karena merupakan hasil kerja mereka yang mencerminkan kehendak
bersama para pihak. Selain logika seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
literatur memang sering menyebutkan bahwa penggunaan mediasi atau
bentuk-bentuk penyelesaian yang termasuk ke dalam pengertian Alternative
Dispute Resolution (ADR) merupakan proses penyelesaian sengketa yang
lebih cepat dan murah dibandingkan proses litigasi.
b. Mediasi tidak hanya terpaku pada Hak-hak hukumnya tetapi juga
memfokuskan pada psikologi para pihak. Seperti yang telah di amati di
lapangan bahwa ketika proses mediasi berlangsung, pada tahap pemberian
nasihat, mediator selalu memberikan arahan, motivasi, mengingatkan masa
depan dan psikologi anak dan lain sebagainya.
c. Mediasi memberikan kesempatan para pihak dalam berpartisipasi
menyelesaikan sengketa para pihak.
d. Mediasi memberikan hasil yang tahan uji sehingga saling menciptakan yang
lebih baik diantar para pihak yang bersengketa.
e. Mediasi dapat menghilangkan konflik, daripada lembaga Arbitase yang
seolah-olah bentuk keputusannya adalah memaksa.64
Berdasarkan Pernyataan diatas Penulis dapat kita pahami bahwa mediasi
merupakan salah satu bentuk dari alternatif penyelesaian perkara di pengadilan
dengan Tujuan Mediasi adalah menyelesaikan sengketa antara para pihak dengan
melibatkan pihak ketiga yang netral dan adil. Mediasi dapat mengantarkan para
pihak pada kesepakatan damai, mengingat proses penyelesaian melalui mediasi
menepatkan kedua pihak pada posisi yang sama, tidak ada pihak yang di
menangkan atau pihak yang dikalahkan. Dalam mediasi para pihak memiliki
kewenangan penuh dalam mengambil keputusan. Mediator tidak memiliki
kewenagan dalam pengambilan keputusan, akan tetapi ia Hanya membantu para
64
Khaeril, Prosedur Mediasi Di Pengadilan Agama, (Malang: 2013). Hal. 2
pihak dalam menjaga proses mediasi guna untuk mencapai kesepakatan damai
mereka.
Dalam perspektif Bimbingan Konseling khususnya dalam Konseling
Keluarga, bahwa Konseling Keluarga memiliki dua tujuan yaitu umum dan
khusus.
1. Tujuan Umum Konseling keluarga
a. Membantu, Anggota-anggota keluarga belajar dan menghargai secara
emosional bahwa dinamika keluarga adalah kait-mengait diantara Anggota
keluarga.
b. Untuk membantu anggota Keluarga agar menyadari tentang fakta jika satu
anggota keluarga bermasalah, maka akan mempengaruhi kepada persepsi,
ekspektasi, dan interaksi anggota-anggota lain.
c. Agar tercapai keseimbangan yang akan membuat pertumbuhan dan
peningkatan setiap anggota.
d. Untuk mengembangkan penghargaan penuh sebagai pengaruh dari
hubungan parental.65
2. Tujuan Khusus Konseling Keluarga
a. Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota-anggota keluarga
terhadap cara-cara yang istimewa (idiocynratic ways) atau keunggulan-
keunggulan anggota lain.
b. Mengembangkan toleransi terhadap anggota-anggota keluarga yang
mengalami frustasi/kecewa, konflik, dan rasa sedih yng terjadi karena
faktor sistem keluarga atau diluar sistem keluarga.
c. Mengembangkan motif dan potensi-potensi, setiap anngota keluarga
dengan cara mendorong (men-support), memberi semangat, dan
meningkatkan anggota tersebut.
d. Mengembangkan keberhasilan persepsi diri orang tua secara realistik dan
sesuai dengan anggota-anggota lain.66
65
Sofyan, S. Willis. Konseling Keluarga (Family Counseling). (Bandung: Alfabeta). 2015.
Hal. 88-89
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa dalam perspektif Bimbingan
Konseling Keluarga menyatakan bahwa tujuan Konseling Keluarga yaitu
membantu anggota aeluarga agar menyadari tentang fakta jika satu anggota
keluarga bermasalah, dan juga betutuan untuk Mengembangkan dan
meningkatkan toleransi terhadap anggota-anggota keluarga yang mengalami
frustasi/kecewa, konflik, dan rasa sedih yng terjadi karena faktor sistem keluarga
atau diluar sistem keluarga.
66 Sofyan, S. Willis. Konseling Keluarga (Family Counseling). (Bandung: Alfabeta).
2015. Hal. 88-89
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Implementasi Mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
Gambar. 4.1. Alur proses mediasi perkara perdata pada Pengadilan Agama
Sarolangun berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2016
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan67:
67
Dokumen Pengadilan Agama Kabupaten Saro langun
Pendaftaran perkara perdata
gugatan pada Pengadilan Agama
Penetapan Majelis Hakim
(oleh ketua Pengadilan Agama)
Sidang pertama
Hakim pemeriksa wajib menjelaskan
prosedur mediasi kepada para pihak
Pemilihan mediator
Penunjukan Mediator
atas dasar kesepakatan
para pihak
Penunjukan Mediator
oleh Hakim ketua
Majelis
Penyerahan Resume
Perkara kepada Mediator
Proses Mediasi
Proses mediasi berlangsung paling lama 30 hari terhitung
sejak penetapan perintah melakukan mediasi dapat
diperpanjang 30 hari dan berdasarkan permintaan para pihak
kepada Hakim pemeriksa dapat diperpanjang lagi
45
Laporan Hasil Mediasi
Mediator membuat Laporan secara tertulis kepada Majelis
Hakim pemeriksa Perkara
Mediasi berhasil
Mediasi berhasil sebagian
Mediasi tidak berhasil
Mediasi tidak dapat
dilaksanakan
Majelis Hakim pemeriksa
perkara
Mediasi
berhasil
Mediasi
berhasil sebagian
Mediasi
tidak
berhasil
Mediasi tidak
dapat
dilaksanakan
-Akta perdamaian
(Acta Van Dading)
-Penetapan
pencabutan gugatan
Penetapan melanjutkan
pemeriksaan perkara
Penetapan melanjutkan
pemeriksaan perkara
Dalam hala kesepakatan
perdamaian hanya menyangkut
sebagian objek gugatan
Majelis hakim melanjutkan
pemeriksaan terhadap objek
perkara atau tuntunan hukum
yang belum berhasil disepakati
oleh kedua belah pihak
berperkara
Majelis hakim pemeriksa
perkara wajib membuat
kesepakatan perdamaian
sebagian tersebut dalam
pertimbangan dan amar
putusan.
Akibat Hukum Para Pihak tidak beritikad Baik
1. Putusan gugatan dinyatakan tidak dapat
diterima
Dalam hal penggugat berdasarkan laporan
mediator dinyatakan tidak beritikad baik
(pasal 22 PERMA No. 1 tahun 2016
Dalam hal para pihak secara bersama-sama
dinyatakan tidak beritikad baik oleh
mediator (pasal 23 ayat (8) PERMA No. 1
Tahun 2016)
2. Biaya mediasi dibebankan kepada tergugat
Dalam hal tergugat berdasarkan laporan
mediator dinyatakan tidak beritikad baik
Penetapan memuat amar yang dinyatakan
tergugat tidak beritikad baik dn
membebankan biaya mediasi kedepannya
(pasal 23 ayat (1), (2), (3), hurup a, b, c
PERMA No. 1 Tahun 2016
Penerapan mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun telah
dilaksanakan sejak dahulu, yang mana mediasi difungsikan untuk mendamaikan
para pihak yang bersengketa sehingga diharapkan para pihak dapat merenungkan
niatnya melakukan perceraian. Seperti pengertian Iṣ lah menurut ulama fikih, kata
ishlah diartikan sebagai perdamaian, yaitu suatu perjanjian yang ditetapkan untuk
menghilangkan persengketaan di antar manusia yang bertikai, baik individu
maupun kelompok.
Pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun, yang
menjadi mediator dalah Hakim di Pengadilan Agama itu sendiri. Hakim Mediator
adalah mediator yang merangkap menjadi Hakim dan telah memiliki sertifikat
mediasi dari Mahkamah Agung Republik Indonesia, hal ini terjadi apabila di
Pengadilan Agama tersebut tidak memiliki mediator Non Hakim yang
bersertifikat dan semua Hakim bisa dimasukkan dalam daftar mediator.
Berdasarkan Hasil observasi sesuai dengan Gambar 4. 1 diatas bahwa bagi
keluarga yang akan bercerai mereka terlebih dahulu diberikan surat pernyataan
atau blanko (Formulir) mereka isi dan setujui oleh kedua belah pihak, apabila
pada tahap pertama ada salah satu dari kedua belah pihak tidak setuju untuk
dilakukan mediasi maka proses mediasi tidak dapat dilakukan, jika hal ini yang
terjadi maka otomatis dari pihak pengadilan tidak bisa memaksakan untuk
diadakan mediasi, maka denagan demikian putusan pengadilan bisa dapat diambil
tanpa harus proses mediasi terlebih dahulu. Namun kadang sering terjadi ada
diantara keluarga yang akan bercerai yang mengajukan sebuah gugatan mereka
sudah memiliki tekad yang bulat untuk bercerai, terkadang ada juga yang sudah
menyetujui dan mengisi blank pendaftaran mediasi, setelah di tentukan jadwal
mediasi terkadang salah satu dari mereka ada yang tidak datang dan hal ini
menyebabkan proses mediasi tidak dapat dilakukan dan jika demikian yang terjadi
maka Pengadilan Agama dapat langsung memutuskan gugatan dari kasus
perceraian tersebut.68
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan ibu Afriani
salah seorang perkara yang mengajukan gugatannya ke Pengadilan mengatakan
bahwa:
68
Hasil Observasi Penulis di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
“Pertama-tama sebelum melakukan Mediasi kami diberikan formulir
pendaftaran mediasi, selanjutnya kami mengisi formulir itu dan saya beserta
suami menyetujui dengan bentuk tanda tangan”.69
Setelah proses pertama dilakukan maka selanjutnya yang dilakukan adalah
proses memutuskan hakim atau mediator atau penetapan majelis hakim, dimana
pada tahap ini akan ditentukan oleh ketua Pengadilan itu sendiri.70
Dalam
pelaksanaan mediasi sering kita dengar tentang jangka waktu mediasi
sebagaimana tertera dalam teori proses mediasi berlansung selma 30 hari kerja,
sejak mediator dipilih oleh para pihak atau mediator yang ditunjuk oleh ketua
majelis hakin atas dasar para pihak. Hal ini sesuai dengan apa yang di sampaikan
oleh bapak Korik Agustian selaku ketua dan hakim di Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun mengatakan:
“Mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun ini berlangsung
selama 30 hari dan bisa diperpanjang selama 15 hari tergantung kesepakatan
para pihak dengan mediatornya”.71
Berdasarkan hasil observasi peneliti melihat dalam proses mediasi di
pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun proses mediasi berlangsung selama
sebulan dilakukan pada hari kerja senin sampai jum‟at. Jadi ketika sudah ada titik
temu atau terdapat hasil akhir apakah berhasil atau gagal, maka berakhir juga
mediasi tersebut. Dan pada kenyataan dilapangan mediasi sering membutuhkan
penundaan apabila permasalahan yang dihadapi hanyalah permasalahan
perceraian baik cerai gugat maupun cerai talak.72
Dari hasil observasi dan wawancara diatas, dapat dijelaskan bahwa
pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun sesuai dengan
PERMA No. 1 Tahun 2016 mengenai jangka waktu proses mediasi pada pasal 24
yang berbunyi: Proses mediasi berlangsung selama paling lama 30 hari terhitung
sejak penetapan perintah melakukan mediasi. Atas dasar kesepakatan para pihak
69
Afriani, Perkara Mediasi, Wawancara dengan Penulis, 16 Mei 2019, Kabupaten
Sarolangun, Rekaman Audio. 70
Hasil Observasi Penulis di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun 71
Korik Agustian, Ketua Pengadilan Agama, Wawancara dengan Penulis, 03 Januari 2019,
Kabupaten Sarolangun, Rekaman Audio. 72
Hasil Observasi Penulis di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
jangka waktu mediasi dapat diperpanjang paling lama 30 hari terhitung sejak
berakhir jangka waktu sebagaimana dimaksud diatas. Mediator atas permintaan
para hakim mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu mediasi
sebagaimana dimaksud diatas kepada hakim pemeriksa Perkara dengan
alasannya.73
Karena tidak ada peraturan harus melaksanakan proses mediasi dalam satu
hari. Jika terdapat perkara yang membutuhkan proses mediasi yang lama, maka
jangka waktu mediasi dapat diperpanjang paling lama 30 hari sampai mencapai
perdamaian dan kesepakatan kedua belak pihak atau lebih sesuai dengan PERMA
diatas. Dalam hal ini ibu Afriani juga menyampaikan:
“Sekitar 2 atau 3 hari kami melakukan pendaftaran mediasi, kami dipanggil
kembali lalu diarahkan untuk memasuki ruang mediasi dan langsung
melakukan mediasi tersebut, dalam pelaksaan mediasi pertama mediator
memperkenalkan diri dan menyampaikan apa itu mediasi, tujuan dilakukan
mediasi dan lain sebagainya, dikarenakan semua keputusan ada di tangan
saya sendiri jadi saya tetap ingin bercerai, jadi dalam pelaksaan mediasi
kami tidak membutuhkan waktu lama dan hanya dalam 1 hari saja semua
keputusan sudah ditentukan.”74
Namun berbeda dengan ibu Yulianti, ibu Yulianti juga termasuk salah
seorang pengugat yang pernah mengikuti pelaksanaan Mediasi di Pengadilan
Agama Kabupaten Sarolangun, mengenai Waktu dalam proses mediasi ibu
Yulianti berbeda dengan ibu Afriani dia mengatakan bahwa:
“Setelah kami melakukan pendaftaran dan mengisi Formulir Mediasi, 2 hari
setelah itu kami dipanggil kembali dan untuk melakukan proses mediasi
namun suami saya tidak hadir ketika itu dan akhirnya proses mediasi
ditunda selama 2 minggu kemudian kami di panggil kembali dan panggilan
kedua kalinya ini Suami saya datang dan kami mengikuti proses mediasi
tersebut dan dikerenakan niat saya sudah bulat dan keputusan saya tetap
ingin bercerai”.75
73
Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, PERMA RI Nomor 1 Tahun 2016 Tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan 74
Afriani, Perkara Mediasi, Wawancara dengan Penulis, 16 Mei 2019, Kabupaten
Sarolangun, Rekaman Audio. 75
Yulianti, Perkara Mediasi, Wawancara dengan Penulis, 19 Mei 2019, Kabupaten
Sarolangun, Rekaman Audio.
Mengenai tugas mediator dalam pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun tetap di terapkan. Sesuai dengan hasil observasi peneliti
melihat ketika proses mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun,
setelah tahap pengenalan kemudian mediator menjelaskan tentang mediasi, peran
mediator, dan fungsi mediator.76
Hal tersebut sesuai dengan yang di katakan oleh
bapak Korik Agustian:
“Untuk tahapan mediasi yang selanjutnya yaitu perkenalan antara mediator
dengan para pihak, kemudian menjelaskan maksud dan tujuan mediasi,
fungsi dan peran mediator, dan menjelaskan bahwa mediasi ini adalah salah
satu usaha untuk mencapai perdamaian. Dan mediasi ini merupakan
Peraturan Mahkamah Agung”.77
Selain itu juga penjelasan mengenai pentingnya penerapan tahapan proses
mediasi terutama Tahapan Tugas Mediator yang diatur dalam PERMA No. 1
Tahun 2016 berdasarkan hasil wawancara oleh peneliti di Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun yang dikemukakan oleh Bapak Korik Agustian yang
Bearti di dalam PERMA ini dijelaskan bahwa mediasi adalah cara penyelesaian
sengketa secara damai yang tepat, efektif dan dapat membuka akses yang lebih
luas kepada para pihak untuk memperoleh penyelesaian yang memuaskan serta
berkeadilan indikator efektif yang dimaksud adalah dengan di patuhinya PERMA
sebagai salah satu hukum dalam proses bercerai di Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun.
Secara yuridis bahwa dalam ketentuan PERMA No. 1 Tahun 2016 pasal 14
tentang tahapan tugas mediator, dalam menjalankan fungsinya mediator bertugas:
Memperkenalkan diri dan memberi kesempatan kepada para pihak untuk saling
memperkenalkan diri, Menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat mediasi kepada para
76
Hasil Observasi Penulis di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun 77
Korik Agustian, Ketua Pengadilan Agama, Wawancara dengan Penulis, 03 Januari 2019,
Kabupaten Sarolangun, Rekaman Audio.
pihak, dan selanjutnya Menjelaskan kedudukan dan peran mediator yang netral
dan tidak mengambil keputusan.78
Hal ini sikap konselor dalam perspektif Bimbingan dan Konseling
khususnya dalam Konseling Keluarga pada fase membina hubungan Konseling,
teknik ini digunakan seorang konselor dalam membantu para pihak dalam
menyelesaikan masalah para pihak atau klien. Teknik ini merupakan fase yang
amat penting didalam proses konseling dan keberhasilan tujuan konseling secara
efektif ditentukan oleh keberhasilan konselor dalam membina hubungan konseling
itu. Fase ini harus terjadi di tahap awal dan tahap berikutnya dari konseling yang
ditandai dengan adanya Raport sebagai kunci lancarnya hubungan konseling.
Disamping itu, sikap konselor amat penting selain teknik konseling, adapun sikap-
sikap yang penting dari seorang konselor adalah sebagai berikut:
1. Acceptance, yaitu menerima klien secara ikhlas tanpa mempertimbangkan jenis
kelamin, derajat, kekayaan, dan perbedaan agama. Disamping itu klien
diterima dengan segala masalahnya kesulitan, dan keseluruhan serta sikap-
sikapnya yang positif maupun negatif
2. Unconditional positive regard, artinya menghargai tanpa dicampuri sikap
menilai, mengejek, dan mengkritik.
3. Understanding, yaitu konselor dapat memahami keadaan klien sebagaimana
adanya.
4. Genuine, yaitu bahwa konselor itu asli dan jujur dengan dirinya sendiri, wajar
dalam pembuatan dan ucapan.
5. Empati, artinya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain (klien).
Secara berurutan, proses hubungan konseling dapat dijabarkan sebagai berikut
1. Klien memasuki ruang konseling, konselor mempersiapkan klien supaya siap
dibimbing, atau dibantu. Bearti hubungan konseling telah dimulai.
2. Tahap klarifikasi, klien menyatakan alasan kedatangannya mengungkapkan
pengalaman klien tentang konseling sebelumnya, mengungkapkan harapan-
78
Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, PERMA RI Nomor 1 Tahun 2016 Tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan
harapan klien dalam wawancara konseling yang akan dilaksanakan,
menyatakan makna konseling.
3. Tahap struktur, konselor mengadakan kontrk dengan klien tentang lamanya
waktu yang akan digunakan, tentang biaya konseling, tentang kerahasiaan,
tentang boleh tidaknya direkam.
4. Tahap meningkatkan relasi atau hubungan konseling, pada tahap ini konselor
membangun hubungan konseling untuk memudahkan bagi pemberian bantuan
kepada klien.79
Kemudian mediator hanya menjelaskan bahwa mediator hanya
mendamaikan, solusi akhir yang menentukan adalah kedua belah pihak berperkara
sendiri. Maka melihat dan menelaah secara mendalam hasil observasi dan
wawancara tersebut, dapat dijelaskan bahwa penerapan tugas mediator di
Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun tetap dilakukan, sedangkan kefahaman
dari para pihak berperkara mengenai mediasi cukup sebatas global saja, bahwa
mereka hanya mengetahui bahwa mediasi adalah perdamaian dan menemukan
solusi dari permasalahan mereka, jadi menurut peneliti tahapan Tugas Mediator di
Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun sudah dilakukan secara maksimal.
Karena Hakim Mediator memberikan penjelasan kepada para pihak pada
pertemuan pertama tentang pengertian dan prosedur mediasi dalam proses
mediasi, serta peran mediator yang merupakan tugas dan kewajiban mediator,
sesuai dengan penjelasan yuridis diatas.80
Pada tahapan selanjutnya, mediator memberikan kesempatan para pihak
untuk melakukan prsentasi atau mengklarifikasi kejadian perkara secara
bergantian tahapan ini memiliki tujuan yaitu memberikan kesempatan kepada para
pihak untuk mendengarkan dan juga memberikan kesempatan para pihak
mendengarkan permasalahan dari pihak lain secara langsung, sehingga diharapkan
mediator dapat mengetahui duduk perkara yang jelas walaupun terkadang antara
79
Sofyan, S. Willis. 2011. Konseling Keluarga (Family Counseling). (Bandung: Alfabeta).
2015. Hal. 137-138 80
Hasil Observasi Penulis di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
penggugat atau tergugat tidak mau kalah dengan pernyataan penggugat atau
tergugat, jadi saling adu mulut atau cek-cok, karena keegoisan masing-masing.81
Kemudian dilanjutkan dengan diskusi, yakni tanggapan terhadap informasi
yang telah disampaikan oleh para pihak. Para pihak melakukan negosiasi dan
tawar menawar diantara mereka, biasanya pada kesempatan ini masing-masing
pihak ngotot untuk menggolkan yang mereka inginkan. Disinilah peranan dan
kepiawaian moderator diuji, sebab kalau mediator lemah biasanya berlanjut
kepada keributan dan bubarnya mediasi. Dalam tahap negosiasi ini ada dua model
yang sering dipergunakan, yaitu, pertama: para pihak berbicara langsung satu
sama lain, mediator hanya berperan untuk menjaga urusan bicara, mencatat
kesepahaman dan sekali-kali mengintervensi membantu proses komunikasi;
kedua: mediator mengatur seluruh arah pembicaraan, mengajukan pertanyaan
kepada para pihak dan terkadang memberikan tawaran solusi. Kedua model ini
dalam penerapannya tergantung kepada para pihak yang berjalan dengan baik.
Dalam Teknik Konseling Keluarga dalam pendekatan sistem yang
dikemukan oleh Peres (1979) mengembangkan teknik Sculpting (mematung) yaitu
suatu teknik yang mengizinkan anggota-anggota keluarga untuk menyatakan
kepada anggota keluarga lain, persepsinya tentang berbagai masalah hubungan
diantara anggota-anggota keluarga. Kien diberi izin menyatakan isi hati dan
persepsinya tanpa ada rasa cemas. Sculpting digunakan konselor untuk
mengungkapkan konflik anggota keluarga melalui Verbal, untuk mengizinkan
anggota keluarga mengungkapkan perasaannya melalui verbal, untuk
mengizinkan anggota keluarga mengungkapkan perasannya melaui tindakan
(perbuatan). Hal ini bisa dilakukan dengan “The family relationship tabelau”
yaitu anggota keluarga yang “Mematung” tidak memberikan respon apa-apa
selama anggota keluarga menyatakan perasaannya secara verbal. Kemudian teknik
Listening (Mendengarkan) teknik ini digunakan agar pembicaraan seorang
anggota keluarga didingarkan dengan sabar oleh yang lain. Konselor
menggunakan teknik ini untuk mendengarkan dengan perhatian terhadap klien.
81
Hasil Observasi Penulis di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
Perhatian tersebut terlihat dari cara duduk konselor yang menghadapkan muka
kepada klien, penuh perhatian terhadap setiap kenyataan klien, tidak menyela
selagi klien berbicara serius.82
Berdasarkan hasil observasi untuk menghidari keributan antara pihak maka
Mediator dapat melakukan Kaukus kepada para pihak agar mereka berperan aktif
dalam mediasi. Kaukus yaitu mengadakan pertemuan terpisah dengan masing-
masing pihak. Pertemuan ini dimaksudkan untuk menggali hal-hal yang belum
diungkapkan terhadap pointers yang belum disepakati dalam negosiasi, sehingga
apa yang menjadi kekhawatiran masing-masing dapat digali untuk dicarikan jalan
keluar sampai tercapainya suatu kesepakatan. Pertemuan terpisah atau kaukus
perlu juga dilaksanakan apabila ada pihak yang tidak berdaya dan mempunyai
posisi lawan lemah sehingga banyak hal yang dikemukakan di muka orang
banyak. Bila mediator melakukan pertemuan terpisah dengan salah satu pihak,
maka ia harus melakukan hal yang sama pada pihak lain. Hal ini penting untuk
dilaksanakan agar is tidak dianggap memihak kepada salah satu pihak, sehingga
merusak kepercayaan para pihak kepadanya.
Setelah mengadakan Kaukus, mediator mengadakan rapat pleno lagi untuk
mengadakan negoisasi terakhir dan mneyelesaikan beberapa hal dengan lebih rinci
dan detail. Seluruh permasalahan yang telah disepakati dituangkan dalam surat
yang berbentuk akta dan ditandatangani oleh para pihak yang bersengketa. Dalam
pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun, dalam
Negosiasi mediator memberikan arahan atau nasihat-nasihat kepada para pihak
berperkara, untuk bisa berfikir lebih jernih memikirkan keluarga terutama psikis
anak dan sebagainya sehingga diharapkan para pihak mengurungkan niat mereka
untuk berpisah, atau berdamai antara kedua belah pihak tersebut selanjutnya
mediator mengajak para pihak untuk menemukan solusi dari permasalahan
mereka dengan memberikan pertanyaan kepada para pihak harapan-harapan yang
diinginkan bagi hasil akhir permasalahan tersebut.
82
Sofyan, S. Willis. 2011. Konseling Keluarga (Family Counseling). (Bandung: Alfabeta).
2015. Hal. 139-140
Setelah memberikan beberapa nasihat kemudian mediator memberikan
pertanyaan apakah proses perceraian tetap dilakukan. Ketika para pihak tetap
berkukuh atau berkeinginan kuat untuk bercerai maka mediator tersebut
menyatakan bahwa mediasi gagal. Jadi yang terpenting dari mediasi di Pengadilan
Agama Kabupaten Sarolangun adalah mendamaikan kedua belah pihak yang
berperkara.83
Karena menurut hakim mediator bapak zakaria ansori mengatakan :
“Hati itu tidak dapat dipaksakan, ketika dua hati tidak dapat bersatu maka
jalan terakhir adalah perceraian”.84
Dalam pemberian Nasihat ibu Kessy juga memberikan tanggapan, ibu Kessy
merupakan salah seorang penggugat yang pernah mengikuti proses Mediasi di
Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun, dia menyampaikan bahwa:
“Dari pertama melakukan gugatan ke Pengadilan tujuan saya hanyalah
untuk bercerai dengan suami saya, jika ditanya apakah Nasihat dari
mediator kurang baik? Bagi saya Nasihat dari mediator juga cukup Baik,
mediator berusaha untuk mendamaikan kami, dan mengingatkan masa
depan keluarga dan anak, namun itu semua tidak bisa mempengaruhi niat
saya untuk bercerai. Bagi saya jika damai kalau suami saya tidak berubah
dan akan mengulangi masalah sebelumnya, ya tentunya saya juga tetap sakit
hati”85.
Bagi mereka para pihak, tempat mediasi tidak mempengaruhi niatan untuk
melakukan perceraian dan meneruskan perkaranya di sidang, pada tahapan
berikutnya mediator memberikan sambutan yang fungsinya untuk meyakinkan
para pihak bahwa yang berhak melakukan pengambilan keputusan adalah para
pihak.
Menurut hasil observasi yang peneliti lakukan di Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun terkadang setelah mediator bertanya dan penggugat
melakukan klarifikasi tentang masalah yang dihadapi, pihak tergugat langsung
memotong pembicaraan penggugat. Begitu pula dengan pihak tergugat yang
83
Hasil Observasi Penulis di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun 84
Zakaria Ansori, Hakim Mediator di Pengadilan Agama, Wawancara dengan Penulis, 03
Januari 2019, Kabupaten Sarolangun, Rekaman Audio. 85
Kessy, Perkara Mediasi, Wawancara dengan Penulis, 17 Mei 2019, Kabupaten
Sarolangun, Rekaman Audio.
mengklarifikasi dari permasalahan tersebut dan dipotong juga oleh pihak
penggugat, sehingga terjadilah perselisihan antara kedua belah pihak.
Pada tahapan pelaksanaan mediasi yang dilakukan mediator di Pengadilan
Agama Kabupaten Sarolangun, peneliti melihat bahwa Metode atau cara yang
digunakan oleh hakim mediator dalam proses mediasi ini adalah berupa metode
Bimbingan Pribadi dimana metode ini hakim mediator lebih melihat pada
perkembangan kemampuan mengatasi masalah-masalah pribadi dan kepribadian
didalam menyelesikan segala masalah yang ada pada para perkara baik yang
terjadi secara individu pada dirinya atau masalah yang ada pada keluarganya.
Bimbingan pribadi ini sangatlah tepat bila digunakan oleh para hakimdalam
membantu menyelesaikan masalah yang terjadi dalam sebuah keluarga karena
bimbingan pribadi ini hakimlebih melihat pada potensi pada perkara dalam
menyelesaikan masalah yang ada pada dirinya atau keluarganya.86
Dalam proses mediasi ini hakim mediator tidak bisa memaksa kehendaknya
kepada para keluarga yang memiliki masalah dalam keluarganya, tugas hakim
mediator disini hanyalah memberikan arahan dan memberikan solusi namun
semua keputusan ada pada mereka yang memiliki masalah.87 Seperti yang
dikatakan bapak Zakaria Ansori:
“Karena Kebanyakan Dari Mereka yang telah mengajukan perceraian
kepengadilan ini sudah menjadi keputusan terakhir dan mereka sudah
memliki keputusan yang bulat untuk bercerai, sehingga terkadang keputusan
yang sudah bulat itulah yang menjadi faktor penghambat keberhasilan
mediasi, disini kami hanya berusaha membantu memperbaiki masalah
mereka namun semua keputusan ada pada mereka”.88
Kemudian mereka melakukan pengambilan putusan, putusan yang berhak
memberikan putusan dalam akhir mediasi adalah para pihak sesuai dengan salah
satu manfaat dari mediasi adalah memberikan kesempatan para pihak dalam
86
Hasil Observasi Penulis di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun 87
Hasil Observasi Penulis di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun 88
Zakaria Ansori, Hakim Mediator di Pengadilan Agama, Wawancara dengan Penulis, 03
Januari 2019, Kabupaten Sarolangun, Rekaman Audio.
berpartisipasi menyelesaikan sengketa para pihak dalam berpartisipasi
menyelesaikan ssengketa para pihak. Sehingga dengan mediasi tersebut saling
menciptakan pengertian yang lebih baik diantara para pihak yang bersengketa.
Setelah keputusan diberikan oleh para pihak kemudian mediator mengambil
surat pernyataan yang didalamnya bahwa telah dimediasi oleh mediator yang
bersangkutan kemudian mediator melakukan percatatan putusan yang berisikan
mediasi berhasil/gagal yang sudah di print out terakhir diberikan kepada para
pihak dan ditanda tangani sebanyak 3 kali.89
Apabila mereka para pihak tidak ada upaya damai, walaupun setelah
dilakukan penundaan, maka para pihak dinyatakan gagal dalam mediasi selain itu
juga terdapat salah satu pihak yang tidak mempunyai iktikad baik, dengan sebab-
sebab yang telah diatur dalam PERMA No. 1 Tahun 2016 dalam pasal 8 yang
berbunyi: “Salah satu pihak atau para pihak dan atau kuasa hukumnya dapat
dinyatakan tidak beritikad baik oleh mediator dalam hal yang bersangkutan”.
Tidak hadir setelah dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturut-turut dalam
pertemuan mediasi tanpa alasan sah, Kemudian menghadiri pertemuan berikutnya
meskipun telah dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturut-turut tanpa alasan sah,
Selajutnya ketidak hadiran berulang-ulang yang mengganggu jadwal pertemuan
mediasi tanpa alasan sah dan menghadiri pertemuan mediasi, tetapi tidak
mengajukan dan atau tidak menanggapi Resume perkara para pihak lain. Dan
Tidak menanda tangani Konsep Kesepakatan perdamaian yang telah disepakati
tanpa alasan sah. Mediasi berhasil, jika tercapai kesepakatan yang tidak
melanggar ketentuan hukum yang berlaku. Dan Mediasi tidak dilaksanakan
disebabkan ada pihak ketiga yang terlibat tetapi tidak disebut dalam gugatan
sehingga tidak dapat menjadi pihak dalam mediasi, salah satu pihak
mengundurkan diri karena adanya itikad tidak baik dari lawan, dan sengketa yang
terjadi tidak boleh dilakukan kesepakatan damai karena jika terjadi perdamaian,
89
Hasil Observasi Penulis di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
justru bertentangan dengan hukum misalnya perkara pembatalan perkawinan
karena melanggar hukum.90
Oleh karena itu dengan sebab-babab diatas, maka mediator wajib
menyatakan mediasi tidak berhasil mencapai kesepakatan dan
memberitahukannya secara tertulis kepada hakim pemeriksa Perkara, kemudian
mediator mengambil surat pernyataan telah dimediasi dan surat keterangan hasil
mediasi yang didalamnya menyatakan gagal atau berhasil mencapai kesepakatan
dari sekretaris mediator dalam bentuk print out dan didalamnya terdapat tanda
tangan para pihak yang berperkara.91
Tabel. 4. 1
Implementasi Tahapan Mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun.
No Tahapan dilaksanakan Tidak
dilaksanakan
1 Pendahuluan
a. Membuka jalan mediasi ,
kemudian memperkenalkan
diri dan memberikan
kesempatan kepada para pihak
untuk saling memperkenalkan
diri
√
b. Menjelaskan maksud, tujuan
dan menjelaskan sifat mediasi
kepada para pihak
√
2. Proses
a. Membuat aturan pelaksaan
mediasi bersama pada pihak
√
b. Menjelaskan bahwa mediator
dapat mengadakan pertemuan
dengan satu pihak tapa
kehadiran pihak lainnya
(Kaukus)
√
90
Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, PERMA RI Nomor 1 Tahun 2016 Tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan 91
Hasil Observasi Penulis di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
c. Menyusun jadwal mediasi
kepada para pihak
√
d. Mengisi formulir jadwal
mediasi
√
e. Memberikan kesempatan
kepada para pihak untuk
menyampaikan permasalahan
dan usulan perdamaian
√
f. Mengiventarisasi
permasalahan dan
mengagendakan pembahasan
berdasarkan skala prioritas
√
g. Memfasilitasi dan mendorong
Para Pihak untuk:
1. Menelusuri dan menggali
kepentingan Para Pihak;
2. Mencari berbagai pilihan
penyelesaian yang terbaik
bagi Para Pihak; dan
3. Bekerja sama mencapai
penyelesaian;
√
h. Membantu Para Pihak dalam
membuat dan merumuskan
Kesepakatan Perdamaian;
√
3. Penutup
a. nasehat dari mediator kepada
para pihak yang berperkara
untuk menjaga perdamaian
√
b. Mediator mengakhiri jalannya
mediasi kemudian
Menyampaikan laporan
keberhasilan,
ketidakberhasilan dan/atau
tidak dapat dilaksanakannya
Mediasi kepada Hakim
Pemeriksa Perkara;
√
Dari Tabel. 4. 1 tersebut Mediator telah melaksanakan semua tahapan
Mediasi dengan baik, berdasarkan hasil Observasi keberhasilan Mediasi
tergantung dari kesadaran dari para pihak itu sendiri. Jika salah satu pihak sudah
tidak ada rasa cinta maka proses perdamaian dalam mediasi sangat sulit dan
jarang bisa berhasil, lebih lagi jika keduanya sudah tidak ada rasa cinta lagi maka
sangat mustahil untuk di damaikan dan disatukan kembali karena keduanya sudah
tidak ada rasa ketertarikan lagi. Hal ini seperti yang telah disampaikan oleh ketua
pengailan bapak Korik Agustian bagi mereka para pihak yang telah sampai di
Pengadilan beart sudah memiliki permasalahan yang cukup parah dan tujuannya
hanya perceraian. Jadi, keterampilan mediator dalam membantu menyelesaikan
permasalahan para pihak sudah tidak berpengaruh bagi mereka para pihak.
B. Tingkat keberhasilan dan Kegagalan Mediasi di Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
1. Rekapitulasi Perkara diterima dari Tahun 2015-2018
Berdasarkan Dari data yang di peroleh dari Pengadilan Agama Sarolangun, dapat
diketahui bahwa dari tahun ke tahun jumlah perkara yang masuk ke Pengadilan
Agama Sarolangun terus mengalami kenaikan. Dapat dijelaskan dalam tabel
berikut:
Tabel. 4. 2
Rekapitulasi Perkara Perceraian diterima dan dimediasi dari Tahun
2015-201892
No Tahun Diterima Dimediasi Berhasil
Mediasi
Gagal
Mediasi
1 2015 205 34 - 34
2. 2016 204 32 3 29
3. 2017 251 40 1 39
4. 2018 270 46 3 43
Jumlah 930 152 7 145
Berdasarkan Data tersebut dapat dijelaskan bahwa dari tahun 2015-2018
perkara perceraian yang diterima berjumlah 930 perkara, dan perkara yang
dimediasi berjumlah 152 perkara. Dari tahun ketahn terus meningkat dan
92
Dokumen, Laporan Tahunan, Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun. Tahun. 2015-
2018.
terjadi penurunan pada tahun 2015-2016 sengan selisih 1 perkara. Dan yang
berhasil di mediasi berjumlah 7 perkara dan gagal mediasi berjumlah 145
perkara.
2. Rekapitulasi Mediasi dari Tahun 2015-2018
Untuk menggambarkan tingkat keberhasilan dan kegagalan mediasi di
Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun dapat dijelaskan dalam tabel
berikut:
Tabel. 4. 3
Rekapitulasi Mediasi Tahun 2015
di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
No Bulan Yang
Mediasi
Berhasil Tidak
Berhasil
Keterangan
1. Januari 4 - 4
2. Februari 2 - 2
3. Maret 4 - 4
4. Mei 1 - 1
5. April 4 - 4
6. Juni 4 - 4
7. Juli 2 - 2
8. Agustus 2 - 2
9. September 6 - 6
10. Oktober 3 - 3
11. Nopember 2 - 2
12. Desember - - -
Jumlah 34 - 34
Dari data tersebut Pengadilan Agama Sarolangun telah melaksanakan
mediasi secara maksimal terhadap perkara yang seharusnya dimediasi. Untuk
tahun 2015 perkara yang di mediasi sebanyak 34 perkara semuanya tidak berhasil
mencapai perdamaian.93
Tabel. 4. 4
Rekapitulasi Mediasi Tahun 2016
Di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
No Bulan Yang
Mediasi
Berhasil Tidak
Berhasil
Keterangan
1. Januari 0 0 0
2. Februari 0 0 0
3. Maret 3 0 3
4. April 5 0 5
5. Mei 6 1 5
6. Juni 2 0 2
7. Juli 1 0 1
8. Agustus 4 0 4
9. September 1 0 1
10. Oktober 1 0 1
11. November 5 0 5
12. Desember 4 2 2
Jumlah 32 3 29
Dari Data tersebut Pengadilan Agama Sarolangun telah melaksanakan
perkara mediasi secara maksimal. Untuk tahun 2016 perkara yang dimediasi
93
Dokumen, Laporan Tahunan, Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun. Tahun. 2015.
sebanyak 32 perkara, yang Berhasil di Mediasi Sebanyak 3 Perkara Dan yang
gagal sebanyak 29 perkara.94
Tabel. 4. 5
Rekapitulasi Mediasi Tahun 2017
Di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
No Bulan Yang
Mediasi
Berhasil Tidak
Berhasil
Keterangan
1 Januari 3 0 3
2 Februari 1 0 1
3 Maret 5 0 5
4 April 1 0 1
5 Mei 2 0 2
6 Juni 1 0 1
7 Juli 8 0 8
8 Agustus 4 1 5
9 September 2 0 2
10 Oktober 2 0 2
11 November 5 0 5
12 Desember 4 0 4
Jumlah 40 1 39
Dari Data di atas Pengadilan Agama Sarolangun telah melaksanakan
perkara mediasi secara maksimal. Untuk tahun 2017 perkara yang dimediasi
sebanyak 39 (tiga puluh sembilan) perkara. Dari jumlah tersebut, Perkara yang
94
Dokumen, Laporan Tahunan, Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun. Tahun. 2016
Berhasil di Mediasi yaitu sebanyak 1 (satu) Perkara, sisanya sebanyak 38 (tiga
puluh delapan) tidak berhasil mencapai kesepakatan.95
Tabel. 4. 6
Rekapitulasi Mediasi Tahun 2018
Di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
No Bulan
Yang
Mediasi Berhasil
Tidak
Berhasil Keterangan
1 Januari 3 0 3
2 Februari 5 0 5
3 Maret 6 1 5
4 April 3 0 3
5 Mei 5 0 5
6 Juni 3 2 1
7 Juli 6 0 6
8 Agustus 1 0 1
9 September 2 0 2
10 Oktober 4 0 4
11 November 7 0 7
12 Desember 1 0 1
Jumlah 46 3 43
Dari Data tersebut Pengadilan Agama Sarolangun selama tahun 2018 telah
menerima sebanyak 312 perkara, yang terdiri dari perkara contentious
(gugatan) sebanyak 279 perkara, dan perkara voluntair (permohonan) sebanyak
33 perkara. Dari jumlah perkara yang di terima Pengadilan Agama Sarolangun
95
Dokumen, Laporan Tahunan, Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun. Tahun. 2017
yang dapat dilakukan Mediasi sebayak 46 perkara dan dari jumlah perkara yang
dapat dilakukan mediasi hanya 3 perkara yang berhasil dan sisanya sebanyak
43 perkara tidak berhasil.96
Dari tabel Rekapitulasi Mediasi diatas dapat dijelaskan bahwa selama 4
(empat) tahun dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 jumlah mediasi masuk
sebanyak 152, berhasil di mediasi sebanyak 7 perkara sedangkan yang tidak
berhasil atau gagal di mediasi sebanyak 145 perkara, dengan hasil data tersebut
maka pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan mediasi lebih banyak menemui kegalalan dari
pada keberhasilan.97
C. Faktor-faktor Penyebab Kegagalan Mediasi di Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun.
Kegagalan Mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
dipengaruhi Oleh beberapa faktor yaitu:
1. Kurangnya Tenaga Hakim Mediator
Kurangnya tenaga Hakim Mediator di Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun, berdasarkan hasil Observasi bahwa untuk tahun 2018 terakhir
pengadilan Agama hanya terdiri dari 3 (Tiga) orang Hakim, yaitu Korik
Agustian, S.Ag.,M.Ag, sebagai Ketua Pengadilan Agama sekaligus Hakim,
Moehamad Fathan, S. Ag. MHI, sebagai Wakil Ketua dan Hakim Mediator
dan Zakaria Ansori, S.HI., M.H sebagai Hakim mediator dan Hakim hakim
biasa, yang belum bersertifikat, dan yang menjadi hakim mediator hanya 2
(Dua) orang saja. Oleh karena itu kurangnya tenaga hakim mediator dan
mediator yang belum bersertifikat merupakan salah satu penyebab Kegagalan
mediasi.
2. Keinginan Kuat Untuk Bercerai
Seringkali pada saat mediasi dilakukan salah satu pihak bahkan keduanya
sudah sangat kuat keinginannya untuk bercerai, para pihak menganggap bahwa
Pengadilan Agama adalah tempat untuk bercerai dan merupakan upaya
96
Dokumen, Laporan Tahunan, Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun. Tahun. 2018 97
Hasil Observasi Penulis di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
terakhir, bukan tempat untuk mecari solusi atau nasehat kepada orang yang
memiki pengetahuan dan pemahaman dibidang perkawinan. Seperti yang
disampaikan oleh bapak Zakaria Ansori:
“Karena Kebanyakan Dari Mereka yang telah mengajukan perceraian
kepengadilan ini sudah menjadi keputusan terakhir dan mereka sudah
memliki keputusan yang bulat untuk bercerai, sehingga terkadang
keputusan yang sudah bulat itulah yang menjadi faktor penghambat
keberhasilan mediasi, disini kami hanya berusaha membantu memperbaiki
masalah mereka namun semua keputusan ada pada mereka”.98
Hal inilah yang menjadi hambatan mediator dalam melakukan upaya
perdamaian dalam Proses Mediasi.
3. Pihak Ketiga
Saat proses mediasi mediator akan berusaha untuk mendamaikan para
pihak, namun hal ini menjadi sulit jika sudah adanya campur tangan pihak
ketiga. Pihak ketiga dalam hal perceraian dapat berasal dari keluarga ataupun
pihak luar, seperti tidak adanya dukungan dari pihak keluarga agar para pihak
kembali rujuk. Campur tangan pihak ketiga seperti sudah adanya wanita
idaman lain, atau pria lain ataupun campur tangan dari pihak keluarga dari
masing-masing pihak yang bersengketa. Seperti yng disampaikan oleh bapak
Zakaria Ansori:
“Mungkin ada juga faktor yang lain seperti bisikan dari keluarga, bisikan
dari pihak tertentu atau mungkin kalau dalam perceraian sudah ada calon
lagi karena memang grafik penyebab perceraian akibat perselingkuhan
agak menaik dalam Tahun ini (2018) ya mungkin itu faktor sosial media
sehingga mudah untuk berinteraksi dengan lawan jenis padahal mereka
sudah punya pasangan, nah meskipun mereka sadar bahwa percereraian itu
tidak baik, mereka tau mereka punya anak, dan punya status sosial, cuman
kadang-kadang itulah yang menjadi penghambat karena sudah ada yang
menunggu”.99
Pihak ketiga dalam hal perceraian dapat berasal dari keluarga ataupun
pihak luar, seperti tidak adanya dukungan dari pihak keluarga agar para pihak
98
Zakaria Ansori, Hakim Mediator di Pengadilan Agama, Wawancara dengan Penulis, 03
Januari 2019, Kabupaten Sarolangun, Rekaman Audio. 99
Zakaria Ansori, Hakim Mediator di Pengadilan Agama, Wawancara dengan Penulis, 03
Januari 2019, Kabupaten Sarolangun, Rekaman Audio.
kembali rujuk. Campur tangan pihak ketiga seperti sudah adanya wanita atau
pria idaman lain, ataupun campur tangan dari pihak keluarga dari masing-
masing pihak. Hal ini adanya pihak ketiga merupakan salah satu yang faktor
penyebab ketidak berhasilan Mediasi.
4. Jarak tempuh yang jauh
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa bahwa lokasi Pengadilan
Agama Kabupaten Sarolangun ini memang jauh dari pemukiman warga
sehingga dengan jarak tempuh yang jauih ini bisa menjadi faktor kegagalan
dalam proses mediasi disebabkan ketidak hadiran perkara saat dipanggil untuk
di Mediasi.100
Hal ini ibu Yulianti menyampaikan:
“Kami gagal dimediasi bukan disebabkan ada yang tidak hadir hanya saja
ketika kami dipanggil setelah pendaftaran mediasi suami saya tidak hadir
disebabkan hujan dan Pengadilan ini juga lumayan jauh dari rumah sekitar
1 jam dalam perjalanan”.101
Oleh karena itu dilihat dari observasi dan wawancara jarak tempuh yang
jauh merupakan salah satu faktor penyebab kegagalan dalam proses Mediasi di
Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun.
100
Hasil Observasi Penulis di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun 101
Yulianti, Perkara Mediasi, Wawancara dengan Penulis, 19 Mei 2019, Kabupaten
Sarolangun, Rekaman Audio.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Peneliti Terkait Implementasi Mediasi Pada Kasus
Perceraian di Pengadilan Agama kabupaten Sarolangun, Pelaksanaan mediasi di
Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun, yang menjadi mediator dalah hakim di
pengadilan agama itu sendiri, penerapan tugas mediator di Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun tetap dilakukan, adapu kesiimpulan dari penilitian ini
yaitu:
1. Implementasi mediasi dalam menyelesaikan perkara di Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun diawali dengan pendaftaran gugatan atau permohonan
ke Pengadilan Agama, kemudian majelis hakim ditunjuk oleh Ketua
Pengadilan Agama, penetapan hari sidang oleh Ketua majelis hakim, lalu pihak
Pengadilan memanggil para pihak untuk melakukan mediasi. Dalam pertemuan
pertama inilah, upaya mediasi dilakukan dengan dipilih salah satu mediator ,
lalu mediasi dilakukan selama 30 hari kerja dengan 1-2 kali pertemuan
melakukan pemanggilan untuk setiap kali pertemuan mediasi. Tahap pertama
mediator memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan mediasi, mempersilakan
para pihak menglarifikasi masalah yang dihadapi, selanjutnya mediator
melakukan peretmuan terpisah (Kaukus) jika terjadi keributan, selanjut
Pertemuan mediasi berisi nasehat-nasehat oleh mediator mengarahkan para
pihak untuk berunding mencapai kesepakatan damai. Akhirnya mediasi
berakhir dengan hasil berhasil atau gagal yang akan diumumkan pada sidang
selanjutnya.
2. Dari tabel Rekapitulasi Mediasi Pada BAB IV dapat dijelaskan bahwa selama 4
(empat) tahun dari tahun 2015-2018 jumlah perkara yang masuk berjumlah 930
perkara, dan perkara yang dimediasi berjumlah 152 perkara. Dari tahun
ketahun terus meningkat dan terjadi penurunan pada tahun 2015-2016 sengan
selisih 1 perkara. Dan yang berhasil di mediasi berjumlah 7 perkara dan gagal
mediasi berjumlah 145 perkara. berdasarkan hasil dari data tersebut maka
68
pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan mediasi lebih banyak menemui kegalalan dari
pada keberhasilan.
3. Faktor-faktor penyebab kegagalan Mediasi di Pengadilan agama yaitu: Faktor
keinginan kuat untuk bercerai, Tenaga Hakim Mediator, Faktor Pihak Ketiga,
dan jarak tempuh yang jauh.
B. Implikasi Penelitian
1. Pihak Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun diharapkan menambah
tenaga ahli seperti tenaga konselor, atau konseling dan penyuluh yang
memiliki keahlian khusus dan berkompeten dalam bidangnya, yang sekiranya
dapat memberikan Bimbingan secara profesional dalam Memediasi Keluarga
yang akan Bercerai.
2. Selanjutnya Peneliti Berharap ada Metode atau Teknik-teknik Baru didalam
proses Mediasi yang diterbitkan oleh Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun dalam Proses Mediasi oleh Para Hakim Mediator, sehingga
dengan adanya Metode atau Teknik-teknik Baru ini diharapkan dapat
meminimalisir tingkat perceraian yang terjadi, sehingga adanya
keseimbangan antara khusus yang masuk atau perceraian dengan tingkat
pencegahan perceraian.
3. Selanjutnya peneliti berharap dengan adanya pelaksanaan Mediasi bagi para
pihak yang telah melalui proses mediasi, para pihak hendaknya
mengurungkan niat untuk tidak melanjutkan permasalahannya. Karena
dampak dari perceraian akan berpengaruh negatif bagi masa depan anak dan
Psikologis anak.
DAFTAR FUSTAKA
A. Buku
Al-Qur‟an Terjemahan
A.Syukur, Fatahillah. Mediasi Yudisial di Indonesia ( Peluang Dan Tantangan
Dalam Memajukan Sitem Peradilan). Bandung: Mandar Maju, 2012
Fathoni, Abdurrahmat. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Ghazaly, Abd. Rahman. Fiqih Munakahhat. jakarta: kencana, 2007
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonseia)
Khaeril. prosedur mediasi di Pengadilan Agama. Malang, 2013
Lexy Maleong L. 2013 metode penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mukhtar. Bimbingan skripsi, tesis dan artike ilmiah. jakarta: gaung Persada
Pers, 2010.
Muhammad, Syaifuddin , dkk. Hukum Perceraian. Jakarta: Sinar Grafika,
2013
Rachmadi, Usman. Mediasi Di Pengadilan Dalam Teori Dan Praktik, jakarta:
sinar Grafika, 2014
Saifullah, Muhammad. Mediasi dalam Tinjauan Hukum Islam dan Hukum
Fositif Di Indonesia. semarang: walisongo press, cet 1, 2009.
Sabiq, Sayyid. Fiqih sunnah. Beirut: Dar Al-Fikr, cet. Ke-4, jilid 2, 1983
Soemiyati. 2982. Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan
(Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).Yogyakarta:
Liberty.
S. Willis, Sofyan. Konseling keluarga (Family Counseling), Bandung:
Alfabeta, 2015
Sugiono, metode penelitian pendekatan kualitatif kuantitatif dan R&D.
Suharsimi, Arikunto. prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, jakarta:
Rineka cipta, 2010.
Sohari, dan Tihami. Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta:
Rajawali Pers, 2010.
Tim Penyusun PTA Jambi, Cet I: Menilik Peran Peradilah Agama/Mahkamah
Syari’ah Di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ( Kantor Pengadilan
Tinggi Agama Jambi). 2015.
Tim Penyusun, Edisi II: Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1997.
Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, PERMA RI Nomor 1 Tahun
2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
Laporan Tahunan 2015 Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
Laporan Tahunan 2016 Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
Laporan Tahunan 2017 Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
Laporan Tahunan 2018 Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
B. Jurnal dan Artikel
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Ini Fakta tentang
Perceraian di Sarolangun, http://jambi.tribunnews.com/2016/01/09/ini-
fakta-tentang-perceraian-di-sarolangun.
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Tahukah Anda?
Sosmed Jadi Penyumbang Terbesar Kasus Perceraian di
Sarolangun, http://jambi.tribunnews.com/2017/12/17/tahukah-anda-
sosmed-jadi-penyumbang-terbesar-kasus-perceraian-di-sarolangun
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Kasus Perceraian
Tinggi, Setiap Bulan Ada 19 Janda Baru di Sarolangun,
http://jambi.tribunnews.com/2018/07/06/kasus-perceraian-tinggi-setiap-
bulan-ada-19-janda-baru-di-sarolangun
Antasari Rina,“ Pelaksanaan Mediasi dalam Sistem Peradilan Agama (Kajian
Implementasi Mediasi dalam Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama
Kelas I A Palembang), Fakultas Syariah dan Hukum Insitut Agama Islam
Negeri Raden Fatah Palembang, Indonesia, Vol. 19, No. 1, 2013.
Aziz, Junaedi, “upaya hakim dalam memediasi keluarga yang akan bercerai
pada masa tunggu di Pengadilan Agama Sukabumi”, Skripsi. 2013.
Hayati, Fitriyah, “ Frofil keluarga bercerai dan pengaruhnya terhadap
perkembangan sosial emosional anak”, Jurnal Buah Hati , Sekolah
Tinggi keguruan dan Ilmu Pendidikan, ISSN 2355-102X. Vol III Nomor
2 Oktober 2016.
Mustika, Dian, “ efektifitas mediasi dalam penyelesaian perkara perceraian di
pengadilan agama jambi”, Al-Risalah: Forum kajian hukum dan sosial
kemasyarakatan, Vol 15, No. 2, Desember 2015
Rohmat, “Keluarga dan Pola pengasuhan Anak” Dikutip dari: Portal Garuda:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=403085&val=8824 ,
Jurnal studi gender dan anak, Vol 5 NO. 1 Jan-jun 2010.
Sari, Mega novita, dkk, “Faktor penyebab perceraian dan implikasinya dalam
pelayanan bimbingan dan konseling”, jurnal Konseling dan pendidikan,
Vol 3 nomor 1, februari 2015.
Sholihah Imamatus, implementasi tahapan mediasi oleh mediator di pengadilan
agama kelas IA kabupaten Kediri.skripsi. 2017.
C. Web-site
Web-site Pengadilan Agama Sarolangun: www.pa-sarolangun.go.id
D. Wawancara
Korik Agustian, Ketua Pengadilan Agama, Wawancara dengan Penulis, 03
Januari 2019, Kabupaten Sarolangun, Rekaman Audio.
Zakaria Ansori, Hakim Mediator di Pengadilan Agama, Wawancara dengan
Penulis, 03 Januari 2019, Kabupaten Sarolangun, Rekaman Audio.
Arsad, Panitera Muda Hukum di Pengadilan Agama, Wawancara dengan
Penulis, 03 Januari 2019, Kabupaten Sarolangun, Rekaman Audio.
Afriani, Perkara Mediasi, Wawancara dengan Penulis, 16 Mei 2019,
Kabupaten Sarolangun, Rekaman Audio.
Kessy, Perkara Mediasi, Wawancara dengan Penulis, 17 Mei 2019, Kabupaten
Sarolangun, Rekaman Audio.
Yulianti, Perkara Mediasi, Wawancara dengan Penulis, 19 Mei 2019,
Kabupaten Sarolangun, Rekaman Audio.
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Skripsi
“IMPLEMENTASI MADIASI PADA KA SUS PERCERAIAN DI
PENGADILAN AGAMA KABUPATEN SAROLANGUN”
NO JENIS DATA METODE SUMBER DATA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
-Dasar Hukum
Pembentukan Pengadilan
Agama Kabupaten
Sarolangun
-Visi Dan Misi, Tugas
dan Fungsi Pengadilan
Agama Kabupaten
Sarolangun
-Struktur Organisani dan
letak Geografis
Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
-Fungsi Mediator,
Mamfaat dan Tujuan
Mediasi di Pengadilan
Agama Kabupaten
Sarolangun
-Alur Proses Mediasi di
Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
-Implementasi Mediasi di
Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
-Dokumentasi
-Wawancara
-Dokumentasi
-Dokumentasi
-Observasi
-Wawancara
-Dokumentasi
-Dokumentasi
-Observasi
-Wawancara
-Observasi
-Dokumentasi
-Wawancara
-Dokumentasi
-Observasi
-Buku Menilik Peran Peradilan
Agama/Mahkamah Syari‟ah di
Bumi Sepucuk Jambi
Sembilan Lurah
-Dokumen Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
-Laporan Tahunan 2018
Pengadilan Agama kabupaten
Sarolangun
-Bagan Struktur Organisasi
dan Nama-nama pengurus
Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun
-Laporan Tahunan 2018
Pengadilan Agama kabupaten
Sarolangun
-Setting
-Hakim Mediator
-Hakim
-Dokumen Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
-Ketua pengadilan dan Hakim
Mediator
-Pedoman PERMA RI
Nomor 1 Tahun 2016
-Praktik Mediasi
-Perkara yang di mediasi
-Laporan Tahunan Dari 2015-
8. -Tingkat Keberhasilan
Mediasi di Pengadilan
Agama Kabupaten
Sarolangun
-Faktor Penyebab
Kegagalan Mediasi di
Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
-Wawancara
-Observasi
2018
-Hakim Mediator
-Praktik Mediasi
A. Paduan Observasi
No Jenis Data Objek Observasi
1.
2.
3.
-Letak Geografis Pengadilan
Agama Kabupaten
Sarolangun
-Implementasi Mediasi di
Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun
-Faktor Penyebab Kegagalan
Mediasi di Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
-Keadaaan dan Letak Geografis
-Penerapan atau Pelaksanaan Mediasi yang
dilakukan di Pengadilan Kabupaten
Sarolangun
-Faktor pendukung dan penghambat pada
saat pelaksaan mediasi di Pengadilan
Agama Kabupaten Sarolangun
B. Panduan Dokumentasi
No Jenis Data Data Dokumenter
1.
2.
3.
4.
5.
-Dasar Hukum Pembentukan
Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
- Visi Dan Misi Pengadilan
Agama Kabupaten
Sarolangun
-Struktur Organisani dan
letak Geografis Pengadilan
Agama Kabupaten
Sarolangun
Alur Proses Mediasi di
Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
-Data Dokumentasi Buku Menilik Peran
Peradilan Agama/Mahkamah Syari‟ah di
Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah
-Data Dokumentasi Tentang Visi dan Misi
Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
-Data Dokumentasi Tentang Struktur
Organisasi Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun
-Data Dokumentasi Tentang Alur Proses
Mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun
6.
-Implementasi Mediasi di
Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
- Tingkat Keberhasilan
Mediasi di Pengadilan
Agama Kabupaten
Sarolangun
-Data Dokumentasi Tentang Implementasi
Mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten
Sarolangun
-Data Dokumentasi tentang Tingkat
Keberhasilan Mediasi di Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
C. Butir-Butir Wawancara
No Jenis Data Sumber Data Dan Substansi Wawancara
1.
2.
3.
4.
5.
-Dasar Hukum Pembentukan
Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
-Fungsi Mediator, Mamfaat
dan Tujuan Mediasi di
Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
Implementasi Mediasi di
Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
Tingkat Keberhasilan Mediasi
di Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
Faktor Penyebab Kegagalan
Mediasi di Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun
KETUA PENGADILAN AGAMA
KABUPATEN SAROLANGUN
-Kapan Berdirinya Pengadilan Agama
Kabupaten Sarolangun?
HAKIM MEDIATOR DAN KETUA
PENGADILAN AGAMA KABUPATEN
SAROLANGUN
-Apa saja Fungsi Mediator?
-Apa Mamfaat dari Mediasi?
-Apa Tujuan dari Mediasi?
HAKIM MEDIATOR DAN KETUA
PENGADILAN AGAMA KABUPATEN
SAROLANGUN DAN PERKARA YANG
DI MEDIASI
-Bagaimana Implementasi atau Pelaksanaan
Mediasi?
HAKIM MEDIATOR DAN PANITERA
MUDA HUKUM PENGADILAN AGAMA
KABUPATEN SAROLANGUN
-Bagaimana Tingkat Keberhasilan Mediasi
dari Tahun 2015-2018?
HAKIM MEDIATOR PENGADILAN
AGAMA KABUPATEN SAROLANGUN
-Apa Faktor Pendukung dalam Proses
Mediasi?
-Apa Faktor Penghambat dalam proses
Mediasi?
Lampiran-Lampiran
Gambar 3. 1 Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
Gambar 3. 2 Meja Informasi Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
Gambar 3. 3 Ruang Hakim
Gambar 3.4 Ruang Sidang
Gambar 3. 4 Ruang Mediasi
Gambar 3.5 Wawancara Bersama Hakim Mediator Bapak Zakaria Ansori,
SHI.,MH
Gambar 3.6 Wawancara Bersama Ketua Pengadilan Agama Bapak Korik
Agustian, S. Ag., M.Ag
Gambar 3.7 Wawancara Bersama Panitera Muda Hukum Bapak Arsad, Lc.
Gambar 3.8 Pelaksanaan Mediasi di Ruang Mediasi
Gambar 3.9 Struktur Organisasi Pengadilan Agama Kabupaten Sarolangun
Gambar 3.10 Visi dan Misi Pengadila Agama Kabupaten Sarolangun
Gambar 3. 11 Alur Proses Mediasi di Pengadilan Agama Kabupaten sarolangun
REKAPITULASI PERKARA MEDIASI
PENGADILAN AGAMA SAROLANGUN
TAHUN 2015
NO BULAN YANG
MEDIASI BERHASIL
TIDAK
BERHASIL KETERANGAN
1. Januari 4 - 4
2. Februari 2 - 2
3. Maret 4 - 4
4. Mei 1 - 1
5. April 4 - 4
6. Juni 4 - 4
7. Juli 2 - 2
8. Agustus 2 - 2
9. September 6 - 6
10. Oktober 3 - 3
11. Nopember 2 - 2
12. Desember - - -
JUMLAH 34 - 34
Mengtahui, Sarolangun, 29 Desember 2015
Ketua Pengadilan Agama Sarolangun Panitera,
Drs. Yenisuryadi, M.H. Anita Kirana, S.H.I.
NIP. 196712251994031006 NIP. 196310071986032002
REKAPITULASI PERKARA MEDIASI
PENGADILAN AGAMA SAROLANGUN
TAHUN 2016
NO BULAN YANG
MEDIASI BERHASIL
TIDAK
BERHASIL KETERANGAN
1 Januari 0 0 0
2 Februari 0 0 0
3 Maret 3 0 3
4 April 5 0 5
5 Mei 6 1 5
6 Juni 2 0 2
7 Juli 1 0 1
8 Agustus 4 0 4
9 September 1 0 1
10 Oktober 1 0 1
11 November 5 0 5
12 Desember 4 2 2
Jumlah 32 3 29
Mengtahui, Sarolangun, 29 Desember 2016
Ketua Pengadilan Agama Sarolangun Panitera,
Drs. Yenisuryadi, M.H. Anita Kirana, S.H.I.
NIP. 196712251994031006 NIP. 196310071986032002
REKAPITULASI PERKARA MEDIASI
PENGADILAN AGAMA SAROLANGUN
TAHUN 2017
NO BULAN YANG
MEDIASI BERHASIL
TIDAK
BERHASIL KETERANGAN
1 Januari 3 0 3
2 Februari 1 0 1
3 Maret 5 0 5
4 April 1 0 1
5 Mei 2 0 2
6 Juni 1 0 1
7 Juli 8 0 8
8 Agustus 4 1 5
9 September 2 0 2
10 Oktober 2 0 2
11 November 5 0 5
12 Desember 4 0 4
Jumlah 40 1 39
Mengtahui, Sarolangun, 29 Desember 2017
Ketua Pengadilan Agama Sarolangun Panitera,
Drs. Yenisuryadi, M.H. Anita Kirana, S.H.I.
NIP. 196712251994031006 NIP. 196310071986032002
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Herviana
NIM : UB. 150097
Tempat & Tanggal Lahir : Kasiro, 22 Februari 1997
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Perumahan Aston Villa, Blok T No. 09,
RT. 13, Kel. Mendalo Darat, Kec. Jaluko,
Kab. Muaro Jambi
B. Riwayat Pendidikan
Strata I : UIN STS Jambi
SLTA : MAS Swasta Nurul Iman Jambi
SLTP : SMP N 26 Sarolangun
SD : SD N 79/VII Kasiro